FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

117
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA YAYASAN SOSIAL DI JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) Oleh : Alevia Rahma Deswanda NIM : 11140700000040 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/ 2019 M

Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI

REMAJA YAYASAN SOSIAL DI JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh :

Alevia Rahma Deswanda

NIM : 11140700000040

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/ 2019 M

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

ii

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI

REMAJA YAYASAN SOSIAL DI JAKARTA SELATAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh :

Alevia Rahma Deswanda

NIM : 11140700000040

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1441 H/ 2019 M

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

iii

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

iv

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

v

MOTTO

“When we are no longer able to change a situation, we are

challenged to change ourselves.”

-Victor Frankl

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

vi

ABSTRAK

A) Fakultas Psikologi

B) Desember 2019

C) Alevia Rahma Deswanda

D) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Remaja Yayasan Sosial di

Jakarta Selatan

E) xv + 75 halaman + lampiran

F) Penelitian ini dilakukan untuk mengukur pengaruh self-esteem, gratitude,

dukungan sosial dan faktor demografi terhadap resiliensi remaja yayasan

sosial di Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

variabel dukungan sosial dilihat dari perceived social support (family,

friends and significant other) dan variabel faktor demografi (jenis kelamin,

usia, status anak). Subjek pada penelitian ini sebesar 246 orang, dengan

teknik purposive sampling. Skala yang digunakan pada penelitian ini

Adollesent Resilience Scale (ARS - Oshio, Kaneko, Nagamine, & Nakaya

2002), Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES - Rosenberg 1965), Gratitude

Questionaire-6 (GQ6 - McCullough, Emmons & Tsang 2002),

Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS – Zimet,

Dahlem, Zimet & Farley, 1998). Uji validitas alat ukur dalam penelitian

ini menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) serta Multiple

Regression Analysis digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah ada pengaruh yang

signifikan dari self-esteem, gratitude, dukungan sosial dan faktor

demografi terhadap resiliensi remaja yayasan sosial di Jakarta Selatan.

Hasil proporsi varians memiliki sumbangan keseluruhan sebesar 46,8%

sedangkan 53,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

G) Bahan bacaan: buku: 15 + thesis: 1 + disertasi: 3 + jurnal: 63

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

vii

ABSTRACT

A) Faculty of Psychology

B) December 2019

C) Alevia Rahma Deswanda

D) Factors Affecting of Resilience Social Foundation Youth in South Jakarta

E) xv + 75 pages + attachments

F) This research was conducted to measure the effect of self-esteem,

gratitude, social support and demographic factors on the resilience of

young social foundations in South Jakarta. In this study, researcher used

social support variable that seen by perceived social support (family,

friends and significant others) and demographic factors (gender, age, child

status). The subjects in this study were 246 people, with a purposive

sampling technique. The scale used in this study used the Adollesent

Resilience Scale (ARS - Oshio, Kaneko, Nagamine, & Nakaya 2002),

Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES - Rosenberg 1965), Gratitude

Questionaire-6 (GQ6 - McCullough, Emmons & Tsang 2002),

Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS – Zimet,

Dahlem, Zimet & Farley, 1998). Test the validity of measuring

instruments in this study using CFA (Confirmatory Factor Analysis) and

Multiple Regression Analysis are used to test the research hypothesis. The

conclusion that can be obtained from this study is that there is a significant

influence of self-esteem, gratitude, social support and demographic factors

on the resilience of young social foundations in South Jakarta. The results

of the proportion of variance have an overall contribution of 46.8% while

53.2% is influenced by other variables not examined.

G) Reading material: books: 15 + theses: 1 + dissertation: 3 + journal: 63

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ―Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Resiliensi Remaja Yayasan Sosial Jakarta Selatan”. Shalawat serta salam

senantiasa kita sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan

sahabat.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam

penyusunan skripsi ini tentunya peneliti dibantu oleh berbagai pihak sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Zahrotun Nihayah, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh wakil dekan dan jajarannya civitas

akademik Fakultas Psikologi.

2. Ibu Solicha M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi. Peneliti ucapkan terima

kasih atas segala bimbingan, masukan dan kritikan selama penulis

menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr Rena Latifa, M.Si selaku dosen pembimbing akademik. Peneliti

ucapkan terima kasih telah memberikan arahan selama perkuliahan dari

semester awal hingga akhir semester.

4. Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti ucapkan

terima kasih telah mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat baik

sifatnya akademis dan non-akademis.

5. Seluruh responden yang telah bersedia membantu dalam penelitian. Terima

kasih telah meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner peneliti. Semoga

kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT.

6. Kedua orang tua peneliti, Ir. Muhammad Dani dan Ir. Wahyuni terima kasih

atas doa, dukungan dan kasih sayang yang berlimpah.

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

ix

7. Penulis ucapkan terima kasih kepada kak Ratna Sari Dwi, Verona Laksmita,

Dwi Endang, Fathia Arshuha, Rachmat Dani, Ahmad Zulyaden Nasution,

yang telah membantu peneliti selama proses penulisan skripsi, melakukan

analisis data, memberikan dukungan dan saran yang telah diberikan.

8. Siti Maryam, Isman Fadillah dan Gita Fitriani tiga sahabat saya dari SMP,

terimakasih selalu ada ketika saya membutuhkan dan ada dalam suka dan

duka, menghibur saya ketika sedih, memberikan motivasi untuk

menyelesaikan Skripsi dan doa yang diberikan.

9. Terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu,

terimakasih untuk segala doa, dukungan dan bantuan yang telah diberikan

untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih ada keterbatasan dan

jauh dari kata sempurna, maka peneliti mohon maaf apabila ada kekurangan.

Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 26 Desember 2019

Peneliti

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN ii

LEMBAR PENGESAHAN iii

MOTTO iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1-12

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Pembatasan dan Perumusan 10

1.2.1 Pembatasan masalah 10

1.2.2 Perumusan masalah. 11

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian. 12

1.3.1 Tujuan penelitian 12

1.3.2 Manfaat penelitian 12

1.3.2.1 Manfaat teoritis 12

1.3.2.2 Manfaat praktis 12

BAB 2 LANDASAN TEORI 13-38

2.1 Resiliensi 13

2.1.1 Definisi resiliensi 13

2.1.2 Dimensi resiliensi 15

2.1.3 Faktor yang mempengaruhi resiliensi 19

2.1.4 Pengukuran resiliensi 23

2.2 Self-Esteem 24

2.2.1 Definisi self-esteem 24

2.2.2 Dimensi self-esteem 25

2.2.3 Pengukuran self-esteem 26

2.3 Gratitude 27

2.3.1 Definisi gratitude 27

2.3.2 Dimensi gratitude 28

2.3.3 Pengukuran gratitude 29

2.4 Dukungan Sosial 30

2.4.1 Definisi dukungan sosial 30

2.4.2 Dimensi dukungan sosial 31

2.4.3 Pengukuran dukungan sosial 32

2.5 Faktor Demografi 33

2.5.1 Usia 34

2.5.2 Jenis kelamin 34

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

xi

2.5.3 Status anak 34

2.6 Kerangka Berpikir 35

2.7 Hipotesis Penelitian 38

2.7.1 Hipotesis Mayor 38

2.7.2 Hipotesis Minor 38

BAB 3 METODE PENELITIAN 39-56

3.1 Populasi, Sampel, dan Tekhnik Pengambilan Sampel 39

3.1.1 Populasi 39

3.1.2 Sampel 39

3.1.3 Teknik pengambilan sampel 39

3.2 Variabel Penelitian 40

3.2.1 Definisi operasional 41

3.3 Pengumpulan Data 43

3.3.1 Teknik pengumpulan data 43

3.3.2 Instrumen penelitian 44

3.4 Uji Validitas Konstruk 47

3.4.1 Uji validitas konstruk resiliensi 47

3.4.2 Uji validitas konstruk self-esteem 49

3.4.3 Uji validitas konstruk gratitude 50

3.4.4 Uji validitas konstruk dukungan sosial 50

3.5 Prosedur Pengumpulan Data 53

3.6 Metode Analisis Data 54

BAB 4 HASIL PENELITIAN 57-66

4.1 Gambaran Subjek Penelitian 57

4.2 Hasil Analisis Deskriptif 58

4.3 Kategorisasi Skor Variabel 60

4.4 Uji Hipotesis Penelitian 64

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 67-73

5.1 Kesimpulan 67

5.2 Diskusi 67

5.3 Saran 72

5.3.1 Saran teoritis 72

5.3.2 Saran praktis 73

DAFTAR PUSTAKA 75

LAMPIRAN 82

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sampel Penelitian 39

Tabel 3.2 Skor Skala Model Likert 44

Tabel 3.3 Blueprint Skala Resiliensi 45

Tabel 3.4 Blueprint Skala Self-Esteem 46

Tabel 3.5 Blueprint Skala Gratitude 46

Tabel 3.6 Blueprint Skala Dukungan Sosial 47

Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Resiliensi 48

Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Self-Esteem 49

Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Gratitude 50

Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Perceived Social Support (Family) 51

Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Perceived Social Support (Friends) 52

Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Perceived Social Support (Significant Other) 53

Tabel 4.1 Gambaran Umum Responden 57

Tabel 4.2 Pedoman Kategorisasi Skor 59

Tabel 4.3 Kategorisasi Variabel Penelitian 58

Tabel 4.4 Model Sumary Analisis Regresi 60

Tabel 4.5 Tabel Anova Keseluruhan IV terhadap DV 61

Tabel 4.6 Tabel Koefisien Regresi 62

Tabel 4.7 Proporsi Varians Sumbangan Masing-Masing IV terhadap DV 65

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir 37

Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik Resiliensi ....................................... 83

Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatorik Self-esteem ..................................... 84

Gambar 3.3 Analisis Faktor Konfirmatorik Gratitude ........................................ 85

Gambar 3.4 Analisis Faktor Konfirmatorik PSS (Family) .................................. 86

Gambar 3.5 Analisis Faktor Konfirmatorik PSS (Friends) ................................. 87

Gambar 3.6 Analisis Faktor Konfirmatorik PSS (Significant Other) ................. 88

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Syntax dan Diagram Path Resiliensi ........................................... 83

Lampiran 2 Syntax dan Diagram Path Self-esteem ......................................... 84

Lampiran 3 Syntax dan Diagram Path Gratitude ............................................ 85

Lampiran 4 Syntax dan Diagram Path PSS (family) ...................................... 86

Lampiran 5 Syntax dan Diagram Path PSS (friends) ...................................... 87

Lampiran 6 Syntax dan Diagram Path PSS (significant other) ...................... 88

Lampiran 7 Kuisioner Penelitian .................................................................... 89

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian ........................................................ 94

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Syntax dan Diagram Path Resiliensi ........................................... 83

Lampiran 2 Syntax dan Diagram Path Self-esteem ......................................... 84

Lampiran 3 Syntax dan Diagram Path Gratitude ............................................ 85

Lampiran 4 Syntax dan Diagram Path PSS (family) ...................................... 86

Lampiran 5 Syntax dan Diagram Path PSS (friends) ...................................... 87

Lampiran 6 Syntax dan Diagram Path PSS (significant other) ...................... 88

Lampiran 7 Kuisioner Penelitian .................................................................... 89

Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian ........................................................ 94

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Individu mengharapkan hidupnya dapat berjalan dengan baik, namun terkadang

realitas tidak berjalan sesuai dengan keinginan. Kesenjangan antara harapan dan

kenyataan tersebut seringkali dianggap sebagai masalah. Oleh karena itu

diperlukan resiliensi yang berfungsi sebagai mengatasi, mengendalikan, bouncing

back, dan reaching out (Reivich & Shatte, 2002).

Resiliensi dibutuhkan pada setiap individu, tidak hanya kepada individu yang

sedang berjuang dalam menghadapi tantangan. Setiap individu dapat memiliki

kemampuan resiliensi dengan cara belajar bagaimana menghadapi rintangan dan

hambatan dalam hidupnya (Grotberg, 1995). Namun sikap individu dalam

menghadapi masalah berbeda-beda, ada yang mampu melewati tantangan dengan

baik atau sebaliknya menjadikan masalah sebagai beban yang membuat individu

terpuruk.

Resiliensi didefinisikan tetap dapat berperilaku secara fungsional meski

mendapatkan pengalaman menyakitkan (Olsson, Bond, Burns, Vella-Brodrick, &

Sawyer, 2003). Kemudian dalam bukunya Managing at the Speed of Change

yang ditulis oleh Conner (1992) menyatakan bahwa resiliensi sangat penting

untuk kesuksesan untuk menerapkan perubahan dan menampilkan perilaku

disfungsional minimal. Conner juga menyimpulkan bahwa individu yang

resiliensi merupakan individu yang memiliki pandangan positif terhadap

kehidupan, diri mereka sendiri dan memiliki pemikiran dan hubungan sosial yang

fleksibel, fokus, teroganisir dan proaktif.

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

2

Penelitian yang dilakukan Ryan dan Caltabiano (2009) mendefinisikan bahwa

resiliensi adalah kemampuan untuk beradaptasi secara positif atau kembali

bangkit pada fungsinya meskipun menghadapi kesulitan. Pada teori Nakaya,

Nagamine, Oshio, dan Kaneko (2003) mengungkapkan bahwa resiliensi

merupakan proses atau hasil yang berhasil untuk beradaptasi dari situasi yang sulit

dan mengancam. Kesulitan dan situasi krisis ini merupakan proses dinamis dalam

pengembangan individu. Menurut Reivich dan Shatte (2002) menjelaskan bahwa

resiliensi sebagai kemampuan individu untuk tetap tabah (persevere) dan

menyesuaikan diri (adapt) ketika berbagai hal menjadi hal menjadi serba salah,

sehingga individu dapat mencapai kebahagiaan dan keberhasilan di dalam

kehidupannya. Dari penjelasan sebelumnya, dapat diartikan bahwa resiliensi

merupakan kemampuan untuk dapat bangkit atau dapat beradaptasi dari situasi

sulit.

Beberapa karakteristik individu yang menunjukkan adanya resiliensi yaitu

kemampuan individu untuk menghadapi stress dan tekanan secara efektif, dapat

menghadapi setiap tantangan, dapat pulih dari kekecewaan, kesalahan, trauma dan

kesengsaraan, dapat mengembangkan tujuan yang jelas dan realistis, dapat

memecahkan masalah, dapat berinteraksi dengan nyaman bersama orang lain, dan

dapat menghargai dan menghormati diri sendiri maupun orang lain (Goldstein &

Brooks, 2001) dalam Brooks, 2005. Sedangkan menurut Reivich dan Shatte

(2002) yaitu individu yang mampu mengatasi stress, lalu dapat bersikap realistis

dan serta optimis dalam mengatasi masalah, dan mampu mengekspresikan pikiran

dan perasaan mereka dengan nyaman. Dengan begitu, dapat dilihat jika individu

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

3

yang memiliki resiliensi yang tinggi akan mungkin melihat peristiwa negatif

sebagai tantangan (Mo, Lau, Yu & Gu, 2014). Sedangkan individu yang memiliki

tingkat resiliensi yang rendah menunjukkan resiko bunuh diri (Roy, Sarchiapone

& Carli., 2007). Pada hasil penelitian Holaday dan McPhearson (1997)

mengemukakan orang yang resilient mampu mengendalikan stress dan lebih

tolerir, memiliki self-regard yang tinggi, memiliki keterampilan interpersonal,

lebih kooperatif pada orang lain, dibandingkan pada individu yang tidak resilient.

Sebaliknya individu yang tidak memiliki resiliensi maka dalam menyikapi suatu

masalah cenderung putus asa, mudah stress karena kemampuan yang dimilikinya

kecil serta tidak memiliki visi dan keyakinan untuk dapat bangkit menuju

kehidupan yang lebih baik.

Perkembangan anak yang sehat secara fisik, psikologis dan sosial yang

membutuhkan suatu hubungan yang harmonis diantara tiga unsur pokok, yaitu

hubungan antara anak dan ibu, hubungan antara anak dan keluarga, dan hubungan

antara anak dan lingkungan sosial (Bowlby dalam Monks, Knoers & Haditono,

2002). Namun demikian, seperti telah diuraikan di atas, tidak semua anak

mendapatkan tiga unsur pokok tersebut. Sebagian anak dihadapkan dengan kasus

kematian orang tua, berakibat anak kehilangan sumber bimbingan sehingga dapat

menggangu kehidupannya di dalam rumah dan pada anggota keluarga, dan juga

dapat berdampak permasalah psikososial pada remaja seperti masalah kesehatan,

perkembangan fisik, penyesuaian diri di perguruaan tinggi (Raza, Adil & Ghayas,

2008). Selain itu, efek traumatis yang muncul karena kehilangan orang tua ini

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

4

dapat mempengaruhi sisi psikologis pada perilaku, emosi dan pikiran yang negatif

(Calhoun dan Tedeschi) dalam Tadesse, Dereje, dan Belay (2014).

Masalah kemiskinan dapat menjadi sumber stres dan juga faktor resiko dalam

kehidupan jutaan remaja, dimana faktor tersebut menetap sejak kanak-kanak

hingga remaja. Karakteristik yang tempramental menjadi faktor resiko pada

resiliensi individu. (Lerner & Steinberg, 2004). Sebagian besar penelitian yang

telah dilakukan menunjukkan bahwa kemiskinan memiliki dampak negatif pada

keberhasilan sekolah dan fungsi sosial dan emosional (Shumba, 2010). Meskipun

dampak kemiskinan lebih spesifik terjadi pada perkembangan masa kanak-kanak,

tetapi kemiskinan terjadi salah satu faktor negatif yang paling signifikan bagi

kondisi kesehatan mental dan fisik remaja.

Adanya permasalahan seperti kehilangan orang tua, kesulitan dalam hal

ekonomi. Diperlukan sebuah naungan yang dapat merawat dan mendidik anak

agar dapat berkembang dengan baik. Salah satu caranya dengan menempatkan

anak ke panti asuhan/yayasan sosial. Tetapi pada penelitian Bowlby dalam

Monks, Knoers dan Haditono (2002) mengungkapkan bahwa perawatan anak di

yayasan belum baik, karena anak dipandang sebagai mahluk biologis bukan

sebagai mahluk psikologis dan mahluk sosial. Ini membuktikan bahwa perwatan

di yayasan masih belum baik, karena kurang memperhatikan anak yang

membutuhkan kasih sayang bagi perkembangan psikisnya. Pandangan Bowlby

dikuatkan dengan hasil penelitian Sujatha dan Jacob (2014) pada 40 anak remaja

berusia 12-17 tahun dari dua panti asuhan di Mangalore. Hasil penelitian ini

menemukan masalah emosional dan perilaku yaitu 7,5% anak resiko gangguan

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

5

hiperaktif, 37,5% anak memiliki resiko masalah pada teman, dan 12,5% dengan

masalah pada teman yang parah. Kemudian 22,5% bersiko perilaku prososial,

sementara 5% memiliki perilaku prososial abnormal. Selain itu remaja di panti

asuhan, rentan terhadap keterlibatan kenakalan (Simsek, Erol, Oztop & Ozcan,

2008). Dari pemaparan yang telah ungkapkan, artinya anak-anak yang tinggal di

panti asuhan memiliki kerentanan, perlu hubungan yang positif pada lingkungan

sosial di panti asuhan, dan pengasuh yang harus dapat menggantikan peran orang

tua dalam memenuhi baik kebutuhan fisiologis maupun psikis, agar tidak

menimbulkan masalah-masalah perilaku.

