Faktor penyebab - kemkes.go.id...September 2014 – Maret 2018 berturut-turut adalah adalah...

6
Akses Fasilitas Kesehatan Bumil mengkonsumsi alkohol ISSN 2442-7659 Faktor penyebab Faktor Genetik Status Gizi Ibu Bumil Kekurangan Asam Folat Pajanan Lingkungan World Birth Defects Day Orofacial Cleft Neural Tube Defect Abdominal Wall Defect Atresia Ani Talipes Equinovarus Normal Hypospadias/Epispadias Normal Hypospadias Epispadias Kembar Siam Microcephaly Normal Bumil Kelebihan Vit A Sumber : Laporan Surveilans Kelainan Bawaan Atresia Ani Abdominal Wall Defect Neural Tube Defect Orofacial Cleft Talipes Equinovarus 21,9 9,7 16,14 20,4 18,4 Microcephaly Kembar Siam Hypospadias/Epispadias 2,3 4,2 4,8 Persentase Jenis Kelainan Bawaan pada Survei Sentinel Kelainan Bawaan September 2014 - Maret 2018 Filipina Singapura Brunei Darussalam Vietnam Malaysia Myanmar Indonesia Thailand Kamboja Laos 52,9 54,2 54,7 55,1 56 58,5 59,3 59,9 64,5 67,5 Prevalensi Bayi dengan Kelainan Bawaan per 1000 Kelahiran Hidup di Asia Tenggara (tahun 1980 - 2001) Bawaan Kelainan 3 Maret A Bayi 0 - 6 Hari Gangguan/Kelainan Pernafasan Prematuritas/BBLR 1,4 % 2,8 5,6 Kelainan Pendarahan & Kuning Postmatur Hipotermi 6,3 12 Sepsis 32,4 35,9 Kelainan Bawaan Bayi 7 - 28 Hari Sepsis Sindrom Gawat Pernapasan 18,1 % 2,6 2,6 Tetanus Desiensi Nutrisi Cedera Lahir 2,6 12,8 Prematuritas 12,8 20,5 Kelainan Bawaan Sindrom Kematian Bayi Mendadak 2,5 Kuning 2,6 Pneumonia 15,4 Sumber : WHO (data penyebab kematian bayi tahun 2000 - 2015) Kelainan Bawaan Celah bibir dan langit-langit Neural Tube Defect Talipes Abdominal Wall Defect Atresia Ani Asksia & Trauma 637.000 Sepsis 401.000 Lainnya 392.000 Kelainan Bawaan 303.000 Kelahiran Prematur 947.000 Proporsi Penyebab Kematian Bayi Tahun 2015 Penyebab Kematian Bayi Riskesdas 2007 Prevalensi Bayi dengan Kelainan Bawaan per 1000 Kelahiran Hidup di Asia Tenggara (Tahun 1980 - 2001) Persentase Jenis Kelainan Bawaan pada Survei Sentinel Kelainan Bawaan September 2014 - Maret 2018 Global Report on Birth Defects, March of Dimes Birth Defects Foundation, 2006 2018 Atresia Ani Abdominal Wall Defect Neural Tube Defect Orofacial Cleft Talipes Equinovarus 21,9 9,7 16,14 20,4 18,4 Microcephaly Kembar Siam Hypospadias/Epispadias 2,3 4,2 4,8 Sumber : Laporan Surveilans Kelainan Bawaan Tidak semua kelainan bawaan dapat dicegah, tetapi wanita dapat mengurangi resiko tersebut dengan menerapkan gaya hidup sehat sebelum masa kehamilan. Kementerian Kesehatan RI Pusat Data dan Informasi Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Lantai 6 Blok C Jakarta Selatan ISSN 2442-7659 Global Report on Birth Defects, March of Dimes Birth Defects Foundation, 2006 Birth Defects Indonesia

Transcript of Faktor penyebab - kemkes.go.id...September 2014 – Maret 2018 berturut-turut adalah adalah...

