FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan...

149
9 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA WORKSHOP DI PT. X JAKARTA TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi Syarat mencapai Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) ERA PRASASTI NIM : 108101000070 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M /1434 H Universitas Islam Negeri SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan...

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

9

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT

KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA WORKSHOP DI PT. X

JAKARTA TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Syarat mencapai Gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat (SKM)

ERA PRASASTI

NIM : 108101000070

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2013 M /1434 H

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

10

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, 28 Agustus 2013

Era Prasasti, NIM : 108101000070

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada

Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013

xviii + 111 halaman+ 17 tabel + 3 bagan + 6 lampiran

Abstraksi

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar

dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.Kelelahan ini

diatur oleh secara sentral oleh otak.Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi

yang berbeda-beda dari tiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan

efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh.Berdasarkan hasil studi

pendahuluan di PT. X Jakarta, dari 10 orang pekerja workshop di dapatkan 50%

pekerja yang mengalami kelelahan kerja berat dan 40% pekerja mengalami kelelahan

kerja sedang dan 10% mengalami kelelahan kerja ringan. Hasil ini berarti seluruh

pekerja mengalami kelelahan menurut tingkatan kelelehan.

Penelitian yang digunakan adalah epidemiologi analitik dengan desain cross

sectional. Sampel penelitian sebanyak 54 orang dari total populasi sebesar 90

orang pekerja. Uji statistik menggunakan Chi Square untuk melihat adanya

hubungan antara kedua variabel yaitu variabel iklim kerja, status gizi, kebiasaan

merokok dan kualitas tidur dihubungkan dengan tingkat kelelahan kerja pada

pekerja workshop di PT. X Jakarta tahun 2013, sedangkan uji kruskal wallis untuk

variable umur dan masa kerja dihubungkan dengan tingkat kelelahan kerja pada

pekerja workshop di PT. X Jakarta tahun 2013.

Dari hasil uji statistik, digambarkan Tingkat pekerja yang mengalami

kelelahan kerja berat 28 orang ( 42,6 %), pekerja yang mengalami kelelahan kerja

sedang sebanyak 18 orang (33,3%) dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja

ringan sebanyak 13 orang (24,1%). Namun hasil uji bivariat membuktikan tidak

terdapat hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan kerja (p=0,820).Tidak ada

hubungan antara faktor individu dengan tingkat kelelahan kerja dengan pvalue 0.221,

masa kerja dengan pvalue 0.541, status gizi pekerja dengan pvalue 0.299, kebiasaan

merokok dengan pvalue 0.359, dan kualitas tidur dengan pvalue 0.222.

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan

yang signifikan antara iklim kerja, umur, masa kerja, status gizi, kebiasaan merokok,

dan kualitas tidur dengan tingkat kelelahan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor

lain dari pekerja dan lingkungan serta keterbatasan dalam proses penelitian. Oleh

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

11

karena itu hasil penelitian yang ditemukan bahwa semua variabel iklim kerja dan

faktor individu tidak berhubungan dengan tingkat kelelahan kerja, namun tetap

disarankan untuk melakukan peningkatan dan pemeliharaan yang terkait dengan

iklim kerja dan faktor individu, seperti Meningkatkan pengendalian lingkungan kerja,

meningkatkan produktivitas ventilasi udara, meningkatkan pengendalian

administrative untuk memastikan para pekerja telah terlatih dalam situasi apapun,

Pemeliharaan penggunaan Personal Protective Equipment, memperhatikan waktu

kerja yang teratur, waktu istirahat yang cukup efisien bagi pekerja dan perusahaan,

serta dapat melakukan aktifitas kesegaran jasmani.

Daftar Bacaan : (1982 – 2013)

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

12

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, 28 Agustus 2013

Era Prasasti, NIM : 108101000070

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada

Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013

xviii + 111 pages + 17 table + 3 images + 6 attachment

Abstract

Fatigue is a protective mechanism of the body so that the body avoid further

damage resulting in the recovery after the break. Fatigue is governed by centrally by

the brain. The term fatigue usually show varying conditions of each individual, but it

all boils down to the loss of efficiency and decreased work capacity and endurance.

Based on the results of preliminary studies on the PT. X Jakarta, from 10 workers in

the workshop get 50 % of workers who experience severe fatigue and 40 % of

workers are experiencing job burnout and 10 % experienced mild fatigue. This result

means that all workers experience fatigue levels by melting.

Epidemiological study is a cross sectional analytic design. Study sample as

many as 54 people from a total population of 90 workers . Using a statistical test Chi

Square to see the relationship between the two variables work climate variables,

nutritional status, smoking habits and sleep quality associated with the level of work

on worker fatigue workshop at PT. X Jakarta in 2013, while the Kruskal Wallis test

for variables of age and years of service associated with the level of work on worker

fatigue workshop at PT. X Jakarta in 2013.

From the results of statistical tests, described Worker experiencing severe

fatigue 28 people ( 42.6 % ), workers who experience job burnout are as many as 18

people ( 33.3 % ) and workers who experience mild fatigue were 13 ( 24,1 % ). But

bivariate test results prove there is no relationship between work climate with job

burnout ( p = 0.820 ). There is no relationship between the individual factors with

fatigue level with pvalue 0.221, pvalue tenure with 0541 , the nutritional status of

workers with pvalue 0.299, pvalue smoking habit by 0.359, and the quality of sleep

with pvalue 0,222.

Based on the results of the study it can be concluded there is no significant

relationship between work climate, age, years of service, nutritional status, smoking

habits, and sleep quality with levels of fatigue. It is influenced by factors other than

workers and the environment as well as the limitations in the research process.

Therefore the results of the study found that all the work climate variables and

individual factors unrelated to job burnout, but still advised to upgrade and

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

13

maintenance work related to climate and individual factors, such as environmental

control Increasing employment, increase productivity ventilation , improve

administrative controls to ensure the workers have been trained in any situation , the

use of Personal Protective Equipment Maintenance, observe regular working hours,

rest periods are quite efficient for workers and companies, and can perform physical

fitness activities.

Reading List : (1982 – 2013)

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

14

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

15

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

16

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

17

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Era Prasasti

TTL : Bekasi, 25 Januari 1991

Alamat : Jl. Parang Tritis B no. 147 RT 03/010 Bekasi

Kelurahan : Sepanjang Jaya

Kecamatan : Bekasi

Kotamadya : Bekasi

Kode Pos : 17114

Agama : Islam

Gol. Darah : O

No. Telp : (021) 82417259 / 082112170488

Email : [email protected]

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun

1996 – 2002 SDN Sepanjang Jaya VIII Bekasi

2002 - 2004 SMP Bani Saleh 1 Bekasi

2004 - 2005 SMPN 252 Jakarta

2005 - 2008 SMAN 53 Jakarta

2008 – 2013 S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

PENGALAMAN ORGANISASI

2010 – 2011 Bendahara Umum LSO Paduan Suara Fakultas Kedokteram

dan Ilmu Kesehatan 2011 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

18

KATA PENGANTAR

Atas berkat Rahmat Allah swt. Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyang

akhirnya saya dapat menyelesaika penyusunan skripsi dengan judul “ Faktor-faktor

yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja pada Pekerja Workshop di PT.X

Jakarta Tahun 2013”. Sholawat dan salam juga selalu tercurah kepada baginda besar

Nabi Muhammad saw. Yang telah menuntun umatnya dari zaman kegelapan ke

zaman terang benderang seperti saat ini.Dalam penyusunan skripsi ini, tak lepas dari

bantuan berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Febrianti, Msiselaku kepala program studi kesehatan masyarakat yang mana

senantiasa berusaha agar prodi kesmas selalu menjadi yang terbaik.

2. Dr. Yuli Prapanca sata, MARS selaku pembimbing 1 yang selalu menyempatn

waktu di kesibukannya membimbing selama ini.

3. Ibu Riastuti Kusumawardani, MKM, selaku pembimbing II yang selalu

menyempatkan waktu di kesibukannya membimbing selama ini.

4. Terima Kasih kepada PT. X Jakarta atas kesempatannya dalam memberikan

peluang untuk dilakukannya penelitian ini.

5. Titi ndut, Liadzul, Sherly, terima kasih atas dukungannya.

6. My Best Ever Friend, Sofia, Riska, M.Iqbal, terima kasih atas dukungannya

dan pengertiannya, I love you Guys.

7. Anakku yang masih di dalam perut Bunda dan Suamiku, terima kasih selalu

mendukung Bunda saat mengejar pendidikan ini.

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

19

8. Keluarga Besar Yura, Mama, Bapak, Mas Yuga dan Keluarga Besar Priyo,

telah memberikan dukungan lahir batin untuk perjuanganku.

Skripsi ini tentu tidak sempurna, saran dan kritik yang membangun terhadap

skripsi ini sangat diharapkan.

Jakarta, Agustus

2013

Penulis

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

20

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ………………………………………………………………………...... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………… vi

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA ……………………………………………… vii

LEMBAR PERNYATAAN…………………………………………………………… viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………….. ix

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………... x

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. xii

DAFTAR TABEL ……………………………………………………………………. xvi

DAFTAR BAGAN …………………………………………………………………….. xvii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………... 1

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………….

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………

1.3 Pertanyaan Penelitian …………………………………………………………..

1.4 Tujuan ………………………………………………………………………….

1

4

5

6

1.4.1 Tujuan Umum …………………………………………………………..

1.4.2 Tujuan Khusus ………………………………………………………….

6

6

1.5 Manfaat Penelitian ……………………………………………………………...

1.6 Ruang Lingkup ………………………………………………………………….

7

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………… 9

2.1 Tingkat Kelelahan ..…………………………………………………………… 9

2.1.1 Definisi Kelelahan Kerja …………………………………………….

2.1.2 Mekanisme Kelelahan ……………………………………………….

2.1.3 Jenis Kelelahan ………………………………………………………

2.1.4 Gejala Kelelahan dan Tanda Kelelahan ……………………………..

2.1.5 Cara Pengukuran . …………………………………………………..

2.1.6 Dampak Kelelahan ………………………………………………….

9

10

12

15

17

23

2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Kelelahan Kerja …………. 23

2.2.1 Beban Kerja …………………………………………………………

2.2.2 Beban Tambahan ……………………………………………………

23

27

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

21

2.2.3 Faktor Individu ……………………………………………………..

2.2.4 Faktor Pekerjaan ……………………………………………………

32

42

2.3 Workshop PT. X Jakarta ……………………………………………………… 44

2.3.1 Pengertian Workshop/Bengkel ………………………………………

2.3.2 Pekerjaan dalam Workshop PT. X Jakarta …………………………

2.3.3 Jenis Bahaya di Tempat Kerja Bengkel ……………………………..

2.3.4 Faktor dan Potensi Kelelahan Akibat Kerja di Tempat Kerja

Bengkel ……………………………………………........................

44

45

46

48

2.4 Kerangka Teori ………………………………………………………………. 49

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS 50

3.1 Kerangka Konsep ……………………………………………………………...

3.2 Definisi Operasional …………………………………………………………..

3.3 Hipotesis ………………………………………………………………………

50

52

55

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN …………………………………………… 56

4.1 Desain Penelitian ……………………………………………………………..

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………………………

4.3 Populasi dan Sampel ………………………………………………………….

4.4 Pengumpulan Data ……………………………………………………………

4.4.1 Data Primer …………………………………………………………

4.4.2 Data Sekunder ………………………………………………………

4.5 Instrumen Penelitian …………………………………………………………..

4.6 Pengolahan Data ……………………………………………………………….

4.7 Analisis Data…………………………………………………………………...

56

56

56

61

61

61

61

69

71

BAB V HASIL . ……………………………………………………………………….. 72

5.1 Gambaran Umum PT. X Jakarta ………………………………………………

5.2 Visi, Misi ………………………………………………………………………

5.3 Gambaran Umum Workshop ………………………………………………….

5.3.1 Gambaran Umum Ketenagakerjaan di Workshop PT. X ……………

5.3.2 Struktur Organisasi …………………………………………………

5.4 Gambaran umum Proses Engineering, Mechanical dan Electrical ……………

72

72

73

73

74

76

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

22

5.5 Analisis Univariat ……………………………………………………………

5.5.1 Gambaran Kelelahan pada Pekerja Workshop di PT. X Jakarta ……

5.5.2 Gambaran Iklim Kerja pada Pekerja Workshop di PT. X Jakarta …

5.5.3 Gambaran Umur dan Masa Kerja Pada Pekerja Workshop di PT. X

Jakarta ………………………………………………………………

5.5.4 Gambaran Status Gizi, Kebiasaan Merokok dan Kualitas Tidur

Pekerja Workshop di PT. X Jakarta …………………………………

5.6 Analisis Bivariat ………………………………………………………………

5.6.1 Hubungan Antara Iklim Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada

Pekerja Workshop di PT. X Jakarta …………………………………

5.6.2 Hubungan antara Umur dan Masa Kerja dengan Tingkat Kelelahan

Kerja pada Pekerja Workshop di PT. X Jakarta ……………………

5.6.3 Hubungan Antara Status Gizi dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja

Workshopdi PT. X …………………………………………………

5.6.4 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kelelahan Kerja Pada

Pekerja Workshop di PT. X …………………………………………

5.6.5 Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tingkat Kelelahan Kerja

Pada Pekerja Workshop di PT. X ……………………………………

77

77

78

80

81

84

84

85

86

87

88

BAB VI PEMBAHASAN ……………………………………………………………..

6.1 Keterbatasan Penelitian …………………………………………………….

6.2 Tingkat Kelelahan Kerja ……………......………………………………….

6.3 Gambaran dan Hubungan Iklim Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja ….

6.4 Gambaran dan Hubungan Iklim Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja ….

6.5 Gambaran dan Hubungan Masa Kerja dengan TingkatKelelahan Kerja ….

6.6 Gambaran dan Hubungan Status Gizi dengan TingkatKelelahan Kerja …..

6.7 Gambaran dan Hubungan Kebiasaan Merokok dengan TingkatKelelahan

Kerja..............................................................................................................

6.8 Gambaran dan Hubungan Kualitas Tidur dengan TingkatKelelahan Kerja.

90

90

90

92

93

95

97

98

100

BAB VII KESIMPULAN …………………………………………………………….

