FAKTOR PENGHAMBAT KINERJA LEGISLASI DEWAN …digilib.unila.ac.id/55072/3/SKRIPSI TANPA BAB...
Transcript of FAKTOR PENGHAMBAT KINERJA LEGISLASI DEWAN …digilib.unila.ac.id/55072/3/SKRIPSI TANPA BAB...
FAKTOR PENGHAMBAT KINERJA LEGISLASI DEWANPERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PAGARALAM
(Skripsi)
Oleh :Taufiq Suni Pratama
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
FAKTOR PENGHAMBAT KINERJA LEGISLASI DPRD KOTAPAGARALAM
Oleh :Taufiq Suni Pratama
Pelaksanaan fungsi legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pagaralambelum terlaksana dengan maksimal, kondisi ini dapat dilihat dari rancanganperaturan daerah inisiatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pagaralam yangbelum sesuai dengan harapan. Berdasarkan rumusan masalah yang dibuat, makatujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor penghambat kinerja legislasi DewanPerwakilan Rakyat Daerah Kota Pagaralam. Kinerja Dewan Perwakilan RakyatDaerah Kota Pagar Alam dalam pembuatan Peraturan Daerah memiliki beberapafaktor yang mempengaruhinya, adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kinerjalegislasi meliputi: a) Faktor sumber daya manusia, b) Faktor data dan informasi,c) Faktor pengalaman. Metodelogi penelitian yang digunakan dalam penelitian iniyaitu kualitatif deskriptif yang menggunakan metode observasi, wawancara dandokumentasi dalam proses pengambilan data penelitian. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa faktor sumber daya manusia menjadi faktor utama yangmempengaruhi tidak maksimalnya kinerja legislasi Dewan Perwakilan RakyatDaerah Kota Pagaralam dari 25 anggota anggota DPRD Kota Pagaralam terdiridari 8 anggota DPRD lulusan SMA, 14 anggota DPRD lulusan strata 1 yangmempunyai basic keilmuan sarjana hukum 4 orang, sarjana ekonomi 8 orang,sarjana pendidikan 1 orang, sarjana komputer 1orang dan 3 anggota DPRDlulusan strata 2 jika dilihat dari data tersebut latarbelakang pendidikan tidakrelevan dalam melaksanakan kinerja legislasi. Rekomendasi penelitian perluadanya pelatihan tentang fungsi legislasi untuk meningkatan kapasitas anggotaDewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pagaralam dan menyelenggarakankerjasama dengan institusi lain seperti pihak akademisi dari perguruan tinggi.
Kata kunci : Penghambat, Kinerja, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
ABSTRACT
FACTORS FOR LEGISLATION PERFORMANCE OF THE BOARD OFREPRESENTATIVES OF PAGARALAM CITY
By:Taufiq Suni Pratama
Implementation of the legislative function of the Regional House ofRepresentatives of Pagaralam City has not been carried out maximally, thiscondition can be seen from the draft regional regulation initiative of the RegionalHouse of Representatives of Pagaralam City which has not been in line withexpectations. Based on the formulation of the problem made, the purpose of thisstudy is to determine the inhibiting factors of the legislative performance of theRegional Representative Council of Pagaralam City. The performance of theRegional Representative Council of the City of Pagar Alam in making RegionalRegulations has several factors that influence it, while the factors that influencethe performance of legislation include: a) Factors of human resources, b) Factorsof data and information, c) Experience factors. The research methodology used inthis study is descriptive qualitative that uses the method of observation, interviewsand documentation in the research data collection process. The results showed thatthe human resource factor was the main factor affecting the maximumperformance of the legislative assembly of the Regional House of Representativesof Pagaralam City from 25 members of the Regional Representative Council ofPagaralam City consisting of 8 members of high school graduates, 14 members ofgraduate level 1 having basic scientific undergraduate law 4 people, 8undergraduate economics, 1 undergraduate education, 1 person undergraduatecomputer and 3 strata 2 graduates if viewed from these data educationalbackground is irrelevant in implementing legislative performance. Researchrecommendations need training in the legislative function to increase the capacityof members of the Regional Representative Council of Pagaralam City and tocollaborate with other institutions such as academics from universities.
Keywords: Obstacles, Performance, Regional People's Representatives Council.
FAKTOR PENGHAMBAT KINERJA LEGISLASI DEWANPERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PAGARALAM
Oleh :Taufiq Suni Pratama
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai GelarSARJANA ILMU PEMERINTAHAN
Pada
Jurusan Ilmu PemerintahanFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkap Taufiq Suni Pratama, Tempat
Tanggal Lahir Lahat, 9 September 1995. Peneulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Ayahanda Ir.
Sutarjo dan Ibunda Dra. Nilusni. Penulis memiliki seorang
adik perempuan bernama Sella Putri Utami.
Jenjang pendidikan penulis dimulai dari TK Aisyah Kota Pagaralam Tahun 2000.
SD Muhammadiyah 1 Kota Pagaralam Tahun 2007, SMPN 1 Kota Pagaralam
2010 dan SMAN 1 Kota Pagaralam 2013. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Lampung. Penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik tahun 2013.
Sebagai bentuk pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi penulis pernah
melakukan pengabdian kepada masyarakat pada Juli 2016 melalui Kuliah Kerja
Nyata (KKN) di Pekon Menggala Kecamatan Kota Agung Timur Kabupaten
Tanggammus selama 40 Hari.
MOTTO
“Maka nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan”~(Q.S. Ar-Rahman ayat 13)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”.
~(Q.S. Al-Insyirah ayat 5-6)
“Berpegang teguhlah pada kebenaran, meski kebenaran itu akanmembunuhmu”
~Umar bin Khattab
PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamiin telah engkau Ridhoi Ya Allah langkah hambahmu,
sehingga Skripsi ini pada akhirnya dapat diselesaikan pada waktunya.
Teriiring Shalawat Serta Salam kepada Nabi Muhammad SAW semoga Kelak
Skripsi ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat.
Dan
Ku Persembahkan Karya Sederhana Ini Kepada:
“Kedua Orang tuaku Tercinta”
“Ayahanda Ku Ir. Sutarjo dan Ibunda Ku Dra. Nilusni” Terimakasih Doa dan
Cinta Kasih yang tiada habisnya serta segala perjuangan yang kalian lakukan
untuk seluruh anak-anakmu”
“Adik Kandungku Tersayang”
Sella Putri Utami, terimakasih atas segala doa, kasih sayang dan semangat yang
telah diberikan kepada penulis.
Terimakasih untuk saudara-saudara seperjuangan di Jurusan Ilmu Pemerintahan,
semoga amal kebaikan yang dilakukan mendapat balasan dari Allah SWT.
Almamater Tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas keridhoan Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam
tidak lupa penulis sanjung agungkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai sauri
tauladan bagi umatnya. Skripsi yang berjudul “Faktor Penghambat Kinerja
Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pagaralam” sebagai salah satu
syarat untuk mencapai gelar sarjana Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah banyak membantu dalam penyusunan Skripsi ini antara lain, yaitu:
1. Kedua orang tua, Ayahanda dan Ibunda tercinta, Ir. Sutarjo dan Dra. Nilusni.
Terimakasih atas segala doa, cinta dan kasih sayang serta motivasi yang terus
mengalir sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah
SWT selalu memberikan perlindungan, kesehatan, kemurahan rezeki dan
surga-Nya sebagai balasan atas segala jasa dan kebaikan Ayahanda dan
Ibunda tercinta.
2. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP yang juga Ketua Jurusan Ilmu
Pemerintahan dan Bapak Budi Harjo, S.Sos,.M.IP selaku pembimbing.
Terimaksih atas waktu, ilmu, saran dan motivasi dari awal penulis menyusun
skripsi hingga penulis menyelesaikan skripsi ini, terimakasih juga atas
kebaikan dan pengertian yang tinggi terhadap penulis yang bapak berikan.
Semoga segala kebaikan dari Allah SWT selalu tercurahkan kepada bapak
baik di dunia maupun akhirat kelak.
3. Bapak Dr. Robi Cahyadi Kurniawan selaku dosen pembahas. Terimakasih
atas segala kritik dan saran yang membangun demi terciptanya progres
terhadap skripsi penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
Terimakasih atas segala ilmu yang bermanfaat bagi penulis, semoga segala
kebaikan Allah SWT selalu tecurah untuk bapak baik di dunia maupun di
akhirat kelak.
4. Saudara kandungku Sella Putri Utami. Terimakasih telah menjadi adik yang
baik serta senatiasa menjaga keluarga denga utuh dan selalu hadir menjadi
semangat dan motivasi disetiap waktu ku.
5. Rekan-rekan seperjuangan Ilmu Pemerintahan angkatan 2013 yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, semoga kita tidak melupakan satu sama lain dan
tetap merawat tali silahturahmi. Terimakasih atas semua canda tawa, suka dan
duka yang menyelimuti proses kita selama perkuliahan.
6. Terimakasih untuk semua keluarga besar HMJ Ilmu Pemerintahan yang telah
mengamanahkan penulis menjadi Ketua Umum periode 2015-2016, sebuah
pengalaman dan dinamika proses terbaik yang pernah penulis lalui dalam
berorganisasi. Tetap menjadi wadah dalam meningkatkan kualitas diri dengan
kajian keilmuan, kepemudaan dan keIndonesiaan di Universitas Lampung.
7. Saudara seperjuangan di Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) Komsospol
Unila Tondano 35. Anam Alamsyah, Abdi Kalam, Tessa Paramita, Tiyas
Apriza, Andi Sanjaya, Agus Burman, M. Ridho Islami, Cyntia Chandra Jaya,
Zaimasuri, Aulia Rahma Nurintan. Terimakasih telah memberi mensupport
sampai dengan akhir skripsi ini selesai.
8. Abang-abangku Habrianda Bukit, Habriandi Bukit, Irpan Zamzami, Putra
Ramadhan, Okta Purnama, Iin Tajudin, Raditya Febrian, Dimas Sugawirat,
Gusti, Rachmat Affandi, Rosim Nyerupa, Rizky Hendarji Putra, Nico
Purwanto, Hezby Fauzan, Vico Bagja Lukito, Juanda Bahri, Ridwan Alsaleh,
O.s Widi, M. Ichsan Nuryanda. Terimakasih atas semua dedikasi yang kalian
berikan selama penulis berproses di kampus sampai dengan skripsi ini selesai.
9. Adik-adik sehimpunan Aditya Pangestu, Sinta, Kumara, Robi, Jodi, Madon,
Satria, Sofyan, Sahroni, Alif, Pedom, Det, Wando, Dokley, Lanina Apriliaz
Kamil. Terimakasih telah banyak membantu penulis dalam proses
penyelesain skripsi ini.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini mampu menyumbangkan
pemikiran dan bermanfaat secara luas kedepannya. Aamin.
