FENOMENA HOAX DI MEDIA SOSIAL DALAM PANDANGAN … · FENOMENA HOAX DI MEDIA SOSIAL DALAM PANDANGAN...
Transcript of FENOMENA HOAX DI MEDIA SOSIAL DALAM PANDANGAN … · FENOMENA HOAX DI MEDIA SOSIAL DALAM PANDANGAN...
FENOMENA HOAX DI MEDIA SOSIAL DALAM
PANDANGAN HERMENEUTIKA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Dalam Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam
Oleh :
Ilham Syaifullah E01213029
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
JURUSAN PEMIKIRAN ISLAM
PRODI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM
2018
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
KEMENTERIAN AGAMAUNIYERSITAS ISLAM NEGERI ST.INAN AMPEL SURABAYA
PERPTISTAKAANJl. Jend. A. Yani 117 Surabaya 60237 Telp. 031-8431972 Fax.03l-8413300
E-Mail : perpus@uinsby. ac. id
LEMBAR PERNYATAAN PE,RSE,TUJ UAN PUBLIKASIKARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Seba8ar sivitas akademika UIN Sunan Ampel Surabay4 yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama
NIM
Fakultas/Jurusan
E-mail address
:80728A29
: Ushuluddin dan Filsafat/Aqidah dan Filsafat Islam
Demi pengembarigan ilrnu pengetahuan, menyetujui untuk memberikari kepada PerpustakaanUIN Sunan Ampel Surabay4Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karyailmiah:
ffSkripsi E Tesis
yang berjudul:Fp.s-emens-Hpax*di..me.di..a.spsia-l*dala$-Ban"dansaa.Hsrucaer*ik-a
beserta penngkzt yang dipedukan @ila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif iniPerpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-mediz/format-kan,mengelolanya dalam bentuk pangkalan daa (database), mendistribusikannya, danmenampilkan/mempublikasikannya di Intemet atau media lain secara fitlltextuntlttk kepentinganakademis tanpa perlu meminta iiin dan saya selama tetap mencantumkan nama szya sebagai
penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.
Saya bersedia untuk menariggung secara pribadi, tanp^ melibatkan pihak Perpustakaan UINSunan Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutari hukum yang timbul atas pelangaran Hak Ciptaddam karya ilmiah saya ini.
Demikian pernyataan ini yelrrg szyabuat dengzn sebenarnya.
Surabay4 09 Februari 2018
(Ilham Syaitullah)nama terung dan tanda tangan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
!
PERSETUJUAFI PEMBIMBING S I{RTPSI
Skripsi yang disusun oleh Ilham Syaifullah ini telah diperiksa dan disetujui untukdiujikan
Surabaya, 17 Januari 2018
Pembimbing
9530307197903 1 003
lll
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi atas nama Ilham Syaifullah, dengan judul "Fenomena Hoax diMedia Sosial dalam Pandangan Hermeneutika". Telah dipertahankan di depan
Tim Penguji Skripsi.
Surabaya, 01 Februari 201 8
Mengesahkan
Universitas Islam Negeri Sunan Ampeluluddin dan Filsafat
1002199303t002
Tim Penguji :
Ketua
Sekretaris,
Penguji iI,
Dr.Ro1"t:ar{-V!;!gNIP. 1971013!lqi7$Z*Ci
lv
/!,fl7nlz*\ _!
307197903 1003
NIP. 1 982041 5201 503 1001
Penguji I,
04200901 1010
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
r
PERI\TYATAAI\T KEASLIAN
Yang bertandabngan di bawah ini saya:
Nama : Ilharn Syaifullah
NIM : E01213029
Jurusan : Aqidah dan Filsafat Islam
Dengan ini dinyatakan bahwa skipsi ini secara keseluruhan adalah hasil
penelitian ataukaryasaya sendiri, kecuali bagian-bagian yang din{uk sumbernya.
Ilham SyaitullalrEO,2,3A29
Surabaya, 17 Januari 2018
lI
iL ----,...--.-
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
FENOMENA HOAX DI MEDIA SOSIAL DALAM PANDANGAN
HERMENEUTIKA
Ilham Syaifullah (E01213029)
ABSTRAK
Di era tekonologi informasi seperti saat ini, sudah mulai banyak media sosial yang mengisi setiap kehidupan masyarakat di dunia digital. Dalam hal ini mkemajuan teknologi akan membawa dapak yang mempengaruhi kehidupan masyarakat, mulai dari dampak baik dan dampak buruk yang akan datang. Tak hanya itu, di dalamnya juga sudah tersedia banyak sekali konten digital seperti media sosial yang ramai di perbincangkan hingga mengundang berita-berita yang tidak benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengenal dan mengidentifikasi berita atau informasi palsu di media sosial atau yang sering disebut dengan hoax. Terkait dengan hoax ini, penulis menyambungkannya dengan metode hermenutika sebagai cara pengidentifikasian. Dengan rumusan masalah tentang beberapa tokoh hermeneutika seperti Hans G. Gadamer dan Paul Ricoeur dengan teorinya yang bisa digunakan dalam mengidentifikasi hoax di media sosial. Menggunakan teori hermeneutika dari kedua tokoh tersebut dianggap menjadi cara yng mudah untuk diterpkan dalam menghindari kasus hoax. Penelitian ini diharapkan agar masyarakat umum pengguna media sosial terutama di kalangan akademisi agar bisa lebih sistematis dalam mengolah informasi dan memilah informasi yang bisa dipercaya. Menggunakan metode hermeneutika dengan teori fiksasi dan distansiasi untuk mengidentifikasi masalah hoax di media sosial, agar metode ini menjadi salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi dan menghindari pengguna media sosial dari berita-berita yang tidak benar. Penulis berharap hasil dari penelitian ini diharapakan bisa berguna bagi pengguna media sosial baik dari masyarakat awan, lingkungan akademis, hingga pemerintahan.
Kata Kunci: Hoax, Fiksasi, Distansiasi
ii
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
x
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .............................................................................................. i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN .......................................................... v
MOTTO ............................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9
E. Kajian Pustaka ............................................................................................... 10
F. Studi Teoritik ................................................................................................. 12
G. Metode Penelitian .......................................................................................... 14
1. Jenis Penelitian ....................................................................................... 15
2. Sumber Data ........................................................................................... 16
3. Teknik Pengumpulan Data...................................................................... 16
4. Teknik Analisa Data ............................................................................... 17
I. Sistematika Pembahasan .................................................................................. 18
ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
x
BAB II FENOMENA HOAX DALAM MASYARAKAT MASA KINI
A. Sejarah Kemunculan Hoax ............................................................................ 19
B. Hermeneutika Paul Ricoeur Dalam Memandang Hoax ................................. 27
1. Teori Fiksasi ........................................................................................... 27
2. Teori Distansiasi ..................................................................................... 29
C. Hermeneutika Hnas George Gadamer Dalam Memandang Hoax ................. 30
1. Aleanating Distanciation dan Belonging Experience ............................. 30
D. Hukum Menyebarkan Hoax / Berita Bohong ................................................ 31
1. Hukum Dalam Islam (Al-Qur’an dan Hadits)........................................... 31
2. Hukum Dalam Undang-Undang Negara ................................................... 35
BAB III PEMBACAAN HERMENEUTIKA TERHADAP HOAX
A. Fakta Hoax .................................................................................................... 37
1. Faktor Agama ......................................................................................... 45
2. Faktor Politik .......................................................................................... 46
3. Faktor Ekonomi ...................................................................................... 49
B. Cara Menghindari Hoax ................................................................................ 50
BAB IV ANALISIS DATA
A. Pengimplikasian Hermeneutika Gadamer dan Ricoeur Terhadap Hoax ...... 56
B. Analisis Motif Hoax ...................................................................................... 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................... 69
B. Saran ............................................................................................................. 70
x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa kini banyak diberitakan mengenai peristiwa-peristiwa yang
terjadi di dalam masyarakat, namun seiring banyaknya berita yang ada,
masyarakat juga banyak yang mengetahui berita-berita yang ada lewat media
tayang, media cetak, dan media sosial. Mereka seakan lupa bahwa berita yang
disajikan memiliki cerita yang berbeda tergantung pada media yang dilihat. Pada
era ini bermunculan berbagai macam media sosial dengan berbagai tawaran
macam format dan fitur. Media-media sosial tersebut antara lain adalah
Wikipedia, Friendster, Facebook, Youtube, Twitter, Tumblr, BBM, WhatsApp,
Instagram, dan masih banyak lagi yang bisa diguankan untuk bersosial media.
Saya selaku penulis memakai judul Fenomena Hoax Di Media Sosial Dalam
Pendekatan Hermeneutika. Alasan saya mengangkat permasalahan mengenai hoax
adalah karena akhir-akhir ini mulai marak perbincangan mengenai kasus berita
atau informasi palsu lewat media sosial yang sering diebut dengan hoax.
Menggunakan metode hermeneutika ini bertujuan agar para pembaca terutama di
bidang akademis memiliki cara pandang yang berbeda dengan masyarakat awam
yang mudah sekali percaya dengan penyebaran berita hoax di media sosial.
Dengan menggunakan metode hermeneutika ini kita bisa berfikir lebih sistematis
dan rasional dalam menerima informasi di media sosial. Dalam karya ini saya
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
mengangkat beberapa teori milik dua orang yang saya nilai memiliki
kesinambungan dengan pengidenifikasian berita-berita palsu atau hoax karena
berita palsu ini juga termasuk teks yang ada dalam media sosial, dan bisa
diterapkan dengan metode hermeneutika dalam menganalisa berita yang
menyebar.
Dan pembahasan ini, saya akan memfokuskan permasaalahan tentang hoax
yang terjadi di awal tahun 2017, dimana ketika saat itu hoax mulai ramai di
perbincangkan terutama dalam pemilihan gubernur Jakarta. Hoax yang terjadi
berawal dari para pendukung masing-masing calon yang ingin menjatuhkan citra
saingannya dan saling berebut simpati masyarakat Jakarta agar terpilih menjadi
pemimpin Jakarta.
Kemampuan media sosial dalam menghilangkan batasan-batasan waktu,
geografis dan dimensional memungkinkan manusia untuk mempersingkat waktu
dan melipat dimensi-dimensi yang ada sehingga terjadi sebuah percepatan alur
informasi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Apalagi dengan
berkembangnya sistem komunikasi telepon pintar atau smartphone yang
memungkinkan manusia untuk selalu terhubung dengan alat komunikasi tersebut
tanpa harus dipusingkan dengan masalah kabel atau harus selalu duduk di depan
komputer ketika akan mengakses sebuah situs internet, menjadikan media sosial
semakin populer khususnya di kalangan generasi-generasi yang lahir pada era
tersebut.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
Masyarakat masa kini banyak yang menyimak berita lewat media sosial
karena di zaman modern ini banyak masyarakat yang mulai menggunakan social
media untuk berkomunikasi dan menerima informasi berita-berita yang mulai
menyebar. Mereka seakan tidak mau tahu apakah berita yang mereka terima
terbukti kebenarannya. Banyak masyarakat yang langsung mengeluarkan doktrin
atau penilaiannya pada sebuah berita tanpa hadir di sekitar tempat kejadian.
Menurut Ponty, manusia adalah makhluk yang memiliki kesatuan fisik dan mental
yang menciptakan makna dalam dunianya, yang terlahir dari reduksi masyarakat
menjadi persepsi pribadi yang menggambarkan sebuah kejadian sesuai yang
diamati oleh indera.1
Dalam beberapa ayat al-Qur’an menjelaskan mengenai kebenaran dalam
menerima suatu hal, diantaranya seperti pada Surah an-Nur ayat 11 dan 12 :
ين ٱإن ل ة اءو فإكٱج لإ يإ خ هو ة لإ ل كم ا ش توه إس ت ل موكمإ ت ث عصإ
لك ٱل كمإ ري امإ ٱموإهمم ب ت س كإ ثإم ٱمن
يٱو لإ كبإ هل ل ۥح و ل ۥموإهمإظيم ابع ذ ١١ع
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong
itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita
bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap
seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya.
Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar
1 Morissan, Teori Komunikasi Individu HIngga Massa, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2013), hal. 42
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. (QS. An
Nur: 11)
ل ل وإ ن ظ خموه معإ س موون ٱإذإ إمؤإ جٱو ل من إمؤإ اإفإكل ذ او ق الواه يإ خ هفسهمإ ةأ
تني ١٢مArtinya: Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu
orang-orang mu'minin dan mu'minat tidak bersangka baik terhadap diri
mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita
bohong yang nyata. (QS. An Nur: 12)
Dan dalam ayat lain juga sedikit menyinggung mengenai kebenaran, seperti
:
Artinya: Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan
sekali-kali kamu Termasuk orang-orang yang ragu. (Q.S. Al-Baqarah 2:
147)2
Dengan beberapa ayat yang terdapat didalam al-Qur’an ini menjelaskan
bahwa kebenaran tidak seharusnya dipercaya begitu saja, namun harus memiliki
bukti dan mempercaya apa yang sudah diberikan Allah lewat akal manusia yang
menciptakan persepsinya sendiri.
Fenomena adalah fakta atau kejadian yang hadir dalam kesdaran yang dapat
diketahui. Kita mengetahui fenomena yang hadir dalam kesadaran dan tidak
2 Ibid., hal. 23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
bermaksud mengetaui kebenaran di balik setiap fenomena apa yang hendak dan
bisa ketahui adalah apa yang masuk dalam kesadaran kita.3
Dalam menerima informasi media massa atau yang lebih cenderung pada
media sosial masa kini, masyarakat sangat mudah percaya dan mudah dipengaruhi
tentang informasi yang telah menyebar. Pikiran manusia yang bebas seakan-akan
terarah dalam satu masalah yang belum tentu kebenaran. Kebebasan dalam
berfikir dan menerima informasi, masyarakat seakan-akan hanya mengambil
kesimpulan dan persepsi dari apa yang sudah di sediakan media. Kebebasan
merupakan salah satu aspek dalam masyarakat untuk mengembangkan potensi
atau informasi yang mereka terima. Dalam bahasa agama, kebebasan adalah fitrah
yang seja lahir menjadi karakteristik potensial yang dapat berkembang, dan untuk
itu Allah meletakan kebebasan pada diri setiap manusia sebagai tanda
eksistensinya.4
Jika ditinjau dalam segi fenomenologi, banyak fenomenolog yang
beranggapan bahwa sebuah kebenaran tidak hanya bisa dinilai dari berita dan
cerita yang ada, namun kehadiran diri untuk menilai sebuah kejadian itu benar
atau salah adalah hal yang penting. Salah satu tokoh fenomenolog yang ternama
seperti Maurice Merleau Ponty, atau yang biasa dipanggil Ponty ini berasal dari
kewarganegaraan Perancis. Dia bicara banyak mengenai pengetahuan dan
fenomenologi. Dengan memasukan reduksi dalam fenomenologinya, Ponty
berpendapat bahwa pengetahuan akan yang konkrit diperoleh dengan pengalaman
3 Abdullah Khozin Afandi, Fenomenologi: Pemahaman Terhadap Pikiran-Pikiran Edmund
Husserl), (Surabaya: eLKAF, 2007), hal. 2 4 Ibid., hal. 23
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
hidup secara langsung. Reduksi yang bermaksud mengembalikan semuanya pada
pengalaman, membuat Ponty mengutamakan pengalaman pada setiap kejadian
realita dalam kesehariannya.5
Menurut Ponty, realitas objektif yang diolah oleh ilmu pengetahuan menjadi
seuatu yang benar adalah yang berasal dari pengalaman manusia setiap harinya.
