Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

14
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Ada yang mengatakan bahwa antara filsafat dan agama memiliki hubungan. Baik filsafat dan agama mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh kebenaran. Manusia selalu mencari sebab-sebab dari setiap kejadian yang disaksikannya. Dia tidak pernah menganggap bahwa sesuatu mungkin terwujud dengan sendirinya secara kebetulan saja, tanpa sebab. Hasrat ingin tahu dan ketertarikan yang bersifat instinktif terhadap sebab- sebab ini memaksa kita menyelidiki bagaimana benda-benda di alam ini muncul, dan menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Kita dipaksa untuk bertanya Apakah alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan yang benar-benar membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan sendirinya, ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?” Dalam makalah ini penulis berusaha mencoba menjelaskan secara sederhana mengenai filsafat, ilmu pengetahuan dan agama. Dimana dalam makalah ini penulis berusaha memecahkan dua masalah tentang kedudukan filsafat dan agama serta bagaimana relasi antara filsafat dan agama. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan filsafat? 2. Apa yang dimaksud dengan agama? 3. Adakah persamaan dan perbedaan antara filsafat dan agama?

description

31 Oktober 2014

Transcript of Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

Page 1: Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ada yang mengatakan bahwa antara filsafat dan agama memiliki

hubungan. Baik filsafat dan agama mempunyai tujuan yang sama yaitu

memperoleh kebenaran. Manusia selalu mencari sebab-sebab dari setiap

kejadian yang disaksikannya. Dia tidak pernah menganggap bahwa sesuatu

mungkin terwujud dengan sendirinya secara kebetulan saja, tanpa sebab.

Hasrat ingin tahu dan ketertarikan yang bersifat instinktif terhadap sebab-

sebab ini memaksa kita menyelidiki bagaimana benda-benda di alam ini muncul,

dan menyelidiki ketertibannya yang mengagumkan. Kita dipaksa untuk bertanya

“Apakah alam semesta ini, dengan seluruh bagiannya yang saling berkaitan yang

benar-benar membentuk satu kesatuan sistem yang besar itu, terwujud dengan

sendirinya, ataukah ia memperoleh wujudnya dari sesuatu yang lain?”

Dalam makalah ini penulis berusaha mencoba menjelaskan secara

sederhana mengenai filsafat, ilmu pengetahuan dan agama. Dimana dalam

makalah ini penulis berusaha memecahkan dua masalah tentang kedudukan

filsafat dan agama serta bagaimana relasi antara filsafat dan agama.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan filsafat?

2. Apa yang dimaksud dengan agama?

3. Adakah persamaan dan perbedaan antara filsafat dan agama?

Page 2: Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

2

BAB II

PEMBAHASAN

FILSAFAT DAN AGAMA (PERSAMAAN DAN PERBEDAANNYA)

A. Pengertian Filsafat

Salah satu kebiasaan dunia penelitian dan keilmuan, berfungsi bahwa

penemuan konsep tentang sesuatu berawal dari pengetahuan tentang

satuan-satuan. Setiap satuan yang ditemukan itu dipilah-pilah, dikelompokkan

berdasarkan persamaan, perbedaan, ciri-ciri tertentu dan sebagainya.

Berdasarkan penemuan yang telah diverifikasi itulah orang merumuskan

definisi tentang sesuatu itu.

Dalam sejarah perkembangan pemikirian manusia, filsafat juga bukan

diawali dari definisi, tetapi diawali dengan kegiatan berfikir tentang segala

sesuatu secara mendalam. Orang yang berfikir tentang segala sesuatu itu

tidak semuanya merumuskan definisi dari sesuatu yang dia teliti, termasuk

juga pengkajian tentang filsafat.

Jadi ada benarnya Muhammad Hatta dan Langeveld mengatakan

"lebih baik pengertian filsafat itu tidak dibicarakan lebih dahulu. Jika orang

telah banyak membaca filsafat ia akan mengerti sendiri apa filsafat

itu.1 Namun demikian definisi filsafat bukan berarti tidak diperlukan. Bagi

orang yang belajar filsafat definisi itu juga diperlukan, terutama untuk

memahami pemikiran orang lain.

