FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang...

44
FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI NARAPIDANA MENJADI RESIDIVIS OLEH TITIS UMMAMI PUTRI 802014199 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA FAKULTAS PSIKOLOGI SALATIGA 2018

Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang...

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI

NARAPIDANA MENJADI RESIDIVIS

OLEH

TITIS UMMAMI PUTRI

802014199

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari

Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

FAKULTAS PSIKOLOGI

SALATIGA

2018

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

ii

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

iii

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang

bertandatangan dibawah ini:

Nama : Titis Ummami Putri

Nim : 80 2014 199

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Univesitas Kristen Satya Wacana

Jenis Karya : Tugas Akhir

Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

UKSW hak bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royalty free right) atas

karya ilmiah saya yang berjudul:

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI NARAPIDANA

MENJADI RESIDIVIS

Dengan hak bebas royalty non-exclusive ini, UKSW berhak menyimpan

mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data,

merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis/pencipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Salatiga

Pada Tanggal : 21 Agustus 2018

Yang menyatakan,

Titis Ummami Putri

Mengetahui,

Pembimbing

Krismi Diah Ambarwati, M.Psi., Psikolog

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR

Yang bertanda tangan ini:

Nama : Titis Ummami Putri

Nim : 80 2014 199

Program Studi : Psikologi

Fakultas : Psikologi, Univesitas Kristen Satya Wacana

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul:

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI NARAPIDANA

MENJADI RESIDIVIS

Yang dibimbing oleh:

Krismi Diah Ambarwati, M.Psi., Psikolog

Adalah benar-benar hasil karya saya.

Di salam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan

atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam

bentuk rangkaian kalimat atau gambar serta simbol yang saya akui seolah-olah

sebagai karya sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber

aslinya.

Salatiga, 21 Agustus 2018

Yang memberi pernyataan,

Titis Ummami Putri

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

LEMBAR PENGESAHAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI NARAPIDANA

MENJADI RESIDIVIS

Oleh

Titis Ummami Putri

802014199

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Disetujui Pada Tanggal : 21 Agustus 2018

Oleh:

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

Pembimbing

Krismi Diah Ambarwati, M.Psi., Psikolog

Diketahui oleh,

Kaprogdi

Ratriana Y.E.Kusumiati, M.Si.,Psi.

Disahkan oleh,

Dekan

Berta Esti Ari P, S.Psi., MA.

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI

NARAPIDANA MENJADI RESIDIVIS

Titis Ummami Putri

Krismi Diah Ambarwati

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

i

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor penyebab narapidana

menjadi seorang residivis di Rutan Klas II B Salatiga. Penelitian menggunakan

metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis, penggunaan metode ini

dengan alasan bahwa fokus dalam penelitian ini adalah pada faktor yang

melatarbelakangi narapidana menjadi seorang narapidana residivis. Sementara

pendekatan fenomenologi bertujuan untuk menggambarkan makna dari

pengalaman hidup yang dialami oleh beberapa individu, tentang konsep atau

fenomena tertentu, dengan mengeksplorasi struktur kesadaran manusia. Partisipan

penelitian ini adalah tiga orang residivis umum berusia 23-27 tahun dengan kasus

yang berbeda-beda. Hasil penelitian menunjukan berbagai faktor yang

melatarbelakangi para partisipan menjadi seorang narapidana residivis, faktor

tersebut terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi:

Kecanduan, mentalitas instan dan konsep diri. Faktor eksternal yang

melatarbelakangi para residivis meliputi: Lingkungan masyarakat, pengangguran,

hubungan antar keluarga dan pengaruh teman sebaya. Tak hanya itu ada pun

dampak psikologis yang mempengaruhi para partisipan, yaitu lost of personal

communication, lost of personality dan lost of security.

Kata kunci: Faktor yang melatarbelakangi, Narapidana, Residivis

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

ii

ABSTRACT

This study aims to describe the factors causing prisoners to become a recidivist in

Salatiga Class II B Detention Center. The study used qualitative methods with a

phenomenological approach, that focused on the factors behind prisoners to

become recidivist. While the phenomenology approach aims to describe the

meaning of life experienced by some individuals, by exploring the structure of

human consciousness. The participants of this study were three general recidivists

aged 23-27 years with different cases. The results of the study showed that various

factors underlying the participants to become recidivist, these factors consisted of

internal and external factors. Internal factors include: Addictions, instant

mentality and self-concept. External factors behind the recidivism include:

Community environment, unemployment, family relationships and peer influence.

There one also psychological impacts that affect the participants, namely lost of

personal communication, lost of personality and lose of security.

Keywords: Factors, Prisoners, Recidivism

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

1

PENDAHULUAN

Tindak kejahatan atau kriminal merupakan gejala sosial yang senantiasa

dihadapi oleh masyarakat. Masalah kejahatan tidak bisa lepas dari kehidupan

mereka, baik kota maupun yang tinggal di desa. Semua merasakan dampak dari

kejahatan, baik dari korban kejahatan itu sendiri atau orang yang hanya

menyaksikannya di media massa. Tindak kejahatan menurut ahli kriminologi

adalah suatu perbuatan sengaja atau perilaku seseorang dalam melanggar hukum

pidana (hukum yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan yuris-

prudensi), dilakukan bukan untuk pembelaan diri atau pembenaran, dan

ditetapkan oleh negara sebagai kejahatan serius (felony) atau kejahatan ringan

(misdemeanor) (Hagan, 2013).

Kejahatan menurut Bemmelen (dalam Muliadi, 2012) merupakan suatu

tindakan anti sosial yang menimbulkan kerugian, ketidakpatutan dalam

masyarakat, sehingga dalam masyarakat terdapat kegelisahan. Pendapat lain dari

definisi kejahatan adalah perbuatan pelanggaran norma hukum yang ditafsirkan

atau patut ditafsirkan masyarakat sebagai perbuatan yang merugikan,

menjengkelkan sehingga tidak boleh dibiarkan (Moelino, dalam Muliadi 2012).

Kejahatan adalah crime dan criminal dapat diartikan sebagai perbuatan jahat,

maka tindak kriminal diartikan sebagai perbuatan kriminal (Kartono, 2007). Dapat

disimpulkan bahwa kriminal adalah suatu konsep yang berhubungan dengan

perilaku atau perbuatan jahat yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok

orang (Nagib, 2014).

Sebagai negara yang berdasarkan atas hukum, maka seluruh tatanan

kehidupan bermasyarakat dan bernegara harus berdasarkan atas hukum yang

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

2

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan memberikan

hukuman bagi yang bersalah. Warga negara yang bersalah, menjalani masa

pidananya di Lembaga Pemasyarakatan (Sudirohusodo, 2002). Lembaga

pemasyarakatan adalah instansi terakhir dalam proses peradilan pidana sebagai

wadah bagi pelaku tindak pidana yang sudah mendapat keputusan dari hakim

yang mempunyai kekuatan hukum tetap untuk menjalani pemidanaan, disamping

itu juga diberikan pembinaan dan pembimbingan agar kembali menjadi orang

baik. Pembinaan warga binaan selalu diarahkan pada resosialisasi

(dimasyarakatkan kembali) dengan sistem pemasyarakatan berdasar Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.

Hal lain yang terjadi adalah berubahnya fungsi Lembaga Pemasyarakatan

di dalam menempatkan narapidana. Namun sekarang tidak hanya Lembaga

Pemasyarakatan yang berfungsi menampung narapidana. Rutan atau Rumah

Tahanan juga difungsikan sebagai tempat penampungan narapidana (Alina, 2012).

Berdasarkan pasal 38 ayat (1) jo. Penjelasan PP No. 27 Tahun 1983 Tentang

Pelaksanaan KUHAP, Menteri dapat menetapkan Lapas tertentu sebagai Rutan.

Kemudian, dengan adanya Surat Keputusan Menteri Kehakiman No.

M.04.UM.01.06 Tahun 1983 tentang Penetapan Lembaga Pemasyarakatan

Tertentu sebagai Rumah Tahanan Negara, Lapas dapat beralih fungsi menjadi

Rutan, dan begitu pula sebaliknya.

