FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL...

85
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN PEMERIKSAAN MATA PADA PASIEN RETINOPATI DIABETIK YANG TELAH MENJALANI SKRINING DI PUSKESMAS KEDATON OLEH (SKRIPSI) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2020 JOVANKA RIS NATALIA

Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL...

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN

PEMERIKSAAN MATA PADA PASIEN RETINOPATI DIABETIK

YANG TELAH MENJALANI SKRINING DI

PUSKESMAS KEDATON

OLEH

(SKRIPSI)

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2020

JOVANKA RIS NATALIA

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN

PEMERIKSAAN MATA PADA PASIEN RETINOPATI DIABETIK

YANG TELAH MENJALANI SKRINING DI

PUSKESMAS KEDATON

OLEH

JOVANKA RIS NATALIA

1618011149

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2020

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.
Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.
Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.
Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 24 Desember 1998 sebagai anak kedua dari pasangan

Bapak Berdikarim Sinaga dan Ibu Erniwati Purba. Penulis menamatkan pendidikan

dasar di SDK. IGN. Slamet Riyadi I yang diselesaikan pada tahun 2010, SMPN 09

Jakarta yang diselesaikan pada tahun 2013, dan SMAN 48 Jakarta yang

diselesaikan pada tahun 2016.

Pada tahun 2016, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SBMPTN) Tertulis. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam

organisasi PMPATD Pakis Rescue Team dan menjadi anggota dalam Divisi

Keuangan PMPATD Pakis Rescue Team.

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

JOHN 13 : 7 (NIV)

Jesus replied, “You do not realize now

what I am doing, but later you will

understand.”

Skripsi ini kupersembahkan untuk Papa,

Mama, Abang Josh, dan Tutua Ester

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang selalu

memberikan kasih dan berkat tanpa batas sehingga skripsi ini dapat diselesaikan

tepat waktu.

Skripsi dengan judul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Tingkat

Kepatuhan Pemeriksaan Mata pada Pasien Retinopati Diabetik yang Telah

Menjalani Skrining di Puskesmas Kedaton” adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberkati dan melimpahkan kasih yang luar

biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Prof. Dr. Karomani, M.Si, selaku Rektor Universitas Lampung

3. Dr. Dyah Wulan Sumekar RW, S.K.M., M.Kes, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Univesitas Lampung

4. dr. M. Yusran, S.Ked., M.Sc., Sp.M(K), selaku Pembimbing Utama atas

kesediannya untuk memberi bantuan, motivasi, bimbingan, arahan, saran dan

kritik dalam penyusunan skripsi ini.

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

5. dr. Rodiani, S.Ked., M.Sc., Sp.OG., selaku Pembimbing Kedua atas

kesediannya untuk memberi bantuan, motivasi, bimbingan, arahan, saran dan

kritik dalam penyusunan skripsi ini.

6. dr. Rani Himayani, S.Ked., Sp. M(K), selaku Pembahas atas waktu, ilmu, saran

dan pelajaran yang diberikan selama ini.

7. dr. Agustyas Tjiptaningrum, S.Ked., Sp. PK., selaku Pembimbing Akademik

atas bimbingan dan nasihat yang diberikan selama masa perkuliahan ini.

8. Seluruh Staff Dosen dan Karyawan FK Unila atas ilmu dan kerjasama yang

telah diberikkan selama ini.

9. Kepala Puskesmas Kedaton kota Bandar Lampung beserta staff dan tenaga

medisnya karena telah mengizinkan penulis untuk meneliti di Puskesmas

Kedaton dan membantu selama berlangsungnya penelitian.

10. Papa, Mama, Abang Josh, dan Tutua Ester yang selalu mendoakan, mengasihi,

memotivasi, dan mengorbankan banyak hal untuk mendukung penulis selama

perkuliahan berlangsung dan menyelesaikan skripsi ini.

11. Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama

perkuliahan.

12. Kel. JK. Sinaga yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama

perkuliahan.

13. Batak Jaya yang terdiri dari Rika Mutiara, Shinta Melia Desiana, Marlaokta,

Asri Pandiangan, Jessica Sindy Sirait, Revina Rifda Amelia, Kristian Pieri

Ginting, Samuel Gunawan Hutajulu atas kebersamaan nya semenjak

mahasiswa baru, berbagi ilmu dan pengalaman, membantu selama penelitian

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

dan penyusunan skripsi berlangsung, dan selalu ada dalam suka duka selama

perkuliahan.

14. Permako Medis Fakultas Kedokteran Universitas Lampung untuk waktu,

dukungan dan doanya selama masa perkuliahan.

15. Kelompok kecil KK Uye yang terdiri dari Kak Febe, Jessica dan Brigitta,

terimakasih atas doa dan dukungan rohaninya selama perkuliahan ini.

16. Fajar.com atas kesigapan dalam membantu mengurus tugas kuliah dan berkas-

berkas yang dibutuhkan selama proses perkuliahan dari mahasiswa baru

sampai akhir.

17. PMPATD Pakis Rescue Team dan teman-teman dari SC 11 untuk

kebersamaan, ilmu dan waktunya.

18. Teman-teman seperjuangan, FK Unila angkatan 2016 “TR16EMINUS” yang

tidak dapat disebutkan namanya satu persatu karena telah membantu melewati

suka duka selama perkuliahan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi

ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, Januari 2020

Penulis,

Jovanka Ris Natalia

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

ABSTRACT

FACTORS AFFECTING PATIENT ADHERENCE TO EYE EXAMINATION

IN DIABETIC RETINOPATHY PATIENTS WHO HAVE

SCREENED IN KEDATON PRIMARY HEALTH CENTER

By

Jovanka Ris Natalia

Background: Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease which is a collection

of symptoms that arise in a person due to an increase in blood glucose levels above

the normal value. The prevalence of DM both in the world and in Indonesia

continues to increase. One complication that can occur as a result of DM is diabetic

retinopathy.

Objective: This study aims to determine the factors, according to the Health Belief

Model theory that affect the level of eye examination adherence in diabetic

retinopathy patients at the Kedaton Health Center.

Method: The method used in this study was analytic observational with cross

sectional design using total sampling as the sampling method. There were 34

respondents in this study. Data analysis used chi- square and fisher exact and

continued using logistic regression analysis.

Result: The result conducted from 34 respondents was found that the factors that

influenced the compliance of eye examination were perceived benefits with p value

0,002, perceived barriers with p value 0,005 and self-efficacy with p value 0,000.

The results of multivariate analysis showed that the high perceived benefits and

high self-efficacy was the most likely factor for compliance with eye examinations

with a probability of 20% with self-efficacy being the strongest factor (OR=75,585).

Conclusion: There is a significant relationship between perceived benefits,

perceived barriers, and self-efficacy in eye examinations compliance. The most

influencing factor is self-efficacy.

Keywords: diabetic retinopathy, eye examination compliance, health belief model

theory

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN

PEMERIKSAAN MATA PADA PASIEN RETINOPATI DIABETIK

YANG TELAH MENJALANI SKRINING DI

PUSKESMAS KEDATON

Oleh

Jovanka Ris Natalia

Latar belakang: Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolisme yang

merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal. Prevalensi DM baik di dunia

maupun di Indonesia terus meningkat. Komplikasi yang dapat terjadi akibat DM

salah satunnya adalah retinopati diabetik.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor menurut teori

Health Belief Model yang memengaruhi tingkat kepatuhan pemeriksaan mata pada

pasien retinopati diabetik di Puskesmas Kedaton.

Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

observasional dengan desain cross sectional. Metode pengambilan sampel

menggunakan total sampling dengan responden sebanyak 34 orang. Analisis data

menggunakan uji chi-square dan uji fisher exact. Analisis dilanjutkan

menggunakan analisis regresi logistik.

Hasil: Hasil penelitian yang dilakukan pada 34 responden didapatkan bahwa faktor-

faktor yang memengaruhi kepatuhan pemeriksaan mata adalah persepsi manfaat

dengan p value 0,002, persepsi hambatan dengan p value 0,005 dan efikasi diri

dengan p value 0,000. Hasil analisis multivariat menunjukkan persepsi manfaat dan

efikasi diri tinggi merupakan faktor yang paling memungkinkan terjadinya

kepatuhan pemeriksaan mata dengan probabilitas sebesar 20% dengan efikasi diri

sebagai faktor terkuat dengan OR sebesar 75,585.

Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna antara persepsi manfaat, persepsi

hambatan, dan efikasi diri terhadap kepatuhan pemeriksaan mata. Faktor yang

paling memengaruhi adalah efikasi diri.

Kata kunci: kepatuhan pemeriksaan mata, retinopati diabetik, teori health belief

model

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ........................................................................................................... i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 5

1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................................... 5

1.3.2 Tujuan Khusus...................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 5

1.4.1 Bagi Masyarakat ................................................................................... 5

1.4.2 Bagi Peneliti ......................................................................................... 6

1.4.3 Bagi Pelayanan Kesehatan ................................................................... 6

1.4.4 Bagi Bidang Keilmuan dan Peneliti Lain ............................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus ............................................................................................ 7

2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus................................................................. 7

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus ................................................................ 8

2.1.3 Etiologi Diabetes .................................................................................. 9

2.1.4 Patogenesis Diabetes .......................................................................... 10

2.1.5 Patofisiologi Diabetes ........................................................................ 13

2.1.6 Manifestasi Klinis .............................................................................. 14

2.1.7 Diagnosis Diabetes ............................................................................. 17

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

ii

2.1.8 Pencegahan Diabetes .......................................................................... 18

2.1.9 Komplikasi Diabetes .......................................................................... 22

2.2 Retinopati Diabetik ...................................................................................... 25

2.2.1 Definisi ............................................................................................... 25

2.2.2 Etiologi dan Patogenesis .................................................................... 25

2.2.3 Patofisiologi ....................................................................................... 27

2.2.4 Gejala Klinik ...................................................................................... 28

2.2.5 Diagnosis dan Klasifikasi ................................................................... 31

2.2.6 Penatalaksanaan ................................................................................. 32

2.2.7 Komplikasi ......................................................................................... 34

2.3 Pemeriksaan Mata Diabetes ......................................................................... 37

2.4 Kepatuhan .................................................................................................... 38

2.4.1 Pengertian ........................................................................................... 38

2.4.2 Faktor-faktor yang memengaruhi ....................................................... 40

2.5 Kerangka Teori ............................................................................................ 48

2.6 Kerangka Konsep......................................................................................... 49

2.7 Hipotesis ...................................................................................................... 49

2.7.1 Hipotesis Nol (Ho) ............................................................................. 49

2.7.2 Hipotesis Kerja (H1) .......................................................................... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian................................................................................... 51

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 51

3.2.1 Tempat Penelitian ............................................................................... 51

3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................................ 51

3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................... 51

3.3.1 Populasi Penelitian ............................................................................. 51

3.3.2 Sampel Penelitian ............................................................................... 52

3.3.3 Kriteria Sampel .................................................................................. 52

3.4 Identifikasi Variabel .................................................................................... 53

3.5 Instrumen Penelitian .................................................................................... 53

3.6 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 55

3.7 Pengumpulan Data ....................................................................................... 55

3.8 Definisi Operasional .................................................................................... 56

3.9 Pengolahan dan Analisis Data ..................................................................... 57

3.9.1 Pengolahan Data ................................................................................. 57

3.9.2 Analisis Data ...................................................................................... 58

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

iii

3.10 Etika Penelitian ............................................................................................ 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 60

4.1.1 Analisis Univariat ............................................................................... 61

4.1.2 Analisis Bivariat ................................................................................. 66

4.1.3 Analisis Multivariat ............................................................................ 70

4.2 Pembahasan ................................................................................................. 73

4.2.1 Analisis Univariat ............................................................................... 73

4.2.2 Analisis Bivariat ................................................................................. 78

4.2.3 Analisis Multivariat ............................................................................ 85

4.3 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 88

5.2 Saran ............................................................................................................ 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori.................................................................................................. 48 2. Kerangka Konsep .............................................................................................. 49 3. Prosedur Penelitian............................................................................................ 55

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Definisi Operasional ....................................................................................... 56

2. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Pasien DM yang mengikuti Prolanis di

Puskesmas Kedaton Bandar Lampung Tahun 2019 ...................................... 61

3. Distribusi Frekuensi Usia Pasien DM yang mengikuti Prolanis di

Puskesmas Kedaton Bandar Lampung Tahun 2019 ...................................... 61

4. Distribusi Frekuensi Status Retinopati Pasien DM yang mengikuti Prolanis

di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung Tahun 2019 .................................. 62

5. Distribusi Frekuensi Kepatuhan Pemeriksaan Mata di Puskesmas Kedaton

Bandar Lampung Tahun 2019 ....................................................................... 62