Akses Fasilitas Kesehatan

Bumil mengkonsumsi alkohol

ISSN 2442-7659

Faktor penyebab

Faktor Genetik

Status Gizi Ibu

Bumil Kekurangan Asam Folat

Pajanan Lingkungan

World Birth Defects Day

Orofacial Cleft Neural Tube Defect

Abdominal Wall Defect Atresia Ani

Talipes Equinovarus

Normal

Hypospadias/Epispadias

Normal Hypospadias Epispadias

Kembar Siam Microcephaly

Normal

Bumil Kelebihan Vit A

Sumber : Laporan Surveilans Kelainan Bawaan

Atresia Ani

Abdominal Wall Defect

Neural Tube Defect

Orofacial Cleft

Talipes Equinovarus 21,9

9,7

16,14

20,4

18,4

Microcephaly

Kembar Siam

Hypospadias/Epispadias

2,3

4,2

4,8

Persentase Jenis Kelainan Bawaan pada Survei Sentinel Kelainan Bawaan

September 2014 - Maret 2018

Filipina

Singapura

Brunei Darussalam

Vietnam

Malaysia

Myanmar

Indonesia

Thailand

Kamboja

Laos

52,9

54,2

54,7

55,1

56

58,5

59,3

59,9

64,5

67,5

Prevalensi Bayi dengan Kelainan

Bawaan per 1000 Kelahiran Hidup

di Asia Tenggara

(tahun 1980 - 2001)

BawaanKelainan

3 Maret

A

Bayi 0 - 6 Hari

Gangguan/Kelainan Pernafasan

Prematuritas/BBLR

1,4

%

2,8

5,6Kelainan Pendarahan & KuningPostmatur

Hipotermi6,3

12Sepsis

32,4

35,9

Kelainan Bawaan

Bayi 7 - 28 Hari

Sepsis

Sindrom Gawat Pernapasan

18,1

%

2,6

2,6TetanusDesiensi Nutrisi

Cedera Lahir 2,6

12,8Prematuritas

12,8

20,5

Kelainan Bawaan

Sindrom Kematian Bayi Mendadak 2,5

2,6Kuning 2,6

Pneumonia 15,4

Sumber : WHO (data penyebab kematian bayi

tahun 2000 - 2015)

Kelainan BawaanCelah bibir dan langit-langit Neural Tube DefectTalipes Abdominal Wall Defect Atresia Ani

Asksia & Trauma637.000

Sepsis401.000

Lainnya392.000

Kelainan Bawaan303.000

Kelahiran Prematur947.000

Proporsi

Penyebab

Kematian Bayi

Tahun 2015

Penyebab

Kematian Bayi

Riskesdas

2007

Prevalensi Bayi dengan Kelainan Bawaan

per 1000 Kelahiran Hidup

di Asia Tenggara (Tahun 1980 - 2001)

Persentase Jenis Kelainan Bawaan

pada Survei Sentinel Kelainan Bawaan

September 2014 - Maret 2018

Global Report on Birth Defects, March of Dimes Birth Defects Foundation, 2006

2018

Atresia Ani

Abdominal Wall Defect

Neural Tube Defect

Orofacial Cleft

Talipes Equinovarus 21,9

9,7

16,14

20,4

18,4

Microcephaly

Kembar Siam

Hypospadias/Epispadias

2,3

4,2

4,8

Sumber : Laporan Surveilans Kelainan Bawaan

Tidak semua kelainan bawaan dapat dicegah, tetapi wanita dapat mengurangi resiko tersebut dengan menerapkan gaya hidup sehat sebelum masa kehamilan.

