FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ... Kelas dengan menggunakan 2 siklus. Sedangkan teknik yang...
Transcript of FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ... Kelas dengan menggunakan 2 siklus. Sedangkan teknik yang...
UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN HASIL
BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN EKSPERIMEN TERBIMBING
MATA DIKLAT PROSEDUR PENGELASAN PADA SISWA KELAS X TKRb
SMK N 2 SURAKARTA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Oleh :
HARDONO X 2508507
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN HASIL
BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN EKSPERIMEN TERBIMBING
MATA DIKLAT PROSEDUR PENGELASAN PADA SISWA KELAS X TKRb
SMK N 2 SURAKARTA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2009/2010
Oleh: Hardono
X 2508507
Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Teknik Mesin
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA 2010
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing :
Pembimbing I
Drs. Suhardi,MT NIP. 194606041975011001
Pembimbing II
Drs.Karno MW,ST NIP. 195202241976031002
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari : Senin
Tanggal : 5 Juli 2010
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Ranto, MT
Sekretaris : Drs. Bambang Dwi Wahyudi
Anggota I : Drs Suhardi, MT
Anggota II : Drs Karno MW,ST
Disahkan Oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP 196007271987021001
1.…………
2..................
3 ................
4 .................
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:
Nama : Hardono
NIM : X 2508509
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul UPAYA
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN HASIL BELAJAR
DENGAN MENGGUNAKAN EKSPERIMEN TERBIMBING MATA DIKLAT
PROSEDUR PENGELASAN PADA SISWA KELAS X TKRb SMK N 2
SURAKARTA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2009/2010
adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini
diberi kode dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya
peroleh dari skripsi tesebut.
Surakarta, Juni 2010
Yang membuat pernyataan
Hardono
ABSTRAK
Hardono. UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN EKSPERIMEN TERBIMBING MATA DIKLAT PROSEDUR PENGELASAN PADA SISWA KELAS X TKRb SMK N 2 SURAKARTA SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2009/2010, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2010.
Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui peningkatan aktivitas
belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing mata pelajaran
prosedur pengelasan pada siswa X TKRb tahun pelajaran 2009/2010. (2) untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen
terbimbing pada siswa kelas X TKRb tahun pelajaran 2009/2010.
Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan di mulai dari bulan Februari sampai
dengan bulan April 2010, bertempat di SMK N 2 Surakarta. Adapun sebagai subyek
penelitian ini adalah siswa kelas X TKRb (Teknik Kendaraan Ringan Kelas b) dengan
jumlah siswa 34 anak. Prosedur penelitian yang digunakan adalah prosedur Penelitian
Tindakan Kelas dengan menggunakan 2 siklus. Sedangkan teknik yang digunakan untuk
pengumpulan data adalah pada hasil belajar menggunakan kriteria pedoman pengelasan
dan teknik non tes digunakan pada lembar observasi aktivitas belajar. Adapun alat
pengumpul data berupa nilai hasil praktek dan lembar observasi aktivitas belajar siswa,
yang diambil selama pelaksanaan tindakan baik pada siklus 1 ataupun siklus 2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran melalui
metode eksperimen terbimbing dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar
mata pelajaran prosedur pengelasan kelas X TKRb SMK N 2 Surakarta tahun pelajaran
2009/2010, berdasarkan lembar pengamatan aktivitas belajar dari siklus 1 ke siklus 2
terjadi peningkatan nilai terendah dari 67 menjadi 75 atau meningkat sebesar 11,94%,
nilai tertinggi terjadi peningkatan dari 83 menjadi 92 atau meningkat sebesar 10,84%
sedangkan nilai retata dari 75,55 menjadi 85,14 atau mengalami peningkatan sebesar
12,69%. Sedangkan pada nilai hasil belajar siswa pada siklus 1 nilai hasil praktek
didapat nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 80 dan nilai rerata 75,5,Pada Siklus 2 nilai
hasil praktek didapat nilai terendah 74 dan nilai tertinggi 84 dengan nilai rerata 78,5.
Dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan pada nilai terrendah sebesar 5,71 persen,
nilai tertinggi terjadi peningkatan sebesar 5 persen, sedangakan pada nilai rerata terjadi
peningkatan sebesar 3,97 persen.
MOTTO Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya, ia mendapat
pahala dari kebajikan yang dilakukannya dan mendapat siksa dari kejahatan yang dilakukannya.
(Q. S. Al-Baqarah: 286)
Berusaha maksimal, berdo’a, dan bertawakal serta yakin kepada Allah SWT Maka akan diberi kemudahan.
(Penulis)
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada :
Ä Istriku tercinta yang selalu memotivasi
langkahku
Ä Kedua anakku Ais dan Afif yang selalu
memberi semangat
Ä Keluarga besar SMK N 2 Surakarta
Ä Sobat-sobatku serta almamaterku
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrobil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Program S1 Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan
dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan
penghargaan setulusnya kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang telah
memberikan izin penelitian.
2. Ketua Jurusan PTK Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang
telah memberikan izin penelitian .
3. Ketua Program PTM Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang
telah memberikan izin penelitian .
4. Bapak Drs. Suhardi, M.T selaku pembimbing I atas kesabaran dan waktunya untuk
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Karno MW, ST selaku pembimbing II atas waktu bimbingan dan segala
dukungannya serta kesabarannya bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Susanta,M.M. selaku Kepala Sekolah SMKN 2 Surakarta yang telah
memberikan izin serta dukungannya bagi penulis untuk mengadakan penelitian.
7. Siswa-siswi Kelas X TKRb dan keluarga besar SMKN 2 Surakarta atas segala
partisipasi dan dukungannya saat penulis mengadakan penelitian.
8. Istriku dan ke dua anakku yang telah memberi semangat dan motivasi sehingga
terselesainya skripsi ini.
9. Semua pihak yang belum dapat penulis sebutkan yang telah membantu dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tidak ada kemutlakan bagi kebenaran yang datangnya dari
manusia. Serta penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan
penulisan lebih lanjut.
Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberi manfaat bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juni 2010
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................................................................................................... i
PENGAJUAN SKRIPSI ...................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. iv
PERNYATAAN .................................................................................................... v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
MOTTO................................................................................................... ...........viii
PERSEMBAHAN..................................................................................................ix
KATA PENGANTAR ................................................................................ ...........x
DAFTAR ISI ................................................................................................... .....xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ..xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ..xvi
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Pembatasan Masalah ........................................................................ 3
C. Perumusan Masalah ......................................................................... 3
D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 4
E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI,KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS ..... 5
A. Kajian Teori ..................................................................................... 5
1. Pengertian Belajar ...................................................................... 5
2. Teori Belajar .............................................................................. 6
3. Eksperimen Terbimbing.......................................................... 10
4. Aktivitas Belajar .................................................................... .11
5. Hasil Belajar............................................................................13
B. Kerangka Berpikir ......................................................................... 17
C. Hipotesis ....................................................................................... 17
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 18
A. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................ 18
B. Subjek Penelitian ........................................................................... 19
C. Sumber Data .................................................................................. 19
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data .............................................. 20
E. Validasi Data ................................................................................. 20
F. Analisis Data .................................................................................. 20
G. Indikator Kerja ............................................................................... 20
H. Prosedur Penelitian ........................................................................ 21
BAB IV. HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ................................... 27
A. Deskripsi Kondisi Awal ................................................................. 27
B. Deskripsi Siklus 1 .......................................................................... 29
1. Perencanaan ............................................................................. 29
2. Pelaksanaan Tindakan ............................................................ 30
3. Hasil Pengamatan .................................................................... 30
4. Refleksi .................................................................................... 33
C. Deskripsi Siklus 2 .......................................................................... 35
1. Perencanaan ............................................................................. 35
2. Pelaksanaan Tindakan ............................................................. 36
3. Hasil Pengamatan .................................................................... 36
4. Refleksi .................................................................................... 39
D. Pembahasan ................................................................................... 44
E. Hasil Tindakan ............................................................................... 47
BAB V. Simpulan, Implikasi, dan Saran ....................................................... 48
A. Simpulan ........................................................................................ 48
B. Implikasi ........................................................................................ 48
C. Saran .............................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 50
LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................... 51
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tindakan kelas…………………….....
2. Perencanaan Tindakan Pada Siklus 1........................................................
3. Perencanaan Tindakan Pada Siklus 2........................................................
4. Nilai Hasil Praktek Pada Kondisi Awal....................................................
5. Interval Nilai Siswa Pada Kondisi Awal...................................................
6. Nilai Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus 1 ...........................................
7. Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1.............................
8. Nilai Hasil Belajar Pada Siklus 1..............................................................
9. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 1....................................
10. Refleksi dari Kondisi Awal ke Kondisi Akhir..........................................
11. Nilai Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus 2 ...........................................
12. Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2.............................
13. Nilai Hasil Belajar Pada Siklus 2............................................................
14. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus 2....................................
15. Refleksi dari Siklus 1 ke Siklus 2.............................................................
16. Perbandingan Nilai Aktivitas Siswa dari Siklus 1 ke Siklus 2................
17. Perbandingan Nilai Hasil Belajar dari Siklus 1 ke Siklus 2....................
18. Pembahasan Tindakan dari Kondisi Awal ke Siklus 2.............................
19. Pembahasan Aktivitas Belajar Siswa dari Kondisi Awal ke Siklus 2......
20. Pembahasan Hasil Belajar Siswa dari Kondisi Awal ke Siklus 2............
18
21
24
28
28
31
31
32
32
33
37
37
38
38
39
42
43
44
44
46
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Unsur –unsur belajar.................................................................................
2. Alur Kerangka Berpikir……………………………................................
3. Diagram Balok Nilai Hasil Praktek Kondisi Awal..................................
4. Diagram Balok Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1.....................................
5. Diagram Balok Nilai Hasil Belajar Siklus 1.............................................
6. Diagram Balok Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2.....................................
7. Diagram Balok Nilai Hasil Belajar Siklus 2............................................
8. Perbandingan Aktivitas Belajar Siklus 1 Ke Siklus 2...............................
9. Peningkatan Prestasi Belajar Siklus 1 Ke Siklus 2.................................
6
17
29
32
33
38
39
42
43
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Ijin Penelitian..................................................................................
2. Data Nilai Hasil Belajar Kondisi Awal.....................................................
3. Data Nilai Hasil Belajar Siklus 1.............................................................
4. Data Nilai Hasil Belajar Siklus 2..............................................................
5. Lembar Observasi Aktivitas pada Siklus 1...............................................
6. Norma Penilaian Lembar Observasi Aktivitas pada Siklus 1...................
7. Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1 .....................................................
8. Lembar Observasi Aktivitas pada Siklus 2...............................................
9. Norma Penilaian Lembar Observasi Aktivitas pada Siklus 2...................
10. Data Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2......................................................
11. Norma Penilaian Hasil Kerja Las.............................................................
12. Lembar Kerja Siswa Siklus 1 ...................................................................
13. Lembar Kerja Siswa Siklus 2....................................................................
14. Foto-foto Kegiatan Siswa pada Kondisi Awal..........................................
15. Foto-foto Kegiatan Siswa pada Siklus 1..................................................
16. Foto-foto Kegiatan Siswa pada Siklus 2...................................................
17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1...........................................
18. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 2...........................................
19. Daftar Hadir Kolaborator dalam Pembelajaran Siklus 1..........................
20. Daftar Hadir Kolaborator dalam Pembelajaran Siklus 1..........................
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
64
66
67
68
69
72
76
77
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru sangat berperan dalam menentukan tinggi dan rendahnya kualitas
pembelajaran. Guru harus mempunyai metode-metode yang tepat untuk meningkatkan
hasil siswa sesuai situasi dan kondisi lingkungannya. Selain guru faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah faktor intern dan faktor ekstern. Faktor Intern yaitu
pengaruh dari luar individu seperti metode, lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat.
