FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN...

82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SENTONO KLATEN TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh: YULININGSIH X7109123 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

Transcript of FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN...

Page 1: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN PADA

SISWA KELAS IV SDN 1 SENTONO KLATEN

TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh:

YULININGSIH

X7109123

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN PADA

SISWA KELAS IV SDN 1 SENTONO KLATEN

TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh:

Yuliningsih

X7109123

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Yuliningsih. X7109123. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS IV

SDN 1 SENTONO KLATEN TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli

2011.

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal

cerita pecahan dengan menggunakan model pembelajaran STAD pada siswa kelas

IV SDN Sentono 1 Klaten tahun ajaran 2010/2011.

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam

penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN I Sentono Klaten tahun ajaran 2010/2011

berjumlah 20 siswa yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

Sumber data yang digunakan penelitian ini adalah informasi data yaitu siswa dan

guru kelas IV, dokumen, dan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes,

observasi dan dokumentasi. Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan

triangulasi sumber data. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis

interaktif meliputi tiga buah komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan simpulan. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus

terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan,

(3) observasi, dan (4) refleksi.

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SDN 1 Sentono Klaten tahun ajaran 2010/2011. Hal ini

dapat dibuktikan dengan meningkatnya kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan yang diperoleh dari nilai rata-rata hasil tes awal kondisi awal yaitu 57,25

dengan ketuntasan klasikal 45%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat

mencapai 66,25 dengan ketuntasan klasikal meningkat 70%. Tindakan pada siklus II

nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 74,65 dengan ketuntasan klasikal meningkat

90%. Ole karena itu, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran

STAD dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada

siswa kelas IV SDN I Sentono Klaten tahun ajaran 2010/2011.

Kata kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan.

Page 6: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Yuliningsih. X7109123. THE USE OF STAD TYPE OF COOPERATIVE

LEARNING MODEL TO IMPROVE THE FRACTIONAL NARRATIVE

PROBLEM SOLVING COMPETENCY IN THE IV GRADERS OF SDN 1

SENTONO OF KLATEN REGENCY IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret

University, Surakarta, July 2011.

The objective of research is to improve the fractional narrative problem

solving competency using STAD learning model in the IV graders of SDN 1 Sentono

of Klaten Regency in the school year of 2010/2011.

This study belongs to a classroom action research (CAR). The subject of

research was the IV graders of SDN 1 Sentono Klaten in the school year of

2010/2011 consisting of 20 students: 8 boys and 12 girls. The data source employed

in this research was data information including students and the IV class teacher,

document, and result of observation on the learning implementation of fractional

narrative problem solving competency using STAD type of cooperative learning

model. Techniques of collecting data used were test, observation, and

documentation. In order to validate data, the author employed data source

triangulation. Technique of analyzing data used was an interactive analysis model

including three components: data reduction, data display, and conclusion drawing.

The research process was implemented in two cycles. Each cycle consisted of four

stages: (1) planning, (2) acting, (3) observing, and (4) reflecting.

Considering the result of research, it can be found that the use of STAD type

of cooperative learning model can improve the fractional narrative problem solving

competency in the IV graders of SDN 1 Sentono of Klaten Regency in the school

year of 2010/2011. It can be seen from the increase in the fractional narrative

problem solving competency indicated by the mean value of pre-test in prior

condition of 57.25 with classical passing of 45%. In cycle I, this figure increases to

66.25 with classical passing of 70%. In cycle II, this figure increases to 74.65 with

classical passing of 90%. Therefore, it can be concluded that the use of STAD type

of cooperative learning model can improve the fractional narrative problem solving

competency in the IV graders of SDN 1 Sentono of Klaten Regency in the school

year of 2010/2011.

Keywords : STAD type of cooperative learning model, the fractional narrative

problem solving competency.

Page 7: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

Bukan kurangnya pengetahuan yang menghalangi keberhasilan, tetapi

tidak cukupnya tindakan. Dan bukan kurang cerdasnya pemikiran yang

melambatkan perubahan hidup ini, tetapi kurangnya penggunaan dari

pikiran dan kecerdasan (Mario Teguh)

Tak ada sesuatu yang lebih menyenangkan daripada menimbulkan senyum

pada wajah orang lain, terutama wajah orang yang kita cintai

(RA Kartini)

Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa

bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu

semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.

(Mahatma Gandhi)

Hargailah segala yang kau miliki; anda akan memiliki lebih lagi. Jika anda

fokus pada apa yang tidak anda miliki, anda tidak akan pernah merasa

cukup dalam hal apapun. Be thankful for what you have; you’ll end up having

more. If you concentrate on what you don’t have, you will never, ever have

enough (Peneliti)

Page 8: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

Ibuku dan Ayahku tersayang. Terima kasih atas

segala panjatan doa, kasih sayang, nasihat,

kesabaran, kerja keras, dan pengorbanan yang tiada

terbatas.

Keluarga besar FKIP Universitas Sebelas Maret

Surakarta dan almamaterku tercinta tempatku

menimba ilmu berkarakter kuat dan cerdas untuk

masa depan yang cerah.

Page 9: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita. Atas kehendak-Nya pula skripsi

dengan judul ” Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk

Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Pada Siswa Kelas

IV SDN 1 Sentono Klaten Tahun Ajaran 2010/2011” dapat terselesaikan dengan

baik sebagai persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa penelitian skripsi ini telah melibatkan berbagai

pihak. Maka dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan ucapan terima

kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuannya. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Sadiman, M.Pd. selaku pembimbing I skripsi yang telah memberikan

bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Dra. Siti kamsiyati, M.Pd. selaku pembimbing II skripsi yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini dengan baik.

6. Bapak dan Ibu dosen program studi PGSD FKIP UNS yang telah memberikan

motivasi dan pengarahan kepada penulis.

7. Bapak Haryono S.Pd. selaku Kepala Sekolah SD N 1 Sentono yang telah

memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

8. Ibu Murowiyatun, S.Pd. selaku guru kelas IV SDN 1 Sentono yang dengan

senang hati membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian.

Page 10: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Peneliti telah berupaya untuk berbuat yang terbaik dalam penyusunan skripsi

ini. Namun demikian, disadari hasilnya masih jauh dari kesempurnaan. Semua ini

tidak lain karena keterbatasan peneliti baik pengatahuan dan pengalaman. Oleh

karena itu, segala saran dan kritik membangun sangat diharapkan.

Akhirnya, peneliti tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

para pembaca budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di

atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah.

Surakarta, Juli 2011

Peneliti

Page 11: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................... i

PENGAJUAN ................................................................................................ ii

PERSETUJUAN ........................................................................................... iii

PENGESAHAN ............................................................................................. iv

ABSTRAK ..................................................................................................... v

ABSTRACT .................................................................................................... vi

MOTTO .......................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN ......................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Perumusan Masalah ................................................................ 3

C. Tujuan Penelitian .................................................................... 3

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 5

A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 5

1. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ....... 5

2. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan . 12

B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 25

C. Kerangka Berpikir ................................................................... 26

D. Hipotesis Tindakan ................................................................. 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 29

B. Subjek Penelitian .................................................................... 30

C. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................. 30

Page 12: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

D. Sumber Data ............................................................................ 30

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 31

F. Validitas Data .......................................................................... 32

G. Teknik Analisis Data ............................................................... 33

H. Indikator Kinerja ...................................................................... 33

I. Prosedur Penelitian ................................................................. 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................... 44

A. Deskripsi Hasil Penelitian ....................................................... 44

1. Deskripsi Kondisi Awal ....................................................... 44

2. Deskripsi Siklus II ….. ......................................................... . 46

3. Deskripsi Siklus II ………………………………………….. 53

B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Temuan ............................. 60

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................................. 65

A. Simpulan ................................................................................. 65

B. Implikasi ................................................................................. 65

C. Saran ....................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68

LAMPIRAN .................................................................................................. 71

Page 13: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Penelitian ............................................................................. 29

Tabel 2. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal cerita

Pecahan Pada Kondisi Awal .......................................................... 44

Tabel 3. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Pecahan Siklus 1 .............................................................................. 50

Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ...................................... 52

Tabel 5. Hasil Observasi Aktivitas Kinerja Guru Siklus I .......................... 53

Tabel 6. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Pecahan Siklus II ............................................................................ 58

Tabel 7. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ...................................... 60

Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Kinerja Guru Siklus I .......................... . 60

Tabel 9. Perbandingan Prosentase Siswa Belajar Tuntas .............................. 63

Tabel 10. Tabel Keaktifan Siswa Dan Guru Siklus 1 dan Siklus II ............... 64

Tabel 11. Skor perkembangan Individu Pada Siklus I dan Siklus II ............... 66

Tabel 12. Skor Perolehan Perkembangaan Tim Pada Siklus I dan Siklus II ... 67

Page 14: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir.. ............................................................ 27

Gambar 2. Alur Siklus Penelitian Tindakan Kelas .. .................................... 34

Gambar 3. Grafik Frekuensi Nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal cerita

Pecahan Pada Kondisi Awal ..................................................... 45

Gambar 4. Grafik Frekuensi Nilai Rata-rata Kemampuan Menyelesaikan

Soal Cerita Pecahan Siklus I. ..................................................... 51

Gambar 5. Grafik Frekuensi Nilai Rata-rata Kemampuan Menyelesaikan

Soal Cerita Pecahan Siklus II ...................................................... 59

Gambar 6. Grafik Perbandingan Prosentase Siswa Belajar Tuntas ………. 64

.

Page 15: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tes Awal Kemampuan menyelesaikan Soal Cerita Pecahan.. 71

Lampiran 2. Hasil Nilai Awal Kemampuan menyelesaikan Soal Cerita

Pecahan ……………………………………………………..... 72

Lampiran 3. Kisi – kisi Soal ......................................................................... 73

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I................. 74

Lampiran 5. Tes Proses Lembar Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 1 .. 81

Lampiran 6. Tes Akhir Individu Siklus I Pertemuan 1 ................................. 82

Lampiran 7. Tes Proses Lembar Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 2 .. 84

Lampiran 8. Tes Akhir Individu Siklus I Pertemuan 2 ................................. 85

Lampiran 9. Lembar Penilaian Kerja Kelompok Siklus I Pertemuan 1 ....... 87

Lampiran 10. Lembar Penilaian Kerja Kelompok Siklus I Pertemuan 2 ....... 88

Lampiran 11. Skor Kemajuan Individu Siklus 1 ............................................ 90

Lampiran 12. Daftar Nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Pecahan Siklus I ….………………………………………… 91

Lampiran 13. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus 1 Pertemuan 1 .... 92

Lampiran 14. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus 1 Pertemuan 2 .... 95

Lampiran 15. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II .............. 98

Lampiran 16. Tes Proses Lembar Diskusi Kelompok Siklus II Pertemuan 1 105

Lampiran 17. Tes Akhir Individu Siklus II Pertemuan 1................................ 106

Lampiran 18. Tes Proses Lembar Diskusi Kelompok Siklus I Pertemuan 2 .. . 108

Lampiran 19. Tes Akhir Individu Siklus II Pertemuan 2................................ 109

Lampiran 20. Lembar Penilaian Kerja Kelompok Siklus II Pertemuan 1 ...... 111

Lampiran 21. Lembar Penilaian Kerja Kelompok Siklus II Pertemuan 2 ...... 112

Lampiran 22. Skor Kemajuan Individu Siklus I1 ........................................... 114

Lampiran 23. Daftar Nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Pecahan Siklus II ..................................................................... 115

Lampiran 24. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus I1 Pertemuan 1... . 116

Lampiran 25. Skor Perolehan Tim Pada Siklus I dan Siklus II. ..................... . 116

Lampiran 26. Dokumentasi ............................................................................. 120

Page 16: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

Lampiran 27. Surat Keterangan Penelitian Kepala SDN Sentono 1 ............... 123

Lampiran 28. Surat Keputusan Dekan FKIP UNS ......................................... 124

Lampiran 29. Surat Permohonan Ijin Penelitian ............................................. 125

Lampiran 30. Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi................................ 126

Page 17: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat berguna dalam

menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari–hari. Oleh karena itu pelajaran

matematika harus sudah diberikan sejak dini kepada anak yaitu sejak anak

duduk dibangku Sekolah Dasar. Menurut GBPP (1994:70) mata pelajaran

Matematika di SD, tujuan khusus pengajaran Matematika yaitu menumbuhkan

dan mengembangkan ketrampilan berhitung sebagai alat dalam kehidupan

sehari-hari serta mengembangkan pengetahuan dasar Matematika bekal belajar

lebih lanjut. Namun kenyataannya menunjukkan bahwa masih banyak siswa

Sekolah dasar yang masih rendah kemampuan berhitungnya.

Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit bagi

sebagian besar siswa. Fenomena tersebut berdampak pada siswa secara umum,

yang merasakan ketakutan atau enggan dalam belajar matematika. Minat

belajar mereka kecil sekali terhadap mata pelajaran matematika. Dengan

kondisi yang demikian, sekolah atau guru tidak berani mematok nilai tinggi

dalam membuat kriteria ketuntasan minimal pada setiap semester.

Pembelajaran matematika khususnya di SD cenderung sebagai pemindahan

pengetahuan dari guru kepada siswa. Siswa cenderung pasif dan hanya

menerima apa yang disampaikan guru.

Dalam proses pembelajaran dapat diamati mengenai siswa dalam

mengikuti pembelajaran, baik tingkat pemahaman, penguasaan materi,

maupun hasil belajarnya. Semakin tinggi tingkat pemahaman, penguasaan

materi serta hasil belajar maka semakin tinggi pula tingkat keberhasilan dalam

pembelajaran. Namun pada kenyataannya dalam proses belajar mengajar di

SDN I Sentono mengalami permasalahan baik dari guru,siswa dan sarana atau

alat peraga. Dari guru permasalahan yang dihadapi adalah kurangnya

pengalaman dan pengetahuan tentang pembelajaran inovatif, setiap hari hanya

menggunakan metode ceramah dan tugas saja karena guru masih mengalami

Page 18: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

kesulitan dalam mengaplikasikan metode yang inovatif. Disamping rasa

malas, kreatifitas guru juga masih sangat kurang dalam menciptakan

pembelajaran yang ideal. Alat peraga dan sarana penunjang masih belum

mencukupi sehingga tidak semua pembelajaran menggunakan alat peraga.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siswa kelas IV di SDN 1 Sentono

Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten dalam menerima pembelajaran

matematika masih mengalami kesulitan bahkan dari hasil observasi yang

dilakukan dengan guru kelas terhadap hasil ujian akhir semester, ternyata

bidang studi matematika memiliki nilai rata-rata yang lebih rendah

dibandingkan bidang studi yang lain. Bahkan setelah dicoba pada siswa kelas

IV untuk mengerjakan lima soal cerita, dari 20 siswa yang mengerjakan hanya

9 orang siswa yang memperoleh nilai tuntas. Rendahnya nilai disebabkan oleh

kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pecahan khususnya bentuk cerita

karena kurangnya pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal yang

berbentuk cerita tersebut, sehingga mengakibatkan ketidak tuntasan dalam

pembelajarannya. Sedangkan nilai ketuntasannya 65 hanya 45 % yang tuntas,

siswa yang lain tidak tuntas (55 %).

Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa di SDN 1 Sentono

terhadap materi bidang studi Matematika masih rendah terutama penguasaan

dalam menyelesaikan soal-soal matematika khususnya pecahan yang

berbentuk cerita. Menyelesaikan soal-soal matematika dalam bentuk cerita

bagi siswa tidaklah semudah menyelesaikan soal-soal bentuk hitung biasa

karena membutuhkan pemahaman yang lebih dalam mengerjakanya. Dalam

soal-soal matematika bentuk cerita sebelum menyelesaikannya terlebih dahulu

perlu diubah ke model matematika. Penyelesaian soal-soal matematika bentuk

cerita memerlukan berbagai keterampilan dan pemahaman yang tidak hanya

membutuhkan kemampuan operasional tetapi juga pemahaman mengenai soal

atau masalah yang ditanyakan.

