FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN...

15
0 NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 KAYUMAS JATINOM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: SRI ATMINI NIM. A54B111044 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2013

Transcript of FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN...

0

NASKAH PUBLIKASI

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI

METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS

IV SD NEGERI 2 KAYUMAS JATINOM KLATEN

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh:

SRI ATMINI

NIM. A54B111044

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

TAHUN 2013

1

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS

IV SD NEGERI 2 KAYUMAS JATINOM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh:

SRI ATMINI NIM. A54B111044

Abstrak

Sri Atmini, NIM. A54B111044. Judul Skripsi: Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar IPS Melalui Metode Numbered Heads Together pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Kayumas Jatinom Klaten Tahun Pelajaran 2013/2014. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Kayumas, Jatinom. Klaten yang diperoleh dari pembelajaran menggunakan metode Numbered Heads Together. Subjek dalam penelitian adalah guru, kolaborator, dan siswa kelas V SD Negeri 2 Kayumas, Jatinom, Klaten tahun pelajaran 2013/2014. yang berjumlah 14 siswa dengan rincian 6 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, tes, dan dokumentasi. Jenis penelitian adalah tindakan kelas dengan langkah dimulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi. Analisis data untuk kedua data yang diperoleh dilakukan dengan deskriptif komparatif, yaitu membandingkan hasil pengamatan terhadap minat belajar dari kondisi awal, siklus I dan siklus II dan terhadap nilai tes kondisi awal, siklus I dan nilai tes siklus II, kemudian direfleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pembelajaran menggunakan metode Numbered Heads Together terjadi peningkatan motivasi belajar dengan rincian: a) ketekunan menghadapi tugas dari 20% menjadi 90% pada siklus II, b) keuletan siswa menghadapi kesulitan belajar dari siklus 15% menjadi 81%, c) adanya minat belajar siswa dari 18% menjadi 93%, d) tingkat kesenangan siswa bekerja mandiri dalam belajar dari 15% menjadi menjadi 86%, e) cepat bosan dengan tugas rutin dari 15% menjadi 88%, f) mempertahankan pendapat dari 20% menjadi 86%, g) tidak mudah melepas hal yang diyakini dari 18% menjadi 93%, dan h) senang memecahkan soal-soal dari 20% menjadi 90%, sedangkan rata-rata hasil belajar naik 24,5% dari kondisi awal 63,6 menjadi 84,2. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan metode numbered heads together dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Kayumas, Jatinom, Klaten tahun pelajaran 2013/2014.

Kata Kunci: Motivasi belajar, hasil belajar, metode numbered heads together

2

Pendahuluan

Untuk menghasilkan generasi bangsa yang cerdas dan berbudi, maka guru

perlu mendukung secara aktif proses belajar yang dialami oleh anak didik. Salah

satu caranya dengan memberikan materi secara menyenangkan bagi siswa

sehingga siswa tertarik dan senang dalam belajar. Jangan sampai terjadi guru di

sekolah hanya sekedar menjadi kewajiban menjalankan kurikulum, namun

kehilangan daya tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang

seharusnya justru menjadi objek ilmu pengetahuan tersebut.

Mata pelajaran IPS merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang harus diberikan

kepada siswa termasuk siswa kelas IV sekolah dasar. Diharapkan setelah

mempelajari materi ini siswa mampu mengembangkan pengetahuannya dan

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari IPS, siswa mampu

bersikap positif kepada sesama dan bersyukur atas segala anugerah Tuhan Yang

Maha Kuasa.

Untuk menghadapi tentangan tersebut, dituntut sumber daya yang handal dan

mampu berkompetensi secara global, sehingga diperlukan keterampilan sitematis,

logis, kreatif, dan keamanan bekerja sama yang efektif. Hal ini sangat

dimungkinkan karena IPS memiliki struktur dengan keterkaitan yang kuat dan

jelas dengan lingkungan masyarakat. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji

seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generasi yang berkaitan dengan isu

sosial. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi

warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga

dunia yang cinta damai (Leo Agung, 2007: III). Mata pelajaran IPS dirancang

untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan analisis terhadap

kondisi social masyarakat dalam menghadapi tantangan berat di masa yang akan

dating, karena kehidupan masyarakat global mengalami perubahan setiap saat.

