fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web...
Transcript of fe-akuntansi.unila.ac.idfe-akuntansi.unila.ac.id/2010/images/stories/skripsi/... · Web...
PENGARUH STRATEGI DIVERSIFIKASI PERUSAHAAN TERHADAP EXCESS VALUE PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BEI
ABSTRAK
Oleh:
RANGGA PERMANANPM : 0811031045
Tlpn : 085669760854Email : [email protected]
Pembimbing I : Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.SiPembimbing II : Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi diversifikasi korporat terhadap excess value perusahaan. Apakah dengan adanya strategi diversifikasi akan menambah nilai perusahaan atau justru mengurangi nilai perusahaan. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Excess value yang merupakan sebuah ukuran dari kinerja perusahaan.
Sampel perusahaan ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 25 perusahaan yang menjadi sampel. Data yang digunakan berasal dari laporan keuangan konsolidasian perusahaan yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia dan Indonesia Capital Market Directory (ICMD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik (1) strategi diversifikasi, leverage, ROA, dan size secara bersama-sama berpengaruh terhadap excess value, (2) level diversifikasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap excess value perusahaan, (3) leverage, size, dan ROA tidak berpengaruh terhadap excess value perusahaan.
Kata kunci: strategi diversifikasi, leverage, ROA, size, dan excess value.
THE EFFECT OF CORPORATE DIVERSIFICATION STRATEGY ON EXCESS VALUE OF MANUFACTURING COMPANY LISTED IN BEI
ABSTRACT
By:
RANGGA PERMANANPM : 0811031045
Tlpn : 085669760854Email : [email protected]
Pembimbing I : Dr. Ratna Septiyanti, S.E., M.SiPembimbing II : Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si
This study aimed to determine the effect of corporate diversification strategy on the excess value of the company. Whether the existence of a diversification strategy will add value to the company or actually decreases the value of the company. The dependent variable in this study is Excess value which is a proxy of company performance.
Samples of this company is a manufacturing company listed in Indonesia Stock Exchange 2006-2010 periods. Samples were selected using purposive sampling method and obtained a sample of 25 companies. The data were taken from the company's consolidated financial statements derived from the Indonesia Stock Exchange website and Indonesia Capital Market Directory (ICMD).
The results showed that statistically (1) the strategy of diversification, leverage, ROA, and the size effect simultaneously on excess value, (2) the level of diversification has negative and significant effect on the excess value of the company, (3) leverage, size and ROA have no significant effect on excess value of the company.
Keywords: diversification strategy, leverage, ROA, size, and excess value.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diversifikasi tingkat korporat mulai populer di Amerika sekitar tahun 1950-an.
Sejak saat itu perusahaan yang mengambil kebijakan diversifikasi semakin
meningkat dikarenakan ada semacam keyakinan bahwa dengan melakukan
diversifikasi maka resiko yang akan dihadapi oleh perusahaan akan semakin
rendah karena resiko tersebut mengurangi ketergantungan pasar dengan memecah
perusahaan menjadi beberapa segmen dan tidak terpusat di kegiatan inti
perusahaan.
Di Indonesia sendiri terutama yang sudah menjadi perusahaan go publik sudah
banyak yang mengambil kebijakan diversfikasi. Perusahaan-perusahaan di
Indonesia yang sebagian besar merupakan perusahaan milik keluarga, melakukan
pengembangan kegiatan bisnisnya ke sektor yang berbeda dengan kegiatan utama
dari perusahaan tersebut. Dapat kita lihat banyak perusahaan di Indonesia yang
memiliki anak perusahaan yang jumlahnya lebih dari satu, baik yang memiliki
kegiatan bisnis di pasar yang sama ataupun di pasar yang berbeda. Sehingga dapat
kita katakan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang
terdiversifikasi.
Perdebatan mengenai pro dan kontra strategi diversifikasi perusahaan terhadap
nilai perusahaan telah berlangsung lama. Banyak perusahaan yang melakukan
kegiatan diversifikasi dengan tujuan untuk mengurangi resiko di bisnisnya. Selain
dianggap dapat menurunkan tingkat resiko, strategi diversifikasi juga dipandang
dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Diversifikasi dapat meningkatkan
profitabilitas karena sebagian perusahaan menganggap bahwa dengan adanya
strategi diversifikasi di perusahaan mereka, akan meningkatkan efisiensi biaya
yang terjadi. Efisiensi biaya terjadi diakibatkan dari sektor diversifikasi yang
dapat menggunakan fasilitas, supplier, alur distribusi, atau bahkan karyawan yang
sama. Chatterjee dan Wernerfelt (1991) berpendapat bahwa diversifikasi
memudahkan koordinasi pada perusahaan yang memiliki banyak divisi yang
berbeda yang dapat melakukan transaksi secara internal. Berger dan Ofek (1995)
juga berpendapat bahwa manfaat yang dirasakan dengan adanya diversifikasi
adalah pengurangan pajak dikarenakan mekanisme transaksi secara internal. Hal
itulah yang yang menjadi pertimbangan perusahaan karena mereka tidak perlu
mengeluarkan biaya yang terlampau besar seperti ketika akan membangun
kegiatan awal.
Selain dipandang banyak manfaat dari adanya diversifikasi, bagi sebagian orang
diversifikasi memiliki sudut pandang yang berbeda. Walaupun diversifikasi dapat
mengakibatkan berkurangnya ketergantungan pasar, terkadang pihak manajemen
yang melakukan diversifikasi justru membawa perusahaan ke resiko yang baru.