6. Distribusi Frekuensi Persepsi Kerentanan Responden di Puskesmas

Kedaton Bandar Lampung ............................................................................. 63

7. Distribusi Frekuensi Persepsi Keseriusan Responden di Puskesmas

Kedaton Bandar Lampung ............................................................................ 63

8. Distribusi Frekuensi Persepsi Manfaat Responden di Puskesmas Kedaton

Bandar Lampung .......................................................................................... 64

9. Distribusi Frekuensi Persepsi Hambatan Responden di Puskesmas

Kedaton Bandar Lampung ............................................................................ 64

10.Distribusi Frekuensi Efikasi Diri Responden di Puskesmas Kedaton

Bandar Lampung .......................................................................................... 65

11.Distribusi Frekuensi Petunjuk untuk Berperilaku Responden di

Puskesmas Kedaton Bandar Lampung ......................................................... 65

12.Hubungan Persepsi Kerentanan, Persepsi Keseriusan, Persepsi Manfaat,

Persepsi Hambatan, Efikasi Diri dan Petunjuk Untuk Berperilaku

Terhadap Kepatuhan Pemeriksaan Mata di Puskesmas Kedaton Bandar

Lampung ........................................................................................................ 66

13.Tabel Langkah Awal Analisis Multivariat yang Berhubungan dengan

Kepatuhan Pemeriksaan Mata pada pasien DM di Puskesmas Kedaton ....... 70

14. Categorical Variable Coding ....................................................................... 71

15. Hasil Analisis Multivariat ............................................................................ 71

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Penjelasan Penelitian 2. Lembar Informed Consent 3. Kuesioner Penelitian

4. Hasil Uji Validitas 5. Hasil Analisis Data

6. Dokumentasi Penelitian

7. Surat-surat Perizinan Penelitian

8. Surat Ethical Clearance

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolisme yang merupakan suatu

kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya peningkatan

kadar glukosa darah di atas nilai normal (KEMENKES, 2013). Penyakit DM

merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi kejadiannya

semakin meningkat setiap tahunnya (PERKENI, 2015).

Prevalensi terjadinya DM terdiagnosis dokter atau gejala di Indonesia sebesar

2,1 persen. Prevalensi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di

DI Yogyakarta (2,6%), sedangkan provinsi Lampung memiliki presentase

yang berada dibawah prevalensi nasional sebesar 0,7% untuk diabetes yang

terdiagnosis dokter dan 0,8% untuk diabetes yang terdiagnosis dokter atau

gejala (KEMENKES, 2013). Prevalensi diabetes di Provinsi Lampung yang

terdiagnosis dokter tertinggi di Kota Metro (1,2%), Pesawaran (1%),

Lampung Selatan(1%) dan Kota Bandarlampung (0,8%). Sedangkan untuk

yang terdiagnosis dokter atau gejala tertinggi Kota Metro (1,2%), Lampung

Selatan (1,1%), Tulang Bawang (1%), dan Kota Bandarlampung (0,9%)

(RISKESDAS, 2013).

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

2

Retinopati diabetik (RD) merupakan komplikasi mikrovaskular paling umum

akibat diabetes dan salah satu penyebab kebutaan di era industrial terutama

usia pekerja. Hiperglikemia kronik, hipertensi sistemik, hiperkolesterolemia,

dan merokok merupakan faktor risiko dari perkembangan dan progresi dari

retinopati (Augsburger, 2018). Menurut presentase komplikasi DM di Rumah

Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2011,

retinopati diabetik merupakan komplikasi tertinggi kedua setelah neuropati

dengan prevalensi 33,40% (KEMENKES RI, 2014). Klasifikasi retinopati

diabetik adalah nonproliferative diabetic retinopathy (NPDR) dan

proliferative diabetic retinopathy (PDR). Prevalensi retinopati tipe NPDR

dan PDR lebih tinggi pada penderita DM tipe 1 dibandingkan DM tipe 2

(77,3% tipe 1 dan 25,2% tipe 2 untuk kasus NPDR; 32,4% tipe 1 dan 3% tipe

2 untuk PDR) (Lee et al, 2015). Berdasarkan Riskesdas tahun 2008,

prevalensi kejadian retinopati diabetik di Bandarlampung berdasarkan

klasifikasinya yang paling besar adalah PDR dengan angka kejadian 62,5%,

sedangkan berdasarkan hasil penelitian presentase pasien yang didiagnosis

keduanya (PDR + NPDR) adalah 12,5% (RISKESDAS, 2008).

Berdasarkan prevalensi diatas pemeriksaan mata secara rutin penting

dilakukan untuk mencegah komplikasi retinopati diabetik. International

Council of Ophthalmology (ICO) menyarankan pemeriksaan mata anual

untuk pasien DM untuk mencegah komplikasi retinopati diabetik.

Pemeriksaan mata ini 90% efektif untuk menurunkan kejadian kehilangan

penglihatan yang parah (Sheppler et al., 2018). Menurut Paz et al. (2006),

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

3

65% pasien tidak patuh terhadap pedoman periksaan mata dari American

Diabetes Association (ADA) untuk pasien DM tipe 2 yang dipengaruhi oleh

pendidikan rendah, tidak adanya asuransi kesehatan, tidak adanya

pemeriksaan mata rutin, dan DM tipe 2 yang tidak terkontrol dan menurut

Murchison et al. (2017) dari keseluruhan 1968 pasien, 41,6% pasien patuh

terhadap rekomendasi pemeriksaan mata inisial yang dipengaruhi oleh tingkat

keparahan DR, gangguan penglihatan, kadar glukosa darah dan HbA1c,

merokok, etnis, dan asuransi. Penelitian Pratiwi (2018) yang dilakukan di

Puskesmas Kedaton menunjukkan hanya 27,5% pasien DM yang patuh

terhadap pemeriksaan mata yang dipengaruhi oleh pengetahuan tinggi,

informasi oleh tenaga kesehatan, dan biaya kesehatan.

Menurut teori Health Belief Model, faktor-faktor yang memengaruhi perilaku

individu bersedia atau tidak untuk melakukan suatu program kesehatan yang

direkomendasikan, dalam hal ini adalah kepatuhan untuk pemeriksaan mata

tahunan, adalah persepsi kerentanan atau risiko terhadap penyakit (perceived

susceptibility), persepsi tingkat keparahaan apabila menderita penyakit

tersebut (perceived severity), persepsi keuntungan apabila melakukan

program kesehatan tersebut (perceived benefits), persepsi hambatan dalam

melakukan program (perceived barriers), karakteristik individu yang

memengaruhi persepsi personal (modifying factor), petunjuk tindakan yang

membuat orang mengubah tindakannya (cues to action) dan kepercayaan

kemampuan diri seseorang dalam melakukan sesuatu (self-efficacy)

(Abraham dan Sheeran, 2015). Berdasarkan penelitian Sheppler et al. (2018),

faktor yang paling memengaruhi kepatuhan adalah persepsi hambatan yang

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

4

didalamnya terdapat komponen biaya pemeriksaan mata, pemeriksaan mata

bukan suatu prioritas, adanya hambatan yang mempersulit pemeriksaan mata

dan juga persepsi manfaat yang salah satu komponennya adalah apakah

pemeriksaan mata dapat menemukan penyakit mata akibat diabetes.

Pada penelitian yang dilakukan Ria Arisandi pada Oktober – November 2016

di Puskesmas Kedaton Bandarlampung, didapatkan adanya 30% pasien DM

Tipe 2 yang mengikuti Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

menderita NPDR (Arisandi, 2017). Berdasarkan penelitian ini, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian pada pasien sampel penelitian tersebut

apakah dalam jangka waktu kurang lebih tiga tahun setelah skrining pasien

patuh melakukan pemeriksaan mata anual dan faktor-faktor apa saja yang

menyebabkan apabila pasien tidak patuh melakukan pemeriksaan mata anual.

1.2 Rumusan Masalah

Retinopati diabetik adalah komplikasi mikrovaskular diabetes melitus yang

disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah di retina dan memicu kebutaan

sifatnya ireversibel. Bandarlampung merupakan kota yang prevalensi

diabetes melitusnya tergolong cukup tinggi diantara kota/kabupaten di

Provinsi Lampung. Pemeriksaan mata secara berkala penting untuk

mencegah terjadinya retinopati diabetik ini. Setelah dilakukan penelitian di

Puskesmas Kedaton pada tahun 2016, terdapat 30% pasien NPDR dari 40

orang pasien DM Tipe 2 yang mengikuti Prolanis. Berdasarkan latar belakang

diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian pada pasien yang menjadi

responden penelitian tersebut untuk melihat :

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

5

Apakah faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan pasien retinopati

diabetik yang telah diskrining untuk melakukan pemeriksaan mata di

Puskesmas Kedaton Bandarlampung?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan

pemeriksaan mata pada pasien retinopati diabetik di Puskesmas

Kedaton.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui prevalensi faktor-faktor yang memengaruhi tingkat

kepatuhan pemeriksaan mata pada pasien retinopati diabetik yang

telah diskrining di Puskesmas Kedaton

b. Menganalisis faktor-faktor yang paling memengaruhi kepatuhan

pemeriksaan mata pada pasien retinopati diabetik yang telah

diskrining di Puskesmas Kedaton.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Masyarakat

Memberi informasi tentang faktor-faktor yang memengaruhi tingkat

kepatuhan dan pentingnya pemeriksaan mata pada pasien retinopati

diabetik dan diabetes melitus tipe 2.

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

6

1.4.2 Bagi Peneliti

Mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang pernah didapatkan,

meningkatkan kemampuan dalam mengolah, menganalisis dan

menginterpretasi data.

1.4.3 Bagi Pelayanan Kesehatan

Meningkatkan kesadaran untuk follow up pasien dengan diabetes

melitus atau retinopati diabetik untuk melakukan pemeriksaan mata

secara berkala.

1.4.4 Bagi Bidang Keilmuan dan Peneliti Lain

Sebagai sumber pustaka guna menunjang pendidikan atau menjadi

acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor yang

memengaruhi tingkat kepatuhan pemeriksaan mata pada pasien

retinopati diabetik.

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes adalah penyakit kronik serius yang tejadi ketika pankreas

tidak memproduksi cukup insulin (hormon yang meregulasi gula

darah atau glukosa), atau tubuh tidak efektif menggunakan insulin

yang telah diproduksi (WHO, 2016).

Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Hiperglikemia kronik pada diabetes dalam jangka panjang akan

menyebabkan kerusakan, disfungsi atau kegagalan beberapa organ

tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah

(Purnamasari, 2014).

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan DM adalah

penyakit metabolik yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa

darah akibat kerusakan produksi insulin, fungsi insulin maupun

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

8

keduanya dan berisiko menyebabkan kerusakan atau disfungsi pada

beberapa organ tubuh.

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi diabetes melitus menurut etiologinya adalah sebagai

berikut: (PERKENI, 2015; ADA, 2018a)

1. Tipe 1. Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi

insulin absolut karena autoimun maupun idiopatik.

2. Tipe 2. Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin disertai

defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek sekresi

insulin disertai resistensi insulin atau defisiensi insulin progresif

secara cepat.

3. DM gestasional. Disebabkan pengaruh hormon kehamilan yang

dapat meningkatkan kadar glukosa saat kehamilan, dan

didiagnosis pada trimester dua atau tiga.

4. Diabetes karena penyebab lain. Sindrom diabetes monogenik

(MODY) ; penyakit pada kelenjar eksokrin pankreas (fibrosis

kistik dan pankreatitis) dan diabetes karena obat atau zat kimia

(missal glukokortikoid yang diberikan pada pasien HIV/AIDS

atau setelah transplantasi organ). Endokrinopati, defek genetik

fungsi sel beta dan kerja insulin, infeksi, sebab imunologi yang

jarang, dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM.

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

9

2.1.3 Etiologi Diabetes

Etiologi diabetes mellitus belum diketahui secara pasti. Secara umum

diabetes mellitus disebabkan oleh kekurangan insulin sebagai

penyebab utama dan faktor herediter sebagai pemegang peranan

penting. Terdapat dua jenis DM sesuai etiologinya sebagai berikut:

(Smeltzer dan Bare, 2010)

a. Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Diabetes dengan

jenis ini sering terjadi pada usia kurang dari 30 tahun atau biasanya

disebut sebagai Juvenille Diabetes. Faktor genetik dan lingkungan

merupakan faktor utama pencetus IDDM, misalnya

Coxsackievirus B dan Streptococcus akan menyerang pulau-pulau

langerhans pankreas yang membuat hilangnya kemampuan untuk

memproduksi insulin. Selain virus dan bakteri, respon autoimun

juga dapat menyerang sel beta pankreas sehingga dapat

menurunkan produksi insulin.

b. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Faktor yang

berperan besar dalam terjadinya NIDDM adalah faktor herediter.

