FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN...

372
EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR MALAM HARI (WBMH) DI KECAMATAN MENTENG JAKARTA PUSAT SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Oleh: MUHAMAD NURDIN NIM. 6661101571 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA Serang, Juli 2016

Transcript of FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN...

Page 1: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014

TENTANG WAJIB BELAJAR MALAM HARI (WBMH)

DI KECAMATAN MENTENG JAKARTA PUSAT

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Negara

Oleh:

MUHAMAD NURDIN

NIM. 6661101571

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

Serang, Juli 2016

Page 2: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

ABSTRAK

Muhamad Nurdin. NIM. 6661101571. Skripsi. Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Program Wajib Belajar Malam Hari Di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat. Pembimbing I: Leo Agustino, Ph.D dan Pembimbing II: Juliannes Cadith, M.Si

Salah satu prioritas dari kebijakan pembangunan pendidikan di Provinsi DKI Jakarta adalah meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan Program Wajib Belajar Malam Hari. Program Wajib Belajar Malam Hari ini merupakan program percontohan yang dilaksanakan pada masing-masing wilayah administratif di Jakarta, Kecamatan Menteng Jakarta Pusat adalah salah satu yang wilayah percontohan dan menjadi lokus dalam penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui capaian pelaksanaan program Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng, dan mengidentifikasi masalah pelaksanaan program Wajib Belajar Malam Hari. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Pemilihan informan peneliti menggunakan teknik purposive. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelaksanaan program belum dapat dikatakan berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan, namun dalam pelaksanaan program masih terdapat beberapa kekurangan yang perlu perhatian untuk diperbaiki. Pelaksanaan lapangan berupa sosialisasi program, monitoring evalaluasi yang tidak berjalan. Kurangnya jumlah tenaga pendidik, fasilitas dan sarana prasarana yang tidak memadai untuk pelaksanaan program. Kata kunci : evaluasi, program wajib belajar malam hari, pendidikan

Page 3: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

ABSTRACT Muhamad Nurdin. 6661101571. Reaserch Paper. Evaluation of Governor Regulation No. 22 Year 2014 About Compulsory Night Education In sub-district Menteng, Jakarta Pusat. Advisor I: Leo Agustino, Ph.D and Advisor II: Juliannes Cadit, M.Si

One of the priorities of education development policy at Jakarta Province is to increase the quality of education. One of the efforts is by implementing the Compulsory Night Education. Compulsory Night Education is a pilot program that will be implemented in each administrative area in Jakarta, sub-district Menteng of Central Jakarta is one of the pilot area and it become the focus of the research. The purpose of this research is to determine the achievement and identify the problems of Compulsory Night Education program in sub-district Menteng. The research method of this research is qualitative research. Election of researcher informants is using purposive technique. The results indicate that the program not yet succeeded in achieving the goals set, however there are still some lacks of the program that need to be repaired. Implementation of the field such as socialization, monitoring and evaluation are not work well. The lack of the number of educators, facilities and infrastructure are inadequate for the implementation of the program. Keyword: evaluaton, compulsory night education, education

Page 4: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 5: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 6: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 7: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

LEMBAR PERSEMBAHAN

Engkau tak dapat meraih ilmu, kecuali dengan

Enam hal, yaitu: Cerdas, Selalu ingin tahu,

Tabah, Punya bekal dalam menuntut ilmu,

Bimbingan dari guru dan dalam waktu yang lama.

(Ali Bin Abi Thalib RA)

Pengetahuan tidaklah cukup, kita harus mengamalkannya.

Niat tidaklah cukup, kita harus melakukannya.

(Johann Wolfgang Von Goethe)

Terimakasih ya Allah karena Engkau Telah Menganugrahkanku

Nikmat Ilmu Pengetahuan yang Mampu Kugapai Sampai Detik ini

Semoga Aku Mampu Mengamalkannya Sepenuh Hati

Skripsi ini Ku Persembahkan Untuk Mu Ibu, Ayah, Kakak dan Sahabat

Semoga Allah SWT Senantiasa Memberikan Kebahagiaan bagi Kita Semua

Page 8: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH

SWT, karena atas berkat ridho, rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya yang

berlimpah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dalam rangka memenuhi

salah satu syarat sarjana pada Prodi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berjudul

“Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Wajib

Belajar Malam Hari Di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat”.

Selesainya penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak yang senantiasa mendukung membimbing penulis. Maka dari

itu penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, S.Sos, M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Iman Mukhroman, M. Ikom, Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si, Wakil Dekan III Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Listyaningsih, S.Sos, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Administrasi

Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan

Ageng Tirtayasa.

7. Riswanda, Ph.D selaku Sekretaris Prodi Ilmu Administrasi Negara

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa.

Page 9: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

ii

8. Leo Agustino, Ph.D, sebagai Dosen Pembimbing I yang memberikan

semangat dan membimbing peneliti dalam menyusun skripsi ini

dengan teliti dan sabar dari awal hingga akhir.

9. Juliannes Cadith, M.Si sebagai Pembimbing II yang meluangkan

waktunya membantu dan memberikan masukan bagi peneliti dalam

menyusun skripsi ini dari awal hingga akhir dan juga dalam

perkuliahan.

10. Dr. Suwaib Amirudin, M,Si sebagai Penguji yang telah memberikan

banyak masukan dan saran bagi peneliti, agar skripsi ini menjadi lebih

baik.

11. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang

membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

12. Ibu dan Bapak Syakuri yang telah memberikan kesempatan dan

kepercayaan bagi penulis untuk menempuh gelar Strata Satu. Mohon

maaf apabila selama ini belum bisa memberikan yang terbaik dan

belum bisa membalas segala kebaikan selama ini.

13. Terima kasih kepada kakak Yuli, Yunita, dan Amat yang memberikan

semangat dalam pembuatan skripsi ini.

14. Terimakasih kepada Bapak Dadang Suherman selaku

Penanggungjawab program WBMH di Kecamatan Menteng, yang

telah bersedia memberikan waktunya untuk membantu penelitian

dalam skripsi ini.

15. Terimakasih kepada bapak RW dan RT, kemudian masyarakat

Kecamatan Menteng sebagai narasumber yang sudah bersedia

memberikan data dan informasi dalam penelitian ini.

16. Sahabat-sahabatku penghuni kosan Kalpataru Haniv, Gunarso,

Kesman, Imam, Boby, Singgih, Esa, Temon, Irdam, Idho, Andrianto,

Ichwan, Yusuf, Rama, Afrizal, , Septian, Ambang, Kiki, Prapto,

Rhino, terima kasih selalu memberi semangat dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Page 10: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

iii

17. Teman-teman Motega Crew, Sadam, Irfan, Adhi, Rizal, Babe Tiri,

Imam, Robert, Juna, Juli, Anton, Aldy, Suhada, Irfan, Gilang, Tiar,

Abu, Hasbih, terima kasih untuk semua dukungan yang kalian

berikan.

18. Kawan-kawan Jurusan Administrasi Negara FISIP UNTIRTA Reguler

kelas B angkatan 2010, Dwie, Umam, Fityan, Syafrudin, Eka, Reni,

Siska, Herly, Fany, Nisya, Agryan, Ismat, Iwenk, Nafis, Susi, Fauzi,

Fachrurozy, Novryan, yang selalu memberikan canda tawa, masukan

dan nasehat yang bermanfaat.

19. Sahabat-sahabatku Anggi, Lukman, Leman, Aripin, Ika, Desta,

Wahyu, Budi, Nanang, Achmad, Ipul, Adistian, Lilis, yang selalu

memberikan motivasi dan dukungan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,

karena keterbatasan penulis, maka dari itu saran dan kritik yang membangun tetap

di nantikan guna perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Serang, Juli 2016

Muhamad Nurdin

Page 11: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

iv

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak

Abstract

Lembar Orisinalitas

Lembar Pengesahan

Lembar Persetujuan

Lembar Persembahan

Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................................................... iv

Daftar Tabel ...................................................................................................... ix

Daftar Gambar ................................................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 17

1.3 Batasan Masalah ..................................................................................... 18

1.4 Rumusan Masalah ................................................................................... 18

1.5 Tujuan Penelitian .................................................................................... 18

1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................. 19

Page 12: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

v

1.7 Sistematika Penulisan ................................................................................ 19

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Deskripsi Teori .............................................................................................. 22

2.2 Konsep Evaluasi Program ............................................................................. 22

2.2.1 Pengertian Evaluasi .......................................................................... 23

2.2.2 Pengertian Program .......................................................................... 24

2.2.3 Pengertian Evaluasi Program ............................................................ 25

2.3 Tujuan Evaluasi Program .............................................................................. 27

2.4 Model Evaluasi.............................................................................................. 29

2.4.1 Model Evaluasi UCLA .................................................................... 29

2.4.2 Model Evaluasi Brinkerhoff ........................................................... 30

2.4.3 Model Evaluasi Stake ....................................................................... 31

2.4.4 Model Evaluasi CIPP ....................................................................... 33

2.5 Konsep Program Wajib Belajar Malam Hari (WBMH) ............................... 44

2.5.1 Program WBMH ............................................................................... 45

2.5.2 Tujuan Program WBMH .................................................................. 46

2.5.3 Peserta Didik Program WBMH ........................................................ 46

2.5.4 Mekanisme Pelaksanaan Program WBMH ...................................... 47

Page 13: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

vi

2.5.5 Sarana dan Prasarana Program WBMH ........................................... 48

2.5.6 Satuan Tugas Pelaksana WBMH ...................................................... 48

2.5.7 Dasar Hukum Program WBMH ....................................................... 50

2.6 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 52

2.7 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 58

2.8 Asumsi Dasar Penelitian ............................................................................... 60

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ............................................................... 61

3.2 Fokus Penelitian ............................................................................................ 62

3.3 Instrumen Penelitian...................................................................................... 63

3.4 Informan Penelitian ....................................................................................... 64

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 66

3.5.1 Teknik Analisis Data ........................................................................ 73

3.5.2 Pengujian Keabsahan Data ............................................................... 77

3.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian ....................................................................... 78

3.6.1 Lokasi Penelitian .............................................................................. 78

3.6.2 Jadwal Penelitian .............................................................................. 79

Page 14: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum lokasi Penelitian .............................................................. 81

4.1.1 Kondisi Geografis ............................................................................. 81

4.1.2 Letak Wilayah ................................................................................... 82

4.1.3 Pemerintahan .................................................................................... 84

4.1.4 Keadaan Pendidikan ......................................................................... 85

4.1.5 Program WBMH ............................................................................... 86

4.2 Hasil Penelitian ............................................................................................. 91

4.1.1 Deskripsi Informan ........................................................................... 91

4.3 Evaluasi Program WBMH ............................................................................ 93

4.3.1 Evaluasi Konteks .............................................................................. 93

4.3.2 Evaluasi Masukan ............................................................................. 103

4.3.3 Evaluasi Proses ................................................................................. 111

4.3.4 Evaluasi Hasil ................................................................................... 120

4.4 Pembahasan ................................................................................................... 129

4.4.1 Evaluasi Konteks .............................................................................. 130

Page 15: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

viii

4.4.2 Evaluasi Masukan ............................................................................. 137

4.4.3 Evaluasi Proses ................................................................................. 141

4.4.4 Evaluasi Hasil ................................................................................... 147

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 156

5.2 Saran…… ...................................................................................................... 157

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Lokasi Percontohan Program WBMH ............................................. 8

Tabel 1.2 Profil Kecamatan Menteng............................................................... 13

Tabel 1.3 Sarana dan Prasarana Umum Program WBMH di Kelurahan

Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat ............................. 13

Tabel 1.4 Jumlah Peserta Didik Program WBMH di Kecamatan Menteng ..... 14

Tabel 2.1 Perbandingan Model Evaluasi Program ........................................... 44

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 52

Tabel 3.1 Informan Penelitian .......................................................................... 65

Tabel 3.2 Jumlah Peserta Didik Program WBMH di Kecamatan Menteng ..... 66

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ....................................................................... 68

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian.............................................................................. 80

Tabel 4.1 Penduduk Kecamatan Menteng Menurut Kelurahan 2015 .............. 83

Tabel 4.2 Data Kepegawaian di Kecamatan Menteng Tahun 2015 ................. 84

Tabel 4.3 Data Jumlah Sekolah Negeri & Swasta di Kecamatan Menteng ..... 86

Tabel 4.4 Daftar Informan ................................................................................ 92

Tabel 4.5 Lokasi Percontohan Program WBMH ............................................. 95

Tabel 4.6 Ringkasan Pembahasan .................................................................... 154

Page 17: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Model Evaluasi Stake .................................................................... 31

Gambar 2.2 Fokus Evaluasi Model CIPP ......................................................... 39

Gambar 2.3 Alur Kerja Model CIPP ................................................................. 43

Gambar 2.4 Organisasi Pelaksana Tingkat RW/RT Penerapan Wajib Belajar

Malam Hari ................................................................................... 49

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir ......................................................................... 59

Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Dalam Kualitatif ................ ................. 74

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Menteng .............................................................. 82

Gambar 4.2 Tujuan Program WBMH ............................................................... 94

Gambar 4.3 Spanduk Program WBMH ............................................................ 99

Gambar 4.4 Pertemuan Orangtua Peserta Didik Membahas Program

WBMH ..........................................................................................100

Gambar 4.5 Sarana Untuk Program WBMH .................................................... 103

Gambar 4.6 Buku-buku Untuk Program WBMH ............................................. 104

Gambar 4.7 Tenaga Kependidikan Sebagai Fasilitator ..................................... 106

Gambar 4.8 Sumber Pembiayaan Program WBMH Menurut Pedoman

Pedoman Pelaksanaan Dinas Pendidikan Prov.DKI Jakarta ........ 108

Gambar 4.9 Sumber Pembiayaan Program WBMH Menurut Peraturan

Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 ................................................. 110

Page 18: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

xi

Gambar 4.10 Satuan Tugas Pelaksana Program WBMH.................................... 112

Gambar 4.11 Peserta Didik Program WBMH..................................................... 113

Gambar 4.12 Pelaksanaan Program WBMH di Kelurahan Pegangsaan ............. 117

Gambar 4.13 Tugas Orangtua Sebagai Fasilitator .............................................. 118

Gambar 4.14 Kartu Monitoring Belajar Peserta Didik ....................................... 121

Gambar 4.15 Monitoring Evaluasi ...................................................................... 128

Page 19: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu instrumen atau komponen yang menentukan

kemajuan suatu bangsa dan merupakan sarana dalam membangun watak bangsa.

Adanya pendidikan diharapkan akan terjadi proses transmisi ilmu pengetahuan,

keyakinan, nilai-nilai, dan keterampilan sehingga dapat menghasilkan masyarakat

yang cerdas dan mandiri. Masyarakat yang cerdas dan mandiri merupakan

investasi besar dalam menunjang proses pembangunan di suatu negara, baik dari

aspek budaya, sosial, politik, ekonomi, serta lingkungan. Terbentuknya kualitas

pendidikan sangat bergantung pada kerangka sistem penyelenggaraan pendidikan

meliputi arah kebijakan pendidikan yang ditetapkan pemerintah (Agryan 2014:1)

Kebijakan pendidikan di Indonesia mendasarkan pada UUD 1945 Pasal 31

yang mengamanatkan bahwa: (i) Setiap warga berhak mendapat pendidikan; (ii)

setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib

membiayainya; (iii) pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak

mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-

undang; (iv) negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya

dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggran

pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan

pendidikan nasional, dan; (v) pemerintah nenajukan ilmu pengetahuan dan

Page 20: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

2

teknologi dengan menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk

kemajuan perdaban serta kesejahteraan umat manusia. Maka untuk menjalankan

amanat yang demikian, pemerintah membuat Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 yang menjadi prinsip

penyelenggaraan pendidikan di Indonesia:

1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa;

2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbukan dan multi makna;

3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat;

4) Pendidikan diselenggarakan dengan member keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran;

5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat;

6) Pendidikan diselenggarakan dengan menberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

Kedudukan Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia,

menempatkan pendidikan sebagai pemegang peran penting dan sebagai salah satu

kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Melalui pendidikan yang

bermutu dapat menciptakan Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta sebagai pusat

pendidikan dan pusat pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi bagi

bangsa Indonesia yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana standar

internasional. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di Provinsi DKI Jakarta

harus dilandasi dengan kemampuan dalam menguasai ilmu pengetahuan dan

teknologi yang merupakan cerminan keberhasilan bangsa Indonesia di masa

mendatang.

Page 21: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

3

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagai

pranata sosial yang kuat dan berwibawa baik di tingkat nasional maupun

internasional, pemerintahan daerah dan masyarakat Provinsi DKI Jakarta bertekad

untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas melalui pendidikan yang

bermutu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga

mampu menjawab berbagai tantangan zaman yang selalu berubah. Oleh karena

itu, upaya yang dilakukan adalah melalui peningkatan mutu pendidikan,

pemeratan pendidikan, serta efisiensi peneyelenggaraan dan pengelolaan

pendidikan sesuai dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintah daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, bahwa urusan pendidikan merupakan salah satu urusan

wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah. Sejalan dengan itu,

Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta menetapkan Peraturan Daerah Nomor 8

Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan sebagai komitmen untuk mencerdaskan

kehidupan dan penghidupan masyarakat Jakarta menjadi manusia yang beriman

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

dalam penyelenggaraan pendidikan sebagaimana tertuang di dalam Peraturan

Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2006 Pasal 3 tentang Sistem

Pendidikan, adalah:

Page 22: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

4

(1) Pendidikan diselenggarakan secara professional, transparan dan akuntabel serta menjadi tanggungjawab bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat dan Peserta Didik.

(2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan system terbuka dan multimakna.

(3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan secara berkesinambungan serta berlangsung sepanjang hayat.

(4) Pendidikan diselenggarakan dalam suasana yang menyenangkan, menantang, mencerdaskan dan kompetitiff dengan dilandasi keteladan.

(5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan daya budaya membaca dan belajar bagi segenap warga masyarakat.

(6) Pendidikan diselanggarakan dengan memberdayakan seluruh komponen pemerintah daerah dan masyarakat serta memberikan keempatan kepada masyarakat untuk berperan serta dalam penyelenggaran dan peningkatan mutu pendidikan.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, sampai saat ini Pemerintah DKI

Jakarta masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan, baik permasalahan yang

bersifat internal maupun eksternal, seperti tingkat kualitas pendidik yang belum

memenuhi standar mutu, sarana-prasarana pendidikan yang masih kurang

memadai, serta terbatasnya anggaran pendidikan yang disediakan oleh Pemerintah

Daerah. Selain faktor internal tersebut, tantangan paling berat dihadapi

Pemerintah DKI Jakarta adalah bagaimana menyiapkan sumber daya manusia

yang cerdas, unggul, dan berdaya saing. Untuk itu strategi yang dilakukan oleh

Pemerintah DKI Jakarta dalam pembangunan di bidang pendidikan, sebagaimana

terdapat didalam Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2006

Pasal 16 tentang Sistem Pendidikan adalah:

(a) Mengatur, menyelenggarakan, mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan;

(b) Menetapkan standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan pada pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan dasar, satuan pendidikan menengah;

Page 23: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

5

(c) Menetapkan standar pelayanan minimal dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah;

(d) Memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin pendidikan yang bermutu bagi warga masyarakat tanpa diskriminasi;

(e) Menyediakan dana guna penuntasan wajib belajar 9 tahun; (f) Menyediakan dana guna terselenggaranya wajib belajar 12 tahun

khususnya bagi peserta didik dari keluarga tidak mampu dan anak terlantar;

(g) Pemberian beasiswa atas prestasi atau kecerdasan yang dimilik peserta didik;

(h) Memberikan keempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk memperoleh pendidikan;

(i) Memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang professional, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu;

(j) Memfasilitasi tersedianya pusat-pusat bacaan bagi masyarakat, sekurang-kurangnya satu di setiap Rukun Warga (RW);

(k) Mendorong dan mengawasi pelaksanaan kegiatan jam wajib belajar peerta didik di rumah;

(l) Mendorong pelaksanaan budaya membaca dan budaya belajar; (m) Membina dan mengembangkan pendidik dan tenaga kependidikan pada

satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat;

(n) Menumbuhkembangkan sumber daya pendidikan secara terus-menerus untuk terselenggaranya pendidikan yang bermutu;

(o) Memfasilitasi sarana dan prasarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guna mendukung pendidikan yang bermutu;

(p) Memberikan dukungan kepada perguruan tinggi dalam rangka kerjasama pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

(q) Menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulitasi dan fasilitas, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penyelenggaraan pendidikan;

(r) Mendorong dunia usaha/industry untuk berpartisipasi secara aktif dalam penyenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan.

Melalui strategi tersebut, diharapkan tujuan pendidikan dapat terwujud

secara efektif dengan melibatkan berbagai pihak secara aktif, baik dari Pemerintah

Daerah ataupun Masyarakat DKI Jakarta yang terlibat dalam penyelenggaraan

pendidikan. Untuk mewujudkan tujuan dan strategi dalam penyelenggaraan dan

pengelolaan pendidikan, diperlukan pengaturan agar terpenuhi hak-hak dan

Page 24: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

6

kewajiban yang mendasar bagi warga masyarakat di bidang pendidikan. Salah

satu upaya yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta, adalah menerapkan Program

Wajib Belajar Malam Hari atau lebih dikenal dengan WBMH.

Program Wajib Belajar Malam Hari adalah suatu kegiatan untuk

menciptakan kondisi lingkungan yang ideal untuk mendorong proses

pembelajaran anak dan warga yang berlangsung dalam suasana pembelajaran

yang kondusif, untuk mencapai prestasi secara optimal. (Paparan Program Wajib

Belajar Malam Hari Dinas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta 2013:1). Alasan lain

dari pemberlakuan program Wajib Belajar Malam Hari tersebut adalah untuk

mengatasi pola kenakalan remaja yang marak terjadi belakangan ini.

Keselamatan warga Jakarta masih terancam. Pasalnya, pelajar yang tawuran sudah berani menggunakan bahan kimia. Perilaku ini bukan fenomena biasa yang menjadi cermin kualitas kenakalan remaja yang semakin meningkat. “Ini sudah persoalan kriminal yang dilakukan pelajar, tingkat kenakalannya sudah diluar batas pelajar, mulai dari cara melakukan sampai melarikan diri setelah menyiramkan air keras. Perbuatan itu seperti perilaku kriminal jalanan, kenakalan RN pelaku penyiraman bahan kimia pada pekan lalu lebih banyak disebabkan faktor diluar sekolah. Sebab, pihak sekolah tidak pernah mengajarkan kekerasan kepada siswanya”. Kata Kepala Dinas Pemprov DKI Jakarta Taufik Yudi Mulyanto, Senin (7/10), di Jakarta. Dan penggunaan soda api juga terjadi dalam tawuran warga di Jalan Intan Johar Baru , 15 September. Seorang polisi bernama Brigadir Sugito Aritonang (26) menjadi korban siraman soda api (Kompas 2013, Kenakalan remaja makin mencemaskan, diakses tanggal 9 November 2014).

Contoh kejadian di atas menandakan bahwa pola kenakalan remaja pada di

Jakarta semakin memprihatinkan, dan menjadi pukulan bagi pemerintah DKI

Jakarta khususnya di bidang pendidikan. Adapun rencana lain dari diberlakukan

program Wajib Belajar Malam Hari tersebut adalah demi melindungi dan

memproteksi anak dari bahaya di luar rumah yang terjadi di malam hari.

Page 25: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

7

Menurut Gubernur Joko Widodo, rencana Jam Wajib Malam ini demi memproteksi anak-anak dari bahaya luar lingkungan rumah, selain memastikan perlindungan untuk mereka dari lingkungan rumah sendiri. Apabila proteksi ganda ini diberlakukan, maka keamanan untuk mereka maka keamanan untuk mereka diyakini akan lebih maksimal. (Viva News 2014, Menangkal tabrakan maut aqj dengan jam malam efektifkah, diakses tanggal 14 Oktober 2014). Landasan hukum dari pelaksanaan program Wajib Belajar Malam Hari

adalah berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 2006

dalam Pasal 7 Ayat (3) yang menyebutkan:

“Orangtua berkewajiban untuk mendidik anaknya sesuai kemampuan dan minatnya serta menetapkan waktu belajar setiap hari dirumah bagi anaknya dari pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00 WIB”. Program ini bukan dimaknai bahwa seluruh masyarakat harus belajar pada jam tersebut, namun masyarakat diminta untuk menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar anak dalam jangka waktu dua jam setiap hari.

Untuk menindak lanjuti ketentuan Pasal 7 Ayat (3) Peraturan Daerah

Nomor 8 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan, Pemerintah DKI Jakarta

menetapkan Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 tentang Wajib Belajar

Malam Hari. Peraturan ini dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan program

Wajib Belajar Malam Hari. Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun

2014, Pasal 2 tujuan dari pelaksanaan Program Wajib Belajar Malam Hari

tersebut dimaksudkan:

“Sebagai acuan dalam pelaksanaan wajib belajar malam hari baik di rumah maupun di luar rumah dengan tujuan agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan optimal sehingga dapat meningkatkan prestasi di bidang akademiknya”.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut Pemerintah Provinsi DKI melalui

Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta melaksanakan program Wajib Belajar

Malam Hari yang mulai dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 dan merupakan

Page 26: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

8

pilot project atau proyek percontohan pada tahap uji coba di beberapa wilayah

Jakarta. Apabila program tersebut berjalan baik dan efektif dalam meningkatkan

minat belajar dan prestasi anak, maka target Pemerintah DKI Jakarta akan

menerapkan program Wajib Belajar Malam Hari di seluruh wilayah DKI Jakarta.

Tabel di bawah ini menunjukan wilayah yang dijadikan pilot project program

Wajib Belajar Malam Hari:

Tabel 1.1 Lokasi Percontohan Program Wajib Belajar Malam Hari

No Wilayah RT RW Kelurahan Kecamatan 1 Jakarta Pusat 016 006 Pegangsaan Menteng 008 008 Pegangsaan Menteng 2 Jakarta Utara 007 005 Koja Koja 001 002 Semper Barat Cilincing 001 011 Lagoa Koja 3 Jakarta Barat 004 004 Meruya Utara Kembangan 002 003 Meruya Selatan Kembangan 001 010 Sukabumi Utara Kebon Jeruk 4 Jakarta Selatan 003 006 Jagakarsa Jagakarsa 005 005 Ragunan Pasar Minggu 5 Jakarta Timur 001 007 Jati Pulogadung 009 012 Klender Duren Sawit 6 Kep. Seribu - 005 Pulau Panggang Kep. Seribu Utara - 004 Pulau Tidung Kep. Seribu Selatan

Sumber: Paparan Program Wajib Belajar Malam Hari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta (2013:9)

Pemilihan wilayah yang dijadikan pilot project atau proyek percontohan

tersebut dilihat dari aspek tingkat partisipasi masyarakat pada masing-masing

wilayah. Berdasarkan hasil wawancara sementara peneliti (Ibu Rini staff seksi

sarana & prasarana sekolah dasar, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta pada

tanggal 26 Maret 2014), menyatakan:

“Bahwa sebenarnya wilayah yang akan dijadikan pilot project untuk Program Wajib Belajar Malam Hari tersebut, karena wilayah tersebut sudah menerapkan terlebih dulu program jam wajib malam di wilayahnya.

Page 27: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

9

Seperti yang ada di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng sudah menjalankan program ini, dan sama halnya dengan Kecamatan Koja yang sudah terlebih dahulu menerapkan program jam wajib malam. Dan wilayah-wilayah lain di Jakarta yang dianggap tingkat partisipasi masyarakatnya baik”. Pemerintah DKI Jakarta berharap pelaksanaan program Wajib Belajar

Malam Hari yang dilaksanakan di beberapa lokasi yang menjadi pilot project

tersebut akan berjalan efektif dalam meningkatkan prestasi anak di bidang

akademik. Sehingga akan diikuti oleh wilayah-wilayah lain di Provinsi DKI

Jakarta, karena pada dasarnya program tersebut merupakan program swadaya

yang dilakukan berdasarkan dari peran serta masyarakat yang peduli terhadap

pendidikan. Prinsip dari program tersebut berdasarkan petunjuk pelaksanaan jam

wajib belajar di malam hari dari paparan program Wajib Belajar Malam Hari

Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta (2013:2), yaitu :

1. Pelakasanaan jam belajar wajib di malam hari dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) atau peserta didik.

2. Berbasis pada masyarakat dan orangtua (community based development).

3. Prinsip utama dalam kebijakan program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM), adalah : a. Edukasi bukan represi (bersifat mendidik bukan memaksa), b. Bottom Up bukan Top Down (di mulai atau diawali pada tingkat RT dan berkembang menjadi RW, Kelurahan, Kecamatan dan Wilayah serta Provinsi).

4. Melibatkan partisipasi masyarakat (orangtua, pemuda, karang taruna, mahasiwa) dunia usaha dan pemerintah (Lurah, Camat, Walikota, Dinas Pendidikan dan SKPD terkait).

5. Menciptakan dan membangun kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap pendidikan anak-anak dan lingkungan.

Adapun yang menjadi peserta didik dalam program ini adalah anak yang

berada pada usia 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun, yaitu berada

pada tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) sampai dengan Sekolah

Page 28: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

10

Menegah Atas (SMA). Kemudian untuk kegiatan program ini adalah peserta didik

belajar sesuai dengan kebutuhan masing-masing, dalam bentuk materi akademik

dan non akademik, misalanya: mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah yang

diberikan oleh guru, mengulang/memperdalam materi pelajaran yang didapatkan

pada hari itu, dan materi pembelajaran di kelompokan sesuai dengan jenjang

pendidikan peserta didik.

Namun di sisi lain, banyak masyarakat yang beranggapan bahwa

pelaksanaan dari program Wajib Belajar Malam Hari, tidak akan berjalan dengan

baik dan efektif. Karena masih banyak terdapat kelemahan dalam pelaksanaan

program ini. Hal itu dapat dilihat dari waktu pelaksanaan program tersebut, waktu

belajar dilakukan dari pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00, dan setelah jam

belajar itu berakhir, tidak ada jaminan bahwa anak akan kembali berkeliaran di

luar rumah (Berita Satu 2013, Dampak Pemberlakuan Jam Wajib Belajar, diakses

tanggal 14 Oktober 2014).

Salah satu wilayah yang dijadikan pilot project untuk program Wajib

Belajar Malam Hari adalah di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Di Kecamatan

Menteng, program Wajib Belajar Malam Hari lebih dikenal dengan istilah Jam

Wajib Belajar Malam atau disingkat JWBM. Wilayah ini sudah menerapkan

program JWBM sejak tahun 2011, dan itu pun jauh sebelum Pemerintah DKI

Jakarta memberlakukan kebijakan program JWBM, artinya program ini sudah

berjalan selama tiga tahun sampai dengan 2014. Oleh karena itu, peneliti tertarik

memilih Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat sebagai locus penelitian.

Sebagaimana dijelaskan oleh Dadang selaku Penanggungjawab program Wajib

Page 29: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

11

Belajar Malam Hari Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat pada 16 Oktober 2014,

menyatakan:

“Bahwa pemberlakuan kegiatan WBMH di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng sendiri sudah ada selama empat tahun, tepatnya mulai ada semenjak tahun 2011, berarti kita sudah menerapkan terlebih dulu program tersebut di sini”. Adapun pertimbangan peneliti memilih Kecamatan Menteng menjadi

locus penelitian karena Kecamatan Menteng menjadi salah satu pilot project

implementasi Program JWBM di DKI Jakarta. Karena itu keberhasilan program

JWBM di wilayah ini akan menjadi indikator keberhasilan dari keseluruhan

wilayah di DKI Jakarta. Masyarakat di Kecamatan Menteng relatif masih banyak

yang memiliki respon positif dalam menanggapi berbagai kebijakan yang

dikeluarkan Pemerintah DKI Jakarta. Wilayah tersebut memiliki jumlah penduduk

yang padat dengan heterogenitas yang cukup tinggi, meliputi suku bangsa yang

beragam, diferensiasi pekerjaan/profesi, ragam status dan tingkat perekonomian

warga, tingkat pendidikan yang bermacam-macam dan lain-lain. Hal lainnya yang

menjadi kontradiksi dalam memacu sinergi Program WBMH di wilayah ini adalah

banyak munculnya sarana hiburan seperti rental Playstation (PS), warung internet

(warnet) game, kafe-kafe, dan lain-lain. Tempat-tempat seperti ini menjadi favorit

sebagian warga termasuk pelajar-pelajar sekolah. Kondisi ini akan menjadi

tantangan dalam upaya untuk mendorong keberhasilan program WBMH.

Tetapi dalam pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Menteng,

Kelurahan Pegangsaan Jakarta Pusat masih terdapat beberapa masalah yang

dihadapi dalam menjalankan program tersebut. Berdasarkan dari hasil observasi

awal di lapangan, masalah yang ditemui antara lain: Pertama, tidak ada sarana dan

Page 30: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

12

prasarana beserta kelengkapan belajar yang disediakan Pemerintah DKI Jakarta

untuk kegiatan Program Wajib Belajar Malam Hari di Kelurahan Pegangasaan,

Kecamatan Menteng. Sedangkan sarana dan prasarana yang ada, hanyalah pos

ronda kecil yang dibangun oleh masyarakat setempat, dan kelengkapan belajar

seperti buku, adalah hasil sumbangan masyarakat setempat. Berdasarkan

Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 22 Tahun 2014, Pasal 7:

“Bahwa sarana dan prasarana yang digunakan untuk wajib belajar malam hari meliputi:

a. Rumah tinggal; b. Balai warga;

c. Pusat kegiatan belajar masyarakat; d. Sarana ibadah; dan e. Sarana lainnya yang memadai.

Namun, rumah tinggal yang seharusnya menjadi sarana untuk kegiatan

program JWBM tidak kondusif untuk anak atau peserta didik belajar dengan baik.

Menurut Dadang ketua LMK RW 06 pada tanggal 16 Oktober 2014, mengatakan:

“Anak-anak atau peserta didik yang mengikuti kegiatan JWBM di rumah umumnya tidak dapat belajar dengan baik karena situasi di rumah itu sendiri tidak kondusif”. Salah satu faktornya adalah karena umumnya di setiap rumah ditempati oleh beberapa kepala keluarga, jadi kondisi yang ramai tersebut membuat konsentrasi anak terganggu, sehingga tidak dapat belajar dengan baik”. Kecamatan Menteng merupakan salah satu wilayah padat penduduk di

DKI Jakarta, terutama di Kelurahan Pegangsaan. Tabel di bawah ini menunjukan

jumlah Kepala Keluarga di beberapa kelurahan yang ada di Kecamatan Menteng:

Page 31: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

13

Tabel 1.2 Profil Kecamatan Menteng

No Kelurahan Luas (Km²) KK RT RW 1 Menteng 2,44 4.711 137 10 2 Pegangsaan 0,98 10.780 104 8 3 Cikini 0,82 2.258 66 5 4 Gondang Dia 1,46 1.320 40 5 5 Kebon Sirih 0,83 3.459 77 10

Total 6,53 22.528 424 38 Sumber: Kecamatan Menteng Dalam Angka 2012

Dari data di atas menunjukan bahwa Kelurahan Pegangsaan adalah

kelurahan dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan Menteng, yaitu terdapat

10.780 Kepala Keluarga dan Kelurahan Gondang Dia adalah kelurahan dengan

kepadatan terendah yaitu 1.320 Kepala Keluarga. Dan Sarana dan prasarana lain

yang ada di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng guna kegiatan WBMH,

antara lain:

Tabel 1.3 Sarana dan prasarana umum Program Jam Wajib Belajar Malam di

Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat

No Sarana yang tersedia Jumlah Lokasi 1 Gardu Ilmu 2 RW 06 dan RW 08 2 Pendopo Ilmu 1 RW 06 3 Pos RW 2 RW 06 dan RW 08

Sumber: Diolah peneliti dari Kelurahan Pegangsaan 2013

Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 22 tahun 2014, Pasal 7, gardu

ilmu, pendopo ilmu dan pos rw tergolong di dalam sarana dan prasaran lain yang

mendukung kegiatan program WBMH. Dari data di atas menunjukan bahwa

sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng

tersebut, kurang memadai dari segi jumlah yang ada dengan masyarakat di

Page 32: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

14

wilayah ini, mengingat bahwa di Kelurahan Pegangsaan ini merupakan wilayah

padat penduduk.

Masalah kedua yang terlihat, rendahnya partisipasi peserta didik untuk

mengikuti program Wajib Belajar Malam Hari.

Tabel 1.4 Jumlah Peserta Didik Program Jam Wajib Belajar Malam di Kecamatan

Menteng

No RW Jumlah Peserta Didik 1 006 39 anak 2 008 36 anak

Total 75 anak Sumber: Diolah peneliti dari Kelurahan Pegangsaan 2014

Tabel di atas menunjukan jumlah seluruh peserta didik di Kecamatan

Menteng sedangkan, berdasarkan observasi awal pada tanggal 9 Oktober 2014,

dari sekian banyak anak yang menjadi peserta didik dalam program WBMH, di

Kelurahan Pegangsaan, tidak semua peserta didik datang untuk mengikuti

kegiatan WBMH, hanya nampak sekitar 20 anak di pos RW 06 yang mengikuti

program ini. Hal ini menunjukan rendahnya tingkat partisipasi peserta didik untuk

mengikuti program WBMH tersebut.

Masalah ketiga yaitu, kurangnya peran dari orangtua peserta didik untuk

mendukung dalam pelaksanakan program WBMH, terutama tugas orangtua

sebagai garda terdepan dalam mengawasi anak. Dalam menjalankan program ini,

pengawasan dilakukan secara bersama, baik itu orangtua maupun masyarakat

setempat. Peran dari masyarakat dan orangtua dalam program ini adalah sebagai

fasilitator. Menurut Zaky, salah seorang guru RW 06 pada tanggal 16 Oktober

2014, mengatakan :

Page 33: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

15

“Umumnya orangtua dari anak di daerah sini terkesan tidak peduli terhadap kegiatan jam malam ini. Apabila sudah mendekati jam tujuh malam orangtua tetap saja menyalakan tv sampai larut malam. Biasanya orangtua ini beralasan acara tv pada jam-jam tersebut adalah tontonan favoritnya”. Hal tersebut bertentangan dengan tugas orangtua sebagai fasilitator dalam

program WBMH, sebagaimana terdapat dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta Nomor 22 Tahun 2014 tentang Wajib Belajar Malam Hari, Pasal 6

menyebutkan Ayat (2) :

“Tugas dan tanggung jawab fasilitator sebagaimana dimaksud pada ayat meliputi :

a. Memotivasi peserta didik; b. Mendampingi peserta didik; c. Membimbing dalam mata pelajaran; dan d. Menyediakan sarana dan prasarana belajar.

Pelaksanaan program WBMH yang dilaksanakan di rumah diatur

berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 22 Tahun 2014

tentang Wajib Belajar Malam Hari Pasal, 8 Ayat(3):

“Bagi peserta didik yang belajar di rumah didampingi dan dibimbing oleh orangtua/wali dan/atau anggota keluarga lainya serta dilakukan tahapan sebagai berikut :

1. Menghentikan seluruh kegiatan yang menggangu pelaksanaan wajib belajar malam hari;

2. Mengkondisikan peserta didik untuk belajar; dan 3. Membantu peserta didik dalam menyelesaikan belajarnya.

Namun kurangnya peran serta dari orangtua peserta didik untuk ikut

melaksanakan dan mengawasi program ini, menjadi kendala besar untuk

keberhasilan program tersebut. Tentunya hal tersebut menjadi permasalahan yang

penting untuk dikaji, mengingat peran dari orangtua sebagai fasilitator, dan

bertugas untuk memotivasi semangat anak agar meningkatkan prestasi dalam

bidang akademik dan memberikan situasi yang efektif bagi anak untuk belajar.

Page 34: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

16

Apabila peran dari orangtua sendiri sudah tidak mendukung, maka tujuan

pelaksanaan program WBMH, yakni agar anak dapat memperoleh prestasi

akademik yang baik, akan sulit terwujud.

Masalah keempat yaitu, kurangnya guru pengajar sebagai pendamping

dalam kegiatan program WBMH. Guru pendamping yang ada hanya berjumlah 2

(dua) orang guru saja, yaitu bapak Zaky dan ibu Pipit. Menurut Zaky, salah

seorang guru RW 06 pada tanggal 16 Oktober 2014, mengatakan :

“Disini kita kekurangan tenaga pengajar dalam mendampingi anak-anak untuk belajar. Dari sekian banyak anak yang ikut program ini, hanya ada 2 orang guru pendamping saja untuk mendampingi mereka, yaitu saya dan ibu Pipit.” Kurangnya tenaga pendidk menjadi salah satu permasalahan yang terdapat

dalam pelaksanaan program WBMH ini, karena guru berperan sebagai pemberi

utama materi kepada peserta didik dalam kegiatan program WBMH ini.

Masalah kelima yaitu, kurangnya peran dari pemerintah daerah setempat

dalam mengawasi dan pelaksanaan program WBMH. Pemerintah daerah sebagai

pembuat keputusan program pilot project ini sudah seharusnya berperan aktif

untuk mengawasi penyelenggaraan program WBMH. Menurut Dadang Ketua

LMK RW 06 pada tanggal 16 Oktober 2014, mengatakan:

“Program WBMH ini, kurang didukung penuh oleh pemerintah. Pemerintah Daerah seharusnya rajin melakukan monitoring program untuk melihat permasalahan apa dan kendala-kendala apa saja yang dihadapi di lapangan dalam menjalankan program ini. Terhitung sejak bulan Oktober 2013 sampai dengan Oktober 2014 program ini di sah kan Pemerintah DKI Jakarta, baru tiga kali Dinas Pendidikan melakukan kunjungan untuk monitoring program. Padahal program ini sangat baik untuk anak jika dilihat dari tujuan program tersebut, yaitu untuk meningkatkan prestasi akademik anak”.

Page 35: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

17

Pernyataan tersebut menandakan bahwa kurangnya peran dari Pemerintah

DKI Jakarta dalam mengawasi pelaksanaan program WBMH di Kecamatan

Menteng, Jakarta Pusat.

Atas dasar latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti

tertarik untuk mengetahui permasalahan ini. Oleh karena itu peneliti memberi

judul “Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Wajib

Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat”.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Tidak adanya fasilitas sarana dan prasarana beserta kelengkapan

belajar yang disediakan oleh Pemerintah DKI Jakarta untuk kegiatan

program Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta

Pusat.

2. Rendahnya partisipasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan program

Wajib Belajar Malam Hari.

3. Kurangnya peran dari orangtua peserta didik dan masyarakat di

Kecamatan Menteng untuk mendukung berlangsungnya kegiatan

Wajib Belajar Malam Hari.

4. Kurangnya tenaga pendidik sebagai pendamping dalam kegiatan

program Wajib Belajar Malam Hari.

5. Kurangnya peran dari Pemerintah DKI Jakarta untuk mengawasi

program Wajib Belajar Malam Hari.

Page 36: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

18

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup permasalahan

pada: Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Wajib Belajar

Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat.

1.4 Rumusan Masalah

Dengan bertitik tolak pada latar belakang penelitian di atas, maka peneliti

mengangkat rumusan masalah dalam penelitian Evaluasi Program Jam Wajib

Belajar Malam (JWBM) di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat, yaitu:

1. Bagaimana Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang

Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat?

2. Bagaimana pelaksanaan program Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan

Menteng Jakarta Pusat?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengevaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang

Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat.

2. Mengidentifikasi masalah pelaksanaan program Wajib Belajar Malam

Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat.

Page 37: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

19

1.6 Manfaat Penelitian

a) Secara Teoritis

1. Untuk mengetahui hubungan antara teori dengan praktik yang ada

di lapangan.

2. Untuk dapat memberikan input atau masukan mengenai kebijakan

publik.

b) Secara Praktis

1. Bagi pemerintah, diharapkan dapat menjadi masukan bagi Dinas

Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dan masyarakat untuk

mendukung dan mengawasi Program Wajib Belajar Malam Hari.

2. Bagi peneliti dapat memberikan input dan menambah pengetahuan

dan wawasan serta melatih kemampuan menganalisis khususnya di

bidang kebijakan publik.

3. Manfaat bagi masyarakat adalah membangun kesadaran

masyarakat terutama dalam meningkatkan prestasi siswa di bidang

akademik, sesuai dengan tujuan Program Wajib Belajar Malam

Hari itu sendiri.

1.7 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang dalam penelitian

penelitian tersebut, lalu identifikasi masalah, batasan penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Page 38: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

20

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

Pada bab ini, peneliti memaparkan teori-teori dari beberapa ahli

yang relevan terhadap masalah dalam penelitian. Setelah memaparkan

teori, lalu membuat kerangka berpikir yang menggambarkan alur pikiran

peneliti sebagai kelanjutan dari deskripsi teori terhadap permasalahan yang

diteliti.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang metode apa yang akan digunakan

dalam penelitian. Selain itu dalam bab ini juga akan dijelaskan tentang

instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, informan penelitian,

teknik analisis data, dan uji validitas.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian mencangkup deskripsi objek penelitian yang

meliputi lokasi penelitian secara jelas, struktur organisasi dari objek yang

diteliti, serta hal lain yang berhubungan dengan objek penelitian. Selain itu

juga mencangkup deskripsi data yang menjelaskan hasil penelitian yang

telah diolah dengan menggunakan teknik analisa data yang relevan.

Kemudian dalam bab ini juga terdapat interpretasi hasil penelitian dan

pembahasan lebih lanjut terhadap hasil analisis data.

Page 39: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

21

BAB V PENUTUP

Bab ini terbagi ke dalam dua bagian yaitu bagian kesimpulan dan

saran. Dalam bab ini akan dikemukakan kesimpulan dari analisis dan

pembahasan yang dikemukakan sebelumnya. Sedangkan pada bagian

saran akan dikemukakan saran demi perbaikan sebagai hasil akhir dari

penelitian.

Page 40: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

22

BAB II

DESKRIPSI TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Deskripsi Teori

Deskripsi teori menjelaskan tentang teori atau konsep yang dipergunakan

dalam penelitian yang sifatnya utama di mana tidak tertutup kemungkinan untuk

bertambah seiring dengan pengambilan data dilapangan (Fuad & Nugroho 2012:56).

Deskripsi teori menjadi pedoman dalam penelitian ini untuk menjelaskan dengan

fenomena-fenomena sosial yang terjadi dalam penelitian. Teori yang relevan peneliti

kaji sesuai dengan masalah-masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Penelitian mengenai Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014

Tentang Wajib Belajar Malam Hari Di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat dikaji

dengan beberapa teori dalam ruang lingkup administrasi negara konsentrasi kebijakan

publik, yaitu: Evaluasi Program, Tujuan Evaluasi Program, Model Evaluasi, Wajib

Belajar Malam Hari dan untuk melengkapinya peneliti lampirkan penelitian terdahulu

yang juga menjadi bahan kajian dalam penelitian ini.

Page 41: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

23

2.2 Konsep Evaluasi Program

2.2.1 Pengertian Evaluasi

Evaluasi berasal dari kata bahasa Inggris “evaluation” yang diserap dalam

perbendaharaan istilah bahasa Indonesia dengan tujuan mempertahankan kata aslinya

dengan sedikit penyesuaian lafal Indonesia menjadi “evaluasi” yang dapat diartikan

memberikan penilaian dengan membandingkan sesuatu hal dengan satuan tertentu

sehingga bersifat kuantitatif.

Pengertian evaluasi yang bersumber dari kamus Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah. Selain arti berdasarkan terjemahan, kata-kata yang terkandung didalam definisi tersebut pun menunjukan bahwa kegiatan evaluasi harus dapat dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi, dan dapat dipertanggungjawabkan. (Arikunto, 2007:1).

Anderson (dalam Arikunto 2004:1) memandang evaluasi sebagai sebuah

proses menentukan hasil yang telah dicapai beberapa kegiatan yang direncanakan

untuk mendukung tercapainya tujuan. Definisi lain dikemukakan oleh Worthen &

Sanders (dalam Arikunto 2004 :1), yang mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan

mencari sesuatu yang berharga tentang sesuatu; dalam mencari sesuatu tersebut, juga

termasuk mencari informasi yang bermanfaat dalam menilai keberadaan suatu

program, produksi, prosedur, serta alternatif strategi yang diajukan untuk mencapai

tujuan yang sudah ditentukan. Seorang ahli yang terkenal dalam evaluasi program

bernama Stufflebeam (dalam Arikunto 2004:1) mengatakan bahwa evaluasi

merupakan proses penggambaran, pencarian, dan pemberian informasi yang sangat

bermanfaat bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan. Raph

Page 42: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

24

Tyler (dalam Tayibnapis 2000:3) mendefinisikan bahwa evaluasi ialah proses yang

menetukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai. Selanjutnya, Stark

& Thomas (dalam Widyoko 2014:4) mengatakan bahwa, “evaluation is the process of

ascertaining the decision of concern, selecting appropriate information, and

collecting and analyzing information in order to report summary data useful to

decision makers in selecting among alternatives”. Evaluasi merupakan suatu proses

atau kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyajian informasi yang dapat

digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program

selanjutnya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah

kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang

selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat

dalam mengambil sebuah keputusan.

2.2.2 Pengertian Program

Joan L. Herman (dalam Tayibnapis 2000:9) mengatakan, program ialah segala

sesuatu yang dicoba dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh.

Kemudian Arikunto (2009:4) pengertian secara umum dapat diartikan bahwa

program adalah sebuah bentuk rencana yang akan dilakukan. Apabila program ini

dikaitkan langsung dengan evaluasi program, maka program didefinisikan sebagai

unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari

Page 43: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

25

kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu

organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Menurut Arikunto (2009:4) ada tiga

pengertian penting yang perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu: (i)

program adalah realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan; (ii) terjadi dalam

kurun waktu yang lama dan bukan kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan;

dan (iii) terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diiselesaikan

dalam waktu singkat, tetapi merukan kegiatan yang berkesinambungan karena

melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung

dalam kurun waktu yang relatif lama. Pengertian program adalah suatu unit atau

kesatuan kegiatan, maka program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan

yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program

selalu terjadi di dalam sebuah organisasi, yang artinya harus melibatkan sekelompok

orang.

2.2.3 Pengertian Evaluasi Program

Mugiadi (dalam Sudjana 2006:21) menjelaskan bahwa evaluasi program

adalah upaya pengumpulan informasi mengenai suatu program, kegiatan, atau

proyek. Informasi tersebut berguna bagi pengambilan keputusan, antara lain untuk

memperbaiki program, menyempurnakan kegiatan program lanjutan, menghentikan

suatu kegiatan, atau menyebarluaskan gagasan yang mendasari suatu program atau

Page 44: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

26

kegiatan. Informasi yang dikumpulkan harus memenuhi persyaratan ilmiah, praktis,

tepat guna, dan sesuai dengan nilai yang mendasari dalam setiap pengambilan

keputusan.

Ralp Tyler (dalam Arikunto 2009:5) mendefinisikan bahwa evaluasi program

adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan program sudah dapat terealisasi.

Sedangkan Cronbach & Stufflebeam (dalam Arikunto 2009:5) evaluasi program

adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil

keputusan. Arikunto (2004:14) evaluasi program adalah proses penetapan secara

sistematis tentang nilai, tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan

keputusan itu didasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang

diobservasi dengan menggunakan standar tertentu yang telah dibakukan. Sedangkan

menurut Widyoko (2009:10), evaluasi program biasanya dilakukan untuk

kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka menetukan kebijakan selanjutnya.

Melalui evaluasi suatu program dapat dilakukan penilaian secara sistematik, rinci dan

menggunakan prosedur yang sudah diuji secara cermat.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa evaluasi program

merupakan proses pengumpulan data atau informasi yang ilmiah yang hasilnya dapat

digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menunjukan

alternatif kebijakan. Dengan menggunakan metode tertentu akan diperoleh data yang

handal, dapat dipercaya sehingga penetuan kebijakan akan tepat, dengan catatan data

Page 45: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

27

yang digunakan sebagai dasar pertimbangan tersebut adalah data yang tepat, baik dari

segi isi, cakupan, format, maupun tepat dari segi penyampaian.

2.3 Tujuan Evaluasi Program

Scriven (dalam Tayibnapis 2000:4) adalah orang pertama yang membedakan

antara evaluasi formatif dan evaluasi sumatif sebagai fungsi evaluasi. Kemudian

Stufflebeam (dalam Tayibnapis 2000:4) juga membedakan sesuai di atas yaitu

proactive evaluation untuk melayani pemegang keputusan, dan retroactive evaluation

untuk keperluan pertanggungjawaban. Evaluasi dapat mempunyai dua fungsi, yaitu

fungsi formatif, evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang

sedang berjalan, seperti: program, orang, produk, dan sebagainya. Dan fungsi

sumatif, evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau

lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi,

kebutuhan suatu program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi,

motivasi, menambah pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.

Arikunto (2009:25), secara singkat evaluasi program merupakan upaya untuk

mengukur ketercapaian program, yaitu mengukur seberapa jauh sebuah kebijakan

dapat terimplementasikan. Seperti disebutkan oleh Sudjana (2006:48) tujuan khusus

evaluasi program terdapat enam hal, yaitu:

1.) Memberikan masukan bagi perencanaan program; 2.) Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan dengan

tindak lanjut, perluasan atau penghentian program; 3.) Memberikan masukan bagi pengambil keputusan yang berkaitan tentang

modifikasi atau perbaikan program;

Page 46: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

28

4.) Memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan penghambat program;

5.) Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan (pengawasan, supervisi, dan monitoring) bagi penyelenggara, pelaksana, dan pelaksana program;

6.) Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi evaluasi program pendidikan luar sekolah.

Dilihat dari tujuannya, yaitu ingin mengetahui kondisi sesuatu, maka evaluasi

program dapat dikatakan merupakan salah satu bentuk dari penelitian, yaitu

penelitian evaluatif. Oleh karena itu, dalam pembicaraan evaluasi program, pelaksana

berpikir yang menentukan langkah sebagaimana melaksanakan penelitian.

Menurut Arikunto (2009:7), terdapat perbedaan yang mencolok antara

penelitian dan evaluasi program, adalah sebagai berikut :

a. Dalam kegiatan penelitian, peneliti ingin mengetahui gambaran tentang sesuatu kemudian hasilnya dideskripsikan, sedangkan dalam evaluasi program pelaksana ingin mengetahui seberapa tinggi mutu atau kondisi sesuatu sebagai hasil pelaksanaan program, setelah data yang terkumpul dibandingkan dengan kriteria atau standar tertentu.

b. Dalam kegiatan penelitian, peneliti dituntut oleh rumusan masalah karena ingin mengetahui jawaban dari penelitiannya, sedangkan dalam evaluasi program pelaksana ingin mengetahui letak kekurangan itu dan apa sebabnya.

Dengan adanya uraian di atas, dapat dikatakan bahwa evaluasi program

merupakan penelitian evaluatif, dimaksudkan untuk mengetahui akhir dari adanya

kebijakan dalam rangka menentukan rekomendasi atas kebijakan yang lalu, yang

pada tujuan akhirnya adalah untuk menentukan kebijakan selanjutnya.

Page 47: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

29

2.4 Model Evaluasi

2.4.1 Model Evaluasi UCLA

Alkin (dalam Tayibnapis 2000:15) menulis tentang kerangka kerja evaluasi

yang hampir sama dengan model CIPP. Alkin mendefinisikan evaluasi sebagai suatu

proses meyakinkan keputusan, memilih informasi yang tepat, mengumpulkan, dan

menganalisis informasi sehingga dapat melaporkan ringkasan data yang berguna bagi

pembuat keputuan dalam memilih beberapa alternatif. Ia mengemukakan lima macam

evaluasi, yakni:

a. System assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi

sitem.

b. Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan

berhasil memenuhi kebutuhan program.

c. Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program sudah

diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang

direncanakan?

d. Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana

program berfungsi, bagaimana program bekerja, atau berjalan? Apakah

menuju pencapaian tujuan, adalkah hal-hal atau masalah-masalah baru yang

muncul tak terduga?

e. Program certification, yang memberi informasi tentang nilai atau guna

program.

Page 48: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

30

2.4.2 Model Evaluasi Brinkerhoff

Setiap desain evaluasi umumnya terdiri atas elemen-elemen yang sama, ada

banyak cara untuk menggabungkan elemen tersebut, masing-masing ahli atau

evaluator mempunyai konsep yang berbeda dalam hal ini. Brinkerhoff (dalam

Tayibnapis 2000:15-16) mengemukakan tiga golongan evaluasi yang disusun

berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama, seperti evaluator-evaluator

lain, namun dalam komposisi dan versi mereka sendiri sebagai berikut:

a. Fixed vs Emergent Evaluation Design. Dapatkah masalah evaluasi dan kriteria

akhirnya dipertemukan? Apabila demikian, apakah itu suatu keharusan?

b. Formative vs Summative Evaluation. Apakah evaluasi akan dipakai untuk

perbaikan atau untuk melaporkan kegunaan atau manfaat suatu program? Atau

keduanya?

c. Experimental and Quasi Ecperimental Design vs Natural/ Unobtrusive

Inquiry. Apakah evaluasi akan melibatkan intervensi ke dalam kegiatan

program/memanipulasi kondisi, orang diperlakukan, variabel ddipengaruhi

dan sebagainya, atau hanya diamati, atau keduanya?

Jawaban untuk ketiga pertanyaan tersebut mungkin tidak terlalu tepat, namun

kategori-kategori yang dikemukakan oleh pembagian yang luas ini mencerminkan

sejumlah macam evaluasi dan kontrol yang di inginkan selama proses evaluasi.

Page 49: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

31

Secara umum hal ini akan menolong dalam mengembangkan langkah awal yang

membantu untuk menerangkan, memberi petunjuk, dan menilai tugas-tugas evaluasi.

2.4.3 Model Evaluasi Stake atau Model Countenance

Stake (dalam Tayibnapis 2000:21), analisis proses evaluasi yang

dikemukakannya membawa dampak yang cukup besar dalam bidang ini, dan

meletakan dasar yang sederhana namun merupakan konsep yang cukup kuat untuk

perkembangan yang lebih jauh dalam bidang evaluasi. Stake menekankan adanya dua

dasar kegiatan dalam evaluasi, ialah: Descriptions dan Judgement, dan membedakan

adanya tiga tahap dalam program pendidikan, yaitu: Antecedents (Context),

Transaction (Process), dan Outcomes (Output).

Gambar 2.1 Model Evaluasi Stake

Matrix Description menunjukan Intens (Goals) dan Obsevations (Effect) atau

yang sebenarnya terjadi. Judgements mempunyai dua aspek, yaitu Standard dan

RASIONAL INTENTS OBSERVATIONS STANDARDS JUDGEMENT

ANTECE-DENTS

TRANSA-CTIONS

OUTCO-MES

DESCRIPTION MATRIX

JUDGEMENT MATRIX

Page 50: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

32

Judgement. Stake (dalam Tayibnapis 2000:22) mengatakan, bahwa apabila kita

menilai suatu program pendidikan, kita melakukan perbandingan yang relatif antara

satu program dengan program lain, atau perbandingan yang absolut (satu program

dengan standard).

Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam model ini ialah, bahwa

evaluator yang membuat penilaian tentang program yang dievaluasi. Stake (dalam

Tayibnapis 2000:22) mengatakan description di satu pihak berbeda dengan

judgement atau menilai. Dalam model ini, antecedents (masukan), transaction

(proses), dan outcomes (hasil) data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan

apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaan yang sebenarnya, tetapi juga

dibandingkan dengan standar yang absolute, untuk menilai manfaat program.

Sujdana (2006:51), berpendapat bahwa model evaluasi program dapat

dikelompokan dalam enam kategori, yaitu:

a. Model evaluasi terfokus pada pengambilan keputusan (jenis inilah yang terbanyak digunakan).

b. Model evaluasi terhadap unsur-unsur program. c. Model evaluasi terhadap jenis/tipe kegiatan program. d. Model evaluasi terhadap proses pelaksanaan program. e. Model evaluasi terhadap pencapaian tujuan program. f. Model evaluasi terhadap hasil dan pengaruh program.

Kegunaan utama model ini untuk mengkaji sejauhmana suatu lembaga

penyelenggara dan pengelola pelayanan program pendidikan kepada masyarakat telah

berhasil dalam melaksanakan misinya. Dalam konteks ini maka evaluasi diawali

dengan mempelajari misi yang terdapat dalam program yang ingin dicapai dan/atau

Page 51: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

33

hasil-hasil program yang tidak tercapai, model ini awalnya dikembangkan untuk

mengevaluasi proyek-proyek pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM).

2.4.4 Model Evaluasi CIPP

Model ini menurut Stufflebeam (dalam Tayibnapis 2000:14) pendekatan yang

berorientasi pada pemegang keputusan (a decision oriented evaluation approach

structured) untuk menolong administrator dalam membuat keputusan. Ia

merumuskan evaluasi sebagai suatu proses menggambarkan, memperoleh, dann

menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan. Dia

membuat pedoman kerja untuk melayani para manajer dan administrator menghadapi

empat macam keputusan pendidikan, membagi evaluasi menjadi empat macam, yaitu:

a. Context evaluation to serve planning decision. Konteks evaluasi ini

membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan

dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program (Tayibnapis 2000:14).

Stufflebeam (dalam Hasan 2008:216) menyebutkan, tujuan evaluasi konteks

yang utama adalah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki evaluan,

dengan mengetahui kekuatan dan ini, evaluator akan dapat memberikan arah

perbaikan yang diperlukan. Arikunto (2004:29) menjelaskan bahwa, evaluasi konteks

adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak

terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. Dalam hal ini

Arikunto (2004:29) memberikan contoh evaluasi Program Makanan Tambahan Anak

Sekolah (PMTAS) dalam mengajukan pertanyaan sebagai berikut: (a) kebutuhan apa

Page 52: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

34

saja yang belum terpenuhi oleh program, misalnya jenis makanan dan siswa yang

belum menerima?; (b) tujuan pengembangan apakah yang belum tercapai oleh

program, misalnya peningkatan kesehatan dan prestasi siswa karena adanya makanan

tambahan?; (c) tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu megembangkan

masyarakat, misalnya kesadaran orangtua untuk memberikan makanan yang bergizi

kepada anaknya?; (d) tujuan-tujuan manakah yang paling mudah untuk dicapai,

misalnya pemerataan makanan, ketepatan penyediaan makanan?

b. Input evaluation, structuring decision. Evaluasi ini menolong mengatur

keputusan. Menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil,

apa rencana dan strategi untuk mencapai kebutuhan. Bagaimana prosedur

kerja untuk mencapainya (Tayibnapis 2000:14).

Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi masukan.

Menurut Widyoko (2014:182), evaluasi masukan membantu mengatur keputusan,

menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang diambil, apa rencana dan

strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya.