Perusahaan dapat melupakan bisnis utamanya, sehingga akan membahayakan
bisnis yang sebenarnya merupakan kegiatan utama di perusahaan mereka. Resiko
lain yang dapat diakibatkan diversifikasi yaitu perusahaan akan memerlukan
fasilitas ataupun organisasi baru untuk menunjang keberhasilan dari diversifikasi
tersebut. Resiko terbesar timbul ketika perusahaan memutuskan untuk mengambil
kebijakan diversifikasi ke kegiatan bisnis yang memiliki pasar yang berbeda.
Pengetahuan perusahaan akan pasar yang baru masih sangat sedikit dan
perusahaan akan memerlukan modal yang besar untuk diinvestasikan sebagai
modal awal membangun bisnis diversifikasi tersebut.
Begitu juga dengan mengambil kebijakan diversifikasi ke arah diversifikasi yang
sejenis (related diversification). Perusahaan mungkin akan kehilangan reputasi
akan kegiatan utama dari perusahaan tersebut. Jensen (1986) juga berpendapat
bahwa manajer perusahaan cenderung untuk mengambil investasi yang
menurunkan nilai (value decreasing) dan ketika mengalokasikan investasi pada
segmen usaha mereka. Sehingga banyak perusahaan yang justru mengalami
penurunan kinerja ketika mengambil kebijakan strategi diversifikasi.
Penelitian mengenai diversifikasi korporat di negara lain yaitu Berger dan Ofek
(1995) yang menguji pengaruh diversifikasi terhadap kinerja perusahaan yang
terdapat pada The Compustat Industry Segment (CIS) di Amerika Serikat dengan
periode tahun 1986-1991. Penelitian Berger dan Ofek (1995) menunjukkan bahwa
level diversifikasi berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan yang diukur
dengan excess value.
Di Indonesia sendiri ada beberapa penelitian yang menguji tentang pengaruh
strategi diversifikasi korporat terhadap kinerja perusahaan diantaranya yaitu Harto
(2007), dan Sari et al. (2011). Hasil penelitian Harto (2007) dan Setionoputri et
al. (2009) mennunjukkan bahwa level diversifikasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan hasil penelitian Sari et al. (2011)
menunjukkan hasil bahwa level diversifikasi berpengaruh negatif secara
signifikan. Hasil-hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa masih terjadi
inkonsistensi atas pengaruh dari diversifikasi korporat terhadap kinerja
perusahaan yang ada di Indonesia.
Berdasarkan penjelasan di atas, banyaknya perbedaan pendapat mengenai
pengaruh diversifikasi perusahaan terhadap kinerja perusahaan menjadikan hal ini
menarik untuk diteliti, sehingga penulis tertarik melakukan penelitian tersebut
dengan menganalisa pengaruh diversifikasi terhadap kinerja perusahaan di
perusahaan manufaktur yang listed di BEI, penelitian ini berjudul “Pengaruh
Strategi Diversifikasi Korporat Terhadap Excess Value Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI”.
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Apakah strategi diversifikasi korporat berpengaruh terhadap excess value
perusahaan?
1.2.2 Batasan Masalah
1. Perusahaan yang diteliti adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah perusahaan
Bergerak di sektor industri Manufaktur.
2. Variabel yang diteliti hanya level diversifikasi, leverage, ROA, dan Size.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.3.1 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini
adalah untuk menganalisis dan mengetahui apakah diversifikasi korporat
berpengaruh terhadap excess value perusahaan manufaktur.
I.3.1 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta informasi yang
berguna, antara lain :
1. Menambah konsep atau teori bagi perkembangan ilmu akuntansi terutama
mengenai pengaruh strategi diversifikasi korporat terhadap kinerja
perusahaan.
2. Memberikan penjelasan kepada praktisi-praktisi akuntansi mengenai
dampak dan pengaruh strategi diversifikasi perusahaan yang selama ini
masih tidak konsisten.
2. LANDASAN TEORI, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1. Diversifikasi Perusahaan
2.1.1. Pengertian Diversifikasi
Menurut Bettis and Mahajan (1985) diversifikasi bisnis adalah keanekaragaman
jenis usaha baik yang saling berkaitan (related business) maupun yang tidak
saling berkaitan (unrelated business). Coulter (2002) juga menyatakan bahwa
strategi diversifikasi adalah strategi pertumbuhan perusahaan dimana perusahaan
melakukan ekspansi operasinya dengan memasuki industri yang berbeda.
2.1.2. Klasifikasi Diversifikasi
Diversifikasi dapat diklasifikasikan menjadi kategori berkaitan dan tidak
berkaitan. Sebuah perusahaan dikatakan memiliki diversifikasi berkaitan (related
diversification) ketika bisnis yang dijalankan berada dalam pasar yang sama;
Semakin erat jalinan di antara unit-unit bisnis, semakin terkait diversifikasinya
yang berarti semakin rendah tingkat diversifikasinya (Rumelt, 1982). Harrison
(2003) menyatakan bahwa diversifikasi berkaitan berarti organisasi masuk ke
dalam aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan bisnis utama atau bisnis inti
perusahaan. Sedangkan strategi diversifikasi tidak berkaitan tidak tergantung pada
suatu bentuk keterkaitan dengan bisnis yang ada.
Diversifikasi berkaitan adalah strategi yang melaluinya perusahaan bertujuan
untuk membangun atau memperluas sumberdaya, kapabilitas, dan kompetensi inti
yang ada dalam usahanya untuk mencapai daya saing strategis (Capron, 1999).
Menurut Coulter (2002) diversifikasi berkaitan adalah diversifikasi yang
dilakukan perusahaan yang memasuki industri berbeda namun memiliki salah satu
keterkaitan dengan operasional perusahaan yang telah ada.
