Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

50
ANALISA LANJUT SDKI 2007 Faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi jangka panjang (mkjp) PUSLITBANG KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL 2009 6

Transcript of Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Page 1: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

ANALISA LANJUT SDKI 2007

Faktor yang mempengaruhi

pemakaian kontrasepsi

jangka panjang

(mkjp)

PUSLITBANG KB DAN KESEHATAN REPRODUKSIBADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

2009

6

Page 2: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Laporan ini merupakan hasil analisis lanjut dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesai (SDKI ) tahun2007, yang bertujuan menggali lebih mendalam temuan-temuan strategis yang berkaitan denganfertilitas, keluarga berencana dan kesehatan ibu dan anak. Selain itu ada satu analisis lanjut dari dataMini Survei.

Laporan analisis lanjut ini terdiri dari 10 buku yaitu : (1) Kelangsungan pemakaian kontrasepsi (2) UnmetNeed dan Kebutuhan Pelayanan KB (3) Karakteristik PUS MUPAR menurut provinsi dan kabupaten (4)Proximate Determinant Fertilitas di Indonesia (5) Keinginan remaja untuk ber KB dan jumlah anak yangdiinginkan dimasa yang akan datang (6) Faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi jangkapanjang (MKJP) (7) Kontribusi Pemakaian Alat Kontrasepsi terhadap Fertilitas (8) PenggunaanKontrasepsi Pasca Melahirkan (9) Pengetahuan, Sikap, perilaku ber KB Pasangan Usia Subur Muda(10)Peran Faktor Komposisional dan Faktor Kontekstual Terhadap Jumlah Anaka Yang Diinginkan diIndonesia : Permodelan dengan Analisis Multilevel.

Informasi lebih lanjut tentang buku laporan hasil penelitian, dapat menghubungi Puslitbang KB danKesehatan Reproduksi, BKKBN Jl. Permata no 1, Halim Perdanakusuma, Jakarta

Page 3: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

ANALISA LANJUT SDKI2007

Faktor yang mempengaruhi

pemakaian kontrasepsi jangka

panjang

(mkjp)

Penulis

Dra. Leli AsihDra. Hadriah Oesman, MS

PUSLITBANG KB DAN KESEHATAN REPRODUKSIBADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL

2009

6

Page 4: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

ANALISA LANJUT SDKI 2007

6. Faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi

jangka panjang (mkjp)

PenulisDra. Leli AsihDra. Hadriah Oesman, MS

v + 42 halISBN : 978-602-8633-17-8

Hak cipta @2009 pada penerbit dilindungi Undang-UndangPenerbit :Penerbit KB dan Kesehatan Reproduksi, BKKBN Jl. Permata 1, Halim Perdanakusuma, Jakarta -13650

Page 5: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

KATA PENGANTAR

SDKI 2007 adalah survei demografi dan kesehatan berskala nasional yang dilakukan di33 provinsi dan merupakan survei ke enam yang diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1987.Survei SDKI 2007 mempunyai data yang cukup lengkap dan menarik untuk dianalisa lebih lanjutdan mendalam untuk mengetahui faktor-faktor dan karakteristik yang berhubungan dengan kasustertentu dalam rangka mempelajari dan mendalami isu-isu khusus yang strategis.

Penentuan topik untuk analisa lanjut ini dilakukan melalui suatu proses yang diawali daripertemuan dengan komponen di lingkungan BKKBN untuk mendapatkan masukan danmemperoleh informasi tentang prioritas program. Cukup banyak topik yang diajukan, namundengan keterbatasan dana yang tersedia maka dalam tahun 2009 dengan anggaran APBN telahdipilih 10 topik yang dianggap prioritas untuk dilakukan analisa lebih lanjut. Salah satu topiktersebut adalah .

Untuk itu kami mengucapkan selamat dan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya kepada para penulis baik dari BKKBN, Lembaga Demografi Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan –Universitas Gadjah Madamaupun Fakultas Kesehatan Masyarakat-Universitas Indonesia

Kami menyadari bahwa analisis ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian kamimengharapkan analisis ini dapat bermanfaat bagi para penentu kebijakan dan para pengelolaprogram untuk membuat program-program intervensi. Untuk penyempurnaan tulisan ini,khususnya untuk penerbitan di masa mendatang, saran serta kritik yang membangun sangat kamihargai. Semoga upaya kita ini mendapatkan ridho dari Tuhan yang Maha Esa.

Jakarta, Desember 2009PUSLITBANG KB DAN KESEHATAN REPRODUKSIKepala,

DR. Ida Bagus Permana, MSc.

Page 6: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU BERKB PASANGAN USIA SUBUR MUDA DI INDONESIA

Page 7: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)iii

DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iDAFTAS ISI .................................................................................................................. iiiRINGKASAN.................................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 11.2 Permasalahan Penelitian ............................................................................................ 31.3 Tujuan ..................................................................................................................... 31.4 Manfaat Analisis ...................................................................................................... 41.3 Ruang Lingkup dan Keterbatasan ........................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................5

BAB III KERANGKA PIKIR DAN METODOLOGI ANALISIS

3.1 Kerangka Pikir Analisis........................................................................................... 133.1.1 Kerangka Konsep .................................................................................................... 133.1.2 Hipotesa .................................................................................................................. 143.1.3 Definisi Operasional................................................................................................ 143.2 Metodologi Analisis ................................................................................................ 163.2.1 Rancangan Analisis ................................................................................................. 163.2.2 Sumber Data ........................................................................................................... 163.2.3 Unit Analisis .......................................................................................................... 163.2.4 Metoda Analisis ..................................................................................................... 163.2.5 Pengukuran dan Variabel yang dianalisis ................................................................ 18

BAB IV HASIL ANALISIS4.1 Hasil Analisis Univariate ......................................................................................... 214.1.1 Karaketristik latar Belakang Responden .................................................................. 214.1.2 Keterpaparan Program KB ...................................................................................... 234.1.3 Faktor Lingkungan ................................................................................................ 244.2 Hasil Analisis Bivariate ......................................................................................... 254.2.1 Pemakaian Kontrasepsi MKJP dan hubunganya dengan faktor individu ................. 254.2.2 Pemakaian kontrasepsi MKJP dan hubungannya dengan faktor program ................ 274.2.3 Pemakaian kontrasepsi MKJP dan hubungannya dengan faktor lingkungan ............ 284.3 Hasil Analisis Mulitivariate: Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian MKJP............................................... 29

BAB V PEMBAHASAN ...............................................................................................33

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................39

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................41

Page 8: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP ) v

RINGKASAN

Analisis lanjut tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian Kontrasepsi Metode JangkaPanjang (MKJP) bertujuan untuk melihat karakteristik pemakaian MKJP dan mengalanisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepi jangka panjang (MKJP) di Indonesia. Analisisini menggunakan sampel wanita kawin usia 15-49 tahun pemakai kontrasepsi yang berasal dari dataSDKI 2007. Jumlah wanita kawin yang digunakan sebagai sampel dari analisis ini sebanyak 18.969orang.

Analisis data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu analisis univariat, bivariat dan multivariat. Ujihubungan yang digunakan adalah uji statistik Chi- square untuk melihat keeratan hubungan antarvariabel dan untuk menguji variabel-variabel mana yang paling berpengaruh dilakukan dengan ujimultiple regresi logistik. Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang dilihat dari faktorsosiodemografi yang diwakili oleh variabel daerah tempat tinggal, umur, pendidikan, pekerjaan,tingkat kesejahteraan, jumlah anak lahir hidup, jumlah anak masih hidup,jumlah anak yang diingikan,peran serta wanita dalam pengambilan keputusan, keterpaparan program KB (tahu cara KB, kesertaanKB,) dan faktor lingkungan (peran pasangan dan keterpaparan terhadap informasi tentang KB)

Dari analisis diperoleh temuan bahwa pemakaian kontrasepsi MKJP masih rendah, kurang dariseperlima wanita pemakai kontrasepsi yang memilih kontrasepsi MKJP sebagai cara untuk mengaturkehamilan. Beberapa faktor sosiodemografi, keterpaparan program dan keterpaparan informasiterlihat berpengaruh dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang. Hubungan beberapavariabel dengan pemakaian kontrasepsi MKJP : Dari 9 (enam) variabel sosiodemografi, ternyata variabel jumlah anak yang diinginkan yang tidak

menunjukkan hubungan yang bermakna dengan pemakaian kontraspesi MKJP. Sementara variabelumur, pekerjaan, tempat tinggal, pendidikan, indeks kesejahteraan dan jumlah anak lahir hidup,jumlah anak masih hidup, status wanita, memberikan hubungan yang positif dan bermakna(P<0.05). Pria yang berdomisili di perkotaan, pendidikan tinggi, dengan indeks kesejahteraantinggi dan memiliki anak sedikit cenderung berpeluang untuk memakai kontrasepsi MKJP.

Diantara 4 (empat) variabel keterpaparan program KB yang mencakup pengetahuan tentangkontrasepsi, pernah memakai kontrasepsi sebelumnya, pernah mendapatkan informed choice daninformed consent, tiga variabel menunjukkan hubungan yang bermakna (p<0.05). Satu variabelyaitu mendapatkan informed consent tidak menunjukkan hubungan yang bermakna.

Semua variabel sumber informasi yang mencakup: media elektronik, media cetak, sumberinformasi lain, menunjukkan hubungan yang bermakna dengan pemakaian kontrasepsi MKJP.Pernah mendapatkan penerangan KB dari TOMA/TOGA dalam memberikan peluang untukmemakai kontrasepsi MKJP hampir 2 kalinya (OR= 1, 709); media cetak sebanyak 1 kali(OR=1,36)

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi MKJP dari 19 variabel yangdianalisis, terdapat 14 variabel yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi MKJP, yaitu : umur,pekerjaan, tingkat pendidikan, tempat tinggal, jumlah anak lahir hidup, jumlah anak masih hidup,indeks kekayaan, status wanita, pengetahuan KB, mendapatkan informed choice, dukunganpasangan dalam ber KB, mendapatkan informasi KB dalam 6 bulan terakhir melalui media cetak,petugas, TOMA/TOGA, keluarga/teman. Diantara variabel tersebut, yang terkuat mempengaruhipemakain kontrasepsi MKJP adalah informasi umur dengan nilai OR = 3.154 , Penerangan KB dariTOMA/TOGA OR= 1.347, pekerjaan ibu OR=1,352, peranan media cetak OR = 1,347 danpengetahuan tentang kontrasepsi OR=1,341.

Faktor yang berpengaruh yang dapat diintervensi adalah pengetahuan tentang kontrasepsi, makamasih diperlukan penyuluhan kepada wanita tentang alat kontrasepsi dengan berbagai kelebihan dankekurangan. Forum yang bisa dipakai untuk memberikan penyuluhan, dari analisis ini adalah denganmemanfaatkan TOMA/TOGA, dan media cetak dapat dipakai untuk media informasi dalammeningkatkan pengetahuan wanita dalam ber kontrasepsi secara efektif dan efisien.

Page 9: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berdasarkan proyeksi penduduk yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun2025, perkiraan penduduk Indonesia sekitar 273,65 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk Indonesiacenderung menurun, dimana pada tahun 1971-1980 adalah 2,30 persen, tahun 1980-1990 adalah1,97 persen, tahun 1990-2000 sebanyak 1,49 persen dan tahun 2000-2005 turun lagi menjadi1,3 persen. Namun bila dilihat menurut provinsi, laju pertumbuhan penduduk tersebut tidak merata,berfluktuasi dan malah ada yang meningkat. Sementara itu, angka Total Fertility Rate (TFR) padapasangan usia subur di Indonesia menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)tahun 2007 dibanding dengan tahun 2002 dari survei yang sama tidak mengalami perubahan(stagnasi).

BKKBN sebagai lembaga pemerintah di Indonesia mempunyai tugas untuk mengendalikanfertilitas melalui pendekatan 4 (empat) pilar program, yaitu Program Keluarga Berencana (KB),Kesehatan Reproduksi (KR), Keluarga Sejahtera (KS) dan Pemberdayaan Keluarga (PK). DalamRencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2009-2014, tertuang bahwadalam rangka mempercepat pengendalian fertilitas melalui penggunaan kontrasepsi, program keluargaberencana nasional di Indonesia lebih diarahkan kepada pemakaian Metoda Kontrasepsi JangkaPanjang (MKJP).

Penggunaan kontrasepsi merupakan salah satu upaya dalam Program Keluarga Berencana untukpengendalian fertilitas atau menekan pertumbuhan penduduk yang paling efektif. Di dalampelaksanannya diupayakan agar semua metoda atau alat kontrasepsi yang disediakan dan ditawarkankepada masyarakat memberikan manfaat optimal dengan meminimalkan efek samping maupunkeluhan yang ditimbulkan.

Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktulama, lebih dari dua tahun, efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebihdari 3 tahun atau mengakhiri kehamilan pada pasangan yang sudah tidak ingin tambah anak lagi. Jenismetoda yang termasuk dalam kelompok ini adalah metoda kontrasepsi mantap (pria dan wanita),implant, dan Intra Uterine Device (IUD). Berbeda dengan di negara Eropa umumnya, MKJP yangdikenal dengan Long Acting Contraceptive System (LACS) adalah metoda kontrasepsi yangpenggunaannya tidak setiap hari (seperti pil) atau tidak digunakan setiap melakukan sanggama(seperti kondom), dengan demikian suntikan KB dalam hal ini digolongkan sebagai MKJP. LongActing Contraceptive System dikelompokkan menurut Reversible (IUD, Implant, suntikan) danIrreversible (Kontap pria dan wanita)

MKJP yang sebelumnya dikenal dengan MKET (Metoda Kontrasepsi Efektif Terpilih) telahmulai digalakkan oleh pemerintah di Indonesia lebih dari 10 tahun yang lalu. Pada tahun 1996 , FK-UI (Azwar,A) telah melakukan suatu Operasional Research terhadap pelayanan metoda MKJP dibeberapa rumah sakit di Jakarta. Hasil penelitian ini merekomendasikan bahwa pelayanan MKJPseyogyanya dilakukan di rumah sakit dan perlu diikuti dengan upaya perbaikan mutu pelayanannya

Page 10: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)2

baik terhadap provider, kelengkapan sarana dan prasarana di rumah sakit dan pendekatan QualityAssurance.

Penelitian lainnya tentang MKJP di Provinsi Riau pada tahun 2008, dengan metoda PDCACycle, yang tidak jauh berbeda dengan metoda Operational Research di tingkat puskesmas,mengungkap bahwa rendahnya pemakaian MKJP disebabkan oleh rendahnya pengetahuanmasyarakat tentang MKJP dimana kualitas sosialisasi MKJP masih belum optimal. Dibuktikan bahwadengan memperbaiki kualitas sosialisasi MKJP termasuk tenaga, sarana dan prasarana dapatmeningkatkan pengetahuan klien tentang MKJP dan bahkan partisipasi klien yang datang kepuskesmas tersebut untuk menggunakan MKJP makin bertambah, terutama terhadap kontap wanita.

