fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewJudul...
Transcript of fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web viewJudul...
ANALISIS METODE PERLAKUAN AKUNTANSIPRODUK SAMPINGAN TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK
PRODUKSI PRODUK UTAMA MENURUT PSAK NO.14 PADAPT PHILLIPS SEAFOODS INDONESIA LAMPUNG PLANT
(Skripsi)
Oleh
YOYOK
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2012
ANALISIS METODE PERLAKUAN AKUNTANSIPRODUK SAMPINGAN TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK
PRODUKSI PRODUK UTAMA MENURUT PSAK NO.14 PADAPT PHILLIPS SEAFOODS INDONESIA LAMPUNG PLANT
Oleh
YOYOK
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSarjana Ekonomi
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2012
Judul Skripsi : ANALISIS METODE PERLAKUAN AKUNTANSI PRODUK SAMPINGAN TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK UTAMA MENURUT PSAK NO.14 PADA PT PHILLIPS SEAFOODS INDONESIA LAMPUNG PLANT
Nama Mahasiswa : Yoyok
Nomor Pokok Mahasiswa : 0641031102
Jurusan : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
A. Zubaidi Indra, S.E., M.M.,CPA Reni Oktavia, S.E.,M.Si.NIP 195706081987031003 NIP 197510262002122002
2. Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. NIP 195606201986031003
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : A. Zubaidi Indra, S.E., M.M.,CPA ………………
Sekretaris : Reni Oktavia, S.E., M.Si. ……………...
Penguji Utama : Agrianti Komalasari, S.E, M.Si., Akt. ………………
2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S.NIP 195809231982111001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 13 Juli 2012
ABSTRACT
ANALYSES OF SIDE PRODUCT ACCOUNTANCY TREATMENT METHOD TOWARDS MAIN PRICE DETERMINATION OF
MAIN PRODUCT PRODUCTION IN FOLLOWS PSAKNO. 14 AT PT PHILLIPS SEAFOODS INDOESIA
LAMPUNG PLANT
By
YOYOK
The aimed of this research was to know the correct method in side product accountancy treatment and accounting the main price determination of main product production and side product according to accountancy PSAK.
Result discussion showed that when treat income of sale cap and tentacle as others income by using market value method so cost of goods manufactured breaded squid rings be lower as big as Rp. 78.515 compared if using dirty revenue recognition method as big as Rp.78.770 or if comparison with use bet earning method as big as Rp. 78.651. This matter was caused by all production cost of cap and tentacle at first burdened in cost of goods manufactured breaded squid rings had separated to be cost of goods manufactured cap and tentacle.
Research result showed that necessary production cost separation existence cap and tentacle after separated from breaded squid rings so got lower cost of goods manufactured (market value method) compared with calculation result companies (dirty revenue recognition method). So management can demote price sell, so product that produced to company can compete with other same product with keeping the quality of value product.
ABSTRAK
ANALISIS METODE PERLAKUAN AKUNTANSIPRODUK SAMPINGAN TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK
PRODUKSI PRODUK UTAMA MENURUT PSAK NO. 14 PADAPT PHILLIPS SEAFOODS INDONESIA LAMPUNG PLANT
Oleh
YOYOK
Peneltian ini bertujuan untuk mengetahui metode yang tepat dalam perlakuan akuntansi produk sampingan dan perhitungan harga pokok produksi produk utama dan produk sampingan yang sesuai dengan PSAK akuntansi.
Hasil pembahasan memperlihatkan bahwa bila memperlakukan pendapatan penjualan cap dan tentacle sebagai pendapatan lain-lain dengan menggunakan metode nilai pasar maka harga pokok produksi breaded squid rings menjadi lebih rendah yaitu sebesar Rp 78.515 dibandingkan jika menggunakan metode pengakuan pendapatan kotor yaitu sebesar Rp 78.770 maupun jika dibandingkan menggunakan metode pendapatan bersih yaitu sebesar Rp 78.651 hal ini disebabkan seluruh biaya produksi cap dan tentacle yang semula dibebankan pada harga pokok produksi breaded squid rings telah dipisahkan menjadi harga pokok produksi cap dan tentacle.
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa perlu adanya pemisahan biaya produksi cap dan tentacle setelah terpisah dari breaded squid rings sebesar Rp 20.866.000 sehingga diperoleh harga pokok produksi yang lebih rendah (metode nilai pasar) dibandingkan dengan hasil perhitungan perusahaan (metode pengakuan pendapatan kotor). Maka manajemen dapat menurunkan harga jual, sehingga produk yang dihasilkan perusahaan dapat bersaing dengan produk lain yang sejenis dengan tetap menjaga kualitas mutu nilai produk.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian saat ini telah berkembang dengan pesat, seiring dengan pesatnya
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin canggih.