7.1 Simpulan ……………………………………………………………………

102

102

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

23

7.2 Saran ………………………………………………………………………..

7.2.1 Bagi Perusahaan …………………………………………………..

7.2.2 Bagi Peneliti ………………………………………………………

104

104

105

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 106

LAMPIRAN …………………………………………………………………………………… -

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

24

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Estimasi Pengukuran Panas Metabolik .................................................. 24

Tabel 2.2 NAB Indeks Suhu Bola Basah (ISBB) .................................................. 26

Tabel 2.4 NAB Kebisingan ................................................................................... 32

Tabel 2.5 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks Masa Tubuh ...................... 38

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan sampel ……………………………………………... 60

Tabel 5.1

Tabel 5.2

Tabel 5.3

Tabel 5.4

Tabel 5.5

Tabel 5.6

Jumlah Tenaga Kerja PT. X Jakarta …………………………………...

Distribusi Frekuensi Kelelahan Kerja pada Pekerja …………………..

Distribusi Frekuensi Beban Kerja pada Pekerja Workshop …………..

Distribusi Frekuensi Iklim Kerja Pada Pekerja di Workshop …………

Distribusi Frekuensi Umur dan Masa Kerja Pekerja Workshop ………

Distribusi Frekuensi Status Gizi, Kebiasaan Merokok dan Kualitas

Tidur Pekerja Workshop ………………………………………………

73

77

78

79

80

81

Tabel 5.7

Tabulasi Silang antara Iklim Kerja dengan Tingkat Kelelahan

Pada Pekerja Workshop …………………………………………….....

84

Tabel 5.8

Tabel 5.9

Tabel 5.10

Tabel 5.11

Tabulasi Silang antara Umur dan Masa Kerja dengan Tingkat

Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop ……………………………..

Tabulasi Silang antara Status Gizi Pekerja dengan Tingkat Kelelahan

Kerja Pada Pekerja Workshop …………………………………………

Tabulasi Silang antara Kebiasaan Merokok Pekerja dengan Tingkat

Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop ……………………………..

Tabulasi Silang antara Kualitas Tidur Pekerja dengan Kelelahan Pada

85

86

87

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

25

Pekerja Workshop …………………………………………….............. 88

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

26

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ……………………………………….. 47

Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian …………………………. 49

Bagan 5.1 Struktur Organisasi ……………………………………. 74

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh

terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

Kelelahan ini diatur oleh secara sentral oleh otak. Istilah kelelahan biasanya

menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari tiap individu, tetapi semuanya

bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta

ketahanan tubuh (Tarwaka, 2004). Kelelahan akibat kerja juga sering kali

diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performance kerja dan

berkurangnya kekuatan ketahanan fisik untuk terus melanjutkan kegiatan yang

harus dilakukan (Suma’mur, 1996)

Faktor penyebab kelelahan di industri sangat bervariasi. Kelelahan dapat

disebabkan karena faktor intensitas dan lama kerja fisik dan mental, lingkungan,

circadian rhythm, problem fisik, kenyerian dan kondisi kesehatan, dan nutrisi.

Kelelahan dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu, kelelahan otot (muscular

fatigue) dan kelelahan umum (general fatique). Kelelahan otot merupakan tremor

pada otot atau perasaan nyeri pada otot, sedangkan kelelahan umum ditandai

dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotoni

(pekerjaan yang sifatnya monoton), intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan

lingkungan, kondisi mental dan psikologis, status kesehatan, dan gizi.Pengaruh-

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

28

pengaruh tersebut terakumulasi di dalam tubuh manusia dan menimbulkan

perasaan lelah yang dapat menyebabkan seseorang berhenti bekerja (beraktivitas)

(Tarwaka, 2004).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh kementrian tenaga kerja

Jepang terhadap 12.000 perusahaan yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja di

negara tersebut yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa

ditemukan bahwa 65% pekerja mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja

rutin, 28% mengeluhkan kelelahan mental dan sekitar 7% pekerja mengeluh

stress dan merasa tersisihkan (Hidayat (2003) dalam Eraliesa (2009)). Dari

laporan survei di negara maju diketahui bahwa 10-50% penduduk

mengalami kelelahan akibat kerja. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan

adanya prevalensi kelelahan sekitar 20% pasien yang membutuhkan perawatan

(Santosa (1982) dalam Tri Yuni (2006)).

Depkes (1991) menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari,

kelelahan mempunyai beragam penyebab yang berbeda, yaitu beban kerja, beban

tambahan dan faktor individu. Menurut Granjean (1997) dalam Tarwaka dkk

(2004) bahwa berbagai pendekatatan terhadap pengerahan tenaga atau beban

kerja pada tenaga kerja secara fisiologis dalam pekerjaannya antara lain

pengukuran nadi kerja (heart rate), konsumsi oksigen, aliran darah, dan

frekuensi pernafasan. Beban tambahan merupakan beban diluar beban kerja yang

harus ditanggung oleh pekerja. Beban tambahan tersebut berasal dari lingkungan

kerja yang memiliki potensi bahaya seperti lingkungan kerja. Faktor individu

merupakan macam-macam karakteristik dari individu sendiri.

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

29

Purnawati (2005) menyebutkan berat ringannya beban kerja baik fisik

maupun mental dapat mempengaruhi tingkat kelelahan. Beban kerja fisik yang

terlalu berat dapat berakibat cadangan enegi tubuh sangat berkurang serta

penumpukan asam laktat yang berlebihan sehingga tingkat kelelahan menjadi

berat. Beban kerja yang terlalu ringan dan monoton dalam waktu lama dapat

menimbulkan kebosanan dan berakibat stimulasi elektris sistim inhibisi menjadi

lebih kuat, sehingga menurunkan kemampuan bereaksi dan menimbulkan

kecenderungan untuk tidur. Semuanya ini dapat mengakibatkan kelelahan dalam

tingkat yang berat meskipun beban kerja fisik maupun mental yang harus

dijalankan tidak berat. Sehingga kelelahan dapat berakibat menurunnya

perhatian, perlambatan dan hambatan persepsi, lambat dan sukar berfikir,

penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja, penurunan kewaspadaan,

konsentrasi dan ketelitian, menurunnya efisiensi dan kegiatan-kegiatan fisik dan

mental yang pada akhirnya menyebabkan kecelakan kerja dan terjadi penurunan

poduktivitas kerja (Budiono, 2003)

PT. X Jakarta merupakan salah satu workshop yang bergerak dalam

bidang TOTAL SERVICE atau segala perbaikan dalam bidang electrical dan

engineering. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal

31 Januari 2013 di PT. X Jakarta, dari 10 orang pekerja worksop di dapatkan

50% pekerja yang mengalami kelelahan kerja berat dan 40% pekerja mengalami

kelelahan kerja sedang dan 10% mengalami kelelahan kerja ringan. Didapatkan

nilai intensitas secara langsung, intensitas lingkungan fisik perusahaan bahwa

dari 7 titik pengukuran iklim kerja, masing-masing adalah 28,9oC (Titik 1);

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

30

29,7oC (titik 2); 28,5

oC (titik 3); 27,8

oC (titik 4); 28

oC (titik 5); 28,7

oC (titik 6);

dan 27,4 o

C (titik 7) (terlampir). Nilai NAB tekanan panas disesuaikan dengan

tingkat beban kerja pekerja sesuai ketentuan Permenaker No.13/MEN/X/2011

tentang Nilai Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola

(ISBB).

Oleh karena itu perlu diteliti apa saja faktor-faktor yang berhubungan

dengan tingkat kelelahan kerja pada pekerja workshop PT. X Jakarta, sehingga

diharapkan dengan diadakannya penelitian ini dapat menambah informasi bagi

perusahaan dan pekerja mengenai kelelahan akibat kerja.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian yang melibatkan sekitar 16.000 pekerja di negara Jepang tersebut

yang dipilih secara acak telah menunjukkan hasil bahwa ditemukan bahwa

65% pekerja mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28% mengeluhkan

kelelahan mental dan sekitar 7% pekerja mengeluh stress dan merasa tersisihkan

(Hidayat (2003) dalam Eraliesa (2009)). Dari laporan survei di negara maju

diketahui bahwa 10-50% penduduk mengalami kelelahan akibat kerja.

Sehingga diperlukan perawatan khusus sebanyak 20% pasien.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 31 Januari

2013 di PT. X Jakarta, dari 10 orang pekerja worksop di dapatkan 50% pekerja

yang mengalami kelelahan kerja berat dan 40% pekerja mengalami kelelahan

kerja sedang dan 10% mengalami kelelahan kerja ringan dengan alat ukur

reaction timer test. Klasifikasi beban kerja pekerja pada 10 sampel adalah beban

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

31

kerja tingkat sedang berdasarkan perhitungan denyut nadi dalam menetukan

beban kerja pada pekerja. Didapatkan nilai intensitas tekanan panas secara

langsung, intensitas lingkungan fisik perusahaan bahwa dari 7 titik pengukuran

iklim kerja, masing-masing adalah 28,9oC (Titik 1); 29,7

oC (titik 2); 28,5

oC (titik

3); 27,8 o

C (titik 4); 27,9 oC (titik 5); 28,7

oC (titik 6); dan 27,4

oC (titik 7)

(terlampir). Nilai NAB tekanan panas disesuaikan dengan tingkat beban kerja

pekerja sesuai ketentuan Permenaker No.13/MEN/X/2011 tentang Nilai

Ambang Batas Iklim Kerja Indeks Suhu Basah dan Bola (ISBB).

Depkes (1991), Ramdan (2007), Silaban (1998), Granjean (1988),

Suma’mur (1996, 2009), Budiono (2003), Park, dkk (2001), menyebutkan bahwa

faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja adalah beban kerja,

beban tambahan (kebisingan, penerangan, iklim kerja), faktor individu (jenis

kelamin, umur, masa kerja, status gizi, kebiasaan merokok, kondisi kesehatan),

dan faktor pekerjaan ( lama kerja dan pekerjaan yang monoton).

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran tingkat kelelahan kerja terhadap pekerja workshop di PT.

X Jakarta tahun 2013?

2. Bagaimana gambaran iklim kerja terhadap tingkat kelelahan kerja pada pekerja

workshop di PT. X Jakarta tahun 2013?

3. Bagaimana gambaran faktor individu (umur, masa kerja, status gizi kebiasaan

merokok, dan kualitas tidur) terhadap tingkat kelelahan kerja pada pekerja

workshop di PT. X Jakarta tahun 2013?

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

32

4. Apakah ada hubungan antara iklim kerja terhadap tingkat kelelahan kerja pada

pekerja workshop di PT. X Jakarta tahun 2013?

5. Apakah ada hubungan antara faktor individu (umur, masa kerja, status gizi,

kebiasaan merokok, dan kualitas tidur) dengan tingkat kelelahan kerja pada

pekerja workshop di PT. X Jakarta tahun 2013?

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kelelahan

pekerja workshop di PT. X Jakarta tahun 2013.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran tingkat kelelahan kerja terhadap pekerja workshop PT. X

Jakarta tahun 2013.

2. Bagaimana gambaran iklim kerja terhadap tingkat kelelahan kerja pada pekerja

workshop di PT. X Jakarta tahun 2013.

3. Mengetahui gambaran faktor individu (umur, masa kerja, status gizi, kebiasaan

merokok dan kualitas tidur) terhadap tingkat kelelahan kerja pada pekerja

workshop di PT. X Jakarta tahun 2013.

4. Mengetahui hubungan iklim kerja terhadap tingkat kelelahan kerja pada pekerja

workshop di PT. X Jakarta tahun 2013.

5. Mengetahui hubungan faktor individu (umur, masa kerja, status gizi, kebiasaan

merokok dan kualitas tidur) terhadap tingkat kelelahan kerja pada pekerja

workshop di PT. X Jakarta tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Perusahaan

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

33

1. Dapat mengetahui gambaran tingkat kelelahan yang dialami tenaga kerja

selektor, serta sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi adanya

keluhan tenaga kerja dan mencari alternatif pemecahan.

2. Dapat mengetahui gambaran lingkungan fisik (kebisingan dan iklim kerja)

perusahaan terhadap kelelahan kerja pada pekerja workshop.

3. Sebagai sumbangan pemikiran dan pengembangan serta penerapan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

1.5.2 Bagi Peneliti

1. Melatih pola berpikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah, khususnya

dalam bidang K3.

2. Sebagai aplikasi nyata dari keilmuan yang diperoleh selama perkuliahan.

3. Memacu peneliti untuk mengembangkan penelitian ke arah yang lebih baik,

sehingga dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kesejahteraan pekerja.

1.5.3 Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat

1. Sebagai referensi keilmuan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja,

khususnya pengaruh kebisingan terhadap kelelahan bekerja.

2. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai acuan dan referensi untuk

penelitian selanjutnya.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

berhubungan dengan tingkat kelelahan pekerja workshop di PT. X Jakarta

tahun 2013. Penelitian yang diambil adalah faktor-faktor yang berhubungan

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

34

dengan kelelahan kerja pada pekerja workshop di PT. X Jakarta tahun 2013.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2013. Metode

penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional (potong lintang).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 31 Januari

2013 di PT. X Jakarta, dari 10 orang pekerja workshop di dapatkan 50%

pekerja yang mengalami kelelahan kerja berat dan 40% pekerja mengalami

kelelahan kerja sedang dan 10% mengalami kelelahan kerja ringan dengan

alat ukur reaction timer test. Data primer diperoleh dari kuesioner dan hasil

ukur reaction timer.

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

35

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelelahan

2.1.1 Definisi Kelelahan kerja

Fatigue berasal dari kata “fatigare” yang berarti hilang lenyap (waste-

time).Secara umum dapat diartikan sebagai perubaan dari keadaan yang

lebih kuat ke keadaan yang lebih lemah. Kelelahan merupakan kondisi

yang ditandai dengan perasaan lelah dan menurunkan kesiagaan serta

berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Banyak definisi kelelahan yang

berkembang disebabkan oleh konsep kelelahan yang bersifat majemuk.

Berbagai definisi kelelahan banyak diwarnai menurut sudut pandang

masing-masing kebutuhan (Granjean, 1988).

1. Kata kelelahan menunjukkan keadaan yang berbeda–beda, tetapi

semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh (Suma’mur, 2009).

2. Kelelahan didefinisikan sebagai keadaan gangguan yang dapat

mencakup unsur-unsur fisik dan / atau mental, dapat dikaitkan

dengan kewaspadaan yang lebih rendah dan kinerja yang

berkurang (Fatigue Management, 2010).

3. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk

melakukan suatu kegiatan, walaupun itu bukan satu-satunya gejala.

Secara umum gejala kelelahan yang lebih dekat adalah pada

pengertian kelelahan fisik atau physical fatigue dan kelelahan

mental atau mental fatigue (Budiono, 2003).

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

36

4. Kelelahan kerja merupakan suatu kondisi yang menyebabkan

penurunan kinerja yang dapat mengakibatkan kesalahan kerja,

ketidakhadiran, keluar kerja, kecelakaan kerja dan berpengaruh

terhadap perilaku kerja. (Schultz, 1982).

