FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN...
Transcript of FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN...
LAPORAN
PENGEMBANGAN DESA BINAAN UNIVERSITAS PENDIDIKANGANESHA BERBASIS TRI HITA KARANA
Pemberdayaan Masyarakat dalam Mewujudkan KesejahteraanBerkelanjutan Berbasis Potensi Desa Di Desa Binaan Tembok
Kecamatan Tejakula
Oleh:
I Gede Astra Wesnawa (Ketua)Dewa Bagus Sanjaya (Anggota)
Luh Gede Erni Sulindawati (Anggota)
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 248/UN48.15/LPM/2015
Tanggal 5 Maret 2015
FAKULTAS ILMU SOSIALUNIVERSITAS PENDIDIKAN
GANESHA2015
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN P2MPENGEMBANGAN DESA BINAAN UNDIKSHA
1 Judul Pemberdayaan Masyarakat dalam MewujudkanKesejahteraan Berkelanjutan Berbasis PotensiDesa Di Desa Binaan Tembok KecamatanTejakula.
2. Ketua Tim Pengusula. Nama : Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa, M.Sib. NIDN : 0025046203c. Bidang Keahlian : Geografi Lingkungand. Jabatan/Pangkat : Guru Besar/Pembina Utama Madyae. Jurusan : Pendidikan Geografi FIS Undiksha
3. Jumlah anggota Tim : 2 oranga. Nama anggota I : Drs. Dewa Bagus Sanjaya, M.Sib. Nama anggota II : Luh Gede Erni Sulindawati, SE. AK, M.Pd
4. Lokasi Kegiatan : Desa Tembok
5. Jumlah biaya : Rp. 40.000.000
Singaraja, 5 Oktober 2015
Pemberdayaan Masyarakat dalam Mewujudkan KesejahteraanBerkelanjutan Berbasis Potensi Desa Di Desa Binaan Tembok
Kecamatan Tejakula
OlehI Gede Astra Wesnawa, dkk
Email: [email protected]
Program Desa Binaan di Desa Tembok ini bertujuan untuk (1) meningkatkankualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendampingan keaksaraaanusaha mandiri, (2) meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi alam danlingkungan melalui kegiatan pembibitan dan penghijauan untuk mewujudkanlingkungan yang lestari, (3) Mendorong tumbuhnya kreativitas, motivasi daninovasi masyarakat dalam mengatasi permasalahan melalui pelatihan danpendampingan pengembangan usaha ekonomi kreatif, seperti kreasi produk ingkedan pembuatan VCO, (4) Peningkatan kesadaran masyarakat untuk mendorongterwujudnya kemandirian, kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat desa dalambidang adat dan agama. Program ini dilaksanakan melalui: Partisipatory RuralAppraisal (PRA), Enthrepreneurship Capasity Building (ECB), TechnologyTransfer (TT), dan Information Technology (IT), dalam berbagai bentuk kegiatanseperti pelatihan, pendampingan, penyuluhan, dan penghijauan. Hasil kegiatanadalah (1) meningkatnya keterampilan masyarakat sesuai minatnya sambil merekabelajar membaca dan berhitung; (2) meningkatnya pengetahuan masyarakattentang pentingnya penghijauan baik sebagai kelestarian lingkungan maupuninvestasi jangka panjang, cara pembibitan, dan menanam 250 bibit kelapa, (3)meningkatnya pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu rumah tangga masyarakatdalam bidang industri rumahan, seperti ingke, minyak kelapa, dan (4)meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam pembuatan alatupakara adat Hindu.
Kata kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Potensi Desa, Pelatihan
Iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, karena atas berkat-Nya kegiatan P2M dengan skim
Pengembangan Desa Binaan Undiksha berbasis Tri HIta Karana dapat
dilaksanakan dengan baik, hingga tersusunnya laporan kegiatan yang berjudul :
Pemberdayaan Masyarakat dalam Mewujudkan Kesejahteraan Berkelanjutan
Berbasis Potensi Desa Di Desa Binaan Tembok Kecamatan Tejakula
Terlaksananya kegiatan ini berkat bantuan dan kerjasama yang baik dari
berbagai pihak. Untuk itu sudah selayaknya melalui kesempatan ini kami
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Pendidikan Ganesha, atas kesempatan yang diberikan
untuk melaksanakan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat.
2. Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha, yang telah membantu dalam
memfasilitasi kegiatan dan kesediaan untuk membuka kegiatan P2M.
3. Jajaran aparat pemerintahan di tingkat Kecamatan Tejakula dan Desa
Tembok
4. Dosen dan mahasiswa Undiksha atas peran sertanya dalam kegiatan ini.
5. Seluruh masyarakat di Desa Tembok Kecamatan Tejakula
6. Ketua dan Anggota Kelompok Tani di Desa Tembok Kecamatan
Tejakula.
Bantuan dan kerjasama yang baik selama ini diharapkan tetap dapat
berlanjut di masa mendatang. Semoga hasil kegiatan ini bermanfaat bagi
Kelompok tani ternak, kelompok Belajar keaksaraan usaha Mandiri, masyarakat
sekitar, dan pembangunan, khususnya pembangunan dalam bidang pemberdayaan
ekonomi masyarakat berdasarkan potensi yang dimiliki.
Singaraja, 5 Oktober 2015.
Ketua Pelaksana,
Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa, M.Si.
iv
DAFTAR ISI
HalHALAMAN JUDUL ……………………………………………………… iHALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………. iiABSTRAK ………………………………………………………………… iiiKATA PENGANTAR ……………………………………………………. ivDAFTAR ISI ……………………………………………………………… v
BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………. 11.1 Analisis situasi ……………………………………………. 11.2 Tujuan dan manfaat ……………………………………… 101.3 Target Luaran …………………………………………….. 11
BAB II METODE PELAKSANAAN ………………………………… 122.1 Metode Pelaksanaan Program …………………………… 122.2 Rencana dan Pelaksanaan Program …………………….. 14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………. 193.1 Hasil ………………………………………………………. 193.2 Pembahasan ………………………………………………. 30
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ………………………………. 344.1 Simpulan ………………………………………………….. 344.2 Saran ………………………………………………………. 35
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 36LAMPIRAN ………………………………………………………………
v
BAB I
PENDAHULUAN
1. Analisis Situasi
Kecamatan Tejakula merupakan salah satu dari sembilan wilayah
kecamatan di Kabupaten Buleleng, dengan luas wilayah 97,68 km2. Wilayah
Tejakula dilihat dari ketinggian tempat dapat diketahui bahwa sebagian besar
wilayahnya berada pada ketinggian 0-499,9 m di atas permukaan air laut atau
seluas 6.584 ha dan 3.184 dengan ketinggian 500-999,9 meter. Sementara itu
kemiringan lereng seluas 2.469,46 ha merupakan daerah landai dengan
kemiringan 0-25% dan 2.125,09 ha merupakan daerah miring dengan kemiringan
25-40%. Topografi wilayahnya sebagian besar merupakan daerah pantai di bagian
utara dengan panjang pantai 19 km, di sepanjang pantai ini ditemukan adanya
pasir besi (bias melele) yang digunakan sebagai bahan bangunan, khususnya
ukiran/ornamen dari pasir besi (Astra, 2013).
