fast food vs obesitas.pdf

58
1 HUBUNGAN KONSUMSI FAST FOOD DENGAN OBESITAS PADA REMAJA DI AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH BANDA ACEH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh OLEH : SRI WAHYUNI 121010210208 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAH PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN BANDA ACEH 2013

Transcript of fast food vs obesitas.pdf

Page 1: fast food vs obesitas.pdf

1

HUBUNGAN KONSUMSI FAST FOOD DENGAN OBESITASPADA REMAJA DI AKADEMI KEBIDANAN

MUHAMMADIYAH BANDA ACEH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program StudiDiploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh

OLEH :

SRI WAHYUNI121010210208

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U’BUDIYAHPROGRAM STUDI DIPLOMA IV KEBIDANAN

BANDA ACEH2013

Page 2: fast food vs obesitas.pdf

2

ABSTRAK

HUBUNGAN KONSUMSI FAST FOOD DENGAN OBESITAS PADAREMAJA DI AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH

BANDA ACEH

Sri Wahyuni¹, Aripin Ahmad²

xii + 46 halaman : 14 Tabel, 2 Gambar, 13 Lampiran

Latar Belakang : Obesitas adalah dampak dari konsumsi energi berlebih, diIndonesia prevalensi obesitas pada remaja mencapai 18%, peningkatan inidisebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi fast food.Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui Hubungan Konsumsi Fast Food DenganObesitas Pada Remaja Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.Metode Penelitian: Penelitian ini bersifat analitik menggunakan desaincrossectional study, dengan sampel 82 orang remaja yang dilakukan pada tanggal17-19 Februari 2014 di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh. DataBB dan TB dikumpulkan dengan pengukuran antropometri menggunakan indeksmassa tubuh (IMT), membagikan kuesioner untuk status gizi remaja (genetik) danaktivitas fisik. sedangkan konsumsi fast food dilakukan dengan metode FoodFrequency Quetionnairer (FFQ). Hipotesa dianalisis dengan uji Chi-Square.Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan 20,73% remaja menderitaobesitas, status gizi remaja (genetik) obesitas 26,82%, remaja yang aktivitasfisiknya berat 74,39%, sedangkan 37,80% sering mengkonsumsi fast food.Obesitas remaja disebabkan oleh orang tuanya obesitas (68,18%) dari pada orangtua normal (3,33%). Remaja obesitas cenderung melakukan aktivitas fisik berat(24,59%) dari pada aktivitas sedang (9,52%). Proporsi obesitas lebih banyak padaremaja yang sering mengkonsumsi fast food (45,16%) dibandingkan yang jarang(5,88%). Ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara status gizi remaja(genetik) dan konsumsi fast food dengan obesitas dimana P=0,000, dan tidak adahubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas dimana P=0,214.Kesimpulan dan Saran : status gizi remaja (genetik) dan konsumsi fast food adahubungan dengan obesitas,sedangkan aktivitas fisik tidak ada hubungan denganobesitas. Disarankan untuk menjaga dan memilih makanan yang baik sesuaifrekuensi yang dianjurkan untuk mencegah obesitas.Kata Kunci: Status Gizi Remaja (Genetik), Aktivitas Fisik, Konsumsi Fast

Food dan ObesitasSumber : 31 dari Buku (1996-2013) + 16 Internet

1. Mahasiswi Prodi D-IV Kebidanan U’Budiyah2. Dosen Pembimbing Prodi D-IV Kebidanan U’Budiyah

Page 3: fast food vs obesitas.pdf

3

ABSTRACT

FAST FOOD CONSUMPTION RELATIONSHIP WITH OBESITY INADOLESCENTS IN THE ACADEMY OF MIDWIFERY

MUHAMMADIYAH BANDA ACEH

Sri Wahyuni¹, Aripin Ahmad²

xii + 46 pages : 9 Table , Figure 1 , Appendix 12

Background: Obesity is excess energy consumption, in Indonesia pervalensiobesity in adolescents reach 18%, the increase is due to the habit of eating FastFood.The purpose of the study: to determine the relationship of fast food consumptionwith obesity in adolescents in Banda Aceh Midwifery Academy Muhammadiyah.Methods: This study uses analytic cross sectional study design, with a sample of82 adolescents were conducted on 17 to 19 February 2014 in Midwifery Academyof Muhammadiyah Banda Aceh. BB and TB of data collected by using ameasurement antropometeri body Massa index (BMI), a questionnaire distributedto the nutritional status of adolescents (herediter) and physical activity. While theconsumption of fast food is done by the method Questionnairer Food Frequency(FFQ). Hypothesis in the analysis with Chi-square test.Result: The results showed 20.73% of adolescents suffer from obesity, nutritionalstatus obesity 26.82% adolescents (herediter), teens heavy physical activity74.39%, while 37.80% often consume fast food. Adolescent obesity is caused byparents (68.18%) of the parents of normal (3.33%). Adolescent obesity tends toperform strenuous physical activity (24.59%) of the activity was (9.52%). Theproportion of obese adolescents are more often consume food fats (45.19%)compared to the rare (5.88%). It showed there is significant relationship betweenadolescents (herediter) nutritional status and fast food consumption with obesitywhere P = 0.000, and there was no relationship between physical activity withobesity where P = 0.214.Conclusions and Recommendations : nutritional status of adolescents(herediter) the elderly and consumption of fast food was no association withobesity , physical activity whereas no association with obesity . It is advisable tomaintain a good diet and choosing the appropriate frequency is recommended toprevent obesity .

Keywords: Status Adolescents Nutrition, Physical Activity, and Obesity FastFood Consumption

Sources: 34 from the Book (1996-2013) + 16 Internet

1 . Prodi D - IV student of Midwifery U'Budiyah2 . Supervisor Prodi D - IV Midwifery U'Budiyah

Page 4: fast food vs obesitas.pdf

4

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, serta

shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW karena

dengan berkat dan karunia-Nyalah peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul “Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Obesitas Pada Remaja Di

Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh”.

Penyusunan Skripsi ini merupakan suatu kewajiban yang harus

dilaksanakan sebagi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sain

Terapan (SST) pada Program Diploma IV Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda

Aceh, untuk itu peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

bapak Aripin Ahmad, S.SiT, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan petunjuk, arahan, bimbingan dan dukungan mulai dari awal

penulisan sampai dengan selesainya skripsi ini.

Dalam penyelesaian Skripsi ini peneliti telah banyak menerima bimbingan

dan bantuan serta dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata

pengantar ini peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dedi Zefrijal, S.T selaku ketua Yayasan Pendidikan U’budiyah

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) U’budiyah Banda Aceh

2. Ibu Marniati, M.Kes selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes)

U’Budiyah Banda Aceh

3. Ibu Raudhantun Nuzul ZA, SST selaku ketua Prodi D-IV Kebidanan Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) U’Budiyah Banda Aceh

4. Ibu Susanti,SKM, M.Kes selaku penguji I yang telah memberikan masukan

demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Arlayda, SKM, M.kes selaku penguji II yang telah memberikan masukan

demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Direktur Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh yang telah

memberikan motivasi dan saran-saran dalam penulisan Skripsi ini

Page 5: fast food vs obesitas.pdf

5

7. Mahasiswi-mahasiswi Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh

yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian Skripsi ini

8. Teristimewa sekali kepada Ayahanda dan ibunda tercinta, adik-adik tersayang

serta seluruh keluarga yang senantiasa selalu mendoakan dan memberikan

dukungan baik moril maupun materil kepada peneliti sehingga Skripsi ini

dapat terselesaikan.

9. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan di Program Diploma IV

Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh dan semua pihak yang

memberikan dukungan serta telah banyak membantu dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kesalahan baik dalam

merangkai kata maupun dalam pengetikannya. Oleh karena itu, peneliti dengan

lapang dada dan tangan terbuka menerima kritikan dan saran yang sifatnya

membangun guna melengkapi skripsi ini dan harapan peneliti, skripsi yang

sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Amin ya rabbal

‘alamin

Banda Aceh, 12 Maret 2014

Peneliti

SRI WAHYUNI

Page 6: fast food vs obesitas.pdf

6

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDUL..................................................................................... iABSTRAK .................................................................................................... iiPERNYATAAN PERSETUJUAN ............................................................... ivPENGESAHAN PENGUJI .......................................................................... viKATA PENGANTAR................................................................................... viiDAFTAR ISI................................................................................................. ixDAFTAR TABEL......................................................................................... xDAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiDAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang.................................................................................. 1B. Rumusan Masalah............................................................................. 6C. Tujuan Penulisan............................................................................... 6D. Manfaat Penelitan ............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Obesitas ............................................................................................ 8B. Remaja........................................................................ ........................ 12C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Obesitas pada Remaja................. 13D. Kerangka Teori ................................................................................. 22E. Kerangka Konsep.............................................................................. 23F. Hipotesa............................................................................................ 23

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIANA. Jenis Penelitian ................................................................................. 24B. Populasi dan Sampel ......................................................................... 24C. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 26D. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................ 26E. Instrumen Penelitian ......................................................................... 27F. Definisi Operasional ......................................................................... 29G. Pengolahan dan Analisa Data ............................................................ 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANA. Hasil Penelitian.................................................................................. 33B. Pembahasan....................................................................................... 39

BAB V PENUTUPA. Kesimpulan ................................................................................... 45B. Saran............................................................................................. 45

DAFTAR PUSTAKADAFTAR LAMPIRAN

Page 7: fast food vs obesitas.pdf

7

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi ..................................................................... 9

Tabel 2.2 Pengeluaran Energi Pada Kegiatan Remaja ..................................... 15

Tabel 2.3 Daftar Kandungan Kalori Fast Food ............................................... 21

Tabel 3.1 Sampel Perkelas .............................................................................. 25

Tabel 3.2 Definisi Operasional........................................................................ 28

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Umur Pada Remaja Di AkademiKebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ........................................ 33

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tingkat Remaja Di AkademiKebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ........................................ 34

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Obesitas Pada Remaja Di AkademiKebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ........................................ 35

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Status Gizi Orang Tua Remaja DiAkademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ......................... 35

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Pada Remaja DiAkademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ......................... 36

