Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

97

Transcript of Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

Page 1: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...
Page 2: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

i

ABSTRAKSI

Tingginya Partisipasi pemilih merupakan salah satu indikatorkesuksesan Pemilu maupun Pilkada. Karena bagaimanapun dengan tingginyapartisipasi pemilih dalam sebuah pelaksanaan Pemilu hal ini menunjukkantingginya keinginan perubahan serta partisipasi politik masyarakat dalamsebuah sistem demokrasi. Berkaca pada data statistik patisipasi pemilih daribeberapa Pemilu sebelumnya, Kabupaten Sambas sebagai salah satu wilayahotonom mempunyai catatan sendiri yang harus diperbaiki dan ditingkatkankhususnya dalam angka partisipasi pemilih pada proses Pemilu

Berdasarkan data partisipasi tingkat pemilih Pemilihan UmumLegislatif Anggota DPR, DPD, DPRD 2004, 2009 sera 2014 menunjukkanbahwa tingkat partisipasi pemilih masyarakat kabupaten sambas tergolongtidak terlalu baik. Hal ini dibuktikan dari tingkat rata-rata partisipasi pemilih dikabupaten Sambas pada tahun 2014 sebesar 67,51% atau hanya meningkat0,78% dari Pemilu sebelumnya tahun 2009 yakni 66,73%. Namun jikadibanding dengan Pemilu tahun 2004 justru angka ini mengalami penurunansebesar 10,79% dimana rata-rata angka partisipasi pemilih pada Pemilu tahun2004 yakni sebesar 78,30%. Artinya harus dilakukan upaya untukmeningkatkan partisipasi pemilih di Kabupaten Sambas

Secara harfiah partisipasi berarti keikutsertaan, untuk memaknaipartisipasi dalam konteks politik, atau dapat dikatakan sebagai bentukkeikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Keikutsertaan warga yangdimaksud adalah kemauan warga untuk melihat, mengkritisi serta ikutterlibat secara aktif dalam setiap proses politik.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, denganpendekatan Kuantitatif dimana tujuan dari metode ini adalah untukmenggambarkan kondisi obyek penelitian berdasarkan data dan fakta yang ada,yang kemudian dilakukan analisis dengan metode kuantitatif terhadap obyekpenelitian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor administrasi dan teknismempunyai skor nilai paling rendah yakni sebesar 1,75. Hal ini memberikanbukti bahwa faktor administrasi dan teknis adalah faktor yang paling dominanmenyebabkan rendahnya partisipasi pemilih di Kabupaten Sambas. Adapunfaktor berikutnya adalah faktor sosialisasi yang mencapai skor nilai 1,98 danterakhir adalah pada faktor politik yang mencapai nilai 2,11.

Beradasarkan hasil temuan dilapangan dan terdapat beberaparekomendasi dan saran yang ingin peneliti sampaikan sebagai berikut:

1. Pemerintah melalui KPU dan KPUD hendaknya menyusun danmensingkronisasikan DPT yang disesuaikan dengan kondisi dan domisilipenduduk. Hal ini dalam rangka mengurangi rendahnya angka partisipasipemilih yang disebabkan oleh masalah teknis dan administrasi.

2. Pemerintah melalui KPU dan KPUD hendaknya membuat regulasi yangjelas terhadap mekanisme suara/pergantian suara pada masyarakat yangterdaftar sebagai DPT namun tidak berada di tempat pada saat pemungutansuara.

Page 3: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

ii

3. Pemerintah melalui KPU dan KPUD hendaknya membentuk tim khususyang bertugas memberikan sosialisasi dan edukasi pada masyarakatutamanya untuk menangani pemilih pemula maupun pemilih yang sudahberpengalaman, mulai dari mengenalkan peraturan, mempersiapkan,membimbing mereka dalam menggunakan hak pilih secara baik, mandiridan bertanggung jawab. Hal ini untuk menghindari rusaknya suara danhilangnya hak pilih bagi masyarakat.

4. Pemerintah melalui KPU dan KPUD hendaknya menyediakan media dalammemberikan pendidikan politik dan membuka akses informasi politik yangmudah, efektif dan berkesinambungan bagi masyarakat sebagai upayamemberikan pemahaman politik yang komprehensif pada masyarakat

Sambas, 10 Juli 2015

Tim Peneliti

Page 4: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

iii

KATA PENGANTAR

Laporan Penelitian ini merupakan salah kegiatan dari pelaksanaan penelitian

tentang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat

dalam pemilihan Umum di Kabupaten Sambas.

Disusunnya laporan ini adalah sebagai laporan akhir untuk menerangkan

gambaran kegiatan penelitian yang sudah dilakukan. Dalam laporan ini terdiri dari

4 (empat) bab yang meliputi Bab I Pendahuluan, Bab 2 Gambaran Lokasi

Penelitian dan Bab 3 Analisis dan Pembahasan Bab 4 Penutup.

Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran kegiatan ini

secara langsung atau tidak langsung, kami ucapkan terima kasih.

Sambas, 10 Juli 2015

Tim Peneliti

Page 5: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

iv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

DAFTAR ISI................................................................................................. vi

BAB I. PENDAHULUAN ...................................................................... .......... 1

A. Latar Belakang .............................................................................. 1

B. Perumusan Masalah ...................................................................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................. ......... 6

D. Ruang Lingkup .............................................................................. 7

E. Kerangka Konsep dan Teori .......................................................... 8

F. Metode Penelitian .......................................................................... 20

BAB II. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN............................................... 28

A. Gambaran Umum Kabupaten Sambas...................................... 28

B. Gambaran Umum Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam

Pemilihan Umum di Kabupaten Sambas.................................. 38

BAB III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN...................................................... 52

A. Karakteristik Responden................................... ............................. 52

B. Tanggapan Responden Terhadap Faktor-Faktor Mempengaruhi

Partisipasi Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Di Kabupaten

Sambas .......................................................................................... 64

C. Analisis Indeks Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Umum...... 78

Page 6: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

v

BAB V. PENUTUP............................................................................................ 84

A. Kesimpulan..................................................................................... 84

B. Rekomendasi dan Saran ................................................................ 86

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 87

LAMPIRAN............................................................................................................. 89

Page 7: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilu merupakan salah satu tonggak penting yang

merepresentasikan kedaulatan rakyat, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak

ada negara demokrasi tanpa memberikan peluang adanya pemilihan umum

yang dilakukan secara sistematik dan berkala. Oleh karenanya Pemilu

digolongkan juga sebagai elemen terpenting dalam sistem demokrasi. Apabila

suatu negara telah melaksanakan proses Pemilu dengan baik, transparan, adil,

teratur dan berkesinambungan, maka negara tersebut dapat dikatakan

sebagai negara demokratis. Namun sebaliknya apabila suatu negara tidak

melaksanakan Pemilu atau tidak mampu melaksanakan Pemilunya dengan

baik, dimana terjadinya berbagai kecurangan, deskriminasi, maka negara

itu pula dinilai sebagai negara yang anti atau belum demokratis.

Indonesia, sebagai sebuah bangsa besar telah melewati suatu babak

baru dalam pelaksanaan demokrasi. Bahwa saat ini pemilihan umum mulai dari

pemilihan anggota legislatif sampai pada pemilihan presiden dan wakil

presiden, gubernur dan wakil gubernur serta bupati dan wakil bupati boleh

dikatakan berjalan dengan lancar serta terlaksana dengan aman, jujur dan adil.

Pemilu yang dilaksanakan secara langsung oleh rakyat dengan memilih

kandidat-kandidat baik dari calon legislatif maupun calon eksekutif,

memberikan kebebasan kepada rakyat untuk memilih sendiri kandidatnya.

Page 8: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

2

Mekanisme ini dianggap sebagai wujud kedaulatan rakyat karena

memberikan kesempatan kepada rakyat agar dapat ikut menentukan siapa

yang mewakili mereka didalam pemerintah. Dikeluarkannya aturan dan

perundang-undangan tentang Pemilu dan Pilkada secara langsung merupakan

sebuah proses sekaligus jaminan keberlangsungan dalam aktivitas demokrasi

di Republik Indonesia. Hal ini memberikan rasa optimisme terhadap

perbaikan kualitas kepemimpinan disebuah daerah, utamanya dalam proses

pemilihan gubernur wakil gubernur serta bupati dan wakil bupati dalam sebuah

proses Pilkada. Selain itu Pemilu/Pilkada juga merupakan sebuah momentum

pembelajaran politik bagi masyarakat.

Harapan terhadap kualitas pelaksanaan Pemilu atau Pilkada sangat

tinggi dengan mengedepankan prinsip-prinsip transparansi, partisipasi,

egalitarian, supremasi hukum, dan representasi yang maksimal dan optimal

dalam penyelenggaraan. Proses Pemilu atau Pilkada membutuhkan

keterlibatan masyarakat yang bukan hanya sekedar memilih saja, namun juga

akses masyarakat untuk ikut serta secara langsung dalam menentukan

calon kepala daerah yang bakal dijadikan sebagai pemimpin mereka.

Disisi lain sesempurna apapun proses Pemilu atau Pilkada, hal yang

paling utama dan harus terlibat adalah masyarakat itu sendiri. Karena

bagaimanapun masyarakat merupakan input sekaligus output dari proses

Demokrasi. Oleh itu keterlibatan dan partisipasi masyarakat menjadi hal yang

harus di perhatikan dan ditingkatkan dari waktu ke waktu.

Page 9: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

3

Secara sederhana, konsep demokrasi dapat diartikan sebagai suatu

pemerintahan yang berasal dari, oleh dan untuk rakyat. Karenanya salah

satu pilar demokrasi adalah partisipasi rakyat itu sendiri. Bentuk partisipasi

politik yang sangat penting dilakukan oleh warga negara adalah

keikutsertaan dalam pemilihan umum. Partisipasi politik merupakan

kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif

dalam kehidupan politik, antara lain dengan jalan memilih pimpinan

negara dan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan

publik (public policy). Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam

proses politik, misalnya dalam pemilihan umum, melakukan tindakan yang

didorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan itu kepentingan mereka

akan tersalurkan atau sekurang-kurangnya diperhatikan, dan bahwa mereka

sedikit banyak dapat mempengaruhi tindakan dari wakil rakyat yang telah

mereka pilih.

Akan tetapi masalah terbesar dalam Pemilu dan Pilkada bukanlan

hanya pada sistem Pemilu itu sendiri melainkan hal yang sangat krusial adalah

terkait pendidikan politik serta pemahaman masyarakat untuk berpartisipasi

dalam pemilihan umum. Padahal pendidikan politik serta pemahaman

masyarakat terhadap pentingnya Pemilu dan Pilkada sangat urgen untuk

mendorong partisipasi masyarakat serta kesuksesan Pemilu itu sendiri.

Tingginya Partisipasi pemilih merupakan salah satu indikator

kesuksesan Pemilu maupun Pilkada itu sendiri. Karena bagaimanapun dengan

tingginya partisipasi pemilih dalam sebuah pelaksanaan Pemilu hal ini

Page 10: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

4

menunjukkan tingginya keinginan perubahan serta partisipasi politik

masyarakat dalam sebuah sistem demokrasi.

Berkaca pada data statistik patisipasi pemilih dari beberapa Pemilu

sebelumnya, Kabupaten Sambas sebagai salah satu wilayah otonom

mempunyai catatan sendiri yang harus diperbaiki dan ditingkatkan khususnya

dalam angka partisipasi pemilih pada proses Pemilu. Untuk lebih jelasnya

berikut ini disajikan data tingkat partisipasi pemilih pada Pemilihan Umum

Legislatif Anggota DPR, DPD, DPRD 2004, 2009 sera 2014.

Tabel 1.1Persentasi Tingkat Partisipasi Pemilih

Pada Pemilu DPR, DPD dan DPRD Tahun 2004, 2009 dan 2014Di Kabupaten Sambas

No Kecamatan Persentasi Tingkat Partisipasi Pemilih2004 2009 2014

1 SAMBAS 77.55 68.52 70.172 TELUK KERAMAT 75.46 69.74 69.253 JAWAI 73.85 64.32 61.334 TEBAS 75.69 65.70 65.955 PEMANGKAT 82.45 59.85 65.326 SEJANGKUNG 80.03 66.62 69.007 SELAKAU 82.64 63.02 64.498 PALOH 80.93 69.71 69.199 SAJINGAN BESAR 86.44 68.79 64.6510 SUBAH 83.72 75.32 79.1711 GALING 84.01 78.79 81.7612 TEKARANG 76.03 68.46 66.2413 SEMPARUK 77.53 65.43 70.5914 SAJAD 60.51 61.7915 SEBAWI 66.68 61.9216 JAWAI SELATAN 61.39 58.0417 TANGARAN 69.05 65.1918 SALATIGA 67.39 71.8319 SELAKAU TIMUR 67.91 74.52

Sumber: Data KPU 2015.

Page 11: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

5

Berdasarkan data partisipasi tingkat pemilih Pemilihan Umum

Legislatif Anggota DPR, DPD, DPRD 2004, 2009 sera 2014 menunjukkan

bahwa tingkat partisipasi pemilih masyarakat kabupaten sambas tergolong

tidak terlalu baik. Hal ini dibuktikan dari tingkat rata-rata partisipasi pemilih di

kabupaten Sambas pada tahun 2014 sebesar 67,51% atau hanya meningkat

0,78% dari Pemilu sebelumnya tahun 2009 yakni 66,73%. Namun jika

dibanding dengan Pemilu tahun 2004 justru angka ini mengalami penurunan

sebesar 10,79% dimana rata-rata angka partisipasi pemilih pada Pemilu tahun

2004 yakni sebesar 78,30%. Artinya harus dilakukan upaya untuk

meningkatkan partisipasi pemilih di Kabupaten Sambas.

Berdasarkan tabel 1.1 diatas juga menunjukkan bahwa kecamatan

yang paling rendah angka partisipasi pemilihnya dalam pemilihan umum tahun

2014 adalah Kecamatan Jawai Selatan, bahwa rata-rata angka partsipasi

pemilih tersebut hanya mencapai angka 58,04% diikuti Kecamatan Jawai

dimana angka partisipasi pemilih di Kecamatan Jawai hanya sebesar 61,33%.

Adapun angka partisipasi pemilih pada yang paling tinggi Pemilu tahun 2014

di Kabupaten Sambas adalah pada Kecamatan Galing yang mencapai angka

81,76 % selanjutnya diikuti oleh Kecamatan Subah mencapai angka 79,17%.

Partisipasi masyarakat merupakan keharusan dalam mewujudkan

pemerintahan yang demokratis, oleh karena itu pertanyaannya adalah

bagaimana agar partisipasi masyarakat ini bisa muncul, serta rendahnya

partisipasi masyarakat untuk mengikuti Pemilu bisa diminimalisir? Tentu saja

jawabannya tidak semudah membalikan telapak tangan, harus dicarikan

Page 12: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

6

solusi. Harus ada ikhtiar yang harus diupayakan menuju optimalisasi partisipasi

tersebut. Terkadang keinginan untuk berpartisipasi dari masyarakat sangat

besar, tetapi untuk mengaktualisasikan partisipasi seringkali disalah artikan

dan tidak faham bagaimana mekanismenya? jika hal tersebut dibiarkan maka

kemungkinan yang timbul adalah kekerasan, karena partisipasi masyarakat

dalam pemerintahanan berarti masyarakat bekerja sebagai patner (mitra)

pemerintah itu sendiri.

B. Perumusan Masalah

Adapun Masalah dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang

mempengaruhi partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Umum di Kabupaten

Sambas?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berlandaskan rumusan masalah tersebut maka dapat di uraikan tujuan

dan manfaat yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut.

a. Tujuan

Adapun tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa

saja yang mempengaruhi partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan

Umum di Kabupaten Sambas. Adapun sub tujuan dari penelitian ini

adalah:

1) Melakukan pemetaan terhadap indikator yang dijadikan

pertimbangan masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilihan

umum.

Page 13: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

7

2) Melakukan pemetaan masyarakat terhadap pemahaman dan

partisipasi masyarakat Kabupaten Sambas dalam pemilihan umum.

b. Manfaat

Adapun manfaat penelitian ini meliputi:

1) Penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran dan

sebagai panduan bagi pihak terkait untuk membuat, melakukan dan

melaksanakan kebijakan pendidikan politik bagi masyarakat dalam

meningkatkan partisipasi pemilih masyarakat di Kabupaten

Sambas.

2) Tersedianya basis data dalam bentuk dokumen tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat Kabupaten

Sambas dalam pemilihan umum.

D. Ruang Lingkup Kegiatan

Dalam upaya untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

partisipasi masyarakat Kabupaten Sambas dalam pemilihan umum,

kegiatan akan difokuskan meliputi:

a. Melakukan Penyebaran angket atau kuisioner pada masyarakat dengan

menemui secara langsung terkait partisipasi masyarakat Sambas

dalam Pemilu dan Pilkada yang menjadi fokus dalam penelitian ini.

b. Menghimpun data-data sekunder yang mendukung penelitian ini

untuk menjawab terkait partisipasi masyarakat Sambas dalam Pemilu

dan Pilkada.

Page 14: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

8

c. Menyajikan data terukur dan tersturktur mengenai partisipasi

masyarakat Sambas dalam Pemilu dan Pilkada di kabupaten Sambas

berdasarkan kondisi lapangan.

d. Membuat rekomendasi strategik berdasarkan data dan temuan

lapangan sebagai hasil penelitian guna meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam Pemilu dan Pilkada di Kabupaten Sambas.

E. Kerangka Konsep dan Teori

Kajian perilaku pemilih hanya ada dua konsep utama, yaitu; perilaku

memilih (voting behavior) dan perilaku tidak memilih (non voting behavior).

