fast food vs obesitas.pdf

of 58 /58
1 HUBUNGAN KONSUMSI FAST FOOD DENGAN OBESITAS PADA REMAJA DI AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH BANDA ACEH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh OLEH : SRI WAHYUNI 121010210208 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN BANDA ACEH 2013

Embed Size (px)

Transcript of fast food vs obesitas.pdf

  • 1HUBUNGAN KONSUMSI FAST FOOD DENGAN OBESITASPADA REMAJA DI AKADEMI KEBIDANAN

    MUHAMMADIYAH BANDA ACEH

    SKRIPSIDiajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi

    Diploma IV Kebidanan STIKes UBudiyah Banda Aceh

    OLEH :

    SRI WAHYUNI121010210208

    SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN UBUDIYAHPROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN

    BANDA ACEH2013

  • 2ABSTRAK

    HUBUNGAN KONSUMSI FAST FOOD DENGAN OBESITAS PADAREMAJA DI AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH

    BANDA ACEH

    Sri Wahyuni, Aripin Ahmad

    xii + 46 halaman : 14 Tabel, 2 Gambar, 13 LampiranLatar Belakang : Obesitas adalah dampak dari konsumsi energi berlebih, diIndonesia prevalensi obesitas pada remaja mencapai 18%, peningkatan inidisebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi fast food.Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Hubungan Konsumsi Fast Food DenganObesitas Pada Remaja Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat analitik menggunakan desaincrossectional study, dengan sampel 82 orang remaja yang dilakukan pada tanggal17-19 Februari 2014 di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh. DataBB dan TB dikumpulkan dengan pengukuran antropometri menggunakan indeksmassa tubuh (IMT), membagikan kuesioner untuk status gizi remaja (genetik) danaktivitas fisik. sedangkan konsumsi fast food dilakukan dengan metode FoodFrequency Quetionnairer (FFQ). Hipotesa dianalisis dengan uji Chi-Square.Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan 20,73% remaja menderitaobesitas, status gizi remaja (genetik) obesitas 26,82%, remaja yang aktivitasfisiknya berat 74,39%, sedangkan 37,80% sering mengkonsumsi fast food.Obesitas remaja disebabkan oleh orang tuanya obesitas (68,18%) dari pada orangtua normal (3,33%). Remaja obesitas cenderung melakukan aktivitas fisik berat(24,59%) dari pada aktivitas sedang (9,52%). Proporsi obesitas lebih banyak padaremaja yang sering mengkonsumsi fast food (45,16%) dibandingkan yang jarang(5,88%). Ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara status gizi remaja(genetik) dan konsumsi fast food dengan obesitas dimana P=0,000, dan tidak adahubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas dimana P=0,214.Kesimpulan dan Saran : status gizi remaja (genetik) dan konsumsi fast food adahubungan dengan obesitas,sedangkan aktivitas fisik tidak ada hubungan denganobesitas. Disarankan untuk menjaga dan memilih makanan yang baik sesuaifrekuensi yang dianjurkan untuk mencegah obesitas.Kata Kunci: Status Gizi Remaja (Genetik), Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast

    Food dan ObesitasSumber : 31 dari Buku (1996-2013) + 16 Internet1. Mahasiswi Prodi D-IV Kebidanan UBudiyah2. Dosen Pembimbing Prodi D-IV Kebidanan UBudiyah

  • 3ABSTRACTFAST FOOD CONSUMPTION RELATIONSHIP WITH OBESITY IN

    ADOLESCENTS IN THE ACADEMY OF MIDWIFERYMUHAMMADIYAH BANDA ACEH

    Sri Wahyuni, Aripin Ahmad

    xii + 46 pages : 9 Table , Figure 1 , Appendix 12Background: Obesity is excess energy consumption, in Indonesia pervalensiobesity in adolescents reach 18%, the increase is due to the habit of eating FastFood.The purpose of the study: to determine the relationship of fast food consumptionwith obesity in adolescents in Banda Aceh Midwifery Academy Muhammadiyah.Methods: This study uses analytic cross sectional study design, with a sample of82 adolescents were conducted on 17 to 19 February 2014 in Midwifery Academyof Muhammadiyah Banda Aceh. BB and TB of data collected by using ameasurement antropometeri body Massa index (BMI), a questionnaire distributedto the nutritional status of adolescents (herediter) and physical activity. While theconsumption of fast food is done by the method Questionnairer Food Frequency(FFQ). Hypothesis in the analysis with Chi-square test.Result: The results showed 20.73% of adolescents suffer from obesity, nutritionalstatus obesity 26.82% adolescents (herediter), teens heavy physical activity74.39%, while 37.80% often consume fast food. Adolescent obesity is caused byparents (68.18%) of the parents of normal (3.33%). Adolescent obesity tends toperform strenuous physical activity (24.59%) of the activity was (9.52%). Theproportion of obese adolescents are more often consume food fats (45.19%)compared to the rare (5.88%). It showed there is significant relationship betweenadolescents (herediter) nutritional status and fast food consumption with obesitywhere P = 0.000, and there was no relationship between physical activity withobesity where P = 0.214.Conclusions and Recommendations : nutritional status of adolescents(herediter) the elderly and consumption of fast food was no association withobesity , physical activity whereas no association with obesity . It is advisable tomaintain a good diet and choosing the appropriate frequency is recommended toprevent obesity .Keywords: Status Adolescents Nutrition, Physical Activity, and Obesity Fast

    Food ConsumptionSources: 34 from the Book (1996-2013) + 16 Internet1 . Prodi D - IV student of Midwifery U'Budiyah2 . Supervisor Prodi D - IV Midwifery U'Budiyah

  • 4KATA PENGANTAR

    Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, sertashalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW karenadengan berkat dan karunia-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yangberjudul Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Obesitas Pada Remaja DiAkademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.

    Penyusunan Skripsi ini merupakan suatu kewajiban yang harusdilaksanakan sebagi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana SainTerapan (SST) pada Program Diploma IV Kebidanan STIKes UBudiyah BandaAceh, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepadabapak Aripin Ahmad, S.SiT, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telahmemberikan petunjuk, arahan, bimbingan dan dukungan mulai dari awalpenulisan sampai dengan selesainya skripsi ini.

    Dalam penyelesaian Skripsi ini peneliti telah banyak menerima bimbingandan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui katapengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :1. Bapak Dedi Zefrijal, S.T selaku ketua Yayasan Pendidikan Ubudiyah

    Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Ubudiyah Banda Aceh2. Ibu Marniati, M.Kes selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)

    UBudiyah Banda Aceh3. Ibu Raudhantun Nuzul ZA, SST selaku ketua Prodi D-IV Kebidanan Sekolah

    Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) UBudiyah Banda Aceh4. Ibu Susanti,SKM, M.Kes selaku penguji I yang telah memberikan masukan

    demi kesempurnaan skripsi ini.5. Ibu Arlayda, SKM, M.kes selaku penguji II yang telah memberikan masukan

    demi kesempurnaan skripsi ini.6. Direktur Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh yang telah

    memberikan motivasi dan saran-saran dalam penulisan Skripsi ini

  • 57. Mahasiswi-mahasiswi Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Acehyang telah berpartisipasi dalam penyelesaian Skripsi ini

    8. Teristimewa sekali kepada Ayahanda dan ibunda tercinta, adik-adik tersayangserta seluruh keluarga yang senantiasa selalu mendoakan dan memberikandukungan baik moril maupun materil kepada peneliti sehingga Skripsi inidapat terselesaikan.

    9. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan di Program Diploma IVKebidanan STIKes UBudiyah Banda Aceh dan semua pihak yangmemberikan dukungan serta telah banyak membantu dalam menyelesaikanskripsi ini.

    Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kesalahan baik dalammerangkai kata maupun dalam pengetikannya. Oleh karena itu, peneliti denganlapang dada dan tangan terbuka menerima kritikan dan saran yang sifatnyamembangun guna melengkapi skripsi ini dan harapan peneliti, skripsi yangsederhana ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amin ya rabbalalamin

    Banda Aceh, 12 Maret 2014Peneliti

    SRI WAHYUNI

  • 6DAFTAR ISIHalaman

    HALAMAN JUDUL..................................................................................... iABSTRAK .................................................................................................... iiPERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................... ivPENGESAHAN PENGUJI .......................................................................... viKATA PENGANTAR................................................................................... viiDAFTAR ISI................................................................................................. ixDAFTAR TABEL......................................................................................... xDAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiDAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xiiBAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang.................................................................................. 1B. Rumusan Masalah............................................................................. 6C. Tujuan Penulisan............................................................................... 6D. Manfaat Penelitan ............................................................................. 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Obesitas ............................................................................................ 8B. Remaja........................................................................ ........................ 12C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Obesitas pada Remaja................. 13D. Kerangka Teori ................................................................................. 22E. Kerangka Konsep.............................................................................. 23F. Hipotesa............................................................................................ 23

    BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIANA. Jenis Penelitian ................................................................................. 24B. Populasi dan Sampel ......................................................................... 24C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 26D. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................ 26E. Instrumen Penelitian ......................................................................... 27F. Definisi Operasional ......................................................................... 29G. Pengolahan dan Analisa Data ............................................................ 30

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA.Hasil Penelitian.................................................................................. 33B. Pembahasan....................................................................................... 39

    BAB V PENUTUPA. Kesimpulan ................................................................................... 45B. Saran............................................................................................. 45

    DAFTAR PUSTAKADAFTAR LAMPIRAN

  • 7DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi ..................................................................... 9Tabel 2.2 Pengeluaran Energi Pada Kegiatan Remaja ..................................... 15Tabel 2.3 Daftar Kandungan Kalori Fast Food ............................................... 21Tabel 3.1 Sampel Perkelas .............................................................................. 25Tabel 3.2 Definisi Operasional........................................................................ 28Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Pada Remaja Di Akademi

    Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ........................................ 33Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Remaja Di Akademi

    Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ........................................ 34Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Obesitas Pada Remaja Di Akademi

    Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ........................................ 35Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Gizi Orang Tua Remaja Di

    Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ......................... 35Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Pada Remaja Di

    Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ......................... 36Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi KonsumsiFast Food Pada Remaja

    Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh..................... 37Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Status Gizi Orang Tua dengan Obesitas

    Pada Remaja Di Akademi Kebidanan MuhammadiyahBanda Aceh .................................................................................... 37

    Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik dengan ObesitasPada Remaja Di Akademi Kebidanan MuhammadiyahBanda Aceh .................................................................................... 38

    Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Konsumsi Fast Food denganObesitas Pada Remaja Di Akademi KebidananMuhammadiyah Banda Aceh .......................................................... 39

  • 8DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ......................................................... 22

    Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian...................................................... 23

  • 9DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 : Permohonan Menjadi RespodenLampiran 2 : Persetujuan Menjadi RespodenLampiran 3 : Lembaran KuesionerLampiran 4 : Master TabelLampiran 5 : Frequencies and CrosstabsLampiran 6 : Surat Mohon Izin Pengambilan Data AwalLampiran 7 : Surat Selesai Pengambilan Data AwalLampiran 8 : Surat Mohon Izin PenelitianLampiran 9 : Surat Selesai PenelitianLampiran 10 : Lembar KonsulLampiran 11 : Daftar Kehadiran Mengikuti Seminar ProposalLampiran 12 : Daftar Kehadiran Mengikuti Sidang SkripsiLampiran 13 : Biodata

  • 10

    BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar BelakangPembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

    sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam peningkatankualitas SDM adalah gizi yang baik, terutama untuk peningkatan gizi remaja.Masalah gizi pada remaja muncul dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaituketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yangdianjurkan. Salah satu masalah gizi pada remaja adalah gizi lebih yaituditandai dengan berat badan yang relatif berlebihan bila dibandingkan denganusia atau tinggi badan remaja sebaya, sebagai akibat terjadinya penimbunanlemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh (Sulistyoningsih, 2011).Keadaan ini dapat menimbulkan berbagai macam efek terhadap pertumbuhan,perkembangan, psikososial dan timbulnya penyakit (Soetjiningsih, 2004).

    Secara umum dapat dikatakan bahwa kegemukan (obesitas) adalahdampak dari konsumsi energy yang berlebihan, dimana energy yangberlebihan tersebut disimpan di dalam tubuh sebagai lemak, sehinggaakibatnya dari waktu ke waktu badan menjadi bertambah berat (Muchtadi,2001).

    Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkanWHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan epidemi global, sehinggaobesitas sudah menjadi problem kesehatan yang harus segera ditangani(Hidayati dkk, 2006). Menurut Hadi (2005), saat ini diseluruh dunia terdapat

  • 11

    peningkatan prevalensi kelebihan berat badan (overweight) dan obesitashingga mencapai tingkat yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti Eropa, USA, dan Australia telah mencapai tingkatepidemic, demikian juga di negara-negara berkembang.

    Bagi orang Amerika, kegemukan saat ini sudah menjadi masalahserius. Banyak kematian yang menimpa orang Amerika terkait denganmasalah berat badan. Saat ini 50% orang dewasa di Amerika tergolong dalamkategori overweight/obesitas (Khomsan, 2006).

    Indonesia sedang menghadapi kemungkinan meledaknya penderitaobesitas. Menurut Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI),Herdinsyah, saat ini jumlah penderita obesitas di Indonesia untuk populasiremaja dewasa sudah mencapai angka 18% (Siswono, 2007). SedangkanPenelitian di Semarang pada tahun 2004 memperlihatkan bahwaprevalensi overweight pada anak adalah 9,1% sedangkan obesitasnya 10,6%(Musa, 2010).

    Kegemukan menjadi sesuatu yang harus diwaspadai karenakegemukan yang berkelanjutan akan membawa berbagai penyakit penyerta.Pada dasarnya kegemukan pada anak mungkin hanya akan membawa dampaksocial-psikologis. Anak yang mengalami kegemukan akan menarik diri daripergaulan, kurang leluasa dalam melaksanakan kegiatan fisik disekolah, danakan semakin tenggelam dalam kebiasaan makan dengan porsi besar. Namun,apabila kegemukan pada anak ini tidak diatasi, mereka berpeluang besar untukmenjadi orang dewasa dengan problem kegemukan (obesitas). Orang dewasa

  • 12

    penderita kegemukan akan rentan terhadap berbagai penyakit degenerativeyang membahayakan kesehatan dan nyawanya seperti penyakit jantungkoroner, stroke dan hipertensi (Khomsan, 2006).

    Dari berbagai penelitian dapat dibuktikan bahwa obesitas dapatmeningkatkan resiko timbulnya berbagai macam penyakit seperti kencingmanis, penyakit kantung empedu, penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.Disamping itu, obesitas juga faktor penyulit pada penyakit saluran nafas,mempersulit kehamilan dan akhirnya, serta dapat memperpendek harapanhidup seseorang (Diarly, 2007).

    Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang berperan dalamtimbulnya obesitas. Telah lama diamati bahwa anak-anak obesitas umumnyaberasal dari keluarga dengan orang tua obesitas. Bila salah satu orang tuaobesitas, kira-kira 40-50% anak-anaknya akan menjadi obesitas, sedangkanbila kedua orang tua obesitas, 80% anak-anaknya akan menjadi obesitas(Diarly, 2007).

    Peningkatan prevalensi obesitas terjadi karena berkurangnya aktivitasfisik dan perubahan pola makan. Aktivitas fisik merupakan kunci utamakeseimbangan energi yang menyumbang pengeluaran energi (Musa, 2010).Gaya hidup yang serba mudah dan santai yang membuat tubuh menjadi jarangbergerak atau menggunakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehari-hari. Padahaldari makanan yang dikonsumsi, sebagian besarnya seharusnya dibakar agartidak menumpuk menjadi lemak. Penumpukan lemak secara terus-menerus

  • 13

    akan membuat ukuran tubuh menjadi terus bertambah. Ini tentu saja akanmenambah pundi-pundi lemak di bawah kulit (Dewi, 2011).

    Begitu juga dengan perubahan pola makan yang menyebabkan remajaobesitas. Faktor yang sering ditemukan sehingga terjadinya perubahan polamakan yang menyebabkan asupan energi melebihi kebutuhan adalahgangguan emosional dan juga riwayat kebiasaan makan serta frekuensi asupanmakanan berkalori tinggi yang perlu digali dari orangtua remaja obesitas(Soetjiningsih, 2007).

    Selain itu, remaja juga cenderung mengonsumsi fast-food dan soft-drink untuk menciptakan citra diri yang modern dalam komunitasnya. Remajausia sekolah juga merupakan suatu kelompok masyarakat yang relatif rentanterhadap iklan terutama iklan makanan cepat saji di televisi. Adanya iklan-iklan produk makanan cepat saji di televisi dapat meningkatkan pola konsumsiatau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya (Alfadilah, 2010).