Pemakaian MKJP memiliki banyak keuntungan, baik dilihat dari segi program, maupun dari sisiklien (pemakai). Disamping mempercepat penurunan TFR, penggunaan kontrasepsi MKJP juga lebihefisien karena dapat dipakai dalam waktu yang lama serta lebih aman dan efektif. Metoda kontrasepsiini sangat tepat digunakan pada kondisi krisis yang dialami oleh sebagian besar masyarakat Indonesiaterutama pada masyarakat yang tergolong kurang mampu/miskin. Dalam situasi ini, kelompokmasyarakat miskin merupakan fokus garapan pemerintah yang dianggap sangat strategis. Dilihatangka kegagalan MKJP relatif lebih rendah dibanding non-MKJP. Angka kegagalan MKJPdilaporkan sebesar 0-2 per1000 pengguna, sedangkan metoda non-MKJP dilaporkan terjadi lebihdari 10 per 1000 pengguna. Dari hal tersebut terlihat bahwa metoda MKJP lebih efektif untuk dapatmencegah terjadinya kehamilan pada penggunanya (Prawiro, 1999). C. Lipetz et.al (2008) menuruthasil penelitian tentang Cost-effectivenes kontrasepsi melaporkan bahwa Long ActingReversible Contraception Implanon® lebih cost effective dibandingkan dengan oralkontrasepsi, yaitu hampir 2-3 kali lipat. Menurut NICE (National Institute for Health ClinicalExcellence), metode KB Implant, IUD dan injeksi (LARCS) menduduki peringkat ke empatlebih cost effective, sementara peringkat pertama adalah Implanon®

Dilain pihak, di dalam pengelolaan pelayanan kontrasepsi di masyarakat pemerintah telahmenerapkan kebijakan penggunaan kontrasepsi yang rasional, efektif dan efisien. Pemerintah dituntutuntuk memberikan pelayanan KB dengan memperhatikan kepuasan klien. Hal ini sesuai denganpendapat Haimovich, pada Konggres Nasional Ginekologi (September, 2009) di Spanyol yangmenghimbau para profesi perlunya upaya untuk membantu apa yang diinginkan klien dan dituntutdapat beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan/kepuasan klien. Penyiapan berbagai metoda kontrasepsidengan Cafetaria System juga sudah menjadi arah kebijakan BKKBN. Sejalan dengan itu, penerapanpelayanan KB-MKJP, dituntut memberikan pelayanan yang berkualitas, rasional, efektif dan efisien.Pelayanan MKJP perlu didukung dengan tenaga kesehatan yang profesional dan kompeten. Sementarapenggunaan MKJP lebih tepat dan efektif digunakan jika keluarga sudah tidak menginginkan anaklagi atau ingin membatasi/menjarangkan kelahiran dalam waktu yang cukup lama yang disesuaikandengan umur dan jumlah anak yang dimiliki. Hasil penelitian Haimovich (2009) melaporkan telahterjadi peningkatan penggunaan metoda kontrasepsi LARCS di 14 negara Eropa, yaitu dari 18 persen(2003-2004) menjadi 20 persen (2005-2006). Diantara metoda ini, yang tertinggi digunakan wanitaadalah IUD jenis LNG-IUS dan Cu-IUD. Metoda ini umumnya digunakan oleh wanita usia diatas 30tahun, sudah mempunyai anak dan tidak ingin tambah anak lagi serta ditujukan bagi mereka yangingin mencari solusi untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

Hal sebaliknya di Indonesia pemakaian MKJP cenderung menurun. Menurut data SDKI padatahun 1991, proporsi pemakaian MKJP 19,7 persen; tahun 1994: 19 persen, tahun 1997: 17,5 persen,tahun 2002 14,6 persen dan pada tahun 2007 turun menjadi 10,9 persen. Data terakhir dari SDKItahun 2007 memperlihatkan prevalensi pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4persen dan 11 persen diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 persen), implant (2,8persen), MOW (3 persen) dan MOP (0,2 persen). Tampaknya para wanita peserta KB lebih menyukaipemakaian metoda kontrasepsi non-MKJP dan yang terbanyak adalah suntikan (31,9 persen) dan pil(13,2 persen).

Page 11: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 3

Rendahnya pemakaian MKJP di kalangan wanita pernah kawin di Indonesia disebabkan olehbanyak faktor, yang pada analisis ini dapat dikelompokkan menurut faktor individu (klien), faktorprogram yang berkaitan dengan kualitas pelayanan dan lingkungan. Disinyalir, banyak pasanganyang sudah tidak ingin anak lagi ataupun ingin menunda kehamilan lebih dari 2 tahun, tetapi memakaikontrasepsi yang bukan/non- MKJP. Hasil Mini survei peserta KB aktif, dan hasil studi tentangkualitas pelayanan KB, mengungkap bahwa cukup banyak peserta KB yang menggunakan cara KBdengan tidak rasional (tidak sesuai dengan umur ibu, jumlah anak yang diinginkan dan kondisikesehatan ibu). Fenomena ini merupakan hal yang tidak efisien, sehingga perlu dikaji lebih lanjut.

Melalui analisis data sekunder dari data hasil survei SDKI tahun 2007, perlu diketahui faktor-faktor apa yang menyebabkan rendahnya pemakaian kontrasepsi MKJP di kalangan wanita pasanganusia subur di Indonesia.

1.2 Permasalahan Penelitian

TFR di Indonesia selama periode 5 tahun SDKI (2002 dan 2007 tidak mengalami peningkatanatau stagnan

MKJP kurang diminati masyarakat sehingga proporsi pemakaian MKJP jauh lebih rendahdibandingkan dengan non MKJP

Pelayanan MKJP memerlukan kesiapan sarana pelayanan (tenaga, tempat, ketersediaan alkon)yang memadai

Penggunaan MKJP cenderung tidak rasional (tidak sesuai dengan jumlah anak, tujuanpemakaian)

Beberapa kebijakan mengenai Keluarga Berencana dan pemakaian kontrasepsi yang salingbertentangan

Dari permasalahan yang diungkapkan dan berdasarkan data yang tersedia maka dapatdirumuskan beberapa pertanyaan penelitian yang perlu dijawab dalam analisis ini :

Apakah pemakaian MKJP mempunyai hubungan dengan faktor individu ? Apakah pemakaian MKJP mempunyai hubungan dengan faktor program yang berkaitan dengan

kualitas pelayanan KB ? Pemakaian MKJP mempunyai hubungan dengan faktor lingkungan Bagaimana gambaran karakteristik pemakai MKJP

1.3 Tujuan

Tujuan Umum:Untuk melihat karakteristik pemakaian MKJP dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan

dengan pemakaian kontrasepsi jangka panjang (MKJP) di Indonesia

Tujuan Khusus1. Mengetahui karakteristik pemakai MKJP.2. Mengetahui keterpaparan terhadap informasi program KB.3. Mengetahui hubungan masing-masing variabel terhadap pemakaian MKJP.4. Mempelajari faktor yang paling berpengaruh terhadap pemakaian MKJP.

Page 12: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)4

1.4 Manfaat Analisis

Hasil analisis ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi pengelola dan penentu kebijakan sebagaibahan masukan untuk menyusun strategi operasional untuk meningkatkan cakupan penggunaanMKJP dalam upaya mempercepat penurunan TFR

1.5 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Analisis

Ruang lingkup studi analisis adalah untuk mempelajari hubungan antara beberapa faktorindividu(karakteristik latar belakang), faktor keterpaparan program (pengetahuan tentang alatkontrasepsi dan pengalaman ber KB) serta faktor lingkungan yaitu keterpaparan terhadap informasiKB dengan penggunaan MKJP. Sumber data yang digunakan sepenuhnya berasal dari hasil surveiSDKI tahun 2007 dengan unit analisis wanita berstatus kawin yang memakai kontrasepsi jangkapanjang (MKJP) yang tersebar pada hampir seluruh provinsi di Indonesia. Beberapa variabel yangingin diamati yang terkait dengan pemakaian kontrasepsi MKJP tidak tersedia secara lengkap karenaterbatas dari variabel yang tersedia dari kuesioner SDKI 2007 wanita. Sehingga hal-hal lain yangingin diketahui lebih lanjut tidak bisa terjawab secara maksimal. Namun demikian akan dibatasidengan memformulasi suatu definisi operasional yang mendekati variabel dimaksud. Untukmemperkaya analisis ini, dibandingkan data pemakai MKJP dengan data pemakai non-MKJP darisurvei yang sama.

Page 13: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Program keluarga berencana (KB) merupakan program yang dicanangkan pemerintah dengantujuan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakatyang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk di Indonesia. Program KBdi Indonesia telah diakui dunia keberhasilannya, namun beberapa tahun terakhir tampak mengalamikemunduran. Hal ini terlihat dari angka TFR yang dicapai menurut hasil SDKI 2002 dan SDKI 2007tetap pada angka 2,6 anak untuk setiap wanita.

Dalam keluarga berencana, kontrasepsi merupakan variabel utama yang digunakan untukmenurunkan angka kelahiran. Pada dasarnya, pelayanan kontrasepsi lebih cost-effective dan relatifmurah dibandingkan dengan kehamilan yang tidak diinginkan. Hasil penelitian di United Kingdommelaporkan bahwa penghematan pengeluaran pemerintah dihitung sekitar sepertiga dari kejadiankehamilan yang tidak diinginkan (C.Lipetz, et.al, 2009)

Secara umum, permasalahan yang dihadapi program KB antara lain:

o Kepercayaan, pada dasarnya semua kepercayaan yang ada di Indonesia menerima gagasandari KB walaupun terdapat perbedaan pandangan tentang metode pelaksanaan dan alatkontrasepsi yang digunakan.

o Budaya, seperti faktor pengambilan keputusan yang dilakukan tidak oleh istri belum puas bilatidak memiliki anak perempuan atau lelaki, percaya banyak anak banyak rezeki, sertaanggapan bahwa perempuan yang hamil dan melahirkan sehingga yang harus menggunakanalat kontrasepsi agar tidak hamil.

o Perempuan yang karena kemiskinan dan pendidikan rendah terpaksa menikah pada usia muda

o Terbatasnya alat kontrasepsi yang dapat digunakan pria

o Dengan adanya alat-alat kontrasepsi yang dapat mencegah terjadinya kehamilan terutamakondom yang dapat membantu mencegah penyakit kelamin, dikhawatirkan akan semakinbanyaknya praktek prostitusi di masyarakat.

o Adanya efek samping atau masalah kesehatan akibat penggunaan alat kontrasepsi.

Disamping itu, permasalahan baru yang muncul akhir-akhir ini di Indonesia adalah yangberkaitan dengan Otonomi Daerah dan pengalihan kewenangan program KB yang semakinmemperberat upaya keberlangsungan Program Keluarga Berencana di Indonesia

Page 14: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)6

Konsep Dasar Kontrasepsi

Kontrasepsi atau alat/ cara KB adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itudapat bersifat sementara (Reversible) dan permanen (Irreversible). Bila dilihat berdasarkankandungannya, kontrasepsi dapat dibedakan sebagai kontrasepsi hormonal (pil, suntikan, implant danakhir-akhir ini baru diperkenalkan IUD-mirena atau LNG-IUS) dan kontrasepsi non-hormonal(kondom, IUD-TCu, dan metoda kontap).

Kontrasepsi yang dianggap ideal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut

1. Dapat dipercaya

2. Tidak menimbulkan efek yang menganggu kesehatan

3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan

4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus.

5. Tidak memerlukan motivasi terus menerus

6. Mudah pelaksanaannya

7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat

8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan bersangkutan.

Namun demikian fatwa MUI masih mengisyaratkan bahwa kontrasepsi haruslah bersifatreversible atau sementara/dapat balik dan masih belum memperkenankan kontrasepsi yang bersifatpermanen. Dengan demikian, di dalam persyaratan kontrasepsi di Indonesia memasukan syaratreversible sebagai salah satu syarat penting dari suatu kontrasepsi yang dianggap ideal/ baik.

Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Metoda kontrasepsi menurut jangka waktu pemakaiannya dibagi atas dua kelompok, yaitumetoda kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dan metoda kontrasepsi non-MKJP. Metode KontrasepsiJangka Panjang atau disingkat dengan MKJP merupakan kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangkawaktu lama lebih dari 2 tahun, efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiranlebih dari 3 tahun atau mengakhiri kehamilan atau sudah tidak ingin tambah anak lagi. Hal yang samadiungkap oleh Prawiroharjo,S (1999), bahwa metode kontrasepsi Jangka Panjang merupakankontrasepsi yang dapat bertahan antara tiga tahun sampai seumur hidup, seperti IUD, Implant/susukKB dan Sterililisasi pada pria/wanita.

Dilihat angka kegagalannya, metoda MKJP dilaporkan terjadi pada 0-2 per 1000 penggunasedangkan metoda non-MKJP dilaporkan terjadi lebih dari 10 per 1000 pengguna, terlihat bahwametoda MKJP lebih efektif untuk dapat mencegah terjadinya kehamilan pada penggunanya dibandingnon-MKJP.

Berbeda dengan di negara Eropa lainnya, NHS Information Center (2009), mendefinisikanbahwa MKJP yang disebut dengan Long Acting Contraception Methode adalah metoda kontrasepsiyang penggunaannya tidak setiap hari sebagaimana pil KB atau tidak setiap kali melakukan sanggamaseperti kondom. Kontrasepsi jangka panjang dikelompokkan berdasarkan cara kerjanya, yaitu

Page 15: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 7

reversible (Long Acting Contraception Reversible System) dan irreversible (Long ActingContraception Irreversible System). Dalam lima tahun terakhir, pemakaian MKJP atau Long ActingReversible Contraception di Eropa meningkat dan yang paling diminati adalah IUD (LNG IUS danCU-IUD). Selanjutnya dikatakan bahwa metoda LARC adalah suntikan yang dapat mencegahkehamilan hingga tiga bulan, Implant selama 3 tahun dan IUD selama 5 tahun atau lebih. Metoda IUDadalah salah satu solusi ke depan diantara kontrasepsi jangka panjang dan aman digunakan padawanita beresiko tinggi.

a. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi dalam rahim atau yang dikenal dengan IUD (Intra-Uterine Devices)merupakan kontrasepi non hormonal yang dipasang rahim. IUD atau yang dikenal pula denganAKDR atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim. Ada beberapa jenis alat KB yang bekerja dari dalamrahim untuk mencegah pembuahan sel telur oleh sperma. Spiral bisa bertahan dalam rahim dan terusmenghambat pembuahan sampai 10 tahun lamanya. Setelah itu harus dikeluarkan dan diganti. Bahanspiral yang paling umum digunakan adalah plastik, atau plastik bercampur tembaga. Spiralmempunyai efek samping haid menjadi lebih lama dan lebih banyak. Pemasangan dan pencabutanmemerlukan pelatihan.

Spiral tidak menjamin dapat melindungi dari berbagai penyakit yang menular melaluihubungan seksual, termasuk HIV/AIDS, dan tidak dianjurkan digunakan pada wanita yang memilikipenyakit komplikasi radang mulut rahim yang serius.

Cara kerjanya adalah sebagai berikut :

o Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii

o Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

o AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu

o Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

Keuntungan penggunaannya adalah sebagai berikut :o Memilki efektivitas tinggi (6 kegagalan dalam 1000 kehamilan)o AKDR dapat efektif segera setelah pemasangano Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)o Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingato Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak

perlu takut untuk hamilo Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)o Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASIo Kesuburan segera kembali setelah IUD diangkato Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi)o Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir )o Tidak ada interaksi dengan obat-obato Membantu mencegah kehamilan ektopik

Page 16: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)8

Efek samping yang umum terjadi adalah sebagai berikut :o Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan berkurang setelah tiga bulan )o Haid lebih lama dan banyako Perdarahan antar menstruasio Saat haid lebih sakit

Komplikasi lain :

o Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangano Perdarahan berat pada waktu haido Perforasi dinding uteruso Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDSo Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti

pasangano Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR

b. Implant atau susuk

Implant merupakan alat kontrasepsi yang dipasang atau disisipkan di bawah kulit, efektifmencegah kehamilan dengan cara mengalirkan secara perlahan-lahan hormon yang dibawanya.Selanjutnya hormon akan mengalir ke dalam tubuh lewat pembuluh-pembuluh darah. Hormon yangdikandung dalam susuk ini adalah levonorgestrel (LNG), yakni hormon yang berfungsi menghentikansuplai hormon estrogen yang berfungsi mendorong pembentukan lapisan dinding lemak dan dengandemikian menyebabkan terjadinya menstruasi.

Cara kerja implant: mengganggu serviks menjadi kental, mengganggu pembentukan prosesendometrium sehingga sulit terjadi implantasi dan mengurangi transportasi sperma serta menekanovulasi

o Jenis implant yang ada sekarang dalam program KB adalah implant 2 batang denganefektifitas pemakaian 3 (tiga) tahun, berupa silastik yang panjangnya 3,4 cm dengan diameter2,4 mm dan mengandung levonorgestrel 75 mg.

o Dipasang secara subdermal pada lengan bagian dalam sebelah kanan atas denganmenggunakan insisi dan anestesi lokal dengan bantuan trokar.

o Angka kehamilannya cukup rendah antara 0.2-1 kehamilan per 100 wanitao Kembalinya kesuburan tinggi setelah pencabutano Keterbatasan metode ini dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak

atau spotting, hipermenorea, atau meningkatnya jumlah darah haid serta amenorea.o Aman dipakai pada masa laktasi

Dibandingkan pil atau suntikan KB, hormon yang terkandung dalam susuk ini lebih sedikit.Namun demikian, efek sampingan yang dibawanya tetap ada. Oleh karena itu, sebelumnya pemakaiharus mengkonsultasikan riwayat dan kondisi kesehatannya terlebih dulu kepada dokter. Selain ituhanya dokter dan petugas medis yang terlatih, yang dapat memasangkan susuk KB ini.

