FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR...

49
FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR PERSPEKTIF FIKIH JINAYAH SKRIPSI DIAJUKAN PADA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAH YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU DALAM ILMU HUKUM ISLAM Oleh: SARI WIDOWATI 09370091 PEMBIMBING: Dr. OCKTOBERRINSYAH, M.Ag JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013

Transcript of FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR...

Page 1: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR

PERSPEKTIF FIKIH JINAYAH

SKRIPSI

DIAJUKAN PADA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAH YOGYAKARTA

UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN SYARAT MEMPEROLEH

GELAR SARJANA STRATA SATU

DALAM ILMU HUKUM ISLAM

Oleh:

SARI WIDOWATI

09370091

PEMBIMBING:

Dr. OCKTOBERRINSYAH, M.Ag

JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

ii

ABSTRAK

Korupsi merupakan perbuatan haram yang dilakukan oleh seseorang dan atau bersama-sama beberapa orang secara profesional yang berkaitan dengan kewenangan atau jabatan dalam suatu birokrasi pemerintahan dan dapat merugikan departemen atau instansi terkait. Parahnya kejahatan korupsi hampir muncul di berbagai dunia dengan intensitas yang beragam tak terkecuali Indonesia yang korupsinya paling tinggi di Asia. Berbagai tindakan telah dilakukan oleh pemerintah untuk mmemberantas penyakit korupsi tersebut tetapi tidak satu pun usaha dari pemerintah yang membuahkan hasil. Maka dari itu NU sebagai organisasi ke agamaan yang sangat peduli terhadap bangsa ini mengeluarkan fatwa kembali tentang kejahatan korupsi. Tetapi fatwa yang kali ini lebih tegas dari fatwa yang sebelum-sebelumnya. Karena fatwa tersebut adalah koruptor boleh di hukum mati jika melakukan korupsi secara berulang-ulang atau korupsi dalam jumlah besar. Dan fatwa tersebut menjadi sebuah Pro dan kontra dimasyarakat.

Dari uraian latar belakng diatas, maka yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah, pertama, Apakah dasar-dasar hukum fatwa NU tentang hukuman mati bagi koruptor sudah sesuai dengan hukum pidana Islam (fikih jinayah)? Kedua, bagai mana relevansinya fatwa NU tentang hukuman mati bagi koruptor dalan konteks kekinian?

Skripsi ini merupakan penelitian pustaka (library research) yaitu penelitian yang menggunakan buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai sumber datanya. Sedangkan sifat penelitian ini adalah deskriptif-analisik. Model ini bertujuan untuk memaparkan dan menggambarkan serta menganalisis persoalan korupsi dan fatwa NU tentang hukuman mati bagi para kotuptor perspektif fikih jinayah. Apapun pendekatan akan lebih diarahkan kepada pendekatan normatif-yuridis. Pendekatan ini akan menekankan pada ketentuan-ketentuan fikih jinayah baik yang tekstual maupun kontekstual untuk mengkaji obyek penelitian. Data yang diperoleh akan dianalisis dengan cara deduktif.

Penelitian ini dapat menjelaskan bahwa fatwa NU tentang hukuman mati bagi koruptor yang melakukan korupsi berulang kali atau korupsi dalam jumlah besar yang dapat merugikan keuangan negara, tidak keluar dari kaedah-kaedah hukum Islam dan tidak melanggar hak asasi manusia. Karena merujuk pada fikih jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan oleh penguasa. Dan salah satu sanksi hukuman yang ada dalam jarimah taksir adalah hukuman mati untuk kejahatan-kejahatan yang sangat luar biasa imbasnya untuk kelangsungan hidup di masyarakat. Hukuman mati dapat diterapkan jika kepentingan umum menghendaki dengan diadakannya hukuman mati. Dan hukuman mati yang difatwakan NU merupakan implementasi dari tujuan pemidanaan untuk memberikan efek jera agar tidak terulang lagi kejahatan-kejahatan korupsi selanjutnya.

Page 3: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

iii

Universtitas Islam Negeri Sunan Kalijaga FM-UINSK-BM- - /RO

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI

Dr. OCKTOBERRINSYAH, M. Ag Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum UINSunan Kalijaga Yogyakarta

Nota Dinas Hal : Skripsi Saudari Sari Widowati Lamp : Satu Eksemplar

Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga D.I. Yogyakarta

Assalamu’alaikum Wr. Wb Setelah membaca, meneliti, mengoreksi serta menyarankan

perbaikan seperlunya, maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara: Nama : Sari widowati NIM : 09370091 Judul Skripsi : Fatwa NU Tentang Hukuman Mati Bagi

Koruptor Perspektif Fikih Jinayah Sudah dapat diajukan ke depan sidang munaqasah sebagai salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Ilmu Hukum Islam Jurusan Jinayah Siyasah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Dengan ini kami berharap agar skripsi saudara tersebut di atas dapat dimunaqasahkan. Atas perhatiaannya kami ucapkan terima kasih Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 14 Rajab 1434 Pembimbing

Dr. Ocktoberrinsyah, M. Ag NIP: 19681020 199803 1 002

Page 4: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM JURUSAN JINAYAH SIYASAH

Jl. Marsda Adisucipto Telp/Fax. (0274) 512840 YOGYAKARTA 55281

iv

PENGESAHAN SKRIPSI Nomor: UIN.02/K.JS-SKR/PP.00.9/201.a/2013

Skripsi/ Tugas Akhir dengan judul : FATWA NU TENTANG HUKUMAN

MATI BAGI KORUPTOR PERSPEKTIF FIKIH JINAYAH

Yang dipersiapkan dan disusun oleh : Nama : Sari Widowati

NIM : 09370091

Telah dimunaqasyahkan pada : 26 Juni 2013

Nilai munaqasyah : 90 (A-) Dan dinyatakan telah diterima oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga.

SIDANG DEWAN MUNAQASYAH:

Penguji I Ketua Sidang,

Dr. Ocktoberrinsyah, M. Ag NIP. 19681020 199803 1 002

Penguji II Penguji III

Dr. H. M. Nur, S. Ag., M. Ag. NIP. 19700816 199703 1 002

Yogyakarta, 26 Juni 2013

Page 5: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

v

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sari Widowati

Nim : 09370091

Jurusan : Jinayah Siyasah

Menyatakan bahwa skripsi yang Berjudul “Fatwa NU Tentang Hukuman Mati Bagi Koruptor Perspektif Fikih Jinayah”

Adalah benar-benar merupakan hasil karya penyusun sendiri, bukan duplikasi ataupun saduran dari karya orang lain kecuali pada bagian yang telah dirujuk dan disebut dalam footnote dan daftar pustaka. Apabila dilain waktu terbukti adanya penyimpangan dalam karya ini maka tanggung jawab sepenuhnya ada pada penyusun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 11 Juni 2013 M

Penyusun

Sari Widowati NIM: 09370091

Page 6: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Pedoman Transliterasi Arab-Latin ini merujuk pada SKB Menteri Agama

dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, tertanggal 22 Januari 1988 No:

158/1987 dan 0543b/U/1987.

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan

Alif ……….. tidak dilambangkan أ

Bā' b be ب

Tā' t te ت

Śā' ś es titik atas ث

Jim j je ج

Hā' h ح∙

ha titik di bawah

Khā' kh ka dan ha خ

Dal d de د

Źal ź zet titik di atas ذ

Rā' r er ر

Zai z zet ز

Sīn s es س

Page 7: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

vii

Syīn sy es dan ye ش

Şād ş es titik di bawah ص

Dād d ض∙

de titik di bawah

Tā' ţ te titik di bawah ط

Zā' Z ظ∙

zet titik di bawah

Ayn …‘… koma terbalik (di atas)' ع

Gayn g ge غ

Fā' f ef ف

Qāf q qi ق

Kāf k ka ك

Lām l el ل

Mīm m em م

Nūn n en ن

Waw w we و

Hā' h ha ه

Hamzah …’… apostrof ء

Yā y ye ي

Page 8: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

viii

II. Konsonan rangkap karena tasydīd ditulis rangkap:

ditulis muta‘aqqidīn متعّقدین

ditulis ‘iddah عّدة

III. Tā' marbūtah di akhir kata.

1. Bila dimatikan, ditulis h:

ditulis hibah ھبة

ditulis jizyah جزیة

(ketentuan ini tidak diperlukan terhadap kata-kata Arab yang sudah

terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti zakat, shalat dan sebagainya,

kecuali dikehendaki lafal aslinya).

