Farter - Makalah Gout

download Farter - Makalah Gout

of 33

Transcript of Farter - Makalah Gout

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    1/33

    I. Definisi

    MenurutAmerican College of Rheumatology, gout adalah suatu penyakit dan

    potensi ketidakmampuan akibat radang sendi yang sudah dikenal sejak lama,

    gejalanya biasanya terdiri dari episodik berat dari nyeri infalamasi satu sendi.

    Gout merupakan istilah yang dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik

    yang ditandai oleh meningkatnya konsentrasi asam urat (hiperurisemia). Pada laki

    laki >7mg/dl dan wanita >6,0mg/dl.

    Gout adalah bentuk inflamasi arthritis kronis, bengkak dan nyeri yang paling

    sering di sendi besar jempol kaki. Namun, gout tidak terbatas pada jempol kaki, dapat

    juga mempengaruhi sendi lain termasuk kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan,

    pergelangan tangan, siku dan kadang di jaringan lunak dan tendon. Biasanya hanyamempengaruhi satu sendi pada satu waktu, tapi bisa menjadi semakin parah dan dari

    waktu ke waktu dapat mempengaruhi beberapa sendi. Gout merupakan istilah yang

    dipakai untuk sekelompok gangguan metabolik yang ditandai oleh meningkatnya

    konsentrasi asam urat (hiperurisemia).

    Asam urat adalah produk akhir atau produk buangan yang dihasilkan dari

    metabolisme/pemecahan purin. Asam urat sebenarnya merupakan antioksidan dari

    manusia dan hewan, tetapi bila dalam jumlah berlebihan dalam darah akan

    mengalami pengkristalan dan dapat menimbulkan gout. Asam urat mempunyai peran

    sebagai antioksidan bila kadarnya tidak berlebihan dalam darah, namun bila kadarnya

    berlebih asam urat akan berperan sebagai prooksidan (McCrudden Francis H. 2000).

    II. Etiologi

    1. Gout primer:

    Gout primer yang merupakan akibat dari hiperurisemia primer, terdiri dari

    hiperurisemia karena penurunan ekskresi (80-90%) dan produksi yang berlebih (10-

    20%). Hiperurisemia karena kelainan enzim spesifik diperkirakan hanya 1% yaitu

    karena peningkatan aktivitas varian dari enzim phosporibosylpyrophosphatase

    (PRPP) synthetase, dan kekurangan sebagian dari enzim hypoxantine

    phosporibosyltransferase (HPRT). Hiperurisemia primer karena penurunan ekskresi

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    2/33

    kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik dan menyebabkan gangguan

    pengeluaran asam urat yang menyebabkan hiperurisemia. Hiperurisemia akibat

    produksi asam urat yang berlebihan diperkirakan terdapat 3 mekanisme.

    a.

    pertama, kekurangan enzim menyebabkan kekurangan inosine monopospate

    (IMP) atau purine nucleotide yang mempunyai efek feedback inhibition proses

    biosintesis de novo.

    b. Kedua, penurunan pemakaian ulang menyebabkan peningkatan jumlah PRPP

    yang tidak dipergunakan. Peningkatan jumlah PRPP menyebabkan biosintesis de

    novo meningkat.

    c. Ketiga, kekurangan enzim HPRT menyebabkan hipoxantine tidak bisa diubah

    kembali menjadi IMP, sehingga terjadi peningkatan oksidasi hipoxantine menjadi

    asam urat (Putra, 2009).

    2. Gout sekunder:

    Gout sekunder dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelainan yang

    menyebabkan peningkatan biosintesis de novo, kelainan yang menyebabkan

    peningkatan degradasi ATP atau pemecahan asam nukleat dan kelainan yang

    menyebabkan sekresi menurun. Hiperurisemia sekunder karena peningkatan

    biosintesis de novo terdiri dari kelainan karena kekurangan menyeluruh enzim

    HPRT pada syndome Lesh-Nyhan, kekurangan enzim glukosa-6 phosphate pada

    glycogen storage disease dan kelainan karena kekurangan enzim fructose-1

    phosphate aldolase melalui glikolisis anaerob. Hiperurisemia sekunder karena

    produksi berlebih dapat disebabkan karena keadaanyang menyebabkan peningkatan

    pemecahan ATP atau pemecahan asam nukleat dari dari intisel. Peningkatan

    pemecahan ATP akan membentuk AMP dan berlanjut membentuk IMP atau purine

    nucleotide dalam metabolisme purin, sedangkan hiperurisemia Universitas

    Sumatera Utara akibat penurunan ekskresi dikelompokkan dalam beberapa

    kelompok yaitu karena penurunan masa ginjal, penurunan filtrasi glomerulus,

    penurunan fractional uric acid clearence dan pemakaian obat-obatan.(Putra, 2009)

    3. Gout idiopatik:

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    3/33

    Hiperurisemia yang tidak jelas penyebab primernya, kelainan genetik, tidak

    ada kelainan fisiologis dan anatomi yang jelas.

    III.

    Faktor Resiko

    1. Suku bangsa /ras

    Suku bangsa yang paling tinggi prevalensi nya pada suku maori di Australia.

    sedangkan Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan yang

    paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan

    konsumsi alkohol.(Wibowo, 2005)

    2. Konsumsi alcohol

    Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan

    produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan

    dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat menghambat ekskresi asam urat oleh

    ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum. (Carter, 2005)

    3. Konsumsi ikan laut

    Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi. (Luk,

    2005)

    4. Penyakit Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia.

    Misal Obesitas, diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi, dislipidemia, dsb.

    Adipositas tinggi dan berat badan merupakan faktor resiko yang kuat untuk gout

    pada laki-laki, sedangkan penurunan berat badan adalah faktor pelindung.

    (Purwaningsih, 2005)

    5. Obat-obatan

    Mis. Diuretik, antihipertensi, aspirin, dsb. Gout yang disebabkan oleh

    pemakaian diuretik dapat "disembuhkan" dengan menyesuaikan dosis. Hipertensi

    dan penggunaan diuretik juga merupakan faktor risiko penting independen untuk

    gout. (Luk, 2005) Aspirin memiliki 2 mekanisme kerja pada asam urat, yaitu: dosis

    rendah menghambat ekskresi asam urat dan meningkatkan kadar asam urat,

    sedangkan dosis tinggi (> 3000 mg / hari) adalah uricosurik.(Doherty, 2009)

    6. Jenis Kelamin

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    4/33

    Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan perempuan

    pada semua kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan

    sama pada usia lanjut. ( Luk, 2005)

    7.