Sering ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi pada mata diklat
dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal
ini terjadi karena kegiatan pembelajaran tidak menggunakan metode dan media
pembelajaran yang tepat sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Untuk
memperoleh hasil yang baik perlu didukung metode, suatu strategi pembelajaran yang
sistematis, bermakna dan media yang tepat. Guru harus melaksanakan kegiatan
pembelajaran yang sistematis, bermakna, dan media yang tepat. Guru harus
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik secara fisik maupun mental, sehingga
terjadi perubahan tingkah laku yang positif pada diri siswa yang akhirnya mampu
memperoleh hasil yang tinggi.
Guru yang profesional tidak hanya berpikir tentang apa yang akan diajarkan dan
bagaimana cara mengajarkannya, tetapi juga siapa yang menerima, apa makna belajar
bagi peserta didik, dan kompetensi apa yang akan dicapai. Pada dasarnya tidak ada
suatu pendekatan metode dan media pembelajaran yang memberdayakan semua peserta
didik dan semua materi pelajaran sekaligus, masing-masing materi pelajaran memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Penggunaan metode dan media pembelajaran
sebaiknya bervariasi dan kombinasi dan disesuaikan dengan karakteristik materi
pelajaran.
Media dan proses pembelajaran sangat menentukan hasil belajar siswa. Unsur-
unsur dalam proses pembelajaran yang mempengaruhi belajar adalah guru, materi,
metode, media, dan pendekatan yang digunakan. Pembelajaran akan berhasil dengan
baik apabila didukung dengan guru yang profesional dengan menggunakan metode dan
media yang tepat karena membangkitkan minat dan rasa keingintahuan siswa terhadap
materi yang dipelajari.
SMK Negeri 2 Surakarta yang merupakan sekolah kejuruan dengan berstatus
sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) sejak tahun 2004 yang
mempunyai 6 program keahlian telah berusaha untuk mengikuti arus globalisasi salah
satunya adalah persiapan tenaga kerja di masa depan dengan pemanfaatan teknologi
pembelajaran, karena aspek ini masih banyak dipandang sebagai suatu bidang yang
berkepentingan dengan persekolahan. Untuk itu teknologi pembelajaran perlu
mendapat perhatian dari para guru atau tenaga kependidikan lain dalam lingkungan
pendidikan formal, sebab teknologi pembelajaran telah berkembang sebagai suatu teori
dan praktek dimana proses, sumber dan system belajar pada manusia, baik perorangan
maupun dalam suatu ikatan organisasi dapat dirancang, dikembangkan, dimanfaatkan,
dikelola, dan dinilai.
Salah satu program keahlian di SMKN 2 Surakarta di mana peneliti mengajar
adalah program Teknik Kendaraan Ringan. Dimana dalam program tersebut ada salah
satu kompetensi pembelajaran yaitu prosedur pengelasan. Prosedur pengelasan ini
sebenarnya siswa dituntut dapat menghasilkan hasil kerja yang bagus karena diharapkan
dapat untuk bekal pada siswa di masa yang akan datang, karena pengajaran guru masih
konvensional, di mana siswa hanya mendengarkan ceramah dari guru kemudian siswa
tersebut langsung terjun praktek las tanpa disertai dengan langkah-langkah pengelasan
yang baik, sehingga berakibat hasil kerja tidak memuaskan dan hampir 35.29%
dibawah nilai KKM yaitu 75. Metode yang selama ini digunakan yaitu metode ceramah
tanpa langkah-langkah yang tepat juga akan berakibat siswa kurang beraktivitas dalam
melalukan teknik pengelasan dengan baik.
Berawal dari uraian di atas maka peneliti yang sekaligus guru dalam kelas X
TKRb akan mengangkat suatu metode pembelajaran dengan eksperimen terbimbing.
Dalam metode ini selain guru menggunakan metode ceramah juga dijelaskan dengan
langkah-langkah kerja yang baik, sehingga siswa akan mudah dalam pengerjaan
kompentensi prosedur pengelasan tersebut dan hasil kerja juga akan meningkat serta
aktivitas belajar juga meningkat karena siswa tidak akan bingung dalam pengerjaan las
tesebut. Dalam metode Eksperimen terbimbing siswa akan diberi juga lembar kerja
dimana setiap saat dapat membacanya dan apabila belum jelas bisa bertanya dengan
guru, karena guru akan selalu mendampingi siswa dalam pengerjaan prosedur
pengelasan tersebut, sehingga diharapkan nilai KKM dalam kelas X TKRb akan terjadi
peningkatan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis terdorong untuk mengadakan
suatu penelitian tindakan kelas yaitu: UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS
BELAJAR SISWA DAN HASIL BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN
EKSPERIMEN TERBIMBING MATA DIKLAT PROSEDUR PENGELASAN
PADA SISWA KELAS X TKRb SMK N 2 SURAKARTA SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2009/2010.
B. Pembatasan Masalah
Agar dalam penelitian dapat mencapai sasaran yang utama maka perlu adanya
pembatasan masalah, yaitu:
1. Permasalahan dibatasi pada bagaimana upaya meningkatkan aktivitas belajar dan
prestasi belajar dengan menggunakan metode Pembelajaran eksperimen terbimbing.
2. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada siswa kelas X TKRb SMK Negeri 2
Surakarta Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah melalui metode pembelajaran eksperimen terbimbing dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa bagi kelas X TKRb Semester 2 SMK N 2 Surakarta pada
tahun pelajaran 2009/2010?.
2. Apakah melalui metode pembelajaran eksperimen terbimbing dapat meningkatkan
hasil belajar siswa bagi kelas X TKRb semester 2 SMKN 2 Surakarta pada tahun
pelajaran 2009/2010?.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar pada kompetensi prosedur
pengelasan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing pada siswa kelas
X TKRb SMKN 2 Surakarta pada Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar pada kompetensi prosedur
pengelasan dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing pada siswa kelas
X TKRb SMKN 2 Surakarta pada Tahun Pelajaran 2009/2010.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat dipetik dari penelitian adalah :
1. Menambah wawasan bagi para pendidik dalam menggunakan model pembelajaran
eksperimen terbimbing dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
2. Siswa lebih mudah memahami kompentensi prosedur pengelasan, sehingga
aktivitas dan hasil belajar meningkat.
3. Memberikan masukan bagi para pendidik dalam pemilihan strategi pembelajaran
khususnya metode eksperimen terbimbing yang diharapkan dapat meningkatkan
efektifitas dalam pembelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA
A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar.
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang belajar. Manusia adalah
makhluk yang berada dalam proses menjadi (to be). Dialah makhluk yang
mengusahakan sendiri apa yang dipelajarinya, bukan makhluk yang telah diprogramkan
sejak lahir. Untuk itu manusia diperlengkapi oleh Tuhan dengan akal, sehingga dengan
ini dia bisa mengembangkan potensi potensi yang dimilikinya. Dan belajar adalah
bentuk kegiatan untuk mengembangkan potensi itu. Secara umum kita mengartikan
belajar sebagai usaha untuk mencari ilmu pengetahuan, untuk mengusai ketrampilan
tertentu. Belajar pada hakikatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan
tingkah laku pada individu yang belajar. Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu:
adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahannya relatif permanen serta perubahan
tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan.
Dari pengertian di atas belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai
akibat dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar atau objek belajar, baik
yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara sengaja dirancang namun
dimanfaatkan. Perolehan belajar, di samping penguasaan materi pembelajaran itu
sendiri, dapat juga berupa kemampuan-kemapuan lain. Dari pengalaman belajar yang
dialami, siswa dapat belajar bagaimana caranya belajar. Pengalaman belajar adalah
interaksi antara subjek belajar dengan objek belajar, misalnya siswa mengerjakan tugas,
melakukan pemecahan masalah, mengamati suatu gejala, percobaan dan lain-lain.
Aktivitas belajar sangat berkaitan dengan fungsi otak. Perkembangan dan cara fungsi
otak dipengaruhi oleh hasil interaksi dengan objek belajar atau lingkungan.
Dalam belajar ada tiga unsur yang perlu diamati dan dipelajari. Pertama, unsur
pengalaman kita sebut dengan stimulus eksternal (lingkungan atau sumber-sumber
belajar). Kedua, unsur-unsur internal yang berada pada tataran kognitif seperti berpikir
untuk mencapai pemahaman. Ketiga adalah unsur pemahaman sebagai hasil dari proses
belajar yang pada gilirannya akan mengubah penampakan dari luar. Penampakan
5
prilaku ini bisa berupa sikap atau ketrampilan atau skill-skill tertentu. Ketiga unsur
tersebut digambarkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Unsur-Unsur belajar (Ratna Wilis Dahar, 1989 : 17-21)
Agar siswa berhasil dalam belajarnya, maka siswa perlu memperhatikan
prinsip-prinsip belajar. Beberapa prinsip belajar di antaranya:
1) Belajar perlu memiliki pengalaman dasar.
2) Belajar harus memiliki tujuan yang terarah.
3) Belajar memerlukan situasi yang problematis, yang akan membangkitkan
motivasi belajar.
4) Belajar harus memiliki tekad dan kemauan yang keras dan tidak mudah
putus asa.
5) Belajar memerlukan bimbingan, arahan, serta dorongan.
6) Belajar memerlukan latihan.
7) Belajar memerlukan metode yang tepat.
8) Belajar membutuhkan waktu dan tempat yang tepat.
Dengan memahami pengertian belajar dengan cermat dan memahami prisip-
prinsip belajar, maka seorang guru dapat merencanakan dan mendesain sebuah model
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan disesuaikan dengan karakter
siswa yang diajar.
2. Teori Belajar
a. Teori Belajar Kognitif
Pembelajaran produktif menggunakan pendekatan ketrampilan proses yaitu
pendekatan pada proses pembelajaran yang menekankan pada pembentukan
memperoleh pengetahuan dan mampu mengkomunikasikan hasilnya. Proses
pembelajaran produktif di SMK lebih menekankan pada pembentukan pengetahuan.
Penekanan proses pembelajaran demikian dapat diwujudkan apabila proses
pembelajaran tersebut menerapkan teori pembelajaran kognitif. Menurut ahli psikologi
Stimulus eksternal
Proses-proses
kognitif
Kognitif, afektif, psikomotorik
pendidikan perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari perubahan tingkah
laku yang terpisah, tetapi pembentukan oleh kerangka mental siswa untuk memahami
lingkungan. Teori pembelajaran kognitif menjelaskan tentang pembelajaran yang
berpusat pada proses-proses mental siswa yang kurang dapat diamati. (Ratna Wilis
Dahar, 1989 : 18)
Menurut pandangan psikologi kognitif belajar merupakan hasil interaksi antara
apa yang diketahui, informasi yang diketahui dan apa yang dilakukan ketika belajar.
Ahli psikologi kognitif beranggapan bahwa pengetahuan itu dibangun dalam pikiran
siswa. Teori belajar ini dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Piaget dan Vygotsky.
1) Teori Piaget
Menurut Piaget, pengetahuan datang dari tindakan dan perkembangan kognitif
sebagian besar bergantung pada seberapa jauh siswa tersebut aktif berinteraksi dengan
lingkungan, dalam arti pengetahuan itu merupakan sebuah proses, oleh karena itu untuk
memahami pengetahuan siswa dituntut untuk dapat mengenali dan menjelaskan
berbagai cara bagaimana siswa berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam pandangan
Piaget manusia tumbuh, beradaptasi, dan berubah menurut perkembangan fisik,
perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa. Struktur intelektual terbentuk ketika
siswa berinteraksi dengan lingkungan. Artinya perkembangan kognitif siswa sebagian
besar tergantung pada seberapa jauh siswa tersebut berinteraksi dengan lingkungan
secara aktif. Interaksi dengan lingkungan tidaklah cukup untuk mengembangkan
pengetahuan kecuali jika intelegensi siswa tersebut mampu memanfaatkan pengalaman
dalam berinteraksi dengan lingkungan. Karena perkembangan intelektual siswa
didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi.