David Moon mengatakan ada dua pendekatan teoritik utama dalam

menjelaskan prilaku non-voting yaitu: pertama, menekankan pada karakteristik

sosial dan psikologi pemilih dan karakteristik institusional sistem Pemilu; dan

kedua, menekankan pada harapan pemilih tentang keuntungan dan kerugian

atas keputusan mereka untuk hadir atau tidak hadir memilih (dalam

Hasanuddin M. Saleh; 2007).

Secara harfiah partisipasi berarti keikutsertaan, untuk memaknai

partisipasi dalam konteks politik, atau dapat dikatakan sebagai bentuk

keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Keikutsertaan warga yang

dimaksud adalah kemauan warga untuk melihat, mengkritisi serta ikut

terlibat secara aktif dalam setiap proses politik (baca: Pilkada atau

Pemilu). Keterlibatan tersebut bukan berarti warga akan mendukung

seluruh keputusan, kebijakan maupun pelaksanaan kebijakan yang akan dan

telah ditetapkan oleh pemimpinnya. Jika terjadi sebaliknya maka kondisi ini

Page 15: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

9

tidak bisa dikatakan sebagai partisipasi, namun yang lebih tepat adalah

mobilisasi politik (Huntington& Nelson 1994:2-5).

Partisipasi politik yang dimaksud adalah keterlibatan warga dalam

segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak perencanaan, pembuatan

keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang

untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan. Peran warga dalam

partisipasi politik tersebut, selama ini bisa dikatakan masih sangat kurang

(Gatara & Dzulkiah Said 2007:90-91).

Hasil penelitian Tauchid Dwijayanto dalam kasus Pilkada Jawa

Tengah menyatakan ada tiga hal yang menyebabkan terjadinya golput yaitu

lemahnya sosialisasi, masyarakat lebih mementingkan kebutuhan ekonomi dan

sikap apatisme masyarakat. Berdasarkan hasil temuan Efniwati ada dua hal

yang menyebabkan pemilih golput yaitu faktor pekerjaan dan faktor lokasi

TPS. Kemudian Eriyanto mengatakan ada empat alasan mengapa pemilih

golput yaitu karena administratif, teknis, rendahnya keterlibatan atau

ketertarikan pada politik (political engagement) dan kalkulasi rasional.

Kegiatan pemilihan umum (Pemilu) merupakan momen yang paling

tepat dalam melihat indikator pelaksanaan demokrasi di suatu wilayah. Namun

dalam beberapa Pemilu banyak orang-orang yang tidak memilih atau

menggunakan hak suaranya dalam Pemilu atau lebih dikenal dengan golput,

yang menyebabkan keberhasilan dalam Pemilu ini kurang efektif dari hasil

yang didapatkannya. Secara umum terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi orang melakukan golput, yaitu :

Page 16: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

10

1. Faktor Sosialisasi

Menurut Peter L. Berger, Sosialisasi adalah proses belajar untuk

menjadi anggota yang ikut berpartisipasi dalam masyarakat. Sementara

menurut David Gaslin Sosialisasi adalah proses belajar nilai dan norma

untuk menjadi anggota yang ikut aktif dalam masyarakat. Namun secara

umum sosialisasi dapat diartikan sebagai proses belajar kelompok tentang

aturan di dalam kelompok tersebut.

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan

atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah

kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi

sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses

sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.

2. Politik uang (Money Politic)

Money politic dalam Bahasa Indonesia adalah suap. Arti suap

dalam buku kamus besar Bahasa Indonesia adalah uang sogok. Suap dalam

bahasa arab adalah rishwah atau rushwah, yang yang berasal dari kata al-

risywah yang artinya sebuah tali yang menyambungkan sesuatu ke air. Al-

rosyi adalah orang memberi sesuatu yang batil, sedangkan murtasyinya

adalah yang menerima. Al-raisy adalah perantara keduanya sehingga

Rasulullah SAW melaknat kesemuanya pihak.

Menurut pakar hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Yusril

Ihza Mahendra, definisi money politic sangat jelas, yakni mempengaruhi

massa Pemilu dengan imbalan materi. Yusril mengatakan, sebagaimana

Page 17: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

11

yang dikutip oleh Indra Ismawan kalau kasus money politic bisa di

buktikan, pelakunya dapat dijerat dengan pasal tindak pidana biasa, yakni

penyuapan. Tapi kalau penyambung adalah figur anonim (merahasiakan

diri) sehingga kasusnya sulit dilacak, tindak lanjut secara hukum pun jadi

kabur.

Secara umum money politic biasa diartikan sebagai upaya untuk

mempengaruhi perilaku orang dengan menggunakan imbalan tertentu. Ada

yang mengartikan money politic sebagai tindakan jual beli suara pada

sebuah proses politik dan kekuasaan.

Pengertian politik uang adalah pertukaran uang dengan posisi/

kebijakan/keputusan politik yang mengatasnamakan kepentingan rakyat

tetapi sesungguhnya demi kepentingan pribadi/kelompok/partai. Politik

uang dalam Pemilu legislatif bisa dibedakan berdasarkan faktor dan

wilayah operasinya yaitu: Pertama, Lapisan atas yaitu transaksi antara elit

ekonomi (pemilik uang) dengan elit politik (pimpinan partai/calon

presiden) yang akan menjadi pengambil kebijakan/keputusan politik pasca

Pemilu nanti. Bentuknya berupa pelanggaran dana perseorangan.

Penggalangan dana perusahaan swasta, pengerahan dana terhadap

BUMN/BUMD. Ketentuan yang terkait dengan masalah ini berupa

pembatasan sumbangan dana kampanye. Kedua, Lapisan tengah yaitu

transaksi elit politik (fungsi onaris partai) dalam manentukan calon

legislatif/eksekutif dan urutan /pasangan calon. Bentuknya berupa uang

tanda jadi caleg, uang harga nomor, uang pindah daerah pemilihan dan

Page 18: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

12

lain-lain. Sayangnya tidak satu pun ketentuan peraturan perundangan

Pemilu yang memungkinkan untuk menjerat kegiatan tersebut (politik

uang). Semua aktivitas disini dianggap sebagai masalah internal partai.

Ketiga, Lapisan bawah yaitu transaksi antara elit politik (caleg dan

fungsionaris partai tingkat bawah) dengan massa pemilih. Bentuknya

berupa pembagian sembako, “Serangan fajar”, ongkos transportasi

kampanye, kredit ringan, peminjaman dan lain-lain. Dalam hal ini ada

ketentuan administratif yang menyatakan bahwa calon anggaota

DPRD/DPD (pasangan calon presiden dan atau tim kampanye yang

terbukti menjanjikan dana dan atau memberi materi lainnya untuk

mempengaruhi pemilih dapat dibatalkan pencalonannya oleh KPU.

Jadi, politik uang adalah suatu bentuk pemberian atau janji

menyuap seseorang baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk

memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu pada

saat pemilihan umum.

3. Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat adalah tempat terjadinya sebuah interaksi

suatu sistem dalam menghasilkan sebuah kebudayaan yang terikat oleh

norma-norma dan adat istiadat yang berlangsung dalam kurun waktu yang

lama.

4. Partisipasi politik

Partisipasi politik adalah secara harfiah berarti keikutsertaan, dalam

konteks politik ini mengacu pada keikutsertaan warga dalam berbagai

Page 19: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

13

proses politik. Keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik.

Keikutsertaan warga dalam proses politik tidaklah hanya berarti warga

mendukung keputusan atau kebijakan yang telah digariskan oleh para

pemimpinnya, karena kalau ini yang terjadi maka istilah yang tepat adalah

mobilisasi politik. Partisipasi politik adalah keterlibatan warga dalam

segala tahapan kebijakan, mulai dari sejak pembuatan keputusan sampai

dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta

dalampelaksanaan keputusan.

Merujuk pada pendapat Bismar Arianto (2011) bahwa alasan

rendahnya partisipasi masyarakat untuk memilih diklasifikasikan menjadi 2 hal

yakni faktor Internal dan faktor Eksternal. Untuk lebih jelasnya dalam

menjelaskan masalah tersebut berikut diuraikan sebagai berikut.

1. Faktor Internal

Adapun faktor internal itu sendiri meliputi 3 faktor utama yakni

a. Faktor Teknis

Faktor teknis yang penulis maksud adalah adanya kendala yang

bersifat teknis yang dialami oleh pemilih sehingga menghalanginya

untuk menggunakan hak pilih. Seperti pada saat hari pencoblosan

pemilih sedang sakit, pemilih sedang ada kegiatan yang lain serta

berbagai hal lainnya yang sifatnya menyangkut pribadi pemilih. Kondisi

itulah yang secara teknis membuat pemilih tidak datang ke TPS untuk

menggunakan hak pilihnya. Faktor teknis ini dalam pemahaman dapat di

klasifikasikan ke dalam dua hal yaitu teknis mutlak dan teknis yang bisa

Page 20: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

14

ditolerir. Teknis mutlak adalah kendala yang serta merta membuat

pemilih tidak bisa hadir ke TPS seperti sakit yang membuat pemilih tidak

bisa keluar rumah. Sedang berada di luar kota. Kondisi yang seperti yang

penulis maksud teknis mutlak. Teknis yang dapat ditolerir adalah

permasalahan yang sifatnya sederhana yang melakat pada pribadi pemilih

yang mengakibat tidak datang ke TPS. Seperti ada keperluan keluarga,

merencanakan liburan pada saat hari pemilihan. Pada kasus-kasus seperti

ini dalam pemahaman penulis pemilih masih bisa mensiasatinya, yaitu

dengan cara mendatangi TPS untuk menggunakan hak pilih terlebih

dahulu baru melakukan aktivitas atau keperluan yang bersifat pribadi.

Pemilih golput karena alasan teknis yang tipe kedua ini cenderung

tidak mengetahui esensi dari menggunakan hak pilih, sehingga lebih

mementingkan kepentingan pribadi dari pada menggunakan hak pilihnya.

Pemilih ideal harus mengetahui dampak dari satu suara yang diberikan

dalam Pemilu. Hakikatnya suara yang diberikan itulah yang menentukan

pemimpin lima tahun mendatang. Dengan memilih pemimpin yang baik

berarti pemilih berkontribusi untuk menciptakan masa depan yang lebih

baik pula.

b. Faktor Pekerjaan

Faktor pekerjaan adalah pekerjaan sehari-hari pemilih. Faktor

pekerjaan pemilih ini dalam pemahaman penulis memiliki kontribusi

terhadap jumlah orang yang tidak memilih. Berdasarkan data sensus

Penduduk Indonesia tahun 2010 dari 107,41 juta orang yang bekerja,

Page 21: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

15

paling banyak bekerja di sektor pertanian yaitu 42,83 juta orang (39,88

persen), disusul sektor perdagangan sebesar 22,21 juta orang (20,68

persen), dan sektor jasa kemasyarakatan sebesar 15,62 juta orang (14,54

persen). Data di atas menunjukkan sebagian besar penduduk Indonesia

bekerja di sektor informal, dimana penghasilanya sangat terkait dengan

intensitasnya bekerja. Banyak dari sektor informal yang baru

mendapatkan penghasilan ketika mereka bekerja, tidak bekerja berarti

tidak ada penghasilan. Seperti tukang ojek, buruh harian, nelayan, petani

harian. Kemudian ada pekerjaan masyarakat yang mengharuskan mereka

untuk meninggalkan tempat tinggalnya seperti para pebisnis, pelaut atau

penggali tambang. Kondisi seperti membuat mereka harus tidak memilih,

karena faktor lokasi mereka bekerja yang jauh dari TPS.

Maka dalam pemahaman penulis faktor pekerjaan cukup signifikan

yang mempengaruhi partisipasi pemilih dalam sebuah pemilihan umum.

Pemilih dalam kondisi seperti ini dihadapkan pada dua pilihan

menggunakan hak pilih yang akan mengancam berkurang

penghasilannya atau pergi bekerja dan tidak memilih.

2. Faktor Eksternal

Faktor ektenal faktor yang berasal dari luar yang mengakibatkan pemilih

tidak menggukan hak pilihnya dalam Pemilu. Ada tiga yang masuk pada

kategori ini menurut pemilih yaitu aspek administratif, sosialisasi dan

politik.

Page 22: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

16

a. Faktor Administratif

Faktor adminisistratif adalah faktor yang berkaitan dengan aspek

adminstrasi yang mengakibatkan pemilih tidak bisa menggunakan hak

pilihnya. Diantaranya tidak terdata sebagai pemilih, tidak mendapatkan

kartu pemilihan tidak memiliki identitas kependudukan (KTP). Hal-hal

administratif seperti inilah yang membuat pemilih tidak bisa ikut dalam

pemilihan. Pemilih tidak akan bisa menggunakan hak pilih jika tidak

terdaftar sebagai pemilih. Kasus Pemilu legislatif 2009 adalah buktinya

banyaknya masyarakat Indonesia yang tidak bisa ikut dalam Pemilu

karena tidak terdaftar sebagai pemilih. Jika kondisi yang seperti ini

terjadi maka secara otomatis masyarakat akan tergabung kedalam

kategori golput.

Faktor berikut yang menjadi penghalang dari aspek administrasi

adalah permasalahan kartu identitas. Masih ada masyarakat tidak

memilki KTP. Jika masyarakat tidak memiliki KTP maka tidak akan

terdaftar di DPT (Daftar Pemilih Tetap) karena secara administtaif KTP

yang menjadi rujukkan dalam mendata dan membuat DPT. Maka

masyarakat baru bisa terdaftar sebagai pemilih menimal sudah tinggal 6

bulan di satu tempat.

Golput yang diakibat oleh faktor administratif ini bisa

diminimalisir jika para petugas pendata pemilih melakukan pendataan

secara benar dan maksimal untuk mendatangi rumah-rumah pemilih.

Page 23: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

17

Selain itu dituntut inisiatif masyarakat untuk mendatangi petugas

pendataan untuk mendaftarkan diri sebagai pemilih. Langkah berikutnya

DPS (Daftar Pemilih Sementara) harus tempel di tempat-tempat strategis

agar bisa dibaca oleh masyarakat. Masyarakat juga harus berinisiatif

melacak namanya di DPS, jika belum terdaftar segara melopor ke

pengrus RT atau petugas pendataan. Langkah berikut untuk menimalisir

terjadi golput karen aspek adminitrasi adalah dengan memanfaatkan data

kependudukan berbasis IT. Upaya elektoronik Kartu Tanda Penduduk (E

KTP) yang dilakukan pemerintahan sekarang dalam pandangan penulis

sangat efektif dalam menimalisir golput administratif.

b. Sosialisasi

Sosialisasi atau menyebarluaskan pelaksanaan Pemilu di Indonesia

sangat penting dilakukan dalam rangka memenimalisir golput. Hal ini di

sebabkan intensitas Pemilu di Indonesia cukup tinggi mulai dari memilih

kepala desa, bupati/walikota, gubernur Pemilu legislatif dan Pemilu

presiden hal ini belum dimasukkan pemilihan yang lebih kecil RT/ RW.

Kondisi lain yang mendorong sosialisi sangat penting dalam upaya

meningkatkan partisipasi politik masyarakat adalah dalam setiap Pemilu

terutama Pemilu di era reformasi selalu diikuti oleh sebagian peserta

Pemilu yang berbeda. Pada Pemilu 1999 diikuti sebanyak 48 partai

politik, pada Pemilu 2004 dikuti oleh 24 partai politik dan Pemilu 2009

dikuti oleh 41 partai politik nasional dan 6 partai politik lokal di Aceh.

Kondisi ini menuntut perlunya sosialisasi terhadap masyarakat.

Page 24: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

18

Permasalahan berikut yang menuntut perlunya sosialisasi adalah

mekanisme pemilihan yang berbeda antara Pemilu sebelum reformasi

dengan Pemilu sebelumnya. Dimana pada era orde baru hanya memilih

lambang partai sementara sekarang selian memilih lambang juga harus

memilih nama salah satu calon di pertai tersebut. Perubahan yang

signifikan adalah pada Pemilu 2009 dimana kita tidak lagi mencoblos

dalam memilih tetapi dengan cara menandai. Kondisi ini semualah yang

menuntu pentingnya sosialisasi dalam rangka menyukseskan pelaksanaan

Pemilu dan memenimalisir angka golput dalam setiap Pemilu. Terlepas

dari itu semua penduduk di Indonesia sebagai besar berada di pedesaan

maka menyebar luaskan informasi Pemilu dinilai pentingi, apalagi bagi

masyarakat yang jauh dari akses transportasi dan informasi, maka

sosiliasi dari mulut ke mulut menjadi faktor kunci mengurangi angka

golput.

c. Faktor Politik

Faktor politik adalah alasan atau penyebab yang ditimbulkan oleh

aspek politik masyarakat tidak mau memilih. Seperti ketidak percayaan

dengan partai, tak punya pilihan dari kandidat yang tersedia atau tak

percaya bahwa Pemilu/Pilkada akan membawa perubahan dan perbaikan.

Kondisi inilah yang mendorong masyarakat untuk tidak menggunakan

hak pilihnya. Stigma politik itu kotor, jahat, menghalalkan segala cara

dan lain sebagainya memperburuk kepercayaan masyarakat terhadap

politik sehingga membuat masyarakat enggan untuk menggunakan hak

Page 25: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

19

pilih. Stigma ini terbentuk karena tabiat sebagian politisi yang masuk

pada kategori politik instan. Para pelaku politik punya kecenderungan

baru mendekati masyarakat ketika akan ada agenda politik seperti

Pemilu. Maka kondisi ini meruntuhkan kepercayaan masyarakat pada

politisi itu sendiri. Faktor lain adalah para politisi yang tidak mengakar,

politisi yang tidak dekat dan tidak memperjuangkan aspirasi rakyat.