Kementerian Kesehatan RIPusat Data dan InformasiJl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Lantai 6 Blok CJakarta Selatan

ISSN 2442-7659

Global Report on Birth Defects, March of Dimes Birth Defects Foundation, 2006

Birth Defects Indonesia

Menurut WHO lebih dari 8 juta bayi di seluruh dunia setiap tahunnya lahir dengan kelainan bawaan. Di Amerika Serikat hampir 120.000 bayi lahir dengan kelainan bawaan setiap tahun. Kelainan bawaan merupakan salah satu penyebab utama dari kematian bayi. Data WHO menyebutkan bahwa dari 2,68 juta kematian bayi, 11,3% disebabkan oleh kelainan bawaan.

Situasi Global

2

Asksia & Trauma637.000

Sepsis401.000

Lainnya392.000

Kelainan Bawaan303.000

Kelahiran Prematur947.000

Gambar 1. Proporsi Penyebab Kematian Bayi di Dunia Tahun 2015

Sumber : WHO (data penyebab kematian bayi di dunia tahun 2000 - 2015)

Di Indonesia, hasil Riskesdas tahun 2007 menjelaskan kelainan bawaan menjadi salah satu penyebab kematian bayi. Pada bayi usia 0-6 hari, kematian bayi yang disebabkan oleh kelainan bawaan sebesar 1,4%, sedangkan pada usia 7-28 hari, menjadi meningkat persentasenya menjadi 18,1%.

Gambar 2. Penyebab Kematian Bayi 0 - 6 Hari dan 7 - 28 Hari, Riskesdas 2007

Sumber : Riskesdas, 2007

1

Bayi 0 - 6 Hari

Gangguan/Kelainan Pernafasan

Prematuritas/BBLR

1,4

%

2,8

5,6Kelainan Pendarahan & KuningPostmatur

Hipotermi 6,3

12Sepsis

32,4

35,9

Kelainan Bawaan

Bayi 7 - 28 Hari

Sepsis

Sindrom Gawat Pernapasan

18,1

%

2,6

2,6TetanusDesiensi Nutrisi

Cedera Lahir 2,6

12,8Prematuritas

12,8

20,5

Kelainan Bawaan

Sindrom Kematian Bayi Mendadak 2,5

2,6Kuning 2,6

Pneumonia 15,4

Definisi dan Klasifikasi

Menurut WHO, kelainan bawaan adalah kelainan struktural atau fungsional, termasuk gangguan metabolik, yang ditemukan sejak lahir.

Menurut ICD-10, kelainan bawaan diklasikasikan menjadi 11 kelompok, yaitu kelainan bawaan pada:1. Sistem saraf; 2. Organ mata, telinga, wajah, dan leher;3. Sistem peredaran darah;4. Sistem pernapasan; 5. Celah bibir dan celah langit-langit;6. Sistem pencernaan;7. Organ reproduksi;8. Saluran kemih;9. Sistem otot dan rangka;10. Kelainan bawaan lainnya; dan 11. Kelainan yang disebabkan oleh kromosom yang abnormal.

Kelainan bawaan dapat diidentikasi pada sebelum kelahiran, saat lahir, maupun di kemudian hari setelah bayi lahir. Kelainan bawaan dapat mempengaruhi bentuk organ, fungsi organ, maupun keduanya. Kelainan bawaan pada bayi bervariasi dari tingkat ringan hingga berat. Kesehatan dan kemampuan bertahan bayi dengan kelainan bawaan bergantung pada bagian organ tubuh yang mengalami kelainan.

Penyebab

Kelainan bawaan dapat terjadi dalam setiap fase kehamilan. Umumnya kelainan terjadi pada fase trimester pertama kehamilan di saat proses pembentukan organ tubuh. Selain itu, ada pula kelainan yang terjadi di trimester selanjutnya karena pada masa tersebut jaringan dan organ masih terus tumbuh dan berkembang.

Sekitar 50% kelainan bawaan tidak diketahui penyebabnya, namun ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi, yaitu:

1.

2.

