FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI...

118
PENDAPAT EMPAT MAZHAB TENTANG MATHLA’ DALAM PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat- syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh: MERI FITRI YANTI NPM : 1321010015 Program Studi : Ahwal Al-Syakhshiyah FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG 1438 H/ 2017 M

Transcript of FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI...

Page 1: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

PENDAPAT EMPAT MAZHAB TENTANG MATHLA’ DALAM

PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH

(Perspektif Astronomi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-

syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

MERI FITRI YANTI

NPM : 1321010015

Program Studi : Ahwal Al-Syakhshiyah

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN

INTAN

LAMPUNG

1438 H/ 2017 M

Page 2: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

2

PENDAPAT EMPAT MAZHAB TENTANG MATHLA’ DALAM

PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH

(Perspektif Astronomi)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-

syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh :

MERI FITRI YANTI

NPM : 1321010015

Program Studi : Ahwal Al-Syakhshiyah

Pembimbing I : Dr. H. Khairuddin, M.H.

Pembimbing II : Rohmat, S.Ag., M.H.I.

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN

INTAN

LAMPUNG

1438 H/ 2017 M

Page 3: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

3

ABSTRAK

PENDAPAT EMPAT MAZHAB TENTANG MATHLA’ DALAM

PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH

(Perspektif Astronomi)

Oleh

MERI FITRI YANTI

Penentuan awal bulan Hijriah sering menimbulkan polemik

karena setiap golongan mempunyai keyakinan dan pemahaman

tersendiri dalam menentukan awal bulan Hijriyah khususnya

bulan Ramadan, Syawal, dan zulhijah. Perbedaan pendapat

dalam penetapan awal bulan Hijriah selain disebabkan adanya

perbedaan metode dan sistem atau aliran dalam penentuannya,

melainkan juga disebabkan karena adanya perbedaan mathla‟.

Persoalan mathla‟ juga terdapat perbedaan pendapat di kalangan

ulama, khususnya di kalangan empat mazhab yaitu mazhab

Hanafi, Maliki, Hanbali dan Syafi‟i.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana

pendapat empat mazhab tentang mathla‟ dalam penentuan awal

bulan Hijriah?. Dan bagaimana pendapat empat mazhab tentang

mathla‟ dalam perspektif astronomi?. Adapun tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui bagaimana pendapat empat mazhab

tentang mathla‟ dalam penentuan awal bulan Hijriah. Dan untuk

mengetahui bagaimana mathla‟ menurut pendapat empat

mazhab dalam perspektif astronomi.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (Library

Research) yang bersifat deskriptif analitik. Data yang digunakan

adalah sumber data primer, yakni kitab atau buku empat

mazhab dan astronomi yang membahas mathla‟ dalam

penentuan awal bulan Hijriah. Dan sumber data sekunder yaitu

seperti hasil penelitian, pendapat para pakar yang berkaitan

dengan penelitian ini. Pengolahan data melalui editing,

Page 4: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

4

klasifikasi, ferifikasi, dan sistematisasi data. Lalu data dianalisis

secara kulitatif dengan metode berpikir induktif.

Perbedaan pendapat mengenai mathla‟ dalam penentuan

awal bulan Hijriah di kalangan empat mazhab terbagi menjadi

dua pendapat yaitu: Mazhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali

menghendaki mathla‟ approach global (kesatuan mathla‟ untuk

seluruh wilayah Islam di muka Bumi). Mazhab Syafi‟i

menghendaki mathla‟ approach parsial (adanya kesatuan

mathla‟ untuk wilayah ditetapkannya rukyat hilal dan juga

wilayah yang berdekatan). Pendapat mazhab Hanafi, Maliki,

Hanbali tidaklah sejalan dengan astronomi, sedangkan pendapat

mazhab Syafi‟i sejalan dengan astronomi. Disebabkan beberapa

faktor yaitu: Pada sistem penanggalan Hijriah terdapat garis

batas tanggal internasional yang dinamakan garis tanggal Islam

internasional (The International Islamic Date Line). Terdapat

perbedaan tanggal pada saat yang bersamaan disebabkan Bumi

berbentuk bola. Keberhasilan rukyat tidak bisa disamakan antara

satu wilayah dengan wilayah lain disebabkan kondisi rukyat

hilal berbeda sesuai dengan perbedaan garis bujur, garis lintang

dan ketinggian lokasi observasi dari permukaan air laut.

Page 5: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

5

Page 6: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

6

Page 7: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

7

MOTTO

ته وافطروا ه وسلم صوموا لرؤ صلى هللا عل ب قول قال الن هللا عنه رة رض هر عن اب

كم فأكملوا عل ته فإن غب ن لرؤ ة بان (رواه البخاري). ع 1

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi saw. bersabda: “Berpuasalah bila

kalian melihat bulan, dan berbukalah bila kalian melihat bulan, namun

bila bulan itu tertutup atas kalian (oleh awan), maka sempernukanlah

hitungan bulan Syakban itu menjadi tiga puluh hari. (H.R. Bukhari). 2

1 Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Dar Al-Kutub

Al-Ilmiyah, Beirut, 2004, hlm 346. Hadits No 1909, Bab Puasa 2 Safuan Alfandi,Samudra Pilihan Hadits Shahih Bukhari, Sendang

Ilmu, Solo, 2015, hlm. 162

Page 8: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

8

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil‟alamin. Dengan menyebut nama Allah

SWT Tuhan Yang Maha Penyayang, penuh cinta kasihnya yang telah

memberikan saya kekuatan, dan yang telah menuntun dan

menyemangatiku menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi sederhana ini kupersembahkan sebagai tanda cinta, sayang,

dan hormat tak terhingga kepada:

1. Murobbil Jismi yaitu Bapak dan Ibu (Muhammad Subki dan

Misbahul Munawwarah) tercinta yang dengan tulus ikhlas

merelakan separuh kehidupannya untuk merawat dan

mendidikku dan selalu memberi kasih sayang serta

meneguhkan keyakinanku dikala aku tersesat dan putus asa.

2. Murobbir Ruhi yaitu para Kyai, Dosen, Guru, dan Ustadz

yang telah mengajarkan ilmu untuk menuju kemuliaan di sisi

Allah SWT.

3. Adik-adikku tercinta (Ahmad Saiful Anwar dan Abdullah

Khairul Azzam) yang selalu mendukung untuk

kesuksesanku.

4. Seluruh rekan seperjuangan dalam menuntut ilmu.

5. Almamaterku tercinta Fakultas Syari‟ah dan Hukum IAIN

Raden Intan Lampung. RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Meri Fitri Yanti. Dilahirkan pada

tanggal 23 Februari 1996 di Desa Srimenanti, KecamatanTanjung

Raja, Kabupaten Lampung Utara. Putri pertama dari tiga bersaudara,

buah perkawinan pasangan Bapak Muhammad Subki dan Ibu

Misbahul Munawwarah.

Page 9: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

9

Pendidikan dimulai dari pendidikan dasar pada Madrasah

Ibtidaiyah Syuabul Hikmah Srimenanti, pada tahun 2001, tamat pada

tahun 2007. Melanjutkan pendidikan Menengah Pertama pada

Madrasah Tsanawiyah Futuhiyyah 1 Bukit Kemuning, tamat pada

tahun 2010. Melanjutkan pada jenjang menengah pada Madrasah

Aliyah Futuhiyyah 1 Bukit Kemuning, selesai pada tahun 2013. Pada

tahun yang sama melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan tinggi,

pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Bandar

Lampung, mengambil Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyah pada

Fakultas Syari‟ah dan Hukum.

Page 10: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

10

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil‟alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT

Tuhan pencipta alam semesta dan segala isinya yang telah

memberikan kenikmatan Iman, Islam, dan Ihsan. Sehingga

skripsi dengan judul “Pendapat Empat Mazhab Tentang Mathla‟

dalam Penentuan Awal Bulan Hijriyah” (Perspektif Astronomi)

dapat diselesaikan. Shalawat beriring salam disampaikan kepada

Nabi besar Muhammad SAW, para sahabat, dan para

pengikutnya yang setia. Semoga kita mendapatkan syafa‟at-nya

pada hari kiamat nanti.

Skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan studi pada program Strata Satu (SI) Jurusan

Ahwal Al-Syakhsiyah Fakultas Syari‟ah dan Hukum IAIN

Raden Intan Lampung guna memperoleh gelar Sarjana Hukum

(SH) dalam bidang ilmu syari‟ah.

Dalam penulisan skripsi ini tentu saja tidak terlepas dari

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. Moh. Mukri, M.Ag., selaku Rektor IAIN Raden

Intan Lampung;

2. Dr. Alamsyah, S.Ag., M.Ag., selaku Dekan Fakultas

Syari‟ah dan Hukum serta para Wakil Dekan di lingkungan

Fakultas Syari‟ah dan Hukum IAIN Raden Intan Lampung;

3. Bapak Marwin, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan dan Bapak

Gandhi Liyorba Indra, S.Ag., M.Ag. selaku Sekretaris

Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyah IAIN Raden Intan

Lampung;

4. Bapak Dr. H. Khairuddin, M.H. selaku pembimbing I, dan

Bapak Rohmat, S.Ag., M.H.I. selaku pembimbing II yang

telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan

bimbingan dan arahan;

5. Bapak Rohmat, S.Ag., M.H.I. yang telah membantu dan

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

Page 11: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

11

6. Seluruh dosen, asisten dosen dan pegawai Fakultas Syari‟ah

dan Hukum IAIN Raden Intan Lampung yang telah

membimbing dan membantu penulis selama mengikuti

perkuliahan;

7. Ayah, Ibu, Adik, serta sahabat-sahabat terimakasih atas do‟a,

dukungan, dan semangatnya. Semoga Allah senantiasa

membalasnya dan memberikan keberkahan kepada kita

semua;

8. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Fakultas Syari‟ah dan

Hukum juga Perpustakaan Institut yang telah memberikan

informasi, data, referensi, dan lain-lain;

9. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Syari‟ah dan Hukum

Angkatan 2013, serta adik-adik AS khususnya.

10. Untuk semua pihak yang telah banyak membantu dalam

penyelesaian skripsi ini dan teman-teman yang kukenal

semasa hidupku. Jazakumullah

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna yang disebabkan dari keterbatasan kemampuan penulis.

Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

konstruktif dari pembaca demi upaya penyempurnaan tulisan ini

kedepannya.

Akhirnya diharapkan betapapun kecilnya karya tulis (skripsi) ini

dapat menjadi sumbangan yang cukup berarti dalam pengembangan

ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman.

Bandar Lampung, 20 Maret 2017

Penulis,

Meri Fitri Yanti

NPM. 1321010015

Page 12: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

12

DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................... i

ABSTRAK ................................................................................ ii

PERSETUJUAN ...................................................................... iv

PENGESAHAN ....................................................................... v

MOTTO .................................................................................... vi

PERSEMBAHAN .................................................................... vii

RIWAYAT HIDUP .................................................................. viii

KATA PENGANTAR ............................................................. ix

DAFTAR ISI ............................................................................ xi

BAB I : PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul ........................................................... 1

B. Alasan Memilih Judul ................................................. 2

C. Latar Belakang Masalah ............................................. 3

D. Rumusan Masalah ....................................................... 12

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................ 12

F. Metode Penelitian ....................................................... 13

BAB II : PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIYAH

A. Pengertian dan Dasar Hukum Bulan Hijriyah ........... 17

B. Metode dan Sistem Penentuan awal Bulan

Hijriyah ..................................................................... 25

C. Konsep Mathla‟ dalam Penentuan Awal Bulan

Hijriyah ..................................................................... 42

BAB III : PENDAPAT EMPAT MAZHAB TENTANG

MATHLA’ DALAM PENENTUAN AWAL

BULAN HIJRIYAH

A. Mathla‟Menurut Mazhab Hanafi ............................... 56

B. Mathla‟ Menurut Mazhab Maliki .............................. 64

C. Mathla‟ Menurut Mazhab Syafi‟i .............................. 70

D. Mathla‟Menurut Mazhab Hanbali ............................. 79

BAB IV : PENDAPAT EMPAT MAZHAB TENTANG

MATHLA’ DALAM PERSPEKTIF

ASTRONOMI

Page 13: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

13

A. Pendapat Empat Mazhab tentang Mathla‟ dalam

Penentuan Awal Bulan Hijriyah ................................ 85

B. Pendapat Empat Mazhab tentang Mathla‟ dalam

Perspektif Astronomi ................................................ 92

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................... 95

B. Saran .......................................................................... 96

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Penegasan Judul

Untuk memperjelas pokok bahasan diperlukan

penjelasan atau definisi yang terkandung dalam judul

skripsi ini. Yang memiliki beberapa istilah pokok sebagai

berikut :

Empat Mazhab, Mazhab menurut bahasa berasal dari

kata dzahaba yang berarti pergi atau dapat juga berarti

pendapat. Adapun menurut istilah, mazhab artinya adalah

metode yang digunakan seorang mujtahid dalam

menetapkan hukum suatu peristiwa. Mazhab juga

merupakan sistem pemikiran atau pendekatan intelektual.

Secara khusus, istilah ini digunakan untuk sesuatu yang

berkaitan dengan aliran-aliran dalam fiqh.3 Sedangkan

yang dimaksud dengan empat mazhab ialah mazhab Hanafi,

mazhab Maliki, mazhab Syafi‟i, dan mazhab Hanbali.4

Mathla‟ ( م ط م ع ) ialah lafaz bahasa Arab yang berarti

waktu atau tempat terbit atau muncul, kata kerjanya ( - طم م م

yaitu terbit atau muncul.5 Maksudnya waktu atau ( م ط م ع

tempat munculnya Bulan, Bintang dan Matahari.

Sedangkan dalam kamus fiqh kata mathla‟ ialah batas

geografis keberlakuan rukyat.6

Bulan Hijriah adalah perhitungan kalender dengan

menggunakan peredaran Bulan mengelilingi Bumi. Yang

merupakan tahun penanggalan dalam Islam. Penggunaan

perhitungan tahun seperti ini dimulai dari hijrah Nabi

beserta kaum muslimin ke Madinah.7

“Perspektif adalah sudut pandang, pandangan. Yaitu

pandangan dari sudut satuan bahasa sebagaimana satuan itu

3 Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqh, Amzah, Jakarta, 2013, hlm. 149

4 Ahmad Subagyo, Kamus Istilah Ekonomi Islam, PT Elex Media

Komputindo Kompas Gramedia Building, Jakarta, 2009, hlm. 265 5 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, PP. Al-Munawwir,

Yogyakarta, 1997, hlm. 921 6 Ahsin W. Alhafidz, Op.Cit, hlm.148

7 Ahsin W. Alhafidz, Op.Cit, hlm. 67

Page 15: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

15

berhubungan dengan yang lain dalam suatu sistem atau

jaringan.”8

Astronomi adalah suatu ilmu pengetahuan yang

mempelajari lintasan benda-benda langit dengan didasarkan

kepada penelitian ilmiah, dengan pengetahuan itu kita dapat

memperoleh data yang akurat guna menentukan

perhitungan tahun, bulan, gerhana dan lain-lain yang

bersifat ilmiah.9

Berdasarkan beberapa penjelasan istilah pokok di atas

penulis tegaskan kembali bahwa judul atau tema yang akan

dibahas oleh penulis dalam penelitian ini adalah Pendapat

Empat Mazhab tentang Mathla‟ dalam Penentuan Awal

Bulan Hijriah (Perspektif Astronomi). Yang ruang lingkup

bahasannya mencakup tentang batas geografis keberlakuan

rukyat (mathla‟) dalam penentuan awal bulan Hijriah

menurut pendapat empat mazhab yakni mazhab Hanafi,

mazhab Maliki, mazhab Syafi‟i, dan mazhab Hanbali.10

Selanjutnya berbagai pendapat empat mazhab tentang batas

geografis keberlakuan rukyat (mathla‟) dalam penentuan

awal bulan Hijriah tersebut penulis analisis dengan

menggunakan atau pun berdasarkan pandangan astronomi.

B. Alasan Memilih Judul Beberapa hal alasan menarik, sehingga memotivasi

penulis untuk memilih dan membahas judul ini yaitu :

1. Alasan Obyektif

Alasan obyektif yang membuat penulis tertarik

untuk membahas judul ini di antaranya:

a. Problematika dalam penetapan awal bulan

Hijriah sering memunculkan perdebatan di

kalangan umat. Khususnya bulan Ramadan,

Syawal dan Zulhijah. Khususnya di Indonesia

8 Lukman Ali dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,

Jakarta, 1988, hlm. 864 9 M. Said Jamhari dan Faisal, Ikhtisar Ilmu Falak tentang Penentuan

Waktu-waktu Shalat, Gunung Pesagi, Bandar Lampung, 1998, hlm. 1 10

Ahmad Subagyo, Loc.Cit.

Page 16: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

16

sendiri selain memiliki banyak metode dan aliran

dalam penentuan awal bulan Hijriah, juga salah

satu penyebab lainnya yaitu karena adanya

perbedaan tentang mathla‟. Mengingat hal ini

sangat berkaitan erat dengan salah satu kewajiban

(ibadah), membuat penulis tertarik untuk

membahasnya.

b. Karena penulis menginginkan pengetahuan dan

pemahaman yang utuh tentang terjadinya

perbedaan tentang mathla‟ dalam penentuan awal

bulan Hijriah di kalangan empat mazhab dan juga

berdasarkan astronomi.

2. Alasan Subyektif

Alasan subyektif yang membuat penulis tertarik

untuk membahas judul ini di antaranya:

a. Pokok bahan dalam penulisan skripsi ini relevan

dengan disiplin ilmu yang penulis pelajari pada

Fakultas Syari‟ah Jurusan Ahwal Al-Syakhsiyah.

b. Literatur dan bahan-bahan yang dibutuhkan

dalam penulisan skripsi ini tersedia di

perpustakaan, sehingga memudahkan penulis

untuk membahas judul ini.

C. Latar Belakang Masalah Setiap kehidupan umat manusia membutuhkan

kalender atau penanggalan sebagai pengatur dan pembagi

waktu. Terutama bagi umat Islam, kebutuhan akan suatu

kalender merupakan hal yang sangat urgen karena banyak

ibadah umat Islam yang terkait dengan waktu. Seperti

ibadah haji, ibadah puasa Ramadan dan sebagainya.

Allah swt. telah menjelaskan kepada manusia, bahwa

Dialah Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur alam

semesta dan seisinya dengan sempurna dan teratur,

termasuk tentang waktu. Manusia dengan akal karunia-Nya

telah mampu mengetahui waktu, jam, hari, bulan dan tahun

kemudian menyusunnya menjadi organisasi satuan-satuan

Page 17: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

17

waktu yang disebut penanggalan atau kalender.

Sebagaimana dalam firman-Nya Q.S. al-Isra‟ ayat 12 :11

( اإلسرأ

12: )

Artinya: Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua

tanda (kebesaran Kami), kemudian Kami hapuskan

tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu

terang benderang, agar kamu (dapat) mencari

karunia dari Tuhan-mu, dan agar kamu

mengetahui bilangan tahun dan perhitungan

(waktu). dan segala sesuatu telah Kami terangkan

dengan jelas.12

(al-Isra‟ : 12)

Dalam ayat ini dapat difahami bahwa Allah

menjadikan malam dan siang sebagai dua tanda kekuasaan-

Nya, lalu juga menerangkan bahwa Ia menghapuskan tanda

malam dengan menjadikan tanda siang itu terang

benderang, ayat ini dimaksudkan agar manuisa dapat

mencari karunia Tuhannya, dan agar manusia dapat

menggali pikirannya untuk mengetahui bilangan tahun dan

perhitungan (waktu) yang saat ini lebih terkenal dengan

sebutan kalender.

Acuan yang digunakan untuk menyusun penanggalan

atau kalender ini adalah siklus pergerakan dua benda langit

yang sangat besar pengaruhnya pada kehidupan manusia di

11

Hendro Setyanto, Membaca Langit, Al-Ghuraba, Jakarta Pusat, 2008,

hlm. 7 12

Departemen Agama RI, Al-Hikmah (Al-Qur‟an dan Terjemahnya),

Diponegoro, Bandung, 2010, hlm. 283

Page 18: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

18

Bumi, yakni Bulan dan Matahari. Dalam penggunaannya

dari acuan dua benda langit tersebut terdapat tiga jenis

penanggalan atau kalender yang dipakai oleh umat manusia.

Pertama, solar system (kalender syamsiah), yaitu sistem

penanggalan atau kalender berdasarkan peredaran Bumi

mengelilingi Matahari. Kedua, lunar system (kalender

kamariah), yaitu sistem penanggalan atau kalender

berdasarkan peredaran Bulan mengelilingi Bumi. Ketiga,

kalender lunisolar, yaitu sistem penanggalan atau kalender

lunar yang disesuaikan dengan matahari.13

Kalender Masehi, Iran dan Jepang merupakan sistem

kalender solar, sedangkan kalender Hijriah dan Jawa

merupakan sistem kalender lunar. Adapun kalender

lunisolar seperti kalender Imlek, Saka, Buddha, dan

Yahudi.14

Kalender Hijriah atau Kamariah inilah yang

kemudian dibutuhkan dan dipakai oleh umat Islam untuk

menentukan penetuan waktu seperti hari-hari besar Islam,

dan acuan dalam melaksanakan kewajiban ibadahnya.

Sistem kalender Hijriah ini didasarkan pada peredaran

Bulan mengelilingi Bumi, sebagaimana firman Allah swt.

dalam Q.S. al-Baqarah ayat 189 :

(189: البقرة)

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit.

Katakanlah: “bulan sabit adalah tanda-tanda

waktu bagi manusia dan (bagi ibadah) haji. Dan

13

Rohmat, Ilmu Falak II Penentuan Awal Bulan Qomariyah dan

Syamsiyah, Seksi Penerbitan Fakultas Syari‟ah, Lampung, 2014, hlm. 1-2 14

Ibid

Page 19: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

19

bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari

belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah

kebajikan orang yang bertaqwa. Dan masuklah

ke rumah-rumah itu dari pintunya, dan

bertaqwalah kepada Allah agar kamu

beruntung.15

(al-Baqarah: 189)

Al-Qur‟an di atas menjelaskan tentang hikmah

bahwa bulan sabit (hilal) merupakan tanda bagi manusia

untuk mengetahui waktu penunaian setiap urusan

keduniaan, sekaligus kompas dalam hal ibadah yaitu untuk

mengetahui waktu-waktu pelaksanaannya seperti ibadah

puasa dan haji.16

Demikian pula dijelaskan secara teologis bahwa

perjalanan waktu di bumi ini ditandai dengan peredaran

benda-benda langit, terutama Bulan. Berdasarkan firman

Allah swt. dalam Q.S.Yunus ayat 5:

( ونس :

5)

Artinya: Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan

bulan bercahaya dan ditetapkanNya manzilah-

manzilah (tempat-tempat)bagi perjalanan bulan

itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan

perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan

15

Departemen Agama RI, Al-Hikmah (Al-Qur‟an dan Terjemahnya),

Diponegoro, Bandung, 2010, hlm. 29 16

As-Sayyid Mahmud Syukri Al Alusi, Ma Dalla „Alaihi Al-Qur‟an

(Min Ma Ya‟dhadu Al Hai‟ah Al Jadidah Al Qawimah Al Burhan, Alih

Bahasa, Kamran As‟ad Irsyadi, Al-Qur‟an dan Ilmu Astronomi, Cetakan I,

Pustaka Azzam, Jakarta, 2004, hlm. 61

Page 20: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

20

yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia

menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada

orang-orang yang mengetahui.17

(Yunus : 5)

Penentuan awal bulan Hijriah seringkali menimbulkan

polemik diantara kalangan umat Islam dikarenakan setiap

golongan mempunyai keyakinan dan pemahaman

tersendiri dalam menentukan kapan masuk awal bulan

Hijriah khususnya bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijah

seringkali terdapat perbedaan dalam penentuannya. Hal ini

disebabkan adanya perbedaan pendapat dalam memahami

dan mengaplikasikan hadis Rasul yang berbunyi:

عن اب ىري رة رضي اهلل عنو ي قول قال النب صلى اهلل عليو وسلم ة شعبان صوموا لرؤيتو وافطروا لرؤيتو فإن غبي عليكم فأكملوا عد

18(رواه البخاري). Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi saw.

bersabda: Berpuasalah bila kalian melihat bulan,

dan berbukalah bila kalian melihat bulan, namun

bila bulan itu tertutup atas kalian (oleh awan),

maka sempernukanlah hitungan bulan Sya‟ban itu

menjadi tiga puluh hari.19

(H.R. Bukhari).

Berdasarkan hadis di atas inilah yang menjadi

pangkal persoalan dalam penentuan awal bulan Hijriah. Di

mana berpangkal pada zahir hadis tersebut, para ulama

berbeda pendapat dalam memahaminya sehingga

melahirkan perbedaan pendapat.20

17

Departemen Agama RI, Al-Hikmah (Al-Qur‟an dan Terjemahnya),

Diponegoro, Bandung, 2010, hlm. 208 18

Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Dar Al-Kutub

Al-Ilmiyah, Beirut, 2004, hlm 346. Hadits No 1909, Bab Puasa 19

Safuan Alfandi,Samudra Pilihan Hadits Shahih Bukhari, Sendang

Ilmu, Solo, 2015, hlm. 162 20

Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, Pustaka Rizki Putra,

Semarang, 2012, hlm. 91-92

Page 21: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

21

Adanya perbedaan pendapat dalam penetapan awal

bulan Hijriah khususnya bulan Ramadan, Syawal dan

Zulhijah disebabkan ada yang bersumber pada perbedaan

metode serta perbedaan sistem penentuannya, ada pula

yang bersumber pada perbedaan mathla‟.

Dalam hal perbedaan metode pada garis besarnya

terdapat dua macam metode penentuan awal bulan Hijriah.

Pertama, metode rukyat, adalah usaha melihat hilal dengan

mata telanjang pada saat matahari terbenam pada tanggal

29 bulan Hijriah. Apabila hilal terlihat, maka malam itu

dan keesokan harinya ditetapkan sebagai tanggal satu

bulan baru, sedangkan apabila hilal tidak berhasil dilihat,

maka tanggal satu bulan baru ditetapkan jatuh pada malam

hari berikutnya, bilangan hari dari bulan yang sedang

berlangsung digenapkan menjadi 30 hari (diistikmalkan).

Kedua, metode hisab, adalah penentuan awal bulan Hijriah

yang didasarkan kepada peredaran Bulan dan Bumi. 21

Pada metode hisab terdapat perbedaan pendapat

dalam menentukan awal bulan Kamariah. Di antaranya,

terdapat pendapat yang menyatakan bahwa awal bulan

baru itu ditentukan hanya oleh terjadinya ijtimak,22

sedangkan yang lain mendasarkan pada terjadinya ijtimak

dan posisi hilal. Kelompok yang berpegang pada sistem

ijtimak menetapkan jika ijtimak terjadi sebelum Matahari

terbenam, maka sejak Matahari terbenam itulah awal bulan

baru sudah mulai masuk. Mereka sama sekali tidak

21

Rohmat, Imkan Rukyat dalam Penentuan Awal Bulan

Qamariyah/Hijriyah, Cetakan Pertama, Pusat Penelitian dan Penerbitan

Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat IAIN Raden Intan

Lampung, Bandar Lampung, 2014, hlm. 44-46 22

Ijtima‟ adalah istilah dalam ilmu falak yang diambil dari bahasa

Arab yang artinya berkumpul. Istilah lainnya adalah iqtiran yaitu merupakan

pertemuan atau berkumpulnya dua benda yang berjalan secara aktif,

sedangkan dalam bahasa Indonesia istilah ini dikenal dengan sebutan

konjungsi yang diambil dari bahasa inggris conjungtion. "Ijtima‟ merupakan

gambaran dimana matahari dan bulan berada dalam satu bujur astronomi

yang menandai dimulainya bulan baru." Lihat, Depag, pedoman perhitungan

Awal bulan qamariyah dengan ilmu ukur bola, bagian proyek pembinaan

administrasi hukum dan Pengadilan Agama, Jakarta, 1983, hlm. 3

Page 22: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

22

mempermasalahkan hilal dapat dirukyat atau tidak.

Sedangkan kelompok yang berpegang pada terjadinya

ijtimak dan posisi hilal menetapkan jika pada saat

Matahari terbenam setelah terjadinya ijtimak dan posisi

hilal sudah berada di atas ufuk, maka sejak Matahari

terbenam itulah perhitungan bulan baru dimulai.23

Dalam perbedaan sistem penentuan dalam

menetapkan awal bulan Hijriah ada dua sistem yang

berkembang dalam masyarakat, yaitu: pertama, sistem

hisab, pada sistem hisab ini, ada ahli hisab yang dalam

menetapkan masuknya bulan baru berpedoman kepada

ijtima‟ qablal ghurub, wujudul hilal, dan imkanur rukyat.

Kedua, sistem rukyat, pada sistem rukyat ini dalam

menetapkan tanggal satu bulan Hijriah, khususnya yang

berkaitan dengan ibadah, harus berdasarkan rukyat. Hasil

hisab menurut golongan ini merupakan alat bantu atau

sarana untuk melakukan rukyat. 24

Maka rukyat harus

didasarkan pada hasil hisab yang valid dan akurat (qath‟i).