Penggunaan kata filsafat pertama sekali adalah Pytagoras sebagai

reaksi terhadap para cendekiawan pada masa itu yang menamakan dirinya

orang bijaksana, orang arif atau orang yang ahli ilmu pengetahuan. Dalam

membantah pendapat orang-orang tersebut Pytagoras mengatakan

pengetahuan yang lengkap tidak akan tercapai oleh manusia.2

1 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, Akal dan Hati sejak Thales sampai James, (Bandung: Rosdakarya, 1994), hlm. 8. 2 H.A. Dardiri, Humaniora, Filsafat dan Logika, (Jakarta : Rajawali Press, 1986), hlm. 9.

Page 3: Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

3

Semenjak semula telah terjadi perbedaan pendapat tentang asal kata

filsafat. Ahmad Tafsir umpamanya mengatakan filsafat adalah gabungan dari

kata philein dan sophia. Menurut prof. Dr. Harun Nasution, filsafat berasal dari

kata yunani yang tersusun dari dua kata philein dalam arti cinta dan shopos

dalam arti hikmat (wisdom). Orang arab memindahkan kata yunani

philoshopia kedalam bahasa mereka dengan menyesuaikan dengan tabiat

susunan kata-kata arab yaitu falsafa dengan pola fa’lala, fa’lalah, dengan

fi’lal. Dengan demikian kata benda dari kata kerja falsafa seharusya menjadi

falsafah atau filsaf.

Selanjutnya kata filsafat yang banyak terpakai dalam bahasa Indonesia,

menurut Prof. Dr. Nasution bukan berasal dari kata arab falsafah dan bukan pula

dari kata barat philoshopy. Disini dipertanyakan tentang apakah fil diambil dari

kata barat dan safah dari kata arab. Dari pengertian secara etimologi itu, ia

memberikan definisi filsafat sebagai berikut:

Pengetahuan tentang hikmah

Pengetahuan tentng prinsip atau dasar-dasar

Mencari kebenaran

Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas

Dengan demikian ia berpendapat bahwa intisari filsafat adalah “berfikir

menurut tata tertib (logika) dengan bebas tidak terikat pada tradisi, dogma serta

agama dan dengan sedalam-dalamnya sehingga sampai ke dasar-dasar

persoalannya. 3

Dalam al-Quran kata filsafat tidak ada, yang ada hanya adalah kata

hikmah. Pada umumnya orang memahami antara hikmah dan kebijaksanaan

itu sama, pada hal sesungguhnya maksudnya berbeda. Harun Hadiwijono

mengartikan kata philosophia dengan mencintai kebijaksanaan4, sedangkan

Harun Nasution mengartikan dengan hikmah5. Kebijaksanaan biasanya

diartikan dengan pengambilan keputusan berdasarkan suatu pertimbangan

3 Harun nasution, Filsafat Agama, (Jakarta: Bulan Bintang: 1973). 4 Harun Hadiwijono, Sari-Seri Sejarah Filsafat Barat I, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), hlm. 7. 5 Harun Nasution, Filsafat Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983), hlm. 9.

Page 4: Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

4

tertentu yang kadang-kadang berbeda dengan peraturan yang telah

ditentukan. Adapun hikmah sebenarnya diungkapkan pada sesuatu yang

agung atau suatu peristiwa yang dahsyat atau berat.

Herodotus mengatakan filsafat adalah perasaan cinta kepada ilmu

kebijaksanaan dengan memperoleh keahlian tentang kebijaksanaan itu6.

Plato mengatakan filsafat adalah kegemaran dan kemauan untuk

mendapatkan pengetahuan yang luhur. Aristoteles (384-322 sm) mengatakan

filsafat adalah ilmu tentang kebenaran. Cicero (106-3 sm.) mengatakan

filsafat adalah pengetahuan terluhur dan keinginan untuk mendapatkannya.

