Fgd Ikm Kelompok d

download Fgd Ikm Kelompok d

of 18

Transcript of Fgd Ikm Kelompok d

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    1/18

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Keracunan adalah masuknya zat racun ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan, inhalasi

    atau kontak langsung yang menimbulkan tanda dan gejala klinis khas. Pada dasarnya semua

    zat kimia dapat menimbulkan keracunan tergantung pada jumlah dan caranya masuk ke

    dalam tubuh. Keracunan makanan adalah keracunan yang tersering sebelum masa

    penggunaan zat-zat kimia sebagai upaya manusia untuk menguasai dan mengendalikan alam.

    Istilah keracunan makanan digunakan dengan luas untuk semua penyakit yang disebabkan

    akibat pemasukan makanan yang mengandung toxin. Makanan (termasuk juga minuman)

    beracun disebabkan karena: (1) makanan tersebut memang mengandung zat-zat kimia yang

    berbahaya, misalnya singkong, jamur, dan sebagainya;(2) timbulnya zat beracun akibat

    proses penyimpanan, proses pemasakan dsb; (3) tercemar oleh zat racun baik dengan sengaja

    (tambahan zat pewarna, penyedap dan bahan kimia lainnya), maupun oleh mikroorganisme

    (Stafilokous, salmonella, dan lain-lain).

    Gejala klinis yang timbul sesuai dengan pengaruh zat racun yang terkandung pada sistem

    tubuh. Umumnya pada penyakit akibat keracunan makanan, gejala-gejala terjadi tak lama

    setelah menelan bahan peracun tersebut, bahkan dapat segera setelah menelan bahan beracun

    itu dan tidak melebihi 24 jam setelah tertelannya racun. Prinsip tatalaksana sama dengan tata

    laksana keracunan pada umumnya, yaitu eleminasi racun, pemberian antidotum, resusitasi

    dan tindakan suportif atau simtomatis.

    Keracunan makanan dapat timbul akibat makanan yang telah terpapar virus, bakteri dan juga

    racun. Pada skenario kali ini, para karyawan menderita diare yang penyebabnya belum dapat

    diketahui. Oleh karena itu, makalah ini akan menganalisis dan membahas penyebab

    keracunan makanan yang diderita oleh para karyawan perusahaan yang ada di scenario.

    1.2 Rumusan Masalah

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    2/18

    Apa penyebab para karyawan perusahaan X mengalami diare, muntah, pusing.

    1.3 Tujuan

    Untuk mengetahui penyebab karyawan perusahaan X mengalami diare, muntah, pusing

    1.4 Manfaat Penyelidikan

    1. Khusus

    Sebagai pengetahuan mengenai keracunan makanan, penatalaksanaan dan

    penyebab yang menimbulkannya serta sebagai syarat untuk memenuhi tugas mata kuliah

    IKkom Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

    2. Umum

    Sebagai pengetahuan mengenai penyebab keracunan makanan dan penatalaksanaannya.

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    3/18

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. DEFINISI

    Istilah keracunan makanan digunakan dengan luas untuk semua penyakit yang

    disebabkan akibat pemasukan makanan yang mengandung toxin. Makanan (termasuk juga

    minuman) beracun disebabkan karena:

    1. makanan tersebut memang mengandung zat-zat kimia yang berbahaya, misalnya

    singkong, jamur, dan sebagainya;

    2. Timbulnya zat beracun akibat proses penyimpanan, proses pemasakan dsb

    3. Tercemar oleh zat racun baik dengan sengaja (tambahan zat pewarna, penyedap dan

    bahan kimia lainnya), maupun oleh mikroorganisme (Stafilokous, salmonella, dan lain-

    lain).

    II.2. ETIOLOGI

    Keracunan makanan yang sering dijumpai di Indonesia adalah :

    1. Keracunan singkong (Manihot Utilissima)

    2. Keracunan jengkol (Pithecolobium lobatum)

    3. Keracunan botulinum

    4. Keracunan bakteri.

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    4/18

    II.2.1 Keracunan Singkong (Cassava)

    Epidemiologi

    Keracunann yang terjadi karena singkong (Manihot utilissima) mengandung glikosida

    sianogenik linamarin (C10H17O6N) yang terbanyak terdapat pada lapisan luar. Zat ini terdiri

    dari glukosa, aseton, dan asam sianida (HCN). Singkong memiliki enzim linase yang dapat

    memecah kompleks ini dan melepaskan HCN sebagai zat bebas. Dalam jumlah kecil, asam