Untuk merealisasikan laba yang diharapkan, pihak manajemen dapat melakukan
berbagai cara antara lain:
a. Menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin dengan
mempertahankan tingkat harga jual dan volume yang ada.
b. Menentukan harga jual sedemikian rupa sehingga sesuai dengan laba yang
dikehendaki.
c. Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.
(Munawir : 1990)
Suatu proses produksi mungkin menghasilkan lebih dari satu jenis produk secara
simultan. Hal tersebut terjadi, misalnya, ketika dihasilkan produk bersama atau
bila terdapat produk utama dan produk sampingan. Ketika biaya konversi tidak
dapat diidentifikasi secara terpisah, maka biaya tersebut dialokasikan antar produk
secara rasional dan konsisten. Pengalokasian dapat didasarkan pada perbandingan
harga jual untuk masing masing produk, baik pada tahap proses produksi pada
waktu produk telah dapat diidentifikasikan secara terpisah atau pada saat produksi
telah selesai. Sebagian besar produk sampingan, pada hakekatnya tidak material.
Ketika kasusnya demikian, produk sampingan sering kali diukur pada nilai
realisasi neto dan nilai tersebut dapat mengurangi biaya produk utama (PSAK
No.14 ayat ke-13 Revisi 2008).
Produk-produk yang dihasilkan PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant
antara lain :
NO ITEM NAMA PRODUK1 36170 Buffalo Shrimp 8 oz2 35011 Signature Crab Cakes 0.75 oz3 11513 Frozen Crab Claw Finger, Hors Douvre4 35031 Chesapeake Crab Cake Minis 0.75 oz5 35070 Maryland Style Crab Cake Minis 0.75 oz6 35123 Traditional Mini Crab Cake 0.50 oz7 35126 Premium Crab Cakes 4 oz8 36124 Crab and Shrimp Spring Rolls9 36133 Coconut Mahi
10 36140 Breaded Squid Rings11 36157 Crispy Ginger Shrimp12 36171 Breaded Shrimp13 36172 Coconut Shrimp 7 oz14 36174 Crab Rangoon15 36199 Frozen Coconut Mahi Fingers16 36225 Crispy Garlic and Herb Shrimp17 36168 Retail Crab and Shrimp Spring Rolls18 36052 Breaded Shrimp 21/30 Indo White19 36323 Breaded Salt and Pepper Calamari, 9 oz20 36324 Stuffed Crab Back21 36325 Stuffed Shrimp22 39016 Fried Dimsum Assortment23 39028 Crispy Dimsum, 12 ct24 36353 Buffalo Shrimp Party Pack25 39060 Straight Pack Money Bags26 39048 Retail Crispy Garlic Shrimp27 39047 Retail Crab Rangoon28 36350 Coconut Shrimp Party Pack
Sumber : PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant 2009.Adapun perkembangan volume produksi breaded squid rings dan cap maupun
tentacle PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant pada tahun 2007 s/d 2009
dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Perkembangan Volume Produksi Breaded Squid Rings dan Cap maupun Tentacle Tahun 2007-2009
Sumber : PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant 2009
Adapun perkembangan volume penjualan dan nilai penjualan breaded squid rings
dan cap maupun tentacle PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant 2007-
2009 dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Perkembangan Volume Penjualan dan Nilai Penjualan Breaded Squid Rings dan Cap maupun Tentacle Tahun 2007-2009
Sumber : PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant 2009
Sedangkan untuk perkembangan volume penjualan dan nilai penjualan Breaded
Squid Rings dan Cap maupun Tentacle Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel 3
berikut:
Tabel 3. Perkembangan Volume Penjualan dan Nilai Penjualan Breaded Squid Rings dan Cap maupun Tentacle Tahun 2009
Sumber : PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant 2009
Hal tersebut disebabkan karena :
a. Volume produksi Breaded Squid Rings yang dihasilkan perusahaan jauh
lebih besar dibandingkan dengan Cap dan Tentacle. Dari pemakaian bahan
baku cumi-cumi dapat dihasilkan 90 % Breaded Squid Rings sedangkan
Cap dan Tentacle hanya sebesar 10 %.
b. Cap dan Tentacle merupakan produk sampingan karena merupakan sisa
(scrap) dari pemotongan cumi-cumi, dan nilai penjualannya relatif lebih
kecil yaitu kurang dari 10 % dari total nilai penjualan.