Thomas Hobes (1588-1679 M) salah seorang filosof Inggris

mengemukakan filsafat ialah ilmu pengetahuan yang menerangkan hubungan

hasil dan sebab, atau sebab dan hasilnya dan oleh karena itu terjadi

perubahan. R. Berling mengatakan filsafat adalah pemikiran-pemikiran yang

bebas diilhami oleh rasio mengenai segala sesuatu yang timbul dari

pengalaman-pengalaman.7

Alfred Ayer mengatakan filsafat adalah pencarian akan jawaban atas

sejumlah pertanyaan yang sudah semenjak zaman Yunani dalam hal-hal

pokok. Pertanyaan-pertanyaan mengenai apa yang dapat diketahui dan

bagaimana mengetahuinya, hal-hal apa yang ada dan bagaimana

hubungannya satu sama lain. Selanjutnya mempermasalahkan apa-apa yang

dapat diterima, mencari ukuran-ukuran dan menguji nilai-nilainya apakah

asumsi dari pemikiran itu dan selanjutnya memeriksa apakah hal itu berlaku.

Immanuel Kant (1724-1804 M) salah seorang filosof Jerman

mengatakan filsafat adalah pengetahuan yang menjadi pokok pangkal

pengetahuan yang tercakup di dalamnya empat persoalan, yaitu: Apa yang

dapat diketahui? Jawabnya : Metafisika. Apa yang seharusnya diketahui?

Jawabnya : Etika. Sampai di mana harapan kita ? Jawabnya : Agama. Apa

manusia itu? Jawabnya Antropologi.8 Jujun S Suriasumantri mengatakan

6 Hamzah Ya`qub, Filsafat Agama, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1991), hlm. 3. 7 Gerard Beekman, Filsafat para Foloosf Berfilsafat, diterjemahkan oleh R. A. Rifai dari Filosofie, Filosofen, dan Filosoferen, (Jakarta : Erlangga, 1984), hlm. 14. 8 Ahmad Tafsir, op. cit., hlm. 9.

Page 5: Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

5

bahwa filsafat menelaah segala persoalan yang mungkin dapat dipikirkan

manu-sia.9 Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir, filsafat

mempermasalahkan hal-hal pokok, terjawab suatu persoalan, filsafat mulai

merambah pertanyaan lain.

Ir. Poedjawijatna mengatakan filsafat adalah ilmu yang berusaha

mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan

pikiran belaka. Titus memberikan difinisi bahwa filsafat itu adalah sikap kritis,

terbuka, toleran, mau melihat persoalan tanpa prasangka10.

Kattsoff mengemukakan filsafat, ialah ilmu pengetahuan yang dengan

cahaya kodrati akal budi mencari sebab-sebab yang pertama atau azas-

azas yang tertinggi segala sesuatu. Filsafat dengan kata lain merupakan ilmu

pengetahuan tentang hal-hal pada sebab-sebabnya yang pertama termasuk

dalam ketertiban alam11. Selain itu Liang Gie mengemukan metode yang

berbeda dalam pembahasan ini. Penulis itu meninjau filsafat dan segi pelaku

filsafat sendiri. Menurutnya pelaku filsafat itu terdiri atas beberapa kelompok,

antara lain : pengejek filsafat, peminat filsafat, penghafal filsafat, sarjana

filsafat, pengajar filsafat, dan pemikir filsafat yaitu seorang pemikir dalam

bidang filsafat (filosof). Filosof ialah seorang yang senantiasa memahami

persoalan-persoalan filsafat dan terus menerus melakukan pemikiran

terhadap jawaban-jawaban dari persoalan-persoalan itu dari waktu ke waktu

dan diungkapkan dalam bentuk lisan maupun tulisan.12

Itulah di antara definisi yang dikemukakan oleh filosof. Perbedaan itu

definisi itu menimbulkan kesan bahwa perbedaan itu disebabkan oleh

berbagai factor. Tetapi walaupun telah terjadi berbagai pemikiran dalam

filsafat yang berbentuk umum menjadi berbagai bidang filsafat tertentu,

ternyata ciri khas filsafat itu tidak hilang, yaitu pembahasan bersikap radikal,

sistematis, universal dan bebas.