    Mahasiswa termasuk golongan remaja yang rentan terhadap gizi.Makan pagi (sarapan) adalah hal yang banyak orang lupakan, khususnyamahasiswa. Sehingga seseorang baru mulai makan pada siang hari. Haltersebut banyak terjadi dikarenakan jadwal kuliah atau aktivitas laboratoriumyang cukup pagi, telat bagun tidur (kesiangan), malas untuk sarapan, dan lain-lain. Remaja yang memiliki aktivitas seperti ini lebih memilih makanan cepatsaji karena kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapatdihidangkan kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian yang higienis,dianggap makanan bergengsi, makanan modern, juga makanan gaul bagi anak

  • 14

    muda. Makanan cepat saji yang dimaksud adalah jenis makanan yangdikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana (Lutfi,2011).

    Menurut Padmiari dalam Alfadilah (2010), hasil penelitiannya padatahun 2002 tentang makanan cepat saji dan risiko obesitas, ditemukan sekitar15,8% dari 154 anak usia SD di Kota Denpasar mengalami Obesitas. Terdiriatas 9,7% laki-laki dan 3,9% perempuan, dan penelitian lanjutan sempatdilakukan Padmiari di tahun 2004 terhadap 2.700 orang dewasa ditemukansebanyak 10,5% orang dewasa di Denpasar mengalami obesitas akibatmengkonsumsi makanan cepat saji.

    Pencegahan obesitas dapat dilakukan dengan pengaturan diet, bukanmengurangi jumlah asupan makanan tetapi dengan mengatur komposisimakanan menjadi menu sehat. Cara lain peningkatan aktivitas fisik, misalnyadengan membatasi aktivitas pasif, seperti menonton televisi atau bermainkomputer dan play stations, mengubah pola hidup (modifikasi perilaku)menjadi pola hidup sehat, baik dalam mengonsumsi makanan maupun dalamberaktivitas. Perubahan tersebut sebaiknya melibatkan seluruh keluarga,sehingga tidak dirasakan sebagai hukuman atau pengucilan bagi si anak (Mita,2008).

    Berdasarkan data yang di peroleh dari Akademi KebidananMuhammadiyah Banda Aceh, jumlah mahasiswi tahun ajaran 2013-2014sebanyak 454 orang mahasiswi. Di Tingkat I ada 98 orang mahasiswi, ditingkat II ada 179 orang mahasiswi, dan di tingkat III ada 177 orang

  • 15

    mahasiswi (Bagian Akademi AKBID Muhammadiyah, 2013). Berdasarkanhasil pengamatan penulis ada 46 orang mahasiswa yang mengalami obesitasdan tersebar di tingkat I, II dan III. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa 8dari 10 orang mahasiswi yang jarang/tidak pernah sarapan pagi dan 7 dari 10mahasiswi sering mengkonsumsi bakso/pangsit ketika menjelang siang hari,serta 9 dari 10 orang mahasiswi tersebut yang hampir tidak pernah melakukankegiatan olahraga setiap minggunya.

    Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjutmengenai Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Obesitas Pada Remaja DiAkademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.

    B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan

    permasalahan adalah Apakah ada Hubungan Konsumsi Fast Food DenganObesitas Pada Remaja Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.

    C. Tujuan Penulisan1. Tujuan Umum

    Untuk mengetahui Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Obesitas PadaRemaja Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.

    2. Tujuan Khususa. Untuk mengetahui hubungan status gizi remaja (genetik) dengan

    obesitas pada remaja di Akademi Kebidanan Muhammadiyah BandaAceh.

  • 16

    b. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan obesitas padaremaja di Akademi kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.

    c. Untuk mengetahui hubungan konsumsi fast food dengan obesitas padaremaja di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.

    D. Manfaat Penulisan1. Bagi Institusi Pendidikan

    Untuk menambah referensi pada perpustakaan dan dapat menjadi masukanbagi yang membacanya. Serta sebagai informasi dalam mengambillangkah yang tepat untuk mengurangi prevalensi obesitas pada remaja.

    2. Bagi PemerintahSebagai dasar informasi dalam melakukan upaya promotif dan preventifmelalui program penanggulangan gizi lebih/obesitas pada remaja.

    3. Bagi Peneliti LainSebagai penerapan proses berfikir secara alamiah dalam menganalisa suatumasalah, juga sebagai media latihan dalam melakukan penelitian yangberhubungan dengan konsumsi fast food dengan obesitas pada remaja.

  • 17

    BAB IITINJAUAN PUSTAKA

    A. Obesitas1. Definisi

    Kegemukan (obesitas) ini dapat didefinisikan sebagaiakumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggukesehatan. Seseorang bisa dikatakan kelebihan berat badan bila IndeksMassa Tubuh (IMT) lebih besar atau sama dengan 25 (Agtadwimawanti,2012). Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat daripenimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Suryoprajoyo, 2009). Secaraumum dapat dikatakan bahwa kegemukan (obesitas) adalah dampak darikonsumsi energy yang berlebihan, dimana energy yang berlebihan tersebutdisimpan di dalam tubuh sebagai lemak, sehingga akibatnya dari waktu kewaktu badan menjadi bertambah berat (Muchtadi, 2001).

    Menurut Ginanjar (2008) Obesitas dapat dinilai melaluiberbagai metode atau tehnik pemeriksaan. Cara yang obyektif untukmengukur kelebihan berat badan adalah dengan menghitung BMI (BodyMass Index) atau Indeks Massa Tubuh. Pengukuran BMI/IMT dilakukandengan cara membagi nilai berat badan (kg) dengan nilai kuadrat daritinggi badan (m).

    Rumus : BMI =

  • 18

    Keterangan :BMI = Body Mass IndexB = Berat badan (kg) dant = Tinggi badan (m)

    Tabel 2.1Klasifikasi Status Gizi

    Klasifikasi Status Gizi Indeks Massa Tubuh (IMT)(Kg/m2)

    Kurus (Underweight)

  • 19

    masalah kesehatan di kemudian hari, tetapi juga membawa masalah bagikehidupan sosial dan emosi yang cukup berarti pada remaja (Virgianto danPurwaningsih, 2006).

    Menurut Soetjiningsih (2007), beberapa komplikasi yangditimbulkan oleh obesitas pada remaja adalah :a. Gangguan pernafasanb. Gangguan tidurc. Gangguan kulitd. Ortopedie. Hipertensif. Penyakir jantung koronerg. Diabetesh. Maturitas seksual lebih awali. Menstruasi tidak teraturj. Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan,

    underventilasi dan ngantuk)k. Gangguan psikologi

    4. Penanganan ObesitasMenurut Windasari (2009), tujuan dari terapi obesitas tak lain

    untuk mencapai dan menjaga berat badan yang sehat. Upaya untukmencapai berat badan yang sehat dapat dilakukan melalui perubahan polamakan (diet), peningkatan aktivitas fisik, dan modifikasi perilaku. Dokterdapat meresepkan obat antiobesitas atau merekomendasikan tindakan

  • 20

    bedah untuk membantu menurunkan berat badan. Namun semua itutergantung kepada kondisi tiap individu.a. Perubahan Pola Makan dan Diet.

    Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupankalori total. Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dansayur, serta membatasi gula dan lemak. Diet ekstrim tidak disarankankarena dapat mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan dalammasa pertumbuhan remaja. Bicarakan dengan dokter atau ahli giziuntuk mengetahui kebutuhan kalori anda.

    b. Peningkatan Aktivitas Fisik.Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah

    membakar lebih banyak kalori. Banyaknya kalori yang dibakartergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yangdilakukan.

    c. Obat Anti ObesitasDokter dapat mempertimbangkan memberikan obat anti

    obesitas jika:1) Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil.2) Nilai BMI lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari obesitas,

    seperti diabetes, peningkatan tekanan darah, dan sleep apnea.3) Nilai BMI lebih dari 30.

  • 21

    d. Tindakan Pembedahan.Jika semua tindakan di atas tidak mampu menurunkan berat

    badan, maka pembedahan dapat menjadi pilihan. Operasi gastricbypass dapat dilakukan dengan cara merubah anatomi sistempencernaan untuk membatasi jumlah makanan yang dimakan dandicerna.

    Pembedahan untuk menurunkan berat badan dapatdipertimbangkan jika:1) Nilai BMI 40 atau lebih2) Nilai BMI antara 35-39,9 dan terdapat risiko kesehatan serius

    terkait obesitas, seperti diabetes atau peningkatan tekanan darah.B. Remaja

    Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latinadolescere yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yangdimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangansosial dan psikologis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belumkawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun. Masa remaja adalahmasa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis.Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masapematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa(Widyastuti, dkk. 2009).