    HCN masih mampu dinetralkan oleh tubuh dengan diubah menjadi tiosianat. Kadar HCN

    dalam singkong selain tergantung pada jenisnya juga tergantung pada kelembapan,

    ketinggian tanah, dan pemupukan. Namun tidak semua orang yang makan singkong

    menderita keracunan. Hal ini disebabkan selain kadar asam cyanida yang terdapat dalam

    singkong itu sendiri, juga dipengaruhi oleh cara pengoahannya sampai di makan. Diketahui

    bahwa dengan merendam singkong terlebih dahulu di dalam air dalam jangka waktu tertentu,

    kadar asam cyanida (HCN) dalam singkong akan berkurang oleh karena HCN akan larut

    dalam air.

    Selain menyebabkan terbentuknya siamethemoglobin, HCN juga menyebabkan

    keracunan protoplasmic dengan jalan melumpuhkan pernafasan sel. Asam sianida

    mengganggu enzim yang berkerja pada proses oksidasi dalam pernafasan sel sehingga

    sehingga pusat nafas pada medulla tidak berfungsi karena sel syaraf tidak dapat mengambil

    oksigen untuk pernafasan. Akibatnya akan terlihat pada permukaan suatu tingkat stimulasi

    daripada susunan saraf pusat yang disusul oleh tingkat depresi dan akhirnya timbul kejang

    oleh hypoxia dan kematian oleh kegagalan pernafasan. Kadang-kadang dapat timbul detak

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    5/18

    jantung yang ireguler.

    Darah vena pasien berwarna merah certah seperti darah arteri akibat ketidakmampuan

    jaringan mengambil oksigen. Pemberian oksigen tidak hanya bersifat suportif namun juga

    sebagi antidotum karena menimbulkan kompetisi pada kemoreseptor.

    Tanda dan Gejala Klinis

    Tanda serta gejala klinis tegantung pada jumlah kandungan HCN dalam singkong.

    Adanya HCN dalam jumlah besar akan mengakibatkan kematian dalam waktu singkat akibat

    gagal nafas. Biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong.

    Pasien mula-mula merasa panas pada perut, mual, pusing, sesak, dan lemah. Pernafasan

    cepat dengan inspirasi yang pendek dan bau nafas dari muntahan yang khas (bau bitter

    almond)

    Rasa sesak disusul dengan pingsan, kejang yang akhirnya pasien jadi lemas,

    berkeringat, mata menonjol dengan pupil melebar, tanpa reaksi. Busa pada mulut tercampur

    warna darah dan warna kulit menjadi merah bata (untuk kulit warna terang) dan sianosis

    biasanya tidak tampak.

    Dengan uji guinard kita dapat menguji singkong yang disangka, dengan melihat

    perubahan warna asam pikrat yang kuning menjadi kemerahan dalam waktu 15 menit sampai

    3 jam.

    Diagnosa

    Diagnosa keracunan singkong ditegakkan berdasarkan gejala-gejala klinik

    dananamnesa makanan, ditopang oleh data laboratorik hasil pemeriksaan contoh muntahan

    dan bahan makanan yang tersisa.

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    6/18

    Tatalaksana

    Tatalaksana pad aumumnya sama dengan keracunan yang lain yaitu, eliminasi dengan

    jalann muntah atau bilas lambung, menghalangi penyerapan racun lebih lanjut dan pemberian

    antidotum.

    Amil atau natrium nitrit dan Na-tiosulfat berkerjasama dengan berptensiasi dalam

    proses detosifikasi. Bila mathemogloblin cukup banyak (dengan pemberian Na-nitrit), at ini

    akan mampu mengikat NaCN sehingga terbentuk tionisat yang stabil dan tidak toksik yang

    dikeluarkan oleh tubuh lewat paru, air ludah dan kencing.

    Na-tiosulfat diberikan dalam konsentrasi 10% secara i.v. diberikan pelan-pelan, dengan

    dosisi sekitar 0,5 ml/kgBB/kali (sekitar 10-50ml) dan natrium nitrit 3% ml, i.v. pelan-pelan.

    Bila Na-nitrit tidak tersedia, Na-tiosulfat biasanya sudah cukup.

