FARMAKOLOGI GAGAL JANTUNG
-
Upload
sulistia-rini -
Category
Education
-
view
375 -
download
2
Transcript of FARMAKOLOGI GAGAL JANTUNG
FARMAKOLOGI PADA PASIEN GAGAL JANTUNG
Dosen Pengampu : Nur Rochmah, S.Farm., M.Farm., Apt
Disusun Oleh :
Kelompok 2
1. Aryanti (108114009)
2. Mukharom (108114010)
3. Nurul Khasanah (108114011)
4. Siti Karina H (108114012)
5. Novieka Dwi M (108114013)
6. Lutfi Tri K (108114014)
7. Anah Nur A (108114015)
8. Tuminah (108114016)
9. Mey Ferdita S (108114017)
10. Khasbulloh (108114018)
S1 KEPERAWATAN
STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gagal Jantung
1. Pengertian
Gagal jantung kongestif adalah suatu kejadian dimana jantung
tidak dapat memompa darah yang mencukupi untuk kebutuhan
tubuh (Mycek et al., 2001).
Gagal jantung kongestif muncul ketika jantung gagal untuk
menyediakan aliran darah yang mencukupi untuk jaringan
sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan tidak terpenuhi
(Hudson et al., 2003).
Penggunaan istilah gagal jantung beragam dipakai, seperti
payah jantung, gagal jantung kongestif, dekompensasi kordis,
gagal jantung, dan lainnya. Yang terbaru adalah tidak disebut
Gagal jantung kongestif karena sering kali tanda kongestif tidak
tampak atau tersembunyi.
2. Patofisiologis
Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak mampu memompa
darah pada jumlah yang dibutuhkan untuk metabolisme yang normal.
Pada tahap awal gagal jantung, kerja pompa jantung dirawat
oleh mekanisme kompensasi seperti menaikkan pengisian
ventrikel (increase preload).
Beberapa istilah dalam gagal jantung yaitu kegagalan akut dan
kronis, gagal jantung kanan dan kiri, kegagalan output rendah dan
tinggi, gagal jantung depan dan belakang (Amir, 2007).
a. Kegagalan akut dan kronis
b. Kegagalan jantung kanan dan kiri
c. Kegagalan output rendah dan tinggi
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 2
d. Gagal jantung sistolik dan diastolik
e. Gagal jantung depan dan belakang
3. Manifestasi Klinik
Gejala gagal jantung yang menahun dapat dihubungkan dengan
pengurangan curah jantung atau kongesti vena sistemik dan atau
pulmonaris (Chung, 1995).
a. Dipsnea
b. Kongesti vena sistemik dan endema
c. Kelelahan, kelemahan
d. Proteinuria
e. Dipsnea nokturna paroksimal
f. Ortopnea
g. Batuk
h. Nokturia
i. Anoreksia
4. Penatalaksanaan Terapi Farmakologi
Tujuan terapi gagal jantung kongestif adalah untuk meredakan
gejala, menunda perkembangan penyakit, mengurangi perawatan di
RS dan tingkat mortalitas (Hudson et al., 2003).
Tindakan dan pengobatan pada gagal jantung ditunjukkan pada 5
aspek (Ganiswarna, 2005) yaitu :
a. Mengurangi beban kerja jantung
b. Memperkuat kontraktilitas miokard
c. Mengurangi kelebihan garam dan cairan
d. Melakukan tindakan dan pengobatan khusus terhadap penyebab
e. Faktor-faktor pencetus kelainan yang mendasari
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 3
Terdapat 3 obat yang menunjukkan efektifitas klinik dalam
mengurangi gejala insufisiensi jantung tapi tidak mengembalikan
kondisi patologik yang asli (Ganiswarna, 1995). Tiga golongan
tersebut adalah :
a. Vasodilator
Vasodilator dapat menurunkan secara selektif beban
jantung sebelum kontraksi, sesudah kontraksi atau keduanya
(vasodilator yang seimbang).