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi KonsumsiFast Food Pada RemajaDi Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh..................... 37

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Status Gizi Orang Tua dengan ObesitasPada Remaja Di Akademi Kebidanan MuhammadiyahBanda Aceh .................................................................................... 37

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik dengan ObesitasPada Remaja Di Akademi Kebidanan MuhammadiyahBanda Aceh .................................................................................... 38

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Konsumsi Fast Food denganObesitas Pada Remaja Di Akademi KebidananMuhammadiyah Banda Aceh .......................................................... 39

Page 8: fast food vs obesitas.pdf

8

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ......................................................... 22

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian...................................................... 23

Page 9: fast food vs obesitas.pdf

9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Permohonan Menjadi Respoden

Lampiran 2 : Persetujuan Menjadi Respoden

Lampiran 3 : Lembaran Kuesioner

Lampiran 4 : Master Tabel

Lampiran 5 : Frequencies and Crosstabs

Lampiran 6 : Surat Mohon Izin Pengambilan Data Awal

Lampiran 7 : Surat Selesai Pengambilan Data Awal

Lampiran 8 : Surat Mohon Izin Penelitian

Lampiran 9 : Surat Selesai Penelitian

Lampiran 10 : Lembar Konsul

Lampiran 11 : Daftar Kehadiran Mengikuti Seminar Proposal

Lampiran 12 : Daftar Kehadiran Mengikuti Sidang Skripsi

Lampiran 13 : Biodata

Page 10: fast food vs obesitas.pdf

10

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia (SDM). Salah satu yang berperan dalam peningkatan

kualitas SDM adalah gizi yang baik, terutama untuk peningkatan gizi remaja.

Masalah gizi pada remaja muncul dikarenakan perilaku gizi yang salah, yaitu

ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang

dianjurkan. Salah satu masalah gizi pada remaja adalah gizi lebih yaitu

ditandai dengan berat badan yang relatif berlebihan bila dibandingkan dengan

usia atau tinggi badan remaja sebaya, sebagai akibat terjadinya penimbunan

lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh (Sulistyoningsih, 2011).

Keadaan ini dapat menimbulkan berbagai macam efek terhadap pertumbuhan,

perkembangan, psikososial dan timbulnya penyakit (Soetjiningsih, 2004).

Secara umum dapat dikatakan bahwa kegemukan (obesitas) adalah

dampak dari konsumsi energy yang berlebihan, dimana energy yang

berlebihan tersebut disimpan di dalam tubuh sebagai lemak, sehingga

akibatnya dari waktu ke waktu badan menjadi bertambah berat (Muchtadi,

2001).

Obesitas mulai menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, bahkan

WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan epidemi global, sehingga

obesitas sudah menjadi problem kesehatan yang harus segera ditangani

(Hidayati dkk, 2006). Menurut Hadi (2005), saat ini diseluruh dunia terdapat

Page 11: fast food vs obesitas.pdf

11

peningkatan prevalensi kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas

hingga mencapai tingkat yang membahayakan. Kejadian obesitas di negara-

negara maju seperti Eropa, USA, dan Australia telah mencapai tingkat

epidemic, demikian juga di negara-negara berkembang.

Bagi orang Amerika, kegemukan saat ini sudah menjadi masalah

serius. Banyak kematian yang menimpa orang Amerika terkait dengan

masalah berat badan. Saat ini 50% orang dewasa di Amerika tergolong dalam

kategori overweight/obesitas (Khomsan, 2006).

Indonesia sedang menghadapi kemungkinan meledaknya penderita

obesitas. Menurut Ketua Umum Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI),

Herdinsyah, saat ini jumlah penderita obesitas di Indonesia untuk populasi

remaja dewasa sudah mencapai angka 18% (Siswono, 2007). Sedangkan

Penelitian di Semarang pada tahun 2004 memperlihatkan bahwa

prevalensi overweight pada anak adalah 9,1% sedangkan obesitasnya 10,6%

(Musa, 2010).

Kegemukan menjadi sesuatu yang harus diwaspadai karena

kegemukan yang berkelanjutan akan membawa berbagai penyakit penyerta.

Pada dasarnya kegemukan pada anak mungkin hanya akan membawa dampak

social-psikologis. Anak yang mengalami kegemukan akan menarik diri dari

pergaulan, kurang leluasa dalam melaksanakan kegiatan fisik disekolah, dan

akan semakin tenggelam dalam kebiasaan makan dengan porsi besar. Namun,

apabila kegemukan pada anak ini tidak diatasi, mereka berpeluang besar untuk

menjadi orang dewasa dengan problem kegemukan (obesitas). Orang dewasa

Page 12: fast food vs obesitas.pdf

12

penderita kegemukan akan rentan terhadap berbagai penyakit degenerative

yang membahayakan kesehatan dan nyawanya seperti penyakit jantung

koroner, stroke dan hipertensi (Khomsan, 2006).

Dari berbagai penelitian dapat dibuktikan bahwa obesitas dapat

meningkatkan resiko timbulnya berbagai macam penyakit seperti kencing

manis, penyakit kantung empedu, penyakit jantung dan tekanan darah tinggi.

Disamping itu, obesitas juga faktor penyulit pada penyakit saluran nafas,

mempersulit kehamilan dan akhirnya, serta dapat memperpendek harapan

hidup seseorang (Diarly, 2007).

Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang berperan dalam

timbulnya obesitas. Telah lama diamati bahwa anak-anak obesitas umumnya

berasal dari keluarga dengan orang tua obesitas. Bila salah satu orang tua

obesitas, kira-kira 40-50% anak-anaknya akan menjadi obesitas, sedangkan

bila kedua orang tua obesitas, 80% anak-anaknya akan menjadi obesitas

(Diarly, 2007).

Peningkatan prevalensi obesitas terjadi karena berkurangnya aktivitas

fisik dan perubahan pola makan. Aktivitas fisik merupakan kunci utama

keseimbangan energi yang menyumbang pengeluaran energi (Musa, 2010).

Gaya hidup yang serba mudah dan santai yang membuat tubuh menjadi jarang

bergerak atau menggunakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehari-hari. Padahal

dari makanan yang dikonsumsi, sebagian besarnya seharusnya dibakar agar

tidak menumpuk menjadi lemak. Penumpukan lemak secara terus-menerus

Page 13: fast food vs obesitas.pdf

13

akan membuat ukuran tubuh menjadi terus bertambah. Ini tentu saja akan

menambah pundi-pundi lemak di bawah kulit (Dewi, 2011).

Begitu juga dengan perubahan pola makan yang menyebabkan remaja

obesitas. Faktor yang sering ditemukan sehingga terjadinya perubahan pola

makan yang menyebabkan asupan energi melebihi kebutuhan adalah

gangguan emosional dan juga riwayat kebiasaan makan serta frekuensi asupan

makanan berkalori tinggi yang perlu digali dari orangtua remaja obesitas

(Soetjiningsih, 2007).

Selain itu, remaja juga cenderung mengonsumsi fast-food dan soft-

drink untuk menciptakan citra diri yang modern dalam komunitasnya. Remaja

usia sekolah juga merupakan suatu kelompok masyarakat yang relatif rentan

terhadap iklan terutama iklan makanan cepat saji di televisi. Adanya iklan-

iklan produk makanan cepat saji di televisi dapat meningkatkan pola konsumsi

atau bahkan gaya hidup masyarakat pada umumnya (Alfadilah, 2010).

Mahasiswa termasuk golongan remaja yang rentan terhadap gizi.

Makan pagi (sarapan) adalah hal yang banyak orang lupakan, khususnya

mahasiswa. Sehingga seseorang baru mulai makan pada siang hari. Hal

tersebut banyak terjadi dikarenakan jadwal kuliah atau aktivitas laboratorium

yang cukup pagi, telat bagun tidur (kesiangan), malas untuk sarapan, dan lain-

lain. Remaja yang memiliki aktivitas seperti ini lebih memilih makanan cepat

saji karena kelebihan yaitu penyajian cepat sehingga hemat waktu dan dapat

dihidangkan kapan dan dimana saja, tempat saji dan penyajian yang higienis,

dianggap makanan bergengsi, makanan modern, juga makanan gaul bagi anak

Page 14: fast food vs obesitas.pdf

14

muda. Makanan cepat saji yang dimaksud adalah jenis makanan yang

dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara sederhana (Lutfi,

2011).

Menurut Padmiari dalam Alfadilah (2010), hasil penelitiannya pada

tahun 2002 tentang ”makanan cepat saji dan risiko obesitas, ditemukan sekitar

15,8% dari 154 anak usia SD di Kota Denpasar mengalami Obesitas. Terdiri

atas 9,7% laki-laki dan 3,9% perempuan, dan penelitian lanjutan sempat

dilakukan Padmiari di tahun 2004 terhadap 2.700 orang dewasa ditemukan

sebanyak 10,5% orang dewasa di Denpasar mengalami obesitas akibat

mengkonsumsi makanan cepat saji.

Pencegahan obesitas dapat dilakukan dengan pengaturan diet, bukan

mengurangi jumlah asupan makanan tetapi dengan mengatur komposisi

makanan menjadi menu sehat. Cara lain peningkatan aktivitas fisik, misalnya

dengan membatasi aktivitas pasif, seperti menonton televisi atau bermain

komputer dan play stations, mengubah pola hidup (modifikasi perilaku)

menjadi pola hidup sehat, baik dalam mengonsumsi makanan maupun dalam

beraktivitas. Perubahan tersebut sebaiknya melibatkan seluruh keluarga,

sehingga tidak dirasakan sebagai hukuman atau pengucilan bagi si anak (Mita,

2008).