Salah satu alternatif untuk menyelesaikan permasalahan diatas yaitu

Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD, karena dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan. Metode STAD

adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan,

Page 19: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul

secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas,

kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok,

umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model

yang baik untuk melatih siswa dalam menguasai konsep, memecahkan

masalah melalui proses memberi kesempatan berpikir dan berinteraksi sosial

serta dapat meningkatkan kreatifitas, membina berkemampuan berkomunikasi

dan terampil berbahasa. Beberapa kelebihan dari metode STAD antara lain :

(a) Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk memahami materi

pelajaran; (b) Siswa secara kooperatif dapat menyelesaikan pokok-pokok

materi yang dipelajari; (c) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan

adanya kerja sama semua unsur yang ada dalam kelas; (d) Siswa dapat

meningkatkan kemampuannya dalam berdiskusi dan menyelesaikan tugas.

Atas dasar itu, peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan

judul “Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada Siswa

Kelas IV SDN 1 Sentono Klaten Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

“ Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada Siswa

Kelas IV SDN I Sentono Kabupatan Klaten Tahun Ajaran 2010/2011 ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian tindakan kelas ini untuk :

“Meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan melalui

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada Siswa Kelas IV

SDN I Sentono Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2010/2011 ”.

Page 20: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya yaitu :

1. Manfaat Praktis

a. Untuk Peserta Didik

Peserta didik dapat berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain,

selain itu juga dapat meningkatkan keterampilannya dalam

menyelesaikan soal-soal matematika khususnya pecahan

b. Untuk Guru

Dapat menambah wawasan guru dalam mengembangkan model

pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan dalam pembelajaran matematika.

c. Untuk Sekolah

Sekolah memiliki bermacam-macam variasi model pembelajaran yang

dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Manfaat Teoritis

a. Dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya dengan

pokok permasalahan yang hampir sama dengan penelitian ini.

b. Menambah jumlah referensi yang berkaitan dengan metode

pembelajaran kooperatif metode STAD (Student Teams Achievement

Devision)

Page 21: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN PUSTAKA

1. Hakikat Pembelajaran kooperatif metode STAD

a. Pembelajaran

Banyak definisi para ahli berkaitan dengan pembelajaran, diantaranya

adalah Winkel (1991:78), mengartikan pembelajaran sebagai seperangkat

tindakanyang dirancang untuk mendukung proses belajar peserta didik, dengan

menghitungkan kejadian-kejadian eksternal yang berperanan terhadap rangkaian

kejadian-kejadian internal yang berlangsung di dalam diri peserta didik. Menurut

Gagne, Briggs dan Wager dalam Winataputra (2008 : 119) “pembelajaran adalah

serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses

belajar pada siswa”.

Menurut peneliti pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa yang

dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung

terjadinya proses belajar sehingga akan membantu siswa melakukan kegiatan

belajar agar mereka mampu mengubah, mengembangkan dan mengendalikan

sikap serta perilakunya sampai batas kemampuan yang maksimal. Pembelajaran

yang bermakna dapat menghantarkan siswa mencapai kompetensi yang diharapkan.

Kompetensi ini terkandung dalam tujuan pendidikan nasional, yang seterusnya

dijabarkan dalam tujuan-tujuan yang lebih rendah jenjangnya, yaitu tujuan

institusional dan tujuan kurikuler mata pelajaran.

Dari beberapa pengertian pembelajaran tersebut, dapat disimpulkan

bahwa inti dari pembelajaran itu adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru

(pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Secara implisit, di dalam

pembelajaran ada kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode

untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih

menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan

bagaimana cara mengorganisasikan materi pelajaran, menyampaikan materi

pelajaran, dan mengelola pembelajaran.

Page 22: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

b. Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Joice dan Weil (1990:67) adalah suatu pola

atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk

menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran,dan memberi petunjuk kepada

pengajar dikelasnya.Model pembelajaran perlu dipahami guru agar dapat

melaksanakan pembelajaran secara efektif dalam meningkatkan hasil

pembelajaran.Dalam penerapannya, model pembelajaran harus dilakukan sesuai

dengan kebutuhan siswa karena masing-masing model pembelajaran memiliki

tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda-beda.

Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk

meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar dikalangan siswa, mampu berpikir

kritis, memiliki keterampilan social dan pencapaian hasil pembelajaran yang

lebih optimal ( Isjoni dan Ismail, 2008:146 ). Sedangkan Suprijono ( 2009:46 )

mengemukakan bahwa “model pembelajaran adalah pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

Dalam prakteknya semua model pembelajaran bisa dikatakan baik jika

memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: Pertama, semakin kecil upaya yang

dilakukan guru dan semakin besar aktivitas belajar siswa, maka hal itu semakin

baik. Kedua, semakin sedikit waktu yang diperlukan guru untuk mengaktifkan

siswa belajar juga semakin baik. Ketiga, sesuai dengan cara belajar siswa yang

dilakukan. Keempat, dapat dilaksanakan dengan baik oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan model pembelajaran adalah

suatu alat atau cara yang digunakan dalam suatu strategi belajar mengajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

c. Pembelajaran Kooperatif

Kooperatif (Cooperative) mengandung pengertian bekerja bersama

dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif terjadi pencapaian

tujuan secara bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan setiap

anggota kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan

berdasarkan teori belajar konstruktivis. Hal ini terlihat pada salah satu teori

Vygotsky, yaitu penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran,

Page 23: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang lebih

menekankan pada kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu kelompok

sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam kelompoknya untuk memecahkan

masalah belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Slavin

(1995) dalam Isjoni dan Ismail (2008:150) bahwa “Pembelajaran kooperatif

merujuk pada berbagai macam metode pengajaran di mana siswa akan bekerja

dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya

dalam mempelajari materi pelajaran”. Pengelompokan siswa didasarkan pada

pertimbangan-pertimbangan tertentu, kebanyakan melibatkan siswa yang

berbeda-beda menurut kemampuan, jenis kelamin dan ras (suku).

Nurhadi (2004 : 113) berpendapat bahwa “Pembelajaran kooperatif

(Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil untuk mencapai tujuan belajar”. Pembelajaran ini

memungkinkan siswa belajar dan bekeja sama untuk mencapai pada pengalaman

yang optimal, baik yang berupa pengalaman individu maupun pengalaman

kelompok. Pengalaman tersebut muncul karena siswa memiliki derajat potensi,

latar belakang histories, seta masa depan yang berbeda-beda dalam satu

kelompok atau kelompok lainnya.

Menurut Mortarela (1994 : 79) “Pembelajaran kooperatif secara umum

menyangkut pengelompokan yang di dalamnya peserta didik bekerja terarah

pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari

lima atau enam siswa”. Pembentukan kelompok didasarkan pada pemerataan

karakteristik psikologis individu, yang meliputi kecerdasan, kecepatan belajar,

motivasi belajar, perhatian, cara berfikir serta daya ingat.

Menurut Sugiyanto (2009 : 37) “Pembelajaran kooperatif (Cooperatif

Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan

kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar

untuk mencapai tujuan belajar”. Pembelajaran akan lebih efektif bila anak-anak

lebih terlibat dengan pekerjaan teman-temannya atau dengan kata lain

berinteraksi dengan temannya. Menurut John A Van De Walle (2008:30)

“Dalam suasana seperti itu anak-anak berbagi ide dan penyelesaian,

Page 24: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

membandingkan dan ,menilai cara yang digunakan, menyelidiki kebenaran

jawaban, merundingkan ide-ide yang dapat disetujui semua anak”. Selain itu

diskusi kelas yang didasarkan pada ide anak sendiri dan penyelesaiannya

terhadap soal merupakan yang bersifat mendasar untuk belajar siswa.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mengandung pengertian sebagai

suatu sikap atau perilaku bersama dalam pembelajaran atau membantu di antara

sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari

dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan belajar dimana keberhasilan kerja

sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Dalam pembelajaran kooperatif dikenalkan empat macam metode

pembelajaran (http://educare.e-fkipunla.net ) yaitu : (a) Metode STAD (Student

Team Achievement Division); (b) Metode Jigsaw; (c) Metode GI (Group

Investigation); (d) Metode Struktural. Dalam penelitian ini metode yang

digunakan adalah pembelajaran kooperatif metode STAD atau Student Team

Achievement Division.

d. Metode STAD (Student Team Achievement Division)

Metode adalah cara yang tersusun dan teratur, untuk mencapai tujuan,

khususnya dalam hal ilmu pengetahuan. Menurut Peter G Cole dan Lorna Chan

(1994 : 4) “Methods are sets of teaching plans, strategis and techniques used to

organize classroom practice”. Sedangkan menurut Hasibuan dan Moedjiono

(2006 : 3) “Metode mengajar adalah alat yang dapat merupakan bagian dari

perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar”.

1) Pengertian Metode STAD

Metode pembelajaran STAD atau Student Team Achievement Division

secara harfiah dapat diartikan sebagai Pembagian Pencapaian Tim Siswa. STAD

adalah salah satu metode dari pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh

Slavin. Metode pembelajaran ini merupakan teori belajar konstruktivisme yang

berdasarkan pada teori belajar kognitif. Dalam hal ini guru berperan sebagai

fasilitator belajar dan betugas menciptakan situasi belajar yang kondusif bagi

peserta didik, sedangkan peserta didik bekerja sama dalam kelompoknya dalam

Page 25: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

memecahkan masalah.Menurut Slavin (2008 : 143) STAD merupakan salah satu

metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan model

yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

pendekatan kooperatif.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode STAD

adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan,

buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul

secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis

individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan

rekor tim dan individual dan berikan reward.

2) Komponen Metode STAD

Menurut Slavin (2008 : 143) menyatakan bahwa, “STAD terdiri atas lima

komponen utama yaitu – presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual

dan rekognisi tim”. Materi pertama-pertama diperkenalkan dalam presentasi di

dalam kelas oleh guru. Dalam presentasi haruslah benar-benar berfokus pada

STAD. Kelompok atau tim terdiri dari empat atau lima siswa yang berbeda

tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan ras (suku). Siswa bekerja dengan

kelompok terhadap tugas yang diberikan guru dengan cara didiskusikan bersama

anggota kelompoknya. Bila siswa merasa kesulitan maka siswa yang mampu

harus membantu kesulitan teman sekelompoknya, jika kelompok tidak dapat

mengatasinya maka perlu meminta bantuan guru. Pelaksanaan kuis berlangsung

setelah satu atau dua periode penyampaian materi dan kerja kelompok. Selama

kuis setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan tidak boleh bekerja sama

dengan siswa lain meskipun dengan teman kelompoknya. Berdasarkan hal itu

siswa betanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Tujuan adanya skor kemajuan

individual adalah untuk memberikan hasil akhir yang maksimal pada setiap

peserta didik.

Hal ini akan dapat diperoleh kalau siswa lebih keras dalam melaksanakan

kuis. Penghargaan kelompok ditentukan berdasarkan nilai rata-rata kelompok

yang diperoleh dengan cara menghitung nilai perkembangan dari setiap anggota

kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok tersebut. Penerapan Student

Page 26: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Teams Achievement Division (STAD) dalam poses pembelajaran tidak jauh

berbeda dengan tipe kooperatif yang lain. Student Achievement Team Division

(STAD) mempunyai ciri khusus yaitu pada akhir pembelajaran guru memberi

kuis.

3) Langkah-langkah Metode STAD

Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari

Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling

langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Metode STAD digunakan

untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik

melalui penyajian verbal maupun tertulis.Menurut Slavin (2008:150) langkah-

langkah Metode STAD adalah :

a) Para siswa di dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, masingmasing

terdiri atas 4 atau 5 anggota. Tiap kelompok memiliki anggota yang heterogen.

b) Tiap anggota kelompok menggunakan lembar kerja dan kemudian saling

membantu untuk menguasai bahan ajar melalui Tanya jawab atau diskusi antar

sesama anggota kelompok.

c) Secara individual atau kelompok tiap minggu atau tiap dua minggu guru

mengevaluasi untuk mengetahui penguasaan mereka terhadap bahan akademik

yang telah dipelajari.

d) Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan

ajar, dan kepada siswa secara individu atau kelompok yang meraih prestasi

tinggi diberi penghargaan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa inti dari STAD

adalah guru menyampaikan suatu materi, kemudian para siswa bergabung dalam

kelompoknya yang terdiri atas empat atau lima orang untuk menyelesaikan

soalsoal yang diberikan oleh guru. Setelah selesai mereka menyerahkan

pekerjaannya secara tunggal untuk setiap kelompok kepada guru. Yang terakhir

adalah adanya pengharagaan terhadap tim.

4) Kelebihan dan Kelemahan Metode STAD

Linda lundgren (1994 :6) mengatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif

memiliki dampak yang positif untuk siswa yang rendah hasil belajarnya.

Page 27: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam memahami konsep-

konsep yang sulit”.Setiap metode pembelajaran tidak ada yang sempurna.

Masing- masing memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dari

metode STAD antara lain : (a) Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk

memahami materi pelajaran; (b) Siswa secara kooperatif dapat menyelesaikan

pokok-pokok materi yang dipelajari; (c) Siswa dapat meningkatkan hasil

belajarnya dengan adanya kerja sama semua unsur yang ada dalam kelas; (d)

Siswa dapat meningkatkan kemampuannya dalam berdiskusi dan menyelesaikan

tugas.

Beberapa kelemahan dari metode STAD adalah; (a) Apabila ada siswa yang

tidak cocok dengan anggota kelompoknya, maka siswa tersebut kurang bisa

bekerjasama dalam memahami materi; (b) Ada siswa yang kurang

memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar; (c)Apabila ada

anggota kelompok malas, maka usaha kelompok dalam memahami materi

maupun untuk memperoleh penghargaan kelompok tidak berjalan sebagai mana

mestinya.

2. Hakikat Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

a. Matematika Sekolah Dasar

Dalam GBPP disebutkan bahwa yang dimaksud Matematika Sekolah

adalah Matemetika yang diajarkan di sekolah SD dan di sekolah Menengah.

Matematika tersebut terdiri atas bagian–bagian Matematika yang dipilih guna

menumbuh kembangkan kemampuan–kemampuan dan membentuk pribadi

siswa serta mengikuti perkembangan IPTEK. Ini berarti bahwa Matemetika

sekolah tidak dapat dipisahkan sekali dan ciri – ciri penting yang dimiliki

Matematika yaitu sebagai berikut.

1) Memiliki obyek yang abstrak.

2) Memiliki pola pikir deduktif dan konsisten (Depdikbud 1995:1).

Matematika sekolah (School Mathematic) adalah unsur atau bagian

dari Matematika yang dipilih berdasarkan dan berorientasi kepada kepentingan

kependidikan dan pekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti yang

Page 28: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

dikemukakan oleh Soedjadi (2000: 37). Di sini Matematika sebagai bidang studi

pendidikan yang diajarkan di sekolah dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah

Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Menengah (SMU/SMK). Ruang lingkup

materi atau bahan kajian Matematika untuk Sekolah Dasar berbeda dengan di

tingkat SLTP atau SMU/SMK. Sesuai dengan tahap perkembangan intelektual

siswa Sekolah Dasar yang berada pada tahap operasi konkret, maka cakupan

materinya lebih sedikit dan bersifat dasar. Kemampuan mereka yang cenderung

rendah dibanding siswa pada jenjang sekolah di atasnya, sehingga kemampuan

bernalarnya relatif lebih rendah. Oleh karena itu pada jenjang Sekolah Dasar

penggunaan pola pikir induktif dalam pengajaran suatu topik sering dilakukan,

sebaliknya penggunaan pola pikir deduktif jarang dilakukan. Bidang studi

matematika yang diajarkan di Sekolah Dasar mencakup tiga cabang yaitu

aritmatika, aljabar dan geometri

Di lain pihak Hudoyo (1981:134) menyatakan bahwa Matematika sekolah

dasar adalah untuk mempersiapkan anak didik agar sanggup untuk menghadapi

perubahan keadaan dalam kehidupan dunia yang senantiasaberubah melalui

latihan bertindak atas dasar pemikiran logis dan rasional, kritis dan cermat,

obyektif, efektif,diperhitungkan secara analisis–sintesis serta untuk

mempersiapkan anak didik agar menggunakan matematika secara fungsional

dalam kehidupan sehari – hari dan didalam ilmu pengetahuan.

