FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI - mejikubirubiru | … · Web viewDalam keadaan disonan orang berusaha...
Transcript of FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI - mejikubirubiru | … · Web viewDalam keadaan disonan orang berusaha...
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
MODULPSIKOLOGI KOMUNIKASI
( 3 ) SKS
Pokok Bahasan: Pengertian dan Ruang lingkup Psikologi Komunikasi Dosen : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONAL :Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan kembali tentang definisi komunikasi dan tingkatan proses komunikasi.
I. Definisi komunikasiKata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal dari
Bahasa Latin “communicatus” atau communicatio atau communicare yang
berarti “berbagi” atau “menjadi milik bersama”.
Dengan demikian, kata komunikasi menurut kamus bahasa mengacu pada
suatu upaya yang bertujuan untuk mencapai kebersamaan.Menurut Webster New Collogiate Dictionary komunikasi adalah “suatu proses pertukaran informasi di antara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku”.
Berikut ini adalah bebarapa definsi tentang komunikasi yang dikemukakan oleh para
ahli sebagai berikut :
1. Carl Hovland, Janis & KelleyKomunikasi adalah suatu proses melalui mana seseorang (komunikator)
menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan
mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak.
2. Bernard Berelson & Gary A.Steiner
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi,
keahlian, dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata,
gambar, angka-angka, dan lain-lain.
3. Harold LasswellKomunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”
“mengatakan “apa” “dengan saluran apa”, “kepada siapa” , dan “dengan akibat
apa” atau “hasil apa”.
(who says what in which channel to whom and with what effect).
4. BarnlundKomunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa
ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego.
5. WeaverKomunikasi adalah seluruh prosedur melalui mana pikiran seseorang dapat
mempengaruhi pikiran orang lainnya.
6. GodeKomunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula yang
dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang
atau lebih.
Dari berbagai definsi tentang ilmu komunikasi tersebut di atas, terlihat bahwa para ahli
memberikan definisinya sesuai dengan sudut pandangnya dalamelihat komunikasi.
Masing-masing memberikan penekanan arti, ruang lingkup, dan konteks yang berbeda.
Hal ini menunjukkan bahwa, ilmu komunikasi sebagai bagian dari ilmu sosial adalah
suatu ilmu yang bersifat multi-disipliner.
Definisi Hovland Cs, memberikan penekanan bahwa tujuan komunikasi adalah
mengubah atau membentuk perilaku.
Definisi Berelson dan Steiner, menekankan bahwa komunikasi adalah proses
penyampaian, yaitu penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain.
Definisi Lasswell, secara eksplisit dan kronologis menjelaskan tentang lima komponen
yang terlibat dalam komunikasi, yaitu :
- siapa (pelaku komunikasi pertama yang mempunyai inisiatif atau sumber.
- mengatakan apa ( isi informasi yang disampaikan)
- kepada siapa (pelaku komunikasi lainnya yang dijadikan sasaran penerima)
- melalui saluran apa (alat/saluran penyampaian informasi)
- dengan akibat/hasil apa (hasil yang terjadi –pada diri penerima)
Definisi Lasswell ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu adalah suatu upaya yang
disengaja serta mempunyai tujuan. Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan 5
unsur komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu Pertama; sumber
(source), sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoding), komunikator,
pembicara (speaker) atau originator. Sumber adalah pihak yang berinisiatif atau
mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu,
kelompok, organisasi, perusahaan, atau negara. Kedua; Pesan, yaitu apa yang
dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol
verbal dan atau nonverbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan, atau maksud sumber
tersebut. Pesan mempunyai 3 komponen, yaitu makna, digunakan untuk menyampaikan
pesan, dan bentuk atau organisasi pesan.
Ketiga; saluran atau media, yaitu alat atau wahana yang digunakan sumber untuk
menyampaikan pesannya kepada penerima. Pada dasarnya saluran komunikasi
manusia adalah 2 saluran, yaitu cahaya dan suara.
Saluran juga merujuk pada cara penyampaian pesan, apakah langsung (tatap muka)
atau lewat media (cetak dan elektronik).
Keempat; penerima (receiver) sering juga disebut sasaran/tujuan (destination),
komunikate, penyandi balik (decoder) atau khalayak, pendengar (listener), penafsir
(interpreter), yaitu orang yang menerima dari sumber. Berdasrkan pengalaman masa
lalu, rujukan nilai, pengetahuan, persepsi, pola pikir, dan perasaan, penerima pesan
menafsirkan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang ia terima.
Kelima; efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut,
misalnya terhibur, menambah pengatahuan, perubahan sikap, atau bahkan peruahan
perilaku.
Kelima unsur tersebut di atas sebenarnya belum lengkap, bila dibandingkan dengan
unsur-unsur komunikasi yang terdapat dalam model-model yang lebih baru. Unsur-unsur
yang sering ditambahkan adalah umpan balik (feed back), gangguan komunikasi
(noise), dan konteks atau situasi komunikasi.
Definisi Gode, memberi penekanan pada proses penularanpemilikan, yaitu dari yang
semula (sebelum komunikasi) hanya dimiliki oleh satu orang kemudian setelah
komunikasi menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih.
Definisi Barnlund, menekankan pada tujuan komunikasi, yaitu untuk mengurangi
ketidakpastian, sebagai dasar bertindak efektif, dan untuk mempertahankan atau
memperkuat ego.
Berdasarkan definisi-definisi tentang komunikasi tersebut di atas, dapat diperoleh
gambaran bahwa komunikasi mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut :
1. Komunikasi adalah suatu proses
2. Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan mempunyai tujuan
3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang
terlibat
4. Komunikasi bersifat simbolis
5. Komunikasi bersifat transaksional
6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu
Ad. 1. Komunikasi adalah suatu proses
Komunikasi sebagai suatu proses artinya bahwa komunikasi merupakan serangkaian
tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta
berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu. Sebagai suatu proses,
komunikasi tidak statis, tetapi dinamis dlam arti akan selalu mengalami perubahan dan
berlangsung terus menerus.
Proses komunikasi melibatkan banyak unsur atau komponen. Unsur-unsur tersebut
antara lain meliputi pelaku atau peserta, pesan 9mencakup bentuk, isi, dan cara
penyajiannya), saluran atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan, waktu,
tempat, hasil atau akibat yang ditimbulkan, dan situasi atau kondisi pada saat
berlangsungnya komunikasi.
Ad. 2. Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan.
Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar, disengaja, serta
sesuai dengan tujuan atau keinginan dari pelakunya. Pengertian sadar, di sini
menunjukkan bahwa kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang sepenuhnya
berada dalam kondisi mental psikologis yang terkontrol, bukan dalam keadaan mimpi.
Disengaja, maksudnya bahwa komunikasi yang dilakukan memang sesuai dengan
kemauan dari pelakunya. Sedangkan tujuan yang diharapkan berarti merujuk pada hasil
atau akibat yang diinginkan. Tujuan komunikasi mencakup banyak hal, tergantung pada
keinginan atau harapan dari masing-masing pelakunya.
Ad. 3. Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerja sama dari para pelaku yang
terlibat
kegiatan komunikasi akan berlangsung baik apabila pihak-pihak yang berkomunikasi
(dua orang atau lebih) sama-sama ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian
yang samaterhadap topik pesan yang disampaikan.
Ad. 4. Komunikasi bersifat simbolis
Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan
lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam komunikasi antar
manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat, angka-angka atau
tanda-tanda lainnya. Bahasa verbal yang digunakan untuk keperluan membujuk atau
meminta tolong, tentunya akan berbeda dengan bahasa verbal yang digunakan untuk
tujuan memerintah atau memaksa. Perbedaan tersebut tidak hanya pada kata-kata yang
digunakan, akan tetapi juga pada nada dan tekanan atau intonasinya.
Selain bahasa verbal, juga ada lambang-lamabang yang bersifat nonverbal yang dapat
digunakan dalam komunikasi seperti gestura (gerak tangan, gerak kaki, atau bagian
tubuh lainnya), warna, sikap duduk, dan jarak. Penggunaan lambang-lambang ini
biasanya dimaksudkan untuk memperkuat makna pesan yang disampaikan. Misalnya,
jika kita berusaha membujuk seseorang mengenai sesuatu hal, maka gaya dan sikap
kita akan berbeda dengan jika kita memerintah atau memarahi seseorang.
Ad. 5. Komunikasi bersifat transaksional
Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua
tindakan tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional. Pengertian
transsaksional ini berarti bahwa keberhasilan komunikasi tidak hanya ditentukan oleh
salah satu pihak, akan tetapi kedua belah pihak yang terlibat dalam komunikasi
berperan dalam menyukseskannya. Artinya, komunikasi akan berhasil apabila kedua
belah pihak yang terliabt mempunyai kesepakatan tentang hal-hal yang dibicarakan.
Ad. 6. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu
Maksudnya adalah bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi
tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk
teknologi komunikasi seperti telepon, internet, faximili, telex, videotext, dan lain-lain,
faktor ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi.
II. Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi
Sebelum dikemukakan ruang lingkup psikologi komunikasi, terlebih dahulu dikemukakan
definisi komunikasi dari perspektif psikologi.
Kamus Psikologi, Dictionary of Behavioral Science menyebutkan 6 definisi komunikasi
sebagai berikut :
1. Komunikasi adalah penyampaian perubahan energi dari suatu tempat ke tempat
yang lain seperti dalam system syaraf atau penyampaian gelombang-gelombang
suara.
2. Komunikasi adalah penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh
organisme.
3. Komunikasi adalah pesan yang disampaikan
4. Komunikasi adalah proses yang dilakukan satu system untuk mempengaruhi
system yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan.
5. Komunikasi adalah pengaruh satu wilayah pribadi pada wilayah persona yang
lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan perubahan yang
berkaitan pada wilayah yang lain.
6. Komunikasi adalah pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psiko- terapi.
Dari definisi tentang komunikasi dari perspektif psikologi tersebut di atas, terlihat bahwa
makna komunikasi sangat luas, meliputi penyampaian energi, gelombang suara, tanda
di antara tempat, dan system atau organisme.
Kata komunikasi dipergunakan sebagi proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh, atau
secara khusus sebagai pesan pasien dalam psikoterapi.
Psikologi mencoba menganalisis seluruh komponen yang terlibat dalam proses
komunikasi.
Jadi psikologi menyebut komunikasi pada penyampaian energi dari alat-alat indera ke
otak, peristiwa penerimaan dan pengoalhan informasi, pada proses saling pengaruh di
antara berbagai system dalam diri organisme dan di antara organisme.
Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses
komunikasi. Pada diri komunikator, psikologi memeriksa karakteristik manusia
komunikan serta factor-faktor internal dan eksternal yang mempengfaruhi perilaku
komunikasinya. Pada komuniaktor, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya, apa
sebab satu sumber komuniksi berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara
sumber komunikasi yang lain tidak.
Psikologi juga tertarik pada komunikasi di antara individu; bagaimana pesan dari satu
individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu lain. Psikologi bahkan
meneliti alambang-lambang yang disampaikan. Psikologi meneliti proses
mengungkapkan pikiran menjadi lambing, bentuk-bentuk lambang, dan pengaruh
lambang terhadap perilaku manusia. Pada saat pesan sampai pada diri komuniakator,
psikologi melihat ke dalam proses penerimaan pesan, menganalisa factor-faktor
personal dan situasional yang mempengaruhinya, dan menjelskan berbagai corak
komunikan ketika sendirian atau dalam kelompok.
Perkembangan terbaru dari dunia psikologi komunikasi adalah komunikasi terapeutik.
melalui metode ini, seorang terapis mengarahkan komunikasi begitu rupa sehingga
pasien dihadapkan pada situasi dan pertukaran pesan yang dapat menimbulkan
hubungan social yang bermanfaat. Komunikasi teerapeutik memandang gangguan jiwa
besumber pada gangguan komunikasi, pada ketidakmampuan pasien untuk
mengungkapkan dirinya. Singkatnya, meluruskan jiwa orang dengan meluruskan
caranya berkomunikasi.
Komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur, atau
mempengaruhi. Komunikasi untuk tujuan yang ketiga ini lazim disebut komunikasi
persuasive, yang berkaitan erat dengan psikologi.
Persuasif dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan mengendalikan
perilaku orang lain melalui pendekatan psikologi.
Ketika komunikasi dikenal sebagi proses mempengaruhi oprang lain, disiplin-disiplin
yang lain menambah perhatian yang sama besarnya.
Menurut George Miller, komunikasi telah menjadi salah satu kesibukan utama pada
masa sekarang ini. Komunikasi begitu esensial dalam masyarakat manusia, sehingga
setiap orang yang belajar tentang manusia harus melihat pada komunikasi. Komunikasi
telah dikaji dari berbagai segi, sosiologi, antropologi, ekonomi, psikologi, linguistic,
biologi, filsafat, politik, teknik, dan sebagainya.
Psikologi juga meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Psikologi terutama
mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses
kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut. Bila sosiologi melihat
komunikasi pad interaksi social, filsafat pada hubugnan manusia dengan realitas
lainnya, maka psikologi melihat pada perilaku individu komunikan.
Yang agak permanen mempelajari komunikasi adalah sosiologi, filsafat, dan psikologi.
Sosiologi mempelajari interaksi social, Interaksi social harus melalui kontak dan
komunikasi. Oleh karena itu, setiap buku sosiologi harus menyinggung komunikasi.
DAlam dunia yang serba modern sekarang ini, komunikasi bukan saja mendasari
interaksi social. Teknologi komunikasi telah berkembang sedemikian rupa sehingga
tidak ada satu masyarakat modern yang mampu bertahan tanpa komunikasi.
Ruang lingkup psikologi komunikasi adalah :1. Sistem komunikasi intrapersonal
2. Sistem komuniksi interpersonal
3. Sistem komunikasi kelompok
4. Sistem komunikasi Massa
Dalam system komunikasi intrapersonal, antara lain membahas tentang karakteristik
manusia komunikan, factor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku
komunikasinya, system memori dan berpikir, dan sifat-sifat psikologi komunikator.
Dalam system komunikasi interpersonal, antara lain dibahas tentang proses persepsi
interpersonal, konsep diri, atraksi interpersonal, dan hubungan interpersonal.
Dalam system komunikasi kelompok, antara lain dibahas tentang kelompok dan
pengaruhnya pada perilaku komunikasi, factor-faktor yang mempengaruhi keefektifan
kelompok, dan bentuk-bentuk komunikasi kelompok.
Dalam komunikasi massa, antara lain dibahas tentang motivasi Atau factor-faktor yang
mempengaruhi reaksi individu terhadap media massa, efek komunikasi massa, dan
psikologi komunikator.
MODUL
PSIKOLOGI KOMUNIKASI 3 SKS
Pokok Bahasan : Pendekatan Psikologi Komunikasi dan Komunikasi Efektif Oleh : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONAL :Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan kembali tentang ciri pendekatan psikologi komunikasi dan komunikasi
efektif.
I. Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi Psikologi mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba
menyimpulkan proses kesadaran yang menyebabkan terjadinya perilaku tersebut.
Bila sosiologi melihat komunikasi pada interaksi social, filsafat pada hubungan manusia
dengan realitas alam semesta, maka psikologi melihat pada perilaku individu
komunikan.
Menurut Fisher, ada 4 ciri pendekatan psikologi pada komunikasi, yaitu :
1. Penerimaan stimuli secara indrawi;
2. Proses yang mengantarai stimuli dan respons;
3. Prediksi respons;
4. Peneguhan respons.
1) Psikologi melihat komunikasi dimulai deng dikenainya masukan kepada organ-organ
penginderaan kita yang berupa data. Stimuli bisa berbentuk orang, pesan, suara,
warna, dan sebagainya; pokoknya segala hal yang mempengaruhi kita.
2) Stimuli itu kemudian diolah dalam jiwa kita, yaitu dalam ‘kotak hitam” yang tidak
pernah kita ketahui. Kita hanya mengambil kesimpulan tentang proses yang terjadi pada
“kotak hitam” dari respons yang tampak. Misalnya kita mengetahui bahwa bila ia
tersenyum, tepuk tangan, dan meloncat-loncat, pasti ia dalam keadaan gembira.
3) Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respons yang terjadi pada masa lalu
dapat meramalkan respons yang akan dating. Kita ahrus mengetahui sejarah respons
sebelum meramalkan respons individu masa sekarang.
4) Peneguhan adalah respons lingkungan (atau orang lain pada respons organisme
yang asli). Ahli lain menyebutnya feedback atau umpan balik.
Menurut George A. Miller, psikologi komunikasi adalah ilmu yang berusaha
menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan peristiwa mental dan perilaku dalam
komunikasi.
Peristiwa mental adalah proses yang mengantarai stimuli dan respons (internal
mediation of stimuli) yang berlangsung sebagai akibat belangsungnya komunikasi.
Peristiwa perilaku/behavioral adalah apa yang nampak ketika orang berkomunikasi.
Belum ada kesepakatan tentang cakupan psikologi. Ada yang beranggapan psikologi
hanya tertarik perilaku yang tampak saja, sedangkan yang lain tidak dapat mengabaikan
peristiwa-peristiwa mental. Sebagian peikolog hanya ingin memeriksa apa yang
dilakukan orang, sebagian lagi ingin meramalkan apa yang akan dilakukan orang.
Komuniksai adalah peristiwa social. Psikologi komunikasi dapat diposisikan sebagai
bagian dari psikologi social. Karena itu, psikologi social adalah juga pendekatan
psikologi komunikasi.
