Faktor Fisika Perairan
-
Upload
dahliana-rao -
Category
Documents
-
view
54 -
download
1
Transcript of Faktor Fisika Perairan
Faktor Fisika Perairan
a. Kecerahan
Cahaya matahari merupakan sumber energi yang utama bagi kehidupan jasad termasuk
kehidupan di perairan karena ikut menentukan produktivitas perairan. Intensitas cahaya matahari
merupakan faktor abiotik utama yang sangat menentukan laju produktivitas primer perairan,
sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis (Boyd,1982 dalam Irawan, 2009).
Kecerahan air penting artinya bagi kehidupan organisme perairan. Kecerahan merupakan
ukuran untuk mengetahui daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan. Tingkat kecerahan
yang baik berkisar antara 30–65 cm yang mendukung untuk produktifitas organisme akuatik
(Boyd dan Licthkoppler, 1979 dalam Suwondo dkk, 2005).
b. Suhu
Hardjojo dan Djokosetiyanto (2005) dalam Irawan (2009), menyatakan bahwa suhu air
normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan metabolisme dan
berkembangbiak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat penting di air, karena bersama-sama
dengan zat/unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, dan bersama-
sama dengan tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air.
Kelarutan berbagai jenis gas di dalam air semua aktivitas biologis dan fisiologis di dalam
ekosistem sangat dipengaruhi oleh suhu. Suhu mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kelarutan oksigen di dalam air, apabila suhu air naik maka kelarutan oksigen di dalam air
menurun (Sastrawijaya, 2000 dalam Sinaga, 2009).
c. Kecepatan Arus
Menurut Barus (2001) dalam Irawan dkk (2009) , arus air adalah faktor yang mempunyai
peranan yang sangat penting baik pada periran letik maupun pada perairan lentik. Hal ini
berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral yang terdapat di dalam
air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal. Arus air pada perairan lotik umumnya
bersifat tusbulen yaitu arus air yang bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke
seluruh bagian dari perairan.
Menurut Hutabarat dan Stewart (2008) dalam Suwondo dkk (2005), arus merupakan
gerakan air yang sangat luas terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus-arus ini mempunyai arti
yang sangat penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal.
d. Warna Air
Warna air merupakan salam satu unsur dari parameter fisika terhadap standar persyaratan
kualitas air (Darmayanto, 2009). Warna air merupakan hasil refleksi kembali dari berbagai
panjang gelombang cahaya sejumlah material yang berada dalam air yang tertangkap oleh mata.
Material dalam air dapat berupa jumlah zat tersuspensi (TDS) (Pemuji dan Anthonius, 2010
dalam Suwondo, 2005).
e. Kekeruhan
Perubahan warna dan peningkatan kekeruhan air dapat diketahui secara visual, sedangkan
penciuman dapat mendeteksi adanya perubahan bau pada air serta peraba pada kulit dapat
membedakan suhu air, selanjutnya rasa tawar, asin dan lain sebagainya dapat dideteksi oleh lidah
(indera perasa) (Hardjojo dan Djokosetiyanto, 2005; Effendi, 2003 dalam Irawan dkk, 2009).
Kekeruhan merupakan sifat fisik air yang tidak hanya membahayakan ikan tetapi juga
menyebabkan air tidak produktif karena menghalangi masuknya sinar matahari untuk
fotosintesa. Kekeruhan ini disebabkan air mengandung begitu banyak partikel tersuspensi
sehingga merubah bentuk tampilan menjadi berwarna dan kotor.
Menurut Nybakken (1992) dalam Siagian (2009), menyatakan bahwa adanya zat-zat
tersuspensi dalam perairan akan menimbulkan kekeruhan pada perairan tersebut dan kekeruhan
ini akan mempengaruhi ekologi dalam hal penurunan cahaya yang mencolok.
f. Kedalaman
Kedalaman perairan dimana proses fotosintesis sama dengan proses respirasi disebut
kedalaman kompensasi. Kedalaman kompensasi biasanya terjadi pada saat cahaya di dalam
kolom air hanya tinggal 1 % dari seluruh intensitas cahaya yang mengalami penetrasi
dipermukaan air. Kedalaman kompensasi sangat dipengaruhi oleh kekeruhan dan keberadaan
awan sehingga berfluktuasi secara harian dan musiman (Effendi, 2003 dalam Irawan dkk, 2009).
Cahaya matahari dibutuhkan tumbuhan air (fitoplankton) untuk proses assimilasi. besar nilai
penetrasi cahaya ini dapat diidentikkkan dengan kedalaman air yang memungkinkan masih
berlangsungnya proses fotosintesis (Nybakken, 1988 dalam Siagian, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Fathuddin, M.Iqbal Djawad1 dan Liestiaty Fachruddin. 2010. Konsumsi Oksigen Juvenil Ikan
Bandeng (Chanos Chanos Forskall) Terhadap Air Tercemar Seng (Zn). ISSN: 1411-4674
Irawan. 2009. Faktor-faktor penting dalam proses pembesaran ikan di Fasilitas Nursery
dan Pembesaran.http://www.sith.ieb.ac.id.Diakses pada 28 November 2010 pukul
15.00 WIB
Leugeu. 2010. Ruang Lingkup Akuakultur. http://itc.IPB.ac.id/jspus/bristream Diakses 18
Desember 2010 pukul 20.24 WIB
Sembiring.2008.Keanekargaman dan Kelimpahan Ikan serta keterkaitan dengan faktor fisik
kimia di perairan pantai labu.http://respisitory.ac.id.Diakses 18 Desember 2010 pukul 17.16 WIB
Siagian, Cypriana. 2009. Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan serta Keterkaitannya dengan
Kualitas Perairan di Danau Toba Balige Sumatra Utara
Sinaga, S. S. 2010. Hubungan Produktivitas Primer.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16119/4/Chapter%20II.pdf Diakses tanggal 19
desember 2010 pukul 11.29 WIB
Sinaga, Tiorense. 2009. Keanekaragaman Makrozoobentos sebagai Indikator Kualitas
Perairan Danau Toba Balige Kabupaten Toba Samosir
Suwondo, Yuslim Fauziah, Syafrianti, dan Sri Wariyanti. 2005. Akumulasi Logam
Cupprum (Cu) Dan Zincum (Zn) Di Perairan Sungai Siak Dengan
Menggunakan Bioakumulator Eceng Gondok (Eichhornia crassipes)
Widiyanti, Ni Luh Putu Manik dan Ni Putu Ristiati. 2004. Analisis Kualitatif Bakteri Koliform
Pada Depo Air Minum Isi Ulang Di Kota Singaraja Bali. Vol 3 No 1, April 2004 : 64 – 73.
http://www.ekologi.litbang.depkes.go.id/data/vol%203/Ni%20Putu%20_2.pdf. Diakses 19
Desember 2010 pukul 11.45 WIB
Yustina. 2001. Keanekaragaman Jenis Ikan Di Sepanjang Perairan Sungai Rangau, Riau Sumatra