Farmakologi kebidanan 1

211
1 SAINAL EDI KAMAL, S.Si., M.Kes., Apt.

description

farmakologi

Transcript of Farmakologi kebidanan 1

Page 1: Farmakologi kebidanan 1

1

SAINAL EDI KAMAL, S.Si., M.Kes., Apt.

Page 2: Farmakologi kebidanan 1

PENDAHULUAN

A. DEFENISIFarmakologi : Pharmacon (Obat) & Logos (Ilmu

Pengetahuan)

Ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada

sistem biologi.

Obat : bahan atau sediaan yang digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi

atau kondisi patologi dalam rangka penetapan

diagnosi, pencegahan, penyembuhan, pemulihan

dari sakit, gejala sakit atau penyakit untuk

meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi.

Page 3: Farmakologi kebidanan 1

B. PERKEMBANGAN OBATPenggunaan Obat :

Coba – coba

Turun – temurun Efek tidak seragam

Empiris

Distandarisasi dan diekstraksi :

Efedrin dari tanaman Efendra vulgaris

Vinblastin dari tanaman Vinca rosea

Digoksin dari tanaman Digitalis lanata

Page 4: Farmakologi kebidanan 1

C. PENGGOLONGAN OBAT1. Berdasarkan Keamanan (Permenkes No.

949/Menkes/Per/VI/2000.

a. Obat Bebas : parasetamol, vitamin C, asetosal, antasida daftar

obat esensial (DOEN), obat batuk hitam.

b. Obat Bebas Terbatas (Waarschuwing) artinya peringatan :

klortrimaleas, mebendazol, obat flu kombinasi tablet.

c. Obat Keras (Gevaarlijk) artinya berbahaya : amoksisilin, asam

mefenamat, semua obat injeksi dan semua obat baru.

Page 5: Farmakologi kebidanan 1

d. Psikotropika (obat keras tertentu)

Golongan I : hanya untuk penelitian; metilen dioksi

metamfetamin, lisergid acid diathylamine (LSD) dan

metamfetamin.

Golongan II, III dan IV : dapat digunakan untuk pengobatan

asalkan sudah didaftarkan; diazepam, fenobarbital, lorasepam,

dan klordiazepoksid.

Page 6: Farmakologi kebidanan 1

e. Narkotika : dapat menimbulkan addiksi (ketergantungan)

Golongan I : hanya untuk penelitian, dilarang produksi; heroin

dan kokain

Golongan II dan III : dapat digunakan untuk pengobatan

asalkan sudah memiliki ijin edar; morfin, petidin, kodein,

doveri dan kodipron.

Page 7: Farmakologi kebidanan 1

2. Berdasarkan Cara atau Jalur Pemakaian

a. Obat luar : salep, injeksi, lotion, tetes hidung, tetes telinga,

suppositotia dan krim. Menggunakan etiket biru.

b. Obat dalam : tablet, kapsul, sirup menggunakan etiket putih.

3. Berdasarkan Sumber atau Asalnya

a. Tanaman : alkaloid, glikosida, resin, karbohidrat, protein

b. Hewan : hormon atau enzim, misalnya insulin

c. Mineral : aluminium hidroksida, magnesium trisilat

Page 8: Farmakologi kebidanan 1

4. Berdasarkan Bentuk sediaan

a. Padat : ekstrak, serbuk, pil, tablet, suppositoria.

b. Cair : sirup, larutan, suspensi, linimen, lotion

c. Semi Padat : salep, krim, gel dan pasta

d. Gas : aerosol, oksigen dan inhaler

5. Berdasarkan Keamanan Selama Kehamilam

a. Kategori A : obat yang tidak menimbulkan pengaruh buruk

pada janin; parasetamol, penisilin, eritromisin, digoksin,

isoniazid dan asam folat

Page 9: Farmakologi kebidanan 1

b. Kategori B : obat yang dibatasi penggunaannnya pada wanita

hamil.

B1 : dari penelitian tidak terbukti menimbulkan kerusakan

pada janin; simetidin

B2 : data dari penelitian hewan tidak memadai; amfoterisin,

dopamin

B3 : pada hewan terjadi kerusakan janin tetapi belum tentu

bermakna pada manusia; griseofulvin, mebendazol

Page 10: Farmakologi kebidanan 1

c. Kategori C : obat memberikan pengaruh buruk pada janin

tanpa disertai malformasi anatomi jadi semata-mata efek

farmakologi; narkotika, aspirin, diuretik

d. Kategori D : obat terbukti meningkatkan malformasi pada janin

manusia; androgen, fenitoin, fenobarbital, kinin

e. Kategori X : obat yang mempunyai resiko tinggi memberikan

pengaruh buruk pada janin yang menetap (irreversibel) jika

diminum pada masa kehamilan; dietilstilbestrol.

Page 11: Farmakologi kebidanan 1

D. OBAT GENERIK1. Obat generik, menggunakan nama sesuai zat kimia yang

dikandungnya berdasarkan the international nonpropietary

names list for pharmaceutical preparation (INN); parasetamol,

amoksilin, asam mefenamat

2. Obat Generik dengan nama dagang (branded generic

medicines) yaitu diedarkan dengan nama dagang; amoksan,

panadol, ponstan

3. Obat Generik Berlogo : obat generik yang diproduksi oleh

industri farmasi yang bersertifikat CPOB

Page 12: Farmakologi kebidanan 1

POSOLOGI

Bentuk Sediaan Obat

Cara Pemberian Obat

Perhitungan Dosis Obat

Frekuensi Pemberian Obat

Page 13: Farmakologi kebidanan 1

Bentuk Sediaan Obat

1. Sediaan Padat

a. Serbuk Pulvis : Campuran kering bahan obat atau zat kimia

yang dihaluskan ditujukan untuk obat dalam atau obatluar.

Pulveres : Serbuk yang dibagi-bagi dalam bobot yangdiperkirakan sama, dibungkus dengan pengemas yangcocok untuk sekali minum.

Page 14: Farmakologi kebidanan 1

b. Tablet : Sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi.

Berat : 50 mg – 2 g

c. Kapsul : Sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut gelatin, pati

d. Suppositoria : Sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk rektal, vagina, urethal

Page 15: Farmakologi kebidanan 1

e. Kaplet : Tablet berbentuk kapsul yang pembuatannya melalui kempa cetak

f. Lozenges : Sediaan tablet manis dan baunya enak, penggunaannya dihisap dalam mulut

Page 16: Farmakologi kebidanan 1

2. Sediaan Setengah Padat

a. Salep : Sediaan setengah padat diloles,obat luar

b. Krim : Sediaan setengah padat emulsiair ≥ 60%, pemakaian luar

c. Pasta : Sediaan massa lembek, pemakaianluar (terbuat dari serbuk & ≥ 50% vaselin atauparaffin, gliserol

Page 17: Farmakologi kebidanan 1

3. Sediaan Cair

a. Larutan : Sediaan cair yang mengandungbahan kimia terlarut kecuali dinyatakanlain, pelarutnya air suling

b. Sirup : Larutan yang mengandung gulasukrosa, kadar gula tidak kurang dari 64% atautdk lebih dari 66%.

Page 18: Farmakologi kebidanan 1

d. Eliksir : Larutan rasa, bau sedap, selain obat mengandung zat pemanis, zat pewarna, pewangi, pengawet. Pelarut etanol.

e. Guttae : Larutan, emulsi atau suspensi obat luar & obat dalam.

f. Injeksi : Sediaan steril, bebas pirogen

Larutan, emulsi, suspensi, serbuk yang dilarutkan.

Page 19: Farmakologi kebidanan 1

4. Sediaan Gas

a. Aerosol : Sediaan mengandung 1 atau lebih zatberkhasiat dalam wadah yang diberi tekanan

b. Gas : berupa oksigen, obat anestesi atau zatyang digunakan untuk sterilisasi.

Page 20: Farmakologi kebidanan 1

Rasionalisasi Pemberian Obat1. Tepat Pasien

2. Tepat Obat

3. Tepat Waktu

4. Tepat Dosis

5. Tepat Rute

6. Tepat Dokumentasi

Page 21: Farmakologi kebidanan 1

Rute Pemberian Obat

Enteral oral, sublingual, bukal

Parenteral topikal, injeksi, endotrakea, inhalasi

Page 22: Farmakologi kebidanan 1

PERHITUNGAN DOSIS

1. Berdasarkan LPT

KO : LPT anak

1,73 M : LPT dewasa

Wagner : LP : 0,09 x W0,73

W = BB dalam Kg

Da = Dd KO

1,73 M2

Page 23: Farmakologi kebidanan 1

2. Berdasarkan BB

Clark :

W = BB (Kg)

Da = W... Dd

70

Page 24: Farmakologi kebidanan 1

3. Berdasarkan Usia

Page 25: Farmakologi kebidanan 1

Frekuensi Pemberian Obat

Pemberian obat dapat :

Tiap 5 menit

Sekali sehari tujuan, kinetika obat, t½,

Beberapa kali sehari onset dan durasi obat

Setiap bulan

Page 26: Farmakologi kebidanan 1

Interval Pemakaian Obat

Kebiasaan :

3 x sehari pagi, siang dan sore

Optimal :

3 x sehari tiap 6 atau 8 jam

interval : 24 jam - (6 - 8 jam)

3

Page 27: Farmakologi kebidanan 1

ARTI % DALAM OBAT

• % berat / berat = gram/gram % misal : Boorzalf 10% =tiap 100 g zalf mengandung 10 g acidum boricum

• % berat / volume = gram / ml % misal : 1% morphine HCl= 1 g morphine HCl dlm 100 ml larutan / injeksi

• % vol. / vol = ml / ml % misal : alkohol 70% = tiap 100 mlcampuran mengandung 70 ml ethylalkohol murni

• % vol / berat = ml / gram % misal : kadar minyak 10%dlm suatu simplisia berarti tdp 10 ml minyak dlm 100 gsimplisia

Page 28: Farmakologi kebidanan 1

FASe Kerja Obat

Efek obat terjadi karna interaksi fisiko-

kimiawi antara obat atau metabolit aktif

dengan reseptor atau bagian tertentu dari

tubuh.

Untuk mencapai tempat kerjanya maka obat

harus melalui 3 proses :

1. Fase Farmasetik

2. Fase Farmakokinetik

3. Fase Farmakodinamik

Page 29: Farmakologi kebidanan 1

Fase Farmasetika

Fase yang dipengaruhi antara lain oleh cara

pembuatan obat, bentuk sediaan obat dan

zat tambahan yang digunakan.

Tablet terdegradasi granul

Partikel kecil pelepasan zat aktif

Zat aktif terdisolusi absorpsi

Larutan ˃ suspensi ˃ serbuk ˃ kapsul ˃

tablet ˃ tablet salut

Page 30: Farmakologi kebidanan 1

. .. ....... . .. ..

.....

. .. .......

. .. ....... . .. ..

.....

. .. ........ .. ....... . .. ..

.....

. .. .......

. .. ....... . .. ..

.....

. .. ........ .. ....... . .. ..

.....

. .. .......

. .. ....... . .. ..

.....

. .. ........ .. ....... .. . ..

.....

. .. .......

. .. ....... . .. ..

.....

. .. ..

.

.

.

.

.