Siswa kelas V SD Negeri 2 Kayumas, memiliki motivasi belajar yang rendah,

dari 14 siswa terlihat pada saat guru memberikan penjelasan mengenai materi IPS

kebanyakan dari mereka sibuk dengan teman sebangkunya bahkan ada siswa yang

tidur didalam kelas, sungguh sangat memprihatinkan sekali suasana yang terlihat

di dalam kelas tersebut. Indikasi awal rendahnya motivasi belajar adalah sebagai

3

berikut: tekun menghadapi tugas (20%), ulet menghadapi kesulitan (15%),

menunjukkan adanya minat (18%), senang bekerja mandiri (15%), cepat bosan

dengan tugas rutin (15%), mempertahankan pendapat (20%), tidak mudah

melepas hal yang diyakini (18%), dan senang memecahkan soal-soal (20%).

Kondisi tersebut disebabkan karena pada umumnya guru di SD Negeri 2

Kayumas menggunakan metode mengajar dan penyampaikan materi masih

menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran yang dimaksud

merupakan pembelajaran yang sering digunakan guru saat mengajar dan menjadi

suatu kebiasaan (tradisi). Metode yang sering digunakan guru dalam mengajar

adalah metode ceramah bervariasi menggunakan metode ceramah.

Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah dalam

pembelajaran IPS di atas salah satunya dengan memberikan inovasi dalam

pembelajaran berupa strategi yang mampu melibatkan siswa secara aktif, dapat

memotivasi siswa, sebagai fasilitator yang menciptakan suasana belajar mengajar

yang baik, komunikatif, dan menyenangkan sehingga mampu menggali

kompetensi yang dimiliki oleh siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Penerapan strategi active learning (belajar aktif) pada siswa dapat membantu

ingatan (memory) siswa, sehingga siswa dapat dihantarkan kepada tujuan

pembelajaran dengan sukses. Salah satunya adalah dengan penerapan metode

cooperative learning metode Numbered Heads Together. Metode numbered

heads together merupakan sebuah inovasi dari guru untuk mencoba memotivasi

siswa dengan cara dibuat suatu kelompok dan setiap siswa diberi nomor

kemudian secara acak guru memanggil nomor dari siswa. Diharapkan nantinya

dengan penerapan model ini siswa akan termotivasi untuk belajar dan hasil belajar

akan meningkat serta memenuhi standar ketuntasan belajar minimal yang

ditetapkan sekolah.

Permasalahan pada tindakan kelas ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah

dengan menerapkan metode Numbered Heads Together dapat meningkatkan

motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 2 Kayumas Jatinom,

Klaten tahun pelajaran 2013/2014? Tujuan yang ingin dicapai peneliti antara lain

adalah: untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar IPS siswa kelas

4

IV SD Negeri 2 Kayumas, Jatinom. Klaten yang diperoleh dari pembelajaran

menggunakan metode Numbered Heads Together.

Metode Penelitian

Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di ruang kelas IV SD Negeri 2

Kayumas, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten. Perbaikan dilaksanakan pada

mata pelajaran IPS pada kompetensi dasar “menghargai keragaman suku bangsa

dan budaya setempat dan menghargai peninggalan sejarah di lingkungan setempat

dan menjaga kelestariannya”. Waktu tindakan perbaikan untuk siklus I akan

dilaksanakan pada minggu ke empat bulan Juli 2013, dan untuk siklus II akan

dilaksanakan pada minggu ke lima bulan Juni 2013. Setiap siklus dilakukan dua

kali pertemuan dengan waktu 2 (2 x 35 menit.

Subjek dalam penelitian adalah guru, kolaborator, dan siswa kelas V SD

Negeri 2 Kayumas, Jatinom, Klaten tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa

yang menjadi subjek penelitian adalah 14 siswa dengan rincian 6 siswa laki-laki

dan 8 siswa perempuan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau (Classroom

Action Research). Menurut Wardani (2002), penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri

dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar

siswa menjadi meningkat. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara

kolaborasi antara guru kelas IV selaku peneliti dan teman sejawat.

Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ada data kuantitatif yaitu data yang

berujud angka-angka yang diperoleh sebagai hasil pengukuran atau penjumlahan,

dan data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka dan biasanya berupa data

verbal yang diperoleh dari pengamatan, wawancara, atau bahan tertulis

(Nurgiyantoro, 2002: 27). Dalam penelitian ini data kuantitatif diperoleh dari tes

tertulis, sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil pengamatan terhadap proses

pembelajaran IPS dengan metode Numbered Heads Together.