Sebagian politisi lebih dekat dengan para petinggi partai, dengan

pemegang kekuasaan. Mereka lebih mengantungkan diri pada

pemimpinnya dibandingkan mendekatkan diri dengan konstituen atau

pemilihnya. Kondisi lain adalah tingkah laku politisi yang banyak

berkonflik mulai konflik internal partai dalam mendapatkan jabatan

strategis di partai, kemudian konflik dengan politisi lain yang berbeda

partai. Konflik seperti ini menimbulkan antipati masyarakat terhadap

partai politik itu sendiri. Idealnya konflik yang di tampilkan para politisi

seharusnya tetap mengedepankan etika politik untuk menjaga

kewibawaan politik dan kepercayaan masyarakat.

Politik pragamatis yang semakin menguat, baik dikalangan politisi

maupun di sebagian masyarakat. Para politisi hanya mencari keuntungan

sesaat dengan cara mendapatkan suara rakyat. Sedangan sebagian

masyarakat kita, politik dengan melakukan transaksi semakin menjadi-

jadi. Baru mau mendukung, memilih jika ada mendapatkan keutungan

materi, maka muncul ungkapan kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau

sudah jadi/terpilih mereka akan lupa janji. Kondisi-kondisi yang seperti

Page 26: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

20

penulis uraikan ini yang secara politik memengaruhi masyarakat untuk

menggunakan hak pilihnya. Sebagian Masyarakat semakin tidak yakin

dengan politisi. Harus diakui tidak semua politisi seperti ini, masih

banyak politisi yang baik, namun mereka yang baik tenggelam

dikalahkan politisi yang tidak baik.

F. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis, dengan

pendekatan Kuantitatif dimana tujuan dari metode ini adalah untuk

menggambarkan kondisi obyek penelitian berdasarkan data dan fakta yang ada,

yang kemudian dilakukan analisis dengan metode kuantitatif terhadap obyek

penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk melihat analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat dalam Pemilihan

Umum di Kabupaten Sambas.

Dalam penelitian ini, peneliti memakai bentuk penelitian survey, yang

dimaksud dengan penelitian Survei adalah metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu unit

atau sekelompok unit. Menurut Singarimbun dan Effendi (1995: 3) metode

penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sample dari populasai dan

mengunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. menurut

Cooper dan Emory (1996: 287) “Mensurvei adalah mengajukan pertanyaan

pada orang-orang dan merekam jawabannya untuk dianalisis.”

Page 27: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

21

2. Sumber Data

Dalam suatu penelitian kita kenal adanya teknik dan alat yang sangat

dipelukan untuk mengumpulkan data yang digunakan. Adapun data yang akan

digunakan dalam penelitian ini meliputi;

a) Data Primer

Yaitu berbentuk informasi yang diperoleh secara langsung dari objek

penelitian itu sendiri yang dapat dikumpulkan dengan metode survey

dimana informasi tersebut diperoleh melalui Wawancara Terstruktur yaitu

mengadakan tanya jawab dengan menggunakan alat baik berupa angket

atau Koesioner maupun melalui wawancara tidak terstruktur melalui yakni

bertanya langsung pada responden melalui teknik wawancara mendalam.

b) Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh penulis secara tidak langsung yang disediakan

oleh lembaga KPU, data Kecamatan, Desa atau dari sumber lainnya

seperti melakukan studi literatur atau instansi pemerintahan.

3. Populasi Dan Sampel

a) Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulnnya (Sugiono, 1999:72). Populasi dalam penelitian ini adalah

masyarakat di Kabupaten Sambas yang terdata sebagai pemilih pada

pemilihan umum.

Page 28: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

22

b) Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 1999: 72). Adapun sampel dalam

penelitian ini adalah pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan

purposive sampling.

Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah

purposive sampling yaitu dimana pengambilan sampel yang dimaksud

dalam sampel dilakukan dengan sengaja dengan catatan bahwa sampel

tersebut mewakili populasi yang ada, hal ini dengan menggunakan

pertimbangan bahwa sampel berkaitan dengan tujuan penelitian.

Dalam menentukan besarnya sampel yang diambil dalam suatu

penelitian, Soeratno dan Arsyad (1999:105), mengatakan bahwa “Dalam

penentuan jumlah sampel tidak ada aturan yang tegas yang dipersyaratkan

untuk suatu penelitian dari populasi yang tersedia”. Singaribun dan

Sofyan (1988:149) mengatakan, ada empat faktor yang harus

dipertimbangkan agar mendapat data yang representatif, yaitu :

1) Derajat keseragaman, semakin seragam sampel populasi, maka akan

semakin kecil sampel yang akan diambil.

2) Presisi yang dikehendaki peneliti, semakin tinggi presisi yang

dikehendaki maka akan semakin besar sampel yang harus diambil.

3) Rencana analisis, pada dasarnya sampel juga ditentukan dari

kebutuhan analisis, kadang kala besarnya sampel sudah mencukupi

Page 29: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

23

sesuai dengan presisi yang dikehendaki, tetapi kalau dikaitkan dengan

kebutuhan analisis maka jumlah sampel tersebut kurang mencukupi.

4) Biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia. Semakin besar biaya, tenaga

dan waktu yang tersedia, maka akan semakin besar sampel yang dapat

diambil dan tingkat presisi yang diperoleh akan semakin tinggi.

Berdasarkan pendapat para ahli jumlah sampel yang diambil

sebanyak 30 orang responden merupakan angka yang representatif dalam

sebuah besaran sampel penelitian. Donald R. Cooper & C. William Emory

menjelaskan 30 responden adalah jumlah minimum yang disebutkan oleh

ahli–ahli metodologi penelitian (1996: 245). Oleh itu, dalam penelitian ini

peneliti mengambil jumlah responden sebanyak 35 orang dari setiap dapil

(Daerah Pemilih) sebagai sampel. Pertimbangan ini karena jumlah tersebut

merupakan angka yang dianggap representatif sehingga total sampel dalam

penelitian ini dari 5 (lima) dapil (Daerah Pemilih) adalah 175 responden.

Hal ini dengan asumsi bahwa data sampel sebanyak 35 orang telah

dianggap represetatif dalam metode penelitian sosial, serta sudah

merupakan bentuk data besar (> 30) yang bisa dianalisis menggunakan

analisis statistik parametrik. Selain itu pertimbangan peneliti mengambil

jumlah sampel 35 orang juga sudah mempertimbangkan empat aspek yang

dijadikan pertimbangan pengambilan sampel berdasarkan pendapatan ahli

utamanya merujuk pada pendapat Singaribun dan Sofyan (1988:149) yang

menjelaskan bahwa pertimbangan derajat keseragaman, tingkat presisi,

Page 30: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

24

analisis penelitian serta kondisi teknis meliputi biaya, tenaga, dan waktu

yang tersedia dalam penyelesaian penelitian ini.

Adapun bauran sampel penelitian yang diambil oleh peneliti

dalam menjawab masalah penelitian ini selanjutnya dapat digambarkan

berdasarkan tabel 1.2 dibawah ini.

Tabel 1.2Bauran Sampel Penelitian

Dapil Wilayah Kecamatan Jumlah SampelDapil 1 Sambas, Sejangkung,

Subah, Sajad, Sebawi35

Dapil 2 Tebas Tekarang 35Dapil 3 Pemangkat, Selakau,

Semparuk, Salatiga35

Dapil 4 Jawai, Jawai Selatan 35Dapil 5 Paloh, Sajingan Besar, Tl.

Keramat, Tangaran, Galing35

Total 175Sumber: Data Sekunder Olahan, Juni 2015.

4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengambilan sampel yang akan digunakan peneliti meliputi:

a) Kuesioner, yaitu pengumpulan data melalui daftar pertanyaan yang

disebarkan kepada Masyarakat sambas yang menjadi sampel dalam

penelitian ini.

b) Wawancara Mendalam yakni pengumpulan data dengan melakukan

wawancara pada responden yang dianggap mampu menjawab masalah

penelitian. Metode ini dijadikan sebagai metode tambahan untuk

memperdalam informasi dari hasil Kuesioner yang disebarkan pada

responden.

Page 31: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

25

c) Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara penelitian langsung terjun

ketempat penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Adapun teknik analisis data yang digunakan untuk pengolahan data yaitu

dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.

a) Analisis Kualitatif

Yaitu dengan melihat jawaban dari responden melalui kuesioner yang

telah disebarkan kemudian dikelompokkan menurut kriteria yang ada dan

hasil dari masing-masing jawaban pertanyaan dijumlahkan kemudian

dicari persentasenya, dianalisis dan ditarik kesimpulan. Selain itu data dari

hasil wawancara mendalam juga dijadikan sebagai informasi tambahan

untuk menjelaskan masalah penelitian.

b) Analisis Kuantitatif

Analisis Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data

kualitatif yang diangkakan. Untuk mengukur variabel yang digunakan di

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala likert.

Menurut Sugiono, (2005: 87-86) Skala Likert ini digunakan untuk

mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomena sosial. Dalam penelitian ini fenomena sosial ini diterapkan

secara spesifik oleh peneliti dan selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Ada empat skala yang digunakan peneliti : sangat yakin, yakin, ragu-ragu dan

tidak setuju. Adapun untuk lima tingkat kualitas pelaksanaan pelayanan sesuai

indikator. Variabel yang diukur meliputi:

Page 32: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

26

1) Jawaban A = Sangat Yakin : Bobot 4

2) Jawaban B = Yakin : Bobot 3

3) Jawaban C = Ragu-ragu : Bobot 2

4) Jawaban D = Tidak setuju : Bobot 1

Selanjutnya analisis jawaban responden akan ditabulasikan dengan

menganalisis jawaban responden dari penyebaran kuesioner serta observasi

dan wawancara peneliti, lalu dilakukan tabulasi dan disajikan dalam bentuk

tabel frekwensi kemudian dianalisis dengan menggunakan persentase. Untuk

lebih memperdalam analisis dalam penelitian ini selanjutnya dilakukan

penskoran dengan skala indeks.

Adapun Total nilai indeks yang dijadikan ukuran peneliti adalah 4

(empat) dengan menggunakan kriteria 3 kotak (Three–box Method). Sehingga

rentang 4 (0,1-4,00) akan menghasilkan rentang sebesar 1,33 yang akan

digunakan sebagai dasar interprestasi nilai indeks. Adapun interpretasi nilai

indeks yang dimaksud adalah sebagai berikut;

1. Dengan skor nilai 0,10 - 1,33 atau mempunyai nilai interpretasi yang

paling rendah. Artinya variabel ini mempunyai pengaruh yang paling besar

karena mempunyai skor yang paling rendah, menjauhi nilai indeks

opitimal yang ditentukan.

Page 33: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

27

2. Dengan skor nilai 1,34 - 2,66 dengan asumsi sedang atau mempunyai

pengaruh yang sedang.

3. Dengan skor nilai 2,67 - 4,00 yang paling tinggi atau mempunyai

pengaruh yang paling rendah, mendekati nilai harapan optimal dari indeks

yang ditentukan.

Page 34: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

28

BAB II

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kabupaten Sambas

1. Kondisi Fisik Wilayah

Kabupaten Sambas terletak di bagian paling utara Propinsi

Kalimantan Barat atau diantara 1’23’’ Lintang Utara dan 108’39’’ Bujur

Timur

Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Sambas adalah:

a. Utara : Serawak (Malaysia Timur) & laut Natuna

b. Selatan : Kab. Bengkayang & Kota Singkawang

c. Barat : Laut Natuna.

d. Timur : Kab. Bengkayang & Serawak

Luas Kabupaten Sambas adalah 6.395,70 km2 atau sekitar 4,36

persen dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Barat.

Page 35: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

29

Gambar 2.1 Peta Kabupaten Sambas

Daerah Pemerintahan Kabupaten Sambas pada tahun 2008

terbagi menjadi 19 Kecamatan dan 183 Desa serta 1 UPT. Kecamatan

terluas adalah Kecamatan Sajingan Besar dengan luas 1.391,20 km2 atau

21,75 persen sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Tekarang

dengan luas sebesar 83,16 km2 atau 1,30 persen dari luas wilayah

Kabupaten Sambas.

Page 36: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

30

Grafik 2.2 Penduduk Kabupaten Sambas Menurut Jenis Kelamin,

JUMLAH

PENDUDUK

KECAMATAN

Page 37: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

31

Tabel 2.1.

Penduduk Kabupaten Sambas Menurut Jenis Kelamin

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Total

1. Selakau 15.129 14.943 30.072

2. Selakau Timur 5.118 5.082 10.200

3. Pemangkat 22.245 22.344 44.589

4. Semparuk 11.589 12.176 23.765

5. Salatiga 7.254 7.417 14.671

6. T e b a s 31.551 32.062 63.613

7. Tekarang 6.380 6.913 13.293

8. S a m b a s 22.280 22.699 44.979

9. S u b a h 9.154 8.373 17.527

10. Sebawi 7.651 7.947 15.598

11. Sajad 4.770 5.166 9.936

12. J a w a i 16.504 18.538 35.042

13. Jawai Selatan 8.714 8.946 17.660

14. Teluk Keramat 28.032 30.643 58.675

15. G a l i n g 9.933 9.720 19.653

16. Tangaran 9.783 11.006 20.789

17. Sejangkung 11.247 11.071 22.318

18. Sajingan Besar 5.347 4.501 9.848

19. P a l o h 11.923 11.969 23.892

Jumlah 244.604 251.516 496.120

Sumber: Kab. Sambas Dalam Angka, 2013

2. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan

Kabupaten Sambas mempunyai bupati dan wakil bupati yang

masing-masing bernama dr. Hj. Juliarti Djuhardi Alwi, MPH dan Dr.

Pabali Musa, M.Ag untuk masa periode 2011-2016. Sejalan dengan

Page 38: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

32

ketentuan peraturan perundangan yang berlaku, setiap kepala daerah

berkewajiban adalah menetapkan langkah strategis berkewajiban untuk

menjamin kelanjutan dan peningkatan percepatan pembangunan yang

telah dicapai sebelumnya. Langkah ini harus dijabarkan dalam visi dan

misi serta program prioritas yang dituangkan ke dalam dokumen Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sambas

2012-2016, yang selanjutnya disebut RPJMD Kabupaten Sambas.

Mengingat Kepala Daerah terpilih adalah lanjutan dari

kepemimpinan periode sebelumnya, maka dengan RPJMD 2012-2016

konsistensi dan keberlanjutan pencapaian rencana pembangunan lima

tahun sebelumnya akan lebih terjamin. Untuk memastikan konsistensi

dan keberlanjutan.

a. Visi

Dalam rangka konsistensi terhadap visi terdahulu, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2006-2011,

maka dibutuhkan visi berikutnya (2012-2016) yang merupakan

keberlanjutan dan penajaman dari visi yang digagas, dirancang, dan

dirintis oleh Bupati-Wakil Bupati sebelumnya. Penetapan visi

tersebut, didasarkan atas pertimbangan, sebagai berikut:

1) Visi masih aktual untuk tetap digunakan sampai target pencapaian

pada tahun 2016, sebagai konsistensi terhadap Peraturan Daerah

Nomor: 2 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Sambas Tahun 2005-2025 dan

Page 39: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

33

Peraturan Daerah Nomor: 6 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2006-2011.

2) Masih tetap sesuai dengan nilai-nilai luhur masyarakat yang sebagian

besar muslim dan agraris, serta didukung dengan potensi laut dan

lahan pertanian yang masih besar. Nilai-nilai luhur yang masih dianut

antara lain:

a) Kehidupan masyarakat Kabupaten Sambas yang religius Islami, hal

ini tercermin dari sebagian besar penduduk beragama Islam (87%),

sehingga cukup mewarnai budaya masyarakat Sambas.

b) Motto “Terpikat Terigas“ sudah mulai terinternalisasi dan

menginspirasi seluruh stakeholders dalam merencanakan dan

melaksanakan pembangunan daerah, sehingga pada periode

berikutnya masih relevan untuk dilanjutkan dengan tambahan sedikit

kata menjadi “Bersama Lanjutkan Terpikat Terigas”, yang kemudian

disingkat dengan “Bela Terpikat Terigas”. Makna dari moto “Bela

Terpikat Terigas” adalah:

- Bela (bersama lanjutkan), mengandung arti bahwa dengan

semangat kebersamaan dan bekerja sama seluruh komponen

masyarakat Sambas berkomitmen untuk melanjutkan dan

meningkatkan apa yang telah digagas, dirancang, dan dirintis

oleh Bupati-Wakil Bupati periode 2006-2011.

Page 40: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

34

- Terpikat Terigas, mengandung arti bahwa seluruh komponen

masyarakat Sambas akan bahu membahu berpartisipasi aktif

dalam seluruh aspek dan tujuan pembangunan, yaitu:

Tingkatkan Ekonomi Rakyat, untuk membangun

kemandirian.

Religius, untuk membangun kepribadian.

Pendidikan, untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia.

Ilmu pengetahuan, untuk membangun peradaban besar dan

utama.

Kesehatan masyarakat, untuk meningkatkan kualitas

lahiriyahnya.

Semua itu akan diwujudkan melalui suatu Pemerintahan Daerah

yang tertib dan terukur pada aspek:

Ekonomi kerakyatan yang sinergis dengan investasi.

Religius.

Ilmu pengetahuan dan teknologi.

Good Governance.

Amanah dan berakhlaqul-karimah, serta

Social control and social participation.