Di samping itu, wilayah perairan lautnya dijumpai adanya terumbu
karang yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sektor pariwisata
minat khusus dan potensi ikan hias yang pernah dikembangkan untuk ekspor.
Sementara di bagian selatan merupakan daerah berbukit sampai bergunung.
Daerah berbukit sampai bergunung dengan vegetasi hutan tropis dengan topografi
kasar memungkinkan adanya daerah tangkapan air hujan (recharge area) yang
potensial, sehingga memunculkan adanya air terjun seperti di desa Les. Iklim
wilayah Tejakula secara umum beriklim tropis dengan curah hujan terendah di
daerah pantai. Batas-batas wilayah Tejakula adalah sebagai berikut: di sebelah
Utara Laut Bali, sebelah Barat adalah Kecamatan Kubutambahan, sebelah Timur
adalah Kabupaten Karangasem, dan sebelah Selatan adalah Kabupaten Bangli.
Dengan berbatasan pada dua kabupaten, maka Kecamatan Tejakula memiliki
akses untuk mendistribusikan produk-produknya pada pasar di kabupaten
tersebut.
Potensi sumberdaya manusia Kecamatan Tejakula tersebar di 10 Desa
Dinas, dengan jumlah penduduk 60.525 jiwa atau 21.274 KK yang terdiri dari
laki-laki 30.300 jiwa dan perempuan 30.225 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut,
69,83% merupakan angkatan kerja produktif. Ini menunjukkan bahwa potensi
wilayah yang ada dikelola oleh sumberdaya manusia di Kecamatan Tejakula.
Namun, pendapatan masyarakat masih rendah (rata-rata pendapatan penduduk Rp.
202.394,-), padahal potensi yang
dapat dikembangkan sangat banyak, seperti: pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan, kerajinan/industri rumah tangga dan kepariwisataan.
Adapun desa yang ada di Kecamatan Tejakula adalah: Desa Sembiran,
Desa Pacung, Desa Julah, Desa Bondalem, Desa Madenan, Desa Tejakula, Desa
Les, Desa Penuktukan, Desa Sambirenteng, dan Desa Tembok. Di antara desa-
desa tersebut, pernah terkenal dengan penghasil jeruk dengan rasa yang khas
seperti Desa Bondalem, DesaTejakula dan desa Les. Namun, dengan serangan
hama CVPD diera sekarang ini, semua itu tinggal kenangan. Sehubungan dengan
potensi sumberdaya lahan, daerah tersebut potensial untuk mengembangkan
sektor pertanian dan perkebunan lahan kering. Lokasi Kecamatan Tejakula dapat
dilihat seperti Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Peta Wilayah Kecamatan Tejakula di Kab. Buleleng
Mata pencaharian utama penduduk adalah pertanian. Di sektor perikanan
jumlah rumah tangga perikanan adalah 1.569 melayan dengan dukungan armada
penangkapan ikan 664 (perahu, perahu motor tempel dan kapal motor), dengan
produksi ikan basah menurut areal penangkapan adalah tertinggi di Kabupaten
Buleleng. Sedangkan industri
pengolahan pangan (2539 perusahaan), sandang (6 perusahaan), bahan bangunan
(135 perusahaan), logam (235 perusahaan) dan kerajinan lainnya (520
perusahaan). Di samping sektor-sektor tersebut, sektor peternakan juga menjadi
komuditas andalan penduduk di Tejakula. Populasi ternak yang diusahakan antara
lain sapi potong (20.626), babi Bali (10.011), babi sadelback (6.554). babi
landrace (18.893), kambing (111), kamping PE (262), ayam (126.274) ayam ras
Tejakuka
(17.500). itik (2.494), Hampir setiap keluarga memiliki ternak antara 1 sampai 3
ekor (baik sapi, induk babi, dan beberapa ekor ayam, itik). Ternak sapi khususnya,
dimanfaatkan untuk membajak tanah di musim tanam. Sedangkan ternak babi
diusahakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dalam menunjang prosesi
upacara adat dan agama yang berlangsung setiap 6 bulan sekali, dan hingga saat
ini belum ada yang menjalankan usaha ternak secara khusus (Statistik Kecamatan
Tejakula, 2013).
Sumber air di Kecamatan Tejakula untuk pertanian adalah mata air dan air
hujan. Oleh penduduk setempat air hujan ditampung dalam bentuk Cubang untuk
kebutuhan keluarga dan air minum ternak. Sebagian besar sungai yang ada di
Kecamatan tejakula, airnya mengalir sesaat pada musim hujan (pola intermitten).
Untuk memenuhi kebutuhan air dibangun sejumlah sumur bor melalui
bantuan/hibah internasional dari Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE), saat ini
berjumlah sekitar 29 sumur bor. Air tersebut dimanfaatkan untuk aktivitas
pertanian dan nonpertanian.
Dilihat dari aspek sosial budaya, desa di Kecamatan Tejakula ditemukan
adanya desa Tua, seperti Desa Julah dan Desa Sembiran. Desa tersebut memiliki
kekhasan dalam aktivitas sosial budaya di daerah Bali, seperti aktivitas ritual dan
keagamaan yang memegang teguh nilai-nilai tradisional.