Komponen evaluasi masukan meliputi: (1) Sumber Daya Manusia (SDM); (2) saran

dan peralatan yang pendukung; (3) dana atau anggaran; dan (4) berbagai prosedur dan

aturan yang diperlukan. Suharsimi (2004:30) memberikan contoh pertanyaan-

pertanyaan evaluasi PMTAS yang dapat diajukan pada tahap evaluasi masukan ini:

(1) apakah makanan yang di berikan kepada siswa berdampak jelas pada

perkembangan siswa?; (2) berapa orang siswa yang menerima dengan senang hati

Page 53: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

35

atas makanan tambahan itu?; (3) bagaimana reaksi siswa terhadap pelajaran setelah

menerima makanan tambahan?; (4) seberapa tinggi tingkat kenaikan nilai siswa

setelah menerima makanan tambahan?

c. Process evaluation, to serve implementing decision. Evaluasi proses untuk

membantu mengimplementasikan keputusan. Sampai sejauh mana rencana

yang telah diterapkan? Apa yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut

terjawab, prosedur dapat dimonitor, dikontrol, dan diperbaiki (Tayibnapis

2000:14).

Worthen & Sanders (dalam Widyoko 2014:182) menjelaskan bahwa, evaluasi

proses menekankan pada tiga tujuan: (1) do detect or predict in procedural design or

its implementation stage; (2) to provide information for programmed decision; and

(3) to maintain a record of the procedure as it occurs. Evaluasi proses digunakan

untuk mendeteksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan

implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan

program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses

meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik

pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh

mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Sedangkan

menurut Suharsimi (2004:30), evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada

“apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) oramg yamg

ditunjuk sebagai penanggungjawab program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai.

Page 54: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

36

Dalam model CIPP, evaluasi proses di arahkan pada seberapa jauh kegiatan yang

dilaksanakan di dalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana. Stuflebeam

(dalam Arikunto 2004:30) mengusulkan pertanyaan-pertanyaan untuk evaluasi

proses, sebagai berikut: (1) apakah pelaksana program sesuai dengan jadwal?; (2)

apakah staf yang terlibat di dalam pelaksanaan program akan sanggup menangani

kegiatan selama program berlangsung dan kemudian jika dilanjutkan?; (3) apakah

sarana dan prasarana yang di sediakan dimanfaatkan secara maksimal?; (4)

hambatan-hambatan apa saja yang yang di jumpai selama pelaksanaan program dan

kemunginan jika program dilanjutkan?

d. Product evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi produk untuk

menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai? Apa yang

dilakukan setelah program berjalan? Huruf pertama dari konteks evaluasi

dijadikan ringkasan CIPP, model ini terkenal dengan nama CIPP oleh

Stufflebeam (Tayibnapis 2000:14).

Sax (dalam Widyoko 2014:183) memberikan pengertian evaluasi produk atau

hasil adalah “to allow to project director (or teacher) to make decision of program”.

Dari evaluasi proses diharapakan dapat membantu pimpinan proyek atau guru untuk

membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir, maupun modifikasi

program. Dari pendapat tersebut maka dapat di tarik kesimpulan bahwa, evaluasi

produk merupakan penilaian yang dilakukan untuk melihat ketercapaian atau

keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan

Page 55: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

37

sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat menentukan atau

memberikan rekomendasi kepada evaluan, apakah suatu program dapat dilanjutkan,

di kembangkan/modifikasi, atau bahkan di hentikan. Pada tahap evaluasi ini Arikunto

(2004:31) memberi contoh pertanyaan evaluasi PMTAS, sebagai berikut: (1) apakah

tujuan-tujuan yang ditetapkan sudah tercapai?; (2) pernyataan-pernyataan apakah

yang mungkin di rumuskan berkaitan antara rincian proses dalam pencapaian tujuan?;

(3) dalam hal apakah berbagai kebutuhan siswa sudah dapat di penuhi selama proses

pemberian makanan tambahan, misalnya variasi makanan, banyaknya ukuran

makanan, dan ketepatan waktu pemberian?; dan (4) apakah dampak yang di peroleh

siswa dalam waktu yang relatif panjang dengan adanya program makanan tambahan

ini?

Model evaluasi ini dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam (1967) di Ohio

State University. Evaluasi ini pada awalnya digunakan untuk mengevaluasi ESEA

(the Elementary and Secondary Education Act). CIPP merupakan singkatan dari,

context evaluation (evaluasi terhadap konteks), input evaluation (evaluasi terhadap

proses), process evaluation (evaluasi terhadap proses), dan product evaluation

(evaluasi terhadap hasil). Keempat singkatan dari CIPP itulah yang menjadi

komponen evaluasi. Model CIPP berorientasi pada suatu keputusan. Menurut

Stufflebeam (dalam Widyoko 2014:181) mengungkapakan bahwa, “the CIPP

approach is based on the view that the moest important purpose of evaluation is not

toprove but improve”. Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan

Page 56: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

38

pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk

memperbaiki.

Setelah memilih objek yang akan di evaluasi, maka harus ditentukan aspek-

aspek apa saja dari objek tersebut yang akan di evaluasi. Masa lalu evaluasi evaluasi

berfokus kebanyakan atas hasil yang dicapai peserta. Akhir-akhir ini, usaha evaluasi

ditujukan untuk memperluas atau memperbanyak variabel evaluasi dalam bermacam-

macam model evaluasi seperti: Stake, Stufflebeam, Alkin, dan Brinkerhoff (dalam

Tayibnapis 2000:5). Model CIPP dari stufflebeam mengemukakan evaluasi yang

berfokus pada empat aspek, yaitu: (1) Konteks; (2) Input; (3) Proses Implementasi;

dan (4) Produk. Dengan menggunakan pendekatan ini, maka evaluasi lengkap

terhadap evaluasi program WBMH akan menilai, yaitu: (a) manfaat tujuannya; (b)

nutu rencana; (c) sampai sejauh mana tujuan dijalankan; dan (d) mutu hasilnya. Jadi

evaluasi hendaknya berfokus pada tujuan dan kebutuhan, desain training,

implementasi, transaksi, dan hasil training.

Nama CIPP, dalam kenyataanya lebih dikenal masyarakat perguruan tinggi

dan kalangan evaluator. Hal ini di mungkinkan sekali di sebabkan nama CIPP

langsung menunjukan karakteristik model yang di maksud. Sesuai dengan namanya,

model ini terbentuk dari 4 jenis evaluasi, yaitu evaluasi Context (konteks), Input

(Masukan), Process (Proses), dan Product (Produk). Hasan (2008:215), berpendapat

bahwa keempat evaluasi ini merupakan suatu rangkaian keutuhan. Adapun tugas

evaluator dalam model CIPP:

Page 57: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

39

Gambar 2.2 Fokus Evaluasi Model CIPP

Stufflebeam (dalam Hasan 2008:216), tujuan evaluasi konteks yang utama

ialah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki evaluan. Dengan

mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator dapat memberikan arah perbaikan

yang di perlukan. Dalam melakukan evaluasi, evaluator harus dapat menemukan

kebutuhan yang di perlukan evaluan. Oleh karena itu, evaluasi konteks ini sebagian

tugasnya adalah melakukan need assessment. Selain dari need assessment, evaluasi

konteks harus pula dapat memberikan pertimbangan apakah tujuan yang akan dicapai

KONTEKS

Evaluator mengidentifikasikan berbagai faktor manajemen,

fasilitas kerja, peraturan, masyarakat, dan faktor lain yang

berpengaruh terhadap program.

INPUT

Evaluator menentukan tingkat pemanfaatan berbagai faktor

yang dikaji dalam konteks. Pertimbangan mengenai ini

menjadi dasar bagi evaluator untuk menentukan apakah

perlu ada revisi atau penggantian.

PROCESS

Evaluator mengumpulkan berbagai informasi mengenai

program, membandingkannya dengan standar dan

mengambil keputusan mengenai status program (direvisi,

diganti, atau di lanjutkan).

PRODUCT

Evaluator mengumpulkan berbagai informasi mengenai

keterlaksanaan implementasi, berbagai kekuatan dan

kelemahan dalam implementasi. Evaluator harus merekam

berbagai pengaruh variabel input terhadap proses.

Page 58: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

40

sesuai dengan need (kebutuhan) yang telah di identifikasi. Dari evaluasi konteks

terlihat adanya perbedaan anatara model CIPP dengan model-model evaluasi yang

telah dibahas terdahulu. Model CIPP membantu evaluator untuk memutuskan apakah

suatu program tersebut memerlukan suatu inovasi atau tidak. Apabila di perlukan,

evaluator yang menggunakan model CIPP diharapakan dapat menentukan skala

inovasi yang dilakukan.

Evaluasi masukan penting dalam memberikan pertimbangan terhadap

keberhasilan pelaksanaan suatu program. Stufflebeam (dalam Hasan 2008:217),

memberikan alasan bahwa “orientasi utama evaluasi masukan ialah mengemukakan

suatu program yang dapat mencapai apa yang diinginkan lembaga tersebut.” Program

yang dimaksudkan adalah program yang membawa perubahan berskala penambahan

dan pembaharuan. Dengan demikian evaluasi masukan tidak hanya melihat apa yang

di lingkungan lembaga tersebut (baik material, maupun personal) tetapi juga harus

dapat memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi di waktu

mendatang ketika suatu program diimplementasikan. Evaluator diharapkan dapat

menentukan tingkat pemanfaatan faktor-faktor yang diidentifikasi dalam pelaksanaan

suatu program. Dari semua yang telah dijelaskan mengenai evaluasi masukan, makin

jelas bahwa CIPP tidak hanya dilaksanakan dalam situasi di mana suatu inovasi

sedang dilaksanakan tetapi justru model dilakukan ketika inovasi akan atau belum

dilaksanakan. Meskipun demikian, tidaklah berarti bahwa CIPP tidak dapat

dilaksanakan apabila suatu inovasi program sedang dalam proses pelaksanaan. CIPP

Page 59: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

41

tetap dapat dilakukan kendati suatu lembaga telah melaksanakan pengembangan

program.

Evaluasi proses adalah evaluasi mengenai pelaksanaan dari suatu inovasi

program, jadi, jika evaluasi konteks adalah evaluasi program dalam dimensi

pengertian sebagai ide, evaluasi masukan adalah evaluasi program dalam pengertian

sebagai rencana, evaluasi proses adalah evaluasi program dalam dimensi pengertian

sebagai realita atau kegiatan (Hasan 2008:218). Artinya evaluasi proses baru dapat

dilakukan apabila inovasi program tersebut telah dilaksanakan, bukan pada waktu

dalam proses konstruksi. Meskipun demikian, evaluator dapat menggunakan model

CIPP walaupun ia baru diminta berpartisipasi setelah inovasi program dilaksanakan.

Dalam pelaksanaannya, evaluasi proses dari model CIPP bertujuan memperbaiki

keadaan yang ada. Evaluator diminta untuk menetukan sampai sejauh mana rencana

inovasi program dilaksanakan di lapangan, hambatan-hambatan apa yang ditemui

yang tak diperkirakan sebelumnya, dan perubahan-perubahan apa yang harus

dilakukan terhadap inovasi program tersebut. Informasi yang berhasil dikumpulkan,

disajikan sebagai umpan balik bagi para pengelola dan staf. Dengan demikian,

keputusan-keputusan yang diperlukan dalam usaha memperbaiki proses yang sedang

berlangsung dapat dilaksanakan. Dari tujuan yang akan dicapai oleh evaluasi proses

model CIPP, terlihat jelas bahwa CIPP menggunakan pendekatan pengembangan

kriteria yang baik yang bersifat fidelity maupun bersifat “mutuali adaptive”. Kriteria

yang bersifat fidelity terlihat dari tujuan untuk menetukan samapi sejauh mana

Page 60: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

42

rencana inovasi yang dibuat telah tercapai.pendekatan “mutualy adapative” terlihat

dari adanya usaha untuk memperbaiki keadaan lapangan agar inovasi berjalan dengan

baik, dan usaha perbaikan terhadap inovasi itu sendiri. Artinya, evaluator yang

melaksanakan evaluasi proses harus dapat memberikan informasi mengenai hal-hal

apa dari lapangan yang harus diubah dan komponen apa dari inovasi yang harus pula

diubah. Dengan perubahan-perubahan tersebut diharpkan inovasi dan lapangan

mencapai kesesuaian.

Stufflebeam (dalam Hasan 2008:219) mengatakan, evaluasi hasil adalah

kegiatan evaluasi berikutnya dalam model CIPP. Tujuan utama dari evaluasi hasil

adalah untuk menentukan sampai sejauh mana program yang diimplementasikan

tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang menggunakannya.

Diharapkan hasil evaluasi memperlihatkan pengaruh program, baik yang bersifat

langsung maupun tidak langsung. Pengaruh inovasi program tersebut yang bersifat

positif (biasanya evaluasi hasil hanya melihat pengaruh dari sudut pandang negatif)

maupun negatif. Adanya pengaruh negatif kedengarannya aneh, tetapi sebenarnya

realistis. Bukanlah suatu hal yang mustahil bahwa suatu program menghasilkan

pengaruh sampingan yang bersifat negatif yang tidak pernah diperkirakan

sebelumnya oleh para pengembang. Oleh karena itu, dalam evaluasi model CIPP

memberikan posisi penting bagi peran sumatif. Informasi yang dihasilkan evaluasi

hasil CIPP diguanakan untuk menentukan apakah suatu program harus diganti,

direvisi ataukah dipertahankan.

Page 61: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

43

Gambar 2.3 Alur Kerja Model CIPP

Menurut Hasan (2008:222), secara keseluruhan prosedur lengkap evaluasi

CIPP digambarkan pada gambar 2.3. gambar 2.3 jelas menunjukan langkah-langkah

evaluasi dan fokus evaluasi secara keseluruhan. Alur tersebut merupakan alur kerja

yang dapat disederhanakan sesuai dengan pembahasan mengenai pemisahan fokus

yang telah dibahas di atas. Alur kerja pada gambar 2.3 memperlihatkan fokus

evaluasi yang telah dibahas sebelumnya. Konteks yang ada dan kegiatan keseharian

Kegiatan

Rutin

Evaluasi

Konteks Perubahan

Instalasi

Solusi

Definisikan

masalah &

rumuskan

tujuan

Solusi

memuaskan

Evaluasi

Masukan

Strategi

ditemukan

Perlu

pengembangan

implementasi

Evaluasi

proses & hasil

Solusi

diperlukan Memuaskan

?

dilanjutkan Batalkan

ya

tidak

ya

ya

ya

ya

ya

tidak

tidak

tidak

tidak

tidak

tidak

Page 62: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

44

yang dilakukan adalah kegiatan yang terjadi pada suatu program. Tabel di bawah ini

menunjukan perbandingan dari beberapa model evaluasi program:

Tabel 2.1 Perbandingan Model Evaluasi Program

No. Model Evaluasi Kelebihan Kekurangan 1. Model Evaluasi

UCLA Evaluasi yang dilakukan melalui unsur pendekatan ekonomi mikro

Evaluasi yang dilakukan hanya pada kurikulum sekolah

2. Model Evaluasi Brinkerhoff

Model ini merupakan pengabungan dari beberapa elemen dalam evaluasi

Evaluasi yang dilakukan hanya pada kurikulum sekolah

3. Model Evaluasi Stake/Countenance

Evaluator yang membuat penilaian tentang program yang di evaluasi

Evaluasi yang dilakukan hanya berfokus pada hasil

4. Model Evaluasi CIPP

Lebih komprehensif, karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata, tetapi juga mencakup konteks, masukan, proses, maupun hasil.

Melibatkan banyak pihak, membutuhkan waktu dan biaya yang lebih.

2.5 Konsep Program Wajib Belajar Malam Hari

Menurut Widyoko (2014:184) dibandingkan dengan model-model evaluasi

yang lain, model CIPP memiliki beberapa kelebihan antara lain: lebih komprehensif,

karena objek evaluasi tidak hanya pada hasil semata, tetapi juga mencakup konteks,

masukan (input), proses, maupun hasil. Model evaluasi CIPP dalam pelaksanaannya

lebih banyak digunakan oleh para evaluator, hal ini dikarenakan model evaluasi ini

lebih komprehensif jika dibandingkan dengan model evaluasi lainnya. Oleh karena

Page 63: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

45

itu didalam penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan model evaluasi CIPP

sebagai pisau analisis dalam penelitian yang dilakukan.

2.5.1 Program Wajib Belajar Malam Hari

Dalam Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014, Pasal 1 Ayat (6) tentang

Wajib Belajar Malam Hari (WBMH), yang dimaksud dengan wajib belajar malam

hari adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh peserta didik pada malam

hari. Program WBMH adalah proyek percontohan yang dicanangkan Pemerintah DKI

Jakarta bersama dengan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta yang dilakukan di

beberapa wilayah di Jakarta yang dijadikan proyek percontohan. Wilayah yang

dijadikan untuk proyek percontohan program tersebut adalah wilayah yang tingkat

partisipasi masyarakatnya terbilang baik dan sudah menerapkan terlebih dahulu

program WBMH di wilayahnya, seperti di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan

Menteng. Alasan dilakukan proyek percontohan pada program WBMH, adalah

karena pemerintah ingin melihat terlebih dahulu apakah program tersebut berjalan

dengan baik dan efektif, apabila tujuan dari program tersebut terlaksana dengan baik,

maka Pemerintah DKI Jakarta akan menerapkan program WBMH di seluruh wilayah

Jakarta. Program WBMH ini merupakan program swadaya, artinya masyarakat yang

sepenuhnya menjalankan dan mengelola program WBMH ini, dan peran pemerintah

DKI Jakarta sebagai evaluator untuk menilai keberhasilan program WBMH dan

memutuskan untuk melanjutkan, memodifikasi/mengembangkan, atau

memberhentikan program WBMH. Sasaran dari program WBMH adalah para peserta

Page 64: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

46

didik yang termasuk dalam warga belajar yang berada pada jenjang pendidikan

Taman Kanak-kanak (TK) sampai dengan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA).

2.5.2 Tujuan Program Wajib Belajar Malam Hari (WBMH)

Tujuan dari pelaksanaan program WBMH terdapat di dalam Peraturan

Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Pasal 2, yaitu: tujuan dari program WBMH adalah

agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan optimal, sehingga

dapat meningkatkan prestasi di bidang akademiknya. Adapun tujuan lain dari

pelaksanaan program WBMH tersebut adalah untuk melindungi anak dari tindak

kriminal yang terjadi di malam hari.

2.5.3 Peserta Didik Program Wajib Belajar Malam Hari (WBMH)

Adapun yang mengikuti program Wajib Belajar Malam Hari (WBMH) adalah

peserta didik. Yang dimaksud dengan peserta didik adalah warga masyarakat yang

menempuh pendidikan pada satuan pendidikan Taman Kanak-kanak/Raudatul Athfal,

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah

Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah

Kejuruan, Program Kesetaraan dan Pendidikan Luar Biasa. Peserta didik yang

mengikuti kegiatan WBMH belajar sesuai dengan kebutuhan masing-masing, dalam

bentuk materi akademik dan non akademik, antara lain: (i) Mengerjakan tugas atau

pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru; (ii) mengulang atau memperdalam materi

pelajaran yang didapatkan di sekolah pada hari itu; (iii) belajar membaca Al-Qur’an,,

Page 65: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

47

belajar menari, belajar memasak; (iv) materi pembelajaran yang di ajarkan

dikelompokan sesuai dengan jenjang pendidikan peserta didik.

2.5.4 Mekanisme Pelaksanaan Program Wajib Belajar Malam Hari (WBMH)

Mekanisme pelaksanaan Program WBMH berdasarkan Peraturan Gubernur

Nomor 22 Tahun 2014 tentang Wajib Belajar Malam Hari di Pasal 8, adalah:

1. Wajib belajar malam hari dilaksanakan setiap hari oleh peserta didik dimulai pada pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00, kecuali pada malam hari libur.

2. Tanda waktu dimulainya wajib belajar malam hari sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) sesuai dengan situasi dan kondisi setempat yang dilakukan oleh satuan tugas.

3. Setelah tanda waktu dimulainya wajib belajar malam hari sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) dilakukan: a. Bagi peserta didik yang belajar diluar rumah didampingi dan dibimbing

oleh fasilitator serta dilakukan tahapan sebagai berikut: 1. Pengelompokan peerta didik berdasarkan satuan pendidikan; 2. Mengidentifikasi materi yang diperlukan oleh peserta didik; dan 3. Memfasilitasi sesuai kebutuhan peserta didik.

b. Bagi peserta didik yang belajar di rumah didampingi dan dibimbing oleh orang tua/wali dan/atau anggota keluarga lainnya serta dilakukan tahapan sebagai berikut: 1. menghentikan seluruh kegiatan yang mengganggu pelaksanaan wajib

belajar malam hari; 2. Mengkondisikan peserta didik untuk belajar; dan 3. Membantu peserta didik dalam menyelesaikan belajarnya.

Untuk pelaksanaan kegiatan WBMH dilakukan setiap hari Minggu s/d Kamis

pada pukul 19.00 s/d 21.00 WIB. Kegiatan WBMH dilakukan di rumah tinggal si

peserta didik ataupun di tempat yang telah disediakan oleh masyarakat sebagai sarana

yang di gunakan untuk kegiatan program WBMH. Peran orangtua dari peserta didik

adalah sebagai fasilitator untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi anak untuk

belajar.

Page 66: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

48

2.5.5 Sarana dan Prasarana Program Wajib Belajar Malam Hari (WBMH)

Sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam kegiatan WBMH, antara

lain: 1. Rumah tinggal;

2. Balai warga;

3. Pusat kegiatan belajar masyarakat;

4. Sarana ibadah; dan

5. Sarana lainnya yang memadai.

Bila kondisi di rumah tidak memungkinkan bagi peserta didik untuk belajar

misalnya karena tinggal berdesakan, maka diadakan kelompok belajar di luar rumah

dalam bimbingan orang tua/wali/satuan tugas yang dibentuk pengurus RT atau

Pemuka Masyarakat. Dan lokasi belajar di luar rumah dapat menggunakan

sarana/fasilitas umum yang tersedia.

2.5.6 Satuan Tugas Pelaksana Wajib Belajar Malam Hari (WBMH)

Dalam rangka membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan program WBMH

bagi peserta didik, dibentuk satuan tugas yang dilakukan oleh warga masyarakat

setempat, satuan tugas sebagaimana dimaksud bertugas untuk memastikan

pelaksanaan kegiatan wajib belajar malam hari agar dapat berjalan dengan baik, dan

memfasilitasi kebutuhan pelaksanaan kegiatan WBMH. Satuan tugas tersebut, yaitu:

Page 67: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

49

Gambar 2.4 Organisasi Pelaksana Tingkat RW/RT Penerapan Wajib Belajar Malam Hari

Warga belajar adalah peserta didik yang mengikuti program WBMH di bagi

berdasarkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh peserta didik, mulai dari tingkat

Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah

Atas (SMA). Peserta didik tersebut kemudian akan di bimbing atau didampingi oleh

Penanggungjawab (Ketua RW)

Ketua Pelaksana (Ketua RT)

Sekretaris Wakil Ketua

Anggota : - Karang Taruna - Tokoh Masyarakat - Orang Tua Siswa

Guru Pendamping Jenjang SMP

Guru Pendamping Jenjang SD

Guru Pendamping Jenjang SMA/SMK

Warga Belajar Jenjang SD

Warga Belajar Jenjang SMP

Warga Belajar Jenjang SMA/SMK

Sumber: Pedoman Pelaksanaan program WBMH Dinas Pendidikan Prov. DKI Jakarta (2013:9)

Page 68: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

50

guru pendamping berdasarkan tingkat pendidikan dari peserta didik, yang menjadi

guru pendamping dari peserta didik antara lain: anggota karang taruna, tokoh

masyarakat, dan orangtua dari peserta didik sendiri. Ketua Rukun Tetangga (RT)

sebagai ketua pelaksana kegiatan WBMH dibantu oleh wakil ketua dan sekretaris dan

bertugas untuk mengatur pelaksanaan kegiatan WBMH agar berjalan baik. Ketua

Rukun Warga (RW) sebagai penanggungjawab program WBMH bertugas untuk

mengawasi dan melaporkan hasil kegiatan program WBMH kepada Dinas

Pendidikan terkait.

2.5.7 Dasar Hukum Program Wajib Belajar Malam Hari (WBMH)

Untuk menindaklanjuti beberapa dasar hukum yang mengatur sistem

pendidikan, maka dilaksanaan program WBMH di DKI Jakarta. Adapun dasar hukum

yang menjadi acuan dalam pelaksanaan program WBMH di DKI Jakarta, antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional;

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007ntentang Pemerintahan Provinsi

Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan;

Page 69: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

51

5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional

Pendidikan;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan;

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2006 tentang

Pembinaan Prestasi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan

dan/atau Bakat Istimewa;

8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 tentang

Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan

memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa;

9. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Standar Pelayanan minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota;

10. Peraturan Daerah nomor 8 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan;

11. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat

Daerah;

12. Peraturan Gubernur Nomor 116 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan

Pendidikan Inklusif;

13. Peraturan Gubernur Nomor 124 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan

Pendidikan Luar Sekolah, Luar Biasa dan Pendidikan Khusus;

14. Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2009 tentang Jam Masuk Sekolah;

Page 70: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

52

15. Peraturan Gubernur nomor 134 Tahun 2009 tentang Organisasi Tata

Kerja Dinas Pendidikan

16. Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 tentang Wajib Belajar Malam

Hari.

2.6 Penelitian Terdahulu

Untuk Bahan pertimbangan dalam penelitian ini, dicantumkan hasil penelitian

terdahulu, dengan adanya penelitian terdahulu ini diharapkan akan mampu memecah

masalah dalam penelitian Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014

Tentang Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat. Dalam

penelitian terdahulu ini memiliki kesamaan dari segi fokus, tema dan judul namun

lokusnya berbeda, sehingga penelitian terdahulu ini akan sangat membantu peneliti,

di bawah ini adalah hasil penelitian terdahulu yang telah peneliti baca.

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No ITEM Andrian Yudiarti Yasica Pratama

Wulanuari Triana Aprisia Muhamad

Nurdin 1. Judul Pelaksanaan Jam

Wajib Belajar Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kota Mojokerto Berlingkungan Pendidikan (PKMBP) di Kota Mojokerto

Efektivitas Implementasi Program Gerakan Wajib Jam Belajar (GWJB) Dalam Keluarga di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta

Evaluasi Program Jam Belajar Masyarakat (JBM) di Kota Metro

Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat

2. Tahun 2012 2012 2014 2016 3. Tujuan

Penelitian - Mendeskripsikan

pelaksanaan jam wajib belajar berdasarkan Peraturan Walikota

- Tanggapan masyarakat Semanggi terhadap program GWJB

- Tanggapan anak-anak dari Kelurahan

- Mengetahui capaian/ pelaksanaan (achievement) Program Jam Belajar Malam di Kota Metro pada tahun 2010 –

- Mengevaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014

Page 71: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

53

No.17 Tahun 2009 tentang petunjuk pelaksanaan PKMBP di masyarakat

- Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat terwujudnya program jam wajib belajar berdasarkan Peraturan Walikota No.17 Tahun 2009 tentang petunjuk pelaksanaan PKMBP di masyarakat

Semanggi terhadap program GWJB

- Pengawasan yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat pada program GWJB

- Efektivitas implementasi dari program GWJB

2013 - Untuk mengukur kemajuan

(progress), yang terkait dengan tujuan Program Jam Jam Belajar Masyarakat (JBM)

- Untuk mengidentifikasi masalah pelaksanaan Program Jam Belajar Masyarakat (JBM)

- Serta untuk melihat efektivitas Program Jam Belajar Masyarakat (JBM) atau melihat perbedaan yang dicapai program tersebut

Tentang Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat

- Mengidentifikasi masalah pelaksanaan program Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat

4. Metode Kualitatif Kualitatif Kualitatif Kualitatif

5. Hasil Penelitian

Pelaksanaan Jam Wajib Belajar sudah diterapkan di masyarakat sudah hampir 3 tahun yang dalam pelaksanaannya sudah dapat dikatakan berhasil, karena sebagian besar masyarakat sudah menerapkan dan melaksanakan jam 18.00-19.00 WIB sebagai jam wajib belajar

- Tanggapan orangtua terhadap program GWJB ini masih kurang, karena sebagian besar masyarakat dari Kelurahan Semanggi belum begitu paham tentang manfaat program ini

- Pengawasan dan pemantauan yang dilakukan oleh pemerintah kota maupun masyarakat mulai tidak berjalan secara efektif lagi

- GWJB merupakan program dari pemerintah yang bersifat positif, namun dalam pelaksanaan program ini masih belum efektif

Program JBM tidak berhasil dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Hal ini dilihat dari berbagai ukuran, yaitu: belum maksimalnya publikasi dan sosialisasi program kepada warga masyarakat, masih rendahnya partisipasi dan kesadaran warga masyarakat dalam mendukung program JBM, belum teralokasikannya dana penunjang baik dari pemerintah maupun swadaya masyarakat dan pihak swasta, belum terbentuknya struktur kelembagaan sampai pada tingkat yang paling bawah, yaitu RT/RW, serta belum adanya upaya penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik.

Program WBMH belum berhasi mencapai tujuan yang ditetapkan

6. Persamaan Program yang diteliti serupa

Program yang diteliti serupa

Program yang diteliti serupa

7. Perbedaan Fokus dan lokus penelitian

Fokus dan lokus penelitian

Locus penelitian

8. Kritik Faktor pendukung pelaksanaan jam wajib belajar yang utama adalah masyarakat, dukungan dari semua masyarakat sangat penting dalam terlaksananya program jam wajib belajar yang dicanangkan oleh

Peran aktif dari masyarakat, terutama orangtua adalah yang terpenting dalam pelaksanaan program ini, fungsi pengawasan yang dilakukan pemerintah harus berjalan dengan baik, agar program GWJB dapat berjalan

- Melakukan revisi SK Walikota Metro tentang Program Jam Belajar Masyarakat menjadi Peraturan Walikota agar lebih memiliki kekuatan hukum dalam pelaksanaannya yang dilampiri Juklak dan Juknis JBM.

Page 72: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

54

Pemerintah Kota Mojokerto, karena tanpa adanya respon positif dari masyarakat program jam wajib belajar tidak akan terlaksana

dengan semestinya. - Perlu disusun strategi pelaksanaan Program Jam Belajar Masyarakat secara partisipatif berbasis ide-ide dan potensi masyarakat

- Perlunya sinergitas Program Jam Belajar Masyarakat dengan Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) terkait serta sektor swasta, perguruan tinggi, kalangan profesional dan organisasi masyarakat lainnya

9. Sumber Skripsi Skripsi Tesis Skripsi

Penelitian pertama yaitu, penelitian yang dilakukan oleh Andrian Yuniarti,

Universitas Negeri Malang, 2012 dengan judul Pelaksanaan Jam Wajib Belajar

Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Program Kota Mojokerto Berlingkungan Pendidikan (PKMBP) di Kota

Mojokerto. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan pelaksanaan jam

wajib belajar berdasarkan Peraturan Walikota No. 17 Tahun 2009 tentang Petunjuk

Pelaksanaan PKMBP di masyarakat, (2) mendeskripsikan faktor pendukung dan

penghambat terwujudnya program jam wajib belajar berdasarkan Peraturan Walikota

No. 17 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan PKMBP di masyarakat, (3)

mendeskripsikan cara mengatasi penghambat terwujudnya pelaksanaan jam wajib

belajar di masyarakat. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif,

dan hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan Jam Wajib Belajar sudah

diterapkan di masyarakat sudah hampir 3 tahun yang dalam pelaksanaannya sudah

dapat dikatakan berhasil, karena sebagian besar masyarakat sudah menerapkan dan

melaksanakan jam 18.00-19.00 WIB sebagai jam wajib belajar. Pihak yang

memantau pelaksanaan jam wajib belajar adalah Pokja PKMBP. Setiap hari Senin

Page 73: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

55

malam Pokja PKMBP melakukan pemantauan atau monitoring jam wajib belajar,

yaitu dengan cara turun langsung kerumah-rumah warga. Faktor pendukung

pelaksanaan jam wajib belajar yang utama adalah masyarakat, dukungan dari semua

masyarakat sangat penting dalam terlaksananya program jam wajib belajar yang

dicanangkan oleh Pemerintah Kota Mojokerto, karena tanpa adanya respon positif

dari masyarakat program jam wajib belajar tidak akan terlaksana. Adapun juga faktor

penghambat dari terwujudnya program jam wajib belajar, yaitu: faktor ekonomi,

dimana para orangtua sibuk bekerja untuk mencari uang sehingga mereka tidak

memperhatikan pendidikan anak mereka, bagaimana sekolahnya maupun anaknya

belajar atau tidak, pemahaman soal anak dimana orangtua kurang memahami apa

yang di butuhkan anak mereka. Pendidikan orangtua, laporan rutin satgas jam wajib

belajar kepada Posko PKMBP dan dari Posko PKMBP kepada Pokja PKMBP masih

belum terlaksana, faktor teknis pada waktu turun hujan saat jadwal monitoring

PKMBP.

Penelitian berikut, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yasica Pratama

Wulanuari, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012 dengan judul Efektivitas

Implementasi Program Gerakan Wajib Jam Belajar (GWJB) Dalam Keluarga di

Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui: (1) tanggapan masyarakat Semanggi terhadap program

GWJB, (2) tanggapan anak-anak dari Kelurahan Semanggi terhadap program GWJB,

(3) pengawasan yang dilakukan pemerintah terhadap masyarakat pada program

Page 74: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

56

GWJB, (4) efektivitas implementasi dari program GWJB. Penelitian ini mengambil

lokasi di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu deskriptif kualitatif dengan menggunakan

strategi studi kasus untuk memperoleh pemahaman terkait program GWJB.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) tanggapan orangtua terhadap

program GWJB ini masih kurang, karena sebagian besar masyarakat dari Kelurahan

Semanggi belum begitu paham tentang manfaat program ini, (2) tanggapan anak

terhadap program GWJB juga masih kurang, karena sosialisasi yang dilakukan

pemerintah hanya kepada orangtua saja, sehingga membuat anak tidak begitu paham

dengan konsep GWJB, (3) pengawasan dan pemantauan yang dilakukan oleh

pemerintah kota maupun masyarakat mulai tidak berjalan secara efektif lagi, sehingga

membuat anak tidak peduli dengan keberadaan program GWJB, (4) GWJB

merupakan program dari pemerintah yang bersifat positif, namun dalam pelaksanaan

program ini masih belum efektif.

Penelitian selanjutnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Triana Aprisia,

Universitas Lampung, 2014 dengan judul Evaluasi Program Jam Belajar Masyarakat

(JBM) di Kota Metro. Penelitian ini dilakukan untuk: (a). Mengetahui

capaian/pelaksanaan (achievement) Program Jam Belajar Malam di Kota Metro pada

tahun 2010 – 2013. (b). Untuk mengukur kemajuan (progress), yang terkait dengan

tujuan Program Jam Jam Belajar Masyarakat (JBM). (c). Untuk mengidentifikasi

masalah pelaksanaan Program Jam Belajar Masyarakat (JBM). (d). Serta untuk

Page 75: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

57

melihat efektivitas Program Jam Belajar Masyarakat (JBM) atau melihat perbedaan

yang dicapai program tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dan

fokus penelitian pada aktivitas warga masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukan

bahwa program JBM tidak berhasil dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

Hal ini dilihat dari berbagai ukuran, yaitu: belum maksimalnya publikasi dan

sosialisasi program kepada warga masyarakat, masih rendahnya partisipasi dan

kesadaran warga masyarakat dalam mendukung program JBM, belum

teralokasikannya dana penunjang baik dari pemerintah maupun swadaya masyarakat

dan pihak swasta, belum terbentuknya struktur kelembagaan sampai pada tingkat

yang paling bawah, yaitu RT/RW, serta belum adanya upaya penyiapan Sumber Daya

Manusia (SDM) yang baik. Dari beberapa permasalahan yang muncul seputar

program JBM tersebut, maka dapat dikatakan bahwa program ini termasuk kebijakan

yang belum berhasil, karena tidak dapat mencapai tujuan yang ditetapkan.

Penelitian-penelitian di atas dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

tidak jauh berbeda, yaitu untuk mengetahui menganalisis pelaksanaan program Wajib

Belajar Malam Hari. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan berfokus

pada evaluasi peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Wajib Belajar

Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat. Dalam hal ini untuk

menganalisisnya menggunakan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process,

Product) oleh Stufflebeam (1983).

Page 76: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

58

2.7 Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran merupakan alat berpikir peneliti dalam penelitan, untuk

mengetahui bagaimana alur berpikir peneliti dalam menjelaskan permasalahan

penelitian, maka dibuatlah kerangka berpikir sebagai berikut: dalam penelitian ini

yang menjadi fokus penelitian adalah “Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun

2014 Tentang Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat”.

Peneliti mendeskripsikan evaluasi program tersebut dengan senyatanya yang terjadi

di lapangan dengan konsep yang telah dirancang oleh pemerintah, sehingga peneliti

memperoleh banyak data dan informasi mengenai apa yang sebenarnya yang terjadi

dalam pelaksanaan program tersebut.

Ternyata banyak sekali masalah-masalah yang ditemukan, antara lain fasilitas

sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Menteng masih kurang memadai untuk

pelaksanaan kegiatan program Wajib Belajar Malam Hari. Rendahnya partisipasi

peserta didik dalam mengikuti kegiatan program Wajib Belajar Malam Hari.

Kurangnya partisipasi dari orang tua peserta didik dan masyarakat setempat untuk

mendukung berlangsungnya kegiatan Wajib Belajar Malam Hari. Kurangnya peran

dari Pemerintah DKI Jakarta untuk mengawasi program Wajib Belajar Malam Hari.

Pada penelitian ini dilakukan evaluasi program Wajib Belajar Malam Hari,

dimana program tesebut dilihat tingkat keberhasilannya ditinjau dari aspek konteks,

input, proses, dan produk dengan menggunakan model evaluasi CIPP oleh

Stufflebeam (1983). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar bagan berikut:

Page 77: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

59

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir

Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng

Jakarta Pusat

Identifikasi Masalah :

1. Tidak adanya fasilitas sarana dan prasarana beserta kelengkapan belajar yang disediakan oleh Pemerintah DKI Jakarta untuk kegiatan program WBMH di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat.

2. Rendahnya partisipasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan program Wajib Belajar Malam Hari.

3. Kurangnya partisipasi orang tua peserta didik dan masyarakat setempat untuk mendukung berlangsungnya kegiatan WBMH.

4. Kurangnya tenaga pendidik sebagai pendamping dalam kegiatan program WBMH.

5. Kurangnya peran dari Pemerintah DKI Jakarta untuk mengawasi program WBMH.

Evaluasi Program Model CIPP, Stufflebeam (1983) :

1. Context (Konteks) 2. Input (Masukan) 3. Process (Proses) 4. Product (Produk)

Tujuan Pergub No.22 Tahun 2014 Pasal 2:

Peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan optimal sehingga dapat meningkatkan prestasi di bidang akademik.

Page 78: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

60

2.8 Asumsi Dasar Penelitian

Asumsi dasar merupakan sebuah persepsi awal peneliti terhadap objek yang

akan diteliti. Asumsi yang disimpulkan didasarkan pada pengamatan peneliti di

lapangan yang menunjukan bahwa pelaksanaan program Wajib Belajar Malam Hari

belum berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena masih banyak kendala

dalam pelaksanaan program tersebut.

Selain menarik asumsi berdasarkan pengamatan di lapangan, peneliti juga

menarik asumsi berdasarkan informasi yang didapat dengan wawancara sementara

yang dilakukan, bahwa diakui adanya permasalahan dalam pelaksanaan program

Wajib Belajar Malam Hari, terutama kurangnya kesadaran dari masyararakat untuk

berpartisipasi dalam pelaksanaan program Wajib Belajar Malam Hari. Mengingat

program tersebut merupakan program swadaya yang sepenuhnya dilaksanakan oleh

masyarakat.

Page 79: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

61

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara dan prosedur yang sistematis dan

terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan

informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah tersebut. Cara dimaksud

dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah yang terdiri dari berbagai tahapan

atau langkah-langkah. Oleh karena itu, metode merupakan keseluruhan langkah

ilmiah yang digunakan untuk menemukan solusi atas suatu masalah. Dengan

langkah-langkah tersebut, siapapun yang melaksanakan penelitian dengan mengulang

atau menggunakan metode penelitian yang sama untuk objek dan subjek yang sama

akan memperoleh hasil yang sama pula (Silalahi 2010:12-13). Adapun metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif

eksploratif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian (Moleong, 2006:6).

Sedangkan menurut Sugiyono dalam bukunya Memahami Penelitian Kualitatif

(2005:1), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan

Page 80: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

62

data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data induktif dan hasil

penelitian data kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Maka

penelitian mengenai Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 tahun 2014 Tentang

Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat peneliti

menggunakan metode penelitian kualitatif eksploratif.

Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif eksploratif peneliti

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek

penelitian dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, yang

terdapat dalam suatu konteks yang khusus yang alamiah. Peneliti mengumpulkan data

dengan cara bersentuhan langsung dengan situasi lapangan, misalnya mengamati

(observasi) dan wawancara mendalam. Melalui pendekatan kualitatif ini peneliti

diharapkan dapat memahami situasi sosial, peran, peristiwa, interaksi, dan kelompok

serta kepentingan.

3.2. Fokus Penelitian

Menurut Sugiyono (2005:141), dalam penelitian kualitatif, penentuan fokus

berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengalaman, referensi, dan disarankan oleh

pembimbing atau orang yang di pandang ahli. Dalam penelitian ini peneliti

memfokuskan pada evaluasi program WBMH. Fokus penelitian ini masih bersifat

sementara dan akan berkembang setelah peneliti di lapangan. Menurut Moleong

(2006:94), penetapan fokus atau masalah dalam penelitian kualitatif akan dipastikan

sewaktu peneliti sudah berada di arena atau lapangan penelitian. Dengan kata lain,

Page 81: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

63

walaupun fokus penelitian sudah cukup baik dan telah dirumuskan atas dasar

penelaahan kepustakaan dan dengan ditunjang oleh sejumlah pengalaman tertentu,

bisa terjadi situasi di lapangan tidak memungkinkan peneliti untuk meneliti masalah

itu. Dengan demikian, kepastian tentang fokus dan masalah itu yang menentukan

adalah keadaan di lapangan.

3.3. Instrumen Penelitian

Menurut Irawan (2006:17), dalam sebuah penelitian kualitatif yang menjadi

instrumen penelitian adalah peneliti sendiri. Sedangkan menurut Moleong di dalam

bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif (2006:9), mengatakan salah satu ciri

pokok dari tahapan penelitian kualitatif adalah peneliti sebagai alat penelitian, untuk

itu peneliti harus memilki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu

bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti

menjadi lebih jelas dan bermakna.

Selanjutnya Nasution (Sugiyono 2005:60) menyatakan, dalam penelitian

kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument

penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai

bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang

digunakan, bahkan hasil uang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara

pasti dan jelas sebelumnya. Segala Sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang

penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada

Page 82: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

64

pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat

mencapainya.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa dalam penelitian

kualitatif pada awalnya di mana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang

menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalah dipelajari, maka

dapat dikembangkan suatu instrumen. Selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi

jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang

diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah

ditemukan melalui observasi dan wawancara.

3.4. Informan Penelitian

Informan penelitian ini, peneliti merupakan instrumen kunci yang sesuai

dengan karakteristik penelitian kualitatif. Untuk itu peneliti secara individu akan

turun ke tengah-tengah masyarakat guna memperoleh data dari informan. Informan

diperoleh dari kunjungan lapangan yang dilakukan di lokasi penelitian di mana

dipilih secara purposive merupakan metode penetapan informan dengan berdasarkan

informasi yang dibutuhkan, artinya teknik pengambilan informan sumber data dengan

pertimbangan tertentu. Informan tersebut ditentukan dan ditetapkan tidak berdasarkan

pada jumlah yang dibutuhkan, melainkan berdasarkan pertimbangan fungsi dan peran

informasi sesuai fokus masalah penelitian (Moleong 2004:217).

Page 83: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

65

Tabel 3.1 Informan Penelitian

NO SEKTOR INFORMAN KETERANGAN

1 Pemerintah Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta - Staff Seksi Sarana dan Prasarana

Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

Kecamatan Menteng - Penanggungjawab Program WBMH

Kecamatan Menteng Kelurahan Pegangsaan - Sekretaris kelurahan pegangsaan - Kepala Seksi Pemberdayaan Ekonomi

dan Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Pegangsaan

- Ketua RW 06 Kelurahan Pegangsaan

- Key Informan - Key Informan - Key Informan

- Key Informan - Key Informan

2 Satuan Tugas Pelaksana Program WBMH

- Ketua pelaksana program WBMH Kecamatan Menteng

- Sekretaris Program WBMH Kecamatan Menteng

- Guru pendamping Program WBMH

- Key Informan

- Secondary Informan - Secondary Informan

3 Masyarakat - 2 Orangtua Peserta Didik - 3 Peserta Didik Tingkat SMA/SMK - 3 Peserta Didik Tingkat SMP - 2 Peserta Didik Tingkat SD

- Secondary Informan - Secondary Informan - Secondary Informan - Secondary Informan

Di sini peneliti memilih informan yaitu semua stakeholder (semua pihak) yang

terlibat dalam pelaksanaan program WBMH, dan memilih informan kunci (key

informan) berdasarkan kepada pihak yang terlibat langsung dan sangat memahami

permasalahan dalam pelaksanaan program WBMH, khususnya di Kecamatan

Menteng, Jakarta Pusat. Berikut adalah jumlah peserta yang mengikuti program

WBMH di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat:

Page 84: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

66

Tabel 3.2 Jumlah Peserta Didik Program Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan

Menteng

No RW Jumlah Peserta Didik 1 006 36 anak 2 008 39 anak

Total 75 anak Sumber: Diolah peneliti dari Kelurahan Pegangsaan 2014 3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara

mengumpulkan data primer dan sekunder yang berkaitan dengan masalah yang akan

di bahas. Menurut Lofland & Lofland (dalam Moleong 2006:157) sumber data utama

atau primer dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya

adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun teknik pengumpulan

data yang peneliti gunakan adalah sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksdud tertentu. Percakapan

itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan

pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin

melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan.

Esterberg (dalam Sugiyono 2005:72) mendefinisikan interview sebagai

berikut “a meeting of two person to exchange information and idea through

question and respones, resulting in communication and joint construction of

Page 85: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

67

meaning about a particular topic” (wawancara adalah merupakan pertemuan

dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga

dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu).

Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2005: 72) mengemukakan bahwa

“interviewing provide the researcher a mean to gain a deeper understanding

of how the participants interpret a situation or phenomenon than can be

gained through observation alon” (jadi dengan wawancara makan peneliti

akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam

menginterpretasikan siyuasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak

bisa ditemukan melalui observasi).

Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi

partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama obsevasi, peneliti juga

melakukan wawancara dengan orang-orang yang ada di dalamnya, yaitu

pegawai pemerintah seksi Pendidikan Menengah Atas Suku Dinas Pendidikan

Jakarta Pusat, masyarakat kecamatan Menteng (Ketua RW, Ketua RT, Karang

Taruna, Komunitas Proklamasi), serta orangtua dan peserta didik yang

mengikuti program WBMH. Dalam wawancara peneliti menggunakan

wawancara terstruktur dan tidak tersruktur. Wawancara terstruktur digunakan

sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah

mengetahui informasi apa yang akan diperoleh.

Wawancara dilakukan dengan membawa instrumen sebagai pedoman

wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti

Page 86: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

68

tape recorder, gambar, dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan

wawancara menjadi lancar. Menurut Sugiyono (2005:74) mengatakan bahwa,

wawancara tidak terstruktur atau terbuka adalah wawancara yang bebas

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan

ditanyakan.

Pada penelitian ini, peneliti telah menyusun pedoman wawancara yang

isinya mengenai hal-hal yang nantinya akan ditanyakan kepada informan yang

akan memberikan jawab pada permasalahan yang ada. Pedoman wawancara

yang digunakan untuk memperoleh informasi.

Tabel 3.3 Pedoman Wawancara

No Aspek Indikator Informan/Sumber

1 Context - Latar belakang dan relevansi program WBMH

- Tujuan program WBMH - Alasan dilakukan Pilot

Project pada program WBMH

- Pemilihan lokasi pilot

project program WBMH

- Sosialisasi yang dilakukan untuk program WBMH

1. Penanggungjawab Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kecamatan Menteng

2. Staff Seksi Sarana & Prasarana Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

3. Sekretaris Kelurahan Pegangsaan

4. Kepala Seksi Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Pegangsaan

5. Ketua RW 06 Kelurahan Pegangsaan

Page 87: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

69

No Aspek Indikator Informan/sumber

6. Ketua Pelaksana Program Jam Wajib Belajar Malam Hari (JWBM) Kelurahan Pegangsaan

7. Ketua PKK RW 06 Kelurahan Pegangsaan

8. Satuan Tugas Pelaksana Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kelurahan Pegangsaan

9. Orangtua Peserta Didik

2. Input - Sarana dan prasarana program WBMH

- Tenaga pendidik program

WBMH - Anggaran program

WBMH

1. Penanggungjawab Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kecamatan Menteng

2. Staff Seksi Sarana & Prasarana Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

3. Sekretaris Kelurahan Pegangsaan

4. Kepala Seksi Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Pegangsaan

5. Ketua RW 06 Kelurahan Pegangsaan

6. Ketua Pelaksana Program Jam Wajib Belajar Malam Hari (JWBM) Kelurahan Pegangsaan

7. Guru Pendamping Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kelurahan Pegangsaan

8. Peserta Didik Tingkat SMA/SMK

Page 88: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

70

No Aspek Indikator Informan/sumber

3. Process - Pelaksana program WBMH

- Partisipasi peserta didik

program WBMH - Mekasnisme

pelaksanaan program WBMH

- Peran orangtua peserta

didik program WBMH

1. Penanggungjawab Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kecamatan Menteng

2. Staff Seksi Sarana & Prasarana Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

3. Ketua Pelaksana Program Jam Wajib Belajar Malam Hari (JWBM) Kelurahan Pegangsaan

4. Sekretaris Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kelurahan Pegangsaan

5. Guru Pendamping Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kelurahan Pegangsaan

6. Satuan Tugas Pelaksana Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kelurahan Pegangsaan

7. Orangtua Peserta Didik 8. Peserta Didik Tingkat

SMA/SMK 9. Peserta Didik Tingkat SMP

Page 89: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

71

No Aspek Indikator Informan/sumber

4. Product - Prestasi peserta didik program WBMH di Bidang Akademik

- Faktor pendukung

keberhasilan program WBMH

- Faktor penghambat

keberhasilan program WBMH

- Monitoring evaluasi

yang dilakukan pemerintah DKI Jakarta

1. Penanggungjawab Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kecamatan Menteng

2. Staff Seksi Sarana & Prasarana Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

3. Sekretaris Kelurahan Pegangsaan

4. Kepala Seksi Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Pegangsaan

5. Ketua RW 06 Kelurahan Pegangsaan

6. Ketua Pelaksana Program Jam Wajib Belajar Malam Hari (JWBM) Kelurahan Pegangsaan

7. Sekretaris Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kelurahan Pegangsaan

8. Guru Pendamping Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kelurahan Pegangsaan

9. Satuan Tugas Pelaksana Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kelurahan Pegangsaan

10. Orangtua Peserta Didik 11. Peserta Didik Tingkat

SMA/SMK 12. Peserta Didik Tingkat SMP 13. Peserta Didik Tingkat SD

Page 90: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

72

1. Observasi

Observasi adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan

langsung atau peninjauan secara cermat dan langsung di lapangan atau lokasi

penelitian. Dalam hal ini, peneliti berpedoman kepada desain penelitiannya

perlu mengunjungi lokasi penelitian untuk mengamati langsung berbagai hal

atau kondisi yang ada di lapangan. Penelitian selalu dimulai dengan observasi

dan kembali kepada observasi untuk membuktikan kebenaran masalah yang

ada pada penelitian ini.

Nasution (dalam Sugiyono 2005:64) menyatakan bahwa observasi

adalah dasar ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja

berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh

melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai

alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan

elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi

dengan jelas.

Marshall (dalam Sugiyono 2012:64) menyatakan bahwa “Through

observation the researches learn about behavior and the meaning attached to

those behavior” (melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan

makna dari perilaku tersebut).

Page 91: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

73

2. Studi Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari

penggunaaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena

dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji,

menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Menurut Guba & Lincoln (dalam

Moleong 2006:216), dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film, lain

dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang

penyidik. Dokumen dalam penelitian ini menggunakan berupa peraturan

perundang-undangan, jurnal, artikel, catatan serta dokumen lain yang terkait

dalam penelitian.

3.5.1 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan

data berlangsung dan setelah selesai dilapangan. Teknik analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik analisis data Miles &

Huberman dalam buku Analisis Data Kualitatif (2009:16-20). Menurut kedua tokoh

tersebut, bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif.

Page 92: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

74

Gambar 3.1 Komponen Analisis Data Dalam Kualitatif

Sumber: Miles & Huberman (2009:20)

Berdasarkan gambar di atas, analisis data kualitatif merupakan upaya yang

berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data penyajian data, dan

penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan

sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul. Namun dua hal

lainnya itu senantiasa merupakan bagian dari lapangan. Kegiatan analisis data

dijelaskan sebagai berikut :

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Menurut Miles & Huberman

Pengumpulan Data

Penyajian Data

Kesimpulan-kesimpulan : Penarikan/Verifikasi

Reduksi Data

Page 93: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

75

(2009:17), reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisis, ia

merupakan bagian dari analisis. Pilihan-pilihan peneliti tentang bagian data

mana yang dikode, mana yang dibuang, pola-pola mana yang meringkas

sejumlah bagian yang tersebar, cerita-cerita apa yang sedang berkembang,

semuanya itu merupakan pilihan analitis.

Sebagaimana diketahui, reduksi data, berlangsung secara terus

menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Reduksi data

merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan

cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik

dan diverifikasi.

2. Penyajian Data (Data Display)

Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data.

Penyajian sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan (Miles

2009:17).

Penyajian data paling sering digunakan pada data kualitatif pada masa

yang lalu adalah bentik teks naratif. Penyajian-penyajian yang dapat meliputi

berbagai jenis matriks, grafik, jaringan dan bagan. Semua dirancang guna

menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu.

Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk teks naratif untuk

Page 94: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

76

memudahkan memahami apa yang terjadi dan kemudian merencanakan kerja

selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi (Conclusions drawing/verification)

Menurut Miles & Huberman (2004:19), penarikan kesimpulan

hanyalah sebagian dari satu kegiatan konfigurasi yang utuh, kesimpulan-

kesimpulan juga di verifikasi selama penelitian berlangsung.

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan

verifikasi, yaitu menyimpulkan dari temuan-temuan penelitian untuk

dijadikan suatu kesimpulan penelitian. Kesimpulan awal yang dikemukakan

bersifat sementara, kemudian akan berubah bila ditemukan temuan-temuan

atau bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data

selanjutnya. Dalam pengertian ini, analisis data kualitatif merupakan upaya

yang berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian

data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran

keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling

susul menyusul. Namun, dua hal lainnya itu senantiasa merupakan bagian dari

lapangan.

Page 95: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

77

3.5.2 Pengujian Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif keabsahan data lebih bersifat sejalan seiring

dengan proses penelitian itu berlangsung. Keabsahan data kualitatif harus dilakukan

sejak awal pengambilan data, display data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Adapun untuk pengujian keabsahan data, penelitian ini menggunakan dua cara yaitu:

a. Triangulasi

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan

data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu

(Sugiyono 2008:125). Bila peneliti mengumpulkan data dengan triangulasi,

maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji

keabsahan data, yaitu mengecek keabsahan data dengan berbagai teknik

pengumpulan data dan berbagai sumber data. Pada penelitian ini, peneliti

menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. peneliti

menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik, karena dirasa bagi

peneliti yaitu untuk menguji keabsahan data yang dilakukan dengan cara

mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber dengan

melakukan wawancara dan untuk menguji keabsahan data yang dilakukan

dengan cara observasi.

Page 96: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

78

b. Mengadakan Membercheck

Membercheck adalah proses mengecek data yang diperoleh peneliti

kepada pemberi data (Sugiyono 2008:129). Tujuan membercheck adalah

untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang

diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh

para pemberi data, itu artinya data tersebut valid sehingga semakin

kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan

berbagai penafsirannya tidak di sepakati oleh pemberi data, maka peneliti

perlu melakukan diskusi dengan pemberi data dan apabila perbedaannya

tajam, maka peneliti harus mengubah temuannya dan harus menyesuaikan

dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Jadi, tujuan membercheck

adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan

laporan sesuai dengan apa yang di maksud sumber data atau informan.

3.6 Lokasi dan Jadwal Penelitian

3.6.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, yang

sengaja dipilih. Dengan beberapa pertimbangan yaitu, sebagai berikut:

1. Kecamatan Menteng menjadi salah satu pilot project implementasi

Program WBMH di DKI Jakarta. Karena itu keberhasilan program

Page 97: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

79

WBMH di wilayah ini akan menjadi indikator keberhasilan dari

keseluruhan wilayah di DKI Jakarta.

2. Masyarakat di Kecamatan Menteng relatif masih banyak yang memiliki

respon positif dalam menanggapi berbagai kebijakan yang dikeluarkan

Pemerintah DKI Jakarta.

3. Wilayah tersebut memiliki jumlah penduduk yang padat dengan

heterogenitas yang cukup tinggi, meliputi suku bangsa yang beragam,

diferensiasi pekerjaan/profesi, ragam status dan tingkat perekonomian

warga, tingkat pendidikan yang bermacam-macam dan lain-lain.

4. Hal lainnya yang menjadi kontradiksi dalam memacu sinergi Program

WBMH di wilayah ini adalah banyak munculnya sarana hiburan seperti

rental Playstation (PS), warung internet (warnet) game, kafe-kafe, dan

lain-lain. Tempat-tempat seperti ini menjadi favorit sebagian warga

termasuk pelajar-pelajar sekolah. Kondisi ini akan menjadi tantangan

dalam upaya untuk mendorong keberhasilan program WBMH.

3.6.2 Jadwal Penelitian

Jadwal penelitian berisi aktivitas yang dilakukan dan kapan akan dilakukan

proses penelitian (Sugiyono 2009:286). Berikut ini merupakan jadwal penelitian

Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Wajib Belajar Malam

Hari di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat:

Page 98: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

80

Tabel 3.4

Jadwal Penelitian

Peneliti, 2016

No.

Kegiatan

Waktu

2014 2015 2016

Februari s/d Desember Jan Feb Mar April s/d Agustus September s/d

Desember Januari s/d Juli Agust

1 Penyusunan Proposal Skripsi

2 Seminar Proposal Skripsi

3 Perizinan Observasi kembali

4 Observasi Lapangan

5 Pengolahan Data

6 Penyusunan Hasil Penelitian

7 Sidang Skripsi

Page 99: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

81

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis

Kecamatan Menteng merupakan bagian dari wilayah Kota Administrasi

Jakarta Pusat dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1978,

dan mempunyai areal seluas 653,46 ha. Kecamatan Menteng memiliki luas 23,39

persen terhadap wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat, sehingga memiliki

peranan dan fungsi yang strategis bagi pengembangan kegiatan ekonomi, sosial,

budaya dan lingkungan kota.

Kecamatan Menteng seperti umumnya daerah lain di Kota Administrasi

Jakarta Pusat merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di

atas permukaan laut, dan terletak pada posisi 106°49‟30” s/d 106°51‟0” BT dan

6°11‟0” s/d 6°12‟30” LS, dengan luas wilayah berdasarkan SK Gubernur Nomor

171 Tahun 2007 adalah 6,530 Km².

Wilayah Kecamatan Menteng terdiri dari 5 kelurahan, masing-masing

kelurahan mempunyai luas yaitu, Kelurahan Menteng 2,44 Km², Kelurahan

Pegangsaan 0,98 Km², Kelurahan Cikini 0,82 Km², Kelurahan Gondangdia 1,46

Km², dan Kelurahan Kebon Sirih 0,83 Km².

Page 100: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

82

4.1.2 Letak Wilayah

Batasan wilayah Kecamatan Menteng yaitu, di sebelah utara berbatasan

dengan Kecamatan Gambir (Jakarta Pusat), di sebelah timur berbatasan dengan

Kecamatan Senen (Jakarta Pusat), di sebelah Selatan berbatasan dengan

Kecamatan Setia Budi (Jakarta Selatan), dan di sebelah barat berbatasan dengan

Kecamatan Tanah Abang (Jakarta Pusat). Jelasnya mengenai wilayah Kecamatan

Menteng dapat dilihat pada gambar peta dibawah ini.

Gambar 4.1

Peta Kecamatan Menteng

Sumber: Publikasi Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 2015

Pada Februari tahun 2015 tercatat penduduk jiwa dengan jumlah 29.136

KK. Dengan rincian sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

Page 101: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

83

Tabel 4.1

Penduduk Kecamatan Menteng

Menurut Kelurahan

2015

Kelurahan Luas ( ) RW RT KK Penduduk Kepadatan

Menteng 2.44 10 138 6,989 29,203 11,968

Pegangsaan 0.98 8 104 8,999 26,608 27,151

Cikini 0.82 5 66 3,226 9,603 11,711

Gondangdia 1,46 5 40 4,678 4,663 3,194

Kebon Sirih 0,83 10 77 5,244 15,419 18,577

Kec. Menteng 6,530 38 425 29,136 85,496 72,601

Sumber : Publikasi Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 2015

Berdasarkan hasil registrasi Sudin Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun

2015, jumlah penduduk di Kecamatan Menteng sebesar 85,496 jiwa dengan luas

wilayah 6,530 Km² yang tersebar pada 5 kelurahan. Kelurahan Menteng

merupakan jumlah penduduk tertinggi di wilayah Kecamatan Menteng, yakni

mencapai 29,203 jiwa dengan luas 2,44 Km², kemudian diikuti Kelurahan

Pegangsaan mencatat angka 26,608 jiwa dengan luas 0.98 Km², selanjutnya

Kelurahan Kebon Sirih sebanyak 15,419 jiwa dengan luas 0,83 Km², urutan

keempat Kelurahan Cikini yakni 9,603 jiwa dengan luas wilayah 0.82 Km², yang

terendah di Kelurahan Gondangdia yakni 4,663 jiwa dengan luas wilayah 1,46

Km².