Sebuah pengetahuan tidak dapat di terima dengan benar tanpa adanya pengalaman
prailmiah yang manusia peroleh secara langsung. Karena setiap kejadian yang
diterima oleh manusia merupakan sesuatu yang terbatas, dan peran indra
sendirilah yang akan mengembangkan persepsi manusia pada setiap pejadian yang
nyata. Seperti halnya ilmu geografis, jika tidak menggunakan pengalaman
prailmiah sebelumnya, tentu kita tidak bisa mengerti hal-hal seputar geografis.6
Dalam kajian hermeneutika, hal ini bisa dilihat dengan menggunakan teori
hermeneutika kritik. Hermeneutika ini lahir ilatar belakangi oleh dua aliran
sebelumnya, yakni hermeneutika teori dan filsafat yang keduanya dianggap
mengabaikan telaah extra linguistic, yakni lingkungan sosial budaya dalam
seseorang berada di lingkungannya. Kemungkinan seseorang berada dalam
lingkungan sosial diaman dia tertekan secara mental dan psikis, namun tidak
memiliki kontrol diri apalagi mengubahnya.7
Menggunakan teori hermeneutika kritik ini bisa sedikit membantu dalam
menangani permasalahan seputar informasi yang masih belum jelas kebenarannya,
5 K. Bertens, Filsafat Barat Kontemporer, Jilid II, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013), hal. 130
6 Ibid., hal. 132 7 A. Khozin Afandi, Langkah Praktis Merancang Proposal, (Surabaya: Pustakamas, 2011),
hal. 176
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
atau juga disebut dengan hoax. Informasi yang belum jelas kebenarannya ini bisa
dilacak menggunakan teori hermeneutika kritik dengan menelusuri latar belakang
pembuat atau penyebar informasi hoax tersebut. Hermeneutika kritik ini
menggunakan psikoanalisis didalamnya yang menyatakan bahwa ada faktor
eksternal atau ada kondisi yang memeperngaruhi ucapan atau tindakan seseorang.
Mendapat informasi lewat media saat ini mulai banyak mengambil perhatian
masyarakat dalam mendapatkan informasi tanpa mengetahui kebenaran yang
sesungguhnya dalam sebuah fenomena. Pengaruh media masa masa saat ini
sangatpesat pengaruhnya di kalangan masyarakat. Erich Feldmann dalam Neue
Studen Zur Der Massen Medien membedakan antara bebrapa pengaruh media
yang meliputi beberapa bidang seperti, emosi, kehidupan jiwa, pembentukan
kepribadian sesuai dengan rangsangan yang diterima. Media massa yang berperan
sebagai penyebar kabar untuk di konsumsi massa, memiliki peran sebagai
penghubung suatu kejadian dengan pengetahuan masyarakat untuk menerimanya.8
Menurut Maurice Melelau Ponty, manusia ialah makhluk berakal yang
memiliki pengembangan dalam menerima suatu informasi dan bisa menciptakan
persepsi sendiri berdasarkan fakta yang mereka lihat secara langsung. Manusia
bisa mengetahui sesuatu hanya melalui hubungan diri pribadi secara langsung
bersentuhan dengan sesuatu yang lain seperti sebuah kejadian atau fenomena.
Sebagai manusia, kita pasti memiliki gambaran pribadi mengenai apa yang kita
lihat dan mempengaruhi objek itu sendiri, begitupun sebaliknya, bahwa kita juga
bisa mempengaruhi pengetahuan lingkungan sekitar kita dengan menciptakan
8 Astrid S. Susanto, Filsafat Komunikasi, (Bandung: Binacipta, 1976), hal. 48-49
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
persepsi kita sendiri hingga akhirnya kita membaginya dengan orang lain hingga
menjadi luas.9
Hermeneutika kritik dapat dijelaskan sebagai sebuah metode ilmiah untuk
memahami struktur-struktur makna atau teks yang terungkap dalam tuturan yang
dihasilkan oleh suatu proses komunikasi yang terdistorsi secara sistematis. Salah
satu tokoh hermeneutika kritik yang membahas mengenai metode ini adalah
Jurgen Habermas yang menggunakan psikoanalisis dan kritik ideology untuk
menghadapi suatu teks yang tidak lazim, dalam hal ini bisa disebut salah satunya
ialah hoax.10
Tak hanya dalam hermeneutika kritik, dalam beberapa hermeneutika lain
seperti hermeneutika filosofis Gadamer dan pemahaman symbol oleh Paul
Ricouer juga memiliki pandangan dalam memaknai teks bahkan dalam
penerapannya pada sebuah berita. Seorang hermeneut dan filosof yang religius
yaitu Paul Ricoeur (1913), berupaya untuk mengembalikan fokus hermeneutik
kepada domain teks. Ricoeur memperluas definisi hermenutik sebagai perhatian
kepada teks. Hermeneutik dalam hal ini hanya akan berhubungan dengan kata-
kata tertulis sebagai ganti kata-kata yang diucapkan. Ia menyatakan bahwa
definisi yang tidak terlalu luas justru memiliki intensitas.11 Dengan menggunakan
teori hermeneutika milik Gadamer dan Paul Ricoeur bisa diterapkan dalam
9 Morissan, Teori Komunikasi, hal. 42 10 Anggota IKAPI, Seni Memahami, (Yogyakarta: PT. KANISIUS, 2015), hal. 223 11 E. Sumaryono. Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. 1999),hal.
107.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
mengidentifikasi permasalahan mengenai berita atau informasi palsu di media
sosial.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori hermeneutika Gadamer dalam memaknai hoax ?
2. Bagaimana teori hermeneutika Paul Ricoeur dalam memkanai hoax ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui teori hermeneutika Gadamer dalam memaknai dan
menerapkannya pada fenomena hoax.
2. Memahami teori hermeneutika Paul Ricoeur dalam memaknai dan
menerapkannya pada fenomena hoax.
D. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini memiliki manfaat untuk menambah wawasan dan
pemahaman mengenai fenomena hoax pada era modern.
2. Memberikan kesadaran publik dalam menerima informasi media massa
yang belum tentu kebenarannya.
3. Mengerti penerapan metode hermeneutika Gadamer yang dapat di
aplikasikan dalam masyarakat dalam memaknai hoax.
4. Mengerti penerapan metode hermeneutika Paul Ricoeur yang dapat di
aplikasikan dalam masyarakat dalam memaknai hoax.
5. Tidak mudah terhasut oleh berita bohong di media sosial yang
kemungkinan bisa memutar balikkan fakta dari kenyataan.
6. Mewaspadai kemunculan hoax-hoax baru yang muncul di masa yang
akan datang.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
E. Kajian Pustaka
Dalam meninjau hasil penelitian mahasiswa lain yang membahas mengenai
hoax dan hermenutika sebagai metode dalam memahami sebuah kejadian yang
ada dalam penelitian penulis saat ini. Ada beberapa hasil temuan karya tulis yang
memiliki hubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh penulis sekarang.
Ditemukan beberapa hasil karya tulis mahasiswa sebelumnya yang berhubungan
dengan karya tulis saat ini adalah sebagai berikut :
Karya ilmiah yang mengangkat permasalahan mengenai hoax ada dalam
Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 4 No. 2 , Agustus 2017. Ditulis oleh Vibriza
Juliswara dengan judul “Mengembangkan Model Literasi Media yang
Berkebhinnekaan dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media
Sosial”. Vibriza menulis karya tulis ini sengan menggunakan metode sosiologi
yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan hoax yang terngah ramai
mengguncang media sosial. Berdasarkan konsep sosiologi yang memandang
masyarakat sebagai kelompok manusia yang menghasilkan kebudayaan yang
berkaitan dengan perkembangan peradaban masyarakat, dalam konteks
merebaknya persebaran hoax, masyarakat dapat mengalami kemunduran moral
yang dapat membahayakan peradaban khususnya bagi masa depan generasi muda.
Karya ilmiah menegenai hermeneutika sebagai metode dalam memahami
suatu hal sudah dijelaskan oleh mahasiswa bernama Rizal Faidi yang berjudul
Kajian Terhadap Teks-Teks Mamaca Melalui Perspektif Hermeneutik: Studi
Kasus Di Desa Lanjuk Kecamatan Manding Kabupaten Sumenep. Dalam
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
skrpsinya, Rizal menggunakan metode hermeneutika untuk memahami teks-teks
yang ada dalam seni mamaca yang ada di daerah Sumenep, Madura.
Karya ilmiah seorang mahasiswa yang berupa tesis, yakni yang berjudul
Literasi Media Baru dan Penyebaran Informasi Hoax (Studi Fenomenologi Pada
Pengguna Whatsapp Dalam Penyebaran Informasi Hoax Periode Januari-Maret
2015), yang ditulis pada tahun 2016. Tesis ini ditulis oleh Clara Novita A, yang
bermaksud pada penelitiannya mengkaji hoax dalam aplikasi Whatsapp.
Penelitian inibertujuan melihat kemampuan literasi media baru mahasiswa
penyebar informasi hoax, serta pengetahuan dan motivasi menyebarkan informs
hoax tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah fenomologi,
karna dapat digunakan dalam menggali informasi mahasiswa dalam menerima dan
menyebarkan informasi hoax itu. Faktor penyebab dalam penelitian ini adalah
rendahnya pengetahuan informasi hoax, karena lemahnya pengetahuan mengenai
kebenaran berita yang diterima.
Selanjutnya adalah karya tulis ilmiah berupa tulisan dalam sebuah jurnal
dengan penulis Ahmad Atabik yang berjudul Memahami Konsep Hermeneutika
Kritis Habermas dalam jurnal Fikrah, vol. 1, no. 2, Juli-Desember 2013. Dalam
tulisan ini, Ahmad membahas tentang teori hermeneutika kritik Habermas, teori
hermeneutika kritik Habermas merupakan sebuah terobosan baru utnuk
menjembatani ketegangan antara obyektifitas dengan subyektifitas, antara yang
teoritis dan praktis. Dan inilah sebuah prestasi Habermas dalam disiplin
hermeneutika. Dalam tulisan mencoba untuk menyambungkan antara keadaan
teoritis dan praktis seorang penulis ddengan kacamata kritik Habermas.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
F. Studi Teoretik
Dalam mengkaji mengenai hal-hal tentang informasi yang belum tentu benar
atau salah di masyarakat. Perlu adanya pemahaman terlebih dahulu menganai
kebenaran dalam mempercayai suatu informasi atau berita. Hal seperti ini di
Indonesia bisa disebut isu atau yang lebih viral pada masa kini dengan sebutan
hoax. Isu atau hoax dalam masyarakat sangat cepat dalam penyebarannya, dengan
adanya sosial media dan media massa lainnya, masyarakat dari berbagai kalangan
bisa dengan mudah dan cepat menerima informasi yang diterima didalamnya.
Berawal dari komunikasi antara individu, kelompok, hingga menyebarkannya
lewat berbagai media. Komunikasi merupakan aktifitas yang penting dan tak bisa
dipisahkan dari manusia sebagai makhluk sosial. Karena itu, tidak salah bila
dikatakan bahwa sejarah komunikasi sama tuanya dengan sejarah umat manusia
dan akan terus ada sampai akhir masa.12 Adanya komunikasi yang selalu ada,
maka informasi yang diterima oleh masyarakat juga akan terus menyebar dan
mungkin bisa berkembang. Tanpa tau kebenaran yang terjadi pada sebuah
fenomena atau kejadian, masyarakat terpaut oleh media akan memiliki persepsi
sendiri dalam menerima berita dan informasi.
Ungkapan bahwa ”manusia memiliki watak dan tabiat yang khas” bukan
bermaksud bahwa manusia pada dasarnya serumpun dengan hewan-hewan,
dimana hewan juga memiliki tabiatnya sendiri. Sebagai contoh lain adalah bahwa
12 Mohammad Zamroni, Filsafat Komunikasi (Pengantar Ontologis, Epistemologi,
Aksiologi), (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hal. 5
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
manusia memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam, yang jika mereka
menerima informasi, akan dikembangkan sendiri oleh persepsi masing-masing
tanpa peduli kebenarannnya.13
Penyebaran informasi yang diakukan masyarakat yang terlampau cepat dala
penyebarannya, membuat sebuah kebenaran menjadi terabaikan. Agus M.
Hardjana mengatakan, komunikasi interpersonal merupakan interaksi antar
individu yang bisa dilakukan ke individu lain atau kelompok dalam
menyampaikan suatu informasi.14 Penyebaran seperti inilah yang membuat isu
atau hoax sangat cepat penyebarannya.
Salah satu tokoh yang membahas mengenai hermeneutika kritik ini yaitu
Jurgen Habermas memiliki pendirian sendiri tentang hermeneutika, jika
hermeneutka sebelumnya menemui batasnya harus berhadapan dengan
komunikasi yang terdistorsi secara sistematis, sebuah hermeneutika khusus dan
yang lain dijalankan, dan hermeneutia ini disebut hermeneutika kritik yang
dikembangkan oleh Habermas.15
Karena teori kritisnya ini maka hermeneutika Habermas disebut
Hermeneutika Kritis. Di sini Habermas tidak lepas dari konsep memahami dan
menjelaskan seperti yang telah dilontarkan sejak awal oleh Dilthey. Dua term ini
sangat bermakna dan penting baginya. Fokus eklarung adalah untuk dapat
menjelaskan isu-isu yang berkaitan dengan duni ilmu pengetahuan alam,
sedangkan fokus verstehen adalah pada isu-isu yang berhubungan dengan
13 Mahmud Rajabi, Horison Manusia, (Jakarta: Penerbit Al-Huda, 2006), hal 124-125 14 Suranto Aw, Komunikasi, hal. 3 15 Anggota IKAPI, Seni Memahami, hal. 223
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
Geisteswissenschften (ilmu-ilmu kemanusiaan). Namun Habermas berpendirian
bahwa teori kritis yang terdahulu telah gagal untuk menjelaskan konsepsi rasio
yang lebih luas. Solusi yang ditawarkan Habermas adalah mengubah penekanan
filsafat dari hubungan subjek-objek menjadi komunikasi intersubyektif. dalam
bukunya Knowledge and Human Interest ia menyatakan bahwa eksistensi
masyarakat tergantung pada dua aksi, yaitu aksi instrumental (kerja) dan interaksi
sosial (komunikatif), kedua bentuk aksi ini membentuk asas kepentingan manusia
yang berbeda-beda. Pada gilirannya akan menggiring pembentukan jenis
pengetahuan yang berbeda sama sekali. Hermeneutika dan metode pengkajian
kritis yang tujuannnya adalah untuk memahami pihak lain lahir dari aksi
komunikatif. Sedangkan kajian analisa empiris yang bertujuan mengontrol proses-
proses terjadi pengetahuan obyektif lahir dari aksi instrumental.16
Hermeneutika pada saat yang sama merupakan persoalan klasik sekaligus
modern. Dalam konsentrasinya pada hubungan penafsiran sebuah teks baik itu
secara lisan, sebuah kejadian, atau teks dalam bentuk apapun. Tentang
hermeneutika bukanlah persoalan spesifik pemikiran barat, tetapi juga persoalan
yang eksistensinya serius dalam khazanah Arab klasik dan modern sekaligus.17
G. Metode Penelitian
Dalam kegiatan penelitian diperlukan adanya sebuah metode atau langkah-
langkah, karena sebuah kebenaran yang diperoleh dalam setiap fenomena dalam
kegiatan penelitian itu bisa dicapai harus memenuhi suatu aturan tertentu dan
harus melalui satu langkah ke langkah yang lain. Metode penelitian pada dasarnya
16 Malki Ahmad Nasir, Hemeneutika Kritis (studi kritis atas pemikiran Habermas), dalam Jurnal Islamia Edisi Perdana (Jakarta: Islamia, Maret 2004) hal. 33.
17 Nashr Hamid Abu Zaid, Hermenutika Inklusif (Jakarta: ICIP, 2004), hal. 4.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Selain sebagai betode mencari kemudahan dalam pengerjaan, sebuah metode juga
digunakan untuk mensistematiskan pemahaman baik dari sisi penulis dan sisi
pembaca agar mudah dipahami.
1. Jenis Penelitian
Metode yang digunakan oleh peneliti adalah kualitatif-induktif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati, Sedangkan induktif untuk mendapatkan pengetahuan umum
untuk menyusun suatu argumentasi yang bersifat khusus. Dalam
penggalian data melalui buku-buku refrensi dan beberapa argument
masyarakat tentang fenomena hoax dan tentang hermeneutika dalam
sumber.