Tabel 4. Biaya Produksi Taksiran dan Biaya Produksi Sesungguhnya Cap dan Tentacle Setelah Titik Pemisah (Split off-point) Tahun 2009
Sumber : PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant 2009
Berdasarkan uraian keadaan PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant diatas
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS
METODE PERLAKUAN AKUNTANSI PRODUK SAMPINGAN
TERHADAP PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK
UTAMA MENURUT PSAK NO.14 PADA PT PHILLIPS SEAFOODS
INDONESIA LAMPUNG PLANT”.
1.2 Permasalahan dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Permasalahan
Berdasarkan uraian d iatas maka penulis mengemukakan permasalahan :
1. Bagaimanakah penghitungan alokasi harga pokok produksi produk utama
dan harga pokok produksi produk sampingan secara tepat dan akurat
sesuai dengan PSAK Akuntansi?
2. Metode apakah yang paling sesuai untuk menelaah harga pokok produksi
produk utama dan harga pokok produksi produk sampingan menurut
PSAK Akuntansi?
1.2.2 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat memberikan manfaat maka peneliti memusatkan
permasalahan pada penelitian ini dengan batasan dan ruang lingkup penelitian.
Permasalahan dalam penelitian ini dipusatkan pada produk Beaded Squid Rings
(36140) pada PT Phillips Seafoods Indonesia Lampung Plant di Bandar Lampung
periode produksi 2009 .
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan skripsi ini adalah :
1. Mengetahui metode yang tepat dan akurat dalm perlakuan akuntansi
produk sampingan terhadap perhitungan harga pokok produk utama dan
produk sampingan.
2. Sebagai sumbangan pemikiran bagi perusahaan dalam hal penilaian
terhadap produk sampingan.
3. Sebagai penerapan untuk mengaplikasikan pengetahuan teoritis yang telah
dipelajari selama kuliah ke dalam dunia penelitian.
4. Bagi peneliti lain, skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Akuntansi Biaya.
Menurut mulyadi akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa,
dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Sehingga yang menjadi
obyek akuntansi biaya adalah biaya. Dan tujuan pokok dari akuntansi biaya adalah
penentuan harga pokok produk, pengendalian biaya, dan pengambilan keputusan
khusus.
2.2 Siklus Akuntansi Biaya Dalam Perusahaan Manufaktur
Siklus akuntansi biaya dalam suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh siklus
kegiatan usaha perusahaan tersebut. Siklus kegiatan perusahaan manufaktur
dimulai dengan pengolahan bahan baku dibagian produksi dan berakhir dengan
penyerahan produk jadi ke bagian gudang.
2.3 Karakteristik Metode Harga Pokok Proses
Dalam perusahaan yang berproduksi massa, karakteristik produksinya adalah
sebagai berikut:
a. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar
b. Produk yang dihasilkan dalam bulan ke bulan adalah sama
c. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi yang
berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu tertentu.
Informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu sangat
bermanfaat bagi manajemn untuk :
1. Menentukan harga jual produk
2. Memantau realisasi biaya produksi
3. Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses
yang disajikan dalam neraca
5.
2.4 Biaya Bersama dan Produk Sampingan
Dalam proses produksi perusahaan tertentu seringkali dijumpai pengolahan satu
atau beberapa macam bahan bakudalam satu proses produksi menghasilkan dua
jenis produk atau lebih. Dalam perusahaan semacam ini, karena berbagai produk
yang dihasilkan tersebut berasal dari proses pengolahan bahan baku yang sama,
timbul masalah pengalokasian biaya bersama kepada berbagai produk yang
dihasilkan tersebut.
2.4.1 Biaya Bersama
Biaya produksi bersama adalah biaya yang dikeluarkan sejak saat bahan baku
mulai diolah sampai dengan saat dimana berbagai macam produk dapat
dipisahkan identitasnya. Biaya produksi bersama ini terdiri dari bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bersama dikeluarkan
untuk mengolah bahan baku menjadi berbagai macam produk yang dapat berupa
produk bersama (joint product) dan produk sampingan.
2.4.2 Akuntansi Produk Sampingan
Pengertian produk sampingan adalah satu atau beberapa macam produk yang
mempunyai nilai lebih kecil dan dihasilkan secara serempak dengan produk utama
yang mempunya nilai lebih tinggi.
Dalam produk sampingan, titik berat pembahasannya adalah bagaimana
memperlakukan pendapatan penjualan produk sampingan tersebut.