Bila individu-individu berinteraksi dan saling mempengaruhi, maka terjadilah :
1. Proses belajar yang meliputi aspek koginitif dan aspek afektif
2. Proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komuniksi)
3. Mekanisme penyesuaian diri seperti sosialisasi, identifikasi, permainan
peran,proyeksi, agresi, dan sebagainya.
II. Komunikasi EfektifMenurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, komunikasi yang efektif menimbulkan 5 hal,
yaitu ;
1. Pengertian
2. Kesenangan
3. Pengaruh pada sikap
4. Hubungan yang makin baik
5. Tindakan
1) PengertianPengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksud oleh
komunikator.
Seringkali pertengkaran atau konflik terjadi karena pesan kita diartikan lain oleh orang
yang kita ajak bicara. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan
komunikasi primer (primary breakdown in communication).
Dalam konteks inilah diperlukan pemahaman orang tentang psikologi pesan dan
psikologi komunikator.
2) KesenanganTidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk
pengertian. Misalnya ketika kita mengucapkan “Selamat pagi, apa kabar? Kita tidak
bermaksud mencari keterangan. Komunikasi seperti ini dimaksudkan untuk
menimbulkan kesenangan, yang lazim disebut komunikasi fatis (phatic communication).
Komunikasi seperti ini menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan.
Dalam Analisis Transaksional ini disebut “ Saya Oke – Kamu Oke”. Ini memerlukan
psikologi psikologi tentang sistem komuniaksi interpersonal.
3) Mempengaruhi sikapKita paling sering melakukan komunikasi untuk mempengaruhi orang lain.
Misalnya :
- Khotib ingin membangkitkan sikap beragama dan mendorong jemaah untuk
beribadah lebih baik.
- Politisi ingin menciptakan citra yang baik pada konstituennya.
- Guru ingin mengajak muridnya untuk lebih banyak membaca buku.
- Pemasang iklan ingin merangsang selera konsumen untuk membeli barang-
barang lebih banyak.
Semua yang disebutkan di atas adalah termasuk komunikasi persuasive. Komunikasi
persuasive memerlukan pemahaman tentang factor-faktor pada diri komunikator, dan
pesan yang menimbulkan efek pada komunikate.
Persuasive didefinisikan sebagai proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan
orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak
seperti atas kehendaknya sendiri.
4) Hubungan social yang baikKomunikasi juga ditujukan untuk menumbuhkan hubungan social yang baik.
Kebutuhan social adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi,
pengendalian, dan kekuasaan, serta cinta kasih.
Menurut penelitian, bila orang gagal menumbuhkan hubungan interpersonal, maka ia
akan menjadi agresif, senang berkhayal, dingin, sakit fisik dan mental, dan menderita
“flight syndrome” (ingin melarikan diri dari lingkungannya).
Kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan
hubungan yang memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi,
pengendalian, dan kekuasaan, serta cinta kasih.
Secara singkat, kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin
mengendalikan dan dikendalikan, kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini
hanya bisa dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif.
Bila orang gagal dalam menumbuhkan hubungan interpersonal, maka ia menjadi
agresif, senang berkhayal,dan sakit fisik dan mental, dan ingin melarikan diri dari
lingkungannya.
Hasil penelitian Philip G. Zimbardo menemukan, bahwa anonimitas menjadikan orang
agresif, senang mencuri dan merusak, dan kehilangan tanggung jawab sosial.
Anonimitas timbul mungkin karena kegagalan komuniksi interpersonal dalam
menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Supaya manusia tetap hidup secara sosial,
untuk sosial survival, ia harus terampil dalam memahami faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas komunikasi interpersonal seperti persepsi interpersonal, dan
hubungan interpersonal.
5) TindakanPersuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki.
Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sulit, tetapi lebih sulit lagi
mempengaruhi sikap, dan jauh lebih sulit lagi mendorong orang untuk bertindak.
Efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikate.
Misalnya :Kampanye KB berhasil bila akseptor mulai memasang IUD atau Spiral;
Propaganda suatu parpol efektif bila sekian juta mencoblos lambing parpol tersebut;
pemasang iklan sukses bila orang membeli barang yang ditawarkan.
Menimbulkan tindakan nyata memang indicator efektivitas yang paling penting.
Karena untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan
pengertian, membentuk dan mengubah sikap.
Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi.
Ia bukan saja memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang
terlibat dalam proses komunikasi, tetapi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
manusia.
Keberhasilan atau efektivitas komunikasi selain ditentukan oleh hal-hal tersebut di atas,
juga ditentukan oleh faktor-faktor sumber/komunikator, pesan, saluran komunikasi, dan
orang/khalayak yang menerima pesan tersebut.
Berikut ini dikemukakan karakteristik sumber atau komunikator yang menentukan
efektivitas komunikasi.
Sebelum faktor karakteristik komunikator tersebut diuraikan, terlebih dahulu akan
dijelaskan pengaruh komunikasi kita pada orang lain, sebagaimana dikemukakan oleh
Herbert C. Kelman.
Menurut Kelman, pengaruh komunikasi kita pada orang lain berupa 3 hal :
1. Internalisasi
2. Identifikasi
3. Ketundukan (compliance)
InternalisasiInternalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu
sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Kita menerima gagasan, pikiran, atau
anjuran orang lain karena gagasan, pikiran, atau anjuran orang lain itu berguna untuk
memecahkan masalah, penting dalam menunjukkan arah, atau dituntut oleh sistem nilai
kita.
Internalisasi terjadi ketika kita menerima anjuran orang lain atas dasar rasional.
Misalnya kita berhenti merokok, karena kita ingin memelihara kesehatan kita karena
merokok tidak sesuai nilai-nilai yang kita anut.
IdentifikasiIdentifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau
kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri
secara memuaskan (satisfying self-defining relationship) dengan orang atau kelompok
itu. Hubungan yang mendefinisikan diri artinya memperjelas konsep diri.
Dalam identifikasi, individu mendefinisikan perannya sesuai dengan peranan orang lain.
Dengan perkataan lain, ia berusaha seperti atau benar-benar menjadi orang lain.
Dengan mengatakan apa yang ia katakan, melakukan apa yang ia akukan,
mempercayai apa yang ia percayai, individu mendefinisikan dirinya sesuai dengan orang
yang mempengaruhinya.
Identifikasi terjadi ketika anak berperilaku mencontoh ayahnya, murid meniru tindak
tanduk gurunya, atau penggemar bertingkah dan berpakaian seperti bintang yang
dikaguminya.
Dimensi ethos yang paling relevan dengan identifikasi ialah atraksi (daya tarik
komunikator).
KetundukanKetundukan terjadi bila individu menerima pengaruh dari orang atau kelompok lain
karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan dari orang atau kelompok
lain tersebut. Ia ingin memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman dari pihak yang
mempengaruhinya.
Dalam ketundukan, orang menerima perilaku yang dianjurkan bukan karena
mempercayainya, tetapi karena perilaku tersebut membantunya untuk menghasilkan
efek sosial yang memuaskan.
Bawahan yang mengikuti perintah atasannya karena takut dipecat, pegawai negeri yang
masuk parpol tertentu karena kuatir diberhentikan, petani yang menanam sawahnya
karena ancaman pamong desa adalah contoh-contoh ketundukan,
III. Karakteristik Komunikator1) Kredibilitas
Kredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tantang sifat-sifat
komunikator. Dari definisi ini terkandung dua hal, yaitu : pertama; kredibilitas
adalah persepsi komunikate, jadi tidak inheren dalam diri komunikator; kedua;
kredibilitas berkenaan dengan sifat-sifat komunikator (disebut juga komponen-
komponen kredibilitas).
Karena kredibilitas itu adalah masalah persepsi, berarti kredibilitas berubah
bergantung pada pelaku persepsi (yaitu komunikate), topik yang dibahas, dan
bergantung pula pada situasi.
Contoh :
- Anda mungkin memiliki kredibilitas di tengah-tengah teman-teman
Anda, tetapi tidak berarti apa-apa di hadapan pimpinan universitas
Anda.
- Profesor botak akan didengarkan baik oleh mahasiswanya, tetapi
tetap saja akan dimakan habis oleh buaya di sungai.
Dari contoh-contoh tersebut di atas, jelaslah bahwa kredibilitas tidak ada pada diri
komunikator, tetapi terletak pada persepsi si komunikate.
Oleh karena itu, ia dapat berubah atau diubah, terjadi atau dijadikan.
Kita dapat menghadirkan “the man on the street” di ruangan kuliah dan mengumumkan
pada mahasiswa bahwa orang itu adalah doktor dalam ilmu komunikasi. Di sini kita
membentuk persepsi orang lain dengan deskripsi verbal.
Kita juga dapat menurunkan kredibilitas komunikator dengan memberinya pakaian-
pakaian yang lusuh atau menyuruhnya berperilaku yang menyebalkan.
Di sini kita memanipulasi persepsi orang dengan petunjuk nonverbal.
Hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikate tentang komunikator sebelum ia
melakukan komunikasinya disebut prior ethos.
Sumber komunikasi memperoleh prior ethos karena berbagai hal. Kita membentuk
gambaran tentang diri komunikator dari pengalaman langsung dengan komuniaktor itu,
atau dari pengalaman wakilan.
Misalnya, karena sudah lama bergaul dengan dia dan sudah mengenal integritas
kepribadiannya atau karena kita sudah sering melihat atau mendengarnya dalam media
massa.
Bisa juga kita membentuk prior ethos komunikator dengan menghubungkannya pada
kelompok rujukan orang itu, artinya kita meletakkannya pada skema kognitif kita.
Misalnya, anda akan tekun mendengarkan penceramah yang diperkenalkan sebagai
Kiai Haji Doktor Iwan Sugiarta, karena gelar-gelar itu melahirkan persepsi tentang
kelompok yang mendalami ilmu agamanya.
Pada umumnya penelitian tentang kredibilitas berkenaan dengan prior ethos.
Faktor lain, selain persepsi dan topik yang dibahas, yang mempengaruhi kredibilitas
adalah faktor situasi. Pembicara pada media massa memiliki kredibilitas yang tinggi
dibandingkan dengan pembicara pada pertemuan RT. Begitu pula ceramah di hadapan
civitas akademica suatu perguruan tinggi yang berstatus tinggi akan meningkatkan
kredibilitas penceramah. Sebaliknya penceramah yan semula memiliki kredibilitas yang
tinggi, akan hancur kredibilitasnya setelah ia berbicara pada situasi yang dipandang
“kotor”, atau di tengah-tengah kelompok yang dianggap berstatus rendah.
Meskipun belum banya penelitian dilakukan tentang pengaruh situasi terhadap persepsi
komunikate tentang komunikator, akan tetapi dapat diduga bahwa pada akhirnya
kredibilitas dipengaruhi oleh interaksi di antara berbagai faktor.
Komponen-komponen Kredibilitasa. Keahlian
b. Kepercayaan
Ad. a. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikate tentang kemampuan
komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicrakan. Komunikator yang
dinilai tinggi pad keahlian dianggap sebagai cerdas, mampu, ahli, tahu banyak,
berpengalaman, atau terlatih. Sebaliknya komunikator yang dinilai rendah pad keahlian
dianggap tidak berpengalaman, tidak tahu, atau bodoh.
Ad. b. Kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang brkaitan
dengan wataknya. Apakah komunikator dinilai jujur, tulus, bermoral, adil, sopan, dan
etis. Atau apakah komunikator dinilai tidak jujur, lancung, suka menipu, tidk adil, dan
tidak etis.
Koehler, annatol, dan Appelbaum menambahkan 4 lagi sebagai komponen dari
kredibilitas sebagai berikut :
a. dinamisme
b. sosiabilitas
c. koorientasi
d. karisma
Dinamisme umumnya berkaitan dengan cara orang berkomunikasi. Komunikator
memiliki dinamisme bila ia dipandang sebagai bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan
berani. Sebaliknya komunikator yang tidak dinamis dianggap pasif, ragu-ragu, dan
lemah. Dalam komunikasi, dinamisme memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan.
Sosiabilitas adalah kesan komunkate tentang komunikator sebagai orang yang periang
dan senang bergaul.
Koorientasi merupakan kesan komunikate komunikator sebagai orang yang mewakili
kelompok orang yang kita senangi, yang mewakili nilai-nilai kita.
Karisma digunakan untuk menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator
yang menarik dan mengendalikan komunikate seperti magnet menarik benda-benda di
sekitarnya.
2) AtraksiTerdapat faktor-faktor situasional yang mempengaruhi atraksi interpersonal
seperti daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan.
Kita cenderung menyenangi orang-orang yang tampan dan cantik, yang banyak
kesamaannya dengan kita, dan yang memiliki kemampuan yang lebih dari kita.
Atraksi fisik menyebabkan komunikator menjadi menarik, dan karena menarik ia
memiliki daya persuasif. Kita juga tertarik kepada seseorang karena adanya
beberapa kesamaan antara dia dengan kita.
Karena itulah, komunikator yang ingin mempengaruhi orang lain sebaiknya
memulai dengan menegaskan adanya kesamaan antara dirinya dengan
komunikate. Kenneth Burke, seorang ahli retorika, menyebut upaya ini sebagai
“strategy of identification”.
3) Kekuasaan Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Seperti halnya
kredibilitas dan atraksi, ketundukan timbul dari antara komuniaktor dan
komunikate.
Kekuasaan menyebabkan seseorang komunikator dapat “memaksakan”
kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang sangat
penting.
French dan Raven mengemukakan jenis-jenis kekuasaan sebagai berikut :
1. Kekuasaan Kooersif (coersive power)
2. Kekuasaan Keahlian (expert power)
3. Kekuasaan Informasional (informational power)
4. Kekuasaan Rujukan ( referent power )
5. Kekuasaan Legal (legitimate power).
MODULPSIKOLOGI KOMUNIKASI
( 3 SKS )
Pokok Bahasan : Karakteristik Manusia Komunikan ( I ) Oleh : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONALSetelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan kembali tentang konsepsi psikologi tentang manusia yang mencakup
manusia dalam perspektif psikoanalisis, perspektif behavioralisme, perspektif psikologi
kognitif, dan manusia dari perspektif humanistic.
Ada 4 teori dalam psikologi yang mencoba menjelaskan tentang manusia, yaitu sebagai
berikut :
1. Konsepsi manusia menurut Psikoanalisis
2. Konsepsi manusia menurut Behavioralisme
3. Konsep manusia menurut Psikologi Kognitif
4. Konsepsi manusia menurut Psikologi Humanistik
A) Konsepsi manusia dalam Psikoanalisis Orang yang pertama kali berusaha merumuskan psikologi manusia dengan
memperhatikan struktur jiwa manusia adalah Sigmund Freud.
Menurut Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsistem dalam
kepribadian manusia yang disebutnya Id, Ego, dan Superego.
1. IdId adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia,
atau disebut juga pusat instink ( hawa nafsu).
Ada dua instink dominan, yaitu :
a) libido; yaitu instink reproduktif untuk tujuan-tujuan konstruktif.
Instink ini disebut juga instink kehidupan/eros, misalnya dorongan seksual, segala hal
yang mendatangkan kenikmatan termasuk kasih ibu, pemujaan pada Tuhan, dan cinta
diri/narcisme.
b) Thanatos; yaitu instink destruktif dan agresif.
Instink ini disebut juga instink kematian.
Semua motif manusia adalah gabungan antara eros dan thanatos. Id bergerak
berdasarkan prinsip kesenangan, ingin segera memenuhi kebutuhannya. Id bersifat
egoistis, tidak bermotral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani
manusia.
Walaupun Id mampu melahirkan keinginan, tetapi ia tidak mampu memuaskan
keinginannya.
2. Ego Ego berfungsi menjembatani tuntutan-tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego
adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dan tuntutan rasional dan realistic. Ego-
lah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup
sebagai wujud yang rasional.
Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas.
Misalnya, Ketika Id mendesak supaya Anda memmbalas ejekan dengan ejekan lagi,
Ego segera memperingatkan Anda bahwa lawan Anda adalah “Bos” yang dapat
memecat Anda. Kalau Anda mengikuti desakan Id, maka Anda akan konyol.
Setelah itu Anda baru ingat, bahwa bahaya jika sampai berani melawasn Bos/pimpinan
dalam budaya Indonesia.
3. Superego Superego adalah polisi kepribadian yang mewakili dunia ideal. Superego adalah hati
nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma social dan cultural
masyarakatnya.
Superego akan memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan ke
alam bawah sadar.
Baik Id maupun superego berada dalam bawah sadar manusia, sedangkan ego berada
di tengah, antara memenuhi desakan Id dan peraturan superego.
Untuk mengatasi ketegangan, ia dapat menyerah pada tuntutan Id, tetapi berarti
dihukum superego dengan perasan bersalah.
Untuk menghindari ketegangan, konflik, atau frustrasi, ego secara sadar lalu
menggunakan mekanisme pertahanan ego, yaitu dengan mendistorsi realitas.
Secara singkat, dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara
komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen social (superego),
atau unsure animal, rasional, dan moral (hewani, akal, dan nilai).
B. Konsepsi manusia dalam BehavioralismeBehavioralisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa
manusia berdasarkan laporan-laporan subyektif) dan juga psikoanalisis yang berbicara
tentang alam bawah sadar yang tidak tampak).
Behavioralisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan,
Belakangan, teori kaum behavioralisme lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena
menurut mereka seluruh perilaku manusia, kecuali instink, adalah hasil belajar.