Bandar Lampung, 11 Desember 2018
Taufiiq Suni Pratama
i
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBARABSTRAK
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 11
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kinerja .................................................................... 12
B. Tinjauan Tentang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ......................... 16
1. Pengertian Tentang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah................... 16
2. Keanggotaan dan Alat Kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah .............................................................................................. 16
3. Kedudukan dan Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah............ 19
4. Tugas, Wewenang dan Hak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah...... 19
C. Tinjauan Fungsi Legislasi .................................................................... 21
D. Tinjauan Tentang Program Legislasi Daerah ....................................... 24
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat 28
F. Kerangka Pikir .................................................................................... 33
ii
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian .................................................................................. 36
B. Lokasi Penelitian .............................................................................. 37
C. Fokus Penelitian ............................................................................... 38
D. Jenis dan Sumber Data ..................................................................... 38
E. Informan ............................................................................................ 39
F. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 41
G. Teknik Keabsahan Data .................................................................... 43
H. Teknik Pengolahan Data .................................................................... 44
I. Teknik Analisis Data .......................................................................... 45
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................. 48
1. Kondisi Geografis .......................................................................... 49
2. Iklim............................................................................................... 50
3. Tanah.............................................................................................. 50
B. Gambaran Umum DPRD Kota Pagaralam......................................... 51
1. Keanggotaan .................................................................................. 51
2. Hak DPRD ..................................................................................... 51
3. Hak Anggora DPRD ...................................................................... 52
4. Kewajiban Aggota DPRD.............................................................. 52
5. Produk Hukum DPRD Kota Pagaralam......................................... 53
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Faktor Penghambat Kinerja Legislasi DPRD Kota Pagaralam ......... 54
1. Sumber Daya Manusia................................................................... 54
2. Data dan Informasi......................................................................... 62
3. Pengalaman .................................................................................... 70
B. Faktor Eksternal Penghambat Kinerja Legislasi DPRD Kota
Pagaralam................................................................................. 76
C. Tabel Triangulasi Data....................................................................... 78
iii
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................ 81
B. Saran................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Rancangan Peraturan Daerah ........................................................... 5
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 9
Tabel 3.1 Tata Urutan Hukum di Indonesia..................................................... 27
Tabel 4.1 Tabel informan dan jumlah .............................................................. 41
Tabel 4.2 Latar Belakang Pendidikan anggota DPRD Kota Pagaralam.... .... 60
Tabel 4.3 Tabel Triangulasi Data..................................................................... 77
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.1 Proses Fungsi Legislasi ............................................................... 27
Gambar 1.2 Kerangka Pikir ............................................................................. 35
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demokrasi berasal dari kata demos dan kratos berarti pemerintahan dari, oleh
dan untuk rakyat. Henry B Mayo dalam Miriam Budiarjo (2003:61),
demokrasi adalah kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh
wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-
pemilihn berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan
diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politk. Demokrasi
adalah pemerintahan yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan
kekuasaan rakyat.
Jika ditinjau dari sudut organisasi ia berarti sebagai suatu pengorganisasian
negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena
kedaulatan berada ditangan rakyat. Perwujudan demokrasi di Indonesia yaitu
adanya pemilihan umum yang dilakukan secara langsung untuk menentukan
keterwakilan rakyat baik itu di parlemen maupun pemerintahan.
Demokrasi di Indonesia tertuang dalam sila ke-empat yaitu “kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan”.
Pemilihan umum di Indonesia menggunakan asas langsung, umum, bebas
2
(LUBER) dan rahasia serta jujur dan adil (JURDIL). Hasil dari demokrasi
Pemilihan Umum di Indonesia merupakan proses memilih orang untuk
mengisi jabatan-jabatan politik di eksekutif dan legislatif. Jabatan eksekutif
yaitu (presiden, gubernur, bupati/walikota sampai dengan kepala desa)
sedangkan jabatan legislatif yaitu (DPR, DPD, DPRD I dan DPRD II).
Pemilihan umum adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan
politik di eksekutif dan legislatif. Jabatan legislatif merupakan orang yang
terpilih untuk mengisi kursi keterwakilan baik itu di nasional ataupun daerah,
sebagai salah satu lembaga yang berwenang melaksakan fungsi legislasi
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah lembaga yang mewakili rakyat
dalam menyampaikan aspirasi, tuntutan dan dukungan terhadap pemerintah
daerah.
Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sangat strategis dalam melakukan
pembelaan terhadap rakyat, karena DPRD menyalurkan aspirasi menerima
pengaduan dan memfasilitasi penyelesaian konflik. DPRD bukan lembaga
teknis yang menjalankan peraturan, melainkan melakukan pengawasan
terhadap peraturan daerah itu, sementara dalam upaya menjalankan peraturan
daerah itulah terjadi benturan kepentingan antara rakyat dengan pemerintah
atau dengan penguasa.
Dewan perwakilan rakyat Daerah, dalam Undang-undang nomor 23 tahun
2014 mempunyai fungsi legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan
(Pasal 149 Ayat 1 Point a, b, c). Fungsi ini persis seperti fungsi Dewan
Perwakilan Rakyat yang diatur dalam Undang-Undang Dasar1945. Bedanya
3
adalah fungsi Dewan Perwakilan Rakyat diatur dalam konstitusi,sedangkan
fungsi DPRD hanya diatur dalam tingkat Undang-undang. Satu hal yang tidak
bisa dimungkiri, perumusan fungsi DPRD dalam undang-undang karena
pembentuk undang-undang berpendapat bahwa Dewan Perwakilan Rakyat
dan DPRD adalah lembaga yang sama. Kesamaannya yaitu sama-sama
dipilih melalui proses pemilihan umum sedangkan perbedaannya yaitu ada di
tingkat pusat dan satu lagi di tingkat daerah.
Fungsi DPRD meliputi dalam undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintah daerah, fungsi pengawasan artinya Dewan Perwakilan Rakyat
mengawasi pemerintah yang menjalankan undang-undang, fungsi anggaran
artinya Dewan Perwakilan Rakyat sebagai lembaga yang berhak untuk
menetapkan anggaran pendapatan dan belanja pemerintah (APBN dan
APBD) serta fungsi legislasi artinya Dewan Perwakilan Rakyat mempunyai
hak untuk membuat undang-undang sampai dengan peraturan daerah pada
tingkat I dan II. Pelaksanaan fungsi legislasi pihak legislatif berkerjsama
dengan pihak eksekutif dalam merancang, membahas dan menetapkan
undang-undang atau peraturan daerah.
Fungsi legislasi menerangkan bahwa DPRD Kabupaten/Kota membentuk
peraturan daerah bersama Bupati/Walikota (Pasal 154 Ayat 1 Point a).
Penjelasan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, disebutkan bahwa
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah diartikan yaitu; peraturan
daerah dibuat oleh DPRD bersama-sama pemerintah daerah, artinya prakarsa
dapat berasal dari DPRD maupun dari pemerintah daerah. Khusus peraturan
4
daerah tentang APBD disiapkan oleh pemerintah daerah yang telah mencakup
keuangan DPRD, untuk dibahas bersama DPRD.
Pengajuan Rancangan Peraturan daerah oleh DPRD dapat dilakukan atas usul
anggota DPRD yang kemudian disetujui pada rapat paripurna DPRD. Fungsi
legislasi dilaksanakan sebagai perwujudan DPRD selaku pemegang
kekuasaan membentuk Peraturan Daerah. Fungsi ini paling dominan dan
berpengaruh, karena melalui fungsi ini maka DPRD dapat mempengaruhi
semua aspek yang ada di daerah tersebut.
Pelaksanaan fungsi legislasi pengajuan rancangan peraturan daerah secara
umum masih belum optimal, hal tersebut disebabkan oleh beberapa aspek
pertama, kendala sumber daya manusia (SDM) yang minim akan
pengetahuan tentang bidang legislasi karena terdapat ketidaksamaan
pengetahuan mengenai fungsi legislasi yang berasal dari faktor pengalaman
setiap anggota DPRD. Dukungan fasilitas dan tenaga ahli masih kurang
sehingga muatan dari suatu rancangan peraturan daerah tidak begitu berbobot,
kedua hal ini menjadi kendala terkait inisiasi dari Dewan Pewakilan Rakyat
Daerah .
Pelaksanaan fungsi legislasi pada umumnya DPRD Kota Pagaralam masih
belum maksimal hal itu bisa di lihat, berdasarkan data yang penulis dapatkan
selama tahun 2014-2017 tercatat ada 23 rancangan peraturan daerah yang di
ajukan pihak eksekutif dan 20 peraturan daerah yang di sahkan melalui sidang
paripurna tanpa ada satupun rancangan peraturan daerah yang berasal dari
inisiatif DPRD Kota Pagaralam, sebagaimana tabel berikut:
5
Tabel 1.1 Rancangan Peraturan Daerah
Tahun JumlahRancanganPeraturanDaerah
(RAPERDA)
JumlahPeraturanDaerah yang
disahkan(PERDA)
Inisiatif
2015 8 7 Pemerintah KotaPagaralam
2016 2 2 Pemerintah KotaPagaralam
2017 13 11 Pemerintah KotaPagaralam
JUMLAH 23 20 -
Sumber. Biro Hukum Kota Pagaralam tahun 2015-2017
Pada tahun 2015 Setelah melalui proses pembahasan panjang akhirnya DPRD
(DPRD) Kota Pagaralam mengesahkan 7 Rancangan Peraturan Daerah
(Raperda) menjadi Peraturan Daerah (Perda) dari 8 Raperda yang diajukan
Pemerintah Kota Pagaralam, hal ini sebagaimana dinyatakan sebagai berikut:
“Raperda yang disahkan mejadi Perda yakni Perda Bangunan Gedung,Perda tentang Perubahan Ketiga Peraturan Daerah Kota Pagaralam nomor2 tahun 2006 tentang bantuan keuangan kepada Partai Politik, Perdatentang Tarif Layanan Rumah Sakit Badan Layanan Umum DaerahBesemah Kota Pagaralam, Perda tentang Pengelolaan Ruang TerbukaHijau, Perda tentang Pengelolaan Pemakaman dan PenyelenggaraanJenazah, Perda tentang Perubahan Ketiga Peraturan Daerah KotaPagaralam nomor 21 tahun 2010 tentang penyertaan modal daerah KotaPagaralam pada PT Bank SumselBabel, Perda tentang PembangunanInfrastruktur Jalan Lingkar Timur tahap I dengan Pembayaran TahunJamak”. (Sumberhttp://www.rmolsumsel.com/read/2015/03/14/25112/Disahkannya-7-Raperda-Pemkot-Pagaralam-Diminta-Tancap-Gas diakses pada 7 april2018 pukul 15.10 WIB)
Pada tahun 2016 DPRD Kota Pagaralam hanya mengesahkan 2 Rancangan
Peraturan Daerah yang diusulkan dari Pemerintah Daerah mengenai raperda
pembentukan dan susunan perangkat daerah dan raperda tentang
6
Penyelenggaraan Bantuan Hukum. Tidak ada satupun rancangan yang di
usulkan oleh pihak DPRD Kota Pagaralam.Pada Tahun 2017 ada 11
peraturan daerah yang di sahkan berdasarkan usulan dari pihak eksekutif
sebagaimana dinyatakan oleh:
“Raperda tentang pengelolaan barang milik daerah, Raperda tentangpencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh danpemukiman kumuh, Raperda tentang perubahan atas Perda KotaPagaralam nomor 9 tahun 2009 tentang retribusi pengawasan kualitas dansanitasi tempat tempat umum, Raperda tentang perubahan atas Perda KotaPagaralam nomor 15 tahun 2010 tentang pajak daerah, Raperda tentangperubahan atas Perda Kota Pagaralam nomor 17 tahun 2010 tentangretribusi pemakaian kekayaan daerah, Raperda tentang perubahan keduaatas Perda Kota Pagaralam nomor 19 tahun 2011 tentang izin gangguan.Raperda tentang Perubahan atas Perda Kota Pagaralam nomor 9 tahun2011 tentang retribusi daerah, Raperda tentang perubahan atas Perda KotaPagaralam nomor 2 tahun 2012 tentang surat izin usaha perdagangan(SIUP),Raperda tentang Perubahan atas Perda Kota Pagaralam nomor 3tahun 2012 tentang Surat Izin Tempat Usaha (SITU), Raperda tentangperubahan atas Perda Kota Pagaralam nomor 4 tahun 2012 tentang izinpenyelenggaraan reklame dan Raperda tentang perubahan atas Perda KotaPagaralam nomor 2 tahun 2012 tentang surat izin usaha konstruksi.(sumber http://amperasumsel.com/2017/03/29/11-raperda-kota-pagaralamdi sahkan-dprd/di akses pada 7 april 2018 pukul 15.20 WIB)
Indikator keberhasilan fungsi legislasi dilihat dari seberapa banyak inisiatif
DPRD dalam mengajukan rancangan peraturan daerah dan berapa jumlah
yang disahkan. Fungsi ini tidak berjalan maksimal karena DPRD Kota
Pagaralam dinilai kurang produktif dalam menghasilkan Rancangan Peraturan
Daerah inisiatif. Padahal, sebagai wakil rakyat DPRD dituntut untuk
memaksimalkan fungsi legislasi untuk mensejahterakan rakyat sesuai dengan
salah satu kewajiban anggota DPRD.