Berdasarkan data yang di peroleh dari Akademi Kebidanan

Muhammadiyah Banda Aceh, jumlah mahasiswi tahun ajaran 2013-2014

sebanyak 454 orang mahasiswi. Di Tingkat I ada 98 orang mahasiswi, di

tingkat II ada 179 orang mahasiswi, dan di tingkat III ada 177 orang

Page 15: fast food vs obesitas.pdf

15

mahasiswi (Bagian Akademi AKBID Muhammadiyah, 2013). Berdasarkan

hasil pengamatan penulis ada 46 orang mahasiswa yang mengalami obesitas

dan tersebar di tingkat I, II dan III. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa 8

dari 10 orang mahasiswi yang jarang/tidak pernah sarapan pagi dan 7 dari 10

mahasiswi sering mengkonsumsi bakso/pangsit ketika menjelang siang hari,

serta 9 dari 10 orang mahasiswi tersebut yang hampir tidak pernah melakukan

kegiatan olahraga setiap minggunya.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut

mengenai “Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Obesitas Pada Remaja Di

Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan

permasalahan adalah “Apakah ada Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan

Obesitas Pada Remaja Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh”.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Obesitas Pada

Remaja Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui hubungan status gizi remaja (genetik) dengan

obesitas pada remaja di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda

Aceh.

Page 16: fast food vs obesitas.pdf

16

b. Untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan obesitas pada

remaja di Akademi kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.

c. Untuk mengetahui hubungan konsumsi fast food dengan obesitas pada

remaja di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk menambah referensi pada perpustakaan dan dapat menjadi masukan

bagi yang membacanya. Serta sebagai informasi dalam mengambil

langkah yang tepat untuk mengurangi prevalensi obesitas pada remaja.

2. Bagi Pemerintah

Sebagai dasar informasi dalam melakukan upaya promotif dan preventif

melalui program penanggulangan gizi lebih/obesitas pada remaja.

3. Bagi Peneliti Lain

Sebagai penerapan proses berfikir secara alamiah dalam menganalisa suatu

masalah, juga sebagai media latihan dalam melakukan penelitian yang

berhubungan dengan konsumsi fast food dengan obesitas pada remaja.

Page 17: fast food vs obesitas.pdf

17

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Obesitas

1. Definisi

Kegemukan (obesitas) ini dapat didefinisikan sebagai

akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu

kesehatan. Seseorang bisa dikatakan kelebihan berat badan bila Indeks

Massa Tubuh (IMT) lebih besar atau sama dengan 25 (Agtadwimawanti,

2012). Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari

penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Suryoprajoyo, 2009). Secara

umum dapat dikatakan bahwa kegemukan (obesitas) adalah dampak dari

konsumsi energy yang berlebihan, dimana energy yang berlebihan tersebut

disimpan di dalam tubuh sebagai lemak, sehingga akibatnya dari waktu ke

waktu badan menjadi bertambah berat (Muchtadi, 2001).

Menurut Ginanjar (2008) Obesitas dapat dinilai melalui

berbagai metode atau tehnik pemeriksaan. Cara yang obyektif untuk

mengukur kelebihan berat badan adalah dengan menghitung BMI (Body

Mass Index) atau Indeks Massa Tubuh. Pengukuran BMI/IMT dilakukan

dengan cara membagi nilai berat badan (kg) dengan nilai kuadrat dari

tinggi badan (m).

Rumus : BMI =

Page 18: fast food vs obesitas.pdf

18

Keterangan :

BMI = Body Mass Index

B = Berat badan (kg) dan

t = Tinggi badan (m)

Tabel 2.1Klasifikasi Status Gizi

Klasifikasi Status Gizi Indeks Massa Tubuh (IMT)(Kg/m2)

Kurus (Underweight) <18,5Normal 18,5-22,9

Gemuk (Overweight) ≥23Resiko Obesitas (At Risk) 23-24,9

Obesitas I 25-29,9Obesitas II ≥30

(Sumber : Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) 15 Mei 2004dalam buku Tjokoprawiro, 2011)

2. Etiologi obesitas

Menurut Diarly (2007), terjadinya obesitas melibatkan beberapa

faktor yaitu faktor genetik, aktivitas fisik, pola makan, faktor psikologi,

Jenis kelamin, tingkat sosial. Pendapat serupa juga diungkapkan oleh

Suryoprajoyo (2009), yang mengatakan obesitas melibatkan beberapa

faktor yaitu genetik, lingkungan (pola makan), psikis, kesehatan,

perkembangan dan aktivitas fisik.

3. Dampak obesitas

Obesitas yang terjadi pada masa remaja ini perlu mendapatkan

perhatian, sebab obesitas yang timbul pada waktu anak dan remaja bila

kemudian berlanjut hingga dewasa akan sulit di atasi secara konvensional

(diet dan olahraga). Selain itu, obesitas pada remaja tidak hanya menjadi

Page 19: fast food vs obesitas.pdf

19

masalah kesehatan di kemudian hari, tetapi juga membawa masalah bagi

kehidupan sosial dan emosi yang cukup berarti pada remaja (Virgianto dan

Purwaningsih, 2006).

Menurut Soetjiningsih (2007), beberapa komplikasi yang

ditimbulkan oleh obesitas pada remaja adalah :

a. Gangguan pernafasan

b. Gangguan tidur

c. Gangguan kulit

d. Ortopedi

e. Hipertensi

f. Penyakir jantung koroner

g. Diabetes

h. Maturitas seksual lebih awal

i. Menstruasi tidak teratur

j. Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan,

underventilasi dan ngantuk)

k. Gangguan psikologi

4. Penanganan Obesitas

Menurut Windasari (2009), tujuan dari terapi obesitas tak lain

untuk mencapai dan menjaga berat badan yang sehat. Upaya untuk

mencapai berat badan yang sehat dapat dilakukan melalui perubahan pola

makan (diet), peningkatan aktivitas fisik, dan modifikasi perilaku. Dokter

dapat meresepkan obat antiobesitas atau merekomendasikan tindakan

Page 20: fast food vs obesitas.pdf

20

bedah untuk membantu menurunkan berat badan. Namun semua itu

tergantung kepada kondisi tiap individu.

a. Perubahan Pola Makan dan Diet.

Inti dari perubahan pola makan ini adalah mengurangi asupan

kalori total. Caranya dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan

sayur, serta membatasi gula dan lemak. Diet ekstrim tidak disarankan

karena dapat mengurangi nutrisi yang seharusnya diperlukan dalam

masa pertumbuhan remaja. Bicarakan dengan dokter atau ahli gizi

untuk mengetahui kebutuhan kalori anda.

b. Peningkatan Aktivitas Fisik.

Tujuan aktivitas fisik dalam penurunan berat badan adalah

membakar lebih banyak kalori. Banyaknya kalori yang dibakar

tergantung dari frekuensi, durasi, dan intensitas latihan yang

dilakukan.

c. Obat Anti Obesitas

Dokter dapat mempertimbangkan memberikan obat anti

obesitas jika:

1) Metode penurunan berat badan lainnya tidak berhasil.

2) Nilai BMI lebih dari 27 dan ada komplikasi medis dari obesitas,

seperti diabetes, peningkatan tekanan darah, dan sleep apnea.

3) Nilai BMI lebih dari 30.

Page 21: fast food vs obesitas.pdf

21

d. Tindakan Pembedahan.

Jika semua tindakan di atas tidak mampu menurunkan berat

badan, maka pembedahan dapat menjadi pilihan. Operasi gastric

bypass dapat dilakukan dengan cara merubah anatomi sistem

pencernaan untuk membatasi jumlah makanan yang dimakan dan

dicerna.

Pembedahan untuk menurunkan berat badan dapat

dipertimbangkan jika:

1) Nilai BMI 40 atau lebih

2) Nilai BMI antara 35-39,9 dan terdapat risiko kesehatan serius

terkait obesitas, seperti diabetes atau peningkatan tekanan darah.

B. Remaja

Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa latin

“adolescere” yang berarti tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang

dimaksud adalah bukan hanya kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan

sosial dan psikologis. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24

tahun. Menurut Depkes RI adalah antara 10 sampai 19 tahun dan belum

kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19 tahun. Masa remaja adalah

masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis.

Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas.

Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa

(Widyastuti, dkk. 2009).

Page 22: fast food vs obesitas.pdf

22

Menurut WHO (2003) dalam Syafiq, dkk (2009) menyebutkan bahwa

masalah gizi remaja perlu mendapat perhatian khusus karena pengaruhnya

yang besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta dampaknya

pada masalah gizi saat dewasa. Saat ini populasi remaja di dunia telah

mencapai 1.200 juta jiwa atau sekitar 19 persen dari total populasi dunia.

Periode remaja merupakan periode kritis dimana terjadi perubahan

fisik, biokimia, dan emosional yang cepat. Pada masa ini terjadi growth spurt

yaitu puncak pertumbuhan tinggi badan (peak high velocity) dan berat badan

(peak weight velocity). Kecepatan pertumbuhan TB rata-rata mencapai 20

cm/tahun pada laki-laki dan 16 cm/tahun pada perempuan. Demikian pula

kecepatan pertumbuhan BB rata-rata mencapai 20 Kg/tahun pada laki-laki dan

16 Kg/tahun pada perempuan. Kecepatan pertumbuhan TB dan BB pada masa

remaja ini jauh lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan TB dan BB

pada masa anak-anak (usia 2 sampai 10 tahun) yang rata-rata hanya 5-6

cm/tahun dan 2-3 Kg/tahun (Wahlqvist, 1997). Selain itu, pada masa remaja

juga terdapat puncak pertumbuhan masa tulang (peak bone mass/PBM) yang

menyebabkan kebutuhan gizi pada masa ini sangat tinggi bahkan lebih tinggi

dari pada fase kehidupan lainnya (Almatsier, 2003).

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Obesitas pada Remaja

1. Status Gizi Remaja (Genetik)

Status Gizi remaja di tinjau dari keturunan (genetik) atau bawaan

dari orang tua. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki

penyebab genetik. Kalau salah satu orang tua yang obesitas maka anaknya

Page 23: fast food vs obesitas.pdf

23

mempunyai risiko 30%-40% menjadi obesitas pada usia dewasa,

sedangkan kalau kedua orang tuanya obesitas maka resikonya meningkat

menjadi 70-80% (Soetjiningsih, 2007).