Dijelaskan pula bahwa fungsi matematika sekolah adalah sebagai salah

satu unsur masukan instrumental yang memiliki obyek dasar abstrak dan

berlandaskan kebenaran konsistensi dalam sistem proses belajar mengajar untuk

mencapai tujuan pendidikan.

b. Ruang Lingkup Matematika Kelas IV SD

Berdasarkan KTSP 2006 Pelajaran Matematika pada kelas IV

terdapat 8 standar kompetensi yang harus tercapai. Salah satu standar

kompetensi yang harus tercapai pada semester 2 sebagai berikut :

Page 29: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Page 30: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

3. Hakikat Pecahan

a) Pengertian pecahan

Pecahan adalah bagian dari bilangan rasional yang dapat di tulis dalam

bentuk dengan a dan b bilangan bulat dan b tidak sama dengan nol. Secara

simbolik pecahan dapat dinyatakan sebagai salah satu : (1) pecahan biasa, (2)

pecahan desimal,(3) pecahan persen, (4) pecahan campuran. Menurut Kennedy

(1994: 425-427) makna dari pecahan dapat muncul dari situasi-situasi sebagai

berikut :

i) Pecahan sebagai bagian yang berukuran sama dari yang utuh atau keseluruhan.

Pecahan biasa dapat digunakan untuk manyatakan makna dari setiap bagian dari

yang utuh. Apabila ibu mempunyai sebuah roti yang akan diberikan kepada 4

orang anggota keluarganya, dan masing-masing harus mandapat bagian yang

sama, maka masing-masing anggota akan memperoleh 1/4 bagian dari

keseluruhan cake itu. Pecahan 1/4 mewakili usuran dari masing-masing

potongan. Bagian-bagian dari sebuah pecahan biasa menunjukkan hakikat situasi

dimana lambang bilangan tersebut muncul. Dalam lambang bilangan, 1/4 “4”

menunjukkan banyaknya bagian-bagian yang sama dari suatu keseluruhan (utuh)

dan disebut sebagi 8 “penyebut”. Sedangkan banyaknya bagian yang menjadi

perhatian pada saat tertentu dan disebut pembilang.

ii) Pecahan sebagai bagian dari kelompok-kelompok yang beranggotakan sama

banyak, atau juga menyatakan pembagian. Apabila sekumpulan obyek

dikelompokkan menjadi bagian yang beranggotakan sama banyak, maka

situasinya jelas dihubungkan dengan pembagian. Situasi dimana sekumpulan

obyek yang beranggotakan 12, dibagi menjadi 2 kelompok yang beranggotakan

sama banyak, maka kalimat matematikanya 12 : 2 = 6 atau 1/2 x 12 = 6.

Sehingga untuk mendapatkan 1/2 dari 12, maka siswa harus memikirkan 12

obyek yang dikelompokkan menjadi 2 bagian yang beranggotakan sama. Banyak

anggota masing-masing kelompok terkait dengan banyaknya obyek semula,

dalam hal ini 1/2 dari banyaknya obyek semula. Demikian halnya bila sehelai

kain yang pajangnya 3 meter dipotong enjadi 4 bagian yang berukuran sama,

Page 31: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

mengilustrasikan situasi yang akan menuntun ke kalimat pecahan yaitu 3 : 4 atau

3/4

iii) Pecahan sebagai perbandingan (rasio)

Hubungan antara sepasang bilangan sering diyatakan sebagai sebuah

perbandingan. Berikut diberikan contoh situasi yang biasa memunculkan

rasio.contoh :

Sebuah tali A panjangnya 10 m dibandingkan dengan tali B yang panjangnya 30

m. Rasio panjang tali A terhadap tali B tersebut adalah 10 : 30 atau panjang tali

A ada 1/3 dari tali B.

Menurut Muchtar A. Karim (1998:6.4) pecahan adalah perbandingan

bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu benda atau himpunan bagian

yang sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan terhadap himpunan

semula. Maksud dari “perbandingan bagian yang sama terhadap keseluruhan

dari suatu benda” adalah apabila suatu benda dibagi menjadi beberapa bagian

yang sama, maka perbandingan setiap itu dengan keseluruhan bendanya

menciptakan lambang dasar suatu pecahan. Sedangkan maksud dari “himpunan

bagian yang sama terhadap keseluruhan dari suatu himpunan terhadap himpunan

semula” yaitu suatu himpunan dibagi atas himpunan bagian yang sama, maka

perbandingan setiap himpunan bagian yang yang sama itu terhadap keseluruhan

himpunan semula akan menciptakan labang dasar suatu pecahan.

Cholis Sa`dijah (2003:73) mengemukakan bahwa pecahan merupakan

bilangan yang dapat dinyatakan sebagai perbandingan dua bilangan cacah a dan

b, ditulis a/b dengan syarat b ≠ 0. Dengan demikian secara simbolik pecahan

dapat dinyatakan sebagai salah satu : (1) pecahan biasa, (2) pecahan desimal,(3)

pecahan persen, (4) pecahan campuran.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pecahan adalah bilangan

yang mempunyai jumlah kurang atau lebih dari utuh, yang dapat dinyatakan

sebagai perbandingan dua bilangan cacah a dan b, ditulis a/b dengan b ≠ 0 yang

terdiri dari pembilang dan penyebut, pembilangan merupakan bilangan

terbagidan penyebut merupakan bilangan pembagi.

Page 32: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

b) Macam-macam pecahan

i) Pecahan sederhana yaitu pecahan yang pembilang daan penyebut merupakaan

bilangaan-bilangan bulat yang koprim (FPB dari pembilang dan penyebut adalah

1)

Contoh ; ,2/3, 4/9, 11/15 dst

ii) Pecahan Murni yaitu pecahan yang peeembilangnyaa lebih kecil dari penyebut

Contoh: 1/2, 1/3, 3/4, 9/10 dst

iii) Pecahan tidak murni yaitu pecahan yang pembilangnya lebih besar dari

penyebut.

Contoh ; 7/5, 12/10, 4/3, 8/7 dstt

iv) Pecahan mesir yaitu pecahaan dengan pembilang 1

Contoh : 1/2, 1/3, 1/4, 1/5

v) Pecahan Campuran yaitu suatu bilangan yang terbentuk atas bilangan cacah dan

pecahan biasa

Contoh: 4 11/3, 7 1/2, 2 3/4

c) Konsep Pecahan Di SD

Konsep pecahan sudah dikenalkan semenjak siswa berada di kelas II sekolah

dasar. Adapun operasi terhadap bilangan pecahan baru disampaikan pada siswa

kelas IV. Bilangan pecahan tersebut meliputi konsep bilangan, urutan dan

operasinya serta penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari dimulai dari

masalah yang sederhana hingga masalah yang lebih kompleks. Rendahnya

tingkat pemahaman siswa terhadap penguasaan pecahan akan mempengaruhi

pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika untuk selanjutnya.

Penekanan permasalahan matematika dalam kehidupan sehari-hari banyak

berbentuk soal cerita di samping dalam bentuk hitungan angka. Anak akan selalu

menjumpai hal baru berinteraksi dengan lingkungannya. Bila hal baru tersebut

ditanggapi secara matematis maka ia perlu membawa persoalan matematika ke

dalam kalimat matematika yang kemudian dicari pemecahannya, namun tidak

semua anak mampu dengan segera memahami kalimat matematika yang

berkaitan dengan persoalan yang ada. Hal ini dapat dimengerti karena membawa

persoalan sehari-hari yang ada hubungannya dengan matematika yang sesuai

Page 33: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

diperlukan suatu penalaran anak. Kalimat matematika banyak mendapat

perhatian khusus karena dia dapat memberikan arah atau tata cara pada saat

matematika diterapkan selain itu menterjemahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari ke dalam bahasa matematika yang benar.

Kegiatan mengenal konsep pecahan akan lebih berarti jika di dahului dengan

soal cerita yang menggunakan obyek buah, misalnya apel, sawo, jeruk atau kue

dll. Peraga selanjutnya berupa bangun datar seperti persegi, lingkaran yang

nantinya akan sangat menbantu dalam pemahaman konsep. Pecahan dapat di

peragakan dengan melipat kertas berbentuk lingkaran atau persegi sehingga

lipatannya tepat menutupi bagian yang lainya. Selanjutnya bagian yang di lipat

di buka dan di arsir sesuai bagian yang di kehendaki.

Menurut Bill (1983:119- 120) didalam bukunya “A Review of Research in

Mathematical Educational Part A” dikemukakan bahwa konsep pecahan di SD

terdiri atas 7 subkonsep yang diurutkan menurut tingkat kesulitan yaitu :

i) Bagi suatu himpunan, bagian-bagianya konkruen (Part group congruent part),

Siswa mengasosiasikan pecahan dengan memperhatikan “a” obyek himpunan

tersebut.

¾ objek yang diberi bayangan atau yang diarsir

ii) Bagian suatu daerah, bagian-baagianya kongruen (Parts whole congruent part).

Siswa mengasosiasikan pecahan a/b dengan daerah geometris yang dibagi

kedalam b bagian yang kongruen dan memperhatikan a bagian.

Contoh :

¾ gambar yang diberi bayangan/diarsir

iii) Baagian suatu himpunan, bagian-bagianya tidak kongruen (paart group non

congruen part). Siswa mengasosiasikaan pecahan a/b deengan suatu himpunan

Page 34: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

terdiri dari b objek yang tidak kongruen dan memperhatikan a obyek dalam

himpunan tersebut

Contoh :

¾ objek yang diberi bayangan/diarsir

iv) Bagian suatu himpunan, perbandingan(Parts group comparison). Siswa

mengasoosiasikan pecahan a/b dengan perbandingan relatif dua himpunan A dan

B. Dalam hal ini banyaknya objeknya objek pada himpunan A adalh a dan

himpunan B adalah bsemua objek kongruen

Contoh:

Himpunan a adalah ¾ himpunan B

v) Garis bilangan

Siswa mengasosiasikan pecahan a/b dengan suaatu titik pada garis bilangan

setiap satuan. Segmen garis itu sudah dibagi kedalam b bagian yang sama dan

titik a pada garis bilangan mengatakan relasi ini.

Contoh:

0 X 1

Titik pada garis bilangan yang diberi tanda X mengatakan ¾

vi) Bagian suatu daerah perbandingan (Parts whole comparison) Siswa

mengasosiasikan pecahan a/b dengan perbandingan relative dua geometri A dan

B . Jumlah bagian yang kongruen dalam gambar A adalah a, sedang dalam

gambar B adalah b semua gambar A dan B kongruen

Contoh:

Gambar A adalah ¾ gambar B

Page 35: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

vii) Bagian suatu daerah, bagian-bagianya tidak kongruen (Part whole non congruen

part) siswa mengasosiasikan pecahan a/b dengan daerah geometri yang sudah

dibagi kedalam b bagian yang sama dalam luas tetapi tidak kongruen dan

memperhatikan a bagian.

Contoh:

¾ gambar yang diberi bayangan/diarsir

Dengan demikian konsep pecahan yang harus dikuasai oleh guru yang akan

mengajar pecahan di Sekolah Dasar.

d) Cara Pembelajaran Konsep pecahan

Konsep pecahan sering sukar dipahami anak-anak, karena mereka terbiasa

bekerja dengan bilangan bulat. Memahamkan konsep pecahan dapat dilakukan

antara lain melalui kegiatan membagi makanan. Hal tersebut sesuai dengan

tahap perkembangan kognitifnya yaitu pada tahap operasional konkrit yang

masih terikat dengan objek konkret yang mampu ditangkap oleh pancaindera.

Dengan adanya kegiatan membagi makanan tersebut diharapkan mampu

memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru khususnya pada materi

pecahan. Sehingga melalui kegiatan membagi makanan pula siswa memahami

pecahan dengan melihat hubungan antara bagian dan keseluruhan .

Diawal pengajaraan konsep bilangan pecahan diperlukan alat-alat peraga

yang tepat dan sesuai dengan kondisi anak. Alat-alat peraga tersebut dapaat

berupa gambar-gambar bangun datar yang dari karton yang dipotong-potong

menjadi bagian yang lebih kecil dan saling kongruen atau bilah dari bambu atau

kayu pipih (triplek ) yang diberi warna per bagian. Alat-alat peraga diatas sangat

berguna untuk memperluas pemahamaan siswa terhadap bilangan pecahan.

Contoh ;

Siswa disuruh menggambar bangun bangun berbentuk lingkaran, persegi dan

persegi panjang (masing-masing menyatakaan satu). Kemudian siswa disuruh

membuat garis yang membagi bangun-bangun di atas menjadi beberapa yang

Page 36: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

1/2 1/2

sama luasnya (sama besar) dalam berbagai cara. Misalnya gambar bentuk

sebagai berikut :

Persegi Panjang Lingkaran Persegi Panjang

Gambar peraga diatas juga dapat digunakan untuk memahami

penyederhanaan pecahan. Dari peragaan diatas , seterusnya anak diajak untuk

menemukan rumus/pola yang menyatakan bahwa sebuah pecahan akan tetaap

nilainya jika pembilang penyebut dikalikan dengan bilangan yang sama,

Penggunaan alat-alat peraga hanya untuk awal memahami konsep. Jika siswa

telah paham benar, maka penggunaan alat peraga sudah dapat ditinggalkan

(tidak diperlukan lagi).

4. Soal Cerita

Soal cerita adalah soal Matematika yang dinyatakan dalam bentuk cerita dan

berkaitan dengan keadaan yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam mengerjakan soal cerita, seorang siswa melakukan kerja membaca dan

memahami soal. Dari membaca soal itu diharapkan siswa dapat menceritakan

kembali soal tersebut dengan bahasanya sendiri, dan mencari apa-apa yang

belum diketahui serta apa yang telah diketahui dari soal tersebut. Langkah ini

disebut dengan abstraksi. Dalam hal ini siswa akan mengambil atau menentukan

bilangan yang ada dan menentukan hubungannya dalam bentuk hubungan

matematika, bila hubungan tersebut telah dapat ditentukan kemudian menyusun

rencana penyelesaiannya yang selanjutnya membuat model matematikanya

dengan kemampuan bahasa dan kemampuan memahami soal cerita akan terlihat

dari kalimat matematika yang berhasil dibuat oleh siswa tersebut.

Pentingnya soal cerita bagi siswa yang disebutkan oleh Kiemer

(1975:378) (dalam penelitian Andayani), One of the main objective in the

1/4

1/3

1/4

1/4 1/4

1/3 1/3

Page 37: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

teaching of secondary is the development of the ability to solve verbal problems.