    Rusisitasi dan Suportif

    Selain pemasangan cairan intravena, pemberian oksigen sangat penting mengingat

    kaitan enzim feritokrom oksidase dengan sianida berifat kompetitif dengan oksigen. Bila

    diberikan oksigen dengan tekanan tinggi (hyperbaric/ CPAP) maka fungsi oksigen tidak saj

    asuportif tetapi juga sebagi antidotum yang baik.

    II.2.2 Keracunan Jengkol

    Epidemiologi

    Keracunan jengkol (Pithecolobium lobatum) ini merupakan keracunan yang sering

    terjadi di daerah Jawa Barat, karena jengkol sangat digemari di daerah tersebut. Faktor lain

    yang mendukung timbulnya keracunan antara lain adalah musim, jenis/varietas pohon

    maupun tanah tempat penanaman, makanan lain yang dimakan bersama jengkol, jumlah biji

    yang dimakan, faktor alergi, dan sebagainya. Keracunan dapat dicegah dengan memasak biji

    jengkol ini dengan soda atau bikarbonat lain.

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    7/18

    Van Veen dan Hyman (1933) mendapatkan bahwa jengkol berisi jengkolat, suatu

    asama amino yang mengandung belerang, jengkol (Pithecolobium lobatum) sangat berbeda

    dengan pete (parkia speciosa), karena pete tidak mengandung asam jengkol. Timbulnya

    keracunan tidak bergantung dari jumlah biji jengkol yang di makan dan apakah jengkol itu

    dimakan mentah atau di masak lebih dahulu. Demikian juga tidak ada hubungan dengan

    muda atau tuanya biji jengkol yang di makan. Van Veen dan Hyman berkesimpulan bahwa

    timbulnya gejala keracunan tergantung dari kerentanan seseorang terhadap asam jengkol.

    Meskipun belum jelas patogenesisnya, namun diperkirakan keracunan ini disebabkan

    karena bertumpuknya asam jengkolat dalam bentuk Kristal pada tubuli ginjal, uretra, dan

    ureter. Pada anak keluhan mulai timbul 5-12 jam setelah makan.

    Tanda dan Gejala Klinis

    Gejala yang timbul disebabkan oleh hablur (kristal) asam jengkol yang menyumbat

    tractus urinarius. Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-12 jam setelah memakan

    jengkol. Gejala klinis yang sering terjadi adalah sakit pinggang, nyeri perut, muntah, sakit

    waktu kencing, dan disusul air kemih yang keluar sedikit-sedikit dengan butir-butir putih,

    urin berbau jengkol dengan hematuria, oliguria sampai anuria, muntah, pegal, infiltrate pada

    penis, skrotum, daerah suprabik, dan sekitarya dan asites tidak ditemukan pada anak dan

    dapat terjadi gagal ginjal akut. Pada pemeriksaan urine dengan mikroskop dapat ditemukan

    hablur asam jengkolat berupa jarum runcing yang kadang-kadang bergumpal menjadi ikatan

    atau berupa roset.

    Tatalaksana

    Tatalaksana kasus ini adalah eliminasi racun dengan pementuhan dan bilas lambung,

    antidotum yang khas tidak ada. Bila keracunan ringan, cukup rawat jalan dengan anjuran

    minum banyak dengan air soda atau natrium bikarbonat, diberikan natrium bikarbonat 1-2

    gram sehari per oral dibagi dalam 4 dosis, sehingga pH urin menjadi alkaslis (sekitar pH 8).

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    8/18

    Pemberian cairan intravena dilakukan bila pasien tidak dpaat minum banyak. Bila gagal

    ginjal akut, dianjurkan untuk dialisis, baik hemodialis maipun peritoneal.

    II.2.3. Keracunan Botulisme

    Epidemiologi

    Proses pembuatan tempe bongkrek sering terjadi kontaminasi oleh Clostridioum

    Botulinum dan atau bacteria cocovenans yang mampu mengubah gliserin menjadi racun

    toksoflavin. Toksin botulinum adalah neurotoksin (eksoktoksin) yang dikeluarkan oleh Cl.

    Botulinum. Kuman anaerob ini tumbuh dalam media minyak, daging, ikan yang tidak

    sempirna diporses atau diawetkan dan dijual dalam kaleng. Toksin ini menyebabkan

    hambatan implus saraf pada motor endplate dan mengabitkan kelumpuhan. Selain itu juga

    terjadi perdarahan pada saraf pusat dan proses degenerative pada hati dan ginjal.

