Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan...
-
Upload
pustaka-virtual-tata-ruang-dan-pertanahan-pusvir-trp -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan...
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
1/51
DIREKTORAT JENDERAL PEMERINTAHAN UMUM
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Oleh :
DR. RIZARI, MBA, M.Si
DIREKTUR KAWASAN DAN PERTANAHAN
1
FASILITASI GUBERNUR TERHADAP PEMERINTAH
KABUPATEN/KOTA DI KAWASAN EKONOMI,
INDUSTRI DAN PERDAGANGAN BEBAS
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
2/51
NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
ASAS DESENTRALISASI(Penyerahan Kewenangan)
(DAU, DAK, Bagi Hasil)
ASAS DEKONSENTRASI
(Pelimpahan Kewenangan)(Dana Dekon, Dana
Penguatan Peran Gub)
TUGAS PEMBANTUAN(Penugasan)
(Kab/Kota)
MENGANUT :
Dekonsentrasidan tugas pembantuan diselenggarakan karena tidak semua wewenang dan tugas
pemerintahan dapat dilakukan dengan menggunakan asas desentralisasi.
Urusan pemerintahan yang sudah menjadi kewenangan Pemda harus didanai dariAPBD,sedangkan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah harus didanaidari APBN. Pengaturan pendanaan kewenangan Pemerintah melalui APBN mencakuppendanaan sebagian urusan pemerintahan yang akan dilimpahkan kepada gubernurberdasarkan asas dekonsentrasi, dan sebagian urusan pemerintahan yang akanditugaskan kepada daerah provinsi dan kabupaten/kota berdasarkan asas tugas pembantuan.
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
3/51
PER N N DITJEN PEMERINT H N UMUM
KEMENTERI N D L M NEGERI
1. Melaksanakan fungsi Fasilitator dan/atau Kordinator sebagaibridge(jembatan):
a. penyelengaraan Sub-sistem Pemerintahan, khususnyafungsi bidang Pemerintahan Umum;
b. penyelenggaraan fungsi azas dekonsentrasi dan TugasPembantuan(fungsi pemerintah bawahan);
c. Menjaga hubungan antar sektor, antara sektor dengandaerah, dan antar Daerah agar terciptanya harmonisasidan sinkronisasi serta Keberlanjutan;
2. Melaksanakan penyelenggaraan fungsi Pembinaan yaitupengendalian dan pengawasan melalui kajian, monevmaupun analisis performance antar sektor dengan daerah,antar sektor dan antar daerah
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
4/51
4
TUPOKSI
Peranan tersebut sebagai implementasi dari
Pasal 217 dan Pasal 218 serta Pasal 222
UU No 32 Thn 2004 ttg Pemerintahan Daerah
Pasal 217 & 218 : Pembinaan dan Pengawasan ataspenyelenggaraan pemerintahan daerah.
Pasal 222 : Pembinaan dan Pengawasan ataspenyelenggaraan pemerintahan daerahsecara nasional dikoordinasikan olehMendagri.
PEMBINAAN TEKNIS OLEH MENTERI TERKAIT
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
5/51
UUD 1945
PASAL 33 ayat 3
Bumi dan air dan kekayaan alam yangterkandung didalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuksebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
UU 5/ 1974 Ttg Pokok-Pokok Pemerintahan
di Daerah
(Sentralistik)
(KK. Neil down)
UU 22/ 1999 TtgPemerintahan Daerah
(Otonomi seluas-luasnya)
(KK. Neil down/ PrefelingLaw)
UU 32/ 2004 TtgPemerintahan Daerah
(Otonomi luwes/ terbatas)
(Prefeling Law)
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
6/51
1. Pusat:Berwenang membuat norma-norma, standar, prosedur,Monev, supervisi, fasilitasi dan urusan-urusan pemerintahandengan eksternalitas nasional dan internasional.
2. Provinsi:Berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusan
pemerintahan dengan eksternalitas regional (lintas Kab/Kota)dalam norma, standard, prosedur yang dibuat Pusat
3. Kab/Kota:Berwenang mengatur dan mengurus urusan-urusanpemerintahan dengan eksternalitas lokal (dalam satu Kab/Kota)dalam norma, standard, prosedur yang dibuat Pusat
PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN DILAKSANAKAN
SECARA BERSAMA BERDASARKAN 3 KRITERIA:
6
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
7/517
1. UU 36/2000 tentang FTZ
2. UU 37/2000tentang FTZ Sabang
3. UU 44/2007 tentang Perubahanatas UU 36/2000 tentang FTZ
4. UU 39/2009tentang KEK
5. PP 46/2007 tentang FTZ Batam
6. PP 47/2007 tentang FTZ Bintan
7. PP 48/2007 tentang FTZ Karimun
8. PP 24/2009 tentang KawasanIndustri
9. Keppres 150/2000tentang KAPET
SEKTOR
Fasilitasi dlm rangka Sinkronisasi dan
Koordinasi
KAWASAN EKONOMI, INDUSTRI, DAN
PERDAGANGAN BEBAS
Regional
1. UU 32/2004Tentang
Pemerintahan Daerah;
2. UU No.28/2009 Tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah
3. UU 26/2007 Tentang Penataan
Ruang;
4. PP 38/2007Tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara
Pemerintah, Pemda Provinsi &
Pemda Kab/Kota;
5. PP 43/2010Tentang Tata CaraPenetapan Kawasan Khusus;
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
8/51
UU No 5/1960
UUPA
UU No. 5 Tahun 1974
Pemda
(SENTRALISTIK)
DEP.
AGRARIA
1960-1966
DITJEN.
AGRARIA
(DEPDAGRI)
1966/1988
Keppres No 26/1988
BPN
UUD 1945
Pasal 33
Ttg Bumi air..
