Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Intellectual ...repository.umrah.ac.id/2747/1/HENDRA...
Embed Size (px)
Transcript of Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Intellectual ...repository.umrah.ac.id/2747/1/HENDRA...

1
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Intellectual Capital Pada
Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun
2012-2016
Hendra Adiputra, Prima Aprilyani Rambe, Inge Lengga Sari Munthe
Program studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
ABSTRAK
Tujuan utama dari penelitian ini ialah untuk meneliti faktor-faktor yang
mempengaruhi pengungkapan intellectual capital pada perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016. Variabel yang digunakan
adalah ukuran perusahaan, return on assets, debt to equity ratio, ukuran dewan
komisaris, dan dewan komisaris independen terhadap pengungkapan intellectual
capital.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2012-2016. Sampel dipilih
menggunakan metode purposive sampling dan didapati tigabelas perusahaan yang
menjadi sampel dari total empatpuluh tiga perusahaan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan statistik
deskriptif, uji asumsi klasik, dan analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan secara parsial ukuran perusahaan dan return on assets berpengaruh
secara signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital. Sedangkan, debt to
equity ratio, ukuran dewan komisaris dan dewan komisaris independen tidak
memiliki pengaruh terhadap pengungkapan intellectual capita. Dan secara simultan
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, return on assets, debt to equity ratio,
ukuran dewan komisaris dan dewan komisaris independen berpengaruh secara
signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital.
Kata kunci: ukuran perusahaan, return on assets, debt to equity ratio, ukuran
dewan komisaris, dewan komisaris independen, pengungkapan
intellectual capital.
PENDAHULUAN
Pada masa era globalisasi ini, besarnya total aset berwujud pada suatu
perusahaan tidak menunjukkan bahwa perusahaan tersebut terhindar dari dampak
persaingan bisnis internasional. Banyak perusahaan yang akhirnya meningkatkan

2
mutunya dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan sumber daya
alamnya, ada juga yang merubah strategi perusahaan agar lebih cocok dengan era
globalisasi ini, ada juga yang menurunkan beban produksi perusahaan tersebut agar
harga barangnya dapat bersaing di seluruh kelas.
Sehingga pada tahun 1990-an, perhatian terhadap praktek pengelolaan aset
tidak berwujud (intangible asset) telah meningkat secara dramatis. Salah satu
pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran intangible asset
tersebut adalah intellectual capital yang telah menjadi fokus perhatian dalam
berbagai bidang, baik manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun
akuntansi (Harrison & Sullivan, 2000).
Fenomena intellectual capital di Indonesia itu sendiri mulai menjadi
perhatian setelah diterbitkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 19 tentang aset tidak berwujud, namun tidak didefinisikan secara langsung
sebagai intellectual capital. Menurut PSAK No. 19, aset tidak berwujud adalah aset
non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta
dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa,
disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif. Bertolak belakang
dengan meingkatnya pengakuan akan intellectual capital di dalam mendorong nilai
dan keunggulan kompetitif perusahaan, pengukuran yang tepat akan intellectual
capital perusahaan belum dapat ditetapkan.
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
Intellectual Capital dan Pengungkapan Intellectual Capital
Dalam (Oktavianti, 2014), Konsep intellectual capital merujuk pada modal-
modal non fisik atau modal tidak berwujud (intangible asset) atau tidak kasat mata
(invisible) yang terkait dengan pengetahuan dan pengalaman manusia serta
teknologi yang digunakan. Menurut (Sawarjuwono & Kadir, 2003) menyatakan
bahwa intellectual Capital (intellectual capital) terdiri dari tiga elemen utama yaitu:
1) Human Capital; 2) Structural Capital atau Organizational capital; 3) Customer
Capital atau Relational capital.
Human capital merupakan kunci utama dalam intellectual Capital,
walaupun human capital tersebut tidak memiliki satuan ukur yang pasti dan sangat
sulit untuk diukur, namun disinilah sumber pengetahuan, keterampilan,
kompetensi, dan keahlian suatu karyawan pada perusahaan dinilai.
Structural capital merupakan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya mendukung usaha karyawan
untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara
keseluruhan.
Customer Capital merupakan komponen intellectual Capital yang
umemberikan pengaruh nilai paling nyata. Cutomer capital merupakan hubungan
yang harmonis atau association network yang dimiliki oleh perusahaan dengan para
mitranya, baik yang berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal
dari pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang
bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun
dengan masyarakat sekitar.
Pengungkapan intellectual capital dalam suatu laporan keuangan adalah
suatu cara untuk mengungkapkan laporan tersebut menjelaskan aktivitas