Atas dasar pertimbangan di atas dan dengan memperhatikan

potensi, permasalahan, dan peluang yang dimiliki Kabupaten Sambas,

nilai-nilai visi daerah, aspirasi, dan dinamika yang berkembang pada

Page 41: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

35

masa 5 tahun sebelumnya (tahun 2006-2011), maka visi Kabupaten

Sambas untuk periode 2012-2016 adalah:

“TERWUJUDNYA SAMBAS YANG MANDIRI, BERPRESTASI,

MADANI, SERTA SEJAHTERA, MELALUI BELA TERPIKAT

TERIGAS”

Adapun makna dari visi tersebut yaitu:

1) Sambas yang mandiri adalah suatu kondisi dimana perekonomian

masyarakat berkembang dengan baik, kreatif, dan inovatif yang ditandai

dengan meningkatnya investasi dan kapasitas ekonomi masyarakat baik

karena faktor intensifikasi maupun ekstensifikasi, serta membaiknya

infrastruktur dan pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan

lingkungan.

2) Sambas yang berprestasi adalah suatu kondisi dimana kualitas sosial,

moral, dan intelektual masyarakat berkembang dengan baik menuju

pencapaian unggul terutama pada bidang pendidikan, kesehatan,

kepribadian, dan kebudayaan.

3) Sambas yang madani adalah suatu kondisi dimana kehidupan masyarakat

berlangsung dengan harmonis, taat dan tertib hukum, sadar politik,

demokratis, dan dinamis serta selaras dengan prinsip-prinsip good

governance.

4) Sambas yang sejahtera adalah suatu kondisi dimana hak-hak dasar dan

sekunder masyarakat terpenuhi dengan didukung oleh suasana kehidupan

yang agamis, aman, dan damai.

Page 42: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

36

b. Misi

Dalam upaya mewujudkan visi pembangunan Kabupaten

Sambas Tahun 2012-2016 tersebut, maka misi pembangunan

Kabupaten Sambas adalah sebagai berikut :

1) Mengembangkan ekonomi kerakyatan dan investasi yang sinergis

melalui kemitraan dan pemberdayaan antara pemerintah, swasta,

dan masyarakat yang didukung oleh pelayanan prima.

2) Meningkatkan pembangunan infrastruktur dasar dengan

memperhatikan aspek pemerataan dan keadilan pembangunan serta

mengutamakan faktor pengungkit perekonomian rakyat.

3) Meningkatkan kemampuan budi, daya, dan karsa insani menuju

pembangunan manusia seutuhnya.

4) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan,

pelaksanaan, dan pengawasan pembangunan.

5) Meningkatkan kapasitas dan kualitas aparatur dan penyelenggaraan

pemerintahan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.

6) Penegakan hukum (law enforcement) yang adil dan bertanggung

jawab.

7) Memantapkan stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat guna

memacu akselerasi pembangunan daerah.

8) Meningkatkan pembinaan mental spritual guna mengokohkan

jatidiri masyarakat yang berkepribadian luhur, berbudaya, dan

berwawasan kebangsaan.

Page 43: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

37

c. Tujuan

Tujuan Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten

Sambas Tahun 2012-2016 adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan penyediaan infrastruktur dasar.

2) Meningkatkan kemampuan pengelolaan sumber daya alam yang

berwawasan lingkungan hidup.

3) Meningkatkan kegiatan ekonomi dan investasi.

4) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui pembangunan

bidang pendidikan, kesehatan, kebudayaan, pemuda, olahraga dan

pemberdayaan perempuan, keluarga dan anak untuk menunjang

program-program unggulan daerah.

5) Meningkatkan derajat pendidikan.

6) Meningkatkan kepribadian dan kebudayaan masyarakat.

7) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam program

pembangunan.

8) Melakukan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan.

9) Menegakkan supremasi hukum.

10) Memantapkan stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat.

11) Meningkatkan kualitas kehidupan beragama.

d. Sasaran

Adapun sasaran pembangunan daerah Kabupaten Sambas

Tahun 2012-2016 adalah:

1) Meningkatnya ketersediaan infrastruktur dasar.

Page 44: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

38

2) Terciptanya pengelolaan sumber daya alam yang berwawasan

lingkungan.

3) Berkembangnya perekonomian daerah.

4) Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, kebudayaan, pemuda,

olahraga serta pemberdayaan perempuan dan anak.

5) Meningkatnya derajat pendidikan masyarakat.

6) Meningkatnya kepribadian dan kebudayaan masyarakat.

7) Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan.

8) Melakukan reformasi birokrasi dan tata kelola pemerintahan.

9) Meningkatnya kesadaran hukum.

10) Terciptanya stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat.

11) Meningkatnya kualitas kehidupan beragama.

B. Gambaran Umum Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Umum di

Kabupaten Sambas

Demokrasi sebagai sistem kenegaraan merupakan salah satu

mekanisme yang dianggap paling ideal dalam merumuskan tujuan dan cita-

cita Negara. Dalam hal ini Pemilu merupakan salah satu tonggak demokrasi

dan instrumen untuk mewujudkan cita-cita demokrasi, yaitu terbentuknya

masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, memiliki kebebasan berekspresi

dan berkehendak serta mendapatkan akses terpenuhinya hak-hak dasar

mereka sebagai warga Negara. Karena itu, untuk melihat ada tidaknya

demokrasi dalam penyelenggaraan negara, indikator yang dapat jadikan alat

Page 45: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

39

ukur adalah dengan dijalankannya Pemilu secara bebas dan

berkesinambungan, yang diikuti dengan tingginya partisipasi masyarakat

dalam proses Pemilu tersebut.

Pemilihan umum (Pemilu) itu sendiri adalah salah satu cara dalam

sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk di

lembaga perwakilan rakyat, serta salah satu bentuk pemenuhan hak asasi

warga negara dibidang politik. Pemilu dilaksanakan untuk mewujudkan

kedaulatan rakyat. Sebab, rakyat tidak mungkin memerintah secara

langsung. Karena itu, diperlukan cara untuk memilih wakil rakyat dalam

memerintah suatu negara selama jangka waktu tertentu.

Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu

diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil

daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, dan

memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional

sebagaimana Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

Undang-Undang tentang Pemilu yaitu UU No.10/2008 mengatur

tentang hak dan ketentuan Pemilu itu sendiri yang disebutkan di pasal 19

ayat 1 berbunyi: “WNI yang pada hari pemungutan suara telah berumur 17

tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin mempunyai hak memilih.” Jelas

kata yang tercantum adalah “hak”, bukan “kewajiban”. Lebih tinggi lagi,

Page 46: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

40

dalam produk hukum tertinggi di negara kita yaitu Undang-Undang Dasar

(UUD) 1945 yang diamandemen tahun 1999-2002, juga tercantum hal

senada. Dalam pasal 28 E disebutkan: “Pemilu dilaksanakan secara

langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali”.

Tujuannya dari Pemilu sendiri adalah :

1. Pemilu bertujuan agar pemerintah lahir dari, oleh dan untuk rakyat

dengan memilih wakil-wakilnya di DPR dan DPD serta Presiden/Wakil

Presiden.

2. Melalui Pemilu harapan-harapan rakyat disampaikan dan ditawarkan

kepada calon-calon.

3. Pemilu yang terselenggara secara periodik memberi kesempatan

kepada rakyat untuk menilai, mengevaluasi dan melakukan control

terhadap perjalanan pemerintahan.

4. Pemilu bertujuan agar pemerintah berkuasa atas kehendak rakyat dan

berdasarkan legitimasi rakyat.

Setiap warga negara, apapun latar belakangnya seperti suku, agama,

ras, jenis kelamin, status sosial dan golongan, sesungguhnya mereka semua

memiliki hak yang sama untuk berserikat dan berkumpul, menyatakan

pendapat, menyikapi secara kritis kebijakan pemerintah dan pejabat negara.

Hak ini disebut hak politik yang secara luas dapat langsung diaplikasikan

secara kongkrit melalui media pemilihan umum.

Dalam menyelenggarakan Pemilu, diperlukan tata cara dan prosedur

yang disebut sistem Pemilu. Sistem Pemilu mencakup dua hal. Pertama,

Page 47: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

41

nilai-nilai normatif yang tertuang dalam Undang-Undang Pemilu yang

mengatur bagaimana membagi kekuasaan dalam lembaga perwakilan secara

proporsional sesuai dengan dukungan politik yang tergambar dari hasil

perolehan suara dalam Pemilu. Kedua, proses pemilihan yaitu mekanisme

pemilihan yang meliputi pengelolaan Pemilu, pemilihan di tempat suara

pemungutan suara, perhitungan suara, petugas Pemilu, penetapan hasil

Pemilu dan menetapkan hasil Pemilu menjadi kursi di lembaga perwakilan

maupun pada tingkat eksekutif.

Tetapi mekanisme dan prosedur yang efektif saja tidak cukup untuk

menghasilkan kepemimpinan yang benar-benar mendekati kehendak rakyat

sebagai hasil dari Pemilu itu sendiri. Pemilu merupakan sarana legitimasi

bagi sebuah kekuasaan. Setiap penguasa, betapapun otoriternya pasti

membutuhkan dukungan rakyat secara formal untuk melegitimasi

kekuasaannya. Pemilu merupakan icon demokrasi yang dapat dengan

mudah diselewengkan oleh penguasa untuk kepentingan melanggengkan

kekuasaannya. Maka selain mekanisme dan prosedur yang tepat, masalah

sistem atau aturan main dalam penyelenggaraan Pemilu adalah hal penting

yang harus diperhatikan.

Oleh itu, Pemilu/Pilkada yang demokratis memiliki beberapa

persyaratan. Pertama, Pemilu harus bersifat kompetitif, artinya peserta

Pemilu baik partai politik maupun calon perseorangan harus bebas dan

otonom. Baik partai politik yang sedang berkuasa, maupun partai-partai

oposisi memperoleh hak-hak politik yang sama dan dijamin oleh undang-

Page 48: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

42

undang (UU), seperti kebebasan berbicara, mengeluarkan pendapat,

berkumpul dan berserikat.

Syarat kompetitif juga menyangkut perlakuan yang sama dalam

menggunakan sarana dan prasarana publik, dalam melakukan kampanye,

yang diatur dalam UU. Misalnya stasiun televisi milik negara harus

memberikan kesempatan yang besar pada partai politik yang berkuasa,

sementara kesempatan yang sama tidak diberikan pada partai-partai peserta

Pemilu lainnya

Kedua, Pemilu harus diselenggarakan secara berkala. Artinya

pemilihan harus diselenggarakan secara teratur dengan jarak waktu yang

jelas. Misalnya setiap empat, lima, atau tujuh tahun sekali. Pemilihan

berkala merupakan mekanisme sirkulasi elit, dimana pejabat yang terpilih

bertanggung jawab pada pemilihnya dan memperbaharui mandat yang

diterimanya pada Pemilu sebelumnya. Pemilih dapat kembali memilih

pejabat yang bersangkutan jika merasa puas dengan kerja selama masa

jabatannya. Tetapi dapat pula menggantinya dengan kandidat lain yang

dianggap lebih mampu, lebih bertanggung jawab, lebih mewakili

kepemimpinan, suara atau aspirasi dari pemilih bersangkutan. Selain itu

dengan pemilihan berkala maka kandidat perseorangan atau kelompok yang

kalah dapat memperbaiki dan mempersiapkan diri lagi untuk bersaing dalam

Pemilu berikut. Ketiga, Pemilu haruslah inklusif. Artinya semua kelompok

masyarakat baik kelompok ras, suku, jenis kelamin, penyandang cacat,

lokalisasi, aliran ideologis, pengungsi dan sebagainya harus memiliki

Page 49: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

43

peluang yang sama untuk berpartisipasi dalam Pemilu. Tidak ada satu

kelompok pun yang didiskriminasi oleh proses maupun hasil Pemilu. Hal ini

diharapkan akan tercermin dalam hasil Pemilu yang menggambarkan

keanekaragaman dan perbedaan – perbedaan di masyarakat.

Keempat, pemilih harus diberi keleluasaan untuk

mempertimbangkan dan mendiskusikan alternatif pilihannya dalam suasana

yang bebas, tidak dibawah tekanan, dan akses memperoleh informasi yang

luas. Keterbatasan memperoleh informasi membuat pemilih tidak memiliki

dasar pertimbangan yang cukup dalam menetukan pilihannya. Suara

pemilih adalah kontrak yang (minimal) berusia sekali dalam periode Pemilu

(bisa empat, lima, atau tujuh tahun). Sekali memilih, pemilih akan ”teken

kontrak” dengan partai atau orang yang dipilihnya dalam satu periode

tersebut. Maka agar suara pemilih dapat diberikan secara baik, keleluasaan

memperoleh informasi harus benar-benar dijamin.

Kelima, penyelenggara Pemilu yang tidak memihak dan independen.

Penyelenggaraan Pemilu sebagian besar adalah kerja teknis. Seperti

penentuan peserta Pemilu, Pembuatan kertas suara, kotak suara, pengiriman

hasil pemungutan suara pada panitia nasional, penghitungan suara,

pembagian kursi dan sebagainya. Kerja teknis tersebut dikoordinasi oleh

sebuah panitia penyelenggara Pemilu. Maka keberadaan panitia

penyelenggara Pemilu yang tidak memihak, independen, dan profesional

Sangay menentukan jalannya proses Pemilu yang demokratis. Jika

penyelenggara merupakan bagian dari partai politik yang berkuasa, atau

Page 50: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

44

berasal dari partai politik peserta Pemilu, maka azas ketidakberpihakan

tidak terpenuhi. Otomatis nilai Pemilu yang demokratis juga tidak terpenuhi.

Selanjutnya setiap kali pesta demokrasi digelar, baik dalam bentuk

pemilihan umum tingkat nasional (Pemilu) ataupun tingkat daerah (Pilkada)

selalu menghadirkan kelompok yang tidak dapat berpartisipasi dalam proses

Pemilu atau Pilkada tersebut yang selanjutnya golongan ini disebut golput.

Tingginya angka Golput disebuah wilayah merupakan sebuah indikator

kuat/lemahnya sistem politik yang diterapkan di wilayah tersebut. Hal ini

menjadikan sebuah tantangan bagi penyelenggara pemliu bagaimana

pelaksana Pemilu untuk terus berusaha meminimalisir angka golput.

Sikap orang-orang golput, menurut Arbi Sanit dalam memilih

memang berbeda dengan kelompok pemilih lain atas dasar cara penggunaan

hak pilih. Apabila pemilih umumnya menggunakan hak pilih sesuai

peraturan yang berlaku atau tidak menggunakan hak pilih karena

berhalangan di luar kontrolnya, kaum golput menggunakan hak pilih dengan

tiga kemungkinan. Pertama, menusuk lebih dari satu gambar partai. Kedua,

menusuk bagian putih dari kartu suara. Ketiga, tidak mendatangi kotak

suara dengan kesadaran untuk tidak menggunakan hak pilih. Bagi mereka,

memilih dalam Pemilu sepenuhnya adalah hak. Kewajiban mereka dalam

kaitan dengan hak pilih ialah menggunakannya secara bertanggung jawab

dengan menekankan kaitan penyerahan suara kepada tujuan Pemilu, tidak

hanya membatasi pada penyerahan suara kepada salah satu kontesan

Pemilu.

Page 51: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

45

Kabupaten Sambas sebagai sebuah wilayah otonom yang terletak

diperbatasan dengan Malaysia wilayah Sabah dan Sarawak juga tidak luput

dari hal tersebut. Berdasarkan data KPU Kabupaten Sambas menunjukkan

bahwa tingkat Golput atau partisipasi masyarakat dalam mengikuti

pemilihan umum di Kabupaten Sambas tergolong tidak terlalu baik hal ini

dibuktikan dari angka partisipasi pemilih pada Pemilihan Umum DPR, DPD

dan DPRD dari tahun 2014 sebesar 67,73% atau tidak jauh lebih baik dari

Pemilu sebelumnya yakni tahun 2009 sebesar 66,51%. Untuk lebih jelasnya

data perbandingan Partisipasi Pemilih pada Pemilihan Umum DPR, DPD

dan DPRD dari tahun 2004, 2009 dan 2014 ditunjukkan dari tabel 2.2

berikut ini;

Tabel 2.2Perbandingan Partisipasi Pemilih

Pada Pemilu DPR, DPD dan DPRD Tahun 2004, 2009 dan 2014di Kabupaten Sambas

NO TAHUN

PEMILU LEGISLATIF

DataPemilih

Pemillihyanghadir

Partisipasi(%)

1 PEMILU 2004 305,756 239,411 78.30

2 PEMILU 2009 381,768 254,762 66.73

3 PEMILU 2014 414,715 279,993 67.51

Sumber: Data KPU 2015

Berdasarkan tabel 2.2 diatas menunjukkan bahwa kecenderungan

partsipasi pemilih di Kabupaten Sambas dari tahun 2004 yakni sebesar 78,30

% sampai tahun 2014 yakni sebesar 67,51% mengalami penurunan. Hal ini

menunjukkan bahwa permasalahan partisipasi pemilih di Kabupaten Sambas

Page 52: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

46

merupakan permasalahan yang harus dicarikan solusinya agar partisipasi

pemilih dapat ditingkatkan pada Pemilu atau Pilkada berikutnya.

Selain itu berdasarkan data pemilihan umum Presiden tahun 2004

hingga 2014 juga mengalami penurunan yang singnifikan. Untuk lebih

jelasnya tabel 2.3 berikut ini menampilkan perbandingan partisipasi Pemilih

Pada Pemilu Presiden Tahun 2004, 2009 dan 2014.