UUD 1945
Pasal 18
Ttg pembagian
pemerintahan
TAP MPR
IX/MPR/2001Reformasi
Agraria dan
pengelolaan
SDA
UU No. 32
Thn 2004
Pemda(OTONOMI)
UU No. 22 Thn 1999
Pemda
(OTONOMI)Pasal 11
Urusan Pertanahan di
serahkan ke Pemda
Pasal 13
UU.32/2004
Pertanahan
Urusan
WajibKeppres
34/2003
Perintah utk Revisi
UU 5/1960
(SIP,9 kewenangan)
UU No. 11
Thn 2006
Pemda
ACEH(OTSUS)
Keppres
No.10/2006
Pertanahan
masih urusan
pusat
PP No. 38 Thn
2007
Pemb.Urusan
Pem
UU No.2
/2012 dan
Perpres
No.71/2012
Tanah Utk Kep.
Umum
Keppres No.
10/2001Urusan Tanah
Urusan Pusat
KRONOLOGIS URUSAN PERTANAHAN
1960 19881974 1999 20042001 2003 20062007 20121945 1965
G 30 S PKI
SARANA DAN PRASARANA
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
9/51
9Keppres 34 thn 2003
Pertanahan tetap kewenangan pusat
UU 32/2004
PP 38 thn 2007
(Kewenangan Pertanahan)
1. Pengaturan, Penguasaan, dan Pemilikan
Tanah;
2. Penatagunaan tanah;
3. Pengurusan Hak atas Tanah:
4. Pengukuran dan Pendaftaran Tanah;
5. Penelitian dan Pengembangan Pertanahan;
6. Pengembangan dan Pembinaan SDMPertanahan;
7. Pengaturan Pertanahan di Wilayah Pesisir,
Laut dan Pulau Kecil;
8. Pengelolaan Pertanahan di Wilayah
Perbatasan dan Pulau-pulau Terpencil;
9. Pengelolaan Ruang atas dan bawah tanah
serta reklamasi;
10. Pengendalian dan monitoring pasca
penerbitan sertifikat;
11. Pengendalian nilai tanah dan Penilaian
Sumber Daya;
12. Pembangunan sistem informasi pertanahan.
1. Pemberian izin lokasi
2. Pengadaan tanah untuk kepentingan
umum,
3. Penyelesaian sengketa tanah garapan
4. Penjyelesaian sengketa masalah ganti
kerugian dan santunan tanah untuk
pembangunan,5. Penetapan subyek dan obyek
redistribusi tanah,serta gantui rugi tanah
kelebihan maksimum dan tanah
absentee,
6. Penetapan dan penyelesaian masalah
tanah ulayat,7. Pemanfaatan dan Penyelesaian masalah
tanah kosong,
8. Pemberian izin membuka tanah,
9. Perencanaan penggunaan tanah wilayah
Kabupaten/Kota
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
10/51
10
PEMERINTAH
DAERAH
MP3EI
Masterplan Percepatan danPerluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia
KEK
UU 39/2009tentang KEK
KAWASAN INDUSTRI
PP 24/2009 tentang
Kawasan Industri
FTZ
UU 36/2000 tentang FTZ
PERMASALAHAN PENGELOLAAN KAWASAN EKONOMI
INDUSTRI DAN PERDAGANGAN BEBAS
KAWASAN KHUSUSPP 43/2010Tentang Tata CaraPenetapan Kawasan Khusus
KAPET
Keppres 150/2000
tentang KAPET
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
11/51
Pengembangan Kawasan (KAPET, KPBPB, KEK, KwsIndustri & Kws Khusus lainnya) dilakukan secara sinergidan terintegrasi dengan pengembangan sektor-sektor
ekonomi lain :Seperti:
11
DALAM PELAKSANAANNYA :
pertanian, pertambangan, kehutanan,
perkebunan, kelautan, perdagangan,
pendidikan, riset dan teknologi dan
sebagainya
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
12/51
KEWENANGAN DAERAH DALAM KONTEKS KAWASANKHUSUS (KAPET, KEK, dll)
Sesuai dengan kebutuhan pengembangan kawasan khusus. Kemungkinan terkait dengan kewenangan pertanahan, ijin lokasi,
ijin bangunan, PBB, parkir, ketenagakerjaan, pariwisata,pelabuhan, terminal dll.
Terkait dengan 31 kewenangan yang di desentralisasikan ke
daerah.
Mekanisme penyerahan kembali atau penarikan kembali urusanke pusat untuk kemudian oleh pusat dilimpahkan ke kawasankhusus sesuai dengan kebutuhan pengembangan kawasan khususybs.
Terkait dengan hal-hal tersebut di atas, harus ada kejelasanketerlibatan daerah dalam kawasan khusus tersebut baik dalamperencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan.
12
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
13/51
PROVINSI
DAERAH OTONOM WILAYAH ADM
GUB SBG KDH(DESENTRALISASI)
Pasal 24 UU 32/2004
GUB SBG WKL PEM(DEKON & TP)
Pasal 37 & 38 UU 32/2004
GUBERNURUU 32/2004
(PERAN GANDA)
13
PP 19/2010 Jo PP 23/2011
PEMBINAAN
PENGAWASAN
KOORDINASI
Kab/Kota melaksanakanOtda
PELAYANAN
OPTIMAL
KONSTRUKSI KEWILAYAHAN PROVINSI
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
14/51
BELUM OPTIMALNYA PERAN GUBERNUR
1. Kurang/belum optimalnya peran gubernur.
Pemerintah kab/kota melakukan koordinasi dengan Pemerintah Pusat,bekerjasama dengan pihak luar negeri, melakukan perjalanan dinas,dan perencanaan di kab/kota tanpa melalui dan melibatkan/sepengetahuan pemerintah provinsi.Ironisnya, ketika pemerintah kab/kota menghadapi persoalan didaerahnya, seperti bencana, penyakit, kelaparan, pertanahan,
perbatasan, hukum, atau keamanan, bupati/walikota memintagubernur mengintervensi dan bertanggungjawab.