1) Vasodilator Parental hendaknya diberikan kepada pasien
dengan kegagalan jantung berat atau tidak dapat diminum
obat-obatan oral misalnya pada pasien setelah operasi.
a) Nitro g l i s e rin adalah vasodilator kuat dengan pengaruh
pada vena dan pengaruh yang kuat pada jaringan
pembuluh darah arteri. Penumpukan vena paru dan
sistemik dipulihkan melalui efek tersebut. Obat ini juga
merupakan vasodilator koroner yang efektif sehingga
merupakan vasodilator yang lebih disukai untuk terapi
kegagalan jantung pada keadaan infark miokard akut
atau angina tak stabil.
b) N a trium ni t ropusida adalah vasodilator kuat dengan sifat-
sifat venodilator kurang kuat. Efeknya yang menonjol
adalah mengurangi beban jantung setelah kontraksi dan
ini terutama efektif untuk pasien kegagalan jantung
yang menderita hipertensi atau reguitasi katub berat
(Kelly dan Fry, 1995).
2) Vasodilator Oral
a) P e n g h a m b a t ACE
Mengeblok sistem renin angiotensin aldosteron
dengan menghambat perubahan angiotensin I menjadi
angiotensin II, memproduksi vasodilator dengan
membatasi angiotensin II, menginduksi vasokonstriksi dan
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 4
menurunkan retensi sodium dengan mengurangi sekresi
aldosteron (Massie dan Amidon, 2002).
Obat yang serba guna tersebut menurunkan tahanan
perifer sehingga menurunkan afterload, menurunkan
resistensi air dan garam (dengan menurunkan sekresi
aldosteron) dan dengan jalan menurunkan preload
(Katzung, 1992).
Contoh obatnya sebagai berikut captropil, enalapril,
enalaprilat dan lisinopril.
b) An g io t e nsin r e s e ptor bl o k e r ( A R B )
Merupakan pendekatan lain untuk menghambat
system RAA adalah yang akan mengeblok atau
menurunkan sebagian besar efek sistem. Namun demikian
agen ini tidak menunjukkan efek penghambat ACE pada
jalur potensial lain yang memproduksi peningkatan
bradikinin, prostaglandin dan nitrit oksida dalam jantung
pembuluh darah dan jaringan lain. Karena itu, ARB dapat
dipertimbangkan sebagai alternatif pendapat ACE pada
pasien yang tidak dapat menerima pendapat ACE
(Massie dan Amidon, 2002). Contoh obat pada
golongan ARB yang digunakan dalam terapi gagal
adalah losartan, valsartan, dan kondensartan. Ketiga obat
tersebut tidak memiliki interaksi yang berarti dengan obat-
obat lain (Stokley, 1996).
c) B e t a - B lok e r
Untuk terapi kegagalan jantung bersifat
kontroversial namun dapat efek-efek yang merugikan dari
katekolamin pada jantung yang mengalami kegagalan
termasuk menekan reseptor beta pada otot jantung situasi
kegagalan jantung (Kelly dan Fry,
1995). Beta bloker digunakan pada pasien gagal jantung
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 5
stabil ringan, sedang atuau berat (Massie dan Amidon,
2002). Obat ini digunakan untuk terapi gagal jantung
adalah karvedilol, bisoprolol dan metoprolol succinate
(Hunt et al., 2005).
d) Ant a g onis k a n a l kals i um
Secara langsung menyebabkan relaksasi otot polos
pembuluh darah dan penghambat pemasukan kalsium
kedalam sel otot jantung. Kegunaan pokok obat ini dalam
terapi gagal jantung adalah berasal dari pengurangan
iskemia pada pasien dengan penyakit jantung koroner
yang mendasari. Semua antagonis kalsium mempunyai
sifat inotropik negatif sehingga digunakan secara
berhati-hati pada pasien dengan difungsi ventrikal kiri
(Kelly dan Fry, 1995). Obat-obat golongan tersebut
sebaiknya dihindari kecuali untuk dipakai dalam terapi
hipertensi dan angina dan untuk indikasi tersebut hanya
amlodipin yang boleh digunakan pada pasien gagal
jantung (Hunt et al., 2005) Contoh obatnya nifedipine,
nicardipine, diltiazem dan isradipine.
e) Antagonis reseptor adrenergik
Secara teoritis dapat melawan beberapa efek yang
merugikan yang berkaitan dengan aktivasi kompensasi
pada sistem syaraf simpatik pada kegagalan jantung.