2. Bila dihidupkan karena berangkaian dengan kata lain, ditulis t:

ditulis ni'matullāh نعمة اهللا

ditulis zakātul-fitri زكاة الفطر

IV. Vokal pendek

___َ_ (fathah) ditulis a contoh ضَََرَب ditulis daraba

____(kasrah) ditulis i contoh َفِھَم ditulis fahima

___ً_(dammah) ditulis u contoh ُكِتَب ditulis kutiba

V. Vokal panjang:

1. fathah + alif, ditulis ā (garis di atas)

ditulis jāhiliyyah جاھلیة

Page 9: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

ix

2. fathah + alif maqşūr, ditulis ā (garis di atas)

ditulis yas'ā یسعي

3. kasrah + ya mati, ditulis ī (garis di atas)

ditulis majīd مجید

4. dammah + wau mati, ditulis ū (dengan garis di atas)

ditulis furūd فروض

VI. Vokal rangkap:

1. fathah + yā mati, ditulis ai

ditulis bainakum بینكم

2. fathah + wau mati, ditulis au

ditulis qaul قول

VII. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata, dipisahkan

dengan apostrof.

ditulis a'antum اانتم

ditulis u'iddat اعدت

ditulis la'in syakartum لئن شكرتم

VIII. Kata sandang Alif + Lām

1. Bila diikuti huruf qamariyah ditulis al-

ditulis al-Qur'ān القران

ditulis al-Qiyās القیاس

Page 10: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

x

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, ditulis dengan menggandengkan huruf

syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf l-nya

ditulis asy-syams الشمس

'ditulis as-samā السماء

IX. Huruf besar

Huruf besar dalam tulisan Latin digunakan sesuai dengan Ejaan Yang

Disempurnakan (EYD)

X. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut

penulisannya

ditulis zawi al-furūd ذوى الفروض

ditulis ahl as-sunnah اھل السنة

Page 11: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

xi

MOTTO

“kesabaran adalah kunci dari segala hal untuk menuju kesuksesan, ke egoisan

merupakan jurang menuju kehancuran”

(sari widowati)

Page 12: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

xii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini penyusun persembahkan kepada:

Bapak, Ibu, Saudara-saudaraku tercinta,

dan orang-orang terdekatku

Almamaterku UIN Sunan Kalijagah

Yogyakarta

Page 13: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

xiii

KATA PENGANTAR

مِبســـــم اهللا الرحمن الرحی

رسول اهللا اللھم اهللا وأشھد أن محمداالحمد هللا رب العاَلمین أشھد أن الإلھ إال

صل وسلم على سِیدنا محمد وعلى ألھ وأصحاِبھ أجمعین أمابعد

Syukur dan pasrah atas ketetapan Allah SWT telah menjadi keniscayaan

kita untuk senantiasa bernaung dibawah lindungan-Nya dari nalar pengetahuan

yang liar. Begitu pula kebijaksanaan hati yang telah mampu memberi

pertimbangan pada rasio di saat akan melangkah, sekaligus menuntun kita untuk

selalu pandai bersyukur. Alhamdulillah, akhirnya, penyusun dapat menyelesaikan

tugas akhir dalam menempuh studi di Jurusan Jinayah Siyasah , Fakultas Syari’ah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Sholawat dan salam semoga tetap tak henti-hentinya kita lontarkan kepada

sang revolusioner sejati Nabi besar Muhammad SAW yang berhasil

menyampaikan risalah-Nya kepada umat manusia di seluruh penjuru dunia,

pendobrak revolusi akbar dalam peradaban sosial kehidupan, yang sekaligus

mengajari kita untuk senantiasa tidak mengenal tradisi menuduh pada saat berlaku

khilaf, dan menepuk dada keangkuhan ketika kesuksesan diraih. Yakinilah, bahwa

semuanya pasti bisa, asal kita mau berjuang dan berusaha.

Selanjutnya, Dengan kesrendahan hati yang tiada taranya. Penyusun ingin

menyampaikan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada:

Page 14: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

xiv

1. Bapak Noorhaidi Hasan M.A., M.Phil., P.hD , selaku Dekan Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Rizal Qosim, M.Si, selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Yogyakarta yang dengan

penuh kesabaran telah mendorong penyusun untuk segara menamatkan

studi.

3. Bapak Dr. Ocktoberrinsyah, M.Ag,. selaku pembimbing , dengan segala

kesabaran, ketekunan, dan kegigihan telah berkenan memberikan

bimbingan demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dr. M. Nur ,M.Ag, selaku Ketua Jurusan JS.

5. Bapak Subaidi, S.Ag.,M.Si, selaku Sekretaris Jurusan JS.

6. Seluruh dosen-dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum pada umumnya, dan

dosen-dosen Jurusan JS pada khususnya, yang telah mewariskan ilmunya

selama penyusun studi di Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta.

7. Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang,

yang selalu mendukung, baik spiritual dan materil, dan selalu memberi

semangat untuk menyelesaikan studi ini sebaik-baiknya. Terimakasih atas

segalanya.

8. Saudara-saudaraku yang selalu mendukung dalam perjalanan hidupku.

Dan seluruh keluarga besar dijember.

Page 15: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

xv

9. K’dani (oney), yang selalu memotivasiku tanpa lelah agar skripsi ini cepat

selesai dan selalu mendukungku baik dari dekat maupun jarak jauh disana.

10. Sahabat-sahabatku di Jurusan Jinayah Siyasah Angkatan 2009 yang selalu

memberi canda tawa penuh keiklasan dan telah memperkaya khasanah

keilmuan dan pengalaman baik dalam bangku kuliah maupun diluar

kuliah.

11. Keluarga Wahid Hasyim dan Miftahul Ulum yang telah membekali

segudang ilmu untuk ku.

12. Bpk Malik Madani, bpk Sahiron, yang telah berkenan membagi waktunya

untuk membantu penyusun dalam proses pengumpulan data-data yang

diperlukan penyusun.

13. Dan kepada semua Pengurus Nahdlatul Ulama cabang yogyakarta yang

tidak dapat disebut satu persatu yang telah membantu dan memdukung

dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah

SWT. Sebuah harapan semoga skripsi ini yang sederhana ini dapat memberikan

sumbangan bagi perkembangan khasanah keilmuan, bangsa, agama, negara, serta

bermanfaat bagi semua kalangan. Amin.

Yogyakarta,12 Rajab 1434 H. 22, Mei 2013.