3
perusahaan yang kredibel, terpadu dan “true and fair”. Pengungkapan intellectual
capital dikomunikasikan untuk stakeholder internal dan eksternal, yaitu dengan
menggabungkan laporan yang berbentuk angka, visualiasi dan naratif yang
bertujuan sebagai penciptaan nilai. Laporan intellectual capital mengandung
informasi finansial dan non-finansial yang beragam seperti perputaran karyawan,
kepuasan kerja, in-service training, kepuasan pelanggan dan ketepatan pasokan.
Hal tersebut berguna agar karyawan mengetahui bagaimana dalam memberikan
kontribusi terhadap penciptaan nilai bagi perusahaan (Ulum, 2008).
Dalam penelitian (Oliviera, et al., 2010), Pengungkapan Intellectual Capital
diukur menggunakan disclosure index dimana index tersebut dikembangkan oleh
(Bukh, et al., 2005) sebanyak 88 item yang terbagi pada 6 area, yaitu karyawan,
pelanggan, teknologi informasi, pemrosesan, pengembangan riset dan laporan
strategis.
Ukuran Perusahaan
Perusahaan besar cenderung memiliki berbagai macam aktivitas dan unit
usaha (Purnomosidhi, 2006). Semakin besar suatu perusahaan, maka perusahaan
akan mengalami perkembangan yang bagus agar mendapat respon positif dari
investor, menunjukkan semakin besar pula penilaian para stakeholder pada
perusahaan, maka semakin besar tantangan dan resiko yang dihadapi oleh
perusahaan. Dengan begitu, perusahaan tentu dituntut untuk mengungkapkan
laporan perusahaan dengan lebih lengkap. Pengungkapan intellectual Capital
dalam laporan keuangan bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi antara
perusahaan dengan stakeholder. Teori agensi menyatakan bahwa biaya keagenan
lebih tinggi ditanggung oleh perusahaan yang besar. Untuk meminimalkan biaya
agensi, perusahaan dapat meningkatkan pengungkapan sukarela. Perusahaan yang
lebih besar cenderung memiliki kegiatan yang lebih banyak dibandingkan
perusahaan kecil, sehingga akan lebih banyak informasi yang perlu diungkapkan
kepada para stakeholder. Ukuran perusahaan menunjukkan besar kecilnya suatu
perusahaan (Setyaningsih & Prabawani, 2015). Menurut Consoladi et al. dalam
(Safitri, 2012) mengatakan bahwa ukuran perusahaan dapat mempengaruhi kinerja
sosial perusahaan karena perusahaan yang besar mempunyai pandangan yang lebih
jauh, sehingga lebih berpartisipasi dalam menumbuhkan kinerja sosial perusahaan.
semakin besar ukuran perusahaan, semakin tinggi pula tuntutan terhadap
keterbukaan informasi yang lebih banyak, perusahaan mencoba mengisyaratkan
bahwa perusahaan telah menerapkan prinsip-prinsip manajemen perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance). Meningkatnya pengungkapan informasi akan
mengurangi asimetri informasi. Biaya agensi timbul karena kepentingan yang
bertentangan dari pada pemegang saham, manajer dan pemilik hutang (Lordanita,
dalam (Istanti, 2009)).
Pengaruh ukuran perusahaan terhadap pengungkapan intellectual capital
disebabkan karena semakin besar tingkat kapitalisasi pasar, maka akan semakin
besar pengungkapan intellectual capital sehingga perusahaan besar merupakan
entitas yang banyak disorot oleh pasar maupun public secara umum, karena ketika
mengungkapkan lebih banyak informasi merupakan bagian dari upaya perusahaan
untuk mewujudkan akuntabilitas publik (Artinah dalam (Faradina, 2015)).
Return on Assets

4
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu indikator keberhasilan
perusahaan untuk menghasilkan laba sehingga semakin tinggi return on assets
maka semakin tinggi kemampuan untuk menghasilkan laba bagi perusahaan.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasi
merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perushaan. Laba menjadi
indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kepada kreditur dan
investor, serta merupakan bagian dalam proses penciptaan nilai perusahaan
berkaitan dengan prospek perusahaan di masa depan. Return on Assets (ROA) dapat
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total
aset yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya yang digunakan
untuk mendanai aset tersebut seperti biaya pengembangan dan pengelolaan
karyawan dalam meningkatkan intellectual Capital (Rachmawati dalam
(Oktavianti, 2014)).
Haniffa dan Cooke (dalam (Oktavianti, 2014)) menunjukkan bahwa
semakin tinggi tingkat profitabilitas akan semakin lebih banyak mengungkapkan
informasi sukarela ke publik. Karena semakin besar dukungan finansial perusahaan
akan semakin banyak pengungkapan informasi termasuk intellectual capital
disclosure.
Teori sinyal dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan profitabilitas
dengan pengungkapan intellectual Capital. Perusahaan yang memiliki profitabilitas
yang tinggi cenderung memberikan sinyal melalui pengungkapan intellectual
Capital untuk membedakan dengan perusahaan yang kurang menguntungkan
(Ferreira et.al, dalam (Prabowo, 2014)). Selain itu, sinyal di berikan oleh
perusahaan untuk menunjukkan bahwa profitabilitas mungkin diakibatkan investasi
secara terus menerus dalam intellectual Capital (Lie et.al, dalam (Prabowo, 2014)).
ROA diukur dengan membandingkan antara laba bersih dengan total aset
perusahaan.
Debt to Equity Ratio
Perusahaan yang memiliki proporsi utang yang tinggi dalam struktur
modalnya akan menanggung biaya keagenan yang lebih tinggi dibanding dengan
perusahaan yang proporsi hutangnya kecil. Untuk mengurangi cost agency tersebut,
manajemen perusahaan dapat mengungkapkan lebih banyak informasi yang
diharapkan dapat semakin meningkat seiring dengan semakin tingginya debt to
equity ratio. Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan debt to equity
ratio yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya
keagenan perusahaan dengan struktur modal yang seperti itu lebih tinggi (Jensen &
Meckling, 1976).
(Oliveira, et al., 2008) menggunakan leverage untuk menjelaskan teori
keagenan dan teori sinyal. Tingkat leverage yang tinggi menyatakan biaya
keagenan tinggi. Oleh karena itu, perusahaan lebih memerhatikan untuk melakukan
pengungkapan untuk mengurangi keadaan tersebut. Menurut teori sinyal,
pengungkapan informasi yang lebih banyak dilakukan karena perusahaan dengan
rasio hutang yang rendah lebih insentif dalam mengirim sinal ke pasar mengenai
struktur keagenannya. Perusahaan dengan karakteristik leverage yang tinggi dapat
digolongkan ke dalam perusahaan dengan tingkat pengungkapan intellectual
Capital yang lebih rendah. Informasi yang lebih banyak disediakan oleh perusahaan
dilakukan guna meningkatkan reputasi perusahaan di mata calon investor.