Terkait dengan kurang produktifnya DPRD menjalankan fungsi legislasi,
DPRD gagal membuktikan hasil kerja legislasinya. Kinerja DPRD selama ini
tidak memberikan bukti nyata bidang legislasi. Penilaian kinerja legislasi ini
7
tidak hanya dilihat dari sisi kuantitas produk yang dibuat namun kualitasnya
juga menjadi faktor penting dalam menilai produk legislasi. Alasan untuk
mengejar kualitas dengan mengabaikan kuantitas juga bisa menjadi persoalan
pada saat pencapaiannya sangat minim dibandingkan dengan perencanaan
yang telah disusun.
Minimnya produk legislasi tersebut disebabkan oleh situasi politik yang lebih
didominasi oleh perebutan kekuasaan di DPRD, mulai dari pertarungan
merebut kursi pimpinan maupun alat kelengkapan DPRD. Proses tersebut
berimbas pada terhambatnya pelaksaan fungsi legislasi Dewan Perwakilan
Rakyat.Kondisi dan situasi ini juga di sebabkan oleh aspek sumber daya
manusia, teknis administrastif, pengalaman maupun tarik menarik
kepentingan (khususnya kepentingan politik) yang perlu dilakukan upaya
untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Keutamaan dari fungsi legislasi ialah menentukan arah pembangunan dan
pemerintahan di daerah, karena peraturan daerah yang di hasilkan sebagai
dasar perumusan kebijakan publik di daerah, sebagai kontrak sosial dan
sebagai pendukung pembentukan perangkat serta unsur organisasi daerah.
Rancangan peraturan daerah harus di bahas terlebih dahulu secara bersamaan
oleh pimpinan daerah yaitu Bupati/Walikota bersama DPRD, agar bisa dikaji
secara mendalam mengenai substansi dari rancangan peraturan daerah
melalui saran dan pendapat dari perspektif keilmuan yang komprehensif.
Penyusunan rancangan peraturan daerah oleh DPRD Kota Pagaralam belum
menunjukkan komitmen dan karakter yang responsif terhadap masyarakat
8
lemah dan marginal, nilai-nilai keadilan gender, serta proses pembentukannya
yang kurang aspiratif dan partisipatif. Sehingga substansi Peraturan Daerah
tersebut menjadi tidak sesuai harapan masyarakat luas.
Masalah lain yang muncul, karena belum optimalnya anggota DPRD dalam
mengakomodasi aspirasi stakeholders, rendahnya inisiatif DPRD dalam
penyusunan Rancangan Peraturan Daerah serta lemahnya analisis (kebijakan
publik dan hukum). Terkait pengakomodasian aspirasi kepada masyarakat
daerah DPRD Kota Pagaralam tidak turun secara langsung ke daerah
pemilihan masing-masing sebagai jaring aspirasi tentang kebutuhan produk
hukum apa yang di butuhkan oleh masyarakat. Hal ini menjadi sumber
ketidaktahuan DPRD dalam melaksanakan fungsi legislasi sehingga membuat
tingkat inisiasi pembuatan peraturan daaerah yang rendah.
Rendahnya tingkat inisiatif di sebabkan oleh pemahaman tentang legal
drafting untuk menyusun rancangan peraturan daerah dari anggota DPRD,
kemudian lemahnya analisis kebijakan publik maupun hukum serta data dan
informasi di sebabkan oleh latar belakang pendidikan dari masing-masing
anggota DPRD Kota Pagaralam yang bukan lulusan ilmu sosial dan hukum ,
karena latar belakang pendidikan juga merupakan modal penting dalam
melaksanakan fungsi legislasi.
Terkait dengan penelitian ini, terdapat penelitian terdahulu yang cukup
relevan dengan penelitian ini, yaitu:
9
Tabel 1.2 Penelitian Terdahulu
No NamaJurnal
Inti Penelitian Hasil Penelitian
1 Achmadudin Rajab.Dalam Jurnal yangberjudul ”PenguatanFungsi LegislasiDPRD Kabupaten/Kota”. JournalRechtsvinding.Vol 5 No 3Tahun 2016 hal 1-6
Menjelaskan bahwaperlunya penguatanfungsi legislasiDPRD Kabupaten/Kota
Menunjukkan bahwa fungsilegislasi belum berjalansecara maksimaldikarenakan kurangnyapemahaman bidanglegislasi, dukungan fasilitas(sarana dan prasarana),tenaga ahli dan kendalaanggaran. Maka untukmemperkuat fungsi legislasitersebut diperlukanpenyempurnaan regulasiseperti perubahan ke-empatPP No.24 Tahun 2004.
2 Asfi Manzilati.Dalam jurnal yangberjudul ”Penguatan FungsiLegislatif DanEvaluasi KinerjaBidangPenganggaran”.Journal ofIndonesian AppliedEconomics. Vol. 5No. 2 Oktober 2011,hal 252-268
Mengetahuipemahaman anggotaDPRD Kota Batu danpenerapannya padafungsi penganggarandan mengevaluasikinerja bidangpenganggaran DPRDKota Batu
Hasil dari penelitianPemahaman anggota DPRDKota Batu danpenerapannya terhadapketiga fungsi utama,yaitulegislasi, penganggaran danpengawasan. Fungsilegislasi, DPRD Kota Batusejauhini masihmelegitimasi PeraturanDaerah yang diusulkan olehPemerintah Kota Batu.
3 Irsan, Meria Utama ,Iza Rumesten RS.Dalam jurnal yangberjudul “Pengaturan FungsiPengawasan DPRDterhadapImplementasiPeraturan Daerah.Jurnal ilmupolitik.Vol.11, No.1, tahun 2013, hlm.1-70
Mengetahuipenerapanpelaksanaanpengawasan DPRDterhadap peraturandaerah di KotaPalembang
Bentuk pengawasan yangdilakukan oleh DPRDadalah pengawasan politik,yaitu pengawasan yangdilakukan oleh lembagalegislatif (DPRD) terhadaplembaga eksekutif ( KepalaDaerah,Wakil KepalaDaerah besarta perangkatdaerah) yang lebih bersifatkebijakan strategis danbukan pengawasan teknismaupun administratif, sebabDPRD adalah lembagapolitik seperti penggunaananggaran yang telahdialokasikan disalahgunakan untuk hal-hal yangmerugikan rakyat dannegara.
10
No NamaJurnal
Inti Penelitian Hasil Penelitian
4 Faktor PenghambatKinerja FungsiLegislasi DPRDKota Pagaralam
Mengetahui faktorpenghambat dalampelaksanaan fungsilegislasi DPRD KotaPagaralam.
Penelitian ini memfokuskanpada faktor penghambattidak berjalannya fungsilegislasi DPRD yangkebanyakan di inisiasi oleheksekutif..
Sumber. Data yang diolah peneliti
Beberapa penelitian diatas membahas mengenai penguatan fungsi legislasi
DPRD Kabupaten/Kota, penguatan fungsi legislatif dan evaluasi kinerja
bidang penganggaran dan penguatan fungsi pengawasan DPRD terhadap
implementasi peraturan daerah. Penelitian pertama menjelaskan bahwa ada
beberapa faktor yang menghambat berjalannya fungsi legislasi yaitu,
pemahaman tentang legislasi yang kurang, sarana dan prasarana yang kurang
memadai, keterbatasan tenaga ahli dan kenda anggaran. Penelitian kedua
menjelaskan bahwa DPRD masih melegitimasi rancangan peraturan daerah
yang di usulkan oleh pemerintah dan untuk fungsi anggaran telah memakai
alat kelengkapan dewan yaitu badan anggaran akan tetapi dana anggota
dewan lebih dari pagu yang sudah di tetapkan pemerintah Kota Batu.
Penelitian ketiga, menjelaskan bentuk pengawasan yang dilakukan oleh
DPRD merupakan pengawasan politik yang lebih bersifat kebijakan strategis
dan bukan pengawasan teknis maupun administratif, DPRD adalah lembaga
politik seperti penggunaan anggaran yang telah dialokasikan disalah gunakan
untuk hal-hal yang merugikan rakyat dan negara.Sedangkan dalam penelitian
ini penulis memfokuskan pada faktor penghambat tidak berjalannya fungsi
legislasi DPRD yang kebanyakan di inisiasi oleh eksekutif dengan
menganalisis berdasarkan Sumber daya manusia (SDM), data dan informasi
11
serta pengalaman anggota DPRD Kota Pagaralam. Berdasarkan pemaparan
diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Faktor
Penghambat Kinerja Fungsi Legislasi anggota DPRD Kota Pagaralam dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
B. Rumusan Masalah
Apakah Faktor Penghambat Kinerja Legislasi DPRD Kota Pagaralam ?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Faktor Penghambat Kinerja Legislasi DPRD Kota
Pagaralam
D. Manfaat Penelitian
Berikut kegunaan dari penelitian ini yaitu:
1. Kegunaan Teoritis
Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan bisa memperkaya kajian Ilmu
Pemerintahan. Pada hal ini kajian mengenai faktor penghambat kinerja
legislasi DPRD.
2. Kegunaan Praktis
Secara praktis, penelitian ini ditujukan sebagai bahan evaluasi bagi
DPRD dalam menjalankan fungsi legislasi yang lebih profesional lagi
sehingga bisa menciptakan check and balance terdahap jalannya
pemerintahan di daerah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Kinerja merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Banyak faktor yang
mempengaruhi keberhasilan kinerja, seperti lingkungan kerja,
kelengkapan kerja, budaya kerja, motivasi, kemampuan pegawai, struktur
organisasi, kepemimpinan dan sebagainya.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengkaji kinerja tidak lepas dari
beberapa teori yang berhubungan dengan kinerja sebagaimana diuraikan
berikut ini. Secara etimologis, kinerja adalah sebuah kata yang dalam
bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “kerja” yang menerjemahkan
kata dari bahasa asing prestasi, bisa pula berarti hasil kerja. Sehingga
pengertian kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil
atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
13
Definisi kinerja organisasi yang dikemukakan oleh Bastian dalam
Tangkilisan (2005: 175) sebagai gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan tugas dalam suatu organisasi, dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, dan visi organisasi tersebut. Menurut Prawirosentono (1999:
2) kinerja merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan
tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan
berkaitan kuat terhadap tujuan-tujuan strategi organisasi.
2. Penilaian Kinerja
Tercapainya tujuan lembaga merupakan salah satu wujud dari
keberhasilan sebuah lembaga dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
Tetapi keberhasilan tersebut tidak dapat dilihat begitu saja, diperlukan
penilaian terhadap kinerja lembaga tersebut. Penilaian kinerja atau
penilaian prestasi kerja tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan poses
kegiatan manajemen SDM. Dwiyanto (2006:47) menjelaskan bahwa
penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting karena
dapat digunakan sebagai ukuran suatu organisasi dalam mencapai
visinya.
Bastian dalam Tangkilisan (2005:173) mengemukakan bahwa
pengukuran dan pemanfaatan penilaian kinerja akan mendorong
pencapaian tujuan organisasi dan akan memberikan umpan balik untuk
upaya perbaikan secara terus menerus. Secara rinci, Bastian dalam
14
Tangkilisan (2005: 173) mengemukakan peranan penelitian
pengungkuran kinerja organisasi sebagai berikut :
a. Memastikan pemahaman para pelaksana dan ukuran yang digunakan
untuk pencapaian prestasi,
b. Memastikan tercapainya skema prestasi yang disepakati,
c. Memonitor dan mengevaluasi kinerja dengan perbandingan antara
skema kerja dan pelaksanaannya,
d. Memberikan penghargaan maupun hukuman yang objektif atas
prestasi pelaksanaan yang telah diukur, sesuai dengan sistem
pengukuran yang telah disepakati,
e. Menjadikan sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan
dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi,
f. Mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi,
g. Membantu proses kegiatan organisasi,
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan telah dilakukan secara
objektif,
i. Menunjukan peningkatan yang perlu dilakukan,
j. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi,
Menurut Dwiyanto (2006: 49) penilaian kinerja birokrasi publik tidak
cukup dilakukan dengan menggunakan indikator yang melekat pada
birokrasi itu, seperti efisiensi dan efektifitas, tetapi juga harus dilihat dari
indikator-indikator yang melekat pada pengguna jasa, seperti kepuasan
pengguna jasa, akuntibilitas dan responsibilitas.