Data narapidana di Rutan Salatiga terdapat 144 narapidana dengan

jumlah narapidana residivis 25 orang dengan berbagai macam kasus. Ada mereka

yang melakukan tindak kejahatan yang sama dan ada pula dengan kasus yang

berbeda-beda (Wawancara dengan Dwi Murdanto selaku KASUB SIE PELTAH,

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

3

Februari 2018). Dwiyatmi (2006) mendefinisikan residivis adalah seseorang yang

melakukan suatu tindak kejahatan tertentu, telah dihukum, dan hukumannya telah

dijalani, kemudian orang tersebut melakukan lagi tindakan kejahatan tersebut.

Kata residivis, dalam konteks psikologi, dapat didefinisikan secara luas sebagai

hasil dari perilaku kriminal setelah seseorang telah dihukum dari tindak kejahatan,

hukum dan pemeriksaan (Carvalho, 2002)

Hal tersebut didukung dengan penjelasan secara singkat dalam KUHP

(KUHP & KUHAP, 2012), bahwa residivis adalah orang yang mengulangi

pelanggaran sebelum lewat lima tahun dengan kasus serupa sejak menjalani

putusan bebas. Berdasarkan KUHP (KUHP & KUHAP, 2012) tersebut dijelaskan

bahwa narapidana dikatakan residivis jika seorang narapidana pernah melakukan

kesalahan berupa tindakan kriminal atau kejahatan dalam kurun waktu kurang dari

5 tahun yang menyebabkan ia masuk dan ditahan kembali di sebuah lembaga

pemasyarakatan.

Menurut Bawengan (1991) residivis disebut juga dengan habitual crime

kejahatan yang dilakukan karena kebiasaanya dan dilakukanya dengan berulang-

ulang kali ini karena adanya gangguan pada kejiwaannya agar menghendaki

demikian. Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk

penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang

berbeda bentuk kejahatannya (Kartono, 2013). Menurut Sutherland (dalam

Bawengan, 1991) kecenderungan untuk mengulang-ulang kejahatan jika dilihat

dari segi psikologi sebenarnya tak lain dari melaksanakan kebiasaan. Banyak

penyebab dari perilaku residivis ini diantaranya karena tidak memperoleh fasilitas

untuk bergaul dengan lingkungan yang menaati hukum, kemudian kurang

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

4

memperoleh kesempatan untuk mengadakan kontak sebelum atau setelah

menjalani suatu hukuman.

Menurut sifatnya perbuatan yang merupakan sebuah pengulangan dapat

dibagi menjadi dua jenis (Prasetyo, 2010) yaitu residivis umum dan residivis

khusus. Dikatakan residivis umum ketika seseorang telah melakukan kejahatan

kemudian ia kembali melakukan kejahatan dengan jenis kejahatan yang berbeda

dengan sebelumnya. Dikatakan residivis khusus ketika seseorang telah melakukan

kejahatan kemudian kembali melakukan kejahatan yang sejenis dengan kejatahan

sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Simatupang dan Irmawati (2006)

menyebutkan bahwa terdapat faktor psikososial yang menjadi penyebab

timbulnya residivis, antara lain pengaruh keluarga, teman sebaya dan

pengangguran. Sitohang juga berpendapat bahwa residivis disebabkan oleh

kecurigaan, ketakutan, ketidakpercayaan dan kebencian dari masyarakat sebagai

hukuman tambahan yang tidak dapat terelakan sehingga mengulangi kejahatan

yang sama sebagai solusi yang diambil oleh terpidana yang telah bebas untuk

mempertahankan hidupnya (dalam Nurrahma, 2012)

Penelitian lain yang dilakukan oleh Pambudi (2016) menemukan

narapidana residivis melakukan recidive karena beberapa faktor yang bersumber

dari internal diri narapidana residivis itu sendiri. Faktor-faktor internal tersebut

antara lain faktor keluarga yang kurang terbuka, faktor ekonomi yang kurang

mapan, faktor emosional/temperamental, faktor PHK dari tempat mencari nafkah

dan ikut serta dalam kejahatan. Hal-hal tersebut sangat berpengaruh terhadap

tindakan kriminal yang dilakukan kembali oleh narapidana residivis.

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

5

Penelitian ini akan mengungkap uraian mengenai faktor-faktor yang

melatarbelakangi narapidana menjadi seorang residivis di Rutan Klas II B

Salatiga. Hal ini penting untuk diteliti karena melihat fenomena yang ada di Rutan

Salatiga semakin meningkatnya tingkat kejahatan yang dilakukan oleh para

residivis dengan berbagai macam kasus yang berbeda-beda, karena hal ini peneliti

ingin melihat faktor-faktor penyebab para narapidana mengulang kesalahan untuk

kedua kalinya bahkan lebih.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikemukakan tujuan penelitian ini adalah

mengungkapkan faktor-faktor yang melatarbelakangi narapidana menjadi seorang

narapidana residivis.

METODE PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan

fenomenologi. Penggunaan metode ini dengan alasan bahwa fokus dalam

penelitian ini adalah pada faktor yang melatarbelakangi narapidana menjadi

seorang residivis. Sementara pendekatan fenomenologi bertujuan untuk

menggambarkan makna dari pengalaman hidup yang dialami oleh beberapa

individu, tentang konsep atau fenomena tertentu, dengan mengeksplorasi struktur

kesadaran manusia. Jadi disini peneliti ingin mengetahui makna dari pengalaman

yang dialami oleh para narapidana residivis terkait dengan faktor yang

melatarbelakangi.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

semi terstruktur. Dalam wawancara semi terstruktur pertanyaan bersifat terbuka

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

6

akan tetapi ada batasan tema dan alur pembicaraan. Terdapat pedoman

waawancara yang menjadi patokan dalam alur, urutan dan penggunakan kata

(Sugiyono, 2008)

Ketiga partisipan diberi pertanyaan yang sama, hal ini untuk menghindari

bias. Sebelum melakukan wawancara terhadap partisipan, peneliti harus meminta

izin terlebih dahulu kepada pihak Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham

Provinsi Jawa Tengah. Setelah mendapatkan izin kemudian dilaksanakan proses

wawancara. Proses wawancara hanya boleh dilakukan saat jam kerja yaitu pukul

08.00-14.00 WIB hari Senin sampai Kamis dan pukul 08.00-12.00 WIB pada hari

Jumat dan pukul 08.00-13.00 WIB pada hari Sabtu. Untuk menunjang proses

wawancara di butuhkan peralatan seperti alat tulis menulis dan alat perekam.

Partisipan Penelitian

Kriteria Partisipan:

a. Narapidana residivis umum (minimal 2 kali masuk penjara)

b. Laki-laki

c. Usia 20-30 tahun

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

7

Tabel 1.1 Data Demografi Partisipan

No Keterangan Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3

1. Inisial BD AC BB

2. Usia 23 tahun 26 tahun 27 Tahun

3. Alamat

Ringinawe, Ledok,

Argomulyo.

Kec Tingkir Kota

Salatiga

Banyumanik,

Semarang.

4. Agama Islam Kristen Protestan Islam

5.

Pendidikan

terakhir

SMK SMA SMA

6.

Vonis

terakhir

4 tahun 2,5 tahun 4 tahun

7. Kasus

Kasus pertama:

Pembobolan ATM

Kasus pertama:

kekerasan

Kasus pertama:

pengeroyokan

Kasus kedua:

Pengedaran narkoba

Kasus kedua:

pencurian Kasus kedua:

penyalahan

narkoba Kasus ketiga :

pencurian

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

8

HASIL

Berdasarkan analisis data, muncul beberapa tema sebagai berikut: Faktor

internal, faktor eksternal dan ditemukan tema baru yaitu dampak psikologis

menjadi narapidana residivis.

1. Faktor Internal

Adanya faktor internal menjadi penyebab para partisipan masuk penjara

untuk kedua kalinya bahkan lebih. Faktor internal adalah sesuatu yang mendorong

partisipan dari dalam diri partisipan tersebut. Dan faktor internal yang didapat

adalah:

a. Kecanduan

Faktor internal yang pertama adalah kecanduan, kecanduan sendiri

dialami oleh P2 dan P1. Faktor ketagihan ini terlihat pada P2 dan P3, namun

keduanya berbeda jenis ketagihan. P2 ketagihan judi. Pada P2 faktor perjudian

adalah faktor utama bagi partisipan, ia ingin mendapatkan uang banyak secara

instan, dari judi online hingga judi offline ia lakukan. Tak hanya di luar penjara,

saat di dalam penjara pun P2 masih berani melakukan perjudian didalam sel

bersama teman-teman kamarnya yang mengakibatkan partisipan dihukum tidak

boleh keluar sel selama dua minggu.

