FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran...

20
MORALITASDAN SPIRITUALITAS DALAM AJARAN TAREKAT-TAREKAT SUFI Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf Dosen Pengampu : Bapak Komarudin Disusun oleh : Elyn Windiyastuti 1601026135 Mbah Najih Hans FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2016

Transcript of FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran...

Page 1: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

MORALITASDAN SPIRITUALITAS

DALAM AJARAN TAREKAT-TAREKAT SUFI

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu : Bapak Komarudin

Disusun oleh :

Elyn Windiyastuti 1601026135

Mbah Najih

Hans

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2016

Page 2: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang karena limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami

dapat menyelesaikan penulisan buku yang berjudul “Moralitas dan Spiritualitas dalam Ajaran

Tarekat-Tarekat Sufi” ini. Sholawat serta salam senantiasa terurahkan kepada junjungan kita

nabi Muhammad SAW. yang selama ini menjadi panutan kita semua dan juga yang kita

nantikan syafaatnya di hari akhir nanti.

Kami sebagai penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan buku dengan judul “Moralitas

dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam

mata kuliah Akhlak Tasawuf. Disamping itu, kami juga menguapkan terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan buku ini selama berlangsung

sampai selesai seperti saat ini. Kami menyadari betul bahwa buku ini masih jauh dari kata

sempurna, karena dalam pembuatan buku ini penulis masih dalam proses belajar. Sehingga

kami membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaa semua. Agar

kedepannya dapat kami bisa lebih menyempurnakan lagi buku yang kami buat selanjutnya.

Demikian yang penulis sampaikan, semoga buku dengan judul “Moralitas dan Spiritualitas

dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” dapat bermanfaat bagi pembaa semua.

Semarang, 23 Desember 2016

Penulis

Page 3: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

BAB I

A. Pengertian Tarekat

Tarekat yaitu sebuah aliran yang lahir dari sebuah perkumpulan yang

yang dipimpin oleh seorang syekh yang dalam hal ini pemimpin tersebutlah

yang membuat segala macam aturan dan biasanya, Syekh tersebut menganut

aliran tarekat tertentu. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa tarekat

adalah pendidikan yang ditempuh oleh seorang yang menjalani kehidupan

tasawuf untuk mencapai tingkatan tertentu. Tarekat ini merupakan sebuah

perjalanan (suluk) spiritual, deimensi batin dan esoterik Islam yang memiliki

dasar al Qur’an dan sunnah. 1 Pada awalnya, tarekat merupakan jalan yang

harus ditempuh seorang sufi untuk memperoleh makrifat untuk mendekatkan

diri kepada Allah SWT. Kemudian seiring berjalannya waktu berkembang

menjadi sebuah wadah perkumpulan kekeluargaan oleh para tasawuf yang

sealiran dan mempunyai ara-ara tertentu dalam latihan pengamalan agama yang

diawasi oleh seorang guru. Para anggota tarekat tersebut berkumpul pada suatu

tempat yang disebut ribath atau zawiyah atau yang lebih dikenal kita dengan

nama pondok persulukan. Di zawiyah atau pondok persulukan inilah berbagai

ajaran tasawuf dan ilmunya dipelajari, dan kemudian diterapkan dalam bentuk

tasawuf-tarekat dengan bimbingan seorang syekh atau mursyid.

Persulukan sendiri merupakan suatu lembaga nonformal keagamaan

yang di dalamnya beranggotakan murid dan mursyid, yang bertujuan untuk

menekuni ilmu ketaswufan dan meningkatkan kualitas dankuantitas ibadah.

Para murid tersebut ada yang berdomisili di pondok-pondok persulukan, ada

yang mandah secara musiman dan ada pula yang datang dan ada pula sekedar

datang pulang pergi bersilaturrahim dengan tujuan-tujuan tertentu seperti

silaturrahim, meminta obat, didoakan, dan lain-lain sebagainya. 2

Seara idealisme para tokoh tasawuf sepakat, bahwa ajaran tasawuf tidak

hanya dilakukan dengan didikan ruhani saja, tetapi juga didikan jasmani yang

1 Asmyn Hasibuan, “Penerapan Ajaran TArekat-Tarekat di Pondok Persulukan (Ponsluk) Darrusoufiyah Desa Hutalombang Keamatan Padangsimpuan Tenggara”, Padangsimpuan Tenggara, Takzir Vol.9 No.1 , 2014, hlm.29. 2 Ibid., hlm. 30

Page 4: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

diaplikasikan dalam sikap dan perilaku. Ajaran-ajaran tersebut adalah taubat,

wara, zuhud, faqr, sabar, syukur, tawakkal, dan ridha, bahkan buku-buku

tasawuf tidak selamanya memberikan angka dan susunan yang serupa tentang

maqamat sebagai ajaran tasawuf.3

Dikalangan para tasawuf dan dikalangan umat Islam yang luas ada

beberapa tokoh tarekat yang sangat terkenal. Diantaranya yaitu :

1. Zunnun al-Misri. (Wafat 245 H)

Beliau bernama Tauban ibn Ibrahim, dengan kunyah Abu al-Faid. Beliau

memiliki perawakan yang kurus dengan warna kulit sedikit kemerahan,

sementara janggutnya sama sekali tidak memutih. Beliau ialah salah

seorang sufi besar dan terkemuka pada masanya. Bahkan salah seorang

pimpinan kaum sufi dalam sikap zuhud, warak, tawakal, tauhid alam taqwa

serta ibadah kepada Allah SWT.

2. Ibrahim ibn Adham (Wafat 162 H).

Beliau bernama Ibrahim ibn Adham ibn Mansur ibn Yazid al-Ijli alBalkhi.