    Tanda dan Gejala Klinis

    Gejala timbul setelah 12-48 jam. Gejala klinis antara lain kelainan pada mata,

    kelumpuhan otot mata, kelumpuhan nervi kranialis secara sistematis, disfagia atau disartria,

    kelumpuhan menyeluruh termasuk kelumpuhan otot pernafasan, muntah terjadi pada

    permulaan penyakut dan seringkali hebat. Kematian bisa timbul dari 1 -8 hari.

    Tatalaksna

    Eliminasi racun dengan jalan bilas lambung, obat pencahar

    Bila depresi nafas memberat, perlu dilakukan pernafasan mekanik buatan tanda vital

    membaik kembali

    Antidotum yang dianjurkan adalah antotoksin botulisme secara intravena 10-5- ml

    setelah dilakukan tes kulit

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    9/18

    Sering diberikan kuanidin hodroklorida untuk melawan blockade neuromuskulat

    dengan dosis 15-35 mg/kgBB/ hari dibagi dalam 3 dosis.

    II.2.3. Keracunan Makanan Tercemar Bakteri

    Epidemiologi

    Enterotoksin dilepas pada saat kuman Salmonella atau Stafulokokus tumbuh dalam

    suhu hangat. Toksin terdiri dari protein dan mudah dihancurkan dengan panas. Makanan

    yang menyebabkan keracunan antara lain: sosis, ika, ham, susu dan pada pesta yang besar,

    gado-gado, atau salad sengan saus (dressing: vla, dsb).

    Tanda dan Gejala Klinis

    Gejala klinis utama adalah muntah dan diare yang timbul 3-6 jam setelah makanan

    ditelan, berlanjut sampai 12-24 jam dan kemudian mereda. Kadang-kadang timbul nyeri otot

    hebat, demam, dehidrasi, dan kaku otot.

    Tatalaksana

    Tatalaksana terutama bersifat suportif dan simtomatis dengan pemberian cairan secara

    intravena dan pemberian obat untuk meredam gerakan usus. Makanan yang mengandung

    susu, telur, daging yang tidak segera dimakan harus dipanaskan kembali selama 15 menit

    untuk menghancurkan toksin tersebut.

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    10/18

    BAB III

    HASIL PENYELIDIKAN

    3.1 Deskripsi Pasien

    Pasien merupakan karyawan dari perusahaan X yang telah memakan menu yang

    yang di duga menjadi penyebab keracunan makanan sehingga pasien mengalami diare,

    mual, muntah yang merupakan gejala yang terjadi akibat keracunan makanan tersebut.

    3.2 Karateristik Gejala Yang Disampaikan Pasien

    Pasien mengalami diare, mual, dan muntah.

    3.3 Hasil Pemeriksaan Fisik

    Pada kasus ini pasien mengalami diare, mual dan muntah setelah memakan

    makanan dari warung A dan C yang diduga menjadi penyebab keracunan saat makan

    siang. Kemungkinan pasien mengalami keracunan makanan dari bakteri yang ada di

    dalam makanan. Bakteri yang mungkin menimbulkan keracuanan makanan adalah

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    11/18

    Staphylococcus sehingga perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium terhadap menu yang

    diamakan dan muntahan si penderita untuk mengetahui lebih jelas keadaannya.

    3.4 Penatalaksanaan Untuk Pasien

    Pengobatan dan perlakuan yang diberikan pertama kali kepada si penderita harus

    melihat terlebih dahulu keadaannya.

    Bagi Pasien yang sadar

    - Berikan 1-2 gelas air sedikit demi sedikit untuk mengencerkan racun

    - Sebaiknya tidak memberikan susu karenan memudahkan penyerapan melalui

    saluran cerna

    - Berikan norit yasng telah dilarutkan dalam 1 gelas air (dosis 1gr/kg BB)

    Bagi Pasien tidak Sadar

    - Pasien ditidurkan

    - Longgarkan pakaian pasien

    - Miringkan tubuh pasien bila pasien muntah

    - Awasi kesadaran nadi, pernapasan, dansuhu

    Pasien harus segera di bawa ke rumah sakit bila gejala lebih berat dan upaya

    mencari pengobatan lebih baik. Pemantauan kondisi dehidrasi adalah hal yang utama bila

    terjadi keracunan berat karena apabila dehidrasi ini tidak ditangani akan menyebabkan

    kematian. Apabila dehidrasi berat ditemukan pada pasien segera lakukan rehidrasi

    secepat mungkin.

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    12/18

    3.5 Cara Pengambilan Sampel

    Sampel yang di ambil adalah makanan yang dimakan oleh penderita terutama

    makanan yang dicurigai serta muntahan si penderita.