Pemberian soal cerita merupakan suatu upaya dalam mencapai tujuan pengajaran

Matematika yang bersifat formal dan material. Aspek formal terlihat dengan

adanya langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita. Sedangkan aspek

material terlihat pada soal cerita yang disajikan dalam bentuk cerita dan

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Disamping itu, soal cerita merupakan

salah satu bahan ajar yang dapat melatih ketrampilan siswa dalam pemecahan

masalah. Menurut Soedjadi (2000:45) Kegiatan pemecahan masalah diharapkan

pemahaman materi Matematika agar lebih mantap dan kreatifitas siswa dapat

ditumbuhkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa soal cerita pecahan

adalah sebarang tugas atau kegiatan siswa dalam pelajaran matematika

khususnya pecahan yang erat kaitannya dengan masalah kehidupan sehari-hari,

di mana soal tersebut dapat digunakan untuk melatih siswa berpikir secara

deduktif, membiasakan siswa untuk melihat hubungan kehidupn sehari-hari

dengan pengetahuan matematika yang telah diperoleh di sekolah, dan

memperkuat pemahaman siswa terhadap konsep matematika tertentu.

5. Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita

Kemampuan berasal dari kata mampu yang memperoleh awalan ke- dan

akhiran –an yang berarti sanggup. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

kemampuan diartikan kesanggupan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu.

Menurut Nurhasanah (2007 : 423 ) mampu artinya kuasa ( bisa, sanggup

) melakukan sesuatu sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan

dan kekuatan. Menurut Poerwadarminta ( 2007 : 742 ) mampu artinya kuasa (

sanggup melakukan sesuatu ) sedangkan kemampuan artinya kesanggupan,

kecakapan dan kekuatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan adalah

kesanggupan melakukan sesuatu yang dilakukan oleh siswa dengan jalan

keuletan dari sesuatu kegiatan yang telah dikerjakan secara individu.

Kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan adalah kemampuan atau

kecakapan dalam menyelesaiakan tugas atau soal dalam pelajaran matematika

Page 38: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

mengenai pecahan yang erat kaitannya dengan masalah kehidupan sehari-hari, di

mana soal tersebut disajikan dalam bentuk cerita.

6. Langkah-langkah Menyelesaikan Soal Cerita

Tingkat kesulitan soal cerita berbeda dengan tingkat kesulitan soal

bentuk hitungan ( kalimat matematika ) yang dapat dilakukan penyelesaiannya

secara langsung. Penyelesaian soal cerita memerlukan tingkat pemahaman yang

lebih tinggi dibandingkan dengan penyelesaian soal berbentuk hitungan (Syafri

Ahmad , 2001 : 172). Selain itu pemilihan soal cerita akan mempengaruhi

strategi yang akan digunakan oleh siswa untuk menyelesaikannya. Menurut

Gatot Muhsetyo (2008 : 113) kendala utama peserta didik dalam menyelesaikan

soal cerita adalah mereka mengalami kesulitan memahami makna bahasa dari

kalimat yang digunakan karena adanya istilah matematika yang perlu diganti

dalam bentuk lambang.

Dalam pengajaran atau pembelajaran matematika seringkali berorientasi

kepada pendekatan pemecahan masalah atau penyelesaian suatu soal. Menurut

Polya dalam Ruseffendi (1988:177) menyatakan bahwa langkah-langkah yang

siswa lakukan dalam memecahkan masalah atau menyelesaikan soal adalah :

a) Memahami persoalan

Untuk mengetahui apakah seorang siswa mengeti persoalannya siswa

dapat menulis kembali soal itu dengan kata-kata sendiri, menulis soal itu

dalam baentuk lain, menulis dalam bentuk yang lebih operasional, menulis

dalm bentuk rumus maupun dalam bentuk gambar.

b) Membuat rencana atau cara untuk menyelesaikannya

Dalam pembuatan rencana untuk menentukan cara yang akan digunakan

dalam menyelesaiakan soal, dan dimungkinkan untuk membuat hipotesis

sebagai jawaban sementara.

c) Menjalankan rencana

d) Menyelesaikan soal itu dengan cara yang telah ditentukan pada langkah

sebelumnya.

e) Melihat kembali

Page 39: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Langkah ini untuk mengecek benar tidaknya kita menyelesaikan soal itu,

juga untuk melihat alternatif penyelesaian atau cara yang lebih baik (praktis,

efisien dan lain-lain).

Terdapat empat langkah untuk menyelesaikan soal cerita seperti

dikemukakan oleh Nandang dalam Syafri Ahmad (2001:172) sebagai berikut:

a) memahami soal cerita dengan menentukan apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan dari soal tersebut.

b) Menerjemahkan soal itu ke dalam model (kalimat) matematika.

c) Menyelesaikan model (kalimat) matematika.

d) Memeriksa kembali hasil (jawaban) yang diperoleh.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah

mengerjakan soal cerita adalah sebagai berikut, langkah pertama menentukan

apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal, langkah kedua membuat

kalimat dengan mencari hubungan antara yang diketahui dan yang ditanyakan

atau dengan kata lain memilih operasi hitung yang sesuai atau rumus-rumus

yang sesuai, langkah ketiga mengubahnya menjadi kalimat matematika, langkah

keempat menyelesaikan kalimat matematika, dan langkah yang terakhir

menyimpulkan hasil jawaban yang diperoleh.

B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Yohana Tatik Listyowati (2008) dengan judul “Peningkatan Prestasi

Belajar Matematika Anak Berkesulitan Belajar Melalui Pembelajaran Kooperatif

Di Kelas VB SD Negeari Cemara Dua No.13 Kecamatan Banjarsari Kota

Surakarta”, menyimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif terbukti

dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sebelum tindakan pencapaian KKM

rata-rata nilai ulangan harian 70%, pada siklus I menjadi 90% dan siklus II

menjadi 95%. Terjadi peningkatan kreativitas dan keaktifan siswa, antara lain

mengajukan , menyampaikan pandapat, bekerja sama dan menghargai pendapat

teman.

Darmawan Satyananda (2007) dalam http://lemlit.um.ac .id/wp- dengan

judul “Pengembangan Materi Program Instruksional Sebagai suatu Perangkat

Page 40: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Pembelajaran Kooperatif dalam Upaya Meningkatkan Penguasaan Konsep

Matematika pada Perkuliahan MAU4O9 Teori Bilangan” (Jurnal Ilmiah

Nasional), menyimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif STAD pada

teori bilangan cukup efektif membantu mahasiswa dalam menguasai konsep

matematika. Hal ini terbukti pada hasil kuis siklus I 58,62% mahasiswa

mendapat skor dibawah 60 dan hanya 41,38% mahasiswa yang mendapat skor di

atas 65, kemudian pada siklus II menjadi 78,58% mahasiswa yang mendapat

skor di atas 65. Sedangkan pada hasil tugas kelompok pada siklus I ada 96,55%

mahasiswa yang mendapat nilai di atas 65 dan siklus II menjadi 100%

mahasiswa yang mendapat nilai di atas 65.

Dengan penelitian tersebut mempunyai persamaan dalam menggunakan

model pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan penguasaan konsep

matematika tetapi untuk perbedaanya peneliti bermaksud mengadakan penelitian

ini untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

matematika khususnya pecahan dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

C. KERANGKA BERFIKIR

Menyelesaikan soal cerita merupakan materi yang paling sukar dikuasai

oleh siswa, jika dibandingkan dengan materi yang lain dalam mata pelajaran

metematika. Untuk itu diperlukan beberapa prasyarat antara lain memiliki

kemampuan memahami kalimat cerita, kemampuan menganalisis soal,

kemampuan mengubah kalimat cerita menjadi kalimat matematika dan

kemampuan berhitung. Sedangkan guru selama ini masih menggunakan model

pembelajaran pembelajaran konvensional sehingga mengakibatkan kemampuan

dalam menyelesaikan soal cerita pecahan sangat rendah.

Proses pembelajaran menyelesaikan soal cerita perlu dirancang dengan

mengutamakan kegiatan–kegiatan yang banyak menuntut siswa mengalami

sendiri. Siswa perlu didudukan sebagai subyek, sehingga mereka dapat

mengekpresikan ide-ide, merasakan adanya manfaat dan termotivasi untuk selalu

mengikuti pembelajaran. Rancangan pembelajaran yang demikian dapat

diwujudkan jika model pembelajaran berbentuk kooperatif tipe STAD. Oleh

Page 41: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

karena itu dilakukan perbaikan melalui penggunaan model pembelaran

kooperatif tipe STAD dengan tindakan dan indikator pencapaian target dari

setiap siklus. Jika pada siklus pertama belum mencapai indikator pencapaian

maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tindakan

dan indikator pencapaian target dari setiap siklus diharapkan kemampuan siswa

menyelesaikan soal cerita pecahan meningkat.

Untuk lebih jelasnya kerangka berfikir dapat dilihat dalam gambar 1 berikut:

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Kondisi

Awal

Guru

menggunakan

pembelajaran

konvensional

Kemampuan

menyelesaikan

soal cerita

pecahan rendah

rendah

Tindakan

Guru menggunakan

Model Pembelajaran

kooperatif tipe STAD

pada penyelesaian

soal cerita bilangan

pecahan

Kondisi

Akhir

Diduga model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dapat meningkatkan

kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan

Siklus I

Siklus II

Page 42: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

D. HIPOTESIS

Berdasarkan kerangka berpikir dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

“Penggunaan model Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada Siswa Kelas IV SDN I

Sentono Klaten Tahun Ajaran 2010/2011”

Page 43: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN I Sentono Kecamatan

Karangdowo Kabupaten Klaten, karena Peneliti sebagai salah satu tenaga

pendidik pada SD tersebut, sehingga akan memudahkan dalam

melaksanakan penelitian.

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II selama enam

bulan yakni mulai Januari sampai Juni tahun ajaran 2010/2011. Untuk

jelasnya jadwal penelitian dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini :

Tabel 1. Jadwal penelitian

N

o

Kegiatan

Penelitian

Bulan

Jan Feb Maret April Mei Juni

1 Persiapan v

2 Koordinasi v

3 Pengumpulan

data

v V v

4 Perencanaan

tindakan

V

5 Pelaksanan

siklus1

v V v

6 Pelaksanan

siklus2

v v v

7 Penyusunan

laporan

v v

8 Penyelesaian

laporan

v v

9 Ujian

penelitian

v

10 Penjilidan v

Page 44: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Sentono,

Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten Tahun ajaran 2010/2011 pada

semester II sebanyak 20 siswa. Dari 20 siswa tersebut terdiri dari 12 siswa

perempuan dan 8 siswa laki-laki.

C. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yang

menekankan pada masalah perbaikan proses di kelas, maka jenis penelitian

ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Wardhani (2007 : 119) menyatakan

bahwa sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran. Dengan

menggunakan bentuk Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan akan

mendapat informasi yang sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan

praktek-praktek pembelajaran di kelas secara professional.

2.Strategi Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Menggunakan pendekatan jenis ini karena data yang akan diperoleh atau

dikkumpulkan berupa data yang langsung tercatat dari kegiatan di

lapangan. Alasan mengadakan penelitian tindakan kelas adalah, karena

PTK mengkaji masalah pendidikan yang berkaitan dengan pembelajaran di

dalam kelas yang dilaksanakan oleh guru. Selain itu PTK dapat

memecahkan masalah pembelajaran yang dihadapi guru kelas. Dalam

penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Wardhani (2007 : 2.3)

menyatakan bahwa PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur

atau siklus yang terdiri dari empat tahap, yaitu merencanakan, melakukan

tindakan, mengamati dan melakukan refleksi.

D. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN I Sentono

Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2010/ 2011, teman sejawat, guru dan

Kepala Sekolah. Dalam penelitian ini sumber data yang dapat

dimanfaatkan antara lain :

Page 45: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

1. Informasi data dari nara sumber yang terdiri siswa kelas IV serta wali

kelas IV SD Negeri 1 Sentono.

2. Data nilai akademik mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri 1

Sentono, baik nilai ulangan harian atau nilai Ulangan Akhir Semester.

3. Hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran matematika kelas IV SD

Negeri 1 Sentono.

E. Teknik Pengumpulan Data

Didalam melakukan penelitian ini yang digunakan peneliti untuk

teknik adalah tes, dokumentasi, observasi dan wawancara. Setiap teknik

tersebut ada kekuranganya namun dapat ditunjang oleh teknik yang lain,

sehingga antara teknik yang satu dengan teknik yang lain saling

melengkapi. Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang

diharapkan dalam penelitian diperlukan alat atau metode untuk

mendapatkan data yang tepat dan obyektif. Metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah :

a. Tes

Tes digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kemampuan

siswa dalam menerima bahan ajar matematika khususnya kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan sebelum dan sesudah dilakukan

tindakan. Tes yang diberikan kepada siswa yakni tes tertulis (mengerjakan

soal kuis dalam bentuk esay) . Tes ini diberikan disetiap pertemuan suatu

siklus untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan

b. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berupa

data-data tertulis yaitu hasil ulangan harian. Kegiatan ini selain untuk

mencatat semua dokumen dan arsip juga untuk mendapatkan gambaran

secara lengkap tentang dokumen hasil belajar siswa sebelum dilakukan

tindakan khususnya kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan.

c. Observasi

Observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai seluruh

aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika khususnya kemampuan

Page 46: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

menyelesaikan soal cerita pecahan ketika kegiatan belajar mengajar sedang

berlangsung di kelas. Hasil observasi digunakan untuk mendapatkan data

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan yang diperlukan sebagai

dasar untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut.

F. Validitas Data

Di dalam penelitian diperlukan adanya validitas data, maksudnya

adalah semua data yang dikumpulkan hendaknya dapat mencerminkan apa

yang sebenarnya diukur atau diteliti. Data yang telah berhasil digali ,

dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian harus diusahakan

kebenarannya. Untuk menjamin dan menguji kesahihan data yang

digunakan, maka validitas data dalam penelitian ini menggunakan teknik

trianggulasi data. Trianggulasi data maksudnya yaitu mengumpulkan data

sejenis dari sumber yang berbeda. Jadi data dan informasi yang diperoleh

selalu dikomparasi dan diuji dengan data dan informasi lain, baik dari segi

koheren sumber yang sama atau sumber yang berbeda. Trianggulasi data

dalam penelitian ini seperti saat pengambilan data keaktifan siswa dengan

di observasi oleh peneliti dan guru kelas, hasil tes di nilai oleh peneliti dan

guru kelas.

Validitas data menunjukan sejauhmana alat ukur itu mengukur apa

yang seharusnya diukur. Untuk lebih jelasnya kisi-kisi soal yang dapat

dilihat dilampiran 3 halaman 73. Tinggi rendahnya instrumen menunjukan

sejauhmana fakta yang terkumpul dari dari gambar tentang variabel yang

dimaksud. Dalam penelitian ini untuk memperoleh validasi data dan

keahlian data melalui triangulasi (triangulasi data, triangulasi peneliti dan

triangulasi teori). Triangulasi dokumen peneliti ini melibatkan guru,

peneliti dan teman sejawat.

G. Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis kulitatif dengan model interaktif. Menurut Sugiyono (2003:91)

model analisis interaktif mempunyai tiga buah komponen pokok, yaitu

reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi) Model

Page 47: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

analisis interaktif mempunyai tiga buah komponen pokok, yaitu reduksi

data, sajian data dan penarikan kesimpulan (verifikasi).

Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Reduksi Data adalah proses pemilihan pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan – catatan tertulis dilapangan.

b. Penyajian Data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambil tindakan.

Dalam penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara

visual misalnya gambar, grafik dan tabel.

c. Kesimpulan – kesimpulan merupakan bagian dari satu kegiatan dari

konfigurasi yang utuh, sehingga kesimpulan – kesimpulan juga

diverifikasi selama penelitian berlangsung Aktivitasnya dilakukan

dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai

suatu proses siklus. Untuk lebih jelasnya, proses analisis kualitatif

dengan model interaktif dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Melakukan analisis awal bila data yang didapat di kelas sudah

cukup, maka dapat dikumpulkan.

