FESTIVAL NASKAH NUSANTARA IV

52
Gemilang Perpustakaan Nasional 2018 HUT Ke-45 Ikatan Pustakawan Indonesia Volume XXIII No. 3 Tahun 2018 MoU Perpusnas dan Kementrian PANRB FESTIVAL NASKAH NUSANTARA IV

Transcript of FESTIVAL NASKAH NUSANTARA IV

Gemilang Perpustakaan Nasional 2018

HUT Ke-45 IkatanPustakawan Indonesia

Volume XXIII No. 3 Tahun 2018

MoU Perpusnas dan Kementrian PANRB

FESTIVAL NASKAH NUSANTARA IV

Selamat Membaca.

Manuskrip (naskah) Nusantara adalah dokumen tertulis yang menjadi khasanah karya budaya. Sepanjang perjalanan sejarah bangsa, naskah- naskah Nusantara telah menjadi sumber inspirasi para pendiri bangsa. Pun, Pancasila disusun berdasarkan konsensus yang dilandasi oleh sumber pengetahuan yang bersumber dari naskah Nusantara.

Manuskrip Nusantara bukan hanya mengandung kisah-kisah sastra, tapi melingkupi dihampir semua bidang kehidupan manusia. Kearifan-kearifan lokal seperti nilai-nilai toleransi dan akulturasi tertuang dalam naskah-naskah keagamaan telah dipraktekkan dan diaktualisasikan masyarakat Indonesia sejak masa lalu, dan perlu terus- menerus disosialisasikan.

Banyak manuskrip maupun hasil peradaban Indonesia yang sudah diakui oleh UNESCO dan dunia internasional, seperti Nagarakretagama, naskah I La Galigo, Babad Diponegoro, Arsip Konferensi Asia-Afrika, serta tiga warisan dokumenter Indonesia, yakni arsip konservasi Borobudur, arsip Tsunami Samudera Hindia dan naskah Cerita Panji telah diakui sebagai ingatan kolektif dunia oleh UNESCO

Sebagian naskah yang ada masih memerlukan penelitian lebih lanjut seiring dinamika perkembangan Iptek. Pengkajian naskah harus bersifat interdisipliner dan melibatkan berbagai ahli dan stakeholder, sehingga dampak dari hasil penelitian itu dapat lebih diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia masa kini.

Diterbitkan oleh: SUBBAGIAN HUMAS PERPUSTAKAAN NASIONAL RISTT No. 1995/SK/Ditjen/ PPG/225/1994 tanggal 22 Februari 1994

Info RedaksiRedaksi WARTA menerima kiriman tulisan artikel populer bertemakan perpustakaan atau pembudayaan kegemaran membaca. Jumlah tulisan 1500 – 3000 karakter. Kirimkan tulisan anda ditujukan kepada redaksi WARTA melalui email [email protected] dan [email protected]. Setiap naskah yang masuk akan diseleksi sesuai kebutuhan redaksi.

Bimtek Penanganan Gratifikasi KPKSalemba, 31 Juli 2018

Salam Redaksi

DAFTAR ISI WARTA Volume XXIII No. 3 Tahun 2018

warta utama SEMINAR INTERNASIONAL CERITA PANJI

Seminar Internasional Cerita Panji 2018 1

Bedah Buku Bung Hatta di UPT Perpustakaan Bung Hatta 3

Pekan Anugerah Mitra Perpustakaan Nasional 2018 5

Peluncuran Situs Tokoh Perfilman Mieke Wijaya & Slamet Rahardjo 9

Rapat Koordinasi GPMB 11

Perpusnas Expo 2018 13

Pameran dan Seminar Kesejarahan Indonesia dan Jepang 15

HUT Ke-45 IPI 17

Pustakawan Berprestasi Terbaik Nasional 2018 19

MoU Perpusnas dan Kementrian PANRB 21

MenPANRB Dorong Perpusnas jadi Destinasi Wisata 23

Perpusnas dan UMI Medan Jalin MoU 25

Gemilang Perpusnas 2018 27

Festival Naskah Nusantara IV 31

Meniru Semangat Membaca Sang Proklamator 33

Perpustakaan, Pintu Gerbang Dunia 35

Menelusuri Sejarah Kota Depok 37

Renungan 40

Peristiwa 41

Daftar Isi

1

w a r t au t a am

Ingatan Dunia yang Perlu Dikemas UlangAgar Digemari Masyarakat Milenial

Seminar Internasional Cerita Panji 2018

Volume XXIII No. 3 2018

Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Naskah merupakan hasil peradaban dunia yang patut dibanggakan. Tanpa ada naskah-naskah masa lampau, peradaban dunia tidak akan berwarna. Salah satu naskah Nusantara yang mendunia adalah Cerita Panji. Epos naskah/cerita Panji mirip dengan epos cerita Mahabarata dari India. Kepopuleran Cerita Panji dengan menarik perhatian para peneliti internasional, khususnya dari Eropa.

2

Cerita Panji merupakan cerita roman yang memiliki nilai universal. Cerita Panji terjadi pada masa Kerajaan Kediri di

Jawa Timur. Tokoh utama dalam Cerita Panji tersebut adalah Raden Panji Inu Kertapati dan Dewi Candrakirana.

Kisah Panji/Inao yang terkenal pertama kali muncul pada abad ke-14 di Jawa Timur, tepatnya di Kediri, lalu menjadi sangat populer dan menyebar ke pulau-pulau lain di Indonesia, seperti Bali, Lombok, Kalimantan, dan Jawa. Kisah Panji menginspirasi perkembangan seni pertunjukan, seperti tarian, teater, wayang dan topeng. Literatur dan seni pertunjukan yang kemudian menyeberangi lautan

ke negara lain di kawasan ASEAN, seperti Malaysia, Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Vietnam.

Direktur Kesenian Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Wijaya mengatakan Cerita Panji adalah warisan kekayaan luar biasa dari Indonesia. “Cerita Panji layaknya epos Mahabharata dan Ramayana adalah salah satu pahlawan diplomasi dan menjadi cerita sukses dan viral dimana-mana dari generasi ke generasi,” ujarnya.

Pascadiakui sebagai Ingatan Dunia (memory of the world) oleh UNESCO, maka tugas bersama selanjutnya adalah, khususnya bagi pemerintah, yakni melakukan pembinaan dan merevitalisasi Cerita Panji agar pas dengan generasi milenial. Orang tua perlu mengenalkan cerita rakyat kepada anak-anak agar diketahui.

“Namun, perlu kreativitas bagaimana mengemas kandungan Cerita Panji agar tidak sekedar diketahui generasi muda saat ini tapi mampu dipahami dan diaplikasikan dalam keseharian,” terang Wijaya.

Sekedar informasi, berdasarkan sertifikat Memory of the World (MoW) UNESCO tanggal 30 Oktober 2017, ditetapkan bahwa Naskah Cerita Panji (Panji Tales Manuscripts) yang merupakan joint nomination dari beberapa Perpustakaan Nasional (Indonesia, Malaysia, Kamboja, Belanda, serta dukungan dari British Library), sebagai Memory of the World (Ingatan Dunia). Cerita Panji melengkapi deretan warisan dokumenter Indonesia yang berhasil

mendapatkan penghargaan serupa dari UNESCO, seperti Negarakertagama, Babad Dipanegara, dan I La Galigo.

Seminar Internasional Cerita Panji adalah bagian dari Festival Panji yang digelar secara gotong royong oleh Kemendikbud, Perpustakaan Nasional, Pemprov Jawa Timur, Pemprov DI Yogyakarta, dan Pemprov Bali di delapan kota, antara lain Denpasar, Surabaya, Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Yogyakarta, dan Jakarta.

Perpustakaan Nasional secara khusus telah menyimpan ratusan ribu naskah Panji dengan berbagai aksara dari berbagai daerah. Secara khusus Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengaku bangga sosialisasi ataupun pembahasan mengenai Cerita Panji sudah berlangsung

berkesinambungan.

Kepala Perpusnas menambahkan bukan sesuatu hal yang aneh jika Indonesia sebagai bangsa yang besar banyak memiliki kebudayaan yang hebat dan bernilai tinggi. Contohnya, Candi Borobudur dan Prambanan yang sudah dikenal sebagai salah satu identitas nusantara yang mendunia.

“Cerita Panji, meski berlatar belakang budaya Jawa, tepatnya di Kediri yang terjadi pada abad ke-12 tapi mampu memberikan pengetahuan tentang negara, sistem pemerintahan dan sebagainya selain kisah cintanya yang sarat dengan emosional,” imbuh Muhammad Syarif.

Seminar Internasional Panji digelar dari tanggal 10-11 Juli dan menghadirkan sejumlah narasumber dari dalam dan luar negeri, diantaranya Wardiman Djojonegoro (Indonesia), Nooriah Mohamed (Malaysia), Roger Tol (Belanda), Lydia Kieven (Jerman), dan Rujaya Abikhom (Thailand). Seminar internasional diikuti lebih dari 200 peserta dari K/L, kalangan dosen dan mahasiswa ilmu budaya, para peneliti, atase kebudayaan sejumlah negara ASEAN dan Eropa.

Selain mengadakan Seminar Internasional, juga dibentangkan pameran lukisan Panji sepanjang 60 meter tanpa putus, kedai buku, workshop preservasi, lomba mewarnai Cerita Panji tingkat Jabodetabek.

Reportase : Hartoyo Darmawan

No. 3 2018 Volume XXIII

3

w a r t au t a am

Potret Hatta Di Mata Ketiga Putrinya

Bedah Buku Bung Hatta

Bukittinggi, Sumbar—Bung Hatta dimata ketiga putrinya adalah lentera. Ayah—demikian ketiga anak menyebutnya—dianggap sebagai sosok yang selalu menuntun, mendidik, membimbing, dan melindungi.

Tidak pernah memaksa ketiga anaknya menjadi orang yang sesuai kemauan orangtua. Melainkan tumbuh berkembang dan berprestasi sesuai dengan bakat dan minatnya sendiri.

No. 3 2018 Volume XXIII

4

pa yang ditekankan Ayah dan Ibu adalah sebagai anak-anak dari proklamator, bahwa kami harus memilih hal-hal yang dapat

memberikan manfaat kepada orang banyak,” urai Meutia Hatta saat menjadi narasumber bedah buku 'Bung Hatta di Mata Tiga Putrinya' pada perayaan Hari Lahir ke-116 tahun Bung Hatta yang digelar di UPT Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, Rabu, (29/8).

Banyak contoh kesederhanaan yang bisa dipetik dari Muhammad Hatta. Bagaimana sejak kecil meski hidup dalam tatanan nasional, ketiga putrinya diajari untuk bergaul dengan siapa saja tanpa melihat latar belakang dan status sosialnya sehingga kala tidak menjabat sebagai wakil presiden sudah tidak kaget.

“Ayah selalu mengajari kami untuk tidak berlebihan. Yang dimiliki harus disyukuri. Yang sudah ada harus dirawat. Jauhi sikap sombong dan iri hati. Hidup harus punya kualitas dan tujuan. Jangan setengah-setengah dalam belajar agar ketika sukses mampu mendorong orang lain juga untuk sukses,” tambah Meutia.

Sementara itu, Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando

mengatakan bahwa sosok Muhammad Hatta adalah seorang pejuang sehingga banyak nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan demokrasi yang bisa dipelajari oleh generasi saat ini.

Sosok Muhammad Hatta sudah terkenal hingga ke mancanegara. Banyak kiprah politik dan karir internasional yang diakui kawan maupun lawan politiknya semasa beliau hidup. Sangat mudah mencari Muhammad Hatta pada mesin pencari, semisal google. Tapi, informasi yang diperoleh tidak tuntas.

Namun, masyarakat maupun pemustaka bisa mencari segala hal yang berkaitan dengan Muhammad Hatta melalui perpustakaan karena perpustakaan berperan sebagai jembatan peradaban masa lalu, kini dan yang akan datang. “Perpusnas merencanakan akan menginternalisasikan pemikiran -pemikiran Bung Hatta secara nasional mulai pada 2019,” jelas Muhammad Syarif.

Hal lain yang ditekankan oleh Muhammad Syarif, bahwa paradigma perpustakaan kini sudah berubah. Bukan lagi berbicara deretan buku berdebu dan sepi pengunjung. Dan pustakawan sebagai pengelola

perpustakaan tidak boleh berdiam diri namun harus bergerak lebih aktif dan memberikan kontribusi positif terhadap perubahan di masyarakat.

“Oleh karena itu, Perpusnas di tahun 2018 mencanangkan tagline 'Pustakawan Bergerak' dalam rangka knowledge mobilization, menebarkan kandungan informasi dan pengetahuan pada setiap bahan bacaan yang bisa diaplikasikan di masyarakat sehingga tercipta kreativitas dan inovasi yang berguna bagi sikap kemandirian dan perbaikan kesejahteraan hidup masyarakat,” tambahnya.

Bedah buku Bung Hatta dihadiri tidak kurang dari 200 peserta yang terdiri dari para dosen, akademisi, pendidik, para siswa dan mahasiswa, komunitas, media massa, dan masyarakat. Bedah buku yang diselenggarakan merupakan bagian dari perayaan hari lahir Bung Hatta yang digelar selama tiga hari (27-29 Agustus). Selain bedah buku, aktivitas HUT Bung Hatta juga diramaikan dengan pameran pendidikan dan kreativitas, pertunjukkan seni, serta perpustakaan keliling.

Reportase : Hartoyo Darmawan

“A

No. 3 2018 Volume XXIII

5

w a r t au t a am

Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Kompromi bernilai nol, kerjasama nilainya satu, sedangkan sinergi nilainya berlipat ganda. Petikan kata tersebut sering disampaikan Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando dalam berbagai kesempatan untuk menegaskan bahwa sinergitas merupakan elemen penting dari setiap kesuksesan suatu program.

Yang Terbaik dan Yang PeduliPekan Anugerah mitra Perpustakaan nasional 2018

No. 3 2018 Volume XXIII

6

Adanya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam

(KCKR) belum cukup ampuh menggugah kesadaran pihak-pihak, seperti penerbit maupun pengusaha rekaman untuk rela menyerahkan koleksi terbitannya kepada perpustakaan untuk disimpan sebagai bagian dari kekayaan intelektual bangsa.

Sosialisasi terus dilakukan hingga saat ini, meski belum ada langkah punishment yang dipilih meski UU membolehkan. Perpustakaan Nasional lebih memilih cara persuasif dengan merangkul pihak-pihak terkait sehingga timbul

kesadaran aktif. Langkah ini termasuk berhasil karena lambat laun penerbit dan pengusaha rekaman dengan ikhlas, tanpa dipaksa mau menyerahkan segala hasil terbitan maupun rekamannya. Inilah yang dimaksud dengan membangun sinergi.

Di sisi lain, kehadiran para penulis muda telah menyemarakkan dunia kepenulisan Tanah Air akhir-akhir ini. Mereka dengan segala imajinasi dan kreativitasnya mampu menyihir pembaca dengan kemasan cerita-cerita yang menarik, menghibur sekaligus mendidik.

Berikut ini adalah sejumlah kategori yang diberikan Direktorat Deposit Bahan Pustaka pada Pekan Penghargaan Deposit Perpustakaan Nasional yang diselenggarakan pertengahan Juli lalu di Ruang Teater Perpusnas di Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 11, Jakarta.

Anugerah Pustaka Terbaik

Senyum manis mengembang dari kedua kakak beradik, Sherina Salsabila dan Queen Aura. Keduanya berhasil meraih predikat kedua dan pertama atas karya non fiksinya (novel). Gadis yang akrab disapa dengan panggilan Queen dan baru duduk di kelas XIV Sekolah Menengah Pertama berhasil meraih juara pertama untuk novelnya yang berjudul Lili & Lyliu : “Petualang Seru di Desa”. Kebahagiaan berlipat juga dirasakannya karena sang kakak, Sherina Salsabila, yang kini mendiami bangku kuliah meraih hasil runner-up atas novelnya yang berjudul “Jangan Menyerah Adiba”. Novel tersbut ia tulis semasa menjadi Siswa Menengah Atas (SMA).