Metode-metode yang digunakan untuk menetapkan biaya produk sampingan
adalah :
1. Metode Tanpa Harga Pokok (Non Cost Methods)
a. Metode Pengakuan Pendapatan Kotor
Dalam perhitungan laba rugi, pendapatan penjualan produk sampingan
diperlakukan sebagai:
1. Pendapatan lain-lain
2. Tambahan penjualan produk utama
3. Pengurang harga pokok penjualan produk utama
4. Pengurang total biaya produksi produk utama
Tabel 5. Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Pendapatan Lain-lain.Tabel 6. Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Tambahan Penjualan Produk Utama.
Tabel 7. Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Pengurang Harga Pokok Penjualan.
Tabel 8. Pendapatan Penjualan Produk Sampingan Diperlakukan Sebagai Pengurang Biaya Produksi Produk Utama.
b. Metode Pengakuan Pendapatan Bersih
2. Metode Harga Pokok (Cost Methods)
a. Metode Biaya Pengganti (Replacement Cost Methods)
Tabel 9. Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan Dengan Metode Biaya Pengganti.
b. Metode Nilai Pasar (Reversal Cost Methods)
Tabel 10. Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan Dengan Metode Nilai Pasar.
Alokasi biaya bersama atau biaya produksi sebelum dipisah
ABs = TPs – (TLKs + TBPms + TBAs + TBPs)
Keteeangan :
ABs = Alokasi biaya bersama kepada produk sampinganTPs = Taksiran nilai penjualan produk sampinganTLKs = Taksiran laba kotor produk sampinganTBPms = Taksiran biaya pemasaran produk sampinganTBAs = Taksiran biaya administrasi produk sampinganTBPs = Taksiran biaya produksi produk sampingan setelah dipisah
Penentuan Harga Pokok Produk Sampingan
HPs = ABs + BPSs
Keterangan :
HPs = Harga pokok produk sampinganABs = Alokasi biaya bersama kepada produk sampinganBPSs = Biaya produksi sesungguhnya produk sampingan setelah dipisah
Alokasi Biaya Bersama Kepada Produk Utama
ABu = B - ABs
Keteeangan :
ABu = Alokasi biaya bersama kepada produk utamaB = Biaya bersamaABs = Alokasi biaya bersama kepada produk sampingan
Penentuan Harga Pokok Produk Utama
HPu = ABu + BPSu
Keterangan :
HPu = Harga pokok produk utamaABu = Alokasi biaya bersama kepada produk utamaBPSu = Biaya produksi sesungguhnya produk utama setelah dipisah
2.4.3 Akuntansi Produk Utama dari Produk Bersama
Dalam proses pengolahan produk bersama dapat menghasilkan produk utama dan
produk sampingan. Masalah akuntansi produk utama adalah bagaimana
mengalokasikan biaya bersama produk utama kepda setiap macam produk utama
yang dihasilkan. Metode alokasi biaya bersama pada produk utama yang dapat
dipakai meliputi :
1. Metode biaya rata-rata satuan
2. Metode rata-rata tertimbang
3. Metode satuan kuantitas
4. Metode harga pasar atau metode harga pasar hipotetis
2.4.3.1 Metode Biaya Rata-rata Satuan
Biaya rata-rata satuan = Jumlah biaya bersama produk utamaJumlah satuan produk utama
2.4.3.2 Metode Rata-rata Tertimbang
Metode rata-rata tertimbang merupakan metode yang memberikan factor
penimbang atau dasar nilai (point basis) kepda setiap macam produk utama di
dalam menikmati biaya bersama, dengan tujuan agar diperoleh alokasi yang lebih
teliti dan adil dalam pengalokasian biaya bersama.
Jenis Produk Nilai PenimbangA 6B 4C 8
Biaya per nilai = Jumlah biaya bersamaJumlah Nilai
Alokasi pada setiap macam produk = Julah Nilai x Biaya per Nilai
Harga pokok per buah = Nilai penimbang per buah x Biaya per Nilai
2.4.3.3 Metode Satuan Kuantitas
Dalam metode satuan kuantitas dapat dipakai oleh perusahaan yang menghasilkan
berbagai macam produk utama yang mempunyai satuan pengukur yang sama,
dalam bentuk meter, kilogram, barrel, ton, gallon dan sebagainya.
