Fenomena Gizi Buruk Pada Keluarga

download Fenomena Gizi Buruk Pada Keluarga

If you can't read please download the document

description

gizi buruk

Transcript of Fenomena Gizi Buruk Pada Keluarga

Fenomena Gizi Burukpada Keluarga dengan Status Ekonomi Baik:Sebuah Studi tentangNegative Deviancedi IndonesiaTri Retno WigatiRS. Bhayangkara SurabayaJl. A. Yani SurabayaEmail: [email protected] defaviance is a term as the oposite condition of positive deviance that has been used to described the performance regardinghealth, growth and development of certain children in the community and family. From the perspective of young child nutrition, negativedeviants are children who grow and develop insufficiency in good or high income families. This condition was cased by poor child carepractice due to low educated mother or low exposure of health and nutrition education, and may caused by tradition and beliefs relating tofood preparation, anda also feeding techniques. This paper will discuss some aspects of negative deviance such as the definition of negativedefiance, epidemilogical aspect and also prevention aspects.Key words:negative defiance, undernutrition, under five years childrendiyakini sebagai langkah tepat untuk menyelasaikanPENDAHULUANmasalah gizi buruk (Berg, 1986).Angka gizi buruk di Indonesia masih tinggi, bahkanRealitasnya tidak semua masalah gizi buruk dideritadari tahun ke tahun kecenderungannya semakin meningkat.oleh anak dari keluarga miskin. Beberapa daerah diBerdasarkan data statistik Departemen Kesehatan RI tahunIndonesia penyakit gizi buruk juga diderita oleh anak2005 dari 241.973.879 penduduk Indonesia, 6% ataudari keluarga berkecukupan. Untuk itu perlu dilakukansekitar 14,5 juta orang menderita gizi buruk. Penderita gizikajian yang lebih komperehensif karena masalah giziburuk pada umumnya anak-anak di bawah usia lima tahuntidak hanya masalah ekonomi dan kesehatan, tetapi juga(balita).Departemen Kesehatan juga telah melakukanmasalah budaya, ekologi dan faktor psikososial lainnyapemetaan dan hasilnya menunjukkan bahwa penderita(Anwar, 2007).gizi kurang ditemukan di 72% kabupaten di Indonesia.Indikasinya 24 dari 10 balita menderita gizi kurang. Faktaini memaksa banyak pihak untuk kembali melakukanNEGATIVE DEVIANCEevaluasi terhadap program penanggulangan masalah giziyang pernah digulirkan (Depkes RI, 2005).Secara harfiah,negative devianceberarti penyimpanganDam pak gizi buruk tidak hanya berbahaya bagiyang bersifat negatif. Secara istilah,negative deviancependerita, namun dalam lingkup lebih luas berakibatdiartikan sebagai suatu penyimpangan negatif dalampada kelangsungan generasi bangsa Indonesia. Kondisipermasalahan gizi yang dihubungkan dengan statusini sangat mungkin terjadi karena mayoritas penderitaekonomi keluarga. Umumnya masalah gizi buruk dideritagizi buruk adalah anak-anak. Jika angka gizi buruk tidakoleh kelompok masyarakat dengan ekonomi lemah karenasegera ditekan, maka angka kematian bayi dan balitarendahnya daya beli mereka terhadap pangan padat gizi.juga terus meningkat. Kalaupun ada yang bertahan hidupNamun demikian terdapat penyimpangan dari pendapatperkembangan mental, fisik dan kecerdasan dari anak-umum, di mana masyarakat dengan status ekonomi baikanak yang mempunyai riwayat gizi buruk akan tergangguternyata anaknya juga banyak menderita gizi buruk. Adanya(Champakanet al., 1986).penyimpangan ini menunjukkan