FIDUCIARY DUTY SEBAGAI STANDAR PARA DIREKSI DALAM ...

10
"Fiduciary Duty" sebagai Standar Para Direksi 63 "FIDUCIARY DUTY" SEBAGAI STANDAR PARA DIREKSI DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA Dr. Chatamarrasjid Ais, S.H.,M.H. Hubungan kerja antara direksi dan perseroan yang memberikan pekerjaan adalah hubungan berdasarkan kepercayaan (fiduciary duty). Direksi dalam melakukan tugasnya, haruslah mempergunakan wewenang yang dimilikinya untuk tujuan yang patut. Direksi tidak dapat atau tidak boleh memperoleh keuntungan untuk dirinya pribadi, bila keuntungan ini diperoleh karena kedudukannya sebagai direksi pada perusahaan itu. A. PENDAHULUAN Direksi dalam melakukan tugasnya berdasarkan kepercayaan, jadi harus berbuat bona fidel, untuk kepentingan perseroan secara keseluruhan, dan bukanlah untuk kepentingan para pemegang saham. Lebih jauh ia harus melakukan kegiatan sesuai dengan jalan pikirannya sendiri, apa yang terbaik bagi perseroan, dan bukan apa yang baik menurut pertimbangan pengadilan. Direksi yang memperoleh hak dan dibebani kewajiban untuk memutuskan apa yang penting untuk perseroan, dan bagaimana melaksanakannya berdasarkan pertimbangan praktis , putusannya bila dilakukan dengan itikad baik dan tujuan yang benar, tidak terbuka bagi pengadilan untuk ditinjau kembaJi 2 Pemegang saham pada suatu Rapat Umum Pemegang Saham, memberikan suaranya untuk kepentingan dirinya sendiri, bukan untuk kepentingan perusahaan. Fiduciary duty. A duty to act for someone else's benefit, while subordinating one's personal interests to that of the other person. I Bona fide berarti: in or with good faith; honestly; openly; and sincerely; without deceit or fraud; etc. (Black's Law Dictionary). 2 Barwick CJ , Me Tiernan and Kitto JJ in Harlowe's Nominees Pry Ltd v Woodside (Lakes Ellfrance) Oil Co NL (1968) 121 CLR 483 at 493; dimuat dalam H A J Ford, page 288. Namar 1 Tahun XXXI

Transcript of FIDUCIARY DUTY SEBAGAI STANDAR PARA DIREKSI DALAM ...

"Fiduciary Duty" sebagai Standar Para Direksi 63

"FIDUCIARY DUTY" SEBAGAI STANDAR PARA DIREKSI DALAM MELAKSANAKAN TUGASNYA

Dr. Chatamarrasjid Ais, S.H.,M.H.

Hubungan kerja antara direksi dan perseroan yang memberikan pekerjaan adalah hubungan berdasarkan kepercayaan (fiduciary duty). Direksi dalam melakukan tugasnya, haruslah mempergunakan wewenang yang dimilikinya untuk tujuan yang patut. Direksi tidak dapat atau tidak boleh memperoleh keuntungan untuk dirinya pribadi, bila keuntungan ini diperoleh karena kedudukannya sebagai direksi pada perusahaan itu.

A . PENDAHULUAN

Direksi dalam melakukan tugasnya berdasarkan kepercayaan, jadi harus berbuat bona fidel, untuk kepentingan perseroan secara keseluruhan, dan bukanlah untuk kepentingan para pemegang saham. Lebih jauh ia harus melakukan kegiatan sesuai dengan jalan pikirannya sendiri, apa yang terbaik bagi perseroan, dan bukan apa yang baik menurut pertimbangan pengadilan. Direksi yang memperoleh hak dan dibebani kewajiban untuk memutuskan apa yang penting untuk perseroan, dan bagaimana melaksanakannya berdasarkan pertimbangan praktis , putusannya bila dilakukan dengan itikad baik dan tujuan yang benar, tidak terbuka bagi pengadilan untuk ditinjau kembaJi2 Pemegang saham pada suatu Rapat Umum Pemegang Saham, memberikan suaranya untuk kepentingan dirinya sendiri, bukan untuk kepentingan perusahaan.