Hisab dan rukyat saling menguatkan. 25

Perbedaan dalam penetapan awal bulan Hijriah selain

disebabkan karena adanya perbedaan metode dan adanya

sistem atau aliran dalam penentuannya, melainkan juga

disebabkan karena adanya perbedaan mathla‟. Perbedaan

mathla‟ ini disebabkan karena ada yang berpedoman pada

mathla‟ approach global, mathla‟ approach parsial, dan

ada yang berpedoman pada mathla‟ wilayatul hukmi.

23

Jayusman, “Kajian Ilmu Falak Perbedaan Penentuan Awal Bulan

Kamariah: Antara Khilafiah dan Sains” Al-Maslahah Jurnal Ilmu Syari‟ah,

Vol. 11, No. 1, edisi April 2015, hlm. 18 24

Said Jamhari, Faisal, dan Abdul Qadir Zaelani, Penentuan Awal

Bulan Qamariyah antara Mazhab Hisab dan Rukyat dan Upaya

Penyatuannya, Cetakan Pertama, Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga

Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat IAIN Raden Intan Lampung,

Bandar Lampung, 2015, hlm. 26-28 25

Jayusman, Ilmu Falak II: Fiqh Hisab Rukyah Penentuan Awal

Bulan Kamariah, Fakultas Syari‟ah IAIN Raden Intan Lampung, Bandar

Lampung, 2016, hlm. 108

Page 23: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

23

Mathla‟ approach global merupakan pendekatan

filosofis yang menyatakan bahwa tanggal satu bulan

Ramadan, Syawal, dan Zulhijah harus jatuh pada hari yang

sama untuk seluruh penduduk bumi, sebagai salah satu

lambang kesatuan ummat Islam sedunia. Maksudnya bila

ada orang yang berhasil melihat hilal, di wilayah manapun

dia melihatnya, maka hasil rukyatnya itu berlaku untuk

seluruh penduduk bumi. Sedangkan mathla‟ approach

parsial merupakan pendekatan filosofis yang menyatakan

bahwa kesatuan umat Islam bukan hanya berdasarkan

sama di dalam menetapkan awal bulan Hijriah untuk

seluruh permukaan planet Bumi, melainkan bisa

diwujudkan dengan adanya rasa saling menghargai di

antara umat Islam. Maksudnya bila ada orang yang

berhasil melihat hilal pada suatu wilayah, maka hasil

rukyatnya itu berlaku untuk wilayah ditetapkannya rukyat

hilal dan juga wilayah yang berdekatan. 26

Adapun mathla‟ wilayatul hukmi menjadikan batasan

negara secara politik sebagai batasan dalam keberlakuan

rukyat atau yang lebih dikenal dengan kesatuan dalam

wilayah hukum. Misalnya Indonesia, konsekuensinya

apabila hilal terlihat dimanapun di wilayah Indonesia,

dianggap berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Penduduk

melaksanakan puasa dan berhari raya secara serentak

berdasarkan ketetapan pemerintah. 27

Persoalan mathla‟ dalam penetapan awal bulan

Hijriah juga terdapat perbedaan pendapat di kalangan

ulama, khususnya di kalangan empat mazhab seperti

Mazhab Hanafi, Maliki, Hanbali dan Syafi‟i.

Mazhab Hanafi, Maliki, dan Hanbali berpendapat

bahwa perbedaan tempat terbit bulan (ikhtilafu al-mathali)

itu tidak menjadi soal atau tidak berlaku. Artinya, bila ada

satu orang di sebuah negeri melihat hilal, maka semua

negeri Islam di dunia ini wajib berpuasa dengan dasar

26

Rohmat, 2014, Op.Cit., hlm. 56-58. 27

Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat (telaah syari‟ah,

sains dan teknologi), Gema Insani Press, Jakarta, 1996, hlm. 19

Page 24: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

24

rukyat orang itu. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah

Saw: “berpuasalah bila kalian melihat bulan, dan

berbukalah bila kalian melihat bulan”. Ini adalah

pernyataan yang bersifat umum untuk seluruh umat Islam.

Siapa saja di antara mereka, dimana saja tempatnya,

rukyatnya berlaku untuk mereka semua.28

Adapun Mazhab Syafi‟i berpendapat jika penduduk

suatu daerah melihat hilal, dan penduduk daerah lain

sebagainya tidak melihatnya, bila dua daerah tersebut

berdekatan, maka hukumnya satu. Tetapi kalau munculnya

berbeda, maka setiap daerah mempunyai hukum khusus.29

Karena adanya perbedaan mathla‟ bulan di antara jarak

yang jauh yang kemungkinan terjadi minimal 24 farsakh (1

farsakh kira-kira 5544 m = 133,056 km).30

Bahkan Syekh

Syamsuddin Muhammad ibn Al-Khatib Asy-Syarbini

(ulama Syafi‟iah) dalam kitabnya Mughniyl Muhtaaj

(Matan Minhaaj Ath-Thalibin) 31 dan Muhammad ibn

Muhammad Abi Hamid al-ghazali (ulama Syafi‟iah) dalam

kitabnya Al-Wajiz fi Fiqhi Madzhab al-Imam Asy-Syafi‟i

menyatakan bahwa apabila hilal terlihat pada suatu negeri

maka hukumnya hanya berlaku bagi negeri yang terdekat

dari negeri terlihatnya hilal yaitu sejarak dibolehkannya

qashar shalat (masafah al-qasr). 32

Namun Wahbah Al-

Zuhaily menyatakan bahwa berdasarkan pendapat yang

sahih, pandangan sebagian Syafi‟iah yang membedakan

jarak dekat dan jauh berdasarkan ukuran jarak qashar

28

Sayyid Sabiq, Fiqhussunnah, Alih Bahasa, Mahyuddin Syaf, Fikih

Sunnah, Cetakan Pertama, Jilid 3, Al-Ma‟arif, Bandung, 1978, hlm. 207 29

Muhammad Jawad Mughniyah, Al-Fiqh „Ala Al-Madzahib Al-

Khamsah, Alih Bahasa, Maskur A.B., Afif Muhammad dan Idrus Al-Kaff,

Fiqih Lima Mazhab, Lentera, Jakarta, 2011, hlm. 198 30

Wahbah Al-zuhaily, Al fiqhul Al islamy Wa Adillatuhu, Juz II, Dar Al-

Fikr, Damaskus, 1996, hlm. 605 31

Syekh Syamsuddin Muhammad ibn Al-Khatib Asy-Syarbini,

Mughniyl Muhtaaj (Matan Minhaaj Ath-Thalibin), Jilid I, Dar Al-Fikr,

Beirut, hlm. 569-570 32

Muhammad Ibn Muhammad Abi Hamid Al-Ghazali, Al-Wajiz Fi Fiqhi

Madzhab Al-Imam Asy-Syafi‟I, Dar Al-Fikr, Beirut, 2004, hlm. 84

Page 25: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

25

shalat (masafahal-qasr) tidak bisa dijadikan dasar

hukum.33

Sayyid Sabiq kemudian menyatakan bahwa pendapat

yang dipilih oleh golongan Syafi‟i ialah setiap wilayah

memiliki rukyat masing-masing. Maka mereka tidak

diwajibkan berpuasa sebab rukyatul hilal selain dari

wilayah mereka.34

Berdasarkan perbedaan pendapat tentang tempat

timbulnya Bulan (mathla‟) di kalangan empat mazhab

tersebut, penulis mengambil judul “Pendapat Empat

Mazhab tentang Mathla‟ dalam Penentuan Awal Bulan

Hijriah (Perspektif Astronomi)”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah

dipaparkan, maka permasalahan yang hendak dibahas

dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pendapat empat mazhab tentang mathla‟

dalam penentuan awal bulan Hijriah ?

2. Bagaimana pendapat empat mazhab tentang mathla‟

dalam perspektif astronomi?

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan sehingga penulis melakukan

penelitian ini. Adapun penelitian ini bertujuan sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana pendapat empat

mazhab tentang mathla‟ dalam penentuan awal

bulan Hijriah.

b. Untuk mengetahui bagaimana mathla‟ menurut

pendapat empat mazhab dalam perspektif

astronomi.

33

Wahbah Al-Zuhaily, 2006, Op.Cit., hlm. 38 34

Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Jilid I, Dar Al-Fath, Kairo, 1990, hlm.

307

Page 26: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

26

2. Kegunaan Penelitian

Ada beberapa kegunaan sehingga membuat

penulis tertarik untuk membahas judul ini di

antaranya:

a. Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis penelitian ini adalah:

1) Memberikan informasi tentang wacana

perbedaan pendapat tentang mathla‟ dalam

penentuan awal bulan Hijriah di kalangan

empat mazhab.

2) Memberikan kontribusi secara ilmiah dalam

menetralisir kontroversi pemahaman tentang

penentuan awal bulan Hijriah.

b. Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis penelitian ini adalah:

1) Penelitian ini diharapkan dapat difungsikan

sebagai penambahan wacana yang berkaitan

dengan masalah hukum Islam dan dapat

menjadi landasan positif bagi masyarakat.

2) Bagi penulis sebagai bahan latihan dalam

mengembangkan wacana dan latihan

akademik yaitu untuk menciptakan suatu karya

ilmiah terutama terhadap khazanah ilmu

hukum Islam.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian

kepustakaan (Library Research)35 yaitu penelitian yang

difokuskan terhadap penelitian bahan-bahan pustaka

yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas,

yaitu al-Qur‟an, hadis, kitab atau buku tentang empat

mazhab, dan astronomi yang menjelaskan tentang

penentuan awal bulan Hijriah, juga teks-teks hukum

35

M. Nasir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, hlm.

53

Page 27: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

27

yang memperbincangkan tentang penentuan awal

bulan Hijriah. Khususnya tentang mathla‟.

2. Sifat Penelitian

Sifat penelitian ini termasuk dalam penelitian

yang bersifat deskriptif analitik.36 yaitu peneliti

memaparkan secara sistematis materi pembahasan dari

berbagai sumber untuk kemudian dianalisis dengan

cermat guna memperoleh hasil sebagai kesimpulan dari

kajian tentang Pendapat Empat Mazhab tentang

Mathla‟ dalam Penentuan Awal Bulan Hijriah

(Perspektif Astronomi).

3. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian library research sehingga

menggunakan metode pengumpulan data secara

dokumentatif.37 dengan menelusuri kitab-kitab, buku-

buku atau karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan

topik kajian, penelusuran terhadap literatur-literatur

tersebut diambil atau didapat dari sumber data primer,

data sekunder dan data tersier.

a. Sumber Data Primer, adalah merupakan sumber

data38 atau merupakan bahan-bahan yang mengikat

dalam pembahasan ini yang harus ditelaah yakni

kitab, buku atau literatur asli dalam hal ini adalah

al-Qur‟an, hadis, kitab atau buku tentang empat

mazhab dan astronomi yang membahas tentang

penentuan awal bulan Hijriah khususnya yang

menjelaskan tentang mathla‟.

b. Sumber Data Sekunder, adalah merupakan bahan-

bahan yang menjelaskan sumber data primer yaitu

seperti hasil penelitian, pendapat para pakar yang

mendukung tema pembahasan atau hasil dari

36

Cholid Narbuko dkk, Metodelogi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta,

2007, hlm. 45 37

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,

PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1991, hlm. 75 38

Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra

Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 121

Page 28: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

28

karya ilmiah.39 Dalam hal ini adalah data

pendukung seperti pendapat para ulama serta

referensi pendukung lainnya yang membahas

tentang mathla‟ dalam penentuan awal bulan

Hijriah.

c. Sumber Data Tersier, adalah merupakan sumber

data yang menjelaskan sumber data primer dan

sekunder, seperti kamus, ensiklopedia bibliografi

dan indeks dan dalam hal ini adalah kamus

hukum, ensiklopedi hukum dan beberapa jurnal

hukum yang memiliki hubungan emosi atau

substansi.

4. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah melakukan analisis

terhadap data dengan metode dan cara-cara tertentu

yang berlaku dalam penelitian.40 Pengolahan data

umumnya dilakukan dengan cara:

a. Editing Data: pemeriksaan kembali semua data

yang diperoleh terutama dari kelengkapannya,

kejelasan makna, kesesuaian serta relevansinya

dengan data lain.

b. Klasifikasi Data: mereduksi data yang ada dengan

cara menyusun dan mengklasifikasi data yang

diperoleh kedalam pola tertentu atas permasalahan

tertentu untuk mempermudah pembahasan.

c. Ferifikasi Data: mengelompokkan data dan

memahami maksud dari sumber-sumber data yang

diperoleh.

d. Sistematisasi Data: menempatkan data menurut

kerangka sistematika bahasa berdasarkan urutan

masalah.

39

S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistic Kualitatif, Tarsito,

Bandung, 1998, hlm. 26 40

Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, CV. Pustaka Setia,

Bandung, 2008, hlm. 199

Page 29: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

29

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan cara untuk menelaah

seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.41

Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif

dengan menggunakan metode deduktif yaitu analisis

yang berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum

untuk mendapatkan kesimpulan khusus, dalam hal ini

adalah merupakan al-Qur‟an, hadis, kitab-kitab atau

buku-buku serta literatur penentuan awal bulan Hijriah

yang bersifat umum mengambil kesimpulan yang

bersifat khusus.

41

Lexi. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya,

Bandung, 2002, hlm. 190

Page 30: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

30

BAB II

PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH

A. Pengertian dan Dasar Hukum Bulan Hijriah

Kalender atau penanggalan adalah sistem

pengorganisasian satuan waktu untuk tujuan penandaan serta

perhitungan waktu dalam jangka panjang.42

Kalender

berkaitan erat dengan peradaban manusia, karena berperan

penting dalam penentuan waktu. Seperti berburu, bertani,

bermigrasi, peribadatan, dan perayaan-perayaan. Suatu

kegiatan sering kita catat dan kita dokumentasikan dengan

menunjuk hari, tanggal dan tahun tertentu yang kebanyakan

rangkaian kegiatan tersebut kita menggunakan sistem

kalender Masehi tanpa mengaitkannya dengan kalender yang

berlaku bagi umat Islam, padahal Islam memiliki kalender

sendiri yang dikenal dengan kalender Hijriah.

Bulan Hijriah atau disebut juga bulan Kamariah yaitu

sistem penanggalan yang didasarkan pada peredaran bulan

mengelilingi bumi yang dikenal dengan metode qamariyah

atau lunar system, atau dikenal juga dengan tahun Candra.43

Masyarakat Arab Jahiliah sudah menggunakan sistem

penanggalan yang mengacu kepada pergerakan Bulan ini.

Namun, mereka belum mempunyai pangkal perhitungan

tahun yang tetap. Maka untuk mengingat suatu kejadian

mereka memakai suatu peristiwa penting yang masyhur

sebagai pangkal hitungan tahun. Misalnya tahun Gajah

karena adanya peristiwa penyerbuan raja Abrahah ke Mekah

dengan mengendarai Gajah.44

42

Susiknan Azhari, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Cetakan Kedua, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta, 2008, hlm. 115 43

Rohmat, “Eksistensi Badan Hisab dan Rukyat Provinsi Lampung

dalam Penentuan Awal Bulan Qamariyah” Jurnal Al-Adalah, Vol. 5, No. 2,

edisi Desember 2006, hlm. 676 44

Arfan Muhammad, Pedoman Ilmu Falak (hisab urfi, hakiki dan

kontemporer serta tehnik rukyat dengan teknologi), Bahan Kuliah Ilmu Falak

pada Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam Nurul Jadid Paiton Probolinggo,

Prodi Syari‟ah STAIN Jember dan Fakultas Syari‟ah Institut Agama Islam

Page 31: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

31

Sistem penanggalan yang mengacu kepada pergerakan

Bulan atau disebut juga kalender Hijriah ini sebenarnya

sudah digunakan oleh bangsa Arab di zaman pra-Islam, dan

juga oleh kelompok-kelompok tertentu dari bangsa Yahudi,

begitu pula di India dan Cina, akan tetapi dalam bentuk

lain.45

Pada zaman sebelum Rasulullah saw, bangsa Arab tidak

murni menggunakan kalender Hijriah. Akan tetapi setiap

tiga tahun menambahkan satu bulan tambahan untuk

menyesuaikan dengan musim. Sistem kalender campuran itu

biasa disebut dengan sistem qamari syamsiah (luni solar

calendar) yaitu kalender lunar yang disesuaikan dengan

matahari.46

Namun, setelah kerasulan Nabi Muhammad saw,

turunlah perintah Allah untuk menghapus sistem campuran

tersebut dan menggantikannya dengan sistem Kamariah

murni (kalender lunar yang murni). Hal ini tercantum dalam

al-Qur‟an Surat at-Taubah ayat 36-37: 47

Ibrahimy Sukorejo Situbondo, Untuk Kalangan Mahasiswa Sendiri, 2006,

hlm.16 45

Muhammad Jamaluddin el-Fandy, On Cosmic Verses In The Quran,

Alih Bahasa, Abdul Bar Salim, Al-Quran Tentang Alam Semesta, Cetakan

Keenam, Amzah, Jakarta, 2013, hlm. 106 46

Rohmat, Imkan Rukyat dalam Penentuan Awal Bulan

Qamariyah/Hijriyah (analisis ushul fiqh dan astronomi), Cetakan Pertama,

Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat IAIN Raden Intan Lampung, Bandar Lampung, 2014, hlm. 19-20 47

Ibid., hlm. 20

Page 32: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

32

(36-37 :الت وبة )Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah

adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di

waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di

antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan)

agama yang lurus, Maka janganlah kamu

Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat

itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya

sebagaimana merekapun memerangi kamu

semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah

beserta orang-orang yang bertakwa. (36)

Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan Haram

itu adalah menambah kekafiran. disesatkan orang-

orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu,

mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan

mengharamkannya pada tahun yang lain, agar

mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan

yang Allah mengharamkannya, Maka mereka

menghalalkan apa yang diharamkan Allah.

(syaitan) menjadikan mereka memandang

perbuatan mereka yang buruk itu. dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang

kafir.(37)”. 48

(Q.S. at-Taubah Ayat 36-37).

Berdasarkan ayat di atas, Allah telah menetapkan bahwa

peredaran Bumi mengitari Matahari mempunyai batasan

48 Departemen Agama RI, Al-Hikmah (Al-Qur‟an dan Terjemahnya),

Diponegoro, Bandung, 2010, hlm. 157

Page 33: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

33

waktu dalam satu tahunnya yakni dua belas kali lunasi

(datangnya hilal), yang mana satu tahun Syamsiah adalah

365, 2422 hari, sedangkan satu tahun Hijriah adalah 354

hari, karena satu bulan dalam tahun Hijriah adalah 29, 5306

hari. jadi satu tahun Hijriah sebelas hari lebih pendek dari

pada tahun Syamsiah.49

Ayat di atas juga menjelaskan untuk memakai kalender

lunar yang murni dengan menghilangkan bulan nasi‟.50

Yakni bulan tambahan yang mana penambahan bulan itu

untuk menyesuaikan dengan musim. Dalam prakteknya,

annasi‟ (mengulur atau menambah bulan) biasa dilakukan

dengan menambah satu bulan tambahan setiap tiga tahun

untuk menggenapkan selisih hari antara tahun Syamsiah dan

Hijriah yang sebelas hari.51

Setelah wafatnya Rasulullah saw, kalender Hijriah

kemudian mulai di berlakukan pada masa pemerintahan

Umar bin Khattab. Dua tahun setelah Umar bin Khattab

memerintah, beliau menemukan sebuah dokumentasi yang

tertulis bulan Syakban dengan tanpa menyebutkan tahunnya.

Hal ini menimbulkan pertanyaan, bulan Syakban yang

mana?.52

Berdasarkan permasalahan ini, muncullah gagasan

khalifah untuk menentukan sistem kalender Islam. Setelah

bermusyawarah, maka ditetapkanlah bahwa kalender Islam

itu dimulai dari tahun hijrahnya Nabi Muhammad saw.

bersama sahabatnya dari Mekah ke Madinah. Penetapan

tersebut atas dasar pertimbangan bahwasannya di Madinah

Islam mulai nampak keberadaannya, dan mulai terbentuk

49

Rohmat, 2014, Op.Cit., hlm. 21 50

Rohmat, Ilmu Falak II (Penentuan Awal Bulan Qamariyah dan

Syamsiyah), Seksi Penerbitan Fakultas Syari‟ah IAIN Raden Intan Lampung,

Bandar Lampung, 2014, hlm. 102 51

Rohmat, 2014, Op.Cit., hlm. 22 52

Said Jamhari, Faisal, dan Abdul Qadir Zaelani, Penentuan Awal Bulan

Qamariyah antara Mazhab Hisab dan Rukyat dan Upaya Penyatuannya,

Cetakan Pertama, Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat IAIN Raden Intan Lampung, Bandar

Lampung, 2015, hlm. 13-14

Page 34: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

34

pemerintahan yang islami. Sistem penanggalan yang

ditetapkan oleh khalifah Umar ini yang kemudian di kenal

dengan istilah kalender Hijriah.53

Adapun nama-nama bulan pada Kalender Hijriah yaitu:

Muharam, Safar, Rabiul Awal, Rabiul akhir, Jumadil awal,

Jumadil akhir, Rajab, Syakban, Ramadan, Syawal,

Zulkaidah, dan Zulhijah.

Lamanya satu bulan Hijriah didasarkan pada waktu yang

berselang antara dua ijtimak, yaitu rata-rata 29 hari 12 jam

44 menit 2,8 detik. Ukuran waktu tersebut disebut satu

periode bulan sinodis/the synodic month/ syahr al-iqtironi.

Satu periode bulan sinodis ini bukanlah waktu yang

diperlukan oleh bulan yang mengelilingi bumi atau satu kali

putaran penuh, melainkan waktu yang berselang antara dua

posisi sama yang dibuat oleh Bumi, Bulan dan Matahari.

Waktu tersebut lebih panjang dari waktu yang diperlukan

oleh Bulan dalam mengelilingi Bumi sekali putaran penuh.54

Waktu yang diperlukan oleh Bulan dalam mengelilingi Bumi

satu kali putaran penuh disebut satu periode bulan sideris/

the siderical month/ syahr an-nujumi yaitu memakan waktu

selama 27 hari 7 jam 43 menit 11,6 detik.55

Ketentuan syara‟ ataupun dasar hukum tentang bulan

Hijriah telah dijelaskan dalam nash al-Qur‟an dan juga

hadis. Adapun ayat al-Qur‟an yang berkaitan dengan bulan

Hijriah yaitu:

(189 :البقرة)

53

Ibid. 54

Said Jamhari, Faisal, dan Abdul Qadir Zaelani, Op.Cit., hlm. 16-17 55

Ibid.

Page 35: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

35

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit.

Katakanlah: bulan sabit adalah tanda-tanda waktu

bagi manusia dan (bagi ibadah)haji. Dan bukanlah

kebajikan memasuki rumah-rumah dari

belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah

kebajikan orang yang bertaqwa. Dan masuklah ke

rumah-rumah itu dari pintunya, dan bertaqwalah

kepada Allah agar kamu beruntung.”56

(al-Baqarah

: 189)

( 5 :يونس ) Artinya: “Dialah yang menjadikan matahari bersinardan

bulan bercahaya dan ditetapkanNya manzilah-

manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan

itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan

perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang

demikian itu melainkan dengan hak. Dia

menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada

orang-orang yang mengetahui.”57

(Yunus : 5)

Berdasarkan ayat di atas bahwasannya Allah swt.

menciptakan siang dan malam dan juga mengatur

pergantiannya secara teliti sebagai tanda atas kekuasaan-

Nya, dan pengertian itu berguna bagi manusia untuk

kehidupan mereka sehari-hari.58

Juga dengan silih

bergantinya siang dan malam, manusia dapat mengetahui

56 Departemen Agama RI, Al-Hikmah (Al-Qur‟an dan Terjemahnya),

Diponegoro, Bandung, 2010, hlm. 29 57

Departemen Agama RI, Al-Hikmah (Al-Qur‟an dan Terjemahnya),

Diponegoro, Bandung, 2010, hlm. 208 58

Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, Al-Quran dan Tafsirnya,

Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta, 1991, hlm. 538

Page 36: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

36

dan menghitung bilangan hari-hari, bulan dan tahun dan

dapat pula menentukan waktu beribadah dan hubungan

muamalah.59

بمت) (36: التوطArtinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah

adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di

waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di

antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan)

agama yang lurus, Maka janganlah kamu

Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat

itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya

sebagaimana merekapun memerangi kamu

semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah

beserta orang-orang yang bertakwa.” 60

(At-

Taubah:36)

Berdasarkan ayat di atas maksudnya ialah sesungguhnya

bilangan bulan itu ada 12 bulan di dalam ketetapan Allah,

akibat pengaturan peredaran bulan dan penentuan orbit-

orbitnya, sejak Dia menciptakan langit dan bumi menurut

tatanan yang kita ketahui, seperti adanya malam dan siang

hingga sekarang, dan menjelaskan tentang bulan-bulan

haram (Zulkaidah, Zulhijah, Muharam, dan Rajab),

59

Ibnu Katsir, Mukhtashor Tafsir Ibnu Katsir, Alih Bahasa, Salim

Bahreisy Dan Said Bahreisy, jilid 5, PT. Bina Ilmu, Surabaya, hlm. 16 60 Departemen Agama RI, Al-Hikmah (Al-Qur‟an dan Terjemahnya),

Diponegoro, Bandung, 2010, hlm. 157

Page 37: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

37

maksudnya bulan haram yaitu pada bulan-bulan ini

diharamkan untuk mengadakan peperangan.61

Ketentuan syara‟ ataupun dasar hukum tentang bulan

Hijriah dijelaskan juga dalam nash hadis Rasulullah saw.

adapun hadis yang berkaitan dengan bulan Hijriah

diantaranya yaitu:

هما أن رسول اهلل صلى حديث عبد اللو بن عمر رضي اهلل عن التصومواحت ت روا ال ل وال : اهلل عليو وسلم كر رم ان ف قال

62(رواه البخاري )ت فطرواحت ت روه فإن غم عليكم فاقدروالو Artinya: “Hadis „Abdullah bin „Umar r.a. bahwasannya

Rasulullah saw, menyebut Ramadan, kemudian

beliau bersabda:”Janganlah kamu berpuasa

sehingga kamu melihat hilal (bulan sabit), dan

janganlah kamu berhari raya sehingga kamu

melihatnya, apabila tertutup oleh mendung maka

perkirakanlah.”63

(H.R. Bukhari)

عن اب ىري رة رضي اهلل عنو ي قول قال النب صلى اهلل عليو وسلم ة شعبان صوموا لرؤيتو وافطروا لرؤيتو فإن غبي عليكم فأكملوا عد

64 (رواه البخاري ) Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi saw.

bersabda: Berpuasalah bila kalian melihat bulan,

dan berbukalah bila kalian melihat bulan, namun

61

Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy, Alih Bahasa, Hery Noer

Ali Dkk., Terjemah Tafsir al-Maraghi, Cetakan Pertama, Penerbit Toha

Putera, Semarang, 1987, hlm. 192-193 62

Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Dar Al-Kutub

Al- Ilmiyah, Beirut, 2004, hlm 345. Hadits No 1906, Bab Puasa 63

Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu‟lu‟ Wal Marjan, Alih Bahasa,

Muslich Shabir, Terjemah Al-Lu‟lu‟ Wal Marjan Koleksi Hadits yang

Disepakati oleh Al-Bukhori dan Muslim, Jilid 2, Al-Ridha, Semarang, 1993,

hlm. 1-2 64

Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Op.Cit., hlm 346. Hadits No 1909,

Bab Puasa

Page 38: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

38

bila bulan itu tertutup atas kalian (oleh awan),

maka sempernukanlah hitungan bulan Syakban itu

menjadi tiga puluh hari.”65

(H.R. Bukhari).

Berdasarkan hadis di atas inilah yang menjadi pangkal

persoalan dalam penentuan awal bulan Hijriah. Di mana

berpangkal pada zahir hadis tersebut, para ulama berbeda

pendapat dalam memahaminya sehingga melahirkan

perbedaan pendapat.66

Secara umum hadis di atas ini menunjukkan bahwa siapa

saja yang telah melihat bulan (hilal), maka kaum muslimin

wajib mengikuti rukyat tersebut, karena lafaz (kamu) dalam

hadis itu bisa diartikan dengan seluruh umat Islam yang akan

berpuasa. Namun menurut para ahli Fiqh hadis ini lebih

menunjukkan geografi orang yang melakukan rukyat, bukan

untuk seluruh umat Islam. Namun demikian, jumhur ulama

menyatakan bahwa apabila beberapa daerah dipimpin oleh

satu kepala negara, sekalipun berjauhan, maka apabila

kepala negara telah mengumumkan dimulainya puasa

dengan rukyat yang telah dilakukan di suatu daerah

kekuasaannya maka seluruh umat Islam di negara tersebut

wajib mengikuti pengumuman atau ketetapan pemerintah

tersebut.67

B. Metode dan Sistem Penentuan Awal Bulan Hijriah

1. Perbedaan Metode Penentuan Awal Bulan Hijriah

Penentuan awal bulan Hijriah adalah suatu hal yang

sangat penting dan sangat diperlukan ketepatannya bagi

umat Islam, sebab pelaksanaan ibadah dalam ajaran

Islam banyak yang dikaitkan dengan metode

penanggalan ini. Sejak zaman Rasulullah saw. dalam

65

Safuan Alfandi, Samudra Pilihan Hadits Shahih Bukhari, Sendang

Ilmu, Solo, 2015, hlm. 162 66

Ahmad Izzuddin, Ilmu Falak Praktis, Pustaka Rizki Putra,

Semarang, 2012, hlm. 91-92 67

Susiknan Azhari, 2008, Op.Cit., hlm. 141

Page 39: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

39

perjalanannya hingga sekarang, umat Islam telah

melakukan kegiatan untuk menentukan awal bulan

Hijriah. Kegiatan penentuan awal bulan Hijriah ini telah

mengalami berbagai perkembangan, baik yang

menyangkut metode maupun yang lainnya.