5. Kelelahan kerja dianggap seagai memuncaknya kondisi

psikokhemis dari tubuh yang diakibatkan produksi racun-racun

khemis yang berlebihan sehingga orang harus beristirahat

(Kartono, 1994)

Beberapa definisi kelelahan, dapat disimpulkan bahwa kelelahan atau

fatigue menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi semua keadaan

berakibat pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh. Dapat

dikatakan pula sebagai melemahnya tenaga dalam aspek fisik, psikologi

maupun mental. Kelelahan baik secara fisiologis maupun psikologis pada

dasarnya merupakan suatu mekanisme perlindungan terhadap tubuh

terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah

istirahat.

2.1.2 Mekanisme Kelelahan

Konsep kelelahan merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran

yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh dua sistem penghambat

(inhibisi dan sistem penggerak/aktivasi) Sampai saat ini masih berlaku dua

teori tentang kelelahan otot, yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat.

(Suma’mur, 1996)

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

37

1. Teori kimia

Secara teori kimia bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat

berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sistem metabolisme

sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus

listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder.

Produktivitas mulai menurun setelah empat jam bekerja terus

menerus (apapun jenis pekerjaannya) yang disebabkan oleh

menurunnya kadar gula di dalam darah. Itulah sebabnya istirahat

sangat diperlukan minimal setengah jam setelah empat jam bekerja

terus menerus agar pekerja memperoleh kesempatan untuk makan dan

menambah energi yang diperlukan tubuh untuk bekerja (Suma’mur,

1996)

2. Teori syaraf pusat

Bahwa perubahan kimia hanya penunjang proses, yang

mengakibatkan dihantarkannya rangsangan syaraf oleh syaraf

sensosrik ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan

aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan

gerakan sehingga frekuensi potensial gerakan pada sel syaraf menjadi

berkurang. Berkurangnya frekuensi ini akan menurunkan kekuatan dan

kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi

lambat.

Kondisi dinamis dari pekerjaan akan meningkatkan sirkulasi

darah yang juga mengirimkan zat-zat makanan bagi otot dan mengusir

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

38

asam laktat. Karena suasana kerja dengan otot statis aliran darah akan

menurun, maka asam laktat akan terakumulasi dan mengakibatkan

kelelahan otot lokal. Disamping itu juga dikarenakan beban otot yang

tidak merata pada jaringantertentu yang pada akhirnya akan

mempengaruhi kinerja (performance) seseorang (Harington, 2005).

Kelelahan diatur oleh sentral dari otak. Pada susunan syaraf

pusat, terdapat sistem aktivasi dan inhibisi. Kedua sistem ini saling

mengimbangi tetapi kadang-kadang salah satu daripadanya lebih

dominan sesuai dengan kebutuhan. Sistem aktivasi bersifat simpatis,

sedang inhibisi adalah parasimpatis. Agar tenaga kerja berada dalam

keserasian dan keseimbangan, kedua sistem tersebut berada pada

kondisi yang memberikaan stabilitas pada tubuh (Suma’mur 2009).

2.1.3 Jenis Kelelahan

Kelelahan kerja berakibat pada pengurangan kapasitas kerja dan

ketahanan tubuh. Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot

dan kelelahan umum (Suma’mur, 2009).

(1) Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan

melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara

fisiologi, dan gejala yang ditunjukan tidak hanya berupa

berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya

gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

39

sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti: melemahnya

kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan

meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja,

sehingga dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Gejala

Kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar

atau external signs (Budiono, 2003).

Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot

yaitu teori kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan. Pada

teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan

adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya

sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot.

Sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan saraf adalah

penyebab sekunder. Sedangkan pada teori saraf pusat menjelaskan

bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses.

Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya

rangsangan saraf melalui saraf sensoris ke otak yang disadari

sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-

pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi

potensial kegiatan pada sel saraf menjadi berkurang. Berkurangnya

frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan

kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat.

Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

40

menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang (Tarwaka,

2004).

(2) Kelelahan Umum

Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang

luar biasa. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat

karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah

untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa

berat dan merasa “ngantuk” (Budiono, 2003).Kelelahan umum

biasanya ditandai berkurangnya kemauan untuk bekerja yang

disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja

fisik, keadaan di rumah, sebab- sebab mental, status kesehatan dan

keadaan gizi (Tarwaka, 2004).

Beberapa jenis kelelahan umum menurut Budiono (2003) adalah:

1) Kelelahan penglihatan, muncul dari terlalu letihnya

mata.

2) Kelelahan seluruh tubuh, sebagai akibat terlampau

besarnya beban fisik bagi seluruh organ tubuh.

3) Kelelahan mental, penyebabnya dipicu oleh pekerjaan yang

bersifat mental dan intelektual.

4) Kelelahan syaraf, disebabkan oleh terlalu tertekannya salah

satu bagian dari sistem psikomotorik.

5) Kelelahan kronis, sebagai akibat terjadinya akumulasi efek

kelelahan pada jangka waktu yang panjang.

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

41

6) Kelelahan siklus hidup sebagai bagian dari irama

hidup siang dan malam serta petukaran periode tidur.

Berdasarkan penyebab kelelahannya, kelelahan dapat dikategorikan

sebagai berikut :

1) Kelelahan fisiologis merupakan kelelahan yang disebabkan

karena adanya faktor lingkungaan fisik, seperti penerangan,

kebisingan, panas dan suhu.

2) Kelelahan psikologis terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar

diri yang berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi

dengan sesama pekerja maupun dengan atasan (Depnaker, 2004).

Observasi yang pernah dilakukan, bahwa perasaan letih seperti

haus, lapar dan perasaan lainnya yang sejenis merupakan alat

pelindung alami sebagai ndikator bahwa keadaan fisik dan psikis

seseorang menurun (Budiono, 2009).

2.1.4 Gejala Kelelahan dan Tanda Kelelahan

Dalam ILO Workshelf (1983) menyebutkan bahwa kelelahan

dipengarui banyak sisi. Proses biologis kelelahan secara umum tidak dapat

diukur dengan cara langsung, sehingga definisi terutama berorientasi pada

gejala-gejala kelelahan. Gejala kelelahan dapat dibagi, misalnya, ke dalam

tiga kategori berikut:

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

42

1. Gejala Psikologi: kelelahan dianggap sebagai penurunan fungsi organ

atau organisme secara keseluruhan. Itu menghasilkan reaksi fisiologis,

misalnya, peningkatan frekuensi denyut jantung atau aktivitas otot

listrik.

2. Gejala Perilaku: kelelahan diartikan terutama sebagai penurunan

parameter kinerja. Contoh meningkatnya kesalahan ketika

memecahkan tugas-tugas tertentu, atau variabilitas meningkatkan

kinerja.

3. Gejala Psiko-fisik: kelelahan ditafsirkan sebagai peningkatan perasaan

tenaga dan penurunan sensasi, tergantung pada intensitas, durasi dan

komposisi faktor stres.

Dalam proses kelelahan ketiga gejala tersebut dalam prosesnya,

mereka dapat muncul di berbagai titik dalam waktu tertentu. Reaksi

fisiologis dalam sistem organik, terutama mereka yang terlibat dalam

pekerjaan, mungkin muncul pertama. Kemudian perasaan tenaga mungkin

akan terpengaruh. Perubahan kinerja diwujudkan umumnya dalam

keteraturan penurunan kerja atau dalam kuantitas meningkatnya

kesalahan, meskipun rata-rata kinerja mungkin belum terpengaruh.

Sebaliknya, dengan motivasi yang tepat orang yang bekerja bahkan

mencoba untuk mempertahankan kinerja melalui kehendak-kekuasaan.

Langkah berikutnya mungkin penurunan yang jelas dari kinerja berakhir

dengan gangguan kinerja. Gejala-gejala fisiologis dapat menyebabkan

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

43

kerusakan pada organisme termasuk perubahan struktur kepribadian dan

dalam kelelahan.

2.1.5 Cara Pengukuran

Sampai saat ini belum ada metode pengukuran kelelahan yang baku

karena kelelahan merupakan suatu perasaan subyektif yang sulit diukur

dan diperlukan pendekatan secara multidisiplin (Grandjean, 1993) dalam

Tarwaka (2004).

Untuk mengetahui dan menilai kelelahan dapat dilakukan

pengukuran/pengujian mengenai:

1. Waktu Reaksi adalah reaksi sederhana atas rangsangan tunggal atau

reaksi kompleks yang memerlukan koordinasi. Kelelahan dapat

diklasifikasikan berdasarkan rentang atau range waktu reaksi

sebagai berikut (Tim Hiperkes, 2003):

1) Normal : waktu reaksi 150,0 – 240,0

milidetik

2) Kelelahan Kerja Ringan (KKR) :waktu reaksi>240,0 - <410,0

milidetik

3) Kelelahan Kerja Sedang (KKS) :waktu reaksi >410,0– <580,0

milidetik

4) Kelelahan Kerja Berat (KKB) : waktu reaksi ≥ 580,0 mili

detik

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

44

Menurut Sanders & Mc Cormick (1987) yang dikutip oleh

Tarwaka,dkk (2004), waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu

respon yang spesifik saat satu stimuli terjadi. Sedangkan menurut laporan

Setyawati L (1996) yang dikutip oleh Tarwaka, dkk (2004), dalam uji

waktu reaksi ternyata stimuli terhadap cahaya lebih cepat diterima oleh

reseptor daripada stimuli suara.

2. Konsentrasi (pemeriksaan Bourdon Wiersma)

Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan

yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan

menyelesaikan pekerjaan. Bourdon Wiersma test, merupakan salah

satu alat yang dapat digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian

dan konsentrasi. Hasil tes akan menunjukkan bahwa semakin lelah

seseorang maka tingkat kecepatan, ketelitian dan konsentrasi akan

semakin rendah atau sebaliknya. Namun demikian Bourdon Wiersma

tes lebih tepat untuk mengukur kelelahan akibat aktivitas atau

pekerjaan yang lebih bersifat mental. Uraian tersebut diatas dapat

ditarik kesimpulan, bahwa kelelahan biasanya terjadi pada akhir jam

kerja yang disebabkan oleh karena beberapa faktor, seperti monotoni,

kerja otot statis, alat dan sarana kerja yang tidak sesuai dengan

antropometri pemakainya, stasiun kerja yang tidak ergonomik, sikap

paksa dan pengaturan waktu kerja-istirahat yang tidak tepat. Sumber

kelelahan dapat disimpulkan dari hasil pengujian tersebut.

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

45

3. Uji fusi kelipan (flicker fusion test)

Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk

melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin

panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Uji

kelipan, disamping untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan

keadaan kewaspadaan tenaga kerja (Tarwaka, 2004).

4. Elektro-ensefalogram (EEG)

Elekto-ensefalogram (EEG) adalah rekaman aktivitas listrik otak,

yang digunakan untuk mendiagnosis kondisi neurologis (Kamus

Kesehatan, 2012). Electroencephalogram (EEG) adalah suatu test

untuk mendeteksi kelainan aktivitas elektrik otak (Campellone, 2006).

Electroencephalografi adalah prosedur pencatatan aktifitas listrik otak

dengan alat pencatatan yang peka sedangkan grafik yang

dihasilkannya disebut Electroencephalogram. Jadi Aktivitas otak

berupa gelombang listrik, yang dapat direkam melalui kulit kepala

disebut Elektro-Ensefalografi (EEG). Amplitudo dan frekuensi EEG

bervariasi, tergantung pada tempat perekaman dan aktivitas otak saat

perekaman.Saat subyek santai, mata tertutup, gambaran EEG nya

menunjukkan aktivitas sedang dengan gelombang sinkron 8-14

siklus/detik, disebut gelombang alfa.Gelombang alfa dapat direkam

dengan baik pada area visual di daerah oksipital. Gelombang alfa yang

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

46

sinkron dan teratur akan hilang, kalau subyek membuka matanya yang

tertutup. Gelombang yang terjadi adalah gelombang beta (> 14

siklus/detik).Gelombang beta direkam dengan baik di regio frontal,

merupakan tanda bahwa orang terjaga, waspada dan terjadi aktivitas

mental. Meski gelombang EEG berasal dari kortek, modulasinya

dipengaruhi oleh formasio retikularis di subkortek.

5. Perasaan kelelahan secara subjektif (Subjektive feelings of fatigue)

Subjective Self Rating Tes dari Industrial Fatigue Research

Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang

dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut

berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari:

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

50

(1) 10 Pertanyaan tentang pelemahan kegiatan:

1. Perasaan berat di kepala

2. Lelah di seluruh badan

3. Berat di kaki

4. Menguap

5. Pikiran kacau

6. Mengantuk

7. Ada beban pada mata

8. Gerakan canggung dan kaku

9. Berdiri tidak stabil

10. Ingin berbaring

(2) 10 Pertanyaan tentang pelemahan motivasi:

1. Susah berfikir

2. Lelah untuk bicara

3. Gugup

4. Tidak berkonsentrasi

5. Sulit untuk memusatkan perhatian

6. Mudah lupa

7. Kepercayaan diri berkurang

8. Merasa cemas

9. Sulit mengontrol sikap

10. Tidak tekun dalam pekerjaan

(3) 10 Pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik :

1. Sakit dikepala

2. Kaku di bahu

3. Nyeri di punggung

4. Sesak nafas

5. Haus

6. Suara serak

7. Merasa pening

8. Spasme di kelopak mata

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

51

9. Tremor pada anggota badan

10. Merasa kurang sehat

Subjective Self Rating Test (SSRT) dari Industrial Fatigue

Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner

yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif.

Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari : 10

pertanyaan tentang pelemahan kegiatan (pertanyaan no 1 s/d 10); 10

pertanyaan tentang pelemahan motivasi (11 s/d 20); dan 10 pertanyaan

tentang gambaran kelelahan fisik (21 s/d 30). Pengukuran kelelahan

dengan menggunakan kuesioner kelelahan subjektif dapat digunakan

untuk menilai tingkat keparahan kelelahan individu dalam kelompok

kerja yang cukup banyak atau kelompok sampel yang yang dapat

mempresentasikan populasi secara keseluruhan (Tarwaka, 2008)

Jika skor kelelahan subjektif < 40 dan reaction timer test

menunjukkan normal dan ringan, maka dikategorikan Tidak Lelah.

Jika skor kelelahan ≥ 40 dan reaction timer test menunjukkan

kelelahan kerja sedang atau berat maka dikategorikan Lelah

(Purnawati, 2005).

