Faktur Pajak

16
e-Faktur Faktur Pajak Elektronik DISUSUN OLEH - KELOMPOK 5 Aryanto EkaWirasta ( 5 ) Fitria Chandra Purwati (10) Sofi KhusniatySafarina (23) Teguh Kurniawan (25) WahyuAndriyadi (29)

Transcript of Faktur Pajak

  • e-FakturFaktur Pajak ElektronikDISUSUN OLEH - KELOMPOK 5

    Aryanto EkaWirasta ( 5 )Fitria Chandra Purwati (10)Sofi KhusniatySafarina (23)Teguh Kurniawan (25)WahyuAndriyadi (29)

  • 2A. Faktur Pajak

    Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena Pajakyang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena Pajak.Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap:

    a. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)huruf a dan/atau Pasal 16D Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;

    b. penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) hurufc Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;

    c. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat(1) huruf f Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;

    d. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4ayat (1) huruf g Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai; dan/atau

    e. ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf hUndang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

    Faktur Pajak sebagaimana dimaksud di atas harus dibuat pada:a. saat penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

    huruf a dan/atau Pasal 16D Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;b. saat penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

    huruf c Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;c. saat ekspor Barang Kena Pajak Berwujud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

    ayat (1) huruf f Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai;d. saat ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 4 ayat (1) huruf g Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai; dan/ataue. saat ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf h

    Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.f. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum

    penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;g. saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap

    pekerjaan; atauh. saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

    tersendiri.

    Berdasarkan PMK Nomor 151/PMK.011/2013 tentang tata cara pembuatan dantata cara pembetulan atau penggantian faktur pajak yang berlaku per 1 Januari 2014, fakturpajak berbentuk:

    a. Elektronik;Faktur Pajak yang dibuat secara elektronik sesuai Peraturan Direktur Jenderal

    Pajak mengenai tata cara pembuatan Faktur Pajak yang berbentuk elektronik, untuk setiappenyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak

    b. Kertas (hardcopy).

  • 3Faktur Pajak yang dibuat tidak secara elektronik berdasarkan Peraturan DirekturJenderal Pajak untuk setiap penyerahan dan/atau ekspor Barang Kena Pajak dan/ataupenyerahan dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.

    Pengusaha Kena Pajak dapat membuat 1 (satu) Faktur Pajak yang meliputi seluruhpenyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak dan/atau penerima JasaKena Pajak yang sama selama 1 (satu) bulan kalender yang merupakan Faktur PajakGabungan. Faktur Pajak gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahanBarang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.

    Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan BarangKena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat:

    a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan Barang KenaPajak atau Jasa Kena Pajak;

    b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena Pajak ataupenerima Jasa Kena Pajak;

    c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dang. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. Untuk Faktur

    Pajak berbentuk elektronik, tanda tangan berupa Tanda Tangan Elektronik.

    Sejak 1 April 2013, PER-24/PJ/2012 tentang Bentuk, Ukuran, Tata Cara PengisianKeterangan, Prosedur Pemberitahuan dalam Rangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulanatau Penggantian dan Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak mulai berlaku. Peraturan inimemuat beberapa perubahan yang mendasar di bidang Pajak Pertambahan Nilai, terutamaterkait dengan tata cara pemberian nomor seri faktur pajak. Dengan berlakunya peraturanini, Nomor Seri Faktur Pajak tidak lagi dibuat oleh Wajib Pajak, karena penomoran fakturpajak akan dilakukan secara sentralisasi oleh Direktorat Jenderal Pajak. Akibat daripenomoran faktur pajak yang tersentralisasi oleh DJP, maka 13 nomor terakhir dari 16nomor faktur pajak ditentukan oleh sistem DJP, termasuk kode tahun pun akan dicreate olehsistem DJP serta kode cabang dihapus.