Blokade adrenergik alpha mengurangi vasokonstriksi,
resistensi vaskuler sistemik danbeban jantung sesudah
kontraksi dengan melalui antagonisasi efek norepinephrin.
Blokade adrenergik beta untuk terapi kegagalan jantung
bersifat kontrosepsial namun dapat membatasi efek-efek
yang merugikan dari catecholamine pada jantung yang
mengalami kegagalan termasuk menekan reseptor beta
pada otot jantung dalam situasi kegagalan jantung.
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 6
Beberapa jenis antgonis reseptor dan contohnya,
diantaranya :
i. Antagonis reseptor alpha
Prazosin adalah vasodilator yang seimbang yang
mengurangi tekanan ventrikel kiri dan kanan secara
bermakna serta tekanan darah sistemik.
Daxozosin adalah obat antagonis reseptor alpha
yang digunakan terhadap hipertensi.
ii. Antagonis adrenergik beta
f) Nitr a t
Terutama berkhasiat venodilator dan oleh karena
ini bermanfaat untuk menyembuhkan gejala-gejala
penumpukan vena dan paru-paru. Obat-obat golongan ini
mengurangi iskemia otot dengan menetralkan tekanan
pengisian ventrikel dan dengan melebarkan arteri koroner
secara langsung (Kelly dan Fry, 1995). Contoh obat
golongan ini adalah Isosorbit mono nitrat (ISMN) dan
dinitrat (ISND).
g) Hidr a l a z in
Hidralazin adalah obat yang murni mengurangi
beban jantung setelah konstraksi yang bekerja langsung
pada otot polos arteri untuk menimbulkan vasodilatasi.
Hidralazin terutama berguna dalam pengobatan reguitasi
mitral kronis dan insufisiensi aorta (Kelly dan Fry, 1995).
Hidralazin oral merupakan dilator arterioral poten dan
meningkatkan output kardiak pada pasien gagal
jantung kongestif (Massie dan Amidon, 2002).
b. Diuretik
Diuretik merupakan cara yang paling efektif meredakan
gejala pada pasien dengan gagal jantung yang kongestif sedang
sampai berat. Tujuan dari pemberian diuretik adalah mengurangi
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 7
gejala retensi cairan yaitu meningkatkan tekanan vena jugularis
atau edema ataupun keduanya. Diuretik menghilangkan
retensi natrium pada CHF dengan menghambat reabsorbsi
natrium atau klorida pada sisi spesifik di tubulus ginjal.
Bumetamid, furosemid, dan torsemid bekerja pada tubulusdistal
ginjal (Hunt et al., 2005).
Pasien dengan gagal jantung yang lebih berat
sebaiknya diterapi dengan salah satu loop diuretik, obat-obat ini
memiliki onset cepat dan durasi aksinya yang cukup singkat.
Manfaat dari terapi diuretik yaitu dapat mengurang edema pulmo
dan perifer dalam beberapa hari bahkan jam. Diuretik merupakan
satu-satunya obat yang dapat mengontrol retensi cairan pada
gagal jantung (Hunt et al., 2005). Dieuretika dibagi menjadi
beberapa jenis, diantaranya :
1) Dieuretika thiazide (hidroklorotiazid, klortalidon, metalazone,
indapamide)
2) Dieuretika Ansa Henle (furosemide, bumetanide, asam
ethacrynat)
3) Dieuretika yang menahan kalium (spironolacton, triamteren,
amiloride)
c. Obat-Obat Inotropik
Obat-Obat-obat inotropik positif meningkatkan kontraksi
otot jantung dan meningkatkan curah jantung. Meskipun obat-
obat ini bekerja melalui mekanisme yang berbeda, dalam tiap
kasus kerja inotropik adalah akibat penigkatan konsentrasi
kalsium sitoplasma yang memicu kontraksi otot jantung (Mycek et
al., 2001). Beberapa golongan obat intropic, diantaranya :
1) Di g i t a l i s glycosida
Meningkatkan kontraktilitas miokardium melalui
inhibisi reversible terhadap aktivitas natrium-kalium ATP ase
pada sarcolemma. Digoxin paling efektif bila digunakan dalam
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 8
penatalaksanaan kegagalan jantung :
a) Yang disertai atau disebabkan oleh vibrilasi atau flutter
(kepak) atrium atau takikardia supraventrikuler yang
responsif terhadap digoxin.