Menurut Wheelen dan Hunger (2002) strategi diversifikasi berkaitan merupakan
strategi pertumbuhan dimana perusahaan memasuki industri baru yang masih
berkaitan dengan strategi perusahaan ketika perusahaan memiliki posisi
persaingan yang tinggi namun industri tidak lagi menarik. Oleh karena itu,
diversifikasi berkaitan terpilih sebagai strategi tingkat perusahaan yang berusaha
untuk menggali jangkauan ekonomis (economic of scope) di antara unit-unit
bisnisnya. Jangkauan ekonomis adalah penghematan biaya yang berkaitan dengan
pentransferan kompetensi yang dikembangkan dalam bisnis utama ke sebuah
bisnis yang baru.
Penelitian Rumelt (1982) menemukan bahwa perusahaan memiliki perbedaan
profitabilitas secara signifikan ketika mengaplikasikan strategi diversifikasi yang
berbeda. Dalam studi ini definisi strategi diversifikasi merujuk pada pendapat
Bettis and Mahajan (1985) yang menyatakan bahwa diversifikasi bisnis adalah
keanekaragaman jenis usaha baik yang saling berkaitan (related business) maupun
yang tidak saling berkaitan (unrelated business).
2.2. Excess Value
Excess Value of Firm (EXVAL) adalah sebuah ukuran dari kinerja perusahaan
yang terdiversifikasi. EXVAL merupakan selisih kinerja perusahaan diversifikasi
dibandingkan dengan segmen perusahaan tersebut. Nilai kinerja ini didapatkan
dengan membagi nilai perusahaan sesungguhnya (market capitalization) dengan
nilai yang sudah disesuaikan dengan pengaruh industri yang disebut imputed
value. Imputed value menunjukkan tingkat kinerja perusahaan pada level
individual (single firm). Nilai ini menunjukkan bagaimana kinerja masing-
masing segmen perusahaan dihasilkan ketika mereka dianggap seolah-olah
merupakan perusahaan individu yang independen. Nilai EXVAL yang positif
berarti perusahaan yang melakukan diversifikasi memiliki kinerja yang lebih
tinggi dibandingkan tidak melakukan diversifikasi dan nilai negatif menunjukkan
kinerja yang lebih rendah.
Menurut Rue dan Byard (1977), kinerja didefinisikan sebagai hasil yang dicapai
oleh suatu organisasi. Pengukuran kinerja adalah pengukuran atas hasil dari
implementasi strategi, dan hasil kinerja yang dianggap baik akan menjadi standar
untuk mengukur kinerja di masa mendatang. Kinerja dijelaskan sebagai refleksi
dari pencapaian keberhasilan perusahaan yang dapat dijadikan sebagai hasil yang
telah dicapai dari berbagai aktivitas yang dilakukan (Ventrakaman dan
Ramanujam, 1986).
2.3. Model Penelitian
2.4. Pengembangan Hipotesis
1. Level Diversifikasi dan Excess Value
Level Diversifikasi (X1)
Leverage (X3) Excess Value (Y)
Size (X6)
ROA (X4)
Variabel Independen:
Variabel Kontrol: Variabel Dependen:
Salah satu manfaat dengan adanya diversifikasi adalah segmen-segmen dari
perusahaan tersebut dapat bertransaksi secara internal (Berger dan Ofek, 1995).
Sehingga dengan dimungkinkannya transaksi internal di dalam industri
manufaktur yang terdiversifikasi, perusahaan yang membutuhkan bahan baku
untuk usahanya tidak perlu membeli dari supplier yang berasal dari luar
perusahaan karena perusahaan dapat memperoleh bahan baku yang berasal dari
perusahaan itu sendiri. Sehingga diversifikasi akan mendorong terjadinya
transaksi secara internal yang akan meningkatkan kinerja dari masing-masing
segmen yang bertransaksi, dan kemudian akan meningkatkan kinerja perusahaan
secara keseluruhan.
Pemikiran ini didukung oleh hasil penelitian Berger dan Ofek (1995) yang
menyatakan hasil positif signifikan antara level diversifikasi perusahaan dengan
kinerja perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah:
Ha1: Level diversifikasi perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap excess value.
2. Leverage dan Excess Value
Leverage menunjukkan tingkat pembiayaan suatu perusahaan yang berasal dari
pinjaman. Tingginya rasio leverage terhadap aset menunjukkan semakin banyak
aktiva yang didanai hutang pada pihak luar dan menunjukkan resiko perusahaan
dalam pelunasannya. Jika perusahan tersebut adalah perusahaan yang
terdiversifikasi dan masing-masing segmennya memiliki tingkat leverage yang
tinggi maka akan menyebabkan rasio leverage secara keseluruhan yang juga
tinggi di suatu perusahaan tersebut. Tingginya leverage akan mendorong insentif
manajemen untuk merekayasa kinerja untuk menjaga kepercayaan dari pihak
eksternal (Black et al, 2003). Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi
hutang sebuah perusahaan, justru akan menurunkan kinerja perusahaan melalui
rekayasa yang dibuat oleh pihak manajemen perusahaan tersebut.
Pemikiran ini didukung dengan penelitian Sari et al. (2011) yang menunjukkan
bahwa leverage memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Dengan
demikian hipotesis yang diajukan adalah:
Ha2: Leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap excess value.
3. Return on Asset (ROA) dan Excess Value
Menurut Ang (1997), return on asset diukur dari laba bersih setelah pajak
(earning after tax) terhadap total assetnya yang mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan
dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan.
ROA yang tinggi mengakibatkan sumber dana internal perusahaan meningkat.