Penyusun

Sari Widowati

NIM : 09370091

Page 16: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

xvi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………… i

ABSTRAK ……………………………………………………………… ii

SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI …………....................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………... iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN …............................................... v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ……………………... vi

MOTTO ………………………………………………………………… xi

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………….. xii

KATA PENGANTAR ………………………………………………….. xiii

DAFTAR ISI …………………………………………………………… xvi

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………. 1

A. Latar Belakang Masalah ………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ………………………………….......... 4

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan ………………………... 4

D. Tela’ah Pustaka …………………………………….......... 5

E. Kerangka Teoritik ………………………………….......... 7

F. Metode Penelitian ………………………………….......... 14

G. Sistematika Pembahasan ………………………………… 16

BAB II TUJUAN PEMIDANAAN ISLAM DAN KORUPSI …… 18

A. Tujuan Pemidanaan …………………………………….. 18

B. Hukuman Mati dalam Islam ……………………………. 26

C. Korupsi dalam Islam …………………………………… 35

D. Sanksi Pelaku Tindak Pidana Korupsi ………………… 42

a. Ta‘zīr ……………………………………………………… 42

1. Pengertian t ta‘zīr ……………………………………….. 42

2. Macam-macam hukuman ta‘zīr ……………………….. 43

3. Ketentuan batas maksimal hukuman ta‘zīr ………….. 49

Page 17: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

xvii

BAB III FATWA DAN PANDANGAN NU TERHADAPA

TINDAK PIDANA KORUPSI ……………………………. 51

A. Pandangan NU Tentang Praktek Tindak Pidana

Korupsi ........................................................................... 51

B. Fatwa NU tentang Hukuman Mati Bagi Koruptor............. 56

C. Posisi Fatwa NU Tentang Hukuman Mati

Koruptor ………………………………………………. 59

D. Latar Belakang Munculnya Fatwa NU ………….............. 61

E. Dasar-Dasar Penetapan Fatwa ……................................... 64

BAB IV ANALISIS FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI

BAGI KORUPTOR ……………………………………….. 67

A. Analisis Dasar Hukum Penetapan Fatwa ………………... 67

B. Pengulangan Tindak Pidana Korupsi ………………........ 72

C. Relevansi Fatwa NU Tentang Hukuman Mati Bagi

Koruptor Dalam Konteks Kekinian ……………………... 77

BAB V PENUTUP …………………………………………………. 81

A. Kesimpulan ……………………………………………… 81

B. Saran ……………………………………………….......... 82

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………... 84

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Daftar Terjemah………………………………………….. I

B. Biografi Ulama dan Tokoh ……………………………… II

C. Curriculum Vitae .……………………………….............. III

Page 18: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu problem memperihatinkan yang menyedot perhatian

dunia global saat ini adalah mengenai persoalan korupsi.1 Hal ini karena

korupsi merupakan persoalan yang menjadi perusak tatanan birokrasi serta

menyebabkan munculnya ketidakadilan di masyarakat.2 Parahnya

kejahatan korupsi hampir muncul diberbagai negara di dunia dengan

intesitas yang beragam.

Korupsi merupakan perbuatan haram yang dilakukan oleh

seseorang dan atau bersama-sama beberapa orang secara profesional yang

berkaitan dengan kewenangan atau jabatan dalam suatu birokrasi

pemerintahan dan dapat merugikan departemen atau instansi terkait.3

Berbicara tentang korupsi memang tak akan ada habisnya, karena korupsi

sudah membudaya bahkan sangat merakyat dalam masyarakat kita.

1 Kata korupsi berasal dari bahasa Inggris corrupt, corruption yang berarti jahat, buruk,

rusak, curang, suap, Jhon M Echol dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta : Gramedia, 2003), hlm. 149.

2 Oleh sebagian pihak, praktek korupsi disejajarkan dengan konsep pemerintahan totaliter

yang meletakkan kekuasaan pada segelintir orang dan berimbas pada ketidak adilan dan pelanggaran hak asasi manusia. Lihat, Jeremy Pope, Strategi Pemberantasan Korupsi: Elemen Sistem Integritas Nasional, terj. Masri Maris, (Jakarta: Transparancy Internasional Indonesia, 2008), hlm. Ix.

3 Zainuddin Ali, M.A, Hukum Pidana Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2007), hlm. 71.

Page 19: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

2

Banyak pihak yang merasa terpanggil untuk memberikan

sumbangsih dalam mengatasi persoalan korupsi ini. Namun kebanyakan

mereka kehabisan energi sebelum upayanya memperoleh hasil.

Berbagai usulan hukuman telah diusulkan untuk memberi pelajaran

bagi para pelaku korupsi dari hukuman, penjara, pemiskinan dan

perampasan terhadap harta pelaku korupsi, perampasan hak-hak jabatan

bahkan sampai dengan hukuman mati bagi para koruptor.

Masalah usulan untuk koruptor bukan hanya dari lembaga-lembaga

resmi yang ada dalam pemerintahan melainkan dari berbagai lembaga atau

LSM ikut serta dalam memerangi korupsi salah satunya yang tak kalah

mengejutkan adalah organisasi keagamaan yang tergabung dalam forum

Nahdlatul Ulama (NU) telah mengeluarkan sebuah fatwa untuk para

pelaku tindak pidana korupsi di Indonesia. Menurut fatwa tersebut, para

koruptor boleh dihukum mati jika telah melakukan korupsi secara

berulang-ulang. Fatwa tersebut dikeluarkan dalam sidang komisi Bahtsul

Masail AL-Diniyyah Al-Waqi’iyyah di Pesantren Kempek, Minggu

(16/9/2012).4

Fatwa tersebut menjadi perdebatan panas di berbagai media masa

maupun di media cetak. Padahal fatwa tersebut bukanlah fatwa pertama

kalinya yang dikeluarkan oleh Nahdlatul Ulama mengenai korupsi tetapi

pada tahun 1999 Nahdatul Ulama juga mengadakan muktamar ke-30 pada

muktamar tersebut NU membuat suatu keputusan tentang Syari’at Islam

4http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,39949-lang,id-c,kolom-

t,NU+dan+Fatwa+Hukuman+Mati+Koruptor-.phpx. Diakses tanggal 28 Maret 2013.

Page 20: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

3

Tentang Status Uang Negara, Acuan Moral untuk Menegakkan Keadilan

dan Mencegah Penyalah-Gunaan Wewenang (KKN). Pada tahun 1997

muktamar yang dilaksanakan di Lirboyo, Kediri Jawa Timur juga

membahas perihal perekonomian negara yang ketika itu cukup

memprihatinkan sejak krisis moneter melanda Indonesia. Ini merupakan

salah satu kepedulian Nahdlatul Ulama terhadap permasalahan korupsi

tersebut.

Sedangkan dalam Islam sendiri tidak mengenal jarimah korupsi

sehingga terjadilah berbagai pandangan hukum yang berbeda dalam

memberikan sanksi terhadap jarimah korupsi tersebut. Maka dari itu para

fukaha sepakat permasalahan korupsi dianalogikan dengan peristiwa-

peristiwa yang hampir sama substansinya dengan jarimah yang ada dalam

hukum pidana Islam. dan apabila korupsi dianalogikan dengan jarimah

yang ada dalam hukum pidana Islam maka korupsi hampir sama

substansinya dengan penghianatan janji, menipu, suap, sumpah palsu,

makan harta riba. Hal ini di dasarkan pada firman Allah SWT:

ن اموال الّناس ااموالكم بینكم بالباطل وتدلوابھاالى الحكّام لتأكلوافریقا ّموالتأكلو

5.باالثم وانتم تعلمون

Dalam hukum pidana Islam korupsi juga sama dengan gulūl dan

risywah, yang keduannya dikenakan hukuman ta’zīr, juga disamakan

5 Al-Baqarah (2): 188.

Page 21: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

4

dengan jarīmah sarīqah (pencurian) yang sanksinya berupa hukuman

potong tangan.6

Bertolak dari penjabaran di atas, maka penting kiranya untuk

mengkaji fatwa tentang hukuman mati bagi koruptor di Indonesia.

Disinilah penyusun merasa perlu melakukan kajian tentang fatwa NU

tetang hukuman mati bagi koruptor perspektif fikih jinayah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang dikemukakan

sebelumnya, maka dapat dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah fatwa NU tentang hukuman mati bagi koruptor sudah

sesuai dengan fikih jinayah?

2. Bagaimana relevansi fatwa NU tentang hukuman mati bagi

koruptor dalam konteks ke Indonesiaan?

C. Tujuan dan Keguanaan

1. Tujuan penelitian

Untuk menjelaskan fatwa NU tentang hukuman mati bagi koruptor

dalan pandangan fikih jinayah.