    3.6 Tindak Lanjut

    Setelah dilakukuan pemeriksaan pada sampel untuk mengetahui kebenarannya,

    dilanjutkan dengan meneliti keadaan tempat catering atau took tempat memesan makanan

    yang dicurigai menjadi sumber kontaminasi makanan tersebut. Setelah itu apabila positif

    sumber pencemaran berasal dari tempat tersebut maka hal yang terpenting dilakukan

    ialah memperbaiki higienisitas tempat, cara membuat makanan dan tentunya adalah

    orang-orang yang mengkonsumsi harus bisa menjaga kebersihan agar tidak menjadi

    sumber pencemaran bagi makanan yang dikonsumsinya.

    3.7 Laporan Terjadinya Kasus

    Setelah dilakukan pemeriksaan, kasus ini terjadi akibat makanan yang di duga

    terpapar oleh Staphylococus dimana bakteri ini dapat menghasilkan racun yang tentu saja

    membahayakan kesehatan apabila terkonsumsi.

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    13/18

    BAB IV

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    4.1 Keracunan Makanan akibat Mikroba Patogen

    Keracunan makanan terjadi jika makan atau minum bahan tercemar. Hal ini sering

    dan ada sekitar 5,4 juta kejadian tiap tahun di Australia. Ada 3 hal utama yang bisa

    menyebabkan sakit dari makanan: kuman, virus dan racun dalam makanan baik yang

    alamiah maupun dicampurkan. Makanan apa pun dapat meracuni, apakah ini diolah atau

    disiapkan di rumah, sekolah, supermarket setempat, toko makanan bungkus atau rumah

    makan. Bahaya keracunan berkurang bila makanan disimpan dan disiapkan semestinya.

    Salah satu akibat dari kontaminasi makanan adalah tejadinya peracunan

    peracunan makanan dari microbial biasanya karena dua kemungkinan, pertama karena

    intoksinasi makanan yang dihasilkan pertumbuhan mikroorganisme, krdua infeksi yang

    disebabkan oleh masuknya mikroorganisme pathogen bersama makanan ke dalam tubuh

    seseorang setelah terjadinya setelah terjadi pertumbuhan internal menyebabkan sakit

    karena terbentuknya toksik. Bakteri yang tergolong ke dalam bakteri penyebab keracunan

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    14/18

    misalnya Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens, Bacillus cereus yang

    memproduksi racun yang menyerang saluran pencernaan.

    Pada scenario kali ini Staphylococcus aureus diperkirakan menjadi penyebab dari

    kejadian luar biasa ini. Hal ini dikarenakan gejala yang ditimbulkan memiliki kemiripan

    dengan scenario yaitu mual, muntah, pusing dan diare. Sebagai bakteri gram positif S.

    aureus menjadi salah satu agen terpenting penyebab terjadinya food-borne disease di

    masyarakat. Penyebab utama masuknya S. aureus ke dalam rantai pangan, yang

    kemudian menyebabkan keracunan adalah karena rendahnya tingkat sanitasi pekerja.

    Selain itu, faktor lingkungan juga berpengaruh pada tingkat kontaminasi.

    5.2 Pencegahan dan Penatalaksanaan Keracunan Makanan

    5.2.1 Pencegahan Kebersihan

    Sesudah ke WC, sebelum makan atau menyiapkan makanan,cucilah tangan

    dengan bersih memakai sabun dan kucuran air setidaknya 15 detik, lalu

    keringkanlah dengan handuk bersih. Orang yang mendapat gejala penyakit

    ini tidak patut menyiapkan makanan bagi orang lain.

    5.2.2 Pemantauan suhu

    Menyimpan makanan pada suhu yang keliru bisa berakibat membiaknya

    kuman yang menyebabkan racun makanan, yang tumbuh di antara suhu 5 C

    dan 60 C.

    Untuk berjaga-jaga, suhu lemari es jangan lebih tinggi dari 5 C dan ada

    aliran udara di seputar makanannya agar pembagian suhunya merata.

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    15/18

    Makanan panas patut disimpan di atas suhu 60 C,

    Makanan yang harus dipanaskan lagi ya cepat-cepat dipanaskan sampai

    semua bagiannya mencapai suhu 75 C,

    Makanan beku sebaiknya dicairkan di dalam lemari es atau microwave,

    sebab makin lama makanan mentah dibiarkan pada suhu ruangan, makin

    cepat pulalah kuman berbiak dan racun bisa terbentuk,

    Agar kuman di dalamnya mampus, makanan harus dimasak matang benar.