Sumber dana yang memadai dapat mendorong perusahaan untuk mengambil
kebijakan perluasan usaha. Salah satu strategi perluasan usaha yang dapat
dilakukan adalah diversifikasi perusahaan. Keuntungan yang dapat diperoleh
perusahaan dengan melakukan diversifikasi salah satunya yaitu meningkatnya
kinerja dari perusahaan tersebut.
Di dalam ROA, dengan membandingkan laba setelah pajak dengan total aset,
dapat dilihat seberapa besar tingkat pengembalian yang dihasilkan perusahaan
dalam beroperasi. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang
semakin baik, karena tingkat kembalian (return) perusahaan tersebut semakin
besar. (Husnan, 1998).
Pemikiran ini didukung oleh hasil penelitian Sari et al. (2011) yang meneliti
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2008. Hasil penelitian
Sari et al. (2011) menyebutkan bahwa Return on Asset (ROA) berpengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah:
Ha3: Return on Asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap excess
value.
4. Size dan Excess Value
Size menunjukkan ukuran sebuah perusahaan. Semakin besar ukuran sebuah
perusahaan menunjukkan semakin besarnya aset yang dimiliki sebuah perusahaan
tersebut. Ketika sebuah perusahaan telah memiliki ukuran yang besar, perusahaan
tersebut akan cenderung terdorong untuk melakukan strategi perluasan usaha.
Salah satu strategi yang dapat dilakukan yaitu diversifikasi. Diversifikasi
dilakukan dengan tujuan peningkatan kinerja perusahaan dan juga meminimalisasi
resiko yang dapat terjadi di perusahaan tersebut.
Semakin besar asset suatu perusahaan, maka semakin besar pula peluang
perusahaan untuk mengelola perusahaan dan memiliki kinerja (Excess Value)
yang tinggi juga (Setionoputri et al. , 2009).
Sehingga dengan kata lain, semakin besar aset yang dimiliki oleh suatu
perusahaan akan mengakibatkan perusahaan memiliki kesempatan yang semakin
tinggi untuk mengembangkan kinerjanya dikarenakan banyaknya aset yang
tersedia untuk diinvestasikan dalam kegiatan operasi perusahaan tersebut.
Pemikiran ini sejalan dengan penelitian Harto (2007) dan Berger dan Ofek (1995)
yang menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif secara
signifikan terhadap kinerja perusahaan. Dengan demikian hipotesis yang diajukan
adalah:
Ha4: Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap excess value.
3. METODA PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data tentang Data
total penjualan, jumlah segmen usaha dan total penjualan setiap segmen, total
aktiva, total hutang, dan laba setelah pajak diperoleh dari laporan keuangan
konsolidasian perusahaan yang diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia. Data
juga diperoleh dari Indonesia Capital Market Directory (ICMD) yaitu mengenai
nilai kapitalisasi pasar.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini,
yaitu:
a. Data perusahaan dari situs Bursa Efek Indonesia berupa profil dan laporan
keuangan konsolidasian.
b. Telaah Literatur yaitu sumber-sumber data yang diperoleh dari berbagai
bahan bacaan tertulis baik di buku, internet, penelitian terdahulu, ataupun
sumber tertulis yang lainnya.
3.3. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
dalam Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk pengambilan sampel, digunakan
teknik pengambilan sampel purposive sampling yaitu sampel diambil berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria tersebut adalah:
1. Perusahaan sampel terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan telah
menerbitkan laporan keuangan tahun 2006, 2007, 2008, 2009, dan 2010.
2. Memiliki laporan keuangan konsolidasian dan pengungkapan laporan
segmen yang lengkap untuk tahun tahun 2006, 2007, 2008, 2009, dan
2010.
Tabel 3.1 Daftar perusahaan yang menjadi sampel penelitian
1 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (Asia Intiselera)2 CEKA Cahaya Kalbar Tbk3 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk4 MYOR Mayora Indah Tbk5 STTP Siantar TOP Tbk6 AKRA AKR Corporation Tbk7 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk8 SMCB Holcim Indonesia Tbk9 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk
10 CTBN Citra Tubindo Tbk11 KICI Kedaung Indah Canindo Tbk12 ARNA Arwana Citramulia Tbk13 KBLM Kabelindo Murni Tbk14 MTDL Metrodata Electronics Tbk15 ADMG Polychem Indonesia Tbk16 BRAM Branta Mulia Tbk17 GJTL Gajah Tunggal Tbk
18 INTA Intraco Penta Tbk19 SMSM Selamat Sempurna Tbk20 UNTR United Tractors Tbk21 INTD Inter Delta Tbk22 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk23 KLBF Kalbe Farma Tbk24 PYFA Pyridam Farma Tbk25 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk
3.4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.4.1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau juga dikenal variabel terikat adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen di dalam penelitian ini
adalah Excess Value of Firm yang artinya adalah selisih kinerja antara perusahaan
yang tersegmentasi atau terdiversifikasi dibandingkan dengan segmen perusahaan
tersebut. Berger dan Ofek (1995) mengukur Excess Value of Firm dengan:
Keterangan:
MC : Market Capitalization
IVi.t : Imputed Value
Segsales : Penjualan masing-masing segmen
: rasio median dari MC terhadap penjualan untuk segmen
perusahaan
3.4.2. Variabel Independen
Variabel independen atau juga dikenal variabel bebas adalah variabel yang
mempengaruhi variabel terikat. Variabel independen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah level diversifikasi. Level diversifikasi disimbolkan dengan
DIVER. Variabel ini diukur dengan menggunakan indeks herfindahl. Indeks
herfindahl menunjukkan seberapa besar sebuah perusahaan terkonsentrasi pada
sebuah segmen. Indeks herfindahl yang semakin mendekati angka satu
menunjukkan bahwa sebuah perusahaan semakin terpusat pada sebuah segmen
dan jika angka indeks menunjukkan angka semakin menjauhi angka satu, maka
perusahaan tersebut dapat dikatakan semakin terdiversifikasi. Adapun indeks
herfindahl yaitu:
Keterangan:
Segsales : Penjualan masing-masing segmen.