  • 22

    Menurut WHO (2003) dalam Syafiq, dkk (2009) menyebutkan bahwamasalah gizi remaja perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnyayang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknyapada masalah gizi saat dewasa. Saat ini populasi remaja di dunia telahmencapai 1.200 juta jiwa atau sekitar 19 persen dari total populasi dunia.

    Periode remaja merupakan periode kritis dimana terjadi perubahanfisik, biokimia, dan emosional yang cepat. Pada masa ini terjadi growth spurtyaitu puncak pertumbuhan tinggi badan (peak high velocity) dan berat badan(peak weight velocity). Kecepatan pertumbuhan TB rata-rata mencapai 20cm/tahun pada laki-laki dan 16 cm/tahun pada perempuan. Demikian pulakecepatan pertumbuhan BB rata-rata mencapai 20 Kg/tahun pada laki-laki dan16 Kg/tahun pada perempuan. Kecepatan pertumbuhan TB dan BB pada masaremaja ini jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan TB dan BBpada masa anak-anak (usia 2 sampai 10 tahun) yang rata-rata hanya 5-6cm/tahun dan 2-3 Kg/tahun (Wahlqvist, 1997). Selain itu, pada masa remajajuga terdapat puncak pertumbuhan masa tulang (peak bone mass/PBM) yangmenyebabkan kebutuhan gizi pada masa ini sangat tinggi bahkan lebih tinggidari pada fase kehidupan lainnya (Almatsier, 2003).

    C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Obesitas pada Remaja1. Status Gizi Remaja (Genetik)

    Status Gizi remaja di tinjau dari keturunan (genetik) atau bawaandari orang tua. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memilikipenyebab genetik. Kalau salah satu orang tua yang obesitas maka anaknya

  • 23

    mempunyai risiko 30%-40% menjadi obesitas pada usia dewasa,sedangkan kalau kedua orang tuanya obesitas maka resikonya meningkatmenjadi 70-80% (Soetjiningsih, 2007).

    Hal serupa juga pernah dikemukakan oleh Hegarty (1996) genetikmemegang peranan penting dalam mempengaruhi berat dan komposisitubuh seseorang. Jika kedua orang tua mengalami obesitas, kemungkinanbahwa anak-anak mereka akan mengalami obesitas sangat tinggi (75-80%). Jika salah satu orang tuanya mengalami obesitas kemungkinantersebut hanya 40%. Sedangkan jika tidak seorangpun dari orang tuanyamengalami obesitas, peluangnya relative kecil (

  • 24

    yang dilakukan seseorang selama 24 jam serta banyak mengeluarkanenergi.

    Aktifitas fisik remaja diukur sebagai pengeluaran kalori (caloriccost), tetapi tidak selalu sesuai karena keuntungan dan efek kesehatanaktivitas fisik melalui pengeluaran energi sebagai contoh lari dengan suatuintensitas tertentu, sedangkan pengeluaran energi rendah contohnya latihanperegangan tidak berhubungan dengan besarnya pengeluaran kalori(Subardja, 2004).

    Ikut serta dalam tim olahraga di sekolah, bersepeda atau mungkinberjalan kaki ke sekolah merupakan diantara cara untuk membuat remajatetap aktif. Mencuci mobil atau melakukan pekerjaan rumah tangga jugadapat di hitung sebagai aktivitas fisik (Windasari, 2009).

    Di masa industri sekarang ini, dengan meningkatnya mekanismedan memudahkan transportasi, orang cenderung kurang gerak, ataumenggunakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehari-hari. Ditambah lagidengan dampak kemajuan teknologi menyebabkan anak-anak dan remajacenderung menggemari permainan yang kurang menggunakan energi,seperti menonton televisi, play station, atau game di komputer. Selain itu,kebiasaan menonton TV berjam-jam dengan menyediakan berbagaimacam cemilan menyebabkan kebiasaan makan yang tanpa disadari dapatmemicu terjadinya kenaikan berat badan. Aktivitas remaja dewasa inidapat diklasifikasikan yang rata-rata tidak jauh berbeda namun dapat

  • 25

    dikelompokkan menurut tingkatannya antara lain aktivitas fisik ringan,aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik berat (Agoes 2003).

    Tabel 2.2Pengeluaran Energi pada kegiatan remaja

    Macam Kegiatan k.kal/ jamRingan :Membaca, menulis, makan, menonton televisi,mendengarkan radio, merapikan tempat tidur,mandi,berdandan, berjalan lambat, bermain kartu danberbagai kegiatan yang dikerjakan dengan duduk atautanpa menggerakkan lengan.

    80-160 k.kal 1-3 jam

    Sedang :Bermain dengan mendorong benda, bermain pingpong,menyetrika, merawat tanaman, menjahit, mengetik,mencuci baju dengan tangan, menjemur pakaian,berjalan kecepatan sedang serta berbagai kegiatanyang dikerjakan dengan berdiri atau duduk yangbanyak menggerakkan lengan.

    170-240 k.kal 4-6 jam

    Berat :Berjalan cepat, bermain dengan mengangkat-angkatbenda berat, berlari, berenang, bermain tenis, naikturun tangga, memanjat, bersepeda, bermain sky,dansa, sepak bola, bermain bowling, golf, berkebun,bermain dengan banyak menggerakkan lengan.

    >250 k.kal> 6 jam

    (sumber : Agoes, 2003)3. Konsumsi Fast Food

    a. Definisi Fast FoodFast food secara terbatas diartikan sebagai makanan siap santap

    yang berasal dari Negara Barat. Umumnya fast food disukai anak-anak,remaja, maupun orang dewasa karena rasanya sesuai dengan selera danharganya terjangkau. Dalam arti luas, sebenarnya fast food mencakupjuga segala jenis makanan yang dapat disajikan secara cepat termasukmakanan yang dijual direstoran Padang. Pangan di restoran fast foodtersusun dari berbagai jenis bahan yang sebenarnya sudah sangat kita

  • 26

    kenal. Sumber karbohidrat utamanya adalah nasi, kentang, dan terigu.Sementara itu, sumber protein didominasi oleh daging (ayam dansapi), ikan, telur, dan susu (Khomsan, 2006).

    b. Pola dan Frekuensi Konsumsi Fast FoodMenurut Baliwati, dkk (2004), pola makan atau pola konsumsi

    pangan adalah susunan tertentu. Sedangkan Soegeng, dkk (2004)mengungkapkan bahwa pola makan merupakan berbagai informasiyang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makananyang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khasuntuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

    Pola makan remaja yang perlu dicermati adalah tentangfrekuensi makan, jenis makanan dan jumlah makanan. Frekuensimakan merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan makandalam sehari baik makanan utama maupun selingan. Frekuensi makandi katakan baik bila frekuensi makan setiap harinya 3 kali makananutama atau 2 kali makanan utama dengan 1 kali makanan selingan dand inilai kurang bila frekuensi makan setiap harinya 2 kali makanutama atau kurang. Jenis makanan yang dikonsumsi oleh remaja dapatdi kelompokkan menjadi 2 yaitu makanan utama dan makananselingan (Hudha, 2006).

    Makan pagi merupakan hal penting bagi seseorang. Ada duamanfaat kalau kita membiasakan sarapan pagi. Pertama, sarapan pagidapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk

  • 27

    meningkatkan kadar gula darah, sehingga gairah dan konsentrasibelajar bisa lebih baik sehingga berdampak positif terhadap prestasibelajar. Kedua, sarapan pagi dapat memberikan kontribusi pentingakan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak,vitamin, dan mineral yang bermanfaat untuk proses fisiologis dalamtubuh. Tidak sarapan pagi menyebabkan kekosongan lambung selama10-11 jam karena makan terakhir yang masuk ke tubuh adalah makanmalam pukul 19.00 wib (Khomsan, 2006).

    Dengan membiasakan remaja untuk sarapan sebelum memulaiaktivitas sangatlah bermanfaat bagi remaja. Walaupun kadangdianggap sepele, namun sesungguhnya sarapan merupakan hal yangpenting. Sarapan yang bergizi akan memberi energi untuk menghadapiaktivitas sepanjang hari. Selain itu, sarapan dapat mencegah remajamakan berlebihan pada siang dan malam harinya (Nita, 2008).