bahwa masalah ekonomiPada dasarnya terdapat dua penyebab utama terjadinyakeluarga bukan faktor mendasar yang menentukan baikgizi buruk yaitu jumlah konsum si yang kurang danburuknya status gizi seorang anak. Ada faktor lain yang jugaadanya gangguan utilisasi akibat penyakit infeksi maupunmempunyai pengaruh kuat terhadap fenomena gizi burukgangguan fisiologis yang lain. Masalah konsumsi yangdi kalangan anak-anak (Zeitlin dalam Range, 1997).kurang, sering dikorelasikan dengan kondis i ekonomiTak ada perbedaan gejala klinik gizi buruk seorangkeluarga yang rendah. Maka program pemberian makanananak dari ekonomi baik dan ekonomi kurang. Badannyatambahan dan usaha peningkatan pendapatan keluargakurus, mata cekung dengan kondisi fisik sangat lemah.89 berbagai kota. Tak jarang produsen makanan tersebutmelakukan promosi besar-besaran untuk menarikkonsumen baik yang anak-anak, remaja maupun orangdewasa.3. Makanan PantanganDi beberapa daerah di Indonesia umumnya memilikimakanan yang dianggap tabu. Tak jarang makanantersebut memil iki kandungan gi zi yang sangatdibutuhkan oleh seorang anak. Di daerah Jawa ikanadalah makanan yang tidak boleh diberikan kepadaanak-anak karena diyakini dapat menyebabkancacingan, gangguan mata dan penyakit kulit (Sudarti,1986).Di tempat lain daging, telur dan santan merupakanmakanan yang tidak boleh diberikan pada balita.Gambar 1.Seorang bayi perempuan ( 3 bulan) dengan beratUniknya, makanan pant angan untuk anak-anakbadan 2 kg, menderita gizi burukjumlahnya lebih banyak dan mayori tas makanantersebut mengandung protein yang sangat diperlukanuntuk pertumbuhan (Foster, 1986).EPIDEMIOLOGINEGATIVE DEVIANCEDi daerah tertentu makanan merupakan si mbolDi Indonesia, fenomenanegative deviancedapatbudaya masyarakat setempat. Dalam upacara adatditemukan pada beberapa daerah dengan berbagaibiasanya terdapat makanan khas yang tidak di temuipenyebab yang berbeda. Terdapat banyak penyebabpada hari-hari biasa. Seperti makanan untuk sesajenmunculnyanegative devianceyaitu:yang banyak mengandung protein, buah-buahanserta makanan yang khas, tidak boleh dimakan oleh1. Pola Asuh Anaksiapapun termasuk anak-anak (Khumaidi, 1983).Beberapa kasusnegative deviancemenunjukkan4. Pengeluaran Non Panganbahwa gizi buruk umumnya diderita oleh anak yangTingginya pendapatan keluarga tidak selalu diikutitidak diasuh oleh ibunya.Di kota, umumnya ibudengan tingginya belanja pangan keluarga. Tak jarangbekerja di luar rumah dan pengasuhan anak diserahkanpengeluaran non pangan dianggap lebih pentingkepada pembantu yang pendidikannya rendah terutamadaripada masalah gizi. Tidak sedikit keluarga yangpembantu yang berusia tua. Di samping mengasuhmempunyai persepsi bahwa orang lain tidak tahu apaanak, pembantu tersebut juga harus menyelesaikanyang mereka makan, tetapi orang akan tahu barang apapekerjaan rumah tangga yang lain seperti memasak,yang mereka miliki. Persepsi ini menyebabkan sebuahmembersihkan rumah, mencuci, setrika dan tugas lainkeluarga berusaha melengkapi semua fasilitas hidupyang menguras banyak energi. Kondisi pembantu yang(kendaraan, rumah bagus, perabot, elektronik) yangcapek secara fisik maupun psikis akan berpengaruhdianggap dapat meningkatkan status sosial mereka dilangsung pada ketelatenan dalam menemani anak sertamasyarakat, meskipun harus mengorbankan masalahperhatian pada pola makannya (Hasibuan, 1998).gizi (Khumaidi, 1975).Anak-anak