Sales : total penjualan.
3.4.3. Variabel Kontrol
Variabel Kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor
luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu:
1. Leverage
Leverage disimbolkan dengan LEV. Variabel ini merupakan sebuah rasio
antara total hutang terhadap total aset. Leverage dipilih sebagai sebuah
variabel karena dalam melakukan pengembangan kinerjanya, hutang
merupakan salah satu cara untuk mendapatkan dorongan dana untuk
mendukung kesuksesan pengembangan usahanya.Variabel leverage
diperjelas dengan rumus:
Keterangan :
TH : Total Hutang
TA : Total Aset
2. Return on Asset
Return on Asset disimbolkan dengan ROA. Variabel ini membandingkan
rasio antara laba bersih setelah bunga dan pajak dengan total aktiva. ROA
dipilih sebagai variabel penelitian ini karena ROA yang merupakan rasio
profitabilitas merupakan dapat digunakan sebagai ukuran kesuksesan
kinerja sebuah perusahaan. Return on Asset (ROA) digambarkan dengan
rumus:
Keterangan :
EAT : Earning After Tax, yang merupakan laba bersih setelah dikurangi
pajak.
TA : Total Aset
3. Size
Size merupakan variabel kontrol yang menunjukkan level ukuran
perusahaan yang diukur dengan nilai log natural total asset perusahaan.
Size perusahaan dipilih sebagai variabel didalam penelitian ini karena
perusahaan yang telah memiliki kinerja yang baik, maka total aset yang
dimiliki perusahaan tersebut juga akan tinggi.
3.5. Metode Analisis
Untuk menguji pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen
yaitu excess value perusahaan, maka digunakan metode analisis regresi linier
berganda dengan model sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan:
Y = Excess Value (sebuah ukuran dari kinerja)
X1 = Diversifikasi Perusahaan
X2 = Leverage
X3 = ROA
X4 = Size Perusahaan ( ln Total Aset)
3.5.1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif bermanfaat untuk mengukur rata-rata, nilai maksimum dan
minimum, standar deviasi dari masing-masing perusahaan yang menjadi sampel
penelitian pada periode 2006-2010. Analisis deskriptif ini dengan menggunakan
SPSS versi 18.0.
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
Dalam penelitian ini digunakan model regresi linier berganda, sehingga untuk
tahap awal harus dilakukan uji-uji asumsi klasik seperti normalitas,
multikolinearitas, autokorelasi, dan heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik
dilakukan agar dapat diketahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan
benar-benar bebas dari adanya gejala heteroskedastisitas, gejala multikolinearitas,
dan gejala autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi, variabel independent, variabel dependent atau keduanya
mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah
distribusi data normal atau mendekati normal. Uji dilakukan melalui
analisis Kalmogorov Smirnov. Uji Kalmogorov Smirnov yang
menunjukkan Sig. lebih besar dari (>) 0,05 maka dinyatakan normal.
b. Uji Multikolinearitas
Multikoleniaritas adalah suatu keadaan dimana variabel independent yang
satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling
berhubungan secara sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala
multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF
(Variance Inflation Factor) untuk setiap variabel bebas.. Hubungan linear
antar variabel inilah yang disebut dengan multikolinearitas. Dapat
dinyatakan tidak terjadi multikolinier apabila nilai VIF tidak lebih dari 10.
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel
independen.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antar anggota sampel yang diurutkan
berdasarkan waktu. Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang
berurutan antara gangguan atau distribusi yang masuk dalam regresi. Uji
autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi antara
anggota serangkaian data observasi yang diurutkan menurut waktu (time
series) . Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dalam penelitian ini
maka digunakan Run Test dengan melihat koefisien korelasi uji tersebut.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dan residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan metode Rank
Spearman. Metode ini dilakukan dengan mengkorelasikan semua variabel
bebas terhadap nilai mutlak residualnya.
1.9.2 Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis di dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Koefisien
Determinasi (Uji R2), uji Anova, dan uji nilai koefisien regresi.
a. Uji Koefisen Determinasi (Uji R2)
Pengujian Koefisien Determinasi (R2) dilakukan untuk melihat seberapa
besar pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Koefisien
Determinasi (R2) berkisar antara 0 sampai dengan 1 (0 ≤ R2 ≤ 1). Bila R2
mendekati 0, maka pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat
adalah kecil, dan bila R2 mendekati 1, maka pengaruh dari variabel bebas
terhadap variabel terikat adalah besar.
b. Uji Anova
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Derajat
kepercayaan yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai F hasil
perhitungan lebih besar daripada nilai F menurut tabel maka hipotesis
alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
c. Uji Nilai Koefisien Regresi
Uji Nilai Koefisien Regresi digunakan untuk mengetahui apakah variabel-
variabel independen berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel
dependen. Derajat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Apabila nilai
signifikan lebih kecil dari derajat kepercayaan maka kita menerima
hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen.