    Sebelum Pengusaha Kena Pajak dapat memperoleh Nomor Seri Faktur Pajak,terlebih dahulu Pengusaha Kena Pajak mengajukan permohonan Kode Aktivasi danPassword secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak dimana Pengusaha Kena Pajaktesebut dikukuhkan. Kode Aktivasi dan password akan diberikan oleh Direktorat JenderalPajak kepada Pengusaha Kena Pajak yang telah memenuhi syarat, sebagai berikut :

    1. Pengusaha Kena Pajak telah dilakukan Registrasi Ulang Pengusaha Kena Pajakoleh Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP terdaftar berdasarkan Peraturan DirekturJenderal Pajak Nomor PER-05/PJ/2012 dan perubahannya dan laporan hasilregistrasi ulang verifikasi menyatakan PKP tetap dikukuhkan; atau

  • 42. Pengusaha Kena Pajak telah dilakukan verifikasi berdasarkan Peraturan MenteriKeuangan Nomor 73/PMK.03/2012 tentang Jangka Waktu Pendaftaran danPelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran, Pemberian, Dan PenghapusanNomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan Pencabutan PengukuhanPengusaha Kena Pajak.

    Secara garis besar terdapat poin-poin perubahan yang dilakukan dengandiberlakukannya PER-24/PJ/2012 ini jika dibandingkan dengan peraturan sebelumnyamengenai faktur pajak yaitu PER-13/PJ/2010 s.t.d.t.d PER-65/PJ/2010 yaitu :

    No Keterangan PER-13/PJ/2010 stdtdPER-65/PJ/2010 PER-24/PJ/2012

    1 Otorisasi pemberiannomor seri

    Nomor Urut FP ditentukansendiri oleh PKP secaraberurutan

    Nomor Seri FP diberikan oleh DJPdengan mekanisme yang ditentukanoleh DJP

    2 Syarat diberikannomor seri FP

    Tidak ada syarat khusus,baik PKP ataupun non PKPdapat membuat nomorsendiri.

    Nomor Seri Faktur Pajak diberikankepada PKP yang telah diregistrasiulang dan PKP baru yang telahdiverifikasi dalam rangkapengukuhan PKP

    3Identitas PKPkhususnya alamat danjenis barang/jasa

    Tidak ditegaskan

    Penegasan Keterangan FP mengenaialamat dan jenis barang/jasa harusdiisi sesuai dengan keterangan yangsebenarnya atau sesungguhnya

    4 Penunjukan danPenandatanganan FPPKP tidak disyaratkanmelampirkan fotokopikartu identitas yang sah

    Mengatur pejabat/pegawaipenandatangan FP yang berhak:

    - PKP wajib memberitahukanke KPP surat penunjukanpenandatangan FP; dan

    - fotokopi kartu identitasyang sah (dilegalisasi olehpejabat berwenang)

    5 Istilah Faktur PajakCacatDiatur dan digunakanistilah Faktur Pajak cacat

    Istilah Faktur Pajak cacat digantidengan Faktur Pajak tidaklengkap agar sinkron denganketentuan UU KUP

  • 56 Penggunaan KodeTransaksi (02 dan 03)

    Menimbulkan multitafsiruntuk transaksi yang harusdipungut oleh Pemungutdengan mekanisme normal

    Mempertegas peruntukan KodeTransaksi, yaitu kode 02 (bendaharapemerintah) & 03 (BUMN danKPS) digunakan untuk penyerahanyang PPNnya dipungut olehPemungut PPN

    7 Urutan nomor seriFaktur Pajak

    - Wajibmembetulkan FPsehingga sequencenumber tetapterjaga

    - Apabila tidakdibetulkan, PKPpenerbit dikenaisanksi Ps 14 (4)UU KUP dan PKPPembeli tetapdapatmengkreditkan PM

    - Nomor seri Faktur Pajakdiberikan oleh DJP denganblok nomor urut

    - Penggunaan nomor yangtidak urut tidak dikenakansanksi

    - Terdapat kewajibanpelaporan nomor yang tidakterpakai

    8 Nomor Seri FP ganda(lebih dari satu)- Wajib membetulkan FPsehingga sequence numbertetap terjaga

    Seluruh Faktur Pajak dengan NomorSeri FP yang sama /ganda termasukFaktur Pajak Tidak Lengkap

    9 Penerbitan FPPengganti

    - MenggunakanNomor Seri baru

    - Dilaporkan di 2Masa Pajak SPT,yaitu di masa FPyang diganti dan dimasa pembuatanFP pengganti

    - Menggunakan Nomor Seriyang sama

    - Hanya dilaporkan di SPTFP yang diganti

    10 Pengkreditan FP

    Kesalahan pengisianketerangan FP di luar kuasaPKP Pembeli tetap dapatdikreditkan (nomor tidakurut, kode cabang danpenandatangan belumdiberitahukan ke KPP)

    FP yang tidak diisi denganketerangan yang sebenarnya atausesungguhnya dan yang tidakmengikuti tata cara sebagaimanaditetapkan dalam Peraturan DirekturJenderal Pajak ini tidak dapatdikreditkan oleh PKP Pembeli

  • 6Bentuk faktur pajak menurut PER-24/PJ/2012 bisa disesuaikan dengankepentingan PKP (pasal 3). Pengadaan faktur pajak dilakukan oleh PKP sendiri (pasal 4ayat 1).

    Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam 2 (dua) rangkap yang peruntukannyamasing-masing sebagai berikut (pasal 4 ayat 2):

    1. Lembar ke-1, disampaikan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima JasaKena Pajak.

    2. Lembar ke-2, untuk arsip PKP yang menerbitkan Faktur Pajak.Dalam hal Faktur Pajak dibuat lebih dari yang ditetapkan sebagaimana dimaksud di

    atas, maka harus dinyatakan secara jelas peruntukannya dalam lembar Faktur Pajak yangbersangkutan. (pasal 4 ayat 3).

    Adapun bentuk faktur pajak yang dicontohkan sebagaimana yang terdapat dalamLampiran IA dan Lampiran IB yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari PER-24/PJ/2012 adalah sebagai berikut :

    6

    Bentuk faktur pajak menurut PER-24/PJ/2012 bisa disesuaikan dengankepentingan PKP (pasal 3). Pengadaan faktur pajak dilakukan oleh PKP sendiri (pasal 4ayat 1).

    Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam 2 (dua) rangkap yang peruntukannyamasing-masing sebagai berikut (pasal 4 ayat 2):

    1. Lembar ke-1, disampaikan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima JasaKena Pajak.

    2. Lembar ke-2, untuk arsip PKP yang menerbitkan Faktur Pajak.Dalam hal Faktur Pajak dibuat lebih dari yang ditetapkan sebagaimana dimaksud di

    atas, maka harus dinyatakan secara jelas peruntukannya dalam lembar Faktur Pajak yangbersangkutan. (pasal 4 ayat 3).

    Adapun bentuk faktur pajak yang dicontohkan sebagaimana yang terdapat dalamLampiran IA dan Lampiran IB yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari PER-24/PJ/2012 adalah sebagai berikut :

    6

    Bentuk faktur pajak menurut PER-24/PJ/2012 bisa disesuaikan dengankepentingan PKP (pasal 3). Pengadaan faktur pajak dilakukan oleh PKP sendiri (pasal 4ayat 1).

    Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam 2 (dua) rangkap yang peruntukannyamasing-masing sebagai berikut (pasal 4 ayat 2):

    1. Lembar ke-1, disampaikan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima JasaKena Pajak.

    2. Lembar ke-2, untuk arsip PKP yang menerbitkan Faktur Pajak.Dalam hal Faktur Pajak dibuat lebih dari yang ditetapkan sebagaimana dimaksud di

    atas, maka harus dinyatakan secara jelas peruntukannya dalam lembar Faktur Pajak yangbersangkutan. (pasal 4 ayat 3).

    Adapun bentuk faktur pajak yang dicontohkan sebagaimana yang terdapat dalamLampiran IA dan Lampiran IB yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari PER-24/PJ/2012 adalah sebagai berikut :

  • 7B. e-Faktur1. Latar Belakang

    Pemberlakuan e-Faktur dimaksudkan untuk memberikan kemudahan,kenyamanan, dan keamanan bagi Pengusaha Kena Pajak dalam melaksanakan kewajibanperpajakan khususnya pembuatan Faktur Pajak. Selama ini banyak pihak yang tidakbertanggung jawab berusaha untuk melakukan penggelapan pajak melalui pemalsuanFaktur Pajak. Berbagai modus pemalsuan Faktur Pajak dilakukan dengan memanfaatkankelemahan sistem dari pembuatan dan pengawasan penerbitan dan penggunaan FakturPajak oleh pihak DJP. Akibatnya negara dirugikan dengan jumlah yang sangat besar akibatdari penyalahgunaan dan pemalsuan Faktur Pajak ini. Untuk mengatasi kerugian negaraakibat dari pemalsuan dan penyalahgunaan Faktur Pajak ini, maka Pemerintah membuatkebijakan dan regulasi baru untuk memperkuat sistem pengawasan terhadap penerbitandan penggunaan Faktur Pajak. Kebijakan baru ini tertuang dalam Peraturan MenteriKeuangan Nomor 151/PMK.011/2013, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014, Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014, dan KeputusanDirektur Jenderal Pajak Nomor KEP-136/PJ/2014 mengenai penerbitan Faktur Pajak secaraElektronik yang dikenal sebagai e-Faktur.