Behavioralisme tidak mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau
emosional; kaum behavioralis hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya
dikendalikan oleh factor-faktor lingkungan.
Dari sinilah timbul konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus”).
Behaviorisme sangat banyak menentukan perkembangan psikologi, teutama dalam hal
ekspeerimen-eksperimen. Kajian-kajian psikologi seringkali hanya mencerminkan
pendekatan ini.
Pemikiran behaviorisme sebenarnya sudah dikenal sejak Aristoteles yang berpendapat
bahwa, pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa sma seperti meja lilin
(tabula rasa) yang siap dilukis oleh pengalaman.
Kemudian John Locke meminjam konsep ini, yang dikenal sebagai kaum empirisme.
Menurut mereka, pada waktu lahir, manusia tidak mempunyai warna mental. Warna ini
didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah jalan satu-satunya ke arah penguasaan
pengetahuan. Secara psikologis, ini berarti bahwa seluruh perilaku manusia, kepribadian
dan temperamen ditentukan oleh pengalaman indrawi. Pikiran dan perasaan bukan
penyebab perilaku manusia, tetapi disebabkan oleh perilaku masa lalu.
Salah satu kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orng
membicrakan apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, salah
satu paham filsafat etika memandang manusia sebagai mahluk yang bergerak untuk
memenuhi kepentingan dirinya, mencri kesenangan dan menghindari penderitaan.
Utilitarianisme mencoba mengkaji seluruh perilaku manusia pada prinsip ganjaran dan
hukuman. Bila empirisme digabung dengan utilitarianisme dan hedonisme, maka akan
kita temukan behaviorisme.
Kaum behaviorisme berpendapat bahwa organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial
atau psikologis, perilaku adalah hasil pengalaman, dan perilaku digerakkan atau
dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi
penderitaan.
Pelaziman klasik akan menjelaskan bahwa setiap kali anak membaca, orang tuanya
mengambil bukunya degnan paksa, maka anak akan benci pada buku. Bila kedatangan
Anda selalu bersamaan dengan datangnya malapetaka, maka kehadiran Anda akan
membuat orang berdebar-debar.
Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Seorang ahali,
Bandura, menambahkan konsep belajar sosial. Ia mengemukakan permasalahan
peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar. Dia mengatakan bahwa, banyak
perilaku manusia yang tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme pelaziman atau
peneguhan. Misalnya, mengapa anak yang berusia dua tahun dapat berbicara dalam
bahasa ibunya.
Kaum behavioris tradisional menjelaskan bahwa kata-kata yang semula tidak ada
maknanya, dipasangkan dengan lambang atau objek yang mempunyai makna. Menurut
Bandura, belajar terjadi karena peniruan. Kemampuan meniru respon orang lain,
misalnya meniru bunyi yang sering didengar, merupakan penyebab utama belajar.
Ganjaran dan hukuman bukan faktor yang utama dalam belajar, tetapi merupakan faktor
penting dalam melakukan suatu tindakan. Misalnya bila anak selalu diganjar/dihargai
karena melakukan sesuatu hal atau dalam mengungkapkan perasaannya, maka ia akan
serign melakukannya. Tetapi jika ia dihukum, maka ia akan menahan diri untuk
melakukan sesuatu, meskipun ia mampu untuk melakukannya. Jadi, melakukan sesuatu
perilaku ditentukan oleh peneguhan, sedangkan kemampuan potensial untuk berbuat
ditentukan oleh peniruan.
Sumbangan Bandura tidak menyebabkan behaviorisme dapat menjelaskan semuanya.
Behaviorisme tidk bisa menjawab ketika melihat perilaku manusia yang tidak bisa
dipengaruhi oleh ganjaran, hukuman, atau peniruan. Contohnya, orang-orang yagn
menjelajah Kutub Utara yang dingin; pemuda Jepang yang menempuh Samudra Pasifik
di atas rakit, atau anak-anak muda Agama Syiah yang meledakkan dirinya dengan bom
atau dinamit di Irak, semuanya adalah perilaku yang bermuatan “self-motivated”.
Memang behaviorisme tidak bisa menjelaskan tentang motivasi. Motivasi memang
terjadi dalam diri individu, sedangkan kaum behaviorisme hanya melihat pada peristiwa-
peristiwa yang “kasat mata” dalam arti yang dapat diamati atau bersifat eksternal.
Perasaan dan pikiran tidak menarik perhatian kaum behaviorisme.
Beberapa ratus tahun kemudian baru-lah psikologi kembali memasuki proses kejiwaan
internal. Paradigma baru ini kemudian terkenal sebagai psikologi kognitif.
Konsep behavioralisme dipengaruhi oleh :
1. Paham empirisme (John Locke, 1632-1704); pemikirannya adalah
bahwa pada waktu lahir manusia tidak mempunyai “warna mental”,
warnanya diperoleh dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh
perilaku manusia, kepribadian dan temparamen ditentukan oleh
pengalaman indrawi (sensory experience).
2. Paham hedonisme, yang memandang manusia sebagaim mahluk yang
bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya sendiri, mencari kesenangan dan
mengurangi penderitaan.3. Paham utilitarianisme, yang memandang seluruh perilaku manusia tunduk
pada prinsip ganjaran dan hukuman.
C. Konsepsi manusia menurut Psikologi KognitifPsikologi kognitif didasari oleh rasionalisme Immanuel Kant, Rene Descartes, dan
Plato.
Kaum rasionalis mempeertanyakan apakah betul penginderaan kita, melalui
pengalaman langsung, sanggup memberikan kebenaran. Kemampuan alat indera kita
dipertanyakan karena seringkali gagal menyajikan informasi yang akurat..
Misalnya mata kita kita melihat bahwa kedua rel kereta api yang sejajar bertemu di
ujung sana.
Descartes dan Kant menyimpulkan bahwa, jiwa-lah/mind yang menjadi alat utama ilmu
pengetahuan, bukan alat indera.
Jiwa menafsirkan pengalaman indrawi secara aktif, mencipta, mengorganisasikan,
menafsirkan, mendistorsi, dan memberikan makna.
Menurut Lewin, peilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Perilaku manusia
bukan sekedar respon pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang
mempengaruhinya secara spontan. Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang
mempengaruhi manusia sebagai ruang hayat. Ruang hayat terdiri dari tujuan dan
kebutuhan individu, semua faktor yang disadarinya, dan kesadaran diri.
Secara singkat, perkembangan psikologi kognitif dapat dilihat dari psikologi social,
antara lain dikembangkan oleh Heider dan Festinger.
Festinger terkenal dengan teori disonansi kognitifnya.
Disonansi artinya ketidakcocokan antara dua kognisi/pengetahuan.
Dalam keadaan disonan orang berusaha mengurangi disonansi dengan berbagai cara.
Disonansi membuat orang resah.
Kognisi/pengetahuan bahwa “Saya tahu saya senang merokok” disonan dengan “saya
tahu rokok merusak kesehatan”. Dihadapkan dalam situasi disonan seperti itu, maka
saya akan :
1. mengubah perilaku, berhenti merokok, atau memutuskan “saya merokok sedikit
saja”
2. mengubah kognisi tentang lingkungan, misalnya dengan mengatakan bahwa
hanya perokok berat yang berbahaya.
3. memperkuat salah satu kognisi yang disonan, misalnya dengan “”Ah, kawan-
kawan saya juga banyak yang merokok”
4. mengurangi disonansi dengan memutuskan bahwa salah satu kognisi tidak
penting, misalnya “Tidak jadi soal merokok merusak kesehatan, Toh saya ingin
hidup cepat dan mati muda”
Menurut Lewin, peilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Perilaku manusia
bukan sekedar respon pada stimuli, tetapi produk berbagai gaya yang
mempengaruhinya secara spontan. Lewin menyebut seluruh gaya psikologis yang
mempengaruhi manusia sebagai ruang hayat. Ruang hayat terdiri dari tujuan dan
kebutuhan individu, semua faktor yang disadarinya, dan kesadaran diri.
Dalam teori komunikasi, teori disonansi menyatakan bahwa orang akan mencari
informasi yang mengurangi disonansi, dan menghindari inforamsi yang menambah
disonansi. Bila kita terpaksa juga dikenai informasi yang disonan dengan keyakinan kita,
maka kita akan menolak informasi itu, meragukan sumberny, mencari informasi yang
konsonan, atau mengubah sikap sama sekali.
Walaupun psikologi kognitif sering dikritik karena konsep-konsepnya sukar diuji,
psikologi kognitif telah emmasukkan kembali “jiwa” manusia yang pada menurut paham
behaviorisme tidak diakui keberadaannya. Manusia kini hidup dan mulai berpikir. Tetapi
manusia bukan sekedar mahluk yang berpikir, ia juga berusaha menemukan identitas
dirinya dan mencapai apa yang menjadi harapannya.
Kritik terhadap teori psikologi kognitif datang dari pemahaman bahwa manusia adalah
pengolah informasi. Dalam konsepsi ini, manusia bergeseer dari orang yang suka
mencari justifikasi atau membela diri menjadi orang yang secara sadar memecahkan
persoalan. Perilaku manusia dipandang seabgai produk strategi pengolah informasi
yang rasional, yang mengarahkan penyandian, penyimpnan, dan pemanggilan
informasi.
D. Manusia menurut perspektif Psikologi HumanistikPsikologi humanistic dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Revolusi
pertama dan kedua adalah psikoanalisis dan behavioralisme.
Dalam pandngan behavirisme manusia menjadi robot tanpa jiwa, dan tanpa nilai.
Psikologi humanistic mengambil banyak dari psikoanalasis Neo-Freudian seperti Adler,
dan Jung, serta banyak mengambil pemikiran dari fenomenologi dan eksistensialisme.
Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia kehidupan” yang dipersepsi
dan diinterpretasi secara subjektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya
sendiri. Alam pengalaman setiap orang berbeda dari alam pengalaman orng lain.
Menurut Alfred Schultz, tokoh fenomenologi, pengalaman subjektif ini dikomunikasikan
oleh factor social dalam proses intersubjektivitas.
Intersubjektivitas diungkapkan pad eksistensialisme dalam tema dialog, petemuan,
hubungan diri dengan orang lain. Eksistensialisme menekankan pentingnya kewajiban
individu pada sesama manusia. Yang paling penting bukan apa yang didapat dari
kehidupan, tetapi apa yang dapat kita berikan untuk kehidupan.
Hidup kita baru bermakna hanya apabila meliabtkan nilai-nilai dan pilihan yang
konstruktif secara sosial.
Jadi intisari dari psikologi humanisme adalah bahwa pada keunikan manusia,
pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya.
Pandangan Psikologi Humanisme itu adalah :
1. Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi di mana dia
(Sang Aku, Ku, atau Diriku / I. Me, atau Myself ) menjadi pusat.
Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang
identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan brubah-ubah, yang muncul dari suatu
medan fenomenal
2. Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan
Mengaktualisasikan diri.
3. Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan
dunianya. Dengan perkataan lain, ia bereaksi pada “realitas’ seperti yang
dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya.
4. Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri,
berupa penyempitan dan pengkakuan persepsi dan perilaku penyesuaian serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi.
5. Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri.
Dalam kondisi yang normal ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih
jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri.
MODULPSIKOLOGI KOMUNIKASI
( 3 SKS )
Pokok Bahasan : Faktor-faktor Pengaruh Perilaku Manusia Oleh : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONALSetelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan kembali tentang factor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia
yang mencakup factor personal dan factor situasional
I. Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Perilaku ManusiaSecara garis besar ada dua factor personal yang mempengaruhi perilaku
manusia, yaitu factor biologis dan factor sosiopsikologis.
1. Faktor BiologisManusia adalah mahluk biologis yang tidak berbeda dengan hewan.
Misalnya, ia lapar kalau tidak makan selama 20 jam, kucing pun demikian.
Manusia memerlukan lawan jenis untuk kegiatan reproduktifnya, sapi pun
juga begitu. Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, dan
berswatu dengan faktor sosiopsikologis.
Bahwa warisan biologis menusia menentukan perilakunya, dapat dilacak
sampai struktur DNA yang menyimpan seluruh memori warisan biologis
yang diterima dari kedua orang tuanya. Sedemikian besarnya pengaruh
warisan biologis ini sampai muncul aliran baru, yang memandang segala
kegiatan manusia, termasuk agama, kebudayaan, dan moral bersumber
dari struktur biologinya. Aliran dinamakan sosiobiologi.
Menurut Wilson, perilaku social manusia dibimbing oleh aturan-aturan
yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia.
Program ini disebut ”epigenetic rules”, yang mengatur perilaku manusia
seperti kecenderungan menghindari ”incest”, kemampuan memahami
ekspresi wajah, samapai kepada persaingan politik.
Meskipun pemikiran bahwa sosiobiologis sebagai determinisme biologis
dalam kehidupan sosial, kenyataannya menunjukkan bahwa struktur
biologis manusia seperti genetika, sistem syaraf, dan sistem hormonal,
sangat mempengaruhi perilaku manusia. Struktur biologis manusia seperti
genetika, system syaraf dan system hormonal sangat berpengaruh
terhadap perilaku manusia.
Struktur genetis misalnya akan berpengaruh terhadap kecerdasan,
kemampuan sensasi, dan emosi,.
Sistem syaraf mengatur pekerjaan otak dan pengolahan informasi dalam
jiwa manusia. System hormonal bukan saja mempengaruhi mekanisme
biologis, tetapi juga mempengaruhi proses psikologis.
Beberapa contoh perilaku manusia yang merupakan bawaan manusia,
dan bukan pengaruh lingkungan atau situasi adalah sebagai berikut :
- bercumbu
- memberi makan
- merawat anak
- dan beberapa perilaku agresif
- kebutuhan makan dan minum
- istirahat
- kebutuhan seksual
- kebutuhan memelihara kelangsungan hidup dengan menghindari sakit
dan bahaya.
Perlu dipahami bahwa manusia bukan semata-mata mahluk biologis, sebab
kalau begitu ia tidak berbeda dengan kambing atau monyet.
2. Faktor-faktor SosiopsikologisKarena manusia mahluk social, dari proses social ia memperoleh
beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya.
Ada tiga komponen yang berkaitan dengan factor sosiopsikologis ini, yaitu
:
a. komponen kognitif
b. komponen afektif
c. komponen konatif
Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang
diketahui oleh manusia.
Komponen afektif yang merupakan aspek emosional, dan berkaitan dengan
factor sosiopsikologis.
Komponen konatif adalah aspek volisional, yang berhubungan dengan
kebiasaan dan kemauan bertindak.
Komponen Afektif
Yang termasuk komponen afektif adalah :
- Motif Sosiogenis
- Sikap
- Emosi
Motif SosiogenisMotif ini sering juga disebut motif sekunder sebagai lawan motif primer (motif
biologis).
Yang termasuk motif sosiogenis adalah sebagai berikut :
W.I. Thomas dan Florian Znaniecki :
1) keinginan memperoleh pengalaman baru
2) keinginan untuk mendapat respons
3) keinginan akan pengakuan
4) keinginan akan rasa aman
David McClelland
1. kebutuhan berprestasi
2. kebutuhan akan kasih sayang
3. kebutuhan berkuasa
Abraham Maslow :
2. kebutuhan fisiologis
2.kebutuhan akan rasa aman
3.kebutuhan akan keterikatan dan cinta
4.kebutuhan akan penghargaan
5.kebutuhan untuk pemenuhan diri
Melvin H. Marx :
1. kebutuhan Organisme :
- motif ingin tahu
- motif kompetensi
- motif rpestasi
2. Motif-motif sosial
- motif ksih sayang
- motif kekuasaan
- motif kebebasan
Penjelasan motif-motif tersebut di atas adlah sebgai berikut :
1) Motif ingin tahu
Setiap orang berusaha memahami dan memproleh arti dari dunianya. Kita
memerlukan kerangka rujukan untuk mengevaluasi situasi baru dan
mengarahkan tindakan yang sesuai. Karena kecendrungan untuk memahami
dan membri arti pad apa yang dialami, bila informasi yang diperoleh bersifat
terbatas, maka orang akan mencari jawaban sendiri. Orang akan menarik
eksimpulan sendiri tanpa menunggu informasi itu lengkap terlebih dahulu.
Misalnya bila hujan tiba-tiba turun dengan lebat siang ini, maka orang akan
menafsirkannya karena tadi pagi Pak Ali yang dermawan meninggal dunia.
2) Motif kompetensi
Setiap orang ingin membuktikan bahw ia mempunyai kemampuan untuk
mengatasi maslah yang dihadapinya.
Perasaan mampu ini sangat bergantung pada perkembangan intelektual,
sosial, dan emosional. Motif kompetensi ini berhubungan erat dengan
kebutuhan akan rasa aman, misalnya kita ingin memproleh jaminan masa
depan, jaminan bahwa anak kita bisa sekaolah dengan baik. Bila orang sudh
memenuhi kebutuhan biologinya, yakin akan masa depannya lebih baik,
maka ia dianggap sudah memenuhi kebutuhannya akan kemampuan diri
(kompetensi)
3) Motif cinta
Sanggup mencintai dan dicintai adalah hal yang esensial dari perkembangan
kepribadian manusia. Setiap orang ingin diterima di dalam kelompoknya
sebgai anggota secara sukarela. Berbagai penalitan membuktikan bahwa
kebutuhan akan kasih sayang yang tidak terpenuhi akan menimbulkan
perilaku manusia yang kurang baik; orang akan menjadi agresif; kesepian;
pendiam, dan akan bunuh diri.