Melihat kondisi topografi daerah, aktivitas penduduk, dan sosial budaya
maka yang cocok dikembangkan adalah sektor pertanian, perikanan, peternakan
dan pariwisata khususnya pariwisata budaya pada desa-desa tua, seperti desa tua
Julah, desa tua Sembiran di samping objek alam berupa air terjun yeh mampeh
Desa Les.
Observasi pendahuluan telah dilakukan oleh Tim LPM Undiksha ke
Tejakula pada tanggal 28 Agustus 2014. Pada acara pertemuan audensi antara Tim
Dosen Undiksha dengan kepala Desa Tembok Kecamatan Tejakula diperoleh
gambaran tentang berbagai aspek serta permasalahan yang ada, baik tentang
infrastruktur, sumberdaya manusia maupun tentang sumberdaya alam di
Kecamatan Tejakula.
Gambar 1.2. Pertemuan usulan Program Desa Binaan dengan KepalaDesa dan Tokoh Masyarakat Desa Tembok KecamatanTejakula.
Desa Tembok terletak di ketinggian 200 meter dari permukaan air laut,
memiliki topografi wilayah berupa dataran rendah, perbukitan dan pantai. Dengan
Luas Wilayah Desa Tembok: 1081 Ha. Pemanfaatan Wilayah adalah: Perkebunan:
782 Ha, Kuburan: 0,75 Ha , Perumahan: 0,60 Ha, Tegal: 0,98 Ha, Pertokoan: 0,25
Ha, Pasar Desa: 0,20 Ha, Perkantoran: 0,15 Ha, Perladangan: 0,81 Ha, Jalan: 20
Km. Desa Tembok terdiri dari 6 dusun: Dusun Tembok, Dusun Bulakan, Dusun
Sembung, Dusun Dadap Tebel, Dusun Yehbau, Dusun Ngis. Jumlah penduduk:
7196 Jiwa atau 1958 KK yang terdiri dari Laki-laki: 3625 Jiwa Perempuan: 3571
Jiwa. Adapun batas-batas: Sebelah Utara: Laut Bali, Sebelah Selatan: Kec.
Kintamani Kab. Bangli, Sebelah Barat: Desa Sambirenteng, dan Sebelah Timur:
Amlapura Karangasem. Orbitasi desa dengan pusat adalah: Kecamatan: 10 Km,
Kabupaten; 45 Km, dan Provinsi: 131 Km (Data Potensi Desa Tembok, 2013).
Permasalahan-permasalahan yang dimaksud secara garis besarnya adalah
sebagai berikut:
(1) Bidang Administratif, antara lain: di tingkat kecamatan belum ada basis data
sumberdaya desa, tata layanan masyarakat masih belum optimal, RPJMD
kurang menyentuh pemberdayaan masyarakat dan lebih banyak ke arah
pembangunan fisik, penerapan sistem teknologi informasi antar desa maupun
desa dan kecamatan masih kurang efektif, data kualifikasi objek wisata belum
jelas.
(2) Bidang Pendidikan, antara lain: data Angka Partisipasi Kasar (APK) belum
terungkap karena tidak tersedianya basis data yang akurat, banyak anak putus
sekolah disebabkan faktor ekonomi dan jarak sekolah, belum ada peta lokasi
sekolah, data manajemen dan kinerja sekolah, data fasilitas sumberdaya
sekolah, administrasi sekolah, buta aksara, dan beasiswa, belum optimalnya
penyegaran dan peningkatan profesionalitas guru.
(3) Sistem informasi, antara lain: belum ada pusat informasi wisata, belum ada
basis data titik-titik lokasi wisata rekreasi, wisata relegi, informasi sejarah dan
legenda, kesenian sakral Tejakula, infrastruktur wisata, pusat kerajinan rakyat,
kuliner Les dengan makanan khasnya yang bersifat vegetarian, serta
akomodasi wisata.
(4) Tatanan Masyarakat Desa, antara lain: manajemen administrasi desa, kegiatan
masyarakat desa, tata perumahan nelayan, peternakan (sapi, babi, kambing,
ayam), sistem keamanan lingkungan, pengangguran, industri rumahan.
(5) Perkebunan dan Pertanian, antara lain: belum ada pola pengaturan tanaman
keras (nangka, mangga, jeruk, kelapa, dll), sistem olah lahan dan pemeliharaan
tanaman jagung, kacang-kacangan, ketela pohon, ubi rambat, pisang, masih
tradisional.
(6) Peternakan dan Perikanan, antara lain: belum optimalnya petani peternak
melakukan pengawetan pakan dan pengolahan limbah ternak, kelompok
ternak kurang efektif, sistem integrasi peternakan dan pertanian, sistem
penangkapan ikan, pemeliharaan ikan, nelayan tidak berdaya karena
dikendalikan oleh pengepul,
(7) Industri rumahan, antara lain: desain tenun endek, pengolahan hasil tangkapan
ikan, pengolahan hasil pertanian, pengolahan hasil perkebunan (khususnya
aren menjadi gula aren/gula semut), ikan hias, bahan bangunan (paping,
batako, kusen, dll).
(8) Bidang Wisata, antara lain: masih terbatas pada wisata desa tua, belum ada
rumah penginapan yang memadai sehingga turis asing hanya lewat saja di
Tejakula, potensi pengembangan wisata bahari/pantai dengan terumbu
karangnya maupun wisata spritual sangat besar, belum ada pusat informasi
wisata baik dalam bentuk pamplet maupun elektronik.
(9) bidang sosial dan hukum, di daerah ini pernah terjadi konflik antar desa, benih
konflik harus diupayakan untuk ditekan, sehingga situasi ke depan selalu menjadi
kondusif, untuk itu diperlukan penyuluhan-penyuluhan tentang sosial dan hukum.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, kondisi Desa Tembok dapat
diilustrasikan sebagai berikut. (1) Potensi sumberdaya alam/lingkungan yang ada
di desa Tembok pada umumnya berupa lahan pertanian dan perkebunan,
umumnya kurang subur untuk cocok tanam karena berada pada daerah dataran
tinggi dengan iklim kering, sehingga banyak lahan yang “nganggur” karena
kekurangan air, oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa potensi sumberdaya alam
dan lingkungan dapat dikategorikan kurang produktif, (2) Kondisi lingkungan
nampak luas. Namun kurang mendukung laju pembangunan secara serentak dan
cepat dalam waktu yang singkat, (3) Interaksi social antar warga masyarakat desa
sangat terbatas karena letak rumah yang satu dengan yang lainnya berjauhan. Hal
ini tentu berpengaruh terhadap laju informasi yang semestinya bisa diterima dan
diketahui bersama, (4) mata pencaharian penduduk desa Tembok secara umum
adalah Pertanian / Perkebunan, Peternakan dan Nelayan. Sektor pertanian dan
perkebunan ditunjang oleh adanya lembaga subak, yaitu : Subak Uma Wangi Bd
Selonding dan Subak Ulun Tirta Bd Kanginan, dan (5) Prospek potensi desa yang
dikembangkan: Pariwisata Bahari, Home Industri Jajan Bali, Dodol, Kerupuk
Manuk, Kerajinan ingke, dan gula semut.