TABLETDISINTEGRASI DISOLUSI

Page 31: Farmakologi kebidanan 1

Fase Farmakokinetik

Mempelajari absorpsi, distribusi,

metabolisme dan ekskresi obat dari dalam

tubuh atau mempelajari pengaruh tubuh

terhadap obat

Page 32: Farmakologi kebidanan 1

1. Absorpsi

Adalah proses masuknya obat ke dalam

sirkulasi sistemik.

a. Kelarutan

Kecepatan melarut dari suatu obat akan

menentukan kecepatan absorpsi obat

Page 33: Farmakologi kebidanan 1

b. pH : derajat keasaman atau kebasahan

Obat yang bersifat asam lemah akan mudah

menembus membran sel pada suasana

asam atau obat relatif tidak terionisasi.

Aspirin mudah menembus membran

lambung dari pada membran usus

Obat yang bersifat basa lemah akan mudah

diabsorpsi di usus halus

Page 34: Farmakologi kebidanan 1

Lipid bilayer

Page 35: Farmakologi kebidanan 1

c. Tempat Absorpsi

Obat dapat diabsorpsi pada kulit, membran

mukosa, lambung dan usus halus.

Absorpsi obat menembus lapisan sel tunggal

seperti pada ephitelium intestinal akan

lebih cepat dibandingkan membran kulit

yang berlapis-lapis

Page 36: Farmakologi kebidanan 1

d. Sirkulasi Darah

Obat baiknya diberikan pada daerah yang

kaya akan sirkulasi darah.

Pemberian melalui sublingual lebih cepat

diabsorpsi dari sub kutan (sirkulasi darah

kurang)

Page 37: Farmakologi kebidanan 1

MEMBRAN

Pasif

Aktif

Pinositosis

Usus Sel

Page 38: Farmakologi kebidanan 1

2. Distribusi

Penyebaran obat dari pembuluh darah ke

jaringan atau tempat kerja.

Kecepatan distribusi dipengaruhi oleh

permeabilitas membran kapiler terhadap

molekul obat.

Faktor lain yang mempengaruhi distribusi

obat adalah fungsi kardiovaskuler, ikatan

obat dgn protein plasma

Page 39: Farmakologi kebidanan 1

Organ (jantung, ginjal, hati) yang mendapat

suplai darah lebih banyak atau cepat akan

menerima obat lebih banyak dan cepat

dari organ lain (tulang, abses).

Pada saat obat masuk ke sirkulasi sistemik ,

sebagian besar akan terikat oleh protein

plasma (albumin), ikatan ini membentuk

molekul besar sehingga tdk dapat

menembus membran.

Page 40: Farmakologi kebidanan 1

Hanya obat bebas yg mencapai sasaran dan

mengalami metabolisme sehingga mudah

diekskresikan.

Berkurangnya obat bebas (tidak terikat)

akan menyebabkan pelepasan obat yang

terikat oleh protein, jadi terjadi

keseimbangan yg dinamis.

Perbandingan obat bebas dan obat terikat

menentukan durasi obat

Page 41: Farmakologi kebidanan 1

Obat lipofil mempunyai afinitas yang tinggi

terhadap jaringan, sehingga cenderung

terakumulasi, apabila aliran darah sedikit

di jaringan, maka distribusi obat

terhambat. Pemberian obat yang terlalu

cepat berpotensi menimbulkan toksik.

Page 42: Farmakologi kebidanan 1

3. Metabolisme

Merupakan reaksi perubahan zat kimia

dalam jaringan biologis yang dikalisis oleh

enzim menjadi metabolitnya.

Hati merupakan organ utama tempat

metabolisme obat.

Kebanyakan metabolisme menggunakan

enzim sitokrom P450 (hepar dan GI)

Page 43: Farmakologi kebidanan 1

4. Ekskresi

Ginjal adalah organ utama dalam ekskresi

obat atau metabolitnya.

Organ lain tempat ekskresi adalah

instestinal (feses), paru-paru, kulit,

keringat, air liur dan air susu.

Kecepatan ekskresi dilihat dari nilai t½, obat

yg panjang t½nya maka frekuensinya

pemakaiannya relatif panjang.

Page 44: Farmakologi kebidanan 1

Proses ekskresi obat dalam ginjal meliputi :

a. Filtrasi glomelurus

Obat bebas akan mengalami filtrasi

glomelurus masuk ke tubulus.

Kelarutan dan pH tidak berpengaruh

Dipengaruhi oleh ukuran partikel, jumlah

pori di glomelurus.

Page 45: Farmakologi kebidanan 1

b. Reabsorpsi tubulus

Di tubulus kebanyakan obat mengalami

reabsorpsi ke sirkulasi sistemik kembali,

terutama zat non polar atau bentuk non

ion.

c. Sekresi tubulus

Obat yang tdk mengalami FG dapat masuk

ke tubulus melalui sekresi di tubulus

proksimal.

Page 46: Farmakologi kebidanan 1

Fase Farmakodinamik

Mempelajari efek obat dalam tubuh atau

jaringan hidup atau mempelajari pengaruh

obat terhadap fisiologi tubuh.

a. Berinteraksi dengan reseptor

Reseptor dapat berupa protein, asam

nukleat, enzim, karbohidrat atau lemak.

Semakin banyak reseptor yg diduduki maka

intensitas efek semakin meningkat

Page 47: Farmakologi kebidanan 1

b. Berinteraksi dgn enzim

Obat dapat menimbulkan efek karna

mengikat enzim yg dikeluarkan oleh tubuh.

Obat DM : memperbanyak insulin

c. Kerja non spesifik

Obat yang bekerja tanpa mengikat reseptor.

Misalnya alkohol mendenaturasi protein,

norit mengikat racun atau bakteri

Page 48: Farmakologi kebidanan 1

Conc

WaktuTo T1

T2 T3

MEC

To - T1 = Mula

To – T2 = Puncak, T1 – T3 = Lama Kerja Obat

KURVA RESPON OBAT

Page 49: Farmakologi kebidanan 1

Obat Otonom

Susunan sistem saraf manusia tersusun dari

sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.

Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan

sumsum tulang belakang.

Sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf

somatis dan sistem saraf otonom.

Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf

simpatis dan sistem saraf parasimpatis.

Page 50: Farmakologi kebidanan 1

Obat perangsang simpatik adalah adrenergik,simpatomimetik atau agonis adrenergik

Obat penghambat simpatik adalah simpatolitik atauantiadrenergik

Obat perangsang parasimpatik adalah kolinergik,parasimpatomimetik atau agonis kolinergik

Obat penghambat parasimpatik adalahparasimpatolitik atau antikolinergik

Page 51: Farmakologi kebidanan 1

Sistem Saraf SimpatisFungsi dari sistem saraf simpatik adalah

sebagai berikut.

• Mempercepat denyut jantung

• Memperlebar pembuluh darah

• Relaksasi bronkus

• Mempertinggi tekanan darah

• Memperlambat gerak peristaltis

• Memperlebar pupil

• Menurunkan sekresi ludah

Page 52: Farmakologi kebidanan 1

Sistem Saraf Parasimpatis

Sistem saraf parasimpatik memiliki

fungsi yang berkebalikan dengan fungsi

sistem saraf simpatik. Misalnya pada

sistem saraf simpatik berfungsi

mempercepat denyut jantung, sedangkan

pada sistem saraf parasimpatik akan

memperlambat denyut jantung

Page 53: Farmakologi kebidanan 1

Sel Saraf (Neuron) dan Impuls

Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang

disebut neuron. Neuron bergabung

membentuk suatu jaringan untuk

mengantarkan impuls (rangsangan).

Satu sel saraf tersusun dari badan sel,

dendrit, dan akson.

Page 54: Farmakologi kebidanan 1
Page 55: Farmakologi kebidanan 1

1. Badan sel

Badan sel saraf merupakan bagian yang

paling besar dari sel saraf Badan sel

berfungsi untuk menerima rangsangan dari

dendrit dan meneruskannya ke akson. Pada

badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma,

mitokondria, sentrosom, badan golgi,

lisosom, dan badan nisel. Badan sel

merupakan kumpulan retikulum endoplasma

tempat transportasi sintesis protein.

Page 56: Farmakologi kebidanan 1

2. Dendrit

Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan

bercabang-cabang. Dendrit merupakan

perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi

untuk menerima dan menghantarkan

rangsangan ke badan sel.

Page 57: Farmakologi kebidanan 1

3. Akson

Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut

sel saraf panjang yang merupakan perjuluran

sitoplasma badan sel. Di dalam neurit

terdapat benang-benang halus yang disebut

neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh

beberapa lapis selaput mielin yang banyak

mengandung zat lemak dan berfungsi untuk

mempercepat jalannya rangsangan

Page 58: Farmakologi kebidanan 1

Impuls adalah rangsangan atau pesan yang

diterima oleh reseptor dari lingkungan luar,

kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat

juga dikatakan sebagai serangkaian pulsa

elektrik yang menjalari serabut saraf.

Contoh rangsangan adalah sebagai berikut.

a. Perubahan dari dingin menjadi panas.

b. Perubahan dari tidak ada tekanan pada

kulit menjadi ada tekanan.

c. Berbagai macam aroma yang tercium oleh

hidung.

Page 59: Farmakologi kebidanan 1

Neurotransmitter ada dua macam :

1. NT untuk saraf simpatik adalah norepinefrin (NE)

2. NT untuk saraf parasimpatik adalah asetilkholin(Ach)

Page 60: Farmakologi kebidanan 1

1. Adrenergik

a. Bekerja Langsung

Obat Khasiat

Fenileprin Dekongestan

Klonidin Penurun Tekanan Darah

Dobutamin Meningkatkan Kerja Jantung

Isoproterenol Meningkatkan Kerja Jantung & Bronkodilator

Albuterenol Bronkodilator

Terbutelin Bronkodilator

Metoproteronol Bronkodilator

Page 61: Farmakologi kebidanan 1

b. Bekerja tidak Langsung

Mendorong pengeluaran NE dari tempatpenyimpanannya seperti amfetamin danmetilphenidat (keduanya sebagai antidefresan)

2. Obat Antiadrenergik

Berkerja melalui penghambatan terhadap reseptoradrenergik.

a. α 1 bloker : terapi hipertensi (vasodilatasi pembuluhdarah) ; prazosin, terazosin dan doxazosin

Page 62: Farmakologi kebidanan 1

b. ß bloker untuk terapi hipertensi (mengurangifrekuensi dan kekuatan denyut jantung) ; atenolol,metoprolol, propanolol, nadolol dan pindolol

Page 63: Farmakologi kebidanan 1

3. Kolinergik

a. Bekerja Langsung

Langsung berinteraksi dgn reseptor muskarinik untukmenghasilkan efek kolinergik.

Contohnya : bethanekol (terapi retensi urin akibattindakan pembedahan atau gangguan neurogenikkandung kemih)

Page 64: Farmakologi kebidanan 1

b. Bekerja tidak Langsung

Tidak menduduki reseptor tetapi mengikatAsetilkolinesterase sehingga Ach meningkat.

Contoh : neostigmin (miastenia gravis)

4. Antikolinergik

Menghambat reseptor muskarinik sehingga efeknyaberlawanan dgn obat kolinergik.