Page 102: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

84

4.1.3 Pemerintahan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007

Pasal 21, Kecamatan Menteng merupakan salah satu Kecamatan dari Kota

Administrasi Jakarta Pusat, yang dipimpin oleh seorang Camat dari kalangan

Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur atas

usul Walikota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tabel 4.2

Data Kepegawaian

di Kecamatan Menteng, Tahun 2015

NO. NAMA GOL./RUANG JABATAN

1 Lilik Yuli Handayani, S.Sos, M.Si IV/A Camat

2 Ahmad Pahri, S.Sos III/D Wakil Camat

3 Poulinawati, SE III/D Sekretaris Kecamatan

4 Rusdi, S.Sos III/D Kepala Seksi Pemerintahan,

Ketentraman, & Ketertiban

5 Dra. Hermi Andriani III/D Kepala Seksi Pemberdayaan

Ekonomi & Kesra

6 Koanda, S.Sos, MM IV/A Kepala Seksi Sarana & Prasarana

7 Rachmat Fajar, S.Sos III/B Kepala Sub Bagian Umum

8 Nur Meilianasari, S.STP III/B Kepala Sub Bagian Perencanaan

Anggaran

9 Herlina III/C Kepala Sub Bagian Keuangan

Sumber : Publikasi Badan Pusat Statistik Jakarta Pusat, 2015

Page 103: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

85

Kecamatan Kalideres terdiri dari 5 kelurahan, 38 Rukun Warga (RW), dan

425 Rukun Tetangga (RT). Sebagaimana lazimnya Kecamatan, Kecamatan

Meneteng melaksanakan tugas yang dilimpahkan Gubernur dan

mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pemerintahan daerah di wilayah

Kecamatan. Salah satu tugas tersebut adalah mengkoordinasikan penyelenggaraan

kegiatan pemerintahan, tidak terkecuali dalam hal kegiatan penyelenggaraan

pemerintahan di Bidang Pendidikan oleh Seksi Dinas Pendidikan

Dasar/Menengah Kecamatan.

4.1.4 Keadaan Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan

rakyat dan penanggulangan kemiskinan. Sebagaimana telah dibahas pada bab

pendahuluan, pentingnya pendidikan telah tertuang dalam UUD 1945 Pasal 31,

dimana dinyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara, yang

bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan Bangsa.

Pembangunan yang telah dilaksanakan di Kecamatan Menteng mencakup

kebutuhan masyarakat yang amat penting ini yaitu pendidikan. Hal ini tergambar

dari cukup banyaknya lembaga pendidikan formal yaitu sekolah yang ada di

Kecamatan Menteng. Khusus pada jenjang Taman Kanak-kanak (TK), Kecamatan

Menteng memiliki 29 sekolah yang terdiri dari 3 sekolah Negeri dan 26 sekolah

Swasta, pada jenjang pendidikan dasar terdapat 24 sekolah, yang terdiri dari 11

sekolah Negeri dan 13 sekolah Swasta. Pada jenjang menengah pertama terdapat

13 sekolah, yang terdiri dari 4 sekolah Negeri dan 9 sekolah Swasta. Pada tingkat

menengah atas terdapat 10 sekolah Swasta. Kemudian pada tingkat menengah

Page 104: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

86

kejuruan terdapat 6 sekolah, yang terdiri dari 1 sekolah Negeri dan 5 sekolah

Swasta. Berikut ini disajikan tentang jumlah sekolah yang terdapat di Kecamatan

Menteng.

Tabel 4.3

Data Jumlah Sekolah Negeri & Swasta di Kecamatan Menteng

NO. TINGKAT NEGERI SWASTA JUMLAH

1 TK 3 26 29

2 SD 11 13 24

3 SMP 4 9 13

4 SMA - 10 10

5 SMK 1 5 6

TOTAL 82

Sumber : Data Pendidikan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, 2015 4.1.5 Program Wajib Belajar Malam Hari (WBMH)

Untuk menindak lanjuti ketentuan Pasal 7 Ayat (3) Peraturan Daerah

Nomor 8 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan, Pemerintah DKI Jakarta

menetapkan Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 tentang Wajib Belajar

Malam Hari. Peraturan ini dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan program

Wajib Belajar Malam Hari. Adapun yang dimaksud dengan Wajib Belajar Malam

Hari (WBMH) adalah kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh peserta

didik pada malam hari.

Page 105: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

87

Program WBMH merupakan program swadaya, artinya masyarakat

sepenuhnya menjalankan dan mengelola program WBMH ini, dan peran

Pemerintah DKI Jakarta adalah sebagai evaluator untuk menilai keberhasilan

program WBMH dan memutuskan/mengembangkan, atau memberhentikan

program WBMH. Adapun wilayah yang dijadikan untuk proyek percontohan

program tersebut adalah wilayah yang tingkat partisipasi masyarakatnya terbilang

baik dan sudah menerapkan terlebih dahulu program WBMH di wilayahnya,

seperti di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng .

Alasan Pemerintah DKI Jakarta melakukan proyek percontohan pada

program WBMH, adalah karena pemerintah ingin melihat terlebih dahulu apakah

program tersebut berjalan dengan baik dan efektif, apabila tujuan dari program

tersebut terlaksana dengan baik, maka Pemerintah DKI Jakarta akan menerapkan

program WBMH di seluruh wilayah Jakarta.

Tujuan dari pelaksanaan program WBMH terdapat di dalam Peraturan

Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Pasal 2, yaitu: tujuan dari program WBMH

adalah agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan

optimal, sehingga dapat meningkatkan prestasi di bidang akademiknya. Adapun

tujuan lain dari pelaksanaan program WBMH tersebut adalah untuk melindungi

anak dari tindak kriminal yang terjadi di malam hari.

Sasaran dari program WBMH adalah para peserta didik yang termasuk

dalam warga belajar yang berada pada jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak

(TK) sampai dengan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau berada pada

usia 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun. Yang dimaksud dengan

Page 106: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

88

peserta didik adalah warga masyarakat yang menempuh pendidikan pada satuan

pendidikan Taman Kanak-kanak/Raudatul Athfal, Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Sekolah

Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Sekolah Menengah Kejuruan, Program

Kesetaraan dan Pendidikan Luar Biasa.

Peserta didik yang mengikuti kegiatan WBMH belajar sesuai dengan

kebutuhan masing-masing, dalam bentuk materi akademik dan non akademik,

antara lain: (i) Mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru;

(ii) mengulang atau memperdalam materi pelajaran yang didapatkan di sekolah

pada hari itu; (iii) belajar membaca Al-Qur‟an,, belajar menari, belajar memasak;

(iv) materi pembelajaran yang di ajarkan dikelompokan sesuai dengan jenjang

pendidikan peserta didik. Menurut data yang diolah peneliti di Kecamatan

Menteng, bahwa jumlah peserta didik sebanyak 75 anak.

Mekanisme pelaksanaan Program WBMH berdasarkan Peraturan

Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 tentang Wajib Belajar Malam Hari di Pasal 8,

adalah:

1. Wajib belajar malam hari dilaksanakan setiap hari oleh peserta didik dimulai pada pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00, kecuali pada malam hari libur.

2. Tanda waktu dimulainya wajib belajar malam hari sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) sesuai dengan situasi dan kondisi setempat yag dilakukan oleh satuan tugas.

3. Setelah tanda waktu dimulainya wajib belajar malam hari sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) dilakukan: a. Bagi peserta didik yang belajar diluar rumah didampingi dan

dibimbing oleh fasilitator serta dilakukan tahapan sebagai berikut: 1. Pengelompokan peerta didik berdasarkan satuan pendidikan; 2. Mengidentifikasi materi yang diperlukan oleh peserta didik; dan 3. Memfasilitasi sesuai kebutuhan peserta didik.

Page 107: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

89

b. Bagi peserta didik yang belajar di rumah didampingi dan dibimbing oleh orang tua/wali dan/atau anggota keluarga lainnya serta dilakukan tahapan sebagai berikut: 1. menghentikan seluruh kegiatan yang mengganggu pelaksanaan

wajib belajar malam hari; 2. Mengkondisikan peserta didik untuk belajar; dan 3. Membantu peserta didik dalam menyelesaikan belajarnya.

Untuk pelaksanaan kegiatan WBMH dilakukan setiap hari Minggu s/d

Kamis pada pukul 19.00 s/d 21.00 WIB. Kegiatan WBMH dilakukan di rumah

tinggal si peserta didik ataupun di tempat yang telah disediakan oleh masyarakat

sebagai sarana yang di gunakan untuk kegiatan program WBMH. Peran orangtua

dari peserta didik adalah sebagai fasilitator untuk menciptakan situasi yang

kondusif bagi anak untuk belajar.

Sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam kegiatan WBMH, antara

lain: 1. Rumah tinggal;

2. Balai warga;

3. Pusat kegiatan belajar masyarakat;

4. Sarana ibadah; dan

5. Sarana lainnya yang memadai.

Setiap rumah yang terdapat peserta didik, akan dipasang stiker dengan

bentuk bebas, dengan syarat untuk memberikan motivasi. Bila kondisi di rumah

tidak memungkinkan bagi peserta didik untuk belajar misalnya karena tinggal

berdesakan, maka diadakan kelompok belajar di luar rumah dalam bimbingan

orang tua/wali/satuan tugas yang dibentuk pengurus RT atau Pemuka Masyarakat.

Dan lokasi belajar di luar rumah dapat menggunakan sarana/fasilitas umum yang

tersedia.

Page 108: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

90

Dalam rangka membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan program

WBMH bagi peserta didik, dibentuk satuan tugas yang dilakukan oleh warga

masyarakat setempat, satuan tugas sebagaimana dimaksud bertugas untuk

memastikan pelaksanaan kegiatan wajib belajar malam hari agar dapat berjalan

dengan baik, dan memfasilitasi kebutuhan pelaksanaan kegiatan WBMH. Satuan

tugas tesebut.

Warga belajar adalah peserta didik yang mengikuti program WBMH di

bagi berdasarkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh peserta didik, mulai dari

tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah

Menengah Atas (SMA). Peserta didik tersebut kemudian akan di bimbing atau

didampingi oleh guru pendamping berdasarkan tingkat pendidikan dari peserta

didik, yang menjadi guru pendamping dari peserta didik antara lain: anggota

karang taruna, tokoh masyarakat, dan orangtua dari peserta didik sendiri. Ketua

Rukun Tetangga (RT) sebagai ketua pelaksana kegiatan WBMH dibantu oleh

wakil ketua dan sekretaris dan bertugas untuk mengatur pelaksanaan kegiatan

WBMH agar berjalan baik. Ketua Rukun Warga (RW) sebagai penanggungjawab

program WBMH bertugas untuk mengawasi dan melaporkan hasil kegiatan

program WBMH kepada Dinas Pendidikan terkait. Dinas Pendidikan bersama

dengan Dinas Pendidikan akan melakukan Monitoring Evaluasi

(Monev) untuk meminimalkan penyimpangan dari pelaksanaan program ini.

Page 109: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

91

Berdasarkan paparan pelaksanaan Program WBMH, Sumber pembiayaan

kegiatan WBMH diperoleh dari:

1. orangtua/wali

2. swadaya masyarakat

3. sumber lain yang tidak mengikat dari dunia usaha/Industri.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Deskripsi Informan

Sebagaimana yang telah peneliti jelaskan di bab tiga, bahwa dalam

penelitian mengenai Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang

Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat, dalam pemilihan

informan penelitiannya, peneliti menggunakan teknik Purposive Sampling

(sampel bertujuan). Adapun informan-informan yang peneliti tentukan,

merupakan orang-orang yang menurut peneliti memiliki informasi yang

dibutuhkan dalam penelitian ini, karena mereka (informan) dalam kesehariannya

senantiasa berurusan dengan permasalahan yang sedang peneliti teliti.

Informan dalam penelitian ini adalah stakeholder (semua pihak) yang

terlibat dalam Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Wajib

Belajar Malam Hari khususnya di Kecamatan Menteng kota Administrasi Jakarta

Pusat. Adapun deskripsi informan dapat dilihat pada tabel yang peneliti buat.

Page 110: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

92

Tabel 4.4

Daftar Informan

No. Nama Informan Status Informan

1. Dadang Suherman Penanggungjawab Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kecamatan Menteng

2. Rini Sulastri Staff Seksi Sarana & Prasarana Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

3. Makfudi Sekretaris Kelurahan Pegangsaan

4. You Ming Ethgalangi

Kepala Seksi Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Pegangsaan

5. R. Kusuma Shollu Ketua RW 06 Kelurahan Pegangsaan

6. Neneng Fitria Ketua Pelaksana Program Jam Wajib Belajar Malam Hari (JWBM) Kelurahan Pegangsaan (Ketua RT 12 RW 06 Kelurahan Pegangsaan)

7. Tati Mulyati Sekretaris Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kelurahan Pegangsaan

8. Onengsih Ketua PKK RW 06 Kelurahan Pegangsaan

9. Pipit Kustiawati Guru Pendamping Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kelurahan Pegangsaan

10. Syahrul Satuan Tugas Pelaksana Program Jam Wajib Belajar Malam (JWBM) Kelurahan Pegangsaan

11. Tiri Orangtua Peserta Didik

12. Rusmini

13. Muhamad Renaldi

Peserta Didik Tingkat SMA/SMK 14. Muhamad Farhan

15. Romy Febriansyah

Page 111: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

93

16. Razika Satria

Peserta Didik Tingkat SMP 17. Hendrawan

18. Fandi Marwan

19. Rio Akbar Peserta Didik Tingkat SD

20. Muhamad Ardhiwijaya

4.3. Evaluasi Program

Pembahasan merupakan isi dari hasil analisis data dan fakta yang peneliti

dapatkan dilapangan serta disesuaikan dengan teori CIPP (Context, Input,

Process, Product) yang peneliti gunakan. Sebagaimana yang telah peneliti pelajari

dalam Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014, Pedoman Program Wajib

Belajar Malam Hari dan keterangan dari berbagai informan penelitian yang

merupakan pelaksana program, diketahui bahwa tahap-tahap evaluasi program

Wajib Belajar Malam Hari dimulai dengan evaluasi konteks, evaluasi masukan,

evaluasi proses, dan terakhir evaluasi hasil dari program Wajib Belajar Malam

Hari.

4.3.1 Evaluasi Konteks

Evaluasi konteks diperlukan terhadap program Wajib Belajar Malam Hari

untuk mengetahui latar belakang diadakannya program WBMH, tujuan program

WBMH, alasan pilot project (proyek percontohan) pada program WBMH,

pemilihan wilayah-wilayah yang dijadikan lokasi percontohan program WBMH,

dan sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah DKI Jakarta kepada masyarakat.

Page 112: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

94

Informan 1 sebagai penanggungjawab program WBHM di Kecamatan Menteng,

menyatakan tentang latar belakang diberlakukannya program WBMH.

“Diadakan program WBMH untuk menghindari kejadian yang tidak di iginkan pada anak, seperti kasus kecelakaan kemarin terjadi pak, itu yang anaknya artis si A. Selain itu juga untuk meminimalisir kenakalan remaja yang sering terjadi, seperti tawuran, narkoba, dan lain-lain.” (Informan I, wawancara 14 Desember 2015) Selanjutnya, tujuan dari pelaksanaan program WBMH berdasarkan

peraturan gubernur nomor 22 tahun 2014, pasal 2 adalah Peserta didik dapat

mencapai hasil belajar yang maksimal dan optimal sehingga dapat meningkatkan

prestasi di bidang akademik. Sebagaimana disampaikan informan I, menyatakan:

“Jika tujuan dari program WBMH ini adalah semata-mata untuk meningkatkan kualitas dari peserta didik, khususnya prestasi di sekolah. Kalau tujuan lainnya untuk menghindari anak agar tidak keluyuran atau pergi main malam hari.” (Informan I, wawancara tanggal 14 Desember 2015)

Gambar 4.2 Tujuan Program WBMH

Sumber: Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014

Kemudian alasan dari program WBMH ini dibuat pilot project (proyek

percontohan) untuk program WBMH disampaikan oleh informan I, yang

menyatakan:

“Program WBMH ini memang program percontohan yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta. Alasannya karena pemerintah ingin melihat

Page 113: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

95

apakah program ini berhasil atau tidak dalam meningkatkan prestasi anak di sekolah, pada daerah atau wilayah-wilayah yang menerapkan program WBMH ini. Apabila tujuan dari program ini berhasil, maka rencana dari pemerintah akan menerapkan program ini diseluruh wilayah Jakarta.” (Informan I, wawancara tanggal 14 Desember 2015)

Adapun pemilihan wilayah-wilayah yang dijadikan proyek percontohan

untuk program WBMH adalah wilayah yang memiliki tingkat partisipasi tinggi

seperti di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Sebagaimana disampaikan oleh

informan I, menyatakan:

“Kalau untuk pemilihan wilayah yang akan dijadikan lokasi percontohan program WBMH pastinya adalah wilayah yang memiliki tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi, seperti di Kecamatan Menteng ini.” Dan pemberlakuan kegiatan WBMH di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng sendiri sebenarnya sudah ada selama empat tahun, tepatnya mulai ada semenjak tahun 2011, tetapi sebelum keluar Pergubnya, kegiatan Jam Malam ini belum rutin dilaksanakan, dan masih banyak warga yang belum melaksanakannya.”(Informan I, wawancara tanggal 14 Desember 2015)

Tabel 4.5 Lokasi Percontohan Program Wajib Belajar Malam Hari

No Wilayah RT RW Kelurahan Kecamatan 1 Jakarta Pusat 016 006 Pegangsaan Menteng 008 008 Pegangsaan Menteng 2 Jakarta Utara 007 005 Koja Koja 001 002 Semper Barat Cilincing 001 011 Lagoa Koja 3 Jakarta Barat 004 004 Meruya Utara Kembangan 002 003 Meruya Selatan Kembangan 001 010 Sukabumi Utara Kebon Jeruk 4 Jakarta Selatan 003 006 Jagakarsa Jagakarsa 005 005 Ragunan Pasar Minggu 5 Jakarta Timur 001 007 Jati Pulogadung 009 012 Klender Duren Sawit 6 Kep. Seribu - 005 Pulau Panggang Kep. Seribu Utara - 004 Pulau Tidung Kep. Seribu Selatan

Sumber: Pedoman Pelaksanaan Program WBMH Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta (2013:9)

Page 114: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

96

Pernyataan diatas mengartikan bahwa latar belakang diadakannya program

WBMH adalah untuk menghindari pola kenakalan kenakalan remaja yang kian

marak terjadi di wilayah DKI Jakarta, tujuan dari pelaksanaan program WBMH

adalah untuk meningkatkan prestasi peserta didik khususnya dibidang akademik.

Kemudian alasan dari pemberlakuan pilot project pada program WBMH adalah

untuk melihat keberhasilan program WBMH yang dilaksanakan. Pemilihan

wilayah-wilayah yang dijadikan lokasi percontohan adalah wilayah yang memiliki

tingkat pastisipasi masyarakat yang tinggi terhadap suatu program yang

dilaksanakan.

Sebagaimana diungkapkan Informan 2, staff seksi & sarana prasarana

Sekolah Dasar, Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta, menyatakan:

“Dilaksanakannya program Jam Malam karena, umumnya anak sekolah sekarang ini kerap melakukan hal-hal negatif pada malam hari. Oleh karena itu pak Gubernur membuat peraturan nomor 22 tahun 2014 tentang Wajib Belajar Malam Hari. Selain untuk mencegah anak menjadi korban kriminalitas di malam hari, program ini juga akan membiasakan anak untuk selalu belajar khususnya di luar jam sekolah. Dan program WBMH ini adalah program swadaya” (Informan 2, wawancara tanggal 13 Maret 2015)

Pelaksanaan program WBMH didasarkan pada perilaku pelajar yang kerap

melakukan hal-hal negatif di malam hari, kemudian tujuan dari program WBMH

sebagaimana diungkapkan oleh Informan 2, menyatakan:

“Tujuan dari pelaksanaan program ini tidak lain untuk meningkatkan potensi anak di sekolah, khususnya di bidang akademik dan mengembangkan minat anak dalam belajar.” (Informan 2, wawancara tanggal 13 Maret 2015) Hal serupa mengenai alasan pilot project terhadap program WBMH

disampaikan oleh informan 2, menyatakan:

Page 115: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

97

„Pelaksanaan pilot project merupakan tahapan uji coba implementasi yang dilakukan Pemerintah untuk melihat sejauhmana tingkat keberhasilan program WBMH ini, apabila tujuan dari program ini berhasil meningkatkan prestasi didik di bidang akademik, maka Pemerintah Jakarta akan menerapkan program ini diseluruh wilayah Jakarta.” (Informan 2, wawancara tanggal 13 Maret 2015) Kemudian hal senada mengenai pemilihan wilayah-wilayah yang dijadikan

lokasi percontohan untuk program WBMH disampaikan oleh informan 2, yang

menyatakan:

“Bahwa sebenarnya wilayah yang akan dijadikan pilot project untuk Program Wajib Belajar Malam Hari tersebut, karena wilayah tersebut sudah menerapkan terlebih dulu program jam wajib malam di wilayahnya. Seperti yang ada di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng sudah menjalankan program ini, dan sama halnya dengan Kecamatan Koja yang sudah terlebih dahulu menerapkan program jam wajib malam. Dan wilayah-wilayah lain di Jakarta yang dianggap tingkat partisipasi masyarakatnya baik”. (Informan 2, wawancara tanggal 13 Maret 2015) Kemudian hal lain disampaikan oleh Informan 10, yang menyatakan

bahwa program WBMH ini tidak akan berjalan dengan efektif, karena masih

banyak terdapat kelemahan didalamnya.

“Bagus sih memang Pemda DKI Jakarta menetapkan program ini, tetapi saya rasa belum efektif kalau program ini dilaksanakan, karena saya masih melihat banyak kekurangan pada program ini, yah salah satunya pada waktu pelaksaanaan program dari jam tujuh sampai jam 9. Itu kan gak menjamin kalau anak itu langsung pulang kerumah atau tidak.” (Wawancara Informan 10, tanggal 16 Desember 2015) Dari pernyataan diatas menunjukan bahwa pemberlakuan program WBMH

di Kecamatan Menteng sudah terlebih dulu ada, sebelum diturunkan Peraturan

Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Wajib Belajar Malam Hari, tetapi

belum rutin dilaksanakan dan belum banyak warga yang mengetahui dan

melaksanakan program WBMH. Sebagaimana menurut Informan 3 sebagai

Sekretaris Kelurahan Pegangsaan, menyatakan:

Page 116: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

98

“Setau saya program WBMH ini sudah ada di Kelurahan Pegangsaan ini sekitar tahun 2011, kami menjalankan program WBMH ini berdasarkan inisiatif dari warga masyarakat dan komunitas disini yang peduli kepada anak-anak, walaupun belum rutin dilaksanakan dan belum banyak anak yang mengikuti. Kalau tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan prestasi anak di sekolah” (Informan 3, wawancara tanggal 17 Desember 2015) Pernyataan diatas menunjukan bahwa program WBMH ini dilaksanakan

berdasarkan inisiatif masyarakat dan komunitas yang ada di Kecamatan Menteng.

Hal serupa disampaikan oleh Informan 4 sebagai Kepala Seksi bidang

Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Pegangsaan,

menyatakan:

“Program WBMH sudah diterapkan di Kelurahan Pegangsaan jauh sebelum Pergub Nomor 22 turun mas, tetapi memang cuma jalan ala kadarnya, dan sekarang setelah keluar Pergubnya kita coba untuk menjalani secara serempak, dan program ini adalah program swadaya dari masyarakat. Kalau untuk tujuannya sendiri, program ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar anak dan prestasi anak disekolah. Juga menghindari anak keluar dimalam hari, agar tidak terjadi tindak kriminial yang dilakukan anak itu, ataupun menghindari anak itu sendiri yang menjadi korban tindak kriminal.” (wawancara Informan 4, tanggal 17 Desember 2015)

Kemudian pada tahap sosialisasi program WBMH yang dilakukan

Pemerintah DKI Jakarta dengan penyebaran informasi secara berjenjang. Dimulai

dari Dinas Pendidikan, Suku Dinas, Penanggungjawab program Kecamatan,

hingga sampai kepada masyarakat. Sebagaimana disampaikan informan 2, Setelah

diberikan bahan sosialisasi oleh Dinas Pendidikan, Penanggungjawab program

Kecamatan bersama Satuan tugas pelaksana program WBMH diberikan

kewenangan untuk melakukan sosialisasi lebih efektif kepada masyarakat agar

program WBMH dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Page 117: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

99

“Sosialisasinya kita lakukan secara berjenjang, dengan memberikan pengarahan kepada Suku Dinas, kemudian dilanjutkan pada Satuan Tugas pelaksana program WBMH di tingkat Kecamatan.” (Wawancara Informan 2, tanggal 14 Maret 2014) Hal serupa disampaikan oleh Informan 1, namun sayangnya Pemerintah

DKI Jakarta tidak memfasilitasi media informasi berupa, spanduk ataupun stiker

untuk mensosialisasikan kepada masyarakat.

“Untuk sosialisasinya sendiri kita lakukan dengan mengadakan pertemuan Orangtua dari peserta didik dan satuan tugas pelaksana program, kemudian kita memberikan penjelasan mengenai program WBMH ini. Ada juga kita memasang spanduk program WBMH, dan kita menempelkan stiker di rumah-rumah peserta didik, apabila ada Orangtua peserta didik yang tidak hadir dalam pertemuan tersebut tetap mengetahui tentang program ini. Tetapi spanduk dan stiker itu kita adakan dengan dana pribadi dari ibu Camat maupun masyarakat, pemerintah tidak menyediakan itu. Pemerintah hanya sebatas memberikan pengarahan mengenai mekanisme pelaksanaan program WBMH saja, itupun hanya sekali dilakukan.” (Informan I, wawancara tanggal 15 Desember 2015)

Demikian yang terjadi, bahwa pada tahap sosialisasi yang dilakukan oleh

Pemerintah DKI Jakarta hanya memberikan pengarahan, tetapi tidak memberikan

fasilitas berupa media informasi kepada masyarakat.

Gambar 4.3 Spanduk Program WBMH

Sumber: Dokumentasi Peneliti (Desember 2015)

Page 118: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

100

Salah satu tolak ukur keberhasilan sosialisasi yang terpenting adalah jika

informasi sampai ke tingkat paling bawah dari sasaran program, yaitu para

Orangtua peserta didik beserta peserta didik yang mengikuti program WBMH.

Meskipun Pemerintah tidak memfasilitasi media informasi, seperti spanduk

ataupun stiker, namun Orangtua peserta didik maupun peserta didik mengetahui

adanya program WBMH, setelah diadakan pertemuan Orangtua peserta didik

yang dilakukan oleh Satuan Tugas pengurus program WBMH. Sebagaimana

Informan 5 sebagai Ketua RW 06, mengatakan:

“Sosialisasinya pada waktu itu saya bersama tim Satuan Tugas pengurus program WBMH yang lain mengumpulkan para Orangtua peserta didik di pos RW, untuk diberikan pengarahan tentang program WBMH itu.” (Wawancara Informan 5, tanggal 17 Desember 2015)

Gambar 4.4

Pertemuan Orangtua Peserta Didik Membahas Program WBMH

Sumber: Dokumentasi Dinas Pendidikan Prov. DKI Jakarta (Oktober 2013) Hal serupa disampaikan oleh Informan 6 sebagai Ketua Pelaksana

Program WBMH di Kelurahan Pegangsaan, menyatakan:

“Pernah dilakukan sosialisasi, waktu itu sehabis Isya, saya bersama teman-teman pengurus dan pelaksana program WBMH yang lain mengumpulkan Orangtua peserta didik untuk diberikan penjelasan mengenai program WBMH tersebut.” (Wawancara Informan 6, tanggal 17 Desember 2015)

Page 119: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

101

Pernyataan di atas dibenarkan oleh Informan 10 sebagai Satuan Tugas

pengurus program WBMH Kelurahan Pegangsaan, bahwa telah dilaksanakannya

sosialisasi kepada para Orangtua peserta didik, atas instruksi dari pihak

kecamatan.

“Atas instruksi dari ibu Camat, bersama pak Dadang, pak RW dan ibu RT kita melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Waktu itu juga ada orang dari dinas pendidikan yang datang untuk memberikan pengarahan tentang program WBMH.” (Wawancara Informan 10, tanggal 17 Desember 2015)

Hal senada disampaikan oleh Informan 8, selaku Ketua PKK RW 06

Kelurahan Pegangsaan, meskipun tidak ikut menghadiri acara sosialisasi, tetapi

mengetahui adanya program WBMH dari informasi warga dan spanduk yang

dipasang.

“Saya gak hadir dalam acara sosialisasi, waktu itu ada urusan mendadak. Tapi saya tau kok kalau ada program WBMH itu dari tetangga sama spanduk-spanduk yang dipasang.” (Wawancara Informan 8, tanggal 17 Desember 2015) Dari penelusuran dan wawancara peneliti di Kelurahan Pegangsaan

Kecamatan Menteng, bahwa informasi tentang adanya program WBMH dari

kegiatan sosialisasi yang dilakukan oleh tim Satuan Tugas Pelaksana telah sampai

kepada para Orangtua peserta didik. Sebagaimana dinyatakan oleh informan 11

sebagai Orangtua peserta didik, yang menyatakan:

“Iya, saya pernah mengikuti sosialisasi program WBMH itu, disana di jelasin bahwa ada program WBMH dan dihimbau untuk kita agar mengajak anak mengikuti program WBMH itu.” (Wawancara Informan 11, tanggal 16 Desember 2015) Kemudian hal senada disampaikan oleh Informan 12 sebagai Orangtua

peserta didik, menyatakan:

Page 120: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

102

“Memang dulu pernah dipanggil sama ibu RT untuk datang ke pos RW, katanya mau ngebahas soal program WBMH itu.” (Wawancara Informan 12, tanggal 16 Desember 2015). Pernyataan tersebut dibenarkan oleh pernyataan dari Informan 13, sebagai

peserta didik program WBMH tingkat SMA, menyatakan:

“Pernah, waktu itu Ibu RT datang kerumah manggil bapak untuk disuruh datang ke Pos RW, katanya mau ada sosialisasi program WBMH itu.” (Wawancara Informan 13, tanggal 16 Desember 2015) Berdasarkan dari penyataan-pernyataan di atas, bahwa latar belakang

diadakannya program WBMH adalah untuk menghindari pola kenakalan

kenakalan remaja yang kian marak terjadi di wilayah DKI Jakarta. Adapun tujuan

dari program WBMH adalah adalah untuk meningkatkan prestasi peserta didik

khususnya dibidang akademik. Kemudian alasan dari pemberlakuan pilot project

pada program WBMH adalah untuk melihat keberhasilan program WBMH yang

dilaksanakan. Adapun Pemilihan wilayah-wilayah yang dijadikan lokasi

percontohan adalah wilayah yang memiliki tingkat pastisipasi masyarakat yang

tinggi terhadap suatu program yang dilaksanakan.

Kemudian pada tahap tahap sosialisasi program WBMH yang dilakukan

Pemerintah DKI Jakarta dengan penyebaran informasi secara berjenjang. Dimulai

dari Dinas Pendidikan, Suku Dinas, Penanggungjawab program Kecamatan,

hingga sampai kepada masyarakat. Namun kurangnya dukungan Pemerintah

dalam memberikan fasilitas berupa media informasi, seperti spanduk program

guna mendukung proses sosialisasi agar maksimal dan sampai kepada seluruh

masyarakat.

Page 121: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

103

4.3.2 Evaluasi Masukan

Evaluasi masukan terhadap program WBMH dibutuhkan untuk dapat

mengetahui masalah yang terdapat pada tahap input (masukan) dari sumberdaya

yang ada, seperti: sarana dan prasarana untuk kegiatan program WBMH, tenaga

pendidik untuk kegiatan program WBMH, dan sumber pembiayaan untuk

pelaksanaan program WBMH. Informan 1, menyatakan mengenai sarana dan

prasarana yang digunakan untuk program WBMH.

“Untuk sarana yang digunakan, kita memanfaatkan pos RW dengan pos-pos ronda yang ada, kemudian kita hias sendiri pos-pos itu agar terlihat menarik dan untuk menambah semangat belajar juga untuk peserta didik. Tetapi kalau jumlah peserta didiknya banyak dan pos-pos itu tidak menampung lagi, terpaksa kita belajar dilapangan bulu tangkis yang ada. Dan prasarana seperti buku, kita dapatkan dari sumbangan-sumbangan warga, kemudian seperti meja belajar ada yang diberikan dari ibu Camat. Pemerintah sama sekali tidak menyediakan apapun.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015)

Gambar 4.5

Sarana Untuk Program WBMH

Sumber: Dokumentasi Peneliti (Desember 2015)

Page 122: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

104

Dari pernyataan di atas, menyatakan bahwa pemerintah tidak menyediakan

sarana dan prasarasana untuk kegiatan ptogram WBMH, tetapi sarana dan

prasarana yang disediakan, semuanya berasal dari sumbangan masyarakat.

Sebagaimana disebutkan oleh Informan 2, bahwa program WBMH ini merupakan

program swadaya yang dilaksanakan oleh masyarakat.

“Sarana yang digunakan bisa di gardu-gardu, mushola atau masjid kemudian pos RW. Untuk buku-buku pelajaran dan alat tulis lainnya didapat dari sumbangan warga atau yang lainnya. Karena ini kan program swadaya mas.” (Wawancara Informan 2, tanggal 14 Maret 2014)

Gambar 4.6 Buku-buku untuk Program WBMH

Sumber: Dokumentasi peneliti (Desember 2015)

Hal senada disampakan oleh Informan 4, bahwa sarana dan prasarana tidak

disediakan oleh Pemerintah, hanya didapat dari sumbangan warga.

“Untuk sarana kegiatan WBMH kita gunakan yang ada, seperti gardu ilmu, pendopo hijau, ataupun lapangan bulu tangkis apabila peserta didiknya banyak. Kalau untuk prasarananya sendiri, seperti buku, dan lain-lannya, kita kumpulkan dari sumbangan warga. Ibu Camat juga waktu itu ikut menyumbangkan beberapa meja belajar untuk digunakan kegiatan WBM itu. Jika dari pihak kelurahan, kecamatan atau Pemerintah DKI tidak menyediakan itu. Tetapi sih seharusnya Pemerintah perlu menyediakannya, karena kan kalau hanya mengandalkan sumbangan dari masyarakat pasti tidak mencukupi.” (Wawancara Informan 4, tanggal 17 Desember 2015)

Page 123: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

105

Hal itu dibenarkan oleh Informan 7 selaku sekretaris program WBMH

Kelurahan Pegangsaan, yang menyatakan:

“Kegiatannya kita adakan di gardu-gardu ataupun di pos RW, untuk bukunya sendiri kita kumpulkan dari sumbangan warga, ada juga waktu itu Ibu Camat datang memberikan beberapa meja belajar untuk digunakan kegiatan WBMH.” (Wawancara Informan 7, tanggal 15 Desember 2015) Hal senada juga disampaikan oleh Informan 9, selaku Guru Pendamping

Program WBMH, menyatakan:

“Sarana yang kita gunakan itu gardu-gardu yang ada, seperti disini ada gardu ilmu, pendopo hijau. Untuk prasarana seperti buku-buku dan meja belajar kita dapatkan dari sumbangan warga, jika untuk alat tulisnya peserta didik membawa sendiri dari rumah.” (Wawancara Informan 9, tanggal 15 Desember 2015) Dilihat dari pernyataan di atas, bahwa pemerintah tidak menyediakan

sarana dan prasarana untuk program WBMH. Meskipun program WBMH ini

merupakan program swadaya, seharusnya pemerintah ikut mendukung dalam

membantu menyediakan fasilitas untuk program WBMH, karena program WBMH

ini merupakan kebijakan yang dibuat Pemerintah DKI Jakarta. Kemudian, untuk

tenaga pendidik dalam program WBMH, dijelaskan oleh Informan 2, menyatakan:

“Fasilitator tenaga pendidik berasal dari warga yang memiliki kemampuan untuk memberikan pengajaran kepada peserta didik dan mampu untuk membimbing dan memotivasi peserta didik, agar belajar dengan baik.” (Wawancara Informan 2, tanggal 14 Maret 2014)

Page 124: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

106

Gambar 4.7 Tenaga Kependidikan Sebagai Fasilitator

Sumber: Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014

Pernyataan yang tidak jauh berbeda disampaikan oleh Informan 1,

menyatakan:

“Kalau untuk tenaga pengajar sendiri, kita menggunakan tenaga sukarela dari warga yang bersedia untuk menjadi guru pendamping kegiatan Jam malam. Di Kelurahan Pegangsaan sendiri ada beberapa warga yang menjadi guru pendamping, tetapi yang aktif mengajar hanya dua orang saja, yaitu Bapak Zaky dan Ibu Pipit. Karena beberapa orang yang lainnya yang menjadi guru pendamping lainnya masih punya kesibukan lain seperti pekerjaan dan lain-lain.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015) Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Informan 9 selaku Guru Pendamping

Program Wajib Belajar Malam Hari, yang menyatakan:

“Guru pendamping disini cuma ada saya sama bapak Zaky pak, sebenarnya ada juga warga lainnya yang menjadi tenaga pengajar program jam malam, tetapi yang aktif mengajar hanya tinggal saya dan pak Zaky. Mungkin karena kesibukan pekerjaan mereka atau hal lain, oleh karena itu hanya kami berdua yang masih aktif mengajar, terkadang juga saya atau bapak Zaky tidak bisa mengajar karena ada urusan mendadak, Akhirnya anak-anak yang belajar sendiri-sendiri pak.” (Wawancara Informan 9, tanggal 14 Desember 2015) Kemudian hal serupa disampaikan oleh Informan 14, selaku peserta didik

program Wajib Belajar Malam Hari tingkat SMA/SMK Kelurahan Pegangsaan,

menyatakan:

Page 125: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

107

“Gurunya ibu Pipit, ada juga yang diajar sama bapak Zaky.” (Wawancara Informan 14, tanggal 20 Desember 2015) Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Informan 15, selaku peserta

didik tingkat SMA/SMK program Wajib Belajar Malam Hari Kelurahan

Pegangsaan, menyatakan:

“Ada bapak Zaky sama ibu Pipit, kadang-kadang juga kita belajar sendiri kalau gak ada pak Zaky sama bu Pipit.” (Wawancara Informan 15, tanggal 20 Desember 2015) Hal lainnya diungkapkan oleh Informan 3, yang menyatakan bahwa

minimnya ketersediaan guru pendamping:

“Guru yang ada untuk kegiatan ini, itu sangat minim jumlahnya mas, dan tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang ada. Dan juga latar belakang mereka macam-macam ada yang memang benar guru dan ada yang hanya pegawai kantor. Tetapi karena susah juga untuk mencari tenaga sukarela yang mau menjadi guru pendamping, yasudah siapa saja yang mau membantu mengajar silahkan.” (Wawancara Informan 3, tanggal 17 Desember 2015) Hal serupa disampaikan oleh informan 4, yang menyatakan bahwa

kurangnya jumlah guru pendamping yang ada di Kelurahan Pegangsaan:

“Kita kekurangan tenaga pendidik disini, sedangkan tenaga pendidik yang ada tidak sesuai dengan jumlah peserta didik. Dan kualitas dari guru itu sebenarnya penting, karena salah satu faktor yang menentukan prestasi peserta didik adalah kualitas dari guru yang baik. Sedangkan tenaga pendidik atau guru disini, mereka mengajarkan yah apa adanya yang mereka ketahui. Dan orangtua peserta didik ikut mengawasi dan membimbing anak-anaknya. Tetapi tidak semua orangtua disini itu pernah duduk dibangku sekolah, ada juga yang dulunya tidak bersekolah. Bagaimana orangtua dari peserta didik mau membimbing, sedangkan (mohon maaf) mereka tidak bersekolah, yang mereka lakukan mungkin hanya mengawasi anak-anaknya belajar.” (Wawancara Informan 4, tanggal 17 Desember 2015)

Page 126: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

108

Dari pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa jumlah tenaga pendidik yang

tidak sebanding dengan jumlah peserta didik yang ada di Kelurahan Pegangsaan,

dan kurang diperhatikannya kualitas tenaga pendidik yang baik sebagai guru

pendamping dalam program WBMH, dikarenakan sulitnya mencari tenaga

sukarela. Kemudian sumber pembiayaan untuk program WBMH dijelaskan oleh

Informan 2, menyatakan:

“Program Wajib Belajar Malam Hari ini adalah program swadaya, jadi anggaran untuk program ini semuanya bersumber dari masyarakat, dan tidak ada anggaran dari Pemerintah DKI Jakarta untuk program Wajib Belajar Hari ini.” (Wawancara Informan 2, tanggal 14 Maret 2014) Hal tersebut dibenarkan oleh Informan 1, yang menyatakan bahwa tidak

adanya anggaran dari Pemerintah DKI Jakarta untuk program WBMH:

“Untuk anggaran kita dapatkan dari masyarakat, tetapi yang paling sering menyumbang adalah ibu Camat, pak RW, bahkan saya sendiri pun juga ikut menyumbang, walaupun tidak banyak. Jumlahnya juga tidak tentu, karena untuk SatGas sendiri kan mereka juga butuh minum dan makan, dan untuk membeli minuman dan makanan butuh uang apalagi untuk menyediakan sarana dan prasarana kegiatan Jam Malam.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015)

Gambar 4.8 Sumber Pembiayaan Program WBMH

Sumber: Pedoman Program WBMH Dinas Pendidikan

Provinsi DKI Jakarta

Page 127: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

109

Hal serupa disampaikan oleh Informan 5, yang menyatakan bahwa

anggaran untuk program WBMH didapat dari sumbangan masyarakat:

“Yah kita semua menyumbang, tetapi kita tidak bisa memaksakan kepada warga, karena sebagian warga juga ada yang tidak mampu. Karena dalam pelaksanaan program ini kan butuh dana juga, mustahil kan kalo kita menjalankan suatu kegiatan tidak menggunakan anggaran.” (Wawancara Informan 5, tanggal 17 Desember 2015)

Kemudian hal tersebut dibenarkan oleh Informan 6, selaku Ketua

Pelaksana Program WBMH Kelurahan Pegangsaan, menyatakan:

“Kalau anggaran dari Pemerintah tidak ada, yah kita dapet dana untuk kegiatan Jam Malam dari sumbangan aja sih, seperti dari Ibu Camat, Pak RW, Pak Dadang dan warga disini. Jumlahnya juga gak tentu, tetapi kita usahakan agar dana yang ada cukup untuk melaksanakan kegiatan.” (Wawancara Informan 6, tanggal 17 Desember 2015) Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa sumber pembiayaan untuk program

WBMH dibebankan kepada masyarakat, tidak ada anggaran yang diberikan oleh

Pemerintah DKI Jakarta. Tetapi di dalam PerGub Nomor 22 Tahun 2014, Pasal 12

di sebutkan bahwa:

“Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan wajib belajar malam hari dibebankan pada: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD/UKPD masing-masing yang terkait; dan/atau

b. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.”

Page 128: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

110

Gambar 4.9 Sumber Pembiayaan Program WBMH

Sumber: Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Hal itu dijelaskan oleh Informan 2, yang menjelaskan bahwa belum

dilakukan perencanaan terhadap pelaksanaan program WBMH, oleh karena itu

tidak ada anggaran dari pemerintah melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran

(DPA):

“Jika ada anggaran dari pemerintah untuk program WBMH, pastinya ada didalam DPA, namun kenyataan tidak ada. Program ini kan masih tahap percobaan, mungkin belum masuk dalam perencanaan.” (Wawancara Informan 2, tanggal 14 Maret 2014) Hal yang serupa disampaikan oleh Informan 4, yang menyatakan bahwa

belum dilakukannya perencanaan anggaran untuk program WBMH ini:

“Iyah memang ada didalam PerGub, tetapi kalau tidak direncanakan dan dibawa ke badan perencanaan, tidak akan keluar di DPA pak. Nah, tetapi karena itu masih percobaan, maksudnya masih dalam tahap uji coba, mungkin belum masuk kedalam perencanaan. Jika ada anggaran untuk program ini, pastinya masuk lewat saya pak, tetapi kenyataannya kan disini tidak ada.” (Wawancara Informan 4, tanggal 17 Desember 2015) Hal tersebut dibenarkan oleh Informan 1, yang menyatakan bahwa

anggaran untuk pelaksanaan program WBMH bersumber dari swadaya

masyarakat:

Page 129: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

111

“Jujur saya baru tahu bahwa didalam PerGub itu, anggaran untuk kegiatan Jam Malam ini dibebankan pada APBD. Karena selama ini kita mendapatkan dana untuk pelaksanaan kegiatan Jam Malam ini dari swadaya, seperti yang saya jelaskan tadi.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015) Berdasarkan dari pernyataan di atas, bahwa kurangnya dukungan dari

Pemerintah DKI Jakarta untuk program WBMH, dari mulai penyediaan sarana

dan prasarana, tenaga pendidik sampai dengan sumber pembiayaan untuk program

WBMH semuanya berasal dari masyarakat. Program WBMH ini memang

merupakan program swadaya, namun Pemerintah DKI Jakarta sebagai pembuat

kebijakan seharusnya mendukung ketersediaan input (masukan) untuk program

WBMH seperti, sarana dan prasarana, tenaga pendidik dan anggaran. Karena

semua program yang dilaksanakan/dijalankan, apabila kurang mendapatkan

perhatian khususnya dari Pemerintah program tersebut tidak akan berjalan dengan

baik.

4.3.3 Evaluasi Proses

Evaluasi proses terhadap program WBMH dibutuhkan untuk dapat

mengetahui masalah yang terdapat pada tahap process (proses) dari unsur

pelaksana program WBMH, mekanisme pelaksanaan program WBMH, partisipasi

peserta didik program WBMH dan peran Orangtua peserta didik program

WBMH. Informan 1, menjelaskan bahwa pelaksana program adalah Satuan Tugas

Program WBMH, yaitu RW, RT, Orangtua peserta didik, guru pendamping, dan

peserta didik sendiri:

Page 130: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

112

“Yang menjadi pelaksana program yah semua masyarakat di Kelurahan Pegangsaan, mulai dari RW, RT, Orangtua, Guru, dan peserta didik sendiri. Mereka semua adalah SatGas pelaksana kegiatan Jam Malam. (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015)

Hal serupa diungkapkan oleh Informan 2, yang menyatakan bahwa

pelaksana program WBMH adalah Satuan Tugas yang dibentuk untuk

melaksanaan program WBMH:

“Pelaksana program WBMH adalah Satuan Tugas yang sudah dibentuk untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dan satuan tugas berasal dari masyarakat.” (Wawancara Informan 2, tanggal 14 Maret 2014)

Gambar 4.10

Satuan Tugas Pelaksana Program WBMH

Sumber: Pedoman Program WBMH Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Hal yang tidak jauh berbeda diungkapkan oleh Informan 10, yang

menyatakan bahwa semua masyarakat di Kelurahan Pegangsaan terlibat untuk

program WBMH:

“Semua masyarakat ikut terlibat untuk melaksanakan kegiatan ini, karena ini kan program swadaya, jadi harusnya semua masyarakat yang ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan Jam Malam ini, kita sebagai Satgas yang ditunjuk, bertugas hanya sebagai roh model atau panutan

Page 131: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

113

untuk menjalankan kegiatan Jam Malam itu.” (Wawancara Informan 10, tanggal 16 Desember 2015) Dari pernyataan di atas, bahwa yang menjadi Satuan Tugas pelaksana

program WBMH berasal dari masyarakat Kelurahan Pegangsaan. Kemudian yang

menjadi peserta program WBMH dijelaskan oleh Informan 1, yang menyatakan:

“Peserta program ini adalah peserta didik yang berada dalam usia sekolah antara 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun, berarti dari peserta didik tingkat SD sampai tingkat SMA.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015) Hal tersebut dibenarkan oleh Informan 2, yang menyatakan bahwa peserta

didik adalah anak usia sekolah pada tingkatan SD sampai dengan SMA/SMK

yang mengikuti program WBMH:

“Anak-anak yang berada dalam usia belajar tingkat SD sampai dengan SMA/SMK.” (Wawancara Informan 2, tanggal 14 Maret 2014) Hal serupa diungkapkan oleh informan 9, selaku guru pendamping

program WBMH, menyatakan:

“Yah anak-anak sekolah mas, ada yang dari SD, SMP, dan SMA juga SMK.” (Wawancara Informan 9, tanggal 15 Desember 2015)

Gambar 4.11 Peserta Didik Program WBMH

Sumber: Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014

Hal senada diungkapkan oleh Informan 7, yang menyatakan bahwa peserta

didik yang mengikuti program WBMH, tidak semuanya mengenyam kursi

pendidikan formal:

Page 132: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

114

“Yang ikut kegiatan yah anak-anak sekolah, tapi ada juga beberapa anak yang tidak sekolah ikut kegiatan Jam Malam ini, karena disini kan kita tujuannya belajar bersama.” (Wawancara Informan 7, tanggal 15 Desember 2015) Hal itu dibenarkan oleh Informan 1, yang menyatakan bahwa tidak semua

peserta didik yang mengikuti program WBMH bersekolah formal:

“Memang ada juga peserta didik yang tidak besekolah ikut kegiatan Jam Malam, artinya program ini bagus dong pak, karena disisi lain anak yang tidak dapat bersekolah, karena faktor ekonomi atau faktor lain pun dapat belajar bersama dengan anak-anak lainnya.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015) Kemudian mekanisme pelaksanaan program WBMH dijelaskan oleh

Informan 1, yang menjelaskan:

“Untuk pelaksanaan program WBMH kita lakukan pada hari-hari sekolah, dari hari minggu malam sampai kamis malam dari jam 7 sampai jam 9, dan untuk pelaksaannya sendiri, pertama kita turun kerumah-rumah peserta didik bersama teman-teman SatGas lain. Dengan membawa toa, kita ajak dan beritahu anak-anak bahwa sudah masuk jam belajar, kadang-kadang kita juga putar lagu mars belajar untuk menandakan bahwa jam malam sudah dimulai. Kemudian kita kumpulkan anak-anak yang sudah ada ketempat yang sudah disediakan untuk belajar.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015) Tidak jauh berbeda penjelasan mengenai mekanisme pelaksanaan program

WBMH oleh Informan 2, yang menyatakan:

“Mekanisme pelaksanaannya dilakukan pada malam di hari sekolah, dari pukul 19.00 sampai dengan 21.00, dan tanda dimulainya jam malam diperdengarkan lagu mars wajib belajar. Dan untuk teknis pembelajarannya sendiri kita serahkan kepada SatGas di wilayah sesuai dengan keperluannya.” (Wawancara Informan 2, tanggal 14 Maret 2014) Hal serupa diungkapkan oleh Informan 10, selaku SatGas pelaksana

program WBMH, menyatakan:

“Setiap hari kita keliling bersama teman-teman Satgas lain, kita bagi kelompok, kemudian kita beri himbauan kepada Orangtua agar mematikan

Page 133: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

115

TV agar tidak mengganggu kegiatan Jam Malam.” (Wawancara Informan 10, tanggal 16 Desember 2015) Untuk pelajaran yang diberikan dalam program WBMH, dijelaskan oleh

Informan 9, yang menyatakan:

“Kalau untuk pelajaran, umumnya kita membahas apa yang sudah dipelajari anak di sekolah, kemudian kita juga membahas PR yang diberikan guru di sekolah. Kalau malam Jum‟at biasanya juga kita mengadakan pengajian.” (Wawancara Informan 9, tanggal 14 Desember 2015) Hal serupa disampaikan oleh Informan 6, yang menyatakan bahwa

pelajaran yang diberikan adalah mengulang pelajaran di sekolah, dan membahas

PR yang diberikan guru di sekolah:

“Pelajarannya yah kebanyakan kita hanya mengulang pelajaran yang diberikan di sekolah, dan membahas PR yang diberikan.” (Wawancara Informan 6, tanggal 17 Desember 2015) Hal tersebut dibenarkan oleh Informan 15, selaku peserta didik tingkat

SMA/SMK program WBMH, yang menyatakan:

“Mengulang pelajaran di sekolah kalo ada yang gak ngerti kita bahas, sama ngerjain PR.” (Wawancara Informan 15, tanggal 20 Desember 2015) Hal senada disampaikan oleh Informan 16, selaku peserta didik tingkat

SMP program WBMH, yang menyatakan:

“Ngerjain PR sih paling sering.” (Wawancara Informan 16, tanggal 20 Desember 2015) Dari pernyataan di atas, bahwa mekanisme pelaksanaan program WBMH

dilakukan pada hari minggu malam sampai dengan kamis malam dari pukul 19.00

WIB sampai pukul 21.00 WIB, dimulainya program WBMH ditandai dengan

diperdengarkan lagu mars wajib belajar. Kemudian pelajaran yang diberikan

adalah mengulang pelajaran yang dibahas di sekolah, dan membahas PR

Page 134: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

116

(Pekerjaan Rumah) yang diberikan oleh guru di sekolah. Kemudian partisipasi

peserta didik program WBMH, disampaikan oleh Informan 1, yang menyatakan:

“Cukup banyak anak yang ikut, yah ada sekitar 40 anak, tetapi memang masih banyak juga anak-anak yang tidak ikut.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015)

Hal serupa disampaikan oleh Informan 9, yang menyatakan bahwa cukup

banyak peserta didik yang antusias untuk mengikuti program WBMH, namun

tidak adanya sanksi untuk anak yang tidak mengikuti program ini menjadi salah

satu faktor rendahnya partisipasi peserta didik:

“Cukup banyak peserta didik yang antusias ikut kegiatan ini, namun masih banyak juga anak yang tidak ikut. Karena apabila kita memaksakan anak untuk ikut kan tidak dibenarkan juga. Program ini kan sifatnya mendidik bukan memaksa, menurut saya salah satu faktor masih banyaknya anak yang tidak ikut dalam kegiatan ini karena tidak ada sanksi yang diberikan, yah contohnya berupa denda apabila tidak mengikuti kegiatan ini.” (Wawancara Informan 9, tanggal 15 Desember 2015) Kemudian hal lain disampaikan oleh Informan 6, yang menyatakan bahwa

rendahnya partisipasi peserta didik disebabkan oleh banyaknya aktivitas anak

disekolah:

“Masih terbilang sedikit anak yang mengikuti program Jam Malam ini, mungkin karena anak itu sudah lelah juga mas, karena banyaknya rutinitas kegiatan di sekolah, dan pada saat jam malam dimulai, ada anak yang tidur karena capek, kemudian ada juga yang belum pulang dari sekolah karena masih ada kegiatan di sekolah kata beberapa anak peserta didik.” (Wawancara Informan 6, tanggal 17 Desember 2015) Hal tersebut dibenarkan oleh Informan 14, selaku peserta didik tingkat

SMA/SMK program WBMH, yang menyatakan:

“Banyak kegiatan bang di sekolah, apalagi kita kelas 3 yang mau UN (Ujian Nasional), ada pelajaran tambahan juga di sekolah.” (Wawancara Informan 14, tanggal 20 Desember 2015)

Page 135: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

117

Gambar 4.12 Pelaksanaan Program WBMH di Kelurahan Pegangsaan

Sumber: Dokumentasi peneliti (Oktober 2014) Kemudian peran dari Orangtua peserta didik dalam program WBMH,

dijelaskan oleh Informan 1, yang menyatakan:

“Jelas peran orangtua sangat penting dalam kegiatan jam malam ini, karena dari lingkungan keluarga itulah karakter anak dibentuk bang kemudian dari lingkungan sekitar, apabila kegiatan ini berjalan namun tanpa peran serta dari orangtua, kegiatan ini akan menjadi sia-sia saja. Tugas orangtua disini kan sebagai fasilitator, yaitu mengawasi dan memotivasi anak agar belajar dengan baik. Alhamdulillah disini para orangtua sudah mulai peduli dengan pendidikan anak, tapi masih ada juga orangtua yang tidak peduli, mungkin karena mereka dulu tidak mendapatkan pendidikan atau karena hal lain.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015) Selanjutnya, menurut Informan 2 mengungkapkan bahwa peran orangtua

sangat penting dalam proses pembelajaran dalam program WBMH:

“Tugas orangtua sebagai fasilitator, dan menjadi salah satu faktor penting dalam kesuksesan program WBHM ini, apabila peran orangtua yang semestinya mengawasi dan memotivasi anak dirumah tidak ada, maka akan berdampak kepada prestasi anak disekolah.” (Wawancara Informan 2, tanggal 14 Maret 2014)

Page 136: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

118

Pernyataan tersebut mengaskan bahwa pentingnya peran serta orangtua

sebagai fasilitator untuk mengawasi dan memotivasi peserta didik dalam program

WBMH, untuk mencapai prestasi yang maksimal di bidang akademik. Demikian

juga disampaikan oleh Informan 9, yang menyatakan:

“Orangtua sebagai garda terdepan untuk membimbing anak, karena itu menjadi bagian penting peran orangtua dalam pelaksanaan kegiatan Jam Malam. Namun disini masih banyak orangtua yang kurang mendukung kegiatan ini, seperti masih banyak orangtua yang menyalakan tv pada saat waktu pelaksanaan Jam Malam, hal itu kan menggangu kegiatan jam malam” (Wawancara Informan 9, tanggal 15 Desember 2015)

Gambar 4.13 Tugas Orangtua Sebagai Fasilitator

Sumber: Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Masih kurangnya peran serta dari orangtua peserta didik untuk ikut

melaksanakan dan mengawasi program ini, menjadi kendala besar untuk

keberhasilan program tersebut. Tentunya hal tersebut menjadi permasalahan yang

penting untuk dikaji, mengingat peran dari orangtua sebagai fasilitator, dan

bertugas untuk memotivasi semangat anak agar meningkatkan prestasi dalam

bidang akademik dan memberikan situasi yang efektif bagi anak untuk belajar.

Page 137: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

119

Menurut Informan 10, mengungkapkan bahwa kurangnya peran dari orangtua

disebabkan oleh kesibukan kerja, kurangnya kepedulian orangtua terhadap

prestasi anak:

“Banyak orangtua yang masih bekerja sampai larut malam, ada juga yang tidak peduli sama kegiatan ini. Namun kita tetap menghimbau kepada para orangtua, agar tetap memperdulikan pendidikan anak. Tapi yah itulah tantangannya.” (Wawancara Informan 10, tanggal 16 Desember 2015) Kemudian hal tersebut dibenarkan oleh Informan 1, yang mengungkapkan

bahwa kurangnya peran orangtua disebabkan oleh kesibukan kerja, pendidikan

orangtua yang rendah, dan keadaan keluarga yang tidak harmonis:

“Banyak faktor yang mempengaruhi, contohnya ada orangtua yang kerja lembur sampai larut malam, ada orangtua yang tidak sekolah dan akibatnya dia bingung mau mengajarkan anak tuh apa, kemudian ada juga beberapa anak korban dari perceraian orangtua atau broken home.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015) Kurangnya peran serta orangtua juga disampaikan oleh Informan 12, yang

menyatakan:

“Sepi sih mas kalo orangtua yang ngawasain, kalo awalnya sih emang ramai, tapi makin kesini jadi sepi.” (Wawancara Informan 12, tanggal 16 Desember 2015) Kemudian hal selaras juga diungkapkan oleh Informan 14, yang

mengatakan:

“Kalau belajar yah sendiri, bapak kerja, ibu nonton film.” (Wawancara Informan 14, tanggal 20 Desember 2015) Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa yang menjadi unsur pelaksana

program WBMH adalah Satuan Tugas yang dibentuk oleh masyarakat, namun

pelaksanaan Program WBMH ini melibatkan seluruh partisipasi masyarakat,

mulai dari RW, RT, Orangtua dan peserta didik. Yang mengikuti program

Page 138: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

120

WBMH adalah warga masyarakat yang menempuh pendidikan pada satuan

pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah

Menengah Atas/Kejuruan (SMA/K), dan warga yang tidak mengikuti pendidikan

formal di sekolah.

Kemudian mekanisme pelaksanaan program dimulai dari pukul 19.00

WIB sampai 21.00 WIB pada hari sekolah, waktu pelaksanaan kerap dijadikan

alasan bagi peserta didik yang tidak mengikuti program WBMH, karena dianggap

berbenturan dengan kegiatan di sekolah. Dan kurangnya peran serta dari orangtua

menjadi permasalahan dalam pelaksanaan program WBMH, mengingat peran dari

orangtua sebagai fasilitator yang bertugas untuk memberikan motivasi semangat

anak agar meningkatkan prestasi dalam bidang akademik dan memberikan situasi

yang efektif bagi anak untuk belajar. Apabila peran dari orangtua sendiri sudah

tidak mendukung, maka tujuan pelaksanaan program WBMH, yakni agar anak

dapat memperoleh prestasi akademik yang baik, akan sulit terwujud. Peran dari

Orangtua yang baik juga akan berpengaruh kepada tingkat partisipasi peserta

didik untuk mengikuti program WBMH di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat.

4.3.4 Evaluasi Hasil

Evaluasi hasil adalah kegiatan evaluasi berikutnya dalam model CIPP,

tujuan utamanya adalah untuk menentukan sampai sejauh mana program

diimplementasikan tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang

menggunakannya (Stufflebeam, dalam Hasan Hamid 2008:219).