Jenis penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif yang
berfokus pada kajian pustaka (library research), penelitian ini bermaksud
mengeksplorasi data dan analisis dilakukan secara bersamaan dan
melibatkan beberapa sumber didalamnya. Memasukkan beberapa sumber
yang berkaitan dengan hermeneutika, informasi, dan komunikasi.
Penelitian ini juga merupakan penelitian fenomenologi yang harus
memasukan beberapa data khusus seperti video yang di narasikan sebagai
sumber tambahan dalam memahami fenomena hoax masa kini. Dari
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
kalangan mahasiswa dan masyarakat umum tentang fenomena hoax dan
informasi yang lemah kebenarannya.
2. Sumber Data
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini mengutamakan
sumber refrensi buku-buku yang mengandung unsur hermeneutika kritik,
fenomenologi, informasi dan komunikasi. Penelitian ini juga memasukan
hasil data lapangan mengenai fenomena hoax yang mulai ramai di
masyarakat. Sebagai data pendukung, informasi masyarakat seputar berita-
berita yang belum tentu benar, dan isu-isu yang sudah ramai di
perbincangkan.
Sumber data primer di penelitian ini adalah buku-buku mengenai
hoax, hermeneutika kritik, dan argument masyarakat mengenai informasi
media yang lemah kebenarannya. Sumber sekundernya adalah buku-buku
seputar hermeneutika,, informasi, komunikasi, fenomenologi,
hermeneutika, dan tokoh-tokoh yang membahas mengenai hermeneutika,
juga melibatkan sumber dari internet dan beberapa video seputar hoax.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data penelitian ini, penulis ingin
menghimpun dan mengelompokan data-data yang berhubungan dengan
hoax masa kini, hermeneutika kritik, dan melakukan wawancara di
masyarakat seputar hoax dan informasi seputar berita yang kurang benar.
Berdasarkan dari berita-berita dan informasi seputar hoax yang muncul di
awal tahun 2017 dan berkaitan dengan pemilihan gubernur Jakarta.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
Dengan menyatukan data dari sosial media dan menambahkannya dengan
sumber refrensi terkait hermeneutika dan tokohnya, maka penulis bisa
mendapatkan data yang siap untuk disajikan sebagai data valid dalam
karya tulis. Memasukkan juga hasil dari beberapa video seputar hoax dari
medaia digital seperti youtube. Dengan memilah. informasi baik dari
literasi buku, video, maupun situs-situs resmi, maka akan terkumpulah
data-data yang diperlukan untuk penulisan karya ilmiah ini.
4. Teknik analisis Data
Dalam menganalisa data, Penelitian ini berupaya untuk menggali
lebih dalam sehingga ditemukan kebenaran yang tersembunyi (truth
reason), maka teknik analisis yang dipergunakan adalah pendekatan
fenomenologi lapangan yang akan melibatkan masyarakat. 18 Juga
menggunakan refrensi seputar hoax dan hermenutika kritik, serta
menyertakan beberapa hal tentang fenomenologi. Beberapa hal juga
membutuhkan rekaman seputar hoax dar berbagai media seperti youtube.
Juga memasukkan beberapa contoh hoax yang ramai di perbincangkan
untuk dianalisa lebih lanjut dan mendalam, guna memeperbaiki penafsiran
pembaca agar terhindar dari berita-berita hoax.
18 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Reka Sarasin, 1996),
hal. 49.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
H. Sistematika Pembahasan
Dalam sistematika pembahasan skripsi ini, penulis mempersiapkan bagian
dari bab-bab yang akan di bahas, demi terciptanya karya ilmiah yang sistematik
dan mudah dipahami.
Bab I membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, studi teoritik, metode
penelitian, hingga sistematika pembahasan.
Bab II membahas mengenai fenomena hoax, atau hal-hal yang menjadi
dorongan lahirnya hoax dikalangan masyarakat, mulai dari sejarah kemunculan
hoax dan hermeneutika Gadamer dan P. Ricoeur dalam menghadapi teks seperti
hoax.
Bab III membahas tentang penerapan hermeneutika terhadap hoax dengan
membeberkan fakta hoax dalam tiga pandangan, yaitu agama, politik, dan sosial.
Bab IV meninjau kembali hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menelaah
hoax yang terjadi di media sosial dengan metode hermeneutika..
Bab V berisi penutup, yang menjelaskan kesimpulan dari penelitian serta
pemberian saran atas isi dan analisa dalam karya ilmiah.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
BAB II
FENOMENA HOAX DALAM MASYARAKAT MASA KINI
A. Sejarah Kemunculan Hoax.
Di era yang modernis ini banyak kalangan masyarakat yang tak mau kalah
dalam bermain gadget dan aplikasi-apikasi didalamnya. Seiring berkembangnya
zaman, banyak juga bermunculan aplikasi obrolan dan bacaan yang beelomba
menampilkan berita dan kisah-kisah di sisi lain belahan dunia. Hingga kini media-
media digital atau yang sering disebut dengan media sosial banak bermunculan
dari masa ke masa. Era kemajuan dari media sosial dapat dikatakan dimulai pada
tahun 2001 dan berlangsung hingga sekarang. Semakin majunya dunia digital
memunculkan banyaknya media sosial yang menarik perhatian masyarakat umum
dari kalangan atas hingga menengah kebawah. Media-media sosial tersebut antara
lain adalah Wikipedia, Friendster, Facebook, Youtube, Twitter, Tumblr,
WhatsApp, Instagram, SnapChat, Pheed, dan banyak lagi media sosial lainnya.
Mengurangi dampak hoax yang berseliweran di media sosial di media
sosial ada baiknya dilakukan penyaringan berita agar para pengguna media sosial
tidak terjebak pada kasus-kasus yang melanggar UU ITE. Menjelajahi media
sosial seharusnya menjadi hiburan terdendiri bagi pengguna media sosial ketika
ada suasana kenyamanan dan kebahagiaan, namun terkadang para pengguna
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
fasilitas internet ini sering terlewat batas sehingga merugikan diri sendiri dan
pihak lain.1
Salah satu kehebatan media sosial adalah membuat data yang kita tak tahu
pasti kapan dan dimana suatu kejadian terjadi dan kemampuan media sosial dalam
menghilangkan batasan-batasan waktu, geografis dan dimensional memungkinkan
manusia untuk mempersingkat waktu dan melipat dimensi-dimensi yang ada
sehingga terjadi sebuah percepatan alur informasi yang tidak pernah terbayangkan
sebelumnya. Apalagi dengan berkembangnya sistem komunikasi telepon pintar
atau smartphone yang memungkinkan manusia untuk selalu terhubung dengan
alat komunikasi tersebut tanpa harus dipusingkan dengan masalah kabel atau
harus selalu duduk di depan komputer ketika akan mengakses sebuah situs
internet, menjadikan media sosial semakin populer khususnya di kalangan
generasi-generasi yang lahir pada era tersebut. Meskipun demikian, tidak sedikit
pula generasi-generasi yang lahir sebelum itu yang juga mengikuti dan turut serta
dalam pesta media sosial di era hi-tech ini entah itu karena sebuah tuntutan sosial
ataupun hanya sekedar mengikuti trend.
Di setiap komunikaasi antara individu atau kelompok, baik itu secara
langsung maupun lewat media memiliki sifatnya sendiri, entah dalam segi
penyampaian, bahasa, maupun ekspresi dalam melakukan komunikasi. Komunikasi
adalah proses penyampaian informasi-informasi, pesan-pesan, gagasan-gagasan atau
pengertian-pengertian, dengan menggunakan lambang-lambang yang mengandung
arti atau makna, baik secara verbal maupun non verbal dari seseorang atau kelompok
1 Thamrin Dahlan, Bukan Hoax (Jakarta: Peniti Media, 2016), hal. 11.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
orang kepada seseorang atau kelompok orang lainnya dengan tujuan untuk mencapai
saling pengertian dan/atau kesepakatan bersama.
“communication is the process of transmitting meaningful symbols between
individuals”
(komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang
yang mengandung makna di antara indvidu-individu).2 Dengan melakukan
komunikasi, maka setiap orang akan mendapatkan sebuah informasi ataupun jawaban
dari setiap obrolan mereka. Namun, jika informasi dari hasil komunikasi atau
informasi yang mereka dapat adalah sebuah informasi palsu atau biasa disebut dengan
hoax, maka maka komunikasi itu akan menjadi komunikasi yang absurd bahkan
berbahaya
Indonesia bukanlah Negara pertama yang memulai munculnya berita-
berita palsu yang membuat masyarakatnya menjadi heboh dan percaya begitu saja
dengan berita yang tersebar. Dalam sejarah hoax di dunia, hoax pertama muncul
di tahun 1661 pada bagian belahan bumi lain yang melibatkan musisi luar negeri
yang bernama John Mompesson yang menceritakan pengalamannya yang dihantui
suara-suara drum di dalam rumahnya. Kisah ini lambat laun menyebar kepelosok
negaranya. John berpendapat bahwa ia mendapatkan nasib seperti itu karna
menuntut William Drury yaitu seorang musisi lainnya,dan berhasil memenangkan
perkara sehingga membuat William mendapatkan hukuman. John menuduh Drury
memebrikan guna-guna atau kutukan pada rumahnya karena kekalahannya dam
tuntutan di pengadilan hingga ia mendapat hukuman. Hingga pada suatu ketika
2T. May Rudy, Komunikasi & Hubungan Masyarakat International (Bandung : PT. Refika
Aditama, 2005), hal. 1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
seorang penulis buku yang bernama Glanvill mendengar kisah rumah berhantu
John dan mendatangi rumahnya. Hingga hasilnya penulis tersebut juga mendengar
suara-suara yang sama di rumah John. Setalahnya, Glanvill menuliskan
pengalaman mistisnya di rumah John ke dalam tiga buku cerita yang diakuinya
sebagai kisah nyata. Banyak yang tertarik untuk membaca buku-buku milik
Glanvill. Hingga dibuku ketiganya, ia mengakui bahwa suara-suara yng ia dengar
di rumah John Mompesson hanyalah sebuah trik belaka untuk menghebohkan
masayarakat sekitar.3
Kemudia di generasi selanjutnya datang pada tahun 1745 yang berita
heboh ini bermula dari penduduk Amerika Serikat yang bernama Benjamin
Franklin. Dalam suatu hari Benjamin menemukan sebuah batu yang dipercaya
bisa menyembuhkan beberapa penyakit berat, seperti rebies, kanker, dan penyakit
lainnya. Ia menamai batu tersebut dengan Batu China. Penemuan batu ini sempat
membuat dunia kedokteran di Negara itu tidak melakukan penelitian medis untuk
batu itu, sehingga kedokteranpun di anggap sempat memepercayainya. Hingga
suatu ketika dilakukanlah sebuah penelitian tentang batu tersebut, dan hasilnya
cukup mencengangkan, abut itu bukanlah batu pada umumnya, namun hanya
tanduk rusa biasa yang sudah di rubah dan tidak mengandung unsur penyembuhan
apapun. Hal tersebut diketahui oleh salah satu pembaca harian Pennsylvania
Gazette, yaitu harian yang memuat berita bohong milik Benjamin. Banyak seklai
bermunculan berita-berita bohong atau hoax yang terjadi sampai dibentuknya
Badan Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat pada abad 20.
3 https://kumparan.com/@kumparantech/sejarah-hoaks-dan-andilnya-dari-masa-ke-masa diakses pada tanggal 29 Desember 2017.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
Mulai maraknya berita-berita bohong yang bermunculan di abad 20an saat
itu, kata “hoax” baru mulai digunakan sekitar tahun 1808. Kata hoax di lansir dari
kata hocus yang berarti mengelabuhi, dan kata ini juga dianggap mirip dengan
kata yang dipakai si sebuah mantra dalam pertunjukan sulap, yang mana di balik
permainan sulap adalah tipuan-tipuan yang direncanakan. Hingga dari generasi ke
generasi sampai saat ini, kata hoax selalu berkitan dnegan adanya penyebaran
berita atau informasi palsu yang membuat kehebohan dalam masyarakat baik itu
secara langsung atau tidak langsung.
Berita dan informasi palsu yang menghebohkan dunia saat ini bukanlah
hal baru yang muncul dalam keseharian umat manusia masa kini saja, namun
dalam sejarah Islam juga memiliki kasus yang serupa dengan berita palsu atau
hoax. Dalam salah satu kisah Nabi dalam Islam, ada dalam kisah Nabi Yusuf AS
yang heboh karena berta palsu. Dalam suatu hari saudara-saudara tua Nabi Yusuf
AS memasukannya kedalam sumur agar ditemukan seorang khafilah yang mau
memblinya sebagai budak. Perbuatan saudara-saudara Nabi Yusuf AS ini dilator
belakngi oleh kedengkian mereka kepada Nabi Yusuf AS yang selalu
mendapatkan nikmat dalam kehidupannya. Hinga suatu hari mereka pasa saudara
Nabi Yusuf mengabarkan berita bohong kepada ayahnya yaitu Nabi Ya’qub,
bahwa Nabi Yusuf AS tewas dimakan serigala. Dari kisah Nabi tersebut
menggambarkan begitu mudahnya sebuah berita bohong dibuat dan bahkan
disebarkan dari satu orang atau kelompok ke kelompok lain. Hingga pada zaman
kecanggihan teknologi seperti sekarang, sangat mudah dan cepat menyebarkan
informasi atau berita ke seluruh belahan dunia. Hanya dengan menggunakan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
komputer atau hand phone yang mereka miliki, berita palsu bisa cepat dibuat dan
disebarkan.4
Begitu mudahnya mengakses berita atau informasi yang akan di baca oleh
pengguna media sosial, membuat masyarakat buta akan mendapatkan informasi
yang benar dan cara berkomunikasi yang baik dalam masyarakat sosial. Hakikat
komunikasi adalah proses interaksi dan ekspresi antar manusia baik individu
ataupun kelompok. Manusia pada umumnya memiliki kepentingan dan kemauan
untuk saling berbagi cerita dengan individu lain atau kelompok, baik itu secara
langsung atapun ti dak langsung (lewat media). Dengan berkomunikasi, maka
manusia akan mengembangkan pengetahuan dari dalam diri maupun dari luar diri
mereka, pengetahuan akan bertambah.5
Hingga kini, dari penjuru dunia manapun tetap dihebohkan dengan berita
atau informasi palsu. Dari munculnya raksasa di danau yang disebut Loch Ness,
tembok Cina yang terlihat dari luar angkasa, hingga hoax yang mucnul ketika
pemiliham umum presiden Amerika Serikat di tahun 2016 lalu. Semua bentuk
hoax dari Negara manapun dan dalam hal apapun memilii tujuan di baliknya.
Motif beragam di balik hoax seperti alasan politik, agama, bahkan untuk
keuntungan pribadi.
Di dunia digital yang seirng dijumpai lewat berita dari internet, banyak
jenis dan motif dibelakang penyebaran hoax. Di sisi lain, kebaradaan internet
dengan memasukkan berbagai akun yang disediakan untuk penggunanya. Adanya
dunia digital yang sudah menyebar di pelosok dunia, membuat masyarakat
4 https://www.kompasiana.com/shouki/5a042a23ade2e10b2e0c1165/hati-hati-membuat-dan-menyebarkan-hoax-itu-dosa diakses pada tanggal 10 Januari 2018
5 Muhammad Mufid, Etika dan Filsafat Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2013), hal. 98.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
memiliki kemudahan dalam berkomunikasi dan mendapatkan informasi global.
Menggunakan media sosial juga memiliki dampak positif dan negatif yang akan
di rasakan oleh para penggunanya dan hingga waktu itu setiap individu harus
cerdas dalam menggunakan akun dan sumber yang ada dalam internet.
Dalam mengguanakan media sosial yang ada di dunia maya, tak luput dari
pemahaman penggunanya dalam berbaha komunikasi yang baik dan benar.