Faktor genetikGen merupakan faktor utama yang mempengaruhi kelainan bawaan. Bayi dalam kandungan mungkin mewarisi gen yang memiliki kelainan (anomali) ataupun terjadi mutasi genetik pada saat perkembangan janin. Orangtua yang memiliki ikatan saudara (pernikahan sedarah) dapat meningkatkan terjadinya kelainan bawaan dan dua kali lipat meningkatkan risiko kematian neonatal dan anak, gangguan intelektual, disabilitas mental dan kelainan lainnya.

Faktor sosial ekonomi dan demograKemiskinan merupakan faktor risiko yang penting. Diperkirakan 94% kelainan bawaan terjadi di negara berkembang dengan prevalensi malnutrisi yang cukup tinggi dan paparan terhadap zat/faktor yang menambah risiko terjadinya gangguan janin, terutama infeksi dan alkohol.

Usia ibu saat hamil juga berpengaruh. Semakin bertambahnya usia, semakin tinggi risiko terjadinya kelainan pada kromosom seperti Sindrom Down.

43

Kelainan bawaan dan kelahiran prematur merupakan penyebab penting kematian, penyakit kronis dan disabilitas pada anak. Pada tahun 2010, World Health Assembly meluncurkan resolusi yang menganjurkan pelaksanaan upaya pencegahan primer dan tatalaksana anak dengan kelainan bawaan melalui: 1. Penyusunan dan pemantapan registrasi dan sistem surveilans;2. Peningkatan keahlian dan kapasitas;3. Pemantapan penelitian dan kajian tentang penyebab, diagnosis dan upaya pencegahan;4. Peningkatan upaya kerjasama internasional.

Kementerian Kesehatan telah melakukan surveilans sentinel kelainan bawaan di rumah sakit sejak September 2014. Rumah sakit yang diikutsertakan dalam surveilans ini hingga saat ini adalah sebanyak 28 rumah sakit di 18 provinsi.

Faktor lingkunganPajanan pada ibu hamil seperti pestisida, obat, alkohol, tembakau, timbal, merkuri dan bahan psikoaktif lainnya, zat kimia tertentu, rokok, dan radiasi dapat meningkatkan risiko bayi mengalami kelainan bawaan. Bekerja maupun tinggal di daerah pertambangan atau daerah pembuangan limbah juga meningkatkan risiko terjadi kelainan bawaan.

InfeksiInfeksi Silis dan Rubella pada ibu hamil merupakan salah satu penyebab kelainan bawaan, umumnya terjadi di negara berkembang. Infeksi virus Zika yang baru-baru ini terjadi menyebabkan peningkatan bayi lahir dengan mikrosefali (ukuran kepala yang lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak seusia).

Status giziKurangnya konsumsi iodium dan asam folat pada ibu hamil meningkatkan risiko bayi dengan neural tube defect sedangkan konsumsi vitamin A yang berlebihan dapat mempengaruhi perkembangan janin. Obesitas serta Diabetes mellitus juga berhubungan dengan beberapa kelainan bawaan.

3.

4.

Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih risiko di atas belum tentu akan melahirkan bayi dengan kelainan bawaan. Ada pula ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan bawaan tanpa adanya risiko seperti disebutkan di atas. Hal yang utama adalah selalu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan (dokter kandungan atau bidan) selama kehamilan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kelainan bawaan.

5.

Deteksi dini terhadap kelainan bawaan dapat dilakukan saat sebelum kehamilan, saat masa kehamilan dan ketika bayi lahir.

Deteksi

Deteksi pada masa sebelum kehamilanPada masa ini dilakukan deteksi melalui riwayat kesehatan keluarga, apakah ada risiko penyakit tertentu dalam keluarga atau apakah salah satu dari orangtua merupakan pembawa (carrier) terhadap penyakit tertentu. Deteksi ini penting dilakukan di daerah yang banyak kejadian perkawinan antar-keluarga.

