file (3)

1
RP 11: Etika dan Hukum dalam Perkembangan Teknologi Komunikasi Contributed by Amanda Noviandhi Tuesday, 07 December 2010 Last Updated Monday, 20 December 2010 Peranan teknologi komunikasi yang semakin mendominasi dalam kehidupan manusia menjadikan hal ini sebagai salah satu kebutuhan utama yang tidak mungkin dapat dilepaskan begitu saja. Pemanfaatan teknologi sebagai media komunikasi semakin hari semakin tinggi, baik dari frekuensi maupun akses yang dimiliki orang-orang. Mudah bagi seseorang untuk mengakses informasi apapun, kapanpun, dimanapun. Selain membawa banyak kemudahan dan keuntungan, tentunya perkembangan semacam ini pun menimpulkan efek yang merugikan dan menimbulkan berbagai isu. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, perkembangan teknologi komunikasi turut menimbulkan banyak isu pada berbagai aspek, seperti di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Selain keempat aspek tersebut, perkembangan teknologi komunikasi turut memunculkan isu dalam hal etika dan hukum. Hal ini mendorong terciptanya sebuah aturan ataupun kebijakan perundangan-undangan yang mengatur secara spesifik hal-hal terkait dengan penggunaan teknologi komunikasi dalam kaitannya dengan etika dan hukum, agar penggunaan media tidak disalahgunakan oleh penggunanya dan mencegah terjadinya pelanggaran terhadap kepentingan pihak lain sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal sesuai dengan tujuan awalnya. Beberapa permasalahan yang paling fundamental terkait dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi ini, yaitu kebebasan berpendapat, privacy, dan kekayaan intelektual atau hak cipta. Kebebasan berpendapat pernah menjadi masalah yang sangat besar di masa lalu, akibat kekuasaan absolute dari pemerintah yang secara langsung mengontrol apa yang boleh dan tidak boleh ditulis di media, sehingga kebebasan pers untuk menyebarkan sebuah informasi perlu diperjuangkan secara keras. The First Amendment merupakan pernyataan pertama yang menyuarakan kebebasan berpendapat di Amerika Serikat dengan mengangkat pentingnya freedom of speech, di mana setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat, aspirasi, maupun informasi, terutama media, tanpa adanya campur tangan pemerintah. Akan tetapi, tetap ada batas bagi kebebasan tersebut untuk menjamin tidak ada pihak yang dapat dirugikan serta untuk menjaga keamanan serta kestabilan Negara dari informasi yang beredar, sehingga dibuatlah Limitations of First Amendments, yang mencakup pembatasan akan hal-hal berbau seksualitas, kekerasan, pemberitaan krusial, dan lain- lain. First Amendments menjadi batu loncatan bagi perkembangan pers sehingga saat ini kita dapat menikmati berbagai perkembangan informasi, termasuk memiliki hak bersuara di bidang politik. The First Amendment terus digodok dan disesuaikan sehingga muncullah The Fourth Amendment yang membahas makna luas kebebasan media sebagai kebebasan yang bertanggung jawab dengan tidak merugikan orang lain. The Fourth Amendment mulai memperhatikan masalah hak privasi, hak paten, dan hak atas kekayaan intelektual, yang menjadi isu berikutnya yang akan dibahas. Perkembangan media sosial di internet semakin memperuncing masalah privasi. Di media jejaring sosial, tidak jarang seseorang mempublikasikan data-data dan informasi pribadi mengenai dirinya yang dapat diakses oleh semua orang sehingga dapat disalahgunakan dan dapat merugikan diri mereka sendiri. Sudah banyak kasus yang terjadi akibat kelalaian seseorang dalam menjaga privasi mereka di dunia maya, dari mulai kasus pelecehan, penculikan, hingga penipuan, dan perampokan. Derasnya peredaran arus informasi semakin memaksa adanya perlingdungan mengenai hak privasi. Dalam hukum Indonesia pasal 28 ayat 1 UUD 1945 perubahan II mengatur mengenai masalah ini. Hak privasi juga dituliskan pada pasal 1372 KUH Perdata. Banyak situs ataupun program yang memanfaatkan koneksi internet yang memberikan layanan shared data, di mana pengguna dapat mengunduh maupun meng-upload data yang dapat diakses oleh jutaan pengguna lainnya di berbagai belahan dunia. Aktivitas ini seringkali menyalahi hak cipta, karena biasanya data-data yang dimasukkan merupakan data yang sebenarnya dilindungi oleh hak cipta, di mana orang yang ingin mendapatkannya seharusnya membayar sejumlah uang kepada penciptanya, seperti music, video, ataupun dokumen dan program tertentu. Pengunduhan tanpa ijin bisa dibilang sebagai kegiatan ‘mencuri’ kekayaan intelektual. Kerugian yang dialami oleh orang yang kekayaan intelektualnya dicuri sangatlah besar. Akan tetapi, hal ini masih kurang dapat dikontrol hingga sekarang, terbukti dengan data yang menyebutkan pengunduhan lagu bajakan di seluruh dunia mencapai puluhan juta setiap detiknya. Selain masalah hak cipta, isu lainnya adalah mengenai plagiarisme. Dengan kemudahan yang diberikan oleh jaringan internet, sangat mudah bagi seseorang untuk mengakses berbagai jenis informasi dan cukup dengan menekan beberapa tombol, informasi yang didapatkan tadi langsung dapat tersalin dan diakui sebagai karya sendiri. Tindakan yang dianggap sebagai plagiarisme adalah ketika seseorang melakukan penggandaan dokumen, mengutip karya atau mengambil serta mengunduhnya tanpa izin dari pemiliknya secara resmi, tanpa mencantumkan sumber yang sebenarnya. Kebanyakan orang tidak peduli dengan etis atau tidaknya mengakui hasil karya orang sebagai hasil karya sendiri, atau apakah tindakannya memiliki implikasi hukum tertentu, sehingga tindakan ini banyak dilakukan, terutama oleh mahasiswa, ataupun siswa, bahkan seorang dosen di universitas ternama Indonesia pernah tertangkap basah melakukan praktik plagiarisme. Berbagai isu tersebut akan selalu muncul, baik diatur dalam hukum maupun tidak. Pentingnya etika media sebagai batasan moral dalam pemanfaatan media dan informasi yang beredar di dalamnya sangat menentukan nilai-nilai yang tertanam dalam diri setiap orang. Sebagai seseorang yang terpelajar dan berpendidikan alangkah baiknya jika kita menanamkan etika dalam penggunaan media sebagai salah satu bentuk penghormatan terhadap diri kita sendiri, misalnya dengan senantiasa menjaga diri dari segala bentuk plagiarisme atau pelanggaran privasi seseorang. Referensi: Straubhaar, Joseph& LaRose, Robert (2004). Media Now: Communication Media in The Information Age, Belmont, CA: Wadsworth Welcome to Waena http://www.waena.org Powered by Joomla! Generated: 9 September, 2011, 21:37