4) Motif harga diri dan kebutuhan akan identitas
Erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kekmampuan dan
memperoleh kasih sayang, ialah kebutuhan untuk menunjukkan eksistensi di
dunia. Kita ingin kehadiran kita di manapun kita berada diperhitungkan oleh
orang-orang di sekitar kita. Hilangnya identitas diri akan menimbulkan
perilaku yang patologis seperti gelisah, impulsif, mudah terpengaruh, dan
sebagainya.
5) Kebutuhan akan nilai dan makna hidup
Dalam kehidupannya, manusia memerluakan nilai-nilai yang berguna untuk
menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberikan makna pada
kehidupanya. Bila manusia tidak mempunyai nilai, atau bahkan kehilangan
nilai, maka manusia tidak tahu tujuan hidupnya dan ia tidak mempunyai
kepastian dalam bertindak.
6) Kebutuhan akan pemenuhan diri
Manusia bukan sajaingin mempertahankan kehidupan, akan tetapi ia juga
butuh peningkatan kualitas kehidupan. Kebutuhan akan pemenuhan diri ini
dilakukan melalui berbagai bentuk sebagai berikut :
a) menggunakan dan mengembangkan segenap potensi kita dengan
cara kreatif konstruktif, misalnya dengan seni, musik, lukis, dan
lain-lain.
b) memperkaya kualitas kehidupan daengan memperluas rentangan
dan kualitas pengalaman serta pemuasan, misalnya dengan piknik,
jalan-jalan ke tempat wisata.
c) Membentuk hubungan yang hangat dan berarti dengan orang-
orang lain di sekitar kita.
d) Berusaha ”memanusiakan” diri, dalam arti menjadi pribadi/person
yang didambakan orang.
SikapSikap adalah konsep yang paling penting dalam psikologi social dan yang paling
banyak didefinsikan.
Ada yang menganggap sikap hanyalah sejenis motif sosiogenis yang diperoleh
melalui proses belajar. Ada pula yang melihat sikap sebagai kesiapan syaraf
sebelum memberikan respon.
Beberapa kesimpulan tentang sikap adalah :
a. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa
dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai.
Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku
dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap.
Objek sikap bisa berupa benda, orang, tempat, gagasan, atau situasi,
atau kelompok.
Sikap haruslah diikuti oleh kata “terhadap”, atau “pada” objek sikap.
b. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi.
Sikap bukan merupakan rekaman masa lalu, tetapi juga menentukan
apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu.
c. Sikap relatif lebih menetap
d. Sikap mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan.
e. Sikap timbul dari pengalaman, artinya tidak dibawa dari lahir, tetapi
merupakan hasil belajar, oleh akrena itu sikap bisa berubah atau
diperteguh.
EmosiEmosi menunjukkan kegoncangan organisme yang disertai oleh gejala gejala
kesadaran, perilaku, dan proses fisiologis.
Misalnya, bila orang yang kita cintai mencemooh kita, kita akan bereaksi secara
emosional, kemudian jantung akan berdetak cepat dan napas terengah-engah,
kemudian kita akan balas mencemooh atau memukulnya.
Emosi tidak selalu jelek. Emosi merupakan bumbu dalam kehidupan; tanpa
emosi hidup manusia kering dan gersang.
Ada 4 fungsi emosi sebagai berikut :
1) Emosi adalah pembangkit energi/energizer.
Tanpa emosi kita tidak sadar atau mati. Hidup berarti merasakan,
mengalami, bereaksi, dan bertindak. Emosi membangkitakan dan
memobilisasi energi kita; misalnya marah menggerakkan kita untuk
menyerang, takut menggerakkan kita untuk lari, cinta menggerakkan
kita untuk berdekatan dan bermesraan.
2) Emosi adalah pembawa informasi/messenger
Bagaimana keadaan diri kita dpat kita ketahui dari emosi kita. Jika kita
marah, kita mengetahui bahwa kita dierang oleh orang lain; sedih
berarti kita kehilangan sesuatu atau seseorang, jika kita bahagia
berarti kita memperoleh sesuatu yang kita senangi.
3) Emosi bukan saja pembawa informasi dalam komunikasi
intrapersonal, akan tetapi juga pembawa pesan dalam komunikasi
interpersonal. Berbagai penelitian membuktikan bahwa ungkapan
emosi dapat dipahami secara universal. Dalam retorika diketahui
bahwa pembicara yang menyertakan seluruh emosinya dalam
pidato dipandang lebih hidup dan menarik, dan dinamis serta lebih
meyakinkan.
4) Emosi juga merupakan sumber informasi mengenai keberhasilan
kita. Kita mendambakan kesehatan, dan emngetahuinya ketika kita
merasa sehat wal afait. Kita menginginkan keindahan, dan
mengetahui bahwa kita memperolehnya ketika kita meraskan
kenikmatan estetika dalam diri kita.
Dari segi lamanya, ada emosi yang berlangsung singkat dan ada yang
berlangsung lama. Mood adalah emosi yang menetap selama berjama-jam atau
ebberapa hari. Mood mempengaruhi persepsi kita atau penafisran kita pada
stimuli yang merangsang alat indera kita. Bila mood atau suasana emosional ini
menjadi kronis dan menjadi bagian dari struktur kepribadian orang, kita
menyebutnya temperamen, misalnya pemarah, penyedih, dan ceria.
Komponen Kognitif
Yang termasuk komponen kognitif adalah :
1) Kepercayaan
Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosiopsikologis.
Kepercayaan adalah keyakinan bahwa sesuatu itu benar, atau salah, atas
dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman,atau intuisi.
Komponen Konatif
Yang termasuk komponen konatif adalah :
1) kebiasaan
2) kemauan
II. Faktor-faktor Situasional yang mempengaruhi Perilaku Manusia
1) Faktor Ekologis
2) Faktor Rancangan dan Arsitektural
3) Faktor Temporal
4) Suasana perilaku
5) Teknologi
6) Faktor-faktor social
7) Lingkungan Psikososial
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASIUNIVERSITAS MERCU BUANA
MODULPSIKOLOGI KOMUNIKASI
( 3 SKS )
Pokok Bahasan: Psikologi Komunikasi dalam Komunikasi Intrapersonal Oleh : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONALSetelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan kembali tentang pengertian persepsi, jenis-jenis persepsi yang
mencakup persepsi terhadap lingkungan fisik dan persepsi sosial atau persepsi
terhadap manusia, dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi.
I. Pengertian Berikut ini adalah beberapa definisi tentang persepsi dari beberapa ahli, :
1. “Persepsi dapat didefinisikan sebagai cara organisme memberi makna”
(John R. Wenburg & William W. Wilmot ).
2. “Persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi” (Rudolph F.
Ferderber).
3. “Persepsi adalah interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif
objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai
apa yang ada di luar sana” (J. Cohen).
Persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti
persepsi, yang identik dengan penyandian balik (decoding).
Persepsi mencakup penginderaan (sensasi) melalui alat-alat/panca indra (mata,
telinga, hidung, kulit, dan lidah), atensi, dan interpretasi.Ahli lain mengemukakan unsur-unsur persepsi adalah seleksi, organisasi, dan
interpretasi. Sebenarnya seleksi mencakup sensasi dn atensi, sedangkan
organisasi melekat dalam interpretasi, yang diartikan sebagai “meletakkan suatu
rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menajdi suatu keseluruhan
yang bermakna”.
Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak melalui alat-alat panca
indra manusia.
Panca indra adalah reseptor yang berfungsi sebagai penghubung antara otak
manusia dengan lingkungan sekitar.
Atensi atau perhatian berarti sebelum manusia merespons atau menafsirkan
objek atau kejadian atau rangsangan apapun, manusia atau kita terlebih dahulu
memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Jadi persepsi mensyaratkan
kehadiran suatu objek untuk dipersepsi, termasuk orang lain atau diri sendiri.
Dalam banyak kasus, rangsangan yang menarik perhatian, cenderung dianggap
lebih penting daripada yang tidak menarik perhatian. Rangsangan seperti ini
biasanya menjadi penyebab kejadian-kejadian berikutnya.
Itulah sebabnya orang yang paling kita perhatikan cenderung dianggap orang
yang paling berpengaruh.
Dengan perkataan lain, kita akan memperhatikan apa yang kita anggap
bermakna bagi kita, dan kita tidak akan memperhatikan apa yang tidak
bermakna bagi kita.
Interpretasi adalah tahap terpenting dari persepsi, yaitu menafsirkan atau
memberi makna atas informasi yang sampai kepada kita melalui panca indra.
I. Ada 2 jenis persepsi, yaitu persepsi lingkungan fisik dan persepsi sosial atau persepsi terhadap manusia.
Persepsi terhadap lingkungan fisik berbeda dengan persepsi sosial
sebagai berikut :
= persepsi terhadap objek atau lingkungan fisik melalui lambang-
lambang fisik, sedangkan persepsi terhadap orang melalui lambang-
lambang verbal dan nonverbal.
Orang lebih aktif daripada kebanyakan objek, dan lagi pula lebih sulit
diprediksi.
= persepsi terhadap objek menanggapi sifat-sifat luar, sedangkan
pesepsi terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam (seperti
perasaan, motif, harapan, keyakinan, dan sebagainya).
Kebanyakan objek tidak mempersepsi kita ketika kita mempersepsi
objek-objek itu. Sebaliknya orang mempersepsi kita, ketika kita
mempersepsi orang itu.
Dengan perkataan lain, persepsi terhadap manusia bersifat interaktif.
= objek tidak bereaksi, sedangkan manusia bereaksi. Dengan perkataan
lain, objek bersifat statis, sedangkan manusia bersifat dinamis.
III. Persepsi Lingkungan fisik. Persepsi orang terhadap lingkungan fisik tidaklah sama, dalam arti berbeda-
beda, karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
- latar belakang pengalaman
- latar belakang budaya
- latar belakang psikologis
- latar belakang nilai, keyakinan, dan harapan
- dan kondisi faktual alat-alat panca indra di mana informasi yang sampai
kepada orang itu adalah lewat pintu itu.
Misalnya, dalam menilai keberadaan bulan di angkasa bisa muncul berbagai
macam persepsi sebagai berikut :
- ada yang melihat di bulan itu ada seorang pria.
- Ada yang melihat di sana ada seorang nenek tua.
- Ada yang melihat di sana ada seekor kelinci.
- Bahkan ada yang melihat di bulan itu ada kereta kuda
- Dan sebagainya.
Contoh lain, ada kulit pisang yang tergeletak di lantai.
Maka persepsi orang bisa bermacam-macam.
- orang pertama; mempunyai persepsi bahwa itu adalah sekedar kulit
pisang saja.
- Orang kedua; mempunyai persepsi ada bahaya (terpeleset/jatuh).
- Orang ketiga; mempunyai persepsi ada sampah di lantai,
- Orang keempat; mempunyai persepsi bahwa orang yang membuang kulit
pisang itu adalah orang yang jorok dan sembrono.
- Dan banyak lagi persepsi yang muncul pada kulit pisang itu.
Contoh lain : Apa persepsi Anda ketika melihat sebuah spidol yang diletakkan berdiri
di atas meja?
Persepsi yang mungkin muncul antara lain :
- peluru kendali
- Roket
- Tugu monas
- Tiang listrik
- Menara
- Bahkan mungkin ada yang mempersepsikan spidol itu sebagai seorang guru
atau dosen (rupanya orang ini teringat pada guru atau dosennya yang
mengajarnya di kelas dulu).
IV. Persepsi Sosial Persepsi sosial atau persepsi orang terhadap orang lain adalah proses
menangkap arti objek-objek sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam
lingkungan kita.
Oleh karena manusia mempunyai aspek emosi, maka persepsi atau penilaian
kita terhadap orang akan mengandung rsiko.
Persepsi saya terhadap anda mempengaruhi persepsi anda terhadap saya, dan
pada gilirannya persepsi anda terhadap saya juga akan mempengaruhi persepsi
saya terhadap anda. Dan begitu seterusnya.
Setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas di
sekelilingnya. Dengan perkataan lain, setiap orang mempunyai persepsi yang
berbeda terhadap lingkungan sosialnya.
V. Prinsip-prinsip Persepsi Sosial1. Persepsi berdasarkan pengalaman
2. Persepsi bersifat selektif
3. Persepsi bersifat dugaan
4. Persepsi betrsifat evaluatif
1. Persepsi berdasarkan pengalamanPola perilaku manusia didasarkan pada persepsi mereka mengenai realitas
sosial yang telah dipelajari. Persepsi manusia terhadap seseorang, objek, atau
kejadian, atau reaksi mereka terhadap hal-hal tersebut didasarkan pada
pengalaman masa lalu mereka berkaitan dengan orang, objek, atau kejadian
serupa.
Ketiadaan pengalaman terdahulu dalam menghadapi suatu objek akan membuat
seseorang menafsirkan objekl tersebut hanya berdasarkan dugaan.
Oleh karena kita terbiasa merespon suatu objek dengan cara tertentu, kita sering
gagal mempersepsi perbedaan yng samar dalam suatu objek lain yang mirip.
Bila berdasarkan pengalaman kita sering melihat bahwa suatu ob
Cara kita bekerja dan menilai pekerjaan apa yang baik bagi kita, cara makan,
mengukur kacantikan seorang wanita, atau merespons kedatangan seorang
pengemis, sangat tergantung atau dipengaruhi oleh apa yang telah diajarkan
oleh budaya kita tentang hal-hal tersebut.
Contoh : - Di Barat orang sudah biasa makan dengan sendok & garpu, maka persepsi
orang Barat terhadap orang Timur (Indonesia) yang makan menggunakan
tangan adalah jorok atau tidak sehat.
2. Persepsi bersifat selektifAtensi kita pada suatu rangsangan/stimulus merupakan faktor utama yang
menentukan selektivitas kita atas rangsangan itu.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi atensi, yaitu faktior internal dan faktor
eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi atensiAtensi dipengaruhi oleh faktor-faktor internal sebagai berikut :
- faktor biologis (lapar, haus, dan sebagainya)
- faktor fisiologis (tinggi, pendek, gemuk, pendek, sakit, lelah, cacat fisik,
dan sebagainya)
- faktor-faktor sosial budaya (agama, etnis, pekerjaan, penghasilan/status
sosial ekonomi, pengalaman masa lalu, dan sebagainya).
- Faktor psikologis (keinginan, harapan, motivasi, dan sebagainya).
Faktor eksternal yang mempengaruhi atensiFaktor-faktor eksternal yang mempengaruhi atensi adalah sebagai berikut :
- gerakan
- intensitas
- kontras
- kebaruan
- perulangan objek yang dipersepsi
- gerakansuatu objek yang bergerak lebih menarik daripada objek yang diam.
Itulah sebabnya kita lebih tertarik menonton televisi daripada membaca komik
sebagai gambar yang diam.
- intensitassuatu rangsangan yang intensitasnya menonjol akan menarik perhatian.
Misalnya seseorang yang bersuara keras, yang tubuhnya paling gemuk, yang
kulitnya paling hitam, atau wajahnya paling cantik akan lebih menarik perhatian
kita.
- kontrasorang atau objek yang penampilannya lain daripada yang lain (kontras)
akan lebih menarik perhatian kita.
Misalnya, seorang bule akan menarik perhatian di tengah-tengah pribumi,
seorang wanita berjilbab akan menarik perhatian kita jika ia berada di tengah-
tengah wanita tidak berjilbab, seorang pemuda yang memakai anting menarik
perhatian kita ketika ia berada bersama-sama pemuda lainnya yang tidak
menggunakan anting, seorang wanita berbikini menarik perhatian di tengah
wanita yang berpakaian lebih sopan, dan sebagainya.
- kebaruankebaruan merupakan unsur objek yang menimbulkan perhatian, misalnya ketika
melihat adanya mahasiswa baru di fakultas.
- perulangan objeksuatu peristiwa yang berulang jelas lebih potensial untuk kita perhatikan.
Misalnya iklan di televisi yang selalu ditayangkan secara berulang.
3. persepsi bersifat dugaanOleh karena data yang kita peroleh mengenai objek adalah melalui panca indra
yang bersifat tidak lengkap, maka persepsi merupakan proses pemikiran yang
langsung meloncat pada kesimpulan.
Contoh: ketika kita melihat gunung es, kita hanya melihat bagian atasnya,
namun kita menduga bahwa ada bagian gunung es di bawah permukaan air.
Proses persepsi yang bersifat dugaan ini memungkinkan kita menafsirkan suatu
objek dengan makna yang lebih lengkap dari sudut pandang manapun. Oleh
karena informasi yang lengkap tidak pernah ada tersedia, dugaan diperlukan
untuk membuat suatu kesimpulan berdasarkan informasi yang tidak lengkap
lewat penginderaan itu.
Dengan demikian, persepsi juga adalah suatu proses mengorganisasikan
informasi yang tersedia, menempatkan rincian yang kita ketahui dalam suatu
skema organisasional tertentu.
4. Persepsi bersifat evaluatifPada umumnya orang dalam kehidupan sehari-hari merasa bahwa apa yang
mereka persepsikan adalah nyata. Mereka berpikir bahwa proses penerimaan
dan penafsiran pesan sebagai sesuatu yang bersifat alamiah.
Akan tetapi, adangkala alat-alat indera kita dan juga persepsi kita menipu diri
kita, artinya tidak sesuai dengan realitas yang ada.
Persepsi tidak ada yang pernah objektif.