Meskipun ada banyak macam cara ukur untuk mengevaluasi kelelahan

tetapi dalam penelitian ini dilakukan Reaction Timer Test yang merupakan tes

objektif dari kelelahan umum. Reaction timer sebagai pengukuran kelelehan

dengan mengetahui respon stimuli responden secara spesifik. Reaction timer

test dilakukan setelah bekerja.

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

52

2.1.6 Dampak Kelelahan

Kelelahan kerja merupakan komponen fisik dan psikis. Kerja fisik

yang melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan

konsentrasi terus menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologis dan

disertai penurunan keinginan untuk bekerja yang disebabkan faktor psikis

sehingga menyebabkan timbulnya perasaan lelah (Suma’mur, 2009).

Kelelahan juga dapat berakibat menurunnya perhatian, perlambatan dan

hambatan persepsi, lambat dan sukar berfikir, penurunan kemauan atau

dorongan untuk bekerja, penurunan kewaspadaan, konsentrasi dan

ketelitian, menurunnya efisiensi dan kegiatan-kegiatan fisik dan mental

yang pada akhirnya menyebabkan kecelakan kerja dan terjadi penurunan

poduktivitas kerja (Budiono, 2003).

2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan Kerja

Depkes (1991) menyatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kelelahan

mempunyai beragam penyebab yang berbeda, yaitu beban kerja, beban tambahan

dan faktor individu. Berikut penjelasannya :

1. Beban Kerja

Menurut Depkes (1991) bahwa volume pekerjaan yang dibebankan

kepada tenaga kerja baik fisik maupun mental dan tanggung jawab.

Beban kerja yang melebihi kemampuan akan mengakibatkan kelelahan

kerja. Beban kerja adalah beban yang diterima pekerja untuk menyelesaikan

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

53

pekerjaannya, seperti mengangkat, berlari dan lain-lain. Setiap pekerjaan

merupakan beban bagipelakunya. Beban tersebut dapat berupafisik, mental

atau sosial. Derajat beratnya beban kerja tidak hanya tergantung pada

jumlah kalori yang dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada jumlah

otot yang terlibat pada pembebanan otot statis.

Evaluasi jumlah panas metabolik tubuh dapat diperoleh dengan

menggunakan estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH 1986

yang dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Estimasi Pengukuran Panas Metabolik

A Body position and

movement

Kcal/min*

Sitting

Standing

Walking

Walking uphill

0.3

0.6

0.2 – 3.0

Add 0,8 per meter rise

B Type of Work Average

Kcal/min

Range kcal/min

Hand work

Light

Heavy

Work one arm

Light

Heavy

Work Both two arms

Light

Heavy

Work whole body

Light

Moderate

Heavy

Very Heavy

0.4

0.9

1.0

1.8

1.5

2.5

3.5

5.0

7.0

9.0

0.2 – 12

0.7 – 2.5

1.0 – 3.5

2.5 – 9.0

C Basal Metabolism 1.0

D Sample calculation Average Kcal/min

Assembling work with heavy handtools

Standing

0.6

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

54

Two arms work

Basal metabolism

Total

3.5

1.0

5.1 kcal/min

*For standart worker of 70 kg body weight (154lbs) and 1.8m2 body

surface (19.4 ft2)

** Example of measuring metabolic heat production of worker when

performing initial screening

Sumber : NIOSH Occupational Exposure to Hot Environments, 1986

Selain estimasi pengukuran panas metabolik menurut NIOSH 1986,

panas metabolisme dapat diukur melalui perhitungan beban kerja berdasarkan

tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi. Penilaian beban kerja

dilakukan dengan pengukuran berat badan tenaga kerja, pengamatan aktifitas

tenaga kerja dan kebutuhan kalori berdasarkan pengeluaran energi sesuai tabel

perhitungan beban kerja. Pengamatan aktifitas kerja dilakukan dengancara

pengamatan pada kategori jenis pekerjaan dan posisi badan pekerja setiap

jam, kemudian posisi dan lama gerakan tersebut dicatat dan dihitung.

Hasil penelitian Hariyono, dkk (2009) bahwa sebesar 23,64% beban

kerja berat yang mengalami kelelahan dan 56,34% beban kerja ringan yang

mengalami kelelahan. Berat ringannya beban kerja baik fisik maupun mental

dapat mempengaruhi tingkat kelelahan. Beban kerja fisik yang terlalu berat

dapat berakibat cadangan energi tubuh sangat berkurang serta penumpukan

asam laktat yang berlebihan sehingga tingkat kelelahan menjadi berat. Beban

kerja yang terlalu ringan dan monoton dalam waktu lama dapat menimbulkan

kebosanan dan berakibat stimulasi elektris sistim inhibisi menjadi lebih kuat,

sehingga menurunkan kemampuan bereaksi dan menimbulkan kecenderungan

untuk tidur. Semuanya ini dapat mengakibatkan kelelahan dalam tingkat yang

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

55

berat meskipun beban kerja fisik maupun mental yang harus dijalankan tidak

berat (Purnawati, 2005)

Evaluasi Tingkat Beban Kerja

Evaluasi tingkat beban kerja diperoleh dengan mengkategorikan hasil

estimasi pengukuran panas metabolisme menurut Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi No. 13/MEN/X/2011 Thn. 2011

Tabel 2.2 NAB Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)

Pengaturan

waktu kerja

setiap jam

ISBB (oC)

Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75% - 100% 31.0 28.0 -

50% - 75% 31.0 29.0 27.5

25% - 50% 32.0 30.0 29.0

0% - 25% 32.2 31.1 30.5

Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

13/MEN/X/2011 Thn. 2011

Catatan :

Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200

Kilokalori/jam.

Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200

sampai dengan kurang dari 350 Kilo kalori/jam.

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

56

Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai

dengan kurang dari 500 Kilo kalori/jam.

Menghitung beban kerja berdasarkan kebutuhan kalori pekerja, dengan

menggunakan rumus :

Keterangan:

BK1,BK2,…,BKn = Beban Kerja sesuai aktifitas 1,2,…,n

T1,t2,t3 = Waktu Kerja sesuai aktifitas kerja 1,2,…,n

Kkal = Kalori yang dikeluarkan per kilogram berat

badan

Kkal Laki-laki = 1 kkal/min berat badan per jam

Kkal perampuan = 0.9 kkal/kg berat badan per jam

2. Beban Tambahan

Beban tambahan merupakan beban diluar beban kerja yang harus

ditanggung oleh pekerja. Beban tambahan tersebut berasal dari lingkungan

kerja yang memiliki potensi bahaya seperti lingkungan kerja. Menurut

Purnawati (2005), kondisi lingkungan kerja seperti ikim lingkungan kerja

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

57

yang tidak nyaman, kebisingan, maupun penerangan yang tidak sesuai standar

dapat merupakan beban tambahan bagi tubuh pekerja. Menurut Ramdan

(2007) bahwa perasaan kelelahan yang terjadi dipengaruhi oleh kebisingan

tinggi dan suhu tinggi. Lingkungan yang dapat mempengaruhi kelelahan

adalah :

a) Iklim Kerja

Iklim kerja merupakan suatu lingkungan kerja yang mempunyai

iklim atau cuaca tertentu, yang dapat berupa iklim kerja panas dan

iklim kerja dingin. Iklim kerja sangat erat kaitannya dengan suhu

udara, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi

(Budiono, 2003). Kombinasi keempat faktor tersebut yang

dipadankan dengan produksi panas oleh tubuh sendiri yang disebut

tekanan panas (heat stress). Faktor-faktor yang menyebabkan

pertukaran panas antara tubuh dengan lingkungan sekitarnya adalah

konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Udara adalah penghantar

panas yang kurang begitu baik, tetapi melalui kontak dengan tubuh

dapat terjadi pertukaran panas antara udara dengan tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian Mustagfirin (2011) bahwa menunjukkan

ada hubungan yang bermakna antara iklim kerja dengan kelelahan

(p=0,022) dengan nilai pengukuran iklim kerja (ISBB) didapatkan

melebihi NAB yaitu 31,1 C.

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

58

Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil bahwa produktivias kerja

pekerja akan mencapai tingkat yang paling tinggi pada

temperatur sekitar 24oC sampai 27

oC. (Suma’mur, 2009)

Alat untuk mengukur iklim kerja menggunakan alat WBGT.

Evaluasi Tingkat Beban Kerja dan suhu iklim kerja diperoleh dengan

mengkategorikan hasil estimasi pengukuran panas metabolisme

menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

13/MEN/X/2011 Thn. 2011

Tabel 2.3 NAB Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)

Pengaturan waktu

kerja setiap jam

ISBB (oC)

Beban Kerja

Ringan Sedang Berat

75% - 100% 31.0 28.0 -

50% - 75% 31.0 29.0 27.5

25% - 50% 32.0 30.0 29.0

0% - 25% 32.2 31.1 30.5

Catatan :

Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200

Kilokalori/jam.

Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200

sampai dengan kurang dari 350 Kilo kalori/jam.

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

59

Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai

dengan kurang dari 500 Kilo kalori/jam.

Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

13/MEN/X/2011 Thn. 2011

b) Kebisingan

Kebisingan merupakan suara atau bunyi yang tidak dikehendaki

karena pada tingkat atau intensitas tertentu dapat menimbulkan

gangguan, terutama merusak alat pendengaran. Kebisingan akan

mempengaruhi faal tubuh seperti gangguan pada saraf otonom yang

ditandai dengan bertambahnya metabolisme, bertambahnya tegangan

otot sehingga mempercepat kelelahan (Suma’mur, 2009).

Di lingkungan kerja, kebisingan merupakanmasalah kesehatan

kerja yang selalu timbul. Paparan bising dalam waktu dan kadar yang

melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) dan tanpa proteksi yang

memadai dapat menyebabkan gangguan kesehatan/penyakit akibat

kerja.Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan adalah intensitas

kebisingan dimana pekerja masih sanggup menerima tanpa

menunjukkan gejala sakit akibat bising atau seseorang tidak

menunjukkan kelainan pada pemaparan tersebut dalam waktu 8 jam

per hari atau 40 jam perminggu. Sesuai dengan Kep. Menaker

No.13/MEN/X/2011 menyatakan NAB : Kebisingan untuk 8 jam per

hari adalah 85 dB. Alat untuk mengukur intensitas Kebisingan adalah

Sound Level Meter (SLM).

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

60

Tabel 2.4 Nilai Ambang Batas Kebisingan

Waktu Pemaparan per Hari Intensitas dalam dBA

8

Jam

85

2 88

4 91

1 94

30

Menit

97

15 100

7,5 103

3,75 106

1,88 109

0,94 112

28,12

Detik

115

14,06 118

7,03 121

3,52 124

1,76 127

0,88 130

0,44 133

0,22 136

0,11 139

Sumber :Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.

13/MEN/X/2011 Thn. 2011

c) Penerangan

Penerangan di tempat kerja adalah salah satu sumber cahaya yang

menerangi benda-benda di tempat kerja.Permasalahan penerangan

meliputi kemampuan pekerja untuk melihat sesuatu, sifat-sifat dari

indera penglihat, usaha-usaha yang dilakukan untuk melihat objek

lebih baik dan pengaruh penerangan terhadap lingkungan.

Penerangan dapat dikatakan “buruk” apabila memiliki intesitas

penerangan yang rendah untuk jenis pekerjaan yang sesuai, distribusi

yang tidak merata, mengakibatkan kesilauan, dan kurangnya

kekontrasan (Budiono,2003).

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

61

Secara ringkas intensitas penerangan adalah:

1) Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan di lingkungan

perusahaan harus paling sedikit 20 lux;

2) Penerangan untuk pekerjaan yang hanya membedakan barang

kasar dan besar paling sedikit 50 lux;

3) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan mebdakan barang-

barang kecil sepintas paling sedikit 100 lux;

4) Penerangan untuk pekerjaan yang mebdakan barang kecil

agak teliti paling sedikit 200 lux;

5) Penerangan untuk oekerjaan yang mebedakan dengan teliti

barang-barang kecil dan halus paling sedikit 300 lux

6) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan

barang halus dan kontras yang sedang dalam waktu lama

paling sedikit 500 – 1000 lux;

7) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan

bearang yang sangat halus dengan kontras dalam waktu yang

lama paling sedikit 2000 lux.

Lingkungan kerja fisik tersebut dapat dipertegas bahwa dengan

pengendalian faktor-faktor yang bebahaya di lingkungan kerja

diharapkan akan tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman

dan produktif bagi tenaga kerja.

Berdasarkan laporan dari studi lapangan yang dilakukan oleh

Wardani et al (2012) di industri konveksi RM Tailor, pada bulan

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

62

Oktober-November 2009, pengukuran intensitas cahaya dalam

ruangan adalah 72 lux, suhu 38oC dan kelembaban adalah 58%. Hal

ini dipahami bahwa faktor fisik yang berhubungan dengan

lingkungan kerja mempengaruhi kelelahan pekerja, dalam kondisi

yang tidak memadai faktor fisik meningkatkan risiko terkena

kelelahan. Oleh karena itu, pencahayaan merupakan salah satu faktor

fisik yang dapat mempengaruhi kelelahan kerja pada pekerja.