“... gara-gara judi sih awalnya, jadi kalau punya uang dikit buat main,

kalau uang habis nyari cara gimana biar dapet uang lagi.” (P2, 118- 123)

“Kan nggak boleh pakai kartu?Kan cuma mainan aja. Nggak pakai uang.

Kemarin kan pernah pakai uang to? Yang di sel? Oh iya.. pas aku di sel

kamu masih disini ya. Hehe Oh iyaiyaaaa...... hehe. Iya itu pakai uang

terus di sel 2 minggu. Iya mbaknya pas disini.” ( P2 111- 117)

Berbeda dengan P3, ia mengaku bahwa dirinya ketagihan narkoba jenis sabu-

sabu, pada awalnya ia memakai barang tersebut untuk keperluan pekerjaannya. Ia

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

9

mengatakan mengkonsumsi sabu-sabu digunakan untuk mendoping dirinya agar

kuat begadang sepanjang malam dan memperlancar pekerjaanya. Namun, setelah

sering memakai narkoba tersebut ia ketagihan narkoba jenis sabu-sabu tersebut.

“Tapi mas P3 make nggak sebenernya? Ya make, awalnya cuma buat

kerjaan aja nggak yang nyandu banget gitu lho. Aku dulu kalau lagi

nyupirin bisa dua hari tiga hari nggak tidur karna nganter klien jadi harus

pakai sabu buat doping. Tapi lama-lama ya jadi pengen make terus

jadinya. Pas nggak kerja ya tetep pengen make”. (P3, 163-169)

b. Mentalitas Instan

Faktor internal yang kedua yaitu mental instan dimana pada partisipan P2

dan P1 ini terlihat, kedua partisipan P2 dan P1 ingin mendapatkan sesuatu dengan

mudah tidak dengan kerja keras. Bahkan pada pasrtisipan P2 pun terlihat malas

untuk bekerja di dalam rutan untuk sekedar melipat dan memasang karpet.

Menurut keterangan partisipan sendiri ia lebih memilih untuk tidur di dalam

kamar dibanding ia harus membantu para narapidana kurve melipat karpet,

mengangkat air dan hal yang lain. Hal tersebut juga saat partisipan masih di luar

penjara ia ingin mendapatkan uang banyak namun dengan cara yang mudah.

“... kontraknya habis. Nggak diperpanjang. Jadi nakal lah abis itu.

pengen dapet uang banyak tapi gampang gitu... Ya karna aku judi. Judi

enak kalau lagi menang... (P2, 54- 66)

Pada P1 hal ini terlihat sejak kasus yang pertamanya, pada kasus yang pertama

partisipan P1 melakukan pembobolan ATM untuk mendapatkan sejumlah uang

yang ia pakai untuk kebutuhannya. Pada kasus yang kedua ia melakukan

pengedaran narkoba, dan menurut keterangan partisipan P1 ia melakukan itu

karena kesusahan mencari lapangan pekerjaan dan menegedarkan narkoba cukup

mudah, hanya dengan di dalam rumah sambil bersantai dan bermain HP ia

mendapatkan uang.

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

10

“Terus apa yang dipikiran mas P1 waktu jual barang itu? Ya aku mikir

enak aja kali ya jualan barang kayak gitu, tinggal di rumah aja, nggak

ada yang tau juga orang. Tinggal tidur-tidur dapet uang 50 ribu sekali

transaksi”. (P1, 817-822)

c. Konsep Diri

Ketiga partisipan pada umumnya dapat menjelaskan bagaimana konsep

diri pada aspek pengetahuan. Namun konsep diri tidak dapat tergali pada P3

karena ia kurang mengenali dirinya seperti apa. Namun berbeda halnya dengan

partisipan P1 ia dapat menjelaskan konsep diri dan memenuhi ketiga aspek

konsep diri tersebut. Dalam konsep diri sendiri terdapat 3 aspek yaitu,

pengetahuan, harapan dan penilaian.

1. Pengetahuan

Pada konsep diri, partisipan cukup mengetahui dirinya mereka sendiri.

Hal ini mengacu pada usia, jenis kelamin, suku, pekerjaan dan lain-lain. Untuk hal

yang bersifat kualitas seperti sifat pada partisipan P1 dan P2 dapat

menggambarkannya dengan baik.

“Terus mas, yang pengen aku tanyain. Padangan mas bd sama mas bd

sendiri itu apa? Siapa? Aku? Kurang bersyukur. Kurang intropeksi”. (P1,

476-480)

Untuk P2, ia tidak suka keramaian pada dasarnya, ia lebih memilih tidur didalam

kamar dibanding harus keluyuran di luar kamar.

“Gimana ya, aku lebih suka dikamar sekarang, nggak kayak dulu. Nggak

suka terlalu banyak orang. Ini aja tadi aku di kamar tiba-tiba dipanggil.

Kok ya aku terus gitu lho”. (P2, 71-74)

Pada P3 konsep diri kurang begitu terlihat karena ia kurang dapat menilai dirinya

seperti apa dan kurang dapat membandingkan dirinya dengan orang lain.

2. Harapan

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

11

Ketiga partisipan mempunyai harapan yang berbeda-beda untuk ke

depannya, khususnya ketika mereka sudah keluar dari penjara. Seperti yang

diharapkan oleh P2 ia berharap ini adalah hukuman terakhirnya dan tidak terulang

kembali.

“Iya mas. Harapan mas P2 buat ke depannya apa? Ya semoga ini yang

terakhir, nggak kena hukum lagi, udah kapok. Mau hidup bener wes. Iya

Amin.. semoga terwujud ya mas semuanya. Iya mbak”. (P2, 153-158)

Hal lain diungkapkan oleh P3 ingin secepatnya mendapatkan bekerjaan yang

layak dan tidak akan menggunakan narkoba lagi karena sudah sangat menyesal.

Karena kehilangan ibunya menurut P3 sudah cukup menjadi teguran untuk

dirinya.

“... kalau udah keluar bisa jadi bener bisa dapet kerjaan kaya dulu lagi.

Mau ngulang make lagi? Ya engga lah. udah kegilangan mama nih.

Teguran paling dalem ya itu...”. (P3, 305-313)

Harapan P1 ia lebih mengungkapkan harapan ke depan untuk keluarganya.

Harapan yang cukup sederhana yaitu makan bersama keluarganya disatu meja

makan.

“... Saya pengen makan bareng dimeja makan mbak, bareng-bareng.

Semua kumpul, semua makan, semua ketawa...”. (P1, 776-770)

3. Penilaian

Pada aspek penilain hanya dapat didiskripsikan oleh P1. Ia dapat menjelaskan

mengapa P1 saat ini ada di dalam penjara.

“... Kurang bersyukurnya mungkin apa ya, yang hukuman yang pertama

kurang menyesali... Harusnya kan sadar kalau oh iya kemarin tu aku

dihukum harusnya aku tu gini gini gini... aku nyentuh narkoba aku kan

mikir temen-temenku yang narkoba tu hukumannya tinggi-tinggi..”. ( P1,

481-489)

Berbeda halnya dengan P3, karena P3 kurang mengenali dirinya pada aspek

pengetahuan maka dirinya pun juga tidak dapat menilai dirinya sendiri seperti apa.

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

12

Dari kesimpulan di atas terdapat 3 faktor internal yang mempengaruhi

para partisipan kembali masuk penjara lebih dati satu kali yaitu ketagihan atau

kecanduan, mental instan dan konsep diri.

2. Faktor Eksternal

Tak hanya dari dalam diri partisipan adanya faktor eksternal atau dari

luar diri partisipan menjadi penyebab partisipan mengulang kesalahannya

kembali. Faktor eksternal yang pertama yaitu:

a. Lingkungan Masyarakat

Pada ketiga partisipan terlihat berbeda-beda pada faktor lingkungan

masyarakat. P1 mengaku bahwa lingkungan disekitar rumah P1 menganggap

masuk penjara bukanlah sesuatu yang biasa, banyak anak muda disekitar rumah

partisipan juga masuk penjara karena narkoba dan beberapa kasus lainnya,

partisipan juga mengungkapkan bahwa kampungnya sudah mendapat label

sebagai kampung narkoba. Hal ini yang membuat orang-orang sekitar memaklumi

jika ada anak muda yang masuk penjara karena narkoba.