    Yang mendasari DJP membuat aplikasi ini adalah karena memperhatikan masihterdapat penyalahgunaan faktur pajak, diantaranya wajib pajak non PKP yang menerbitkanfaktur pajak padahal tidak berhak menerbitkan faktur pajak, faktur pajak yang terlambatditerbitkan, faktur pajak fiktif, atau faktur pajak ganda. Juga karena beban administrasi yangbegitu besar bagi pihak DJP.

    2. Dasar Hukuma. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 151/PMK.03/2013 tentang Tata Cara

    Pembuatan dan Tata Cara Pembetulan atau Penggantian Faktur Pajakb. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2014 tentang Tata Cara

    Pembuatan dan Pelaporan Faktur Pajak Berbentuk Elektronikc. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2014 tentang Perubahan

    Kedua atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER 24/PJ/2012 tentangBentuk, Ukuran, Tata Cara Pengisian Keterangan, Prosedur Pemberitahuan dalamrangka Pembuatan, Tata Cara Pembetulan atau Penggantian, dan Tata CaraPembatalan Faktur Pajak

    d. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-136/PJ/2014 tentang PenetapanPengusaha Kena Pajak yang diwajibkan membuat Faktur Pajak BerbentukElektronik

    3. DefinisiFaktur Pajak yang berbentuk elektronik, yang selanjutnya disebut e-Faktur, adalah

    Faktur Pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/ataudisediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. (Pasal 1 ayat (1) PER-16/PJ/2014)

    Aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan oleh DirektoratJenderal Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi dengan petunjukpenggunaan (manual user) yang merupakan satu kesatuan dengan aplikasi atau sistemelektronik tersebut. (Pasal 1 ayat (3) PER-16/PJ/2014)

  • 8e-Faktur adalah dokumen elektronik yang dapat dicetak di kertas atau disimpandalam bentuk file pdf. Aplikasi yang dimaksudkan dalam Pasal 1 ayat (3) PER-16/PJ/2014ini telah dipersiapkan sejak tahun 2011.Kelak aplikasi ini akan terhubung ke program e-SPT,sehingga akan memudahkan Pengusaha Kena Pajak dalam membuat SPT Masa PPNsecara elektronik menggunakan program e-SPT.

    4. SubjekAda 3 gelombang penerapan e-Faktur bagi WP PKP:

    a. PKP wajib e-Faktur sejak 1 Juli 2014 ada 45 WP PKP yang ditetapkan melalui KEP-136/PJ/2014, yaitu:No NPWP NAMA1 01.338.618.0-091.000 PT Pama Persada Nusantara2 01.002.075.8-092.000 PT Goodyear Indonesia Tbk3 01.445.062.1-092.000 PT Ramajaya Pramukti4 01.001.663.2-051.000 PT Aneka Tambang5 01.000.011.5-051.000 PT Bukit Asam (Persero) Tbk6 01.000.013.1-093.000 PT Telekomunikasi Indonesia7 01.718.327.8-093.000 PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel)8 01.300.992.3-093.000 PT Sucofindo9 02.239.283.1-093.000 PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia10 01.000.120.4-052.000 PT Monier11 01.069.162.4-052.000 PT Misung Indonesia12 01.061.554.0-052.000 PT Kurita Indonesia13 02.026.485.9-052.000 PT Foseco Indonesia14 02.593.932.3-052.000 PT Patra SK15 01.070.909.5-052.000 PT BP Petrochemicals Indonesia16 01.824.407.9-055.000 PT Sanken Indonesia17 01.000.147.7-055.000 PT Sanyo Jaya Components Indonesia18 02.519.842.5-055.000 PT Akashi Wahana Indonesia19 01.060.616.8-055.000 PT Akebono Brake Astra Indonesia20 01.070.743.8-055.000 PT NS Bluescope Indonesia21 01.707.574.8-056.000 PT Sony Indonesia22 01.305.436.6-056.000 PT Penta Valent23 01.001.773.9-057.000 PT Elegant Textile Industry24 01.068.034.6-057.000 PT DongII Indonesia25 01.061.736.3-058.000 PT Du Pont Indonesia26 01.070.870.9-058.000 PT Yokogawa Indonesia