Page 139: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

121

Dalam tahap evaluasi hasil program WBMH, akan dikaji beberapa aspek

yaitu, capaian prestasi peserta didik di bidang akademik, faktor pendukung

keberhasilan program, faktor penghambat pelaksanaan program WBMH dan

monitoring evaluasi yang dilakukan terhadap program WBMH. Informan 2

menjelaskan tentang prestasi peserta didik di bidang akademik:

“Pastinya ada peningkatan prestasi para peserta didik di bidang akademiknya, karena tujuan dari program ini sendiri adalah untuk meningkatkan prestasi anak di bidang akademik, dan berdampak kepada kebiasaan anak untuk belajar pada waktu malam hari, kita juga memberikan kartu monitoring kepada guru pendamping untuk memantau proses pembelajaran terhadap peserta didiknya .” (Wawancara Informan 2, tanggal 14 Maret 2014)

Gambar 4.14 Kartu Monitoring Belajar Peserta Didik

Sumber: Pedoman Pelaksanaan Program WBMH Dinas Pendidikan

Provinsi DKI Jakarta

Kemudian hal yang sama disampaikan oleh Informan 1 yang menyatakan

bahwa ada peningkatan prestasi peserta didik program WBMH di bidang

akademik:

“Ada pasti kalau untuk peningkatan prestasi anak di sekolah, karena kan anak-anak setiap malamnya belajar, pastinya berdampak dengan prestasinya juga.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015)

Page 140: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

122

Berdasarkan dari pernyataan di atas menyatakan bahwa adanya

peningkatan prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik di

sekolah, kemudian hal serupa disampaikan oleh Informan 9, yang menyatakan

bahwa beberapa peserta didik program WBMH mendapatkan peringkat 10 besar

di sekolah:

“Ada beberapa anak-anak disini yang mendapatkan peringkat di sekolah.” (Wawancara Informan 9, tanggal 15 Desember 2015) Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Informan 14 selaku peserta didik

program WBMH tingkat SMA, yang menyatakan bahwa:

“Saya peringkat 8 di kelas.” (Wawancara Informan 14, tanggal 20 Desember 2015) Hal serupa disampaikan oleh Informan 16 selaku peserta didik program

WBMH tingkat SMP, yang menyatakan:

“Dapet sih 10 besar di sekolah.” (Wawancara Informan 16, tanggal 20 Desember 2015) Tidak jauh berbeda dengan pernyataan Informan 20 selaku peserta didik

program WBMH tingkat SD, yang menyatakan:

“Iyah dapet rangking.” (Wawancara Informan 20, tanggal 20 Desember 2015) Pernyataan tersebut dibenarkan oleh informan 11, selaku orangtua peserta

didik program WBMH, yang menyatakan:

“Allhamdulilah ada peningkatan prestasi terhadap anak saya di sekolahnya.” (Wawancara Informan 11, tanggal 16 Desember 2015) Namun ada juga beberapa peserta didik yang tidak mendapatkan peringkat

di sekolah, seperti Informan 13 selaku peserta didik program WBMH tingkat

SMA, yang menyatakan:

Page 141: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

123

“Gak dapet rangking, tapi nambah pengetahuan saya.” (Wawancara Informan 13, tanggal 20 Desember 2015) Hal selaras disampaikan oleh Informan 18 selaku peserta didik program

WBMH tingkat SMP, yang menyatakan:

“Gak juga, tapi lumayan nambah ngerti sama pelajaran di sekolah.” (Wawancara Informan 18, tanggal 20 Desember 2015) Hal lainnya disampaikan oleh Informan 4, yang menyatakan bahwa

program WBMH merupakan program unggulan yang dilakukan pemerintah DKI

Jakarta yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi anak di sekolah:

“Jelas kalau untuk prestasi anak disekolah pastinya ada, karena ini kan merupakan salah satu program unggulan yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi anak di sekolah.” (Wawancara Informan 4, tanggal 17 Desember 2015) Hal yang sama di ungkapkan oleh Informan 5, yang menyatakan bahwa

program WBMH merupakan program yang sangat baik untuk mendidik anak

selama anak berada di luar sekolah:

“Program ini sangat bagus sekali pak, terutama untuk mendidik anak selama berada di luar lingkungan sekolah, daripada si anak ini juga keluyuran tidak jelas, lebih baik mereka belajar kan, karena itu saya sangat mendukung sekali pelaksanaan program ini.” (Wawancara Informan 5, tanggal 17 Desember 2015) Berdasarkan dari pernyataan di atas, bahwa tujuan dari program WBMH

yaitu untuk meningkatkan prestasi peserta didik di bidang akademik sudah

tercapai, namun masih kurangnya dukungan dari pemerintah DKI Jakarta menjadi

salah satu faktor penghambat dalam pelaksanaan program WBMH. Kemudian

faktor pendukung keberhasilan program WBMH disampaikan oleh Informan 1,

yang menyatakan:

Page 142: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

124

“Yang menjadi faktor pendukung keberhasilan program WBMH ini adalah masyarakatnya sendiri, karena yang pertama kita ketahui ini kan program swadaya, jadi masyarakat yang seharusnya berperan aktif di dalam program ini, kemudian dukungan dari pemerintah, dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan, karena mustahilkan program ini pemerintah yang menerapkan tetapi pemerintah tidak mendukungnya. Meskipun ini program swadaya, tetapi kalau tidak adanya dukungan dari pemerintah, program ini tidak akan berjalan lama.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015) Hal senada disampaikan oleh Informan 4, yang menyatakan bahwa

partisapasi dari masyarakat dan dukungan dari Pemerintah DKI Jakarta

merupakan faktor pendukung yang paling penting untuk keberhasilan suatu

program:

“Tentunya partisipasi dan peran serta dari masyarakat, baik itu SatGas, orangtua, peserta didik, dan masyarakat sekitar yang melaksanakan program WMBH. Kemudian dukungan dari Pemerintah DKI Jakarta, baik itu berupa anggaran, ataupun fasilitas yang diberikan untuk pelaksanaan program. Kedua elemen ini sangat penting untuk penentu keberhasilan program WBMH ini.” (Wawancara Informan 4, tanggal 17 Desember 2015) Hal lain di sampaikan oleh Informan 2, yang menyatakan bahwa

masyarakat merupakan faktor yang paling penting untuk keberhasilan program

ini, dan tugas pemerintah untuk mengawasi pelaksanaan program WBMH:

“Masyarakat itu sendiri, karena program ini merupakan program swadaya, jadi sepenuhnya program ini dilaksanakan oleh masyarakat, pemerintah mengawasi pelaksanaan program dengan melakukan monitoring evaluasi terhadap pelaksanaan program WBMH.” (Wawancara Informan 2, tanggal 14 Maret 2014) Hal yang berbeda di sampaikan oleh Informan 3, yang menyatakan bahwa

masyarakat dan pemerintah menjadi faktor penting untuk pelaksanaan program

WBMH, dan harus berjalan seiringan:

Page 143: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

125

“Masyarakat, tetapi dukungan dari pemerintahnya juga sangat perlu, walaupun ini hanyalah program swadaya tetapi kalau pemerintah tidak mendukung itu tidak akan berjalan mulus. Yah contohnya dalam hal anggaran, jika kita hanya mengandalkan anggaran yang didapat dari masyarakat, itu tidak akan cukup untuk membiayai pelaksanaan program WBMH ini.” (Wawancara Informan 3, tanggal 17 Desember 2015) Masyarakat merupakan faktor penting dalam penentu keberhasilan

program WBMH ini, namun dukungan dan perhatian dari pemerintah DKI Jakarta

juga sangat diperlukan, meskipun program WBMH ini merupakan program yang

dilakukan secara swadaya yang dilakukan masyarakat. Kemudian faktor

penghambat keberhasilan program WBMH disampaikan oleh Informan 1, yang

menyatakan:

“Sebenarnya masih banyak sekali yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program WBMH ini, dari mulai sarana yang kita miliki untuk kegiatan ini sangat sedikit, kemudian fasilitas seperti buku-buku pelajaran yang ada tidak lengkap, tenaga pendidik yang tidak mencukupi, dari kesadaran orangtua dan juga anak. Dan yang paling utama ya masalah anggaran itu sendiri yang jumlahnya tidak mencukupi untuk pembiayaan program WBMH ini, walaupun kawan-kawan Satgas tidak digaji, minimal kita menyediakan makan dan minum untuk kawan Satgas, dan itu semua kan memakai anggaran.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015) Hal yang tidak jauh berbeda di sampaikan oleh Informan 9, yang

menyatakan:

“Kalau hambatan pastinya banyak sekali yang kita hadapi, kekurangan tenaga pengajar, kesadaran dari orangtua yang cenderung kurang memperhatikan pendidikan anaknya, fasilitas dan sarana untuk program WBMH yang masih minim sekali. Peran dan dukungan dari pemerintahnya sendiri, yang kalau kita bilang itu tidak ada sama sekali.” (Wawancara Informan 9, tanggal 15 Desember 2015) Hal serupa disampaikan oleh Informan 10 selaku Satuan Tugas program

WBMH, yang menyatakan:

Page 144: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

126

“Banyak sekali hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program WBMH ini, yang paling penting sih masih kurangnya kesadaran orangtua dan tidak adanya dukungan dari pemerintah.” (Wawancara Informasi 10, tanggal 16 Desember 2015) Masih banyaknya faktor yang menjadi kendala dalam pelaksanaan

program WBMH di Kecamatan Menteng, menjadi penghambat untuk

keberhasilan program WBMH ini, salah satunya adalah kurangnya dukungan dari

Pemerintah DKI Jakarta dalam pelaksanaan Program WBMH, salah satunya di

ungkapkan oleh Informan 3, yang menyatakan:

“Yah salah satunya kurangnya peran pemerintah itu, kita kan tidak bisa jalan sendiri untuk menjalankan program ini, program WBMH ini bagus sekali memang, banyak masyarakat yang antusias pada program ini, tapi kalau pemerintah cuek atau cuma memberikan kebijakan saja tapi tidak diperhatikan, sama saja bohong.” (Wawancara Informan 3, tanggal 17 Desember 2015) Lingkungan politik yang berubah juga menjadi faktor hambatan dalam

pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Menteng, sebagaimana dijelaskan

oleh Informan 1, bahwa:

“Lingkungan politik juga menjadi pengaruh dalam pelaksanaan program, contohnya, seperti ibu Camat yang sebelumnya menjabat, sangat mendukung sekali pelaksanaan program WBMH ini, sedangkan kalau Camat yang sekarang ini jauh berbeda dengan Camat yang dulu.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015) Hal yang sama di ungkapakan oleh Informan 4, yang menyatakan bahwa

lingkungan politik bisa menjadi hambatan dalam pelaksanaan suatu program.

“Lingkungan politik juga sangat berpengaruh untuk nasib suatu program, contohnya saja program WBMH ini. Program WBMH ini kan ditetapkan oleh Gubernur sebelumnya dan rencananya akan menerapkan di seluruh DKI Jakarta, namun ketika terjadi pergantian Gubernur, tidak ada tindak lanjut terhadap program ini.” (Wawancara Informan 4, tanggal 17 Desember 2015)

Page 145: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

127

Kemudian kurangnya kesadaran dari orangtua akan pendidikan juga

menjadi salah satu kendala dalam pelaksanaan program WBMH, hal tersebut di

sampaikan oleh Informan 6, yang menyatakan:

“Yah setiap hari kita capek juga kalau harus memberitahu kepada warga kalau jam segini mulai kegiatan WBMH, seharusnya kan para orangtuanya juga sudah mengertilah, tanpa harus disuruh-suruh lagi.” (Wawancara Informan 6, tanggal 17 Desember 2015) Hal lainnya juga disampaikan oleh Informan 1, yang menyatakan bahwa

keterbatasannya anggaran untuk pemberian reward kepada anak-anak peserta

didik yang berprestasi di sekolah:

“Kemarin banyak anak yang datang kepada saya, yah kira-kira ada 20 anak, mereka menagih janji kepada saya kalau mereka dapat peringkat di kelas akan diberikan handphone, memang benar mereka dapat peringkat semua, tapi sayanya lagi tidak ada duit pak, yah itu semua saya lakukan juga untuk memberikan rangsangan atau stimulus kepada mereka agar lebih giat belajar lagi dan berprestasi. Karena kan mereka juga bosen kalau belajar terus, yah yang saya minta kepada pemerintah, minimal diberikan penghargaan atau reward kepada anak-anak yang berprestasi, agar semangat belajar mereka tuh tetap ada.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015) Berdasarkan pernyataan di atas, menunjukan bahwa masih banyak faktor

yang menjadi hambatan dari pelaksanaan program WBMH, mulai dari kurangnya

tenaga pendidik, kurangnya sarana dan prasarana, minimnya kesadaran orangtua

akan pendidikan anak, dan tidak adanya dukungan dari pemerintah DKI Jakarta

dalam pelaksanaan program ini. Kemudian monitoring evaluasi yang dilakukan

oleh pemerintah di sampaikan oleh Informan 2, yang menyatakan:

“Akan dilaksanakan monitoring oleh dinas pendidikan pada setiap bulannya pada setiap wilayah yang melaksanakan program WBMH.” (Wawancara Informan 2, tanggal 14 Maret 2014)

Page 146: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

128

Gambar 4.15 Monitoring Evaluasi

Sumber: Pedoman Pelaksanaan Program WBMH Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

Namun hal tersebut tidak dibenarkan oleh Informan 1, yang menyatakan

bahwa monitoring yang dilakukan oleh pemerintah hanya pada awal pelaksanaan

program WBMH saja, tetapi tidak berlanjut setelahnya.

“Memang ada beberapa orang dari Dinas Pendidikan yang datang untuk melihat kegiatan WBMH di Menteng ini, tapi itu cuma awalnya saja, kesininya tidak ada yang datang lagi.” (Wawancara Informan 1, tanggal 14 Desember 2015) Pernyataan tersebut juga selaras dengan Informan 6, yang menyatakan

bahwa:

“Ada memang pas awal pelaksanaan program ini, itu sekitar bulan Maret, tapi sampai sekarang belum ada orang dari dinas yang datang lagi.” (Wawancara Informan 6, tanggal 17 Desember 2015) Kemudian hal serupa juga disampaikan oleh Informan 5, yang menyatakan

adanya monitoring evaluasi yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan, tetapi hanya

dilakukan dua kali.

Page 147: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

129

“Pernah, tapi seingat saya cuma 2 kali mereka datang kesini untuk melihat pelaksanaan WBMH.” (Wawancara Informan 5, tanggal 17 Desember 2015) Pernyataan tersebut dibenarkan oleh Informan 7, yang menyatakan bahwa

benar telah dilakukannya monitoring evaluasi yang dilakukan dari Dinas

Pendidikan.

“Iyah pernah ada, dan saya juga pernah di tanyain juga mengenai pelaksanaan program WBMH ini.” (Wawancara Informan 7, tanggal 15 Desember 2015) Hal yang berbeda di ungkapkan oleh Informan 4, yang menyatakan bahwa

tidak ada monitoring yang dilakukan dari pemerintah selama program WBMH

berjalan.

“Tidak ada selama ini orang dari pusat, ataupun dinas pendidikan yang datang lewat saya untuk menanyakan pelaksanaan program WBMH ini, mungkin kalau mereka turun langsung kelapangan, saya tidak tahu mengenai itu.” (Wawancara Informan 4, tanggal 17 Desember 2015)

Pernyataan tersebut juga disampaikan oleh Informan 3, yang

membernarkan bahwa tidak ada monitoring evaluasi yang dilakukan, baik dari

pemerintah DKI Jakarta maupun Dinas Pendidikan.

“Tidak ada.” (Wawancara Informan 3, tanggal 17 Desember 2015)

4.4 Pembahasan

Langkah selanjutnya dalam proses analisis data adalah melakukan

pembahasan terhadap hasil penelitian. Yang dimaksud pembahasan hasil

penelitian yaitu penafsiran terhadap hasil akhir dalam melakukan pengujian data

dengan teori dan konsep para ahli sehingga dapat mengembangkan teori atau

bahkan menemukan teori serta mendeskripsikan dari hasil data dan fakta di

Page 148: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

130

lapangan. Peneliti dalam hal ini menghubungkan temuan hasil penelitian di

lapangan dengan tahapan-tahapan evaluasi program seperti tahap evaluasi

konteks, evaluasi masukan, evaluasi proses, evaluasi hasli dan teori evaluasi

program yang diperkenalkan Stufflebeam, yang mengungkapkan bahwa tahapan

evaluasi program dimulai dari evaluasi konteks, kemudian berlanjut ke tahap

evaluasi masukan, setelah itu berlanjut ke tahap evaluasi proses, dan pada tahap

terakhir adalah evaluasi hasil.

4.4.1 Evaluasi Program

Setelah melakukan penelusuran penelitian di lapangan dapat dilihat

evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 tahun 2014 tentang program Wajib

Belajar Malam Hari (WBMH) di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat dari tahap-

tahap evaluasi yang dilakukan dapat ditelaah sebagai berikut :

4.4.1.1 Evaluasi Konteks

Pada tahap evaluasi konteks ini digunakan agar evaluator dapat

mengidentifikasikan berbagai faktor manajemen, fasilitas kerja, peraturan,

masyarakat, dan faktor lain yang berpengaruh terhadap program. Beberapa aspek

yang ada dalam evaluasi konteks tersebut, antara lain:

A. Latar belakang pelaksanaan program WBMH

Untuk mewujudkan tujuan dan strategi dalam penyelenggaraan dan

pengelolaan pendidikan, diperlukan pengaturan agar terpenuhi hak-hak dan

kewajiban yang mendasar bagi warga masyarakat di bidang pendidikan. Salah

satu upaya yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta, adalah menerapkan Program

Wajib Belajar Malam Hari atau lebih dikenal dengan WBMH.

Page 149: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

131

Pemerintah DKI Jakarta menetapkan Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun

2014 tentang Wajib Belajar Malam Hari (WBMH). Peraturan ini dimaksudkan

sebagai pedoman pelaksanaan program Wajib Belajar Malam Hari. Program

Wajib Belajar Malam Hari adalah suatu kegiatan untuk menciptakan kondisi

lingkungan yang ideal untuk mendorong proses pembelajaran anak dan warga

yang berlangsung dalam suasana pembelajaran yang kondusif, untuk mencapai

prestasi secara optimal. Adapun latar belakang diadakannya program WBMH

yang disampaikan oleh Informan 1 selaku penanggungjawab program WBMH

yang dilaksanakan di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat, adalah karena makin

maraknya tingkat kekerasan terhadap anak, pola kenakalan remaja yang semakin

tidak terkendali yang sering terjadi di daerah Ibukota Jakarta, menjadi salah satu

faktor diadakannya program WBMH tersebut.

Kemudian menurut Informan 2 selaku Staff Seksi Sarana & Prasarana

Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta menyatakan bahwa latar

belakang diterapkannya program WBMH selain untuk mencegah anak menjadi

korban kriminalitas di malam hari, program WBMH juga diharapkan akan

membiasakan anak untuk selalu belajar khususnya di luar jam sekolah.

Namun di sisi lain, banyak masyarakat yang beranggapan bahwa

pelaksanaan dari program Wajib Belajar Malam Hari salah satunya disampaikan

oleh Informan 10 selaku Satuan Tugas Pelaksana Program Jam Wajib Belajar

Malam (JWBM) Kelurahan Pegangsaan, yang menyatakan bahwa program ini

tidak akan berjalan dengan baik dan efektif. Karena masih banyak terdapat

kelemahan dalam pelaksanaan program ini. Hal itu dapat dilihat dari waktu

Page 150: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

132

pelaksanaan program tersebut, waktu belajar dilakukan dari pukul 19.00 sampai

dengan pukul 21.00, dan setelah jam belajar itu berakhir, tidak ada jaminan bahwa

anak akan kembali berkeliaran di luar rumah.

B. Tujuan program WBMH

Tujuan dari program WBMH sendiri berasarkan Peraturan Gubernur

Nomor 22 Tahun 2014 tentang WBMH adalah untuk meningkatkan prestasi

peserta didik di bidang akademiknya, kemudian sebagaimana diungkapkan oleh

Informan 2 yang menyatakan bahwa tujuan dari pelaksanaan program ini tidak

lain untuk meningkatkan potensi anak di sekolah, khususnya di bidang akademik

dan mengembangkan minat anak dalam belajar. Tidak jauh berbeda dengan

penjelasan oleh Informan 1 bahwa tujuan dari program WBMH ini adalah semata-

mata untuk meningkatkan kualitas dari peserta didik, khususnya prestasi di

sekolah, kemudian dijelaskan jika tujuan lainnya untuk melindungi anak agar

tidak menjadi korban dari tindakan kriminalitas yang kerap terjadi di malam hari.

Adapun tujuan dari pelaksanaan program WBMH dalam pedoman pelaksanaan

program WBMH Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta adalah dalam rangka

meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) atau peserta didik,

kemudian adalah untuk menciptakan dan membangun kesadaran masyarakat

untuk peduli terhadap pendidikan anak-anak dan lingkungan.

C. Alasan pilot project (proyek percontohan) pada program WBMH

Alasan dari pemberlakuan pilot project pada program WBMH adalah

untuk melihat keberhasilan program WBMH yang dilaksanakan, seperti yang

telah dijelaskan oleh Informan 1 dan Informan 2, bahwa Pemerintah DKI Jakarta

Page 151: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

133

menerapkan program WBMH ini sebagai program percontohan adalah untuk

melihat sampai sejauh mana program WBMH ini mampu meningkatkan prestasi

anak di bidang akademiknya dan untuk menilai apakah program WBMH ini akan

efektif apabila dilaksanakan secara swadaya oleh masyarakat. Apabila tujuan dari

program ini berhasil, maka rencana dari pemerintah selanjutnya adalah

menerapkan program ini diseluruh wilayah DKI Jakarta.

Program WBMH ini telah dilaksanakan semenjak bulan Oktober tahun

2013, namun sampai pada saat ini belum ada rencana dari pemerintah untuk

menjadikan program ini sebagai program wajib yang dilaksanakan di seluruh

wilayah DKI Jakarta.

D. Pemilihan lokasi proyek percontohan program WBMH

Pemilihan wilayah-wilayah di DKI Jakarta yang dijadikan lokasi

percontohan untuk program WBMH adalah wilayah yang memiliki tingkat

pastisipasi masyarakat yang tinggi terhadap suatu program yang dilaksanakan.

Informan 1 menjelaskan bahwa Kecamatan Menteng di tunjuk untuk di jadikan

lokasi percontohan program WBMH adalah karena di Kecamatan Menteng sudah

menerapkan program yang serupa WBMH, dan program tersebut sudah

dilaksanakan sebelum pemerintah mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 22

Tahun 2014 tentang Wajib Belajar Malam Hari. Dari penjelasan tersebut bisa

dikatakan bahwa program WBMH ini di adopsi dari program yang ada di

Kecamatan Menteng.

Seperti yang telah di jelaskan oleh Informan 2, bahwa wilayah yang

dijadikan lokasi percontohan untuk program WBMH masing-masing diterapkan

Page 152: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

134

dua wilayah yang berada di enam wilayah kota administratif Jakarta dan wilayah

yang dijadikan lokasi percontohan program WBMH adalah setingkat RT. Wilayah

yang dijadikan lokasi percontohan adalah yang memiliki partisipasi masyarakat

yang tinggi terhadap suatu program yang di laksanakan. Pemilihan lokasi

percontohan untuk program WBMH ini cenderung hanya melihat kepada tingat

partisipasi masyarakat, akan lebih baik lagi apabila program ini dilaksanakan tidak

hanya pada wilayah yang sudah menjalankan program tersebut, tetapi juga pada

wilayah-wilayah yang memiliki tingkat partisipasi masyarakat yang rendah,

karena pemerintah akan lebih dapat melihat, meninjau dan membandingkan

tingkat keberhasilan dari masing-masing wilayah yang menjalankan program

WBMH tersebut.

E. Sosialisasi Program WBMH oleh Pemerintah DKI Jakarta kepada

masyarakat.

Pada tahap tahap sosialisasi program WBMH yang dilakukan Pemerintah

DKI Jakarta dengan penyebaran informasi secara berjenjang. Dimulai dari Dinas

Pendidikan, kemudian Suku Dinas Pendidikan setempat, berlanjut ke

Penanggungjawab program Kecamatan, hingga sampai kepada masyarakat,

sebagaimana telah di jelaskan oleh Informan 2 dalam wawancara yang dilakukan

peneliti. Namun kurangnya dukungan pemerintah dalam memberikan fasilitas

berupa media informasi, seperti spanduk program guna mendukung proses

sosialisasi agar maksimal dan sampai kepada seluruh masyarakat, hal tersebut di

ungkapkan oleh Informan 2 yang menjelaskan bahwa, anggaran untuk mencetak

spanduk dan lain-lain berasal dari uang pribadi, bukan dari anggaran yang di

Page 153: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

135

berikan pemerintah untuk proses sosialisasi program WBMH. Salah satu tolak

ukur keberhasilan sosialisasi yang terpenting adalah jika informasi sampai ke

tingkat paling bawah dari sasaran program, yaitu para orangtua peserta didik

beserta peserta didik yang mengikuti program WBMH. Proses sosialisasi

seharusnya di lakukan oleh pemerintah secara maksimal, agar informasi yang

diberikan sampai dengan menyeluruh, agar semua masyarakat dapat mengetahui

tentang adanya program WBMH tersebut.

Secara keseluruhan, prosedur evaluasi konteks adalah untuk melihat

kekuatan dan kelemahan dari program yang akan di evaluasi, adapun alur kerja

evaluasi konteks adalah:

Menurut Stufflebeam (dalam Hasan 2008:216) tujuan evaluasi konteks

yang utama ialah untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

program WBMH. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator

dapat memberikan arah perbaikan yang di perlukan. Dalam melakukan evaluasi,

evaluator harus dapat menemukan kebutuhan yang di perlukan evaluan. Oleh

karena itu, evaluasi konteks ini sebagian tugasnya adalah melakukan need

assessment. Selain dari need assessment, evaluasi konteks harus pula dapat

memberikan pertimbangan apakah tujuan yang akan dicapai sesuai dengan need

(kebutuhan) yang telah di identifikasi. Peneliti dalam tahap konteks ini

menemukan beberapa permasalahan di lapangan, antara lain: (1) Ruang lingkup

pelaksanaan program WBMH yang kecil, ruang lingkup yang hanya sebatas

Evaluasi

Konteks

Relevansi

program

Instalasi

Solusi

Page 154: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

136

lingkungan RT dinilai terlalu kecil untuk melaksanakan program percontohan, ada

baiknya Pemerintah DKI menerapkan wilayah yang menjadi lokasi percontohan

lebih besar, misalnya mencakup satu wilayah Kelurahan Pegangsaan, agar

dampak dari program ini akan lebih terlihat apabila wilayah yang dijadikan lokasi

percontohan lebih luas. (2) Waktu pelaksanaan program WBMH yang dinilai

kurang efektif oleh sebagian peserta didik, karena banyaknya rutinitas disekolah

yang menjadi alasan bagi peserta didik untuk tidak ikut dalam program WBMH

ini, ada baiknya Pemerintah meninjau kembali pada Pergub no 22, untuk waktu

pelaksanaan program WBMH, (3) Pemilihan wilayah lokasi percontohan yang

dinilai kurang tepat, karena dilihat hanya berdasarkan kepada wilayah yang

memiliki partisipasi masyarakat yang tinggi, ada baiknya wilayah yang dijadikan

lokasi percontohan juga diterapkan pada wilayah-wilayah yang memiliki tingkat

partisipasi masyarakat yang rendah, guna menjadi perbandingan tingkat

keberhasilan program, dan (4) Kurangnya keseriusan dari Pemerintah DKI Jakarta

dalam mensosialisasikan program WBMH kepada masyarakat.

4.4.1.2 Evaluasi Masukan

Pada tahap evaluasi masukan ini di gunakan oleh Evaluator menentukan

tingkat pemanfaatan berbagai faktor yang dikaji dalam konteks, dan pertimbangan

mengenai ini menjadi dasar bagi evaluator untuk menentukan apakah perlu ada

revisi atau penggantian. Adapun beberapa aspek yang di kaji dalam evaluasi

masukan, antara lain:

Page 155: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

137

A. Sarana dan prasarana untuk kegiatan program WBMH

Sarana yang digunakan untuk pelaksanaan program WBMH adalah

beruipa gardu ilmu, pendopo ilmu dan pos rw tergolong di dalam sarana dan

prasaran lain yang mendukung kegiatan program WBMH sebagaimana tertuang

dalam Peraturan Gubernur Nomor 22 tahun 2014, Pasal 7.

Dan menurut penjelasan dari Informan 1 adalah bahwa sarana yang

digunakan untuk pelaksanaan program WBMH adalah dengan memanfaatkan pos

RW dengan pos-pos ronda yang ada, dan prasarana seperti buku, dapatkan dari

sumbangan-sumbangan warga. Namun ukuran dari pos yang digunakan itu

sangatlah kecil dan tidak dapat menampung peserta didik apabila jumlahnya

banyak. Kurangnya buku-buku pelajaran juga menjadi kendala dalam pelaksanaan

program WBMH di Kecamatan Menteng, karena seluruh buku-buku yang ada

semuanya berasal dari sumbangan warga di Kecamatan Menteng. Hal tersebut

diperkuat oleh pernyataan dari Informan 4 selaku Kepala Seksi Pemberdayaan

Ekonomi dan Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Pegangsaan, bahwa perlunya

bantuan dari pemerintah DKI Jakarta dalam membantu menyediakan sarana dan

prasarana untuk pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Menteng, karena

jika hanya mengandalkan dari sumbangan warga saja, tidak akan mencukupi.

Dari beberapa pernyataan di atas menunjukan bahwa pemerintah tidak

menyediakan sarana dan prasarana untuk program WBMH. Meskipun program

WBMH ini merupakan program swadaya, seharusnya pemerintah ikut mendukung

dalam membantu menyediakan fasilitas untuk program WBMH, karena program

WBMH ini merupakan kebijakan yang dibuat Pemerintah DKI Jakarta.

Page 156: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

138

B. Tenaga pendidik untuk kegiatan program WBMH

Tenaga pendidik untuk program WBMH yang ada di Kecamatan Menteng

sendiri hanya ada 2 orang saja, yaitu bapak Zaky dan Ibu Pipit, mereka berdua

bertugas sebagai guru pendamping dalam program WBMH. Sedangkan jumlah

dari peserta didik yang ada di Kecamatan Menteng ada sekitar 75 anak.

Kurangnya ketersediaan dari tenaga pendidik menjadi salah satu hambatan dalam

pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Menteng. Hal tersebut di jelaskan

oleh Informan 9 selaku guru pendamping program WBMH di Kecamatan

Menteng bahwa guru pendamping yang ada hanya ibu Pipit bersama bapak Zaky

dan sebenarnya masih ada juga warga lainnya yang menjadi tenaga pengajar

program jam malam, tetapi yang aktif mengajar hanya Ibu Pipit dan Bapak Zaky,

hal tersebut karena kesibukan pekerjaan mereka atau hal lainnya.

Tenaga pendidik yang menjadi guru pendamping program WBMH

dilakukan secara sukarela, mungkin hal tersebut yang menjadi salah satu faktor

kurangnya ketersediaan tenaga pengajar untuk program WBMH ini. Hal tersebut

dibenarkan oleh Informan 1, dan juga lainnya yang membuat minimnya jumlah

tenaga pendidik program WBMH adalah karena banyaknya kesibukan yang

dihadapi warga yang menjadi tenaga pendidik, seperti pekerjaan dan lainnya.

Kemudian kualitas dari tenaga pendidik yang ada tidak memenuhi standar

untuk mengajar, seperti yang telah disampaikan oleh Informan 4 bahwa kualitas

dari guru itu sangatlah penting, karena salah satu faktor yang menentukan prestasi

peserta didik adalah kualitas dari guru yang baik. Sedangkan tenaga pendidik

tidak memenuhi standar guru yang ada, kemudian tidak semua orangtua dari

Page 157: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

139

peserta didik pernah duduk dibangku sekolah, ada juga yang dulunya tidak

bersekolah. Bagaimana orangtua dari peserta didik akan membimbing atau

memberikan pelajaran kepada anak mereka, sedangkan mereka sendiri tidak

mengerti akan pelajaran yang ada di sekolah.

C. Sumber pembiayaan untuk pelaksanaan program WBMH

Sumber pembiayaan atau anggaran untuk pelaksanaan program WBMH

didapatkan dari sumbangan warga ataupun dari dunia usaha luar, dalam program

WBMH tersebut Pemerintah DKI Jakarta tidak mengeluarkan anggaran untuk

pelaksanaan program, sebagaimana yang telah disampaikan oleh Informan 1.

Program WBMH sendiri merupakan program swadaya yang dilaksanakan oleh

warga, dan anggaran yang digunakan pun berasal dari warga masyarakat yang

melaksanakan program WBMH. Namun didalam Peraturan Gubernur nomor 22

tahun 2014 pasal 12 di sebutkan bahwa biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan

kegiatan wajib belajar malam hari dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD) melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)

SKPD/UKPD masing-masing yang terkait atau sumber lain yang sah dan tidak

mengikat.

Hal tersebut berbeda dengan yang ada di dalam pedoman pelaksanaan

program WBMH oleh Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta bahwa biaya yang

diperlukan untuk pelaksanaan program WBMH berasal dari orangtua peserta

didik, swadaya masyarakat, maupun sumber lain yang sah seperti dunia usaha,

dan lain-lain. Perbedaan tersebut kemudian dijelaskan oleh Informan 2 yang

menyatakan bahwa pelaksanaan WBMH masih sebatas percobaan, dan anggaran

Page 158: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

140

untuk pelaksanaan program WBMH pun belum direncanakan dan belum masuk di

dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), oleh karena itu tidak ada

anggaran dari Pemerintah DKI Jakarta untuk pelaksanaan program WBMH

tersebut. Kurangnya dukungan dari Pemerintah DKI Jakarta untuk program

WBMH, dari mulai penyediaan sarana dan prasarana, tenaga pendidik sampai

dengan sumber pembiayaan untuk program WBMH semuanya berasal dari

masyarakat. Program WBMH ini memang merupakan program swadaya, namun

Pemerintah DKI Jakarta sebagai pembuat kebijakan seharusnya mendukung

ketersediaan input (masukan) untuk program WBMH seperti, sarana dan

prasarana, tenaga pendidik dan anggaran. Karena semua program yang

dilaksanakan atau dijalankan, apabila kurang mendapatkan perhatian khususnya

dari Pemerintah, program tersebut tidak akan berjalan dengan baik.

Menurut Widyoko (2014:182) secara keseluruhan prosedur dalam evaluasi

masukan adalah untuk menentukan sumber-sumber yang ada, alternatif apa yang

akan diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan dari program yang

di evaluasi, adapun alur kerja evaluasi masukan:

Evaluasi masukan penting dalam memberikan pertimbangan terhadap

keberhasilan pelaksanaan suatu program. Stufflebeam (dalam Hamid Hasan

2008:217), memberikan alasan bahwa “orientasi utama evaluasi masukan ialah

mengemukakan suatu program yang dapat mencapai apa yang diinginkan lembaga

tersebut.” Program yang dimaksudkan adalah program yang membawa perubahan

Evaluasi

Masukan

Sumber-sumber

yang ada

Strategi

Ditemukan

Page 159: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

141

berskala penambahan dan pembaharuan, seperti program WBMH. Dengan

demikian evaluasi masukan tidak hanya melihat apa yang di lingkungan lembaga

tersebut (baik material, maupun personal) tetapi juga harus dapat memperkirakan

kemungkinan-kemungkinan yang akan dihadapi di waktu mendatang ketika suatu

program diimplementasikan. Evaluator diharapkan dapat menentukan tingkat

pemanfaatan faktor-faktor yang diidentifikasi dalam pelaksanaan suatu program.

Adapun temuan lapangan yang peneliti dapatkan, antara lain: (1) Fasilitas sarana

dan prasarana untuk program WBMH masih sangat minim, tidak adanya bantuan

dari Pemerintah DKI Jakarta untuk membantu menyediakan sarana dan prasarana

untuk kegiatan program WBMH tersebut, (2) Kurangnya jumlah tenaga pendidik

yang ada di Kecamatan Menteng untuk program WBMH, kesibukan kerja dan

rutinitas lainnya menjadi salah satu faktor kurangnya masyarakat yang ikut

berminat untuk menjadi tenaga pendidik, hendaknya Pemerintah juga ikut

memperhatikan keberadaan tenaga pendidik yang ada, karena apabila ketersediaan

tenaga pendidik yang ada kurang memadai, hal ini akan berdampak pada kurang

optimalnya kegiatan proses belajar mengajar, dan (3) Terbatasnya jumlah

anggaran untuk pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Menteng yang

bersumber dari warga.

4.4.1.3 Evaluasi proses

Pada tahap evaluasi proses ini di gunakan oleh evaluator untuk

menentukan tingkat pemanfaatan berbagai faktor yang dikaji dalam konteks, dan

pada tahap ini evaluator mengumpulkan berbagai informasi mengenai

Page 160: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

142

keterlaksanaan implementasi, berbagai kekuatan dan kelemahan dalam

implementasi. Evaluator harus merekam berbagai pengaruh variabel input

terhadap proses. Adapun beberapa aspek yang di kaji dalam evaluasi proses,

antara lain:

A. Pelaksana program WBMH

Pelaksana program WBMH berasal dari warga masyarakat dalam rangka

membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan program WBMH bagi peserta didik,

kemudian dibentuk satuan tugas yang dilakukan oleh warga masyarakat setempat,

satuan tugas sebagaimana dimaksud bertugas untuk memastikan pelaksanaan

kegiatan wajib belajar malam hari agar dapat berjalan dengan baik, dan

memfasilitasi kebutuhan pelaksanaan kegiatan WBMH, sebagaimana telah

disampaikan oleh Informan 10 bahwa pada dasarnya semua masyarakat ikut

terlibat untuk melaksanakan kegiatan ini, mulai dari tingkat RW, RT, komunitas-

kpmunitas yang ada, karena program WBMH sendiri adalah program swadaya,

sehingga semua elemen masyarakat didalamnya harus ikut berperan serta dalam

pelaksanaan program WBMH, dan tugas dari satuan tugas yang dibentuk,

bertugas hanya sebagai roh model atau panutan untuk pelaksanaan program

WBMH tersebut.

Namun seharusnya keterlibatan dari pihak Pemerintah DKI Jakarta

diperlukan dalam pelaksanaan program WBMH tersebut, tidak semata-mata

dilakukan oleh masyarakat saja. Keterlibatan dari Pemerintah DKI Jakarta dirasa

sangat diperlukan, agar dapat melihat berbagai kelemahan dan kekurangan yang

ada dalam pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Menteng.

Page 161: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

143

B. Partisipasi peserta didik program WBMH

Sebagaimana di jelaskan dalam Peraturan Gubernur nomor 22 tahun 2014

bahwa, warga belajar adalah peserta didik yang mengikuti program WBMH di

bagi berdasarkan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh peserta didik, mulai dari

tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah

Menengah Atas (SMA). Adapun usia dari peserta didik tersebut adalah berada

pada usia 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun.

Jumlah peserta didik program WBMH di Kecamatan Menteng sendiri

terdapat sekitar 75 anak yang terdiri dari peserta didik tingkat SD, SMP, dan

SMA. Namun pada pelaksanaan program WBMH tersebut, tidak semua peserta

didik yang hadir. Rendahnya jumlah peserta didik yang mengikuti program

WBMH di sampaikan oleh Informan 6 yang mengatakan, masih sedikitnya jumlah

anak yang mengikuti program WBMH ini, disebabkan karena peserta didik sudah

lelah akan banyaknya rutinitas kegiatan di sekolah, kemudian masih ada beberapa

peserta didik yang belum pulang dari sekolah karena masih ada pelajaran

tambahan di sekolahnya. Masih banyaknya alasan yang dilontarkan oleh peserta

didik agar tidak mengikuti program WBMH tersebut, menandakan bahwa masih

kurangnya tingkat kesadaran dari peserta didik yang berdampak pada rendahnya

partisipasi peserta didik untuk mengikuti program WBMH tersebut.

C. Mekanisme pelaksanaan program WBMH

Adapun mekanisme pelaksanaan program WBMH Mekanisme

pelaksanaan Program WBMH berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun

2014 tentang Wajib Belajar Malam Hari di Pasal 8, adalah:

Page 162: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

144

1. Wajib belajar malam hari dilaksanakan setiap hari oleh peserta didik dimulai pada pukul 19.00 sampai dengan pukul 21.00, kecuali pada malam hari libur.

2. Tanda waktu dimulainya wajib belajar malam hari sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) sesuai dengan situasi dan kondisi setempat yang dilakukan oleh satuan tugas.

3. Setelah tanda waktu dimulainya wajib belajar malam hari sebagaimana dimaksud pada Ayat (2) dilakukan:

4. Bagi peserta didik yang belajar diluar rumah didampingi dan dibimbing oleh fasilitator serta dilakukan tahapan sebagai berikut: a. Pengelompokan peerta didik berdasarkan satuan pendidikan; b. Mengidentifikasi materi yang diperlukan oleh peserta didik; dan c. Memfasilitasi sesuai kebutuhan peserta didik.

5. Bagi peserta didik yang belajar di rumah didampingi dan dibimbing oleh orang tua/wali dan/atau anggota keluarga lainnya serta dilakukan tahapan sebagai berikut: a. menghentikan seluruh kegiatan yang mengganggu pelaksanaan wajib

belajar malam hari; b. Mengkondisikan peserta didik untuk belajar; dan c. Membantu peserta didik dalam menyelesaikan belajarnya.

Untuk pelaksanaan kegiatan WBMH dilakukan setiap hari Minggu s/d

Kamis pada pukul 19.00 s/d 21.00 WIB. Kegiatan WBMH dilakukan di rumah

tinggal si peserta didik ataupun di tempat yang telah disediakan oleh masyarakat

sebagai sarana yang di gunakan untuk kegiatan program WBMH. Kemudian

untuk pelajaran diberikan adalah mengulang pelajaran di sekolah dan membahas

PR yang diberikan oleh guru di sekolah, sebagaimana yang telah di sampaikan

oleh Informan 9.

Namun waktu pelaksanaan kerap dijadikan alasan bagi peserta didik yang

tidak mengikuti program WBMH, karena dianggap berbenturan dengan kegiatan

di sekolah, dalam hal ini Pemerintah sebagai pembuat kebijakan perlu mengkaji

kembali waktu pelaksanaan program WBMH, agar dapat diikuti oleh seluruh

peserta didik.

Page 163: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

145

D. Peran orangtua peserta didik program WBMH

Peran dari orangtua sebagai garda terdepan dalam mengawasi anak dalam

menjalankan program ini, pengawasan dilakukan secara bersama, baik itu

orangtua maupun masyarakat setempat. Sebagaimana tertuang dalam Peraturan

Gubernur nomor 22 tahun 2014, yang menyatakan bahwa tugas atau peran dari

orangtua dalam pelaksanaan program WBMH adalah sebagai fasilitator.

Masih kurangnya peran serta dari orangtua peserta didik untuk ikut

melaksanakan dan mengawasi program ini, menjadi kendala besar untuk

keberhasilan program tersebut. Tentunya hal tersebut menjadi permasalahan yang

penting untuk dikaji, mengingat peran dari orangtua sebagai fasilitator, dan

bertugas untuk memotivasi semangat anak agar meningkatkan prestasi dalam

bidang akademik dan memberikan situasi yang efektif bagi anak untuk belajar.

Salah satu faktor penyebab dari kurangnya peran serta dari orangtua disampaikan

Informan 10, yang menyampaikan bahwa kurangnya peran dari orangtua

disebabkan oleh kesibukan kerja, kurangnya kepedulian orangtua terhadap

prestasi anak. Adapun faktor lainnya adalah karena latar belakang pendidikan

orangtua yang rendah, dan keadaan keluarga yang tidak harmonis, seperti yang

telah disampaikan oleh Informan 1.

Worthen & Sanders (dalam Widyoko 2014:182) menjelaskan bahwa

Secara keseluruhan prosedur evaluasi proses adalah untuk mendeteksi atau

memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap

implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai

rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi.

Page 164: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

146

Dalam pelaksanaannya, evaluasi proses dari model CIPP bertujuan

memperbaiki keadaan yang ada. Evaluator diminta untuk menetukan sampai

sejauh mana rencana inovasi program dilaksanakan di lapangan, hambatan-

hambatan apa yang ditemui yang tak diperkirakan sebelumnya, dan perubahan-

perubahan apa yang harus dilakukan terhadap inovasi program tersebut. Informasi

yang berhasil dikumpulkan, disajikan sebagai umpan balik bagi para pengelola

dan staf. Dengan demikian, keputusan-keputusan yang diperlukan dalam usaha

memperbaiki proses yang sedang berlangsung dapat dilaksanakan. Berdasarkan

penelitian yang telah dilakukan, peneliti dalam hal ini melihat bahwa Program

Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng masih menjumpai sejumlah

hambatan dalam pelaksanaannya, antara lain: (1) Struktur organisasi pelaksana

program WBMH di Kecamatan Menteng belum sesuai, apabila mengikuti struktur

organisasi pelaksana yang ada dalam Pedoman Pelaksanaan Dinas Pendidikan

Provinsi DKI Jakarta, sekiranya biarlah struktur organisasi pelaksana yang ada di

Kecamatan Menteng berjalan sebagaimana mestinya, karena melihat program

WBMH ini sendiri merupakan program swadaya yang sepenuhnya dilaksanakan

oleh masyarakat, (2) Masih rendahnya partisipasi peserta didik yang mengikuti

program WBMH di Kecamatan Menteng, dibandingkan dengan jumlah peserta

didik yang ada, dalam hal ini peneliti melihat salah satu faktor yang menyebabkan

masih rendahnya partisipasi peserta didik yang mengikuti program WBMH adalah

karena tidak adanya penghargaan atau reward yang diberikan bagi peserta didik

Evaluasi

Proses Implementasi Solusi

Diperlukan

Page 165: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

147

yang berprestasi, pemberian reward kepada peserta didik akan memberikan

stimulus atau rangsangan yang positif kepada peserta didik untuk lebih semangat

dalam belajar dan mengikuti program WBMH, pemberian penghargaan kepada

peserta didik sendiri belum terlaksana karena keterbatasan anggaran yang ada, dan

(3) Kurangnya peran serta dari orangtua peserta didik dalam pelaksanaan program

WBMH di Kecamatan Menteng, jika melihat dari latar belakang pendidikan dari

orangtua peserta didik yang masih rendah, tetapi hal itu bukanlah menjadi alasan

bagi orangtua untuk tidak memperhatikan pendidikan untuk anaknya, dalam hal

ini seharusnya Pemerintah DKI Jakarta bersama Satuan Tugas pelaksana di

Kecamatan Menteng lebih mensosialisasikan lagi akan pentingnya pendidikan.

4.4.1.4 Evaluasi Hasil

Pada tahapan evaluasi hasil ini di gunakan oleh evaluator untuk

menentukan tingkat pemanfaatan berbagai faktor yang dikaji dalam konteks, dan

evaluator mengumpulkan berbagai informasi mengenai program,

membandingkannya dengan standar dan mengambil keputusan mengenai status

program (direvisi, diganti, atau di lanjutkan). Adapun beberapa aspek yang di kaji

dalam evaluasi hasil, antara lain:

A. Prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik

Pada tingkat pencapaian prestasi peserta didik program WBMH di

Kecamatan Menteng, telah mengalami peningkatan pada bidang akademiknya di

sekolah setelah mengikuti program WBMH. Hal itu di benarkan oleh Informan 1

yang menyatakan bahwa terjadi peningkatan prestasi peserta didik program

Page 166: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

148

WBMH di bidang akademik, karena setiap hari mereka selalu rutin untuk

mengikuti program WBMH. Hal tersebut menandakan bahwa program WBMH

tersebut telah berhasil dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh

Pemerintah DKI Jakarta, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Gubernur nomor

22 tahun 2014 bahwa, pelaksanaan program WBMH adalah sebagai acuan dalam

pelaksanaan wajib belajar malam hari baik di rumah maupun di luar rumah

dengan tujuan agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan

optimal sehingga dapat meningkatkan prestasi di bidang akademiknya.

Namun masih ada juga beberapa peserta didik yang tidak mendapatkan

peringkat di sekolahnya, tetapi program ini dinilai sangat bermanfaat untuk

peserta didik, karena menambah wawasan dan ilmu pengetahuan untuk mereka,

seperti yang telah disampaikan oleh Informan 13 selaku peserta didik program

WBMH tingkat SMA yang menyatakan bahwa, walaupun tidak mendapakat

peringkat di sekolah, tetapi setidaknya program ini berdampak positif untuk

menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi peserta didik program WBMH.

B. Faktor pendukung keberhasilan program

Dalam setiap pelaksanaan program, pastinya terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan, faktor tersebut sangat penting untuk mendukung

keberhasilan suatu program yang dijalankan. Adapun yang menjadi faktor

pendukung keberhasilan program WBMH adalah peran aktif masyarakat yang

melaksanakan program dan dukungan dari Pemerintah DKI Jakarta untuk ikut

serta mengawasi dan membantu pelaksanaan program WBMH. Seperti yang telah

dijelaskan oleh Informan 1, bahwa yang menjadi faktor pendukung dalam

Page 167: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

149

pelaksanaan program WBMH ini adalah masyarakat itu sendiri, karena program

WBMH adalah program swadaya yang sepenuhnya dilaksanakan oleh masyarakat,

jadi masyarakat yang seharusnya berperan aktif di dalam program tersebut. Tetapi

dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan program

WBMH, karena program ini adalah program yang diterapkan oleh pemerintah

DKI Jakarta. Menurutnya, meskipun program ini adalah swadaya, tetapi jika tidak

adanya dukungan dari pemerintah DKI Jakarta, program WBMH tersebut tidak

akan berjalan dengan efektif.

Peran aktif dari masyarakat dan dukungan dari Pemerintah DKI Jakarta

harus berjalan secara bersama, dan tidak dapat dipisahkan, walaupun merupakan

program swadaya. Kedua elemen tersebut merupakan faktor penting dalam

pelaksanaan program WBMH, agar berjalan sesuai dengan yang diharapakan oleh

Pemerintah DKI Jakarta.

C. Faktor penghambat pelaksanaan program WBMH

Adapun yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program

WBMH di Kecamatan Menteng yang pertama adalah kurangnya sumber daya

manusia sebagai tenaga pendidik untuk program WBMH. Jumlah tenaga pendidik

yang aktif sebagai guru pendamping pada program WBMH di Kecamatan

Menteng sendiri hanya terdapat 2 orang dan kualitas dari tenaga pendidik tersebut

kurang memenuhi standar untuk mengajar, menurut Informan 4, membenarkan

bahwa di Kecamatan Menteng kekurangan tenaga pendidik untuk program

WBMH, kekurangan tenaga pendidik tersebut menjadi faktor penghambat dalam

pelaksanaan program WBMH.

Page 168: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

150

Terbatasnya anggaran untuk pelaksanaan program WBMH, karena

anggaran yang ada hanya bersumber pada warga, sedangkan kondisi ekonomi

masyarakat di Kecamatan Menteng tergolong rendah, seperti yang dijelaskan oleh

Informan 1, yang menyatakan bahwa jumlah anggaran yang ada tidak mencukupi

untuk pelaksanaan program WBMH, karena tidak ada bantuan anggaran yang di

keluarkan oleh Pemerintah DKI Jakarta untuk pelaksanaan program WBMH.

Kemudian menurutnya, bahwa segala sesuatu dalam pelaksanaan program

WBMH tersebut membutuhkan anggaran, seperti penyediaan fasilitas untuk

belajar, pemberian penghasrgaan pada peserta didik yang berprestasi dan biaya-

biaya yang dikeluarkan lainnya untuk pelaksanaan program WBMH tersebut.

Lingkungan politik juga menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan

program WBMH, sebagaimana di ungkapakan oleh Informan 1, bahwa pergantian

Camat yang terjadi di Kecamatan Menteng mempengaruhi keberlangsungan

program WBMH, karena dinilai bahwa Camat yang sebelumnya mendukung

penuh pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Menteng. Sedangkan Camat

yang sekarang menggantikan jabatan, di nilai kurang memperhatikan dan

mendukung pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Menteng. Hal tersebut

dibenarkan juga oleh Informan 4, bahwa lingkungan politik sangat mempengaruhi

pelaksanaan program, seperti halnya program WBMH yang dibuat dan diterapkan

oleh Gubernur DKI Jakarta sebelumnya, dan ketika pergantian jabatan Gubernur

DKI Jakarta yang baru, program WBMH tersebut dirasa sudah tidak diperhatikan

oleh Pemerintah DKI Jakarta.

Page 169: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

151

D. Monitoring evaluasi yang dilakukan terhadap program WBMH

Monitoring yang dilaksanakan oleh pemerintah DKI Jakarta bertujuan

untuk mengawasi pelaksanaan program WBMH, untuk meminimalkan

penyimpangan dalam pelaksanaan program ini, sebagaimana dijelaskan dalam

pedoman program pelaksanaan program WBMH oleh Dinas Pendidikan Provinsi

DKI Jakarta. Monitoring dilaksanakan oleh Pemerintah DKI Jakarta melalui

Dinas Pendidikan atau Suku Dinas Pendidikan yang terkait, dan waktu

pelaksanaan monitoring dilakukaan setiap bulannya, seperti yang telah

disampaikan oleh Informan 2.

Namun pada kenyataannya, monitoring yang dilakukan oleh Dinas

Pendidikan hanya dilaksanakan pada awal diterapkannya program WBMH. Tidak

ada lagi monitoring yang dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta terhadap

program WBMH di Kecamatan Menteng. Hal tersebut di benarkan oleh Informan

5, yang mengungkapkan bahwa hanya dua kali dilakukan monitoring oleh Dinas

Pendidikan di Kecamatan Menteng, dan itupun pada awal pelaksanaan program

WBMH. Monitoring evaluasi merupakan sesuatu hal yang wajib dan perlu untuk

dilakukan, karena dari monitoring evaluasi itulah Pemerintah DKI Jakarta dapat

mengambil langkah dan memutuskan untuk kelanjutan program WBMH, apakah

program tersebut akan tetap dilanjutkan dengan perubahan/revisi ataupun

diberhentikan.

Menurut Tayibnapis (2000:14) menjelaskan bahwa secara keseluruhan

evaluasi proses membantu mengimplementasikan keputusan, sampai sejauh mana

Page 170: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

152

rencana yang telah diterapkan? Apa yang harus direvisi?, adapun alur kerja

evaluasi hasil.

Stufflebeam (dalam Hamid Hasan 2008:219) mengatakan, evaluasi hasil

adalah kegiatan evaluasi berikutnya dalam model CIPP. Tujuan utama dari

evaluasi hasil adalah untuk menentukan sampai sejauh mana program yang

diimplementasikan tersebut telah dapat memenuhi kebutuhan kelompok yang

menggunakannya. Diharapkan hasil evaluasi memperlihatkan pengaruh program,

baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Pada tahap evaluasi hasil ini

peneliti melihat, program WBMH yang dilaksanakan di Kecamatan Menteng telah

berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu adalah untuk meningkatkan

prestasi peserta didik di bidang akademik. Tetapi dalam pelaksanaannya di

lapangan masih terdapat beberapa masalah yang dihadapi, antara lain dapat dilihat

dari faktor-faktor yang menghambat keberhasilan program secara keseluruhan,

yaitu: (1) Kurangnya ketersediaan sumber daya manusia di Kecamatan Menteng

sebagai tenaga pendidik pada program WBMH, jumlah tenaga pendidik yang ada

tidak sebangding dengan jumlah peserta didik yang ada, (2) Tebatasnya dana

anggaran yang ada untuk pelaksanaan program WBMH, karena sumber anggaran

sepenuhnya diperoleh dari masyarakat, sedangkan lingkungan ekonomi

masyarakat di Kecamatan Menteng sendiri tergolong rendah, (3) Lingkungan

Evaluasi

Hasil

Tujuan yang

ditetapkan

Dilanjutkan

Direvisi

Diberhentikan

Page 171: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

153

politik yang berubah di Kecamatan Menteng, ikut mempengaruhi kelangsungan

program WBMH, (4) Pelaksaan program WBMH di Kecamatan Menteng sudah

tidak berjalan dengan baik seperti pada awal penerapan program WBMH di

Kecamatan Menteng, karena tidak ada lagi perhatian dari Pemerintah DKI Jakarta

terhadap pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Menteng, dan (4)

Monitoring evaluasi yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta tidak berjalan

dengan baik, tahap monitoring yang direncanakan oleh Pemerintah akan

berlangsung setiap bulannya, tidak berjalan dengan baik.

Program WBMH mulai dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 dan

merupakan pilot project atau proyek percontohan pada tahap uji coba di beberapa

wilayah Jakarta. Apabila program tersebut berjalan baik dan efektif dalam

meningkatkan minat belajar dan prestasi anak, maka target Pemerintah DKI

Jakarta akan menerapkan program Wajib Belajar Malam Hari di seluruh wilayah

DKI Jakarta. Pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Meneteng sendiri sudah

berjalan sejak tahun 2011, dan itu pun jauh sebelum Pemerintah DKI Jakarta

memberlakukan kebijakan program WBMH, jadi bisa dikatakan bahwa

Pemerintah DKI Jakarta mengadopsi program WBMH tersebut dari Kecamatan

Menteng.

Permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program WBMH di

Kecamatan Menteng dikarenakan pengaruh berbagai variabel yang kompleks,

baik variabel individual ataupun variabel organisasional. Masing-masing variabel

pengaruh tersebut saling beketerkaitan satu sama lain.

Page 172: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

154

Tabel 4.6 Ringkasan Pembahasan

No. Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat

1. Konteks a. Latar belakang pelaksanaan program WBMH

b. Tujuan program WBMH

c. Alasan pilot project (proyek percontohan) pada program WBMH

d. Pemilihan lokasi proyek

percontohan program WBMH

e. Sosialisasi Program WBMH oleh Pemerintah DKI Jakarta kepada masyarakat.

a. Program swadaya yang dilaksanakan oleh masyarakat

b. Untuk meningkatkan prestasi peserta didik di bidang akademik

c. Untuk dilakukan uji publik oleh pemerintah DKI Jakarta

d. Berdasarkan kepada wilayah yang memiliki partisipasi masyarakat yang tinggi

e. Kurang seriusnya pemerintah DKI Jakarta untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat

2. Masukan a. Sarana dan prasarana untuk kegiatan program WBMH

b. Tenaga pendidik untuk kegiatan program WBMH

c. Sumber pembiayaan untuk pelaksanaan program WBMH

a. Kurang memadai

b. Minimnya jumlah tenaga pendidik yang ada

c. Swadaya dari masyarakat

3. Proses

a. Struktur Organisasi Pelaksana program WBMH

b. Partisipasi peserta didik program

WBMH c. Mekanisme pelaksanaan program

WBMH d. Peran orangtua peserta didik

program WBMH

a. Belum sesuai dengan pedoman pelaksanaan Dinas Pendidikan Prov. DKI Jakarta

b. Masih rendah

c. Sudah berjalan baik d. Kurangnya peran

orangtua peserta didik

Page 173: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

155

4. Hasil a. Prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik

b. Faktor pendukung keberhasilan program

c. Faktor penghambat pelaksanaan program WBMH

d. Monitoring evaluasi yang dilakukan Pemerintah terhadap program WBMH

a. Terdapat peningkatan prestasi peserta didik di bidang akademik

b. Peran aktif dari masyarakat dan dukungan dari Pemerintah DKI Jakarta

c. Lingkungan politik yang berubah, sarana dan prasarana yang kurang memadai, terbatasnya anggaran untuk pelaksanaan program.

d. Tidak berjalan

Page 174: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

156

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penelitian mengenai Evaluasi Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2014

Tentang Wajib Belajar Malam ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Menteng ini belum sepenuhnya

berhasil mencapai tujuan, karena dalam tahapan pelaksanaan program WBMH

tersebut masih terdapat banyak kendala yang terjadi. Tahapan pelaksanaan

program WBMH dimulai dari sosialisasi, penyediaan sarana dan prasarana,

sumber pembiayaan program WBMH, dan monitoring evaluasi yang dilakukan

Pemerintah DKI Jakarta.

2. Masih banyak terdapat kekurangan didalam Peraturan Gubernur Nomor 22

Tahun 2014 tentang wajib belajar malam hari sebagai acuan dalam pelaksanaan

program WBMH di Kecamatan Menteng.

3. Kebijakan Program Wajib Belajar Malam Hari (WBMH) di Kecamatan

Menteng dari sisi substansinya dapat dikategorikan sebagai kebijakan yang

berfungsi untuk melaksanakan fungsi Pemerintah di bidang pemberdayaan

masyarakat tetapi implementasi kebijakannya kurang didukung oleh

keterlibatan Pemerintah DKI Jakarta dan warga masyarakat dalam

melaksanakan Program Wajib Belajar Malam Hari tersebut. Dampak lemahnya

kebijakan tentang pelaksanaan Program Wajib Belajar Malam Hari (WBMH)

berakibat pada lemahnya pelaksanaan dan penyebarluasan Program WBMH

Page 175: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

157

Kecamatan Menteng di tengah-tengah masyarakat. Masih banyak masyarakat

yang belum mengetahui esensi dari Program WBMH yang dicanangkan oleh

Pemerintah DKI Jakarta dan sosialisasi program WBMH belum dilakukan

secara maksimal.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian diatas, maka

peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dijadikan masukan dan bahan

pertimbangan bagi evaluasi Peraturan Gubernur nomor 22 tahun 2014 tentang

Wajib Belajar Malam Hari di Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Adapun saran-

saran tersebut yaitu :

1. Bagi Pemerintah DKI Jakarta beserta Dinas Pendidikan ataupun Suku Dinas

Pendidikan Jakarta Pusat hendaknya meninjau kembali Peraturan Gubernur

Nomor 22 Tahun 2014 tentang Wajib Belajar Malam Hari (WBMH), mulai

dari waktu pelaksaan program, struktur pelaksana kegiatan program, sarana

dan prasarana pendukung, sampai dengan anggaran untuk pelaksanaan

program, agar program swadaya ini dapat berjalan baik dan optimal di

masyarakat. Manajemen pengawasan program juga menjadi sisi yang harus

mendapat perhatian serius, hal ini dilakukan agar meminimalisir

penyimpangan yang terjadi dalam program WBMH, selain itu pengawasan

program dapat berlangsung lebih efektif, kemudian Program Wajib Belajar

Malam Hari harus menjadi prioritas kebijakan pemerintah DKI Jakarta

dengan konsekuensi logis harus menjadi prioritas kerja dan prioritas anggaran

Page 176: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

158

dan perlu disusun strategi pelaksanaan Program WBMH secara partisipatif

berbasis ide-ide dan potensi masyarakat.

2. Bagi satuan tugas pelaksana program WBMH di Kecamatan Menteng, harus

menyiapkan sumberdaya yang memadai dan kompeten. Bagaimanapun pihak

Satuan tugas yang lebih mengetahui kondisi di Kecamatan Menteng

dibandingkan dengan Pemerintah atau Dinas Pendidikan, kemudian

diperlukan sinergitas Program WBMH dengan Satuan Kerja Pemerintah

Daerah (SKPD) terkait serta sektor swasta,

3. Bagi tenaga pendidik program WBMH di Kecamatan Menteng hendaknya

dapat kembali memaknai julukan yang sangat melekat dengan profesi seorang

guru laksana pahlawan tanpa tanda jasa. Guru adalah pelita bagi anak-anak

Indonesia mengejar cita-citanya. Olehnya itu butuh ketulusan dan semangat

pengabdian yang tinggi dalam melaksanakan segala tanggungjawab yang

diberikan, tidak terkecuali dalam program WBMH ini. Jika memang belum

ada fasilitas atau insentif khusus dari bergulirnya program WBMH ini,

diharapkan tenaga pendidk tetap pada motivasi yang tinggi dalam

mensukseskan program WBMH.

4. Bagi orangtua peserta didik, hendaknya harus lebih memperhatikan dan

memahami bahwa pendidikan sangat penting untuk anak, karena dengan

pendidikan yang baik akan tercipta generasi yang unggul dan kompeten.

5. Bagi peserta didik sendiri harusnya lebih mengingat kembali pada cita-cita

yang diharapkan. Untuk mencapai itu, pendidikan merupakan jalan untuk

meraihnya, tidak ada kata lelah dan tidak ada kata berhenti untuk belajar.

Page 177: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

159

6. Bagi masyarakat khususnya di Kecamatan Menteng, untuk ikut berpartisipasi

dan mendukung pelaksanaan program WBMH. Program swadaya ini tidak

akan berjalan dengan baik tanpa adanya peran aktif dari masyarakat sendiri.

Page 178: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, dan Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. 2004. Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis

bagi praktisi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara _______, Suharsimi. 2009. Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis

bagi praktisi pendidikan. Cetakan kedua, Jakarta: Bumi Aksara Fuad dan Nugroho. 2012. Panduan Praktis Penelitian Kualitatif. Serang: Fisip

Untirta Press Hasan, Hamid. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif & Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial,

Jakarta: Departemen Ilmu Administrasi FISIP-UI.

Miles, Matthew dan Michael Huberman. 2009. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press

Moleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya Silalahi, Ulber. 2010. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Aditama

Sudjana, Djuju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta _______ . 2008. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV. Alfabeta _______ . 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung: CV.

