faktor yang mempengaruhi manajemen laba

17
Pengaruh Praktek Good Corporate Governane dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Emiten Yang Terdaftar di BEI Periode 2009 Luluk Widiyanti Kusumandari Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma ABSTRAK Salah satu komponen dari good corporate governance (GCG) adalah komite audit dan dewan komisaris yang ada di dalam perusahaan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sehubungan dengan pelaporan keuangan, komite audit dan dewan komisaris dituntut untuk secara aktif melakukan komunikasi dengan pihak internal dan eksternal perusahaan sehingga dapat meningkatkan kualitas dari pelaporan keuangan perusahaan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari good corporate governance terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Good corporate governance diukur dengan komite audit dan dewan komisaris, ukuran perusahaan serta manajemen laba atas objek penelitian perusahaan yang listening di BEI pada tahhun 2009 menggunakan uji statistik yaitu uji asumsi klasik. Aktivitas komite audit dan dewan komisaris diukur dari proporsi jumlah anggota komite audit terhadap dewan komisaris independen, dan jumlah anggota dewan komisaris terhadap dewan komisaris independen. Semakin efektif kinerja setiap anggota komite audit, dewan komisaris dan dewan komisaris independen diharapkan dapat mengurangi praktek manajemen laba di perusahaan. Hasil penelitian yang diuji secara bersama – sama dapat mengurangi manajemen laba di perusahaan. Kata Kunci : Komite Audit, Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan dan Manajemen Laba

Transcript of faktor yang mempengaruhi manajemen laba

Page 1: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

Pengaruh Praktek Good Corporate Governane dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Emiten

Yang Terdaftar di BEI Periode 2009

Luluk Widiyanti Kusumandari

Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Gunadarma

ABSTRAK

Salah satu komponen dari good corporate governance (GCG) adalah komite audit dan dewan komisaris yang ada di dalam perusahaan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sehubungan dengan pelaporan keuangan, komite audit dan dewan komisaris dituntut untuk secara aktif melakukan komunikasi dengan pihak internal dan eksternal perusahaan sehingga dapat meningkatkan kualitas dari pelaporan keuangan perusahaan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari good corporate governance terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Good corporate governance diukur dengan komite audit dan dewan komisaris, ukuran perusahaan serta manajemen laba atas objek penelitian perusahaan yang listening di BEI pada tahhun 2009 menggunakan uji statistik yaitu uji asumsi klasik. Aktivitas komite audit dan dewan komisaris diukur dari proporsi jumlah anggota komite audit terhadap dewan komisaris independen, dan jumlah anggota dewan komisaris terhadap dewan komisaris independen. Semakin efektif kinerja setiap anggota komite audit, dewan komisaris dan dewan komisaris independen diharapkan dapat mengurangi praktek manajemen laba di perusahaan. Hasil penelitian yang diuji secara bersama – sama dapat mengurangi manajemen laba di perusahaan.

Kata Kunci : Komite Audit, Dewan Komisaris, Ukuran Perusahaan dan Manajemen Laba

Page 2: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

Pendahuluan

Latar Belakang

Tahun 2001 tercatat skandal keuangan di perusahaan publik yang melibatkan manipulasi laporan

keuangan oleh PT Lippo Tbk dan PT Kimia Farma Tbk (Boediono, 2005). Hal tersebut membuktikan bahwa praktek manipulasi laporan keuangan tetap dilakukan oleh pihak korporat meskipun sudah menjauhi periode krisis tahun 1997-1998. Salah satu penyebab kondisi ini adalah kurangnya penerapan corporate governance.

Bank Indonesia menggunakan laporan keuangan sebagai dasar dalam penentuan status suatu bank (apakah bank tersebut merupakan bank yang sehat atau tidak). Oleh karena itu, manajer mempunyai insentif untuk melakukan manajemen laba supaya perusahaan mereka dapat memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh BI (Setiawati dan Na’im, 2001, dan Rahmawati dan Baridwan, 2006).

Oleh karena itu, perlu suatu mekanisme untuk meminimalkan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan perbankan. Salah satu mekanisme yang dapat digunakan adalah praktek corporate governance. Oleh karena itu penelitian ini menguji pengaruh praktek corporate governance terhadap manajemen laba di Indonesia.

Dari banyak pembahasan dan penelitian tenteng corporate governance, termasuk yang telah

disebutkan di atas, fokus banyak diarahkan kepada komite audit dan dewan komisaris dalam berbagai askpeknya.