Pertumbuhan intelektual merupakan proses yang terus menerus dari keadaan
ketidakseimbangan dan keseimbangan dan ketika terjadi keseimbangan maka individu
berada pada tingkat intelektual yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Perkembangan kognitif bukanlah merupakan akumulasi dari kepingan informasi yang
terpisah, namun lebih merupakan pengkonstruksian oleh siswa suatu kerangka mental
untuk memahami lingkungan mereka. Dalam hal ini posisi guru lebih sebagai model
dengan cara memecahkan masalah bersama siswa, menjelaskan proses memecahkan
masalah dan membicarakan antara tindakan dan hasil. Guru di kelas sebagai nara
sumber dan tidak sebagai penguasa di kelas yang memaksakan jawaban yang benar.
Siswa harus bebas membangun atau menstruktur pemahamannya sendiri. Bagi Piaget
intelegensi merupakan jumlah struktur yang tersedia yang dapat digunakan seseorang
pada saat-saat tertentu dalam perkembangannya. (Paul Suparno,2007: 36-41).
2) Teori Vygotsky
Teori perkembangan kognitif yang dinyatakan oleh Vygotsky mengembangkan
pemahaman pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran di mana pebelajar tinggal
yakni interaksi sosial melalui dialog dan komunikasi verbal. Vygotsky memperkenalkan
gagasan Zone Proximal Development (ZPD). Menurut Vygotsky bahwa pembelajaran
terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari,
namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan kemampuan siswa, atau
tugas-tugas itu berada dalam ZPD siswa, yaitu tingkat perkembangan intelektual yang
sedikit lebih tinggi di atas perkembangan intelektual siswa yang dimiliki saat ini.
Vygotsky membedakan antara perkembangan dengan belajar. Belajar tidak sama
dengan perkembangan tetapi belajar terkait dengan perkembangan, yakni belajar dapat
menyebabkan terjadinya proses perkembangan intelektual.
Vygotsky memberikan batasan tentang teori perkembangan ZPD, yakni
sebagai berikut : jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya didefinisikan sebagai
kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial
yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang
dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky
sangat yakin bahwa kemampuan yang tinggi pada umumnya akan muncul dalam dialog
atau kerjasama antar individu siswa, sebelum kemampuan yang lebih tinggi itu diserap
ke dalam individu siswa.
Ada dua hal yang ditekankan dalam teori Vygotsky, yakni :
a) Menghendaki setting kelas dengan pembelajaran yang berorientasi pada
pembelajaran kooperatif, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan temannya dalam
tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah
yang efektif di dalam masing-masing ZPD-nya.
b) Menekankan tentang scafolding, yang artinya memberikan kepada sesorang siswa
bantuan belajar dan pemecahan masalah pada tahap-tahap awal pembelajaran yang
kemudian mengurangi bantuan itu dan memberikan kepada siswa untuk mengambil
alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya.
Bantuan yang diberikan siswa dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan,
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh,
atau apapun yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh secara mandiri.
b.Teori Belajar Kontruktivisme
Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan suatu proses
pembentukan pengetahuan. Siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir,
menyusun konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
Pengatahuan bukanlah kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang dipelajari, melainkan
sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman maupun
lingkungannya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus
oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi, karena adanya pemahaman-
pemahaman baru. Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan inderanya. Seseorang
dapat mengetahui sesuatu melalui interaksinya dengan obyek dan lingkungan. Semakin
banyak seseorang berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya, pengetahuan dan
pemahamannya akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih rinci.
Ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi
pengetahuan, yaitu; (1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman, (2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan
kesamaan dan perbedaan, dan (3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman
yang satu dari pada lainnya.
Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah
memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu. Dalam proses belajar
konstruktivistik ini, guru tidak menstransfer pengetahuan yang telah dimilikinya,
melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Peran utama
dalam kegiatan belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir
sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif, dan mampu
mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional.
3. Metode Eksperimen Terbimbing
Metode Eksperimen adalah metode pemberian kesempatan kepada anak didik
perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukam suatu proses percobaan. Menurut
Syaiful Sagala (2007:43) metode eksperimen adalah suatu cara penyajian percobaan
materi pelajaran di mana siswa secara aktif mengalami dan membuktikan sendiri apa
yang sedang dipelajarinya. Paul Suparno (2007:77) secara umum metode eksperimen
adalah metode mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai
pembuktian, pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan memang benar, jadi
metode ini lebih untuk mengecek supaya siswa makin yakin dan jelas akan teorinya.
Biasanya metode eksperimen bukan untuk menemukan teori, tetapi lebih untuk menguji
teori atau hukum yang sudah ditemukan para ahli. Namun dalam praktek guru dapat
melakukan eksperimen untuk menemukan teori atau hukumnya. Dalam hal ini seakan-
akan teori atau hukum belum ditemukan, dan siswa diminta untuk menemukan. Tentu
guru sudah tahu teori atau hukum sebelumnya dan bagi guru arah eksperimen jelas.
Metode eksperimen dibedakan menjadi dua yaitu eksperimen terbimbing dan
eksperimen bebas dalam pembelajaran produktif kita bisa menggunakan metode
eksperimen terbimbing atau terencana. Alasan utama adalah dengan model eksperimen
terbimbing, hasilnya akan lebih cepat selesai dan lebih teratur dan terarah, sehingga
siswa tidak mudah bingung.
a. Maksud Metode Eksperimen Terbimbing.
Dengan eksperimen terbimbing seluruh jalannnya percobaan sudah dirancang
oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa. Langkah-langkah yang harus dibuat
siswa, peralatan yang harus digunakan, apa yang harus dikerjakan semuanya sudah
ditentukan sejak awal. Siswa tidak akan bingung tentang langkah-langkah yang akan
dibuat, biasanya petunjuk langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh siswa
dituliskan dalam lembar kerja siswa.
b. Tugas Guru.
Untuk melakukan pembelajaran dengan eksperimen terbimbing, guru punya peran
sangat penting. Beberapa hal yang harus dilakukan guru adalah:1). memilih materi apa
yang akan ditugaskan kepada siswa. 2). merencanakan langkah-langkah kerja seperti
tujuan kerja, cara kerja dan bagaimana menganalisis hasil kerja. 3). mempersiapkan
semua perlatan yang akan digunakan sehingga pada saat siswa mencoba semua siap dan
lancar. 4). Pada saat melakukan kerja guru dapat berkeliling melihat bagaimana siswa
melakukan percobaannya dan memberikan masukan kepada siswa. 5). Bila ada
peralatan yang macet guru membantu siswa agar alat dapat jalan dengan baik. 6).
membantu siswa dalam menarik kesimpulan tentang hasil yang dikerjakan. 7). Siswa
membuat hasil kerja dan guru memeriksanya. 8). Guru sebaiknya mempersiapkan
petunjuk dan langkah kerja percobaan dalam satu lembar kerja sehingga memudahkan
siswa bekerja.
c.Tugas Siswa.
Dalam eksperimen terbimbing, siswa entah sendiri atau dalam kelompok kecil
melakukan kerja sesuai dengan petunjuk yang diberikan olah guru. Ada baiknya
kelompok dibuat kecil sehingga siswa dapat sungguh melakukan kerja dan bukan hanya
melihat kerja teman lain. Adapaun yang dilakukan siswa adalah sebagai berikut:1).
Membaca petunjuk kerja dengan teliti. 2). Mencari alat yang diperlukan. 3). Melakukan
pekerjaan sesuai petunjuk kerja. 4). Mendiskusikan tentang hasil kerja yang telah
dibuatnya. 5). Menpresentasikan hasil pekerjaannya.
4. Aktivitas Belajar .
Dalam tiap metode belajar terdapat bermacam-macam kegiatan, akan tetapi tidak
semua metode memberi kegiatan yang sama banyaknya. Pada umumnya metode
ceramah tidak menimbulkan aktivitas yang banyak. Namun demikian murid-murid
sekali-kali tidak pasif. Mereka harus berusaha menangkap isi, jalan pikiran dan inti
ceramah, menafsirkannya, menghubungkannya dengan pengetahuan yang ada,
membuat catatan, memikirkannya secara kritis.
Aliran ilmu jiwa modern memandang anak didik sebagai organisme yang
mempunyai potensi untuk berkembang, sehingga harus beraktivitas, berbuat dan harus
aktif sendiri. Sementara tugas guru adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar
anak didik dapat mengembangkan bakat dan potensinya.
Metode eksperimen terbimbing siswa dituntut aktif dalam menentukan masalah,
mengumpulkan keterangan, memberitahukan pendapat, menimbang kebenaran buah
pikiran orang, mengambil kesimpulan, sehingga metode ini banyak membangkitkan
aktivitas pada anak-anak. (Nasution:2004:92)
Piaget dalam Sardiman (2006: 100) menjelaskan bahwa anak itu berpikir
sepanjang ia berbuat, tanpa perbuatan anak itu tidak berpikir, agar anak berpikir sendiri
maka harus diberi kesempatan untuk berbuat sendiri. Dalam hal ini berbuat berarti
melakukan aktivitas, aktivitas belajar merupakan aktivitas yang bersifat fisik (jasmani)
dan mental (rohani).
Paul B. Diedrich dalam Nasution (2004: 91) membedakan aktivitas belajar siswa
di sekolah menjadi:
a. Visual activities (aktivitas visual), yaitu kegiatan oleh indera mata yang meliputi:
membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi.
b. Oral activities (aktivitas mulut), merupakan kegiatan fisik yang memberdayakan
indera mulut, yang meliputi: menyatakan, menanyakan, memberi saran, interupsi,
menyampaikan pendapat, melakukan wawancara.
c. Listening activities (aktivitas pendengaran) adalah kegiatan fisik dengan
menggunakan indera pendengaran (telinga), misalnya: mendengarkan percakapan,
menerima saran, berdiskusi.
d. Writing activities (aktivitas penulisan), yaitu kegiatan fisik yang berkaitan dengan
tulis menulis, misalnya: menulis laporan, mengerjakan tugas, menyalin catatan.
e. Drawing activities (aktivitas gambaran), merupakan kegiatan fisik yang berkaitan
dengan gambar, yaitu: membuat peta, menggambar, membuat grafik, membuat
diagram.
f. Motor activities (aktivitas motorik), yaitu kegiatan yang berkaitan dengan gerakan
badan, meliputi: melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain.
g. Mental activities (aktivitas mental), yakni kegiatan yang berhubungan dengan psikis
(nalar/pikir) misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan masalah, melihat
hubungan, menganalisis.
h. Emotional activities (aktivitas perasaan), yaitu kegiatan psikis yang ada kaitannya
dengan sikap dan perasaan, misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, sedih,
bersemangat, bergairah, tenang, sungguh-sungguh.
5. Hasil Belajar.
a. Pengertian Hasil belajar
Hasil belajar menurut Gagne dibedakan menjadi lima aspek, yaitu :
kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan ketrampilan.
Menurut Winkel (2007: 510) hasil belajar dapat dilihat dari perubahan-perubahan dalam
pengertian kognitif, pengalaman ketrampilan, nilai sikap yang bersifat konstan.
Perubahan ini dapat berupa sesuatu yang baru atau penyempurnaan sesuatu hal yang
pernah dimiliki atau dipelajari sebelumnya. Hasil yang dicapai dalam perbuatan
dinyatakan dalam bentuk angka. Menurut Bloom hasil belajar dibagi tiga kategori yaitu
: kognitif, afektif, psikomotorik. Hasil belajar diperoleh setelah seseorang melakukan
aktivitas baik secara individu maupun kelompok. Dengan kata lain hasil belajar
merupakan hasil dari tingkah laku akhir pada kegiatan belajar siswa yang dapat diamati
atau pencerminan proses belajar yang telah berlangsung. Menurut Saifudin Azwar
(2001: 90) hasil belajar adalah hasil dari maksimal seseorang dalam menguasai materi-
materi yang telah diajarkan. Hasil belajar merupakan fungsi yang penting dari suatu
pembelajaran. Kemampuan hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar, pada
proses ini siswa menunjukkan keberhasilan atau kegagalan dalam belajarnya. Siswa
menunjukkan mampu atau tidaknya dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar atau
mentransfer materi pelajaran yang ia dapatkan.