Perkembangan ini terjadi disebabkan adanya perbedaan

penafsiran dalam memahami ayat-ayat al-Qur‟an dan

hadis Nabi. Di samping itu, juga disebabkan kemajuan

ilmu pengetahuan, khususnya yang ada hubungannya

dengan penentuan awal bulan Hijriah.68

Adapun metode dalam menetapkan awal bulan

Hijriah pada garis besarnya terbagi menjadi dua macam

metode, pertama metode rukyat, kedua metode hisab.69

\

a. Metode Rukyat

Rukyat adalah bentuk masdar dari lafaz bahasa

Arab yang asal kata kerjanya adalah ي رى- رأى yang

artinya melihat. 70

Yang maknanya berarti النظر بالع أو .”melihat dengan mata atau dengan akal“ بالعق

Namun, pengertian rukyat dengan makna tersebut

jarang sekali digunakan, kata rukyat merupakan

istilah yang dipakai oleh para ahli Fiqh atau

masyarakat luas untuk pengertian bulan baru (hilal)

yang ada hubungannya dengan awal bulan Hijriah.71

Hilal adalah bulan sabit pertama yang teramati di

ufuk72

barat sesaat setelah Matahari terbenam,

68

Departemen Agama RI, Hisab Rukyat dan Perbedaannya, Editor,

Choirul Fuad Yusuf dan Bashori A. Hakim, Proyek Peningkatan Kerukunan

Hidup Umat Beragama, Puslitbang Kehidupan Beragama, Badan Litbang

Agama dan Diklat Keagamaan, Departemen Agama RI. Jakarta, 2004, hlm.

23 69

Rohmat, 2014, Op.Cit., hlm.44 70

Ahmad Warson Munawwir, Op.Cit., hlm. 460 71

Rohmat, 2014, Op.Cit., hlm. 112 72

Ufuk atau horizon secara praktis merupakan garis batas pandangan

manusia. Jadi jika manusia berada ditempat ketika pandangannya bisa

mengarah bebas tanpa ada yang menghalangi, maka garis terjauh yang bisa

Page 40: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

40

tampak sebagai goresan garis cahaya yang tipis, dan

bila menggunakan teleskop dengan pemroses citra

bisa tampak sebagai garis cahaya tipis di tepi bulatan

Bulan yang mengarah ke Matahari. 73

Penegasan ini

memang diperlukan sebab terkadang kita melihat di

ufuk timur sebelum matahari terbit, rupanya seperti

hilal, tetapi ini bukan hilal melainkan bulan usia hari

terakhir, sebelum terjadi ijtimak.74

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa rukyat

merupakan suatu kegiatan atau usaha untuk melihat

hilal atau bulan sabit di langit (ufuk) sebelah Barat

sesaat setelah Matahari terbenam menjelang awal

bulan baru khususnya menjelang bulan Ramadan,

Syawal, dan Zulhijah untuk menetapkan kapan awal

bulan dimulai.75

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

rukyatul hilal merupakan pengawasan dengan mata

terhadap adanya hilal pada akhir bulan Hijriah guna

menentukan hari apakah jatuhnya tanggal satu bulan

yang baru.76

dilihat merupakan garis ufuk. Untuk memperoleh pandangan secara lepas,

sebaiknya seseorang pengamat memilih lokasi di pinggir laut tanpa pulau

atau gunung yang menghalangi pemandangannya. Semakin tinggi posisi

seseorang, maka semakin luas pandangan yang tercakup, dan semakin jauh

serta semakin rendah garis ufuk yang terlihat. Untuk itu, tempat yang paling

ideal untuk melakukan pengamatan hilal adalah tempat yang tinggi, di

pinggir laut lepas. Lihat Farid Ruskanda, 100 masalah hisab dan rukyat,

(telaah syari‟ah, sains dan teknologi),Gema Insani Press, Jakarta, 1996, hlm.

22-23 73

Jayusman, Ilmu Falak II: Fiqh Hisab Rukyah Penentuan Awal Bulan

Kamariah, Fakultas Syari‟ah IAIN Raden Intan Lampung, Bandar Lampung,

2016, hlm. 26 74

Panitia seminar nasional sehari penetuan awal bulan qamariyah antara

hisab dan rukyat, Op.Cit., hlm. 8 75

Said Jamhari, Faisal, dan Abdul Qadir Zaelani, Op.Cit., hlm 42 76

Suyuthi Ali, Ilmu Falak I, Jilid I, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 1997, hlm. 105

Page 41: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

41

Al-Qur‟an juga menjelaskan tentang penciptaan

dan hikmah ahillah (jamak dari hilal). Yakni dalam

al-Quran surat al-Baqarah ayat 189:

(189 :البقرة) Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang bulan

sabit. Katakanlah: “Bulan sabit adalah

tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi

ibadah) haji. Dan bukanlah kebajikan

memasuki rumah-rumah dari belakangnya,

akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan

orang yang bertaqwa. Dan masuklah ke

rumah-rumah itu dari pintunya, dan

bertaqwalah kepada Allah agar kamu

beruntung.77

(al-Baqarah : 189)

Berdasarkan ayat di atas bahwasannya

mengungkapkan mengenai pertanyaan para Sahabat

kepada Nabi tentang penciptaan ahillah. Atas

perintah Allah swt, kemudian Rasulullah menjawab

bahwa ahillah atau hilal itu sebagai kalender bagi

ibadah dan aktifitas manusia termasuk haji.

Pertanyaan ini muncul karena hilal telah tampak oleh

para Sahabat.78

Apabila sesaat setelah Matahari terbenam hilal

dapat dilihat maka, sejak Matahari terbenam sore itu

sudah terjadi pergantian bulan Hijriah. Bila

77

Departemen Agama RI, Al-Hikmah (Al-Qur‟an dan Terjemahnya),

Diponegoro, Bandung, 2010, hlm. 29 78

Said Jamhari, Faisal, dan Abdul Qadir Zaelani, Op.Cit., hlm 43.

Page 42: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

42

terlihatnya itu setelah Matahari terbenam pada hari

ke-29 bulan Ramadan misalnya, maka sejak Matahari

terbenam hari itu dinyatakan sudah tanggal satu

bulan Syawal.79

Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para

mujtahid mengenai batas awal dan akhir bulan

Hijriah apabila hilal tidak dapat atau tidak berhasil

dilihat. Menurut Ibnu Umar, apabila hilal tidak

berhasil dilihat di awal Ramadan, maka hari itu

disebut yaumul syak (hari yang meragukan) dan

Ramadan harus jatuh pada hari berikutnya. Menurut

Ibnu Suraij dari Syafi‟i, apabila hilal tidak terlihat

boleh dengan itsbat (ditetapkan). Sedangkan menurut

jumhur ulama apabila hilal tidak berhasil dilihat

maka disempurnakan sampai 30 hari

(diistikmalkan)80

Penentuan awal bulan Hijriah berdasarkan pada

keberhasilan rukyatul hilal harus memenuhi syarat-

syarat tertentu. Terdapat perbedaan dikalangan ulama

tentang persyaratan tersebut. Hanafiah mensyaratkan

penetapan awal bulan Ramadan dan Syawal yaitu

dengan hasil rukyatul hilal satu kelompok besar jika

kondisi cuaca atau langit cerah. Dan memadai

kesaksian seorang yang adil pada kondisi berawan,

berkabut dan sejenisnya. Adapun Malikiah

mensyaratkan keberhasilan rukyat dari dua atau lebih

orang yang adil. Dan mencukupi kesaksian satu

orang yang adil pada kondisi hilal tidak terdapat

keraguan untuk dapat terlihat. Memadai keberhasilan

rukyat seorang yang adil menurut Syafi‟iah dan

Hanabilah, walaupun pada kondisi terdapat

penghalang menurut Syafi‟iah. Namun tidak

79

Panitia Seminar Nasional Sehari Penetuan Awal Bulan Qamariyah

Antara Hisab dan Rukyat, Op.Cit., hlm 8-9 80

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, Alih

Bahasa, Imam Ghazali Said dan Achmad Zaidun, Analisa Fiqih Para

Mujtahid, Cetakan Pertama, Pustaka Amani, Jakarta, 2002, hlm. 637

Page 43: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

43

memadai dalam kondisi tersebut menurut Hanabilah.

Menurut kalangan Hanabilah dan Malikiah

mensyaratkan keberhasilan rukyat dua orang yang

adil pada rukyat awal Syawal untuk penentuan Idul

Fitri. Dan diterimanya kesaksian rukyat perempuan

menurut Hanafiah dan Hanabilah sedangkan menurut

Malikiah dan Syafi‟iah tidak dapat diterima. 81

Pelaksanaan rukyatul hilal sebagai metode

penentuan awal bulan Hijriah di Nusantara diyakini

sudah dilaksanakan semenjak Islam masuk ke

kepulauan Nusantara. Sebelum umat Islam

melaksanakan ibadah puasa Ramadan dan hari raya

Idul Fitri, setiap tanggal 29 Syakban dan 29

Ramadan umat Islam beramai-ramai pergi ke bukit-

bukit atau pantai-pantai untuk bersama-sama

menyaksikan hilal di ufuk barat saat Matahari

terbenam. Jika hilal berhasil dirukyat, maka malam

itu adalah malam tanggal satu dari bulan yang baru.

Namun bila hilal tidak berhasil dirukyat, maka

malam itu dan keesokan harinya merupakan tanggal

30 bulan yang sedang berlangsung (diistikmalkan).

Setelah berdirinya kerajaan-kerajaan Islam

Nusantara, pelaksanaan rukyat selain dilaksanakan

oleh umat Islam, juga ada yang dikoordinir oleh

pejabat-pejabat keagamaan di kerajaan yang

bersangkutan.82

Ditinjau dari sarana prasarana yang digunakan

dalam melaksanakan rukyatul hilal, semula

pelaksanaannya hanya dilakukan dengan mata

telanjang, tanpa menggunakan alat bantu apapun.

Setelah kebudayaan manusia makin maju, maka

pelaksanaan rukyatpun secara berangsur-angsur

menggunakan sarana prasarana yang menunjang.

81

Wahbah Al-Zuhaily, Al fiqhul Al islamy Wa Adillatuhu, Alih Bahasa,

Masdar Helmy, Fiqih Shaum, I‟tikaf Dan Haji, Cetakan Pertama, CV.

Pustaka Media Utama, Bandung, 2006. Hlm. 31-37 82

Jayusman, Op.Cit., hlm. 138-139

Page 44: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

44

Sarana prasarana rukyat terus berkembang sesuai

dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.83

Pada awalnya dalam pelaksanaan rukyatul hilal

orang hanya melihat atau mengarahkan

pandangannya ke ufuk Barat. Dengan pengertian

bahwa mengarahkan pandangannya ke ufuk Barat

yang sedemikian luas. Hal ini sebagai akibat tidak

atau kurang pengetahuan mereka dalam ilmu Falak

atau astronomi. Setelah kedua ilmu tersebut mulai

dikuasai dengan baik, pelaksanaan rukyatpun

menjadi lebih baik dan terarah. Mereka yang

melaksanakan rukyat selain dapat menfokuskan

pandangan mereka ke posisi yang diduga tempat hilal

berada, tapi mereka juga dapat memantau pergerakan

hilal. Jika hilal berhasil dirukyat, maka gambarnya

dapat didokumentasikan. Posisi dan waktunyapun

dapat diperhitungkan dengan sangat akurat.84

b. Metode Hisab

Hisab menurut bahasa berasal dari lafaz Arab

yaitu Hisaabun ( ح اا) yaitu bentuk masdar dari kata

kerja Hasiba ( ح) yang artinya hitungan, yang

apabila di hubungkan dengan suatu ilmu

pengetahuan, maka hisab adalah ilmu Hitungan.85

Hisab dalam bahasa Inggris dapat berarti calculation

yang artinya perhitungan atau kalkulasi, dapat juga

computation yang artinya perhitungan.86

Sementara

ilmu Hisab dalam bahasa Inggris berarti arithmetic

83

Ibid., hlm. 139-140 84

Ibid., hlm. 140 85

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, PP. Al-Munawwir,

Yogyakarta, 1997, hlm. 261. 86

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia,

Cetakan XXX, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2013, hlm. 94 dan 134

Page 45: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

45

yang artinya adalah ilmu Hitung.87

Sedangkan dalam

bahasa Indonesia hisab berarti hitungan, perhitungan

atau perkiraan.88

Adapun yang di maksud hisab

adalah menghitung perjalanan Matahari dan Bulan

pada bola langit. Dengan hisab orang dapat

mengetahui dan memperkirakan kapan awal dan

akhir bulan Hijriah.89

Dengan demikian. Dapat disimpulkan apabila

ilmu Hisab dihubungkan dengan penetapan awal

bulan Hijriah adalah merupakan suatu cara untuk

mengetahui atau menetapkan awal bulan Hijriah

dengan menggunakan perhitungan secara ilmu

Falak/astronomi atau ilmu pasti, sehingga dapat

ditentukan secara eksak (pasti) letak hilal.

Adapun hisab melandaskan pada firman Allah

swt. al-Qur‟an Surat Yunus ayat 5. Ayat tersebut

menyatakan bahwa tanda-tanda awal bulan yang

berupa hilal bisa dilihat dengan mata (rukyat) dan

juga bisa dihitung (hisab) berdasarkan rumusan

keteraturan fase-fase bulan dan data-data rukyat

sebelumnya tentang kemungkinan hilal bisa dirukyat.

Data kemungkinan hilal bisa dirukyat itu yang

dikenal sebagai kriteria imkanur rukyat atau

visibilitas hilal.90

Adapun menentukan awal bulan Hijriah dengan

hisab yaitu apabila cuaca buruk, terhalang mendung

atau berawan. Berdasarkan potongan hadis yang

diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim yaitu

“idza ghumma „alaikum faqduru lahu” yang

87

Ibid., hlm. 37 88

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Balai Pustaka,

Cetakan Kedua, Jakarta, 1989, hlm. 310 89

Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab Dan Rukyat, (Telaah Syari‟ah,

Sains dan Teknologi), Gema Insani Press, Jakarta, 1996, hlm. 29 90

Thomas Djamaluddin, Astronomi Memberi Solusi Penyatuan Ummat,

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Jakarta, 2011, hlm. 5

Page 46: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

46

maknanya “jika awan menghalangi kalian, maka

perkirakanlah ia”.91

Selanjutnya, dikalangan ahli Hisab terdapat pula

perbedaan dalam penentuan awal bulan Hijriah.

Diantaranya, terdapat pendapat yang menyatakan

bahwa awal bulan baru itu ditentukan hanya oleh

terjadinya ijtimak. Sedangkan yang lain mendasarkan

pada terjadinya ijtimak dan posisi hilal. Kelompok

yang berpegang pada sistem ijtimak menetapkan jika

ijtimak terjadi sebelum Matahari terbenam, maka

sejak Matahari terbenam itulah awal bulan baru

sudah mulai masuk. Mereka sama sekali tidak

mempermasalahkan hilal dapat dirukyat atau tidak.

Sedangkan kelompok yang berpegang pada

terjadinya ijtimak dan posisi hilal menetapkan jika

pada saat Matahari terbenam setelah terjadinya

ijtimak dan posisi hilal sudah berada di atas ufuk,

maka sejak Matahari terbenam itulah perhitungan

bulan baru dimulai.92

Kelompok yang menyatakan bahwa awal bulan

baru itu ditentukan hanya oleh terjadinya ijtimak

maupun kelompok yang menyatakan bahwa awal

bulan baru itu ditentukan pada terjadinya ijtimak dan

posisi hilal. Keduanya sama dalam penentuan awal

masuknya bulan Kamariah, yakni pada saat Matahari

terbenam. Namun keduanya berbeda dalam

menetapkan kedudukan Bulan di atas ufuk.93

Di Indonesia masih ada kelompok yang belum

menerima hisab sebagai salah satu cara menentukan

awal bulan Hijriah. Alasan mereka adalah Rasulullah

saw, tidak pernah memerintahkan menentukan awal

bulan Hijriah dengan hisab dan tidak pula

91

Said Jamhari, Faisal, dan Abdul Qadir Zaelani, Op.Cit., hlm. 35 92

Jayusman, “Kajian Ilmu Falak Perbedaan Penentuan Awal Bulan

Kamariah: Antara Khilafiah dan Sains” Al-Maslahah Jurnal Ilmu Syari‟ah,

Vol. 11, No. 1, edisi April 2015, hlm. 18 93

Ibid

Page 47: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

47

mengerjakannya. Namun sebagian besar umat Islam

di Indonesia sudah dapat menerima hisab sebagai

salah satu cara menentukan awal bulan Hijriah. Akan

tetapi, mereka masih berbeda pendapat mengenai

syarat menggunakan hisab tersebut.94

Secara garis besar terdapat dua jenis metode

hisab yang dipergunakan dalam menentukan awal

bulan Hijriah, yaitu hisab Urfi dan hisab Hakiki.95

1) Hisab Urfi

Hisab Urfi adalah metode perhitungan

kalender yang didasarkan pada peredaran rata-

rata bulan mengelilingi Bumi dan ditetapkan

secara konvensional.96

Hisab Urfi adalah

perhitungan awal bulan yang didasarkan kepada

rata-rata perjalanan Bulan mengelilingi Bumi

dalam satu tahun (12 bulan) 354 hari 8 jam 48,5

detik atau 354,3666666 hari dengan pembulatan

354 untuk tahun bashitah (pendek ) dan 355

untuk tahun kabisat (panjang). Perhitungan

secara Urfi ini bersifat tetap, umur bulan tetap

setiap bulannya. Jumlah hari pada urutan bulan

yang ganjil adalah 30 hari, sedang yang nomor

urut genap berjumlah 29 hari, kecuali pada tahun

kabisat, bulan Zulhijah berjumlah 30 hari.97

Hisab Urfi dipergunakan untuk menentukan

awal bulan Hijriah secara taksiran dalam rangka

memudahkan pencarian data peredaran Bulan dan

Matahari yang sebenarnya.98

Dalam perhitungan

secara Urfi bulan Ramadan sebagai bulan

kesembilan (ganjil) selamanya akan berumur 30

94

Panitia Seminar Nasional Sehari Penetuan Awal Bulan Qamariyah

Antara Hisab dan Rukyat, Bunga Rampai Falakiah Penentuan Awal Bulan

Qamariyah Antara Hisab dan Rukyat, Fakultas Syariah IAIN Raden Intan

Lampung, Bandar Lampung, 2006, hlm. 4 95

Ibid., hlm. 46 96

Susiknan Azhari, 2007, Op.Cit., hlm. 3 97

Said Jamhari, Faisal, dan Abdul Qadir Zaelani, Loc.Cit. 98

Rohmat, 2014, Op.Cit., hlm.46-47.

Page 48: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

48

hari, padahal dalam kenyataannya tidak selalu

seperti itu.99

2) Hisab Hakiki

Hisab Hakiki adalah metode hisab yang

didasarkan pada peredaran Bulan dan Bumi yang

sebenarnya. Menurut metode ini umur tiap bulan

tidaklah tetap dan juga tidak beraturan,

melainkan tergantung posisi hilal setiap awal

bulan. Artinya bisa jadi dua bulan berturut-turut

umurnya 29 hari atau 30 hari. atau bahkan pula

bergantian seperti menurut perhitungan hisab

Urfi. 100

Pelaksanaan perhitungan hisab Hakiki

didasarkan kepada data perjalanan bulan dan

benda-benda langit yang sesungguhnya. Data

tersebut telah tersedia baik dalam buku-buku

klasik ataupun data almanak.101

Dari data tersebut

diolah secara matematik dengan bantuan ilmu

ukur bola dengan memberikan koreksi-koreksi

sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan

secara ilmiah.102

Hisab Hakiki digunakan untuk keakuratan

waktu dalam penentuan awal bulan Hijriah,

khususnya terkait dengan bulan yang berkaitan

dengan ibadah bagi umat Islam seperti bulan

99

Jayusman, 2016, Op.Cit., hlm. 261 100

Susiknan Azhari, 2008. Op.Cit., hlm.78 101

Almanak atau ephemiris adalah data yang memuat keterangan-

keterangan yang telah diolah terlebih dahulu mengenai deklinasi dan

kekasipan matahari, bulan, planet dan bintang-bintang, begitu juga perata

waktu dan keterangan-keterangan lain. Beberapa Negara secara teratur

menerbitkan setiap tahun almanak semacam itu. Salah satu penerbitan yang

praktis dan berhubungan dengan bahasa yang dipergunakannya tidak

menimbulkan kesukaran yang terlalu besar bagi pemakai-pemakai di

Indonesia ialah The Nautical Almanac, disusun dengan kerja sama Royal

Greenwich Observatory (Inggris) dan United States Naval Observatory

(Amerika). Lihat M. Sayuthi Ali, Ilmu Falak 1, Cetakan Pertama, Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 1997. hlm. 77-78 102

Said Jamhari, Faisal, dan Abdul Qadir Zaelani, Op.Cit., hlm. 26

Page 49: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

49

Ramadan, Syawal dan Zulhijah. Metode

perhitungan penentuan awal bulan Hijriah dengan

metode hisab Hakiki ini dinilai lebih sesuai

dengan yang dimaksud oleh syara‟, sebab dalam

prakteknya metode ini memperhitungkan kapan

hilal akan muncul, oleh sebab itu metode hisab

Hakiki lebih banyak diikuti.103

Hisab Hakiki mengalami perkembangan

seiring dengan berkembangnya ilmu dan

teknologi. Indonesia setidaknya ada tiga generasi

hisab Hakiki yang berkembang yaitu:104

a) Hisab Hakiki taqribi, yaitu hisab yang tingkat

akurasi perhitungannya rendah.105

Hisab ini

menggunakan data-data tradisional dan

berpangkal pada waktu ijtimak rata-rata.

Interval rata-rata menurut metode ini selama

29 hari 12 menit 44 detik. Metode dan

logaritma perhitungan waktu ijtimaknya

sudah benar, akan tetapi koreksinya terlalu

sederhana sehingga hasilnya kurang akurat.106

b) Hisab Hakiki tahqiqi, yaitu hisab yang tingkat

akurasi perhitungannya sedang.107

Metode

hisab ini menghitung posisi Matahari, Bulan

dan titik simpul orbit Bulan dengan orbit

Matahari dalam metode koordinat ekliptika,

kemudian menentukan kecepatan gerak

Matahari dan Bulan pada orbitnya masing-

masing.108

103

Rohmat, 2014, Op.Cit., hlm. 50 104

Wahyu widiana, Hisab Rukyat dan Perbedaannya, Proyek

Peningkatan Kerukunan Hidup Umat Beragama, Puslitbang Kehidupan

Beragama, Badan Litbang Agama dan Diklat Keagamaan, Departemen

Agama RI. Jakarta, 2004, hlm. 7 105

Jayusman, 2015, Op.Cit., hlm. 22 106

Susiknan, 2007, Op.Cit., hlm. 31 107

Jayusman, Loc.Cit. 108

Susiknan, 2007, Loc.Cit.

Page 50: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

50

c) Hisab Hakiki tadqiqi, yaitu hisab yang tingkat

akurasi perhitungannya tinggi.109

Metode

hisab ini menggunakan hasil penelitian

terakhir dan menggunakan matematika yang

telah dikembangkan. Metodenya sama

dengan metode hisab Hakiki tahkiki, hanya

saja cara koreksinya lebih teliti dan kompleks

sesuai dengan sains dan teknologi sehingga

hasilnya lebih akurat.110

Mengenai persoalan tentang hisab dan rukyat,

Imam Taqiyyuddin as-Subki oleh Yusuf

Qardlawi dinyatakan sebagai ulama Syafi‟iah

yang telah mencapai derajat mujtahid

menuturkan:

“Apabila hisab menafikan kemungkinan

rukyat dengan mata, maka wajib bagi

hakim menolak kesaksian orang yang

mengaku menyaksikan, “ia lalu

berargumentasi ”karena hisab bersifat

eksak sedangkan penyaksian dan berita

bersifat dugaan. Dugaan tidak dapat

membentuk yang eksak, apalagi

mengalahkannya.”111

Dalam diskusi-diskusi tentang hisab dan

rukyat sering terlontar pernyataan bahwa rukyat

bersifat qath‟i (pasti), sedangkan hisab bersifat

dzanni (dugaan) atau sebaliknya, hisab bersifat

qath‟i sementara rukyat bersifat dzanni. Sifat

qath‟i atau dzanni berkaitan dengan proses

penetapan hukumnya. Dalam kaitan ini, lebih

berkaitan dengan ijtihad. Baik hisab maupun

rukyat semuanya adalah hasil ijtihad yang

109

Jayusman, Loc.Cit., 110

Susiknan, 2007, Loc.Cit., 111

Yusuf Qordlawi, Fiqh Puasa, Alih Bahasa, Ma‟ruf Abdul Jalil dkk.,

Era Intermedia, Solo, 2001, hlm. 49

Page 51: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

51

hakikatnya bersifat dzanni, kebenaran hasil

ijtihad relatif. Kebenaran mutlak hanya Allah

yang tahu. Tetapi orang yang berijtihad dan

orang-orang yang mengikutinya meyakini

kebenaran suatu keputusan ijtihad itu berdasarkan

dalil-dalil syariah dan bukti empirik yang

diperoleh.112

Hisab dan rukyat merupakan hasil ijtihad

yang memungkinkan terjadinya keragaman

dalam menentukan awal bulan Hijriah. Baik

hisab maupun rukyat sama-sama berpotensi benar

dan salah. Bulan dan Matahari yang dihisab dan

dirukyat masing-masing memang satu. Hukum

alam yang mengatur gerakannya juga satu. Akan

tetapi interpretasi manusia atas hasil hisab bisa

beragam. Lokasi dan keterbatasan rukyatul hilal

juga tidak mungkin disamakan.113

A. Mustadjib pakar ilmu Falak yang oleh

sebagian orang dinilai sebagai senior di

Indonesia, dinyatakan oleh Susiknan Azhari,

beliau menuturkan:

“Sebenarnya antara rukyat dan hisab

mempunyai keunggulannya dan

kelemahannya masing-masing. Rukyat

adalah metode yang paling tua, sebagai

metode ilmiah dan banyak manfaatnya,

sedangkan hisab sebagai metode yang

tepat dan akurat dalam menentukan awal

bulan jika tertutup mendung. Dua-duanya

bisa di pakai. Yaitu dihisab dulu

112

Thomas Djamaluddin, Hasil Hisab dan Rukyat Dapatkah

Dipadukan, Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat

Beragama, Puslitbang Kehidupan Beragama, Badan Litbang Agama Dan

Diklat Keagamaan Departemen Agama RI, Jakarta, 2004, hlm. 238 113

Ibid., hlm. 240

Page 52: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

52

kemudian dibuktikan dengan rukyat. Ini

pas sekali”.114

Pada prinsipnya hisab dan rukyat mempunyai

kedudukan sejajar. Rukyat harus tetap digunakan

karena itulah cara sederhana yang diajarkan

Rasulullah saw. hisabpun dijamin eksistensinya,

karena Allah swt. Menjamin peredaran Bulan dan

Matahari dapat dihitung, sebagaimana dijelaskan

dalam al-Qur‟an surat Yunus ayat 5. Penentuan

awal bulan tidak terbatas hanya dengan rukyatul

hilal. Akan tetapi melalui penggunaan hisab yang

juga sederhana. Dengan menggunakan hisab

manusia dapat menghitung posisi Bulan dan

Matahari secara akurat, sehingga ketepatan

hitungan sampai pada satuan detik dapat

dicapai.115

2. Perbedaan Aliran Penentuan Awal Bulan Hijriah

Penentuan awal bulan Hijriah selain adanya

perbedaan metode, juga adanya perbedaan aliran dalam

penentuannya. Adapun berapa aliran yang berkembang

di masyarakat, di antaranya yaitu:

a. Aliran Hisab Urfi, yaitu aliran yang menyandarkan

siklus rata-rata Bulan mengitari Bumi. Setiap bulan

mempunyai jumlah hari yang tetap untuk bulan-

bulan ganjil dengan jumlah hari 30 hari dan bulan-

bulan genap dengan jumlah hari 29 hari kecuali

bulan Zulhijah.116

b. Aliran Rukyatul Hilal, yaitu aliran yang menyatakan

pergantian bulan berdasarkan terlihatnya hilal oleh

mata, baik dengan mata telanjang maupun dengan

bantuan alat seperti teleskop. Jika hilal berhasil

114

Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat Wacana untuk Membangun

Kebersamaan di Tengah Perbedaan, Cetakan Pertama, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2007, hlm. 98 115

Ibid., hlm. 236 116

Rohmat, 2014, Op.Cit., hlm. 52

Page 53: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

53

dirukyat, maka malam itu adalah malam tanggal satu

dari bulan yang baru. Namun bila hilal tidak berhasil

dirukyat, maka malam itu dan keesokan harinya

merupakan tanggal 30 bulan yang sedang

berlangsung (diistikmalkan).117

c. Aliran Wujudul Hilal, yaitu aliran yang menyatakan

bahwa pedoman masuknya awal bulan adalah telah

terjadi ijtimak sebelum Matahari terbenam dan pada

saat terbenamnya Matahari hilal telah wujud di atas

ufuk. Aliran ini juga berpatokan pada posisi hilal

sudah di atas ufuk tanpa mematok ketinggian hilal.

