Faktor Yang Mendasari Kebiasaan Merokok Pada Mahasiswa Fk Unsri Tahun 2011

12
FAKTOR YANG MENDASARI KEBIASAAN MEROKOK PADA MAHASISWA FK UNSRI TAHUN 2011 BAB I A. Latar Belakang B. Tujuan C. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rokok Rokok adalah silinder dari kertas yang berukuran antar 70 hingga 120 mm dengan diameter 10 mm berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada sa;ah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya. Di luar negeri, bahan baku rokok hanya tembakau yang dikenal dengan istilah rokok putih, sedangkan di Indonesia, selain itu, bahan baku rokok adalah tembakau dan cengkeh yang disebut rokok kretek. Rokok tembakau mengandung bermacam zat yang mempengaruhi tubuh. Sebatang rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia dan 400 dari total bahan tersebut dapat meracuni tubuh, dengan 40 diantaranya menyebabkan kanker. Pada perokok yang merokok satu bungkus tiap harinya, ia menghisap lebih dari 50.000 isapan per

Transcript of Faktor Yang Mendasari Kebiasaan Merokok Pada Mahasiswa Fk Unsri Tahun 2011

Page 1: Faktor Yang Mendasari Kebiasaan Merokok Pada Mahasiswa Fk Unsri Tahun 2011

FAKTOR YANG MENDASARI KEBIASAAN MEROKOK PADA MAHASISWA FK UNSRI TAHUN 2011

BAB I

A. Latar BelakangB. TujuanC.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas yang berukuran antar 70 hingga 120 mm dengan diameter 10 mm berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada sa;ah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.

Di luar negeri, bahan baku rokok hanya tembakau yang dikenal dengan istilah rokok putih, sedangkan di Indonesia, selain itu, bahan baku rokok adalah tembakau dan cengkeh yang disebut rokok kretek.

Rokok tembakau mengandung bermacam zat yang mempengaruhi tubuh. Sebatang rokok mengandung lebih dari 4.000 bahan kimia dan 400 dari total bahan tersebut dapat meracuni tubuh, dengan 40 diantaranya menyebabkan kanker. Pada perokok yang merokok satu bungkus tiap harinya, ia menghisap lebih dari 50.000 isapan per tahun dan tiap isapannya mengirimkan kandungan zat kimia ke paru-paru dan aliran darah. Dari sekian banyaknya kandungan dalam rokok, beberapa zat yang memiliki implikasi terpenting antara lain:

Karbon Monoksida

Rokok tembakau mengandung 1 hingga 5 persen karbon monoksida atau 10.000 hingga 50.000 ppm. Karbon monoksida menganggu kapasitas darah dalam membawa oksigen dan juga menganggu system saraf. Karbon monoksida dalam rokok dapat berbahaya secara akut mamupun kronis. Karbon monoksida meningkatkan risiko infark miokard, stroke, maupun risiko kardiovaskuler lainnya.

Page 2: Faktor Yang Mendasari Kebiasaan Merokok Pada Mahasiswa Fk Unsri Tahun 2011

Sedikit bukti menyatakan bahwa karbon monoksida merupakan agen penguat dalam kebiasaan merokok, walaupun nikotin yang dominan berperan. Karbon monoksida dapat menyebabkan sakit kepala pada beberapa perokok yang sudah mengurangi rokoknya.

Tar

Tar, fase partikulat dari rokok tembakau, juga penting dalam menyebabkan kebiasaan merokok. Tar memperkuat efek nikotin dalam menyebabkan kebiasaan merokok.

Nikotin

Nikotin telah lama dianggap sebagai zat utama penyebab kecanduan dalam merokok. Nikotin merupakan agen farmakologis terkuat di dalam rokok. Nikotin secara cepat diekstraksi, memasuki sirkulasi pulmoner, dipompa ke aorta dimana disana menstimulasi kemoreseptor sehingga menimbulkan stimulasi pusat respiratori dan kardiovaskuler di batang otak.

Dalam satu kali sirkulasi, seperempat dari nikotin yang dihisap melewati kapiler otak dan karena mampu melewati sawar darah otak, maka masuk kedalam otak. Di dalamnya, nikotin menstimulasi reseptor nikotin. Nikotin juga menstimulasi zona kemoreseptor emetik sehingga menyebabkan mual dan muntah. Tiga-per-empat nikotin yang dihisap dialirkan ke seluruh tubuh dan bereaksi pada tempat dimana terdapat reseptor nikotin yang menyebabkan aktivasi traktus gastrointestinal, midriasis, dilatasi bronkus, penurunan motilitas usus, dan glikogenolisis.