Anugerah Pustaka Terbaik adalah penghargaan yang diberikan Perpustakaan Nasional kepada insan-insan penulis. Dan di tahun 2018, Perpusnas mengangkat kategori non fiksi anak sebagai

kategori yang dipilih untuk diperlombakan. Hasil penilaian diantaranya mencakup orisinalitas karya, dan pemakaian suku kata (diksi).

Secara khusus, Perpustakaan Nasional membagi tiga kategori untuk setiap karya non fiksi yang dilombakan, antara lain karya non fiksi untuk tingkat SD, SMP, dan SMA. Untuk kategori novel SD direngkuh Rizky Khanza Najibah dan Queen Aura. Pada karya non fiksi tingkat SMP diraih Shofa Salsabila dan Aisyah Dian Azhar. Sedangkan untuk karya non fiksi tingkat SMA dimenangkan oleh Sherina Salasabila dan Vira Ayu Safila.

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengaku bangga dengan prestasi yang diraih para penulis muda. Perpustakaan Nasional, lanjut Muhammad Syarif, siap memfasilitasi eksistensi para penulis untuk mempresentasikan hasil karyanya, apakah dalam bentuk launching buku, diskusi kecil, atau bedah buku jika ingin diselenggara-kan disini.

No. 3 2018 Volume XXIII

7

Anugerah Pustaka Terbaik Koleksi Deposit

Selain memberikan penghargaan untuk Pustaka Terbaik Koleksi Deposit 2018, Perpustakaan Nasional juga memberikan Anugerah Wajib Serah Tertib Undang-undang Deposit 2018 untuk kategori Karya Cetak dan Karya Rekam (KCKR), Selasa, (24/7).

Pada kategori karya cetak Monograf diraih kepada penerbit Leutikaprio, IPB Press, dan USU Press. Untuk kategori Majalah direngkuh kepada penerbit Swasembada Media Bisnis (Majalah SWA), dan Yayasan Penerbit Pers Suara Muhammadiyah (Majalah Suara Muhammadiyah). Sedangklan pada kategori surat kabar berhasil diraih Harian Palembang Post, dan Harian Pagi Tribun Jambi.

Untuk kategori laporan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan (litbang) Sumberdaya Lahan Pertanian, Kementerian Pertanian dan Badan Pusat Statistik (BPS) berhasil meraih predikat terbaik. Di kategori Jurnal diraih penerbit Direktorat of Research and Community Engagement Universitas Indonesia, Makara Journal of Health Research, dan penerbit redaksi Jurnal Ultima Humaniora, Departemen Mata Kuliah

Umum (MKU) Universitas Multimedia Nusantara, Jurnal Ultima Humaniora.

Pada kategori Grey Literature, Pusat Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Medical Education Universitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) dan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara berhasil menyabet predikat sebagai Grey Literature Terbaik.

Sedangkan, untuk kategori Buletin, diraih oleh Buletin Parlementaria milik Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat (Setjen DPR-RI), dan penerbit Forum Kajian Pertahanan dan Maritim (FKPM) Quarterdeck.

Sementara itu, pada jenis karya rekam kategori Compact Disc (CD) direbut Balai Penerbitan Braille Indonesia (BPBI) 'ABIYOSO' Kementerian Sosial, dan PT Indo Semar Sakti. Sedangkan kategori Digital Video Disc (DVD) direngkuh oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Ditjen PAUD dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Diklat Keuangan Palembang, Balai

Diklat Kementerian Keuangan, dan Meta Kata.

Anugerah Pustaka Nusantara

Trio pegiat dan pelestari budaya nusantara, yakni Langit Kresna Hariadi, Gusti Ayu Rus Kartiko, dan Rithaony Hutajulu dikukuhkan Perpustakaan Nasional sebagai penerima Anugerah Pustaka Nusantara 2018 pada Pekan Penghargaan Deposit Perpustakaan Nasional, Kamis, (26/7). Penghargaan diserahkan langsung oleh Direktur Deposit Bahan Pustaka Perpusnas Lucya Dhamayanti. Mereka, oleh Perpusnas, dianggap berhasil melestarikan budaya nusantara yang nyaris punah.

Langit Kresna Hariadi adalah lelaki paruh baya kelahiran Banyuwangi tahun 1959. Langit dikenal sebagai seorang penulis roman Indonesia. Mantan penyiar radio ini juga dikenal masyarakat luas dengan cerita populer roman Gajah Mada yang menceritakan kisah Mahapatih Gajah Mada dari kerajaan Majapahit yang terkenal pada masanya. Menulis dan berkhayal menjadi satu-satunya pekerjaan yang digelutinya. Pada banyak kesempatan, Langit juga melibatkan diri dalam kegiatan pelestarian benda-benda cagar budaya

No. 3 2018 Volume XXIII

8

terutama sisa-sisa peninggalan Majapahit.

Gusti Ayu Rus Kartiko dikenal pubilk sebagai ahli penulisan sejarah. Salah satu penulisannya yang terkenal adalah yang berjudul Desa Rahwatu, Jejak Petilasan Wiku Jnanabadra. Keaktifan Ayu dalam menulis karya budaya didampingi juga kakaknya yang memiliki ketertarikan yang sama di bidang budaya, terutama yang berkaitan dengan kebudayaan agama Budha di Indonesia.

Sedangkan, Rithaony Hutajulu adalah seorang dosen Etnomusikologi di Universitas Sumatera Utara (USU), Medan. Peran dan kiprahnya juga dikenal sebagai sosok dosen yang rajin melakukan penelitian dan kegiatan seni di tingkat nasional dan internasional. Rithaony dalam beberapa kali mendapat kepercayaan The Ford Foundation untuk melakukan kegiatan ilmiah seni.

Anugerah Mitra Perpustakaan

Untuk menciptakan suatu sinergi yang baik, diperlukan kolaborasi dan kerjasama yang baik dari pihak-pihak yang terlibat. Pun demikian Perpustakaan Nasional sebagai instansi pemerintah yang dipercayai untuk menghimpung segala hasil cipta karya anak bangsa untuk disimpan dan didayagunakan sebesar-besarnya bagi masyarakat.

Namun, untuk mencapai tujuan Perpustakaan Nasional memerlukan bantuan dari sejumlah pihak seperti penerbit, pengusaha rekaman, tokoh budaya, organisasi budaya agar mau dan bersedia menyerahkan segala hasil terbitan dan rekaman sebagai koleksi deposit nasional. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 4 tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya cetak dan Karya Rekam (KCKR).

Dan untuk mengapresiasi pihak-pihak yang telah aktif dan berkontribusi melaksanakan Undang-undang KCKR, Perpustakaan Nasional mengganjarnya dengan Anugerah Mitra Perpustakaan Nasional. Berdasarkan Surat Keputusan (S.Kep) Kepala Perpusnas Nomor 145 Tahun 2018, Anugerah Mitra Perpustakaan Nasional 2018 secara khusus diberikan kepada tiga lembaga dan Yayasan, antara lain Rumah Musik Suarasama, Yayasan Tuanku Luckman Sinar Basarshah II, dan Komunitas Penciptaan dan Pengkajian Seni Sumatera Utara. Penghargaan diberikan langsung oleh Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando, Jumat, (27/7).

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengingatkan bahwa perpustakaan adalah institusi peradaban. Namun, untuk menciptakan institusi peradaban perpustakaan tidak bisa bergerak sendirian. Perlu bantuan dukungan serta sinergi dari banyak pihak. “Kompromi bernilai nol. Kerjasama bernilai satu, sedangkan sinergi

nilainya berlipat-lipat,” ucapnya.

Lebih lanjut Kepala Perpusnas menegaskan kalau paradigma perpustakaan kini sudah berubah. Perpustakaan bukan lagi gudang buku. Membiarkan buku membusuk tanpa bermanfaat apapun bagi masyarakat. Dan pustakawan tidak lagi bekerja sebagai penunggu buku, dan menunggu pengunjung datang. Pustakawan tidak boleh berdiam diri tanpa memberikan kontribusi keilmuan yang bisa disalurkan ke masyarakat.

“Kini, perpustakaan harus menjangkau masyarakat dimana pun berada. Itu sebabnya, pustakawan harus bergerak menyebarkan segala keilmuan dan pengetahuan (knowledge mobilization) sehingga kesejahteraan masyarakat bisa dirasakan akibat manfaat dari keberadaan perpustakaan,” ujar Kepala Perpusnas.

Reportase : Hartoyo Darmawan

No. 3 2018 Volume XXIII

9

Medan Merdeka Selatan, Jakarta--Siapa yang tidak mengenal Slamet Rahardjo dan Mieke Wijaya dalam dunia perfilman nasional. Keduanya merupakan aktor dan aktris kelas wahid yang telah menyemarakkan kancah perfilman selama puluhan tahun. Berbagai peran telah mereka lakoni dengan apik. Ragam pujian dan penghargaan juga telah diraih. Pantas jika Perpustakaan Nasional bersama Sinematek Indonesia (SI) lantas mengabadikan karya-karya lawas dan peran kiprahnya membangun seni peran Tanah Air dalam wujud situs khusus tokoh perfilman Nasional pada laman web Perpustakaan Nasional. Launching web kedua aktor/aktris senior tersebut dilakukan di Ruang Teater Soekarman Perpusnas, Kamis, (13/9).

Mengenal Karya dan Kiprah Slamet Rahardjo dan Mieke Widjaja Lewat Situs Tokoh Perfilman

PELUNCURAN SITUS TOKOH PERFILMAN

sumber foto: http://www.pojokkiri.net

w a r t au t a am

No. 3 2018 Volume XXIII

10

Hadir dalam peluncuran tersebut Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Ofy Sofiana, Ketua

Sinematek Indonesia Adi Surya Abdi, Ketua Yayasan Pusat Perfilman Haji Umar Ismail, Kepala Pusat Jasa dan Informasi Perpusnas Titiek Kismiyati, dan aktris Marcela Zalianty.

Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Ofy Sofiana mengatakan bahwa perkembangan teknologi informasi memang telah merambah ke berbagai akses tatanan masyarakat. Masyarakat dimudahkan dengan hal itu. Kemudahan itu juga yang diberikan Perpustakaan Nasional demi memenuhi kebutuhan informasi

pemustaka. Jika kebutuhan pemustaka terpenuhi, akan timbul kepuasan pemustaka dalam memanfaatkan perpustakaan. "Peluncuran situs web tokoh perfilman nasional adalah salah satu bentuk kemudahan dalam layanan informasi yang diberikan Perpustakaan Nasional kepada pemustaka," imbuhnya.

Perpustakaan Nasional, lanjut Ofy Sofiana, salah satunya fungsinya adalah sebagai pusat rujukan. Fungsi rujukan tersebut yang mengharuskan Perpusnas membuat terobosan atau inovasi layanan dalam bentuk multi media. Situs web tokoh perfilman nasional maupun situs-situs dengan tema-tema tertentu adalah salah satu bentuk inovasi yang dilakukan sejak satu dasawarsa terakhir. Akibat kemajuan Iptek, masyarakat sudah melek terhadap dunia digital sehingga pemahaman literasi digital juga dibutuhkan. Hingga kini Perpusnas telah membuat sedikitnya 65 portal

khusus dan mendigitalkan 29 judul film nasional. "Kedua aktor senior, Slamet Rahardjo dan Mieke Wijaya merupakan tokoh ke 21 dan 22 yang dibuatkan lamannya dan menjadi bagian dari situs tokoh perfilman nasional, jelas Kepala Otomasi dan Kerjasama Perpusnas Wiratna Tritawirasta.

Slamet Rahardjo adalah pria kelahiran Serang, 21 Januari 1949. Memiliki nama kecil Memet, Slamet Rahardjo memulai karirnya di bidang teater dan bergabung dalam Teater Populer bersama maestro Teguh Karya. Puluhan film telah dilakoni kakak kandung dari Eross Djarot, dan berbagai penghargaan Piala Citra telah didapatkan. Film-film lawas

seperti Badai Pasti Berlalu, Rembulan dan Matahari, Pasir Berbisik, Tjut Nyak Dien, dan Marsinah, adalah sekian dari banyak judul film yang diperankan.

Di masa jayanya, pada era 1970-1980an, Slamet adalah magnet penonton. Hampir semua film yang ia bintangi dan sutradarai menjadi box office. Slamet memulai semuanya ketika film nasional sedang booming. Banyak peran sudah dimainkan, mulai dari mantan narapidana, laki-laki miskin jatuh cinta pada perempuan kaya, kapten Belanda, gangster, hingga pahlawan nasional. Tapi jumlah itu sebenarnya jauh lebih sedikit dibandingkan tawaran yang ia terima.

"Saya orang yang bandel, enggak mau main film sembarangan. Ketika saya baca dan tidak sesuai, saya batalkan," katanya saat menjadi narasumber 'Pengabdian Seni Peran Setelah 73 Tahun Indonesia Merdeka',

bersamaan dengan peluncuran situs tokoh film dirinya.

Tidak lengkap membicarakan film-film lawas tanpa menyertakan nama Mieke Wijaya didalamnya. Pada masanya, istri dari mendiang aktor "Si Pitung" Dicky Zulkarnaen begitu terkenal. Mieke Wijaya merintis karis di dunia hiburan Tanah Air sejak tahun 1950-an. Ratusan judul film dan sinetron pernah dibintangi ibu dari aktris sekaligus mantan penyanyi Nia Zulkarnaen. Peran yang acap dibawakan Mieke Wijaya adalah peran antagonis.

Pembuatan situs tokoh perfilman nasional bertujuan untuk mengurangi akses kesenjangan informasi bagi

masyarakat dan pemustaka. Pengemasan ulang karya-karya dalam bentuk digital adalah salah satu bentuk pelestarian terhadap sineas dan dunia perfilman Tanah Air. Situs web dokumentasi perfilman merupakan bagian dari situs resmi Perpusnas dan merupakan bagian dari pelayanan, khususnya layanan digital.

Kandungan informasi dalam situs web dokumentasi perfilman Indonesia memuat konten bibliografi, direktori tentang insan perfilman, lembaga perfilman, web perfilman, dan rumah produksi, filmografi yang berisi kumpulan data-data/informasi film yang diproduksi di Indonesia, kronika (kumpulan catatan mengenai peristiwa yang berkaitan dengan perfilman Indonesia dari hari ke hari), cuplikan film, serta kliping yang terdiri dari kliping artikel dan resensi.

Reportase : Hartoyo Darmawan

No. 3 2018 Volume XXIII

11

Tugu Tani, Jakarta—Pergerakan organisasi Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) belum menggembirakan. Meski sudah terbentuk sejak 2001 dan disahkan oleh

Presiden, hingga kini belum semua daerah memiliki kepengurusan GPMB. Kepengurusan GPMB pada tingkat provinsi baru mencapai 15 dari 34 provinsi, sedangkan di tingkat

kabupaten/kota malah baru terbentuk 26 organisasi GPMB daerah dari 514 kabupaten/kota seluruh Indonesia. Di harapkan pada Musyawarah Nasional (Munas)

GPMB 2019 mendatang, permasalahan ini sudah menemukan solusi.

GPMB Diminta Rumuskan Program Kolaboratif Dengan Perpusnas

Rapat koordinasi Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca

Ketua Umum PP GPMB Bambang Suprio Utomo membeberkan sejumlah alasan kenapa hal tersbut terjadi,

antara lain rendah dan lambannya respon daerah dalam membentuk GPMB, seringnya rotasi pimpinan menyebabkan kesulitan komunikasi dalam membangun dan membina kepengurusan GPMB, dan AD/ART yang masih disempurnakan demi mengakomodir laju organisasi GPMB.