3. Faktor Individu

a) Jenis Kelamin

Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua

jenis kelamin pekerja yang ditentukan secara biologis yang melekat pada

jenis kelamin tertentu (Suryanto, 2012). Secara umur wanita hanya

mempunyai kekuatan fisik 2/3 dari kemampuan fisik atau kekuatan otot

laki-laki.Laki-laki lebih tahan terhadap kelelahan dibandingkan pada

pekerja wanita.Tetapi dalam beberapa hal pekerja wanita lebih teliti dan

fleksibel dalam melakukan pekerjaannya, prevalensi kelelahan wanita

lebih tinggi dari pada pria di masyarakat maupun di klinik (Buchwald,

1995 dalam artikel Silaban, 1998).

b) Umur

Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau

diadakan). Pertambahan umur seseorang berpengaruh terhadap fungsi

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

63

organ tubuh setelah mencapai puncak kematangan umur dewasa fungsi

organ tubuh mengalami penurunan. Penurunan kemampuan melakukan

aktifitas dan kemampuan kerja menjadi menurun. Penurunan tersebut

karena penyusutan jaringan tubuh secara bertahap, yang meliputi jaringan

otot, sistem saraf, dan organ-organ vital lainnya. Penurunan fungsi

fisiologis neurologis terjadi sesudah berumur 30 sampai 40 tahun dengan

irama penurunan yang berbeda untuk setiap orang (Depkes, 2003). Dalam

penelitian Hardi (2006) menyatakan dari 49 responden, yang berumur <

40 tahun (muda) terdapat sebanyak 15 (30,6%) responden yang merasakan

tidak ada keluhan kelelahan kerja dan sebanyak 3 (6,1%) responden yang

merasakan ada keluhan kelelahan kerja. Sedangkan yang berumur 40

tahun (tua) terdapat sebanyak 15 (30,6 %) responden yang merasakan

tidak ada keluhan kelelahan kerja dan sebanyak 16 (32,7 %) responden

yang merasakan ada keluhan kelelahan kerja. Dari hasil uji Chi-Square

dengan tingkat kemaknaan P (0,016) yang berarti bermakna. Seseorang

yang berumur muda mampu melakukan pekerjaan berat dan sebaliknya

jika seseorang bertambah umurnya maka kemampuan melakukan

pekerjaan berat akan menurun. Semakin bertambahnya umur, tingkat

kelelahan akan semakin cepat terjadi dan dalam melakukan pekerjaannya

kurang gesit sehingga mempengaruhi kinerjanya.

c) Masa Kerja

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

64

Masa kerja merupakan akumulasi waktu dimana pekerja telah

memegang pekerjaan tersebut. Semakin banyak informasi yang kita

simpan maka semakin banyak keterampilan yang kita pelajari dan akan

semakin banyak hal yang kita kerjakan. Menurut Purnawati (2005), bahwa

masa kerja berperan dalam menentukan beban kerja dan tentu dapat

mempengaruhi berat, ringannya tingkat kelelahan. Beban kerja yang

melebihi kapasitas pekerja yang dialami berkepanjangan selama

kehidupan kerja akan berakibat penumpukan kelelahan sehingga berakibat

tingginya tingkat kelelahan. Pada penelitian Ardhani (2011) menyatakan

dari 47 orang tenaga kerja yang mengalami macam tingkat kelelahan

mempunyai hubungan antara faktor individu dengan masa kerja (p =

0,048). Pada penelitian Eraliesa (2009) bahwa responden yang paling

banyak merasakan lelah terdapat pada kelompok >10 tahun yaitu

sebanyak 14 orang (53,8%) dengan hubungan bermakna diperoleh p =

0,002.

Proses adaptasi memberikan efek positif yaitu dapat menurunkan

ketegangan dan peningkatan aktivitas atau performasi kerja, sedangkan

efek negatifnya batas ketahanan tubuh yang berlebihan pada proses kerja.

Kelelahan ini membawa kepada pengurangan fungsi psikologi dan

fisiologi yang dapat dihilangkan dengan upaya pemulihan. Pada masa

kerja dengan periode dekade, kelelahan berasal dari kelebihan usaha

selama beberapa dekade dan dapat dipulihkan dengan pensiun, sedangkan

untuk masa kerja yang masih dalam periode tahun, kelelahan berasal dari

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

65

kelebihan usaha selama beberapa tahun yang dapat dipulihkan dengan

liburan (Granjean (1988) dalam Tarwaka (2004)).

d) Kebiasaan Merokok

Semakin lama dan tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi

tingkat kelelahan otot yang dirasakan. Hal ini sebenarnya terkait otot

dengan kondisi kesegaran tubuh seseorang. Kebiasaan merokok akan

dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan untuk

mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya tingkat kesegaran

juga menurun. Apabila yang bersangkutan harus melakukan tugas yang

menuntut pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan

oksigen dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi

tumpukan asam laktat dan akhirnya timbul kelelahan (Tarwaka, 2004).

Seseorang dapat dikatakan perokok ringan apabila merokok kurang dari

10 batang perhari, dikatakan perokok sedang apabila merokok 10-20

batang perhari dan dikatakan perokok berat apabila merokok lebih dari 20

batang perhari (Bustan, 2000).

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

66

e) Status Gizi

Kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu

bentuk penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian

dari upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah

satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam

peningkatan produktivitas kerja. Hal ini perlu menjadi perhatian semua

pihak, terutama pengelola tempat kerja mengingat para pekerja umumnya

menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap harinya di tempat kerja.Hasil

penelitian Ardhani (2011) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara

faktor individu yaitu status gizi (p = 0,014) dengan distribusi responden

dari 47 orang tenaga kerja sebagian besar mengalami tingkat kelelahan

sedang sebanyak 27 orang (57,4%) dan 20 orang (42,6%) mengalami

tingkat kelelahan ringan. Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat

kurangnya motivasi kerja, tanpa menyadari faktor lainnya seperti gizi

pekerja. Perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai makna yang sangat

penting dalam upaya mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi

serta meningkatkan produktivitas kerja. Berat ringannya beban kerja

seseorang ditentukan oleh lamanya waktu melakukan pekerjaan dan jenis

pekerjaan itu sendiri. Semakin berat beban kerja, sebaiknya semakin

pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan gangguan

fisiologis yang berarti atau sebaliknya.

Penilaian status gizi pekerja perlu dilakukan, karena dengan

mengetahui status gizi pekerja dapat ditentukan kebutuhan gizi yang

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

67

sesuai serta pemberian intervensi gizi bila diperlukan. Penilaian status

gizi dilakukan melalui beberapa cara antara lain : pemeriksaan biokimia,

pemeriksaan klinis, pemeriksaan biofisik dan antropometri. Antropometri

merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penilaian status

gizi.Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi

badan (TB). Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan

penghitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

IMT : Indeks Masa Tubuh

BB : Berat Badan (Kg)

TB : Tinggi Badan (m)

Depkes RI (2003) juga mengklasifikasikan status gizi berdasarkan

IMT. Pengklasifikasian status gizi oleh Depkess lebih sederhana

dibandingkan pengklasifikasian oleh WHO, hal ini didasari oleh postur

tubuh orang indonesia yang lebih kecil dibandingkan postur tubuh orang

luar sehingga pengklasifikasian WHO tidak cocok dengan keadaan fisik

orang Indonesia. Selain itu pengklasifikasian status gizi berdasarkan IMT

menurut Depkes, berdasarkan jenis kelamin. Laki-laki memiliki rentangan

IMT yang lebih kecil dari wanita, dikarenakan komposisi lemak dalam

tubuh wanita lebih banyak dari pada laki-laki. Pada seseorangan dengan

IMT diatas normal akan menggunakan lebih banyak energi untuk

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

68

melakukan suatu pekerjaan karena membutuhkan usaha lebih besar untuk

menggerakkan berat badan tambahan sehingga lebih mudah mengalami

kelelahan (Purnawati, 2005).

Tabel 2.5 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT

Keadaan Klasifikasi Indeks Masa Tubuh

Laki-laki

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat

Kekurangan berat badan tingkat ringan

<17

Normal 17 - 23

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan

(overweight)

Kelebihan berat badan tingkat berat

(obesitas)

23,1 - 27

> 27

Sumber : Pedoman Praktis Terapi Gizi Medis, Depkes RI (2003)

f) Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur,

sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah,

mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar

mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian

terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk

(Hidayat, 2006).

Pada hasil penelitian Nanik (2008), bahwa ada hubungan yang

signifikan antara kualitas tidur dengan terjadinya kelelahan dengan nilai

probabilitas 0,043.Hal ini membuktikan bahwa kualitas tidur

mempengaruhi terjadinya kelelahan pada manusia.

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

69

Salah satu penyebab kelelahan adalah ganguan tidur (sleep

distruption) yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu

tidur dan ganguan pada circadian rhythms akibat jet lag atau shift kerja.

Tidur adalah proses alamiah manusia untuk memberikan kesempatan

pada sel saraf (neuron) tubuh kita untuk beristirahat dan memperbaiki

kondisinya. Semua manfaat tidur itu bisa diperoleh kalau tidur kita

berkualitas.Kualitas tidur merupakan sumber kesegaran, tenaga, dan

vitalitas yang dibutuhkan untuk mengoptimalkan produktifitas keesokan

harinya. Kualitas tidur adalah kebutuhan mutlak yang sama pentingnya

dengan makanan bergizi dan olahraga.Umumnya seseorang

membutuhkan tidur 7-8 jam perhari. Perbedaan tidur baik dan tidak

dibedakan menjadi 7 komponen, yaitu: kualitas tidur, sleep latency,

lamanya tidur, efisiensi kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan

obat tidur dan efek lainnya. Responden dipersilahkan menjawab 7

komponen tersebut, pada masing-masing kuesioner mempunyai rentan

nilai dari 0-3 (Sukron, 2011).

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) merupakan instrumen

yang efektif digunakan untuk mengukur kualitas dan pola tidur di

dewasa yang lebih tua. Ini membedakan "sulit" dari tidur "baik" dengan

mengukur tujuh domain: kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi

tidur, tidur kebiasaan efisiensi, gangguan tidur, penggunaan obat tidur,

dan disfungsi siang hari selama satu bulan terakhir. Tingkat diri setiap

seseorang dari tujuh komponen tidur.S koring dari jawaban didasarkan

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

70

pada skala 0 sampai 3, dimana 3 mencerminkan ekstrim negatif pada

Skala Likert. Sebesar global "5" atau lebih menunjukkan "sulit" tidur.

Meskipun ada beberapa pertanyaan yang meminta evaluasi responden

tentang teman tidur atau teman sekamar, ini tidak mempengaruhi hasil

ini seperti tercermin dalam instrumen terlampir (Smyth, 2012).

g) Kondisi Kesehatan

Faktor tenaga kerja seperti kondisi kesehatan mempengaruhi tingkat

kelelahan yang terjadi pada pekerja. Tingkat kesehatan terbagi menjadi 2

yaitu tingkat kesehatan fisik dan tingkat kesehatan psikologis atau

mental.Kesehatan mental ataupun psikologis juga mempengarui kelelahan

kerja.Pekerja memiliki pikiran-pikiran dan pertimbangan-pertimbangan.

Salah satu pikiran yang selalu mengganggu adalah kekhawatiran dimana

kehawatiran ini meningkat dan menjadi tegangan pikiran yang

mengakibatkan pekerja yang bersangkutan menjadi sakit. Tekanan hidup

juga tercermin dalam pekerjaannya misalnya perlambatan kerja ataupun

kerusakan alat (Ariani, 2009)

Grandjean (1997) dalam Pangesti (2008) menyatakan bahwa kelelahan

secara fisologis dan psikologis dapat terjadi jika tubuh dalam kondisi tidak

fit / sakit atau seseorang mempunyai keluhan teradap penyakit tertentu.

Semakin besar kondisi kesehatan yang dirasakan kurang sehat oleh

pekerja maka kelelahan akan semakin cepat timbul. Kondisi tubuh yang

tidak seat yang menjadikan atau diikuti dengan kenaikan suhu 10C

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

71

diperlukan peningkatan energy basal sekitar 13%, oleh karena itu

kelelahan akan semakin cepat dirasakan.

Kelelahan pada seseorang juga dapat terjadi dari riwayat penyakit

seseorang yang dapat berkontribusi menimbulkan kelelahan, seperti

penyakit jantung, diabetes, anemia, gangguan tidur, Parkinson (NTC,

(2006) dalam Putri (2008)). Dalam literatur Arthur C.Gyton dan John E

hall (1999) menjelaskan bahwa status kesehatan dapat mempengaruhi

kelelahan kerja yang dapat dilihat dari riwayat penyakit yang

diderita. Beberapa riwayat penyakit yang mempengaruhi kelelahan,

yaitu:

a) Jantung, terjadi ketidakseimbangan antara kebutuhan oksigen

dengan penyediaan aliran darah meningkat. Pada keadaan kurang

oksigen (O2), karbondioksida (CO2) dan ion H+ dilepaskan.

Untuk memenuhi kekurangan oksigen (O2) tersebut, tubuh

mengadakan proses anaerob, dan proses ini menghasilkaan asam

laktat yang bisa menyebabkaan kelelahan.

b) Gangguan ginjal merupakan sistem pengeluaran sisa metabolisme

terganggu sehingga tertimbun dalam darah. Penimbunan

metabolisme ini menyebabkan kelelahan.

c) Asma merupakan proses transportasi oksigen (O2) dan

karbondioksida (CO2) terganggu sehingga terjadi akumulasi

carbondioksida dalam tubuh. Teganggunya proses tersebut karena

adanya agen-agen sensitisasi dan iritan dalam saluran pernafasan.

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

72

d) Tekanan darah rendah, terjadi apabila kerja jantung untuk memompa

darah ke seluruh tubuh kurang maksimal dan lambat sehingga

kebutuhan oksigen (O2) terhambat.

e) Tekanan darah tinggi menyebabkan kerja jantung menjadi lebih kuat

sehingga jantung membesar dan tidak lagi mampu memompa

darah untuk diedarkan keseluruh tubuh. Selanjutnya terjadi sesak

nafas akibat pertukaran oksigen (O2) terhambat yang akhirnya

memicu terjadinya kelelahan.

f) Pada penyakit paru, oksigen (O2) dan carbondioksida (CO2)

terganggu sehingga banyak yang tertimbun yang akhirnya akan

menyebabkan seseorang cepat mengalami kelelahan.

4. Faktor Pekerjaan

a) Lama Kerja

Menurut penelitian Park, dkk (2001) menyatakan bahwa tingkat keluhan

kelelahan subjektif sebelum pergi ke bekerja untuk waktu kerja yang

lama dan waktu kerja lebih lama secara signifikan cenderung lebih tinggi

daripada waktu kerja yang singkat. Waktu kerja bagi seorang tenaga kerja

menentukan efisiensi dan produktivitasnya. Segi-segi terpenting bagi

persoalan waktu kerja meliputi:

1) Lamanya seseorang mampu kerja secara baik

2) Hubungan diantara waktu kerja dan istirahat

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

73

3) Waktu diantara sehari menurut periode yang meliputi siang

dan malam

Lamanya tenaga kerja bekerja sehari secara baik umumnya 6-8 jam

dan sisanya dipergunakan untuk kehidupan dalam keluarga dan

masyarakat, istirahat, tidur dan lain-lain. Memperpanjang waktu kerja

lebih dari kemampuan tersebut biasanya disertai efisiensi yang tinggi,

bahkan biasanya terlihat penurunan produktivitas serta kecenderungan

untuk timbul kelelahan, penyakit dan kecelakaan kerja (Suma’mur, 2009)

b) Pekerjaan Monoton

Keadaan monoton merupakan salah satu penyebab kelelahan

sebagaimana yang telah diilustrasikan oleh ILO, Encyclopedia of

Occupational Helath & Safety pada diagram penyebab kelelahan baik

tinggi maupun rendah. Tidak adanya variasi dalam pekerjaan akan

menimbulkan kejenuhan kerja. Kejenuhan ini dapat terjadi karena pekerja

melakukan pekerjaan yang sama setiap harinya. Pekerjaan yang monoton

seperti ini cukup berpotensi untuk menyebabkan terjadinya kelelahan

kerja. Kebosanan adalah kelelahan yang bersifat mental yang merupakan

komponen penting dalam psikologis lingkungan kerja yang dikarenakan

menghadapi pekerjaan yang berulang-berulang (repetitive). Monoton, dan

aktivitas yang tidak menyenangkan (Silaban, 1998). Kebosanan ini

dirasakan meningkat oleh pekerja pada pertengahan jam kerja dan

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

74

menurun pada akhir jam ketiga (pernyataan Schultz dalam artikel Gerry

Silaban, 1998).