Persepsi adalah suatu proses kognitif psikologis dalam diri orang yang
mencerminkan sikap, kepercayaan, nilai, dan pengharapan yang digunakan
orang untuk memaknai objek persepsi.
Dengan perkataan lain, persepsi bersifat pribadi dan subyektif.
Persepsi pada dasarnya lebih mewakili keadaan fisik dan psikologis individu
Ketimbang merujuk pada karakteristik dan kualitas mutlak objek yang dipersepsi.
Menurut Rogers, kita tidak bereaksi terhadap realitas mutlak, melainkan
terhadap persepsi kita mengenai realitas tersebut.
Kita hidup dengan peta perseptual yang tidak pernah merupakan realitas itu
sendiri.
Dalam konteks komunikasi massa, tidak ada satu surat kabar, radio, atau televisi
pun yang secara objektif, independen, atau netral dalam melaporkan fakta dan
kejadian melalui beritanya, karena mereka pun tidak hidup dalam vakum sosial
dan vakum budaya. Berbagai kepentingan seperti ekonomi dan politik, akan
mempengaruhi proses produksi pemeberitaan tersebut, meskipun pengaruhnya
adalah kecil.
5. Persepsi bersifat kontekstualSuatu rangsangan dari luar harus diorganisir dalam diri manusia. Dari berbagai
pengaruh yang ada dalam persepsi kita, konteks merupakan pengaruh yang
paling kuat. Konteks yang mengitari kita ketika melihat seseorang, suatu objek,
atau suatu peristiwa sangat mempengaruhi struktur kognitif, dan juga ekspektasi
kita, dan oleh karena itu juga akan mempengaruhi persepsi kita.
VI. Faktor-faktor Struktural yang Mempengaruhi PersepsiFaktro-faktor struktural yang mempengaruhi persepsi semata-mata berasal dari
sift stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf
individu. Para ahli mengemukakan beberapa prinsip persepsi secara struktural
yang terkenal sebagai Teori Gestalt.
DALIL 1. Bahwa bila kita mempersepsi sesuatu, kita mempersepsinya sebgai suatu keseluruhan. Kita tidak melihat bagian demi bagian lalu
menghimpunnya. Dengan perkataan lain, bagian-bagian medan yang tepisah
berada dalam saling ketergantungan atau interdependensi yang dinamis, dan
oleh karena itu dinamika khusus dalam interaksi ini akan menentukan distribusi
fakta dan kualitas lokalnya. Artinya, jika kita ingin memahami suatu peristiwa,
maka kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah; artinya lagi kita harus
memandangnya dalam hubungan yang keseluruhan. Dengan demikian, untuk
memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteksnya, dlam
lingkungannya, dan dalam maslah yang dihadapinya.
DALIL 2. Medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi makna. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Meskipun
stimuli yang kita terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi
yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
DALIL 3. Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Artinya, jika
individu dianggap sebagai anggota kelompok, maka semua sifat individu yang
berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompok,
dengan efek berupa asimilasi dan kontras.
DALIL 4. Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam uang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Menurut dalil ini, objek-objek dikelompok-kelompokkan
secara fisik seperti titik, garis, atau balok. Kita akan menganggap bentuk-bentuk
segi tiga sebagai kelompok, dan titik-titik sebgai kelompok lainnya. Kita dapat
mengatakan dengan tepat, melalui pengukuran jarak di antara objek atau melihat
kesamaan bentuk, benda-benda mana yang akan dikelompokkan.
VII. MemoriMemori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali.
Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam
mempengaruhi baik persepsi maupun berpikir.
Mempelajari memori berarti membawa kita pada psikologi kognitif, khususnya
pada model manusia sebagai pengolah informasi.
Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme
sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya
untuk membimbing perilakunya.
Memori berlangsung melalui 3 proses, yaitu :
a. perekaman
b. penyimpanan
c. pemanggilan.
- Perekaman/encoding adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera
dan sirkit syaraf internal.
- Penyimpanan/storage adalah menentukan berapa lama informasi itu
berada beserta kita, dalamm bentuk apa, dan di mana. Penyimpana bisa
aktif atau pasif. Kita menyimpan secara aktif, bila kita menambahkan
informasi tambahan. Kita mengisi informasi yang tidak lengkap dengan
kesimpulan kita sendiri. Menyimpan secara pasif, berarti tidak ada
penambahan informasi.
- Pemanggilan adalah proses mengingat kembali atau menggunakan
informasi yang disimpan.
Jenis-jenis MemoriKita tidak menyadari pekerjaan memori pada dua tahap pertama, yaitu
perekaman dan penyimpanan. Kita hanya mengetahui memori pada tahap
ketiga, yaitu pemanggilan kembali.
Pemanggilan diketahui dengan 4 cara sebagai berikut :
1) Pengingatan/Recall
Ialah proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi
Secara verbatim (kata demi kata) tanpa petunjuk yang jelas.
2) Pengenalan/Recognition
Mengenal fakta agak lebih mudah daripada mengingat kembali.
3) Belajar lagi/Relearning
Menguasai kembali pelajaran yang sudah pernah kita peroleh
termasuk pekerjaan memori.
4) Redintegrasi/Redintegration
Ialah merekonstruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori
kecil. Petunjuk memori ini bisa berupa warna, bau-bauan, atau
tempat. Misalnya Anda langsung menjadi sedih ketika anda berada
pada suatu tempat di mana Anda pernah berkumpul dengan Ayah
Anda.
MODULPSIKOLOGI KOMUNIKASI
( 3 SKS )
Pokok Bahasan : Psikologi Komunikasi dalam Sistem Komunikasi Interpersonal
Oleh : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah memperoleh materi ini mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan
kembali tentang pengertian persepsi interpersonal, factor-fktor situasional dan
factor personal yang mempengaruhi persepsi interpersonal, pengaruh persepsi
interpersonal terhadap komunikasi interpersonal, karakteristik komunikasi
interpersonal, dan tahapan komunikasi interpersonal.
I. Persepsi InterpersonalPersepsi interpersonal berbeda dengan persepsi pada objek fisik.
Ada 4 perbedaan persepsi objek dengan persepsi interpersonal sebagai berikut :
1. Pada persepsi objek, stimuli ditangkap oleh panca indra kita melalui
benda-benda fisik seperti gelombang, cahaya, suara, temperatur, dan
sebagainya; sedangkan pada persepsi interpersonal stimuli mungkin
sampai pada kita melalui lambang-lambang verbal atau grafis yang
disampaikan pihak ketiga.
2. Bila kita menanggapi objek, kita hanya menanggapi sifat-sifat luar objek
itu, kit tidak meneliti sifat-sifat batiniah objek itu; misalnya ketika kita
melihat papan tulis kita tidak pernah mempersoalkan bagaimana
perasaannya ketika kita amati; sedangkan pada persepsi interpersonal,
kita mencoba memahami apa yang tidak tampak pada alat indra kita. Kita
tidak hanya melihat perilakunya , kita juga melihat mengapa ia berperilaku
seperti itu. Kita tidak hanya mencoba memahami tindakannya, tetapi juga
motif tindakannya.
3. Ketika kita mempersepsi objek, objek tidak bereaksi kepada kita, kita pun
tidak memberikan reaksi emosional padanya; sedangkan pada persepsi
interpersonal terdapat pengaruh faktor-faktor personal Anda, dan
karakteristik orang yang ditanggapi, serta hubungan Anda dengan orang
tersebut.
4. Objek relatif tetap, sedangkan manusia selalu berubah. Misalnya papan
tulis yang Anda lihat minggu lalu tidak berbeda dengan papan tulis yang
kita lihat hari ini. Sebaliknya Si Polan yang Anda lihat kemaren sedih,
sekarang sudah ceria, dan jika Anda melihatnya tiga hari lagi Si Polan
sudah marah karena sesuatu sebab.
II. Pengaruh Faktor-faktor Situasional pada Persepsi Interpersonal1. Desrkipsi verbal
Menurut Solomon E,. Asch rangkaian kata-kata sifat akan menentukan
persepsi orang, misalnya cerdas, terampil, rajin, teguh, praktis, hangat,
dan sebagainya.
2. Petunjuk proksemik
Proksemik adaalh studi tentang penggunaan jarak dalam menyampaikan
pesan. Dalam konteks ini, jarak yang dibuat individu dalam hubungannya
dengan orang lain emnunjukkan tingkat keakraban di antara mereka
(termasuk ketika berkomunikasi).
3. Petunjuk kinesik
Kinesik adalah studi tentang gerakan tubuh manusia seperti
membusungkan dada, menundukkan kepala, berani tegak, bertopang
dagu, menadahkan tangan, dan sebagainya. Beberapa peneltian telah
membuktikan bahwa persepsi yang cermat tentang sifat-sifat orang dari
pengamatan petunjuk kinesik. Suatu eksperimen yang menggunakan
gambar-gambar kerangka dengan berbagai gerak, diperlihatkan pad
subjek eksperimen. Persepsi mereka tentang perasaan, sifat, dan sikap
gambar itu ternyata hampir seragam. Begitu pentingnya petunjuk kinesik,
sehingga bila petunjuk-petunjuk lain (misalnya ucapan) bertentangan
dengan petunjuk kinesik, maka orang akan akan mempercayai petunjuk
kinesik. Mengapa demikian? Karena petunjuk kinesik adalah yang paling
sukar untuk dikendalikan secara sadar oleh orng yang menjadi stimuli. .
4. Petunjuk wajah
Seperti petunjuk kinesik, petunjuk wajah pun menimbulkan persepsi yang
dapat diandalkan.
5. Petunjuk paralinguistik
Paralinguistik ialah cara bagaimana orang mengucapkan lambang-
lambang verbal. Jadi jika petunjuk verbal menunjukkan apa yang
diucapkan, petunjuk paralinguistik mencerminkan bagaimana
mengucapkannya. Ini meliputi tinggi rendahnya suara, tempo bicara,
dialek, dan perilaku ketika orang berkomunikasi/mengobrol.
6. Petunjuk Artifaktual
Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan sepeti potongan
tubuh, baju, kosmetik ayng dipakai, badge, dan atribut-atribut lainnya.
III. Pengaruh Faktor-faktor Personal pada Pesepsi Interpersonal1. Pengalaman.
Pengalaman orang mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak
selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui
rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi. Inilah yang menyebabkan
seorng ibu segera melihat hal yang tidak beres pad wajah anaknya atau pad
petunjuk kinesik lainnya. Ibu lebih berpengalaman mempersepsi anaknya
dibanding bapaknya.
2. Motivasi
Proses kontruktif sangat banyak melibatkan unsur-unsur motivasi. Penelitian
menemukan adanya pengaruh motivsi sosial pad persepsi. Di antara motivasi
yang pernah diteliti antara lain motif biologis, ganjaran dan hukuman,
karakteristik kepribadian, dan perasaan terancam karena persona stimuli.
Motivasi personal lainnya yang mempengaruhi persepsi interpersonal adalah
”kebutuhan untuk mempercayai dunia yang adil”. Menurut Melvin Lerner, kita
perlu mempercayai bahwa dunia ini diatur secra adil, dalam arti bahwa setiap
orang akan memperoleh apa yang pantas dan layak ia peroleh. Setiap orang
diganjar dan dihukum karena perbuatannya. Bila kita melihat orang sukses,
kita cenderung menanggapinya sebagai orang yang memiliki karakteristik
baik. Kepada orang yang gagal dalam hidupnya kita akan melimpahkan dosa
padanya, minimal kita anggap dia tidk baik. Jadi, motif dunia adil ini seringkali
mendistorsi persepsi kita.
3. Kepribadian
Dalam psikoanalisi dikenal istilah proyeksi, sebagai salah satu cara
pertahanan ego. Proyeksi adalah proses mengeksternalisasikan pengalaman
subjektif secara tidak sadar. Orang melempar perasaan bersalahnya pad
orang lain. Contoh : Maling teriak maling; pejabat yang suka hidup mewah
menganjurkan pola hidup sederhana; dn sebagainya.
Dalam konteks persepsi interpersonal, orang yang mempunyai sifat-sifat yang
tidak baik dan tidak menyenanginya akan mengenakan hal tersebut pada
orang lain. Sebaliknya, orang yang menerima dirinya apa adanya, adalah
orang yang tidak dibeani perasaan bersalah, dan cenderung menafsirkan
orang lain secara objektif dan cermat.
Kepribadian orang seperti mudah bergaul, ramah, terbuka/ekstrovert,
tertutup/introvert, otoriter, dan seabgainya adalah faktor-faktor personal yang
akan mempengaruhi orang ketika ia menilai orang lain/persepsi interpersonal.
IV. Pengaruh Persepsi Interpersonal pada Komunikasi InterpersonalPerilaku kita dalam komunikasi interpersonal sangat bergantung pada persepsi
interpersonal. Misalnya, bila Anda diberitahu bahwa ayahnya pemarah dan
fanatik dalam agama, maka anda tidak akan berani berkunjung ke rumah cewek
yang Anda taksir; bila Anda mempersepsi teman Anda orang yang cerdas, Anda
akan banyak minta nasihat padanya.
V. Atraksi InterpersonalKomunikasi interpersonal didahului oleh atraksi interpersonal. Atraksi
interpersonal ialah ketertarikan yang terjadi di antara peserta komunikasi
interpersonal. Makin tertarik kita pada seseorang, makin besar kecenderungan
kita berkomunikasi dengan dia. Kesukaan pada orang lain, sikap positif, dan
daya tarik seseorang inilah yang disebut atraksi interpersonal.
Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi Atraksi Interpersonal 1. Kesamaan karakteristik personal
2. Tekanan emosional/stress
3. Isolasi sosial
4. Harga diri yang rendah
Faktor-faktor Situasional yang Memepengaruhi Atraksi Interpersonal 1. Daya tarik fisik
2. Ganjaran
3. Familiarity
Artinya sering kita lihat atau sudah kita kenal dengan baik.
4. Kedekatan/proximity
5. Kemampuan/competence
Kita cenderung menyenangi orang-orang yang memiliki kemampuan lebih
tinggi daripada kita, atau lebih berhasil dalam kehidupannya.
VI. Karakteristik Komunikasi InterpersonalJudy C. Pearson (1983) mengemukakan enam karakteristik komunikasi
intepersonal, sebagai brikut :
1) Komunikasi interpersonal dimulai dalam diri pribadi/self.
Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pengamatan dan
pemahaman berangkat dari dalam diri kita, artinya dibatasi oleh siapa diri
kita dan bagaimana pengalaman kita.
2) Komunikasi interpersonal bersifat transaksional
Anggapan ini mengacu pada tindakan pihak-pihak yang berkomunikasi
secara serempak menyampaikan dan menerima pesan.
3) Komunikasi interpersonal mencakup aspek-aspek isi pesan dan
hubungan antarpribadi. Maksudnya komunikasi interpersonal tidak hanya
berkenaan dengan isi pesan yang dipertukarkan, tetapi juga melibatkan
siapa partner komunikasi kita dan bagaimana hubungan kita dengan
partner kita.
4) Komunikasi interpersonal mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara
pihak-pihak yang berkomunikasi.
5) Komunikasi interpersonal melibatkan pihak-pihak yang saling
tergantung satu dengan yang lainnya (interdependen) dalam proses
komunikasi.
6) Komunikasi interpersonal tidak dapat diubah maupun diulang
(irreversible).
Jika kita salah mengucapkan sesuatu kepada partner komunikasi kita,
kita mungkin dapat minta maaf, tetapi itu tidak berarti menghapus apa
yang pernah kita ucapkan (to forgive, but not to forget).
Demikian pula kita tidak dapat mengulang suatu pernyataan dengan
harapan untuk mendapatkan hasil yang sama, karena dalam komunikasi
interpersonal, hal ini sangat tergantung dari respons partner komunikasi
kita.
Komunikasi interpersonal dengan mengamati komponen-komponen utamanya,
dalam hal ini adalah penyampaian pesan oleh satu orang dengan penerimaan
pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan berbagai
dampaknya dan dengan berbagai peluang untuk memberikan umpan balik
segera.
Misalnya pramuniaga dengan pelanggannya, anak dengan ayahnya, dua orang
dalam suatu wawancara, dan sebagainya.
VII. Tahapan dalam Komunikasi InterpersonalAda lima tahapan dalam komunikasi interpersonal, yaitu :
1. KontakTahap pertama kita melakukan kontak. Secara harfiah kontak berarti
bersinggungan secara fisik. Ada beberapa macam persepsi alat indera seperti
melihat, mendengar, merasa, mencium, dan sebagainya.
Pada tahap kontak inilah, selama empat menit pertama interaksi awal, anda
memutuskan apakah anda ingin melanjutkan hubungan ini atau tidak.
Pada tahap ini penampilan fisik begitu penting, karena dimensi fisik paling
terbuka untuk diamati secara mudah.
Kualitas-kualitas lain seperti sikap bersahabat, kehangatan, dan keterbukaan
akan terungkap pada tahap ini.
2. KeterlibatanTahap ini adalah tahap pengenalan lebih jauh, ketika kita ingin mengikatkan diri
kita untuk mengenal orang lain dan juga mengungkapkan diri kita.
Contoh : dalam hubungan romantis, Anda mungkin melakukan kencan pada
tahap ini; dalam hubungan persahabatan, Anda mungkin melakukan sesuatu
yang menjadi minat bersama, misalnya prgi menonton pertandingan olah raga
bersama-sama.
3. KeakrabanPada tahap ini Anda akan mengikat diri Anda lebih jauh pada orang lain. Anda
mungkin membina hubungan primer (primary relationship), di mana orang lain
menjadi sahabat baik atau kekasih Anda. Komitmen ini bisa berbentuk
perkawinan, membantu orang tersebut secra moril atu matril, atau Anda mungkin
mengungkapkan suatu rahasia pribadi Anda.
