FIKOSIANIN_Anastasya_13700084_B2_UnikaSoegijapranata
description
Transcript of FIKOSIANIN_Anastasya_13700084_B2_UnikaSoegijapranata
Acara III
FIKOSIANIN: PEWARNA ALAMI DARI “BLUE GREEN MICROALGAE”
SPIRULINA
LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI HASIL LAUT
Disusun Oleh:
Nama : Anastasya Gumelar
NIM : 13.70.0084
Kelompok : B2
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG
2015
1. MATERI DAN METODE
1.1. Materi
1.1.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sentrifuge, pengaduk/stirrer,
oven, dan plate stirrer.
1.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah biomasa Spirulina basah, aquades,
dan dekstrin.
1.2. Metode
1
8 gram biomasa Spirulina dimasukkan dalam Erlenmeyer
Dilarutkan dalam aquades (biomasa : aquades = 1 : 10)
Diaduk dengan stirrer selama ± 2 jam
2
Disentrifugasi 5000 rpm selama 10 menit hingga diperoleh endapan dan supernatan
Supernatan diencerkan dan divortex hingga pengenceran 10-2
Diukur kadar fikosianinnya dengan panjang gelombang 615 nm dan 652 nm
8 ml supernatan ditambah dekstrin (supernatan : dekstrin = 1 : 1)
3
Dicampur rata dan dituang ke wadah
Dioven pada suhu 45ºC hingga kadar air ± 7%
Diperoleh adonan kering yang gempal
Dihancurkan dengan alat penumbuk hingga berbentuk powder
2. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan mengenai OD, Konsentrasi Fikosianin (KF), Yield dan Warna pada
praktikum fikosianin ini dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pengukuran OD, Konsentrasi Fikosianin (KF), Yield, danWarna Fikosianin
KelBerat
Biomassa (gram)
Jumlah Akuades
(ml)
Total Filtrat (ml)
OD 615 OD 652KF
(mg/ml)Yield (mg/g)
Warna
Sebelum di oven
Setelah dioven
B1 8 80 56 0,1521 0,1094 1,877 13,139 + +B2 8 80 56 0,1481 0,1094 1,800 12,600 ++ ++B3 8 80 56 0,1393 0,1732 1,071 7,497 + +B4 8 80 56 0,1676 0,1749 1,586 11,103 + +B5 8 80 56 0,1217 0,1743 0,732 5,124 + +
Keterangan :Warna+ = biru sangat tua++ = biru tua+++ = biru muda++++ = biru sangat muda
Berdasarkan Tabel 1, diketahui berat biomassa kering sebanyak 8 gram dan jumlah
aquades yang ditambahkan sebanyak 100 ml serta total filtrat yang diperoleh sebanyak
56 ml untuk setiap kelompok. Nilai OD652 pada kelompok B1 dan B2 lebih rendah jika
dibandingkan nilai OD615, sedangkan pada kelompok B3 hingga B5 nilai OD652 lebih
tinggi dibanding nilai OD615. Konsentrasi fikosianin yang dihasilkan dan yield yang
dihasilkan untuk keenam kelompok berbeda-beda dengan kelompok B1 memiliki hasil
yang paling tinggi yaitu sebesar 1,877 mg/ml dan 13,139 mg/g berturut-turut, dan yang
paling rendah dihasilkan oleh kelompok B5 yaitu sebesar 0,732 mg/ml dan 5,124 mg/g
berturut-turut. Sedangkan untuk pengamatan warna, fikosianin yang telah mengalami
pemanasan menggunakan oven memiliki intensitas warna biru yang sama jika
dibandingkan dengan sebelum dioven pada semua kelompok.
5
3. PEMBAHASAN
Pada praktikum kloter B ini, dilakukan proses pembuatan pewarna serbuk alami yang
diperoleh dari pigmen fikosianin yang diisolasi dari Sprilunia sp., dengan warna
dominan biru alami. Steinkraus (1983) menyatakan, warna merupakan salah satu
indikator mutu yang dipertimbangkan dalam produksi produk pangan. Warna menjadi
indikator yang sangat penting karena warna akan mempengaruhi penampilan dari suatu
produk pangan, dimana penampilan keseluruhan dari produk merupakan salah satu
faktor yang menjadi bahan pertimbangan konsumen dalam membeli produk pangan
disamping faktor-faktor penting lainnya. Karena itu untuk memperoleh suatu produk
pangan dengan warna yang menarik biasanya industri pangan akan menggunakan
pewarna alami ataupun sintetis dalam produk pangan. Pada umumnya zat warna sintetis
lebih sering digunakan oleh industri pangan disamping harganya yang relatif lebih
murah, pewarna sintetis mudah didapat dan stabilitas lebih tinggi serta tahan lama
selama penyimpanan, namun memiliki tingkat keamanan pangan yang lebih rendah.