Tabel 2.3Perbandingan Partisipasi Pemilih

Pada Pemilu Presiden Tahun 2004, 2009 dan 2014di Kabupaten Sambas

NO TAHUN

PEMILU PRESIDEN Putaran1

PEMILU PRESIDEN Putaran2

DataPemilih

Pemillihyanghadir

Partisipasi(%)

DataPemilih

Pemillihyanghadir

Partisipasi(%)

1 PEMILU 2004 310,692 232,495 74.83 310,588 220,644 71.04

2 PEMILU 2009 389,594 252,735 64.87

3 PEMILU 2014 413,405 269,651 65.23

Sumber: Data KPU 2015

Berdasarkan data tabel 2.3 diatas menunjukkan bahwa partisipasi

pemilih dalam pemilihan umum Presiden juga mengalami penurunan yang

signifikan dari tahun 2004 mencapai angka 74,83%, menjadi hanya sebesar

64,87% pada tahun 2009 atau mengalami penurunan sebesar 9,97%. Dan

tidak jauh lebih baik pada tahun 2014 dengan tingkat partisipasi pemilih

hanya sebesar 65,23%. Artinya masih ada 35,13% suara yang tidak

meyalurkan hak pilihnya pada proses Pilpres tersebut. Angka ini merupan

angka yang cukup besar yakni melebihi 1/3 dari total suara pemilih.

Page 53: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

47

Berdasarkan data tingkat partisipasi pemilih baik pada pemilihan

umum DPR, DPD dan DPRD, maupun pemilihan Umum Presiden

menunjukkan bahwa perlunya evaluasi dan peningkatan tingkat partisipasi

pemilih di Kabupaten Sambas.

Tidak dapat dipungkiri bahwa akses dan jarak lokasi TPS

merupakan salah satu indikator tingginya tingkat partisipasi pemilih. Hal ini

karena semakin dekat jarak TPS akan semakin memudahkan pemilih untuk

mengikuti proses Pemilihan Umum (Pemilu) itu sendiri. Namun perlu diingat

bahwa rasionalisasi penentuan jumlah PPS dan TPS per Desa bukanla tanpa

alasan, hal ini sangat mempertimbangkan berbagai aspek dalam

mempermudah pemilih untuk mengikuti pemilihan umum.

Selain itu, jumlah PPS dan TPS di setiap kecamatan juga dapat

menggambarkan sebaran pemilih disetiap kecamatan dibandingkan dengan

luas wilayah, artinya semakin banyak jumlah penduduknya cenderung akan

semakin luas wilayahnya, maka secara otomatis semakin banyak jumlah

pemilihnya serta semakin banyak pula PPS dan TPS yang tersebar di

Kecamatan tersebut.

PPS maupun TPS sebagai ujung tombak dari proses pemilihan

umum disuatu wilayah mempunyai peranan yang sangat vital dalam

mensukseskan Pemilu/Pilkada itu sendiri. Oleh itu, perhitungan jumlah PPS

dan TPS disetiap kecamatan/desa merupakan sebuah keharusan benar-benar

memerlukan kalkulasi yang matang.

Page 54: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

48

Selanjutnya tabel 2.4 berikut menyajikan data perbandingan jumlah

TPS dan jumlah pemilih di setiap Kecamatan di Kabupaten Sambas.

Tabel 2.4Data Perbandingan Jumlah Pemilih Terdaftar

Serta Jumlah Desa/PPS dan Jumlah TPSPada Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD tahun 2014

Di Kabupaten Sambas

No Nama KecamatanJumlah

Desa/PPSJumlah

TPSJumlah Pemilih Terdaftar

L P L+P1 SAMBAS 18 101 18,036 18,443 36,479

2TELUKKERAMAT

24 153 25,041 24,618 49,659

3 JAWAI 11 98 15,905 15,276 31,1814 TEBAS 23 169 28,086 26,735 54,8215 PEMANGKAT 5 119 17,779 17,782 35,5616 SEJANGKUNG 12 52 9,121 8,816 17,9377 SELAKAU 9 72 12,752 12,113 24,8658 PALOH 8 56 9,596 9,315 18,911

9SAJINGANBESAR

5 30 4,801 3,905 8,706

10 SUBAH 11 56 7,488 6,844 14,33211 GALING 10 50 7,783 7,597 15,38012 TEKARANG 7 35 5,803 5,567 11,37013 SEMPARUK 5 61 9,687 9,856 19,54314 SAJAD 4 27 4,264 4,490 8,75415 SEBAWI 7 39 6,934 6,825 13,759

16JAWAISELATAN

9 51 8,440 7,912 16,352

17 TANGARAN 7 51 8,765 8,623 17,38818 SALATIGA 5 44 6,037 5,846 11,883

19SELAKAUTIMUR

4 24 3,994 3,840 7,834

TOTAL 184 1,288 210,312 204,403 414,715Sumber: Data KPU 2015

Berdasarkan tabel 2.4 diatas menunjukkan bahwa jumlah

kecamatan Tebas yang mempunyai jumlah pemilih terdaftar sebanyak 54.821

mempunyai jumlah total TPS yang paling besar yakni sebanyak 169 TPS.

Page 55: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

49

Bandingkan dengan Kecamatan Selakau Timur yang mempunyai jumlah

pemilih terdaftar hanya sebanyak 7.834 hanya mempunyai TPS sebanyak 24

TPS atau kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduk dan jumlah

TPSnya di Kabupaten Sambas. Selanjutnya tabel 2.5 menjelaskan data

perbandingan jumlah TPS dan jumlah pemilih di setiap Kecamatan di

Kabupaten Sambas pada pemilihan umum DPR, DPD dan DPRD tahun 2009.

Tabel 2.5Data Perbandingan Jumlah Pemilih Terdaftar

Serta Jumlah Desa/PPS dan Jumlah TPSPada Pemilu ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD Tahun 2009

Di Kabupaten Sambas

No Nama KecamatanJumlah

Desa/PPSJumlah

TPSJumlah Pemilih Terdaftar

L P L+P1 SAMBAS 18 90 16,080 16,500 32,580

2TELUKKERAMAT

24 121 22,864 22,597 45,461

3 JAWAI 11 83 14,021 13,639 27,6604 TEBAS 23 138 25,100 24,280 49,3805 PEMANGKAT 5 108 18,550 18,191 36,7416 SEJANGKUNG 12 46 8,548 8,365 16,9137 SELAKAU 9 64 11,764 11,202 22,9668 PALOH 8 44 8,651 8,373 17,024

9SAJINGANBESAR

5 25 3,870 3,233 7,103

10 SUBAH 11 55 6,774 6,107 12,88111 GALING 10 50 7,289 7,093 14,38212 TEKARANG 7 29 5,165 5,050 10,21513 SEMPARUK 5 54 9,906 9,810 19,71614 SAJAD 4 21 3,991 4,151 8,14215 SEBAWI 7 38 6,109 5,928 12,037

16JAWAISELATAN

9 43 7,626 7,208 14,834

17 TANGARAN 7 39 7,778 7,780 15,55818 SALATIGA 5 36 5,732 5,481 11,213

19SELAKAUTIMUR

4 20 3,552 3,410 6,962

TOTAL 184 1,104 193,370 188,398 381,768Sumber: Data KPU 2015

Page 56: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

50

Berdasarkan tabel 2.5 yang menjelaskan tentang perbandingan

jumlah PPS/Desa, jumlah TPS serta jumlah pemilih di setiap Kecamatan di

Kabupaten Sambas pada pemilihan umum DPR, DPD dan DPRD tahun 2009

menunjukkan bahwa jumlah Kecamatan Tebas yang mempunyai jumlah

pemilih terdaftar sebanyak 49.380 pemilih, berbanding lurus dengan jumlah

total TPS yakni sebanyak 138 TPS. Selanjutnya pada Kecamatan Teluk

Keramat yang mempunyai total jumlah pemilih terdaftar sebanyak 45.461

juga mempunyai total jumlah TPS yang cukup besar yakni sebanyak 121

TPS. Bandingkan dengan Kecamatan Selakau Timur dan Kecamatan

Sajingan Besar yang masing-masing mempunyai total jumlah pemilih

terdaftar hanya sebanyak 6.962 dan 7.103, dengan hanya mempunyai TPS

masing-masing sebanyak 20 dan 25 buah dimasing-masing kecamatan

tersebut atau kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduk dan jumlah

TPS-nya di Kabupaten Sambas pada Pemilu 2009.

Berkaca pada data statistik patisipasi pemilih dari beberapa Pemilu

sebelumnya, setiap kecamatan yang berada di Kabupaten Sambas mempunyai

problematika tersendiri khususnya terkait tentang jumlah partisipasi pemilih.

Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan data tingkat partisipasi pemilih pada

Pemilihan Umum Legislatif Anggota DPR, DPD, DPRD 2004, 2009 sera

2014.

Page 57: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

51

Tabel 2.6Persentasi Tingkat Partisipasi Pemilih

Pada Pemilu DPR, DPD dan DPRD Tahun 2004, 2009 dan 2014Per Kecamatan di Kabupaten Sambas

No Kecamatan Persentasi Tingkat Partisipasi Pemilih2004 2009 2014

1 SAMBAS 77.55 68.52 70.172 TELUK KERAMAT 75.46 69.74 69.253 JAWAI 73.85 64.32 61.334 TEBAS 75.69 65.70 65.955 PEMANGKAT 82.45 59.85 65.326 SEJANGKUNG 80.03 66.62 69.007 SELAKAU 82.64 63.02 64.498 PALOH 80.93 69.71 69.199 SAJINGAN BESAR 86.44 68.79 64.6510 SUBAH 83.72 75.32 79.1711 GALING 84.01 78.79 81.7612 TEKARANG 76.03 68.46 66.2413 SEMPARUK 77.53 65.43 70.5914 SAJAD 60.51 61.7915 SEBAWI 66.68 61.9216 JAWAI SELATAN 61.39 58.0417 TANGARAN 69.05 65.1918 SALATIGA 67.39 71.8319 SELAKAU TIMUR 67.91 74.52

Sumber: Data KPU 2015.

Berdasarkan tabel 2.6 diatas juga menunjukkan bahwa kecamatan

yang paling rendah angka partisipasi pemilihnya dalam pemilihan umum

tahun 2014 adalah Kecamatan Jawai Selatan, bahwa rata-rata angka partsipasi

pemilih tersebut hanya mencapai angka 58,04% diikuti Kecamatan Jawai

dimana angka partisipasi pemilih di Kecamatan Jawai hanya sebesar 61,33%.

Adapun angka partisipasi pemilih pada yang paling tinggi pada Pemilu tahun

2014 di Kabupaten Sambas adalah pada Kecamatan Galing yang mencapai

angka 81,76 % selanjutnya diikuti oleh kecamatan Subah mencapai angka

79,17%.

Page 58: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

52

BAB III

PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

A. Karakteristik Responden

Masyarakat merupakan bagian terpenting yang menjadi objek

sekaligus subyek dari sebuah sistem demokrasi. Tanpa peran dan

partisipasi masyarakat yang bersih dan jujur dalam aktivitas demokrasi,

tidak akan berjalan dengan baik sebuah mekanisme demokrasi pada

Negara tersebut. Rakyat merupakan ruh sekaligus jantung dari Demokrasi.

Oleh karena itu analisis partisipasi masyarakat dalam sebuah sistem

demokrasi sangat menentukan dan menjadi faktor terpenting yang harus di

pertimbangkan dalam mengukur sebuah kemajuan bangsa dan sistem

demokrasinya.

Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan salah satu mekanisme

demokrasi yang dijalankan dalam sebuah Negara. Bahwa, Pemilihan

Umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

Sejarah pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia dimulai pada tahun

1955. Pada saat itu, Pemilu diadakan pertama kali pada masa

pemerintahan Presiden Sukarno. Pemilu pertama ini dilakukan dalam dua

tahap, yaitu tahap pertama untuk memilih anggota DPR dan tahap kedua

untuk memilih anggota Dewan Konstituante. Pemilu pertama ini diikuti

Page 59: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

53

oleh 29 partai dengan kemenangan hanya 5 partai besar. Pemilu kedua

dilaksanakan pada tahun 1971 dan hanya diikuti oleh 9 partai.

Pada pemilihan ketiga mulai dilaksanakan secara teratur, yakni setiap

5 tahun sekali. Pemilu ketiga hingga Pemilu ketujuh diadakan pada tahun

1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997. Dan pada Pemilu ini hanya diikuti oleh

3 partai. Pemilu pada era ini disebut sebagai “Pemilu Orde Baru”. Pada

kelima periode Pemilu ini sudah dipastikan partai Golongan Karya

memenangkan Pemilu. Hal ini juga karena ada ikut campur tangan dari

Soeharto yang saat itu menjabat sebagai presiden.

Pada Pemilu ke delapan dan Sembilan dimulailah sistem multi partai.

Pemilu kedelapan diadakan pada tahun 1999. Pada Pemilu kedelapan ini

diikuti oleh tidak kurang dari 48 partai. Sedangkan pada Pemilu

kesembilan pada tahun 2004 diikuti oleh 24 partai politik. Pada Pemilu

kesembilan inilah untuk pertama kalinya rakyat Indonesia dapat memilih

presiden dan wakil presidennya sendiri.

Pemilu kesepuluh diadakan pada tahun 2009 dengan diikuti oleh 34

partai dengan kemenangan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden.

Dan Pemilu kesebelas diselenggarakan pada tahun 2014. Dimana pada

Pemilu kesebelas menghasilkan kemenangan pada Presiden terpilih Joko

Widodo dan Yusuf Kalla sebagai wakil presiden.

Pemilihan umum (Pemilu) merupakan penentu kehidupan di

kemudian hari, karena dengan terpilihnya wakil rakyat yang baru

merupakan harapan baru bagi masyarakat untuk mendapatkan kehidupan

Page 60: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

54

yang lebih baik dan sejahtera dari sebelumnya. Namun dewasa ini banyak

sekali terjadi carut marut dalam proses pelaksanaan pemilihan umum itu

sendiri. Baik dari segi pembagian surat suara yang salah, logistik Pemilu

yang kurang, daftar pemilih tetap yang kacau, golongan putih atau golput

dan masih banyak lagi faktor yang merusak Pemilu di Indonesia.

Partisipasi masyarakat akan pemilihan umum yang kurang bisa

diidentifikasikann dengan peningkatan angka “golput”. Dalam setiap ajang

Pemilu, sangat identik dengan kehadiran “golput” atau “golongan putih”.

“Golput” itu sendiri merupakan sebutan bagi mereka yang tidak

menggunakan hak suaranya dalam pemilihan umum. “Golput” termasuk

kepada mereka yang tidak peduli dengan nasib politik Indonesia kedepan,

karena satu suara yang kita berikat pada saat Pemilu sangatlah berharga.

Dalam penelitian ini, responden diambil sebanyak 5 Daerah

Pemilihan (Dapil) di Kabupaten Sambas yang terdiri dari 35 responden

setiap Dapil atau berjumlah 175 orang diseluruh Kabupaten Sambas.

Responden merupakan masyarakat Sambas yang telah mempunyai hak

pilih dalam Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2014 baik dari golongan

pemilih pemula maupun mereka yang sudah beberapa kali mengikuti

Pemilu di Kabupaten Sambas. Adapun karakteristik responden dalam

penelitian ini antara lain:

a. Umur Responden

Umur merupakan salah satu hal yang menjadi bagian terpenting

dan sangat mempengaruhi pemikiran dan psikologi seseorang dalam

Page 61: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

55

membuat dan mengambil sebuah keputusan. Karena semakin matang

dan dewasa seseorang maka semakin banyak pertimbangan dan lama

keputusan yang akan dibuat oleh seseorang, semakin dewasa seseorang

semakin banyak hal dan kebutuhan yang akan diperlukan oleh

seseorang.

Pilihan dan keinginan seorang pelajar atau mahasiswa tentu

berbeda dengan pilihan, kebutuhan dan keinginan seorang pekerja.

Demikian pula pilihan serta kebutuhan seorang remaja berbeda dengan

seseorang yang sudah lanjut usia. Masing-masing individu mempunyai

pilihan, kebutuhan, keinginan, selera dan kepentingan yang berbeda-

beda, dan salah satu hal yang mempengaruhinya adalah faktor usia;

Tabel 3.1Usia Responden

Responden yang Terdaftar Sebagai PemilihTahun 2015

Umur Jumlah Responden Pesentase (%)

< 20 Tahun

21 – 35 Tahun

36 – 50 Tahun

> 50 Tahun

23 orang

64 orang

67 orang

21 orang

13,1

36,6

38,3

12

Jumlah 175 Orang 100

Sumber : Data Primer Olahan, tahun 2015

Dari tabel 3.1 dapat diketahui bahwa responden dalam

penelitian ini sebagian besar (38,3 %) adalah berusia antara 36-50

tahun, hal ini di karenakan jumlah masyarakat potensial dan produktif

yang dianggap sebagai pemilih rasional mayoritas berada pada rentang

Page 62: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

56

usia ini. Seseorang yang berada pada rentang usia 36-50 tahun

merupakan rentang usai produktif yang dianggap sudah pada usia

mapan, dewasa matang diatas remaja belum sampai pada usia senja.

Untuk lebih jelasnya melihat bauran pada usia Responden

selanjutnya akan disajikan pada gambar bagan 3.1 dibawah ini;

Gambar 3.1Tingkat Persentase Umur Responden

Sumber : Data Primer Olahan, tahun 2015

Berdasarkan gambar 3.1 diatas menjelaskan bahwa tingkat

persentasi usia responden ada pada poin 3 atau responden yang

berumur pada rentang usia 36-50 tahun, selanjutnya disusul usia

responden pada poin 2 pada rentang usia 21 – 35 Tahun. Adapun

responden yang paling sedikit menjadi responden dalam penelitian ini

adalah usai responden diatas 50 tahun.

