FASILITAS FH YANG MENJADInovumpers.com/wp-content/uploads/2018/01/Ledak-1.pdf · ada peringatan...

8
Ledak Edisi Juni/I/2017 1 (Bersambung ke halaman 4) (Bersambung ke halaman 4) Keadaan fasilitas yang baik di ruang kelas, merupakan hak bagi mahasiswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Tetapi berbeda dari harapan, sebagian besar sarana dan prasarana serta fasilitas ruang kelas di Fakultas Hukum (FH) UNS mengalami kerusakan dan tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya. Redaksi menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Kirim tulisan berupa kritik dan saran melalui email atau diserahkan ke alamat redaksi dengan melampirkan identitas atau bisa juga mengirimkan SMS dengan format : NAMA LENGKAP (spasi) ALAMAT (spasi) SARAN/KRITIK. Kirim ke 085655337334 1 Alamat Redaksi Gedung 1 Lt. 2 Fakultas Hukum UNS Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126 [email protected] FASILITAS FH YANG MENJADI MOMOK TIAP HARINYA PORANTIKA : JANGAN HANYA MENJADI AJANG FORMALITAS Salam Pers Mahasiswa Ledak kali ini kembali hadir menyapa para pembaca setianya, dengan menghadirkan berita-berita aktual dan terpercaya. Pada edisinya kali ini, ledak menyajikan berita yang membahas salah satu permasalahan klasik yang masih terus ada di lingkungan Fakultas Hukum kita, yaitu mengenai fasilitas kelas yang masih banyak kerusakan. Tak hanya sampai di situ saja, ledak kali ini juga membahas Porantika yang merupakan ajang rutin tahunan yang diadakan oleh Korfah, yang kali ini mengalami beberapa kendala penting. Selain itu, dalam edisi kali ini ledak juga membahas mengenai salah satu fasilitas yang ada di lingkungan UNS, yaitu SPAM. Bagaimana kegunaan, perawatan, serta keadaan SPAM yang sekarang mulai diacuhkan. Dan dalam ledak kali ini juga terdapat opini yang tak kalah menarik, yang mengangkat tema Hari Kebangkitan Nasional. Selamat Membaca! akultas Hukum UNS adalah F salah satu fakultas yang memiliki fasilitas kurang baik dalam beberapa ruang kelas. Banyak mahasiswa maupun dosen yang mengeluh terkait buruknya fasilitas tersebut, seperti AC yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, proyektor LCD yang sering mati dan tidak bisa digunakan, serta komputer kelas yang saat ini sudah sedikit banyak ditinggalkan penggunaannya karena tidak mumpuni. Menanggapi hal itu, pihak Porantika adalah ajang rutin tahunan yang diselenggarakan oleh UKM Korfah FH UNS. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 18 hingga 22 Mei 2017 lalu, dengan berbagai macam kompetisi cabang olahraga dan diikuti mahasiswa tiap angkatan dari internal fakultas. ebagai ajang rutin tahunan yang S diselenggarakan oleh Korfah, Porantika bertujuan untuk memperkenalkan olahraga, sekaligus guna mempererat tali silaturahmi mahasiswa antar angkatan Fakultas Hukum UNS. Porantika tahun ini mengusung tema respect, fairplay, dan unity. Dalam pesiapannya, Porantika tahun ini hanya memiliki waktu persiapan yang tidak banyak yaitu dua minggu sebelum acara dilaksanakan, Korfah yang menjadi penyelenggara ajang ini juga baru saja melakukan pelantikan pengurus barunya sehingga pembentukkan panitia baru dapat terlaksana satu minggu sebelum TAUFIQULHIDAYAT KHAIR/NOVUM

Transcript of FASILITAS FH YANG MENJADInovumpers.com/wp-content/uploads/2018/01/Ledak-1.pdf · ada peringatan...