Pengunaan zat warna alami jauh lebih aman dibandingkan dengan penggunaan pewarna
sintetis. Maka itu salah satu tujuan dalam praktikum ini adalah untuk menghasilkan zat
warna biru alami (fikosianin) dari Spirulina sp. Yang nantinya dapat diaplikasikan ke
dalam bahan/produk pangan (Song, 2013).
Seperti yang dikatakan Moraes (2011), mikroalga laut mempunyai potensi dalam
menghasilkan senyawa-senyawa aktif yang dapat dimanfaatkan dalam bidang pangan
masa kini. Senyawa-senyawa aktif tersebut antara lain pigmen, asam lemak, klorofil,
dan lain-lain. Salah satu spesies alga yang mampu menghasilkan warna yaitu Spirulina
sp. yang menghasilkan pigmen fikosianin alami berwarna biru. Pigmen warna ini
memiliki sifat yang larut dalam pelarut polar seperti air hal ini sesuai dengan apa yang
dinyatakan oleh Spolaore et al. (2006).
Spirulina merupakan organisme yang termasuk dalam golongan alga hijau biru atau
yang sering disebut dengan blue green algae. Jika spirulina berada pada koloni besar
maka akan menghasilkan warna hijau tua atau biru kehijauan (agak gelap) dikarenakan
keberadaan klorofil yang tinggi (Tietze, 2004). Pada praktikum ini terlihat Spirulina
6
7
tersebut berwarna hijau pekat sebelum dilakukan sentrifugasi sehingga dapat dikatakan
bahwa Spirulina tersebut mengandung pigmen klorofil dan membentuk koloni.
Richmond (1988) menambahkan, Spirulina merupakan salah satu jenis alga mesofilik,
yang artinya akan tumbuh secara maksimal pada suhu 35-40 °C.
Dalam praktikum ini langkah awal yang dilakukan adalah biomassa spirulina sebanyak
8 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan dilarutkan dengan aquades sebanyak 100
ml lalu diaduk dengan stirrer selama ± 2 jam. Pengadukan ini bertujuan untuk
mengekstrak fikosianin yang terkandung dalam Spirulina. Syah et al. (2005)
menyatakan, aquades merupakan pelarut yang bersifat polar yangh dapat melarutkan
fikosianin karena fikosianin merupakan salah satu pigmen yang bersifat larut dalam air.
Pengadukakan dengan stirrer bertujuan supaya terjadi homogenisasi Spirulina dengan
aquades sehingga mengoptimalkan ekstraksi pigmen fikosianin. Hal ini didukung oleh
Silveira et al. (2007), langkah awal yang digunakan selama praktikum untuk
mengekstrak fikosianin menggunakan aquades sudah tepat dan sesuai dengan teori yang
ada.
Kemudian dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm selama 10 menit lalu
supernatan yang dihasilkan diambil. Sentrifugasi ini bertujuan untuk memisahkan
endapan dan supernatan dari larutan, dimana supernatan pada tahap ini merupakan
cairan yang mengandung fikosianin. Dan juga menurut Silveira et al. (2007), proses
sentrifugasi juga berfungsi untuk memisahkan fase padatan dan fase cair dari fikosianin
yang telah terekstrak, sehingga nantinya saat proses pengukuran absorbansi
menggunakan spektrofotometer tidak akan terganggu oleh keberadaan padatan
pengotor. Supernatan lalu diukur kadar fikosianinnya dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 615 nm dan 652 nm. Kadar fikosianin dapat diketahui dari nilai
absorbansi yang terbaca oleh spektrofotometer (Kumar, 2014). Panjang gelombang
yang digunakan pada tahap spektrofotometri ini sudah sesuai dengan teori yang
dinyatakan oleh Silviera et al. (2007), dimana dalam analisa fikosianin, penentuan kadar
fikosianin dapat dilakukan dengan cara spektrofotometri absorbansi dengan panjang
gelombang 615 nm dan 652 nm. Selanjutnya sebanyak 8 ml supernatan diambil dan
dicampur dengan dekstrin sebanyak 10 gram hingga rata kemudian dituang dan
8
diratakan di loyang kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 45oC hingga benar-
benar kering, setelah itu dihancurkan dengan penumbuk hingga menjadi bentuk serbuk.