Jika hilal telah di atas ufuk otomatis pertanda

masuknya awal bulan.118

d. Aliran yang berpedoman kepada Ijtima‟ Qoblal

Ghurub, aliran ini menetapkan bahwa jika ijtimak

terjadi sebelum Matahari terbenam, maka malam

harinya sudah dianggap bulan baru, sedangkan jika

ijtimak terjadi setelah Matahari terbenam, maka

malam itu dan keesokan harinya ditetapkan sebagai

tanggal 30 bulan yang sedang berjalan. Aliran ini

sama sekali tidak mempersoalkan rukyat, juga tidak

memperhitungkan posisi hilal dari ufuk.119

e. Aliran yang berpedoman kepada Ijtima‟ Qoblal

Fajri, yaitu konsep bahwa hari dimulai sejak fajar.

Menurut aliran ini, apabila ijtimak terjadi sebelum

fajar dalam suatu negeri, maka sejak fajar itu adalah

awal bulan baru, dan apabila ijtimak terjadi sesudah

117

Ibid., hlm. 53 118

Misalnya Muhammadiyah dalam hal ini memilih posisi Bulan dan

Matahari terhadap ufuk sebagai tanda awal bulan, yakni apabila Matahari

lebih dulu terbenam daripada Bulan setelah sebelumnya telah terjadi ijtimak.

Inilah yang dikenal dengan wujudul hilal. Kata hilal pada kata wujudul hilal,

dengan demikian bukanlah hilal dalam arti visual sebagaimana ditunjukkan

dalam hadis-hadis Nabi saw. melainkan hilal dalam arti konsepsual, yakni

bagian permukaan Bulan yang tersinari Matahari menghadap ke Bumi. Atau

lebih tepat lagi, istilah itu harus diartikan Matahari sudah terlampaui oleh

Bulan dalam peredarannya dari arah barat ke timur, pembatasnya adalah

ufuk. Jayusman, 2016, Op.Cit., hlm. 143-144 119

Said Jamhari, Faisal, dan Abdul Qadir Zaelani, Op.Cit., hlm. 27

Page 54: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

54

fajar, maka hari itu adalah hari ke-30 bulan yang

sedang berjalan, dan awal bulan baru bagi negeri

tersebut adalah sejak fajar berikutnya.120

f. Aliran yang berpedoman kepada posisi hilal diatas

ufuk hakiki, yaitu aliran yang menyatakan bahwa

masuknya tanggal satu bulan Hijriah posisi hilal

harus di ufuk hakiki.121

Aliran ini berpendapat bahwa

jika setelah terjadi ijtimak hilal sudah wujud di atas

ufuk hakiki pada saat tebenam Matahari, maka

malamnya sudah dinilai bulan baru, sebaliknya jika

pada saat terbenam Matahari hilal masih berada di

bawah ufuk hakiki, maka malam itu belum dinilai

sebagai bulan baru122

g. Aliran yang berpedoman kepada posisi hilal diatas

ufuk mar‟i, yaitu aliran yang operasional kerjanya

sama sebagaimana aliran yang berpedoman kepada

ufuk hakiki. Hanya saja aliran ini setelah diperoleh

nilai ketinggian hilal dan ufuk hakiki kemudian

ditambah koreksi-koreksi terhadap nilai ketinggian

itu.123

h. Imkanur Rukyat, yaitu aliran yang menetapkan awal

bulan dengan konsep hilal mungkin dilihat. Konsep

ini untuk memadukan perbedaan antara ahli hisab

dan ahli rukyat.124

Untuk itu maka harus ditentukan

batas ketinggian hilal yang mungkin dapat dilihat.

Batas ketinggian hilal yang mungkin dilihat para ahli

hisab berbeda pendapat, diantaranya ada yang

berpendapat tinggi hilal 12◦, 7◦, 6◦, 4◦, dan bahkan di

Indonesia menetapkan 2◦. 125

120

Ibid., hlm. 39 121

Ufuk hakiki adalah bidang datar yang melalui titik pusat bumi dan

tegak lurus pada garis vertikal dari si peninjau. Lihat. Rohmat, 2014, Op.Cit.,

hlm. 55 122

Ibid 123

Ibid., hlm. 56 124

Ibid. 125

Majelis Tarjih PP Muhammadiyyah, Penggunaan Hisab dalam

Penetapan Bulan Hijriyah, Proyek Peningkatan Kerukunan Hidup Umat

Page 55: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

55

C. Konsep Mathla’ dalam Penentuan Awal Bulan Hijriah

Permulaan awal bulan Hijriah sering menjadi persoalan

dan perselisihan di kalangan umat Islam yang tidak hanya

terjadi di negara kita, tetapi juga di kebanyakan negara Islam

lainnya. Adanya perbedaan pendapat mengenai kapan

tanggal satu bulan Hijriah, khususnya pada bulan Ramadan,

Syawal dan Zulhijah selain bersumber pada perbedaan

metode dan perbedaan sistem penentuannya, juga dapat

terjadi disebabkan adanya perbedaan mathla‟.

Mathla‟ ( مطل) secara bahasa ialah berasal dari lafaz

bahasa Arab yang berarti waktu atau tempat terbit, kata

kerjanya ( يطل - ل) yaitu terbit, muncul, keluar. 126

Kemudian

lafadz ( ل ) ini dapat dibentuk menjadi ( مطل) dengan huruf

lam yang di kasrah, dan ( مطل) dengan huruf lam yang di

fathah yang memiliki makna yang berbeda. Kata yang

pertama bermakna tempat terbit, sedangkan kata kedua

bermakna waktu terbit.127

Sementara itu dalam istilah falak,

mathla‟ ialah batas daerah berdasarkan jangkauan dilihatnya

hilal atau dengan kata lain mathla‟ adalah batas geografis

keberlakuan rukyat.128

Perbedaan pendapat mengenai mathla‟ ini dapat

mengakibatkan perdebatan dalam memulai puasa dan

berhari raya. Kasus seperti ini banyak terjadi jika di Saudi

Arabia telah dikabarkan berhasil melakukan rukyat. Maka di

Indonesia akan terpengaruh dengan informasi hasil rukyat

tersebut.129

Beragama, Puslitbang Kehidupan Beragama, Badan Litbang Agama dan

Diklat Keagamaan, Departemen Agama RI. Jakarta, 2004 hlm. 27 126

Ahmad Warson Munawwir, Op.Cit., hlm. 921 127

Armen Halim Naro, 2014, “Konsep Rukyat dan Mathla‟ dalam

Pandangan Fiqh”,

https://googleweblight.com/?lite_url=https://lovelyjoonote.wordpress.com.

Diakses Sabtu, 15 Oktober 2016 Pukul 11:30 WIB. 128

Susiknan Azhari, 2008, Op.Cit., hlm. 139 129

Susiknan, 2007, Op.Cit., hlm. 10

Page 56: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

56

Secara garis besar perbedaan mathla‟ dalam penetapan

awal bulan Hijriah disebabkan karena ada yang berpedoman

pada mathla‟ approach global, mathla‟ approach parsial,

dan ada yang berpedoman pada mathla‟ wilayatul hukmi.

Mathla‟ approach global merupakan batas geografis

keberlakuan rukyat dengan menggunakan pendekatan

filosofis yang menyatakan bahwa tanggal satu bulan

Ramadan, Syawal, dan Zulhijah harus jatuh pada hari yang

sama untuk seluruh penduduk bumi, sebagai salah satu

lambang kesatuan umat Islam sedunia. Maksudnya bila ada

orang yang berhasil melihat hilal, di wilayah manapun dia

melihatnya, maka hasil rukyatnya itu berlaku untuk seluruh

penduduk bumi.130

Pemahaman mengenai mathla‟ approach global yaitu

dengan argumentasi bahwa hadis tentang hisab rukyat

bahwasannya lafadz صوموا لرؤيتو وافطروا لرؤيتو ”berpuasalah kamu

karena melihat hilal dan berbukalah kamu karena melihat

hilal”. Khitab (sasaran) yang dituju adalah seluruh umat

Muslim, maka apabila salah seorang mereka menyaksikan

hilal pada tempat manapun, itu berarti rukyat bagi semua

umat Muslim di muka Bumi.131

Tidak dibedakan oleh

perbedaan geografis dan batas-batas daerah kekuasaan.132

Dasarnya, karena hadis Nabi ini tidak memberikan batasan

keberlakuan rukyatul hilal itu. Jadi, mestinya berlaku untuk

seluruh dunia.133

Salah seorang penggagas konsep mathla‟ approach

global atau sering disebut dengan istilah mathla‟ global ialah

Hasbi ash-Shiddieqy, T.M. Kajiannya tentang mathla‟

global terlihat bahwa beliau adalah seorang yang cinta pada

persatuan. Beliau melihat perbedaan ijtihad tentang masalah

mathla‟ ini telah menjadi penyebab kaum muslimin

130

Rohmat, 2014, Op.Cit., hlm. 56-58. 131

Sayyid sabiq, Fiqhussunnah, Alih Bahasa, Mahyuddin Syaf, Fikih

Sunnah, Cetakan Pertama, Jilid 3, Al-Ma‟arif, Bandung, 1978, hlm 172 132

Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah, Penerbit Erlangga, Jakarta,

2007, hlm. 86 133

Thomas Djamaluddin, Op.Cit., hlm. 244

Page 57: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

57

terpecah-pecah. Perbedaan mathla‟ bagi beliau lebih banyak

disebabkan karena sengketa politik.134

Kajian Hasbi ash-Shiddieqy, T.M. tentang mathla‟

global terlihat bahwa dalam hadis-hadis tentang memulai

puasa, beliau menafsirkan lafaz التصوموا dan الت فطروا khitabnya

ditujukan kepada kaum Muslim secara keseluruhan.

Permulaan dan berakhirnya puasa didasarkan pada

kenampakan hilal pada salah satu tempat di muka Bumi.135

Sedangkan mathla‟ approach parsial merupakan batas

geografis keberlakuan rukyat dengan menggunakan

pendekatan filosofis yang menyatakan bahwa kesatuan umat

Islam bukan hanya berdasarkan sama di dalam menetapkan

awal bulan Hijriah untuk seluruh permukaan planet bumi,

melainkan bisa diwujudkan dengan adanya rasa saling

menghargai di antara umat Islam. Maksudnya bila ada orang

yang berhasil melihat hilal pada suatu wilayah, maka hasil

rukyatnya itu hanya berlaku untuk wilayah ditetapkannya

rukyat hilal dan juga wilayah yang berdekatan. 136

Pemahaman mengenai mathla‟ approach parsial yaitu

dengan mendasarkan argumentasinya pada hadis yang

diriwayatkan oleh Kuraib:137

حد نا ممد بن : حد نا إ اعي بن عفر : حد نا علي بن ح ر أن أم الف بنت الارث ب عثتو إل : أ ب ر كري : أب حرملة

واسته . ف ق يت حا ت ها. ف قدمت اللام : قال . معاوية باللام لة اامعة . علي ى ل رم ان وأنا باللام ث قدمت . ف رأي نا ال ل لي

134

Susiknan Azhari, 2008, Op.Cit., hlm. 75-76 135

Mukhlis Makruf, Pemikiran Teungku Muhammad Hasbi Ash-

Shiddieqi dalam Penentuan Awal dan Akhir Ramadhan, Skripsi Fakultas

Syari‟ah dan Ekonomi Islam Universitas IslamNegeri Walisongo, Semarang,

2013, Diakses dari http://www.distrodoc.com/thesis/Hasbi+ash+Shiddieqi,

Pada tanggal 19 Maret 2017. Pukul 08:07 WIB 136

Ibid 137

Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Jilid I, Dar Al-Fath, Kairo, 1990, hlm.

307

Page 58: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

58

: ف قال . ث كر ال ل . ف أل ابن عباا . المدي نة أ ر اللهر لة اامعة لة : ف قال . مت رأي تم ال ل ف قلت رأي ناه لي أنت رأي تو لي

لكن رأي نو : قال . وصام معاوية . اامعة ف قلت رأه الناا وصاموالة ال بت ف قلت . ف ن ال نصوم حت نكم ي وما أون راه . لي

ىكذا أمرنا رسول اهلل . ال : أال تكتفي برؤية معاوية وصيامو قال (رواه م لم) 138.صلى اهلل عليو وسلم

Artinya: “ Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Ismail

bin Ja‟far memberitahukan kepada kami,

Muhammad bin Abu Harmalah memeberitahukan

kepada kami, Kuraib memberitahukan kepadaku:

“ Ummu al-Fadhl binti al-Harits mengutusnya

(untuk menghadap) Mu‟awiyah di Syam. Ia

berkata, “Aku sampai ke Syam, lantas

menyelesaikan urusanku dan aku melihat hilal

(bulan sabit) bulan Ramadhan telah terbit,

sedangkan aku berada di Syam. Kami melihat

bulan itu pada malam Jum‟at. Aku sampai di

Madinah pada akhir bulan Ramadhan dan Ibnu

Abbas bertanya kepadaku, kemudian ia

menyebutkan hilal tersebut, ia bertanya, „kapan

kamu melihat bulan itu?‟ Aku menjawab,‟Kami

melihatnya pada malam Jum‟at.‟ Ia bertanya lagi,

„Apakah kamu melihatnya pada malam Jum‟at?‟

Aku katakana,‟Orang-orang melihatnya,

kemudian mereka berpuasa dan Mu‟awiyah juga

berpuasa‟. Kemudian ia berkata,‟Tetapi kamu

melihatnya pada malam Sabtu, dan kami masih

berpuasa hingga menyempurnakan tiga puluh hari

atau (sampai) kami melihatnya‟. Aku lalu

berkata.‟Apakah tidak cukup dengan melihat

138

Imam Abi Husain Muslim bin Hajjaj, Sahih Muslim, Juz II, Maktabah

Dahlan, Indonesia, hlm. 765, Hadits No 1087, Bab Puasa

Page 59: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

59

Mu‟awiyah dan puasanya?‟ Ia menjawab, „Tidak,

Rasulullah saw. memerintahkan kami

demikian‟.”139

(H.R. Muslim)

Imam Tirmidzi berpendapat bahwa hadis ini termasuk

hadis hasan shahih gharib, dan hadis ini diamalkan menurut

pendapat ahli Ilmu bahwasannya untuk setiap wilayah

berlaku rukyat masing-masing. Dan dalam kitab Fathul

„Alam, syarah Bulughul Maram menjelaskan bahwa

keharusan mengikuti rukyat bagi wilayah yang lebih dekat

dengan wilayah berhasilnya rukyat, berikut wilayah lain

yang berada dalam satu garis bujur dengan wilayah itu. 140

Tidak pernah terjadi bahwa seluruh permukaan Bumi ini

berada pada hari yang sama. Bila di kota Mekah (39◦ 50‟

Bujur Timur) sekarang pukul 16.00. sore kamis sore

misalnya, maka di suatu tempat yang terletak pada 129◦ 50‟

Bujur Timur sekarang pukul 21.00 malam Jum‟at menurut

kalender Hijriyah disebut sudah hari jum‟at. Jadi di kota

Mekah yang terletak pada 39◦ 50‟ Bujur Timur masih hari

kamis sedangkan di tempat yang terletak pada 129◦ 50‟

Bujur Timur sudah hari jum‟at.141

Berdasarkan kejadian di atas, pendukung mathla‟

approach parsial berpendapat bahwa tanggal awal bulan

Hijriah tidak harus jatuh pada hari yang sama untuk seluruh

permukaan planet bumi. Berdasarkan pertimbangan ini

muncullah pikiran mathla‟ lokal.Yaitu, apabila hilal berhasil

di rukyat pada suatu kota pada saat Matahari terbenam maka

sejak Matahari terbenam hari itu sudah dinyatakan tanggal

satu bulan baru bagi penduduk kota tersebut dan juga

wilayah yang berdekatan. 142

139

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Shahih Sunan Tirmidzi,

Penerjemah, Ahmad Yuswaji, Shahih Sunan Tirmidzi (Seleksi Hadits Shahih

dari Kitab Sunan Tirmidzi), Cetakan Pertama, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005,

hlm. 556-557 140

Sayyid Sabiq, 1990, Op.Cit., hlm. 307 141

Rohmat, 2014, Op.Cit., hlm. 58 142

Ibid., hlm. 59

Page 60: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

60

Pendapat mathla‟ lokal ini dipandang bersifat ilmiah

karena sejalan dengan ilmu astronomi. Akan tetapi bila

diterapkan secara konsekwen akan menimbulkan banyak

masalah. Misalnya sebuah kota terbelah dua, bagian sebelah

Barat sudah berhari raya sedangkan sebelah Timur belum.

Dalam menetapkan garis zone time atau waktu daerah, garis

itu dibelok-belokkan sehingga tidak membelah sebuah kota,

untuk menghindarkan kesulitan seperti digambarkan di atas,

dengan pertimbangan di atas maka banyak pendukung

mathla‟ approach parsial di dalam mengartikan mathla‟

lokal sebagai mathla‟ dalam kesatuan negara atau mathla‟ fi

wilayatul hukmi.143

Adapun mathla‟ wilayatul hukmi merupakan batas

geografis keberlakuan rukyat dengan menjadikan batasan

negara secara politik sebagai batasan dalam keberlakuan

rukyat atau yang lebih dikenal dengan kesatuan dalam

wilayah hukum. Misalnya Indonesia, konsekuensinya

apabila hilal terlihat dimanapun di wilayah Indonesia,

dianggap berlaku di seluruh wilayah Indonesia. Penduduk

melaksanakan puasa dan berhari raya secara serentak

berdasarkan ketetapan pemerintah. 144

Pemahaman mengenai mathla‟ wilayatul hukmi yaitu

dengan argumentasi bahwa apabila suatu daerah dipimpin

oleh satu kepala negara, walaupun berjauhan, apabila kepala

negara telah mengumumkan dimulainya puasa dengan

rukyat yang telah dilakukan di suatu daerah kekuasaannya

maka seluruh umat Islam di negara tersebut wajib mengikuti

penetapan pemerintah. Hal ini menurut mereka sejalan

dengan kaidah fiqh yaitu “ ااع م مرط م ع الط ك م م ” ع ط ع الط م اك ك كلط م

(keputusan pemerintah bersifat mengikat dan menghilangkan

perbedaan/kontroversi).145

Wahbah al Zuhaily menjelaskan mengenai batasan jarak

mathla‟ bahwa satu mathla‟ setara dengan 24 farsakh. Jika 1

143

Ibid 144

Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat (telaah syari‟ah,

sains dan teknologi), Gema Insani Press, Jakarta, 1996, hlm. 19 145

Susiknan Azhari, 2008, Loc.Cit

Page 61: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

61

farsakh 5544 m, maka jarak 1 mathla‟ tersebut adalah 24 ×

5544 = 133,056 km. Akan tetapi, jika 1 farsakh adalah 3

mil, maka jarak 1 mathla‟ tersebut menjadi 1,6093 km × 3 ×

24 = 115,8696 km. Dengan munculnya konsep negara

bangsa (nation state) di masa ini, maka jarak tersebut dapat

memunculkan berbagai masalah. Jika jarak keberlakuan

hasil rukyat diberlakukan sejauh mathla‟, sebagaimana

penjelasan di atas, maka sebuah negara yang memilki

wilayah yang luas seperti Indonesia akan memiliki beberapa

mathla‟. Untuk itu Indonesia menganut konsep mathla‟

wilayatul hukmi 146

Terlepas dari berbagai perbedaan ijtihad tentang masalah

mathla‟ dan juga di dalam menafsirkan hadis-hadis tentang

penentuan awal bulan Hijriah atau hadis tentang hisab

rukyat. Maka mathla‟ ini perlu diketahui secara astronomi.

Farid Ruskanda147

mengenai pemikirannya terhadap mathla‟

dapat dilihat berdasarkan pendapatnya yang menyatakan

bahwa tidak seharusnya penetapan awal bulan Hijriah jatuh

secara bersamaan di seluruh dunia, disebabkan dalam sistem

penanggalan Hijriah terdapat garis batas tanggal

internasional yang dinamakan garis tanggal Islam

internasional (The International Islamic Date Line). 148

Garis

146

Ibid. Lihat juga Wahbah Al-zuhaily, 2006, Op.Cit., hlm. 39 147

Faris Ruskanda adalah salah seorang penggagas teleskop rukyat,

dilahirkan di Bandung, 28 Maret 1948. S1 Teknik Fisika ITB diselesaikannya

tahun 1974, S2 dituntaskan di Reading Univesity Inggris pada 1978. Pada

1988 ia mencapai gelar doktor dalam bidang ilmu Pengetahuan Teknik pada

ITB. Ia aktif menulis tentang Hisab Rukyat di berbagai media. Diakses pada

http://syakirman.blogspot.co.id/2011/01/tokoh-tokoh-ilmu-falak-di-pulau-

jawa.html pada Rabu, 16-11-2016 Pukul 11:30 WIB. 148

Garis ini diperkenalkan pertama kali oleh Mohammad Ilyas pada

tahun 1978. Pada umumnya ILDL berbentuk lingkaran parabola dan

terkadang menyerupai garis lurus separuh parabola. ILDL memisahkan dua

kawasan Bumi, yaitu kawasan sebelah Barat garis yang merupakan kawasan

dapat melihat hilal awal bulan dan kawasan sebelah Timur garis yang

merupakan kawasan tidak bisa melihat hilal awal bulan. Garis ini apabila

membelah suatu negara dapat ditarik ke arah Timur dengan batas Timur

Negara yang bersangkutan. Dengan kata lain ILDL dapat dibuat tegak lurus

pada ujung paling Timur daerah yang telah mencapai imkān al-rukyah. Lihat

Lu‟ayyin, Konsep Kalender Qassūm-„Audah (Konsistensi Konsep Kalender

Page 62: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

62

ini tidak memperhitungkan faktor jarak antara dua tempat,

sehingga permulaan pada bulan Hijriah di kedua tempat bisa

jatuh pada tanggal yang sama, akan tetapi bisa juga berbeda.

Walaupun secara geografis dua tempat yang saling

berdekatan, jika keduanya berada pada sisi yang berlainan

dari garis tanggal Hijriah tersebut, maka awal bulan Hijriah

di dua tempat itu berbeda.149

Adapun garis tanggal Hijriah garis batasnya ditentukan

oleh tempat yang disana Bulan dan Matahari terbenam

secara bersamaan. Karena garis tanggal merupakan garis

batas antara tempat yang esoknya sudah masuk bulan baru

dan tempat yang esoknya belum memasukinya. Secara

teknis, garis tanggal ini merupakan batas antara tempat yang

disana hilal mungkin terlihat dan tempat yang hilal tidak

mungkin terlihat saat Matahari terbenam. Sebagaimana

Matahari terbit dan terbenam di permukaan Bumi pada saat-

saat tertentu, maka Bulanpun terbit dan terbenam dengan

cara yang sama, dan garis ini bergeser setiap bulan.150

Farid Ruskanda menjelaskan bahwa terjadinya

persamaan dan perbedaan penanggalan ini tidak dijumpai

pada sistem tahun Masehi karena tempat garis tanggalnya

selalu tetap. Sedangkan pada penanggalan Hijriah garis

tanggal ini selalu bergeser. Disebabkan garis tanggal Hijriah

lebih rumit dibandingkan garis tanggal Masehi. Karena garis

tanggal Masehi sistem tanggal, bulan dan tahunnya hanya

ditentukan oleh gerakan Bumi dan Matahari. Sedangkan

garis tanggal Hijriah sistem tanggal, bulan dan tahunnya

ditentukan oleh gerakan Bulan, Bumi dan Matahari.151

Qassūm-„Audah dalam Kitab Tathbīqāt Al-Hisābāt Al-Falakiyyah Fī Al-

Masāil Al-Islāmiyyah Terhadap Prinsip Visibilitas Hilal dalam Penentuan

Awal Bulan Kamariah), Skripsi Program Studi Ilmu Falak Fakultas Syari‟ah

Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, 2015, hlm. 51. Diakses dari

http://eprints.walisongo.ac.id. Pada tanggal 16 Nopember 2016. Pukul. 11:30

WIB 149

Farid Ruskanda, Op.Cit.,hlm. 18 150

Ibid., hlm. 24-25 151

Ibid., hlm. 20-21

Page 63: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

63

Farid Ruskanda juga menyatakan bahwa terdapat

perbedaan tanggal pada saat yang bersamaan disebabkan

Bumi berbentuk bola. Dengan demikian, jika bagian Bumi

yang satu dalam keadaan gelap (malam), maka pada saat

yang sama, bagian Bumi yang lain berada dalam keadaan

yang terang (siang).152

Thomas Djamaluddin 153

menyatakan bahwasannya

persoalan perbedaan hari raya Idul Fitri dan Idul Adha telah

menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah. Walaupun

saat ini perbedaan hari raya tidak menimbulkan masalah

serius, tetapi masalah tersebut selalu menimbulkan

ketidaktentraman di masyarakat. Apabila tidak segera diatasi

itu berpotensi berdampak pada gangguan ekonomi dan

sosial, karena menyangkut aktivitas masyarakat dalam skala

luas. Menurutnya perbedaan hari raya yang sering terjadi

belakangan ini lebih disebabkan oleh penggunaan kriteria

yang tidak seragam. Baik para penganut hisab maupun

rukyat pada dasarnya mereka menggunakan kriteria

penentuan awal bulan. 154

Pemikiran Thomas Djamaluddin tentang mathla‟ dapat

terlihat berdasarkan pendapatnya yang mengatakan bahwa

sumber perbedaan dalam penentuan awal bulan Hijriah

selain disebabkan oleh penggunaan kriteria yang tidak

seragam, juga disebabkan adanya masalah rukyat lokal dan

global yang dipicu berkembangnya media komunikasi yang

semakin cepat. Berita tentang penetapan awal Ramadan dan

hari raya di Arab Saudi atau negara-negara lainnya dengan

cepat tersebar dan sering menjadi acuan. Masalahnya,

kemudian masyarakat menjadi bingung mana yang akan

diikuti.155

152

Ibid., hlm. 17 153

pakar astronomi Indonesia. Sekarang ia bekerja sebagai Deputi Sains,

Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan (Eselon I) dan Peneliti Utama IVe

(Profesor Riset) Astronomi dan Astrofisika di LAPAN (Lembaga

Penerbangan dan Antariksa Nasional). Thomas Djamaluddin, 2011, Op.Cit.,

hlm. iii 154

Ibid., hlm. 11 155

Thomas Djamaluddin, 2004, Op.Cit., hlm. 243-244

Page 64: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

64

Thomas Djamaluddin mengatakan bahwasannya dalam

Al-Qur‟an Surat Al-Baqarah ayat 185 yang berkaitan dengan

ibadah puasa Allah memberi pedoman umum “Allah

menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki

kesulitanmu”. Menurutnya apabila mengikuti rukyat global,

setiap orang harus sabar berjaga sepanjang malam dalam

ketidakpastian. Karena rukyatul hilal tidak bisa dipastikan di

mana dan kapan bisa terlihat. Tentunya, hal ini lebih

menyulitkan umat daripada rukyat lokal. Keputusan rukyat

lokal cukup dinantikan sekitar 1-2 jam setelah maghrib.156

Menurut Thomas Djamaluddin mengenai perbedaan

pendapat dalam penetapan awal bulan Hijriah merupakan

hasil ijtihad dengan argumentasi masing-masing yang

dianggap kuat.Terlepas dari perbedaan masalah argumentasi

atau dalilnya, hal ini perlu ditinjau dari segi astronominya.157

Mengenai definisi sama hari dalam penetapan awal bulan

Hijriah menurut Thomas Djamaluddin pengertian sama

sangat relatif. Secara astronomi bisa berarti mengalami

waktu siang secara bersamaan, dengan kata lain bila beda

waktunya kurang dari 12 jam. Bila diterapkan dalam kasus

di Hawaii yang beda waktunya dengan Arab Saudi (dihitung

kearah Timur) hanya 11 jam, definisi sama harinya malah

berbeda tanggal. Misalnya, hari wukuf tanggal 16 April

1997 di Arab Saudi berarti tanggal 15 April 1997 di Hawaii.

Lagi pula, pola pikir untuk menyamakan puasa hari Arafah

di Indonesia harus sama dengan hari wukuf hanya terjadi

bila kita tunduk pada sistem kalender Syamsiah dan

mengabaikan sistem kalender Hijriah yang disyariatkan. Saat

wukuf di Arafah bisa terjadi di Indonesia masih tanggal 8

Dzulhijjah, jadi bukan waktunya untuk melaksanakan puasa

hari Arafah.158

Menurut Thomas Djamaluddin hal itu dapat dijelaskan

dengan meruntut perjalanan waktu berdasarkan peredaran

Bumi. Bagi muslim di Timur Tengah puasa Arafah mulai

156

Ibid., hlm. 245 157

Ibid 158

Ibid., hlm. 246

Page 65: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

65

sejak fajar (misalnya) 16 April 1997. Makin ke Barat waktu

fajar bergeser. Di Eropa Barat waktu fajar awal puasa kira-

kira 3 jam sesudah di Arab Saudi. Makin ke Barat lagi, di

pantai Barat Amerika Serikat waktu fajar awal puasa Arafah

bergeser lagi yaitu 11 jam setelah Arab Saudi. Di Hawaii,

puasa Arafah juga masih 16 April, tetapi fajar awal puasanya

sekitar 13 jam setelah Arab Saudi.159

Apabila diteruskan ke Barat, ditengah lautan Pasifik ada

garis tanggal internasional, maka sebutan 16 April harus

diganti menjadi 17 April walaupun hanya berbeda beberapa

jam dengan Hawaii. Awal puasa Arafah di Indonesia pun

yang dilakukan sekitar 7 jam setelah fajar Hawaii, dilakukan

dengan sebutan tanggal yang berbeda akibat melewati garis

tanggal internasional.160

Pemikiran Muhammad Syaukat Audah161

(tokoh falak

internasioanal) tentang mathla‟ secara astronomi.