“Ya kalau kampungku tu gimana ya mbak, sepi sih. Istilahnya gini anak

mudanya masuk penjara semua. Kan kayak kampungku kan dikatakan

kampung narkoba tu iya...”. (P1, 385-391)

Dalam hal komunikasi P1 merasa kurang adanya komunikasi dengan tetangga

sekitar rumah, karena sifat tetangga-tetangga yang sudah individual:

“... Belum ada ngobrol-ngobrol mbak, kemarin kan baru 2 minggu di

rumah dan jarang banget keluar... Sepi mbak kampungku tu”. (P1, 245-

250)

Sama halnya dengan P2, para tetangga P2 seolah tidak mempermasalahkan label

residivis yang disandang P2. Bersikap cuek dan tidak peduli dengan keberadaan

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

13

P2. P2 juga merasa bahwa hubungannya dengan tetangga biasa saja dan merasa

bahwa dirinya tidak dikucilkan para tetangga walaupun dirinya seorang residivis:

“Itu orang-orang sekitar rumah gimana? Nggak gimana-gimana, baik-

baik aja semua. Langsung ketemu RT RW semua. Biasa aja...”. (P2, 173-

179)

Hal berbeda dirasa berbeda dengan P3, ini di karenakan pekerjaan P3 yang sering

keluar kota menyebabkan P3 jarang sekali di rumah dan bertegur sapa dengan

para tetangga, P3 yang tinggal di sebuah komplek perumahan di semarang yang

notabene para tetangga bekerja sebagai buruh pabrik sehingga jarang sekali

berkomunikasi dengan warga sekitar, menurut keterangan P3 para tetangga pun

tidak ada yang tau jika dirinya masuk penjara bahkan untuk kedua kalinya, para

tetangga hanya tau jika dirinya sedang bekerja di luar kota:

“...kemarin sempet keluar tetangga gimana mas? Biasa aja si, soalnya

kan mereka nggak tau kalau aku masuk penjara taunya aku kerja...”. (P3,

202-205)

b. Pengangguran

Faktor eksternal yang kedua adalah susahnya mencari lapangan

pekerjaan yang baru untuk para residivis dan kurangnya skill yang dimiliki. Hal

ini dirasakan oleh P1 saat itu.

“...tuntutan awal kan pulang maunya kerja tapi susah kan, nggak masuk

penjara aja susah. Apalagi akau nggak punya skill apa-apa.Terlintas jual

barang kayak gitu tu, kepenak kerjane...”.(P1, 140-159)

Sama dengan partisipan P2 yang kesulitan mencari pekerjaan yang

diharapankan ia memutuskan untuk sementara waktu ikut membantu tantenya

berjualan di pasar dan mendapat sedikit upah dari tantenya.

“...paling bantu-bantu tanteku disini, tanteku punya rumah makan soto

di pasar raya situ. Paling bantu-bantu disitu aja..”. (P2, 40-49)

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

14

c. Hubungan Antar Keluarga

Faktor eksternal ketiga yaitu hubungan antar keluarga. Hal ini terungkap

dari partisipan P1 dan P2. Pada partisipan P1 faktor penyebab ia menjadi residivis

adalah partisipan kurang atau hampir tidak pernah berkomunikasi dengan kakak

kandungnya, perbedaan perilaku antara kakak dan partisipan membuat partisipan

mempunyai perasaan iri dengan kakak kandung partisipan, ia menganggap bahwa

ia harus membuktikan kepada orangtua partisipan bahwa dirinya lebih baik dan

dapat mencari uang seperti kakaknya. Cara membobol ATM dan mengedarkan

narkoba dirasa mampu memenuhi kebutuhan keluarganya dan membuktikan

bahwa dirinya juga dapat memberikan uang kepada orangtuanya. P1 merasa

dirinya anggap remeh oleh kedua orangtuanya. Ia mengungkapkan memang benar

bahwa dari dulu kakak kandungnya ini pintar dan dapat membanggakan kedua

orangtuanya. Berbeda dengan P1 yang lebih senang bermain ketimbang belajar.

Namun hal yang paling mengecewakan ketika dirinya ingin berkuliah namun lagi-

lagi orangtua menginginkan P1 untuk sementara bekerja terlebih dulu sampai

kakak P1 selesai kuliah.

“...Dia lebih suka belajar dan saya enggak. Saya lebih suka main. Dan

sebenernya saya minder sama kakak saya, kakak saya pinter selalu dapet

peringkat di kelas, saya sebaliknya. Kakak saya juga masa bodoh sama

saya. saya juga iri sama kakak saya. kakak saya dikuliahin saya

engga...(P1, 729-758)

Berbeda dengan hubungan keluarga P2, ia mengaku bahwa dia jarang

sekali pulang ke rumah kedua orangtua hampir tidak pernah pulang ke rumah.

Jarang berkomunikasi dengan kedua orangtua. Dan mempunyai komunikasi yang

buruk dengan ayah tiri partisipan.

“...papaku dari dulu nggak deket sama aku, jadi aku ya bodoamat si

mbak. dia papa tiriku juga. jadi nek aku di rumah yowes diem-dieman aja.

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

15

Dia juga nggak pernah ngurus aku. Dari kecil juga sering di pukul aku

mbak. jadi pas gede aku lebih milih buat tinggal sama tanteku di

salatiga...”. (P2, 53- 65)

Hal sangat berbeda dirasa oleh P3, jika P2 dan P1 kondisi keluarga yang sedikit

ada sedikit konflik namun pada P3 tidak ada konflik yang terjadi, justru keluarga

P3 terbilang harmonis dan menurut keterangan partisipan ibu korban hampir tidak

pernah memarahinya. Hampir setiap ada jadwal kunjungan selalu ada keluarga

yang menjenguk dan membawakan makanan meskipun ia sudah dua kali masuk

penjara.

“Sering jenguk ya mas kemarin? Iya sering banget jenguk, hampir setiap

hari jenguk, kalau ku suruh istirahat mama bilang “meh ngopo yoan ning

omah, ning kene isoh weroh kowe”. (P3, 102- 105)

“...Mamaku ga pernah marah sama aku. Serius mas? Iya serius. Masuk

sini juga engga? Enggak dimarah paling ya kecewa. Pas mas P3 masuk

kesini kedua, apa yang dibilang sama mama mas P3? Ya Cuma bilang

“kok yo isoh” tapi ya itu dia jenguk terus”. (P3, 109- 124)

d. Pengaruh Teman

Faktor yang keempat yaitu pengaruh teman, seperti yang dialami oleh

ketiga partisipan ini. P2 mengaku bahwa dirinya pada awalnya mengenal judi

sejak dirinya masih di dalam penjara untuk yang pertama kali. Dimulai dari

sekedar judi bola di dalam kamar lalu berpindah ke judi kartu bersama teman-

teman yang berada di dalam rutan. kemudian berlanjut sampai di luar penjara dan

kemudian menjadi suatu kebiasaan. Di luar pun ia bergabung bersama teman-

temannya.

“... Dari pas kemarin masuk kesini yang pertama kasus yang pertama,

diajak temen-temen sini awalnya, aku juga iseng og awalnya. Dulu kalau

sering ada bola di TV pada ngajakin masang piro masang piro...”. (P2,

72-79)

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

16

Sama halnya dengan partisipan P1, ia mendapatkan saran untuk berjualan

barang tersebut dari teman-teman satu kamarnya. Semua informasi, bagaimana

cara menjual dan lain sebagainya dia dapat dari teman satu kamarnya. Ia di bujuk

oleh satu bandar besar yang saat itu juga berada di rutan yang sama dengan P1.

Pada awalnya P1 yang sudah tidak mau lagi berurusan dengan hukum kembali

tergiur karena sudah putus asa dalam mencari pekerjaan.

“Mas P1 dapet informasi barang itu darimana? Dari temen disini. Kan

dulu satu kamar, pindah di semarang, di LP semarang. Terus kerja lagi,

jualan lagi tapi dikendalikan dari dalem, jadi kita berhubungan dari HP,

dia juga punya anak buah yang diluar...(P1, 121-140)

P3 pun dalam memakai narkoba juga berawal dari bujuk rayu teman yang

mengatakan berbagai manfaat jika ia mau menggunakan narkoba. Teman-teman

ini adalah teman yang ia kenal di dalam rutan ketika ia masuk penjara yang

pertama.