Fiduciary duty. A duty to act for someone else's benefit, while subordinating one's personal interests to that of the other person.

I Bona fide berarti: in or with good faith; honestly; openly; and sincerely; without deceit or fraud; etc. (Black's Law Dictionary). 2 Barwick CJ , Me Tiernan and Kitto JJ in Harlowe's Nominees Pry Ltd v Woodside (Lakes Ellfrance) Oil Co NL (1968) 121 CLR 483 at 493; dimuat dalam H A J Ford, page 288.

Namar 1 Tahun XXXI

64 Hukllm dan Pembangllnan

It is the highest standard of duty implied by law (e.g. trustee, guardian).

Black's Law Dictionary, page 625

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, Direksi harus bertolak dari landasan bahwa tugas dan kedudukan yang diperolehnya berdasarkan dua prinsip dasar, yaitu pertama kepercayaan yang diberikan perseroan kepadanya (fiduciary duty), dan kedua prinsip yang merujuk pada kemampuan serta kehati-hatian tindakan direksi (duty of skill and care). Kedua prinsip ini, di samping "statutory duties ", menuntut Direksi untuk bertindak dengan itikad baik, berhati-hati, semata-mata untuk kepentingan dan tujuan perseroan. Pelanggaran terhadap kedua prinsip ini membawa konsekuensi yang be rat bagi Direksi, seperti terlihat antara lain dalam Pasal 85 dan Pasal 90 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (UUPT), karena ia dapat dimintai pertanggungjawaban secara pribadi.

(1) Setiap anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan.

(2) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah dan lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (I).

(3) Atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1110 (satu per sepuluh) bag ian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan.

Pasal 85 UUPT

Di sini terlihat bahwa Pasal 85 UUPT bertolak dari prinsip fiduciary duty bagi direksi. Maksud dari pernyataan untuk kepentingan dan usaha perseroanperseroan dalam Pasal 85 Ayat (1) UUPT, haruslah diartikan sebagai kepentingan perseroan sebagai suatu bad an usaha komersial (commercial entity).

Bilamana direksi berbuat untuk keuntungan bagi diri mereka sendiri, atau pihak ketiga, atau merugikan pemegang saham tertentu. maka tujuan-tujuan ini memperlihatkan tidak adanya itikad baik dari direksi tersebut.

Ada dua prinsip standar yang harus dipenuhi oleh direksi atau dewan direksi dalam membuat keputusan. Pertama ia harus dilkukan dengan itikad baik untuk kepentingan perseroan, dan kedua, harus dibuat untuk tujuan yang benar. Fiduciary duty, menuntut suatu standar yang

lanuari - Maret 2001

"Fiduciary Duty" sebagai Standar Para Direksi 65

tinggi, sebagaimana dikatakan oleh hakim Cardozo pada kasus Meinhard vs Salmon (1928) 249 NY 458; 164 NE 5453:

Many forms of conduct permissible in a workaday world for those acting at arm's length, are forbidden to those bound by fiduciary ties. A trustee is held to something stricter than the morals of the market place. Not honesty alone, but the punctilio of an hOllor the most sensitive, is then the standard of behaviour.

Pada kasus Hogg v Cramphorn Ltd. [1967] Ch 254, Chancery Division, Pengadilan berpendapat bahwa wewenang yang diperoleh direksi, haruslah dipergunakan untuk tujuan yang patut.

Facts. To prevent a takeover bid by Baxter, the directors devised a scheme under which 5,707 unissued preference shares carrying 10 votes per share on a poll were allotted to trustees for the company's employees. This effectively prevented the takeover by Baxter. In this action, a shareholder successfully challenged the validity of the allotment4 .

Direksi yang menghindari pengambilalihan (takeover) perseroan, dengan keyakinan yang tulus dan jujur demi kepentingan perseroan. dengan cara penjatahan saham yang berada dibawah wewenang direksi. tidaklah mengambil keputusan yang sesuai dengan kepentingan perseroan. Pengadilan berpendapat bahwa kewenangan yang dipercayakan pada direksi (fiduciary power) untuk mengeluarkan saham, dilakukan untuk tujuan yang tidak patut, yaitu untuk mencegah suatu pengambilalihan, jadi untuk suatu tujuan yang tidak sesuai dengan dasar pemebrian wewenang kepada direksi tersebut. Tidaklah cukup alasan bahwa direksi melakukannya dengan keyakinan yang tulus ballWa hal itu dilakukan untuk kepentingan perseroan.