2. Kurang/belum optimalnya monitoring dan evaluasiGubernur selaku wakil pemerintah belum memegang peran penting di
dalam koordinasi pelaksanaan monitoring dan evaluasipenyelenggaraan urusan pemerintahan di kab/kota.
3. Kurang/belum optimalnya sinergi pusat dan daerah.Belum selaras dan sejalan RKP dengan RKPD maupun APBN denganAPBD.
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
15/51
BEBERAPA UPAYA YANG PERLU DILAKUKAN DALAM RANGKAMENGHADAPI KONDISI, PERMASALAHAN, DAN ARAH
PENGEMBANGAN KAWASAN
Diperlukan pemahaman yang sama dari seluruh stakeholder dalampengembangan kawasan. Untuk itu perlu disusun suatu pedoman dalambentuk NSPK yang menjadi acuan seluruh stakeholder;
Diperlukan adanya suatu pengembangan atau terobosan baru dalam polapenyelenggaraan pelayanan publik untuk mengubah mindsetdari pelaksana
sektoral maupun regional;
Perlunya upaya peningkatan koordinasi secra terus-menerus antarapemerintah dan Pemda agar tercipta sinergitas berbagai program dankegiatan;
Perlu peningkatan dukungan fasilitasi kepada Pemda, khususnya dalamaspek, yaitu: 1. Kemampuan aparat (SDM); 2. Penyempurnaan bentuk lembaga pengelola;
Upaya tersebut harus dilakukan mulai dari proses perencanaan,pelaksanaan sampai monitoring dan evaluasi.
15
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
16/51
Perubahan Paradigma Kebijakan
Pengelolaan Kawasan Agar
Dilakukan dengan melibatkanPemerintah Daerah dan Masyarakat
setempat (Bottom Up)
ARAH KEBIJAKAN KEDEPAN
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
17/51
PENUTUP
Peran dan kebijakan yang dilakukan Ditjen PUM Kemendagridalam mendorong pengembangan kawasan di daerah tidakakan optimal apabila tidak didukung dengan koordinasi yang
baik antara instansi teknis dan pemda. Untuk itu, upayakoordinasi dan sinkronisasi harus terus-menerus dilakukan.
Upaya pengembangan kawasan khususnya dalam memajukanindustri nasional merupakan suatu proses yang sifatnya terus-menerus, sesuai dengan perkembangan dan dinamika yangsifatnya lokal, nasional, regional maupun internasional
Pedoman, fasilitasi, serta koordinasi antara stakeholder padadasarnya sudah dilakukan secara baik. Yang penting adalahkemauan dan niat yang kuat dari seluruh stakeholder untukmelaksanakan tugas dan tanggungjawab masing-masing.
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
18/51
18
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
19/51
19
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
20/51
Dalam pelaksanaannya sejak ditetapkan pada tahun 1998: ketersediaaninfrastruktur KAPET masih terbatas, minimnya komitmen program sektor terkait
dalam pengembangan KAPET, kegiatan investasi baru pada tahap minat dankeinginan yang belum diwujudkan dalam investasi sesungguhnya, dan KAPETbelum memiliki RTR sebagai landasan pengembangan kawasan.
Untuk mendorong pengembangan KAPET, diperlukan intervensi Pemerintahmelalui perencanaan kawasan secara terpadu, dukungan infrastruktur, dan
perbaikan iklim investasi agar pengembangan wilayah dapat lebih optimalsesuai dengan potensi yang dimiliki.
PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN telah menetapkan 13 KAPET sebagaisalah satu Kawasan Strategis Nasional (KSN) dari sudut kepentinganpertumbuhan ekonomi yang penataan ruangnya diprioritaskan (dalam Perpres).Diantaranya adalah KAPET Batulicin, KAPET Seram, dan KAPET Khatulistiwa.
Upaya integrasi dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan PembangunanEkonomi Indonesia (MP3EI), dimana keberadaan 13 KAPET tersebar di limaKoridor Ekonomi, yaitu Koridor Ekonomi Sumatera, Koridor EkonomiKalimantan, Koridor Ekonomi Sulawesi, Koridor Ekonomi Bali-Nusa Tenggara,dan Koridor Ekonomi Papua-Kepulauan Maluku.
KAPET SEBAGAI KLASTER EKONOMI/INDUSTRI
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
21/51
KAPET SEBAGAI KLASTER EKONOMI/INDUSTRI
Tujuan Pengembangan KAPET: Tujuan pengembangan KAPET adalah untukmewujudkan Kawasan Strategis Nasional melalui pengembangan klaster ekonomiyang berbasis pada pengembangan ekonomi lokal dengan bertumpu pada sektor-
sektor unggulan selektif (memiliki kekuatan pasar baik lokal, nasional, dan/atauinternasional) sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi wilayah denganmembuka kesempatan pengembangan investasi dalam negeri dan luar negeri,melalui peningkatan: Pemanfaatan ruang wilayah KAPET berbasis komoditas unggulan dan
pendukung (spesialisasi komoditas);
Koordinasi dan sinkronisasi antara pemerintah, pemerintah daerah dan dunia
usaha; Interkonektivitas dan sinergi kegiatan ekonomi hulu-hilir berkelanjutan
berbasis masyarakat; Pengembangan nilai tambah produk unggulan lokal (inovasi);
Pengembangan usaha baru di bidang ekonomi dan UKM; Pengembangan sumber daya manusia/ketenagakerjaan (pendidikan &
pelatihan); Pengembangan sistem pembiayaan/permodalan; Pengembangan lembaga-lembaga pendukung dan jaringan antarpelaku
lokal/nasional/internasional; dan Pengembangan kegiatan penelitian-dan-pengembangan (R & D) produk-
produk unggulan.