2. Kegunaan penelitian

Dengan tercapainya tujuan di atas, di harapkan hasil penelitian ini

akan memperoleh manfaat dan kegunaan sebagai berikut :

6 Muhammad Nurul Irfan, Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Dalam Perspektif Fiqih

Jinayah, (jakarta : Depag RI, 2009), hal. XI

Page 22: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

5

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah

mengenai fatwa NU tentang hukuman mati bagi koruptor

menurut pandangan fikih jinayah.

b. Untuk menambah khazanah keilmuan dan wawasan bagi

penyusun pada khususnya dan masyarakat pada umumnya

berkaitan dengan hukuman bagi koruptor.

D. Telaah Pustaka

Pembahasan mengenai korupsi bukanlah persoalan yang

barunamun modus operandi yang selalu berkembang dan adanya

perkembangan data baru menjadikan kajian korupsi terus meluas dan

cenderung tidak memiliki perbedaan penilaian dan kesimpulan

terhadapnya.

Dalam hal ini ada beberapa karya yang membahas mengenai

korupsi, antara lain buku berjudul Korupsi di Indonsia Masalah dan

Pemecahannya karya Andi Hamzah.7 Buku ini membahas tentang korupsi

yang terjadi di Indonesia mulai dari sejarah, sebab-sebab, akibat sampai

peraturan dan institusi pemberantasannya.

Syed Hussein Alatas yang berjudul Sosiologi Korupsi Sebuah

Penjelajahan Dengan Data Kontemporer. 8 buku ini merupakan buku saku

7 Andi Hamzah, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya, (Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 1984). 8 Syed Hussein Alatas, Sosiologi Korupsi Sebuah Penjelajahan Dengan Data

Kontemporer, ( Jakarta: LP3ES,1986).

Page 23: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

6

mengenai korupsi, dibahas didalamnya tentang definisi korupsi, fungsi,

sebab-sebab, dan cara pencegahannya. Kemudian buku Lilik Mulyadi

yang berjudul Tindak Pidana Korupsi.9 Tulisan ini menjelaskan tindak

pidana korupsi sebagai salah satu bagian dari hukum pidana khusus, maka

tindak pidana korupsi mempunyai kekhususan tertentu, ditinjau dari aspek

hukum acara dan hukum materialnya.

Selain itu, terdapat beberapa skripsi yang mencoba mengkaji

persoalan korupsi. Karya Ramadon dengan judul, “Hukuman Bagi Korupsi

Studi Komparatif Hukum positif dan Hukum Pidana Islam.”10 Karya ini

juga berusahan melakukan komparasi mengenai hukuman bagi pelaku

tindak pidana korupsi dilihat dari konstruksi hukum positif dan hukum

Pidana Islam. Dan juga skripsi karya Abd. Manan tahun 2009 yang

berjudul, “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Pertanggungjawaban

Korporasi dalam Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi.” Karya ini berusaha meninjau korupsi dari perspektif

pertanggungjawabannya, dalam hal ini pertanggungjawaban korporasi.

Dan mengkajinya dengan landasan yuridisnya Undang-Undang no.31

Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.11 Demikian

juga dengan karya Narong yang berjudul, “Tindak Pidana Korupsi dalam

9 Lilik Mulyadi, Tindak Pidana Korupsi, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000).

10 Ahmad Said Romadon, “Hukuman Bagi Pelaku Korupsi Studi Komparasi Hukum

Positif dab Hukum Pidana Islam”, Skripsi tidak diterbitkan, (Yogyakarta: UIN Unan Kalijaga, 2008)

11 Abd. Maman, “Ttinjauan Hukum Pidana Islam Terdadap Pertanggungjawaban Korporasi dalam Undang-Undang pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,” Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum (2009).

Page 24: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

7

Perspektif Fiqh Jinayah dan HukumPositif Thailand.”12 Karya ini memiliki

sedikit kesamaan dengan sebelumnya yang cenderung untuk melakukan

studi komparatif mengenai tindak pidana korupsi. Bedanya, karya narong

ini melakukan komparasi antara hukum jinayah Islam dengan hukum

positif Thailand.

Dari penelusuran yang telah dilakukan, penyusun tidak

menemukan sebuah karya yang scara khusus mencoba mengkaji fatwa NU

tentang hukuman mati bagi koruptor. Bertolak dari hal tersebut, penyusun

tertarik untuk membahas persoalan tersebut untuk melihat respon fikih

jinayah terkait fatwa NU hukuman mati bagi tindak pidana korupsi.

E. Kerangka Teoritik

Dalam fikih klasik tidak mengenal istilah korupsi hal ini karena

korupsi tidak lahir dari dunia Islam. akan tetapi kalau kita melihat secara

detail unsur-unsur yang ada dalam tubuh tindak pidana korupsi maka bisa

dianalogikan dalam tindak pidana yang ada dalam hukum pidana Islam

karena kalau kita melihat dari kata korupsi (coruruptie) yang artinya

keburukan, kebusukan, kebejatan, ketidak jujuran, dapat disuap, tidak

bermoral, menyimpang dari kesucian.13 Maka perbuatan korupsi sama

dengan tindak pidana yang ada dalam hukum pidana Islam.

12 MR. Narong Mat Adam, “Tindak Pidana Korupsi dalam Perspektif Fiqh Jinayah dan

Hukum Positif Thailand”, Skripsi tidak diterbitkan, (yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2009). 13 Muhammad Nurul Irfan, “Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam”, (jakarta : AMZAM,

2011), hlm. 33.

Page 25: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

8

Di antara berbagai bentuk kejahatan ini yang nampaknya paling

mirip substansinya dengan korupsi ialah gulūl yang diartikan sebagai

pengkhianatan terhadap amanah dalam pengelolaan harta rampasan perang

dan risywah atau yang biasa dikenal dengan istilah suap. Dalam konteks

ajaran Islam yang lebih luas, korupsi merupakan tindakan yang bertentangan

dengan prinsip keadilan (al-´adalah), akuntabilitas, dan tanggung jawab (al-

amanah). Korupsi dengan segala dampak negatifnya yang menimbulkan

berbagai distorsi terhadap kehidupan negara dan masyarakat dapat

dikategorikan termasuk perbuatan fasad, kerusakan dimuka bumi yang juga

amat dikutuk Allah SWT.

Dalam hukum Islam mempunyai sebuah tujuan utama untuk

mewujudkan dan memelihara lima sasaran pokok (maqāsid asy-syarí’ah)

yaitu: perlindungan terhadap agama (hifz ad-dīn), perlindungan terhadap

jiwa (hifz an-nafs), perlindungan terhadap akal (hifz al-aql), perlindungan

terhadap keturunan (hifz an-nasl), perlindungan terhadap harta (hifz al-

Māl).14

Korupsi merupakan pelanggaran terhadap tujuan pokok hukum

Islam yaitu perlindungan terhdap harta (hifz al-māl). Kalau kita analogikan

tindak pidana korupsi ini mirip dengan jarīmah sarīqah yang mengambil

harta-benda milik orang lain dan merugikan pemilik harta. Sedangkan

korupsi mencuri harta-benda milik negara yang mengakibatkan kerugian

14 Kutbuddin Aibak, Metodologi Pembaharuan Hukum Islam, (Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 2008), hlm. 60-63.

Page 26: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

9

besar dan dampak yang sangat luar biasa terhadap tatanan kehidupan

masyarakat.

Pada dasarnya di syari’atkan hukum Islam bertujuan untuk

memelihara dan menciptakan kemaslahatan manusia dan menjaga manusia

dari hal-hal yang mafsadah, karena Islam sebagai rahmatan lil’ālamīn,

untuk memberi petunjuk dan pelajaran kepada manusia.15

Begitu juga dalam hukum pidana Islam para ahli hukum pidana

Islam berpendapat bahwa tujuan hukuman dalam pidana Islam mempunyai

lima aspek,16 yaitu:

1. Pembalasan (al-Jazā’) konsep ini memberikan arti bahwa setiap

perbuatan jahat yang dilakukan seseorang terhadap orang lain akan

mendapatkan balasan yang setimpal dengan yang dilakukannya tidak

melihat apakah balasan itu bermanfaat bagi dirinya atau orang lain.