Potensi desa yang prospektif tersebut belum dapat dikembangkan
mengingat adanya sejumlah keterbatasan, di antaranya adalah sumberdaya
manusia yang belum mampu memberdayakan potensi yang ada di desa. Dengan
pengalaman yang dimiliki oleh tim P2M Undiksha, maka kemampuan dan
pengalaman yang dimiliki diharapkan dapat bersama-sama membantu masyarakat
dalam memberdayakan potensi, sehingga terjadi peningkatan kapasitas dan
akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Tembok.
Berdasarkan hal tersebut di atas, dan harapan dari masyarakat dan aparatur
desa, maka focus bidang garapan yang dibutuhkan oleh desa untuk segera
mendapatkan pemecahan adalah sebagai berikut:
(1) Pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan (pembelajaran
keaksaraan usaha mandiri),
(2) Penyuluhan akan pentingnya menumbuhkan kesadaran masyarakat
mengenai pemberdayaan potensi alam dan lingkungan dengan lebih
mementingkan pemeliharaan, pengolahan, pemanfaatan potensi alam dan
lingkungan secara maksimal yang didasarkan pada azas kebersamaan,
gotong royong dan kekeluargaan, sehingga alam dan lingkungan tetap
lestari,
(3) Upaya peningkatan ekonomi rumah tangga melalui wirausaha, penerapan
teknologi tepat guna, pola tanam yang memadai dan berupaya membangun
potensi ekonomi berdasarkan pembangunan ekonomi berbasis
masyarakjat, dan
(4) Penyuluhan adat dan agama bagi masyarakat desa yang ditekankan pada
pembentukan masyarakat adat.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Program pemberdayaan masyarakat pada desa binaan, pada tahun pertama
bertujuan untuk:
(1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendampingan
keaksaraaan usaha mandiri,
(2) meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi alam dan lingkungan
melalui kegiatan pembibitan dan penghijauan untuk mewujudkan
lingkungan yang lestari/berkelanjutan,
(3) Mendorong tumbuhnya kreativitas, motivasi dan inovasi masyarakat dalam
mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya melalui pelatihan
dan pendampingan pengembangan usaha ekonomi kreatif, seperti kreasi
produk ingke dan pembuatan VCO, dan
(4) Peningkatan kesadaran masyarakat melalui penyuluhan untuk mendorong
terwujudnya kemandirian, kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat desa
dalam bidang adat dan agama.
Manfaat dari pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pada desa
binaan adalah sebagai berikut :
(1) Masyarakat desa Tembok mendapatkan wawasan pengetahuan dan
keterampilan tentang usaha mandiri melalui pelatihan dan pendampingan
keaksaraan usaha mandiri,
(2) Kelompok tani ternak mendapatkan informasi dan keterampilan dalam
pembibitan dan penghijauan, sehingga kesadaran mereka meningkat dalam
mewujudkan lingkungan yang lestari/berkelanjutan,
(3) Ibu-ibu rumah tangga (kelompok Sekarsari Jaya) mendapatkan informasi dan
keterampilan dalam mengkreasikan produk, seperti kreasi produk ingke serta
keterampilan dalam pembuatan VCO, dan
(4) Warga masyarakat mendapatkan informasi dan pengetahuan melalui penyuluhan
sehingga mendorong terwujudnya kemandirian, kenyamanan dan kesejahteraan
masyarakat desa dalam bidang adat dan agama.
1.3 Target Luaran
Target luaran program pemberdayaan masyarakat desa binaan pada tahun
pertama adalah sebagai berikut.
1. Minimal 50% peserta pelatihan terampil mengembangkan variasi desain ingke
dan membuat VCO.
2. Minimal 250 pohon hasil pembibitan penghijauan ditanam di daerah tandus
desa lokasi dengan tanaman keras, seperti: Kelapa Genyah (Nyuh Gading).
3. Minimal 10 orang penduduk buta aksara dan anak-anak putus sekolah dapat
mengikuti Keaksaraan usaha mandiri.
4. Minimal 20 orang masyarakat mengikuti penyuluhan adat dan agama.
Di samping produk tersebut di atas, target luaran lain adalah artikel
ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal pengabdian pada masyarakat.
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1 Metode Pelaksanaan Program
a. Indentifikasi masalah menggunakan model partisipatory rural appraisal
(PRA)
PRA adalah suatu teknik untuk menyusun dan mengembangkan program
operasional dalam pembangunan tingkat desa. Metode ini ditempuh dengan
memobilisasi sumberdaya manusia dan alam setempat, serta lembaga lokal guna
mempercepat peningkatan produktivitas, menstabilkan, dan meningkatkan
pendapatan masyarakat serta mampu pula melestarikan sumberdaya setempat.
Bertolak dari konsep PRA, maka tahapan kegiatan dalam model ini adalah
melaksanakan identifikasi masalah setiap program baik program bidang
pendidikan, bidang pertanian/peternakan maupun bidang ekonomi, juga dalam
perumusan program dan pendanaan dilakukan secara terarah dengan berpihak dan
melibatkan masyarakat. Dengan demikian dalam merumuskan masalah, mengatasi
masalah, penentuan proses dan kriteria masalah harus mengikutsertakan bahkan
ditentukan oleh masyarakat/kelompok sasaran.