Hal serupa juga pernah dikemukakan oleh Hegarty (1996) genetik

memegang peranan penting dalam mempengaruhi berat dan komposisi

tubuh seseorang. Jika kedua orang tua mengalami obesitas, kemungkinan

bahwa anak-anak mereka akan mengalami obesitas sangat tinggi (75-

80%). Jika salah satu orang tuanya mengalami obesitas kemungkinan

tersebut hanya 40%. Sedangkan jika tidak seorangpun dari orang tuanya

mengalami obesitas, peluangnya relative kecil (<10%). Penelitian-

penelitian menunjukkan bahwa orang tua biologi dan anak-anak alamiah

(kandung) cenderung sama dalam berat badan, tetapi tidak demikian

dengan anak-anak yang diadopsinya.

2. Aktivitas Fisik

Beberapa pakar mempunyai pengertian tentang aktivitas fisik,

antara lain menurut (Almatsier, 2003) mengatakan bahwa aktivitas fisik

dapat didefinisikan sebagai gerakan fisik yang dilakukan oleh otot tubuh

dan sistem penunjangnya. Sedangkan Fathonah, dkk (1996) menyatakan

bahwa aktivitas dibagi menjadi dua aktivitas fisik internal dan aktivitas

eksternal, aktivitas fisik internal yaitu suatu aktivitas dimana proses

bekerjanya organ-organ dalam tubuh saat istirahat, sedangkan aktivitas

eksternal yaitu aktivitas yang dilakukan oleh pergerakan anggota tubuh

Page 24: fast food vs obesitas.pdf

24

yang dilakukan seseorang selama 24 jam serta banyak mengeluarkan

energi.

Aktifitas fisik remaja diukur sebagai pengeluaran kalori (caloric

cost), tetapi tidak selalu sesuai karena keuntungan dan efek kesehatan

aktivitas fisik melalui pengeluaran energi sebagai contoh lari dengan suatu

intensitas tertentu, sedangkan pengeluaran energi rendah contohnya latihan

peregangan tidak berhubungan dengan besarnya pengeluaran kalori

(Subardja, 2004).

Ikut serta dalam tim olahraga di sekolah, bersepeda atau mungkin

berjalan kaki ke sekolah merupakan diantara cara untuk membuat remaja

tetap aktif. Mencuci mobil atau melakukan pekerjaan rumah tangga juga

dapat di hitung sebagai aktivitas fisik (Windasari, 2009).

Di masa industri sekarang ini, dengan meningkatnya mekanisme

dan memudahkan transportasi, orang cenderung kurang gerak, atau

menggunakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehari-hari. Ditambah lagi

dengan dampak kemajuan teknologi menyebabkan anak-anak dan remaja

cenderung menggemari permainan yang kurang menggunakan energi,

seperti menonton televisi, play station, atau game di komputer. Selain itu,

kebiasaan menonton TV berjam-jam dengan menyediakan berbagai

macam cemilan menyebabkan kebiasaan makan yang tanpa disadari dapat

memicu terjadinya kenaikan berat badan. Aktivitas remaja dewasa ini

dapat diklasifikasikan yang rata-rata tidak jauh berbeda namun dapat

Page 25: fast food vs obesitas.pdf

25

dikelompokkan menurut tingkatannya antara lain aktivitas fisik ringan,

aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik berat (Agoes 2003).

Tabel 2.2Pengeluaran Energi pada kegiatan remaja

Macam Kegiatan k.kal/ jamRingan :Membaca, menulis, makan, menonton televisi,mendengarkan radio, merapikan tempat tidur,mandi,berdandan, berjalan lambat, bermain kartu danberbagai kegiatan yang dikerjakan dengan duduk atautanpa menggerakkan lengan.

80-160 k.kal± 1-3 jam

Sedang :Bermain dengan mendorong benda, bermain pingpong,menyetrika, merawat tanaman, menjahit, mengetik,mencuci baju dengan tangan, menjemur pakaian,berjalan kecepatan sedang serta berbagai kegiatanyang dikerjakan dengan berdiri atau duduk yangbanyak menggerakkan lengan.

170-240 k.kal± 4-6 jam

Berat :Berjalan cepat, bermain dengan mengangkat-angkatbenda berat, berlari, berenang, bermain tenis, naikturun tangga, memanjat, bersepeda, bermain sky,dansa, sepak bola, bermain bowling, golf, berkebun,bermain dengan banyak menggerakkan lengan.

>250 k.kal> 6 jam

(sumber : Agoes, 2003)

3. Konsumsi Fast Food

a. Definisi Fast Food

Fast food secara terbatas diartikan sebagai makanan siap santap

yang berasal dari Negara Barat. Umumnya fast food disukai anak-anak,

remaja, maupun orang dewasa karena rasanya sesuai dengan selera dan

harganya terjangkau. Dalam arti luas, sebenarnya fast food mencakup

juga segala jenis makanan yang dapat disajikan secara cepat termasuk

makanan yang dijual direstoran Padang. Pangan di restoran fast food

tersusun dari berbagai jenis bahan yang sebenarnya sudah sangat kita

Page 26: fast food vs obesitas.pdf

26

kenal. Sumber karbohidrat utamanya adalah nasi, kentang, dan terigu.

Sementara itu, sumber protein didominasi oleh daging (ayam dan

sapi), ikan, telur, dan susu (Khomsan, 2006).

b. Pola dan Frekuensi Konsumsi Fast Food

Menurut Baliwati, dkk (2004), pola makan atau pola konsumsi

pangan adalah susunan tertentu. Sedangkan Soegeng, dkk (2004)

mengungkapkan bahwa pola makan merupakan berbagai informasi

yang memberi gambaran mengenai macam dan jumlah bahan makanan

yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan merupakan ciri khas

untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.

Pola makan remaja yang perlu dicermati adalah tentang

frekuensi makan, jenis makanan dan jumlah makanan. Frekuensi

makan merupakan seringnya seseorang melakukan kegiatan makan

dalam sehari baik makanan utama maupun selingan. Frekuensi makan

di katakan baik bila frekuensi makan setiap harinya 3 kali makanan

utama atau 2 kali makanan utama dengan 1 kali makanan selingan dan

d inilai kurang bila frekuensi makan setiap harinya 2 kali makan

utama atau kurang. Jenis makanan yang dikonsumsi oleh remaja dapat

di kelompokkan menjadi 2 yaitu makanan utama dan makanan

selingan (Hudha, 2006).

Makan pagi merupakan hal penting bagi seseorang. Ada dua

manfaat kalau kita membiasakan sarapan pagi. Pertama, sarapan pagi

dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk

Page 27: fast food vs obesitas.pdf

27

meningkatkan kadar gula darah, sehingga gairah dan konsentrasi

belajar bisa lebih baik sehingga berdampak positif terhadap prestasi

belajar. Kedua, sarapan pagi dapat memberikan kontribusi penting

akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak,

vitamin, dan mineral yang bermanfaat untuk proses fisiologis dalam

tubuh. Tidak sarapan pagi menyebabkan kekosongan lambung selama

10-11 jam karena makan terakhir yang masuk ke tubuh adalah makan

malam pukul 19.00 wib (Khomsan, 2006).

Dengan membiasakan remaja untuk sarapan sebelum memulai

aktivitas sangatlah bermanfaat bagi remaja. Walaupun kadang

dianggap sepele, namun sesungguhnya sarapan merupakan hal yang

penting. Sarapan yang bergizi akan memberi energi untuk menghadapi

aktivitas sepanjang hari. Selain itu, sarapan dapat mencegah remaja

makan berlebihan pada siang dan malam harinya (Nita, 2008).

Penelitian yang dilakukan terhadap 1800 wanita oleh City

University di New York menunjukkan bahwa waktu makan tidak

mempengaruhi kenaikan berat badan. Banyaknya kalori yang di

konsumsilah yang akan menentukan kenaikan atau penurunan berat

badan seseorang (Foster, 2007).

Frekuensi konsumsi fast food di kalangan remaja perlu

mendapat perhatian orang tua. Banyak fast food yang mengandung

tinggi kalori sehingga konsumsi yang berlebihan akan menimbulkan

Page 28: fast food vs obesitas.pdf

28

masalah kegemukan, namun konsumsi seminggu 1-2 kali mungkin

masih dapat dianggap wajar (Khomsan, 2006).

Selain makanan utama dan makanan selingan, minuman juga

diperlukan untuk kebutuhan tubuh guna membantu dalam proses

metabolisme dalam tubuh dan menghilangkan rasa haus. Minuman

dalam hal ini merupakan suatu cairan yang diperlukan oleh tubuh

dalam sehari sekitar 2 liter air. Cairan yang dimaksud berupa air putih,

minuman manis mapun cairan yang ada dalam masakan. Minuman air

putih atau sejenisnya dikonsumsi setelah makanan utama dan

mengiringi makanan selingan minimal 5 kali atau lebih (Hudha, 2006).

c. Jenis Fast Food

Daging ayam pada restoran fast food berasal dari ayam broiler.

Daging unggas ini kini sering disebut white meat. Sementara itu ,

daging sapi yang menjadi bagian dari menu burger dimasukkan dalam

kelompok red meat. Di negara-negara Barat white meat dianggap lebih

sehat karena kolesterol dan lemak jenuhnya lebih rendah. Sedangkan

ikan direstoran fast food menjadi salah satu bagian menu ketika kita

memesan burger (fish fillet). Kandungan gizi ikan berdampak preventif

terhadap penyakit degenerative seperti penyakit jantung koroner dan

stroke. Protein ikan memiliki komposisi dan kadar asam amino

esensial yang cukup. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa

mutu protein ikan setingkat dengan mutu protein daging, sedikit di

Page 29: fast food vs obesitas.pdf

29

bawah mutu protein telur, dan diatas protein serealia dan kacang-

kacangan (Khomsan, 2006).

Saat ini, pola makan masyarakat kita, terutama yang tinggal di

kota-kota besar telah mengalami pergeseran. Mereka cenderung tidak

mau mengkonsumsi makanan tradisional seperti gado-gado yang kaya

serat dan gizi serta rendah kalorinya (Syamhudi, 2011).

Fast food memenuhi persyaratan bagi kehidupan modern

karena cara penyajiannya yang cepat sehingga orang-orang sibuk bisa

memesan fast food dan memakannya sambil berdiri atau berjalan.