Maka dari itu remaja yayasan sosial seharusnya memiliki kemampuan

resiliensi yang baik. Dengan memiliki kemampuan resiliensi sebagai proses

dinamika yang melibatkan hubungan interaksi antara faktor resiko dan faktor

pelindung, interaksi internal dan eksternal dalam diri individu, yang dapat

bertindak untuk memodifikasi efek dari peristiwa hidup yang merugikan (Rutter

dalam Olsson, et. al., 2003). Resiliensi juga dapat menekan faktor resiko yang

muncul, faktor pelindung untuk mendapat hasil yang berbeda (Olsson, et al.,

2003). Faktor pelindung ini berguna untuk melawan serangan-serangan dari

gangguan dalam menghadapi tantangan. Oleh karena itu resiliensi memiliki peran

penting bagi remaja yayasan sosial agar dapat bertahan dan mampu beradaptasi

dalam situasi sulit.

Dari studi sebelumnya beberapa faktor yang mempengaruhi resiliensi dari

faktor internal antara lain adalah gratitude (Chung, 2008; Gomez, Vincent &

Toussaint, 2013), hope (Kaya, 2007), optimism (Mache, Vitzthum, Wanke, David,

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

6

Klapp, & Danzer, 2014), locus of control (Cazan & Dumitrescu, 2016), self-

esteem (Dumont & Provost., 1999), coping (Campbell-Sills, Cohan, & Stein,

2006), religiusitas (Mclaughlin, 2013). Faktor eksternal meliputi dukungan sosial

(Dumont & Provost, 1999; Olsson, et. al, 2003), iklim sekolah (Sullivan &

Gilreath, 2011), jumlah teman dekat (Sapouna & Wolke, 2013). Adapun faktor

lain yang dapat mempengaruhi resiliensi yaitu faktor demografi seperti jenis

kelamin (Tefera & Mulatie, 2014), usia (Tefera & Mulatie, 2014; Sewasew,

Lewsohn & Kassa 2017), status anak yatim/non-yatim (Katyal, 2015). Dalam

penelitian ini peneliti memfokuskan pada faktor self-esteem, gratitude, dukungan

sosial dan faktor demografi.

Salah satu faktor internal yang dapat mempengaruhi resiliensi adalah self-

esteem. Self-esteem merupakan bagaimana individu menilai dirinya sendiri secara

positif ataupun negatif (Rosenberg, 1965). Remaja yayasan sosial mengalami

permasalahan dimana tidak adanya figur orang tua yang dapat membantu atau

memberikan dukungan ketika berada dalam situasi sulit. Ataupun juga remaja

yang memiliki keluarga tetapi kesulitan dalam perekonomian. Dengan adanya

permasalahan tersebut, maka individu harus memiliki pandangan yang positif

pada dirinya sendiri untuk bisa dapat bertahan dalam penderitaan. Self-esteem ini

berguna menjadi faktor protective terhadap stress dan depresi pada remaja. Secara

khusus, self-esteem merupakan sumber protective yang paling menonjol yang

dapat digunakan oleh remaja terhadap peristiwa negatif pada sehari-hari (Dumont

& Provost., 1999). Ditemukan hasil bahwa remaja dengan resiliensi yang baik

ternyata memiliki self-esteem, coping dan dukungan sosial yang baik

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

7

dibandingkan dengan remaja yang rentan atau memiliki nilai resiliensi yang

rendah. Teridentifikasi bahwa remaja yang memiliki kepercayaan diri tinggi,

strategi pemecahan yang baik merupakan remaja yang memiliki resiliensi yang

baik. Remaja yang memiliki nilai resiliensi yang tinggi terlihat berkegiatan

dengan teman sebaya dan memiliki dukungan sosial yang baik.

Faktor internal lainnya yang mempengaruhi resiliensi adalah gratitude.

Gratitude merupakan kecenderungan umum bagaimana individu untuk mengenali

dan merespon dengan rasa penuh syukur terhadap pengalaman ataupun hasil

positif yang diperoleh individu itu sendiri (McCullough, Emmons & Tsang.,

2002). Dengan adanya gratitude dapat meningkatkan suatu pengalaman positif

bagi individu, meningkatkan penyesuaiaan diri terhadap peristiwa negatif,

meningkatkan jaringan sosial individu, sehingga dapat mengurangi depresi dan

menaikkan rasa kebahagiaan (Watkins, Woodward, Stone & Klots, 2003). Mary

dan Patra (2015) meneliti peran dari psikologi positif dengan menilai variabel

forgiveness dan gratitude kaitannya dengan resiliensi pada remaja di New Delhi.

Dari analisis statistikal ditemukan hasil yang signifikan dan positif pada ketiga

variabel tersebut, remaja dengan nilai forgiveness dan gratitude yang tinggi

memiliki resiliensi baik pula.

Selain faktor internal yang mempengaruhi resiliensi, terdapat faktor eksternal

yaitu dukungan sosial yang mempengaruhi resiliensi. Menurut Tedesse, Dereje

dan Belay (2014) perkembangan anak yang sehat sangat memerlukan kontinuitas

hubungan sosial yang baik. Lingkungan sosial yang luas dapat mempengaruhi

resiliensi pada remaja dan juga memiliki peranan penting dalam perkembangan

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

8

psiko-sosial (Olsson, et. al, 2003). Hasil penelitian tersebut juga diperkuat oleh

Horton dan Wallander (2011) bahwa sumber daya sosial yang responsif terhadap

peristiwa stres memiliki efek adjustment (penyesuaiaan). Dukungan yang

diberikan dimaksud untuk remaja terhindar dari tekanan psikologis sehingga dapat

resilient saat menghadapi masalah. Ini juga didukung oleh penelitian Zhou, dkk

(dalam Zhou, Wu & Zhen 2017) seorang remaja yang memiliki dukungan sosial

yang tinggi akan memiliki rasa aman, dan rasa lekat yang dapat membantu remaja

untuk berbagi pengalaman traumatis mereka. Berbanding tebalik jika kurangnya

dukungan sosial bagi remaja yayasan sosial menyebabkan remaja memiliki daya

resiliensi yang rendah.

Dukungan sosial terbagi dari dua jenis yaitu received social support dan

perceived social support (Sarafino & Smith, 2011). Received social support

merupakan social support yang diterima, dimana pengukurannya berdasarkan

jumlah support yang diberikan, sementara perceived social support merupakan

social support yang dipersepsikan, dimana pengukurannya sejauh mana individu

mempersepsikan bahwa dirinya mendapat dukungan. Pada penelitian ini peniliti

menggunakan teori perceived social support dari Zimet, Dahlem, Zimet dan

Farley (1988), sebab persepsi dari dukungan sosial yang tersedia lebih penting

dari jumlah dukungan sosial yang didapatkan. Jika individu tidak dapat melihat

bantuan sebagai bentuk dukungan, maka kecil kemungkinan individu dapat

mengurangi stress (Sarafino & Smith, 2011).

Faktor lainnya yang juga mempengaruhi resiliensi yaitu faktor demografi.

Faktor demografi yang akan diulas terkait jenis kelamin, usia, status anak

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

9

(yatim/non yatim). Dalam penelitian Tefera dan Mulatie (2014) yang juga

mengukur jenis kelamin dan usia terhadap resiliensi, didapatkan hasil bahwa jenis

kelamin tidak memiliki perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan

dalam kemampuan resiliensi. Sebaliknya pada hasil penelitian Sobana (2018)

terlihat perempuan memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi dibanding laki-

laki. Perbedaan temuan tersebut sangat menarik untuk dibahas lebih lanjut pada

studi ini.

Namun, pada usia terlihat perbedaan yang signifikan. Rata-rata skor resiliensi

anak yang muda (berkisar umur 4-12 tahun) adalah 38,8 dan skor resiliensi rata-

rata untuk anak yang lebih tua (berkisar 13-17 tahun) adalah 42,2 (Tefera &

Mulatie, 2014). Ini artinya bahwa anak yang lebih tua lebih resiliensi dibanding

anak yang lebih muda. Sejalan dengan penelitian Sewasew, Lewsohn & Kassa

(2017) tingkat resiliensi yang anak lebih tua lebih tinggi dibanding, anak yang

lebih muda. Mungkin dapat disebabkan karena seiring bertambahnya usia yang

akan menunjukkan peningkatan emotional regulation yang baik (Compas, et al.,

1993 dalam Hampel & Paterman, 2005). Hasil yang berbeda ditemukan

LaFromboise, Hoyt, Oliver, dan Whitbeck (2006) usia secara signifikan

mempengaruhi resiliensi pada remaja, tetapi dengan arah yang negatif. Dapat

diartikan bahwa semakin bertambah usia, maka semakin menurun tingkat

resiliensi.

Berkaitan dengan status anak yang berada di yayasan sosial, peneliti

membaginya menjadi dua kelompok yaitu yatim dan non-yatim. Untuk kelompok

yatim adalah bagi mereka yang telah kehilangan salah satu orang tua nya ataupun

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

10

bisa juga keduanya. Kemudian untuk kelompok non-yatim adalah mereka yang

termasuk masih memiliki kedua orang tua namun kondisinya kekurangan, seperti

fakir miskin, anak telantar dan anak berkebutuhan khusus. Dari penelitian Katyal

(2015) ada perbedaan yang signifikan pada anak yatim dan non-yatim, terlihat

anak yatim memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi dibanding anak non-

yatim. Hasil yang berbeda pada penelitian Govender, Reardon, Quinlan, dan

George (2014) baik anak yatim dan non-yatim tidak memiliki perbedaan yang

signifikan tingkat resiliensi. Temuan menarik ini perlu untuk dilihat kembali

keberpengaruhannya. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul ‘’Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Resiliensi Remaja Yayasan Sosial di Jakarta Selatan’’

1.2 Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasa masalah

Agar permasalahan tidak meluas, maka pembahasan ini akan difokuskan dalam

ruang lingkup sebagai berikut:

1. Resiliensi adalah proses bagaimana individu dapat mengatasi dan beradaptasi

dari peristiwa negatif yang dikutip dari teori Oshio, Kaneko, Negamine dan

Nakaya (2003).

2. Dukungan sosial pada penelitian ini dibatasi pada perceived social support

adalah dukungan yang diterima individu dari orang terdekat. Dukungan yang

diterima individu, seperti dukungan dari keluarga, teman dan orang yang

berarti dalam kehidupan individu. (Zimet, et al., 1988).

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

11

3. Self-esteem adalah bagaimana sikap individu baik positif atau negatif terhadap

dirinya sendiri sebagai suatu totalitas dan satu rangkaian sikap pada diri nya

sendiri berdasarkan persepsi perasaan tentang keberhargaan dirinya atau

sebuah penilaian diri sebagai seseorang (Rosenberg, 1965).

4. Gratitude adalah kecenderungan umum untuk mengenali dan merespon dengan

rasa penuh syukur terhadap pengalaman dan hasil yang positif diperoleh

individu itu sendiri (McCullough, Emmons & Tsang., 2002).

5. Faktor demografi dibatasi pada jenis kelamin, usia, status anak yatim/ non-

yatim.

6. Sampel yang diteliti adalah remaja yang berumur 11 tahun–21 tahun di

Yayasan Sosial Jakarta Selatan.

1.2.2 Perumusan masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan: self-esteem, gratitude, dukungan sosial

dan faktor demografi terhadap resiliensi anak yayasan sosial di Jakarta Selatan?

2. Seberapa besar sumbangan: self-esteem, gratitude, dukungan sosial dan faktor

demografi terhadap resiliensi anak yayasan sosial di Jakarta Selatan?

3. Berapa proporsi varian dari masing-masing variabel?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan

dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menguji faktor yang paling

mempengaruhi self-esteem, gratitude, dukungan sosial dan faktor demografi

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

12

terhadap resiliensi remaja yayasan sosial di Jakarta Selatan. Serta untuk

mengetahui variabel mana yang memberikan kontribusi terbesar pada resiliensi.

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1 Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangan teori-teori psikologi khususnya

yang berhubungan dengan bidang psikologi perkembangan dan psikologi positif.

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan rujukan dan pertimbangan untuk

penelitian-penelitian selanjutnya tentang resiliensi.

1.3.2.2 Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi yayasan sosial dalam

memberikan bimbingan ataupun pengarahan kepada anak-anak remaja di yayasan

sosial untuk lebih mengembangkan daya resiliensi.

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

13

BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1 Resiliensi

2.1.1 Definisi resiliensi

Tidak semua individu memiliki kemampuan untuk dapat mengatasi perubahan

dalam hidupnya seperti situasi sulit dan merasa menderita. Allen, Dorman,

Henkin, Carden dan Potts (2018) menyatakan bahwa resiliensi

dikonseptulisasikan sebagai perbedaan individu dalam karakteristik atau sifat dan

sebagai proses coping yang dinamis dalam mengatasi lingkungan fisik dan sosial

yang selalu berubah. Menurut Nakaya, Nagamine, Oshio, dan Kaneko (2003)

resiliensi merupakan proses yang dinamis untuk menanggulangi dan beradaptasi

dari situasi yang sulit dan mengancam. Kesulitan dan situasi krisis ini merupakan

proses dinamis dalam pengembangan individu.

Resiliensi dipandang oleh para ahli sebagai kemampuan untuk bangkit

kembali dari situasi atau peristiwa yang traumatis. Siebert (2005) dalam bukunya

The Resiliency Advantage mengungkapkan bahwa resiliensi adalah kemampuan

untuk mengatasi perubahan hidup dengan level yang tinggi, menjaga kesehatan di

bawah kondisi yang penuh tekanan, bangkit dari keterpurukan, mengatasi situasi

yang sulit, merubah cara hidup yang lebih baru dan positif karena sudah tidak

sesuai dengan kondisi yang ada, dan menghadapi permasalahan tanpa bertindak

kekerasan.

Gordon (1994) menjelaskan resiliensi adalah sebagai kemampuan untuk

berkembang, matang, dan meningkatkan kompetensi dalam menghadapi keadaan-

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

14

keadaan dan rintangan-rintangan yang sulit. Dalam rangka untuk berkembang

dengan baik, matang dan meningkatkan kompetensi tersebut, individu harus

memanfaatkan sumber daya yang dimiliki dari biologis, psikologis, dan

lingkungan (dalam Gordon, 1994). Namun menurut Ryan dan Caltabiano (2009)

resiliensi merupakan kemampuan untuk beradaptasi secara positif atau kembali

bangkit setelah melewati masa-masa sulit. Bahkan resiliensi itu suatu kemampuan

individu untuk coping stress, dengan demikian dapat menangani penanganan

kecemasan, depresi dan reaksi stress (Connor & Davidson, 2003).

Resiliensi dapat dikatakan sebagai proses. Proses ini yang dimaksud adalah

mengatur, mengelola dan beradaptasi secara efektif terhadap sumber stress atau

trauma. Modal dan sumber daya dalam individu, kehidupan dan lingkungan yang

memfasilitasi kapasitas untuk dapat beradaptasi dan bangkit kembali „‟bouncing

back‟‟ (Windle, 2011).

Sedangkan resiliensi yang ditinjau sebagai hasil pemeliharaan fungsi atau

berkembang secara normal, meskipun terpapar stress secara serius atau rasa

trauma yang dapat meningkatkan resiko maladaptasi atau gangguan mental

(Luthar, Ciccheti dan Becker dalam Friborg, Hjemdal, Martinussen dan

Rosenvinge., 2009). Selanjutnya menurut Zautra, Hall dan Murray (2010)

resiliensi didefinisikan sebagai hasil adaptasi yang telah berhasil menghadapi

kesulitan. Karakteristik seseorang dan situasi yang sedang menjalani ini

diidentifikasi adalah proses resiliensi, tetapi jika keduanya mengarahkan hasil

yang lebih positif setelah menghadapi keadaan penuh tekanan.

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

15

Resiliensi merupakan sifat yang memiliki pengaruh besar pada perilaku

adaptif dan coping yang membentuk kepribadian positif, seperti kesabaran,

toleransi, tangung jawab, kasih sayang, tekad, komitmen, kemandirian dan

harapan. Inti dari resiliensi adalah kemampuan untuk bangkit kembali dari situasi

sulit, rasa putus asa, dan permasalahan yang dialami individu (Lock & Janas,

2002).

Berdasarkan penejelasan di atas, peneliti menggunakan definisi dari Nakaya,

Oshio, & Kaneko (2003), resiliensi merupakan proses yang dinamis untuk

menanggulangi dan beradaptasi dari situasi yang sulit dan mengancam. Pemilihan

definisi tersebut karena sesuai dengan tujuan penelitian yang lebih difokuskan

pada masalah yang dialami remaja.

2.1.2 Dimensi-dimensi resiliensi

Ada beberapa pendapat para ahli mengenai dimensi-dimensi resiliensi yang akan

dijelaskan sebagai berikut:

Menurut Connor dan Davidson (2003) resiliensi terdiri atas lima dimensi yaitu

sebagai berikut:

1. Personal competence; high standard and tenacity

Merupakan dimana individu merasa sebagai orang yang mampu untuk

mencapai tujuan walaupun pada situasi kegagalan. Individu ketika mengalami

tekanan atau setres cenderung merasa ragu akan berhasil dalam mencapai

tujuan sehingga dibutuhkan standar yang tinggi dan keuletan pada diri

individu.

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

16

2. Trust in one‟s instincts; tolerance o negative affect; strengthening effect of

stress

Merupakan bagaimana individu dapat tetap tenang dalam bertindak. Individu

yang tenang memliki kecenderungan untuk berhati-hati dalam mengambil

sikap atas masalah yang dihadapi. Individu juga mampu melakukan coping

terhadap stress dengan cepat serta tetap fokus pada tujuan walaupun sedang

mengalami masalah.