Ledak Edisi Juni/I/2017

1(Bersambung ke halaman 4)

(Bersambung ke halaman 4)

Keadaan fasilitas yang baik di ruang kelas, merupakan hak bagi mahasiswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Tetapi berbeda dari harapan, sebagian besar sarana dan prasarana serta fasilitas ruang kelas di Fakultas Hukum (FH) UNS mengalami kerusakan dan tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Redaksi menerima saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Kirim tulisan berupa kritik dan saran melalui email atau diserahkan ke alamat redaksi dengan melampirkan identitas atau bisa juga mengirimkan SMS dengan format : NAMA LENGKAP (spasi) ALAMAT (spasi) SARAN/KRITIK. Kirim ke 085655337334

1

Alamat RedaksiGedung 1 Lt. 2 Fakultas Hukum UNSJl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126

[email protected]

FASILITAS FH YANG MENJADIMOMOK TIAP HARINYA

PORANTIKA : JANGAN HANYAMENJADI AJANG FORMALITAS

Salam Pers Mahasiswa

Ledak kali ini kembali hadir menyapa para pembaca setianya, dengan menghadirkan berita-berita aktual dan terpercaya. Pada edisinya kali ini, ledak menyajikan berita yang membahas salah satu permasalahan klasik yang masih terus ada di lingkungan Fakultas Hukum kita, yaitu mengenai fasilitas kelas yang masih banyak kerusakan. Tak hanya sampai di situ saja, ledak kali ini juga m e m b a h a s P o r a n t i k a y a n g merupakan ajang rutin tahunan yang diadakan oleh Korfah, yang kali ini mengalami beberapa kendala penting.

Selain itu, dalam edisi kali ini ledak juga membahas mengenai salah satu fasilitas yang ada di lingkungan UNS, yaitu SPAM. Bagaimana kegunaan, perawatan, serta keadaan SPAM yang sekarang mula i diacuhkan.

Dan dalam ledak kali ini juga terdapat opini yang tak kalah menarik, yang mengangkat tema Hari Kebangkitan Nasional. Selamat Membaca!

akultas Hukum UNS adalah Fsalah satu fakultas yang memiliki fasilitas kurang baik

dalam beberapa ruang kelas. Banyak mahasiswa maupun dosen yang mengeluh terkait buruknya fasilitas tersebut, seperti AC yang tidak

berfungsi sebagaimana mestinya, proyektor LCD yang sering mati dan tidak bisa digunakan, serta komputer kelas yang saat ini sudah sedikit banyak ditinggalkan penggunaannya karena tidak mumpuni.

Menanggapi hal itu, pihak

Porantika adalah ajang rutin tahunan yang diselenggarakan oleh UKM Korfah FH UNS. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 18 hingga 22 Mei 2017 lalu, dengan berbagai macam kompetisi cabang olahraga dan diikuti mahasiswa tiap angkatan dari internal fakultas.

ebagai ajang rutin tahunan yang Sdiselenggarakan oleh Korfah, Porantika bertujuan untuk

memperkenalkan olahraga, sekaligus guna mempererat tali silaturahmi mahasiswa antar angkatan Fakultas Hukum UNS. Porantika tahun ini mengusung tema respect, fairplay, dan unity.

Dalam pesiapannya, Porantika tahun ini hanya memiliki waktu persiapan yang tidak banyak yaitu dua minggu sebelum acara dilaksanakan, Korfah yang menjadi penyelenggara ajang ini juga baru saja melakukan pelant ikan pengurus barunya sehingga pembentukkan panitia baru dapat terlaksana satu minggu sebelum

TAUFIQULHIDAYAT KHAIR/NOVUM

Universitas Sebelas Maret (UNS) merupakan salah satu universitas di Indonesia yang memiliki Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM). Produk dari SPAM adalah berupa water tap dan water dispenser yang terdapat di beberapa tempat di UNS. Tetapi keberadaan dan

kegunaan air siap minum ini, belakangan dari beberapa tempat mengalami kerusakan karena tidak terurus.

ada peringatan Dies Natalies UNS Pt ahun 2015 , Kemente r ian Pekerjaan Umum Dan Perumahan

Rakyar (PUPERA) meresmikan pengadaan Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) di UNS. Pengadaan S PA M m e r u p a k a n h i b a h d a r i Kementerian PUPERA lewat Direktorat SPAM yang menghabiskan dana lebih dari 20 milyar rupiah. Proyek ini merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk meratakan distribusi air di Indonesia, mengingat UNS sendiri konsumsi air minum juga tergolong tinggi. Kemudian tujuan lain dari SPAM

adalah supaya mahasiswa lebih mudah untuk mendapatkan air minum.