9 Jujun S Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta : Sinar Harapan, 1995), hlm. 25. 10 Titus (dkk.), Living Issues in Philosophy, (New York: De Vand Nostrand Company), hlm.7. 11 Kattsoff, Louis O, Pengantar Filsafat, terjemahan dari Element of Philosophy, oleh Soejono Soemargono, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992, hlm. 67. 12 Dardiri, op. cit., hlm. 12.

Page 6: Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

6

B. Pengertian Agama

Kata “agama” berasal dari bahasa Sanskrit “a” yang berarti tidak dan

“gam” yang berarti pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun dalam

kehidupan manusia13. Dick Hartoko menyebut agama itu dengan religi, yaitu

ilmu yang meneliti hubungan antara manusia dengan “Yang Kudus” dan

hubungan itu direalisasikan dalam ibadat-ibadat. Kata religi berasal dari

bahasa Latin rele-gere yang berarti mengumpulkan, membaca. Di sisi lain

kata religi berasal dari religare yang berarti mengikat.

Sidi Gazalba mengatakan bahwa yang dimaksud dengan kata relegere

asal kata relgi mengandung makna berhati-hati hati-hati. Sikap berhati-hati ini

disebabkan dalam religi terdapat norma-norma dan aturan yang ketat. Dalam

religi ini orang Roma mempunyai anggapan bahwa manusia harus hati-hati

terhadap Yang kudus dan Yang suci tetapi juga sekalian tabu14.

Selain itu dalam al-Quran terdapat kata din yang menunjukkan

pengertian agama. Kata din dengan akar katanya dal, ya’, dan nun

diungkapkan dalam dua bentuk yaitu din dan dain. Al-Quran menyebut

kata din ada menunjukkan arti agama dan ada menunjukkan hari kiamat,

sedangkan kata dain diartikan dengan utang.

Edgar Sheffield Brightman15 mengatakan bahwa agama adalah suatu

unsur mengenai pengalaman-pengalaman yang dipandang mempunyai nilai

yang tertinggi, pengabdian kepada suatu kekuasaan-kekuasaan yang

dipercayai sebagai sesuatu yang menjadi asal mula, yang menambah dan

melestarikan nilai-nilai, dan sejumlah ungkapan yang sesuai tentang urusan

serta pengabdian tersebut, baik dengan jalan melakukan upacara-upacara

yang simbolis maupun melalui perbuatan-perbuatan yang lain yang bersifat

perseorangan, serta yang bersifat kemasyarakatan.

13 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1979), cet. ke-1, hlm. 9. 14 Sidi Gazalba, Ilmu Filsafat dan Islam tentang Manusia dan Agama , (Jakarta : Bulan Bintang,

1978), hlm. 100. 15 E. S. Brightman dalam A Philosophy of Religion. New York Prentice Hall Inc 1950 halaman 71 sebagaimana dikutip oleh Louis O. Kattsoff dalam Element of Philosophy diterjemahkan Soejono

Soemargono dalam Pengantar Filsafat. Tiara Wacana Jogyakarta 1989 halaman 448.

Page 7: Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

7

Muhammad Abdul Qadir Ahmad mengatakan agama yang diambil dari

pengertian din al-haq ialah sistem hidup yang diterima dan diredai Allah ialah

sistem yang hanya diciptakan Allah sendiri dan atas dasar itu manusia tunduk

dan patuh kepada-Nya. Sistem hidup itu mencakup berba-ai aspek

kehidupan, termasuk akidah, akhlak, ibadah dan amal perbuatan yang

disyari`atkan Allah untuk manusia.16

Harun Nasution mengemukakan delapan definisi untuk agama, yaitu:

1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan

kekuatan gaib yang harus dipatuhi.