15
Mengacu pada beberapa pendapat diatas, maka dalam pengukuran kinerja
(performance measurement) organisasi hendaknya dapat menentukan
aspek-aspek apa saja yang menjadi topik pengukurannya Dari beberapa
komponen pengukuran kinerja akan digunakan sebagai indikator dalam
penelitian ini. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini
untuk mengukur kinerja, peneliti menggunakan faktor-faktor yang
menjadi penghambat kinerja legislasi DPRD di Kota Pagaralam
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Prawirosentono, (2002:32)
antara lain:
a. Faktor Pendidikan (SDM). Hasil pemilihan anggota DPRD yang
masih jauh dari harapan atas pelaksanaan fungsi legislasi sehingga
berpengaruh terhadap kompotensi anggota DPRD dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya.
b. Faktor data/informasi belum memberikan dukungan yang maksimal,
sehingga banyak permasalahan yang membutuhkan solusi melalui
kebijakan yang tidak diserap oleh anggota DPRD. Hal tersebut
menjadi kendala dalam melaksanakan kinerja legislasi, seperti
kurangnya dukungan data dan informasi yang valid.
c. Faktor pengalaman. Faktor tersebut yang dimiliki anggota DPRD
berpengaruh terhadap penyusunan Raperda. Karena anggota DPRD
yang baru belum pernah mempunyai pengalaman sebagai Anggota
DPRD sebelumnya, sedangkan untuk menyesuaikan diri perlu waktu
satu hingga dua tahun. Di samping itu kapasitas kemampuan masing-
masing anggota DPRD berbeda-beda.
16
B. Tinjauan Tentang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
1. Pengertian Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Dalam Pasal 18 ayat (1) UUD 1945 dinyatakan bahwa NegaraKesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dandaerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiapprovinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yangdiatur
dengan undang-undang. Pemerintah daerah kabupaten mempunyai bupati
DPRD kabupaten. Secara lebih khusus, dalam Pasal 18 ayat (3)UUD
1945 juga menyebutkan pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten,
dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yanganggota-
anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Dalam pasal 342Undang-
Undang nomor 27 tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD
disebutkan bahwa DPRD adalah salah satu unsur penyelenggara
pemerintahan Kabupaten/ Kota.
2. Keanggotaan dan Alat Kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah
Dalam Pasal 68 dan 69 Undang-Undang nomor 22 Tahun 2003Tentang
Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD disebutkan
anggota DPRD Kabupaten/Kota terdiri atas anggota partai politik peserta
pemilihan umum yang dipilih berdasarkan hasil pemilihan umum.
Anggota DPRD Kabupaten/Kota berjumlah sekurang-kurangnya dua
puluh orang dan sebanyak-banyaknya empat puluh lima orang.
Keanggotaan DPRD Kabupaten/Kota diresmikan dengan keputusan
17
gubernur atas nama Presiden. Anggota DPRD Kabupaten/Kota
berdomisili di kabupaten/kota yang bersangkutan. Masa jabatan Anggota
DPRD Kabupaten/Kota adalah lima tahun dan berakhir bersamaan pada
saat Anggota DPRD Kabupaten/Kota yang baru mengucapkan
sumpah/janji. Dalam Undang-Undang nomor 27 tahun 2009 Tentang
MPR, DPR, DPD, dan DPRD disebutkan juga hal tersebutyaitu dalam
pasal 345. Undang-Undang nomor 22 tahun 2003 Tentang Susunan
danKedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD menyebutkan DPRD
kabupaten/kota yang beranggotakan 20 (dua puluh) sampai dengan35
(tiga puluh lima) orang membentuk 3 (tiga) komisi, yang beranggotakan
lebih dari 35 (tiga puluh lima) orang membentuk 4 (empat) komisi.
Sedangkan dalam Undang-Undang nomor 27 tahun tahun 2009 Tentang
MPR, DPR, DPD, dan DPRD menyebutkan anggota DPRD
kabupaten/Kota terdiri dari paling sedikit 20 (dua puluh) anggota dan
palingbanyak 50 (lima Puluh) anggota.
Dalam Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan
daerah Setiap anggota DPRD wajib berhimpun dalam fraksi. Jumlah
anggota setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-
kurangnya sama dengan jumlah komisi di DPRD. Anggota DPRD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dari 1 (satu) partai politik yang
tidak memenuhi syarat untuk membentuk 1 (satu) fraksi, wajib
bergabung dengan fraksi yang ada atau membentuk fraksi gabungan.
18
Fraksi yang ada wajib menerima anggota DPRD dari partai politik lain
yang tidak memenuhi syarat untuk dapat membentuk satufraksi. Dalam
hal fraksi gabungan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) setelah
dibentuk, kemudian tidak lagi memenuhi syarat sebagai fraksi gabungan,
seluruh anggota fraksi gabungan tersebut wajib bergabungdengan fraksi
dan/atau fraksi gabungan lain yang memenuhi syarat. Parpol yang
memenuhi persyaratan untuk membentuk fraksi hanya dapat membentuk
satu fraksi. Fraksi gabungan dapat dibentuk oleh partaipolitik dengan
syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (5).
Dalam pasal 46 (1) Undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang
Pemerintahan daerah disebutkan bahwa yang menjadi alat kelengkapan
DPRD adalah:
a. Pimpinan
b. Komisi
c. Panitia musyawarah
d. Panitia anggaran
e. Badan kehormatan
f. Alat kelengkapan lain yang diperlukan
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas DPRD, dibentuk
Sekretariat DPRD Kabupaten yang personelnya terdiri atasPegawai
Negeri Sipil. Sekretariat DPRD dipimpin seorang Sekretaris DPRD yang
diangkat oleh Bupati atas usul Pimpinan DPRD Kabupaten. Untuk
meningkatkan kinerja lembaga dan membantu pelaksanaan fungsi dan
19
tugas DPRD secara profesional, dapat diangkat sejumlah pakar/ahli
sesuai dengan kebutuhan. Para pakar/ahli tersebut berada di bawah
koordinasi Sekretariat DPRD Kabupaten/kota.
3. Kedudukan dan Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPRD Kabupaten/Kota merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah
yang berkedudukan sebagai lembaga pemerintahan daerah kabupaten/
kota. Menurut Undang-undang nomor 23 tahun 2014 pasal 149 ayat (a, b
dan c) DPRD Kabupaten/Kota mempunyai fungsi:
1. Legislasi : yaitu fungsi pembentukan peraturan perundang-undangan
di daerah.
2. Anggaran : yaitu fungsi menetapkan Rencana Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah.
3. Pengawasan : yaitu pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan
daerah, perundangan lainnya, keputusan kepala daerah, kebijakan
pemerintah daerah, dan pelaksanaan program pemerintahan daerah.
4. Tugas, Wewenang dan Hak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Tugas dan wewenang DPRD Kabupaten adalah:
Membentuk Peraturan Daerah Kabupaten yang dibahas dengan Bupati
untuk mendapat persetujuan bersama :
1. Menetapkan APBD Kabupaten bersama dengan Bupati.
2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan PeraturanDaerah
Kabupaten dan Peraturan Perundang-undangan lainnya, Keputusan
Bupati, APBD Kabupaten, kebijakan Pemerintah Daerah dalam
20
melaksanakan program pembangunan daerah, dankerjasama
internasional di daerah
3. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Bupati/Wakil Bupati
kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.
4. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten terhadap rencana perjanjian internasional yang
menyangkut kepentingan daerah
5. Meminta Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)
Kabupaten dalam pelaksanaan tugas desentralisasi.
Anggota DPRD memiliki hak interpelasi, hak angket, dan hak
menyatakan pendapat. Anggota DPRD Kabupaten juga memiliki hak
mengajukan Rancangan Perda Kabupaten, mengajukan pertanyaan,
menyampaikan usul dan pendapat, membela diri, hak imunitas, hak
protokoler, memilih dan dipilih, mengikuti orientasi dan pedalaman tugas
serta hak keuangan dan administrasi.
Menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentangSusunan dan
kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD, dalammelaksanakan tugas dan
wewenangnya, DPRD Kabupaten berhak meminta pejabat negara tingkat
Kabupaten, pejabat pemerintah daerah, badan hukum, atau warga
masyarakat untuk memberikan keterangan.
21
C. Tinjauan Umum Tentang Fungsi Legislasi
Pembuatan Undang-Undang sebagai suatu fungsi hampir tidak dapat
dimengerti selain pembuatan norma-norma umum. Suatu organ adalah organ
legislatif sepanjang organ ini diberi wewenang untuk membuat norma-norma
hukum yang umum. Tidak pernah terjadi dalam realita politik bahwa semua
norma umum dari suatu tata hukum nasional harus dibuat secara eksklusif
oleh suatu organ yang disebut lembaga legislatif.
Apa yang berlaku secara praktis hanyalah suatu organisasi fungsi legislatif
yang mengatur pembuatan semua norma umum baik oleh organ yang disebut
legislatif maupun oleh organ–organ lainnya dari yudikatif maupun eksekutif
atas dasar wewenang yang diberikan oleh organ legislatif ini. Orang hampir
tidak dapat mengatakan pemisahan pembuatan undang-undang (hukum) dari
fungsi-fungsi negara lainnya dalam arti bahwa yangdisebut organ legislatif
tanpa organ eksekutif dan yudikatif akan kompeten untuk menjalankan fungsi
ini.
Pemisahan seperti itu hanya ada karena norma umum yang dibuat oleh organ
legislatif disebut sebagai “leges” (hukum). Organ legislatif tidak pernah
memonopoli pembuatan norma-norma umum, melainkan hanya menempati
posisi tertentu yang lebih seperti dikemukakan sebelumnya. Semakin
dibenarkan penyebutannya sebagai organ legislatif maka semakin besar peran
sertanya di dalam pembuatanm norma-norma umum. Berkenaan dengan
fungsi legislasi, dapat diktakan mencakup kegiatan mengkaji, merancang,
membahas, dan mengesahkan undang-undang (Jimly Asshidiqie, 2006 : 29).
22
Berkaitan dengan parameter di atas Menurut Legowo (2006: 92), terdapat ada
tiga indikator yang menentukan fungsi legislasi dalam sistem pemerintahan
parlementer sebagai berikut:
1. Kepala eksekutif dan anggota kabinetnya menginisiasi setiap legislasi
yang berpengaruh terhadap anggaran ataupun pengeluaran negara;
2. Hanya terdapat sedikit komisi permanen dengan dukungan sedikit staf
profesional untuk membantu merancang dan menilai kembali legislasi;
Keputusan-keputusan kebijakan penting dapat dan seringkali dibuat pada
tingkat kaukus partai daripada di dalam komisikomisi Bila dilihat
berdasarkan karakter, maka dalam penggunaan fungsi legislasi terjadi garis
damarkasi antara eksekutif yang mengimplementasikan dan legislatif yang
merumuskan kebijakan normatif itu. Pelembagaan Otonomi Daerah bukan
hanya diartikulasi sebagai a final destination (tujuan akhir), tetapi lebih
sebagai mechanism (mekanisme) dalam menciptakan demokratisasi
penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan sendiri oleh daerah
otonom.
