FILSAFAT ILMU

32

description

 

Transcript of FILSAFAT ILMU

Page 1: FILSAFAT ILMU
Page 2: FILSAFAT ILMU
Page 3: FILSAFAT ILMU
Page 4: FILSAFAT ILMU
Page 5: FILSAFAT ILMU
Page 6: FILSAFAT ILMU

Etika (ethics) berari moral, etiket (etiqutte) berarti sopan santun. Dua kata ini memiliki persamaan dan perbedaan

makna.

Page 7: FILSAFAT ILMU
Page 8: FILSAFAT ILMU
Page 9: FILSAFAT ILMU

HATI NURANI

Hati Nurani sebagai Fenomena Moral Kesadaran dan Hati Nurani

Hati Nurani restrospektif dan Hati Nurani Prospektif

Hati Nurani Bersifat Personal dan Adipersonal

Hati Nurani sebagai Norma Moral yang Subyektif

Page 10: FILSAFAT ILMU

TEORI – TEORI ETIKA

Hedonisme Utilitarianisme

Stoisisme Evolusionisme Eudemonisme

Deontologi

Page 11: FILSAFAT ILMU

HEDONISME

Teori etika paling tua Aristippus Suatu perbuatan disebut baik

sejauh dapat menyebabkan kesenangan dan memberikan kenikmatan. Kebajikan berguna untuk menahan agar kita tidak jatuh ke dalam nafsu yang berlebihan, yakni gerakan kasar,

jadi tidak menyenangkan Epicurus Tujuan hidup bukan kesenangan

yang kuat, melainkan suatu kedamaian

Page 12: FILSAFAT ILMU

UTILITARIANISME Terbit dari hedonisme

Jeremy Bentham (1748-1832)1. Kesenangan & Kesedihan perseorangan

bergantung pd kebahagiaan dan kemakmuran pd umumnya dari seluruh

masyarakat2. Kebaikan moral suatu perbuatan

ditentukan oleh kegunaanya atau kemanfaatannya dalam memajukan

kesejahteraan dari semua, dan juga keuntungan orang perorang sendiri.

Page 13: FILSAFAT ILMU

John Stuart Mill (1806-1873)

1. Kualitas kesenangan & Kebahagiaan perlu dipertimbangkan juga, karena ada kesenangan yang lebih tinggi mutunya dan ada yang lebih rendah

2. kebahagiaan yang menjadi norma etis adlh kebahagiaan semua orang yang

terlibat dlm suatu kejadian, bkn kebahagiaan satu orang saja yang barangkali bertindak sebagai pelaku utama

Page 14: FILSAFAT ILMU

STOISISME Anthisthenes Mengajarkan bahwa

kebajikan tdk hanya jln kearah kebahagiaan, ttp kebajikan adl kebaikan, dan tabiat buruk

adl satu-satunya kejahatan, dan hal-hal lainnya adalah indiferen

Page 15: FILSAFAT ILMU

Kaum stoisis 1.Dunia itu terdiri dari bahan dunia yg terdiri dari materi kasar yg nampak pd pancaindra kita & jiwa

dunia

2.Materi halus yg berembus sbg angin melintas dunia, menggerakkan dunia dan membuatnya

laksana binatang yg sgt bsr

3.Badan dan jiwa manusia sekedar bagian terbatas dari badan dunia dan jiwa dunia. Dunia sendiri adalah Tuhan atau alam, keduanya sama saja.

Page 16: FILSAFAT ILMU

EVOLUSIONISME

Manusia selalu bisa lebih sempurna dan kemajuan itu tidak mengenal batas

Herbert Spencer 1. Sifat penyesuaian ini adl individual,

rasial, atau berasaskan kerja sama, yaitu kerja sama sgl sesuatu

dlm semesta ini tnp saling mencampuri

Page 17: FILSAFAT ILMU

2. Manusia selalu tidak sempurna dalam penyesuaiannya, dan

merasakan suatu konflik antara dorongan-dorongan egoistis dan

altruistis

3. Evolusi mengarahkan untuk mendamaikan egoisme & altruisme

kearah suatu sintesis yang lebih tinggi.