5
Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur
modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak
tertagihnya suatu hutang (Ulum, 2008).
Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian internal yang dapat
digunakan untuk menyelaraskan perbedaan kepentingan yang terjadi antara pihak
agen dengan pihak prinsipal dengan melakukan pengungkapan informasi mengenai
informasi intellectual Capital. Ukuran dewan komisaris dapat diukur dengan cara
mengitung jumlah dewan komisaris dalam laporan tahunan perusahaan (Fitriani &
Purwanto, 2011).
Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris dapat berfungsi sebagai alat
pengendalian tertinggi bagi perusahaan. Dewan komisaris bertugas untuk
melakukan monitoring terhadap tindakan manajer sehingga kejadian seperti
kecurangan dapat dicegah. Dengan semakin besarnya ukuran dewan komisaris
suatu perusahaan, maka kinerja pengawasan dan pengendalian menjadi lebih baik
dan efektif sehi ngga akan meningkatkan pengungkapan intellectual Capital.
Dalam penelitian (Abeysekera, 2008) dan Sembiring (dalam (Arifah, 2010))
yang mengambil objek perusahaan pada negara berkembang mendapatkan hasil
bahwa ukuran dewan yang lebih besar karena adanya tekanan dewan dalam jumlah
besar terhadap pihak manajemen. Dikaitkan dengan pengungkapan mengenai
intellectual Capital, tekanan dewan komisaris yang berukuran besar terhadap
manajemen juga akan semakin meningkat, untuk mengungkapkan nilai perusahaan,
begitu pula mengenai item-item apa saja yang diungkapkan.
Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak
terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham
pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat
mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-
mata demi kepentingan perusahaan (Prabowo, 2014).
Teori agensi mendasarkan hubungan antara pemegang saham dan manajer,
perbedaan kepentingan menyebabkan terjadinya asimetri informasi antara
pemegang saham dan manajer perusahaan. Keberadaan komisaris independen
menjadi penting, karena didalam praktik sering ditemukan transaksi yang
mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang
saham publik (pemegang saham minoritas) serta stakeholder lainnya, terutama pada
perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat di dalam pembiayan
usahanya (Oktavianti, 2014).
Komisaris independen sebagai pihak yang netral dalam perusahaan
diharapkan mampu menjembatani adanya asimetri informasi yang terjadi antara
pihak pemilik dengan pihak manajer. Sebagai pihak yang netral, komisaris
independen mengawasi aktivitas perusahaan dan mengendalikan perilaku para
manajer perusahaan (Istanti, 2009).
Ukuran Perusahaan dan Pengungkapan Intellectual Capital
Semakin besar ukuran perusahaan, menunjukkan semakin besar pula
penilaian para stakeholder pada perusahaan. Dengan begitu, perusahaan tentu

6
dituntut untuk mengungkapkan informasi yang lebih banyak. Pengungkapan
intellectual capital dalam laporan keuangan bertujuan untuk mengurangi asimetri
informasi antara perusahaan dengan stakeholder. Meningkatnya pengungkapan
informasi intellectual capital suatu perusahaan akan mengurangi asimetri
informasi. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh (Stephani & Yuyetta, 2011),
(Oktavianti, 2014), (Faradina, 2015), (Tyas & Indrasari, 2015), bahwa Ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapakan intellectual Capital.
Berdasarkan penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan:
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
intellectual capital.
Return on Assets dan Pengungkapan Intellectual Capital
Return on Assets merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan
untuk menghasilkan laba, sehingga semakin rendahnya Return on assets suatu
perusahaan menunjukkan ketidakmampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan
laba, maka akan semakin tinggi kecenderungan suatu perusahaan memberikan
informasi melalui pengungkapan intellectual capital untuk mengurangi biaya
keagenan yang timbul. Seperti pada penelitian (Oktavianti, 2014) bahwa return on
assets berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual Capital.
Berdasarkan penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan:
H2: Return on assets berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual
capital.
Debt to Equity Ratio dan Pengungkapan Intellectual Capital
Semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kinerja perusahaan. Oleh
karena itu perusahaan berusaha mengungkapkan intellectual capital yang
dimilikinya untuk mengurangi kekhawatiran investor atas investasi yang
ditanamkan serta sebagai pertanggungjawaban manajer dalam pengelolaan
perusahaan.
Selain itu perusahaan yang memiliki proporsi utang yang tinggi dalam
struktur modalnya akan menanggung biaya keagenan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang mempunya proporsi hutang lebih kecil.
Sehingga, untuk mengurangi biaya keagenan tersebut, perusahaan akan lebih
banyak mengungkapkan intellectual Capital tersebut. (White & Lee, 2007) dan
(Stephani & Yuyetta, 2011) menyatakan bahwa debt to equity ratio berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan sukarela intellectual capital. Berdasarkan
penelitian terdahulu maka hipotesis yang diajukan:
H3: Debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual
capital.
Ukuran Dewan Komisaris dan Pengungkapan Intellectual Capital
Dewan komisaris dapat berfungsi sebagai alat pengendalian tertinggi bagi
perusahaan. Dewan komisaris bertugas untuk melakukan monitoring terhadap
tindakan manajer sehingga kejadian seperti kecurangan dapat dicegah. dengan
semakin besarnya ukuran dewan komisaris suatu perusahaan, maka kinerja
pengawasan dan pengendalian menjadi lebih baik dan efektif. Sehingga akan
meningkatkan pengungkapan intellectual capital. (Fitriani & Purwanto, 2011)
menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan

7
intellectual Capital. Berdasarkan penelitian terdahulu maka hipotesis yang
diajukan:
H4: Ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
intellectual capital.
Dewan Komisaris Independen dan Pengungkapan Intellectual Capital
Komisaris independen sebagai pihak yang netral dalam perusahaan
diharapkan mampu menjembatani adanya asimetri informasi yang terjadi antara
pihak pemegang saham dan pihak manajer. Sebagai pihak yang netral, komisaris
independen akan meminta pihak manajemen untuk mengungkapkan intellectual
capital lebih banyak sebagai bentuk pengawasan terhadap manajemen perusahaan.
(Oktavianti, 2014), (Istanti, 2009), (Prabowo, 2014) dan (White & Lee, 2007)
menyatakan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh terhadap
pengungkapan intellectual capital. Berdasarkan penelitian terdahulu, maka
hipotesis yang diajukan:
H5: Dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
intellectual capital.
Ukuran Perusahaan, Return on Assets, Debt to Equity Ratio, Ukuran Dewan
Komisaris, Dewan Komisaris Independen dan Pengungkapan Intellectual
Capital
Berdasarkan pengajuan hipotesis diatas, maka diajukan hipotesis sebagai
berikut:
H6: Ukuran perusahaan, return on assets, debt to equity ratio, ukuran dewan
komisaris, dan dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan intellectual capital.
METODE PENELITIAN
Populasi, Sampel dan Sumber Data
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012 hingga tahun 2016 sebanyak 43
perusahaan. Perusahaan perbankan dipilih karena sektor perbankan adalah sektor
perusahaan yang memiliki jumlah kekayaan lancar sangat besar. Tentunya
dikarenakan faktor tersebut, menjadikan perusahaan perbankan tersebut harus
memiliki human capital yang sangat baik dan besar juga. Periode pengamatan
dalam penelitian ini adalah tahun 2012 hingga tahun 2016 dikarenakan telah
mewakili kondisi akhir keuangan perusahaan sebelum penelitian dilakukan. Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan tahunan
perusahaan perbankan yang didapatkan dari website Bursa Efek Indonesia.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling
dengan kriteria sebagai berikut: (1) Perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia; (2) Perusahaan perbankan yang melaporkan laporan tahunan dari
tahun 2012 hingga tahun 2016; (3) Perusahaan perbankan yang mengalami laba dari
tahun 2012 hingga tahun 2016; (4) Perusahaan perbankan yang memiliki komisaris
independen dari tahun 2012 hingga tahun 2016. Berdasarkan kriteria yang
ditentukan dalam pemilihan sampel, maka ringkasan sampel penelitian dapat dilihat
pada Tabel 1.

8
Tabel 1. Sampel Penelitian
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI 43 perusahaan
2 Perusahaan perbankan yang tidak melaporkan laporan tahunan
dari tahun 2012 hingga tahun 2016
(21 perusahaan)
3 Perusahaan perbankan yang tidak mengalami laba dari tahun
2012 hingga tahun 2016
(8 perusahaan)
4 Perusahaan perbankan yang tidak memiliki komisaris independen
(1 perusahaan)
Jumlah sampel perusahaan 13 perusahaan
Periode penelitian 2012-2016 5 tahun
Jumlah sampel penelitian 65 data
Definisi dan Operasionalisasi Variabel
Pengungkapan Intellectual Capital
Penelitian ini menggunakan indeks pengungkapan sejumlah 88 item yang
dikembangkan oleh (Oliviera, et al., 2010). Indeks pengungkapan merupakan suatu
metode untuk menghitung jumlah item yang diungkapkan oleh suatu perusahaan
dibagi dengan jumlah item pengungkapan intellectual capital. Prosentase dari index
pengungkapan sebagai total dihitung menurut rumusan sebagai berikut:
𝑆𝑐𝑜𝑟𝑒 = (∑𝑚
𝑖=1𝑑𝑖/𝑀) × 100%
Dimana,
Score : variabel dependen indeks pengungkapan intellectual capital (ICD Index)
di : nilai 1 jika item i ditemukan dan 0 jika tidak ditemukan
M : total jumlah item yang diukur (88 Item).
Ukuran Perusahaan
Pengukuran size pada penelitian ini mengacu pada penelitian (Oktavianti,
2014) yang menggunakan total aset sebagai proksi ukuran perusahaan. Total aset
bisa dijadikan proksi ukuran perusahaan karena total aset mencakup aset lancar dan
aset tidak lancar yang digunakan oleh perusahaan, sehingga lebih
mempresentasikan ukuran perusahaan yang sebenarnya.
𝑆𝑖𝑧𝑒 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡
Return on Assets
Rasio return on assets yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011. Return
on assets menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. ROA
dipilih dikarenakan dapat mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba
dengan menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan
dengan biaya yang digunakan untuk mendanai aset tersebut seperti biaya
pengembangan dan pengelolaan karyawan dalam meningkatkan intellectual
capital. ROA diukur dengan membandingkan laba sebelum pajak dengan total aset.
Dengan rumus sebagai berikut:
𝑅𝑂𝐴 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 × 100%