Memiliki kunyah Abu Ishaq. Lahir di Balakh, sebuah perkampungan yang

penduduknya dikenali sebagai orang ahli tasawuf yang sangat

mementingkan akhirat. Ibrahim ibn Adham ialah salah seoraang sufi

terkemuka, berasal dari keluarga bangsawan dan para penguasa. Ayah

beliau ialah salah seorang penguasa di wilayah Khurasan.

3. Abdul Qadir Jilani Beliau merupakan tokoh yang sangat dikagumi oleh

ahli tasawwuf, dan beliau merupakan pengdasar Tarekat Qadiriyah.

Syaikh Abdul Qadir lahir di desa naïf Kota Gilan pada tahun 470/1077,

yaitu wilayah yang terletak 150 km timur laut Baghdad. Ibunya seorang

yang salehah bernama Fatimah binti Abdullah alShama'I al-Husaini,

ketika melahirkan Syaikh Abdul Qadir ibunya berumur 60 tahun. suatu

kelahiran yang tidak lazim terjadi bagi wanita yang seumurnya.

Ayahnya bernama Abuh Shalih yang jauh sebelum kelahirannya ia

bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, yang diiringi oleh para

sahabat, imam mujahidin dan wali. Nabi Muhammad berkata, "Wahai Abu

3 Ibid., hlm. 30

Page 5: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

Shalih, Allah akan memberi anak lelaki, anak itu kelak akan mendapat

pangkat dan jabatan yang tinggi dalam kewalian sebagaimana halnya aku

mendapat pangkat tertinggi dalam kenabian dan kerasulan". Ulama yang

terakhir inilah yang banyak dikenal dalam kalangan ummat Islam di

Indonesia, bahkan beliau menjadi orang yang selalu disebutkan dalam

melaksanakan wirid yasin yang biasanya dilakukan setiap malam Jum’at

dan malam-malam pelaksanaan zikir dalam acara ta’ziyah.4

B. Sejarah dan Ajaran Dasar Tarekat

Pada periode sufi awal, abad ke-3 sampai abad ke-4 tasawuf masih

merupakan fenomena individu yang menekankan hidup asketis untuk

sepenuhnya meneladani kehidupan nabi Muhammad SAW. Lalu menginjak

abad ke 5 dan 6 H para elit sufi mulai melembagakan ajran-ajaran spiritual

mereka dalam system mistik partikal agar mudah dipelajari dan dipraktikan

oleh para pengikut mereka. Sistem mistik tersebut pada prinsipnya berisi ajaran

tentang maqamat, sebuah tahapan-tahapan yang secara gradual diikuti dan

diamalkan para sufi untuk sampai ke tingkat ma’rifat, dan ahwal, yaitu kondisi

psiko-spiritual yang memungkinkan seseorang (salik) dapat merasakan

kenikmatan spiritualsebagai manifestasi dari pengenalan hakiki terhadap Allah

swt. 5 Kemudian abad ke 6 dan 7 H tasawuf melembaga atau menjadi sebuah

kelompok sufi yang terdiri dari murid, syekh dan doktrin sufi yang selanjutnya

dikenal dengan ta'ifah sufiyyah atau yang lebih dikenal dengan tarekat.

Oleh karena itu tarekat disebut sebagai mazhab sufistik, yang menerminkan

suatu pemikiran dan doktrin mistik teknikal yang menyediakan metode tertentu

untuk mereka yang ingin menapai ma‟rifat billah. Pada satu sisi tarekat

menjadi sebuah disiplin mistik yang seara normative doktrinal meliputi system

wirid, doa, zikir, etika tawassul, ziarah dan lain sebagainya sebagai perjalanan

spiritual sufi. Sedangkan pada sisi lain terekat merupakan system social tarekat

sufi yang terintegrasi dalam tata hidup sufistik untuk menciptakan lingkungan

4 Soleh Fikri, “Strategi Tarekat dalam Menyebarkan Dakwah di Nusantara”, Hikmah, Vol.VIII No.02, 2014, hlm.104-105. 5 Agus Riyadi, “ Tarekat sebagai Organisasi Tasawuf”, Jurnal at-Taqaddum, Volume 6, Nomor 2, Nopember 2014, hlm. 362.

Page 6: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

psiko-sosial sufi sebagai kondisi yang menekankan kesalihan individual dan

komunal yang tujuannya adalah tercapainya kebahagiaan hakiki, dunia akhirat.6

Kedua sisi tarekat, yaitu sisi normative doctrinal dan istitusional tidak dapat

dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Doktrin tarekat, terutama aspek

teosofiknya, dapat direformasi dan reformulasi terkait dengan upaya

kontekstualisasi agar tarekat mampu memberi seperangkat kurikulum spiritual

bagi para murid. Sementara itu, institusi tarekat, sebagai wahana sosialisasi dan

aktualisasi doktrin sufi, dapat dimodifikasi dan dikembangkan sesuai dengan

prinsip-prinsip organisasi modern menjadi sebuah ikatan social organis sufistik

yang memungkinkan kelangsungan dan perkembangannya ke depan.7

Dari segi organisasi, yang semula tarekat hanya merupakan sebuah ikatan

sederhana antara seorang guru dengan muridnya mempunyai potensi untuk

berkembang baik dari segi struktural maupun fungsionalnya. Menurut Harun

Nasution salah satu ontoh dari perkembangan institusi atau organisasi tarekat

seara garis besar melalui tiga tahap, yaitu :

a. Tahap Khanaqah

Tahap khanaqah (pusat pertemuan sufi), dimana syekh mempunyai

sejumlah murid yang hidup bersama-sama di bawah peraturan yang

tidak ketat, syekh menjadi mursyid yang dipatuhi. Kontemplasi dan

latihan-latihan spiritual dilakukan secara individual dan secara

kolektif. Ini terjadi sekitar abad 10 M, gerakan ini mempunyai bentuk

aristokratis. Masa khanaqah ini merupakan masa keemasan tasawuf.