Dalam menjalankan fungsi legislasi ini DPRD berperan pula sebagai policy
maker, dan bukan policy implementer di daerah. Artinya, antara DPRD
sebagai pejabat publik dengan masyarakat sebagai stakeholders, ada kontrak
sosial yang dilandasi dan harus dijunjung tinggi dalam setiap proses fungsi
legislasi. Praktik dan realita saat ini, proyeksi good public governance pada
fungsi legislasi saat ini masih membutuhkan banyak penataan dan
23
transformasi ke arah yang lebih baik. Peningkatan performa tersebut dapat
dilakukan antara lain dengan:
a. Peningkatan pemahaman tentang perencanaan dalam fungsi legislasi;
b. Optimalisasi anggota DPRD dalam mengakomodasi aspirasi
stakeholders;
c. Ditumbuhkannya inisiatif DPRD dalam penyusunan RAPERDA;
d. Ditingkatkannya kemapuan analisis (kebijakan publik & hukum) dalam
proses penyusunan RAPERDA;
e. Pemahaman yang lebih baik atas fungsi perwakilan dalam fungsi
legislasi; dan lain-lain.
Salah satu sarana dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan adalah dibentuknya Peraturan Daerah. Peraturan daerah
merupakan sarana yuridis untuk melaksanakan kebijakan otonomi daerah dan
tugas-tugas pembantuan. Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, antara lain dikemukakan:
Penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam melaksanakan tugas,
wewenang, kewajiban dan tanggungjawabnya serta atas kuasa peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dapat menetapkan kebijakan daerah
yang dirumuskan antara lain dalam peraturan daerah.
Jika merujuk pada ketentuan Pasal 46 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 43 Peraturan Pemerintah
Nomor 25 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Tata Tertib DPRD, alat
kelengkapan DPRD terdiri dari pimpinan, komisi, panitia musyawarah,
24
panitia anggaran, badan kehormatan dan alat kelengkapan lain yang
diperlukan. Dan kemudian dikaitkan dengan fungsi legislasi, tidak semua alat
kelengkapan tersebut terlibat secara langsung. Alat-alat kelengkapan yang
terlibat secara langsung antara lain adalah komisi, panitia musyawarah dan
adanya kemungkinan alat kelengkapan lain yang dibentuk khusus menangi
masalah legislasi, misalnya Panitia Legislasi
D. Tinjauan tentang Program Legislasi Daerah
DPRD mempunyai kewajiban-kewajiban yang berkaitan langsung dengan
kepentingan masyarakat yaitu memperjuangkan peningkatan kesejahteraan
masyarakat yaitu memperjuangkan peningkatan kesejahteraan rakyat di
daerah, dan menyerap, menampung, menghimpun, dan menindak lanjuti
aspirasi masyarakat. Keinginan-keinginan, aspirasi, usulan-usulan,
permasalahan, kebutuhan-kebutuhan, kepentingan dan lainlainyang muncul
dari berbagai lapisan masyarakat (seperti kelompok masyarakat, organisasi
kemasyarakatan, profesi, keagamaan, akademisi, organisasi politik, LSM,
lembaga masyarakat adat, dan lain-lain) bahkan mungkin juga masukan-
masukan dari institusi pemerintah, pada umumnya disalurkan melalui DPRD.
Dalam paragraf kedua penjelasan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dikemukakan
bahwa untuk perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan
daerah dilakukan berdasar program legislasi daerah. program legislasi daerah
dimaksudkan untuk menjaga agar produk peraturan peraturan perundang-
undangan daerah tetap berada dalam kesatuan sistem hukum nasional
25
Beberapa pokok pikiran yang dapat dijadikan pedoman dalam mengatur
mekanisme atau tata cara penyusuna prolegda sebagai berikut:
1. Cakupan peraturan daerah mengacu pada Pasal 7 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan yang menentukan bahwa Peraturan Daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi :
a. Peraturan Daerah Propinsi dibuat oleh DPRD Propinsibersama
Gubernur
b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh DPRD kabupaten/ kota
bersama dengan Bupati/Walikota
c. Peraturan Desa/ peraturan yang setingkat dibuat oleh Dewan
Perwakilan Desa atau nama lainnya bersama dengan Kepala Desa
atau nama lainnya.
2. Memperhatikan asas keterbukaan dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan, artinya dalam proses penyusuna Prolegda sebagai
tahap perencanaan pembentukan peraturan daerah harus bersifat
transparan. Masyarakat diberi kesempatan berpartisipasi dalam
penyusunan Prolegda agar prolegda betul-betul aspiratif.
3. Penyusunan Prolegda dilakukan oleh Gubernur, Bupati/ Walikota
bersama dengan DPRD Propinsi, DPRD Kabupaten/Kota sebagai
lembaga yang berwenang untuk membentuk Peraturan daerah.
4. Penyusunan Prolegda di lingkungan Pemerintah Daerah dilakukan secara
terkoordinasi, terarah, dan terpadu antar unit-unit kerja dilingkungan
Sekertariat Daerah dan instansi-instansi lain yang terkait.
26
5. Dalam Prolegda ditetapakan skala prioritas jangka panjang, menengah
atau tahunan sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum masyarakat
di daerah dan dalam rangka penyelenggraan otonomi daerah serta tugas
pembantuan.
6. Dalam Prolegda perlu ditetapkan pokok materi yang hendak diaturserta
kaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya.
7. Pelaksanaan Prolegda perlu dievaluasi setiap tahun dalam rangka
melakukan penyesuaian seperlunya dengan dinamika perkembangan
kebutuhan hukum masyarakat. (A. A. Oka Mahendra, 2006 : 26)
Prolegda yang telah ditetapkan bersama oleh lembaga yang berwenang
membentuk Peraturan Daerah harus dilakukan dengan penuh tanggung
jawab, agar sasaran yang telah ditetapakan dapat dicapai. Untuk itu perlu
dilakukan serangakaian kegiatan sebagai berikut :
a. Memikirkan dan menentukan berbagai hal yang bersangkutan
dengan apa yang harus dilakukan.
b. Mengusahakan, mengatur, menggerakkan dan memanfaatkan
sumber-sumber, baik sumber daya manusia, sumber daya lainnya
yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapakan.
c. Menjamin agar tidak terjadi penyimpangan dan kegagalan
dalampencapaian sasaran. (A. A. Oka Mahendra, 2006 : 27)
Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapatlah ditarik suatu
kesimpulan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah
ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik
itu di lapangan maupun di luar lapangan. Yang mana dalam kegiatannya
27
melibatkan beberapa unsur disertai dengan usaha-usaha dan didukung
oleh alat-alat penujang.
Gambar 1. 1 Proses Fungsi Legislasi
Sumber. Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2010
Merujuk pada UU No. 12 Tahun 2011 pasa1 7 ayat (1), Perda merupakan
bentuk hukum terendah dari hierarki bentuk peraturan perundangan di
Indonesia. Secara keseluruhan, jenis peraturan dan hierarki peraturan
perundang-undangan adalah sebagai berikut: (1) UUD Republik Indonesia
Tahun 1945; (2) UU/Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang; (3)
Peraturan Pemerintah; (4) Peraturan Presiden; dan (5) Peraturan Daerah. Tata
urutan hukum di Indonesia, dapat dilihat dari gambar dan tabel dibawah ini.
Tabel 1.3 Tata Urutan Hukum Di Indonesia
Tata UrutanHukum
Penetapan Fungsi
Undang-undangDasar 1945
Ditetapkan oleh MPR Sumber hukum tertinggidari segala hukum
Undang –undang Ditetapkan oleh DPRdan ditandatangani olehPresiden
Pelaksanaan konstitusi(UUD 1945)
PenyusunanPROLEGDA
SosialisasiRAPERDA
PenyusunanRAPERDA
PengajuanRAPERDA
PembahasanRAPERDA
SosialisasiPERDA
Pengesahandan penetapan
PengundanganPERDA
28
Tata UrutanHukum
Penetapan Fungsi
PeraturanPemerintahPengganti Undang-undang
Ditetapkan olehPresiden
Setingkat denganUndang-undang(selanjutnya diserahkankepada DPR untukdiitetapkan atau di tolakmenjadi Undang-undang)
PeraturanPemerintah
Ditetapkan olehPresiden setelah disetujui Menteri
Pelaksanaan Undang-undang
Peraturan Daerah Ditetapkan oleh DPRD Penyelesaian Tugas,Kewajiban dan hakpemerintah daerah
Sumber. Undang-undang 1945
Menurut Mardiasmo (2002), produk legislasi yang dibuat oleh eksekutif dan
legislatif dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu kelompok rutin seperti
pengesahan APBD, perubahan APBD, dan pengesahan perhitungan APBD,
sedangkan yang kedua adalah kelompok insidentil, yaitu meliputi semua
peraturan kepala daerah yang hanya dibuat sekali atau sesuai dengan
kebutuhan. Menurut UU No. 12 Tahun 2011, terdapat tiga jenis peraturan
yang dapat dibuat oleh Daerah sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum
yaitu: a. Peraturan Daerah; b. Peraturan Kepala Daerah; c. Keputusan Kepala
Daerah; dan d. Peraturan Bersama Kepala Daerah (Permendagri No.
15/2006).
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Dewan Perwakilan RakyatDaerah
Peran DPRD Kota Pagaralam dalam penyusunan peraturan daerah masih
sangat rendah bila dibandingkan dengan pihak eksekutif. Rendahnya insiatif
DPRD Kota Pagaralam disebabkan terutama Sumber Daya Manusia (SDM)
yang ada di anggota DPRD dibandingkan dengan SDM yang ada di dalam
29
anggota eksekutif. Latar belakang pendidikan Anggota DPRD tidak sesuai
dengan basic keilmuan dalam mengaktualisasi fungsi DPRD. DPRD Kota
Pagaralam tidak memiliki Badan Khusus yang menangani program legisasi
sehingga peraturan daerah itu kebanyakan berasal dari pemerintah daerah.
Tanpa adanya badan khusus, dalam prakteknya penyusunan program legislasi
tetap berjalan. Akan tetapi kebanyakan perda itu berasal dari Pemerintah
Daerah. Dalam menjalankan tugas, kewajiban dan fungsi sebagai anggota
DPRD juga tidak bisa pungkiri bahwa dalam setiap aktifitas kerakyatan atau
bisa di sebut sebagai pembuatan perda ternyata banyak hambatan-hambatan
yang terkadang bisa berpengaruh pada pembuatan atau kualitas perda.
Tahap perencanaan sangat menentukan dalam penyusunan raperda karena
tahap perencanaan ini lebih mengarah pada penyusunan rencana dan prioritas
pembentukan peraturan daerah sehingga penyusunan prolegda dapat
menghindarkan terjadinya ketidaksinkronan dan ketidakharmonisan
peraturan. Idealnya anggota legislatif harus bertindak dan berperilaku sebagai
representasi masyarakat untuk setiap tindak tanduk dalam seluruh
kegiatannya. Keberhasilan para wakil rakyat (DPRD) untuk menegakkan
keserasian antara kepentingan anggota masyarakat yang diwakilinya dengan
kepentingan berbagai kelompok dan lembaga, menurut Sanit (2005: 205)
harus memperhatikan empat faktor, yakni :
1. Integritas dan kemampuan atau keterampilan anggota badan legislatif.
2. Pola hubungan anggota badan tersebut dengan anggota masyarakat yang
mereka wakili yang tercermin di dalam sistem perwakilan yang berlaku.
30
3. Struktur organisasi badan legislatif yang merupakan kerangka formal
bagi kegiatan anggota dalam bertindak sebagai wakil rakyat.
4. Hubungan yang tercermin dalam pengaruh timbal balik antara badan
legislatif dengan eksekutif dan lembaga-lembaga lainnya sebagai unit-
unit pemerintahan di tingkat daerah, serta hubungan badan tersebut
dengan lembaga-lembaga yang sama di tingkat yang lebih tinggi
hierarkinya.