2.3 Workshop PT. X Jakarta

2.3.1 Pengertian Workshop/Bengkel

Yang dimaksud dengan workshop/bengkel disini adalah suatu tempat dimana

dilakukan perbaikan-perbaikan yang bersifat teknis terhadap suatu produk yang

dalam konteks materi ini, produk yang dimaksud adalah kendaraan

bermotor.Sebetulnya kegiatan perbengkelan adalah bagian dari kegiatan jaringan

layanan purna jual yang sekaligus berfungsi mendukung pemasaran produk yang

dijual (yang dalam hal ini adalah kendaraan bermotor).Dalam kenyataannya

layanan tidak hanya diberikan kepada kendaraan, tetapi diberikan pula kepada

pekerjanya yaitu pemilik kendaraan itu sendiri, sehingga mutu pelayanan bagi

keduanya harus menjadi perhatian yang serius.

Materi yang diberikan umumnya berfokus kepada perbengkelan kendaraan

beroda empat atau lebih, namun masih memungkinkan diaplikasikan untuk

kendaraan beroda dua atau lainnya yang juga masih tergolong otomotif. Ada

beberapa jenis dan status bengkel yang dapat diterangkan sebagai berikut :

1. Bengkel Bebas (Independent Work Shop)

Bengkel ini berdiri sendiri, tidak terikat dan tidak memawakili merek tertentu

sehingga kebijakan-kebijakan dapat diambil sendiri sepanjang tidak

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

75

merugikan bengkel itu sendiri sebagi perusahaan atau sepanjang tidak

merusak nama baik perusahaan pemegang merek.

2. Bengkel Perwakilan (Authorized Work Shop)

Bengkel ini masih mirip dengan bengkel tersebut diatas, yaitu berdiri sendiri

tapi ada merek yang diwakilinya melalui surat penunjukan dari pemegang

merek. Kebijakan-kebijakan yang diambil disesuaikan dengan perusahaan

yang menunjuknya dan sekaligus masuk kedalam bagian dari layanan yang

mempunyai jual merek yang bersangkutan.Jenis bengkel ini memungkinkan

untuk menerima kemudahan-kemudahan dari perusahaan yang

menunjuknya.Kemudahan-kemudahan tersebut bisa bersifat bantuan teknis,

permodalan, peralatan atau jenis kemudahan lainnya tergantung dari

kebijakan perusahaan yang menunjuknya dan kesepakatan/perjanjian yang

dibuat diantara keduanya.

3. Bengkel Dealer (Dealer Work Shop)

Bengkel ini merupakan bagian atau sub bagian operasional dari dealer atau

ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) sebagai unit layanan purna jual

untuk mendukung sistem pemasaran. Kebijakan-kebijakan yang dibuat

sepenuhnya tergantung dan tunduk kepada perusahaan/dealer yang

bersangkutan.

PT. X Jakarta adalah salah satu bengkel bebas (independent workshop)

yang tidak terikat dan tidak mewakili merek tertentu sehingga kebijakan-

kebijakan dapat diambil sendiri sepanjang tidak merugikan bengkel itu

sendiri sebagi perusahaan atau sepanjang tidak merusak nama baik

perusahaan pemegang merek.

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

76

2.3.2 Pekerjaan dalam Workshop PT. X Jakarta

Secara garis besar, pekerjaan jasa yang ada di bengkel PT. X Jakarta ini

sebagai berikut:

1. Electrical Services, yaitu menilai dan memperbaiki bagian mesin rotasi

kelistrikan seperti dinamo, pompa, dan lain-lain.

2. Mechanical Services, yaitu memperbaiki dari setiap kebutuhan

electrical services.

2.3.3 Jenis Bahaya di Tempat Kerja Bengkel

Jenis bahaya di tempat kerja bengkel yang mungkin timbul dapat

diklasifikan sebagai berikut:

1. Bahaya Mekanis

Bahaya mekanis bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak

dengan gaya mekanika baik yang digerakkan secara manual maupun

penggerak. Misalnya pada bengkel PT. X Jakarta, seperti mesin

drilling, mesin las,grinding, dll.

Bagian yang bergerak pada mesin mengandung bahaya seperti gerakan

mengebor, memotong, menempa, menjepit, menekan dan bentuk

gerakan lainnya.Gerkan mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau

kerusakan seperti tersayat, terjepit, terpotong, atau terkelupas.

2. Bahaya Listrik

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

77

Bahaya listrik adalah sumber bahaya yang berasal dari energi

listrik.Energi listrik dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti

kebakaran, sengatan listrik, dan hubungan singkat.Di lingkungan kerja

banyak ditemukan bahaya listrik, maupun peralatan kerja atau mesin

yang menggunakan energi listrik.

3. Bahaya Fisik

Bahaya yang berasal dari faktor fisis, antara lain:

a. Kebisingan, dapat mengakibatkan bahaya ketulian atau kerusakan

indera pendengaran

b. Tekanan

c. Getaran

d. Suhu ekstrim

e. Cahaya atau penerangan

f. Radiasi dari bahan radioaktif, sinar UV, atau infrared

Berdasarkan Penelitian Wardani et al (2012) bahwa faktor lingkungan fisik

memiliki hubungan dengan kelelahan pekerja, dan intensitas cahaya adalah

faktor risiko yang kuat dengan nilai PR > 1.

4. Bahaya Biologis

Di berbagai lingkungan kerja terdapat bahaya yang bersumber dari

unsur biologis seperti flora dan fauna yang terdapat di lingkungan kerja

atau berasal dari aktivitas kerja. Potensi bahaya ini ditemukan dalam

industri makanan, farmasi, pertanian dan kimia, pertambangan, minyak

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

78

dan gas bumi. Pada PT. X Jakarta belum diketahui adanya bahaya ini

sebab belum ada penelitian sebelumnya.

5. Bahaya Kimia

Bahan kimia mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat

dan kandungannya.Banyak kecelakaan terjadi akbibat bahaya kimiawi.

Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh bahan-bahan kimia, antara lain:

Keracunan oleh bahan kimia yang bersifat racun (toxic)

Iritasi, oleh bahan kimia yang memiliki sifat iritasi seperti asam

keras, cuka, air accu, dll.

Kebakaran dan peledakan. Beberapa jenis bahan kimia memiliki

sifat mudah terbakar.

Polusi dan pencemaran lingkungan

2.3.4 Faktor dan Potensi Kelelahan Akibat Kerja di Tempat Kerja Bengkel

Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya

yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat

menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja, sala satunya adalah

kelelahan.Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik maupun psikis

terhadap tenaga kerja. Secara umum, potensi bahaya lingkungan kerja

bengkel dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, atara lain :

1) Faktor Teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat

padaperalatan kerja yang digunakam atau dari pekerjaan itu sendiri.

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

79

2) Faktor Lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau

berada di dalam lingkngan, yang bersumber dari proses produksi

termasuk bahan baku, baik produk antara maupun akhir.

3) Faktor Pekerja. Dimana pekerja adalah merupakan atau mengandung

potensi bahaya yang cukup besar terutama apabila pekerja yang

melakukan pekerjaan tidak berada dalam kondisi kesehatan yang

prima, baik fisik maupun psikis.

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

80

2.4 Kerangka Teori

Depkes (1991), Ramdan (2007), Silaban (1998), Granjean (1988), Suma’mur

(1996, 2009), Budiono (2003), Park, dkk (2001), menyebutkan bahwa faktor-faktor

yang berhubungan dengan tingkat kelelahan kerja adalah beban kerja, beban

tambahan (kebisingan, penerangan, iklim kerja), faktor individu (jenis kelamin, umur,

masa kerja, status gizi, kualitas tidur, kondisi kesehatan), dan faktor pekerjaan ( lama

kerja dan pekerjaan yang monoton). Depkes (1991) menyebutkan bahwa kelelahan

mempunyai beragam penyebab yang berbeda, yaitu beban kerja, beban tambahan dan

faktor individu. Dalam tiap variabelnya dikombinasikan dengan teori-teori Silaban

(1998), Granjean (1989), Suma’mur (1996, 2009), Budiono (2003), Park,dkk (2001).

Bagan 2.1

Kerangka Teori

TINGKAT

KELELAHAN

KERJA

1. Beban Kerja

Beban Tambahan di

Lingkungan Kerja

2. Kebisingan

3. Penerangan

4. Iklim Kerja

Faktor Individu

5. Jenis Kelamin

6. Umur

7. Masa Kerja

8. Kebiasaan Merokok

9. Status Gizi

10. Kualitas Tidur

11. Kondisi Kesehatan

Faktor Pekerjaan

12. Lama Kerja

13. Pekerjaan Monoton

Sumber : Depkes (1991), Ramdan (2007), Silaban (1998), Granjean (1988),

Suma’mur (1996, 2009), Budiono (2003), Park, dkk (2001)

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

81

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini mengacu kepada teori dari beberapa penelitian yaitu

modifikasi Depkes (1991), Ramdan (2007), Silaban (1998), Granjean (1989),

Suma’mur (1996, 2009), Budiono (2003), Park, dkk (2001)yang menyebutkan bahwa

faktor yang berhubungan dengan tingkat kelelahan adalah umur, masa kerja, dan

faktor fisik (kebisingan, pencahayaan, dan iklim kerja). Variabel yang diteliti adalah

beban kerja dan faktor individu yang meliputi umur, masa kerja, status gizi, kualitas

tidur dan kondisi kesehatan.

Dari kerangka teori yang dipaparkan, pada penelitian ini variabel

dependennya adalah kelelahan kerja, sedangkan variabel independennya meliputi

beban kerja, umur, masa kerja, status gizi, kualitas tidur dan kondisi kesehatan. Pada

variabel beban kerja, diteliti berdasarkan penilaian OSHA sebab kerja pekerja yang

bersifat mental atau fisik yang masing-masing mempunyai intensitas yang berbeda-

beda untuk mentukan tingkat beban kerja pada tekanan panas. Untuk variabel faktor

individu yang meliputi umur, masa kerja, status gizi, kebiasaan merokok dan kualitas

tidur diteliti pada tiap individunya sebab setiap pekerja memiliki keadaan individu

yang berbeda. Pada faktor tambahan, seperti iklim kerja atau tekanan panas diteliti

pada penelitian ini agar menunjukkan kemungkinan kondisi lingkungan merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi kelelahan kerja.

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

82

Variabel kondisi kesehatan tidak diikutsertakan menjadi variabel yang dukur

tetapi menjadi salah satu syarat atau kriteria inklusi dan ekslusi dalam penelitian ini.

Jika responden dinyatakan sehat dan tidak memiliki riwayat penyakit (jantung, asma,

gangguan ginjal, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan penyakit paru),

maka dapat mengikuti penelitian ini. Sebaliknya jika responden sedang tidak sehat

atau sakit dan memiliki riwayat penyakit (jantung, asma, gangguan ginjal, tekanan

darah tinggi, tekanan darah rendah dan penyakit paru ), maka responden tidak boleh

mengikuti penelitian ini. Sedangkan faktor tambahan, seperti kebisingan turut diukur

namun hasilnya tidak melebihi nilai ambang batas (terlampir) sehingga tidak turut

ikut disertakan didalam variabel. Serta pencahayaan tidak bisa diukur secara tepat dan

akurat sebab pekerjaan dalam 1 hari kerja berpindah-pindah sehingga sulit untuk

menentukan akurasi titik kerjanya. Faktor pekerjaan terhadap lama kerja tidak

dimasukkan dalam penelitian ini sebab semua pekerja memiliki jam kerjanya yang

sama (8 jam/hr), sedangkan untuk faktor pekerjaan, seperti pekerjaan monoton tidak

dihitung sebab membutuhkan penelitian lebih lanjut. Kelelahan kerja ditetapkan

sebagai variabel terikat. Hubungan antara beberapa variabel tersebut digambarkan

dalam bagan di bawah ini :

Bagan 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

1. Iklim Kerja

2. Umur

3. Masa Kerja

4. Status Gizi

5. Kebiasaan Merokok

6. Kualitas Tidur

Tingkat Kelelahan

Kerja

Sumber : Depkes (1991), Ramdan (2007), Silaban (1998), Granjean (1988),

Suma’mur (2009), Budiono (2003), Park, dkk (2001)

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

83

3.2 Definisi Operasional

No. Variable Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Tingkat

Kelelahan

Kerja

Keadaan pengurangan

kapasitas kerja dan ketahanan

tubuh serta melemahnya

tenaga dalam aspek fisik,

psikologi maupun mental

yang di ukur tingkat objektif

dengan menggunakan

Reaction Timer test.

Reaction Timer

Test

Self Administratif 1. Berat : ≥ 580, mili detik

2. Sedang : >410,0 - <580,0

milidetik

3. Ringan : >240,0 - <410,0

mili detik

4. Normal : 150,0 – 240,0

mili detik

Ordinal

2. Iklim Kerja Lingkungan kerja yang

mempunyai iklim atau cuaca

tertentu, yang dapat berupa

iklim kerja panas dan iklim

kerja dingin. Iklim kerja

sangat erat kaitannya dengan

suhu udara, kelembaban,

kecepatan gerakan udara dan

panas radiasi (Budiono, 2009)

Hasil intensitas tekanan panas

berdasarkan beban kerja

pekerja.

1. ISBB (Suhu

Indeks Bola

Basah)

2. Estimasi

Pengukuran

Panas

Metabolik

(NIOSH)

3. Beban Kerja.

(Permenakertr

ans No. 13

Self Administratif 1. > NAB

2. ≤ NAB

(Peraturan Menteri

Tenaga Kerja

Transmigrasi No. 13

MEN/X/2011 Thn 2011)

Ordinal

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

84

MEN/X/2011

Thn 2011)

No. Variable Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

3. Umur Jumlah tahun yang dihitung

mulai dari responden lahir

hingga saat dilakukannya

penelitian

Kuesioner Diisi oleh pekerja

dan Self

Administratif

Tahun Rasio

4. Masa Kerja Akumulasi waktu dimana

pekerja telah memegang

pekerjaan tersebut hingga

pada saat penelitian

dilaksanakan.