Penggunaan model pendekatan di atas diharapkan akan: (1) dikenalnya
masalah secara tepat/efektif sesuai dengan pesepsi, kehendak, dan ukuran/
kemampuan serta kebutuhan mereka, (2) tumbuhnya kekuatan (empowering)
masyarakat atau kelompok sasaran dalam pengalaman merancang, melaksanakan,
mengelola dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan/pertumbuhan diri
dan ekonominya, dan (3) efektifitas dan efisiensi penggunaan sumberdaya
masyarakat atau kelompok sasaran. Selanjutnya melalui analisis akan
terinventarisir keterbatasan dan keterpenuhan berbagai sumberdaya, sarana dan
prasarana, maupun jenis-jenis usaha masyarakat. Di samping itu, akan ditemukan
berbagai jenis kesenjangan dan kemiskinan secara mendalam baik secara natural,
struktural, ataupun kultural. Berdasarkan identifikasi masalah akan dirancang
berbagai perencanaan profil wilayah berupa program aksi. Rencana program aksi
sebelum disosialisasikan kepada masyarakat atau kelompok sasaran, terlebih
dahulu dikonsultasikan dengan Bappeda, Camat, dan Kepala Desa untuk
kemudian memperoleh tanggapan/umpan balik/masukkan dari masyarakat atau
kelompok sasaran yang akan digunakan sebagai bahan revisi dari rancangan
program aksi.
b. Pelaksanaan program dengan model enthrepreneurship capasity building
(ECB) dan model Technology Transfer (TT) serta menerapkan Teknologi
Tepat Guna (TTG).
Model ECB terkait erat dengan kemampuan berwirausaha dari masyarakat,
dengan model ini diharapkan: (1) memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan
usaha, (2) memberikan peluang, (3) memfasilitasi (modal pinjamaan dsb.), dan (4)
memonitor dan mengevaluasi bagaimana perkembangan usahanya. Model TT
dilakukan agar masyarakat atau kelompok sasaran: (1) menguasai prinsip-prinsip
penerapan teknologi terutama yang berkaitan dengan proyek yang sedang/akan
dilaksanakan, (2) kalau teknologinya dirasakan terlalu rumit untuk menyelesaikan
masalah/kebutuhan, maka ketua proyek mempunyai kewajiban untuk
menyederhanakan melalui penerapan TTG, (3) memproduk yang bersifat
mereplikasi/modifikasi dengan alat sederhana yang dapat menyelesaikan
masalah/kebutuhan.
c. Penyebarluasan informasi dan dan sosialisasi program dengan menggunakan
model Information Technology (IT).
TTG yang telah diujicobakan dengan hasil yang cukup layak dan
memuaskan dapat dikemas dalam kemasan informasi media cetak/elektronik,
kemudian disebarluaskan kepada kelompok pengguna yang lain melalui IT.
Dengan demikian model IT dalam program desa binaan digunakan untuk
menyebarluaskan hasil replikasi dan modifikasi TTG yang aplikasinya benar-
benar telah teruji secara layak dan memuaskan.
2.2 Rencana dan Pelaksanaan Program Desa Binaan
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan melalui program desa binaan di
Desa Tembok Kecamatan Tejakula dapat dikemukakan seperti pada tabel berikut.
Tabel 1. Program kegiatan desa Binaan Desa Tembok Kecamatan Tejakula
No Program desa binaan Tahun
I
1 Sosialisasi x
2 Konsolidasi dan koordinasi dengan pihak desa dinas dan
kelompok-kelompok usaha pendukung pengembangan potensi
sesuai bidang kegiatan di desa lokasi
x
3 Penyusunan indikator dan instrumen program desa binaan x
4 Pembekalan peserta/pelatihan pelaksanaan teknis lapangan x
5 Penyelenggaraan keaksaraan usaha mandiri (Kelompok ibu
rumah tangga)
x
6 Pelatihan/pendampingan industri rumahan (kelompok
Sekarsari Jaya)
x
7 Penyuluhan adat (masyarakat adat) x
8 Penyuluhan lingkungan dan Penghijauan (kelompok tani
ternak)
x
10 Laporan x
Tabel 2 Rencana Jadwal Tahun I (Tahun 2015)
BulanNO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Sosialisasi program desabinaan tahun I kepadakecamatan dan desalokasi
2 Konsultasi-Konsolidasiprogram dengan Desa
3 Penyusunan Instrumenprogram
4 Pelatihan TeknisLapangan bagi dosen danmahasiswa pelaksanaprogram.
5 Pembelajaran keaksaraanusaha mandiri
6 Pelatihan industrirumahan.
7 Penghijauan lahan tandus
8 Penyuluhan adat
9 Pembuatan Laporan
2.3. Organisasi Pelaksana
Ketua Pelaksana : Prof. Dr. I Gede Astra Wesnawa, M.Si
Koordinator Bidang SDM : Drs. Dewa Bagus Sanjaya, M.Si
Koordinator Bidang Ekonomi : Luh Gede Erni Sulindawati, SE.AK. M.Pd
1. Ketua Pelaksana Kegiatan
1. Memiliki pengalaman dalam kegiatan P2M, baik yang didanai dari DIPA,
Diknas maupun dari DP2M DIKTI, seperti: Life Skill, Ipteks, Vucer, dan
KAM.
2. Memimpin dan menjalankan wewenang Program desa binaan
3. Melaksanakan fungsi sebagai pengelola yang meliputi: perencanaan,
pengambilan keputusan, pengarahan, koordinasi, pengawasan monitoring
dan evaluasi (monev), dan penyempurnaan bagi tercapainya tujuan desa
binaan.
4. Melaksanakan hubungan keluar dengan Pemkab, Dikti dan Dinas Instansi
terkait.
5. Menyusun perencanaan kegiatan (action plan) tahun I dan II.
6. Bertanggung jawab kepada Ketua LPM Undiksha Singaraja.
1.1. Koordinator Program Bidang SDM (Pendidikan, Pelatihan, Penyuluhan)
1. Bertindak sebagai ketua program bidang pendidikan dalam tugas-tugas
pelaksanaan program desa binaan.
2. Merencanakan, membuat keputusan, mengarahkan, mengkoordinasi,
mengawasi dan menyempurnakan kegiatan pelaksanaan program.
3. Mengatasi dan membuat keputusan terhadap masalah-masalah yang tidak
dapat diselesaikan oleh pelaksana program.
4. Menyusun perencanaan kegiatan (action plan) tahun I dan II berkaitan
dengan bidang pendidikan.
5. Bertanggung jawab atas terlaksanannya program bidang pendidikan
dengan sebaik-baiknya kepada Koordinator Pelaksana Kegiatan.