Produk dari SPAM UNS adalah berupa water tap dan water dispenser yang dapat kita jumpai pada beberapa fakultas serta fasiltas-fasilitas umum UNS. Lalu untuk pengadaanya, terdapat sejumlah 100 titik di fakultas dan 35 titik di fasilitas umum UNS.

Pengadaan SPAM di UNS mendapat beragam tanggapan dari kalangan civitas a k a d e m i k a . A l i h - a l i h g u n a mempermudah dalam hal konsumsi air minum, dalam kenyataannya masih b a n y a k p i h a k y a n g k u r a n g

memanfaatkan fasilitas tersebut. “Pemanfaatan air dispenser itu belum maksimal, makanya di tandon SPAM banyak yang nggak kepakai airnya,” jelas Dr. Ir. Solichin, M.T., selaku kepala divisi SPAM UNS. Padahal air spam yang tidak segera dikonsumsi, dapat membahayakan konsumen karena banyak bakteri yang tumbuh di dalamnya. Mengatasi hal tersebut, pihak SPAM mengalihkan bentuk produk menjadi air minum kemasan yang kita kenal UNSQUA.

Disisi lain, banyak mahasiswa yang masih ragu dengan kualitas air dispenser

KILAS KAMPUS

2

POLEMIK AIR MINUM (SPAM), KEBERADAAN DAN KEGUNAAN YANG MULAI DIACUHKAN

AWWALIA NURUL A’/NOVUM

(Bersambung ke halaman 6)

2

Pemimpin Umum: Wisnu Aji Pradhana, Sekretaris Umum: Sindi Ayu Anggraeni, Wakil Sekretaris Umum I: Febry Wulandari, Wakil Sekretaris Umum II: Yunanda Pahlawati W, Bendahara Umum: Amanda Athasya, Wakil Bendahara Umum: Nindita Widi A, Pimpinan Redaksi: Deas Markustianto, Kadiv Newsletter: Alodia Pandora, Kadiv Majalah: M. Thoriq Ardiansyah, Kadiv OA: Rio Cahya Nandika, Tim OA: M Sonhaji Akbar M, Alfian Ghaffar, Fara Novanda Fatura, Redaksi Pelaksana: Armeraliesty Kusuma M, Awwalia Nurul 'A, Chiara Sabrina A, Pricellia Griselda P. G, Riwayati, Sonia Damayanti S, Taufiqulhidayat khair, Vivi Savira, Pimpinan Penelitian dan Pengembangan: Oba Lintang Permana, Kadiv PO: Okta Ahmad Faisal, Staf PO: Robby Saprilla M. P. P, Novena Larasati, Ratih Yustitia, Jastrian Renskyrio, M. Gafur S, Rizki Hidayat, Kadiv Diskusi dan Penelitian: Ikhwan Tamtomi, Staf Diskusi dan Penelitian: M Ghusni Ridho, Amalia Rahma H, Christy Ayu S, Deni Darmawan, Aulia Z. Ghiffari, Pimpinan Perusahaan: Devina Ruth Merida, Kadiv Distribusi dan Periklanan: R. Mahrufah Riesa Putri, Staf Distribusi dan Periklanan: Bianca Aziza P, M. Fuadi Sisma, Financi W, Yunita Savira B, Kadiv Niaga: Nadhira Nurul Afinandiva, Staf Niaga: Zolla Andre Pramono, Walida'in Iga Pangestu, Kurnia Larasati.

Ledak Edisi Juni/I/2017

Rachma Indriyani, S.H.,LLM

Saya berharap, mahasiswa FH bukan hanya berilmu. Namun juga harus berakhlak yang baik serta berwawasan global agar mampu berpartisipasi dikancah internasional.