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Analisis Deskriptif
Tabel 4.1 Statistik DeskriptifDescriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
EXVAL 125 1.3900 6.2100 4.889360 1.1294223
DIVER 125 .1921 .9902 .595737 .2326066
LEV 125 .0470 1.0147 .475719 .2212214
ROA 125 -.1087 .2589 .061439 .0681135
lnTotalAset 125 15.7700 30.3600 24.019520 4.2802018
Valid N (listwise) 125
4.2. Uji Asumsi Klasik
4.2.1. Uji Normalitas
Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov SmirnovOne-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 125
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .80427297
Most Extreme Differences Absolute .120
Positive .086
Negative -.120
Kolmogorov-Smirnov Z 1.342
Asymp. Sig. (2-tailed) .054
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Di dalam hasil pengujian ini nilai Kolmogorov-Smirnovsebesar 1,342 dan Sig. (2-
tailed) menunjukkan nilai sebesar 0,054 > 0,05. Sehingga dapat dinyatakan data
tersebar secara normal
4.2.2. Uji Multikolineritas
Tabel 4.3 Hasil Uji MultikolinearitasCoefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 6.035 .538 11.223 .000
DIVER -3.291 .321 -.678 -10.254 .000 .967 1.034
LEV .274 .376 .054 .730 .467 .779 1.283
ROA -1.992 1.190 -.120 -1.674 .097 .821 1.219
lnTotalAset .034 .018 .127 1.889 .061 .931 1.074
a. Dependent Variable: EXVAL
Dari hasil uji multikolinearitas diketahui bahwa VIF (Variance Inflation Factor)
dari masing-masing variabel tidak ada yang melebihi 10, sehingga dapat dikatakan
bahwa tidak terjadi multikolinearitas di antara variabel-variabel independen.
4.2.3. Uji Autokorelasi
Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea 1.48000b
Cases < Test Value 124
Cases >= Test Value 1
Total Cases 125
Number of Runs 3
Z .128
Asymp. Sig. (2-tailed) .899
a. Mode
b. There are multiple modes. The mode with
the largest data value is used.
Pada hasil Uji Autokorelasi dengan Run Test diperoleh Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,899 yang berarti lebih besar dari 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa
di dalam model regresi ini tidak terjadi autokorelasi.
4.2.4. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Rank SpearmanCorrelations
Unstandardized
Residual DIVER LEV ROA lnTotalAset
S
p
e
a
r
m
a
n
'
s
r
Unstandardized Residual Correlation Coefficient 1.000 .009 -.020 .120 .055
Sig. (1-tailed) . .461 .411 .091 .271
N 125 125 125 125 125
DIVER Correlation Coefficient .009 1.000 -.134 -.013 .069
Sig. (1-tailed) .461 . .068 .443 .223
N 125 125 125 125 125
LEV Correlation Coefficient -.020 -.134 1.000 -.428** -.188*
Sig. (1-tailed) .411 .068 . .000 .018
N 125 125 125 125 125
h
o
ROA Correlation Coefficient .120 -.013 -.428** 1.000 .128
Sig. (1-tailed) .091 .443 .000 . .077
N 125 125 125 125 125
lnTotalAset Correlation Coefficient .055 .069 -.188* .128 1.000
Sig. (1-tailed) .271 .223 .018 .077 .
N 125 125 125 125 125
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
Dari data yang dihasilkan menunjukkan bahwa masing-masing variabel memiliki
nilai sig. > 0.05, Sehingga dapat dikatakan bahwa masing-masing variabel bebas
yaitu diversifikasi, leverage, ROA dan size tidak menunjukkan gejala adanya
heteroskedastisitas di dalam model regresi tersebut.
4.3. Pengujian Hipotesis
4.3.1. Koefisien Determinasi
Tabel 4.6 Tabel Koefisien Determinasi Model Summary
Model
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .702a .493 .476 .8175676
a. Predictors: (Constant), lnTotalAset, ROA, DIVER, LEV
Nilai Adjusted R Square menunjukkan nilai sebesar 0,476, yang berarti bahwa
47,6% excess value dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel diversifikasi,
leverage, ROA dan Size, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel-variabel lain
di luar model.
4.3.2. Uji Anova
Tabel 4.7 Signifikansi Model Regresi
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 77.964 4 19.491 29.160 .000a
Residual 80.210 120 .668
Total 158.174 124
a. Predictors: (Constant), lnTotalAset, ROA, DIVER, LEV
b. Dependent Variable: EXVAL
Hasil regresi ini diperoleh F-hitung sebesar 29,160 dengan tingkat signifikansi
sebesar 0,000. Karena probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikataan
bahwa model ini dapat digunakan. Sehingga diperoleh simpulan bahwa excess
value dipengaruhi secara bersama-sama oleh diversifikasi, leverage, ROA dan
Size. Dapat disimpulkan juga bahwa model penelitian ini signifikan.
4.3.3. Uji Nilai Koefisien Regresi
Tabel 4.8 Uji Nilai Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.B Std. Error Beta
1 (Constant) 6.035 .538 11.223 .000
DIVER -3.291 .321 -.678 -10.254 .000
LEV .274 .376 .054 .730 .467
ROA -1.992 1.190 -.120 -1.674 .097
lnTotalAset .034 .018 .127 1.889 .061
a. Dependent Variable: EXVAL
4.3.4. Pengujian Hipotesis Pertama
Hipotesis yang pertama dari penelitian ini menduga bahwa level diversifikasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap excess value perusahaan.
Hipotesisnya:
Ha1: Level diversifikasi perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap excess value.
Menurut hasil regresi yang dilakukan, variabel level diversifikasi mempunyai
koefisien regresi sebesar -3,291 dengan p=0,000. Dengan koefisien yang bernilai
negatif, berarti setiap peningkatan level diversifikasi sebesar 1% akan
mengakibatkan penurunan excess value sebesar 3,291 dengan asumsi variabel
lainya adalah tetap. Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi α=5% dan
hasil p(0,000) < 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara statistik Ha1 tidak
terdukung. Hasil dari pengujian hipotesis yang pertama ini adalah level
diversifikasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap excess value
perusahaan. Jadi semakin rendah level diversifikasi maka excess value akan
semakin tinggi
4.3.5. Pengujian Hipotesis Kedua
Hipotesis yang kedua dari penelitian ini menduga bahwa leverage berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap excess value perusahaan. Hipotesisnya:
Ha2: Leverage berpengaruh negatif dan signifikan terhadap excess value.