3. Positive acceptance of change and secure relationships

Merupakan individu yang memiliki kemampuan untuk menerima kesulitan

secara positif serta jika berada dalam kesulitan individu mampu untuk merasa

aman ketika berhubungan dengan orang lain.

4. Control and factor

Merupakan kemampuan individu untuk mengontrol diri dan mencapai tujuan

serta memiliki kemampuan untuk meminta dan mendapatkan dukungan sosial

dari orang lain ketika mengalami suatu kesulitan dalam hidup.

5. Spiitual influences

Merupakan kemampuan individu untuk dapat berjuang karena memiliki

keyakinannya kepada Tuhan dan takdir. Individu yang percaya kepada Tuhan

akan menganggap bahwa masalah yang ada merupakan sebuah takdir dari

Tuhan dan harus dilalui dengan peasaan positif sehingga individu harus tetap

berjuang dalam mencapai tujuan.

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

17

Selanjutnya menurut Friborg, Hjemdal, Braun, Kempenaers, Linkowski, dan

Fossion (2011) dimensi-dimensi resiliensi terdiri dari lima dimensi yaitu sebagai

berikut:

1. Perception of self

Merupakan bagaimana individu percaya dengan kemampuannya sendiri

berdasarkan penilaian mereka sendiri.

2. Planned Future

Merupakan bagaimana kemampuan individu untuk merencanakan rencana di

masa yang akan dating. Individu yang memiliki kemampuan ini memiliki

kecenderungan berpandangan positif pada kehidupannya walau ada suatu

masalah. Walaupun begitu individu tetap fokus pada tujuan mereka yang telah

direncanakan sebelumnya.

3. Social competence

Merupakan individu yang cenderung memiliki sifat yang hangat, fleksibel

untuk menjalin hubungan pertemanan dan dapat menggunakan humor secara

positif.

4. Structured style

Merupakan individu yang memiliki preferensi rencana serta tujuan yang jelas,

individu yang seperti ini cenderung terorganisir dan mengikuti rutinitas yang

ada.

5. Family cohesion

Merupakan individu memiliki hubungan keluarga yang baik, individu

menikmati menghabiskan waktu bersama keluarga, memiliki rasa loyalittas

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

18

Merupakan individu memiliki hubungan keluarga yang baik, individu

menikmati menghabiskan waktu bersama keluarga, memiliki loyalittas

terhadap satu sama lain serta memiliki nilai-nilai dalam keluarga.

6. Social resources

Merupakan ketersediaan dukungan sosial, apakah mereka memiliki

kepercayaan di luar keluarga (seperti teman atau anggota keluarga lain yang

memberikan dorongan kepada mereka).

Resiliensi terdiri dari tiga dimensi menurut (Nakaya, Oshio & Kaneko, 2006),

yaitu novelty seeking, emotional regulation dan positive future orientation,

masing-masing dimensi dijelasan sebagai berikut:

1. Novelty seeking merupakan proses mencari sesuatu yang baru mengacu pada

kemampuan untuk menunjukkan minat dan perhatian tentang berbagai

peristiwa. Individu yang memiliki dorongan rasa ingin tahu, memiliki

keinginan untuk pencarian sensasi dan rangsangan baru yang merupakan

aktivitas eksplorasi. Indikator dalam aspek ini memiliki minat dengan

beberbagai hal dan mencari sesuatu yang baru.

2. Emotional regulation adalah sifat individu yang menunjukkan ketenangan dan

bagaimana mereka dapat mengendalikan emosi internal mereka. Ini terkait

pada proses dimana kita merasakan emosi yang kita miliki dan bagaimana

individu tetap menujukkan ketenangan dalam keadaan yang sulit. Indikator

dalam aspek ini dapat mengendalikan emosi dan merasa tenang.

3. Positive future orientation menyangkut pada individu memiliki pandangan,

mimpi dan tujuan di masa depan. Ini juga terkait dengan keyakinan individu

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

19

dan bekerja keras untuk dapat meraih masa depan yang positif. Indikator

dalam aspek ini berjuang untuk masa depan dan memiliki tujuan yang jelas.

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi

Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi dibedakan

menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal, berikut adalah rinciannya.

1. Faktor Internal

Faktor internal pada diri seseorang dapat mempengaruhi resiliensi, karena

internal seseorang berbeda satu sama lain. Berikut faktor internal yang dapat

mempengaruhi resiliensi.

a. Self-esteem

Self-esteem adalah salah satu faktor yang berkaitan dengan resiliensi

terutama pada remaja. Dinyatakan oleh Dumont dan Provost (1999) bahwa

remaja dengan resiliensi yang baik terbukti signifikan memiliki self-esteem

yang baik dibandingkan dengan remaja yang rentan atau memiliki nilai

resiliensi yang rendah. Teridentifikasi bahwa remaja yang memiliki

kepercayaan diri tinggi, strategi pemecahan yang baik merupakan remaja

yang memiliki resiliensi yang baik.

b. Gratitude

Gratitude didefinisikan sebagai kecenderungan umum untuk mengenali

dan merespon dengan rasa berterimakasih kepada peran kebaikan orang

lain pada pengalaman positif dan pada saat telah memperoleh sesuatu.

Gratitude dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi dari

keberagaman resiliensi. Gratitude terbukti sebagai prediktor yang

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

20

memberikan nilai paling prediktif pada penelitian Gupta dan Kumar

(2015) dibandingkan faktor yang lain. Seseorang dengan nilai gratitude

yang tinggi dilaporkan memiliki ketahanan atau resiliensi yang yang tinggi

pula. Diharapkan remaja yang memiliki gratitude yang baik akan memiliki

resiliensi yang baik untuk dapat bertahan dan memecahkan masalah

mereka.

c. Usia

Tefera dan Mulatie (2014) memaparkan mengenai rata-rata skor resiliensi

anak yang muda (berkisar umur 4-12 tahun) adalah 38,8 dan skor resiliensi

rata-rata untuk anak yang lebih tua (berkisar 13-17 tahun) adalah 42,2.

Dari skor tersebut dapat diartikan bahwa bahwa anak yang lebih tua lebih

resiliensi dibanding anak yang lebih muda. Sejalan dengan penelitian

Sewasew, Lewsohn & Kassa (2017) tingkat resiliensi yang anak lebih tua

lebih tinggi dibanding anak yang lebih muda. Dapat dikatakan karena

seiring bertambahnya usia yang akan menunjukkan peningkatan emotional

regulation yang baik (Compas, dkk., 1993 dalam Hampel & Paterman,

2005). Dengan begitu diharapkan semakin bertambahnya usia kronologis

remaja semakin remaja memiliki ketangguhan atau resiliensi yang baik.

d. Jenis kelamin

Terdapat banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa terdapat

perbedaan resiliensi antara laki-laki dan perempuan. Salah satu yang

membahas mengenai jenis kelamin mempengaruhi resiliensi adalah

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

21

Sobana (2018). Sobana (2018) dalam penelitiannya terlihat perempuan

memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi dibanding laki-laki.

e. Status Anak

Status anak yang dimaksudkan terbagi menjadi dua kelompok yaitu yatim

dan non-yatim. Untuk kelompok yatim adalah bagi mereka yang telah

kehilang salah satu orang tua nya ataupun bisa juga keduanya. Kemudian

untuk kelompok non-yatim adalah mereka yang termasuk masih memiliki

kedua orang tua namun kondisinya kekurangan, seperti fakir miskin, anak

telantar dan anak kebutuhan khusus. Dari penelitian Katyal (2015) ada

perbedaan yang signifikan pada anak yatim dan non-yatim, terlihat anak

yatim memiliki tingkat resiliensi yang lebih tinggi dibanding anak non-

yatim.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal pada diri seseorang juga dapat mempengaruhi resiliensi,

karena situasi yang ada pada seseorang berbeda satu sama lain. Berikut faktor

eksternal yang dapat mempengaruhi resiliensi.

a. Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang penting dalam

memperngaruhi sikap resiliensi. Seperti yang dijelaskan oleh Horton dan

Wallander (2011) bahwa dukungan sosial berfungsi sebagai proses

adjustment atau penyesuaian dari peristiwa-peristiwa negatif. Ini juga

didukung oleh penelitian Zhou, et al, 2014 (dalam Zhou, Wu & Zhen

2017) seorang remaja yang memiliki dukungan sosial yang tinggi akan

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

22

memiliki rasa aman, dan rasa lekat yang dapat membantu remaja untuk

berbagi pengalaman traumatis mereka.

b. Prososial

LaFromboise et al. (2006) melakukan identifikasi nilai resiliensi pada

remaja Amerika. Hasil pada penelitian LaFromboise et al. (2006)

menyebutkan bahwa nilai prososial mempengaruhi nilai resiliensi remaja

secara positif. Remaja yang memiliki prososial yang baik akan lebih

tangguh dalam menghadapi permasalahan mereka maupun menghindarkan

diri dari perilaku yang bermasalah.

c. Iklim Sosial

Iklim sekolah terbukti dalam berhubungan dengan beberapa hasil sikap

maupun perilaku siswa, seperti yang dipaparkan oleh Sullivan dan Gilreath

(2011). Sullivan dan Gilreath (2011) mengidentifikasi pola yang unik pada

siswa terkait dengan iklim sekolah dan resilien secara positif.

Dimaksudkan bahwa siswa melaporkan ketangguhan dalam kehidupan

mereka.

d. Jumlah Teman Dekat

Sapouna dan Wolke (2013) mengungkapkan bahwa terdapat variasi pada

close friends jumlah teman dekat pada remaja yang dapat menjelaskan

atau menjadi prediktor ketahanan atau resiliensi remaja itu sendiri. Setelah

melakukan analisis ditemukan bahwa terdapat pengaruh secara positif

pada jumlah teman dekat dengan resiliensi remaja. Dapat diartikan bahwa

remaja dengan jumlah teman dekat dan melakukan aktifitas bersama

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

23

dengan mereka menunjukkan bahwa remaja memiliki resilient yang lebih

baik begitu juga sebaliknya, jika lebih sedikit interaksi maupun jumlah

teman dekat yang dimiliki remaja maka resilient yang dimiliki juga

semakin kecil.

Berdasarkan faktor-faktor yang dijelaskan oleh para ahli, maka peneliti

mengggunakan self-esteem, gratitude, faktor demografi (usia, jenis kelamin dan

status anak), serta dukungan sosial sebagai variabel bebas dalam penelitian ini.

2.1.4 Pengukuran resiliensi

Ada beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur resiliensi

diantaranya, yaitu :

1. The Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) yang dikembangkan oleh

Connor dan Davidson (2003). Skala ini dikembangkan, selain untuk mengukur

kemampuan seseorang untuk menghadapi stress, juga mengukur untuk

kepentingan klinis. Skala ini memiliki 25 item dengan model skala likert 5

alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju, Setuju, Netral, Tidak Setuju, Sangat

Tidak Setuju. Skala ini memiliki nilai koefisien alpha Cronbach sebesar 0.89.

2. The Resilience Scale for Adults (RSA) yang dikembangkan oleh Friborg et al.,

(2009). Skala ini terdiri dari 33 item cocok untuk orang dewasa dengan

mengukur faktor protective. Skala ini lebih mempresentasikan protective

factor, alat ukur ini memiliki nilai alpha Cronbach sebesar 0.57.

3. Adolescent Resilience Scale (ARS) yang dikembangkan oleh Oshio, Kaneko,

Nagamine & Nakaya (2003). Skala ini terdiri dari 21 item, dengan

menggunakan rating scale 1-5, yang artinya skor yang mendekati 5 artinya

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

24

semakin mendekati ya, sedangkan skor yang mendekati 1 artinya semakin

mendekati tidak. Skala ini difokuskan untuk usia remaja, dengan memiliki nilai

koefisien alpha Cronbach 0.85.

Berdasarkan keempat alat ukur diatas, maka dalam penelitian ini peneliti

menggunakan pengukuran Adolescent Resilience Scale (ARS) oleh Oshio,

Kaneko, Nagamine, & Nakaya (2003). Karena sesuai dengan subjek yang ingin

diteliti yaitu remaja. Selain itu, peneliti juga melakukan perubahan pada

penggunaan skala, skala yang digunakan 4 skala model Likert, yaitu Sangat

Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju.

2.2 Self-esteem

2.2.1 Definisi self-esteem

Matsumoto (2009) mendefiniskan self-esteem adalah kecenderungan sikap

terhadap gagasan, evaluasi diri, sejarah, proses-proses mental, dan perilaku

positif. Self-esteem berhubungan dengan banyak aspek pemikiran, emosi dan

perilaku serta sering dianggap sebagai bagian inti dalam memahami individu.

Santrock (2011) menjelaskan bahwa ‘’Self-esteem mengacu pada gambaran

secara keseluruhan individu itu sendiri. Self-esteem juga berarti (self-worth) harga

diri atau (self-image) gambaran diri. Sebagai contoh, seorang anak yang memiliki

self-esteem yang tinggi mungkin merasa bahwa dia bukan hanya seorang anak,

tetapi seorang anak yang baik.’’ Mario Jacoby (2002), ‘’Self-esteem mengacu

pada nilai atau martabat yang berasal dari diri sendiri.’’ Selain itu menurut

Rosenberg (1965) self-esteem adalah sikap positif atau negatif terhadap objek

tertentu, yaitu diri.

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

25

Kemudian menurut Branden (1992) self-esteem adalah pengalaman bahwa kita

layak dengan kehidupan ini dan dengan persyaratan hidup yang lebih spesifik lagi,

dengan itu self-esteem adalah:

1. Keyakinan pada kemampuan untuk berpikir dan mengatasi tantangan hidup.

2. Keyakinan pada hak kita untuk bahagia, perasaan berharga, layak, berhak

untuk memutuskan kebutuhan dan keinginan kita dan menikmati hasil dari

upaya kita.

Selain itu, Baumeister (2005) juga mendefinisikan self-esteem, adalah :

“Self-esteem it is how people evaluate themselves. It‟s synonyms include self-

worth, self-regard, self-covidence and pride”.

Dari definisi di atas, diketahui bahwa self-esteem adalah cara untuk mengevaluasi

diri. Self-esteem juga dapat disebut sebagai penilaian diri, penghargaan diri dan

kebanggaan.

Adapun teori dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori yang

dikemukakan oleh Rosenberg (1965) bahwa self-esteem adalah sikap individual

baik secara positif ataupun negatif terhadap dirinya sendiri, bagaimana individu

menilai keberhargaan dirinya berdasarkan persepsi perasaanya sendiri.

2.2.2 Dimensi self-esteem

Dimensi self-esteem yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu menurut

Rosenberg (1965). Dimensi self-esteem menurut Rosenberg (dalam Flynn, 2001)

mengungkapkan bahwa self-esteem merupakan salah satu bagaian konsekuensi

hasil perbandingan mereka sendiri dengan orang lain (perbandingan sosial) dan

perolehan evaluasi atau penilaian diri, baik secara positif ataupun negatif. Self-

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

26

esteem juga bagaimana menilai keberhargaan diri sendiri terkait dengan menerima

diri sendiri, menghargai diri sendiri, dan mampu berkompetensi dengan orang

lain.

2.2.3 Pengukuran self-esteem

Ada beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur self-esteem

diantaranya, yaitu:

1. The State Self-Esteem Scale (SSES) yang dikembangkan oleh Heatherthon dan

Polivy (1991). Alat ukur ini sangat sensitif terhadap manipulasi. Alat ukur ini

terdiri dari 20 item. Skala ini peka terhadap manipulasi, dan skala ini

memiliki nilai alpha Cronbach sebesar 0.92.

2. The School Short-form Coopersmith Self-Esteem Inventory yang diciptakan

oleh Coopersmith lalu kemudian di kembangkan lagi oleh Hills, Francis dan

Jennings (2011). Alat ukur ini terdiri dari 25 item yang mengukur self-esteem

pada anak-anak sekolah. Alat ukur ini memiliki nilai alpha Cronbach sebesar

0.83.

3. Self-Esteem Scale (SES) yang dikembangkan oleh Rosenberg (1965). Skala ini

terdiri dari 10 item, yang menilai harga diri secara global dengan mengukur

perasaan positif dan negatif tentang diri. Skala ini uni-dimensional. Semua

item dijawab menggunakan format skala model Likert 4 poin alternatif

jawaban, (1) Sangat Tidak Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Setuju, (4) Sangat

Setuju. Alat ukur ini bersifat unidimensional dan juga memiliki nilai alpha

Cronbach sebesar 0.92 (Heatherton & Wyland, 2003).

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

27

Berdasarkan kedua alat ukur di atas, maka dalam penelitian ini peneliti

menggunakan pengukuran Self-Esteem Scale (SES) oleh Rosenberg (1965) yang

mengukur self-esteem secara global. Skala ini memiliki ciri khas, salah satunya

pada pernyataan setiap item adanya perbandingan orang yang berpartisipasi dalam

mengisi alat ukur dengan orang lain. Kemudian, pernyataan pada setiap item juga

merupakan evaluasi yang sangat umum tentang diri sendiri. Alat ukur tersebut

menekankan pada feelings atau perasaan. Selain itu, sepuluh item yang diuraikan

dalam alat ukur tersebut sangat mudah untuk dipahami.

2.3 Gratitude

2.3.1 Definisi Gratitude

Kata gratitude (syukur) berasal dari bahasa Latin, yaitu gratia, yang berarti

anugrah, kemurahan hati, atau bersyukur. Definisi umum gratitude menurut

Lambert dan Fincham (2011) adalah perasaan yang dialami ketika beneficiary

(seseorang yang mendapat bantuan) menerima keuntungan dari benefactor

(seseorang yang memberi bantuan).

Gratitude adalah keadaan emosional dan sikap terhadap kehidupan yang

merupakan sumber kekuatan manusia dalam meningkatkan kesejahteraan pribadi

dan relasional seseorang (Emmons & Crumple, 2000). Gratitude (rasa syukur)

dapat meningkatkan happiness (rasa kebahagian) pada peristiwa pengalaman yang

positif pada individu, dengan begitu dapat mengatasi peritiwa negatif seperti

depresi (Watkins, Woodward, Stone & Klots, 2003).

Menurut McCullough, Emmons, & Tsang (2002) gratitude didefinisikan

sebagai kecenderungan umum untuk mengenali dan merespon dengan rasa

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

28

berterimakasih kepada peran kebaikan orang lain pada pengalaman positif dan

pada saat telah memperoleh sesuatu. Individu yang bersyukur tampak berbeda

dibading dengan individu yang kurang bersyukur pada tiga domain psikologis: (a)

emosionalitas/kesejahteraan, (b) prososialitas, dan (c) spitualitas/ keberagamaaan.