Page 17: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 9

c. Kontrasepsi Mantap

Kontrasepsi mantap adalah satu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengikatatau memotong saluran telur (pada perempuan) atau saluran sperma (pada lelaki). Kontap adalah salahsatu cara kontrasepsi untuk mengakhiri kelahiran. Kontrasepsi mantap (Kontap) dikenal ada duamacam, yaitu Kontap Pria atau MOP atau Vasektomi dan Kontap Wanita atau MOW atau Tubektomi.Efektifitasnya tinggi, dengan angka kegagalan rendah, dan kejadian kegagalan disebabkan oleh tehnikoperatif yang kurang baik ataupun rekanalisasi spontan, serta efek samping minimal.

Keuntungan Kontap di bandingkan kontrasepsi yang lain adalah lebih aman (keluhan lebihsedikit), lebih praktis (hanya memerlukan satu kali tindakan), dan lebih efektif (tingkat kegagalansangat kecil) serta ekonomis.

MOW (Metoda Operasi Wanita)

MOW adalah tindakan penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri, yang menyebabkan seltelur tidak dapat melewati sel telur, dengan demikian sel telur tidak dapat bertemu dengan spermalaki-laki sehingga tidak terjadi kehamilan. Dengan mengoklusi (mengikat dan memotong ataumemasang cincin) tuba falopii maka sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

MOW adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas atau kesuburan seorang wanitao Sangat efektif dan permaneno Merupakan tindakan yang aman dan sederhana, tidak ada efek sampingo Diperlukan konselingo Sangat efektif (0.5 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan).o Tidak mempengaruhi proses menyusuio Tidak tergantung pada faktor sanggamao Pembedahan sederhana dengan anestesi lokalo Tidak ada perubahan dalam produksi hormon ovarium

Keterbatasan : harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini, kecuali denganrekanalisasi, ada rasa tidak nyaman dalam jangka pendek pasca operasi, harus dilakukan oleh dokteryang terlatih

MOP (Metoda Operasi Pria)

MOP atau vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi priadengan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur tranportasi sperma terhambat dan prosesfertilitasi (penyatuan dengan ovum tidak terjadi). Tindakan oklusi dilakukan terhadap kedua saluranmani sebelah kanan dan sebelah kiri sehingga tidak dapat menyebabkan kehamilan. MOP sangatefektif, tidak ada efek samping jangka panjang, tindak bedah aman dan sederhana, serta dapatdigunakan seumur hidup dan tidak mengganggu kehidupan suami isteri.

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan MKJP:

Berikut beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan MKJP baik di Indonesia maupun di beberapanegara lain.

Page 18: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)10

1. Operasional Riset: Upaya Meningkatkan Mutu pelayanan metode kontrasepsi Jangka Panjang dirumah sakit (Azrul Azwar, 1996)

Azwar, A (1996) dalam penelitiannya tentang “Upaya meningkatkan mutu pelayanan metodekontrasepsi jangka panjang di rumah sakit”, yaitu suatu Studi Operasional yang dilakukan di 23rumah di Jakarta selama 29 bulan. Studi ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan pemakaianMKJP dengan memperhatikan aspek mutu pelayanan khususnya terhadap jaminan kualitas pelayanan.Harapannya dari hasil kajian ini dapat memberikan kontribusi tidak hanya untuk peningkatan kualitaspelayanan kontrasepsi jangka panjang di rumah sakit tetapi juga dapat digunakan sebagai model untukpengembangan program jaminan kualitas layanan lain di rumah sakit. Dari hasil assesment OR inidijelaskan bahwa pelayanan MKJP di rumah sakit diterima dengan baik, namun masih perluditingkatkan mutu pelayanannya khususnya Quality Assurance (Jaminan Pelayanannya). Meskipunbegitu faktor lingkungan, proses dan output dan kondisi untuk pelayanan kontrasepsi jangka panjangdapat diterima. Pengetahuan dan praktek dari provider mengenai konsep dasar dan kegiatan dariprogram jaminan kualitas perlu diperbaiki. Intervensi yang dilakukan berupa program pelatihan, yaitu:1) orientasi pada program jaminan kualitas bagi direktur rumah sakit, 2) pelatihan pada programjaminan kualitas bagi tim jaminan kualitas rumah sakit, dan 3) seminar tentang program jaminankualitas bagi seluruh staf rumah sakit.

Beberapa faktor yang ditampilkan memiliki pengaruh nyata terhadap keberhasilan upayapenjaminan kualitas pelayanan MKJP, yaitu peran pimpinan Tim, tanggung jawab anggota Tim, Kerjadari anggota Tim. Ada faktor yang berkaitan dengan aspek teoritik program jaminan kualitas dan yanglainnya yang berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kualitas rumah sakit program keluargaberencana.

2. Studi Peningkatan Mutu Sosialisasi KB-MKJP di Puskesmas Harapan Raya, Provinsi Riau, 2008(Israr, YA.dkk, 2008)

Studi ini dilakukan dengan metode PDCA-Cycle, yang dilakukan oleh Fakultas KedokteranUniversitas Riau terhadap pengunjung puskesmas Harapan Raya yang hendak ber-KB. Studi inibertujuan untuk meningkatkan kesertaan KB- MKJP melalui upaya peningkatan mutu sosialisasi KB-MKJP di Puskesmas Harapan Raya. Hasil assesment studi ini melaporkan rendahnya angka cakupanKB-MKJP dikarenakan masih sangat rendahnya tingkat pengetahuan PUS tentang metode kontrasepsijangka panjang. Hanya lima persen pengunjung yang datang ke puskesmas tersebut dalam priodewaktu penelitian yang mengetahui tentang KB-MKJP.

Lebih jauh diketahui bahwa rendahnya MKJP di puskesmas ini lebih disebabkan olehkualitas pelayanan KB yang kurang baik, terutama sosialisasi tentang KB-MKJP kepadamasyarakat belum dilaksanakan secara optimal. Banyak anggapan yang salah mengenai KB-MKJP,tidak tersedianya media informasi seperti poster, folder, ataupun pelaksanaan penyuluhanmengenai KB-MKJP, kurangnya tenaga dalam mensosialisasikan KB-MKJP, dan tidak adanyaalokasi dana khusus untuk sosialisasi KB khususnya MKJP. Sosialisasi yang benar dapatmenghindari terjadinya kesalah pahaman dan kekeliruan dalam pelaksanaan suatu kegiatan dan untukmelaksanakan kegiatan ini diperlukan metode penyediaaan media informasi seperti poster, folder.Upaya yang dilakukan adalah kegiatan peningkatan mutu sosialisasi KB-MKJP, baik di dalamgedung puskesmas maupun di luar puskesmas, yaitu berupa pengadaan media informasi yangditujukan kepada semua pengunjung yang datang ke puskesmas, penyebaran folder dan pemasanganposter KB-MKJP. Kegiatan ini juga disertai dengan pelaksanaan konseling mengenai KB-MKJPkepada setiap PUS yang berkunjung ke poliklinik KIA-KB, penyuluhan dalam gedung puskesmas dankegiatan penyuluhan di luar gedung yaitu di Kantor Kelurahan terhadap para kader posyandu

Page 19: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 11

wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya. Diharapkan para kader yang telah mendapat penyuluhandapat memberikan pengetahuan dan informasi yang benar mengenai KB-MKJP saat melaksanakankegiatannya sebagai kader di Posyandu nantinya.

Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan kearah perbaikan, dimana proporsipengunjung Puskesmas Harapan Raya dengan kategori pengetahuan kurang turun dari 70 persen(sebelum dilakukannya upaya-upaya perbaikan) menjadi 15 persen setelah dilakukan perbaikan.Disamping itu juga terjadi peningkatan partisipasi PUS yang tercatat sebagai pengunjung puskesmastersebut untuk mengikuti kontap terutama kontap wanita. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatansosialisasi yang dilakukan sudah cukup berhasil. Studi ini merekomendasikan perlunya penambahanpetugas pelaksanaan sosialisasi KB-MKJP dan usulan alokasi dana khusus untuk kegiatan sosialisasiKB-MKJP agar pelaksanaan sosialisasi KB-MKJP tidak terkendala.

3. Hasil Penelitian Faktor –faktor yang mempengaruhi pemakaian IUD (Endah Winarni dkk, 2000)

Dari karakteristik latar belakang responden wanita terungkap bahwa yang mempengaruhipemakaian IUD adalah umur ibu. Dinyatakan bahwa semakin tua umur semakin tinggi proporsiwanita yang memakai IUD. Jumlah anak masih hidup dengan pemakaian IUD tidak menunjukkanhubungan yang berarti, proporsi tertinggi didapat pada wanita dengan jumlah anak empat orang ataulebih.

Faktor lain yang mempengaruhi pemakaian IUD adalah pengetahuan akan IUD. Pemberianinformasi IUD mempunyai hubungan dengan pemakaian IUD; semakin banyak wanita menerima KIEIUD, semakin tinggi proporsi wanita yang menggunakan IUD. Sumber informasi tentang IUD yangpaling dominan adalah dari bidan. Konseling IUD juga menentukan kelangsungan pemakaian IUD.Semakin banyak menerima materi konseling, semakin besar proporsi wanita yang memakai IUD.Pemberian konseling yang mantap dan banyak materi konseling yang diterima akan menentukanwanita tetap memakai IUD dan tidak berhenti memakai IUD. Penandatanganan informed consentserta pemeriksaan kesehatan sebelum pemasanagan IUD diduga juga ikut menentukan wanita didalam memilih IUD untuk digunakan.

Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa umur wanita serta pemberian KIE- IUDmerupakan faktor yang paling menentukan dalam pemakaian alat kontrasepsi IUD. Temuan kualitatifyang menjelaskan faktor pendukung dan penghambat pemakai IUD ikut memperkuat temuankuantitatif penelitian ini. Faktor pendukung yaitu kebijaksanaan operasional yang berkaitan denganpeningkatan pemakaian IUD. Bentuk kebijaksanannya adalah komitmen antara BKKBN denganinstansi lintas sektoral terkait termasuk organisasi profesi (IBI), baik dalam hal pelatihan, KIE,pembinaan dan pelayanan. Strategi operasional peningkatan IUD adalah pemanfaatan setiap momentuntuk memberikan penyuluhan dan pelayanan MKJP juga adanya pembinaan dan penyebarluasanIUD pada setiap pertemuan intern BKKBN maupun dengan lintas sektoral. Pemberian insentif untukkader/petugas lini lapangan dan provider juga merupakan salah satu strategi operasional peningkatanIUD. Faktor penghambat yang dijumpai adalah adanya sistem kafetaria dalam pemilihan alatkontrasepsi. Faktor lain adalah belum optimalnya pemberian konseling IUD dan kurangnya anjuranbidan untuk menggunakan IUD. Pengaruh faktor lingkungan tampak bahwa persepsi tokoh agama dantokoh masyarakat maupun kader dalam pemakaian IUD cukup positif. Namum demikian peranantokoh dalam penyebarluasan IUD terlihat belum optimal. Peran kader dalam sebagai pola contohmemakai IUD masih perlu ditingkatkan. Sementara kemudahan mencapai tempat pelayanan IUD sertaketersediaan alat kontrasepsi IUD relative mudah dan tidak merupakan masalah.

Page 20: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)12

4. Profil of Long Acting Reversible Contraceptive Users in Europe (Sergio Haimovich, 2009)

Studi ini bertujuan untuk mendapatkan profil wanita yang memakai kontrasepsi jangka panjangyang bersifat reversible (LARCS). Studi ini dilakukan terhadap 11.490 responden wanita usia 15-49tahun yang menggunakan LARCS berasal dari 14 Negara di Eropa. Penelitian ini dikoordinir olehDepartement of Obstetric and Gynecological, Del Mar University Hospital Barcelona, Spanyol.Responden Long Acting Reversible Contraception yang dimaksudkan adalah wanita 15-49 tahun yangsedang menggunakan kontrasepsi implant, suntikan, LNG-IUs, IUD-Cu dan dipilih secara random.

Temuan studi ini melaporkan bahwa metoda LARCS IUD (LNG-IUs dan Cu-IUD) merupakankontrasepsi yang paling populer dikalangan wanita Eropa. Sebagian besar digunakan oleh wanita yangsudah mempunyai anak dan tidak ingin menambah anak lagi dimasa mendatang.LARCs umumnyadigunakan oleh wanita berusia diatas 30 tahun (57,9 persen). Lebih dari separuh respondenmengatakan alasan menggunakan LARCs adalah karena nyaman. Dikatakan pula bahwa metodaLARCS yang mengandung hormon (kecuali IUD-Cu), relatif sedikit mengalami keluhan berupagejala fisik maupun emosional dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal yang bukan termasukmetoda LARCS.

5. The cost-effectivenes of long acting reversible contraception (ImplanonR) relative to oralcontraception in community setting (C. Lipetz, 2009. Contraception 79 (2009).

Penelitian ini dilakukan karena metode LARCS (MKJP Reversible) dianggap mahal, dimanamemerlukan biaya dari tenaga ahli/dokter, biaya unit, biaya manfaat serta butuh waktu yang cukuplama. Metoda yang dilakukan adalah case control retrospective study dengan membandingkankelompok wanita yang menggunakan kontrasepsi ImplanonR (kasus) dengan kelompok oralkontrasepsi (kontrol), dan diamati selama 36 bulan. Masing-masing kelompok berjumlah 493 wanita15-44 tahun dalam suatu Community Sex Service di UK, yang selanjutnya dihitung biaya cost effectivedan benefitnya. Analisis biaya dihitung terhadap pasien (individu) dengan metode sensitivitas analisis.Biaya tersebut antara lain mencakup biaya staf, peralatan, obat, transport dan biaya tidak langsung,yaitu jika terjadi kehamilan. Hasil studi ini membuktikan bahwa Implanon lebih cost-effectivenesdibanding dengan oral kontrasepsi pada semua titik waktu pengamatan (12, 24 dan 36 bulan). Setelah12 bulan pemakaian, biaya untuk Implanon setengahnya biaya oral kontrasepsi.

Page 21: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 13

BAB III

KERANGKA PIKIRDAN METODOLOGI ANALISIS

3.1 Kerangka Pikir Analisis

3.1.1 Kerangka Konsep

Penggunaan alat atau obat kontrasepsi dipengaruhi oleh berbagai aspek, seperti faktorindividu (karakteristik sosiodemografi), faktor lingkungan (keluarga, masyarakat, petugas) dan faktorsarana seperti: ketersediaan alat/obat, tenaga, tempat pelayanan, biaya, dll. Bagan kerangka konsepberikut ini mempertimbangkan ketersediaan variabel yang ada dan tersedia dalam Survei Demografidan Kesehatan Indonesia tahun 2007, sehingga tidak semua variabel yang diinginkan diduga turutberpengaruh tidak dapat dianalisis dalam hal ini, seperti misalnya faktor sarana dan elemen kualitaspelayanan lainnya

Responden :

Faktor Individu :- umur- pendidikan- pekerjaan- indeks kekayaan- jumlah anak lahir hidup- jumlah anak masih hidup- jumlah anak yang diinginkan- wilayah tempat tinggal- status wanita

Pemakaian Kontrasepsi :- MKJP- Non MKJP

Faktor Lingkungan:- peranan pasangan- peranan keluarga/tetangga/teman- peranan petugas- peranan tokoh masyarakat- peranan media masa

Gambar 1: Kerangka analisis hubungan beberapa faktor yang mempengaruhipemakaian MKJP dan non MKJP

Faktor sarana:- ketersediaaalat/obat kontrasepsi- tenaga pelayanan- tempat pelayanan- biaya

-

Faktor Program:- pengetahuan tentang KB- pernah pakai kontrasepsi sebelumnya- informed choiced- informed consent

Page 22: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)14

3.1.2 Hipotesa

(1) Ada hubungan antara faktor individu dengan pemakaian MKJP(2) Ada hubungan antara faktor program dengan pemakaian MKJP(3) Ada hubungan antara faktor lingkungan dengan pemakaian MKJP

3.1.3. Definisi Operasional

Tabel berikut menjelaskan variabel-variabel yang digunakan dalam analisis ini, sesuai dengankode nomor pertanyaan pada kuesioner SDKI tahun 2007, batasan atau definisi operasional, sertapengkatagorian dari masing-masing variabel tersebut.