Mereka juga bisa menikmati fast food di taman-taman di tengah kota

sambil beristirahat siang. Zaman modern membawa perubahan besar

dalam kehidupan keluarga sebab istri-istri yang dahulu menjadi ibu

rumah tangga beralih fungsi menjadi wanita bekerja. Mereka tidak

sempat lagi menyiapkan makanan untuk seluruh anggota keluarga dan

akhirnya menjadikan fast food sebagai salah satu pilihan menu

makanan (Khomsan, 2006).

Makanan-makanan cepat saji (fast food) yang mengandung

kadar lemak tinggi, contohnya pizza, burger, nugget, ayam goreng,

keripik kentang berkeju, cemilan-cemilan lainnya seperti kentang

goreng bermentega, permen, biscuit, donat, sereal, es krim, minuman

soda, milkshake, minuman kopi dengan “float” krim, coklat, donat

(Lestari, 2009). Bahan-bahan penyusun fast food terdiri dari makanan

Page 30: fast food vs obesitas.pdf

30

bergizi seperti kentang, nasi, daging sapi, daging ayam, dan sebagainya

(Khomsan, 2006).

Menurut WHO, ada 10 jenis makanan sampah yang perlu

dikurangi, bahkan dihindari. Karena jika terus menerus dikonsumsi

akan mengakibatkan efek mengganggu kesehatan. Makanan tersebut

adalah : gorengan, mie instan dan makanan cepat saji, jeroan dan

daging berlemak, asinan, daging olahan (sosis, nugget, bakso, corned),

makanan yang dipanggang atau dibakar, sajian manis beku, manisan

kering, makanan kaleng, dan olahan keju ( Tabloid Jasa Marga, 2010).

Tabel. 2.3Daftar Kandungan Kalori Fast Food

Jenis makanan Porsi KaloriNasi Gurih (nasi uduk) 1 piring 389 kal

Nasi goreng 1 piring 637 kalDada ayam goreng KFC 1 potong 470 kal

Sate ayam 10 tusuk 365 kalSatai Kambing 3 tusuk 353 kalBihun Goreng 1 piring 521 kal

Mie Instant 1 bungkus 330 kalMie bakso 1 piring 400 kal

Siomay 1 porsi 162 kalBurger keju 1 buah 425 kal

Pizza hut 1 potong 510 kalKentang goreng 1 porsi 405 kal

Selain air putih, soft drink merupakan salah satu minuman

favorit remaja. Padahal soft drik bisa menaikkan berat badan dan

membuat orang gemuk. Minum soda sesekali saja memang tidak

masalah, namun yang terjadi efek kecanduan pada soda membuat

orang ketagihan meminumnya hingga akhirnya dampak buruk yang

Page 31: fast food vs obesitas.pdf

31

didapatkan. Orang yang sudah kecanduan hampir tiap hari minum soda

bahkan sehari bisa beberapa kali. Hal ini karena soda mengandung

kadar gula yang tinggi (Aifen, 2011). Di restoran fast food produk

olahan susu yang popular adalah es krim. Es krim umumnya

mengandung protein setara dengan susu, hanya saja kalorinya lebih

tinggi (Khomsan, 2006).

D. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian

Aktivitas FisikMenurut Agoes (2003) aktivitas remajadikelompokkan menurut tingkatannya antaralain:a. aktivitas fisik ringanb.aktivitas fisik sedangc. aktivitas fisik berat

Fast FoodMenurut Khomsan (2006) Frekuensikonsumsi fast food di kalangan remaja perlumendapat perhatian orang tua. Banyak fastfood yang mengandung tinggi kalori sehinggakonsumsi yang berlebihan akan menimbulkanmasalah kegemukan, namun konsumsiseminggu 1-2 kali mungkin masih dapatdianggap wajar.

Status Gizi Orang TuaMenurut Soetjiningsih (2007) Status giziremaja di tinjau dari keturunan (genetik) ataubawaan dari orang tua. Obesitas cenderungditurunkan, sehingga diduga memilikipenyebab genetik. Kalau salah satu orang tuayang obesitas maka anaknya mempunyairisiko 30%-40% menjadi obesitas pada usiadewasa, sedangkan kalau kedua orang tuanyaobesitas maka resikonya meningkat menjadi70-80%.

ObesitasSuryoprajoyo(2009)menyebutkan bahwa obesitasadalah kelebihan berat badansebagai akibat daripenimbunan lemak tubuhyang berlebihan.-----------------------------------Klasifikasi status gizi menurutHISOBI (2004) sebagaiberikut :a. Kurus (bila IMT <18,5)b.Normal (bila IMT 18,5-

22,9)c. Gemuk (bila IMT ≥23)d.Resiko Obesitas (bila IMT

23-24,9)e. Obesitas I (bila IMT 25-

29,9)f. Obesitas II (bila IMT ≥30)-----------------------------------Menurut Diarly (2007),terjadimya obesitasmelibatkan beberapa factor,yaitu :a. Genetikb.Aktivitas fisikc. Pola makand.Psikologie. Jenis kelaminf. Tingkat sosial

Page 32: fast food vs obesitas.pdf

32

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini berdasarkan teori Diarly (2007),

terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor yaitu faktor genetik, aktivitas

fisik, pola makan, faktor psikologi, jenis kelamin, dan tingkat sosial.

Oleh karena keterbatasan waktu, maka penulis hanya melihat variabel

Status gizi remaja (genetik), aktivitas fisik dan frekuensi konsumsi fast food.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada kerangka konsep dibawah ini:

Variabel Independen Variabel Dependen

Status Gizi Remaja(Genetik)

Aktivitas Fisik

Konsumsi Fast Food

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

F. Hipotesa

Ha : diduga ada hubungan antara status gizi remaja (genetik) dengan obesitas

pada remaja di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh

Ha : diduga ada hubungan antara aktivitas fisik dengan obesitas pada remaja

di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh

Ha : diduga ada hubungan antara frekuensi konsumsi fast food dengan

obesitas pada remaja di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda

Aceh

Obesitas

Page 33: fast food vs obesitas.pdf

33

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik dengan

menggunakan desain cross sectional yaitu variabel dependen dan variabel

independen dilakukan pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat Hubungan Konsumsi Fast

Food Dengan Obesitas Pada Remaja Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah

Banda Aceh.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswi tingkat I, II

dan III Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh terhitung tahun

ajaran 2013/2014, yaitu berjumlah 454 orang mahasiswi.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti,

yang sudah tentu mampu secara representative dapat mewakili populasinya

(Rutoto, 2007).

Menurut Nursalam (2011) jika besar populasi ≥1000, maka sampel

bisa diambil 20-30%, dan jika besar populasi <1000, maka dapat

digunakan rumus Slovin Sebagai berikut:

n = ( )

Page 34: fast food vs obesitas.pdf

34

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Tingkat Signifikansi (p), dengan taraf kepercayaan 90% yaitu (0,1)

Untuk sampel dengan jumlah populasi 454 orang, maka di peroleh hasil:

n = ( , )n = ( , )n = ,n = ,n = 81,94

n = 82 orang

Dari jumlah sampel di atas, maka untuk setiap kelas diambil

perwakilan sebagai berikut:

Tabel 3.1Sampel Perkelas

NO Tingkat/Kelas N N

1. IA 50 x 82 9

2. IB 48 x 82 9

3. IIA 50 x 82 9

4. IIB 48 x 82 9

Page 35: fast food vs obesitas.pdf

35

5. IIC 40 x 82 7

6. IID 41 x 82 8

7. IIIA 45 x 82 8

8. IIIB 47 x 82 8

9. IIIC 47 x 82 8

10. IIID 38 x 82 7

Total 454 82

Untuk teknik pengambilan sampel pada tiap kelas digunakan cara

Simple Random Sampling. Pemilihan dengan cara ini merupakan jenis

probabilitas yang paling sederhana. Untuk mencapai sampling ini, setiap

elemen diseleksi secara acak. Jika sampling frame kecil, nama bias ditulis

pada secarik kertas, diletakkan dikotak,diaduk, dan diambil secara acak

setelah semuanya terkumpul (Nursalam, 2011).

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Akademi Kebidanan

Muhammadiyah Banda Aceh, pada tanggal 17-24 Februari 2014.

D. Tehnik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden

dengan menimbang Berat Badan, mengukur Tinggi Badan dan

menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bagian akademi

AKBID Muhammadiyah Banda Aceh.

Page 36: fast food vs obesitas.pdf

36

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah

Timbangan, Microtoa, dan Kuesioner. Data yang dikumpulkan adalah data

primer yaitu data yang langsung diperoleh dari responden:

1. Obesitas di ukur dengan menggunakan pengukuran antropometri

berdasarkan data yang diperoleh dengan menimbang Berat Badan (BB)

dan mengukur Tinggi Badan (TB), kemudian di hitung dengan

menggunakan rumus :

IMT=Selanjutnya dikelompokkan sebagai berikut :

a. Obesitas : IMT ≥25

b. Normal : IMT <25

2. Data status gizi remaja (genetik) di kumpulkan dengan menentukan ada

tidaknya riwayat kegemukan pada orang tua remaja (ayah dan ibu) yang di

peroleh melalui wawancara terhadap remaja. Selanjutnya dikelompokkan

sebagai berikut :

a. Gemuk : jika salah satu atau kedua orang tua (ayah dan ibu)

mengalami kegemukan

b. Normal : jika kedua orang tua (ayah dan ibu) tidak mengalami

kegemukan

3. Aktivitas fisik diukur dengan cara membuat pertanyaan terstruktur dengan

menggunakan kuisioner yang terdiri dari pertanyaan tentang aktifitas fisik

Page 37: fast food vs obesitas.pdf

37

sebanyak 15 soal, yang meliputi 5 pertanyaan aktivitas ringan, 5

pertanyaan aktivitas sedang dan 5 pertanyaan aktivitas berat.