Contoh : atropin (mengurangi sekresi sal. Pernapasanpd tindakan operasi), scopolamin (mabukperjalanan), ipatropium (asma)

Page 65: Farmakologi kebidanan 1

Obat sal. pernapasan

Sistem pernapasan terdiri dari :

1. Trakea

2. Bronkus

3. Bronkiolus

4. Alveolus

5. Paru-Paru

Page 66: Farmakologi kebidanan 1

Fungsi sistem pernapasan :

1. Menyediakan oksigen untuk sel tubuh

2. Membuang karbon dioksida dari sel tubuh

3. Pertahanan tubuh melawan senyawa asing

4. Menghasilkan suara untuk bicara

Page 67: Farmakologi kebidanan 1

rhinitis

Merupakan radang membran mukosa hidung

(bersin, gatal, hidung berlendir dan kongesti)

Penyebab :

a. Menghirup elergen (debu, bulu binatang,

serbuk sari, asap rokok, polutan)

b. Zat berinteraksi dgn sel mast melepaskan

histamin, leukotrin

Page 68: Farmakologi kebidanan 1

Terapi :

a. Antihistamin (CTM, difenhidramin)

b. Dekongestan (fenileprin,

pseudoefedrin)

Side Effect :

a. Insomnia

b. Aritmia

Page 69: Farmakologi kebidanan 1

bronkodilator

Obat ini digunakan pd penderita asma.

Penyebab bronkokontriksi :

a. Perangsangan parasimpatis

b. Penghambatan simpatis

Asma biasa terjadi karna bronkus terlalu sensitif

terhadap rangsangan

Page 70: Farmakologi kebidanan 1

Pengobatan asma :

1. Agonis ß2 (salbutamol, terbutalin,fenoterol)

2. Metil Xantin (teofilin) cAMP, LD50/ED50

sempit

3. Antikolinergik (ipatropium bromid)

4. Kortikosteroid (prednison, deksametason,

triamsinolon) antiinflamasi di sal.

pernapasan

Page 71: Farmakologi kebidanan 1

mukolitik

Asma, bronkitis produksi mukus (glikoprotein

polisakarida, eksudat infeksi)

Sekret yg banyak sukar bernapas sehingga

diperlukan pemberian mukolitik

Page 72: Farmakologi kebidanan 1

Pengobatan :

1. Bromheksin (memutuskan ikatan

mukopolisakarida)

2. Asetilsistein (memecah glikoprotein)

Page 73: Farmakologi kebidanan 1

antitusif

Atau batuk kering tenggorokan gatal, suara

serat atau hilang.

Penyebab :

a. Inhalasi partikel makanan

b. Bahan iritan

c. Asap rokok

d. Perubahan suhu

Page 74: Farmakologi kebidanan 1

Pengobatan :

1. Kodein

2. Dekstrometorfan (L-isomer opioid)

3. Uap Mentol ( sensitifitas faring dan laring)

Page 75: Farmakologi kebidanan 1

Obat Saluran Pencernaan

Obat yang bekerja mulai dari mulut sampaikolon, misalnya :

1. Obat untuk terapi Ulcer

2. Antidiare

3. Pencahar atau Laksantif

4. Antispasmodik

5. Dsb

Page 76: Farmakologi kebidanan 1

Obat Ulcer

Penyebab :

1. Infeksi Helicobacter pylori2. Peningkatan sekresi asam lambung

3. Kerentanan mukosa sal. Percernaanterhadap HCl dan gastrin

4. Side effect obat AINS

Page 77: Farmakologi kebidanan 1

1. Penghambat sekresi asam

Sekresi asam lambung berlangsung di selparietal yg dikontrol oleh Ach, histamin,prostaglandin dan gastrin.

Ach, histamin dan gastrin bila berikatan dgnreseptor akan mengaktifkan pompa proton(H+) yg akan meningkatkan sekresi HCl,sedangkan prostaglandin malahmengurangi HCl lambung.

Page 78: Farmakologi kebidanan 1

Obat penghambat sekresi asam lambung :

a. H2-antagonis (antihistamin)

Yaitu simetidin, ranitidin, famotidin dannizatidin.

Jika asam lambung disebabkan oleh histamindan gastrin maka sekresi HCl akandihambat secara lengkap tapi parsial bilapenyebabnya oleh Ach.

Page 79: Farmakologi kebidanan 1

Efek samping :

a. Diare

b. Sakit kepala

c. Kelelahan

d. Mialgia

e. Konstipasi

Page 80: Farmakologi kebidanan 1

b. Penghambat Pompa Proton

Absorpsi obat ini sangat dipengaruhi olehadanya makanan dan bioavailabilitasnyadapat berkurang sampai 50%. Sebaiknyadiminum sebelum makan atau 1 jam setelahmakan.

Obat : omeprazol, landsoprazol

Page 81: Farmakologi kebidanan 1

Obat ini diberikan sebagai sediaan kapsulenterik dan akan terurai menjadi bentuk yglebih aktif (pro drug) .

Obat akan dikonversi menjadi senyawasulfonamid yg akan berikatan dgn enzimH+/K+-ATPase yg akan menginaktifasi enzim.

Efek samping : diare, sakit kepala, nyeriabdomen

Page 82: Farmakologi kebidanan 1

2. Antasida

Untuk mengurangi nyeri dan rasa terbakar diulu hati karna hiperasiditas dan gastritis.

Berasal dari basa lemah, jika masuk lambungakan bereaksi dgn asam membentuk air dangaram. pH lambung akan naik (4-5) aktifitaspepsin terhambat dan akan mengurangiiritasi mukosa.

Page 83: Farmakologi kebidanan 1

Konstipasi merupakan efek samping antasidayg mengandung Al dan Ca karna dapatmenghambat absorpsi air dan fosfat.Sedangkan diare merupakan efek sampingMg.

Untuk menangani masalah ini makakebanyakan antasida ditambahkan Al danMg untuk saling menetralisasi.

Page 84: Farmakologi kebidanan 1

3. Pelindung Mukosa

Sukralfat merupakan senyawa kompleks ygakan berikatan dgn protein, membentukkompleks dgn mukus (gel) yg akan melapisimukosa shg terhindar dari kerusakan olehgastrin.

Page 85: Farmakologi kebidanan 1

Antidiare

1. Diare spesifik

Memerlukan antimikroba

2. Diare non spesifik

Diare terjadi karna meningkatnya peristaltikatau motilitas GI.

Page 86: Farmakologi kebidanan 1

a. Penghambat motilitas

Bekerja menghambat Ach (antikolinergik) ygakan mengurangi motilitas GI.

Contoh obatnya : loperamid HCl dandefenoksilat. Obat ini tdk boleh diberikanpada diare akut pd anak-anak karna dapatterjadi paralisis.

Efek samping : kram GI.

Page 87: Farmakologi kebidanan 1

b. Absorpben

Cara kerja : mengabsorpsi toksin,mikroorganisme atau melindungi mukosadari rangsangan zat yg dapat meningkatkanperistaltik GI.

Contoh : kaolin, pektin, metil selulosa,atalpulgit, arang aktif dan norit (semuamerupakan obat keras).

Page 88: Farmakologi kebidanan 1

Pencahar atau Laksantif

Obat yg digunakan untuk memudahkanpengeluaran tinja dari kolon dan rektum.

Selain itu digunakan pula untuk :

a. Kombinasi dgn obat cacing

b. Pengosongan sal. Pencernaan (pembedahanatau rontegen)

c. Konstipasi

Page 89: Farmakologi kebidanan 1

a. Pencahar pembentuk massa

Membentuk massa gel di usus besar ygmenyebabkan retensi air. Massa besar danencer di usus besar akan merangsangpeningkatan peristaltik dan memacu BABkeluar.

Obat ini khusus konstipasi dgn tinja sedikit dankeras.

Jenis pencahar : agar, metilselulosa, psilium

Page 90: Farmakologi kebidanan 1

b. Pencahar stimulan

Menyebabkan iritasi yg memacu peningkatanperistaltik, peristaltik relatif kuat shg dapatmenimbulkan kram abdomen.

Obat : bisakodil, natrium dokusat, dioktilsulfosuksinat dan gliserol.

Page 91: Farmakologi kebidanan 1

c. Pelunak tinja

Membentuk emulsi dgn tinja shg tinja menjadilebih lunak.

Obat : Na-dokusat, minyak mineral dan gliserin

Page 92: Farmakologi kebidanan 1

d. Pencahar osmotik

Membentuk massa dgn menarik air dalam usussehingga tinja menjadi lebih encer.

Contoh : garam enggris, laktulosa.

Obat ini bekerja sangat cepat dan kuat(MgSO4) shg umumnya digunakan untukpengosogan perut dan untuk terapikonstipasi.

Page 93: Farmakologi kebidanan 1

Antispasmodik

Untuk merelaksasi otot polos GI. Obat golonganini digunakan pula pada nyeri GI karnakontraksi yg berlebihan.

Contoh : ekstrak belladon, atropin sulfat,propantalin, propantalin bromida dan hiosinbutil bromida.

Page 94: Farmakologi kebidanan 1

94

ANTIMIKROBA

Page 95: Farmakologi kebidanan 1

Antimikroba harus memiliki sifattoksisitas selektif artinya bahwaantimikroba tersebut harus bersifattoksik untuk mikroba tetapi tidaktoksik terhadap hospes.

- Bakteriostatik

- Bakterisid

Page 96: Farmakologi kebidanan 1

Spektrum Aktivitas AM

1. Spektrum Sempit

Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah isoniazidyang hanya aktif pada mikobakteria.

2. Spektrum Sedang

Ampisilin efektif pada bakteri gram positif dan beberapagram negatif.

3. Spektrum Luas

Kloramfenikol dan Tetrasiklin efektif pada spesiasmikroba secara luas. Pemberian AM ini dapat merubahflora normal bakteri dan menimbulkan superinfeksi,contohnya kandida yang perkembangannya dipengaruhioleh adanya mikroorganisme lainnya.

Page 97: Farmakologi kebidanan 1

Mekanisme Kerja AM

1. Mengganggu Metabolisme Sel Mikroba

AM: Sulfonamid, Trimetoprin, Asam p-aminosalisilat (PAS) dan sulfon.

2. Menghambat Sintesis Dinding Sel Mikroba

AM: Penisilin, Sefalosporin, Basitrasin, Vankomisindan Sikloserin.

3. Mengganggu Permeabilitas Membran Sel Mikroba

AM: Polikmisin, Golongan Polien dan AMkemoterapeutik.

Page 98: Farmakologi kebidanan 1

Mekanisme Kerja AM

4. Menghambat Sintesis Protein Sel MikrobaAM: Aminoglikosida, Makrolaid, Linkomisin,Tetrasiklin dan Kloramfenikol.

5. Menghambat Sintesis atau Merusak Asam NukleatSel mikroba

AM: Rifampisin dan Golongan Kuinolon.

Page 99: Farmakologi kebidanan 1

Resistensi Antimikroba

Resisten dapat diartikan sebagai tidak berpengaruhnyaAM terhadap pertumbuhan mikroba pada kadarmaksimum.

1. Resistensi Genetik

a. Mutasi Spontan

Pada keadaan ini sel hasil mutasi dapat bereplikasi danmentransmisikan sifat-sifat pada sel anaknya sehinggatimbul strain yang resisten, contohnya strain Mycobacterium tuberculosis resisten terhadap rifampisin(tunggal).

Page 100: Farmakologi kebidanan 1

b. Resistensi Obat Karena Transfer DNA

Kondisi ini ditandai dengan adanya transfer DNA darisatu organisme ke organisme lainnya. Faktor Rekstrakromosomal ini masuk ke dalam sel melaluiproses transformasi , transduksi dan konyugasi bakteri.

2. Mekanisme Resistensi

a. Modifikasi Tempat Target

Perubahan tempat target melalui mutasi dapat

menimbulkan resistensi misalnya pada pengikatan protein

oleh penisilin pada S. aureus yang resisten terhadap

metisilin.