K P b Ek i T d (KAPET)
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
22/51
NO PROVINSI NAMA KAPET
1 Aceh Bandar Aceh Darussalam (Kota banda Aceh, kab Aceh Besar, Kab Pidie)
2 Nusa Tenggara Barat Bima (Kabupaten Bima, Kota Bima, dan Kabupaten Dompu)
3 Nusa Tenggara Timur Mbay (Kabupaten Ngada, Pulau Flores)
4 Kalimantan Barat Khatulistiwa(Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sambas, KabupatenSanggau, Kabupaten Sintang, Kabupaten Landak, Kabupaten Kapuas Hulu)
5 Kalimantan Tengah Daskakab(Daerah Aliran Sungai Kahayan Kapuan dan Barito - meliputi: Palangkaraya,
Barito Utara, Barito Selatan, Kapuas
6 Kalimantan Selatan Batulicin (Kab Kotabaru)
7 Kalimantan Timur Sasamba (Kota Samarinda, Kota Balikpapan, Kab Kutai Kartanegara)
8 Sulawesi Utara Menado Bitung(Kota Manado, Kota Bitung, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, danKabupaten Minahasa Utara)
9 Sulawesi Tengah Palapas *) (Palu, Donggala, Parigi Mountong, Sigi)
10 Sulawesi Selatan Pare Pare (Kota Parepare, Barru, Sidrap, Pinrang, Enrekang
11 Sulawesi Tenggara Bank Sejahtera Sultra *)(Kota Kendari, Kabupaten Kolaka, Konawe, Kabupaten Pomalo)*
12 Maluku Seram(Kab. Seram Bagian barat, Seram Bagian Timur, Maluku Tengah)
13 Papua Teluk Cendrawasih *)
(Kab Biak Numfor, Kab Yapen, Kab Waropen, Kab. Supiori, Kab Nabire).
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
PERMASALAHAN KAPET
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
23/51
23
PERMASALAHAN KAPET
a. INSENTIF YANG DIBERIKAN KURANG MENARIK ( Insentif )
b. SARANA DAN PRASARANA INFRASTRUKTUR PENDUKUNG KURANG MEMADAI ( Jalan,
Pelabuhan, Telekomunikasi, Air baku, Listrik & sebagainya)
a. TERBATASNYA KEWENANGAN BP KAPET( tupoksi, fasilitator, motivator dan teknispengembangan di daerah );
b. POLA HUBUNGAN KERJASAMA ANTAR BP KAPET DENGAN PEMERINTAH DAERAH
BELUM SINERGIS ( Dekonsentrasi );
c. MASIH BANYAKNYA TENAGA HONORER PADA MASING-MASING BP KAPET (Belum
diangkat sebagai PNS ) ;
d. STANDAR GAJI/UPAH/HONORARIUM BP KAPET MASIH RENDAH (ditetapkan sejak tahun2001) ;
1. BELUM OPTIMALNYA KELEMBAGAAN BP KAPER, karena:
2. BELUM OPTIMALNYA PENGEMBANGAN KAPET SBG PENDUKUNGPOTENSI UNGGULAN, karena:
3. SEMENTARA KEPPRES NO. 150/2000 TTG KAPET DALAMOPERASIONALISASINYA BELUM MENUNJANG PELAKSANAAN, ANTARA LAINMENYANGKUT ASPEK PENGELOLAAN KAWASAN DAN INFRASTRUKTUR, ASPEKINSENTIF FISKAL DAN NON- FISKAL, ASPEK KELEMBAGAAN DAN ASPEK
HUKUM.
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
24/51
KAWASAN EKONOMI KHUSUS KEK)
UU No. 39 Tahun 2009 tentang KEK
KEK : sebagai kawasan dengan batas tertentu dalamwilayah hukum NKRI yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan
memperoleh fasilitas tertentu.
KEK: konsep pengembangan wilayah melalui KEK harus
merujuk pada potensi keunggulan sumber daya darat
dan/atau laut, serta memperhatikan prinsip
pembangunan berkelanjutan dan daya dukung
lingkungan.
KAWASAN EKONOMI KHUSUS
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
25/51
Kr i ter ia Lokas i yang diusulkan un tuk m enjadi KEK :
a. sesuai dengan RTRW dan tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;
b. pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang bersangkutan mendukung KEK;c. Terletak pada posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional atau dekat dengan
jalur pelayaran internasional di Indonesia atau terletak pada wilayah potensi sumber daya
unggulan;
1. Posisi yang dekat dengan jalur perdagangan internasional merupakan lokasi yang memiliki
akses ke pelabuhan atau bandar udara atau tempat lain yang melayani kegiatan
perdagangan internasional.
2. Posisi yang dekat dengan jalur pelayaran internasional di Indonesia merupakan lokasi yangmemiliki akses ke:
Alur Laut Kepulauan Indonesia;
jaringan pelayaran yang menghubungkan antarpelabuhan internasional hub di Indonesia
dan pelabuhan internasional di Indonesia; dan
jaringan pelayaran yang menghubungkan antara pelabuhan internasional hub dan
pelabuhan internasional dengan pelabuhan internasional di negara lain.
3. Posisi yang terletak pada wilayah potensi sumber daya unggulan merupakan lokasi yang
berdekatan dengan sumber bahan baku industri pengolahan yang dikembangkan.
d. mempunyai batas yang jelas.