“Saya harapkan lewat Rakor ini akan

terbentuk persamaan persepsi kepengurusan, laju gerak anggota sehingga koordinasi dan strategi pengembangan budaya baca bisa terumus secara komprehensif,” ujarnya pada pembukaan Rakor dan seminar GPMB di Jakarta, Senin, (24/9).

Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pemasyarakatan Minat Baca (P3MB) Perpusnas Deni Kurniadi juga mengimbau agar GPMB menyusun program kolaboratif dengan

Perpusnas karena mulai 2019, Program Perpuseru yang selama ini dijalankan The Coca Cola Foundation akan direplikasi. Siapa tahu GPMB bisa masuk terlibat pada program replikasi Perpuseru yang dijalankan Perpusnas nanti.

“Saat ini perhatian pemerintah sudah begitu besar terhadap pengembangan perpustakaan dan kegemaran membaca. Perpusnas mendapatkan jatah dana alokasi khusus (DAK) Perpustakaan senilai 300 miliar. Jika

s o r o t a n

No. 3 2018 Volume XXIII

12

ternyata tidak mampu terserap, akan menjadi Silpa. Tapi jika terserap bukan tidak mungkin DAK perpustakaan meningkat menjadi 1 triliun di tahun berikutnya,” terang Deni Kurniadi.

Belum lagi bantuan-bantuan regular seperti yang telah dijalankan sampai sekarang, seperti bantuan koleksi yang sesuai kebutuhan masyarakat, sarana komputer, peningkatan mutu, juga dana dekonsentrasi.

Kekurangmaksimalan GPMB bisa jadi salah satunya karena kurangnya promosi. Oleh karena itu, ada baiknya jika GPMB mengubah mind set. Bukan lagi berkutat pada aspek minat baca, karena saat ini masyarakat Indonesia sudah memasuki aspek gemar membaca. “Ini bisa dirundingkan pada saat Munas mendatang, apakah minat baca masih relevan menjadi bagian dari nama besar organisasi GPMB,” lanjut Deni Kurniadi.

Dalam suatu sesi rakor GPMB juga dipaparkan sharing pengalaman berupa best practise, keberhasillan pengelolaan dan manajerial dari ketiga TBM di tiga daerah, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, dan DI Yogyakarta. Di harapkan kesuksesan yang diraih ketiga TBM tersebut bisa menular atau direplikasikan oleh TBM-TBM lain sehingga pergerakan dan pengembangan kegemaran membaca tidak terjadi ketimpangan berarti.

Pada akhir rakor, disampaikan sejumlah rekomendasi dari GPMB, yang diantaranya :

1. Demi meningkatkan efektifitas GPMB, memerlukan adanya komitmen yang kuat dari pihak terkait terutama untuk penguatan organisasi melalui pembentukan pengurus daerah (PD GPMB) secara merata di seluruh Indonesia

2. Di sebagian daerah dimana perpustakaan masih termarginalkan, GPMB perlu mempertebal komitmennya untuk terus membangun dan memberdayakan perpustakaan dengan meningkatkan kegiatan PKM sebagai upaya menuju Indonesia Cerdas. GMPB perlu memberikan perhatian khusus memilih pemimpin yang memiliki keberpihakan kuat terhadap kegiatan PKM

3. Pemanfaatan dana dekonsentrasi perlu lebih difokuskan ke arah kegiatan PKM sesuai judul dalam program penganggaran, yakni pemasyarakatan kegemaran membaca

4. Perpusnas dan DPAD Provinsi/Kabupaten/Kota untuk melibatkan GPMB dalam perumusan dan pelaksanaan program kegiatan

5. Perpusnas bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan lembaga terkait, seperti Kementerian Agama, Badan Pengembangan Bahasa menetapkan ketentuan baku 'Indeks Literasi Nasional' sebagai acuan bersama

6. Pemerintah c.q Perpusnas melakukan kegiatan pengembangan kemampuan (capacity building) tenaga pengelola perpustakaan desa/kelurahan, TBM, pegiat pustaka keliling kampung, dan sejenisnya

7. Pemerintah c.q Perpusnas bersama DPAD mengembangkan dan meningkatkan pola percepatan pembudayaan membaca melalui berbagai kegiatan stimulan di wilayah masing-masing seperti terbentuknya kelompok masyarakat sadar baca, sudut baca, duta baca, kampung pustaka, dan sejenisnya

Reportase : Hartoyo Darmawan

No. 3 2018

13

Perpusnas Expo 2018

Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Tabuhan gendang menandai dibukanya pekan Perpusnas Expo 2018 yang digelar selama sepekan, Rabu, (12/9). Perpusnas Expo diselenggarakan bertepatan Hari Kunjung Perpustakaan dan Bulan Gemar Membaca.

s o r o t a n

sumber foto : http://www.globalsumut.com/

http://disperpusip.sumutprov.go.id/

Satu Cara Dongkrak Minat Baca Masyarakat

No. 3 2018 Volume XXIII

14

Dalam sambutan pembukanya Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Ofy Sofiana

mengatakan bahwa budaya baca dan belajar merupakan faktor penting untuk mengetahui, menguasai, mentransfer, dan menerapkan Iptek. Semakin tinggi penguasaan Iptek semakin tinggi kemampuan menerapkan Iptek yang tepat guna dan semakin tinggi kemampuan memproduksi barang dan jasa yang bermutu. Jika kemampuan meningkatkan kualitas hidup membaik, maka akan mudah bersaing di pasar bebas.

“Namun, sayangnya indeks kegemaran membaca di daerah pada tahun 2017 menunjukkan angka yang belum menggembirakan. Rata-rata tingkat persepsi minat baca dan kegemaran membaca masyarakat pelajar di Indonesia di 30 kabupaten/kota dari 15 provinsi masih relatif rendah,” ucap Ofy Sofiana mengawali sambutan.

Maka itu, lanjutnya, diperlukan strategi peningkatan budaya baca dengan memanfaatkan perpustakaan dan pemerataan akses layanan perpustakaan di masyarakat demi menggenjot angka kunjungan potensial ke perpustakaan yang hanya sebesar 0,097 atau dibawah standar nasional perpustakaan, yakni sebesar dua persen. Peningkatan pemanfataan perpustakaan oleh pemustaka memang sangat ditentukan oleh kepuasan pemustaka. Semakin puas pemustaka maka akan semakin meningkatkan kunjungan dan pemanfaatan perpustakaan.

Khusus penilaian kunjungan di Perpustakaan Nasional, pemustaka telah mencapai kepuasan. Hal ini dibuktikan pada 2017 diperoleh capaian 3,8 skala likert dari target 3,5. “Perpusnas terus berupaya agar tingkat kepuasan pemustaka semakin baik di 2018, yakni 3,7. Lebih tinggi 0,2 dari tahun sebelumnya.”

Bulan September dalam kalender nasioal mempunyai dua momen penting, yakni sebagai Bulan Gemar

Membaca dan Hari Kunjung Perpustakaan. Kedua momen tersbut penting sebagai salah satu cara mendongkrak minat baca masyarakat. Minat baca akan mempengaruhi kehidupan, baik secara individu dan bangsa di masa depan. “Di sinilah peran penting perpustakaan karena perpustakaan adalah jembatan peradaban masa lalu, kini dan mendatang,” tambah Deputi.

Perpusnas Expo 2018 menampilkan talk show tentang penulis dan perpustakaan pada era revolusi

industri 4.0, peluncuran web tokoh perfilman nasional Mieke Wijaya dan Slamet Rahardjo, workshop story telling, pemutaran film, mengenal tata surya melalui balon udara, aneka lomba edukasi, bazaar serta panggung seni/hiburan. Di sini masyarakat akan melihat langsung inovasi yang telah dilakukan oleh Perpusnas.

Reportase : Hartoyo Darmawan

No. 3 2018 Volume XXIII

15

Medan Merdeka Selatan, Jakarta-Indonesia dan Jepang memiliki keterikatan secara sejarah dan politik. Sejarah Indonesia mencatat Jepang sebagai salah satu negara yang pernah menduduki Tanah Air dalam rentang waktu 3,5 tahun, yakni

pada tahun 1942-1945. Kependudukan Jepang berakhir seiring dengan dibumihanguskannya dua kota besar di Jepang, yakni Hiroshima dan Nagasaki pada

masa Perang Dunia II.

Indonesia dan Jepang Dalam Lintasan Sejarah

sumber foto : http://www.harnas.co/

Pameran dan Seminar Kesejarahan

s o r o t a n

No. 3 2018 Volume XXIII

16

Saat kependudukan Jepang di Indonesia, prinsip kerja paksa yang diterapkan Jepang “Romusha” masih menyisakan

kepiluan serta kesedihan karena prakteknya yang banyak memakan korban jiwa. Meski, di sisi lain Jepang juga telah ikut meletakkan rintisan penting bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia dengan membentuk Badan Pernyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).

Pascakemerdekaan, tepatnya pada tahun 1958, Jepang secara resmi membuka kantor kedutaannya di Indonesia hingga sekarang. Hubungan diplomatik diantara keduanya terbilang awet, sudah memasuki tahun ke-60. Peringatan 60 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Jepang diperingati bersama oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementeria Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia di Gedung Perpustakaan Nasional di Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 11, Jakarta, Kamis, (2/8).

Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilman Farid mengatakan peringatan 60 hubungan diplomatik antarkedua negara dirayakan dengan aktivitas seminar dan pameran tematik. Pameran tematik mengambil salah satu fragmen sejarah dalam hubungan Indonesia-Jepang dalam kurun waktu 1942-1945. "Semangatnya adalah mendeskripsikan perjalanan kemerdekaan bangsa Indonesia sebagai warisan teragung para pendiri bangsa untuk terus dirawat dan dijaga," imbuhnya.

Dalam pameran kesejarahan bertemakan "Jagung Berbunga Di Antara Bedil dan Sakura" menampilkan berbagai sumber sejarah dalam berbagai bentuk, seperti dokumen, poster, foto, lukisan, dan lain sebagainya. Salah satu yang menarik dari koleksi pameran adalah lukisan dan sketsa seniman Jepang Ono Saseo yang disandingkan dengan foto mengenai gambaran sosial di tanah Jawa.

Keseluruhan koleksi yang dipamerkan pada pameran kesejarahan tersebut merupakan koleksi yang berasal dari Perpustakaan Nasional, Direktorat Sejarah Kemendikbud, Arsip Nasional, kantor berita nasional ANTARA, dan Lokananta. Pameran tematik tersebut berlangsung dari tanggal 2 - 10 Agustus 2018 di Ruang Pameran Perpustakaan Nasional (Lt. 4). Pameran kesejarahan Indonesia - Jepang diselenggarakan bertepatan dengan peringatan 110 tahun Kebangkitan Nasional (1908-2018) sekaligus menyambut Hari Kemerdekaan ke-73 Republik Indonesia.

Pada saat bersamaan juga diluncurkan buku berjudul “Jagung

Berbunga di Antara Bedil dan Sakura”. Buku ini membahas fragmen sejarah hubungan Indonesia-Jepang pada masa kependudukan Jepang (1942-1945) dengan menampilkan berbagai sumber sejarah dalam berbagai bentuk, baik dokumen, foto maupun poster dan lukisan karya seniman Jepang yang dikemas apik dan menarik.

Direktur Sejarah Kemendikbud Triana Wulandari dalam awal sambutannya mengatakan kegiatan ini salah satu upaya dalam menguatkan hubungan dari hati ke hati antara Indonesia dan Jepang yang telah terjalin sejak lama, terutama dalam aspek budaya.

Reportase : Hartoyo Darmawan

No. 3 2018 Volume XXIII

17

Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Perpustakaan Nasional RI bersama Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) menyelenggarakan Gelar Wicara "45 Tahun Ikatan Pustakawan Indonesia Membangun Negeri: Kontribusi dan Tantangan" dalam rangka peringatan HUT ke-45 Ikatan Pustakawan Indonesia berlangsung di Ruang Teater Perpustakaan Nasional di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta, Kamis, (12/7). IPI adalah organisasi profesi para pustakawan yang lahir pada 6 Juli 1973 yang memiliki andil besar dalam sejarah pendirian perpustakaan dan perkembangan di Indonesia.

Menuju IPI ke Arah MandiriRayakan HUT ke-45 IPI

s o r o t a n

No. 3 2018 Volume XXIII

182818

Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan pustakawan sebagai salah satu komponen

utama di perpustakaan diharapkan memiliki kompetensi yang memadai dalam menghadapi persaingan di era digital. "Para pustakawan harus lebih pro aktif, terjun ke masyarakat agar Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dapat meningkat. Tag line “Pustakawan Bergerak” yang diusung Perpusnas pada tahun ini sebagai penegasan dari upaya tersebut," ungkap Kepala Perpusnas.

Pustakawan bergerak adalah upaya mendorong pengetahuan (knowledge mobilization), utamanya dari koleksi ilmu-ilmu terapan maupun tepat guna yang mudah, sederhana, dan bisa segera diterapkan (aplikatif) sehingga setiap individu tanpa terkecuali mendapatkan kesempatan mendapatkan pengetahuan dan kemampuan mengembangkan kompetensi diri agar kesejahteraan hidupnya meningkat.

Setelah selesai dengan 'Pustakawan Bergerak' di tahun 2018, maka di tahun 2019 mendatang tagline yang diusung adalah “Pustakawan Berkarya” sebagai bagian dari

program kerja Perpustakaan Nasional. Pustakawan, lanjut Kepala Perpusnas, tidak lagi berpijak pada masa lalu tapi sekarang harus berpacu untuk masa depan. Program dan komitmen membangun institusi dan organisasi harus lebih baik lagi. Masyarakat perlu merasakan bukti konkret (nyata) dari kiprah IPI di masa-masa mendatang.

"Saya mengharapkan program kerja IPI di tahun-tahun mendatang tidak lagi bersifat seremonial, seperti raker, rakor ataupun perayaan ulang tahun. IPI harus dapat membuat program kerja yang sesuai dengan konteks zaman. Peka terhadap dinamika peradaban," imbuh Muhammad Syarif.

Semnetara itu, Ketua Umum IPI Dedi Junaedi mengatakan usia ke-45 adalah usia yang cukup matang menjelang setengah abad. Usia yang cukup untuk menjawab tantangan di masa depan. Namun, mimpi dan harapan terhadap cita-cita IPI menjadi sebuah organisasi profesional dan mandiri diakui belum cukup terlihat, terutama secara finansial. IPI senantiasa bersyukur, Perpustakaan Nasional selalu terbuka membantu IPI

bergerak menuju kemandirian, salah satunya dengan diberikannya kepercayaan mengadakan sejumlah bimbingan teknis (bimtek) kepustakawanan maupun ragam penyelenggaraan workshop perpustakaan di sejumlah daerah.

Pustakawan di era digital memang dituntut untuk bisa mengembangkan keterampilan informasi literasi digital kepada masyarakat. Sehingga dengan kemampuan tersebut, setiap individu memiliki keterampilan literasi yakni kemampuan dalam mencari informasi, menemukan, mengevaluasi, membuat, memaparkan, hingga menyebarkan kembali informasi tersebut.

"Pustakawan harus adaptif dengan kemajuan teknologi digital. Selain aktif mengikuti dinamika teknologi digital, pustakawan juga diminta peduli terhadap kondisi sosial di masyarakat. Misalnya, ambil bagian dalam menyajikan informasi dan referensi yang valid (sahih) demi menangkal informasi yang menyesatkan atau hoaks," tambah Dedi.