    Diet tinggi purin

    Hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa HDL yang merupakan bagian

    dari kolesterol, trigliserida dan LDL disebabkan oleh asupan makanan dengan purin

    tinggi dalam kesimpulan penelitian tentang faktor resiko dari hiperurisemia dengan

    studi kasus pasien di rumah sakit Kardinah Tegal. (Purwaningsih, 2010)

    IV.Patofisiologi GOUT

    Pada manusia, asam urat adalah produk akhir dari degradasi purin. Fungsinya

    tidak fisiologis dikenal dan dianggap sebagai produk limbah. Jumlah asam urat

    meningkat beberapa kali lipat pada individu dengan gout. akumulasi kelebihan ini

    mungkin akibat dari baik kelebihan produksi asam urat atau penurunan sekresi. purin

    dihasilkan berasal dari tiga sumber: purin makanan, konversi asam nukleat jaringan

    untuk nukleotida purin, dan de novo sintesis basa purin.

    Kelainan pada sistem enzim yang mengatur metabolisme purin dapat

    mengakibatkan kelebihan asam urat. Peningkatan aktivitas phosphoribosyl pirofosfat

    (PRPP) sintetase mengarah ke peningkatan konsentrasi PRPP, penentu utama dari

    sintesis purin dan produksi asam urat. Kekurangan hipoksantin-guanin

    phosphoribosyl transferase (HGPRT) juga dapat mengakibatkan kelebihan produksi

    asam urat .HGPRT bertanggung jawab untuk konversi guanin menjadi asam guanylic

    dan hipoksantin untuk inosinic asam. Kedua konversi memerlukan PRPP sebagai

    kosubstrat dan reaksi reutilization penting yang terlibat dalam sintesis asam nukleat.

    Kekurangan enzim HGPRT menyebabkan peningkatan metabolisme guanin dan

    hipoksantin untuk asam urat dan PRPP lebih untuk berinteraksi dengan glutamin pada

    langkah pertama dari jalur purin.

    Asam urat juga dapat produksi berlebih sebagai konsekuensi dari peningkatan

    kerusakan jaringan asam nukleat, seperti dengan gangguan mieloproliferatif dan

    limfoproliferatif. obat sitotoksik yang digunakan untuk mengobati gangguan ini juga

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    5/33

    bisa mengakibatkan kelebihan produksi asam urat karena lisis dan pemecahan materi

    selular.

    Sekitar dua-pertiga dari asam urat yang dihasilkan setiap hari diekskresikan

    dalam air seni. sisanya dieliminasi melalui saluran pencernaan setelah enzimatik

    degradasi oleh bakteri kolon. Penurunan ekskresi asam urat menyebabkan

    hyperuricemia

    Rata-rata manusia memproduksi 600-800 mg asam urat setiap hari dan eksresi

    kurang dari 600 mg dalam urin. Individu yang mengeluarkan lebih dari 600 mg

    setelah bebas diet purin selama 3 sampai 5 hari dianggap produksi berlebihan.

    individu hiperurisemia yang mengeluarkan kurang dari 600 mg asam urat per 24 jam

    pada diet purin bebas didefinisikan sebagai penurunan ekskresi asam urat. Pada diet

    biasa, ekskresi lebih dari 1.000 mg per 24 jam mencerminkan kelebihan; kurang dari

    ini mungkin normal.

    Endapan kristal urat dalam hasil cairan sinovial dalam proses inflamasi yang

    melibatkan mediator kimia yang menyebabkan vasodilatasi, peningkatan

    permeabilitas pembuluh darah, aktivasi komplemen, dan aktivitas kemotaktik untuk

    leukosit polimorfonuklear. Fagositosis kristal urat dari hasil leukosit dalam lisis cepat

    sel-sel dan keluarnya enzim proteolitik Ke sitoplasma. reaksi inflamasi ini berkaitan

    dengan nyeri sendi, eritema, kehangatan, dan pembengkakan.

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    6/33

    V. Epidemiologi GOUT

    Di Amerika Serikat sekitar 13,6 kasus per 1000 laki-laki dan 6,4 kasus per

    1000 perempuan. WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81%

    dari populasi, dan hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung

    langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas. Angka ini

    menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi

    jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia,

    Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan

    wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

    adalah 14% (Riskesdas 2007-2008).

    Dari penelitian Scudamore, diketahui bahwa pada 516 penderita, 60 %

    mengalami serangan gout akut pertama mengenai jempol kaki, dan menyerang kedua

    jempol pada 5% penderita. Prosentase kemungkinan penderita yang mengalami gout

    akut dan menyerang banyak sendi sekitar 4-13%. Berdasarkan penelitian Gutman,

    serangan gout susulan 62% terjadi pada tahun pertama setelah serangan gout pertama,

    16% timbul dalam kurun waktu 1-2 tahun setelah serangan gout pertama, 11% timbul

    dalam waktu 2-5 tahun, 4% dalam 5-10 tahun setelah serangan gout pertama, dan

    sisanya 7% tidak mengalami gangguan serangan gout (Yatim, 2006)

    Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin,

    genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga.

    (Rabea, 2009). Peningkatan insidens gout dikaitkan dengan perubahan pola diet dan

    gaya hidup, peningkatan obesitas dan sindrom metabolik

    VI.Manisfestasi klinis

    Manifestasi klinis pada GOUT dibedakan atas empat stadium yaitu :

    1.

    Stadium artitis GOUT akut.

    Serangan pertama kali, ditandai dengan peradangan mono-artikular

    mendadak disertai eritema, nyeri hebat, dan peningkatan suhu disekitar sendi

    (pasien sulit berjalan)

    Faktor pencetus : trauma lokal, diet tinggi purin, kelelahan fisik dan stress

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    7/33

    2. Stadium interkritikal.

    Merupakan periode asimtomatik, tidak didapatkan tanda-tanda radang

    akut. namun pada aspirasi sendi ditemukan kristal monosodium urat. periode

    ini berlangsung beberapa bulan hingga beberapa tahun.

    3. Stadium artitis GOUT kronis.

    Timbul serangan artitis GPUT akut berulang, tidak ada gejala diantara

    2 faseserangan akut. interval serangan akut makin lama makin memendek.

    lama serangan makin lama makin memanjang, serta jumlah sendi yg

    terserangan semakin banyak.

    4. Stadium artitis GOUT kronik bertofus.

    Merupakan serangan poliartikulat dan ditemukan tofus (endapan

    kristal Na.urat pada jaringan), terutama pada sendi yang mengalami serangan.

    pada tufus yang pecah dapat timbul infeksi serkunder. pada stadium ini sering

    disertai batu sal.kemih sampai penyakit ginjal menahun

    WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari

    populasi, dan hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung

    langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas. Angka ini

    menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendijika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia,

    Singapura dan Taiwan. Penyakit sendi secara nasional prevalensinya berdasarkan

    wawancara sebesar 30,3% dan prevalensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan

    adalah 14% (Riskesdas 2007-2008).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi adalah umur, jenis kelamin,

    genetik, obesitas dan penyakit metabolik, cedera sendi, pekerjaan dan olah raga.