Alfabeta _______ . 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Cetakan kelima

belas, Bandung: CV. Alfabeta Tayibnapis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Page 179: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Widyoko, Eko Putro. 2014. Evaluasi Program Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar Dokumen - Dokumen: Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun 2006 Tentang Sistem Pendidikan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 22 Tahun 2014 Tentang Wajib Belajar Malam Hari Pedoman Pelaksanaan Program Wajib Belajar Malam Hari Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Sumber Lain: Prayoga, Agryan Wahyu. 2013. Implementasi Program Kartu Jakarta Pintar Pada

Jenjang Pendidikan SMA/SMK di Kecamatan Kalideres Kota Adminstrasi Jakarta Barat. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Aprisia, Triana. 2014. Evaluasi Program Jam Belajar Masyarakat (JBM) di Kota

Metro. Universitas Lampung Wulanuari, Yasica Pratama. 2012. Efektifitas Implementasi Program Gerakan Wajib

Jam Belajar (GWJB) di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Kliwon, Kota Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta

Yuniarti, Andrian. 2012. Pelaksanaan Jam Wajib Belajar Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 17 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Kota Mojokerto Berlingkungan Pendidikan (PKMBP) di Kota Mojokerto. Universitas Negeri Malang

Page 180: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Web: http://megapolitan.kompas.com/read/2013/10/08/0920254/Kenakalan.Remaja.Makin.

Mencemaskan 9 November 2014 http://m.news.viva.co.id/cangkang/haji2014/read/446659-menangkal-tabrakan-maut-

aqj-dengan-jam-malam--efektifkah-

http;//beritasatu.co.id/dampakpemberlakuanjamwajibbelajarmalam 11 Oktober 2013

Page 181: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

CATATAN LAPANGAN

NO TANGGAL WAKTU

TEMPAT HASIL INFORMAN

1 5 Februari 2014

13.02 Universitas Sultan Ageng

Tirtayasa

Surat Izin Penelitian

-

2 6 Februari 2014

15.00 KESBANGPOL Provinsi

Banten

Surat Izin Penelitian

-

3 25 Februari 2014

11.01 KESBANGPOL Provinsi DKI Jakarta

Surat Izin Penelitian

-

4 26 Maret 2014 10.12 Kantor Dinas Pendidikan

Provinsi DKI Jakarta

Wawancara, Pedoman

Pelaksanaan Program

WBMH, Pergub No 22 Tahun

2014

Staff Seksi Sarana dan

Prasarana SD

5 16 Oktober 2014

13.33 Kantor Kelurahan

Pegangsaan

Observasi Wawancara

Awal

Penanggung Jawab Program

WBMH KEcamatan

Menteng 6 16 Oktober

2014 15.27 Kantor Pos

RW 06 Kelurahan

Pegangsaan

Observasi, Wawancara

awal

Guru Pendamping

Program WBMH

7 13 Maret 2015 10.59 Kantor Dinas Pendidikan

Provinsi DKI Jakarta

Observasi, Wawancara

Staff Seksi Sarana dan

Prasarana SD

Page 182: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

8 14 Maret 2015 14.33 Kantor Dinas Pendidikan

Provinsi DKI Jakarta

Konfirmasi Memberchek

Staff Seksi Sarana dan Prasana SD

9 14 Desember 2015

11.20 Kantor Kelurahan

Pegangsaan

Wawancara, Penanggung Jawab Program

WBMH 10 15 Desember

2015 12.19 Rumah Ibu

Tati Wawancara Ketua

Pelaksana Progran WBMH

11 15 Desember 2015

13.34 Rumah Ibu Pipit

Wawancara Guru Pendamping

Program WBMH

12 16 Desember 2015

09.12 Kantor Sekretariat

RW 01 Kelurahan

Pegangsaan

Wawancara Satuan Tugas Program WBMH

13 16 Desember 2015

11.46 Rumah Bapak Tiri

Wawancara Orangtua Peserta Didik

Program WBMH

14 16 September 2015

13.16 Rumah Ibu Rusmini

Wawancara Orangtua Peserta Didik

Program WBMH

15 16 Desember 2015

14.37 Halaman Kantor

Sekretariat RW 06

Kelurahan Pegangsaan

Wawancara, Peserta Didik Program WBMH

Tingkat SMA

16 17 Desember 2015

09.46 Pasar Cikini Kecamatan Menteng

Wawancara, Sekretaris Kelurahan

Pegangsaan

Page 183: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

17 17 Desember 2015

11.47 Kantor Kelurahan

Pegangsaan

Wawancara Kasie Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan

Rakyat

18 17 Desember 2015

13.05 Kantor Sekretariat

Rw 06 Kelurahan

Pegangsaan

Wawancara Ketua RW 06 Kelurahan

Pegangsaan

19 17 Desember 2015

15.05 Kantor Kelurahan

Pegangsaan

Wawancara Ketua RT 012 Kelurahan

Pegangsaan 20 17 Desember

2015 16.09 Kantor

Kelurahan Pegangsaan

Wawancara Ketua PKK RW 06

Kelurahan Pegangsaan

21 20 Desember 2015

10.02 Halaman Monumen Proklamasi Kecamatan Menteng

Wawancara Peserta Didik Program WBMH

Tingkat SMA

22 20 Desember 2015

13.15 Halaman Monumen Proklamasi Kecamatan Menteng

Wawancara Peserta Didik Program WBMH

Tingkat SMP

23 20 Desember 2015

13.42 Halaman Monumen Proklamasi Kecamatan Menteng

Wawancara Peserta Didik Program WBMH

Tingkat SD

24 14 Januari 2016

08.33 Kantor Kelurahan

Pegangsaan

Konfirmasi Memberchek

Penanggung Jawab Program

WBMH Kecamatan

Page 184: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Menteng 25 15 Januari

2016 11.47 Kantor

Kelurahan Pegangsaan

Konfirmasi Memberchek

Kasie Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan

Rakyat

26 15 Januari 2016

13.45 Kantor Kelurahan

Pegangsaan

Konfirmasi Memberchek

Ketua RT 12/06

Kelurahan Pegangsaan

27 15 Januari 2016

14.15 Rumah Ibu Tati

Konfirmasi Membercheck

Ketua Pelaksana Program WBMH

28 15 Januari 2016

15.01 Rumah Ibu Pipit

Konfirmasi Membercheck

Guru Pendamping

Program WBMH

29 16 Januari 2016

09.15 Kantor Sekretariat

RW 01 Kelurahan

Pegangsaan

Konfirmasi Membercheck

Sekretaris Kelurahan

Pegangsaan

30 16 Januari 2016

09.30 Kantor Sekretariat

RW 01 Kelurahan

Pegangsaan

Konfirmasi Membercheck

Ketua RW 06 Kelurahan

Pegangsaan

31 16 Januari 2016

10.14 Kantor Sekretariat

RW 01 Kelurahan

Pegangsaan

Konfirmasi Membercheck

Ketua PKK RW 06

Kelurahan Pegangsaan

32 16 Januari 2016

10.36 Kantor Sekretariat

RW 01 Kelurahan

Pegangsaan

Konfirmasi Membercheck

Satuan Tugas Program WBMH

33 17 Januari 2016

13.47 Halaman Monumen Proklamasi

Konfirmasi Membercheck

Peserta Didik Program WBMH

Page 185: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Kelurahan Pegangsaan

Tingkat SMA

34 17 Januari 2016

13.55 Halaman Monumen Proklamasi Kelurahan

Pegangsaan

Konfirmasi Membercheck

Peserta Didik Program WBMH

Tingkat SMP

35 17 Januari 2016

14.03 Halaman Monumen Proklamasi Kelurahan

Pegangsaan

Konfirmasi Membercheck

Peserta Didik Program WBMH

Tingkat SD

36 20 Januari 2016

10.17 Rumah Ibu Rusmini

Konfirmasi Membercheck

Orangtua Peserta Didik

Program WBMH

37 20 Januari 2016

15.40 Rumah Bapak Tiri

Konfirmasi Membercheck

Orangtua Peserta Didik

Program WBMH

Page 186: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 187: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 188: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 189: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 190: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 191: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 192: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 193: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

DOKUMENTASI PENELITIAN

Wawancara dengan Penanggung Wawancara ke Dinas Pendidikan Provinsi DKI

Jawab Program WBMH Kecamatan Menteng Jakarta

Wawancara dengan Ketua pelaksana Wawancara dengan Ketua RT 012/006

program WBMH Kecamatan Menteng Kelurahan Pegangsaan

Wawancara dengan Kasie Pemberdayaan & Wawancara dengan guru pendamping

Kesejahteraan Rakyat Kelurahan Pegangsaan program WBMH Kecamatan Menteng

Page 194: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Wawancara Dengan Sekretaris Kelurahan Wawancara dengan Ketua PKK RW 06

Pegangsaan Kelurahan Pegangsaan

Wawancara dengan Ketua RW 06 Wawancara dengan tim Satgas Program

Kelurahan Pegangsaan WBMH Kecamatan Menteng

Wawancara dengan peserta didik program Wawancara dengan peserta didik program

WBMH tingkat SMA WBMH tingkat SMP

Page 195: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Wawancara dengan orangtua peserta didik Wawancara awal dengan guru pendamping

Program WBMH program WBMH

Wawancara dan observasi awal Pelaksanaan Program WBMH di Kelurahan

Di Kelurahan Pegangsaan Pegangsaan

Page 196: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Dadang Suherman

Pekerjaan : Penanggung Jawab Program WBMH Kecamatan Menteng

KONTEKS

1. Q : Apa yang menjadi latar belakang diadakannya program WBMH tersebut?

A. : Diadakan program WBMH untuk menghindari kejadian yang tidak

diiginkan pada anak, seperti kasus kecelakaan kemarin terjadi pak, itu yang

anaknya artis si A. Selain itu juga untuk meminimalisir kenakalan remaja

yang sering terjadi, seperti tawuran, narkoba, dan lain-lain.

2. Q : Apa yang menjadi tujuan dari program WBMH?

A. : Jika tujuan dari program WBMH ini adalah semata-mata untuk

meningkatkan kualitas dari peserta didik, khususnya prestasi di sekolah.

Kalau tujuan lainnya untuk menghindari anak agar tidak keluyuran atau

pergi main malam hari.

3. Q : Alasan dilakukan pilot project pada program WBMH?

A. : Program WBMH ini memang program percontohan yang dilakukan

Pemerintah DKI Jakarta. Alasannya karena pemerintah ingin melihat

apakah program ini berhasil atau tidak dalam meningkatkan prestasi anak di

sekolah, pada daerah atau wilayah-wilayah yang menerapkan program

Page 197: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

WBMH ini. Apabila tujuan dari program ini berhasil, maka rencana dari

pemerintah akan menerapkan program ini diseluruh wilayah Jakarta.

4. Q : Bagaimana pemilihan lokasi yang dijadikan pilot project untuk program

WBMH?

A. : Kalau untuk pemilihan wilayah yang akan dijadikan lokasi percontohan

program WBMH pastinya adalah wilayah yang memiliki tingkat partisipasi

masyarakat yang tinggi, seperti di Kecamatan Menteng ini.” Dan

pemberlakuan kegiatan WBMH di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan

Menteng sendiri sebenarnya sudah ada selama empat tahun, tepatnya mulai

ada semenjak tahun 2011, tetapi sebelum keluar Pergubnya, kegiatan Jam

Malam ini belum rutin dilaksanakan, dan masih banyak warga yang belum

melaksanakannya.

5. Q : Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pemerintah terhadap program

WBMH kepada masyarakat?

A. : Untuk sosialisasinya sendiri kita lakukan dengan mengadakan pertemuan

Orangtua dari peserta didik dan satuan tugas pelaksana program, kemudian

kita memberikan penjelasan mengenai program WBMH ini. Ada juga kita

memasang spanduk program WBMH, dan kita menempelkan stiker di

rumah-rumah peserta didik, apabila ada Orangtua peserta didik yang tidak

hadir dalam pertemuan tersebut tetap mengetahui tentang program ini.

Tetapi spanduk dan stiker itu kita adakan dengan dana pribadi dari ibu

Camat maupun masyarakat, pemerintah tidak menyediakan itu. Pemerintah

Page 198: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

hanya sebatas memberikan pengarahan mengenai mekanisme pelaksanaan

program WBMH saja, itupun hanya sekali dilakukan.

MASUKAN

6. Q : Bagaimana sarana dan prasarana yang digunakan untuk program WBMH

di Kecamatan Menteng?

A. : Untuk sarana yang digunakan, kita memanfaatkan pos RW dengan pos-

pos ronda yang ada, kemudian kita hias sendiri pos-pos itu agar terlihat

menarik dan untuk menambah semangat belajar juga untuk peserta didik.

Tetapi kalau jumlah peserta didiknya banyak dan pos-pos itu tidak

menampung lagi, terpaksa kita belajar dilapangan bulu tangkis yang ada.

Dan prasarana seperti buku, kita dapatkan dari sumbangan-sumbangan

warga, kemudian seperti meja belajar ada yang diberikan dari ibu Camat.

Pemerintah sama sekali tidak menyediakan apapun.

7. Q : Siapa yang menjadi tenaga pendidik dalam program WBMH di

Kecamatan Menteng?

A. : Kalau untuk tenaga pengajar sendiri, kita menggunakan tenaga sukarela

dari warga yang bersedia untuk menjadi guru pendamping kegiatan Jam

malam. Di Kelurahan Pegangsaan sendiri ada beberapa warga yang

menjadi guru pendamping, tetapi yang aktif mengajar hanya dua orang

saja, yaitu Bapak Zaky dan Ibu Pipit. Karena beberapa orang yang lainnya

yang menjadi guru pendamping lainnya masih punya kesibukan lain

seperti pekerjaan dan lain-lain.

Page 199: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

8. Q : Darimana sumber anggaran untuk pelaksanaan program WBMH berasal?

A. : Untuk anggaran kita dapatkan dari masyarakat, tetapi yang paling sering

menyumbang adalah ibu Camat, pak RW, bahkan saya sendiri pun juga

ikut menyumbang, walaupun tidak banyak. Jumlahnya juga tidak tentu,

karena untuk SatGas sendiri kan mereka juga butuh minum dan makan,

dan untuk membeli minuman dan makanan butuh uang apalagi untuk

menyediakan sarana dan prasarana kegiatan Jam Malam.

Jujur saya baru tahu bahwa didalam PerGub itu, anggaran untuk

kegiatan Jam Malam ini dibebankan pada APBD. Karena selama ini kita

mendapatkan dana untuk pelaksanaan kegiatan Jam Malam ini dari

swadaya, seperti yang saya jelaskan tadi.

PROSES

9. Q : Siapa yang menjadi pelaksana program WBMH di Kecamatan Menteng?

A. : Yang menjadi pelaksana program yah semua masyarakat di Kelurahan

Pegangsaan, mulai dari RW, RT, Orangtua, Guru, dan peserta didik

sendiri. Mereka semua adalah SatGas pelaksana kegiatan Jam Malam.

10. Q : Siapa yang menjadi peserta didik dalam program WBMH di Kecamatan

Menteng?

A. : Peserta program ini adalah peserta didik yang berada dalam usia sekolah

antara 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun, berarti dari

peserta didik tingkat SD sampai tingkat SMA.

Page 200: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Memang ada juga peserta didik yang tidak besekolah ikut kegiatan

Jam Malam, artinya program ini bagus dong pak, karena disisi lain anak

yang tidak dapat bersekolah, karena faktor ekonomi atau faktor lain pun

dapat belajar bersama dengan anak-anak lainnya.

11. Q : Bagaimana mekanisme pelaksanaan program WBMH di Kecamatan

Menteng?

A. : Untuk pelaksanaan program WBMH kita lakukan pada hari-hari sekolah,

dari hari minggu malam sampai kamis malam dari jam 7 sampai jam 9,

dan untuk pelaksaannya sendiri, pertama kita turun kerumah-rumah

peserta didik bersama teman-teman SatGas lain. Dengan membawa toa,

kita ajak dan beritahu anak-anak bahwa sudah masuk jam belajar, kadang-

kadang kita juga putar lagu mars belajar untuk menandakan bahwa jam

malam sudah dimulai. Kemudian kita kumpulkan anak-anak yang sudah

ada ketempat yang sudah disediakan untuk belajar.

12. Q : Bagaimana partisipasi peserta didik dalam program WBMH di Kecamatan

Menteng?

A. : Cukup banyak anak yang ikut, yah ada sekitar 40 anak, tetapi memang

masih banyak juga anak-anak yang tidak ikut.

13. Q : Bagaimana peran dari orangtua peserta didik dalam program WBMH di

Kecamatan Menteng?

A. : Jelas peran orangtua sangat penting dalam kegiatan jam malam ini,

karena dari lingkungan keluarga itulah karakter anak dibentuk bang

Page 201: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

kemudian dari lingkungan sekitar, apabila kegiatan ini berjalan namun

tanpa peran serta dari orangtua, kegiatan ini akan menjadi sia-sia saja.

Tugas orangtua disini kan sebagai fasilitator, yaitu mengawasi dan

memotivasi anak agar belajar dengan baik. Alhamdulillah disini para

orangtua sudah mulai peduli dengan pendidikan anak, tapi masih ada juga

orangtua yang tidak peduli, mungkin karena mereka dulu tidak

mendapatkan pendidikan atau karena hal lain.

Banyak faktor yang mempengaruhi, contohnya ada orangtua yang

kerja lembur sampai larut malam, ada orangtua yang tidak sekolah dan

akibatnya dia bingung mau mengajarkan anak tuh apa, kemudian ada juga

beberapa anak korban dari perceraian orangtua atau broken home.

HASIL

14. Q : Bagaimana prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik

setelah mengikuti program tersebut?

A. : Ada pasti kalau untuk peningkatan prestasi anak di sekolah, karena kan

anak-anak setiap malamnya belajar, pastinya berdampak dengan

prestasinya juga.

15. Q : Apa yang menjadi faktor keberhasilan program WBMH di Kecamatan

Menteng?

A. : Yang menjadi faktor pendukung keberhasilan program WBMH ini

adalah masyarakatnya sendiri, karena yang pertama kita ketahui ini kan

program swadaya, jadi masyarakat yang seharusnya berperan aktif di

Page 202: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

dalam program ini, kemudian dukungan dari pemerintah, dukungan dari

pemerintah sangat dibutuhkan, karena mustahilkan program ini pemerintah

yang menerapkan tetapi pemerintah tidak mendukungnya. Meskipun ini

program swadaya, tetapi kalau tidak adanya dukungan dari pemerintah,

program ini tidak akan berjalan lama.

16. Q : Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program WBMH

di Kecamatan Menteng?

A. : Sebenarnya masih banyak sekali yang menjadi faktor penghambat dalam

pelaksanaan program WBMH ini, dari mulai sarana yang kita miliki untuk

kegiatan ini sangat sedikit, kemudian fasilitas seperti buku-buku pelajaran

yang ada tidak lengkap, tenaga pendidik yang tidak mencukupi, dari

kesadaran orangtua dan juga anak. Dan yang paling utama ya masalah

anggaran itu sendiri yang jumlahnya tidak mencukupi untuk pembiayaan

program WBMH ini, walaupun kawan-kawan Satgas tidak digaji, minimal

kita menyediakan makan dan minum untuk kawan Satgas, dan itu semua

kan memakai anggaran.

Lingkungan politik juga menjadi pengaruh dalam pelaksanaan

program, contohnya, seperti ibu Camat yang sebelumnya menjabat, sangat

mendukung sekali pelaksanaan program WBMH ini, sedangkan kalau

Camat yang sekarang ini jauh berbeda dengan Camat yang dulu.

Kemarin banyak anak yang datang kepada saya, yah kira-kira ada 20

anak, mereka menagih janji kepada saya kalau mereka dapat peringkat di

kelas akan diberikan handphone, memang benar mereka dapat peringkat

Page 203: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

semua, tapi sayanya lagi tidak ada duit pak, yah itu semua saya lakukan

juga untuk memberikan rangsangan atau stimulus kepada mereka agar

lebih giat belajar lagi dan berprestasi. Karena kan mereka juga bosen kalau

belajar terus, yah yang saya minta kepada pemerintah, minimal diberikan

penghargaan atau reward kepada anak-anak yang berprestasi, agar

semangat belajar mereka tuh tetap ada.

17. Q : Bagaimana monitoring evaluasi yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta

terhadap program WBMH di Kecamatan Menteng?

A. : Memang ada beberapa orang dari Dinas Pendidikan yang datang untuk

melihat kegiatan WBMH di Menteng ini, tapi itu cuma awalnya saja,

kesininya tidak ada yang datang lagi.

Page 204: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 205: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Rini Sulastri, S.Pd

Pekerjaan : Staff Seksi Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar

Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta

KONTEKS

1. Q : Apa yang menjadi latar belakang diadakannya program WBMH tersebut?

A. : Dilaksanakannya program Jam Malam karena, umumnya anak sekolah

sekarang ini kerap melakukan hal-hal negatif pada malam hari. Oleh karena

itu pak Gubernur membuat peraturan nomor 22 tahun 2014 tentang Wajib

Belajar Malam Hari. Selain untuk mencegah anak menjadi korban

kriminalitas di malam hari, program ini juga akan membiasakan anak untuk

selalu belajar khususnya di luar jam sekolah. Dan program WBMH ini

adalah program swadaya.

2. Q : Apa yang menjadi tujuan dari program WBMH?

A. : Tujuan dari pelaksanaan program ini tidak lain untuk meningkatkan

potensi anak di sekolah, khususnya di bidang akademik dan

mengembangkan minat anak dalam belajar.

3. Q : Alasan dilakukan pilot project pada program WBMH?

A. : Pelaksanaan pilot project merupakan tahapan uji coba implementasi yang

dilakukan Pemerintah untuk melihat sejauhmana tingkat keberhasilan

Page 206: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

program WBMH ini, apabila tujuan dari program ini berhasil meningkatkan

prestasi didik di bidang akademik, maka Pemerintah Jakarta akan

menerapkan program ini diseluruh wilayah Jakarta.

4. Q : Bagaimana pemilihan lokasi yang dijadikan pilot project untuk program

WBMH?

A. : Bahwa sebenarnya wilayah yang akan dijadikan pilot project untuk

Program Wajib Belajar Malam Hari tersebut, karena wilayah tersebut sudah

menerapkan terlebih dulu program jam wajib malam di wilayahnya. Seperti

yang ada di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng sudah

menjalankan program ini, dan sama halnya dengan Kecamatan Koja yang

sudah terlebih dahulu menerapkan program jam wajib malam. Dan

wilayah-wilayah lain di Jakarta yang dianggap tingkat partisipasi

masyarakatnya baik.

5. Q : Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pemerintah terhadap program

WBMH kepada masyarakat?

A. : Sosialisasinya kita lakukan secara berjenjang, dengan memberikan

pengarahan kepada Suku Dinas, kemudian dilanjutkan pada Satuan Tugas

pelaksana program WBMH di tingkat Kecamatan.

MASUKAN

6. Q : Bagaimana sarana dan prasarana yang digunakan untuk program

WBMH?

Page 207: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

A. : Sarana yang digunakan bisa di gardu-gardu, mushola atau masjid

kemudian pos RW. Untuk buku-buku pelajaran dan alat tulis lainnya

didapat dari sumbangan warga atau yang lainnya. Karena ini kan program

swadaya mas.

7. Q : Siapa yang menjadi tenaga pendidik dalam program WBMH?

A. : Fasilitator tenaga pendidik berasal dari warga yang memiliki kemampuan

untuk memberikan pengajaran kepada peserta didik dan mampu untuk

membimbing dan memotivasi peserta didik, agar belajar dengan baik.

8. Q : Darimana sumber anggaran untuk pelaksanaan program WBMH berasal?

A. : Program Wajib Belajar Malam Hari ini adalah program swadaya, jadi

anggaran untuk program ini semuanya bersumber dari masyarakat, dan

tidak ada anggaran dari Pemerintah DKI Jakarta untuk program Wajib

Belajar Hari ini.

Jika ada anggaran dari pemerintah untuk program WBMH,

pastinya ada didalam DPA, namun kenyataan tidak ada. Program ini kan

masih tahap percobaan, mungkin belum masuk dalam perencanaan.

PROSES

9. Q : Siapa yang menjadi pelaksana program WBMH?

A. : Pelaksana program WBMH adalah Satuan Tugas yang sudah dibentuk

untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dan satuan tugas berasal dari

masyarakat.

10. Q : Siapa yang menjadi peserta didik dalam program WBMH?

Page 208: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

A. : Anak-anak yang berada dalam usia belajar tingkat SD sampai dengan

SMA/SMK.

11. Q : Bagaimana mekanisme pelaksanaan program WBMH?

A. : Mekanisme pelaksanaannya dilakukan pada malam di hari sekolah, dari

pukul 19.00 sampai dengan 21.00, dan tanda dimulainya jam malam

diperdengarkan lagu mars wajib belajar. Dan untuk teknis

pembelajarannya sendiri kita serahkan kepada SatGas di wilayah sesuai

dengan keperluannya.

12. Q : Bagaimana peran dari orangtua peserta didik dalam program WBMH?

A. : Tugas orangtua sebagai fasilitator, dan menjadi salah satu faktor penting

dalam kesuksesan program WBHM ini, apabila peran orangtua yang

semestinya mengawasi dan memotivasi anak dirumah tidak ada, maka

akan berdampak kepada prestasi anak disekolah.

HASIL

13. Q : Bagaimana prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik

setelah mengikuti program tersebut?

A. : Pastinya ada peningkatan prestasi para peserta didik di bidang

akademiknya, karena tujuan dari program ini sendiri adalah untuk

meningkatkan prestasi anak di bidang akademik, dan berdampak kepada

kebiasaan anak untuk belajar pada waktu malam hari, kita juga

memberikan kartu monitoring kepada guru pendamping untuk memantau

proses pembelajaran terhadap peserta didiknya.

Page 209: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

14. Q : Apa yang menjadi faktor keberhasilan program WBMH?

A. : Masyarakat itu sendiri, karena program ini merupakan program swadaya,

jadi sepenuhnya program ini dilaksanakan oleh masyarakat, pemerintah

mengawasi pelaksanaan program dengan melakukan monitoring evaluasi

terhadap pelaksanaan program WBMH.

15. Q : Bagaimana monitoring evaluasi yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta

terhadap program WBMH?

A. : Akan dilaksanakan monitoring oleh dinas pendidikan pada setiap

bulannya pada setiap wilayah yang melaksanakan program WBMH.

Page 210: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 211: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Makfudi

Pekerjaan : Sekretaris Kelurahan Pegangsaan

KONTEKS

1. Q : Apa yang menjadi tujuan dari pelaksanaan program WBMH?

A. : Kalau tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan prestasi anak di

sekolah.

2. Q : Bagaimana pemilihan lokasi yang dijadikan pilot project untuk program

WBMH?

A. : Setau saya program WBMH ini sudah ada di Kelurahan Pegangsaan ini

sekitar tahun 2011, kami menjalankan program WBMH ini berdasarkan

inisiatif dari warga masyarakat dan komunitas disini yang peduli kepada

anak-anak, walaupun belum rutin dilaksanakan dan belum banyak anak

yang mengikuti.

MASUKAN

3. Q : Siapa yang menjadi tenaga pendidik dalam program WBMH di

Kecamatan Menteng?

A. : Guru yang ada untuk kegiatan ini, itu sangat minim jumlahnya mas, dan

tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang ada. Dan juga latar

belakang mereka macam-macam ada yang memang benar guru dan ada

Page 212: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

yang hanya pegawai kantor. Tetapi karena susah juga untuk mencari

tenaga sukarela yang mau menjadi guru pendamping, yasudah siapa saja

yang mau membantu mengajar silahkan.

HASIL

4. Q : Apa yang menjadi faktor keberhasilan program WBMH di Kecamatan

Menteng?

A. : Masyarakat, tetapi dukungan dari pemerintahnya juga sangat perlu,

walaupun ini hanyalah program swadaya tetapi kalau pemerintah tidak

mendukung itu tidak akan berjalan mulus. Yah contohnya dalam hal

anggaran, jika kita hanya mengandalkan anggaran yang didapat dari

masyarakat, itu tidak akan cukup untuk membiayai pelaksanaan program

WBMH ini.

5. Q : Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program WBMH

di Kecamatan Menteng?

A. : Yah salah satunya kurangnya peran pemerintah itu, kita kan tidak bisa

jalan sendiri untuk menjalankan program ini, program WBMH ini bagus

sekali memang, banyak masyarakat yang antusias pada program ini, tapi

kalau pemerintah cuek atau cuma memberikan kebijakan saja tapi tidak

diperhatikan, sama saja bohong.

6. Q : Bagaimana monitoring evaluasi yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta

terhadap program WBMH di Kecamatan Menteng?

A. : Tidak ada.

Page 213: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 214: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : You Ming Ethgalangi

Pekerjaan : Kepala Seksi Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan

Rakyat Kelurahan Pegangsaan

KONTEKS

1. Q : Apa yang menjadi tujuan dari program WBMH?

A. : Kalau untuk tujuannya sendiri, program ini bertujuan untuk meningkatkan

minat belajar anak dan prestasi anak disekolah. Juga menghindari anak

keluar dimalam hari, agar tidak terjadi tindak kriminial yang dilakukan

anak itu, ataupun menghindari anak itu sendiri yang menjadi korban tindak

kriminal.

2. Q : Bagaimana pemilihan lokasi yang dijadikan pilot project untuk program

WBMH?

A. : Program WBMH sudah diterapkan di Kelurahan Pegangsaan jauh

sebelum Pergub Nomor 22 turun mas, tetapi memang cuma jalan ala

kadarnya, dan sekarang setelah keluar Pergubnya kita coba untuk

menjalani secara serempak, dan program ini adalah program swadaya dari

masyarakat.

Page 215: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MASUKAN

3. Q : Bagaimana sarana dan prasarana yang digunakan untuk program WBMH

di Kecamatan Menteng?

A. : Untuk sarana kegiatan WBMH kita gunakan yang ada, seperti gardu

ilmu, pendopo hijau, ataupun lapangan bulu tangkis apabila peserta

didiknya banyak. Kalau untuk prasarananya sendiri, seperti buku, dan lain-

lannya, kita kumpulkan dari sumbangan warga. Ibu Camat juga waktu itu

ikut menyumbangkan beberapa meja belajar untuk digunakan kegiatan

WBM itu. Jika dari pihak kelurahan, kecamatan atau Pemerintah DKI

tidak menyediakan itu. Tetapi sih seharusnya Pemerintah perlu

menyediakannya, karena kan kalau hanya mengandalkan sumbangan dari

masyarakat pasti tidak mencukupi.

4. Q : Siapa yang menjadi tenaga pendidik dalam program WBMH di

Kecamatan Menteng?

A. : Kita kekurangan tenaga pendidik disini, sedangkan tenaga pendidik yang

ada tidak sesuai dengan jumlah peserta didik. Dan kualitas dari guru itu

sebenarnya penting, karena salah satu faktor yang menentukan prestasi

peserta didik adalah kualitas dari guru yang baik. Sedangkan tenaga

pendidik atau guru disini, mereka mengajarkan yah apa adanya yang

mereka ketahui. Dan orangtua peserta didik ikut mengawasi dan

membimbing anak-anaknya. Tetapi tidak semua orangtua disini itu pernah

duduk dibangku sekolah, ada juga yang dulunya tidak bersekolah.

Bagaimana orangtua dari peserta didik mau membimbing, sedangkan

Page 216: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

(mohon maaf) mereka tidak bersekolah, yang mereka lakukan mungkin

hanya mengawasi anak-anaknya belajar.

5. Q : Darimana sumber anggaran untuk pelaksanaan program WBMH berasal?

A. : Dari swadaya masyarakat, Iyah memang ada didalam PerGub yang

menjelaskan tentang anggaran program ini bersumber dari APBD, tetapi

kalau tidak direncanakan dan dibawa ke badan perencanaan, tidak akan

keluar di DPA pak. Nah, tetapi karena itu masih percobaan, maksudnya

masih dalam tahap uji coba, mungkin belum masuk kedalam perencanaan.

Jika ada anggaran untuk program ini, pastinya masuk lewat saya pak,

tetapi kenyataannya kan disini tidak ada.

HASIL

6. Q : Bagaimana prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik

setelah mengikuti program tersebut?

A. : Jelas kalau untuk prestasi anak disekolah pastinya ada, karena ini kan

merupakan salah satu program unggulan yang dilakukan untuk

meningkatkan prestasi anak di sekolah.

7. Q : Apa yang menjadi faktor keberhasilan program WBMH di Kecamatan

Menteng?

A. : Tentunya partisipasi dan peran serta dari masyarakat, baik itu SatGas,

orangtua, peserta didik, dan masyarakat sekitar yang melaksanakan

program WMBH. Kemudian dukungan dari Pemerintah DKI Jakarta, baik

itu berupa anggaran, ataupun fasilitas yang diberikan untuk pelaksanaan

Page 217: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

program. Kedua elemen ini sangat penting untuk penentu keberhasilan

program WBMH ini.

8. Q : Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program WBMH

di Kecamatan Menteng?

A. : Lingkungan politik juga sangat berpengaruh untuk nasib suatu program,

contohnya saja program WBMH ini. Program WBMH ini kan ditetapkan

oleh Gubernur sebelumnya dan rencananya akan menerapkan di seluruh

DKI Jakarta, namun ketika terjadi pergantian Gubernur, tidak ada tindak

lanjut terhadap program ini.

9. Q : Bagaimana monitoring evaluasi yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta

terhadap program WBMH di Kecamatan Menteng?

A. : Tidak ada selama ini orang dari pusat, ataupun dinas pendidikan yang

datang lewat saya untuk menanyakan pelaksanaan program WBMH ini,

mungkin kalau mereka turun langsung kelapangan, saya tidak tahu

mengenai itu.

Page 218: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 219: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : R. Kusuma Sholuh

Pekerjaan : Ketua RW 06 Kelurahan Pegangsaan

KONTEKS

1. Q : Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pemerintah terhadap program

WBMH kepada masyarakat?

A. : Sosialisasinya pada waktu itu saya bersama tim Satuan Tugas pengurus

program WBMH yang lain mengumpulkan para Orangtua peserta didik di

pos RW, untuk diberikan pengarahan tentang program WBMH itu.

MASUKAN

2. Q : Darimana sumber anggaran untuk pelaksanaan program WBMH berasal?

A. : Yah kita semua menyumbang, tetapi kita tidak bisa memaksakan kepada

warga, karena sebagian warga juga ada yang tidak mampu. Karena dalam

pelaksanaan program ini kan butuh dana juga, mustahil kan kalo kita

menjalankan suatu kegiatan tidak menggunakan anggaran.

HASIL

3. Q : Bagaimana prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik

setelah mengikuti program tersebut?

Page 220: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

A. : Program ini sangat bagus sekali pak, terutama untuk mendidik anak

selama berada di luar lingkungan sekolah, daripada si anak ini juga

keluyuran tidak jelas, lebih baik mereka belajar kan, karena itu saya sangat

mendukung sekali pelaksanaan program ini.

4. Q : Bagaimana monitoring evaluasi yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta

terhadap program WBMH di Kecamatan Menteng?

A. : Pernah, tapi seingat saya cuma 2 kali mereka datang kesini untuk melihat

pelaksanaan WBMH.

Page 221: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 222: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Neneng Fitria

Pekerjaan : Ketua RT 012/006 Kelurahan Pegangsaan

KONTEKS

1. Q : Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pemerintah terhadap program

WBMH kepada masyarakat?

A. : Pernah dilakukan sosialisasi, waktu itu sehabis Isya, saya bersama

teman-teman pengurus dan pelaksana program WBMH yang lain

mengumpulkan Orangtua peserta didik untuk diberikan penjelasan

mengenai program WBMH tersebut.

MASUKAN

2. Q : Darimana sumber anggaran untuk pelaksanaan program WBMH berasal?

A. : Kalau anggaran dari Pemerintah tidak ada, yah kita dapet dana untuk

kegiatan Jam Malam dari sumbangan aja sih, seperti dari Ibu Camat, Pak

RW, Pak Dadang dan warga disini. Jumlahnya juga gak tentu, tetapi kita

usahakan agar dana yang ada cukup untuk melaksanakan kegiatan.

PROSES

3. Q : Bagaimana mekanisme pelaksanaan program WBMH di Kecamatan

Menteng?

Page 223: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

A. : Pelajarannya yah kebanyakan kita hanya mengulang pelajaran yang

diberikan di sekolah, dan membahas PR yang diberikan.

4. Q : Bagaimana partisipasi peserta didik dalam program WBMH di Kecamatan

Menteng?

A. : Masih terbilang sedikit anak yang mengikuti program Jam Malam ini,

mungkin karena anak itu sudah lelah juga mas, karena banyaknya rutinitas

kegiatan di sekolah, dan pada saat jam malam dimulai, ada anak yang tidur

karena capek, kemudian ada juga yang belum pulang dari sekolah karena

masih ada kegiatan di sekolah kata beberapa anak peserta didik.

HASIL

5. Q : Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program

WBMH di Kecamatan Menteng?

A. : Kurangnya kesadaran orangtua menjadi hambatan juga dalam

pelaksanaan program ini, yah setiap hari kita capek juga kalau harus

memberitahu kepada warga kalau jam segini mulai kegiatan WBMH,

seharusnya kan para orangtuanya juga sudah mengertilah, tanpa harus

disuruh-suruh lagi.

6. Q : Bagaimana monitoring evaluasi yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta

terhadap program WBMH di Kecamatan Menteng?

A. : Ada memang pas awal pelaksanaan program ini, itu sekitar bulan Maret,

tapi sampai sekarang belum ada orang dari dinas yang datang lagi.

Page 224: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 225: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Tati Mulyati

Pekerjaan : Ketua Pelaksana Program WBMH Kecamatan Menteng

MASUKAN

1. Q : Bagaimana sarana dan prasarana yang digunakan untuk program WBMH

di Kecamatan Menteng?

A. : Kegiatannya kita adakan di gardu-gardu ataupun di pos RW, untuk

bukunya sendiri kita kumpulkan dari sumbangan warga, ada juga waktu

itu Ibu Camat datang memberikan beberapa meja belajar untuk digunakan

kegiatan WBMH.

PROSES

2. Q : Siapa yang menjadi peserta didik dalam program WBMH di Kecamatan

Menteng?

A. : Yang ikut kegiatan yah anak-anak sekolah, tapi ada juga beberapa anak

yang tidak sekolah ikut kegiatan Jam Malam ini, karena disini kan kita

tujuannya belajar bersama.

Page 226: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

HASIL

3. Q : Bagaimana monitoring evaluasi yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta

terhadap program WBMH di Kecamatan Menteng?

A. : Iyah pernah ada, dan saya juga pernah di tanyain juga mengenai

pelaksanaan program WBMH ini.

Page 227: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 228: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Onengsih

Pekerjaan : Ketua PKK RW 06 Kelurahan Pegangsaan

KONTEKS

1. Q : Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pemerintah terhadap program

WBMH kepada masyarakat?

A. : Saya gak hadir dalam acara sosialisasi, waktu itu ada urusan mendadak.

Tapi saya tau kok kalau ada program WBMH itu dari tetangga sama

spanduk-spanduk yang dipasang.

Page 229: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 230: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Pipit Kustiawati

Pekerjaan : Guru Pendamping Program WBMH Kecamatan Menteng

MASUKAN

1. Q : Bagaimana sarana dan prasarana yang digunakan untuk program WBMH

di Kecamatan Menteng?

A. : Sarana yang kita gunakan itu gardu-gardu yang ada, seperti disini ada

gardu ilmu, pendopo hijau. Untuk prasarana seperti buku-buku dan meja

belajar kita dapatkan dari sumbangan warga, jika untuk alat tulisnya

peserta didik membawa sendiri dari rumah.

2. Q : Siapa yang menjadi tenaga pendidik dalam program WBMH di

Kecamatan Menteng?

A. : Guru pendamping disini cuma ada saya sama bapak Zaky pak,

sebenarnya ada juga warga lainnya yang menjadi tenaga pengajar program

jam malam, tetapi yang aktif mengajar hanya tinggal saya dan pak Zaky.

Mungkin karena kesibukan pekerjaan mereka atau hal lain, oleh karena itu

hanya kami berdua yang masih aktif mengajar, terkadang juga saya atau

bapak Zaky tidak bisa mengajar karena ada urusan mendadak, Akhirnya

anak-anak yang belajar sendiri-sendiri pak.

Page 231: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

PROSES

3. Q : Siapa yang menjadi peserta didik dalam program WBMH di Kecamatan

Menteng?

A. : Yah anak-anak sekolah mas, ada yang dari SD, SMP, dan SMA juga

SMK.

4. Q : Bagaimana mekanisme pelaksanaan program WBMH di Kecamatan

Menteng?

A. : Kalau untuk pelajaran, umumnya kita membahas apa yang sudah

dipelajari anak di sekolah, kemudian kita juga membahas PR yang

diberikan guru di sekolah. Kalau malam Jum’at biasanya juga kita

mengadakan pengajian.

5. Q : Bagaimana partisipasi peserta didik dalam program WBMH di Kecamatan

Menteng?

A. : Cukup banyak peserta didik yang antusias ikut kegiatan ini, namun masih

banyak juga anak yang tidak ikut. Karena apabila kita memaksakan anak

untuk ikut kan tidak dibenarkan juga. Program ini kan sifatnya mendidik

bukan memaksa, menurut saya salah satu faktor masih banyaknya anak

yang tidak ikut dalam kegiatan ini karena tidak ada sanksi yang diberikan,

yah contohnya berupa denda apabila tidak mengikuti kegiatan ini.

6. Q : Bagaimana peran dari orangtua peserta didik dalam program WBMH di

Kecamatan Menteng?

A. : Orangtua sebagai garda terdepan untuk membimbing anak, karena itu

menjadi bagian penting peran orangtua dalam pelaksanaan kegiatan Jam

Page 232: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Malam. Namun disini masih banyak orangtua yang kurang mendukung

kegiatan ini, seperti masih banyak orangtua yang menyalakan tv pada saat

waktu pelaksanaan Jam Malam, hal itu kan menggangu kegiatan jam

malam.

HASIL

7. Q : Bagaimana prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik

setelah mengikuti program tersebut?

A. : Ada beberapa anak-anak disini yang mendapatkan peringkat di sekolah.

8. Q : Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program WBMH

di Kecamatan Menteng?

A. : Kalau hambatan pastinya banyak sekali yang kita hadapi, kekurangan

tenaga pengajar, kesadaran dari orangtua yang cenderung kurang

memperhatikan pendidikan anaknya, fasilitas dan sarana untuk program

WBMH yang masih minim sekali. Peran dan dukungan dari

pemerintahnya sendiri, yang kalau kita bilang itu tidak ada sama sekali.

Page 233: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 234: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Syahrul

Pekerjaan : Satuan Tugas Program WBMH Kecamatan Menteng

KONTEKS

1. Q : Apa yang menjadi tujuan dari program WBMH?

A. : Bagus sih memang Pemda DKI Jakarta menetapkan program ini, tetapi

saya rasa belum efektif kalau program ini dilaksanakan, karena saya masih

melihat banyak kekurangan pada program ini, yah salah satunya pada

waktu pelaksaanaan program dari jam tujuh sampai jam 9. Itu kan gak

menjamin kalau anak itu langsung pulang kerumah atau tidak.

2. Q : Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pemerintah terhadap program

WBMH kepada masyarakat?

A. : Atas instruksi dari ibu Camat, bersama pak Dadang, pak RW dan ibu RT

kita melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Waktu itu juga ada orang

dari dinas pendidikan yang datang untuk memberikan pengarahan tentang

program WBMH.

PROSES

3. Q : Siapa yang menjadi pelaksana program WBMH di Kecamatan Menteng?

Page 235: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

A. : Semua masyarakat ikut terlibat untuk melaksanakan kegiatan ini, karena

ini kan program swadaya, jadi harusnya semua masyarakat yang ikut

berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan Jam Malam ini, kita sebagai

Satgas yang ditunjuk, bertugas hanya sebagai roh model atau panutan

untuk menjalankan kegiatan Jam Malam itu.

4. Q : Bagaimana mekanisme pelaksanaan program WBMH di Kecamatan

Menteng?

A. : Setiap hari kita keliling bersama teman-teman Satgas lain, kita bagi

kelompok, kemudian kita beri himbauan kepada Orangtua agar mematikan

TV agar tidak mengganggu kegiatan Jam Malam.

5. Q : Bagaimana peran dari orangtua peserta didik dalam program WBMH di

Kecamatan Menteng?

A. : Banyak orangtua yang masih bekerja sampai larut malam, ada juga yang

tidak peduli sama kegiatan ini. Namun kita tetap menghimbau kepada para

orangtua, agar tetap memperdulikan pendidikan anak. Tapi yah itulah

tantangannya.

HASIL

6. Q : Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program WBMH

di Kecamatan Menteng?

A. : Banyak sekali hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program WBMH

ini, yang paling penting sih masih kurangnya kesadaran orangtua dan tidak

adanya dukungan dari pemerintah.

Page 236: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 237: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Tiri

Pekerjaan : Orangtua Peserta Didik Program WBMH Kecamatan Menteng

KONTEKS

1. Q : Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pemerintah terhadap program

WBMH kepada masyarakat?

A. : Iya, saya pernah mengikuti sosialisasi program WBMH itu, disana di

jelasin bahwa ada program WBMH dan dihimbau untuk kita agar mengajak

anak mengikuti program WBMH itu.

HASIL

2. Q : Bagaimana prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik

setelah mengikuti program tersebut?

A. : Allhamdulilah ada peningkatan prestasi terhadap anak saya di

sekolahnya.

Page 238: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 239: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Rusmini

Pekerjaan : Orangtua Peserta Didik Program WBMH Kecamatan Menteng

KONTEKS

1. Q : Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pemerintah terhadap program

WBMH kepada masyarakat?

A. : Memang dulu pernah dipanggil sama ibu RT untuk datang ke pos RW,

katanya mau ngebahas soal program WBMH itu.

PROSES

2. Q : Bagaimana peran dari orangtua peserta didik dalam program WBMH di

Kecamatan Menteng?

A. : Sepi sih mas kalo orangtua yang ngawasain, kalo awalnya sih emang

ramai, tapi makin kesini jadi sepi.

Page 240: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 241: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Muhamad Renaldi

Pekerjaan : Peserta Didik Program WBMH Tingkat SMA

KONTEKS

1. Q : Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pemerintah terhadap program

WBMH kepada masyarakat?

A. : Pernah, waktu itu Ibu RT datang kerumah manggil bapak untuk disuruh

datang ke Pos RW, katanya mau ada sosialisasi program WBMH itu.

HASIL

1. Q : Bagaimana prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik

setelah mengikuti program tersebut?

A. : Gak dapet rangking, tapi nambah pengetahuan saya.

Page 242: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 243: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Muhamad Farhan

Pekerjaan : Peserta Didik Program WBMH Tingkat SMA

MASUKAN

1. Q : Siapa yang menjadi tenaga pendidik dalam program WBMH di

Kecamatan Menteng?

A. : Gurunya ibu Pipit, ada juga yang diajar sama bapak Zaky.

PROSES

2. Q : Bagaimana Partispasi Peserta Didik Terhadap Program WBMH di

Kecamatan Menteng?

A. : Saya sering gak ikut, karena banyak kegiatan bang di sekolah, apalagi

kita kelas 3 yang mau UN (Ujian Nasional), ada pelajaran tambahan juga

di sekolah.

3. Q : Bagaimana peran dari orangtua peserta didik dalam program WBMH di

Kecamatan Menteng?

A. : Kalau belajar yah sendiri, bapak kerja, ibu nonton film.

Page 244: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

HASIL

4. Q : Bagaimana prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik

setelah mengikuti program tersebut?

A. : Saya peringkat 8 di kelas.

Page 245: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 246: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Romy Febriansyah

Pekerjaan : Peserta Didik Program WBMH Tingkat SMA

MASUKAN

1. Q : Siapa yang menjadi tenaga pendidik dalam program WBMH di

Kecamatan Menteng?

A. : Ada bapak Zaky sama ibu Pipit, kadang-kadang juga kita belajar sendiri

kalau gak ada pak Zaky sama bu Pipit.

PROSES

2. Q : Bagaimana mekanisme pelaksanaan program WBMH di Kecamatan

Menteng?

A. : Mengulang pelajaran di sekolah kalo ada yang gak ngerti kita bahas,

sama ngerjain PR.

Page 247: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 248: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Razika Satria

Pekerjaan : Peserta Didik Program WBMH Tingkat SMP

PROSES

1. Q : Bagaimana mekanisme pelaksanaan program WBMH di Kecamatan

Menteng?

A. : Ngerjain PR sih paling sering.

HASIL

2. Q : Bagaimana prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik

setelah mengikuti program tersebut?

A. : Dapet sih 10 besar di sekolah.

Page 249: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 250: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Hendrawan

Pekerjaan : Peserta Didik Program WBMH Tingkat SMP

HASIL

1. Q : Bagaimana prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik

setelah mengikuti program tersebut?

A. : Dapet ranking kok.

Page 251: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 252: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Fandy Marwan

Pekerjaan : Peserta Didik Program WBMH Tingkat SMP

HASIL

1. Q : Bagaimana prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik

setelah mengikuti program tersebut?

A. : Gak dapet rangking, tapi lumayan nambah ngerti sama pelajaran di

sekolah.

Page 253: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 254: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Rija Akbar

Pekerjaan : Peserta Didik Program WBMH Tingkat SD

HASIL

1. Q : Bagaimana prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik

setelah mengikuti program tersebut?

A. : Iyah dapet.

Page 255: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 256: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

MEMBER CHECK

Nama : Muhamad Ardhi Wijaya

Pekerjaan : Peserta Didik Program WBMH Tingkat SD

HASIL

1. Q : Bagaimana prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik

setelah mengikuti program tersebut?

A. : Iyah dapet rangking.

Page 257: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR
Page 258: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

TRANSKIP DATA

Peneliti Apa yang menjadi latar belakang diadakannya program WBMH tersebut?

Kode

I1

Diadakan program WBMH untuk menghindari kejadian yang tidak diiginkan pada anak, seperti kasus kecelakaan kemarin terjadi pak, itu yang anaknya artis si A. Selain itu juga untuk meminimalisir kenakalan remaja yang sering terjadi, seperti tawuran, narkoba, dan lain-lain.

1

I2

Dilaksanakannya program Jam Malam karena, umumnya anak sekolah sekarang ini kerap melakukan hal-hal negatif pada malam hari. Oleh karena itu pak Gubernur membuat peraturan nomor 22 tahun 2014 tentang Wajib Belajar Malam Hari. Selain untuk mencegah anak menjadi korban kriminalitas di malam hari, program ini juga akan membiasakan anak untuk selalu belajar khususnya di luar jam sekolah. Dan program WBMH ini adalah program swadaya.

2

Peneliti Apa yang menjadi tujuan dari program WBMH?

I1

Jika tujuan dari program WBMH ini adalah semata-mata untuk meningkatkan kualitas dari peserta didik, khususnya prestasi di sekolah. Kalau tujuan lainnya untuk menghindari anak agar tidak keluyuran atau pergi main malam hari.

3

I2

Tujuan dari pelaksanaan program ini tidak lain untuk meningkatkan potensi anak di sekolah, khususnya di bidang akademik dan mengembangkan minat anak dalam belajar.

4

I3 Kalau tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan prestasi anak di sekolah.

5

I4

Kalau untuk tujuannya sendiri, program ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar anak dan prestasi anak disekolah. Juga menghindari anak keluar dimalam hari, agar tidak terjadi tindak kriminial yang dilakukan anak itu, ataupun menghindari anak itu sendiri yang menjadi korban tindak kriminal.

6

I10

Bagus sih memang Pemda DKI Jakarta menetapkan program ini, tetapi saya rasa belum efektif kalau program ini dilaksanakan, karena saya masih melihat banyak kekurangan pada program ini, yah salah satunya pada waktu pelaksaanaan program dari jam tujuh sampai jam 9. Itu kan gak menjamin kalau anak itu langsung pulang kerumah atau tidak.

7

Page 259: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Peneliti Alasan dilakukan pilot project pada program WBMH?

I1

Program WBMH ini memang program percontohan yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta. Alasannya karena pemerintah ingin melihat apakah program ini berhasil atau tidak dalam meningkatkan prestasi anak di sekolah, pada daerah atau wilayah-wilayah yang menerapkan program WBMH ini. Apabila tujuan dari program ini berhasil, maka rencana dari pemerintah akan menerapkan program ini diseluruh wilayah Jakarta.

8

I2

Pelaksanaan pilot project merupakan tahapan uji coba implementasi yang dilakukan Pemerintah untuk melihat sejauhmana tingkat keberhasilan program WBMH ini, apabila tujuan dari program ini berhasil meningkatkan prestasi didik di bidang akademik, maka Pemerintah Jakarta akan menerapkan program ini diseluruh wilayah Jakarta.

9

Penelti Bagaimana pemilihan lokasi yang dijadikan pilot

project untuk program WBMH?

I1

Kalau untuk pemilihan wilayah yang akan dijadikan lokasi percontohan program WBMH pastinya adalah wilayah yang memiliki tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi, seperti di Kecamatan Menteng ini.” Dan pemberlakuan kegiatan WBMH di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng sendiri sebenarnya sudah ada selama empat tahun, tepatnya mulai ada semenjak tahun 2011, tetapi sebelum keluar Pergubnya, kegiatan Jam Malam ini belum rutin dilaksanakan, dan masih banyak warga yang belum melaksanakannya.

10

I2

Bahwa sebenarnya wilayah yang akan dijadikan pilot project untuk Program Wajib Belajar Malam Hari tersebut, karena wilayah tersebut sudah menerapkan terlebih dulu program jam wajib malam di wilayahnya. Seperti yang ada di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng sudah menjalankan program ini, dan sama halnya dengan Kecamatan Koja yang sudah terlebih dahulu menerapkan program jam wajib malam. Dan wilayah-wilayah lain di Jakarta yang dianggap tingkat partisipasi masyarakatnya baik.

11

I3

Setau saya program WBMH ini sudah ada di Kelurahan Pegangsaan ini sekitar tahun 2011, kami menjalankan program WBMH ini berdasarkan inisiatif dari warga masyarakat dan komunitas disini yang peduli kepada anak-anak, walaupun belum rutin dilaksanakan dan belum banyak anak yang mengikuti.

12

Page 260: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

I4

Program WBMH sudah diterapkan di Kelurahan Pegangsaan jauh sebelum Pergub Nomor 22 turun mas, tetapi memang cuma jalan ala kadarnya, dan sekarang setelah keluar Pergubnya kita coba untuk menjalani secara serempak, dan program ini adalah program swadaya dari masyarakat.

13

Peneliti Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pemerintah terhadap program WBMH kepada masyarakat?

I1

Untuk sosialisasinya sendiri kita lakukan dengan mengadakan pertemuan Orangtua dari peserta didik dan satuan tugas pelaksana program, kemudian kita memberikan penjelasan mengenai program WBMH ini. Ada juga kita memasang spanduk program WBMH, dan kita menempelkan stiker di rumah-rumah peserta didik, apabila ada Orangtua peserta didik yang tidak hadir dalam pertemuan tersebut tetap mengetahui tentang program ini. Tetapi spanduk dan stiker itu kita adakan dengan dana pribadi dari ibu Camat maupun masyarakat, pemerintah tidak menyediakan itu. Pemerintah hanya sebatas memberikan pengarahan mengenai mekanisme pelaksanaan program WBMH saja, itupun hanya sekali dilakukan.

14

I2

Sosialisasinya kita lakukan secara berjenjang, dengan memberikan pengarahan kepada Suku Dinas, kemudian dilanjutkan pada Satuan Tugas pelaksana program WBMH di tingkat Kecamatan.

15

I5

Sosialisasinya pada waktu itu saya bersama tim Satuan Tugas pengurus program WBMH yang lain mengumpulkan para Orangtua peserta didik di pos RW, untuk diberikan pengarahan tentang program WBMH itu.

16

I6

Pernah dilakukan sosialisasi, waktu itu sehabis Isya, saya bersama teman-teman pengurus dan pelaksana program WBMH yang lain mengumpulkan Orangtua peserta didik untuk diberikan penjelasan mengenai program WBMH tersebut.

17

I8

Saya gak hadir dalam acara sosialisasi, waktu itu ada urusan mendadak. Tapi saya tau kok kalau ada program WBMH itu dari tetangga sama spanduk-spanduk yang dipasang.

18

110

Atas instruksi dari ibu Camat, bersama pak Dadang, pak RW dan ibu RT kita melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Waktu itu juga ada orang dari dinas pendidikan yang datang untuk memberikan pengarahan tentang program WBMH.

19

I11 Iya, saya pernah mengikuti sosialisasi program WBMH 20

Page 261: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

itu, disana di jelasin bahwa ada program WBMH dan dihimbau untuk kita agar mengajak anak mengikuti program WBMH itu.

I12

Memang dulu pernah dipanggil sama ibu RT untuk datang ke pos RW, katanya mau ngebahas soal program WBMH itu.

21

I13

Pernah, waktu itu Ibu RT datang kerumah manggil bapak untuk disuruh datang ke Pos RW, katanya mau ada sosialisasi program WBMH itu.

22

Peneliti Bagaimana sarana dan prasarana yang digunakan untuk program WBMH di Kecamatan Menteng?

I1

Untuk sarana yang digunakan, kita memanfaatkan pos RW dengan pos-pos ronda yang ada, kemudian kita hias sendiri pos-pos itu agar terlihat menarik dan untuk menambah semangat belajar juga untuk peserta didik. Tetapi kalau jumlah peserta didiknya banyak dan pos-pos itu tidak menampung lagi, terpaksa kita belajar dilapangan bulu tangkis yang ada. Dan prasarana seperti buku, kita dapatkan dari sumbangan-sumbangan warga, kemudian seperti meja belajar ada yang diberikan dari ibu Camat. Pemerintah sama sekali tidak menyediakan apapun.

23

I2

Sarana yang digunakan bisa di gardu-gardu, mushola atau masjid kemudian pos RW. Untuk buku-buku pelajaran dan alat tulis lainnya didapat dari sumbangan warga atau yang lainnya. Karena ini kan program swadaya mas.

24

I4

Untuk sarana kegiatan WBMH kita gunakan yang ada, seperti gardu ilmu, pendopo hijau, ataupun lapangan bulu tangkis apabila peserta didiknya banyak. Kalau untuk prasarananya sendiri, seperti buku, dan lain-lannya, kita kumpulkan dari sumbangan warga. Ibu Camat juga waktu itu ikut menyumbangkan beberapa meja belajar untuk digunakan kegiatan WBM itu. Jika dari pihak kelurahan, kecamatan atau Pemerintah DKI tidak menyediakan itu. Tetapi sih seharusnya Pemerintah perlu menyediakannya, karena kan kalau hanya mengandalkan sumbangan dari masyarakat pasti tidak mencukupi.

25

I7

Kegiatannya kita adakan di gardu-gardu ataupun di pos RW, untuk bukunya sendiri kita kumpulkan dari sumbangan warga, ada juga waktu itu Ibu Camat datang memberikan beberapa meja belajar untuk digunakan kegiatan WBMH.

26

I9 Sarana yang kita gunakan itu gardu-gardu yang ada, seperti disini ada gardu ilmu, pendopo hijau. Untuk

27

Page 262: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

prasarana seperti buku-buku dan meja belajar kita dapatkan dari sumbangan warga, jika untuk alat tulisnya peserta didik membawa sendiri dari rumah.

Peneliti Siapa yang menjadi tenaga pendidik dalam program WBMH di Kecamatan Menteng?

I1

Kalau untuk tenaga pengajar sendiri, kita menggunakan tenaga sukarela dari warga yang bersedia untuk menjadi guru pendamping kegiatan Jam malam. Di Kelurahan Pegangsaan sendiri ada beberapa warga yang menjadi guru pendamping, tetapi yang aktif mengajar hanya dua orang saja, yaitu Bapak Zaky dan Ibu Pipit. Karena beberapa orang yang lainnya yang menjadi guru pendamping lainnya masih punya kesibukan lain seperti pekerjaan dan lain-lain.

28

I2

Fasilitator tenaga pendidik berasal dari warga yang memiliki kemampuan untuk memberikan pengajaran kepada peserta didik dan mampu untuk membimbing dan memotivasi peserta didik, agar belajar dengan baik.

29

I3

Guru yang ada untuk kegiatan ini, itu sangat minim jumlahnya mas, dan tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang ada. Dan juga latar belakang mereka macam-macam ada yang memang benar guru dan ada yang hanya pegawai kantor. Tetapi karena susah juga untuk mencari tenaga sukarela yang mau menjadi guru pendamping, yasudah siapa saja yang mau membantu mengajar silahkan.

30

I4

Kita kekurangan tenaga pendidik disini, sedangkan tenaga pendidik yang ada tidak sesuai dengan jumlah peserta didik. Dan kualitas dari guru itu sebenarnya penting, karena salah satu faktor yang menentukan prestasi peserta didik adalah kualitas dari guru yang baik. Sedangkan tenaga pendidik atau guru disini, mereka mengajarkan yah apa adanya yang mereka ketahui. Dan orangtua peserta didik ikut mengawasi dan membimbing anak-anaknya. Tetapi tidak semua orangtua disini itu pernah duduk dibangku sekolah, ada juga yang dulunya tidak bersekolah. Bagaimana orangtua dari peserta didik mau membimbing, sedangkan (mohon maaf) mereka tidak bersekolah, yang mereka lakukan mungkin hanya mengawasi anak-anaknya belajar.

31

I9

Guru pendamping disini cuma ada saya sama bapak Zaky pak, sebenarnya ada juga warga lainnya yang menjadi tenaga pengajar program jam malam, tetapi yang aktif mengajar hanya tinggal saya dan pak Zaky.

32

Page 263: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Mungkin karena kesibukan pekerjaan mereka atau hal lain, oleh karena itu hanya kami berdua yang masih aktif mengajar, terkadang juga saya atau bapak Zaky tidak bisa mengajar karena ada urusan mendadak, Akhirnya anak-anak yang belajar sendiri-sendiri pak.

I14 Gurunya ibu Pipit, ada juga yang diajar sama bapak Zaky.

33

I15

Ada bapak Zaky sama ibu Pipit, kadang-kadang juga kita belajar sendiri kalau gak ada pak Zaky sama bu Pipit.

34

Peneliti Darimana sumber anggaran untuk pelaksanaan program WBMH berasal?

I1

Untuk anggaran kita dapatkan dari masyarakat, tetapi yang paling sering menyumbang adalah ibu Camat, pak RW, bahkan saya sendiri pun juga ikut menyumbang, walaupun tidak banyak. Jumlahnya juga tidak tentu, karena untuk SatGas sendiri kan mereka juga butuh minum dan makan, dan untuk membeli minuman dan makanan butuh uang apalagi untuk menyediakan sarana dan prasarana kegiatan Jam Malam. Jujur saya baru tahu bahwa didalam PerGub itu, anggaran untuk kegiatan Jam Malam ini dibebankan pada APBD. Karena selama ini kita mendapatkan dana untuk pelaksanaan kegiatan Jam Malam ini dari swadaya, seperti yang saya jelaskan tadi.