2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.

3. Mengikatkan diri kepada suatu bentuk hidup yang mengandung

pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan

yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia.

4. Kepercayaan kepada sesuatu ikatan gaib yang menimbulkan cara hidup

tertentu.

5. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib.

6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini berasal

dari suatu kekuatan gaib.

7. Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan

perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam

sekitar manusia.

8. Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui

seorang Rasul.

Jika disimpulkan, definisi-definisi agama itu menunjuk kepada kuatan

gaib yang ditakuti, disegani oleh manusia, baik oleh kekuasaan maupun

karena sikap pemarah dari yang gaib itu. Dari delapan difinisi di atas dapat

diklasifikasikan bahwa terdapat empat hal penting dalam setiap agama, yaitu:

16 Muhammad Abdul Qadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, terjemahan dari Turuq al-Ta`lim al-Tarbiyah al-Islamiyyah, (Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam, 1984-1985), hlm. 8.

Page 8: Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

8

Pertama, kekuatan gaib, manusia merasa dirinya lemah dan berhajat

pada kekuatan gaib itu sebagai tempat minta tolong. Oleh sebab itu, manusia

merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan gaib tersebut.

Hubungan baik itu dapat diwujudkan dengan mematuhi perintah dan larangan

kekuatan gaib itu.

Kedua keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan

hidup akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan gaib

itu. Dengan hilangnya hubungan baik itu, kesejahteraan dan kebahagiaan,

yang dicari akan hilang pula.

Ketiga respon yang bersifat emosionil dari manusia. Respon itu bisa

berupa rasa takut seperti yang terdapat dalam agama-agama primitif, atau

perasaan cinta seperti yang terdapat dalam agama-agama monoteisme.

Selanjutnya respon mengambil bentuk penyembahan yang terdapat di dalam

agama primitif, atau pemujkaan yang terdapat dalam agama menoteisme.

Lebih lanjut lagi respon itu mengambil bentuk cara hidup tertentu bagi

masyarakat yang bersangkutan.

Keempat paham adanya yang kudus (sacred) dan suci dalam bentuk

kekuatan gaib, dalam bentuk kitab yang mengandung ajaran-ajaran agama

itu dan dalam bentuk tempat-tempat tertentu.17

Setelah diketahui pengertian masing-masing dari agama dan filsafat,

perlu diketahui apa sebenarnya pengertian filsafat agama. Harun Nasution

mengemukakan bahwa filsafat agama adalah berfikir tentang dasar-dasar

agama menurut logika yang bebas. Pemikiran ini terbagi menjadi dua bentuk,

yaitu:

Pertama membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis tanpa

terikat kepada ajaran agama, dan tanpa tujuan untuk menyatakan kebenaran

suatu agama. Kedua membahas dasar-dasar agama secara analitis dan kritis

dengan maksud untuk menyatakan kebenaran suatu ajaran agama atau

sekurang-kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan agama

tidaklah mustahil dan tidak bertentangan dengan logika. Dasar-dasar agama

17 Harun Nasution, Islam Ditinjau, hlm. 11.

Page 9: Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

9

yang dibahas antara lain pengiriman rasul, ketuhanan, roh manusia,

keabadian hidup, hubungan manusia dengan Tuhan, soal kejahatan, dan

hidup sesudah mati dan lain-lain.