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka penulis membatasi masalah terhadap objek penelitian yaitu perusahaan yang listing di BEI pada tahun 2009 yang di ukur dengan alat analisis ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit, ukuran perusahaan, manajemen laba dan menggunakan uji statistik yaitu uji asumsi klasik.

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana pengaruh praktek good corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.

Kajian Pustaka dan Pengembangan Hipotesis

Manajemen Laba

Manajemen laba mengancam kredibilitas laporan keuangan. Manajemen laba bisa menyesatkan stakeholder tentang kinerja ekonomi yang sesungguhnya. Hal ini bisa terjadi

Page 3: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

apabila manajer meyakini bahwa paling tidak ada beberapa stakeholder yang tidak bisa menguraikan atau memahami manajemen laba.

Berbagai peneliti memberikan penjelasan tentang manajemen laba. Schipper (1989) menyatakan bahwa manajemen laba adalah suatu intervensi yang memiliki maksud tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal. Tujuannya yaitu untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Good Corporate Governance (GCG)

Berdasarkan Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Corporate Governance adalah hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern yang berkaitan dengan hak – hak dan kewajiban mereka atau dengan kata suatu system yang mengatur dan mengendalikan perusahaan

Empat prinsip dasar dari GCG yang disampaikan oleh OECD unutk mejadi acuan (Parulia, 2004) yaitu :

1. Transparansi (transparency) Mewajibkan adanya suatu pengungkapan informasi yang terbuka, akurat, tepat waktu, jelas dan dapat diperbadingkan yang mennyangkut semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan seperti keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, eksposur resiko dan mengenai kepemilikan dalam perusahaan.

2. Akuntabilitas (accountability) Menjelaskan peran dan tanggung jawab serta penilaian kinerja secara jelas pada tingkat Direksi, Komisaris, Komite Audit dan keseluruhan komponen perusahaan.

3. Tanggung jawab (responsibility) Memastikan bahwa manajemen mengelola perusahaan secara berhati – hati sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku, termasuk menetapkan manajemen resiko, pengendalian internal yang sesuai dan pertanggungjawaban kepada para stakeholders.

4. Keadilan (fairness) Menjamin perlindungan hak – hak para pemegang saham mayoritas maupun mioritas, kreditur, manajemen, karyawan maupun stakeholders yang lain.

Komite Audit

Menurut Monks dan Minow (2001), CG adalah hubungan antara berbagai partisipan dalam menentukan arah dan kinerja perseroan. Partisipan utama adalah pemegang aham, direksi dan dewan komisaris (Arsjah, 2005). Komite audit sebagai salah satu komite yang membantu kerja dewan komiaris tentu juga memiliki peran yang sangat penting dalam penerepan GCG suatu perusahaan.

Page 4: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

Wedari (2004) menguji pengaruh interaksi antara dewan komisaris dan komite audit terhadap praktek manajemen laba. Dengan menggunakan sampel perusahaan non finansial yang listing di BEJ untuk tahun 1994 hingga 2002, Wedari (2004) menunjukkan interaksi dewan komisaris dengan komite audit justru berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Hasil tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian lain yang serupa, artinya dengan adanya dewan komisaris dan komite audit belum berhasil mengurangi manajemen laba karena keberadaan mereka manajer dapat melakukan manajemen laba dengan lebih leluasa.

Dewan Komisaris

Dewan komisaris harus mengawasi dan memberi nasihat kepada direksi mengenai penyelenggaraan perusahaan. Komisaris berdasarkan UUPT diharuskan, dengan itikad baik dan penuh tanggungjawab, untuk melaksanakan tugas – tugasnya untuk kepentingan perusahaan.

Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap kinerja perusahaan memiliki hasil yang beragam. Salah satu argumen menyatakan bahwa makin banyaknya personel yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruknya kinerja yang dimiliki perusahaan (Yermack 1996, Eisenberg, Sundgren, dan Wells 1998, dan Jensen 1993).

Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menunjukkan jumlah pengalaman dan kemampuan tumbuhnya suatu perusahaan yang mengindikasikan kemampuan dan tingkat risiko dalam mengelola investasi yang diberikan para stockholder untuk meningkatkan kemakmuran mereka.  

 Menurut Sujana (2004), menyatakan perusahaan yang memiliki total asset yang kecil

menunjukan bahawa perusahaan berpotensi melakukan praktek manajemen laba, sebaliknya perusahaan yang memiliki total asset yang besar menunjukkan bahwa perusahaan telah mencapai tahap kedewasaandan cendrung tidak melakukan praktek manajemen laba

Hipotesis Penelitian

H1 : Keberadaan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba

H2 : Keberadaan dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba

H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba

Page 5: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

Metodelogi Penelitian

Objek Penelitian

Perusahaan-perusahaan yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan yang masuk dalam indeks di bursa saham BEI dalam jangka waktu satu tahun yaitu tahun 2009. Dimana data termasuk dalam kriteria terdaftar sebagai perusahaan publik, membentuk komite audit, komisaris independen sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam 25 perusahaan secara acak yang terdiri dari perusahaan di bidang argobisnis, finance, food, retail, property, komunikasi, book, dan market.

Yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan yang menjadi karena melakukan praktek manajemen laba. Jumlah perusahaan yang melakukan praktek manajemen laba dengan alat pengukuran accrual modal (Schipper, 1989) sebanyak 15 perusahaan.

Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel

Metode Pengumpulan Data

Data / variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder meliputi jangka waktu terhitung tahun 2009. Data termasuk dalam kriteria terdaftar sebagai perusahaan publik yang konsisten tergolong ke dalam 15 perusahaan yang melakukan praktek manajemen laba dimana sebelumnya dipilih 25 perusahaan secara acak berdasarkan bidang argobisnis, finance, food, retail, property, komunikasi, book, dan market yang membentuk komite audit, komisaris independen sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Alat Analisis

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Identifikasi Variabel dan Pengukuran

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kelompok yaitu variabel dependen, variabel independen, dan variabel tidak bebas yaitu :

1. Variabel Dependent ( Y )

Page 6: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah manajemen laba, menggunakan dasar rasio akrual modal kerja dengan penjualan (Schipper, 1989).

2. Variabel Independent ( X ) Variabel independent dalam penelitian ini adalah mekanisme good corporate governance, diukur dengan persentase dari jumlah masing-masing anggota komite audit dan dewan komisaris (Doddy Setiawan, 2007).

3. Variabel tidak bebas Variabel tidak bebas dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan yang

diproksikan ke dalam Ln (total aktiva). (Doddy Setiawan, 2007). Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif Setelah data-data yang diperlukan untuk penelitian terkumpul maka langkah-

langkah selanjutnya adalah mengolah data-data tersebut dan menganalisisnya dengan metode dan analisis tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan 3 variabel yaitu mekanisme good corporate governance, dan manajemen laba dan variabel tidak bebas yaitu ukuran perusahaan.

1.1 Mekanisme corporate governance

Komite audit Komite audit dalam perusahaan, diukur dengan persentase yaitu

jumlah komite audit yang berasal dari komisaris independen dari seluruh jumlah anggota komite audit. Dengan adanya dewan komisaris independen yang berasal dari luar, sistem pengawasan internal perusahaan memadai dan memastikan bahwa laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan sesuai dengan praktek akuntansi yang berlaku umum serta mampu melindungi kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh pihak manajemen.

Dewan komisaris          Dewan komisaris dalam perusahaan diukur dengan proporsi

dewan komisaris yaitu jumlah anggota dewan komisaris independen dari seluruh jumlah komisaris perusahaan. Dengan memiliki dewan komisaris independen berarti memiliki suatu dewan yang mengawasi dan melindungi hak pihak-pihak diluar manajemen perusahaan.

1.2 Ukuran Perusahaan

Penelitian ini menggunakan natural logaritma dari nilai kapsitas pasar perusahaan tahun 2009. Dimana nilai kapasitas pasar diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah saham beredar dengan harga pasar akhir tahun perusahaan. Bentuk log natural dipilih agar diperoleh distribusi yang lebih normal.

Page 7: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

1.3 Manajemen Laba Manajemen laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu

terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa

keuntungan pribadi (Schipper, 1989). Manajemen laba dalam penelitian ini dijelaskan menggunakan dasar rasio akrual modal kerja dengan penjualan sebagai berikut.

Akrual Modal Kerja (t)

Manajemen Laba (EM) =

Pendapatan(Penjualan Periode) (t)

Akrual modal kerja = Δ AL - Δ HL - Δ Kas

Keterangan:

Δ AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t Δ HL = Perubahan hutang lancar pada periode t Δ Kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t

Data akrual modal kerja dapat diperoleh langsung dari laporan arus kas aktivitas operasi, sehingga investor dapat langsung.

Memperoleh data tersebut tanpa melakukan perhitungan yang rumit. dimana rata - rata manajemen laba (akrual) negatif, menunjukkan bahwa rata -rata perusahaan melakukan manajemen laba. Dan nilai yang menentukan bahwa perusahaan itu melakukan manajemen laba adalah bila jumlah nominal bernilai besar maka melakukan manajemen laba. Dan sebaliknya jika jumlah nilai bernilai kecil maka melakukan manajemen laba tetapi tidak besar.