Adapun fungsi dari hasil belajar adalah sebagai : 1). indikator kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai siswa; 2). lambang pemuasan hasrat ingin tahu; 3).
bahan informasi dalam inovasi pendidikan, karena hasil belajar dapat dijadikan sebagai
pendorong bagi siswa dalam peningkatan kualitas mutu pendidikan; 4). indikator intern
dan ekstern dari suatu instansi pendidikan, karena hasil belajar dapat dijadikan sebagai
tingkat produktivitas dan sebagai kesuksesan siswa; 5). untuk mengetahui daya serap
siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang diprogramkan kurikulum.
Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
suatu aktivitas yang telah dilakukan dan memperoleh pengetahuan dengan memenuhi
unsur kognitif, psikomotorik, dan afektif baik individu maupun secara kelompok pada
mata pelajaran tertentu.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar.
Menurut Nana Sudjana ada dua faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar,
yaitu: faktor dari dalam siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal).
Faktor dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimiliki siswa, motivasi, minat,
kreativitas, perhatian, dan kebebasan belajar. Faktor yang berasal dari luar individu
adalah faktor lingkungan belajar terutama kualitas pembelajaran.
c. Mengukur Hasil belajar
Tujuan pengukuran hasil belajar selain untuk mengetahui penguasaan materi
suatu bahasan atau konsep juga untuk mengetahui kedudukan siswa dalam
kelompoknya. Dilihat dari tujuan pengukuran prestasi tes prestasi dapat melakukan
fungsi penempatan, fungsi formatif, fungsi diagnostik, dan fungsi sumatif (Saifudin
Azwar, 2001 : 77).
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar diperlukan
evaluasi. Evaluasi merupakan umpan balik bagi guru, sejauh mana penguasaan dan
pemahaman siswa selama proses pembelajaran. Keberhasilan siswa dalam kegiatan
belajar, salah satunya dapat dilihat dari nilai-nilai yang dituliskan dalam bentuk laporan
hasil belajar secara periodik. Hudgins mengemukakan bahwa evaluasi adalah suatu
proses sistematis dalam menganalisa dan menginterpretasikan informasi sebagai
landasan dalam menentukan tingkat pencapaian hasil belajar. Evaluasi mengandung
unsur measurement atau mengukur, karena membandingkan sesuatu dengan ukuran
tertentu yang bersifat kuantitatif. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan data
pembuktian yang akan menunjukkan sampai dimana tingkat kemampuan dan
keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan, mengukur keberhasilan mereka secara
individu maupun kelompok, dan untuk mengetahui perbedaan antara siswa yang satu
dengan lainnya. Dengan bahasa yang berbeda Asri Budiningsih (2005: 33)
mengemukakan tujuan penilaian adalah untuk mendiskripsikan kecakapan belajar siswa
sehingga dapat diketahui posisi kemampuannya dibandingkan dengan siswa lainnya,
mengetahui proses pendidikan dan pembelajaran dalam mengubah tingkah laku siswa
ke arah tujuan yang diharapkan, dan menentukan tindak lanjut hasil penilaian.
Pada pedoman Pengembangan Penilaian Kurikulum SMK 2008 dijelaskan
bahwa untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik telah memiliki kompetensi dasar
perlu dikembangkan suatu sistem penilaian. Sistem penilaian yang dilakukan harus
mencakup seluruh kompetensi dasar dengan menggunakan indikator yang
dikembangkan oleh guru. Sistem penilaian berbasis kompetensi yang direncanakan
adalah sistem penilaian berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih,
kemudian hasil dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.
Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat
keberhasilan peserta didik dalam penguasaan kompetensi dasar yang diajarkan
diperlukan adanya berbagai jenis tagihan. Jenis tagihan yang dipakai dalam sistem
penilaian berbasis kompetensi meliputi : 1). kuis; 2). pertanyaan lisan di kelas; 3).
ulangan harian; 4). tugas individu; 5). tugas kelompok; 6). ulangan blok; 7). laporan
praktikum pengamatan dan sebagainya yang disesuaikan dengan karakteristik mata
pelajaran.
Tujuan penilaian adalah untuk: 1). mengetahui apakah siswa telah atau belum
mengusai kompetensi dasar tertentu; 2). mengetahui tingkat pencapaian kompetensi
siswa; 3). mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa; 4). mendiagnosis kesulitan
belajar siswa; 5). mengetahui hasil belajar; 6). mengetahui pencapaian kurikulum; 7).
mendorong siswa belajar; 8). mendorong guru agar mengajar dengan lebih baik.
Hasil belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Informasi ranah kognitif dan psikomotorik diperoleh dari sistem penilaian yang
digunakan untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar,
sedangkan ranah afektif diperoleh melalui kuisioner, inventori dan, pengamatan yang
sistematik. Hasil penilaian ranah kognitif dapat berupa nilai angka, untuk SMK nilai
angka dinyatakan dalam rentang nol (0) sampai dengan seratus (100), sedangkan
penilaian ranah afektif dilakukan secara kualitatif dengan huruf, misalnya A, B, atau C
dan seterusnya.
B. Kerangka Berfikir
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh faktor ekstern dan intern. Salah satu
faktor ekstern yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah pemilihan model
pembelajaran yang tepat dan efektif. Model pembelajaran yang digunakan guru sangat
menentukan keberhasilan siswa dalam memahami konsep materi tertentu. Model
pembelajaran yang baik merupakan model yang disesuaikan dengan materi yang
disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia, serta tujuan pembelajaran sehingga
dapat terlihat apakah model yang diterapkan efektif.
Materi produktif pada kompetensi prosedur pengelasan merupakan salah satu
materi yang merupakan kerja praktek yang butuh hasil kerja yang bagus dan hasilnya
dapat dinikmati oleh pengguna , sehingga materi ini perlu langkah-langkah kerja yang
bagus dan diperlukan arahan dari pembimbing yang bagus pula. Model pembelajaran
yang paling tepat untuk melibatkan aktifitas belajar dan kemandirian siswa, sehingga
pembelajaran eksperimen terbimbing sangat diperlukan siswa dalam pembelajaran
prosedur pengelasan. Perhatian dan motivasi merupakan utama dalam proses belajar
mengajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi belajar yang dicapai oleh siswa tidak
akan optimal. Aktivitas timbul karena adanya motivasi dalam diri siswa. Belajar adalah
proses aktif, sehingga apabila tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan belajar sebagai
respon siswa terhadap stimulus siswa, tidak mungkin siswa mencapai hasil belajar yang
dikehendaki. Makin besar aktivitas belajar siswa, maka makin besar pula hasil belajar
yang akan dicapainya. Adapun skema kerangka berpikir sebagai berikut:
Gambar 2. Alur Kerangka Berpikir
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir seperti uraian di atas, diajukan
hipotesis tindakan sebagai berikut:
1. Penerapan metode pembelajaran eksperimen terbimbing dapat meningkatkan
aktivitas belajar siswa pada mata diklat kompetensi prosedur pengelasan kelas X
TKRb SMK Negeri 2 Surakarta semester 2 tahun pelajaran 2009/2010.
2. Penerapan m etode pembelajaran eksperimen terbimbing dapat meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata diklat kompetensi prosedur pengelasan bagi siswa
kelas X TKRb SMK Negeri 2 Surakarta semester 2 tahun pelajaran 2009/2010.
Kondisi awal
Tindakan
Kondisi akhir
Guru belum memanfaatkan metode eksperimen terbimbing
Guru menerapkan metode eksperimen terbimbing.
Diduga dengan eksperimen terbimbing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
Siswa Aktivitas belajar dan hasil belajar rendah
Siklus I Eksperimen terbimbing dengan 6 siswa
Siklus II Eksperimen terbimbing dengan 4 siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.A. Waktu dan Tempat Penelitiann Tempat
Peian
1. Waktu penelitian
Penelitian dilakukan selama satu semester dengan mengambil data kondisi awal
pada semester satu dan pelaksanaan tindakan dilakukan pada semester dua pada tahun
pelajaran 2009/2010 pelaksanaan penelitian tindakan dilakukan secara bertahap, adapun
tahap-tahap pelaksanaannya dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Pelaksanaan Kegiatan Penelitian Tindakan kelas
No Uraian
kegiatan
Bulan
Jan Februari Maret April Mei
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Menyusun
proposal
21s/d
28
2. Membuat
Instrumen
Penelitian
1 s/d 28
3 Siklus 1 6 13 20 27
4 Siklus 2 3 10 17 24
5 Analisa
Data
1
s/d
15
6. Menyusun
hasil
penelitian
22
s/d
29
Adapun isi kegiatan dari tabel di atas adalah berikut:
1. Siklus 1
18
Melaksanakan eksperimen terbimbing
Membagi kelompok beranggotakan 6 siswa.
2. Siklus 2
Melaksanakan eksperimen terbimbing
Membagi kelompok beranggotakan 4 siswa.
3. Analisa data
Menbandingkan data kondisi awal dengan siklus 1
Menbandingkan siklus 1 dengan siklus 2
Menbandingkan kondisi akhir ke siklus 2
4. Menyusun hasil penelitian
Menyusun hasil penelitian dari bab satu sampai bab lima serta lampiran.
2. Tempat Penelitian.
Tempat penelitian adalah di SMK N 2 Surakarta . Penelitian mengambil kelas X TKRb
Program Teknik Kendaraan Ringan di mana peneliti mengajar pada kelas tersebut.
B. Subyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X TKRb program Teknik Kendaraan
Ringan SMK Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 34
siswa.
C. Sumber Data.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data kondisi awal yang berupa nilai hasil praktek dan data aktivitas belajar siswa.
2. Data siklus 1 yang berupa nilai hasil praktek pada akhir siklus 1 dan data aktivitas
belajar siswa pada siklus 1
3. Data siklus 2 yang berupa nilai hasil praktek pada akhir siklus 2 dan data aktivitas
belajar siswa pada siklus 2.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data.
1. Teknik Pengumpulan data.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil
praktek sebagai nilai hasil belajar dan metode non tes . Hasil praktek digunakan
untuk mengetahui nilai hasil belajar dan metode non tes digunakan untuk
mengetahui data aktivitas belajar.
2. Alat Pengumpulan Data.
Hasil praktek yang digunakan untuk mengukur hasil belajar menggunakan data
hasil praktek dengan kriteria penilaian terlampir dan pada metode non tes yang
digunakan untuk penilaian aktivitas belajar siswa menggunakan lembar observasi
yang dilakukan oleh kolaborator.
E. Validasi Data
Validasi data pada penelitian ini menggunakan dua validasi data yaitu:
1. Untuk hasil belajar menggunakan validitas isi yaitu berupa kriteria penilaian tentang
hasil pekerjaan siswa pada kompetensi prosedur pengelasan.
2. Untuk aktivitas belajar siswa menggunakan Triangulasi data yaitu dari kolaborasi
dengan sesama guru Mekanik Otomotif dengan cara mendiskusikan lembar
pengamatan.
F. Analisis Data
Pada penelitian ini menggunakan dua analisis data yaitu:
1. Analisa data pada aktivitas belajar siswa menggunakan analisis deskriptif kualitatif
berdasarkan pada hasil observasi dan refleksi pada siklus 1 dan siklus 2.
2. Analisa data pada hasil belajar menggunakan analisis deskriptif komparatif yaitu
membandingkan nilai hasil praktek kondisi awal dengan nilai hasil praktek pada
siklus 1 dan terakhir nilai hasil praktek pada siklus 2.