mempunyai pola makan yang unik dari5. Geografisegi jenis, waktu dan selera. Keunikan ini terkadangKondisi geografis secara langsung maupun ti dakmembuat pengasuh kelabakan. Para pengasuh seringakan mempengaruhi pola makan suatu masyarakat.menyerah menghadapi anak yang sulit makan tanpaDi daerah pantai yang panas, sayur dan buah adalahberusaha mencari tahu penyebab anak tersebut sulitmakanan l angka yang sulit ditemui. Di daerahmakan. Jalan pintas pun kadang menjadi pilihan yaitupegunungan, aneka ikan adalah makanan yang tidakmemberikan makanan yang diinginkan anak agarbiasa dikons umsi. Kondisi ini diperparah dengantenang tanpa mempedulikan kandungan gizi darisulitnya transportasi untuk membawa bahan makananmakanan tersebut (Anwar, 2007).lain yang tidak ada di wilayah tersebut.2. Gaya HidupKebiasaan makan tanpa sayur di daerah pantai danGaya hidup yang semakin hedonis juga mempengaruhimakan tanpa ikan di daerah pegunungan merupakanmasalah makan seseorang. Dengan alas an statussuatu kondisi yang um um di temui. Lambat launsosial, kepraktisan dan modernisasi tak jarang seorangkondis i seperti ini dapat memunculkan penolakanibu memilih makanan instan, makanan kaleng atausecara psikologis terhadap makanan yang dianggapfast fooddari pada makanan segar yang padat giziasing.(Khumaidi, 1994).6. PasarKondisi ini didukung dengan semakin banyaknyaSelain geografis, pola makan suatu masyarakat jugamakanan instan yang tersedia di pusat perbelanjaan diditentukan oleh pasar. Setinggi apapun pendapatan90The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 5, No. 3, Maret 2009: 89-93 penduduk, jika bahan pangan bergizi tidak tersedia disampai penghidangan sangat mempengaruhi kualitaspasar mustahil penduduk dapat mengkonsumsi pangangizi suatu makanan (Suhardjo, 1989).bergizi setiap saat.M isalnya membeli sayur yang layu, rus ak danKondisi ini biasanya terdapat di daerah terpenci ltidak segar dengan alasan harga yang lebih murah.seperti pegunungan yang transportasinya terbatas.Kebiasaan mencuci sayuran yang mudah rusak terlaluAkibatnya masyarakat akan mengkonsumsi makanankeras dengan alasan kebersihan. Memasak sayuryang seadanya, monoton tanpa variasi gizi.terlalu lama sehingga banyak kandungan gizi danKondisi lain yang menentukan sistuasi pasar adalahvitamin yang hilang. Kondisi tersebt dapat terjadiadanya penimbun bahan pangan. Biasanya kelompokkarena minimnya pengetahuan tentang gizi (Corputty,penimbun ini senngaja menghambat distribusi bahan1983).pangan demi kepentingan pribadi.11. Minimnya Pengetahuan Kesehatan7. SosialBagaimanapun kondis i ekonom i, sosial, budayaStatus sosial, juga dihubungkan dengan makanansebuah masyarakat, faktor pengetahuan kesehatanyang dikonsumsi. Di masyarakat seolah ada aturanmerupakan komponen penting dalam masalah gizi.bahwa kelompok makanan tertentu adalah untuk orangUmumnya, kasusnegative deviancedilatarbelakangimiskin dan kelompok makanan lainnya untuk orangoleh minimnya pengetahuan tentang kesehatan darikaya.para individu (Kristijono, 2001).Masyarakat yang dapat membel i makanan j adiPengeluaran non pangan yang berlebih, pola asuhseperti buah kaleng, sayur kaleng, daging olahananak yang salah, gaya hidup tidak sehat, pemilihanyang diawetkan merasa status sosialnya terangkatdan pengolahan bahan pangan yang tidak tepat adalahdan lebih tinggi dari masyarakat kebanyakan. Bahkandam pak minimnya pengetahuan mereka