Memberikan sebuah makna atau pesan dalam komunikasi adalah sesuatu yang
disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara
tatap muka melalui media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan,
hiburan, informasi, nasihat atau propaganda. Dalam bahasa inggris pesan biasanya
diterjemahkan dengan kata message, content, atau information.6
Faktor yang menyebabkan kesalahpahaman dalam berkomunikasi :
1. Gangguan
Ketika manusia melakukan komunikasi, baik kepada individu atau antar
kelompok pasti memiliki gangguan di tengahnya. Dalam berkomunikasi
langsung maupun tidak langsung seperti lewat media sosial memiliki gangguan
dalam berkomunikasi. Ada dua jenis gangguan yang menjadi penghambat
jalnannya komunikasi yang dapat diklasifikasikan dengan gangguan semantik
dan gangguan mekanik. Gangguan semantik adalah gangguan tentang bahasa
terutama yang berkaitan dengan perbedaan dan pemahaman bahasa yang
digunakan oleh komunikator maupun komunikan, sehingga menumbulkan
ketidakjelasan dan kesalahpahaman. Gangguan mekanik adalah gangguan yang
6 Apriadi Tamburaka, Agenda Setting Media Massa, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada,
2012), hal. 9.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik, terutama
yang berkaitan dengan alat atau media yang digunakan.7
2. Kepentingan
Komunikator tidak mempehatikan kepentingan komunikan atau lawan
bicaranya akan menimbulkan ketidakseimbangan antara keduanya, sehingga
komunikan hanya akan mau melakukan komunikasi apabila ada kepentingan
yang berkaitan dengannya.8
3. Motivasi Terpendam
Motivasi adalah dorongan seseorang untuk mencapai tujuan, keinginan
maupun kebutuhannya, sehingga apabila komunikasi sesuai dengan motivasi
seseorang terutama komunikan, maka komunikasi akan dapat berjalan secara
efektif. Sebaliknya apabila komunikasi tidak sesuai dengan motivasi yang
terpendam dalam diri komunikan, maka komunikasinya mengalami hambatan.
4. Prasangka
Prasangka merupakan salah satu rintangan yang berat dalam
berkomunikasi, karena bila ada komunikan yang memiliki prasangka terhadap
komunikator maka kecurigaan komunikan kepada komunikator akan menjadi
7 Mufrida Sofiana, “Instagram Sebagai Media Publikasi Humas Pemerintah Kota
Surabaya” Jurusan Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel, 2016, hal. 33.
8 Ibid., hal. 34.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
penghambat.9 Adanya sebuah prasangka pada lawan bicara akan membuat
suasana pembicaraan menjadi seperti apa yang di prasangkakan pembicara.
B. Hermeneutika Paul Ricoeur Dalam Memandang Hoax.
Paul Ricoeur adalah salah satu tokoh hermenutika yang memiliki beberapa
teori tentang memahami sebuah teks berdasarkan kejadian, wacana (lisan), dan
teks. Dalam memahami dan mengidentifikasi hoax, ada beberapa teori milik
Ricoeur yang saya gunakan dalam tulisan ini, yaiknu teori fiksasi dan teori
distensiasi. Berikut penerapan teori hermeneutika Riroeur dalam penerapannya
terhadap hoax masa kini.
1. Teori Fiksasi.
Salah satu teori hermeneutika Ricoeur yaitu teori fiksasi ini
mejelaskan bagaimana menyampaikan dan memahami proses dari wacana
lisan dibentuk ke dalam sebuah teks tulis, atau dari lisan ke penulisan. Fungsi
fiksasi adalah menjaga wacana dari kemusnahan. Metode fiksasi ini juga
dilakukan oleh zaman sahabat-sahabat Nabi terhadap hadits-hadits Nabi. Jika
hadits tidak difiksasi maka yang akan terjadi adalah kemusnahan hadits-hadits
Nabi karena berkurangnya sanad dan mungkin akan berubah seiring
bergantinya zaman dan penerus penghafal hadits-hadits itu, bahkan
pengetahuan kita terhadap peran Nabi Muhammad SAW tidak seperti
sekarang yang sudah banyak tersedia hadits-hadits Nabi dengan sanad yang
9 Ibid., hal. 35.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
memiliki ingatan yang kuat hingga hadits-hadits Nabi tetap tejaga sampai
kapanpun karena metode fiksasi ini.10
Menurut Ricoeur jika makna teks mau diungkap atau dipahami,
seorang penafsir akan menghadapi dua alternatif, yaitu jalan langsung yang
ditempuh oleh Heiddeger yang kemudian diikuti oleh Gadamer atau jalan
melingkar yang ditempuh oleh Husserl. Jika menggunakan jalan langsung,
seorang penafsir mehamai teks secara langsung tanpa menggunakan
metodologi untuk memahami dan menyelidiki makna yang terkandung dalam
teks.11 Dengan jalan ini, banyak pengguna media sosial ketika menerima
berita simpang siur akan langsung mempercayai tanpa menyelidiki
kebenaran faktual sesuai kejadian yang seungguhnya.
Lalu dengan jalan melingkar atau yang sebenarnya disebut dengan
fenomenologi Husserl. Cara ini membuat penafsir atau pembaca lebih dulu
menyelidiki kebenaran dari makna di balik teks. Ricoeur menempuh jalan
melingkar itu untuk menyingkap makna tersembunyi di dalam teks.12 Dengan
menggunakan jalan melingkar atau fenomenologi ini, seorang pengguna dan
pembaca berita di media sosial akan mempertimbangkan berita yang mereka
baca dengan menyelidiki fenomena kebenaran yang terkandung dalam
teks/berita. Cara ini lebih aman dan mendalam dalam membaca sebuah berita
agar terhindar dari hoax, dengan begitu seorang pembaca akan lebih nyaman
dan aman dalam membaca berita. Dalam dunia digital seperti saat ini hanya
10 Abdullah Khozin Afandi, Hermeneutika (Surabaya: Alpha, 2007), hal. 91. 11 F. Budi Hardiman, Seni Memahami (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2015), hal. 244. 12 Ibid., hal. 245.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
segelintir orang yang menggunakan cara seperti ini karena sudah banyak
berita-berita yang tidak benar namun seolah sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya.
2. Teori Distansiasi.
Dalam teori distansiasinya, Paul Ricoeur dilatari oleh studi bahasa.
Menurutnya, bahasa wacana dengan bahasa sebagai bahasa merupakan dua
hal yang berbeda. Bahasa sebagai sistem bahasa adalah bahasa merupakan
suatu tumpukan yang pasif, misalnya yang ada dalam kamus. Sementara
bahasa sebagai sistem komunikasi adalah bahasa yang telah diaktifkan oleh
seseorang dalam suatu waktu dan tempat tertentu.13
Distansiasi sebagai pemilihan antara peristiwa dengan makna oleh
Ricoeur diberlakukan pada wacana (lisan), penulisan (teks), dan tidak berbuat
(action) lengkap dengan karakteristiknya sendiri-sendiri. Akan tetapi Ricoeur
lebih mengutamakan pada teks. Distansiasi adalah memisahkan berita dari
sang penuturnya, dari situasi dan dari penerima awal berita tersebut. Hingga
yang menjadi objek kajian hermeneutika adalah makna yang terdapat dalam
wacana lisan atau wacana tulis (teks).14
Dengan menggunakan teori distansiasi milik Ricoeur ini, para
pengguna media sosial yang menerima berita, terutama yang menerima
pertama kali bisa untuk dibedakan, sehingga mengerti informasi nyata
berdasarkan kejadian yang ada tanpa ada yang mengubahnya. Mengguankan
13 Abdullah Khozin Afandi, Hermeneutika, hal. 92. 14 Ibid., hal. 94.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
ditansiasi adalah untuk menemukan makna asli dari sebuah kejadian sebelum
menjadi wacana dan atau teks orang yang menerima dan menyebarkannya.
C. Hermeneutika Hans George Gadamer Dalam Memandang Hoax.
Gadamer memiliki beberapa beberapa teori yang bisa saya gunakan dalam
tulisan mengenai hoax ini. Ada beberapa teori Gadamer yang ia gunakan dalam
memaknai hermeneutika dan metode penerapannya dalam menafsirkan teks dan
konteks di lingkungan sekitarnya, namun dalam tulisan ini saya hanya
menggunakan teorinya tentang pengalaman yang disebut dengan Aleanating
Distanciation dan Belonging Experience.
1. Aleanating Distanciation dan Belonging Experience.
Teori milik Gadamer ini lebih dimaksudkan memasuki wilayah human
scence. Melalui teori ini Gadamer berupaya memberikan sumbangsih konsep
bagi human scence. antara subyek dan obyek tidak memiliki kesamaan
apapun sehingga kualitas keobyektifannya terjaga. Kondisi ini berbeda dari
human scence, subyek peneliti dengan obyek peneliti saya, yaitu manusia,
banyak hal yang sama, banyak pengalaman yang sama, subyek dan obyek
dalam keadaan belonging experience, sama-sama memiliki pengalaman,
sehingga kualitas terjaganya obyektif. Memahami pengalaman orang lain
sama halnya memahami pengalaman diri sendiri.15
15Ibid., hal. 87.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
Jika diterapkan pada fenomena hoax masa kini, para pengguna media
sosial yang berperan sebagai penafsir beritayang mereka baca, memiliki
pandangan dari pengalaman mereka masing-masing yang pastinya meiliki
perbedaan pengalaman dengan setiap pembaca yang lain. Meskipun
menerima berita yang sama, pengalaman mereka yang berdasarkan
pengetahuan yang sudah mereka alami akan mambentuk penafsiran yang
berbeda.
D. Hukum Menyebarkan Hoax / Berita Bohong.
Di era modern seperti saat ini sudah banyak bermunculan berita-berita
bohong yang marak di media sosial masyarakat, karena pemerintah mengingatkan
kembali adanya unduang-undang pengenai teknologi dan informasi dan hukuman
karena melanggarnya. Negara Indonesia ini sering disebut juga sebagai Negara
hukum dan mayoritas penduduknya menganut agama Islam, dan semua yang
bersifat kejahatan dan atau merugikan orang lain sudah tercantum hukum dalam
perundang-undangan Negara. Sebagai umat Islam yang menjalankan perintah
kitab suci Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi yang sudah mengatur mana yang
benar dan salah, beserta hukuman yang pantas ketika melakukan kesalahan.
1. Hukum Dalam Islam (Al-Qur’an dan Hadits).
Dalam pandangan dan hukum Islam sudah tercantum ayat dan hadits yang
melarang pengebaran dan mempercayai berita bohong. Seperti dalam beberapa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
ayat pada surah An-Nur yang banyak menjelaskan bahaya mempercayai dan
menyebarkan berita bohong.
يو ٱإن ل ة اءو فإكٱج لإ هو ة لإ ل كم ا ش توه إس ت ل نيكمإ ت ث عصإ لك ل كمإ يإ ري ٱخ امإ ٱنيإهمن ب ت س كإ ثإم ٱنو
يٱو لإ كبإ هل ل ۥح و ل ظيمۥنيإهمإ ابع ذ ١١ع
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari
golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu
bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan
dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian
yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar (QS. An
Nur: 11)16
ل ل وإ و ظ خهوه هعإ س نيون ٱإذإ إهؤإ جٱو ل نن إهؤإ ال ذ ه ك الوا و ا يإ خ ىفسهمإ ةأ
تني ١٢إفإكنMengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang
mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri,
dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang
nyata".(QS. An Nur: 12)17
Dalam surah An-Nur dari ada sepuluh ayat yang menjelaskan tentang berita
bohong yaitu dari ayat 11 sampai ayat 21.
16 Al-Qur’an, 24: 11. 17 Ibid., 24: 12.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
ا ه ي أ يو ٱي ال ك وإن حصيتوا ن
أ خ ب ي يوا ف ةن ت إ ف اسق اء كمإ ج إن يوا ء ان
دنني ن لإخمإ ع اف ن تحوالع خصإ ل ثف ٦ب ه Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat: 6)18
Dalam beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang bahaya berita
bohong, dalam beberapa hadits pun menjelaskan larangan menyebaran berita
bohong, seperti berikut :
Tak hanya dalam ayat-ayat Al-Qur’an, dalam beberapa hadits juga
menerangkan larangan dan akibat menyebarkan berita bohong.
“Apa yang dikategorikan dosa besar? Nabi saw menjawab, “Mempersekutukan Allah, durhaka pada kedua orang tua, dan perkataan (persaksian) dusta (/palsu).” (HR. Al-Bukhari)
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu.”(HR. Muslim)
"Dan sesungguhnya kedustaan mengantarkan kepada perbuatan fujur dan perbuatan fujur mengantarkan kepada neraka" (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
18 Ibid., 49: 6.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
“Telah menceritakan kepada kami [Abdul 'Aziz] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim] dari [Shalih] dari [Ibnu Syihab] -lewat jalur periwayatan lain- Telah menceritakan kepada kami [Al Hajjaj] telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Umar An Numairi] telah menceritakan kepada kami [Yunus bin Yazid Al Aili] menuturkan; aku mendengar [Az Zuhri] menuturkan; aku mendengar [Urwah bin Zubair] dan [Sa'id bin Musayyab] dan [Alqomah bin Waqqash] dan [Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah] tentang hadits ['Aisyah] isteri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ketika penyebar berita bohong menyebarkan isu bahwa dia berbuat zina, maka Allah menurunkan berita kesuciannya; 'Masing-masing penyebar berita bohong itu menceritakan sekumpulan cerita bohong tentang aku, maka Allah menurunkan ayat; 'Sesungguhnya orang-orang yang menyebarkan berita bohong,,, hingga sepuluh ayat berikutnya (QS. Annur 11-21) yang kesemuanya menjelaskan berita kesucianku. Abu Bakar ash Shiddiq yang sebagai pihak menanggung nafkah Misthah bin Utsatsah karena masih ada hubungan kekerabatan mengatakan: "Demi Allah, saya tidak akan memberi nafkah lagi kepada Misthah sedikit pun selama-lamanya setelah ia turut serta menyebarkan isu tentang 'Aisyah." Maka Allah menurunkan ayat: 'dan janganlah orang-orang yang diberi kelebihan rejeki dan kelapangan diantara kalian untuk menahan pemberiannya kepada kerabat' (QS.Annur 22), lantas Abu Bakar mengatakan; 'Baik demi Allah, sungguh saya mengharap jika Allah mengampuni kesalahanku' lantas Abu Bakar meneruskan kembali pemberian nafkahnya dan berkata; 'Demi Allah, saya tidak akan lagi mencabutnya selama-lamanya.”19
(HR. Bukhari Nomor 6185)
Dari beberapa ayat Al-Qur’an dan beberapa hadits diatas dpat kita
simpulkan bahwa menyebarkan berita bohong adalah sesuatu yang tidak benar
dan mendapat balasan tersendiri atasnya. Hingga di era modernis saat ini
penyebaran berita bohong berupa unggahan berita di media sosial masih marak
terjadi dan begitu mudahnya dipercayai beberapa masyarakat negeri ini, dan
bahkan menyebarkannya.
19 https://haditsrasulullah.com/bukhari-6185-ketika-penyebar-berita-bohong-menyebarkan-
isu/ diakses pada tanggal 10 Janurai 2018
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
2. Hukum dalam Undang-Undang Negara.
Hukum bagi penyebar berita bohong atau hoax sudah ada dalam
perundang-undangan Negara yang tercantum pada UU IT, yaitu pada pasal 28
ayat (1) UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
(ITE) menyatakan, “Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian
konsumen dalam Transaksi Elektronik.” Perbuatan yang diatur dalam Pasal 28
ayat (1) UU ITE merupakan salah satu perbuatan yang dilarang dalam UU
ITE. UU ITE tidak menjelaskan apa yang dimaksud dengan “berita bohong
dan menyesatkan”.20
Terkait dengan rumusan Pasal 28 ayat (1) UU ITE yang menggunakan
frasa “menyebarkan berita bohong”, sebenarnya terdapat ketentuan serupa
dalam Pasal 390 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) walaupun
dengan rumusan yang sedikit berbeda yaitu digunakannya frasa “menyiarkan
kabar bohong”. Menurut buku Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal yang ditulis oleh R.
