FAKTOR-TERJADINYA-KORUPSI-.pptx_1

download FAKTOR-TERJADINYA-KORUPSI-.pptx_1

If you can't read please download the document

description

faktor terjadinya korupsi

Transcript of FAKTOR-TERJADINYA-KORUPSI-.pptx_1

FAKTOR TERJADINYA KORUPSI

Trisno RaharjoFakultas HukumProgram Studi Ilmu HukumUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta2014

Istilah korupsi berasal dari bahasa latin corrumpere, corruptio , corruptus

Kemudian diadopsi oleh beberapa bangsa di dunia

Beberapa bangsa di dunia memiliki istilah tersendiri mengenai korupsi

Korupsi secara Etimologi

Bahasa InggrisBahasa PerancisBahasa Belanda

Corruption, CorruptCorruptionCorruptie,Korruptie

Jahat, rusak, curangRusakIstilah korupsi yang dipakai di Indonesia merupakan turunan dari bahasa Belanda

Korup = busuk, palsu, suap (kamus besar bahasa Indonesia, 1991)

Korup = suka menerima uang sogok, menyelewengkan uang/barang milik perusahaan atau negara, menerima uang dengan menggunakan jabatan untuk kepentingan pribadi (kamus hukum, 2002)

Korup = kebejatan, ketidakjujuran, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian (the lexicon webster dictionary, 1978)

Beberapa terminologi korupsi

David M. Chalmers:

Tindakan-tindakan manipulasi dan keputusan mengenai keuangan yang membahayakan ekonomi (financial manipulations and decision injurious to the economy are often libeled corrupt).

J.J. Senturia:

Penyalahgunaan kekuasaan pemerintahan untuk keuntungan pribadi (the misuse of public power for private profit).

Pengkhianatan terhadap kepercayaan
(betrayal of trust)

Pengkhianatan merupakan bentuk korupsi paling sederhana

Semua orang yang berkhianat atau mengkhianati kepercayaan atau amanat yang diterimanya adalah koruptor.

Amanat dapat berupa apapun, baik materi maupun non materi (ex: pesan, aspirasi rakyat)

Anggota DPR yang tidak menyampaikan aspirasi rakyat/menggunakan aspirasi untuk kepentingan pribadi merupakan bentuk korupsi

Penyalahgunaan kekuasan untuk mendapatkan keuntungan material (material benefit)

Penyimpangan kekuasaan untuk mendapatkan keuntungan material baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Korupsi pada level ini merupakan tingkat paling membahayakan karena melibatkan kekuasaan dan keuntungan material.

Ini merupakan bentuk korupsi yang paling banyak terjadi di indonesia

Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri pribadi

faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar.

FAKTOR INTERNALFAKTOR EKSTERNAL

DUA FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

Korupsi akan terus berlangsung selama masih terdapat kesalahan tentang cara memandang kekayaan.

BEBERAPA PENDAPAT
FAKTOR PENYEBAB KORUPSI

Ketika perilaku materialistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih "mendewakanmateri maka dapat "memaksa" terjadinyapermainan uang dan korupsi (Ansari Yamamah : 2009) Semakin banyak orang salah dalam memandang kekayaan, semakin besar pula kemungkinan orang melakukan kesalahan dalam mengakses kekayaan.Bagaimana menurut anda perilaku orang-orang yang memandang kekayaan dan uang sebagai suatu hal yang punya arti segala-galanya? Bagaimana bentuk penyadaran yang tepat?

PENDAPAT YANG MENGARAH PADA FAKTOR INTERNAL

Sifat tamak manusia,

Moral yang kurang kuat menghadapi godaan,

Gaya hidup konsumtif,

Tidak mau (malas) bekerja keras

Isa Wahyudi

PENDAPAT YANG MENGARAH PADA FAKTOR INTERNAL

Aspek perilaku individu

Aspek organisasi, dan

Aspek masyarakat tempat individu dan organisasi berada

M. Arifin

PENDAPAT YANG MENGARAH PADA FAKTOR EKSTERNAL

Kurang keteladanan dan kepemimpinan elite bangsa,

Rendahnya gaji Pegawai Negeri Sipil,

Lemahnya komitmen dan konsistensi penegakan hukum dan peraturan perundangan,

Rendahnya integritas dan profesionalisme,

Mekanisme pengawasan internal di semua lembaga perbankan, keuangan, dan birokrasi belum mapan,

Kondisi lingkungan kerja, tugas jabatan, dan lingkungan masyarakat, dan

Lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu, moral dan etika

Erry Riyana Hardjapamekas

PENDIDIKAN ANTI-KORUPSIPENDAPAT YANG MENGARAH PADA FAKTOR EKSTERNAL

Faktor politik,

Faktor hukum,

Faktor ekonomi dan birokrasi

Faktor transnasional.