C. Persamaan dan Perbedaan Agama Dan Filsafat

Plato (427-348 SM) yang belum sampai kepada meyakini adanya

Tuhan, dan baru berada dalam tingkat mencari sesuatu yang abadi sebagai

pencipta pertama dari alam ini mengatakan bahwa filsafat adalah mencari

hakikat kenebaran yang asli. Sedangkan Aristoteles (382-322 SM) yang lebih

menitikberatkan penyelidikannya kepada pembagian ilmu filsafat

menerangkan bahwa filsafat adalah semacam ilmu pengetahuan yang

mengandung kebenaran mengenai ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,

etika, ekonomi, politik, dan estetika. Selain itu ia juga mengatakan bahwa

filsafat adalah ilmu yang mencari kebenaran pertama, segala yang maujud

dan ilmu tentang segala yang ada yang menunjukkan penggerak pertama.18

Selanjutnya mengarahkan filsafat Islam ke arah persesuaian antasa

filsafat dan agama. Filsafat berlandaskan akal pikiran sedang agama

berrdasarkan wahyu. Logika adalah model filsafat; sedangkan iman, yang

merupakan kepercayaan kepada hakikat-hakikat adalah merupakan jalan

agama.19

Saifullah memberikan ikhtisar dalam bagan yang lebih terperinci

mengenai perbedaan (perbandingan) antara agama dan filsafat.

Table perbandingan antara agama dan filsafat

Agama Filsafat

a. Agama adalah unsur mutlak

dan sumber kebudayaan.

a. Filsafat adalah salah satu unsur

kebudayaan.

18 Abu Bakar Aceh, Sejarah Filsafat Islam, (Sala: Ramadhani, cet. II, 1982), hlm. 8. 19 Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, cet III,

1995), hlm. 10-11.

Page 10: Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

10

b. Agama adalah ciptaan Tuhan.

c. Agama adalah sumber-sumber

asumsi dari filsafat dan ilmu

pengetahuan (science).

d. Agama mendahulukan

kepercayan dari pada

pemikiran.

e. Agama mempercayai akan

adanya kebenaran dan

khayalan dogma-dogma

agama.

b. Filsafat adalah hasil spekulasi

manusia

c. Filsafat menguji asumsi-asumsi

science, dan science mulai dari

asumsi tertentu.

d. Filsafat mempercayakan

sepenuhnya kekuatan daya

pemikiran (rasionalitas).

e. Filsafat tidak mengakui dogma-

dogma agama sebagai kenyataan

tentang kebenaran.

Dengan demikian terlihat bahwa peran agama dalam meluruskan filsafat

yang spekulatif terhadap kebenaran mutlak yang terdapat dalam agama.

Sedangkan peran filsafat terhadap agama adalah membantu keyakinan manusia

terhadap kebenaran mutlak itu dengan pemikiran yang kritis dan logis.20

Berdasarkan referensi yang ada, perbedaan antara agama dan filsafat

dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Obyek material (lapangan)

Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang

ada (realita).

Agama dipraktekkan oleh orang yang beriman

2. Obyek formal (sudut pandangan)

Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian

dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan

mendasar.

Agama memberikan kejelasan tentang fenomena yang terjadi

20 A. Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), hlm

127.

Page 11: Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

11

3. Cara mendapatkan sesuatu

Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang

menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, kegunaan

filsafat timbul dari nilainnya

Agama dilakukan dengan melihat sumber-sumber hukum agama

yang terkait yang sudah dipastikan kebenarannya karena

bersumber dari Tuhan.

4. Isi yang dimuat

Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam

berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari

Agama, memperjelas tentang semua yang terjadi di alam ini

bahwa semua itu adalah kehendak Tuhan yang sudah digariskan

oleh Tuhan

5. Hal yang ditunjukan

Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan

mendalam sampai mendasar (primary cause)

Agama memberikan kejelasan tentang semua yang terjadi

6. Sumber

Filsafat bersumber pada kekuatan akal

Agama bersumber pada wahyu.

7. Sebab terjadinya

Filsafat didahului oleh keraguan

Agama diawali oleh keyakinan dan keimanan

8. Metode Pencapaian Kebenaran

Filsafat dengan wataknya sendiri yang menghampiri kebenaran,

baik tentang alam maupun tentang manusia (yang belum atau

tidak dapat dijawab oleh ilmu, karena diluar atau di atas batas

jangkauannya), ataupun tentang tuhan.