Sedangkan bahan lainnya yang terkandung yang mampu meracuni tubuh antara lain:

Aseton, bahan pembuat cat Naftalene, bahan untuk kapur barus Arsenik, zat kimia untuk membunuh hama serangga Vinil chlorida, bahan pembuat plastic PVC Potassium nitrat, bahan pembuat pupuk Polonium-201, suatu bahan radioaktif Amonia, gas tak berwarna yang dapat memasuki sel-sel tubuh DDT, yang digunakan untuk racun serangga Cadmium, yang digunakan untuk aki mobil Formaldehid, merupakan zat yang banyak digunakan sebagai pengawet Phenol, terdiri dari kristal hasil destilasi kayu dan arang. Zat ini menghalangi

aktivitas enzim Methanol, bahan bakar roket.

Sudah diketahui secara umum bahwa rokok menyebabkan beragam gangguan kesehatan mulai dari yang paling ringan hingga yang paling berat. Gangguan kesehatan yang ditimbulkan rokok antara lain perubahan struktur dan fungsi saluran pernapasan. Salah satu yang paling sering

Page 3: Faktor Yang Mendasari Kebiasaan Merokok Pada Mahasiswa Fk Unsri Tahun 2011

adalah peradangan paru kronis dan obstruktif seperti bronkitis kronis dan emfisema. Sekitar 85% dari pasien PPOK disebabkan oleh merokok.

Dalam rokok, terdapat 40 zat kimia yang bersifat karsinogenik. Beberapa yang paling penting diantaranya tar, benzopiren, uretan, dan dibenzopiren. Tar mengendap sebagian besar di paru-paru sehingga kanker paru merupakan kanker yang paling sering dikaitkan dengan merokok. Seorang perokok memiliki risiko kanker paru 10-30 kali lebih besar dibandingkan bukan perokok.

Rokok juga merupakan faktor penyebab penyakit kardiovaskuler. Rokok menyebabkan perubahan dari sistem kardiovaskuler sehingga menyebabkan gangguan pembuluh darah. Penyakit yang telah diidentifikasi dipengaruhi kebiasaan merokok antara lain hipertensi, penyakit jantung koroner, dan stroke.

B. Klasifikasi Perokok dan Jenis Rokok

Kebiasaan merokok seseorang dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kategori. Sweeting membagi perokok ke dalam tiga kategori, yakni:

1. Bukan perokok, yakni seseorang yang belum pernah mencoba merokok sama sekali.2. Perokok eksperimen, yakni seseorang yang telah mencoba merokok tapi tidak

menjadikannya sebagai suatu kebiasaan.3. Perokok tetap atau reguler, yakni seseorang yang teratur merokok, baik dalam

hitungan mingguan atau dengan intensitas yang lebih tinggi lagi.

Perokok juga dapat diklasifikasikan berdasarkan jumlah rokok yang dihisapnya, yakni:

1. Perokok ringan, yakni seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 1-10 batang rokok perhari

2. Perokok sedang, yakni seseorang yang mengkonsumsi rokok antara 11-20 batang perhari

3. Perokok berat, yakni seseorang yang mengkonsumsi rokok lebih dari 20 batang perhari

C. Prevalensi Merokok di Indonesia

Pada tahun 2001, dari 1,2% seluruh jumlah perokok di dunia, 4,2% merupakan penduduk Indonesia. Prevalensi perokok dewasa di Indonesia meningkat dari 27% pada tahun 1995 menjadi 32% pada 2001. Pada tahun 2001, 62% laki-laki Indonesia yang berusia lebih dari 10 tahun adalah perokok. Hanya sedikit perempuan Indonesia yang merokok, yakni 1-3%. Merokok di kalangan perempuan Indonesia yang sedikit ini mencerminkan norma sosial dan kesadaran atas status ekonominya yang rendah.