Peranan anggota legislatif menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga
masyarakat maka warga masyarakat berhak mempengaruhi proses pembuatan
dan pelaksanaan keputusan. Sesuai dengan istilah partisipasi maka partisipasi
berarti keikutsertaan warga negara biasa (yang tidak mempunyai
kewenangan) dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanan
keputusan politik. Kegiatan warga negara biasa ini pada dasarnya di bagi dua
yakni, menurut Wahab (2001:141) bahwa mempengaruhi kebijakan umum
dan ikut menentukan pembuat dan pelaksana keputusan. Membuat atau
merumuskan suatu kebijakan, apalagi kebijakan itu berupa Peraturan/
Peraturan Daerah, bukanlah suatu proses yang sederhana dan mudah. Hal ini
disebabkan karena terdapat banyak faktor atau kekuatan-kekuatan yang
berpengaruh terhadap proses pembuatan kebijakan tersebut. Suatu kebijakan/
Peraturan dibuat bukan untuk kepentingan politik (misalnya guna
mempertahankan status quo pembuatan keputusan) tetapi justru untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup anggota masyarakat secara keseluruhan
(Islamy, 2004:134).
31
Output adalah kebijaksanaan pemerintah atau norma-norma dan produk
yuridis yang dipergunakan untuk mengatur kehidupan bersama (Marbun,
2004:40). Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam mewujudkan berbagai
kepentingan dan kebutuhan warga negara lainnya secara individual terjadi
benturan di sana-sini. Benturan ini boleh jadi mencakup segala kepentingan
warga negara, termasuk pula keinginan untuk berpartisipasi dalam masalah
politik.
Hal senada juga terungkap oleh Budiharjo (2002:57) yang menyatakan
bahwa: partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang
untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih
pemimpin negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
kebijakan pemerintah. Kegiatan ini menurut Budiharjo mencakup tindakan,
seperti memberikan suara pada pemilu, menghadiri rapat umum, menjadi
anggota suatu partai politik atau kelompok kepentingan, dan mengadakan
hubungan dengan pejabat atau parlemen.
Peranan anggota legislatif menyelenggarakan tugas membahas dan
memberikan persetujuan Raperda, menetapkan anggaran pendapatan dan
belanja daerah bersama Pemda, dengan diwujudkan dalam bentuk
pengawasan terhadap pelaksanaan UU, Perda, Keputusan Kepala Daerah dan
kebijakan yang ditetapkan oleh kepala daerah. Agar tugas tersebut dapat
berjalan dengan baik, maka anggota legislatif mempunyai fungsi untuk
melaksanakan perencanaan program pembentukan peraturan daerah yang
disusun secara berencana, terpadu dan sistematis yang meliputi :
32
a. Perumusan kebijakan teknis rancangan peraturan daerah.
b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah daerah dalam
penyusunan rancangan peraturan daerah.
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang legislasi.
d. Membentuk paraturan daerah bersama gubernur, bupati/walikota.
e. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan paraturan daerah dan
anggaran pendapatan dan belanja daerah.
f. Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Peranan anggota legislatif dalam rangka melaksakan tugas dan fungsinya
untuk pencapaian satu tujuan dalam rangka membahas dan memberikan
persetujuan rancangan paraturan daerah, akan sangat dipengaruhi oleh banyak
faktor yang berbeda antara yang satu dengan yanglainnya,tergantung dari
sifat dan bidang kegiatan atau usaha dalam melaksanakan peranannya.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Prawirosentono,
(2002:32) bahwa: ada tiga faktor yang mempengaruhi belum terlaksananya
peranan suatu kinerja DPRD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu:
(1) faktor pendidikan (kemampuan aparat); (2) faktor data/informasi; (3)
faktor pengalaman. Dengan demikian tentang kutipan faktor-faktor
penghambat yang penulis sampaikan diatas, maka penulis berkesimpulan
terkait dengan faktor-faktor yang menjadi penghambat belum terlaksannya
dengan baik kinerja DPRD di Kota Pagaralam antara lain:
33
1. Faktor Pendidikan (SDM). Hasil pemilihan anggota DPRD yang masih
jauh dari harapan atas pelaksanaan fungsi legislasi sehingga berpengaruh
terhadap kompotensi anggota DPRD dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya.
2. Faktor data/informasi belum memberikan dukungan yang maksimal,
sehingga banyak permasalahan yang membutuhkan solusi melalui
kebijakan yang tidak diserap oleh anggota DPRD. Hal tersebut menjadi
kendala dalam melaksanakan fungsi legislasi, seperti kurangnya
dukungan data dan informasi yang valid.
3. Faktor pengalaman. Faktor tersebut yang dimiliki anggota DPRD
berpengaruh terhadap penyusunan Raperda. Karena anggota DPRD yang
baru belum pernah mempunyai pengalaman sebagai Anggota DPRD
sebelumnya, sedangkan untuk menyesuaikan diri perlu waktu satu hingga
dua tahun. Di samping itu kapasitas kemampuan masing-masing anggota
DPRD berbeda-beda.
F. Kerangka Pikir
Permasalahan fungsi Legislasi yang ada di Kota Pagaralam yaitu inisiasi
perda lebih banyak dilakukan oleh pihak Eksekutif, seperti yang di
kemukakan oleh Prawirosentono, (2002:32) bahwa : ada tiga faktor yang
mempengaruhi belum terlaksananya peranan suatu kinerja dari DPRD dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya yaitu: (1) faktor pendidikan (kemampuan
aparat); (2) faktor data/informasi; (3) faktor pengalaman. Setelah hal tersebut
dilakukan, maka peneliti akan mendapatkan hasil tentang faktor yang mana
34
yang belum maksimal yang dilakukan oleh Legislatif (DPRD) Kota
Pagaralam dalam peningkatan kinerjanya dalam hal ini memaksimalkan
fungsi Legislatif (DPRD). Pemaksimalan fungsi Legislatif (DPRD) Kota
Pagaralam dalam peningkatan kinerjanya setalah mengetahui faktor apa saja
yang menjadi penyebab belum maksimalnya kinerja Legislatif (DPRD), maka
peneliti akan menganalisa strategi penguatan apa yang digunakan untuk
memaksimalan faktor yang mempengaruhi tidak berjalannya fungsi Legislatif
(DPRD) Kota Pagaralam, setelah hal tersebut maka peneliti akan
mendapatkan apakah faktor penghambat kinerja legislasi DPRD Kota
Pagaralam.
35
Faktor Penghambat Kinerja Legislasi Dewan Perwakilan RakyatDaerah Kota Pagaralam
Gambar 1.2 Kerangka Pikir
FUNGSI LEGISLASIDPRDKota Pagaralam :
1. Pembuatan Perda2. Pembahasan Perda3. Pengesahan perda
Faktor Penghambat Kinerja DPRD :Prawirosentono, (2002:32)
1. Sumber Daya Manusia (SDM);- Pendidikan formal dan non
formal- Motivasi
2. Data dan Informasi;- Pengumpulan Data- Pengolahan Data- Analisis
3. Pengalaman.- Pengalaman kerja- Pengalaman politik
Kinerja dari DPRD Kota Pagar Alam
III. METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk memperoleh deskripsi mengenai
apakah faktor penghambat kinerja legislasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kota Pagaralam. Penelitian deskriptif merupakan suatu tipe penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan keadaan atau fenomena tertentu (Arikunto,
1992:207). Sedangkan menurut Koentjaraningrat (1990:29) penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara
tepat sifat-sifat tertentu suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok
tertentu, atau untuk menentukan adanya frekuensi atau penyebaran suatu
gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.
Ada beberapa alasan penggunaan metode penelitian deskriptif. Pertama
adalah bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat meliputi lebih
banyak segi dibanding dengan metode-metode lain. Kemudian metode ini
banyak memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan melalui pemberian
informasi keadaan mutakhir, dan dapat membantu dalam mengidentifikasi
factor-faktor yang berguna untuk pelaksanaan percobaan.
37
Nawawi (2001: 63), mendefinisikan penelitian deskriptif adalah sebagai
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau
melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga,
masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak sebagaimana adanya. Penelitian deskriptif melakukan analisa hanya
pada sampai taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara
sistematis, sehingga dapat dipahami dan disimpulkan.
Tujuan penelitian deskriptif menurut Nazir (2003: 54), adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki. Disamping itu penelitian ini juga menggunakan teori-teori, data-
data, dan konsep-konsep sebagai kerangka acuan untuk menjelaskan hasil
penelitian, menganalisis dan sekaligus menjawab persoalan yang diteliti.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Pemerintah Daerah dan Kantor DPRD
Kota Pagaralam. Penelitian ini ditujukan untuk memperoleh data yang penulis
dapatkan diawal, karena banyak perda yang dihasilkan semuanya berasal dari
inisiasi pemerintah daerah bukan berasal dari DPRD Kota Pagaralam serta
mencari tahu faktor penghambat dari tidak berjalannya kinerja legislasi
DPRD Kota Pagaralam.
38
C. Fokus Penelitian
Tidak berjalannya fungsi legislasi DPRD Kota Pagaralam tentu mempunyai
sebab, apalagi produk hukum yang dibuat selama berapa tahun terakhir selalu
berasal dari pihak eksekutif yang seharusnya menjalakan produk hukum yang
dibuat oleh DPRD. Seperti yang dijelaskan pada undang-undang 23 tahun
2014 ada sutu hubungan kemitraan antara pihak eksekutif dan legislatif dalam
menjalankan pemerintahan dan eksekutif berhak mengajukan rancangan
peraturan daerah kepada DPRD untuk di sahkan atau di tolak menjadi produk
hukum.
Sehubungan dengan hal ini ada beberapa poin penting yang menjadi
penyebab tidak berjalannya fungsi legislasi dapat dilihat dari. Pertama latar
belakang pendidikan anggota dewan yang tidak sesuai, kedua, kapasitas
sumberdaya manusia yang masih kurang akan pemahaman tentang fungsi
legislasi, ketiga, permasalahan Bimtek yang tidak perofesional juga menjadi
sebab tidak berjalannya fungsi legislasi dkarenakan anggota DPRD yang
tidak mengikuti capacity building tersebut.
D. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data pada penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Menurut Sugiyono (2012:137) data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data Primer, yaitu
39
berupa kata-kata dan tindakan yang bersumber dari informan serta
peristiwa-peristiwa tertentu yang berkaitan dengan fokus penelitian dan
merupakan hasil pengumpulan peneliti sendiri selama berada di lokasi
penelitian. Pengambilan data primer dalam penelitian ini dilakukan
melalui wawancara langsung dengan para informan, yaitu dengan
masyarakat Kota Pagaralam, Pemerintah daerah (Bagian Hukum), Badan
Pembentukan Peraturan Daerah DPRD Kota Pagaralam.
2. Data Sekunder
Sugiyono (2012:137) mengatakan bahwa data sekunder merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau melalui dokumen. Data Sekunder, yaitu
data-data tertulis yang digunakan sebagai informasi pendukung dalam
analisis data primer. Data ini pada umumnya berupa dokumen-dokumen
tertulis yang terkait dngan pelaksanaan fungsi legislasi. Sumber data
sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan penelitian, yaitu gambaran umum mengenai Fungsi
Legislasi.
E. Informan
Informan adalah orang-orang atau pihak yang terkait dan dinilai memiliki
informasi tentang pelaksanaan fungsi legislasi di DPRD Kota Pagaralam.
Dalam menentukan Informan sebagai sumber data dalam penelitian ini
penulis menggunakan teknik purposive sampling. Penentuan teknik ini aga
didapati informasi dengan tingkat validitas dan reabilitas yang tinggi. Tentang
40
teknik purposive sampling, Usman dan Akbar (2009:45) menjelaskan
pemilihan sampel purposive (bertujuan) atau yang lazim disebut judgement
sampling merupakan pemilihan siapa subjek yang ada di dalam posisi terbaik
untuk memberikan informasi yang dibutuhkan. Karena itu, menentukan
subjek atau orang-orang terpilih harus sesuai dengan ciri-ciri dan kriteria
khusus yang dimiliki sampel tersebut atas pemahaman yang kuat terhadap
objek yang akan diteliti.