Dibandingkan dengan orang-orang yang kurang bersyukur, orang-orang yang

bersyukur memiliki emosi positif dan kepuasaan hidup yang lebih tinggi serta

emosi negatif, seperti depresi, kecemasan dan kecemburuan, yang lebih rendah.

Orang-orang tersebut juga secara prososial menjadi lebih berorientasi pada bahwa

mereka lebih empatik, pemaaaf, penolong, dan mendukung dibanding mereka

yang kurang bersyukur. Sejalan dengan itu, individu yang bersyukur kurang

berfokus pada mengejar tujuan materialistik. Orang-orang dengan disposisi syukur

yang lebih kuat juga cenderung menjadi lebih berpikiran spiritual dan religious

(McCullough, Emmons, & Tsang, 2002).

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teori dari McCullough, Emoons dan

Tsang (2002). Gratitude didefinisikan sebagai kecenderungan untuk merespon

atas kebaikan orang lain atau pengalaman positif dengan berterimakasih.

2.3.2 Dimensi gratitude

McCullough, Emmons dan Tsang (2002) menjelaskan terdapat empat dimensi

syukur, yaitu :

1. Intensity

Merupakan individu yang bersyukur merasakan perasaan yang positif

diperkirakan akan merasa semakin meningkat dalam kebersyukuran dalam

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

29

hidup, dibandingkan dengan individu lain yang tidak merasakan persitiwa

positif menjadi sesuatu hal yang patut di syukuri.

2. Frequency

Merupakan individu yang memiliki kecenderungan bersyukur akan

merasakan perasaan yang positif di hari-harinya. Rasa syukur tersebut dapat

diperoleh dari peristiwa-peristiwa sederhana atau tindakan yang baik.

Sebaliknya, jika individu tidak pernah bersyukur, maka di hari-harinya tidak

dapat memaknai dari peristiwa-peristiwa kecil yang terjadi.

3. Span

Merupakan banyaknya peristiwa kehidupan yang telah terjadi pada individu

dapat mempengaruhi rasa syukur atas kesempatan yang telah diberikan pada

hidupnya. Individu tersebut dapat bersyukur atas keluarga mereka, kesehatan,

kehidupannya, dan berbagai keuntungan yang telah diperoleh.

4. Density

Merupakan individu yang mengalami perasaan bersyukur terhadap sesuatu

hal yang positif akan mengacu pada siapa seseorang merasa bersyukur pada

hasil tertentu (seperti keluarga, orang tua, mentor).

2.3.3 Pengukuran gratitude

Dari beberapa kajian literatur yang telah ada, ditemukan beberapa instrumen

untuk mengukur gratitude diantaranya, yaitu :

1. Gratitude, Resentment, Appreciation Test-Short Form (GRAT-Short Form)

yang dikembangkan oleh Watkins, et. al., (2003) yang terdiri dari 16 item

yang mengukur tentang sense of abudance, appreciation for others, dan

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

30

simple appreciation. Alat ukur ini memiliki nilai alpha Cronbach sebesar

0.92.

2. Gratitude Adjective Cheklist (GAC) yang dikembangkan oleh McCullough

(2002) dengan beberapa aspek yaitu grateful, thankful, dan appreciative. GAC

juga dapat digunakan untuk mengukur rasa syukur sebagai mood, emosi, atau

disposisi tergantung dengan kebutuhan. Alat ukur ini memiliki nilai alpha

Cronbach sebesar 0.87.

3. Gratitude Questionnaire-Six Item Form (GQ-6) yang dikembangkan oleh

McCullough, Emmons dan Tsang (2002), yang memiliki empat aspek yaitu

intensity, frequency, span, density. Skala ini terdiri dari 6 item. Alat ukur ini

memiliki nilai alpha Cronbach sebesar 0.82.

Berdasarkan ketiga alat ukur diatas, maka dalam penelitian ini peneliti

menggunakan pengukuran Gratitude Questionnaire-Six Item Form (GQ-6) yang

dikembangkan oleh McCullough, Emmons dan Tsang (2002). Dikarnakan

disesuaikan dengan keadaan responden yang masih remaja.

2.4 Dukungan Sosial

2.4.1 Definisi dukungan sosial

Dalam definisi Sarafino dan Smith (2011) dukungan sosial merupakan persepsi

individu atas rasa nyaman, bantuan, kepercayaan terhadap orang lain. Dukungan

sosial yang berkaitan dengan dampak kesehatan pada efek dasar utama dan

mekanismenya hadir melalui efek penyibang stress yang terjadi.

Dukungan sosial dapat didefinisikan sebagai dukungan yang dapat digunakan

oleh individu melalui ikatan sosial pada individu lain, kelompok, dan komunitas

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

31

yang besar (Lin, Ensel, Simeone & Kuo, 1979). Dukungan sosial mengacu pada

social network yang ada, bentuknya seperti sumber daya psikologis maupun

material yang dapat dimanfaatkan sebagai kemampuan individu untuk mengatasi

stress (Cohen, 2004). Sebaliknya, individu yang kurang melihat bantuan sebagai

bentuk dukungan, sehingga kecil kemungkinan individu dapat mengurangi stress

(Sarafino & Smith, 2011).

Zimet, dkk (1988) menggambarkan dukungan sosial adalah diterimanya

dukungan. Dukungan sosial terbagi dari dua jenis yaitu received social support

dan perceived social support (Sarafino & Smith, 2011). Received social support

adalah social support yang diterima, dimana pengukurannya berdasarkan jumlah

support yang diberikan, sementara dalam perceived social support adalah social

support yang dipersepsikan, dimana pengukurannya sejauh mana seseorang

mempersepsikan bahwa dirinya mendapat dukungan/pertolongan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dari itu peneliti menggunakan teori

perceived social support dari (Zimet dkk., 1988) sebab persepsi dari dukungan

sosial yang tersedia lebih penting dari pada jumlah dukungan sosial yang

didapatkan. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan individu dalam

menghadapi kesulitan.

2.4.2 Dimensi dukungan sosial

Menurut Zimet, dkk (1988) mengungkapkan bahwa perceived social support

sebagai diterimanya dukungan diberikan oleh orang-orang terdekat individu,

yaitu:

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

32

1. Dukungan keluarga yaitu bantuan yang diberikan oleh keluarga kepada

individu. Dukungan yang dimaksudkan seperti membantu dalam membuat

keputusan maupun kebutuhan secara emosional. Indikator dari dukungan

keluarga yaitu merasa nyaman bersama keluarga, bantuan dari keluarga dan

perasaan bernilai bagi keluarga.

2. Dukungan teman yaitu bantuan yang diberikan oleh teman seperti membantu

dalam kegiatan sehari hari ataupun bantuan dalam bentuk lainnya. Indikator

dari dukungan teman yaitu perasaan nyaman bersama teman, mendapat

bantuan ketika kesulitan, perasaan bernilai bagi teman.

3. Significant others dalam hal ini adalah atasan yaitu bantuan yang diberikan

pada oarng yang berarti yang memiliki nilai keartian bagi individu seperti

menjadikan individu merasa nyaman dan dihargai. Indikator dari significant

others yaitu perasaan nyaman bersama orang yang berarti, diberikan saran,

bantuan, perasaan bernilai.

2.4.3 Pengukuran dukungan dosial

Ada beberapa alat ukur yang bisa digunakan untuk mengukur dukungan sosial

diantaranya, yaitu :

1. The Social Provision Scale yang dikembangkan oleh Cutrona & Russel

(1987). Skala ini terdiri dari 24 item yang mengukur enam komponen yaitu

guidance, reliable alliance, reassurance of worth, opportunity for nurturance,

attachment, social integration. Alat ukur ini menggunakan skala model likert

4 alternatif jawaban, dari Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan Sangat

Tidak Setuju. Alat ukur ini memiliki nilai alpha Cronbach sebesar 0.915.

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

33

2. Medical Outcomes Study-Social Support Survey yang dikembangkan oleh

Sherbourne dan Stewart (1991). Skala ini memfokuskan pada ketersediaan

yang dirasakan pada dukungan sosial. Skala ini terdiri dari 19 item dan

memiliki 5 dimensi yaitu emotional support, informational support, tangible

support, positive social interaction, affectionate support. Alat ukur ini

memiliki nilai alpha Cronbach sebesar 0.48.

3. Multidimensional Scale of Percaived Social Support (MSPSS) yang

dikembangkan oleh Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley (1988). Skala ini

dikembangkan untuk mengukur keberadaan dukungan sosial yang dirasakan

dan dukungan emosional yang didapat dari sumber keluarga, teman dan

significant others. Skala model likert ini terdiri dari 12 item, dengan memiliki

nilai alpha Cronbach sebesar 0.88.

Berdasarkan ketiga alat ukur diatas, maka dalam penelitian ini peneliti

menggunakan pengukuran Multidimensional Scale of Percaived Social Support

(MSPSS) yang dikembangkan oleh Zimet, dkk (1988). Karena sesuai dengan

sumber-sumber dukungan yang akan diteliti yaitu dukungan keluarga, teman, dan

significant others. Dua belas item yang diuraikan dalam alat ukur tersebut sangat

mudah untuk dipahami.

2.5 Faktor Demografi

Demografi merupakan istilah dari dua kata yang berasal dari Yunani, yaitu demos

yang berarti rakyat atau penduduk dan graphein yang berarti menggambar atau

menulis. Demografi merupakan faktor-faktor demografi seperti jenis kelamin,

umur, status anak, agama, tingkat pendidikan, tinggal bersama keluarga atau di

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

34

panti asuhan, frekuensi bertemu pengasuh. Namun dalam penelitian skripsi ini

peneliti hanya beberapa yang digunakan dalam faktor demografi, yaitu: jenis

kelamin, usia, dan status anak.

2.5.1 Usia

Usia adalah suatu tahapan perkembangan manusia, yang tumbuh dan berkembang

secara potensial. Usia dapat menjadi salah satu faktor resiliensi remaja yayasan

sosial baik secara langsung atau tidak langsung bersama variabel lain. Pada

penelitian Tusaie, Puskar dan Sereika (2007) dengan sampel 624 remaja yang

berusia 14 hingga 18 tahun, ditemukan bahwa remaja laki-laki yang lebih muda

memiliki tingkat Psychosocial Resilience cenderung rendah dibanding remaja

laki-laki lebih tua karena mereka sudah banyak mengalami peristiwa kehidupan

yang buruk.

2.5.2 Jenis kelamin

Jenis kelamin dalam penelitian ini terdiri dari laki-laki dan perempuan. Perbedaan

jenis kelamin dalam skor resiliensi menunjukkan munculnya karakteristik perilaku

khusus pada jenis kelamin saat usia sekolah dasar, seperti perempuan memiliki

tingkat yang lebih positif daripada laki-laki dilihat dari pengembangan emosi

sosial (komunikasi, empati, mencari bantuan dan pengalaman otonomi) dan

tingkat hubungan peduli yang tinggi dengan orang dewasa dan teman sebaya, dan

dukungan sosial (Sun & Stewart, 2007).

2.5.3 Status anak

Status anak yang dimaksudkan adalah perbedaaan pengelompokan yaitu yatim

dan non-yatim. Peneliti menduga perbedaan status anak mempengaruhi resiliensi.

Sebab dalam penelitian (Katyal, 2015) ada perbedaan yang signifikan dalam

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

35

resiliensi anak yatim dan non-yatim, dengan anak yatim memiliki resiliensi yang

lebih tinggi daripada anak non-yatim.

2.6 Kerangka Berpikir

Resiliensi yang dimiliki seseorang khususnya dalam penelitian ini adalah remaja

yayasan sosial di Jakarta Selatan. Meski begitu, tidak semua remaja yayasan sosial

memiliki kemampuan resiliensi. Resiliensi dapat mengurangi individu terkena

dalam faktor resiko dan juga dapat mengubah faktor resiko menjadi faktor

pelindung yang muncul untuk dapat menghadapi masalah-masalah yang muncul.

Faktor pelindung yang harus ada dalam diri individu untuk dapat membangun

resiliensi adalah novelty seeking, emotional regulation dan positive future

orientation. Novelty seeking yaitu mengacu pada kemampuan untuk menunjukkan

minat dan perhatian beragam kejadian. Emotional regulation yaitu sifat yang

menunjukkan ketenangan dan dapat mengendalikan emosi. Terakhir, positive

future orientation yaitu menyangkut bagaimana pandangan individu pada tujuan

di masa yang akan datang.

Self-esteem juga merupakan hal penting bagi remaja yayasan sosial dalam

memandang dirinya sendiri. Remaja yang memiliki resiliensi yang baik, maka

remaja akan memiliki rasa kepercaya diri yang tinggi, strategi pemecahan

masalah, dibandingkan dengan remaja yang rentan. Pada hasil penelitian Dumont

dan Provost (1999) mengungkapkan bahwa remaja dengan resiliensi yang baik

terbukti signifikan memiliki self-esteem yang baik.

Remaja yang memiliki gratitude dapat merasakan perasaan yang positif atas

kejadian yang terjadi dan menjadikan semua itu sebagai pembelajaran. Terbukti

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

36

pada penelitian Gupta dan Kumar (2015) bahwa gratitude terbukti sebagai

prediktor yang memberikan nilai yang paling prediktif pada resiliensi. Artinya

seseorang dengan nilai gratitude yang tinggi, maka memiliki resiliensi yang tinggi

pula. Melalui masalah yang ada diharapkan remaja dapat selalu bersyukur, agar

remaja dapat bangkit (bouncing back) dan bertahan pada situasi yang sulit.

Dalam penelitian ini, peneliti memiliki hipotesis bahwa resiliensi memiliki

pengaruh pada dukungan sosial. Remaja berinteraksi dengan teman sebaya,

keluarga dan orang yang berarti. Bentuk dukungan yang diterima seperti

memberikan rasa nyaman, kebersamaan dan memberikan bantuan. Remaja yang

memiliki dukungan sosial yang tinggi akan memiliki rasa aman, dan rasa lekat dan

membantu remaja untuk dapat berbagi pengalaman taumatis mereka (Zhou et al.,

2014 dalam Zhou, Wu & Zhen, 2017).

Dari pemaparan di atas, terdapat banyak faktor demografi yang mempengaruhi

resiliensi. Dalam penelitian ini hanya digunakan tiga variabel yaitu jenis kelamin,

usia dan status anak. Di dalam kehidupan sehari-hari terdapat beragam perilaku

dan juga perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian

Sobana (2018) terbukti bahwa perempuan memiliki tingkat resiliensi yang tinggi

dibanding laki-laki. Usia memiliki perbedaan yang signifikan pada resiliensi.

Remaja yang umurnya lebih tua lebih resiliensi dibanding remaja yang umurnya

lebih muda (Tefera & Mulatie, 2014). Dengan begitu diharapkan semakin

bertambahnya usia kronnologis remaja semakin remaja memiliki ketangguhan

atau resilien yang baik.

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

37

Beradasarkan pemaparan di atas dari self-esteem, gratitude, dukungan sosial

dan faktor demografi (jenis kelamin, usia dan status anak). Dengan demikian

skema kerangka berpikir data diambarkan sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Pikiran Penelitian

Self-esteem

Gratitude

Dukungan Sosial

Significant Other

Family

Friends

Demografi

Jenis kelamin

Usia

Status anak

Resiliensi

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

38

2.7 Hipotesis Penelitian

2.7.1 Hipotesis Mayor

Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan self-esteem, gratitude, dukungan sosial

dan faktor demografi terhadap resiliensi remaja yayasan sosial di Jakarta Selatan.

2.7.2 Hipotesis Minor

Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel self-esteem terhadap

resiliensi remaja yayasan sosial di Jakarta Selatan.

Ha2 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel gratitude terhadap resiliensi

remaja yayasan sosial di Jakarta Selatan.

Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel dukungan sosial (family)

terhadap resiliensi remaja yayasan sosial di Jakarta Selatan.

Ha4 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel dukungan sosial (friends)

terhadap resiliensi remaja yayasan sosial di Jakarta Selatan.

Ha5 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel dukungan sosial (significant

other) terhadap resiliensi remaja di Jakarta Selatan.

Ha6 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel faktor demografi (jenis

kelamin) terhadap resiliensi remaja yayasan sosial di Jakarta Selatan.

Ha7 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel faktor demografi (usia)

terhadap resiliensi remaja yayasan sosial di Jakarta Selatan.

Ha8 : Terdapat pengaruh yang signifikan dari faktor demografi (status anak)

terhadap resiliensi remaja yayasan sosial di Jakarta Selatan.

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

39

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

3.1.1 Populasi

Populasi yang terpilih menjadi objek penelitian ini adalah remaja yang berada

pada yayasan sosial atau panti asuhan di daerah Jakarta Selatan.

3.1.2 Sampel

Jumlah sampel yang diambil dari populasi mencakup 246 orang remaja yatim dan

non-yatim berumur 11—21 tahun yang tinggal dalam panti asuhan atau yayasan di

daerah Jakarta Selatan. Perincian sampel disajikan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Sampel Penelitian

No Tempat Yayasan/Panti Asuhan Jumlah Anak Persentase

1 Panti Asuhan Annajah 28 11.4%

2 Graha Yatim Cinta Dhuafa 18 7.3%

3 Asrama Yatim & Dhuafa MAI 12 4.9%

4 Panti Asuhan Yos Sudarso 37 15.0%

5 Panti Asuhan Al Mubarokah 23 9.3%

6

7

Panti Asuhan Nurul Hasanah

Panti Asuhan Yayasan Kebagusan

27

12

11.0%

4.9%

8 Yayasan Cikal Mandiri 18 7.3%

9 Yayasan Yatim Piatu dan Fakir Miskin

Amanah

9 3.7%

10 Panti Asuhan Yakin 22 8.9%

11 Panti Asuhan Yayasan Kasih Mandiri Bersinar 40 16.3%

Total 246 100%

3.1.3 Teknik pengambilan sampel

Dalam penelitian ini, jenis sampel yang digunakan non-probability sampling

dimana setiap anggota tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel

penelitian. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dimana

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

40

kriteria orang yang akan dijadikan sampel memenuhi kriteria peneliti, dalam hal

ini adalah remaja yang berumur 11—21 tahun yang berada di yayasan sosial

daerah Jakarta Selatan.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan segala sesuatu yang bervariasi, atau juga bisa

disebut sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan

diteliti. Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu :

a. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang digunakan

untuk memprediksi atau melihat pengaruh terhadap variabel terikat (dependent

variable). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas sebagai berikut :

1. Self-esteem

2. Gratitude

3. Dukungan sosial yang terdiri dari :

a. Perceived social support family

b. Perceived social support friends

c. Perceived social support significant other

4. Faktor demografi yang terdiri dari :

a. Jenis kelamin

b. Usia

c. Status anak

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

41

b. Variabel terikat (dependent variable)

Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang diprediksi atau

dipengaruhi oleh variabel bebas. Pada penelitian ini yang menjadi variabel

terikat (dependent variable) yaitu resiliensi.