    (Rabea, 2009). Dari penelitian Scudamore, diketahui bahwa pada 516 penderita, 60 %

    mengalami serangan gout akut pertama mengenai jempol kaki, dan menyerang kedua

    jempol pada 5% penderita. Prosentase kemungkinan penderita yang mengalami gout

    akut dan menyerang banyak sendi sekitar 4-13%. Berdasarkan penelitian Gutman,

    serangan gout susulan 62% terjadi pada tahun pertama setelah serangan gout pertama,

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    8/33

    16% timbul dalam kurun waktu 1-2 tahun setelah serangan gout pertama, 11% timbul

    dalam waktu 2-5 tahun, 4% dalam 5-10 tahun setelah serangan gout pertama, dan

    sisanya 7% tidak mengalami gangguan serangan gout (Yatim, 2006 ).

    VII. Manajemen Terapi GOUT

    1. Terapi non farmakologi

    Berikut tindakan yang dapat berkontribusi dalam menurunkan kadar asam urat :

    a. Penurunan berat badan (bagi yang obes)

    b. Menghindari makanan (misalnya yang mengandung purin tinggi) dan

    minuman tertentu yang dapat menjadi pencetus gout

    c. Mengurangi konsumsi alkohol (bagi peminum alkohol)

    d.

    Meningkatkan asupan cairan

    e. Mengganti obat-obatan yang dapat menyebabkan gout (mis diuretik tiazid)

    f. Terapi es pada tempat yang sakit

    Intervensi dengan diet dengan mengurangi karbohidrat menurunkan kadar

    urat sampai 18% dan frekuensi serangan gout sampai 67%. Sudah lama buah

    cherry dilaporkan membantu menurunkan serangan gout. Dugaan karena

    kandungan antosianin dalam cherry mempunyai sifat inhibitor COX 2. Studi

    mutakhir membuktikan juga cherry menurunkan kadar urat.Diet rendah purin pada masa lalu dianggap menurunkan kadar asam urat,

    ternyata keberhasilannya mempunyai batas. Walau terapi non obat ini sederhana,

    tetapi dapat mengurangi simtom gout apabila dipakai bersama dengan terapi obat.

    Banyak pasien gout mempunyai berat badan berlebih. Hiperurisemia dan

    gout adalah komponen dari sindrom resisten insulin. Diet dan cara lain untuk

    menurunkan insulin dalam serum dapat menurunkan kadar urat dalam serum,

    sebab insulin tinggi akan mengurangi ekskresi asam urat.

    Alkohol meningkatkan produksi urat dan menurunkan ekskresi urat dan

    dapat mengganggu ketaatan pasien. Sebab iti secara rutin membahas diet dengan

    pasien dengan gout, dan mengajak pasien merubah gaya hidup yang praktis yang

    dapat mengurangi risiko gout, akan sangat berarti.

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    9/33

    Biasanya diet sebaiknya diawali hanya pada saat inflamasi telah terkendali

    secara total, karena diet ketat akan memperparah hiperurisemia dan menyebabkan

    serangan akut gout. Hal yang sama untuk mencegah serangan gout dengan minum

    kolkhisin atau NSAID pada saat upaya serius penurunan berat badan

    Separuh dari asam urat dalam tubuh di dapat dari asupan makanan yang

    mengandung purin. Diet ketat purin sulit diikuti. Lagi pula walau diet ketat diikuti,

    urat dalam serum hanya turun 1mg/dL dan ekskresi urat lewat urin hanya turun

    200mg/hari. Tetapi sayangnya kalau asupan makanan purin dan alkohol diumbar

    maka kadar urat dalam serum dapat melonjak, tidak jarang sampai 12-14mg/dL.

    2. Terapi farmakologi gout

    a. Tujuan terapi

    Tujuan terapi serangan Arthritis gout akut adalah menghilangkan

    simtom. Penting untuk menghindarkan fluktuasi konsentrasi urat dalam

    serum karena dapat memperpanjang serangan atau memicu episoda lebih

    lanjut

    b. Tata laksana terapi gout

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    10/33

    TERAPI FARMAKOLOGIS dan NON FARMAKOLOGIS

    Obat /Prosedur Komentar

    Terapi Lini Pertama (per oral kecuali dijelaskan lain)

    NSAlDs:

    Naproksen 500 mg 2 kali sehari atau

    Ibuprofen SOO mg 3 kali sehari atau

    Indometasin 50 mg 3 kali sehari untuk 2-

    3 hari, kemudian kurangi dosis

    berangsur-angsur sampai nyeri berhenti

    Ideal untuk pasien di bawah 65 tahun

    tanpa komorbiditas.

    Indometasin efektif. tetapi kurang

    menguntungkan. ada efek samping

    terutama untuk manula. Hati-hati bagi

    manula dan hindarkan bagi pasien

    dengan riwayat PUD (peptic ulcer

    disease, pendarahan pada GI, CHF,

    serum kreatinin >1.6 m dL, IBD, dalamCelecoxib 200 mg 2 kali sehari COX-2 selektif NSAIDs lebih baik untuk

    manula dan pasien dengan riivayat

    gastropati atau pendarahan. Efek yang

    tidak dikehendaki pada ginjal dan hati

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    11/33

    Parasetamol 500-1000 mg 4 kali sehari

    atau

    Parasetamol dengan 30 mg kodein 1-2

    tablet setiap 4 jam pm

    Untuk nyeri saja, bukan anti-inflamatori.

    Pemilihan analgetik berdasarkan tingkat

    nyeri dan toleransi pilihan pasien. Batasi

    dosis total paracetamol sampai 4000 mg

    sehari (2000 mg sehari untuk peminum

    berat alkohol) dengan atau tanpa kodein.

    Kemungkinan membutuhkan opioid yang

    Kantong es Dibungkus handuk . Dapat mengurangi nyeri. mencegah

    kontak langsung antara es dengan kulit

    untuk mencegah ice burn; hindarkan dari

    Bidai Akan membantu mengurangi nyeri.pada

    hari-hari ertamaIstirahat di tempat tidur. Hindari latihan

    fisik

    Akan membantu mengurangi nyeri.pada

    hari-hari pertamaTerapi Lini ke dua (kortikosteroids)

    Prednison 20-50 ms sehari per oral

    dengan penurunan

    Pemakaian meninskat pada manula dan

    pasien dengan kontraindikari NSAID

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    12/33

    Kortikosteroid intra artikular

    Prednisolon sodium fosfat 4-20 mg IA.

    Atau

    Triamnisolon diasetat 2-40 mg IA

    Rute pemberian kortikosteroid paling

    baik untuk monArthritis, tetapi

    membutuhkan operator berpengalaman

    terutama untuk sendi kecil dan dalam.