Teknik yang digunakan untuk memperoleh data adalah observasi, tes

tertulis dan dokumentasi. Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan

cara mengadakan pengamatan secara teliti dan sistematis. (Arikunto, 1998:28)

5

Observasi dilakukan pada kelas yang dijadikan objek untuk penelitian, agar

mendapatkan gambaran secara langsung pembelajaran IPS menggunakan metode

Numbered Heads Together. Menurut Suharsimi Arikunto, (2002: 127), tes adalah

serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh

individu atau kelompok. Tes dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang berupa

soal-soal tentang “Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat”.

Menurut Mulyasa (2009:69), dokumentasi adalah instrumen untuk mengumpulkan

data tentang peristiwa atau kejadian-kejadian masa lalu yang telah

didokumentasikan. Dalam penelitian ini dokumentasi yang digunakan adalah

daftar siswa kelas IV SD Negeri 2 Kayumas dan data-data mengenai SD Negeri 2

Kayumas, Jatinom, Klaten.

Dalam penelitian ini instrumen menggunakan: Lembar observasi yang

memuat motivasi siswa dan kegiatan pembelajaran siswa selama mengikuti

pelajaran IPS menggunakan metode numbered heads together, soal tes berbentuk

pilihan ganda (siklus I) dan isian singkat (siklus II), masing-masing berjumlah 10

soal.

Agar data dan informasi yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya, maka validitas data perlu dilakukan. Dalam penelitian terdapat

teknik triangulasi metode dan trianggulasi sumber. Trianggulasi metode, yaitu

penelitian dengan menggunakan berbagai metode yang berbeda untuk

mengumpulkan data yang sejenis atau sama (Sutopo, 2006: 95). Trianggulasi

sumber, yaitu penelitian dengan menggunakan berbagai sumber yang berbeda

untuk mengumpulkan data yang sejenis. Artinya, bahwa data yang diperoleh tidak

hanya berasal dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber dan dalam

beberapa situasi yang berbeda, sehingga data yang diperoleh akan terkontrol oleh

data yang sama dari sumber yang berbeda (Sutopo, 2006: 93). Dalam penelitian

ini dilakukan trianggulasi metode, yaitu membandingkan data dari hasil observasi,

hasil tes, dan dokumentasi.

Teknik analisis data untuk data kuantitaif menggunakan analisis yang

dilakukan adalah dengan deskriptif komparatif, yaitu membandingkan nilai hasil

6

tes dari kondisi awal, nilai tes setelah tindakan perbaikan 1 (siklus 1) dan nilai

hasil tes setelah tindakan perbaikan 2 (siklus 2), kemudian direfleksikan. Dan

untuk data kualitatif yang berasal dari pengamatan, maka analisis menggunakan

analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi dari tiap-tiap

siklus perbandingan juga terhadap jalannya proses pembelajaran IPS.

Indikator yang ditetapkan pada siklus ini adalah (1) semua siswa aktif dan

kreatif dalam pembelajaran IPS, (2) diharapkan pada siklus II motivasi belajar

siswa meningkat hingga ketekunan menghadapi menjadi 80%, ulet menghadapi

kesulitan menjadi 80%, senang bekerja mandiri menjadi 80%, mempertahankan

pendapat menjadi 80%, dan senang memecahkan menjadi 80%, dan (3) 80%

siswa memperoleh nilai minimal KKM (70).

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dari refleksi awal dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan tindakan kelas ini

didasari pada latar belakang masalah yang menunjukkan bahwa berdasarkan

pengamatan penulis saat mengajar IPS di kelas IV SD Negeri 2 Kayumas, ternyata

anak-anak pasif dan tidak kreatif dalam pembelajaran. Akibat dari hal tersebut

ketika diadakan evaluasi hasilnya rata-rata di bawah Kriteria Ketuntatasan

Minimal (KKM). Dari 14 anak baru 4 anak atau 28% siswa yang memperoleh

nilai ≥ KKM (70). Setelah berdiskusi dengan teman satu sekolah ternyata

ditemukan beberapa penyebab hasil evaluasi belajar IPS dibawah KKM, dan

mengapa dalam proses pembelajaran IPS siswa tidak bersemangat, tidak aktif dan

tidak kreatif.