3.2.1 Definisi operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah self-esteem, gratitude,

dukungan sosial dan resiliensi. Beriku dibawah ini definisi operasional masing-ma

sing variabel:

a. Resiliensi adalah proses yang dinamis untuk menanggulangi dan beradaptasi

dari situasi yang sulit dan mengancam. Kesulitan dan situasi krisis ini

merupakan proses dinamis dalam pengembangan individu. Resiliensi dengan

perspektif faktor protective terdiri dari tiga dimensi yaitu Novelty Seeking,

Emotional Regulation, dan Positive Future Orientation (Nakaya, Oshio, &

Kaneko, 2006), masing-masing penjelasan sebagai berikut :

1. Novelty Seeking yaitu mengacu pada kemampuan untuk menunjukkan

minat dan perhatian beragam kejadian.

2. Emotional Regulation yaitu sifat yang menunjukkan ketenangan dan dapat

mengendalikan emosi.

3. Positive Future Orientation yaitu menyangkut pada pandangan individu

pada tujuan di masa yang akan datang.

b. Self-esteem adalah bagaimana sikap individu baik positif atau negatif terhadap

dirinya sendiri sebagai suatu totalitas dan satu rangkaian sikap pada diri nya

sendiri berdasarkan persepsi perasaan tentang keberhargaan dirinya atau

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

42

sebuah penilaian diri sebagai seseorang (Rosenberg, 1965). Dimensi self-

esteem menurut Rosenberg (dalam Flynn, 2001) mengungkapkan bahwa self-

esteem merupakan salah satu bagaian konsekuensi hasil perbandingan mereka

sendiri dengan orang lain (perbandingan sosial) dan perolehan evaluasi atau

penilaian diri, baik secara positif ataupun negatif. Self-esteem juga bagaimana

menilai keberhargaan diri sendiri terkait dengan menerima diri sendiri,

menghargai diri sendiri, dan mampu berkompetensi dengan orang lain.

c. Gratitude adalah kecenderungan umum untuk mengenali dan merespon

dengan rasa penuh syukur terhadap pengalaman dan hasil yang positif

diperoleh individu itu sendiri. Alat ukur ini mengukur empat dimensi dari

gratitude yaitu intensity, frequency, span dan density (McCullough, Emmons

& Tsang., 2002). Intensity merupakan individu yang bersyukur merasakan

perasaan atau peristiwa positif yang diperkirakan akan semakin meningkat

kebersyukurannya. Selanjutnya, frequency merupakan individu yang memiliki

kecenderungan bersyukur akan merasakan perasaan positif setiap harinya.

Span merupakan banyaknya peristiwa kehidupan yang telah terjadi pada

individu yang dapat mempengaruhi rasa syukur atas kesempatan yang

diberikan. Seperti kesehatan mereka. Dimensi terakhir ada density yaitu

individu yang megalami perasaan bersyukur terhadap sesuatu hal yang positif

kan mengacu kepada siapa seseorang merasa bersyukur pada hasil tertentu

(misalnya keluarga, orang tua, mentor).

d. Dukungan sosial menggunakan teori dari Zimet, et al., (1988) perceived social

support yaitu dukungan yang dirasakan seseorang yang diukur dengan

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

43

persepsi emosional, bentuk dukungan seperti peduli dengan perasan

seseorang, membantu membuat keputusan, dan dukungan yang benar-benar

diterimanya. Dukungan tersebut dapat didapatkan bersumber dari :

1. Dukungan keluarga yaitu bantuan yang diberikan oleh keluarga kepada

individu. Dukungan yang dimaksudkan seperti membantu dalam membuat

keputusan maupun kebutuhan secara emosional.

2. Dukungan teman yaitu bantuan yang diberikan oleh teman seperti

membantu dalam kegiatan sehari hari ataupun bantuan dalam bentuk

lainnya.

3. Significant others dalam hal ini adalah atasan yaitu bantuan yang diberikan

pada orang yang berarti yang memiliki nilai keartian bagi individu seperti

menjadikan individu merasa nyaman dan dihargai.

e. Faktor demografi dapat berdampak pada tingkat resiliensi anak remaja, yaitu:

1. Jenis kelamin

2. Usia

3. Status anak.

3.3 Pengumpulan Data

3.3.1 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

sebagai alat ukur, dimana skala tersebut merupakan skala adaptasi model Skala

Likert. Tahap pengumpulan data dimulai dari pemberian pertanyaan yang

disajikan kepada responden, lalu responden memberikan tanggapan dengan

pernyataan sangat setuju hingga sangat tidak setuju. Responden memberikan

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

44

tanggapan dengan memberikan tanda check list (√) pada salah satu alternatif

jawaban. Setiap item memiliki alternatif jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS),

Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Peneliti hanya

menggunakan empat alternatif jawaban sebagai tindakan pencegahan dari jawaban

netral (central tendency).

Pernyataan dibuat dengan kategori pernyataan positif (favorable) dan

pernyataan negatif (unfavorable). Dalam pernyataan favorable, skor tertinggi

diberikan pada jawaban sangat sesuai, lalu pada skor jawaban terendah pada

jawaban sangat tidak sesuai. Sebaliknya pada pernyataan unfavorable, skor

tertinggi diberikan pada jawaban sangat tidak sesuai, lalu pada skor terendah

jawaban sangat sesuai.

Tabel 3.2

Skor Skala Model Likert

Skala Favorable Unfavorable

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

3.3.2 Instrumen penelitian

Pada penelitian ini digunakan instrument pengambilan data berupa (1) skala

resiliensi, (2) skala dukungan sosial (3) skala self-esteem, dan (4) skala gratitude.

Skala yang digunakan adalah model Likert. Instrumen skala dibagi menjadi

empat, yaitu:

1) Skala Resiliensi

Pada penelitian ini peneliti menggunakan alat ukur yang dikembangkan oleh

Oshio, Kaneko, Nagamine, & Nakaya (2002). Alat ukur ini terdiri dari dari 21

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

45

item, dan memiliki dimensi yaitu novelty seeking, emotional regulation, dan

positive future orientation. Peneliti menggunakan model Skala Likert dengan

empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS),

dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun blueprint skala resiliensi dapat dilihat

pada Tabel 3.3 dibawah ini :

Tabel 3.3

Blueprint skala resiliensi

Novelty Seeking Memiliki minat perhatian

dengan berbagai hal

Mencari sesuatu yang

baru

3, 4, 8, 9, 14, 17

7

Emotional

Regulation Dapat mengendalikan

emosi

Merasa tenang

2, 5*,6

*,10,12

*,13,

15*, 16

*,21

9

Positive Future

Orientation Berjuang untuk masa

depan

Memiliki tujuan yang

jelas

1, 7, 11, 18, 19 5

Total 21

Keterangan : tanda * = item unfavorable

Respon jawaban responden dari setiap item akan dijumlahkan untuk

mendapatkan skor keseluruhan dari resiliensi.

2) Skala Self-esteem

Dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi skala self-esteem milik Rosenberg

(1965). Rosenberg Self-Esteem Scale ini terdiri dari 10 item terdiri 5 item

penyataan positif dan 5 item pernyataan negatif. Peneliti menggunakan model

Skala Likert dengan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju

(S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Blueprint skala self-

esteem dapat dilihat pada Tabel 3.4 dibawah ini:

Dimensi Indikator Item Jumlah

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

46

Tabel 3.4

Blueprint skala Self-Esteem

Keterangan : tanda * = item unfavorable

3) Skala Gratitude

Referensi skala gratitude diambil dari McCullough, Emmons & Tsang (2002).

Skala ini bersifat unidimensional, terdapat 6 pernyataan, yang mengukur

berdasarkan empat facet yaitu intensity, frequency, span, dan density. Peneliti

menggunakan model Skala Likert dengan empat alternatif jawaban, yaitu Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS).

Adapun blue print skala gratitude terdapat Tabel 3.5 di bawah ini:

Tabel 3.5

Blueprint skala Gratitude

Keterangan : tanda * = item unfavorable

4) Skala dukungan sosial

Peneliti menggunakan teori Dahlem, Zimet dan Walker (1991) yaitu

Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Adapun sumber dukungan

penelitian yaitu family, friends, dan significant others, skala ini terdiri dari 12

item. Peneliti menggunakan model Skala Likert dengan empat alternatif jawaban,

yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju

Dimensi Indikator Jumlah

Item

Self-Esteem

Menerima diri sendiri 1, 2*,10 3

Menghargai diri sendiri 3, 5*, 6

*,7, 8

*,9

* 6

Mampu berkompetensi dengan orang lain 4 1

Total

10

Dimensi Indikator Item Jumlah

Gratitude

Individu dapat bersyukur dan merasan perasaan

positif dalam hidupnya 1 1

Individu yang selalu bersyukur 6*

1

Individu yang bersyukur atas banyaknya

peristiwa kehidupan yang telah terjadi 5 1

Individu yang mengacu kepada siapa dia

merasa bersyukur pada hasil tertentu

2, 3*, 4

3

Total 6

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

47

(STS). Berikut blue print skala dukungan sosial terdapat pada Tabel 3.6 dibawah

ini:

Tabel 3.6

Blueprint skala dukungan sosial

3.4 Uji Validitas Konstruk

Kemudian peneliti melakukan pengujian validitas konstruk terhadap instrumen

alat ukur yang digunakan. Pengujian validitas ini dilakukan supaya dapat

mengetahui apakah item pada setiap variabel valid dalam mengukur apa yang

hendak diukur. Pengujian validitas konstruk ini menggunakan teknik Confimatory

Factor Analysis (CFA) dengan bantuan software Lisrel 8.70. Berikut hasil dari

pengujian validitas tiap alat ukur tersebut di bawah ini.

3.4.1 Uji Validitas Konstruk Resiliensi

Skala resiliensi dalam penelitian ini terdiri dari 21 item, yang diujikan kepada 246

subjek penelitian. Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan, dihasilkan nilai

Chi-Square = 128,77, df = 106, P-value = 0.06560, dan RMSEA = 0.030. Nilai

tersebut menunjukkan model fit.

Dimensi Indikator Item Jumlah

Family Perasaan nyaman bersama keluarga

Kebersamaan bersama keluarga

Memberikan bantuan dari keluarga

8, 3, 4, 11 4

Friends Perasaan nyaman bersama teman

Mendapat bantuan dari teman

Mendapat perhatian positif dari teman

6, 7, 9, 12 4

Significant

Other

Perasaan nyaman bersama orang yang

signifikan

Mendapat perhatian positif dari signifikan

other

Perasaan bernilai untuk orang yang signifikan

1, 2, 5, 10 4

Total 12

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

48

Selanjutnya, peneliti ingin melihat apakah item tersebut signifikan atau tidak

dalam mengukur apa yang hendak diukur sekaligus untuk menentukkan apakah

item tersebut dapat diikut sertakan dalam analisis regresi. Untuk itu perlu

dilakukan pengujian hipotesis nihil pada koefisien muatan faktor dari item.

Koefisien muatan faktor untuk item pengukuran resiliensi dapat dilihat pada tabel

3.7.

Tabel 3.7

Muatan Faktor Item Resiliensi

Item Koefisien Standar Error T-value Signifikan

1 0.74 0.06 12.50 √

2 0.38 0.07 5.76 √

3 0.44 0.06 7.44 √

4 0.50 0.06 8.28 √

5 0.23 0.06 3.77 √

6 -0.08 0.06 -1.33 X

7 0.73 0.06 12.72 √

8 0.65 0.06 10.38 √

9 0.49 0.06 8.19 √

10 0.48 0.06 7.56 √

11 0.62 0.06 10.11 √

12 0.06 0.06 1.01 X

13 0.48 0.06 7.56 √

14 -0.25 0.06 -4.03 X

15 0.27 0.06 4.29 √

16 0.23 0.06 3.52 √

17 0.80 0.06 12.41 √

18 0.63 0.06 10.99 √

19 0.59 0.06 9.17 √

20 0.54 0.06 9.08 √

21 0.35 0.07 5.18 √

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan

Berdasarkan tabel 3.7 dapat diketahui bahwa delapan belas item sesuai dengan

sifat item. Artinya, delapan belas koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan

sifat item. Dengan demikian, tiga item dalam variabel resiliensi tidak diikut

sertakan dalam analisis regresi.

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

49

3.4.2 Uji Validitas Konstruk Self-Esteem

Skala self-esteem terdiri dari 10 item. Peneliti menguji apakah 10 item tersebut

bersifat unidimensional yang artinya benar hanya mengukur self-esteem.

Berdasarkan hasil analisis CFA yang dilakukan, dihasilkan nilai Chi-Square =

17.50, df = 21, P-value = 0.68056, dan RMSEA = 0.000. Nilai tersebut

menunjukkan model fit.

Selanjutnya, peneliti ingin melihat apakah item tersebut signifikan atau tidak

dalam mengukur apa yang hendak diukur sekaligus untuk menentukan apakah

item tersebut dapat diikutsertakan dalam analisis regresi. Maka perlu dilakukan

pengujian hipotesis nihil pada koefisien muatan faktor dari item. Koefisien

muatan faktor untuk item pengukuran self-esteem dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Muatan Faktor Item Self-Esteem

Item Koefisien Standar Error T-value Signifikan

1 0.49 0.07 7.48 √

2 -0.36 0.06 -5.71 X

3 0.68 0.09 7.80 √

4 0.42 0.07 6.49 √

5 -0.86 0.08 -10.26 X

6 -0.05 0.08 -0.62 X

7 -0.11 0.06 -1.74 X

8 -0.63 0.09 -7.23 X

9 0.46 0.07 7.05 √

10 -0.26 0.06 -4.19 X

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan

Berdasarkan Tabel 3.8 dapat diketahui bahwa enam item sesuai dengan sifat

item. Artinya, enam koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item.

Dengan demikian, empat item dalam variabel sef-esteem tidak diikut sertakan

dalam analisis regresi.

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

50

3.4.3 Uji Validitas Konstruk Gratitude

Skala gratitude terdiri dari 6 item. Peneliti menguji apakah 6 item tersebut bersifat

unidimensional yang artinya benar hanya mengukur gratitude. Berdasarkan hasil

analisis CFA yang dilakukan, dihasilkan nilai Chi-Square = 4.39, df = 6, P-value

= 0.62415, dan RMSEA = 0.000. Nilai tersebut menunjukkan model fit.

Selanjutnya, peneliti ingin melihat apakah item tersebut signifikan atau tidak

dalam mengukur apa yang hendak diukur sekaligus untuk menentukkan apakah

item tersebut dapat diikutsertakan dalam analisis regresi. Maka perlu dilakukan

pengujian hipotesis nihil pada koefisien muatan faktor dari item. Koefisien

muatan faktor untuk item pengukuran gratitude dapat dilihat pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9

Muatan Faktor Item Gratitude

Item Koefisien Standar Error T-value Signifikan

1 0.89 0.08 11.09 √

2 0.37 0.06 5.86 √

3 0.26 0.06 4.19 √

4 0.64 0.07 9.37 √

5 0.92 0.08 11.66 √

6 0.37 0.06 5.79 √

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan

Berdasarkan Tabel 3.9 dapat diketahui bahwa enam item sesuai dengan sifat

item. Artinya, enam koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item.

Dengan demikian, seluruh item dalam variabel gratitude diikut sertakan dalam

analisis regresi.

3.4.4 Uji Validitas Konstruk Dukungan Sosial

1. Perceived Social Support (Family)

Skala perceived social support (family) terdiri dari 4 item. Peneliti menguji

apakah 4 item tersebut bersifat unidimensional yang artinya benar hanya

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

51

mengukur perceived social support (family). Berdasarkan hasil analisis CFA yang

dilakukan, dihasilkan nilai Chi-Square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000, dan

RMSEA = 0.000. Nilai tersebut menunjukkan model fit.

Selanjutnya, peneliti ingin melihat apakah item tersebut signifikan atau tidak

dalam mengukur apa yang hendak diukur sekaligus untuk menentukkan apakah

item tersebut dapat diikut sertakan dalam analisis regresi. Maka perlu dilakukan

pengujian hipotesis nihil pada koefisien muatan faktor dari item. Koefisien

muatan faktor untuk item pengukuran perceived social support (family) dapat

dilihat pada Tabel 3.10.

Tabel 3.10

Muatan Faktor Item Perceived Social Support (Family) Item Koefisien Standar Error T-value Signifikan

3 0.73 0.06 11.66 √

4 0.35 0.08 4.26 √

8 0.72 0.06 11.50 √

11 0.82 0.06 13.21 √

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan

Berdasarkan Tabel 3.10 dapat diketahui bahwa empat item sesuai dengan sifat

item. Artinya, empat koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item.

Dengan demikian, seluruh item dalam variabel perceived social support (family)

diikutsertakan dalam analisis regresi.

2. Perceived Social Support (Friends)

Skala perceived social support (friends) terdiri dari 4 item. Peneliti menguji

apakah 4 item tersebut bersifat unidimensional yang artinya benar hanya

mengukur perceived social support (friends). Berdasarkan hasil analisis CFA

yang dilakukan, dihasilkan nilai Chi-Square = 0.97, df = 0, P-value = 0.32451,

dan RMSEA = 0.000. Nilai tersebut menunjukkan model fit.

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

52

Selanjutnya, peneliti ingin melihat apakah item tersebut signifikan atau tidak

dalam mengukur apa yang hendak diukur sekaligus untuk menentukkan apakah

item tersebut dapat diikut sertakan dalam analisis regresi. Maka perlu dilakukan

pengujian hipotesis nihil pada koefisien muatan faktor dari item. Koefisien

muatan faktor untuk item pengukuran perceived social support (friends) dapat

dilihat pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11

Muatan Faktor Item Perceived Social Support (Friends) Item Koefisien Standar Error T-value Signifikan

6 0.44 0.07 6.08 √

7 0.66 0.09 7.30 √

9 0.66 0.08 8.13 √

12 0.75 0.09 8.25 √

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan

Berdasarkan Tabel 3.11 dapat diketahui bahwa empat item sesuai dengan sifat

item. Artinya, empat koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item.