    Penelitian yang dilakukan terhadap 1800 wanita oleh CityUniversity di New York menunjukkan bahwa waktu makan tidakmempengaruhi kenaikan berat badan. Banyaknya kalori yang dikonsumsilah yang akan menentukan kenaikan atau penurunan beratbadan seseorang (Foster, 2007).

    Frekuensi konsumsi fast food di kalangan remaja perlumendapat perhatian orang tua. Banyak fast food yang mengandungtinggi kalori sehingga konsumsi yang berlebihan akan menimbulkan

  • 28

    masalah kegemukan, namun konsumsi seminggu 1-2 kali mungkinmasih dapat dianggap wajar (Khomsan, 2006).

    Selain makanan utama dan makanan selingan, minuman jugadiperlukan untuk kebutuhan tubuh guna membantu dalam prosesmetabolisme dalam tubuh dan menghilangkan rasa haus. Minumandalam hal ini merupakan suatu cairan yang diperlukan oleh tubuhdalam sehari sekitar 2 liter air. Cairan yang dimaksud berupa air putih,minuman manis mapun cairan yang ada dalam masakan. Minuman airputih atau sejenisnya dikonsumsi setelah makanan utama danmengiringi makanan selingan minimal 5 kali atau lebih (Hudha, 2006).

    c. Jenis Fast FoodDaging ayam pada restoran fast food berasal dari ayam broiler.

    Daging unggas ini kini sering disebut white meat. Sementara itu ,daging sapi yang menjadi bagian dari menu burger dimasukkan dalamkelompok red meat. Di negara-negara Barat white meat dianggap lebihsehat karena kolesterol dan lemak jenuhnya lebih rendah. Sedangkanikan direstoran fast food menjadi salah satu bagian menu ketika kitamemesan burger (fish fillet). Kandungan gizi ikan berdampak preventifterhadap penyakit degenerative seperti penyakit jantung koroner danstroke. Protein ikan memiliki komposisi dan kadar asam aminoesensial yang cukup. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwamutu protein ikan setingkat dengan mutu protein daging, sedikit di

  • 29

    bawah mutu protein telur, dan diatas protein serealia dan kacang-kacangan (Khomsan, 2006).

    Saat ini, pola makan masyarakat kita, terutama yang tinggal dikota-kota besar telah mengalami pergeseran. Mereka cenderung tidakmau mengkonsumsi makanan tradisional seperti gado-gado yang kayaserat dan gizi serta rendah kalorinya (Syamhudi, 2011).

    Fast food memenuhi persyaratan bagi kehidupan modernkarena cara penyajiannya yang cepat sehingga orang-orang sibuk bisamemesan fast food dan memakannya sambil berdiri atau berjalan.Mereka juga bisa menikmati fast food di taman-taman di tengah kotasambil beristirahat siang. Zaman modern membawa perubahan besardalam kehidupan keluarga sebab istri-istri yang dahulu menjadi iburumah tangga beralih fungsi menjadi wanita bekerja. Mereka tidaksempat lagi menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarga danakhirnya menjadikan fast food sebagai salah satu pilihan menumakanan (Khomsan, 2006).

    Makanan-makanan cepat saji (fast food) yang mengandungkadar lemak tinggi, contohnya pizza, burger, nugget, ayam goreng,keripik kentang berkeju, cemilan-cemilan lainnya seperti kentanggoreng bermentega, permen, biscuit, donat, sereal, es krim, minumansoda, milkshake, minuman kopi dengan float krim, coklat, donat(Lestari, 2009). Bahan-bahan penyusun fast food terdiri dari makanan

  • 30

    bergizi seperti kentang, nasi, daging sapi, daging ayam, dan sebagainya(Khomsan, 2006).

    Menurut WHO, ada 10 jenis makanan sampah yang perludikurangi, bahkan dihindari. Karena jika terus menerus dikonsumsiakan mengakibatkan efek mengganggu kesehatan. Makanan tersebutadalah : gorengan, mie instan dan makanan cepat saji, jeroan dandaging berlemak, asinan, daging olahan (sosis, nugget, bakso, corned),makanan yang dipanggang atau dibakar, sajian manis beku, manisankering, makanan kaleng, dan olahan keju ( Tabloid Jasa Marga, 2010).

    Tabel. 2.3Daftar Kandungan Kalori Fast Food

    Jenis makanan Porsi KaloriNasi Gurih (nasi uduk) 1 piring 389 kal

    Nasi goreng 1 piring 637 kalDada ayam goreng KFC 1 potong 470 kal

    Sate ayam 10 tusuk 365 kalSatai Kambing 3 tusuk 353 kalBihun Goreng 1 piring 521 kalMie Instant 1 bungkus 330 kalMie bakso 1 piring 400 kalSiomay 1 porsi 162 kal

    Burger keju 1 buah 425 kalPizza hut 1 potong 510 kal

    Kentang goreng 1 porsi 405 kal

    Selain air putih, soft drink merupakan salah satu minumanfavorit remaja. Padahal soft drik bisa menaikkan berat badan danmembuat orang gemuk. Minum soda sesekali saja memang tidakmasalah, namun yang terjadi efek kecanduan pada soda membuatorang ketagihan meminumnya hingga akhirnya dampak buruk yang

  • 31

    didapatkan. Orang yang sudah kecanduan hampir tiap hari minum sodabahkan sehari bisa beberapa kali. Hal ini karena soda mengandungkadar gula yang tinggi (Aifen, 2011). Di restoran fast food produkolahan susu yang popular adalah es krim. Es krim umumnyamengandung protein setara dengan susu, hanya saja kalorinya lebihtinggi (Khomsan, 2006).

    D. Kerangka Teori

    Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

    Aktivitas FisikMenurut Agoes (2003) aktivitas remajadikelompokkan menurut tingkatannya antaralain:a. aktivitas fisik ringanb.aktivitas fisik sedangc. aktivitas fisik berat

    Fast FoodMenurut Khomsan (2006) Frekuensikonsumsi fast food di kalangan remaja perlumendapat perhatian orang tua. Banyak fastfood yang mengandung tinggi kalori sehinggakonsumsi yang berlebihan akan menimbulkanmasalah kegemukan, namun konsumsiseminggu 1-2 kali mungkin masih dapatdianggap wajar.

    Status Gizi Orang TuaMenurut Soetjiningsih (2007) Status giziremaja di tinjau dari keturunan (genetik) ataubawaan dari orang tua. Obesitas cenderungditurunkan, sehingga diduga memilikipenyebab genetik. Kalau salah satu orang tuayang obesitas maka anaknya mempunyairisiko 30%-40% menjadi obesitas pada usiadewasa, sedangkan kalau kedua orang tuanyaobesitas maka resikonya meningkat menjadi70-80%.

    ObesitasSuryoprajoyo(2009)menyebutkan bahwa obesitasadalah kelebihan berat badansebagai akibat daripenimbunan lemak tubuhyang berlebihan.-----------------------------------Klasifikasi status gizi menurutHISOBI (2004) sebagaiberikut :a.Kurus (bila IMT

  • 32

    E. Kerangka KonsepKerangka konsep penelitian ini berdasarkan teori Diarly (2007),

    terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor yaitu faktor genetik, aktivitasfisik, pola makan, faktor psikologi, jenis kelamin, dan tingkat sosial.

    Oleh karena keterbatasan waktu, maka penulis hanya melihat variabelStatus gizi remaja (genetik), aktivitas fisik dan frekuensi konsumsi fast food.Untuk lebih jelas dapat dilihat pada kerangka konsep dibawah ini:

    Variabel Independen Variabel Dependen

    Status Gizi Remaja(Genetik)

    Aktivitas Fisik

    Konsumsi Fast Food

    Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

    F. HipotesaHa : diduga ada hubungan antara status gizi remaja (genetik) dengan obesitas

    pada remaja di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda AcehHa : diduga ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas pada remaja

    di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda AcehHa : diduga ada hubungan antara frekuensi konsumsi fast food dengan

    obesitas pada remaja di Akademi Kebidanan Muhammadiyah BandaAceh

    Obesitas

  • 33

    BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis PenelitianJenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik dengan

    menggunakan desain cross sectional yaitu variabel dependen dan variabelindependen dilakukan pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).

    Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat Hubungan Konsumsi FastFood Dengan Obesitas Pada Remaja Di Akademi Kebidanan MuhammadiyahBanda Aceh.

    B. Populasi dan Sampel1. Populasi

    Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi tingkat I, IIdan III Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh terhitung tahunajaran 2013/2014, yaitu berjumlah 454 orang mahasiswi.