    Berikan dengan bagian yang sama

    lidokain 1% untuk efek analgesic yang

    cepat

    Dosis berdasarkan pada ukuran sendi

    (misalnya kurang lebik 2-5 mg untuk

    prostetik sendi)

    Efek yang tidak dikehendaki kebocoran

    periarticular menyebabkan atrofi dari

    jaringan subkutan dan depigmentasi kulit

    Terapi lini ketiga

    Kolkhisin per oral 0.5-0.6 mg 3 atau 4

    kali sehari (dosis rendah)

    Atau

    Kolkhisin per oral 0.5 mg setiap jam

    sampai simtom hilang atau atau timbul

    efek samping (dosis tinggi); maksimum

    total dosis 4-6 mg

    Dosis tinggi efektif tetapi biasanva tidak

    dapat ditoleransi (diare parah); dosis

    rendah berguna untuk pasien yang tidak

    dapat memakai NSAID atau dapat

    serangan ringan. Hati-hati untuk pasien

    manula dan pasien dengan penyakit hati.

    Pemakaian IV: kolkhisin makin dibatasi

    karena toksistas sistemik. Pemakaian

    dibatasi hanya oleh yang ahli dan situasi

    tertentu (contoh , tatalaksana pre- dan

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    13/33

    A. Antiinflamasi Nonsteroid (AINS)

    NSAID merupakan terapi lini pertama yang efektif untuk pasien yang

    mengalami serangan gout akut. Hal terpenting yang menentukan keberhasilan

    terapi bukanlah pada NSAID yang dipilih melainkan pada seberapa cepat

    terapi. (Annete, 2005)

    Mekanisme Kerja Obat

    Gambar Mekanisme Kerja Antiinflamasi Non Steroid

    Sumber :Farmakologi Klinik FKUI

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    14/33

    Data Farmakokinetik

    Data Farmakokinetik/ Rekomendasi Dosis Maksimum AINS

    AINS Ketersediaan

    hayati (%)

    Waktu

    paruh

    (jam)

    Vol.

    distribusi

    Bersihan Puncak

    (jam)

    Ikatan

    protein

    (%)

    Eliminasi

    ginjal

    (%)

    Eli

    i

    (%

    Asam asetat

    Diklofenak 50 - 60 2 0,1-0,2

    L/kg

    350

    ml/menit

    2 >99 65 -

    Indometasin 98 4,5 0,29

    L/kg

    0,084

    L/jam/Kg

    2 90 60 33

    Sulindak 90 7,8 ~ 2,71

    L/jam

    2-4 >93 50 25

    Inhibitor COX-2

    Celecoxib 11 400 L 27,7

    L/jam

    3 97 27 57

    Fenamat

    Meklofenamat ~ 100 1,3 23 L 06

    mL/menit

    0,52 >99 70 30

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    15/33

    Asam

    mefenamat

    2 1,06

    L/kg

    21,23

    L/jam

    2-4 >90 52 20

    Oksikam

    Piroksikam 50 0,15

    L/kg

    0,002-

    0,003

    L/kg/jam

    3-5 98,5

    Asam propionat

    Ibuprofen >80 1,8-2 0,15

    L/kg

    ~3-3,5

    L/kg

    1-2 99 45-79

    Naproksen 95 42-50 10-12,5 /

    L

    0,25-0,34

    L/jam

    3-5 >99 95

    Asam pirrolizin karboksilat

    Ketorolak 100 5-6 ~0,2

    L/kg

    ~0,025

    L/jam/kg

    2-3 99 91 6

    Indometasin banyak diresepkan untuk serangan akut artritis gout,

    dengan dosis awal 75100 mg/hari. Dosis ini kemudian diturunkan setelah 5

    hari bersamaan dengan meredanya gejala serangan akut. Efek samping

    indometasin antara lain pusing dan gangguan saluran cerna, efek ini akan

    sembuh pada saat dosis obat diturunkan. NSAID lain yang umum digunakan

    untuk mengatasi episode gout akut adalah

    a. Naproxenawal 750 mg, kemudian 250 mg 3 kali/hari

    b. Piroxicamawal 40 mg, kemudian 1020 mg/hari

    c. Diclofenac awal 100 mg, kemudian 50 mg 3 kali/hari selama 48 jam,

    kemudian 50 mg dua kali/hari selama 8 hari.

    Efikasi dan kenamanan inhibitor selektif siklooksigenase 2 (COX-2)

    tidak berfungsi pada pengobatan gout, tetapi lebih mahal dan tidak mungkin

    mennyebabkan kompilkasi gastrointestinal karena merupakan terapi durasi

    pendek

    Farmakodinamik :

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    16/33

    Adapun efek farmakodinamik dari OAINS adalah :

    a. Efek analgesik

    Sebagai analgesik, OAINS hanya efektf terhadap nyeri dengan

    intensitas rendah sampai sedang.Efek analgesiknya jauh lebih lemah dari

    pada efek analgesik opioat.

    b. Efek antipiretik

    Temperatur tubuh secara normal diregulasi oleh hipotalamus.Demam

    terjadi bila terdapat gangguan thermostat hipotalamus.Sebagai

    antipiretik OAINS akan menurunkan suhu tubuh hanya dalam keadaan

    demam.Penurunan suhu badan berhubungan dengan peningkatan

    pengeluaran panas. Demam yang menyertai infeksi dianggap timbul akibat

    dua mekanisme kerja, yaitu pembentukan prostaglandin di dalam susunan

    syaraf pusat sebagai respon terhadap bakteri pirogen dan adannya efek

    interleukin-I sehingga dapat mengatur kembali thermostat di

    hipotalamus dan memudahkan pelepasan panas dengan jalan vasodilatasi.

    c. Efek anti-inflamasi

    OAINS hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan

    dengan penyakit secara simtomatik,tidak menghentikan, memperbaiki dan

    mencegah kerusakan jaringan pada kelainan muskoskeletal.

    Kontraindikasi

    AINS dikontraindikasikan untuk pasien dengan riwayat hipersensitif

    terhadap asetosal atau AINS lainnya, termasuk mereka yang serangan asma,

    angiodema, urtikaria, atau rinitisya dipicu oleh asetosal dan AINS lainnya.

    AINS sebaiknya tidak diberikkan kepada pasien yang mengidap tukak

    lambung aktif.

    Peringatan

    AINS harus digunakan dengan hati-hati pada pasien usia lanjut, pada

    gangguan alergi, selama kehamilan dan menyusui, dan gangguan koagulasi.

    Pada pasiean gagal ginjal, gangguan jantung, gangguan hati, dibutuhkan

    kehati-hatian, sebab penggunaan AINS bisa mengakibatkan memburuknya

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    17/33

    fungsi ginjal ; dosis harus dijaga serendah ungkin dan fungsi ginjal harus

    dipantau. AINS sebaiknya tidak diberikan kepada pasien yang mengidap

    tukak lambung aktif.