Dengan demikian, seluruh item dalam variabel perceived social support (friends)

diikutsertakan dalam analisis regresi.

3. Perceived Social Support (Significant Other)

Skala perceived social support (significant other) terdiri dari 4 item. Peneliti

menguji apakah 4 item tersebut bersifat unidimensional yang artinya benar hanya

mengukur perceived social support (significant other). Berdasarkan hasil analisis

CFA yang dilakukan, dihasilkan nilai Chi-Square = 0.00, df = 0, P-value =

1.00000, dan RMSEA = 0.000. Nilai tersebut menunjukkan model fit.

Selanjutnya, peneliti ingin melihat apakah item tersebut signifikan atau tidak

dalam mengukur apa yang hendak diukur sekaligus untuk menentukkan apakah

item tersebut dapat diikutsertakan dalam analisis regresi. Maka perlu dilakukan

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

53

pengujian hipotesis nihil pada koefisien muatan faktor dari item. Koefisien

muatan faktor untuk item pengukuran perceived social support (significant other)

dapat dilihat pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12

Muatan Faktor Item Perceived Social Support (Significant Other) Item Koefisien Standar Error T-value Signifikan

1 0.91 0.31 2.97 √

2 0.23 0.10 2.42 √

5 0.39 0.14 2.84 √

10 1.08 0.34 3.17 √

Keterangan : tanda √ = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan

Berdasarkan Tabel 3.12 dapat diketahui bahwa empat item sesuai dengan sifat

item. Artinya, empat koefisien muatan faktor dari item sesuai dengan sifat item.

Dengan demikian, seluruh item dalam variabel perceived social support

(significant other) diikutsertakan dalam analisis regresi.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur penelitian terdiri dari beberapa tahap yang dilaksanakan secara

berurutan, yaitu:

1. Rumusan masalah: Sebelum turun ke lapangan, peneliti merumuskan masalah

yang akan diteliti kemudian mengadakan studi pendahuluan untuk melakukan

observasi fenomena atau masalah-masalah yang terjadi dari sudut pandang

teoritis. Setelah mendapatkan teori-teori secara lengkap kemudian

menyipakan, membuat dan menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam

penelitian ini yaitu alat ukur resilience yang bernama Adollescent Resilience

Scale (ARS), alat ukur self-esteem yang bernama Rosenberg Self-Esteem Scale

(RSES), alat ukur gratitude yang bernama Gratitude Questionnaire-6 (GQ-6),

alat ukur dukungan sosial yang bernama Multidimensional Scale of Perceived

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

54

Social Support (MSPSS) dan membuat surat izin penelitian kepada pihak

fakultas psikologi.

2. Kunjungan langsung: peneliti datang ke beberapa tempat panti asuhan/

yayasan sosial yang berada di daerah Jakarta Selatan untuk pengambilan data.

Pengambilan data dilakukan pada 15 Januari 2019 hingga 24 Maret 2019.

3. Pengambilan dan pengolahan data: data-data yang diperoleh peneliti dari

kunjungan kemudian diproses dan diuji untuk mendapatkan jawaban dari

kumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

3.6 Metode Analisis Data

Dalam pengujian hipotesis penelitian, peneliti berhipotesis bahwa dukungan

sosial, self-esteem, gratitude dan faktor demografi memiliki dampak terhadap

resiliensi secara empiris. Memahami kondisi tersebut, peneliti melakukan proses

perhitungan data yang didapat dengan teknik statistik yaitu Multiple Regression

Analysis (analisis regresi berganda). Teknik analisis regresi berganda ini

digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian yang ditulis di Bab II. Dengan

variabel bebas (independent variabel) yang pada penelitian ini adalah dukungan

sosial, self-esteem, gratitude dan faktor demografi dan variabel terikat (dependent

variabel) yaitu resiliensi. Maka persamaan regresinya dituliskan dalam bentuk:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8+ e

Simbol / notasi yang terdapat persamaan regresi adalah sebagai berikut:

Y = Resilience

a = konstan intersepsi

b = koefisien regresi

X1 = Self-Esteem

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

55

X2 = Gratitude

X3 = Dukungan sosial (family)

X4 = Dukungan sosial (friends)

X5 = Dukungan sosial (significant other)

X6 = Faktor demografi (usia)

X7= Faktor demografi (jenis kelamin)

X8= Faktor demografi (status anak)

e = Residu

Melalui penerapan regresi berganda ini diperoleh nilai R sebagai koefisien

korelasi berganda antara resiliensi dengan self-esteem, gratitude, dukungan sosial

dan faktor demografi. Besarnya kemungkinan resiliensi yang disebabkan oleh

faktor-faktor yang telah disebutkan tadi ditunjukkan oleh koefisien determinasi

berganda atau R2. R

2 merupakan proporsi varians dari resiliensi yang dijelaskan

oleh self-esteem, gratitude, dukungan sosial dan faktor demografi. Persamaan

untuk mendapatkan nilai R2 adalah sebagai berikut:

R2 =

Uji R2 dilakukan untuk membuktikan apakah penambahan varians dari

independent variabel satu persatu signifikan atau tidak penambahannya.

Untuk membuktikan apakah regresi X pada Y signifikan atau tidak, maka

dapat diuji dengan menggunakan uji F, untuk membuktikan hal tersebut dengan

menggunakan rumus F, yaitu sebagai berikut:

F =

( )

Pembagian disini adalah R2 itu sendiri dengan df nya (yaitu k), ialah jumlah

independen variabel yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1-R2) dibagi

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

56

dengan N – k – 1 dimana N adalah jumlah sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan

nantinya, dapat dilihat apakah variabel-variabel independen yang diujikan

memiliki pengaruh terhadap dependen variabel.

Kemudian untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan variabel-variabel

independent signifikan terhadap dependent variabel, maka peneliti melakukan uji

t. Uji t yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut:

t =

Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standar deviasi sampling dari

koefisien b. Selama uji t, peneliti akan menulis R2, signifikan atau tidaknya

dilakukan dengan menggunakan rumus yang telah dijelaskan sebelumnya. Seluruh

perhitungan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS 20.

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

57

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Subyek Penelitian

Total sampel dalam penelitian ini berjumlah 246 orang yang merupakan remaja

yang berada pada yayasan sosial atau panti asuhan di daerah Jakarta Selatan.

Gambaran umum subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dapat dilihat

pada gambar berikut.

Tabel 4.1

Gambaran Umum Responden

Responden Penelitian Jumlah Presentase

Jenis Kelamin

Laki-laki 110 44.7%

Perempuan

136 55.3%

Usia

11-16 tahun 169 68.7%

17-21 tahun 77 31.3%

Status Anak

Yatim 81 32.9%

Non-Yatim 165 67.1%

Tinggal Bersama

Panti Asuhan 171 69.5%

Keluarga 75 30.5%

Total 246 100%

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 246 responden, responden

perempuan adalah responden yang paling banyak. Dapat dilihat pada gambar 4.1,

bahwa dilihat dari jenis kelamin, terlihat jumlah responden perempuan lebih

mendominasi dengan jumlah 136 orang atau sekitar 55,3%, sedangkan pada

responden laki-laki 110 orang atau sekitar 44,7%. Responden peneliti terdiri dari

umur 11-16 tahun untuk remaja awal dengan jumlah 169 orang atau sekitar 68,7%

dan 17-21 tahun untuk remaja akhir dengan jumlah 77 orang atau sekitar 31,3%.

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

58

terendah untuk percaived social support family 20,76 dan skor tertinggi 61,94.

Skor terendah percaived social support friends 27,57 dan skor tertinggi 63,70.

Skor terendah percaived social support significant other 18,99 dan skor tertinggi

62,63.

4.2 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian

Berdasarkan pada alat ukur yang digunakan, kategorisasi skor dalam

penelitian ini dibuat menjadi tiga kategori yaitu rendah, sedang dan tinggi. Hal

ini diketahui dari informasi yang tertera pada alat ukur yang digunakan bahwa

kategorisasi skor menggunakan raw score dibagi menjadi tiga kategorisasi yaitu

rendah, sedang dan tinggi.

Selanjutnya peneliti menggunakan informasi tersebut sebagai acuan untuk

membuat norma, data kategorisasi dalam penelitian ini bukan menggunakan raw

score tetapi merupakan true score yang skalanya telah dipindah menggunakan

rumus t-score yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pedoman interpretasi

dijelaskan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2

Pedoman Kategorisasi Skor

Akan diuraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan rendah, sedang

dan tinggi secara rinci tiap variabel. Berikut adalah tabel kategorisasi variabel penelitian

pada tabel 4.3.

Kategorisasi Rumus

Tinggi

Sedang

X ≥ M + 1 SD

M-1 SD < X < M + 1 SD

Rendah X ≤ M -1 SD

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

59

Tabel 4.3

Kategorisasi Variabel Penelitian

Variabel Frekuensi Persen

Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi

Resiliensi 31 181 34 12.6 73.6 13.8

Self_Esteem 20 197 24 8.1 80.1 9.8

Gratitude 33 182 22 13.4 74.0 8.9

PSS_Family 33 177 36 13.4 72.0 14.6

PSS_Friends 20 188 38 8.1 76.4 15.4

PSS_Sig_Other 22 182 42 8.9 74.0 17.1

Berdasarkan data pada tabel 4.3 dapat dilihat bahwa skor variabel resiliiensi

sebanyak 31 orang (12,6 %) pada kategori rendah. Kemudian 181 orang (73,6%)

pada kategori sedang. Sementara itu 34 orang (13,8%) pada kategori tinggi.

Selanjutnya pada variabel self-esteem sebanyak 20 orang (8,1%) berada pada

kategori rendah dan 197 orang (80,1%) berada pada kategori sedang. Sementara

itu 24 orang (9,8%) berada pada kategori tinggi.

Selanjutnya pada variabel gratitude sebanyak 33 orang (13,4%) berada pada

kategori rendah dan 182 orang (74,0%) berada pada kategori sedang. Sementara

itu 22 orang (8,9%) pada kategori tinggi.

Selanjutnya, variabel percaived social support family terhadap resiliensi

sebanyak 33 orang (13.4%) berada pada kategori rendah, kemudian 177 orang

(72.0%) pada kategori sedang. Sementara itu 36 orang (14.6%) pada kategori

tinggi.

Selanjutnya variabel percaived social support friends sebanyak 20 orang

(8,1%) berada pada kategori rendah dan 188 orang (76,4%) berada pada kategori

sedang. Sementara itu 38 orang (15.4%) berada pada kategori tinggi.

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

60

Lalu pada variabel perceived social significant other sebanyak 22 orang

(8,9%) berada pada kategorisasi rendah dan 182 orang (74,0%) berada pada

kategori sedang. Sementara itu 42 orang (17,1%) berada pada kategori tinggi.

4.3 Uji Hipotesis Penelitian

Pada tahapan uji hipotesis penelitian, penulis menggunakan teknik analisis regresi

dengan IBM software SPSS 20 seperti yang sudah dijelaskan pada bab 3. Dalam

regresi ada tiga hal yang dilihat, yang pertama melihat R square (R2) untuk

mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang dijelaskan oleh

independent variable, yang kedua apakah keseluruhan independent variable

berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable, kemudian terkahir

melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari masing-masing independent

variable. Hal pertama yang dilihat dalam pengujian hipotesis yaitu penulis

melihat besaran R2

untuk mengetahui berapa persen varians dependent variable

yang dapat dijelaskan oleh independent variable. Tabel 4.4 yang menunjukkan R2

adalah tabel berikut :

Tabel 4.4

Model Summary Analisis Regresi

Dependent Variable R R2 Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

Resiliensi .684 .468 .450 6.79874 a. Predictors: (constant), Status_Anak, PSS_Family, Jenis_Kelamin, Usia, Self_Esteem, PSS_Sig_Other,

Gratitude, PSS_Friends

Berdasarkan pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa perolehan R2

sebesar 0,468

atau 46,8% Artinya proposi varians dari resiliensi yang dijelaskan oleh self-

esteem, gratitude, perceived social support (family, friends dan significant other),

jenis kelamin, usia dan status anak sebagai independent variable adalah sebesar

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

61

46,8% sedangkan 53,2% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian

ini.

Selanjutnya, penulis melakukan uji F untuk menganalisis pengaruh dari self-

esteem, gratitude, perceived social support (family, friends dan significant other),

jenis kelamin, usia dan status anak terhadap resiliensi. Adapun hasil uji F dapat

dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Tabel Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV

Model Sum Of Squares Df Mean Square F Sig.

1. Regression 9631.288 8 1203.911 26.046 .000b

Residual 10954.823 237 46.223

Total 20586.111 245 a. Dependent Variable : Resiliensi

b. Predictors: (Constant), Status_Anak, PSS_Family, Jenis_Kelamin, Usia, Self_Esteem, PSS_Sig_Other,

Gratitude, PSS_Friends

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai p (sig) pada kolom paling

kanan adalah sebesar 0,000, nilai p < 0,05. Hal tersebut artinya adalah terdapat

pengaruh yang signifikan dari self-esteem, gratitude, perceived social support

(family, friends dan significant other), jenis kelamin, usia dan status anak terhadap

resiliensi.

Langkah selanjutnya adalah melihat koefisien regresi dari masing-masing IV.

Jika sig <0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti Independent

Variable tersebut memiliki pengaruh yang signifkan terhadap resiliensi. Besarnya

koefisien regresi dari masing-masing independent variabel terhadap resiliensi

dapat dilihat pada tabel 4.6.

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

62

Tabel 4.6

Tabel Koefisien Regresi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T

Sig B Std.Error Beta

1. (Constant) 3.471 4.780 .726 .469

Self_Esteem .290 .066 .239 4.365 .000*

Gratitude .279 .069 .253 4.049 .000*

PSS_Family .213 .060 .200 .3564 .000*

PSS_Friends .121 .074 .104 1.624 .106

PSS_Sig_Other .184 .069 .162 2.654 .008*

Jenis_Kelamin -1.799 .914 -.098 -1.969 .050*

Usia -.348 .186 -.093 -1.874 .062

Status_Anak .227 .950 .012 .239 .811 a. Dependent Variable : Resiliensi

Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.6 sebagai berikut (*signifikan):

resiliensi = 3,471 + 0,290 (self-esteem)* + 0,279 (gratitude)* + 0,213 (perceived

social support family)* + 0,121 perceived social support friends + 0,184

perceived social support significant other -1,799 jenis kelamin - 0,348 usia +

0,227 status anak dari persamaan regresi yang telah dipaparkan, dapat dijelaskan

dari 8 independent variabel terdapat tiga yang signifikan, yaitu self-esteem dan

gratitude, perceived social support family.

Adapun penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh masing-masing

independent variabel adalah sebagai berikut :

1. Variabel Self-Esteem

Diperolah nilai koefisien regresi sebesar 0,290 dengan signifikansi 0,000

(p<0,05). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel self-esteem

berpengaruh secara signifikan terhadap resiliensi. Dengan arah yang positif

menunjukkan bahwa semakin tinggi self-esteem maka semakin tinggi resiliensi.

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

63

2. Variabel Gratitude

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,279 dengan signifikansi 0,000

(p<0,05). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa variabel gratitude memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi. Dengan arah yang positif

menunjukkan bahwa semakin tinggi gratitude maka semakin tinggi resiliensi.

3. Variabel Perceived Social Support Family

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,213 dengan signifikansi 0,000

(p<0.05). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel perceived social

support family berpengaruh secara signifikan terhadap resiliensi. Dengan arah

yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi perceived social support family

maka semakin tinggi resiliensi.

4. Variabel Perceived Social Support Friends

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,121 dengan signifikansi 0,106 (p>

0,05). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa variabel perceived social support

friends tidak berpengaruh secara signifikan terhadap resiliensi.

5. Variabel Perceived Social Support Significant Other

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,184 dengan signifikansi 0,008

(p<0,05). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel perceived social

support significant other berpengaruh secara signifikan terhadap resiliensi.

Dengan arah yang positif menunjukkan bahwa semakin tinggi support significant

other maka semakin tinggi resiliensi.

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

64

6. Variabel Jenis Kelamin

Diperolah nilai koefisien regresi sebesar -1,799 dengan signifikansi 0,050

(p<0,05). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel jenis kelamin memiliki

pengaruh secara signifikan terhadap resiliensi. Dapat diartikan bahwa laki-laki

lebih resiliensi disbanding perempuan.

7. Variabel Usia

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,348 dengan signifikansi 0,062

(p>0,05). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel usia tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap resiliensi.

8. Variabel Status Anak

Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,227 dengan signifikansi 0,811

(p>0,05). Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel status anak tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap resiliensi.

4.4.1 Proporsi varians independen variabel

Peneliti ingin mengetahui seberapa besar sumbangan varians dari masing-masing

independen variabel terhadap resiliensi. Berikut ini akan disajikan tabel dimana

dalam tabel tersebut terdiri atas beberapa kolom. Kolom pertama (model)

adalah variabel independen yang dianalisis satu persatu, kolom ketiga (R square)

merupakan penambahan varians variabel dependen dari tiap variabel independen

yang dimasukkan satu persatu, kolom ketujuh (F change) adalah F hitung bagi

variabel independen yang bersangkutan, kolom df adalah derajat bebas bagi

variabel independen yang bersangkutan yang terdiri atas numerator dan

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

65

denumerator, kolom terakhir adalah kolom signifikansi (Sig. F change). Besarnya

proporsi varians resiliensi dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7

Proporsi Varians Sumbangan Masing-masing IV terhadap DV Model R

Square

R

Square

Change

F

Change

df1 df2 Sig F

Change

Self_Esteem .234 .236 75.255 1 241 .000*

Gratitude .452 .033 14.324 1 240 .000*

PSS_Family .346 .110 40.971 1 244 .000*

PSS_Friends .387 .041 16.378 1 243 .000*

PSS_Sig_Other .419 .032 13.093 1 242 .000*

Jenis_Kelamin .460 .008 3.586 1 239 .059

Usia .468 .008 3.528 1 238 .062

Status_Anak .468 .000 .057 1 237 .811

Berdasarkan data pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa :

1. Variabel self-esteem memberikan sumbangan sebesar 23,6% terhadap

resiliensi. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai P=0,000 (<0,05).

2. Variabel gratitude memberikan sumbangan sebesar 3,3% terhadap resiliensi.

Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai P=0,000 (<0,05).

3. Variabel perceived social support family memberikan sumbangan sebesar

11,0% terhadap resiliensi. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai P=

0,000 (<0,05).

4. Variabel perceived social support friends memberikan sumbangan sebesar

4,1% terhadap resiliensi. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai P=0,000

(<0,05).