Tabel 1: Definisi operasional variabel dan katagori variabel

NO. Variabel Definisi Operasional Skala/Katagori

Variabel Terpengaruh (dependent Variabel)1. Penggunaan alat/obat

kontrasepsi (P302; P304)

Saat survei dilakukan responden sedangmenggunakan salah satu metodakontrasepsi modern

1 = ya2 = tidak

2. Jenis KontrasepsiMKJP : P31- A,B,D,G,HNon-MKJP: P311 -C,E,F,I

Responden sedang menggunakan salahsatu dari Metoda Kontrasepsi JangkaPanjang (MKJP) baik yang sifatnyareversible maupun irreversible: IUD,Implant, MOP dan MOWNon-MKJP: alat/obat KB suntik, pil,

kondom

1 = MKJP2 = non-MKJP

Variabel Pengaruh (independent Variabel) : Faktor Individu1 Umur ibu (P105-P215) Umur ibu/responden pada saat survei 1 = >30 tahun

2 = <=30 tahun2 Pendidikan

(P107, p108, P109)Pendidikan terakhir yang ditamatkanibu/responden

1= rendah (SMPkebawah)

2= tinggi (SMPkeatas)

3 Pekerjaan(P107, P108, P109)

Status pekerjaan ibu/responden dalam 12bulan terakhir

1= bekerja2= tidak bekerja

4 Indeks kekayaan kuintil Kepemilikan barang berharga dari suatukeluarga yang diukur dengan indekskekayaan kuintil1= termiskin2= menengah bawah3= menengah4= menengah atas5= terkaya

1= mampu (3,4,5)2= miskin (1, 2)

5 Wilayah tempat tinggal(Blok I R5)

Wilayah tempat tinggal ibu/respondenyang disesuaikan dengan klasifikasidaerah penelitian menurut BPS

1= perkotaan2= perdesaan

6 Jumlah anak lahir hidup(P203, P205, P207, P208)

Jumlah anak yang dimiliki respondenyang pernah dilahirkan hidup oleh Ibu

1= 0-22= >=3

Page 23: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 15

7 Jumlah anak lahir hidup(P203, P205, P207, P208)

Jumlah anak yang dimiliki respondenyang masih dilahirkan hidup oleh Ibu

1= 0-22= >=3

8 Jumlah anak yangdiinginkan (P615)

Pengakuan dari responden berapajumlah anak yang diinginkannya

1= <32= >=3

Status wanita(P628; P719, P721)

P628

Keterlibatan/wewenang wanita dalamkeluarga di dalam pengambilan keputusanyang merupakan salah satu upayapemberdayaan wanita yang dilihat dari 3aspek:a. Banyaknya peran serta wanita dalam

pengambilan keputusan1 = <32= >=3

9.

P719 b.Jumlah alasan isteri menolak untukmelakukan hubungan seksual

1 = <32= >=3

P721 c. Jumlah alasan isteri yang setuju tentangpemukulan oleh suami terhadap isteri

1 = 02= >=1

Variabel pengaruh (independent Variabel) : Faktor Program

1 Pengetahuan KB(P301:01-07) dan 329-330

Responden mengetahui salah satu caraKB modern dan tahu tempat pelayananKB

1= baik2= kurang

2 Pernah menggunakankontrasepsi sebelumnya(P302)

Penggunaan kontrasepsi sebelummenggunakan jenis alkon yang digunakansaat ini

1 = ya2= tidak

3 Informed Choiced (325-326) Penjelasan tentang pilihan kontrasepsioleh petugas yang diberikan kepadaresponden/ibu untuk membantupengambilan keputusan (pra-pelayanan)dalam memilih cara KB yang akandigunakan.

1 = ya2= tidak

4 Informed Consent (322-324) Persetujuan oleh ibu/ suami respondenterhadap kontrasepsi yang akan dipakai/dilayani responden, yaitu berupa tandatangan pada lembar persetujuan, setelahmereka mendapat penjelasan tentangbkontrasepsi oleh petugas pada pra-pelayanan. ai

1 = ya2= tidak

Variabel pengaruh (independent Variabel) : Faktor Lingkungan

1. Peranan pasangan(P623,624, 625,627)

Suami/isteri mendukung KB dan ikutmengambil keputusan dalam ber KB

1 = ya2= tidak

2 Peranan keluarga, teman(P619, P620, P620A)

Dalam 6 bulan terakhir mendapatkanpenerangan KB dari orang tua, mertua(laki-laki/ perempuan)

1 = ya2= tidak

3 Peranan petugas (P620A,P331)

Dalam 6 bulan terakhir mendapatkanpenerangan KB dari petugas KB/kesehatan : bidan, perawat

1 = ya2= tidak

4. Peranan Tokoh (P620A) Dalam 6 bulan terakhir mendapatkanpenerangan KB dari tokoh agama, guru,kelompok wanita

1 = ya2= tidak

5 Peran media elektronik: TV,radio (P617)

Dalam 6 bulan terakhir pernahmendengar/ melihat acara tentang KB diradio atau televisi

1 = ya2 =tidak

6. Peran media cetak (P618) Dalam 6 bulan terakhir pernah membacatentang KB di koran atau majalah, poster,

1=ya2= tidak

Page 24: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)16

pamflet3.2 Metodologi Analisis

3.2.1. Rancangan Analisis

Studi ini dirancang untuk melakukan kajian deskriptif dan analitik sesuai dengan tujuananalisis dengan menggunakan data dari SDKI 2007, yang mencakup 33 provinsi di Indonesia.Sedangkan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi crosectional dalam rangkamempelajari dan menganalisis tentang faktor-faktor yang melatar belakangi wanita yang memakaiKB-MKJP dan mempelajari hubungan dari masing-masing faktor.

Sebagai variabel terikat (dependent) adalah kesertaan pemakaian KB-MKJP, sedangkanvariabel bebas (independent) dikelompokkan berdasarkan faktor individu, faktor keterpaparan denganprogram dan faktor lingkungan.

3.2.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder SDKI 2007 yangdilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik bekerjasama dengan BKKBN dan Departemen Kesehatan RI.Responden SDKI 2007 adalah wanita umur 15-49 tahun 30.931 responden, yang dilaksanakan diseluruh provinsi di Indonesia dan merupakan sampel dalam penelitian ini.

3.2.3 Unit Analisis

Wanita kawin yang sedang menggunakan alat/cara KB modern, yaitu pil, suntik, implant, IUD,kondom dan kontap (MOP dan MOW).

3.2.4 Metoda Analisis

Sebelum analisis dilakukan, data terlebih dahulu di cleaning sesuai dengan tujuan analisis,kemudian variabel yang diperlukan dilakukan penggabungan dan pengkatagorian ulang sesuai dengandefinisi operasional (transformasi data). Data diolah dengan paket computer SPSS.

Analisis data dilakukan dalam tiga tahap, yaitu analisis univariat, bivariat dan multivariat.Analisis deskriptif untuk mengetahui distribusi pengetahuan menurut karakteristik variabel yangditeliti menggunakan table silang.

Analisis univariat

Dilakukan distibusi frekuensi setiap variabel untuk mendiskripsikan seluruh variabel yang akandigunakan untuk dilihat penyebarannya, kemudian dilakukan pengelompokkan setiap variabel.

Analisis bivariate

Dilakukan untuk melihat hubungan dan besar hubungan antara variabel dependen (pemakaiankontrasepsi) dengan variabel independen (faktor individu dan faktor lingkungan) denganmengabaikan pengaruh variabel lainnya.

Uji hubungan yang digunakan adalah uji statistik Chi- square, karena kedua variabel yangdiuji berskala katagorik. Analisis ini akan menghasilkan nilai p dan nilai odd ratio kasar (Crude OR),dan 95% CI. Uji bivariat juga akan dilakukan pada variabel kontinyu. Pada model regresi logistik,

Page 25: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 17

variabel yang bersifat kontinyu tetap dipertahankan dalam keadaan semula bila memperlihatkanhubungan linier antara nilai X dan Y, dan bila tidak linear, variabel kontinyu dirubah menjadikategorik. Oleh karenanya akan dicobakan dahulu hubungan keduanya, dengan dilakukan plottingantara koofisien estimasi (beta) hasil uji Regresi logistik antara variabel dependen dengan variabelindependen yang bersangkutan (Hosmer & Lameslow, 1989).

Analisis bivariat juga akan digunakan sebagai dasar pemilihan kandidat untuk variabel-variabel yang mempunyai nilai p<0,25. Ketentuan ini digunakan karena berdasarkan pengalaman,penggunaan nilai p yang lazim (0,05) seringkali tidak berhasil mengidentifikasi variabel yangdianggap penting (Hosmer & Lameslow, 1989).

Analisis multivariat

Untuk menentukan faktor-faktor yang paling mempengaruhi pemakaian MKJP dilakukandengan analisis multivariat.

Hasil analisis multivariat akan memperlihatkan besar hubungan pemakaian kontrasepsi MKJPdengan beberapa variabel independen secara bersama-sama. Analisis ini akan menghasilkan modelpersamaan matematik yang menjelaskan faktor yang berhubungan pemakaian kontrasepsi MKJP.Analisis ini akan menghasilkan persen klasifikasi benar, nilai p model dan nilai OR terkendali(adjusted OR) dengan selang OR nya. Analisis multivariate ini akan menggunakan multipleregression logistik, karena variabel dependen berskala kategorik.

Pemodelan dimulai dengan mempertimbangkan kandidat dari analisis bivariat denganmencobakan membentuk variasi-variasi model persamaan. Model paling baik akan terpilih denganmempertimbangkan beberapa ketentuan penilaian, yaitu: nilai signifikansi, ratio log-likehood(p<0,05), besar persen klasifikasi benar, nilai significansi p- wald (<0,05), nilai OR serta kestabilannilai selang 95% OR.

Ketentuan tingkat presisi dari selang OR dapat menjadi ketentuan tambahan, bila diperlukan.Model dipilih dengan menggunakan metoda Emer dengan memasukan kemungkinan variabel modelyang ada dan tidak menyerahkan sepenuhnya pada analisis yang dilakukan komputer. Analisismultivariat menggunakan regresi logistik dengan fungsi matematik:

Dimana:α atau intercept adalah rataan Y pada X=0β atau slope atau koefisien regresi adalah besarnya perubahan variabel Y

untuk perubahan x sebesar satu unit

Logit (p) = α +βx

)(11)( xe

xfY

Page 26: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)18

Seluruh rangkaian analisis ini menggunakan program SPSS versi 11.5 baik untuk analisis univariat,bivariat dan multivariat. Program ini cocok digunakan untuk analisis ini karena pada tingkatrancangan penelitian ini telah dilakukan pembobotan (weight) dan pengambilan sampel yangmemenuhi kaidah probabilitik.

3.2.5 Pengukuran dan Variabel yang dianalisis

Analisis ini mencoba menganalisa tentang faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsijangka panjang yaitu MOP, MOW, implant dan IUD.

Variabel-variabel bebasnya adalah faktor sosiodemografi, meliputi: pendidikan, umur,pekerjaan, tempat tinggal, indeks kekayaan, status wanita, jumlah anak lahir hidup dan jumlah anakmasih hidup serta jumlah anak yang diinginkan. Sedangkan faktor keterpaparan program adalahpengetahuan tentang KB, pengalaman memakai kontrasepsi sebelumnya, mendapatkan informedchoiced dan informed consent serta faktor lingkungan dalam kaitan mendapatkan informasi KB yaitudari pasangan, teman/keluarga maupun media masa.

Variabel terikat berupa pemakaian kontrasepsi yang dibagi menjadi kelompok jangka panjang(MKJP) dan non-MKJP.

Variabel terikat (dependen)

Variabel dependen (terikat) yang akan dianalisis pada analisis lanjut ini, yaitu pemakaiankontrasepsi. Analisis ini hanya dilakukan pada responden yang memakai kontrasepsi pada saatpengumpulan data, sedangkan pada mereka yang sedang tidak memakai kontrasepsi tidak dilakukananalisis. Lebih lanjut, variabel-variabel yang berkaitan dengan pemakaian kontrasepsi menjadi 2 (dua)kategori yaitu kontrasepsi MKJP dan non MKJP. Responden dimasukkan dalam kelompok MKJP jikamemakai kontrasepsi yang termasuk dalam kategori jangka panjang pemakaiannya yaitu : IUD,implant, MOP and MOW.

Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas yang diduga berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi ada 3 (tiga) aspek ataufaktor yang akan diuji, mencakup: (1) faktor individu, (2) faktor keterpaparan terhadap program (3)faktor lingkungan dalam mendukung keterpaparan informasi KB.

Faktor individu, merupakan latar belakang karakteristik sosiodemograafi responden yangdalam hal ini terdiri dari 9 (sembilan) variabel, yaitu: umur, pendidikan, pekerjaan, wilayahtempat tinggal, jumlah anak lahir hidup, jumlah anak masih hidup, jumlah anak yangdiinginkan, indeks kekayanan kuintil, dan status wanita. Masing-masing variabel tersebutdikatagorikan atas dua kelompok.

Faktor keterpaparan program KB, terdiri atas 4 (empat) variabel, yaitu pengetahuan tentang

KB, pernah memakai kontrasepsi, terpapar informed choiced, terpapar informed consent.

o Pengetahuan tentang KB meliputi pengetahuan wanita tentang jenis/ alat KB moderndan tempat pelayanan. Jika responden bisa menyebutkan salah satu alat kontrasepsimodern dan tahu tempat mendapatkan pelayanan KB, maka dikatakan ‘pengetahuanKB cukup’; sedangkan bila tidak bisa menyebutkan salah satu alat kontrasepsimodern tergolong memiliki ‘pengetahuan KB kurang’.

Page 27: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 19

Faktor lingkungan/ akses informasi. Informasi mengenai kontrasepsi dalam enam bulanterakhir yang diterima oleh responden menurut sumbernya, yaitu: sumber informasi melaluimedia elektronik, media cetak, peranan pasangan, keluarga, petugas dan TOMA

o Media elektronik, bila responden dalam enam bulan terakhir mendapatkan informasiKB melalui TV dan radio

o Media cetak, bila responden mengatakan dalam enam bulan terakhir mendapatkaninformasi KB melalui surat kabar/majalah, selebaran/poster, leaflet, dll)

o Media lain, yaitu bila responden dalam enam bulan terakhir mendapatkan informasidari petugas kesehatan, tokoh masyarakat, teman/keluarga dan pasangan,

Dalam analisis ini, sumber informasi dikelompokkan atas dua, yaitu mendapat informasi dantidak mendapatkan informasi. Bila responden menjawab minimal satu dari media tersebut, makadikatakan mereka ‘mendapatkan informasi’. Sebaliknya, jika tidak satupun dari sumber informasitersebut disebutkan, maka digolongkan ‘tidak’ mendapatkan informasi dari media tersebut.

Page 28: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)20

Page 29: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 21

BAB IV

HASIL ANALISIS

Jumlah wanita kawin 15-49 tahun yang sedang menggunakan alat/cara KB modern baik MKJPmaupun non- MKJP yang tercatat sebagai sampel pada analisis ini, tercatat sebanyak 18.969responden. Responden ini, terdiri dari 17,8 persen (3.384) yang sedang menggunakan -MKJP (IUD,implant kontap pria dan kontap wanita) dan 82,2 persen (15.585) menggunakan cara KB non-MKJP(suntik, pil dan kondom).

Uraian pada analisis ini mencakup hasil analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasilanalisis univariat menjelaskan secara diskripsi tentang karakteristik latar belakang responden wanitakawin usia 15-49 tahun, yang dibagi atas tiga kelompok (pemakai MKJP, non-MKJP dan total),menurut faktor individu, faktor keterpaparan program dan faktor lingkungan. Hasil analisis bivariatmenggambarkan hubungan dari ketiga faktor tersebut terhadap pemakaian MKJP. Sedangkan hasilanalisis multivariat memberi gambaran variabel-variabel yang paling berpengaruh terhadappemakaian KB-MKJP.