“Tapi mas aku balik lagi ke kasus yang kedua tadi ya. Ada nggak sih

temen-temen mas P3 yang make juga? atau nggak mas P3 bisa tau barang

itu darimana? Ya ada... ada beberapa yang make, aku make kan biasanya

kalau di salatiga. Awalnya ya dari temen-temen sini...”. (P3, 192- 200)

Dampak psikologis menjadi narapidana residivis

Dampak psikologis akibat dari pemenjaraan jauh lebih berat dibanding

dengan pidana penjara itu sendiri, sehingga sebenarnya narapidana tidak hanya

dipidana secara fisik, tetapi secara psikologis (Harsono dalam azani, 2012).

Dampak psikologis hukuman penjara antara lain:

1. Lost of personal communication

Kebebasan untuk berkomunikasi terhadap siapapun juga dibatasi. Di

dalam rutan sendiri terdapat peraturan bahwa seorang narapidana hanya boleh

dijenguk pada hari Senin, Rabu, Kamis dan Sabtu. Setiap harinya ada 2 kloter,

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

17

dan setiap kloter narapidana hanya boleh di jenguk selama 1 jam. Namun untuk

komunikasi via telepon para narapidana diijinkan selama koperasi dan kantin

dibuka dan selama jam buka blok. Hal tersebut sedikit menjadi beban untuk para

partisipan, waktu yang diberi selama satu jam dirasa kurang untuk membunuh

rasa rindu yang mereka pendam. Terlebih jika ada beberapa keluarga yang datang

dari jauh atau dari luar kota. Bagi P2 dan P1 keduanya sudah sangat jarang

dijenguk oleh kedua orangtuanya. Pada P1 karena sudah masuk penjara untuk

kedua kalinya, P1 mengungkapkan bahwa dirinya sudah jarang dibesuk oleh

keluarganya, tidak seperti saat masuk pertama kali, ketika di penjara untuk

pertama kali ia mengungkapkan bahwa setidaknya seminggu sekali ia dibesuk dan

mendapatkan uang dari orangtuanya.

“Oh.. keponakan lah ya berarti. Masih suka jenguk mas? Masih mbak.

Kemarin-kemarin seminggu sekali pasti jenguk. Tapi sekarang sebulan

sekali aja jarang banget”. (P1, 100-105)

Hal yang sama dirasakan oleh P2 ia sudah tidak pernah dijenguk oleh kedua

orangtuanya. Dengan ibunya pun hanya berkomunikasi lewat telepon dan saudara-

saudara partisipan datang hanya untuk mengantar makanan saja tidak untuk

menjenguk P2.

“Tapi komunikasi sama orangtua masih lancar mas? Masih, ya paling

telepon si mbak. itu juga sama mama. Kalau sama papa gimana? Nggak

pernah si. Kalau jenguk gimana? Nggak pernah si kalau jenguk si kan

udah ada tante disini, yang ngasih makan sama lauk juga dari tante kalau

sore”. (P2, 110-114)

Berbeda dengan P3 dia tidak merasa kehilangan komunikasi dengan keluarganya

krena hampir setiap hari keluarganya datang untuk menjenguk P3.

“Sering jenguk ya mas kemarin? Iya sering banget jenguk, hampir setiap

hari jenguk, kalau ku suruh istirahat mama bilang “meh ngopo yoan ning

omah, ning kene isoh weroh kowe”. (P3, 102-105)

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

18

2. Lost of personality

Seorang narapidana selama dipidana akan kehilangan kepribadian diri,

identitas diri, akibat peraturan dan tata cara hidup di Lembaga Pemasyarakatan.

Narapidana selama menjalani pidana, diperlakukan yang sama atau hampir sama

atau hampir sama antara satu narapidana dengan narapidana yang lain. Hal ini

hanya terlihat pada P1 dan P3, mereka mengaku jika yang paling berubah sebelum

dan sesudah di dalam penjara adalah mereka lebih rajin beribadah, hal ini

dikarenakan rutan sudah menyiapkan jadwal untuk beribadah seperti sholat dan

pengajian bagi narapidana muslim dan jadwal kebaktian narapidana nasrani.

“Mas P1 ngerasa ada yang berubah nggak selama disini? Di rutan sini?

Di diri mas P1 ngerasa ada yang beda nggak pas di luar sama di dalam

gitu? oh perubahan. Apa ya paling kalau disini aku ngearsa lebih rajin

sholat lebih sering ngaji...”. (P1, 565-574)

Hal yang sama diungkapkan oleh P3 namun ada sedikit perbedaan, P3 adalah

seorang palkam atau kepala kamar hal ini yang membuat P3 merasa lebih

bertanggung jawab ketika di dalam kamar karena mengawasi 40 narapidana

lainnya dan jika ada salah satu narapidana yang membuat masalah yang pertama

dipanggil adalah kepala kamar tersebut:

“Hal yang paling terlihat ada berubah dari sebelum masuk dan sesudah

apa mas? Ya paling kalau disini ibadahnya rajin. Sholat udah harus ikut

kalau nggak ikut nanti disuruh jalan bebek mbak. harus ikut pengajian

juga. jadi ya mau nggak mau jadi rajin ibdanya kalau disini...”. (P3, 290-

309)

3. Lost of security

Selama menjalani pidana, narapidana selalu dalam pengawasan petugas.

Seseorang yang secara terus menerus diawasi, akan merasakan kurang aman,

merasa selalu dicurigai dan merasa selalu tidak dapat berbuat sesuatu atau

bertindak, karna takut kalau tindakannya merupakan suatu kesalahan, yang dapat

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

19

berakibat dihukum atau mendapat sanksi. Menurut ketiga partisipan Rutan

Salatiga tergolong sangat aman. Karena tempat yang sempit juga sehingga apapun

yang dilakukan oleh para narapidan seolah terlihat oleh para petugas. Tak hanya

itu para tamu yang ingin membesuk para narapidana terlebih dulu diperiksa dan

digeledah seluruh tubuhnya. Tidak boleh membawa barang elektronik, makanan

dan minuman berkemasan dan rokok. Semua di simpan di ruang yang disebut

portir. Hal tersebut juga terungkap oleh P3 dan P1

“Rutan sini menurut mas P3 termasuk aman nggak si? Aman banget si

menurutku. sampai nggak bisa gerak kalau menurutku tapi selama aku

disini nggak ada kasus macem-macem si” (P3, 273-278)

“...Aku nggak tau dari segi volume tahanannya atau apa aku nggak tau.

Perbandingan petugas sama napi aja satu banding 10, disana kesannya

bebas banget. Mereka masih bisa videocall di taman gitu, tiap hari gitu,

sumpah. Apa nggak takut aku tanya...”. (P1, 700-717)

PEMBAHASAN

Menjadi narapidana residivis bukanlah hal yang mudah ada beberapa

faktor internal dan eksternal yang melatarbelakangi para narapidana residivis

melakukan kejahatan lebih dari satu kali tersebut. Faktor pertama adanya faktor

kecanduan atau ketagihan yang mempengaruhi P2 dan P3. Kecanduan adalah

suatu aktivitas atau substansi yang dilakukan berulang-ulang dan dapat

menimbulkan dampak negatif. Contoh dari kecanduan sendiri bisa bermacam-

macam. Bisa ditimbulkan akibat zat atau aktivitas tertentu seperti judi,

overspending, shoplifting, aktivitas seksual dan sebagainya (Keepers, 1990).

Kecanduan yang dialami oleh kedua partisipan ini berbeda jenis.

Menurut Lance Dodes ada dua jenis kecanduan yaitu physical addiction, adalah

jenis kecanduan yang berhubungan dengan alkohol atau kokain, dan non-physical

addiction adalah jenis kecanduan yang tidak melibatkan dua hal di atas. P3

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

20

termasuk kedalam jenis kecanduan physical addiction hal ini dikarenakan P3

mengalami kecanduan pada narkoba jenis sabu-sabu. Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1997 sabu-sabu termasuk jenis psikotropika

golongan 1. Psikotropika golongan 1 ini memiliki daya adiktif yang sangat kuat

untuk menyebabkan ketergantungan. P3 sudah menggunakan narkoba sejak

dirinya masih bekerja menjadi driver, pada awalnya ia menggunakan narkoba

jenis sabu-sabu ini untuk keperluan pekerjaannya sebagai driver karena menurut

keterangan P3 ketika menggunakan sabu-sabu dirinya merasa bersemangat dan

tidak mudah mengantuk sehingga sangat mendukung pekerjaan P3. Menurut

Alifia (2008) ada beberapa dampak dari pemakaian narkoba secara umum yaitu:

1. Perasaan senang dan gembira yang luar biasa di tambah munculnya keberanian

yang luar biasa. 2. Hilangnya segala beban pikiran, seperti rasa sedih, resah,

khawatir, menyesal dan sebagainya.