2.4.3.4 Metode Harga Pasar atau Nilai Jual dan Harga Pasar Hipotetis
2.4.3.4.1 Metode Harga Pasar atau Nilai Jual
Metode Harga Pasar atau Nilai Jual menggunakan alasan bahwa harga pasar
mencerminkan besarnya biaya yang diserap oleh setiap macam produk utama,
metode ini mudah dipakai sehingga merupakan metode yang paling popular dan
banyak digunakan.
Rasio biaya bersama untuk produk utama dibandingkan dengan harga pasar atau
nilai jual dapt dihitung dengan menggunakan rumus :
Rasio biaya bersama atas nilai jual = Jumlah biaya bersama x 100% Jumlah nilai jual
.2.4.3.4.2 Metode Harga Pasar Hipotetis
Metode Harga Pasar Hipotetis dipakai apabila produk utama masih memerlukan
proses pengolahan lebih lanjut setelah dapat dipisah dengan produk utama
lainnya. Untuk mengalokasikan biaya bersama pada produk utama digunakan
dasar harga pasar hipotetis yaitu total harga pasar setelah produk diolah lebih
lanjut dikurangi biaya pengolahan setelah dapat dipisah dengan produk utama
yang lainnya
Rasio biaya bersama atas harga jual hipotetis = Jumlah biaya bersama x 100% Jumlah harga jual hipotetis
2.5 Kerangka Pemikiran
Istilah produk sampingan umumnya digunakan untuk mendefiniskan suatu produk
dengan total nilai relatif lebih kecil dan dihasilkan secara simultan bersamaan
dengan suatu produk lain yang nilainya lebih besar. Produk dengan nilai lebih
besar itu biasanya disebut produk utama (main product), biasanya di produksi
dengan jumlah lebih besar dibandingkan dengan produk sampingan. Produk
gabungan di produksi secara bersamaan melalui proses atau serentetan proses
umum, dimana setiap produk yang dihasilkan memiliki lebih dari nilai nominal
dalam bentuk sesuai hasil pemrosesan tersebut. Produksi bersifat simultan karena
proses produksi menghasilkan seluruh produk tanpa dapat dihindari. Peningkatan
dalam salah satu output produk tidak dapat dihindari, akan meningkatkan
kuantitas dari produk atau produk-produk lain, demikian pula sebaliknya,
walaupun tak harus dalam proses yang sama. Titik pisah batas (Split-off point) di
definisikan sebagai titik dimana produk-produk tersebut dapat dipisahkan sebagai
unit-unit individual. Sebelum titik tersebut, produk-produk tadi masih dalam satu-
kesatuan yang homogen.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
3.1.1 Sumber Data Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus. Adapun kasus yang dibahas
mengenai kebijakan perlakuan akuntansi menurut psak no. xiv produk sampingan
terhadap penentuan harga pokok produksi produk utama pada PT Phillips
Seafoods Indonesia lampung plant di Bandar Lampung.
3.1.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode
eksplanatori yang dilakukan dengan menjelaskan aspek-aspek tertentu dalam
perlakuan akuntansi produk sampingan yang kemudian diolah dan dianalisa
berdasarkan teori-teori yang dipelajari.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tahun produksi
2009. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia data sekunder adalah data yang
diperoleh seorang peneliti secara tidak langsung dari objeknya, tetapi melalui
sumber lain, baik lisan maupun tulisan, data tersebut diantaranya :
1. Data produksi
a. Data pengadaan bahan baku
b. Data tenaga kerja langsung
c. Biaya overhead pabrik
d. Data hasil produksi
2. Data keuangan
a. Biaya pengadaan bahan baku
b. Biaya tenaga kerja langsung
c. Biaya overhead pabrik
d. Data hasil penjualan produk utama dan produk sampingan
3.3 Alat Analisis
3.3.1 Analisis Kuantitatif
Alat analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu analisis data
statistika dengan membaca, menafsirkan, dan membandingkan angka-angka yang
terdapat dalam setiap data. Dalam penelitian ini menggunakan dua metode
perlakuan akuntansi produk sampingan yaitu Metode Tanpa Harga Pokok (Non
Cost Methods) dan Metode Harga Pokok (Cost Methods).
3.3.1.1 Metode Tanpa Harga Pokok (Non Cost Methods)
a. Metode Pengakuan Pendapatan Kotor
Dalam perhitungan laba rugi, pendapatan penjualan produk sampingan
diperlakukan sebagai:
1. Pendapatan lain-lain
2. Tambahan penjualan produk utama
3. Pengurang harga pokok penjualan produk utama
4. Pengurang total biaya produksi produk utama
b. Metode Pengakuan Pendapatan Bersih
3.3.1.2 Metode Harga Pokok (Cost Methods)
Metode yang mencoba mengalokasikan sebagian biaya bersama kepada produk
sampingan dan menentukan harga pokok produk utama dan produk sampingan
atas dasar biaya yang dialokasikan tersebut. Pada umumnya metode yang
digunakan adalah Metode Nilai Pasar (Market Value Methods).