    Interaksi Obat

    Interaksi umumnya tidak terjadi pada AINS topikal :

    a. Penghambat ACE: Antagonis efak hipotensif; meningkatkan resiko

    kerusakan ginjal dan menaikkan resiko hiperkalemia pada pemberian

    bersama indometasin dan mungkin AINS lainnya.

    b. Analgesik lain: Hindari pemberian bersama dua atau lenih AINS,

    termasuk asetosal (menambah efek samping).

    c. Resin penukaranion: Kolesterain menurunkan absorbsi fenilbutazon.

    d. Antasida dan adsoben: antasid menurunkan absorpsi diflunisal.

    e. Antibakteri: AINS dengan 4-kuinolon mungkin meningkatkan resiko

    kejang.

    f. Antikoagula: Meningkatkan resiko perdarahn dengan ketorolak dan

    semua antikoagulan ( termasuk heparin dosis rendah)

    g. Antidepresan: Moklobemid menambah efek ibuprofen dan mungkin

    AINS lainnya.

    h.

    Antidiabetika: Efek sulfonilurea ditingkatkan oleh azapropazon,

    fenilbutazon, dan mungkin AINS lainnya

    i. Antiepileptik: Efek fenitoin ditingkatkan oleh azapropazon dan

    fenilbutazon.

    j. Antihipertensi: Antagonis efek hipotensif

    k. Glikosida jantung: AINS dapat menyebabkan kambuh gagal jantung,

    menurunkan laju filtrasi glomerulus, dan menaikkan kadar plasma

    glikosida jantung.

    l. Kortikosteroid: Menambah resiko pendarahan dan ulserasi saluran

    cerna.

    m. Siklosporin: Menambah resiko nefrotoksisitas.

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    18/33

    B. Kortikosteroid

    Mekanisme Kerja

    Obat golongan Kortikosteroid memiliki aktivitas glukokortikoid dan

    mineralkortikoid sehingga mempelihatkan efek yang sangat beragam yang meliputi

    efek terhadap metabolisme karbohidrat, protein, lipid. Glukortikoid (kortisol)

    berfungsi terhadap metabolisme karbohidrat, pertukaran protein, pembagian lemak

    dan reaksi peradangan. Mineralokortikoid: aldosteron (prekusornya adalah

    kortikosteron dan desoksikorton), hormon ini terutama mempengaruhi metabolisme

    garam dan air, produksi hormon ini juga dipengaruhi oleh penggunaan garam.

    Kortikosteroid digunakan sangat luas dalam pengobatan berbagai penyakit alergi oleh

    karena sifat anti inflamasinya yang kuat. Beragam kerja anti inflamasi kortikosteroid

    diperantarai oleh pengaturan ekspresi dari bermacam gen target spesifik. Telah

    diketahui bahwa kortikosteroid menghambat sintesis sejumlah sitokin seperti

    interleukin IL-1 sampai IL-6, tumor nekrosis factor- (TNF-), dan granulocyte-

    macrophage colony stimulating factor (GM-CSF). Kortikosteroid juga menghambat

    sintesis khemokin IL-8, regulated on activation normal T cell expressed and secreted

    (RANTES), eotaxin, macrophage inflammatory protein- 1 (MIP-1), dan monocyt

    chemoattractant protein-1. Ekspresi enzim-enzim seperti nitric oxide synthase,

    phosphilipase A2 , cyclooxygenase pada sel epitel saluran nafas diubah oleh

    kortikosteroid. Selain itu kortikosteroid juga mengatur ekspresi intercellular adhesion

    molecule-1 (ICAM-1), dan vascular cell adhesion molecule-1 (VCAM-1).

    Ikatan dengan reseptor

    Kortikosteroid bebas adalah molekul yang kecil dan bersifat lipofilik, mudah

    mengalami difusi melalui membran sel ke dalam sitoplasma dan berikatan dengan

    reseptor glukokortikoid. Kompleks reseptor glukokortikoid-kortikosteroid ini bekerja

    dengan memodifikasi aktifitas transkripsi yang menyebabkan penurunan ekspresi

    molekul pro-inflamasi dan sel-sel seperti sel Langerhans, limfosit, sel mast, basofil,

    eosinofil, disertai dengan peningkatan ekspresi molekul anti inflamasi dan reseptor

    adrenergik.

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    19/33

    Farmakokinetik

    Obat Waktu Paruh (menit)

    Kortison 30

    Hidrokortison 80-118

    Metil Prednisolon 78-188

    Prednison 60

    Prednisolon 115-212

    Triamsinolon 200+

    Betametason 200+

    Dexametason 110-210

    Efek Samping

    Efek samping glukokortikoid yang penting adalah:

    a. Sindrom Cushing, gejala utamanya adalah retensi cairan di jaringan-jaringan

    yang menyebabkan naiknya berat badan dengan pesat, muka menjadi bundar

    (moon face) adakalanya kaki tangan gemuk bagian atas, selain itu terjadi

    penumpukan lemak di bahu dan tengkuk, kulit menjadi tipis dan mudah

    terluka, timbul garis kebiru-biruan (akibat pendarahan di bawah kulit.)

    b. Kelemahan otot (myopathie steroid), khusus dari anggota badan dan bahu.

    Lebih sering terjadi pada hidrokortison dari pada derivat sintesisnya.

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    20/33

    c. Osteoporosis (rapuh tulang) karena menyusutnya tulang dan resiko besar akan

    fraktur bila terjatuh. Efek ini terutama pada penggunaan lama prednison diatas

    7,5 mg sehari (ekivalen dengan dosis glukokortikoid lain), seperti pada rema

    dan asma hebat. Pencegahan dilakukan dengan vit D3 + kalsium, masing2 500

    UI dan 1000 mg sehari

    d. Merintangi pertumbuhan pada anak-anak, akibat dipercepatnya penutupan

    epifysis tulang pipa

    e. Diabetogen. Penurunan toleransi glukosa dapat menimbulkan hiperglikemia

    dengan efek menjadi diabetes atau memperhebat diabetes, penyebabnya

    adalah stimulasi pembentukan glukosa dalam hati.

    f. Imunosupresi, yaitu menekan reaksi tangkis tubuh, seperti yang terjadi pada

    trasplantasi organ. Jumlah dan aktivitas limfosit-T/B dan makrofak dikurangi,

    efeknya adalah daya tangkis tubuh turun sehingga lebih peka terhadap infeksi

    kuman patogen.

    g. Antimitosis yaitu menghambat pembelahan sel, terutama kortikoida-fluor

    yang kuat yang hanya untuk penggunaan dermal

    Efek samping mineralokortikoid adalah:

    a. Hipokalemia akibat kehilangan kalium melalui kemih, bisa terjadi kejang,

    kelemahan otot, aritmia jantung

    b. Udema dan berat badan meningkat karena retensi garam dan air, juga resiko

    hipertensi dan gagal jantung.

    Efek samping umum adalah :

    a. Efek sentral (atas SSP) berupa gelisah, rasa takut, sukar tidur, depresi.

    b. Efek adrogen, seperti acne, dan gangguan haid

    c. Cataract dan kenaikan tekanan okuler, juga bila digunakan sebagai tetes mata,

    resiko glaukoma meningkat.

    d. Bertambahnya sel-sel darah

    e.

    Bertambahnya nafsu makan dan berat badan

    f. Reaksi hipersensitivitas.