Soesilo (hal. 269), terdakwa hanya dapat dihukum dengan Pasal 390 KUHP,
apabila ternyata bahwa kabar yang disiarkan itu adalah kabar bohong. Yang
dipandang sebagai kabar bohong, tidak saja memberitahukan suatu kabar yang
kosong, akan tetapi juga menceritakan secara tidak betul tentang suatu
kejadian. Menurut hemat kami, penjelasan ini berlaku juga bagi Pasal 28 ayat
20 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
(1) UU ITE. Suatu berita yang menceritakan secara tidak betul tentang suatu
kejadian adalah termasuk juga berita bohong.
Menurut beberapa orang, kata “bohong” dan “menyesatkan” adalah dua
hal yang berbeda. Dalam artian “menyebarkan berita bohong” yang diatur
adalah perbuatannya, sedangkan dalam kata “menyesatkan” yang diatur
adalah akibat dari berita bohong. Selain itu, untuk membuktikan telah terjadi
pelanggaran terhadap Pasal 28 ayat (1) UU ITE maka semua unsur dari pasal
tersebut sudah dilakukan dan menciptakan korban di dunia nyata maupun di
dunia maya (media sosial).
Apa yang mendasar dalam nilai tindakan bermoral adalah bahwa hukum
moral secara langsung harus menentukan kehendak. Apabila determinasi
(ketetapan hati) menurut hukum moral namun hanya melalui sarana perasaan,
yang pasti mengandaiakan bahwa hukum mungkin menjadi satu dasar penentu
kehendak. Apabila suatu tindakan dilakuakan tidak sesuai dengan hukum, maka ia
memiliki legalitas namun tidak memiliki moralitas.21
Dengan adanya imperatif hipotesis, prinsip-prinsip objektif dipersyaratkan
dengan adanya tujuan-tujuan tertentu yang mau dicapai. Artinya, prinsip-prinsip
itu akan dituruti oleh seseorang, jika dengannya ia bisa mencapai tujuan yang
diinginkannya. Sederhanya, jika seorang manusia menginginkan X, maka ia harus
bertindak Y untuk mendapatkannya.22
21 Immanuel Kant, Kritik Atas Akal Budi Praktis, terj. Nurhadi (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2005), hal. 118. 22 Ibid., hal. 73.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
BAB III
PEMBACAAN HERMENEUTIKA TERHADAP HOAX
A. Fakta Hoax.
Perkembanagan sistem komunikasi dan informasi yang mengikuti
perkembangan zaman saat ini, membuat masyarakat semakin maju dalam
menggunakan gadget yang mereka gunakan setiap ahrinya. Hal ini juga
memperngaruhi gaya hidup mereka dan kondisi psikis setiap individunya. Ada
begitu banyak alasan untuk untuk percaya bahwa psikologi di negeri ini telah
didefinisikan sebagai ilmu untuk mengatur perilaku orang lain. Ilmu ini telah
mendapatkan satu sifatnya yang positif karena ia telah didefinisikan sebagai kata
kerja sebagaimana yang diharapkan masyarakat bagi penduduk negeri yang
sedang berkembang.1
Dalam ilmu psikologi pun masih terjadi proses pengumulan untuk
menemukan identitasnya baik dalam fungsi, peran dan posisinya dalam
kebudayaan manusia, sehingga bahkan definisi yang dibuat James Drever dalam
kamus psikologinya yang menyatakan psikologi sebagai cabang dari ilmu biologi
yang mempelajari fenomena kesadaran serta perilaku pasti masih menemukan
perdebatan yang ulung.2 Dalam hal ini ilmu psikologi juga diperlukan oleh
masyarakat era modernis ini untuk menciptakan kedamaian antar individu dan
masyarakat baik itu dalam lingkungan sekitar maupun dalam dunia digital.
1 Arief Budiman, dkk., Mencari Konsep Manusia Indonesia: Sebuah Bunga Rampai
(Jakarta: Penerbit Erlangga, 1986), hal. 77. 2 Ibid., Hal. 81.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
Beberapa kasus hoax yang ada di Indonesia dan sudah banyak meneyebar
adalah mengenai politik yang disinyalir memiliki berbagai motif dibalik
penyebaran hoax di negeri ini. Sudah banyak hoax atau informasi palsu beredar di
media massa penyebar lewat media sosial mulai dari facebook, whatsapp, twitter,
instagram, serta media sosial lainnya. Pesatnya perkembangan telepon pintar
membuat publik semakin mudah mengakses beragam informasi dan berita hanya
dalam genggaman tangan, namun imbasnya informasi palsu ikut tersebar dengan
mudah yang bagi sejumlah orang malah diyakini sebagai kebenaran. Tidak sedikit
pula tokoh masyarakat, institusi negara, dan ormas menjadi korban dari
penyebaran hoax. Ironisnya, informasi itu juga disebarkan oleh mereka yang
berpendidikan tinggi dan dijadikan referensi oleh media massa.
Ramainya kasus tentang berita bohong lewat akun-akun media sosial
membuat pemerintah geram dan segera membuat evaluasi terhadap dunia maya.
Peemrintah akan menindak lanjuti oknum-oknum yang terlibat dalam pembuatan
dan penyebaran berita palsu yang membuat masyarakat heboh dengan berita yng
tidak jelas kebenarannya. Salah satu anggota Kemendikbud, yaitu Hilmar Farid
menyatakan, ”banyak professor maupun doctor atau kalangan akademis yang
percaya pada berita palsu atau hoax. Pengaruh media sosial memang sangat hebat,
tinggal dikasih foto dan judul langsung menyebar berita bohong tersebut”.3
Menurutnya generasi yang mudah terpengaruh oleh berita hoax adalah mereka
yang lahir dan baru mengenal dunia digital di usia dewasanya, justru berita-berita
hoax tidak begitu dipercaya oleh generasi milenial saat ini. Karena mereka yang
3 http://www.beritametro.news/fokus/motif-ekonomi-dan-politik-di-balik-penyebaran-hoax diakses pada tanggal 13 Januari 2018.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
dari usia muda pasti segera bisa melacak asal berita tersebut dan mengetahui
kebenaran berita yang menyebar.
Orang yang jarang melakukan komunikasi secara langsung dengan
manusia bisa dipastikan akan tersesat, karena dia tidak sempat menata dirinya
dalam suatu lingkungan sosial. Komunikasilah yang memungkinkan seorang
individu membangun kerangka pengetahuannya didunia luar dan
menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirakan situasi dan informasi
seperti apapun. Tanpa melibatkan diri dalam komunikasi, seseorang tidak akan
tahu bagaimana bertingkah sopan, disiplin dan patuh, hingga memperlakukan
orang lain secara beradab.4
Belajar dari komunikasi secara langsung dengan lingkungan sekitar akan
membuat seorang individu memiliki pengetahuan memberi dan dan menerima
sebuah informasi dari orang lain tanpa selalu menggunakan media sosial atau
media digital yang mereka gunakan. Adanya ilmu berkomunikasi dan menerima
informasi yang baik akan membuat masyarakat masa kini yang hidup di era
modern ini terhindar dari berita-berita palsu. Bisa dikatakan bahwa era masa kini
adalah era instan dimana mulai banyak orang yang memilih mencari informasi
lewat media digital yang dipandang lebih mudah dan cepat daripada harus
bertanya atau mencarinya secara langsung di lingkungan sekitar.
Dari maraknya kasus mengenai hoax di media sosial yang telah mencuat di
masyarakat, saya menganalisa beberapa motif dan sisi lain dibalik terciptanya
4 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suat Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2013), hal. 6.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
berita-beria palsu atau hoax yang ramai pada awal tahun 2017. Saat itu hoax mulai
marak diperbincangkan oleh kalangan pemerintah, akademis, hingga masyarakat
awam. Mereka yang menerima dan membaca sebuah berita dari medi sosial
banyak yang langsung mempercayai berita yang mereka terima.
Dalam kasus ini saya mengambil kasus pilgub Jakarta yang banyak
ditujukan kepada gubernur Jakarta saat itu, yakni Basuki Tjahaja Purnama atau
biasa disebut Ahok. Dari kasus ini pertentangan dua lini yaitu golongan pro Ahok
dan anti Ahok yang didominasi umat Islam (muslim) saling menjatuhkan lawan
mereka melalui penyebaran berita-berita palsu, guna mengambil kepercayaan
setiap pendukung di masing-masing lini. Dari sinilah banyak bermunculan berita-
berita palsu atau hoax yang saling menjatuhkan setiap kubu dan mengambil
kepercayaan masyarakat terutama pengguna sosial media. Seakan berlomba-
lomba menjatuhkan dan mengambil kepercayaan masyarakat, setiap golongan
baik itu pro Ahok atau kaum muslim saling serang melalui aksi lapangan dan
melalui media sosial baik itu lewat facebook, twitter, whatsapp, instagram, dll.
Dalam masalah komunikasi dan informasi,ada beberapa faktor yang
memengaruhi tercapainya komunikasi yang efektif antar komunikan:
1. Perbedaan latar belakang.
Setiap orang ingin diperlakukan sebagai pribadi, dan memang setiap orang
berbeda, berkaitan dengan perbedaan itu merupakan tanggung jawab
komunikator untuk mengenal perbedaan tersebut dan menyesuaikan isi pesan
secara tepat, dan memilih media serta saluran komunikasi yang sesuai agar
respon yang diharapkan dapat dicapai. Makin besar persamaan orang-orang yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
terlibat dalam pembicaraan makin besar kemungkinan dapat menimbulkan
kesalahan dalam berkomunikasi antara lain :
a. Perbedaan persepsi.
b. Perbedaan pengalaman dan latar belakang.
c. Sikap praduga/stereotip.
2. Faktor bahasa
Bahasa yang digunakan seseorang verbal maupun nonverbal (bahasa
tubuh) ikut berpengaruh dalam proses komunikasi, antara lain :
a. perbedaan arti kata
b. Penggunaan istilah atau bahasa tertentu
c. Komunikasi nonverbal
3. Faktor lingkungan
Lingkungan dan kondisi tempat kita berkomunikasi juga ikut menentukan
proses maupun hasil komunikasi tersebut, hal-hal yang berpengaruh antara lain :
a. Faktor tempat
b. Faktor situasi/waktu5
fenomena hoax di media sosial khususnya pada awal tahun 2017 memang
menghebohkan masyarakat, baik dalam masyarakat nyata ataupun dunia maya.
Dari berbagai kalangan mengaku prihatin dengan merajalelanya hoax ini. Salah
satunya adalah Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mantan
presiden Indonesia ini menuliskan beberapa keluh kesahnya lewat akun
5 Erliana Hasan, Komunikasi Pemerintahan, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2010), hal. 7-
8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
Twitternya : “Ya Allah, Tuhan YME. Negara kok jadi begini. Juru fitnah dan
penyebar 'hoax' berkuasa dan merajalela. Kapan rakyat dan yang lemah
menang?”. Pak Susilo Bambang Yudhoyono seakan sangat prihatin dan cemas
akan dampak buruk yang dibawa oleh maraknya fenomena hoax yang melanda
negera yang pernah ia pimpin ini, entah ada tidaknya motif politik dibaliknya,
namun kicauan di media sisal mantan presiden RI ini patut kita renungkan dan
waspadai dampaknya. Demi menjaga keutuhan Negara dari perpecahan masal
dengan membentuk kubu yang saling menyerang, warga Negara ini harus bersama
memerangi berita-berita palsu yang membuat terpecahnya kedaulatan Negara kita
tercinta.6
Dalam kasus hoax yang terjadi, tak luput pula motif dan latar belakang
yang di bawa oleh berita palsu tersebut. Ada beberapa faktor yang bisa
melatarbelakanginya. Pertama, maraknya hoax didorong oleh kemajuan teknologi
informasi yang ada dan semakin berkembanya jaringan di negera ini. Salah
satunya sambungan jaringan internet yang berkembang sangat cepat. Survei
Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) sepanjang 2016
menunjukkan bahwa sekitar separuh penduduk Indonesia sudah bisa mengakses
jaringan-jaringan yang tersedia dalam jaringan internet. Kedua, rendahnya minat
baca masyarakat Indonesia memiliki andil yang besar terhadap maraknya hoax.
Soal minat membaca masyarakat Indonesia memang sangat memprihatinkan.
Ketiga, pemerintah tampaknya cukup heboh dengan keberadaan hoax tersebut.
Ketidaktegasan pemerintah dalam menertibkan hoax ini tentunya ikut mendorong
6 https://nasional.sindonews.com/read/1172816/16/hoax-dan-stabilitas-nasional-1484926329 diakses pada tanggal 13 Januari 2018.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
maraknya berita bohong.. Tanpa langkah tegas secara hukum, hoax akan tetap
marak. Keempat, ada indikasi berita hoax ini sengaja diciptakan untuk
kepentingan politik tertentu.
Sungguh ironis sekali bangsa ini jika saling terpecah karena adanya oknum
penyebar berita palsu untuk menjatuhkan orang atau kelompok tertentu. Tak
mengherankan jika akhir-akhir ini terjadi saling serang antar kelompok tertentu
yang diduga kuat ada pihak yang mengendalikannya secara sistematis. Persoalan
lainnya yang menyebabkan informasi palsu atau hoax menjadi semakin sulit
dikendalikan adalah, adanya kebiasaan sebagian besar masyarakat yang ingin
cepat berbagi informasi. Masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan dimana ketika
mendapatkan sebuah berita atau informasi yang memungkinkan mereka terlihat
lebih maju, akan segera menyebarkannya dan membuat mereka menulis atau
bahkan mengubah isi berita berdasarkan pengetahuan sempit mereka dengan
menggunakan media sosial. Sering terjadi bahwa para pengguna media sosial ini
membagikan sebuah informasi yang mereka dapatkan tanpa melakukan analisis
dan metode-metode yang baik dalam menerima dan menyebarkan berita lewat
akun media sosial mereka.7
Pendiri gerakan psikologi humanistik, yaitu Carl R. Rogers berpendapat
bahwa setiap orang bisa berbicara untuk kepentingannya sendiri hanya setelah
pertama-tama ia menyatakan kembali pemikiran dan perasaan pembicara tersebut.
Menurut Rogers, sebelum mengungkapkan suatu sudut pandang seseorang, sangat
7 Vibriza Juliswara, “ Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinnekaan
dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial”, Jurnal Pemikiran Sosiologi, Vol. 4 No. 2 (Agustus 2017), hal. 148.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
penting memahami kerangka berpikir pembicara lain, memahami sepenuhnya
pemikiran dan perasaannya sehingga anda dapat merangkumnya untuk orang lain
bahkan untuk masyarakat luas. Jika seseorang mencoba hal tersebut maka orang
itu akan sadar betapa sulitnya memahami dan menegrti pemikiran dan perasan
pembicara atau orang lain yang mencoba memahami apa yang kita sampaikan.8
Menurut Rogers, solusi yang diberikan adalah dengan mencptakan situasi
dimana masing-masing pihak mulai memahami pihak lain tersebut. Rogers yang
juga seorang terapis psikologis, mencurahkan kariernya untuk mendengarkan
bagaimana pasien-pasiennya mengungkapan pengalaman mereka tentang diri,
membuatnya menghasilkan teori komunikasi dan memberikan garis pedoman
pada bagaimana berkomunikasi dengan lenih efektif dan mudah dipahami dengan
pihak lain.9
Dari teori lain yang dapat kita gunakan untuk menelisik motif dan faktor
lain yang melatarbelakangi adanya hoax adalah dengan metode hermeneutika,
namun sebelumnya kita bisa meembuka faktor dibalik adanya hoax terutama
ketika akan dimulainya pemilihan gubernur Jakarta yang ketika itu hoax sudah
mulai ramai diperbincangkan. Disini saya mengambil beberapa sudut pandang
lain terkait latar belakang maraknya hoax ketika akan dimulainya pemilihan
gubernur Jakarta.