4.1 Hasil Analisis Univariat

4.1.1 Karakteristik Latar Belakang Responden Berdasarkan Faktor Individu

Karakteritik latar belakang wanita kawin yang memakai kontrasepsi yang menjadi respondenmenurut faktor individu pada penelitian ini mencakup: tingkat pendidikan, umur, status pekerjaan,tingkat kesejahteraan, jumlah anak hidup, jumlah anak masih hidup, jumlah anak yang diinginkan,wilayah tempat tinggal dan peran wanita dalam pengambilan keputusan dalam di rumah tangga.

Tabel 4.1 memperlihatkan gambaran karakteristik latar belakang responden menurut faktorindividu pada wanita yang sedang menggunakan KB secara umum, pemakai MKJP dan non –MKJP.Secara umum pada wanita Indonesia dalam pemakaian kontrasepsi sebagian besar (66 persen) beradadalam kelompok umur tua (lebih dari 30 tahun) dan berpendidikan tidak tamat SLTP (54 persen).Wanita yang memiliki anak lahir hidup dua orang atau kurang (termasuk belum atau tidak memilikianak) sebanyak 60 persen, sisanya (40 persen) memiliki anak lebih dari 2 orang . Begitu pula denganjumlah anak masih hidup, sebagian besar (64 persen) memiliki anak dua orang atau kurang.

Pola yang tidak jauh berbeda terlihat pada kelompok wanita yang memakai metoda KB-MKJPmaupun non MKJP, hampir tidak menunjukkan suatu ciri tertentu yang berbeda. Sehingga dapatdikatakan ketiga kelompok sampel responden adalah homogen. Sebagian besar berpendidikan SLTPatau kurang (52 persen MKJP; 54 persen non-MKJP) dan berumur 30 tahun atau lebih (86,9 persenMKJP; 61,4 persen non-MKJP). Hal yang berbeda terlihat dari variabel umur, dimana pada kelompokwanita pemakai MKJP proporsi umur tua (>30 tahun) lebih tinggi dibanding pemakai non MKJP,yaitu 87 berbanding 61 persen. Pada kelompok pemakai MKJP, lebih dari sebagian (54 persen)memiliki anak lahir hidup lebih banyak (> 2 orang), sementara pada kelompok non-MKJP 63 persenmemiliki anak lebih dari 2 (dua) orang. Hal yang serupa juga dijumpai bila dilihat dari jumlah anakmasih hidup, satu dari dua orang wanita pemakai MKJP yang sudah memiliki anak lebih dari duaorang, sedangkan dua dari tiga wanita pemakai non mempunyai anak kurang dari 2 orang.

Karakteristik responden menurut tempat tinggal pada responden secara total, sedikit lebihbanyak yang bertempat tinggal di perdesaan dibandingkan dengan di perkotaan (58 persen berbanding42 persen) dan lebih dari separuhnya bekerja (59 persen). Hal yang sama terlihat pada wanita yangmenggunakan MKJP maupun non-MKJP, dimana pada umumnya bertempat tinggal di perdesaan ,

Page 30: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)22

masing-masing sebesar 52 persen dan 59 persen. Dua dari tiga wanita pemakai MKJP bekerja,sedangkan untuk pemakai non MKJP terdapat satu dari dua wanita. Untuk tingkat kesejahteraan yangdiidentifikasi dari kepemilikan barang-barang berharga, pada analisis ini dikelompokkan menurutkategori mampu dan miskin. Dijumpai sebanyak 63 persen responden berada dalam kelompokmampu, sedangkan lainnya tergolong tidak mampu/ miskin (37 persen). Sementara pada wanitapemakai MKJP dan non MKJP masing-masing 70 persen dan 62 persen berada pada katagori mampu.

Tabel 4.1Distribusi Persentase Wanita Kawin Pemakai Kontrasepsi MKJP, non-MKJP dan Total

Menurut Karakteristik Latar Belakang Individu

Karakteristik % MKJP

(n= 3384)

% Non-MKJP

(n=15.585)

Total MKJPdan non MKJP

(n=18.969)

Tingkat Pendidikan RespondenTinggi ( > SLTP ) 47,9 45,9 46,3Rendah (Tidak tamat SLTP) 52,1 54,1 53,7

Umur Responden≥ 30 Tahun 86,9 61,4 66,0< 30 Tahun 13,1 38,6 34,0

Jumlah anak lahir hidup> 2 anak 54,1 63,0 40,10-2 anak 45,9 37,0 59,9

Jumlah anak masih hidup0-2 anak 49,8 66,8 63,8>2 anak 50,2 33,2 36,2

Status Pekerjaan Ibu 12 bulan terakhirBekerja 67,3 55,5 59,2Tidak Bekerja 32,7 44,5 40,8

Wilayah tempat tinggalPerkotaan 48,2 40,8 42,1Perdesaan 51,8 59,2 57,9

Indeks kesejahteraanMampu 69,7 61,8 63,2Miskin 30,3 38,2 36,8

Jumlah anak yang di inginkan< 3anak 63,3 62,4 62,5≥ 3 anak 36,7 37,6 37,5

Peran serta wanita dalammengambil keputusan

Mempunyai peran 43,7 39,6 40,3Kurang Mempunyai peran 56,3 60,4 59,7

Total 100.0 100.0 100.0

Sebagian besar atau dua dari tiga wanita Indonesia umumnya, menginginkan mempunyaianak tiga orang atau kurang, dan sepertiga lainnya ternyata masih menginginkan jumlah anaksebanyak, yaitu lebih dari tiga orang. Hal ini memberi petunjuk bahwa sebagian besar wanitamenyadari pentingnya keluarga kecil seperti yang dianjurkan program KB. Namun begitu, perlumenjadi perhatian pengelola, karena cukup banyak (sepertiga) wanita yang masih menginginkan anakdengan jumlah lebih dari tiga orang. Pola yang sama terlihat jika dilihat berdasarkan pemakaianMKJP maupun non MKJP.

Keterlibatan wanita dalam pengambilan keputusan di dalam rumah tangga, yang mencakupkeputusan dalam menolak kekerasan, dan menolak melakukan hubungan seksual karena alasantertentu) dalam analisis ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu : berperan dan kurang berperan.

Page 31: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 23

Responden dikategorikan ‘berperan baik’ apabila wanita ikut terlibat dalam pengambilan keputusanrumah tangga, dan berani menolak kekerasan dan hubungan seksual dengan alasan-alasan tertentu.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar wanita (60 persen) kurang mempunyai perandalam pengambilan keputusan rumah tangga. Pola yang sama terlihat pada kelompok wanita pemakaiMKJP dan non MKJP masing-masing sebesar 44 dan 40 persen yang dianggap berperan di dalampengambilan keputusan.

4.1.2 Keterpaparan program KB

Tabel 4.2 berikut ini menjelaskan tentang keterpaparan responden terhadap program KB, antaralain meliputi, program upaya peningkatan kualitas pelayaanan KB serta sosialisasi/KIE KB padamasing-masing kelompok responden. Dilihat dari riwayat pemakaian kontrasepsi sebelumnya terlihatbahwa sebagian besar wanita peserta KB pernah memakai kontrasepsi (97 persen). Angka yang samaterlihat pada wanita pemakai KB-non MKJP. Akan tetapi tidak satupun dijumpai responden MKJPyang benar-benar merupakan akseptor baru. Hasil penelitian ini mengungkap seluruh peserta MKJPmengaku sebelumnya pernah menggunakan cara KB lainnya atau merupakan peserta KB ulangan.

Pengetahuan responden tentang KB yang dalam analisis ini diidentifikasi berdasarkanpengetahuannya tentang jenis metoda kontrasepsi dan tempat pelayanan KB diperoleh informasibahwa secara umum pengetahuan responden masih kurang. Ditetapkan bahwa, pengetahuan tentangKB dikategorikan ‘baik’ jika responden sedikitnya dapat menyebutkan salah satu cata KB modern dantahu salah satu tempat mendapatkan pelayanan KB. Hanya 38 persen responden atau empat dari 10responden mempunyai pengetahuan tergolong ‘baik’. Demikian pula bila dilihat dari wanita yangmemakai MKJP dan non-MKJP, dimana sebagian besar responden berpengetahuan KB yangtergolong, kurang. Namun demikian, proporsi yang berpengetahuan kurang lebih besar pada wanitayang menggunakan KB non MKJP dibanding MKJP, yaitu 64 persen berbanding 53 persen.

Tabel 4.2Distribusi Persentase Wanita Kawin Pemakai Kontrasepsi MKJP, non-MKJP dan Total

Menurut Keterpaparan dengan Program KB

Keterpaparan program KB % MKJP

(n= 3384)

% Non-MKJP

(n=15.585)

Total MKJPdan non MKJP

(n=18.969)

Pengetahuan KBBaik 46,7 36,1 38,0Kurang 53,3 63,9 62,0

Pernah pakai kontrasepsiYa 100,0 96,9 97,4Tidak 0,0 3,1 2,6

Informed choicedYa 25,1 32,4 31,1Tidak 74,9 67,6 68,9

Informed consentYa 28,5 29,1 29,0Tidak 71,5 80,9 71,0

Total 100.0 100.0 100.0

Dalam memberikan pelayanan kontrasepsi, program KB di Indonesia menekankan pentingnyakualitas pelayanan kepada setiap klien KB, guna mendapatkan kepuasan klien. Dari analisis ini,kualitas pelayanan KB antara lain dapat dilihat dari indikator pemberian informed choiced daninformed consent kepada calon akseptor. Informed choiced adalah penjelasan tentang jenis-jeniskontrasepsi yang akan dipakai kepada klien sebelum memutuskan cara KB yang akan dipakai.Sedangkan yang dimaksud dengan informed consent adalah persetujuan tentang kontrasepsi yang

Page 32: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)24

akan digunakan, ditandatangani oleh klien dan dilakukan sebelum memakai kontrasepsi. Dari hasilanalisis ini, ditemukan hanya sepertiga dari peserta KB yang terpapar dengan informed choicedmaupun menandatangani informed consent. Proporsi responden MKJP yang mendapatkan informedchoiced, maupun informed consent seharusnya lebih besar dibandingkan non-MKJP. Akan tetapi hasilpenelitian ini terungkap hanya 25 persen peserta MKJP yang mendapatkan informed choiced,sementara informed consent sebesar 29 persen. Jika dibandingkan dengan kelompok wanita non-MKJP proporsinya relatif lebih tinggi, masing-masing sebesar 32 persen dan 29 persen. Hal inimenunjukkan konseling pra-pelayanan KB oleh petugas masih kurang serta sosialisasi program KB-MKJP masih belum merata kepada petugas kesehatan.

4.1.3 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dalam hal ini mencakup peranan pasangan (suami/istri), teman/ keluarga,petugas, tokoh agama, dan media (elektronik dan media) ikut menentukan di dalam kesertaan ber KB.Bentuk peranan tersebut adalah berupa dorongan atau pemberian informasi yang diterima respondendalam enam bulan terakhir sebelum survei ini dilakukan.

Hasil analisis ini memperlihatkan peranan pasangan dalam penggunaan alat kontrasepsi terlihatcukup besar, dimana 74 persen dari seluruh responden mengatakan kesertaan mereka dalam ber-KBmendapat dukungan dari pasangannya. Pola yang serupa juga terlihat pada kelompok MKJP dan non-MKJP, masing-masing sebesar 60 persen dan 77 persen. Bila dicermati data ini, tampak bahwapasangan yang mayoritas suami responden lebih mendorong pasangannya untuk menggunakan KBnon-MKJP dibanding MKJP. Lebih lanjut terlihat lebih dari separo responden dijumpai mendapatkaninformasi tentang KB dari keluarga maupun teman. Hal ini secara berturut-turut dinyatakan baik darikelompok pemakai MKJP, non MKJP maupun secara keseluruhan, masing-masing 47 persen, 53persen dan 52 persen.

Hal yang cukup memprihatinkan dari temuan ini bahwa informasi tentang KB yang seharusnyadilakukan oleh petugas KB, terlihat rendah. Dalam enam bulan terakhir sebelum survei, wanita yangmendapatkan informasi tentang KB dari petugas hanya 25 persen. Begitu pula pada kelompok MKJP(21 persen) dan non-MKJP (25 persen). Namun demikian, terlihat bahwa peran petugas dalammemberikan KIE/konseling sedikit lebih tinggi pada kelompok non MKJP dibanding MKJP.Informasi KB yang diperoleh dari tokoh masyarakat maupun tokoh agama, prosentasenya sangatkecil hanya enam persen. Sementara wanita pemakai MKJP yang mendapatkan informasi dariTOMA/TOGA sedikit lebih tinggi yaitu sembilan persen, sedangkan pemakai non MKJP hanya limapersen. Satu dari tiga wanita menerima informasi mengenai KB melalui media elektronik. Pola yangsama pada wanita pemakai MKJP maupun non MKJP ( 32 persen dan 29 persen). Sedangkaninformasi tentang KB yang diperoleh dari media cetak 21 persen, dari kelompok pemakai MKJP 25persen dan non MJKP 20 persen.

Dari uraian mengenai keterpaparan informasi KB yang diterima oleh responden, baik olehpetugas KB, tokoh agama/tokoh masyarakat, keluarga dan dari media cetak maupun elektroniktampaknya masih rendah. Begitu pula dengan informasi yang diterima oleh petugas kesehatan padapra-pelayanan melalui pemberian informed choiced proporsinya lebih rendah lagi. Dari temuan ini,proporsi tertinggi informasi KB diperoleh dari keluarga dan teman . Pemberian informasi KB olehpetugas KB dan keluarga maupun teman masih lebih tinggi pada kelompok pemakai non MKJP,sedangkan dari media elektronik dan cetak sedikit lebih tinggi pada kelompok MKJP. Hal inimengindikasikan bahwa promosi KB-MKJP melalui media sudah mulai digalakkan meskipun masihterlihat rendah, namun penyuluhan dari petugas KB untuk MKJP terlihat masih lebih rendah dari nonMKJP perlu diperhatikan..

Page 33: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 25

Tabel 4.3Distribusi Persentase Wanita Kawin Pemakai Kontrasepsi MKJP, non-MKJP dan Total

Menurut Faktor Lingkungan

Keterpaparan informasi% MKJP

(n= 3384)

% Non-MKJP

(n=15.585)

Total MKJPdan non MKJP

(n=18.969)Peranan pasangan

Ya 59,7 77,0 73,9Tidak 40,3 23,0 26,1

Mendapat penerangan KB dari keluarga,teman

Ya 46,8 52,6 51,6Tidak 53,2 47,4 48,4

Mendapat penerangan KB dari PetugasYa 21,1 25,3 24.6Tidak 78,9 74,7 75.4

Mendapat penerangan KB dari tokoh masyarakat /agama

Ya 9.0 5.5 6,1Tidak 91.0 94.5 93,9

Informasi melalui Media ElektronikYa 31,7 28,7 29,2Tidak 68,3 71,3 70,8

Informasi melalui media cetakYa 25,2 19,8 20,8Tidak 74,8 80,2 79,1

Total 100.0 18.968 100.0

4.2. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat berapa besar hubungan antara masing-masing variabeldependen dengan variabel independen, serta mengetahui bagaimana sifat hubungan tersebut apakahbermakna atau tidak. Untuk melihat ada atau tidak adanya hubungan dilakukan dengan menggunakanuji statistik Chi Square. Sedangkan untuk menentukan seberapa besar hubungannya adalah denganmelihat nilai Odds Rasio (OR).

Dalam analisis ini, sebagai dependen variabel adalah pemakaian kontrasepsi sedangkanindependen variabelnya adalah variabel karakteristik individu, keterpaparan terhadap program KB dandan faktor lingkungan/ akses informasi. Pemakaian kontrasepsi dibagi dalam 2 (dua) kelompok, yaitukelompok MKJP dan non-MKJP. Kontrasepsi IUD, Implant dan MOP dan MOW dikelompokkan kedalam MKJP, sedangkan pil, suntikan dan kondom termasuk kelompok Non MKJP.