Page 101: Farmakologi kebidanan 1

b. Menurunkan AkumulasiHal ini terjadi karena adanya penurunan

penetrasi AB sehingga obat tersebut tidak sampaipada tempat terget karena adanya lapisanlipopolisakarida atau dengan adanya siklus eflukssehingga organisme terlindungi.

c. Inaktivasi Oleh Enzim

Adanya enzim –laktamase akanmenghancurkan penisilin dan sefalosporinserta asetiltransferase dapat mengubahkloramfenikol menjadi lebih aktif.

Page 102: Farmakologi kebidanan 1

A. Umur

Neonatus dan manula untuk pemberian AM harus disesuaikandengan keadaannya masing-masing. Ini disebabkan pada neonatusorgan tua system tubuhnya belum berkembang sempurna dan padamanula terjadi kemunduran fungsi organ sehingga dapat timbulefek toksik.

B. Kehamilan

Pada ibu hamil pemberian obat AM harus melalui pertimbanganyang seksama karena kemungkinan timbulnya efek pada fetus tergantung pada daya obat menembus sawar uri serta usia janin. Pemberian streptomisin pada kehamilan tua dapat berefek ketulianpada bayi dan pada trisemester pertama dapat menimbulkanteratogenik.

Farmakodinamik danFarmakokinetik

Page 103: Farmakologi kebidanan 1

C. GenetikFaktor genetik dapat menimbulkan efek berbeda terhadap

obat. Contohnya defesiensi enzim G6PD dapat menimbulkan hemolisis

pada pemberian sulfonamide, kloramfenikol, dapson dannitrofurantoin.

D. Keadaan Patologik Tubuh Hospes

Pemberian AM harus selalu memperhatikan kemungkinnanadanya gangguan fungsi dan sistem organ terutama hati danginjal. Sirosis hati dapat meningkatkan toksisitas tetrasiklin, memperpanjang waktu paruh eliminasi linkomisin sehinggamenimbulkan bahaya toksik sedangkan pada insufisiensi ginjaldapat menimbulkan intoksikasi terutama pada streptomisin dankanamisin.

Page 104: Farmakologi kebidanan 1

1. Reaksi Alergi

Reaksi ini sangat berkaitan dengan sistem imun individu, dimanapenentuan reaksi alergi sukar ditentukan karena orang yang pernahmengalami reaksi alergi dengan penisilin tidak selalu reaksi ini padapemberian berulang sebaliknya orang tidak memiliki riwayat alergi dapatterserang alergi pada pemberian berulang.

2. Reaksi Idiosinkrasi

Gejala ini adalah reaksi abnormal yang diturunkan secara genetik padaAM tertentu. Sekitar 10% orang kulit hitam mengalami anemia hemolitikberat bila mendapat primakuin (kekurangan enzim G6PD)

3. Reaksi Toksik

Efek toksik dapat ditimbulkan oleh semua jenis AM terhadap hospes. Misalnya golongan tetrasiklin yang dapat mengganggu pertumbuhanjaringan tulang, termasuk gigi akibat deposisi kompleks tetrasiklinkalsium-ortofosfat.

Efek Samping

Page 105: Farmakologi kebidanan 1

a. Dosis Kurang

Dosis Penisilin G untuk pengobatan meningitis olehpneumokokus jauh lebih tinggi di bandingkan dosis untukpengobatan infeksi saluran napas bawah walaupun olehkuman yang sama.

b. Masa Terapi Kurang

Para ahli kebanyakan melakukan individualisasi masaterapi yang disesuaikan dengan tercapainya respon klinikyang di kehendaki.Tetapi untuk penyakit faringitis (S. pyogenes),osteomielitis,endokarditis,lepra dan tuberculosis paru tetap di pertahankan masa terapi yang walau efekklinis cepat terlihat

Kegagalan Terapi

Page 106: Farmakologi kebidanan 1

c. Kesalahan Penetapan Etilogi.

Pemberian AM pada peningkatkan suhu badan tidaklahbermanfaat karena bukanlah keharusan bahwa demamdisebabkan oleh kuman,virus,jamur dan lain-lain.

d. Faktor Farmakokinetik

Bagian tubuh ada yang bisa ditembus oleh AM dan ada

yang tidak bisa di tembus AM.Antiseptik traktus urinarus

(nitrofurantion, asam nalidiksat ) hanya efektif untuk

infeksi saluran kemih dan tidak mencapai kadar terapeutik

pada infeksi pada organ lain.

Page 107: Farmakologi kebidanan 1

e. AM Kurang Tepat

Seorang klinikus harus dapat mengetahui jenis AM yang secara klinik efektif pada suatu kuman tertentu, misalnyainfeksi oleh S. Faecalis ialah ampisilin, walaupun secara in vitro kuman tsb sensitive juga pada Gentamisin danSefamandol.

f. Faktor Pasien

Buruknya pertahanan tubuh pasien adalah salah satupenyebab AM, contohnya AIDS yang dapat mengganggumekanisme pertahanan badan.

Page 108: Farmakologi kebidanan 1

Indikasi KlinikPenggunaan AM di tentukan berdasarkan indikasinya dengan

beberapa pertimbangan :

A Efek yang di timbulkan oleh adanya mikroba dalam tubuh hospesdan bukan semata karena kehadiran mikroba tersebut.

B Efek terapi AM karena kerja AM terhadap biomekanisme danbukan pada tubuh hospes.

C. AM bukan obat penyembuh tetapi hanya menyingkatkan waktuhospes untuk sembuh dari penyakit infeksi.

Infeksi ringan tidak perlu segera mendapatkan AM karenamenunda pemberian AM akan merangsang mekanisme kekebalantubuh tetapi pada infeksi berat bila telah berlangsung dalambeberapa waktu lamanya maka perlu mendapatkan terapi AM.

Page 109: Farmakologi kebidanan 1

Kombinasi AM

1. Pengobatan Infeksi Campuran

infeksi pascabedah abdominal sering disebabkanoleh kuman anaerob (AM metronidazol,klindamisin) dan kuman aerob (AM gentamisin)

2. Pengobatan Awal Infeksi Berat

infeksi septisemia, meningitis purulenta, dll.

kombinasi diperlukan dgn segera karnaketerlambatan dapat membahayakan pasiensedangkan kuman penyebab belum diketahui

Page 110: Farmakologi kebidanan 1

3. Mendapatkan efek sinergi

sinergisme terjadi bila kombinasi menghasilkan efek yg lebih besar dari kedua AM,

infeksi Pseudomonas pd pasien neutropenia diberikan : aminoglikosida & karbenisilin

4. Memperlambat resistensi

bila mutasi merupakan mekanisme timbulnya resistensi maka kombinasi AM merupakan cara memperlambat resistensi

Page 111: Farmakologi kebidanan 1

Kombinasi tetap AM :

1. Sulfonamid & trimetoprim (kotrimoksazol)

2. Sulfadoksi & pirimetamin

3. Asam klavulanat & amoksisilin

4. Sulbaktan & ampisilin

Page 112: Farmakologi kebidanan 1

Pilihan AM

Jenis Infeksi Penyebab AM

Faringitis Virus, Strp. Pyogenes Penisilin V, eritromisin, penisilin G

Bronkitis akut Strep. Pneumoniae Amoksisilin/ampisilin, eritromisin

Herpes genital Virus herpes simpleks Asiklovir

Sifilis T. Pallidum Penisilin G prokain, seftriakson,

tetrasiklin

Kandidiasis oral C. Albicans Nistatin

Meningitis bakterial Strep. Pneumoniae Ampisilin+kloramfenikol

Otitis medis &

sinusitis

Strep. Pneumonia Amoksisilin/ampisilin,

kotrimoksasol

S. Aureus Amoksisillin, asam klavulanat

Page 113: Farmakologi kebidanan 1

ANTIDIABETIK

GOLONGAN SULFONILUREATurunan dari golongan sulfonorea adalah Glibenklamid, Klorpropamid, Glikazid, Glipizid, Glikuidon, Glimepirid, danTolbutamid

SEJARAHGolongan obat ini ditemukan pada tahun 1954, dandiperkenalkan sebagai obat diabetes oral pertama.

Page 114: Farmakologi kebidanan 1

FARMAKODINAMIKMerangsang sekresi insulin pada sel β pankreas

KEGUNAAN KLINIKDigunakan pada penderita Diabetes tipe 2

EFEK SAMPINGGejala saluran cerna, dan sakit kepala. Hipoglikemia dapatterjadi bila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat; juga padagangguan fungsi hati/ginjal atau pada orang usia lanjut

KONTRAINDIKASIDiabetes tipe I, Asidosis, Ketoasidosis, wanita hamil danmenyusui

INTERAKSI OBATEfek diperkuat oleh sulfonamid, asam salisilat, tetrasiklin, dll

Page 115: Farmakologi kebidanan 1

GOLONGAN BIGUANIDATurunan golongan obat biguanida adalah Metformin

SEJARAHPada tahun 1959 ditemukan senyawa golongan biguanidadengan daya antidiabetes.

FARMAKODINAMIKPerlambatan absorbsi glukosa di duodenum, menghambatglikoneogenesis dan meningkatkan penggunaan glukosadi jaringan

Page 116: Farmakologi kebidanan 1

KEGUNAAN KLINIK

Diabetes tipe 2 yang gagal dikendalikan oleh diet dansulfonilurea, terutama pada pasien yang gemuk

EFEK SAMPING

Mual, muntah, anoreksia

KONTRAINDIKASI

Gangguan fungsi ginjal atau hati, gagal jantung, dehidrasiwanita hamil, dan menyusui

INTERAKSI OBAT

Efek laktat asidosis diperkuat oleh alkohol, propanolol,tetrasiklin, asam asetilsalisilat dan simetidin

Page 117: Farmakologi kebidanan 1

GOLONGAN PENGHAMBAT α-glukosidaseTurunan dari golongan penghambat α-glukosidase adalahAkarbose dan Maglitol SEJARAH

Pada tahun 1990 dipasarkan golongan obat ini yang carakerjanya berlainan dengan dua jenis lainnya

FARMAKODINAMIKMenghambat α-glukosidase sehingga mencegah penguraiansukrosa dan karbohidrat kompleks dalam usus halus dengandemikian memperlambat dan menghambat penyerapankarbohidrat

Page 118: Farmakologi kebidanan 1

KEGUNAAN KLINIKSebagai tambahan terhadap sulfonilurea dan biguanidapada DM yang tidak dapat dikendalikan oleh obat dan diet

EFEK SAMPINGFlatulensi, diare, perut kembung dan nyeri, hepatitis

KONTRAINDIKASIPasien dibawah 12 tahun, penyakit usus kronis dengangangguan pencernaan dan absorpsi yang jelas, wanita hamildan menyusui

INTERAKSI OBATKonsentrasi serum digoksin menurun, efek terapeutikdigoksin menurun

Page 119: Farmakologi kebidanan 1

GOLONGAN TIAZOLIDINDIONTurunan dari golongan tiazolidindion adalah Pioglitazon danRosiglitazon SEJARAH

Pada pertengahan tahun 90-an dilancarkan senyawa obatgolongan Tiazolidindion dengan daya peningkatansensitivitas insulin.