Menurut hasil regresi yang dilakukan, variabel level diversifikasi mempunyai
koefisien regresi sebesar 0,274 dengan p=0,467. Dengan koefisien yang bernilai
positif, berarti setiap peningkatan level diversifikasi sebesar 1% akan
mengakibatkan peningkatan excess value sebesar 0,274 dengan asumsi variabel
lainya adalah tetap. Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi α=5% dan
hasil p(0,467) > 0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara statistik Ha2 tidak
terdukung.
4.3.6. Pengujian Hipotesis Ketiga
Hipotesis yang ketiga dari penelitian ini menduga bahwa ROA berpengaruh
positif dan signifikan terhadap excess value perusahaan. Hipotesisnya adalah
sebagai berikut:
Ha3: ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap excess value.
Menurut hasil regresi yang dilakukan, variabel level diversifikasi mempunyai
koefisien regresi sebesar -1,992 dengan p=0,097. Dengan koefisien yang bernilai
negatif, berarti setiap peningkatan ROA sebesar 1% akan mengakibatkan
penurunan excess value sebesar 1,992 dengan asumsi variabel lainya adalah tetap.
Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi α=5% dan hasil p(0,097) > 0,05.
Sehingga dapat dikatakan bahwa secara statistik Ha3 tidak terdukung.
4.3.7. Pengujian Hipotesis Keempat
Hipotesis yang ketiga dari penelitian ini menduga bahwa size berpengaruh positif
dan signifikan terhadap excess value perusahaan. Hipotesisnya:
Ha4: Size berpengaruh positif dan signifikan terhadap excess value.
Menurut hasil regresi yang dilakukan, variabel level diversifikasi mempunyai
koefisien regresi sebesar 0,034 dengan p=0,061. Dengan koefisien yang bernilai
positif, berarti setiap peningkatan ROA sebesar 1% akan mengakibatkan
peningkatan excess value sebesar 0,034 dengan asumsi variabel lainya adalah
tetap. Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi α=5% dan hasil p(0,061) >
0,05. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara statistik Ha4 tidak terdukung.
4.4 Pembahasan
Hasil penelitian yang dilakukan ini menunjukkan bahwa excess value perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI dipengaruhi beberapa variabel secara bersama-
sama, yaitu diversifikasi, leverage, ROA, dan Size. Dari hasil regresi terlihat
bahwa nilai adjusted R2 pada tabel 4.6 sebesar 0,476. Ini menunjukkan bahwa
peningkatan dan penurunan excess value perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI sebesar 47,6% dipengaruhi oleh variabel level diversifikasi, leverage, ROA,
dan Size sedangkan 52,4% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar model
penelitian ini.
Sedangkan dengan uji nilai koefisien regresi didapatkan hasil:
1. Level diversifikasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap excess
value perusahaan. Semakin tinggi level diversifikasi sebuah
perusahaan maka excess value perusahaannya akan semakin rendah
dan semakin rendah level diversifikasi sebuah perusahaan maka excess
value perusahaannya akan semakin tinggi. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Sari et al. (2011) yang mengatakan bahwa level
diversifikasi berpengaruh secara negatif terhadap excess value
perusahaan. Level diversifikasi berpengaruh negatif terhadap excess
value karena pihak manajemen melakukan investasi pada segmen yang
kurang memiliki prospek yang baik di masa mendatang. Sehingga
strategi diversifikasi justru akan menurunkan kinerja dari perusahaan
tersebut. Dengan kata lain level diversifikasi dapat dikatakan
berpengaruh negatif karena kesalahan pihak manajemen dalam
mengambil keputusan. Seperti dalam Jensen (1986) yang menyebutkan
bahwa manajer perusahaan cenderung mengambil investasi yang
menurunkan nilai ketika mengalokasikan pada segmen usaha mereka.
Stultz dalam Harto (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang
terdiversifikasi akan menempatkan investasi yang terlalu besar pada
lini usahanya dengan kesempatan investasi yang rendah.
2. Leverage berpengaruh secara positif dan tidak signifikan terhadap
excess value perusahaan. Leverage tidak berpengaruh signifikan
karena manajemen tidak bisa memaksimalkan hutang yang didapat
dari pihak luar perusahaan, sehingga hutang yang didapat hanya
meningkatkan kewajiban perusahaan tanpa bisa dimanfaatkan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Hal ini terlihat dari banyaknya
perusahaan yang hutangnya tinggi, tetapi rasio profitabilitas seperti
misalnya ROA, masih bersifat negatif. Inilah yang menyebabkan
leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap excess value
perusahaan. Hasil ini didukung oleh penelitian Sari et al. (2011) yang
menunjukkan bahwa leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap
excess value.
3. ROA berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap excess
value perusahaan. ROA tidak berpengaruh signifikan karena ROA
merupakan rasio profitabilitas untuk mengukur laba yang dihasilkan
perusahaan hanya dengan aktiva yang dihasilkan oleh perusahaan.
Sedangkan ROA belum memperhitungkan rasio hutang yang
digunakan dalam aktivitas perusahaan. Aktiva yang dimiliki
perusahaan bisa saja berasal dari hutang selama perusahaan beroperasi.