Page 4: Faktor Yang Mendasari Kebiasaan Merokok Pada Mahasiswa Fk Unsri Tahun 2011

Survei The Global Youth Tobacco Surveys (GYTS) yang dilakukan di Jakarta, Indonesia, dan negara sekitar menemukan bahwa prevalensi perokok pada kalangan muda di Indonesia lebih tinggi dibandingkan negara sekitar. Prevalensi tersebut adalah 22% di Jakarta, 9% di Singapura, 18% di Filipina, dan 5% di Cina. Ternyata tidak hanya pada prevalensinya, tetapi usia mereka pertama kali mencoba rokok juga lebih dini pada pemuda Indonesia. Survei pada pelajar berusia 13-17 tahun menemukan bahwa 47% pemuda Indonesia mengaku telah mencoba rokok setidaknya satu kali dan 10% mencoba merokok sebelum usia 10 tahun. Prevalensi merokok yang lebih tinggi pada laki-laki memberikan kesan bahwa lingkungan smoking-friendly dimana merokok merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan pertemanan dan sosialisasi.

D. Perilaku Merokok

Perilaku merokok merupakan suatu hal kompleks yang melibatkan berbagai tahapan. Perilaku merokok ini melewati tahapan-tahapan yang berhubungan dengan persepsi seseorang akan perilaku merokok, frekuensi merokok, intensitas merokok, dan berbagai faktor lain yang mengarah kepada ketergantungan akan nikotin. Leventhal dan Cleary menyatakan terdapat empat tahap dari perilaku merokok yang membuat seseorang menjadi perokok, yaitu:

1. Tahap Preparation

Tahap pertama dari perilaku merokok adalah tahap persiapan atau preparation. Pada tahap ini, seorang individu mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai merokok. Seringkali tahap ini dimulai pada usia kanak-kanak, dimana anak-anak mengembangkan sikap terhadap rokok sehingga walaupun belum mencobanya, mereka sudah memiliki gambaran seperti apa merokok itu.

2. Tahap Initiation

Tahap inisiasi atau initiation adalah tahap ketika seorang individu mencoba rokok untuk pertama kalinya. Tahap ini merupakan tahap yang cukup menentukan sebelum seseorang benar menjadi perokok. Pada tahap ini, setelah seseorang mencoba rokok, ia akhirnya akan memutuskan untuk melanjutkan perilakunya atau tidak. Apabila seseorang mencoba rokok dengan 1-2 batang rokok saja, maka kemungkinannya untuk menjadi perokok sangat kecil. Bila seseorang telah mencoba sepuluh batang atau lebih, maka ia memiliki kemungkinan untuk menjadi perokok sebesar 80%. Leventhal dan Cleary juga menyatakan bila seseorang telah merokok empat batang rokok pada awalnya, maka ia akan cenderung menjadi perokok regular. Kadang tahap ini dapat berlangsung hingga satu tahun atau lebih. Rasa serak dan panas yang dialami seseorang pada tahap ini menjadi salah satu faktor penentu apakah pasien melanjutkan perilaku merokoknya atau tidak.

3. Tahap Becoming a Smoker

Pada tahap menjadi seorang perokok atau becoming a smoker, seorang individu mulai memberikan label pada dirinya sebagai seorang perokok dan mulai mengalami ketergantungan akan nikotin. Biasanya dibutuhkan dua tahun bagi seseorang untuk

Page 5: Faktor Yang Mendasari Kebiasaan Merokok Pada Mahasiswa Fk Unsri Tahun 2011

menjadi perokok reguler. Tahap ini memungkinkan seseorang membentuk konsep akan perilaku merokok, belajar kapan dan bagaimana melakukan perilaku merokok, serta menyatakan peran perokok pada konsep dirinya sendiri.

4. Tahap Maintanance of Smoking

Pada tahap keempat ini, merokok menjadi bagian dari pengaturan diri individu (self-regulating) dalam berbagai situasi dan kesempatan. Pada tahap ini terdapat faktor psikologis dan mekanisme biologis yang bergabung dan menjadi suatu pola dalam perilaku merokok. Faktor psikologis yang dimaksud adalah seseorang memandang rokok sebagai kebiasaan, kecanduan, sarana penurunan kecemasan dan ketegangan, relaksasi, cara berteman dengan sekitar, dan memperoleh penghargaan sosial. Faktor mekanisme biologis yang dimaksud dikaitkan dengan efek penguat nikotin dan kadar nikotin yang dibutuhkan dalam aliran darah yang menyebabkan kecanduan.