2. Mengembangkan dalam bentuk sajian data, dengan menyusun

coding dan matrik yang berguna untuk penelitian lanjut.

3. Melakukan analisis data di kelas dan mengembangkan matrik

antar kelas.

4. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data apabila

dalam persiapan analisis ternyata ditemukan data yang kurang

lengkap atau kurang jelas, maka perlu dilakukan pengumpulan

data lagi secara terfokus.

5. Merumuskan simpulan akhir sebagai temuan penelitian.

H. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan

dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan

penelitian. Keberhasilan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah

meningkatnya kemaampuan siswa dalam menyelesaaikan soal cerita

Page 48: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

pecahan pada siswa kelas IV SDN 1 Sentono melalui model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan Kriteria Ketuntasan

Minimal yaitu 65

Pada siklus 1 pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa mencapai rata-rata kelas 65

dan siswa yang memperoleh nilai > 65 mencapai 70%. Sedangkaan

pada siklus 2 pembelajaran dikatakan berhasil apabila kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan siswa mencapai rata-rata kelas 65

dan siswa yang memperoleh nilai > 65 mencapai 80%.

I. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan kerangka dasar berbentuk

rangkaian siklus yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Prosedur penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini akan

dilakukan dalam 2 siklus yang masing-masing siklus meliputi kegiatan

perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, mengamati kegiatan

pembelajaran dan hasilnya, kemudian merefleksi kegiatan tersebut.

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan Mc Taggart

dapat digambarkan pada gambar 2 berikut :

Gambar 2: Penelitian Tindakan Kelas model Kemmis dan Mc Taggart (2001:63)

SIKLUS II

PELAKSANAAN

PENGAMATAN PERENCANAAN

REFLEKSI

PELAKSANAAN

REFLEKSI

PENGAMATAN PERENCANAAN

SIKLUS I

Page 49: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Adapun rancangan penelitian yang digambarkan dalam tahap-tahap PTK

adalah sebagai berikut :

a. SIKLUS I

Deskripsi pada siklus I terdiri dari paparan data

perencanaan, data pelaksanaan, data observasi dan data refleksi.

1) Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai awal untuk

melakukan tindakan pada kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-

langkah persiapan peneliti dalam tahap perencanaan antara lain

adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang kemudian

didiskusikan dengan guru kelas IV. Perancangan RPP mencakup

penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan

pembelajaran, dampak pengiring. materi, kegiatan pembelajaran,

sumber/alat/media, dan penilaian. Rencana pelaksanaan tindakan

berarti perlakuan yang dilaksanakan dalam rangka mengatasi

permasalahan penelitian. Tindakan yang ditempuh adalah belajar

kelompok dengan metode STAD untuk menyelesaikan beberapa

soal cerita tentang operasi hitung penjumlahan bilangan pecahan .

Pelaksanaan tindakan siklus I disepakati untuk

dilaksanakan menjadi dua kali pertemuan yang masing-masing

pertemuan alokasi waktunya 3 x 35 menit yaitu pada hari Rabu

tanggal 23 Maret 2011 dan hari Jumat tanggal 25 Maret 2011.

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan SD kelas IV, peneliti melakukan langkah-langkah

perencanaan pembelajaran materi penjumlahan pecahan terutama

dalam menyelesaikan soal cerita matematika dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif metode STAD.

2) Pelaksanaan Tindakan

Dalam siklus I ini dibagi menjadi dua kali pertemuan.

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

kooperatif metode STAD, adapun langkah-langkahnya sebagai

berikut:

Page 50: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

a) Pertemuan Pertama

Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan

yaitu kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini

adalah sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi

kepada siswa , menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian

apersepsi. Apersepsi yang dilakukan adalah siswa diajak pada

satu hal yang sering dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-

hari tentang pecahan. Sedangkan kegiatan intinya adalah

melaksanakan pembelajaran mengenai penjumlahan pecahan

berpenyebut sama dan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari yang diterapkan dalam soal-soal cerita. Adapun

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

- Guru mempresentasikan atau menjelaskan secara singkat

tentang penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan cara

menyelesaikan masalah penjumlahan pecahan dalam

kehidupan sehari-hari (soal cerita) dan menjelaskan cara

penilaian tim dalam kelompok.

- Siswa dibagi menjadi kelompok dengan anggota tiap

kelompok lima siswa.

- Masing-masing kelompok diberi lembar kerja untuk

dikerjakan /diselesaikan secara berkelompok atau

berdiskusi.

- Siswa dengan dibimbing guru melakukan diskusi.

- Siswa membantu teman sekelompoknya yang belum

paham cara menyelesaikanya agar bisa, karena

keberhasilan timnya nanti tergantung dari masing-masing

individu.

- Setelah diskusi selesai perwakilan dari masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya.

Kegiatan penutup adalah melaksanakan kuis atau evaluasi

secara individu dan hasilnya digunakan untuk perolehan nilai

kelompok. Setelah kuis selesai dan diperoleh hasil nilai kelompok

Page 51: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

maka guru memberikan penghargaan pada kelompok yang

mendapat nilai terbanyak.

b) Pertemuan kedua

Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu

kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah

sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada

siswa , menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian apersepsi.

Apersepsi yang dilakukan adalah siswa diajak pada satu hal yang

sering dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari tentang

pecahan serta mengulang kembali materi penjumlahan pecahan

berpenyebut sama. Sedangkan kegiatan intinya adalah

melaksanakan pembelajaran mengenai penjumlahan pecahan

berpenyebut tidak sama dan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari yang diterapkan dalam soal-soal cerita. Adapun

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

- Guru mempresentasikan atau menjelaskan secara singkat

tentang penjumlahan dua pecahan dan cara menyelesaikan

masalah penjumlahan pecahan dalam kehidupan sehari-hari

(soal cerita) dan menjelaskan cara penilaian tim dalam

kelompok.

- Siswa dibagi menjadi kelompok dengan anggota tiap

kelompok lima siswa.

- Masing-masing kelompok diberi lembar kerja untuk dikerjakan

/diselesaikan secara berkelompok atau berdiskusi.

- Siswa dengan dibimbing guru melakukan diskusi.

- Siswa membantu teman sekelompoknya yang belum paham

cara menyelesaikanya agar bisa, karena keberhasilan timnya

nanti tergantung dari masing-masing individu.

- Setelah diskusi selesai perwakilan dari masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya.

Kegiatan penutup adalah melaksanakan kuis atau evaluasi

secara individu dan hasilnya digunakan untuk perolehan nilai

Page 52: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

kelompok. Setelah kuis selesai dan diperoleh hasil nilai kelompok

maka guru memberikan penghargaan pada kelompok yang

mendapat nilai terbanyak dan kelompok yang memiliki skor

kemajuan tertinggi. .

3) Pengamatan

Hasil observasi terhadap pelaksanaan tindakan dapat

dideskripsikan bahwa siswa belum dapat memanfaatkan waktu

dengan baik. Hal ini terlihat pada saat siswa diminta membentuk

kelompok belum secara cepat terbentuk dengan baik, apa lagi

tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam kelompok diskusi. Ada

kesan kurang siap dan banyak yang kurang bersemangat belajar.

Mereka seolah-olah tidak tahu apa yang harus dikerjakan.

Siswa yang menghadapi kesulitan dan berani bertanya pada

guru jumlahnya masih sedikit, sehingga informasi yang

didapatkan pun sangat kurang. Pada saat melaksanakan diskusi

kelompok pun, banyak anggota yang masih pasif. Mereka belum

banyak memberikan komentar, atau melakukan penilaian

terhadap hasil kerja teman lain. Hal ini disebabkan siswa belum

terbiasa melakukan diskusi kelas. Siswa belum biasa berbicara

atau mengeluarkan pendapat dihadapan temannya.

4) Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa siswa

pada umumnya belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik.

Untuk menindaklanjutinya maka pada pembelajaran soal cerita

pecahan pada siklus II perlu ditekankan kepada siswa maupun

kelompok diskusi mengenai pentingnya pemanfaatan waktu.

Kurangnya bersemangat dan tidak termotivasi siswa dalam

belajar dan mengikuti kegiatan yang diperintahkan guru, dan

jarangnya siswa bertanya pada guru saat kegiatan belajar seperti

mengubah soal cerita menjadi kalimat matemtika disebabkan oleh

kurangnya pemahaman siswa akan pentingnya hal-hal tersebut

Page 53: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

sehingga masih didapati siswa yang tidak segera melakukan

kegiatan itu.

Oleh sebab itu, pada pembelajaran berikutnya ( pada siklus

II) perlu ditekankan kepada siswa agar lebih mempersiapkan diri

sebelum mengidentifikasi soal cerita dengan baik. Pada siklus I

didapatkan ketuntasan hasil belajar siswa hanya 70%, sehingga

masih belum mencapai target penelitian 80%. Dengan belum

tercapainya target ketuntasan minimal maka penelitian ini perlu

dilanjutkan ke siklus II.

b. SIKLUS II

Deskripsi pada siklus II terdiri dari paparan perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi.

1) Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai awal untuk

melakukan tindakan pada kegiatan pembelajaran. Adapun

langkah-langkah persiapan peneliti dalam tahap perencanaan

antara lain adalah membuat rencana pelaksanaan pembelajaran

yang kemudian didiskusikan dengan guru kelas IV.

Perancangan RPP mencakup penentuan standar kompetensi,

kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak

pengiring materi, kegiatan pembelajaran, sumber/alat/media,

dan penilaian. Rencana pelaksanaan tindakan berarti perlakuan

yang dilaksanakan dalam rangka mengatasi permasalahan

penelitian. Tindakan yang ditempuh adalah belajar kelompok

dengan metode STAD untuk menyelesaikan beberapa soal

cerita tentang operasi hitung penjumlahan bilangan pecahan .

Pelaksanaan tindakan siklus II disepakati oleh guru kelas

IV dan peneliti untuk dilaksanakan menjadi dua kali

pertemuan yang masing-masing pertemuan alokasi waktunya 3

x 35 menit yaitu pada hari Rabu tanggal 28 Maret 2011 dan

hari Jumat tanggal 1 April 2011.

Page 54: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan SD kelas IV, peneliti melakukan langkah-langkah

perencanaan pembelajaran materi penjumlahan pecahan

terutama dalam menyelesaikan soal cerita matematika dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif metode STAD.

2) Pelaksanaan Tindakan

Dalam siklus II ini dibagi menjadi dua kali pertemuan.

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran

kooperatif metode STAD, adapun langkah-langkahnya sebagai

berikut:

a) Pertemuan Pertama

Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu

kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah

sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada

siswa , menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian

apersepsi. Apersepsi yang dilakukan adalah siswa diajak pada

satu hal yang sering dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-

hari tentang pecahan. Sedangkan kegiatan intinya adalah

melaksanakan pembelajaran mengenai penjumlahan pecahan

berpenyebut sama dan penerapannya dalam kehidupan sehari-

hari yang diterapkan dalam soal-soal cerita. Adapun langkah-

langkahnya adalah sebagai berikut :

- Guru mempresentasikan atau menjelaskan secara singkat

tentang penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan cara

menyelesaikan masalah penjumlahan pecahan dalam

kehidupan sehari-hari (soal cerita) dan menjelaskan cara

penilaian tim dalam kelompok.

- Siswa dibagi menjadi kelompok dengan anggota tiap

kelompok lima siswa.

- Masing-masing kelompok diberi lembar kerja untuk

dikerjakan /diselesaikan secara berkelompok atau

berdiskusi.

Page 55: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

- Siswa dengan dibimbing guru melakukan diskusi.

- Guru memotivasi dan mengajak siswa untuk membantu

teman sekelompoknya yang belum paham cara

menyelesaikanya agar bisa, karena keberhasilan timnya

nanti tergantung dari masing-masing individu.

- Setelah diskusi selesai perwakilan dari masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya.

- Siswa bersama guru mengulang kembali cara

menyelesaikan penjumlahan pecahan yang diterapkan

dalam masalah kehidupan sehari-hari (soal cerita).

Kegiatan penutup adalah melaksanakan kuis atau evaluasi

secara individu dan hasilnya digunakan untuk perolehan nilai

kelompok. Setelah kuis selesai dan diperoleh hasil nilai kelompok

maka guru memberikan penghargaan pada kelompok yang

mendapat nilai terbanyak.

b) Pertemuan kedua

Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan

yaitu kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini

adalah sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi

kepada siswa , menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian

apersepsi. Apersepsi yang dilakukan adalah siswa diajak pada

satu hal yang sering dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari

tentang pecahan serta mengulang kembali materi penjumlahan

pecahan berpenyebut sama. Sedangkan kegiatan intinya adalah

melaksanakan pembelajaran mengenai penjumlahan pecahan

berpenyebut tidak sama dan penerapannya dalam kehidupan

sehari-hari yang diterapkan dalam soal-soal cerita. Adapun

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

- Guru mempresentasikan atau menjelaskan secara singkat

tentang penjumlahan dua pecahan dan cara menyelesaikan

masalah penjumlahan pecahan dalam kehidupan sehari-hari

Page 56: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

(soal cerita) dan menjelaskan cara penilaian tim dalam

kelompok.

- Siswa dibagi menjadi kelompok dengan anggota tiap

kelompok lima siswa.

- Masing-masing kelompok diberi lembar kerja untuk dikerjakan

/diselesaikan secara berkelompok atau berdiskusi.

- Guru memotivasi dan mengajak siswa untuk membantu teman

sekelompoknya yang belum paham cara menyelesaikanya agar

bisa, karena keberhasilan timnya nanti tergantung dari masing-

masing individu.

- Setelah diskusi selesai perwakilan dari masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil kelompoknya.

- Siswa bersama guru mengulang kembali cara menyelesaikan

penjumlahan pecahan yang diterapkan dalam masalah

kehidupan sehari-hari (soal cerita).

Kegiatan penutup adalah melaksanakan kuis atau evaluasi

secara individu dan hasilnya digunakan untuk perolehan nilai

kelompok. Setelah kuis selesai dan diperoleh hasil nilai kelompok

maka guru memberikan penghargaan pada kelompok yang

mendapat nilai terbanyak.

3) Pengamatan

Hasil observasi pada siklus II ini dapat didiskripsikan

bahwa sebagian besar siswa dapat memanfaatkan waktu dengan

baik. Siswa antusias, bersemangat melakukan kegiatan yang

diperintahkan guru, karena termotivasi dengan cara-cara guru

membimbing, mengarahkan, dan adanya kerja kelompok sesama

teman.

Guru sebagai fasilitator dan motivator dalam pembelajaran

sudah melakukan tugasnya dengan baik. Bahkan, kedekatan dan

sikap ramah yang ditunjukan guru terhadap siswa, dirasakan

memiliki nilai tersendiri. Suasana pembelajaran dirasakan siswa,

sebagai hal yang menyenangkan, sehingga siswa pun merasa

Page 57: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

bahwa pembelajaran soal cerita itu sebagai pembelajaran yang

menarik dan melatih kerja sama teman secara kompak dan

bermakna,

4) Refleksi

Siswa sudah dapat memanfaatkan waktu dengan baik.

Mereka juga sudah apresiasi akan pentingnya kegiatan

mengidentifikasi, mengubah, bertanya, menentukan hasil dari

pengerjaan soal cerita . Bahkan mereka melakukan kegiatan

tersebut dengan antusias dan senang hati yang dilandasi dengan

motivasi belajar yang sangat kuat. Sasaran pada siklus II adalah

paling tidak terdapat 80% peserta didik yang mencapai KKM

dalam pengerjaan soal cerita operasi hitung penjumlahan pecahan .

Hasil evaluasi pada siklus II ini menunjukkan bahwa sasaran telah

tercapai maka penelitian dihentikan.