Fitria Rachma 2013

Harapan saya untuk kenyamanan proses belajar, infrastruktur kelas harus diperhatikan lagi. Perawatan terhadap kursi, AC, komputer ditingkatkan karena kadang perkuliahan kurang berjalan lancar karena

Piorin D Tarigan 2014

Sarana dan prasarananya yang sangat penting dan selalu dibutuhkan justru diabaikan keadaannya. Misalnya

kamar mandi yang masih sering mengalami masalah (air mati, pintu, rusak, dll) dan fasilitas didalam kelas

Wahyu Nugroho 2015

Mahasiswa FH semoga bias cinta lingkungan. Mari belajar dari hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya dan mematikan lampu disiang hari. Terutama area kampus.

SURAT PEMBACA

Ledak Edisi Juni/I/2017 3

Ruth Intan 2016

Tolong tempat sampahnya diperbanyak biar gak ribet kalau mau buang sampah. Kalau bisa diantara dua kelas itu minimal ada 1 tempat sampah, jadi gampang kalau mau buang sampah.

Open

Senin�-�Sabtu09.00-20.00

0852-9082-5498

Pasar Panggungrejo blok BD 18-19#ayamgeprekpokwe

Delivery Order

Sambungan halaman 1...

FOKUSFOKUS

4

fakultas mengaku telah melakukan pemeriksaan sebanyak dua kali dalam setahun terhadap fasilitas-fasilitas ruang kelas yang dilakukan selama jeda semester. Pihak fakultas juga mempunyai kontrak dengan jasa service dalam hal perawatan serta pemeliharaan fasilitas.

Tetapi kenyatannya, apa yang dirasakan mahasiswa dan dosen nampaknya sangat berbeda. Parardhya Amara, mahasiswi FH UNS angkatan 2016, berpendapat bahwa kurangnya fasilitas memengaruhi kenyamanan mahasiswa dalam proses belajar mengajar. Bahkan menurut pengakuan Alifia Dea, mahasiswi FH UNS angkatan 2013, “Kurangnya fasilitas kelas juga mengganggu proses KBM karena terkadang membuang waktu yang seharusnya lebih efektif untuk belajar, malah untuk mengurusi proyektor yang tidak terkoneksi dengan baik. Lalu kursi di ruang kelas pun banyak yang rusak sehingga tidak bisa digunakan lagi.”

Lebih parahnya, beberapa dosen juga memiliki pendapat yang sama perihal kurangnya fasilitas di ruang kelas. Menurut Lego Karjoko S.H, M.H, bukan hanya AC dan LCD saja yang harus diperbaiki, tetapi juga pengadaan Wifi di ruang kelas yang seharusnya mempunyai koneksi yang baik demi proses belajar mengajar. Kemudian hal lain yang disayangkan oleh Lego adalah keadaan komputer di ruang kelas yang tidak mumpuni bahkan seringkali tidak dapat digunakan. “Itu gak beres komputernya, jadi kalau saya pakai itu malah datanya hilang,” keluhnya.

Disamping itu, keluhan atas kurangnya fasilitas bukan hanya datang dari dosen-dosen Fakultas Hukum (FH)

namun juga beberapa dosen luar, seperti Lely Ratwianingsih S.E, M.Sc salah satu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang menurut pengalaman pribadinya ketika mengajar di FH, mikrofon di dalam kelas tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sehingga menjadi kurang maksimal dalam menyampaikan materi.

Kemudian Bambang Santoso, S.H., M.Hum selaku Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan mengatakan bahwa setiap tahunnya dana untuk sarana dan prasarana terus bertambah. “Untuk kebersihan semua gedung itu 1 Milyar, pemeliharaan aset 350 juta dan bahkan listrik saja sampai 400 juta,” jelasnya. Melihat jumlah yang besar tersebut, dana yang terpakai tidak hanya digunakan untuk mahasiswa S1 tetapi juga sampai Magister Kenotariatan bahkan saat ini juga sedang difokuskan untuk program studi baru yaitu D4 Hukum Pencatatan Sipil. “Prioritasnya memang untuk D4 karena prodi baru, mungkin untuk S1 baru di tahun 2018,” tegas Arif Farida Tri Rejeki, S.Pd.,M.Si, selaku Kasub Bagian Umum dan Keuangan Fakultas Hukum UNS.