Tetapi pandangan di atas tidak disetujui oleh pengadilan yang lebih kemudian, karena hakim-hakimnya berpendapat, bahwa walaupun pengeluaran saham adalah untuk memanipulasi pemungutan suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham, pengeluaran saham tersebut adalah sah, sejauh direksi telah bertindak bona fide untuk kepentingan perseroan.

Prinsip-prinsip dalam doktrin fiduciary adalah sebagai berikut:

• company directors must not, in any matter falling within the scope of their service, have a personal interest or inconsistent engagement with

3 Sebagaimana dimuat dalam H A J Ford, page 291. 4 Dimuat dalam Andrew Hicks & S.H.Goo , page 342.

Nomar 1 Tahun XXXI

66 Hukum dan Pembangunan

a third party , except with the company's fully informed consent (the conflict rule).

• company directors must not misuse their position for their own or a third party's possible advantage, except with the company's fully informed consent, and therefore they maust account to the company for any gain which they make in connection with their fiduciary office (the profit rule).

• company directors must not misappropriate the company's property for their own or a third party's benefit (the misappropriation rule)'.

Prinsip di atas konsepnya berbeda satu sarna lain, tetapi seringkali diterapkan bersamaan dan berhimpitan.

B. DIREKSI TIDAK BOLEH MEMPEROLEH KEUNTUNGAN

Oireksi tidak boleh memperoleh keuntungan pribadi karena posisi yang dijabatnya. Oi antara tindakan direksi yang dapat merugikan perseroan, adalah transaksi self dealing dan ajaran Corporate Opportunity.

Self dealing. Exixts where person in fiduciary or confidential relationship uses property of another for his OWn personal benefit.

Black's Law Dictionary, page J 359

Transaksi self dealing mengandung unsur conflict of interest, yaitu antara kepentingan pribadi direksi dengan kepentingan perseroan. Transaksi antara pribadi direksi dengan perseroan membuka kemungkinan (bila tidak "fair"), akan merugikan perseroan, dan dengan sendirinya merugikan pemegang saham .

Corporate opportunity doctrine. This doctrine precludes corporate fiduciaries from diverting to themselves business opportunities in which the corporation has an expectancy, property interest or right, or which in fairness should otherwise belong 10 corporation.

Black's Law Dictionmy, page 340

Ajaran Corporate Opportunity menyatakan bahwa direksi atau organ perusahaan lainnya tidak diperbolehkan mengambil kesempatan untuk memperoleh keuntungan untuk dirinya sendiri, jika kesempatan tersebut sebenarnya dapat diberikan kepada perseroan.

Oalam kasus Keech v Sandfortf' (1726) Sel Cast t King 61 ; bila seorang direksi memperoleh keuntungan pribadi karena kedudukannya

, H A J Ford . page 348

lanuari - Morel 2001

"Fiduciary Duly" sebagai Stanliar Para Direksi 67

sebagai direksi, baik dari informasi maupun "corporate opportunity" yang diperolehnya , maka keuntungan tersebut harus diperhitungkan untuk perusahaan tempatnya bekerja. Hal ini dimaksudkan untuk menekan godaan direksi untuk mengambil keuntungan pribadi, yang mudah diperolehnya dengan memanfaatkan jabatan atau kedudukannya yang tinggi di perusahaan.

Di sini timbul pertanyaan, bagaimana kalau perseroan, tidak memanfaatkan atau menolak "corporate opportunity" yang ada. Dalam hal yang demikian direksi juga tidak dapat memanfaatkan kesempatan itu, dan dengan demikian tidak dapat mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri sebagaimana diperlihatkan dalam kasus Regal (Hastings) vs Gulliver­[1942] 1 All ER 378, [1967] AC 134, House of Lords.