Analisis secara statistik

Dilakukan dengan cara mengumpulkan, mengolah, menyajikan, menganalisis, dan menginterpretasikan dalam kalimat atau suatu kesimpulan atas dasar kuantitif sehingga memberikan informasi yang berguna. Teknik analisis kuantitatif yang dilakukan menggunakan metode statistik dalam bentuk analisis regresi linear berganda untuk melihat hubungan antara variabel tidak bebas, dan variabel independent terhadap variabel dependent. Variabel dependent (Y) adalah manajemen laba sedangkan variabel independent (X) adalah mekanisme good corporate governance yang diwakili oleh komite audit, dewan komisaris, dan variabel tidak bebas yang diwakili oleh ukuran perusahaan.

Page 8: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

a. Statistik Deskriptif

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean) dan standar deviasi dari masing-masing variabel.

b. Uji Normalitas data

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan interpretasi P-P plot dan histogram regression standardized residual, untuk melihat apakah data variabel yang diuji berdistribusi normal dan layak untuk diuji statistik. Interpretasi terhadap P-P plot didasarkan pada garis lurus yang melintang dari pojok kiri bawah ke kanan atas sehingga membentuk arah diagonal sebagai garis acuan normalitas. Data yang diwakili dengan titik-titik akan tersebar di sekitar garis acuan normalitas apabila distribusi datanya memang normal dan untuk histogram regression standardized residual dapat diihat dari gambar yang berbentuk bel.

c. Uji Asumsi Klasik

Penggunaan alat statistik regresi berganda mensyaratkan dilakukannya pengujian

asumsi klasik. Jika asumsi klasik tidak terpenuhi akan menyebabkan bias pada hasil penelitian. Asumsi klasik yang perlu diuji adalah normalitas multikolinearitas dan heteroskedastisitas. Uji tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel bebas berhubungan secara linear. Uji multikolinearitas artinya ada hubungan kuat antara semua atau beberapa variabel penjelas dalam model regresi yang digunakan. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi sempurna atau mendekati sempurna diantara variabel bebasnya. Konsekuensi adanya multikolinearitas adalah koefisien korelasi variabel tidak tertentu dan kesalahan menjadi sangat besar atau tidak terhingga.. Uji multikolinieritas dilakukan dengan menghitung nilai variance inflation factor (VIF) dari tiap-tiap variabel independen. Regresi terdeteksi multikolinearitas apabila nilai tolerance yang lebih kecil dari 0,1 atau nilai VIF > 10. Pengujian gejala multikolinearitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel bebas berhubungan secara linear

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson, dimana hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson. Kriteria yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi adalah sebagai berikut.

Page 9: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

Tabel 3.2

Kriteria Autokorelasi Durbin-Watson

DW Kesimpulan

<1,414 Ada autokorelasi positif

1,414-1,724 Tanpa kesimpulan

1,724-2,276 Tidak ada autokorelasi

2,276-2,586 Tanpa kesimpulan

>2,586 Ada autokorelasi negatif

3. Uji Heteroskesdastisitas Heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak konstan pada regresi sehingga

akurasi hasil prediksi menjadi meragukan. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu observasi ke observasi yang lain. Heteroskesdastisitas menggambarkan nilai hubungan antara nilai yang diprediksi dengan Studentized Delete Residual nilai tersebut. Cara memprediksi ada tidaknya heterokedastisitas pada satu model dapat dilihat dari pola gambar Scatterplot model. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas model regresi adalah dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel tidak bebas (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya).

Analisis Regresi

Analisis regresi yaitu regresi variabel-variabel eksogen pada persamaan, untuk melihat pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap integritas laporan keuangan. Setelah memenuhi uji asumsi klasik, maka tahap pengujian selanjutnya adalah pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Persamaan regresi linear berganda akan dipakai

Page 10: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

untuk menguji hipotesis yang telah dibangun. Analisis regresi ini digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis penelitian terbukti signifikan atau tidak signifikan.

Pengujian Hipotesis

Alat analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda. Pada pengolahan data ini digunakan software SPSS versi 17.00.

Untuk menguji hipotesis tersebut akan digunakan model persamaan regresi sebagai berikut.