tentangseorang ibu dapat meras a lebih bangga keti kamasalah gizi. Kurangnya pengetahuan ini pula yangmemberikan susu kaleng dari pada ASI. Meskipunmembuat para orang tua menyerah pada tradisi,secara ekonomi harganya mahal, tetapi dari sudut gizi,kondis i geografi, adat dan budaya tanpa berusahamakanan tersebut masih jauh di bawah makanan segarmencari alternatif lain yang dapat menyelamatkan gizi(Suhardjo, 1989).anak mereka (Pongo, 2006; Range, 1997).8. BudayaDi Jawa dan beberapa daerah di Indonesia terdapattradisi di mana seorang ayah lebih dahulu makanPENANGGULANGANsebelum anggot a kel uarga yang lain. B ahkanBanyaknya faktor yang melatarbelakangi munculnyamakanan seorang suami lebih istimewa dan bergizinegative deviance, perlu upaya serius dan komprehensifdibandingkan makanan anggota keluarga yang lainyang melibatkan semua komponen masyarakat. Mustahilterutama anak-anak (Suhardjo, 1989).masalah tersebut dapat diselesaikan oleh orang kesehatanSemakin besar sebuah keluarga, keberadaan makansaja.seorang anak s em akin terpi nggirkan. UmumnyaPada kasusnegative deviance, masalah keuangananggota keluarga yang dewasa dengan mudah untukbukan kendala utama terjadinya gizi buruk. Artinya,memilih makanan yang tersedia. Sementara anak-anakkeluarga tersebut sebenarnya mampu membeli makananbiasanya diambilkan oleh orang tuanya. Tak jarangyang bergizi. Tetapi karena berbagai hal mereka memilihanak-anak hanya mendapatkan makanan s isa dariuntuk mengkonsumsi makanan yang nilai gizi nyaanggota keluarga yang lain (Berg and Robert, 1975).rendah.9. Selera Makan AnakAda beberapa langkah yang harus dilakukan agarUmumnya selera makan seorang anak berbeda denganfenomenanegative deviancetidak meluas.orang dewasa. Anak lebih tertarik dengan makananyang warna dan rasanya menarik. Seorang anak1. Pendidikan Gizi Masyarakatbiasanya juga tertarik dengan makanan yang dimakanPendidikan gizi masyarakat merupakan faktor pentingteman sebayanya, baik yang dilihat langsung maupunyang harus mendapatkan perhatian serius dari semuamelalui televisi (Adiningsih, 2007; Corputty, 1983).kalangan. Pengetahuan tentang bahaya gizi burukKondisi psikologis anak yang demikian sering tidakterhadap perkembangan anak perlu dipublikasikandisadari ol eh orang t ua. Banyak orang tua yangdengan luas. Masyarakat harus mulai dipahamkanmenyerah ketika anak menolak dengan makanan yangt entang pentingnya gi zi bagi anak-anak melaluidiberikan. Kadang orang tua juga tidak mau repotPosyandu, iklan, pelajaran di sekolah maupun saranadengan membuat menu khusus untuk anak-anaknya.lain yang dianggap efektif (Corputy, 1983).10. Pengolahan Makanan yang Tidak TepatHarus diakui bahwa tidak mudah mengubah suatuKeragaman bahan pangan yang memadai terkadangpola pi kir dan perilaku yang telah lama menjadibelum menjamin kecukupan gizi. Faktor pengolahant radisi masyarakat. Waktu yang diperlukan untukmakanan mulai dari pemillihan bahan, pengolahanmenumbuhkan perilaku sadar gizi juga tidak singkat.91Fenomena Gizi Buruk Pada Keluarga dengan Status Ekonomi BaikTri Retno Wigati Tetapi ini adalah cara yang tidak boleh ditinggalkanSlogan tentang gaya hidup sehat harus lebih seringdalam penanggulangan masalah gizi. Perlu terobosandipublikasikan, baik melalui media cetak, elektronikbaru agar diperoleh metode pendidikan gizi yangmaupun dalam kampanye dan penyuluhan.efektif untuk mengubah perilaku masyarakat. TermasukMasyarakat