Parameter yang diamati adalah warna sebelum dan sesudah proses pengeringan dengan
oven. Menurut Murtala (1999), tujuan ditambahkannya dekstrin ke dalam supernatan
adalah untuk mempercepat proses pengeringan dan juga mencegah kerusakan yang
dapat terjadi akibat panas, selain itu juga untuk melapisi komponen flavor yang
dihasilkan serta meningkatkan total padatan dan untuk memaksimalkan volume
fikosianin yang dihasilkan pada tahap akhir.
Menurut pernyataan Suparti (2000), dekstrin adalah polisakarida yang diperoleh dari
proses hidrolisa pati yang diatur oleh enzim tertentu atau dengan cara hidrolisis asam.
Dekstrin memiliki penampakan warna putih hingga kuning dengan sifat mudah larut
dalam air, mudah terdispersi, tidak kental serta stabiliasinya lebih baik jika
dibandingkan dengan pati. Pada umumnya dekstrin dapat meningkatkan berat produk
apabila produk tersebut dalam bentuk serbuk. Struktur molekul dekstrin ini berbentuk
spiral, sehingga dekstrin memiliki kemampuan untuk memerangkap molekul-molekul
flavor (Arief, 1987). Ditambahkan juga oleh Suparti (2000), bahwa dekstrin dapat
mengurangi penguapan komponen selama proses pengolahan.
Temperatur pengeringan dengan metode pengovenan yang digunakan adalah 45oC, hal
ini sesuai dengan pernyataan Metting dan Pyne (1986), jika suhu pengeringan fikosianin
dilakukan pada suhu diatas 60oC maka akan menyebabkan terjadinya degradasi
fikosianin dan dapat memacu reaksi maillard. Sedangkan pengeringan dengan matahari
langsung sangat tidak direkomendasikan, sebab akan menimbulkan aroma yang tidak
diinginkan dan dapat meningkatkan kontaminasi bakteri pada produk yang dihasilkan.
Berdasarkan teori, maka pengeringan yang dilakukan selama praktikum sudah tepat
yaitu tidak menggunakan energi matahari secara langsung melainkan menggunakan
oven dengan suhu yang diatur di bawah suhu 60oC agar tidak terjadi penurunan kualitas
fikosianin.
9
Pada hasil yang diperoleh dapat dilihat konsentrasi fikosianin, yield serta perubahan
warna sebelum dan setelah dilakukan pengeringan dengan oven. Nilai konsentrasi
fikosianin dihitung dengan rumus:
Konsentrasi fikosianin (KF) = OD615−0,474 (OD652)
5,34
Pada hasil pengamatan dapat dilihat, meskipun seluruh kelompok melakukan perlakuan
yang sama, tetapi nilai OD yang dihasilkan berbeda-beda. Dan juga untuk nilai KF dan
yield pada setiap kelompok menghasilkan hasil perhitungan yang berbeda. Menurut
teori Fox (1991), nilai OD (optical density) dipengaruhi dari konsentrasi serta
kejernihan larutan. Semakin keruh suatu larutan maka nilai OD juga akan semakin
tinggi.
Sedangkan nilai yield didapatkan dengan rumus ini:
Yield = KF × Vol(total filtrat )gram(berat biomassa )
Dari rumus tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai yield seharusnya berbanding lurus
dengan konsentrasi fikosianin yang dihasilkan. Sehingga semakin tinggi konsentrasi
fikosianin yang dihasilkan maka yield yang dihasilkan semakin tinggi pula, begitu juga
sebaliknya. Pada hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa seluruh kelompok mendapatkan
konsentrasi fikosianin serta yield yang berbeda-beda padahalperlakuan yang diberikan
tidak berbeda/sama untuk setiap kelompok, hal ini dapat terjadi karena adanya
perbedaan saat pengadukan dan penyampuran dekstrin yang tidak rata. Pada praktikum
ini juga dilihat bahwa setelah dilakukan pengeringan dalam oven, seluruh kelompok
menghasilkan parameter warna yang sama dibandingkan dengan bahan sebelum dioven.