9
Debt to Equity Ratio
Rasio Debt to Equity Ratio yang digunakan dalam penelitian ini mengacu
pada penelitian dari (Purnomosidhi, 2006). Debt to equity ratio merupakan alat ukur
ketergantungan perusahaan terhadap penggunaan dana dari liabilitas yang
digunakan untuk membiayai aset perusahaan. Semakin tinggi rasio Debt to Equity
Ratio, maka semakin tinggi pula ketergantungan perusahaan terhadap hutang.
Variabel Debt to Equity Ratio pada penelitian ini diukur dengan membagi total
hutang dengan total ekuitas. Rumus variabel Debt to Equity Ratio:
𝐷𝐸𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠 × 100%
Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian internal yang dapat
digunakan untuk menyelaraskan perbedaan kepentingan yang terjadi antara pihak
agen dengan pihak prinsipal dengan melakukan pengungkapan informasi mengenai
informasi intellectual Capital. Ukuran dewan komisaris dapat diukur dengan cara
menghitung jumlah dewan komisaris dalam laporan tahunan perusahaan (Fitriani
& Purwanto, 2011).
𝑈𝐾𝑂𝑀 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠
Dewan Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan pihak netral yang diharapkan mampu
menjembatani asimetri informasi yang terjadi antara pemegang saham dengan
pihak manajer perusahaan. Pada penelitian ini dewan komisaris diukur dengan cara
jumlah komisaris independen dibagi dengan total dewan komisaris yang ada pada
perusahaan (Istanti, 2009).
𝐼𝑁𝐷𝐸𝑃 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑖𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑒𝑤𝑎𝑛 𝑘𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠× 100%
Metode Analisis Data
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
berganda. Alasan penggunaan analisis ini adalah karena penelitian ini meneliti
hubungan pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengungkapan intellectual
capital digunakan model analisis regresi berganda, dengan bentuk persamaan
sebagai berikut:
𝑌 = + 1𝑆𝐼𝑍𝐸 + 2𝑅𝑂𝐴 + 3𝐿𝐸𝑉 + 4𝑈𝐾𝑂𝑀 + 𝛽5𝐼𝑁𝐷𝐸𝑃 + 𝑒
Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan pengujian
asumsi klasik, yaitu uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas,
dan uji normalitas. Pengujian multikolonieritas dilihat dengan cara melihat nilai
variance inflation factor (VIF). Jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi
multikolonieritas.
Uji autokorelasi pada penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW
test). Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first
order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam
model regresi dan tidak ada variable lag di antara variabel independent. Lalu,
pengujian selanjutnya akan dilakukan dengan menggunakan uji run-test. Uji run-

10
test dilakukan dengan cara melihat apakah probabilitas signifikansi lebih besar dari
α = 0,05. Jika lebih besar, maka tidak terjadi autokorelasi.
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji Glejser. Uji
Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel
independen (Gujarati, dalam (Ghozali, 2013)). Uji Glejser dilakukan dengan cara
melihat apakah probabilitas signifikansi lebih besar dari α = 0,05. Jika lebih besar,
maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Kolgomorov-Smirnov
(Uji K-S). Uji K-S dilakukan dengan melihat nilai probabilitas signifikansi atau
asymp. Sig (2-tailed). Apabila nilai probabilitas signifikansi lebih dari = 0,05,
maka data terdistribusi secara normal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum dan minimum,
(Ghozali, 2013). Tabel 2. Hasil Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SIZE 65 4.04 676.74 140.4642 168.81503
ROA 65 .24 4.21 1.19165 .99780
DER 65 320.89 1324.46 730.5360 248.82221
UKOM 65 3 8 5.34 1.439
INDEP 65 25.00 80.00 56.8685 10.68431
IDC 65 13.64 38.64 26.9932 6.13557
Valid N (listwise) 65
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018) Berdasarkan tabel 2 diatas, ukuran perusahaan dalam penelitian ini memiliki
nilai minimum sebesar 4,04 dalam triliun Rupiah. Dan nilai maksimum sebesar
676,74 dalam triliun Rupiah. Dengan rata-rata sebesar 140,4642 dalam triliun
Rupiah dengan standar deviasi sebesar 168,81503.
Return on assets dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata sebesar
1,9165% dengan standar deviasi sebesar 0,99780. Dan nilai minimum sebesar
0,24% dan nilai maksimum sebesar 4,21%.
Debt to equity ratio dalam penelitian ini memiliki nilai rata-rata sebesar
730,5360% dengan standar deviasi sebesar 248,82221. dan nilai minimum sebesar
320,89% dan nilai maksimum sebesar 1324,46%.
Ukuran dewan komisaris dalam penelitian ini memiliki nilai minimum
sebesar 3 orang dan nilai maksimum sebesar 8 orang. Dan nilai rata-rata sebesar
5,34 orang dengan nilai standar deviasi sebesar 1,439.
Dewan komisaris independen dalam penelitian ini memiliki nilai minimum
sebesar 25% dan nilai maksimum sebesar 80%. Dan nilai rata-rata sebesar
56,8685% orang dengan nilai standar deviasi sebesar 10,68431.
Pengungkapan intellectual capital memiliki nilai minimum sebesar 13,64%
dan nilai maksimum sebesar 38,64%. Rata-rata variabel pengungkapan intellectual
capital sebesar 26,9932% dengan nilai standar deviasi sebesar 6,13557 artinya
standar deviasi lebih rendah dari nilai rata-rata.