Reportase : Hartoyo Darmawan

No. 3 2018 Volume XXIII

19

Pustakawan Mercusuar Peradaban

Senen, Jakarta—Keberhasilan perpustakaan sangat ditentukan oleh tersedianya pustakawan yang berdedikasi tinggi dan bekerja secara professional. Pustakawan dituntut untuk memberikan pelayanan prima dan berorientasi pada kepuasan pemustaka.

Pustakawan Berprestasi Terbaik Nasional 2018

w a r t ak h u s u s

No. 3 2018 Volume XXIII

20

Meskipun masih dalam jumlah yang terbatas, pustakawan di Indonesia telah melakukan yang terbaik sesuai dengan

kompetensi serta kemampuannya. Sehingga wajar apabila para pustakawan yang berdedikasi tinggi diberikan panggung yang lebih luas, seperti lomba pustakawan berprestasi Terbaik Nasional 2018.

Pustakawan Berprestasi Terbaik Nasional 2018 diikuti oleh 29 pustakawan terbaik yang mewakili provinsi dan digelar selama sepekan di Jakarta. Mereka akan mengikuti sejumlah tahapan penilaian, mulai dari tes kemampuan kognitif, wawancara dan ujian presentasi.

Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando mengatakan sudah saatnya pustakawan berjuang mendapatkan pengakuan dan bukan sekedar pencitraan. Pustakawan harus menjadi mercusuar peradaban yang mampu menghasilkan perubahan positif di masyarakat.

“Pustakawan merupakan profesi yang

mulia karena hampir semua bidang profesi memerlukan jasa pustakawan,” ucapnya saat membuka Lomba Pustakawan Berprestasi Terbaik Nasional, Senin, (13/8).

Tugas pustakawan, lanjut Muhammad Syarif, secara de facto dilindungi oleh enam Undang-undang. Artinya, pemerintah sudah memberikan kepedulian. Sekarang tinggal pustakawan menunjukkan eksistensinya karena Undang-undang telah melindungi. Hanya di Indonesia, urusan perpustakaan yang kini menjadi urusan wajib diurusi pemerintah hingga ke daerah, ujarnya.

Namun, tetap diperlukan sinergi agar upaya mensejahterakan masyarakat berjalan baik. Pustakawan jangan merasa mampu sendiri. Perlu ada komunikasi dengan profesi lain. “Saat ini eranya sinergi. Bukan lagi era kolonial. Jangan lagi ada upaya pengkotak-kotakkan profesi.”

Tahun 2018, Perpustakaan Nasional mengusung slogan “Pustakawan Bergerak”. Pustakawan harus menjadi agen perubahan di

masyarakat dengan memobilisasi pengetahuan (knowledge mobilization). Mobilisasi pengetahuan bukan sekedar membawakan buku maupun menyediakan buku, tapi juga memberikan informasi yang diperlukan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, seperti informasi dan pengetahuan tentang teknologi ilmu terapan (life skill) yang mampu segera dipraktekkan sehingga dampaknya bisa cepat dirasakan masyarakat. Penguasaan teknologi informasi (TI) diyakini meringankan tugas mobilisasi pengetahuan yang dilakukan pustakawan menjadi lebih mudah.

Oleh karena itu, Kepala Perpusnas meminta pustakawan jangan terlalu sibuk dengan pekerjaan administrasi. Jangan pula terpaku pada ketiadaan kartu anggota perpustakaan. Paradigma dalam melayani pemustaka harus diubah. Layani pemustaka dengan sebaik-baiknya, pesan Muhammad Syarif.

Reportase : Hartoyo Darmawan

No. 3 2018 Volume XXIII

21

Menteri PANRB Inginkan Perbaikan Kinerja Perpusnas

MOU Perpusnas dan Kementerian PANRB

Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menteri PANRB) Asman Abnur dan Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif

Bando menandatangani nota kesepahaman (MoU) di ruang teater Perpusnas di Jalan Medan Merdeka Selatan Nomor 11, Jakarta, Rabu, (25/7).

i hadapan Menteri PANRB, Kepala Perpusnas

DMuhammad Syarif Bando kembali menekankan bahwa perpustakaan memiliki peran penting bagi kemajuan peradaban bangsa. Perpustakaan

berkembang jika ada aktivitas sarat keilmuan didalamnya. “Tanpa keilmuan peradaban akan stagnan. Dan buku memiliki kekuatan yang mencerminkan kekuatan bangsa,” ujarnya.

Menteri PANRB Asman Abnur mengisahkan bahwa semasa ia menduduki jabatan sebagai pimpinan fraksi, pembahasan

dengan lembaga Perpusnas kurang mendapatkan apresiasi dari rekan sejawat. Mayoritas rekan-rekan di DPR menganggap Perpusnas tidak memiliki cita-cita sebagai sebuah instansi. Asman mengakui seringkali ia mengingatkan rekan-rekan di DPR bahwa Perpustakaan Nasional bukanlah lembaga sembarangan. Suatu saat Perpustakaan Nasional akan menjadi simbol peradaban bangsa.

Alhasil, seiring waktu prediksinya terbukti, Perpustakaan Nasional kini menjadi salah satu instansi yang

w a r t ak h u s u s

No. 3 2018 Volume XXIII

22

membanggakan. Kemegahan bangunan ditunjang fasilitas layanan yang memadai dirasa cukup untuk menjadikan perpustakaan nasional salah satu destinasi keluarga di akhir pekan, seperti yang terjadi di negara maju. “Saya memimpikan perpustakaan dimana pun menjadi pilihan utama destinasi keluarga di akhir pekan, selain bermain di taman,” ujarnya.

Namun, Menteri Asman mengingatkan semua harus didukung dengan pelayanan birokrasi yang baik. Para penyelenggara negara bekerja secara profesional. “Kinerja ASN tidak boleh kalah dengan pegawai korporasi atau yang bekerja di perusahaan multinasional,” imbuhnya.

Asman menegaskan jika suatu instansi memiliki raport kinerja C (cukup), maka bisa dipastikan bahwa 40% dari anggaran instansi yang bersangkutan tidak memberikan hasil apapun. Artinya, kegiatan yang dilaksanakan tidak memiliki tujuan. Padahal setiap anggaran yang dikeluarkan harus ada outcome (dampak) yang jelas, tambah Asman.

Oleh karena itu, beber Asman, bahwa penempatan pegawai wajib sesuai dengan kompetensi yang dipunyai. Ada mekanisme open bidding, ada assessment. Di tahun 2018, Kementerian PANRB berencana membuka lowongan kerja baru dikarenakan tidak kurang dari 220 ribu ASN telah memasuki masa pensiun.

Sistem pendidikan dan pelatihan bagi ASN juga akan diperbaiki. Tidak ada lagi penyelenggaraan pra jabatan maupun diklat pimpinan. Pemateri diklat dan pengembangan kemampuan ASN akan diisi oleh para praktisi dan profesional. Dan postur gaji ASN juga akan ditinjau. Kementerian PANRB menginginkan gaji ASN bisa lebih tinggi dari pegawai yang bekerja di bidang koorporasi

Nota kesepahaman (MoU) antara Perpustakaan Nasional dan Kementerian PANRB menyasar di 10 ruang lingkup pekerjaan, antara lain :

1. Pengembangan reformasi dan birokrasi, akuntabilitas, dan pengawasan

2. Pengembangan kelembagaan dan tata laksana

3. Pengembangan SDM aparatur dan perpustakaan

4. Pengembangan pelayanan publik

5. Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)

6. Pengembangan pangkalan data katalog induk nasional (KIN) dan repository digital Indonesia One Search (IOS)

7. Pengembangan dan pemanfaatan bersama koleksi perpustakaan

8. Pertemuan ilmiah, penelitian, dan publikasi bersama dalam bidang perpustakaan

9. Penghimpunan dan pelestarian Karya Cetak dan Karya Rekam (KCKR)

10. Perluasan jejaring perpustakaan lingkup nasional dan internasional

Reportase : Hartoyo Darmawan

No. 3 2018 Volume XXIII

23

Menteri Asman Dorong Perpusnas Jadi Destinasi WisataMedan Merdeka Selatan, Jakarta-Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur mendorong agar Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menjadi salah satu destinasi wisata bagi masyarakat yang ingin menghabiskan akhir pekan bersama keluarga. Hal tersebut melihat potensi yang dimiliki Perpusnas sudah cukup lengkap dan memadai untuk dikunjungi masyarakat, mulai koleksi buku berbasis digital, pameran benda bersejarah, pemutaran film dokumenter dan lainnya.

w a r t ak h u s u s

No. 3 2018 Volume XXIII

“D

23 24Volume XXIII No. 3 2018

Menteri Asman Dorong Perpusnas Jadi Destinasi WisataMedan Merdeka Selatan, Jakarta-Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Asman Abnur mendorong agar Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menjadi salah satu destinasi wisata bagi masyarakat yang ingin menghabiskan akhir pekan bersama keluarga. Hal tersebut melihat potensi yang dimiliki Perpusnas sudah cukup lengkap dan memadai untuk dikunjungi masyarakat, mulai koleksi buku berbasis digital, pameran benda bersejarah, pemutaran film dokumenter dan lainnya.

engan sejumlah media edukasi yang dimiliki Perpusnas dapat menjadi

destinasi wisata bagi masyarakat yang akan menghabiskan akhir pekan bersama keluarga. Kalau saat ini masyarakat cenderung memilih mall untuk menghabiskan waktu, maka kedepan Perpusnas harus menjadi destinasi wisata bagi masyarakat,” ujarnya usai melakukan penandatanganan MoU antara Kementerian PANRB dengan Perpusnas, di Kantor Perpusnas, Rabu, (25/07).

Hal tersebut menurutnya juga harus diimbangi dengan perbaikan pelayanan dan hospitality kedepannya, agar pengunjung merasa nyaman saat berada di Perpusnas. Menteri Asman pun berpesan agar para petugas yang

melayani selalu memberikan senyum dan menyapa para pengunjung, serta memberikan informasi yang diperlukan. Selain dari itu Perpusnas tentunya juga harus memperkaya koleksi buku dan informasi, serta materi-materi yang disajikan.

“Pelayanan dan Hospitality harus menjadi kunci dari perpustakaan ini, disamping koleksi materi-materi yang disajikan harus menjadi daya tarik. Dengan demikian Perpusnas menjadi sarana edukasi dan penambahan wawasan bagi para pengunjungnya,” katanya.

Lebih lanjut dirinya menambahkan manajemen dari Perpusnas harus terus ditingkatkan baik secara teknologi maupun secara profesional manajemen lainnya. Jangan mudah puas dengan sarana yang telah dibangun saat ini, namun harus terus ditingkatkan terus. Dengan demikian diyakini Perpusnas akan menjadi ikon nasional, karena memang Menteri Asman mengakui bahwa kualitas Perpusnas tidak kalah

dengan perpustakaan yang ada di negara lain.

Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando menyambut baik saran Menteri PANRB. Menurutnya saat ini Perpusnas terus melakukan perbaikan dalam berbagai sisi, dengan harapan dapat memberikan layanan yang berkualitas bagi masyarakat. Selain itu agar masyarakat dapat memilih Perpusnas sebagai pusat informasi dan pengetahuan. Disampaikan bahwa jumlah kunjungan ke Perpusnas terus mengalami peningkatan disetiap waktunya.

“Dengan tren pengunjung yang terus meningkat setiap waktu, kami akan terus memperbaiki sarana yang ada. Di harapkan masyarakat dapat merasa nyaman saat berada di Perpusnas,” pungkasnya.

Sumber : byu/HUMAS MENPANRB

w a r t ak h u s u s

No. 3 2018 Volume XXIII

“D

25

Perpustakaan Bantu Hindari Plagiarisme

Perpusnas dan UMI Medan Jalin MOU

Medan, Sumatera Utara—Perkembangan dunia digital memang telah masif. Teknologi merambah di hampir semua sektor kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan. Zaman konvensional kini perlahan ditanggalkan beralih ke zaman digital. Banyak diantaranya telah bertransformasi. Mesin cetak digantikan dengan teknologi digital. Pencarian yang dulunya dilakukan manual, mulai beralih ke mesin pencari (search engine). Penggunaan teks dan gambar kini digantikan dengan multimedia.

Indonesia sebagai negara berkembang dengan populasi 262 juta penduduk ternyata memiliki populasi pengguna internet yang cukup besar, yakni sebesar 143,26 juta penduduk. Dari jumlah tesebut, lebih dari separuhnya

(54,68 persen) sudah fasih menggunakan internet dan memanfaatkannya untuk mengakses sumber informasi. Namun, dari besaran persen teserbut, mayoritas masyarakat justru menggunakannya untuk bermedia sosial, seperti chatting (89.35 persen). Hanya 74.84 persen yang memakainya sebagai wadah pencari informasi.

“Sedangkan pemanfaatan internet untuk kepentingan pendidikan hanya 55,30 persen, salah satunya untuk

aktivitas membaca. Artinya, masyarakat butuh terhadap bahan bacaan yang berkualitas dengan jumlah yang memadai yang rata-rata didominasi oleh para mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan sarjana muda (S1) dan master (S2),” imbuh Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando saat menjadi narasumber pada seminar nasional “Peran Pustakawan dan Perpustakaan Dalam Mencegah Plagiarisme di Kalangan Civitas Akademika” yang berlangsung di Universitas Methodist Indonesia, Medan, Rabu, (8/8).

Kian pentingnya kebutuhan masyarakat terhadap bahan bacaan yang bermutu mau tidak mau juga mengharuskan

w a r t ak h u s u s

No. 3 2018 Volume XXIII Volume XXIII Volume XXIII

26

Perpustakaan Nasional menyesuaikan pengembangan perpustakaannya dengan berbasis digital agar masyarakat mudah menjangkau koleksi yang diinginkan.

Dari situ kemudian kerangka pikir pengembangan perpustakaan disusun. Secara garis besar, parameter pembangunan perpustakaan mencakup pemerataan perpustakaan, kemudahan dan kecepatan akses, kualitas dan kuantitas koleksi, diversifikasi dan pemanfaatan layanan, serta kualitas dan kuantitas sumber daya pengelola perpustakaan.

“Jika kesemuanya dapat berfungsi baik maka akan mendongkrak kemampuan literasi masyarakat. Dengan literasi yang memadai, masyarakat terdorong menelurkan banyak inovasi. Dari inovasi akan muncul suatu kreativitas sehingga masyarakat lantas tergerak untuk berusaha, membangkitkan kemandirian ekonomi yang pada akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat membaik,” jelas Kepala Perpusnas dihadapan para mahasiswa, dosen dan anggota civitas akademika.

Perguruan tinggi diakui oleh banyak pihak adalah kawah candradimuka dalam menciptakan manusia-manusia unggul yang nantinya mampu menjadi motor inovasi dan kreatifitas di masyarakat. Lulusan perguruan tinggi di Indonesia terbukti tidak kalah dan mampu bersaing di pentas internasional bersama dengan lulusan para universitas terbaik di dunia, seperti Massachusetts Institute of Technology, Stanford University, Harvard, Cambridge, Oxford, ataupun University College di London.

Namun, lanjut kepala perpusnas, kemajuan teknologi tetap memiliki celah yang bisa dimanfaatkan oleh oknum atau pihak yang ingin menarik keuntungan dengan cara pintas. Pada perpustakaan digital, misalnya file yang tersedia dalam bentuk digital bisa dengan muidah direplikasi lalu kemudian disebarkan. Data-data lain, seperti film, buku, maupun musik pun rawan pembajakan.

“Di sinilah peran Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta menjadi penting mengingat teknologi yang dipakai dalam menyalahgunakan setiap karya intelektual makin canggih. Artinya, siapapun kini tidak bisa lagi seenaknya meng-copy, mengedit dan mencetak tanpa seizin pemilik.”