4.2.1 Pemakaian kontrasepsi MKJP dan hubungannya dengan faktor individu

Hasil analisis ini menunjukkan dari sembilan variabel karakteristik sosiodemografi yang didugamemberikan hubungan, ternyata sebagian besar dari variabel tersebut memberikan hubunganbermakna (P<0,05), dan hanya satu variabel, yaitu jumlah anak yang diinginkan yang tidakmempunyai hubungan yang bermakna (p> 0.05) dengan pemakaian kontraseps MKJP. Variabel yangmemberikan hubungan bermakna tersebut adalah: umur, pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan,jumlah anak lahir hidup, jumlah anak masih hidup, indeks kesejahteraan serta peran serta wanitamenunjukkan hubungan yang bermakna (p<0.05). Sedangkan jumlah anak yang diinginkan tidakmenunjukkan hubungan(P>0,05).

Page 34: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)26

Tabel 4.5 Hasil analisis bivariat pemakaian kontrasepsi MKJP menurut karakteristik individu

Pemakaian alat kontrasepsi

MKJP Non MKJP Total P value OR 95% CI

n % n % N % min maks

Umur Responden

≥ 30 Tahun 2940 23,5 9576 76,5 12516 100,0 0,000 4,155 3,471 4,615

< 30 Tahun 444 6,9 6009 93,1 6453 100,0

Tingkat Pendidikan

>SLTP 1622 18,5 7151 81,5 8774 100.0 0,031 1,086 1,008 1,170

≤SLTP 1761 17,3 8432 82,7 10193 100.0

Pekerjaan Ibu

Bekerja 2280 20,3 8954 79,7 11234 100,0 0.000 1,529 1,414 1,654

Tidak bekerja 1104 14,3 6631 85.7 7735 100,0

Indek Kesejahteraan

Mampu 2367 19,7 9629 80,3 11996 100,0 0,001 1,440 1,329 1,560

Miskin 1017 14,6 5956 85,4 6973 100,0

Wilayah Tempat Tinggal

Perkotaan 1631 20,4 6361 79,6 7992 100,0 0,000 1,350 1,253 1,455

Pedesaan 1752 16,0 9224 84,0 10976 100,0

Jumlah Anak lahir Hidup

> 2 anak 1831 24,1 5770 75,9 7601 100.0 0,000 2,006 1,861 2,162

0 - 2 anak 1553 13,7 9815 86,1 11368 100.0

Jumlah Anak masih Hidup

0-2 anak 1686 13,9 10416 86,1 12102 100.0 0,001 0,493 0,457 0,531

> 2 anak 1689 24,7 5169 75,3 6867 100.0

Jumlah Anak Yang di inginkan

≤ 2 anak 2142 18,1 9722 81,9 11864 100.0 0,329 1,040 0,963 1,123

> 2 anak 1242 17,5 5862 82,5 7104 100.0

Peran serta wanita dalam pengambil keputusan

Mempunyai peran 1479 19,3 6165 80,7 7644 100,0 0,000 1,187 1,101 1,280

Tidak berperan 1904 16.8 9420 83,2 11324 100,0

Tabel 4.5 menunjukkan hasil analisis bivariat antara variabel karakteristik dengan pemakaiankontrasepsi MKJP. Meskipun proporsi pemakaian MKJP lebih rendah disetiap kelompok umur jikadibandingkan dengan non-MKJP, namun wanita yang berusia tua cenderung lebih tinggi memakaikontrasepsi MKJP dibandingkan dengan wanita yang berumur kurang dari 30 tahun (24 berbanding 7persen). Perbedaan proporsi pada kelompok umur dengan menggunakan alat kontrasepi MJKP secarastatistik menunjukan hubungan yang signifikan, pada kelompok umur >= 30 tahun yang mempunyaipeluang 4,155 kali akan menggunakan pemakaian alat kontrasepsi MJKP dibandingkan dengankelompok umur < 30 tahun.

Ibu bekerja juga mempunyai kesempatan memakai kontrasepsi MKJP lebih tinggi sebesar 1,5kali dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja. Wanita dengan anak lahir hidup lebih dari 2mempunyai kesempatan memakai kontrasepsi MKJP lebih besar sebanyak 2 kali dibandingkan wanita

Page 35: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 27

dengan 2 anak atau kurang. Sedangkan wanita yang mempunyai peran dalam pengambilan keputusanmempunyai kecenderungan memakai kontrasepsi MKJP 1,1 kali.

Begitu pula menurut tempat tinggal, dimana wanita yang tinggal di perkotaan cenderungmemakai MKJP dibandingkan mereka yang tinggal di perdesaan dan menunjukkan hubungan yangbermakna (p=0.000) dengan nilai OR= 1,35 kali. Hal ini memberi arti, bahwa wanita yang tinggal diperkotaan berpeluang memakai MKJP sebesar 1,35 kali lebih tinggi dari pada wanita yang tinggal diperdesaan. Proporsi wanita yang memakai MKJP sedikit lebih tinggi pada mereka dengan tingkatkesejahteraan yang dianggap mampu dibanding wanita yang tidak mampu. Hubungan ini cukupbermakna dengan nilai ods ratio sebesar 1,4yang me ngindikasikan bahwa wanita yang mampumempunyai peluang untuk menggunakan MKJP sebesar 1,4 kalinya, dibanding wanita yang tidakmampu.

4.2.2 Pemakaian kontrasepsi MKJP dan hubungannya dengan faktor program

Hasil analisis bivariate yang kedua antara pemakaian kontrasepsi dengan 4 variabel dari faktorprogram. Keempat variabel tersebut adalah pengetahuan ber KB, pernah memakai kontrasepsi, pernahmenerima informed choiced dan informed consent. Hasil analisis hubungan dari variabel tersebutterhadap pemakaian kontrasepsi menunjukkan bahwa tiga dari empat variabel dari faktor programmemberikan hubungan yang bermakna dengan pemakaian kontrasepsi MKJP (p<0.05), sedangkanvariabel informed consent tidak menunjukkan hubungan yang bermakna. Hal ini bisa dimengerti,karena informed consent hanya suatu penandatanganan klien untuk menyatakan keikutsertaan dalamber KB.

Tabel 4.6 Hasil analisis bivariat pemakaian kontrasepsi MKJP menurut Keterpaparan Program KB

Pemakaian alat kontrasepsi

MKJP Non MKJP Total P value OR 95% CI

n % n % n %

Pengetahuan KB

Baik 1579 21,9 5629 78,1 7208 100,0 0,000 1,548 1,436 1,669

Kurang 1804 15,3 9955 84,7 11759 100,0

Pernah menggunakan salah satu alat kontrasepsi

Ya 3384 18,3 15101 81,7 18485 100,0 0,000 0,817 0,811 0,823

Tidak 0 0,0 484 100,0 484 100,0

Informed Choiced

Ya 850 14,4 5047 85,6 5897 100,0 0,000 0,700 0,644 0,762

Tidak 2534 19,4 10538 80,6 13072 100,0

Informed Consent

Ya 964 17,5 4529 82,5 5493 100,0 0,519 0,972 0.896 1,056

Tidak 2420 18,0 11056 82,0 13476 100,0

Hasil analisis ini memberikan suatu bukti pentingnya pengetahuan seseorang, dimana wanitayang mempunyai pengetahuan KBnya ‘baik’ cenderung lebih banyak memakai kontrasepsi MKJPdibandingkan dengan wanita yang pengetahuan ber KB nya kurang, dengan nilai Odds Ratio atau ORsebesar 1,5. Hal ini memberi arti bahwa wanita yang mempunyai pengetahuan KB lebih baik,mempunyai kecenderungan sebesar 1,5 kali untuk memakai kontrasepsi MKJP. Temuan inimengindikasikan pentingnya KIE/konseling kepada pasangan usia subur, bila ingin meningkatkan

Page 36: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)28

kesertaan KB-MKJP. Disamping itu juga menunjukkan sudah ada upaya-upaya KIE untuk MKJPkepada klien di lapangan, meskipun masih belum maksimal.

4.2.3 Pemakaian kontrasepsi MKJP dan hubungannya dengan faktor lingkungan

Hasil analisis bivariate yang ketiga antara pemakaian kontrasepsi dengan enam variabeldukungan lingkungan dalam ber KB, yaitu variabel yang berkaitan dengan pemberian informasi baikdalam keluarga, oleh tokoh formal, informal, maupun melalui media. Dalam variabel lingkungan iniyang dimasukkan adalah peran pasangan dalam memutuskan penggunaan alat kontrasepsi, dalamenam bulan terakhir mendapatkan penerangan KB dari teman atau tetangga, penerangan dari petugasKB, penerangan dari TOMA/TOGA, serta dari media elektronik dan media cetak. Hasil analisis inimenunjukkan bahwa keenam variabel ini mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemakaiankontrasepsi MKJP (p< 0.05)

Tabel 4.7 Hasil analisis bivariat pemakaian kontrasepsi MKJP menurut akses informasi

Pemakaian alat kontrasepsi

MKJP Non MKJP Total P value OR 95% CI

n % n % n %

Peranan pasangan dalam memutusan penggunaan alat kontrasepsi

Ya 2020 14,4 12003 85,6 14023 100,0 0,001 0,443 0,409 0,478

Tidak 1364 27,6 3582 72,4 4946 100,0

Mendapat informasi KB dari Teman, Keluarga

Ya 1584 16,2 8199 83,3 9783 100,0 0,001 0,793 0,736 0,854

Tidak 1800 19,6 7385 80,4 9185 100,0

Mendapat informasi KB dari Petugas KB

Ya 715 15,3 3949 84,7 4664 100,0 0,001 0,789 0,721 0,864

Tidak 2669 18,7 11636 81,3 14305 100,0

Mendapat informasi KB dari Tokoh masyarakat /Agama

Ya 306 36,3 857 73,7 1163 100,0 0,001 1,709 1,491 1,958

Tidak 3077 17,3 14728 82,7 18805 100,0

Mendapat informasi KB dari media Elektronik

Ya 1072 19,3 4475 80,7 5547 100,0 0,001 1,151 1,062 1,247

Tidak 2312 17,2 11109 82,8 13421 100,0

Mendapat informasi KB dari media Cetak

Ya 852 21,6 3090 78,4 3090 100,0 0,000 1,361 1,248 1,485

Tidak 2531 16,8 12495 83,2 15026 100,0

Diantara variabel tersebut, wanita yang mendapatkan informasi KB melalui Tokohmasyarakat/agama mempunyai peluang untuk memakai MKJP lebih tinggi 1,7 kali dari pada yangtidak mendapatkan informasi. Tampak disini bahwa TOMA/TOGA cukup berpengaruh dalammemberikan penyuluhan atau informasi untuk ber KB. Wanita yang terpapar informasi KB melaluimedia cetak mempunyai kecenderungan1,3 kali untuk memakai kontrasepsi MKJP dibanding merekayang tidak terpapar. Kondisi serupa juga terlihat dari informasi melalui media elektronik yangmenunjukkan hubungan bermakna dan nilai OR= 1,1 kali

Page 37: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 29

4.3 Hasil Analisis Multivariat: Faktor-faktor yang Mempengaruhi PemakaianKontrasepsi MKJP

Untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap pemakaian kontrasepsiMKJP pada wanita kawin dalam suatu populasi, maka dilakukan analisis multivariat yang bertujuanuntuk mendapatkan model terbaik guna melihat determinan-determinan yang berpengaruh terhadappengetahuan tersebut.

Untuk memperoleh jawaban faktor atau determinan mana yang berhubungan dengan haltersebut, analisis multivariat logistik regresi ganda dilakukan dengan beberapa tahap, yang meliputi:pemilihan variabel kandidat multivariat, pembuatan model, dan melakukan analisis interaksi (biladiperlukan).

Sebelum masuk ke model multivariate, tahap pertama yang dilakukan adalah menseleksi semuavariabel independen yang telah di analisis secara bivariat dengan variabel dependen pemakaiankontrasepsi MKJP. Menurut Mickey dan Greenland (1989), apabila hasil analisis bivariat setelahdilakukan uji G (rasio log-likehood) mempunyai nilai p-value <0.25 dan mempunyai kemaknaansecara substansi, maka variabel independen tersebut dapat dijadikan kandidat yang akan dimasukankedalam model multivariat.

Dengan cara menseleksi semua variabel independen yang telah dianalisis secara bivariat dapatdijelaskan bahwa semua variabel kandidat yang diuji harus memiliki persyaratan nilai p<0.25. Hasilanalisis bivariat mempunyai nilai p<0,25 maka variabel independen masuk kedalam modelmultivariat.

Tabel 4.8 Variabel yang dimasukkan dalam model

Variabel -2 loglikehood

G p-wald Variabelterpilih

Umur Responden 16877,633 912,644 0,000 +Tingkat Pendidikan 17785,580 4,695 0,030 +Pekerjaan 17674,487 115,788 0,000 +Indeks kesejahteraan 17708,893 81,382 0,000 +Wilayah tempat tinggal 17728,353 61,922 0,000 +Jumlah anak lahir hidup 17458,643 331,631 0,000 +Jumlah Anak yang di inginkan 17789,268 1,007 0,316 -Jumlah anak masih hidup 17452,073 338,202 0,000 +Pengetahuan KB 17661,240 129,035 0,000 +Meggunakan alat kontra sepsi seblumnya 17597,317 192,957 0,000 +

Peran serta wanita 17770,358 19,917 0,000 +Informed Choiced 17719,743 70,532 0,000 +Informed Consent 17789,820 0,454 0,500 -Peranan pasangan pemiliahan alat KB 17278,994 511,281 0,000 +mendapat penerangan KB dari temen/keluarga 17764,398 25,877 0,002 +mendapat penerangan KB dari petugas 17778,617 11,658 0,001 +mendapat penerangan KB dari TOMA/TOGA 17773,441 16,834 0,000 +Media Elektronk 17778,604 11,670 0,001 +Media Cetak 17743,475 46,800 0,000 +

Dari analisis ini, terdapat 17 variabel yang memenuhi persyaratan dari total 19 variabel yangada. Variabel tersebut akan dijadikan sebagai variabel kandidat dari model multivariat. Adapunvariabel-variabel independen yang memenuhi persyaratan tersebut adalah: umur (p value= 0.000),tingkat pendidikan (p value= 0.000), pekerjaan (p value = 0,000), indeks kekayaan (p value= 0.000),

Page 38: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)30

wilayah tempat tinggal (p value= 0.000), jumlah anak lahir hidup (p value= 0.000), jumlah anakmasih hidup (p value= 0.000), peran wanita dalam pengambilan keputusan (p value=0.000),pengetahuan tentang KB (p value=0.000), pernah memakai kontrasepi (p value = 0.000),mendapatkan informed choice (p value=0.000), peranan pasangan dalam pemilihan alat KB (p value=0.000), mendapatkan informasi KB dari teman/keluarga (p value=0.000), mendapatkan informasiKB dari petugas (p value=0.000), mendapatkan informasi KB dari TOMA/TOGA (p value=0.000),mendapatkan informasi melalui media elektronik (p value= 0.000), dan media cetak (p value= 0.000).Sedangkan variabel-variabel yang tidak memiliki hubungan bermakna dari hasil analisis bivariat dantidak dimasukkan dalam model multivariate adalah jumlah anak yang diinginkan dan mendapatkaninformed consent

Tahapan selanjutnya adalah pembuatan model faktor penentu pemakaian kontrasepsi MKJP.Dalam pemodelan ini, semua variabel (17 variabel) yang masuk ke dalam kandidat dilakukanpenilaian atau dicobakan secara bersama-sama dengan cara menguji variabel-variabel tersebut. Modelterbaik akan mempertimbangkan dua penilaian, yaitu nilai signifikansi ratio-likelihood (p<=0.05) dannilai signifikansi P wald (p<=0.05). Bila nilai p dari variabel tersebut >0.05, maka akan di keluarkandari model, mulai dari variabel yang mempunyai nilai p terbesar sampai didapatkan variabel yangsignifikan. Pemilihan model tersebut dilakukan secara hirarki, dengan cara semua variabel independen( yang telah lolos sensor) dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang P-waldnya tidaksiginifikan dikeluarkan dari model secara berurutan satu persatu yang dimulai dengan p wald yangterbesar.