Menurut Faisal (1990:67) agar dapat memperoleh informasi lebih terbukti,
terdapat beberapa kriteria yang dapat dipertimbangkan antara lain:
a. Subjek yang lama dengan suatu kegiatan atau aktivitas yang menjadi
sasaran atau perhatian
b. Subjek yang masih terkait secara penuh dan aktif pada lingkungan atau
kegiatan yang menjadi sasaran atau perhatian
c. Subjek yang mempunyai cukup banyak informasi, banyak waktu dan
kesempatan untuk dimintai keterangan.
d. Subjek yang berada atau tinggal pada sasaran yang mendapat perlakuan
yang mengetahui kejadian tersebut.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka peneliti menetapkan beberapa
kelompok informan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
a. Anggota Dewan dan Badan Pembentukan Peraturan Daerah
Argumen peneliti memilih anggota dewan dan badan pembentukan
peraturan daerah karena merupakan Komponen yang terlibat secara
langsung dalam merancang dan mengusulkan peraturan daerah.
41
b. Bagian Hukum
Argumen peneliti memilih Bagian Hukum karena merupakan instansi
yang terkait dalam perencanaan pengajuan rancangan peraturan daerah
kepada DPRD Kota Pagaralam.
c. Masyarakat
Masyarakat menjadi salah satu informan sebab merupakan jejaring
aspirasi dalam pembentukan rancangan peraturan daerah.
Tabel 3.1 informan dan jumlah
Informan Nama JabatanBadan Pembentukan
Peraturan Daerah(DPRD Kota Pagaralam)
Mas Agus Toyeb Dedi Irawan Nanto
Ketua Bapemperda Anggota
Bapemperda Anggota
BapemperdaBagian Hukum
(Pemerintah KotaPagaralam)
Rangga EkaJuliansyah
Andi Lala
KasubagPerundang-undangan
Anggota BidangPerundang-undangan
masyarakat Notra Yuliansyah Dodiansyah
--
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
melalui wawancarara, observasi langsung, dan studi dokumentasi, secara
singkat dijelaskan bahwa tekhnik pengumpulan data dalam penelitian ini
sebagai berikut:
42
1. Interview (wawancara)
Wawancara dilakukan sebagai tekhnik pengumpulan data utama, tekhnik
yang dilakukan dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan
narasumber atau informan. Dalam Penelitian ini, peneliti mendatangi
langsung informan untuk mendapatkan informasi terkait fokus penelitian.
Wawancara dilakukan secara mendalam guna mendapatkan informasi
terkait hambatan dalam fungsi legislasi. Peneliti mendatangi langsung
informan untuk melakukan wawancara secara langsung kepada
stakeholder terkait.
2. Observasi
Selain melakukan wawancara secara langsung kepada informan yang
dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan, untuk
memperoleh data tambahan serta mencocokkan data yang ada, maka
peneliti melakukan observasi. Observasi atau pengamatan langsung
terhadap kinerja anggota DPRD Kota Pagaralam karena objek yang
diteliti merupakan program yang tidak berjalan, maka peneliti dapat
memperoleh informasi tambahan dengan melihat atau merasakan
langsung pelaksanaannya.
Ketika melakukan observasi peneliti juga mencocokkan informasi yang
telah didapat dengan informan setelah dilakukan wawancara. Observasi
dilakukan dengan cara berkeliling, mengamati dan mendokumentasikan
sehingga peneliti dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai
kondisi objek yang sedang diteliti.
43
3. Studi Dokumentasi
Dalam penelitian ini, dokumen yang disajikan berupa informasiinformasi
terkait yang dibutuhkan dan digunakan pada hasil dan pembahasan
nantinya, untuk memperkuat, mendasari sebuah pemikiran, atau
membuktikan deskripsi yang penulis sampaikan. Dokumen diperoleh dari
Pemerintah Kota Pagaralam (Biro Hukum) dan Badan Legilasi , serta
dokumen lainnya berupa lampiran skripsi, melalui peraturan dan
kebijakan atau peraturan terkait, transkip wawancara, dan foto-foto
dokumentasi terkait objek yang diteliti.
G. Teknik Keabsahan Data
Menurut Sugiyono (2014:267) Validitas merupakan derajat ketepatan antar
data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan
oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak
berbeda antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang
sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Uji keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi :
Temuan atau data dalam penelitian kualitatif, dikatakan valid atau sah apabila
tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Untuk menetapkan keabsahan
data diperlukan teknik pemeriksaan. Uji keabsahan data dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan triangulasi data. Triangulasi data dilakukan
untuk menguji kebenaran dan keabsahan data. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan triangulasi sumber yang dilakukan dengan cara mencocokkan
44
data yang didapat melalui teknik wawancara, observasi dan studi
dokumentasi.
Data yang didapat dari hasil wawancara dengan pihak Pemerintah Kota
Pagaralam (Bagian Hukum) dan Badan Pembentukan Peraturan Daerah
(Bapemperda) dianalisis dan dicocokkan dengan data-data yang didapat
melalui studi dokumentasi. Langkah berikutnya adalah peneliti
mengkonfirmasi kebenaran data dengan cara melakukan observasi di
lapangan guna memperoleh kecocokan dengan data lain. Data lain yang
dimaksud adalah keterangan dari informan penelitian di lapangan yang
meliputi keterangan dari masyarakat. Melalui Triangulasi data, maka
diperoleh informasi yang valid dan jelas mengenai penghambat fungsi
legislasi. Melalui hasil triangulasi, dapat terlihat apakah rumusan masalah
penelitian sudah terjawab, dan tujuan penelitian sudah tercapai.
H. Teknik Pengolahan Data
Melalui data yang diperoleh dari lapangan, selanjutnya peneliti melakukan
pengolahan data. Data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecahkan
dalam kelompok-kelompok, diadakan kategirisasi, dilakukan manipulasi, sert
diperas sedemikian rupa, sehingga data tersebut mempunyai makna untu
menjawab masalah (Nazir, 2011:346). Teknik dalam pengolahan data tersebut
dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya;
1. Editing
Teknik editing dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menyalin
ulang hasil wawancara dengan informan yang merupakan data mentah
45
berupa catatan peneliti yang berkaitan dengan bagaimana proses
peranxangan peraturan daerah dalam bentuk tulisan atau catatan lengkap,
serta memilah data atau informasi. Tidak semua kutipan hasil
wawancara, dan data yang diperoleh dari dokumen yang didapatkan
peneliti peneliti cantumkan, namun hanya informasi yangdiperlukan saja
yang ditampilkan, sementara keterangan lengkapnya disajikan sebagai
transkip wawancara atau lampiran.
2. Interpretasi
Adalah penjelasan yang terperinci tentang arti yangsebenarnya dari
materi yang dipaparkan (Nazir, 2011:374). Adapun proses interpretasi
atas hasil penelitian ini yaitu peneliti mencoba mengartikan, mencari inti
pokok, atau maksud dari informasi yang adabaik dari hasil wawancara
maupun dokumen yang diperoleh.
Dalam penelitian ini, kutipan wawancara yang ditampilkan merupakan
penyederhanaan atau penafsiran terhadap maksud dan arti dari informasi
yang disampaikan. Interpretasi dilakukan dengan cara menghubungkan
hasil wawancara dengan informan dengan teori-teori pada tinjauan
pustaka dan dokumen lainnya, sehingga diperolehlah analisis yang tepat.
I. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian Kualitatif, dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam
periode tertentu (Sugiyono, 2014:246). Selanjutnya dalam menganalisis data
46
yang didapat di lapangan, peneliti menggunakan model Miles dan Huberman
yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/ verification.
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Menurut Sugiyono (2014:247) Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal pokok, dan mefokuskan pada hal-hal penting, dicari
tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data terkait hal-hal penting dan pokok,
selanjutnya, dalam penelitian ini peneliti pada temuan di lapangan untuk
melihat manajemen melalui pihak-pihak terkait yang dianggap dapat
memberikan informasi untuk mencapai tujuan yang peneliti inginkan.
Tahap mereduksi data merupakan proses berfikir yang sensitif serta
memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman seorang peneliti.
Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan tahap reduksi data ini
dilakukan dengan mendiskusikannya dengan teman atau orang yang
dipandang ahli. Melalui diskusi itu, maka wawasan peneliti akan
berkembang, sehingga hasil data yang dihasilkan merupakan temuan dan
pengembangan teori yang signifikan. Tahap ini dilakukan peneliti pada
saat proses bimbingan skripsi terhadap dosen pembimbing peneliti
maupun kepada dosen pembahas.
2. Data Dislplay (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya. Penyajian
47
data dilakukan berdasarkan data telah terkumpul dari semua informan.
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya kemudian peneliti
menganalisis untuk selanjutnya dikategorikan mana yang diperlukan dan
dan tidak diperlukan.
Penyajian data dilakukan dalam bentuk teks naratif dan tabel yang
disajikan dengan sistematis untuk memberikan gambaran secara jelas
kepada pembaca. Setelah data diperoleh maka data tersebut disajikan
dalam bentuk informasi yang kemudian dikaitkan dengan dokumen yang
ada ataupun kerangka pemikiran yang menjadi panduan serta teori yang
digunakan. Sehingga semua informasi yang ditampilkan mempunyai
makna dan arti.
3. Conclusion Drawing/ Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Penarikan
kesimpulan dapa diambil setelah melakukan analisis mendalam pada
hasil penelitian. Dengan melakukan verifikasi, dapat terlihat apakah
rumusan masalah penelitian sudah terjawab, dan tujuan penelitian sudah
tercapai. Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan untuk menguji
kebenaran serta mencocokkan informasi yang ada untuk kemudian
diperoleh data yang valid dan jelas. Selain itu, penarikan kesimpulan
dilakukan untuk memberi deskripsi singkat dari banyaknya informasi
yang diperoleh serta mendapatkan informasi akhir.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kota Pagar Alam
1. Kondisi Geografis
Kota Pagar Alam adalah salah satu Kota dalam Propinsi Sumatera
Selatan yang dibentuk berdasarkan Undang – Undang Nomor 8 Tahun
2001 (Lembaran Negara RI Tahun 2001 Nomor 88, Tambahan Lembaran
Negara RI Nomor 4115) sebelumnya Kota Pagar Alam termasuk Kota
Administratif dalam lingkungan Kabupaten Lahat. Kota Pagar ALam
secara Geografis berada pada posisi 4o Lintang Selatan (LS) dan 103,15o
Bujur Timur (BT) dengan luas wilayah 63.366 Ha (633.66 Km2) dan
terletak sekitar 298 Km dari Palembang serta berjarak 60 Km di sebelah
barat daya dari ibukota Kabupaten Lahat.
Letak Kota Pagar Alam berbatasan dengan kecamatan – kecamatan yang
ada dalam Kabupaten Lahat Propinsi Sumatera Selatan yaitu sebagai
berikut :
a. Sebelah utara : Berbatasan dengan Kecamatan Jarai Kabupaten
Lahat.
b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Propinsi Bengkulu.
49
c. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kota Agung Kabupaten Lahat
d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Tanjung Sakti Kabupaten Lahat.
Sebagai atap Daerah Propinsi Sumatera Selatan, Kota Pagar Alam berada
pada ketinggian 100 – 1000 Mdl (Meter dari permukaan laut) dari luas
wilayah dataran tinggi di daerah ini berada dibawah kaki Gunung Dempo
+ 3159 Meter. Kota Pagar Alam mempunyai banyak sungai, diantaranya
sungai Lematang, sungai Selangis Besar, sungai Selangis Kecil, sungai
Air Kundur, sungai Betung, sungai Air Perikan sedangkan sungai
Endikat merupakan sungai yang membatasi dengan kecamatan Kota
Agung Kabupaten Lahat. Suhu di Kota Pagar Alam berkisar anatara 14o
C sampai dengan 34o C. Jarak wilayah kecamatan dengan desa/
kelurahan dengan ibukota pemerintahan. Kecamatan terdekat dengan
ibukota pemerintahan adalah Kecamatan Pagar Alam Utara sedangkan
kecamatan yang terjauh dari ibukota pemerintahan adalah Kecamatan
Dempo Selatan.