description

dfaaf

Transcript of file (3)

  • RP 11: Etika dan Hukum dalam Perkembangan Teknologi Komunikasi Contributed by Amanda NoviandhiTuesday, 07 December 2010Last Updated Monday, 20 December 2010

    Peranan teknologi komunikasi yang semakin mendominasi dalam kehidupan manusia menjadikan hal ini sebagaisalah satu kebutuhan utama yang tidak mungkin dapat dilepaskan begitu saja. Pemanfaatan teknologi sebagai mediakomunikasi semakin hari semakin tinggi, baik dari frekuensi maupun akses yang dimiliki orang-orang. Mudah bagiseseorang untuk mengakses informasi apapun, kapanpun, dimanapun. Selain membawa banyak kemudahan dankeuntungan, tentunya perkembangan semacam ini pun menimpulkan efek yang merugikan dan menimbulkan berbagaiisu. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, perkembangan teknologi komunikasi turut menimbulkan banyak isu padaberbagai aspek, seperti di bidang politik, ekonomi, sosial dan budaya. Selain keempat aspek tersebut, perkembanganteknologi komunikasi turut memunculkan isu dalam hal etika dan hukum. Hal ini mendorong terciptanya sebuah aturan ataupun kebijakan perundangan-undangan yang mengatur secaraspesifik hal-hal terkait dengan penggunaan teknologi komunikasi dalam kaitannya dengan etika dan hukum, agarpenggunaan media tidak disalahgunakan oleh penggunanya dan mencegah terjadinya pelanggaran terhadapkepentingan pihak lain sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal sesuai dengan tujuan awalnya. Beberapapermasalahan yang paling fundamental terkait dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi ini, yaitukebebasan berpendapat, privacy, dan kekayaan intelektual atau hak cipta. Kebebasan berpendapat pernah menjadimasalah yang sangat besar di masa lalu, akibat kekuasaan absolute dari pemerintah yang secara langsung mengontrolapa yang boleh dan tidak boleh ditulis di media, sehingga kebebasan pers untuk menyebarkan sebuah informasi perludiperjuangkan secara keras. The First Amendment merupakan pernyataan pertama yang menyuarakan kebebasanberpendapat di Amerika Serikat dengan mengangkat pentingnya freedom of speech, di mana setiap orang berhak untukmenyampaikan pendapat, aspirasi, maupun informasi, terutama media, tanpa adanya campur tangan pemerintah. Akantetapi, tetap ada batas bagi kebebasan tersebut untuk menjamin tidak ada pihak yang dapat dirugikan serta untukmenjaga keamanan serta kestabilan Negara dari informasi yang beredar, sehingga dibuatlah Limitations of FirstAmendments, yang mencakup pembatasan akan hal-hal berbau seksualitas, kekerasan, pemberitaan krusial, dan lain-lain. First Amendments menjadi batu loncatan bagi perkembangan pers sehingga saat ini kita dapat menikmati berbagaiperkembangan informasi, termasuk memiliki hak bersuara di bidang politik. The First Amendment terus digodok dandisesuaikan sehingga muncullah The Fourth Amendment yang membahas makna luas kebebasan media sebagaikebebasan yang bertanggung jawab dengan tidak merugikan orang lain. The Fourth Amendment mulai memperhatikanmasalah hak privasi, hak paten, dan hak atas kekayaan intelektual, yang menjadi isu berikutnya yang akan dibahas. Perkembangan media sosial di internet semakin memperuncing masalah