Risiko besar terjadinya NIDDM adalah pada klien dengan riwayat

keluarga menderita DM. Faktor determinan lain terjadinya

NIDDM adalah obesitas, karena pada obesitas membutuhkan

lebih banyak insulin untuk metabolisme. Hiperglikemia akan

terjadi ketika pankreas tidak dapat mencukupi kebutuhan insulin

atau ketika jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami

kerusakan. Pencegahan utama yang dapat dilakukan adalah

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

10

dengan mempertahankan berat badan ideal dan untuk pencegahan

sekundernya dapat berupa program penurunan berat badan, diet,

dan olahraga.

2.1.4 Patogenesis Diabetes

Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas

telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2

Belakangan diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan

lebih berat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver

dan sel beta, organ lain seperti: jaringan lemak (meningkatnya

lipolisis), gastrointestinal (defisiensi inkretin), sel alpha pancreas

(hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak

(resistensi insulin), kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan

terjadinya gangguan toleransi glukosa pada DM tipe-2. Delapan organ

penting dalam gangguan toleransi glukosa ini (ominous octet) penting

dipahami karena dasar patofisiologi ini memberikan konsep tentang:

1. Pengobatan harus ditujukan guna memperbaiki gangguan

patogenesis, bukan hanya untuk menurunkan HbA1c saja.

2. Pengobatan kombinasi yang diperlukan harus didasari atas

kinerja obat pada gangguan multipel dari patofisiologi DM tipe 2.

3. Pengobatan harus dimulai sedini mungkin untuk mencegah atau

memperlambat progresivitas kegagalan sel beta yang sudah

terjadi pada penyandang gangguan toleransi glukosa.

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

11

DeFronzo pada tahun 2013 menyampaikan bahwa DM tipe 2 adalah

gangguan metabolisme/kardiovaskular kompleks dengan

abnormalitas patofisiologi multipel. Resistensi insulin di otot/liver

dan kegagalan sel beta pankreas muncul diawal perjalanan penyakit

DM tipe 2 dan menyebabkan kerusakan paling inti. Diluar dari ketiga

organ tersebut ada tambahan organ lain yang berperan dalam

terjadinya DM tipe 2, yaitu sel lemak (berperan dalam meningkatnya

proses lipolisis), traktus gastrointestinal (berperan dalam

defisiensi/resistensi inkretin), sel alfa pankreas (berperan dalam

hiperglukagonemia), ginjal (berperan dalam peningkatan reabsorbsi

glukosa, dan otak (berperan dalam resistensi insulin dan disregulasi

neurotransmitter). Dari ominous octet ini dapat muncul beberapa hal

penting yaitu : 1) kombinasi obat yang diberikan kepada pasien

bertujuan untuk memperbaiki kerusakan patofisiologis yang multipel

2) tatalaksana harus diberikan berdasarkan abnormalitas patogenik

bukan sekedar menurunkan HbA1c 3) terapi harus segera diberikan

untuk mencegah/memperlambat progresivitas kegagalan sel beta

pankreas (DeFronzo et al., 2013).

Berikut adalah obat-obatan untuk DM tipe 2 sesuai ominous octet:

1. Kegagalan sel beta pankreas: Obat anti diabetik yang bekerja

melalui jalur ini adalah sulfonilurea, meglitinid, GLP-1 agonis

dan DPP-4 inhibitor.

2. Liver: Obat yang bekerja melalui jalur ini adalah metformin,

yang menekan proses glukoneogenesis.

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

12

3. Otot: Obat yang bekerja di jalur ini adalah metformin, dan

tiazolidindion.

4. Sel lemak: Obat yang bekerja dijalur ini adalah tiazolidindion.

5. Usus: Obat yang bekerja menghambat kinerja DPP-4 adalah

kelompok DPP-4 inhibitor. Saluran pencernaan juga

mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui

kinerja ensim alfa-glukosidase yang memecah polisakarida

menjadi monosakarida yang kemudian diserap oleh usus dan

berakibat meningkatkan glukosa darah setelah makan. Obat

yang bekerja untuk menghambat kinerja ensim alfa-

glukosidase adalah akarbosa.

6. Sel Alpha Pankreas: Obat yang menghambat sekresi glukagon

atau menghambat reseptor glukagon meliputi GLP-1 agonis,

DPP4 inhibitor dan amylin.

7. Ginjal: Obat yang menghambat kinerja SGLT-2 ini akan

menghambat penyerapan kembali glukosa di tubulus ginjal

sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat urine. Obat yang

bekerja di jalur ini adalah SGLT-2 inhibitor. Dapaglifozin

adalah salah satu contoh obatnya.

8. Otak: Obat yang bekerja di jalur Ini adalah GLP-1 agonis,

amylin dan bromokriptin (PERKENI, 2015).

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

13

2.1.5 Patofisiologi Diabetes

Berikut ini adalah patofisiologi terjadinya diabetes :

1. Patofisiologi diabetes tipe 1

Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan menghancurkan

sel beta pankreas yang memproduksi insulin, kondisi tersebut

merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan

ditemukannya anti insulin atau antibodi sel antiislet dalam darah.

(Punthakee et al., 2018). National Institute of Diabetes and

Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) tahun 2014 menyatakan

bahwa autoimun menyebabkan infiltrasi limfositik dan

kehancuran islet pankreas. Kehancuran memakan waktu tetapi

timbulnya penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama beberapa

hari sampai minggu. Akhirnya, insulin yang dibutuhkan tubuh

tidak dapat terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta pankreas

yang berfungsi memproduksi insulin. Oleh karena itu, diabetes

tipe 1 membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan merespon

insulin yang menggunakan obat oral (NIDDK, 2014).

2. Patofisiologi diabetes tipe 2

Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak

mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi

insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai

dengan kurangnya sel beta atau defisiensi insulin resistensi insulin

perifer. Resistensi insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada

reseptor-reseptor insulin sehingga menyebabkan insulin menjadi

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

14

kurang efektif mengantar pesan-pesan biokimia menuju sel-sel.

Dalam kebanyakan kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral gagal

untuk merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka

pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi alternatif

(NIDDK, 2014).

3. Patofisiologi diabetes gestasional

Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon antagonis insulin

yang berlebihan saat kehamilan. Hal ini menyebabkan keadaan

resistensi insulin dan glukosa tinggi pada ibu yang terkait dengan

kemungkinan adanya reseptor insulin yang rusak (Punthakee et

al., 2018).

2.1.6 Manifestasi Klinis

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Menurut

PERKENI (2015) kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila

terdapat keluhan seperti:

1. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan

berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

2. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

Berikut penjelasan lebih lanjut tentang manifestasi klinis diabetes

melitus: (Tandra, 2008; Smeltzer dan Bare, 2010)

a. Poliuria. Hiperglikemia yang terjadi pada diabetes menyebabkan

hiperosmolaritas atau peningkatan serum plasma, karena

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

15

peningkatan ini cairan intrasel berdifusi kedalam sirkulasi atau

cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat sebagai

akibat dari hiperosmolaritas dan akibatnya akan terjadi diuresis

osmotik (poliuria).

b. Polidipsia. Meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam

vaskuler menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga

efeknya adalah dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut

menjadi kering dan sensor haus teraktivasi menyebabkan

seseorang haus terus dan ingin selalu minum (polidipsia).

c. Poliphagia. Menurunnya kadar insulin menyebabkan glukosa

tidak dapat masuk ke dalam sel, akibatnya produksi energi

menurun dan penurunan energi ini akan menstimulasi rasa lapar,

sehingga seseorang dengan diabetes akan lebih banyak makan

(polifagia).

d. Penurunan berat badan. Penurunan insulin pada diabetes

menyebabkan glukosa tidak dapat ditransport ke dalam sel

akibatnya sel kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan

metabolism, hal ini menyebabkan sel menciut sehingga seluruh

jaringan, terutama otot, akan mengalami atrofi dan penurunan

secara otomatis.

e. Rasa lemah. Pada penderita diabetes, glukosa bukan lagi sumber

energi karena glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel untuk

menjadi energi.

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

16

f. Mata kabur. Hiperosmolaritas akibat glukosa darah yang tinggi

juga akan menarik cairan dalam lensa mata yang meneybabkan

lensa mata menipis, akhirnya mata akan mengalami kesulitan

untuk focus dan penglihatan menjadi kabur.

g. Luka yang sukar sembuh. Mikroorganisme penyebab infeksi

seperti bakteri atau jamur mudah tumbuh pada kondisi gula darah

yang tinggi. Pada diabetes akan terjadi kerusakan dinding

pembuluh darah dan aliran darah yang tidak lancar sehingga

menghambat penyembuhan luka ditambah dengan kerusakan

pada saraf menyebabkan luka tidak terasa sehingga menurunkan

perhatian terhadap lukanya, hal ini menyebabkan pertumbuhan

organisme penyebab infeksi terus bertumbuh sampai dapat

menyebabkan bagian yang terkena luka tersbut membusuk.

h. Rasa kesemutan. Kadar glukosa yang tinggi akan menyebabkan

gangguan nutrisi pada sel-sel saraf, apabila yang rusak adalah

saraf sensoris keluhan yang paling sering muncul adalah rasa

kesemutan atau baal terutama pada kaki dan tangan.

i. Mudah terkena infeksi. Konsentrasi glukosa darah meningkat

menyebabkan peran leukosit dalam melawan infeksi menurun,

sehingga pasien penderita diabetes mudah terkena infeksi.

j. Gatal pada kemaluan. Kadar glukosa yang tinggi menjadi media

yang baik untuk pertumbuhan jamur. Gatal atau pruritus pada

kemaluan disebabkan oleh pertumbuhan jamur pada vagina yang

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

17

ditandai oleh rasa gatal dan keluarnya cairan kental putih

kekuningan.

2.1.7 Diagnosis Diabetes

Diabetes dapat didiagnosis berdasarkan kriteria glukosa plasma,

glukosa darah puasa (GDP) atau glukosa darah postpandrial (G2PP)

saat melakukan tes toleransi glukosa oral (TTGO), atau kriteria

HbA1c (ADA, 2018a). Kriteria diagnosis DM yang ditetapkan oleh

PERKENI (2015) adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah

kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam. Atau

2. Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes

Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75

gram. Atau

3. Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan

keluhan klasik. Atau

4. Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode

yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin

Standarization Program (NGSP).

Saat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi standard

NGSP, sehingga harus hati-hati dalam membuat interpretasi terhadap

hasil pemeriksaan HbA1c. Pada kondisi tertentu seperti: anemia,

hemoglobinopati, riwayat transfusi darah 2-3 bulan terakhir, kondisi-

kondisi yang memengaruhi umur eritrosit dan gangguan fungsi ginjal

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

18

maka HbA1c tidak dapat dipakai sebagai alat diagnosis maupun

evaluasi.

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria

DM digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi:

toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu

(GDPT).

1. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan

glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan

TTGO glukosa plasma 2-jam <140 mg/dl;

2. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan

glukosa plasma 2 -jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl

dan glukosa plasma puasa <100 mg/dl

3. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT

4. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil

pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4%.

2.1.8 Pencegahan Diabetes

Pencegahan DM terdiri dari pencegahan primer, sekunder, dan tersier

menurut PERKENI (2015):

1. Pencegahan Primer Terhadap Diabetes Melitus Tipe 2

Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok

yang memiliki faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena,

tetapi berpotensi untuk mendapat DM dan kelompok intoleransi

glukosa.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

19

Faktor risiko diabetes sama dengan faktor risiko untuk intoleransi

glukosa yaitu :

a. Faktor Risiko yang Tidak Bisa Dimodifikasi :

1. Ras dan etnik. Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada

hispanik, kulit hitam, penduduk asli Amerika, dan Asia

(ADA, 2018a).

2. Riwayat keluarga dengan DM. Seorang anak dapat

diwarisi gen penyebab DM orang tua. Biasanya, seseorang

yang menderita DM mempunyai anggota keluarga yang

juga terkena penyakit tersebut (ADA, 2018a). Fakta

menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ibu penderita

DM tingkat risiko terkena DM sebesar 3,4 kali lipat lebih

tinggi dan 3,5 kali lipat lebih tinggi jika memiliki ayah

penderita DM. Apabila kedua orangtua menderita DM,

maka akan memiliki risiko terkena DM sebesar 6,1 kali

lipat lebih tinggi.

3. Umur. Risiko untuk menderita intolerasi glukosa

meningkat seiring dengan meningkatnya usia. Usia >45

tahun harus dilakukan pemeriksaan DM.

4. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000

gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional

(DMG).

5. Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5

kg. Bayi yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

20

yang lebih tinggi dibanding dengan bayi yang lahir

dengan BB normal.

b. Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi :

1. Berat badan lebih (IMT ≥23 kg/m2 ).

2. Kurangnya aktivitas fisik

3. Hipertensi (>140/90 mmHg)

4. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan/atau trigliserida >250

mg/dl)

5. Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi glukosa

dan rendah serat akan meningkatkan risiko menderita

prediabetes/intoleransi glukosa dan DMT2.

c. Faktor Lain yang Terkait dengan Risiko Diabetes Melitus :

1. Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau

keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin

2. Penderita sindrom metabolik yang memiliki riwayat

toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah

puasa terganggu (GDPT) sebelumnya.

3. Penderita yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular,

seperti stroke, PJK, atau PAD (Peripheral Arterial

Diseases) (PERKENI, 2015; ADA, 2018a)

2. Pencegahan Sekunder Terhadap Komplikasi Diabetes Melitus

Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat

timbulnya penyulit pada pasien yang telah terdiagnosis DM.

Tindakan pencegahan sekunder dilakukan dengan pengendalian

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

21

kadar glukosa sesuai target terapi serta pengendalian faktor risiko

penyulit yang lain dengan pemberian pengobatan yang optimal.

Melakukan deteksi dini adanya penyulit merupakan bagian dari

pencegahan sekunder. Tindakan ini dilakukan sejak awal

pengelolaan penyakit DM. Program penyuluhan memegang peran

penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani

program pengobatan sehingga mencapai target terapi yang

diharapkan. Penyuluhan dilakukan sejak pertemuan pertama dan

perlu selalu diulang pada pertemuan berikutnya (PERKENI,

2015).

3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes

yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya

kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas hidup. Upaya

rehabilitasi pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum

kecacatan menetap. Pada upaya pencegahan tersier tetap

dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi

penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan

untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Pencegahan tersier

memerlukan pelayanan kesehatan komprehensif dan terintegrasi

antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit rujukan.

Kerjasama yang baik antara para ahli diberbagai disiplin (jantung,

ginjal, mata, saraf, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi,

rehabilitasi medis, gizi, pediatris, dan lain-lain.) sangat diperlukan

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

22

dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier (PERKENI,

2015).

2.1.9 Komplikasi Diabetes

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat

menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain :

1. Komplikasi metabolik akut

Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus terdapat

tiga macam yang berhubungan dengan gangguan keseimbangan

kadar glukosa darah jangka pendek, diantaranya:

a. Hipoglikemia. Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam

darah) timbul sebagai komplikasi diabetes yang disebabkan

karena pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer dan Bare,

2010)

b. Ketoasidosis diabetik. Ketoasidosis diabetik (KAD)

disebabkan defisiensi insulin absolut atau relatif dan

peningkatan hormone kontra regulator, yang menyebabkan

lipolisis berlbihan dengan akibat terbentuknya badan-badan

keton dengan segala konsekuensinya, hal ini perlu dikenali dan

dikelola segera karena jika terlambat akan meningkatkan

morbiditas dan mortalitas dengan perawatan yang mahal

(Tarigan, 2014).

c. Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler

nonketotik). Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

23

melitus yang ditandai dengan hiperglikemia berat dengan

kadar glukosa serum lebih dari 600 mg/dl (Price dan Wilson,

2006).

d. Efek somogyi. Merupakan komplikasi akut ynag ditandai

penurunan unik kadar glukosa kembali meningkat diikuti

peningkatan rebound pada pagi harinya. Penyebab

hipoglikemia malam hari kemungkinan besar berkaitan

dengan penyuntikan insulin disore harinya. Hipoglikmia itu

sendiri kemudian menyebabkan peningkatan glukagon,

katekolamin, kortisol dan hormone pertumbuhan. Hormon ini

menstimulasi glukoneogenesis sehingga pada pagi harinya

terjadi hiperglikemia (Corwin, 2009).

e. Fenomena Fajar (dawn phenomena). Hiperglikemia pada pagi

hari (antara jam 5 sampai 9 pagi) yang tampaknya disebabkan

oleh peningkatan sirkadian kadar glukosa di pagi hari.

Fenomena ini dapat dijumpai pada pengidap diabetes tipe

1atau diabetes tipe 2, juga dapat terjadi penurunan sensitivitas

terhadap insulin juga terjadi pada pagi hari, baik sebagai

variasi sirkadian normal maupun atau sebagai respons

terhadap hormon pertumbuhan atau kortisol (Corwin, 2009).

2. Komplikasi metabolik kronik. Komplikasi metabolik kronik pada

pasien DM menurut PERKENI 2015 dapat berupa kerusakan pada

pembuluh darah kecil (mikroangiopati) dan komplikasi pada

pembuluh darah besar (makroangiopati) diantaranya:

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

24

a. Makroangiopati

1. Pembuluh darah jantung: penyakit jantung koroner

2. Pembuluh darah tepi: penyakit arteri perifer yang sering

terjadi pada penyandang DM. Gejala tipikal yang biasa

muncul pertama kali adalah nyeri pada saat beraktivitas

dan berkurang saat istirahat (claudicatio intermittent),

namun sering juga tanpa disertai gejala. Ulkus iskemik

pada kaki merupakan kelainan yang dapat ditemukan pada

penderita.

3. Pembuluh darah otak: stroke iskemik atau stroke

hemoragik

b. Mikroangiopati

1. Retinopati diabetik. Kendali glukosa dan tekanan darah

yang baik akan mengurangi risiko atau memperlambat

progresi retinopati.

2. Neuropati. Pada neuropati perifer, hilangnya sensasi distal

merupakan faktor penting yang berisiko tinggi untuk

terjadinya ulkus kaki yang meningkatkan risiko amputasi.

Gejala yang sering dirasakan berupa kaki terasa terbakar

dan bergetar sendiri, dan terasa lebih sakit di malam hari.

Setelah diagnosis DMT2 ditegakkan, pada setiap pasien

perlu dilakukan skrinning untuk mendeteksi adanya

polineuropati distal yang simetris dengan melakukan

pemeriksaan neurologi sederhana (menggunakan

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

25

monofilamen 10 gram). Pemeriksaan ini kemudian

diulang paling sedikit setiap tahun.

2.2 Retinopati Diabetik

2.2.1 Definisi

Retinopati diabetik adalah salah satu komplikasi mikrovaskular dari

diabetes melitus (DM), yang menyebabkan gangguan penglihatan

mulai dari yang ringan sampai berat bahkan sampai terjadi kebutaan

total dan permanen akibat masalah vaskularisasi retina yang terjadi

secara progresif dan terjadi dalam berbagai tingkatan (Rosenfield et

al., 2009; Pandelaki, 2014).

2.2.2 Etiologi dan Patogenesis

Penyebab retinopati diabetik sampai saat ini belum diketahui secara

pasti, namun keadaan hiperglikemia yang berlangsung lama dianggap

sebagai fakto risiko utama. Beberapa proses biokimiawi yang terjadi

pada hiperglikemia dan diduga berkaitan dengan timbulnya retinopati

diabetik yaitu aktivitas jalur poliol, glikasi nonenzimatik dan

peningkatan diasilgliserol yang menyebabkan aktivasi PKC. Selain

itu, hormon pertumbahan dan beberapa faktor pertumbuhan lain

seperti VEGF diduga juga berperan dalam progresifitas retinopati

diabetik (Pandelaki, 2014). Dalam Pandelaki tahun 2014, etio

patogenesis retinopati diabetik adalah sebagai berikut:

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

26

a. Aktivasi Jalur Poliol

Hiperglikemia kronik pada DM menyebabkan peningkatan

aktivitas enzim aldose reduktase sehingga produksi poliol (suatu

senyawa gula dan alkohol) meningkat dalam jaringan termasuk di

lensa, pembuluh darah dan saraf optik. Salah satu sifat dari

senyawa poliol ialah tidak dapat melewati membrana basalis

sehingga akan tertimbun dalam jumlah yang banyak di dalam sel

yang akan menyebabkan peningkatan tekanan osmotik sehingga

menimbulkan gangguan morfologi dan fungsional sel. Percobaan

pada hewan yang diberi inhibitor enzim aldose reduktase

(aminoguanidine) ternyata dapat mengurangi atau memperlambat

terjadinya retinopati diabetik. Namun uji klinik pada pasien

diabetes tipe 1 yang diberi aminoguanidin kemudian diamati

selama 3-4 tahun ternyata tidak memberi pengaruh terhadap

timbulnya maupun perlambatan progresifitas retinopati diabetik.

Sampai saat ini masih terus dilakukan penelitian dengan

menggunakan inhibitor enzim aldose reduktase yang lebih kuat.

b. Glikasi Nonenzimatik

Hiperglikemia kronik menyebabkan terjadinya glikosilasi protein

dan asam deoksiribonukleat (DNA), protein yang terglikosilasi ini

akan membentuk radikal bebas yang mengganggu keutuhan DNA

dan menghambat aktivitas enzim sehingga terjadi perubahan

fungsi sel. Penggunaan aminuguanidin, yaitu suatu bahan yang

juga bekerja menghambat pembentukan advanced glycation end

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

27

product (AGE) pada tikus diabetes dilaporkan dapat mengurangi

pengaruh diabetes terhadap aliran darah di retina, permeabilitas

kapiler dan parameter mikrovaskular yang lain. Aminoguanidine

terbukti juga dapat menghambat produksi senyawa oksida nirat

yang merupakan vasokonstriktor kuat.

c. Diasilgliserol dan Aktivasi Protein Kinase C

Protein kinase C (PKC) diketahui memiliki pengaruh terhadap

permeabilitas vaskular, kontraktilitas, sintesis membrana basalis

dan proliferasi sel vaskular. Hiperglikemia yang terjadi pada DM

menyebabkan aktivitas PKC di retina dan sel endotel meningkat

akibat peningkatan sintesis de novo diasilgliserol (suatu regulator

PKC dan glukosa). Pada retina anjing, diasilgliserol terbukti

diproduksi dalam jumlah yang banyak dengan galaktosemia yang

disertai retinopati. Dewasa ini para ahli sedang melakukan uji

klinik penggunaan ruboxistaurin yaitu suatu penghambat PKC β-

isoform pada pasien retinopati diabetik.

2.2.3 Patofisiologi

Patofisiologi retinopati diabetik kapiler melibatkan lima proses yang

terjadi di tingkat kapiler yaitu : 1) pembentukan mikroaneurisma, 2)

peningkatan permeabilitas, 3) penyumbatan, 4) proliferasi pembuluh

darah baru (neovascular) dan pembentukan jaringan fibrosis, 5)

kontraksi jaringan fibrosis kapiler dan vitreus. Penyumbatan dan

hambatann perfusi (nonperfusion) menyebabkan iskemia retina

sedangkan kebocoran dapat terjadi pada semua komponen darah.

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

28

Kebutaan akibat retinopati diabetik dapat terjadi melalu beberapa

mekanisme yaitu : 1) edema makula atau nonperfusi kapiler, 2)

pembentukan pembuluh darah baru dan kontraksi jaringan fibrosis

sehingga terjadi ablasio retina (retinal detachment), 3) pembuluh

darah baru yang terbentuk menimbulkan perdarahan preretina dan

vitreus, 4) terjadi glaukoma yang juga merupakan akibat dari

pembentukan pembuluh darah baru. Perdarahan adalah bagian dari

stadium retinopati diabetik proliferatif dan merupakan penyebab

utama kebutaan permanen. Selain itu, kontraksi dari jaringan

fibrovaskxular sehingga terjadi ablasio retina (terlepasnya lapisan

retina) juga merupakan penyebab kebutaan yang terjadi pada

retinopati diabetik proliferatif (Pandelaki, 2014).

2.2.4 Gejala Klinik

Perubahan dini atau apa yang disebut nonproliferative diabetic

retinopathy (NPDR), tidak memberikan keluhan gangguan

penglihatan. Perubahan dini yang reversibel dan tidak mengakibatkan

gangguan penglihatan sentral dinamakan retinopati simpleks atau

background retinopathy. Bila pembuluh darah rusak dan bocor dan

masuknya lipid ke makula, makula akan edem dan penglihatan

menurun.

Retinopati merupakan gejala diabetes melitus utama pada mata,

dimana ditemukan pada retina: (Ilyas dan Sidarta, 2017)

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

29

1. Mikroaneurismata, merupakan penonjolan dinding kapiler,

terutama daerah vena dengan bentuk berupa binitk merah kecil

yang terletak dekat pembuluh darah terutama polus posterior.