Alokasi biaya bersama atau biaya produksi sebelum dipisah
ABs = TPs – (TLKs + TBPms + TBAs + TBPs)
Keterangan :
ABs = Alokasi biaya bersama kepada produk sampinganTPs = Taksiran nilai penjualan produk sampinganTLKs = Taksiran laba kotor produk sampinganTBPms = Taksiran biaya pemasaran produk sampinganTBAs = Taksiran biaya produksi produk sampinganTBPs = Taksiran biaya produksi produk sampingan setelah dipisah
Penentuan Harga Pokok Produk Sampingan
HPs = ABs + BPSs
Keterangan :
HPs = Harga pokok produk sampingan
ABs = Alokasi biaya bersama kepada produk sampinganBPSs = Biaya produksi sesungguhnya produk sampingan setelah dipisah
Alokasi Biaya Bersama Kepada Produk Utama
ABu = B - ABs
Keterangan :
ABu = Alokasi biaya bersama kepada produk utamaB = Biaya bersamaABs = Alokasi biaya bersama kepada produk sampingan
Penentuan Harga Pokok Produk Utama
HPu = ABu + BPSu
Keterangan :
HPu = Harga pokok produk utamaABu = Alokasi biaya bersama kepada produk utamaBPSu = Biaya produksi sesungguhnya produk utama setelah dipisah
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisis Kuantitatif
4.1.1 Metode Tanpa Harga Pokok
4.1.1.1 Metode Pengakuan Pendapatan Kotor
Laporan laba rugi dengan menggunakan metode pengakuan pendapatan kotor
ini dapat dilihat dalam lampiran 1-4.
a. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai pendapatan
lain-lain.
Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg
= Rp 78.770 (pembulatan)
b. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai penambah
penjualan produk utama.
Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg
= Rp 78.770 (pembulatan)
c. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai pengurang
harga pokok penjualan produk utama.
Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg
= Rp 78.770 (pembulatan)
d. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai pengurang
biaya produksi produk utama.
Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg
= Rp 78.432 (pembulatan)
Tabel 11. Perbandingan Hasil Perhitungan Persediaan Akhir, Harga Pokok Produksi, Laba Kotor, Laba Bersih Sebelum Pajak, dan Harga Pokok Produksi per kg Dengan menggunakan Metode Pengakuan Pendapatan Kotor.
Penurunan harga pokok produksi sebesar pendapatan kotor penjualan cap dan
tentacle dapat dikatakan belum memberikan informasi yang akurat dalam
penentuan harga pokok produksi breded squid rings karena belum mencerminkan
biaya yang sesungguhnya.
4.1.1.2 Metode Pengakuan Pendapatan Bersih
Adapun perhitungan pendapatan penjualan bersih cap dan tentacle PT Phillips
Seafoods Indonesia Lampung Plant pada tahun 2009 dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel 12. Perhitungan Pendapatan Penjualan Bersih cap dan tentacle
Laporan laba rugi dengan menggunakan metode pengakuan pendapatan bersih ini
dapat dilihat dalam lampiran 5-8.
a. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai pendapatan
lain-lain.
Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg
= Rp 78.651 (pembulatan)
b. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai penambah
penjualan produk utama.
Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg
= Rp 78.651 (pembulatan)
c. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai pengurang
harga pokok penjualan produk utama.
Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg
= Rp 78.651 (pembulatan)
d. Perlakuan pendapatan penjualan produk sampingan sebagai pengurang
biaya produksi produk utama.
Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per Kg
= Rp 78.313 (pembulatan)
Penurunan harga pokok produksi breaded squid rings tersebut
menyebabkan nilai persediaan akhir breaded squid rings menjadi lebih
rendah yaitu Rp 2.163.307.348,- sehingga laba bersih breaded squid rings
sebelum pajak turun menjadi Rp 7.524.182.843,-.