Hasil siklus 1 terdapat 4 langkah, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan,

observasi dan refleksi. Kegiatan perencanaan dilakukan guru sebelum tanggal 18

Juli 2013, kegiatan perencananan yang dilakukan antara lain adalah membuat

skenario pembelajaran (RPP), pada materi “Menghargai keragaman suku bangsa

dan budaya setempa”, membuat lembar observasi tentang motivasi belajar,

menyiapkan alat evaluasi berupa soal-soal ulangan, dan membuat lembar kerja

dan alat peraga berupa kartu-kartu materi maupun gambar-gambar yang yang

relevan dengan materi.

7

Tindakan pada pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan pada hari

Kamis tanggal 18 Juli 2013 pada jam ke 1 – 2 dengan jumlah siswa 14 orang.

Pembelajaran dimulai setelah semua siswa siap mengikuti pelajaran. Pada

kegiatan ini guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan

pertimbangan kategori. Setiap peserta didik diberi potongan kertas panjang

bernomor (1 sampai dengan 14). Guru memberikan tugas dalam bentuk

pertanyaan-pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya agar nanti

ketika ditanya guru dapat menjawab/menjelaskan dengan benar. Siswa dalam

kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota

kelompok dapat mengerjakannya jawabannya. Guru memanggil salah satu nomor

siswa dan siswa dengan nomor yang dipanggil menjawab pertanyaan guru secara

individu. Tahap selanjutnya, tanggapan dari masing-masing kelompok yang tidak

dipanggil/diberi pertanyaan, tanggapan berupa penjelasan kelompok apakah

jawaban dari siswa yang dipanggil nomor kepalanya tadi sudah benar atau belum.

Selanjutnya guru menunjuk/memanggil nomor yang lain untuk menjawab

pertanyaan, begitu seterusnya. Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan pada hari

Senin, tanggal 22 Juli 2013 jam ke 3 – 4. Pada pertemuan ke 2 ini yang dibahas

adalah bentuk-bentuk keragaman suku bangsa dan kebiasaan yang bermakna di

masyarakat. Kegiatan dilakukan dengan membagi kepada siswa kartu-kartu

bernomor yang dipakai di kepala masing-masing anak. Pada pertemuan kedua ini

guru memberikan alat bantu diskusi berupa gambar-gambar yang berkaitan

dengan Guru memberikan tugas dalam bentuk pertanyaan dan masing-masing

kelompok mengerjakannya agar nanti ketika ditanya guru dapat

menjawab/menjelaskan dengan benar. Siswa dalam kelompok mendiskusikan

jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat

mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

Dari hasil pengamatan terhadap motivasi belajar siswa dapat dijelaskan

motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Kayumas adalah sebagai berikut:

ketekunan menghadapi tugas sebesar 76%, keuletan siswa menghadapi kesulitan

belajar sebesar 67%, adanya minat belajar siswa sebesar 71%, tingkat kesenangan

siswa bekerja mandiri dalam belajar sebesar 79%, cepat bosan dengan tugas rutin

8

sebesar 67%, mempertahankan pendapat sebesar 62%, tidak mudah melepas hal

yang diyakini sebesar 69%, senang memecahkan soal-soal sebesar 76%, dan nilai

rata-rata 72,14 sehingga ketuntasan belajar hanya dicapai oleh 8 anak atau

57,14%.

       Hasil refleksi menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS metode

Numbered Heads Together pada siklus I masih belum sempurna sesuai dengan

yang diharapkan. Hal ini terlihat ketika dalam kegiatan pendahuluan, dimana guru

belum dapat menyiapkan peserta didik, melakukan apersepsi, menjelaskan

kompetensi yang akan dicapai, dan menjelaskan langkah-langkah penerapan

metode numbered heads together dengan baik. Berdasarkan pengamatan

kolaborator, guru telah dapat membentuk kelompok, membagikan nomor dan

membagi materi pembelajaran dengan baik, namun untuk kegiatan memberikan

tugas/pertanyaan, memberikan kesempatan siswa untuk diskusi, memastikan

setiap siswa dalam kelompok paham terhadap materi dan cara memanggil siswa

untuk menjawab soal masih dilakukan dengan cukup baik.