4. Perusakan
Tahap ini mrupakan penurunan hubungan, ketika ikatan di antara kedua pihak
melemah. Pada tahap perusakan ini Anda mulai merasa bahwa hubungan ini
mungkin tidaklah sepenting yang Anda pikirkan sebelumnya. Hubungan Anda
berdua menjadi lemah dan semakin jauh. Makin sedikit waktu yang Anda lalui
secara bersama, dan bila Anda berdua bertemu Anda saling brdiam diri. Tidak
banyak lagi waktu dan kegiatan untuk mengungkapkan diri. Jika tahap
perusakan ini berlanjut, Anda akan memasuki tahap pemutusan.
5. PemutusanPada tahap ini terjadi pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak.
Jika bentuk ikatan itu adalah prkawinan, maka pemutusann dilambangkan
dengan perceraian.
VIII. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap daya tarik interpersonalHal-hal yang perlu diperhatikan pad daya tarik interpersonal adalah :
1. Fisik dan kepribadian Bila Anda mengatakan “saya tertarik dengan orang itu”, maka yang Anda
maksudkan adalah bahwa orang itu menarik secara fisik, kepribadiannya
menarik, atau perilakunya menarik.
Pada umumnya kita lebih menyukai orang yang menarik secara fisik daripada
orang yang secara fisik tidak menarik, atau kita lebih menyukai orang yang
kepribadiannya menyenangkan daripada orang yang kepribadiannya tidak
menyenangkan..
2. Membentuk citraKita melekatkan karakteristik positif kepada orang yang menurut kita menarik
dan melekatkan karakteristik negatif kepada orang yang yang menurut kita tidak
menarik.. Jika Anda diminta untuk meduga kualitas yang dimiliki oleh seseorang
yang belum Anda kenal, maka Anda mungkin akan mengemukakan kualitas
yang positif jika Anda merasa orang itu menarik dan sebaliknya.
3. Kedekatan/proksimitasPerkembangan persahabatan dipengaruhi oleh jarak antarunit di mana mereka
tinggal. Misalnya makin berdekatan kamar mahasiswa, makin besar kesempatan
mereka menajdi sahabat. Mahasiswa yang menjadi sahabat adalah mereka yang
mempunyai kesempatan terbesar untuk saling berinteraksi.
4. Kesamaan Misalnya dalam perkawinan, jika di antara kedua pihak banyak terdapat
persamaan, maka dapat diperkirakan usia perkawinan mereka akan lebih
langgeng daripada jika di antara mereka banyak terdapat perbedaan.
5. Saling melengkapi/komplementaritasOrang-orang yang mempunyai kepentingan yang sama akan lebih mudah
bersatu daripada orang-orang yang berbeda kepentingannya.
MODULPSIKOLOGI KOMUNIKASI
( 3 SKS )
Pokok Bahasan : Psikologi Komunikasi dalam Sistem Komunikasi Kelompok
Oleh : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONALSetelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan kembali tentang pengertian kelompok, klasifikasi kelompok dan
pengaruh kelompok terhadap perilaku komunikasi, efektifitas komunikasi
kelompok, dan faktor situasional yang mempengaruhi kelompok.
I. Pengertian Tidak setiap himpunan orng disebut kelompok. Orang-orang yang berkumpul di
pasar, terminal bis, atau yang sedang antri di loket bioskop tidak dapat disebut
kelompok, tetapi disebut agregat.
Supaya agregat menjadi kelompok diperlukan kesadaran dari anggota-
anggotanya akan adanya ikatan yang sama yang mempersatukan mereka.
Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi (meskipun tidak selalu formal) dan
melibatkan interaksi di antara anggota-anggotanya.
Jadi, ada dua tanda kelompok secara psikologis,m yaitu :
1. Anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok (ada sense
of belonging, yang tidak dimiliki orang yang bukan anggota).
2. nasib anggota-anggota saling bergantung, sehingga hasil setiap orang
terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain.
II. Klasifikasi KelompokDari perspektif psikologi, dan juga sosiologi, kelompok dapat diklasifikasikan
ke dalam :
1) Kelompok Primer dan kelompok Sekunder
2) In-group dan Out-group
3) Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan
4) Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif
1) Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder Pembagian seperti ini dikemukakan oleh Charles Horton Cooley (1909).
Kelompok primer ditandai adanya hubungan emosional, personal, dan akrab,
menyentuh hati seperti hubungan dengan keluarga, teman sepermainan,
tetangga sebelah rumah di pedesaan.
Kelompok sekunder adalah lawan dari kelompok primer, ditandai dengan
hubungan yang tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita seperti
organisasi massa, fakultas, serikat buruh, dan sebagainya.
Perbedaan kelompok prmer dan kelompok sekunder dari karakteristik
komunikasinya adalah sebagai berikut :
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan luas.
Artinya dalam kelompok primer kita mengungkapkan hal-hal yang bersifat
pribadi dengan menggunakan berbagai lambang, verbal maupun
nonverbal.
Sebaliknya pada kelompok sekunder, komunikasi bersifat dangkal (hanya
menembus bagian luar dari kepribadian kita) dan terbatas (hanya
berkenaan dengan hal-hal tertentu saja). Di sini lambang komunikasi
umumnya verbal dan sedikit sekali nonverbal.
2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat Dalam kelompok primer, yang
penting buat kita personal. ialah siapa dia, bukan apakah dia. Kita
mengkomunikasikan seluruh pribadi kita. Hubungan kita dengan anggota
kelompok primer bersifat unik dan tidak dapat dipindahkan (non-
transferable).
3. Pada kelompok primer, komunikasi lebih menekankan aspek hubungan
daripada aspek isi. Komunikasi dilakukan untuk memelihara hubungan
baik, dan isi komunikasi bukan merupakan hal yang sangat penting.
2) Ingroup dan Outgroup Ingroup adalah kelompok kita, dan Outgroup adalah kelompok mereka.
Ingroup dapat berupa kelompok primer maupun sekunder.
Keluarga kita adalah ingroup kelompok primer. Fakultas adalah ingroup
kelompok sekunder.
Perasan ingroup diungkapkan dengan kesetiaan, solidaritas, kesenangan, dan
kerja sama.
Untuk membedakan ingroup dan outgroup, kita membuat batas/boundaries, yang
menentukan siapa masuk orang dalam dan siapa orang luar.
Batas-batas ini dapat berupa lokasi geografis (Indonesia, Thailand, dsb.);
sukubangsa (Jawa, Batak, Minang); pandangan/ideologi (Muslim, Kristen);
profesi (pedagang, dosen); bahasa (Inggris, Cina); status sosial (elite,
menengah, bawah).
3) Kelompok keanggotaan dan Kelompok RujukanPembagian kelompok ini dikemukakan oleh Theodore Newcomb yang
melahirkan istilah membership group dan reference group.
Kelompok rujukan diartikan sebagai kelompok yang digunakan sebagai alat
ukur/standar untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Jika Anda
menggunakan kelompok itu sebagai teladan bagaimana seharusnya bersikap,
maka kelompok itu menjadi kelompok rujukan positif. Jika Anda
menggunakannya sebagai teladan bagaimana seharusnya tidak bersikap,
kelompok itu menjadi kelompok rujukan negatif.
Erwin P. Bettinghaus mengemukakan cara-cara menggunakan kelompok rujukan
dalam persuasi :
1. Jika mengetahui kelompok rujukan khalayak kita, hubungkanlah pesan
kita dengan kelompok rujukan kita.
2. kelompok-kelompok itu mempunyai nilaiyang bermacam-macamsebagai
kelompok rujukan. Misalnya bagi sebagian orang, keluarga mungkin lebih
penting dari organisasi masa, dan bagi orang lain mungkin sebaliknya.
Dalam meencanakan pesannya, komunikator harus memperhitungkan
relevansi dan nilai kelompok rujukan yang lebih tepat bagi kelompok
tertentu.
3. Kelompok keanggotaan jelas menentukan serangkaian perilaku yang
baku bagi anggota-anggotanya. Standar perilaku ini dapat digunakan
untuk menambah peluang diterimanya pesan kita.
4. Suasan fisik komuniksi dapat menunjukkan kemungkinan satu kelompok
rujukan didahulukan dari kelompok rujukan yang lain.
5. kadang-kadang kelompok rujukan yang positif dapat dikutip langsung
dalam pesan, untuk mendorong respons positif dari khalayak.
4) Kelompok Deskriptif dan Kelompok Preskriptif John F. Cragan dan David W. Wright membagi kelompok pada dua kategori,
yaitu kategori deskriptif dan kategori preskriptif.
Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses
pembentukannya secara alamiah.
Kategori preskriptif mengklasifikasikan kelompok menurut langkah-langkah
rasional yang harus dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuannya.
III. Pengaruh Kelompok pada Perilaku KomunikasiAda tiga macam pengaruh kelompok sebagai berikut :
1. Konformitas/conformity
2. Fasilitas sosial
3. Polarisasi
1) Konformitas Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju norma
kelompok sebagai akibat tekanan kelompok , baik secara real maupun hanya
bayangan.
Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada
kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama.
Jadi kalau Anda merencanakan untuk menajdi ketua kelompok, aturlah teman-
teman Anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika Anda meminta persetujuan
anggota, usahakan rekan-rekan Anda secara berurutan menunjukkan
persetujuan mereka.
2) Fasilitas sosial Yang dimaksud dengan fasilitas sosial adalah peningkatan prestasi individu
karena disaksikan kelompok.
Contoh, banyak pemain teater yang pada waktu latihan aktingnya “biasa-biasa”
saja, tetapi pada waktu pertunjukan yang sesungguhnya akting mereka
meningkat luar biasa dalam arti penghayatan mereka terhadap peran mereka
benar-benar bagus.
Jadi ketika mereka ditonton oleh khalayak banyak atau orang banyak, prestasi
pemain teater itu jauh lebih baik.
3) PolarisasiYang terjadi dalam komunikasi kelompok adalah, bahwa sebelum diskusi
kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu,
setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya,
bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu,
setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras lagi.
IV. Faktor Situasional yang Mempengaruhi KelompokAda 4 faktor situasional yang mempengaruhi efektifitas komunikasi kelompok
sebagai berikut :
1. Ukuran kelompok
2. jaringan komunikasi
3. Kohesi kelompok
4. Kepemimpinan
1) Ukuran kelompokHubungan antara ukuran kelompok dengan prestasi kerja kelompok/performance
bergantung pada jenis tugas yang arus diselesaikan oleh kelompok.
Sehubungan dengan hal tersebut, ada dua tugas kelompok, yaitu tugas koaktif
dan tugas interaktif.
Pada tugas koaktif, masing-masing anggota bekerja sejajar dengan yang lain,
tetapi tidak berinteraksi.
Pada tugas interaktif, anggota-anggota kelompok berinteraksi secara
terorganisasi untuk menghasulkan produk, atau keputusan.
Faktor lain yang mempengaruhi hubungan antara prestasi dan ukuran kelompok
adalahn tujuan kelompok. Bila tujuan kelompok memerlukan kegiatan yang
konvergen (mencapai satu pemecahan yang benar), maka hanya diperlukan
kelompok kecil supaya sangat produktif, terutama bila tugas yang dilakukan
hanya membutuhkan sumber, ketrampilan, dan kemampuan yang terbatas.
Bila tuga memerlukan kegitan yang divergen (menghasilkan berbagai kegiatan
gagasan kreatif ), diperlukan jumlah anggota kelompok yang lebih besar.
2) Jaringan komunikasiAda lima macam jaringan komunikasi , yaitu :
a. roda
b. rantai
c. Y
d. lingkaran
e. bintang
Bagan atau gambar Jaringan Kelompok Roda, Rantai, Y, Lingkaran, dan
Jaringan Kelompok Bintang secara lebih lengkap dapat dilihat di buku Jalaluddin
Rahmat, Psikologi Komunikasi.
Pada jaringan komunikasi model roda; seseorang, biasanya pemimpin,
menjadi fokus perhatian. Ia dapat berhubungan dengan semua anggota
kelompok, tetapi setiap anggota kelompok hanya bisa berhubungan dengan
pemimpinnya.
Pada jaringan komunikasi rantai; A dapat berkomunikasi dengan B, B dengan
C, C dengan D, dan begitu seterusnya.
Pada jaringan komunikasi Y, tiga orang anggota dapat berhubungan dengan
orang-orang di sampingnya seperti pada pola rantai, tetapi ada dua orang yang
hanya dapat berkomunikasi dengan hanya seseorang di sampingnya.
Pada jaringan komunikasi lingkaran; setiap orang hanya dapat berkomunikasi
dengan dua orang, di samping kiri dan kanannya. Dengan prekataan lain, di sini
tidak ada pemimpin .
Pada jaringan komuniksi bintang, disebut juga jaringan komunikasi semua
saluran/all channel, setiap anggota dapat berkomuniksi dengan semua anggota
kelompok yang lain.
Dalam hubungannya dengan prestasi kelompok, Leavit menemukan bahwa
jaringan komunikasi roda, yaitu yang paling memusat dari seluruh jaringan
komunikasi, menghasilkan produk kelompok yang tercepat dan terorganisasi.
Sedangkan kelompok lingkaran, yang paling tidak memusat, adalah yang paling
lambat dalam memacahkan masalah. Jaringan komunikasi lingkaran cenderung
melahirkan sejumlah kesalahan.
Penelitian-penelitian selanjutnya membuktikan bahwa pola komunikasi yang
paling efektif adalah pola semua saluran. Mengapa? Karena pola semua saluran
tidak terpusat pada satu orang pemimpin, dan pola ini juga paling memberikan
kepuasan kepada anggota serta paling cepat menyelesaikan tugas bila tugas itu
brhubungan dengan masalah yang sulit.
Pola roda adalah pola komunikasi yang memberikan kepuasan paling rendah.
3) Kohesi kelompokKohesi kelompok berarti adanya semangat kelompok yang tinggi, hubungan
interpersonal yang akrab, kestiakawanan, dan perasaan “kita” yang dalam.
Kohesi kelompok merupakan kekuatan yang mendorong anggota kelompok
untuk tetap tinggal dalam kelompok, dan mencegahnya meninggalkan kelompok.
Kohesi kelompok diukur dari :
a. keterikatan anggota secara interpersonal satu sama lain
b. ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
c. sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk
memuaskan kebutuhan personalnya.
Menurut Bestinghaus, ada beberapa implikasi komunikasi dalam kelompok
kohesif, sebagai berikut :
1. Komunikator dengan mudah berhasil memproleh dukungan kelompok jika
gagasannya sesuai dengan mayoritas anggotakelompok.
2. Pada umumnya kelompok yang lebih kohesif lebih mungkin dipengaruhi
persuasi. Ada tekanan ke arah uniformitas dalam pendapat, keyakinan, dan
tindakan.
3. Komuniaksi dengan kelompok yang kohesif harus memperhitungkan distribusi
komunikasi di antara anggota-anggota kelompok.
4. Dalam situasi pesan tampak sebagai ancaman kepada kelompok, kelompok
yang lebih kohesif akan cenderung menolak pesan.
5. Sebagai konsekuensi dari poin 4 di atas, maka komunikator dapat
meningkatkan kohesi kelompok agar kelompok mampu menolak pesan yang
bertentangan.
4) KepemimipinanKepemimpinan adalah komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok
untuk bergerak ke arah tujuan kelompok. Kepemimpinan adalah faktor yang
paling menentukan keefektifan komunikasi kelompok.
Dengan mengutip Bales, Morissan mengatakan bahwa kelompok yang sama
akan memiliki dua jenis pemimpin yang berbeda, yaitu ”pemimpin pekerjaan” dan
”pemimpin sosioemosional”.
1) Pemimpin Pekerjaan
Pemimpin pekerjaan (task leader) adalah anggota kelompok yang
memfasilitasi dan mengkoordinasikan berbagai pandangan atau komentar
anggota yang terkait dengan pekerjaan dan mengarahkan energi dan
upaya bersama untuk menyelesaikan pekerjaan.
Misalnya dalam kelompok mahasiswa yang sedang mengerjakan
penelitian, biasanya terdapat satu orang yang”rajin” yang memberitahu
anggota lainnya mengenai siapa saja yang tidak hadir, apa rencana
kelompok, mempersiapkan topik-topik kelompok, atau mengambil inisiatif
untuk memulai pekerjaan. Pendeknya ia menunjukkan perhatiannya yang
besar terhdap kualitas pekerjaan kelompok. Orang seperti ini masuk
dalam kategori pemimpin pekerjaan (task leader).
2) Pemimpin Sosioemosional
Pemimpin sosioemosional ialah anggota kelompok yang bekerja untuk
memperbaiki hubungan dalam kelompok. Ia memfokuskan perhatiannya
pada interaksi dalam sektor positif dan negatif sebagaimana terdapat
dalam skema. Ia adalah orang yang memberikan perhatian pada
hubungan dalam kelompok. Ia selalu memberikan semangat kepada
anggota lainnya, berupaya meredam konflik dan ketegangan, memuji
keberhasilan seseorang dan ia secara umum mendorong terciptanya
hubungan yang positif.
Posisi individu dalam kelompok ditunjukkan oleh dimensi sebagai berikut :
1. Dominan versus penurut
2. Bersahabat versus tidk bersahabat
3. Instrumental versus emosional
Selain itu, dikenal pula tiga gaya kepemimpinan dalam kelompok, yaitu pemimpin
otoriter, demokratis, dan gaya pemimpin laissez faire.