2. Pencegahan (Az-Zajru), pencegahan atau deterrence ini

dimaksudkan untuk mencegah suatu tindak pidana agar tidak

terulang lagi.

3. Pemulihan / perbaikan (al-islāh), yaitu memulihkan pelaku tindak

pidana dari keinginan untuk melakukan tindak pidana. Tujuan inilah

menurut sebagian para fukaha merupakan tujuan yang paling asas

dalam sistem pemidanaan Islam.

15 Ahmad Djazuli, Fiqih Jinayah : Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam Islam, Cet.

Ke-3 (Jakarta : PT Granfindo Persada, 2000), hlm. 25.

16 Ocktoberrinsyah, “Tujuan Pemidanaan Dalam Islam,” In Right : Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, Vol. 1. No. 1. (November 2011), hlm. 23-32.

Page 27: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

10

4. Restorasi (al-isti‘ādah), sebagaimana yang diungkapkan oleh

Kathleen Day dalam artikelnya bahwa keadilan restoratif

(restorative) adalah sebuah metode untuk merespon tindak pidana

dengan melibatkan pihak-pihak yang bertikai dalam rangka

memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh tindak pidana

tersebut.

5. Penebusan dosa (at-takfīr), yaitu tujuan yang berdimensi ukhrawa,

orang yang melakukan kejahatan tidak hanya dibebankan

pertanggungjawaban / hukuman di dunia saja (al-‘uqūbāh ad-

dunyawiyyah), tetapi juga pertanggungjawaban / hukuman di akhirat

(al-‘uqūbūt al-ukhrawiyyah). Penjatuhan hukuman di dunia

merupakan salah satu cara untuk menggugurkan dosa-dosa yang

telah dilakukan.

Dengan ditetapkanya aspek tersebut akan dihasilkan satu aspek

kemaslahan (positif), yaitu terbentuknya moral yang baik, maka masyarakat

akan menjadi aman, tentram, damai dan penuh dengan keadilan, karena

moral yang dilandasi agama akan membawa perilaku sesuai dengan tuntutan

agama.

Dalam fikih jinayah suatu hukuman dapat diakui keberadaanya

apabila memenuhi beberapa syarat diantaranya17 :

17Ahsin Sakho Muhammad (et al.), EnsiklopediHukum Pidana Islam, (Jakarta: PT.

Kharisma Ilmu, 2007), hlm. 36-38.

Page 28: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

11

1. Hukuman bersifat syar’ī artinya hukuman bersandar kepada sumber-

sumber hukum Islam (Al-quran, hadis, ijmak, serta undang-undang

yang dikeluarkan oleh pemerintah atau ulil amri).

2. Hukuman bersifat perseorangan artinya hanya penimpa pelaku, tidak

menimpa kepada orang lain.

3. Hukuman bersifat umun artinya hukuman disyaratkan harus bersifat

umum yang dapat dijatuhkan terhadap semua kalangan.

Berdasarkan segi sasaran yang dikenai hukuman, hukum pidana Islam

pelaku tindak pidana korupsi bisa dikenai empat jenis hukuman18, yaitu:

1. Hukuman atas Badan ( ‘Uqūbah Badaniyah )

‘Uqūbah Badaniyah adalah hukuman yang dikenakan atas badan

manusia (hukuman yang berupa fisik). Seperti hukuman mati, kisas,

salib, dan jilid (dera)

2. Hukuman atas Kemerdekaan (‘Uqūbah Huriyah)

Hukuman atas kemerdekaan adalah hukuman yang dijatuhkan kepada

kemerdekaan manusia. Caontohnya adalah pengasingan dan penjara.

3. Hukuman atas Jiwa (‘Uqūbah Nafsiyah)

‘Uqūbah Nafsiyyah adalah hukuman yang dikenakan atas jiwa

(mental) manusia (sanksi moral atau sanksi sosial), bukan badannya.

Contohnya ancaman, peringatan, penyiaran, pencelaan, dan teguran.

4. Hukuman atas Harta (‘Uqūbah Māliyyah)

18 Ahmad Wardi Muslich, pengantar dan asas hukum pidana Islam, ((Jakarta: Sinar

Grafika, 2004), hlm. 141-142.

Page 29: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

12

‘Uqūbah Mālyiyah adalah hukuman yang dikenakan terhadap harta

seseorang. Contohnya diat, denda, perampasan harta, dan penyitaan

aset kekayaan.

Sejalan dengan rumusan di atas, maka teori hukuman yang sesuai

dalam menjelaskan fatwa NU tentang hukuman mati bagi koruptor

perspektif fiqh jinayah yaitu teori ‘Uqūbah Badaniyah (hukuman atas

badan) sebagai salah satu bentuk hukuman dalam fikih jinayah. Hukuman

atas badan (‘Uqūbah Badaniyah) yaitu hukuman yang dikenakan atas badan

manusia (hukuman yang berupa fisik). Contohnya hukuman kisas, hukuman

mati, salib, dan jilid (dera).

Adapaun kerangka teoritik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Tujuan pemidanaan (hukuman)

Hukuman dalam bahasa Arab disebut ‘Uqūbah yang artinya

mengiringinya dan datang dibelakangnya.19 Sedangkan menurut istilah

‘Uqūbah adalah bentuk balasan bagi seseorang yang atas perbuatanya

melanggar ketentuan syara’ yang ditetapkan Allah dan Rasul-nya untuk

kemaslahatan manusia.20 Menurut Abd Al-Qadir Awdah hukuman adalah

19 Drs. H. Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas Hukum Pidana Islam, Cet. Ket-2.

(Jakarta : Sinar Grafika, 2006) hlm. 136. 20 A. Rahman Ritonga, dkk., Enksiklopedi Hukum Islam, (Jakarta : Ichtiar baru Van Hoeve,

1997), VI: 1871.

Page 30: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

13

suatu penderitaan yang dibebankan kepada seseorang akibat perbuatan

melanggar aturan.21

Tujuan dari hukuman dalam syariat Islam merupakan realisasi dari

tujuan hukum Islam itu sendiri, yakni sebagai pembalasan perbuatan jahat,

pencagahan secara umum dan pencegahan secara khusus serta perlindungan

terhadap hak-hak korban. Pemidanaan dimaksudkan untuk mendatangkan

kemaslahatan umat dan mencegah kedzaliman atau kemudaratan.22

2. Hukuman mati dalam Islam

Hukum mati merupakan jenis pidana yang terberat dibandingkan

dengan pidana jenis lainnya, karena dengan pidana mati terenggut nyawa

manusia untuk mempertahankan hidupnya.23

Dalam fikih jinayah hukuman mati di jatuhkan kepada pelaku

perzinahan dalam bentuk dilempar batu hingga mati (al-rajam) pelaku

perzinahan yang sudah menikah. Juga hukuman mati dilakukan dalam kasus

pemberontakan (al-Bughāt) dan pindah agama (al-riddah) yang dikenal

sebagai hukuman (al-hād al-hudūd) atas pengingkaran terhadap Islam.24

Hukuman mati dalam Islam merupakan hukuman puncak, terutama

untuk tindak pidana yang sangat berbahaya seperti pembunuhan (al-qitāl) di

21 Abd al-Qadir Awdah, at-tasyri’ al-jina’i al-Islam, (Bairut : Mu’assasah Ar-Risalah,

1994), 1: 214. 22 M. Hasbi ash-Shieddiqi, Filsafat Hukum Islam, (Jakarta : Bulan Bintang, 1975), hlm.

177. 23 Komariah Emong Supar Djaja, “Permasalahan Pidana Mati di Indonesia,” dalam Jurnal

Legislasi Indonesia, Vol 4, No. 4 Desember 2007, hlm. 19. 24 Ahsin Sakho Muhammad (et al.), Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, hlm. 45-65.