2. Iklim
Kota Pagar Alam yang terletak dibawah kaki Gunung Dempo pada
umumnya mempunyai hawa dingin (sejuk), memiliki 2 (dua) musim
yaitu musim kemarau dan musin hujan. Musim hujan rata - rata setiap
tahun berkisar antara Bulan Oktober s/d bulan Maret sedangkan musim
kemarau berkisar bulan April s/d September, penyimpangan kedua
musim tersebut terjadi setiap 5 tahun sekali dimana musim hujan berkisar
antara 2000 - 3000 mm dengan kelembaban udara berkisar antara 75-89
%.
50
3. Tanah
Bentuk permukaan tanah di daerah Kota Pagar Alam bervariasi dari
dataran sampai bergunung. daerah yang mempunyai dataran yang cukup
luas adalah Kecamatan Pagar Alam Selatan dan Kecamatan Pagar Alam
Utara sementara daerah yang mempunyai permukaan bergunung adalah
Kecamatan Dempo Utara, Kecamatan Dempo Selatan dan Dempo
Tengah mempunyai bentuk permukaan yang bergelombang. Tanah di
Kota Pagar Alam mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Tanah sawah terdiri dari : Sawah irigasi, tadah hujan
Tanah kering terdiri dari : Emlasement, Kebun, Kolam
Tanah Hutan terdiri dari : Hutan lebat, belukar, hutan lindung
Tanah Perkebunan : Tanah perkebunan Negara, Tanah Umum
Tanah fasilitas umum : Tanah untuk lapangan olahraga, tanam
rekreasi, jalur hijau,kuburan.
Keadaan tanah di Daerah Kota Pagar Alam pada umumnya tanah kelas 1
(satu) yang mengandung kesuburan tanah yang tinggi, hal ini terbukti
Daerah Kota Pagar Alam merupakan daerah penghasil sayur-mayur,
buah-buahan dan merupakan salah satu Sub Terminal Agribisnis (STA)
di Propinsi Sumatera Selatan, selain itu keadaan tanah di daerah ini
mengandung bahan Andozol yang terdapat di Kecamatan Pagar Alam
Utara, Pagar Alam Selatan, Dempo Utara, Dempo Selatan dan Dempo
Tengah. Kota Pagar Alam selain daerah pertanian juga merupakan
potensi mineral dan bahan tambang. Bahan tambang golongan C yang
51
sudah diusahakan oleh rakyat seperti : tanah liat, pasir, batu kali/gunung
yang terdapat di Kecamatan Dempo Selatan.
B. Gambaran Umum DPRD Kota Pagaralam
1. Keanggotaan
a. Anggota DPRD berjumlah 25 orang.
b. Keanggotaan DPRD di resmikan dengan keputusan Gubernur
berdasarkan usul Walikota sesuai laporan dari KPU Kota Pagaralam.
c. Anggota DPRD berdomisili di Kota Pagaralam.
d. Masa jabatan anggota DPRD adalah 5 (lima) tahun terhitung mulai
tanggal pengucapan sumpah/janji anggota DPRD dan berakhir pada
saat anggota Kota yang baru mengucapkan sumpah/janji.
2. Hak DPRD
a. DPRD mempunyai hak:
1) Interpelasi
2) Angket
3) Menyatakan pendapat
b. Hak interpelasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
hak anggota DPRD untuk meminta keterangan kepada walikota
mengenai kebijakan pemerintaha yang penting dan strategis serta
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
c. Hak angket sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah hak
DPRD untuk melakukan penyelidikan terhadap kebijakan pemerintah
daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada
52
kehidupan bermasyarakat, daerah, dan negara yang diduga
bertentangan dengan ketentuan perundang-undangan.
d. Hak menyatakan pendapat sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c
adalah hak DPRD untuk menyatakan pendapat terhadap kewajiban
walikota atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di daerah
disertai dengan rekomendasi penyelesaiannya atau sebagai tindak
lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket.
3. Hak Anggota DPRD
Anggota DPRD mempunyai hak:
a. Mengajukan RAPERDA
b. Mengajukan Pertanyaan
c. Menyampaikan usul dan pendapat
d. Memilih dan dipilih
e. Membela diri
f. Imunitas
g. Mengikuti orientasi dan pendalaman tugas
h. Keuangan dan administratif
4. Kewajiban Anggota DPRD
a. Memegang teguh dan mengamalkan pancasila.
b. Melaksanakan undang-undangn dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 dan mentaati peraturan perundang-undangan.
c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional dan keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
53
d. Mendahulukan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi,
kelompok, dan golongan.
e. Memeperjuangkan peningkatan kepentingan rakyat.
f. Mentaati prinsip Demokrasi dalam menyelenggarakan Pemerintahan
daerah.
g. Mentaati tata tertib dan kode etik.
h. Menjaga etika dan norma dalam hubungan kerja dan lembaga lain
dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah.
i. Menyerap dan menghimpun aspirasi konstitusi melalui kunjungan
kerja secara berkala maupun reses.
j. Menampung dan menindaklanjuti aspirasi dari pengaduan
masyarakat.
5. Produk Hukum DPRD Kota Pagaralam
Produk hukum DPRD terdiri dari :
a. Peraturan daerah.
b. Keputusan DPRD.
c. Keputusan Pimpinan.
Peraturan daerah dan keputusan DPRD ditetapkan dalam Rapat
Paripurna, sedangkan keputusan pimpinan DPRD ditetapkan berdasarkan
dasil keputusan rapat panitia musyawarah.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Faktor Penghambat
Kinerja Fungsi Legilasi DPRD Kota Pagaralam, maka peneliti dapat
menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. DPRD Kota Pagaralam dalam melaksanakan fungsi legislasi belum
maksimal, hal tersebut dapat dilihat dari hasil observasi dan wawancara
peneliti secara mendalam menemukan belum ada peraturan daerah yang
diajukan berdasarkan inisiatif pihak DPRD Kota Pagaralam.
2. Faktor penghambat yang mempengaruhi kinerja fungsi legislasi DPRD
Kota Pagaralam periode 2014-2019, yaitu:
a. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) meliputi latarbelakang dari
jenjang pendidikan formal dan non formal yang pernah di lalui
anggota DPRD Kota Pagaralam tersebut.
b. Faktor Data dan Informasi meliputi tidak masksimalnya DPRD Kota
Pagaralam dalam menjaring aspirasi masyarakat pada masa reses
sehingga tidak mampu menciptakan inovasi kebijakan dan DPRD
Kota Pagaralam tidak memperhatikan undang-undang yang
82
berkaitan dengan tugas dan fungsinya terutama dalam hal ini fungsi
legislasi.
c. Faktor Pengalaman yang mempengaruhi kinerja DPRD Kota
Pagaralam dalam fungsi legislasi diantaranya yaitu latar belakang
pendidikan formal (SD sampai dengan Perguruan Tinggi ) dan non
formal (Pelatihan/Seminar) serta latarbelakang pekerjaan berkaitan
dengan kemampuan anggota DPRD dalam menganalisa dan
memahami kebutuhan masyarakat agar dapat dijadikan suatu inovasi
kebijakan/Peraturan Daerah (Perda).
3. Pengalaman di DPRD berpengaruh signifikan dan positif terhadap peran
DPRD dalam fungsi legislasi di daerah.
B. Saran
1. Untuk DPRD Kota Pagaralam sebaiknya perlu mengadakan pelatihan
atau workshop tentang penyusunan peraturan daerah, terutama bagi
anggota DPRD yang kemampuan ilmunya berbeda dengan bidang dan
tugasnya. Ini menjadi penting karena untuk membekali anggota DPRD
tentang Teknik legal drafting sehingga dapat memahami tata cara
penyusunan suatu peraturan daerah dan menunjang pelaksanaan fungsi
legislasi DPRD Kota Pagaralam.
2. Guna memudahkan fungsi legislasi, sebaiknya DPRD dapat
menyelenggarakan kerja sama dengan institusi diluar DPRD Kota
Pagaralam seperti Perguruan Tinggi, yang memiliki tenaga ahli
dibidangnya masing-masing. Tenaga ahli bertugas melakukan pengkajian
83
guna memberikan masukan bagi DPRD Kota Pagaralam sehingga tidak
salah dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya pada saat pengambilan
keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar & Usman. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta
Asshiddiqie, Jimly. 2005. Format Kelembagaan Negara dan PergeseranKekuasaan dalam UUD 1945. Yogyakarta: FH UII Press
__________. 2006. Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta:Sekretariat dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI
Budiarjo, Mariam. 2003. “Dasar-Dasar Ilmu Politik”. Jakarta. Gramedia
Dwiyanto, Agus. dkk. 2002. Reformasi Birokrasi di Indonesia. Yogyakarta. PusatStudi Kependudukan dan dan Kebijakan. UGM.
__________. 2006. Konsep Kinerja Organisasi Publik. Jakarta. Jaya Abadi.
Dwiyanto. Agus. 2006. Mewujudkan Good Geovernance Melalui PelayananPublic. Yogyakarta: UGM Press
Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif (dasar-dasar dan aplikasi). Malang:Ya3 Malang
Hamidi, Jazim.2011. Optik Hukum Peraturan Daerah Bermasalah: MenggagasPeraturan Daerah yang Responsif dan Berkesinambungan. Jakarta: PrestasiPustakarayah
Islamy, M. Irfan. 2004. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta.Sinar Grafika
Koentjaraningrat,1990. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Legowo, T.A. 2006. Reformasi Parlemen Indonesia. Dalam Piliang. Indra J danT.A. Legowo (Edit). Desain Baru Sistem Politik Indonesia. Jakarta: CenterFor Strategic And International Studies.
Marbun. 2004. Pokok-Pokok Hukum Administrasi. Malang: Bayumedia
Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta.
Napitupulu, Aimin. 2007. Menuju Pemerintahan Perwakilan. PT. Alumni.Bandung.
Nawawi, Hadari. 2001. Metode penelitian bidang sosial. Yogyakarta : GadjahMada University
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Oka, Mahendra. 2006. Reformasi pembangunan hukum dalam perspektifperaturan perundang-undangan. Jakarta. Departemen Hukum dan HAM.
Prawirosentono, Suryadi. 1999. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE.
__________. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia: Kebijakan KinerjaKaryawan. Edisi 1. Cetakan Kedelapan. Yogyakarta: BPFE.
Sanit, Arbi. 2005. Sistem Politik Indonesia. Jakarta. RajaGrafindo Persada.
Solichin, Abdul Wahab. 2001. Analisis Kebijakan dari Formulasi keImplementasi. Kebijakan Negara. Edisi Kedua. Jakarta : Bumi Aksara
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. kualitatif dan R & D. Bandung:Alfabeta
__________. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif. Kualitatif. dan R&D. Bandung:Alfabeta
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta. Grasindo
Skripsi :
Aryanti Dwi. Teni. 2010.Pelaksanaan Fungsi Legislasi Dewan PerwakilanRakyat Daerah Kabupaten Ngawi. Universitas sebelas maret. Surakarta
Jurnal :
Irsan. Meria Utama . Iza Rumesten RS. Dalam jurnal yang berjudul “Pengaturan Fungsi Pengawasan DPRD terhadap Implementasi PeraturanDaerah. Jurnal ilmu politik.Vol.11. No. 1. tahun 2013. hlm. 1-70
Asfi Manzilati. Dalam jurnal yang berjudul ” Penguatan Fungsi LegislatifDan Evaluasi Kinerja Bidang Penganggaran”. Journal of IndonesianApplied Economics.. Vol. 5 No. 2 Oktober 2011. hal 252-268
Achmadudin Rajab. Dalam Jurnal yang berjudul ”Penguatan FungsiLegislasi DPRD Kabupaten/Kota”. Journal Rechtsvinding.Vol 5 No 3Tahun 2016 hal 1-6
Tardjono, Heriyono. 2016”Degradasi Kewenangan Legislasi BadanLegislasi DPR RI Pasca Revisi UU No 27 Tahun 2009 tentang MPR,DPR,DPD dan DPRD”. Journal Renaissance. Vol. 1 No 01 hal 11-16