α = Kostanta

β = Koefisien Regresi

KAit = Komite Audit perusahaan i pada tahun t

DWit = Dewan Komisaris perusahaan i pada tahun t

SIZEit = Ukuran Perusahaan perusahaan i pada tahun t

εit = error

1. Uji Regresi Secara Parsial (Uji T)

Prosedur untuk pengujian statistik dilakukan dengan uji T. Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial variabel independent terhadap variabel dependent. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

a. Merumuskan Hipotesis

1) Pengujian Hipotesis Pertama

Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan formula sebagai berikut. H10 : keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba. H1a : keberadaan komite audit berpengaruh terhadap manajemen

laba. 2) Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan formula sebagai berikut. H20 : keberadaan dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

MLit = α + β1KAit + β2DKit + β3LnSIZEit + εit

Page 11: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

H21 : keberadaan dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

3) Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan formula sebagai berikut. H30 : ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen

laba. H3a : ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba

b. Menentukan tingkat signifikansi Tingkat signifikansi menggunakan α = 5% : 2 = 2,5% (signifikansi 2,5% atau 0,025 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian), jika sig < 0,025 H0 ditolak, jika sig > 0,025 H0 diterima.

2. Uji Regresi Secara Simultan (Uji F)

Prosedur untuk pengujian statistik selanjutnya dilakukan dengan uji F. Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-sama variabel independent terhadap variabel dependent. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

a. Merumuskan Hipotesis

1). Pengujian Hipotesis Pertama Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan formula sebagai berikut. H40 : mekanisme corporate governance dan ukuran perusahaan tidak

berpengaruh secara bersama-sama terhadap manajemen laba. H4a : mekanisme corporate governance dan ukuran perusahaan

berpengaruh secara bersama-sama terhadap manajemen laba.

b. Menentukan tingkat signifikansi

Tingkat signifikansi menggunakan α = 5% (signifikansi 5% atau 0,05 adalah ukuran standar yang sering digunakan dalam penelitian), jika sig < 0,05 H0 ditolak, jika sig > 0,05 H0 diterima

Hasil dan Pembahasan

Hasil Pengujian Hipotesis 1

1. Hasil analisis untuk H1a menyatakan bahwa keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan komite audit tidak mempengaruhi praktek manajemen laba. Hal ini kemungkinan

Page 12: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

disebabkan oleh sedikitnya dewan komisaris indepen di keanggotaan komite audit, hanya mencapai rata-rata 48% (7.32 dari 15 perusahaan). Dewan komisari independen pada umumya terdiri dari anggota yang berasal dari luar perusahaan, yang diharapkan dapat lebih mampu menjaga independensi dan integritas terhadap fungsi komite audit. Sebalikanya fungsi dari komite audit melakukan tanggung jawab untuk mengawasi agar tidak terjadi praktek manajemen laba di perusahaan. Penelitian ini mendukung Doddy Setiawan (2007), Veronica dan Utama (2005) yang menyatakan bahwaa tidak terdapat pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba diperusahaan. Dampak dari sedikitnya anggota dewan komisaris independen dalah kurangnya control terhadap aktivitas menejemn yang sangat kompleks. Sehingga dapat menyebabkan bahwakeberadaan komite audit tidak mampu mengurangi praktek manajemen laba.

Tabel 4.2 Komite Audit Tahun 2009

Hasil Pengujian Hipotesis 2

2. Hasil penelitian untuk H2a menyatakan bahwa kebadaaan dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap praktek manajemen laba. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keberadaan dewan komisaris tidak mempengaruhi praktek manajemen laba. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya dewan komisaris independen yang terdapat di perusahaan yaitu 30% (4.51 dari 15 perusahaan) Sebalikanya dari hsil penelitian (Yermack 1996, Eisenberg, Sundgren, dan Wells 1998 dan Jansen 1993), keberadaan dewan komisaris menyatakan bahwa makin banyak anggota yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruknnya kinerja yang dimiliki perusahaan, sehingga berpeluang terjadinya praktek manajemen laba Penelitian ini mendukung Doddy Setiawan (2007), Veronica dan Utama (2005) yang menyatakan bahwaa tidak terdapat pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba diperusahaan.

Tabel 4.3 Dewan Komisaris Tahun 2009

Hasil Pengujian Hipotesis 3

3. Hasil penelitian untuk H3a menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak mempengaruhi praktek manajemen laba. Ini dilihat dari perusahaan BSWD yang memiliki hasil Ln terkecil yaitu 14.24558828. Sebaliknya dilihat dari hipotesis ukuran perusahaan bahwa Menurut Musliatun (2000), dikutip oleh Sujana (2004), menyatakan perusahaan yang memiliki total asset yang kecil menunjukkan bahwa perusahaan belum mencapai tahap kedewasaan sehingga berpotensi melakukan manajemen laba. Penelitian ini mendukung Doddy Setiawan (2007), Veronica dan Utama