Biasanya sebuah persaudaraan sufi lahir karena adanya seorang guru

sufi yang memiliki banyak murid atau pengikut. Pada abad ke-11 M

persaudaraan sufi banyak tumbuh di negeri-negeri Islam. Mula-mula ia

merupakan gerakan lapisan elitmasyarakat Muslim, tetapi lama

kelamaan menarik perhatian masyarakat lapisan bawah. Pada abad ke

12 M banyak orang Islam memasuki tarekat-tarekat sufi. Pada waktu

itu kegiatan mereka berpusat di kanqah, yaitu sebuah pusat latihan sufi

6 Ibid., hlm.363 7 Ibid., hlm. 363

Page 7: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

yang banyak terdapat di Persia dan wilayah sebelah timur Persia.

Kanqah bukan hanya pusat para sufi berkumpul, tetapi juga di situlah

mereka melakukan latihan dan kegiatan spiritual, serta pendidikan dan

pengajaran formal, termasuk dalam hal kepemimpinan. Salah satu

fungsi penting lain dari kanqah ialah sebagai pusat kebudayaan dan

agama. Sebagai pusat kebudayaan dan agama, lembaga kanqah

mendapat subsidi dari pemerintah, bangsawan kaya, saudagar, dan

organisasi atau perusahaan dagang. Tempat lain berkumpulnya para

Sufi ialah zawiyah12 dan ribat.13 Pada abad ke-13 M ketika Baghdad

ditaklukkan tentara Mongol, kanqah serta ribat dan zawiyah berfungsi

banyak. Karena itu tidak heran apabila di berbagai tempat organisasi

kanqah tidak sama. Ada kanqah yang menerima subsidi khusus dari

kerajaan, ada yang memperoleh dana dari sumber swasta yang

berbeda beda, termasuk dari sumbangan para anggota tarekat. Kanqah

yang mendapat dana dari anggota sendiri dan mandiri disebut futuh

(kesatria), dan mengembangkan etika futuwwa (semangat kesatria).

Salah satu contoh kanqah terkemuka ialah Kanqah Sa`id al-Su`ada

yang didirikan pada zaman Bani Mameluk oleh Sultan Salahudin al-

Ayyubi pada tahun 1173 M di Mesir. Dalam kanqah itu hidup tiga ratus

darwish, ahli suluk, guru sufi dan pengikut mereka, serta menjalankan

banyak aktivitas social keagamaan. Organisasi kanqah dipimpin oleh

seorang guru yang terkemuka disebut amir majlis.

b. Tahap Tariqah

Sekitar abad 13 M, merupakan masa terbentuknya ajaranajaran,

peraturan, dan metode tasawuf. Pada masa ini muncul pusat-pusat

yang mengajarkan tasawuf, serta masa dimana berkembangnya metode

metode kolektif baru untuk mencapai kedekatan diri kepada Allah SWT.

c. Tahap Ta’ifah

Terjadi sekitar abad 17 M. Disini terjadi transmisi ajaran

dan peraturan kepada pengikut. Pada masa ini muncul

Page 8: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

organisasiorganisasi tasawuf yang mempunyai cabang-cabang

ditempat lain.Pada tahap ta‟ifah inilah tarekat mengandung arti lain,

yaitu organisasi sufi yang melestarikan ajaran syekh tertentu seperti

tarekat Qadiriyah, tarekat Naqyabandiyah, serta tarekat Syadziliyah.8

Pada abad ke 9 H tarekat menjadi popular sebagai suatu perkumpulan yang

dirikan oleh seorang syekh yang menganut sebuah aliran tertentu yang

peraturannya dibuat oleh Syekh tersebut lalu diamalkan bersama muridnya

tersebut.

Seara fungsional tarekat dapat mengembagkan fungsi-fungsi yang ukup

berfariasi diantaranya yaitu dibidang pendidikan, lembaga dakwah Islam,

lembaga ekonomi dan bahkan lembaga social politik yang menampung

berbagai aspirasi murid tarekat tersebut.

Manusia dalam kehidupannya hendaknya memiliki tujuan agar supaya

arah perjalanan yang akan ditempuh terukur. Menunjukkan arah tujuan hidup

merupakan persiapan diri menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi,

dapat mempersiapkan bekal yang mesti dipersiapkan dalam menempuh

perjalanan hidup. Dalam hal ini tarekat mempunyai beberapa ajaran daasra

yaitu :

a. Pertama, bertaqwa kepada Allah di dalam apa jua bentuk dan keadaan,

baik ketika dalam keadaan sunyi ataupun ketika berada dalam keadaan

terbuka. Ketawaaan keapa Allah akan mencetuskan rasa kemanisan iman

di dalam lubuk hati dan perasaan jiwa raga akan merasa lebih senang

untuk mengharapkan rahmat dari Tuhan. Disamping itu, hendaklah

memperkuatkan lagi perasaan diri sebagai proses persiapan untuk

mencapai hakikat keagungan iman dengan siftsifat yang wara' dan

beristiqamah tetap berdiri teguh di jalan Allah.

b. Kedua: mengikuti sunnah Rasulullah SAW dalam apa saja, baik dalam

bentuk perkataan mahupun perbuatan dan kemudian hendaklah menjaga

maruah dan kehormatan diri, di samping memelihara akhlak dan budi

pekerti yang baik.