Page 58: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu melakukan

kegiatan survei awal dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di

lapangan. Proses ini dilakukan melalui observasi dan tes awal pelajaran

matematika pokok bahasan bilangan pecahan di kelas IV SDN 1 Sentono

Kecamatan Karangdowo Kabupaten Klaten, dengan hasil awal antara lain guru

lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi pelajaran,

kegiatan pembelajaran kurang aktif, guru tidak menyiapkan media yang bervarisi

dalam menjelaskan materi pelajaran.

Sedangkan permasalahan yang ditemui yaitu siswa kurang termotivasi

untuk mengikuti pelajaran, siswa masih banyak yang takut untuk bertanya dan

menjawab pertanyaan dari guru. Dari hasil evaluasi awal sebelum diterapkan

pembelajaran kooperatif metode STAD pada pelajaran matematika materi

penjumlahan pecahan menunjukan pemahaman konsep siswa masih rendah,

terutama pada pemahaman soal berbentuk cerita. Hal ini terbukti dari dua puluh

siswa hanya 45% atau sembilan siswa yang mendapatkan nilai diatas KKM ( nilai

65 ), sedangkan sisanya ada 55% atau ada sebelas siswa yang nilainya dibawah

KKM. Berdasarkan nilai tes awal yang dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 72

dapat dibuat tabel 2 distribusi frekuensi sebagai berikut :

Tabel 2. Frekuensi Nilai Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan Pada

Kondisi Awal

No Interval Frekuensi Persentase

1 31-40 3 15%

2 41-50 5 25%

3 51-60 3 15%

4 61-70 7 35%

5 71-80 2 10%

Jumlah 20 100%

Page 59: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Berdasarkan tabel 2 tentang nilai frekuensi siswa dalam menyelesaikan

soal-soal cerita pecahan dapat digambarkan pada gambar 3 di bawah ini:

Gambar 3. Grafik Frekuensi Nilai Awal Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita

Pecahan Pada Kondisi awal

Dari grafik frekuensi nilai kondisi awal siswa sebelum tindakan tersebut,

dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai interval antara 31-40 sebanyak

3 siswa dengan prosentase 15 %, nilai interval antara 41-50 sebanyak 5 siswa

dengan prosentase 25 % , nilai interval antara 51-60 sebanyak 3 siswa dengan

prosentase 15 %, nilai interval antara 61-70 sebanyak 7 siswa dengan prosentase

35 % dan nilai interval antara 71-80 sebanyak 2 siswa dengan prosentase 10 %.

Analisis hasil evaluasi dari tes awal siswa, diperoleh nilai rata-rata

kemampuan awal siswa kelas IV dalam menyelesaikan soal cerita pecahan yaitu

57,25. Dari hasil rata-rata nilai siswa tersebut ternyata masih di bawah nilai rata-

rata yang diinginkan dari pihak guru, sekolah dan peneliti yaitu 65. Besarnya

prosentase siswa belajar tuntas yaitu 45%, sedangkan ketuntasan siswa diharapkan

mencapai lebih dari 80%. Sementara itu, pembelajaran dikatakan berhasil apabila

siswa mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 65, sehingga

pembelajaran kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan siswa kelas IV SDN

1 Sentono perlu dilakukan tahap pelaksanaan tindakan perbaikan dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD .

0

1

2

3

4

5

6

7

8

31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Interval Nilai

Page 60: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

2. Deskripsi Siklus I

Deskripsi data tindakan siklus I terdiri dari paparan perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi.

1) Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai awal untuk melakukan

tindakan pada kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah persiapan

peneliti dalam tahap perencanaan antara lain adalah membuat rencana

pelaksanaan pembelajaran yang kemudian didiskusikan dengan guru kelas

IV. Rencana pelaksanaan tindakan berarti perlakuan yang dilaksanakan dalam

rangka mengatasi permasalahan penelitian. Tindakan yang ditempuh adalah

belajar kelompok dengan metode STAD untuk menyelesaikan beberapa soal

cerita tentang operasi hitung penjumlahan bilangan pecahan .

Pelaksanaan tindakan siklus I disepakati oleh peneliti dan guru kelas IV

untuk dilaksanakan menjadi dua kali pertemuan yang masing-masing

pertemuan alokasi waktunya 3 x 35 menit yaitu pada hari Rabu tanggal 23

Maret 2011 dan hari Jumat tanggal 25 Maret 2011.

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD kelas

IV, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran materi

penjumlahan pecahan terutama dalam menyelesaikan soal cerita pecahan

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif metode STAD sebagai

berikut :

a) Memilih Kompetensi Dasar yang sesuai dengan pokok bahasan pecahan.

b) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pembelajaran disusun 2 kali pertemuan masing-masing pertemuan

3 jam pelajaran atau 3 x 35 menit yang dilaksanakan pada tanggal 25 dan 28

Maret 2011. Perencanaan RPP mencakup penentuan: Standar Kompetensi,

Kompetensi Dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring,

materi pembelajaran, model dan metode pembelajaran, dan sistem penilaian.

c) Menyusun Lembar Kerja Kelompok

d) Menyusun lembar evaluasi

e) Menyiapkan media pembelajaran yang mendukung pembelajaran berupa

kertas berlipat.

Page 61: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

f) Membuat lembar pedoman observasi siswa dan observasi kinerja guru

g) Membentuk Kelompok Belajar

Sebelum dilaksanakan pembelajaran terlebih dahulu guru membagi 20 siswa

menjadi 4 tim yang terdiri dari 5 siswa yang heterogen. Pembagian

kelompok ini berdasarkan pada prestasi belajar siswa dan jenis kelamin.

Sehingga dalam satu kelompok terdapat seorang siswa yang berprestasi

tinggi dan seorang siswa yang berprestasi rendah, sedangkan sisanya adalah

siswa yang berprestasi sedang atau menengah.

h) Mempersiapkan Fasilitas dan Sarana Pendukung

Fasilitas dan sarana pendukung yang disiapkan untuk pelaksanaan

pembelajaran adalah: Ruang belajar yang digunakan adalah ruang kelas

yang biasa digunakan setiap hari. Kursi diatur sedemikian rupa, bisa per

individu atau bisa dibuat kelompok, sehingga siswa dapat belajar dengan

nyaman dan Buku sumber belajar Buku pelajaran Matematika kelas IV.

2) Pelaksanaan Tindakan

Dalam siklus I ini dibagi menjadi dua kali pertemuan. Pertemuan

pertama membahas tentang penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan

pertemuan kedua membahas tentang penjumlahan pecahan berpenyebut tidak

sama yang diterapkan dalam menyelesaikan soal-soal cerita. Pelaksanaan

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif metode STAD,

adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Pertemuan Pertama

Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu

kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah Tahap

penyampaian materi sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi

kepada siswa menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian apersepsi.

Sedangkan pada kegiatan inti meliputi: Eksplorasi terdapat 3 tahapan

dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu tahap pembagian tim, tahap

presentasi dari guru, dan tahap kerja kelompok, Tahap pembagian tim: guru

membagi 20 siswa menjadi 4 tim secara heterogen (campuran menurut tinggi

rendah prestasi siswa dan jenis kelamin.Tahap presentasi dari guru dilakukan

guru secara klasikal, kegiatannya adalah: Guru mempresentasikan atau

menjelaskan secara singkat tentang penjumlahan pecahan berpenyebut sama

Page 62: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

dan cara menyelesaikan masalah penjumlahan pecahan berbentuk soal cerita.

Guru memperagakan menggunakan kertas berlipat untuk memudahkan dalam

menjumlahkan pecahan berpenyebut sama, kemudian guru membagikan

lembar contoh penjumlahan pecahan, lalu guru menyuruh salah satu siswa

untuk maju ke depan memperagakan menggunakan kertas berlipat untuk

memudahkan dalam menjumlahkan pecahan, kemudian guru menjelaskan

cara mengidentifikasi masalah yang terdapat pada soal cerita, mengubah soal

cerita menjadi kalimat matematika sederhana sehingga ketepatan dalam

menentukan hasil akhir. Elaborasi, tahap kerja kelompok, kegiatannya antara

lain: guru menjelaskan kepada setiap tim dalam mengerjakan tugasnya, setiap

tim diberi lembar kerja kelompok sebagai bahan yang dipelajari kemudian

tim mengerjakan soal cerita pecahan tersebut dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD. Tahap kerja kelompok kegiatannya adalah setiap

kelompok STAD diberi lembar soal sebagai bahan yang dipelajari lalu semua

anggota kelompok saling berdiskusi mengenai bagaimana cara menyelesaikan

soal cerita pecahan tersebut, setiap tim mengerjakan soal yang telah

dibagikan oleh guru dengan benar. Dalam kerja kelompok, setiap siswa saling

berbagi tugas dan membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota

kelompok dapat memahami materi yang dibahas. Hasil diskusi ditulis pada

lembar hasil diskusi atau lembar kerja siswa. Lembar hasil diskusi

dikumpulkan pada guru sebagai hasil kelompok. Pada tahap ini guru berperan

sebagai motivator dan fasilitator dalam membimbing siswa selama diskusi

berlangsung, guru bersama siswa membahas hasil diskusi menyelesaikan soal

cerita penjumlahan pecahan. Konfirmasi, guru memberi penguatan berupa

tepuk tangan dan bintang kepada masing-masing tim karena telah melakukan

pembelajaran dengan baik.

Kegiatan penutup adalah melaksanakan kuis atau evaluasi secara

individu. Setelah kuis selesai dan diperoleh hasil nilai kelompok maka guru

memberikan penghargaan pada kelompok yang mendapat nilai terbanyak.

b) Pertemuan kedua

Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu

kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah Tahap

Page 63: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

penyampaian materi sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi

kepada siswa dan menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian apersepsi

yang dilakukan adalah siswa diajak pada satu hal yang sering dihadapi siswa

dalam kehidupan sehari-hari tentang pecahan serta mengulang kembali materi

penjumlahan pecahan berpenyebut sama

Sedangkan pada kegiatan inti meliputi: Eksplorasi terdapat 3 tahapan

dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu tahap pembagian tim, tahap

presentasi dari guru, dan tahap kerja kelompok, Tahap pembagian tim, guru

membagi 20 siswa menjadi 4 tim secara heterogen (campuran menurut tinggi

rendah prestasi siswa dan jenis kelamin). Tahap presentasi dari guru

dilakukan guru secara klasikal, kegiatannya adalah: Guru mempresentasikan

atau menjelaskan secara singkat tentang penjumlahan pecahan berpenyebut

tidak sama dan cara menyelesaikan masalah penjumlahan pecahan (soal

cerita). Guru memperagakan menggunakan kertas berlipat untuk

memudahkan dalam menjumlahkan pecahan berpenyebut tidak sama,

kemudian guru membagikan lembar contoh penjumlahan pecahan dan

menyuruh salah satu siswa untuk maju ke depan untuk memperagakan

menggunakan kertas berlipat untuk memudahkan dalam menjumlahkan

pecahan, kemudian guru menjelaskan cara mengidentifikasi masalah yang

terdapat pada soal cerita, mengubah soal cerita menjadi kalimat matematika

sederhana sehingga ketepatan dalam menentukan hasil akhir. Elaborasi, tahap

kerja kelompok, kegiatannya antara lain: guru menjelaskan kepada setiap tim

dalam mengerjakan tugasnya, setiap tim diberi lembar kerja kelompok

sebagai bahan yang dipelajari kemudian tim mengerjakan soal cerita pecahan

tersebut dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Tahap kerja

kelompok kegiatannya adalah setiap kelompok STAD diberi lembar soal

sebagai bahan yang dipelajari lalu semua anggota kelompok saling berdiskusi

mengenai bagaimana cara menyelesaikan soal cerita pecahan, setiap tim

mengerjakan soal yang telah dibagikan oleh guru dengan benar. Dalam kerja

kelompok, setiap siswa saling berbagi tugas dan membantu memberikan

penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi yang

dibahas. Hasil diskusi ditulis pada lembar hasil diskusi atau lembar kerja

Page 64: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

siswa. Lembar hasil diskusi dikumpulkan pada guru sebagai hasil kelompok.

Pada tahap ini guru berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam

membimbing siswa selama diskusi berlangsung, guru bersama siswa

membahas hasil diskusi menyelesaikan soal cerita penjumlahan pecahan.

Konfirmasi, guru memberi penguatan berupa tepuk tangan dan bintang

kepada masing-masing tim karena telah melakukan pembelajaran dengan baik

kemudian guru menekankan kembali materi yang telah disampaikan, guru

menanyakan kepada siswa mengenai materi yang belum jelas.

Kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran, tahap tes individual diadakan tes secara individual, mengenai

materi yang telah dibahas, kemudian guru memberikan evaluasi kepada siswa

secara individu, tahap perhitungan skor perkembangan individu tahap ini

didasarkan pada nilai hasil evaluasi pada tes awal dan evaluasi siklus I,

kemudian guru menutup pelajaran dengan salam.

Berdasarkan hasil nilai kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan pada siswa kelas IV SDN 1 Sentono Karangdowo dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siklus I pertemuan

pertama dan kedua diperoleh nilai rata-rata yang dapat dilihat pada lampiran

12 halaman 91 dapat dibuat tabel 3 distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 3. Frekuensi Nilai Rata-rata Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita

Pecahan Siklus 1

No Interval Frekuensi Persentase

1 41-50 3 15%

2 51-60 2 10%

3 61-70 6 30%

4 71-80 8 40%

5 81-90 1 5%

Jumlah 20 100%

Page 65: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Berdasarkan tabel 3 di atas maka hasil nilai rata-rata kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siklus 1 digambarkan seperti pada

gambar 4 berikut :

Gambar 4. Grafik Frekuensi Nilai Kemampuan SiswaMenyelesaikan Soal Cerita

Pecahan Siklus I

Dari hasil analisis tabel frekuensi kemampuan menyelesaikan soal

cerita pecahan tersebut, dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai

interval antara 41-50 sebanyak 3 siswa dengan prosentase 15%, nilai

interval antara 51-60 sebanyak 3 siswa dengan prosentase 15%, nilai

interval antara 61-70 sebanyak 6 siswa dengan prosentase 35%, nilai

interval antara 71-80 sebanyak 8 siswa dengan prosentase 40% dan nilai

interval antara 81-90 sebanyak 1 siswa dengan prosentase 5%.

Dari hasil evaluasi siklus I yang dilakukan pada pertemuan pertama

sampai pertemuan kedua maka dapat diketahui bahwa pada siklus I

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan terutama

tentang penjumlahan pecahan masih belum sesuai dengan yang diharapkan.

Dari penelitian siklus I diperoleh data rata-rata kelas 66,25, ketuntasan

klasikal yang diperoleh adalah 70% atau 14 siswa mencapai batas nilai

KKM, sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 30% atau 6 siswa.

3) Observasi

Dalam pengamatan ini, peneliti meminta bantuan guru kelas IV yang

bertindak sebagai observer dan teman sejawat untuk mengambil gambar foto.

Observer sebagai partisipan pasif berada di bangku paling belakang untuk

3

2

6

8

1

015% 10% 30% 40%5%

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

41-50 51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Interval Nilai

Siklus I

Page 66: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

mengamati jalannya pembelajaran melalui pedoman observasi yang telah

dibuat. Pengamatan tidak hanya ditujukan pada kegiatan atau partisipasi

dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek aktivitas siswa dalam

pembelajaran dan tindakan guru dalam melaksanakan pembelajaran mengenai

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD termasuk suasana kelas pada setiap

pertemuan. Uraian observasi tiap pertemuan pada siklus I sebagai berikut :

a) Observasi aktivitas siswa

Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada siklus I dengan

kriteria yang dinilai adalah Tanggung jawab, Kerjasama siswa dan

Ketepatan menjawab. Hasil observasi aktivitas siswa siklus I dapat dilihat

pada lampiran 9 halaman 87 dapat dibuat tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

No Keterangan Siklus

Pertemuan 1 Pertemuan 2

1 Total Skor 22,4 24,8

2 Rata-rata Skor 5,6 6,2

3 Rata-rata skor siklus 1 5,9

Berdasarkan tabel 10 dapat disimpulkan bahwa rata-rata aktivitas

siswa dalam pembelajaran kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

pada siklus 1 pertemuan 1 yaitu 5,6 dalam kategori masih kurang baik dari

rata-rata aspek tanggung jawab, ketepatan menjawab dan kerjasama.