  • 927 01.869.736.7-058.000 PT Erm Indonesia28 01.070.939.2-058.000 PT Kuala Pelabuhan Indonesia29 01.070.680.2-059.000 PT ISS Indonesia30 02.005.464.9-059.000 PT Daya Kobelco Construction Machinery Indonesia31 01.348.430.8-059.000 PT Mulia Intipelangi32 01.610.717.9-059.000 PT Manggala Gelora Perkasa33 01.001.680.6-054.000 PT IndoRama Synthetics Tbk34 01.303.912.8-054.000 PT Fortune Indonesia Tbk35 01.139.219.8-054.000 PT Tunas Baru Lampung Tbk36 01.001.475.1-053.000 Shimizu Corporation37 01.002.804.1-053.000 Nippon Koei Co Ltd38 01.061.608.4-081.000 PT Dowell Anadrill Schlumberger39 01.061.617.5-081.000 PT Schlumberger Geophysics Nusantara40 01.371.814.3-081.000 PT Radiant Utama Interinsco Tbk41 02.435.712.1-073.000 PT Trans Power Marine Tbk42 01.060.617.6-007.000 PT Inti Ganda Perdana43 01.735.097.6-007.000 PT Royal Sutan Agung44 01.772.284.4-038.000 PT Halim Sakti Pratama45 01.303.009.3-038.000 PT Lea Sanentb. PKP wajib e-Faktur sejak 1 Juli 2015 adalah WP PKP di Jawa & Bali (diktum kedua KEP-136/PJ/2014)c. PKP wajib e-Faktur sejak 1 Juli 2016 adalah WP PKP seluruh Indonesia (diktum ketigaKEP-136/PJ/2014)

    5. ObjekPKP wajib membuat e-Faktur untuk setiap: (Pasal 2 ayat (1) PER-16/PJ/2014)

    penyerahan BKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a dan/atauPasal 16D UU PPN; dan/atau

    penyerahan JKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c UU PPN.

    Kewajiban pembuatan e-Faktur dikecualikan atas penyerahan BKP dan/atau JKP:(Pasal 2 ayat (2) PER-16/PJ/2014)

    yang dilakukan oleh pedagang eceran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 PP 1TAHUN 2012;

    yang dilakukan oleh PKP Toko Retail kepada orang pribadi pemegang paspor luarnegeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16E UU PPN; dan (free duty shop)

  • 10

    yang bukti pungutan PPN-nya berupa dokumen tertentu yang kedudukannyadipersamakan dengan Faktur Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6)UU PPN. Resi telkom, resi PPLN, tiket pesawat

    e-Faktur wajib dibuat oleh PKP pada: (Pasal 3 PER-16/PJ/2014) saat penyerahan BKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a

    dan/atau Pasal 16D UU PPN; saat penyerahan JKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c UU

    PPN; saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum

    penyerahan BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP; saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap

    pekerjaan; atau saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

    tersendiri.

    6. PenerapanDalam Pasal 10 ayat (2) PER-16/PJ/2014 dinyatakan bahwa e-Faktur tidak

    diwajibkan untuk dicetak dalam bentuk kertas (hardcopy). Namun dalam hal diperlukancetakan kertas baik oleh pihak penjual dan/atau pihak pembeli, e-Faktur dipersilahkan untukdicetak sesuai dengan kebutuhan.