Page 31: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

14

mana jika tidak ada pengampunan dari pihak keluarga dengan membayar

denda (diyāt), maka pelakunya dapat dijatuhi hukuman mati sebagai bentuk

hukum balas/timbal balik.25

Selain hukuman mati dapat diterapkan terhadap jarimah-jarimah

yang disebutkan diatas. Hukuman mati dapat diterapkan terdapat jarimah

taksir. Sedangkan jarimah taksir merupakan jarimah yang sanksi

hukumannya diserahkan kepada khalifah (umumnya diwakili oleh

qadhi/hakim).26 Hukuman mati dapat diterapkan pula terhadap jarimah

taksir apabila jarimah tersebut mengancam keamanan sebuah negara. Dan

dapat pula diterapkan terhadap jarimah pengulangan (residivis).

F. Metode Penelitian

Adapun penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian pustaka (library

research), yaitu penelitian yang menggunakan literatur yang sesuai

dengan permasalahan yang dikaji sebagai sumber datanya. Sehingga

dalam menghimpun data yang dibutuhkan menggunakan sumber-

sumber kepustakaan yang ada kaitannya dengan masalah pokok

25 Ibid,. hlm. 66-69. 26 Asadulloh Al Faruk, Hukum Pidana dalam Sistem Hukum Islam, (Ghalia Indonesia,

2009), hlm. 76.

Page 32: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

15

penelitian yng dirumuskan baik sumber primer maupun sumber

sekunder.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif-analitik, yaitu penelitian

dengan memaparkan dan menjelaskan data yang berkaitan dengan

pokok pembahasan, kemudian menguraikannya sesuai dengan

tujuannya.

3. Pendekatan masalah

Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan

normatif-yuridis. Normatif yaitu mendekati permasalahan yang ada

berdasarkan pada hukum sreta perundang-undangan yang berlaku.

4. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah literatur. Metode ini bergerak dengan mengambil dan

menyusuri karya-karya berupa literatur primer maupun sekunder yang

mempunyai relevansi dengan permasalahan yang diteliti. dari sumber

yang telah dikumpulkan kemudian diseleksi data-data yang sesuai

dengan masalah pokok yang diteliti. Masalah pokok yang diteliti yaitu

tindak pidana korupsi, fatwa NU tentang hukuman mati dalam fikih

jinayah.

Selain penelitian ini bersifat literatur penyusun dalan

pengumpulan data menggunakan teknik wawancara (interview).

Peneliti akan melakukan wawancara dengan pengurus PWNU untuk

Page 33: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

16

mendukung data-data yang diperoleh dengan metode pengumpulan

data yang literatur.

5. Analisi Data

Dalam menganalisis data yang telah dikimpulkan yaitu dengan

menggunakan metode deduktif.27 Metode deduktif merupakan langkah

analisis data dengan cara menerangkan data yang bersifat umum untuk

membentuk suatu pandangan yang bersifat khusus sehingga dapat

ditarik menjadi kesimpulan.

G. Sistematika Pembahasan

Pembahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab

pertama, pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan dan kegunaan, telaah pustaka, kerangka teori, metode

penelitian, dan sisrematika pembahasan.

Dalam bab dua, penyusun akan membahas tentang tujuan

pemidanaan, Islam dan korupsi.

Dalam bab tiga, penyusun menguraikan mengenai pandangan NU

terhadap tindak pidana korupsi yang terdiri dari pembahasan tindak pidana

korupsi menurut NU, latar belakang munculnya fatwa hukuman mati bagi

koruptor, dan isi fatwa NU.

27 Sutrisno Hadi, Metodelogi Riset, (Yogyakarta : Psikologi UGM, 1984), hlm. 42.

Page 34: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

17

Bab empat membahas tentang analisis dasar hukum fatwa

hukuman mati bagi koruptor perspektif fikih jinayah dan relevansinya

hukuman mati di masa kini.

Bab lima adalah penutup yang berisi kesimpulan dan saran-saran

dari penyusun berdasarkan penelitian yang berhasil dianalisis oleh

penyusun.

Page 35: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

81

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pemaparan dan analisi tentang fatwa Nahdlatul Ulama tentang

hukuman mati bagi koruptor perspektif fikih jinayah, maka dapat di ambil

beberapa kesimpulan bahwa jika dilihat dari fikih jinayah fatwa NU tentang

hukuman mati bagi koruptor yang melakukan secara berulang-ulang atau

korupsi dalam jumlah besar yang dapat merugikan keuangan negara, maka

fatwa tersebut tidak berbenturan dengan tujuan hukum yang ada dalam Islam.

Dan dasar hukum yang digunakan para ulama NU sesuai dengan hukum

Islam karena dasar yang digunakan para NU adalah bersumber dari ayat-ayat

AL-Qur’an yang mengandung substansi tentang larangan seseorang berbuat

kerusakan dibuka bumi.

Dan hukuman mati bagi koruptor pada masa kini akan relevan

meskipun masih banyak kalangan yang tidak setuju karena menganggap

hukuman mati melanggar terhadap hak asasi manusia. Akan tetapi hukuman

mati merupakan jalan satu-satunya yang memungkinkan korupsi akan bersih

dari negara ini kerena korupsi sangat membahayakan stabilitas kesejahteraan

masyarakat Indonesia. Jadi keputusan yang bijak jika pemerintah menerapkan

fatwa NU koruptor di hukum mati agar tidak ada lagi para koruptor-koruptor

selanjutnya.

Page 36: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

82

Dilihat dari segi Islam hukuman mati juga dapat diterapkan terhadap

jarimah ta’sir. Dengan demikian, hukum Islam membolehkan pidana ta’sir

dalam bentuk hukuman mati jika kepentingan umum menghendakinya.

Dengan memperhatikan kepentingan umum yang terancam dengan sangat

serius oleh kejahatan korupsi saat ini, maka dijatuhkannya hukuman taksir

yang paling keras (hukuman mati) atas para koruptor sesuai dengan yang

difatwakan NU maka dapat dibenarkan oleh hukum Islam.

B. Saran

Berkenaan dengan pembahasan skripsi ini, ada beberapa saran yang

perlu penulis sampaikan, yaitu:

1. Mensosialisasikan Uundang-Undang Tindak Pidana Korupsi secara

menyeluruh. Karena Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi telah

memenuhi banyak rumusan dengan berbagai kategori dan bentuk praktik

korupsi yang bisa dijadikan rujukan dalam menjerat para pelaku tindak

pidana korupsi. Dan fatwa NU semestinya juga bisa menekan praktik

korupsi sebab telah memuat dan menjelaskan perihal korupsi, baik

hukuman bagi para koruptor maupun status harta yang didapat. Akan

tetapi, akibat kurangnya sosialisasi fatwa tersebut, pengaruh fatwa sangat

tidak signifikan.

2. Pemerintah dan aparat penegak hukum harus lebih serius dalam

menangani masalah korupsi. Dari sekian banyak berita kasus korupsi

yang diperkarakan, selalu saja menghasilkan keputusan yang

mengecewakan rakyat, baik karena kesalahan dalam landasan tuntutan

Page 37: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

83

hukuman hingga terjadinya praktik suap menyuap dalam tubuh penegak

hukum.

3. Lembaga non pemerintahan yang konsen dalam masalah korupsi harus

tetap konsisiten dalam menyuarakan kasus-kasus korupsi. Peran serta non

pemerintahan sangat penting sebab bisa melakukan kontrol secara

balence terhadap kasus-kasus korupsi.

4. Peran serta masyarakat. Ini merupakan inti dalam pemberantasan dan

mencegah terjadinya praktik korupsi karena masyarakat merupaka

obyeknya. Kita harus menyadari akan sesuatu sekecil apapun bila

berkaitan dengan korupsi harus dihindari.

Page 38: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

84

DAFTAR PUSTAKA

A. Al-Qur’an Departemen Agama RI, al-Qura’an dan terjemahnya, Semarang : CV Toha

Putra, 1990.

B. Hadits

Ibn Isma’il Al-Kahlani, Muhammad, Subul As-Salam, Juz IV, Syarikah Maktabah wa Mathba’ah Musthafa Al Baby Al-Halaby, Mesir, cet IV, 1060.