1. Batas yang jelas meliputi batas alam atau batas buatan.
2. Batas KEK harus ditetapkan pintu keluar atau masuk barang untuk keperluan pengawasan
barang yang masih terkandung kewajiban kepabeanan.
3. Penetapan pintu keluar atau masuk barang dilakukan dengan berkoordinasi dengan
kantor pabean setempat.
(UU No. 39 Tahun 2009)
(PASAL 7, PP 2 TAHUN 2011 TTG PENYELENGGARAAN KEK)
25
KAWASAN EKONOMI KHUSUS
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
26/51
PasaI9
Dukungan pemerintah provinsi danl atau pemerintah
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud daIam PasaI 7
paling sedikit meIiputi:
a. komitmen rencana pemberian insentif berupa
pembebasan atau keringanan pajak daerah dan retribusidaerah serta kemudahan; dan
b. pendelegasian kewenangan di bidang perizinan,
fasilitas,dan kemudahan.
(UU No. 39 Tahun 2009)
(PASAL 9, PP 2 TAHUN 2011 TTG PENYELENGGARAAN KEK)
26
lanjutan
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
27/51
27
Persyaratan pembentukan KEK paling sedikit (Pasal 6 UU 39/2009):
a. peta lokasi pengembangan serta luas area yang diusulkan yang terpisahdari permukiman penduduk;
b. rencana tata ruang KEK yang diusulkan di lengkapi dengan peraturanzonasi;
c. rencana dan sumber pembiayaan;
d. analisis mengenai dampak lingkungan yang sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
e. hasil studi kelayakan ekonomi dan finansial;
f. jangka waktu suatu KEK dan rencana strategis.Fasilitas yang diberikan pada KEK ditujukan untuk meningkatkan daya saing agar
lebih diminati oleh penanam modal. Fasilitas tersebut terdiri atas : (Penjelasan BAB XI
UU 39/2009 tentang Fasilitas dan Kemudahan)
1. Fasilitas fiskal yang berupa perpajakan, kepabeanan dan cukai, pajak daerah dan
retribusi daerah.
(komitmen rencana pemberian insentif berupa pembebasan atau keringanan pajak
daerah dan retribusi daerah dan pendelegasian kewenangan di bidang perizinan,
fasilitas, dan kemudahan)
2. Fasilitas nonfiskal yang berupa fasilitas pertanahan, perizinan, keimigrasian, investasi,
dan ketenagakerjaan, serta fasilitas dan kemudahan lain yang dapat diberikan pada
Zona di dalam KEK, yang akan diatur oleh instansi berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
lanjutan
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
28/51
28
UU No. 39 Tahun 2009Pasal 23
(1) Administrator KEK bertugas:
a. melaksanakan pemberian izin usaha dan izin lain yang diperlukan bagiPelaku Usaha yang mendirikan, menjalankan, dan mengembangkanusaha di KEK;
b. melakukan pengawasan dan pengendalian operasionalisasi KEK; dan
c. menyampaikan laporan operasionalisasi KEK secara berkala daninsidental kepada Dewan Kawasan.
(2) Pelaksanaan pemberian izin oleh Administrator KEK dilakukan melaluipelayanan terpadu satu pintu.
Pasal 24
Dalam melaksanakan tugas, maka Administrator KEK:a. memperoleh pendelegasian atau pelimpahan wewenang dibidang
perizinan dari Pemerintah dan pemerintah daerah; dan
b. dapat meminta penjelasan kepada Badan Usaha dan/atau Pelaku
Usaha di KEK mengenai kegiatan usahanya.
Insentif Fiskal dan Non Fiskal di KEK
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
29/51
1. Perlu dipertegas jenis-jenis insentif yang harus diberikan olehPemda (apabila ada), khususnya dikaitkan dengan penerapan Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah di lokasi KEK. Hal ini penting untukmenghindari kesan dan kekuatiran yang muncul dari unsur Pemdabahwa keberadaan KEK justru akan mengurangi PAD mereka.Pemda perlu diyakinkan bahwa dengan adanya KEK justru akanbermanfaat bagi Pemda khususnya berdampak pada peningkatanPAD.
2. Perlu pengaturan secara jelas dan tegas kewenangan di bidangperizinan antara Pengelola KEK dan Pemda, serta pengaturanpelaksanaan urusan pemerintahan lainnya yang menjadikewenangan Pemda di lokasi KEK. Hal ini sangat penting untukmeminimalkan potensi konflik yang dapat terjadi.
Selain kemudahan-kemudahan yang perlu diberikan seperti kemudahan danpenyederhanaan birokrasi perizinan, keamanan, akses infrastruktur ke lokasi KEK, dsb,perlu juga dirumuskan manfaat yang akan diperoleh Pemda dari keberadaan KEK, baikmanfaat langsung maupun tidak langsung. Hal ini juga cukup penting sebagai daya tarikserta untuk memaksimalkan dukungan Pemda terhadap penyelenggaraan KEK di
wilayahnya.
Insentif Fiskal dan Non Fiskal di KEK
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
30/51
30
Investasi besar.
Teknologi Tinggi.
Membutuhkan dukungan infrastruktur yang
cukup. Kapasitas Tenaga Kerja yang tinggi dan tepat.
Bahan baku penolong/pendukung yang besar.
Jaringan pasar yang luas.
Dukungan komitmen dan konsistensi kebijakandari Pemerintah.
SYARAT PENGEMBANGAN KEK?
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
31/51
UU NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
PASAL 9
1. Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentu yang bersifatkhusus bagi kepentingan nasional, Pemerintah dapat menetapkan kawasankhusus dalam wilayah propinsi dan/atau kabupaten/kota.