Sedangkan pada pertemuan 2 yaitu 6,2 dengan kategori baik. Nilai rata-rata

keseluruhan aktivitas siswa pada siklus I sebesar 5,9 dengan kategori kurang

baik.

Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran antara

lain:

a. Keseriusan dalam aktivitas yang dilakukan siswa masih kurang. Hal ini

dapat dilihat dari beberapa siswa yang masih belum aktif dalam

kelompoknya dan hanya berdiam saja hanya mengandalkan temannya

yang pintar karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini

Page 67: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

pembagian siswa berdasarkan prestasi sehingga siswa yang merasa

prestasinya kurang tidak aktif.

b. Siswa yang merasa pintar dalam timnya masih ada beberapa yang

mendominasi dalam timnya sehingga siswa lain merasa mengandalkan

siswa yang pintar

c. Kemampuan siswa dalam berbagi kepada sesama timnya masih kurang,

d. Pada saat tim melakukan presentasi, tim lain ada yang ramai dan tidak

memperhatikan.

e. Siswa belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Hal ini terlihat

pada saat siswa diminta membentuk kelompok belum secara cepat

terbentuk dengan baik, apalagi tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam

kelompok diskusi. Ada kesan kurang siap dan banyak yang kurang

bersemangat belajar.

b) Observasi kinerja guru

Pada kegiatan observasi, selain observer mengamati aktivitas siswa,

observer juga mengamati aktivitas guru dalam pembelajaran. Dari aktivitas

kinerja guru dalam pembelajaran pada siklus I nilai rata-rata kegiatan

pembelajaran guru adalah 3,25 dengan kategori kurang baik. Hasil observasi

aktivitas guru siklus I dapat dilihat pada lampiran 13 halaman 93 dapat dibuat

tabel 5 sebagai berikut:

Tabel 5. Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

No Keterangan Siklus

Pertemuan 1 Pertemuan 2

1. Rata-rata Skor 3,10 3,40

2. Rata-rata skor siklus 1 3,25

Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dalam proses pembelajaran antara

lain:

a. Guru kurang jelas memberikan penjelasan tentang langkah-langkah

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam

pembelajaran sebagai gambaran sehingga siswa merasa bingung.

Page 68: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

b. Guru kurang memberi bimbingan pada semua tim agar mau bekerja sama

dengan anggota lain sehingga hasil yang diperolehpun kurang maksimal

sehingga siswa yang lebih pintar mendominasi dalam tim.

c. Guru tidak memberikan kesempatan kepada semua tim untuk

mempresentasikan hasil diskusinya dan tim lain tidak menanggapi hasil

diskusi dari tim lain agar mendapat timbal balik dari tim yang lain.

d. Guru kurang mengatur waktu pembelajaran supaya lebih efisien lagi

sehingga siswa tidak terburu-buru dalam mengerjakan soal evaluasi.

4) Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa siswa pada

umumnya belum dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Kurangnya

bersemangat dan tidak termotivasi siswa dalam belajar dan mengikuti

kegiatan yang diperintahkan guru, dan jarangnya siswa bertanya pada guru

saat kegiatan belajar seperti mengubah soal cerita menjadi kalimat

matematika disebabkan oleh kurangnya pemahaman siswa akan pentingnya

hal-hal tersebut.

Untuk menindaklanjutinya maka pada pembelajaran soal cerita

pecahan perlu ditekankan kepada siswa maupun kelompok diskusi

mengenai pentingnya pemanfaatan waktu. Oleh sebab itu, pada

pembelajaran berikutnya (pada siklus II) perlu ditekankan kepada siswa agar

lebih mempersiapkan diri sebelum mengidentifikasi soal cerita dengan baik.

Pada siklus I didapatkan ketuntasan hasil belajar siswa hanya 70%, sehingga

masih belum mencapai target penelitian 80%. Dengan belum tercapainya

target ketuntasan minimal maka penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus II.

3. Deskripsi Siklus II

Deskripsi data tindakan siklus II terdiri dari paparan data perencanaan,

pelaksanaan, observasi dan refleksi.

1) Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan dilaksanakan sebagai awal untuk melakukan

tindakan pada kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah persiapan

peneliti dalam tahap perencanaan antara lain adalah membuat rencana

pelaksanaan pembelajaran yang kemudian didiskusikan dengan guru kelas

Page 69: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

IV. Perancangan RPP mencakup penentuan standar kompetensi, kompetensi

dasar, indikator, tujuan pembelajaran, dampak pengiring materi, kegiatan

pembelajaran, sumber/alat/media, dan penilaian. Rencana pelaksanaan tindakan

berarti perlakuan yang dilaksanakan dalam rangka mengatasi permasalahan

penelitian. Tindakan yang ditempuh adalah belajar kelompok dengan metode

STAD untuk menyelesaikan beberapa soal cerita tentang operasi hitung

penjumlahan bilangan pecahan .

Pelaksanaan tindakan siklus II disepakati untuk dilaksanakan menjadi

dua kali pertemuan yang masing-masing pertemuan alokasi waktunya 3 x 35

menit yaitu pada hari Rabu tanggal 30 Maret 2011 dan hari Jumat tanggal 1

April 2011.

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD

kelas IV, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran

materi penjumlahan pecahan terutama dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif metode STAD.

2) Pelaksanaan Tindakan

Dalam siklus II ini dibagi menjadi dua kali pertemuan. Pelaksanaan

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif metode STAD,

adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a) Pertemuan Pertama

Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu

kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah Tahap

penyampaian materi sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi

kepada siswa menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian apersepsi.

Sedangkan pada kegiatan inti meliputi: Eksplorasi terdapat 3 tahapan

dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu tahap pembagian tim, tahap

presentasi dari guru, dan tahap kerja kelompok, Tahap pembagian tim: guru

membagi 20 siswa menjadi 4 tim secara heterogen (campuran menurut tinggi

rendah prestasi siswa dan jenis kelamin) masing-masing tim terdiri dari 5

siswa. Tahap presentasi dari guru dilakukan guru secara klasikal,

kegiatannya adalah: Guru mempresentasikan atau menjelaskan secara singkat

tentang penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan cara menyelesaikan

masalah penjumlahan pecahan (soal cerita). Guru memperagakan

Page 70: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

menggunakan kertas berlipat untuk memudahkan dalam menjumlahkan

pecahan berpenyebut sama, kemudian guru membagikan lembar contoh

penjumlahan pecahan, lalu guru menyuruh salah satu siswa untuk maju ke

depan untuk memperagakan menggunakan kertas berlipat untuk memudahkan

dalam menjumlahkan pecahan, kemudian guru menjelaskan cara

mengidentifikasi masalah yang terdapat pada soal cerita, mengubah soal

cerita menjadi kalimat matematika sederhana dan ketepatan dalam

menggunakan operasi hitung sehingga ketepatan dalam menentukan hasil

akhir. Elaborasi, tahap kerja kelompok, kegiatannya antara lain: guru

menjelaskan kepada setiap tim dalam mengerjakan tugasnya, setiap tim diberi

lembar kerja kelompok sebagai bahan yang dipelajari dan media kertas

berlipat untuk memudahkan dalam menjumlahkan pecahan, kemudian tim

mengerjakan soal cerita pecahan tersebut dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD. Tahap kerja kelompok kegiatannya adalah setiap

kelompok STAD diberi lembar soal sebagai bahan yang dipelajari lalu semua

anggota kelompok saling berdiskusi mengenai bagaimana cara menyelesaikan

soal cerita pecahan, setiap tim mengerjakan soal yang telah dibagikan oleh

guru dengan benar. Dalam kerja kelompok, setiap siswa saling berbagi tugas

dan membantu memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok

dapat memahami materi yang dibahas. Hasil diskusi ditulis pada lembar hasil

diskusi atau lembar kerja siswa. Lembar hasil diskusi dikumpulkan pada guru

sebagai hasil kelompok. Penguatan berupa tepuk tangan dan bintang kepada

masing-masing tim karena telah melakukan pembelajaran dengan baik.

Kegiatan penutup adalah melaksanakan kuis atau evaluasi secara

individu. Setelah kuis selesai dan diperoleh hasil nilai kelompok maka guru

memberikan penghargaan pada kelompok yang mendapat nilai terbanyak.

b) Pertemuan kedua

Dalam pelaksanaan tindakan dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu

kegiatan awal, inti dan penutup. Kegiatan awal di sini adalah Tahap

penyampaian materi sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi

kepada siswa menyampaikan tujuan pembelajaran kemudian apersepsi yang

dilakukan adalah siswa diajak pada satu hal yang sering dihadapi siswa dalam

kehidupan sehari-hari.

Page 71: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Sedangkan pada kegiatan inti meliputi: Eksplorasi terdapat 3 tahapan

dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu tahap pembagian tim, tahap

presentasi dari guru, dan tahap kerja kelompok, Tahap pembagian team: guru

membagi 20 siswa menjadi 4 tim secara heterogen (campuran menurut tinggi

rendah prestasi siswa dan jenis kelamin) . Tahap presentasi dari guru

dilakukan guru secara klasikal, kegiatannya adalah: Guru mempresentasikan

atau menjelaskan secara singkat tentang penjumlahan pecahan berpenyebut

tidak sama dan cara menyelesaikan masalah penjumlahan pecahan (soal

cerita). Guru memperagakan menggunakan kertas berlipat untuk

memudahkan dalam menjumlahkan pecahan berpenyebut tidak sama,

kemudian guru membagikan lembar contoh penjumlahan pecahan kemudian

guru menjelaskan cara mengidentifikasi masalah yang terdapat pada soal

cerita, mengubah soal cerita menjadi kalimat matematika sederhana dan

ketepatan dalam menggunakan operasi hitung sehingga ketepatan dalam

menentukan hasil akhir. Elaborasi, tahap kerja kelompok, kegiatannya antara

lain: guru menjelaskan kepada setiap tim dalam mengerjakan tugasnya, setiap

tim diberi lembar kerja kelompok sebagai bahan yang dipelajari dan media

kertas berlipat untuk memudahkan dalam menjumlahkan pecahan, kemudian

tim mengerjakan soal cerita pecahan. Tahap kerja kelompok kegiatannya

adalah setiap kelompok STAD diberi lembar soal sebagai bahan yang

dipelajari lalu semua anggota kelompok saling berdiskusi mengenai

bagaimana cara menyelesaikan soal cerita pecahan, setiap tim mengerjakan

soal yang telah dibagikan oleh guru dengan benar. Hasil diskusi ditulis pada

lembar hasil diskusi atau lembar kerja siswa. Lembar hasil diskusi

dikumpulkan pada guru sebagai hasil kelompok. Pada tahap ini guru berperan

sebagai motivator dan fasilitator dalam membimbing siswa selama diskusi

berlangsung, guru bersama siswa membahas hasil diskusi menyelesaikan soal

cerita penjumlahan pecahan. Konfirmasi, guru memberi penguatan berupa

tepuk tangan kemudian guru menanyakan kepada semua siswa mengenai

materi yang belum jelas.

Kegiatan penutup, guru bersama siswa menyimpulkan hasil

pembelajaran, tahap tes individual diadakan tes secara individual, mengenai

Page 72: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

1

5

10

4

05% 25% 50% 20%1

5

10

4

05% 25% 50% 20%0

2

4

6

8

10

12

51-60 61-70 71-80 81-90 91-100

F

r

e

k

u

e

n

s

i

Interval Nilai

Siklus II

materi yang telah dibahas, kemudian guru memberikan evaluasi kepada siswa

secara individu, tahap perhitungan skor perkembangan individu tahap ini

didasarkan pada nilai hasil evaluasi pada siklus I dan evaluasi siklus II

kemudian menutup pelajaran dengan salam.

Berdasarkan hasil nilai kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan dengan menerapakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

pada siklus II pertemuan pertama dan kedua diperoleh nilai rata-rata dapat

dilihat pada lampiran 23 halaman 115 dapat dibuat tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 6. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

Siklus II

No Interval Frekuensi Persentase

1 51-60 1 5%

2 61-70 5 25%

3 71-80 10 50%

4 81-90 4 20%

Jumlah 20 100%

Berdasarkan tabel 6 di atas maka hasil kemampuan menyelesaikan soal cerita

pecahan siklus II dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dapat

digambarkan pada gambar 5 di bawah ini :

Gambar 5 . Grafik Frekuensi Nilai Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

Siklus II

Dari grafik frekuensi kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

tersebut, dapat diketahui bahwa siswa yang mendapat nilai interval antara 51-

60 sebanyak 1 siswa dengan prosentase 5%, nilai interval antara 61-70

Page 73: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

sebanyak 5 siswa dengan prosentase 25%, nilai interval antara 71-80

sebanyak 10 siswa dengan prosentase 50% dan nilai interval antara 81-90

sebanyak 4 siswa dengan prosentase 20%.

Dari hasil evaluasi siklus II yang dilakukan pada pertemuan pertama

sampai pertemuan kedua maka dapat diketahui bahwa pada siklus II

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan terutama tentang

penjumlahan pecahan masih belum sesuai dengan yang diharapan. Dari

penelitian siklus II diperoleh data rata-rata kelas 74,65 sedangkan ketuntasan

klasikal yang diperoleh adalah 90% atau 18 siswa mencapai batas nilai KKM,

sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 10% atau 2 siswa.

3) Observasi

Dalam pengamatan ini, peneliti meminta bantuan guru kelas IV yang

bertindak sebagai observer dan teman sejawat untuk mengambil gambar foto.

Observer sebagai partisipan pasif berada di bangku paling belakang untuk

mengamati jalannya pembelajaran melalui pedoman observasi yang telah

dibuat. Pengamatan tidak hanya ditujukan pada kegiatan atau partisipasi

dalam proses pembelajaran, namun juga pada aspek aktivitas siswa dan

tindakan guru dalam pembelajaran mengenai kemampuan menyelesaikan soal

cerita pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD sebagai berikut :

a) Observasi aktivitas siswa

Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada siklus II ini dengan

kriteria yang dinilai adalah Tanggung jawab, Kerjasama siswa dan Ketepatan

menjawab. Hasil observasi aktivitas siswa siklus II dapat dilihat pada

lampiran 20 halaman 111 dapat dibuat tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

No Keterangan Siklus

Pertemuan 1 Pertemuan 2

1 Total Skor 26 31,2

2 Rata-rata Skor 6,5 7,8

3 Rata-rata skor siklus 1 7,15

Page 74: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Berdasarkan tabel 7 dapat disimpulkan bahwa rata-rata aktivitas siswa

dalam pembelajaran kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada

siklus I1 pertemuan 1 yaitu 6,5 dalam kategori baik dengan dari rata-rata

aspek tanggung jawab, ketepatan menjawab dan kerjasama. Sedangkan pada

pertemuan 2 yaitu 7,8 dengan kategori baik. Nilai rata-rata keseluruhan

aktivitas siswa pada siklus II sebesar 7,15 dengan kategori baik. Hasil

pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran antara lain:

a. Keseriusan dalam aktivitas yang dilakukan siswa sudah cukup baik.

b. Siswa yang merasa pintar dalam timnya tidak mendominasi dalam timnya.

c. Kemampuan siswa dalam berbagi kepada sesama tim sudah cukup baik.

d. Pada saat tim melakukan presentasi, tim lain semua memperhatikan.

e. Siswa sudah dapat memanfaatkan waktu dengan baik.

b) Observasi kinerja guru

Pada kegiatan observasi, selain observer mengamati aktivitas siswa,

observer juga mengamati aktivitas guru dalam pembelajaran. Dari aktivitas

kinerja guru dalam pembelajaran pada siklus II nilai rata-rata kegiatan

pembelajaran guru adalah 3,65 dengan kategori baik. Hasil observasi aktivitas

siswa siklus II dapat dilihat pada lampiran 24 halaman 117 dapat dibuat tabel

8 sebagai berikut:

Tabel 8. Hasil Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II

No Keterangan Siklus

Pertemuan 1 Pertemuan 2

1. Rata-rata Skor 3,55 3,75

2. Nilai Rata-rata skor siklus 1I 3,65

Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dalam proses pembelajaran antara

lain:

a. Guru sudah jelas memberikan penjelasan tentang langkah-langkah

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b. Guru selalu memberi bimbingan pada semua tim agar mau bekerja sama

dengan anggota lain sehingga hasil yang diperolehpun lebih maksimal.