Hasil siklus II: Kegiatan yang dilakukan guru pada tahap perencanaan

adalah: membuat skenario pembelajaran berupa RPP pada materi “Menghargai

berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat dan menjaga

kelestariannya”; membuat lembar observasi tentang motivasi belajar siswa,

membuat lembar pengamatan untuk pembelajaran menggunakan metode

numbered heads together, dan membuat lembar kerja dan alat peraga berupa

kartu-kartu materi, soal, dan jawaban baik berupa tulisan maupun gambar-gambar

yang yang relevan dengan materi. Pelaksanaan kegiatan pada pertemuan pertama

pada siklus II dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 25 Juli 2013 pada jam ke 1 –

2 dengan jumlah siswa 14 orang. Pembelajaran dimulai setelah semua siswa

masuk kelas dan siap mengikuti pelajaran IPS. Pelajaran dimulai dnegan berdoa

bersama, lalu guru mengucapkan salam dan mengabsen kehadiran sisawa. Pada

kegiatan selanjutnya guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dengan

pertimbangan kategori. Setiap peserta didik diberi potongan kertas panjang warna

hijau dan bernomor (1 sampai dengan 14), lalu dipakai sebagai ikat kepala oleh

setiap anak. Guru memberikan tugas dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dan

9

masing-masing kelompok mengerjakannya agar nanti ketika ditanya guru dapat

menjawab/menjelaskan dengan benar. Siswa dalam kelompok mendiskusikan

jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat

mengerjakannya jawabannya. Kegiatan berikutnya guru memanggil salah satu

nomor di kepala siswa dan siswa dengan nomor yang dipanggil menjawab

pertanyaan guru tadi secara individu. Tahap selanjutnya, tanggapan dari masing-

masing kelompok yang tidak dipanggil/diberi pertanyaan, tanggapan berupa

penjelasan kelompok apakah jawaban dari siswa yang dipanggil nomor kepalanya

tadi sudah benar atau belum. Selanjutnya guru menunjuk/memanggil nomor yang

lain untuk menjawab pertanyaan, begitu seterusnya hingga semua nomor

terpanggil semua untuk menjawab pertanyaan dari guru. Pertemuan kedua siklus

II dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 28 Juli 2013 jam ke 3 – 4. Pada

pertemuan kedua ini yang dibahas adalah berbagai peninggalan sejarah di

lingkungan setempat dan menjaga kelestariannya. Kegiatan dilakukan dengan

membagi kepada siswa kartu-kartu bernomor untuk dipakai di kepala masing-

masing anak. Pada pertemuan kedua ini guru memberikan alat bantu diskusi

berupa gambar-gambar yang berkaitan dengan berbagai peninggalan sejarah di

lingkungan setempat dan menjaga kelestariannya.

    Dari hasil observasi dapat dijelaskan motivasi belajar siswa kelas IV SD

Negeri 2 Kayumas adalah sebagai berikut: ketekunan menghadapi tugas sebesar

90%, keuletan siswa menghadapi kesulitan belajar sebesar 81%, adanya minat

belajar siswa sebesar 93%, tingkat kesenangan siswa bekerja mandiri dalam

belajar sebesar 86%, cepat bosan dengan tugas rutin sebesar 88%,

mempertahankan pendapat sebesar 86%, tidak mudah melepas hal yang diyakini

sebesar 93, dan senang memecahkan soal-soal sebesar 90% dan nilai rata-rata

sebesar 84,2 dengan ketuntasan belajar hanya dicapai oleh 14 anak atau 100%.

Hasil refleksi menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPS metode

Numbered Heads Together pada siklus II ternyata sesuai dengan yang diharapkan.

Hal ini terlihat baik pada kegiatan pendahuluan, kegiatan inti maupun kegiatan

penutup.

10

Pembahasan

1. Proses Pembelajaran

Metode Numbered Heads Together merupakan suatu model pembelajaran

yang diterapkan pada siwa kelas IV SD Negeri 2 Kayumas, Jatinom, Klaten

sebagai upaya perbaikan proses belajar mengajar materi “memahami sejarah

kenampakan alam, keragaman suku bangsa di lingkungan Kabupaten, Kota dan

Provinsi”. Model ini menggunakan pendekatan permainan dalam penyampaiannya

agar lebih mudah diterima oleh siswa dan dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan.