Page 63: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

57

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga menjadi pengaruh pada pilihan masyarakat

dalam membuat pilihan politik. Ketika keterwakilan politik jenis

kelamin terwakilkan, maka masyarakat akan cenderung lebih positif

dan antusias dalam mengikuti proses Pemilu. Bagaimanapun, jenis

kelamin sangat menentukan seberapa besar tingkat partisipasi politik

seseorang untuk mengikuti proses Pemilu.

Akan sangat berbeda prilaku antara pemilih wanita dengan

prilaku pemilih seorang pria. Seorang wanita cenderung lebih teliti dan

jeli, namun disisi lain sangat emosional dalam menentukan pilihan

politik utamanya pada proses Pemilu. Kaum pria cenderung lebih

dominan, rasional dalam hal urusan politik, utamanya dalam sebuah

Negara berkembang seperti Indonesia khususnya di Kabupaten Sambas

ini. Namun demikian pendapat dan teori diatas tidaklah bisa dijadikan

ukuran dan mengeneralisir aspek politik dan sistem demokrasi disemua

wilayah, khususnya di era global saat ini. Bagaimanapun isu gender

menjadi salah satu isu menarik dalam proses demokrasi pada masa

modern sekarang ini. kecenderungan menarika dalam teori politik

dewasa ini, hampir tidak ada perbedaan sekat dan dinamika politik

antara laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan hasil penelitian dilapangan dengan menyebarkan

kuisioner maka dapat diketahui bahwa jenis kelamin responden yang

Page 64: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

58

menjadi sampel dalam penelitian ini dijelaskan pada tabel 3.2 berikut

ini;

Tabel 3. 2Perbandingan Jenis Kelamin

Responden yang Terdaftar Sebagai PemilihTahun 2015

Jenis Kelamin Jumlah Responden Pesentase (%)

Laki-laki

Wanita

70

105

40

60

Jumlah 175 Orang 100

Sumber : Data Primer Olahan, tahun 2015

Dari tabel 3.2 ini menunjukkan bahwa responden yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini antara laki-laki dan perempuan

memiliki jumlah perbandingan yang tidak terlalu signifikan, meskipun

secara umum jumlah sampel wanita lebih banyak dibanding jumlah

sampel perempuan. Hal ini dikarenakan peneliti berasumsi bahwa

partisipasi politik dalam politik modern tidak membedakan gender.

Artinya hak dan kewajiban politik masyarakat dalam teori

politik modern tidak pernah di batasi oleh gender atau jenis kelamin.

Untuk lebih jelasnya melihat tingkat persentasi responden berdasarkan

jenis kelamin masyarakat Sambas yang menjadi sampel dalam

penelitian ini digambarkan pada gambar 3.2 berikut ini:

Page 65: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

59

Gambar 3.2Tingkat Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber : Data Primer Olahan, tahun 2015

Berdasarkan gambar 3.2 diatas menjelaskan bahwa partisipasi

politik responden perempuan yang menjadi sampel penelitian ini

sebesar 60% atau lebih besar dibanding responden laki-laki. Hal ini

karena dalam berdasarkan teori politik modern, permasalahan gender

saat ini tidak lagi menjadi batasan bagi seseorang untuk terlibat aktif

dalam dunia politik. Selain itu, responden dalam penelitian ini juga

tidak tersegmentasi pada satu jenis kelamin saja, melainkan secara

umum kepada laki-laki maupun perempuan.

c. Pendidikan

Pendidikan merupakan indikator yang juga mempengaruhi

keputusan seseorang dalam bertindak. Demikian pula halnya dalam

memutuskan untuk memilih dan terlibat dalam proses pemilu. Orang

yang berpendidikan tinggi akan cenderung lebih berhati-hati dalam

Page 66: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

60

menggunakan pilihan politik, serta lebih berfikir rasional dan matang

dalam menentukan pilihan politik dalam sebuah proses Pemilu maupun

Pilkada.

Untuk mengetahui tingkat pendidikan responden yang menjadi

sampel penelitian ini, dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3. 3Tingkat Pendidikan Responden yang Terdaftar Sebagai Pemilih

Tahun 2015Pendidikan Jumlah Responden Pesentase (%)

Tidak Tamat SD

SD-SMP

SMU-Diploma

Sarjana-Pascasarjana

12

24

118

21

6,9

13,7

67,4

12,0

Jumlah 175 Orang 100

Sumber : Data Primer Olahan, tahun 2015

Berdasarkan tabel 3.3 diatas menunjukkan bahwa sebagian

besar tingkat pendidikan responden yang menjadi sampel penelitian ini

adalah responden yang berada pada jenjang pendidikan SMU-

Diploma. Untuk lebih jelasnya melihat perbandingan gambaran tingkat

pendidikan responden tersebut, selanjutnya tergambar dari gambar 3.3

dibawah ini:

Page 67: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

61

Gambar 3.3Tingkat Persentase Responden Berdasarkan Pendidikan

Sumber : Data Primer Olahan, tahun 2015

Berdasarkan gambar 3.3 diatas menjelaskan bahwa tingkat

kecenderungan responden yang menjadi sampel penelitian ini

didominasi oleh responden yang berpendidikan SMU-Diploma yakni

sebesar 67,4% atau berjumlah 118 orang dari 175 total responden.

Selanjutnya responden yang menjadi sampel terkecil dalam penelitian

ini yakni berada pada rentang pendidikan yang tidak tamat SD yakni

sebesar 6,9% atau berjumlah 12 orang.

d. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan salah satu hal yang sangat mempengaruhi

keputusan seseorang dalam memilih dan menggunakan hak pilih dalam

sebuah proses demokrasi. Dari pekerjaan seseorang dapat diketahui

tingkat pendatapan dan ekonominya. Sehingga semakin baik pekerjaan

seseorang semakin besar pula pendapatan yang akan diperolehnya.

Page 68: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

62

Dan semakin besar pendapatan yang diperoleh seseorang maka

semakin mapan kehidupannya serta semakin matang pula pola pikirnya

yang berakibat pada semakin banyaknya pertimbangan yang

diambilnya dalam menentukan pilihan politik. Dengan kata lain antara

pekerjaan, pendapatan dan pengambilan keputusan politik cenderung

berbanding sejajar.

Untuk mengetahui perbandingan dan jumlah sampel pekerajaan

responden dalam penelitian ini, dapat dilihat pada tabel 3. 4 berikut:

Tabel 3. 4Perbandingan Pekerjaan

Responden yang Terdaftar Sebagai PemilihTahun 2015

Pekerjaan Jumlah Responden Pesentase (%)

PNS

Karyawan Swasta/Honorer

Petani/Nelayan

Wiraswasta/Pedagang/Lain-lain

47

43

34

51

26,9

24,6

19,4

29,1

Jumlah 175 Orang 100

Sumber: data Primer Olahan tahun 2015

Dari tabel 3.4 dapat di ketahui bahwa sebagian besar responden

dalam penelitian ini adalah para pekerja yang mandiri maupun ibu-ibu

rumah tangga yang mencapai angka 51 orang atau berjumla 29,1%.

Untuk lebih jelasnya dalam menggambarkan perbandingan

aktivitas/pekerjaan responden yang menjadi sampel dalam penelitian

ini dapat dilihat dari gambar 3.3 berikut ini;

Page 69: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

63

Gambar 3.4Tingkat Persentase Responden Berdasarkan Pekerjaan

Sumber: data Primer Olahan tahun 2015

Berdasarkan gambar 3.4 diatas menjelaskan bahwa tingkat

kecenderungan responden yang menjadi sampel penelitian ini

didominasi oleh responden yang bekerja pada sektor perdagangan,

usaha mandiri dan pekerjaan lain-lainnya yakni sebesar 29,1% atau

berjumlah 51 orang dari 175 total responden. Selanjutnya responden

yang menjadi sampel terkecil dalam penelitian ini yakni berada pada

responden yang bekerja sebagai petani/nelayan yakni sebesar 19,4%

atau berjumlah 34 orang.

Page 70: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

64

B. Tanggapan Responden Terhadap Faktor-Faktor Mempengaruhi Partisipasi

Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Di Kabupaten Sambas

Sistem politik di Indonesia menganut sistem demokrasi yang

memberikan hak kepada warga negarnya untuk terlibat langsung dalam

menentukan pemimpin Negara. Selanjutnya proses demokrasi tersebut

dijalankan melalui mekanisme Pemilu atau Pilkada yang melibatkan

masyarakat untuk terlibat langsung dalam menggunakan hak pilih mereka.

Namun, pada masa reformasi sekarang ini, gejala golput serta

gerakan golput cukup massif diserukan oleh sebagian kalangan. Hal ini

tidak lepas dari pemaknaan istilah golput yang telah mengalami

pergeseran. Perubahan paradigma bahwa memilih bukanlah kewajiban

seperti yang terjadi pada masa orde baru melainkan hak pemilih untuk ikut

atau tidak dalam Pemilu/Pilkada adalah bagian dari pilihan demokrasi itu

sendiri. Seiring dengan perubahan paradigma tersebut istilah golput pada

saat ini merupakan penyebutan untuk orang-orang yang tidak ikut dalam

Pemilu atau Pilkada.

Berbagai penjelasan mengenai golput di Indonesia khususnya di

Kabupaten Sambas hingga saat ini masih didasarkan pada asumsi dan

belum didasarkan pada riset yang kokoh. Pengamat dan penyelenggara

Pemilu memang kerap melontarkan pendapat tentang penyebab rendahnya

tingkat partisipasi pemilih. Tetapi berbagai penjelasan itu didasarkan pada

pengamatan dan bukan berdasarkan hasil riset atau hasil penelitian.

Page 71: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

65

Berdasarkan beberapa teori yang peneliti pahami hingga saat ini,

ada sejumlah penjelasan yang dikemukakan oleh para pengamat atau

penyelenggara Pemilu tentang penyebab adanya Golput. Pertama, masalah

administratif dan masalah teknis. Seorang pemilih tidak ikut memilih

karena terbentur dengan prosedur administrasi seperti tidak mempunyai

kartu pemilih, tidak terdaftar dalam daftar pemilih dan sebagainya. Atau

juga Seseorang memutuskan tidak ikut memilih karena tidak ada waktu

untuk memilih seperti harus bekerja di hari pemilihan, sedang ada

keperluan, harus ke luar kota saat hari pemilihan dan sebagainya.

Kedua, rendahnya keterlibatan atau ketertarikan pada politik

(political engagement) atau dalam istilah peneliti karena pilihan politik itu

sendiri. Seseorang tidak memilih karena tidak merasa tertarik dengan

politik, acuh dan tidak memandang Pemilu atau Pilkada sebagai hal yang

penting atau bahkan antipati terhadap Pemilu itu sendiri. Hal ini biasanya

disebabkan karena mereka menganggap sistem politik di wilayah tersebut

tidak lagi murni, jujur dan transparan. Melainkan hanya “dagelan” atau

sandiwara politik yang kotor, penuh kecurangan dan manipulasi hanya

untuk memenangkan pasangan calon atau partai tertentu. Dengan kondisi

dan dokrin demikian pilihan politik untuk golput atau tidak memilih adalah

pilihan rasional sebagai hak politik.

Pemilih dalam argumentasi kedua ini juga sering tidak mengikuti

Pemilu atau memutuskan tidak menggunakan hak pilihnya karena secara

sadar memang memutuskan untuk tidak memilih. Pemilu (Pilkada)

Page 72: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

66

dipandang tidak ada gunanya, tidak akan membawa perubahan berarti.

Atau tidak ada calon kepala daerah yang disukai dan sebagainya.

Ketiga masalah sosialisasi. Hal ini menjadi sangat penting karena

perkembangan dinamika politik begitu cepat (last minute), selain itu

perubahan mekanisme dalam menggunakan hal pilih juga yang cenderung

selalu berubah menjadi perhatian tersendiri pentingnya sosialisasi pada

masyarakat. Sebagai contoh perubahan mekanisme mencoblos pada

mencontreng yang selanjutnya dirubah kembali pada sistem mencoblos.

Mekanisme perubahan ini secara tidak langsung telah membuat masyarkat

bingun yang berakibat pada ketakutan dan ketidakfahaman mereka dalam

menggunakan hak pilih.

Terlepas dari itu semua penduduk di Indonesia sebagai besar

berada di pedesaan. Maka menyebarluaskan informasi Pemilu dinilai

pentingi, apalagi bagi masyarakat yang jauh dari akses transportasi dan

informasi, maka sosialisasi dari mulut ke mulut menjadi faktor kunci

mengurangi angka golput dalam meningkatkan partispasi pemilih.

Dari 3 (tiga) faktor diatas selanjutnya peneliti jadikan sebagai

indikator faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi pemilih di

Kabupaten Sambas. Analisis dibawah ini menjelaskan tanggapan

responden berdasarkan indikator dari ketiga variabel diatas.

Page 73: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

67

1. Faktor Adminstrasi dan Teknis (berwujud)

Masalah kependudukan, kepemilikan KPT, terdaftar atau tidaknya

sebagai pemilih merupakan salah satu indikotor penilaian yang dapat

mempengaruhi tingkat partisipasi pemilih. Selain itu, masalah teknis yang

meliputi masalah kesibukan pemilih, keberadaannya pada saat Pemilu atau

Pilkada berlangsung, merupakan hal yang juga sangat mempengaruhi

tingkat partispasi pemilih.

Masalah kependudukan dan kepemilikan KTP merupakan identitas

yang menjadi karakteristik setiap warga negara. Demikian pula halnya

dengan proses pemilihan umum atau Pilkada, terdaftar dan tercatat sebagai

daftar pemilih tetap merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan

keterlibatan seseorang pada sebuah proses demokrasi. Demikian pula

ketika dia sudah terdaftar namun tidak berada dilokasi tempat dia tinggal

saat hari pemilihan umum maka akan menjadi kendala tersendiri untuk

memenuhi haknya sebagai pemilih. Artinya masalah teknis dan

administrasi merupakan suatu kesatuan yang tidak bisa dilepaskan.

Faktor ini mencakup kondisi domisili tempat ia tinggal, pencatatan

identitas sebagai daftar pemilih tetap, juga mencakupi keadaan yang

bersangkutan, sibuk atau tidaknya pada saat pemilihan umum (Pemilu),

ada tidaknya halangan pada saat hari pemilihan umum. Hal-hal diatas akan

sangat mempengaruhi motivasi dan keinginan masyarakat untuk

berpartisipasi dalam proses pemilihan umum (Pemilu) atau Pilkada.

Page 74: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

68

Selanjutnya pada tabel 3.5 berikut dapat dilihat tanggapan

responden mengenai faktor Administrasi dan teknis yang mempengaruhi

tingkat partisipasi masyarakat dalam proses pemilihan umum (Pemilu) dan

Pilkada di Kabupaten Sambas.

Tabel 3.5Tanggapan Responden Mengenai Faktor Adminstrasi dan Teknis

Tahun 2015

No.

Item

Item pertanyaan Pilihan jawaban responden

A B C D

F % F % F % F %

1 Lama tinggal di Kabupaten Sambas 150 86,2 14 8,0 3 1,7 7 4,0

2Tanggapan responden mengenaikeyakinan terdaftar sebagai pemilih

167 96,0 6 3,4 0 - 1 0,6

3Tanggapan responden mengenaikeyakinannya mengikuti Pemilu/Pilkadadalam kondisi sakit

47 27,1 86 49,4 11 6,3 30 17,2

4Tanggapan respoden mengenaikeyakinannya mengikuti Pemilu/Pilkadaketika ada urusan pribadi

42 24,1 105 60,3 11 6,3 16 9,2

5Tanggapan responden mengenaikeyakinannya mengikuti Pemilu/Pilkadaketika di luar daerah

26 14,9 76 43,7 23 13,2 49 28,2

Sumber: Data Olahan, tahun 2015

Berdasarkan Tabel 3.5 dapat diketahui tanggapan responden

mengenai seberapa besar faktor administrasi dan teknis yang

mempengaruhi partisipasi pemilih. Dengan mengambil sampel pada

responden yang mayoritas sudah lama menetap atau melebihi 10 tahun

tinggal di Sambas, yakni sebesar (86,2%) atau berjumlah 150 orang

responden. Analisis pada tabel 3.5 juga menunjukkan bahwa sebagian

besar masyarakat Sambas yang menjadi responden atau mencapai angka

96%, sudah sangat yakin bahwa mereka terdaftar sebagai pemilih tetap

Page 75: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

69

pada pemilihan umum (Pemilu) atau Pilkada di Kabupaten Sambas.

Namun disisi lain dari penelitian ini juga ditemukan bahwa masyarakat

Sambas yang mestinya sudah mempunyai hak pilih dan sudah menetap di

Sambas ditemukan sebesar 3,4% yang masih belum terdaftar sebagai

Daftar Pemilih Tetap (DPT). Hal ini dikarenakan terdapatnya beberapa

responden atau warga masyarakat yang sudah tinggal di Sambas namum

belum mengurus surat pindah, atau tidak tercatat sebagai warga tetap

dimana mereka tinggal saat ini. Golongan ini meliputi para pekerja (PNS

atau pedagang) yang berasal dari kabupaten lain di Kabupaten Sambas

atau luar provinsi Kal-Bar.