35

I2

Program Wajib Belajar Malam Hari ini adalah program swadaya, jadi anggaran untuk program ini semuanya bersumber dari masyarakat, dan tidak ada anggaran dari Pemerintah DKI Jakarta untuk program Wajib Belajar Hari ini. Jika ada anggaran dari pemerintah untuk program WBMH, pastinya ada didalam DPA, namun kenyataan tidak ada. Program ini kan masih tahap percobaan, mungkin belum masuk dalam perencanaan.

36

I4

Dari swadaya masyarakat, Iyah memang ada didalam PerGub yang menjelaskan tentang anggaran program ini bersumber dari APBD, tetapi kalau tidak direncanakan dan dibawa ke badan perencanaan, tidak akan keluar di DPA pak. Nah, tetapi karena itu masih percobaan, maksudnya masih dalam tahap uji coba, mungkin belum masuk kedalam perencanaan. Jika ada anggaran untuk program ini, pastinya masuk lewat saya pak, tetapi kenyataannya kan disini tidak ada.

37

I5

Yah kita semua menyumbang, tetapi kita tidak bisa memaksakan kepada warga, karena sebagian warga juga ada yang tidak mampu. Karena dalam

38

Page 264: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

pelaksanaan program ini kan butuh dana juga, mustahil kan kalo kita menjalankan suatu kegiatan tidak menggunakan anggaran.

I6

Kalau anggaran dari Pemerintah tidak ada, yah kita dapet dana untuk kegiatan Jam Malam dari sumbangan aja sih, seperti dari Ibu Camat, Pak RW, Pak Dadang dan warga disini. Jumlahnya juga gak tentu, tetapi kita usahakan agar dana yang ada cukup untuk melaksanakan kegiatan.

39

Peneliti Siapa yang menjadi pelaksana program WBMH di Kecamatan Menteng?

I1

Yang menjadi pelaksana program yah semua masyarakat di Kelurahan Pegangsaan, mulai dari RW, RT, Orangtua, Guru, dan peserta didik sendiri. Mereka semua adalah SatGas pelaksana kegiatan Jam Malam.

40

I2 Pelaksana program WBMH adalah Satuan Tugas yang sudah dibentuk untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dan satuan tugas berasal dari masyarakat.

41

I10

Semua masyarakat ikut terlibat untuk melaksanakan kegiatan ini, karena ini kan program swadaya, jadi harusnya semua masyarakat yang ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan Jam Malam ini, kita sebagai Satgas yang ditunjuk, bertugas hanya sebagai roh model atau panutan untuk menjalankan kegiatan Jam Malam itu.

42

Peneliti Siapa yang menjadi peserta didik dalam program WBMH di Kecamatan Menteng?

I1

Peserta program ini adalah peserta didik yang berada dalam usia sekolah antara 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun, berarti dari peserta didik tingkat SD sampai tingkat SMA. Memang ada juga peserta didik yang tidak besekolah ikut kegiatan Jam Malam, artinya program ini bagus dong pak, karena disisi lain anak yang tidak dapat bersekolah, karena faktor ekonomi atau faktor lain pun dapat belajar bersama dengan anak-anak lainnya.

43

I2 Anak-anak yang berada dalam usia belajar tingkat SD sampai dengan SMA/SMK.

44

I7

Yang ikut kegiatan yah anak-anak sekolah, tapi ada juga beberapa anak yang tidak sekolah ikut kegiatan Jam Malam ini, karena disini kan kita tujuannya belajar bersama.

45

I9 Yah anak-anak sekolah mas, ada yang dari SD, SMP, dan SMA juga SMK.

46

Page 265: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Peneliti Bagaimana mekanisme pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Menteng?

I1

Untuk pelaksanaan program WBMH kita lakukan pada hari-hari sekolah, dari hari minggu malam sampai kamis malam dari jam 7 sampai jam 9, dan untuk pelaksaannya sendiri, pertama kita turun kerumah-rumah peserta didik bersama teman-teman SatGas lain. Dengan membawa toa, kita ajak dan beritahu anak-anak bahwa sudah masuk jam belajar, kadang-kadang kita juga putar lagu mars belajar untuk menandakan bahwa jam malam sudah dimulai. Kemudian kita kumpulkan anak-anak yang sudah ada ketempat yang sudah disediakan untuk belajar.

47

I2

Mekanisme pelaksanaannya dilakukan pada malam di hari sekolah, dari pukul 19.00 sampai dengan 21.00, dan tanda dimulainya jam malam diperdengarkan lagu mars wajib belajar. Dan untuk teknis pembelajarannya sendiri kita serahkan kepada SatGas di wilayah sesuai dengan keperluannya.

48

I6

Pelajarannya yah kebanyakan kita hanya mengulang pelajaran yang diberikan di sekolah, dan membahas PR yang diberikan.

49

I9

Kalau untuk pelajaran, umumnya kita membahas apa yang sudah dipelajari anak di sekolah, kemudian kita juga membahas PR yang diberikan guru di sekolah. Kalau malam Jum’at biasanya juga kita mengadakan pengajian.

50

I10

Setiap hari kita keliling bersama teman-teman Satgas lain, kita bagi kelompok, kemudian kita beri himbauan kepada Orangtua agar mematikan TV agar tidak mengganggu kegiatan Jam Malam.

51

I15 Mengulang pelajaran di sekolah kalo ada yang gak ngerti kita bahas, sama ngerjain PR.

52

I16 Ngerjain PR sih paling sering. 53

Peneliti Bagaimana partisipasi peserta didik dalam program WBMH di Kecamatan Menteng?

I1 Cukup banyak anak yang ikut, yah ada sekitar 40 anak, tetapi memang masih banyak juga anak-anak yang tidak ikut.

54

I6

Masih terbilang sedikit anak yang mengikuti program Jam Malam ini, mungkin karena anak itu sudah lelah juga mas, karena banyaknya rutinitas kegiatan di sekolah, dan pada saat jam malam dimulai, ada anak yang tidur karena capek, kemudian ada juga yang belum pulang dari sekolah karena masih ada kegiatan

55

Page 266: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

di sekolah kata beberapa anak peserta didik.

I9 Cukup banyak peserta didik yang antusias ikut kegiatan ini, namun masih banyak juga anak yang tidak ikut. Karena apabila kita memaksakan anak untuk ikut kan tidak dibenarkan juga. Program ini kan sifatnya mendidik bukan memaksa, menurut saya salah satu faktor masih banyaknya anak yang tidak ikut dalam kegiatan ini karena tidak ada sanksi yang diberikan, yah contohnya berupa denda apabila tidak mengikuti kegiatan ini.

56

I14 Banyak kegiatan bang di sekolah, apalagi kita kelas 3 yang mau UN (Ujian Nasional), ada pelajaran tambahan juga di sekolah.

57

Peneliti Bagaimana peran dari orangtua peserta didik dalam program WBMH di Kecamatan Menteng?

I1 Jelas peran orangtua sangat penting dalam kegiatan jam malam ini, karena dari lingkungan keluarga itulah karakter anak dibentuk bang kemudian dari lingkungan sekitar, apabila kegiatan ini berjalan namun tanpa peran serta dari orangtua, kegiatan ini akan menjadi sia-sia saja. Tugas orangtua disini kan sebagai fasilitator, yaitu mengawasi dan memotivasi anak agar belajar dengan baik. Alhamdulillah disini para orangtua sudah mulai peduli dengan pendidikan anak, tapi masih ada juga orangtua yang tidak peduli, mungkin karena mereka dulu tidak mendapatkan pendidikan atau karena hal lain. Banyak faktor yang mempengaruhi, contohnya ada orangtua yang kerja lembur sampai larut malam, ada orangtua yang tidak sekolah dan akibatnya dia bingung mau mengajarkan anak tuh apa, kemudian ada juga beberapa anak korban dari perceraian orangtua atau broken home.

58

I2

Tugas orangtua sebagai fasilitator, dan menjadi salah satu faktor penting dalam kesuksesan program WBHM ini, apabila peran orangtua yang semestinya mengawasi dan memotivasi anak dirumah tidak ada, maka akan berdampak kepada prestasi anak disekolah.

59

I9 Orangtua sebagai garda terdepan untuk membimbing anak, karena itu menjadi bagian penting peran orangtua dalam pelaksanaan kegiatan Jam Malam. Namun disini masih banyak orangtua yang kurang mendukung kegiatan ini, seperti masih banyak orangtua yang menyalakan tv pada saat waktu pelaksanaan Jam Malam, hal itu kan menggangu kegiatan jam malam.

60

Page 267: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

I10 Banyak orangtua yang masih bekerja sampai larut malam, ada juga yang tidak peduli sama kegiatan ini. Namun kita tetap menghimbau kepada para orangtua, agar tetap memperdulikan pendidikan anak. Tapi yah itulah tantangannya.

61

I12 Sepi sih mas kalo orangtua yang ngawasain, kalo awalnya sih emang ramai, tapi makin kesini jadi sepi.

62

I14 Kalau belajar yah sendiri, bapak kerja, ibu nonton film. 63

Peneliti Bagaimana prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik setelah mengikuti program tersebut?

I1 Ada pasti kalau untuk peningkatan prestasi anak di sekolah, karena kan anak-anak setiap malamnya belajar, pastinya berdampak dengan prestasinya juga.

64

I2 Pastinya ada peningkatan prestasi para peserta didik di bidang akademiknya, karena tujuan dari program ini sendiri adalah untuk meningkatkan prestasi anak di bidang akademik, dan berdampak kepada kebiasaan anak untuk belajar pada waktu malam hari, kita juga memberikan kartu monitoring kepada guru pendamping untuk memantau proses pembelajaran terhadap peserta didiknya.

65

I4 Jelas kalau untuk prestasi anak disekolah pastinya ada, karena ini kan merupakan salah satu program unggulan yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi anak di sekolah.

66

I5 Program ini sangat bagus sekali pak, terutama untuk mendidik anak selama berada di luar lingkungan sekolah, daripada si anak ini juga keluyuran tidak jelas, lebih baik mereka belajar kan, karena itu saya sangat mendukung sekali pelaksanaan program ini.

67

I9 Ada beberapa anak-anak disini yang mendapatkan peringkat di sekolah.

68

I11 Allhamdulilah ada peningkatan prestasi terhadap anak saya di sekolahnya.

69

I13 Gak dapet rangking, tapi nambah pengetahuan saya. 70

I14 Saya peringkat 8 di kelas. 71

I16 Dapet sih 10 besar di sekolah. 72

I18 Gak juga, tapi lumayan nambah ngerti sama pelajaran di sekolah.

73

Page 268: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

I20 Iyah dapet rangking. 74

Peneliti Apa yang menjadi faktor keberhasilan program WBMH di Kecamatan Menteng?

I1 Yang menjadi faktor pendukung keberhasilan program WBMH ini adalah masyarakatnya sendiri, karena yang pertama kita ketahui ini kan program swadaya, jadi masyarakat yang seharusnya berperan aktif di dalam program ini, kemudian dukungan dari pemerintah, dukungan dari pemerintah sangat dibutuhkan, karena mustahilkan program ini pemerintah yang menerapkan tetapi pemerintah tidak mendukungnya. Meskipun ini program swadaya, tetapi kalau tidak adanya dukungan dari pemerintah, program ini tidak akan berjalan lama.

75

I2 Masyarakat itu sendiri, karena program ini merupakan program swadaya, jadi sepenuhnya program ini dilaksanakan oleh masyarakat, pemerintah mengawasi pelaksanaan program dengan melakukan monitoring evaluasi terhadap pelaksanaan program WBMH.

76

I3 Masyarakat, tetapi dukungan dari pemerintahnya juga sangat perlu, walaupun ini hanyalah program swadaya tetapi kalau pemerintah tidak mendukung itu tidak akan berjalan mulus. Yah contohnya dalam hal anggaran, jika kita hanya mengandalkan anggaran yang didapat dari masyarakat, itu tidak akan cukup untuk membiayai pelaksanaan program WBMH ini.

77

I4 Tentunya partisipasi dan peran serta dari masyarakat, baik itu SatGas, orangtua, peserta didik, dan masyarakat sekitar yang melaksanakan program WMBH. Kemudian dukungan dari Pemerintah DKI Jakarta, baik itu berupa anggaran, ataupun fasilitas yang diberikan untuk pelaksanaan program. Kedua elemen ini sangat penting untuk penentu keberhasilan program WBMH ini.

78

Peneliti Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Menteng?

I1 Sebenarnya masih banyak sekali yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program WBMH ini, dari mulai sarana yang kita miliki untuk kegiatan ini sangat sedikit, kemudian fasilitas seperti buku-buku pelajaran yang ada tidak lengkap, tenaga pendidik yang tidak mencukupi, dari kesadaran orangtua dan juga anak. Dan yang paling utama ya masalah anggaran itu sendiri yang jumlahnya tidak mencukupi untuk pembiayaan program WBMH ini, walaupun kawan-

79

Page 269: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

kawan Satgas tidak digaji, minimal kita menyediakan makan dan minum untuk kawan Satgas, dan itu semua kan memakai anggaran. Lingkungan politik juga menjadi pengaruh dalam pelaksanaan program, contohnya, seperti ibu Camat yang sebelumnya menjabat, sangat mendukung sekali pelaksanaan program WBMH ini, sedangkan kalau Camat yang sekarang ini jauh berbeda dengan Camat yang dulu. Kemarin banyak anak yang datang kepada saya, yah kira-kira ada 20 anak, mereka menagih janji kepada saya kalau mereka dapat peringkat di kelas akan diberikan handphone, memang benar mereka dapat peringkat semua, tapi sayanya lagi tidak ada duit pak, yah itu semua saya lakukan juga untuk memberikan rangsangan atau stimulus kepada mereka agar lebih giat belajar lagi dan berprestasi. Karena kan mereka juga bosen kalau belajar terus, yah yang saya minta kepada pemerintah, minimal diberikan penghargaan atau reward kepada anak-anak yang berprestasi, agar semangat belajar mereka tuh tetap ada.

I3 Yah salah satunya kurangnya peran pemerintah itu, kita kan tidak bisa jalan sendiri untuk menjalankan program ini, program WBMH ini bagus sekali memang, banyak masyarakat yang antusias pada program ini, tapi kalau pemerintah cuek atau cuma memberikan kebijakan saja tapi tidak diperhatikan, sama saja bohong.

80

I4 Lingkungan politik juga sangat berpengaruh untuk nasib suatu program, contohnya saja program WBMH ini. Program WBMH ini kan ditetapkan oleh Gubernur sebelumnya dan rencananya akan menerapkan di seluruh DKI Jakarta, namun ketika terjadi pergantian Gubernur, tidak ada tindak lanjut terhadap program ini.

81

I6 Yah setiap hari kita capek juga kalau harus memberitahu kepada warga kalau jam segini mulai kegiatan WBMH, seharusnya kan para orangtuanya juga sudah mengertilah, tanpa harus disuruh-suruh lagi.

82

I9

Kalau hambatan pastinya banyak sekali yang kita hadapi, kekurangan tenaga pengajar, kesadaran dari orangtua yang cenderung kurang memperhatikan pendidikan anaknya, fasilitas dan sarana untuk program WBMH yang masih minim sekali. Peran dan dukungan dari pemerintahnya sendiri, yang kalau kita bilang itu tidak ada sama sekali.

83

I10 Banyak sekali hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program WBMH ini, yang paling penting sih masih kurangnya kesadaran orangtua dan tidak adanya

84

Page 270: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

dukungan dari pemerintah.

Peneliti Bagaimana monitoring evaluasi yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta terhadap program WBMH?

I1 Memang ada beberapa orang dari Dinas Pendidikan yang datang untuk melihat kegiatan WBMH di Menteng ini, tapi itu cuma awalnya saja, kesininya tidak ada yang datang lagi.

85

I2 Akan dilaksanakan monitoring oleh dinas pendidikan pada setiap bulannya pada setiap wilayah yang melaksanakan program WBMH.

86

I3 Tidak ada. 87

I4 Tidak ada selama ini orang dari pusat, ataupun dinas pendidikan yang datang lewat saya untuk menanyakan pelaksanaan program WBMH ini, mungkin kalau mereka turun langsung kelapangan, saya tidak tahu mengenai itu.

88

I5 Pernah, tapi seingat saya cuma 2 kali mereka datang kesini untuk melihat pelaksanaan WBMH.

89

I6 Ada memang pas awal pelaksanaan program ini, itu sekitar bulan Maret, tapi sampai sekarang belum ada orang dari dinas yang datang lagi.

90

I7 Iyah pernah ada, dan saya juga pernah di tanyain juga mengenai pelaksanaan program WBMH ini.

91

Page 271: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

KODING DATA

Kode Kata Kunci 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43

Meminimalisir kenakalan remaja. Mencegah anak menjadi korban kriminalitas di malam hari. Untuk meningkatkan kualitas dari peserta didik. Meningkatkan potensi anak di sekolah. Meningkatkan prestasi anak di sekolah. Meningkatkan prestasi anak di sekolah. Masih banyak kekurangan dalam program WBMH. Untuk melihat keberhasilan program WBMH. Untuk melihat tingkat keberhasilan program WBMH. Wilayah yang memiliki partisipasi masyarakat yang tinggi. Tingkat partisipasi masyarakat tinggi. Sudah ada program WBMH semenjak tahun 2011. Program WBMH sudah ada di Menteng sebelum PerGub no 22 diturunkan. Sosialisasi dilakukan dengan mengadakan pertemuan orangtua peserta didik. Dilakukan secara berjenjang. Mengumpulkan orangtua peserta didik di pos RW. Pernah dilakukan sosialisasi. Tidak menghadiri acara sosialisasi. Melakukan sosialisasi dengan memberikan pengarahan kepada masyarakat. Pernah mengikuti sosialisasi program WBMH Dulu pernah dilakukan sosialisasi Pernah. Sarana yang digunakan berupa pos-pos ronda yang ada. Sarana yang digunakan bisa di gardu, mushola atau pos RW. Menggunakan sarana yang ada, dan dari sumbangan warga. Kegiatan diadakan di gardu atau pos RW. Sarana yang digunakan gardu dan buku-buku dari sumbangan warga. Warga yang bersedia menjadi guru pendamping. Warga yang memiliki kemampuan untuk memberikan pengajaran. Guru yang ada sangat minim jumlahnya. Kekurangan tenaga pendidik untuk program WBMH. Guru pendamping hanya saya dan bapak Zaky. Gurunya ibu Pipit dan pak Zaky. Ada bapak Zaky sama ibu Pipit. Anggaran kita dapatkan dari masyarakat. Anggaran untuk program ini, semuanya bersumber dari masyarakat. Dari swadaya masyarakat. Kita semua menyumbang. Kalau anggaran dari Pemerintah tidak ada. Semua masyarakat. Satuan Tugas yang sudah dibentuk dan berasal dari masyarakat. Semua masyarakat ikut terlibat. Peserta didik yang berada pada usia sekolah 5-18 tahun.

Page 272: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87

Anak-anak dalam usia belajar SD sampai SMA/SMK. Anak-anak sekolah. Anak-anak sekolah. Dilakukan pada hari sekolah, pada pukul 7 sampai 9. Pada malam hari sekolah pada pukul 19.00 sampai 21.00. Mengulang pelajaran yang diberikan disekolah. Membahas pelajaran yang diberikan disekolah. Setiap hari tim satgas keliling untuk memberi himbauan kepada orangtua. Membahas pelajaran dan mengerjakan PR. Ngerjain PR. Cukup banyak anak yang ikut. Masih terbilang sedikit. Cukup banyak peserta didik yang antusias mengikuti kegiatan. Banyak kegiatan di sekolah. Peran orangtua sangat penting dalam program ini. Tugas orangtua sebagai fasilitator dalam program ini. Masih banyak orangtua yang kurang mendukung kegiatan ini. Banyak orangutan yang bekerja sampai larut malam. Sepi, orangtua yang ikut mengawasi. Kalau belajar sendiri. Ada peningkatan prestasi peserta didik di bidang akademik. Ada peningkatan prestasi peserta didik di sekolah. Untuk peningkatan prestasi pastinya ada. Program ini sangat bagus sekali ontuk mendidik anak. Ada beberapa anak yang mendapatkan peringkat di sekolah. Ada penimgkatan prestasi terhadap anak saya. Gak dapet rangking tapi nambah pengetahuan. Peringkat 8 di kelas. Dapet 10 besar di sekolah. Gak, tapi jadi ngerti sama pelajaran disekolah. Iyah dapet rangking. Peran aktif masyarakat dan dukungan pemerintah. Masyarakat itu sendiri. Masyarakat, tetapi dukungan dari pemerintah juga sangat perlu. Tentunya partisipasi dan peran serta dari masyarakat. Masih banyak yang menjadi faktor penghambat, yang utama terbatasnya angaran untuk program WBMH. Kurangnya peran pemerintah. Lingkungan politik juga sangat berpengaruh terhadap nasib suatu program. Kurangnya kesadaran orangtua. Kekurangan tenaga pengajar, kurangnya kesadaran orangtua, fasilitas dan sarana yang masih minim. Masih kurangnya kesadaran orangtua dan dukungan dari pemerintah. Ada beberapa orang dari Dinas yang datang hanya diawal saja. Akan dilaksanakan monitoring evaluasi setiap bulannya. Tidak ada.

Page 273: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

88 89 90 91

Tidak ada selama ini. Pernah, tapi cuma 2 kali. Ada memang pas awal pelaksanaan program. Iyah pernah ada.

Page 274: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

KATEGORISASI DATA

Q1 Apa yang menjadi latar belakang diadakannya program WBMH tersebut?

Kesimpulan

I1

Diadakan program WBMH untuk menghindari kejadian yang tidak diiginkan pada anak, seperti kasus kecelakaan kemarin terjadi pak, itu yang anaknya artis si A. Selain itu juga untuk meminimalisir kenakalan remaja yang sering terjadi, seperti tawuran, narkoba, dan lain-lain.

Diadakannya program WBMH, untuk membiasakan anak agar belajar diluar waktu sekolah dan untuk mengindari anak menjadi korban tindak kriminalitas yang terjadi sering di malam hari.

I2

Dilaksanakannya program Jam Malam karena, umumnya anak sekolah sekarang ini kerap melakukan hal-hal negatif pada malam hari. Oleh karena itu pak Gubernur membuat peraturan nomor 22 tahun 2014 tentang Wajib Belajar Malam Hari. Selain untuk mencegah anak menjadi korban kriminalitas di malam hari, program ini juga akan membiasakan anak untuk selalu belajar khususnya di luar jam sekolah. Dan program WBMH ini adalah program swadaya.

Q2 Apa yang menjadi tujuan dari program WBMH?

Kesimpulan

I1

Jika tujuan dari program WBMH ini adalah semata-mata untuk meningkatkan kualitas dari peserta didik, khususnya prestasi di sekolah. Kalau tujuan lainnya untuk menghindari anak agar tidak keluyuran atau pergi main malam hari.

Untuk meningkatkan prestasi peserta didik di bidang akademik.

I2

Tujuan dari pelaksanaan program ini tidak lain untuk meningkatkan potensi anak di sekolah, khususnya di bidang akademik dan mengembangkan minat anak dalam belajar.

I3

Kalau tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan prestasi anak di sekolah.

I4

Kalau untuk tujuannya sendiri, program ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar anak dan prestasi anak disekolah. Juga menghindari anak keluar dimalam hari, agar tidak terjadi tindak kriminial yang dilakukan anak itu, ataupun

Page 275: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

menghindari anak itu sendiri yang menjadi korban tindak kriminal.

I10

Bagus sih memang Pemda DKI Jakarta menetapkan program ini, tetapi saya rasa belum efektif kalau program ini dilaksanakan, karena saya masih melihat banyak kekurangan pada program ini, yah salah satunya pada waktu pelaksaanaan program dari jam tujuh sampai jam 9. Itu kan gak menjamin kalau anak itu langsung pulang kerumah atau tidak.

Q3 Alasan dilakukan pilot project pada program WBMH?

Kesimpulan

I1

Program WBMH ini memang program percontohan yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta. Alasannya karena pemerintah ingin melihat apakah program ini berhasil atau tidak dalam meningkatkan prestasi anak di sekolah, pada daerah atau wilayah-wilayah yang menerapkan program WBMH ini. Apabila tujuan dari program ini berhasil, maka rencana dari pemerintah akan menerapkan program ini diseluruh wilayah Jakarta.

Untuk melihat tingkat keberhasilan program WBMH.

I2

Pelaksanaan pilot project merupakan tahapan uji coba implementasi yang dilakukan Pemerintah untuk melihat sejauhmana tingkat keberhasilan program WBMH ini, apabila tujuan dari program ini berhasil meningkatkan prestasi didik di bidang akademik, maka Pemerintah Jakarta akan menerapkan program ini diseluruh wilayah Jakarta.

Q4 Bagaimana pemilihan lokasi yang dijadikan pilot project untuk program WBMH?

Kesimpulan

I1

Kalau untuk pemilihan wilayah yang akan dijadikan lokasi percontohan program WBMH pastinya adalah wilayah yang memiliki tingkat partisipasi masyarakat yang tinggi, seperti di Kecamatan Menteng ini.” Dan pemberlakuan kegiatan WBMH di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng sendiri sebenarnya sudah ada selama empat tahun, tepatnya mulai ada

Dipilih berdasarkan wilayah yang memiliki partisipasi masyarakat yang tinggi terhadap suatu program.

Page 276: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

semenjak tahun 2011, tetapi sebelum keluar Pergubnya, kegiatan Jam Malam ini belum rutin dilaksanakan, dan masih banyak warga yang belum melaksanakannya.

I2

Bahwa sebenarnya wilayah yang akan dijadikan pilot project untuk Program Wajib Belajar Malam Hari tersebut, karena wilayah tersebut sudah menerapkan terlebih dulu program jam wajib malam di wilayahnya. Seperti yang ada di Kelurahan Pegangsaan, Kecamatan Menteng sudah menjalankan program ini, dan sama halnya dengan Kecamatan Koja yang sudah terlebih dahulu menerapkan program jam wajib malam. Dan wilayah-wilayah lain di Jakarta yang dianggap tingkat partisipasi masyarakatnya baik.

I3

Setau saya program WBMH ini sudah ada di Kelurahan Pegangsaan ini sekitar tahun 2011, kami menjalankan program WBMH ini berdasarkan inisiatif dari warga masyarakat dan komunitas disini yang peduli kepada anak-anak, walaupun belum rutin dilaksanakan dan belum banyak anak yang mengikuti.

I4

Program WBMH sudah diterapkan di Kelurahan Pegangsaan jauh sebelum Pergub Nomor 22 turun mas, tetapi memang cuma jalan ala kadarnya, dan sekarang setelah keluar Pergubnya kita coba untuk menjalani secara serempak, dan program ini adalah program swadaya dari masyarakat.

Q5 Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pemerintah terhadap program WBMH kepada masyarakat?

Kesimpulan

I1

Untuk sosialisasinya sendiri kita lakukan dengan mengadakan pertemuan Orangtua dari peserta didik dan satuan tugas pelaksana program, kemudian kita memberikan penjelasan mengenai program WBMH ini. Ada juga kita memasang spanduk program WBMH, dan kita menempelkan stiker di rumah-rumah peserta didik, apabila ada Orangtua

Sosialisasi dilakukan secara berjenjang, mulai dari Dinas Pendidikan, Kecamatan, Kelurahan, Satuan Tugas, kemudian masyarakat.

Page 277: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

peserta didik yang tidak hadir dalam pertemuan tersebut tetap mengetahui tentang program ini. Tetapi spanduk dan stiker itu kita adakan dengan dana pribadi dari ibu Camat maupun masyarakat, pemerintah tidak menyediakan itu. Pemerintah hanya sebatas memberikan pengarahan mengenai mekanisme pelaksanaan program WBMH saja, itupun hanya sekali dilakukan.

I2

Sosialisasinya kita lakukan secara berjenjang, dengan memberikan pengarahan kepada Suku Dinas, kemudian dilanjutkan pada Satuan Tugas pelaksana program WBMH di tingkat Kecamatan.

I5

Sosialisasinya pada waktu itu saya bersama tim Satuan Tugas pengurus program WBMH yang lain mengumpulkan para Orangtua peserta didik di pos RW, untuk diberikan pengarahan tentang program WBMH itu.

I6

Pernah dilakukan sosialisasi, waktu itu sehabis Isya, saya bersama teman-teman pengurus dan pelaksana program WBMH yang lain mengumpulkan Orangtua peserta didik untuk diberikan penjelasan mengenai program WBMH tersebut.

I8

Saya gak hadir dalam acara sosialisasi, waktu itu ada urusan mendadak. Tapi saya tau kok kalau ada program WBMH itu dari tetangga sama spanduk-spanduk yang dipasang.

110

Atas instruksi dari ibu Camat, bersama pak Dadang, pak RW dan ibu RT kita melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Waktu itu juga ada orang dari dinas pendidikan yang datang untuk memberikan pengarahan tentang program WBMH.

I11

Iya, saya pernah mengikuti sosialisasi program WBMH itu, disana di jelasin bahwa ada program WBMH dan dihimbau untuk kita agar mengajak anak mengikuti program WBMH itu.

I12

Memang dulu pernah dipanggil sama ibu RT untuk datang ke pos RW, katanya mau ngebahas soal program WBMH itu.

Page 278: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

I13

Pernah, waktu itu Ibu RT datang kerumah manggil bapak untuk disuruh datang ke Pos RW, katanya mau ada sosialisasi program WBMH itu.

Q6 Bagaimana sarana dan prasarana yang digunakan untuk program WBMH di Kecamatan Menteng?

Kesimpulan

I1

Untuk sarana yang digunakan, kita memanfaatkan pos RW dengan pos-pos ronda yang ada, kemudian kita hias sendiri pos-pos itu agar terlihat menarik dan untuk menambah semangat belajar juga untuk peserta didik. Tetapi kalau jumlah peserta didiknya banyak dan pos-pos itu tidak menampung lagi, terpaksa kita belajar dilapangan bulu tangkis yang ada. Dan prasarana seperti buku, kita dapatkan dari sumbangan-sumbangan warga, kemudian seperti meja belajar ada yang diberikan dari ibu Camat. Pemerintah sama sekali tidak menyediakan apapun.

Sarana yang digunakan adalah pos-pos gardu, dan lapangan yang ada. Kemudian buku-buku pelajaran yang digunakan berasal dari sumbangan warga. Minimnya sarana dan prasarana yang ada di Kecamatan Menteng untuk program WBMH.

I2

Sarana yang digunakan bisa di gardu-gardu, mushola atau masjid kemudian pos RW. Untuk buku-buku pelajaran dan alat tulis lainnya didapat dari sumbangan warga atau yang lainnya. Karena ini kan program swadaya mas.

I4

Untuk sarana kegiatan WBMH kita gunakan yang ada, seperti gardu ilmu, pendopo hijau, ataupun lapangan bulu tangkis apabila peserta didiknya banyak. Kalau untuk prasarananya sendiri, seperti buku, dan lain-lannya, kita kumpulkan dari sumbangan warga. Ibu Camat juga waktu itu ikut menyumbangkan beberapa meja belajar untuk digunakan kegiatan WBM itu. Jika dari pihak kelurahan, kecamatan atau Pemerintah DKI tidak menyediakan itu. Tetapi sih seharusnya Pemerintah perlu menyediakannya, karena kan kalau hanya mengandalkan sumbangan dari masyarakat pasti tidak mencukupi.

I7

Kegiatannya kita adakan di gardu-gardu ataupun di pos RW, untuk bukunya sendiri kita kumpulkan dari sumbangan warga,

Page 279: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

ada juga waktu itu Ibu Camat datang memberikan beberapa meja belajar untuk digunakan kegiatan WBMH.

I9

Sarana yang kita gunakan itu gardu-gardu yang ada, seperti disini ada gardu ilmu, pendopo hijau. Untuk prasarana seperti buku-buku dan meja belajar kita dapatkan dari sumbangan warga, jika untuk alat tulisnya peserta didik membawa sendiri dari rumah.

Q7 Siapa yang menjadi tenaga pendidik dalam program WBMH di Kecamatan Menteng?

Kesimpulan

I1

Kalau untuk tenaga pengajar sendiri, kita menggunakan tenaga sukarela dari warga yang bersedia untuk menjadi guru pendamping kegiatan Jam malam. Di Kelurahan Pegangsaan sendiri ada beberapa warga yang menjadi guru pendamping, tetapi yang aktif mengajar hanya dua orang saja, yaitu Bapak Zaky dan Ibu Pipit. Karena beberapa orang yang lainnya yang menjadi guru pendamping lainnya masih punya kesibukan lain seperti pekerjaan dan lain-lain.

Warga yang bersedia untuk menjadi guru pendamping. Kurangnya jumlah tenaga pendidik yang ada di Kecamatan Menteng.

I2

Fasilitator tenaga pendidik berasal dari warga yang memiliki kemampuan untuk memberikan pengajaran kepada peserta didik dan mampu untuk membimbing dan memotivasi peserta didik, agar belajar dengan baik.

I3

Guru yang ada untuk kegiatan ini, itu sangat minim jumlahnya mas, dan tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang ada. Dan juga latar belakang mereka macam-macam ada yang memang benar guru dan ada yang hanya pegawai kantor. Tetapi karena susah juga untuk mencari tenaga sukarela yang mau menjadi guru pendamping, yasudah siapa saja yang mau membantu mengajar silahkan.

I4

Kita kekurangan tenaga pendidik disini, sedangkan tenaga pendidik yang ada tidak sesuai dengan jumlah peserta didik. Dan kualitas dari guru itu sebenarnya penting,

Page 280: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

karena salah satu faktor yang menentukan prestasi peserta didik adalah kualitas dari guru yang baik. Sedangkan tenaga pendidik atau guru disini, mereka mengajarkan yah apa adanya yang mereka ketahui. Dan orangtua peserta didik ikut mengawasi dan membimbing anak-anaknya. Tetapi tidak semua orangtua disini itu pernah duduk dibangku sekolah, ada juga yang dulunya tidak bersekolah. Bagaimana orangtua dari peserta didik mau membimbing, sedangkan (mohon maaf) mereka tidak bersekolah, yang mereka lakukan mungkin hanya mengawasi anak-anaknya belajar.

I9

Guru pendamping disini cuma ada saya sama bapak Zaky pak, sebenarnya ada juga warga lainnya yang menjadi tenaga pengajar program jam malam, tetapi yang aktif mengajar hanya tinggal saya dan pak Zaky. Mungkin karena kesibukan pekerjaan mereka atau hal lain, oleh karena itu hanya kami berdua yang masih aktif mengajar, terkadang juga saya atau bapak Zaky tidak bisa mengajar karena ada urusan mendadak, Akhirnya anak-anak yang belajar sendiri-sendiri pak.

I14 Gurunya ibu Pipit, ada juga yang diajar sama bapak Zaky.

I15

Ada bapak Zaky sama ibu Pipit, kadang-kadang juga kita belajar sendiri kalau gak ada pak Zaky sama bu Pipit.

Q8 Darimana sumber anggaran untuk pelaksanaan program WBMH berasal?

Kesimpulan

I1

Untuk anggaran kita dapatkan dari masyarakat, tetapi yang paling sering menyumbang adalah ibu Camat, pak RW, bahkan saya sendiri pun juga ikut menyumbang, walaupun tidak banyak. Jumlahnya juga tidak tentu, karena untuk SatGas sendiri kan mereka juga butuh minum dan makan, dan untuk membeli minuman dan makanan butuh uang apalagi untuk menyediakan sarana dan prasarana kegiatan Jam Malam. Jujur saya baru tahu bahwa didalam PerGub itu, anggaran

Bersumber dari swadaya masyarakat.

Page 281: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

untuk kegiatan Jam Malam ini dibebankan pada APBD. Karena selama ini kita mendapatkan dana untuk pelaksanaan kegiatan Jam Malam ini dari swadaya, seperti yang saya jelaskan tadi.

I2

Program Wajib Belajar Malam Hari ini adalah program swadaya, jadi anggaran untuk program ini semuanya bersumber dari masyarakat, dan tidak ada anggaran dari Pemerintah DKI Jakarta untuk program Wajib Belajar Hari ini. Jika ada anggaran dari pemerintah untuk program WBMH, pastinya ada didalam DPA, namun kenyataan tidak ada. Program ini kan masih tahap percobaan, mungkin belum masuk dalam perencanaan.

I4

Dari swadaya masyarakat, Iyah memang ada didalam PerGub yang menjelaskan tentang anggaran program ini bersumber dari APBD, tetapi kalau tidak direncanakan dan dibawa ke badan perencanaan, tidak akan keluar di DPA pak. Nah, tetapi karena itu masih percobaan, maksudnya masih dalam tahap uji coba, mungkin belum masuk kedalam perencanaan. Jika ada anggaran untuk program ini, pastinya masuk lewat saya pak, tetapi kenyataannya kan disini tidak ada.

I5

Yah kita semua menyumbang, tetapi kita tidak bisa memaksakan kepada warga, karena sebagian warga juga ada yang tidak mampu. Karena dalam pelaksanaan program ini kan butuh dana juga, mustahil kan kalo kita menjalankan suatu kegiatan tidak menggunakan anggaran.

I6

Kalau anggaran dari Pemerintah tidak ada, yah kita dapet dana untuk kegiatan Jam Malam dari sumbangan aja sih, seperti dari Ibu Camat, Pak RW, Pak Dadang dan warga disini. Jumlahnya juga gak tentu, tetapi kita usahakan agar dana yang ada cukup untuk melaksanakan kegiatan.

Page 282: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Q9 Siapa yang menjadi pelaksana program WBMH di Kecamatan Menteng?

Kesimpulan

I1

Yang menjadi pelaksana program yah semua masyarakat di Kelurahan Pegangsaan, mulai dari RW, RT, Orangtua, Guru, dan peserta didik sendiri. Mereka semua adalah SatGas pelaksana kegiatan Jam Malam.

Semua masyarakat Kecamatan Menteng.

I2

Pelaksana program WBMH adalah Satuan Tugas yang sudah dibentuk untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Dan satuan tugas berasal dari masyarakat.

I10

Semua masyarakat ikut terlibat untuk melaksanakan kegiatan ini, karena ini kan program swadaya, jadi harusnya semua masyarakat yang ikut berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan Jam Malam ini, kita sebagai Satgas yang ditunjuk, bertugas hanya sebagai roh model atau panutan untuk menjalankan kegiatan Jam Malam itu.

Q10 Siapa yang menjadi peserta didik dalam program WBMH di Kecamatan Menteng?

Kesimpulan

I1

Peserta program ini adalah peserta didik yang berada dalam usia sekolah antara 5 (lima) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun, berarti dari peserta didik tingkat SD sampai tingkat SMA. Memang ada juga peserta didik yang tidak besekolah ikut kegiatan Jam Malam, artinya program ini bagus dong pak, karena disisi lain anak yang tidak dapat bersekolah, karena faktor ekonomi atau faktor lain pun dapat belajar bersama dengan anak-anak lainnya.

Anak-anak yang berada dalam usia belajar tingkat SD sampai dengan SMA/SMK.

I2 Anak-anak yang berada dalam usia belajar tingkat SD sampai dengan SMA/SMK.

I7

Yang ikut kegiatan yah anak-anak sekolah, tapi ada juga beberapa anak yang tidak sekolah ikut kegiatan Jam Malam ini, karena disini kan kita tujuannya belajar bersama.

I9 Yah anak-anak sekolah mas, ada yang dari SD, SMP, dan SMA juga SMK.

Page 283: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Q11 Bagaimana mekanisme pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Menteng?

Kesimpulan

I1

Untuk pelaksanaan program WBMH kita lakukan pada hari-hari sekolah, dari hari minggu malam sampai kamis malam dari jam 7 sampai jam 9, dan untuk pelaksaannya sendiri, pertama kita turun kerumah-rumah peserta didik bersama teman-teman SatGas lain. Dengan membawa toa, kita ajak dan beritahu anak-anak bahwa sudah masuk jam belajar, kadang-kadang kita juga putar lagu mars belajar untuk menandakan bahwa jam malam sudah dimulai. Kemudian kita kumpulkan anak-anak yang sudah ada ketempat yang sudah disediakan untuk belajar.

Dimulai pada pukul 19.00 sampai 21.00, di hari sekolah. Kegiatan yang dilakukan mengulang pelajaran dan membahas PR yang diberikan di sekolah.

I2

Mekanisme pelaksanaannya dilakukan pada malam di hari sekolah, dari pukul 19.00 sampai dengan 21.00, dan tanda dimulainya jam malam diperdengarkan lagu mars wajib belajar. Dan untuk teknis pembelajarannya sendiri kita serahkan kepada SatGas di wilayah sesuai dengan keperluannya.

I6

Pelajarannya yah kebanyakan kita hanya mengulang pelajaran yang diberikan di sekolah, dan membahas PR yang diberikan.

I9

Kalau untuk pelajaran, umumnya kita membahas apa yang sudah dipelajari anak di sekolah, kemudian kita juga membahas PR yang diberikan guru di sekolah. Kalau malam Jum’at biasanya juga kita mengadakan pengajian.

I10

Setiap hari kita keliling bersama teman-teman Satgas lain, kita bagi kelompok, kemudian kita beri himbauan kepada Orangtua agar mematikan TV agar tidak mengganggu kegiatan Jam Malam.

I15

Mengulang pelajaran di sekolah kalo ada yang gak ngerti kita bahas, sama ngerjain PR.

I16 Ngerjain PR sih paling sering.

Page 284: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Q12 Bagaimana partisipasi peserta didik dalam program WBMH di Kecamatan Menteng?

Kesimpulan

I1 Cukup banyak anak yang ikut, yah ada sekitar 40 anak, tetapi memang masih banyak juga anak-anak yang tidak ikut.

Masih sedikit peserta didik yang mengikuti program WBMH.

I6 Masih terbilang sedikit anak yang mengikuti program Jam Malam ini, mungkin karena anak itu sudah lelah juga mas, karena banyaknya rutinitas kegiatan di sekolah, dan pada saat jam malam dimulai, ada anak yang tidur karena capek, kemudian ada juga yang belum pulang dari sekolah karena masih ada kegiatan di sekolah kata beberapa anak peserta didik.

I9 Cukup banyak peserta didik yang antusias ikut kegiatan ini, namun masih banyak juga anak yang tidak ikut. Karena apabila kita memaksakan anak untuk ikut kan tidak dibenarkan juga. Program ini kan sifatnya mendidik bukan memaksa, menurut saya salah satu faktor masih banyaknya anak yang tidak ikut dalam kegiatan ini karena tidak ada sanksi yang diberikan, yah contohnya berupa denda apabila tidak mengikuti kegiatan ini.

I14 Banyak kegiatan bang di sekolah, apalagi kita kelas 3 yang mau UN (Ujian Nasional), ada pelajaran tambahan juga di sekolah.

Q13 Bagaimana peran dari orangtua peserta didik dalam program WBMH di Kecamatan Menteng?

Kesimpulan

I1 Jelas peran orangtua sangat penting dalam kegiatan jam malam ini, karena dari lingkungan keluarga itulah karakter anak dibentuk bang kemudian dari lingkungan sekitar, apabila kegiatan ini berjalan namun tanpa peran serta dari orangtua, kegiatan ini akan menjadi sia-sia saja. Tugas orangtua disini kan sebagai fasilitator, yaitu mengawasi dan memotivasi anak agar belajar dengan baik. Alhamdulillah disini para orangtua sudah mulai peduli dengan pendidikan anak, tapi

Masih kurangnya peran orangtua dalam program WBMH.

Page 285: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

masih ada juga orangtua yang tidak peduli, mungkin karena mereka dulu tidak mendapatkan pendidikan atau karena hal lain. Banyak faktor yang mempengaruhi, contohnya ada orangtua yang kerja lembur sampai larut malam, ada orangtua yang tidak sekolah dan akibatnya dia bingung mau mengajarkan anak tuh apa, kemudian ada juga beberapa anak korban dari perceraian orangtua atau broken home.

I2

Tugas orangtua sebagai fasilitator, dan menjadi salah satu faktor penting dalam kesuksesan program WBHM ini, apabila peran orangtua yang semestinya mengawasi dan memotivasi anak dirumah tidak ada, maka akan berdampak kepada prestasi anak disekolah.

I9 Orangtua sebagai garda terdepan untuk membimbing anak, karena itu menjadi bagian penting peran orangtua dalam pelaksanaan kegiatan Jam Malam. Namun disini masih banyak orangtua yang kurang mendukung kegiatan ini, seperti masih banyak orangtua yang menyalakan tv pada saat waktu pelaksanaan Jam Malam, hal itu kan menggangu kegiatan jam malam.

I10 Banyak orangtua yang masih bekerja sampai larut malam, ada juga yang tidak peduli sama kegiatan ini. Namun kita tetap menghimbau kepada para orangtua, agar tetap memperdulikan pendidikan anak. Tapi yah itulah tantangannya.

I12 Sepi sih mas kalo orangtua yang ngawasain, kalo awalnya sih emang ramai, tapi makin kesini jadi sepi.

I14 Kalau belajar yah sendiri, bapak kerja, ibu nonton film.

Q14 Bagaimana prestasi peserta didik program WBMH di bidang akademik setelah mengikuti program tersebut?

Kesimpulan

I1 Ada pasti kalau untuk peningkatan prestasi anak di sekolah, karena kan anak-anak setiap malamnya belajar, pastinya berdampak dengan prestasinya juga.

Terdapat peningkatan prestasi peserta didik di bidang akademik.

I2 Pastinya ada peningkatan prestasi para peserta didik di bidang akademiknya,

Page 286: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

karena tujuan dari program ini sendiri adalah untuk meningkatkan prestasi anak di bidang akademik, dan berdampak kepada kebiasaan anak untuk belajar pada waktu malam hari, kita juga memberikan kartu monitoring kepada guru pendamping untuk memantau proses pembelajaran terhadap peserta didiknya.

I4 Jelas kalau untuk prestasi anak disekolah pastinya ada, karena ini kan merupakan salah satu program unggulan yang dilakukan untuk meningkatkan prestasi anak di sekolah.

I5 Program ini sangat bagus sekali pak, terutama untuk mendidik anak selama berada di luar lingkungan sekolah, daripada si anak ini juga keluyuran tidak jelas, lebih baik mereka belajar kan, karena itu saya sangat mendukung sekali pelaksanaan program ini.

I9 Ada beberapa anak-anak disini yang mendapatkan peringkat di sekolah.

I11 Allhamdulilah ada peningkatan prestasi terhadap anak saya di sekolahnya.

I13 Gak dapet rangking, tapi nambah pengetahuan saya.

I14 Saya peringkat 8 di kelas.

I16 Dapet sih 10 besar di sekolah.

I18 Gak juga, tapi lumayan nambah ngerti sama pelajaran di sekolah.

I20 Iyah dapet rangking.

Q15 Apa yang menjadi faktor keberhasilan program WBMH di Kecamatan Menteng?

Kesimpulan

I1 Yang menjadi faktor pendukung keberhasilan program WBMH ini adalah masyarakatnya sendiri, karena yang pertama kita ketahui ini kan program swadaya, jadi masyarakat yang seharusnya berperan aktif di dalam program ini, kemudian dukungan dari pemerintah, dukungan dari pemerintah sangat

Peran aktif masyarakat dan dukungan Pemerintah DKI Jakarta.

Page 287: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

dibutuhkan, karena mustahilkan program ini pemerintah yang menerapkan tetapi pemerintah tidak mendukungnya. Meskipun ini program swadaya, tetapi kalau tidak adanya dukungan dari pemerintah, program ini tidak akan berjalan lama.

I2 Masyarakat itu sendiri, karena program ini merupakan program swadaya, jadi sepenuhnya program ini dilaksanakan oleh masyarakat, pemerintah mengawasi pelaksanaan program dengan melakukan monitoring evaluasi terhadap pelaksanaan program WBMH.

I3 Masyarakat, tetapi dukungan dari pemerintahnya juga sangat perlu, walaupun ini hanyalah program swadaya tetapi kalau pemerintah tidak mendukung itu tidak akan berjalan mulus. Yah contohnya dalam hal anggaran, jika kita hanya mengandalkan anggaran yang didapat dari masyarakat, itu tidak akan cukup untuk membiayai pelaksanaan program WBMH ini.

I4 Tentunya partisipasi dan peran serta dari masyarakat, baik itu SatGas, orangtua, peserta didik, dan masyarakat sekitar yang melaksanakan program WMBH. Kemudian dukungan dari Pemerintah DKI Jakarta, baik itu berupa anggaran, ataupun fasilitas yang diberikan untuk pelaksanaan program. Kedua elemen ini sangat penting untuk penentu keberhasilan program WBMH ini.

Q16 Apa yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program WBMH di Kecamatan Menteng?

Kesimpulan

I1 Sebenarnya masih banyak sekali yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan program WBMH ini, dari mulai sarana yang kita miliki untuk kegiatan ini sangat sedikit, kemudian fasilitas seperti buku-buku pelajaran yang ada tidak lengkap, tenaga pendidik yang tidak mencukupi, dari kesadaran orangtua dan juga anak. Dan yang paling utama ya

Terbatasnya anggaran, minimnya sarana dan prasarana yang ada, lingkungan politik yang berubah.

Page 288: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

masalah anggaran itu sendiri yang jumlahnya tidak mencukupi untuk pembiayaan program WBMH ini, walaupun kawan-kawan Satgas tidak digaji, minimal kita menyediakan makan dan minum untuk kawan Satgas, dan itu semua kan memakai anggaran. Lingkungan politik juga menjadi pengaruh dalam pelaksanaan program, contohnya, seperti ibu Camat yang sebelumnya menjabat, sangat mendukung sekali pelaksanaan program WBMH ini, sedangkan kalau Camat yang sekarang ini jauh berbeda dengan Camat yang dulu. Kemarin banyak anak yang datang kepada saya, yah kira-kira ada 20 anak, mereka menagih janji kepada saya kalau mereka dapat peringkat di kelas akan diberikan handphone, memang benar mereka dapat peringkat semua, tapi sayanya lagi tidak ada duit pak, yah itu semua saya lakukan juga untuk memberikan rangsangan atau stimulus kepada mereka agar lebih giat belajar lagi dan berprestasi. Karena kan mereka juga bosen kalau belajar terus, yah yang saya minta kepada pemerintah, minimal diberikan penghargaan atau reward kepada anak-anak yang berprestasi, agar semangat belajar mereka tuh tetap ada.

I3 Yah salah satunya kurangnya peran pemerintah itu, kita kan tidak bisa jalan sendiri untuk menjalankan program ini, program WBMH ini bagus sekali memang, banyak masyarakat yang antusias pada program ini, tapi kalau pemerintah cuek atau cuma memberikan kebijakan saja tapi tidak diperhatikan, sama saja bohong.

I4 Lingkungan politik juga sangat berpengaruh untuk nasib suatu program, contohnya saja program WBMH ini. Program WBMH ini kan ditetapkan oleh Gubernur sebelumnya dan rencananya akan menerapkan di seluruh DKI Jakarta, namun ketika terjadi pergantian Gubernur, tidak ada tindak lanjut terhadap program

Page 289: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

ini.

I6 Yah setiap hari kita capek juga kalau harus memberitahu kepada warga kalau jam segini mulai kegiatan WBMH, seharusnya kan para orangtuanya juga sudah mengertilah, tanpa harus disuruh-suruh lagi.

I9

Kalau hambatan pastinya banyak sekali yang kita hadapi, kekurangan tenaga pengajar, kesadaran dari orangtua yang cenderung kurang memperhatikan pendidikan anaknya, fasilitas dan sarana untuk program WBMH yang masih minim sekali. Peran dan dukungan dari pemerintahnya sendiri, yang kalau kita bilang itu tidak ada sama sekali.

I10 Banyak sekali hambatan dalam pelaksanaan kegiatan program WBMH ini, yang paling penting sih masih kurangnya kesadaran orangtua dan tidak adanya dukungan dari pemerintah.

Q17 Bagaimana monitoring evaluasi yang dilakukan Pemerintah DKI Jakarta terhadap program WBMH?

Kesimpulan

I1 Memang ada beberapa orang dari Dinas Pendidikan yang datang untuk melihat kegiatan WBMH di Menteng ini, tapi itu cuma awalnya saja, kesininya tidak ada yang datang lagi.

Tidak berjalan dengan baik.

I2 Akan dilaksanakan monitoring oleh dinas pendidikan pada setiap bulannya pada setiap wilayah yang melaksanakan program WBMH.

I3 Tidak ada.

I4 Tidak ada selama ini orang dari pusat, ataupun dinas pendidikan yang datang lewat saya untuk menanyakan pelaksanaan program WBMH ini, mungkin kalau mereka turun langsung kelapangan, saya tidak tahu mengenai itu.

I5 Pernah, tapi seingat saya cuma 2 kali mereka datang kesini untuk melihat pelaksanaan WBMH.

Page 290: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

I6 Ada memang pas awal pelaksanaan program ini, itu sekitar bulan Maret, tapi sampai sekarang belum ada orang dari dinas yang datang lagi.

I7 Iyah pernah ada, dan saya juga pernah di tanyain juga mengenai pelaksanaan program WBMH ini.

Page 291: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 8 TAHUN 2006

TENTANG SISTEM

PENDIDIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang : a. bahwa pendidikan harus mampu menjawab berbagai tantangan sesuai dengan tuntutan dan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan internasional, maka pendidikan diselenggarakan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan untuk mewujudkan pemerataan dan perluasan akses, peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing serta penguatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik dalam menyelenggarakan dan mengelola pendidikan sebagai satu sistem pendidikan;

b. bahwa pendidikan harus mampu mewujudkan Jakarta sebagai Ibukota Negara

Republik Indonesia yang representatif dalam pergaulan dunia, untuk itu diperlukan sumber daya manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta mampu bersaing pada taraf nasional dan internasional;

c. bahwa Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

menyatakan pendidikan merupakan urusan wajib yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah, maka perlu pengaturan untuk memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam

huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Sistem Pendidikan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3039);

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3670);

3. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah

Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3878);

4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3886);

5. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3890);

6. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4132) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4132);

7. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik

Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 4168, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2);

8. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4235);

9. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4279);

10. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

Page 292: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

11. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);

12. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

13. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

14. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

15. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438);

16. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4586);

17. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah

dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

18. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan,

Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4014);

19. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4276);

20. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4496);

21. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

22. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4609);

23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah;

24. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 11 Tahun 1988 tentang Ketertiban Umum Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. (Lembaran Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1989 Nomor 72);

25. Peraturan Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 7 Tahun 1991 tentang

Bangunan Dalam Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1991 Nomor 23);

26. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah

Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 1999 Nomor 23);

27. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001

tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Lembaran Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2001 Nomor 66);

28. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota jakarta Nomor 8 Tahun 2001

tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2001 Nomor 92);

29. Peraturah Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 17 Tahun 2004

tentang Pengelolaan Barang Daerah (Lembaran Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2004 Nomor 72);

30. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Nomor 2 Tahun 2005 tentang

Pengendalian Pencemaran Udara (Lembaran Daerah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2005 Nomor 23).

Page 293: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

dan

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG SISTEM PENDIDIKAN.

BAB I KETENTUAN

UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksudkan dengan:

1. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.

2. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta selanjutnya disebut Provinsi DKI Jakarta.

3. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

4. Gubernur adalah Gubernur Provinsi DKI Jakarta.

5. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah Provinsi DKI Jakarta yang terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kotamadya dan Kabupaten Administrasi, Kecamatan, dan Kelurahan di Provinsi DKI Jakarta.

6. Dinas adalah Perangkat daerah yang bertanggungjawab di bidang pendidikan.

7. Kantor Wilayah Departemen Agama yang selanjutnya disebut Kanwil Departemen

Agama adalah Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta.

8. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembang-kan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara, yang diselenggarakan di Provinsi DKI Jakarta.

9. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan

potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

10. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.

11. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan

pendidikan suatu satuan pendidikan.

12. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

13. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak

sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

14. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan

menengah, berbentuk sekolah dasar (SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat.

15. Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk

Sekolah Menengag Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentukk lain yang sederajat.

16. Pendidikan tinggi adalah pendidikan formal setelah pendidikan menengah yang

mencakup program diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

17. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri

atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Page 294: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

18. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

19. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.

20. Pendidikan bertaraf internasional adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan

menggunakan standar pendidikan nasional yang diperkaya dengan standar pendidikan negara maju.

21. Pendidikan khusus adalah pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan

dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, intelektual, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

22. Pendidikan layanan khusus adalah pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil

dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.

23. Pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang peserta didiknya terpisah dari pendidik

dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain.

24. Pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk

dapat menguasai, memahami, dan mengamalkan ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

25. Pendidikan berbasis Daerah adalah satuan pendidikan dasar dan menengah yang

menyelenggarakan pendidikan dengan acuan kurikulum yang menunjang upaya pengembangan potensi, ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat Jakarta sebagai daerah dan/atau sebagai ibukota negara Republik Indonesia.

26. Pendidikan berbasis masyarakat adalah penyelenggaraan pendidikan ber-dasarkan

kekhasan agama, sosial, budaya, aspirasi, dan potensi masyarakat sebagai perwujudan pendidikan dari, oleh, dan untuk masyarakat.

27. Taman Penitipan Anak yang selanjutnya disebut TPA adalah salah satu bentuk satuan

pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program kesejahteraan sosial, program pengasuhan anak, dan program pendidikan anak sejak lahir sampai dengan berusia 6 (enam) tahun.

28. Kelompok bermain yang selanjutnya disebut KB adalah salah satu bentuk satuan

pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan dan program kesejahteraan bagi anak berusia 2 (dua) tahun sampai dengan 4 (empat) tahun.

29. Taman kanak-kanak selanjutnya disebut TK adalah salah satu bentuk satuan

pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun.

30. Raudhatul Athfal selanjutnya disebut RA dan Bustanul Athfal yang selanjutnya disebut

BA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan agama Islam bagi anak usia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun.

31. Taman Kanak-Kanak Al Qur'an yang selanjutnya disebut TKQ adalah salah satu bentuk

satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan Al Qur'an bagi anak usia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun.

32. Sekolah Dasar yang selanjutnya disebut SD adalah salah satu bentuk satuan

pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar.

33. Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya disebut MI adalah salah satu bentuk satuan

pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan dasar di dalam binaan Departemen Agama.

34. Taman Pendidikan Al Qur'an yang selanjutnya disebut TPQ adalah salah satu bentuk

satuan pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan Al Qur'an bagi anak usia 7 (tujuh) tahun keatas.

35. Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disebut SMP adalah salah satu bentuk

satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI atau bentuk lain yang sederajat.

36. Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disebut MTs adalah salah satu bentuk satuan

pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan dari SD, MI atau bentuk lain yang sederajat di dalam binaan Departemen Agama.

37. Sekolah Menengah Atas yang selanjutnya disebut SMA adalah salah satu bentuk

satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat.

Page 295: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

38. Sekolah Menengah Kejuruan yang selanjutnya disebut SMK adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat.

39. Sekolah Luar Biasa yang selanjutnya disebut SLB adalah pendidikan formal yang

menyelenggarakan pendidikan khusus, bersifat segregatif dan terdiri atas Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Madrasah Ibtidaiyah Luar Biasa (MILB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Madrasah Tsanawiyah Luar Biasa (MTsLB), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB), dan Madrasah Aliyah Luar Biasa (MALB).

40. Madrasah Aliyah yang selanjutnya disebut MA adalah salah satu bentuk satuan

pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat di dalam binaan Departemen Agama.

41. Madrasah Aliyah Kejuruan yang selanjutnya disebut MAK adalah salah satu bentuk

satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan dengan kekhasan agama Islam pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat di dalam binaan Departemen Agama.

42. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang selanjutnya disebut PKBM adalah satuan

pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan nonformal.

43. Majelis Taklim adalah salah satu bentuk satuan pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan agama Islam pada warga masyarakat.

44. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

45. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar.

46. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penerap-an mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyeleng-garaan pendidikan.

47. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dan/atau satuan pendidikan

berdasarkan kriteria atau standar yang telah ditetapkan.

48. Sistem Informasi Pendidikan adalah layanan informasi yang menyajikan data kependidikan meliputi lembaga pendidikan, kurikulum, peserta didik, tenaga pendidik dan kependidikan, sarana dan prasarana, pembiayaan, dan kebijakan pemerintah, pemerintah daerah serta peranserta masyarakat yang dapat diakses oleh berbagai pihak yang memerlukan.

49. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

50. Standar pendidikan adalah kriteria minimal tentang berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan pendidikan, yang berlaku dan yang harus dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan di wilayah Provinsi DKI Jakarta.

51. Penyelenggara pendidikan adalah Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau masyarakat

yang menyelenggarakan pendidikan.

52. Penyelenggaraan pendidikan adalah kegiatan pelaksanaan komponen-komponen sistem pendidikan pada satuan/program pendidikan pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan agar proses pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

53. Pengelola pendidikan adalah Pemerintah, Pemerintah Daerah, Badan Hukum

penyelenggara satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal, Badan Hukum penyelenggara satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal, satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal, dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal.

54. Pengelolaan pendidikan adalah proses pengaturan tentang kewenangan dan

penyelenggaraan sistem pendidikan nasional oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat dan satuan pendidikan agar pendidikan dapat berlangsung sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

55. Pendidik adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan

proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik dan perguruan tinggi.

56. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat

untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.

Page 296: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

57. Peserta didik adalah warga masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

58. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut PNS adalah pegawai tetap yang

diangkat sebagai pegawai negeri sipil oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan Perundang-undangan.

59. Pegawai Non-PNS yang selanjutnya disebut Non-PNS adalah pengawai tidak tetap

yang diangkat oleh satuan pendidikan atau badan hukum penyelenggara pendidikan atau Pemerintah atau Pemerintah Daerah berdasarkan perjanjian kerja.

60. Wajib belajar adalah peserta didik yang mengikuti program pendidikan minimal yang

harus diikuti oleh warga masyarakat atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

61. Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah adalah badan evaluasi mandiri yang

menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah jalur formal dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

62. Badan Akreditasi Provinsi Pendidikan Non-Formal adalah badan evaluasi mandiri yang

menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan jalur pendidikan nonformal dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.

63. Dewan Pendidikan adalah lembaga mandiri yang beranggotakan berbagai unsur

masyarakat yang peduli pendidikan terdiri dari Dewan Pendidikan Provinsi dan Dewan Pendidikan Kotamadya/Kabupaten.

64. Komite Sekolah/Madrasah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orangtua/wali

peserta didik, komunitas sekolah atau madrasah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

65. Kepala Sekolah/Madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan sebagai Kepala

satuan pendidikan.

66. Warga masyarakat adalah penduduk DKI Jakarta, penduduk luar DKI Jakarta, dan warga negara asing yang tinggal di DKI Jakarta.

67. Masyarakat adalah kelompok warga masyarakat non pemerintah yang mempunyai

perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.