Kuesioner Diisi oleh pekerja

dan Self

Administratif

Tahun Rasio

5. Status Gizi Keadaan gizi responden yang

dinyatakan dengan Indeks

Masa Tubuh (IMT) dari nilai

berat badan (BB) dan tinggi

badan (TB) pekerja.

Kuesioner Diisi oleh pekerja 1. < 17 kg/m Kurus

2. 17 – 23 kg/m Normal

3. 23 - ≥ 27 kg/m Gemuk

(Depkes RI, 2003)

Rasio

6. Kebiasaan

Merokok

Kegiatan yang dilakukan

berulang-ulang dalam

mengisap rokok mulai dari

satung batang ataupun lebih

dalam satu hari (Bustan,

2000)

Kuesioner Wawancara 1. Berat (>20 batang/hari)

2. Sedang (10-20

batang/hari)

3. Ringan (< 10 batang/hari)

4. Tidak merokok (0

batang/hari)

(Bustan, 2000)

Ordinal

7. Kualitas

Tidur

Kepuasan seseorang terhadap

tidur, sehingga seseorang

Kuesioner

Pittsburg Sleep

Diisi oleh pekerja

dan Self

1. > 5 (Sulit Tidur)

2. ≤ 5 (Tidur Baik)

Ordinal

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

85

tersebut tidak

memperlihatkan perasaan

lelah, mudah terangsang dan

gelisah, lesu dan apatis,

kehitaman di sekitar mata,

kelopak mata bengkak,

konjungtiva merah, mata

perih, perhatian terpecah-

pecah, sakit kepala dan sering

menguap atau mengantuk.

Quality Index

(PSQI)

Administratif (University of Pittsburg,

2011)

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

86

1.4 Hipotesis

1. Ada hubungan antara iklim kerja dengan tingkat kelelahan kerja pada pekerja

workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

2. Ada hubungan antara umur dengan tingkat kelelahan kerja pada pekerja

workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

3. Ada hubungan antara masa kerja dengan tingkat kelelahan kerja pada pekerja

workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

4. Ada hubungan antara status gizi dengan tingkat kelelahan kerja pada pekerja

workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

5. Ada hubungan kebiasaan merokok dengan tingkat kelelahan kerja pada

pekerja workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

6. Ada hubungan kualitas tidur dengan tingkat kelelahan kerja pada pekerja

workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

87

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah epidemiologi analitik dengan desain cross

sectional. Desain ini dipilih untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan

dengan tingkat kelelahan kerja pada pekerja bengkel di PT. X Jakarta tahun 2013.

Penelitian ini melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan

variabel dependen pada waktu (periode) yang sama. Desain ini digunakan karena

mudah dilaksanakan, sederhana, murah, ekonomis dalam hal waktu, dan hasilnya

dapat diperoleh dengan cepat (Notoatmodjo, 2005).

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Maret tahun 2013 di PT. X

Jakarta.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh pekerja area bengkel kegiatan perbaikan terhadap

mesin di PT. X Jakarta masih aktif bekerja sampai tahun 2013 yang berjumlah 90

orang pada bagian workshop.

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

88

Pemilihan populasi dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili

dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2002). Kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu :

1. Subyek merupakan pekerja yang bekerja di area kegiatan bengkel

2. Masih aktif jika bekerja pada saat dilakukannya penelitian

3. Pekerja dalam kondisi sehat atau keadaan baik seluruh badan serta

bagian-bagiannya (tidak memiliki riwayat penyakit: jantung, asma,

gangguan ginjal, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan

penyakit paru) sampai dilakukannya penelitian.

b. Kriteria ekslusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian

(Notoatmodjo, 2002). Kriteria ekslusi pada penelitian ini yaitu :

1. Pekerja yang dalam keadaan kurang baik seluruh badan serta bagian-

bagiannya (memiliki riwayat penyakit: jantung, asma, gangguan ginjal,

tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan penyakit paru) sampai

dilakukannya penelitian.

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Soekidjo

Notoatmodjo, 2002). Populasi yang digunakan adalah tenaga kerja bengkel

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

89

sejumlah 150 orang. Sedangkan sampel yang diambil adalah pekerja yang

mewakili populasi workshop.

Pengambilan sampel dilakukan secara uji beda dua proporsi dengan rumus

berikut:

Keterangan:

n : Jumlah sampel minimal yang diperlukan

P1 : Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok tertentu

P2 : Proporsi kejadian pada salah satu partisipasi pada kelompok tertentu

: Rata-rata proporsi ((P1+P2)/2)

: Derajat kemaknaan α pada dua sisi (two tail) yaitu sebesar 5% = 1,96

: kekuatan uji 1 – β yaitu sebesar 95% = 1,64

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan tingkat kepercayaan 95%

dengan memakai derajat kemaknaan 5% dan kekuatan uji 95%. Peritungan

sampel akan dilakukan berdasarkan variabel yang akan diteliti yang telah

dilakukan oleh penelitian sebelum-sebelumnya. Adapun spesJikaikasinya yaitu :

1. Umur

Hasil penelitian Hardi (2006) menyatakan dari 49 responden, yang berumur >

40 tahun (tua) (P1) sebanyak sebanyak 16 (32,7 %) responden yang

merasakan ada keluhan kelelahan kerja. terdapat yang berumur < 40 tahun

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

90

(muda) (P2) terdapat sebanyak 3 (6,1%) responden yang merasakan ada

keluhan kelelahan kerja.

2. Masa Kerja

Pada penelitian Eraliesa (2009) bahwa responden yang paling banyak

merasakan lelah terdapat pada kelompok >10 tahun (P1) yaitu sebanyak 17

orang (65,4%) dan pekerja yang mempunyai masa kerja ≤ 10 tahun (P2)

sebanyak 6 orang (12,24%) yang mengalami kelelahan kerja.

3. Status Gizi

Hasil penelitian Eraliesa (2009) bahwa status gizi buruk (P1) sebanyak 9

responden (34,61%) yang mengalami kelelahan kerja, sedangkan yang

mempunyai gizi baik (P2) sebanyak 14 responden (53,84%) yang mengalami

kelelahan kerja.

4. Beban Kerja

Hasil penelitian Hariyono, dkk (2009) bahwa beban kerja berat (P1) sebanyak

13 responden (23,64%) mengalami kelelahan kerja dan beban kerja ringan

(P2) sebanyak 31 responden (56,34%) yang mengalami kelelahan kerja.

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

91

Tabel 4.1

Hasil Perhitungan Sampel

Variabel Diketahui Total Sampel

Umur P1=32,7=0,327

P2=6,1=0,061

P=0,194

n = 55

Masa Kerja P1=65,4%=0,654

P2=12,24%=0,1224

P=0,3882

n = 19

Status Gizi P1=34.61%=0,3461

P2=53,84%=0,5384

P=0,44225

n = 171

Beban Kerja P1=23,64%=0,2364

P2=56,34%=0,5634

P=0,34

n = 46

Populasi pekerja workshop di PT. X Jakarta adalah 150 orang.

Berdasarkan perhitungan sampel, maka sampel minimal yang dapat diambil

adalah sebanyak 46 orang. Metode sampling yang diambil adalah sampling

quota (nonprobability sampling) yaitu pengambilan sampel dengan ciri-ciri

tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan. Namun untuk menghindari

kekurangan kuota sampel, sampel ditambah 10% menjadi 51 orang, namun

diambil 55 orang yang akan dijadikan sampel. Tetapi pada saat dilakukan

penelitian, responden yang memenuhi kategori dan bersedia menjadi sampel

sebanyak 54 orang.

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

92

4.4 Pengumpulan Data

4.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui suatu

angket (kuesioner: umur, berat badan, tinggi badan, masa kerja, status

gizi, kebiasaan merokok dan kualitas tidur) yang ditanyakan oleh peneliti

kepada responden. Data primer yang didapat merupakan dari hasil

pengisian kuesioner dan pengukuran langsung mengenai lingkungan

tambahan (iklim kerja) sebagai data penentu iklim kerja dan data reaction

timer.

4.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari perusahaan yaitu

jumlah tenaga kerja, gambaran umum perusahaan.

4.5 Instrumen Penelitian

Penjelasan pengumpulan data berdasarkan variabel beserta instrument

penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Lembar Kuesioner

Variabel yang dapat diketahui dari wawancara tersebut adalah

karakteristik individu yang meliputi umur pekerja, masa kerja, berat

badan dan tinggi badan, riwayat penyakit, kualitas tidur dan

pengukuran kelelahan secara subjektif.

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

93

a. Reaction Timer (waktu reaksi)

Merupakan alat untuk mengukur tingkat kelelahan

berdasarkan kecepatan waktu reaksi terhadap rangsang

cahaya. Prinsip kerja dari alat ini adalah memberikan

rangsang tunggal berupa signal cahaya atau suara yang

kemudian direspon secepatnya oleh tenaga kerja, kemudian

dapat dihitung waktu reaksi tenaga kerja yang mencatat

waktu yaang dibutuhkan untuk merespon signal tersebut.

Pengukuran dilakukan sebanyak 20 kali, setiap hasil

pengukuran dijumlahkan, pengukuran 5 di awal dan 5 diakhir

dibuang, kemudian diambil nilai rata-ratanya.

Kelelahan dapat diklasifikasikan berdasarkan rentang

atau range waktu reaksi sebagai berikut :

Kelelahan Kerja Waktu Reaksi (mili/detik)

Normal 150,0 – 240,0

Ringan >240,0 - <410,0

Sedang >410,0 - <580,0

Berat ≥580,0

(Tim Hiperkes,2004)

2. Alat Pengukuran Kualitas Tidur

a. Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI)

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) merupakan instrumen

yang efektJika digunakan untuk mengukur kualitas dan pola

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

94

tidur di dewasa yang lebih tua. Ini membedakan "sulit" dari

tidur "baik" dengan mengukur tujuh domain: kualitas tidur

subjektif, latensi tidur, durasi tidur, tidur kebiasaan efisiensi,

gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi siang

hari selama satu bulan terakhir.

I PSQIDURAT

DURATION OF

SLEEP

JIKA A4 > 7, maka nilai 0

JIKA A4 < 7 dan > 6, maka nilai 1

JIKA A4 < 6 dan > 5, maka nilai 2

JIKA A4 < 5, maka nilai 3

Skor Minimum = 0 (Baik); Skor

Maksimum = 3 (Buruk)

II PSQIDISTB

SLEEP

DISTURBANCE

JIKA A5b + A5c + A5d + A5e + A5f +

A5g + A5h + A5i + A5j (JIKA A5JCOM

kosong atau A5j kosong, maka nilai A5j

adalah 0) = 0, maka nilai : 0

JIKA A5b + A5c + A5d + A5e + A5f +

A5g + A5h + A5i + A5j (JIKA A5JCOM

kosong atau A5j kosong, maka nilai A5j

adalah 0)> 1 and < 9, maka nilai : 1

JIKA A5b + A5c + A5d + A5e + A5f +

A5g + A5h + A5i + A5j (JIKA A5JCOM

kosong atau A5j kosong, maka nilai A5j

adalah 0) > 9 and < 18, maka nilai : 2

JIKA A5b + A5c + A5d + A5e + A5f +

A5g + A5h + A5i + A5j (JIKA A5JCOM

kosong atau A5j kosong, maka nilai A5j

adalah 0) > 18, maka nilai : 3

Skor Minimum = 0 (Baik); Skor

Maksimum = 3 (Buruk)

III PSQILATEN

SLEEP

First, recode Q2 into Q2new thusly:

JIKA A2 > 0 dan < 15, maka nilai A2_baru

adalah 0

JIKA A2 > 15 dan < 30, maka nilai

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

95

LATENCY

A2_baru adalah to 1

JIKA A2 > 30 dan < 60, maka nilai

A2_baru adalah 2

JIKA A2 > 60, maka nilai A2_baru adalah

3

Next

JIKA A5a + A2_baru = 0, MAKA nilai = 0

JIKA A5a + A2_baru > 1 and < 2, MAKA

nilai = 1 JIKA A5a + A2_baru > 3 and < 4, MAKA

nilai = 2

JIKA A5a + A2_baru > 5 and < 6, MAKA

nilai = 3

Skor Minimum = 0 (Baik); Skor

Maksimum = 3 (Buruk)

IV PSQIDAYDYS

DAY

DYSFUNCTION

DUE TO

SLEEPINESS

JIKA A8 + A9 = 0, maka nilai 0

JIKA A8 + A9 > 1 dan < 2, maka nilai 1

JIKA A8 + A9 > 3 dan < 4, maka nilai 2

JIKA A8 + A9 > 5 dan < 6, maka nilai 3

Skor Minimum = 0 (Baik); Skor

Maksimum = 3 (Buruk)

V PSQIHSE

Hour Sleep

Efficiency

Perbedaan Detik = pebedaan dalam detik

antara hari dalam A1 dan

A3D

Perbedaan Jam = nilai detik / 3600

newtib = JIKA perbedaan jam > 24, maka

newtib = dJikafhour – 24

JIKA perbedaan jam < 24,MAKA newtib =

perbedaan jam

(NOTE, THE ABOVE JUST

CALCULATES THE HOURS BETWEEN

GNT (Q1) AND GMT (Q3))

tmphse = (A4 / newtib) * 100

JIKA tmphse > 85, maka nilai 0

JIKA tmphse < 85 and > 75, maka nilai 1

JIKA tmphse < 75 and > 65, maka nilai 2

JIKA tmphse < 65, maka nilai 3

Skor Minimum = 0 (Baik); Skor

Maksimum = 3 (Buruk)

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

96

VI PSQISLPQUAL

OVERALL

SLEEP

QUALITY

Q6

Skor Minimum = 0 (Baik); Skor

Maksimum = 3 (Buruk)

VII PSQIMEDS

NEED MEDS

TO SLEEP

Q7

Skor Minimum = 0 (Baik); Skor

Maksimum = 3 (Buruk)

VIII TOTAL DURAT + DISTB + LATEN + DAYDYS

+ HSE + SLPQUAL + MEDS

Skor Minimum = 0 (Baik); Skor

Maksimum = 3 (Buruk)

Interpretation:

TOTAL < 5 kualitas tidur baik

TOTAL > 5 kualitas sulit tidur

3. Data Tekanan Panas (WBGT)

Data mengenai panas lingkungan kerja diperoleh dengan cara

pengukuran langsung pada lokasi penelitian menggunakan Heat

Stress Monitoring Quest temp “340” merupakan alat untuk

mengukur iklim kerja, adapun cara yang dapat dilakukan

adalah:

1. Persiapan pengukuran

a. Tentukan titik sampling/pengukuran

b. Siapkan alat ukur

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

97

i. Pastikan alat ukur dalam kondisi baik dan berfungsi

ii. Lakukan kalibrasi internal menggunakan alat

kalibrasi yang tersedia

iii. Tutup termometer suhu basah dengan kain katun

iv. Lakukan set-up untuk mengatur beberapa indikator

pengukuran yaitu: bahasa, satuan,

tanggal/bulan/tahun, jam/menit/detik, heat index,

humidity index, dan logging rate

v. Basahi dengan aquades dan tunggu selama ± 10 -

15 menit

vi. Pasang WBGT pada alat penyangga (tripod).