Tabel 13. Perbandingan Hasil Perhitungan Persediaan Akhir, Harga Pokok
Produksi, Laba Kotor, Laba Bersih Sebelum Pajak, dan Harga Pokok Produksi per
kg Dengan menggunakan Metode Pengakuan Pendapatan Bersih
4.1.2 Metode Harga Pokok (Cost Methods)
Metode Nilai Pasar (Market Value Methods)
Biaya produksi bersama sebesar Rp 13.748.958.330 terdiri dari:
a. biaya bahan baku sebesar Rp 7.866.397.000
b. biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 3.208.733.143
c. biaya overhead pabrik sebesar Rp 2.673.828.187
Sedangkan biaya produksi breaded squid rings setelah titik pemisahan sebesar
Rp 41.732.000 adalah terdiri dari:
a. biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 27.428.907
b. biaya overhead pabrik sebesar Rp 14.303.093
Biaya produksi cap dan tentacle setelah titik pemisahan sebesar Rp 20.866.000,-
adalah terdiri dari:
a. biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 13.714.500,-
b. biaya overhead pabrik sebesar Rp 7.151.500,-
Pada metode ini, produk sampingan memperoleh alokasi biaya produksi sebelum
dipisah dengan produk utama sebesar taksiran harga jual semua produk
sampingan yaitu sebesar:
a. taksiran harga jual semua produk sampingan Rp 60.072.240
( Rp 3000 x 20.024,08 kg)
b. taksiran laba kotor produk sampingan Rp 12.014.448
( Rp 60.072.240 x 20 % )
c. taksiran biaya produksi produk sampingan setelah dipisah dari produk
utama yaitu sebesar Rp 19.500.000
d. taksiran biaya penjualan yaitu sebesar Rp 1.802.167 (Rp 60.072.240 x 3%)
e. taksiran biaya administrasi dari produk sampingan sebesar Rp 3.036.612
(Rp 60.072.240 x 5%).
Secara matematis alokasi biaya bersama kepada produk sampingan sebelum titik
pemisahan adalah sebagai berikut :
Alokasi biaya bersama atau biaya produksi sebelum dipisah
ABs = TPs – (TLKs + TBPms + TBAs + TBPs)
Keterangan ;
ABs = Alokasi biaya bersama kepada produk sampinganTPs = Taksiran nilai penjualan produk sampinganTLKs = Taksiran laba kotor produk sampinganTBPms = Taksiran biaya pemasaran produk sampinganTBAs = Taksiran biaya produksi produk sampinganTBPs = Taksiran biaya produksi produk sampingan setelah dipisah
Maka alokasi biaya bersama yang dialokasikan kepada produk sampingan adalah :
ABs = Rp 60.072.240 – ( Rp 12.014.448 + Rp 1.802.167 + Rp 3.036.612
+ Rp 19.500.000 )
= Rp 60.072.240 – Rp 36.353.227
= Rp 23.719.013
Sedangkan besarnya penentuan Harga Pokok Produksi Produk Sampingan adalah
HPs = ABs + BPSs
Keterangan :
HPs = Harga pokok produk sampinganABs = Alokasi biaya bersama kepada produk sampinganBPSs = Biaya produksi sesungguhnya produk sampingan setelah dipisah
Maka besarnya Harga Pokok Produksi Cap dan Tentacle per kg adalah :
HPs = Rp 23.719.013 + Rp 20.866.000
= Rp 44.585.013
Rp 44.585.013=
20.024,08 kg
= Rp 2.227 (pembulatan)
Alokasi Biaya Bersama Kepada Produk Utama
ABu = B – Abs
Keterangan :
ABu = Alokasi biaya bersama kepada produk utamaB = Biaya bersamaABs = Alokasi biaya bersama kepada produk sampingan
Maka alokasi biaya bersama yang dialokasikan kepada produk utama adalah :
ABu = Rp 13.748.958.330 - Rp 23.719.013
= Rp 13.725.239.317
Penentuan Harga Pokok Produk Utama
HPu = ABu + BPSu
Keterangan :
HPu = Harga pokok produk utamaABu = Alokasi biaya bersama kepada produk utamaBPSu = Biaya produksi sesungguhnya produk utama setelah dipisah
Maka besarnya Harga Pokok Produksi Breaded Squid Rings per kg adalah :
HPu = Rp 13.725.239.317 + Rp 41.732.000
= Rp 13.766.971.317
Rp 13.766.971.317=
175.341,04 kg
= Rp 78.515 (pembulatan)
Perhitungan penentuan harga pokok produksi Breaded Squid Rings maupun Cap
dan Tentacle tersebut juga dapat dilihat pada lampiran 15.
Berdasarkan hasil perhitungan, berikut ini disajikan perbandingan laba kotor, laba
bersih sebelum pajak, harga pokok produksi, harga pokok produksi per kg dan
persediaan akhir antara empat bentuk penyajian dalam table dengan metode nilai
pasar. Perhitungan laba rugi dengan menggunakan nilai pasar dapat dilihat dalam
lampiran 9-12.