Sulaimān, Abī Daud , Sunan Ibn Majah, Mesir: ‘Isa al-bab al-halabi wa syurakah, 1956

Tirmizī, Abū ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Surah al-, Sunan al-Tirmizī, Mekah: al-Maktabah al-Tijāriyah, tt.

C. Fikih/Ushul fikih

, “Tujuan Pemidanaan Dalam Islam,” In Right : Jurnal Agama dan Hak Asasi Manusia, Vol. 1. No. 1. November 2011.

Aibak, Kutbuddin, Metodologi Pembaharuan Hukum Islam, Yogyakarta :

Pustaka Pelajar, 2008. Al-Mawardi, al-Ahkam al-Sultaniyah, Beirut: Dar al-Fikr, 1966.

Ash-Shieddiqi, M. Hasbi, Filsafat Hukum Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1975.

Awdah, Abd al-Qadir, at-tasyri’ al-jina’i al-Islam, Bairut : Mu’assasah Ar-

Risalah, 1994. Azzuhaili, wahbah, “Al-Fiqh Al-Islam wa Adillatih”, cet. Ke-3, Beirut: 1409

H./ 1989 M. Djazuli, Ahmad, Fiqih Jinayah : Upaya Menanggulangi Kejahatan dalam

Islam, Cet. Ke-3, Jakarta : PT Granfindo Persada, 2000. Hakim, Rahmat, hukum pidana Islam (fikih jinayah), bandung: Pustaka Setia,

2000. Hanafi, Ahmad, Asas-Asas Hukum Pidana Islam , cet. Ke-IV, Jakarta: Bulan

Bintang, 2005.

Page 39: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

85

Islam’il Abu ar-Raysy, Muhammad, al-Kaffarat fi al-Fiqh al-Islami, Mesir: Dar al-Amanah, 1408 H

Munajat, Mahkrus, fikih jinayah, ”Hukum Pidana Islam, cet. 2, Yogyakarta:

Nawesea Press, 2010. Nawawi, Imam, “Kitab Tukmilah Al-Majmuu’ Syarh Kitab Muhaddzab”, (t,t).

Wardi Muslich, H. Ahmad, pengantar dan asas hukum pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

D. Kamus

M Echol, jhon dan Shadily,Hassan, Kamus Inggris Indonesia, Jakarta : Gramedia, 2003.

Munawwir, A. Warson, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia Terlengkap,cet.

Ke-14, Surabaya: Pustaka Progressif, 1997. Muhammad, Ahsin Sakho (et al.), Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Jakarta:

PT. Kharisma Ilmu, 2007.

Ritonga, A. Rahman, dkk, Enksiklopedi Hukum Islam, Jakarta : Ichtiar baru Van Hoeve, 1997.

E. Kelompok lain

, “Korupsi Dalam Hukum Pidana Islam”, Jakarta : AMZAM, 2011. Abdullah, Mal An, “Nahdaltul Ulama dan Kebersamaan Melawan Korupsi”,

Suyitno (ed.), Korupsi, Hukum, dan Moralitas Agama, Yogyakarta: GAMA MEDIA, 2006

Ahmad, Abu Abdul Halim, Suap: Dampak dan Bahayanya Bagi Masyarakat,

Jakarta: PUSTAKA AL-KAUTSAR, 1996. Aibak, Kutbuddin, Metodologi Pembaharuan Hukum Islam, Yogyakarta :

Pustaka Pelajar, 2008. Al Faruk, Asadulloh, Hukum Pidana dalam Sistem Hukum Islam, Ghalia

Indonesia, 2009.

Page 40: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

86

Alatas, Syed Hussein, Sosiologi Korupsi Sebuah Penjelajahan Dengan Data Kontemporer, Jakarta: LP3ES,1986.

Ali, Zainuddin, Hukum Pidana Islam, Jakarta: Sinar Grafika, 2007. Al-Qardhawi, Yusuf, Konsep dan Praktek Fatwa Kontemporer, ahli bahasa

Setiawan Budi Utomo, LC. Cet. Ke-1, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996.

Anis, Ibrahim, dkk, Al-Mujam al-Wasit, cet. Ke-2, Mesir: Majma’ al-bughah

al-Arabiyyah, 1972. Antasari, Rina “Tindak Pidana Korupsi Dan Penegakan Hukum”, dalam

Suyitno (ed.), Korupsi, Hukum, dan Moralitas Agama , Yogyakarta: GAMA MEDIA, 2006.

Djaja, Komariah Emong Supar, “Permasalahan Pidana Mati di Indonesia,”

dalam Jurnal Legislasi Indonesia, Vol 4, No. 4 Desember 2007. HA, Noerwahidah, Pidana Mati dalam Hukum Pidana Islam, Surabaya: Al-

Ikhlas, 1994. Hadi, Sutrisno, Metodelogi Riset, Yogyakarta : Psikologi UGM, 1984. Hamzah, Andi, Korupsi di Indonesia Masalah dan Pemecahannya, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 1984. Hamzah, Andi, Pidana Mati di Indonesia, “di Masa Lalu, Kini, dan Masa

Depan”, Jakarta: GHALIA INDONESIA, 1985. Ke-NU-an “Komisi Bathtsul Masail Al-diniyyah Al-waqi’iyyah”, Cirebon:

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2012. Marsum, jarimah ta’zir: Perbuatan Dosa Dalam Hukum Pidana Islam,

Yogyakatra: Fak Hukum UII, 1988. Mulyadi, Lilik, Tindak Pidana Korupsi, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000. Nurul Irfan, Muhammad, Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Dalam

Perspektif Fiqih Jinayah, Jakarta : Depag RI, 2009.

Page 41: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

87

Ocktoberrinsyah, Hukuman Mati “Pergumulan Antara Normativitas Islam dan HAM” dalam jurnal Asy- Syir’ah, Vol. 38, Februari 2004.

Pope, Jeremy, Strategi Pemberantasan Korupsi: Elemen Sistem Integritas

Nasional, terj. Masri, Jakarta: Transparancy Internasional Indonesia, 2008.

Ramly, Nadjamuddin, Islam Ramah Lingkungan: Konsep dan Strategi Islam

dalam Pengelolaan, Pemeliharaan, dan Penyelamatan Lingkungan, Jakarta: Grafindo, 2007.

F. Data Lain-Lain

Faizal, “http://hukumuntukkita-byfaizal.blogspot.com, akses 7 februari 2012.

http://hukumzone.blogspot.com/2011/07/pengertian-proses-dan-fungsi-

fatwa.html diakses tanggal 15 maret 2013. http://politik.kompasiana.com/2012/09/18/makna-penting-fatwa-nu-boikot-

pajak-dan-hukuman-mati-bagi-koruptor-493803.html diakses 15 april 2013.

http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,4-id,39949-lang,id-

c,kolom-t,NU+dan+Fatwa+Hukuman+Mati+Koruptor-.phpx. Diakses tanggal 28 Maret 2013.

http://www.tribunnews.com/2012/09/17/kapolri-dan-kpk-tanggapi-usulan-

hukuman-mati-koruptor. diakses Tanggal 15 April 2013. Tim LTN NU Jawa Timur, Ahkamul Fuqaha, Undang-Undang NO. 20 tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi. Wawancara, tanggal 06 Maret 2013.

Page 42: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 43: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Daftar Terjemahan

N0 Hlm FN BAB I 1 3 5 Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian

yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.

BAB II 2 19 7 laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,

potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

3 20 10 dan tidaklah Kami perlihatkan kepada mereka sesuatu mukjizat kecuali mukjizat itu lebih besar dari mukjizat-mukjizat yang sebelumnya. dan Kami timpakan kepada mereka azab[1359] supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).

4 21 11 Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 39. Maka Barangsiapa bertaubat (di antara pencuri-pencuri itu) sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, Maka Sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

5 23 16 Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.

6 25 20 Kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; Maka

Page 44: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

7 29 28 Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka Barangsiapa yang mendapat suatu pema'afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema'afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma'af) membayar (diat) kepada yang memberi ma'af dengan cara yang baik (pula). yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka baginya siksa yang sangat pedih.