2. Tatacara penetapan kawasan khusus sebagaimana dimaksuddiatur dalam Peraturan Pemerintah.
TUJUAN PP NO. 34/2010
1. Sebagai pedoman daerah dalam rencana menyusun kawasan khusus;
2. Mewujudkan efektivitas desentralisasi fungsional dalam pemanfaatan sumber daya daerah
guna mempercepat perubahan sosial ekonomi dan kesejahteraan masyarakat;
3. Memberikan kejelasan arah penetapan kawasan khusus sebagai salah satu aktualisasi
desentralisasi dan otonomi;
4. Mengintegrasikan berbagai kepentingan sektoral dengan manfaat multiplier effects di dan
antar daerah.
5. Memfungsikan atau mendayagunakan pemerintah provinsi, kabupaten/kota terhadap
rencana kegiatan pemerintah
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
32/51
UNTUK MENYELENGGARAKAN FUNGSI-FUNGSI PEMERINTAHAN
TERTENTU YANG BERSIFAT KHUSUS DAN UNTUK KEPENTINGANNASIONAL/BERSKALA NASIONAL (Pasal 9 UU 32/2004)
PEMERINTAH
MENETAPKAN
KAWASAN KHUSUS
MENGIKUTSERTAKAN
PEMDA
Perencanaaan
PelaksanaaanPemeliharaanPemanfaatan
DITETAPKAN DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH
Fungsi-Fungsi Pemerintahan Tertentu
Meliputi sosial, budaya, ekonomi, politik, lingkungan, pertahanan dan keamanan yang secara nasional
menyangkut hajat hidup orang banyak.
PERSYARATAN PENETAPAN KAWASAN KHUSUS
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
33/51
PASAL 4 S/D PASAL 7 PP No. 43/2010
Penetapan kawasan khusus (Pasal 4)
Syarat Administratif
Syarat Fisik Kewilayahan
Syarat Teknis K/L, Gub, Bup/Kota
Memenuhi Syarat
Studi kelayakan : sasaran yg akan dicapai : dampak politik, ekonomi,sosial, budaya, lingkungan, ketertiban dan ketentraman, pertahanandan keamanan.
Luas dan status hak atas tanah. Rencana dan sumber pendanaan; Rencana strategis; Rekomendasi bupati/walikota dan gubernur (usulan dari K/L); Rekomendasi DPOD (usulan dari K/L); Rekomendasi gubernur (usulan dari bupati/walikota); Keputusan DPRD Prov. (usulan dari bupati/walikota); Rekomendasi bupati/walikota (usulan dari gubernur); Keputusan DPRD kab/kota (usulan dari bupati/walikota).
Faktor kemampuan ekonomi dan potensi daerah; Sosial budaya; Sosial politik;Luas kawasan; Kemampuan keuangan; dan Tingkat kesejahteraan masyarakat.
Perta lokasi; Status tanah (tanah yg dikuasi pemerintah/pemda dan tidak
sengketa); dan
Batas kawasan khusus.
Jenis-Jenis kawasan Khusus :
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
34/51
Jenis Jenis kawasan Khusus :
PP No. 43/2010
1. Kawasan otorita ; (Asahan, termasuk rencana pengelolaan sumber daya air dalam rangka supplay
air untuk PLTA Sigura-gura /Inalum).
2. Kawasan/wilayah perbatasan dan pulau-pulau tertentu/terluar; (P.Rondo, P.Sekatung, P.Nipah,
P.Berhala, P.Marore, P.Miangas, P.Marampit, P.Batek, P.Dana, P.Fani, P.Fanildo, P.Bras).
3. Kawasan pertahanan negara; (P. Miangas/ pulau-pulau terluar, dll).
4. Kawasan lembaga pemasyarakatan; (contoh: nusakambangan).
5. Kawasan budaya; (contoh: Trunyan, Toraja, Suku Asmat, Baduy Dalam dll).
6. Kawasan pelestarian lingkungan hidup; (P. Komodo, Kebun Raya Bogor, Ujung Kulon, rencana
otorita pengelolaan sumber daya air Danau Toba, dll).7. Kawasan riset dan teknologi; (Puspitek serpong, Boscha Lembang, dll).
8. Kawasan pengembangan tenaga nuklir; (Lapan, Rencana PLTN Muria, dll)
9. Kawasan peluncuran peluru kendali; (Rencana di Biak, Serpong, dll)
10. Kawasan pengembangan prasarana komunikasi dan telekomunikasi; (Pengembangan Satelit, dll)
11. Kawasan pengembangan sarana transportasi; (Rencana Pembangunan Jembatan Selat Sunda,
Pembangunan Jalan Kereta Api Lintas Jawa- Sumatera, dll)12. Kawasan penelitian dan pengembangan sumber daya nasional;
13. Kawasan eksploitasi dan konservasi bahan galian strategis; (Kawasan Pertambangan, Kehutanan,
Panas Bumi, dll)
14. Dan kawasan lain yang akan ditetapkan sebagai kawasan strategis yang secara nasional
menyangkut hajat hidup orang banyak dari sudut politik, sosial, ekonomi, budaya, lingkungan,
pertahanan dan keamanan. (KAPET, Rencana pembentukkan Otorita Teluk Tomini, dll)
34
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
35/51
KARAKTERISTIK UTAMA, sbb:
Kawasan industri dengan batasan yang jelas dalam wilayah tertentu.
Aktivitas pengolahan berorientasi ekspor.