11
Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolonieritas Tabel 3. Hasil Uji Multikolonieritas
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 21.912 5.585 3.923 .000
SIZE .024 .005 .651 4.722 .000 .578 1.729
ROA -1.827 .822 -.297 -2.223 .030 .616 1.624
DER .001 .003 .023 .207 .837 .887 1.128
UKOM .642 .525 .151 1.224 .226 .726 1.377
INDEP .025 .065 .043 .385 .702 .866 1.155
a. Dependen Variable: IDC Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018)
Berdasarkan Tabel 3, hasil perhitungan nilai VIF menunjukkan tidak ada
satupun variabel yang memiliki nilai VIF yang lebih dari 10. Jadi dapat dikatakan
bahwa tidak terjadi multikolonieritas antar variabel independen dalam model
regresi.
Uji Autokorelasi Tabel 4. Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Squares Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .593a .351 .296 5.14757 1.714
a. Predictors: (Constant), INDEP, ROA, DER, UKOM, SIZE b. Dependen Variable: IDC
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018)
Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji Durbin-Watson, nilai hitung
Durbin-Watson sebesar 1,714 berada diantara nilai dL dan dU sebesar 1,47902 dan
1,73110. Sehingga pengujian menggunakan uji Durbin-Watson tidak dapat
disimpulkan dan pengujian dilanjutkan dengan pengujian Run-Test.
Tabel 5. Hasil Uji Run-Test
AbsUt
Test Valuea 3.27
Cases < Test Value 32
Cases>= Test Value 33
Total Cases 65
Number of Runs 36
Z .627
Asymp. Sig. (2-tailed) .531
a. Median
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018)
Pada pengujian Run-Test, didapati nilai probabilitas signifikansi sebesar
0,531. Sehingga nilai probabilitas signifikansi lebih besar dari nilai standar
signifikansi 0,05. Maka dapat disimpulkan tidak terjadi autokorelasi.

12
Uji Heteroskedastisitas Tabel 6. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.909 3.269 3.337 .001
SIZE -.004 .003 -.225 -1.446 .154
ROA -.526 .481 -.165 -1.094 .278
DER -.001 .002 -.080 -.639 .525
UKOM -.099 .307 -.045 -.332 .748
INDEP -.075 .038 -.252 -1.985 .052
a. Dependen Variable: AbsUt Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018) Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji Glejser, nilai signifikansi
masing-masing variabel ukuran perusahaan, return on assets, debt to equity ratio,
ukuran dewan komisaris dan dewan komisaris independen lebih besar dari nilai
standar signifikansi 0,05. Sehingga menunjukkan bahwa model regresi dalam
penelitian ini tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.
Uji Normalitas Tabel 7. Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N 65
Normal Parametersa, b Mean .0000000
Std. Deviation 4,94240540
Absolute .088
Most Extreme Differences Positive .054
Negative -.088
Kolmogorov-Smirnov Z .706
Asymp. Sig. (2-tailed) .701
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018) Berdasarkan hasil pengujian menggunakan uji One-Sample Kolmogorof-
Smirnof Test memiliki probabilitas tingkat signifikansi diatas tingkat kepercayaan
α = 0,05, yaitu 0,701. Hal ini berarti data residual berdistribusi normal.
Analisis Regresi Tabel 3. Hasil Analisis Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 21.912 5.585 3.923 .000
SIZE .024 .005 .651 4.722 .000
ROA -1.827 .822 -.297 -2.223 .030
DER .001 .003 .023 .207 .837
UKOM .642 .525 .151 1.224 .226
INDEP .025 .065 .043 .385 .702
b. Dependen Variable: IDC

13
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018)
Dari persamaan regresi, maka dapat ditulis persamaan regresi sebagai berikut:
𝐼𝐶𝐷 = 22,912 + 0,024𝑆𝐼𝑍𝐸 − 1,827𝑅𝑂𝐴 + 0,001𝐷𝐸𝑅 + 0,642𝑈𝐾𝑂𝑀 +0,025𝐼𝑁𝐷𝐸𝑃 + 𝑒
Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Ukuran Perusahaan dan Pengungkapan Intellectual Capital
Berdasarkan Tabel 3, hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel
independen ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan intellectual capital. Hal ini dibuktikan dari hasil yang diperoleh
yaitu sebesar 0,000 lebih kecil dari standar signifikansi 0,05. Maka hipotesis H1
ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual
capital gagal ditolak.
Perusahaan dengan jumlah aset yang besar membuat perusahaan tersebut
menjadi lebih diawasi oleh pemegang saham dibandingkan dengan perusahaan
yang memiliki jumlah aset yang lebih kecil. Sehingga untuk meyakinkan pemegang
saham, pihak manajemen perusahaan tentu akan mengungkapkan lebih banyak
intellectual capital yang dimiliki perusahaan sebagai bentuk sinyal kepada
pemegang saham akan kemampuan pengelolaan aset yang lebih baik disbanding
perusahaan lainnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Suniari
& Suaryana, 2017) dan (Istanti, 2009) yang menyatakan bahwa perusahaan besar
melakukan aktivitas yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan dengan
ukuran kecil. Hal tersebut menjadikan perusahaan besar lebih mendapatkan
perhatian para investor dalam mengambil keputusan. Semakin besar ukuran suatu
perusahaan, semakin tinggi pula tuntutan terhadap keterbukaan informasi dibanding
perusahaan yang lebih kecil. Melalui pengungkapan yang lebih banyak, perusahaan
memberikan isyarat kepada publik bahwa perusahaan telah menjalankan
kegiatannya dengan menerapkan prinsip manajemen yang baik.
Return on Assets dan Pengungkapan Intellectual Capital
Berdasarkan Tabel 3, hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel
independen return on assets (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan intellectual capital. Hal ini dibuktikan dari hasil yang diperoleh
yaitu sebesar 0,030 lebih kecil dari standar signifikansi 0,05. Maka hipotesis H2
return on assets berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual capital
gagal ditolak.
Return on assets merupakan salah satu indicator keberhasilan perusahaan
untuk menghasilkan laba, sehingga semakin rendahnya return on assets suatu
perusahaan menunjukkan ketidakmampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan
laba, maka akan semakin tinggi kecenderungan suatu perusahaan memberikan
informasi melalui pengungkapan intellectual capital untuk mengurangi biaya
keagenan yang timbul. Hal ini sejalan dengan penelitian (Ashari & Putra, 2016) dan
(Oktavianti, 2014) yang menyatakan bahwa return on assets berpengaruh terhadap
pengungkapan intellectual capital.
Debt to Equity Ratio dan Pengungkapan Intellectual Capital
Berdasarkan Tabel 3, hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel
independent debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh signifikan terhadap