privasi. Di media jejaring sosial, tidak jarangseseorang mempublikasikan data-data dan informasi pribadi mengenai dirinya yang dapat diakses oleh semua orangsehingga dapat disalahgunakan dan dapat merugikan diri mereka sendiri. Sudah banyak kasus yang terjadi akibatkelalaian seseorang dalam menjaga privasi mereka di dunia maya, dari mulai kasus pelecehan, penculikan, hinggapenipuan, dan perampokan. Derasnya peredaran arus informasi semakin memaksa adanya perlingdungan mengenaihak privasi. Dalam hukum Indonesia pasal 28 ayat 1 UUD 1945 perubahan II mengatur mengenai masalah ini. Hakprivasi juga dituliskan pada pasal 1372 KUH Perdata. Banyak situs ataupun program yang memanfaatkan koneksiinternet yang memberikan layanan shared data, di mana pengguna dapat mengunduh maupun meng-upload data yangdapat diakses oleh jutaan pengguna lainnya di berbagai belahan dunia. Aktivitas ini seringkali menyalahi hak cipta,karena biasanya data-data yang dimasukkan merupakan data yang sebenarnya dilindungi oleh hak cipta, di mana orangyang ingin mendapatkannya seharusnya membayar sejumlah uang kepada penciptanya, seperti music, video, ataupundokumen dan program tertentu. Pengunduhan tanpa ijin bisa dibilang sebagai kegiatan mencurikekayaan intelektual. Kerugian yang dialami oleh orang yang kekayaan intelektualnya dicuri sangatlah besar. Akantetapi, hal ini masih kurang dapat dikontrol hingga sekarang, terbukti dengan data yang menyebutkan pengunduhan lagubajakan di seluruh dunia mencapai puluhan juta setiap detiknya. Selain masalah hak cipta, isu lainnya adalahmengenai plagiarisme. Dengan kemudahan yang diberikan oleh jaringan internet, sangat mudah bagi seseorang untukmengakses berbagai jenis informasi dan cukup dengan menekan beberapa tombol, informasi yang didapatkan tadilangsung dapat tersalin dan diakui sebagai karya sendiri. Tindakan yang dianggap sebagai plagiarisme adalah ketikaseseorang melakukan penggandaan dokumen, mengutip karya atau mengambil serta mengunduhnya tanpa izin daripemiliknya secara resmi, tanpa mencantumkan sumber yang sebenarnya. Kebanyakan orang tidak peduli dengan etisatau tidaknya mengakui hasil karya orang sebagai hasil karya sendiri, atau apakah tindakannya memiliki implikasi hukumtertentu, sehingga tindakan ini banyak dilakukan, terutama oleh mahasiswa, ataupun siswa, bahkan seorang dosen diuniversitas ternama Indonesia pernah tertangkap basah melakukan praktik plagiarisme. Berbagai isu tersebut akanselalu muncul, baik diatur dalam hukum maupun tidak. Pentingnya etika media sebagai batasan moral dalampemanfaatan media dan informasi yang beredar di dalamnya sangat menentukan nilai-nilai yang tertanam dalam dirisetiap orang. Sebagai seseorang yang terpelajar dan berpendidikan alangkah baiknya jika kita menanamkan etika dalampenggunaan media sebagai salah satu bentuk penghormatan terhadap diri kita sendiri, misalnya dengan senantiasamenjaga diri dari segala bentuk plagiarisme atau pelanggaran privasi seseorang. Referensi: Straubhaar, Joseph&LaRose, Robert (2004). Media Now: Communication Media in The Information Age, Belmont, CA: Wadsworth

    Welcome to Waena

    http://www.waena.org Powered by Joomla! Generated: 9 September, 2011, 21:37