Sebelum dipraktekkan di kelas guru terlebih dahulu harus membuat kartu yang

diberi nomor sejumlah sesuai banyaknya siswa. Adapun peran siswa disini adalah

sebagai subjek belajar yang terlibat langsung secara aktif dalam permainan dan

guru sebagai fasilitator. Kartu-kartu bernomor dibuat dari kertas manila warna

hijau muda, ukuran panjang dan lebar tiap kartu 5 x 40 cm untuk dapat dipasang

di kepala setiap anak. Dalam memanggil nomor yang dipakai siswa, terlebih

dahulu dikocok oleh guru atau salah satu siswa yang mewakili, hal ini

dimaksudkan supaya semua nomor berpeluang untuk dipanggil dan setiap siswa

menjadi siap semua. Jumlah siswa kelas IV SD Negeri 2 Kayumas terdapat 14

siswa, sehingga kartu yang harus dibuat sebanyak 14 kartu dengan masing-masing

kelompok mendapatkan nomor 1 sampai 4 untuk satu kali periode permainan

2. Motivasi Belajar

Motivasi belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Kayumas dari kondisi pra

siklus, siklus I ke siklus II adalah sebagai berikut: a) ketekunan menghadapi tugas

dari 20% menjadi 90% pada siklus II, b) keuletan siswa menghadapi kesulitan

belajar dari siklus 15% menjadi 81%, c) adanya minat belajar siswa dari 18%

menjadi 93%, d) tingkat kesenangan siswa bekerja mandiri dalam belajar dari

15% menjadi menjadi 86%, e) cepat bosan dengan tugas rutin dari 15% menjadi

88%, f) mempertahankan pendapat dari 20% menjadi 86%, g) tidak mudah

melepas hal yang diyakini dari 18% menjadi 93%, dan h) senang memecahkan

soal-soal dari 20% menjadi 90%.

11

3. Hasil Evaluasi Belajar

Evalusi belajar siswa diukur dari penilaian yang dilakukan setelah kegiatan

belajar mengajar berlangsung atau evaluasi melalui test soal yang berjumlah 10

soal pada masing-masing siklusnya. Pada pra siklus diperoleh rata-rata nilai 63,6,

pada siklus I diperoleh rata-rata 72,1, dan pada siklus II diperoleh rata-rata 84,2

Penutup

     Berdasarkan pada hasil pembahasan, maka dapat dijelaskan bahwa melalui

pembelajaran menggunakan metode Numbered Heads Together terjadi

peningkatan motivasi belajar dengan rincian: a) ketekunan menghadapi tugas dari

20% menjadi 90% pada siklus II, b) keuletan siswa menghadapi kesulitan belajar

dari siklus 15% menjadi 81%, c) adanya minat belajar siswa dari 18% menjadi

93%, d) tingkat kesenangan siswa bekerja mandiri dalam belajar dari 15%

menjadi menjadi 86%, e) cepat bosan dengan tugas rutin dari 15% menjadi 88%,

f) mempertahankan pendapat dari 20% menjadi 86%, g) tidak mudah melepas hal

yang diyakini dari 18% menjadi 93%, dan h) senang memecahkan soal-soal dari

20% menjadi 90%, sedangkan rata-rata hasil belajar naik 24,5% dari kondisi awal

63,6 menjadi 84,2. Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan metode

numbered heads together dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPS

siswa kelas IV SD Negeri 2 Kayumas, Jatinom, Klaten tahun pelajaran

2013/2014.

Dengan dasar kesimpulan di atas, maka penulis menghimbau kepada calon-

calon guru dan para guru, untuk mulai mencoba menerapkan metode atau strategi

belajar yang inovatif, yang lebih mengaktifkan siswa dan kreatifitas siswa, serta

memungkinkan siswa berinteraksi positif dengan siswa yang lain sehingga siswa

tidak bosan mengikuti pembelajaran. Penerapan metode yang hanya berpusat pada

guru akan membuat siswa jenuh dan bosan mengikuti pembelajaran. Dengan

penerapan strategi yang inovatif diharapkan motivasi belajar, hasil belajar dalam

pembelajaran dapat optimalkan.

12

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Mulyasa, 2009. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja

Posdakarya. Nurgiyantoro, Burhan, dkk. 2002. Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu

Sosial. Yogyakarta: UGM Press. Sutopo, HB. 2006. Penelitian Kualitatif, Dasar Teori dan Terapannya dalam

Penelitian. Solo: UNS. Wardani, I.Gak. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka