FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

76
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILIHAN LEGISLATIF 2009 KECAMATAN TANAH SAREAL KOTA BOGOR Skripsi ini Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Syarat- syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial Disusun Oleh: Ali Murdani 105033201122 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H / 2011 M

Transcript of FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

Page 1: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILIHAN LEGISLATIF

2009 KECAMATAN TANAH SAREAL KOTA BOGOR

Skripsi ini

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik untuk Memenuhi Syarat-

syarat Mencapai Gelar Sarjana Sosial

Disusun Oleh:

Ali Murdani

105033201122

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1432 H / 2011 M

Page 2: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...
Page 3: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...
Page 4: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...
Page 5: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

iv

ABSTRAKSI

(A) Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

(B) 8 Desember 2011

(C) Ali Murdani

(D) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik Pemilu Pemula dalam

Pemilu Legislatif 2009 Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor

(E) xi + 63 halaman

(F) Partisipasi politik adalah mengacu pada semua aktivitas yang sah oleh

semua warga negara untuk mempengaruhi pemilihan pejabat pemerintahan

dan tindakan-tindakan yang mereka ambil, sedangkan faktor-faktornya

adalah sebagai berikut: Faktor ekonomi, faktor pendidikan politik, faktor

nilai budaya remaja, faktor media, faktor intelektual.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor manakah yang paling

dominan dalam memberikan pengaruh kepada pemilih pemula Kecamatan

Tanah Sareal Kota Bogor untuk memilih dalam Pemilu Legislatif Tahun

2009.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitin ini adalah pendekatan

kuantitatif dengan metode statistik deskriptif penelitian ini dilaksanakan di

Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor dengan jumlah sampel sebanyak 60

remaja atau pemilih pemula. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah cluser random sampling. Pengumpulan data yang digunakan adalah

angket, studi pustaka, observasi yang dilakukan oleh peneliti.

Teknik pengolahan dan analisa data dilakukan dengan analisa: statisti

deskriptif yaitu yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan

gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi

sebagaimana adanya kemudian dilakukan editing, yakni memeriksa

jawaban-jawaban responden untuk ditelaah dan juga dirumuskan

selanjutnya dijumlahkan sesuai pengelompokkannya kemudian dilakukan

tabulating. Yakni jawaban-jawaban responden dinyatakan dalam bentuk-

bentuk tabel alternatif jawaban-jawaban responden tersebut dijadikan data

statistik prosentase artinya setiap data di prosentasikan setelah tabulating

dalam frekuensi jawaban responden dan kemudian dianalisa untuk

mendapatkan suatu kesimpulan partisipasi politik pemilih pemula pada

pemilihan legislatif 2009 Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih pemula berpartisipasi politik

dalam pemilu legislatif Tanah Sareal Kota Bogor 2009 adalah faktor

ekonomi, faktor pendidikan politik, faktor media, faktor nilai budaya

remaja, serta faktor intelektual tetapi semua faktor tidak begitu

mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula Kecamatan Tanah Sareal

Kota Bogo.

(G) Bahan Bacaan: 20 (1982-2009)

Page 6: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

v

KATA PENGANTAR

Skripsi merupakan prasyarat dari kelulusan mahasiswa dalam

memperoleh gelar kesarjanaan, dalam proses penyusunannya seseorang harus

mampu menerapkan dan mengintegrasikan ilmu-ilmu yang telah didapat pada

bangku perkuliahan. Tidak hanya kemauan, kemampuan serta materi yang

dibutuhkan dalam menyusun skripsi, tapi juga dibutuhkan keyakinan yang penuh

dalam diri untuk dapat menyelesaikan skripsi sesuai dengan yang diharapkan.

Alhamdulillah, sebuah hasil karya tak ternilai ini telah terselesaikan atas

kasih sayang Allah SWT dengan segala bantuan dan kesempatannya hingga

terselesaikan karya ini. Terima kasih dengan ucapan shalawat dan salam peneliti

haturkan pada Nabi Muhammad SAW yang membuat Islam sampai keseluruh

penjuru sehingga peneliti berada dalam naungan agama Islam dan memiliki Tuhan

yang sempurna.

Penyelesaian skripsi ini tentunya tak terlepas oleh sentuhan-sentuhan

hebat orang-orang disekitar penulis. Dengan sangat bangga maka penulis haturkan

untaian terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Orangtua tercinta, H. Abdul Khair dan Hj. Radiah yang menjadi pendorong

utama penyusunan hasil penelitian ini yang selalu mengharapkan anaknya bisa

menggunakan toga kebanggaan dengan hasil yang memuaskan atas

perjuangan selama empat tahun untuk mewujudkan cita-citanya. Terima kasih

atas kasih sayang, air mata, pengorbanan dan semua do’a-do’a yang terpanjat

untuk penulis.

Page 7: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

vi

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

Ibu dan dosen pembimbing akademik.

3. Dosen Pembimbing Drs. Agus Nugraha, MA., yang selalu sabar saat

memberikan bimbingan dalam penyelesaian hasil karya ini. Tanpa coretan

beliau, hasil karya ini mungkin tak terbantu sampai di meja pendaftaran

sidang.

4. Untuk orang terkasih pilihan Tuhan untuk saat ini dan semoga hingga akhir

hayat, untuk semua kesabaran, perhatian, pengertian dan semua

pengorbanannya (AYU) yang takkan pernah tergantikan sampai kapan pun

hanya Allah yang dapat membalas semuanya.

5. Untuk kakak-kakakku tercinta, terima kasih atas dukungan, perhatian serta

motivasi untuk penulis menyelesaikan skripsi dengan baik.

6. Untuk nenekku tersayang (Hj. Siti Nadiah), untuk dukungan dan keberkahan

do’a-do’anya yang selalu terpanjat untuk penulis.

7. The last and the most…specially untuk teman-teman Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah meluangkan

waktunya untuk membantu peneliti dalam penelitian ini dan untuk

persahabatannya selama 4 tahun ini.

kepadaNya dan beliau-beliau semuanya penulis ucapkan banyak-banyak

terima kasih. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang tepat bagi mereka.

Dan pada akhirnya penyusunan skripsi ini peneliti tujukan pada orang-orang

terkasih yang tersebut di atas.

Bogor, 8 Desember 2011

Penulis

Page 8: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................. iii

SURAT PENGESAHAN PENGUJI ............................................................. iv

ABSTRAKSI ................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI .................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................... 6

C. Tujuan Penelitian..................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

E. Metode Penelitian .................................................................... 7

F. Sistematika Penulisan .............................................................. 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Partisipasi Politik

1. Pengertian Partisipasi Politik ............................................. 12

2. Bentuk-Bentuk Partisipasi Politik ..................................... 15

B. Pemilu

1. Pengertian Pemilu .............................................................. 17

Page 9: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

viii

2. Tujuan Pemilu .................................................................... 19

3. Azas Pemilu ....................................................................... 20

4. Sistem Pemilu Secara Umum ............................................. 25

5. Sistem Pemilu di Indonesia ................................................ 30

BAB III PROFIL KECAMATAN TANAH SAREAL KOTA

BOGOR DAN GAMBARAN UMUM PEMILU SERTA

RESPONDEN PENELITIAN

A. Profil Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor ............................ 32

B. Gambaran Pemilu di Kecamatan Tanah Sareal ........................ 35

C. Gambaran Umum Responden ................................................... 36

BAB IV PRESENTASI DAN ANALISIS DATA

A. Hasil Penelitian ...................................................................... 39

B. Analisa Data Hasil Penelitian ................................................ 47

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................. 62

B. Saran ........................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA

Page 10: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

ix ix

Page 11: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Penelitian

Lampiran 2 Surat Keterangan dari KesBang

Lampiran 3 Surat Keterangan dari Kecamatan

Lampiran 4 Surat Keterangan dari RT/RW

Page 12: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilu 2009, terdapat 141 parpol (dalam pemilu 2004 ada 268 parpol)

yang sudah terdaftar di Departemen Kehakiman HAM. Namun, sebagian besar

parpol yang terdaftar dinyatakan batal oleh UU No. 32 tahun 2004 dan UU No. 22

tahun 2007 sehingga dengan berbagai tingkat verifikasi faktual oleh KPU,

akhirnya hanya 48 parpol atau naik 100% dibanding peserta Pemilu 2004 yang

hanya diikuti oleh 24 parpol yang boleh mengikuti pemilu, atau hampir 70%

parpol yang terdaftar sudah drop out sebelum Pemilu 2009.1

Pemilu 2009 adalah pemilu yang ketiga kali setelah terjadinya reformasi

pada tahun 1998 dimana tumbangnya rezim orde baru yang berkuasa hampir 32

tahun lamanya, sejak saat itu dilakukan perbaikan-perbaikan sistem pemilu untuk

pelaksanaan pemilu yang lebih baik dan kebebasan rakyat dalam memilih dapat

terjamin dengan baik. Tidak seperti yang terjadi pada pemilu sebelum reformasi

terjadi, dimana pemilu hanya dijadikan stempel pelenggang kekuasaan suatu

rezim serta kebebasan rakyat dalam memilih terbelenggu dan dapat ditebak

pemenang pemilu adalah partai politik yang mendukung pemerintahan pada saat

itu.

1 Vina Martina Sianipar, “Survei CSIS: Golkar Dijagokan Pemilu Pemula”,www. detik

com, diakses Selasa, 15 Juli 2008.

Page 13: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

2

Padahal pelaksanaan pemilu harus dilandasi bahwa rakyatlah yang

berdaulat serta rakyat bebas menentukan sikapnya dalam pemilu tanpa tekanan

dari pihak manapun. Pemilu adalah suatu alat yang penggunanya tidak boleh

mengakibatkan rusaknya sendi-sendi demokrasi yang dapat menimbulkan

penderitaan rakyat tetapi pemilu harus menjamin hak dan kewajiban rakyat

sebagai warga Negara seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar

1945.

Pelaksanaan pemilu juga harus menjamin terwujudnya tujuan pemilu,

adapun tujuan pemilu menurut UU No. 12 Tahun 2003 tentang pemilihan umum,

DPR, DPD, dan DPRD adalah pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk

memilih wakil rakyat dan wakil daerah serta untuk membentuk pemerintahan

yang demokratis seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang 1945.2

Menurut Indria Samego pemilihan umum disebut juga politik market

artinya bahwa pemilihan umum adalah pasar politik tempat individu-individu

atasu masyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak social antara peserta

pemilu (partai politik) dengan pemilih (rakyat) yang memiliki hak pilih setelah

melakukan serangkaian aktivitas politik seperti kampanye, iklan politik melalui

media cetak maupun media elektronik. Guna meyakinkan pemilih untuk

memilihnya sebagai wakil dalam badan legislatif maupun eksekutif.3

Adapun rakyat yang mempunyai hak untuk memilih adalah berlaku umum

yaitu semua warga Negara yang telah berusia 17 tahun atau sudah menikah berhak

mengikuti pemilihan umum termasuk di dalamnya pemilih pemula adalah Dalam

2 A. Rahman H.I., Sistem Politik Indonesia, (Jakarta:Graha Ilmu,2007) , hal. 148.

3 Ibid., hal. 47.

Page 14: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

3

undang-undang pemilihan umum, pemilih pemula adalah pemilih yang baru

pertama kali memilih mereka serta telah berusia 17-21 tahun, yang telah memiliki

hak suara dalam pemilihan umum 4. Mereka umumnya berusia dikisaran 17-21

tahun.

Professor Dr. Harun A. Rasyid memasukkan mereka sebagai kelompok

pemilih pemula. Mereka adalah sekelompok pemilih yang baru pertama kali

memilih atau menggunakan hak pilihnya.5 Dalam pemilu jumlah mereka cukup

banyak dan sangat menggiurkan dalam segi kemenangan dan kekalahan dalam

pemilihan umum. Menurut data KPU Pemilu diikuti oleh 171.068.667 pemilih

tingkat nasional. Berdasarkan proyeksi dari data populasi penduduk Badan Pusat

Statistik tahun 2005, jumlah penduduk muda (usia di bawah 40 tahun) sekitar 95,7

juta jiwa pada tahun 2009. Jumlah tersebut setara 61,5% dari 189 juta penduduk

usia pemilih. Di antara penduduk usia muda paling banyak (22,3%) adalah mereka

yang pada tahun depan berusia 22-29 tahun. Mereka merupakan kelompok

penduduk yang baru berpengalaman satu atau dua kali mencoblos dalam pemilu

sebelumnya.6

Dari data di atas maka pemilih pemula menarik untuk dicermati dan diteliti

bagaimana kecenderungan politik kelompok pemilih pemula, dengan kondisi

psikologi yang dimiliki oleh pemilih pemula yaitu masih labilnya kejiwaannya

yang dimiliki maka mereka umumnya mudah dipengaruhi oleh orang lain yang

berupa pengaruh positif maupun negatif, dan mereka juga mulai melakukan

4 Zakaria,Sasaran Empuk Partai Politik, www.eramuslim.com.Senin, 5 Desember 2011

5 Harun A. Rasyid, Potensi Pemilih Pemula Cukup Signifikan, www.kompas.com Selasa,

15 Juli 2008. 6 Yusuf Ardiansah, Mahasiswa dan Pemilih Pemula Sebaiknya Tidak Golput,

www.kompas.com, Selasa 15 Juli 2008.

Page 15: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

4

introspeksi untuk menemukan keseimbangan antara sikap ke dalam diri dengan

sikap kritis terhadap objek-objek (termasuk objek-objek politik) di luar dirinya.

Akan tetapi, belum banyak lembaga politik atau partai politik serta

pemerintah yang melakukan pendidikan politik serius terhadap pemilih pemula

ini. Padahal yang harus lebih berperan dalam pendidikan politik adalah partai

politik karena partai politik harus menjalankan fungsinya yaitu memberikan

pendidikan politik terhadap warga Negara serta kepada pemilih pemula seperti

partai politik pada masa kolonial dimana partai politik merupakan wadah

pendidikan dan pencerdasan bangsa dari pembodohan politik yang dilakukan oleh

rezim kolonial. Kenyataannya mereka hanya menggantungkan informasi politik

kepada berita-berita di media massa, sesame teman, orang tua, atau guru di

sekolah. Sehingga, mereka merasa kebingungan saat dihadapkan dengan

pemilihan umum tidak jarang dari mereka hanya memilih sebagai rutinitas yang

biasa dilakukan oleh orangtuanya dan tidak berpengaruh terhadap kehidupan

mereka.

Padahal mereka adalah generasi yang akan menjalankan Negara ini dan

akan menentukan nasib Negara ini nanti, maka pendidikan politik buat mereka

dalam demokrasi sejak dini bagi pemilih pemula sangat penting. Demi

keberhasilan Negara ini dan dapat menciptakan generasi yang lebih baik bagi

Negara ini kelak. Ketika kaum remaja yang nanti menjadi generasi pengganti

tidak diikutsertakan dalam mencerna dunia dan masalah-masalahnya. Untuk itu,

pendidikan politik yang pada saatnya mempengaruhi partisipasi politik pemilih

pemula yang berdasarkan kepentingan kaum remaja sendiri sangat diperlukan,

Page 16: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

5

terutama untuk mencegah agar jangan suara mereka hanya dihitung sebagai

“pemilih pemula” yang tidak tahu apa-apa.

peneliti tertarik untuk meneliti kelompok pemilih pemula di Kecamatan

Tanah Sareal karena tingkat partisipasi politik warga Tanah Sareal sangat tinggi

sekitar 81% dengan tingkat partisipasi pemilih pemula menarik untuk diteliti

dimana jumlah pemilih pemula dalam legislatif ada 20% dari jumlah pemilih tetap

dan sangat besar dan berpengaruh pada tingkat partisipasi politik warga Tanah

Sareal Kota Bogor dan menarik untuk diteliti apa yang menyebabkan mereka

memilih dan tidak dalam pemilihan legislatif Kota Bogor.7

Dari uraian di atas maka penulis ingin meneliti lebih dalam pemilih

pemula di Kacamatan Tanah Sareal maka akan diperdalam dengan skripsi yang

berjudul: “FAKTOR-FAKTOR APA YANG MEMPENGARUHI

PARTISIPASI POLITIK PEMILIH PEMULA DALAM PEMILU

LEGISLATIF DI KECAMATAN TANAH SAREAL KOTA BOGOR”

B. Perumusan Masalah

Atas dasar latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tingkat partisipasi pemilih pemula di Kecamatan Tanah Sareal

Kota Bogor?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula

dalam pemilu legislatif Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor Tahun 2009?

7 Wawancara dengan Bapak Bambang Ketua PPK Kecamatan Tanah Sareal Kota

Bogor,13 Desember 2009

Page 17: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

6

3. Faktor-faktor dominan apa yang mempengaruhi partisipasi politik pemilih

pemula dalam pemilu legislatif Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor Tahun

2009?

4. Faktor apa yang mempengaruhi pemilih pemula untuk tidak memilih pada

pemilu legislatif Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih pemula dalam pemilu

legislatif tahun 2009 ini adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat partisipasi pemilih pemula di Kecamatan Tanah

Sareal Kota Bogor.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi partisipasi politik

pemilih pemula dalam pemilu legislatif Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor dominan apa yang mempengaruhi partisipasi

politik pemilih pemula dalam pemilu legislatif Kecamatan Tanah Sareal Kota

Bogor.

4. Untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi pemilih pemula untuk tidak

memilih dalam pemilu legislatif Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis: penelitian ini sebagai salah satu kajian politik pemerintah,

terutama berkaitan dengan orientasi politik dan perilaku politik.

Page 18: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

7

2. Secara praktis: penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran bagi pemerintah maupun partai politik agar senantiasa memberikan

pendidikan politik khususnya kepada pemilih pemula sehingga perilaku politik

dari pemilih pemula didasarkan atas orientasi yang jelas dan rasional.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian

kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data dalam bentuk angka

yang menggunakan statistic sederhana.8

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pemilih pemula atau pemilih yang baru

pertama kali menggunakan hak pilihnya dalam pemilu legislatif di Kecamatan

Tanah Sareal Kota Bogor.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu subjek yang

merupakan perhatian peneliti, populasi merupakan keseluruhan anggota,

kejadian, atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik.9

Populasi dalam penelitian ini adalah pemilih pemula di Kecamatan

Tanah Sareal Kota Bogor yang terdiri dari 11 Kelurahan.

8 Husen Usman, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 131. 9 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), hal. 6.

Page 19: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

8

Sampel adalah beberapa bagian kecil atau cuplikan yang didapat dari

populasi. Untuk jumlah sampel, peneliti menggunakan ukuran minimum yang

ditawarkan oleh Gay bahwa untuk penelitian diambil 30 subjek atau lebih.10

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemilih pemula

yang ada di Kecamatan Tanah Sareal atau remaja yang memiliki hak pilih

dalam pemilu legislatif atau yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap dan

diambil secara random. Pengambilan sampel dalam penelitian diambil dengan

menggunakan teknik cluser Sempling (sampeling daerah) yaitu sampel yang

akan diteliti atau sumbernya terlalu luas maka pengambilan sempelnya

berdasarkan daerah yang telah ditentukan, maka peneliti hanya mengambil 5

kelurahan dari 11 kelurahan dari setiap kelurahan atau desa diambil 2 RT

secara acak sehingga sampel berjumlah 60 orang dengan porsi 6 responden

setiap RT.

Untuk menganalisa data penetapan sampel yang lebih besar untuk

mengurangi bisa yang timbul dibandingkan dengan menggunakan sampel

dalam jumlah yang sedikit. Selain itu distribusi frekuensi dari data dengan

jumlah sampel besar dan tidak kurang dari 30 orang akan mendekati

penyebaran sampel.

Responden yang akan dijadikan sampel adalah remaja yang berdomisili

di Kecamatan Tanah Sareal yang sudah memiliki hak pilih dan baru pertama

kali mengikuti pemilihan anggota legislatif.

10 Sevila Cunsuelog.et all, Pengatar Metode Penelitan. (Jakarta : UI Pers, 1993), hal. 41

Page 20: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

9

F. Metode Pengumpulan Data

1. Interview (Wawancara)

Metode interview ini penulis lakukan dengan cara tanya jawab terhadap

responden atau seseorang yang berkaitan dengan penelitian pemilih pemula

agar mendapatkan informasi yang relevan dengan penelitian yang diharapkan.

Wawancara ini dilakukan dengan berstruktur yakni dengan menyusun

pertanyaan terlebih dahulu yang akan diteliti.

2. Kepustakaan

Kepustakaan ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang

berkaitan dengan permasalahan dari berbagai sumber. Teknik ini digunakan

untuk mendukung penelitian dengan cara mencari teori-teori yang sudah ada.

3. Observasi

Pada penelitian ini penulis melakukan pengamatan langsung terhadap

masyarakat yang memberikan informasi tentang pemilih pemula pada pemilu

legislatif 2009 di Kecamatan Tanah Sareal.

G. Teknik Analisa Data

1. Statistik Deskriptif

Statistic deskriptif berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberikan

gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi

sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum. Deskriptif berfungsi memberikan gambaran atau uraian

atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang

Page 21: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

10

diteliti.11

Karena dalam penelitian ini, data yang diperoleh akan dideskripsikan

secara detail sehingga lebih mudah dipahami.

2. Editing

Yakni memeriksa jawaban-jawaban responden untuk ditelaah dan juga

dirumuskan selanjutnya sesuai pengelompokannya.

3. Tabulating

Yakni jawaban-jawaban responden dinyatakan dalam bentuk-bentuk

table alternative. Jawaban-jawaban responden tersebut dijadikan data statistik

prosentase artinya setiap data diprosentasekan setelah tabulating dalam

frekuensi jawaban responden dan kemudian dianalisis untuk mendapat suatu

kesimpulan sehingga dapat diketahui kecenderungan dari setiap alternative

jawaban. yang penulis gunakan dalam mencari prosentase:

Dengan ketentuan sebagai berikut:

P = Prosentase

F = Frekuensi

N = Jumlah sampel (number of case)

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam skripsi adalah sebagai

berikut:

11 Husain Usman, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 129.

Page 22: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

11

Bab I : Pendahuluan, yang menjelaskan tentang latar belakang kajian atas

faktor- faktor yang mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula

dalam pemilu, pembatasan masalah, perumusan masalah penelitian,

tujuan serta manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II : menjelaskan dan memaparkan kajian teori, partisipasi politik,

pemilu, faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik pemilu

pemula.

Bab III : Menjelaskan tentang profil dan gambaran umum pemilu di

Kecamatan Tanah Sareal serta gambaran umum responden.

Bab IV : Merupakan bab analisa yang menjelaskan hasil penelitian yang di

lakukan peneliti dengan teori yang di gunakan yang di sajikan

dengan presentase dan analisis hasil penelitian

Bab V : Pada bab terakhir atau penutup menyajikan kesimpulan dan saran.

Demikianlah kerangka umum dari gambaran singkat mengenai sistematika

skripsi ini dengan besar harapan penulis maksudkan untuk memberi arah dan

mempermudah para pembaca dalam meliput persoalan dan kajian yang terkait

dengan skripsi ini.

Page 23: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Partisipasi Politik

1. Pengertian Partisipasi Politik

Keikutsertaan warga Negara berusaha untuk mencapai tujuan Negara

merupakan bentuk partisipasi politik warga Negara serta mempengaruhi

kebijakan atau keputusan yang diambil oleh negara. Dalam ilmu politik

partisipasi diartikan sebagai upaya warga masyarakat baik secara individual

maupun kelompok, untuk ikut serta dalam mempengaruhi pembentukan

kebijakan publik dalam sebuah Negara.1

Partisipasi adalah penentuan sikap dan ketertiban hak setiap individu

dalam situasi dan kondisi dalam rangka mengwujudkan kepentingan dan

kebutuhan, sehingga pada akhirnya mendorong individu tersebut untuk

berperan serta dalam pencapaian tujuan organisasi, serta ambil bagian dalam

setiap pertanggung jawaban bersama.2

Menurut Huntington, partisipasi politik hanya sebagai kegiatan warga

negara preman (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi pengambilan

keputusan oleh pemerintah serta di dalamnya menentukan pemimpin sebuah

1 Afan Gafar, Merangsang Partisipasi Politik Rakyat, dalam Syahrifin Arbab (editor),

demitologi politik Indonesia: Mengusung Elitisisme dalam Orde Baru, (Jakarta: Pustaka Cesindo,

1998), hal. 240. 2 Arifin Rahman, Sistem Politik Indonesia dalam Perspektif Fungsional, (Surabaya: SIC,

2002), hal. 128.

Page 24: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

13

pemerintahan.3 Beriringan dengan Huntington, Ramlan Subakti, sebagaimana

dikutip Arifin Rahman mengartikan partisipasi politik sebagaimana kegiatan

warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan

kebijaksanaan umum dan ikut serta dalam menentukan pemimpin

pemerintahan.4 Dengan partisipasi politik kita mengacu pada semua aktivitas

yang sah oleh yang semua warga negara untuk mempengaruhi pemilihan

pejabat pemerintahan dan mengawasi segala tindakan-tindakan yang mereka

ambil apakah tindakkan benar-benar memperhatikan kepentingan warga

negara.

Pada umumnya partisipasi politik masyarakat ada yang sifatnya mandiri

(autonomous) dimana individu dalam melakukan kegiatannya atas dasar

inisiatif dan keinginan sendiri tanpa ada tekanan dari pihak manapun tetapi

terkadang partisipasi mereka dipengaruhi oleh faktor-faktor disekeliling

mereka. Hal ini boleh jadi atas dasar rasa tanggung jawabnya dalam

kehidupan politik, atau karena didorong oleh keinginan untuk mewujudkan

kepentingannya ataupun kepentingan kelompoknya. Namun tidak jarang pula

partisipasi yang dilakukan bukan karena kehendak individu yang

bersangkutan, akan tetapi karena diminta atau digerakkan oleh orang lain dan

bahkan dipaksa oleh kelompoknya demi kepentingan tertentu suatu kelompok.

Partisipasi dalam bentuk yang terakhir ini adalah partisipasi yang digerakkan

atau sering disebut dengan mobilized political participation. Partisipasi politik

3 Samuel P. Huntington dan John M. Nelson, Partisipasi Politik di Negara Berkembang,

(Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hal. 6. 4 Arifin Rahman, Sistem Politik Indonesia Dalam Prespektif Struktural Fungsional , hal.

129.

Page 25: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

14

masyarakat biasanya bersumber pada basis-basis social-politik tertentu.

Kecuali partisipasi yang mengambil bentuk contacting, partisipasi politik pada

umumnya merupakan sebuah tindakan kolektif.5

Kecenderungan ke arah partisipasi warga negara yang lebih luas dalam

politik sebetulnya bermula pada masa renaissance dan reformasi abad ke-15

sampai abad ke-17 dan memperoleh dorongan kuat pada masa revolusi

industri pada abad ke-18 dan abad ke-19. Tetapi cara bagaimana lapisan

masyarakat seperti pedagang, buruh, petani dan kaum profesi menuntut hak

mereka untuk berpartisipasi lebih luas dalam pembuatan keputusan politik

akan sangat berbeda di tiap-tiap Negara tergantung pada kondisi setiap Negara

tersebut.6

Setidaknya ada lima hal yang menyebabkan timbulnya gerakan ke arah

partisipasi lebih luas dalam proses politik, seperti yang disampaikan Myron

Weiner, yaitu:

a. Modernisasi; komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi yang

meningkat, menyebarkan kepandaian baca-tulis, pengembangan media

komunikasi masa.

b. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial; ketika terbentuk suatu kelas

baru dan kelas menengah yang meluas dan berubah selama proses

industrialisasi, masalah yang tentang siapa yang berhak berpartisipasi

pembuatan keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan

perubahan-perubahan dalam pola partisipasi politik.

5 Afan Gafar, Merangsang Partisipasi Politik, hal. 221.

6 Arifin Rahman, Sistem Politik Indonesia Dalam Prespektif Struktral Fungsional, hal.

129.

Page 26: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

15

c. Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi masa modern; kaum

intelektual seperti sarjana, wartawan, dan penulis sering menggelarkan

gagasan dan ide kepada masyarakat umum untuk membangkitkan tuntutan

akan partisipasi masa yang luas dalam pembuatan keputusan politik. Dan

sistem transportasi dan komunikasi modern memudahkan dan

mempercepat penyebaran ide dan gagasan tersebut.

d. Konflik di antara kelompok-kelompok pemimpin politik; jika timbul

kompetisi perebutan kekuasaan, salah satu strategi yang digunakan adalah

mencari dukungan rakyat untuk melegitimasi mereka melalui gerakan-

gerakan partisipasi rakyat.

e. Campur tangan pemerintah yang berlebihan dalam masalah sosial;

ekonomi dan budaya, jika pemerintah terlalu menkooptasi masalah-

masalah sosial masyarakat, maka lambat laun akan merangsang timbulnya

tuntutan-tuntutan yang terorganisasi untuk berpartisipasi.7

2. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik

Partisipasi politik masyarakat dapat dilakukan secara langsung

maupun tidak langsung. Secara langsung, partisipasi politik di lakukan melalui

kontak- kontak langsung dengan pejabat Negara yang ikut dalam penentuan

kebijakan Negara. Sedangkan secara tidak langsung adalah dengan cara

melalui media masa yang ada dengan menulis pendapat atau aspirasi terhadap

persoalan yang sedang terjadi di ranah publik.

7 Ibid., hal. 130-131.

Page 27: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

16

Peran serta atau partisipasi politik masyarakat secara umum dapat kita

kategorikan dalam bentuk-bentuk berikut:

Electoral activity, yaitu segala bentuk kegiatan yang secara langsung

atau tidak langsung berkaitan dengan pemilihan. Termasuk dalam kategori ini

adalah ikut serta dalam memberikan sumbangan untuk kampanye, menjadi

sukarelawan dalam kegiatan kampanye atau rally politik sebuah partai,

mengajak seseorang untuk mendukung dan memilih sebuah partai atau calon

pemimpin, memberikan suara dalam pemilihan, mengawasi pemberian dan

penghitungan suara, menilai calon-calon yang diajukan dan lain-lainnya.

Lobbying, yaitu tindakan dari seseorang atau kelompok orang untuk

menghubungi pejabat pemerintah ataupun tokoh politik dengan tujuan untuk

mempengaruhinya menyangkut masalah tertentu.

Organizational activity, yaitu keterlibatan warga masyarakat ke dalam

organisasi sosial dan politik, apakah ia sebagai pemimpin, aktivis, atau

sebagai anggota biasa.

Contacting, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan

secara langsung pejabat pemerintah atau tokoh politik, baik dilakukan secara

individu maupun kelompok orang yang kecil jumlahnya. Biasanya, dengan

bentuk partisipasi seperti ini akan mendatangkan manfaat bagi orang yang

melakukannya.

Page 28: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

17

Violence, yaitu dengan cara-cara kekerasan atau mempengaruhi

pemerintah, yaitu dengan cara kekerasan, pengacauan dan pengrusakan (by

doing physical damage) terhadap barang atau individu.8

bentuk-bentuk partisipasi di bedakan menjadi menjadi dua bagian

yaitu partisipasi konvensional dan partisipasi non-konvensional sesuai yang

terjadi pada kondisi yang terjadi berbagi Negara karena setiap warga Negara

mempunyai kondisi yang berbeda-beda. Bentuk-bentuk dan frekuensi

partisipasi politik dapat dipakai sebagai ukuran untuk melihat stabilitas sistem

politik, integritas kehidupan politik, kepuasan/ketidakpuasan warga negara.

Tabel 2.1

Perbedaan Jenis Partisipasi

Konvensional Non-Konvensional

Pemberian suara dalam pemilihan

Diskusi politik

Kegiatan kampanye

Membentuk dan bergabung dalam

kelompok kepentingan

Komunikasi individual dengan

pejabat politik

Pengajuan petisi

Demonstrasi

Konfrontasi

Mogok

Tindakan kekerasan politik

Sumber: Muhtar Mas’oed danColin Mac Adrew,Perbandingan Sistem Politik,(jogyakarta : Gajah Mada Univerity)HAL 32

B. Pemilu

1. Pengertian Pemilu

Pemilihan umum menurut kamus besar ilmu pengetahuan adalah

pemberian suara yang diatur dalam undang-undang untuk memilih calon-calon

8 Afan Gafar, Merangsang Partisipasi Rakyat, hal. 241-242.

Page 29: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

18

yang dianggap layak guna menduduki jabatan-jabatan tertentu.9 Berbeda

dengan pemilu menurut Dr. Indria Sumego pemilu disebut politik market,

dimana pemilu adalah pasar untuk melakukan kesepakatan antara partai

(penjual) dan rakyat atau pemilih (pembeli). Secara sederhana, pemilu adalah

cara individual warga negara melakukan kontrak politik dengan orang atau

partai politik yang diberi mandate menjalankan sebagian hak

kewarganegaraan pemilih.

2. Tujuan Pemilu

Menurut rumusan penjelasan UU No. 15 tahun 1969, tentang Pemilihan

Umum, yang masih berlaku sampai tahun Pemilu 2007, disebutkan bahwa

tujuan pemilu adalah:

“Dalam mewujudkan penyusunan tata kehidupan yang dijiwai semangat

cita-cita Revolusi Kemerdekaan RI Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagaimana

tersebut dalam Pancasila dan UUD 1945, maka penyusunan tata kehidupan itu

harus dilakukan dengan jalan Pemilihan Umum. Dengan demikian, diadakan

pemilihan umum tidak sekedar memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk

dalam lembaga permusyawaratan/perwakilan, dan juga tidak memilih wakil-

wakil rakyat untuk menyusun negara baru, tetapi suatu pemilihan wakil-wakil

rakyat oleh rakyat yang membawa isi hati nurani rakyat dalam melanjutkan

perjuangan, mempertahankan dan mengembangkan kemerdekaan NKRI

bersumber pada Proklamasi 17 Agustus 1945 guna memenuhi dan

mengemban Amanat Penderitaan Rakyat. Pemilihan Umum adalah suatu alat

9 Save Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, ( Jakarta : LPK ,1997) hal. 807.

Page 30: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

19

yang penggunaannya tidak boleh mengakibatkan rusaknya sendi-sendi

demokrasi dan bahkan menimbulkan hal-hal yang menderitakan rakyat, tetapi

harus menjamin suksesnya perjuangan orde baru, yaitu tetap tegaknya

Pancasila dan dipertahankan UUD 1945.”10

Makna yang disimpulkan dalam pemilu di atas merupakan fundamen

pelaksanaan demokrasi di Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Sedangkan tujuan Pemilihan Umum DPR, DPD, dan DPRD adalah “Pemilu

diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih rakyat dan wakil daerah, serta

untuk membentuk perintahan yang demokratis, kuat dan memperoleh

dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana

diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.”11

Adapun tujuan pemilihan umum menurut Undang-Undang No. 23,

tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, yaitu:

“Pemilu Presiden dan Wakil Presiden diselenggarakan dengan tujuan

untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang memperoleh dukungan yang

kuat dari rakyat sehingga mampu menjalankan fungsi-fungsi kekuasaan

pemerintah negara dalam rangka tercapainya tujuan nasional sebagaimana

diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.”12

10

A. Rahman HI, Sistem Politik Indonesia, hal. 148. 11

Ibid., hal. 149. 12

Ibid., hal. 148.

Page 31: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

20

3. Asas Pemilihan Umum

Mengenai asas pemilu di Indonesia dikenal ada beberapa asas pemilu

yang ditetapkan berdasarkan oleh Undang-Undang Pemilu yang berlaku di

Indonesia. Asas-asas pemilu tersebut adalah meliputi:

a. Asas pemilu menurut UU No. 15 Tahun 1969 adalah sebagai berikut:

1) Umum

Artinya semua warga negara yang telah berusia 17 tahun atau telah

menikah berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak

dipilih.

2) Langsung

Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung

memberikan suaranya menurut hati naruninya tanpa perantara dan

tanpa tingkatan .

3) Bebas

Artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tanpa

adanya pengaruh, tekanan atau paksaan dari siapapun/dengan apapun.

4) Rahasia

Artinya rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan diketahui

oleh pihak siapapun dan dengan jalan apapun siapa yang dipilihnya

atau kepada siapa suaranya diberikan (secret ballon).13

13

Ibid., hal. 149.

Page 32: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

21

b. Asas Pemilu menurut UU No. 3 tahun 1999, adalah sebagai berikut:

Dalam UU No. 3/1999, ini terdapat penambahan dua asas pemilu dari

undang – sebelum nya yaitu, jujur dan adil. Adapun sengkapnya di

jelaskan di bawah ini adalah:

1) Jujur

Dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggaraan pelaksana,

pemerintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas dan pemantau

pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak

langsung, harus bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

2) Adil

Dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik

peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari

kecukupan pihak manapun.

3) Langsung

Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung

memberikan suara sesuai dengan kehendak hati naruninya tanpa

perantara pihak manapun.

4) Umum

Artinya semua WN yang telah berusia 17 tahun atau telah menikah

berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak dipilih

dengan tanpa ada diskriminasi (pengecualian).

Page 33: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

22

5) Bebas

Artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tanpa

adanya pengaruh, tekanan atau paksaan dari siapapun/dengan apapun.

6) Rahasia

Artinya rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan diketahui

oleh pihak siapapun dan dengan jalan apapun siapa yang dipilihnya

atau kepada siapa suaranya diberikan (seret ballon).14

c. Asas pemilu menurut UU No. 12 Tahun 2003, tentang Pemilihan Umum

anggota DPR, DPD dan DPRD. Dalam UU No. 12/2003, asas pemilihan

umum meliputi:

1) Langsung

Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung

memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa

perantara.

2) Umum

Artinya semua WN yang telah berusia 17 tahun atau telah menikah

berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak dipilih

dengan tanpa ada diskriminasi (pengecualian).

3) Bebas

Artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tanpa

adanya pengaruh, tekanan atau paksaan dari siapapun/dengan apapun.

14

Ibid., hal. 149.

Page 34: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

23

4) Rahasia

Artinya rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan diketahui

oleh pihak siapapun dan dengan jalan apapun siapa yang dipilihnya

atau kepada siapa suaranya diberikan (seret ballon).

5) Jujur

Dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggaraan pelaksanaan,

pemerintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas atau pemantau

pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak

langsung, harus bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

6) Adil

Dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik

peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari

kecurangan pihak manapun.15

d. Ada pun asas pemilu menurut UU No. 23 Tahun 2003, menjelaskan

tentang asas Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden secara

langsung. Dalam UU No. 23/2003, asas pemilihan umum meliputi:

1) Langsung

Artinya rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung

memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa

perantara.

15

Ibid., hal. 150.

Page 35: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

24

2) Umum

Artinya semua WN yang telah berusia 17 tahun atau telah menikah

berhak untuk ikut memilih dan telah berusia 21 tahun berhak dipilih

dengan tanpa ada diskriminasi (pengecualian).

3) Bebas

Artinya rakyat pemilih berhak memilih menurut hati nuraninya tanpa

adanya pengaruh, tekanan atau paksaan dari siapapun/dengan apapun.

4) Rahasia

Artinya rakyat pemilih dijamin oleh peraturan tidak akan diketahui

oleh pihak siapapun dan dengan jalan apapun siapa yang dipilihnya

atau kepada siapa suaranya diberikan (seret ballon).

5) Jujur

Dalam penyelenggaraan pemilu, penyelenggaraan pelaksanaan,

pemerintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas atau pemantau

pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak

langsung, harus bersikap jujur sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

6) Adil

Dalam penyelenggaraan pemilu setiap pemilihan dan partai politik

peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari

kecurangan pihak manapun.16

16

Ibid., hal. 150.

Page 36: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

25

4. Sistem Pemilu Secara Umum

Dalam ilmu politik dikenal bermacam-macam sistem pemilihan umum,

akan tetapi umumnya berkisar pada dua prinsip pokok, yaitu:

a. Single-Member Constituency ( yaitu sistem satu daerah pemilihan memilih

yang hanya memilih satu perwakilan tanpa melihat jumlah pemilih,

biasanya disebut sistem Distrik).

b. Multi-Member Constituency (sistem pemilihan satu daerah pemilihan

memilih beberapa wakil untuk di jadikan perwakilan sesuai dengan jumlah

pemilih yang ada daerah tersebut, biasanya dinamakan Proportional

Representation atau perwakilan berimbang.

Secara umum sistem pemilihan umum dapat diklasifikasi dalam dua

sistem, yaitu:

a. Sistem Distrik

Sistem ini merupakan sistem pemilihan yang paling tua dan

didasarkan atas kesatuan geografis (yang biasanya disebut distrik karena

kecilnya daerah yang diliput) mempunyai satu wakil dalam dewan

perwakilan rakyat. Untuk keperluan itu daerah pemilihan dibagi dalam

sejumlah besar distrik dan jumlah wakil rakyat dan dewan perwakilan

rakyat ditentukan oleh jumlah distrik. Calon yang dalam satu distrik

memperoleh suara yang terbanyak menang, sedangkan suara-suara yang

ditujukan kepada calon-calon lain dalam distrik itu dianggap hilang dan

tidak diperhitungkan lagi, bagaimana kecil pun selisih kekalahannya. Jadi,

tidak ada sistem perwakilan berimbang. Misalnya, dalam distrik dengan

Page 37: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

26

jumlah suara 100.000, ada dua calon, yakni A dan B. Calon A memperoleh

60.000 dan B 40.000 suara, maka calon A memperoleh kemenangan

sedangkan jumlah suara 40.000 dari calon B dianggap hilang. Sistem

pemilihan ini tidak mempertimbangkan jumlah suara yg di dapat oleh

calon perwakilan yang ada tetapi jumlah distrik yang ada sistem ini

dipakai di Inggris, Kanada, Amerika Serikat dan India.

Sistem “single-member constituency” mempunyai beberapa

kelemahan:

1) Sistem ini kurang memperhitungkan adanya partai-partai kecil dan

golongan minoritas, apalagi jika golongan itu terpencar dalam

beberapa distrik.

2) Sistem ini kurang representative dalam arti bahwa calon yang kalah

dalam suatu distrik, kehilangan suara-suara yang telah

mendukungnya. Hal ini berarti bahwa ada sejumlah suara yang tidak

diperhitungkan sama sekali, dan kalau ada beberapa partai yang

mengadu kekuatan, maka jumlah suara yang hilang dapat mencapai

jumlah yang besar. Hal ini akan dianggap tidak adil oleh golongan-

golongan yang merasa dirugikan dan suara pemilih terbuang sia- sia.

Di samping kelemahan-kelemahan tersebut di atas ada banyak segi

positifnya, yang oleh negara yang menganut sistem ini dianggap lebih

menguntungkan dari pada sistem pemilihan lain.

Karena kecilnya distrik, maka wakil yang terpilih dapat dikenal oleh

penduduk distrik, sehingga hubungannya dengan penduduk distrik lebih

Page 38: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

27

erat. Dengan demikian dia akan lebih terdorong untuk memperjuangkan

kepentingan distrik. Lagipula, kedudukannya terhadap partainya akan

lebih bebas, oleh karena dalam pemilihan semacam ini focus personalitas

dan kepribadian seseorang merupakan faktor yang penting.

Sistem ini lebih mendorong proses integrasi partai-partai politik

karena kursi yang diperebutkan dalam setiap distrik pemilihan hanya satu.

Hal ini akan mendorong partai-partai untuk menyisihkan perbedaan-

perbedaan yang ada dan mengadakan kerjasama. Di samping

kecenderungan untuk membentuk partai baru dapat sekedar dibendung,

sistem ini dapat mendorong proses penyederhanan partai tanpa diadakan

paksaan. Maurice Duverger berpendapat bahwa dalam proses seperti

Inggris dan Amerika, sistem ini telah memperkuat berlangsungnya sistem

dwipartai.

1) Berkurangnya partai dan meningkatkan kerjasama antara partai-partai

mempermudah terbentuknya pemerintah yang stabil dan

mempertingkat stabilitas nasional.

2) Sistem ini sederhana dan murah untuk diselenggarakan.17

b. Sistem Perwakilan Berimbang

Sistem ini dimaksudkan untuk menghilangkan beberapa kelemahan

dari sistem distrik. Gagasan pokok ialah bahwa jumlah kursi yang

diperoleh oleh sesuatu golongan atau partai adalah sesuai dengan jumlah

suara yang diperolehnya. Untuk keperluan ini ditentukan sesuatu

17

Ibid., hal. 152.

Page 39: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

28

perimbangan, misalnya 1: 400.000, yang berarti bahwa sejumlah pemilih

tertentu (dalam hal ini 40.000 pemilih) mempunyai satu wakil dalam

dewan perwakilan rakyat, jumlah total anggota dewan perwakilan rakyat

ditentukan atas dasar perimbangan (1: 400.000) itu. Negara dianggap

sebagai satu daerah pemilihan yang besar, akan tetapi untuk keperluan

teknis administratif dibagi dalam beberapa daerah yang besar (yang lebih

besar dari pada distrik dalam sistem distrik), dimana setiap daerah

pemilihan pemilih sejumlah wakil sesuai dengan banyaknya penduduk

dalam daerah pemilihan itu. Jumlah wakil dalam setiap daerah pemilihan

ditentukan oleh jumlah pemilih dalam daerah pemilihan itu, dibagi dengan

400.000. Dalam sistem ini setiap suara, dalam arti bahwa suara lebih yang

diperoleh oleh suatu partai atau golongan dalam suatu daerah pemilihan

dapat ditambahkan pada jumlah suara yang diterima oleh partai atau

golongan itu dalam daerah pemilihan lain, untuk menggenapkan jumlah

suara yang diperlukan guna memperoleh kursi tambahan maka tidak ada

suara pemilih yang terbuang sia-sia di sistem ini.18

Sistem Perwakilan Berimbang ini sering dikombinasikan dengan

beberapa prosedur lain antara lain dengan Sistem Daftar (List System).

Dalam Sistem Daftar setiap partai atau golongan mengajukan satu daftar

darinya dan dengan demikian memilih satu partai dengan semua calon

yang diajukan oleh partai itu untuk bermacam-macam kursi yang sedang

18

Ibid., hal. 152.

Page 40: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

29

direbutkan. Sistem Perwakilan Berimbang dipakai di Negeri Belanda,

Swedia, Belgia, Indonesia tahun 1955 dan 1971 dan 1976.19

Dalam sistem ini ada beberapa kelemahan

1) Sistem ini mempermudah fragmentasi partai dan timbulnya partai-

partai baru. Sistem ini tidak menjurus proses integrasi bermacam-

macam golongan dalam masyarakat, mereka lebih cenderung untuk

mencari dan memanfaatkan perbedaan-perbedaan yang ada dan

kurang terdorong untuk mencari dan memanfaatkan persamaan-

persamaan kondisi negara tidak setabil mengakibatkan bayak nya

partai politik yang membuat bingung pemilih dan calon yang di pilih

tidak begitu dikenal oleh pemilih. Umumnya dianggap bahwa sistem

ini mempunyai akibat memperbanyak jumlah partai.

2) Wakil yang terpilih merasa dirinya lebih terikat kepada partai dan

kurang merasakan loyalitas kepada daerah yang telah memilihnya

adan akan mengakibatkan mereka akan lebih mementikan kepentingan

kelompok nya(partainya)ketimbang pemilih yg memilih mereka. Hal

ini disebabkan oleh karena dianggap bahwa dalam pemilihan

semacam ini partai lebih menonjol peranannya daripada kepribadian

seseorang. Hal ini memperkuat kedudukan pimpinan partai.

3) Banyaknya partai mempersulit terbentuknya pemerintah yang stabil,

oleh karena umumnya harus mendasarkan diri atas koalisi dari dua

partai atau lebih. Di samping kelemahan tersebut, sistem ini

19

Ibid., hal. 153.

Page 41: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

30

mempunyai satu keuntungan besar, yaitu bahwa dia bersifat

representative dalam arti bahwa setiap suara turut diperhitungkan dan

praktis tidak ada suara yang hilang. Golongan-golongan bagaimana

kecil pun dapat menempatkan wakilnya dalam badan perwakilan

rakyat. Masyarakat yang heterogen sifatnya, umumnya lebih tertarik

pada sistem ini, oleh karena dianggap lebih menguntungkan bagi

masing-masing golongan.20

5. Sistem Pemilihan Umum di Indonesia

Sistem Pemilihan Umum di Indonesia sejak pemilu pertama (1) tahun

1955 sampai dengan pemilu yang kesepuluh (10) tahun 2004 selalu berubah –

ubah mencari format yang cocok untuk kondisi indonesia, Indonesia telah

menggunakan lima (5) macam sistem pemilu, yaitu:

a. Pada Pemilu pertama tahun 1955, Indonesia menggunakan sistem

Proporsional yang tidak murni.

b. Pada Pemilu kedua tahun 1971, Indonesia menggunakan sistem

Perwakilan Berimbang dengan Stelsel Daftar.

c. Pada Pemilu ketiga tahun 1977 s/d pemilu ke delapan 1997, Indonesia

menggunakan Sistem Proporsional.

d. Pada Pemilu kesembilan tahun 1999, Indonesia menggunakan Sistem

Proporsional berdasarkan Stelsel Daftar.

e. Pada Pemilu kesepuluh tahun 2004, Indonesia menggunakan Sistem

Perwakilan Proporsional.

20

Ibid., hal. 153.

Page 42: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

31

f. Pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2004, Indonesia

menggunakan Sistem Distrik Berwakil Banyak.21

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini mengacu pada teorinya. Nyron

Wainer, Oni Priono dan Pangabean tergambar dalam bagai sebagai berikut:

21

Ibid., hal. 153.

Pileg 2009

PARTISIPASI

POLITIK

Tinggi

atau

Rendah? FAKTOR-FAKTOR

Faktor-faktor partisipasi

politik

1. Faktor ekonomi

2. Faktor pendidikan politik

3. Faktor media

4. Faktor nilai budaya

remaja

5. Faktor intelektual

Page 43: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

32

BAB III

PROFIL KECAMATAN TANAH SAREAL KOTA BOGOR

DAN GAMBARAN UMUM PEMILU SERTA

RESPONDEN PENELITIAN

A. Profil Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor

Mempunyai luas 2.030,7 km terletak di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat

dengan letak secara astronomis 1060 48’ Bujur Timur dan 6

0 36’ Lintang Selatan

jarak ± 130 km ke arah Barat Kota Bandung, ibukota Provinsi Jawa Barat.1 Batas

wilayah Kecamatan Tanah Sareal adalah:

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Kemang, Bojong Gede,

dan Kecamatan Sukaraja Kabupaten Bogor.

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor.

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor.

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecataman Bogor Selatan Kota Bogor.

Wilayah administrasi Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor terdiri atas 11

kelurahan, RW berjumlah 123 buah, RT berjumlah 619 buah.2

Suhu udara rata-rata setiap bulannya 260C, dan kelembaban udara yang

kurang dari 70%. Kota Bogor disebut juga Kota Hujan karena memiliki curah

1 “Profil Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor”, hal. 1. 2 Ibid., hal. 2.

Page 44: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

33

hujan yang rata-rata yang tinggi. Curah hujan rata-rata di wilayah Kota Bogor

berkisar 4.000 sampai 4.500 mm/tahun.3

Tanah yang ada di sekitar wilayah Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor

umumnya memiliki sifat agak peka terhadap erosi, yang sebagian besar

mengandung tanah liat (clay), dengan tekstur tanah yang umumnya agak halus

hingga agak kasar, wilayah Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor dialiri oleh dua

sungai besar dan 7 anak sungai, yang secara keseluruhan anak-anak sungai itu

membentuk pola aliran pararel-subpararel sehingga mempercepat waktu mencapai

debit puncak (time to peak) pada 2 sungai besar yaitu sungai Ciliwung dan

Cisadane. Memanfaatkan kedua sungai ini sebagai sumber air baku bagi

Perusahaan Daerah Air Minum.

Sumber air bagi Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor diperoleh dari

sungai, air tanah dan mata air. Sungai utama yang mengalir di Kota Bogor adalah

Sungai Ciliwung, Cisadane dan beberapa anak sungainya. Selain dua sungai

tersebut, beberapa sungai lain yang ada di antaranya Sungai Cipakancilan, Sungai

Cidepit, Sungai Ciparagi, dan Sungai Cibalok. Kedalaman air tanah bervariasi

sekitar 3-12 m, kedalaman muka air tanah dalam keadaan normal (musim hujan)

berkisar 3-6 m, sedangkan pada musim kemarau kedalaman muka air tanah

mencapai 10-12 m. Kualitas air tanah di Kota Bogor terbilang cukup baik.

Dengan kondisi geografis yang relative lebih baik dibandingkan dengan

wilayah lainnya di kawasan Kota Bogor, maka Kecamatan Tanah Sareal

mempunyai potensi yakni menjadi tujuan utama bermukim para pekerja di DKI

3 Ibid., hal. 3.

Page 45: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

34

Jakarta, serta tujuan wisata penduduk DKI Jakarta dan sekitarnya. Masalah yang

harus diwaspadai dan segera ditangani adalah mempertahankan ruang terbuka

hijau seluas 30% dari luas kota, pembangunan sumur resapan dan kolam retensi

untuk meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah dan mencegah tingginya debit

drainase yang ada yang dapat menimbulkan banjir. Selain itu memberikan

perkuatan kepada sempadan sungai maupun tebing yang sewaktu-waktu dapat

menimbulkan bencana longsor.

Kondisi ekonomi Kecamatan Tanah Sareal adalah ada sekitar 1.192 rumah

tangga yang kondisi ekonominya rendah dan belum sejahtera, rumah tangga

sederhana ada sekitar 6.920 keluarga, rumah tangga menengah ada 17.386

keluarga dan keluarga menengah ke atas ada sekitar 8.478 keluarga, sedangkan

rumah tangga atas atau sangat sejahtera ada sekitar 4.508.4

Sedangkan sarana pendidikan di Kecamatan Tanah Sareal ada sekitar 35

TK, SDN ada sekitar 35 sekolah, SD swasta ada sekitar 6 sekolah, SMPN ada

sekitar 4 sekolah, SMP swasta ada sekitar 14 sekolah, dan SMAN ada sekitar 2

sekolah, SMA swasta ada sekitar 12 sekolah. Sedangkan sekolah agama:

Madrasah Ibtidaiyah (MI) ada sekitar 289 sekolah, Madrasah Tsanawiyah ada

sekitar 129 sekolah dan Madrasah Aliyah ada sekitar 41 sekolah. Perguruan tinggi

ada 2 perguruan tinggi.5

4 Ibid., hal. 4. 5 Ibid., hal. 16.

Page 46: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

35

B. Gambaran Pemilu di Kecamatan Tanah Sareal

Pada pemilihan legislatif di kota Bogor Kecamatan Tanah Sareal jumlah

pemilih yang terdaftar di daftar pemilih tetap berjumlah 63.733 berjenis kelamin

laki-laki dan jumlah pemilih berjenis kelamin perempuan berjumlah 62.639.

Jumlah keseluruhan pemilih dalam daftar pemilih adalah 126.372. Sedangkan

yang menggunakan hak pilihnya atau ikut berpartisipasi dalam pemilihan legislatif

pemilih laki-laki berjumlah 51.814 atau 41% sedangkan pemilih perempuan

berjumlah 53.254 atau 42,1% total keseluruhan yang memilih berjumlah 105.068

atau 83,1%. Pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya berjumlah laki-laki

11.919 atau 9,43% sedangkan pemilih perempuan berjumlah 8.385 atau 7,43%

jumlah yang tidak ikut memilih adalah 20.304 atau 16,86%. Di bawah disajikan

table partisipasi pemilih pada pemilihan legislatif Kecamatan Tanah Sareal Kota

Bogor 2009.6

Tabel 3.1

Tabel Partisipasi Politik Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor

No. Jenis Kelamin Jumlah Pemilih yang

Ikut Memilih Jumlah DPT Persentase

1 Laki-laki 51.814 62.639 41%

2 Perempuan 53.254 62.639 42,1%

Jumlah 105.068 126.372 83,1%

Jumlah pemilih pemula 25.247 pemilih, jumlah pemilih laki-laki ada

11.723 pemilih (46,38%) pemilih. Pemilih perempuan ada 13.551 (53,65%).

6 Ibid., hal 5.

Page 47: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

36

Menggunakan hak di bawah disajikan tabel jumlah pemilih pemula pada

pemilihan legislatif Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor 2009.7

Table 3.2

Jumlah Pemilih Pemula Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor

No. Jenis Kelamin Jumlah DPT Persentase

1 Laki-laki 11.742 46,38%

2 Perempuan 13.551 53,62%

Jumlah 25,247 100%

C. Gambaran Umum Responden

Gambaran umum subjek penelitian ini diuraikan secara rinci di bawah ini,

yaitu berupa gambaran umum frekuensi dari jenis kelamin, umur, dan pendidikan.

Populasi dalam penelitian ini adalah Pemilih Pemula dalam legislatif 2009

Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor dan sampel penelitian 60 pemilih pemula

dalam legislatif 2009 Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor. Berikut ini adalah

gambarannya.

Tabel 3.3

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laki-laki 20 33%

2 Perempuan 40 66,6%

Total 60 100%

Dari hasil penelitian data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden

dalam penelitian ini berasal dari kelamin yang berbeda. Terdiri dari 20 Pemilih

7Wawancara dengan Bapak Bambang Ketua PPK Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor

Page 48: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

37

Pemula (33%) berjenis kelamin perempuan dan 40 pemilih pemuda (66,6%)

berjenis kelamin laki-laki, responden yang banyak digunakan dalam penelitian ini

berasal dari jenis kelamin laki-laki.

Gambar 3.4

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1 SMA 45 75,3%

2 SMP 11 18%

3 SD 4 6,7%

Total 60 100%

Dari hasil presentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden

dalam penelitian ini berasal dari tingkatan Pendidikan yang berbeda. Pemilih

pemula yang berpendidikan SMA sebanyak 45 orang (75,3%), pemilih pemula

berpendidikan SMP sebanyak 11 orang (18%) dan pemilih pemula yang

berpendidikan SD sebanyak 4 orang (6,7%). Dalam penelitian ini, responden yang

banyak digunakan adalah pemilih pemula yang berpendidikan SMA.

Table 3.5

Gambaran Umum Responden Berdasarkan Umur

No. Umur Frekuensi Persentase

1 19-20 tahun 18 30%

2 21-23 42 70%

Total 60 100%

Dari hasil presentase data di atas, maka dapat diketahui bahwa responden

dalam penelitian ini memiliki umur. Responden yang berumur 19-20 tahun

Page 49: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

38

sebanyak 18 orang (30%), dan responden yang berumur 21-26 tahun sebanyak 42

orang (70%). Dalam penelitian ini, peneliti banyak menggunakan responden yang

berumur 21-23 tahun.

Page 50: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

39

BAB IV

PRESENTASE DAN ANALISIS DATA

A. Hasil Penelitian

1. Deskriptif Frekuensi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Politik Pemula

Di bawah ini akan disajikan data analisis frekuensi faktor-faktor yang

mempengaruhi partisipasi politik pemula dari hasil penelitian yaitu sebagai

berikut:

Tabel 4.1

Apakah Kamu Ikut Memilih dalam pemilu legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 56 93

Tidak 4 6,6

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 93%, yang menjawab tidak

6,6%. Hal ini menunjukkan bahwa 93% responden yang ikut memilih dalam

pemilu legislatif maka tingkat partisipasi pemilih pemula di Kecamatan Tanah

Sareal tinggi.

Page 51: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

40

Tabel 4.2

Apakah Media Mempengaruhi Kamu untuk Ikut Memilih

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 20 33,3

Tidak 40 66,7

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 33,3%, yang menjawab tidak

adalah 66,7%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 33,3% responden yang

dipengaruhi media untuk ikut memilih dalam pemilu legislatif.

Tabel 4.3

Apakah Orang Tua Mempengaruhi Kamu untuk Memilih

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 13 21,6

Tidak 47 78,4

Total 60 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor jawaban

responden yang menjawab ya adalah 21,6%, yang menjawab tidak adalah

78,6%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 21,6% responden yang dipengaruhi

orang tua untuk ikut memilih dalam pemilu legislatif.

Page 52: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

41

Tabel 4.4

Apakah Teman Mempengaruhi Kamu untuk Ikut Memilih

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 6 10%

Tidak 54 90%

Total 60 100%

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor jawaban

responden yang menjawab ya adalah 10%, yang menjawab tidak adalah 90%.

Hal ini menunjukkan bahwa hanya 10% responden yang dipengaruhi teman

untuk ikut pemilu legislatif.

Tabel 4.5

Apakah Uang Mempengaruhi Kamu untuk Ikut Memilih

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 4 6,67

Tidak 56 93,33

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 6,67%, yang menjawab tidak

adalah 93,33%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 6,67% responden yang

dipengaruhi uang untuk ikut memilih dalam pemilu legislatif.

Page 53: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

42

Tabel 4.6

Apakah Tokoh Masyarakat Mempengaruhi Kamu untuk Ikut

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 8 13,33%

Tidak 52 86,67

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 13,33%, yang menjawab tidak

adalah 86,67%. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang dipengaruhi oleh

tokoh masyarakat untuk ikut memilih dalam pemilu legislatif hanya 13,33%.

Tabel 4.7

Apakah Guru di Sekolahmu Mempengaruhi Kamu untuk Ikut

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 6 10

Tidak 54 90

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 10%, yang menjawab tidak

adalah 90%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 10% responden yang

dipengaruhi guru di sekolah untuk memilih dalam pemilu legislatif.

Page 54: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

43

Tabel 4.8

Apakah Partai Politik Mempengaruhi Kamu untuk Ikut

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 27 45

Tidak 33 55

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 45%, yang menjawab tidak

55%. Hal ini menunjukkan hanya 45% responden yang dipengaruhi oleh partai

politik untuk ikut dalam pemilu legislatif.

Tabel 4.9

Apakah Media Mempengaruhi Kamu untuk Tidak Memilih

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 4 6,6%

Tidak 56 93,4

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 6,6%, yang menjawab tidak

adalah 93,4%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 6,6% responden yang

dipengaruhi media untuk tidak memilih dalam pemilu legislatif.

Page 55: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

44

Tabel 4.10

Apakah Orang Tua Mempengaruhi Kamu untuk Tidak Memilih

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 1 1,6

Tidak 59 98,4

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 1,6%, yang menjawab tidak

adalah 98,4%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 1,6% responden yang

dipengaruhi orang tua untuk tidak ikut memilih dalam pemilu legislatif.

Tabel 4.11

Apakah Teman Mempengaruhi Kamu untuk Tidak Ikut Memilih

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 3 5

Tidak 57 95

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 5%, yang menjawab tidak

adalah 95%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 5% responden yang tidak ikut

memilih dalam pemilihan legislatif karena dipengaruhi oleh teman.

Page 56: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

45

Tabel 4.12

Apakah Uang Mempengaruhi Kamu untuk Tidak Ikut Memilih

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 2 3,33

Tidak 58 96,67

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 3,33%, yang menjawab tidak

adalah 96,67%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 3,33% responden tidak

ikut memilih dalam pemilu legislatif karena dipengaruhi oleh uang.

Tabel 4.13

Apakah Tokoh Masyarakat Mempengaruhi Kamu untuk Tidak Ikut

Memilih dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 1 1,6

Tidak 59 98,4

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 1,6%, yang menjawab tidak

adalah 98,4%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 1,6% responden yang

memilih dipengaruhi oleh tokoh masyarakat dalam pemilu legislatif.

Page 57: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

46

Tabel 4.14

Apakah Guru di Sekolahmu Mempengaruhi Kamu untuk Tidak

Ikut dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 4 6,6%

Tidak 56 93,4

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 6,6%, yang menjawab tidak

adalah 93,4%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 6,6% responden yang

memilih dipengaruhi oleh guru di sekolah.

Tabel 4.15

Apakah Partai Politik Mempengaruhi Kamu untuk Tidak Ikut

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 3 5

Tidak 57 95

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 5%, yang menjawab tidak

adalah 95%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 5% responden yang tidak

memilih dipengaruhi oleh partai politik.