Menurutnya perbedaan mathla‟ apabila dikaitkan dengan

observasi (rukyat) hilal, dapat dilihat dari tiga poin yaitu:

Pertama, kondisi rukyat hilal berbeda sesuai perbedaan

garis bujur. Artinya, wilayah yang berada dalam satu garis

bujur tidak bisa dikatakan memiliki mathla‟ yang sama.

159

Ibid 160

Ibid., hlm. 246-247 161

Nama lengkapnya Ir. Muhammad Syaukat „Audah (di dunia

Internasional lebih dikenal dengan nama Mohammad Shawkat Odeh). Dalam

homepage (http://www.geocities.com/ capecanaveral/1092/index.html) nya,

Odeh mengatakan bahwa ia berasal dari Nablus, Palestina dan lahir di kota

Kuwait, 6 Maret 1979. Ia tumbuh besar di kota Amman ibukota negara

Jordan. Ia menyelesaikan studi Mekanik dan Engineering di Universitas

Jordan, Fakultas Sains dan Teknologi pada tahun 2002. Di umurnya yang

menginjak ke-20, tahun 1998, Odeh mendirikan sebuah lembaga penelitian

dan observasi hilal ICOP (Islamic Crescents‟ Observation Project). Hingga

saat ini, lembaga tersebut memiliki ratusan ilmuwan yang terdiri dari pakar

ilmu falak dan individu-individu yang intens dalam penelitian dan pengkajian

hilal dari berbagai negara di dunia. Lihat Muh. Nashirudin, “Tinjauan Fikih

Dan Astronomis Penyatuan Mathla‟: Menelusuri Pemikiran M.S. Odeh

Tentang Ragam Penyatuan Mathla‟, Jurnal Ijtihad, Vol. 12, No. 2, edisi

Desember 2012, hlm. 181-182. Diakses pada

http://www.ijtihad.iainsalatiga.ac.id. Pada 16 Nopember 2016. Pukul. 17:00

WIB.

Page 66: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

66

Karena Matahari dan Bulan akan berada pada waktu

terbenam yang berbeda walaupun berada pada satu garis

bujur. Kedua, kondisi rukyat hilal berbeda sesuai perbedaan

garis lintang. Hampir sama dengan poin pertama, wilayah

yang berada dalam satu garis lintang juga tidak bias

dikatakan memiliki mathla‟ yang sama. Ketiga, ketinggian

lokasi observasi dari permukaan air laut harus diperhatikan

saat rukyat. Ketika seseorang melakukan observasi, maka

ketinggian tempat observasi dari permukaan air laut sangat

mempengaruhi keberhasilan rukyat. Oleh karena itu,

keberhasilan rukyat tidak bisa disamakan antara satu wilayah

dengan wilayah lain. 162

162

Muh. Nashirudin, “Tinjauan Fikih Dan Astronomis Penyatuan

Mathla‟: Menelusuri Pemikiran M.S. Odeh Tentang Ragam Penyatuan

Mathla‟, Jurnal Ijtihad, Vol. 12, No. 2, edisi Desember 2012, hlm. 187-188.

Diakses pada http://www.ijtihad.iainsalatiga.ac.id. Pada 16 Nopember 2016.

Pukul. 17:00 WIB.

Page 67: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

67

BAB III

PENDAPAT EMPAT MAZHAB TENTANG MATHLA’

DALAM PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH

Mazhab menurut bahasa berasal dari kata dzahaba yang

berarti pergi atau dapat juga berarti pendapat. Adapun menurut

istilah, mazhab artinya adalah metode yang digunakan seorang

mujtahid dalam menetapkan hukum suatu peristiwa. Mazhab

juga merupakan sistem pemikiran atau pendekatan intelektual.

Secara khusus, istilah ini digunakan untuk sesuatu yang

berkaitan dengan aliran-aliran dalam fiqh.163

Selain itu, mazhab

juga diartikan sebagai jalan dan keyakinan yang diikuti.

Menurut para filosof, mazhab berarti pemikiran-pemikiran,

teori-teori ilmiah, dan filsafat yang saling berkaitan hingga

menjadi satu keatuan yang utuh. Bentuk plural atau jamaknya

adalah madzahib. Demikianlah definisi mazhab menurut

kalangan ahli bahasa dan para filosof.164

Sesuai dengan makna dasarnya, para pakar syari‟at

mendefinisikan mazhab sebagai sekumpulan pemikiran-

pemikiran mujtahid di bidang hukum-hukum syari‟at yang digali

dengan menggunakan dalil-dalil secara terperinci (tafshil),

kaidah-kaidah dan ushul, serta memiliki keterkaitan antara satu

dan lainnya, lalu dijadikan sebagai satu kesatuan. Dari definisi

tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

mazhab adalah ushul dan fiqhnya seorang mujtahid.165

Sebagaimana akan dibahas dibawah ini mengenai batas

geografis keberlakuan rukyat (mathla‟) menurut pendapat empat

mazhab dalam Islam. Yakni mazhab Hanafi, mazhab Maliki,

mazhab Syafi‟i, dan mazhab Hanbali.166

163

Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqh, Amzah, Jakarta, 2013, hlm. 149 164

Asmaji Muchtar, Fatwa-fatwa Imam Asy-Syafi‟I, Cetakan Pertama,

Amzah, Jakarta, 2014, hlm. 169 165

Ibid 166

Ahmad Subagyo, Kamus Istilah Ekonomi Islam, PT Elex Media

Komputindo Kompas Gramedia Building, Jakarta, 2009, hlm. 265

Page 68: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

68

A. Mathla’ Menurut Mazhab Hanafi 1. Sejarah dan Pemikiran Mazhab Hanafi

Imam Hanafi dilahirkan di kota Kufah (Irak) pada

tahun 80 H (659 M). Namanya sejak kecil ialah Nu‟man

bin Tsabit bin Zauth bin Maah. Ayahnya adalah

keturunan dari bangsa Persi yang sudah menetap di

Kuffah.167

Ia diberi nama “An-Nu‟man” sebagai

kenangan akan nama salah seorang raja Persia di masa

silam.168

Gelar Abu Hanifah, karena putranya ada yang

bernama Hanifah. Menurut riwayat lain karena ia begitu

taat beribadah kepada Allah, yang dalam bahasa Arab

Haniif berarti condong atau cenderung kepada yang

benar. Riwayat lain pula menyatakan karena ia begitu

dekat dan eratnya berteman dengan tinta. Karena

Hanifah menurut bahasa Irak adalah tinta.169

Imam Abu Hanifah menghabiskan masa kecil dan

tumbuh menjadi dewasa di Kufah. Sejak masih kanak-

kanak, Imam Abu Hanifah mengkaji dan menghafal al-

Qur‟an. Dalam hal memperdalam pengetahuannya

tentang al-Qur‟an beliau sempat berguru kepada Imam

Asin, seorang ulama terkenal pada masa itu. Selain

memperdalam al-Qur‟an, beliau juga aktif mempelajari

ilmu Fiqh pada kalangan sahabat Rasul, di antaranya

kepada Anas bin Malik, Abdullah bin Aufa dan Abu

Tufail Amir. Dari mereka beliau juga mendalami ilmu

Hadis.170

Imam Abu Hanifah juga dikenal sebagai orang yang

sangat tekun dalam mempelajari ilmu. Beliau pernah

167

M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, Cetakan Kedua, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 1996, hlm. 184 168

Abdurrahman Asy-Syarkawi, A‟immah Al-Fiqh At-Tis‟ah, Alih

Bahasa, H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini, Riwayat Sembilan Imam Fiqih,

Cetakan Pertama, Pustaka Hidayah, Bandung, 2000, hlm. 236 169

M. Ali Hasan, Loc.Cit. 170

Muhammad Jawad Mughniyah, Al-Fiqh „Ala Al-Madzahib Al-

Khamsah, Alih Bahasa, Masykur A.B., Afif Muhammad dan Idrus Al-Kaff,

Fiqih Lima Mazhab, Lentera, Jakarta, 2011, hlm. xxv

Page 69: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

69

belajar fiqh kepada ulama yang paling terpandang pada

masa itu, yakni Humad bin Abu Sulaiman. Setelah wafat

gurunya, Imam Abu Hanifah kemudian mulai mengajar

di banyak majlis ilmu di Kufah.171

Imam Abu Hanifah an-Nu‟man termasuk jajaran

imam Fiqh Ahlus Sunnah yang terkenal di dunia

Islam.172

Imam Abu Hanifah berkata:

“aku memberikan hukum berdasarkan al-Qur‟an

apabila tidak aku jumpai dalam al-Qur‟an, maka

aku gunakan hadis Rasulullah dan jika tidak ada

dalam kedua-duanya (al-Qur‟an dan al-Hadis)

aku dasarkan pada pendapat para sahabat-

sahabtnya. Aku (berpegang) kepada pendapat

siapa saja dari para sahabat dan aku tinggalkan

apa saja yang tidak kusukai dan tetap berpegang

kepada satu pendapat saja.”173

Pada bagian akhir kata-kata Imam Abu Hanifah di

atas dapat disimpulkan bagaimana ia menggunakan

ijtihad dan pikiran. Dan bagaimana pula penggunaan

pikiran untuk dapat membuat perbandingan diantara

pendapat-pendapatnya dan memilih salah satunya.174

Ciri khas Imam Abu Hanifah adalah, dalam

ijtihadnya menggali ketentuan-ketentuan hukum fiqh,

yaitu disamping berpegang pada al-Qur‟an, ia juga tetap

berpegang atau berpedoman pada hadis. Akan tetapi,

hanya hadis yang sahih yang mu‟tamad saja yang

dijadikan sandaran.175

Dalam metode qiyas nya, ia tak berbeda jauh dari

para ahli Fiqh lainnya, yakni tidak mengabaikan

ketentuan-ketentuan hukum yang pernah berlaku

171

Ibid 172

Abdurrahman Asy-Syarkawi, Op.Cit., hlm. 231 173

Ahmad Asy-Syurbasi, Al-Almatul Arba‟ah, Alih Bahasa, Sabil Huda,

Sejarah dan Biografi Empat Imam Mazhab, Cetakan Kelima, Amzah,

Jakarta, 2008, hlm. 19 174

Ibid. 175

Abdurrahman Asy-Syarkawi, Loc.Cit.

Page 70: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

70

sebelumnya, khususnya mengenai kasus-kasus yang

tidak terdapat atau tidak jelas ketetapan hukumnya di

dalam al-Qur‟an dan Sunah.176

Namun, menurutnya

qiyas yang benar ialah yang dapat mewujudkan tujuan

as-Syari‟.177

Ia pun berpendapat bahwa hukum yang

berdasarkan qiyas yang benar lebih baik dari pada

hukum yang didasarkan pada hadis-hadis yang tidak

benar. Menurutnya, qiyas mempunyai kaidah yang pasti,

yaitu mewujudkan kemaslahatan ummat, dan itulah yang

menjadi tujuan syari‟at.178

Dalam menetapkan metode qiyas beliau tidak

menerapkannya begitu saja. Akan tatapi, ia mengkaji

terlebih dahulu situasi dan kondisi masa terjadinya kasus

tertentu. Ia menenempuh metode yang lazim disebut

“ar-Ra‟yu”. 179

Demikian pula dalam menakwilkan atau

menafsirkan nash-nash hukum syari‟at yang tidak jelas

atau samar. Sebab itu, dalam dunia fiqh Imam Abu

Hanifah dikenal sebagai “Imam Ahlur-Ra‟yu” (ketua

kelompok ahli Pikir).180

Fiqh Imam Abu Hanifah dilandaskan pada prinsip

menghormati kebebasan setiap orang untuk menentukan

kemauannya sendiri (hurriyyah al-iradah). Ia

berpendapat bahwa kemalangan terbesar yang menimpa

manusia ialah bila kemerdekaannya dibatasi atau

dirampas. Semua pendapat dan fatwa-fatwa hukum

Imam Abu Hanifah didasarkan pada prinsip kebebasan

176

Ibid 177

As-Syari‟ (الش رع) adalah bentuk isim fa‟il dari kata kerja (شرع-

( شرع artinya ialah mebuat syari‟at (undang-undang) maka kata As-Syari‟

maknanya ialah pembuat Syari‟at (yakni Allah). Lihat Mahmud Yunus,

Kamus Arab-Indonesia, PT. Mahmud Yunus Wadzurriyyah, Jakarta, 1989,

hlm. 195 178

Abdurrahman Asy-Syarkawi, Op.Cit., hlm. 252 179

Ar-Ra‟yu adalah mazhab yang dalam mengahadapi kasus-kasus yang

tidak ditemukan hukumnya dalam Al-Qur‟an dan Sunnah. Mencari

pemecahan hukum dengan berijtihad, yakni memaksimalkan penggunaan

akal pikiran untuk menarik kesimpulan hukum melalui metode qiyas. Lihat

Ibid., hlm. 277 180

Abdurrahman Asy-Syarkawi, Op.Cit., hlm. 231

Page 71: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

71

yang menurut hukum Syari‟at harus dilindungi.

Menyalahgunakan kebebasan lebih ringan akibatnya dari

pada kalau kebebasan itu dikekang atau dibatasi.181

Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, Imam Abu

Hanifah menolak tawaran pangkat dan kedudukan

sebagai hakim agung (qadhi al-qudhah). Ia berpikir

bahwa turut serta didalam kekuasaan yang zalim sama

artinya dengan berbuat zalim. Dan akhirnya pada masa

pemerintahan Khalifah Bani Abasiyah, karena Imam

Abu Hanifah terus menentang kezalimannya ia

dijebloskan kedalam penjara disertai dengan hukuman

cambuk. Untuk mencegah agar siksaan kejam itu tidak

terdengar oleh kaum Muslim, akhirnya ia diracun.

Demikianlah, akhir kehidupan seorang ahli Fiqih

berkebangsaan Persia dan pendiri mazhab “ar-Ra‟yu”,

yang pada tahun-tahun terakhir hidupnya terkenal

dengan nama Imam Besar. 182

Berdasarkan pendapat

yang paling kuat Imam Abu Hanifah meninggal pada

tahun 150 H.183

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas bahwa yang

dimaksud dengan mazhab Hanafi ialah sekumpulan

pemikiran Imam Abu Hanifah di bidang hukum-hukum

syari‟at yang digali dengan menggunakan dalil-dalil

secara terperinci (tafshil), kaidah-kaidah dan ushul, serta

memiliki keterkaitan antara satu dan lainnya, lalu

dijadikan sebagai satu kesatuan. Dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan mazhab Hanafi adalah

ushul dan fiqhnya. Dapatlah dipahami pula bahwa Imam

Abu Hanifah mendasarkan mazhabnya pada al-Qur‟an,

Hadis, Ijma‟, al-Qiyas dan al-Istihsan.184

181

Ibid., hlm. 256 182

Ibid., hlm. 232-233 183

Ahmad Asy-Syurbasi, Op.Cit., hlm. 69 184

Istihsan sebenarnya merupakan pengembangan dari al-Qiyas. Istihsan

menurut bahasa berarti menganngap baik atau mencari yang baik. Menurut

istilah ulama ushul fiqh. Istihsan islah meninggalkan ketentuan qiyas yang

jelas ilatnya untuk mengamalkan qiyas yang samar ilatnya, atau

meninggalkan hukum yang bersifat umum dan berpegang kepada hukum

Page 72: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

72

Sebenarnya Imam Abu Hanifah tidak pernah menulis

sebuah kitab ataupun buku mengenai pemikiran atau

mazhabnya. Kalaupun ada kitab-kitab mengenai

mazhabnya itu hanya ditulis oleh murid-muridnya.185

Sedang di antara kitab-kitab Imam Abu Hanifah adalah:

al-Musuan (kitab hadis, dikumpulkan oleh muridnya),

al-Makharij (kitab ini dinisbahkan kepada Imam Abu

Hanifah, diriwayatkan oleh Abu Yusuf), dan Fiqhu al-

Akbar (kitab fiqh yang lengkap).186

Adapun murid-murid

Imam Abu Hanifah yang menyebarluaskan atau

membesarkan mazhabnya yang termasyhur adalah:

a. Abu Yusuf Ya‟kub bin Ibrahim Al-Anshari, ia

adalah orang yang pertama menyusun buku-buku

menurut mazhabnya (Imam Abu Hanifah),

mendiktekan masalah-masalah dan

menyiarkannya, tersiarlah mazhab Hanafi

kepenjuru bumi.

b. Zufar Bin Hudzail bin Qais Al-Kufi, ia adalah

orang yang paling banyak menggunakan qiyas.

c. Muhammad bin Hasan bin Farqad Asy-Syaibani,

ia adalah orang yang paling banyak menulis

buku-buku mazhab Hanafi, padanya diambil

mazhab Hanafi, karena dihadapan golongan

Hanafiyah hanya ada kitab-kitabnya.

d. Hasan bin Zayadi Al-Lu‟lui Al-Kufi maula

Anshar, ia menulis buku-buku tentang mazhab

Hanafi, tetapi buku-buku dan pendapatnya tidak

dapat dianggap seperti buku-buku dan

pendapatnya Muhammad Asy-Syaibani. 187

yang bersifat pengecualian karena ada dalil yang memperkuatnya. Lihat M.

Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, Cetakan Kedua, PT. Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 1996, hlm. 189-190 185

M. Ali Hasan, Op.Cit., hlm 35 186

Muhammad Jawad Mughniyah, Op.Cit., hlm. xxvi 187

Hudhari Bik, Tarikh Tasyri‟ Al-Islamy, Alih Bahasa Mohammad

Zuhri, Tarjamah Tarikh Al-Tasyri‟ Al-Islami (Sejarah Pembinaan Hukum

Islam), Daarul Ihya, Semarang. 1980, hlm. 412

Page 73: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

73

2. Mathla‟ Menurut Mazhab Hanafi

Mazhab Hanafi berpendapat bahwa dalam

menetapkan awal bulan Hijriah (khususnya awal

Ramadan dan Syawal) dapat ditempuh dengan dua cara

yaitu. Pertama, rukyat oleh kelompok yang besar yang

kriterianya adalah mereka yang menekuni langsung ilmu

agama (syara‟), cara seperti ini ditempuh apabila

keadaan langit cerah. Orang yang bersaksi melihat

hilal/bulan menyatakan kesaksiannya dengan kalimat

(saya bersaksi). Kedua, jika keadaan langit tidak cerah

karena terselimuti awan atau kabut, maka

pemimpin/imam cukup memegang kesaksian seorang

Muslim yang adil, berakal dan baligh. Menurut pendapat

yang sahih, baik lelaki atau wanita, merdeka atau budak,

sebab masalah rukyat merupakan masalah agama yang

nilainya sama dengan meriwayat hadis. Dalam kondisi

seperti ini bagi yang melihat hilal tidak perlu bersaksi

dengan mengucapkan kalimat. Kesaksian tersebut dapat

disampaikan dihadapan hakim agung (qadhi).188

Mengenai mathla‟ menurut mazhab Hanafi

„Abdurrahman Al-Jaziri dalam kitabnya Al-Fiqhu „Ala

Madzhabil Arba‟ah menjelaskan bahwasannya apabila

telah ditetapkannya rukyatul hilal pada suatu wilayah.

Maka diwajibkan berpuasa bagi seluruh wilayah dan

tidak adanya perbedaan mengenai wilayah yang dekat

dan jauh dari wilayah ditetapkannya rukyatul hilal.

Apabila telah sampai kabarnya rukyatul hilal kepada

seluruh wilayah. Maka, seluruh penduduk di muka bumi

diwajibkan untuk berpuasa. Dan tidak menjadi

pertimbangan dengan adanya perbedaan mathla‟ hilal

secara mutlak.189

188

Wahbah Al-Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu, Jilid II, Dar

Al- Fikr, Dimsyiq, 1996, hlm. 603-604 189

Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „Ala Madzhab Al-Arba‟ah, Juz I,

Dar Al- Fikr, Beirut, 1990, hlm. 550

Page 74: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

74

Dijelaskan juga oleh Wahbah al-Zuhaili dalam

kitabnya al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu bahwasannya

pendapat jumhur ulama Mazhab Hanafi mereka

berpendapat bahwa rukyat di suatu negeri berlaku untuk

seluruh kaum muslimin di negeri-negeri lain. Sehingga

perbedaan mathla‟ tidak memiliki pengaruh apapun

terhadap penentuan masuknya bulan baru Hijriah.190

Kitab Al-Mabsuth Lisyaibany di dalamnya

menjelaskan tentang mathla‟ menurut mazhab Hanafi

bahwasannya bila penduduk suatu negara melihat hilal

Ramadan, maka seluruh negara-negara Islam wajib

berpuasa bersama-sama dengan penduduk yang melihat

hilal. Dan kesaksian tersebut dapat disampaikan

dihadapan hakim agung atau kepada imam

(pemerintah).191

Kitab fathul qadir di dalamnya juga menjelaskan

tentang mathla‟ menurut mazhab Hanafi, bahwasannya

apabila rukyatul hilal telah ditetapkan di Mesir, maka

rukyat tersebut diberlakukan bagi semua manusia, yaitu

wajib berpuasa bagi semua manusia, baik penduduk

bagian timur berdasarkan rukyatnya, maupun penduduk

bagian barat. Atas dasar keumuman dari khitab lafadz

"صموا" yang secara mutlak rukyat tersebut hukumnya

diberlakukan secara umum.192

Hasan Ayub juga menerangkan dalam kitabnya fiqhul

„ibadaat biadillatiha fil islam bahwa mayoritas fuqaha

Ahnaf menetapkan perbedaan mathla‟ tidak

berpengaruh, yaitu bila penduduk suatu negara melihat

hilal Ramadan, seluruh negara-negara Islam wajib

berpuasa bersamaan dengan penduduk yang melihat

hilal. Orang–orang Kuwait dan Saudi puasa berdasarkan

ru‟yah orang Mesir dan sebaliknya berdasarkan

190

Wahbah Al-Zuhaili, Op.Cit., hlm. 605 191

Al-Mabsuth Lisyaibany, Maktabah Syamilah, hlm. 350 192

Fathul Qadir, Maktabah Syamilah, hlm. 1790

Page 75: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

75

keumuman hadis Rasulullah saw. tentang hisab dan

rukyat.193

أن رسول اهلل صلى اهلل . حديث عبد اللو بن عمر رضي اهلل عن هما وال . ال تصوموا حت ت روا ال ل : عليو وسلم كر رم ان ف قال

194 (رواه البخاري )فإن غم عليكم فاقدروا لو . ت فطروا حت ت روه

Artinya: “Hadits „Abdullah bin „Umar r.a. bahwasannya

Rasulullah saw, menyebut Ramadan, kemudian

beliau bersabda:”Janganlah kamu berpuasa

sehingga kamu melihat hilal (bulan sabit), dan

janganlah kamu berhari raya sehingga kamu

melihatnya, apabila tertutup oleh mendung

maka perkirakanlah.”195

(H.R. Bukhari)

عن اب ىري رة رضي اهلل عنو ي قول قال النب صلى اهلل عليو وسلم صوموا لرؤيتو وافطروا لرؤيتو فإن غبي عليكم فأكملوا

ة شعبان 196(رواه البخاري ) عدArtinya: “Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi saw.

bersabda: Berpuasalah bila kalian melihat

bulan, dan berbukalah bila kalian melihat

bulan, namun bila bulan itu tertutup atas

kalian (oleh awan), maka sempernukanlah

193

Hasan Ayub, Fiqhul „Ibadaat Biadillatiha Fil Islam, Alih Bahasa,

Abdurrahim, Fikih Ibadah (Panduan Lengkap Beribadah Sesuai Sunnah

Rasulullah saw), Cetakan Pertama, Cakra Lintas Media, Jakarta, 2010, hlm.

416 194

Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Dar Al-Kutub

Al- Ilmiyah, Beirut, 2004, hlm 345. Hadits No 1906, Bab Puasa 195

Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu‟lu‟ Wal Marjan, Alih Bahasa,

Muslich Shabir, Terjemah Al-Lu‟lu‟ Wal Marjan Koleksi Hadits yang

Disepakati oleh Al-Bukhori dan Muslim, Jilid 2, Al-Ridha, Semarang, 1993,

hlm. 1-2 196

Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Op.Cit., hlm 346. Hadits No 1909,

Bab Puasa

Page 76: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

76

hitungan bulan Syakban itu menjadi tiga

puluh hari.”197

(H.R. Bukhari).

Berdasarkan hadis di atas bahwasannya lafadz صوموا berpuasalah kamu karena melihat hilal dan” لرؤيتو وافطروا لرؤيتو

berbukalah kamu karena melihat hilal”. Khitab (sasaran)

yang dituju adalah seluruh ummat, maka apabila salah

seorang mereka menyaksikan hilal pada tempat

manapun, itu berarti rukyat bagi mereka semua.198

Tidak

dibedakan oleh perbedaan geografis dan batas-batas

daerah kekuasaan.199

B. Mathla’ Menurut Mazhab Maliki

1. Sejarah dan Pemikiran mazhab Maliki

Imam Malik dilahirkan di kota Madinah daerah

negeri Hijaz pada tahun 93 H (712 M).200

Imam Malik

sepanjang umurnya hidup di Madinah hingga ia wafat

dalam usian 86 tahun. Ia sama sekali tidak pernah

meninggalkan Madinah selain untuk menunaikan ibadah

haji atau umrah.201

Penghormatan Imam Malik terhadap kota Madinah

nyaris sama dengan penghormatannya kepada Nabi saw.

dan para sahabat beliau. Kehidupat umat di Madinah

cocok sekali dengan Imam Malik yang sangat tidak

menyukai hiruk pikuk perdebatan. Pada masa hidupnya,

Madinah masih merupakan kota yang bersih dari

pengaruh terjemahan filsafat-filsafat Yunani, India,

197

Safuan Alfandi, Samudra Pilihan Hadits Shahih Bukhari, Sendang

Ilmu, Solo, 2015, hlm. 162 198

Sayyid sabiq, Fiqhussunnah, Alih Bahasa, Mahyuddin Syaf, Fikih

Sunnah, Cetakan Pertama, Jilid 3, Al-Ma‟arif, Bandung, 1978, hlm 172 199

Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah, Penerbit Erlangga, Jakarta,

2007, hlm. 86 200

M. Ali Hasan, Op.Cit., hlm 195 201

Abdurrahman Asy-Syarkawi, Op.Cit., hlm. 280

Page 77: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

77

Persia. Selain itu, Imam Malik juga tidak suka

berkecimpung dalam pergolakan politik.202

Sejak kecil Imam Malik telah rajin menghadiri

majlis-majlis ilmu pengetahuan, sehingga sejak kecil ia

telah hafal al-Qur‟an. Bahkan ibundanya sendiri yang

mendorong Imam Malik untuk senantiasa giat menuntut

ilmu. Pada mulanya beliau dari Rabi‟ah, seorang ulama

yang sangat terkenal pada masa itu. Selain itu ia juga

memperdalam hadis kepada Ibn Syihab.203

Imam Malik dianggap sebagai seorang pemimpin

(Imam) dalam ilmu hadis. Sanad yang dibawa olehnya

termasuk salah satu dari sanad yang terbaik dan benar.

Karena beliau sangat berhati-hati dalam mengambil

hadis-hadis Rasulullah saw. Ia adalah orang yang

dipercaya adil dan kuat ingatannya, cermat serta halus

dalam memilih rawi, singkatnya Imam Malik tidak

diragukan lagi dalam hal ini.204

Pada suatu kesempatan,

usai menunaikan ibadah haji, Al-Manshur meminta

Imam Malik agar menulis buku tentang perundang-

undangan yang berlaku bagi semua orang, dan ia berjanji

akan mewajibkan rakyat menaatinya. Dengan alasan

yang masuk akal, pada mulanya Imam Malik keberatan.

Akan tetapi, akhirnya ia memenuhi permintaan Al-

Manshur dengan menulis himpunan hadis-hadis, yaitu

sebuah buku yang terkenal berjudul “Al-Muwaththa‟”.205

Dalam menghadapi kasus-kasus yang tidak terdapat

hukumnya didalam nash, ia dipengaruhi oleh pemikiran

gurunya Imam Ja‟far ash-Shadiq yaitu bersandar pada

kemampuan akal pikiran, bahkan ia memperbaharui

semangatnya. Sedangkan prinsip bersandar pada

kemaslahatan umum Imam Malik menyebutnya “al-

maslahah al-mursalah”.206

202

Ibid., hlm. 269-270 203

Muhammad Jawad Mughniyah, Op.Cit., hlm. xxvii 204

Ahmad Asy-Syurbasi, Op.Cit., hlm. 76-77 205

Abdurrahman Asy-Syarkawi, Op.Cit.,hlm. 272 206

Ibid

Page 78: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

78

Metode yang ditempuh Imam Malik dalam

menetapkan ketentuan hukum fiqh yang tidak terdapat

nashnya didalam al-Qur‟an dan Sunah, memang sedikit

berlainan dengan metode yang di tempuh oleh para

imam ahli Fiqh lainnya. Ia lebih mengutamakan ijma‟

para sahabat Nabi saw. dari pada qiyas. Bila belum juga

dapat memecahkan suatu kasus, ia melihat apa yang

diamalkan oleh kaum Muslim penduduk Madinah,

karena mereka itulah yang paling banyak menerima dan

mendengar hadis-hadis. Jika belum terpecahkan barulah

ia malakukan qiyas. Akan tetapi, jka hasil qiyas itu

ternyata bertentangan dengan kemaslahatan umum,

baginya lebih baik menetapkan keputusan hukumnya

atas dasar prinsip kemaslahatan umum. Menurutnya

itulah yang terbaik. Jika masih tidak ditemukan

pemecahan hukumnya, maka kasus tersebut dipecahkan

berdasarkan tradisi dan adat kebiasaan masyarakat.