Sehingga untuk mengukur kinerja dengan rasio profitabilitas yang
dalam hal ini adalah ROA, masih belum cukup untuk mengukur
kinerja perusahaan secara keseluruhan. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Sari et al. (2011) yang memberikan hasil bahwa
ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap excess value perusahaan.
4. Hasil penelitian menunjukkan hasil bahwa variabel Size berpengaruh
secara positif dan tidak signifikan terhadap excess value perusahaan.
Mengukur size perusahaan dengan menggunakan total aset hanya
merupakan salah satu cara untuk mengukur sebuah perusahaan. Selain
dengan total aset, size perusahaan juga dapat diukur dengan penjualan
ataupun modal. Banyaknya cara pengukuran inilah yang menyebabkan
ketika alat ukur untuk size perusahaan yang digunakan tidak tepat akan
mengakibatkan hasil penelitian menjadi tidak signifikan. Hasil ini
tidak sejalan dengan penelitian Setionoputri et al. (2009) yang
menyebutkan bahwa size berpengaruh positif signifikan terhadap
excess value perusahaan.
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh strategi diversifikasi
terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan excess value. Dari hasil
pengujian yang telah dilakukan dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. strategi diversifikasi, leverage, ROA, dan Size berpengaruh signifikan
secara bersama-sama terhadap excess value.
2. strategi diversifikasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
excess value perusahaan.
3. Leverage dan Size berpengaruh secara positif dan tidak signifikan
terhadap excess value perusahaan.
4. ROA berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap excess
value perusahaan.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu penelitian ini hanya meneliti variabel
level diversifikasi, leverage, ROA, dan Size. Penelitian juga hanya dilakukan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2006-2010 dan melaporkan
laporan segmen secara terus-menerus dalam periode tersebut.
5.3. Saran
Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang sejenis hendaknya
memberikan perbaikan-perbaikan terhadap penelitian ini sehingga hasil yang akan
didapat selanjutnya menjadi lebih baik.
Saran perbaikan yang diusulkan untuk penelitian selanjutnya adalah:
1. Memperpanjang periode penelitian
2. Menambahkan variabel selain dari variabel yang telah digunakan di dalam
penelitian ini.
3. Menambahkan sampel penelitian untuk memperluas cakupan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Adi Sari, Inayah, Adi Wiratno, dan Eko Suyono. 2011. “Pengaruh Strategi Diversfikasi dan Karekteristik Perusahaan Terhadap Kinerja Perusahaan”.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft Indonesia.
Berger. P.G. dan Ofek E. 1995. “Diversification’s Effect On Firm Value,” Journal Of Financial Economics, Vol 37.
Bettis, R.A. dan V.Mahajan. 1985. “Risk/Return Performace of Diversification Firms,” Management Science Vol. 31.
Black, B. S., H. Jang, dan W. Kim. 2003. Does Corporate governance Affect Firms’ Market Values? Evidence from Korea. Working Paper (April).
Capron, L. 1999. “The Long Term Performance of Horizontal Acquisitions,” Strategic Management Journal vol. 20.
Chatterjee, S. dan B.Wernerfelt. 1991. “The Link Between Resources And Type of Diversification: Theory and Evidence,” Strategic Management Journal Vol 12.
Coulter, M., 2002. Strategic Management in Action, Second Edition, New Jersey: Prentice-Hall.
David, F.R., 2002. Manajemen Strategis: Konsep, Edisi Bahasa Indonesia. Diterjemahkan oleh Alexander Sindoro. Jakarta: Prenhallindo.
Harrison, J.S., 2003. Strategic Management of Resources and Relationships, New York: John Wiley & Sons.
Harto, Puji. 2007. “Pengaruh Diversifikasi Korporat Terhadap Kinerja Perusahaan,” Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol 1.
Husnan, Suad, 1998, Manajemen Keuangan – Teori dan Penerapan, Buku 2, BPFE Yogyakarta.
Jensen, Michael C. 1986. “Agency Cost Of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Take Overs,” American Economic Review Vol 76.
Kariasih, Ni Putu. 2011. “Pengaruh Manajemen Laba Riil pada Nilai Perusahaan Dimoderasi dengan Penerapan Corporate Governance”.
Lang, L.H.D. dan R.E. Stulz. 1994. “TobinsQ, Corporate Diversification and Firm Performance,” Journal Of Political Economy, Vol 102.
Mawardi, Wisnu, 2005, ”Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Bank Umum di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Umum dengan Total Asset Kurang dari 1 Triliun)”, Jurnal Bisnis Strategi,Vol.14, No.1, Juli.
McConnell, J.J. dan Servaes. 1990. “Additional Evidence on Equity Ownership and Corporate Value.” Journal of Financial Economics, Vol 27.
Rue, L.L. dan L.L. Byard, 1977. Management, Skill and Application, New York: McGraw-Hill Co.
Rumelt, R.P., 1982. “Diversification Strategy and Profitability,” Strategic Management Journal, Vol.12, No.3.
Setionoputri, Annaria, Carmel Meiden, dan Dergibson Siagian. 2008. “Pengaruh Diversifikasi Korporat Terhadap Excess Value Perusahaan Manufaktur, Perdagangan Grosir, danEceran, serta Properti dan Real Estat Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2005-2007,” Simposium Nasional Akuntansi Vol. 12 Palembang.
Sudrajat. 1988. Mengenal Ekonometrika Pemula. Bandung
Sumodiningrat.2001. Metode Statistika. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Venkatraman, N. dan V. Ramanujam, 1986. “Measurement of Business Performance in Strategy research: A Comparison Approaches,” Academy of Management Review, Vol.11.
Wheelen, T.L. and J. David Hunger, 2002. Strategic Management and Business Policy. Eight Edition, New Jersey: Prentice-Hall.