G. Indikator Kerja
Indikator kerja tindakan terhadap peningkatan aktivitas belajar Siswa dan
hasil belajar siswa kelas X TKRb SMK N 2 Surakarta tahun pelajaran 2009/2010
dapat dilihat dengan cara berikut:
Indikator kerja dapat dilihat secara umum dengan membandingkan tingkat
keberhasilan dari satu siklus ke siklus berikutnya. Keberhasilan tindakan pada siklus
1 diketahui dengan cara membandingkan dengan kondisi awal siswa dan
keberhasilan tindakan pada siklus 2 diketahui dengan cara membandingkan dengan
siklus 1. Sedangkan indikator kerja tindakan dapat dilihat dari kriteria yang telah
ditentukan peneliti, dengan kriteria apabila siswa kelas X TKRb SMKN 2 Surakarta
menunjukkan hal-hal berikut:
a) Peningkatan aktivitas belajar siswa dari kondisi awal ke siklus 1 dan dari siklus
1 ke siklus 2.
b) Peningkatan hasil belajar dari kondisi awal ke siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus
2.
H. Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini
terdiri dari dua siklus, masing-masing siklus melalui tahap perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Adapun guru peneliti bertindak sebagai pelaksana pembelajaran, observasi,
pengumpul data, penganalisis data, dan pelapor hasil penelitian.
1. Rincian Prosedur Penelitian.
a. Siklus 1
1) Perencanaan Tindakan.
Persiapan tindakan didasarkan pada kondisi awal yang telah diuraikan pada latar
belakang penelitian, yaitu siswa kurang bersemangat dalam pembelajaran prosedur
pengelasan, sehingga hasil belajar siswa sangat kurang dalam pembelajaran prosedur
pengelasan. Dan guru menjelaskan dengan menggunakan dengan metode ceramah.
Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah:
Tabel 2. Perencanaan Kegiatan Tindakan Pada Siklus 1
No Tahapan
Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu
1.
Kegiatan awal
1. Guru menciptakan
lingkungan/suasana
1. Siswa
melakukan
15 menit
2.
Kegiatan inti
awal belajar: salam
pembuka, berdoa,
mengabsen
2. Guru menjelaskan
tentang teori dalam
prosedur
pengelasan.
1. Guru membagi
kelompok dalam
kelas yang
beranggotakan 6
siswa dengan
masing-masing
menerima lembar
kerja yang disertai
langkah-langkah
dalam pengelasan.
Guru menjelaskan
langkah-langkah
kerja pada materi
prosedur
pengelasan.
2. Guru membimbing,
mengarahkan, dan
mengkondisikan
serta mengawasi
siswa.
kegiatan yang
disuruh oleh
guru
2. Siswa
memperhatikan
penjelasan guru
1. Siswa
memperhatikan
penjelasan guru
2. Siswa
menyampaikan
kesulitan dan
hambatan dalam
prosedur
pengelasan.
135
menit
3. Kegiatan akhir 1. Meminta siswa
bertanya tentang hal
yang belum jelas
pada langkah-
langkah kerja pada
sistem prosedur
pengelasan,
melanjutkan tugas
prosedur pengelasan
pada pertemuan 2
serta pertemuan 3
mendiskusikan hasil
dari prosedur
pengelasan.Pada
pertemuan 4
diadakan penilaian
sebagai hasil belajar
siklus 1
1. Siswa
mengerjakan
tugas prosedur
pengelasan yang
diberikan guru.
30 menit
2) Tindakan
Siklus 1 dilaksanakan selama 4 kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 45 menit
untuk sekali pertemuan. Pada pertemuan pertama guru menjelaskan teori prosedur
pengelasan dilanjutkan dengan membagi kelompok yang beranggotakan 6 orang serta
menbagi lembar kerja yang berisi langkah-langkah kerja dalam prosedur pengelasan.
Pada pertemuan kedua digunakan untuk melanjutkan prosedur pengelasan yang
menjadi tugas minggu lalu. Pada pertemuan ketiga membahas hasil kerja dari prosedur
pengelasan serta mendiskusikan hasil kerja masing-masing kelompok. Pada pertemuan
keempat melanjutkan diskusi tentang hasil kerja dari prosedur pengelasan.
3) Observasi
Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yang dilakukan
oleh kolaborator. Fokus pemantauan adalah proses penerapan tindakan, aktivitas siswa
selama pembelajaran yang berdasarkan keaktifan serta antusias siswa dalam
mengerjakan setiap tugas pada pembelajaran serta hasil belajar sesuai dengan lembar
pemantauan dan perangkat evaluasi yang telah disiapkan.
4) Refleksi
Hasil pemantauan dan evaluasi dianalisis untuk diperoleh gambaran bagaimana dampak
pembelajaran yang telah direncanakan yaitu dengan menerapkan pembelajaran dengan
metode pembelajaran eksperimen terbimbing .Hasil analisis yang diperoleh merupakan
refleksi dari apa yang telah terjadi selama penerapan tindakan pada siklus 1.
Permasalahan pada siklus 1 digunakan sebagai pertimbangan untuk merumuskan
perencanaan tindakan pada Siklus 2.
b. Siklus 2
1) Perencanaan
Dalam tahap perencanaan tindakan pada siklus 1 peneliti mempelajari hasil refleksi
tindakan yang lebih efektif pada siklus 1, sehingga pada siklus 2 merupakan
penyempurnaan pada siklus 1.
Adapun pelaksanaan perencanaan tindakan pada siklus 2 pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Perencanaan Pelaksanaan Tindakan pada Siklus 2
No Tahapan
Kegiatan Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Waktu
1.
2.
Kegiatan awal
Kegiatan inti
1. Guru menciptakan
lingkungan/suasana
awal belajar salam
pembuka, berdoa,
mengabsen
2. Guru menjelaskan
teori prosedur
pengelasan yang
kedua.
1.Guru membagi
kelompok yang
1. Siswa
melakukan
kegiatan yang
disuruh oleh
guru.
2. Siswa
memperhatikan
penjelasan guru
1. Siswa
memperhatikan
15 menit
135
menit
3.
.
Kegiatan akhir
beranggotakan 4 siswa
dan membagi lembar
kerja siswa. Guru
menjelaskan langkah-
langkah kerja dalam
materi prosedur
pengelasan yang kedua.
2. Guru membimbing,
mengarahkan, dan
mengkondisikan serta
mengawasi siswa.
1. Meminta pada siswa
bertanya tentang
langkah-langkah
kerja pada prosedur
pengelasan 2. Pada
pertemuan ke 2
melanjutkan tugas
prosedur pengelasan
2 dan pada
pertemuan ke 3
diadakan diskusi
tentang hasil
prosedur pengelasan
2 dan pada
pertemuan keempat
diadakan presentasi
penjelasan dari
guru .
2. Siswa
menyampaikan
kesulitan dan
hambatan dalam
prosedur
pengelasan.
1. Siswa
mengerjakan tugas
prosedur
pengelasan yang
diberikan guru.
15 menit
tentang hasil belajar.
2) Tindakan
Tindakan yang dilakukan pada tahap ini sama seperti pada siklus 1 yaitu dilaksanakan
selama 4 kali pertemuan, tetapi pada siklus 2 pada pertemuan pertama guru menjelaskan
materi prosedur pengelasan 2 dan guru membagi kelompok yang beranggotakan 4 siswa
serta membagi lembar kerja yang berisi materi prosedur pengelasan 2, kemudian guru
menjelaskan langkah-langkah pengerjaan pada prosedur pengelasan 2. Pada pertemuan
kedua siswa melanjutkan pengerjaan prosedur pengelasan 2 dan guru selalu
mendampingi dalam prosedur pengelasan 2. Pada pertemuan ketiga mendiskusikan hasil
prosedur pengelasan 2 dan pada pertemuan keempat diadakan ulangan harian 2 sebagai
data pada siklus
3) Observasi
Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yang dilakukan
oleh kolaborator. Fokus pemantauan adalah proses penerapan tindakan, aktivitas siswa
selama pembelajaran yang berdasarkan keaktifan serta antusias siswa dalam
mengerjakan setiap tugas pada pembelajaran serta hasil belajar sesuai dengan lembar
pemantauan dan perangkat evaluasi yang telah disiapkan.
4) Refleksi
Hasil pemantauan dan evaluasi dianalisis untuk diperoleh gambaran bagaimana dampak
pembelajaran yang telah direncanakan yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran
eksperimen terbimbing. Hasil analisis yang diperoleh merupakan refleksi dari apa yang
telah terjadi selama penerapan tindakan pada siklus 2. Permasalahan pada siklus 2
digunakan sebagai tindakan akhir penelitian.
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Kondisi Awal
1. Deskripsi Aktivitas Belajar
Pada pembelajaran produktif pada kompetensi prosedur pengelasan
pada kondisi awal yaitu pada kelas X TKRb semester 1 tahun pelajaran 2009/2010
aktivitas belajar siswa masih sangat kurang, siswa banyak yang hanya melihat-lihat
teman yang sedang mengerjakan pekerjaan las bahkan ada sebagian siswa yang
hanya bercakap-cakap dengan teman lain tanpa mempedulikan pelajaran praktek
yang diberikan oleh guru, sehingga yang terjadi siswa hanya bisa secara teoritik saja
dan tidak bisa mengerjakan tugas praktek dengan bagus.
Pada kondisi awal dalam pembelajaran guru hanya menjelaskan tahap-
tahap pengerjaan las hanya dengan metode ceramah walaupun sudah ada lembaran
cara pengerjaan las, tetapi masih bersifat langkah-langkah secara umum, hal inilah
yang menbuat siswa tidak jelas dalam pengerjaan las, sebagian siswa ada yang malu
untuk bertanya pada guru. Pada kondisi awal ini juga sebagian besar siswa merasa
kebingungan langkah-langkah apa yang mereka harus kerjakan setelah mengerjakan
yang pertama, untuk langkah kedua mereka kadang lupa mengerjakan hal ini
disebabkan langkah-langkah yang diberikan pada guru tidak bisa diterima oleh
siswa. Hal ini yang menyebabkan aktivitas belajar siswa masih kurang pada kondisi
awal, sehingga perlu suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar
siswa.
2. Deskripsi Prestasi Belajar
Pada kondisi awal yaitu pada nilai semester 1 tahun pelajaran 2009/2010 siswa
kelas X TKRb yang berada di bawah nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) ada
12 siswa dari 34 siswa atau ada 35,94%, sedangkan nilai terendah dicapai pada nilai
63 dan nilai tertinggi 78 serta rerata kelas adalah 73.58, hal ini disebabkan karena
lembar kerja siswa tidak mencerminkan langkah-langkah yang pasti, sehingga akan
27
membuat siswa bingung langkah mana yang harus di kerjakan oleh mereka,
sehingga berakibat nilai mereka masih sangat kurang, sehingga hasil belajar yang
dicapai juga tidak memuaskan.
Padahal dalam kompetensi prosedur pengelasan agar hasil yang dicapai bagus maka
diperlukan suatu langkah-langkah yang memudahkan siswa untuk mengerjakan
prosedur pengelasan, sehingga siswa tidak akan lupa untuk langkah berikutnya,
walaupun siswa sudah dijelaskan guru dengan jelas, tetapi di tengah-tengah mereka
mengerjakan tetap mereka akan lupa, tanpa ada prosedur kerja yang sistematika
akan mengakibatkan hasil yang dicapai juga tidak bagus. Adapun tabel nilai hasil
praktek pada kondisi awal kelas X TKRb dapat disajikan pada tabel 4 sebagai
berikut:
Tabel 4. Nilai Hasil Praktek Kondisi Awal
No Uraian Ulangan Harian
1 Nilai terendah 63
2 Nilai tertinggi 78
3 Nilai rerata 73,58
4 Rentang nilai 15
Adapun interval nilai siswa dapat disajikan dalam tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5. Interval Nilai Siswa pada Kondisi Awal
No Interval Frekuensi
1 60-63 2
2 64-67 2
3 68-71 1
4 72-75 16
5 76-79 13
JUMLAH 34
Dari tabel 5 terlihat bahwa siswa kelas X TKRb mempunyai nilai dibawah KKM
sebanyak 12 siswa atau sebanyak 35,94% dari jumlah siswa sebanyak 34, untuk
lebih jelasnya perhatikan gambar 3 berikut:
Gambar 3. Diagram Balok Nilai Hasil Praktek pada kondisi Awal
B. Deskripsi Hasil Siklus I
1. Perencanaan Tindakan
Pada pembelajaran siklus 1 pada kompetensi prosedur pengelasan kegiatan awal
guru memberikan apersepsi dengan menjelaskan pengertian prosedur pengelasan
dengan cara ceramah. Pada kegiatan inti yang terdiri dari 4 kali pertemuan dengan
setiap pertemuan dengan waktu 4 x 45 menit guru membagi kelompok berdasarkan
nilai pada kondisi awal dengan penyebaran siswa yang beranggotakan 6 orang di
mana masing-masing anak diharuskan mengerjakan prosedur pengelasan secara
individual, nilai pada hasil praktek digunakan data pada siklus 1.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Pertemuan Pertama.