    Interaksi Obat

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    21/33

    (Tidak termasuk topikal)

    a. Analgetik : dengan asetosal dan AINS resiko pendarahan dan ulserasi saluran

    cerna meningkat

    b.

    Antibakteri : Rifamisin mempercepat metabolisme Kortikosteroid

    c. Antiepileptika : Karbamazepin, fenobarbitoin, fenitoin, dan pirimidon

    mempercepat, metabolisme kortikosteroid ( menurunkan efek )

    d. Antihipertensi : Antagonisme efek hipotensi

    e. Glikosida Jantung : Meningkatkan toksisitas jika hipokalemia dengan

    kortikosteroid

    f. Siklosporin : Kadar plasma siklosporin dinaikkan oleh metilprednisolon dosis

    tinggi dan sebaliknya

    g. Diuretik : Antagonisme efek diuretik, asetazolamid, diuretik kuat, dan tiazida

    meningkatkan resiko hipokalemia

    h. Antagonisme hormon : Aminoglutetimid mempercepat metabolisme

    kortikosteroid ( menurunkan efek )

    i. Obat antiulkus : Karbenoksolon meningkatkan resiko hypokalemia

    C. Obat-Obat Gout/Agen Urikosurik

    Obat yang digunakan untuk mengatasi gout dibedakan menjadi obat untuk

    penanganan serangan akut gout dan obat yang digunakanuntuk penangananjangka

    pendek penyakit ini. Obat jangka panjang akan menimbulkan kekambuhan dan

    memperpanjang manifestasi akut bila dimulai saat serangan.

    Serangan gout akut biasanya diobati dengan AINS dosis tinggi. Kolkisin bias

    dijadikan alternative. Kolkisin mungkin sama efektifnya dengan AINS. Untuk

    pengendalian gout jangka panjang(interval) Pembentukan asam urat dan purin bias

    dikurangi dengan xantin-oksidase inhibitor allopurinol atau urikosurik seperti

    probenesidatau sulfinpirazon bias digunakan untuk meningkatkan ekskresi asam urat

    dalam urin

    1. Kolkisin

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    22/33

    2. Allopurinol

    Mekanisme

    Kerja

    : Allopurinol dan metabolit utamanya oksiprinol merupakan

    inhibitor xantin oksidase yang mempengaruhi perubahan

    hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat .

    ADME : Absorpsi : 90 % di saluran cerna

    Mekanisme

    Kerja

    : Kolkisin mengurangi produksi asam laktat oleh leukosit secara

    langsung dan dengan mengurangi fagositosit sehingga

    mengganggu siklus deposisi kristal urat dan respon inflamasi

    ADME : Absorpsi : Diabsorbsi secara cepat setelah pemberian oral

    Metabolisme : Hati

    Ekskresi : Utama oleh empedu dan ginjal

    Indikasi : Gout akut, profilaksis jangka pendek selama terapi awal dengan

    alopurinol dan urikosurik

    Kontraindikasi : Wanita hamil dan menyusui

    Interaksi : Dengan Siklosporin, mungkin meningkatkan resiko toksisitas

    dan miotoksisitas (menaikan kadar plasma siklosporin)

    Efek Samping : Mual, muntah, nyeri abdomen; dosis besar menyebabkan diare

    berat,pendarahan saluran cerna, ruam, kerusakan pada ginjal dan

    hati

    Sediaan :

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    23/33

    Ekskresi : Allopurinol diekskresi oleh filtrasi glomerulus, dan

    oksipurinol di reabsorpsi di tubulus ginjal

    Indikasi : Profilaksis gout dan batu asam urat dan kalsium oksalat di ginjal

    Kontraindikasi : Bukan pengobatan gout akut, tetapi jika saat serangan sudah

    memakai allopurinol dapat diteruskan

    Interaksi : Dengan ACE Inhibitor captopril akan menaikan resiko

    keracunan, terutama pada pasien dengan gangguan ginjal

    Dengan antikoagulan, kerja nikumalon dan warfarin ditingkatkan

    Dengan siklosporin, kemungkinankadar plasma siklosporn

    ditingkatkan (nefrotoksik)

    Efek Samping : Ruam, demam, gangguan saluran cerna, sakit kepala, vertigo,mengantuk

    Sediaan :

    3. Agen Urikosurik

    Agen urikosurik merupakan obat alternatif untuk allopurinol apabila pasien

    intoleransi terhadap allopurinol. Obat urikosurik tidak boleh diberikan pada pasien

    dengan gangguan fungsi ginjal atau urolithiasis. Terapi dengan agen urikosurik harusdimulai dengan dosis yang rendah karena ekskresi asam urat dalam jumlah besar

    dapat meningkatkan resiko pembentukan batu urat di dalam ginjal (Mary Anne, 2009).

    a. Probenesid

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    24/33

    Mekanisme Kerja Obat

    Probenesid merupakan agen pemblok tubulus ginjal. Obat ini secara

    kompetitif menghambat reabsopsi asam urat pada tubulus proksimal sehingga

    meningkatkan ekskresi asam urat dan mengurangi konsentrasi urat serum.

    Data Farmakokinetik

    Probenesid diabsopsi dengan baik setelah pemberian oral dan menghasilkan

    konsentrasi plasma puncak dalam 2 sampai 4 jam. Mempunyai waktu paruh 3-17 jam.

    Sebesar 85-95% obat ini terikat pada protein. Dimetabolisme di dalam hati dan

    diekskresikan dalam urin (www.medscape.com).

    Informasi Obat

    a. Indikasi Profilaksis gout (untuk mengoreksi hiperurisemia);

    pengurangan ekskresi tubular penisilin dan sefalosporin

    tertentu.

    b. Kontraindikasi Riwayat gangguan darah, nefrolitiasis, porfiria, serangan

    gout akut, hindari asetosal dan salisilat.

    c. Peringatan Selama awal terapi gout, berikan kolkisin profilaktik atau

    NSAI (jangan asetosal atau salisilat), pastikan asupan cairan

    yang memadai (kira-kira 2,5 liter sehari), usahakan agar urin

    bersifat basa jika asam urat sangat tinggi; tukak lambung,

    gagal ginjal (hindari jika parah); memberikan hasil positif

    palsi sementara pada uji benedict.

    d. Interaksi Berinteraksi dengan obat golongan ACEi : mengurangi

    ekskresi captopril.

    Analgetik : asetosal melawan efek; ekskresi indometasin,

    ketoprofen, ketorolak, dan naproksen tertunda (menaikan

    kadar plasma).

    Antibakteri : Probenesid menghambat sekresi penisilin ke

    dalam tubulus ginjal sehingga meningkatkan konsentrasi

    serum penisilin.

    http://www.medscape.com/http://www.medscape.com/http://www.medscape.com/http://www.medscape.com/
  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    25/33

    Antivirus : menurunkan eksresi asiklovir, zidovudin dan

    mungkin famsiklovir serta gansiklovir (menaikkan kadar

    plasma dan resiko toksisitas).