8 Ibid., hlm.364-366

Page 9: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

c. Ketiga: Menjauhkan diri dari akhlak dan sifat yang buruk dalam apapun

keadaan sekalipun dan jangan sekali-kali mencoba melakukan hal-hal

yang dimurkai oleh Allah, karena Allah itu Maha Melihat terhadap apa

yang dilakukan oleh setiap manusia. Justeru itu, hendaklah

memperteguhkan diri dengan sifatsifat kesabaran dan senantiasa

bertawakkal kepada Allah.

d. Keempat: Redha terhadap pemberian Allah dan kurnia-Nya, baik sedikt

apatah lagi banyak dan di samping itu hendaklah memperkukuhkan

hakikat keredhaan dengan sifat-sifat qana'ah, iaiatu memadai dengan apa

yang ada dan juga dengan sefat berserah diri kepada Allah.

e. Kelima: Mengembalikan setiap urusan hidup hanya kepada Allah, baik

dalam keadaan senang ataupun susah, karena pergantungan hidup

manusia dalam apa jua bentuk sekalipun mestilah diserahkan kepada

Allah yang memberikan segala nikmat dan rahmat kepada siapa saja yang

dikendaki-Nya.9

Sebuah tarekat dibangun oleh landasan sistem dan sebuah hubungan yang

sangat erat dari murid dan mursyidnya. Hubungan yang erat antara guru atau

mursyid dengan muridnya merupakan pilar yang sangat penting pada sebuah

tarekat. Hunungan tersebut diawali dengan pernyataan kesetiaan atau baiat dari

seorang murid kepada gurunya (mursyid). Menegnai tata ara dan teknis dalam

pembaiatan, biasanya antara tarekat satu dengan yang lainnya seringkali

berbeda. Tetepai pada dasarnya ada tiga tahapan penting yang harus dilakukan

oleh alon murid, yaitu : talqin al dhikr (mengulang-ulang zikir tertentu), akhdh

al Ahd (mengambil sumpah), dan libs al khirqah (mengenakan jubah). Proses

pembaiatan ini merupakan proses yang sangat penting dalam sebuah tarekat,

karena baiat ini mengisyaratkan hubungan yang terjalin antara murid dan

mursyid tidak akan pernah putus. Setelah seorang murid mengikrarkan baiat,

murid tersebut dituntut untuk mematuhi barbagai ajaran dan tuntunan sang

mursyid, dan meyakini bahwa mursyidnya tersebut merupakan wakil dari Nabi.

9 Soleh Fikri, “Strategi Tarekat dalam Menyebarkan Dakwah di Nusantara”, Hikmah, Vol.VIII No.02, 2014, hlm.103-104.

Page 10: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

Terkadang lebih dari itu diyakini bahwa baiat juga merupakan perjanjian antara

murid sebagai seorang hamba dengan Al Haqq sebagai Tuhannya.

Setelah menjadi seorang murid, maka perjalanan spiritualnya (suluk)

sang murid dimaulai dengan belajar tasawuf. Dalam hal ini waktu yang

ditentukan tidaklah pasti, tergantung pada sang murid sendiri yang manjalani

berbagai tahapan pengalaman spiritual (maqomat) hingga sampai ke

pengetahuan tentang al haqiqat (kebenaran hakiki). Beberapa murid dapat

melewati tahapan-tahapan tersebut dengan waktu yang singkat, namun tak

sedikit pula yang memakan waktu yang ukup lama. Kelulusan dari sng murid

ditentukan oleh Mursyidnya. Apabila sang murid sudah dianggap lulus dalam

perjalanan spiritualnya dalam memahami hakikatnya, maka sang Mursyid akan

mengangkatnya menjadi seorang khalifah dengan memberikan ijazah (lisensi)

saat pengangkatannya.

C. Pengertian Moralitas dan Spiritualitas

Moral adalah suatu aturan atau tata cara hidup yang bersifat normatif

(mengatur/mengikat) yang sudah ikut serta bersama kita seiring dengan umur

yang kita jalani (Amin Abdulah: 167), sehingga titik tekan ”moral” adalah

aturan-aturan normatif yang perlu ditanamkan dan dilestarikan secara sengaja,

baik oleh keluarga, lembaga pendidikan, lembaga pengajian, atau komunitas-

komunitas lainnya yang bersinggungan dengan masyarakat. Sedangkan

“Moralitas” adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukkan

bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk. Moralitas mencakup

tentang baik-buruknya perbuatan manusia. (W.Poespoprojo, 1998: 18).10

Sedangan spiritualitas adalah kebutuhan bawaan manusia untuk

berhubungan dengan sesuatu yang lebih besar dari diri manusia itu. Istilah

”sesuatu yang lebih besar dari manusia”adalah sesuatu yang diluar diri manusia

10 ……, “pengertian Moral dan Moralitas”, diakses pada tanggal 30 November 2016, pukul 20.45 WIB, http://joy-dedicated.blogspot.co.id/2011/09/arti-definisi-moralitas-dan-moral.html

Page 11: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

dan menarik perasaan akan diri orang tersebut.11 Atau lebih mudahnya

spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan sang pencipta

( Achir Yani, 2000 ). Sedangkan spiritual yaitu suatu usaha atau upaya dalam

mencari kehidupan, tujuan dan panduan dalam menjalani kehidupan.

D. Moralitas dan Spiritualitas dalam Tarekat

Moralitas dalam tarekat merupakan tarekat sebagai sebuah disiplin diri.

Tarekat sebagai disiplin diri disini, tidak terikat oleh organisasi-organisasi

tarekat tertentu selain “Tarekat Rasulullah SAW” yang menggunakan dasar

pedoman al Qur’an dan sunnah rasul.