Pada pertemuan pertama guru memberikan apersepsi dengan menjelaskan tentang
pengetahuan proses pengelasan busur listrik dan sifat bahan mekanis. Pada
pertemuan ini juga dijelaskan proses pengelasan benda kerja dengan las busur
listrik. Pada pertemuan ini pula guru membagi kelompok siswa yang beranggotakan
6 anak berdasarkan nilai pada kondisi awal, selanjutnya guru membagikan
lembaran-lembaran kerja yang berisikan langkah-langkah tentang proses pengelasan
benda kerja dengan las busur listrik yang dijelaskan perkelompok.
b. Pertemuan kedua
Pada pertemuan kedua guru menjelaskan lembaran-lembaran yang dibagikan pada
siswa pada pertemuan pertama, kemudian siswa mengerjakan proses pengelasan
benda kerja dengan las busur listrik. Kegiatan ini dilakukan secara kelompok tetapi
setiap anak melakukan proses pengelasan benda kerja dengan las busur listrik
secara individu.
c. Pertemuan ketiga dan keempat
Pada pertemuan ketiga siswa melanjutkan tugas tentang proses pengelasan benda
kerja dengan las busur listrik sampai pada akhir pertemuan. Pada pertemuan
keempat setiap siswa mengumpulkan hasil kerja mereka, selanjutnya diadakan
diskusi tentang hasil kerja pengelasan benda kerja dengan las busur listrik.
3. Hasil pengamatan
Pada hasil pengamatan pada pelaksanaan tindakan siklus 1 pada pengamatan
aktivitas belajar siswa, sebagian besar siswa sudah aktif dalam pembelajaran
prosedur pengelasan. Dengan pembagian kelompok yang beranggotakan 6 anak
membuat kegiatan pembelajaran semakin efektif dibandingkan dengan cara klasikal.
Pada siklus ini sebagian siswa sudah mulai paham tentang langkah-langkah apa
yang mereka kerjakan dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, hal ini
dikarenakan karena lembaran kegiatan yang dibagikan pada siswa disertai langkah
yang prosedural, sehingga apabila siswa lupa langkah selanjutnya dapat melihat
lembaran kerja. Pada pertemuan ke empat pada pelaksanaan diskusi tentang hasil
kerja siswa, sebagian siswa sudah mulai aktif berdiskusi tentang hasil kerja mereka,
sehingga pada siklus 1 siswa sudah mulai aktif dalam pembelajaran.
Pada pengamatan aktivitas belajar siswa guru menggunakan lembar observasi
aktivitas belajar siswa dengan mengamati selama pembelajaran atau di saat siswa
sedang melakukan praktek pengelasan benda kerja dengan las busur listrik. Dari
lembar observasi aktivitas belajar dilakukan penilaian dengan kriteria nilai sangat
baik diberi nilai 10, baik diberikan nilai 8, kriteria cukup diberi nilai 6 sedangkan
kurang diberi nilai 4, selanjutnya di jumlahkan dari 10 variabel yang diteliti, maka
akan didapatkan nilai aktivitas belajar. Dari nilai aktivitas belajar tersebut
dikelompokkan berdasarkan kategori tinggi, sedang dan rendah. Siswa yang
menpunyai nilai diatas nilai rata- rata dikategorikan tinggi, sedangkan siswa yang
menpunyai nilai aktivitas belajar siswa sama dengan nilai rerata dikategorikan
sedang, siswa yang mempunyai nilai di bawah nilai rata- rata dikelompokkan pada
kategori rendah. Adapun penilaian aktivitas belajar pada siklus 1 disajikan pada
Tabel 6 berikut:
Tabel 6. Nilai Aktivitas Belajar pada Siklus 1
No Uraian Nilai Aktivitas
1 Nilai terendah 67
2 Nilai tertinggi 83
3 Nilai rerata 75,55
4 Rentang nilai 16
Adapun tabel distribusi frekuensi aktivitas belajar siswa disajikan pada tabel 7
berikut:
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa Siklus 1
No Interval Frekuensi Frekuensi relatif 1 65-69 7 20,58% 2 70-74 8 23,52% 3 75-79 18 52,94% 4 80-84 1 2,94%
Jumlah 34 100%
Dari tabel 7 terlihat bahwa berdasarkan pengelompokkan aktivitas belajar
siswa dapat dikelompokkan menjadi aktivitas tinggi, sedang, rendah berdasarkan
nilai rerata sehingga didapat 19 siswa mempunyai aktivitas belajar tinggi, 4 siswa
mempunyai aktivitas belajar sedang, 11 siswa mempunyai aktivitas belajar rendah
dengan nilai rerata 75,55. Adapun diagram nilai aktivitas belajar siswa dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4. Diagram Balok Nilai Aktivitas Belajar siswa pada Siklus 1
Sedangkan pada hasil belajar yang diambil pada nilai hasil praktek siswa pada
prosedur pengelasan benda kerja dengan busur listrik yang norma penilaiannya
berdasarkan kriteria terlampir didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 8. Nilai Hasil Belajar Siklus 1
No Uraian Nilai Praktek
1 Nilai terendah 70
2 Nilai tertinggi 80
3 Nilai rerata 75,5
4 Rentang nilai 10
Adapun tabel distribusi frekuensi nilai hasil belajar siswa dapat disajikan
dalam Tabel 9 sebagai berikut:
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siklus 1
No Interval Frekuensi Frekuensi relatif 1 70-74 4 11,74% 2 75-79 29 85,23% 3 80-84 1 2,94%
Jumlah 34 100%
Dari Tabel 9 terlihat berdasarkan kriteria terlampir bahwa hasil belajar siswa
yang mempunyai kriteria baik adalah 1 siswa atau 2,94%, sedangkan 29 siswa atau
85,23% dengan kriteria cukup dan 4 siswa atau 11,74% dengan kriteria kurang. Adapun
gambar diagram balok nilai hasil belajar siswa sebagai berikut:
Gambar 5. Diagram Balok Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1
4. Refleksi
Penerapan metode pembelajaran dengan eksperimen terbimbing pada mata pelajaran
prosedur las pada hasil kerja proses pengelasan benda kerja dengan las busur listrik,
dibandingkan dengan kondisi awal terjadi peningkatan seperti terlihat pada Tabel 10
berikut:
Tabel 10. Refleksi dari Kondisi awal ke Siklus 1
No Uraian Kondisi awal Siklus 1
1 Tindakan Dalam pembelajaran
dengan metode
ceramah, tanpa disertai
dengan lembaran kerja
yang sistematis.
Dalam pembelajaran
disertai dengan metode
eksperimen terbimbing
dengan pembagian
kelompok yang
beranggotakan 6 siswa.
2 Aktivitas
Belajar
Siswa
Pada kondisi awal
siswa belum aktif
dalam pembelajaran
terutama masih ada
siswa yang tidak mau
mengerjakan tugas
yang diberikan oleh
guru, mereka hanya
duduk saja bahkan ada
yang bermain-main saja
tanpa memperdulikan
tugas yang diberikan
oleh guru.
Siswa sebagian sudah
mulai aktif dalam
pembelajaran, mereka
suadah mulai
mengerjakan tugas-
tugas yang diberikan
oleh guru dengan baik
dengan baik. Diskusi
antara teman dalam satu
kelompok sudah mulai
aktif, interaksi antara
guru juga sudah mulai
kelihatan. Hasil laporan
observasi dengan
lembar pengamatan
aktivitas belajar siswa
diperoleh 9 siswa
mempunyai aktivitas
tinggi, 4 siswa
mempunyai aktivitas
sedang, 11 siswa
mempunyai aktivitas
rendah dengan nilai
rerata 75,55, dengan
nilai aktivitas terendah
67 dan nilai tertinggi 83.
3 Hasil
belajar
Nilai hasil belajar pada
kondisi awal didapat,
nilai terendah 63 dan
nilai tertinggi 78
dengan nilai rerata
73,58.
Nilai hasil belajar
dengan kriteria
terlampir nilai terendah
70 dan nilai tertinggi 80
dengan nilai rerata 75,5.
Dari Tabel 10 tentang pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran
eksperimen terbimbing terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa, dengan
pengelompokkan aktivitas tinggi, sedang, rendah yang berdasarkan pada nilai rerata
didapatkan hasil siswa beraktivitas tinggi 9 siswa atau 26,47%, siswa beraktivitas
sedang 4 siswa atau 11,76%, siswa beraktivitas rendah 11 siswa atau 32,35%
dengan nilai rerata 75,55. Peningkatan aktivitas belajar siswa ini dikarenakan siswa
mulai senang dengan metode eksperimen terbimbing yang dilengkapi dengan
lembaran kerja yang berisi langkah-langkah kerja yang sistematis, sehingga apabila
siswa lupa untuk mengerjakan langkah- langkah pengerjaan prosedur pengelasan
dapat melihat kembali.
Pada pembelajaran siklus 1 dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing
siswa sudah mulai aktif dalam mengerjakan tugas dari guru, siswa aktif melakukan
diskusi antar anggota kelompok, sehingga hasil kerja mereka menjadi bagus.
Pembagian kelompok dalam pembelajaran ini menbuat siswa mulai berinteraksi
dengan teman, bahkan dalam kelompok tersebut siswa saling menbantu teman
dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Interaksi siswa dengan guru
sudah mulai kelihatan siswa sudah mulai aktif bertanya pada guru serta berdiskusi
dengan terhadap hasil kerja mereka.
Pada tes prestasi belajar yang mengukur hasil belajar siswa pada aspek ketrampilan
yang berupa hasil kerja siswa yang dikategorikan sesuai terlampir terjadi
peningkatan nilai terendah dari 63 menjadi 70 atau mengalami peningkatan 20,63
persen. Nilai tertinggi terjadi peningkatan dari 78 menjadi 80 atau terjadi
peningkatan 23,07% dan nilai rerata naik dari 73,58 menjadi 75,5 atau mengalami
kenaikan sebesar 2,6 persen.
Berdasarkan hasil di atas siswa yang mempunyai kriteria baik dalam mengerjakan
prosedur pengelasan terlampir hanya 1 siswa sedangkan yang menpunyai kriteria
cukup 29 siswa dan 4 siswa mempunyai kriteria kurang, sehingga perlu adanya
tindakan pada siklus 2, dengan pembagian kelompok yang lebih kecil lagi, serta
lembaran-lembaran kerja dibuat dengan langkah-langkah yang lebih sistematis,
sehingga diharapakan pada siklus 2 terjadi peningkatan aktivitas belajar dan hasil
belajar.