6. Melaksanakan tugas-tugas lain atas perintah Koordinator Pelaksana
Kegiatan.
1.2.Koordinator Program Bidang Ekonomi
1. Bertindak sebagai ketua program bidang ekonomi dalam tugas-tugas
pelaksanaan Program desa binaan.
2. Merencanakan, membuat keputusan, mengarahkan, mengkoordinasi,
mengawasi dan menyempurnakan kegiatan program bidang ekonomi.
3. Mengatasi dan membuat keputusan terhadap masalah-masalah yang tidak
dapat diselesaikan oleh pelaksana program.
4. Menyusun perencanaan pelaksanaan program (action plan) tahun I dan II
untuk program bidang ekonomi.
5. Bertanggung jawab atas terlaksanannya program Sarana dan Prasarana
dengan sebaik-baiknya kepada Koordinator Pelaksana Kegiatan.
6. Melaksanakan tugas-tugas lain atas perintah Koordinator Pelaksana
Kegiatan.
1.3.Koordinator Program Bidang Hukum
1. Bertindak sebagai ketua program bidang hukum dalam tugas-tugas
pelaksanaan Program desa binaan.
2. Merencanakan, membuat keputusan, mengarahkan, mengkoordinasi,
mengawasi dan menyempurnakan kegiatan program bidang hukum.
3. Mengatasi dan membuat keputusan terhadap masalah-masalah yang tidak
dapat diselesaikan oleh pelaksana program.
4. Menyusun perencanaan pelaksanaan program (action plan) tahun I dan II
untuk program bidang hukum.
5. Bertanggung jawab atas terlaksanannya program Sarana dan Prasarana
dengan sebaik-baiknya kepada Koordinator Pelaksana Kegiatan.
6. Melaksanakan tugas-tugas lain atas perintah Koordinator Pelaksana
Kegiatan.
1.4. Mahasiswa
1. Mengumpulkan dan merekapitulasi semua hasil kegiatan program desa
binaan di tingkat desa atau banjar/dusun.
2. Ikut aktif melaksanakan kegiatan program yang berada di desa maupun
Banjar/dusun.
3. Dapat menyusun kegiatan program melalui PKM pada tahun berikutnya.
4. Melaporkan kegiatan kepada Kepala Desa maupun Dosen Pelaksana/
Pembimbing.
5. Bertanggung jawab kepada Dosen Pelaksana Program.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
3.1.1 Pelatihan dan pendampingan keaksaraaan usaha mandiri.
Kegiatan pelatihan dan pendampingan keaksaraan usaha mandiri
melibatkan kelompok wanita Sekarsari Jaya di dusun Ngis Desa Tembok
Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng yang berjumlah 10 orang. Kegiatan ini
menunjukkan hasil yang sangat baik dilihat dari kehadiran dan keterlibatan
peserta. Kegiatan pendampingan dilakukan dengan pelibatan instruktur teman
sebaya dengan memanfaatkan tenaga terampil yang ada di masing-masing
kelompok yang ada di lokasi kegiatan Desa Binaan Desa Tembok Kecamatan
Tejakula Kabuaten Buleleng.
Gambar 2.1: Instruktur teman sebaya sedang melatih ibu rumah tangga dalam menulisangka dan huruf (dok. I Gede Astra Wesnawa, 2015)
Gambar 2.2: Pembelajaran keaksaraan Usaha Mandiri oleh insrruktur teman sebaya (dok. IGede Astra Wesnawa, 2015)
3.1.2 Pelatihan pembibitan dan penghijauan
Kegiatan pelatihan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat akan potensi alam dan lingkungan untuk mewujudkan lingkungan
yang lestari/berkelanjutan, sesuai hasil rembug dengan kelompok tani dusun Ngis,
disepakati membuat bibit kelapa gading (Nyuh Gading).
Gambar 2.3: Kegiatan pelatihan penghijauan dan pembibitan
3.1.3 Pengembangan usaha ekonomi kreatif
Mendorong tumbuhnya kreativitas, motivasi dan inovasi masyarakat
dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapinya melalui pelatihan
dan pendampingan pengembangan usaha ekonomi kreatif, seperti kreasi produk
dodol dan pembuatan VCO. Pelatihan pembuatan ingke merupakan salah satu dari
kegiatan industri rumahan yang dikembangkan pada program Binaan Desa
Tembok Kecamatan Tejakula. Kegiatan industri rumahan lainnya adalah
pembuatan minyak kelapa.. Kerajinan rumah tangga yang pertama-tama
dikembangkan dalam program Desa Binaan adalah kerajinan ingke. Hal ini
dilakukan mengingat adanya potensi daun lontar. Sementara ini belum optimal
upaya pemanfaatannya. Program Desa Binaan Kecamatan Tejakula
mengembangkan program untuk pembuatan ingke dengan pengembangan motif
dan bentuk yang prospektif. Kerajinan ini sudah ada sebelumnya. Namun, motif
yang ada masih sederhana dan produksi hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal.
Melalui kelompok kerajinan yang ada di Desa Tembok yang berada di bawah
naungan kelompok Sekarsari Jaya dengan jumlah anggota kelompok 47 orang,
mulai mengkreasikan produknya di bawah binaan program desa binaan. Usahanya
atau kegiatannya di samping pembuatan ingke juga membuat produk lain seperti
membuat lengis (minyak kelapa). Ketua Kelompoknya adalah Luh Ngawi dan
Bendahara Ibu Nyoman Nila.
Pelatihan pembuatan ingke mulai dilaksanakan tanggal 31 Mei 2015
dengan menggunakan instruktur/tutor teman sebaya yang ada di Desa Tembok.
Adapun kegiatan yang telah dilaksanakan tampak pada gambar berikut.
Gambar 2.4 : Pengarahan dari Ketua Tim Desa Binaan Desa Tembok sebelum pelaksanaanpelatihan program-program desa binaan bagi kelompok wanita/ibu rumah tanggadi dusun Ngis Desa Tembok (Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2015)
Gambar 2.5: Instruktur teman sebaya sedang melatih peserta dalam pembuataningke (Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2015)
Gambar 2.6: Pelatihan pembuatan kreasi produk dengan memanfaatkan lidi daunlontar disaksikan oleh Ibu Kepala Desa Tembok Ibu Jero Padmawati(Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2015)
Usaha ekonomi kreatif lain yang dikembangkan adalah pembuatan VCO.