    Sitotoksik : menurunkan ekskresi metotreksat

    (meningkatkan resiko toksisitas).

    e. Efek Samping Tidak sering; kadang mual dan munta, sering buang air

    kecil, sakit kepala, muka merah, pusing, ruang; jarang

    hipersensitivitas, sindrom nefrotik, nekrosis hati, anemia

    aplastik.

    f. Dosis Dosis awal 250 mg 2xsehari untuk terapi pada minggu

    pertama. Dapat ditingkatkan menjadi 500 mg 2x sehari. Jika

    diperlukan, dosis dapat ditingkatkan lebih lanjut sampai 2 g

    per hari.

    g. Sediaan

    beredar

    Probenecid (Generik) Tablet Ss. 500 mg (K)

    Nufabencid (Nufarindo) Kaptab Ss. 500 mg (K)

    Probenid (Dexa Medica) Tablet 500 mg (K)

    b.

    Sulfinpirazon

    Mekanisme Kerja

    Merupakan agen uricosuric lain yang efektif. Dapat menghambat sekresi asam

    urat di tubulus ginjal pada dosis rendah dan menghambat reabsorpsi asam urat tubular

    pada terapi dosis lazim. Seperti probenesid, terapi harus dimulai perlahan-lahan dan

    dosis meningkat secara bertahap.

    Data Farmakokinetik

    a. Diabsorbsi dengan baik di saluran GI (pemberian oral)

    b. Distribusi : 98% to 99% terikan dengan protein plasma

    c. Cmax : 1-2 jam

    d. T1/2 : 4-6 jam

    e. Metabolisme : di hati

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    26/33

    f. Eliminasi : eliminasi melalui urin

    Informasi Obat

    a. Indikasi Profilaksis gout, hiperurisemia

    b. Kontraindikasi Riwayat gangguan darah, nefrolitiasis, porfiria, serangan

    gout akut, hindari asetosal dan salisilat.

    C, Peringatan Selama awal terapi gout, berikan kolkisin profilaktik atau

    NSAID (jangan asetosal atau salisilat), pastikan asupan

    cairan yang memadai (kira-kira 2,5 liter sehari), usahakan

    agar urin bersifat basa jika asam urat sangat tinggi; tukak

    lambung, gagal ginjal (hindari jika parah); memberikan

    hasil positif palsi sementara pada uji benedict. Dianjurkan

    secara rutin melakukan hitung darah; hindari pada

    hipersensitivitas terhadap AINS; penyakit jantung (bisa

    menyebabkan retensi garam dan air).

    d. Interaksi Analgetik : asetosal melawan efek urikosurik

    Antibakteri : pirazinamid melawan efek

    Antikoagulan : efek antikoagulan nikumalon dan

    warfarin ditingkatkan.

    Antidiabetes : efek sulfonylurea ditingkatkan

    Antiepileptik : kadar plasma fenitoin dinaikkan

    Teofilin : kada plasma teofilin diturunkan.

    e. Efek Samping Gangguan saluran cerna, kadang timbul reaksi alergi kulit,

    retensi garam dan air; jarang gangguan darah, tukak dan

    pendarahan di saluran cerna, gagal ginjal akut, enzim-enzim

    hati meningkat, ikterus dan hepatitis.

    f. Dosis 100-200 mg 2xsehari. Dosis maksimal 800 per hari.

    g. Sediaan

    beredar

    Anturan (Novartis Indonesia) tablet Sg. 200 mg (K)

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    27/33

    VIII. Interpretasi data lab GOUT

    Pada pemeriksaan Lab:

    1. Kadar asam urat tinggi >7 mg/dl

    2.

    kadang-kadang didapatkan leukositosis ringan dan LED sedikit meningkat.

    3. Kadar asam urat dalam urin tinggi,

    4. Pemeriksaan cairan tofi di temukan gambaran kristal asam urat pd sediaan

    mikroskopi (seperti lidi).

    Untuk memudahkan diagnosis gout arthritis akut, dapat digunakan kriteria dari ACR

    (American College Of Rheumatology) tahun 1977 sebagai berikut :

    a. Ditemukannya kristal urat di cairan sendi,

    b. Adanya tofus yang berisi Kristal urat disekitar persendian seperti tulang rawan

    sendi, disebabkan karena tingginya kadar asam urat darah, biasanya timbul

    pada kadar asam urat 10-11 mg/dl.

    c. Terdapat kriteria klinis, laboratoris, dan radiologis sebagai berikut :

    - Terdapat lebih dari satu kali serangan arthritis akut

    - Inflamasi maksimal terjadi dalam waktu 1 hari

    - Arthritis monoartikuler

    - Kemerahan pada sendi

    - Bengkak dan nyeri

    -

    Kecurigaan terhadap adanya tofus- Pembengkakan sendi yang asimetris (radiologis)

    - Yang harus dicatat adalah diagnosis gout tidak bisa digugurkan

    meskipun kadar asam urat normal.(Hidayat, 2009).

    1. Tes lab LED(Metode Wintrobe)

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    28/33

    a. Sampel yang digunakan berupa darah EDTA atau darah Amonium-kalium

    oksalat. Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.

    b. Sampel dimasukkan ke dalam tabung Wintrobe menggunakan pipet Pasteur

    sampai tanda 0.

    c. Letakkan tabung dengan posisi tegak lurus.

    d. Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm menurunnya eritrosit.

    e. Nilai rujukan :

    Pria : 09 mm/jam

    Wanita : 0 - 15 mm/jam

    B. Evaluasi Hasil Terapi

    a. Pasien harus dimonitor untuk berkurangnya sakit pada sendi dan juga efek

    samping dan interaksi obat sehubungan dengan terapi.

    b. Rasa sakit yang hebat pada serangan gout artritis seharusnya mulai berkurang

    dalam sekitar 8 jam sejak perawatan dimulai.

    c. Hilangnya sakit, erythema, dan inflamasi biasanya terjadi dalam 48-72 jam.

    d. Evaluasi klinis

    Evaluasi pasien gout meliputi riwayat penyakit secara menyeluruh,

    pemeriksaan fisik, penilaian frekuensi dan beratnya serangan dan melihat

    berbagai tanda seperti timbulnya tophi atau tofus.

    Penanganan gout arthritis adalah memberikan edukasi, pengaturan diet,

    istirahat sendi dan pengobatan.Pengobatan dilakukan secara dini agar tidak

    terjadi kerusakan sendi ataupun komplikasi lain. Pengobatan gout arthritis

    akut bertujuan menghilangkan keluhan nyeri sendi dan peradangan dengan

    obat-obat, antara lain: kolkisin, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS),

    kortikosteroid atau hormon ACTH.