Setiap alternatif jawaban “Ada” diberi nilai 2, dan jawaban “Tidak” diberi

nilai 1. Skor tertinggi adalah 30 dan skor terendah adalah 15. Untuk

menentukan kategori setiap responden yaitu dengan cara membagi antara

jumlah nilai responden dengan skor tertinggi (30) dan dikalikan dengan

100% (n= 100% ). Selanjutnya aktivitas fisik dibagi

menjadi dua kategori yaitu :

a. Aktivitas Fisik Berat, bila n = 67-100%

b. Aktivitas Fisik Sedang, bila n = 0-66%

4. Konsumsi fast food di ukur dengan menggunakan Food Frequency

Quetionnairer (FFQ), selanjutnya di kategorikan sebagai berikut :

a. Sering : 3-4x/Minggu

b. Jarang : 1-2x/Minggu

c. Tidak Pernah : tidak pernah di konsumsi/mingggu

Setiap alternatif jawaban “Sering” diberi nilai 3, jawaban “Jarang” diberi

nilai 2, dan jawaban “Tidak Pernah” diberi nilai 1. Skor tertinggi adalah 45

dan skor terendah adalah 15. Untuk menentukan kategori setiap responden

yaitu dengan cara membagi antara jumlah nilai responden dengan skor

tertinggi (45) dan dikalikan dengan 100% (n= 100%).

Selanjutnya Konsumsi fast food dibagi menjadi dua kategori yaitu :

a. Sering, bila n = 67-100%

Page 38: fast food vs obesitas.pdf

38

b. Jarang, bila n = 0-66%

F. Definisi Operasional

Tabel 3.2Definisi Operasional

No Variabel Definisioperasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

ukurDependen

1 Obesitas Kelebihanberat badanyang terjadipada remajadiukurdenganIMT

Mengukur TBMenimbangBB

MicrotoaTimbangan

Normal bilaIMT 18,5-24,9

Obesitas bilaIMT ≥25

Ordinal

Independen

2 StatusGiziRemaja(Genetik)

Bawaandari orangtua

MenyebarkanKuesionerdanWawancara

Kuesioner Gemukapabila adasalah satu orangtua yang gemuk

Normalapabila tidakada salah satuorang tua yanggemuk

Ordinal

3 Aktivitasfisik

Gerakanfisik yangdilakukanremajasetiapharinya

MenyebarkanKuesionerdanWawancara

Kuesioner Aktifitas BeratBila 67-100%

AktivitasSedangBila 0-66%

Ordinal

4 Konsumsifast food

Frekuensikonsumsifast food

MenyebarkanKuesionerdanWawancara

Kuesioner SeringBila 67-100%

JarangBila 0-66%

Ordinal

Page 39: fast food vs obesitas.pdf

39

G. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Setelah dilakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data

tersebut direncanakan akan diolah secara komputerisasi menggunakan

SPSS Versi 16.00 dengan tahapan :

a. Editing

Semua kuesioner yang telah dijawab oleh responden diperiksa dengan

teliti, apabila terdapat kekeliruan segera diperbaiki sehingga tidak

mengganggu pengolahan data.

b. Coding

Memberikan kode berupa nomor pada tiap kuesioner yang diisi oleh

responden, sehingga jawaban dari responden tidak tertukar.

c. Transfering

Data yang telah diberi kode disusun secara berurutan mulai dari

responden pertama hingga responden terakhir untuk dimasukkan

kedalam tabel.

d. Tabulating

Data yang telah diolah kemudian disusun kedalam bentuk presentasi

kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Kemudian

data diolah untuk mengetahui apakah ada hubungan konsumsi fast food

terhadap obesitas pada remaja di Akademi Kebidanan Muhammadiyah

Banda Aceh.

Page 40: fast food vs obesitas.pdf

40

2. Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini dilakukan secara bertahap dari

analisa univariat dan bivariat.

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap variabel dari hasil

penelitian. Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan

persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

Menurut Budiarto (2003), mean rata-rata nilai diketahui dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

xn

x

Keterangan :

x : Nilai rata-rata untuk responden

∑x : Jumlah nilai semua responden

n : Jumlah sampel

Penentuan persentase (P) terhadap tiap variabel dengan

menggunakan rumus Budiarto (2003), sebagai berikut :

p= 100%Keterangan :

P : persentase

f : frekuensi

n : jumlah responden yang menjadi sampel

Page 41: fast food vs obesitas.pdf

41

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari variabel

independent yang diduga mempunyai hubungan dengan variabel

dependent. Analisa yang digunakan adalah tabulasi silang. Untuk

menguji hipotesa dilakukan analisis statistik dengan menggunakan

rumus Chi-Square pada taraf kepercayaan 95% (0,05) sehingga dapat

diketahui ada tidaknya hubungan yang bermakna secara statistik dengan

menggunakan program SPSS For Windows Versi 16.00.

Data masing-masing subvariabel dimasukkan kedalam tabel,

kemudian tabel dianalisa untuk membandingkan antara nilai Pvalue

dengan nilai alpha (0,05) dengan ketentuan, Ha diterima jika Pvalue <

0,05 artinya ada hubungan antara variabel independent dengan

dependent dan Ho ditolak jika Pvalue ≥ 0,05 artinya tidak ada hubungan

antara variabel independent dengan variabel dependent.

Bila tabel 2x2 dan dijumpai nilai Expected <5, baca di Fisher

Exact Test . Tabel 2x2 dan tidak ada nilai Expected <5, baca di

Countinuity Correction (a). Sedang bila tabel 3x2, 3x3, dsb, baca di

Person Chi Square.

Page 42: fast food vs obesitas.pdf

42

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh merupakan

salah satu Akademi Kebidanan Swasta yang terletak di jalan Punge Blang

Cut Lr. Penyantun Kota Banda Aceh.

2. Data Demografi Responden

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17-19 Februari 2014 Di

Kampus Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh. Pengumpulan

data dilakukan dengan mengukur Tinggi Badan dan menimbang Berat

Badan serta membagikan kuesioner dan melakukan wawancara kepada 82

responden dari tingkat I-III yang berisi beberapa penyataan tentang status

gizi orang tua, aktivitas fisik dan konsumsi fast food. Sebelum

membagikan kuesioner, peneliti menjelaskan tentang maksud dan tujuan

penelitian serta menjaga kerahasiaan responden.

a. Umur

Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Umur Pada Remaja Di Akademi Kebidanan

Muhammadiyah Banda Aceh Tahun 2013

No. Umur Frekuensi Persentase

1 17 - 20 tahun 58 70,73

2 21 - 24 tahun 24 29,26

Jumlah 82 100,00

Sumber Data Primer (diolah tahun 2014)

Page 43: fast food vs obesitas.pdf

43

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa dari total 82

responden di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh

mayoritas umur remaja berada pada kategori umur 17-20 tahun yaitu

58 orang (70,73%).

3. Obesitas

Obesitas pada remaja di Akademi Kebidanan Muhammadiyah

Banda Aceh dibagi menjadi dua kategori yaitu Normal dan Obesitas

dengan ketentuan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih besar atau sama

dengan 25. Pengukuran IMT dilakukan dengan cara membagi nilai berat

badan (Kg) dengan nilai kuadrat dari tinggi badan (m). Maka dengan kata

lain pengkategorian Normal yaitu bila IMT 18,5-24,9 dan Obesitas yaitu

bila IMT ≥25.

Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Obesitas Pada Remaja Di Akademi

Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh Tahun 2013

No Obesitas Frekuensi Persentase

1 Normal 65 79,262 Obesitas 17 20,73

Jumlah 82 100,00Sumber Data Primer (diolah tahun 2014)

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari total 82

responden di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh, remaja

yang mengalami obesitas berjumlah 17 orang (20,73 %).

Page 44: fast food vs obesitas.pdf

44

4. Status Gizi Remaja (Genetik)

Status gizi Remaja (ditinjau dari segi genetik) di Akademi

Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh dibagi menjadi dua kategori

yaitu Gemuk dan Normal dengan ketentuan nilai salah satu atau kedua

orang tua responden mengalami obesitas (kegemukan). Maka

pengkategorian Gemuk bila salah satu atau kedua orang tua responden

mengalami obesitas, sedangkan Normal bila tidak ada salah satu dari

orang tua responden mengalami obesitas.

Tabel 4.4Distribusi Frekuensi Status Gizi Remaja (Genetik) Di Akademi

Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh Tahun 2013

No Status GiziRemaja (Genetik)

Frekuensi Persentase

1 Gemuk 22 26,822 Normal 60 73,17

Jumlah 82 100,00Sumber Data Primer (diolah tahun 2014)

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa dari total 82

responden di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh yang

status gizi remaja di tinjau dari segi genetik (keturunan) dari orang tua

yang mengalami kegemukan (obesitas) ada 22 orang (26,82).

5. Aktivitas Fisik

Aktivitas Fisik pada Remaja di Akademi Kebidanan

Muhammadiyah Banda Aceh dibagi menjadi dua kategori yaitu Berat, dan

Sedang dengan ketentuan Berat bila nilai responden 67-100%, dan Sedang

bila nilai responden 0-66%. Untuk melihat kategori responden yaitu

Page 45: fast food vs obesitas.pdf

45

dengan membagi antara nilai responden dengan Skor Tertinggi (30) dan

dikalikan dengan 100%.

Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Aktivitas Fisik Pada Remaja di Akademi

Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh Tahun 2013

No Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase

1 Berat 61 74,392 Sedang 21 25,60

Jumlah 82 100,00 %Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa dari total 82

responden di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh ada 61

orang (74,39%) yang melakukan aktivitas fisik berat.

6. Konsumsi Fast Food

Konsumsi Fast Food pada Remaja di Akademi Kebidanan

Muhammadiyah Banda Aceh dibagi menjadi dua kategori yaitu Sering,

dan Jarang dengan ketentuan Sering bila nilai responden 67-100%, dan

Jarang bila nilai responden 0-66%. Untuk melihat kategori responden

yaitu dengan membagi antara nilai responden dengan Skor Tertinggi (45)

dan dikalikan dengan 100%.

Page 46: fast food vs obesitas.pdf

46

Tabel 4.6Distribusi Frekuensi Konsumsi Fast Food Pada Remaja

Di Akademi Kebidanan MuhammadiyahBanda Aceh Tahun 2013

No Konsumsi FastFood

Frekuensi Persentase

1 Sering 31 37,802 Jarang 51 62,19

Jumlah 82 100,00Sumber : Data Primer (diolah tahun 2014)

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa dari total 82

responden di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh yang

sering mengkonsumsi fast food berjumlah 31 orang (37,80 %).