Tabel 14. Perbandingan Hasil Perhitungan Persediaan Akhir dan Harga Pokok Produksi Dengan Menggunakan Metode Nilai Pasar
Tabel 15. Perbandingan Laba Kotor, Laba Bersih Sebelum Pajak, dan Harga Pokok Produksi per kg Dengan menggunakan Metode Nilai Pasar.
Berdasarkan table hasil perhitungan dengan menggunakan metode nilai pasar
diatas dapat diketahui bahwa harga pokok produksi breaded squid rings sebesar
Rp 78.515, dan jika sebagai pengurang biaya produksi produk utama maka harga
pokok produksi breaded squid rings menjadi sebesar Rp 78.178. Sedangkan cap
dan tentacle mempunyai harga pokok produksi sebesar Rp 2.227.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis menunjukkan bahwa perlu adanya
pemisahan biaya produksi produk sampingan setelah terpisah dari produk utama
sebesar Rp 20.866.000,-. Karena bila tidak ada pemisahan maka biaya produksi
produk utama akan meningkat dan akan terjadi kelebihan penilaian terhadap
persediaan akhir produk utama.
Dengan menggunakan nilai pasar didapat harga pokok produksi breaded squid
rings yang lebih rendah bila dibandingkan dengan menggunakan metode
pengakuan pendapatan kotor yang diperoleh perusahaan. Dimana pada metode
nilai pasar jika pendapatan penjualan cap dan tentacle diperlakukan sebagai
pendapatan lain-lain, tambahan pendapatan penjualan produk utama dan sebagai
pengurang harga pokok penjualan produk utama maka harga pokok produksi
breaded squid rings adalah sebesar Rp 78.651,-, sedangkan bila menggunakan
metode pengakuan pendapatan kotor yang dipakai perusahaan akan didapat harga
pokok produksi breaded squid rings sebesar Rp 78.770,-.
Jika pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang
biaya produksi produk utama dengan metode nilai pasar, maka akan diperoleh
harga pokok produksi breaded squid rings yang lebih rendah dari perhitungan
perusahaan, yaitu menjadi sebesar Rp 78.515,-. Sedangkan cap dan tentacle
mempunyai harga pokok produksi sebesar Rp 2.227,-.
Dengan diperoleh harga pokok produksi breaded squid rings yang lebih rendah
(menggunakan metode nilai pasar), maka manajemen perusahaan dapat
menurunkan harga jual sehingga produk yang dihasilkan perusahaan dapat
bersaing dengan produk lain yang sejenis namun tetap menjaga kualitas mutu
produk.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil simpulan maka disarankan PT Phillips Seafoods Indonesia
Lampung Plant sebaiknya menggunakan Metode Nilai Pasar dalam perlakuan
pendapatan penjualan produk sampingannya dengan memilih salah satu dari
keempat metode penyajian pendapatan penjualan produk sampingan pada laporan
laba-rugi perusahaan, yang sesuai dengan manajemen perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Deakin, Edward B and Michael W. Maher.1996. Akuntansi Biaya. Alih Bahasa Herman Wibowo. Adjat Djatnika. Edisi 4. Jilid 1. Penerbit Erlangga.
Harnanto. 1992. Akuntansi Biaya Perhitungan Harga Pokok Produk. Penerbit BPFE UGM. Yogyakarta.
Horngren, T. Charles.1994. Akuntansi Biaya Dengan Penekanan Manajerial. Buku 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.XIV mengenai Biaya Konversi (revisi tahun 2004). Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan IAI. Jakarta.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://bahtera.org /kateglo/?mod=dict&action =view&phrase=data%20bahtera
Kompas.com. http://rumahsehat.com/news/04112008/cumi-cumi-jinakkan-tumor/
Lusiawati. 2004. Analisis Metode Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan Terhadap Penentuan Harga Pokok Produksi Produk Utama pada PT Gunung Mas Putra Kencana di Bandar Lampung. (Skripsi). Fakultas Ekonomi Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya. Edisi kelima. Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Yogyakarta.
Munawir, S. 1990. Analisa Laporan Keuangan. Penerbit Liberty. Yogyakarta.
Supriyono, R. A.1999. Akuntansi Biaya, Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok. Buku 1. Edisi 2. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Teguh, Muhammad. 2005. Metode Penelitian Ekonomi, Teori dan Aplikasi. Penerbit PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
----------2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Wikipedia bahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kasus