Facts. Regal (hastings) Ltd owned a cinem11. A subsidiary, Hastings Amalgamated Cinemas Ltd (Amalgamated), was set up to buy long leases of two other cinemas so that all three could be sold as a going concern. The owner of the two cinemas was only willing to grant the leases if Amalgam11ted 's fully paid-up capital was 5, 000 poundsterling or if the directors lVould give personal guarantees for the rent. The directors of Regal were not prepared to give personal guarantees and Regal could not contribute capilal of more than 2, 000 poundsterling for the shares in Amalgamated. In the end it was decided that four directors, Bobby, Griffiths, Bassell and Bentley, would themselves subscribe for 2, 000 shares. The chairman, Gulliver, found outside subscribers for 500 shares, and the company 's solicitor, Garton, took the remaining 500 shares. The deal went through, Amalgam11ted acquired the leases. All the shares in Regal and the individually held shares in Amalgamated were then sold and the four directors made a useful profit on selling those shares. The new controllers caused Regal to bring an action and successfully required the directors to account for their profit to Regal?

Walaupun di sini direksi dan pihak lain tidaklah berbuat tidak jujur (not acted dishonestly) dan telah melakukan pekerjaannya "bona fide " , Hakim Lord Russell of Killowen menyatakan bahwa direksi tersebut memperoleh keuntungan, karena dan hanya karena mereka adalah direksi Regal dan dalam pelaksanaan jabatan direksi tersebut. Pendapat ini dapat menimbulkan implikasi (yang belum tentu dapat diterima oleh Lord

6 Andrew Hicks & S.H.Goo, op.cit , page 347. , Ibid. page 348.

Nomor 1 Tahun XXXI

68 Hukum dan Pembangunan

Russel sendiri), yaitu bahwa direksi itu dapat memperoleh keuntungan bila hal itu dilakukan setelah mereka berhenti dari jabatan, atau berada pada posisi yang tidak ada hubungan ''fiduciary duty" lagi. Pada sisi lain putusan ini, dalam hal perusahaan tidak memiliki kemampuan keuangan, direksi akan menahan diri untuk tidak melakukan yang terbaik bagi perusahaan. Hakim lain, Lord Greene bersedia menerima bahwa direksi tersebut dapat memperoleh keuntungan, bila dapat dibuktikan bahwa uang untuk membeli saham tersebut hanya dapat diperoleh dari pribadi direksi tersebut, dan ini adalah satu-satunya cara yang terbuka bagi para direksi tersebut, maka tuntutan perusahaan dapat dikalahkan.

Tetapi dalam kasus Peso Silver Mines Ltd v Cropper « 1966) 58 DLR (2d) I, pengadilan berpendapat bila "Board of Directors" telah menolak "corporate opportunity" secara bona fide dan demi kebaikan perusahaan, maka direksi dapat mengambil kesempatan tersebut untuk dirinya sendiri. Kasus ini adalah sebagai berikut:

Peso Silver Mines LId v Cropper concerned a managing director, C, who took up a mining opportunity which his company, Peso, had rejected mainly because of lack of funds. Early in 1962 Peso's directors, including C, were told of mining claims neear claims it already held which were available for acquisition by Peso. The directors decided that it was inadvisable for Peso to acquire Ihe claims because its finances were limited. Later C and other purchased the claims at the price at which they had been offered to Peso, and caused a new company to be formed to take them over. Another company was formed to develop the claims. C acquired shares in both the new companies in return for his share in the claims being transfered to the first new company. After the control of Peso changed, C was dimissed and Peso sued him, claiming that he was accountable for his shares in the new companies. Peso did not succeed at first instance, on appeal to the British Columbia Court of Appeal, or on further appeal to the Supreme Court of Canada. The last Court said that C did not obLain his interest in the new companies by reason of his position of director of Peso and in execution of that office. When the claims were offered lO

Peso it was C's duty to take part in the decision of the board as 10

whether the offer should be accepted. There were crucial findings of fact that C and his co-directors acted in good faith, solely ill the interests of Peso and with sound business reasons in rejecting the offer. C had not acquired as director any information unavailable to any prospective purchaser. Later, when C was approached as a

lanuari - Maret 2001

"Fiduciary Duty" sebagai Standar Para Direksi 69

potential purchaser he was approached not in his capacity as a director, but as a member of the public. The Supreme Court of Canada adopted the view of Lord Greene MR in the Regal (Hastings) case when it was before the Court of Appeal that if, after a board rejects an opportunity, a director puts up the money for the investment himself, he is not to be treated as having done so on behalf of the company'.