Page 58: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

47

B. Analisis Data Hasil Penelitian

Tabel 4.16

Tingkat Partisipasi Pemilih Pemula

No. Tingkat Partisipasi Frekuensi Persentase

1. Memilih 57 90%

2. Tidak memilih 3 5%

Total 60 100%

Jadi dari data di atas tingkat partisipasi politik pemilih pemula Kecamatan

Tanah Sareal Kota Bogor adalah tinggi dari 60 responden hanya 4 responden yang

tidak ikut memilih pada pemilihan anggota legislatif. Banyak faktor yang

menyebabkan tingginya partisipasi politik pemilih pemula di Kecamatan Tanah

Sareal seperti di bawah ini:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih pemula berpartisipasi politik dalam

Pemilu Legislatif Tanah Sareal Kota Bogor 2009 adalah faktor ekonomi,

pendidikan politik, intelektual dan faktor nilai budaya remaja, serta faktor

media Lebih jelas dijelaskan di bawah ini:

a. Faktor ekonomi adalah salah satu bagian penting dalam kehidupan

bermasyarakat maupun bernegara merupakan bagian paling vital dalam

suatu negara karena tujuan suatu negara adalah mensejahterakan rakyatnya

apabila suatu negara dapat melakukan tujuan tersebut maka negara

tersebut akan berjalan dengan baik serta terjaga kestabilan suatu negara

akan tetapi bila suatu negara tidak bisa mensejahterakan tujuan tersebut

maka akan terganggu kestabilan suatu negara dan akan menimbulkan

Page 59: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

48

kekacauan dalam negara terutama pada pemerintahan yang menjalankan

amanat tersebut maka akan timbul ketidakpercayaan terhadap

pemerintahan yang menjalankan hal tersebut bahkan dapat menggulingkan

pemerintah secara damai atau dengan cara revolusi. Maka ekonomi

merupakan bagian penting bagi timbulnya partisipasi politik bagi warga

negara. Begitu pula dengan pemilih pemula maka pemilih memasukan

uang sebagai salah satu unsur ekonomi dan di jadikan pertanyaan dalam

angket dan di dapatkan hasil seperti tabel di bawah ini.

Tabel 4.17

Uang Mempengaruhi Pemilih Pemula untuk Ikut dalam

Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 4 6,6%

Tidak 56 93,4

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi

skor jawaban responden yang menjawab ya adalah 6,6%, yang menjawab

tidak adalah 93,4%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 6,6% responden

yang dipengaruhi uang untuk ikut memilih dalam pemilu legislatif.

Dari data di atas menunjukkan bahwa faktor ekonomi berpengaruh

pada tingkat partisipasi politik pemula di Kecamatan Tanah Sareal Kota

Bogor tetapi tidak begitu mempengaruhi.

Page 60: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

49

b. Faktor pendidikan politik adalah cara bagaimana suatu bangsa mentransfer

budaya politiknya yang satu ke generasi kemudian.1 Sedangkan budaya

politik adalah keseluruhan nilai, keyakinan empiric, dan lambang ekspresif

yang menentukan terciptanya situasi di tempat kegiatan politik

terselenggara.

Pendidikan politik sebagai proses penyampaian budaya politik

bangsa, mencakup cita-cita politik maupun norma-norma operasional dari

sistem perlu ditingkatkan sebagai kesadaran dalam berpolitik akan hak dan

kewajiban sebagai warga negara, sehingga pemilih pemula diharapkan ikut

secara aktif dalam kehidupan bernegara dan pembangunan.

Pendidikan politik mengupayakan penghayatan atau pemilikan

pemilih pemula terhadap nilai-nilai yang meningkat dan akan terwujud

dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari dalam hidup kemasyarakatan

termasuk hidup kenegaraan serta berpartisipasi dalam usaha-usaha

pembangunan sesuai dengan fungsi masing-masing. Dengan kata lain

pendidikan politik menginginkan agar pemilih pemula berkembang

menjadi warga negara yang baik, yang menghayati nilai-nilai dasar yang

luhur dari bangsanya dan sadar akan hak-hak dan kewajibannya di dalam

kerangka nilai-nilai tersebut.

Pendidikan dalam sistem yang demokratis menempatkan posisi yang

sangat netral. Sangat ideal pendidikan dimaksudkan untuk mendidik warga

negara tentang kebijakan dan tanggung jawab sebagai anggota civil

1 Pangabean, Pendidikan Politik dan Kaderisasi Bangsa, (Jakarta: Sinar Harapan, 1994),

hal. 42.

Page 61: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

50

society. Pendidikan dalam artian tersebut merupakan suatu proses yang

panjang sepanjang usia seseorang untuk mengembangkan diri. Proses

tersebut bukan hanya dilakukan dalam lingkungan pendidikan formal

seperti sekolah tetapi juga meliputi pendidikan dalam arti yang sangat luas

melibatkan keluarga dan juga lingkungan sosial.

Lembaga-lembaga pendidikan harus mencerminkan proses untuk

mendidik warga negara ke arah suatu masyarakat sipil yang kondusif bagi

berlangsungnya demokrasi dan sebaliknya harus dihindarkan sejauh

mungkin dari unsur-unsur yang memungkinkan tumbuhnya hambatan-

hambatan demokrasi.2 Namun demikian di samping dibicarakan masalah

kesadaran berpolitik, maka perlu pemahaman pula apa yang dimaksud

dengan pengertian budaya politik, menurut Meriam Budihardjo konsep

budaya politik ini berdasarkan keyakinan, bahwa setiap politik itu

didukung oleh suatu kumpulan kaedah, perasaan dan orientasi terhadap

tingkah laku politik.3peneliti memasukan orang tua,partai politik dan guru

sekolah unsur penting dalam pendidikan politik dan mendapatkan hasil

seperti yg twerlihat dalam tabel dibawah ini.

2 Rizal Noer Afani, Demokrasi Indonesia Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1996), hal. 64. 3 Meriam Budihardjo, Dalam Masalah Kenegaraan, (Jakarta: PT. Gramedia, 1982), hal.

17.

Page 62: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

51

Tabel 4.18

Orang Tua Mempengaruhi Pemilih Pemula untuk Memilih

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 13 21,6

Tidak 47 78,4

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 21,6%, yang menjawab

tidak adalah 78,4%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 21,6% responden

yang dipengaruhi orang tua untuk ikut memilih dalam pemilu legislatif

Tabel 4.19

Guru di Sekolah Mempengaruhi Pemilih Pemula untuk Ikut

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 6 10

Tidak 54 90

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi

skor jawaban responden yang menjawab ya adalah 10%, yang menjawab

tidak adalah 90%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 10% responden yang

dipengaruhi guru di sekolah untuk ikut memilih dalam pemilu legislatif

tetapi tidak begitu mempengaruhi pemilih pemula.

Page 63: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

52

Tabel 4.20

Partai Politik Mempengaruhi Pemilih Pemula untuk Ikut

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 27 45

Tidak 33 55

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 45%, yang menjawab tidak

adalah 55%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 55% responden yang

dipengaruhi oleh partai politik untuk ikut memilih dalam pemilu legislatif.

Dari data di atas menunjukkan bahwa faktor pendidikan politik tidak

begitu berpengaruh pada tingkat partisipasi politik pemilih pemula dalam

pemilihan anggota legislatif 2009 dibawah 50% responden menunjukkan

bahwa pendidikan politik terhadap pemilih pemula sangat penting dan

perlu ditingkatkan agar mereka mengerti apa pentingnya pemilu, serta

untuk memahami hak dan kewajiban sebaga warga negara dan sebagai

wadah untuk mentransfer nilai-nilai luhur bangsa.

c. Faktor nilai budaya remaja. Remaja pada umumnya memiliki suatu sistem

sosial yang seolah-olah menggambarkan bahwa mereka mempunyai

“dunia sendiri”. Dalam sistem remaja ini terdapat kebudayaan yang antara

lain mempunyai nilai-nilai, norma-norma. Sikap serta bahasa tersendiri

yang berbeda dari orang dewasa. Dengan demikian remaja pada umumnya

mempunyai persamaan dalam pola tingkah laku, sikap dan nilai,

Page 64: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

53

dimanapun pola tingkah laku kolektif ini dapat berbeda dalam beberapa

hal dengan orang dewasa.4

Nilai kebudayaan remaja antara lain adalah santai, bebas dan

cenderung pada hal-hal yang informal dan mencari kesenangan, oleh

karena itu semua hal yang kurang menyenangkan dihindari. Di samping

mencari kesenangan, kelompok sebaya adalah penting dalam kehidupan

seorang remaja, sehingga bagi seorang remaja perlu mempunyai kelompok

teman sendiri dalam pergaulan. Masa pubertas merupakan tahap

permulaan perkembangan perasaan sosial. Pada masa ini timbul keinginan

remaja untuk mempunyai teman akrab dan sikap bersatu dengan teman-

temannya, sedangkan terhadap orang dewasa mereka menjauhkan diri. Ini

berpengaruh sekali selama masa remaja sehingga nilai-nilai kelompok

sebaya mempengaruhi kelakuan mereka. Seorang remaja membutuhkan

dukungan dan consensus dari kelompok sebayanya. Dalam hal ini setiap

penyimpangan nilai dan norma kelompok akan mendapat celaan dari

kelompoknya, karena hubungan antara remaja dan kelompoknya bersifat

solider dan setia kawan.5 Pada umumnya para remaja atas kelompok-

kelompok yang lebih kecil berdasarkan persamaan dalam minat,

kesenangan atau faktor lain.

Berkenaan dengan kapasitas kebudayaan remaja tersebut, setidaknya

dapat dijadikan gambaran penting upaya melihat peta demokrasi dan

4 Oni Priyono, Kebudayaan Remaja dan Sub – Kebudayaan Delikeun, (Jakarta: CSIS,

1987), hal. 24. 5 Ibid., hal. 25.

Page 65: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

54

kesadaran politik kalangan remaja di lingkungan persekolahan sebagai

bagian pemilih pemula.

Pemahaman perilaku politik (Political Bahavior) yaitu perilaku politik

yang dapat dinyatakan sebagai keseluruhan tingkah laku actor politik dan

warga negara yang telah saling memiliki hubungan antara pemerintah dan

masyarakat, antara lembaga-lembaga pemerintah, dan antara kelompok

masyarakat dalam rangka proses pembuatan, pelaksanaan, dan penegakan

keputusan politik. Sedangkan menurut Almond dan Verba yang dimaksud

budaya politik (Political Culture) merupakan suatu sikap orientasi yang

khas warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam bagiannya,

dan sikap terhadap peranan warga negara yang ada di dalam sistem itu.

Warga negara senantiasa mengidentifikasi diri mereka dengan simbol-

simbol dan lembaga kenegaraan berdasarkan orientasi yang mereka

miliki.6peneliti memasukan teman sebagai salah satu unsur kebudayaan

remaja seperti di jelaskan dalam tabel dibawah ini

Tabel 4.21

Teman Mempengaruhi Pemilih Pemula untuk Ikut Memilih

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 6 10

Tidak 54 90

Total 60 100%

6 Budiyanto, Kewarganegaraan SMA Kurikulum 2004, (Jakarta: Erlangga, 2002), hal.

103.

Page 66: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

55

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 10%, yang menjawab tidak

adalah 90%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 10% responden memilih

dalam pemilihan legislatif dipengaruhi teman.