68. Budaya membaca adalah kebiasaan warga masyarakat yang menggunakan sebagian waktunya sehari-hari secara tepat guna untuk membaca buku atau bacaan lain yang bermanfaat bagi kehidupan.

69. Budaya belajar adalah kebiasaan warga masyarakat yang menggunakan sebagian

waktunya sehari-hari secara tepat guna untuk belajar guna meningkatkan pengetahuan.

70. Budaya belajar di luar jam sekolah adalah kebiasaan warga belajar menggunakan sebagian waktunya sehari-hari pada hari efektif sekolah secara tepat guna untuk belajar di luar jam sekolah.

BAB II

FUNGSI DAN TUJUAN

Pasal 2

Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak warga masyarakat yang cerdas dan bermartabat untuk mewujudkan kehidupan yang beradab, bertujuan mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, mampu bersaing pada taraf nasional dan internasional serta menjadi warga masyarakat yang demokratis dan bertanggungjawab.

BAB III

PRINSIP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

Pasal 3

(1) Pendidikan diselenggarakan secara profesional, transparan dan akuntabel serta menjadi tanggung jawab bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat dan Peserta Didik.

(2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan system

terbuka dan multimakna.

Page 297: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

(3) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu proses pembudayaan dan pemberdayaan secara berkesinambungan serta berlangsung sepanjang hayat.

(4) Pendidikan diselenggarakan secara adil, demokratis dan tidak diskriminatif dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai agama, nilai budaya lokal dan kebhinekaan.

(5) Pendidikan diselenggarakan dalam suasana yang menyenangkan, menantang, mencerdaskan dan kompetitif dengan dilandasi keteladanan.

(6) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca dan belajar

bagi segenap warga masyarakat.

(7) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan seluruh komponen pemerintahan daerah dan masyarakat serta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperanserta dalam penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan.

BAB IV

HAK DAN KEWAJIBAN Bagian

Kesatu Warga Masyarakat Pasal

4

(1) Setiap warga masyarakat berhak memperoleh pendidikan yang bermutu.

(2) Warga masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat.

(3) Warga masyarakat yang memiliki kelainan fisik, mental, emosional, dan mengalami hambatan sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.

(4) Warga masyarakat yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak

mendapatkan pendidikan khusus.

(5) Warga masyarakat di wilayah terpencil dan/atau mengalami bencana alam dan/atau bencana sosial berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.

(6) Warga masyarakat berperanserta dalam penguasaan, pemanfaatan, pengembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya untuk meningkatkan kesejahteraan pribadi, keluarga, bangsa, dan umat manusia.

Pasal 5

(1) Warga masyarakat yang berusia 7 (tujuh) sampai 18 (delapan belas) tahun wajib

mengikuti pendidikan dasar dan menengah sampai tamat.

(2) Warga masyarakat memberikan dukungan sumber daya pendidikan untuk kelangsungan penyelenggaraan pendidikan.

(3) Warga masyarakat berkewajiban menciptakan dan mendukung terlaksananya budaya

membaca dan budaya belajar di lingkungannya.

Bagian Kedua

Orangtua

Pasal 6

Orangtua berhak berperanserta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi perkembangan pendidikan anaknya.

Pasal 7

(1) Orangtua berkewajiban memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anaknya

untuk memperoleh pendidikan.

(2) Orangtua berkewajiban memberikan kesempatan kepada anaknya untuk berfikir dan berekspresi sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya.

(3) Orangtua berkewajiban untuk mendidik anaknya sesuai kemampuan dan minatnya

serta menetapkan waktu belajar setiap hari di rumah bagi anaknya dari pukul 19.00 sampai dengan 21.00 WIB.

(4) Orangtua berkewajiban atas biaya untuk kelangsungan pendidikan anaknya sesuai

kemampuan, kecuali bagi orangtua yang tidak mampu dibebaskan dari kewajiban tersebut dan menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

Page 298: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Bagian Ketiga

Masyarakat

Pasal 8

(1) Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

(2) Peran serta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

Pasal 9

Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.

Bagian Keempat

Peserta Didik

Pasal 10

(1) Setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.

(2) Setiap peserta didik yang memiliki kelebihan kecerdasan berhak mendapatkan

kesempatan program akselerasi.

(3) Setiap peserta didik berhak mendapatkan pelayanan pendidikan dan pembelajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan, dan kemampuannya.

(4) Peserta didik yang berprestasi dan/atau yang orangtuanya tidak mampu membiayai

pendidikan berhak mendapatkan beasiswa dan/atau bantuan biaya pendidikan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau Masyarakat.

(5) Setiap peserta didik berhak memperoleh penilaian hasil belajarnya.

(6) Setiap peserta didik berhak mencari, menerima, dan memberikan informasi sesuai

dengan tingkat intelektual dan usianya demi pengembangan dirinya sepanjang sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

Pasal 11

(1) Setiap peserta didik berkewajiban menyelesaikan program pendidikan sesuai

kecepatan belajarnya dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

(2) Setiap peserta didik berkewajiban menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin

keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan.

(3) Setiap peserta didik berkewajiban belajar setiap hari efektif sekolah di rumah dari pukul 19.00 sampai dengan 21.00.

(4) Setiap peserta didik berkewajiban memelihara sarana dan prasarana serta kebersihan,

ketertiban, dan keamanan pada satuan pendidikan yang bersangkutan.

(5) Setiap peserta didik berkewajiban mentaati segala ketentuan peraturan perundang- undangan.

Bagian Kelima

Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Paragraf 1 Pendidik

Pasal 12

Pendidik terdiri dari guru, tutor, pamong belajar, instruktur, fasilitator atau sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

(1) Guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, dalam melaksanakan tugas berhak:

a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimal dan jaminan

kesejahteraan sosial;

b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual;

d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;

Page 299: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

e. memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugasnya;

f. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan

kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan ketentuan peraturan perundang-undangan;

g. memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan

tugas;

h. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi selama tidak mengganggu tugas dan kewajibannya;

i. memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan;

j. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan

kualifikasi akademik dan kompetensi; dan/atau k. memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

(2) Dalam melaksanakan tugas guru berkewajiban:

a. merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran termasuk

pelaksanaan belajar yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran;

b. memberikan tauladan dan menjaga nama baik lembaga dan profesi;

c. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara

berkelanjutan sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

d. memotivasi peserta didik melaksanakan waktu belajar di luar jam sekolah;

e. memberikan keteladanan dan menciptakan budaya membaca dan budaya belajar;

f. bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis

kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;

g. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, kode etik guru serta nilai-

nilai agama, dan etika;

h. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

Pasal 14

(1) Tutor, pamong belajar, instruktur, fasilitator, atau sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 dalam melaksanakan tugas berhak:

a. memperoleh penghasilan sesuai kebutuhan hidup minimal dan jaminan

kesejahteraan sosial berdasarkan status kepegawaian dan beban tugas serta prestasi kerja;

b. memperoleh penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

c. memperoleh pembinaan, pendidikan dan pelatihan sebagai pendidik pendidikan

nonformal dari pemerintah, pemerintah daerah dan lembaga pendidikan nonformal;

d. memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas;

e. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi selama tidak mengganggu tugas dan kewajibannya;

(2) Dalam melaksanakan tugas Tutor, Pamong Belajar, Instruktur, Fasilitator, atau sebutan

lain yang sesuai dengan kekhususannya berkewajiban :

a. menyusun rencana pembelajaran;

b. melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan kurikulum, sarana belajar, media pembelajaran, bahan ajar, maupun metode pembelajaran yang sesuai;

c. mengevaluasi hasil belajar peserta didik;

d. menganalisis hasil evaluasi belajar peserta didik;

e. melaksanakan fungsi sebagai fasilitator dalam kegiatan pendidikan nonformal;

f. mengembangkan model pembelajaran pada pendidikan nonformal;

Page 300: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

g. melaporkan kemajuan belajar.

Paragraf 2

Tenaga Kependidikan

Pasal 15

(1) Tenaga kependidikan meliputi pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas, peneliti, pengembang, pustakawan, laboran, dan teknisi sumber belajar.

(2) Tenaga kependidikan berhak mendapatkan:

a. penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang layak dan memadai;

b. penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja;

c. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas;

d. perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas

(3) Tenaga kependidikan berkewajiban:

a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif,

dinamis, dialogis, inovatif, dan bermartabat; b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan;

c. memberikan tauladan dan menjaga nama baik lembaga dan profesi;

d. memberikan keteladan dan menciptakan budaya membaca dan budaya

belajar;

e. mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Keenam

Pemerintah Daerah

Pasal 16

Pemerintah Daerah wajib:

a. mengatur, menyelenggarakan, mengarahkan, membimbing, dan mengawasi penyelenggaraan pendidikan;

b. menetapkan standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan pada

pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan dasar, dan satuan pendidikan menengah;

c. menetapkan standar pelayanan minimal dalam penyelenggaraan pendidikan

anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah;

d. memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin pendidikan yang bermutu bagi warga masyarakat tanpa diskriminasi;

e. menyediakan dana guna penuntasan wajib belajar 9 tahun.

f. menyediakan dana guna terselenggaranya wajib belajar 12 tahun khususnya bagi

peserta didik dari keluarga tidak mampu dan anak terlantar;

g. pemberian beasiswa atas prestasi atau kecerdasan yang dimiliki peserta didik;

h. memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada warga masyarakat untuk memperoleh pendidikan;

i. memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang

profesional, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu;

j. memfasilitasi tersedianya pusat-pusat bacaan bagi masyarakat, sekurang- kurangnya

satu di setiap Rukun Warga (RW);

k. mendorong dan mengawasi pelaksanaan kegiatan jam wajib belajar peserta didik di rumah;

l. mendorong pelaksanaan budaya membaca dan budaya belajar;

m. membina dan mengembangkan pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan

pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat;

Page 301: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

n. menumbuhkembangkan sumber daya pendidikan secara terus menerus untuk terselenggaranya pendidikan yang bermutu;

o. memfasilitasi sarana dan prasarana pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

guna mendukung pendidikan yang bermutu;

p. memberikan dukungan kepada perguruan tinggi dalam rangka kerjasama pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;

q. menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan fasilitas, serta

menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penyelenggaraan pendidikan;

r. mendorong dunia usaha/dunia industri untuk berpartisipasi secara aktif dalam

penyelenggaraan dan peningkatan mutu pendidikan.

BAB V

JALUR, JENJANG DAN JENIS PENDIDIKAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 17

(1) Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya.

(2) Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.

(3) Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.

Jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 yang diselenggarakan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan/atau Masyarakat, dapat diwujudkan dalam bentuk:

a. pendidikan anak usia dini;

b. pendidikan dasar;

c. pendidikan menengah;

d. pendidikan tinggi;

e. pendidikan nonformal;

f. pendidikan informal;

g. pendidikan bertaraf internasional dan berbasis keunggulan daerah;

h. pendidikan khusus dan layanan khusus;

i. pendidikan jarak jauh;

j. pendidikan keagamaan.

Bagian Kedua

Pendidikan anak usia dini

Paragraf 1

Fungsi dan Tujuan

Pasal 19

(1) Pendidikan anak usia dini berfungsi membina, menumbuhkan,dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahapan perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.

(2) Pendidikan anak usia dini bertujuan:

a. membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri dan menjadi warga masyarakat yang demokratis dan bertanggungjawab;

b. mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional dan sosial

peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan.

Paragraf 2

Jalur, Bentuk, dan Jenis Pendidikan

Page 302: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Pasal 20

(1) Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal.

(2) Bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), meliputi TK, RA, BA, atau bentuk lain yang sederajat.

(3) Bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi KB, TPA, TKQ atau bentuk lain yang sederajat.

(4) Bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), merupakan pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang dilaksanakan masyarakat setempat.

(5) Jenis pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

pendidikan umum, keagamaan dan khusus.

Pasal 21

Penyelenggaraan pendidikan pada TK, RA, BA atau bentuk lain yang sederajat memiliki program pembelajaran satu tahun atau dua tahun.

Paragraf 3

Peserta Didik

Pasal 22

(1) Peserta didik TPA atau bentuk lain yang sederajat berusia sejak lahir sampai berusia 6

(enam) tahun.

(2) Peserta didik KB atau bentuk lain yang sederajat berusia 2 (dua) tahun sampai 4 (empat) tahun.

(3) Peserta didik TKQ atau bentuk lain yang sederajat berusia sejak 4 (empat) tahun

sampai 6 (enam) tahun.

(4) Peserta didik TK, RA, BA atau bentuk lain yang sederajat berusia antara 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun.

Pasal 23

Pengelompokan peserta didik untuk program pendidikan pada TPA, KB atau bentuk lain yang sederajat disesuaikan dengan kebutuhan, usia dan/atau perkembangan anak.

Pasal 24

Peserta didik pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal maupun nonformal dapat pindah ke jalur atau satuan pendidikan lain yang sederajat.

Paragraf 4

Penyelenggaraan

Pasal 25

Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 sampai dengan Pasal 24 diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Ketiga Pendidikan

Dasar Paragraf 1

Fungsi dan Tujuan

Pasal 26

(1) Pendidikan dasar berfungsi menanamkan nilai-nilai, sikap, dan rasa keindahan, serta

memberikan dasar-dasar pengetahuan, kemampuan, dan kecakapan membaca, menulis, dan berhitung serta kapasitas belajar peserta didik untuk melanjutkan ke pendidikan menengah dan/atau untuk hidup di masyarakat sejalan dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional.

(2) Penyelenggaraan pendidikan dasar bertujuan membangun landasan bagi berkembangannya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif,

Page 303: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga masyarakat yang demokratis serta bertanggung jawab untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut.

Paragraf 2

Jalur, Bentuk, dan Jenis Pendidikan

Pasal 27

(1) Pendidikan Dasar diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal.

(2) Bentuk satuan pendidikan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi SD, MI,

atau bentuk lain yang sederajat serta SMP, MTs atau bentuk lain yang sederajat.

(3) SD dan MI terdiri atas 6 (enam) tingkat, SMP dan MTs terdiri atas 3 (tiga) tingkat kecuali program akselerasi.

(4) Jenis pendidikan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa pendidikan

umum, keagamaan, dan khusus.

Paragraf 3

Peserta Didik

Pasal 28

(1) Peserta didik pada SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat dapat berusia sekurang- kurangnya 6 (enam) tahun

(2) Bagi peserta didik yang berusia kurang dari 6 (enam) tahun sebagaimana dimaksud

ayat (1), dapat diterima setelah memperoleh rekomendasi tertulis dari psikolog.

(3) Peserta didik pada SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat adalah lulusan SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat.

(4) Peserta didik pada SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat, SMP, MTs, atau bentuk lain

yang sederajat dapat pindah ke jalur atau satuan pendidikan lain yang setara.

(5) Peserta didik yang belajar secara mandiri dapat pindah ke SD, MI, SMP, MTs, atau bentuk lain yang sederajat setelah melalui tes penempatan oleh satuan pendidikan yang bersangkutan.

(6) Peserta didik yang belajar di negara lain pada jenjang pendidikan dasar dapat pindah

ke SD, MI, SMP, atau MTs, atau bentuk lain yang sederajat.

Paragraf 4

Penyelenggaraan

Pasal 30

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan Pendidikan Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 sampai dengan Pasal 29 diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Keempat

Pendidikan Menengah

Paragraf 1

Fungsi dan Tujuan

Pasal 31

(1) Pendidikan menengah umum berfungsi menyiapkan peserta didik untuk dapat melanjutkan ke pendidikan tinggi dan/atau untuk hidup di masyarakat.

(2) Pendidikan menengah kejuruan berfungsi menyiapkan peserta didik menjadi manusia

produktif dan mampu bekerja mandiri, terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu sesuai persyaratan pasar kerja.

Pasal 32

(1) Pendidikan menengah bertujuan membangun landasan bagi berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut atau bekerja dalam bidang tertentu.

(2) Pendidikan menengah umum bertujuan untuk membentuk manusia berkualitas secara

spiritual, emosional, intelektual, hidup sehat, memperluas pengetahuan dan seni, memiliki keahlian dan keterampilan, menjadi anggota masyarakat yang bertanggung

Page 304: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

jawab serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan lebih lanjut sejalan dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional.

(3) Pendidikan menengah kejuruan bertujuan untuk membentuk manusia berkualitas

secara spiritual, emosional, intelektual, dan fisik yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, memiliki sikap wirausaha dan memberikan bekal kompetensi keahlian kejuruan kepada peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu sejalan dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Paragraf 2

Jalur, Bentuk, dan Jenis Pendidikan

Pasal 33

(1) Pendidikan Menengah diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal.

(2) Pendidikan Menengah berbentuk SMA, MA, SMK, dan MAK, atau bentuk lain yang

sederajat.

(3) SMA dan MA dikelompokkan dalam program studi sesuai dengan kebutuhan untuk belajar lebih lanjut di Pendidikan Tinggi dan hidup di dalam masyarakat.

(4) SMA dan MA terdiri atas 3 (tiga) tingkat, kecuali program akselerasi dan untuk SMK dan

MAK dapat ditambah satu tingkat.

(5) Jenis Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berupa pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus.

Pasal 34

(1) Penjurusan pada SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat berbentuk bidang keahlian.

(2) Setiap bidang keahlian terdiri atas 1 (satu) atau lebih program keahlian.

(3) Pengembangan jenis program keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di dasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni, dunia industri/dunia usaha ketenagakerjaan baik secara nasional, regional maupun global, kecuali untuk program keahlian yang terkait dengan upaya-upaya pelestarian warisan budaya.

(4) Penataan dan pengembangan spektrum program keahlian dilaksanakan Pemerintah

Daerah setelah mendapatkan masukan dari pemangku kepentingan (stakeholders).

Paragraf 3

Peserta Didik

Pasal 35

Peserta didik pada SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat adalah warga masyarakat yang telah lulus dari SMP, MTs, Paket B, atau satuan pendidikan lainnya yang sederajat.

(1) Peserta didik pada SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat dapat pindah

program keahlian pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara sesuai dengan persyaratan.

(2) Peserta didik yang belajar di negara lain pada jenjang Pendidikan Menengah berhak

pindah ke SMA, MA, SMK, MAK, atau bentuk lain yang sederajat.

Paragraf 4

Penyelenggaraan

Pasal 37

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan Pendidikan Menengah sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 sampai dengan pasal 36 diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Kelima

Pendidikan Tinggi

Paragraf 1

Fungsi dan Tujuan

Pasal 38

Page 305: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

(1) Pendidikan tinggi berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dengan melaksanakan dharma, meliputi : a. pendidikan dengan cara mengajarkan, menyebarluaskan, dan menerapkan

ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni, dan nilai-nilai luhur untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat;

b. penelitian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau

seni, serta memperkaya budaya untuk memperkuat daya saing dan jatidiri bangsa;

c. pengabdian kepada masyarakat untuk mendorong modernisasi dan

perwujudan masyarakat madani sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan nilai-nilai luhur bangsa.

(2) Pendidikan tinggi bertujuan:

a. mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian unggul, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab, memiliki wawasan kebangsaan, menghargai pluralisme dan hak-hak asasi manusia, peduli pada pelestarian lingkungan, berintegritas dan taat kepada hukum termasuk kesadaran membayar pajak dan sikap anti korupsi serta tidak tercerabut dari akar budaya bangsa Indonesia.

b. membentuk manusia yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni,

dan berkualitas secara spiritual, emosional, intelektual, dan fisik serta memiliki profesionalitas dan kemampuan kepemimpinan serta jiwa kewirausahaan untuk mendukung peningkatan daya saing bangsa.

Paragraf 2

Penyelenggaraan

Pasal 39

(1) Pemerintah Daerah dapat menyelenggarakan pendidikan tinggi sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pemerintah Daerah mendukung dan/atau membantu penyelenggaraan pendidikan tinggi selain pengaturan kurikulum, akreditasi, dan pengangkatan tenaga akademik.

(3) Pemerintah Daerah memberikan pertimbangan pembukaan dan penutupan serta

pembinaan dan penertiban penyelenggaraan pendidikan tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Pemerintah Daerah dapat memberikan pembinaan dan maslahat tambahan terhadap

dosen pendidikan tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Pemerintah Daerah mendukung dan/atau membantu penyelenggaran kegiatan ekstrakurikuler dan penelitian pendidikan tinggi yang relevan dengan kepentingan daerah.

(6) Pemerintah Daerah mendukung dan/atau membantu kegiatan ekstrakurikuler

mahasiswa, penyelesaian tugas akhir bagi mahasiswa yang tidak mampu dan penyelesaian studi bagi mahasiswa yang berprestasi.

Bagian Keenam

Pendidikan Nonformal

Paragraf 1

Fungsi dan Tujuan

Pasal 40

(1) Pendidikan nonformal berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan untuk mengembangkan potensinya dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional, serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

(2) Pendidikan nonformal bertujuan untuk membentuk manusia yang memiliki kecakapan

hidup, keterampilan, sikap wirausaha, dan kompetensi untuk bekerja dalam bidang tertentu, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Paragraf 2

Bentuk dan Program Pendidikan

Page 306: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Pasal 41

(1) Satuan pendidikan nonformal berbentuk:

a. lembaga kursus;

b. lembaga pelatihan;

c. kelompok belajar;

d. pusat kegiatan belajar masyarakat;

e. majelis taklim, dan

f. satuan pendidikan yang sejenis.

(2) Lembaga kursus dan lembaga pelatihan menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, sikap dan kecakapan hidup untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, berusaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

(3) Kelompok belajar menyelenggarakan kegiatan untuk menampung dan memenuhi kebutuhan belajar sekelompok warga masyarakat yang ingin belajar melalui jalur pendidikan nonformal.

(4) Pusat kegiatan belajar masyarakat memfasilitasi penyelenggaraan berbagai program

pendidikan nonformal untuk mewujudkan masyarakat gemar belajar dalam rangka mengakomodasi kebutuhannya akan pendidikan sepanjang hayat, dan berasaskan dari, oleh, dan untuk masyarakat.

(5) Majelis taklim menyelenggarakan pembelajaran agama Islam untuk memenuhi berbagai

kebutuhan belajar masyarakat pada jalur pendidikan nonformal.

Pasal 42

Program pendidikan nonformal meliputi:

a. pendidikan kecakapan hidup;

b. pendidikan anak usia dini;

c. pendidikan kepemudaan;

d. pendidikan pemberdayaan perempuan;

e. pendidikan keaksaraan;

f. pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja;

g. pendidikan kesetaraan; serta

h. pendidikan lainnya

Pasal 43

(1) Pendidikan kecakapan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf a merupakan pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan intelektual, kecakapan sosial, dan kecakapan vokasional untuk bekerja, berusaha dan/atau hidup mandiri.

(2) Pendidikan kecakapan hidup berfungsi meningkatkan kecakapan personal, kecakapan

intelektual, kecakapan sosial, dan kecakapan vokasional untuk bekerja, berusaha dan/atau hidup mandiri.

(3) Pendidikan kecakapan hidup dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan program-

program pendidikan nonformal lainnya dan/atau tersendiri.

Pasal 44

(1) Pendidikan kepemudaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf c merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk mempersiapkan kader pemimpin bangsa.

(2) Pendidikan kepemudaan berfungsi mengembangkan potensi pemuda dengan

penekanan pada penguatan nilai keimanan dan ketakwaan, wawasan kebangsaan, etika dan kepribadian, estetika, ilmu pengetahuan dan teknologi, sikap kewirausahaan, kepeloporan, serta kecakapan hidup bagi pemuda sebagai kader pemimpin bangsa.

(3) Pendidikan kepemudaan mencakup berbagai bentuk pendidikan dan pelatihan di

bidang keagamaan, etika dan kepribadian, wawasan kebangsaan, kepanduan/kepramukaan, seni dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan dan keolahragaan, kepeloporan, kepemimpinan, palang merah, pencinta alam dan lingkungan hidup, kecakapan hidup dan kewirausahaan.

Page 307: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Pasal 45

(1) Pendidikan pemberdayaan perempuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf d merupakan pendidikan untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan.

(2) Pendidikan pemberdayaan perempuan berfungsi meningkatkan kemampuan

perempuan dalam pengembangan potensi diri, nilai, sikap, dan etika perempuan agar mampu memperoleh hak dasar kehidupan yang setara dan adil secara gender dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(3) Pendidikan pemberdayaan perempuan mencakup:

a. peningkatan akses pendidikan bagi perempuan;

b. pencegahan terhadap pelanggaran hak-hak dasar perempuan; dan

c. penyadaran terhadap harkat dan martabat perempuan.

Pasal 46

(1) Pendidikan keaksaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf e merupakan pendidikan bagi warga masyarakat yang buta aksara agar mereka dapat membaca, menulis, berhitung, berbahasa Indonesia, dan berpengetahuan dasar untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

(2) Pendidikan keaksaraan berfungsi memberikan kemampuan dasar membaca, menulis,

berhitung, dan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia kepada peserta didik yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

(3) Pendidikan keaksaraan dilaksanakan terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup.

(4) Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja sebagaimana dimaksud dalam pasal 42 huruf f merupakan pendidikan yang diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan fungsional yang sesuai kebutuhan dunia kerja atau kebutuhannya untuk menjadi manusia produktif.

(5) Pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja berfungsi untuk meningkatkan dan

mengembangkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional sesuai dengan kebutuhan dunia kerja atau kebutuhannya untuk menjadi manusia produktif.

Pasal 48

(1) Pendidikan kesetaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 huruf g merupakan

program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA yang mencakup program Paket A, Paket B, dan Paket C.

(2) Pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai layanan jenjang pendidikan dasar dan

menengah pada jalur pendidikan nonformal.

(3) Program Paket A berfungsi memberikan pendidikan umum setara SD/MI.

(4) Program Paket B berfungsi memberikan pendidikan umum setara SMP/MTs.

(5) Program Paket C berfungsi memberikan pendidikan umum setara SMA/MA.

(6) Pendidikan kesetaraan dilaksanakan terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup.

Paragraf 3

Peserta Didik

Pasal 49

(1) Peserta didik pada lembaga pendidikan, lembaga kursus, dan lembaga pelatihan adalah warga masyarakat yang memerlukan bekal untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah dan/atau melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

(2) Peserta didik pada kelompok belajar dan pusat kegiatan belajar masyarakat adalah

warga masyarakat yang ingin belajar untuk mengembangkan diri, bekerja, dan/atau melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.

(3) Peserta didik pada majelis taklim adalah masyarakat muslim yang ingin belajar dan

mendalami ajaran Islam dan/atau untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kecakapan hidup.

(4) Peserta didik pada pendidikan kepemudaan adalah warga masyarakat pemuda.

(5) Peserta didik pada pendidikan keaksaraan adalah warga masyarakat usia 15 (lima

belas) tahun ke atas yang belum dapat membaca, menulis, berhitung dan/atau berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.

Page 308: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

(6) Peserta didik pada Program Paket A adalah anggota masyarakat yang berminat menempuh pendidikan setara SD/MI.

(7) Peserta didik pada Program Paket B adalah anggota masyarakat yang telah lulus

program Paket A, atau SD/MI atau pendidikan lain yang sederajat yang berminat menempuh pendidikan setara SMP/MTs.

(8) Peserta didik pada Program Paket C adalah anggota masyarakat yang telah lulus

program Paket B, atau SMP/MTs atau pendidikan lain yang sederajat yang berminat menempuh pendidikan setara SMA/MA.

Paragraf 4

Penyelenggaraan

Pasal 50

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan Pendidikan Nonformal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 sampai dengan Pasal 49 diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Ketujuh

Pendidikan Informal

Paragraf 1

Fungsi dan Tujuan

Pasal 51

(1) Pendidikan Informal berfungsi sebagai upaya mengembangkan potensi warga

masyarakat guna mendukung pendidikan sepanjang hayat.

(2) Pendidikan informal bertujuan untuk memberikan keyakinan agama, menanamkan nilai budaya, nilai moral, etika dan kepribadian, estetika, serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Paragraf 2

Bentuk dan Program Pendidikan

Bentuk dan Kegiatan

Pasal 52

(1) Pendidikan informal dilakukan keluarga dan/atau lingkungan yang berbentuk kegiatan

pembelajaran secara mandiri.

(2) Pendidikan informal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: pendidikan yang dilakukan melalui media massa, pendidikan masyarakat melalui berbagai kegiatan sosial dan budaya, serta interaksi dengan alam.

Paragraf 3

Peserta Didik

Pasal 53

Peserta didik pada pendidikan informal adalah setiap warga masyarakat.

Paragraf 4

Pengakuan Hasil Pendidikan Informal

Pasal 54

(1) Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal maupun nonformal

setelah melalui ujian oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah/Pemerintah Daerah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai ujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Gubernur.

Bagian Kedelapan

Pendidikan Bertaraf Internasional dan Berbasis Keunggulan Daerah

Paragraf 1

Fungsi dan Tujuan

Page 309: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Pasal 55

(1) Pendidikan bertaraf internasional berfungsi sebagai sarana pembelajaran untuk menghasilkan peserta didik yang berkualitas internasional.

(2) Pendidikan bertaraf internasional bertujuan untuk menyiapkan peserta didik yang

memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepribadian yang berdaya saing global.

(3) Pendidikan berbasis keunggulan daerah berfungsi sebagai sarana pembelajaran untuk menghasilkan peserta didik yang mampu mengembangkan keunggulan daerah.

(4) Pendidikan berbasis keunggulan daerah bertujuan untuk menyiapkan peserta didik

yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepribadian yang mampu menunjang pengembangan potensi ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat kota.

Paragraf 2

Jalur, Bentuk dan Jenis Pendidikan

Pasal 56

(1) Pendidikan bertaraf internasional diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal

dan/atau nonformal.

(2) Pendidikan berbasis keunggulan daerah diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan/atau informal.

(3) Pendidikan bertaraf internasional dan berbasis keunggulan daerah pada jalur

pendidikan formal berbentuk TK, SD, MI, SMP, MTs, SMA, MA, SMK, dan MAK serta satuan pendidikan lain yang sederajat.

(4) Pendidikan bertaraf internasional dan berbasis keunggulan daerah nonformal berbentuk

lembaga kursus, lembaga pelatihan serta satuan pendidikan lain yang sederajat.

(5) Pendidikan berbasis keunggulan daerah informal berbentuk pendidikan keluarga dan lingkungan.

(6) Jenis pendidikan bertaraf internasional dan berbasis keunggulan daerah sebagaimana

dimaksud ayat (1) dan ayat (2) dapat berupa pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus.

Paragraf 3

Penyelenggaraan

Pasal 57

(1) Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya lima pada satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.

(2) Pemerintah Daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya lima pada satuan

pendidikan dasar dan pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi satuan pendidikan berbasis keunggulan daerah.

(3) Masyarakat dapat menyelenggarakan satuan pendidikan bertaraf internasional dan

pendidikan berbasis keunggulan daerah.

(4) Pemerintah Daerah membimbing dan membantu masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengembangan satuan pendidikan bertaraf internasional dan berbasis keunggulan daerah.

Pasal 58

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan Pendidikan Bertaraf Internasional dan Berbasis Keunggulan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 sampai dengan Pasal 57 diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Keenam

Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus

Paragraf 1

Fungsi dan Tujuan

Pasal 59

(1) Pendidikan khusus berfungsi memberikan layanan pendidikan bagi peserta didik yang

memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kendala fisik, emosional, mental, sosial dan/atau peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa.

Page 310: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

(2) Pendidikan khusus bagi peserta didik yang mengalami kendala fisik, emosional, mental dan sosial bertujuan untuk mengembangkan potensi pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian seoptimal mungkin menuju kemandirian hidup.

(3) Pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat

istimewa bertujuan untuk mengembangkan kelebihan kualitas kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, sosial, dan bakat istimewa yang dimilikinya.

(4) Pendidikan layanan khusus berfungsi memberikan layanan pendidikan bagi peserta

didik di pulau terpencil di kepulauan seribu, mengalami bencana alam, dan bencana sosial.

(5) Pendidikan layanan khusus bertujuan untuk memberikan layanan pendidikan secara

berkesinambungan.

Paragraf 2

Jalur, Bentuk dan Jenis Pendidikan

Pasal 60

(1) Pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal dan informal.

(2) Pendidikan khusus formal bagi peserta didik yang memiliki kendala fisik, emosional,

mental, sosial berbentuk Sekolah Luar Biasa (SLB) dan/atau kelas inklusif sesuai dengan jenjang masing-masing.

(3) Pendidikan khusus formal bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan

dan/atau bakat istimewa dapat diselenggarakan pada satuan pendidikan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat.

(4) Bentuk penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi peserta didik yang memiliki

potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan dalam bentuk kelas khusus dan/atau satuan pendidikan khusus.

(5) Pendidikan khusus formal bagi peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan

dan/atau bakat istimewa dapat berupa program percepatan, program pengayaan, atau gabungan program percepatan dan program pengayaan.

(6) Pendidikan khusus dan layanan khusus nonformal berbentuk lembaga kursus,

kelompok belajar, lembaga pelatihan serta satuan pendidikan lain yang sederajat.

(7) Pendidikan khusus dan layanan khusus informal berbentuk pendidikan keluarga dan lingkungan.

(8) Jenis pendidikan khusus dan layanan khusus sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat

berupa pendidikan umum, kejuruan, keagamaan, dan khusus.

Paragraf 3

Peserta Didik

Pasal 61

Peserta didik pada pendidikan khusus dan layanan khusus adalah warga masyarakat yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 59.

Paragraf 4

Penyelenggaraan

Pasal 62

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59 sampai dengan Pasal 61 diatur dengan peraturan Gubernur.

Bagian Ketujuh

Pendidikan Jarak Jauh

Pasal 63

Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat dapat menyelenggarakan pendidikan jarak jauh sesuai dengan kebutuhan dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

Bagian Kedelapan

Pendidikan Keagamaan

Page 311: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Paragraf 1

Fungsi dan Tujuan

Pasal 64

(1) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi warga masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama.

(2) Pendidikan keagamaan bertujuan untuk membentuk peserta didik yang memahami dan

mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama yang berwawasan luas, kritis, kreatif, inovatif, dan dinamis dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia.

Paragraf 2

Jalur dan Bentuk Pendidikan

Pasal 65

Jalur dan bentuk pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3

Penyelenggaraan dan Pengelolaan

Pasal 66

(1) Penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan keagamaan harus dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pemerintah daerah dapat memberi bantuan sumber daya pendidikan kepada pendidikan keagamaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyelenggaraan Pendidikan Keagamaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 sampai dengan Pasal 66 diatur dengan peraturan Gubernur.

BAB VI PENGELOLAAN

PENDIDIKAN Bagian Kesatu

Umum

Pasal 68

(1) Pengelolaan Pendidikan dilakukan oleh:

a. Pemerintah;

b. Pemerintah Daerah;

c. Badan hukum penyelenggara satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan badan hukum penyelenggara satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal.

d. Satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan satuan pendidikan pada

jalur pendidikan nonformal.

(2) Pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan pada:

a. Pemerataan akses pendidikan dan pencapaian standar minimal mutu layanan pendidikan;

b. Peningkatan mutu, relevansi dan daya saing pendidikan;

c. Peningkatan efektivitas, efisiensi, akuntabilitas, dan pencitraan publik.

Pasal 69

(1) Pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 didasarkan pada program kerja dan anggaran tahunan yang disusun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Program kerja dan anggaran tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang

disusun oleh Pemerintah Daerah didasarkan pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).

Page 312: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

(3) Program kerja dan anggaran tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang disusun badan hukum penyelenggara satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan/atau badan hukum penyelenggara satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal didasarkan pada rencana strategis masing-masing mengacu pada RPJMD dan RPJPD.

(4) Program kerja dan anggaran tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang

disusun satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan satuan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal didasarkan pada rencana strategis masing-masing yang mengacu pada RPJMD dan RPJPD.

Bagian Kedua Pengelolaan oleh

Pemerintah Daerah Pasal 70

(1) Gubernur bertanggung jawab mengelola sistem pendidikan di daerah dan menetapkan kebijakan daerah di bidang pendidikan sesuai dengan kewenangan.

(2) Kebijakan daerah di bidang pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dituangkan sekurang-kurangnya dalam:

a. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);

b. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD); dan

c. Peraturan Perundang-undangan daerah bidang pendidikan.

(3) Kebijakan daerah di bidang pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) mengikat:

a. Semua Perangkat Daerah;

b. Badan hukum penyelenggara satuan pendidikan;

c. Satuan pendidikan yang belum berbadan hukum;

d. Penyelenggara pendidikan formal, nonformal dan informal;

e. Dewan Pendidikan Provinsi;

f. Dewan Pendidikan Kotamadya/Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu;

g. Pendidik dan tenaga kependidikan;

h. Komite sekolah atau nama lain yang sejenis;

i. Peserta didik;

j. Orangtua/wali peserta didik;

k. Masyarakat;

l. Pihak-pihak lain yang terkait dengan pendidikan.

Pasal 71

(1) Pemerintah Daerah mengarahkan, membimbing, mensupervisi, mengawasi,

mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi, dan mengendalikan penyelenggara satuan, jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sesuai dengan kebijakan nasional bidang pendidikan dan kebijakan daerah bidang pendidikan dalam kerangka pengelolaan sistem pendidikan nasional.

(2) Pemerintah Daerah bertanggung jawab:

a. menyelenggarakan sekurang-kurangnya Pendidikan anak usia dini, Pendidikan

Dasar, Pendidikan Menengah, Pendidikan Non Formal, Pendidikan Bertaraf Internasional dan Berbasis Keunggulan Daerah, Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus;

b. memfasilitasi penyelenggaraan Pendidikan anak usia dini, Pendidikan Dasar,

Menengah, Pendidikan Tinggi, Pendidikan Non-Formal, Pendidikan Informal, Pendidikan Bertaraf Internasional dan Berbasis Keunggulan Daerah,Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus, Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Keagamaan yang diselenggarakan masyarakat;

c. mengkoordinasikan penyelenggaraan pendidikan, pembinaan,pengembangan

pendidik dan tenaga kependidikan, untuk pendidikan formal,nonformal dan informal yang diselenggarakan Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat;

d. membantu penyelenggaraan pendidikan di wilayah perbatasan;

Page 313: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

e. menuntaskan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun;

f. menuntaskan program buta aksara;

g. mendorong percepatan pencapaian target nasional bidang pendidikan didaerah;

h. mengkoordinasikan dan mensupervisi pengembangan kurikulum pendidikan;

i. mengevaluasi penyelenggara dan pengelola satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan jalur pendidikan nonformal untuk pengendalian dan penjaminan mutu pendidikan;

j. mengembangkan dan melestarikan pendidikan seni budaya Betawi.

Pasal 72

(1) Pemerintah Daerah melakukan pembinaan penjaminan mutu satuan pendidikan dan/atau program pendidikan, dengan berpedoman pada kebijakan nasional bidang pendidikan, standar nasional pendidikan dan pedoman penjaminan mutu yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional.

(2) Pemerintah Daerah melaksanakan akreditasi terhadap satuan pendidikan dan/atau

program pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Untuk melaksanakan akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Gubernur

membentuk badan akreditasi provinsi untuk pendidikan formal dan pendidikan nonformal.

Pasal 73

(1) Pemerintah Daerah mengembangkan dan melaksanakan sistem informasi pendidikan daerah secara online dan kompatible dengan sistem informasi pendidikan nasional yang dikembangkan Departemen Pendidikan Nasional.

(2) Sistem informasi pendidikan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup

data dan informasi pendidikan pada semua jalur, jenjang, jenis, satuan, program pendidikan.

(3) Pemerintah daerah mendorong satuan pendidikan untuk mengembangkan dan

melaksanakan Sistem Informasi Pendidikan sesuai dengan kewenangan.

(4) Sistem informasi pendidikan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirancang untuk menunjang pengambilan keputusan, kebijakan pendidikan yang dilakukan Pemerintah Daerah dan dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan pendidikan.

Bagian Ketiga

Pengelolaan oleh Badan Hukum

Penyelenggara Satuan Pendidikan Formal dan Pendidikan Nonformal

Pasal 74

(1) Badan hukum penyelenggara satuan pendidikan formal dan/atau badan hukum

penyelenggara pendidikan nonformal bertanggungjawab terhadap satuan dan/atau program pendidikan yang diselenggarakan.

(2) Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. menjamin ketersediaan sumber daya pendidikan secara teratur dan berkelanjutan

bagi terselenggaranya pelayanan pendidikan sesuai dengan standar nasional pendidikan;

b. menjamin akses pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang memenuhi

syarat sampai batas daya tampung satuan pendidikan;

c. mensupervisi dan membantu satuan dan/atau program pendidikan yang diselenggarakannya dalam melakukan penjaminan mutu, dengan berpedoman pada kebijakan nasional bidang pendidikan, standar nasional pendidikan, dan pedoman penjaminan mutu yang diterbitkan Departemen Pendidikan Nasional;

d. memfasilitasi akreditasi satuan dan/atau program pendidikan oleh badan akreditasi

sekolah/madrasah tingkat nasional/provinsi atau Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non-Formal dan/atau Lembaga Akreditasi lain yang diakui oleh Pemerintah;

e. tanggung jawab lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan;

f. membina, mengembangkan, dan mendayagunakan pendidik dan tenaga

kependidikan yang berada di bawah binaan pengelola.

Page 314: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Bagian Keempat

Pengelolaan oleh Satuan Pendidikan

Pasal 75

Pengelolaan oleh satuan pendidikan meliputi perencanaan program, pengembangan kurikulum, penyelenggaraan pembelajaran, pendayagunaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan sarana dan prasarana, penilaian hasil belajar, pengendalian, pelaporan dan fungsi-fungsi manajemen pendidikan lainnya sesuai dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah/satuan pendidikan nonformal.

Pasal 76

(1) Pengelolaan satuan pendidikan anak usia dini, dasar, dan menengah dilaksanakan

berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah.

(2) Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikembangkan oleh

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

(3) Manajemen berbasis sekolah/madrasah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan pada prinsip kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan dan akuntabilitas.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar pelayanan minimal dan manajemen berbasis

sekolah/madrasah mengacu pada peraturan Menteri Pendidikan Nasional dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.

BAB VII

KURIKULUM

Pasal 77

(1) Kurikulum program kegiatan belajar pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan jarak jauh, dan pendidikan keagamaan mengacu standar nasional pendidikan.

(2) Kurikulum pendidikan pada jalur pendidikan nonformal, pendidikan informal, pendidikan berbasis keunggulan daerah, dan pendidikan khusus dan layanan khusus menggunakan standar nasional pendidikan, potensi dan keunggulan lokal.

(3) Kurikulum pendidikan bertaraf internasional mengacu pada standar nasional

pendidikan yang diperkaya dengan standar pendidikan negara maju.

Pasal 78

(1) Kurikulum pada satuan pendidikan dasar, pendidikan menengah dan jalur pendidikan nonformal dapat dikembangkan dengan standar yang lebih tinggi dari standar nasional pendidikan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan

berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. berbasis kompetensi, perkembangan, kebutuhan, kepentingan peserta didik dan lingkungan;

b. beragam dan terpadu;

c. tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan

budaya;

d. relevan dengan kebutuhan kehidupan;

e. menyeluruh dan berkesinambungan;

f. belajar sepanjang hayat;

g. seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman penyusunan dan pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan peraturan Gubernur.

BAB VIII

PENDIDIKAN LINTAS SATUAN DAN JALUR PENDIDIKAN

Pasal 79

(1) Peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMSA/MA, dan SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dapat:

a. pindah satuan atau program pendidikan;

Page 315: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

b. mengambil program atau mata pelajaran pada jenis dan/atau jalur pendidikan yang sama, atau berbeda sesuai persayaratan akademik satuan pendidikan penerima.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perpindahan peserta didik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatur peraturan Gubernur.

Pasal 80

(1) Peserta didik SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat dapat mengambil mata pelajaran atau program pendidikan pada satuan pendidikan nonformal yang terakreditasi untuk memenuhi ketentuan kurikulum pendidikan formal yang bersangkutan.

(2) Peserta didik pada satuan pendidikan nonformal dapat mengambil mata pelajaran atau

program pendidikan pada satuan pendidikan formal untuk memenuhi beban belajar pendidikan nonformal yang bersangkutan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengambilan mata pelajaran atau program

pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) diatur oleh peraturan Gubernur.

BAB IX BAHASA

PENGANTAR Pasal 81

(1) Bahasa pengantar dalam pendidikan menggunakan Bahasa Indonesia.

(2) Bahasa asing dapat dipergunakan sebagai bahasa pengantar selain Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan peserta didik.

BAB X

PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN Bagian Kesatu

Umum

Pasal 82

(1) Pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 merupakan tenaga profesional yang tugasnya merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, menganalisis, dan menindaklanjuti hasil pembelajaran.

(2) Tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) bertugas

melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

Bagian Kedua

Persyaratan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Pasal 83

(1) Pendidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 82 ayat (1) harus memiliki kualifikasi

akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan

minimal S1 atau D IV.

(3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, meliputi:

a. kompetensi pedagogik,

b. kompetensi kepribadian,

c. kompetensi profesional, dan

d. kompetensi sosial.

(4) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.

(5) Ketentuan mengenai persyaratan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 82 ayat (2) diatur dengan ketentuan peraturan perundangan-undangan.

Page 316: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Bagian Ketiga

Pengangkatan, Penempatan, Pemindahan, dan Pemberhentian

Pasal 84

(1) Pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan Pemerintah Daerah, dilakukan Gubernur dengan memperhatikan keseimbangan antara penempatan dan kebutuhan, yang pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

(2) Pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan pemberhentian pendidik dan tenaga

kependidikan pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan masyarakat, dilakukan penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan, dengan memperhatikan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan pemberhentian pendidik dan tenaga

kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), tidak boleh diskriminasi.

(4) Penugasan pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan Pemerintah Daerah dilakukan Gubernur atas usulan Kepala Dinas.

(5) Penugasan pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan anak usia dini,

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan masyarakat, dilakukan penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan.

Pasal 86

(1) Pemindahan tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang kedudukannya Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan Pemerintah Daerah dilaksanakan Kepala Dinas.

(2) Pemindahan tugas pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dalam rangka pembinaan karier dan peningkatan mutu pendidikan.

Pasal 87

(1) Pemberhentian dengan hormat terhadap pendidik dan tenaga kependidikan, atas dasar:

a. permohonan sendiri;

b. meninggal dunia;

c. mencapai batas usia pensiun;

d. diangkat dalam jabatan lain.

(2) Pemberhentian tidak hormat terhadap pendidik dan tenaga kependidikan, atas

dasar:

a. hukuman jabatan;

b. akibat pidana penjara berdasarkan keputusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap.

c. melakukan perbuatan pelanggaran peraturan perundang-undangan;

d. menjadi anggota atau pengurus partai politik.

Bagian Keempat Pembinaan

dan Pengembangan Pasal 88

Penyelenggara satuan pendidikan wajib membina dan mengembangkan pendidik dan tenaga kependidikan.

(1) Pembinaan dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan

pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan pemerintah dan/atau masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88, meliputi pendidikan dan pelatihan, kenaikan pangkat dan jabatan, didasarkan pada prestasi kerja dan disiplin.

Page 317: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

(2) Pendidikan dan pelatihan pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan dan profesionalisme.

Pasal 90

(1) Pembinaan dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1), yang kedudukannya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Pembinaan dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan

pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan Pemerintah Daerah yang kedudukannya bukan Pegawai Negeri Sipil (Non PNS), dilaksanakan Kepala Dinas.

Pasal 91

(1) Pembinaan disiplin pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan anak

usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan Pemerintah Daerah menjadi tanggung jawab Kepala Dinas.

(2) Pembinaan disiplin pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan

pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan masyarakat menjadi tanggung jawab penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan.

Bagian Kelima

Kesejahteraan

Pasal 92

Pendidik dan tenaga kependidikan yang kedudukannya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) berhak memperoleh penghasilan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Pasal 93

Kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan yang kedudukannya bukan Pegawai Negeri Sipil (Non-PNS), pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan Pemerintah Daerah dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(1) Pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan

dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan masyarakat yang kedudukannya bukan Pegawai Negeri Sipil (Non-PNS), berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial didasarkan pada perjanjian tertulis yang dibuat antara penyelenggara satuan pendidikan dengan pendidik dan/atau tenaga kependidikan bersangkutan.

(2) Pemerintah Daerah dapat memberikan subsidi tunjangan fungsional kepada pendidik

pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan masyarakat.

(3) Dunia usaha dan Dunia Industri dapat membantu kesejahteraan pendidik dan tenaga

kependidikan pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan pemerintah daerah dan masyarakat.

Pasal 95

Ketentuan lebih lanjut mengenai kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 dan 94 diatur dengan peraturan Gubernur.

Bagian Keenam

Penghargaan

Pasal 96

(1) Penghargaan kepada pendidik dan tenaga kependidikan diberikan atas dasar prestasi kerja, pengabdian, kesetiaan pada Negara, berjasa terhadap negara, karya luar biasa dan/atau meninggal dalam melaksanakan tugas.

(2) Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diberikan Pemerintah

Daerah dan/atau dunia usaha dan/atau penyelenggara dan pengelola pendidikan berupa kenaikan pangkat, tanda jasa atau penghargaan lain.

(3) Selain bentuk penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat juga diberikan

dalam bentuk piagam, bintang, lencana, dan uang.

Page 318: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian penghargaan kepada pendidik dan atau tenaga kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), diatur dengan peraturan Gubernur.

Bagian Ketujuh

Perlindungan

Pasal 97

(1) Perlindungan diberikan kepada setiap pendidik dan tenaga kependidikan.

(2) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi:

a. perlindungan hukum yang mencakup terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau perlakukan tidak adil dari peserta didik, orangtua peserta didik, masyarakat, aparatur, dan/atau pihak lain;

b. perlindungan profesi yang mencakup perlindungan terhadap pelaksanaan

tugas sebagai tenaga profesional yang meliputi pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan kebebasan akademik, dan pembatasan atau pelarangan lain yang dapat menghambat dalam pelaksanaan tugas;

c. perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang mencakup

perlindungan terhadap resiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau resiko lain.

Bagian Kedelapan

Organisasi Profesi

Pasal 98

(1) Pendidik dan tenaga kependidikan dapat menjadi anggota organisasi profesi sebagai

wadah yang bersifat mandiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak mengganggu tugas dan tanggung jawab.

(2) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk meningkatkan

dan/atau mengembangkan kemampuan, profesionalitas, dan kesejahteraan.

(3) Pemerintah Daerah dapat memfasilitasi organisasi profesi dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi.

Bagian Kesembilan Pendidik

Warga Negara Asing Pasal 99

(1) Untuk peningkatan mutu pendidikan, penyelenggara pendidikan dapat meminta warga negara asing yang memiliki ilmu pengetahuan dan/atau keahlian tertentu yang langka dan/atau sangat diperlukan sebagai pendidik.

(2) Pendidik warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus mendapat

izin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kesepuluh

Kepala Sekolah/Madrasah/PKBM

Paragraf 1

Umum

Pasal 100

(1) Untuk dapat diangkat sebagai Kepala Sekolah/Madrasah/PKBM, calon Kepala Sekolah/Madrasah/PKBM pada satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat, selain memiliki standar kompetensi minimal dan kualifikasi, juga harus memenuhi persyaratan:

a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

c. sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari dokter;

Page 319: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

d. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau lebih, dibuktikan dengan surat keterangan dari Kepolisian setempat;

e. memiliki komitmen untuk mewujudkan tujuan pendidikan;

f. memiliki kemampuan manajemen pendidikan;

g. memiliki pengalaman sebagai pendidik dan/atau membimbing sekurang-

kurangnya 4 (empat) tahun sejak diangkat menjadi pendidik.

(2) Pegawai Negeri Sipil yang akan mendapat tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah/Madrasah/PKBM selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga harus memenuhi persyaratan lain yang berlaku bagi PNS sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 2

Pemindahan dan Pemberhentian

Pasal 101

(1) Pemindahan dan pemberhentian Kepala Sekolah pada satuan pendidikan anak usia

dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan Kepala PKBM yang diselenggarakan Pemerintah Daerah, dilakukan Kepala Dinas.

(2) Pemindahan dan pemberhentian Kepala Madrasah pada satuan pendidikan anak usia

dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang diselenggarakan Departemen Agama, dilakukan Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama.

(3) Pemindahan dan pemberhentian Kepala Sekolah/Madrasah pada satuan pendidikan

anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan masyarakat, dilakukan penyelenggara satuan pendidikan yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 3

Tugas dan Tanggung Jawab

Pasal 102

(1) Kepala Sekolah/Madrasah dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab, pada

satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dibantu Wakil Kepala Sekolah/Madrasah.

(2) Kepala Sekolah/Madrasah/PKBM bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan

pendidikan, administrasi, membina pendidik dan tenaga kependidikan, mendayagunakan serta memelihara sarana dan prasarana pendidikan.

(3) Kepala Sekolah/Madrasah/PKBM bertanggung jawab atas pelaksanaan program wajib

belajar 12 (dua belas) tahun pada satuan pendidikan yang dipimpinnya.

(4) Kepala Sekolah/Madrasah mendorong terlaksananya jam wajib belajar di luar jam sekolah dan budaya membaca bagi peserta didik.

(5) Kepala Sekolah/Madrasah/PKBM melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

secara periodik kepada Kepala Dinas atau Kepala Kanwil Departemen Agama.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme dan tata cara pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan tanggung jawab kepala sekolah/madrasah/PKBM sebagaimana dimaksud pada ayat (5), diatur dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 103

(1) Kepala Sekolah/madrasah/PKBM wajib melarang segala bentuk promosi barang dan/atau jasa di lingkungan sekolah/madrasah atau tempat belajar mengajar yang cenderung mengarah kepada komersialisasi pendidikan.

(2) Kepala Sekolah/madrasah/PKBM wajib melarang kegiatan yang dianggap merusak

citra sekolah/madrasah dan demoralisasi peserta didik.

Pasal 104

(1) Kepala Sekolah/Madrasah/PKBM wajib mewujudkan kawasan sekolah / madrasah/ PKBM yang bersih, aman, tertib, sehat, nyaman, hijau, dan kekeluargaan, serta dilarang merokok.

(2) Kepala Sekolah/Madrasah/PKBM wajib melarang dan mengawasi peserta didik,

pendidik, dan tenaga kependidikan terhadap penggunaan minuman beralkohol dan penyalahgunaan narkotika serta psikotropika.

Page 320: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kawasan sekolah/madrasah/PKBM yang bersih, aman, tertib, sehat, nyaman, hijau, dan kekeluargaan, serta dilarang merokok, dan larangan dan pengawasan terhadap penggunaan minuman beralkohol dan penyalahgunaan narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 4

Asosiasi

Pasal 105

(1) Kepala Sekolah/Madrasah/PKBM dapat membentuk asosiasi sebagai wadah yang

bersifat mandiri.

(2) Asosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan, serta profesionalisme dalam penyelenggaraan pendidikan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan asosiasi Kepala

Sekolah/Madrasah/PKBM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB XI PRASARANA DAN

SARANA Pasal 106

(1) Setiap penyelenggara satuan pendidikan wajib menyediakan prasarana dan sarana yang memadai untuk keperluan pendidikan sesuai pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.

(2) Pengadaan prasarana dan sarana yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan

dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat.

(3) Pendayagunaan prasarana dan sarana pendidikan sesuai tujuan dan fungsinya menjadi tanggung jawab penyelenggara dan/atau pengelola satuan pendidikan.

Pasal 107

(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan prasarana dan sarana pendidikan pada

penyelenggara satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dan/atau penyelenggara satuan pendidikan yang dikelola oleh Kantor Wilayah Departemen Agama.

(2) Gubernur menetapkan standar prasarana dan sarana minimal pada satuan pendidikan

anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 108

(1) Gubernur dapat memberikan penghargaan atau kemudahan kepada masyarakat

dan/atau pelaku usaha yang memberikan bantuan prasarana dan sarana pendidikan.

(2) Pemberian penghargaan atau kemudahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 109

(1) Prasarana pendidikan berupa bangunan gedung, wajib memenuhi persyaratan

administratif dan persyaratan teknis sesuai fungsinya.

(2) Persyaratan administratif bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan status hak atas tanah, status kepemilikan bangunan gedung, izin mendirikan bangunan, dan izin penggunaan bangunan.

(3) Persyaratan teknis bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi

persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan dan kelaikan bangunan gedung.

(4) Ketentuan persyaratan bangunan gedung pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 110

Penghapusan prasarana dan sarana pendidikan pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 321: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

BAB XII

EVALUASI, AKREDITASI, DAN SERTIFIKASI Bagian Kesatu

Evaluasi

Pasal 111

(1) Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan yang dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

(2) Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, lembaga,

dan program pendidikan pada jalur pendidikan formal dan pendidikan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan.

Pasal 112

(1) Evaluasi hasil belajar peserta didik dilaksanakan pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

(2) Evaluasi peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, lembaga, dan program

pendidikan pada jalur pendidikan formal dan pendidikan nonformal dilakukan Pemerintah Daerah dan/atau lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistematis untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) dilaporkan kepada

Gubernur. Pasal 113

(1) Lembaga mandiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112 ayat (2), dapat melakukan

fungsinya setelah mendapatkan persetujuan Gubernur.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Kedua

Akreditasi

Pasal 114

(1) Gubernur membentuk Badan Akreditasi Provinsi Sekolah/Madrasah dan Pendidikan Nonformal yang bertugas membantu pelaksanaan akreditasi yang menjadi kewenangan Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah dan Pendidikan Nonformal.

(2) Badan Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas melaksanakan

akreditasi terhadap program keahlian, dan/atau satuan pendidikan sekolah/madrasah dan pendidikan nonformal.

(3) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sebagai bentuk akuntabilitas publik

yang dilakukan secara objektif, adil, transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan kriteria sesuai standar nasional pendidikan.

(4) Prosedur pelaksanaan akreditasi dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 115

Satuan pendidikan yang telah diakreditasi Badan Akreditasi, harus diinformasikan kepada masyarakat.

Bagian Ketiga

Sertifikasi

Pasal 116

(1) Sertifikat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi.

(2) Ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan satuan pendidikan yang terakreditasi.

(3) Sertifikat kompetensi diberikan penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan

kepada peserta didik dan warga masyarakat sebagai pengakuan terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan satuan pendidikan terakreditasi atau lembaga sertifikasi.

Page 322: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

(4) Ketentuan mengenai sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sesuai standar nasional pendidikan dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 117

(1) Satuan pendidikan dapat memperoleh sertifikasi pelayanan pendidikan bertaraf

internasional.

(2) Sertifikasi pelayanan pendidikan bertaraf internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat bekerjasama dengan lembaga pendidikan luar negeri yang diakui Pemerintah.

BAB XIII

PENDANAAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 118

(1) Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Masyarakat.

(2) Pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan,

berkelanjutan, transparan dan akuntabel.

(3) Penyelenggara dan/atau pengelola satuan pendidikan wajib mendayagunakan dana pendidikan, guna menjamin kelangsungan dan peningkatan mutu pendidikan.

Bagian Kedua

Sumber Pendanaan Pendidikan

Pasal 119

(1) Pendanaan atau pembiayaan penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan

Pemerintah Daerah bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah, dan Masyarakat.

(2) Pendanaan atau pembiayaan penyelenggaraan pendidikan yang diselenggarakan

masyarakat bersumber dari Masyarakat, Anggaran Pendapatan Belanja Negara, dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.

(3) Dana pendidikan yang bersumber dari masyarakat berdasarkan musyawarah dan

sukarela pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Ketiga Pengalokasian

Dana Pendidikan Paragraf 1

Kewajiban

Pasal 120

(1) Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat (4) Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

(2) Anggaran pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), selain gaji pendidik, dan

biaya pendidikan kedinasan.

(3) Pemerintah Daerah wajib mengalokasikan dana darurat untuk mendanai keperluan mendesak dalam penyelenggaraan pendidikan yang diakibatkan peristiwa tertentu.

(4) Pemerintah Daerah dapat mengalokasikan anggaran untuk satuan pendidikan yang

diselenggarakan Pemerintah dan/atau masyarakat dalam bentuk bantuan biaya pendidikan.

Pasal 121

Pemerintah Daerah wajib membiayai penyelenggaraan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar.

Paragraf 2

Beasiswa

Pasal 122

Page 323: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

(1) Peserta didik dari keluarga kurang mampu berhak memperoleh beasiswa dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

(2) Peserta didik yang berprestasi dapat memperoleh beasiswa dari Pemerintah,

Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pemberian, persyaratan peserta didik dan pendistribusian beasiswa sebagaimana pada ayat (1) dan ayat (2), diatur dengan peraturan Gubernur.

(4) Bagian Keempat Pengelolaan Dana Pendidikan

Pasal 123

(1) Gubernur berwenang dalam pengelolaan dana pendidikan yang berasal dari APBD

maupun APBN.

(2) Gubernur dapat melimpahkan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Perangkat Daerah terkait dalam perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban serta pengawasan keuangan pendidikan.

(3) Satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah Daerah berwenang dalam

pengelolaan dana pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

(4) Satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat serta badan hukum penyelenggara satuan pendidikan berwenang dalam pengelolaan dana pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

(5) Setiap pengelolaan dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3)

dan ayat (4), dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengelolaan dana pendidikan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB XIV

PEMBUKAAN, PENAMBAHAN, PENGGABUNGAN,DAN PENUTUPAN

LEMBAGA PENDIDIKAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 124

Pemerintah Daerah dapat melaksanakan pembukaan, penambahan, penggabungan, dan penutupan satuan pendidikan pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal.

Bagian Kedua

Pembukaan

Pasal 125

(1) Setiap pembukaan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal, wajib memiliki izin penyelenggaraan pendidikan.

(2) Pembukaan satuan pendidikan tinggi wajib memiliki izin penyelenggaraan pendidikan

dari Pemerintah setelah mendapatkan rekomendasi dari Gubernur.

(3) Izin penyelenggaran pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melalui tahapan:

a. izin prinsip penyelenggaraan pendidikan;

b. izin operasional penyelenggaraan pendidikan.

(4) Izin prinsip penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,

berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.

(5) Izin operasional penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b berlaku selama penyelenggaraan pendidikan berlangsung sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

(6) Izin penyelenggaran pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), tidak dapat

dipindahtangankan dengan cara dan/atau dalam bentuk apapun.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pembukaan satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Gubernur.

Page 324: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Bagian Ketiga Penambahan dan

Penggabungan Pasal 126

(1) Penambahan dan penggabungan satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan/atau program keahlian pada pendidikan menengah kejuruan, dan pendidikan nonformal dilakukan setelah memenuhi persyaratan.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur penambahan dan penggabungan satuan

pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Keempat

Penutupan

Pasal 127

(1) Satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal yang diselenggarakan Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat yang tidak memenuhi persyaratan dapat ditutup.

(2) Satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang telah ditutup dilarang

melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur penutupan satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Gubernur.