    Obat penurun asam urat penurun asam urat seperti alupurinol atau obat

    urikosurik tidak dapat diberikan pada stadium akut. Namun, pada pasien yang

    secara rutin telah mengkonsumsi obat penurun asam urat, sebaiknya tetap

    diberikan. Pada stadium interkritik dan menahun, tujuan pengobatan adalah

    menurunkan kadar asam urat, sampai kadar normal, guna mencegah

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    29/33

    kekambuhan. Penurunan kadar asam urat dilakukan dengan pemberian diet

    rendah purin (kacang-kacangan, sarden, melinjo, bayam, udang) dan

    pemakaian obat alupurinol bersama obat urikosurik yang lain (Putra, 2009).

    Penelitian terbaru telah menemukan bahwa konsumsi tinggi dari kopi, susu

    rendah lemak produk dan vitamin C merupakan faktor pencegah gout

    (Doherty, 2009).

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    30/33

    IX. Formulasi yang Sesuai dengan Regimen

    Rute/Bentuk Sediaan Nama/Kekuatan Sediaan Contoh

    Golongan AINS

    Oral

    Tablet Ketoprofen 50 mg, 100 mg, 200

    mg

    Ibuorofen 100 mg, 200 mg

    Natrium Diklofenak 50 mg

    Kaltrofen (Kalbe Farma)

    Proris (Pharos)

    Voltaflam (First Medipharma)

    Suspensi Ibuprofen 100 mg/5 mL Proris (Pharos)

    Supositoria Ketoprofen 100 mg

    Ketoprofen 125 mg

    Profecom (Combiphar)

    Proris (Pharos)

    Topikal (gel) Ketoprofen 25 mg/gel

    Ketoprofen 2,5 mg/g gel

    Ovurila E (Nufarindo)

    Profenid Gel (Aventis)

    Injeksi Ketoprofen 100 mg/ampul

    Ketoprofen 100 mg/2 mL

    Ketoprofen 50 mg/mL

    Ketros(Pharos)

    Nasaflam (Fahrenheit)

    Rematof (Bernofarm)

    Kortikosteroid

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    31/33

    Injeksi

    Cairan injeksi

    Serbuk Injeksi

    Deksametason 5 mg/mL

    Kortison 25 mg/mL

    Triamsolon 40 mg/mL

    Hidrokortison 100 mg/2mL

    Dexametason (Generik)

    Cortison Asetat (Generik)

    Kenacort IM/ID (Squibb-Austr

    alia)

    Silecort (Prafa)

    Obat-obat untuk Mengatasi GOUT

    Oral

    Tablet

    Kaplet

    Kapsul

    Kolkisin 0,5 mg

    Allopurinol 100 mg

    Allopurinol 300 mg

    Probenesid 500 mg

    Sulfinpirazon 200 mgAllopurinol 100 mg, 300mg

    Probenesid 500 mg

    Allopurinol 300 mg

    Recolfar (Fahrenheit)

    Reucid (Otto)

    Algut (Merck)

    Probenecid (Generik)

    Anturan (Novartis Indonesia)Xanturic (Pyridam)

    Nufabencid (Nufarindo)

    Hanoric (Heroic)

  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    32/33

    DAFTAR PUSTAKA

    Alimul Hidayat, Aziz. 2009. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis

    Data. Jakarta: Salemba Medika.

    Atkins D, Leung DYM. Principles of treatment of allergic disease. Dalam: Behrman

    RE, Kleigman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics.

    Edisi ke-17. Philadelphia: WB Saunders Company, 2004. h.752-8.

    Benry, dkk. Penggunaan Kortikosteroid Intranasal Dalam Tata Laksana Rinitis

    Alergi pada AnakVol 8. 2006.

    Carter, M. A., 1995, Gout, dalam Sylvia, A. P. And Lorraine, M. W.

    (Eds),Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi IV, Buku

    II, 1242-1246, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007.Farmakologi Klinik.Jakarta : Bagian

    Farmakologi FK UI.

    Depkes RI. 2006. Pharmaceutical Care untuk Paisen Penyakit Arthritis Reumatik.

    Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.

    Doherty, Michael. 2009.New insights into the epidemiology of gout, Available from:

    rheumatology.oxfordjo urnals.org [Accessed May 17, 2011]

    Elin, dkk. 2013.ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT Isfi Penerbitan.

    Khanna D, Fitzgerald JD, Khanna PP, et al. 2012. American College of

    Rheumatology guidelines for management of gout. Part 1: systematic

    nonpharmacologic and pharmacologic therapeutic approaches to

    hyperuricemia. Arthritis Care Res (Hoboken). 2012;64:1431-1446.

    Mary Anne Koda Kimble. 2009. Applied Therapetics The Clinical Use of Drugs 9th

    ed. USA : Lippincott Williams & Wilkins

    Purwaningsih T. Faktor-faktor Risiko Hiperurisemia. [internet]. 2009. Tersedia di:

    http://eprints.undip.ac.id/24334/1/TI NAH_PURWANINGSIH.pdf

    Repository.usu.ac.id/bitstream (Diakses pada tanggal 5 Juni 2016 pukul 17.15 WIB)

    Scadding GK. 2001. Corticosteroids in the treatment of pediatric allergi rhinitis. J

    Allergy Clin Immunol 2001; 108:S59-63.

    http://eprints.undip.ac.id/24334/1/TI%20NAH_PURWANINGSIH.pdfhttp://eprints.undip.ac.id/24334/1/TI%20NAH_PURWANINGSIH.pdf
  • 7/26/2019 Farter - Makalah Gout

    33/33

    Schlesinger N. 2004.Management of acute and chronic gouty arthritis present state

    of the art. Drugs 2004;64:23992416.

    Sukandar, E.Y, dkk. 2008.ISO Farmakoterapi. Jakarta : PT ISFI Penerbitan.

    Tanto,Chris dkk, 2014 ; Buku Kapita Selekta Kedokteran edisi IV bagian kedua,

    Jakarta, Media Aesculapius.

    W. Dieterle, J. W. Faigle. 1975. Biotransformation and pharmacokinetics of

    sulfinpyrazone (Anturan) in man. Volume 9, Issue 2, pp 135-145.

    European Journal of Clinical Pharmacology.

    www.drugbank.com. Diakses pada tanggal 29 Mei 2016 pukul 13.00 WIB

    www.drugs.com. Diakses pada tanggal 27 Mei 2016 pukul 22.00 WIB

    www.medscape.com. Diakses pada tanggal 27 Mei 2016 pukul 22.00 WIB

    http://digilib.unila.ac.id/2424/9/2.%20Bab%202.pdf (Diakses pada tanggal 5 Juni

    2016 pukul 17.20 WIB)

    http://www.drugbank.com/http://www.drugbank.com/http://www.drugs.com/http://www.drugs.com/http://www.medscape.com/http://www.medscape.com/http://digilib.unila.ac.id/2424/9/2.%20Bab%202.pdfhttp://digilib.unila.ac.id/2424/9/2.%20Bab%202.pdfhttp://digilib.unila.ac.id/2424/9/2.%20Bab%202.pdfhttp://www.medscape.com/http://www.drugs.com/http://www.drugbank.com/