Indonesia Corruption Watch | ICW

PENYEBAB KORUPSI DALAM PERSPEKTIF TEORETIS

Cultural determinisme sering dipakai sebagai acuan ketika mempelajari penyebab terjadinya korupsi.

Fiona Robertson-Snape (1999) bahwa penjelasan kultural praktik korupsi di Indonesia dihubungkan dengan bukti-bukti kebiasaan-kebiasaan kuno orang jawa.

TEORI PERILAKU KORUP

TEORI MEANS-ENDS SCHEME : Robert Merton.menyatakan bahwa korupsi merupakan suatu perilaku manusia yang diakibatkan oleh tekanan sosial, sehingga menyebabkan pelanggaran norma-norma.

TEORI PRILAKU KORUP

TEORI SOLIDARITAS SOSIAL

Teori lain yang menjabarkan terjadinya korupsi adalah teori Solidaritas Sosial yang dikembangkan oleh Emile Durkheim (1858-1917).

Teori ini memandang bahwa watak manusia sebenarnya bersifat pasif dan dikendalikan oleh masyarakatnya

TEORI PRILAKU KORUP

GONE THEORY

Teori yang juga membahas mengenai prilaku korupsi, dengan baik di hadirkan oleh Jack Bologne (Bologne : 2006), yang dikenal dengan teori GONE.Ilustrasi GONE Theory terkait dengan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecurangan atau korupsi yang meliputi Greeds (keserakahan), Opportunities (kesempatan), Needs (kebutuhan) dan Exposure (pengungkapan).

Sumber:

PPT Mata Kuliah Anti Korupsi, PENGERTIAN KORUPSI PRINSIP ANTI-KORUPSI, Universitas Paramadina, Jakarta 2010 dalam http://mebermutu.org/admin/lampiran/Anti%20Corruption%20%20Action%20Plan.ppt

Faktor Penyebab Korupsi, Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi dalam http://elista.akprind.ac.id/fti/Pendidikan%20Anti%20Korupsi/BAB%202%20FAKTOR%20PENYEBAB%20KORUPSI.ppt

http://acch.kpk.go.id/documents/10157/27903/Buku-Pendidikan-Anti-Korupsi-untuk-Perguruan-Tinggi.pdf

Click to edit the title text formatClick to edit Master title style

19/05/15

Click to edit the title text formatClick to edit Master title style

Click to edit the outline text formatSecond Outline LevelThird Outline LevelFourth Outline LevelFifth Outline LevelSixth Outline LevelSeventh Outline LevelEighth Outline Level

Ninth Outline LevelClick to edit Master text styles

Second level

Third level

Fourth level

Fifth level

Click to edit the outline text formatSecond Outline LevelThird Outline LevelFourth Outline LevelFifth Outline LevelSixth Outline LevelSeventh Outline LevelEighth Outline Level

Ninth Outline LevelClick to edit Master text styles

Second level

Third level

Fourth level

Fifth level

Fakultas HukumClick to edit the title text formatClick to edit Master title style

Click to edit the outline text formatSecond Outline LevelThird Outline LevelFourth Outline LevelFifth Outline LevelSixth Outline LevelSeventh Outline LevelEighth Outline Level

Ninth Outline LevelClick to edit Master text styles

Second level

Third level

Fourth level

Fifth level

19/05/15

Fakultas HukumClick to edit the title text formatClick to edit Master title style

Click to edit the outline text formatSecond Outline LevelThird Outline LevelFourth Outline LevelFifth Outline LevelSixth Outline LevelSeventh Outline LevelEighth Outline Level

Ninth Outline LevelClick to edit Master text styles

Second level

Third level

Fourth level

Fifth level

Click to edit the outline text formatSecond Outline LevelThird Outline LevelFourth Outline LevelFifth Outline LevelSixth Outline LevelSeventh Outline LevelEighth Outline Level

Ninth Outline LevelClick to edit Master text styles

Second level

Third level

Fourth level

Fifth level

Click to edit the outline text formatSecond Outline LevelThird Outline LevelFourth Outline LevelFifth Outline LevelSixth Outline LevelSeventh Outline LevelEighth Outline Level

Ninth Outline LevelClick to edit Master text styles

Second level

Third level

Fourth level

Fifth level

Fakultas Hukum

Fakultas HukumClick to edit the title text formatClick to edit Master title style

19/05/15