E. Faktor yang Mendasari Kebiasaan Merokok

Faktor-faktor yang mendasari kebiasaan merokok pada seseorang dapat dilihat berdasarkan berbagai model. Salah satunya adalah model PRECEDE oleh Green yang menyatakan bahwa program promosi kesehatan dapat merubah lingkungan dan perilaku, dalam hal ini perilaku merokok., melalui strategi-strategi pendidikan dan organisasi. Berdasarkan model PRECEDE, faktor-faktor yang mendasari kebiasaan merokok pada seseorang, yakni:

1. Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor predisposisi adalah faktor terdahulu yang menyebabkan alasan dan motivasi untuk melakukan perilaku merokok. Faktor ini termasuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, penilaian, dan persepsi. Faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok antara lain pengetahuan akan efek buruk merokok, pandangan norma sosial akan merokok, kepercayaan mengenai perilaku merokok, dan paparan seseorang pada iklan-iklan rokok.

2. Faktor (enabling factors)

Faktor ENABLING adalah faktor terdahulu yang memungkinkan motivasi merokok menjadi kenyataan. Faktor ini antara lain kemampuan, sumber daya, dan penghalang yang mampu menyebabkan seseorang menjadi terbiasa merokok. Akses terhadap rokok, harga, ketersediaan rokok, dan peraturan-peraturan yang mengaturnya juga mendasari kebiasaan merokok.

3. Faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor penguat merupakan faktor yang selanjutnya memberikan insentif pada perilaku perokok yang menyebabkan merokok menjadi sesuatu yang menetap dan diulang. Faktor ini antara lain sikap dan pandangan dari teman sebaya, guru, orang tua, keluarga, dan lain-lain.

Page 6: Faktor Yang Mendasari Kebiasaan Merokok Pada Mahasiswa Fk Unsri Tahun 2011

Faktor-faktor yang mendasari kebiasaan merokok juga dapat dilihat berdasarkan model Initiation-Establishment-Maintanance. Pomerlau menyatakan bahwa perilaku merokok merupakan tahap yang terdiri dari Initiation (inisiasi) dan establishment (pernyataan), maintenance (mempertahankan), dan cessation. Proses seseorang dapat mempertahankan kebiasaan merokoknya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Secara garis besar, faktor tersebut dibagi tiga, yakni faktor biologis, faktor perilaku, dan faktor psikososial.

1. Faktor Biologi

Salah satu faktor yang mendasari kebiasaan merokok adalah kandungan dari rokok sendiri yang memiliki sifat adiktif sehingga menyebabkan ketergantungan akan merokok sehingga seseorang tetap berada dalam tahap mempertahankan (maintenance).

Bila dilihat dari sudut pandang kecanduannya, nikotin dari rokok menempati urutan pertama dalam ketergantungan, bila dibandingkan alkohol, kokain, dan heroin. Seseorang akan menjadi ketergantungan akan nikotin setelah merokok setidaknya empat kali.

Nikotin mengeluarkan efek neurofisiologisnya melalui otak. Nikotin merangsang nukleus akumbens, suatu daerah kaya dopamine yang menjadi pusat yang mengatur perilaku adiktif. Nikotin juga melepaskan kortikosteroid dan endorphin yang bekerja pada berbagai reseptor di otak. Penggunaan nikotin menyebabkan efisiensi dalam memproses informasi dan menurunkan kelelahan. Nikotin juga memiliki efek sedatif, menurunkan ansietas, dan menginduksi euforia.

2. Faktor Perilaku

Saat perilaku merokok telah mencapai tahap kebiasaan, beberapa faktor mempengaruhi keberlangsungannya. Tahap mempertahankan dipandang sebagai tahap dimana merokok dianggap sebagai suatu perilaku kondisi menetap (steady-state behavior). Konsistensi kebiasaan ini juga dibantu dengan pengaruh lingkungan dan adanya faktor penguat.

Leventhal dan Cleary menyatakan salah satu faktor perilaku yang dimaksud adalah kebiasaan. Perilaku merokok menjadi sebuah perilaku yang harus tetap dilakukan tanpa adanya motif yang bersifat negative ataupun positif. Seseorang merokok hanya untuk meneruskan perilakunya tanpa tujuan tertentu.