1. Faktor Agama.
8 Alex Sobur, Filsafat Komunikasi:Tradisi dan Metode Fenomenologi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2013), hal. 106. 9 Ibid., hal. 108.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
Di balik maraknya penyebaran hoax yang terjadi di awal tahun 2017
lalu, memiliki beberapa motif didalamnya. Namun yang menjadi sorotan
media adalah kasus tentang keagamaan. Dalam kasus ini manyak tertuju
kepada gubernur DKI Jakarta pada saat itu, yaitu tentang penistaan ayat Al-
Qur’an dan tentu deskriminasi antar umat. Banyak sekali bermunculan berita-
berita palsu yang diunggah ke media sosial apapun yang membuat konflik
antara dua golongan. Konflik antar golongan ini berlangsung lama dan ramai
yang membuat situs dan akun-akun baru bermunculan demi mendukung
golongan mereka, entah berita yang menyalahkan orang Islam (muslim) atau
menyudutkan kaum non-muslim.
Oleh karena itu selainUndang-Undang ITE yang sudah diterbitkan
dalam rangka mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia maya
alangkah baiknya apabila ada tuntunan agama yang menyertai hukum dunia
tersebut. Tuntunan agama Islam pada dasarnya meliputi urutan kaidah yang
dimulai dari Syari’at, Tarekat, Ma’rifat, dan diakhiri dengan pemahaman
Hakekat. Pada tataran Syari’at yang kemudian lebih dikenal dengan fiqh
maka sudah bnyak referenssi yang ditulis oleh para ahli terkait Fikih
Jurnalistik. Salah satu buku yang membahas tentang Fikih Jurnalistik ditulis
oleh Khairul Anam, yang didalamnya terkait dengan tata cara dan aturan
menarik speutar jurnalistik namun tak keluar dari syari’at Islam.10
Bicara tentang penulisan dalam sosial media, tak lepas pula dengan
dunia juranlistik. Sebuah karya jurnalistik apapun tak kan pernah memiliki
10 Thamrin Dahlan, Bukan Hoax (Jakarta: Peniti Media, 2016), hal. 14.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
bobot yang kuat dalam mencerdaskan masyarakat secara objektif, terlebih
jika di kaji secara mendalam bahwa betapa pun objektifnya penulisan, ia tetap
di warnai konsep idiologi penulisannya, karna tulisan merupakan curahan
alam pikiran, uneg-uneg, dalam diri seseorang dari berbagai phenomena,
yang punya daya pengaruh pada pembaca.11
Dalam konteks agama, banyak tawaran konsep berjurnalistik islam
menjadi berperan penting guna mengangkat berbagai kejadian ke permukaan
pembaca menurut pandangan islam. Lalu apa sebenarnya konsep jurnalistik
islam itu?. Secara singkat jurnalisme islam merupakan akualisasi dakwah
dalam sistem kepenulisan untuk mempengaruhi cara berasa, berpikir, dan
bertindak manusia untuk mewujutkan ajaran islam di berbagai aspek
kehidupan, atau dapat di katakana sebagai peruses meliput, mengelola dan
menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai islam dengan
mematuhi kaidah-kaidah jurnalistik dan norma-norma yang bersumber pada
Al-Qur’an dan Hadits.12
2. Faktor Politik.
Salah satu pemicu banyaknya berita palu atau hoax yang terjadi pada
awal tahun 2017 adalah motif politik di baliknya. Baberapa orang atau
bahkan menyangkut partai politik saling berperang fitnah dan saling
menjatuhkan lawannya guna mendapat dukungan atau bahkan merebut
kepercayaan pendukung lawannya agar bisa memenangkan pemilihan
11 Ahmad Ibnu Abbas, “Etika Juranlistik dalam Bingkai Islam” (Skripsi tidak diterbitkan,
jurusan Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel, 2016), hal. 43.
12 Ibid., hal. 44.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
gubernur. Entah itu dari kubu pro Ahok atau anti Ahok yang didominasi
masyaraat muslim, mereka selalu saling menyerang dan bahkan memfitnah
dengan menyebarkan berita palsu guna menjatuhkan lawannya.
Di kota Surabaya sudahmenggerakan media komunikasi lewat media
sosial yang dimulai oleh pemerintahnya. Pemerintah kota surabaya memiliki
beberapa media sosial sebagai media publikasi mereka, seperti facebook,
twitter, dan instagram. Tetapi untuk saat ini media sosial yang sedang
diperkuat oleh humas pemerintah kota surabaya yaitu instagram, seperti yang
dijelaskan oleh kepala bagian humas pemerintah kota surabaya mengenai
fenomena sosial media saat ini yang saat berpengaruh pada masyarakat
khususnya masyarakat surabaya. Dengan adanya media sosial yang
menghubungkan keadaan kota, masyarakat bisa mengaksesnya lewat akun
media sosial milik pemerintah Kota Surabaya.13
Mulainya menggunakan media sosial sebagai penghubung antara
masyarakat dan pemerintah daerah, pemerintah kota surabaya sadar bahwa
saat ini media sosial memiliki pengaruh yang besar dalam pengetahuan dan
publikasi dalam wilayah kota. Oleh karena itu pemerintah kota surabaya
menggunakan media sosial salah satunya instagram sebagai salah satu media
publikasi mereka selain media-media lain.14
Menyebarnya informasi yang cenderung berisi fitnah di internet
tersebut membuat sekelompok orang terpanggil dan memebentuk sebuah
13 Mufrida Sofiana, “Instagram Sebagai Media Publikasi Humas Pemerintah Kota
Surabaya” Jurusan Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel, 2016, hal. 46.
14 Ibid., hal. 47.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
perkumpulan yang diebri nama Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Fitnah
(KMIAF) sebagai bentuk pencegahan terhadap banyaknya informasi palsu
yang beredar di media sosial sehingga meresahkan masyarakan dunia nyata
dan dunia maya.. Menurut Septiaji Eko Nugroho , "Kami melihat peredaran
informasi hoax kian sporadis dan menjadi sangat tidak terkendali," kata Ketua
Komunitas Masyarakat Indonesia Anti Fitnah. Ia juga berkata, "Jika dibiarkan
berlarut-larut amat mungkin terjadi perpecahan sesama anak bangsa,"
ujarnya. Ia menilai situasi yang meresahkan terkait maraknya berita hoax di
media sosial akan membuat Negara ini berantakan. Masyarakat umum yang
mudah sekali percaya dengan berita yang mereka terima akan membuat
pemerintah dan masyarkat lain resah akan informasi yang tidak benar
menyebar luas.15
Tebentuknya komunitas adalah agar masyarakat sadar akan bahayanya
menerima dan mempercayai berita atau informasi-informasi yang belum tentu
kebenarannya. Informasi palsu yang disebut dengan hoax ini bisa saja malah
memutar balikkan fakta nyata dari sebuah kebenaran. Komunitas ini juga
terus menjelaskan akan bahaya hoax yang juga bisa menutupi kebenaran dari
berita yang sesungguhnya. Memeperbanyak berita palsu demi menjatuhkan
saingannya. Hingga bahkan menciptakan berita yang jelas tidak benar demi
mengangkat citra baik dalam diri mereka.
Jika dalam hal politik, penyebaran berita bohong atau hoax yang
menumpuk, membuat para pendukung lawannya kehilangan kepercayaan
15 http://www.beritametro.news/fokus/motif-ekonomi-dan-politik-di-balik-penyebaran-hoax
diakses pada tanggal 13 Januari 2018.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
mereka atas orang atau bahkan kubu yang mereka dukung. Hal ini dilakkukan
demi mendapatkan suara rakyat pendukungnya agar bisa mewujudkan apa
yang mereka inginkan seperti memebri tempat pada partai mereka di kursi
pemerintahan.
3. Faktor Ekonomi.
Dibalik motif penyebaran hoax yang terjadi di awal tahun 2017 juga
memiliki sisi lain selain agama dan politik, yaitu tentang ekonomi. Banyak
pengguna baru media sosial yang mendadak dikenal oleh para pengguna
media sosial lain karena berita yang dia tulis dan sebarkan.
Banyak yang mengambil keuntungan dengan beredanya berita-berita
palsu di media sosial demi mendongkrak popularitas mereka. Dalam dunia
teknologi informasi dan komunikasi, orang yang biasa mengambil
keuntungan di balik penyebaran berita palsu disebut dengan buzzer. Dalam
artian bahasa awamnya, buzzer merupakan individu yang sangat aktif di
media sosial dalam menyebarkan informasi apa pun, termasuk hoax, fitnah,
gosip, dan sebagainya untuk mendapatkan keuntungan.
Dalam fatwa MUI seputar keberadaan hoax berpendapat bahwa :
Aktivitas buzzer di media sosial yang menjadikan penyediaan informasi berisi hoax, gibah, fitnah, namimah, bullying, aib, gosip, dan hal-hal lain sejenis sebagai profesi untuk memperoleh keuntungan, baik ekonomi maupun non-ekonomi, hukumnya haram. Demikian juga orang yang menyuruh,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
mendukung, membantu, memanfaatkan jasa dan orang yang memfasilitasinya.16
Ada juga pihak lain yang memanfaatkan penyebaran berita hoax untuk
mendongkrak popularitasnya agar akun atau situsnya banyak dikenal
pengguna media sosial. Cara seperti ini akan membuat pengikutnya selalu
mengikuti dan melihat postingannya, dengan begitu pembuat dan penyebar
berita palsu ini akan mendapatkan bayaran tersendiri dari media sosial yang
dia gunakan.
B. Cara Menghindari Hoax.
Dari berbagai bentuk hoax baik dalam berita agama, politik, sosial, hingga
berita mengenai masyarakat awam, dapat kita pelajari bagaimana sikap kita
sebaiknya dalam berhati-hati menerima dan menyebarkan berita yang kita dapat.
Banyak sumber-sumber yang memiliki kemungkinan menyebarkan berita-berita
palsu atau hoax yang mungkin tidak kita sadari terbawa atas berita tersebut.
Sebagai warga negara yang cerdas dalam bermedia sosial, kita harus belajar
mengidentifikasi berita atau informasi yang kita terima dalam media sosial kita.
Sudah banyak yang memberi tips atau cara menghindari berita palsu atau hoax
yang bisa kita pelajari lewat situs-situs internet, seminar, atau buku-buku
mengenai dunia digital.
Thamrin Dahlan, seorang pensiunan polisi menulis sebuah buku yang
berjudul Hukan Hoax yang beliau tulis berdasarkan apa yang beliau rasakan
terhadap maraknya hoax yang mulai ramai di masyarakat masa kini. Dalam
16 https://news.detik.com/berita/d-3521356/fatwa-haram-mui-untuk-buzzer-hoax-yang-
menjamur-di-media-sosial diakses pada tanggal 14 Januari 2018.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
bukunya itu pak Dahlan menceritakan curahan hatinya mengenai kasus hoax
hingga memberi tips menghindari hoax di media sosial.
Dalam bukunya beliau mengatakan, “berselancar di media sosial
seharusnya menjadi hiburan baru ketika ada sauna kenyamanan dan kegairahan,
namun terkadang para pengguna internet ini sering kebablasan sehingga
merugikan diri sendiri”.17perang didunia maya memang dirasakan lebih seru di
suasana pilkada masyarakat. Sampai diberi istilah perang karena memang
demikianlah yang terjadi antara beberapa kelompok yang berkepentingan
membela jagoannya.18
Ada seorang tokoh masyarakat yang menulis sebuah buku yang
didalamnya ada beberapa cara aman dalam menggunakan media sosial, penulis
tersebut adalah Thamrin Dahlan. Tips aman dalam menulis berita atau opini
menurut Thamrin Dahlan adalah, ketika menulis opini diupayakan mencari
refrensi dari media yang terpercaya agar terhindar dan tidak salah dalam
menganalisis berita terkait. Justru menulis sebuah reportase dinilai lebih aman
karena tidak ada resiko dibully atau sebaliknya. Menulis didunia maya
memerlukan kesungguhan. Ada banyak manfaat yang bisa diraih disini asalkan
niat awal bergabung dalam media sosial adalah untuk mendapatkan dan
menyebarkan informasi sembari menggalang pertemanan. Tentu saja informasi
yang disebarkan adalah berita yang benar dan bermanfaat untuk masyarakat luas
17 Thamrin Dahlan, Bukan Hoax, hal. 11. 18 Ibid., hal. 12.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
dan dalam rangka memberi semangat pada suasana kebaikan dan kedamaian
dalam hidup bernegara.19
Dalam sebuah situs milik kominfo juga membagikan cara mengidentifikasi
berita hoax di media sosial. Beberapa tips cara menghindari berita hoax yang
tercantum dalam website resmi milik kominfo adalah sebagai berikut. Pertama,
Hati-hati dengan judul provokatif. Ketika membaca berita yang muncul di media
sosial, pastinya yang di baca terlebih dahulu adalah judulnya. Disinilah letak awal
permasalahan informasi palsu atau hoax pertama kali mensugesti pembacanya.
Judul biasanya mengandung unsur sensasional dan provokatif, sebagai contohnya
di awal tahun 2017 banyak bermunculan berita palsu yang bersifat provokatif dan
mengadu domba antar beberapa pihak. Kedua, Cermati alamat situs. Hal yang
harus di teliti dalam menerima dan mengetahui sebuah berita di media sosial
apapun, alangah baiknya mengetahui alamat atau situs yang membagi informasi
tersebut, jika situs itu bukanlah situs resmi atau sudah terpercaya, maka sebaiknya
pembaca tidak meneruskan untuk membacanya atau bahkan membaginya ke akun
lain.. Ketiga, Periksa fakta. Ketika mengetahui dan membaca berita yang ada
dalam media sosial, alangkah baiknya menelusuri kebenaran sebuah fakta yang
terjadi yang dibahas di dalam informasi tersebut. Sangat berhati-hati dalam
menerima informasi yang bertolak belakang dengan fakta yang terjadi. Sekarang
banyak pengguna media sosial yang sekedar membaca dan langsung membagikan
informasi yang dia dapatkan tanpa tahu fakta yang terjadi sebenarnya. Keempat,
Cek keaslian foto. Sekarang sudah banyak aplikasi pengubah gambar atau foto,
19 Ibid., hal. 14.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
baik di dalam komputer ataupun di handphone setiap pengguna. Kita harus cerdas
dalam mengamati keaslian foto yang terdapat dalam sebuah berita yang tersebar di
media sosial, bisa jadi gambar adalah rekayasa belaka demi menjatuhkan atau
sekedar membuat ramai dunia maya.20
Dalam melaporkan kasus berita hoax pun sudah banyak situs resmi yang
menyediakan konten penyedia layanan laporan berita atau isi sebuah informasi
yang memang tak layak untuk di bagi si media sosial. Para pengguna media sosial
bisa melaporkannya di masing-masing media sosial seperti facebook, twitter,
instagram, whatsapp, google, bahkan ke situs kominfo.
Sebagai pembaca di setiap akun media sosial yang kita gunakan, sudah
memiliki saran tersendiri di masing-masing media sosial, sperti facebook, twitter,
instagram, whatsapp, dan akun google. Jika kita menemukan keganjilan dalam
menerima sebuah informasi di media sosial, diharapkan para penggunanya untuk
segera meninjak lanjuti si penyebar informasi palsu atau hoax dengan
melaporkannya lewat sarana di masing-masing media. Demi kenyamanan dalam
menggunakan media sosial, akan lebih baik kalau kita juga berhati-hati dalam
menerima informasi palsu yang masuk di akun kita.