Bagian Kelima

Pendidikan di Bawah Pembinaan Kanwil Departemen Agama

Pasal 128

Pembukaan, penambahan, penggabungan, dan penutupan satuan pendidikan di bawah pembinaan Kanwil Departemen Agama dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang - undangan.

Bagian Keenam Lembaga

Pendidikan Asing Pasal

129

(1) Lembaga pendidikan asing dapat menyelenggarakan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal di daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(2) Satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah yang

diselenggarakan lembaga pendidikan asing, wajib memberikan pendidikan agama, bahasa Indonesia, kewarganegaraan dan muatan lokal bagi peserta didik.

(3) Lembaga pendidikan asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat

bekerjasama dengan lembaga pendidikan yang ada di daerah, dan harus mengikutsertakan pendidik dan tenaga kependidikan warga masyarakat.

Pasal 130

Satuan pendidikan yang diselenggarakan perwakilan negara asing yang berlokasi di luar wilayah kedutaan besar, pelaksanaannya harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XV

PENJAMINAN MUTU

Pasal 131

(1) Setiap satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan.

(2) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bertujuan untuk

memenuhi atau melampaui standar nasional pendidikan.

(3) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas.

Page 325: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Pasal 132

Gubernur berkewajiban melakukan pembinaan penjaminan mutu satuan pendidikan pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal serta dapat bekerjasama dengan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan.

BAB XVI

PERAN SERTA MASYARAKAT Bagian Kesatu Umum

Pasal 133

(1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peranserta perseorangan,

kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan, pengelolaan, dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan.

(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat sebagai sumber,

pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan.

(3) Peran serta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berbentuk perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian penyelenggaraan pendidikan.

(4) Peran serta masyarakat dalam pengendalian mutu pelayanan pendidikan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) mencakup partisipasi dalam perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan yang dilaksanakan melalui dewan pendidikan provinsi dan kotamadya/kabupaten dan komite sekolah/madrasah atau nama lain yang sejenis pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal;

(5) Pelaksanaan peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan dan

pengendalian mutu pelayanan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur.

Pasal 134

(1) Peran serta perseorangan, keluarga dan kelompok sebagai sumber pendidikan dapat

berupa kontribusi pendidik dan tenaga kependidikan, dana, prasarana dan sarana dalam penyelenggaraan pendidikan, dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan kepada satuan pendidikan.

(2) Peran serta organisasi profesi sebagai sumber pendidikan dapat berupa penyediaan

tenaga ahli dalam bidangnya dan nara sumber dalam penyelenggaraan pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal.

(3) Peran serta pengusaha sebagai sumber pendidikan dapat berupa penyediaan fasilitas

prasarana dan sarana pendidikan, dana, beasiswa, dan nara sumber dalam penyelenggaraan pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal.

(4) Peran serta organisasi kemasyarakatan sebagai sumber pendidikan dapat berupa

pemberian beasiswa, dan nara sumber dalam penyelenggaraan pendidikan formal, pendidikan nonformal dan pendidikan informal.

Pasal 135

(1) Peranserta perseorangan, keluarga atau kelompok sebagai pelaksana pendidikan dapat berupa partisipasi dalam pengelolaan pendidikan.

(2) Peranserta organisasi profesi sebagai pelaksana pendidikan dapat berupa

pembentukan lembaga evaluasi dan/atau lembaga akreditasi mandiri.

(3) Peranserta dunia usaha/dunia industri sebagai pelaksana pendidikan berkewajiban menerima peserta didik dan/atau tenaga pendidik asal sekolah DKI Jakarta dalam pelaksanaan sistem magang, pendidikan sistem ganda, dan/atau kerjasama produksi dengan satuan pendidikan sebagai institusi pasangan.

(4) Peranserta organisasi kemasyarakatan sebagai pelaksana pendidikan dapat berupa

penyelenggaraan, pengelolaan, pengawasan, dan pembinaan satuan pendidikan.

Pasal 136

(1) Peranserta dunia usaha/dunia industri sebagai pengguna hasil pendidikan dapat berupa kerjasama dengan satuan pendidikan dalam penyediaan lapangan kerja, pemanfaatan hasil penelitian, pengembangan, dan kerjasama pengembangan jaringan informasi.

(2) Dunia usaha/dunia industri dapat menyelenggarakan program penelitian dan

pengembangan, bekerjasama dengan satuan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Page 326: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Pasal 137

(1) Untuk peningkatan mutu dan relevansi program pendidikan, Pemerintah Daerah bersama pendidikan tinggi dan/atau pelaku usaha dan/atau dunia Industri dan/atau asosiasi profesi dapat membentuk Forum Koordinasi Konsultasi dan Kerjasama.

(2) Pembentukan Forum Koordinasi Konsultasi dan Kerjasama sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Gubernur.

Bagian Kedua

Dewan Pendidikan

Pasal 138

(1) Dewan Pendidikan merupakan wadah peranserta masyarakat dalam peningkatan mutu layanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan.

(2) Dewan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai lembaga mandiri

berkedudukan di Provinsi dan kotamadya/kabupaten administrasi kepulauan seribu.

Pasal 139

(1) Dewan Pendidikan Provinsi berperan memberikan pertimbangan, saran, dan dukungan tenaga, prasarana dan sarana, serta pengawasan dalam penyelenggaran pendidikan kepada Gubernur.

(2) Dewan Pendidikan Kotamadya/Kabupaten Administrasi berperan memberikan

pertimbangan, saran, dan dukungan tenaga, prasarana dan sarana, serta pengawasan dalam penyelenggaran pendidikan kepada Walikota dan Bupati Administratif.

Bagian Ketiga

Komite Sekolah/Madrasah/Pendidikan Non-Formal

Pasal 140

(1) Komite Sekolah/Madrasah/Pendidikan Non-Formal atau nama lain yang sejenis

merupakan wadah peranserta masyarakat dalam peningkatan mutu layanan pendidikan meliputi perencanaan, pengawasan dan evaluasi program pendidikan pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal.

(2) Komite Sekolah/Madrasah/Pendidikan Non-Formal atau nama lain yang sejenis

berperan memberikan pertimbangan, saran, dan dukungan tenaga, prasarana dan sarana serta pengawasan penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal.

(3) Komite Sekolah/Madrasah/Pendidikan Non-Formal atau nama lain yang sejenis

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, bersifat mandiri dan tidak mempunyai hubungan hirarkis dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau Dewan Pendidikan.

(4) Komite Sekolah/Madrasah/Pendidikan Non-Formal atau nama lain yang sejenis dapat

terdiri dari satu di satuan pendidikan atau satu di beberapa satuan pendidikan dalam jenjang yang sama atau satu di beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenjang pada lokasi yang berdekatan atau satuan pendidikan yang dikelola oleh satu penyelenggara pendidikan.

Bagian Keempat

Penghargaan

Pasal 141

(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan kepada masyarakat yang berjasa

di bidang pendidikan.

(2) Pemberian penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB XVII

KERJASAMA

Pasal 142

(1) Penyelenggara dan/atau pengelola pendidikan dapat melakukan kerjasama dengan lembaga pendidikan dan/atau dunia usaha/dunia industri dan/atau asosiasi profesi dalam negeri dan/atau luar negeri.

Page 327: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam rangka meningkatkan mutu, relevansi, dan pelayanan pendidikan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) diatur dengan Peraturan Gubernur.

BAB XVIII PENGAWASAN DAN

PENGENDALIAN Pasal 143

(1) Pemerintah Daerah, Dewan Pendidikan, Komite Sekolah/Madrasah/Pendidikan Non- Formal atau nama lain yang sejenis melakukan pengawasan atas penyelenggaraan pendidikan pada pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal sesuai dengan kewenangan masing-masing.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan prinsip

profesional, transparan dan akuntabel.

Pasal 144

Pengendalian penyelenggaraan dan/atau pengelolaan pendidikan merupakan kewenangan Gubernur yang pelaksanaannya dilakukan Kepala Dinas.

Pasal 145

Pengawasan dan pengendalian satuan pendidikan di bawah pembinaan Kanwil Departemen Agama dilaksanakan Kepala Kanwil Departemen Agama.

BAB XIX

SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 146

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf a sampai dengan huruf f, Pasal 14 ayat (2), Pasal 15 ayat (3), Pasal 88, Pasal 103 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 104 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 109 ayat (1), Pasal 118 ayat (3), Pasal 125 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 131 ayat (1) dapat dikenakan sanksi administrasi berupa:

a. peringatan tertulis;

b. pembatalan izin prinsip dan izin operasional;

c. pencabutan izin operasional.

BAB XX

PENYIDIKAN

Pasal 149

(1) Selain pejabat penyidik Polri yang bertugas menyidik tindak pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini dapat dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, pejabat penyidik pegawai negeri sipil

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang:

a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya pelanggaran;

b. melakukan tindakan pertama pada saat itu di tempat kejadian dan melakukan

pemeriksaan;

c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;

d. melakukan penyitaan benda dan atau surat;

e. mengambil sidik jari dan memotret seseorang;

f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

g. mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan

pemeriksaan perkara;

h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa terebut bukan merupakan tindak pelanggaran

Page 328: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

dan selanjutnya memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum tersangka atau keluarganya;

i. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung-

jawabkan.

(3) Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang melakukan penangkapan dan penahanan.

(4) Penyidik pegawai negeri sipil membuat berita acara setiap tindakan tentang:

a. pemeriksaan tersangka;

b. pemasukan rumah;

c. penyitaan benda;

d. pemeriksaan surat;

e. pemeriksaan saksi;

f. pemeriksaan ditempat kejadian;

g. mengirimkan berkasnya kepada Pengadilan Negeri dan tembusannya

kepada Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia.

BAB XXI KETENTUAN

PIDANA Pasal 150

(1) Setiap orang dan/atau pengelola dan/atau penyelenggara pendidikan yang melanggar ketentuan dalam Pasal 13 ayat (2) huruf g dan huruf h, Pasal 110, Pasal 127 ayat (2), Pasal 129 ayat (2) diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindak pidana pelanggaran.

BAB XXII KETENTUAN

PERALIHAN Pasal 151

Semua ketentuan yang berkaitan dengan pendidikan yang telah ditetapkan sebelum ditetapkannya Peraturan Daerah ini, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini.

BAB XXIII KETENTUAN

PENUTUP Pasal 152

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 2006

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 29 Desember 2006

SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

SUTIYOSO

RITOLA TASMAYA NIP.140091657 LEMBARAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2006 NOMOR 8.

Page 329: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 8 TAHUN 2006

TENTANG

SISTEM PENDIDIKAN I. UMUM

Tidak dapat dipungkiri dengan kedudukan Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, pendidikan

memegang peran penting dan (sebagai) salah satu kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Melalui pendidikan yang bermutu dapat menciptakan DKI Jakarta sebagai pusat pendidikan dan/atau pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi bangsa Indonesia yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana standar internasional. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan di Provinsi DKI Jakarta harus dilandasi dengan kemampuan dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (serta imtak) yang merupakan cerminan keberhasilan bangsa Indonesia dimasa mendatang.

Dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa

baik di tingkat nasional maupun internasional, Pemerintahan Daerah dan Masyarakat Provinsi DKI Jakarta bertekad untuk menghasilkan sumber daya manusia berkualitas melalui pendidikan yang bermutu sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (serta imtak), sehingga mampu menjawab berbagai tantangan zaman yang selalu berubah. (Oleh) Karena itu upaya yang dilakukan adalah (melalui) peningkatan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan, serta efisiensi penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan sesuai dengan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa urusan

pendidikan merupakan salah satu urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintahan Daerah. Sejalan dengan itu, Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta menetapkan Peraturan Daerah tentang Pendidikan sebagai komitmen untuk mencerdaskan kehidupan dan penghidupan masyarakat Jakarta menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta, adalah: (a) mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh masyarakat Jakarta; (b) membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar; (c) meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian bangsa yang bermoral; (d) meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan internasional; (e) memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan sesuai dengan kedudukan Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, strategi yang dilakukan dalam pembangunan di bidang

pendidikan, adalah: (a) pelaksanaan pendidikan agama serta akhlak mulia; (b) pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi; (c) proses pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (d) evaluasi, akreditasi, dan sertifikasi pendidikan yang memberdayakan; (e) peningkatan keprofesionalan pendidikan dan tenaga kependidikan; (f) penyediaan sarana belajar yang mendidik (memadai); (g) pembiayaan pendidikan yang sesuai dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan; (h) penyelenggaraan pendidikan yang terbuka dan merata; (i) pelaksanaan wajib belajar; (j) pelaksanaan otonomi manajemen pendidikan; (k) pemberdayaan peran serta masyarakat; (l) pusat pembudayaan dan pembangunan masyarakat; (m) pelaksanaan pengawasan dalam sistem pendidikan nasional. Melalui strategi tersebut, diharapkan tujuan pendidikan dapat terwujud secara efektif dengan melibatkan berbagai pihak secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan.

Untuk mewujudkan tujuan dan strategi dalam penyelenggaraan dan atau pengelolaan pendidikan, diperlukan

pengaturan agar terpenuhi hak-hak dan kewajiban yang mendasar bagi warga masyarakat di bidang pendidikan. Oleh sebab itu, diperlukan Peraturan Daerah sebagai landasan hukum bagi semua unsur yang terkait dengan pendidikan, serta mengikat semua pihak baik Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta maupun masyarakat.

Pendidikan di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta diselenggarakan sebagai usaha untuk mencerdaskan

kehidupan warga masyarakat Jakarta berdasarkan sembilan asas, meliputi: a. nilai keagamaan, bahwa segala upaya yang dilakukan dalam pendidikan harus dilandaskan pada agama,

sebagai umat manusia serta semua kehidupan dan kekayaan alam adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga segala apa upaya yang dalam pendidikan didasarkan pada keimanan dan ketaqwaan kepada-Nya.

b. demokratis, yang dimaksud demokratis adalah kebebasan berfikir dalam mengembangkan sikap dan

kemampuan kepribadian dan bakat sesuai potensi yang dimiliki peserta didik. c. ketelaudanan, bahwa pendidikan diselenggarakan untuk membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas

peserta didik dan masyarakat melalui proses pembelajaran. d. manfaat, bahwa manfaat penyelenggaraan pendidikan bagi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat serta

bangsa dan negara Republik Indonesia; e. tidak diskriminatif, bahwa dalam penyelenggaraan pendidikan tidak membatasi, melecehkan atau mengucilkan

baik langsung maupun tidak langsung yang didasarkan pada pembedaan atas dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, mental dan fisik, serta umur yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan, pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dalam memperoleh pendidikan.

f. pembudayaan dan pemberdayaan, bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan

pemberdayaan peserta didik dan masyarakat sepanjang hayat.

Page 330: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

g. seimbang, serasi dan selaras dalam perikehidupan, bahwa pendidikan diselenggarakan secara seimbang, serasi dan selaras dengan perikehidupan.

h. pemanfaatan optimal ilmu pengetahuan dan teknolologi, bahwa penyelenggaraan didasarkan pada

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan peluang yang harus dimanfaatkan secara optimal;

i. budaya bangsa, bahwa segala upaya yang dilakukan dalam pendidikan harus dilandaskan pada budaya bangsa

Indonesia.

j. keterbukaan adalah penyelenggara pendidikan baik yang diselenggarakan masyarakat maupun Pemerintah dan Pemerintah Daerah membuka diri atas hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

k. bertanggung jawab, yang dimaksud bertanggung jawab adalah perwujudan akuntabilitas, moral dan etika, legal,

dan mental dalam penyelenggaraan pendidikan. l. kepastian hukum, dimaksudkan hak dan kewajiban masyarakat, orangtua, peserta didik, pendidik, tenaga

kependidikan, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah, dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan ada kepastian hukum.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas. Pasal 2

Cukup jelas. Pasal 3

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2) Yang dimaksud dengan pendidikan dengan sistem terbuka adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan, berkelanjutan melalui pembelajaran tatap muka atau jarak jauh.

Yang dimaksud dengan pendidikan multimakna adalah proses pendidikan yang diselenggarakan dengan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup.

Ayat (3) Cukup jelas

Ayat (4) Cukup jelas

Ayat (5) Cukup jelas

Ayat (6) Cukup jelas

Ayat (7) Yang dimaksud dengan memberdayaan seluruh komponen masyarakat adalah pendidikan diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat dalam suasana kemitraan dan kerjasama yang saling melengkapi dan memperkuat

Pasal 4

Ayat (1) Yang dimaksud pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang memenuhi standar nasional pendidikan, meliputi standar: isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan warga masyarakat memiliki kelainan fisik adalah warga masyarakat penyandang cacat. (UU tentang Penyandang cacat)

Yang dimaksud dengan warga masyarakat yang memiliki kelainan mental adalah kelainan dalam kemampuan intelektual yang dapat menyebabkan/disertai dengan kelambatan pada gerak motoriknya atau juga dapat dikatakan disertai dengan kelainan fisiknya.

Yang dimaksud dengan warga masyarakat yang memiliki kelainan emosional adalah kelainan dalam kemampuan emosional (ketidakpekaannya terhadap emosional)

Misalnya : Tidak ada perasaan empati, tidak bisa membedakan di saat mana dia suka atau duka Marah yang tidak terkendali atau sebaliknya.

Yang dimaksud dengan warga masyarakat yang mengalami hambatan sosial dalam ayat ini antara lain : a. anak yatim dan/atau piatu yang secara ekonomi tidak mampu; b. anak yang tidak terpenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan/atau sosial; c. anak yang memiliki perilaku menyimpang dari norma-norma masyarakat.

Ayat (4)

Cukup jelas. Ayat (5)

Cukup jelas. Ayat (6)

Page 331: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Cukup jelas Pasal 5

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan sumber daya pendidikan adalah pendukung dan penunjang penyelenggaraan pendidikan yang berwujud tenaga, pemikiran, dana, serta prasarana dan sarana.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 6

Cukup jelas. Pasal 7

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan waktu belajar setiap hari adalah hari efektif sekolah.

Ayat (4) Cukup jelas

Pasal 8

Cukup jelas Pasal 9

Cukup jelas Pasal 10

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2) Yang dimaksud dengan program akselerasi adalah pengaturan program pendidikan bagi peserta didik yang mencapai standar kompetensi yang dipersyaratkan lebih cepat dari waktu yang ditentukan.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas

Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6) Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas. Pasal 12

Yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Yang dimaksud dengan tutor adalah tenaga pendidik yang memberikan bantuan belajar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran mandiri atau proses pembelajaran kelompok pada satuan pendidikan.

Yang dimaksud dengan pamong belajar adalah tenaga pendidik yang memberikan penyuluhan, bimbingan, pengajaran, pelatihan, pengembangan model program pembelajaran, alat pembelajaran, dan pengelolaan pembelajaran pada jalur pendidikan nonformal.

Yang dimaksud dengan instruktur adalah tenaga pendidik yang memberikan pelatihan teknis pada kursus dan/atau pelatihan.

Yang dimaksud dengan fasilitator adalah tenaga pendidik yang memberikan pelayanan pembelajaran pada lembaga pendidikan dan pelatihan.

Pasal 13

Ayat (1) Huruf a

Yang dimaksud dengan kebutuhan hidup minimal dan jaminan kesejahteraan sosial adalah pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup guru dan keluarganya secara wajar, baik sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi maupun jaminan hari tua.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d Cukup jelas.

Huruf e Cukup jelas.

Huruf f Cukup jelas.

Huruf g

Page 332: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Cukup jelas. Huruf h

Cukup jelas. Huruf i

Cukup jelas. Huruf j

Cukup jelas. Huruf k

Cukup jelas. Ayat (2)

Cukup jelas. Pasal 14

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2) Huruf b

Yang dimaksud dengan metode belajar yang sesuai adalah penggunaan metode – metode pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik warga belajar.

Pasal 15

Ayat (1) Yang dimaksud dengan pengelola satuan pendidikan adalah orang yang diberikan tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam mengelola penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan.

Yang dimaksud dengan pengembang adalah seseorang yang diberi tugas atau kewenangan sebagai tim perekayasa kurikulum.

Pasal 16

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Yang dimaksud dengan standar kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan adalah kemampuan minimal yang harus dimiliki pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka meningkatkan mutu kualitas pendidik dan tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Huruf c Yang dimaksud dengan standar pelayanan minimal adalah spesifikasi teknis sebagai patokan pelayanan minimal yang wajib dilakukan oleh penyelenggaran pendidikan.

Huruf d Untuk memberikan layanan dan kemudahan tanpa diskriminasi pada semua jenjang pendidikan, upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah antara lain dengan pembangunan sarana dan prasarana yang memadai dan secara selektif memperhatikan potensi serta kebutuhan masyarakat guna mendorong penuntasan wajib belajar sembilan tahun, menekan angka putus sekolah melalui penyediaan beasiswa.

Huruf e Cukup jelas.

Huruf f Menyediakan dana dimaksudkan dalam rangka pembiayaan pendidikan bagi anak dari keluarga kurang mampu dan anak terlantar termasuk beasiswa untuk menarik anak yang masih berada di luar sistem sekolah sebagai akibat kemiskinan.

Huruf g Cukup jelas.

Huruf h Cukup jelas.

Huruf i Satuan pendidikan yang dimaksud adalah satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Huruf j Cukup jelas.

Huruf k Cukup jelas.

Huruf l Cukup jelas

Huruf m Yang dimaksud dengan pendidik dan tenaga kependidikan adalah pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan nonformal.

Huruf n Cukup jelas.

Huruf o Cukup jelas.

Huruf p

Cukup jelas. Huruf q

Cukup jelas. Huruf r

Cukup jelas Pasal 17

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3)

Page 333: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Yang dimaksud dengan pendidikan umum adalah pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Yang dimaksud dengan pendidikan akademik adalah pendidikan tinggi program sarjana, dan pascasarjana yang diarahkan terutamakan pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.

Yang dimaksud dengan pendidikan profesi adalah pendidikan tinggi setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus.

Yang dimaksud dengan pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana.

Pasal 18

Cukup jelas. Pasal 19

Cukup jelas. Pasal 20

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Bentuk lain yang sederajat antara lain Tarbiyatul Athfal (TA), Taman Kanak-Kanak Al-Qur'an (TKQ), dan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ).

Ayat (3) Bentuk lain yang sederajat antara lain Taman Bermain, Taman Balita, Taman Pendidikan Anak Sholeh (TAPAS), dan pendidikan anak usia dini yang diintegrasikan dengan program layanan yang telah ada seperti Posyandu dan Bina Keluarga Balita. Jenis pendidikan anak usia dini pada pendidikan umum di antaranya Taman Kanak-Kanak (TK). Jenis pendidikan anak usia dini pada pendidikan keagamaan di antaranya Raudhatul Athfal (RA) dan Bustanul Athfal (BA). Jenis pendidikan anak usia dini pada pendidikan khusus di antaranya Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB).

Pasal 21

Cukup jelas. Pasal 22

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan TKQ adalah TK yang orientasi pembelajaran membaca AL-Qur'an sejak dini.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas Pasal 24

Cukup jelas. Pasal 25

Cukup jelas. Pasal 26

Cukup jelas. Pasal 27

Cukup jelas. Pasal 28

Cukup jelas Pasal 29

Cukup jelas. Pasal 30

Cukup jelas Pasal 31

Cukup jelas Pasal 32

Cukup jelas. Pasal 33

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Page 334: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) SMK dan MAK dapat terdiri atas 4 (empat) tingkat sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 34

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2) Yang dimaksud program keahlian adalah unit terkecil pada sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan yang menyelenggarakan pembelajaran dengan karakteristik keahlian sesuai dengan jenis pekerjaan di dunia usaha dan industri.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Yang dimaksud dengan pemangku kepentingan (stakeholders) adalah berbagai pihak yang terkait dengan program keahlian seperti asosiasi profesi dan dunia usaha/dunia industri terkait.

Pasal 35

Cukup jelas. Pasal 36

Cukup jelas. Pasal 37

Cukup jelas. Pasal 38

Cukup jelas. Pasal 39

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Yang dimaksud dengan maslahat tambahan adalah pemberian tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam bentuk tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, penghargaan, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain.

Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6) Bantuan penyelenggaraan pendidikan tinggi yang diberikan oleh pemerintah daerah meliputi; bantuan beasiswa bagi mahasiswa yang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam ketentuan yang berlaku, bantuan penyelenggaraan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta bantuan lain sesuai dengan kemampuan pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Pasal 40

Cukup jelas. Pasal 41

Cukup jelas. Pasal 42

Cukup jelas. Pasal 43

Ayat (1) Yang dimaksud dengan kecakapan personal atau kecakapan pribadi adalah kecakapan dalam melakukan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya, kecakapan dalam pengenalan terhadap kondisi dan potensi diri, kecakapan dalam melakukan koreksi diri, kecakapan dalam memilih dan menentukan jalan hidup pribadi, percaya diri, kecakapan dalam menghadapi tantangan dan problema serta kecakapan dalam mengatur diri.

Yang dimaksud dengan kecakapan intelektual adalah kecakapan yang mencakup kecakapan terhadap penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni sesuai dengan bidang yang dipelajari, berpikir kritis dan kreatif, kecakapan melakukan penelitian dan percobaan-percobaan dengan pendekatan ilmiah.

Yang dimaksud dengan kecakapan sosial adalah kecakapan yang mencakup kecakapan dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kecakapan bekerjasama dengan sesama, kecakapan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, empati atau tenggang rasa, kepemimpinan dan tanggung jawab sosial.

Yang dimaksud dengan kecakapan vokasional adalah kecakapan yang mencakup kecakapan dalam memilih bidang pekerjaan, mengelola pekerjaan, mengembangkan profesionalitas dan produktivitas kerja dan kode etik bersaing dalam melakukan pekerjaan.

Ayat (2) Cukup jelas.

Page 335: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Pasal 44 Cukup jelas.

Pasal 45

Cukup jelas. Pasal 46

Cukup jelas. Pasal 47

Cukup jelas. Pasal 48

Cukup jelas. Pasal 49

Cukup jelas. Pasal 50

Cukup jelas. Pasal 51

Ayat (1) Pendidikan informal diselenggarakan dalam rangka meletakan dasar-dasar kesiapan hidup peserta didik sebagai anggota masyarakat, karena itu aturannya merupakan tanggung jawab keluarga peserta didik, melalui keikuitsertaan dalam kelompok belajar, kursus, atau kegiatan belajar dengan menggunakan bahan belajar yang dapat dikaji sendiri atau mandiri

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 52

Cukup jelas. Pasal 53

Cukup jelas. Pasal 54

Cukup jelas. Pasal 55

Ayat (1) Yang dimaksud dengan pendidikan bertaraf internasional adalah pola penyelenggaraan pendidikan mengacu pada input, proses, dan output pendidikan yang unggul yang dapat dilakukan melalui kerjasama Pemerintah Daerah dengan lembaga pendidikan asing yang diakui atau direkomendasikan Pemerintah. Penyelenggaraan pendidikan bertaraf internasional merubah satuan pendidikan yang sudah ada menjadi satuan pendidikan yang bertaraf internasional.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan pendidikan berbasis keunggulan daerah adalah pendidikan yang diperkaya dan dikembangkan sesuai potensi dan kekhasan budaya Betawi dan/atau potensi Jakarta sebagai ibukota Negara Republik Indonesia.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 56

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Yang dimaksud dengan pendidikan lain yang sederajat adalah pendidikan bertaraf internasional dan berbasis keunggulan daerah dalam bentuk kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat atau majelis taklim yang diselenggarakan oleh masyarakat atau lembaga asing dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6) Cukup jelas.

Pasal 57

Ayat (1) Pengembangan satu satuan pendidikan bertaraf internasional pada jenjang pendidikan dasar, menengah umum dan menengah kejuruan diupayakan dilakukan pada setiap wilayah kotamadya. Namun apabila berdasarkan standar pelayanan minimal pengembangan sekolah bertaraf internasional tidak memungkinkan, maka pengembangan di satu wilayah kotamadya dapat dilakukan di wilayah lainnya.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4)

Page 336: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Cukup jelas. Pasal 58

Cukup jelas. Pasal 59

Cukup jelas. Pasal 60

Ayat (1) Cukup jelas

Ayat (2) Yang dimaksud dengan kelas inklusif adalah layanan pendidikan yang memberikan kesempatan bagi perserta didik yang berkelainan/kendala fisik untuk belajar bersama-sama dengan peserta didik normal di satuan pendidikan formal.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Ayat (5) Cukup jelas.

Ayat (6) Cukup jelas.

Ayat (7) Cukup jelas.

Ayat (8) Cukup jelas.

Pasal 61

Yang dimaksud dengan peserta didik yang memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa adalah peserta didik yang memiliki potensi jauh di atas rata-rata dalam salah satu atau lebih kemampuan; akademik, seni, olahraga, kepemimpinan, dan lainnya yang relevan. Penetapan peserta didik yang dimaksud dilakukan oleh ahli yang relevan.

Pasal 62

Cukup jelas. Pasal 63

Yang dimaksud dengan penyelenggaraan pendidikan jarak jauh adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah yang meliputi; karakteristik, sistem pembelajaran, peserta didik, persyaratan pendirian satuan dan/atau program pendidikan, sarana dan prasarana harus mengacu pada ketentuan perundang- undangan yang berlaku.

Pasal 64

Cukup jelas. Pasal 65

Cukup jelas. Pasal 66

Cukup jelas. Pasal 67

Yang dimaksud dengan penyelenggaraan pendidikan keagamaan adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah yang meliputi pendidikan keagamaan Islam, Kristen, Budha, Hindu dan Konghuchu harus mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 68

Cukup jelas. Pasal 69

Cukup jelas. Pasal 70

Cukup jelas. Pasal 71

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Huruf a

Cukup jelas. Huruf b

Yang dimaksud dengan memfasilitasi adalah memberikan bimbingan, arahan, pedoman, rekomendasi, izin operasional (pembukaan, penutupan dan penggabungan pendidikan), bantuan/subsidi, pendanaan serta peralatan pendidikan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

Huruf c Cukup jelas.

Huruf d Yang dimaksud dengan wilayah perbatasan adalah daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta.

Huruf e Cukup jelas.

Page 337: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Huruf f Cukup jelas.

Huruf g Cukup jelas.

Huruf h Cukup jelas.

Huruf i Cukup jelas.

Pasal 72

Cukup jelas. Pasal 73

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Yang dimaksud dengan data dan informasi pendidikan adalah data dan informasi tentang lembaga pendidikan, tenaga pendidik dan kependidikan, peserta didik, sarana dan prasarana, anggaran, kurikulum dan lain lainnya.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 74

Cukup jelas. Pasal 75

Cukup jelas. Pasal 76

Ayat (1) Yang dimaksud dengan standar pelayanan minimal adalah kriteria minimal berupa nilai kumulatif dari standar nasional pendidikan yang harus dipenuhi oleh setiap satuan pendidikan. Yang dimaksud dengan manajemen berbasis sekolah/madrasah adalah bentuk otonomi satuan pendidikan. Dalam hal ini Kepala sekolah/madrasah dan guru dibantu Komite sekolah/madrasah atau nama lain yang sejenis/madrasah dalam mengelola sekolah/madrasah.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Cukup jelas.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 77

Cukup jelas. Pasal 78

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tidak diperuntukkan bagi pendidikan Informal.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 79

Cukup jelas. Pasal 80

Cukup jelas. Pasal 81

Ayat (1) Bahasa pengantar dalam pendidikan menggunakan bahasa Indonesia. Bagi siswa kelas 1 s.d. III dapat menggunakan bahasa ibu sebagai media pembelajaran. Bahasa ibu disini dapat menggunakan bahasa daerah yang dikuasai peserta didik.

Ayat (2) Yang dimaksud bahasa pengantar selain bahasa Indonesia adalah bahasa asing yang dipergunakan sebagai bahasa pengantar dalam proses pembelajaran.

Pasal 82

Ayat (1) Yang dimaksud dengan profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 83

Ayat (1) Yang dimaksud dengan kualifikasi akademik adalah ijazah yang merefleksikan kemampuan yang dipersyaratkan bagi guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik pada jenjang, jenis dan satuan pendidikan atau mata pelajaran yang diampunya sesuai dengan Standar Pendidikan Nasional.

Page 338: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Pasal 89 Cukup jelas.

Pasal 90 Cukup jelas.

Pasal 91

Yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh pendidik dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

Ayat (2) Cukup jelas

Ayat (3) Huruf a

Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b. pemahaman terhadap peserta didik; c. pengembangan kurikulum/silabus; d. perancangan pembelajaran; e. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; f. pemanfaatn teknologi pembelajaran; g. evaluasi belajar; dan h. pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Huruf b

Kompetensi kepribadian sekurangnya mencakup kepribadian yang: a. mantap; b. stabil; c. dewasa; d. arif dan bijaksana; e. jujur; f. berwibawa; g. berakhlak mulia; h. menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; i. secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan j. mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

Huruf c Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam.

Huruf d Yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali perserta didik dan masyarakat sekitar.

Ayat (4) Yang dimaksud pelaksana uji kelayakan dan kesetaraan adalah lembaga yang ditetapkan pejabat yang berwenang untuk melakukan uji kemampuan keahlian seseorang dan menentukan kesetaraan keahlian tertentu dengan penggolongan jabatan guru.

Ayat (5) Cukup jelas.

Pasal 84

Ayat (1) Pengangkatan, penempatan, atau pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam rangka pemerataan dan atau meningkatkan mutu pendidikan.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan tidak boleh diskriminasi adalah menurut pertimbangan gender, agama, ras, suku, asal daerah, atau pertimbangan lain yang tidak ada hubungannya dengan kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan

Pasal 85

Cukup jelas. Pasal 86

Cukup jelas. Pasal 87

Ayat (1) Huruf b

Cukup jelas. Huruf c

Cukup jelas. Huruf d

Yang dimaksud dengan : a. jabatan lain untuk pendidik adalah jabatan-jabatan di luar jabatan fungsional pendidik. b. jabatan lain untuk tenaga kependidikan adalah jabatan-jabatan di luar tenaga kependidikan.

Ayat (2) Cukup Jelas.

Pasal 88

Cukup jelas.

Page 339: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Pasal 107 Cukup jelas.

Pasal 108 Cukup jelas.

Pasal 109

Ayat (1) Pembinaan disiplin pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan bercirikan agama menjadi tanggung jawab Kantor Wilayah Departemen Agama.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 92

Cukup jelas Pasal 93

Cukup jelas. Pasal 94

Cukup jelas. Pasal 95

Cukup jelas. Pasal 96

Cukup jelas. Pasal 97

Huruf a Cukup jelas.

Huruf b Cukup jelas.

Huruf c Yang dimaksud dengan resiko lain adalah perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja sesuai dengan kriteria yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

Pasal 98

Cukup jelas. Pasal 99

Cukup jelas. Pasal 100

Cukup jelas. Pasal 101

Cukup jelas. Pasal 102

Cukup Jelas Pasal 103

Ayat (1) Yang dimaksud komersialisasi pendidikan adalah memanfaatkan sumber daya satuan pendidikan semata- mata untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok dan/atau perusahaan.

Ayat (2) Kegiatan yang dianggap merusak citra sekolah/madrasah dan demoralisasi di kalangan pelajar adalah kegiatan yang menjadikan sumber daya satuan pendidikan yang tidak sesuai dengan misi pendidikan seperti pembuatan sinetron dan/atau film yang menvisualisasikan pelajar secara vulgar, sensual, brutal, kriminal, pelaku sex bebas, dan sebagainya .

Pasal 104

Ayat (1) penetapan kawasan dilarang merokok rokok untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan dalam lingkungan yang sehat bebas dari asap rokok. Penetapan kawasan dilarang merokok untuk meningkatkan kualitas kesehatan peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan, agar tercipta lingkungan hidup sehat yang bebas dari asap rokok.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 105

Cukup jelas. Pasal 106

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud dengan tujuan dan fungsi sarana dan prasarana meliputi sarana (alat) penunjang kegiatan belajar dan mengajar sesuai dengan materi yang diajarkan dan prasarana adalah gedung tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

Page 340: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Cukup jelas. Pasal 110

Cukup jelas. Pasal 111

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Yang dimaksud lembaga adalah penyelenggara dan/atau pengelola pendidikan.

Pasal 112

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Evaluasi peserta didik mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik. Evaluasi kognitif dilakukan dengan tes tertulis, evaluasi afektif dan psikomotoris dengan tes perbuatan atau nontes.

Ayat (3) Cukup jelas.

Pasal 113

Cukup jelas. Pasal 114

Cukup jelas. Pasal 115

Cukup jelas. Pasal 116

Cukup jelas. Pasal 117

Cukup jelas. Pasal 118

Ayat (1) Yang dimaksud dengan pendanaan pendidikan adalah seluruh biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan pendidikan, meliputi antara lain : a. biaya investasi misalnya biaya pembangunan prasarana dan sarana

pendidikan, pengembangan sumber daya manusia; b. biaya operasi pendidikan, misalnya telepon, air, listrik, gaji, dan alat tulis

kantor; c. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan peserta

didik untuk mengikuti proses pembelajaran secara teratur; Ayat (2)

Cukup jelas. Ayat (3)

Cukup jelas. Pasal 119

Cukup jelas Pasal 120

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Ayat (3) Yang dimaksud peristiwa tertentu adalah kejadian-kejadian yang tidak terduga seperti bencana alam, kebakaran, dan kerusuhan sosial.

Ayat (4) Cukup jelas.

Pasal 121

Yang dimaksud dengan kewajiban Pemerintah Daerah membiayai penyelenggaraan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar adalah biaya investasi dan biaya operasi bagi yang diselenggarakan Pemerintah Daerah, dan biaya operasi bagi yang diselenggarakan masyarakat.

Pasal 123

Cukup jelas. Pasal 124

Cukup jelas. Pasal 125

Cukup jelas. Pasal 126

Cukup jelas. Pasal 127

Cukup jelas.

Page 341: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Pasal 128 Cukup jelas.

Pasal 129

Cukup jelas. Pasal 130

Cukup jelas. Pasal 131

Cukup jelas. Pasal 132

Cukup jelas. Pasal 133

Cukup jelas Pasal 134

Cukup jelas. Pasal 135

Ayat (1) Yang dimaksud dengan pelaksana pendidikan adalah peran serta masyarakat sebagai fasilitator, penyelenggara, penilai, dan pengawas.

Ayat (2) Cukup Jelas

Ayat (3) Yang dimaksud institusi pasangan adalah lembaga pemerintah, non pemerintah, dunia usaha/dunia industri dan/atau asosiasi profesi yang menjadi mitra SMK dalam penyelenggaraan pendidikan sistem ganda.

Ayat (4) Cukup Jelas

Pasal 136

Cukup jelas. Pasal 137

Cukup jelas. Pasal 138

Cukup jelas. Pasal 139

Cukup jelas. Pasal 140

Cukup jelas. Pasal 141

Cukup jelas. Pasal 142

Cukup jelas. Pasal 143

Cukup jelas. Pasal 144

Ayat (1) Cukup jelas.

Ayat (2) Cukup jelas.

Pasal 145

Cukup jelas Pasal 146

Cukup jelas. Pasal 147

Cukup jelas. Pasal 148

Cukup jelas. Pasal 149

Cukup jelas. Pasal 150

Cukup jelas.

Pasal151

Page 342: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Cukup jelas Pasal152

Cukup jelas

Page 343: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

6.

Peraturan Pernerintah Nomor 17 Tahun 2010

tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraaran Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan

SALINAN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

NOMOR 22 TAHUN 2014

TENTANG

WAJIB BELAJAR MALAM HARI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA,

Menimbang

Mengingat

bahwa untuk menindaklanjuti ketentuan Pasal 7 ayat (3) Peraturan Daerah Nornor 8 Tahu,n 2006 tentang Sistem Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Wajib Belajar Malam Hari; 1. Undang-Undang Nornor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional; , 2. Undang-Undang Nomer 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah sebaqairnana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Norn,or 12 Tahun 2008; .

3. Undanq-Undanq Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia;

4. Undang-Undang N0m0r 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundanqlundanqan:

i 5. Peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 . Tahun 2013;

Peraturan Pemerintahi Nomor 66 Tahun 2010;

7. Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa; '.

8. Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009

tentang Pendldlkan : Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Mernllik] Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa;

9. Peraturan Menteri pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupatenl Kota;

Page 344: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

2

untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan belajar malam hari. :

10. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan;

11. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah;

I

12. Peraturan Gubernuj Nomor 116 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan

Pendidikan lnklusif]

13. Peraturan Gubernur Nomor 124 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah, Luar Biasa dan Pendidikan Khusus;

14. Peraturan Gubernur Nomor 11 Tahun 2009 tentang Jam Masuk

Sekolah:

15. Peraturan Gubernur Nomor 134 Tahun 2009 tentang Organisasi Tata Kerja Dinas Pendidikan;

MEIMUTUSKAN:

Menetapkan PERATURAN GUBERNUR TENTANG WAJIB BELAJAR MALAM HARI.

BAB I KETENTUAN

UMUM Pasall

Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 2. Pemerintah Daerah adalah Gubernur dan Perangkat Daerah sebagai

unsur penyelenqqara Pemerintahan Daerah. 3, Gubernur adalah lKepala Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota

Jakarta, 4. Satuan Kerja : Peranqkat Daerah yang selanjutnya disebut SKPD

adalah Satuan :Kerja Perangkat Daerah pada Pemerintah Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta.

5. Unit Kerja Peranpkat Daerah yang selanjutnya disebut UKPD adalah

bagian atau subordinat SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program,

6. Wajib Belajar Malam Hari adalah kegiatan belajar mengajar yang

dilakukan oleh peserta didik pad a malam hari. 7. Peserta Didik adalah warga masyarakat yang menempuh pendidikan

pada satuan pendidikan TKlRA, SD/MI, SMP/MTs, SMAlMA, SMK, Program Kesetaraan dan PLB.

8. Masyarakat adalah Ikelompok warga masyarakat non pemerintah yang

mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan. I

, 9. Satuan Tugas ada1'ah tim yang dibentuk oleh masyarakat setempat

Page 345: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

3

Pasal2

Peraturan Gubernur in~ dimaksudkan sebagai acuan dalam pelaksanaan wajib belajar malam liari baik di rumah maupun di luar rumah dengan tujuan agar peserta dldik dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan optimal sehingga dapat meningkatkan prestasi di bidang akademiknya.

Pasal3

Pelaksanaan wajib belajar malam hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bersifat rnendidik bukan memaksa.

BAB II RUANG

LlNGKUP Pasal4

Ruang lingkup pengaturan wajib belajar malam hari meliputi :

a. peserta didik;

b. fasilitator;

c. sarana dan prasarana:

d. mekanisme; dan

e. materi.

BAB III

PELAKSANAAN

Bagian Kesatu

Peserta Didik

Pasal5

Peserta Didik sebaqalmana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, ineliputi :

a. warga daerah yang! bersekolah di daerah; dan

b. warga daerah yangl bersekolah di luar daerah.

Bagian Kedua

Fasilitator

Pasal6

(1) Fasilitator sebaqairnana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, meliputi :

a. orang tua; b. pendidik dan tenaqa kependidikan; c. organisasi rnasyarakat; d. pemuka rnasyajakat: dan e. warga masyarakat,

Page 346: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

4

(2) Tugas dan tanggurng jawab fasilitator sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: I

a, memotivasi pes,rta didik; b. mendampingi peserta didik; c. membimbing dalarn mata pelajaran; dan d. menyediakan sarana dan prasarana belajar.

Bagian Ketiga Sarana

dan Prasarana Pasal7

(1) Sarana dan Prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, yang digunakan un~uk wajib belajar malam hari, meliputi :

a. rumah tinggal; : b. balai warga; c. pusat kegiatan belajar masyarakat; d. sarana ibadah; dan e. sarana lainnya yang memadai.

(2) Kelengkapan saraina dan prasarana wajib belajar malam hari

sebagaimana dlmaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kondisi.

Bagian Keempat

Mekanisme

Pasal8

(1) Wajib belajar rnalam hari dilaksanakan setiap hari oleh peserta didik dimulai pada pukut 19.00 sampai dengan pukul 21.00, kecuali pada malam hari libur,

(2) Tanda waktu dirnulainya wajib belajar malam hari sebagaimana

dimaksud pad a ayat (1) sesuai dengan situasi dan kondisi setempat yang dilakukan ole~ satuan tuqas.

(3) Setelah tanda waktu dimulainya wajib belajar malam hari

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan :

a, Bagi peserta didik yang belajar d! luar rumah didampingi dan dibimbing oleh fasilttator serta dilakukan tahapan sebagai berikut:

1, penqelornpokan peserta didik berdasarkan satuan pendidikan; 2. mengidentifilkasi materi yang diperlukan oleh peserta didik; dan 3, memfasilitasi sesuai kebutuhan peserta didik.

b. BstJl peserta dlqlK yang belaJar dl rumah elldamplhgl dah tllblft1blng

oleh orang tua/wall dan/atau anggota keluarga lainnya serta dilakukan tahapan sebagai berikut :

1, menqhentikan seluruh kegiatan yang mengganggu pelaksanaan

wajib belajar malam hari;

Page 347: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

5

2. menqondisikan peserta didik untuk belajar; dan 3. membantu peserta didik dalam menyelesaikan belajarnya.

Bagian Kelima

Materi Pasal9

Materi dalam pelaksanaan wajib belajar malam hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal4 huruf e, dapat berupa :

a. mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah;

b. mengulang dan/atau memperdalam materi pelajaran yang telah

diberikan sebelurnnya;

c. mempelajari dan/atau mempersiapkan materi pelajaran yang akan diberikan; dan/atau

d. materi lainnya yang.sejenis.

BAB IV

SA TUAN TUGAS

Pasal10

(1) Dalam rangka mernbantu kelancaran pelaksanaan wajib belajar malam hari bagi peserta didik, dapat dibentuk satuan tugas.

(2) Pembentukan satuan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dilakukan oleh warga masyarakat setempat.

(3) Satuan tugas sebaqairnana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terdiri dari unsur: :

a. Rukun Warga (8W); b. Rukun Tetanqqa (RT); c. Masyarakat; dan/atau d. Pihak lain yang terkalt.

Pasal11

Satuan tugas sebaqairnana dimaksud dalam Pasal1 0 bertugas untuk :

a. memastikan pelaksanaan kegiatan wajib belajar rnalarn hari dapat

berjalan dengan bajk; dan

b. memfasilitasi kebutuhan pelaksanaan kegiatan belajar malam hari.

BABV

PEM81AYAAN

Pasal12

Biaya yang diperlukan] untuk pelaksanaan kegiatan wajib belajar malam hari dibebankan pada :

Page 348: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

6

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD/UKPD masing-masing yang terkait; dan/atau

b. Sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

BABVI

KpTENTUAN PENUTUP I

Pasal13

Peraturan Gubernur ini m~lai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 18 Februar2i 014

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA,

Ttd.

JOKOWIDODO

Diundangkan di Jakarta pad a tanggal 20 Februari 2014

PIt. SEKRETARIS DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS

IBUKOTA JAKARTA,

Ttd.

WIRIYATMOKO

BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2014 NOMOR 65007 '

Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BIRO SEKRETARIATDAERAH

Page 349: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

-------------------

WAJIB BELAJAR MALAM HARI Pukul 19.00 - 21.00 (PERDA Nomor 8 tahun 2006)

BELAJAR

YES! TV, WARNET,

HP, GAME

NO!

BELAJAR UNTUK MASA OEPAN YANG LEBIH GEMILANG

Page 350: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

PRINSIP-PRINSIP JAM WAJIB BELAJAR DI MALAM HARI

1. Jam Belajar Wajib di Malam Hari dalam rangka meningkatkan kualitas SDM/peserta didik

2. Berbasis pada masyarakat dan orangtua (community based development)

3. Prinsip utama dalam kebijakan adalah :

a. Edukasi bukan

Represi.

b Bottom Up bukan

Top Down

4. Melibatkan partisipasi masyarakat (orang tua, pemuda, karang taruna, mahasiswa) dunia usaha dan pemerintah (Lurah, Camat, Walikota, Dinas Pendidikan dan SKPD terkait)

5. Menciptakan, membangun kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap pendidikan anak-anak dan lingkungan

6. Dimulai/diawali pada tingkat RT dan berkembang menjadi RW, Kelurahan, Kecamatan dan Wilayah serta Provinsi Pendidikan Untuk Semua

Page 351: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

WAJIB BELAJAR MALAM HARI

1. Pasal 7 ayat (3) Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Sistem Pendidikan berbunyi : “Orangtua berkewajiban untuk mendidik anaknya sesuai kemampuan dan minatnya serta menetapkan waktu belajar setiap hari di rumah bagi anaknya dari

WAWAW JIB BELAJAR MALAM HARI

1. Pasal 7 ayat (3) Peraturan Daerah Nomor 8 TahunTahunT 2006 tentang Sistem Pendidikan berbunyi : “Orangtua berkewajiban untuk mendidik anaknya sesuai kemampuan dan minatnya serta menetapkan waktu belajar setiap hari di rumah bagi anaknya dari

bagi y

pukul 19.00 s.d. 21.00.

2. Peserta didik belajar di rumah yang difasilitasi dan dikondisikan oleh orang tua/semua anggota keluarga, antara lain : menghentikan semua aktivitas yang mengganggu kegiatan belajar

Page 352: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

WAJIB BELAJAR MALAM HARI

.... -"-.---.--.~-

3. Bila kondisi rumah tidak memungkinkan untuk Peserta didik belajar (misalnya, karena tinggal berdesakan) makan diadakan kelompok belajar di luar rumah dalam bimbingan orang tua/wali/satuan tugas yang dibentuk pengurus RT atau Pemuka Masyarakat

4. Lokasi belajar di luar rumah dapat menggunakan sarana/fasilitas umum yang tersedia, antara lain : Balai Warga/Masjid, Mushola atau Fasilitas Pendidikan yang tersedia

5. Organisasi pelaksana, Pengurus RT, Warga Masyarakat, Karang Taruna, Penanggung Jawab Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Para Pendidik yang berada di wilayah wajib ikut memonitor pelaksanaan jam belajar malam hari

CANANGKAN , LONCENG

"WA)16 BElAJAR"

".-_"*-".....-.._.._-._-

- -- - ----

Page 353: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

WAJIB BELAJAR MALAM HARI

6. Peserta Didik belajar sesuai dengan kebutuhan masing-masing, dalam bentuk materi akademik dan non akademik, misalnya :

• Mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru; • Mengulang/memperdalam materi pelajaran yang didapatkan pada hari

itu; • belajar membaca Al-Qurán, belajar menari, belajar memasak; • Materi pembelajaran dikelompokan sesuai dengan jenjang pendidikan

peserta didik.

WAWAW JIB BELAJAR MALAM HARI

6. Peserta Didik belajar sesuai dengan kebutuhan masing-masing, dalam bentuk materi akademik dan non akademik, misalnya :

• Mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru;• Mengulang/memperdalam materi pelajaran yang didapatkan pada hari

itu;• belajar membaca Al-Qurán, belajar menari, belajar memasak;• Materi pembelajaran dikelompokan sesuai dengan jenjang pendidikan

peserta didik.

peser

7.Tanda dimulainya wajib belajar malam hari dengan diperdengarkan “Mars Wajib Belajar”.

Page 354: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

WAJIB BELAJAR MALAM HARI

8. Mekanisme Pembelajaran :

• Peserta didik sudah berada di tempat belajar sebelum pukul 19.00;

• Pada pukul 19.00, mars wajib

WAWAW JIB BELAJAR MALAM HARI

8. Mekanisme Pembelajaran :

• Peserta didik sudah berada di tempat belajar sebelum pukul19.00;

• Pada pukul 19.00, mars wajib

belajar diperdengarkan sebagai tanda dimulainya waktu belajar;

• Pukul 21.00, mars wajib belajar diperdengarkan kembali sebagai tanda diakhirinya waktu belajar.

• Teknis pembelajaran diserahkan kepada masing-masing sesuai dengan keperluannya

Page 355: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

9. Masyarakat melalui pengurus RT membentuk Satuan Tugas/Gugus guna pengendalian pelaksanaan gerakan wajib belajar malam hari dengan melibatkan berbagai pihak/tokoh masyarakat yang peduli

10. Satuan Tugas/Gugus Tugas menyusun program (rencana) tindakan wajib belajar pada ,malam hari

11. Apabila kegiatan belajar pada malam hari dilakukan di luar rumah, maka orang tua atau wali wajib mengawasi/mendampingi. One Sto Learn in Center

Page 356: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

WAJIB BELAJAR MALAM HARI

12. Dalam pelaksanaan tugasnya Gugus/Satuan Tugas yang dibentuk RT dapat bekerjasama dengan lembaga pendidikan/komunitas yang peduli pendidikan untuk membantu pelaksanaan belajar pada malam hari, serta dalam memenuhi Sarana yang dibutuhkan, meliputi : buku-buku, peralatan sekolah, pendampingan guru.

13. Sumber pembiayaan kegiatan belajar pada malam hari diperoleh dari : – Orang tua/wali;

12. Dalam pelaksanaan tugasnya Gugus/Satuan Tugas yang dibentuk RT

dapat bekerjasama dengan lembaga pendidikan/komunitas yang peduli pendidikan untuk membantu pelaksanaan belajar pada malam hari, serta dalam memenuhi Sarana yang dibutuhkan, meliputi : buku-buku, peralatan sekolah, pendampingan guru.

13. Sumber pembiayaan kegiatan belajar pada malam hari diperoleh dari :– Orang tua/wali;

WAWAW JIB BELAJAR MALAM HARI

– Swadaya masyarakat; – Sumber lain yang tidak mengikat dari dunia usaha/Industri

14. Akan ada sanksi sosial yang disepakati bersama oleh masyarakat di masing-masing wilayah.

15. Dipasang stiker di setiap rumah yang ada peserta didik dengan bentuk stiker bebas dengan syarat memberikan motivasi.

16. Akan dilakukan Monitoring Evaluasi (Monev) untuk meminimalkan penyimpangan dari pelaksanaan program ini.

Page 357: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

LOKASI PERCONTOHAN JAM BELAJAR MALAM HARI

NO WILAYAH RT RW KELURAHAN KECAMATAN

1 JAKPUS 016 06 PEGANGSAAN MENTENG

008 08 PEGANGSAAN MENTENG

2 JAKUT 007 05 KOJA KOJA

001 02 SEMPER BARAT CILINCING

001 011 LAGOA KOJA

NO AH T W

1 JAKPUS 016 06 PEGANGSAAN MENTENG

008 08 PEGANGSAAN MENTENG

2 JAKUT 007 05 KOJA KOJA

001 02 SEMPER BARAT AT A CILINCING

001 011 LAGOA KOJA

3 JAKBAR 004 04 MERUYA UTARA KEMBANGAN

002 03 MERUYA SELATAN KEMBANGAN

001 010 SUKABUMI UTARA KEBON JERUK

4 JAKSEL 003 06 JAGAKARSA JAGAKARSA

005 05 RAGUNAN PASAR MINGGU

5 JAKTIM 001 07 JATI PULOGADUNG

009 012 KLENDER DUREN SAWIT

6 KEP. SERIBU - 05 PULAU PANGGANG KEP. SERIBU UTARA

- 04 PULAU TIDUNG KEP. SERIBU SELATAN

Page 358: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

WAJIB BELAJAR MALAM HARI

Page 359: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

BELAJAR MALAM HARI DI KELURAHAN PEGANGSAAN JAKARTA PUSAT

Page 360: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

KASUDIN DIKMEN JAKARTA TIMUR SEDANG BERDIALOG DENGAN PESERTA WAJIB BELAJAR MALAM HARI

DI RT 009 RW 012 KLENDER, DUREN SAWIT - JAKARTA TIMUR

Page 361: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

WALIKOTA JAKARTA TIMUR BESERTA TIM TERPADU MENINJAU SUASANA JAM BELAJAR MALAM HARI

DI RT 009 RW 012 KLENDER, DUREN SAWIT - JAKARTA TIMUR

Page 362: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

PERTEMUAN ORANG TUA PADA ACARA WAJIB BELAJAR MALAM HARI DI KELURAHAN PEGANGSAAN JAKARTA PUSAT

Page 363: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

WALIKOTA JAKARTA TIMUR MEMBERIKAN BANTUAN BUKU UNTUK MENDUKUNG PROGRAM WAJIB BELAJAR MALAM HARI

DI BUARAN JAKARTA TIMUR

Page 364: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

ORGANISASI PELAKSANA TINGKAT RW/RT PENERAPAN WAJIB BELAJAR MALAM HARI

Penanggungjawab

(Ketua RW)

Ketua Pelaksana

(Ketua RT)

Wakil Ketua Sekretaris

Anggota :

- Karang Taruna

- Tokoh Masyarakat

- Orang Tua Siswa

Guru Pendamping Jenjang SD

Guru Pendamping Jenjang SMP

Guru Pendamping Jenjang SMA/SMK

Warga Belajar Jenjang SD

Warga Belajar Jenjang SMP

Warga Belajar Jenjang SMA/SMK

Page 365: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

FORMAT MONITORING JAM BELAJAR MALAM HARI

Identitas Peserta Didik :

1. Nama :

2. Tempat Tinggal :

3. Nama Sekolah :

4. Kelas :

5. Hari/Tanggal :

NO. KEGIATAN PENJELASAN PENANGGUNG JAWAB

FORMATATA MONITORING JAM BELAJAR MALAM HARI

Identitas Peserta Didik :

1. Nama :

2. TeTeT mpat Tinggal :

3. Nama Sekolah :

4. Kelas :

5. Hari/TaTaT nggal :

. AN

1. Waktu belajar

2. Tempat belajar

3. Kegiatan belajar

4.

5.

Mengetahui

Orang tua/wali, Peserta Didik,

(.............................) (..............................)

Page 366: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

9 <Q'JW.::~~ii.cmw~tU

RUKOC~ ARW05

I I • I

KASUDIN DIKMEN JAKARTA SELATAN SEDANG BERDIALOG DENGAN PESERTA BELAJAR MALAM HARI DI RT 005/05, KEL. RAGUNAN JAKARTA SELATAN

Page 367: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

KASUDIN DIKMEN JAKARTA SELATAN SEDANG MENINJAU PESERTA WAJIB BELAJAR MALAM HARI

DI RT 005/05 KEL RAGUNAN, JAKARTA SELATAN

Page 368: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

WALIKOTA JAKARTA SELATAN SEDANG MENINJAU KEGIATAN JAM BELAJAR MALAM HARI DI KELURAHAN RAGUNAN, JAKARTA SELATAN

Page 369: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

Organisasi Pelaksana Tingkat RW/RT Penerapan Program Wajib Belajar Malam Hari (WBMH)

Di Kecamatan Menteng Jakarta Pusat

Ketua Pelaksana Tati Mulyati

Sekretaris

Denny

Wakil Ketua

Ebah

Anggota : - Syahrul - Neneng Fitria - Orang Tua Peserta Didik

Guru Pendamping Zaky

Guru Pendamping Pipit Kustiawati

Peserta Didik Jenjang SMA/SMK

Peserta Didik Jenjang SD

Peserta Didik Jenjang SMP

Penanggungjawab Dadang Suherman

Page 370: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

DATA PESERTA DIDIK PROGRAM WBMH

DI KECAMATAN MENTENG JAKARTA PUSAT

No NAMA TINGKAT No NAMA TINGKAT 1 M. Renaldi SMA/SMK 41 Lukman H SMA/SMK 2 M. Farhan SMA/SMK 42 Anggi Suseno SMP 3 Romy Febriansyah SMA/SMK 43 Leman Irwanto SD 4 Razika Satria SMP 44 Kusniatun SD 5 Hendrawan SMP 45 Richa Septiawan SMP 6 Fandy Marwan SMP 46 M. Kusuma W SMA/SMK 7 Rija Akbar SD 47 Nina Herlina SMP 8 M. Ardhi Wijaya SD 48 Soyid Gilang R SMP 9 Siti Molly Z SMP 49 Ester Kartika P SMP 10 Desy Puspitasari SMA/SMK 50 Rizky Suhada SD 11 Rendi Raharja SMP 51 M. Nur Dwi SD 12 Rini Setyowati SD 52 Fauzi SD 13 Zul Ijal SMP 53 Tresna Dwi A SD 14 Gunarto SD 54 Syafira K SMA/SMK 15 Rini Setyawan SD 55 Kikan Putri SMA/SMK 16 M. Ardhi S SMP 56 Julian D SMP 17 Sukma Wardhani SMP 57 Wahyu Nugroho SMP 18 Arifin SMP 58 Brando P SMP 19 Sadam Anwar SMA/SMK 59 Bhaktiar M SMP 20 Devi Satria N SD 60 Puti Zaskia SD 21 Puput Rahayu SMP 61 Novryan SD 22 Bhaktie P SMA/SMK 62 Cahya Perwira T SD 23 Benazar Sunio SMA/SMK 63 Ade Hilda SD 24 Wiwin Sekarwati SD 64 M. Roji SD 25 Della Azizah SD 65 Suhardi Wijaya SD 26 Nona Rosita SD 66 Ulfahmi SD 27 Dea Fitri SD 67 Aqmal Maulana SD 28 Toro Gumilang SMP 68 Joni Tambunan SMA/SMK 29 Reza SD 69 Ike Kartika SMA/SMK 30 Andi Achmad SMA/SMK 70 July Tilar W SD 31 Dwi Permana SMP 71 Septi Amalia SMA/SMK 32 Sheila Hastari SD 72 Ajeng P SMP 33 Dewi P SD 73 Sugiarto SMP 34 Robihat SMP 74 Septian Putra SMA/SMK 35 Ajeng Rahayu SMP 75 M. Ikhwan SD 36 Hermanto SMP

Page 371: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

37 M. Gustafa SD 38 Tb. Prasetyo SD 39 Trinanensih SD 40 Agustina Sinaga SMA/SMK

Page 372: FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK …repository.fisip-untirta.ac.id/736/1/EVALUASI PERATURAN GUBERNUR... · EVALUASI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 22 TAHUN 2014 TENTANG WAJIB BELAJAR

RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS PRIBADI Nama NIM Tempat, Tanggal Lahir Agama Alamat Telepon Email

: Muhamad Nurdin : 6661101571 : Jakarta, 11 Agustus 1992 : Islam : Jl. Nurul Amal 22 Rt 015/005 No.41 Cengkareng Timur Jakarta Barat. 11730 : 085782606603 : [email protected]

DATA PRIBADI Tempat, Tanggal Lahir Jenis Kelamin Status Agama Kewarganegaraan

: Jakarta, 11 Agustus 1992 : Laki-laki : Belum Menikah : Islam : Indonesia

IDENTITAS ORANGTUA Nama Ayah Nama Ibu Pekerjaan Ayah Pekerjaan Ibu

: Syakuri : Robiatun : Wiraswasta : Ibu Rumah Tangga

PENDIDIKAN 1998-2004 2004-2007 2007-2010 2010-2016

: SD Negeri 03 Cengkareng Timur : SMP Negeri 45 Jakarta : SMA Negeri 84 Jakarta : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Program Strata-1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Ilmu Administrasi Negara

ORGANISASI : -