Tetapi realitanya, penambahan dana untuk sarana dan prasarana serta fasilitas yang terus dikembangkan ini nampaknya belum memperlihatkan sebuah hasil yang nyata. “Menurut saya yang empat tahun belajar disini, tidak ada perbedaan dari dulu hingga sekarang di dalam ruang kelas,” ujar Alifia Dea. Disisi lain, tidak sedikit mahasiswa juga mengeluhkan tingginya UKT Fakultas Hukum yang tidak sebanding dengan fasilitas yang mereka dapatkan. “Saya mau bayar UKT segitu, tapi saya juga mau transparansi

dana dari fakultas,” tegas Parardhya.Bambang mengaku bahwa saat ini

fakultas kekurangan SDM terkait tenaga umum untuk sarana dan prasarana pada setiap gedung. Seringkali tenaga umum yang ada hanya satu atau dua orang, padahal terjadi kerusakan secara bersamaan terhadap beberapa ruang kelas. Pihak Fakultas juga mengharapkan mahasiswa turut menjaga dan merawat fasilitas-fasilitas yang ada, sehingga tidak menjadi permasalahan tiap tahunnya.

Parahnya lagi, muncul masalah lain yang d ihadap i f aku l t a s t e rka i t pengawasan dan pengecekan fasilitas di FH. Beberapa hari terakhir ini diketahui bahwa ada oknum yang tertangkap mencuri aset kelas berupa kursi-kursi sampai kertas administrasi. “Kehilangan bukan hanya satu atau dua kali, prosesnya untuk itu kita laporkan ke pihak yang berwajib, itu saja,” ucap Bambang.

Dibalik semua kekurangan dan kritik yang dihadapi fakultas, Achmad S.H, M.H selaku dosen di FH mempunyai pandangan lain. “Bagaimanapun kondisi kelas, dosen harus tetap melayani mahasiswa dengan baik karena itu merupakan hak mahasiswa dalam mendapatkan pengajaran. Berarti disini, dosen harus bisa lebih kreatif ketika fasilitas tidak menunjang,” jelasnya. Namun Achmad juga tetap mengakui bahwa mahasiswa tidak mendapat haknya secara maksimal, karena sebenarnya fasilitas tersebut adalah hak mahasiswa untuk mendapatkan proses pengajaran yang lebih efektif. (Vivi Savira dan Taufiqulhidayat Khair)***

acara.Walaupun dengan waktu persiapan

yang sedikit, keseluruhan acara Porantika dapat berjalan dengan lancar. Peserta terlihat antusias dalam mengikuti jalannya pertandingan. Begitu pula dengan antusiasme penonton yang terlihat dari ramainya sorakan dan dukungan mereka. Para Panitia juga memiliki kerjasama yang baik dalam menyiapkan segala keperluan acara. Hal ini terjadi berkat pembelajaran kesalahan panitia pada tahun lalu.

Disamping itu, dibalik kesuksesan setiap acara terdapat pula beberapa kendala yang dialami oleh panitia maupun peserta baik secara teknis maupun materi. Seperti yang dijelaskan

oleh Haekal Muhammad selaku ketua panitia Porantika, “Kendalanya tuh kayak dana yang gak cair dari fakultas dan keterbatasan waktu penyusunan panitia. Terus juga terkadang panitia belum siap karena gak ada dispensasi sehingga kita harus curi waktu jam kuliah untuk keberlangsungan acara ini. Terkadang acaranya molor karena pemain yang kebetulan ada jadwal UAS, jadi panitia mengikuti jadwal pemain.”

Kemudian dalam menyikapi kendala yang ada, panitia berusaha maksimal untuk mengatasinya. Dalam mengatasi dana yang tidak kunjung turun dari fakultas, panitia berusaha mengambil cara lain dengan melalui garage sale pakaian layak pakai, iuran panitia, dan

pemasukan kas Korfah.Terkait dispensasi, pihak fakultas

memang enggan memberikannya bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan Porantika sewaktu kuliah berlangsung. “Dispensasi tidak diadakan karena kegiatan ini dilaksanakan di area fakultas dan tidak meninggalkan kampus, sehingga sayang apabila diberlakukan dispensasi,” ujar Hernawan Hadi, S.H.,M.Hum. selaku Wakil Dekan III Kemahasiswaan.Meskipun tidak adanya dispensasi, panitia memberitahukan jadwal kuliah dari masing-masing mereka pada saat Technical Meeting, supaya kegiatan Porantika tidak mengganggu jadwal kuliah.