Hal ini tidak sesuai dengan teori dari Angka dan Suhartono (2000), karena penambahan
konsentrasi dekstrin yang tinggi akan mengakibatkan bubuk fikosianin yang dihasilkan
memiliki warna yang cenderung lebih muda dan pucat.
Menurut Duangsee (2009), fikosianin yang diperoleh dari Spirulina merupakan pewarna
alami yang memiliki kelemahan, yaitu bersifat tidak stabil karena sangat dipengaruhi
oleh faktor intensitas cahaya, pH, dan perlakuan temperatur. Sehingga perlu diberikan
10
perlakuan khusus untuk meminimalkan fikosianin kontak langsuing dengan cahaya
karena sifatnya yang sangat sensitif terhadap cahaya. Selain itu pewarna alami
fikosianin memiliki sifat yang sensitif terhadap suhu yang tinggi, tidak stabil pada pH
rendah (cenderung asam), serta tidak stabil dalam larutan jika terkena cahaya dan
pemanasan yang berlebihan dan bersamaan. Tetapi di samping itu, pewarna fikosianin
tetap memiliki kelebihan dibanding pewarna biru sintetis yaitu sifatnya yang lebih
tahan terhadap reaksi oksidasi (anti oksidatif), oleh karena itu pewarna fikosianin
cenderung lebih aman untuk kesehatan dan dapat digunakan sebagai penangkal radikal
bebas (Boussiba dan Richmond, 1979). Dan saat ini banyak fikosianin yang
diaplikasikan dalam pembuatan makanan dan minuman sebagai pewarna alami
(Hemlata, 2011).
4. KESIMPULAN
Fikosianin memiliki sifat larut dalam air yang merupakan pelarut polar.
Penggunaan aquades bertujuan untuk mengeksrak fikosianin yang terdapat
dalam Spirulina.
Sentrifugasi bertujuan untuk memisahkan endapan dan supernatan dari larutan
yang mengandung fikosianin.
Penambahan dekstrin bertujuan untuk mempercepat pengeringan, mencegah
kerusakan yang dapat terjadi akibat pemanasan, melapisi komponen flavor yang
dihasilkan serta meningkatkan total padatan dan untuk memaksimalkan jumlah
fikosianin yang dihasilkan.
Penambahan konsentrasi dekstrin yang semakin tinggi akan mengakibatkan hasil
fikosianin menjadi lebih muda dan lebih pucat.
Suhu pengeringan fikosianin yang terlalu tinggi (diatas 60oC) akan
mengakibatkan munculnya reaksi maillard dan fikosianin dapat terdegradasi.
Nilai OD (optical density) ditentukan oleh konsentrasi dan kejernihan dari
larutan, semakin keruh suatu larutan maka nilai OD yang didapat akan semakin
tinggi pula.
Semarang, 30 September 2015
Praktikan, Asisten Dosen- Deanna Suntoro- Ferdyanto Juwono
Anastasya Gumelar(13.70.0084)
11
5. DAFTAR PUSTAKA
Angka,S.I.dan Suhartono MT.(2000). Bioteknologi Hasil-hasil Laut. Bogor : PKSPL-IPB.
Arief, M. (1987). Ilmu Meracik Obat Berdasar Teori Dan Praktek. Universitas Gajahmada Press.Yogyakarta.
Boussiba, S; Richmond, A. (1979). Isolation and Purification of Phycocyanin from Spirulina platensis. Arch. Microbiol 120:155-159.
Duangsee, Rachen; Natapas Phoopat dan Suwayd Ningsanond. (2009). Phycocyanin Extraction from Spirulina platenis and Extract Stability Under Various pH and Temperature. As. J. Food Ag-Ind. 2009, 2(04), 819-826.
Hemlata; Gunjan Pandey; Fareha Bano; Tasneem Fatma. (2011). Studies on Anabaena sp. NCCU-9 with Special Reference to Phycocyanin. J. Algal Biomass Utln. 2011, 2 (1): 30 – 51.