7. Hubungan Status Gizi Remaja (Genetik) dengan Obesitas

Tabel 4.7Hubungan Status Gizi Remaja (Genetik) dengan Obesitas pada

Remaja Di Akademi Kebidanan MuhammadiyahBanda Aceh Tahun 2013

No

StatusGizi

Remaja(Genetik)

Obesitas JumlahP

Value αNormal ObesitasN %f % f %

1 Gemuk 7 31,81 15 68,18 22 1000,000 0,05

2 Normal 58 96,66 2 3,33 60 100

Sumber Data Primer (diolah tahun 2014)

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa dari 22 responden

yang status gizi remaja di tinjau dari segi genetik (keturunan) dari orang

tua yang mengalami kegemukan ternyata 15 orang (68,18 %) diantaranya

mengalami obesitas.

Page 47: fast food vs obesitas.pdf

47

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Chi-Square

maka diperoleh nilai Pvalue = 0,000, artinya hipotesa diterima (Pvalue ≤

0,05) atau ada hubungan antara Status Gizi Orang Tua dengan Obesitas

pada Remaja di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.

8. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas

Tabel 4.8Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas pada Remaja

Di Akademi Kebidanan MuhammadiyahBanda Aceh Tahun 2013

No AktivitasFisik

Obesitas Jumlah PValue αNormal Obesitas n %f % f %

1 Berat 46 75,40 15 24,59 61 1000,214 0,05

2 Sedang 19 90,47 2 9,52 21 100Sumber Data Primer (diolah tahun 2014)

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa dari 61 responden

yang melakukan aktivitas fisik berat, ternyata 15 orang (24,59%)

diantaranya mengalami obesitas.

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Chi-Square

maka diperoleh nilai Pvalue = 0,214, artinya hipotesa yang ditegakkan

ditolak (Pvalue >0,05) atau tidak ada hubungan antara Aktivitas fisik

dengan Obesitas pada Remaja di Akademi Kebidanan Muhammadiyah

Banda Aceh.

Page 48: fast food vs obesitas.pdf

48

9. Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Obesitas

Tabel 4.9Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Obesitas pada Remaja Di

Akademi Kebidanan MuhammadiyahBanda Aceh Tahun 2013

No KonsumsiFast Food

Obesitas Jumlah PValue ΑNormal Obesitas n %

f % f %

1 Sering 17 54,16 14 45,16 31 1000,000 0,05

2 Jarang 48 94,11 3 5,88 51 100

Sumber Data Primer (diolah tahun 2014)

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa dari 31 responden

yang sering mengkonsumsi fast food ternyata 14 orang (45,16%)

diantaranya mengalami obesitas .

Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan Chi-Square

maka diperoleh nilai Pvalue = 0,000, artinya hipotesa diterima (Pvalue ≤

0,05) atau ada hubungan antara Konsumsi fast food dengan Obesitas pada

Remaja di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.

B. Pembahasan

1. Hubungan Status Gizi Remaja (Genetik) dengan Obesitas

Hasil penelitian (Tabel 4.7) diketahui bahwa pengaruh obesitas

lebih banyak pada remaja yang orang tuanya mengalami kegemukan

(68,18%) sedangkan orang tua dengan status gizi normal hanya 3,33%

remaja yang mengalami obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan antara status gizi orang tua dengan kejadian obesitas pada

remaja dimana Pvalue=0,000.

Page 49: fast food vs obesitas.pdf

49

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh

Nadhiroh (2012) menunjukkan bahwa pada kelompok obesitas status gizi

bapak dan ibu remaja yang terbanyak adalah obesitas, sedangkan pada

kelompok non obesitas status gizi bapak dan ibu remaja adalah normal.

Hasil ini senada dengan penelitian Saleh (2010) di SMA Negeri 2 dan

SMA Negeri 3 Pekalongan yang menyatakan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara genetik dengan kejadian obesitas pada remaja. Dan

bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung

(2008) di SMU RK Tri Sakti Medan menyatakan bahwa tidak ada

pengaruh faktor genetik terhadap kejadian obesitas pada remaja.

Seperti yang diungkapkan oleh Soetjiningsih (2007) bahwa kalau

salah satu orang tuanya yang obesitas maka anaknya mempunyai resiko

30%-40% menjadi obesitas. Sedangkan kalau kedua orang tuanya obesitas

maka resikonya meningkat menjadi 70%-80%. Begitu juga dengan

pendapat Suryoprajoyo (2009) yang mengatakan bahwa obesitas

cenderung diturunkan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Musa (2010)

yang mengatakan bahwa genetik cenderung diturunkan terus menerus

kepada generasinya.

Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Obesitas adalah

penyakit gangguan keseimbangan energi yang bersifat multi factorial yang

sebagian besar diduga disebabkan oleh adanya interaksi antara faktor

genetik dan faktor lingkungan. Sebagian besar gangguan keseimbangan

energi ini disebabkan oleh faktor eksogen (antara lain : aktivitas fisik, gaya

Page 50: fast food vs obesitas.pdf

50

hidup, sosial ekonomi dan perilaku makan) yaitu sekitar 90%, sedangkan

faktor endogen yaitu: kelainan hormonal, sindrom atau penyakit dan

genetik hanya sekitar 10% (Hidayati, dkk, 2006).

Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil penelitian adalah

status gizi pada remaja di tinjau dari genetik (keturunan) dari orang tua

yang mengalami kegemukan. Mayoritasnya obesitas pada remaja di

turunkan dari ibunya, dan ada beberapa orang yang kedua orang tuanya

memiliki berat badan normal tapi mengalami obesitas, hal tersebut di

sebabkan oleh pola makan yang tidak teratur, suka mengkonsumsi

makanan siap saji (fast food) dan kurang melakukan olahraga (aktivitas

fisik).

2. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas

Hasil penelitian (Tabel 4.8) menunjukkan bahwa remaja obesitas

cenderung melakukan aktivitas fisik yang berat (24,59%), sedangkan

aktivitas fisik sedang hanya 9,52% dilakukan oleh remaja yang obesitas.

Hal ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara aktivitas fisik

dengan kejadian obesitas pada remaja dimana Pvalue=0,214.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Amaliah (2005) pada remaja SMA di Bogor yang menunjukkan bahwa

proporsi persen lemak tubuh tinggi lebih banyak pada responden dengan

tingkat aktivitas sedang. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara aktivitas fisik dengan persen lemak tubuh.

Demikian juga penelitian yang dilakukan oleh Aini (2012) pada remaja di

Page 51: fast food vs obesitas.pdf

51

perkotaan yang menunjukkan bahwa kejadian gizi lebih pada remaja yang

tingkat aktivitasnya sedang sampai berat lebih besar dari pada remaja yang

aktivitasnya ringan. Hal Ini bertolak belakang dengan penelitian yang

dilakukan oleh Lastariwati dkk ( 2006) pada remaja putri di Yogyakarta

dimana remaja yang kurang melakukan aktivitas fisik sehari-hari

menyebabkan tubuhnya kurang mengeluarkan energy sehingga

menyebabkan obesitas.

Hasil penelitian ini senada dengan pendapat Irianto (2007)

aktivitas fisik remaja pada umumnya memiliki tingkatan aktivitas fisik

sedang, sebab kegiatan yang sering dilakukan adalah belajar. Remaja yang

kurang melakukan aktivitas fisik sehari-hari, menyebabkan tubuhnya

kurang mengeluarkan energi. Oleh karena itu jika asupan energi berlebih

tanpa diimbangi aktivitas fisik yang seimbang maka seorang remaja

mudah mengalami kegemukan. Terjadinya gizi lebih secara umum

berkaitan dengan keseimbangan energi di dalam tubuh. Akan tetapi

bertolak belakang dengan pendapat Mu’tadin (2002) yang menyatakan

bahwa aktivitas fisik yang kurang merupakan penyebab utama

meningkatnya obesitas di masyarakat.

Menurut asumsi peneliti berdasarkan hasil penelitian adalah

mayoritasnya responden melakukan aktivitas fisik yang berat, akan tetapi

hanya beberapa orang yang mengalami obesitas, hal tersebut di karenakan

responden harus melakukan sendiri semua aktivitas sehari-harinya seperti :

mencuci pakaian, memasak, menyetrika dan membersihkan rumah tanpa

Page 52: fast food vs obesitas.pdf

52

di bantu oleh orang lain, hal tersebut di sebabkan karena hampir seluruh

responden tinggal di rumah kost atau asrama. Selain itu responden juga

aktif dalam beberapa kegiatan olahraga, seperti senam pagi yang rutin di

lakukan 1-2 kali setiap minggunya.

3. Hubungan Konsumsi Fast Food dengan Obesitas

Hasil penelitian (Tabel 4.9) menunjukkan bahwa proporsi obesitas

lebih tinggi pada remaja yang sering mengkonsumsi fast food (45,16%)

dibandingkan dengan remaja yang jarang mengkonsumsi fast food

(5,88%). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

konsumsi fast food dengan obesitas pada remaja dimana Pvalue=0,000.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Lieswanti (2007) di

SMU Harapan 1 Medan ditemukan adanya hubungan yang signifikan

antara konsumsi fast food dengan status gizi, khususnya pada penderita

obesitas. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Damopolii

dkk (2013) di Manado yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

konsumsi fast food dengan terjadinya obesitas. Hal ini juga senada dengan

penelitian Fraser et al dalam Nadhiroh (2012) yang menunjukkan bahwa

remaja yang sering makan di restoran fast food mengkonsumsi lebih

banyak makanan yang tidak sehat dan cenderung memiliki IMT lebih

tinggi dibandingkan mereka yang tidak secara periodic makan di restoran

fast food.

Adanya hubungan tersebut sesuai dengan pendapat Soetjiningsih

(2007) bahwa obesitas dapat terjadi kalau asupan kalori berlebihan.