Disisi lain, kendala yang dialami

FASILITAS FH...

Sambungan halaman 1...

PORANTIKA...

(Bersambung ke halaman selanjutnya)

Ledak Edisi Juni/I/2017

5

FOKUS

5

peserta juga salah satunya mengenai waktu pertandingan yang dilaksanakan pada siang hari. Waktu tersebut dirasa menjadi pemicu amarah dari para peserta. “Mending tuh acara Porantika diadain sore aja kayak fakultas lain, jadi selain gak mengganggu jadwal kuliah, juga lebih adem suasananya. Misalnya nih kalo salah satu tim ada yang kalah atau merasa diperlakukan tidak adil, maka dengan kondisi siang hari yang panas ditambah dengan rasa kecewa dari peserta maka akan lebih mudah membuat peserta tersulut emosinya,” ujar Malikul Akbar, salah satu peserta Porantika.

Selain kendala tersebut, peserta juga merasa adanya kekurangan dari panitia dalam hal penyediaan wasit. Menurut peserta, jika wasit yang bertugas

mengawal pertandingan sama-sama dari mahasiswa hukum, maka kecenderungan untuk berbuat tidak adil sangat besar terutama jika peserta yang bertanding merupakan teman seangkatannya sendiri. “Seharusnya wasit bisa diambil dari luar biar lebih fairplay. Kan temanya aja fairplay, soalnya kalo sesama mahasiswa hukum kan masih ada keberpihakan gitu apalagi kalo wasitnya seangkatan atau teman baik pemainnya. Terus juga pertandingan voli masih kekurangan wasit. Wasit yang disediakan panitia cuma satu orang, padahal kan harusnya ada empat orang,” tegas Adolf Panggabean, salah seorang peserta Porantika.

Lalu Dicky Nur Muttaqin salah seorang penonton Porantika berpendapat

bahwa, “Antusiasme Porantika tahun ini menga lami penurunan , soa lnya kurangnya publikasi, komunikasi dan pemberitahuan dari panitia sendiri ke mahasiswa FH. Aku juga maklum sih Porantika kurang mendapat antusias dari penonton karena penyelenggaraannya mepet sama UAS.”

“Harapannya, Porantika bisa lebih menonjolkan prestasi. Jangan hanya ajang formalitas tiap tahun tanpa adanya prestasi yang signifikan. Jadi per-angkatan dapat dilihat mana mahasiswa yang ma innya bagus , i t u b i sa digabungkan untuk menonjolkan prestasi,” tutur Hernawan Hadi. (Chiara Sabrina Ayurani dan Sonia Damayanti Sitompul)***

Sambungan halaman sebelumnya...

CHIARA SABRINA AYURANI/NOVUM

Ledak Edisi Juni/I/2017

6

Alamat: Jl. Kartika I, Ngoresan RT. 01 RW. 18 Jebres Surakarta 57126(Belakang Kampus UNS, Samping As Gross)

6 Ledak Edisi Juni/I/2017

KILAS KAMPUS

SPAM. Salah satunya adalah Alim Nur Khasanah, mahasiswi Fakulas Seni Rupa dan Desain yang masih meragukan kelayakan air spam untuk dikonsumsi. Menanggapi hal tersebut, pihak SPAM menyatakan bahwa produk a i r disepenser sudah teruji layak konsumsi di UPT Laboratorium Terpadu UNS. Kurangnya antusiasme mahasiswa untuk mengkonsumsi air dispenser SPAM juga disebabkan kurangnya sosialisasi dari kampus. Selain itu juga karena water tap dan water dispenser yang ada di setiap fakultas terlihat tidak terawat dan beberapa mahasiswa juga tidak mengerti serta salah dalam penggunaanya. Seperti yang dikeluhkan oleh Bara Mega Yalena, mahasiswi Fakultas Hukum UNS angkatan 2015, “Aku nggak pernah minum karena tempatnya tuh kotor dan aku sering lihat mahasiswa yang pakai itu buat cuci tangan. Jadi aku ragu buat minum dari situ.”