Page 13: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

(2005) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan (size) tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Tabel 4.5 Ukuran Perusahaan Dalam Jutaan Rupiah

Hasil Pengujian Hipotesis 3

4. Hasil penelitian untuk H4a menyatakan bahwa aktivitas good corporate governance, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Hasil ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Peasnell, Pope, dan Young (1998), Chaturoun, Bedard, Couteau (2001), Midiastuty dan Machfoedz (2003), Rahmawati dan Bariadwan (2006) yang menyatakan bahwa aktivitas good corporate governance, dan ukuran perusahaan secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba. Dapat dijelaskan bahwa keberadan aktivitas good corporate governance dan ukuran perusahaan secara bersama-sama mampu memberikan pengaruh terhadap aktivitas praktek manajemen laba, sebesar 49.5% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Dapat disimpulkan bahwa efektivitas dari good corporate governance dan besaran memengaruhi aktivitas manajemen laba.

Tabel 4.10 Model Summary Tahun 2009

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Penelitian ini berupaya untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan good corporate

governance terhadap praktek manajemen laba yang terjadi di perusahaan. Dari pengujian secara parsial ditemukan bahwa secara individual, komite audit tidak mampu mengurangi manajemen laba. Ini dilihat dari rata – rata keberadaan anggota dewan komisaris independent sebesar 48% (7.32 dari 15 perusahaan). Hasil ini menunjukan bahwa komite audit tidak melaksakan tugasnya dengan baik atas tanggung jawab yang diberikan. Diantranya memastikan jalannya perusahaan telah sesuai dengan peraturan berlaku, operasi perusahaan telah dijalankan secara beretika, dan pengawasan yang efektif terhadap bentrokan kepentingan dan kecuranngan yang terjadi didalam perusahaan telah dilakukan.

Page 14: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

Pada dewan komisaris pun tidak mampu mengurangi praktek manajemen laba didalam perusahaan. Ini dilihat dari rata – rata keberadaan anggota dewan komisaris independent sebesar 30% (4.51 dari 15 perusahaan). Untuk itu dewan komisaris yang lebih sedikit atau banyak jumlah dewan komisaris tidak mempengaruhi manajemen laba didalam perusahaan. Sebaliknya menurut Monk dan Minow (2001), keberadaan komisaris independent sekurang – kurangnya adalah 30%. Namun kenyataannya pemegang saham di Indonesia adalah keluarga yaitu mencapai 67.3%, hasil yang didapat dari studi yang dilakukan oleh Claessens et.al (2000). Hal ini menimbulkan resiko dalam good corporate governance terhadap praktek manajemen laba. Ketika seorang pemegang saham secara efektif mengendalikan perusahaan, dia juga bisa mengendalikan pembuatan laporan keuangan perusahaan dan kebijakan – kebijakan pelaporan akuntansinya. Pemilik melaporkan informasi lebih untuk tujuan pribadi daripada untuk merefleksikan kinerja perusahaan yang sesungguhnya. Sistem dinasti keluarga didalam perusahaan seharusnya segera dihapus atau keberadaannya seimbang dengan keberadaan anggota dewan komisaris independent pada mekanisme good corporate governance. Sehingga dapat diawasi agar tidak terjadi penyalahangunaan kekuasaan. Pada ukuran perusahaan juga tidak mampu mengurangi praktek manajemen laba. Sebaliknya dilihat dari hipotesis ukuran perusahaan bahwa Menurut Sujana (2004), menyatakan perusahaan yang memiliki total asset yang kecil menunjukkan bahwa perusahaan belum mencapai tahap kedewasaan sehingga berpotensi melakukan manajemen laba.

Bisa diambil kesimpulan bahwa berdasarkan uji regresi secara parsial (uji T) menunjukan hasil yang tidak signifikan. Sedangkan berdasarkan uji regresi secara simultan (uji F) menunjukan hasil yang signifikan terhadap praktek manajemen laba. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa mekanisme good corporate governance dan ukuran perusahaan efektif mengurangi manajemen laba perusahaan.

Saran

1. Menambah periode penelitian menjadi lebih panjang agar efek dari mekanisme good corporate governance dapat lebih dirasakan dalam mengurangi manajemen laba perusahaan.

2. Perlunya pemilihan pada sampel perusahaan yang memiliki anggota komite audit, anggota dewan komisaris, dan anggota dewan komisaris independent. Dimana dapat diketahui keberadaan tiap – tiap anggota mempengaruhi atau tidaknya praktek manajemen laba.

Page 15: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

Daftar Pustaka

Abbot, L. J., and S. Parker and Gary F. Peters. 2000. Audit CommitteeCharacteristics and Financial Misstatement: A Study of the Efficacy of Certain Blue Ribbon Committee Recommendations.