Sasaran dalam program pengabdian pada masyarakat ini adalah meningkatkan
kemampuan dan keterampilan peserta pelatihan dalam memanfaatkan buah kelapa
sebagai penghasil minyak, yaitu dengan pelatihan pembuatan VCO, sehingga
memiliki nilai ekonomiss yang lebih tinggi yang selanjutnya diharapan dapat
meningkatkan kesejahteraan peserta. Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi
terlihat para peserta mengikuti pelatihan dengan sangat antusias. Pelatihan
pembuatan VCO ini telah dilaksanakan selama 2 dua hari yaitu pada tanggal 15
Juni 2015 dan tanggal 16 Juni 2015 dengan jumlah peserta 10 orang. Selama dua
hari tersebut, hari pertama peserta diberikan materi kemudian diperagakan teknik
dan cara pembuatan VCO. Pada hari kedua peserta mempraktekkan sendiri cara
pembuatan VCO
Berikut adalah gambar kegiatan pelatihan pembuatan VCO di desa lokasi
pelaksanaan program desa binaan.
Gambar 2.7: Pelaksannaan pembuatan VCO
3.1.4 Pelatihan pembuatan alat upakara agama Hindu
Kegiatan awal yang dilakukan sebelum pelatihan adalah penyuluhan untuk
peningkatan kesadaran masyarakat tentang adat dan agama untuk mendorong
terwujudnya kemandirian, kenyamanan dan kesejahteraan masyarakat desa dalam
bidang adat dan agama. Selanjutnya dilaksanakan pelatihan pembuatan sesajen
yang terdiri dari pembuatan pejatian, prayascita durmanggala, dan biakkawon.
Kegiatan pelatihan ini diikuti oleh kelompok tani dusun Ngis yang dilaksanakan
tanggal 31 Mei 2015 dan 7 Juni 2015 yang hasilnya tampak seperti gambar
berikut.
Gambar 2.8: Instruktur Teman Sebaya (Ibu Wayan Merta) sedang membericontoh pembuatan alat upakara “pejatian” (Dok. I Gede AstraWesnawa, 2015)
Gambar 2.9: Pelatihan pembuatan alat upakara “pejatian” (Dok. I Gede AstraWesnawa, 2015)
Gambar 2.10: Bentuk rangkaian dari alat upakara pejatian lokasi di Balai
Kelompok Dusun Ngis (Dok I Gede Astra Wesnawa, 2015)
Gambar 2.11: Kelompok Sekarsari Jaya dan ibu rumah tangga membuat alatupakara di bawah bimbingan instruktur teman sebaya (Dok IGede Astra Wesnawa, 2015)
Gambar 2.12: Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat pada kelompok SekarsariJaya dalam pembuatan alat upakara dipantau oleh Kepala DesaTembok Ibu Jero padmawati (Dok. I Gede Astra Wesnawa, 2015)
Gambar 2.13 : Hasil kerja Kelompok Ibu rumah tangga dalam pelatihan
pembuatan prayascita durmanggala di Desa Tembok (Dok.
IGede Astra Wesnawa, 2015)
Selanjutnya untuk meningkatkan keterampilan anggota kelompok dalam
pembuatan alat upakara tersebut dilanjutkan dengan kegiatan pendampingan.
Pendampingan dilakukan dengan memanfaatkan tokoh masyarakat yang biasa
membuat alat upakara yang dikoordinir oleh Ibu Wayan Merta dari dusun Ngis.
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pelatihan dan pendampingan keaksaraaan usaha mandiri.
Kecamatan Tejakula merupakan wilayah yang memiliki jumlah penduduk
yang tidak melek huruf dan putus sekolah yang tinggi di Kabupaten Buleleng.
Dalam upaya menurunkan tingkat tidak melek huruf ini, program desa binaan
Kecamatan Tejakula mencanangkan program pembelajaran keaksaraan usaha
mandiri di kelompok usaha yang ada di desa binaan. Penanganan tidak melek
huruf dan putus sekolah ini dilakukan pembelajaran dan pelatihan dengan
memberdayakan masyarakat yang memiliki kemampuan dalam olah keterampilan
dan memanfaatkan instruktur dari Undiksha. Hasilnya menunjukkan peningkatan
kemampuan calistung dan melahirkan berbagai kreasi dalam kerajinan rumah
tangga.
3.2.2 Pelatihan pembibitan dan penghijauan
Pada bidang pertanian dalam arti luas, dilakukan pembibitan tanaman
penghijauan dengan menyemai tanaman multi kultur. Pembibitan dan penghijauan
ini diawali dengan memberikan penyuluhan dan dilanjutkan dengan pelatihan
pembibitan tanaman penghijauan. Kegiatan ini dilaksanakan tidak hanya untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan, namun lebih jauh untuk
membangkitkan kesadaran masyarakat untuk melestarikan kawasan hutan dengan
melakukan penghijauan pada lahan kering dan tandus. Secara fisiografis
Kecamatan Tejakula memiliki daerah perbukitan dan pegunungan yang kering dan
sangat berpotensi untuk terjadinya longsor lahan pada saat musim
penghujan.melalui penyuluhan telah muncul pemahaman dan kesadaran
masyarakat untuk ikut menjaga kawasan hutan. Di samping itu, adanya upaya
untuk menggeser kebiasaan masyarakat dari pemanfaatan kayu bakar yang
diperoleh di kawasan perbukitan dan pegunungan dengan perambasan pohon
untuk bahan bakar, hal ini sangat riskan terhadap bencana ekologis. Dengan
melakukan upaya tersebut dapat mengurangi beban hutan dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat terhadap bahan pakan ternak dan bahan kayu bakar.
Respon masyarakat di lokasi kegiatan desa binaan terhadap penyuluhan dan
pelatihan yang dilaksanakan sangat positif, dan mereka berjanji untuk menjaga
kawasan hutan yang akan ditanami tanaman penghijauan.