Deteksi pada masa kehamilanKondisi kesehatan ibu hamil menjadi salah satu risiko yang dapat meningkatkan terjadinya kelainan bawaan, seperti usia ibu hamil, perilaku konsumsi alkohol, perilaku merokok, dan lainnya. USG dapat mendeteksi kelainan struktur organ dan Sindrom Down pada trimester pertama dan kelainan organ yang lebih berat tingkat keparahannya pada trimester berikutnya.

Deteksi pada saat kelahiranBeberapa kelainan bawaan seperti Anensefali, Celah bibir, dan Talipes/Club foot dapat dideteksi secara langsung. Sedangkan kelainan bawaan lain seperti gangguan pendengaran dan kelainan

1.

2.

3.

Menurut Global Report on Birth Defects yang dirilis oleh March of Dimes Birth Defects Foundation pada tahun 2006, prevalensi bayi dengan kelainan bawaan di Indonesia adalah 59,3 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia masih termasuk negara dengan prevalensi bayi dengan kelainan bawaan yang cukup tinggi.

Situasi Nasional

Gambar 3. Prevalensi Bayi dengan Kelainan Bawaan per 1000 Kelahiran Hidup

di Asia Tenggara (Tahun 1980 - 2001)

Sumber : Global Report on Birth Defects, March of Dimes Birth Defects Foundation, 2006

Laos 67,5

Kamboja 64,5

Thailand

Indonesia

Myanmar

Malaysia

Vietnam

Brunei Darussalam

Singapura

Filipina 52,9

59,9

56

58,5

55,1

54,2

54,7

59,3

Gambar 4 . Rumah Sakit Pelaksana Surveilans Kelainan Bawaan

Aceh

Sumut

Riau

Sumbar

SumselDKI Jakarta

BantenJabar

JatengDIY

JatimNTB

Bali

Kaltim Sulut

Sulteng

SulselPapua

= 1 Rumah SakitKeterangan=

Tabel 2. Daftar 16 Jenis Kelainan Bawaan Prioritas Surveilans Kelainan Bawaan

Kelainan Bawaan Kode ICD - 10

1. Anencephaly

65

Tujuan umum dari surveilans kelainan bawaan adalah menurunkan angka kejadian kelainan bawaan yang kemudian dapat menurunkan angka kesakitan, kelainan (disabilitas), dan kematian bayi dan anak yang disebabkan karena kelainan bawaan melalui kegiatan surveilans.

Tujuan khusus surveilans kelainan bawaan di Indonesia adalah:1. Mendapatkan data dasar mengenai kejadian kelainan bawaan;2. Mengidentikasi populasi yang at increased risk terhadap kelainan bawaan;3. Monitor tren prevalensi kelainan bawaan;4. Mengidentikasi adanya kluster kelainan bawaan di populasi;5. Mengetahui faktor risiko terhadap terjadinya kelainan bawaan;6. Mengestimasi kebutuhan pelayanan terhadap kelainan bawaan;7. Menentukan program atau intervensi yang tepat untuk menurunkan prevalensi kelainan bawaan dan

kematian perinatal;8. Memberikan dasar untuk penelitian epidemiologi dan program pencegahan.

Kasus kelainan bawaan yang dilakukan surveilans dipilih dengan berdasarkan kriteria berikut:1. Mempunyai dampak besar terhadap kesehatan masyarakat;2. Mudah dikenali pada saat/segera setelah lahir;3. Dapat dicegah dengan upaya pencegahan primer;4. Diagnosis serta terapi dininya sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan penderitanya.

Dalam surveilans ini disepakati 16 jenis kelainan bawaan yang mempunyai potensi yang dapat dicegah, dapat dideteksi dalam tujuh hari pertama kelahiran, dan/atau yang dapat terlihat dan didiagnosis secara visual, mudah dikenali tanpa bantuan alat penunjang.

Kriteria inklusi sasaran surveilans ini adalah:1. Lahir dengan salah satu atau lebih kelainan bawaan yang disurveilans;2. Umur saat didiagnosis ≤7 hari;3. Luaran dari kehamilan dapat berupa lahir hidup maupun lahir mati;4. Umur Gestasi ≥ 20 minggu atau berat lahir ≥500 gram.