FARMAKODINAMIKMeningkatkan sensitivitas insulin pada otot dan jaringanadiposa dan menghambat glukoneogenesis hepatik

KEGUNAAN KLINIKUntuk penderita hiperglikemia

Page 120: Farmakologi kebidanan 1

EFEK SAMPING

Sakit kepala, hipoglikemia, faringitis, gangguan gigi, daninfeksi saluran pernapasan atas

KONTRAINDIKASI

Hipersensitivitas terhadap pioglitazon

INTERAKSI OBAT

Ketokonazol mempengaruhi Pioglitazon dan Pioglitazon

Page 121: Farmakologi kebidanan 1

INSULIN• Sejarah

Insulin ditemukan pada tahun 1921, oleh Dr. Frederik Bantingdan Prof. Charles Best yang berasal dari Inggris.

Insulin yang pertama kali ditemukan dan yang digunakanadalah insulin dari hewan yaitu sapi (bovine insulin) dan babi(porsi insulin). Sekarang insulin yang dipakai adalah insulin manusia.

• FARMAKODINAMIK

Insulin yang diberikan, setelah masuk kedalam pembuluhdarah akan mengangkut glukosa yang ada dalam darah untukmasuk kedalam sel-sel atau jaringan-jaringan tubuh yang mana glukosa tersebut akan diubah menjadi energi dan jugainsulin dapat menghambat produksi glukosa hepatik

Page 122: Farmakologi kebidanan 1

• KEGUNAAN KLINIK

Preparat insulin digunakan sebagai pengganti insulin di dalamtubuh yang tidak dapat dihasilkan oleh pankreas.

• TOKSISITAS

Kelebihan insulin dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinyahipoglikemik yaitu berkurangnya kadar glukosa dalam darah.

• EFEK SAMPING

Insulin dapat menyebabkan reaksi alergi berupa eritem (warnamerah pada kulit yang disebabkan oleh vasodilatasi) danindurasi (pengerasan suatu jaringan) ditempat suntikan yang terjadi dalam beberapa menit atau jam dan berlangsungselama beberapa hari.

Page 123: Farmakologi kebidanan 1

• KONTRAINDIKASIHipersensitivitas terhadap suatu jenis insulin tertentu, komadiabetikum, dan keadaan metabolisme yang labil

• INTERAKSI OBATSejumlah obat dapat meningkatkan atau menurunkan efekhipoglikemik, dimana obat yang menurunkan efekhipoglikemik insulin yaitu kontrasepsi oral, kotrikosteroid danobat-obat diuretik. Sedangkan obat yang meningkatkan efekhipoglisemik insulin yaitu antidiabetik oral, fenilbutasol, peridoksin, dan betabloker.

Page 124: Farmakologi kebidanan 1

12

4

ESTROGEN, PROGESTIN, DAN

KONTRASEPSI ORAL

Page 125: Farmakologi kebidanan 1

ESTROGEN

Estrogen adalah sekelompoksenyawa steroid yang berfungsiterutama sebagai hormon seks

wanita.Hormon ini menyebabkan

perkembangan danmempertahankan tanda-tandakelamin sekunder pada wanita,

seperti payudara, dan jugaterlibat dalam penebalan

endometrium maupun dalampengaturan siklus haid.

Tiga jenisestrogen

utama yang terdapat

secara alamidalam tubuh

wanita adalahestradiol,

estriol, danestron.

Page 126: Farmakologi kebidanan 1

Estriol

Estradiol

Estron

STRUKTUR KIMIA

Page 127: Farmakologi kebidanan 1

Secara Umum sediaan estrogen sebagai terapi sulih hormonEstrogen digunakan sebagai bahan pil kontrasepsi dan juga

terapi bagi wanita menopause.Pemberian hormon estrogen sebagai terapi sulih hormon, untuk

menggantikan hormon estrogen yang kurang,.Estrogen bekerja dengan cara mempengaruhi ovulasi,

perjalanan ovum, atau implantasi. Ovulasi dihambat melaluipengaruh estrogen terhadap hipotalamus dan selanjutnya

menghambat FSH dan LH. Implantasi telur yang sudah dibuahidihambat oleh estrogen yang diberikan pada pertengahan siklus

haid.

Farmakodinamik

Hormon steroid berdifusi melalui membran sel danterikat dengan afinitas tinggi pada reseptor protein

sitoplasmik spesifik. afinitas terhadap reseptorberfariasi dengan estrogen spesifik

Page 128: Farmakologi kebidanan 1

Kegunaan Klinis

Penggunaan estrogen yang paling sering adalah untukkontrasepsi oral.

Terapi estrogen yang dikombinasi dengan progestin digunakan untuk memblok ovulasi dan mencegah

kehamilan. Pada perempuan pascamenopase, estrogen digunakan untuk mengurangi gejala-gejala menopause

dan mengurangi osteoporosis.

EFEK SAMPING

Reaksi yang sering timbul adalah gangguan siklus haid, mual atau bahkan muntah, rasa kembung, adema, berat

badan bertambah yang lebih serius pusing, migren kloasmaterutama pada kulit muka, peningkatan tekanan darah,

trombosis, ploriferasi endometrium atau farises.

Page 129: Farmakologi kebidanan 1

KONTRAINDIKASI

Wanita hamil atau menyusui, gangguan fungsi hepar, riwayat trombosis atau emboli, hipertensi, penyakit

jantung perdarahan vagina yang belum jelaspenyebabnya, adenoma mamma atau adanya tumor pada

alat reproduksi

Estradiol sebagian dimetabolisme oleh isozim CYP3A4. penggunaan obat yang dapat merangsang isozim

misalnya fenobarbital, karbamazepin, rifampisin dapatmempercepat metabolisme sehingga dapat menurunkan

efek terapinya atau mempengaruhi profil siklus haid yang normal. Inhibitor isozim 3A4, seperti Eritromisin,

Klaritromisin, Ketokonazol, Itrakonazol dan Jus Anggurdapat meningkatkan kadar estrogen darah dan

menyebabkan timbulnya efek samping.

INTERAKSI

Page 130: Farmakologi kebidanan 1

PROGESTIN

Progestin merupakan beberapasenyawa sintetik yang berefekprogestogenik dan beberapa

diantaranya juga berefek androgenikatau estrogenik.

Progesteron adalah hormon wanita lain dalam tubuh dengan efek

progestogenik. Progesterone bertanggung jawab pada perubahan

endometrium pada paruh kedua siklusmestruasi. Progesterone menyiapkanlapisan uterus (endometrium) untuk

penempatan telur yang telah dibuahidan perkembangannya, dan

mempertahankan uterus selamakehamilan.

Rumus KimiaProgestin

Page 131: Farmakologi kebidanan 1

Penggunaan progesteron sebagai kontrasepsi Hormonal digunakan dalam bentuk progestin.

Progestin merupakan derivat progesteron (yang natural) yang dapat diberikan secara per oral. Sediaan ini disebut progestin sintetik. Progestin sintetik ada yang bersifat lebih androgenic

atau bersifat lebih estrogenic.Untuk kepentingan diagnostik, progestin dapat digunakan

untuk menguji sekresi estrogen (apabila terjadi hiperplasi danbleeding menandakan sekresi estrogen meningkat).

Fungsi progesteron adalah menyiapkan endometrium untukimplantasi dan mempertahankan kehamilan.

FARMAKODINAMIK

Hormon steroid berdifusi melalui membran sel dan terikatdengan afinitas tinggi pada reseptor protein sitoplasmik

spesifik. afinitas terhadap reseptor berfariasi denganprogesteron spesifik.

Page 132: Farmakologi kebidanan 1

KEGUNAAN KLINIS

Penggunaan progestin yang paling sering adalahuntuk kontrasepsi oral.

EFEK SAMPING

Efek samping utama yang berhubungan denganpenggunaan progestin adalah; Edema dan depresi.

Progestin mirip androgen dapat meningkatkan rasiokolesterol LDL atau HDL, menyebabkan tromboflebitis dan

emboli paru serta akne dan bertambahnya berat badan

Page 133: Farmakologi kebidanan 1

KONTRAINDIKASI

1. Penyakit hati berat atau riwayat keadaan inijika hasiltes fungsi hati gagal untuk kembali normal, ikteruskolestatik, riwayat ikterus kehamilan atau ikterus karenapenggunaan steroid, sindroma rotor dan sindroma Dubin-Johnson.

2. Perdarahan vagina yang tidak terdiagnosa.3. Riwayat dari kehamilan tuba atau salpingitis.4. Riwayat sebelum atau selama kehamilan menggunakan

steroid dari pruritus berat atau herpes gestation.

INTERAKSI

1. meningkatkan efek anti koagulan (17Alfa-Alkil androgen) sehingga dosis obat antikoagulan perluditurunkan untuk mencegah terjadinya perdarahan

2. Metandrostenolon menurunkan metabolismeoksifenbutazon sehingga efeknya menjadi lebih lama, lebih kuat dan sulit diduga

3. Metandrostenolon juga meninggkatkan efektifitas danefek toksik kortikosteroid.

4. Steroid anabolik dapat menurunkan kadar gula darahpenderita diabetes melitus sehingga kebutuhan akanobat anti-diabetik menurun.

Page 134: Farmakologi kebidanan 1

Kontrasepsi adalah pencegahan kehamilanatau pencegahan konsepsi. Untuk mencapai

tujuan tersebut, berbagai cara dapatdilakukan, antara lain penggunaan pil KB/

kontrasepsi oral, suntikan atau intravaginal, penggunaan alat dalam saluran reproduksi

(kondom, alat kontrasepsi dalamrahim/implan), operasi (tubektomi, vasektomi)

atau dengan obat topikal intravaginal yang bersifat spermisid.

Kontrasepsi oral (pil KB) mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin

dengan estrogen atau progestin dan estrogen saja.

Pil KB mencegah kehamilan dengan caramenghentikan ovulasi (pelepasan sel telur oleh

ovarium) dan menjaga kekentalan lendirservikal sehingga tidak dapat dilalui oleh

sperma.

Penggunaan oral kontrasepsi

memberikanmanfaat tambahan

selain efekkontrasepsi yakni: mengurangi nyerihaid, menurunkan

jumlahpendarahan saatmenstruasi, bisamenyebabkan

siklus haid menjaditeratur, dan juga

mengurangi resikopenyakit inflamasi

pelvis.

KONTRASEPSI ORAL

Page 135: Farmakologi kebidanan 1

Pil KB / kontrasepsi oral tipekombinasi

Pil KB / kontrasepsi oral tipesekuensial

Pil KB / kontrasepsi oral tipe pilpascasanggama (morning after pil)

Pil KB / kontrasepsi oral tipepil mini

Ada 4 macampil KB untukkontrasepsi

oral :

Page 136: Farmakologi kebidanan 1

FARMAKODINAMIK

Penggunaan estrogen dan progestin terus menerus terjadi

penghambatan sekresi GnRH dangonadotropin sedemikian rupa

hingga tidak terjadi perkembanganpoligel dan tidak terjadi ovulasi

KEGUNAAN KLINIS

Sediaan kontrasepsi oral menggunakan pil KB yang

digunakan untuk mencegahkehamilan ataupun pengganti

hormon estrogen dan progesteronbagi wanita menopause.