Alijoyo, Antonius, Elmar Bouma, TB M Nazmudin Sutawinangun, dan M Doddy Kusadrito. 2004. Review of Corporate Governance in Asia: Corporte Governance in Indonesia. Forum for Corporate Governance in Indonesia.

Arsjah, Regina Jansen. 2005. Hubungan Corporate Governance, Nilai Perusahaan dan Pengelolaan Laba di Bursa Efek Indonesia. Ringkasan Disertai Program Pacrasarjana Ilmu Manajemen FEUI.

Beasley, Mark S. 1996. An Empirical Analysis of the Relation Between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review, Vol.17. No.4, Oktober, hal.443 -465.

Beaver, H. William, and Ellen E, Enggel. 1996. Discretionary Behavior with Respect to Allowances for Loan Losess and the Behavior of security Prices. Journal of Accounting & Economics Volume 22. Agustus-Desember: 177-106.

Bowen, Robert. M., S. Rajgopal and Mohan Venkatachalam. 2004. Accounting Discretion, Corporate Governance and Firm Performance.

Bradbury, M.E,. Y.T. Mak and S.M. Tan. 2004. Board Characteristics, Audit Committee Characteristics and Abnormal Accruals.

Carcello, Joseph V., Carl W. Hollingsworth, April Klein, and Terry L. Neal. 2006. Audit Committee Financial Expertise, Competing Corporate Covernance Mechanisms, and Earnings Management. Available on-line www.ssrn.com

Chtourou, SM., Jean Bedard. dan Lucie Courteau. 2001. Corporate Governance and Earnings Management. Working Paper. Universite Laval, Quebec City, Canada. April.

Claessens, S., S. Djankov dan L.H.P. Lang. 1999. Who Control East Asian Corporation ?. World Bank Policy Research Paper 2054 (Februari).

Dezoort, F. Todd, et al. 2002. Audit Committee Efectiveness: A Synthesis of the Empirical Audit Committee Literature. Journal of Accounting Literature. Gainesville. Vol.21, hlm.38-75.

Effeendi, Muh. Arief. (Mei 2005). Peranan Komite Audit dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan. Jurnal Akuntansi Pemerintah. 1, No.1.(Mei 2005), hlm.

51-57. Eisenhard, Kathlemm. M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of

management Review. 14. hlm 57-74. Forum for Corporate Governance in Indonesia. 2003. Indonesia Company Law. Available on-

line at www.fcgi.org.id Gideon,. S.B. Boediono. (2005). Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate

Governace dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.

Gumanti, Tatang Ary. 2000. Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka, Jurnal Akuntansi & Keuangan. Vol.2-2, hlm.104-115.

Gunadi, Eddie M. 2002.Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit. www.fcgi.or.id Hartono, Malayu S.P. 2000. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Pertama, Yogyakarta:

BPFE. Husnan, Suad. 2003. Struktur Umum Perusahaan Berbentuk PT di Indonesia.

Page 16: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

http:/www.idx.co.id Jansen, M.C. and W.H.Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Cost

and Ownership Structure. Journal of Financial Economics. Vol.3, hlm. 305-360. Jones, J.J. 1991. Earnings Management during Import Relief. Journal of Accounting

Reseacrh, 29 (2); 193-228. Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta No. Kep-339/BEJ/07-2001. 20 Juli 2001. Klein, April. 2003. Audit Committee, Board Of Directo r Characteristics and Earnings

Management. Journal of Accounting and Economics, Vol.33. No.3. August, hal.375-400. Komnas GCG, Pedoman Good Corporate Governance Indonesia. Krishnan, Gopal. V. 2003. Audit Quality and the Pricing of Discretioary Accruals. Auditing: A

Journal of Practice & Theory. Vol. 22, hlm. 109-126. Misdiastuty, Pratana Puspa dan Mas’ud Mahfoez. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme

Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Symposium Nasional Akuntansi VI. IAI. 2003.

Monks dan Minow. 2000. Aspek Good Corporate Governance dalam Peraturan Pencatatan di BEI.

Morck, R., a. Shleifer dan R.W. Vishny. 1996. Management Ownership and Market Valiation: An Empirical Analysis. Journal of Financial Economics, vol.20.January/March, hlm. 293-315.

OECD. 1999, OECD Principles of Corporate Governance. Parulia, Safrida Rumondang. 2004. Analisi Hubungan Antara Komite Audit dan Komisaris

Independen dengan Praktek Manajemen Laba: Studi Empiris Perusahaan di BEI. Tesis Program Pascarsarjana Ilmu Manajemen FEUI.