    2. SampelSampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti,

    yang sudah tentu mampu secara representative dapat mewakili populasinya(Rutoto, 2007).

    Menurut Nursalam (2011) jika besar populasi 1000, maka sampelbisa diambil 20-30%, dan jika besar populasi

  • 34

    Keterangan :n = Besar SampelN = Besar Populasid = Tingkat Signifikansi (p), dengan taraf kepercayaan 90% yaitu (0,1)Untuk sampel dengan jumlah populasi 454 orang, maka di peroleh hasil:

    n = ( , )n = ( , )n = ,n = ,n = 81,94n = 82 orangDari jumlah sampel di atas, maka untuk setiap kelas diambil

    perwakilan sebagai berikut:

    Tabel 3.1Sampel Perkelas

    NO Tingkat/Kelas N N1. IA 50 x 82 92. IB 48 x 82 93. IIA 50 x 82 94. IIB 48 x 82 9

  • 35

    5. IIC 40 x 82 76. IID 41 x 82 87. IIIA 45 x 82 88. IIIB 47 x 82 89. IIIC 47 x 82 810. IIID 38 x 82 7

    Total 454 82

    Untuk teknik pengambilan sampel pada tiap kelas digunakan caraSimple Random Sampling. Pemilihan dengan cara ini merupakan jenisprobabilitas yang paling sederhana. Untuk mencapai sampling ini, setiapelemen diseleksi secara acak. Jika sampling frame kecil, nama bias ditulispada secarik kertas, diletakkan dikotak,diaduk, dan diambil secara acaksetelah semuanya terkumpul (Nursalam, 2011).

    C. Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini telah dilaksanakan di Akademi Kebidanan

    Muhammadiyah Banda Aceh, pada tanggal 17-24 Februari 2014.D. Tehnik Pengumpulan Data

    1. Data PrimerData primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden

    dengan menimbang Berat Badan, mengukur Tinggi Badan danmenyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara.

    2. Data SekunderData sekunder yaitu data yang diperoleh dari bagian akademi

    AKBID Muhammadiyah Banda Aceh.

  • 36

    E. Instrumen PenelitianInstrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

    Timbangan, Microtoa, dan Kuesioner. Data yang dikumpulkan adalah dataprimer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden:1. Obesitas di ukur dengan menggunakan pengukuran antropometri

    berdasarkan data yang diperoleh dengan menimbang Berat Badan (BB)dan mengukur Tinggi Badan (TB), kemudian di hitung denganmenggunakan rumus :

    IMT=Selanjutnya dikelompokkan sebagai berikut :a. Obesitas : IMT 25b. Normal : IMT

  • 37

    sebanyak 15 soal, yang meliputi 5 pertanyaan aktivitas ringan, 5pertanyaan aktivitas sedang dan 5 pertanyaan aktivitas berat.Setiap alternatif jawaban Ada diberi nilai 2, dan jawaban Tidak diberinilai 1. Skor tertinggi adalah 30 dan skor terendah adalah 15. Untukmenentukan kategori setiap responden yaitu dengan cara membagi antarajumlah nilai responden dengan skor tertinggi (30) dan dikalikan dengan

    100% (n= 100% ). Selanjutnya aktivitas fisik dibagimenjadi dua kategori yaitu :a. Aktivitas Fisik Berat, bila n = 67-100%b. Aktivitas Fisik Sedang, bila n = 0-66%

    4. Konsumsi fast food di ukur dengan menggunakan Food FrequencyQuetionnairer (FFQ), selanjutnya di kategorikan sebagai berikut :a. Sering : 3-4x/Minggub. Jarang : 1-2x/Mingguc. Tidak Pernah : tidak pernah di konsumsi/minggguSetiap alternatif jawaban Sering diberi nilai 3, jawaban Jarang diberinilai 2, dan jawaban Tidak Pernah diberi nilai 1. Skor tertinggi adalah 45dan skor terendah adalah 15. Untuk menentukan kategori setiap respondenyaitu dengan cara membagi antara jumlah nilai responden dengan skor

    tertinggi (45) dan dikalikan dengan 100% (n= 100%).Selanjutnya Konsumsi fast food dibagi menjadi dua kategori yaitu :a. Sering, bila n = 67-100%

  • 38

    b. Jarang, bila n = 0-66%F. Definisi Operasional

    Tabel 3.2Definisi Operasional

    No Variabel Definisioperasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukurSkalaukur

    Dependen1 Obesitas Kelebihan

    berat badanyang terjadipada remajadiukurdenganIMT

    Mengukur TBMenimbangBB

    MicrotoaTimbangan

    Normal bilaIMT 18,5-24,9Obesitas bilaIMT 25

    Ordinal

    Independen2 Status

    GiziRemaja(Genetik)

    Bawaandari orangtua

    MenyebarkanKuesionerdanWawancara

    Kuesioner Gemukapabila adasalah satu orangtua yang gemukNormalapabila tidakada salah satuorang tua yanggemuk

    Ordinal

    3 Aktivitasfisik

    Gerakanfisik yangdilakukanremajasetiapharinya

    MenyebarkanKuesionerdanWawancara

    Kuesioner Aktifitas BeratBila 67-100%AktivitasSedangBila 0-66%

    Ordinal

    4 Konsumsifast food

    Frekuensikonsumsifast food

    MenyebarkanKuesionerdanWawancara

    Kuesioner SeringBila 67-100%JarangBila 0-66%

    Ordinal

  • 39

    G. Pengolahan dan Analisa Data1. Pengolahan Data

    Setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya datatersebut direncanakan akan diolah secara komputerisasi menggunakanSPSS Versi 16.00 dengan tahapan :a. Editing

    Semua kuesioner yang telah dijawab oleh responden diperiksa denganteliti, apabila terdapat kekeliruan segera diperbaiki sehingga tidakmengganggu pengolahan data.

    b. CodingMemberikan kode berupa nomor pada tiap kuesioner yang diisi olehresponden, sehingga jawaban dari responden tidak tertukar.

    c. TransferingData yang telah diberi kode disusun secara berurutan mulai dariresponden pertama hingga responden terakhir untuk dimasukkankedalam tabel.

    d. TabulatingData yang telah diolah kemudian disusun kedalam bentuk presentasikemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Kemudiandata diolah untuk mengetahui apakah ada hubungan konsumsi fast foodterhadap obesitas pada remaja di Akademi Kebidanan MuhammadiyahBanda Aceh.

  • 40

    2. Analisa DataAnalisa data pada penelitian ini dilakukan secara bertahap dari

    analisa univariat dan bivariat.a. Analisa Univariat

    Analisa univariat dilakukan terhadap variabel dari hasilpenelitian. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi danpersentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

    Menurut Budiarto (2003), mean rata-rata nilai diketahui denganmenggunakan rumus sebagai berikut :

    x nx

    Keterangan :x : Nilai rata-rata untuk respondenx : Jumlah nilai semua respondenn : Jumlah sampel

    Penentuan persentase (P) terhadap tiap variabel denganmenggunakan rumus Budiarto (2003), sebagai berikut :

    p= 100%Keterangan :

    P : persentasef : frekuensin : jumlah responden yang menjadi sampel

  • 41

    b. Analisa BivariatAnalisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel

    independent yang diduga mempunyai hubungan dengan variabeldependent. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untukmenguji hipotesa dilakukan analisis statistik dengan menggunakanrumus Chi-Square pada taraf kepercayaan 95% (0,05) sehingga dapatdiketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik denganmenggunakan program SPSS For Windows Versi 16.00.

    Data masing-masing subvariabel dimasukkan kedalam tabel,kemudian tabel dianalisa untuk membandingkan antara nilai Pvaluedengan nilai alpha (0,05) dengan ketentuan, Ha diterima jika Pvalue 0,05) atau tidak ada hubungan antara Aktivitas fisikdengan Obesitas pada Remaja di Akademi Kebidanan MuhammadiyahBanda Aceh.

  • 48

    9. Hubungan Konsumsi Fast Food dengan ObesitasTabel 4.9

    Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Obesitas pada Remaja DiAkademi Kebidanan Muhammadiyah

    Banda Aceh Tahun 2013

    No KonsumsiFast FoodObesitas Jumlah P

    Value Normal Obesitas n %f % f %1 Sering 17 54,16 14 45,16 31 100

    0,000 0,052 Jarang 48 94,11 3 5,88 51 100Sumber Data Primer (diolah tahun 2014)

    Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa dari 31 respondenyang sering mengkonsumsi fast food ternyata 14 orang (45,16%)diantaranya mengalami obesitas .

    Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Chi-Squaremaka diperoleh nilai Pvalue = 0,000, artinya hipotesa diterima (Pvalue 0,05) atau ada hubungan antara Konsumsi fast food dengan Obesitas padaRemaja di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.

    B. Pembahasan1. Hubungan Status Gizi Remaja (Genetik) dengan Obesitas

    Hasil penelitian (Tabel 4.7) diketahui bahwa pengaruh obesitaslebih banyak pada remaja yang orang tuanya mengalami kegemukan(68,18%) sedangkan orang tua dengan status gizi normal hanya 3,33%remaja yang mengalami obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa adahubungan antara status gizi orang tua dengan kejadian obesitas padaremaja dimana Pvalue=0,000.

  • 49

    Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan olehNadhiroh (2012) menunjukkan bahwa pada kelompok obesitas status gizibapak dan ibu remaja yang terbanyak adalah obesitas, sedangkan padakelompok non obesitas status gizi bapak dan ibu remaja adalah normal.Hasil ini senada dengan penelitian Saleh (2010) di SMA Negeri 2 danSMA Negeri 3 Pekalongan yang menyatakan bahwa ada hubungan yangsignifikan antara genetik dengan kejadian obesitas pada remaja. Danbertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung(2008) di SMU RK Tri Sakti Medan menyatakan bahwa tidak adapengaruh faktor genetik terhadap kejadian obesitas pada remaja.

    Seperti yang diungkapkan oleh Soetjiningsih (2007) bahwa kalausalah satu orang tuanya yang obesitas maka anaknya mempunyai resiko30%-40% menjadi obesitas. Sedangkan kalau kedua orang tuanya obesitasmaka resikonya meningkat menjadi 70%-80%. Begitu juga denganpendapat Suryoprajoyo (2009) yang mengatakan bahwa obesitascenderung diturunkan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Musa (2010)yang mengatakan bahwa genetik cenderung diturunkan terus meneruskepada generasinya.

    Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalahpenyakit gangguan keseimbangan energi yang bersifat multi factorial yangsebagian besar diduga disebabkan oleh adanya interaksi antara faktorgenetik dan faktor lingkungan. Sebagian besar gangguan keseimbanganenergi ini disebabkan oleh faktor eksogen (antara lain : aktivitas fisik, gaya

  • 50

    hidup, sosial ekonomi dan perilaku makan) yaitu sekitar 90%, sedangkanfaktor endogen yaitu: kelainan hormonal, sindrom atau penyakit dangenetik hanya sekitar 10% (Hidayati, dkk, 2006).

    Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil penelitian adalahstatus gizi pada remaja di tinjau dari genetik (keturunan) dari orang tuayang mengalami kegemukan. Mayoritasnya obesitas pada remaja diturunkan dari ibunya, dan ada beberapa orang yang kedua orang tuanyamemiliki berat badan normal tapi mengalami obesitas, hal tersebut disebabkan oleh pola makan yang tidak teratur, suka mengkonsumsimakanan siap saji (fast food) dan kurang melakukan olahraga (aktivitasfisik).

    2. Hubungan Aktivitas Fisik dengan ObesitasHasil penelitian (Tabel 4.8) menunjukkan bahwa remaja obesitas

    cenderung melakukan aktivitas fisik yang berat (24,59%), sedangkanaktivitas fisik sedang hanya 9,52% dilakukan oleh remaja yang obesitas.Hal ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisikdengan kejadian obesitas pada remaja dimana Pvalue=0,214.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olehAmaliah (2005) pada remaja SMA di Bogor yang menunjukkan bahwaproporsi persen lemak tubuh tinggi lebih banyak pada responden dengantingkat aktivitas sedang. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubunganyang bermakna antara aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh.Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Aini (2012) pada remaja di

  • 51

    perkotaan yang menunjukkan bahwa kejadian gizi lebih pada remaja yangtingkat aktivitasnya sedang sampai berat lebih besar dari pada remaja yangaktivitasnya ringan. Hal Ini bertolak belakang dengan penelitian yangdilakukan oleh Lastariwati dkk ( 2006) pada remaja putri di Yogyakartadimana remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik sehari-harimenyebabkan tubuhnya kurang mengeluarkan energy sehinggamenyebabkan obesitas.

    Hasil penelitian ini senada dengan pendapat Irianto (2007)aktivitas fisik remaja pada umumnya memiliki tingkatan aktivitas fisiksedang, sebab kegiatan yang sering dilakukan adalah belajar. Remaja yangkurang melakukan aktivitas fisik sehari-hari, menyebabkan tubuhnyakurang mengeluarkan energi. Oleh karena itu jika asupan energi berlebihtanpa diimbangi aktivitas fisik yang seimbang maka seorang remajamudah mengalami kegemukan. Terjadinya gizi lebih secara umumberkaitan dengan keseimbangan energi di dalam tubuh. Akan tetapibertolak belakang dengan pendapat Mutadin (2002) yang menyatakanbahwa aktivitas fisik yang kurang merupakan penyebab utamameningkatnya obesitas di masyarakat.

    Menurut asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian adalahmayoritasnya responden melakukan aktivitas fisik yang berat, akan tetapihanya beberapa orang yang mengalami obesitas, hal tersebut di karenakanresponden harus melakukan sendiri semua aktivitas sehari-harinya seperti :mencuci pakaian, memasak, menyetrika dan membersihkan rumah tanpa

  • 52

    di bantu oleh orang lain, hal tersebut di sebabkan karena hampir seluruhresponden tinggal di rumah kost atau asrama. Selain itu responden jugaaktif dalam beberapa kegiatan olahraga, seperti senam pagi yang rutin dilakukan 1-2 kali setiap minggunya.

    3. Hubungan Konsumsi Fast Food dengan ObesitasHasil penelitian (Tabel 4.9) menunjukkan bahwa proporsi obesitas

    lebih tinggi pada remaja yang sering mengkonsumsi fast food (45,16%)dibandingkan dengan remaja yang jarang mengkonsumsi fast food(5,88%). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antarakonsumsi fast food dengan obesitas pada remaja dimana Pvalue=0,000.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lieswanti (2007) diSMU Harapan 1 Medan ditemukan adanya hubungan yang signifikanantara konsumsi fast food dengan status gizi, khususnya pada penderitaobesitas. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Damopoliidkk (2013) di Manado yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antarakonsumsi fast food dengan terjadinya obesitas. Hal ini juga senada denganpenelitian Fraser et al dalam Nadhiroh (2012) yang menunjukkan bahwaremaja yang sering makan di restoran fast food mengkonsumsi lebihbanyak makanan yang tidak sehat dan cenderung memiliki IMT lebihtinggi dibandingkan mereka yang tidak secara periodic makan di restoranfast food.

    Adanya hubungan tersebut sesuai dengan pendapat Soetjiningsih(2007) bahwa obesitas dapat terjadi kalau asupan kalori berlebihan.

  • 53

    Ditambah lagi gaya hidup masa kini yang suka mengkonsumsi fast foodyang berkalori tinggi seperti berbagai jenis olahan ayam dan anekamakanan mie. Hal ini sejalan dengan pendapat Zulfa (2011) yangmenyatakan bahwa konsumsi yang tinggi terhadap fast food (makanan siapsaji) dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih atau kegemukan (Obesitas)karena kandungan dari fast food tersebut tinggi kalori, tinggi lemak danrendah serat.

    Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil penelitianmenyimpulkan bahwa reponden sering mengkonsumsi fast food sehinggamereka mengalami obesitas, di karenakan fast food mengandung kaloriyang tinggi. Kebiasaan responden sering mengkonsumsi fast food disebabkan karena responden tidak sarapan pada pagi hari sehinggamenjelang siang hari mereka jajan di kantin yang menyediakan miepangsit, bakso, dan mie instan. Selain itu, padatnya jadwal kampus, malasmasak, dan berkumpul dengan teman menyebabkan mereka lebih memilihmakanan cepat saji (fast food). Jenis fast food yang paling di sukai olehresponden adalah Mie Bakso, Mie Pangsit, Nasi Gurih, Mie Instan, NasiGoreng, dan Ayam Lepas/Penyet dan Gorengan dengan frekuensi 3-4kali/minggunya.