Berbeda halnya pada P2, ia mengaku bahwa dirinya kecanduan judi hal

ini yang mengakibatkan P2 melakukan tindak pidana pencurian, hasil keuntungan

dari pencurian ini ia gunakan untuk berjudi. Kecanduan terhadap judi termasuk

pada jenis non-physical addiction (Lance Doses dalam Yee, 2002). Judi dapat

mengakibatkan kecanduan karena ketika seseorang bermain judi, bahkan ketika ia

kalah tubuh masih menghasilkan adrenalin dan endorfin (Baraniuk, 2016) hal ini

yang mengakibatkan para pecandu judi ingin melakukannya lagi karena merasa

tertantang.

Tak hanya merasa tertantang namun partisipan mengungkapkan judi

adalah salah satu cara mendapatkan uang dengan mudah tanpa harus bekerja

keras, hanya dengan duduk-duduk saja atau sekedar menebak skor bola ia

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

21

mendapatkan uang dua hingga sepuluh kali lipat sekali bermain, hal ini yang

dinamakan dengan mentalitas instan. Mentalitas Instan artinya suatu bentuk

perilaku untuk tidak usah melalui proses berbelit-belit dalam hal mendapatkan

suatu kebahagian. Ada kecenderungan untuk memilih lebih baik hidup enak,

mewah dan serba berkecukupan tanpa bekerja keras (Jamil, 2018). Tak hanya P2,

mentalitas instan juga terungkap dari P1 yang pada awalnya tidak tergiur oleh

teman-teman di dalam rutan karena susah mencari pekerjaan kemudian P1

akhirnya tergiur dan menurut keterangan P1 hanya dengan berdiam diri dirumah

dan bermain HP dirinya setidaknya mendapatkan uang 50 ribu sekali transaksi.

Mentalitas instan yang membuat kedua P2 dan P1 tidak ingin melalui proses

berbelit-belit dalam mendapatkan sesuatu yaitu uang. P2 dan P1 memilih

menggunakan cara yang mudah untuk mendapatkan uang tanpa harus bekerja dan

melakukan tindakan kriminal. Dalam mentalitas instan pun bisa dilihat aspek

perilaku yang terjadi karena aspek psikologis dari perilaku artikan sebagai suatu

aksi-reaksi organisme terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada

sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yakni yang disebut

rangsangan. Berarti rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku

tertentu (Notoadmodjo, 2003).

Pada P1, ia dapat menyebutkan sifat dan menggambarkan akibat dari

sifat itu sendiri dapat berpengaruh pada keadaan dirinya saat ini. Sifat-sifat atau

karakteristik terungkap dari konsep diri para partisipan. Konsep diri adalah

gambaran mental yang dimiliki oleh seorang individu. Konsep diri memiliki tiga

aspek yaitu pengetahuan yang dimiliki individu mengenai dirinya sendiri,

pengharapan yang dimiliki individu untuk dirinya sendiri serta penilaian diri

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

22

sendiri. Ketiga partisipan pada umumnya dapat menjelaskan bagaimana konsep

diri pada aspek pengetahuan, menurut Calhoun & Acocella (1990) aspek pertama

dari konsep diri adalah pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki individu

merupakan apa yang individu ketahui tentang dirinya. Pada konsep diri di aspek

pengetahuan para partisipan cukup mengetahui dirinya mereka sendiri. Hal ini

mengacu pada usia, jenis kelamin, suku, pekerjaan dan lain-lain dan sesuatu yang

merujuk pada istilah-istilah kualitatif seperti individu yang egois, baik hati, tenang

dan bertemperamen tinggi. dan lain-lain. Untuk hal yang bersifat kualitas seperti

sifat pada P1 dan P2 dapat menggambarkannya dengan baik. Untuk P2, pada

dasarnya tidak suka keramaian, ia lebih memilih tidur di dalam kamar dibanding

harus keluyuran di luar kamar. Pada P1 sifat-sifat yang ia ungkapkan yaitu kurang

sabar, kurang bersyukur dan kurang berintrospeksi diri.

Tak hanya itu ia juga memberikan alasan dan memberi dampak akibat

sifat-sifat tersebut. Menurut Calhoun & Acocella (1990) individu berkedudukan

sebagai penilai terhadap dirinya sendiri setiap hari. Penilaian terhadap diri sendiri

adalah pengukuran individu tentang keadaan saat ini dengan apa yang menurutnya

dapat dan terjadi pada dirinya. P1 mengungkapkan bahwa dirinya kurang sabar,

hal ini dikarenakan partisipan dalam mencari pekerjaan dan dengan mudahnya

tergiur untuk melakukan pengedaran narkoba sehingga ia kembali berurusan

dengan hukum, P1 juga menjelaskan dirinya juga kurang bersyukur hal

dikarenakan dia kurang berintrospeksi diri dengan hukuman yang sebelumnya ia

mengatakan jika seharusnya ia lebih harus bersyukur karena hukuman yang

sebelumnya ringan dan tidak terlalu lama bagi dirinya.

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

23

Menurut Perdana (2017) ketika seorang residivis memiliki penilaian diri

positif. Ia akan mampu menerima segala sesuatu yang ada pada diri sendiri dan

berusaha memperbaiki diri yang sempat mengecewakan kebanyakkan orang

menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Sedangkan setiap ejekkan, cemoohan bahkan

sindiran orang lain menjadi suatu pemicu semangat untuk berubah dan

menjadikannya sebuah motivasi bagi residivis.

Didalam proses mengungkapan aspek pengetahuan dan penilaian

terungkap aspek kognitif didalamnya, kognitif adalah konsep umum yang

mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk didalamnya mengamati, melihat,

memperhatikan, memberikan, menyangga, membayangkan, memperkirakan,

menduga, dan menilai (Chaplin dalam Desmita, 2008)

Tak hanya mengungkapkan pengetahuan dalam diri, namun ketiga

partisipan dalam hal ini juga mengungkapkan beberapa aspek psikologis yaitu

emosi apa saja yang di rasakan ketiga partisipan saat diri mereka masuk penjara

untuk kedua kali bahkan lebih. Pada umumnya ketiga partisipan merasa sedih dan

menyesal atas perbuatannya, terlebih bagi P3 yang kehilangan ibunya saat masih

di dalam penjara membuat perasaan menyesal semakin dalam.

Walaupun mereka beberapa kali masuk penjara hal ini tidak menghalangi

mereka untuk mempunyai harapan atas dirinya maupun orang lain seperti

keluarga. Ketiga partisipan mempunyai harapan yang berbeda-beda untuk ke

depannya, khususnya ketika mereka sudah keluar dari penjara. Menurut Rogers

dalam Calhoun & Acocella (1990) Selain individu mempunyai satu set pandangan

tentang siapa dirinya, individu juga memiliki apa yang diharapkan dimasa

mendatang, setiap individu mempunyai pengharapan bagi dirinya sendiri dan

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

24

pengharapan tersebut berbeda-beda pada setiap individu. Seperti yang diharapkan

oleh P2 ia berharap ini adalah hukuman terakhirnya dan tidak terulang kembali.

Hal lain diungkapkan oleh P3 yang ingin secepatnya mendapatkan pekerjaan

layak dan tidak akan menggunakan narkoba lagi karena sudah sangat menyesal.

Kehilangan ibunya menurut P3 sudah cukup menjadi teguran untuk dirinya. Pada

P1 ia lebih mengungkapkan harapan ke depan untuk keluarganya. Harapan yang

cukup sederhana yaitu makan bersama keluarganya di satu meja makan.

Tak hanya faktor-faktor internal di atas namun ada beberapa faktor

eksternal yang mempengaruhi para narapidana menjadi seorang residivis. Faktor

eksternal yang pertama adalah faktor lingkungan masyarakat, menurut P2 dan P1

warga sekitar rumah mereka seakan tidak peduli dan seolah menganggap masuk

penjara adalah hal yang wajar di lingkungannya, bahkan di lingkungan P1 sudah

mendapatkan label kampung narkoba. Banyak anak-anak muda ditangkap karena

narkoba dan para warga sekitar menganggapnya sesuatu yang wajar. Menurut

Alifia (2008) kondisi lingkungan sosial yang tidak sehat atau rawan, dapat

menjadi faktor terganggunya perkembangan jiwa ke arah perilaku yang

menyimpang yang pada gilirannya terlibat penyalahgunaan/ketergantungan

narkoba. Hal ini sama seperti keadaan lingkungan P1 yang sudah tercemar dengan

narkoba dan menganggap masuk penjara adalah hal yang wajar.