Spiritualitas dalam tarekat merupakan tarekat sebagai organisasi.

Tarekat sebagai organisasi biasanya terikat oleh salah satu organisasi tarekat

tertentu, berpedoman pada prinsip “wasilah” dan juga berpedoman pasa suluk

yang diajarkan mursyid, biasanya sang murid terikat oleh baiat atau janji-janji

yang diikrarkan kaepada mursyid, dan juga terdapat tata tertib organisasi yang

harus dan wajib diikuti.

E. Moralitas dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat- Tarekat Sufi

Sampai saat ini, tarekat-tarekat mempunyai berbagai macam aliran. Dan

biasannya disetiap aliran tarekat mempunyai karakteristik, moralitas dan

spiritualitas masing-masing yang menjadikannya sebuah ciri khas antara aliran

tarekat satu dengan yang lainnya. Berikut adalah contoh beberapa macam

aliran tarekat, yaitu :

a. Tarekat Naqsyabandiyah

Tarekat naqsyabandiyah merupakan tarekat yang sangat ketat dalam

menjalankan syari’at. Keseriusan beribadah pada tarekat ini menyebabkan

penolakan terhadap musik dan tari dan lebih mengutamakan dzikir yang

dilakukan didalam hati. Penganut Naqsyabandiyah mengenal sebelas asas

Thariqah. Delapan dari asas itu dirumuskan oleh Abd al-Khaliq

Ghuzdawani, sedangkan sisanya adalah penambahan oleh Baha‟ al-Din

11 Erikson Damanik, “ Pengertian Spiritualitas Menurut Para Ahli”, diakses pada tanggal 2 Desember 2016, pukul 23.04 WIB, http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2016/05/pengertian-spiritual-menurut-para-ahli.html

Page 12: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

Naqsyaband. Asas-asasnya, Abd al-Khaliq adalah: Hush dar dam : “sadar

sewaktu bernafas”. Nazar bar qadam : “menjaga langkah” sewaktu

berjalan. Safar dar watan: “melakukan perjalanan di tanah

kelahirannya”.Khalwat dar anjuman: “sepi di tengah keramaian”. Yad

kard: “ingat”, “menyebut”. Terus-menerus mengulangi nama Allah, dzikir

tauhid (berisi formula la ilaha illallah), atau formula dzikir lainnya yang

diberikan oleh guru seseorang, dalam hati atau dengan lisan. 12 Penganut

tarekat Naqsyabandiyah ini, saat melakukan dzikir tidak hanya sebatas

bejama’ah ataupun sendirian, tetapi dilakukan secara terus menerus, agar

didalam hati bersemayam kesadaran akan Allah secara permanen.

Saat melakukan dzikir tarekat naqsyabandiyah tak jauh berbeda

dengan tarekat-tarekat lainnya yaitu dengan berdzikir dengan menyebut

Tuhan secara berulang-ulang atau dengan menyebut kalimat la ilaha

illallah. Tujuan dari latihan tersebut adalah untuk mencapai kesadaran akan

Tuhan secara lebih langsung dan permanen. Dalam hal dzikir yang

membedakan tarekat Naqsyabandiyah dengan yang tarekat yang lainnya

adalah pada jumlah dzikir yang diamalkan lebih banyak dan juga saat

berdzikir biasanya menggunakan jenis dzikir diam (khafi, “tersembunyi”,

atau qalbi, “ dalam hati”).

Dalam mencapai tujuannya, dalam tarekat ini menggunakan enam

dasar yang dipakai sebaga pegangan, yaitu : taubat, uzla, zuhud, taqwa,

qona’ah dan taslim. Sedangkan amalan yang dilakkukan dalam terekat ini

antara lain : zikir, meninggalkan hawa nasu, meninggalkan kesengangan

duniawi, melaksanakan ajaran agama dengan sungguh-sungguh, berbuat

baik kepada makhluk Allah, dan mengerjakan amal kebaikan.

12 Agus Riyadi, “akhlak Tasawuf Sebagai Organisasi Tasawuf”, hlm. 371

Page 13: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

b. Tarekat Khalwatiyah

Batasan tasawuf dalam pandangan Khalwatiyah adalah penyesalan

atas dosanya, tawajjuh13 dengan ikhlas kepada kerelaan Tuhannya,

melepaskan jiwa dari pengaruh diri, mencari haq dengan akal dan perasaan.

Membersihkan diri dan berakhlak mulia.14 Tarekat Khalwatiyah juga

mempunyai pondasi dalam menjalankan alirannya, diantaranya yaitu :

Yaqdah atau kesadaran, taubah atau minta ampun, muhasabah atau

memperhitungkan untung rugi, inabah atau berhasrat kembali kepada

Tuhan, tafakkur atau selalu menggunakan pikiran, tazakkur atau selalu

menyebut Tuhan, I’tisham atau selalu berpegang kepada pimpinan Allah,

firar atau selalu lari dari kejahatan dan keduniaan yang tidak berfaedah,

riyadhah atau selalu melatihdiri dalam amal, dan sima’ atau selalu

mengunakan pendengaran dalam mengikuti perintah-perintah agama.

Menurut Aboebakar Atjeh yang mengutip dari Sa’id ‘Aidrus al-Habasyi

dengan kitabnya yang berjudul “Uqud al-La’al fi Asanid al-Rijal”. Kitab

tersebut berisi tentang Darir yang tertarik tentang tarekat Khalwatiyah dan

menerimanya dari

al-Hafnawi al-Shafi’i, begitu juga Ali al-Wina’i. Kesederhanaan dalam

tarekat ini adalah membawa jiwa dari tingkat yang rendah ke tingkat yang

sempurna melalui tujuh gelombang dari jiwa yang disebut martabat tujuh.