Kementrian Komunikasi dan Informatika juga sudah menyiapkan
pelayanan yang baik dan aman demi kenyamanan warga Negara Indonesia dalam
menggunakan media sosial dalam mencari informasi. Jika kita mendapatkan
20 https://kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-cara-mengatasi-berita-hoax-di-dunia-
maya/0/sorotan_media diakses pada tanggal 13 Januari 2018.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
informasi yang bersifat kontroversi dan bahkan tidak pantas untuk di unggah,
maka kominfo berharap pengguna bisa mengirimkan aduan ke alamat e-mail
[email protected]. Di sebuah komunitas yang bernama
Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga menyediakan laman atau situs yang bisa
digunakan untuk mengadu apabila pengguna menemukan hal yang bersifat SARA
di akun anda yaitu dengan mengirim aduan ke laman data.turnbackhoax.id.21
Lalu jika penidentifikasian berita-berita palsu atau hoax dengan metode
hermeneutika seperti yang saya tulis sebelumnya, yaitu dengan cara fiksasi dan
distansiasi. Pertama dengan fiksasi, metode ini mejelaskan bagaimana
menyampaikan dan memahami proses dari wacana lisan dibentuk ke dalam
sebuah teks tulis, atau dari lisan ke penulisan. Fungsi fiksasi adalah menjaga
wacana dari kemusnahan. Metode fiksasi ini juga dilakukan oleh zaman sahabat-
sahabat Nabi terhadap hadits-hadits Nabi.22
Dalam penerapan metode fiksasi di era millennial seperti sekarang, bisa
digunakan untuk menulis peristiwa yang kita ketahui lalu mengunggahnya, tanpa
ada pengubahan dan bertolak belakang dengan fakta yang terjadi. Dengan fiksasi
ini, para penerima dan pembaca berita akan lebih cermat dengan menganalisis
fakta yang sebenarnya lalu menulis kembali informasi yang sebenarnya sebelum
menyebarkannya di media sosial.
21http://tekno.kompas.com/read/2017/01/09/12430037/begini.cara.mengidentifikasi.berita.h
oax.di.internet diakses pada tanggal 13 Januari 2018. 22 Abdullah Khozin Afandi, Hermeneutika (Surabaya: Alpha, 2007), hal. 91.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
Lalu dengan metode distansiasi, para pengguna media sosial yang
menerima berita, terutama yang menerima pertama kali bisa untuk dibedakan,
sehingga mengerti informasi nyata berdasarkan kejadian yang berdasarkan fakta
tanpa ada yang mengubahnya. Mengguankan ditansiasi adalah untuk menemukan
makna asli dari sebuah kejadian sebelum menjadi wacana dan atau teks orang
yang menerima dan menyebarkannya.
Bisa juga menggunakan metode hermeneutika lain dengan menggunakan
psikoanalisis yaitu Habermas. Psikoanalisis memberikan kekuatan penjelasannya
dalam refleksi diri dalam menilai sebuah tindakan maupun ucapan baik dalam
memahami maupun menjelaskan. Habermas menandaskan bahwa struktur metode
psikonalisis memiliki karakter paradigma yang sesuai dengan ilmu kritik sosial.23
Dengan menggunakan psikoanalisis ini, bisa diketahui motif-motif dibalik
penyebaran dan pemcuatan informasi berita yang palsu berdasarkan penyelidikan
lewat akun media sosial.
23 Ibid., hal. 54.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Pengimplikasian Hermeneutika Gadamer dan Ricoeur Terhadap Hoax.
Setelah melihat dan menganalisis fenomena hoax yang tengah ramai di
kalangan masyarakat modern ini. Adanya media sosial yang mulai ramai karena
kecanggihan teknologi masa kini yaitu handphone pintar, membuat banyak orang
dari berbagai usia dan kalangan saling berlomba menggunakan media
sosial.ramainya pengguna media sosial membuat mereka terpancing untuk
menjadi lebih terkenal lewat media sosial.
Hal ini membuat mereka melakukan berbagai cara untuk bisa terkenal
termasuk dengan membuat dan meyebarkan berita-berita palsu dengan saling
menjatuhkan atau mengangkat orang atau peristiwa sebagai subyek mereka.
Maraknya kasus berita dan informasi hoax ini terus meningkat hingga membuat
banyak orang resah karna harus percaya atau tidak pada berita yang muncul dalam
media sosial. Berbagai tips dan cara menghindari hoax pun di sebar demi
kenyamanan dan kebenaran yang diterima oleh para pengguna media sosial.
Salah satu cara yang mungkin tidak disadari oleh para pembuat cara
menghindari hoax adalah dengan menggunakan metode hermeneutika. Metode
hermeneutika di sini juga bukan semua pemikiran dan metode hermeneutika yang
telah terkenal dan tersebar di kalangan pemikir dunia, namun hanya beberapa
orang dan beberapa teori. Pemikir hermeneutika yang saya gunakan di sini adalah
Hans George Gadamer dan Paul Riceour dengan beberapa teori mereka yang bisa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
digunakan untuk mengidentifikasi hoax yang kini ramai mengguncang masyarakat
kususnya di Indonesia.
Masyarakat sebagai konsumen informasi bisa dilihat masih belum bisa
membedakan mana informasi yang benar dan mana informasi yang palsu atau
hoax belaka. Beberapa faktor mempengaruhi terjadinya hal ini diantaranya yaitu
ketidaktahuan masyarakat dalam menggunakan media sosial secara bijaksana.
Dengan mengatasnamakan kebebasan para pengguna internet dan media sosial
khususnya banyak netizen yang merasa mempunyai hak penuh terhadap akun
pribadi miliknya. Mereka merasa sah-sah saja untuk menggunggah tulisan,
gambar atau video apapun ke dalam akunnya. Meskipun terkadang mereka tidak
sadar bahwa apa yang mereka unggah tersebut bisa saja melanggar etika
berkomunikasi dalam media sosial.1
Dalam teori fiksasi milik Ricoeur yang menjelaskan bahwa setiap
penulisan akan melewati fase wacana. Dalam teori ini menyampaikan dan
memahami proses dari wacana lisan dibentuk ke dalam sebuah teks tulis, atau dari
lisan ke penulisan. Fungsi fiksasi adalah menjaga wacana dari kemusnahan.
Metode fiksasi ini juga dilakukan oleh zaman sahabat-sahabat Nabi terhadap
hadits-hadits Nabi. Jika hadits tidak difiksasi maka yang akan terjadi adalah
kemusnahan hadits-hadits Nabi karena berkurangnya sanad dan mungkin akan
berubah seiring bergantinya zaman dan penerus penghafal hadits-hadits itu,
bahkan pengetahuan kita terhadap peran Nabi Muhammad SAW tidak seperti
1 Vibriza Juliswara, “ Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinnekaan
dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial”, Jurnal Pemikiran Sosiologi, Vol. 4 No. 2 (Agustus 2017), hal. 143.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
58
sekarang yang sudah banyak tersedia hadis-hadis Nabi dengan sanad yang
memiliki ingatan yang kuat hingga hadis-hadis Nabi tetap tejaga sampai kapanpun
karena metode fiksasi ini.2
Dalam gambar tersebut terlihat Ahok selaku calon gubernur sedang
bersalaman dengan Raja Salman, namun banyak berita yang mengabarkan bahwa
jabat tangan Ahok sekedar pencitraan semata dan bahkan mengatakan foto itu
adalah rekayasa (edit) dan itu adalah hoax. Foto itu diunggah pada tanggal 18
April 2017. Beberapa pengguna media sosial mengatakan bahwa Ahok berjabat
tangan dengan Raja Salman adalah sebuah rekayasa untuk menutupi kasusnya
yaitu tentang penistaan agama. Namun, banyak juga yang mengatakan bahwa foto
itu adalah asli yang diambil oleh fotografer kepresidenan.3
Dalam konteks agama, contoh hoax yang melibatkan gambar tersebut akan
membuat para pembaca dari kaum muslimin akan sedikit risih melihat foto
tersebut, karena Raja Salman yang merupakan tokoh utama Islam di Arab mau
2 Abdullah Khozin Afandi, Hermeneutika (Surabaya: Alpha, 2007), hal. 91.
3 http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-39618703 diakses pada tanggal 4 Pebruari 2018.
Gambar 01. Contoh hoax
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
59
menjabat tangan seorang non muslim. Hingga kaum muslimin lain sebagai
pembaca menganggap itu adalah rekayasa di balik jabat tangan agar terhindar dari
kasus penistaan agama.
Dalam konteks politik, jika melibatkan gambar tersebut banyak pengguna
media sosial yang berpendapat bahwa itu hanyalah pencitraan, agar kaum muslim
yang mayoritas di Jakarta mengganggap Ahok adalah orang yang toleransi.
Bahkan menganggap gambar tersebut adalah rekayasa agar terlihat bahwa Ahok
sudah lolos dari hukumannya terkait penistaan agama.
Penerapan teori fiksasi disini adalah, ketika seorang pembaca melihat
gambar tersebut, hendaknya ia menyelidiki makna dari setiap informasi yang
terkait dengan gambar tersebut. Agar lebih di percaya dan terhindar dari berita
yang bersifat provokatif, maka pembaca menyelidiki makna di balik berita, entah
itu bersifat pro tentang Ahok atau malah menghujat Ahok terkait gambar tersebut.
Dengan menggunakan metode fiksasi ini, para pengguna media sosial akan
merasa lebih aman dan mendalam dalam membaca sebuah berita agar terhindar
dari hoax, dengan begitu seorang pembaca akan lebih nyaman dan aman dalam
membaca berita. Selain itu pula, para penerima pengguna media sosial akan lebih
selektif dalam memilih informasi yang dapat dipercaya. Dengan mengetahui asal
sebuah berita itu, akan merasa tahu bahwa berita yang mereka terima pantas atau
tidak dipercaya.
Lalu teori miliki Ricoeur lain yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi
hoax, yaitu distansiasi. Distansiasi adalah memisahkan berita dari sang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
60
penuturnya, dari dari situasi dan dari penerima awal berita tersebut. Hingga yang
menjadi objek kajian hermeneutika adalah makna yang terdapat dalam wacana
lisan atau wacana tulis (teks).4
Gambar di atas adalah salah satu hoax yang dibuat oleh penganut Islam
radikal. Poster ini terbit pada tanggal 14 April 2017 dan mulai menyebar juga foto
tersebut di media sosial. Dengan kata-kata “wujudkan Jakarta Bersyariah”,
menurut para pengguna media sosial menilai poster ini bersifat provokatif,
sehingga kaum muslim pun yang membacanya memiliki kesan bahwa Anies
adalah penganut Islam radikal. Namun dari berbagai sumber, faktanya Anies
Baswedan tegas membantah bahwa ia menyetujui penerbitan poster bahkan
dengan tulisan sedemikian rupa, hingga memicu banyak konflik.5
4 Ibid., hal. 94.
5 http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-39618703 diakses pada tanggal 4 Pebruari 2018
Gambar 02. Contoh hoax
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
61
Dalam konteks agama, bisa di nilai bahwa seorang pembuat dan penyebar
berita palsu tersebut ingin berdirinya khilafah di Jakarta dengan menggunakan
foto dan posisi Anies sebagai calon gubernur Jakarta. Kaum muslim terutama para
pendukung Anies mengutuk keras pada penerbit poster tersebut yang membuat
para pendukung dari kalangan masyarakat umum berpikir bahwa Anies adalah
pengikut Islam radikal.
Dalam pandangan politik, si pembuat poster yang berisi berita hoax ini
menggunakan foto Anies Baswedan untuk mengampanyekan berdirinya khilafah
di Jakarta. Bahkan mungkin para oknum dibalik layar ini tidak ingin kubu
pendukung Ahok menang karena tidak mau di pimpin oleh pemimpin yang kafir
atau semacamnya.
Penerapan teori distansiasi untuk gambar tersebut bisa dimulai dengan
pemisahan penulis dengan teks yang ia tulis. Dengan memisahkan antara penulis
dengn teks, maka gambar tersebut sudah menjelaskan bahwa makna dalam teks
itu adalah agar masyarakat Jakarta harus mendirikan khilafah Islam dengan
memilih Anies sebagai gubernur Jakarta.
Teori distansiasi milik Ricoeur ini, para pengguna media sosial yang
menerima berita, terutama yang menerima pertama kali bisa untuk dibedakan,
sehingga mengerti informasi nyata berdasarkan kejadian yang ada tanpa ada yang
mengubahnya. Mengguankan ditansiasi adalah untuk menemukan makna asli dari
sebuah kejadian sebelum menjadi wacana dan atau teks orang yang menerima dan
menyebarkannya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
62
Selain menggunakan teori hermeneutika Paul Ricoeur, juga bisa
menggunakan teori milik Gadamer dalam mengidentifikasi hoax. Teori milik
Gadamer ini mengharuskan seorang untuk mengetahui sebuah peristiwa
berdasarkan pengalamannya sendiri. Dalam hal ini jika seorang penerima berita
palsu harus bisa menyelidiki secara mendalam latar belakang si penulis dan
penyebar berita agar pembaca tahu bagaimana pengetahuan dan pengalaman si
penyebar dalam mengetahui informasi yang ia sebarkan. Jika sudah diketahui
pengalaman dan pengetahuan si penulis dan atau penyebar berita yang kita terima,
maka dapat kita putuskan pantas tidaknya berita ini kita percayai atau bahkan kita
sbarkan lagi lewat media sosial.
Dari gambar di atas menunjukan seorang pengguna twitter dengan akun
@ICM212 mengunggah foto Ahok ketika berenang. Banyak pengguna media
sosial yang heran, karena ketika pengguna akun ini mengunggah foto Ahok yaitu
pada tanggal 2 Agustus 2017, ketika itu adalah masa hukuman Ahok di penjara.
Hoax ini membuat gempar para pendukung Ahok dan kubu Muslim tidak terima
atas pengunggahan foto tersebut. Dari sisi pendukung Ahok, banyak yang
menyalahkan pengguna akun tersebut karena sudah menyebarkan berita tak benar.
Gambar 03. Contoh hoax
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
63
Dari kubu muslim bnyak menuai protes karena mngira hukum di Indonesia tidak
adil. Setelah di selidiki,barulah terkuak bahwa foto yang diunggah tersebut adalah
hoax. Foto tersebut adalah foto ketika Ahok berenang dan masih menyandang
jabatan wakil gubernur. Ia sedang berenang di pantai kampung halamannya di
Belitung Timur. Dan foto tersebut adalah milik media online yaitu kompas.com
yang diunggah pada tanggal 15 Pebruari 2014.6
Dari sisi agama, pengunggah foto atau pembuat hoax ini adalah dari kubu
kontra Ahok yang ingin memprovokasi kaum muslim untuk tidak memilih si
penista agama yang sedang beranang bebas ketika masa hukuman di penjara
karena kasus penistaan agama.
Dalam sisi politik, terlihat bahwa pengunggah berita hoax ini ingin
masyarakat muslim Jakarta meneguhkan hati agar tidak memilih ahok dalam
pemilihan gubernur Jakarta. Meskipun saat itu pemilihan gubernur sudah usai,
beberapa kubu muslim dan kubu Ahok masih belum memiliki sikap puas dalam
pemilihan gubernur yang telah usai, dan hasilnya dendam bahkan perang di media
sosial masih tetap berjalan dan saling menyerang satu sama lain dengan
mengunggah foto dan berita hoax terkait tokoh yang mereka dukung.
Penerapan distansisasi milik Gadamer ini sedikit berbeda dengan milik
Ricoeur. Dengan menerapkan distansiasi pada contoh hoax di atas, maka bisa
dimulai dengan menelusuri latar belakang si pengunggah, seberapa jauh dia
mengetahui tentang Ahok, dan seberapa jauh kita mengenal sosok Ahok hingga
6 https://kumparan.com/@kumparannews/hoaxbuster-momen-ahok-berenang-di-laut-itu-
foto-lama diakses pada tanggal 4 Pebruari 2018
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
64
berani menilai sebuah berita yang menjatuhkan seseorang yang belum tentu kita
mengenalnya dengan baik. Perbedaan pengalaman penulis dan pembaca inilah
yang membedakan apakah sebuah berita yang terkait adalah benar atau tidak.