Dengan syarat adat kebiasaan itu tidak bertentangan

dengan syara‟.207

Setelah Imam Malik wafat, fiqhnya tumbuh dan

berkembang diikuti dan diperkaya oleh banyak ahli

Pikir, para Mujtahid, dan para ahli Fiqh. Di antara

mereka adalah seorang filosof ternama dari Andalus Ibn

ar-Rusyd. Namun, sebagian dari para ahli Fiqh yang

hidup sezaman dengannya menantang keras dan

menyalahinya. Bahkan beberapa orang dari sahabat-

sahabat serta murid-muridnya mengkritiknya, seperti Al-

Layts ibn Sa‟ad (ahli Fiqh dari Mesir) dan asy-Syafi‟i.208

Berdasarkan pendapat yang masyhur ia wafat di

Madinah, yaitu pada tanggal 14 bulan Rabi‟ul Awwal

tahun 179 H. dan di makamkan di tanah perkuburan Al-

Baqi‟.209

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas bahwa

mazhab Maliki merupakan sekumpulan pemikiran Imam

207

Ibid., hlm. 270 208

Abdurrahman Asy-Syarkawi, Op.Cit.,hlm. 304 209

Ahmad Asy-Syurbasi, Op.Cit.,hlm. 138

Page 79: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

79

Malik di bidang hukum-hukum syari‟at yang digali

dengan menggunakan dalil-dalil secara terperinci

(tafshil), kaidah-kaidah dan ushul, serta memiliki

keterkaitan antara satu dan lainnya, lalu dijadikan

sebagai satu kesatuan. Dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan mazhab Maliki adalah ushul dan

fiqhnya. Dapatlah dipahami pula bahwa Imam Malik

mendasarkan mazhabnya pada al-Qur‟an, Hadis Rasul

yang dianggap sahih,‟Amal Ahlul Madinah, al-Qiyas dan

al-Maslahah al-Mursalah.

Adapun sebagian besar orang yang datang kepada

Imam Malik adalah orang-orang Mesir dan Maghribi

dari Afrika dan Andalusia, merekalah orang-orang yang

menyebarluaskan mazhab Maliki diseluruh Afrika Utara

dan Andalusia. Kemudian mazhab itu muncul di Basrah,

Baghdad, dan Khurasan, dengan perantaraan ulama. 210

Adapun orang-orang Mesir yang menyebarluaskan

mazhab Maliki di antaranya Abu Abdillah bin Wahab

bin Muslim Al-Quraisy, Abu Abdillah Abdur Rahman

bin Qasim Al-Itqi, Asyhab bin Abdul Aziz Al-Qaisi Al-

Amiri Al-Ja‟di, Abu Abdullah bin Hakam bin A‟yun bin

Laits, Ashbagh bin Faraj Al-Umawi, Muhammad bin

Abdullahbin Abdul Hakam, Muhammad bin Ibrahim bin

Ziyad Al-Iskandari. Sedangkan penduduk Afrika dan

Andalusia diantaranya Abu Abdillah Ziyad bin Abdur

Rahman Al-Qurthubi, Isa bin Dinar Al-Andalusi, Yahya

bin Yahya Katsir Al-Laits, Abdul Malik bin Habib bin

Sulaiman As Salmi, Abdul Hasan Ali bin Ziyad At-

Tunisi, Asad bin Furat, Abdus Salam bin Sa‟id At

Tanukhi.211

Mereka itulah tokoh-tokoh yang menyiarkan mazhab

Maliki di negeri-negeri bagian barat. Adapun di negeri

bagian timur tidak ada orang yang melihat dan belajar

fiqh pada Imam Malik, akan tetapi di negeri bagian timur

terdapat orang-orang yang tidak melihat dan belajar

210

Hudhari Bik, Op.Cit.,hlm. 423 211

Ibid., hlm 423-430

Page 80: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

80

kepada Imam Malik namun pandai tentang mazhab

Maliki, yaitu Ahmad bin Mu‟dzil bin Ghailan Al-abdi

dan Abu Ishak Isma‟il bin Isma‟il bin Hammad bin

Zaid.212

Demikianlah tokoh-tokoh yang mengajarkan dan

menyebarluaskan mazhab Maliki, hubungan mereka

kepada Imam Malik adalah hubungan murid kepada

gurunya dan hubungan perawi dengan orang yang

beristinbath. Apabila di kalangan mereka terdapat

perbedaan pendapat itu hanya disebabkan berbedanya

riwayat dari Imam Malik atau perbedaan pendapat dalam

memahami nash-nash yang diriwayatkan dari Imam

Malik.213

2. Mathla‟ Menurut Mazhab Maliki

Mazhab Maliki berpendapat bahwa dalam

menetapkan awal bulan Hijriah (khususnya awal

Ramadan dan Syawal) dapat ditempuh dengan tiga cara

yaitu. Pertama, rukyat dari kelompok terbesar walau

mereka tidak tergolong orang yang adil, yakni terjamin

tidak akan berbuat dusta menurut kebiasaan, juga tidak

membedakan jenis kelamin, merdeka atau adilnya.

Kedua, rukyat dari dua orang adil atau lebih, baik

keadaan langit beraawan atau cerah.214

Ketiga,

mencukupi keberhasilan rukyat satu orang yang adil

pada kondisi hilal tidak terdapat keraguan untuk dapat

terlihat.215

Dan mensyaratkan keberhasilan rukyat dua

orang yang adil pada rukyat awal Syawal.216

Serta dalam

kesaksian keberhasilan rukyat perempuan tidak dapat

diterima menurut kalangan Malikiah217

212

Ibid., hlm 430-431 213

Ibid., hlm 432 214

Wahbah Al-zuhaily, 2006, Op.Cit., hlm.32 215

Jayusman, “Kajian Ilmu Falak Perbedaan Penentuan Awal Bulan

Kamariah: Antara Khilafiah dan Sains” Al-Maslahah Jurnal Ilmu Syari‟ah,

Vol. 11, No. 1, edisi April 2015, hlm. 17 216

Ibid 217

Ibid

Page 81: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

81

Mengenai mathla‟ menurut mazhab Maliki sama

seperti halnya Mazhab Hanafi. „Abdurrahman Al-Jaziri

dalam kitabnya Al-Fiqhu „Ala Madzhabil Arba‟ah

menjelakan bahwasannya apabila telah ditetapkannya

rukyatul hilal pada suatu wilayah. Maka diwajibkan

berpuasa bagi seluruh wilayah dan tidak adanya

perbedaan mengenai wilayah yang dekat dan jauh dari

wilayah ditetapkannya rukyatul hilal. Apabila telah

sampai kabarnya rukyatul hilal kepada seluruh wilayah.

Maka, seluruh penduduk di muka bumi diwajibkan untuk

berpuasa. Dan tidak menjadi pertimbangan dengan

adanya perbedaan mathla‟ hilal secara mutlak.218

Wahbah al-Zuhaili menjelaskan dalam kitabnya al-

Fiqh al-Islami wa Adillatuhu bahwasannya Mazhab

Maliki mereka berpendapat bahwa rukyat di suatu negeri

berlaku untuk seluruh kaum Muslim di negeri-negeri

lain. Sehingga perbedaan mathla‟ tidak memiliki

pengaruh apapun terhadap penentuan masuknya bulan

baru Hijriah. Dan tanpa perlu mempertimbangkan jarak

qashar shalat (masafah al-qasr). Puasa wajib

dilaksanakan oleh setiap orang yang mendengar kabar

rukyat jika dilaksanakan oleh dua orang adil atau oleh

jama‟ah yang menyebarluaskan beritanya. 219

Mengenai mathla‟ menurut mazhab Maliki juga

dapat dilihat dalam kitab Bidayatul Mujtahid wa

Nihayatul Muqtashid karangan seorang filosof ternama

dari Andalus Ibn ar-Rusyd (Malikiyah) yang mengikuti

dan memperkaya fiqh nya Imam Malik.220

Bahwasannya

Ibnul Qasim meriwayatkan dari Imam Malik

bahwasannya apabila di suatu wilayah orang-orang

belum berpuasa, kemudian ada berita bahwa di wilayah

lain orang-orang sudah berpuasa karena melihat hilal,

218

Abdurrahman Al-Jaziri, Loc.Cit. 219

Wahbah al-Zuhaili, 1996, Loc.Cit 220

Ahmad Asy-Syurbasi, Op.Cit.,hlm. 138

Page 82: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

82

mereka yang tidak berpuasa itu wajib mengqadha

puasanya untuk hari tersebut.221

Mathla‟ menurut mazhab Maliki juga dapat dilihat

dalam kitab Hasyiyah Ad-Dasuqi „Alas Syarhil Kabir

Bahwasannya rukyat di suatu negeri berlaku untuk

seluruh kaum muslimin di negeri-negeri lain. Baik negeri

yang dekat ataupun negeri yang jauh dari negeri

berhasilnya rukyat. Sehingga perbedaan mathla‟ tidak

memiliki pengaruh apapun terhadap penentuan

masuknya bulan baru Hijriah. Dan tanpa perlu

mempertimbangkan jarak qashar shalat (masafah al-

qasr).222

Hasan Ayub juga menerangkan dalam kitabnya

fiqhul „ibadaat biadillatiha fil islam bahwa mayoritas

fuqaha Malik menetapkan perbedaan mathla‟ tidak

berpengaruh, yaitu bila penduduk suatu negara melihat

hilal Ramadan, seluruh negara Islam wajib berpuasa

bersamaan dengan penduduk yang melihat hilal.

berdasarkan keumuman hadis Rasulullah saw. tentang

hisab rukyat, yaitu dengan argumentasi bahwa lafadz berpuasalah kamu karena melihat hilal” صوموا لرؤيتو وافطروا لرؤيتو

dan berbukalah kamu karena melihat hilal”.223

Khitab

(sasaran) yang dituju adalah seluruh umat Islam di

dunia, maka apabila salah seorang mereka menyaksikan

hilal pada tempat manapun, itu berarti rukyat bagi

mereka semua.224

Tidak dibedakan oleh perbedaan

geografis dan batas-batas daerah kekuasaan.225

Wahbah

Al-Zuhaily menyatakan bahwasannya hadis ini

menunjukkan bahwa wajibnya berpuasa bagi seluruh

kaum muslimin berkenaan erat dengan rukyat yang tidak

221

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, Alih

Bahasa, Imam Ghazali Said dan Achmad Zaidun, Analisa Fiqih Para

Mujtahid, Cetakan Pertama, Pustaka Amani, Jakarta, 2002, hlm. 644 222

Hasyiyah Ad-Dasuqi „Alas Syarhil Kabir, Makatabah Syamilah, hlm.

2051 223

Hasan Ayub, Loc.Cit. 224

Sayyid sabiq, 1978, Op.Cit., hlm 172 225

Ahmad Izzuddin, Op.Cit., hlm. 86

Page 83: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

83

terikat (mutlak). Oleh sebab itu, rukyat dapat diterima

atau terpenuhi baik dari orang banyak (jama‟ah) maupun

dari seseorang yang kesaksiannya diterima.226

C. Mathla’ Menurut Mazhab Syafi’i 1. Sejarah dan Pemikiran Mazhab Syafi‟i

Nama lengkap Imam Syafi‟i adalah Muhammad ibn

Idris ibn al-Abbas ibn Asy-Safi‟I ibn As-Sa‟ib ibn

„Ubaid ibn „Abduyazid ibn Muthalib ibn „Abdumanaf.

Muthalib adalah saudara kandung Hasyim ibn

„Abdumanaf. Sedangkan Hasyim adalah ayah „Abdul

Muthalib kakek Nabi Muhammad saw.227

Imam Syafi‟i

lahir di Gaza (Palestina) bagian selatan dari Palestina

pada tahun 150 H, pertengahan abad kedua Hijriah. Ada

juga ahli sejarah mengatakan bahwa ia lahir di Asqalan,

tetapi kedua perkataan ini tidak berbeda karena Gaza

dahulunya adalah daerah Asqalan.228

Ibu Imam Syafi‟i adalah cucu perempuan dari

saudara perempuan Fatimah binti „Asad, ibu Imam „Ali

ibn Abi Thalib. Oleh karena itu, Imam Syafi‟i

mengatakan: “Ali ibn Abi Thalib adalah putera pamanku

dan bibiku.229

Memang benar, nama lengkap ibu Imam

Syafi‟i tidak diketahui secara pasti. Namun yang jelas, ia

adalah sosok ibu yang cerdas, ibu teladan, dan ibu

pendidik yang menyadari hak dan kewajibannya secara

proporsional.230

Imam Syafi‟i adalah orang Quraisy dari bani

Muthalib dan ibunya berasal dari suku Azdi berdasarkan

226

Wahbah Al-Zuhaily, 2006, Op.Cit., hlm. 41 227

Abdurrahman Asy-Syarkawi, Op.Cit.,hlm. 382 228

Siradjuddin Abbas, Sejarah Dan Keagungan Madzhab Syafi‟i,

Cetakan Keenam, Pustaka Tarbiyah, Jakarta, 1994, hlm. 13 229

Abdurrahman Asy-Syarkawi, Loc.Cit. 230

Ahmad Nahrawi Abdussalam Al-Indunisi, Al-Imam Al-Syafi‟i Fi

Mazhabihi Al-Qadim Wa Al-Jadid, Alih Bahasa, Usman Sya‟roni,

Ensiklopedi Imam Syafi‟I (Biografi Dan Pemikiran Mazhab Fiqh Terbesar

Sepanjang Masa), Cetakan Pertama, Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika),

Jakarta, 2008, hlm. 10

Page 84: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

84

pendapat yang sahih.231

Ayahnya termasuk miskin dan

sering meninggalkan Mekah untuk mencari penghidupan

yang lebih di Madinah. Akan tetapi, di kota tersebut ia

tidak menemukan yang dimaksud, kemudian ia bersama

keluarganya pindah ke Gaza dan meninggal dunia

disana, yaitu dua tahun setelah Imam Syafi‟i lahir.232

Dalam usia kanak-kanak Imam Syafi‟i diikutsertakan

belajar pada suatu lembaga pendidikan di Mekah. Dalam

usia 13 tahun, ia sudah mampu membaca al-Qur‟an

dengan tartil dan baik, dapat menghafalnya bahkan

memahami apa yang dibacanya sebatas kesanggupan

seorang anak yang berusia 13 tahun. Ia juga kemudian

belajar menghafal ilmu Hadis dan mencari pengetahuan

tentang fiqh sampai akhirnya pada usia kurang lebih 20

tahun ia bertemu dengan Imam Malik dan belajar

kepadanya.233

Dalam pemikirannya mengenai ilmu Fiqh Imam

Syafi‟i menyatakan bahwa seorang mujtahid harus

mencari ketentuan hukum didalam al-Qur‟an dan Sunah,

jika tidak terdapat pada keduanya maka harus dicari

didalam ijma‟ para sahabat Nabi yang berada di berbagai

daerah. Ijma‟ belum dianggap sah kecuali jika disepakati

oelh semua sahabat Nabi saw. apabila tidak menemukan

hukum dalam ijma‟. ia harus mencarinya dengan jalan

memeriksa, meneliti, dan mencari „illat (sebab) hukum

yang terdapat dalam al-Qur‟an dan Sunah yang disebut

dengan qiyas.234

Pendirian Imam Syafi‟i tentang qiyas sangat hati-hati

dan keras, karena menurutnya qiyas dalam soal-soal

keagamaan itu tidak begitu perlu diadakan kecuali jika

memang keadaan memaksa.235

Imam Ahmad bin Hanbal

pernah berkata: “Saya pernah berkata kapada Imam

231

Ibid., hlm. 4 232

Abdurrahman Asy-Syarkawi, Loc.Cit. 233

Ibid., hlm. 388 234

Ibid., hlm. 413 235

M. Ali Hasan, Op.Cit., hlm 209

Page 85: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

85

Syafi‟i tentang qiyas, maka ia berkata: “Di kala keadaan

darurat”. Artinya, bahwa ia menetapkan hukum

berdasarkan qiyas apabila keadaan memaksa.236

Imam Syafi‟i sangat mekankankan agar semua ulama

Fiqh, semua penguasa dan semua hakim dapat

menguasai dengan baik bahasa Arab. Sebab, hanya

dengan itu mereka akan dapat memahami dengan benar

nash-nash al-Qur‟an dan Sunah.237

Imam Syafi‟i

kemudian meringkas kaidah-kaidah ushul fiqh sebagai

berikut:

“Kami menetapkan ketentuan hukum

berdasarkan kitabullah (l-Qur‟an)dan Sunah yang

ijma‟ nya tidak mengandung perbedaan pendapat.

Mengenai itu kami mengatakan bahwa kami telah

menetapkan ketentuan hukum atas dasar

kebenaran lahir dan batin (yang nyata dan

tersembunyi). Kami menetapkan ketentuan

hukum menurut Sunah yang diriwayatkan „an

thariq al-infirad (secara perorangan). Kami pun

menetapkan ketentuan hukum berdasarkan ijma‟

dan qiyas (perbandingan), namun qiyas lebih

lemah daripada ijma‟. Akan tetapi, jalan qiyas

baru dapat ditempuh dalam keadaan darurat,

karena qiyas tidak boleh ditempuh selagi masih

terdapat khabar (hadis).” 238

Pada tahun 195 H. datang ke Irak dan sekumpulan

ulama belajar kepadanya. Disanalah ia mengajarkan

kitab-kitabnya yang ditulisnya dalam mazhab Irak atau

mazhab qadim. Kemudian pada tahun 198 H. Ia pergi ke

Mesir. Disanalah tampak kelebihan-kelebihan Imam

Syafi‟i mengenai pemikiran dan pendapatnya, maka ia

mengajarkan kitab-kitabnya yang baru kepada murid-

236

Ibid 237

Abdurrahman Asy-Syarkawi, Op.Cit., hlm. 428 238

Ibid., hlm. 433

Page 86: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

86

muridnya di Mesir, atau disebut dengan mazhab jadid. Ia

terus menetap di Mesir sampai ia wafat.239

Demikianlah Imam Syafi‟i adalah pakar

yurisprudensi Islam, salah seorang tokoh yang tidak

kaku dalam pengambilan hukum dan tanggap terhadap

keadaan lingkungan tempat beliau menentukan hukum,

sehingga tidak segan-segan untuk mengubah penetapan

yang semula telah ia lakukan untuk menggantikan

dengan hukum yang baru, karena berubah keadaan

lingkungan yang dihadapi. Qaul qadim sebagai hasil

ijtihadnya yang pertama dan qaul jadid sebagai

pembaharuan ijtihad sebelumnya.240

Imam Syafi‟i kurang lebih selama 30 tahun ia

menulis buku-buku tentang ilmu fiqh, dan diantara buku-

bukunya yang sangat terkenal adalah ar-Risalah dan al-

„Umm.241

Imam Syafi‟i wafat Pada malam Jum‟at

tanggal 28 Rajab tahun 204 H. dalam usia 54 tahun, ia

wafat meninggalkan ilmu Fiqh yang nyaris meratai kaum

Muslim di muka bumi.242

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas bahwa

mazhab Syafi‟i merupakan sekumpulan pemikiran Imam

Syafi‟i di bidang hukum-hukum syari‟at yang digali

dengan menggunakan dalil-dalil secara terperinci

(tafshil), kaidah-kaidah dan ushul, serta memiliki

keterkaitan antara satu dan lainnya, lalu dijadikan

sebagai satu kesatuan. Dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan mazhab Syafi‟i adalah ushul dan

fiqhnya. Dapatlah dipahami pula bahwa Imam Syafi‟i

mendasarkan mazhabnya pada al-Qur‟an, Hadis Rasul

yang dianggap sahih, al-Ijma‟, dan al-Qiyas.

Adapun murid-murid Imam Syafi‟i yang

menyebarluaskan atau membesarkan mazhabnya adalah

muridnya yang di Irak dan Mesir. Adapun murid-

239

Hudhari Bik, Op.Cit., hlm. 435-436 240

M. Ali Hasan, Op.Cit., hlm 213 241

Ibid 242

Ibid., hlm. 436

Page 87: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

87

muridnya yang terdiri dari orang-orang Irak antara lain:

Abu Tsaur Ibrahim bin Khalid bin Yaman Al-Kilbi Al-

Baghdadi, Ahmad bin Hanbal, Hasan bin Muhammad

bin Shabah Az-Za‟farani Al-Baghdadi, Abu Ali Al-

Husain bin Ali Al-Karabisi, dan Ahmad bin Yahya bin

Abdul Aziz Al-Baghdadi. Sedangkan yang terdiri dari

orang-orang Mesir antara lain: Yusuf bin Yahya Al-

Buwaith Al-Misri, Abu Ibrahim Ismail bin Yahya Al-

Muzni Al-Misri, Rabi‟ bin Abdul Jabbar Al-Muradi,

Harmalah bin Yahya bin Abdullah At-Tajibi, Yunus bin

Abdul A‟la Ash Shadafi Al-Misri, dan Abu Bakar

Muhammad bin Ahmad.243

2. Mathla‟ Menurut Mazhab Syafi‟i

Mazhab Syafi‟i berpendapat bahwa dalam

menetapkan awal bulan Hijriah ditetapkan berdasarkan

pada kebiasaan masyarakat memegang rukyatnya dari

seorang yang adil walau identitas pribadinya tidak jelas,

baik ketika langit dalam keadaan cerah atau tidak.

Dengan syarat yang melihatnya termasuk orang yang

adil, muslim, baligh, berakal, merdeka dan lelaki. Sebab

Ibnu Umar pernah melihat hilal lalu menyampaikannya

kepada Rasulullah saw. kemudian beliaupun menyambut

beritanya dengan melakukan puasa dan

memerintahkannya kepada masyarakat.244

Mengenai mathla‟ menurut mazhab Syafi‟i.

„Abdurrahman Al-Jaziri dalam kitabnya Al-Fiqhu „Ala

Madzhabil Arba‟ah menjelaskan bahwasannya apabila

rukyatul hilal telah ditetapkan pada suatu wilayah, maka

wilayah tersebut dan wilayah lain yang berdekatan

dengan wilayah penetapan rukyatul hilal diwajibkan

untuk berpuasa atas dasar penetapan hilal di wilayah

tersebut. Dan wilayah yang dekat itu memiliki mathla‟

yang sama dengan wilayah ditetapkannya hilal, dengan

243

Hudhari Bik, Op.Cit., hlm. 437-443 244

Wahbah Al-zuhaily, 2006, Op.Cit., hlm. 33

Page 88: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

88

batasan jarak antara kurang lebih 24 farsakh.245

Sedangkan wilayah yang jauh dari wilayah

ditetapkannya rukyatul hilal tidak diwajibkan untuk

berpuasa disebabkan adanya perbedaan mathla‟.246

Syekh Syamsuddin Muhammad ibn Al-Khatib Asy-

Syarbini (Syafi‟iah) dalam kitabnya Mughniyl Muhtaaj

(Matan Minhaaj Ath-Thalibin) menjelaskan

bahwasannya apabila hilal terlihat pada suatu negeri

maka hukumnya hanya berlaku bagi negeri yang terdekat

dari negeri terlihatnya hilal yaitu sejarak dibolehkannya

qashar shalat (masafah al-qasr).247

Muhammad ibn Muhammad Abi Hamid al-ghazali

(Syafi‟iah) dalam kitabnya Al-Wajiz fi Fiqhi Madzhab

al-Imam Asy-Syafi‟i bahwa apabila telah terlihat hilal

pada suatu tempat, maka tidak diharuskan untuk

berpuasa bagi tempat lain. Ukuran jauh dan dekatnya

tempat terlihatnya hilal dengan tempat-tempat lain

dengan jarak boleh di qasharnya shalat (masafah al-

qasr). Dan apabila seseorang berpuasa dan melakukan

perjalanan ke wilayah lain, kemudian setelah masuknya

hari ke 30 ia belum melihat hilal, maka ia tetap berpuasa

bersama penduduk di wilayah tersebut dengan hukum

sesuai keadaan wilayah yang dikunjungi. Dan

seandainya kita berpergian ke suatu wilayah yang belum

terlihat hilal, maka lebih utama untuk untuk tetap

berpuasa. Maka ia tetap mendapatkan pahala puasa.248

Sayyid Sabiq dalam kitabnya fiqhu As- Sunnah

menjelaskab bahwa pendapat yang dipilih oleh golongan

245

Satu farsakh kira-kira 5544 m, maka satu mathla‟ adalah 133,56 km.

Lihat Ibid., hlm. 39 246

Abdurrahman Al-Jaziri, Op.Cit., hlm. 550 247

Syekh Syamsuddin Muhammad ibn Al-Khatib Asy-Syarbini,

Mughniyl Muhtaaj (Matan Minhaaj Ath-Thalibin), Jilid I, Dar Al-Fikr,

Beirut, hlm. 569-570 248

Muhammad Ibn Muhammad Abi Hamid Al-Ghazali, Al-Wajiz Fi

Fiqhi Madzhab Al-Imam Asy-Syafi‟I, Dar Al-Fikr, Beirut, 2004, hlm. 84

Page 89: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

89

Syafi‟i ialah setiap wilayah memiliki rukyat masing-

masing. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Kuraib:249

حد نا ممد بن : حد نا إ اعي بن عفر : حد نا علي بن ح ر أن أم الف بنت الارث ب عثتو إل : أ ب ر كري : أب حرملة

واسته . ف ق يت حا ت ها. ف قدمت اللام : قال . معاوية باللام لة اامعة . علي ى ل رم ان وأنا باللام ث قدمت . ف رأي نا ال ل لي

: ف قال . ث كر ال ل . ف أل ابن عباا . المدي نة أ ر اللهر لة اامعة لة : ف قال . مت رأي تم ال ل ف قلت رأي ناه لي أنت رأي تو لي

لة : قال . وصام معاوية . اامعة ف قلت رأه الناا وصاموا لكن رأي نو لي ف قلت أال . ف ن ال نصوم حت نكم ي وما أون راه . ال بت

ىكذا أمرنا رسول اهلل صلى . ال : تكتفي برؤية معاوية وصيامو قال (رواه م لم) 250.اهلل عليو وسلم

Artinya: “ Ali bin Hujr menceritakan kepada kami,

Ismail bin Ja‟far memberitahukan kepada

kami, Muhammad bin Abu Harmalah

memeberitahukan kepada kami, Kuraib

memberitahukan kepadaku: “ Ummu al-Fadhl

binti al-Harits mengutusnya (untuk

menghadap) Mu‟awiyah di Syam. Ia berkata,

“Aku sampai ke Syam, lantas menyelesaikan

urusanku dan aku melihat hilal (bulan sabit)

bulan Ramadhan telah terbit, sedangkan aku

berada di Syam. Kami melihat bulan itu pada

malam Jum‟at. Aku sampai di Madinah pada

akhir bulan Ramadan dan Ibnu Abbas

bertanya kepadaku, kemudian ia menyebutkan

249

Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Jilid I, Dar Al-Fath, Kairo, 1990, hlm.

307 250

Imam Abi Husain Muslim bin Hajjaj, Sahih Muslim, Juz II, Maktabah

Dahlan, Indonesia, hlm. 765, Hadits No 1087, Bab Puasa

Page 90: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

90

hilal tersebut, ia bertanya, „kapan kamu

melihat bulan itu?‟ Aku menjawab,‟Kami

melihatnya pada malam Jum‟at.‟ Ia bertanya

lagi, „Apakah kamu melihatnya pada malam

Jum‟at?‟ Aku katakana,‟Orang-orang

melihatnya, kemudian mereka berpuasa dan

Mu‟awiyah juga berpuasa‟. Kemudian ia

berkata,‟Tetapi kamu melihatnya pada malam

Sabtu, dan kami masih berpuasa hingga

menyempurnakan tiga puluh hari atau

(sampai) kami melihatnya‟. Aku lalu

berkata.‟Apakah tidak cukup dengan melihat

Mu‟awiyah dan puasanya?‟ Ia menjawab,

„Tidak, Rasulullah saw. memerintahkan kami

demikian‟.”251

(H.R. Muslim)

Imam Tirmidzi berpendapat bahwa hadis ini

termasuk hadis hasan shahih gharib, dan hadis ini

diamalkan menurut pendapat ahli Ilmu bahwasannya

untuk setiap wilayah berlaku rukyat masing-masing. Dan

dalam kitab Fathul „Alam, syarah Bulughul Maram

menjelaskan bahwa keharusan mengikuti rukyat bagi

wilayah yang lebih dekat dengan wilayah berhasilnya

rukyat, berikut wilayah lain yang berada dalam satu garis

bujur dengan wilayah itu. 252

Sedangkan Ibnu Rusyd

menyatakan lahir hadis ini menghendaki bahwa tiap-tiap

negeri itu mempunyai rukyat sendiri-sendiri, baik negeri

atau wilayah itu saling berjauhan atau berdekatan.