Ketujuh gelombang tersebut adalah :

1. Manusia yang berada dalam nafsu Ammarah bersifat jahil, kikir,

riba, takabbur, pemarah, gemar kepada kejahatan, dipengaruhi

shahwat; dan mempunyai sifat-sifat buruk yang lain. Manusia dalam

keadaan ini hanya dapat melepaskan dirinya daripada sifat-sifat

yang buruk itu ialah dengan memperbanyak zikir dan mengurangi

makan dan minum.

13 Tawajjuh adalah menghadapkan diri kepada Allah SWT yang terjadi pada saat Dzikir Sirri. 14 M. Ali Sibram Malisi, “ Tarekat Khalwatiyah “, 2012, Volume 4 Nomor 1, hlm. 68.

Page 14: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

2. Manusia yang berada dalam nafsu lawwamah, banyak kegemaran

dalam mujahadah dan pelaksanaan shari’at, ia banyak berbuat amal

saleh, tetapi masih bercampur aduk dengan sifat ujub, takabbur dan

riya. Melepaskan diri dari pada ria hanya dapat dilakukan dengan

fana dalam ikhlas, dengan shuhud, bahwa penggerak dan

penyempurna rasa ialah Allah. Melepaskan diri daripada dua sifat

yang pertama dapat dilakukan dengan mujahadah dan melakukan

enam perkara, yaitu mengurangi makan, mengurangi tidur,

mengurangi bicara, sering berpisah diri dari manusia, tetap dalam

zikir dan dalam pikiran yang sempurna.

3. Manusia yang berada dalam nafsu al-Mulhamah, biasanya kuat

mujahadah dan melakukan tajrid dan oleh karena itu menemui

isyarat-isyarat tauhid, tetapi ia belum dapat sepenuhnya melepaskan

diri daripada hukum-hukum manusia. Oleh karena itu, manusia ini

harus membiasakan badan dan jiwanya, menenggelamkan batinnya

ke dalam hakikat iman, dan menenggelamkan lahirnya ke dalam

kesibukan syari’at Islam.

4. Manusia yang berada dalam keadaan Nafsu al-Muthmainnah, tidak

dapat lagi meninggalkan hukum taklifi agama barang sejari.

Berakhlaq dengan akhlaq Rasul Allah dan tidak tenteram jika tidak

menurut sabda Nabi dan petunjuknya, sehingga ia menyenangkan

hati orang yang memandang dan mendengar ucapannya.

5. Manusia yang mempunyai nafsu al-Radiyah ialah manusia yang

dalam keadaan fana kedua, sudah terlepas dari sifat-sifat manusia

biasa. Dengan tidak dipaksakan halnya dalam baqa. Tanda-tandanya

ia tidak bergantung pada manusia, tetapi bergantung hanya pada

Allah semata.

6. Manusia dalam nafsu al-Mardiyah, yaitu manusia yang dapat

mencampurkan kecintaan Khaliq dan khalaq.

7. Manusia yang tertinggi berada dalam keadaan nafsu al-Kamilah,

yaitu manusia yang dalam pekerjaan ibadatnya turut seluruh

Page 15: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

badannya, lidahnya, hatinya dan anggota-anggotanya yang lain.

Manusia yang demikian banyak melakukan istigfar, tawadhu’.15

Dalam tarekat khalwatiyah dikenal sebuah amalan yang disebut

Asma as-Sab’ah ( tujuh nama ) yatitu tujuh macam zikir atau tujuh

tingkatan jiwa yang harus dibaca oleh setiap tingkatan Salik16. Disamping

itu, Sayyid Ali al-Wina’i membagi martabat asma (zikir) dalam tujuh

tingkat tersebut yakni:

Pertama : Lafaz la ilaha illallah sebagai perbandingan untuk nafsu

ammarah. Jiwa ini dianggap jiwa yang paling kotor dan selalu menyuruh

pemiliknya untuk melakukan perbuatan dosa dan maksiat atau buruk. Hal

ini didasarkan pada QS.Yusuf: 53: “sesungguhnya jiwa itu selalu menyuruh

kepada kejahatan”. Kedua: Lafaz Allah, untuk nafsu Lawwamah (jiwa

yang menegur), jiwa ini dianggap sebagai jiwa yang sudah bersih dan

selalu menyuruh kebaikan-kebaikan kepada pemiliknya dan menegurnya

bila ada keinginan untuk melakukan perbuatan buruk. Didasarkan pada QS.

AlQiyamah: 2: “dan aku tidak bersumpah dengan jiwa yang menegur”.

Ketiga: Lafaz Huwa, untuk nafsu al-Mulhamah (jiwa yang terilhami) yakni

dianggap terbersih dan telah terilhami oleh Allah SWT, sehingga bisa

memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Didasarkan pada QS. Al-

Syam: 7 dan 8: “Demi jiwa yang menyempurnakannya Allah mengilhami

jiwa tersebut kejahatan dan ketaqwaannya”. Keempat: Lafaz Haq untuk

nafsu al-Mutmainnah (jiwa yang tenang), jiwa ini dianggap bersih juga

tenang dalam menghadapi problem hidup maupun goncangan jiwa lainnya

didasarkan pada QS. Al-Fajr: 27: “Wahai jiwa yang tenang”. Kelima: Lafaz

Hay untuk nafsu al-Radiyah (jiwa yang ridha), jiwa semakin bersih, tenang

dan ridha terhadap apa yang menimpa miliknya, karena semua berasal dari

pemberian Allah. Didasarkan pada QS. Al-Fajr: 28: Wahai Jiwa yang

tenang”. Keenam: Lafaz Qayyum untuk nafsu Mardiyah (jiwa yang

15 Ibid., hlm.69 16 Salik adalah seseorang yang menjalani disiplin spiritual dalam menempuh jalan sufisme Islam untuk membersihkan dan memurnikan jiwanya, yang disebut juga dengan jalan suluk. Dengan kata lain, seorang salik adalah seorang penempuh jalan suluk.