Menggunakan dan menerapkan metode hermeneutika dalam
mengidentifikasi kasus hoax yang akhir-akhir ini telah ramai, bukanlah hal
mudah. Melihat semakin canggihnya dunia digital dan ilmu pengguna media
sosial yang semakin modern, bukan lah yang mudah. Kita sebagai warga Negara
yang cerdas harus benar-benar bisa membedakan informasi yang kita terima.
B. Analisis Motif Hoax.
Dalam menganalisis beberapa aspek tentnag isi hoax yang terjadi pada
awal tahun 2017, banyak mengandung unsur latar belakang dibalik
penyebarannya. Aspek-aspek di balik penyebaran hoax kebanyakan adalah bidang
politik, ekonomi, dan agama. Banyak pengguna media sosial, baik itu penyebar
informasi ataupun pembacanya, berlomba-lomba mencari informasi sebanyak
mungkin tentang hal-hal yang dianggap ramai dan menarik untuk
diperbincangkan. Bahkan memungkinkan pembaca informasi di media sosial
mengubah isi dan fakta yang ada berbeda dengan kenyataan yang terjadi. Demi
meramaikan akun media sosial, mereka tak sadar bahwa apa yang mereka lakukan
dengan mengubah kenyataan informasi membuat pembacanya memiliki
pandangan lain yang tak sesuai fakta.
Maraknya informasi hoax yang terjadi merupakan hal yang membuat
pemerintahpun mengumumkan kepada masyarakat negeri ini untuk berhati-hati
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
65
dalam menerima, membaca, dan menyebarkan berita yang diterima di media
sosial. Bahkan pemerintahpun membentuk Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN)
yang bertugas untuk memantau perkembangan informasi dan komunikasi para
pengguna media sosial di dunia maya.
Beberapa aspek yang ramai disebarkan adalah mengenai agama, politik,
dan ekonomi.
1. Konteks Agama.
Dibalik motif penyebaran hoax di media sosial memiliki statement di
baliknya tak terkecuali agama. Dalam konteks agama, banyak tawaran konsep
berjurnalistik islam menjadi berperan penting guna mengangkat berbagai kejadian
ke permukaan pembaca menurut pandangan islam. Banyak sekali bermunculan
berita-berita palsu yang diunggah ke media sosial apapun yang membuat konflik
antara dua golongan. Konflik antar golongan ini berlangsung lama dan ramai yang
membuat situs dan akun-akun baru bermunculan demi mendukung golongan
mereka, entah berita yang menyalahkan orang Islam (muslim) atau menyudutkan
kaum non-muslim.
2. Konteks Politik.
Tak hanya permasalahan tentang agama, konteks lain datang dari sisi
politik. Semakin dekatnya dengan pemilihan gubernur Jakarta waktu itu, membuat
para pendukung masing-masing cagub membuat berita-berita yang menjatuhkan
citra lawannya. Entah dengan memutar balikkan fakta yang terjadi yang dilakukan
pesaingnya, atau bahkan mengumbar sisi positif cagub yang didukung. Beberapa
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
66
hoax yang viral di media sosial juga telah memicu keributan, bahkan merembet
menjadi kerusuhan fisik, seperti kasus pembakaran tempat ibadah. Hal ini tidak
hanya menguras energi, tetapi juga sangat berpotensi mengganggu keamanan
nasional. Masyarakat semakin resah dan ragu dengn adanya adu domba politik di
media sosial yang semakin ramai muncur di akun-akun yang mereka gunakan.
3. Konteks Ekonomi.
Tak kalah ramainya adalah motif ekonomi di balik pembuatan dan
penyebaran informasi palsu atau hoax. Ramainya berita-berita palsu yang muncul
di berbagai media sosial membuat beberapa orang melihat celah untuk menambah
pemasukan ekonomi. Mereka yang ingin lebih banyak di kenal di dunia maya
berlomba membuat atau bahkan merekayasa berita agar terlihat menarik dan
banyk di gandrrungi oleh banyak pemilik akun-akun lain di media sosial. Hasilnya
adalah mereka yang senantiasa merekayasa fakta informasi mulai memiliki
banyak pemerhati di media sosial dan menambah teman serta pemasukkan mereka
di setiap harinya. Seakan tak sadar dengan ulahnya yang membuat gempar dunia
maya, mereka bahagia dengan pemasukan yang mereka peroleh dari masing-
masing akun media sosial.
Banyak sekali kasus-kasus yang disebabkan oleh informasi palsu atau
hoax yang ada di awal tahun 2017 khususnya ketika mendekati pemilihan
gubernur ibu kota. Dari segi agama, politik, dan ekonomi memiliki dampak yang
besar dengan adanya penyebaran berita palsu di media sosial. Seakan tak pernah
selesai bahkan sampai tahun ini, hoax selalu muncul di media sosial yang mulai
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
67
banyak di akses oleh para pengguna gadget. Pemanfaatan media sosial di
Indonesia saat ini berkembang luar biasa. Meski begitu, perkembangan teknologi
informasi kehidupan di Kehidupan di dunia maya. Media sosial kini dipenuhi
berita informasi palsu (hoax), provokasi, fitnah, sikap intoleran dan anti Pancasila.
Kemajuan teknologi di era globalisasi membuat informasi begitu cepat beredar
luas. Keberadaan internet sebagai media online membuat informasi yang belum
terverifikasi benar dan tidaknya tersebar cepat.
Sebagai warga Negara yang cerdas dalam bermedia sosial, sepatutnya kita
tidak mudah untuk terhasut oleh berita-berita yang muncul di dalamnya. Kita
harus benar-benar memverifikasi informasi yang kita baca dengan melacak
akunpenyebar berita dan membgetahui latar belakang penyebaran berita tersebut.
Tak lupa juga bahwa kita bisa melaporkan berita yang tidak baik yang bersifat
fitnah, adu domba, atau motif lain dibaliknya.
Dari kalangan ulama Indonesia juga berlomba-lomba untuk menyuarakan
tentang bahayanya berita bohong yang terus menyebar dan membuat masyarakat
percya dengan informasi yang tidak benar. Salah satu ulama Indonesia yang
menyinggung tentang hoax atau berita bohong adalah Ustad Abdul Somad, Lc.,
M.A. yang dibahasnya dalam khutbah di sebuah masjid. Beliau mengatakan,
“akan datang suatu zaman menimpa manimpa manusia, orang akan menjalani
kehidupannya bertahun-tahun penuh dengan tipu muslihat, bohong, dan dusta”.7
Dalam ceramahnya itu ustad Abdul Somad menyampaikan bahwa bahayanya
7 https://m.youtube.com/watch?v=xhQooK7yfPY diakses pada tanggal 7
Pebruari 2018
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
68
berita bohong dan orang-orang pendusta akan di percaya oleh masyarakatnya di
masa yang akan datang.
Datang juga bahasan seorang ustad muda yaitu ustad Adi Hidayat, Lc.,
M.A. dalam sebuah tausiyahnya seputar hoax dan cara menyikapinya. Dalam
tausiyahnya itu, ustad Adi Hidayat mengatakan, “Aturan dalam Al-Qur’an itu
beda, informasi dunia kalau belum jelas dan akurat informasinya, jangan kita telan
bulat-bulat apalagi kita sampaikan lagi kepada orang lain”.8 Dalam tausiyahnya,
beliau menyampaikan bahwa seorang muslim yang beriman hendaknya teliti
dalam menerima informasi atau berita yang berita itu belum jelas kebenarannya.
Menjadi seorang muslim jangan muda di adu domba oleh berita yang tidak jelas
apalagi yang bersifat profokatif. Sebagai muslim sejati, baiknya kita melakukan
apapun yang di contohkan dalam Al-Qur’an dalam menyikapi sebuah berita palsu.
8 https://m.youtube.com/watch?v=XWfGKTR_Ryo diakses pada tanggal 7 Pebruari
2018
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
69
69
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Berdasarkan data dari penyajian dan analisis data, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hermeneutika Gadamer memiliki beberapa teori di dalamnya, namun dalam
menganalisa kasus informasi palsu atau hoax dapat menggunakan teori
distansiasi atau Aleanating Distanciation dan Belonging Experience. Teori ini
menggunakan pengalaman seseorang yang mengutarakan kejadian dan atau
pengalaman yang terjadi pada diri seseorang dengan memahami
pengalamannya sendiri. Maksudnya adalah, ketia kita menerima sebuah
informasi dari luar diri kita, maa yang terjadi adalah kita memahami peristiwa
tersebut berdasarkan pengelaman yang kita tahu tentang hal itu. Teori ini jika
diterapkan dalam fenomena hoax yang ramai terjadi, membuat kita sebagai
pembaca akan memahami kejadian berdasarkan informasi yang kkita terima
dengan pengalaman kita. Sedangkan pengalaman kita bisa kita dapat dengan
menganalisa kejadian tesebut berdasarkan sumber-seumber lain yang lebih
bisa dipercaya.
2. Lalu hermeneutika Paul Ricoeur yang bisa digunakan adalah teorinya tentang
fiksasi dan distansisi. Fiksasi adalah pembentukan hasil wacana atau lisan
seseorang yang bisa digantu atau pindah bentukkan berupa teks. Dari teks itu
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
70
seseorang bisa mengingat dan mengetahui asal sumber yang benar dalam
membaca sebuah teks. Dengan menerapkan teori fiksasi ini, para pengguna
media sosial yang menerima sebuah informasi dapat melacak terlebih dahulu
asal berita tersebut dan menentukan kepercayaan kita berdasarkan fakta dari
sumber yang sebenarnya. Lalu ada juga teori distansisi, teori ini bertujuan
untuk memisahkan teks dengan penulisnya, sehingga bisa memahami maksud
teks yang sebenarnya. Jika diterapkan dalam pengidetifikasian informasi
hoax, maka yang terjadi adalah si penerima dan pembaca berita akan
memahami makna asli dibalik penyebaran berita tersebut. Menggunakan teori
ini bisa membuat sang penerima mengetahui motif dan tujuan berita tersebut,
sehingga kita bisa mnghindari jika berita tersebut bersifat tak baik untuk kita.
B. Saran.
1. Untuk para pengguna media sosial, sebaiknya tidak mudah percaya atau
bahkan menyebarkan informasi yang di dapat dari media sosial, terutama
jika itu berifat adu domba antar agama.
2. Bagi pemerintah, hal-hal seperti informasi palsu di media sosial
hendaknya selalu di awasi karena bisa memicu retaknya hubungan
bernegara antar umat beragama dan ras.
3. Bagi mahasiswa sebaiknya jika menerima informasi tidak langsung
mendoktrin dan menilai bahwa informasi itu benar, atau bahkan
menghindari penciptaan berita yang berbalik dengan fakta sebenarnya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
71
Sebagai mahasiswa tenttunya harus bisa menganalisis kebenaran sebuah
berita dan menghindari jika informasi itu salah.
4. Bagi masyarakat umum sebaiknya tidak langsung terprovokasi pada
informasi pada media apapun, karena bisa jadi itu adalah informasi yang
bisa mempengaruhi kepercaaayn anda pada seseorang, kelompok, atau
bahkan merendahkan pihak lain terutama di bidang agama.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
72
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Nasir, Malki, Hemeneutika Kritis (studi kritis atas pemikiran Habermas), dalam Jurnal Islamia Edisi Perdana, Jakarta: Islamia, Maret 2004.
Al-Qur’an.
Anggota IKAPI, Seni Memahami. Yogyakarta: PT. KANISIUS, 2015.
Bertens, K., Filsafat Barat Kontemporer, Jilid II. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2013.
Budiman, Arief, dkk., Mencari Konsep Manusia Indonesia: Sebuah Bunga Rampai Jakarta: Penerbit Erlangga, 1986.
Budi Hardiman, F., Seni Memahami. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2015.
Dahlan, Thamrin, Bukan Hoax. Jakarta: Peniti Media, 2016.
Hamid Abu Zaid, Nashr, Hermenutika Inklusif. Jakarta: ICIP, 2004.
Hasan, Erliana, Komunikasi Pemerintahan. Bandung : PT. Refika Aditama, 2010.
Ibnu Abbas, Ahmad, “Etika Juranlistik dalam Bingkai Islam”. Skripsi tidak diterbitkan, jurusan Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel, 2016.
Juliswara, Vibriza, “Mengembangkan Model Literasi Media yang Berkebhinnekaan dalam Menganalisis Informasi Berita Palsu (Hoax) di Media Sosial”. Jurnal Pemikiran Sosiologi, Vol. 4 No. 2, Agustus 2017.
Kant, Immanuel, Kritik Atas Akal Budi Praktis, terj. Nurhadi Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Khozin Afandi, Abdullah, Fenomenologi: Pemahaman Terhadap Pikiran-Pikiran Edmund Husserl). Surabaya: eLKAF, 2007.
Khozin Afandi, A., Langkah Praktis Merancang Proposal, Surabaya: Pustakamas, 2011.
Khozin Afandi, Abdullah, Hermeneutika. Surabaya: Alpha, 2007.
May Rudy, T., Komunikasi & Hubungan Masyarakat International. Bandung : PT. Refika Aditama, 2005.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
73
Morissan, Teori Komunikasi Individu HIngga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013.
Mufid, Muhammad, Etika dan Filsafat Komunikasi. Jakarta: Kencana, 2013.
Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Reka Sarasin, 1996.
Mulyana, Deddy, Ilmu Komunikasi: Suat Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Rajabi, Mahmud, Horison Manusia, Jakarta: Penerbit Al-Huda, 2006.
S. Susanto, Astrid, Filsafat Komunikasi. Bandung: Binacipta, 1976.
Sofiana, Mufrida, “Instagram Sebagai Media Publikasi Humas Pemerintah Kota Surabaya” Jurusan Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel, 2016.
Sobur, Alex, Filsafat Komunikasi:Tradisi dan Metode Fenomenologi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013.
Sumaryono, E., Hermeneutik, Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. 1999.
Tamburaka, Apriadi, Agenda Setting Media Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012.
Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
Zamroni, Mohammad, Filsafat Komunikasi (Pengantar Ontologis, Epistemologi, Aksiologi). Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
https://kumparan.com/@kumparantech/sejarah-hoaks-dan-andilnya-dari-masa-ke-masa diakses pada tanggal 29 Desember 2017.
https://www.kompasiana.com/shouki/5a042a23ade2e10b2e0c1165/hati-hati-membuat-dan-menyebarkan-hoax-itu-dosa diakses pada tanggal 10 Januari 2018
https://haditsrasulullah.com/bukhari-6185-ketika-penyebar-berita-bohong-menyebarkan-isu/ diakses pada tanggal 10 Janurai 2018.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
74
http://www.beritametro.news/fokus/motif-ekonomi-dan-politik-di-balik-penyebaran-hoax diakses pada tanggal 13 Januari 2018.
https://nasional.sindonews.com/read/1172816/16/hoax-dan-stabilitas-nasional-1484926329 diakses pada tanggal 13 Januari 2018.
http://www.beritametro.news/fokus/motif-ekonomi-dan-politik-di-balik-penyebaran-hoax diakses pada tanggal 13 Januari 2018.
https://news.detik.com/berita/d-3521356/fatwa-haram-mui-untuk-buzzer-hoax-yang-menjamur-di-media-sosial diakses pada tanggal 14 Januari 2018
https://kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-cara-mengatasi-berita-hoax-di-dunia-
maya/0/sorotan_media diakses pada tanggal 13 Januari 2018.
http://tekno.kompas.com/read/2017/01/09/12430037/begini.cara.mengidentifikasi.berita.hoax.di.internet diakses pada tanggal 13 Januari 2018
https://m.youtube.com/watch?v=XWfGKTR_Ryo diakses pada tanggal 7 Pebruari 2018
https://m.youtube.com/watch?v=xhQooK7yfPY diakses pada tanggal 7 Pebruari 2018
https://kumparan.com/@kumparannews/hoaxbuster-momen-ahok-berenang-di-laut-itu-foto-lama diakses pada tanggal 4 Pebruari 2018
http://www.bbc.com/indonesia/trensosial-39618703 diakses pada tanggal 4 Pebruari 2018