C. PERTENTANGAN ANTARA KEPENTINGAN PERSEROAN DANPRIBADI

Direksi berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan setiap keuntungan pribadi yang diperoleh karena jabatannya kepada perseroan. Lebih jauh direksi tidak boleh berada dalam posisi dimana kewajibannya terhadap perseroan bertentangan dengan kepentingan pribadinya (the no­conflict rule). Dengan demikian, umpamanya direksi tidak dapat menjual miliknya pribadi kepada perseroan, karena dalam hal ini terdapat pertentangan kepentingan antara pribadi direksi dengan kepentingan perseroan. Pribadi direksi menghendaki agar miliknya dapat terjual dengan harga setingi-tingginya, sebaliknya direksi berkewajiban agar perseroan dapat membeli dengan harga serendah mungkin. Hal ini dapat dilihat dalam kasus Aberdeen Railway Co. v Blaiki Bros-[1843-60] All ER Rep 249, House of Lords.

Facts. The railway company agreed to buy chairs from a partnership, Blaiki Bros. A member of the partnership was also a director of the company. When the partners sought to enforce the contract the defendant company succesfully claimed that the contract was voidable'.

Direksi harns menghindari konflik kepentingan seperti ini. Tidak seorang direksipun boleh melibatkan diri dalam suatu kontrak dimana ia memiliki kepentingan pribadi, yang dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya konflik kepentingan dengan kepentingan perusahaan yang harns dilindunginya. Kontrak yang melibatkan konflik kepentingan seperti ini adalah "voidable".

Ide sentral dari hubungan fiduciary adalah melayani kepentingan pihak lain. Suatu hubungan fiduciary timbul ketika satu pihak berhak mengharapkan pihak lain untuk berbuat untuk kepentingan pihak pertama

8 H A J Ford, op.cit. page 376 " Andrew Hicks & S.H.Goo, op.cit., page 366-367.

Nomor 1 Tahun XXXI

70 Hukum dan Pembangunan

itu atau dalam kepentingan bersama, mengenyampingkan secara terpisah kepentingan pihak kedua. Kewajiban untuk melayani kepentingan pihak lain, memberikan implikasi mengharuskan pihak yang melayani untuk menghindari menempatkan dirinya dalam posisi cenderung menyukai kepentingannya sendiri atau kepentingan pihak lain yang bukan seharusnya dilayani.

Konflik kepentingan ini terutama timbul bila direksi secara pribadi melakukan transaksi dengan perusahaan, atau direksi mempekerjakan dirinya sendiri untuk memperoleh kontra prestasi dari perusahaan.

Lord Cranworth LC 10 dalam pertimbangannya pada kasus Aberdeen Railway Co. v Blailde Bros yang telah dikutip di atas. di dalam pertimbangannya mengajukan pertanyaan yang bersifat umum, apakah sebagai seorang direksi perusahaan kereta api telah mencegah atau tidak mencegah terjadinya transaksi atas nama perusahaan dengan dirinya atau dengan perusahaan dimana ia adalah mitra usaha? Direksi adalah badan yang menerima pendelegasian managerial pekerjaan-pekerjaan yang bersifat umum (general affairs) yang harus dikerjakan oleh perusahaan. Suatu korporasi hanya dapat melakukan pekerjaan melalui agen, dan tentu saja adalah tugas si agen untuk melakukan yang terbaik bagi korporasi itu dalam menangani pekerjaan-pekerjaan yang berhubungan dengan kegiatannya. Agen 1m harus setia menjalankan tug as kewajiban berdasarkan kepercayaan yang diberikan (fiduciary duty) kepadanya. Tak seorangpun yang memperoleh kepercayaan seperti ini , untuk menempat­kan dirinya dalam suatu posisi yang mempertentangkan kepentingan pribadi dengan kepentingan perusahaan. Jadi dalam kasus ini tidak perlu dipersoalkan apakah transaksi dalam kasus tersebut, patut atau tidak patu!.