    Apabila e-Faktur dicetak di atas kertas yang disediakan secara khusus olehPengusaha Kena Pajak, misalnya kertas yang telah dicetak logo perusahaan, alamat, atauinformasi lainnya, maka e-Faktur yang dicetak di atas kertas tersebut tetap berfungsisebagai Faktur Pajak. (PENG-01/PJ.02/2014)

    e-Faktur ditandatangani menggunakan tanda tangan digital (digital signature)berbentuk QR codesehingga tidak disyaratkan lagi untuk tanda tangan basah olehpejabat/pegawai yang ditunjuk oleh Pengusaha Kena Pajak

    e-Faktur dibuat dengan menggunakan mata uang Rupiah. (Pasal 5 ayat (1) PER-16/PJ/2014)Untuk penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang menggunakan matauang selain Rupiah maka harus terlebih dahulu dikonversikan ke dalam mata uang Rupiahdengan menggunakan kurs yang berlaku menurut Keputusan Menteri Keuangan pada saatpembuatan e-Faktur. (Pasal 5 ayat (2) PER-16/PJ/2014)

    Bentuk e-FakturBentuk e-Faktur adalah berupa dokumen elektronik Faktur Pajak, yang merupakan

    hasil keluaran (output) dari aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/ataudisediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. (Pasal 10 ayat (1) PER-16/PJ/2014)

  • 11

    e-Faktur harus mencantumkan keterangan tentang penyerahan BKP dan/ataupenyerahan Jasa Kena Pajak yang paling sedikit memuat: (Pasal 4 ayat (1) PER-16/PJ/2014) Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP; Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP; Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga; PPN yang dipungut; PPnBM yang dipungut; Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak. Tanda tangan ini berupa tanda tangan elektronik. (Pasal 4 ayat (2) PER-16/PJ/2014)

  • 12

    e-Faktur PenggantiAtas e-Faktur yang salah dalam pengisian atau salah dalam penulisan, sehingga

    tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas dan benar, Pengusaha Kena Pajak yangmembuat e-Faktur tersebut dapat membuat e-Faktur pengganti melalui aplikasi atau sistemelektronik yang ditentukan dan/atau disediakan Direktorat Jenderal Pajak. (Pasal 6 PER-16/PJ/2014)

    Pembatalan e-FakturDalam hal terdapat pembatalan transaksi penyerahan BKP dan/atau penyerahan

    JKP yang e-Fakturnya telah dibuat, PKP yang membuat e-Faktur harus melakukanpembatalan e-Faktur melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/ataudisediakan Direktorat Jenderal Pajak. (Pasal 7 PER-16/PJ/2014)

    e-Faktur Rusak atau HilangAtas hasil cetak e-Faktur yang rusak atau hilang, PKP yang membuat e-Faktur

    dapat melakukan cetak ulang melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukandan/atau disediakan Direktorat Jenderal Pajak. (Pasal 8 ayat (1) PER-16/PJ/2014)

    Atas data e-Faktur yang rusak atau hilang, PKP dapat mengajukan permintaan datae-Faktur ke Direktorat Jenderal Pajak melalui KPP tempat PKP dikukuhkan denganmenyampaikan surat Permintaan data e-Faktur sebagaimana diatur dalam Lampiran PER-16/PJ/2014 (Pasal 8 ayat (2) PER-16/PJ/2014)

    Permintaan data e-Faktur ini terbatas pada data e-Faktur yang telah diunggah(upload) ke Direktorat Jenderal Pajak dan telah memperoleh persetujuan dari DirektoratJenderal Pajak. (Pasal 8 ayat (3) PER-16/PJ/2014)

    Dalam hal PKP diwakili atau menunjuk kuasa, Petugas Khusus menindaklanjutisesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. (HurufE angka 3 SE-21/PJ/2014)

    Diperbolehkan Menggunakan Faktur Pajak Berbentuk KertasDalam hal terjadi keadaan tertentu yang menyebabkan PKP tidak dapat membuat

    e-Faktur, PKP diperkenankan untuk membuat Faktur Pajak berbentuk kertas (hardcopy).(Pasal 9 ayat (1) PER-16/PJ/2014)

    Keadaan tertentu yang menyebabkan PKP tidak dapat membuat e-Faktur ini adalahkeadaan yang disebabkan oleh peperangan, kerusuhan, revolusi, bencana alam,pemogokan, kebakaran, dan sebab lainnya di luar kuasa PKP, yang ditetapkan oleh DirekturJenderal Pajak. (Pasal 9 ayat (2) PER-16/PJ/2014)

    Dalam hal keadaan tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak telahberakhir, data Faktur Pajak berbentuk kertas (hardcopy) yang dibuat dalam keadaan tertentusebagaimana dimaksud pada ayat (1) diunggah (upload) ke Direktorat Jenderal Pajak olehPKP melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau disediakan olehDirektorat Jenderal Pajak untuk mendapatkan persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.(Pasal 9 ayat (3) PER-16/PJ/2014)