Selanjutnya dari tabel 3.5 diatas juga menjelaskan bahwa sebesar

responden yaitu sebanyak 86 orang atau 49,4% responden mengatakan

bahwa akan mengikuti proses Pemilu atau Pilkada meskipun dalam

keadaan sakit. Analisis tabel 3.5 juga menjelaskan terdapat sebanyak

27,2% responden atau sebanyak 47 orang meyakini dengan sangat pasti

akan mengikuti proses Pemilu/Pilkada meskipun mereka dalam keadaan

sakit. Hal ini karena pada umumnya masyarakat Sambas sangat antusias

untuk mengikuti proses Pemilu atau Pilkada. Mereka beranggapan bahwa

Pemilu atau Pilkada tidak hanya hak warga Negara namun juga sebagai

kewajiban untuk berpartisipasi membangun dan menentukan nasib bangsa.

Masyarakat beranggapan bahwa budaya Pemilu atau Pilkada adalah hak

dan kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap masyarakat meskipun

dalam keadaan sakit sekalipun.

Page 76: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

70

Untuk Tanggapan responden mengenai keyakinan mereka

mengikuti proses Pemilu atau Pilkada meskipun ada urusan pribadi atau

pekerjaan, dari Tabel 3.5 juga digambarkan bahwa sebagian besar

responden yakni sebesar 60,3% atau sebanyak 105 orang responden

berkeyakinan akan mengikuti proses Pemilu atau Pilkada tersebut. Hal ini

juga membuktikan bahwa masyarakat Sambas pada umumnya merupakan

masyarakat yang sangat peduli serta senantiasa beritikad baik untuk

mensukseskan proses Pemilu dan Pilkada yang berlangsung.

Dari Tabel 3.5 juga dapat dilihat tanggapan respoden mengenai

keyakinan mereka untuk mengikuti Pemilu atau Pilkada ketika berada

diluar daerah Kabupaten Sambas. Ternyata sebesar 28,2% atau sebanyak

49 orang responden yakin tidak akan mengikuti proses Pemilu dan Pilkada

tersebut. Hal ini dikarenakan mereka beranggapan susah untuk mengurus

administrasi dan proses perpindahan hak memilih ketika berada di daerah

lain. Selain itu, hal ini juga didukung dari banyaknya para TKI atau

Mahasiswa asal Kabupaten Sambas yang masuk DPT di Kabupaten

Sambas namun tidak bisa menyalurkan hak pilih mereka dalam Pemilu

atau Pilkada. Angka ini mereka angka yang cukup tinggi menjadi

pengaruh besarnya angka golput yang menyebabkan rendahnya partisipasi

pemilih dalam proses Pemilu atau Pilkada di Kabupaten Sambas.

Page 77: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

71

2. Faktor Politik

Semakin besar kepedulian masyarakat terhadap proses Pilkada dan

Pemilu merupakan sebuah indikasi yang baik yang menjadi alat ukur untuk

melihat pemahaman politik masyarakat yang boleh dikatakan relatif tinggi.

Demikian pula sebaliknya ketika masyarakat mulai apatis atau acuh serta

merasa tidak penting lagi untuk mengikuti proses Pemilu atau Pilkada,

karena mungkin dianggap tidak berpengaruh terhadap kehidupan mereka,

atau merasa jenuh dengan sistem politik yang dianggap hanya sebuah

sandriwara, atau justru merasa kecewa terhadap partai dan calon yang

diusung dalam Pemilu atau Pilkada, hal ini merupakan sebuah indikasi

awal bahwa masyarakat perlu mendapatkan pendidikan politik secara tepat

dan benar agar partisipasi masyarakat dalam proses Pemilihan Umum bisa

meningkat.

Pemahaman, kepedulian dan perhatian masyarakat terhadap proses

politik yang dapat terefleksikan dari proses keikutsertaan mereka pada

proses Pemilu atau Pilkada merupakan salah satu poin penting yang harus

kaji dan diperhatikan secara mendalam.

Tabel 3.6 berikut ini dapat dilihat tanggapan responden

mengenai analisis faktor politik yang mempengaruhi tingkat partisipasi

pemilih dalam proses Pemilu atau Pilkada di Kabupaten Sambas.

Page 78: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

72

Tabel 3. 6Tanggapan Responden Mengenai Faktor Politik

Tahun 2015

No.

Item

Item pertanyaan Pilihan jawaban responden

A B C D

F % F % F % F %

1Tanggapan Responden mengenaiseberapa penting Pemilu/Pilkada

82 47,1 87 50,0 1 0,6 4 2,3

2Tanggapan responden mengenaiPengaruh Pemilu terhadap sistem politik

88 50,6 72 41,4 2 1,1 12 6,9

3Tanggapan responden mengenaipemahaman masyarakat terhadap pilihanpolitik dalam Pemilu

19 10,9 86 49,4 55 31,6 14 8,0

4Tanggapan respoden mengenai tingkatkepuasan masyarakat terhadappartai/calon pemimpin

7 4,0 65 37,4 49 28,2 53 30,5

5Tanggapan responden mengenai MoneyPolitik partisipasi masyarakat dalamPemilu

47 27,0 51 29,3 13 7,5 63 36,2

6Tanggapan responden mengenaitindakan bagi partai/calon yangmemberikan uang

108 62,1 19 10,9 27 15,5 20 11,5

Sumber: Data Olahan, tahun 2015

Berdasarkan Tabel 3.6 sebagian besar responden (50,0%)

sebanyak 87 orang Proses Pemilu atau Pilkada merupakan suatu hal

yang penting. Atau bahkan sebanyak 82 orang atau sebanyak 47,1 %

menganggap bahwa Pemilu merupakan hal yang sangat penting.

Tanggapan ini memberikan argumentasi bahwa masyarakat Sambas

pada umumnya masih sangat peduli dan antusias mengikuti

pelaksanaan Pemilu/Pilkada di Kabupaten Sambas ketika tidak ada

halangan. Argumentasi ini juga dibuktikan dari besarnya tanggapan

responden dari tabel 4.6 yakni sebanyak 50,6% atau sejumlah 88 orang

yang menyatakan bahwa Pemilu/Pilkada sangat berpengaruh terhadap

Page 79: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

73

sistem politik, juga sebanyak 41,4% atau 72 responden yang

menyatakan Pemilu/Pilkada berpengaruh terhadap sistem politik.

Artinya ketika ditotalkan dari 2 (dua) tanggapan ini sebesar 92 %

masyarakat Sambas menganggap bahwa Pemilu itu sangat penting dan

menentukan arah politik bagi mereka. Sisa hanya sebesar 8% yang

menjawab ragu-ragu atau tidak penting.

Berdasarkan tabel 3.6 juga kita bisa melihat tanggapan

masyarakat terhadap pemahaman politik utamanya yang terkait dengan

calon/partai politik. Sebagian besar responden yakni 49,4% atau

sebanyak 86 orang menyatakan mengetahui siapa dan apa visi misi

partai yang mereka pilih. Namun sebanyak 55 orang atau sebesar

31,6% masyarakat yang ragu-ragu terhadap pemahaman mereka akan

calon/partai politik yang mereka pilih.

Namun ketika ditanya tentang tingkat kepuasan responden

terhadap kinerja dari partai/calon yang mereka pilih dalam Pemilu atau

Pilkada sebanyak 30,5% atau sebanyak 63 orang menyatakan tidak

puas terhadap pilihan mereka. Hal ini membuktikan pemahaman

masyarakat dan tingkat kekecewaan masyarakat terhadap sistem politik

dan hasil Pemilu/Pilkada masih cukup tinggi. Atau indikasi ini juga

membuktikan masyarakat peduli dan mengawasi kinerja pilihan

mereka dalam proses Pemilu/Pilkada.

Adapun respon masyarakat terkait tentang politik uang,

sebagian responden masyarakat yakni sebanyak 36,2% dari total

Page 80: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

74

responden menganggap bahwa politik uang tidak lagi berpengaruh

terhadap proses demokrasi di Kabupaten Sambas. Namun disisi lain

responden yang beranggapan bahwa politik uang berpengaruh juga

cukup signifikan yakni sebesar 29,3 % atau sebanyak 51 orang. Dan

bahkan sebanyak 27,0% menggangap bahwa politik uang masing

sangat besar pengaruhnya. Artinya ketika ditotalkan antara orang yang

menjawab masih bahwa politik uang berpengaruh dan sangat

berpengaruh jumlah ini cukup signifikan yakni sebanyak 56,3%, atau

melebihi separuh dari total responden.

Selanjutnya mengenai tanggapan masyarakat terhadap sikap

mereka dalam menyikapi politik uang, juga bisa kita lihat dari tabel

Tabel 3.6, dimana sebagian besar responden yakni sebesar 62,1% akan

menolak uang yang diberikan dan tidak memilih partai/calon tersebut.

Hal ini menunjukkan kedewasaan pemilih dan tingkat rasionalisasi

pemilih di Kabupaten Sambas sudah cukup baik. Namun disis lain dari

analisis tabel 3.6 juga kita temukan sebesar 11,5% atau sebanyak 20

responden masih mau memilih dan bahkan mengambil uang dari orang

yang melakukan politik uang. Hal ini dengan alasan bahwa uang yang

diberikan tersebut adalah rezeki sekaligus amanah yang harus

dilakukan, sehingga pilihan mereka cenderung akan mengambil uang

tersebut dan memilih orang tersebut sebagai konsekwensi dari

kesediaan mereka menerima uang.

Page 81: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

75

3. Faktor Sosialisasi

Indikator lain yang tak kalah penting untuk di perhatikan dalam

melihat hal yang mempengaruhi tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten

Sambas adalah masalah Sosialisasi. Hal ini merupakan faktor yang

mencakup kemampuan para penyelenggara Pemilu (KPU) untuk

bekerjasama dengan semua pihak dalam memberikan pemahaman dan

kepedulian terhadap para pemilih dan terdaftar dalam sebuah proses

demokrasi. Faktor sosialisasi ini merefleksikan komitmen, keseriusan

sekaligus kesiapan dari para pelaksana Pemilu utamanya KPU untuk

memberikan pelayanan dan pemahaman pada masyarakat yang menjadi

objek sebuah demokrasi.

Pelaksana Pemilu/Pilkada harus mampu untuk merespon dan

melihat tingkat pemahaman pemilih. Apalagi dalam beberapa pelaksanaan

Pemilu terjadi beberapa perubahan untuk mencoblos yang diubah dengan

menconteng, selanjutnya kembali diubah dengan sistem mencoblos.

Perubahan ini mestinya diikuti dengan sosialisasi yang massif pada

masyarakat, agar tidak terjadi kebingungan.

Berikut ini Tabel 3.7 dapat dilihat tanggapan responden mengenai

faktor sosialisasi yang menjadi salah satu pengaruh terpenting dalam

mengukur partisipasi pemilih dalam proses Pemilu/Pilkada di Kabupaten

Sambas;

Page 82: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

76

Tabel 3. 6Tanggapan Responden Tentang Faktor Sosialisasi

Tahun 2015

No.

Item

Item pertanyaan Pilihan jawaban responden

A B C D

F % F % F % F %

1Tanggapan Responden mengenaikeyakinan dan kefahaman sosialisasi

16 9,2 134 77,0 4 2,3 20 11,5

2Tanggapan Responden mengenaikuantitas pelaksanaan sosialisasi

112 64,4 34 19,5 1 0,6 27 15,5

3Tanggapan Responden mengenai Bentuksosialisasi

78 44,8 13 7,5 42 24,1 41 23,6

4Tanggapan responden mengenai manfaatsosialisasi

64 36,8 97 55,7 7 4,0 6 3,4

5Tanggapan respoden mengenaikefahaman mencoblos

65 37,4 103 59,2 1 0,6 5 2,9

6Tanggapan responden mengenaipengaruh lingkungan terhadappartisipasi pemilih

34 19,5 71 40,8 25 14,4 44 25,3

Sumber: Data Olahan, tahun 2015

Dari Tabel 3.6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

yakni sebesar 77,0 % atau sebanyak 134 sampel mengatakan bahwa sudah

mengetahui dan faham tentang tata cara pemilihan umum dari sosialisasi.

Artinya jawaban responden ini juga membuktikan bahwa sosialisasi secara

umum sangat berperan dalam memberikan pendidikan politik pada

masyarakat.

Adapun bentuk sosialisasi yang paling bermanfaat dan dianggap

paling memberikan kontribusi dan pemahaman pada masyarakat adalah

sosialisasi dengan tatap muka. Dimana sebanyak 44,8% atau sejumlah 78

orang responden mengakui telah mengikuti mekanisme sosialisasi seperti

ini. Selanjutnya sosialisasi yang juga besar memberikan pemahaman pada

masyarakat adalah dari media massa. Masyarakat menganggap bahwa

Page 83: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

77

media massa merupakan sarana yang sangat efektif dalam mengedukasi

mereka untuk memahami proses dan mekanisme Pemilu/Pilkada.

Sebanyak 24,1% masyarakat melihat media masa berperan dalam

memberikan pemahaman dalam proses dan mekanisme pemilihan umum.

Mudahnya akses dan besarnya pengaruh media massa pada masyarkat

dianggap sebagai salah satu faktor penyebab pentingnya sosialisasi dari

metode ini.

Selanjutnya dari Tabel 3. 6 juga di jelaskan bahwa sebagian besar

responden yakni sebesar 55,7 % menganggap bahwa sosialisasi

bermanfaat bagi mereka dalam memberikan pemahaman tata cara

mengikuti proses Pemilu atau Pilkada agar tidak terjadinya kesalahan dan

hilangnya suara dalam proses demokrasi tersebut. Hal ini juga berakibat

pada tingginya tingkat pemahaman responden dalam hal mengetahui

mekanisme Pemilu/Pilkada yang mereka itu. Sebanyak 59,2% atau 103

masyarakat yang menjadi responden, sudah yakin dan faham terhadap

proses dan mekanise Pemilu/Pilkada. Dan bahkan sebanyak 37,4%

responden sangat yakin apa yang mereka lalukan dalam tata cara dan

proses pemilihan umum sudah sesuai dan tidak salah. Artinya ketika

dikalkulasikan total jawaban responden dari 2 (dua) item pertanyaan ini,

yakni 96,6 % responden sudah faham bentuk dan mekanisme mengikuti

proses Pemilu/Pilkada. Sisanya sebasar 3,4% yang berada pada jawaban

lain yakni ragu-ragu atau tidak tahu.

Page 84: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

78

Membangun kesadaran masyarakat mengenai pemilihan umum

merupakan suatu keharusan. Masyarakat harus diberi education mengenai

berbagai hal yang bersangkutan mengenai Pemilu, tidak hanya mengenai

teknis pelaksanaan Pemilu namun juga mengenai bagaimana menentukan

pilihan dalam Pemilu, sehingga masyarakat mengetahui arti pentingnya

diselenggarakannya Pemilu. Hal ini sangat penting untuk menumbuhkan

kesadaran masyarakat dalam berpolitik. Masyarakat yang telah sadar untuk

berpolitik adalah masyarakat yang berpolitik berdasarkan kesadaranya

sendiri, tanpa pengaruh pihak luar ataupun money politik. Karena

bagaimanapun arti benarnya demokrasi adalah partisipasi dan kedaulatan

rakyat yang hakiki di mana masyarakat bebas menentukan partisipasinya.

C. Analisis Indeks Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Umum

Analisis selanjutnya dilakukan dengan melakukan analisis indeks.

Analisis ini dilakukan dengan mentotalkan jumlah jawaban responden dari

tiap faktor yang meliputi 175 total responden, selanjutnya disusun dengan

skala indeks. Adapun Total nilai indeks adalah 4 pada setiap angket yang

telah disusun. Dengan menggunakan kriteria 3 kotak (Three–box Method),

maka rentang 4 (0,1-4,00) akan menghasilkan rentang sebesar 1,33 yang

akan digunakan sebagai dasar interprestasi nilai indeks. Adapun

interpretasi nilai indeks yang dimaksud adalah sebagai berikut;

Page 85: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

79

1. Dengan skor nilai 0,10 - 1,33 atau mempunyai pengaruh yang paling

besar karena mempunyai skor yang paling rendah, menjauhi nilai

indeks opitimal yang ditentukan.

2. Dengan skor nilai 1,34 - 2,66 dengan asumsi sedang atau mempunyai

pengaruh yang sedang.

3. Dengan skor nilai 2,67 - 4,00 atau mempunyai pengaruh yang paling

rendah, mendekati nilai harapan optimal dari indeks yang ditentukan.

Selain itu, dalam membuat interpretasi terhadap hasil skor dari

skala indeks tersebut, peneliti mencari tambahan informasi melalui

observasi dilapangan serta wawancara mendalam dengan beberapa sumber

yang dianggap kompeten dan bisa menjawab masalah penelitian.

Adapun skor total yang selanjutnya diformulasikan dalam skala

indeks dari tiap-tiap faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi pemilih

dalam proses Pemilihan Umum (Pemilu) atau Pemilihan Kepala Daerah

(Pilkada) di Kabupaten Sambas dapat dilihat dari tabel 3.7 berikut ini;

Tabel 3.7Hasil Perhitungan Analisis Indeks

Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Pemilihdi Kabupaten Sambas

No Item Skor Indeks1. Faktor Administrasi dan teknis 1,752. Faktor Politik 2,113. Faktor Sosialisasi 1,98

Sumber: Data Primer olahan, Tahun 2015

Berdasarkan tabel 3.7 diatas menunjukkan bahwa pada umumnya

semua faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi pemilih di

kabupaten Sambas mempunyai skala pada wilayah sedang. Tidak ada nilai

Page 86: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

80

yang berada pada rentang 0,1 -1,33 atau pada derajat rentang rendah dan

tidak ada pula yang berapa pada skor nilai derajat rentang tinggi pada

rentang 2,67- 4,00.