Dari 17 variabel independen sebagai kandidat dalam model ini, diperoleh sebanyak 3 variabelyang dikeluarkan dalam proses seleksi model, karena mempunyai nilai signifikasi log-likelihoodterbesar yaitu > 0.05 dan signifikan P wald atau p value juga <=0.05. Variabel pertama yang haruskeluar dalam model ini adalah variabel pakai kontrasepsi dengan nilai signifikasi log-likelihood atau pvalue sebesar 0.9997. Variabel berikutnya secara berturut-turut dikeluarkan dari model ini adalahvariabel jumlah anak lahir hidup (signifikasi log-likelihood 0.548) dan keterpaparan dengan mediaelektronik (signifikasi log-likelihood 0.352).

Tabel 4. 9 Hasil akhir analisis model multivariate faktor-faktor yang meempengaruhipemakaian kontrasepsi MKJP

Variabel B p-wald OR 95% CIUmur Responden 1,149 0,000 3,154 2,809 – 3,543Pendidikan 0,111 0,018 1,118 1,019 – 1,226Pekerjaan Ibu 0,302 0,000 1,352 1,244 – 1,470Indek kesejahteraan 0,133 0,007 1,143 1,038 – 1,258Jumlah anak masih hidup -0,230 0,000 0,795 0,731 – 0,864Tempat Tinggal 0,090 0,047 1,094 1,001 – 1,195Tingkat Pengetahuan KB 0,293 0,000 1,341 1,230 – 1,461Peran serta Wanita dalam keluarga 0,168 0,000 1,183 1,093 – 1,280Informed Choiced -0,142 0,002 0,867 0,791 – 0,951Peran pasangan dalam memakai alat KB -0,771 0,000 0,462 0,426 – 0,502Penerangan KB dari teman, keluarga -0,276 0,000 0,759 0,696– 0,827Penerangan Kb dari petugas -0,319 0,000 0,272 0,654 – 0,808Penerangan KB dari Toma/Toga 0,640 0,000 1,896 1,621 – 2,217Peranan media Cetak 0,298 0,000 1,347 1,213 – 1,496Konstanta 0,247 0,049 1.280p-ratio log likelihood 0,000% klasifikasi benar 82,5

Model akhir yang terpilih dari hasil pengujian analisis multivariat terhadap pemakaiankontrasepsi MKJP dapat terlihat pada Tabel 4.9. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa model terpilihini memberikan hasil yang signifikan pada rasio log likelihood, ini berarti model ini terbentuk darivariabel yang cukup baik. Uji wald untuk penentuan pemakaian kontrasepsi MKJP juga memberikan

Page 39: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 31

hasil uji yang signifikan. Hal ini memperlihatkan bahwa koefisien ß signifikan di populasinya. Nilaiestimasi OR dan 95% CI nya memperlihatkan yang stabil dengan tidak melewati angka 1.

Dari keseluruhan proses analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari 14variabel yang signifikan dan diduga berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi MKJP semuanyasignifikan. Sebagaimana terlihat pada tabel tersebut, variabel yang paling dominan dari model yangkeluar dalam penentuan pemakaian kontrasepsi MKJP dapat dilihat dari nilai odd rasio (OR) atau Expβ, yaitu :

Umur (OR= 3,154; 95% CI: 2,809 – 3,543),Penerangan KB dari Toma/Toga (OR= 1,896; 95% CI: 1,621 – 2,217),Pekerjaan Ibu (OR= 1,352; 95% CI: 1,244 – 1,470),Peranan media Cetak (OR= 1,347; 95% CI: 1,213 – 1,496);Tingkat Pengetahuan KB (OR= 1,341 ; 95% CI: 1,230 – 1,461),Jumlah anak yang di inginkan (OR= 1,339; 95% CI: 1,232 – 1,456),

Variabel penentu lainnya yang ikut berpengaruh secara berturut-turut adalah indekskesejahteraan, pendidikan, peran wanita dalam pengambilan keputusan, tempat tinggal, mendapatkaninformed choiced, jumlah anak masih hidup, mendapatkan penerangan KB dari teman/ keluarga,peranan pasangan dalam memakai kontrasepsi dan mendapatkan penerangan dari petugas.

Dari gambaran diatas memberi petunjuk bahwa cukup banyak variabel yang berpengaruhterhadap pemakaian kontrasepsi MKJP perlu dikaji lebih lanjut.

Page 40: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)32

Page 41: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 33

BAB V

PEMBAHASAN

Pemakaian KB-MKJP di Indonesia masih sangat rendah dan bahkan berdasarkan hasil SDKIcenderung menurun. Pada tahun 1991, proporsi pemakaian MKJP 19,7 persen; tahun 1994: 19 persen,tahun 1997: 17,5 persen, tahun 2002 14,6 persen dan pada tahun 2007 turun menjadi 10,9 persen.Data terakhir SDKI tahun 2007 memperlihatkan prevalensi pemakaian untuk suatu cara kontrasepsiadalah sebesar 61,4 persen dan 11 persen diantaranya adalah pemakai MKJP. Hasil analisis inimenunjukkan proporsi yang lebih tinggi, yaitu sekitar 18 persen, yang dikarenakan angka ini dihitungdari pemakai cara KB modern.

Berbeda dengan hasil penelitian dari negara lain, Haimovich (2009) melaporkan penggunaanpemakaian kontrasepsi jangka panjang di 14 negara di Eropa akhir-akhir ini cenderung meningkat,yaitu dari 18 persen (2003-2004) menjadi 20 persen (2005-2006). Angka ini ternyata tidak berbedajauh dengan temuan hasil analisis pada wanita Indonesia, yaitu sebesar 18 persen. Diantara metodajangka panjang yang tertinggi digunakan oleh wanita Eropa adalah IUD yaitu jenis LNG-IUS dan Cu-IUD. Metoda ini umumnya digunakan oleh wanita usia diatas 30 tahun, sudah mempunyai anak dantidak ingin tambah anak lagi dan bagi mereka yang ingin mencari solusi untuk menggunakankontrasepsi jangka panjang. Di Indonesiapun pemakaian IUD merupakan yang paling banyakdigunakan oleh para wanita kawin, yaitu sekitar 4 persen, yang kedua adalah MOW, berikutnyaImplant dan MOP.

Suatu hal yang patut dicermati bersama adalah tentang pengertian metoda kontrasepsi jangkapanjang (MKJP), tampaknya ada perbedaan yang mendasar. Di Indonesia MKJP di definisikansebagai kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama lebih dari 2 tahun, efektif danefisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari 3 tahun atau mengakhiri kehamilanatau sudah tidak ingin tambah anak lagi. Hal yang sama diungkap oleh Prawiroharjo,S (1999),bahwa metode kontrasepsi Jangka Panjang merupakan kontrasepsi yang dapat bertahan antara tigatahun sampai seumur hidup, seperti IUD, Implant/susuk KB, Steril pada pria/wanita. Sedangkanpengertian MKJP yang disebut dengan Long Acting Contraception Methode menurut NHSInformation Center (2009) di negara Inggris, mendefinisikan bahwa metoda kontrasepsi jangkapanjang adalah metoda kontrasepsi yang penggunaannya tidak setiap hari sebagaimana pil KB atautidak digunakan setiap kali melakukan sanggama seperti kondom. Kontrasepsi jangka panjangdikelompokkan berdasarkan cara kerjanya, yaitu reversible (Long Acting Contraception ReversibleSystem) dan irreversible (Long Acting Contraception Irreversible System). Metoda LARC adalahIUD, Implant dan suntikan, sedangkan metoda LACIS adalah metoda kontap seperti tubektomi danvasektomi. Sementara di Indonesia tidak dibedakan antara kontrasepsi yang sifatnya reversible danirreversible.

Mencermati pengertian tersebut, jika metoda KB-MKJP di Indonesia termasuk juga suntikan KB,maka proporsi pemakaian MKJP tentu akan menjadi lebih tinggi, karena peserta KB suntikanmerupakan yang tertinggi digunakan oleh wanita Indonesia, yakni mencapai 32 persen.

Rencana Pembangunan Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2009-2014 mengamanatkan bahwaprogram KB di Indonesia perlu diarahkan kepada pemakaian MKJP. Diharapkan dari hasil analisis inidapat memberikan kontribusi terhadap strategi yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kesertaanKB-MKJP.

Dilain pihak menurut hasil penelitian oleh (Lipetz, 2009) tentang The cost-effectivenes of longacting reversible contraception (Implanon R) relative to oral contraception in community setting,

Page 42: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)34

mengakui bahwa rendahnya pemakaian kontrasepsi jangka panjang disebabkan karena biayapelayanan yang cukup mahal. Menurut Israr,Y , dkk (2008), rendahnya MKJP di Indoneia karenapengetahuan klien dan kurangnya kualitas sosialisasi/KIE MKJP, sedangkan menurut Azwar (1998),pelayanan MKJP perlu didukung dengan peningkatan Quality Assurance.

Secara umum gambaran sampel responden wanita pernah kawin secara total yang dianalisisdilihat dari beberapa aspek menurut karakteristik diperoleh gambaran bahwa sebagian besar (66persen) responden berusia lebih dari 30 tahun, bertempat tinggal di perdesaan (58 persen),berpendidikan SLTP ke bawah (54 persen), bekerja (59 persen) berada pada indeks kesejahteraanmampu ( 63 persen), jumlah anak lahir hidup 0-2 anak (60 persen), memiliki anak masih hidup 0-2orang (64 persen). Sebagian besar wanita kurang mempunyai peran dalam mengambil keputusan (60persen). Sampel ini dikelompokkan menurut wanita pemakai MKJP dan Non-MKJP. Biladibandingkan karakteristik latar belakang responden dari ketiga kelompok ini memiliki pola yangrelatif sama atau sampelnya homogen. Akan tetapi yang berbeda adalah pada variabel umur, jumlahanak masih hidup, dan tingkat kesejahteraan, dimana pemakai MKJP lebih banyak pada usia tua,memiliki anak masih hidup maupun lebih lebih dari dua orang dan tingkat kesejahteraan tergolongmampu, serta bertempat tinggal di perkotaan. Temuan ini polanya hampir sama dengan studi tentangpemakaian IUD di Indonesia maupun temuan oleh Haimovis (2009) terhadap wanita Eropa, yangmengatakan bahwa penggunaan kontrasepsi cenderung digunakan oleh wanita berumur diatas 30tahun, sudah memiliki anak atau digunakan jika keluarga sudah tidak menginginkan anak lagi atauingin membatasi/menjarangkan kelahiran dalam waktu yang cukup lama.

Cukup menarik dari hasil analisis ini yaitu tentang jumlah anak yang diinginkan. Sebagianbesar (63 persen) peserta MKJP menginginkan anak dua orang atau kurang dan 37 persen lainnyamenginginkan anak lebih dari dua orang. Sedangkan dalam hal ber KB seperti telah diperkirakan,seluruh responden peserta KB-MKJP mengatakan pernah menggunakan salah satu cara KB,sedangkan kelompok non- MKJP hanya tiga persen yang baru pertama menggunakan KB, sebagianbesar telah berpengalaman menggunakan KB.

Tingkat pengetahuan responden merupakan faktor penting yang sangat menentukan dalammemutuskan untuk ber KB. Temuan ini memperlihatkan bahwa pengetahuan responden tentang KBsecara umum yang diukur dari ‘tahu tentang metoda KB’ dan ‘tempat pelayanan’, tampak masihrendah. Pada ketiga kelompok analisis tersebut, 38 persen pada kelompok total, 47 persen padakelompok MKJP dan 36 persen pada kelompok non MKJP tergolong berpengetahuan baik. Namundemikian terlihat bahwa peserta MKJP pengetahuannya relatif lebih bagus dibanding dua kelompoklainnya. Data ini didukung dari informasi petugas KB, tokoh agama/masyarakat, informasi dari mediaelektronik dan cetak lebih tinggi pada peserta MKJP dibanding non MKJP dan kelompok respondensecara total, meskipun masih belum dapat dikatakan sudah maksimal (pada MKJP: 20 persen; daripetugas, 32 persen melalui elektronik dan 25 persen media cetak). Hal ini menunjukkan sudah adanyaupaya peningkatan KIE tentang MKJP meskipun peranannya masih rendah. Hasil yang sama jugaditunjukkan dari hasil penelitian Israr, dkk (2008) yang mengatakan bahwa rendahnya peserta MKJPdisebabkan karena pengetahuan klien yang rendah serta kualitas sosialisasi KB-MKJP yang kurangbaik.

Dilain pihak temuan penelitian ini mengungkap bahwa pemberian informed choice daninformed consent masih sangat rendah, masing-masing 31 persen dan 29 persen responden pernahmendapatkannya. Bila dibandingkan MKJP dan non MKJP, peserta MKJP yang seharusnyamendapatkan pelayanan sesuai SOP (Standard of Prosedure) justru proporsinya lebih rendahmendapatkan informed choiced (25 persen berbanding 32 persen) maupun informed consent (28persen berbanding 29 persen). Hal ini menunjukkan peran petugas kesehatan yang memberikanpelayanan KB pada pra-pelayanan masih sangat kurang dan masih perlu ditingkatkan lagi.

Hal sebaliknya, peserta KB yang mendapat informasi dari keluarga atau teman cukup tinggi(47 persen) dan peranan pasangan dalam menggunakan kontrasepsi cukup besar (60 persen). Jika

Page 43: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 35

diperhatikan dari data analisis ini proporsi pasangan yang merupakan suami responden lebihmendorong isterinya untuk menggunakan kontrasespsi non-MKJP. Tentunya hal ini cukupmengkhawatirkan, sehingga memerlukan perhatian bersama, terutama yang berkaitan dengan programpartisipasi pria dan peran gender. Begitu juga peran teman/keluarga, temuan studi ini melaporkan 53persen berperan dalam penggunaan KB non-MKJP. Temuan ini menunjukkan perlu lebih ditingkatkanpengenalan KB-MKJP kepada para suami, maupun keluarga.

Hasil analisis statistik bivariat memperkuat temuan diskriptif diatas, dimana sebagian besarvariabel dari faktor individu yang mencerminkan karakteristik sosiodemografi respondenmemperlihatkan bahwa sebagian besar atau delapan dari 9 variabel faktor individu memberikanhubungan yang bermakna dengan pemakaian kontrasepsi MKJP ( P<0.05). Diantara variabel tersebutadalah umur, pendidikan, pekerjaan, indeks kesejahteraan, tempat tinggal dan jumlah anak lahirhidup, jumlah anak masih hidup, menunjukkan hubungan yang bermakna. Sedangkan jumlah anakyang diinginkan (kurang dari 2 anak/lebih dari 2 anak) tidak menunjukkan hubungan yang bermakna.

Wanita yang berumur 30 tahun atau lebih akan berpeluang untuk memakai kontrasepsi MJKPsebesar 4 kali dibandingkan dengan mereka yang berumur lebih muda atau kurang dari 30 tahun(p=0,000; OR=4,15). Wanita yang berpendidikan tinggi akan berpeluang untuk memakai kontrasepsiMJKP sedikit lebih tinggi dari mereka yang berpendidikan rendah (p=0,031; OR=1,09). Wanitadengan tingkat kesejahteraan tinggi cenderung untuk memakai kontrasepsi MKJP, yaitu sebesar 1.4kalinya, begitu juga untuk tempat tinggal, mereka yang tinggal di perkotaan cenderung untukmemakai MKJP (p=0,000; OR= 1,357).

Melihat peluang wanita yang tinggal di perkotaan cenderung lebih banyak untuk memakaiMKJP, maka perhatian kepada wanita di perdesaan harus lebih ditingkatkan. Biasanya di perdesaanmemiliki akses terhadap informasi kurang. Ketidaktahuan akan membuat para wanita ini diam danmerasa aman. Kepada para pengelola program baik pemerintah maupun swasta perlu untukmemperbanyak orientasi kegiatan penyebaran informasi tentang KB-MKJP ke daerah perdesaan.Hasil analisis ini membuktikan bahwa ada hubungan yang positif antara pendidikan, tempat tinggaldengan pemakaian kontrasepsi MKJP

Berkaitan dengan peluang wanita yang berpendidikan rendah dan usia muda untuk memakaikontrasepsi MKJP, tentunya dapat menjadi masukan yang sangat penting bagi pengelola program danperlu pemikiran untuk mencari jalan bagaimana agar dapat “menjangkau” para wanita kawin yangberpendidikan rendah (< SLTP) serta kelompok usia muda (diatas 30 tahun). Mengingat keterbatasandana pemerintah, pemberian informasi melalui jalur masyarakat tempat tinggal merupakan alternatifyang bisa dilakukan agar program ini dapat berlanjut dan tidak bergantung sepenuhnya kepadapemerintah.