    Pelaporane-Faktur wajib dilaporkan oleh PKP ke Direktorat Jenderal Pajak dengan cara

    diunggah (upload) ke Direktorat Jenderal Pajak dan memperoleh persetujuan dari DirektoratJenderal Pajak. Pelaporan e-Faktur ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi atau sistemelektronik yang telah ditentukan dan/atau disediakan Direktorat Jenderal Pajak. Direktorat

  • 13

    Jenderal Pajak memberikan persetujuan untuk setiap e-Faktur yang telah diunggah (upload)sepanjang Nomor Seri Faktur Pajak yang digunakan untuk penomoran e-Faktur tersebutadalah Nomor Seri Faktur Pajak yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada PKPyang membuat e-Faktur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. e-Faktur yang tidakmemperoleh persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak bukan merupakan Faktur Pajak.

    Waktu PembuatanE-faktur dibuat pada saat penyerahan BKP dan/atau JKP atau saat pembayaran

    atau saat penerimaan termin atau saat lain yang ditentukan.

    C. Manfaat e-Faktur

    Demi mengamankan penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN), Ditjen Pajakmenargetkan setidaknya 100 pengusaha kena pajak (PKP) dapat melaporkan faktur pajaksecara elektronik (e-faktur) pada tahun ini. Diharapkan dengan adanya implementasi e-faktur pajak dapat memberikan beberapa kemudahan terhadap PKP dan Ditjen Pajak.Kendati demikian, implementasi e-faktur tersebut diharapkan dapat menjaga penerimaanPPN tetap tinggi.

    Manfaat implementasi e-faktur yang dapat diperoleh Pengusaha Kena Pajakdiantaranya sebagai berikut:1) Memberikan kenyamanan bagi pengusaha.

    Kenyamanan yang dapat diperoleh pengusaha dengan penerapan e-faktu inimeliputi:

    a) tanda tangan basah akan digantikan dengan tanda tangan elektronik.b) mengurangi cost compliance, dimana tidak ada lagi biaya kertas, biaya kirim, nge-

    print, tenaga kerja verifikasi, pengkodean, dan mengurangi pegawai yangdipekerjakan untuk menangani PPN.

    c) aplikasi e-faktur pajak akan disinergikan dengan e-SPT, sehingga lebih memudahkanpelaporan SPT Masa PPN.

    d) PKP tidak perlu datang ke KPP untuk meminta nomor seri faktur pajak, karena bisasecara online.

    2) Memberikan proteksi dari penyalahgunaan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.PKP akan memperoleh proteksi yang lebih dengan penerapan e-faktur ini karena:

    a) Membutuhkan approval dari pihak DJP.b) Validasi faktur pajak dapat diketahui oleh pihak pembeli.

    Sedangkan manfaat yang diperoleh pihak Direktorat Jenderal Pajak dengan adanyapenerapan e-faktur adalah sebagai berikut:1) Mempermudah DJP dalam melakukan pengawasan. Kemudahan dalam pengawasan

    ini terkait:a) Validasi Pajak Keluaran-Pajak Masukan

    Memperkecil resiko faktur pajak fiktif karena adanya validitasi faktur pajak dari DJPsecara online.

    b) Data mengenai faktur pajak telah lengkap.

  • 14

    Ditjen Pajak akan mendapatkan keuntungan dari meningkatnya validitas faktur pajakkarena seluruh data keterangan faktur pajak akan masuk ke sistem Ditjen Pajak, danmendapatkan persetujuan (approval) dari Ditjen pajak.

    2) Mempermudah dalam memberikan pelayanan kepada wajib pajak.a) Mempercepat proses pemeriksaan.

    Proses klarifikasi faktur pajak saat pemeriksaan pajak lebih cepat dan tidak berbelit-belit.

    b) Mempercepat pelaporan.c) Mempercepat pemberian nomor seri Faktur Pajak.