b) Pada pasien dengan dilatasi ventrikel kiri dan fungsi
sistolik yang terganggu dengan gejala berupa suara jantung
ketiga, fraksi ejeksi yang rendah dan ratio cardio-throracic
yang besar.
Obat golongan digitalis ini memiliki berbagi mekanisme kerja
sebagi berikut :
a) Pengaturan konsentrasi kalsium sitosol
b) Peningkatan kontraktilitas otot jantung
2) A g onis β - a d r e n e r g i c
Stimuli β- adrenergic memperbaiki kemampuan jantung
dengan efek inotropik spesifik dalam fase dilatasi. Hal ini
menyebabkan masuknya ion kalsium ke dalam sel miokard
meningkat, sehingga dapat meningkatkan kontraksi. Contoh
obat ini adalah dopamine dan dobutamin (Mycek et al., 2001).
3) I nhib i tor f o s fodi e ste ra s e
Inhibitor fosfodiesterase memacu konsentrasi intrasel
siklik -AMP. Ini menyebabkan peningkatan kalsium intrasel
dan kontraktilitas jantung. Obat yang termasuk dalam
golongan inhibitor fosfodiesterase adalah amrinon dan
mirinon (Mycek et al., 2001).
4) Antagonis aldosteron
Antagonis aldosteron termasuk spironolakton dan
inhibitor konduktan natrium diktus kolektifus (triamteren
dan amilorid). Obat-obat ini sangat kurang efektif bila
digunakan sendiri tanpa kombinasi dengan obat lain
untuk penatalaksanaan pada gagal jantung. Meskipun
demikian, bila digunakan kombinasi dengan Tiazid atau
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 9
diuretika Ansa Henle, obat-obat golongan ini efektif dalam
mempertahankan kadar kalium yang normal dalam serum
(Kelly dan Fry, 1995).
Terapi obat untuk gagal jantung menurut NYHA (Walker dan
Edwards, 2003)
Status fungsioanal
pasien (NYHA)
kelas Terapi Obat
Asimptomatik
I
ACE Inhibitor jika dikontraindikasikan atau
toleransi rendah diinginkan AII
antagonis, digoksin atau hidralazin +
isosorbit dinitrat.
II
Ditambah dengan diuretik (umumnya loop
diuretic), jika cocok diberikan
Karvedilol atau Bisoprolol
Simptomatik IIII
IV
Jika cocok, diberikan Plan
Carvedilol atau Bisoprolol
Spironolakton
Digoxin
Metolazone
Hidralazine + Isosorbit dinitrat
5. Dosis
Dosis dan cara pemberian di pengaruhi oleh keadaan yang
mendasari dan keparahan sakitnya. Ketersediaan obat dalam darah
pada pemberian secara oral (kira-kira 60-75 % bila di berikan dalam
bentuk tablet),dan mulai kerja obat lebih cepat pada terapi secara I.V
adalah 36-38 jam,pemuatan digoksin di laksanakan dengan
memberikan 0,25-0,5 mg PO atau I.V pada mula pertama kemudian di
ikuti dengan 0,25 mg setiap 6 jam hingga mencapai dosis total sebesar
1,0-1,5 mg .Tanda-tanda toksisitas hendaknya di cari sebelum mulai
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 10
memberikan dosis berikutnya.Terapi pemeliharaan di pengaruhi oleh
umur,berat badan tanpa lemak,dan fungsi injal pasien.Bila fungsi
ginjal normal maka dosis harian yang biasa adalah 0,125 - 0,375 mg.