Faktor teman pun mempengaruhi para narapidana menjadi seorang

residivis. Menurut keterangan ketiga partisipan mereka melakukan tindak

kejahatan untuk kedua kali atau lebih karena ketiga partisipan tergiur oleh ajakan

teman yang berada di dalam rutan. seperti P1, menurut keterangan P1 ia mendapat

semua informasi mengenai narkoba dan kepada siapa ia harus bertemu ketika

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

25

nanti keluar adalaah dari rekan satu kamar P1 sebelumnya. Sama halnya dengan

P3 ia pertama kali mengenal narkoba dari rekan satu kamar terdahulu bahkan

mereka ditangkap secara bersamaan. Tak berbeda dengan P2 dalam melakukan

aksi pencuriannya ia melakukan dengan rekan satu kamar yang ia kenal dari

penjara. Dalam hal ini, pemilihan teman bukan merupakan hal yang remeh karena

sudah dapat dipastikan bahwa teman bergaul sangat mempengaruhi seluruh

kehidupan anak, baik mempengaruhi agama, pandangan hidup, kebiasaan dan

sifat-sifat (Alifah, 2015)

Keluarga kurang harmonis juga menjadi salah satu penyebab seseorang

berperilaku menyimpang. Keluarga yang kurang harmonis dirasa oleh P2 dan P1.

Hubungan keluarga P1 kurang harmonis dikarenakan kurangnya komunikasi

antara dirinya dan kakak laki-lakinya, faktor iri dan perbedaan perilaku orangtua

P1 yang dirasakan membuat P1 ingin membuktikan bahwa dirinya lebih dari

kakaknya, segala upaya ia lakukan untuk membuktikan bahwa dirinya dapat

mencari uang untuk kedua orangtuanya walaupun dengan cara membobol ATM

pada kasus yang pertama dan pengedaran narkoba pada kasus kedua. Hal sama

juga dirasakan oleh P2 namun yang menjadi perbedaan adalah P2 mengalami

ketidak harmonisan dengan kedua orangtuanya. P2 hampir tidak pernah

berkomunikasi dengan kedua orangtuanya, apalagi status ayahnya sekarang adalah

ayah tiri. Hal ini yang mengakibatkan P2 kurang nyaman di rumahnya dan lebih

memilih tinggal bersama tantenya yang berada di Salatiga.

Kondisi keluarga yang tidak harmonis, hubungan saudara kandung dan

orangtua yang bertengkar merupakan salah satu stressor dari lingkungan yang

menyebabkan kedua partisipan mengalami tekanan sehingga berdampak pada

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

26

sikap kedua partisipan yang mencari ketenangan di luar lingkup keluarga. Hal

tersebut sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Willis (2005) bahwa

tekanan lingkungan terhadap individu dan kelompok menimbulkan stress. Artinya

individu merasakan pukulan hebat terhadap usaha dan tujuannya.

Selain faktor-faktor eksternal di atas kesulitan mencari pekerjaan juga

dialami oleh P2 dan P1. Keduanya sudah mencoba melamar di berbagai tempat

dari warung makan hingga counter pulsa, mereka cukup kesulitan mencari

pekerjaan karena sudah menyandang label mantan narapidana. Menurut Badan

Pusat Statistik (2013), besarnya jumlah angka pengangguran mempunyai

pengaruh sosial yang luas karena mereka tidak memiliki pekerjaan sekaligus tidak

memiliki pendapatan. Maka semakin tinggi jumlah angka pengangguran semakin

tinggi pula tingkat kerawanan sosial yang ditimbulkan, contohnya kriminalitas.

Dampak psikologis menjadi narapidana residivis

Ditemukan tema baru dalam proses pengambilan data, tema tersebut

terkait dengan dampak psikologis yang dialami oleh narapidana residivis tesebut.

Proses pemenjaraan yang dialami oleh para narapidana residivis memberikan juga

dampak psikologis akibat dari pidana penjara jauh lebih berat dibandingkan

pidana penjara itu sendiri, sehingga sebenarnya seorang narapidana tidak hanya

dipidana secara fisik, tetapi juga secara psikologis. Berbagai dampak psikologis

yaitu adanya lost of personal communication atau seseorang akan kehilangan

komunikasi secara personal.

Di Rutan Salatiga mempunyai aturan besuk yang berlaku sehingga para

narapidana dibatasi untuk bertemu dan berkomunikasi baik dengan keluarga,

teman atau dengan lainnya. Ruang besuk yang disediakan oleh pihak rutan pun

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

27

hanya aula terbuka, tidak ada ruangan khusus antara satu narapidana dengan

narapidana yang lain. Orang-orang yang membesuk pun juga tidak boleh

sembarangan setidaknya mereka harus menunjukan kartu identitas agar pembesuk

diijinkan untuk bertemu dengan para narapidana di dalam termasuk ketiga

partisipan. Waktu yang diberikan juga tergolong sebentar setidaknya sekali kloter

kunjungan hanya satu jam pertemuan. Hal ini sama yang dinyatakan oleh Harsono

(dalam Azani, 2012) bahwa ketika seseorang menjadi narapidana kebebasan

untuk berkomunikasi terhadap siapapun juga dibatasi. Namun walaupun

komunikasi ketiga partisipan dibatasi baik dengan keluarga dan teman dari luar

Rutan, ketiga partisipan masih dapat berkomunikasi dengan teman-teman di

dalam Rutan dan dengan petugas-petugas rutan.

Dampak yang kedua yaitu lost of personality atau kehilangan ciri

kepribadian. Ini tidak serta merta merubah seluruh kepribadian ketiga partisipan,

namun ada beberapa perbedaan dari para partisipan ketika sebelum masuk dan

ketika masih di luar penjara. Hal yang paling menonjol dari perubahan

kepribadian ketiga partisipan ini adalah aspek religiusitas. Ketiga partisipan

mengaku bahwa mereka merasa lebih rajin beribadah ketika di dalam penjara dan

ketika waktu luang pun mereka gunakan untuk mengaji dan sholat sunnah seperti

yang dilakukan oleh P3 dan P1. Bagi P3 sendiri, dirinya merasa lebih bertanggung

jawab di dalam rutan karena memiliki kedudukan sebagai kepala kamar yang

bertugas untuk mengawasi para narapidana lainnya di dalam kamar tersebut.

Menurut Harsono (dalam Azani, 2012) seorang narapidana selama

dipidana akan kehilangan kepribadian diri, identitas diri, akibat peraturan dan tata

cara hidup di Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana selama menjalani pidana,

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

28

diperlakukan atau hampir sama antara satu narapidana dengan narapidana lainnya.

Kenyataan ini akan membentuk satu kepribadian yang khas pula. Namun ketiga

partisipan tidak sampai kehilangan identitas diri mereka karena penerapan

pembinaan di Rutan Salatiga sendiri masih bersifat kemanusiaan.

Dampak psikologis yang terakhir yaitu lost of security, selama menjalani

pidana, narapidana selalu dalam pengawasan petugas. Seseorang yang secara terus

menerus diawasi, akan merasakan kurang aman, merasa selalu dicurigai dan

merasa selalu tidak dapat berbuat sesuatu atau bertindak, karna takut kalau

tindakannya merupakan suatu kesalahan, yang dapat berakibat dihukum atau

mendapat sanksi (Harsono dalam Azani, 2012). Menurut ketiga partisipan Rutan

Salatiga tergolong sangat aman, karena tempat yang sempit juga sehingga apapun

yang dilakukan oleh para narapidana seolah terlihat oleh para petugas. Tak hanya

itu para tamu yang ingin membesuk para narapidana terlebih dulu diperiksa dan

digeledah seluruh tubuhnya. Tidak boleh membawa barang elektronik, makanan

dan minuman berkemasan dan rokok. Semua di simpan di ruang yang disebut

portir. Menurut keterangan ketiga partisipan ketika ada salah satu narapidana yang

sampai ketahuan misal membawa handphone maka sanksi yang akan diberikan

adalah di sel selama satu bulan, artinya narapidana ini tidak boleh keluar dari sel

selama satu bulan dan tidak boleh mengajukan pembebasan bersyarat.