Page 75: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

c. Guru memberikan kesempatan kepada semua tim untuk

mempresentasikan hasil diskusinya dan tim lain menanggapi hasil diskusi

dari tim lain agar mendapat timbal balik dari tim yang lain.

d. Guru sudah mengatur waktu pembelajaran supaya lebih efisien lagi

sehingga siswa tidak terburu-buru dalam mengerjakan soal evaluasi.

4) Refleksi

Siswa sudah dapat memanfaatkan waktu dengan baik. Mereka juga

sudah apresiasi akan pentingnya kegiatan mengidentifikasi, mengubah,

bertanya, menentukan hasil dari pengerjaan soal cerita pecahan. Sasaran

pada siklus II adalah paling tidak terdapat 80% peserta didik yang mencapai

KKM dalam pengerjaan soal cerita operasi hitung penjumlahan pecahan.

Dengan hasil evaluasi pada siklus II ini menunjukkan bahwa sasaran telah

tercapai maka penelitian dihentikan.

B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Temuan

1. Kondisi Awal

Kondisi awal pembelajaran matematika kususnya pada soal cerita guru

kelas IV masih menggunakan pendekatan konvensional. Dalam proses

pembelajaran kedudukan guru masih sangat dominan, siswa masih pasip hanya

mendengarkan penjelasan guru sehingga pemebelajaran berjalan searah.

Dengan kondisi demikian, siswa hanya didudukan sebagai objek bukan sebagai

subjek pembelajaran. Kerja sama antar teman untuk membina sosialisasi siswa

sangat kurang dalam pembelajaran lebih banyak dikerjakan secara

perseorangan (individual). Motivasi belajar siswa dalam mengikuti

pembelajaran sangat rendah. Konsep pembelajaran soal cerita hanya diterima

dari guru melalui penjelasan saja, sedangkan kemampuan menganalisa dan

mengevaluasi soal cerita kurang begitu ditekankan. Siswa kurang mampu

mengonstruksikan, mendiskusikan, atau merefleksikan materi pemebelajaran

yang telah dipelajari sehingga, pembelajaran belum terasa bermakna bagi siswa

dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam melakukan penilaian, guru hanya menekankan pada segi hasil dan

umumnya menitikberatkan pada aspek pengetahuan semata. Penilaian proses

Page 76: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

belum mendapatkan perhatian penuh dari guru. Sebelum melakukan apersepsi

soal cerita, siswa tidak melakukan upaya-upaya yang bisa membantu

kelancaran pembelajaran soal cerita. Guru hanya memberikan tugas soal tanpa

arahan dan bimbingan, bagaimana upaya menganalisa soal cerita secara

efektip, kemudian siswa disuruh langsung mengemukakan hasilnya. Pada akhir

kegiatan apersepsi soal cerita, siswa tidak mendiskusikan dalam kelompok dan

tidak melakukan revisi terhadap hasil kerja siswa, sehingga masih ditemukan

kesalahan-kesalahan. Berdasarkan hasil tes pada kondisi awal, diketahui

sejumlah 11 siswa mendapat nilai kurang dari 65, sedangkan nilai reratanya

57,25 dengan ketuntasan klasikal 45%

2. Siklus I

Pada siklus I menunjukan bahwa proses pembelajaran belum berjalan

dengan baik. Siswa belum aktif melakukan kegiatan–kegiatan sesuai dengan

skenario pembelajaran yang telah dirancang oleh guru. Hal ini disebabkan

siswa telah terbiasa belajar dengan lebih banyak mengandalkan perintah guru.

Pada saat mengidentivikasi atau menentukan kalimat matematika sederhana

siswa kurang memahami apa yang diharapkan oleh soal tersebut, sehingga

hasil dari penyelesaian soal tersebut hasilnya banyak yang salah.

Data yang diperoleh dari pengamatan menunjukkan bahwa aktivitas siswa

dalam mengikuti pemebelajaran dengan kriteria baik Hasil ini menunjukkan

bahwa aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran belum sesuai dengan

indikator kinerja yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil tes soal cerita

diketahui rerata kelas sebesar 66,25. Sejumlah 6 siswa mendapat kurang dari

65 , dan 14 siswa mendapat nilai sama dengan atau diatas 65 dengan

ketuntasan klasikal 70 %

Pada siklus II yang perlu mendapat perhatian sebagai tindak lanjut dari

siklus I adalah penggunakan waktu yang efektif. Siswa perlu diarahkan agar

dapat menggunakan waktu sebaik-baiknya dalam belajar. Aktivitas siswa

dalam melakukan kegiatan yang diperintahkan guru perlu ditingkatkan.

3. Siklus II

Deskripsi siklus II, pembelajaran telah diikuti siswa dengan cukup baik.

Siswa telah dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. Siswa lebih

Page 77: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

termotivasi belajarnya, lebih bersemangat dan antusias delam mengikuti proses

pembelajaran. Pengaruh positif dari meningkatnya partisipasi dalam belajar ini

adalah meningkatnya kegiatan belajar kelompok lewat berdiskusi. Kemampuan

siswa mengidentifikasi, mengubah soal cerita, keaktipan dalam diskusi, serta

kemampuan menentukan hasil akhir sudah sangat baik sudah mencapai batas

tuntas yang telah ditetapkan. Siswa juga sudah tampak aktif mengikuti proses

pemebelajaran. Hanya pada kegiatan berdiskusi masih perlu banyak mendapat

perhatian agar lebih meningkat lagi. Peningkatan motivasi belajar siswa dalam

mengikuti pembelajaran dengan krateria baik dapat diketahui dari hasil

pengamatan atau observasi.

Pada akhir pembelajaran siklus II dari hasil penilaian melalui tes soal

cerita menunjukan angka kenaikan dengan nilai rerata 74,63 dan sejumlah 2

siswa mendapat kurang dari 65 , dan 18 siswa mendapat nilai sama dengan

atau diatas 65 dengan ketuntasan klasikal 90 %.

4. Hubungan Antar Siklus

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II

dapat dinyatakan bahwa pembelajaran matematika menggunakan model

pembelajaran kooperatif dengan metode STAD dapat meningkatkan

kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada siswa kelas IV

SDN 1 Sentono dan keaktifan siswa dalam pembelajaran.

Demikian perbandingan ketuntasan belajar siswa sejak kondisi awal

sebelum tindakan, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, maka dapat

dibuat tabel 9 berikut ini :

Tabel 9. Perbandingan Prosentase Siswa Belajar Tuntas

Hasil Tes Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2

Nilai Rata-rata Kelas 57,25 66,25 74,65

Siswa tidak tuntas 11 6 2

Siswa Sudah Tuntas 9 14 18

Ketuntasan Klasikal 45% 70% 90%

Page 78: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Berdasarkan tabel 9, maka dapat digambarkan perbandingan dengan

keadaan awal, siklus 1 dan siklus 2 pada gambar 6 di bawah ini:

Gambar 6. Grafik Perbandingan Prosentase Siswa Belajar Tuntas

Perkembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita

pecahan mengalami perkembangan yaitu dari keadaan awal sebelum dilakukan

pembelajaran kooperatif siswa yang tuntas KKM hanya 55% dari jumlah 20

siswa. Pada siklus I dilaksanakan pembelajaran kooperatif dengan metode

STAD, siswa yang tuntas KKM menjadi 70% atau meningkat sebanyak 15%

dari keadaan awal.Setelah dilakukan tindak lanjut kembali dalam siklus II,

siswa yang tuntas KKM menjadi 90% atau meningkat 35% dari keadaan awal

atau meningkat 20% dari siklus1.

Selain data nilai tiap siklus juga ada data aktivitas siswa dan kinerja guru

dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa dan kinerja guru dalam proses

pembelajaran pada siklus I dan siklus II juga mengalami peningkatan. Pada

kegiatan observasi terlihat bahwa observasi aktivitas siswa meningkat dari

siklus I dari aspek ketepatan menjawab, aspek tanggung jawab dan aspek kerja

sama dari 5,9 dalam kategori kurang baik menjadi 7,15 dalam kategori baik

sehingga mengalami peningkatan sebanyak 1,25. Aktivitas siswa dalam

pembelajaran siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan dari siklus I ke

siklus II.

Pada kegiatan observasi guru terlihat bahwa observasi aktivitas guru

meningkat dari aspek (1) Guru dalam melaksanakan kegiatan pra pembelajaran

(2) Guru dalam aspek membuka pelajaran (3) Pada kegiatan inti dalam

0

20

40

60

80

100

Kondisi Awal Siklus 1 Siklus2

45%

70%

90%

KET

UN

TASA

N (

%)

TAHAP

Page 79: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

penguasaan materi pelajaran (4) Penggunaan/strategi pembelajaran guru (5)

Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran (6) Pembelajaran yang

memicu dan memelihara keterlibatan siswa (7) Guru di dalam melakukan

aspek penilaian proses dan hasil (8) Penggunaan bahasa yang dilakukan guru

pada saat pembelajaran (9) Kegiatan penutup yang dilakukan oleh guru. Tabel

hasil observasi proses pembelajaran oleh guru dapat dilihat pada lampiran 16.

Berdasarkan data dapat disimpulkan nilai rata-rata kegiatan pembelajaran

guru adalah 3,65 dengan kategori baik dari 3,25 dalam kategori kurang baik

menjadi 3,65 dalam kategori baik sehingga mengalami peningkatan. Aktivitas

guru dalam proses pembelajaran menyelesaikan soal cerita pecahan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami

peningkatan dari siklus I ke siklus II.

Dari analisis data dan observasi selama pembelajaran matematika, secara

umum menunjukan perubahan yang signifikan. Guru telah berhasil

menerapkan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan.

5. Temuan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, peneliti telah

menemukan beberapa temuan-temuan selama dalam penelitian tindakan kelas.

Temuan-temuan itu antara lain sebagai berikut:

a. Siswa belum terbiasa dengan adanya diskusi dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada pembelajaran Matematika terutama

kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan sehingga siswa belum

terarah dengan proses pembelajaran saat berdiskusi.

b. Pembagian team secara heterogen juga ada siswa yang belum aktif semua,

ini dikarenakan siswa yang prestasinya tinggi ada yang mendominasi

dalam kegiatan diskusi sedangkan siswa yang prestasinya kurang

kebanyakan pasif dan cenderung menggantungkan anggota yang lebih

pintar.

c. Selain itu juga saat siswa disuruh untuk menanggapi hasil diskusi dari

team lain, ada juga siswa yang masih pasif dan tidak mau mengungkapkan

pendapatnya.

Page 80: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

d. Guru kurang memanfaatkan waktu yang efisien saat pelaksanaan tindakan

siklus I.

e. Dengan adanya model pembelajaran kooperatif tipe STAD membuat siswa

lebih antusias dalam proses pembelajaran kemampuan menyelesaikan soal

cerita pecahan.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu upaya untuk

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa yaitu

dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini

dikarenakan karena dapat menjadikan pembelajaran kemampuan

menyelesaikan soal cerita pecahan lebih menyenangkan sehingga siswa

menjadi antusias dan membuat siswa memahami tentang materi soal cerita.

Jadi pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dapat meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan

pada siswa kelas IV SD Negeri I Sentono Klaten tahun ajaran 2010/2011.

Page 81: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam

dua siklus dapat dibuat kesimpulan, bahwa kemampuan menyelesaikan soal

ceritaatematika dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif metode

STAD pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Sentono, Kecamatan Karandowo,

Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2010/2011.

1. Perkembangan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Pecahan

Hasil penelitian tindakan kelas menunjukkan kemampuan dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan pada kondisi awal sebelum tindakan ratarata

nilai kelas 57,25 dengan ketuntasan belajar siswa hanya 55% atau hanya sembilan

siswa dari dua puluh siswa yang dapat mencapai nilai KKM. Pada siklus I

diperoleh nilai rata-rata kelas 66,25 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai

70% yang berarti meningkat 15% dari kondisi awal. Sedangkan pada siklus II

nilai rata-rata kelas 74,63 dengan ketuntasan belajar siswa mencapai 90% yang

berarti meningkat 20% dari siklus I atau meningkat 35% dari kondisi awal.

2. Perkembangan Keaktifan Siswa

Dari observasi selama pembelajaran matematika dengan metode STAD

berlangsung, diperoleh data keaktifan siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I

dilaksanakan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD keaktifan siswa

semula 5,9 kemudian dilakukan tindak lanjut kembali dalam siklus II, keaktifan

siswa menjadi 7,15 atau dengan kata lain keaktifan siswa meningkat dari siklus I.

3. Perkembangan Kinerja Guru

Aktivitas guru dalam proses pembelajaran menyelesaikan soal cerita

pecahan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

mengalami peningkatan dari 3,25 dalam kategori kurang baik menjadi 3,65 dalam

kategori baik sehingga meningkat dari siklus I ke siklus II. Dari analisis data dan

observasi selama pembelajaran pecahan, secara umum menunjukan perubahan

yang signifikan. Guru telah berhasil menerapkan pembelajaran kooperatif dengan

metode STAD untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal

cerita pecahan.

Page 82: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN …eprints.uns.ac.id/8457/1/193051411201108181.pdfmenyelesaikan soal cerita pecahan tahun commit to user penggunaan model pembelajaran kooperatif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka implikasi

penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan pembelajaran kooperatif dengan metode STAD hendaknya

digunakan oleh guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal cerita pecahan pada siswa SD kelas IV.

2. Pembelajaran kooperatif metode STAD dapat digunakan sebagai acuan dalam

memilih metode untuk pembelajaran matematika terutama meningkatkan

kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pecahan.

3. Dapat dijadikan bahan refrensi dalam penelitian lain yang hampir sama pokok

permasalahannya dengan penelitian ini.

C. Saran

Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam rangka

ikut menyumbangkan pemikiran dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan

soal cerita pecahan, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Bagi Siswa

a) Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran.

b) Selalu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

c) Dalam meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika

siswa hendaknya lebih berusaha dan mau berinteraksi dengan temannya.

2. Bagi Guru

a) Memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan

sesuai dengan pembelajaran.

b) Lebih mempersiapkan perencanaan pembelajaran sebelum pembelajaran.

c) Menggunakan pembelajaran kooperatif metode STAD dalam

meningkatan kemampuan menyelesaiakan soal cerita matematika.

3. Bagi Sekolah

a) Menyediakan fasilitas yang mendukung dalam proses pembelajaran.

b) Perlu menggiatkan adanya kelompok belajar baik di dalam kelas

maupundi luar kelas.

c) Ikut mendorong siswa untuk berinteraksi dengan temannya dalam

meningkatkan kemampuan menyelesaikan soal cerita pecahan.