Sedangkan berdasarkan ilmiah harus dibedakan antara

negeri atau wilayah yang jauh dengan yang dekat,

251

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Shahih Sunan Tirmidzi,

Penerjemah, Ahmad Yuswaji, Shahih Sunan Tirmidzi (Seleksi Hadits Shahih

dari Kitab Sunan Tirmidzi), Cetakan Pertama, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005,

hlm. 556-557 252

Sayyid Sabiq, 1990, Op.Cit., hlm. 307

Page 91: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

91

khususnya bila terdapat perbedaan garis lintang dan

meridiannya jauh sekali.253

Hasan Ayub juga menerangkan dalam kitabnya

fiqhul „ibadaat biadillatiha fil islam bahwa pendapat

yang di pilih Syafi‟iah bahwa setiap penduduk suatu

negara berhak melihat hilal sendiri. Karena setiap

kelompok diperintahkan berdasarkan apa yang ada

mereka dan bertanggung jawab di hadapan Allah swt.

Berdasarkan hasil ijtihad mereka dalam rukyat, pendapat

ini berpedoman kepada hadis Kuraib.254

Wahbah Al-Zuhaily menyatakan bahwasannya

Syafi‟iah menyamakan perbedaan antara mathla‟ bulan

dan mathla‟ matahari dengan perbedaan waktu shalat.

Sedangkan secara rasio (al-Ma‟qul) bahwa hukum Islam

(syara‟) menetapkan wajibnya puasa karena lahirnya

bulan Ramadan. Padahal awal Ramadan sendiri tidak

sama karena adanya perbedaan suatu negeri termasuk

jaraknya. Hukum dalam memulai puasa sesuai keadaan

negeri itu sendiri.255

D. Mathla’ Menurut Mazhab Hanbali

1. Sejarah dan Pemikiran Imam Hanbali

Imam Hambali nama lengkapnya ialah al-Imam Abu

Abdillah Ahmad ibn Hanbal ibn Hilal Addahili as-

Syaibani al-Maruzi, ia dilahirkan di kota Baghdad pada

tahun 164 H. Ayahnya bernama Muhammad as-

Syaibani, sedangkan ibunya bernama Syarifah binti

Maimunah binti Abdul Malik bin Sawadah binti Hindun

as-Syaibani (wanita dari bangsa Syaibaniyah juga) dari

golongan terkemuka kaum bani Amir.256

Ayahnya wafat

di kala Imam Ahmad ibn Hanbal masih kanak-kanak.257

253

Ibnu Rusyd, Bidayatu ‟l-Mujtahid, Alih Bahasa, M.A. Abdurrahman

dan A. Haris Abdullah, Tarjamah Bidayatu „l-Mujtahid, Cetakan Pertama,

CV. Asy-Syifa, Semarang, 1990, hlm. 598 254

Hasan ayub, Loc.Cit. 255

Wahbah Al-zuhaily, 2006, Op.Cit., hlm. 40 256

M. Ali Hasan, Op.Cit., hlm. 221-222 257

Abdurrahman Asy-Syarkawi, Op.Cit.,hlm. 449

Page 92: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

92

Imam Ahmad ibn Hanbal sejak kecil sudah dapat

menghafal al-Qur‟an, sudah biasa mempelajari dan

memikirkan ketentuan-ketentuan hukum yang terdapat

didalamnya. Bahkan sejak kecil, ia pun sudah belajar dan

mempelajari ilmu hadis.258

Pada usia 15 tahun Imam Ahmad ibn Hanbal mulai

giat mempelajari ilmu hadis. Selama 7 tahun ia

mempelajari hadis-hadis pada guru-gurunya di Baghdad.

Untuk lebih memperkaya ilmu penegetahuannya tentang

hadis, pada usia 18 tahun ia berangkat ke Bashrah, dan

berguru pada ulama hadis di kota itu. Namun setelah satu

satu tahun di Bashrah. Ia pergi ke Hijaz. Disana ia

bertemu dengan Imam Syafi‟i dan berguru padanya.259

Imam Ahmad ibn Hanbal juga pergi menuntut ilmu

ke Yaman dan Mesir. Di antara gurunya yang lain adalah

Yusuf al-Hasan bin Ziad, Husyaim, Umair, Ibn Human

dan Ibn Abbas. Imam Ahmad ibn Hanbal banyak

mempelajari dan meriwayatkan hadis, dan ia tidak

mengambil hadis kecuali hadis-hadis yang sudah jelas

sahihnya. Oleh karena itu, akhirnya ia berhasil

mengarang kitab hadis, yang terkenal dengan nama

Musnad Ahmad Hanbali.260

Dalam hal menggali atau menarik kesimpulan hukum

syari‟at serta dalam menetapkan fatwa-fatwanya. Imam

Ahmad ibn Hanbal bersandar pada al-Qur‟an, Sunah

Rasul, pernyataan para sahabat Nabi, serta hadis-hadis

mereka, barulah ia menempuh qiyas apabila dalam

keadaan darurat. Dan Imam Ahmad berbeda dari

pendahulunya, ia lebih mengutamakan hadits dha‟if dari

pada qiyas. Selagi ia memandang hadis itu benar dan ia

yakin bahwa hadis itu tidak maudhu‟.261

Metode qiyas Imam Ahmad ibn Hanbal lebih luas

dari pada metode qiyas yang ditempuh oleh para Imam

258

Ibid., hlm. 447 259

Ibid., hlm. 452 260

Muhammad Jawad Mughniyah, Op.Cit., hlm. xxxi 261

Ibid., hlm. 488-489

Page 93: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

93

ahli Fiqh lainnya. Dalam metode qiyas nya ia tidak

hanya melihat pada kesamaan atau kemiripan „illat saja,

melainkan lebih jauh lagi, yaitu melihat pada hikmah

yang terkandung dalam kasus pemecahan hukum. Sebab

„illat suatu ketentuan hukum adalah sebabnya,

sedangkan hikmah yang terkandung dalam pemecahan

hukum adalah tujuannya. Yaitu kemaslahatan yang

hendak diwujudkan dan kemudharatan yang hendak

dihindarkan.262

Selain itu ia juga mengindahkan prinsip

istihsan,263

yaitu menetapkan hukum mengenai suatu

kasus dengan ketetapan hukum yang berlainan dengan

hukum yang ditetapkan pada kasus yang serupa, atas

dasar pertimbangan kemaslahatan agama dan umat. Lain

halnya dengan Imam Syafi‟i yang mengatakan bahwa

istihsan adalah taladzdzudz (istihsan adalah suatu

kenyamanan).264

Kemudian ia juga tidak mengabaikan prinsip

istihsab, yaitu tidak mengabaikan kenyataan. Apa yang

berlaku di masa lalu, tetap berlaku di masa kini dan

mendatang, selama tidak ada dalil (alasan yang nyata dan

kongkrit) untuk dapat mengubahnya. Imam Ahmad ibn

Hanbal juga berpegang pada prinsip dzari‟ah, yaitu cara,

jalan, atau sarana yang mengakibatkan terjadinya suatu

perbuatan. Dalam hal itu, ia memperluas pengertiannya.

Bahwa cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan

hukumnya sama dengan hukum tujuannya. Yakni apabila

cara, jalan atau sarana yang mengakibatkan hal-hal yang

haram. Maka hukumnya adalah haram, dan juga

sebaliknya.265

262

Ibid., hlm. 490 263

Menurut istilah ulama Ushul Fiqh, Istihsan ialah meninggalkan

ketentuan qiyas yang jelas „illat nya untuk mengamalkan qiyas yang samar

„illat nya, atau meninggalkan hukum yang bersifat umum dan perpegang

kepada hukum yang bersifat pengecualian karena ada dalil yang

memperkuatnya. Lihat M. Ali Hasan, Op.Cit., hlm. 190 264

Abdurrahman Asy-Syarkawi, Op.Cit., hlm. 491 265

Ibid

Page 94: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

94

Pemikiran Imam Ahmad ibn Hanbal sangat

dipengaruhi oleh pemikiran gurunya yaitu Imam Syafi‟i,

dikemudian hari setelah Imam Ahmad ibn Hanbal

menjadi seorang imam besar, ia berkata, “jika saya

ditanya mengenai masalah yang saya tidak mengetahui

hadisnya, saya akan menjawab menurut pendapat asy-

Syafi‟i.”266

Dalam usia 77 tahun ia masih terus melanjutkan

kegiatan mengajar, yang dalam usia setua itu, ia

menderita sakit, makin hari makin keras. Pada masa

hidupnya, ia merupakan ahli Fiqh satu-satunya. Tak lama

kemudian ia wafat.267

Imam Ahmad ibn Hanbal wafat

pada hari Jum‟at tanggal 12 bulan Rabi‟ul Awal tahun

241 H. jenazahnya dan di makamkan di Baghdad setelah

shalat Jum‟at.268

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas bahwa

mazhab Hanbali merupakan sekumpulan pemikiran

Imam Ahmad bin Hanbal di bidang hukum-hukum

syari‟at yang digali dengan menggunakan dalil-dalil

secara terperinci (tafshil), kaidah-kaidah dan ushul, serta

memiliki keterkaitan antara satu dan lainnya, lalu

dijadikan sebagai satu kesatuan. Dapat disimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan mazhab Hanbali adalah

ushul dan fiqhnya. Dapatlah dipahami pula bahwa Imam

Ahmad bin Hanbal mendasarkan mazhabnya pada al-

Qur‟an, Hadis Rasul yang dianggap sahih, al-Ijma‟, dan

al-Qiyas, Istihsan, Istihsab, dan Dzari‟ah.

Adapun sebagian orang yang terkenal

menyebarluaskan atau membesarkan mazhabnya adalah

Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Hani‟ yang

terkenal dengan Atsram, Ahmad bin Muhammad bin

Hajaj Al-Marwazi, dan Ishak bin Ibrahim yang terkenal

dengan Ibnu Rahawaih Al- Marwazi.269

266

Ibid., hlm. 470 267

Ibid., hlm 550 268

Ahmad Asy-Syurbasi, Op.Cit., hlm. 257 269

Hudhari Bik, Op.Cit.,hlm. 444-445

Page 95: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

95

2. Mathla‟ Menurut Mazhab Hanbali

Mazhab Hanbali berpendapat bahwa dalam

menetapkan awal bulan Hijriah dapat ditetapkan

berdasarkan oleh seorang mukallaf, adil dalam prilaku

dan jiwanya, lelaki, perempuan atau budak belian. Dan

tidak memadai keberhasilan rukyat seorang yang adil

apabila ada penghalang, dan mensyaratkan keberhasilan

rukyat dua orang yang adil pada rukyat awal Syawal

untuk penentuan Idul Fitri.270

Mengenai mathla‟ menurut mazhab Hanbali

„Abdurrahman Al-Jaziri dalam kitabnya Al-Fiqhu „Ala

Madzhabil Arba‟ah menjelaskan bahwasannya apabila

telah ditetapkannya rukyatul hilal pada suatu wilayah.

Maka diwajibkan berpuasa bagi seluruh wilayah dan

tidak adanya perbedaan mengenai wilayah yang dekat

dan jauh dari wilayah ditetapkannya rukyatul hilal.

Apabila telah sampai kabarnya rukyatul hilal kepada

seluruh wilayah. Maka, seluruh penduduk di muka bumi

diwajibkan untuk berpuasa. Dan tidak menjadi

pertimbangan dengan adanya perbedaan mathla‟ hilal

secara mutlak.271

Dijelaskan juga oleh Wahbah al-Zuhaili dalam

kitabnya al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu bahwasannya

pendapat jumhur ulama Mazhab Hanbali mereka

berpendapat bahwa rukyat di suatu negeri berlaku untuk

seluruh kaum muslimin di negeri-negeri lain yang dekat

maupun jauh. Maka, seluruh orang wajib berpuasa

termasuk bagi yang melihatnya.272

Ibnu Qudamah (Hanabilah) dalam kitabnya Al-

Mughni bahwasannya umat Muslim sepakat atas

wajibnya berpuasa di bulan Ramadan yang apabila telah

ditetapkannya rukyatul hilal pada hari tersebut dari

bulan Ramadan, berdasarkan kesaksian orang-orang

270

Wahbah Al-zuhaily, 2006, Op.Cit., hlm. 34-36 271

Abdurrahman Al-Jaziri, Loc.Cit. 272

Wahbah al-Zuhaili, 1996, Loc.Cit.

Page 96: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

96

yang terpercaya. Maka diwajibkan berpuasa Ramadan

bagi seluruh Muslim.273

Hasan Ayub juga menerangkan dalam kitabnya

fiqhul „ibadaat biadillatiha fil islam bahwa mayoritas

ulama Hanabilah menetapkan perbedaan mathla‟ tidak

berpengaruh, yaitu bila penduduk suatu negara melihat

hilal Ramadan, seluruh negara Islam wajib berpuasa

bersamaan dengan penduduk yang melihat hilal.

berdasarkan keumuman hadis Rasulullah saw. tentang

hisab rukyat, yaitu dengan argumentasi bahwa lafadz berpuasalah kamu karena melihat hilal” صوموا لرؤيتو وافطروا لرؤيتو

dan berbukalah kamu karena melihat hilal”274

Khitab

(sasaran) yang dituju adalah seluruh ummat, apabila

salah seorang mereka menyaksikan hilal pada tempat

manapun, itu berarti rukyat bagi mereka semua.275

Tidak

dibedakan oleh perbedaan geografis dan batas daerah

kekuasaan.276

Sedangkan Wahbah Al-Zuhaily menyatakan bahwa

hadis di atas menunjukkan wajibnya berpuasa bagi

seluruh kaum muslimin berkenaan erat dengan rukyat

yang tidak terikat (mutlak). Oleh sebab itu, rukyat dapat

diterima atau terpenuhi baik dari orang banyak (jama‟ah)

maupun dari seseorang yang kesaksiannya diterima.277

273

Abi Muhammad „Abdullah Ibn Ahmad Ibn Qudamah, Al-Mughni Fi

Fiqhi Al-Imam Ahmad Ibn Hanal Asy-Syaibani, Juz III, Dar Al-Fikr, Beirut,

hlm. 5 274

Hasan Ayub, Loc.Cit. 275

Sayyid sabiq, 1978, Op.Cit., hlm 172 276

Ahmad Izzuddin, Op.Cit., hlm. 86 277

Wahbah Al-Zuhaily, 2006, Op.Cit., hlm. 41

Page 97: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

97

BAB IV PENDAPAT EMPAT MAZHAB TENTANG MATHLA’

DALAM PERSPEKTIF ASTRONOMI

A. Pendapat Empat Mazhab tentang Mathla’ dalam

Penentuan Awal Bulan Hijriah

Penentuan awal bulan Hijriah sering menjadi persoalan

dan perselisihan di kalangan umat Islam. Adanya perbedaan

pendapat mengenai kapan tanggal satu bulan Hijriah selain

bersumber pada perbedaan metode dan perbedaan sistem

penentuannya, juga dapat terjadi karena adanya perbedaan

batas geografis keberlakuan rukyat (mathla‟).

Perbedaan pendapat mengenai mathla‟ ini sudah ada

sejak periode klasik. Hal ini bermula dari perbedaan apabila

hilal berhasil dirukyat di suatu wilayah, maka apakah hasil

rukyat di wilayah tersebut berlaku untuk seluruh umat Islam yang ada di seluruh dunia, ataukah hanya diberlakukan

untuk kaum Muslim di wilayah tempat keberhasilan rukyat

tersebut saja, atau berlaku juga bagi wilayah yang

berdekatan dari wilayah berhasilnya rukyat hilal.

Adanya perbedaan pendapat tentang masalah mathla‟

dalam mentukan kapan awal bulan Hijriah. Menurut penulis

perbedaan mathla‟ ini merupakan hasil ijtihad yang

disebabkan adanya perbedaan pemahaman di dalam

menafsirkan hadis-hadis tentang penentuan awal bulan

Hijriah atau hadis tentang hisab rukyat, yang masing-masing

kelompok atau kalangan memiliki argumen yang didasarkan

pada dalil-dalil yang dianggap kuat. Menurut penulis

masing-masing pemahaman merupakan hasil ijtihad yang

berpotensi benar dan salah.

Mengenai mathla‟ menurut mazhab Hanafi bahwa

apabila telah ditetapkan rukyatul hilal pada suatu wilayah.

Maka diwajibkan berpuasa bagi seluruh wilayah dan tidak

adanya perbedaan mengenai wilayah yang dekat dan jauh

dari wilayah ditetapkannya rukyatul hilal. Apabila telah

Page 98: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

98

sampai kabarnya rukyatul hilal kepada seluruh wilayah,

semua penduduk di muka bumi diwajibkan untuk berpuasa.

Tidak menjadi pertimbangan dengan adanya perbedaan

mathla‟ hilal secara mutlak.278

Mazhab Hanafi juga

menegaskan bahwa perbedaan mathla‟ tidak memiliki

pengaruh apapun terhadap penentuan masuknya bulan baru

Hijriah. 279

Apabila penduduk suatu negara melihat hilal

Ramadan, maka seluruh negara Islam wajib berpuasa

bersama-sama dengan penduduk yang melihat hilal.280

Yaitu

wajib berpuasa bagi semua manusia, baik penduduk bagian

Timur berdasarkan rukyatnya, maupun penduduk bagian

Barat. Atas dasar keumuman dari khitab lafaz "صموا" yang

secara mutlak rukyat tersebut hukumnya diberlakukan secara

umum. 281

Mengenai mathla‟ menurut mazhab Maliki bahwasannya

apabila telah ditetapkan rukyatul hilal pada suatu wilayah.

Maka diwajibkan berpuasa bagi seluruh wilayah dan tidak

adanya perbedaan mengenai wilayah yang dekat dan jauh

dari wilayah ditetapkannya rukyatul hilal. Apabila telah

sampai kabarnya rukyatul hilal kepada seluruh wilayah,

semua penduduk di muka Bumi diwajibkan untuk berpuasa.

Dan tidak menjadi pertimbangan dengan adanya perbedaan

mathla‟ hilal secara mutlak. 282

Sehingga perbedaan mathla‟

tidak memiliki pengaruh terhadap penentuan masuknya

bulan baru Hijriah. Dan tanpa perlu mempertimbangkan

jarak qashar shalat (masafah al-qasr).283

Apabila di suatu

wilayah orang-orang belum berpuasa, kemudian ada berita

bahwa di wilayah lain orang-orang sudah berpuasa karena

melihat hilal, mereka yang tidak berpuasa itu wajib

278

Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „Ala Madzhab Al-Arba‟ah, Juz I,

Dar Al- Fikr, Beirut, 1990, hlm. 550 279

Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu, Jilid II, Dar

Al- Fikr, Dimsyiq, 1996, hlm. 605 280

Al-Mabsuth Lisyaibany, Maktabah Syamilah, hlm. 350 281

Fathul Qadir, Maktabah Syamilah, hlm. 1790 282

Abdurrahman Al-Jaziri, Op.Cit.,hlm. 550 283

Wahbah al-Zuhaili, Op.Cit.,hlm. 605

Page 99: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

99

mengqadha puasanya untuk hari tersebut berdasarkan

keumuman hadis Rasulullah saw. tentang rukyat. 284

Mathla‟ menurut mazhab Hanbali bahwasannya apabila

telah ditetapkannya rukyatul hilal pada suatu wilayah. Maka

diwajibkan berpuasa bagi seluruh wilayah dan tidak adanya

perbedaan mengenai wilayah yang dekat dan jauh dari

wilayah ditetapkannya rukyatul hilal. Apabila telah sampai

kabarnya rukyatul hilal kepada seluruh wilayah semua

penduduk di muka Bumi diwajibkan untuk berpuasa. Dan

tidak menjadi pertimbangan dengan adanya perbedaan

mathla‟ hilal secara mutlak.285

Apabila penduduk suatu

negara melihat hilal Ramadan, berdasarkan kesaksian orang-

orang yang terpercaya. Maka diwajibkan berpuasa Ramadan

bagi seluruh Muslim berdasarkan keumuman hadis

Rasulullah saw. tentang rukyat. 286

Berdasarkan berbagai uraian pendapat mazhab Hanafi,

Maliki dan Hanbali tentang batas geografis keberlakuan

rukyat/mathla‟ dalam penentuan awal bulan Hijriah di atas

bahwasannya mereka berpendapat bahwa perbedaan tempat

terbit bulan (mathla‟) itu tidaklah menjadi persoalan atau

masalah. Apabila penduduk suatu negeri melihat hilal, maka

wajiblah puasa bagi seluruh negeri. Mereka berpendapat

demikian disebabkan keumuman hadis Rasulullah saw.

tentang rukyat.

أن رسول اهلل صلى اهلل عليو . حديث عبد اللو بن عمر رضي اهلل عن هما وال ت فطروا حت . ال تصوموا حت ت روا ال ل : وسلم كر رم ان ف قال

284

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, Alih

Bahasa, Imam Ghazali Said dan Achmad Zaidun, Analisa Fiqih Para

Mujtahid, Cetakan Pertama, Pustaka Amani, Jakarta, 2002, hlm. 644 285

Abdurrahman Al-Jaziri, Op.Cit.,hlm. 550 286

Abi Muhammad „Abdullah Ibn Ahmad Ibn Qudamah, Al-Mughni Fi

Fiqhi Al-Imam Ahmad Ibn Hanal Asy-Syaibani, Juz III, Dar Al-Fikr, Beirut,

hlm. 5

Page 100: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

100

287 (رواه البخاري )فإن غم عليكم فاقدروا لو . ت روه Artinya: “Hadis „Abdullah bin „Umar r.a. bahwasannya

Rasulullah saw, menyebut Ramadan, kemudian

beliau bersabda:”Janganlah kamu berpuasa

sehingga kamu melihat hilal (bulan sabit), dan

janganlah kamu berhari raya sehingga kamu

melihatnya, apabila tertutup oleh mendung maka

perkirakanlah.”288

(H.R. Bukhari)

عن اب ىري رة رضي اهلل عنو ي قول قال النب صلى اهلل عليو وسلم صوموا ة لرؤيتو وافطروا لرؤيتو فإن غبي عليكم فأكملوا عد

289(رواه البخاري ) شعبان Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi saw.

bersabda: Berpuasalah bila kalian melihat bulan,

dan berbukalah bila kalian melihat bulan, namun

bila bulan itu tertutup atas kalian (oleh awan),

maka sempernukanlah hitungan bulan Sya‟ban itu

menjadi tiga puluh hari.”290

(H.R. Bukhari).

Berdasarkan hadis di atas bahwasannya lafaz صوموا لرؤيتو berpuasalah kamu karena melihat hilal dan” وافطروا لرؤيتو

berbukalah kamu karena melihat hilal”. Khitab (sasaran)

yang dituju adalah seluruh umat Islam, maka apabila salah

seorang Muslim menyaksikan hilal pada tempat manapun,

287

Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Dar Al-Kutub

Al- Ilmiyah, Beirut, 2004, hlm 345. Hadits No 1906, Bab Puasa 288

Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu‟lu‟ Wal Marjan, Alih Bahasa,

Muslich Shabir, Terjemah Al-Lu‟lu‟ Wal Marjan Koleksi Hadits yang

Disepakati oleh Al-Bukhori dan Muslim, Jilid 2, Al-Ridha, Semarang, 1993,

hlm. 1-2 289

Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Op.Cit., hlm 346. Hadits No 1909,

Bab Puasa 290

Safuan Alfandi, Samudra Pilihan Hadits Shahih Bukhari, Sendang

Ilmu, Solo, 2015, hlm. 162

Page 101: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

101

itu berarti rukyat bagi semua umat Islam di muka Bumi. 291

Tidak dibedakan oleh perbedaan geografis dan batas-batas

daerah kekuasaan. 292

Dasarnya, karena hadis Nabi ini tidak

memberikan batasan keberlakuan rukyatul hilal itu. Jadi,

mestinya berlaku untuk seluruh dunia.293

Sedangkan mengenai mathla‟ menurut mazhab Syafi‟i

bahwasannya apabila rukyatul hilal telah ditetapkan pada

suatu wilayah, maka wilayah tersebut dan wilayah lain yang

berdekatan dengan wilayah penetapan rukyatul hilal

diwajibkan untuk berpuasa atas dasar penetapan hilal di

wilayah tersebut. Dan wilayah yang dekat itu memiliki

mathla‟ yang sama dengan wilayah ditetapkannya hilal,

dengan batasan jarak antara kurang lebih 24 farsakh.294

Sedangkan wilayah yang jauh dari wilayah ditetapkannya

rukyatul hilal tidak diwajibkan untuk berpuasa disebabkan

adanya perbedaan mathla‟. 295

Bahkan sebagian Syafi‟iah

menyatakan apabila hilal terlihat pada suatu negeri maka

hukumnya hanya berlaku bagi negeri yang terdekat dari

negeri terlihatnya hilal yaitu sejarak dibolehkannya qashar

shalat (masafah al-qasr).296

Dan apabila seseorang berpuasa

291

Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Jilid I, Dar Al-Fath, Kairo, 1990, hlm.

307 292

Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah, Penerbit Erlangga, Jakarta,

2007, hlm. 86 293

Thomas Djamaluddin, Hasil Hisab dan Rukyat Dapatkah Dipadukan,

Proyek Peningkatan Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama,

Puslitbang Kehidupan Beragama, Badan Litbang Agama Dan Diklat

Keagamaan Departemen Agama RI, Jakarta, 2004, hlm. hlm. 244 294

Wahbah al Zuhaily menjelaskan mengenai batasan jarak mathla‟

bahwa satu mathla‟ setara dengan 24 farsakh. Jika 1 farsakh 5544 m, maka

jarak 1 mathla‟ tersebut adalah 24 × 5544 = 133,056 km. Akan tetapi, jika 1

farsakh adalah 3 mil, maka jarak 1 mathla‟ tersebut menjadi 1,6093 km × 3 ×

24 = 115,8696 km.Satu farsakh kira-kira 5544 m, maka satu mathla‟ adalah

133,56 km. Lihat Wahbah Al-zuhaily, Al fiqhul Al islamy Wa Adillatuhu,

Alih Bahasa, Masdar Helmy, Fiqih Shaum, I‟tikaf Dan Haji, Cetakan

Pertama, CV. Pustaka Media Utama, Bandung, 2006, hlm. 39 295

Abdurrahman Al-Jaziri, Op.Cit., hlm. 550 296

Syekh Syamsuddin Muhammad ibn Al-Khatib Asy-Syarbini,

Mughniyl Muhtaaj (Matan Minhaaj Ath-Thalibin), Jilid I, Dar Al-Fikr,

Beirut, hlm. 569-570

Page 102: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

102

dan melakukan perjalanan ke wilayah lain, kemudian setelah

masuknya hari ke 30 ia belum melihat hilal, maka ia tetap

berpuasa bersama penduduk di wilayah tersebut dengan

hukum sesuai keadaan wilayah yang dikunjungi. Dan

seandainya kita berpergian ke suatu wilayah yang belum

terlihat hilal, maka lebih utama untuk untuk tetap berpuasa.