Page 16: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

diridhai), selain jiwa itu sudah bersih, tenang, ridha juga mendapat ridha

dari Allah SWT. Dasar ayatnya sama dengan dasar tingkat jiwa yang

kelima. Dan ketujuh: Lafaz Qahhar untuk nafsu Kamilah (jiwa yang

sempurna) dan inilah jiwa terakhir atau puncak jiwa yang paling sempurna

dan akan terus mengalami kesempurnaan selama hidup dari pemiliknya.

Secara eksplisit tidak disebutkan dalam al-Qur’an.17

c. Tarekat Rifa’iyah

Tarekat rifa’iyah merupakan salah satu dari berbagai macam tarekat

yang ada. Terekat ini terkenal dengan ilmu kekebalannya,

pengaplikasiannya seperti pada atraksi “Debus” yang menggunakan dzikir

dan do’a-do’a dalam ajaran tarekat ini. Didalam tarekat rifa’iyah hubungan

guru dan murid sangatlah erat. Guru dalam tarekat disebut Mursyid atau

kiyai. Mursyid disini bertugas memberikan ilmunya kepada yang ingin

belajar. Sedangkan yang menerima ilmu mereka akan menjadi Mursyid.

Oleh karena itu seseorang yang ingin menjadi pengikut tarekat Rifa’iyah

harus menjalakan perintah dari Mursyidnya atau yang menjai gurunya.18

Setiap orang yang ingin masuk menjadi anggota tarekat rifa’iyah biasanya

akan dibai’at terlebih dahulu, dengan sebelumnya harus menyelesaikan

ujian yang diberikan oleh Guru yang berupa ujian fisik, mental dan batin.

Ketiga ujian tersebut biasanya dilakukan dalam waktu yang sam dengan

berpuasa. Puasa disini ada yang melakukannya selama tiga hari dan ada

yang menyebutkan harus dilakukan 40 hari. Selama menjalankan puasa

tersebut, stiap murid harus menjalankan beberapa kewajiban, seperti mandi

setiap malam hari dan membersihkan diri dari dosa. Biasanya mereka yang

telah mandi dimalam hari tersebut tidak diperkenankan untuk tidur, karena

mereka diwajibkan melakukan kegiatan lainnya yaitu : sholat istikharah

sebanyak enam rakaat, 3 kali salam, dilanjutkan membaa istighfar sebanyak

100 kali, membaa sholawat kepada Rasulullah SAW sebanyak 100 kali,

17 M. Ali Sibram Malisi, “ Tarekat Khalwatiyah “, 2012, Volume 4 Nomor 1,hlm.70-71. 18 Yanti Susilawati, “ Analisa Pengaruh Tarekat Rifa’iyah Terhadap Keagamaan di Banten pada Abad ke-29”, 2015,hlm. 43.

Page 17: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

membaa dzikir 100 kali, membaa al-Qur’an surat al-Fatihah dan al-Ikhlas

sebanyak 100 kali, dan surat al-Falaq dan an-Nas sebanyak satu kali. Selain

itu terdapat juga pantangan bagi mereka yang sedang melaksanakan puasa,

yaitu : tidak boleh bertemu dengan perempuan dan tidak boleh memakan

segala sesuatu saat berbuka puasa keuali sekepal nasi putih, sedikit garam

dan beberapa cabe rawit.

Anggota-anggota terekat rifa’iyah mempunyai beberapa kewajiban

yang harus dilakukan, yaitu: wajib menjalakan sholat lima waktu,

meninggalkan segala perbuatan yang melanggar agama, dan membiasakan

membaca dan mengamalkan wirid yang telah diajarkan sebelumnya. Selain

itu, murid juga diwajibkan mengikuti dua kali tawajjuh, yaitu pada saat

jumat pertama saat ia dilantik dan jumat terakhir. Dalam kegiatan tawajjuh

tersebut seorang murid akanmemperoleh berbagai nasehat-nasehat

keagamaan dan pelajaran moral dalam kehidupan sehari-hari. Dan pada

saat tersebut juga diajarkan dzikir-dzikir tertentu.

Setiap aliran tarekat akan mempunyai dzikir dan wirid yang berbeda

antara satu aliran dengan aliran lainnya. Dzikir dan wirid merupakan

amalan pokok yang harus dilaksanakan oleh setiap anggotanya. Pada aliran

terekat rifa’iyah perbedaannya terdapat pada dzikirnya. Dzikir kaum

rifa’iyah ini biasanya menggunakan jenis dzikir yang lantang yang biasa

disebut “ Darwis menangis atau melolong”, karena dilakukan seara

bersama-sama dan diiringi suara gendang yang bertalu-talu. Sedangkan

wirid dan amalan tarekat ini pada dasarnya terdiri dari :

1) Hadiah al-Fatihah atau Wasilah

Yaitu perbuatan atau amal yang dikerjakan dan diamalkan oleh

orang mukmin yang mengharapkan sesuatu dengan ara membuat

perantara sehingga ia memperoleh apa yang diharapkannya. Dalam

tarekat rifa’iyah surat al-Fatihah dibaa sebanyak 17 kali, yaitu

sesuai dengan jumlah orang yang patut dibaakan al-Fatihah.