D. PERTANGGUNG JAWABAN SEBAGAI TRUSTEES"

CONSTRUCTIVE

Bila seorang direksi melanggar "fiduciary duty", maka direksi yang memperolah keuntungan dari pelanggaran tersebut, diwajibkan memegangnya sebagaimana seorang constructive trustee, begitu pula setiap orang yang diketahui membantu terjadinya pelanggaran atau menenma keuntungan juga dibebani kewajiban untuk bertindak sebagai

10 Ibid. II a constructive trust is a relationship with respect to property subjecting the person by whom the title to the property is held to an equitable duty to convey it to another on the ground that his acqllsition or retention of the property is wrongful and that he would be unjustly enriched if he were permitted to retain the property (Black's Law Dictioanary , page 314-3(5).

fanuari - Maret 2001

"Fiduciary Dul)''' sebagai Standar Para Direksi 71

seorang constructive trustee. Pihak ketiga yang menerima sebidang tanah milik perseroan, dan mengetahui bahwa tujuannya adalah tidak patut dan melanggar "fiduciary duty" wajib mempertanggungjawabkannya kepada perusahaan, sebagai seorang yang dipercayai dan konstruktif. Sebagai conroh dapat dikemukakan kasus Belmont Finance Corporation Ltd v Williams Furniture Ltd (No.2)-[J980] 1 All ER 393, Court of Appeal.

Facts. Cil)' owned all the shares in Belmont. The case essentially involved two complex transactions: (a) the directors of Belmont caused it to pay 500,000 poundsterlings 10 some third parties for a piece of properl)'; (b) those third parties paid City 489,000 poundsterlings for all the shares in Belmont. It was found that these transactions were illegal for breach of a statulOry provision (now CA 1985, s. 151) prohibiting financial assistance by a company for the purchase of its own shares. The issue was whether City was liable as constructive trustee for the 489,000 poundsterlings which it had received with knowledge of the circumstances l2

Hakim yang mengadili perkara ini, memutuskan direksi bersalah karena "misfeasance" 1J, tetapi mereka tidaklah berbuat tidak jujur. Mereka dapat membuktikan bahwa mereka melakukannya dengan itikad baik. City tidak bertanggung jawab untuk keseluruhan 500,000 pound­steriings atas dasar ini.

E. KESIMPULAN

I. Tiga prinsip dalam doktrin fiduciary adalah aturan berupa: a) the conflict rule; b) the profit rule; dan c) the misappropriation rule.

2. Direksi tidak boleh berada dalam posisi dimana kepentingan pribadi bertentangan dengan kepentingan perusahaaniperseroan. Direksi harus selalu mengutamakan atau melayani kepenringan perusahaani perseroan.

3. Direksi tidak boleh mengambil keuntungan pribadi, yang diperolehnya dalam hubungan atau karena kedudukannyaijabatannya sebagai direksi. Direksi dilarang melakukan self dealing atau mengalihkan corporate opportunity .

12 Andrew Hicks , op.cit.368-369. 13 Misfeasance menurut Black's LaIV Dictionary adalah: The improper performance of some act which a person may lawfully do.

Nomor I Tahun XXXI

72 Hukum dan PembalIgunan

4. Terbuka kemungkinan direksi memperoleh keuntungan, seandainya korporasi menolak dengan tegas dan secara transparans "opportunity" yang ada.

5. Direksi dalam melakukan tugas kewaj ibannya, harus menggunakan wewenang yang ada padanya untuk tujuan yang patut.

DAFTAR PUSTAKA

Black, Henry Campbell . Black's Law DiClionG1)" Sixth Edition. St.Pauli Minn.: West Publishing Co. , 1990.

Chatamarrasjid. Menyingkap Tabir Perseroan (Piercing The Corporale Veil) Kapita Selekta Hukum Perusahaan. Bandung: Citra Ad itya Bakti, 2000.

------, Tujuan Sosial Yayasan dan Kegiatall Usaha Berrujuan Laba. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000.

Ford, HAJ, RP Austin, & 1M Ramsay. Ford,s Principles of COIporations Law,9"'.edition. Sydney: Butterworths , 1999.

Hicks, Andrew & S.H.Goo. Cases & Materials on Company Law. 2"" edition. London: Blackstone Press Ltd .. 1997.

}ol1uor; - Maret 2001