Kadang-kadang pembuluh darah ini demikian kecilnya sehingga

tidak terlihat sedang dengan bantuan angiografi fluorescein lebih

mudah dipertunjukkan adanya mikroaneurismata ini.

Mikroaneurismata merupakan kelainan diabetes melitus dini pada

mata.

2. Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang

biasanya terletak dekat mikroaneurismata di polus posterior.

Bentuk perdarahan ini merupakan prognosis penyakit dimana

perdarahan yang luas memberikan prognosis yang lebih buruk

dibandingkan kecil. Perdarahan terjadi akibat gangguan

permeabilitas pada mikroaneurisma, atau karena pecahnya

kapiler.

3. Dilatasi pembuluh darah balik dengan lumennya irregular dan

berkelok-kelok, bentuk ini seakan-akan dapat memberikan

perdarahan tapi hal ini tidaklah demikian. Hal ini terjadi akibat

kelainan sirkulasi dan kadang-kadang disertai kelainan endotel

dan eksudasi plasma.

4. Hard exudate, merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina.

Gambarannya khusus yaitu irregular, kekuning-kuningan. Pada

permulaan eksudat pungtata membesar dan bergabung. Eksudat

ini dapat muncul dan hilang dalam beberapa minggu. Pada

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

30

mulanya tampak pada gambaran angiografi fluorescein sebagai

kebocoran fluorescein di luar pembuluh darah. Kelainan ini

terutama terdiri atas bahan-bahan lipid dan terutama banyak

ditemukan pada keadaan hiperlipoproteinemia.

5. Soft exudate, yang sering disebut cotton wool patches merupakan

iskemia retina. Pada pemeriksaan oftalmoskopi akan terlihat

bercak berwarna kuning bersifat difus dan berwarna putih.

Biasanya terletak di bagian tepi daerah nonirigasi dan

dihubungkan dengan iskemia retina.

6. Pembuluh darah baru pada retina biasanya terletak di permukaan

jaringan. Neovaskularisasi terjadi akibat proliferasi sel endotel

pembuluh darah. Tampak sebagai pembuluh yang berkelok-kelok,

dalam kelompok-kelompok, dan bentuknya irregular. Hal ini

merupakan awal penyakit yang berat pada retinopati diabetes.

Mula-mula terletak di dalam jaringan retina, kemudian

berkembang ke daerah preretinal, ke badan kaca. Pecahnya

neovaskularisasi pada daerah-daerah ini dapat menimbulkan

perdarahan retina, perdarahan subhialoid (preretinal), maupun

perdarahn badan kaca. Proliferasi preretinal dari suatu

neovaskularisasi pada biasanya diikuti proliferasi jaringan ganglia

dan perdarahan.

7. Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama

daerah macula sehingga sangat mengganggu tajam penglihatan

pasien.

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

31

8. Hiperlipidemia suatu keadaan yang sangat jarang, tanda ini akan

segera hilang bila diberikan pengobatan.

2.2.5 Diagnosis dan Klasifikasi

Diagnosis retinopati diabetik didasarkan atas hasil pemeriksaan

funduskopi. Pemeriksaan dengan fundal fluorescein angiography

(FFA) merupakan metode pemeriksaan yang paling dipercaya.

Namun dalam klinik pemeriksaan dengan oftalmoskopi masih dapat

digunakan untuk pemeriksaan penyaring. Klasifikasi retinopati

diabetik umumnya didasarkan atas beratnya perubahan yang terjadi

pada mikrovaskular retina dan ada atau tidak adanya pembentukan

pembuluh darah yang baru. Early Treatment Diabetic Retinopathy

Research Study Group (ETDRS) membagi retinopati diabetik atas dua

stadium yaitu nonproliferatif (RDNP) hanya ditemukan perubahan

ringan pada mikrovaskular retina. Kelainan fundus pada RDNP dapat

berupa mikroaneurisma atau kelainan intraretinal yang disebut intra-

retinal microvascular abnormalities (IRMA). Penyumbatan kapiler

retina akan menimbulkan hambatan perfusi yang secara klinik

ditandai dengan perdarahan, kelainan vena dan IRMA. Iskemia retina

yang terjadi akibat hambatan perfusi akan merangsang proliferasi

pembuluh darah baru (neovaskular). Pembentukan pembuluh darah

baru merupakan tanda khas dari retinopati diabetik proliferatif (RDP).

(Pandelaki, 2014)

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

32

Klasifikasi retinopati diabetes menurut Bagian Mata Fskultas

Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit Dr. Cipto

Mangunkusumo adalah sebagai berikut :

1. Derajat I. terdapat mikroaneurisma dengan atau tanpa eksudat

lemak pada fundus okuli

2. Derajat II. Terdapat mikroaneurisma, perdarahan bitnik dan

bercak dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus okuli

3. Derajat III. Terdapat mikroaneurisma, perdarahan bitnik dan

bercak terdapat neovaskularisasi dan proliferasi pada fundus

okuli.

Jika gambaran fundus mata kiri tidak sama beratnya dengan mata

kanan maka digolongkan pada derajat yang lebih berat (Ilyas dan

Sidarta, 2017).

2.2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan baik dilakukan sebelum penyulit atau komplikasi

memberi kerusakan lebih lanjut, seperti pengobatan laser, suntukan

kortikosteroid atau anti-VEGF kedalam mata dan vitrektomi.

Pengobatan akan sangat berhasil untuk menghentikan penurunan

penglihatan. Pada penderita suntukan triamcinolone memberikan

perbaikan penglihatan terutama bila terdapat edema makula. Berikut

ini penatalaksanaan yang dapat diberikan kepada pasien retinopati

diabetik : 1) Laser : laser fotokoagulasi (dilakukan pada edema

makula); grid laser fotokoagulasi; panretinal fotokoagulasi (untuk

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

33

mengurangkan daerah iskemia 2) Intravitreal triamcinolone

acetonide : triamcinolone merupakan steroid long acting yang

berguna mengurangkan edema makula, penyulit dapat terjadi

endoftalmitis, katarak dan ablasi; intravitreal anti-VEGF;

Bevacizumab digabung bersama laser vitrektomi; vitrektomi

dilakukan bila terdapat darah dalam badan kaca (Ilyas, 2017).

Pemberian injeksi intravitreal steroid memiliki kekurangan yaitu

sering diikuti dengan komplikasi ocular seperti katarak, peningkatan

tekanan intraocular bahkan dapat mengakibatkan endoftalmitis

(Schwartz, Jr. dan Scott, 2014).

Laser fotokoagulasi saat ini masih menjadi terapi utama untuk RD

terutama tipe PDR atau clinically significant diabetic macular edema

(CSME). Tujuan penatalaksanaan ini adalah untuk mengatasi edema

makula, mencegah berkembangnya retinopati diabetik non proliferatif

menjadi proliferatif, mencegah terjadinya glaucoma neovascular serta

mencegah kebutaan. Diabetic Retinopathy Study (DRS) dan Early

Treatment Diabetes Retinopathy Study (ETDRS) membuat pedoman

tatalaksana laser uuntuk retinopati diabetik. Menurut studi yang

dilakukan oleh DRS, PRP dapat menurunkan angka severe visual loss

(SVL) sebesar 60% dalam 2 tahun, terutama pada pasien dengan PDR

dan yang memiliki karakteristik risiko tinggi (Park dan Roh, 2016)

Tindakan pembedahan vitrektomi diindikasikan pada kasus tractional

retinal detachment, perdarahan vitreus yang menetap, dan extensive

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

34

fibrous membranes. Prosedur vitrektomi ini juga dapat digunakan

untuk mengangkat premacular posterior hyaloid pada pasien dengan

edema makular difus persisten. Kekurangan dari tindakan ini adalah,

hasil keluaran visual setelahnya tidak dapat diprediksi dan dapat

terjadi beberapa komplikasi seperti katarak, perdarahan vitreus

rekuren, rhegmatogenous retinal detachment, dan glaukoma

neovaskular (Park dan Roh, 2016).

2.2.7 Komplikasi

Berikut ini adalah komplikasi yang dapat terjadi pada retinopati

diabetik: ( Augsburger dan Riordan-Eva, 2018)

1. Rubeosis iridis progresif. Penyakit ini merupakan komplikasi

segmen anterior paling sering. Neovaskularisasi pada iris

(rubeosis iridis) merupakan suatu respon terhadap adanya hipoksia

dan iskemia retina akibat berbagai penyakit, baik pada mata

maupun di luar mata yang paling sering adalah retinopati diabetik.

Neovaskularisasi iris pada awalnya terjadi pada tepi pupil sebagai

percabangan kecil, selanjutnya tumbuh dan membentuk

membrane fibrovaskular pada permukaan iris secara radial sampai

ke sudut, meluas dari akar iris melewati ciliary body dan sclera

spur mencapai jaring trabekula sehingga menghambat

pembuangan aquous dengan akibat intra ocular presure meningkat

dan keadaan sudut masih terbuka. Suatu saat membrane

fibrovaskular ini konstraksi menarik iris perifer sehingga terjadi

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

35

sinekia anterior perifer (PAS) sehingga sudut bilik mata depan

tertutup dan tekanan intra okuler meningkat sangat tinggi sehingga

timbul reaksi radang intra okuler. Sepertiga pasien dengan

rubeosis iridis terdapat pada penderita retinopati diabetika.

Frekuensi timbulnya rubeosis pada pasien retinopati diabetika

dipengaruhi oleh adanya tindakan bedah. Insiden terjadinya

rubeosis iridis dilaporkan sekitar 25-42% setelah tindakan

vitrektomi, sedangkan timbulnya glaukoma neovaskuler sekitar

10-23% yang terjadi 6 bulan pertama setelah dilakukan operasi.

2. Glaukoma neovaskular. Glaukoma neovaskuler adalah glaukoma

sudut tertutup sekunder yang terjadi akibat pertumbuhan jaringan

fibrovaskuler pada permukaan iris dan jaringan anyaman

trabekula yang menimbulkan gangguan aliran aquous dan dapat

meningkatkan tekanan intra okuler. Nama lain dari glaukoma

neovaskular ini adalah glaukoma hemoragik, glaukoma kongestif,

glaukoma trombotik dan glaukoma rubeotik. Etiologi biasanya

berhubugan dengan neovaskular pada iris (rubeosis iridis).

Neovaskularisasi pada iris (rubeosis iridis) merupakan suatu

respon terhadap adanya hipoksia dan iskemia retina akibat

berbagai penyakit, baik pada mata maupun di luar mata yang

paling sering adalah retinopati diabetik. Neovaskularisasi iris

pada awalnya terjadi pada tepi pupil sebagai percabangan kecil,

selanjutnya tumbuh dan membentuk membrane fibrovaskuler

pada permukaan iris secara radial sampai ke sudut, meluas dari

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

36

akar iris melewati ciliary body dan sclera spur mencapai jaring

trabekula sehingga menghambat pembuangan akuos dengan

akibat Intra Ocular Presure meningkat dan keadaan sudut masih

terbuka.

3. Perdarahan vitreus rekuren. Perdarahan vitreus sering terjadi pada

retinopati diabetik proliferatif. Perdarahan vitreus terjadi karena

terbentuknya neovaskularisasi pada retina hingga ke rongga

vitreus. Pembuluh darah baru yang tidak mempunyai struktur yang

kuat dan mudah rapuh sehingga mudah mengakibatkan

perdarahan.Perdarahan vitreus memberi gambaran perdarahan

pre-retina (sub-hyaloid) atau intragel.Perdarahan intragel

termasuk didalamnya adalah anterior, middle, posterior, atau

keseluruhan badan vitreous. Gejalanya adalah perkembangan

secara tiba-tiba dari floaters yang terjadi saat perdarahan vitreous

masih sedikit. Pada perdarahan badan kaca yang massif, pasien

biassanya mengeluh kehilangan penglihatan secara tiba-tiba.

Oftalmoskopi direk secara jauh akanmenampakkan bayangan

hitam yang berlawanan dengan sinar merah pada perdahan

vitreous yang masih sedikit dan tidak ada sinar merah jika

perdarahan vitreous sudah banyak. Oftalmoskopi direk dan

indirek menunjukkan adanya darah pada ruang vitreous.

Ultrasonografi Bscan membantu untuk mendiagnosa perdarahan

badan kaca.

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

37

4. Ablasio retina. Merupakan keadaan dimana terlepasnya lapisan

neurosensori retina dari lapisan pigmen epitelium. Ablasio retina

tidak menimbulkan nyeri, tetapi bisa menyebabkan gambaran

bentuk-bentuk ireguler yang melayang-layang atau kilatan cahaya,

serta menyebabkan penglihatan menjadi kabur.