Peasnell. K,V. P.F. Pope. Dan S. Young. 1998. Board Monitoring and Earnings Management: Do Outside Directors Influence Abnormal Accruals. Accounting and Business Research. Vol. 30. hlm. 41-63.

Rahmawati dan Zaki Baridwan. 2006. Pengaruh Asimetris Informasi, Regulasi Perbankan, dan Ukuran Perusahaan pada Manajemen Laba dengan Model Akrual Khusus Perbankan. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Volume 6 No.2 Agustus: 139-150.

Santoso, Purbayu Budi dan Ashari (2005). Analisis Statistik dengan MS.Excel dan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005.

Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory. 3rd ed. Toronto: Prentice Hall. Schipper, K. 1989. Earnings Management. Accounting Horizon. Desember: 91-102. Setiawan, Doddy. 2007. Pengaruh Governance Terhadap Manajemen Laba di Industri

Perbankan Indonesia. Jurnal pada Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar. Setiawan, Wawan. 2006. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap

Kualitas Laba. Jurnal Akuntansi dan Bisnis Vol. 6 No.2 Agustus: 163-172 Setiawati, Lilis dan Ainun Na’im. 2001. Bank Health Evaluation by Bank Indonesia and

Earnings Management in Banking Industry. Gadjah Mada International Journal of Business Volume 3 No 2 May: 159-176.

Siregar, Sylvia Veronica. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governance Terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management) dan Kekeliruan Penilaian Pasar. Disertai Program Pascsarjana Ilmu Manajemen FEUI.

Page 17: faktor yang mempengaruhi manajemen laba

Suaryana, Agung. 2005. Pengaruh Komite Audit terhadap Kualitas Laba. Artikel yang dipersentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 8 Solo tanggal 15- 16 September 2005.

Subramanyam, K.R. 1996. The Pricing of Discretionary Acruals. Journal of Accounting and Economics. Vol. 22, hlm. 249-281.

Sudarmadji, Ardi Murdoko dan Lana Sularto. 2007. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Tipe Kepemilikan Perusahaan terhadap Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunana. Procedding PESAT. Vol. 2, 21-22 Agustus 2007. Auditorium Kampus Gunadarma.

Sujana, I Ketut. 2004. Pengaruh Ex-Dividend Day Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Perusahaan Perbankan dan Non Perusahaan). Buletin Studi Ekonomi: 9(1): 73-83. Denpasar.

Trunbull, S. 1997. Corporate Governance: Its Scope, Concerns & Theories. Corporate Governance: An International Review, Blackwood, Oxford vol.5 no.4.

Utama, Sidharta, dan F. Leonardo Z. 2006. Audit Committee Composition, Control of Majority Shareholders and Their Impact on Auudit Committee Effectiveness: Indonesia Evidence. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol. 9 No. 1 Januari: 21-34.

Vera-Munoz, Sandra C. 2005. Corporate Governance Reforms: Redefined Expectations of Audit Committee Responsibilities and Effectiveness. Journal of Business Ethics.

Veronica, Sylvia, dan Sidharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Artikel yang diprsentasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 8 Solo tanggal 15-16 September 2005. dan Yanivi S Bachtiar. 2004. Good Corporate Governance Information Asymetry and Earnings Management. Artikel yang dipresenttasikan pada Simposium Nasional Akuntansi 7 Denpasar tanggal 2-3 Desember 2004.

Watts, R.L. and J.L. Zimmerman. 1990. Positive Accounting Theory. Prentice Hall, New Jersey. Wedari, L.K. 2004. Analisis Pengaruh Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit terhadap

Aktivitas Manajemen Laba. Jurnal pada Simposium Nasional Akuntansi VII. Denpasar. Wilopo. 2004. The Analysis of Relationship of Independent Board of Directors, Audit

Committee, Corporate Performance, and Discretionary Accruals. Ventura Vol. 7 No. 1 April:73-83.

Xie, Biao., Wallace N. Davidson and Peter J. Dadalt.2003. Earning Management and Corporate Governance: The Roles Of The Board and Th e Audit Committee. Journal of Corporate Finance, Vol.9. hal.295 -316.

Yermack, D., 1996. Higher Market Valuation of Companies With A Small Board of Directors. Journal of Financial Economics 40, 185 -211.

Yu, Frank. 2006. Corporatte Governance and Earnings Management. Working Paper. Zhou, Jian and Ken Y. Chen. 2004. Audit Committee, Board Characteristics and Earning

Management by Commercial Banks. Working Paper.