Mengikuti perkembangan konten digital, Perpusnas telah melengkapi dirinya dengan menyediakan aplikasi baca digital yang disebut iPusnas. iPusnas adalah aplikasi digital library yang menggabungkan fitur membaca buku digital sekaligus juga wadah berinteraksi lewat fitur media sosial yang dapat diatur sedemikian rupa. iPusnas memuat tidak kurang dari 20 ribu judul buku digital dari seluruh terbitan dari penerbit ternama di Indonesia.

Dengan banyaknya koleksi buku digital—dan masih akan terus bertambah—masyarakat, termasuk para civitas akademika menghindari jalan intas dengan melakukan

plagiarisme. Jika sumber yang diinginkan tidak ditemui dalam koleksi digital, masyarakat bisa mendatangi perpustakaan. Plagiarisme tidak dibenarkan apalagi di dalam dunia pendidikan tinggi. Teramat besar resiko yang ditanggung jika cara itu dilakukan.

Selain membantu masyarakat dalam pencarian sumber informasi yang valid, penggunaan aplikasi iPusnas juga mendukung pelestarian lingkungan karena konsep yang ditawarkan adalah produk buku digital. Masyarakat kini bisa dengan mudah mencari buku yang dibutuhkan dikarenakan keterbatasan dana. Koleksi buku digital dalam iPunas dapat diakses kapan pun, dimana pun tanpa batas ruang dan waktu.

Selain aplikasi iPusnas, Perpusnas juga terus meng-update koleksi e-resource. Koleksi e-resource adalah layanan online untuk mengakses buku dan jurnal elektronik. Saat ini koleksi e-resources Perpusnas sudah menghimpun lebih dari 2 milyar judul artikel jurnal. Dan masyarakat bisa mengakses dengan bebas dan gratis dengan terlebih dulu menjadi anggota Perpustakaan Nasional.

Pada kesempatan yang sama Perpusnas juga melakukan Nota Kesepahaman (MoU) dengan Universitas Methodist Indonesia. Penandatanganan dilakukan langsung oleh Kepala Perpusnas dan Rektor UMI Pantas Simanjuntak dan disaksikan Wakil Ketua Yayasan Gereja Methodist UMI Bastian Manurung.

Universitas Methodist Indonesia (UMI) Medan merupakan perguruan tinggi ke-146 di Indonesia yang melakukan kerjasama dengan Perpustakaan Nasional. Nota Kesempahaman yang ditandatangani kedua belah pihak melingkupi,

1. Pengembangan sumber daya manusia di bidang perpustakaan

2. Pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)

3. Pengembangan pangkalan data Katalog Induk Nasional (KIN) dan repository Indonesia One Search (IOS)

4. Pengembangan dan pemanfaatan bersama koleksi perpustakaan dalam bidang perpustakaan

5. Penghimpunan dan pelestarian karya cetak dan karya rekam (KCKR)

6. Perluasan jejaring perpustakaan di lingkup nasional dan internasional

Reportase : Dewi Kartikasari dan Hartoyo Darmawan

No. 3 2018 Volume XXIII

27

ni merupakan sebuah saksi yang bisa dipersembahkan oleh kita kepada seluruh masyarakat

Indonesia. Bahwa dalam beberapa tahun ini antusiasme masyarakat dalam upaya menumbuhkan kegemaran membaca sudah mulai tumbuh berkembang sangat baik,” jelas Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengawali Gemilang Perpusnas 2018 di ICC, Kemayoran,

Jakarta, Kamis (6/9).

Kategori penghargaan Nugra Jasadarma Pustaloka diberikan kepada para insan bikrokrat/tokoh masyarakat, masyarakat, jurnalis/penulis, pers/media massa, perpustakaan umum desa/kelurahan, perpustakaan SMU, pustakawan berprestasi, lomba bercerita tingkat SD/MI Nasional, karya non fiksi

terbaik, dan lifetime achievement.

Kepala Perpusnas menuturkan Gemilang Perpusnas merupakan mandat Undang-undang Perpustakaan Nomor 43 Tahun 2007. Dalam UU tersebut disebutkan Perpusnas memberikan penghargaan kepada seluruh WNI yang secara nyata terbukti ikut serta mengembangkan perpustakaan juga melestarikan

Sinergi Pegiat Literasi Tumbuhkan Kegemaran Membaca

Kemayoran, Jakarta-Sinergitas para pejuang literasi dari unsur pemerintah, swasta, hingga masyarakat ini menghadirkan 'virus' kegemaran membaca mulai dari keluarga, dunia

pendidikan, masyarakat, daerah terpencil, daerah pedalaman, hingga daerah terluar. Kiprah dan jerih payah mereka dibayar lunas oleh Perpustakaan Nasional pada malam Gemilang Perpusnas 2018. Gemilang Perpusnas adalah malam pemberian penghargaan tertinggi kepada para insan yang berkontribusi aktif dalam mengembangkan perpustakaan dan

menumbuhkan kegemaran membaca di Indonesia.

Gemilang Perpusnas 2018

w a r t ak h u s u s

No. 3 2018 Volume XXIII

“I

28

naskah-naskah kuno, menghadirkan buku-buku terbaik, juga kepada wartawan/media yang aktif untuk mengedukasi masyarakat sesuai mandat Undang-undang Dasar, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Saat ini, sudah ada 154 ribu perpustakaan di Indonesia. Jumlah ini dinilai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh rakyat Indonesia yang. Oleh karena itu, Muhammad Syarif mendorong seluruh pihak agar membangun sinergitas agar perpustakaan di Indonesia menjadi perhatian bangsa-bangsa di dunia.

“Perlu kami sampaikan bahwa saat ini Indonesia merupakan negara kedua dengan infrastuktur perpustakaan terbanyak setelah India. Tentu saja

masih banyak hal yang harus dilakukan ke depan agar bisa berjalan seimbang dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain,” tuturnya.

Pada kesempatan sama, Kepala Perpusnas juga mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo yang memiliki kepedulian tinggi pada pengembangan perpustakaan dan menjadikan perpustakaan sebagai pusat peradaban. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan bahwa perpustakaan dimandatkan sebagai urusan wajib. Dan pada 2019 mendatang, perpustakaan telah ditetapkan menjadi salah satu prioritas nasional dalam urusan perpustakaan berbasis inklusi sosial.

“Bagaimana perpustakaan menjadi pendamping bagi masyarakat, termasuk komunitas tertentu untuk

mendapatkan apa yang seharusnya didapatkan. Mulai tahun 2019, pemerintah akan meluncurkan Dana Alokasi Khusus (DAK) pengembangan perpustakaan. Jadi, kepada para bupati/wali kota yang konsisten dan berminat bisa mengikuti prosedur administrasi yang telah tetapkan bersama dengan Bappenas,” jelasnya.

Sementara itu, Duta Baca Indonesia Najwa Shihab menilai animo tinggi masyarakat ke fasilitas baru layanan Perpusnas merupakan bukti bahwa Perpusnas berhasil mengikis mitos perpustakaan sebagai gedung yang angker dan kaku. Perpustakaan merupakan tempat untuk menghidupkan sisi kemanusiaan setiap individu.

“Perpustakaan bukan hanya tentang buku dan buku melulu, melainkan juga segala bentuk ekspresi terbaik kemanusiaan kita, mulai dari seni rupa, seni pertunjukan, film, musik, bahkan teknologi. Perpustakaan itu taman sari pencapaian umat manusia. Perpustakaan sudah menjadi ruang publik yang terbuka bagi berbagai kalangan, berbagai status, strata pendidikan, dan status sosial. Saya membayangkan perpustakaan menjadi tempat bagi siapapun untuk bertemu, berkumpul, berdiskusi, berinteraksi, bercakap-cakap, berbicara urusan kekeluargaan,” ujarnya.

Najwa menekankan kunci dari pengembangan perpustakaan adalah sumber daya manusia. Ini terlihat dari para penerima penghargaan yang meski terbatas koleksi dan gedung, namun berhasil menunjukkan semangat yang kuat untuk

mengembangkan perpustakaan dan menumbuhkan kegemaran membaca.

“Inti dari perpustakaan bukan pada benda. Entah itu buku, entah itu gedung, melainkan manusianya, pustakawannya, pengurusnya, pemimpinnya, para duta baca di daerah, dan para pegiat dan inisiator literasi yang juga akan menerima penghargaan. Yang menunjukkan bahwa buku-buku mungkin saja masih terbatas, gedungnya mungkin belum keren, tapi selama manusianya punya semangat, kemauan yang kuat, saya percaya perpustakaan di daerah pun mampu menggeliat dan menarik perhatian publik,” urainya.

Najwa menekankan bahwa perjuangan meningkatkan literasi merupakan

usaha jangka panjang. “Dampak dari meningkatnya tingkat literasi memang tidak langsung tampak, tapi kita percaya dengan sepenuh hati dampaknya akan terlihat kelak di kemudian hari,” pungkasnya.

Gemilang Perpustakaan Nasional 2018 dihadiri tidak kurang dari 1.600 undangan dengan penampilan Judika, Armada, dan Sheryl Sheinafia, yang dipandu host Gracia Indri dan Gilang Dirga.

Di tahun ini, Gemilang Perpusnas menambah satu kategori penghargaaan untuk pelestari naskah kuno yang diberikan untuk perorangan dan lembaga.

Berikut para penerima penghargaan dalam Gemilang Perpustakaan Nasional Tahun 2018:

No. 3 2018 Volume XXIII

29 No. 3 2018 Volume XXIII

182830No. 3 2018 Volume XXIII

31

Sumber Foto: The History Blog

Relevansi, Kontekstualisasi, dan Aktualisasi Nilai-nilai

Kearifan dalam Naskah Nusantara

Festival Naskah Nusantara IV

Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Naskah Nusantara adalah dokumen tertulis yang menjadi khasanah karya budaya bangsa Indonesia. Kekayaan naskah Nusantara melimpah, dan tersebar di hampir seluruh kepulauan di Indonesia. Sepanjang perjalanan sejarah bangsa, kumpulan naskah Nusantara merupakan bagian sumber inspirasi para pendiri bangsa. Pancasila sendiri disusun berdasarkan konsensus yang dilandasi oleh sumber pengetahuan yang berasal dari naskah Nusantara. Bahkan, semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” tergali dari naskah Jawa Kuno yang berjudul Sutasoma.

Naskah-naskah Nusantara bukan hanya mengandung kisah-kisah sastra, tapi melingkupi dihampir semua bidang

kehidupan manusia. Kearifan-kearifan lokal seperti nilai-nilai toleransi dan akulturasi tertuang dalam naskah-naskah keagamaan telah dipraktekkan

dan diaktualisasikan masyarakat Indonesia sejak masa lalu, dan perlu terus- menerus disosialisasikan.

“Manuskrip adalah warna warni dari sejarah peradaban yang membawa manfaat besar bagi kehidupan manusia. Perpustakaan Nasional

memiliki koleksi naskah dari abad ke-5 dan masih terawat hingga kini,” imbuh Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarif Bando saat membuka pagelaran Festival Naskah Nusantara IV di Jakarta, Senin, (17/9).

w a r t ak h u s u s

No. 3 2018 Volume XXIII

32

Kali ini Perpusnas tidak sendirian. Komunitas Masyarakat Pernaskahan Nusantara (Manasa) juga ikut menyemarakkan festival naskah nusantara tahun ini. Sinergi antara Perpusnas dan Manasa berperan dalam mendistribusikan segala informasi dan ilmu pengetahuan yang terkandung pada setiap manuskrip. “Sampaikan segala urgensi dan relevansinya agar tatanan hidup masyarakat tidak mengalami degradasi, tambah Muhammad Syarif.

Memang, sebagian naskah yang ada masih memerlukan penelitian lebih lanjut oleh para filolog seiring dinamika perkembangan ilmu pengetahuan. Pengkajian naskah bersifat interdisipliner dan melibatkan berbagai ahli dan stakeholder, sehingga dampak dari hasil penelitian itu dapat lebih

diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia masa kini.

Festival Naskah Nusantara IV mengusung tema “Relevansi, Kontekstualisasi, dan Aktualisasi Nilai-nilai Kearifan dalam Naskah Nusantara Menuju Indonesia Maju”, dan berlangsung selama sepekan (17-22 September). Setiap hari masyarakat disuguhkan oleh berbagai seminar internasional dengan tema-tema, antara lain menyoal pendidikan berkarakter menuju revolusi mental, aktualisasi hukum adat, nilai-nilai luhur keagamaan, dan jatidiri bahari Indonesia.

Narasumber seminar yang dihadirkan, antara lain praktisi pendidikan Arief Rahman, pakar hukum tata negara Jimly

Asshiddique, Yudi Latief, Lukman Hakim Saifuddin, Susi Pudjiastuti, sejumlah akademisi, filolog, dan sejarawan.

Selain diisi dengan seminar internasional, semarak Festival Naskah Nusantara juga diramaikan dengan pameran naskah nusantara yang menampilkan naskah-naskah kuno koleksi Perpusnas, lokakarya terkait tradisi pernaskahan nusantara, pembuatan topeng kayu, pembuatan/penulisan aksara di media lontar dan kertas daluang, pembuatan wayang panji dari kayu, perawatan naskah melalui digitalisasi, bazaar buku, lomba foto, hiburan musik tradisional, seperti tembang Macapat, kecapi suling, karinding, keroncong, dan pop modern.

Reportase : Hartoyo Darmawan

No. 3 2018 Volume XXIII

33

Meniru Semangat Membaca Sang Proklamator, (Sukarno 1901-1970)

sumber foto: https://www.dkfindout.com/us/history/mesopotamia/babylon/

po i n ipo i n i

Sukarno, selain memiliki kematangan dalam berpolitik, juga cerdas dalam menganalisis situasi politik. Sukarno tidak begitu saja membiarkan intelektualnya kosong dan kering dari bahan bacaan. Oleh karenanya

Sukarno merupakan seorang yang semangat sekali membaca buku. Pengusaannya atas sejumlah bahasa asing serta kemampuan dalam berpidato menjadikannya seorang orator tanpa tanding. Sukarno mampu mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak latar belakang etnik,budaya, dan agama dengan lidahnya, tanpa menumpahkan setetes darah pun.

Sukarno jika dikaitkan dengan pengertian ilmu, maka ia merupakan suatu objek kajian secara sosok/tokoh/figur, secara ide/gagasan/pemikiran bahkan bisa merupakan suatu fenomena dalam suatu masyarakat. Sehingga pembahasan mengenai Sukarno bisa dilihat dari berbagai macam sudut pandang keilmuan.

Peter Kasenda (2010) menyatakan bahwa alam pikiran (world of mind) Sukarno dipengaruhi oleh dua (2) faktor, yaitu Pertama, pemahaman Sukarno mengenai realitas bangsanya sebagai bangsa yang dijajah oleh Belanda selama ratusan tahun. Kedua, pemahaman Sukarno akan kemajemukan masyarakat Indonesia baik itu dari segi bahasa, etnis, dan agama. Akan tetapi penulis menambahkan bahwa ada satu faktor dominan yang mempengaruhi alam pemikirannya, yaitu membaca buku.

Djoko Pitono (2009) juga menyatakan bahwa, kemampuan Soekarno itu tentu diperoleh melalui proses, tetapi jelas buku-buku adalah bagian penting dari proses situ. Sukarno sejak remaja sudah sering larut dalam menikmati beragam buku di perpustakaan ayahnya. Djoko Pitorno menambahkan bahwa Howard Parlfey Jones dalam bukunya, Indonesia: The Possible Dreams, tahun-tahun dalam penjara dan pengasingan merupakan tahun-tahun pendidikan bagi Sukarno. Sukarno membaca apa saja yang bisa diperolehnya, akan tetapi yang paling disukai adalah buku-buku tentang sosialisme dan revolusi; buku-buku yang akan mengajarinya bagaimana mengorganisasi (rakyat) melawan Belanda, buku-buku yang akan memberinya pandangan tentang revolusi.