3. Faktor Psikososial

Banyak faktor psikosial yang mempengaruhi kebiasaan merokok. Secara garis besar, faktor psikososial dibagi menjadi faktor individu dan XX.

a. Kepribadian

Page 7: Faktor Yang Mendasari Kebiasaan Merokok Pada Mahasiswa Fk Unsri Tahun 2011

Banyak penelitian dilakukan untuk mencari hubungan antara kepribadian dengan perilaku merokok. Creswell dkk menyatakan bahwa merokok merupakan salah satu bentuk kompensasi karena tidak tercapainya kesuksesan di sekolah. Hasenfus menyatakan bahwa anak-anak dan remaja pada awalnya merokok karena ketertarikan dan rasa ingin tahu semata, tetapi pada akhirnya, merokok dianggap mereka sebagai coping mechanism seperti orang dewasa lakukan. Bergin dan Wake menyatakan kebiasaan merokok tampaknya dipicu pindah tempat tinggal, ketiadaan orang tua, atau matrikulasi di perguruan tinggi.

b. Keluarga

Orang tua yang merokok jelas mempengaruhi kebiasaan merokok pada anak-anaknya. Pada keluarga dengan kedua orang tua merokok, 22,2% anak laki-laki dan 29,7% anak perempuannya kelak menjadi perokok juga, bila dibandingkan dengan 11,3% dan 7,6% pada keluarga yang bukan perokok. Banyak peneliti menyatakan bahwa kebiasaan merokok orang tua merupakan faktor utama yang secara langsung mempengaruhi kebiasaan merokok pada remaja usia sekolah. Angka ini biasanya lebih besar pada anak laki-laki karena di luar lingkungan keluarganya, mereka juga akan mendapat dukungan dari teman sebayanya, tidak seperti perempuan.

Selain kebiasaan merokok orang tua, penerimaan orang tua akan anaknya yang merokok juga merupakan salah satu faktor yang berkontribusi akan kebiasaan merokok. Namun, penelitian Allegrante dkk. menyatakan bahwa faktor ini tidak signifikan karena banyak orang tua yang menentang hal tersebut.

Beberapa penelitian juga menyatakan bahwa adanya saudara lebih tua yang merokok merupakan faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok. Dua puluh delapan hingga 30% laki-laki dan 25-26% perempuan memiliki saudara lain yang merokok juga. Jika orang tua merokok dan saudara lebih tuanya merokok, maka anak tersebut empat kali lebih mungkin menjadi perokok dibandingkan yang tidak.

c. Tekanan teman sebaya

Tekanan dari teman sebaya menjadi faktor signifikan yang mendasari seseorang mencoba rokok. Pengaruh teman sebaya mungkin datang dari teman dekat, dibandingkan dengan tekanan kelompok. Memiliki teman sebaya ataupun kelompok teman yang merokok tampaknya menjadi prediktor utama merokok pada anak usia 5 hingga 12 tahun. Bytiner menyatakan, di Inggris, variabel penting dalam kebiasaan merokok adalah jumlah teman mereka yang merokok.

d. Kelas sosial

Status ekonomi, yang ditegaskan berdasarkan pekerjaa, memiliki hubungan dengan kebiasaan merokok. Pekerja kantoran eksekutif seperti professional dan ahli teknik memiliki angka merokok lebih kecil dibandingkan pekerja kasar seperti buruh

Page 8: Faktor Yang Mendasari Kebiasaan Merokok Pada Mahasiswa Fk Unsri Tahun 2011

dan teknisi. Hubungan ini sangat erat pada laki-laki, sedangkan perempuan cenderung memiliki hubungan yang sebaliknya. Pekerja wanita eksekutif memiliki angka merokok lebih tinggi.

e. Penggunaan zat/obat lain

Adanya penggunaan zat atau obat lain merupakan salah satu faktor yang mendasari kebiasaan merokok. Perokok mengkonsumsi lebih banyak kopi (kafein), alkohol, obat psikotropika, marijuana, dan aspirin, bila dibandingkan bukan perokok.

f. Media massa

Maraknya media massa yang beredar di masa kini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan merokok pada masyarakat. Iklan-iklan rokok secara luas disebarkan melalui media massa cetak maupun elektronik. Selain itu, di Indonesia sendiri, banyak acara-acara anak muda yang disponsori rokok, memberikan kesan bahwa anak muda merupakan salah satu pangsa pasar rokok yang diutamakan. Banyaknya paparan mengenai rokok melalui media massa semakin meningkatkan risiko seseorang menjadi perokok.