Pencatatan surveilans dilakukan dengan menggunakan formulir khusus pencatatan surveilans bawaan, sedangkan sistem pelaporan melalui Indonesia Registry Web Portal, Registri Penyakit Indonesia (www.ina-registry.org).

Hasil surveilans menunjukkan, pada periode September 2014 – Maret 2018 terdapat 1.085 bayi dengan kelainan bawaan yang dilaporkan dan terdapat 956 kasus kelainan bawaan yang sesuai dengan kriteria inklusi. Delapan jenis kelainan bawaan terbanyak yang dilaporkan pada periode September 2014 – Maret 2018 berturut-turut adalah adalah Talipes/kaki pengkor dan Orofacial cleft defect/kelainan celah bibir dan langit-langit, Neural tube defect, Abdominal wall defect, Atresia ani, Hypospadias, Epispadias, kembar siam, dan mikrosefali.

Tabel 1 . Daftar Rumah Sakit Pelaksana Surveilans Kelainan Bawaan

Aceh RSUD dr. Zainoel Abidin

Sumut RSUP H Adam Malik

RSUD dr. Pirngadi

Sumbar RSUP dr. M Djamil

RSUD Pariaman

Riau RSUD Kota Dumai

Sumsel RSUP dr. Mohammad Hoesin

DKI Jakarta RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo

RSAB Harapan Kita

RSIA Budi Kemuliaan

RSIA Bunda

RS Hermina Jatinegara

Banten RSUD dr. Adjidarmo Lebak

Jabar RSUP dr. Hasan Sadikin

Jatim RSUD dr. Soetomo

RSUD dr. Saiful Anwar

Kaltim RSUD Kota Balikpapan

Bali RSUP Sanglah

DIY RSUP dr. Sardjito

RSUD Wates

NTB RSUD Prov. Nusa Tenggara Barat

RSUD Patut Patuh Patju

Sulut RSUP Prof. dr. RD Kandou

Sulteng RSUD Undata

Sulsel RSUP dr. Wahidin Sudiro Husodo

Papua RSUD Jayapura

Jateng RSUP dr. Kariadi

RSUD Kabupaten Brebes

3. Microcephaly

2. Encephalocele

4. Spina bida

5. Congenital Cataract/Katarak bawaan

6. Cleft palate/Celah langit-langit

7. Cleft lip/Celah bibir

8. Cleft lip and palate/Celah bibir dan langit-langit

9. Atresia ani

10. Hypospadias

11. Epispadias

12. Talipes equinovarus/Kaki pengkor

13. Omphalocele

14. Gastroschizis

15. Extremitas reduction

QOO

Q01

Q02

Q05

Q12

Q35

Q36

Q37

Q42

Q54

Q64

Q66

Q79.2

Q79.3

Q79.8

Q89.416. Conjucted twin/kembar siam

87

Secara umum, pencegahan tersebut meliputi :Gambar 5. Jenis Kelainan Bawaan dalam Surveilans Kelainan Bawaan

Sumber : Laporan Surveilans Kelainan Bawaan

Atresia Ani

Abdominal Wall Defect

Neural Tube Defect

Orofacial Cleft

Talipes Equinovarus 21,9

9,7

16,14

20,4

18,4

Microcephaly

Kembar Siam

Hypospadias/Epispadias

2,3

4,2

4,8

Tidak semua kelainan bawaan dapat dicegah. Upaya pencegahan dapat dilakukan sejak masa remaja, pranikah dan prakonsepsi, antenatal (masa kehamilan), dan pasca persalinan atau masa neonatal (bayi usia 0-28 hari).