Page 18: FILSAFAT ILMU

EUDEMONISME

Aristoteles (384-322 SM) Ethika Nikomaheia : Setiap kegiatannya manusia mengejar suatu tujuan

seseorang Tujuan terakhir manusia

menjalankan fungsinya sbg manusia dengan baik

Kebahagiaan

Page 19: FILSAFAT ILMU

DEONTOLOGI Yunani “deon” : apa yang harus

dilakukan, kewajiban Deontologi Sistem etika yg tdk

mengukur baik tidaknya suatu perbuatan berdasarkan hasilnya,

melainkan semata-mata berdasarkan maksud si pelaku dlm melakukan

perbuatan tersebut

Page 20: FILSAFAT ILMU

Immanuel Kant (1724-1804)1. Yang bisa disebut baik dalam arti

sesungguhnya hanyalah kehendak yang baik

2. Semua hal lain disebut baik secara terbatas atau dengan syarat

3. perbuatan dilakukan degan suatu maksud atau motif lain, perbuatan itu tidak disebut baik, betapapun luhur

atau terpuji motif itu

Page 21: FILSAFAT ILMU

Bertindak sesuai dengan kewajiban “legalitas”

Suatu perbuatan bersifat moral dilakukan semata-mata “karena hormat untuk hukum

moral” Imperative kategoris imperatif perintah

yang mewajibkan begitu saja tanpa syarat Imperatif hipotetis selalu diikutsertakan

sebuah syarat

Page 22: FILSAFAT ILMU

MENJADI MANUSIA YANG BAIK

Etika Kewajiban dan Etika Keutamaan

Keutamaan dan Watak Moral Keutamaan dan Ethos

Page 23: FILSAFAT ILMU

ETIKA KEWAJIBAN & ETIKA KEUTAMAAN

ETIKA KEWAJIBAN Mempelajari prinsip-prinsip & aturan-aturan

moral yg berlaku utk perbuatan kita Jika terjadi konflik antara dua prinsip moral

yg tdk dpt dipenuhi sekaligus, etika ini mencoba menentukan yang mana hrs diberi

prioritas Menilai benar salahnya kelakuan kita dengan

berpegang pada norma & prinsip moral saja

Page 24: FILSAFAT ILMU

ETIKA KEUTAMAAN Tdk begitu menyoroti apakah perbuatan itu

sesuai atau tidak degan norma moral lebih memfokuskan pada manusia itu sendiri Mempelajari keutamaan (virtue) sifat

watak yang dimiliki manusia Tdk menyelidiki apakah perbuatan kita baik

atau buruk, melainkan apakah kita sendiri orang baik atau orang buruk.

Page 25: FILSAFAT ILMU

KEUTAMAAN & WATAK MORAL

KEUTAMAAN Disposisi watak yg telah diperoleh seseorang &

memungkinkan dia utk bertingkah laku baik secara moral

Unsur – unsur keutamaan :1. Disposisi kecenderungan tetap

(stabil)2. Berkaitan dengan kehendak

3. Diperoleh melalui jalan membiasakan diri & karena itu

merupakan hasil latihan

Page 26: FILSAFAT ILMU

KEUTAMAAN dan ETHOS

Mulai menunjuk terutama kepada

kelompok

Page 27: FILSAFAT ILMU

TEORI PERKEMBANGAN MORAL

Piaget dan Norman J. Bull1. Pada dasarnya anak lahir tanpa

satu bentuk kesadaran 2. Perkembangan moral meniru

tingkah laku orang yg paling dekat hubungannya (orang tua)

3. Moral self - Moral obligation

Page 28: FILSAFAT ILMU

4 tahapan perkembangan moral yakni :

Page 29: FILSAFAT ILMU

Kohlberg dan DeweyTiga tingkatan perkembangan moral

Page 30: FILSAFAT ILMU

Kolhberg Hasil dari pada pentahapan pertimbanganmoral (moral judgement) adalah sebagai

berikut: Preconventional level meliputi 2 tahap :

1. "The punishment and obidience orientation" (orientasi kpd hukuman &

kepatuhan) 2. "The instrumental relativist

orientation“ (orientasi pd relativitas intrumental)

Page 31: FILSAFAT ILMU

Conventional level ada 2 tahap :1. "Interpersonal concordance of "good

boy-nice girl orientation" 2. "Law and order orientation“ (orientasi

pada hukum & aturan)

Past Conventional Autonomous Of Principle Level ada 2 tahap :

1. "Sosial contract legalistic orientation" 2. "Universal ethical principle orientation"

Page 32: FILSAFAT ILMU

Karakteristik konsep tahapan definisi :1. Tahapan itu adalah keseluruhan yang

berstruktur2. Tahapan membentuk suatu keteraturan3. Tahapan yang berintegrasi secara

hirarkis