2.3 Pemeriksaan Mata Diabetes

Annual Diabetic Eye Exams and Prompt Treatment atau pemeriksaan mata

tahunan, dipertimbangkan menjadi kunci strategis untuk mengontrol

kehilangan visus pada pasien diabetes. Deteksi dini dan intervensi retinopati

diabetik dapat mengurangi 90% kebutaan karena diabetes (Hatef et al., 2015).

Menurut ADA (2018b) menyarankan beberapa anjuran untuk skrining mata

pada pasien diabetes untuk mencegah terjadinya retinopati diabetik sebagai

berikut :

1. Orang dewasa dengan diabetes tipe 1 sebaiknya melakukan pemeriksaan

dilatasi mata inisial dan komprehensif ke oftalmologis atau spesialis mata

dalam 5 tahun setelah onset diabetes

2. Pasien dengan diabetes tipe 2 sebaiknya melakukan pemeriksaan dilatasi

mata inisial dan komprehensif ke oftalmologis atau spesialis mata pada

saat terdiagnosis diabetes

3. Jika tidak terdapat bukti retinopati diabetik saat pemeriksaan mata

tahunan dan gula darah terkontrol, lakukan pemeriksaan mata setiap 1-2

tahun. Jika terdapat tanda retinopati diabetik, pemeriksaan dilatasi retina

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

38

sebaiknya diulangi setiap setahun sekali (annually) ke oftalmologis atau

spesialis mata

4. Foto retina dapat dijadikan alat skrining, tetapi bukan merupakan

pemeriksaan mata komprehensif.

5. Wanita dengan diabetes tipe 1 atau tipe 2 yang merencanakan kehamilan

atau sedang hamil harus diedukasi tentang risiko perkembangan dan/atau

progresi dari retinopati diabetik

6. Pemeriksaan mata sebaiknya dilakukan sebelum kehamilan atau saat

trimester pertama pada wanita dengan diabetes tipe 1 atau tipe 2, dan

selanjutnya pasien harus dimonitor setiap trimester dan 1 tahun

postpartum sebagai indikasi dari derajat retinopati.

2.4 Kepatuhan

2.4.1 Pengertian

Ada beberapa macam terminologi yang biasa digunakan dalam

literatur untuk mendeskripsikan kepatuhan pasien diantaranya

compliance, adherence, dan persistence. Tingkat kepatuhan

(adherence) untuk pasien biasanya dilaporkan sebagai persentase dari

dosis resep obat yang benar-benar diambil oleh pasien selama periode

yang ditentukan (Osterberg & Blaschke dalam (Pratita, 2012)).

Menurut (Kozier et al., 2010) kepatuhan adalah perilaku individu

(misalnya: minum obat, mematuhi diet, atau melakukan perubahan

gaya hidup) sesuai anjuran terapi dan kesehatan. Tingkat kepatuhan

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

39

dapat dimulai dari tindak mengindahkan setiap aspek anjuran hingga

mematuhi rencana.

Di dalam konteks psikologi kesehatan, kepatuhan mengacu kepada

situasi ketika perilaku seorang individu sepadan dengan tindakan yang

dianjurkan atau nasehat yang diusulkan oleh seorang praktisi

kesehatan atau informasi yang diperoleh dari suatu sumber informasi

lainnya seperti nasehat yang diberikan dalam suatu brosur promosi

kesehatan melalui suatu kampanye media massa (Albery dan Munafo,

2011).

Kemudian Fiske (2013), mendefinisikan kepatuhan terhadap

pengobatan adalah perilaku yang menunjukkan sejauh mana individu

mengikuti anjuran yang berhubungan dengan kesehatan atau penyakit.

Dan Delameter (2006) mendefinisikan kepatuhan sebagai upaya

keterlibatan aktif, sadar dan kolaboratif dari pasien terhadap perilaku

yang mendukung kesembuhan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku

kepatuhan terhadap pengobatan adalah sejauh mana keterlibatan

seorang individu menunjukkan kesesuaian dengan peraturan atau

anjuran yang diberikan oleh professional kesehatan untuk menunjang

kesembuhannya.

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

40

Kepatuhan penderita dibedakan menjadi :

a. Kepatuhan penuh (total campliance) dimana penderita berobat

dan melakukan pemeriksaan secara teratur sesuai batas waktu

yang ditetapkan dan juga patuh memakai obat secara teratur sesuai

petunjuk.

b. Penderita yang sama sekali tidak patuh (non compliance) adalah

penderita yang tidak rutin melakukan pemeriksaan sesuai dengan

petunjuk yang telah ditetapkan (Adriono et al., 2011).

2.4.2 Faktor-faktor yang memengaruhi

Kepatuhan merupakan perilaku seseorang menjalankan peraturan atau

anjuran yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan teori

Health Belief Model (HBM) perubahan perilaku ini didasarkan oleh

teori kognitif (seperti keyakinan dan sikap) dan dikaitkan juga dengan

proses berpikir yang terlibat dalam mengambil suatu keputusan.

Faktor-faktor yang dinilai dalam teori HBM ini adalah subjektivitas

individu tentang kerentanan dirinya terhadap penyakit, tingkat

keseriusan penyakit, persepsi keuntungan dan kerugian individu

dalam menjalankan perilaku tersebut (Rosenstock dalam (Orji,

Vassileva dan Mandryk, 2012)). Salah satu bentuk kepatuhan yang

diharapkan pada penelitian ini adalah kepatuhan dalam pemeriksaan

mata.

Teori HBM telah digunakan untuk memprediksi perilaku kesehatan

dalam populasi besar secara luas. Tiga aspek besar yang dapat

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

41

diidentifikasi yaitu: 1) perilaku pencegahan, termasuk promosi

kesehatan (seperti diet, olahraga), dan risiko kesehatan (contoh risiko

merokok) termasuk juga vaksinasi dan kontrasepsi ; 2) perilaku sakit,

biasanya tentang kepatuhan terhadap anjuran regimen kesehatan ; dan

3) penggunaan klinis, termasuk kunjungan dokter (Abraham dan

Sheeran, 2015).

Faktor atau aspek dalam teori HBM yang memengaruhi perubahan

perilaku adalah sebagai berikut:

1) Perceived susceptibility, persepsi atau keyakinan individu tentang

kerentanan dirinya tehadap komplikasi dari suatu penyakit. Hal ini

mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir bahwa ia akan

mengembangkan masalah kesehatan yang terjadi berdasarkan

kondisi mereka. Semakin besar risiko yang dirasakan oleh individu

semakin besar kemungkinan individu tersebut untuk melakukan

perilaku kesehatan (Janz dan Becker, 1984 dalam (Orji, Vassileva

dan Mandryk, 2012)).

2) Perceived severity, persepsi atau keyakinan individu tentang

perasaan akan keseriusan penyakit yang dideritanya sekarang. Hal

ini berkaitan dengan tingkat keseriusan penyakit yang diderita

apakah individu tersebut akan mengembangkan masalah

kesehatannya atau membiarkan penyakitnya tak teratasi. Persepsi

keparahan ini didasari oleh informasi atau pengetahuan pengobatan

dari penyakit yang diderita atau mungkin kepercayaan orang

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

42

tersebut terhadap dampak apa yang akan terjadi pada kehidupannya

akibat penyakit tersebut (Janz dan Becker, 1984 dalam (Orji,

Vassileva dan Mandryk, 2012))..

3) Perceived benefit, persepsi atau keyakinan individu tentang

efektivitas atau manfaat yang dirasakan apabila melakukan

perilaku sehat. Individu akan cenderung untuk lebih patuh dalam

melakukan perilaku sehat ketika usaha tersebut akan menurunkan

risiko penyakit mereka (Janz dan Becker, 1984 dalam (Orji,

Vassileva dan Mandryk, 2012)).

4) Perceived barrier, persepsi atau keyakinan individu tentang aspek

negatif yang berpotensi menjadi hambatan untuk patuh

menjalankan perilaku sehat (Janz dan Becker, 1984 dalam (Orji,

Vassileva dan Mandryk, 2012)). Individu akan menimbang

efektivitas perilaku sehat terhadap hambatan yang mereka rasakan

seperti biaya yang mahal, berbahaya (misalnya efek samping, hasil

iatrogenik), tidak menyenangkan (misalnya sulit, menyakitkan,

mengecewakan), tidak nyaman, memakan waktu, dan sebagainya

(Rosenstock, 1960 dalam (Orji, Vassileva dan Mandryk, 2012)).

5) Cues to action, faktor yang berperan sebagai sinyal atau pemicu

dalam mengambil keputusan untuk patuh terhadap perilaku sehat.

Faktor ini dapat berasal dari internal (misalnya gejala klinis

penyakit) atau eksternal (komunikasi media massa, komunikasi

tenaga kesehatan, dukungan keluarga, dan sebagainya) (Janz dan

Becker, 1984 dalam (Orji, Vassileva dan Mandryk, 2012)).

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

43

6) Self-efficacy, kepercayaan diri seseorang akan kemampuannya

dalam melakukan sesuatu. Individu pada umumnya tidak akan

melakukan sesuatu yang baru kecuali merasa mampu untuk

melakukannya (Rosenstock, 1960 dalam (Orji, Vassileva dan

Mandryk, 2012)).

Persepsi hambatan merupakan dimensi teori HBM yang paling kuat,

untuk persepsi kerentanan merupakan kontributor yang kuat dalam

memahami perilaku pencegahan, sedangkan persepsi manfaat baik

untuk memahami perilaku sakit. Persepsi keseriusan memiliki rasio

signifikansi yang paling rendah, tetapi berhubungan kuat dengan

perilaku sakit (Janz dan Becker dalam (Orji, Vassileva dan Mandryk,

2012)).

Hasil telaah sistematik yang dilakukan I Gede Made Saskara Edi tahun

2015 tentang faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan pasien

dalam menggunakan obat adalah sebagai berikut : (Edi, 2014)

1) Sosio Demografi

Faktor sosio demografi yang memengaruhi kepatuhan pasien

dalam penggunaan obat atau terapi antara lain umur, jenis

kelamin, suku atau ras dan budaya. Semakin dewasa usia

seseorang semakin tinggi tingkat kepatuhan dalam pengobatan,

jenis kelamin laki-laki lebi patuh minum obat daripada perempuan

dan semakin meningkat kesesuai suku/ras dan bahasa, kepatuhan

pada pengobatan semakin meningkat. Status perkawinan juga

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

44

memengaruhi kepatuhan, dimana pasien dengan status kawin akan

lebih patuh dibanding status tidak kawin. Juga diketahui

kepatuhan minum obat dipengaruhi oleh budaya, kondisi ekonomi

dan geografis dari negara tersebut.

2) Sosio Ekonomi

Faktor sosio ekonomi yang dapat memengaruhi kepatuhan pasien

terhadap pengobatan antara lain pendapatan, budaya, kondisi

ekonomi serta geografis. Rendahnya pendapatan dan adanya

kendala keuangan sebagai penyebab ketidakpatuhan pada

pengobatan. Telaah sistematik yang dilakukan oleh Peltzer et al.,

tahun 2013 mendapatkan hasil bahwa ada perbedaan kepatuhan

dalam penggunaan obat pada pasien di negara yang berpendapatan

rendah dengan negara yang berpendapatan menengah meskipun

tidak diketahui hubungannya.

3) Karakteristik Pasien

Faktor karakteristik pasien yang memengaruhi kepatuhan antara

lain keyakinan kesehatan, kedisiplinan, dan kesadaran.

Keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan tentang

pengobatan akan meningkatkan kepatuhan pada pengobatan.

Persepsi pasien terhadap keparahan penyakit akan berpengaruh

pada kepatuhan. Perbaikan klinis, dan hilangnya gejala sakit atau

merasa seolah-olah sudah sembuh akan menurunkan kepatuhan

pengobatan.

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

45

4) Psiko-sosial

Faktor psiko-sosial yang memengaruhi kepatuhan pengobatan

antara lain kondisi kejiwaan/depresi, kepribadian yang rendah dan

sikap pesimis, wawasan yang sempit, dan malas akan menurunkan

kepatuhan pada pengobatan. Sedangkan faktor yang dapat

meningkatkan kepatuhan antara lain, sikap optimis, mimiliki

harapan, wawasan yang luas, kemampuan mengendalikan diri

dalam menghadapi penyakit dan dalam melakukan terapi.

5) Karakteristik obat

Faktor karakteristik obat yang memengaruhi kepatuhan pada

pengobatan yaitu antara lain regimen obat, lama terapi, jenis obat,

harga obat, efek samping obat, kejadian yang tidak diinginkan dari

obat. Karakteristik penyakit kronis, stadium lanjut dari penyakit

(HIV), akan menurunkan kepatuhan pada pengobatan, sedangkan

rasa nyeri yang lama akan meningkatkan kepatuhan.