Upaya Pencegahan

Neural Tube Defect

Abdominal Wall Defect Atresia Ani

Talipes Equinovarus

Normal

Hypospadias/Epispadias

Normal Hypospadias Epispadias

Kembar Siam Microcephaly

Normal

Peningkatan gizi wanita sepanjang usia reproduksi dengan memastikan terpenuhinya kebutuhan vitamin dan mineral (khususnya asam folat dan iodium).Bagi wanita yang berencana untuk hamil, sebaiknya rutin mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) yang mengandung 400 mikrogram asam folat setiap harinya, maksimal sebulan sebelum kehamilan dan dilanjutkan selama masa kehamilan. Asam folat dapat diperoleh dari makanan seperti kacang-kacangan dan alpukat serta suplemen asam folat.

Pencegahan atau pembatasan konsumsi substansi berbahaya, khususnya alkohol, rokok/tembakau dan zat adiktif lainnya.Ibu hamil sebaiknya menghindari mengkonsumsi alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang. Tidak ada batasan aman alkohol untuk dikonsumsi ibu hamil. Rokok sangat berbahaya bagi ibu hamil, bahkan asap rokok dapat meningkatkan risiko kesehatan selama kehamilan.

Pengelolaan Diabetes Mellitus melalui konseling, pengendalian berat badan, diet dan pemberian insulin bila diperlukan.Wanita yang merencanakan kehamilan harus menjaga berat badan agar tetap ideal. Wanita dengan berat badan berlebih dan obesitas berisiko lebih besar mengalami komplikasi saat kehamilan. Diet gizi seimbang, olahraga teratur, dan kontrol gula darah khususnya pada penderita diabetes dapat meningkatkan kesehatan ibu hamil dan tentunya mengurangi risiko terjadinya kelainan pada janin.

Pencegahan paparan bagi ibu hamil terhadap zat-zat berbahaya, misalnya logam berat, pestisida, obat-obat tertentu.Beberapa jenis infeksi dapat berbahaya bagi kesehatan ibu hamil dan janin. Untuk mencegah pajanan infeksi, sebaiknya ibu hamil menerapkan hal-hal berikut: menghindari mengunjungi daerah berisiko infeksi virus Zika, Cacar air, dan Rubella, cuci tangan dengan sabun, tidak mengkonsumsi makanan mentah, dan menghindari memelihara hewan yang berisiko seperti kucing (toxoplasma).

Peningkatan cakupan vaksinasi, terutama untuk Virus Rubella untuk anak dan perempuan dewasa (paling lambat tiga bulan sebelum hamil).Beberapa penyakit dapat dicegah dengan vaksinasi. Wanita yang merencanakan kehamilan juga sebaiknya mempertimbangkan vaksinasi untuk mencegah infeksi dari beberapa penyakit seperti Rubella.

Beberapa tes dilakukan sebagai deteksi dini kemungkinan adanya infeksi pada tubuh seperti Rubella, Cacar air, Silis, dan dilakukan pengobatan jika memang sudah terinfeksi.

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil, petugas kesehatan, dan pihak-pihak yang terlibat dalam upaya pencegahan kelainan bawaan.Ibu hamil sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan setelah mengetahui dirinya hamil. Kunjungan antenatal dilakukan rutin setiap bulan atau minimal empat kali selama kehamilan untuk memantau perkembangan janin dan sebagai deteksi dini jika terjadi kelainan pada organ dan infeksi lainnya.

Petugas kesehatan perlu menjelaskan setiap pilihan tindakan dengan rinci agar bila pasangan mempunyai faktor keturunan/risiko kelainan bawaan dapat memahami masalah yang akan dihadapi dan mempersiapkan diri untuk menjalani pilihan dengan sebaik mungkin.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Gambar 6. Persentase Jenis Kelainan Bawaan pada Survei Sentinel Kelainan Bawaan