5. Variabel perceived social support significant other memberikan sumbangan

sebesar 3,2% terhadap resiliensi. Sumbangan tersebut signifikan dengan nilai

P=0,000 (<0,05).

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

66

6. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0,8% terhadap

resiliensi. Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai P= 0,059 (>0,05).

7. Variabel usia memberikan sumbangan sebesar 0,8% terhadap resiliensi.

Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai P=0,062 (>0, 05).

8. Variabel status anak memberikan sumbangan sebesar 0% terhadap resiliensi.

Sumbangan tersebut tidak signifikan dengan nilai P= 0,811 (>0,05).

Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa terdapat lima independent

variabel yaitu dari self-esteem, gratitude, perceived social support family, friends

dan significant other yang signifikan sumbangannya terhadap resiliensi.

Sumbangan terbesar diberikan oleh variabel self-esteem 23,6%, gratitude 3,3%,

perceived social support family 11,0%, perceived social support friends 4,1% dan

perceived social support significant other 3,2%.

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

68

BAB 5

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian, maka kesimpulan yang dapat diambil

dari penelitian ini adalah: ‘’ada pengaruh yang signifikan dari variabel self-

esteem, gratitude, dukungan sosial dan faktor demografi terhadap resiliensi’’.

Kemudian, hasil uji hipotesis yang menguji signifikan koefisien regresi terhadap

variabel dependen diperoleh lima variabel yang berpengaruh secara signifikan

terhadap resiliensi yaitu self-esteem, gratitude, perceived social support family,

perceived social support significant other, dan faktor demografi (jenis kelamin).

5.2 Diskusi

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel self-esteem yang terbukti

memiliki pengaruh secara signifikan terhadap resiliensi. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Karatas & Cakar (2011); Yasin & Iqbal (2013)

bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara self-esteem dan resiliensi.

Temuan ini dapat diartikan bahwa ketika self-esteem individu meningkat, maka

kepercayaan dirinya pun meningkat dan ketika self-esteem individu meningkat,

maka resiliensi individu juga meningkat (Karatas & Cakar, 2011). Salami (2010)

meneliti efek moderasi hubungan antara self-esteem, paparan kekerasan dan

PTSD, disebabkan karena individu yang memiliki self-esteem yang tinggi. Hal ini

dapat dikarenakan dengan memiliki self-esteem maka individu memiliki

pandangan yang positif, percaya diri dan melihat situasi sulit sebagai sisi yang

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

69

ringan. Self-esteem juga membantu individu untuk dapat mengembangkan emosi

positif yang dapat menurunkan stress, sehingga inidvidu dapat resilient bertahan

pada situasi yang sulit.

Variabel gratitude juga terbukti memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

resiliensi. Sesuai dengan penelitian sebelumnya Hwei (2017) bahwa gratitude

memiliki pengaruh yang signifikan pada resiliensi. Hal ini disebabkan karena

ketika individu bersyukur menghasilkan persepsi yang lebih positif terhadap

kehidupan, lebih mungkin individu meningkatkan kemauan mereka untuk

menghadapi masalah dengan menggunakan kognitif, tindakan dan perilaku yang

aktif. Ini menunjukkan gratitude berfungsi sebagai faktor pelindung individu

untuk memperkuat resiliensi individu dalam menangani stres dalam kehidupan.

Selain itu, variabel perceived social support (family) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap resiliensi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat

perceived social support (family) seseorang maka tinggi pula daya resiliensi. Hal

ini sejalan dengan penelitian Tusaie, Puskar & Sereika., (2007) yang menyatakan

bahwa dukungan keluarga memiliki efek langsung pada resiliensi. Pada penelitian

ini mungkin dikarnakan remaja yayasan sosial masih memiliki kesempatan untuk

mengunjungi orang tua mereka, yang berarti keterikatan mereka kepada orang tua

masih dapat dipertahankan.

Kemudian, ditemukan juga bahwa variabel perceived social support (significant

other) berpengaruh secara signifikan terhadap resiliensi. Hal ini menunjukkan

bahwa semakin tinggi tingkat perceived social support (significant other)

seseorang maka tinggi pula daya resiliensi. Berbeda dengan hasil penelitian

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

70

sebelumnya Narayanan, Onn dan Cheang (2016) tidak ada pengaruh perceived

social support (significant other) yang signifikan pada resiliensi. Namun pada

penelitian Veronica (2007) bahwa ada pengaruh yang signifikan perceived social

support (significant other) dengan resiliensi. Temuan ini mendukung pentingnya

dukungan sosial orang yang berarti, pada ikatan hubungan yang dekat mendorong

individu pada rasa percaya, otonomi, inisiatif, dan pentingnya individu setidaknya

memiliki satu orang yang peduli (Benard, 1995 dalam Veronica, 2007). Hal ini

dapat terjadi disebabkan pada tahapan masa remaja untuk intimacy pada teori

psikososial Erik Erickson, dimana masa individu ingin membangun hubungan

secara lebih dekat dengan orang lain yang dianggap dapat memberikan

kenyamanan untuk mereka.

Lalu berdasarkan uji hipotesis ditemukan bahwa variabel perceived social

support (friends) tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap resiliensi.

Hal ini sesuai dengan penelitian Veronica (2007) bahwa dukungan teman tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi. Temuan ini menarik untuk

di eksplor lebih lanjut dukungan teman tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap resiliensi. Bertolak belakang dengan hasil penelitian (Stumblingbear-

Riddle, & Romans, 2012; Narayanan, Onn, & Cheang, 2016) dukungan sosial dari

teman memiliki pengaruh yang paling kuat terhadap resiliensi. Tampaknya remaja

yayasan sosial cenderung terbuka dan mencari dukungan pada keluarga dan juga

orang yang berarti. Remaja yayasan sosial cenderung menganggap keluarga dan

orang yang berarti lebih mampu memberikan pemahaman dan dukungan yang

mereka cari.

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

71

Pada variabel faktor demografi yaitu jenis kelamin, memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap resiliensi, laki-laki lebih resiliensi dibanding perempuan. Hal

ini sesuai dengan penelitian Baltaci & Karatas (2015) dan Prabhu & Shekhar

(2019) telah menemukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara resiliensi

terhadap jenis kelamin, ketika diamati laki-laki lebih resiliensi dibanding

perempuan. Hal ini dapat terjadi mungkin dikarenakan perbedaan karakteristik

perilaku antara laki-laki dan perempuan. Saat bertemu kesulitan atau tekanan,

perempuan memiliki kecenderungan untuk mencari banyak dukungan dengan

orang-orang terdekatnya dibanding fokus memecahkan masalah, sedangkan laki-

laki cenderung lebih fokus secara positif memecahkan masalah langsung (Hampel

& Peterman, 2005). Artinya bahwa perempuan cenderung kurang efektif dalam

mengatasi kesulitan atau tekanan dan dapat menyebabkan masalah lebih lanjut,

sebaliknya pada laki-laki sikap langsung lebih efektif dalam mengatasi kesulitan.

Begitu pada variabel usia, usia tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap resiliensi. Hasil ini bertentangan dengan hasil penelitian Chukwuorji dan

Ajaero (2014) ada hubungan yang signifikan dan perbedaan resiliensi pada

responden karena usia. Demikian juga penelitian (Sun & Stewart, 2007) bahwa

usia memiliki pengaruh yang signifikan terhadap resiliensi. Akan tetapi penelitian

ini sejalan dengan penelitian Kukihara., dkk (2014). bahwa tidak ada pengaruh

usia terhadap resiliensi. Ini mungkin dapat terjadi dikarenakan faktor dari diri

remaja dari yang muda sampai dengan yang tua sama-sama memiliki daya

resiliensi yang baik.

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

72

Variabel status anak tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

resiliensi. Untuk status anak dikategorikan menjadi dua yaitu yatim dan non-

yatim. Sejalan dengan penelitian sebelumnya tidak ada pengaruh secara signifikan

status anak antara yatim dan non-yatim terhadap resiliensi (Govender, et al. 2014).

Berbeda dengan hasil penelitian (Katyal, 2015) ada perbedaan yang signifikan

resiliensi pada anak yatim dan non-yatim. Dalam penelitian ini bisa saja

disebabkan baik remaja yatim dan non-yatim sudah memiliki tingkat resiliensi

yang baik. Maka tidak ada perbedaan tingkat daya resiliensi antara remaja yatim

dan non-yatim.

5.3 Saran

Pada penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyadari bahwa masih terdapat

keterbatasan selama proses penelitian, maka perlu penelitian lebih lanjut. Oleh

karena itu, peneiti memberikan saran yaitu berupa saran teoritis dan saran praktis.

Saran teoritis diperuntukan bagi peneliti yang tertarik melakuan penelitian terkait

dengan topik penelitian ini, sedangkan saran praktis diperuntukan bagi pihak

terkait dari topik penelitian ini.

5.3.1 Saran teoritis

1. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk meneliti resiliensi remaja agar penelitian

mengenai resiliensi selanjutnya dapat menambah variabel–variabel di luar

penelitian ini yang memiliki pengaruh terhadap resiliensi remaja yayasan

sosial. Misalnya, self-efficacy, religiusitas, coping strategy, iklim panti

asuhan, self concept dan lain sebagainya.

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

73

2. Untuk penelitian selanjutnya harus lebih mengidentikasi kondisi di lapangan

dukungan sosial yang tersedia pada situasi remaja yayasan sosial.

3. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan melakukan wawancara singkat,

setelah responden menyelesaikan kuisionernya. Hal ini bertujuan agar

memperkuat data yang diperoleh.

5.3.2 Saran praktis

1. Pada penelitian ini ditemukan bahwa self-esteem memiliki pengaruh terhadap

resiliensi. Maka untuk pihak yayasan sosial dan orang tua agar melatih remaja

untuk berpikir positif terhadap dirinya sendiri, menerima kesalahan atau

penolakan, jika gagal melihat sebagai kesempatan untuk lebih baik,

memberikan apresiasi atau penghargaan atas keberhasilan atau hal positif yang

telah dilakukan agar remaja merasa bangga. Selain itu, pihak panti asuhan

ataupun yayasan sosial dan orang tua perlu memberikan fasilitas kepada anak

pada kegiataan yang sifatnya untuk meningkankan self-esteem seperti belajar

tari daerah, karate, dan lain-lain.

2. Pihak yayasan sosial dan orang tua perlu mengajarkan remaja untuk bersyukur

pada keadaan, agar selalu merasa positif walaupun sedang dalam masa sulit.

Untuk meningkatkan gratitude pihak yayasan sosial dan orang tua perlu

mengajarkan selalu mensyukuri nikmat yang ada dan melakukan aktivitas

beribadah bersama-sama.

3. Untuk meningkatkan dukungan sosial (family, friends, significant others)

perlu dilakukan sosialisasi atau seminar mengenai pentingnya dukungan sosial

seperti dukungan pihak yayasan sosial, teman sebaya ataupun dari keluarga.

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

74

Agar pihak yayasan sosial, teman sebaya ataupun keluarga memiliki

kesadaran pentingnya dukungan sosial untuk dapat menciptakan resiliensi atau

dapat bertahan pada situasi sulit, dan juga menciptakan lingkungan sosial yang

lebih kooperatif.

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

75

DAFTAR PUSTAKA

Allen, R. S., Dorman, H. R., Henkin, H., Carden, K. D., & Potts, D. (2018).

Definition of Resilience. In Resilience in Aging (pp. 1-15). Springer,

Cham.

Asad, M. K., Kamran R. & Ashraf S. (2017). Resilience, perceived social support

and locus of control in mother of children with autism vs those having

normal children. Pakistan Journal of Professional Psychology: Research

and Practice 8(1), 1-13

Baumeister, R. (2005). Rethinking self-esteem. Stanford Social Inovation review

3(4), 34-41

Branden, N. (1992). The power of self esteem. Florida. Health

Communication.inc. vi-97

Brooks, R. B. (2005). The power of parenting. In Handbook of resilience in

children (pp. 297-314). Springer, Boston, MA.

Bruwer, B., Emsley, R., Kidd, M., Lochner, C., & Seedat, S. (2008).

Psychometric properties of the Multidimensional Scale of Perceived Social

Support in youth. Comprehensive Psychiatry, 49(2), 195-201.

Campbell-Sills, L., Cohan, S. L., & Stein, M. B. (2006). Relationship of resilience

to personality, coping, and psychiatric symptoms in young adults.

Behaviour Research and Therapy, 44(4), 585-599

Cazan, A. M., & Dumitrescu, S. A. (2016). Exploring the relationship between

adolescent resilience, self-perception and locus of control. Romanian

Journal of Experimental Applied Psychology, 7(1), 283-286.

Cohen, S. (2004). Social relationships and health. American psychologist, 59(8),

676-684.

Conner, Daryl R. (1992). Managing at the speed of change: how resilient

managers succeed and prosper where others fail. Random House: Toronto

Connor, K. M., & Davidson, J. R. (2003). Development of a new resilience scale:

The Connor‐Davidson resilience scale (CD‐RISC). Depression and

anxiety, 18(2), 76-82.

Chukwuorji, J. C., & Ajaero, C. K. (2014). Resilience in Igbo rural community

adolescents and young adults. Journal of Social Sciences, 10(3), 86-96.

Chung, H. F. (2008). Resiliency and character strengths among college students.

A dissertation the Faculty of the Departement of Educational Psychology.

The Unversity of Arizona, 1-182.

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

76

Cutrona, C. E., & Russell, D. W. (1987). The provisions of social relationships

and adaptation to stress. Advances in Personal Relationships, 1(1), 37-67.

Dumont, M., & Provost, M. A. (1999). Resilience in adolescents: Protective role

of social support, coping strategies, self-esteem, and social activities on

experience of stress and depression. Journal of Youth and Adolescence,

28(3), 343-363.

Emmons, R. A., & Crumpler, C. A. (2000). Gratitude as a human strength:

Appraising the evidence. Journal of Social and Clinical Psychology,

19(1), 56-69.

Flynn, H. K. (2003). Self esteem theory and measurement: A critical review.

thirdspace: a Journal of Feminist Theory & Culture, 3(1), 1-25.

Friborg, O., Hjemdal, O., Martinussen, M., & Rosenvinge, J.H. (2009). Empirical

support for resilience as more than the counterpart and absence of

vulnerability and symptoms of mental disorder. Journal of Individual

Differences, 30 (3), 138-151.

Gomez, M., Vincent, A., & Toussaint, L. L. (2013). Correlates of resilience in

adolescents and adults. International Journal of Clinical Psychiatry and

Mental Health, 1(1), 18-24.

Gordon, K. A. (1994). Resilient students beliefs about their schooling

environment: a possible role in developing goals and motivation. Paper

presented at the annual meeting of the American Educational Research

Association, New Orleans, LA.

Govender, K., Reardon, C., Quinlan, T., & George, G. (2014). Children’s

psychosocial wellbeing in the context of HIV/AIDS and poverty: a

comparative investigation of orphaned and non-orphaned children living in

South Africa. BMC Public Health, 14(1), 615.

Grotberg, E. H. (1999). Tapping your inner strength: how to find the resilience to

deal with anything. Canada : New Harbinger Publication, Inc.

Gupta, N., & Kumar, S. (2015). Significant predictors for resilience among a

sample of undergraduate students: Acceptance, forgiveness and gratitude.

Indian Journal of Health & Wellbeing, 6(2), 188-191.

Hampel, P., & Petermann, F. (2005). Age and gender effects on coping in children

and adolescents. Journal of Youth and Adolescence, 34(2), 73-83.

Heatherton, T. F., & Polivy, J. (1991). Development and validation of a scale for

measuring state self-esteem. Journal of Personality and Social psychology,

60(6), 895.

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

77

Heatherton, T. F., Wyland, C. L., & Lopez, S. J. (2003). Assessing self-esteem.

Positive psychological assessment: A handbook of models and measures,

Washington, DC: American Psychological Association

Hills, P. R., Francis, L. J., & Jennings, P. (2011). The school short-form

Coopersmith self-esteem inventory: Revised and improved. Canadian

Journal of School Psychology, 26(1), 62-71.

Hjemdal, O., Friborg, O., Braun, S., Kempenaers, C., Linkowski, P., & Fossion,

P. (2011). The Resilience Scale for Adults: Construct validity and

measurement in a Belgian sample. International Journal of Testing, 11(1),

53-70.

Holaday, M., & McPhearson, R. W. (1997). Resilience and severe burns. Journal

of Counseling & Development, 75(5), 346-356.

Horton, T. V., & Wallander, J. L. (2001). Hope and social support as resilience

factors against psychological distress of mothers who care for children

with chronic physical conditions. Rehabilitation Psychology, 46(4), 382-

399.

Hwei, L. K. (2017). Acceptance, forgiveness, and gratitude: Predictors of

resilience among university students. MOJC: Malaysia Online Journal of

Counseling, 1(1), 1-23.

Jacoby, M. (2002). Shame and the Origins of Self-Esteem: A Jungian Approach.

London & New York: Taylor & Francis e-Library.

Karatas, Z., & Cakar, F. S. (2011). Self-Esteem and Hopelessness, and Resiliency:

An Exploratory Study of Adolescents in Turkey. International Education

Studies, 4(4), 84-91.

Katyal, S. (2015). A study of resilience in orphan and non-orphan children.

International Journal of Multidisciplinary Research and Development,

2(7), 323-327.

Kaya, N. G. (2007). The role of self-esteem, hope, and external factors in

predicting resilience among regional boarding elementary school students.

Unpublished master thesis, Middle East Technical University, Ankara.

Kukihara, H., Yamawaki, N., Uchiyama, K., Arai, S., & Horikawa, E. (2014).

Trauma, depression, and resilience of earthquake/tsunami/nuclear disaster

survivors of Hirono, Fukushima, Japan. Psychiatry and Clinical

Neurosciences, 68(7), 524-533.

LaFromboise, T. D., Hoyt, D. R., Oliver, L., & Whitbeck, L. B. (2006). Family,

community, and school influences on resilience among American Indian

adolescents in the upper Midwest. Journal of community psychology,

34(2), 193-209

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

78

Lambert, N. M., & Fincham, F. D. (2011). Expressing gratitude to a partner leads

to more relationship maintenance behavior. Emotion 11(1), 56-60. doi:

10.1037/a0021557

Lerner, R. M., & Steinberg, L. (2004). The scientific study of adolescent

development. Handbook of Adolescent Psychology (2nd

ed., pp. 1-12).