Terletak di lokasi strategis atau memiliki akses terhadap jalur perdagangan internasional umumnya di sekitar
pantai/pesisir. Didukung oleh iklim kondusif bagi investasi melalui penciptaan regulasi perdagangan bebas termasuk insentif
fiskal dan insentif non fiskal (infrastruktur, perijinan satu pintu, dll). Kualitas infrastruktur pendukung bisnis kondisinya di atas ratarata infrastruktur di dalam negeri. Regulasi bagi dunia usaha lebih fleksibel dibandingkan dengan di dalam negeri:
Pelayanan bea cukai sangat diutamakan; hambatan birokrasi harus diminimalisir (one stop service) memberikan pelayanan perijinan investasi
yang murah, mudah, cepat dan transparan. Peraturan ketenagakerjaan dan pengelolaan bisnis dibuat sangat fleksibel. Komponen utama dari konsep FTZ adalah insentif :
Pengurangan biaya yang tidak terbatas, atau bebas dari bea impor bahan baku dan barang barangmodal yang digunakan di dalam produksi untuk ekspor.
Bebas dari pajak eskpor produksi barang dan jasa atau penjualan barang dan jasa yang mereka hasilkan Bebas pajak, potongan atau pengurangan pajak pendapatan perusahaan dari kinerja ekspor perusahaan
atau pajak ekspor dalam total produksi.
Contoh: PERMASALAHAN DI KPBPB
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
36/51
Adanya tumpang tindih tupoksi antara Pemerintah Kota Batam dengan Badan
Pengusahaan Batam. Tumpang tindih kewenangan dalam hal :
Perencanaan dan pengendalian pembangunan
Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang
Penyediaan sarana dan prasarana umum
Pengendalian lingkungan hidup
Pelayanan pertanahan
Pelayanan administrasi penanaman modal.
Pertumbuhan penduduk sangat tinggi sehingga memerlukan perhatian yang lebih
terutama dalam penyediaan sarana prasarana serta penanganan gejolak
sosial, misalnya penanganan rumah liar.
Contoh: PERMASALAHAN DI KPBPB
BATAM
KAWASAN INDUSTRI
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
37/51
37
KAWASAN INDUSTRIPP 24/2009 tentang Kawasan Industri
Kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengansarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh
perusahaan kawasan industri yang telah memiliki Izin Usaha Kawasan
Industri.
TUJUAN PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI
Mengendalikan pemanfaatan ruang;
Meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan
lingkungan;
Mempercepat pertumbuhan industri di daerah;
Meningkatkan daya saing industri;
Meningkatkan daya saing investasi; dan
Memberikan kepastian lokasi dalam perencanaan dan Pembangunan
infrastruktur yang terkoordinasi antar sektor terkait
Pasal 2 PP No. 24/2009 ttg Kawasan Industri
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
38/51
PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI
Pasal 3 PP 24/2009
Pembangunan Kawasan Industri di wilayah lintas provinsidilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang WilayahNasional.
Pembangunan Kawasan Industri di wilayah Provinsi DKIJakarta dilakukan sesuai dengan Rencana Tata RuangWilayah Ibukota Negara.
Pembangunan Kawasan Industri di wilayah lintaskabupaten/kota dilakukan sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi. Pembangunan Kawasan Industri di wilayah kabupaten/kota
dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang WilayahKabupaten/Kota.
38
SPESIFIKASI DAN FASILITAS KAWASAN
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
39/51
SPESIFIKASI DAN FASILITAS KAWASAN
INDUSTRI
Luas lahan kawasan industri minimal 50 hektar dalam satuhamparan
Luas lahan kawasan industri tertentu untuk usaha mikro, kecil, danmenengah paling rendah 5 hektar dalam satu hamparan
Perusahaan Industri di dalam Kawasan Industri dikecualikan dariketentuan tentang gangguan, izin lokasi dan pengesahan site plan
Perusahaan di dalam kawasan industri dapat diberikan fasilitaskepabeanan dan fasilitas perpajakan sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan
Sesuai PP 24/2009 ttg Kawasan Industri
KEWENANGAN MENTERI PERINDUSTRIAN
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
40/51
Menetapkan kawasan industri tertentu
Melakukan pengaturan dan pembinaan terhadap kawasan industri,kawasan industri tertentu dan perusahaan industri
Menetapkan pedoman teknis kawasan industri
Memfasilitasi penyelesaian permasalahan antara perusahaan KIdengan perusahaan industri di KI
Membentuk Tim Nasional Kawasan Industri
Menetapkan patokan harga jual/sewa kaveling dan atau bangunanindustri di kawasan industri atas usul Timnas KI
Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dalam hal prasaranadan sarana
Sesuai PP 24/2009 ttg Kawasan Industri
KEWENANGAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
41/51
KEWENANGAN GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA
Memberikan insentif dan perizinan sesuai dengan ketentuanperaturan perundangan
Memberikan kemudahan dalam perolehan/pembebasan lahanpada areal yang diperuntukkan bagi pembangunan kawasan
industri
Mengarahkan kegiatan industri ke dalam kawasan industri
Mewujudkan Pelayanan Terpadu sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan
Sesuai PP 24/2009 ttg Kawasan Industri
PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
42/51
TERHADAP KAWASAN INDUSTRI
42
Pasal 3 PP No. 45 Tahun 2008 ttg Pedoman Pemberian Insentifdan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah
Pemberian insentif dapat berbentuk:1. pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah;2. pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah;
3. pemberian dana stimulan; dan/atau
4. pemberian bantuan modal.
Pemberian kemudahan dapat berbentuk:1. penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal;2. penyediaan sarana dan prasarana;
3. penyediaan lahan atau lokasi;4. pemberian bantuan teknis; dan/atau5. percepatan pemberian perizinan.