  • 54

    BAB VPENUTUP

    A. KesimpulanBerdasarkan penelitian dapat di simpulkan bahwa :

    1. Ada hubungan antara Status Gizi Remaja (Genetik) dengan Obesitas PadaRemaja Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh (Pvalue =0,000)

    2. Tidak Ada hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Obesitas Pada RemajaDi Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh (Pvalue = 0,214)

    3. Ada hubungan antara Konsumsi Fast Food dengan Obesitas Pada RemajaDi Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh (Pvalue = 0,000)

    B. Saran1. Bagi Institusi Pendidikan

    Melakukan upaya promotif dan preventif terhadap masalahobesitas, dengan langkah mengundang ahli gizi untuk memberikaninformasi dan edukasi khususnya mengenai obesitas, dan juga menerapkanolahraga rutin (misalnya : senam pagi 30 menit sebelum memulai prosesbelajar mengajar) untuk menjaga kesehatan. Serta menyediakan bukubacaan yang lebih spesifik tentang obesitas.

    2. Bagi PemerintahMeningkatkan program penanggulangan gizi lebih pada remaja

    dengan memberikan pendidikan tentang gizi , khususnya tentang efek darikonsumsi fast food, dengan menugaskan ahli gizi untuk memberikan

  • 55

    penyuluhan kepada remaja di sekolah atau akademi pendidikan secararutin.

    3. Bagi Peneliti LainUntuk meneliti lebih kompleks dengan menggunakan desain

    penelitian yang berbeda, menentukan status obesitas menggunakanpengukuran antropometri yang lebih valid, merinci semua aktivitas fisikdan lamanya aktivitas dilakukan selama 24 jam kemudian dicocokkandengan tabel pengeluaran energi, dan membandingkan konsumsi fast foodpada remaja perkotaan dengan remaja di pedesaan. Sehingga hasilpenelitian jauh lebih sempurna.

  • 56

    DAFTAR PUSTAKA

    Agoes, D. (2003) Mencegah dan Mengatasi Kegemukan pada Balita. Jakarta:Penerbit Puspa Swara.

    Agtadwimawanti, N. (2012) Fakta Tentang Obesitas Dan Kegemukan. Dikutipdari http://intisari-online.com/read (diakses 09 September 2013)

    Aini. S.N. (2012). Faktor-Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan KejadianGizi Lebih Pada Remaja Di Perkotaan. Semarang :IKM FKM UNSdikutip dari http://journal.unnes.ac.id (diakses 22 Februari 2014)

    Alfadillah. (2010). Fast Food Bagi Kehidupan Masyarakat. Dikutip darihttp://wans84.wordpress.com (diakses 27 Juli 2013)

    Almatsier, S. (2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia pustakaUtama

    Amaliah. (2005). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Persen Lemak TubuhPada Remaja Di SMA Budi Mulia dan SMA Rimba Madya Kota Bogor.Jawa Barat : Thesis IKM FKM UI

    Baliwati, dkk. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit SwadayaBudiarto, E. (2003). Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat.

    Jakarta: EGCDamopolii. W. dkk. (2013). Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Kejadian

    Obesitas Pada Anak SD Di Kota Manado. Manado: Program Studi IlmuKeperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.

    Dewi, L. (2011). Pola Makan Sehat dan Gaya Hidup yang Benar. Dikutip darihttp://www.rumahsakitmitrakemayoran.com (diakses 09 Agustus 2013)

    Diarly, M. (2007). Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit. Jakarta:Penerbit Pustaka Obor Populer.

    Fathonah, S. dkk. (1996). Prevalensi Gizi Lebih pada Anak-anak SMA danFaktor-faktor yang Mempengaruhinya. Semarang : IKIP

    Foster, H. (2007). Diet Bebas Lapar Resep Langsing Dengan Makan 6 KaliSehari. Jakarta: Erlangga

    Ginanjar, GW. (2008). Obesitas Pada Anak. Jakarta: PT. Mizan PublikaHadi, H. (2005). Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap

    Kebijakan pembangunan Kesehatan Nasional. Yogyakarta: UGM.

  • 57

    Hegarty, V. (1996). Nutrition, Food and Environment. USA: Eagon PressHidayati, dkk. (2006). Obesitas Pada Anak. Dikutip dari

    http://www.pediatrik.com (diakses 28 Juli 2013)Hudha, L.A. (2006). Hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik dengan

    Obesitas pada Remaja Kelas II SMP Theresianan I Yayasan BernadusSemarang. Semarang: PKK Pendidikan Tata Boga SI JurusanTeknologi Jasa dan Produksi. Dikutip dari http://www.dik.undip.ac.id.(diakses 05 Oktober 2013)

    Irianto. D. P. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.Yogyakarta : C.V Andi

    Khomsan, A. (2006). Solusi Makanan Sehat. Jakarta: PT. Raja Grafindo PersadaLastariwati. B. dkk. (2006). Hubungan antara Pengetahuan dan Konsumsi

    Makanan dan Minuman Instan dengan Status Gizi Remaja Putri.Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana. FakultasTeknik Universitas Negeri Yogyakarta. Dikutip dari http://e-journal.respati.ac.id (diakses 22 Februari 2014)

    Lieswanti, M. (2007). Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Status GiziRemaja Di SMU Harapan 1 Medan Tahun Ajaran 2006-2007. Skripsi.Medan : FKM USU

    Lutfi, S. (2011). Makan Teratur Mahasiswa Tingkat Akhir. Dikutip darihttp://lutfiblurry. blogspot.com (diakses 18 Juli 2013)

    Manurung. N.K. (2008). Pengaruh Karakteristik Remaja,Pendapatan Keluarga,Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap KejadianObesitas Di SMU RK Trisakti Medan. Thesis. Medan : FKM USU

    Mita. (2008). Mencegah Obesitas. Dikutip dari http://mita.blog.unair.ac.id.(diakses 20 September 2013)

    Muchtadi, D. (2001). Pencegahan Gizi Lebih dan Penyakit Kronis MelaluiPerbaikan Pola konsumsi Pangan. Bogor: Jurusan Teknologi Pangandan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

    Musa. (2010). Faktor Risiko Obesitas Pada Remaja. Dikutip darihttp://www.dik.undip.ac.id (dikutip tanggal 05 Oktober 2013)

    Nadhiroh. S.R. (2012). Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik antara RemajaObesitas dengan Non Obesitas. Surabaya: FKM Universitas Airlangga

    Nita. (2008) . Atasi Segera Obesitas pada Remaja. Dikutip darihttp://www.medicastore.com (diakses tanggal 18 Juli 2013)

    Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta

  • 58

    Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan. Jakarta : Salemba Medika

    Rutoto. S. (2007). Pengantar Metodologi Penelitian. FKIP : Universitas MuriaKudus

    Saleh. R. (2010). Faktor Resiko Kejadian Obesitas Pada Remaja SMA Negeri 2Dan SMA Negeri 3 Di Kota Pekalongan Tahun 2010. Semarang: FKMUP

    Siswono. ( 2009). Obesitas Ajang Reuni Penyakit. Jakarta: Q-press.Soegeng, dkk. (2004). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT. Asdi MahasatyaSoetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Buku Ajar I, JakartaSubardja, D. (2004). Obesitas Primer pada Anak. Bandung : PT.Kiblat Buku

    Utama.Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Yogyakarta:Graha

    Ilmu.Suryoprajoyo, N . (2009). Kupas Tuntas Kesehatan Remaja dari A-Z. Jogyakarta

    :PT.Diglossia Printika.Syamhudi. (2011). Perubahan Pola Makan Timbulkan Berbagai Penyakit yang

    Berdampak Kematian. Dikutip dari http://www.mediaprofesi.com(diakses 27 Juli 2013)

    Tabloid Jasa Marga. (2010). 10 Makanan Sampah yang Perlu Dihindari. Dikutipdari http://anekakuliner.com (diakses 18 Juli 2013)

    Tjokoprawiro, A. (2011). Panduan Lengkap Pola Makan Untuk PenderitaDiabetes. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

    Virgianto. G dan Purwaningsih. E. (2006). Konsumsi Fast Food Sebagai FaktorResiko Terjadinya Obesitas Pada Remaja. Dikutip darihttp://www.m3undip.org/ (diakses 20 Juli 2013)

    Wahlqvist, M. (1997). Food and Nutrition in Austrasia. Sidney: Allen & UnwinWidyastuti, dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: FitramayaWindasari, E. (2009). Cermin Dunia Kebidanan. Dikutip dari

    http://ekaakbidbup.blogspot.com (diakses 03 Desember 2013)Zulfa. F. (2011). Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Modern Dengan

    Status Gizi. Dikutip dari http://journal.unsil.ac.id (diakses 22 Februari2014)