Menurut Harsono (dalam Azani, 2012) pengawasan yang dilakukan

setiap saat, narapidana menjadi ragu dalam bertindak, kurang percaya diri,

jiwanya menjadi labil, salah satu tingkah dan tidak mampu mengambil keputusan

secara baik. Situasi yang demikian dapat mengakibatkan narapidana melakukan

tindakan kompensasi demi stabilitas jiwanya. Padahal tidak seperti kompensasi

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

29

berdampak positif. Rasa tidak aman di dalam Lembaga Pemasyarakatan akan

tetap terbawa sampai keluar dari Lembaga Pemasyarakatan, dan baru akan hilang

jika mantan narapidana telah mampu beradaptasi dengan masyarakat. Namun hal

tersebut hanya terlihat pada partisipan P2, ia mengaku bahwa dirinya sudah

sedikit berubah ia lebih senang di dalam kamar dan kurang suka keramaian,

bahkan ketika kunjungan ia lebih memilih di dalam kamar.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

adanya faktor yang melatarbelakangi para partisipan menjadi narapidana residivis.

Faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan eksternal. Gambaran yang diperoleh

dari faktor tersebut merupakan kolaborasi antara internal dan eksternal. Diantara

faktor internal yang melatarbelakangi seseorang melakukan tindakan kriminal

adalah faktor kecanduan, mentalitas instan dan konsep diri. Adapun faktor

eksternal yang melatarbelakangi seseorang melakukan tindakan kriminal adalah

lingkungan masyarakat, pengangguran, hubungan keluarga yang kurang harmonis

dan pengaruh teman sebaya.

Dampak psikologis yang diperoleh oleh ketiga partisipan dalam

melakukan tindakan kejahatan ini, dampak yang diperoleh oleh ketiga partisipan

adalah: adanya beberapa perubahan dalam diri subjek masalah kedisiplinan waktu

ibadah hal ini karena peraturan di dalam rutan yang berlaku dalam hal beribadah,

kebebasan dalam berkomunikasi. Di dalam rutan sendiri terdapat peraturan,

bahwa seorang narapidana hanya boleh dijenguk pada hari dan durasi yang sudah

ditetapkan oleh pihak rutan.

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

30

SARAN

Mengakhiri uraian hasil penelitian tentang faktor-faktor yang

melatarbelakangi narapidana menjadi residivis , pentingnya diutarakan beberapa

saran untuk pihak yang terkait:

1. Partisipan

Untuk para partisipan hendaknya lebih sabar dalam mencari pekerjaan,

melatih skill tertentu agar nantinya dapat membuka usaha baru, memulai memilih-

milih teman yang baik dalam bergaul serta meminimalisir kegiatan yang tidak

bermanfaat.

2. Keluarga

Bagi keluarga kendaknya mau menerima kembali anggota dari keluarga mereka

sendiri, karena jika tidak keluarga kepada siapa lagi para mantan narapidana ini

kembali. Menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis. Salah satu upaya yang

dapat ditempuh adalah dengan cara membangun komunikasi yang intens dengan

anak untuk sekedar mendengarkan permasalahan yang dihadapi anak.

3. Masyarakat

Bagi masyarakat, hendaknya dapat saling mendukung untuk menciptakan

lingkungan yang baik. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah dengan

mengadakan kegiatan positif khususnya bagi remaja agar waktu luang yang

dimiliki remaja lebih bermanfaat.

4. Pemerintah dan Pihak Rumah Tahanan Salatiga

Diharapkan instansi tetap mengontrol dengan memberikan pembenahan

psikologis agar subjek siap untuk hidupnya lebih baik ketika telah keluar dari

Rutan. Bekerjasama dengan dinas sosial melakukan pelatihan-pelatihan kerja

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

31

sederhana seperti salon, bengkel motor, dan sebagainya agar para residivis mampu

menciptakan lapangan kerja sendiri.

5. Penelitian selanjutnya

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu keterbatasan tempat menjadikan peneliti

tidak bisa menggali data dengan leluasa karena saat wawancara bercampur dengan

para pengunjung, untuk peneliti selanjutnya agar lebih mengkoordinasikan tempat

dengan petugas rutan setempat agar menyediakan waktu dan tempat yang lebih

bersifat privasi agar waawancara berjalan lebih nyaman dan terbuka. Penelitian

selanjutnya dapat dilakukan pada partisipan residivis wanita dengan karakteristik

dan jumlah yang berbeda dengan penelitian ini, dan dapat juga mengambil tema

baru yaitu dinamika psikologis pada narapidana residivis.

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

32

DAFTAR PUSTAKA

Acocella, J. R., & Calhoun, J. F. (1990). Psychology of adjustment human

relationship (3th ed). New York : McGraw-Hill.

Alifah, A. M., Prihartanti, N., & Rosyidi, I. (2015). Dinamika psikologis

narapidana anak pelaku pembunuhan: Studi kasus di lapas anak Kutoarjo.

Jurnal Indigeous, 13, 9-18.

Alifia, U. (2008). Apa Itu narkotika dan napza. Semarang: PT Bengawan Ilmu.

Alina, Y.M, Sularto, R. B., & Purwoto. (2012 ). Penempatan narapidana di dalam

rumah tahanan dalam konteks sistem penegakan hukum pidana di indonesia.

Diponegoro Law Review. 1, 1-10.

Azani. (2012). Gambaran psychological well-being mantan narapidana. Empathy.

1, 1-18.

Bawengan, G.W. (1991). Pengantar psikologi kriminal. Jakarta: PT. Pradnya

Paramita.

Carvalho, J.R., Bierens, H.J. (2002). A competing risk analysis of recidivism.

Brazil: Federal university of ceara.

Desmita, R. (2008). Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Dwiyatmi, H.Sri. (2006). Pengantar hukum Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.

Hagan, F. E. (2013). Pengantar kriminologi: Teori, metode, dan perilaku

kriminal, Jakarta: Kencana.

Jamil, R. Arsyad, M., & Upe, A. (2018). Perilaku konsumeris pengunjung mall

lippo plaza kota Kendari. Neo Societal. 3, 518-525.

Kartono, K. (2013). Patologi sosial. Jakarta: CV Rajawali.

Kartono, K. (2007). Patologi Sosial 1. Jakarta: Raja grafindo persada.

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

33

Muliadi, S. (2012). Aspek kriminologis dalam penanggulangan kejahatan. Fiat

Justitia Jurnal Ilmu Hukum, 6, 1-11.

Nagib, C. (2014). Studi deskriptif faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

tindak kriminal oleh anak-anak di balai pemasyarakatan Purwokerto. Thesis

(tidak dipublikasikan). Purwokerto: Universitas Muhammadiyah

Purwokerto.

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nurrahma, E. (2013). Perbedaan self esteem pada narapidana baru dan residivis di

lembaga pemasyarakatan klas I malang. Jurnal Psikologi, 1, 1-12.

Pambudi, P., Sularto, R. B., & Wisaksono, B, (2016). Pengaruh sistem pembinaan

di lembaga pemasyarakatan sebagai bentuk pertanggungjawaban pidana

dengan peningkatan jumlah narapidana residivis (studi di lembaga

pemasyarakatan kelas I Semarang). Diponegoro Law Journal, 5, 1-17.

Perdana, T. S, (2017). Konsep diri residivis di kota Pekanbaru. Jom Fisip, 4, 2-12.

Prasetyo, T. (2010). Hukum pidana, Jakarta: Rajawali Pers.

Simatupang, H.M., & Irmawati. (2006). Dinamika faktor-faktor pada residivis

remaja pria (studi kasus residivis remaja pria di lembaga pemasyarakatan

anak Tanjung Gusta Medan). Jurnal Psikologia, 2, 31-38

Sugiyono. (2012). Memahami penelitian kualitatif, Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2009). Metode penelitian bisnis (Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,

dan R&D, Bandung: Alfabeta

Willis, (1994). Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung: PT. Angkasa

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

34

Yee, Nicholas. (2002). Ariadne – Understanding MMORPG Addiction. Web page,

October 2002. Diakses pada 21 Juni 2018 dari situs

http://www.nickyee.com/hub/addiction/home.html. [internet]

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI ......Residivis merupakan penjahat yang berulang-ulang keluar-masuk penjara, selalu mengulangi perbuatan jahat, baik yang serupa ataupun yang berbeda

35