Sukarno dalam Otobiografinya yang ditulis oleh Cindy Adams (1966), menyatakan bahwa buku-buku menjadi sahabatnya dan seluruh waktunya saat kos di rumah mentornya yaitu HOS Cokroaminoto di Surabaya dihabiskan dengan membaca. Bahkan ketika teman seumuran lainnya

sedang asyik untuk bermain, Sukarno memilih untuk belajar dan mengejar ilmu pengetahuan di luar yang diberikan di sekolahnya.

Di Surabaya sendiri ada sebuah perpustakaan yang besar yang diurus oleh Perkumpulan Teosofi. Oleh karena Bapaknya seorang penganut teosofi, Sukarno memiliki akses ke dalam gudang ilmu tersebut, yang tidak mengenal pembatasan terhadap seorang anak miskin. Sukarno masuk ke dalam dunia pemikiran dan bertemu orang-orang besar. Pemikiran-pemikiran dan cita-cita mereka menjadi dasar pandangannya. Sukarno mengatakan:

“Seluruh waktu kupergunakan untuk membaca. Sementara yang lain bermain-main, aku belajar. Aku mengejar ilmu pengetahuan disamping pelajaran sekolah. Kami mempunyai sebuah perpustakaan yang besar di kota ini (Surabaya-pen) yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Theosofi. Bapakku seorang Theosof, karena itu aku boleh memasuki peti harta ini, dimana tidak ada batasnya buat seorang anak yang miskin. Aku menyelam samasekali ke dalam dunia kebatinan ini. Dan disana aku bertemu dengan orang-orang besar.”

“…secara mental aku berbicara dengan Thomas Jefferson. Aku merasa dekat dan bersahabat dengan dia, karena dia bercerita kepadaku tentang Declaration of Independence yang ditulisnya di tahun 1776….”

“…di dalam dunia pemikiranku, aku pun berbicara dengan Gladstone dari Britania ditambah dengan Sidney dan Beatrice Webb yang mendirikan Gerakan Buruh Inggris; aku berhadapan muka dengan Mazzini, Cavour, dan Garibaldi dari Italia. Aku berhadapan dengan Otto Bauer dan Adler dari Austria. Aku berhadapan dengan Karl Marx, Friedrich Engels dan Lenin dari Rusia dan aku mengobrol dengan Jean Jacques Rousseau, Aristide Briand dan Jean Jaures ahli pidato terbesar dalam sejarah Perancis. Aku meneguk semua cerita ini. Kualami kehidupan mereka. Aku sebenarnya adalah Voltaire. Aku

Oleh Aji Subekti, S.Hum. Pustakawan Muda UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno.Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

No. 3 2018 Volume XXIII

34

adalah Danton pejuang besar dari Revolusi Perancis. Seribu kali aku menyelamatkan Perancis seorang diri dalam kamarku yang gelap. Aku menjadi tersangkut secara emosional dengan negarawan-negarawan ini.”

Pada saat menjadi Presiden RI, Sukarno tetap semangat membaca buku. Guntur Soekarnoputra mengatakan:

“Akupun kemudian pergi ke beranda depan dari ruang kantor pribadi Bapak yang sekaligus juga menjadi tempat perpustakaan buku-buku pribadi Bapak. Di dalam perpustakaan pribadi ini terdapat buku-buku Bapak sejak + tahun 1919 sampai dengan yang terbaru meliputi buku-buku tentang politik, ekonomi, filsafat, kebudayaan, sosiologi, Agama dan lain sebagainya”

Sukarno menjelajahi world of mind para tokoh-tokoh dunia. Dalam pidato Temukan Api Islam sewaktu mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa dalam ilmu ushuluddin dari IAIN Jakarta, Sukarno menyatakan bahwa dunia materiil ini tidak memberikan hiburan kepadanya, makanya ia berlepas diri dari dunia materiil ini dan masuk ke dalam the world of the mind dengan cara membaca buku-buku dari semua bangsa-bangsa. Melalui membaca Sukarno berjumpa dengan pemimpin-pemimpin, dengan orang-orang besar, ahli-ahli pikir besar dari semua bangsa dan lantas seperti bicara dengan mereka. Pengembaraan ke dalam world of mind inilah yang menjadikan Sukarno sebagai seorang yang berpengetahuan luas, bahkan disebut sebagai seorang ahli dalam bidang sejarah, hukum, teknik, agama Islam, dan kemasyarakat, sebagai pengakuan akan bukti tersebut adalah dengan memperoleh gelar Doctor Honoris Causa sampai berjumlah 26 buah baik itu dari universitas dalam dan luar negeri.

M. Ali Chanafiah (2003), mantan Duta Besa RI di Srilangka, menuturkan bahwa Bung Karno banyak mempelajari sosialisme dengan segala mahzab di dalamnya. Kepustakaanya untuk itu cukup dan selalu bertambah dengan karya-karya baru. Marxisme mendapat perhatian khusus. Historis materialism menjadi pegangan Bung Karno ketika menganalisis suatu kejadian atau situasi. Bahkan M. Ali Chanafiah pernah diajak untuk tukaran buku oleh Sukarno, berikut kutipannya:

“Tahun 1936 saya kembali ke Bengkulu dari Surabaya untuk mendirikan perguruan kebangsaan Taman Siswa. Kebetulan saya membawa “Das Kapital”, karya klasik Marx itu, dalam bahasa aslinya dan dua buku tentang gerakan buruh. Melihat buku-buku yang saya peroleh ketika bekerja sebagai redaktur surat kabar Partindo “Indonesia Berjoang” di “Kota Buaya” itu, Bung Karno mengajak bertukar. Bukan karena di almari bukunya belum ada “Das Kapital”, melainkan karena langkanya cetakan awal buku tersebut dalam bahasa aslinya. Saya setuju dan menerima “Verzamelde werken” Lenin, “Outline of History” karya H.G. Welss dan “De Ontwikkeling der Beschaving” karya Muler Lyer, sebagai tukarannya. Saya merasa diuntungkan.”

Solihin Salam (1981) menyatakan bahwa berkat ketekunan

Sukarno dalam mempelajari sejarah nasional, baik dari buku atau pengalaman pribadinya terutama dalam pergerakan politiknya di tanah air, Sukarno dengan tajam menggunakan pisau analisa Marxisme, telah melahirkan suatu gagasan politik dan perjuangan dalam tahun 1926, yang tercermin dalam artikelnya yang berjudul Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme. Jiwa muda Sukarno saat itu yakin bahwa untuk meraih kemerdekaan tidak hanya dari golongan Nasionalis, tidak pula dari golongan agama, dan Marxist, akan tetapi semua golongan yang ada di Indonesia saat itu harus bersatu menghancurkan kolonialisme dan imperialism dan membawa Indonesia Merdeka.

Jadi dari buku-bukulah, Sukarno melakukan dialog mental dengan pendekar-pendekar Nasional dan Internasional. Ini bukanlah suatu gangguan kejiwaan, tapi merupakan alur logis yang pasti ketika dalam proses membaca yaitu menghadirkan hati, membayangkan karakter tokoh, dan bercakap-cakap dalam alam pikiran, itu adalah proses membaca. Oleh karenanya, tepatlah apa yang dikatakan oleh Sejarahwan Anhar Gonggong mengenai pemimpin-pemimpin kita saat itu, bahwa: “Kemerdekaan kita, itu karena cerdas-cerdiknya pemimpin-pemimpin berotak!”

Sukarno berpesan kepada rakyat Indonesia bahwa For a fighting nation threre is no journey's end. Bangsa yang berjuang, tidak ada istilah untuk berhenti, baik itu di lapangan pendidikan dan pengajaran, tidak ada berhenti, sebab ilmu pengetahuan ini terus berkembang. Ilmu pengetahuan adalah satu hal yang tiada batas dan jikalau ingin mendirikan satu masyarakat yang adil dan makmur, maka berarti bahwa kita ingin satu masyarakat yang tiap-tiap anggota daripada masyarakat itu adalah orang-orang yang cerdas pikiran dan suci dalam hatinya.

Daftar Pustaka

Adams, Cindy. 1966. Bung Karno Penyambung Lidah Rakjat Indonesia. Jakarta: PT. Gunung Agung

Chanafiah, M. Ali. 2003. Bung Karno, dalam pengasingan di Bengkulu. Jakarta: Aksara Press

Kasenda, Peter. 2010. Sukarno muda: biografi pemikiran 1926-1933. Jakarta: Komunitas Bambu

Pitono, Djoko. 2009. Soekarno, obor yang tidak pernah padam. Surabaya: Selasar Surabaya Publishing

Salam, Solichin. 1966. Bung Karno Sebagai Ahli Sejarah. Jakarta: PT Asli Djakarta

Soekarnoputra, Guntur. 1977. Bapakku, Kawanku, Guruku. Jakarta: PT.Dela Rohita.

------------. 1981. Bung Karno dan Kesayangannya. Jakarta: PT. Karya Unipress.

No. 3 2018 Volume XXIII

35

Oleh : Fadjria Ningsih Darwis*Pustakawan Madya Perpustakaan Nasional

Perpustakaan, Pintu Gerbang Dunia

Seseorang mungkin tidak memperoleh pendidikan formal berjenjang seperti pada umumnya, tapi tidak ada satupun individu yang tidak mendapatkan pengetahuan maupun segala bentuk keilmuan lainnya.

Caranya, membiasakan diri dengan membaca. Tanpa membaca, tidak ada satupun ilmu pengetahuan yang bisa diketahui, dipahami, dan dipelajari untuk diaplikasikan dalam keseharian.

Dikutip dari theprospect.net, membaca dapat meningkatkan kualitas hidup dan menjauhkan manusia dari jurang kebodohan. Membiasakan diri dengan membaca membuat manusia terlatih memusatkan pikiran dan merangsang syaraf otak untuk bekerja. Membaca akan menambah perbendaharaan pengetahuan tentang apapun yang terjadi di alam semesta pada masa lalu, saat ini, dan masa depan.

Perpustakaan adalah tempat menyimpan segala koleksi yang tercetak maupun yang terekam. Perpustakaan menurut pengertian International Federation Library Association (IFLA) adalah kumpulan bahan tercetak dan non cetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk kepentingan pemakai. Perpustakaan di era modern seperti sekarang ini bukan lagi seperti penilaian mayoritas orang-orang masa lalu.

Konon, ketika menyebut kata perpustakaan atau library,

pemikiran manusia mayoritas langsung menunjuk suatu hasil peradaban manusia, yakni buku. Di waktu yang sangat lama, buku menjadi sumber pengetahuan yang utama yang dihimpun oleh perpustakaan. Hal ini terjadi karena posisi perpustakaan dianggap sebagai tempat penyimpanan, dan hingga abad modern kini anggapan tersebut masih belum bisa hilang.

Banyak faktor yang memengaruhi rendahnya minat baca. Selain daya beli masyarakat yang masih rendah, kesadaran akan pentingnya membaca juga sangat minim. Masyarakat lebih senang mendapat informasi langsung dari mulut ke mulut atau media elektronik. Selain dapat mencerdaskan intelektual, spiritual, emosional, dan kepercayaan diri, membaca membuka peluang untuk menyerap sebanyak mungkin ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan.

Membaca membentuk kemampuan lewat proses berpikir, merangkum gagasan, memahami, mengimajinasikan, dan mengekspresikan. Bukan hanya pemerintah, seluruh komponen mesti ikut dalam menumbuhkembangkan kegemaran membaca. Membiasakan membaca dalam keluarga adalah faktor penting yang bisa dimulai. Orang tua harus mengawali kegemaran membaca buku terlebih dulu agar tumbuh ketertarikan anak membaca buku karena melihat orang tuanya membaca.

Perpustakaan adalah pusat informasi, sentra ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah budaya bangsa serta memberikan berbagai jasa lainnya.

Perpustakaan secara prinsip memiliki tiga kegiatan utama, yaitu pertama mengumpulkan semua informasi dan pengetahuan yang sesuai dengan bidang kebutuhan masyarakat. Kedua, memelihara, merawat, dan melestarikan seluruh koleksi perpustakaan agar tetap dalam keadaan baik, dan utuh. Ketiga, menyajikan informasi yang siap dilayankan dan diberdayakan dari seluruh koleksi yang terhimpun di perpustakaan.

Segala kejadian dan peradaban dalam bentuk karya-karya sastra, filsafat, iptek pada masa lalu dapat dipelajari lewat penelitian ataupun pemahaman literasi dari bahan pustaka yang disimpan di perpustakaan.

Perpustakaan adalah salah satu pintu gerbang pengetahuan yang menyediakan kebutuhan dasar keilmuan, sarana belajar sepanjang hayat, baik bagi individu maupun kelompok. Setiap perpustakaan dimanapun perlu diatur dengan suatu sistem agar dapat memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Siapa pun ingin mengharapkan pelayanan yang baik dari

pelayanan perpustakaan. Perpustakaan juga salah satu media yang dapat menumbuhkan kegemaran membaca.

sumber foto: https://mariecheine.com/blog/

po i n ipo i n i

No. 3 2018 Volume XXIII

36

Bagi sebagian masyarakat perpustakaan merupakan bagian dari kebutuhan yang harus dipenuhi dalam menunjang aktifitasnya. Tanpa ketersediaan dan kemudahan akses informasi, masyarakat akan mengalami kesulitan. Keterbatasan akses informasi maupun komunikasi terutama untuk desa-desa yang masih terbatas sarana dan prasarana.

Di perlukan peningkatan pelayanan perpustakaan, mulai dari sarana prasarana, koleksi, dan pustakawannya. Hal yang tidak kalah penting yaitu upaya pendekatan sosial kepada masyarakat agar memahami pengetahuan apa yang dibutuhkan yang bisa ditemukan di perpustakaan. Pendekatan tersebut bisa dilakukan lewat sosialisasi serta promosi perpustakaan berkolaborasi dengan sekolah maupun institusi lain yang berkaitan program peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pada abad era teknologi informasi saat ini tak satupun yang tidak memerlukan layanan informasi. Untuk itu perpustakaan harus mengembangkan kekuatan dan potensi yang dimilikinya. Kekuatan dan potensi perpustakaan adalah sumber kekayaan yang dimiliki perpustakaan untuk diperguanakan dan diberdayakan secara optimal. Sumber kekuatan perpustakaan berasal dari hal-hal sebagai berikut:

Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia pengelola perpustakaan memiliki kemampuan, keterampilan dan sikap bekerja serta bertanggung jawab. Keberhasilan perpustakaan sangat tergantung bagaimana mengelola dan memberdayakan sumber daya manusia pengelola perpustakaan.

Sumber daya manusia perpustakaan meliputi struktural pimpinan, fungsional pustakawan, pelaksana teknis operasional, serta pelaksana teknis administratif. Oleh karena itu penempatan orang-orang di perpustakaan harus sesuai dengan prinsip ”the right man on the right place”.

Koleksi Bahan Pustaka

Kekuatan koleksi perpustakaan adalah daya tarik bagi pemustaka. Jika semakin banyak koleksi bahan pustaka yang dibaca ataupun dipinjamkan menunjukkan tinggi dan ramainya angka kunjungan masyarakat ke perpustakaan.

Selain itu perpustakaan perlu mengadakan kerjasama baik secara online maupun offline. Kerja sama online bisa dilakukan dengan kelompok-kelompok pencinta buku yang ada di dunia maya (media sosial). Kerja sama offline bisa dilakukan dengan bekerja sama dengan penerbit buku, misalnya menggelar bazaar murah.