Maka ia tetap mendapatkan pahala puasa. 297

Berdasarkan pendapat yang sahih, pandangan sebagian

Syafi‟iah yang membedakan jarak dekat dan jauh

berdasarkan ukuran jarak qashar shalat (masafahal-qasr)

tidak bisa dijadikan dasar hukum.298

Atas dasar itu pendapat

yang dipilih oleh golongan Syafi‟i ialah setiap wilayah

memiliki rukyat masing-masing. Maka setiap Muslim tidak

diwajibkan berpuasa sebab rukyatul hilal selain dari wilayah

mereka. Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Kuraib.299

حد نا ممد بن أب : حد نا إ اعي بن عفر : حد نا علي بن ح ر أن أم الف بنت الارث ب عثتو إل معاوية : أ ب ر كري : حرملة واسته علي ى ل . ف ق يت حا ت ها. ف قدمت اللام : قال . باللام

لة اامعة . رم ان وأنا باللام ث قدمت المدي نة أ ر . ف رأي نا ال ل لي مت رأي تم ال ل : ف قال . ث كر ال ل . ف أل ابن عباا . اللهر

لة اامعة لة اامعة ف قلت رأه الناا : ف قال . ف قلت رأي ناه لي أنت رأي تو لي لة ال بت : قال . وصام معاوية . وصاموا ف ن ال نصوم حت . لكن رأي نو لي

: ف قلت أال تكتفي برؤية معاوية وصيامو قال . نكم ي وما أون راه

297

Muhammad Ibn Muhammad Abi Hamid Al-Ghazali, Al-Wajiz Fi

Fiqhi Madzhab Al-Imam Asy-Syafi‟I, Dar Al-Fikr, Beirut, 2004, hlm. 84 298 Wahbah Al-Zuhaily, 2006, Op.Cit., hlm. 38 299

Sayyid Sabiq, Op.Cit., hlm. 307

Page 103: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

103

(رواه م لم) 300.ىكذا أمرنا رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم . ال Artinya: “ Ali bin Hujr menceritakan kepada kami, Ismail

bin Ja‟far memberitahukan kepada kami,

Muhammad bin Abu Harmalah memeberitahukan

kepada kami, Kuraib memberitahukan kepadaku:

“ Ummu al-Fadhl binti al-Harits mengutusnya

(untuk menghadap) Mu‟awiyah di Syam. Ia

berkata, “Aku sampai ke Syam, lantas

menyelesaikan urusanku dan aku melihat hilal

(bulan sabit) bulan Ramadhan telah terbit,

sedangkan aku berada di Syam. Kami melihat

bulan itu pada malam Jum‟at. Aku sampai di

Madinah pada akhir bulan Ramadhan dan Ibnu

Abbas bertanya kepadaku, kemudian ia

menyebutkan hilal tersebut, ia bertanya, „kapan

kamu melihat bulan itu?‟ Aku menjawab,‟Kami

melihatnya pada malam Jum‟at.‟ Ia bertanya

lagi, „Apakah kamu melihatnya pada malam

Jum‟at?‟ Aku katakan,‟Orang-orang melihatnya,

kemudian mereka berpuasa dan Mu‟awiyah juga

berpuasa‟. Kemudian ia berkata,‟Tetapi kamu

melihatnya pada malam Sabtu, dan kami masih

berpuasa hingga menyempurnakan tiga puluh

hari atau (sampai) kami melihatnya‟. Aku lalu

berkata.‟Apakah tidak cukup dengan melihat Mu‟awiyah dan puasanya?‟ Ia menjawab,

„Tidak, Rasulullah saw. memerintahkan kami

demikian‟.”301

(H.R. Muslim)

300

Imam Abi Husain Muslim bin Hajjaj, Sahih Muslim, Juz II, Maktabah

Dahlan, Indonesia, hlm. 765, Hadits No 1087, Bab Puasa 301

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Shahih Sunan Tirmidzi,

Penerjemah, Ahmad Yuswaji, Shahih Sunan Tirmidzi (Seleksi Hadits Shahih

dari Kitab Sunan Tirmidzi), Cetakan Pertama, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005,

hlm. 556-557

Page 104: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

104

Imam Tirmidzi berpendapat bahwa hadis ini termasuk

hadis hasan shahih gharib, dan hadis ini diamalkan menurut

pendapat ahli Ilmu bahwasannya untuk setiap wilayah

berlaku rukyat masing-masing. Dan dalam kitab Fathul

„Alam syarah Bulughul Maram menjelaskan bahwa

berdasarkan hadis ini mengharuskan mengikuti rukyat bagi

wilayah yang lebih dekat dengan wilayah berhasilnya

rukyat, berikut wilayah lain yang berada dalam satu garis

bujur dengan wilayah itu.302

B. Pendapat Empat Mazhab tentang Mathla’ dalam

Perspektif Astronomi

Pada dasarnya perbedaan pendapat mengenai mathla‟

dalam penentuan awal bulan Hijriah di kalangan empat

mazhab yaitu mazhab Hanafi, Maliki, Hanbali dan Syafi‟i

ialah terbagi menjadi dua pendapat. Pertama pendapat

mayoritas ulama Hanafiah, Malikiah, dan Hanabilah yang

menghendaki mathla‟ approach global (kesatuan mathla‟

untuk seluruh wilayah Islam di muka Bumi). Sedangkan

mazhab Syafi‟i menghendaki mathla‟ approach parsial

(adanya kesatuan mathla‟ untuk wilayah ditetapkannya

rukyat hilal dan juga wilayah yang berdekatan).

Terlepas dari berbagai perbedaan pendapat empat

mazhab tentang mathla‟ yang berdasarkan ijtihadnya di

dalam menafsirkan hadis-hadis tentang penentuan awal

bulan Hijriah atau hadis tentang hisab rukyat. Maka

pendapat empat mazhab tentang mathla‟ ini perlu diketahui

secara astronomi.

Bahwa tidak seharusnya penetapan awal bulan Hijriah

jatuh secara bersamaan di seluruh dunia, disebabkan dalam

sistem penanggalan Hijriah terdapat garis batas tanggal

internasional yang dinamakan garis tanggal Islam

internasional (The International Islamic Date Line). Garis ini

tidak memperhitungkan faktor jarak antara dua tempat,

sehingga permulaan pada bulan Hijriah di kedua tempat bisa

jatuh pada tanggal yang sama, akan tetapi bisa juga berbeda.

302

Sayyid Sabiq, Loc.Cit.

Page 105: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

105

Walaupun secara geografis dua tempat yang saling

berdekatan, jika keduanya berada pada sisi yang berlainan

dari garis tanggal Hijriah tersebut, maka awal bulan Hijriah

di dua tempat itu berbeda.

Adapun garis tanggal Hijriah garis batasnya ditentukan

oleh tempat yang disana Bulan dan Matahari terbenam

secara bersamaan. Karena garis tanggal merupakan garis

batas antara tempat yang esoknya sudah masuk bulan baru

dan tempat yang esoknya belum memasukinya. Secara

teknis, garis tanggal ini merupakan batas antara tempat yang

disana hilal mungkin terlihat dan tempat yang hilal tidak

mungkin terlihat saat Matahari terbenam. Sebagaimana

Matahari terbit dan terbenam di permukaan Bumi pada saat-

saat tertentu, maka Bulanpun terbit dan terbenam dengan

cara yang sama, dan garis ini bergeser setiap bulan.

Adanya perbedaan tanggal pada saat yang bersamaan

juga disebabkan Bumi berbentuk bola. Dengan demikian,

jika bagian Bumi yang satu dalam keadaan gelap (malam),

maka pada saat yang sama, bagian Bumi yang lain berada

dalam keadaan yang terang (siang). Dengan meruntut

perjalanan waktu berdasarkan peredaran Bumi. Pengertian

sama hari sangat relatif. Secara astronomi bisa berarti

mengalami waktu siang secara bersamaan, dengan kata lain

bila beda waktunya kurang dari 12 jam. Bila diterapkan

dalam kasus di Hawaii yang beda waktunya dengan Arab

Saudi (dihitung kearah Timur) hanya 11 jam, definisi sama

harinya malah berbeda tanggal. Misalnya, hari wukuf

tanggal 16 April 1997 di Arab Saudi berarti tanggal 15 April

1997 di Hawaii. Lagi pula, pola pikir untuk menyamakan

puasa hari Arafah di Indonesia harus sama dengan hari

wukuf hanya terjadi bila kita tunduk pada sistem kalender

Syamsiah dan mengabaikan sistem kalender Hijriah yang

disyariatkan. Saat wukuf di Arafah bisa terjadi di Indonesia

masih tanggal 8 Dzulhijjah, jadi bukan waktunya untuk

melaksanakan puasa hari Arafah.

Bagi muslim di Timur Tengah puasa Arafah mulai sejak

fajar (misalnya) 16 April 1997. Makin ke Barat waktu fajar

bergeser. Di Eropa Barat waktu fajar awal puasa kira-kira 3

Page 106: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

106

jam sesudah di Arab Saudi. Makin ke Barat lagi, di pantai

Barat Amerika Serikat waktu fajar awal puasa Arafah

bergeser lagi yaitu 11 jam setelah Arab Saudi. Di Hawaii,

puasa Arafah juga masih 16 April, tetapi fajar awal puasanya

sekitar 13 jam setelah Arab Saudi.

Apabila diteruskan ke Barat, ditengah lautan Pasifik ada

garis tanggal internasional, maka sebutan 16 April harus

diganti menjadi 17 April walaupun hanya berbeda beberapa

jam dengan Hawaii. Awal puasa Arafah di Indonesia pun

yang dilakukan sekitar 7 jam setelah fajar Hawaii, dilakukan

dengan sebutan tanggal yang berbeda akibat melewati garis

tanggal internasional.

Mathla‟ secara astronomi apabila dikaitkan dengan

observasi (rukyat) hilal, dapat dilihat dari tiga poin yaitu:

Pertama, kondisi rukyat hilal berbeda sesuai perbedaan garis

bujur. Artinya, wilayah yang berada dalam satu garis bujur

tidak bisa dikatakan memiliki mathla‟ yang sama. Karena

Matahari dan Bulan akan berada pada waktu terbenam yang

berbeda walaupun berada pada satu garis bujur. Kedua,

kondisi rukyat hilal berbeda sesuai perbedaan garis lintang.

Hampir sama dengan poin pertama, wilayah yang berada

dalam satu garis lintang juga tidak bias dikatakan memiliki

mathla‟ yang sama. Ketiga, ketinggian lokasi observasi dari

permukaan air laut harus diperhatikan saat rukyat. Ketika

seseorang melakukan observasi, maka ketinggian tempat

observasi dari permukaan air laut sangat mempengaruhi

keberhasilan rukyat. Oleh karena itu, keberhasilan rukyat

tidak bisa disamakan antara satu wilayah dengan wilayah

lain.

Berdasarkan berbagai uraian tentang mathla‟ secara

astronomi. Penulis berpendapat bahwa pendapat mazhab

Hanafi, Maliki dan Hanbali mengenai pendapatnya yang

menghendaki mathla‟ approach global (kesatuan mathla‟

untuk seluruh wilayah Islam di muka Bumi). Itu tidaklah

sejalan dengan astronomi. Disebabkan beberapa faktor yaitu:

Pertama, pada sistem penanggalan Hijriah terdapat garis

batas tanggal internasional yang dinamakan garis tanggal

Islam internasional (The International Islamic Date Line).

Page 107: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

107

Kedua, terdapat perbedaan tanggal pada saat yang

bersamaan disebabkan Bumi berbentuk bola. Dengan

meruntut perjalanan waktu berdasarkan peredaran Bumi.

Jika bagian Bumi yang satu dalam keadaan gelap (malam),

maka pada saat yang sama, bagian Bumi yang lain berada

dalam keadaan yang terang (siang). Ketiga, keberhasilan

rukyat tidak bisa disamakan antara satu wilayah dengan

wilayah lain disebabkan kondisi rukyat hilal berbeda sesuai

dengan perbedaan garis bujur, garis lintang dan ketinggian

lokasi observasi dari permukaan air laut.

Berbeda halnya dengan pendapat mazhab Syafi‟i yang

menghendaki mathla‟ approach parsial (adanya kesatuan

mathla‟ untuk wilayah ditetapkannya rukyat hilal dan juga

wilayah yang berdekatan). Penulis memahami bahwa

pendapat mazhab Syafi‟i tersebut sejalan dengan astronomi.

Sedangkan pendapat mazhab Syafi‟i yang menyatakan

memiliki mathla‟ yang sama bagi wilayah yang berdekatan

dengan wilayah ditetapkannya hilal dengan batasan jarak

antara kurang lebih 24 farsakh. Pendapat tersebut dapat

dipahami sejalan dengan astronomi. Akan tetapi dengan

adanya batasan jarak kurang lebih 24 farsakh, yang apabila 1

farsakh = 5544 m, maka jarak 1 mathla‟ tersebut adalah 24 ×

5544 = 133,056 km. Akan tetapi, jika 1 farsakh = 3mil, maka

jarak 1 mathla‟ tersebut menjadi 1,6093 km × 3 × 24 =

115,8696 km. Dengan adanya konsep negara bangsa (nation

state) di masa ini, maka jarak tersebut dapat memunculkan

berbagai masalah. Jika jarak keberlakuan hasil rukyat

diberlakukan sejauh mathla‟, maka sebuah negara yang

memilki wilayah yang luas seperti Indonesia akan memiliki

beberapa mathla‟.

Oleh karenanya Indonesia menjadikan batasan negara

secara politik sebagai batasan dalam keberlakuan rukyat atau

yang lebih dikenal dengan kesatuan dalam wilayah hukum

(mathla‟ fi wilayh al-hukmi). Apabila hilal terlihat

dimanapun di wilayah Nusantara, dianggap berlaku di

seluruh wilayah Indonesia. Penduduk melaksanakan puasa

dan berhari raya secara serentak berdasarkan ketetapan

pemerintah Indonesia.

Page 108: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

108

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan berbagai uraian pendapat empat mazhab

tentang batas geografis keberlakuan rukyat/mathla‟ dalam

penentuan awal bulan Hijriyah, dapatlah disimpulkan

sebagai berikut:

1. Perbedaan pendapat mengenai mathla‟ dalam penentuan

awal bulan Hijriah di kalangan empat mazhab terbagi

menjadi dua pendapat yaitu: Pertama pendapat mazhab

Hanafi, Maliki, dan Hanbali yang menghendaki mathla‟

approach global (kesatuan mathla‟ untuk seluruh

wilayah Islam di muka Bumi). Kedua pendapat mazhab

Syafi‟i yang menghendaki mathla‟ approach parsial

(adanya kesatuan mathla‟ untuk wilayah ditetapkannya

rukyat hilal dan juga wilayah yang berdekatan).

2. Pendapat mazhab Hanafi, Maliki, Hanbali tidaklah

sejalan dengan astronomi, sedangkan pendapat mazhab

Syafi‟i sejalan dengan astronomi. Disebabkan beberapa

faktor yaitu: Pertama, pada sistem penanggalan Hijriah

terdapat garis batas tanggal internasional yang

dinamakan garis tanggal Islam internasional (The

International Islamic Date Line), garis tanggal ini

merupakan batas antara tempat yang disana hilal

mungkin terlihat dan tempat yang hilal tidak mungkin

terlihat saat Matahari terbenam, dan garis ini bergeser

setiap bulan.. Kedua, terdapat perbedaan tanggal pada

saat yang bersamaan disebabkan Bumi berbentuk bola.

Dengan meruntut perjalanan waktu berdasarkan

peredaran Bumi. Jika bagian Bumi yang satu dalam

keadaan gelap (malam), maka pada saat yang sama,

bagian Bumi yang lain berada dalam keadaan yang

terang (siang). Ketiga, keberhasilan rukyat tidak bisa

disamakan antara satu wilayah dengan wilayah lain

disebabkan kondisi rukyat hilal berbeda sesuai dengan

Page 109: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

109

perbedaan garis bujur, garis lintang dan ketinggian lokasi

observasi dari permukaan air laut.

B. Saran

Pemerintah Indonesia harus tetap dapat mengupayakan

dengan berbagai aturan ataupun kegiatan untuk tercapainya

prinsip mathla‟ fi wilayah al-hukmi di negara Indonesia ini.

Sehingga terjadilah kesatuan bagi umat Muslim di Indonesia

dalam menentukan awal bulan Hijriah. Khususnya terhadap

penentuan awal bulan Ramadan, Syawal dan Zulhijah yang

ada hubungannya dengan kegiatan ibadah.

Page 110: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

110

DAFTAR PUSTAKA

A. Jamil, Ilmu Falak Teori dan Aplikasi (arah qiblat, awal

waktu, dan awal tahun hisab kontemporer),

Cetakan Kedua, Amzah, Jakarta, 2011.

Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed

Hawwas, Al Wasiytu fi Fiqhil „ibadaat, Alih Bahasa,

Kamran As‟at Irsyadi, Ahsan Taqwim, dan Al-Hakam

Faishol, Fiqh Ibadah, Cetakan Kedua, Amzah, Jakarta,

2010.

Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT.

Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu „Ala Madzhab Al-Arba‟ah,

Juz I, Dar Al- Fikr, Beirut, 1990.

Abdurrahman Asy-Syarkawi, A‟immah Al-Fiqh At-Tis‟ah, Alih

Bahasa, H.M.H. Al-Hamid Al-Husaini, Riwayat

Sembilan Imam Fiqih, Cetakan Pertama, Pustaka

Hidayah, Bandung, 2000.

Abi Muhammad „Abdullah Ibn Ahmad Ibn Qudamah, Al-

Mughni Fi Fiqhi Al- Imam Ahmad Ibn Hanal Asy-

Syaibani, Juz III, Dar Al-Fikr, Beirut.

Ahmad Asy-Syurbasi, Al-Almatul Arba‟ah, Alih Bahasa, Sabil

Huda dan Ahmadl, Sejarah dan Biografi Empat

Imam Mazhab, Cetakan Kelima, Amzah, Jakarta,

2008.

Ahmad Izzuddin, Fiqih Hisab Rukyah, Penerbit Erlangga,

Jakarta, 2007.

-------, Ilmu Falak Praktis (Metode Hisab Rukyat Praktis dan

Solusi Permasalahannya, Cetakan Pertama, PT. Pustaka

Rizki Putra, Semarang, 2012.

Page 111: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

111

Ahmad Nahrawi Abdussalam Al-Indunisi, Al-Imam Al-Syafi‟i

Fi Mazhabihi Al- Qadim Wa Al-Jadid, Alih Bahasa,

Usman Sya‟roni, Ensiklopedi Imam Syafi‟I (Biografi

Dan Pemikiran Mazhab Fiqh Terbesar Sepanjang

Masa), Cetakan Pertama, Penerbit Hikmah (PT

Mizan Publika), Jakarta, 2008.

Ahmad Subagyo, Kamus Istilah Ekonomi Islam, PT Elex Media

Komputindo Kompas Gramedia Building, Jakarta,

2009.

Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, PP. Al-

Munawwir, Yogyakarta, 1997.

Ahsin W. Alhafidz, Kamus Fiqh, Amzah, Jakarta, 2013.

Al-Mabsuth Lisyaibany, Maktabah Syamilah.

Arfan Muhammad, Pedoman Ilmu Falak (hisab urfi, hakiki dan

kontemporer serta tehnik rukyat dengan teknologi),

Bahan Kuliah Ilmu Falak pada Fakultas Syari‟ah

Institut Agama Islam Nurul Jadid Paiton Probolinggo,

Prodi Syari‟ah Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri (STAIN) Jember dan Fakultas Syari‟ah Institut

Agama Islam Ibrahimy Sukorejo Situbondo, Untuk

Kalangan Mahasiswa Sendiri, 2006.

Asmaji Muchtar, Fatwa-fatwa Imam Asy-Syafi‟I, Cetakan

Pertama, Amzah, Jakarta, 2014.

As-Sayyid Mahmud Syukri Al Alusi, Ma Dalla „Alaihi Al-

Qur‟an (Min Ma Ya‟dhadu Al Hai‟ah Al Jadidah Al

Qawimah Al Burhan, Alih Bahasa, Kamran As‟ad

Irsyadi, Al-Qur‟an dan Ilmu Astronomi, Cetakan I,

Pustaka Azzam, Jakarta, 2004.

Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia, Al-Quran dan

Tafsirnya, Universitas Islam Indonesia,

Yogyakarta, 1991.

Page 112: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

112

Badrun Taman, 2015, “Penyatuan Mathla‟ Perspektif Fiqh Dan

Astronomis (Menelusuri Pemikiran M.S. Odeh

tentang Ragam Penyatuan Mathla‟)“

http://erwandigunawandly.blogspot.co.id.

Diakses Sabtu, 15 Oktober 2016. Pukul 11:20.WIB.

Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, CV. Pustaka Setia,

Bandung, 2008.

Cholid Narbuko dkk, Metodelogi Penelitian, Bumi Aksara,

Jakarta, 2007.

Departemen Agama RI, Al-Hikmah (Al-Qur‟an dan

Terjemahnya), Diponegoro, Bandung, 2010.

-------, Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Syamil Cipta Media,

Bandung, 2005.

-------, Hisab Rukyat dan Perbedaannya, Editor, Choirul Fuad

Yusuf dan Bashori A. Hakim, Proyek Peningkatan

Kerukunan Hidup Umat Beragama, Puslitbang

Kehidupan Beragama, Badan Litbang Agama Dan Diklat

Keagamaan, Jakarta, 2004.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, Pusat Pembinaan dan Pengembangan

Bahasa, Balai Pustaka, Cetakan Kedua, Jakarta,

1989.

Farid Ruskanda, 100 Masalah Hisab dan Rukyat (telaah

syari‟ah, sains dan teknologi), Gema Insani Press,

Jakarta, 1996.

Fathul Qadir, Maktabah Syamilah.

Hasan Ayub, Fiqhul „Ibadaat Biadillatiha Fil Islam, Alih

Bahasa, Abdurrahim, Fikih Ibadah (Panduan Lengkap

Beribadah Sesuai Sunnah Rasulullah saw),

Cetakan Pertama, Cakra Lintas Media, Jakarta, 2010.

Page 113: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

113

Hasyiyah Ad-Dasuqi „Alas Syarhil Kabir, Makatabah Syamilah.

Hendro Setyanto, Membaca Langit, Al-Ghuraba, Jakarta Pusat,

2008.

Hudhari Bik, Tarikh Tasyri‟ Al-Islamy, Alih Bahasa

Mohammad Zuhri, Tarjamah Tarikh Al-Tasyri‟ Al-

Islami (Sejarah Pembinaan Hukum Islam), Daarul

Ihya, Semarang. 1980.

Ibnu Katsir, Mukhtashor Tafsir Ibnu Katsir, Alih Bahasa, Salim

Bahreisy Dan Said Bahreisy, jilid 5, PT. Bina Ilmu,

Surabaya.

Ibnu Rusyd, Bidayatu ‟l-Mujtahid, Alih Bahasa, M.A.

Abdurrahman dan A. Haris Abdullah, Tarjamah

Bidayatu „l-Mujtahid, Cetakan Pertama, CV. Asy-

Syifa, Semarang, 1990.

-------, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, Alih

Bahasa, Imam Ghazali Said dan Achmad Zaidun,

Analisa Fiqih Para Mujtahid, Cetakan Pertama,

Pustaka Amani, Jakarta, 2002.

Imam Abi Husain Muslim bin Hajjaj, Sahih Muslim, Juz II,

Maktabah Dahlan, Indonesia.

Imam Bukhari, Shaheh Bukhari, Terjemah Ahmad Sunarto, Juz

III, Cetakan Pertama, Al-Syifa‟,Semarang, 1992.

Jayusman, Ilmu Falak II: Fiqh Hisab Rukyah Penentuan Awal

Bulan Kamariah, Fakultas Syari‟ah IAIN Raden

Intan Lampung, Bandar Lampung, 2016

-------, “Kajian Ilmu Falak Perbedaan Penentuan Awal Bulan

Kamariah: Antara Khilafiah dan Sains” Al-Maslahah

Jurnal Ilmu Syari‟ah, Vol. 11, No. 1, edisi April

2015.

Page 114: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

114

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia,

Cetakan XXX, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,

2013.

Lexi. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja

Rosdakarya, Bandung, 2002.

Lukman Ali dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai

Pustaka, Jakarta, 1988.

M. Ali Hasan, Perbandingan Mazhab, Cetakan Kedua, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 1996.

M. Nasir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985.

M. Said Jamhari dan Faisal, Ikhtisar Ilmu Falak tentang

Penentuan Waktu-waktu Shalat, Gunung Pesagi,

Bandar Lampung, 1998.

M. Sayuthi Ali, Ilmu Falak 1, Cetakan Pertama, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 1997.

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, PT. Mahmud Yunus

Wadzurriyyah, Jakarta, 1989.

Muh. Nashirudin, “Tinjauan Fikih Dan Astronomis Penyatuan

Mathla‟: Menelusuri Pemikiran M.S. Odeh

Tentang Ragam Penyatuan Mathla‟, Jurnal Ijtihad, Vol.

12, No. 2, edisi Desember 2012, hlm. 187-188.

Diakses pada

http://www.ijtihad.iainsalatiga.ac.id. Pada 16 Nopember

2016. Pukul. 17:00 WIB.

Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Dar Al-

Kutub Al-Ilmiyah, Beirut, 2004.

Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Lu‟lu‟ Wal Marjan, Alih

Bahasa, Muslich Shabir, Terjemah Al-Lu‟lu‟ Wal

Page 115: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

115

Marjan Koleksi Hadits yang Disepakati oleh Al-

Bukhori dan Muslim, Jilid 2, Al-Ridha, Semarang, 1993.

Muhammad Ibn Muhammad Abi Hamid Al-Ghazali, Al-Wajiz

Fi Fiqhi Madzhab Al-Imam Asy-Syafi‟I, Dar Al-Fikr,

Beirut, 2004.

Muhammad Jamaluddin el-Fandy, On Cosmic Verses In The

Quran, Alih Bahasa, Abdul Bar Salim, Al-Quran

Tentang Alam Semesta, Cetakan Keenam, Amzah,

Jakarta, 2013.

Muhammad Jawad Mughniyah, Al-Fiqh „Ala Al-Madzahib Al-

Khamsah, Alih Bahasa, Masykur A.B., Afif

Muhammad dan Idrus Al-Kaff, Fiqih Lima Mazhab,

Lentera, Jakarta, 2011.

-------, Al-Fiqh „Ala Al-Madzahib Al-Khamsah, Alih Bahasa,

Masykur A.B. dkk, Fiqih Lima Mazhab, Cetakan

Kesebelas, Lentera, Jakarta, 2004.

Muhammad Nashiruddin Al-Bani, Shahih Sunan Tirmidzi,

Penerjemah, Ahmad Yuswaji, Shahih Sunan Tirmidzi

(Seleksi Hadits Shahih dari Kitab Sunan Tirmidzi),

Cetakan Pertama, Pustaka Azzam, Jakarta, 2005.

Muhammad Ridha Musyafiqi Pur, Daras Fikih Ibadah

Ringkasan Fatwa Imam Ali Khamene‟i,

Penerjemah, Marzuki Amin, Cetakan Kedua, Penerbit

Nur Al-Huda, Jakarta, 2013.

Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy, Alih Bahasa, Hery

Noer Ali Dkk., Terjemah Tafsir al-Maraghi,

Cetakan Pertama, Penerbit Toha Putera, Semarang,

1987.

Panitia Seminar Nasional Sehari Penetuan Awal Bulan

Qamariyah Antara Hisab dan Rukyat, Bunga

Rampai Falakiah Penentuan Awal Bulan Qamariyah

Page 116: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

116

Antara Hisab dan Rukyat, Fakultas Syariah IAIN

Raden Intan Lampung, Bandar Lampung, 2006.

Rohmat, Ilmu Falak II Penentuan Awal Bulan Qomariyah dan

Syamsiyah, Seksi Penerbitan Fakultas Syari‟ah,

Lampung, 2014.

-------, “Eksistensi Badan Hisab dan Rukyat Provinsi Lampung

dalam Penentuan Awal Bulan Qamariyah” Jurnal Al-

Adalah, Vol. 5, No. 2, edisi Desember 2006.

-------, Imkan Rukyat dalam Penentuan Awal Bulan

Qamariyah/Hijriyah, Cetakan Pertama, Pusat Penelitian

dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian

kepada Masyarakat IAIN Raden Intan Lampung, Bandar

Lampung, 2014.

S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistic Kualitatif, Tarsito,

Bandung, 1998.

Safuan Alfandi,Samudra Pilihan Hadits Shahih Bukhari,

Sendang Ilmu, Solo, 2015.

Said Jamhari, Faisal, dan Abdul Qadir Zaelani, Penentuan Awal

Bulan Qamariyah antara Mazhab Hisab dan Rukyat

dan Upaya Penyatuannya, Cetakan Pertama, Pusat

Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat IAIN Raden

Intan Lampung, Bandar Lampung, 2015.

Sakirman, Konsep Kalender Islam Internasional Perspektif

Mohammad Ilyas, Skripsi Jurusan Ahwal Al-

Syakhshiyyah Fakultas Syari‟ah Universitas Islam

Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2009, hlm. ii.

Diakses dari http://digilib.uin-suka.ac.id. Pada tanggal

16 Nopember 2016. Pukul 11:45 WIB.

Saleh al-Fauzan, Fikih Sehari-hari, Penerjemah, Abdul Hayyie

al-Kattani, Ahmad Ikhwani, dan Budiman Musthafa,

Page 117: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

117

Cetakan Pertama, Gema Insani Press, Jakarta,

2005.

Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Jilid I, Dar Al-Fath, Kairo, 1990.

-------, Fiqhussunnah, Alih Bahasa, Mahyuddin Syaf, Fikih

Sunnah, Cetakan Pertama, Jilid 3, Al-Ma‟arif,

Bandung, 1978.

Siradjuddin Abbas, Sejarah Dan Keagungan Madzhab Syafi‟i,

Cetakan Keenam, Pustaka Tarbiyah, Jakarta, 1994.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1991.

Susiknan Azhari, Hisab dan Rukyat (wacana untuk membangun

kebersamaan di tengah perbedaan), Cetakan

Pertama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007.

-------, Ensiklopedi Hisab Rukyat, Cetakan Kedua, Pustaka

Pelajar,Yogyakarta, 2008.

Suyuthi Ali, Ilmu Falak I, Jilid I, Cetakan Pertama, PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 1997.

Syekh Syamsuddin Muhammad ibn Al-Khatib Asy-Syarbini,

Mughniyl Muhtaaj (Matan Minhaaj Ath-Thalibin),

Jilid I, Dar Al-Fikr, Beirut.

Thomas Djamaluddin, Astronomi Memberi Solusi Penyatuan

Ummat, Lembaga Penerbangan dan Antariksa

Nasional, Jakarta, 2011.

Wahbah Al-zuhaily, Al fiqhul Al islamy Wa Adillatuhu, Alih

Bahasa, Masdar Helmy, Fiqih Shaum, I‟tikaf Dan

Haji, Cetakan Pertama, CV. Pustaka Media Utama,

Bandung, 2006.

Page 118: FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI …repository.radenintan.ac.id/476/1/Skripsi_pdf_TT.pdf · PENENTUAN AWAL BULAN HIJRIAH (Perspektif Astronomi) Oleh MERI FITRI YANTI .

118

-------, Al-Fiqh Al-Islami Wa Adillatuhu, Jilid II, Dar Al- Fikr,

Dimsyiq, 1996.

Yusuf Qordlawi, Fiqh Puasa, Alih Bahasa, Ma‟ruf Abdul Jalil

dkk., Era Intermedia, Solo, 2001.