    Faktur Pajak Fiktif dan KerugiannyaPengertian Faktur Pajak Fiktif menurut SE - 29/PJ.53/2003 adalah sebagai berikut:

    a) Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha yang belum dikukuhkan sebagaiPengusaha Kena Pajak (PKP).

    b) Faktur Pajak yang diterbitkan oleh Pengusaha dengan menggunakan nama, NPWPdan Nomor Pengukuhan PKP orang pribadi atau badan lain.

    c) Faktur Pajak yang digunakan oleh PKP yang tidak diterbitkan oleh PKP penerbitd) Faktur Pajak yang secara formal memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat (5) Undang-

    undang PPN, tetapi secara material tidak terpenuhi yaitu tidak ada penyerahan barangdan atau uang atau barang tidak diserahkan kepada pembeli sebagaimana terterapada Faktur Pajak.

    e) Faktur Pajak yang diterbitkan oleh PKP yang identitasnya tidak sesuai dengankeadaan yang sebenarnya.

    Berdasarkan data Ditjen Pajak, secara prosentase kasus penyalahgunaan FakturPajak menempati urutan teratas, yakni 50 persen dari total kasus penggelapan pajak.Sepanjang 2008 sampai 2013 ada 100 kasus pajak dengan faktur pajak fiktif. DirektoratJenderal Pajak mencatat, negara dirugikan sebesar Rp1,5 triliun. Khusus pada 2013, jumlahpenyelewengan Faktur Pajak mencapai 20 kasus dengan taksiran nilai kerugian negarasebesar Rp239,9 miliar.

    Terkait kasus faktur pajak fiktif tersebut, dari pihak DJP juga menyebutkanbeberapa tujuan dari pemesanan faktur pajak fiktif tersebut antara lain: pertama,mengaburkan atau menyamarkan asal usul barang atau goods laundering. Kedua,memperoleh pajak masukan tanpa melakukan pembelian barang. Ketiga, memanipulasilaporan keuangan wajib pajak dan SPT wajib pajak pembeli dengan cara manipulasi nilaipembelian atau kuantitas barang. Keempat, memanipulasi laporan keuangan Wajib Pajakdan SPT Wajib Pajak pembeli, sehingga terlihat melakukan pembelian barang.

    Untuk mencegah penyalahgunaan Faktur Pajak, Ditjen Pajak disebutnya akanmelakukan perbaikan sistem perpajakan, lalu perbaikan pemberian nomor faktur, danpenegakan hukum lebih berat apabila terdapat pelanggaran, sehingga ada efek jera.

  • 15

    D. Perbedaan e-Faktur dan Faktur Pajak ManualSecara Umum, perbedaan Faktur Pajak berbentuk kertas dan elektronik adalah

    sebagai berikut:NO URAIAN KERTAS ELEKTRONIK

    1 Format Tidak ditentukan formatnya

    Ditentukan dan

    disediakan format dan

    aplikasinya oleh djp.

    2 Tanda tangan Tanda tangan basah

    Tanda tangan elektronik/

    digital signature

    berbentuk qr code

    3Bentuk dan jumlah faktur

    pajak

    Berbentuk lembaran kertas

    di mana jumlah lembarnya

    diatur

    E-faktur tidak wajib

    dicetak

    4 PKP pembuat faktur pajakDibuat oleh seluruh PKP

    terdaftar

    Dibuat hanya oleh PKP

    yang telah ditetapkan

    oleh DJP

    5. Jenis transaksiDigunakan pada seluruh

    jenis transaksi

    Digunakan pada

    transaksi penyerahan

    BKP dan/atau JKP saja

    6Prosedur pelaporan/unggah

    dan persetujuan DJP

    Tidak memerlukan

    persetujuan DJP

    Diunggah untuk

    mendapatkan

    persetujuan dari DJP

    terlebih dahulu.

    7Pelaporan SPT Pajak

    Pertambahan Nilai (PPN)

    SPT Masa PPN dilaporkan

    dengan aplikasi tersendiri

    Menggunakan aplikasi

    yang sama dengan

    aplikasi pembuatan e-

    faktur

  • 16

    DAFTAR REFERENSI

    http://yatirochjati97.wordpress.com/2014/08/21/faktur-pajak-berbentuk-elektronik-efaktur/

    http://www.kemenkeu.go.id/Berita/kemenkeu-berlakukan-faktur-pajak-elektronik

    http://amsyong.com/2014/07/faktur-pajak-elektronik-alias-e-faktur-2014/

    http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/11/05/150500626/

    http://www.ptgasi.co.id/faktur-pajak-berbentuk-elektronik-e-faktur/

    http://visitama.co.id/faktur-pajak-elektronik-e-faktur/