Sarana dan Prasarana

Proses penyelenggaraan perpustakaan membutuhkan tersedianya sarana dan prasarana serta perlengkapan ataupun fasilitas lainnya yang dapat menunjang agar kegiatan perpustakaan dapat berjalan dengan baik

Pengunjung dan Anggota Perpustakaan

Pengunjung dan anggota perpustakaan adalah market utama perpustakaan. Masyarakat akan datang ke perpustakaan jika mereka sudah mengetahui manfaat perputakaan. Apa yang menarik dari perpustakaan. Apa yang membuat mereka senang dengan perpustakaan. Betah berlama-lama di dalamnya.

Untuk mencapai kondisi tersebut maka perpustakaan harus melakukan berbagai upaya persuasif, seperti publikasi, promosi, pendekatan kebutuhan pemakai.

Lingkungan Perpustakaan

Lokasi perpustakaan harus berada di kawasan yang strategis, mudah dikenali dan diakses masyarakat. Kondisi perpustakaan didalamnya pun harus menciptakan iklim yang tenang, sehat, tidak kotor, dan penuh dengan tampilan-tampilan kreatif dan edukasi sehingga pengunjung maupun pemustaka senang dan terpuaskan.

Kesimpulan

Buku adalah jendela dunia. Tanpa harus berkeliling dunia, dengan membaca buku siapapun dapat mengetahui hal-hal yang menakjubkan tentang alam semesta. Di samping itu, membaca adalah salah satu cara meningkatkan kualitas hidup manusia. Menjauhkan manusia dari jurang kebodohan dan kemiskinan.

Asda keterkaitan erat antara kegemaran membaca dengan kemampuan menulis. Jadi, kebiasaan membaca sudah menjadi kegemaran otomatis, dengan sendirinya akan mudah menulis. Kepiawaian menulis diawali dengan banyak membaca.

Daftar Pustaka

Sutarno, 1998, “Faktor- faktor Yang Menjadi Kita Keterbatasan Minat Dan Budaya Baca Rendah”, 25 Juli, Bandung Remaja Karya.

Sulistyo-Basuki, 1991.”Pengantar Ilmu Perpustakaan“ : Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Wiji -Suwarno, 2009. ”Psikologi Perpustakaan”: 17 Agustus 2008, Jakarta, Sagung Seto.

Budaya Membaca di Kalangan Anak Muda, (2010). 2 November 2015, dari http://eprints.uns.ac.id/11141/1/295-1556-2-PB.pdf.

Sugiyanto, ”Kajian Remaja Dilihat dari Teori Perkembangan”. Jurnal Informasi, 1999, (4), hal 27

No. 3 2018 Volume XXIII

37

t i p s

Menelusuri Sejarah Kota Depok Oleh: Abdul Rahim

Pustakawan di Pusat Jasa dan Informasi Perpustakaan Nasional

Membicarakan peradaban Depok pada era kolonial adalah sesuatu yang unik. Unik dikarenakan Depok termasuk wilayah yang dikelola secara perorangan. Cornelis Chastelein adalah tokoh sentral dalam sejarah peradaban Depok. Apalagi jika menelusuri sejarah peradaban Depok tempo dulu. Komunitas Depok yang

telah bertahan selama hampir dua abad menarik juga untuk dikaji. Melihat faktor-faktor apa yang menyebabkan komunitas tersebut dapat survive.

s e j a r a h

No. 3 2018 Volume XXIII

38

Belum banyak diketahui sejak kapan nama Depok digunakan sebagai tempat yang kemudian sekarang dikenal dengan sebutan Kota Depok. Ada yang berpendapat bahwa nama Depok itu merupakan

akronim dari “De Eerste Protestants Onderdaan Kerk”.

Dulu kawasan ini adalah daerah otonomi milik Cornelis Chastelein sebagai Het Gemente Bestuur van Het Particuliere Land Depok. Ini terjadi pada akhir abad ke-17 ketika saudagar berkebangsaan Belanda ini membeli tanah seluas 12,44 kilometer persegi. Berdasarkan riwayat tersebut ada kemungkinan daerah tersebut dinamai Depok terjadi pada akhir abad ke-17. (Depok pada masa Prakolonial dan Masa Kolonial, Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Depok : 2012.hal.17-18).

Menurut Wenri Wanhar, salah seorang jurnalis penulis sejarah Depok, mengatakan dulu luas wilayah Depok hanya 1.244 hektare. Ini berdasarkan peta “Overgedrukt Uit het Jaarboek den topographischen dienst over 1917”. (lihat juga buku “Sporen Uit Het Ver Van Depok Een Natatenschop Van Cornelis Chastelein Uan Zijnvrijge Maak Te Christen Salaven” (1657-1714), karya Jan Karel Kwisthout”.

Berabad tahun yang lalu, menurut Wenri dalam buku tersebut, pada 24 Januari 1674, Cornelis Chastelein berlayar selama 223 hari dari negeri Belanda menuju Oost Indie (Indonesia) dengan kapal Huys Te Cleef. Laki-laki kelahiran Amsterdam, 10 Agustus 1657, bekerja sebagai Book Houder-Kamer XVII atau Kamar Dagang VOC. Chastelein termasuk VOC generasi awal meski bukan yang pertama. Di tahun 1691, bungsu dari delapan bersaudara tersebut menduduki posisi Twede Opperkoopman des Casteele Batavia.

Karena ketidakcocokan prinsip, Chastelein mundur dari VOC. Pada tahun 1693, Cornelis membeli sebidang tanah di wilayah Senen (sekarang RSPAD Gatot Subroto). Seiring waktu, ia memperluas wilayahnya hingga ke pintu air, Senen Raya, Bungur Besar, Kwitang dan sepanjang kali Ciliwung. (Prosiding Penelusuran Sejarah Depok, 2012 h.58).

Kemudian pada 15 Oktober 1695 Cornelis membeli lagi sebidang tanah di daerah Sringsing (sekarang Srengseng, Lenteng Agung). Pada 18 Mei 1695, daerah Sringsing diperluas 4 pal ke arah selatan, yaitu daerah Tanah Baru—sekarang Kukusan. Perluasan tersebut mencakup kawasan Cagar Alam—sekarang Pancoran Mas, kawasan Depok Lama—sekarang kawasan Jalan Pemuda, dan Jalan Kartini menuju Stasiun Depok Lama dan Citayam.

Demi menggarap miliknya, Chastelein mengupahi 150 orang pekerja. Kemudian mereka dibaptis karena bersedia mengikuti ajaran Nasrani. Setelah memeluk agama tesebut, para budak ini dibagi menjadi 12 marga, yakni : Jonathan, Laurense, Bacas, Loen, Soedira, Isakh, Samuel, Leander, Joseph, Tholense, Jacob dan Zadokh (van Bali).

Pada 28 Juni 1714, Cornelis Chartelein wafat. Dia

meninggalkan surat wasiat untuk para pekerjanya. Isi surat menjelaskan bahwa harta kekayaan Chastelein berupa tanah, bangunan, alat pertanian, alat kesenian dan lainnya dihibahkan kepada 12 marga yang menjadi pekerjanya. Cornelis berpesan agar proses pembagian warisan dilakukan secara adil dan bijaksana. Dia juga mengingatkan agar menjaga keseimbangan alam dan tidak menjual tanah yang diberikannya.

Surat wasiat berlaku sejak tanggal meninggalnya Cornelis Chastelein. Maka oleh sebagian orang Depok setiap tanggal 28 Juni diperingati sebagai Hari Chastelein. Dalam perkembangannya berubah menjadi Depokse Dag atau Hari Depok.

Berawal dari masa Chastelein ketika ia membeli tanah di Depok dengan status partikelir. Lalu mengolah tanah tersebut menjadi lahan pertanian dengan hasil bumi yang melimpah. Setelah tercukupi kebutuhan, Depok memutuskan untuk mengekspor sebagian hasil buminya ke Jakarta.

Depok pun berkembang menjadi kota agrikultur dengan daya beli tinggi. Sejak itu para pedagang kelontong berdatangan ke Depok. Para pedagang sebagian besar berasal dari etnis Tionghoa.

Namun, berdasarkan surat wasiatnya Chastelein membuat peraturan bahwa para pedagang Thionghoa dilarang bermukim di Depok. Setiap hari mereka pergi pulang Jakarta-Depok. Sebagian pedagang merasa keberatan jika setiap hari pergi-pulang. Mereka akhirnya memutuskan membangun pondok/bangunan di bantaran Sungai Ciliwung—dulu bernama Kampung Bojong—sebagai tempat menginap ataupun transit.

Dari sini sebutan 'Pondok Cina' berasal. Nama Pondok Cina populer kala orang menyebut Universitas Indonesia (UI) Pondok Cina yang sejak 1980 dibangun sebagai perpindahan dari Jalan Salemba, Jakarta.

(jelajahdepok.blogspot.com/2015/12).

Margonda dan Tole Iskandar

Perjuangan seorang Margonda terjadi pada peristiwa 'Gedoran Depok'. Kala itu, Margonda terlibat gerakan pengambilalihan Depok dari penjajah. Gedoran Depok terjadi puncaknya pada 11 Oktober 1945.

Margonda adalah nama pejuang kemerdekaan di Depok yang tewas ketika peperangan melawan tentara Inggris di daerah Kalibata, Pasar Minggu. Margonda lahir dan besar di Kota Bogor. Ia merupakan mahasiswa perguruan tinggi di Bogor. Nama aslinya adalah Margana. Dari Bogor, berpangkat Letnan Muda, Margana bersama pasukannya berangkat naik kereta api dan bergabung dengan pasukan Batalion I di Depok.

Sebelum melakukan penyerangan di Kalibata, Margana telah

No. 3 2018 Volume XXIII

39

melakukan penyerangan dan pembersihan di Desa Tajur Halang, Bojong Gede, dan kawasan perkebunan karet di Desa Citayam (Tugu Macan). Ketika gugur dalam pertempuran, jenazahnya dibawa ke Bogor menggunakan kereta api, dan makamnya kini berada di Taman Makam Pahlawan Dreded, Bogor (REPUBLIKA.CO.ID oleh Shahab).

Selain Margonda, dalam peristiwa itu juga muncul tokoh lain seperti Letnan Dua Tele Iskandar, Sersan Aning dan Muchtar Sawangan. (CNN Indonesia Student, http://student.cnnindonesia.com).

Tole Iskandar dan Muktar Sawangan bukan nama asing bagi warga Depok. Riwayat Tole Iskandar lekat dengan sejumlah aksi penembakan pesawat tempur Belanda. Menjadi momen heroik, karena lokasi penembakan dilakukan diatas rumahnya di Jalan Stasiun Depok Lama arah Citayam.

Pejuang asli Depok ini meninggal bersama dengan seekor anjing peliharaannya yang ikut mendampinginya berjuang. Tole Iskandar diperkirakan tewas pada Agustus 1947 pada usia yang masih muda, sekitar 28 tahun. (www.pikiran rakyat.com/jawa_barat/2018/07/08)

Sedangkan, Muktar Sawangan adalah pejuang dari barisan pemuda Islam yang bergabung dalam pembebasan Depok terhadap penjajah Belanda. Ia tersungkur pada pertempuran di Desa Pasir Putih—sekarang Tugu Pasir Putih. (dilansir dari twet @info_swg_Bjong dan disarikan oleh M. Fahrul Rhozi)

Runtuhnya Kolonialisme, Runtuhnya Depok

Lazimnya wilayah yang berdaulat, Depok tak hanya punya batas wilayah, tapi juga punya gedung pemerintahan sendiri. Depok pun melakukan sistem pemilu setiap tiga tahun sekali dalam pemilihan 'Presiden Depok'. Gedung itu dibangun di Kerkstraat (Jalan Gereja). Gedung pemerintahan tersebut kini menjelma menjadi Rumah Sakit Harapan di Jalan Pemuda. Persis di depan Gemeente Bestuur terdapat 'Istana Presiden Depok'. Hingga kini 'istana' tersebut masih kokoh berdiri, berupa rumah tua di Jalan Pemuda Nomor 11, Pancoran Mas. (Prosiding Penelusuran Sejarah Depok, Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Depok, 2012, h.63)

Seiring kalahnya pasukan Belanda oleh Jepang pada Maret 1942, kekuasaan Gemeente Bestuur Depok perlahan pudar. Kendati demikian, hak-hak istimewa orang Depok sisa kolonial tidak lantas hilang. Misalnya, dalam pergaulan sehari-hari orang kampung tetap membungkuk bila berpapasan sembari mengucapkan “tabek tuan”. Bila memakai topi, topinya dilepas dan diletakkan didada seraya sedikit membungkuk.

Sewaktu pendudukan Jepang, Depok termasuk wilayah yang aman, tidak ada pergolakan yang cukup berarti. Depok mulai bergolak setelah Soekarno memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Di tengah situasi euforia kemerdekaan itu, suasana perkampungan ahli waris Cornelis

Chastelein hening. Tidak terlihat bendera merah putih berkibar, tak ada pekik kemerdekaan.

Akibatnya, di tengah situasi revolusioner pascaproklamasi ditambah kecemburuan sosial terhadap kaum tuan tanah Belanda Depok yang diistimewakan pada zaman penjajahan, api dendam kemudian tersulut. Kesempatan melampiaskan dendam terbuka.

Oktober 1945, terjadilah huru-hara di Depok. Kebencian yang terpendam meledak. Sentimen anti Belanda mencuat. Semua fasilitas yang berbau Belanda dihancurkan. Rumah-rumah digedor. Orang kaum Depok ditawan. Para lelaki digiring ke stasiun Depok menuju Bogor, lalu dipenjarakan di Pledang. Yang melawan dibunuh. Sementara, anak-anak dan kaum perempuan ditawan di Gemeente Bestuure.

Hingga akhirnya, pada 27 Desember 1949, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Orang Depok diberi dua pilihan, kembali ke Depok dan bergabung dengan Republik Indonesia yang baru lahir atau ikut ke Belanda dan menjadi warga negara Belanda. Tercatat, sebagian pulang ke Depok dan sebagian ke Belanda. (Prosiding Penelusuran Sejarah, Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Depok :2012 : h.64).

Daftar Pustaka

Akbar Ali, 1999 “Analisis Bahan Beliung Persegi dari Daerah Aliran Sungai Ciliwung” Tesis, Jakarta FSUI, 2002

Sulistyo-Basuki, 1991, Manajemen Perpustakaan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Kamus Bahasa Sunda, Bandung : Kiblat, Deetz, James E. 1975

Sejarah Singkat Masyarakat Kristen Depok, disajikan dalam rangka memperingati hari ulang tahun Jemaat Masehi Depok ke 284 di Depok tanggal 28 Juni 1998

Jonathans, Yano, 2011, “Depok Tempo Doeloe”, Potret kehidupan sosial & Budaya Masyarakat, Jakarta : Libri.LBSS, 2007

Krisis Identitas pada Orang Depok Asli : Jakarta, UI-Press

Penghapusan Tanah Partikelir Depok dan Dampaknya bagi warga Depok Asli (1947-1952), Skripsi tidak diterbitkan, Jatinangor; Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Padjajaran

Prosiding Penelusuran Sejarah Depok “Depok Pada Masa Prakolonial dan Masa Kolonial, Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Depok, 2012

Prosiding Penelusuran Sejarah Depok “Depok Pada Masa Pendudukan Jepang dan Awal Kemerdekaan, Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Depok, 2012

Utama, LCC t.t. “Latar Belakang Komunitas Kristen Depok dan Berdirinya Rumah Sakit Harapan Depok”

No. 3 2018 Volume XXIII

40

o

Pemutus Semua Kenikmatan

or e n u n g a n

Kematian melenyapkan semua kenikmatan. Memisahkan apa yang terhimpun. Meyatimkan anak laki-laki dan perempuan. Menjadikan sunyi gedung-gedung ramai. Membuat pahit nafas. Memindahkan

penghuni istana ke dalam kubur. Menempelkan pipi dengan tanah liang lahat. Menyamakan pemimpin dan yang dipimpin. Mendatangi orang-orang yang pintar dan kaya. Mengejutkan mereka yang semula gembira dengan kedukaan. Bahkan mendatangi seorang anak yang masih menyusu pada sang ibu. Mendatangi orang yang tidur di atas bantal. Mencopot jabatan seorang pejabat dari jabatannya. Menurunkan kedudukan pemimpin dari kepemimpinannya.