TANTANGAN
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
43/51
Kawasan Industri Baru
Belum semua Kabupaten/Kota telahmempersiapkan Rencana Tata RuangWilayah (RTRW) khususnya kawasan
peruntukan industri
Peraturan perundangan daerah yangtidak/belum memberi iklim usaha yang
kondusif
Belum tersedia tenaga kerja industrialyang terlatih di daerah
Industri belum memanfaatkan sumberdaya alam daerah secara optimal
Kawasan Industri Yang Ada
Keberadaan industri yang tidak sesuai dengankawasan peruntukan industri
Diperlukan dukungan dan komitmen daripemerintah daerah dalam hal perizinan
Promosi investasi yang kurang menarikperhatian investor
Perlunya pengawasan dan manajemenpengelolaan terkait masalah lingkungan hidup
Diperlukan dukungan dalam bentuk fisik, yaituinfrastruktur pendukung KI guna menarik
investor
Keterbatasan pasokan energi listrik dan gasuntuk kebutuhan produksi
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
44/51
44
SISTIM PEMUNGUTAN
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
45/51
UU 34/2000 UU 28/2009
1. Provinsi boleh menambah jenisretribusi daerah, sepanjang
memenuhi kriteria yang
ditetapkan dalam UU.
2. Kabupaten/Kota boleh
menambah jenis pajak daerah
dan retribusi daerah, sepanjang
memenuhi kriteria yang
ditetapkan dalam UU.
1. Daerah tidak boleh memungutpajak daerah selain yang
ditetapkan dalam UU.
2. Daerah tidak boleh memungut
retribusi daerah selain yang
tercantum dalam UU dan PP.
OPEN LIST CLOSED LIST 45
OBJEK PAJAK & RETRIBUSI DAERAH
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
46/51
PAJAK PROPINSI
1. Pajak Kendaraan
Bermotor
Termasuk kendaraan pemerintah (Pusat &
Daerah)
2. Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
Termasuk kendaraan pemerintah (Pusat &
Daerah)
PAJAK KABUPATEN/KOTA
1. Pajak Restoran Termasuk katering/jasa boga (sebelumnya
PPN)
2. Pajak Hiburan Termasuk permainan golf dan bowling.
3. Pajak Hotel Meliputi seluruh pelayanan persewaan di hotel
46
PENAMBAHAN JENIS PAJAK DAERAH & RETRIBUSI.
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
47/51
Daerah UU 34/2000 UU 28/2009
Provinsi 1. Pajak KendaraanBermotor
2. Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
3. Pajak BahanBakar Kendaraan
Bermotor
4. Pajak Air Bawah Tanah
dan Air Permukaan
1. Pajak KendaraanBermotor
2. Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor
3. Pajak Bahan BakarKendaraan Bermotor
4. Pajak Air Permukaan
5. Pajak Rokok
47
PENAMBAHAN JENIS PAJAK DAERAH & RETRIBUSI.
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
48/51
Daerah UU 34/2000 UU 28/2009
Kabupaten /
Kota
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Parkir7. Pajak Pengambilan Bahan
Galian Gol. C
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Parkir7. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
(perubahan nomenklatur)
8. Pajak Air Tanah (pengalihan dari Prov)
9. Pajak Sarang Burung Walet
10. PBB Pedesaan & Perkotaan
(pendaerahan pajak pusat)
11. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (pendaerahan pajak pusat)
48
PENAMBAHAN JENIS PAJAK DAERAH & RETRIBUSI.
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
49/51
UU 34/2000 UU 28/2009
1. Pelayanan Kesehatan
2. Retribusi Pelayanan
Persampahan/Kebersihan
3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak
KTP dan Akte Capil
4. Retribusi Pemakaman dan
Pengabuan Mayat
5. Retribusi Parkir di Tepi Jalan
Umum
6. Retribusi Pelayanan Pasar
7. Retribusi Pengujian Kendaraan
Bermotor
8. Retribusi Pemeriksaan Alat
Pemadam Kebakaran9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak
Peta
10. Retribusi Pengujian Kapal
Perikanan
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan
2. Retribusi Persampahan/Kebersihan
3. Retribusi KTP dan Akte Capil
4. Retribusi Pemakaman/Pengabuan Mayat
5. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum
6. Retribusi Pelayanan Pasar
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam
Kebakaran
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10. Retribusi Penyedotan Kakus
11. Retribusi Pengolahan Limbah Cair
12. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang13. Retribusi Pelayanan Pendidikan
14. Retribusi Pengendalian Menara
Telekomunikasi
Retribusi Jasa Umum
49
PENAMBAHAN JENIS PAJAK DAERAH & RETRIBUSI.
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
50/51
Retribusi Perizinan Tertentu
UU 34/2000 UU 28/2009
1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2. Retribusi Izin Tempat PenjualanMinuman Beralkohol
3. Retribusi Izin Gangguan
4. Retribusi Izin Trayek
1. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2. Retribusi Izin Tempat PenjualanMinuman Beralkohol
3. Retribusi Izin Gangguan
4. Retribusi Izin Trayek
5. Retribusi Izin Usaha Perikanan
50
PENYEMPURNAAN SISTIM PENGELOLAAN
-
8/11/2019 Fasilitasi Gubernur terhadap Pemerintah Kabupaten/Kota di Kawasan Ekonomi, Industri dan Perdagangan Bebas
51/51
BAGI HASIL PAJAK PROVINSI
JENIS PAJAK UU 34/2000 UU 28/2009
Provinsi Kab/Kota Provinsi Kab/Kota
1. PKB 70% 30% 70% 30%
2. BBN-KB 70% 30% 70% 30%
3. PBB-KB 30% 70% 30% 70%
4. Pajak Rokok - - 30% 70%
5. Pajak AirPermukaan
30% 70% 50%20%*
50%80%*
*) untuk air permukaan yang berada hanya pada 1 kabupaten/kota51