Eksreksi digoksin berkaitan secara linear dengn clearance
kreatinin, dan dosisnya supaya di turunkan atau selang pemberiannya
di perlebar pada pasien dengan insufisiensi ginjal.Perlu di kaji
berulang kali untuk penentuan akhir dosis optimum pada pasien
dengan insufisisensi ginjal , pasien yang menggunakan obat-obatan
lain yang dapat mempengaruhi metabolisme digoksin,atau mereka
yang di curigai tidak atau sulit menaati aturan pengobatan.Ini di
dasarkan penilaian kadar digoksin serum yang di lakukan secara
kerap.Kadar obat dalam darah belum dapat di tentukan sebelum 6 jam
dari saat pemberiaanya karena distribusinya belum sempurna sehingga
hasil pengukuran tidak dapat di interpretasikan.
6. Interaksi Obat
Interaksi obat paling tidak melibatkan dua jenis obat yaitu obat
objek dan obat presipitan. Obat objek adalah obat yang aksilefeknya
dipengaruhi atau diubah oleh obat lain, sedangkan obat presipitan
adalah obat yang mempengaruhi aksilefek obat lain (Suryawati,
1995).
Pada penulisan resep sering beberapa obat diberikan secara
bersamaan, sehingga memungkinkan terdapat obat yang kerjanya
berlawanan. Mekanisme interaksi obat secara garis besar dapat
dibedakan menjadi tiga mekanisme yaitu Interaksi
farmasetiklinkompatibilitas, interaksi dengan mekanisme
farmakokinetika, dan interaksi dengan farmakodinamik (Ganiswarna,
1995).
a. Interaksi Farmasetik atau Inkompatibilitas
Inkompatibilitas merupakan interaksi obat yang terjadi
diluar tubuh (sebelum obat diberikan) antara obat yang tidak
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 11
dapat dicampur (inkompatibilitas). Pencampuran obat demikian
dapat menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau
kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat sehingga pembentukan
endapan, perubahan warna, atau mungkin juga tidak terlihat.
Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat (Ganiswarna,
1995). Contoh, pencampuran penisilin dan aminoglikosida akan
menyebabkan hilangnya efek farmakologik yang diharapkan
(Anonim, 2000).
b. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi Farmakokinetik adalah mekanisme yang terjadi
apabila satu obat mengubah absorbsi, distribusi,
metabolismeltransformasi dan eliminasi obat lain, sehingga
interaksi ini meningkatkan atau mengurangi jumalah obat yang
tersedia dalam tubuh untuk menimbulkan efek farmakologinya.
Interaksi farmakokinetika yang terjadi pada satu obat belum tentu
terjadi pula pada obat-obat yang sejenis kecuali jika diketahui sifat
farmakokinetikanya sama pula (Anonim, 2000).
1) Interaksi dalam absorbsi di saluran cerna
Interaksi obat dalam saluran cerna meliputi :
a) Perubahan pH Saluran Cerna
b) Interaksi langsung
c) Perubahan waktu pengosongan lambung dan waktu transit
dalam usus (Mobilitas Saluran Cerna)
d) Waktu transit dalam usus
e) Kompetisi untuk mekanisme absorbsi obat
f) Obat yang analog dengan makanan
g) Perubahan flora usus
h) Efek toksik pada Saluran Cerna
2) Interaksi dalam distribusi
a) Interaksi dalam ikatan protein plasma
b) Interaksi dalam ikatan jaringan
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 12
c) Interaksi dalam metabolisme
d) Interaksi dalam proses eliminasi
c. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat
yang bekerja pada sistem reseptor yang sama sehingga
terjadi efek aditif, sinergistik atau antagonistic. Mekanisme
interaksi yang terjadi antara lain adalah sinergisme dan aditif,
antagonisme, perubahan mekanisme transport obat, dan
gangguan cairan dan elektrolit (Stockley, 1994). Interaksi ini
terjadi pada :
1) Interaksi pada reseptor
2) Interaksi fisiologik
3) Perubahan dalam kesetimbangan cairan dan elektrolit
4) Gangguan mekanisme pengambilan amin di ujung saraf
adrenergik
5) Interaksi dengan penghambat Monoamin oksidase
(penghambat MAO).