Ada tiga gaya kepemimpinan, yaitu otoriter, demokratis, dan laissez faire.
V. Faktor Personal yang Mempengaruhi Kelompok1. Kebutuhan interpersonal
2. Tindak komunikasi
3. Peranan
1) Kebutuhan InterpersonalWilliam C. Schultz merumuskan teori FIRO ( Fundamental Interpersonal Relation
Orientation). Menurut teori ini, orang memasuki kelompok karena didorong oleh
3 kebutuhan interpersonal, yaitu :
a. inclusion : ingin masuk, menjadi bagian kelompok;
b. Control : ingin mengendalikan orang lain dalam suatu tatanan hirarkis.
c. Affection : ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok
yang lain.
2) Tindakan komunikasiBila kelompok bertemu, terjadilah pertukaran informasi. Setiap anggota berusaha
menyampaikan atau menerima informasi, baik secara verbal maupun nonverbal.
Dalam tindakan komunikasi, termasuk pernyataan, pertanyaan, pendpat, atau
isyarat yang disampaikan atau yang diterima oleh para anggota kelompok.
3) PerananSeperti halnya tindakan komunikasi, peranan yang dimainkan oleh anggota
kelompok dapat membantu penyelesaian tugas kelompok, memelihara
hubungan emosional yang baik, atau hanya menampilkan kepentingan individu
saja. Peranan yang pertama disebut peranan tugas kelompok; sedngkan yang
kedua disebut peranan pemelihara kelompok; yang ketiga disebut peranan
individual.
Peranan tugas kelompok mencakup :
a. Initiator – contributor
b. Information seeker
c. Opinion seeker
d. Information giver
e. Opinion giver
f. Elaborator
g. Summarizer
h. Coordinator – integrator
i. Orienter
j. Disagreer
k. Evaluator – critic
l. Energizer
m. Procedural – technician
n. Recorder
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
MODUL
PSIKOLOGI KOMUNIKASI
( 3 SKS )
Pokok Bahasan : Psikologi Komunikator
Oleh : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah memperoleh materi ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
menjelaskan kembali tentang faktor-faktor yang terdapat pada diri komunikator yang
mempengaruhi efektivitas pesan yang disampaikannya yang mencakup kredibilitas,
atraksi komunikator, dan kekuasaan.
A. Pengantar
Ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan,
tetapi juga keadaan dia sendiri. He doesn’t communicate what he says, he
communicates what he is. Artinya ia tidak dapat menyuruh pendengar hanya
memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan memperhatikan
siapa yang mengatakan. Bahkan kadang-kadang unsur “siapa” ini lebih penting dari
unsur “apa”.
Kadang-kadang unsur siapa lebih penting daripada unsur apa.
Contoh :
Fatwa keagamaan dari seorang kiai, petunjuk kesehatan dari seorang dokter,
perkembangan mode dari seorang perancang , atau uraian teknik belajar yang baik dari
seorang psikolog akan lebih kita dengar daripada yang dikemukakan oleh orang lain.
Sebaliknya kita sulit mempercayai petunjuk bertani yang baik dari seorang diplomat,
bimbingan penggunaan alat-alat kosmetik dari seorang ahli matematika, atau teknik
berumah tangga yang baik dari seorang bujangan.
Aristoteles (filosof Yunani) menyebut karakter komunikasi tersebut sebagai ethos, yang
terdiri dari pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik
(good sense, good moral character, good will).
Hovland dan Weiss menyebut ethos ini credibility yang terdiri dari 2 unsur, yaitu keahlian
(expertise) dan dapat dipercaya (trustworthiness).
Nasihat dokter kita ikuti, karena doktr memiliki keahlian. Akan tetapi kata-kata pedagang
yang memuji barangnya sulit kita percayai, karena kita meragukan kejujurannya. Di sini
pedagang tidak memiliki trustworthiness.
B. Dimensi-dimensi Ethos
Ada 3 dimensi ethos atau faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator,
yaitu ;
1) Kredibilitas
2) Atraksi
3) Kekuasaan
Sebelum ketiga faktor tersebut diuraikan, terlebih dahulu akan dijelaskan pengaruh
komunikasi kita pada orang lain, sebagaimana dikemukakan oleh
Herbert C. Kelman.
Menurut Kelman, pengaruh komunikasi kita pada orang lain berupa 3 hal :
1. Internalisasi
2. Identifikasi
3. Ketundukan (compliance)
InternalisasiInternalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu
sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Kita menerima gagasan, pikiran, atau
anjuran orang lain karena gagasan, pikiran, atau anjuran orang lain itu berguna untuk
memecahkan masalah, penting dalam menunjukkan arah, atau dituntut oleh sistem nilai
kita.
Internalisasi terjadi ketika kita menerima anjuran orang lain atas dasar rasional.
Misalnya kita berhenti merokok, karena kita ingin memelihara kesehatan kita karena
merokok tidak sesuai nilai-nilai yang kita anut.
Dimensi ethos yang paling relevan dalam hal ini adalah kredibilitas, yaitu keahlian
komunikator atau kepercayaan kita pada komunikator.
IdentifikasiIdentifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau
kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri
secara memuaskan (satisfying self-defining relationship) dengan orang atau kelompok
itu. Hubungan yang mendefinisikan diri artinya memperjelas konsep diri.
Dalam identifikasi, individu mendefinisikan perannya sesuai dengan peranan orang lain.
Dengan perkataan lain, ia berusaha seperti atau benar-benar menjadi orang lain.
Dengan mengatakan apa yang ia katakan, melakukan apa yang ia akukan,
mempercayai apa yang ia percayai, individu mendefinisikan dirinya sesuai dengan orang
yang mempengaruhinya.
Identifikasi terjadi ketika anak berperilaku mencontoh ayahnya, murid meniru tindak
tanduk gurunya, atau penggemar bertingkah dan berpakaian seperti bintang yang
dikaguminya.
Dimensi ethos yang paling relevan dengan identifikasi ialah atraksi (daya tarik
komunikator).
KetundukanKetundukan terjadi bila individu menerima pengaruh dari orang atau kelompok lain
karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan dari orang atau kelompok
lain tersebut. Ia ingin memperoleh ganjaran atau menghindari hukuman dari pihak yang
mempengaruhinya.
Dalam ketundukan, orang menerima perilaku yang dianjurkan bukan karena
mempercayainya, tetapi karena perilaku tersebut membantunya untuk menghasilkan
efek sosial yang memuaskan.
Bawahan yang mengikuti perintah atasannya karena takut dipecat, pegawai negeri yang
masuk parpol tertentu karena kuatir diberhentikan, petani yang menanam sawahnya
karena ancaman pamong desa adalah contoh-contoh ketundukan,
Dimensi ethos yang berkaitan dengan ketundukan ilah kekuasaan.
1. KredibilitasKredibilitas adalah seperangkat persepsi komunikate tantang sifat-sifat komunikator.
Dari definisi ini terkandung dua hal, yaitu : pertama; kredibilitas adalah persepsi
komunikate, jadi tidak inheren dalam diri komunikator; kedua; kredibilitas berkenaan
dengan sifat-sifat komunikator (disebut juga komponen-komponen kredibilitas).
Karena kredibilitas itu adalah masalah persepsi, berarti kredibilitas berubah bergantung
pada pelaku persepsi (yaitu komunikate), topik yang dibahas, dan bergantung pula pada
situasi.
Contoh :
- Anda mungkin memiliki kredibilitas di tengah-tengah teman-teman
Anda, tetapi tidak berarti apa-apa di hadapan pimpinan universitas
Anda.
- Seorang rektor di kampus tertentu mungkin mempunyai kredibilitas
di tengah-tengah civitas akademikanya, tetapi ketika ia di rumah
yang bersangkutan mungkin tidak punya kredbilitas lagi.
- Seorang dokter mempunyai kredibilitas di tengah mahasiswanya,
tetapi kredibilitasnya turun ketika ia berada di tengah-tengah dokter
spesialis bedah jantung.
- Seorang manajer pemasaran begitu tinggi kredibilitasnya ketika
berhadapan dengan calon pembelinya, tetapi kredibilitasnya turun
jika ia berada di hadapan direktur perusahaannya.
- Profesor botak akan didengarkan baik oleh mahasiswanya, tetapi
tetap saja akan dimakan habis oleh buaya di sungai.
Dari contoh-contoh tersebut di atas, jelaslah bahwa kredibilitas tidak ada pada diri
komunikator, tetapi terletak pada persepsi si komunikate.
Oleh karena itu, ia dapat berubah atau diubah, terjadi atau dijadikan.
Kita dapat menghadirkan “the man on the street” di ruangan kuliah dan mengumumkan
pada mahasiswa bahwa orang itu adalah doktor dalam ilmu komunikasi. Di sini kita
membentuk persepsi orang lain dengan deskripsi verbal.
Kita juga dapat menurunkan kredibilitas komunikator dengan memberinya pakaian-
pakaian yang lusuh atau menyuruhnya berperilaku yang menyebalkan.
Di sini kita memanipulasi persepsi orang dengan petunjuk nonverbal.
Hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikate tentang komunikator sebelum ia
melakukan komunikasinya disebut prior ethos.
Sumber komunikasi memperoleh prior ethos karena berbagai hal. Kita membentuk
gambaran tentang diri komunikator dari pengalaman langsung dengan komuniaktor itu,
atau dari pengalaman wakilan.
Misalnya, karena sudah lama bergaul dengan dia dan sudah mengenal integritas
kepribadiannya atau karena kita sudah sering melihat atau mendengarnya dalam media
massa.
Bisa juga kita membentuk prior ethos komunikator dengan menghubungkannya pada
kelompok rujukan orang itu, artinya kita meletakkannya pada skema kognitif kita.
Misalnya, anda akan tekun mendengarkan penceramah yang diperkenalkan sebagai
Kiai Haji Doktor Iwan Sugiarta, karena gelar-gelar itu melahirkan persepsi tentang
kelompok yang mendalami ilmu agamanya.
Pada umumnya penelitian tentang kredibilitas berkenaan dengan prior ethos.
Faktor lain, selain persepsi dan topik yang dibahas, yang mempengaruhi kredibilitas
adalah faktor situasi. Pembicara pada media massa memiliki kredibilitas yang tinggi
dibandingkan dengan pembicara pada pertemuan RT. Begitu pula ceramah di hadapan
civitas akademica suatu perguruan tinggi yang berstatus tinggi akan meningkatkan
kredibilitas penceramah. Sebaliknya penceramah yan semula memiliki kredibilitas yang
tinggi, akan hancur kredibilitasnya setelah ia berbicara pada situasi yang dipandang
“kotor”, atau di tengah-tengah kelompok yang dianggap berstatus rendah.
Meskipun belum banya penelitian dilakukan tentang pengaruh situasi terhadap persepsi
komunikate tentang komunikator, akan tetapi dapat diduga bahwa pada akhirnya
kredibilitas dipengaruhi oleh interaksi di antara berbagai faktor.
Komponen-komponen Kredibilitasa. Keahlian
b. Kepercayaan
Ad. a. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikate tentang kemampuan
komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicrakan. Komunikator yang
dinilai tinggi pad keahlian dianggap sebagai cerdas, mampu, ahli, tahu banyak,
berpengalaman, atau terlatih. Sebaliknya komunikator yang dinilai rendah pad keahlian
dianggap tidak berpengalaman, tidak tahu, atau bodoh.
Ad. b. Kepercayaan adalah kesan komunikate tentang komunikator yang brkaitan
dengan wataknya. Apakah komunikator dinilai jujur, tulus, bermoral, adil, sopan, dan
etis. Atau apakah komunikator dinilai tidak jujur, lancung, suka menipu, tidk adil, dan
tidak etis.
Koehler, Annatol, dan Appelbaum menambahkan 4 lagi sebagai komponen dari
kredibilitas sebagai berikut :
c. dinamisme
d. sosiabilitas
e. koorientasi
f. karisma
Dinamisme umumnya berkaitan dengan cara orang berkomunikasi. Komunikator
memiliki dinamisme bila ia dipandang sebagai bergairah, bersemangat, aktif, tegas, dan
berani. Sebaliknya komunikator yang tidak dinamis dianggap pasif, ragu-ragu, dan
lemah. Dalam komunikasi, dinamisme memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan.
Sosiabilitas adalah kesan komunkate tentang komunikator sebagai orang yang periang
dan senang bergaul.
Koorientasi merupakan kesan komunikate komunikator sebagai orang yang mewakili
kelompok orang yang kita senangi, yang mewakili nilai-nilai kita.
Karisma digunakan untuk menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator
yang menarik dan mengendalikan komunikate seperti magnet menarik benda-benda di
sekitarnya.Tokoh-tokoh yang baik dan juga yang buruk/tidk baik, memiliki karisma, bila
iia memiliki pesona yang memukau para pengikutnya, yaitu pesona yang tidak dapat
dijelaskan secar objektif ilmiah. Tokoh-tokoh itu seperti Kennedy, Nehru, Gandhi,
Khomeini, Soekarno, dan sebagainya.
2. AtraksiTerdapat faktor-faktor situasional yang mempengaruhi atraksi interpersonal seperti daya
tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan.
Kita cenderung menyenangi orang-orang yang tampan dan cantik, yang banyak
kesamaannya dengan kita, dan yang memiliki kemampuan yang lebih dari kita.
Atraksi fisik menyebabkan komunikator menjadi menarik, dan karena menarik ia
memiliki daya persuasif. Kita juga tertarik kepada seseorang karena adanya beberapa
kesamaan antara dia dengan kita.
Everest M. Rogers membedakan kondisi homophily dan heterophily. Homophily adalah
suatu kondisi di mana komunikator dn komunikate meraskan adanya kesamaan,
misalnya dalam hal status sosial ekonomi, pendidikan, sikap, atau kepercayaan.
Heterophily adalah adanya perbedaan antara komunikator dan komunikate dalam hal
status sosial ekonomi, pendidikan, sikap, dan juga kepercayaan.
Penelitian sosiologis, psikologis, dan juga komunikasi membuktikan bahwa faktor-faktor
kesamaan tersebut berpengaruh terhadap efektivitas pesan-pesan yang disampaikan.
Karena itulah, komunikator yang ingin mempengaruhi orang lain sebaiknya memulai
dengan menegaskan adanya kesamaan antara dirinya dengan komunikate. Kenneth
Burke, seorang ahli retorika, menyebut upaya ini sebagai “strategy of identification”.
Simons menerangkan mengapa komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan
dengan komunikate cenderung berkomunikasi lebih efektif sebagai berikut :
1) Kesamaan mempermudah proses penyandian/encoding, yaitu proses
menterjemahkan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan.
2) Kesamaan membantu membangun premis yang sama. Premis yang sama
mempermudah proses deduktif. Artinya, bila kesamaan disposisional relevan dengan
topik persuasi, orng akan terpengaruh oleh komunikator. Misalnya, bila saya
menerangkan tentang paham sosialis religius pada anda, dan Anda adalah orang yang
senang dengan paham sosialis dan religius, maka komunikasi saya dengan Anda akan
efektif.
3) Kesamaan menyebabkan komunikate tertarik pada komunikator. Kita cenderung
menyukai orang yang memiliki kesamaan disposisional dengan kita. Karena kita tertarik
pada komunikator, maka kita akan cenderung menerima gagasan-gagasnnya.
4) Kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pad komunikator. Meskipun
tesis ini belum terbukti, akan tetapi Simons menunjukkan adanya hubungan positif
antara kesamaan dengan rasa percaya dan hormat, walaupun hubungan itu lemah.
Penelitian menyimpulkan bahwa pada umumnya komunikator yang memiliki daya tarik
akan lebih efektif daaripada komunikator yang tidak menarik; kecuali bila orang yang
tidak menarik itu mengemukakan argumen yang bertentangan dengan kepentingan
dirinya.
3. Kekuasaan Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukan. Seperti halnya kredibilitas
dan atraksi, ketundukan timbul dari antara komuniaktor dan komunikate.
Kekuasaan menyebabkan seseorang komunikator dapat “memaksakan” kehendaknya
kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang sangat penting.
French dan Raven mengemukakan jenis-jenis kekuasaan sebagai berikut :
1. Kekuasaan Kooersif (coersive power)
Yaitu menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau
memberikan hukuman pada komunikate. Ganjaran dan hukuman itu bisa bersifat
personal (misalnya benci dan kasih sayang) atau impersonal (kenaikan pangkat atai
pemecatan).
2. Kekuasaan Keahlian (expert power)
Kekuasaan ini berasal dari pengatahuan, pengalaman, ketrampilan, atau kemampuan
yang dimiliki komunikator. Misalnya dosen memiliki kekuasaan keahlian, sehingga ia
dapat menyuruh mahasiswanya menafsirkan suatu teori sesuai dengan pemikirannya.
3. Kekuasaan Informasional (informational power)
Kekuasaan ini berasal dari isi komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki
oleh komunikator. Misalnya, seorang karyawan di bidang informatika memiliki
kekuasaan informasional ketika menyarankan kepada seorang pimpinan perusahaan
untuk membeli jenis komputer tertentu.
4. Kekuasaan Rujukan ( referent power )
Di sini komunikate menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai
dirinya. Komunikator dikatakan memiliki kekuasaan rujukan apabila ia berhasil
menanamkan kekaguman pada komunikate, sehingga seluruh perilakunya diteladani.