Page 18: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

2) Wirid al_Qur’an dan Do’a

Setelah surat al-Fatihah dibacakan, dilanjutkan dengan membaca

ayat al-Qur’an yaitu dengan membaca surat al-Ikhlas, al-Falaq,

an-Nas masing-masing dibaa sebanyak 3 kali, kemudian selanjutnya

membaa doa yang berisi tentang permohonan masuk surga dan

terhindar dari azab neraka.

3) Munajat al-Rifa’i

Setelah selesai wirid al-Qur’an dan berdoa dilanjutkan dengan

membaca doa munajat al-Rifa’i. munajab Ratib al-Rifa’i bukan

berbentuk harapan, rintihan, dan keluhan jiwa terhadap Allah SWT,

melainkan permohonan pertolongan yang dikenal dengan istighasah

dan dengan berperantara (tawassul) kepada Nabi SAW.

4) Sholawat Nabi

Sholawat dan doa untuk Rasulullah SAW merupakan bagian dari

persyaratan dari ritual dan dianggap sebagai doa yang harus diulang

beberapa kali pada setiap peristiwa.

Dalam tarekat rifa’iyah ini ada beberapa jenis wirid yang

diamalkan oleh para murid yaitu wirid pengobatan, wirid kekebalan

terhadap benda tajam dan tidak terbakar oleh api.

d. Tarekat Qodiriyah

Tarekat Qodiriyah adalah salah satu tarekat yang dikenal luwes,

yaitu bila seorang murid sudah mencapai derajat Syekh, maka murid

tersebut tidak mempunyai keharusan untuk terus mengikuti tarekat

gurunya. Bahkan murid tersebut mempunyai hak untuk memodifikasi

tarekat tersebut dengan tarekat lainnya. Terekat ini selalu

mementingkan kasih sayang terhadap semua makhluk, selalu rendah

hati dan menjauhi fanatisme dalam beragama dan maupun dalam

berpolitik.

Page 19: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

Biasanya saat berdzikir tarekat ini menyebut-nyebut nama

Tuhan dengan melafalkan “Lailahaillallahu” dengan berdiri sambil

bersenam, mengepalkan tangan ke samping, ke depan, ke muka dengan

badan yang sigap, dan putus ingatan dengan yang lain, kecuali hanya

kepada Allah SWT. Zikir pokok tarekat Qadiriyah yaitu membaca

Istighfar paling sedikit dua kali atau duapuluh kali dengan lafadz

Astaghfir Allah al-ghafur al-Rahim. Kemudian membaca shalawat

sebanyak itu pula dengan lafadsz Allahuma shali’ala sayyidina

Muhammad wa’ala alihi wa shahbihi wa sallim. Setelah itu membaca

La ilaha illallah seratus enampuluh kali setelah selesai shalat fardhu.

Pengucapan lafadz Lailaha illallah memiliki cara tersendiri, yaitu kata

la dibaca sambil dibayangkan dari pikiran ditarik dari pusat hingga

otak, kemudian kata ilaha dibaca sambil menggerakkan kepala

kesebelah kanan, lalu kata illallah dibaca dengan keras sambil

dipukulkan kedalam sanubari, yaitu kebagian sebelah kiri. Setelah

selesai melakukan zikir itu lalu membaca Sayyidina Muhammad Rasul

Allah Shalallah ‘alaihi wa sallam.lalu membaca shalawat Allahuma

shalli’ala sayyidina Muhammad shalatan Tunjina biha min jami al-

ahwal wa al-afat hingga akhirnya.kemudian membaca surat Al-Fatihah

ditujukan kepada Rasulullah SAW dan kepada seluruh Syekh-syekh

tarekat Qadiriyah serta para pengikutnya juga seluruh orang islam baik

yang masih hidup maupun yang sudah mati.19 Adapun asas dalam

tarekat Qadiriyah antara lain yaitu : bercita-cita tinggi, melaksanakan

cita-cita, membesarkan nikmat, memelihara kehormatan dan

memperbaiki khidmat kepada Allah SWT.

19 Mpuz al Afasy : “ Tarekat Qadiriyah”, diakses pada tanggal 2 Desember 2016, pukul 21.43 WIB, http://catatan-ideologis.blogspot.co.id/2010/02/tarekat-qadiriyah.html

Page 20: FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM … · dan Spiritualitas dalam Ajaran Tarekat-Tarekat Sufi” yang menjadi tugas akhir kami, dalam mata kuliah Akhlak Tasawuf. ...

DAFTAR PUSTAKA

http://catatan-ideologis.blogspot.co.id/2010/02/tarekat-qadiriyah.html

Fikri, Soleh. 2014. “Strategi Tarekat dalam Menyebarkan Dakwah di Nusantara”. Hikmah

Vol.III No.02.

Hasibuan, Asmyn.2014.”Penerapan Ajaran Tarekat-Tarekat di Pondok Persulukan (Ponsluk)

Darussoufiyah Desa Huta Lomabnag Keamatan Padangsimpuan Tenggara”. Tazir Vol.09 No.I

http://joy-dedicated.blogspot.co.id/2011/09/arti-definisi-moralitas-dan-moral.html diakses

pukul 20.45 WIB tanggal 30 November 2016

Malisi, M. Ali Sibram, Juni 2012, “Tarekat Khalwatiyah”. Tasamuh. Volume 4 Nomor 1.

http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/2016/05/pengertian-spiritual-menurut-para-

ahli.html

Riyadi, Agus, November 2014, “Tarekat sebagai Organisasi Tasawuf(Melacak Peran

TarekatDalam Perkembangan Dakwah Islamiyah)”. Jurnal at-Taqaddum. Volume 6, Nomor 2.

Susilawati, Yanti, 2015, “Analisa Pengaruh Tarekat Rifa’iyah Terhadap Keagamaan di

Banten Abad ke-19”.