14
pengungkapan intellectual capital. Hal ini dibuktikan dari hasil yang diperoleh
yaitu sebesar 0,837 lebih besar dari standar signifikansi 0,05. Maka hipotesis H3
debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan intellectual
capital ditolak.
Semakin tingginya rasio debt to equity ratio suatu perusahaan tidak
menjadikan perusahaan perbankan tersebut mengungkapkan lebih banyak
intellectual capital dikarenakan pihak manajemen telah menyadari bahwa rasio
hutang yang tinggi dalam sebuah perusahaan perbankan tidak menunjukkan kinerja
dari perusahaan tersebut, sehingga perusahaan cenderung mengabaikan informasi-
informasi non-keuangan seperti pengungkapan intellectual capital dan lebih
berfokus kepada informasi yang bersifat keuangan. Hal ini sejalan dengan
penelitian oleh (Utomo & Chariri, 2015) dan (Nugroho, 2012), yang menyatakan
dengan tingkat hutang yang tinggi tidak searah dengan modal intelektual yang
diungkap, karena perusahaan ingin menjaga citra, nama baik, dan reputasi
perusahaan sehingga ketidak optimalan dalam pengelolaan debt to equity ratio tidak
banyak diketahui oleh pihak eksternal.
Ukuran Dewan Komisaris dan Pengungkapan Intellectual Capital
Berdasarkan Tabel 3, hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel
independen ukuran dewan komisaris (UKOM) tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan intellectual capital. Hal ini dibuktikan dari hasil yang
diperoleh yaitu sebesar 0,226 lebih besar dari standar signifikansi yaitu 0,05. Maka
hipotesis H4 ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan intellectual capital ditolak.
Besarnya ukuran dewan komisaris suatu perusahaan tidak menjadikan
perusahaan tersebut mengungkapan lebih banyak intellectual capital disbanding
perusahaan dengan jumlah dewan komisaris yang lebih kecil. Ini dikarenakan
belum adanya aturan yang jelas tentang pengungkapan intellectual capital di
Indonesia sehingga dewan komisaris cenderung tidak terlalu memperhatikan
pengungkapan informasi yang bersifat non-keuangan.
Dewan Komisaris Independen dan Pengungkapan Intellectual Capital
Berdasarkan Tabel 3, hasil uji statistik t menunjukkan bahwa variabel
independent dewan komisaris independen (INDEP) tidak berpengaruh signifikan
terhadap pengungkapan intellectual capital. Hal ini dibuktikan dari hasil yang
diperoleh yaitu sebesar 0,702 lebih besar dari standar signifikansi yaitu 0,05. Maka
hipotesis H5 dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan intellectual capital ditolak.
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh (Nugroho, 2012) dan (Oktavianti,
2014) yang menyatakan bahwa komisaris independen yang belum optimal di
Indonesia karena seharusnya keberadaan komisaris independen mendukung prinsip
responsbilitas untuk mengungkapkan intellectual capital dalam penerapan
corporate governance, yang mengharuskan perusahaan memberikan informasi
yang lebih baik sebagai wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders.

15
Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Tabel 4. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Model Sum of Squares dF Mean Square F Sig.
1 Regression 845.943 5 169.189 6.385 .000b
Residual 1563.352 59 26.497
Total 2409.295 64
a. Dependen Variable: IDC b. Predictors: (Constant), INDEP, ROA, DER, UKOM, SIZE
Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018)
Tabel 4 menunjukkan besarnya nilai hasil signifikansi 0,000 lebih kecil dari
standar signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel
independen ukuran perusahaan, return on assets, debt to equity ratio, ukuran dewan
komisaris dan dewan komisaris independen berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen pengungkapan intellectual capital sehingga hipotesis H6 gagal
ditolak.
Koefisien Determinasi (R2) Tabel 5. Hasil Koefisien Determinasi (R2)
Model R R Squares Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .593a .351 .296 5.14757
c. Predictors: (Constant), INDEP, ROA, DER, UKOM, SIZE Sumber: Hasil Pengolahan Data (2018)
Berdasarkan Tabel 5, besarnya koefisien determinasi adalah 0,296 atau
29,6%. Ini berarti kemampuan variabel independen dalam hal ini adalah variabel
ukuran perusahaan, return on assets, debt to equity ratio, ukuran dewan komisaris,
dan dewan komisaris independen secara simultan memiliki pengaruh terhadap
variabel pengungkapan intellectual capital sebesar 29,6%. Sedangkan 70,4%
dijelaskan oleh variabel lain selain variabel independen diatas.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pengujian dalam penelitian mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi pengungkapan intellectual capital pada perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012 – 2016, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) Hasil analisis data secara parsial
menunjukkan adanya pengaruh signifikan antara ukuran perusahaan dan return on
assets terhadap pengungkapan intellectual capital; (2) Hasil analisis data secara
parsial menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan antara debt to equity ratio,
ukuran dewan komisaris dan dewan komisaris independen terhadap pengungkapan
intellectual capital; (3) Hasil analisis data secara simultan menunjukkan adanya
pengaruh signifikan antara seluruh variabel independen yaitu ukuran perusahaan,
return on assets, debt to equity ratio, ukuran dewan komisaris, dan dewan komisaris
independen terhadap variabel dependen pengungkapan intellectual capital; (4)
Hasil analisis koefisien determinasi menunjukkan kemampuan variabel independen
dalam hal ini adalah variabel ukuran perusahaan, return on assets, debt to equity
ratio, ukuran dewan komisaris, dan dewan komisaris independen secara simultan
memiliki pengaruh terhadap variabel pengungkapan intellectual capital sebesar