5. Kekuasaan Legal (legitimate power).
Kekuasaan ini berasal dari seperangkat peraturan atau norma yang menyebabkan
komunikator berwenang untuk melakukan suatu tindakan. Contoh kekuasaan legal itu
adalah rektor, dekan, direktur, kepala bagian di perusahaan, dan sebagainya.
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA
MODULPSIKOLOGI KOMUNIKASI
( 3 SKS )
Pokok Bahasan : Psikologi Pesan Oleh : Drs. Riswandi, M.Si.
TUJUAN INSTRUKSIONALSetelah memperoleh materi ini mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan kembali
tentang linguistik atau bahasa sebagai bentuk pengendalian perilaku komunikasi
manusia, hubungan bahasa dengan persepsi dan berpikir, dan jenis-jenis makna.
I. PengantarBahasa adalah teknik pengendalian perilaku orang lain, termasuk perilaku dalam
berkomunikasi. Dengan bahasa, yang merupakan kumpulan akta-kata , Anda dapat
mengatur perilaku orang lain.
Contoh :
- Ibu Anda dari Amerika dapat Anda gerakkan untuk datang ke rumah
kontrakan Anda di Jakarta dengan mengirimkan kata-kata lewat
telepon atau surat.
- Dengan teriakan “Bapak” seorang anak kecil dapat menggerakkan
lelaki besar di seberang jalan untuk mendekati anak tersebut.
- Dengan aba-aba “maju-jalan” seorang sersan dapat menggerakkan
puluhan tentara menghentakkan kakinya dan berjalan dengan
langkah tegap.
Semua contoh-contoh tersebut di atas memperlihatkan bagaimana kekuatan bahasa
atau kekuatan kata-kata (the power of word).
Bahasa adalah pesan dalam bentuk kata-kata dan kalimat, yang disebut pesan
linguistik.
Manusia mengucapkan kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu. Setiap cara
berkata memberikan maksud tersendiri. Cara-cara ini kita sebut pesan paralinguistik. Di
samping itu manusia juga menyampaikan pesan dengan cara-cara lain selain dengan
bahasa, misalnya dengan isyarat, yang disebut pesan ekstralinguistik.
II. Pesan LinguistikAda dua cara untuk mendefenisikan bahasa, yaitu fungsional dan formal.
Pertama; Definisi fungsional melihat bahasa dari segi fungsinya, sehingga bahasa
diartikan sebagai “ alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan”.
Kedua; Definisi formal menyatakan bahasa sebagai semua kalimat yang terbayangkan,
yang dibuat menurut peraturan tata bahasa. Setiap bahasa mempunayi peraturan
bagaimana kata-kata harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti.
Tata bahasa meliputi 3 unsur, yaitu fonologi, sintaksis, dan semantik.
Untuk mampu menggunakan bahasa tertentu, kita harus menguasai ketiga tahap
pengetahuan bahasa tersebut di atas, ditambah dua tahap lagi. Pada tahap pertama,
kita harus mempunyai informasi fonologis tentang bunyi-bunyi dalam bahasa tersebut.
Misalnya, kita harus bisa membedakan bunyi ‘th’ dalam “the” dengan “th” dalam “think”.
Pada tahap kedua, kita harus mempunyai
pengetahuan tentang sintaxis, yaitu cara pembentukan kalimat. Misalnya dalam bahasa
Inggris kita harus menempatkan “to be” pada kalimat-kalimat nominal. Pada tahap
ketiga, kita harus mengetahui secara leksikal arti kata atau gabungan kata-kata.
Misalnya, kita harus tahu apa arti “take” dan “take into account”. Pada tahap keempat,
kita harus memiliki pengetahuan konseptual tentang dunia tempat tinggal kita dan dunia
yang kita bicarakan. Dan pada tahap kelima, kita harus mempunyai semacam
kepeercayaan untuk menilai apa yang kita dengar.
III. Belajar BahasaBagaimana manusia belajar bahasa sudah menjadi perhatian manusia sejak berabad-
abad yang lalu. Beberapa penelitan membuktikan bahwa bila seorang anak manusia
dipisahkan dari lingkungan manusia, maka ia tidak mampu berbicara. Sebaliknya, kita
dapat melihat seorang anak berusia 4 tahun sudah dpat berbicara dengan kawan-
kawannya dalam bahasa ibunya. Teori psikologi menyajikan dua teori mengenai
bagaimana manusia dpat belajar, yaitu teori belajar dan teori nativisme.
III. Teori Belajar Menurut teori belajar, anak-anak memperoleh pengetahuan bahasa melalui tiga proses,
yaitu asosiasi, imitasi, dan peneguhan.
Asosiasi berarti melazimkan suatu bunyi dengan objek tertentu.
Imitasi berarti menirukan pengucapan dan struktur kalimat yang didengarnya.
Peneguhan dimaksudkan sebagai ungkapan kegembiraan yang dinyatakan ketika anak
mengucapkan kata-kata yang benar.
B.F. Skinner menerapkan ketiga prinsip ini ketika menjelaskan 3 macam respon yang
terjadi pada anak-anak, yang disebutnya respon mand, tact, dan echoic.
Respon mand ketika anak-anak mengeluarkan bunyi secara sembarangan. Misalnya,
anak mengeluarkan bunyi “u-u” dan orangtuanya menganggapnya sebagai
permintaan(command atau demand) agar diberi air. Kemudian orang tuanya segera
memberinya air. Sejak saat itu, kalau si bayi menginginkan air, maka ia segera
mengucapkan “u-u”.
Respon tact terjadi bila anak menyentuh objek, kemudian secra sembarangan ia
mengucapkan bunyi. Orang tuanya Mengira ia menyebutkan satu kata, dan memberikan
ganjaran. Misalnya, anak menyentuh gelas yang berisi air, lalu secara sembarangan ia
mengucapkan “u-u”. Orang tuanya beranggapan bahwa
anak itu mengatakan minum, lalu Sejak itu ketika anak mengucapkan “u-u”, maka orang
tuanya memberinya minum.
Respon echoic terjadi ketika anak menirukan ucapan orang tuanyadalam hubungan
dengan stimuli tertentu. Misalnya, setiap kali ibu memberikan air segar, ia mengatakan
‘minum”. Anak mencoba menirunya dan mengucapkan “u-u”. Sang ibu gembira
mendengar ucapan itu, lalu memeluk, memangkunya sambil mengucapkan kata-kata
yang lembut. Inilah yang disebut seabgai peneguhan terhadap upaya imitasiyang
dilakukan anak.
Menurut Noam Chomsky, setiap anak mampu menggunakan satu bahasa karena
adanya pengetahuan bawaan (preexistent knowledge) yang telah diprogram secara
genetik dalam otak kita. Chomsky menyebutnya sebagai L.A.D
(Language Acquisition Device). LAD tidak mengandung kata, arti, atau gagasan, tetapi
hanyalah satu sistem yang memungkinkan manusia menggabungkan komponen-
komponen bahasa. Walaupun bentuk luar bahasa-bahasa di dunia ini berbeda-beda,
akan tetapi bahasa-bahasa itu mempunyai kesamaan dalam struktur pokok yang
mendasarinya. Inilah yang disebut Chomsky sebagai linguistik universal.
Adanya dasar fisiologis dari kemampuan dasar berbahasa dibuktikan dengan penemuan
bidang Broca dan bidang Wernicke pada otak manusia.
Bidang Broca mengatur sintaxis, sehingga gangguan atau kerusakan pada bidang ini
menyebabkan orang berbicara terpatah-patah dengan susunan kata yang tidak teratur.
Kerusakan pada bidang Wernicke menyebabkan orang berbicar lancar tetapi tidak
mempunyai arti.
Teori perkembangan mental dari Jean Piaget memprkuat teori Chomsky dengan
menunjukkan adanya struktur universal yang menimbulkan pola berpikir yang sama
pada tahap-tahap tertentu dalam perkembangan mental anak-anak. Kedua ahli
membuktikan bahwa otak manusia bukanlah penerima pengalaman yang pasif, bukan
papan tulis yang kosong, tetapi sebuah organ yang diperlengkapi dengan kemampuan-
kemampuan bawaan. Penelitian eksperimen membuktikan bahwa, otak anak sejak lahir
telah membawa prinsip-prinsip berbahasa yang sesungguhnya bukan merupakan
proses hasil belajar.
Singkatna, bahasa merupakan proses interaksi di antara proses biokimia, faktor-faktor
kematangan, strategi belajar, dan lingkungan sosial. Dalam konteks komunikasi, kedua
teori tersebut di atas memberikan dasar bagi kita dalam menanmkan kemampuan
menyusun pesan linguistik atau konsep-konsep baru pada komunikate.
IV. Bahasa dan Proses BerpikirMenurut teori principle of linguistic relativity, bahasa menyebabkan kita memandang
realitas sosial dengan cara tertentu. Teori ini dikembangkan oleh Von Humboldt, Sapir,
dan Whorf.
Menurut Whorf, pandangan kita tentang dunia dibentuk oleh bahasa, dan karena bahasa
berbeda, maka pandangan kita tentang dunia juga berbeda.
Secara selektif, kita menyaring data sensori yang masuk seperti telah diprogram oleh
bahasa yang kita pakai. Dengan demikian, masyarakat yang menggunakan bahasa
yang berbeda hidup dalam dunia sensori yang berbeda pula.
Menurut Whorf, kategori gramatikal suatu bahasa menunjukkan kategori kognitif dari
pemakai bahasa itu. Seperti halnya tentang persepsi, kita melakukan persepsi dengan
menggunakan kategori kognitif. Kita juga berpikir dengan memakai kategori-kategori ini.
Kita memberikan arti kepada apa yang kita lihat, yang kita dengar, atau yang kita rasa
sesuai dengan kategori-kategori yang ada dalam bahasa kita.
Dalam hubungannya dengan berpikir, konsep-konsep dalam suatu bahasa cenderung
menghambat atau mempercepat proses pemikiran tertentu.
Ada bahasa yang dengan mudah dapat digunakan untuk memikirkan masalah-masalah
filsafat, tetapi ada juga bahasa yang sukar dipakai bahkan untuk memecahklan
masalah-masalah matematika yang sederhana.
Bahasa terbukti mempermudah kemampuan belajar dan mengingat, memecahkan
persoalan, dan menarik kesimpulan.
Bahasa memungkinkan kita untuk menyandi peristiwa-persitiwa dan objek-objek dalam
bantuk kata-kata. Dengan bahasa, kitaa mengabstraksikan pengalaman kita, dan
mengkomunikasikannya pada orang lain.
Yang perlu diingat adalah , bahwa kata-kata juga dapat menghambat proses berpikir.
Hal ini terjadi bila ada kebingungan dalam mengartikan kata-kata.
V. Kata-kata dan MaknaAda 3 jenis makna sebagai berikut :
1. Makna Inferensial,yaitu makna satu lambang atau kata adalah objek.
Proses pemberian makna ini terjadi ketika kita menghubungkan lambang dengan
yang ditunjukkan lambang (disebut rujukan atau referent). Satu lambang dapat
menunjukkan banyak rujukan.
Misalnya “jari-jari” dapat menunjukkan setengah diameter, bagian dari roda
sepeda, atau bagian dari tangan.
2. Makna yang kedua menunjukkan arti (significance) suatu istilah sejauh
dihubungkan dengan konsep-konsep yang lain.
3. Makna yang ketiga adalah makna intensional, yakni makna yang dimaksudkan
oleh seorang pemakai lambang. Makna ini tidak dapat divalidasi secara empiris
atau dicarikan rujukannya. Makna ini terdapat pada pikiran orang, dan hanya
dimiliki oleh dirinya saja.
Dari perspektif psikologi, makna tidak terletak pada kata-kata, tetapi pada pikiran
orang atau pada persepsinya. Makna terbentuk karena pengalaman individu.
Kesamaan makna karena kesamaan pengalaman masa lalu atau kesamaan struktur
kognitif disebut isomorfisme. Isomorfisme terjadi bila komunikan-komunikan berasal
dari budaya yang sama, pendidikan yang sama, status sosial yang sama, ideologi
yang sama, dan seterusnya.
Orang-orang dalam kelompok yang sama bahkan sering mengembangkan kata-kata
yang dimiliki secara khusu oleh kelompok mereka saja.
Dengan perkataan lain, setiap profesi mengembangkan bahasanya sendiri.
Yang perlu ditekankan adalah bahwa isomorfisme total tidak pernah terjadi. Kita
semua menyimpan makna perseorangan, terutama kalau kita berbicara tentang
makna konotatif.
Makna konotatif menunjukkan asosiasi emosional yang mempengaruhi reaksi kita
terhadap kata-kata. Misalnya kata-kata babu, pelayan, pembantu, pramuwisma,
mempunyai makna konotatif yang berbeda. Begitu pula kata kuli, buruh, pegawai,
dan karyawan. Kata demokrasi bermakna konotatif baik, sedangkan diktatur
bermakna konotatif jelek.
Kita sedapat mungkin menghindari kata-kata dengan konotasi negatif dan
menggantinya dengan kata-kata yang berkonotasi positif. Misalnya pejabat
melaporkan adanya “daerah rawan pangan”, tidak menyebutkan “daerah kelaparan”.
Bapak X tidak ditahan, akan tetapi “diamankan”. Putra ibu tidak bodoh, hanya
“lambat belajar”. Harga-harga tidak naik, hanya “disesuaikan”.
Alfred Korzybsky, seorang ahli bahasa mengemukakan pandangannya tentang bahasa
sebagai berikut :
1)Berhati-hati dengan abstraksi
Bahasa menggunakan abstraksi. Abtraksi adalah proses memilih unsur-unsur realitas
untuk membedakannya dari hal-hal yang lain. Ketika kita melakukan kategorisasi, kita
menempatkan realitas dalam kategori tertentu. Untuk membuat kategori, kita harus
memprhatikan hanya sebagian dari sifat-sifat objek.
Contoh : Buku; buku adalah kategoiri yang didasarkan pada kenyataan bahwa ia adalah
kumpulan kertas yang dijilid. Jadi buku yang ada pada anak SD, buku anak SMP, buku
di kantor, dan buku yang ada di perpustakaan.
Kata-kata yang kita pergunakan berada padaa tingkat abstraksi yang bermacam-
macam. Semakin tinggi tingkat abstraksi kata, semakin sukar kata itu diverifikasi dalam
kenyataan, dan makin ambigu makna kata itu.
Contoh :
A. Ilham : Adalah nama seorang pemuda : Tingkat Abstraksi : rendah
B. Pekerjaan : Mahasiswa FIKOM : ; ; : lebih tinggi
C. Kelompok pendidikan
D. Pencari ilmu
E. Pria
F. Manusia
2) Berhati-hati dengan Dimensi Waktu
Bahasa itu statis, sedangkan realitas dinamis. Ketika Anda berekasi pada satu kata,
Anda sering menganggap makna kata itu masih sama. Lima tahun yang lalu anda
bertemu dengan Rini. Sekarang Anda membicarakan Dia seolah-olah Anada
membicarakan Rini yang lima tahun yang lalu. Padahal ia telah banyak berubah.
3) Jangan Mengacaukan Kata dengan Rujukannya
4) Jangan Mengacaukan Pengamatan dengn Kesimpulan
Ketika melihat fakta, kita membuat pernyataan untuk melukiskan fakta itu. Pernyataan
itu kita sebut pengamatan. Kita menarik kesimpulan bila menghubungkan hal-hal yang
diamati dengan sesuatu yang tidak teramati. Dalam pengamatan, kta menghubungkan
lambang dengan rujukan. Dalam kesimpulan kita menggunakan pemikiran.
VI. Pesan NonverbalMark L. Knapp mengemukakan 5 fungsi pesan nonverbal sebagai berikut :
1. Repetisi
Artinya mengulang kembali gagasan yang sudah disjikan secara verbal.
Contoh : setelah saya menjelaskan penolakan saya, saya lalu menggelengkan
kepala berkali-kali.
2. Substitusi
Artinya menggantikan lambang-lambang verbal.
Contoh : Tanpa sepatah katapun yang keluar dari mulut Anda, Anda dapat
menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-angguk.
3. Kontradiksi
Artinya menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan
verbal.
Contoh : Anda memuji prestasi teman Anda dengan mencibirkan bibir Anda
“Hebat, kau memang hebat”.
4. Komplemen
Artinya melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal.
Contoh : Air muka Anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap
dengan kata-kata.
5. Aksentuasi
Artinya menegaskan atau menggarisbawahi pesan verbal
Contoh : Anda mengungkapkan kejengkelan Anda dengan memukul meja.
Dale G. Leathers menyebutkan 6 alasan mengapa pesan nonverbal penting :
1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi
interpersonal
Misalnya, ketika kita mengobrol dengan tamu kita, kita banyak menyampaikan
gagasan dengan pesan-pesan nonverbal.
2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan nonverbal
ketimbang pesan verbal.
Mahrabian telah meneliti bahwa hanya 7% rasa kasih sayang dapat
dikomuniaksikan dengan kata-kata. Selebihnya 38% lewat suara,
dan 55% dikomunikasikan lewat wajah (senyum, kontak mata, dll).
3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif
Bebas dari manipulasi, distorsi, dan kerancuan.
4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan
untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi.
Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang
memperjelas maksud dan makna pesan.
5. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efektif
dibandingkan dengan pesan verbal.
6. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat.
Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau
emosi secara langsung. Sugesti di sini dimaksudkan menyarankan sesuatu
kepada orang lain secara implisit.
Sugesti paling efektif disampaikan melalui pesan-pesan nonverbal.