    5.2.3 Cara Menyimpan

    Dengan cermat. Untuk berjaga-jaga:

    Makanan mentah patut disimpan tertutup atau dalam tempat bertutup

    dibawah makanan lain yang sudah siap agar bagian makanan atau cairan

    daging tidak menumpahi atau menetesinya,

    Makanan sebaiknya ditutupi sebelum disimpan di dalam lemari es bawah

    maupun atas atau di lemari agar terhindar dari pencemaran,

    Tangan harus segera dicuci sesudah menangani makanan mentah dan

    sebelum menangani makanan yang sudah matang atau siap konsumsi,

    Teliti mencuci sayur mentah sebelum menyiapkannya untuk dimakan,

    Bahan makanan harus disimpan baik-baik, jauh dari bahan beracun,semprot

    serangga, bahan pembersih dll,

    Tidak memakai serbet pengering piring untuk menyeka tangan atau

    meja,lagipula serbetnya harus sering dicuci dan dikeringkan,

    Serbet harus sering disucihamakan dan diganti.

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    16/18

    5.3 Penatalaksanaan

    Penanganan gejala keracunan makanan seperti diare, mual, dan muntah

    Pemantauan dehidrasi dengan melakukan rehidrasi segera apabila terjadi dehidrasi

    yang sangat berat dengan memberikan infus cairan isotonik (NaCl)

    Pemantauan komplikasi akibat keracunan makanan tersebut

    5.4 Tindakan dari Perusahaan

    Pada kasus di skenario ini diakibatkan oleh menu makanan yang diberikan oleh

    perusahaan, oleh karena itu perusahaan wajib bertanggung jawab atas kejadian ini. Hal

    yang dapat dilakukan perusahaan adalah membayar semua biaya pengobatan para

    karyawan yang menderita keracunan dan lebih baik lagi bila perusahaan telah

    memberikan asuransi kepada karyawannya sehingga lebih ringan dalam mengatasi hal

    tersebut.

    Setelah penanganan korban atau karyawannya yang mengalami keracunan

    makanan ini selanjutnya pihak perusahaan harus membenahi higienitas makanan yang

    diberikan kepada karyawannya, misalnya dimulai dari higienitas tempat makan dan para

    karyawannya sendiri agar kasus seperti ini tidak terulang lagi yang justru bisa merugikan

    pihak perusahaan itu sendiri. Ataupun pihak perusahaan dapat membuat suatu tim

    pengawas makanan khusus untuk mengawasi berbagai makanan yang akan disetiakan

    setiap harinya.

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    17/18

    BAB V

    KESIMPULAN

    Gejala diare, mual, dan muntah yang diderita para karyawan merupakan akibat dari

    keracunan makanan

    Keracunan yang terjadi akibat makanan yang dimakan oleh para karyawan telah

    terkontaminasi oleh bakteri pathogen.

    Tindakan yang dapat dilakukan adalah melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap

    muntahan pasien dan makanan yang dimakan

    Pencegahan yang dapat dilakukan adalah tetap menjaga kebersihan baik itu di tempat

    cathering maupun di perusahaan

  • 7/29/2019 Fgd Ikm Kelompok d

    18/18

    DAFTAR PUSTAKA

    Detik helath. 2009. Foodborne Disease. (http://mhcs.health.nsw.gov.au) diakses tanggal

    15 Juli 2013

    Tinjauan Pustaka diare tahun 2010 (www.google.com/bab_2pdf) diakses tanggal 15Juli

    2013

    Prinsip Tatalaksana Diare tahun 2010 (www.google.com/pedomanpdf) diakses tanggal

    15 Juli 2013

    Sarudji, D. 2010.Kesehatan Lingkungan. Bandung: CV.Karya Putra Darwati

    Zein, Umar dkk.2004. Diare Akut Sebabkan Diare, www.usu.ac.id/e-library diakses

    tanggal 15 Juli 2013

    http://mhcs.health.nsw.gov.au/http://www.google.com/bab_2pdfhttp://www.google.com/pedomanpdfhttp://www.usu.ac.id/e-libraryhttp://mhcs.health.nsw.gov.au/http://www.google.com/bab_2pdfhttp://www.google.com/pedomanpdfhttp://www.usu.ac.id/e-library