6) Karakteristik Fasilitas dan Petugas Kesehatan.

Kemudahan dalam mengakses fasilitas pelayanan kesehatan,

ketanggapan petugas, sikap empati, dan kemampuan petugas

kesehatan untuk menghormati kekhawatiran pasien akan

meningkatkan kepatuhan pengobatan.

7) Komunikasi

Komunikasi yang lebih baik dapat menimbulkan kepatuhan yang

lebih baik, kesamaan bahasa antara pasien dan dokter berpengaruh

kepada kepatuhan pengobatan. Frekuensi, durasi, kualitas dan

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

46

kemampuan dokter atau tenaga kesehatan dalam memberikan

informasi yang tepat akan meningkatkan kepatuhan pasien pada

pengobatan menurut Kardas et al., 2013.

8) Modal Sosial

Modal Sosial yang memengaruhi kepatuhan terhadap pengobatan

antara lain dukungan sosial, penyediaan edukasi, program

konseling. Semakin baik komunikasi, penyediaan layanan

konseling dan edukasi serta dukungan sosial menyebabkan

peningkatan pada outcome terapi pasien. Keluarga yang harmonis,

dukungan keluarga dalam hal penyandang dana dan dalam

melaksanakan pengobatan, memiliki orang tua atau orang dewasa

sebagai pengasuh utama dalam keluarga merupakan faktor

pendukung terhadap kepatuhan pengobatan menurut Kardas et al.,

2013. Stigma negatif dari teman di lingkungan sekolah, tempat

kerja, dan keluarga menyebabkan penurunan terhadap kepatuhan

pengobatan. Adanya jaminan dari asuransi kesehatan yang akan

meng “cover” biaya pengobatan akan meningkatkan kepatuhan

pada pengobatan.

9) Intervensi

Telaah sistematik yang dilakukan oleh Hu et al., tahun 2014

mendapatkan hasil bahwa beberapa intervensi seperti

motivasional, interviewing, reminder device, one-time

educational session dapat meningkatkan kepatuhan pengobatan.

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

47

Hatef et al. 2015 menyimpulkan beberapa penelitian tentang faktor

yang memengaruhi tingkat kepatuhan pasien dalam pemeriksaan mata

yaitu :

1) Usia tua

2) Status sosio-ekonomi yang rendah

3) Tingkat pendidikan yang rendah

4) Tinggal di daerah pedesaan

5) Kekurangan spesialis mata

6) Kekurangan asuransi kesehatan, dan

7) Mendapatkan perawatan dari keluarga yang seorang dokter.

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

48

2.5 Kerangka Teori

Gambar 1. Kerangka Teori (Orji, Vassileva dan Mandryk, 2012; Pandelaki, 2014)

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

49

2.6 Kerangka Konsep

Gambar 2. Kerangka Konsep

2.7 Hipotesis

2.7.1 Hipotesis Nol (Ho)

Tidak terdapat hubungan antara persepsi kerentanan, persepsi

keseriusan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, efikasi diri dan

petunjuk untuk berperilaku dengan tingkat kepatuhan pemeriksaan

mata pada pasien retinopati diabetik yang telah diskrining di

Puskesmas Kedaton.

Kepatuhan melakukan

pemeriksaan mata

Persepsi kerentanan

Persepsi keseriusan

Petunjuk untuk

berperilaku

Persepsi hambatan

Persepsi manfaat

Efikasi diri

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

50

2.7.2 Hipotesis Kerja (H1)

1. Ada hubungan antara persepsi kerentanan dengan tingkat

kepatuhan pemeriksaan mata pada pasien retinopati diabetik yang

telah diskrining di Puskesmas Kedaton.

2. Ada hubungan antara persepsi keseriusan dengan tingkat

kepatuhan pemeriksaan mata pada pasien retinopati diabetik yang

telah diskrining di Puskesmas Kedaton.

3. Ada hubungan antara persepsi manfaat dengan tingkat kepatuhan

pemeriksaan mata pada pasien retinopati diabetik yang telah

diskrining di Puskesmas Kedaton.

4. Ada hubungan antara persepsi hambatan dengan tingkat

kepatuhan pemeriksaan mata pada pasien retinopati diabetik yang

telah diskrining di Puskesmas Kedaton.

5. Ada hubungan antara efikasi diri dengan tingkat kepatuhan

pemeriksaan mata pada pasien retinopati diabetik yang telah

diskrining di Puskesmas Kedaton.

6. Ada hubungan antara petunjuk untuk berperilaku dengan tingkat

kepatuhan pemeriksaan mata pada pasien retinopati diabetik yang

telah diskrining di Puskesmas Kedaton.

7. Faktor yang paling memengaruhi tingkat kepatuhan pemeriksaan

mata pada pasien retinopati diabetik yang telah diskrining di

Puskesmas Kedaton.

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross

sectional. Dalam penelitian cross sectional, variabel sebab atau risiko dan

akibat kasus yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan

secara simultan dalam waktu bersamaan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober ‒ Desember 2019.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh objek penelitian atau objek yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi umum dalam penelitian ini adalah

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

52

pasien DM tipe 2 yang telah diskrining oleh dokter spesialis mata di

Puskesmas Kedaton kota Bandarlampung.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampling atau teknik pengambilan sampel adalah proses penyeleksian

jumlah dari populasi untuk mewakili populasi tersebut. Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling.

Sampel penelitian dalam penelitian ini adalah pasien DM yang telah

diskrining oleh dokter spesialis mata pada penelitian Hubungan kadar

HbA1c dengan Angka Kejadian Retinopati Diabetik pada Pasien

Diabetes Melitus Tipe 2 yang Mengikuti Prolanis di Puskesmas

Kedaton kota Bandarlampung bulan Oktober – November 2016

sebanyak 40 orang. Total sampling merupakan teknik pengambilan

sampel dimana jumlah populasi sama dengan jumlah sampel. Teknik

total sampling dipilih karena jumlah populasi kurang dari 100,

sehingga semua populasi dijadikan sampel (Sugiyono, 2011).

3.3.3 Kriteria Sampel

Kriteria Inklusi

1. Pasien DM yang telah diskrining oleh dokter spesialis mata pada

penelitian Hubungan kadar HbA1c dengan Angka Kejadian

Retinopati Diabetik pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang

Mengikuti Prolanis di Puskesmas Kedaton kota Bandarlampung

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

53

bulan Oktober – November 2016 yang bersedia untuk menjadi

sampel penelitian.

Kriteria Eklusi

1. Pasien pindah ke luar kota

2. Pasien telah meninggal dunia

3.4 Identifikasi Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Variabel bebas (independent variable) adalah persepsi kerentanan,

persepsi keseriusan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, efikasi diri, dan

petunjuk untuk berperilaku.

b. Variable terikat (dependent variable) adalah kepatuhan pemeriksaan

mata.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari jurnal

(Sheppler et al., 2018) yaitu Compliance with Annual Diabetic Eye Exams

Survey (CADEES). Kuesioner telah dilakukan modifikasi dan sudah

dilakukan uji validitas dan reliabilitas kepada 28 responden dengan

karakteristik yang hampir sama dengan populasi penelitian. Uji validitas

dan reliabilitas dilakukan dengan mengguakan software statistik.

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

54

Uji validitas dilakukan dengan cara mengukur korelasi antara masing-

masing skor butir jawaban dengan skor total dan butir jawaban.

Perhitungan dilakukan menggunakan rumus korelasi pearson product

moment (r). Data dinyatakan valid apabila r hitung lebih besar daripada r

tabel dan sebaliknya. Dari hasil uji validitas 19 butir pertanyaan

dinyatakan valid dengan karena r hitung > r tabel di setiap butir, hasil

validitas dapat dilihat pada Lampiran 4.

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan nilai alpha cronbach.

Kuesioner dinyatakan reliabel apabila nilai alfa > 0,6. Kuesioner ini dapat

dinyatakan reliabel karena memiliki nilai alfa 0,740.

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

55

3.6 Prosedur Penelitian

Gambar 3. Prosedur Penelitian

3.7 Pengumpulan Data

Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti langsung dari

subjek penelitian. Data primer diperoleh dengan cara membagikan kuesioner

kepada responden sesuai sampel penelitian yang hadir pada saat penelitian

berlangsung dan bersedia menjadi responden, sedangkan data sekunder

berupa rekam medis yang didapat dari Puskesmas Kedaton.

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

56

3.8 Definisi Operasional

Tabel 1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala

Ukur

Persepsi

kerentanan

Persepsi individu

tentang kerentanan

dirinya tehadap

komplikasi dari suatu

penyakit (Janz dan

Becker, 1984 dalam

(Orji, Vassileva dan

Mandryk, 2012)).

Kuesioner Rendah (1-2);

Sedang (3);

Tinggi (4-5)

Kategorik

(Ordinal)

Persepsi

keseriusan

Persepsi individu

tentang perasaan akan

keseriusan penyakit

yang dideritanya

sekarang (Janz dan

Becker, 1984 dalam

(Orji, Vassileva dan

Mandryk, 2012)).

Kuesioner Rendah (3-6);

Sedang (7-11);

Tinggi (12-15)

Kategorik

(Ordinal)

Persepsi

manfaat

Persepsi individu

tentang efektivitas

atau manfaat yang

dirasakan apabila

melakukan perilaku

sehat (Janz dan

Becker, 1984 dalam

(Orji, Vassileva dan

Mandryk, 2012)).

Kuesioner Rendah (5-10);

Sedang (11-19);

Tinggi (20-25)

Kategorik

(Ordinal)

Persepsi

hambatan

Persepsi individu

tentang aspek negatif

yang berpotensi

menjadi hambatan

untuk patuh

menjalankan perilaku

sehat (Janz dan

Becker, 1984 dalam

(Orji, Vassileva dan

Mandryk, 2012)).

Kuesioner Rendah (4-8);

Sedang (9-15);

Tinggi (16-20)

Kategorik

(Ordinal)

Efikasi diri Kepercayaan diri

seseorang akan

kemampuannya

dalam melakukan

sesuatu (Rosenstock,

1960 dalam (Orji,

Vassileva dad

Mandryk, 2012)).

Kuesioner Rendah (5-10);

Sedang (11-19);

Tinggi (20-25)

Kategorik

(Ordinal)

Petunjuk

untuk

berperilaku

Sinyal atau pemicu

dalam mengambil

keputusan untuk

patuh terhadap

perilaku sehat (Janz

dan Becker, 1984

dalam (Orji,

Kuesioner Rendah (1-2);

Sedang (3);

Tinggi (4-5)

Kategorik

(Ordinal)

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

57

Vassileva dan

Mandryk, 2012)).

Kepatuhan Kesadaran pasien

terhadap kepatuhan

pemeriksaan mata

khususnya penderita

diabetes melitus.

Kuesioner 1. Patuh (pernah

melakukan

pemeriksaan mata

setelah diskrining)

2. Tidak patuh

(tidak pernah

melakukan

pemeriksaan mata

setelah diskrining)

Nominal

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

3.9.1 Pengolahan Data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data diubah dalam

bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan program

statistik. Proses pengolahan data menggunakan program komputer

dari beberapa langkah :

1. Editing data, pada tahap ini dilakukan pembersihan data yang

telah masuk seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian,

konsisten setiap jawaban dari kuesioner

2. Koding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang

dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk

keperluan analisis

3. Data entry, memasukkan data-data penelitian kedalam komputer

4. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap

data yang telah dimasukkan kedalam komputer

5. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer

kemudian dicetak.

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

58

3.9.2 Analisis Data

a. Analisis univariat

Analisis univariat pada penelitian ini adalah memperoleh

gambaran variabel-variabel yang dianalisis untuk mengetahui

gambaran distribusi frekuensi dan presentase untuk persepsi

kerentanan, persepsi keseriusan, persepsi manfaat, persepsi

hambatan, efikasi diri, dan petunjuk untuk berperilaku.

b. Analisis bivariat

Analisis bivariat pada penelitian ini untuk mengetahui hubungan

antara masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat

dengan menggunakan uji Chi square. Pada uji chi-square akn

diperoleh nilai P, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat

kemaknaan sebesar 0,05. Hubungan antara kedua variabel

dikatakan bermakna apabila nilai p <0,05 dan tidak terdapat

hubungan bermakna apabila nilai p ≥0,05. Uji chi-square tidak

memenuhi syarat parametrik ketika nilai expected count >20%,

maka analisis data dilakukan dengan menggunakan uji alternatif

Fisher exact.

c. Analisis multivariat

Analisis multivariat pada penelitian ini adalah untuk mengetahui

variabel apa yang paling memengaruhi kepatuhan pemeriksaan

mata dan mengetahui ada atau tidaknya keterkaitan antar variabel.

Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistik model

prediksi, dengan tingkat kepercayaan 95% dan menggunakan

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

59

metode menentukan odds ratio variabel kategorik polikontom

dengan salah satu kategori menjadi pembanding dengan

menggunakan chi-square.

3.10 Etika Penelitian

Penelitian ini telah diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan nomor surat

3881/UN26.18/PP.05.02.00/2019. Surat ini merupakan kelayakan etik yang

digunakan untuk melakukan penelitian.

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor yang memengaruhi tingkat

kepatuhan pemeriksaan mata di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung maka

dapat disimpulkan bahwa :

1. Terdapat hubungan bermakna antara faktor persepsi manfaat, persepsi

hambatan, dan efikasi diri dengan tingkat kepatuhan pemeriksaan mata

pada pasien DM yang telah menjalani skrining retinopati diabetik di

Puskesmas Kedaton Bandar Lampung Tahun 2019.

2. Responden yang telah diskrining yang patuh terhadap pemeriksaan mata

sebanyak 20 (58,8%) lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak

patuh sebanyak 14 (41,2%).

3. Responden yang memiliki persepsi kerentanan rendah sebanyak 14

(41,2%) responden, sedang 0 (0%) responden, sedangkan tinggi

sebanyak 20 (58,8%) responden.

4. Responden dengan persepsi keseriusan tinggi sebanyak 22 (64,7)

responden lebih tinggi dibandingkan yang memiliki persepsi keseriusan

rendah-sedang yaitu sebanyak 12 (35,3%).

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

89

5. Responden yang memilki persepsi manfaat tinggi lebih banyak yaitu

sebanyak 19 (55,9%) dibandingkan dengan yang memiliki persepsi

manfaat sedang yaitu sebanyak 15 (44,1) responden.

6. Responden dengan persepsi hambatan rendah lebih banyak yaitu

sebanyak 23 (67,6%) responden dibandingkan yang persepsi

hambatannya sedang-tinggi yaitu sebanyak 11 (32,4%).

7. Responden dengan efikasi diri tinggi lebih banyak yaitu sebanyak 24

(70,6%) dibandingkan responden dengan efikasi diri sedang yaitu

sebanyak 10 (29,4%).

8. Responden dengan petunjuk untuk berperilaku tinggi lebih banyak yaitu

sebanyak 29 (85,3%) responden dibandingkan dengan responden dengan

petunjuk untuk berperilaku rendah-sedang yaitu sebanyak 5 (14,7%)

responden.

9. Hasil penelitian menunjukkan faktor yang paling memengaruhi

kepatuhan pemeriksaan mata pada pasien DM yang telah menjalani

skrining retinopati diabetik di Puskesmas Kedaton Bandar Lampung

adalah efikasi diri dimana pasien dengan efikasi diri tinggi memiliki

peluang 76 kali lebih patuh pemeriksaan mata dibandingkan dengan

efikasi diri sedang. Probabilitas terjadinya kepatuhan pemeriksaan mata

pada pasien dengan persepsi manfaat tinggi dan efikasi diri tinggi adalah

20%.

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

90

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, peneliti memberikan saran antara

lain :

1. Bagi masyarakat terutama penderita DM tipe 2 untuk meningkatkan

kesadaran akan pentingnya pemeriksaan mata tahunan untuk mencegah

terjadinya komplikasi retinopati diabetik.

2. Bagi Puskesmas Kedaton peneliti menyarankan agar melakukan follow

up pemeriksaan mata setiap tahun pada pasien DM untuk mencegah

adanya komplikasi retinopati diabetik dan melakukan sosialisasi tentang

pemeriksaan mata diabetik annual untuk meningkatkan persepsi manfaat

dan efikasi diri kepada pasien DM terutama tipe 2 untuk meningkatkan

kepatuhan pemeriksaan mata pada pasien DM.

3. Peneliti menyarankan apabila ingin melakukakan penelitian serupa maka

dapat dilakukan dengan melihat faktor-faktor lain yang belum dinilai

dalam penelitian ini atau membuat alat ukur yang mencakup lebih banyak

alasan yang memengaruhi kepatuhan pemeriksaan mata dan dengan

jumlah sampel yang lebih besar agar lebih meminimalisir bias.

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham C, Sheeran, P. 2015. The health belief model. Dalam: Conner M, Norman

P, penyunting. Predicting health behaviour: research and practice with social

cognition models. Edisi ke-2. Maidenhead: Open University Press. : 28-80.

Adejoh SO. 2014. Diabetes knowledge, health belief, and diabetes management

among the Igala, Nigeria. SAGE Open. 4(2):1-8

Alatawi YM, Kavookjian J, Ekong G, Alrayees MM. 2015. The association

between health beliefs and medication adherence among patients with type 2

diabetes. Research in Social and Administrative Pharmacy.:1–12.

Adriono G, Wang D, Octavianus C, Congdon N. 2011. Use of eye care services

among diabetic patients in urban Indonesia. Arch Ophthalmol. 129(10):930–5.

Albery IP, Munafo M. 2011. Psikologi kesehatan panduan lengkap dan

komprehensif bagi studi psikologi kesehatan. Yogyakarta: Palmall.

Amelia F dan Sartika RAD. 2015. Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kepatuhan diet DASHI pada penderita hipertensi usia 30-65 tahun di Puskesmas

Bojonggede kabupaten Bogor tahun 2015 [skripsi]. Jakarta : Universitas Indonesia.

ADA. 2018. Classification and diagnosis of diabetes classification. Diabetes Care.

41(Suppl. 1):S13–S27

ADA. 2018. Microvascular complications and foot care. Diabetes Care;41(Suppl.

1):S105–S118.

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

92

Arisandi, R. 2017. Hubungan kadar HbA1C dengan angka kejadian retinopati

diabetik pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang mengikuti Prolanis di puskesmas

kedaton kota bandar lampung [skripsi]. Bandar Lampung : Universitas Lampung.

Augsburger JJ, Riordan-Eva P. 2018. Vaughan & Asbury’s : general

ophthalmology. New York : Mc Graw Hill Education.

Chairunisa C, Arifin S, Rosida L. 2019. Faktor-faktor yang berhubungan dengan

perilaku kepatuhan minum obat anti diabetes pada penderita diabetes melitus tipe

2. Homeostasis. 2(1):33–42.

Corwin EJ. 2009. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC.

DeFronzo RA, Eldor R, Abdul-Ghani M. 2013. Pathophysiologic approach to

therapy. Diabetes Care 2013. 36(Suppl. 2)

Edi IGMS. 2014. Faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan pasien pada

pengobatan. Medicamento. 1(1), pp. 1–8.

Ellish NJ, Royak-Schaler R, Passmore SR, Higginbotham EJ. 2007. Knowledge,

attitudes, and beliefs about dilated eye examinations among African-Americans.

Investigative Ophthalmology and Visual Science. 48(5):1989–94.

Fiske ST, Taylor SE. 2013. Social cognition: from brains to culture. SAGE

Publications Ltd

Hasbi M. 2012. Analisis faktor yang berhubungan dengan kepatuhan penderita

diabetes melitus dalam melakukan olahraga di wilayah kerja puskesmas praya

lombok tengah [tesis]. Jakarta : Universitas Indonesia.

Hastono SP. 2006. Analisis data pada bidang kesehatan. Jakarta: Fakultas

Kesehatan Maasyarakat UI.

Hatef E, Vanderver BG, Fagan P, Albert M, Alexander M. 2015. Annual diabetic

eye examinations in a managed care medicaid population. Am J Manag Care.

21(5):e297-e302.

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

93

Ilyas SRY, Sidarta. 2017. Ilmu penyakit mata. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Karimy M, Araban M, Zareban I, Taher M, Abedi A. 2016. Determinants of

adherence to self-care behavior among women with type 2 diabetes: An explanation

based on health belief model. Medical Journal of the Islamic Republic of Iran.

30(1):1–8

KEMENKES. 2013. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.

KEMENKES RI. 2014. Infodatin Situasi dan Analisis Diabetes. Jakarta: Pusat Data

dan Informasi Kemenkes RI. hal. 1–7

Kozier, Erb, Berman, Snyder. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan : konsep,

proses & praktik. Jakarta: EGC.

Lee R, Wong TY, Sabanayagam C. 2015. Epidemiology of diabetic retinopathy,

diabetic macular edema and related vision loss. Eye and Vision. 2:17.

National Institutes of Health. 2012. Theory at a glance a guide For health promotion

practice (paperback). Create Space Independent Publishing Platform.

Murchison AP, Hark L, Pizzi LT, Dai Y, Mayro EL, Storey PP, et al. 2017. Non-

adherence to eye care in people with diabetes. BMJ Open Diab Res Care. 5:1-10

NIDDK. 2014. Symptoms and causes of diabetes. NIH Publication. [diakses

tanggal 30 Agustus 2019]. Tersedia dari:

https://www.niddk.nih.gov/healthinformation/diabetes/overview/symptoms-

causes

Notoatmodjo S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan II. Jakarta: Rineka Cipta.

Orji R, Vassileva J, Mandryk R. 2012. Towards an effective health interventions

design : an extension of the health belief model. Online Journal of Public Health

Informatics. 4(3):1-31.

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

94

Pandelaki K. 2014. Retinopati Diabetik. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW,

Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit

dalam. Edisi ke-6. Jakarta: Interna Publishing.

Park, YG dan Roh Y .2016. New diagnostic and therapeutic approaches for

preventing the progression of diabetic retinopathy. Journal of Diabetes Research.

2016: 1–9.

Paz SH, Varma R, Klein R, Wu J, Azen SP. 2006. Noncompliance with vision care

guidelines in latinos with type 2 diabetes mellitus. Ophthalmology. 113:1372–1377.

PERKENI. 2015. Pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe 2 di Indonesia

2015. Jakarta: PB PERKENI

Pratita ND. 2012. Hubungan dukungan pasangan dan health locus of control dengan

kepatuhan dalam menjalani proses pengobatan pada penderita diabetes melitus tipe

2. Jurnal Calyptra. 1(1).

Pratiwi LA. 2018. Hubungan pengetahuan pasien mengenai penyakit retinopati

diabetik dan informasi oleh tenaga kesehatan serta biaya kesehatan pada pasien

diabetes melitus terhadap kepatuhan pemeriksaan mata di pusekesmas kedaton

[skripsi]. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Price SA, Wilson LM. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit.

Jakarta: EGC.

Punthakee Z, Goldenberg R, Katz P. 2018. Definition, classification and diagnosis

of diabetes, prediabetes and metabolic syndrome. Can J Diabetes. 42:S10–S15.

Purnamasari D. 2014. Diagnosis dan klasifikasi diabetes melitus. Dalam: Setiati S,

Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, penyunting. Buku

ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ke-6. Jakarta: Interna Publishing.

Raingruber B. 2013. Contemporary health promotion in nursing practice. Jones &

Barlett Learning.

RISKESDAS. 2008. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan departemen

kesehatan, Republik Indonesia

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN ...digilib.unila.ac.id/60625/3/3. SKRIPSI FULL TANPA... · Kel. TB. Purba yang selalu mendoakan dan mendukung penulis selama perkuliahan.

95

RISKESDAS. 2013. Riskesdas dalam angka provinsi lampung 2013. Bandar

Lampung: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.

Schoenfeld ER, Greene JM, Wu SY, Leske MC. 2001. Patterns of adherence to

diabetes vision care guidelines: Baseline findings from the diabetic retinopathy

awareness program. Ophthalmology. 108(3):563–71.

Schwartz SG, Jr. HWF, Scott IU. 2014. Intravitreal corticosteroids in the

management of diabetic macular edema. Curr Ophthalmol Rep. 1(3): 1–10

Setiyaningsih R, Tamtomo D, Suryani N. 2016. Health belief model:

determinantsof hypertension prevention behavior in adults at community health

center, Sukoharjo, Central Java. Journal of Health Promotion and Behavior.

1(3):161–71.

Sheppler CR, Lambert WE, Gardiner SK, Becker TM, Mansberger SL. 2018.

Predicting adherence with diabetic eye exams: development of the compliance with

annual diabetic eye exams survey. Ophthalmology. 121(6):1212–1219.

Smeltzer SC, Bare BG. 2010. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Afabeta

Tandra H. 2008. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang diabetes. Jakarta:

PT Gramedia Pustaka Utama.

Tarigan TJE. 2014. Ketoasidosis diabetik. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW,

Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit

dalam. Edisi ke-6. Jakarta: Interna Publishing.

WHO. 2016. Definition and diagnosis of diabetes mellitus and intermediate

hyperglicemia. Geneva : World Health Organization