Page 137: Farmakologi kebidanan 1

EFEK SAMPING

Efek samping yang sering terjadi adalah gangguan haid, mualmungkin timbul pada awal penggunaan, peningkatan tekanan

darah, rasa sakit di kelenjar mamae, gangguan toleransi glukosapada diabetes, tromboemboli. Kompeonen progestin dapat

menyebabkan sakit kepala. Gangguan kardiovaskular umunyalebih sering terjadi pada wanita usia lebih dari 35 tahun, perokok

atau mempunyai faktor risiko misal obesitas, diabetes yang terapinya kurang baik atau hipertensi.

bila digunakan bersama antikonvulsan, barbiturat, rifampisin, tetrasiklin, actifated charcoal, dapat terjadi perdarahan atau

kegagalan kontrasepsi. Pada diabetis mellitus,dapat menurunkantest toleransi glukosa, dan meningkatkan kebutuhan insulin atau

antidaibetik oral

INTERAKSI OBAT

Page 138: Farmakologi kebidanan 1

KONTRAINDIKASI

Trombosis atau emboli, penyakitkardiovaskular dan serebrovaskular, hipertensi,

gangguan fungsi hepar, ikterus kolestatik, hiperplasia endometrium, porfiria,

hiperlipoproteinemia, suspek atau sudah adatumor astrogen-dependent, perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya, varises, sering

menderita migren.

Page 139: Farmakologi kebidanan 1

13

9

OKSITOSIK

Page 140: Farmakologi kebidanan 1

KONTRAKTILITAS UTERUS

1. Hormon Oksitosin ; sangat berperan padakontraktilitas uterus dan meningkat selamapersalinan (jumlah reseptor oksitosin uterus miningkat 100 kali)

2. Sistem Saraf Simpatik; Stimulasi reseptor alfa-1 mengeksitasi uterus, Stimulasi reseptor beta-2 menghambat kontraksi uterus

3. Hormon efinefrin (adrenalin) endogenous; dapatmengurangi kontraksi uterus. Dipicu oleh rasa takutdan cemas (berhubungan dengan SSS)

4. Hormon steroid, Progesteron ; mempertahankankehamilan dengan menurunkan kontraksi uterus, berkebalikan dengan estrogen (Progesteron turunpada masa persalinan, sensitivitas reseptoroksitosin meningkat)

Page 141: Farmakologi kebidanan 1

5. Relaksin ; menghambat aktifitas uterus sepanjang kehamilan

6. Prostaglandin ; regulator penting padamasa persalinan (meningkat menjelangpersalinan)

7. Serotonin ; Neorotransmiter penting bagiotot polos, kontaksi uterus meningkat

8. Peregangan Uterus ; meningkatkan jumlahreseptor oksitosin

9. Stimulasi mekanis membran janin/serviks; menginduksi persalinan

KONTRAKTILITAS UTERUS

Page 142: Farmakologi kebidanan 1

Obat Oksitosik

• Digunakan untuk ;

– Induksi serta penguatan persalinan

– Pencegahan serta penanganan perdarahan

postpartum

– Pengendalian perdarahan akibat abortus

inkompletus

• Obat-obat ;

– Prostaglandin E dan F

– Oksitosin (keduanya didaerah eksternal miometrium)

– Ergometrin (di daerah internal miometrium)

Page 143: Farmakologi kebidanan 1

(1) Prostaglandin Endogenus

• Komponen esensial persalinan :– Pematangan servix (prostaglandin)

– Kontraksi uterus (oksitosin + prostaglandin)

• Tipe prostaglandin yang berperan ;– PGE1 ; mematangkan serviks

– PGE2 ; menimbulkan kontaksi uterus dari trimester 2 lanjut dan mematangkan serviks

– PGI2 ; memastikan aliran darah dari ibu kedalamjanin

– PGI2α ; menimbulkan kontraksi uterus pada segalawaktu (berbeda dengan oksitosin)

Page 144: Farmakologi kebidanan 1

Prostaglandin sintetik yang diresepkan

• Dinoproston (PGE2)– Pematangan servikx dan induksi persalinan, diberikan

pervaginal (jeli)

• Carboprost (15 metil PGF2α suatu derivat sintetik)– Pada perdarahan post partum, lewat suntikan yang dalam

• Gemeprost (analog PGE1)– Membantu evakuasi uterus, diberikan pervaginal

• Misoprostol (analog PGE1)– Induksi dan penguatan persalinan penatalaksanaan kala tiga

persalinan (peroral)

– Belum mendapat lisesnsi untuk obstetri, baik oral maupunvaginal (jeli) karena ketidak jelasan takaran, jalur dankeamanannya (Ingris)

Page 145: Farmakologi kebidanan 1

EFEK SAMPING PROSTAGLANDIN

• Karena bekerja pada sejumlah reseptor yang berlainan; mempengaruhi beberap efek samping ;

– Kontraksi otot polos – usus, uterus, pembuluh darah, bronkiolus

– Vasodilatasi dan hipotensi

– Inflamasi

– Sensitasi terhadap rasa nyeri

– Diuresis + kehilangan elektrolit

– Efek tremor (SSP)

– Pelepasan hormon hipofise, renin dan steroid adrenal

– Inhibisi respon sso

– Peningkatan tekanan intraokuler

Page 146: Farmakologi kebidanan 1

PENYIMPANAN PROSTAGLANDIN

• Dalam lemari es

• Misoprostol dapat disimpan diluar lemari

es dalam waktu yang lama

Page 147: Farmakologi kebidanan 1

(2) OKSITOSIN

• Berperan penting dalam persalinan dan ejeksiASI

• Bekerja pada reseptor oksitosik, menyebabkan :

– Kontraksi uterus pada kehamilan aterm melalui kerjalangsung pada otot polos maupun peningkatanproduksi prostaglandin

– Konstriksi pembuluh darah umbilikus

– Kontraksi sel-sel mioepitel (refleksi ejeksi ASI)

• Pada reseptor hormon antidiuretik (ADH)

– Peningkatan/penurunan mendadak tekanan darah(diastolik) karena vasodilatasi

– Retensi air– Oksitosin dan hormon diuretik memiliki rumus kimia mirip

Page 148: Farmakologi kebidanan 1

SEDIAAN

• Karbopros Trometin

• Dino Proston

Dosis 250 ug/ml

Dosis awal 1 ml IM, 1,5-3,5 jam ulangi

Dosis dapat diberikan sampai 500 ug

Page 149: Farmakologi kebidanan 1

SINTESIS dan PELEPASAN OKSITOSIN

• Hipotalamus

• Kelenjar gonad

• Plasenta dan uterus (mulai kehamilan 32 minggu) danseterusnya

• Pelepasan endogenous meningkat bila;– Persalinan

– Stimulasi serviks, vagina atau payudara

– Estrogen darah

– Peningkatan osmolitas plasma

– Volume cairan sirkulasi darah rendah

– Stress dalam persalinan

• Supresi oleh “– Alkohol

– Relaksin

– Penurunan osmolalitas plasma

– Volume cairan sirkulasi darah tinggi

Page 150: Farmakologi kebidanan 1

OKSITOSIN SINTETIK

• SYNTOCINON®

– Tidak mensupresi sekresi oksitosin endogenous

– Kombinasi dengan alami dapat menyebabkan hiperstimulasiuterus (waspada)

– Dapat diberikan;

• Intra muskular

• Intra vena

• Sub lingual (mempertahankan pemberian ASI)

• Intra nasal (dapat menyimpang, jadi tidak direkomendasi)

– Bekerja cepat; 1 menit setalah pemberian iv, menjadi satabol15-60 menit

– Setelah diberhentikan infus; kontaksi uterus masihberlangsung 20 menit

– Dieliminasi 30-40 menit

Page 151: Farmakologi kebidanan 1

EFEK SAMPING

• Stimulasi berlebih pada uterus (mengganggu masuknyakepala bayi ke dalam serviks, ruptura uteri)

• Kontraksi pembuluh darah tali pusat (menyebabkanhipoksia pada janin, bradikardia, disritmia dll))

• Kerja anti diuretik (pengenceran plasma, hiponatremia, edema)

• Kontraksi dan dilatasi pembuluh darah (kenaikan tek. Darah hebat dan mendadak 200/120 mmHg), penurunan darah diastolik yang mendadak, sepintas

• Mual dan muntah (memicu pusat muntah di medulla oblongata)

• Reaksi hipersensitifitas (anafilaksis)• Mg Sulfat selalu disiapkan untuk relaksasi miometrum karena over

dosis oksitosin

• Pemantauan terus menerus setelah pemberian (siapkan pemberianoksigen)

Page 152: Farmakologi kebidanan 1

KEWASPADAAN/KONTRA INDIKASI

• Jika uterus sudah berkontraksi kuat

• Jika pematangan serviks belum siap

• Penyimpanan

– Ditempat yang tidak terkena cahaya matahari

dengan suhu 4-22oC (lemari es)

• Interaksi obat

– Obat vasopressor (simpatomimetik)

– Obat golongan opiod dan fenotiazin

Page 153: Farmakologi kebidanan 1

SEDIAAN

• Suntikan oksitosin (Pitocin) : 10 unit

USP/ml : IM dan IV

• Semprot Hidung : 40 unit USP/ml

• Sublingual : 200 mg unit/ml

Page 154: Farmakologi kebidanan 1

(3) ERGOMETRIN

• Adalah alkaloid ergot yang diperoleh dari jamur(fungus) yang tumbuh pada tanaman rye (gandumhitam)

• Berperan mengurangi mortalitas maternal karenaperdarahan post-partum dan pasca abortus.

• Diberikan intra-muskular dan oral (oral, tidak bisadiandalkan karena bioavailabilitasnya)

• Awitan kerjanya 1 menit setelah penyuntikan iv, 3-7 menit setelah im, dan 10 menit setelah pemberianoral.

• Waktu paruh 3 jam dengan lama kerja obat 3-8 jam

• Ekskresi melalui ginjal

Page 155: Farmakologi kebidanan 1

KERJA ERGOMETRIN

• Berinteraksi dengan reseptor Serotoninergik (alfa), dan dopaminergik.

• Kerjanya pada reseptor serotonin serta alfaberkaitan dengan kontraktilitas uterus dan usus

• Memilki efek stimulan cepat pada uterus, khususnyapada saat aterm

• Kontraksi uterus tidak terkoordinasi dan berturutandengan cepat

• Kontraksi (his) menyebabkan sakit dan rasa kramsehingga memerlukan analgesia post partum

• Menyebabkan resiko retensi plasenta karenakontraksi segmen bawah uterus sehingga pelepasanplasenta terhalang

Page 156: Farmakologi kebidanan 1

EFEK SAMPING

• Diare dan muntah; karena menyerupai kerjadopamin

• Vasokonstriksi; karena bekerja di reseptor alfa(noradrenergik) dalam pembuluh darah anteriole danvena sehingga bmenaikkan tekanan darah (diastolik> 95 mmHg) dan menyebabkan :– Refleks bradikardia

– Krisis hipertensi dan pendarahan otak

– Serangan eklampsia post-partum

– Spasme arteri koronaria

• Inhibisi prolaktin (retensi laktasi) post partum

• Hipertermia, peningkatan ketegangan otot, masalahrespirasi dan konvulsi pada neonatus

• Hipersensitifitas (syok anafilaksis, denyut nadi yang lemah dan cepat)

Page 157: Farmakologi kebidanan 1

KEWASPADAAN DAN KONTRA INDIKASI

• Sifat vasokonstriktor tidak cocok digunakan bagipasien dengan :

– Kelainan paru, jantung atau vaskuler (asma)

– Eklampsia, pre eklampsia, migrain

– Kegagalan renal atau hepatik

• Obat disimpan di tempat yang sejuk dan gelap(lemari es)

• Perhatian waktu “expired date”, kehilanganpotensi 90% setelah disimpan setahun

• Tidak dianjurkan merokok 3 jam sebelumpemberian

Page 158: Farmakologi kebidanan 1

SEDIAAN

• Tablet 1 ,g

• Sublingual 2 mg

• Suntik 0,5 mg/1 ampul/1 ml

Page 159: Farmakologi kebidanan 1

15

9

OBAT TOKOLITIK

Menurunkan kontraktilitasUterus

Page 160: Farmakologi kebidanan 1

OBAT TOKOLITIK

•Meliputi :