8 32 32 Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.

9 32 33 Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.

10 35 39 Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.

11 36 41 Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang). Barang siapa berkhianat, niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan di beri balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi

12 38 45 Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal

Page 45: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

kamu mengetahui.

13 38 47 Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu[287]; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

14 40 51 Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana

15 40 52 Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.

16 46 63 Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik[414], atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.

BAB III 17 55 7 Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian

yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.

18 55 8 Rasulullah melaknat penerima suap dan pemberi suap. 19 64 23 Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan

harta rampasan perang). Barang siapa berkhianat, niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan di beri balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.

20 64 24 Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu

Page 46: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

(sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka memperoleh siksaan yang besar.

21 64 25 Kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; Maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

22 65 26 “Dari Imam Dailami Al-Himyari r.a. berkata : Saya bertanya kepada Rasullah S.A.W. Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami berada di tempat yang dingin, sedang kami melakukan pekerjaan yang keras kemudian kami membuat semacam minuman yang terbuat dari gandum supaya kami kuat melakukan pekerjaan kami dan atas dinginnya tempat kami. Rasul bertanya : Apakah itu memabukkan? Saya menjawab s: Iya wahai Rasulullah, kemudian rasul mengatakan: maka jauhilah minuman itu. Kemudian saya mendatangi Rasul kehadapanya beliau dan bertanya sekali lag, kemudian Rasul bertanya kembali : apakah itu memabukkan. Saya menjawab: iya wahai Rasulullah. Kamudan rasul berkata : maka jauhilah!. Kemudian aku berkata : sesungguhnya orang-orang itu tidak meninggalkannya wahai Rsulullah. Kemudian rasul berkata : apabila orang-orang itu tidak meninggalkannya maka bunuhlah!. (HR. Imam Ahmad dan Imam Abu Daud)

BAB IV 23 67 2 Dan tidak mungkin seorang nabi berkhianat (dalam urusan

harta rampasan perang). Barang siapa berkhianat, niscaya pada hari kiamat dia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu. Kemudian setiap orang akan di beri balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi.

24 67 3 Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka memperoleh siksaan yang besar.

25 68 4 Kecuali orang-orang yang taubat (di antara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka; Maka ketahuilah bahwasanya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

26 68 5 “Dari Imam Dailami Al-Himyari r.a. berkata : Saya bertanya kepada Rasullah S.A.W. Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami berada di tempat yang dingin, sedang kami melakukan pekerjaan yang keras kemudian kami membuat semacam minuman yang terbuat dari gandum supaya kami kuat melakukan pekerjaan kami dan atas dinginnya tempat kami. Rasul bertanya : Apakah itu memabukkan? Saya menjawab s: Iya wahai Rasulullah, kemudian rasul mengatakan: maka jauhilah minuman itu. Kemudian saya

Page 47: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

mendatangi Rasul kehadapanya beliau dan bertanya sekali lag, kemudian Rasul bertanya kembali : apakah itu memabukkan. Saya menjawab: iya wahai Rasulullah. Kamudan rasul berkata : maka jauhilah!. Kemudian aku berkata : sesungguhnya orang-orang itu tidak meninggalkannya wahai Rsulullah. Kemudian rasul berkata : apabila orang-orang itu tidak meninggalkannya maka bunuhlah!. (HR. Imam Ahmad dan Imam Abu Daud)

27 75 11 Jika ia mencuri potonglah tangannya (yang kanan), jika ia mencuri lagi potonglah kakinya (yang kiri). Jika ia mencuri lagi potonglah tangannya (yang kiri). Kemudian apabila ia mencuri lagi maka potonglah kakinya (yang kanan).

28 75 12 Dari Jabir ra. Ia berkata: seorang pencuri telah di bawa kehadapan Rasulullah saw. maka Nabi bersabda: Bunuhlah ia. Para sahabat berkata: Ya Rasulullah ia hanya mencuri. Nabi mengatakan: Potonglah tangannya. Kemudian ia dipotong. Kemudian ia di bawa lagi untuk kedua kalinya, lalu Nabi mengatakan: Bunuhlah ia. kemudian disebutkan seperti tadi. Lalu ia di bawa lagi untuk ketiga kalinya maka Nabi menyebutkan seperti tadi. Kemudian ia di bawa lagi untuk keempat kalinya dan Nabi mengatakan seperti tadi. Akhirnya ia dibawa lagi untuk kelima kalinya. Lalu Nabi mengatakan: Bunuhlah ia. ( hadis dikeluarkan oleh Abu Daud dan An-Nasa’i).

Page 48: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

B. Biografi Ulama dan Sarjana Hukum

Abdul Qadir Awdah

Beliau adalah Fakultas Hukum Universitas kairo pada tahun 1930, dan tercatat sebagai alumnus terbaik. Baliau pernah menjabat sebagai DPR Mesir dan sebagai tangan kanan Ikhwanul Muslim yang dipimpin oleh Hasan Al-Banna. Selain itu dalan pemerintahan baliau juga pernah menjabat sebagai hakim. Sebagai seorang hakim baliau sangat memegang teguh prinsip Undang-Undang yang ada karena menurut baliau Undang-Undang tersebut tidak bertentangan dengan syari’at Islam. namun ketika Ikhwanul Muslim dicap sebagai pemberontak, banyak tokoh IM yang dihukum mati, salah satunya adalah beliau. Adapun magnum opus baliau adalah kitab “ Tasyr’i al-Jinā’ī al-Islamī”, dan “ al-alumnus Islam wa Auda’una al-Qur’ani”.

Abu Ishaq asy-Syatibi

Nama lengkap baliau adalah Ibrahim Ibnu Musa bin Muhammad al-Lahmi Asy-Syatibi al-Ghamabi. Namun beliau lebih dikenal dengan nama Asy-Syatibi. Beliau wafat pada tahun 790 H di Granada. Asy-Syatibi menjadi terkenal setelah menulis kitab Al-munawafaqat dan Al-i’tisam. Kedua kitab tersebut tersebar diberbagai penjuru dunia sebagai rujukan penulis moder.

Prof. Dr. Andi Hamzah, SH,

Beliau lahir pada tanggal 14 juni 1933 di Sengkam, Sulawesi Selata. Beliau adalah Guru Besar di Fakultas Hukum Universitas Trisakti. Pendidikan S1 di tempuh di Fakultas Hukum Hasanuddin (1962), kemudian S3 di sFakultas Hukum Hasanuddin (1983). Pendidikan tambahan Evidensce Law Course, Stanford University, USA; Environmental Law Enforcement Course, Beland; dan Narcotics Law Enffoecement Training Course, Bangkok. Judul Desertasinya adalah “Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana KorupsiSebagai Sarana Pembangunan”. Riwayat karirnya yaitu sebagai Pegawai Negeri Kejaksaan RI. Jaksa, (1 Mei 1954 – 1 juli 1993), kajari Manado, (1962-1964), dan Staf Ahli Jaksa Agung (1992).

Page 49: FATWA NU TENTANG HUKUMAN MATI BAGI KORUPTOR …digilib.uin-suka.ac.id/11099/1/BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf · jinayah korupsi merupakan jarimah taksir yang hukumannya di tentukan

C. Curiculum Vitae

DATA PRIBADI

Nama : Sari Widowati

NIM : 09370091

Jurusan : Jinayah Siyasah

TTL : Jember, 05 Oktober 1989

Alamat : Dusun Tampingan Jember Jawa Timur

Email : [email protected]

DATA ORANGTUA

Nama Ayah : Sutima

Nama Ibu : Seniman

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Dusun Tampingan Jember Jawa Timur

RIWAYAT PENDIDIKAN

1996/1997 – 2002/2003 SDN Gelang III

2002/2003 – 2004/2005 MTs Miftahul Ulum

2005/2006 – 2007/2008 MA Wahid Hasyim

2009/2010 – sekarang UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Demikian curriculume vitae ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta, 14 Juni 2013

Tertanda

Sari Widowati