Hoboken: Wiley

Lin, N., Ensel, W. M., Simeone, R. S., & Kuo, W. (1979). Social support,

stressful life events, and illness: A model and an empirical test. Journal of

Health and Social Behavior, 20(2), 108-119.

Lock, R. H., & Janas, M. (2002). Build resiliency. Intervention in School and

Clinic, 38(2), 117-121.

Mache, S., Vitzthum, K., Wanke, E., David, A., Klapp, B. F., & Danzer, G.

(2014). Exploring the impact of resilience, self-efficacy, optimism and

organizational resources on work engagement. Work, 47(4), 491-500.

Matsumoto, D. (2009). The Cambridge dictionary of psychology. UK: Cambridge

University Press.

Mary, E. M., & Patra, S. (2015). Relationship between forgiveness, gratitude and

resilience among the adolescents. Indian Journal of Positive Psychology,

6(1), 63

McCullough, M. E., Emmons, R. A., & Tsang, Jo-Ann. (2002). The grateful

disposition: a conceptual and empirical topography. Journal of Personality

and Social Psychology, 82, 112-127

Mclaughlin, D. (2013). Resilience and its relationship to religious problem

solving and coping. Department of Psychology DBS School of Arts.

Mo, P. K. H., Lau, J. T. F., Yu, X., & Gu, J. (2014). The role of social support on

resilience, posttraumatic growth, hopelessness, and depression among

children of HIV-infected parents in mainland China. Aids Care, 26(12),

1526-1533.

Monks, F.J., Knoers, A.M. P. & Haditono, S.R. 2002. Psikologi Perkembangan

Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Nakaya, M., Oshio, A., & Kaneko, H. (2006). Correlations for adolescent

resilience scale with big five personality traits. Psychological Report, 98,

927-930.

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

79

Narayanan, S. S., Onn, W., & Cheang, A. (2016). The Influence of Perceived

Social Support and Self-Efficacy on Resilience Among First Year

Malaysian Students. Kajian Malaysia: Journal of Malaysian Studies,

34(2), 1-23.

Olsson, C. A., Bond, L., Burns, J. M., Vella-Brodrick, D. A., & Sawyer, S. M.

(2003). Adolescent resilience: A concept analysis. Journal of adolescence,

26(1), 1-11.

Orozco, V. (2007). Ethnic identity, perceived social support, coping strategies,

university environment, cultural congruity, and resilience of Lanina/o

college students (Doctoral dissertation, The Ohio State University).

Oshio, A., Kaneko, H., Nagamine, S., & Nakaya, M. (2003). Construct validity of

the adolescent resilience scale. Psychological reports, 93(3_suppl), 1217-

1222.

Prabhu, S. G., & Shekhar, R. (2017). Resilience and perceived social support

among school-going adolescents in Mangaluru. Indian Journal of Social

Psychiatry, 33(4), 359-364.

Raza, S., Adil, A., & Ghayas, S. (2008). Impact of parental death on adolescents’

psychosocial functioning. Journal of Psychosocial Research, 3(1), 1-11.

Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The Resilience Factors: 7 Essential skills for

overcoming life‟s inevitable obstacles. New York : Random House, Inc

Rosenberg, M. (1965). Rosenberg self-esteem scale (SES). Society and the

adolescent self-image. Princeton University Press.

Roy, A., Sarchiapone, M., & Carli, V. (2007). Low resilience in suicide

attempters. Archives of Suicide Research, 11(3), 265-269.

Ryan, L., & Caltabiano, M. L. (2009). Development of a new resilience scale: the

resilience in midlife scale (RIM scale). Asian Social Science. 5(11), 39-51

Sahin-Baltaci, H., & Karatas, Z. (2015). Perceived social support, depression and

life satisfaction as the predictor of the resilience of secondary school

students: The case of Burdur. Eurasian Journal of Educational Research,

60, 111-130 10.14689/ejer.2015.60.7

Salami, S. O. (2010). Moderating effects of resilience, self-esteem and social

support on adolescents' reactions to violence. Asian Social Science, 6(12),

101.

Santrock, W. J., (2011) Educational Psychology 5th Edition. New York:

McGraw-Hill.

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

80

Sapouna, M., & Wolke, D. (2013). Resilience to bullying victimization: The role

of individual, family and peer characteristics. Child Abuse & Neglect,

37(11), 997-1006.

Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health Psychology: Biopsychosocial

interactions. Hoboken: Jhon Willey & Sons

Sewasew, D., Braun-Lewensohn, O., & Kassa, E. (2017). The contribution of

guardian care and peer support for psychological resilience among

orphaned adolescents in Ethiopia. Contemporary Social Science, 12(3-4),

175-188.

Sherbourne, C. D., & Stewart, A. L. (1991). The MOS social support survey.

Social science & medicine, 32(6), 705-714.

Shumba, A. (2010). Resilience in children of poverty. Journal of Psychology in

Africa, 20(2), 211-213.

Siebert, A. (2005). The resiliency advantage: Master change, thrive under

pressure, and bounce back from setbacks. Berrett-Koehler Publishers.

Sobana, R. M. (2018). Comparison of resilience between male and female orphan

children. International Journal of Research in Social Sciences, 8(5), 438-

448.

Stumblingbear-Riddle, G., & Romans, J. S. (2012). Resilience among urban

American Indian adolescents: exploration into the role of culture, self-

esteem, subjective well-being, and social support. American Indian and

Alaska Native Mental Health Research: The Journal of the National

Center, 19(2), 1-19.

Sujatha, R., & Jacob, S. M. (2014). Study on emotional and behavioural problems

among adolescent children in selected orphanages at mangalore. ZENITH

International Journal of Multidisciplinary Research, 4(7), 253-259.

Sullivan, K., & Gilreath, T. D. School Climate and Resilience: An Exploration of

Latent Patterns of Student Perceptions Gordon Capp, MSW, LCSW

Doctoral Student University of Southern California School of Social Work

Montgomery Ross Fisher Building.

Sun, J., & Stewart, D. (2007). Age and gender effects on resilience in children and

adolescents. International Journal of Mental Health Promotion, 9(4), 16-

25.

Tadesse, S., Dereje, F., & Belay, M. (2014). Psychosocial wellbeing of orphan

and vulnerable children at orphanages in Gondar Town, North West

Ethiopia. Journal of public health and epidemiology, 6(10), 293-301.

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

81

Tefera, B., & Mulatie, M. (2014). Risks, protection factors and resilience among

orphan and vulnerable Children (OVC) in Ethiopia: Implications for

intervention. International Journal of Psychology and Counseling, 6(3),

27-31.

Tusaie, K., Puskar, K., & Sereika, S. M. (2007). A predictive and moderating

model of psychosocial resilience in adolescents. Journal of Nursing

Scholarship, 39(1), 54-60.

Watkins, P.C., Woodward, K., Stone, T., & Kolts, R.L. (2003). Gratitude and

happiness: Development of a measure of gratitude and relationships with

subjective well-being. Social Behavior and Personality: An international

journal, 31, 431-452.

Windle, G. (2011). What is resilience? A review and concept analysis. Reviews in

Clinical Gerontology, 21(2), 152-169.

Yasin, M. G., & Iqbal, N. (2013). Resilience, self esteem and delinquent

tendencies among orphan and non-orphan adolescents. Department of

Psychology, University of Sargodha.

Zautra, A. J., Hall, J. S., & Murray, K. E. (2010). A new definition of health for

people and communities. Handbook of adult resilience (pp 1-59). New

York: Guilford.

Zhou, X., Wu, X., & Zhen, R. (2017). Understanding the relationship between

social support and posttraumatic stress disorder/posttraumatic growth

among adolescents after Ya’an earthquake: The role of emotion regulation.

Psychological trauma: theory, research, practice, and policy, 9(2), 214.

Zimet, G. D., Dahlem, N. W., Zimet, S. G., & Farley, G. K. (1988). The

multidimensional scale of perceived social support. Journal of Personality

Assessment, 52(1), 30-41.

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

82

LAMPIRAN

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

83

Lampiran 1

Syntax dan Diagram Path Resiliensi

Syntax UJI VALIDITAS RESILIENSI DA NI=21 NO=246 MA=PM LA X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16 X17 X18 X19

X20 X21 PM SY FI=RESILIENSI.COR MO NX=21 NK=1 LX=FR TD=SY LK RESILIESI FR TD 15 14 TD 18 11 TD 19 18 TD 14 6 TD 17 16 TD 20 3 TD 11 1 TD

21 2 TD 14 12 TD 20 13 TD 20 12 TD 17 11 TD 10 4 TD 4 2 TD 6 2 TD

9 3 TD 20 9 TD 18 7 TD 14 5 TD 6 5 TD 5 3 TD 18 9 TD 21 11 TD 13 1

TD 19 17 TD 20 19 TD 20 7 TD 19 5 TD 21 17 TD 5 4 TD 5 1 TD 16 12

TD 18 8 TD 16 13 TD 7 4 TD 16 4 TD 15 4 TD 19 15 TD 10 1 TD 12 7

td 17 13 TD 18 5 TD 18 3 TD 17 8 TD 8 1 TD 11 7 TD 19 8 TD 16 14

TD 16 15 TD 21 4 TD 19 6 TD 19 9 TD 20 16 TD 16 9 TD 21 9 TD 19 4

TD 18 2 TD 11 3 TD 15 2 TD 15 5 TD 17 1 TD 17 14 TD 17 10 TD 15 7

TD 15 12 TD 13 9 TD 15 9 TD 14 9 TD 2 1 TD 17 2 TD 7 2 TD 12 2 TD

12 3 TD 8 3 TD 17 7 TD 15 11 TD 21 8 TD 21 16 TD 11 10 TD 14 11 TD

14 3 TD 14 13 TD 15 13 PD OU TV SS MI ADD=OFF

Gambar 3.1 Analisis Faktor Konfirmatorik Resiliensi

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

84

Lampiran 2

Syntax dan Diagram Path Self-Esteem

Syntax UJI VALIDITAS KONSTRUK SELF ESTEEM DA NI=10 NO=246 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM 9 ITEM10 PM SY FI=SE.COR MO NX=10 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SE FR TD 10 9 TD 7 6 TD 2 1 TD 8 6 TD 10 7 TD 8 5 TD 5 3 TD 10 4 TD

9 7 TD 8 7 TD 10 6 TD 6 4 TD 8 3 TD 6 5 PD OU SS TV MI

Gambar 3.2 Analisis Faktor Konfirmatorik Self-Esteem

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

85

Lampiran 3

Syntax dan Diagram Path Gratitude

Syntax UJI VALIDITAS KONSTRUK GRATITUDE

DA NI=6 NO=246 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 PM SY FI=GRAT.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK GRAT FR TD 6 3 TD 5 1 TD 4 3 PD OU SS TV MI

Gambar 3.3 Analisis Faktor Konfirmatorik Gratitude

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

86

Lampiran 4

Syntax dan Diagram Path Perceived Social Support (Family)

Syntax UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKSOS KELUARGA DA NI=4 NO=246 MA=PM LA ITEM3 ITEM4 ITEM8 ITEM11 PM SY FI=SK.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SK FR TD 2 1 TD 4 2 PD OU SS TV MI

Gambar 3.4 Analisis Faktor Konfirmatori Perceived Social Support (Family)

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

87

Lampiran 5

Syntax dan Diagram Perceived Social Support (Friends)

Syntax UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKSOS TEMAN DA NI=4 NO=246 MA=PM LA ITEM6 ITEM7 ITEM9 ITEM12 PM SY FI=ST.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK ST FR TD 4 2 PD OU SS TV MI

Gambar 3.5 Analisis Faktor Konfirmatorik Perceived Social Support (Friends)

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

88

Lampiran 6

Syntax dan Diagram Path Perceived Social Support (Significant Other)

Syntax UJI VALIDITAS KONSTRUK DUKSOS SIGNIFICANT OTHER DA NI=4 NO=246 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM5 ITEM10 PM SY FI=SO.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR PH=ST TD=SY LK SO FR TD 4 1 TD 3 1 PD OU SS TV MI

Gambar 3.6 Analisis Faktor Konfirmatorik Perceived Social Support (Significant

Other)

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

89

Lampiran 7 Kuesioner Penelitian

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Selamat Pagi/ Siang/ Sore.

Salam sejahtera, semoga Adik-adik selalu berada dalam lindungan

Tuhan Yang Maha Esa. Saya Alevia Rahma Deswanda, mahasiswi Fakultas

Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada saat

ini sedang melakukan penelitian skripsi mengenai resiliensi pada remaja.

Bersama dengan hal ini, saya mohon bantuan Adik-adik untuk

berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini berisikan sekumpulan

pernyataan yang harus dijawab sesuai dengan apa yang Adik-adik rasakan atau

alami. Tidak ada jawaban benar maupun salah dalam setiap pernyataan. Data

yang Adik-adik berikan dijamin kerahasiaannya karena kuesioner ini akan

dipergunakan hanya untuk kepentingan penelitian. Maka dari itu diharapkan

menjawab dengan sejujur-jujurnya.

Jika Adik-adik memiliki pertanyaan, silakan langsung hubungi saya di

email [email protected]

Atas bantuan Anda menjadi partisipan penelitian ini, saya ucapkan

terima kasih.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh.

Hormat saya,

Alevia Rahma Deswanda

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

90

DATA RESONDEN

*Mohon untuk diisi secara lengkap

Nama/Inisial :

Usia :

Jenis Kelamin :

Status : a. Yatim (yatim/piatu/yatim piatu)

b. non-yatim (dhuafa)

Agama :

Lamanya menetap di panti asuhan :

Pendidikan : a. SMP b. SMA c.S1

Tinggal bersama : a. Keluarga b. Panti asuhan

Frekuensi bertemu pengasuh : …./minggu

Saya bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi

(…………………………………)

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

91

PETUNJUK PENGISIAN

Berikut ini terdapat sejumlah pernyataan. Adik-adik diminta memberikan

penilaian yang sesuai dengan kondisi adik-adik. Dengan penilaian sebagai berikut

:

Berilah tanda checklist () pada kolom pilihan jawaban yang sesuai dengan

pengalaman terhadap pernyataan berdasarkan situasi dan kondisi keseharian Adik-

adik, dengan pilihan jawaban sebagai berikut :

[Sangat Tidak Sesuai –1–2–3–4– Sangat Sesuai]

1. Sangat Tidak Sesuai (STS) jika sangat tidak sesuai dengan situasi dan

kondisi keseharian Adik-adik

2. Tidak Sesuai (TS) jika tidak sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian

Adik-adik

3. Sesuai (S) jika sesuai dengan situasi dan kondisi keseharian Adik-adik

4. Sangat Sesuai (SS) jika sangat sesuai dengan situasi dan kondisi

keseharian Adik-adik

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya rajin belajar √

Dengan pengisian seperti contoh tersebut, artinya Adik-adik setuju bahwa Adik-

adik rajin belajar.

Skala 1

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya yakin hal baik akan terjadi di masa depan

2 Saya merasa mampu mengendalikan emosi

3 Saya suka mencari tantangan baru

4 Dengan adanya kesulitan dalam hidup dapat

membentuk pengalaman yang berharga

5 Saya bisa kehilangan minat dengan cepat

6 Tingkah laku saya mudah berubah sesuai dengan mood

saya sehari-hari

7 Saya bekerja kerasa untuk meraih tujuan saya

8 Saya suka hal yang biasa dilakukan

9 Saya suka mencari tahu tentang berbagai hal

10 Saya rasa bahwa saya rajin

11 Saya memiliki perasaan yang positif terhadap masa

depan

12 Saya tidak bisa bertahan di dalam kesulitan

13 Saya berusaha untuk selalu tetap tenang

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

92

No Pernyataan STS TS S SS

14 Saya merasa sulit untuk memulai kegiatan yang baru

15 Saya suka terlarut pada pengalaman yang buruk

16 Saya sulit mengontrol amarah saya

17 Saya suka hal yang baru dan menarik minat

18 Saya merasa memiliki masa depan yang cerah

19 Saya memiliki tujuan yang jelas untuk masa depan saya

20 Saya memiliki rasa ingin tahu dan ketertarikan yang

tinggi

21 Saya bisa tetap tenang dalam keadaan yang sulit

Skala 2

No Pernyataan STS TS S SS

1. Saya merasa bahwa saya orang yang berharga,

setidaknya saya dapat setara dengan orang lain

2. Saya merasa memiliki kualitas diri yang bagus

3. Saya berharap dapat lebih menghargai diri sendiri

4. Saya merasa puas dengan semua yang ada dalam diri

saya

5. Saya bersikap positif pada diri saya sendiri.

6. Saya merasa sedikit hal yang bisa saya banggakan

7. Pada suatu waktu saya merasa tidak terlalu baik

8. Saya mampu melakukan hal baik seperti yang orang

lain lakukan

9. Saya merasa orang yang gagal

10. Saya merasa tidak berguna pada suatu waktu

Skala 3

No Pernyataan STS TS S SS

1 Ada orang-orang yang siap membantu, ketika saya

membutuhkannya

2 Saya dapat berbagi baik suka dan suka kepada orang

tertentu

3 Keluarga berusaha membantu saya

4 Saya mendapatkan bantuan dan dukungan emosional

dari keluarga

5 Saya memiliki orang yang merupakan sumber

kenyamanan bagi saya

6 Teman-teman saya berusaha membantu saya

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

93

No Pernyataan STS TS S SS

7 Ketika saya saya salah, saya dapat mengandalkan

teman-teman saya

8 Saya dapat menceritakan tentang masalah saya pada

keluarga

9 Saya memiliki teman-teman yang dapat berbagi baik

suka dan duka

10 Ada orang-orang yang peduli dengan perasaan saya

11 Keluarga saya bersedia membantu saya membuat

keputusan

12 Saya dapat bercerita tentang masalah saya dengan

teman-teman

Skala 4

No Pernyataan STS TS S SS

1 Saya memiliki banyak hal yang patut disyukuri di

dalam hidup

2 Jika saya harus membuat daftar semua hal yang saya

syukuri, daftar itu akan menjadi panjang

3 Saat saya melihat dunia, saya tidak melihat banyak hal

yang harus di syukuri

4 Saya berterimakasih kepada semua orang

5 Seiring bertambahnya usia, saya lebih bisa menghargai

orang lain,kejadian, dan segala situasi yang telah

menjadi bagian dari sejarah hidup saya

6 Saya membutuhkan waktu yang lama untuk dapat

bersyukur atas sesuatu.

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

94

Lampiran 8

Surat Keterangan Penelitian

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

95

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

96

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

97

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

98

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

99

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

100

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

101

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

102

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESILIENSI REMAJA …

103