– Agonis adrenoreseptor beta (Ritodrin)*

– Magnesium Sulfat

– Penyekat saluran Kalsium (Nifedipin)*

– Inhibitor sintetase prostaglandin (Indometisin,

sulindac)*

– Antagonis oksitosin (Atosiban)

– Alkohol dan gliserol trinitrat

– * banyak digunakan

Page 161: Farmakologi kebidanan 1

Persalinan Prematur Terjadi Karena

Malformasi Janin

•Obat-obat tokolitik hanya untuk ;

– Menunda persalinan untuk memindahkanpasien ke Rumah Sakit khusus untukpembedahan jika timbul emerjensi; prolapsustali pusat, prsentasi bokong atau solusio plasentaparsial

– Tersedia waktu (48 jam) untuk pemberianKortikosteroid mempercepat maturasi paru-paru janin

Page 162: Farmakologi kebidanan 1

(1) Agonis Adrenoreseptor Beta2

• Golongan simpatomimetik, meliputi;– Ritodrin

– Terbutalin

– Salbutamol

– Adrenalin

• Diberikan ; iv, im, sub cutan atau jalur oral

• Dilakukan dalam larutan dextrosa 5% dengan volume minimal, menghindari edema paru-paru

• Dihindari pemberian dengan larutan salin

• Mula kerja obat efektif 5 menit

• Lama kerja 4 jam, sehingga pemberian setiap 4 jam atau kurang tergantung aktifitas uterus

• Melintasi plasenta ; ada efek samping janin

Page 163: Farmakologi kebidanan 1

EFEK SAMPING

• 0,5 % ibu hamil menggunakan terbutalin terus-

menerus melalui infus mengalami problem

kardiopulminer serius.

• Stimulasi adrenoreseptor beta2 mempengaruhi :

– Sistem cardiovascular (Vasodilatasi)

– Sistem renin-angiotensin (edema paru, retensi

cairan)

– Sistem saraf pusat (tremor, gugup, sakit kepala)

– Otot polos pada banyak organ (GI, stasis lambung)

– Kelenjar yang mensekresikan mukus (mulut kering)

– Proses metabolisme

Page 164: Farmakologi kebidanan 1

• Berhubungan dengan hormon yang

menggerakkan sistem kardiovaskuler;

– Meningkatkan frekwensi jantung (20-40

kali)

– Tekanan nadi dan kontraktilitas jantung

• TD sistolik naik sekitar 10 mmHg

• TD diastolik turun sekitar 10-15 mmHg

– Takikardia neonatal (pemeberian ritodrin)

– Potensi memicu serangan stroke

(Cerebrovacular accident)

EFEK SAMPING

Page 165: Farmakologi kebidanan 1

Kewaspadaan dan Kontraindikasi

• Penggunaan obat dalam trimester

pertama dan kedua (kontraindikasi)

• Berbahaya bagi ibu hamil dengan

riwayat kelainan jantung dan

hipertiroidisme

• Berbahaya pada Diabetes, hipokalemia

atau glaukoma.

• Obat disimpan ditempat sejuk

terlindung cahaya

Page 166: Farmakologi kebidanan 1

(2) Penyekat Saluran Kalsium (terutama

nifedipin/antagonis kalsium)

• Diresepkan untuk keperluan tokolitas dan

penanganan hipertensi

• Menghambat kontraksi uterus yang prematur

• Memiliki efek samping lebih sedikit pada ibu

(dibandingkan ritodrin)

• Obat lini pertama; penundaan kelahiran yang

lebih lama, dan insiden morbilitas neonatal yang

lebih rendah

Page 167: Farmakologi kebidanan 1

Membran sel

Pengaruh

reseptor lain

Ca+2

Ca+2 + kalmodulin

Aktivasi enzim

miosinMiosin

+

aktin

kontraksi

Masuknya ion Ca+2 yang dihambat

Oleh preparat penyekat saluran

Kalsium misalnya nifedipin

Page 168: Farmakologi kebidanan 1

NIFEDIPIN

•Diberikan per-oral (berbeda dgn obat tokolitik lainnya)

•Bekerja dalam 30-60 menit setelah pemberian oral

(Tablet atau Kapsul)

•Makanan meningkatkan absorbsi tablet tapi tidak

pada kapsul

•Waktu paruh pendek (1,2 – 3,8 Jam)

•Untuk mencegah fluktuasi TD, diberikan dalam bentuk

“Sustain release”

•Metabolisme di hati, perlu cermat /dosis rendah untuk

penderita gangguan hati

Page 169: Farmakologi kebidanan 1

KERJA & EFEK SAMPING

• Menghambat perlintasan ion kalsium

kedalam sel otot polos & jantung;

mengurangi kontraktilitas (TD turun)

• Menekan kerja jantung (tdk begitu kuat)

• Menurunkan kontraktilitas uterus

(menghambat proses persalinan)

Page 170: Farmakologi kebidanan 1

EFEK HIPOTENSI & ISKEMIA

• Menimbulkan dilatasi arteriole,

sementara frekuensi jantung meningkat

(timbul nyeri dada, palpitasi karena

iskemia miokard)

• Penurunan perfusi plasenta;

menimbulkan hipoksia, asidosis dan

kematian janin

• Hipotensi simptomatik; perlu preparat

tokolitik yang lain

Page 171: Farmakologi kebidanan 1

EFEK-EFEK LAIN

• Edema paru; karena pengenceran palsma

• Vasodilatasi; karena relaksasi otot polos

• Gastrointestinal; mual, refluks, sakit ulu

hati, karena relaksasi otot polos usus

• SSP; depresi, insomnia dan agitasi

• Hipersensitivitas; ruam, hepetotoksisitas

• Efek pada janin; gangguan aliran darah

ke plasma

• Pemberian ASI; agar dihindari

Page 172: Farmakologi kebidanan 1

KEWASPADAAN NIFEDIPIN

• Penghentian mendadak; memicu infark

miokard, nyeri dada (berangsur-

angsur)

• Interaksi dengan antihipertensi lain;

garam Mg, antagonis reseptor alfa

(labetolol), alkohol,

• Juise jeruk/asam, erytromisin, simetidin

dan anti jamur meningkatkan eliminasi

nifedipin.

Page 173: Farmakologi kebidanan 1

(3) Atosiban(Antagonis oksitosin)

• Pemberian hanya dibatasi sampai 48 jam

• Efek samping ; muntah, sakit kepala,

hiperglikemia, hipertensi,

• Pada umumnya dapat ditoleransi dengan

baik

Page 174: Farmakologi kebidanan 1

RINGKASAN

• Obat tokolitik yang paling banyak

digunakan;

– Ritodin, tetapi terbutalin, salbutamol

memiliki efek yg serupa

– Diberikan secara i.v pada situasi akut,

untuk menghambat persalinan

• Jika persalinan tetap berlangsung

sebelum waktunya, pemberian

dihentikan dan perlu perawatan neo-

natus

Page 175: Farmakologi kebidanan 1

KORTIKOSTEROID & TOKOLISIS

• Kortikosteroid dapat mengurangi insiden

sindrom gawat nafas neonatus setelah

pemberian tokolisis. (dexametason dan

betametason)

• Produksi surfaktan pada permukaan

dalam paru-paru menyebabkan

pernafasan efektif pada bayi neo-natus

• Pemberian dexametason 4 X 6mg i.m

setiap 12 jam , 24 jam sebelum

melahirkan.

Page 176: Farmakologi kebidanan 1

KERJA DAN EFEK SAMPING

KORTIKOSTEROID

• Dexametason dan betametason bekerja

sebagai preparat endogen

• Efek samping :– Masalah kardiovaskuler

– Gangguan metabolik-hiperglikemia

– Masalah SSP

• Efek samping jangka panjang ;– Kerja anti-inflamasi-infeksi

– Gangguan metabolik

– Supresi adrenal

Page 177: Farmakologi kebidanan 1

17

7

PEREDA NYERI DALAM PERSALINAN

Page 178: Farmakologi kebidanan 1

PATOFISIOLOGI NYERI

• Perasaan sensorik dan emosional yang

tidak menyenangkan dengan disertai

potensi kerusakan jaringan yang

aktual.

• Skor nyeri adalah alat komunikasi

untuk menilai diperlukannya terapi

analgesia (Visual analogues scale)

• Pengalaman nyeri menjadi determinan

yang menentukan persepsi nyeri

Page 179: Farmakologi kebidanan 1

NYERI & PERSALINAN

• Banyak ibu hamil meminta kepada dokteruntuk mengurangi rasa nyeri selamapersalinan

• Tindakan farmakologis maupun non-farmakologis harus dibicarakan dengan ibuhamil pada saat pemeriksaan antenatal

• Bidan harus mampu membicarakan kelebihandan kekurangan pada semua pilihanfarmakologis

• Nyeri hebat dapat memberi pengalamanmelahirkan yang sangat negatif danmenimbulkan konsekuensi fisiologis yang merugikan

Page 180: Farmakologi kebidanan 1

JARAS NYERI

• Meningkatkan tingkat kesadaran dan

kesiagaan

• Meningkatkan respirasi

• Meningkatkan frekuensi jantung

• Meningkatkan tekanan darah

• Menyebabkan emesis

• Meningkatkan pengeluaran keringat

Page 181: Farmakologi kebidanan 1

Analgesia Inhalasi

• Dicapai melalui penggunaan gas anestesidengan konsentrasi sub-anestetik

• Memerlukan pengawasan yang ketat(dapat menimbulkan stadium anestesiyang tidak dikehendaki)

• Di Inggris secara rutin banyak dipakai gas N20 (Entonox), dicampur dengan 50% O2

• Dianjurkan pemberiannya pada; masatransisi, kala dua persalinan, penjahitanperineum dan sementara menungguanalgesia epidural

Page 182: Farmakologi kebidanan 1

KERJA GAS ANALGESIA

INHALASI

• Meningkatkan potensi kerja

neurotransmitter penghambat

• Sistem aktifasi retikuler dalam batang

otak menghasilkan 4 tahap kedalaman

anestesi; Analgesia, delirium, anestesi

bedah, dan depresi pusat-pusat vital

dalam medula oblongata

Page 183: Farmakologi kebidanan 1

POINT PRAKTIS

1. Respirasi pada semua ibu hamil yang mendapatkan terapi analgesia inhalasi harusterus diawasi (pasien diminta bernafas perlahantapi mendalam)

2. Tetani biasanya dimulai dalam bentuk spasmeinvolunter otot-otot tangan dan kaki dan dapatberlanjut menjadi spasme larings yang menyumbat pernafasan.

3. Penggunaan gas N20 yang lama dan sudahdiberikan sejak awal persalinan harus dihindari

4. Ibu hamil dengan kelainan saraf dan ototmungkin tidak bermanfaat untuk terapi analgesia inhalasi

Page 184: Farmakologi kebidanan 1

IDEALNYA

• Gas N20 harus sudah dihirup sekitar 20

detik sebelum timbulnya kontraksi

rahim

• Ada interval 15 detik diantara saat

timbulnya kontraksi yang teraba oleh

bidan dan awitan rasa nyeri

• Palpilasi akan membantu menentukan

saat pemberian Gas N20

Page 185: Farmakologi kebidanan 1

ELIMINASI GAS ANESTESI

• Karena larut lemak, maka dapat

melintasi plasenta dan tertimbun dalam

tubuh janin.

