Film Statement

3
MED2FREAK Production Tahap pertama : PREPARATION (penentuan tema film dan segala macam proses persiapan) Tahap Kedua : PRODUCTION ( take semua adegan film) Tahap ketiga : FINISHING (pemilihan backsound,editing,n fix) Film Statement Kami akan membuat film cerita “based on true story” tentang seorang penderita stroke yang menjalani fisioterapi dan mendapatkan perbaikan fungsi motorik yang berpengaruh terhadap kemandirian individu. pembuatan film ini bertujuan untuk memotivasi penderita stroke di lingkungan sekitar untuk menjalani fisioterapi di puskesmas dimana motivasi untuk menjalani fisioterapi masih rendah padahal fisioterapi di puskesmas lebih murah, jarak tempuh lebih dekat, dan hasilnya tidak berbeda dari fisioterapi di rumah sakit. Garis besar film “based on true story” perjalanan terjadinya stroke n rehabilitasi melalui fisioterapi mbah Adi Pawiro.dengan lakon yang berbeda (ilustrasi) dan lebih ditekankan bahwa fisioterapi sangat bermanfaat untuk meminimalkan kecacatan pada pasien stroke n membantu kemandirian sehari-hari. + 10 menit Iklan-iklan -komparatif antara fiioterapi puskesmas n -Gejala stroke -Fisioterapi pada layanan kesehatan -edukasi Life style pada hipertensi dan DM @ 15-60 detik SKENARIO Cerita kan skenario film dari A-Z. Naskah Film beserta adegan Talent Shot list Kebutuhan Talent 1. Penderita stroke ( 2 orang)

Transcript of Film Statement

MED2FREAK Production

Tahap pertama: PREPARATION (penentuan tema film dan segala macam proses persiapan)

Tahap Kedua: PRODUCTION ( take semua adegan film)

Tahap ketiga: FINISHING (pemilihan backsound,editing,n fix)

Film StatementKami akan membuat film cerita based on true story tentang seorang penderita stroke yang menjalani fisioterapi dan mendapatkan perbaikan fungsi motorik yang berpengaruh terhadap kemandirian individu. pembuatan film ini bertujuan untuk memotivasi penderita stroke di lingkungan sekitar untuk menjalani fisioterapi di puskesmas dimana motivasi untuk menjalani fisioterapi masih rendah padahal fisioterapi di puskesmas lebih murah, jarak tempuh lebih dekat, dan hasilnya tidak berbeda dari fisioterapi di rumah sakit. Garis besar film

based on true story perjalanan terjadinya stroke n rehabilitasi melalui fisioterapi mbah Adi Pawiro.dengan lakon yang berbeda (ilustrasi) dan lebih ditekankan bahwa fisioterapi sangat bermanfaat untuk meminimalkan kecacatan pada pasien stroke n membantu kemandirian sehari-hari.

+ 10 menit

Iklan-iklan

-komparatif antara fiioterapi puskesmas n

-Gejala stroke

-Fisioterapi pada layanan kesehatan

-edukasi Life style pada hipertensi dan DM

@ 15-60 detik

SKENARIOCerita kan skenario film dari A-Z.

Naskah Film beserta adegan Talent

Shot list

Kebutuhan Talent

1. Penderita stroke ( 2 orang)

2. Keluarga penderita stroke (+ 4 orang)

3. Tetangga sekitar ( + 2 orang)

4. Dokter yang melakukan fisioterapi ( pegawai puskesmas/dokter FKIK UMY)

Figuran :

1. Orang2 dengan gejala stroke yang diambil di beberapa tempat (pembuka)2. Pemeran2 iklan (untuk iklannya)

3. Orang2 yang bersliweran di puskesmas Setting dan perlengkapan

1. 1 atau 2 rumah bertetangga

2. Halaman/jalan/gang untuk penempatan mobil

3. Ruang fisioterapi (minihospital/skillab/puskesmas)

4. Make-up n wardrobe

5. Mobil dll Alat pengambilan gambar dll :

1. Handycam

2. Kamera

3. Kamera digital kalau perlu

4. Tripod

5. Rahmat Tuhan yang paling berharga (sinar matahari terbaik jam 7-9 pagi)

Based on the true strory mbah Adi PawiroPada mulanya, mbah pawiro gejalanya tidak ada pusing-pusing. Hanya mata blaur terus menerus, karena ga ada pusing maka dianggap biasa aja. Pada akhirnya,,mbah wiro jatuh dan anaknya terkejut sehingga membawanya ke RS. Gejala stroke mulai muncul dn harus dirawat selama 9 hari. Setelah ntu mereka pulang dan ada informasi bahwa bisa fisioterapi di puskesmas dengan harga murah ddan jarak dekat bisa meminimalkan kecacatan dan membantu kemandirian pada mbah wiro. Walaupun anaknya mbah wiro ga punya duit,ga ada kendaraan..mereka mencoba untuk mencari solusi kemanapun dimanapun supaya mbah wiro bisa menjalani fisioterapi di puskesmas. Pada awalnya mbah wiro harus dibopong ke puskesmas,seiring berjalannya waktu dan terus mengikuti fisioterapi mbah wiro bertahap bisa berjalan tertatih dengan alat bantu dari bambu yang dibuatkan oleh pak dahyono. Akhirnya setelah 10 x fisioterapi, mbah wiro bisa berjalan dengan dipapah. Itu merupakan kemajuan yang sangat pesat.

Meskipun mereka dari keluarga tidak mampu, menurut mereka semua hal itu sangat penting sehingga berbagai hambatan tidak menjadikan menyerah untuk menjalani fisioterapi. Pihak puskesmas juga memberikan dukungan,yaitu lebih dekat lebih murah dan hasilnya sama dengan fisioterapi di rumah sakit.