harus punya persepsi bahwa gaya hiduppendekatan kepada tokoh masyarakat yang umumnyamodern adalah gaya hidup s ehat, termasuk sehatdijadikan panutan dalam hal apa pun, termasuk poladalam hal makanan. Persepsi lain yang harus dibangunmakan.adalah bahwa kondisi gizi seorang anak tidak hanyaMasalah pendidikan gizi tidak hanya terfokus padaditentukan oleh ibu tetapi juga ayah. Dalam sebuahsosialisasi jenis bahan pangan yang bergizi tetapikeluarga di mana seorang istri tidak bekerja, kadangjuga mencakup teknik pemillihan, cara pemasakan,keuangan dapur tergantung dari pemberian suami.penyi mpana n, penyaj ian dan hal yang dapatMus tahil suami memberikan lebih unt uk masalahmengurangi kadar gizi suatu makanan.pangan jika tidak mengetahui pentingnya gizi bagiPemanfaatan sumber daya yang ada seperti pekarangankeluarga.merupakan metode yang dapat di terapkan agarKampanye gizi di India yang menonjolkan kasihkeragaman makanan dapat diperoleh. Penanamansayang ibu yang di wuj udkan dengan mem enuhisayuran dan ternak dapat menjadi langkah alternatifkebutuhan gizi seorang anak ternyata cukup efektif.untuk meningkatkan keragaman pangan keluarga.Mungkin kita pun juga harus semakin kreatif dalam2. Pemerataan Distribusi Panganmembuat tema kampanye agar kampanye sadar giziMasalah distribusi pangan merupakan faktor yangjuga memberikan dampak psikologis bagi orang tuaturut mempengaruhi keragaman pangan. Bahan pangan(ibu dan ayah) selain menambah pengetahuan.yang tidak terdapat di suatu daerah bisa melimpah di6. Optimalisasi Peran Posyandudaerah lain. Misalnya, ikan yang sulit diperoleh diPosyandu idealnya menjadi garda depan untuk masalahdaerah pegununngan, merupakan bahan pangan yangkesehatan, termasuk masalah gizi. Munculnya kasusmelimpah di daerah pantai.gizi buruk, termasuknegative deviance, seharusnyaUntuk memeratakan hasil pangan tersebut, perlu adanyatidak terjadi jika fungsi Posyandu berjalan sebagaimanasarana yang mendukung seperti sistem perdaganganmestinya. Di Posyandu telah terdapat mekanismeyang sehat dan transportasi yang memadai. Tentunyakont rol terhadap gizi bal ita dan bati ta melaluihal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab orangpenimbangan (Depkes RI, 2005).kesehatan, tetapi juga tanggung jawab pemerintahJika dalam kegiatan penimbangan bayi dan balitauntuk menyediakan sarana infrastruktur yang baik.ditemukan anak dengan berat badan di bawah garis3. Pendekatan Sosial Budayamerah, harus segera dilakukan upaya preventif agarDi dalam suatu masyarakat, umumnya terdapattidak mengarah kepada gizi buruk. Jika sampai terjaditokoh res mi maupun tidak res mi yang sangatgizi buruk perlu dipertanyakan bagaimana keberadaanmempengaruhi pola hidup mereka. Keberadaan tokoh-Posyandu di wilayah tersebut. Apakah memang telahtokoh ini merupakan peluang yang baik untuk dapatberjalan? Apa tingkat kehadiran penduduk ke posyandumensosialisasikan masalah gizi kepada masyarakat.rendah? Jika memang demikian, apa penyebabnya?Audrey (1974) merekomendasikan kepada ahliDeretan pertanyaan tersebut harus dicarikan jawabangizi agar dapat membuat pemetaan sosiologi desa/sebagai bahan evaluasi terhadap fungsi Posyandu.masyarakat tentang komposisi rumah tangga, pola7. Pola Asuh Anakhubungan dalam rumah tangga, hubungan antar wargaPola asuh mempunyai pengaruh besar terhadap kondisidan ketokohan yang terbentuk dalam wilayah tersebut.anak termasuk masalah makan. Beberapa