C. Deskripsi Hasil Siklus 2
1. Perencanaan Tindakan
Pada pembelajaran siklus 2 yang merupakan penyempurnaan dari siklus 1, dimana
pada siklus 2 pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing
dengan pengelompokkan siswa dengan anggota 4 siswa, serta lembaran-lembaran
kerja yang diberikan kepada siswa dibuat seefektif mungkin sehingga hasil kerja
yang dikerjakan akan bagus. Pada kegiatan awal guru memberikan apersepsi tentang
macam-macam posisi pengelasan dengan busur listrik, menjelaskan jenis-jenis
elektroda serta menjelaskan cara mengelas bahan baja dengan las busur listrik pada
posisi bawah tangan. Dalam kegiatan inti yang terdiri dari 4 kali pertemuan dengan
1 kali pertemuan pada pertemuan diadakan presentasi hasil kerja dari masing-
masing kelompok. Pada kegiatan inti guru membagi kelompok menjadi 8 kelompok,
pada pertemuan ini guru menjelaskan cara mengelas bahan baja logam dengan las
busur listrik pada posisi bawah tangan, dengan menggunakan langkah-langkah yang
sistematis, sehingga diharapkan siswa akan lebih paham.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Pertemuan Pertama
Pada pertemuan yang pertama guru memberikan apersepsi materi tentang macam-
macam posisi pengelasan dengan busur listrik, menjelaskan jenis-jenis elektroda
serta menjelaskan cara mengelas bahan baja dengan las busur listrik pada posisi
bawah tangan dengan menggunakan demonstrasi. Pada pertemuan ini juga guru
membentuk kelompok menjadi 8 kelompok, kemudian guru menbagi lembaran-
lembaran kerja pada tiap kelompok. Pada pertemuan ini guru menbagi benda kerja
sejumlah siswa yang berada dikelompok mereka, selanjutnya guru dengan
selangkah demi selangkah guru menjelaskan tentang cara mengelas bahan baja
lunak dengan las busur listrik pada posisi bawah tangan.
b. Pertemuan Kedua dan Pertemuan Ketiga
Pada pertemuan yang kedua dan ke tiga siswa melakukan praktek pengelasan
dengan las busur listrik pada posisi bawah tangan secara kelompok dengan benda
kerja sesuai dengan anggota kelompok. Pada pertemuan ini guru mengelilingi tiap
kelompok agar guru bisa memantau hasil kerja siswa, serta dapat mengisi lembar
observasi aktivitas belajar.
c. Pertemuan Keempat
Pada pertemuan yang keempat guru memeriksa hasil kerja tiap kelompok yang
sudah selesai dalam mengerjakannya. Pada pertemuan ini juga diadakan presentasi
terhadap hasil kerja siswa.
3. Hasil pengamatan
Hasil pengamatan tentang aktivitas belajar siswa, di mana pada siklus 2
menggunakan metode eksperimen terbimbing dengan pembagian kelompok yang
beranggotakan 4 siswa terlihat siswa sudah mulai aktif dalam pembelajaran,
penjelasan guru pada pengelasan dengan bahan baja lunak dengan las busur listrik
pada posisi bawah tangan yang menggunakan langkah-langkah yang terbimbing
menbuat siswa semakin paham dengan pegelasan dengan busur listrik pada posisi
bawah tangan, sehingga siswa sangat aktif dalam pembelajaran ini. Pada
pembelajaran siklus 2 siswa dituntut untuk mengerjakan satu hasil kerja seperti pada
siklus 1, tetapi anggota kelompok yang kecil menbuat siswa lebih aktif dalam
mengerjakan hasil kerja mereka. Pada pembelajaran ini juga diadakan presentasi
tentang hasil kerja mereka, di mana siswa mempresentasikan dengan bagus.
Pada pengamatan lembar observasi aktivitas belajar siswa yang dilakukan oleh guru
pada saat siswa mengerjakan tugas dari guru dan saat melakukan presentasi
didapatkan nilai aktivitas belajar siswa sebagai berikut:
Tabel 11. Nilai Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus 2
No Uraian Nilai Aktivitas
1 Nilai terendah 75
2 Nilai tertinggi 92
3 Nilai rerata 85,14
4 Rentang nilai 17
Adapun tabel distribusi frekuensi aktivitas belajar siswa disajikan pada Tabel 12
berikut:
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Aktivitas Belajar Siswa Siklus 2
No Interval Frekuensi Frekuensi relatif 1 75-79 3 8,82% 2 80-84 9 26,47% 3 85-89 18 52,94% 4 90-94 4 11,76%
Jumlah 34 100
Berdasarkan Tabel 12 tentang distribusi frekuensi aktivitas belajar dengan
pengelompokkan seperti pada siklus 1 didapat 17 siswa menpunyai aktivitas tinggi,
5 siswa menpunyai aktivitas sedang dan 13 siswa menpunyai aktivitas rendah
dengan nilai rerata 85,14. Adapun diagram distribusi frekuensi aktivitas belajar
siswa adalah berikut:
Gambar 6. Diagram Balok Aktivitas Belajar Siswa pada Siklus 2
Sedangkan pada hasil belajar yang diambil pada nilai hasil praktek siswa pada
pengelasan bahan baja lunak dengan las busur listrik pada posisi bawah tangan yang
norma penilaiannya berdasarkan kriteria terlampir didapat hasil sebagai berikut:
Tabel 13. Nilai Hasil Belajar Siklus 2
No Uraian Nilai Praktek
1 Nilai terendah 74
2 Nilai tertinggi 84
3 Nilai rerata 78,5
4 Rentang nilai 10
Adapun Tabel distribusi frekuensi nilai hasil belajar dapat disajikan dalam
Tabel 14 sebagai berikut:
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siklus 2
No Interval Frekuensi Frekuensi relatif 1 70-74 1 2,94% 2 75-79 24 70,58% 3 80-84 9 26,47%
Jumlah 34 100%
Pada nilai praktek siswa yang merupakan nilai hasil belajar berdasarkan kriteria
terlampir didapat 1 siswa mendapat nilai kurang atau 2,94%, 24 siswa mendapat
nilai cukup atau 70,58%, sedangkan 9 siswa mendapat nilai baik atau 26,47%.
Adapun distribusi nilai hasil belajar dapat digambarkan dalam bentuk diagram
berikut:
Gambar 7. Diagram Balok Nilai Hasil Belajar Siswa pada Siklus 2
4. Refleksi
Penerapan metode pembelajaran dengan menggunakan eksperimen terbimbing pada
siklus 2 dengan pembagian kelompok yang beranggotakan 4 siswa siklus 2 terjadi
peningkatan dari siklus 1, seperti terlihat pada Tabel berikut:
Tabel 15. Refleksi dari Siklus 1 ke Siklus 2
No Uraian Siklus 1 Siklus 2
1 Tindakan Dalam pembelajaran
dengan metode eksperimen
terbimbing yang terdiri 6
siswa dalam kelompok,
dengan penjelasan dari guru
secara bertahap dalam
Dalam
pembelajaran
dengan metode
eksperimen
terbimbing, di mana
siswa dibagi
menjelaskan prosedur
pengelasan benda kerja
dengan las busur listrik,
dilanjutkan dengan diskusi
tentang hasil kerja siswa.
menjadi 8
kelompok yang
beranggotakan
masing-masing 4
siswa. Pada
pembelajaran siklus
2 dengan tentang
mengelas dengan
bahan baja lunak
dengan las busur
listrik pada posisi
bawah tangan yang
dijelaskan dengan
cara selangkah demi
selangkah.Pada
pembelajaran guru
melakukan
pengamatan hasil
kerja secara
berkeliling, serta
pada akhir
pertemuan diadakan
presentasi hasil
kerja kelompok dan
diadakan penilaian
hasil kerja.
2 Aktivitas
Belajar
Siswa
Pada siklus 1 aktivitas
belajar sudah mulai
mengalami peningkatan,
pada siklus ini karena
terbentuknya kelompok
sudah terjadi interaksi
antara siswa dengan siswa
atau siswa dengan guru.
Aktivitas belajar siswa
tampak pada pengerjaan
prosedur pengelasan benda
kerja las busur listrik, siswa
tampak semangat dalam
mengerjakan, tetapi pada
siklus ini masih ada
beberapa siswa yang
bermain- main dengan
teman lain. Berdasarkan
lembar pengamatan
aktivitas belajar siswa
Siswa sudah
berusaha aktif
dalam
pembelajaran, pada
siklus ini dibentuk
kelompok yang
beranggotakan 4
siswa, dalam
pembelajaran
dengan metode
eksperimen
terbimbing siswa
sudah aktif dalam
pembelajaran,
mereka aktif
bertanya pada siswa
lain, bahkan mereka
aktif bertanya pada
guru serta pada
akhir pembelajaran
didapat 19 siswa
mempunyai aktivitas tinggi,
4 siswa mepunyai aktivitas
sedang serta 11 siswa
mempunyai aktivitas rendah
dengan nilai rerata 75,55
dengan nilai terendah 67
dan nilai tertinggi 83.
diadakan presentasi
hasil kerja mereka,
sehingga terjadi
tanggung jawab
dalam kelompok
mereka. Berdasakan
lembar pengamatan
aktivitas belajar
siswa didapat 17
siswa mempunyai
aktivitas tinggi, 5
siswa mempunyai
aktivitas sedang,
serta 13 siswa
mempunyai
aktivitas rendah
dengan nilai rerata
85,14 dengan nilai
terendah 75 dan
nilai tertinggi 92
dengan nilai rerata
85,14.
3 Hasil
belajar
Nilai hasil praktek didapat
nilai terendah 70 dan nilai
tertinggi 80 dan nilai rerata
75,5, sedangkan
berdasarkan kriteria
penilaian hasil kerja
pengelasan benda kerja
dengan busur listrik
terlampir didapat 1 siswa
berkategori baik, 29 siswa
berkategori cukup dan 4
siswa berkategori kurang.
Nilai hasil praktek
didapat nilai
terendah 74 dan
nilai tertinggi 84
dengan nilai rerata
78,5, sedangkan
berdasarkan kriteria
penilaian hasil kerja
mengelas dengan
bahan baja lunak
dengan las busur
listrik pada posisi
bawah tangan
terlampir didapat 9
siswa kategori baik,
24 siswa kategori
cukup dan 1 siswa
kategori kurang.
Dari Tabel 15 di atas tentang pembelajaran dengan menggunakan metode
eksperimen terbimbing terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa, berdasarkan
lembar observasi aktivitas belajar siswa terjadi peningkatan nilai terendah dari 67
menjadi 75 atau mengalami peningkatan 11,94%, sedangkan nilai tertinggi terjadi
peningkatan dari 83 menjadi 92 atau mengalami peningkatan sebesar 10,84%, untuk
nilai rerata terjadi peningkatan dari 75,55 menjadi 85,14 atau mengalami
peningkatan sebesar 12,69%. Untuk aktivitas belajar siswa yang dikategorikan
tinggi, sedang, rendah terjadi peningkatan berdasarkan nilai reratanya.