Walaupun seperti itu, keberadaan water tap dan water dispenser tetap d i rasa sangat bermanfaa t bagi mahasiswa. Febry Lutfiana, mahasiswi

dari Fakultas Kedokteran mengatakan dirinya yakin bahwa air dispenser SPAM tersebut telah layak untuk dikonsumsi serta dapat menghemat uang saku bilamana mengkonsumsinya. Noval mahasiswa dari Fakultas Teknik pun juga menambahkan bahwa dirinya sering mengkonsumsi air dispenser SPAM dan tidak ada keluhan kesehatan yang dia alami.

Pihak SPAM menegaskan bahwa hasil produksi air dispenser SPAM benar-benar layak dikonsumsi. Demi menjaga kualitas air SPAM itu sendiri, pihak SPAM melakukan pengecekan secara berkala terkait alat-alat pemrosesan air SPAM. Mereka juga melimpahkan kewenangan perawatan water tap dan water dispenser kepada masing-masing fakultas. Walaupun kenyataanya, belum ada tindak lanjut dari fakultas atau pihak SPAM terkait beberapa air dispenser SPAM FH UNS yang mengalami kerusakan, misalnya di Gedung IKA dan Gedung 3 FH UNS. “Pihak fakultas memang benar diberi kewenangan untuk merawat water

dispenser secara fisik. Namun bila terjadi kerusakan, tetap tanggung jawab dari pihak SPAM,” jelas Arif Farida Tri Rejeki, S.Pd., M.Si, selaku Kasub Bagian Umum dan Keuangan Fakultas Hukum UNS.

Demi pemanfaatan air dispenser SPAM yang lebih baik, beberapa mahasiswa menyarankan pihak yang bersangkutan untuk memaksimalkan sosialisasi pada mahasiswa serta pengelolaan yang meliputi perawatan dan pengecekan kondisi water dispenser maupun water tap yang ada. “Saya sebagi dosen juga sering minum air dispenser SPAM. Untuk mahasiswa h a r u s l e b i h d i b i a s a k a n u n t u k mengkonsumsi air tersebut dengan membawa botol air sendiri. Meskipun begitu, semua tergantung pada green attitude masing-masing mahasiswa,” tutur Diah Apriani Atika Sari , S.H.,LLM., selaku Dosen Fakultas Hukum UNS sekaligus anggota tim Green Campus UNS. (Awwalia Nurul A’ dan Riwayati)***

Sambungan halaman 2...

AWWALIA NURUL A’/NOVUM

7

RISET

7

KOPI

KESENJANGAN PENDIDIKAN DANKESEHATAN DI NEGERI INI

Oleh : Pricellia Griselda P. G Redaksi Pelaksana LPM NOVUM FH UNS

endidikan di Indonesia tidak Pmerata antara satu daerah dengan yang lain. Disini saya mengambil

contoh dari dua kota di Indonesia, yaitu Jakarta dan Bogor. Saya dapat membandingkan pendidikan yang saya rasakan, berdasarkan pengalaman saya yang pernah menuntut ilmu di dua kota tersebut.

Persoalan pendidikan Bahasa Inggris diantara kedua kota tersebut begitu berbeda. Di kota Bogor, para siswa menempuh pelajaran Bahasa Inggris ketika mereka duduk di bangku kelas empat. Sedangkan di Jakarta, pelajaran bahasa inggris sudah didapatkan sejak kelas satu.

Perbedaan tidak hanya terdapat pada jenjang sekolah dasar, namun juga masih terjadi pada jenjang berikutnya. Salah satu hal yang tidak kalah menarik adalah

mengenai sarana dan prasarana. Misalnya, laboratorium di beberapa sekolah tidak memiliki fasilitas yang cukup, bahkan lebih parahnya lagi masih ada sekolah yang tidak mempunyai laboratorium.

Lalu terkait minimnya perhatian pemerintah, di Kabupaten Banten para siswa masih bersusah payah untuk menempuh perjalanan ke sekolah. Mereka harus menyebrangi sungai terlebih dahulu, dikarenakan rusaknya jembatan yang tidak kunjung diperbaiki.

Pendidikan yang tidak merata menimbulkan rasa ketidakadilan bagi masyarakat. Dalam sila ke-5 Pancasila yang berbunyi, “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, disini membuktikan bahwa pemerintah masih belum dapat memberikan pendidikan yang merata di Indonesia. Karena

pendidikan merupakan titik awal dalam memajukan suatu bangsa.

Menurut saya, apabila pendidikan masih terus tidak merata maka akan menimbulkan perbedaan kualitas pada generasi penerus bangsa. Mereka yang mendapatkan fasilitas yang lebih maju akan memiliki kualitas yang lebih baik d i b a n d i n g k a n m e r e k a y a n g mendapatkan fasilitas seadanya. Salah satu tolak ukur kualitas suatu pendidikan siswa adalah cara berfikirnya. Baik buruknya suatu cara berfikir, akan mempengaruhi kualitas kehidupan seseorang. Kualitas sumber daya manusia yang rendah, berkaitan erat dengan kemunduran bangsa ini.

Lebih parahnya lagi Indonesia masih mempunyai masalah mengenai kualitas layanan kesehatan. Kualitas layanan kesehatan antara desa dan kota sangat

Redaksi menerima tulisan berupa surat dari pembaca. Tulisan diketik dengan spasi ganda maksimal 750 karakter. Tulisan bisa dikirim melalui e-mail : [email protected], atau diserahkan langsung ke alamat redaksi LPM NOVUM FH UNS, dengan melampirkan fotokopi kartu identitas.Redaksi juga menerima tulisan berupa pesan singkat (SMS) dari pembaca. Pesan harap singkat, padat, tidak SARA, dan tidak bersifat provokatif. Pesan dikirim dengan format : nama (spasi) alamat (spasi) fakultas/prodi (spasi) isi pesan. Kirim ke 085655337334.

(Bersambung ke halaman selanjutnya)

Ledak Edisi Juni/I/2017

Fenomena Kursi Rusak di Ruang Kelas Fakultas Hukum UNS. Banyak dari Kursi yang ada sudah tidak layak pakai lagi dan sampai saat ini belum ada tindak lanjut dari pihak fakultas mengenai hal tersebut.

NOVUM/APRILFOTRIK!FOTO KRITIK

ALFIAN GHAFFAR/NOVUM

8

KOPI

berbanding terbalik. Perbedaan tersebut bahkan tidak jarang di siarkan dalam berita televisi. Dalam berita tersebut memperlihatkan beberapa masyarakat masih harus menempuh jarak yang sangat jauh hanya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

Kemudian dalam berita tersebut, dokter yang bertugas hanya bebrapa orang saja dan itu sangat terbatas. Hal itu terjadi karena kurangnya sumber daya manusia yang layak. Karena yang kita ketahui, untuk menjadi seorang dokter kita harus mampu secara ekonomi demi

jenjang sekolah yang tinggi.Berarti kesimpulannya, menurut

saya fasilitas dan kualitas pendidikan s e r t a f a k t o r e k o n o m i a k a n mempengaruhi jenjang seseorang dalam menempuh pendidikan tinggi. Oleh karena itu, pemerintah harus meratakan dan memperbaiki fasilitas pendidikan di Indonesia agar kualitas pendidikan juga meningkat. Pemerintah seharusnya terus memberikan kesempatan bagi anak-anak dalam keadaan perekonomian rendah dan berada dalam daerah terpencil untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Karena realitanya banyak anak di negeri ini yang mampu dalam hal akademik dan mempunyai cita-cita yang tinggi, tetapi fasilitas dan kualitas belajar yang tidak memadai membuatnya tidak dapat berkembang secara maksimal. Timbul sebuah pertanyaan, “Apakah menjadi pintar dan sehat hanya milik masyarakat yang tinggal di kota kota besar?”, saya harap tidak, karena pemerintah dalam membangun negara harus tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Pancasila.

“Hanya pendidikan yang bisamenyelamatkan masa depan.Tanpa pendidikan Indonesiatak mungkin bertahan lama”

- Najwa Shihab -

Belakang Kampus UNSJl. Surya Panggungrejo, Jebres, SoloJl. Kabut 1 Panggungrejo, Jebres, Solo

Ledak Edisi Juni/I/2017