Wahai orang yang terkagum dengan kemudaannya, menuhankan pakaian dan penampilannya, merasa terlindungi dengan para pengawal dan benteng-benteng. Apakah kalian lupa pada kematian yang semakin dekat kepadamu? Wahai orang yang disibukkan dengan membangun rumah mewah, kecintaan berlebihan pada kampung halaman, merasa aman dari musibah. Sesungguhnya kematian akan datang dan menghancurkan rumah-rumahmu.

Kematian, ibarat minuman beracun yang dipergilirkan atas orang-orang yang hidup. Semua manusia harus meminumnya. Kematian tak memandang waktu yang cocok. Ia bisa mendatangi orang yang sedang duduk, berjalan atau di atas kendaraan. Kematian datang mengejutkan dan menakutkan semua orang. Senyuman orang yang mencintai berubah derai air mata.

Seorang shalih berdiri di sisi kuburan dan air matanya menetes. “Wahai kematian, apa yang engkau lakukan atas orang-orang yang kucintai?” Kematian menjawab, “Aku melahap pipi mereka. Aku lenyapkan dua mata mereka. Aku lumat bibir mereka. Aku potong dua telinga mereka. Aku pisahkan dua tangan dari lengan. Aku pisahkan dua tangan tubuh. Aku pisahkan dua kaki dari dua telapak kaki. Aku pisahkan dua paha tubuh.”

Jika engkau melihat istana megah, penguasa yang kasar dan kejam. Ingatlah kematian akan menjadikan istana seperti tanah, kerajaannya akan menjadi liang kubur. Celakalah orang yang sangat disibukkan dengan hartanya, menuhankan kecantikan dan kemolekannya. Tidakkah

engkau ingat saat dikeluarkan apa yang ada di dalam kubur dan diungkapkan apa yang ada dalam dada.

Sebagian pendahulu yang shalih mengingat kematian lalu kekuatannya menjadi lemah, dan suara tangisannya meninggi. Sebagian mereka ada yang hampir kehilangan akal dan pecah perasaan hatinya. Ingatlah semua yang ada di dunia adalah fana. Jika engkau menyaksikan istana, rumah indah, kebahagiaan, ingatlah hari di saat kebangkitan dari kubur dan diungkapkan apa yang ada di dalam dada.

Allah menamakan kematian sebagai musibah. Kalian tidak pernah tahu kedatangannya. Kematian merenggut orang kuat dan lemah, orang yang rendah dan mulia, orang yang menang dan kalah. Lalu, kuburan orang kaya bisa berdampingan dengan kuburan orang fakir. Kuburan orang yang biasa bisa berdampingan dengan kuburan pemimpin.

Kematian selalu datang dan tiba-tiba tanpa meminta ijin. Kematian menyerang tanpa ada seorang pun yang bisa mendapat rasa aman. Kematian tidak membiarkan pemuda sampai menghabiskan masa mudanya. Tidak membiarkan seseorang menuntaskan kebahagiaannya. Tidak membiarkan seseorang yang puas mencintai yang dicintainya.

Kematian mempunyai bentuk dan peristiwa. Terkadang datang dalam bentuk pedang maupun panah. Terkadang datang dengan bentuk penyakit dan luka. Terkadang ia datang dalam peperangan, kelaparan, atau dalam suasana apapun. Karena yang terpenting adalah misi kematian yang harus terjadi.

Kematian bahkan telah mendatangi para Rasul dan Nabi. Ia telah juga mendatangi para wali Allah. Juga para penguasa, para ulama, para cerdik pandai. Mereka semua telah meminum air cawannya. Tidak ada pemilik istana yang selamat. Tak ada pecinta dunia yang bisa menghindar meski ia lelah berharap.

Sumber : Berteduhlah di Taman Hati

No. 3 2018 Volume XXIII

41

Peris tiwa

Komisi X DPR-RI dan Pemerintah Sepakati Pembahasan RUU KCKR

Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Perpustakaan merupakan investasi untuk membangun masyarakKomisi X DPR RI dan Pemerintah raih kesepakatan tentang tata cara pembahasan RUU Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (SSKCKR) terbaru yang sebelumnya bernama UU Nomor 4 Tahun 1990 tentang KCKR, (11/7). Dalam pembahasan tersebut pemerintah diwakili Mendikbud Muhadjir Effendy, Kepala Perpusnas, Kemenkumham, Kemenristek-Dikti, Kemendagri, dan Kemenkominfo. “Negara harus melindungi aset intelektual dan/atau artistik sebagai hasil karya bangsa Indonesia, ujar Ketua Komisi X Djoko Udjianto. Menteri Muhadjir menyebutkan beberapa substansi pokok dalam RUU SSKCKR, antara lain objek serah KCKR yang harus diserahkan penerbit, produsen karya rekam, K/L/perguruan tinggi/pemda /DPRD/perangkat daerah/WNI atau publikasi di luar negeri/WNA atau publikasi di luar negeri tentang Indonesia ke Perpusnas dan perpustakaan daerah. (Arwan S)

Terima Pansus DPRD Kota Pekanbaru

Kepala Perpusnas Minta Perhatikan Tiga Hal UtamaMedan Merdeka Selatan, Jakarta--Panitia Khusus (Pansus) DPRD Kota Pekanbaru yang diketuai Jhon R. Sinaga berkonsultasi terkait rancangan peraturan daerah (Raperda) Perpustakaan, (13/7). DPRD Kota Pekanbaru memprioritaskan penyusunan Raperda perpustakaan dalam agenda legislatif. Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menjabarkan tiga hal utama yang harus diperhatikan sebagai substansi Raperda. Pertama, menjamin seluruh konten muatan lokal, seperti budaya, adat istiadat, maupun sumber daya harus dituliskan. Kedua, harus ditekankan bahwa membaca meningkatkan kualitas SDM. Saat ini terjadi booming gerakan literasi, namun arahnya tidak jelas. “Ada yang bilang membaca 15 menit sudah literasi. Gerakan orang tua mendongeng sudah masuk literasi. Perlu dirumuskan formulanya,” urainya. Ketiga, besaran anggaran perpustakaan sebaiknya dicantumkan di raperda. Kepala Perpusnas meminta DPRD melakukan pengawasan terkait dengan pengelolaan perpustakaan umum, khusus, sekolah, dan perguruan tinggi. (Hanna M)

No. 3 2018 Volume XXIII

42

Kepala Perpusnas Lantik Dua Pustakawan Ahli Utama

Medan Merdeka Selatan, Jakarta - Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando melantik Titiek Kismiyati dan Mukhtar Dolle sebagai Pustakawan Ahli Utama di Perpusnas, Senin, (17/9). Sebelumnya, Titiek Kismiyati menjabat Kapus Jasa dan Informasi Perpusnas, sementara Mukhtar Dolle bertugas di UPT Perpustakaan Universitas Hasanuddin, Makassar. “Saya berharap ini momentum yang baik bahwa Perpusnas merupakan salah satu institusi yang diberi mandat untuk mengembangkan dan membina perpustakaan,” jelas Syarif Bando. Kepala Perpusnas menegaskan pustakawan utama yang dilantik mampu merumuskan ide/gagasan strategis mengenai pengembangan perpustakaan. Mereka diharapkan mampu bekerja mandiri dan berkoordinasi dengan Perpusnas agar menjadi institusi yang mampu menjawab persoalan di masyarakat, seperti masalah kekurangan buku, rendahnya kegemaran membaca, kesenjangan antara pusat dan daerah, serta keluhan dari penerbit/penulis. (Hanna Meinita)

Pahami Esensi Agama Demi Cegah Potensi KonflikMedan Merdeka Selatan, Jakarta—Nilai agama menjadi modal dasar yang sangat besar bagi dalam merajut dan menyatukan masyarakat Indonesia yang heterogen dan beragam. Meski beragam etnis dan kesukuan, Indonesia dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai agama. Hal tersebut disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin pada Seminar Internasional Penaskahan Nusantara bertemakan' Nilai-nilai Luhur Keagamaan dalam Naskah Nusantara sebagai Acuan Kehidupan Beragama di Indonesia', Rabu, (19/9). Pada prinsipnya semua agama mengacu pada teks. Teks ini kemudian menjadi pegangan, sesuatu yang niscaya yang harus dipahami. Namun, hal yang lebih penting adalah memahami esensi dari agama. "Pemahaman esensi agama tiaop orang bisa berbeda. "Semua manusia memiliki agama atau kepercayaan tapi bisa menjadi potensi konflik karena hanya memahami konteks luarnya. Bukan esensi agama," tambah Menag. (Hartoyo D)

Talkshow Literasi Hari Anak Nasional

Keluarga Gemar Membaca Lahirkan Anak BerprestasiMedan Merdeka Selatan, Jakarta— ,Memperingati Hari Anak Nasional 2018 Perpusnas menggelar Talkshow Literasi “Keluarga Gemar Membaca Melahirkan Anak Berprestasi”, Selasa, (24/7). Deputi Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Ofy Sofiana mengatakan literasi merupakan kompetensi dasar bagi setiap individu di era digital. “Pengembangan literasi sudah seharusnya dilakukan kepada anak sedini mungkin. Keluarga merupakan penguat dalam pengembangan literasi untuk anak,” ujarnya. Aktris Marcela Zalianty pun sependapat, terutama peran ibu amat penting dalam memberikan contoh nyata bagi penumbuhan kegemaran membaca sejak dini. Talkshow literasi yang dihadiri 400 peserta juga menghadirkan narasumber ibu kembar Rossy dan Rian, Duta Literasi Rotary Club (RC) Alma Putri Dhiafira dan diramaikan oleh pertunjukkan ventriloquist dari Kak Fefe. (Elsa Tuasamu)

No. 3 2018 Volume XXIII

43

Awarding Gramedia and Reading Community dan Peluncuran Literasi Nusantara.comSenayan, Jakarta—Sebanyak 987 taman baca dari seluruh Indonesia menjadi nominasi Awarding Gramedia and Reading Community yang diselenggarakan Kompas Gramedia, Jumat, (28/9). Dari jumlah tersebut, 20 taman baca dari lima regional terpilih menjadi yang terbaik. Kelima wilayah regional, antara lain regional Sumatera, regional Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, regional Jawa Tengah dan D.I Yogyakarta, regional Jawa Timur, Bali dan NTB serta regional NTT, Sulawesi dan Indonesia Timur. Dari tiap regional terpilih empat taman baca terbaik dan berhak mendapatkan penghargaan development funding berupa hadiah dan donasi buku selama setahun. Pada kesempatan yang sama, Gramedia juga meluncurkan website Literasi Nusantara.com. Literasi Nusantara merupakan media interaksi yang diharapkan menjadi trigger demi kemajuan taman baca. (Hartoyo D)

Perpusnas Siap Jalin MoU dengan Library of Congress (LOC) Jakarta Medan Merdeka Selatan, Jakarta—Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menerima kunjungan International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA) dan Library of Congress (LOC) Jakarta, Senin (4/9). Hadir dalam kunjungan tersebut, antara lain LOC Field Director Dr. Carol, Congressional Research Librarian and IFLA Committee Lillian Gassie, Ahli Preservasi LOC Jean Drewes, Kepala Akuisisi LOC Ade Farida, Preservator LOC Herry Suprapto. LOC mengaku ingin tahu lebih banyak tentang preservasi, kebijakan di Perpusnas terhadap naskah-naskah kuno yang tersebar di seluruh nusantara, termasuk kebijakan digitalisasi terhadap naskah-naskah kuno (manuskrip). Atas niat tersebut, Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan Indonesia memiliki regulasi dalam UU Nomor 4 Tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam (KCKR) dimana setiap hasil budaya perlu dihimpun, disimpan, dipelihara, dan dilestarikan sebagai koleksi nasional. Di akhir pertemuan, Kepala Perpusnas mengharapkan adanya kerjasama antara Perpusnas dengan LOC terkait preservasi dan konservasi bahan pustaka. (Arwan Surbakti)

MoU Perpusnas dengan Universitas PertaminaSimprug, Jakarta—Perpusnas jalin kesepakatan dengan Universitas Pertamina, Selasa (14/8). Penandatanganan dilakukan langsung oleh Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando dan Rektor Universitas Pertamina Akhmaloka. Rektor Universitas Akhmaloka menyampaikan penguasaan terhadap berbagai keterampilan tersebut diharapkan dapat memberikan peran baru bagi sumber daya manusia di dunia yang berubah. Kerja sama tersebut Perpusnas diharapkan dapat mendukung tujuan dari Universitas Pertamina tersebut dengan penyediaan sumber informasi yang dibutuhkan mahasiswa dalam meningkatkan keterampilan mereka. Koleksi e-resources dan e-book perpusnas diharapkan dapat dimanfaatkan secara efektif dalam proses pembelajaran. Ruang lingkup MoU meliputi pengembangan SDM, pertemuan ilmiah, penelitian dan publikasi, pengembangan dan pemanfaatan bersama koleksi perpustakaan, perluasan jejaring, dan kegiatan lain yang disepakati kedua belah pihak. Hingga saat ini Perpusnas telah melakukan MoU dengan 139 perguruan tinggi di Indonesia. (Radhitya/Arwan)

No. 3 2018 Volume XXIII

44

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

RUANG BACA KOLEKSI DEPOSIT

LAYANAN KOLEKSI BUKU LANGKA

LAYANAN KOLEKSI REFERENS

AIPI

AIPI

LAYANAN MULTIMEDIA

LOBBY HALL & DISPLAY

LAYANAN KEANGGOTAAN & PENELUSURAN INFORMASI

ZONA PROMOSI BUDAYA GEMAR MEMBACA

AREA PAMERAN & KANTIN

PERKANTORAN

DATA CENTER, MUSHOLLA

LAYANAN KOLEKSI ANAK, LANSIA DAN DISABILITAS

LAYANAN KOLEKSI AUDIO VISUAL

LAYANAN KOLEKSI NASKAH NUSANTARA

PENYIMPANAN KOLEKSI DEPOSIT

PENYIMPANAN KOLEKSI MONOGRAF TERTUTUP

RUANG BACA KOLEKSI MONOGRAF TERTUTUP

LAYANAN KOLEKSI FOTO, PETA DAN LUKISAN

LAYANAN BERKALA MUTAKHIR DAN ILMU PERPUSTAKAAN

KOLEKSI MONOGRAF TERBUKA (KLAS 000-499)

KOLEKSI MONOGRAF TERBUKA (KLAS 500-999)

KOLEKSI MANCANEGARA DAN MAJALAH TERJILID

KOLEKSI BUDAYA NUSANTARA & EKSEKUTIF LOUNGE

FASILITAS LAYANANPERPUSTAKAAN NASIONAL RIJl. Medan Merdeka Selatan Nomor 11, Jakarta

No. 3 2018 Volume XXIII

L e n s a

W a r t a

Hotel Orchardz Jakarta, 3-6 September 2018GRAND FINAL LOMBA BERCERITA BAGI SISWA/SISWI SD/MI TINGKAT NASIONAL

L e n s a

W a r t a

Peluncuran Situs Web Kepustakaan Tokoh PahlawanPangeran Dipenogoro dan Jenderal SoedirmanFasilitas Layanan Perpusnas Merdeka Selatan, 16 Agustus 2018