Page 12: Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

12

Agama dengan karakteristiknya memberikan jawaban atas segala

persoalan asasi yang dipertanyakan manusia ataupun tentang

tuhan.21

Filsafat dan agama mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh

kebenaran. Walaupun dalam mencari kebenaran tersebut baik filsafat maupun

agama mempunyai caranya sendiri-sendiri. Filsafat dengan wataknya

menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia yang tidak dapat

dijawab oleh ilmu. Sedangkan agama dengan kepribadiannya memberikan

persoalan atas segala persoalan yang dipertanyakan manusia, baik tentang

alam, manusia maupun tentang Tuhan.22

Al-Kindi lebih lanjut mengatakan bahwa filsafat dan agama sama-sama

tidak bisa bertentangan, oleh karena filsafat dan agama sama-sama membawa

informasi tentang kebenaran. Persamaan antara keduanya terlihat pula pada

pemakaian akal. Filsafat mempergunakan akal, dan agama di samping berdasar

pada wahyu juga mempergunakan akal. Selanjutnya filsafat berusaha membahas

kebenaran pertama (al-haqq al-awwal) dan agama juga membahas tentang hal

itu. dikatakan pula bahwa filsafat yang paling tinggi adalah filsafat yang

membahas al-haqq al-awwal itu, dan dalam Islam membahas soal Tuhan sangat

diwajibkan.23

21 http://ceritabersama-tati.blogspot.com/2012/12/persamaan-dan-perbedaan-antara-

fi lsafat.html 22 ibid, hlm. 128. 23 Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, cet. II, 1978),

hlm. 15-16.

Page 13: Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

13

KESIMPULAN

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki fakta-fakta, prinsip-

prinsip hakikat yang sebenarnya, yang didalamnya terkandung ilmu-ilmu

metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik dan estetika.

Agama adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga

disebut dengan nama dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan

kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut.

Filsafat dan agama mempunyai persamaan, diantaranya :

1. Bertujuan sekurang-kurangnya berusaha berurusan dengan hal yang

sama, yaitu kebenaran.

2. Mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-

lengkapnya sampai ke-akar-akarnya.

3. Memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada

antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan

sebab-akibatnya.

4. Memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan.

5. Mempunyai metode dan sistem.

6. Memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari

hasrat manusia (obyektivitas), akan pengetahuan yang lebih

mendasar.

Di sisi lain, agama dan filsafat juga mempunya perbedaan. Perbedaan

tersebut didasarkan pada obyek material (lapangan), obyek formal (sudut

pandangan), cara mendapatkan sesuatu, isi yang dimuat, hal yang ditunjukan,

sumber, sebab terjadinya, dan ,etode pencapaian kebenaran masing-masing

aspek.

Page 14: Filsafat dan Agama (Persamaan dan Perbedaannya)

14

DAFTAR PUSTAKA

Tafsir, Ahmad, 1994, Filsafat Umum, Akal dan Hati sejak Thales sampai

James, Bandung: Rosdakarya.

H.A. Dardiri, 1986, Humaniora, Filsafat dan Logika, Jakarta : Rajawali

Press.

Nasution, Harun, 1973, Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang.

Hadiwijono, Harun, 1991, Sari-Seri Sejarah Filsafat Barat I, Yogyakarta:

Kanisius.

Nasution, Harun, 1983, Filsafat Agama, Jakarta: Bulan Bintang.

Ya`qub, Hamzah, 1991, Filsafat Agama, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Gazalba, Sidi, 1978, Ilmu Filsafat dan Islam tentang Manusia dan

Agama, Jakarta : Bulan Bintang

Nata, Abuddin, 1995, Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Harun Nasution, 1978, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta:

Bulan Bintang.

http://ceritabersama-tati.blogspot.com/2012/12/persamaan-dan-

perbedaan-antara-filsafat.html