• Dieliminasi melalui paru-paru sesudah

proses melahirkan selesai

• Efek pada ibu hamil dan neonatus akan

habis setelah 2 hingga 3 menit

Page 186: Farmakologi kebidanan 1

EFEK SAMPING

• Menghasilkan sedasi pada ibu

• Mual

• Hipoksia

Page 187: Farmakologi kebidanan 1

OPIOID

• Meperidin (petidin) digunakan secaraluas pada persalinan

• Selain itu, Meptazinol (Meptid), Diamorfin, dan Nalokson (Narcan)

• Opioid adalah istilah yang diberikankepada semua obat yang bekerja padareseptor opioid tubuh yang normalnyaakan bereaksi terhadap endofrin danenkefalin (morfin, diamorfin, meperidin, meptazinol, kodein dll)

Page 188: Farmakologi kebidanan 1

PENGGUNAAN OPIOID

• Persalinan

• Prabedah

• Intrabedah

• Pascabedah

• Perawatan intensif untuk menghasilkananalgesia, sedasi serta pengurangan rasa cemas.

• Mengurangi hiperventilasi yang ditimbulkan oleh rasa nyeri danmempertahankan kadar CO2 mendekatinormal

Page 189: Farmakologi kebidanan 1

EFEK ANALGESIA &

PENANGANAN TUBUH

• Peredaan rasa nyeri dalam persalinan

• Tidak diberikan peroral karena absorbsidan metabolismenya yang lambat, jadipemakaian intramuskuler.

• Diangkut dengan cepat melewati plasenta

• Metabolisme dihati dan ekskresi melaluiurine dan empedu.

• Pada neonatus ekskresi lebih lambat (jadisirkulasi pada janin lebih tinggi dari padaibu), mengakibatkan depresi pernafasan, rewel dan sulit disusui

Page 190: Farmakologi kebidanan 1

• Kelahiran 1 jam setelah pemberianmeperidin, mungkin tidak sempat melintasplasenta.

• Kelahiran 6 jam setelah pemberianmeperidin, sebagian besar dalam sirkulasineonatus (efek samping)

• Meperidin dimetabolisme menjadinormeperidin (toksik), dengan waktu paruh20 jam dalam tubuh ibu dan 60 jam dalantubuh neonatus shg metabolismememerlukan beberapa hari.

• Meperidin juga melintas kedalam ASI

EFEK ANALGESIA &

PENANGANAN TUBUH

Page 191: Farmakologi kebidanan 1

TAKARAN DOSIS MEPERIDIN

• Di Inggris ditetapkan kebijakan antara

50 hingga 100 mg

• Setiap RS menetukan takaran

maksimal yang dibolehkan (BNF

menyatakan bhw pemberian 400 mg

dalam 24 jam adalah terlalu banyak

bagi ibu hamil)

• Perhatiakn batas dosis yang ditetapkan

di RS anda bekerja.

Page 192: Farmakologi kebidanan 1

EFEK SAMPING OPIOID

• Depresi dan penumpulan sistem sarafpusat (ngantuk, euforia, sedasi)

• Menurunkan tonus otot dan depresipernafasan neonatus (sulit menyusui, rewel)

• Bradikardia (penurunan frekuensi jantung)

• Hipotensi

• Retensi urin dan disuria

• Traktur GI (motilitas lambung dan usushalus)

Page 193: Farmakologi kebidanan 1

19

3

ANTI EMETIK

Page 194: Farmakologi kebidanan 1

MUAL DAN MUNTAH

• Dalam kebidanan ;

– Pada kehamilan dini

– Persalinan

– Periode Pasca bedah

• hiperemisis gravidarum ; Muntah yang

menyebabkan kekurangan cairan,

elektrolit, atau gizi

Page 195: Farmakologi kebidanan 1

MUNTAH (Emesis)

• Penyebab :

– Mabuk kendaraan, infeksi bakteri atau virus,

intoleransi makanan, bedah, kehamilan, nyeri,

shok, obat-obatan, radiasi, gangguan telinga

tengah.

• Perhatikan !!:

– Anti emesis sebaiknya tidak diberikan sebelum

penyebab diketahui.

• AKIBAT :

– Dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit.

Page 196: Farmakologi kebidanan 1

MEKANISME

• PUSAT MUNTAH (PM) terletak pada MEDULA dandirangsang oleh CTZ (Chemoreceptor Trigger Zone) yang terletak pada serebral dekat Medula.

• PM menerima rangsang berupa bau/penciuman dan rasa.

• CTZ menerima rangsang dari obat, toksin, dan pusatvestibular pada telinga melalui suatu neuotransmiter(DOPAMIN) ke pusat muntah.

• LEVODOPA obat menyerupai dopamine untuk merangsangCTZ muntah.

• Asaetilkolin juga dapat memberikan rangsangan ke pusatmunta.

• PM memberikan respon dengan neuron motor menyebabkankontraksi diagfragma, otot abdomen anterior dan lambung. Glotis menutup, didnding abdomen bergerak keatas danterjadilah muntah.

Page 197: Farmakologi kebidanan 1

EMESIS PADA KEHAMILAN

• Peranan fisiologis untuk mendorong ibu

hamil makan lebih banyak

• Kehamilan tanpa mual, resiko

terjadinya abortus spontan atau partus

prematurus lebih tinggi

• Pendekatan non-farmakologis lebih

disukai dari pada penggunaan obat

• Berlangsung pada usia kehamilan 12

hingga 14 minggu

Page 198: Farmakologi kebidanan 1

TINDAKAN NON-FARMAKOLOGIK

• Pemberian teh encer, (tanin), perlu dibatasikarena pengaruhnya pada kehamilan belum jelas

• Minuman bercarbon, (absorber)

• Istirahat dan makan makanan sumber karbohidratsederhana seperti sereal, biskuit

• Makan makanan sedehana (tanpa bumbu)

• Ibu hamil menghindari; gerakan yang mendadak, makan malam terlambat, menelan makanan tanpamengunyah

• Pemberian pipermint, gelatin, gatrorade, (serat)

• Pedialyte untuk anak-anak, (pengganti cairantubuh)

Page 199: Farmakologi kebidanan 1

ANTIEMETIK

• ANTI EMETIK (Tanpa resep dokter)

– Untuk pencegahan mabuk kendaran.

– Antiemetik anti histamine tertentu mis : • Dimenhidrinat (Dramamine)

• Siklizin HCl (Marezine)

• Meklizin HCl (Antivert)

• Difenhidramin HCl (Benadryl)

– Bismut subsalisilat (Pepto-Bismol) Tablet kunyah/cairan yang langsung menekan lambung.

– Karbohidrat berfosfor (Emetrol) mengubah pH lambung dan menurunkan kontraksi otot poloslambung.

Page 200: Farmakologi kebidanan 1

• ANTI EMETIK (Diresepkan) Ada 5

golongan :

1. Antihistamin

2. Antikolinergik

3. Fenotiazin

4. Kanabinoid

5. Lain-lain

– Umumnya antagonis dari histamine, asetilkolin

dan dopamine, yang berkaitan dengan muntah.

– Yang lainnya bekerja pada CTZ (Chemoreseptor

Trigger Zone) pada korteks serebri.

ANTIEMETIK

Page 201: Farmakologi kebidanan 1

• ANTIHISTAMIN & ANTI KOLINERGIK

– FENOTIAZIN (Kelompok terbesar yang

digunakan sebagai anti emetik)

– Untuk muntah berat akibat dari;

Pembedahan, anastetik, terapi

antineoplastik, dan radiasi.

– Mekanisme ; menghambat CTZ

ANTIEMETIK

Page 202: Farmakologi kebidanan 1

• Contoh;– Promatazin (Phenergan) bekerja sebagai

antihistamin juga

– Klorpromazin (Thorazine)

– Proklorperazin (Compazine), keduanyasebagai tranquilizer psikosis dan muntah

– Perfenazin (Trilafon)

– Flufenazin (Prolixine)

– Tietilperazin (Torecan)

– Triflupromazin (Vesprin), keempatnya sebagaiperfenazin baru.

ANTIEMETIK

Page 203: Farmakologi kebidanan 1

PENATALAKSANAAN FARMAKOLOGIS

EMESIS

• Pertimbangan:– Banyak jenis obat yang sering digunakan, baik

pada masa persalinan maupun pada hiperemesisgravidarum

– Jika muntah terjadi dengan hebat, pengunaan satujenis anti emetik kurang efektif

– Neurotransmitter yang terlibat dan dapatdipengaruhi oleh obat adalah;

• Dopamin

• Asetilkolin

• Histamin

• Serotonin

• Benzodiazepin

• Kanabinoid

Page 204: Farmakologi kebidanan 1

Preparat antiemetik pada

persalinan

1. ANTAGONIS (penyekat dopamin)/D2

– Metoklopramid

– Proklorperazin

2. ANTAGONIS histamin/ (H2)

– Siklizin

– Prometazin

• Efek samping masing-masing tergantung

pada neurotransmitter yang terkena.

Page 205: Farmakologi kebidanan 1

ANTAGONIS DOPAMIN (D2)

• Metoklopramid (Maxalon)

• Haloperidol

• Domperidon

• Fenotiazin

– Klorpromazin dan Proklorperazin (Stemetil)

Page 206: Farmakologi kebidanan 1

Untuk mengatasi emesis pada berbagai

situasi

– Mengimbangi efek emetogenik opioid dan

ergotamin

– Mengimbangi efek emesis kehamilan

– Sebelum anestesi

– Emesis pasca bedh

– Statis lambung pada persalinan

– Hiperemesis gravidarum

ANTAGONIS DOPAMIN (D2)(Tidak terlalu efektif untuk mabuk perjalanan)

Page 207: Farmakologi kebidanan 1

FENOTIAZIN dan PROKLORPERAZIN

• Bekerja dalam waktu 10-20 menit (iv)

• Kerja antiemetiknya 12 jam

• Melintasi placenta dan menimbulkan

kelainan gerakan pada neonatus

• Metabolisme oleh hati dan ekskresi

oleh ginjal

• Memasuli ASI dalam jumlah kecil

menimbulkan daya ngantuk pada bayi

• Waktu paruh bervariasi dari 2 hinga 30

jam

Page 208: Farmakologi kebidanan 1

METOKLOPRAMID

(Perhatikan efek samping)

• Bekerja dalam beberapa menit (iv) dan 1 jam per-oral

• Dieliminasi agak cepat (waktu paruh 4-8 jam)

• Paling efektif melalui infus kontinu

• Menghambat dopamin sehingga;– Mengurangi emesis dan meningkat selera

makan

– Mengubah motilitas gastrointestinal

– Mendepresi SSP

– Mengganggu postur dan gerakan tubuh

Page 209: Farmakologi kebidanan 1

Antagonis Reseptor H1

Antihistamin

• Antihistamin yang menimbulkan sedasi

– Bronfeniramin

– Prometazin (Phenergan)

– Siklizin

– Klorfeniramin

• Antihistamin tidak menimbulkan sedasi

– Setirizin

– Terfenadin

– Akrivastin

– Loratadin

Page 210: Farmakologi kebidanan 1

Penggunaan Antihistamin

• Pengobatan emetik yang menyertai

opioid, anestesi, dan mabuk perjalanan

• Peredaan pruritus karena terapi

analgesia intraspinal

• Hipersensitifitas, alergi obat

• Peredaan batuk dan selesma

Page 211: Farmakologi kebidanan 1