Begitu pula dengan peran serta wanita, dimana wanita yang mempunyai peran dalampengambilan keputusan. Tampak bahwa wanita yang mempunyai peran cenderung lebih besarpeluangnya untuk memakai MKJP (p < 0,000; OR 1,19). Peran yang dimaksudkan adalah wanitayang mempunyai andil dalam pengambilan keputusan, mempunyai hak untuk menolak melakukanhubungan seks dan mempuntyai hak untuk menolak pemukulan dari suami cenderung mempunyaiperan mengambil keputusan juga dalam memakai kontrasepsi MKJP. Terlihat dari beberapa studi,bahwa makin banyak peran wanita dengan ikut serta dalam pengambilan keputusan tampak bahwawanita ini bisa mengambil keputusan dengan lebih mandiri, termasuk dalam memilih kontrasepsiMKJP.

Hubungan pemakaian kontrasepsi MKJP dengan variabel-variabel keterpaparan program KByang mencakup pengetahuan dan pengalaman ber KB, terdapat tiga variabel yang menunjukkanhubungan yang bermakna (p<0.05) dengan pemakaian kontrasepsi MKJP. Variabel yang palingberpengaruh adalah pengetahuan (OR =1.548). Hal ini merupakan suatu bukti bahwa jikapengetahuan wanita terhadap program KB baik, maka wawasan untuk memilih kontrasepsi MKJP

Page 44: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)36

lebih berpeluang, jelas terlihat bahwa makin banyak wanita terpapar informasi tentang alat dan tempatmendapatkan kontrasepsi tentunya bisa memilih kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan. Melaluiprogram promosi dan advokasi untuk mendorong seseorang untuk memilih kontrasepsi jangkapanjang. Pemberian informasi melalui kegiatan-kegiatan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi olehpetugas baik maupun melalui pasangan dianggap tepat dalam peningkatan pemakaian kontrasepsi.

Hubungan akses sumber informasi yang mencakup berbagai media, seperti: media elektronik,media cetak, sumber informasi lain dengan pemakaian KB-MKJP, juga memberikan peranan yangsangat penting dan menentukan terhadap pemakaian kontrasepsi jangka panjang. Media elektronikmemberikan peluang untuk pemakaian MKJP (OR= 1,151). Temuan SDKI 2002-2003 melaporkanbahwa diantara media yang paling banyak digunakan adalah televisi, tentunya juga demikian untukhal ini.

Dilihat dari hasil multivariat untuk membuktikan faktor-faktor atau variabel mana yang palingberpengaruh terhadap pemakaian MKJP. Meskipun variabel tersebut memperlihat adanya hubungantetapi setelah dianalisis lanjut belum tentu memberikan pengaruh terhadap variabel terikat.Mengamati cukup banyaknya faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi MKJP,upaya program dalam meningkatkan kesertaan KB-MKJP merupakan masalah yang kompleks yangperlu diperhatikan karena cukup banyak variabel-variabel yang mempengaruhinya.

Dari 19 variabel yang dianalisis, terdapat 14 variabel yang mempengaruhi pemakaiankontrasepsi MKJP, yaitu: umur, tingkat pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan, indeks kesejahteraan,jumlah anak lahir hidup, jumlah anak masih hidup, peran wanita dalam pengambilan keputusan,pengetahuan tentang kontrasepsi, peran pasangan dalam memakai kontrasepsi, keterpaparan informasidalam 6 bulan terakhir baik dari media masa, media cetak, petugas, toma/toga dan keluarga.

Akan tetapi diantara variabel tersebut, yang terkuat mempengaruhi adalah umur wanita. Umurini tentunya sangat terkait nantinya dengan jumlah anak yang dimiliki dan keinginan untuk tambahanak lagi. Dapat dijelaskan pula, bahwa untuk memakai kontrasepsi jangka panjang jika umur lebihtua akan lebih bertahan. Variabel kedua yang lebih berpengaruh adalah keterpaparan informasi dariTOMA/TOGA, sehingga dapat dijadikan peluang untuk memberikan penyuluhan atau peneranganmelalui media atau forum pertemuan dengan memakai TOMA/ TOGA. Variabel ke tiga adalahpekerjaan, dapat dijelaskan bahwa jika seorang wanita bekerja maka tentunya keinginan untukmenambah anak lebih rendah dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja. Wanita yang bekerjamempunyai peluang lebih besar memakai kontrasepi MKJP karena wanita pekerja ingin mengaturkehamilannya agar dapat bekerja lebih baik, tidak hamil dan mempunyai anak dalam waktu tertentusesuai dengan yang direncanakan. Variabel keempat keterpaparan informasi melalui media cetak danvariabel kelima yang berpengaruh adalah pengetahuan tentang kontrasepsi. Dapat dijelaskan bahwajika seseorang mempunyai pengetahuan yang baik, tentunya akan lebih mempunyai peluang memilihyang lebih baik. Disini perlunya promosi dan penyuluhan yang lebih intensive untuk memberipengetahuan yang lebih baik kepada masyarakat, agar pemakaian kontrasepsi MKJP lebih meningkat.

Dengan pengetahuan yang baik tentang kontrasepsi, tentu dapat memberikan peluang untukdapat memilih kontrasepsi dengan baik dan benar sesuai dengan tujuan ber KB. Meningkatkanpengetahuan dengan memberikan informasi yang terus menerus, dan tampaknya forum pertemuanyang melibatkan TOMA/TOGA dapat merupakan salah satu alternatif untuk memperikan penyuluhan.TOMA dan TOGA merupakan tokoh yang tentunya menjadi panutan masyarakat, sehingga apa yangdiungkapkan atau yang dikatakan akan lebih muda untuk diikuti masyarakat. Selain itu pemberianinformasi melalui media cetak juga salah satu alternatif.

Masih terdapat 14 variabel yang mempengaruhi seorang wanita memilih kontrasepsi MKJP,namun dengan melihat peluang yang paling besar dan yang mungkin diintervensi tampaknyapemberian informasi untuk meningkatkan pengetahuan wanita yang bisa dipengaruhi. Sedangkan

Page 45: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 37

variabel yang cukup terlihat berpengaruh adalah umur, namum variabel ini tidak dapat diintervensi,begitu pula untuk variabel pekerjaan.

Dilihat dari berbagai kebijakan program yang ada, dimana di dalam pelayanan KB harusmemperhatikan kualitas pelayanan KB sehingga klien merasa puas di dalam ber KB. Sementara itupelayanan KB harus secara rasional efektif dan efisien dan ditambah lagi dengan kebijakan kafetariasystem. Untuk memenuhi kebijakan ini dan penerapannya tidak saling bertentangan, hal ini menjaditantangan bagi program yang patut diperhatikan, dengan berbagai pendekatan dan pemerintah lebihbersifat memfasilitasi.

Dari temuan ini terlihat bahwa kebijakan KB-MKJP tampaknya masih belum merata.Masyarakat miskin yang tinggal di perdesaan, pengetahuan rendah masih belum banyak yangterjangkau. Sosialisasi berupa KIE, penyuluhan yang jelas dan tepat perlu lebih ditingkatkan lagi,begitu pula melalui berbagai media.

Page 46: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)38

Page 47: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 39

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanDari hasil analisis lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian kontrasepsi

MKJP dari data SDKI 2007, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemakaian kontrasepsi MKJP di Indonesia masih rendah. Hanya 18 persen dari pemakaikontrasepsi memilih kontrasepsi MKJP sebagai cara untuk mengatur kehamilan.

2. Sebagian besar pemakaian kontrasepsi MKJP digunakan oleh wanita yang berpendidikan rendah(SLTP kebawah), berumur relatif tua (30 tahun atau lebih), bekerja, memiliki tingkatkesejahteraan tergolong mampu, bertempat tinggal di perdesaan, dan memiliki anak masih hiduplebih dari dua orang, menginginkan anak lebih dari dua, dan pernah menggunakan cara KBsebelumnya. Karakteristik ini tidak berbeda jauh dengan peserta KB non-MKJP, maupun pesertaKB umumnya.

3. KB-MKJP umumnya digunakan sebagai KB ulangan, pada wanita yang memiliki anak lebih daridua orang dan berumur lebih tua (diatas 30 tahun). Sementara peserta KB non-MKJP umumnyadigunakan oleh wanita yang memiliki anak dua orang atau kurang, dan berumur relatif muda.

4. Pelaksanaan informed choiced dan informed consent masih sangat rendah (dibawah 30 persen)dan terutama kepada peserta MKJP.

5. Peran petugas KB, tokoh agama, tokoh masyarakat dan media dalam memberikan informasi KBmasih rendah (kurang 20 persen). Sementara peran pasangan, keluarga dan teman lebih tinggi(diatas 50 persen), namun lebih cenderung kepada non-MKJP.

6. Hubungan beberapa variabel dengan pemakaian kontrasepsi MKJP : Delapan dari sembilan variabel dari faktor individu menunjukkan hubungan yang signifikan

(p<0,05), yaitu: umur, pekerjaan, tempat tinggal, pendidikan, indeks kesejahteraan, jumlahanak lahir hidup, jumlah anak masih hidup dan status wanita.

Diantara 4 (empat) variabel keterpaparan program KB, tiga diantaranya menunjukkanhubungan yang bermakna (p<0.05), yaitu variabel pengetahuan tentang kontrasepsi, pernahmemakai kontrasepsi sebelumnya, dan pernah mendapatkan informed choiced .

Semua variabel akses informasi yang mencakup: media elektronik, media cetak, sumberinformasi lain, menunjukkan hubungan yang bermakna dengan pemakaian kontrasepsi MKJP.Pernah mendapatkan penerangan KB dari TOMA/TOGA dalam memberikan peluang untukmemakai kontrasepsi MKJP hampir 2 kalinya (OR= 1, 709); media cetak sebanyak 1 kali(OR=1,36)

7. Wanita berumur diatas 30 tahun, berpeluang sebesar 4 kali menggunakan MKJP, dibanding umurkurang dari 30 tahun. Wanita yang mempunyai anak lahir hidup lebih dari 2 mempunyai peluangsebesar dua kalinya wanita yang mempunyai anak kurang dari 2 orang.

Page 48: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)40

8. Pemakaian kontrasepsi MKJP dipengaruhi oleh banyak faktor (14 variabel), yaitu: umur,pekerjaan, tingkat pendidikan, tempat tinggal, jumlah anak lahir hidup, jumlah anak masih hidup,indeks kesejahteraan, status wanita, pengetahuan KB, mendapatkan informed choiced, dukunganpasangan dalam ber KB, mendapatkan informasi KB melalui media cetak, petugas,TOMA/TOGA, keluarga/teman.

9. Diantara 14 variabel yang mempengaruhi pemakaian MKJP, yang terkuat adalah: umur dengannilai OR = 3.154 , Penerangan KB dari TOMA/TOGA (OR= 1.347), pekerjaan ibu (OR=1,352),peranan media cetak (OR = 1,347) dan pengetahuan tentang kontrasepsi (OR=1,341).

10. Temuan studi ini memperlihatkan adanya upaya-upaya untuk meningkatkan kesertaan MKJP,yang terlihat dari peran petugas KB, TOMA, akses informasi proporsinya relatif lebih tinggidibandingkan non MKJP, meskipun secara umum masih rendah.

SaranBerdasarkan hasil temuan dari analisis ini, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dalam rangka meningkatkan kesertaan MKJP perlu dilakukan berbagai intervensi yangdilakukan oleh pemerintah, antara lain melalui:

Peningkatan pengetahuan wanita akan kontrasepsi khususnya MKJP, baik berupa konseling,KIE, melalui media informasi, pertemuan formal dan informal

Program partisipasi pria untuk mendorong pasangannya menggunakan MKJP perlu lebihditingkatkan, mengingat dari analisis ini informasi suami memberikan hubungan yangsignifikan, sementara proporsi pasangan cenderung memilih KB non-MKJP cukup tinggi (83persen)

Upaya peningkatan kualitas pelayanan MKJP, seperti penyiapan sarana, prasarana yangmemadai. Hal ini dianggap penting mengingat metoda MKJP memerlukan pelayanan olehtenaga terlatih, dan mengikuti standard of prosedure (SOP).

Meningkatkan peran petugas KB, provider, tokoh agama, tokoh masyarakat sertameningkatkan kerjasama lintas sektor

2. Mengingat kebijakan program KB lebih diarahkan kepada keluarga miskin, sementara dari hasiltemuan ini keluarga yang tidak mampu cenderung menggunakan kontrasepsi non-MKJP, makadalam rangka meningkatkan kesertaan MKJP perlu adanya upaya terobosan, misalnyapemberian subsidi/ bantuan/ fasilitasi, memanfaatkan rumah sakit/ klinik yang memadai danmemenuhi standar pelayanan.

3. Mengingat peserta KB-MKJP masih rendah di perdesaan, pada kelompok keluarga dengantingkat kesejahteraan yang rendah dan berpendidikan rendah,maka perlu upaya-upayapendekatan berdasarkan segmentasi sasaran pada kelompok-kelompok ini termasuk wilayahgalcitas.

Page 49: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 41

DAFTAR PUSTAKA

—-

Azwar,A, 1996, Jakarta, disertasi: Upaya Meningkatkan Mutu Pelayanan Metode KontrasepsiJangka Panjang di Rumah Sakit , Jakarta. Fakultas Pasca Sarjana – Universitas Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, DepartemenKesehatan dan ORC Macro, 2003. Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia 2002-2003,Calverton Maryland : BPS dan ORC Macro

Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, DepartemenKesehatan dan ORC Macro, 2008. Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia 2007,Calverton Maryland : BPS dan Macro International

Badan Pusat Statistik Indonesia. Laju pertumbuhan Penduduk per Tahun menurut Provinsi.Disitasi dari :http://www.datastatistik-indonesia.com/ componetnt/option,com _tabel/ task/ ite, id,164/. Last update : Mei 2008

BKKBN. Keluarga Berencana. Dikutip dari :http://www.bkkbn.go.id/hqweb/pria/artik. lastupdate : Januari 2007.

BKKBN Provinsi Bali. Pemilihan Jenis Kontrasepsi. Dikutip dari :http://www.bkkbn-Bali.go.id/hqweb/pria/artik. last update : Januari 2007.

Biro Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, DepartemenKesehatan dan Macro International Inc, 1992. Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia1991, Columbia Maryland : BPS dan MI

Biro Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, DepartemenKesehatan dan Macro International Inc, 1995. Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia1994, Calverton Maryland : BPS dan MI

Biro Pusat Statistik (BPS), Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, DepartemenKesehatan dan Macro International Inc, 1998. Survei Demografi dan Kependudukan Indonesia1997, Calverton Maryland : BPS dan MI

C. Lipetzt, et all. The cost-effectivenes of long acting reversible contraception (Implanon R)relative to oral contraception in community setting, 2009. Contraception 79 (2009).304-309.

Endah Winarni dkk, 2000. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemakaian IUD , BKKBN

Haimovich, Sergio. Profil of Long Acting Reversible Contraceptive Users in Europe. TheEuropean Journal of Contraception & Reproductive Health Care, June 2009; 14(3):187-195

Israr,Y.A, dkk. 2008 Peningkatan Mutu Sosialisasi KB MKJP di Puskesmas Harapan Raya.Pekan Baru, Riau. Fakultas Kedokteran Universitas Riau

Page 50: Faktor Yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaianan Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)42

The NHS Information Centre for Health and Social Care dikutip dari www.ic.nhs.uk/.../more-women-use-long-acting-contraception, Sept, 2009

Prawirohardjo S. Keluarga Berencana Dalam Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka,1999; 535-65; 900-24.

Pusat data dan informasi Departemen Kesehatan Indonesia. 2005. Glosarium Data dan InformasiKesehatan.