Kumar, Devendra et. al. (2014). Extraction and Purification of C-phycocyanin from Spirulina platenis (CCC540). Ind J Plant Physiol. (April–June 2014) 19(2):184–188 DOI 10.1007/s40502-014-0094-7.
Metting B dan Pyne JW. (1986). Biologically Active Compounds from Microalga. Journal of Enzyme Microb. Tech. Vol. 8. Butterworth and Co Publish.
Moraes C. C; Lusia Sala; G. P. Cerveira and S.J. Kalil. (2011). C-Phycocyanin extraction from Spirulina platensis wet biomass. Brazilian Journal of Chemial Engineering. Vol. 28 : 45-49.
Murtala, S. S. (1999). Pengaruh Kombinasi Jenis Dan Konsentrasi Bahan Pengisi Terhadap Kualitas Bubuk Sari Buah Markisa Siul (Passiflora edulis F. Edulis). Tesis. Pasca Sarjana Universitas Bawijaya Malang.
Richmond A. (1988).Spirulina.Di dalam Borowitzka MA dan Borowitzka LJ, editor.Micro-algal biotechnology. Cambridge: Cambridge University Press.
Silveira, S. T.; Burkert, J. F. M.; Costa, J. A. V.; Burkert, C. A.V.; Kalil, S. J.(2007). Bioresour.Technol.,98, 1629.
Song, Wenjun; Cuijuan Zhao dan Suying Wang. (2013). A Large-Scale Preparation Method of High Purity C-Phycocyanin. International Journal of Bioscience,
Biochemistry and Bioinformatics, Vol. 3, No. 4, July 2013.
Spolaroe P, Joanis CC, Duran E, Isambert A. (2006). Comercial Application of Microalgae Review.J Biosci and Bioeng. 101 (2): 87-96.
12
13
Steinkraus, H. (1983). Indigenous Fermented Food. Marcel Dekker. New York.
Suparti, W. (2000). Pembuatan Pewarna Bubuk dari Ekstrak Angkak: pengaruh Suhu, Tekanan dan Konsentrasi Dekstrin. Tesis.Program Pascasarjana. Universitas Brawijaaya. Malang.
Syah et al. (2005).Manfaat dan Bahaya Bahan Tambahan Pangan. Bogor: Himpunan Alumni Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Tietze HW. (2004). Spirulina Micro Food Macro Blessing.Ed ke-4. Australia: Haralz W Tietze Publishing.
6. LAMPIRAN
6.1. Perhitungan
Rumus:
Konsentrasi fikosianin ( KF )(mgml )=OD615 – 0,474(OD652)
5,34
yield (mgg )=KF × vol(total filtrat )
g(berat biomassa )
Kelompok B 1
Konsentrasi fikosianin ( KF )(mgml )=0 ,1521 – 0,474 (0 , 1094)
5,34
Konsentrasi fikosianin ( KF )(mgml )=1,877
mgml
yield (mgg )=1,877 × 56
8
yield (mgg )=13,139
mgg
Kelompok B 2
Konsentrasi fikosianin ( KF )(mgml )=0 ,1481 – 0,474 (0 , 1094)
5,34
Konsentrasi fikosianin ( KF )(mgml )=1,800
mgml
yield (mgg )=1,800 ×56
8
yield (mgg )=12,600
mgg
Kelompok B 3
Konsentrasi fikosianin ( KF )(mgml )=0 ,1393 – 0,474 (0 , 1732)
5,34
Konsentrasi fikosianin ( KF )(mgml )=1,071
mgml
yield (mgg )=1,071 ×56
8
yield (mgg )=7,497
mgg
Kelompok B 4
14
15
Konsentrasi fikosianin ( KF )(mgml )=0 ,1676 – 0,474(0 ,1749)
5,34
Konsentrasi fikosianin ( KF )(mgml )=1,586
mgml
yield (mgg )=1,586 × 56
8
yield (mgg )=11,103
mgg
Kelompok B 5
Konsentrasi fikosianin ( KF )(mgml )=0 ,1217 – 0,474(0 ,1743)
5,34
Konsentrasi fikosianin ( KF )(mgml )=0,732
mgml
yield (mgg )=0 ,732 ×56
8
yie ld(mgg )=5,124
mgg
6.2. Laporan Sementara
6.3. Diagram Alir
6.4. Abstrak Jurnal