16
29,6%. Sedangkan 70,4% dijelaskan oleh variabel lain selain variabel independen
diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Abeysekera, I., 2008. Intellectual Capital Disclosure Trends: Singapore and Sri
Lanka. 9(4), pp. 723-737.
Arifah, D. A., 2010. Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Pengungkapan
Intellectual Capital pada Perusahaan IC Intensive yang Terdaftar di BEI.
Ashari, P. M. S. & Putra, I. N. W. A., 2016. Pengaruh Umur Perusahaan, Ukuran
Perusahaan, Profitabilitas, Leverage, dan Komisaris Independen Terhadap
Pengungkapan Modal Intelektual. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
Volume 14 no. 3, pp. 1699-1726.
Bukh, P. N., Nielsen, C., Gormsen, P. & Mouritsen, J., 2005. Disclosure of
Information on Intellectual Capital in Danish IPO Prospectuses. Accounting,
Auditing & Accountability Journal, Volume 18 no. 6, pp. 713-732.
Faradina, S., 2015. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Intellectual
Capital pada Perusahaan Property dan Real Estate. Jurnal Bisnis dan
Manajemen, Volume 5 no. 2.
Fitriani, A. E. & Purwanto, A., 2011. Pengaruh Struktur Corporate Governance
Terhadap Pengungkapan Modal Intelektual (Studi pada Perusahaan
Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010).
Ghozali, I., 2013. Applikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.
7 ed. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harrison, S. & Sullivan, P. H., 2000. Profiting from Intellectual Capital. Journal of
Intellectual Capital, Volume 1 No. 1, pp. 33-46.
Istanti, S. L. W., 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan Sukarela
Modal Intelektual.

17
Jensen, M. C. & Meckling, W. H., 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior,
Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics,
Volume 3 no. 4, pp. 305-360.
Nugroho, A., 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intellectual Capital
Disclosure (ICD). Accounting Analysis Journal.
Oktavianti, H., 2014. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Intellectual Capital. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, Volume 3 No. 5.
Oliveira, L., Rodrigues, L. L. & Craig, R., 2008. Applying Voluntary DIsclosure
Theories to Intangible Reporting: Evidence from the Portuguese Stock
Market.
Oliviera, L., Rodrigues, L. & Craig, R., 2010. Intellectual Capital Reporting in
Sustainabiliy Reports. Journal of Intellectual Capital, Volume 11 no. 4, pp.
575-594.
Prabowo, D., 2014. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intellectual Capital
Disclosure dan Pengaruh Intellectual Capital Disclosure Terhadap Market
Capitalization.
Purnomosidhi, B., 2006. Analisis Empiris Terhadap Diterminan Praktik
Pengungkapan Modal Intelektual pada Perusahaan Publik di BEJ.
Safitri, A. N., 2012. Pengaruh Pengungkapan Intellectual Capital dan
Pengungkapan CSR terhadap Kinerja Perusahaan.
Sawarjuwono, T. & Kadir, A. P., 2003. Intellectual Capital: Perlakuan, Pengukuran
Dan Pelaporan. Jurnal Akuntansi & Keuangan, Volume 5 no. 1, pp. 35-57.
Setyaningsih, R. N. & Prabawani, B., 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Modal Intelektual Studi Empiris pada Perusahaan yang
Listing di Jakarta Islamic Index 2012-2014.

18
Stephani, T. & Yuyetta, E. N. A., 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Intellectual Capital Disclosure (ICD). Jurnal Akuntansi & Auditing, Volume
7 no. 2, pp. 111-121.
Suniari, I. A. M. & Suaryana, I. G. N. A., 2017. Pengaruh Umur dan Ukuran
Perusahaan pada Pengungkapan Modal Intelektual dan Dampaknya Terhadap
Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Volume 21 no.
2, pp. 1549-1574.
Tyas, T. R. W. & Indrasari, A., 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Modal Intelektual.
Ulum, I., 2008. intellectual capital performance sektor perbankan di Indonesia.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Volume 10 no. 2, pp. 77-84.
Utomo, A. I. & Chariri, A., 2015. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Modal Intelektual dan Dampaknya Terhadap Nilai
Perusahaan.
White, G. P. & Lee, A., 2007. Drivers of Voluntary Intellectual Capital Disclosure
in Listed Biotechnology Companies. Journal of Intellectual Capital, Volume
8 no. 3, pp. 517-537.