Lebih lanjut berdasarkan tabel 3.7 diatas menunjukkan bukti bahwa

faktor administrasi dan teknis mempunyai skor nilai paling rendah. Atau

merupakan variabel yang paling jauh dari nilai harapan yakni sebesar 1,75.

Hal ini memberikan bukti bahwa faktor administrasi dan teknis adalah

faktor yang paling dominan menyebabkan rendahnya partisipasi pemilih di

Kabupaten Sambas. Adapun faktor berikutnya adalah faktor sosialisasi

yang mencapai skor nilai 1,98 dan terakhir adalah pada faktor politik yang

mencapai nilai 2,11.

Besarnya faktor administrasi dan teknis yang mempengaruhi

tingginya angka golput di Kabupaten Sambas disebabkan oleh banyaknya

pemilih yang terdaftar namun pada hari pemilihan tidak berada ditempat.

Hal ini diakui berdasarkan wawancara peneliti dengan SR dan RM yang

merupakan petugas TPS di Kecamatan Teluk Keramat dan Kecamatan

Selakau. Demikian pula hasil wawancara peneliti dengan HR di

Kecamatan Tekarang menjelaskan bahwa ketidak hadiran pemilih pada

saat pemungutan suara bukanlah hal yang disengaja namun karena mereka

memang tidak berada ditempat.

Lebih lanjut menurut SR selaku petugas TPS di Desa Sekura

menjelaskan bahwa saat ini DPT (Daftar Pemilih Tetap) merupakan daftar

pemilih yang masih mencantumkan nama-nama masyarakat yang

Page 87: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

81

sebenarnya berstatus mahasiswa atau TKI yang mungkin atau boleh

dipastikan tidak bisa hadir pada hari saat pemungutan suara. Hal ini

menurut SR merupakan faktor yang paling tinggi menyebabkan rendahnya

partisipasi pemilih di daerahnya. Lebih lanjut menurut SR sebenarnya

kesadaran pemilih untuk berpartisipasi dalam proses Pemilu/Pilkada cukup

tinggi, hal ini dibuktikan dari antusias masyarakat untuk hadir pada saat

hari pemungutan suara, namun kendala teknis meliputi tidak adanya di

tempat, sementara mereka adalah nama-nama yang terdaftar di DPT

menjadi permasalahan tersendiri oleh para petugas di tingkat TPS.

Lebih lanjut menurut pengakuan RM yang merupakan petugas TPS

di Kecamatan Selakau menjelaskan bahwa kultur dan budaya masyarakat

Sambas pada umumnya adalah masyarakat yang sangat peduli dan antusias

mengikuti proses Pemilu atau Pilkada. Lebih lanjut RM menjelaskan

bahwa adalah keliru, ketika dikatakan bahwa tingkat golput di Sambas

tinggi karena faktor budaya atau masyarakat yang enggan pergi ke TPS.

Justru yang terjadi menurut RM, di Kabupaten Sambas khususnya di

Kecamatan Selakau pada umumnya akan mempunyai perasaan malu ketika

tidak datang ke TPS untuk mencoblos. Bahkan yang terjadi ketika mereka

sakit atau berhalangan tetap akan memaksakan diri pergi ke TPS, karena

mereka akan di cap sebagai orang yang tidak peduli. Namun lebih lanjut

menurut RM hal utama yang menjadikan rendahnya partisipasi pemilih

adalah masalah teknis dimana orang yang terdaftar di DPT yang tidak bisa

hadir pada saat hari pencoblosan karena berada diluar kota.

Page 88: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

82

Tidak hadirnya masyarakat yang terdaftar sebagai pemilih pada

hari pencoblosan bukanlah hal yang disegaja. Masyarakat yang tidak hadir

pada saat hari pencoblosan adalah para mahasiswa dan para pekerja TKI di

luar daerah. Dan faktor ini merupakan faktor utama yang menyebabkan

besarnya angka Golput atau rendahnya partisipasi pemilih di Kabupaten

Sambas.

Berdasarkan analisis perhitungan indeks pada tabel 3.7,

menjelaskan bahwa variabel kedua yang memberikan sumbangan

rendahnya partisipasi pemilih di Kabupaten Sambas adalah masalah

sosialisasi dengan skor nilai indeks sebesar 1,98. Berdasarkan hasil

wawancara dengan SR salah satu hal yang juga harus diminimalisir dalam

mengurangi angka golput adalah meminimalisir suara tidak sah.

Terjadinya kesalahan mencoblos yang berdampak pada terdapatnya

suara tidak sah merupakan salah satu dampak dari kurangnya sosialisasi

yang diterima oleh masyarakat utamanya pada pemilih pemula. Kesalahan

tersebut meliputi tidak mencoblos tepat pada kolom yang disediakan, atau

keluar kolom/kotak suara sah, atau mencoblos dengan tidak tembus atau

juga karena adanya suara rusak, karena tersobek akibat kurang telitinya

pemilih dalam proses mencoblos. Beberapa kesalahan ini merupakan

kesalahan atau kekeliruan yang sering terjadi dalam beberapa

Pemilu/Pilkada di Kabupaten Sambas. Kurang teliti dan terjadinya

kesalahan yang dilakukan oleh pemilih merupakan bukti bahwa kurangnya

edukasi politik pada masyarakat.

Page 89: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

83

Berdasarkan tabel 3.6 menunjukkan bahwa faktor yang paling kecil

dalam mempengaruhi tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Sambas

adalah faktor politik yang mempunyai nilai indeks sebesar 2,11. Secara

umum, merupakan sebuah gambaran bahwa sesungguhnya masyarakat

Sambas tidak terlalu mempersoalkan siapa calon atau partai yang terlibat

dalam Pemilu/Pilkada, sehingga siapapun yang menjadi kandidat

calon/partai yang mencalonkan diri sebagai pemimpin/wakil mereka dalam

Pemilu/Pilkada masyarakat tetap akan berpartisipasi dalam pesta

demokrasi tersebut. Lebih lanjut analisis ini juga menunjukkan bahwa

secara umum masyarakat Sambas tidak terlalu memahami dan peduli

terhadap konflik internal/eksternal elit partai. Secara umum, masyarakat

Sambas akan selalu mendukung pelaksanaan Pemilu/Pilkada.

Page 90: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

84

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam

Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Pemilu diselenggarakan dengan

tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk

pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam

rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

Akan tetapi masalah terbesar dalam Pemilu dan Pilkada bukanlan hanya

pada sistem Pemilu itu sendiri. Melainkan juga terkait masalah pendidikan politik

serta pemahaman masyarakat untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk memilih golput

dan tidak menggunakan haknya sebagai seorang pemilih. Pemilu akan dinyatakan

berhasil dengan baik jika jumah pemiih mencapai angkat diatas 75% dari jumlah

seluruh pemilih yang ada.

Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh peneliti, setidaknya terdapat 3

(tiga) faktor yang bisa mempengaruhi tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten

Sambas meliputi;

Page 91: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

85

1. Faktor Administrasi dan Teknis, faktor ini merupakan faktor yang paling

dominan mempengaruhi angka partisipasi pemilih dalam Pemilu/Pilkada

di Kabupaten Sambas. Berdasarkan analisis indeks dari penelitian ini, nilai

indeks pada faktor ini sebesar 1,75 atau mempunyai nilai terkecil. Hal ini

dikarenakan masih banyaknya masyarakat yang tercatat sebagai pemilih

tetap namun tidak berada di wilayah Kabupaten Sambas pada saat hari

pemungutan suara.

2. Faktor kedua yang mempengaruhi angka partisipasi pemilih dalam

Pemilu/Pilkada di Kabupaten Sambas adalah faktor Sosialisasi.

Berdasarkan analisis indeks nilai skor indeks pada variabel ini sebesar

1,98. Masalah utama yang ditemukan dalam masalah sosialisasi umumnya

terjadi pada masalah kesalahan mencoblos yang berdampak pada

terdapatnya suara tidak sah. Hal ini merupakan efek dari kurangnya

sosialisasi yang diterima oleh masyarakat.

3. Faktor ketiga yang mempengaruhi angka partisipasi pemilih dalam

Pemilu/Pilkada di Kabupaten Sambas adalah masalah politik yakni sebesar

2,11. Variabel ini merupakan indikator yang paling kecil mempengaruhi

angka partisipasi pemilih. Kecilnya pengaruh politik dalam mempengaruhi

angka partisipasi pemilih merupakan gambaran bahwa secara politik

sesungguhnya masyarakat Sambas sangat antusias untuk terlibat dan

berpartisipasi dalam proses demokrasi.

Page 92: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

86

B. Rekomendasi dan Saran

Beradasarkan hasil temuan dilapangan dan terdapat beberapa rekomendasi

dan saran yang ingin peneliti sampaikan sebagai berikut:

1. Pemerintah melalui KPU dan KPUD hendaknya menyusun dan

mensingkronisasikan DPT yang disesuaikan dengan kondisi dan domisili

penduduk. Hal ini dalam rangka mengurangi rendahnya angka partisipasi

pemilih.

2. Pemerintah melalui KPU dan KPUD hendaknya membuat regulasi yang

jelas terhadap mekanisme suara/pergantian suara pada masyarakat yang

terdaftar sebagai DPT namun tidak berada di tempat pada saat pemungutan

suara.

3. Pemerintah melalui KPU dan KPUD hendaknya membentuk tim khusus

yang bertugas memberikan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat

utamanya untuk menangani pemilih pemula maupun pemilih yang sudah

berpengalaman, mulai dari mengenalkan peraturan, mempersiapkan,

membimbing mereka dalam menggunakan hak pilih secara baik, mandiri

dan bertanggung jawab. Hal ini untuk menghindari rusaknya suara dan

hilangnya hak pilih bagi masyarakat.

4. Pemerintah melalui KPU dan KPUD hendaknya menyediakan media dalam

memberikan pendidikan politik dan membuka akses informasi politik yang

mudah, efektif dan berkesinambungan bagi masyarakat sebagai upaya

memberikan pemahaman politik yang komprehensif pada masyarakat.

Page 93: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

87

DAFTAR PUSTAKA

Arianto, Bismar, Analisis Penyebab Masyarakat Tidak Memilih dalam Pemilu,Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Pemerintahan, Vol. 1, No. 1, 2011, hal. 51-60.

Baharuddin.N.Sh.Sip. Optimalisasi Peran Partai Politik dalam MeningkatkanPartisipasi Politik Masyarakat pada Pemilu Legislatif BerdasarkanUndang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik (Studi diKalimantan Barat, (Universitas Tanjungpura Pontianak; Kalimantan Barat,2014)

Cooper, Donald, R,C. William Emory, Metode Penelitian Bisnis, Edisi Kelima,Jilid I, Terjemahan Dra. Ellen G. sitompul, (Jakarta: Penerbit Erlangga, ,1996)

Data KPU Kabupaten Sambas 2015, Sambas Kalimantan Barat.

Gatara Sahid. AA & Said Dzulkiah, Sosiologi Politik, (Yogyakarta: PustakaSetia, 2007)

Huntington Samuel P. & Nelson John, Partisipasi Politik di Negara berkembang,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994)

Ichasul, Amal, Teori-teori Mutakhir Partai Politik (Yogyakarta: Tiara Wacana,1988)

Idrus, Muhammad.. Metode Penelitian Ilmu Sosial Penelitian Kualitatif danKuantitatif, (Yogyakarta : Gelora Aksara Pratama, 2009)

Panuji, Redi, Studi Politik Oposisi dan Demokrasi (Yogyakarta: Interprebook,2009)

Ramlan, Surbakti, Memahami Ilmu Politik, (Jakarta: Grasindo, 1999)

Saleh, Hasanuddin M., “Perilaku Tidak Memilih Dalam Pemilihan Kepala Daerah(Pilkada) Langsung Di Riau: Suatu Bahasan Awal”, Makalah pada seminaryang diselenggarakan Program Studi Ilmu Politik Pasca SarjanaUniversitas Riau, 2 September 2007 di Pekanbaru

Sanit, Arbi, “Aneka Pandangan Fenomena Golput”, (Jakarta: Pustaka SinarHarapan, 1997)

Santoso, Singgih, Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12.00,(Jakarta: Elex Media Komputindo, 2005)

Page 94: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

88

Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, , 2003)

…………., Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2004)

Singarimbun, Masri dan Sopian Efendi, Metode Penelitian Survey, Edisi Revisi,(Jakarta: Penerbit LP3S, 1995)

Sastroatmodjo, Sudijono. Partisipasi Politik, Semarang: (Semarang: IKIP Press,

1995)

Suryadi, Budi, Sosiologi Politik Sejarah, Definisi dan Perkembangan Konsep.

(Yogyakarta: IRCiSoD, 2007)

Sigit, Soehardi, Pengantar Metodologi Penelitian Sosial, Bisnis, Manajeman,Edisi Revisi, (Yogyakarta: BPFE UST, 2003)

Wahid, Abdurrahman, Halim HD, Dkk. Mengapa Kami Memilih Golput, (Jakarta:Sagon. 2009)

Tim Peneliti USU, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Golongan Putihpada masyarakat Kecamatan Medan Helvetia dalam Pemilu Legislatif2009, (Medan : Universitasi Sumatra Utara, 2009)

Wahyu Rahma Dani, Partisipasi Politik Pemilih Pemula Dalam Pelaksanaan

Pemilu Tahun 2009 Di Desa Puguh Kecamatan Boja Kabupaten Kendal.

Skripsi Universitas Negeri Semarang 2010

---------------, “Kabupaten Sambas Dalam Angka Tahun 2013”, BPS KabupatenSambas, Sambas.

---------------, “Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD) 2012-2016”, Pemda Sambas, Sambas.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penyelenggara Pemilihan Umum

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang pemilihan umum anggota DPR,

DPD, dan DPRD

Page 95: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

89

ANGKET PENELITIAN

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi tingkat PartisipasiMasyarakat dalam Pemilihan Umum di Kabupaten Sambas

A. Identitas Responden

N a m a : ……………………………….Kecamatan : ……………………………….Jenis Kelamin : ………………………………Umur : ……… Tahun

Pendidikan : 1. Tidak Tamat SD2. SD - SMP3. SMA - Diploma4. Sarjana – Pasca Sarjana

Pekerjaan : 1. PNS2. Karyawan Swasta/Honor3. Petani/Nelayan4. Wiraswasta/Pedagang/Lain-lain

Masala PenelitianA. Faktor Administrasi dan Teknis

1. Sudah berapa tahun anda tinggal di daerah ini ?A. Diatas 10 tahun C. dibawah 2-5 tahunB. Antara 5-10 tahun D. dibawah 2 tahun

2. Apakah anda sudah terdaftar sebagai pemilih ?A. Sudah B. Belum C. Ragu-ragu D. Tidak tahu

3. Sudah berapa kali anda mengikuti Pemilu/Pilkada ?A. Lebih dari 3 kali B. 3 kali C. 2 kali D. 1 kali

4. Ketika anda sakit apakah anda juga akan mengikuti Pemilu?A. Pasti Ikut C. Ragu-raguB. Ikut D. Tidak Ikut

5. Ketika anda urusan pribadi/pekerjaan apakah anda juga akan mengikuti Pemilu?A. Pasti Ikut C. Ragu-raguB. Ikut D. Tidak Ikut

6. Ketika anda berada diluar kota apakah anda juga akan mengikuti Pemilu?A. Pasti Ikut C. Ragu-raguB. Ikut D. Tidak Ikut

Page 96: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

90

B. Faktor Politik7. Apakah pemilu penting bagi saudara?

A. Sangat Penting C. Kurang PentingB. Penting D. Tidak Penting

8. Menurut anda apakah ada pengaruh pemilu terhadap sistem politik saat ini ?A. Sangat berpengaruh C. Kurang berpengaruhB. Berpengaruh D. Tidak berpengaruh

9. Apakah anda memahami dan mengenali calon/partai politik yang anda pilih?A. Sangat Mengetahui C. Kurang MengetahuiB. Mengetahui D. Tidak Mengetahui

10. Apakah anda merasa puas dengan partai/calon yang mencalonkan diri?A. Sangat puas B. Puas C. ragu-ragu D. Tidak Puas

11. Sejauh mana pengaruh money politic “politik uang” terhadap partisipasi andadalam pemilu ?

A. Sangat berpengaruh C. Ragu-raguB. Berpengaruh B. Tidak berpengaruh

12. Ketika ada calon/partai yang memberikan sejumlah uang apa yang andalakukan?

A. Tidak Menerima dan Tidak Memilihnya C. Menerima dan Tidak MemilihnyaB. Tidak Menerima dan Memilihnya D. Menerima dan Memilihnya

C. Faktor Sosialisasi13. Apakah pernah diadakan sosialisasi tentang pemilu?

A. Sering B. Pernah C. Ragu-ragu D. Tidakpernah

14. Jika pernah, berapa kali sosialisasi tersebut diadakan ?A. 1 kali B. 3 Kali C. 5 Kali D. Lebih dari

5 Kali

15. Jika melalui sosialisasi, sosialisasi seperti apakah yang pernah anda alami ?A. Tatap Muka C. Media massaB. Door to door D. Baliho

16. Apakah sosialisasi bermanfaat bagi anda selaku pemilih ?A. Sangat bermanfaat C. Kurang bermanfaatB. Bermanfaat D. Tidak bermanfaat

Page 97: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masy. (KPU ...

91

17. Apakah anda menegetahui cara mencoblos ?A. Sangat tahu C. Kurang tahuB. Tahu D. Tidak tahu

18. Apakah pengaruh lingkungan terhadap partisipasi anda dalam pelaksanaanpemilu?

A. Sangat berpengaruh C. Kurang berpengaruhB. Berpengaruh D. Tidak berpengaruh