Pada pembelajaran siklus 2 dengan menggunakan metode eksperimen
terbimbing, pembelajaran di buat seefektif mungkin agar pada siklus ini siswa
benar-benar mengerjakan tugas dari guru. Pada pembelajaran dengan eksperimen
terbimbing siswa benar-benar dibimbing oleh guru dengan berdasarkan lembaran
kerja yang dibuat tahap-tahap dalam pengelasan, pada pembelajaran ini juga dibuat
kelompok dengan anggota 4 orang, dengan harapan tidak ada siswa yang tidak
mengerjakan tugas dari guru, sehingga tugas yang diberikan oleh guru sesuai
dengan jumlah siswa dalam kelompok akan menbuat siswa mempunyai rasa
tanggung jawab yang besar. Pada mengelas bahan baja lunak dengan busur listrik
pada posisi bawah tangan, guru juga mengelilingi kelompok - kelompok sehingga
pada siklus 2 terjadi interaksi siswa dengan guru, serta adanya presentasi terhadap
hasil kerja tiap kelompok di mana setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja
mereka yang disertai dengan tahap-tahap cara pembuatanya. Adapun perbandingan
aktivitas belajar siswa dari siklus 1 dan siklus 2 sebagai berikut:
Tabel 16. Perbandingan Nilai Aktivitas Siswa Dari Siklus 1 dan Siklus 2
No Interval Siklus 1 Siklus 2
1 65-69 7 0
2 70-74 8 0
3 75-79 18 3
4 80-84 1 9
5 85-89 0 18
6 90-94 0 4
Jumlah 34 34
Adapun diagram perbandingan aktivitas belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2
sebagai berikut:
Gambar 8. Perbandingan Nilai Aktivitas Belajar Siklus 1 dan Siklus 2
Pada hasil kerja siswa pada siklus 2 dengan pembelajaran menggunakan
metode eksperimen terbimbing sudah ada peningkatan nilai hasil belajar
berdasarkan kriteria penilaian terlampir terjadi peningkatan pada nilai terendah dari
nilai 70 menjadi 74 atau meningkat sebesar 5,71 persen, pada nilai tertinggi terjadi
peningkatan dari 80 menjadi 84 atau meningkat sebesar 5 persen, sedangkan nilai
rerata terjadi peningkatan dari 75,5 menjadi 78,5 atau meningkat sebesar 3,97
persen. Peningkatan hasil belajar dari siklus 1 ke siklus 2 meningkat hal ini
dikarenakan pada siklus 2 siswa mulai aktif mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru serta mereka mengerjakan dengan sangat bagus. Dengan adanya lembar kerja
yang dijelaskan oleh guru pada setiap tahap dalam mengerjakan pengelasan
menbuat siswa sangat bersemangat dalam mengerjakan tugas dari guru, sehingga
hasil kerja dari siswa juga akan meningkat. Adapun Tabel perbandingan hasil
belajar dari siklus 1 ke siklus 2 adalah berikut:
Tabel 17. Perbandingan Nilai Hasil Belajar dari Siklus 1 ke Siklus 2
No Interval Siklus 1 Siklus 2
1 70-74 4 1
2 75-79 29 24
3 80-84 1 9
Jumlah 34 34
Adapun diagram perbandingan hasil belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2
sebagai berikut:
Gambar 9. Peningkatan Hasil Belajar dari Siklus 1 ke Siklus 2
D. Pembahasan
Tabel 18. Pembahasan Tindakan dari Kondisi Awal ke Siklus 2
No Kondisi Awal Siklus 1 Siklus 2/Kondisi Akhir
1 Dalam pembelajaran menggunakan metode ceramah.
Dalam pembelajaran guru menggunakan metode pembelajaran dengan eksperimen terbimbing yang
Dalam pembelajaran guru menggunakan metode eksperimen terbimbing dengan menbentuk kelompok
disertai dengan lembaran kerja tentang cara pengelasan benda kerja dengan las busur listrik. Dalam siklus ini dibentuk kelompok yang beranggotakan 6 orang pada pertemuan terakhir diadakan diskusi tentang hasil yang telah dikerjakan oleh siswa.
yang beranggotakan 4 siswa di mana dalam kelompok tersebut setiap anak diberi benda kerja untuk mengelas bahan baja lunak dengan las busur listrik pada posisi bawah tangan. Pada pembelajaran guru menjelaskan tiap – tiap langkah dalam pengerjaan las, pada saat pengerjaan guru selalu mengelilingi kelompok untuk melihat hasil kerja. Pada akhir pelajaran diadakan presentasi tentang hasil kerja mereka.
Tabel 19. Pembahasan Aktivitas Belajar dari Kondisi Awal ke Siklus 2
No
Kondisi Awal Siklus 1
Siklus 2 /
Kondisi akhir
Refleksi Kondisi Awal
ke Kondisi Akhir
1 Dalam pembelajaran guru menjelaskan dengan metode ceramah tanpa disertai dengan lembaran kerja sehingga akan membuat
Siswa sudah mulai aktif dalam pembelajaran dengan eksperimen terbimbing dengan pembagian kelompok yang beranggotakan 6 siswa mulai nampak
Siswa sudah mulai bersemangat dalam pembelajaran dan sangat aktif mulai mengerjakan tugas dari guru, hal ini dikarenakan pada pembelajaran anggota kelompok dibuat
Dari kondisi awal ke kondisi akhir terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing , siswa sudah
siswa tidak selesai dalam melakukan pengerjaan pengelasan, karena pada saat sudah sampai setengah kerja siswa lupa akan langkah berikutnya dan biasanya mereka malu untuk bertanya pada guru, akhirnya yang terjadi mereka malah bercakap-cakap ataupun bermain- main dengan alat yang ada di bengkel.
aktivitas belajar siswa, siswa sudah mulai mengerjakan tugas dari guru dengan baik. Dengan adanya lembar kerja yang diberikan oleh guru akan menbuat siswa lebih bersemangat dalam melakukan tugas dari guru, sehingga apabila mereka lupa akan langkah-langkah pengerjaan mereka bisa melihat dalam lembar kerja. Pada pembelajaran ini sudah mulai ada interaksi siswa dengan guru atau siswa dengan siswa, tetapi karena jumlah anggota
menjadi lebih kecil dengan harapan siswa akan aktif dalam kelompoknya, serta pada siklus ini guru menjelaskan dengan cara selangkah demi selangkah dengan menggunakan lembar kerja serta pada pembelajaran guru mengelilingi semua kelompok. Pembelajaran yang seperti di atas benar- benar membangkitkan semangat bagi siswa, siswa mulai aktif bertanya pada guru, siswa mulai mengerjakan pekerjaan mereka dengan bagus tanpa adanya bantuan dari teman, sehingga yang mereka kerjakan benar-benar pekerjaan mereka. Pada presentasi hasil kerja siswa menbuat siswa aktif dalam mempresentasik
mulai antusias dalam mengerjakan tugas dari guru dengan serius, siswa sudah mulai berinteraksi dengan guru, siswa sudah mulai mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi dalam pengumpulan hasil kerja. Berdasarkan lembar pengamatan terjadi peningkatan nilai terendah dari 67 menjadi 75 atau meningkat sebesar 11,94% , nilai tertinggi terjadi peningkatan dari 83 menjadi 92 atau meningkat sebesar 10,84% sedangkan nilai retata dari mengalami peningkatan 75,55 menjadi 85,14 atau mengalami
yang berjumlah 6 masih ada siswa yang tidak mau mengerjakan tugas dari guru, bahkan ada yang minta tolong teman untuk mengerjakan pekerjaan mereka. Berdasarkan lembar pengamatan aktivitas belajar siswa didapat nilai terendah 67 dan nilai tertinggi 83 dengan nilai reratanya75,55. Berdasarkan tingkat aktivitas belajar dari tinggi, sedang, rendah didapat1 9 siswa dengan kategori aktivitas belajar tinggi, 4 siswa dengan kategori aktivitas belajar sedang dan
an hasil mereka dengan paham betul langkah- langkah yang dilakukan dalam pengerjaan las. Berdasarkan lembar pengamatan aktivitas belajar siswa didapat nilai terendah 75 dan nilai tertinggi 92 dengan nilai rerata 85,14. Berdasarka tingkat aktivitas belajar siswa didapatkan 17 siswa dengan kategori tinggi, 5 siswa dengan kategori sedang dan 13 siswa dengan kategori rendah.
peningkatan sebesar 12,69%.
11 siswa dengan kategori aktivitas rendah.
Tabel 20. Pembahasan Hasil Belajar dari Kondisi Awal ke Siklus 2
No Kondisi Awal
Siklus 1 Siklus 2 /
Kondisi Akhir
Refleksi dari Kondisi Awal ke Kondisi Akhir
1 Nilai hasil belajar dengan nilai terendah 63 dan nilai tertinggi 78 dengan nilai reratanya 73,8.
Nilai hasil belajar berdasarkan penilaian terlampir dengan nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 80 serta nilai reratanya 75,5.
Nilai hasil belajar berdasarkan penilaian terlampir dengan nilai terendah 74 dan nilai tertinggi 84 serta nilai reratanya 78,5
Dari kondisi awal ke kondisi akhir terjadi peningkatan dari nilai terendah dari 63 menjadi 74 atau mengalami peningkatan sebesar 17,46%, nilai tertinggi dari 78 menjadi 84 atau mengalami peningkatan sebesar7,69% serta nilai rerata mengalami peningkatan dari 73,8 menjadi 78,5 atau mengalami peningkatan sebesar 6,36%.
E. Hasil Tindakan
Pada pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing pada
siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa , siswa mulai aktif
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa mulai aktif berdiskusi dengan
teman dalam kelompoknya, siswa mulai aktif bertanya dengan guru serta dalam diri
siswa menpunyai rasa tanggung jawab yang besar dalam mempertanggungjawabkan
hasil belajar mereka. Dengan adanya metode eksperimen terbimbing siswa benar-
benar dapat memahami langkah-langkah kerja dalam pengerjaan las, sehingga hasil
kerja siswa dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan.
Pada pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing dengan
menggunakan metode eksperimen terbimbing ternyata secara empirik didapat hasil
sebagai berikut:
1. Aktivitas belajar siswa dari kondisi awal ke kondisi akhir terjadi peningkatan
aktivitas belajar terbukti siswa selalu rajin mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru, serta siswa mempunyai rasa tanggung jawab yang besar dalam mengerjakan
tugas dari guru.
2. Hasil belajar siswa berdasarkan penilaian terlampir terjadi peningkatan dari kondisi
awal ke kondisi akhir dari nilai rerata dari 73,8 menjadi 78,5 atau mengalami
peningkatan sebesar 6,36%.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada
perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing pada mata
pelajaran prosedur pengelasan pada kelas X TKRb dapat meningkatkan aktivitas
belajar siswa, berdasarkan lembar pengamatan dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi
peningkatan nilai terendah dari 67 menjadi 75 atau meningkat sebesar 11,94% , nilai
tertinggi terjadi peningkatan dari 83 menjadi 92 atau meningkat sebesar 10,84%
sedangkan nilai retata dari 75,55 menjadi 85,14 atau mengalami peningkatan
sebesar 12,69%.
2. Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen terbimbing pada mata
pelajaran prosedur pengelasan pada kelas X TKRb dari kondisi awal ke kondisi
akhir atau siklus 2 terjadi peningkatan rerata dari nilai rerata dari 73,8 menjadi 78,5
atau mengalami peningkatan sebesar 6,36%.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru untuk
meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan meningkatkan kualitas
proses belajar mengajar sehubungan dengan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa
yang akan dicapai. Hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode
pembelajaran dan media yang tepat bagi siswa.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang
diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu
dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu penelitian lanjut
tentang upaya guru untuk mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan hasil
belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan eksperimen terbimbing pada
hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi
permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan hasil belajar
siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis
mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Dengan pembelajaran dengan metode eksperimen terbimbing hendaknya siswa
dapat memanfaatkannya dengan baik sehingga aktivitas belajar dan prestasi
belajar dapat meningkat.
b. Hendaknya siswa lebih aktif dalam melakukan praktek pengelasan sehingga
hasil belajar akan meningkat.
2. Bagi Guru
a. Dengan metode eksperimen terbimbing dapat membuat guru mendorong untuk
melakukan pengembangan tentang langkah-langkah dalam prosedur pengelasan.
b. Perlunya pembuatan langkah-langkah yang terencana dan sistematis dalam
metode eksperimen terbimbing yang dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
dan hasil belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya. Baharudin Esa Nur Wahyuni, 2007, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta, AR-
R422 Media. Depdikbud,2008,Kurikulum Produktif.Jakarta:Depdikbud
Isjoni. Firdaus LN. 2007. Pembelajaran Terkini Perpaduan Indonesia-Melayu.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jujun, S. Suriasumantri. 2003. Filsafat Ilmu. Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan. Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya. Nasution .S. 2004. Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution.S. 2005. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Ratna Wilis Dahar. 1989.Teori-teori Belajar.Bandung: Erlangga.
Saifuddin Azwar. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sardiman. A.M. 2005. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta. Syaiful Sagala.2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfa Beta. Winkel W.S. 2007. Psikologi Pembelajaran. Yogyakarta: Media Abadi.