Filsafat Diri Melalui Tiga Sudut Pandang

5
FILSAFAT DIRI MELALUI TIGA SUDUT PANDANG 1. Ontologis : Apa sesungguhnya hidup saya? Hidup saya merupakan amanah dari Allah SWT. Yang suatu saat akan dimintai pertanggung jawabannya dengan apa yang saya lakukan dengan hidup saya. Melalui indera saya hidup dan mencoba melakukan hal benar untuk bermanfaat bagi hidup saya sebagai makhluk Tuhan dan orang lain sebagai Makhluk sosial, dengan melihat, mendengar, dan merasakan dalam hidup saya mencoba mencari kebenaran hakiki untuk menuju bahagia dunia dan akhirat kelak. Hidup yang sekarang saya jalani sebagai bagian dari masyarakat belajar (Mahasiswa), dalam kesehariannya menggali ilmu baik ilmu alam maupun ilmu social & agama, saya mencoba dengan indera yang Allah anugerahkan untuk, melihat dan memahami keberartian dari hidup yang sekarang saya jalani. “Melihat.” Pencarian sebuah kebenaran hidup dengan melihat sekeliling dan terus menghubungkan berbagai fenomena-fenomena untuk mengetahui arti hidup yang sebenarnya. Dengan melihat saya

Transcript of Filsafat Diri Melalui Tiga Sudut Pandang

Page 1: Filsafat Diri Melalui Tiga Sudut Pandang

FILSAFAT DIRI MELALUI TIGA SUDUT PANDANG

1. Ontologis : Apa sesungguhnya hidup saya?

Hidup saya merupakan amanah dari Allah SWT. Yang suatu saat akan dimintai

pertanggung jawabannya dengan apa yang saya lakukan dengan hidup saya. Melalui indera

saya hidup dan mencoba melakukan hal benar untuk bermanfaat bagi hidup saya sebagai

makhluk Tuhan dan orang lain sebagai Makhluk sosial, dengan melihat, mendengar, dan

merasakan dalam hidup saya mencoba mencari kebenaran hakiki untuk menuju bahagia

dunia dan akhirat kelak.

Hidup yang sekarang saya jalani sebagai bagian dari masyarakat belajar (Mahasiswa),

dalam kesehariannya menggali ilmu baik ilmu alam maupun ilmu social & agama, saya

mencoba dengan indera yang Allah anugerahkan untuk, melihat dan memahami keberartian

dari hidup yang sekarang saya jalani.

“Melihat.”

Pencarian sebuah kebenaran hidup dengan melihat sekeliling dan terus menghubungkan

berbagai fenomena-fenomena untuk mengetahui arti hidup yang sebenarnya. Dengan melihat

saya bisa mengetahui berbagai sisi dari kehidupan sebagai insan pembelajar untuk selalu

merefleksi diri dari berbagai sisi kehidupan, dengan melihat saya bisa tahu mana yang harus

saya lakukan dan mana yang tidak harus saya lakukan, dengan melihat saya dapat

mensyukuri karena mampu membedakan mana yang baik dan mana yang kurang baik,

dengan melihat saya tahu betapa pentingnya sebuah ilmu untuk hajat hidup orang banyak,

dengan melihat kelebihan dan kekurang dalam hidup, saya dapat menjadikan ini tonggak

untuk berbagi bersama orang lain dengan ilmu saya.

Page 2: Filsafat Diri Melalui Tiga Sudut Pandang

“Memahami”

Dengan mendengar dan melihat sebuah keberartian hidup, saya dapat memahami siapa

diri saya dan untuk apa saya hidup di dunia ini.memahami betapa rapuh hidup saya tanpa

adanya ilmu, betapa lemah hidup saya tanpa adanya Kepercayaan, betapa Dzalim hidup saya

tanpa adanya manfaat, dan betapa hina diri saya dengan hanya menilai orang lain tanpa

menilai diri saya pribadi, dan betapa sia-sia hidup saya jika melalaikan amanah saya sebagai

seorang pembelajar.