Page 53: fast food vs obesitas.pdf

53

Ditambah lagi gaya hidup masa kini yang suka mengkonsumsi fast food

yang berkalori tinggi seperti berbagai jenis olahan ayam dan aneka

makanan mie. Hal ini sejalan dengan pendapat Zulfa (2011) yang

menyatakan bahwa konsumsi yang tinggi terhadap fast food (makanan siap

saji) dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih atau kegemukan (Obesitas)

karena kandungan dari fast food tersebut tinggi kalori, tinggi lemak dan

rendah serat.

Menurut asumsi peneliti dengan melihat hasil penelitian

menyimpulkan bahwa reponden sering mengkonsumsi fast food sehingga

mereka mengalami obesitas, di karenakan fast food mengandung kalori

yang tinggi. Kebiasaan responden sering mengkonsumsi fast food di

sebabkan karena responden tidak sarapan pada pagi hari sehingga

menjelang siang hari mereka jajan di kantin yang menyediakan mie

pangsit, bakso, dan mie instan. Selain itu, padatnya jadwal kampus, malas

masak, dan berkumpul dengan teman menyebabkan mereka lebih memilih

makanan cepat saji (fast food). Jenis fast food yang paling di sukai oleh

responden adalah Mie Bakso, Mie Pangsit, Nasi Gurih, Mie Instan, Nasi

Goreng, dan Ayam Lepas/Penyet dan Gorengan dengan frekuensi 3-4

kali/minggunya.

Page 54: fast food vs obesitas.pdf

54

BAB VPENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dapat di simpulkan bahwa :

1. Ada hubungan antara Status Gizi Remaja (Genetik) dengan Obesitas Pada

Remaja Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh (Pvalue =

0,000)

2. Tidak Ada hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Obesitas Pada Remaja

Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh (Pvalue = 0,214)

3. Ada hubungan antara Konsumsi Fast Food dengan Obesitas Pada Remaja

Di Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh (Pvalue = 0,000)

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Melakukan upaya promotif dan preventif terhadap masalah

obesitas, dengan langkah mengundang ahli gizi untuk memberikan

informasi dan edukasi khususnya mengenai obesitas, dan juga menerapkan

olahraga rutin (misalnya : senam pagi ±30 menit sebelum memulai proses

belajar mengajar) untuk menjaga kesehatan. Serta menyediakan buku

bacaan yang lebih spesifik tentang obesitas.

2. Bagi Pemerintah

Meningkatkan program penanggulangan gizi lebih pada remaja

dengan memberikan pendidikan tentang gizi , khususnya tentang efek dari

konsumsi fast food, dengan menugaskan ahli gizi untuk memberikan

Page 55: fast food vs obesitas.pdf

55

penyuluhan kepada remaja di sekolah atau akademi pendidikan secara

rutin.

3. Bagi Peneliti Lain

Untuk meneliti lebih kompleks dengan menggunakan desain

penelitian yang berbeda, menentukan status obesitas menggunakan

pengukuran antropometri yang lebih valid, merinci semua aktivitas fisik

dan lamanya aktivitas dilakukan selama 24 jam kemudian dicocokkan

dengan tabel pengeluaran energi, dan membandingkan konsumsi fast food

pada remaja perkotaan dengan remaja di pedesaan. Sehingga hasil

penelitian jauh lebih sempurna.

Page 56: fast food vs obesitas.pdf

56

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, D. (2003) Mencegah dan Mengatasi Kegemukan pada Balita. Jakarta:Penerbit Puspa Swara.

Agtadwimawanti, N. (2012) Fakta Tentang Obesitas Dan Kegemukan. Dikutipdari http://intisari-online.com/read (diakses 09 September 2013)

Aini. S.N. (2012). Faktor-Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan KejadianGizi Lebih Pada Remaja Di Perkotaan. Semarang :IKM FKM UNSdikutip dari http://journal.unnes.ac.id (diakses 22 Februari 2014)

Alfadillah. (2010). Fast Food Bagi Kehidupan Masyarakat. Dikutip darihttp://wans84.wordpress.com (diakses 27 Juli 2013)

Almatsier, S. (2003). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT.Gramedia pustakaUtama

Amaliah. (2005). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Persen Lemak TubuhPada Remaja Di SMA Budi Mulia dan SMA Rimba Madya Kota Bogor.Jawa Barat : Thesis IKM FKM UI

Baliwati, dkk. (2004). Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penerbit Swadaya

Budiarto, E. (2003). Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat.Jakarta: EGC

Damopolii. W. dkk. (2013). Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan KejadianObesitas Pada Anak SD Di Kota Manado. Manado: Program Studi IlmuKeperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi.

Dewi, L. (2011). Pola Makan Sehat dan Gaya Hidup yang Benar. Dikutip darihttp://www.rumahsakitmitrakemayoran.com (diakses 09 Agustus 2013)

Diarly, M. (2007). Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit. Jakarta:Penerbit Pustaka Obor Populer.

Fathonah, S. dkk. (1996). Prevalensi Gizi Lebih pada Anak-anak SMA danFaktor-faktor yang Mempengaruhinya. Semarang : IKIP

Foster, H. (2007). Diet Bebas Lapar Resep Langsing Dengan Makan 6 KaliSehari. Jakarta: Erlangga

Ginanjar, GW. (2008). Obesitas Pada Anak. Jakarta: PT. Mizan Publika

Hadi, H. (2005). Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya TerhadapKebijakan pembangunan Kesehatan Nasional. Yogyakarta: UGM.

Page 57: fast food vs obesitas.pdf

57

Hegarty, V. (1996). Nutrition, Food and Environment. USA: Eagon Press

Hidayati, dkk. (2006). Obesitas Pada Anak. Dikutip darihttp://www.pediatrik.com (diakses 28 Juli 2013)

Hudha, L.A. (2006). Hubungan antara pola makan dan aktivitas fisik denganObesitas pada Remaja Kelas II SMP Theresianan I Yayasan BernadusSemarang. Semarang: PKK Pendidikan Tata Boga SI JurusanTeknologi Jasa dan Produksi. Dikutip dari http://www.dik.undip.ac.id.(diakses 05 Oktober 2013)

Irianto. D. P. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan.Yogyakarta : C.V Andi

Khomsan, A. (2006). Solusi Makanan Sehat. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Lastariwati. B. dkk. (2006). Hubungan antara Pengetahuan dan KonsumsiMakanan dan Minuman Instan dengan Status Gizi Remaja Putri.Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana. FakultasTeknik Universitas Negeri Yogyakarta. Dikutip dari http://e-journal.respati.ac.id (diakses 22 Februari 2014)

Lieswanti, M. (2007). Hubungan Konsumsi Fast Food Dengan Status GiziRemaja Di SMU Harapan 1 Medan Tahun Ajaran 2006-2007. Skripsi.Medan : FKM USU

Lutfi, S. (2011). Makan Teratur Mahasiswa Tingkat Akhir. Dikutip darihttp://lutfiblurry. blogspot.com (diakses 18 Juli 2013)

Manurung. N.K. (2008). Pengaruh Karakteristik Remaja,Pendapatan Keluarga,Pendidikan Ibu, Pola Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap KejadianObesitas Di SMU RK Trisakti Medan. Thesis. Medan : FKM USU

Mita. (2008). Mencegah Obesitas. Dikutip dari http://mita.blog.unair.ac.id.(diakses 20 September 2013)

Muchtadi, D. (2001). Pencegahan Gizi Lebih dan Penyakit Kronis MelaluiPerbaikan Pola konsumsi Pangan. Bogor: Jurusan Teknologi Pangandan Gizi Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Musa. (2010). Faktor Risiko Obesitas Pada Remaja. Dikutip darihttp://www.dik.undip.ac.id (dikutip tanggal 05 Oktober 2013)

Nadhiroh. S.R. (2012). Perbedaan Pola Makan dan Aktivitas Fisik antara RemajaObesitas dengan Non Obesitas. Surabaya: FKM Universitas Airlangga

Nita. (2008) . Atasi Segera Obesitas pada Remaja. Dikutip darihttp://www.medicastore.com (diakses tanggal 18 Juli 2013)

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta

Page 58: fast food vs obesitas.pdf

58

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Rutoto. S. (2007). Pengantar Metodologi Penelitian. FKIP : Universitas MuriaKudus

Saleh. R. (2010). Faktor Resiko Kejadian Obesitas Pada Remaja SMA Negeri 2Dan SMA Negeri 3 Di Kota Pekalongan Tahun 2010. Semarang: FKMUP

Siswono. ( 2009). Obesitas Ajang Reuni Penyakit. Jakarta: Q-press.

Soegeng, dkk. (2004). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya

Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Anak dan Remaja, Buku Ajar I, Jakarta

Subardja, D. (2004). Obesitas Primer pada Anak. Bandung : PT.Kiblat BukuUtama.

Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak, Yogyakarta:Graha

Ilmu.

Suryoprajoyo, N . (2009). Kupas Tuntas Kesehatan Remaja dari A-Z. Jogyakarta:PT.Diglossia Printika.

Syamhudi. (2011). Perubahan Pola Makan Timbulkan Berbagai Penyakit yangBerdampak Kematian. Dikutip dari http://www.mediaprofesi.com(diakses 27 Juli 2013)

Tabloid Jasa Marga. (2010). 10 Makanan Sampah yang Perlu Dihindari. Dikutipdari http://anekakuliner.com (diakses 18 Juli 2013)

Tjokoprawiro, A. (2011). Panduan Lengkap Pola Makan Untuk PenderitaDiabetes. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Virgianto. G dan Purwaningsih. E. (2006). Konsumsi Fast Food Sebagai FaktorResiko Terjadinya Obesitas Pada Remaja. Dikutip darihttp://www.m3undip.org/ (diakses 20 Juli 2013)

Wahlqvist, M. (1997). Food and Nutrition in Austrasia. Sidney: Allen & Unwin

Widyastuti, dkk. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya

Windasari, E. (2009). Cermin Dunia Kebidanan. Dikutip darihttp://ekaakbidbup.blogspot.com (diakses 03 Desember 2013)

Zulfa. F. (2011). Hubungan Kebiasaan Konsumsi Fast Food Modern DenganStatus Gizi. Dikutip dari http://journal.unsil.ac.id (diakses 22 Februari2014)