3.2.3 Pengembangan usaha ekonomi kreatif
Industri rumahan yang disasar pada tahun kedua adalah pelatihan
pembuatan ingke, dengan melakukan variasi produk. Pelatihan dilaksanakan di
balai pertemuan kelompok tani Mekarsari Jaya untuk Desa Tembok. Sementara
itu, kelompok tani Desa Tembok dilatih oleh instruktur dari Undiksha dalam
mengkreasikan produknya dengan bahan baku lidi dari daun lontar.
Pelatihan pembuatan VCO, hasilnya cukup baik karena kelompok tani
yang disasar mampu melaksanakan kegiatan pelatihan dan terus dilakukan
pendampingan dalam pembuatan VCO.Namun, permasalahan yang dipantau oleh
tim pelaksana desa binaan Kecamatan Tejakula bahwa VCO yang dibuat harus
benar-benar hygine. Hal ini harus didukung dengan peralatan yang hygine serta
didukung oleh kejujuran terhadap kebersihan diri dari pembuat dan kesehatan
lingkungan tempat bekerja.
3.2.4. Pelatihan pembuatan alat upakara agama Hindu
Peserta pelatihan yang disasar adalah ibu-ibu rumah tangga dan kelompok
tani Sekarsari Jaya Dusun Ngis Desa Tembok yang berjumlah 15 orang. Tempat
pelaksanaan pelatihan di Bale Kelompok Dusun Ngis. Instruktur yang ditugaskan
untuk melatih ibu-ibu rumah tangga adalah warga masyarakat Dusun Ngis (Ibu
Wayan Merta). Pertimbangan menggunakan instruktur lokal dikarenakan aktivitas
adat dan budaya yang berlaku di desa lokasi, sehingga jika mendatangkan
instruktur luar desa, dikhawatirkan informasi dan bentuk-bentuk alat upakara
tidak sesuai dengan kondisi lokal (desa kala patra).
Kegiatan pelatihan meliputi materi: pembuatan alat upakara: pejatian,
prayascita durmanggala, dan biakawon. Berdasarkan evaluasi proses, peserta
antusias mengikuti pelatihan yang dibuktikan oleh kehadiran 100% dan hasil kerja
berupa alat upakara: pejatian, prascita durmanggala. Kegiatan pelatihan
dilaksanakan selama 2 hari yang dipandu oleh instruktur, selanjutnya dilakukan
kegiatan pendampingan pada ibu-ibu rumah tangga dalam pembuatan pejatian,
prascita durmanggala dan biakawon.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Simpulan
Kegiatan P2M desa binaan Desa Tembok Kecamatan Tejakula tahun
pertama difokuskan pada: (1) Pengembangan sumber daya manusia melalui
pelatihan (pembelajaran keaksaraan usaha mandiri), (2) Penyuluhan akan
pentingnya menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai pemberdayaan potensi
alam dan lingkungan dengan lebih mementingkan pemeliharaan, pengolahan,
pemanfaatan potensi alam dan lingkungan secara maksimal yang didasarkan pada
azas kebersamaan, gotong royong dan kekeluargaan, sehingga alam dan
lingkungan tetap lestari, (3) Upaya peningkatan ekonomi rumah tangga melalui
wirausaha, penerapan teknologi tepat guna, pola tanam yang memadai dan
berupaya membangun potensi ekonomi berdasarkan pembangunan ekonomi
berbasis masyarakjat, dan (4) Penyuluhan adat dan agama bagi masyarakat desa
yang ditekankan pada pembentukan masyarakat adat. Kegiatannya meliputi: (1)
kegiatan pelatihan penghijauan, (2) pelatihan keaksaraan usaha mandiri. (3)
pelatihan industry rumahan (pelatihan pembuatan ingke dan VCO), dan (4)
pelatihan pembuatan alat upakara (banten) Secara umum evaluasi terhadap hasil
kegiatan desa binaan di DesaTembok Kecamatan Tejakula tahun pertama
menunjukkan terjadinya (1) peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta
melalui pembelajaran keaksaraan usaha mandiri, (2) peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap upaya pelestarian lingkungan sekitar, (4) peningkatan kreasi
dalam pembuatan kerajinan tangan (ingke dan VCO), (4) peningkatan pemahaman
dan keterampilan dalam membuat alat upakara (banten).
4.2 Saran
Bercermin pada kebermanfaatan yang dirasakan oleh masyarakat Tejakula
khususnya pada lokasi pelaksanaan program desa binaan, dapat dikatakan bahwa
keberlanjutan proram desa binaan sangat penting dilihat dari (a) kecenderungaan
kearah positif dinamika perubahan perilaku masyarakat dalam memanfaatkan
inovasi-inovasi yang diberikan oleh tim maupun instruktur dari masing-masing
pelaksanaan program desa binaa Kecamatan Tejakula, (b) kelompok tani yang ada
di desa lokasi memiliki komitmen untuk menggerakkan warganya dalam
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang diberikan oleh tim dan instruktur
kegiatan yang memacu aktivitas ekonomi kreatif secara berkelanjutan, (c)
dukungan komitmen pemerintah daerah dan penyediaan dana pendamping untuk
mengembangkan kawasan desa mandiri di wilayah Tejakula sangat dibutuhkan,
(d) respon masyarakat sangat tinggi, ini sebagai modal social budaya untuk
menjamin keberlanjutan program sejenis, dan (e) komitmen Undiksha, untuk
penetapan wilayah Tejakula sebagai desa binaan dan tempat penyelenggaraan
program pengabdian masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Astra Wesnawa, I Gede, dkk. 2014. IbW Kecamatan Tejakula KabupatenBuleleng. Laporan Pengabdian Pada Masyarakat. LPM UndikshaSingaraja.
Astra Wesnawa, I Gede. 2011. Pengembangan Potensi Pariwisata BerkelanjutanBagi Peningkatan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat pada KoridorBali Sebagai Pintu Gerbang Pariwisata Nasional. Laporan Penelitian.FIS Undiksha: Singaraja
Statistik Kecamatan Tejakula, 2013
Data Potensi Desa Tembok, 2013
Rijanta, R dan M Baiquni. 2003. Otonomi daerah. Transisi Masyarakat danKonflik Pemanfaatan Sumberdaya: pemahaman Teoritis danPemaknaan Empiris. Paper disajikan dalam Seminar NasionalOtonomi dan Konflik Pemanfaatan Sumberdaya Alam dalam rangkaDies Natalis Fakultas Geografi UGM Yogyakarta 1 September 2003.