Dengan menjadi makhluk yang mencoba memahami saya mencoba untuk melakukan

semua dengan ikhlas menskipun sukar dan sebagai seorang peserta didik yang sedang

mencari ilmu kadang saya bertanya dalam diri, tuluskah saya menjalani hidup sebagai

seorang peserta didik sekarang atau ada hasrat untuk kepentingan duniawi, ya Allah hamba

selalu berdoa semoga dalam perjalanan hidup hamba jauh dari artinya kesia-siaan. Amin ya

Rabb

2. Epistmologi : Darimana asal usul saya?

Secara historis, saya yakin bahwa saya merupakan turunan dari Nabi Adam dan Siti

Hawa, dan saya bersal dari tanah, itu yang saya yakini sebagai Muslim.

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu saripati (berasal) dari tanah.

Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh

(rahim). Kemudian air mani itu Kamijadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan

segumpal daging,dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang

ituKami bungkus dengan daging. Kamudian Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka

Maha Sucilah Allah , Pencipta Yang Paling Baik." (QS. Al Mu’minuun (23) : 12-14).

Secara harfiah saya berasal dari seorang Ayah dan Ibu yang bertanggung jawab merawat,

menjaga, serta mendidik saya sehingga sampai bisa dewasa seperti ini.

"Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar dan dibenarkan.Sesungguhnya seorang diantara

kamu dikumpulkannya pembentukannya(kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) selama empat puluh

hari. Kemudianselama itu pula (empat puluh hari) dijadikan segumpal darah. Kemudian selama

itu pula (empat puluh hari) dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslahbeberapa malaikat

Page 3: Filsafat Diri Melalui Tiga Sudut Pandang

untuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat kalimat (macam) :

rezekinya, ajal (umurnya),amalnya, dan buruk baik (nasibnya)." (HR. Bukhari-Muslim).

Secara ilmu kealaman, yang dimaksud dengan diciptakan dari tanah merupakan subtansi

unik yaitu protein sebagai substansi dasar penyusun makhluk hidup. Maka dengan

mengetahui dari mana asal usul hidup saya, saya bisa mengetahui apa sebenarnya tujuan hidu

saya.

3. Aksiologis : Kemana akhir segala hidup saya dan apa tujuan hidup saya?

Sebagai manusia, tentunya saya menyadari akhir dari segala hidup saya merupakan akhir

dari semua proses yang saya lakukan didunia dan akan melakukan pertanggung jawaban di

akherat kelak dan tujuan hidup saya adalah memberikan yang terbaik sebagai makhluk

Tuhan, sebagai makhluk social, dan sebagai makhluk pembelajar.

Sebagai makhluk Tuhan, saya mencoba untuk menjadikan setiap kegiatan yang saya

lakukan untuk menjadi sarana ibadah saya kepada Tuhan, selalu menjadi makhluk yang

bersyukur, dan mencoba menjalakan amanah saya sebagai manusia di muka bumi sesuai

dengan anjuran Al Quran.

Sebagai makhluk sosial, saya berusaha menyadari bahwa saya tidak akan bisa menuju

tujuan hidup dunia dan akherat saya tanpa adanya kehadiran orang lain, tolong menolong,

tenggang rasa, dan selalu bergotong royong dalam segala hal akan menjadikan hidup lebih

bermakna bersama orang disekitar.

Sebagai makhluk pembelajar atau seseorang yang sedang belajar menuntut ilmu

diperguruan tinggi, saya berharap tujuan saya sesuai dengan amandemen UU 45 dalam ikut

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan sesuai dengan Kepercayaan saya untuk menjadi

makhluk yang berpikir untuk membedakan dengan makhluk yang lainnya.

Berangkat dari semua penjelasan tadi, maka inti dari tujuan hidup saya adalah untuk

mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Amin.

 

Page 4: Filsafat Diri Melalui Tiga Sudut Pandang