September 2014 - Maret 2018

Orofacial Cleft

March of Dimes. 2006. Global Report On Birth Defects. New York: White PlainsKementerian Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2015. Pedoman Surveilans Kelainan Bawaan Berbasis Rumah Sakit (Hospital - Based). Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.WHO. 2016. Fact Sheet : Congenital Anomalies. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs370/en/ (akses 12 Maret 2018)CDC. 2017. Facts about Birth Defects. https://www.cdc.gov/ncbddd/birthdefects/facts.html (akses 12 Maret 2018)WHO. 2018. World Birth Defects Day. http://www.who.int/life-course/news/events/world-birth-defects-day-2018/en/ (akses 12 Maret 2018) WHO. Congenital Anomalies. http://www.who.int/topics/congenital_anomalies/en/ (akses 12 Maret 2018)March of Dimes. Birth Defects and Other Health Conditions. https://www.marchofdimes.org/complications/birth-defects-and-health-conditions.aspx (akses 12 Maret 2018) http://www.worldbirthdefectsday.org/ (akses 12 Maret 2018) Laporan Surveilans Kelainan Bawaan periode September 2014 – Maret 2018http://www.icd10data.com/ICD10CM/Codes/Q00-Q99 (akses 16 April 2018)

Sumber :

9

Dalam melakukan tatalaksana kelainan bawaan tersebut diperlukan kerjasama yang mantap antar-disiplin ilmu terkait. Banyak jenis kelainan bawaan secara struktur organ dapat diperbaiki dengan cara operasi/bedah pediatrik. Untuk kelainan bawaan secara fungsi organ seperti Thalassemia, kelainan sel sabit, dan Hipotiroid sudah bisa dilakukan pengobatan sejak dini. Namun di negara berkembang, kedua jenis terapi tersebut tidak selalu mudah dilakukan karena berbagai kendala. Demikian juga halnya dengan perawatan kelainan bawaan di berbagai tingkat pelayanan. Peran orangtua dan keluarga dalam perawatan bayi dengan kelainan bawaan sangat besar. Perawatan khusus, termasuk upaya rehabilitatif, mungkin diperlukan dalam jangka waktu panjang, bahkan mungkin seumur hidup.

Upaya Pengobatan

Upaya pencegahan kelainan bawaan melibatkan berbagai sektor terkait di luar kesehatan, misalnya perindustrian, pertanian, sosial, komunikasi dan informasi, agama, pendidikan dan budaya. Keterlibatan institusi internasional dan perserikatan bangsa-bangsa, lembaga donor, dan pihak swasta sangat diperlukan dalam upaya pencegahan kelainan bawaan.

TIM REDAKSI :

Penanggung Jawab

Redaktur

Penyunting

Penulis

Desainer Grafis/Layouter

: Didik Budijanto

: Rudy Kurniawan

: Nuning Kurniasih

: Eka Satriani Sakti

: Dian Mulya

Kontributor : Balitbangkes

1. M. Karyana

2. Retna Mustika Indah

Dit. Kesehatan Keluarga

1. Nida Rohmawati

2. Maria Sondang MS

Membuat Perencanaan Kesehatan Sebelum dan Selama Kehamilan

Konsultasi dengan Tenaga Kesehatan

Periksa kesehatan secara rutin

Diskusikan semua obat,baik obat dengan resep maupun obat bebas

Bicarakan tentang riwayat kesehatan keluarga

Perencanaan Kehamilan

Jagalah kesehatansebelum hamil

Konsumsi TTD yang mengandung400 mikrogramasam folat setiap hari

Hindari Pajanan Berbahaya

Tidak merokok

Tidak mengkonsumsi alkohol

Berhati-hatilah denganpajanan berbahayadi lingkungan kerja dan di rumah

Menerapkan Pola Hidup Sehat

Diet gizi seimbang,dengan menyertakan konsumsi buah, sayuran,kacang-kacangan, susu dan protein rendah lemak.

Lakukan aktivitas sik

Menjaga kondisi kesehatan tertentu seperti menjaga kadar gula bagi penderita diabetes

1 2

3 4

Sumber : https://www.cdc.gov/ncbddd/birthdefects/prevention.html