penelitianPemetaan ini merupakan sarana yang sangat membantumenunjukkan bahwa anak yang diasuh ibunya dengandalam pelaksanaan program gizi agar dapat disesuaikankasih sayang dan perhatian memiliki status gizi yangdengan kultur masyarakat sasaran.baik meskipun kondisi ekonominya lemah (Salam,4. Fortifikasi2001).Penambahan zat gizi pada makanan bukanlah fenomenaBagi wanita yang bekerja, penting untuk memikirkanbaru. Hal ini dapat dilakukan pada makanan yangpenga suhan a nak s ela ma dit inggal bekerj a.banyak dikonsumsi oleh masyarakat luas. KeuntunganMendapatkan pembantu yang dapat dipercaya untukdari fort ifikasi adalah, penambahan zat gizi tidakmengurus pekerjaan rumah tangga sekaligus telatenmengubah s ifat dasar dari makanan s eperti bau,mengasuh anak mungkin sulit, tetapi seoranng iburasa maupun warna. Tetapi harus diusahakan biayatidak boleh menyerah karena pembantu nantinya jugafortifikasi yang murah agar jenis pangan masih dapatturut berperan dalam proses perkembangan anak.terjangkau oleh masyarakat luas.Saat ini tel ah banyak model penitipan anak yang5. Promosi Makanan Bergizi secara Masifdapat dij adikan pil ihan. Sebel um memutuskanPromosi merupakan langkah penting dalam pemasaran.untuk menitipkan anak ke sebuah Tempat PenitipanPerubahan pola m akan dan gaya hidup l ain jugaAnak, hendaknya orang tua melakukan survey untuktidak lepas dari gencarnya promosi yang dilakukan.mendapatkan informasi yang lengkap tentang kodisi92The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 5, No. 3, Maret 2009: 89-93 lingkungan, pengasuh maupun kondisi lain yang dapatDalam hal ini. gizi buruk tidak lagi hanya menjadi masalahberpengaruh pada seorang anak.bagi kalangan kesehatan, lebih dari itu gizi buruk adalah8. Peran Kreatif Ibumasalah bersama yang menuntut adanya partisipasi dariSelera makan anak yang unik, menuntut peran kreatifseluruh komponen masyarakat.ibu dalam menyajikan makanan. Hendaknya ibuKebijakan pemerintah hendaknya juga mulai mengarahtidak menyerah ketika anak menolak makanan yangpada langkah solusi dan antisipasi. Langkah solusi yangdiberikan. Pilihan warna, rasa bahkan bentuk harusdimaks ud adalah agar masalah gizi buruk yang terusdisesuaikan dengan selera anak.meningkat segera ditangani, misalnya dengan penggiatanIbu juga harus menyiasati ketika memasak, misalnyaPosyandu sebagai garda depan untuk langkah proteksidengan memisahkan masakan sebelum diberi cabe,m as alah gizi. Sedangkan langkah ant isipatif yangagar anak mendapat makanan yang sama dengan yangdimaksud adalah upaya di semua bidang yang lebihlainnya.mendukung untuk terbebasnya Indonesia dari gizi buruk9. Kebijakan Pemerintahseperti penelitian di bidang pangan, kebijakan lalu lintasKebijakan pemerintah, secara makro juga s angatperdagangan, mekani sme kont rol kesehatan dan lainberpengaruh terhadap kondisi gizi masyarakat. Bukansebagainya.hanya kebijakan yang terkait dengan masalah anggaransaja, tetapi juga kebijakan lain seperti perdagangan,pertanian, peternakan, ekonomi, pendidikan, kesehatanDAFTAR PUSTAKAmaupun kesejahteraan.Adiningsih, S. 2007.Modul Pendampingan Balita Kurang Gizi. DinasPeningkatan hasil pertanian dan tingkat ekonomi tidakKesehatan Kota Surabaya dan Pokja PGKM FKM Universitascukup menjadi solusi dalam masalah gizi buruk. PerluAirlangga. Surabaya.adanya dukungan dari kebijakan lain agar panganAnwar. 