Interaksi obat pada pengobatan gagal jantung yang biasa terjadi
menurut Harrison (Harrison et al., 2001)
Kelas obat Interaksi obat Efek Samping
ACE inhibitor
Antacid Menurunkan absorbsi obat.Spironolakton (Aldoctone)
Dengan co-administration,hasilnya meningkatkan levelpotassium, khususnya pada
orang tua dan pasien dengandisfungsi ginjal.
Lithium Meningkatkan level lithium.
NSAID Menurunkan fungsi ginjal.
β bloker Menurunkan heart rate dankonduksi atroventricular node.
Calcium chanel bloker(diltiazem [Cardizem] dan
Menurunkan heart rate dankonduksi atroventricular node.
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 13
Amiodaron(Cordarone)
Digoksin (Lanoxin) Meningkatkan konsentrasidigoksin, Menurunkan heart rate dan konduksi atroventricularnode.
Quinidine Meningkatkan konsentrasiquinidine.
Phenytoin (Dilantin) Meningkatkan konsentrasiphenytoin, menurunkan konsentrasi amiodarone.
Prokainamid (Pronestyl)
Meningkatkan konsentrasiprokainamid.
Theophyline Meningkatkan konsentrasitheophyline.
Warfarin (Coumadin) Meningkatkan INR.
β-blokerAmiodarone, ditiazem,verapamil,
Menurunkan heart rate dankonduksi atroventricular node.
Digoxin
Amiodarone Meningkatkan konsentrasidigoxin, Menurunkan heart rate dan konduksi atroventricularnode.
Digoxin Antacid Menurunkan absorbsi digokxin.
7. Efek Samping
a. Bloker reseptor adrenergik dapat menyebabkan gagal jantung pada
penderita dengan gangguan fungsi otot jantung.
b. gagal jantung sering terjadi meskipun curah jantung menurun,
menunjukan adanya penurunan tekanan darah yang mengurangi
beban kerja jantung.
c. Risiko gagal jantung dapat dikurangi bila terlebih dulu diberikan
diuretik, tetapi biasanya dianjurkan untuk diberikan digitalis. –
bloker tidak menghambat efek inotropik digitalis tetapi kedua obat
ini mendepresi konduksi AV.
d. –bloker meningkatkan resistensi jalan nafas dan menimbulkan
serangan asma pada penderita dengan riwayat asma.
e. –bloker dapat menyebabkan ekstremitas dingin.
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 14
f. Penggunaan klinik –bloker menimbulkan supersensitivitas terhadap
beta agonis karena diperkirakan terjadi peningkatan jumlah
reseptor beta sebagai mekanisme adaptasi.
g. Dapat menimbulkan rasa lelah, gangguan tidur dan depresi.
h. Dapat menyebabkan gangguan saluran cerna (muntah, diaredan
konstipasi) tetapi jarang.
8. Penggunaan Obat Dan Efek Samping Pada Ibu Hamil dan
Menyusui
Obat Penggunaan Efek sampingpotensial
Keamanan Saatmenyusui
ACE inhibitor
Hipertensigagal jantung
Oligohidramnion,Retardasi pertumbuhan intra uterin, PDA, Prematuritas, hipotensi neonatal, gagal ginjal, anemia, kematian, abnormalitas muskoloskeletal
Tidak Ok
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 15
Penyekat Beta
Hipertensi, aritmiaInfark miokard, iskemia, kardiomiopati hipertropik, hipertiroid, stenosis mitral, sindroma Marfan, kardiomiopati
Bradikardia janin, beratbadan lahir rendah, hipoglikemia,respiratory distress, partus memanjang
Ya Ok
Digoksin Aritmia, gagaljantung
Berat badan lahirrendah, prematuritas
Ya Ok
Diueretika Hipertensi, gagaljantung kongestif
Mengurangi perfusiutero plasenta
Belum jelas Ok
Nitrat Hipertensi, gagal jantung
Fetal distress denganhipotensi maternal
Ya Data tidak ada
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 16
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Pengobatan
Editor : Michele Woodley, M.D & Alison Whelan, M.D
Departemen Of Medicine, Washington University, 1992
Farmakologi Pada Pasien Gagal Jantung Page 17