Dari data di atas menunjukkan bahwa faktor nilai budaya remaja

mempengaruhi tingkat partisipasi politik pemula dalam pemilu legislatif

sekitar 10% responden dipengaruhi oleh teman ini menunjukkan bahwa

pemilih pemula di Kecamatan Tanah Sareal nilai budaya remaja tidak

begitu mempengaruhi partsipasi politik mereka.

d. Faktor Media, Media adalah salah satu alat yang paling penting untuk

menyampaikan suatu ide atau gagasan seseorang yang dapat bersentuhan

langsung terhadap masyarakat, dengan media seseorang juga dapat

membentuk suatu opini yang dapat menguntung atau merugikan bagi

orang lain, dimana media ini masuk langsung ke dalam setiap pintu-pintu

rumah dan masyarakat juga cenderung lebih mudah dan santai dalam

menerima wejangan-wejangan politik ketimbang mereka harus melakukan

diskusi politik di luar rumah mereka.

Tabel 4.22

Media Mempengaruhi Pemilih Pemula untuk Ikut Memilih

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 20 33,3

Tidak 40 66,7

Total 60 100%

Page 67: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

56

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 33,3%, yang menjawab

tidak adalah 66,7%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 33,3% responden

yang dipengaruhi media untuk ikut memilih dalam pemilu legislatif. Dari

data di atas menunjukkan bahwa faktor modernisasi berpengaruh pada

tingkat partsipasi pemilih pemula pada pemilu legislatif Kecamatan Tanah

Sareal Kota Bogor tapi tidak begitu mempengaruhi.

e. Faktor intelektual Kaum intelektual seperti sarjana, wartawan dan penulis

sering menggelar gagasan dan ide-ide kepada masyarakat umum untuk

membangkitkan tuntutan akan partisipasi massa yang luas dalam

pembuatan keputusan politik. Begitu juga dengan pemilih pemula yang

pertama kali memilih yang masih mudah untuk dipengaruhi oleh ide-ide

yang dikeluarkan oleh kaum intelektual yang termasuk di dalamnya adalah

tokoh masyarakat setempat.

Tabel 4.23

Apakah Tokoh Masyarakat Mempengaruhi Kamu untuk Ikut

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 8 13,33%

Tidak 52 86,67

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 13,33%, yang menjawab

tidak adalah 86,67%. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang

Page 68: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

57

dipengaruhi oleh tokoh masyarakat untuk ikut memilih dalam pemilu

legislatif hanya 13,33%. Jadi Faktor intelektual berpengaruh tetapi

pengaruhnya tidak begitu besar terhadap pemilih pemula dalam memilih.

2. Faktor yang dominan dalam mempengaruhi partisipasi pemilih pemula dalam

memilih pada pemilihan legislatif 2009 Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor

t faktor yang dominan adalah Pendidikan politik di banding faktor yang lain.

Seperti tabel di bawah ini:

a. Faktor pendidikan politik, dijelaskan pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.24

Orang Tua Mempengaruhi Pemilih Pemula untuk Memilih

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 13 21,7

Tidak 47 78,3

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 21,7%, yang menjawab

tidak adalah 78,3%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 21,7% responden

yang dipengaruhi orang tua untuk ikut memilih dalam pemilu legislatif.

Page 69: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

58

Tabel 4.25

Guru di Sekolah Mempengaruhi Pemilih Pemula untuk Ikut

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 6 10

Tidak 54 90

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 10%, yang menjawab tidak

adalah 90%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 10% responden yang

dipengaruhi guru di sekolah untuk memilih dalam pemilu legislatif tetapi

tidak begitu mempengaruhi pemilih pemula.

Tabel 4.26

Partai Politik Mempengaruhi Pemilih Pemula untuk Ikut

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 27 45

Tidak 33 55

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 45%, yang menjawab tidak

adalah 55%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 45% responden yang

dipengaruhi partai politik untuk ikut memilih dalam pemilu legislatif.

Page 70: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

59

Dari data di atas menunjukkan bahwa faktor pendidikan politik

berpengaruh pada tingkat partisipasi politik pemilih pemula dalam

pemilihan anggota legislatif 2009 sekitar 45% responden ini menunjukkan

bahwa pendidikan politik terhadap pemilih pemula dominan dalam

mempengaruhi pemilih pemula untuk memilih dalam pemilu legislatif

2009 di Kecamatan Tanah Sareal dibanding faktor yang lain.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilih pemula tidak ikut memilih dalam

pemilu legislatif.

a. Faktor ekonomi dapat dilihat dari tabel di bawah ini:

Tabel 4.27

Uang Mempengaruhi untuk Tidak Ikut Memilih

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 2 3,33

Tidak 58 96,67

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 3,33%, yang menjawab

tidak adalah 96,67%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 3,33% responden

tidak ikut memilih dalam pemilu legislatif dipengaruhi oleh uang. Dari

data di atas bahwa faktor ekonomi mempengaruhi pemilih pemula untuk

tidak berpartisipasi dalam pemilu legislatif Kota Bogor tetapi pengaruhnya

rendah.

Page 71: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

60

b. Faktor nilai budaya remaja dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel 4.28

Teman Mempengaruhi Tidak Ikut Memilih dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 3 5

Tidak 57 95

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi skor

jawaban responden yang menjawab ya adalah 5%, yang menjawab tidak

adalah 95%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 5% responden yang tidak

ikut memilih dalam pemilihan legislatif di pengaruhi oleh teman.

Dari data di atas menunjukkan bahwa faktor nilai budaya remaja

mempengaruhi pemilih pemula tidak berpartisipasi dalam pemilu legislatif

di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor tetapi pengaruhnya rendah.

c. Faktor Media dapat dilihat dari tabel di bawah ini

Tabel 4.29

Media Mempengaruhi Pemilih Pemula untuk Tidak ikut Memilih

Dalam Pemilu Legislatif

Alternatif Jawaban Frekuensi Jumlah (%)

Ya 1 1,66

Tidak 59 98,34

Total 60 100%

Berdasarkan tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa frekuensi

skor jawaban responden yang menjawab ya adalah 1,66%, yang menjawab

Page 72: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

61

tidak adalah 98,34%. Hal ini menunjukkan bahwa hanya 1,66% responden

yang dipengaruhi media untuk tidak ikut memilih dalam pemilu legislatif.

Dari data di atas menunjukkan bahwa factor Media berpengaruh

pada pemilih pemula untuk tidak berpartisipasi politik pada pemilu

legislatif Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor tapi pengaruhnya rendah.

Page 73: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tingkat partisipasi pemilih pemula di Kecamatan Tanah Sareal sangat tinggi.

2. Faktor yang mempengaruhi partisipasi pemilih pemula dalam pemilihan

anggota legislatife 2009 di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor adalah faktor

ekonomi, faktor Media, faktor nilai budaya remaja, faktor intelektual dan

faktor pendidikan politik tetapi tidak ada satu faktor pun yang sangat

mempengaruhi pemilih pemulan dalam pemilu legislatif pengaruhnya rendah

terhadap partisipasi politik pemilih pemula.

3. Faktor yang dominan dalam mempengaruhi partisipasi politik pemilih pemula

dalam pemilihan anggota legislatif 2009 di Kecamatan Tanah Sareal Kota

Bogor adalah faktor pendidikan politik di bandingkan dengan faktor yang lain.

4. Faktor yang mempengaruhi pemilih pemula untuk tidak ikut memilih dalam

pemilihan anggota legislatife 2009 di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor

adalah faktor nilai budaya remaja, faktor Media, faktor ekonomi, dan faktor

pendidikan politik tetapi tidak begitu mempengaruhi.

B. Saran

Hasil penelitian ini merupakan bukti empirik yang dapat dipertanggung-

jawabkan, dan karya ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembacanya. Adapun

saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil penelitian ini yaitu:

Page 74: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

63

1. Bagi peneliti, dapat dikembangkan dan diteruskan jumlah sampel yang lebih

besar serta penyebaran skala yang lebih luas sehingga didapat subyek yang

lebih general dan dapat dikembangkan lagi menjadi studi komparatif mencari

terhadap faktor yang ada.

2. Peran orangtua harus lebih berperan untuk memberikan arahan positif kepada

pemilih pemula.

3. Kepada partai politik harus menjalankan fungsi yaitu memberikan pendidikan

politik dengan baik kepada pemilih pemula.

Page 75: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

DAFTAR PUSTAKA

Alfani, Riza Noer. Demokrasi Indonesia Kontemporer, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1996.

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:

Rineka Cipta, 2002.

Azwar, S. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2003.

Budiardjo, Miriam. Masalah Kenegaraan, Jakarta: PT. Gramedia, 1982.

“Data Rekapitulasi Hasil Pemilu 2009”,wawancara Ketua PPK Kecamatan

Tanah Sareal Bogor 13 desember 2009.

H.I. Rahman, A. System Politik Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Hutington, Samuel P dan Nelson. Partisipasi Politik di Negara Berkembang,

Jakarta: Rineka Cipta, 1990.

Kerlinger, FM.N. Asas-asas Penelitian Behivioral, Yogyakarta: Gajah Mada

University Press, 2006.

Koentjaraningrat. Metode Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Gramedia.

Kuncoro. Penulisan Skripsi, Jakarta: PT. Neo Dunia Damai, 2003.

Mulyasa. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Politik Pemilih Pemula,

Jakarta: Green School Pendidikan, 2007.

Nazir, M. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003.

Pangabean. Pendidikan Politik dan Kaderisasi Bangsa, Jakarta: Sinar Harapan,

1994.

Polma M. Margaret. Sosiologi Kontemporer, Jakarta: Rajawali, 1987.

Prijono, Onny. Kebudayaan Remaja dan Sub-Kebudayaan Delikeun, Jakarta:

CSIS, 1987.

Rahman Arifin, Sistem Politik Indonesia Dalam Prespektif Struktural Fungsional,

Surabaya : SIC, 2002.

Rush, Michael dan Althoff, Philip. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Rajawali

Press, 1990.

Page 76: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UIN SYARIF ...

Sevila, Consuelog et.all. Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: UI Press, 1993.

Sihombing, Umberto. Menuju Pendidikan Bermakna Melalui Pendidikan

Berbasis Masyarakat, Jakarta: CV. Multiguna, 2002.

Sugiono. Statistika untuk Penelitian, Bandung: Alphabet, 2008.

Surakhmamd, Winarno. Dasar-dasar Research Pengantar Ilmiah, Bandung: CV.

Tarsito, 1989.

Sutrisno, Hadi. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1990.

Al-Rasyid Harun, Prof. Dr. Potensi Pemilih Pemula Cukup Signifikan,

www.kompas.com, 15 Juli 2008.

Ardian Yusuf. “Mahasiswa dan Pemilih Pemula Seharusnya Tidak Golput”,

www.Kompas.com, 15 Juli 2008.

Sianipar, Martina Vina. Survey CSIS: “Golkar Dijagikan Pemilih Pemula”,

www.detiknews.com, 15 Juli 2008

Rendra Pertama. Pemilih Pemula dalam Pemilu 2009, www.kompas.com, 15 Juni

2008.