2007. Pola Asuh dalam Hubungannya dengan Status Gizi BalitaDitinjau dari Pekerjaan, Pendapatan dan Pengeluaran Orang Tua diyang melimpah dapat terdistribusi merata ke semuaDaerah Sulawesi Selatan.Tesis. Universitas Hasanudin. Makasar.penduduk. Adakalanya dalam hitungan pemerintahHuman EcologyAudrey, JR., and Dunn, FL. 1974. Community Health in.kebutuhan pangan telah mencukupi untuk seluruhF. Sargent (ed). North Holland Publishing Co. Amsterdam.warga. Tetapi karena lalu lintas perdagangan yangBerg, A., and Robert, JM. 1975.The Nutrition Factor. Massachussettsavenue. New York.bermasalah, akibat banyaknya penimbun, maka panganBerg, A. 1986.Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional(terjemahan).yang seharusnya tersebar merata, hanya berputar padaCV. Rajawali. Jakarta.kelompok tertentu.Pengantar EpidemiologiBudiarto, E., dan Dewi, A. 2002.. Ed 2. EGC.Kebi jakan di bidang pendidikan juga mempunyaiJakarta.Burgess, A., Maurice, K., Felicity, K., David, M., and Leslie, B. 1972.peran strategis yang tidak dapat diabaikan. Di bidangNutrition for Developing Country.Oxford University Press.ini hendaknya pemerintah mendorong terwujudnyaLondon.iklim penelitian agar ditemukan teknologi pangan,Champakan, S., Srikantia, SG., and Gopalan. 1986. Kwashiorkor andpertanian dan peternakan agar diperoleh suatu varietasMental Development.American Journal Clinic Nutrition. 1968.Ilmu GiziCorputty. 1983.. Balai Pustaka. Jakarta.yang memiliki keunggulan nilai gizi dengan cara yangDepkes RI. 1995.Pedoman Kerja PuskesmasJilid II. Departemenmudah, murah dan dapat diterapkan di Indonesia secaraKesehatan RI. Jakarta.luas.Pedoman Praktis Terapi Gizi MedisDepkes RI. 2003.. DepartemenKesehatan RI. Jakarta.Depkes RI. 2005. RencanaAksi Nasional Pencegahan dan PenanggulanganGizi Buruk. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.PENUTUPAntropologi KesehatanFoster, George, M., and Barbara, GA. 1986..Terjemahan Priyanti Pakan Suryadarma dan Meutia Hatta Swasono.Negative deviancemerupakan kasus menarik dalamUI Press. Jakarta.masalah gizi . Adanya kas us ini m embuktikan bahwaHasibuan, R. 1998. Pola Asuh Anak Taman Kanak-kanak Hubungannyamasalah gizi tidak dapat diselesaikan dengan peningkatandengan Perkembangan Keterampilan Motorik.Tesis.UniversitasAirlangga Surabaya.ekonomi masyarakat yang diharapkan meningkatkanGizi MasyarakatKhumaedi. 1994.. BPK Gunung Mulia. Jakarta.daya beli terhadap bahan pangan bermutu. Ada banyakRange, SKK., Naved, R., and Bhattaray, S. 1997. Child Care Practicefaktor yang melatarbelakangi munculnya gizi buruk selainassociated with Positive and Negative Nutritional Outcomes forekonomi. Ada faktor budaya, pasar, pola asuh, pengetahuanChildren in Bangladesh: a descriptive analysis.A Report. InternationalFood Policy Research Institute. Washington DC.masyarakat tentang kesehatan, tradisi makanan pantanganSalam, A. 2001. Faktor Sosial Budaya yang Mempengaruhi Status Gizidan banyak faktor lainnya yang secara langsung maupunAnak Balita di Lingkungan Cagar Budaya Pemukiman Masyarakattidak turut andil dalam masalah gizi buruk.Suku Sasak Kabupaten Lombok Tengah.Tesis. Universitas Airlangga.Kompl eknya masalah gizi buruk t entunya harusSurabaya.Antropologi MedisSudarti. 1986.. FKM UI. Jakarta.disikapi lebih menyeluruh dalam penanggulangannya.Suhardjo. 1989. Sosio Budaya Gizi. PAUP dan Gizi IPB. Bogor.93Fenomena Gizi Buruk Pada Keluarga dengan Status Ekonomi BaikTri Retno Wigati