2. Pelaksanaan Pengukuran (Eksekusi)

a. Pastikan WBGT diletakkan pada lokasi yang tepat

b. Letak WBGT jangan sampai mengganggu proses kerja

c. Letak WBGT jangan sampai membahayakan kondisi alat

d. Operator harus memperhatikan aspek keselamatan dan

kesehatan kerja

e. Berkoordinasi dengan pekerja maupun petugas di lapangan.

f. Letakkan alat pada lokasi sampling

i. 2 feet (± 60 cm) dari permukaan tanah untuk

pekerja yang dominan duduk

ii. 3.5 feet (± 100 - 110 cm) dari permukaan

tanah untuk pekerja yang dominan berdiri

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

98

g. Aktifkan alat (tanpa logging) selama ± 15 menit (untuk

adaptasi)

h. Aktifkan logging data sesuai dengan waktu pengukuran

yang diinginkan

i. Matikan logging data jika telah selesai dan data siap

diproses atau dicetak.

4. Data Panas Metabolik

Evaluasi jumlah panas metabolik tubuh dapat diperoleh dengan

menggunakan estimasi pengukuran panas metabolik menurut

NIOSH 1986 yang dapat dilihat pada tabel 4.2.

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

99

Tabel 4.2 Estimasi Pengukuran Panas Metabolik

A Body position and

movement

Kcal/min*

Sitting

Standing

Walking

Walking uphill

0.3

0.6

0.2 – 3.0

Add 0,8 per meter rise

B Type of Work Average

Kcal/min

Range kcal/min

Hand work

Light

Heavy

Work one arm

Light

Heavy

Work Both two arms

Light

Heavy

Work whole body

Light

Moderate

Heavy

Very Heavy

0.4

0.9

1.0

1.8

1.5

2.5

3.5

5.0

7.0

9.0

0.2 – 12

0.7 – 2.5

2.0 – 3.5

2.5 – 9.0

C Basal Metabolism 1.0

D Sample calculation Average Kcal/min

Assembling work with heavy handtools

Standing

Two arms work

Basal metabolism

Total

0.6

3.5

1.0

5.1 kcal/min

*For standart worker of 70 kg body weight (154lbs) and 1.8m2 body

surface (19.4 ft2)

** Example of measuring metabolic heat production of worker when

performing initial screening

Sumber : NIOSH Occupational Exposure to Hot Environments, 1986

Hasil estimasi tersebut kemudian disesuaikan dengan kriteria beban kerja menurut

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 13/MEN/X/2011 Thn. 2011 :

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

100

Beban kerja ringan membutuhkan kalori sampai dengan 200 Kilokalori/jam.

Beban kerja sedang membutuhkan kalori lebih dari 200 sampai dengan

kurang dari 350 Kilo kalori/jam.

Beban kerja berat membutuhkan kalori lebih dari 350 sampai dengan kurang

dari 500 Kilo kalori/jam.

Hasil estimasi atau perkiraan perhitungan beban kerja berdasarkan tingkat

kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi yang selanjutnya disesuaikan

dengan kriteria beban kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. 13/MEN/X/2011 Thn. 2011 kemudian dianalisis sesuai dengan

observasi alokasi waktu kerja dalam siklus kerja dan pemulihan kerja pada

operator untuk menetapkan standar indeks WBGTi yang diperbolehkan pada

lingkungan kerja tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi No. 13/MEN/X/2011 Thn. 2011 yang dapat dilihat pada tabel 4.2.

Responden dikatakan terkena iklim kerja jika hasil pengukuran indeks WBGTi

lingkungan kerja melebihi standar nilai yang ditetapkan dari hasil analisis. Hasil

berdasarkan pengukuran panas dijadikan sebagai indikator pengukuran tingkat

beban kerja yang dialami oleh responden.

4.6 Pengolahan Data

Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis data

merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Data yang sudah terkumpul

tidak berarti apa-apa bila tidak diolah, oleh karena itu perlu analisis data. Yang

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

101

dimaksud metode analisis data adalah cara mengolah data yang telah terkumpul

untuk dapat disimpulkan. Data diolah sesuai dengan tujuan dan kerangka konsep

penelitian. Setelah semua data terkumpul, kemudian dilakukan pengolahan data.

Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder akan diolah

melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Mengkode data (data coding)

Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan untuk

memudahkan dalam pengelolaan lebih lanjut.

2. Menyunting data (data editing)

Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti

kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap

jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini.

3. Memasukkan data (data entry)

Memasukkan data dalam program software computer berdasarkan klasifikasi.

4. Membersihkan data (data cleaning)

Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data

tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah

siap diolah dan dianalisis.

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

102

4.7 Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari

setiap variabel independen dan dependen yang dikehendaki dari tabel

distribusi. Analisis deskriptif. Jika dilakukan dengan membuat tabel dan

distribusi frekuensi dari masing-masing variabel, yaitu variabel independen

(iklim kerja, umur, masa kerja, IMT, kebiasaan merokok, dan kualitas tidur)

dan variabel dependen (kelelahan kerja Umum).

2. Analisis Bivariat

Analisa yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara

variabel independen yaitu antara faktor individu (iklim kerja, umur, masa

kerja, IMT, kebiasaan merokok, kualitas tidur) dan variabel dependen yaitu

kelelahan kerja. Analisa bivariat menggunakan uji chi-square untuk variabel

kategorik dan Kruskal Wallis karena variable yang independennya lebih dari 2

dengan varibel dependent yang tidak berdistribusi normal. Derajat

kepercayaan 95%. Jika P value < 0,05 maka perhitungan secara statistik

menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan bermakna antara variabel

independen dan variabel dependen. Sedangkan Jika P value ≥ 0,05 maka

perhitungan secara statistik menunjukkan bahwa adanya hubungan bermakna

antara variabel independen dan variabel dependen.

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

103

BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Umum PT. X Jakarta (Company Profile PT.X,2010)

PT. X berdiri pada tahun 1994, dan memulai kegiatannya dalam usaha

melayani pelayanan electrical dan engineering. PT. X memiliki skup pekerjaan

seperti petrokimia, industri manukfaktur, dll. PT. X memiliki ruangan kerja

(workshop) dalam melayani repair electrical dan engineering. Luas pabrik yang

dimiliki oleh perusahaan ini adalah 3000 m2. Secara umum, perusahaan ini

menggunakan mesin yang masih melibatkan oleh sejumlah tenaga kerja untuk

mengendalikan proses.

5.2 Visi, Misi

5.2.1 Semboyan

PT. X menerima sebagai kewajiban kelangsungan hidup peningkatan

yang berkesinambungan dari jasa pelayanan Power Generation and

Electric Motor Repair untuk kemajuan keselamatan dan kesejahteraan

dari masyarakat yang di layani PT. X.

5.2.2 Visi

Untuk menyediakan jasa-jasa pelayanan yang melampaui harapan-

harapan kliennya terhadap mutu dan penyerahan. PT. X merasa terikat

dengan memenuhi suatu tingkatan mutu, yang akan menetukan langkah

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

104

pada tempat pemasaran Power Geberation and Electric Motor Repair

dalam kaitan dengan nilai dan layanan klien.

5.2.3 Misi

Untuk memenuhi kebutuhan klien terhadap pelayanan-pelayanan jasa,

Power Geberation and Electric Motor Repair yang mana akan

mempertinggi profil/gambaran dan kesan dari perusahaan-perusahaan

klien PT. X di Indonesia.

Untuk mencapai misi ini, PT. X akan menempatkan suatu organisasi

manajemen dan mendukung sistem manajemen kesehatan, Keselamatan

dam Lingkungan dimana termasuk sebagai suatu dokumen inti, suatu

Statement/Pernyataan kunci/penentu Sistem dan kesanggupan

manajemen untuk menerapkannya.

5.3 Gambaran Umum Workshop

5.3.1 Gambaran Umum Ketenagakerjaan di Workshop PT. X

Ketenagakerjaan pada bagian Workshop dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1

Jumlah Tenaga Kerja PT. X Jakarta

No. Tenaga Kerja Total

1 Kantor 30

2 Management 8

3 Karyawan Teknik Workshop 90

Page 94: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

105

Jumlah 128

Dari data diatas diketahui bahwa dari tenaga kerja bagian

workshop PT. X Bekasi tenaga kerja bagian workshop sebanyak 90

orang.

Jadwal kerja yang dimiliki PT. X adalah jam normal yaitu:

Jam Waktu

Masuk 08.00 – 12.00

Istirahat 12.00 – 13.00

Keluar 17.00

5.3.2 Struktur Organisasi

Page 95: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

106

DIREKTUR

DEPUTY

COORPORATE

SECRETARY

MANAGEMENT

REPRESENTATIVE

HRD PERSONALIA

HSE

COORDINATOR

MARKETING

MANAGER

MARKETING

SUPPORT

FINANCE

ME

ME

WORKSHOP MANAGER

PROJECT AREA

COMERSIAL

OPERASIONAL

QA

TECH. ADVISOR

SHOP

COORDINATOR

SAFETY MAN

SECURITY

ME

ME

Bagan 5.1

Struktur Organisasi

Page 96: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

107

PT. X di bawahi oleh perorangan dipimpin oleh seorang direktur perusahaan

yang membawahi 5 fungsi/unit penting guna membantu kelancaran perusahaan.

1. Direktur

Adalah pimpinan perusahaan yang bertanggung jawab kepada karyawan.

Bertanggung jawab mengenai rugi labanya perusahaan serta memberi

laporan kepada pemegang saham/pengusaha.

2. Deputy

Bertanggung jawab atas kuasa pada manajemen represetatif, sekretaris

perusahaan, pengelola karyawan, pemimpin K3 yang di kelola oleh struktur

manajemen perusahaan.

3. Finance & Accounting

Mengawasi dan menagih, menyiapkan uang dan mengurus utung piutang

material bahan baku serta urusan bank dan bayar gaji karyawan.

4. Marketing Manager

Bertanggung jawab atas tingkat penjualan atau usaha dalam memperoleh

pekerjaan yang terkait bidang engineering dan electrical yang dibangun

perusahaan. Posisi ini dibantu oleh marketing support dalam mengelola

jadwal ataupun teknis pekerjaan.

5. Workshop Manager

Page 97: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

108

Membawahi pembelanjaan material, operasional pekerjaan, teknis, gudang,

keamanan pekerja serta pengawas. Masing-masing memiliki manjemen

administrasi guna melengkapi proses-proses pelayanan engineering dan

electrical yang dilakukan pekerjaan oleh operator.

5.4 Gambaran umum Proses Engineering, Mechanical dan Electrical

Proses engineering, Mechanical dan Electrical sangat bervariasi tahapan

pengerjaannya sesuai perekondisian pelanggan dalam kerusakan, pembangunan,

dan pemproduksian. Secara praktisi, di tempat layanan engineering, evaluasi,

analisis, inspeksi dan pengujian generator besar yang kami sediakan didukung

oleh kemampuan teknologi maju dalam fasilitas kredit gabungan Powertech Lab.

Inc dan Volts Industri Inc. di Kanada yang memungkinkan evaluasi cepat desain

pabrik dan spesifikasi dan analisis data dari insiden kegagalan.

Staf ahli kami dan fasilitas khusus menawarkan pengetahuan dan

pengalaman yang mendalam untuk memberikan jasa rekondisi yang handal dan

kemampuan pengujian yang dapat membantu mencegah kegagalan peralatan,

mengurangi perawatan dan meningkatkan operasi sehari-hari untuk utilitas.

Engineering dalam PT. X ini adalah mendesain sistem pengujian PD

dioptimalkan berdasarkan kebutuhan klien dan aplikasi, penginstalasi dan

commissioning dari sistem debit parsial, melakukan pengujian luahan

parsial, dan menginterpretasi dan analisis data pengujian PD dari berbagai

sistem pengukuran PD.

Page 98: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

109

Mechanical pada PT. X ini terdiri dari skup pekerjaan Balancing,

Blasting, Coating, Machining, Metal Spray, Rebushing dan sebagainya.

Mekanikal yang dilakukan pada PT. X ini sangat bervariatif tergantung

kerusakan atau permintaan klien yang mempercayakan untuk dilakukannya

rekondisi.

Electrical PT. X terdiri dari Generator, Motor, dan Transformer.

Masing-masing skup pekerjaan memiliki variasi rekondisi, ataupun fabrikasi

yang memenuhi kebutuhan klien.

5.5 Analisis Univariat

5.5.1 Gambaran Kelelahan pada Pekerja Workshop di PT. X Jakarta tahun

2013

Hasil penelitian mengenai gambaran tingkat kelelahan pada tenaga

kerja workshop PT. X tahun 2013 yang dipadukan dengan nilai subjektif

dan dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Kelelahan Kerja pada Pekerja Workshop

PT. X Bekasi Tahun 2013

No. Tingkat

Kelelahan

Frekuensi Presentase (%)

1 Berat 23 42.6

2 Sedang 18 33.3

3 Ringan 13 24.1

Page 99: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

110

Jumlah 54 100

Data di atas memperlihatkan gambaran tingkat kelelahan pekerja

workshop yang berkategori berat, sedang dan ringan. Tingkat pekerja yang

mengalami kelelahan kerja berat 28 orang ( 42,6 %), pekerja yang

mengalami kelelahan kerja sedang sebanyak 18 orang (33,3%) dan pekerja

yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 13 orang (24,1%).

5.5.2 Gambaran Iklim Kerja Workshop di PT. X Jakarta

Iklim kerja diukur pada 7 titik yang merupakan area dimana pekerja

terpapar. Kemudiam hasil pengukuran dibandingkan dengan menghitung

beban kerja yang dialami oleh pekerja. Beban kerja diukur dengan

melakukan observasi beban kerja rata-rata dengan metode estimasi

pengukuran panas metabolik (NIOSH). Kemudian hasilnya dievaluasikan

dengan standar nilai ambang batas iklim kerja berdasarkan lamanya kerja.

Hasil penelitian ini menggambarkan pekerja yang terpapar iklim kerja dan

tidak terpapar iklim kerja.

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Beban Kerja pada Pekerja Workshop

PT. X Bekasi Tahun 2013

No. Beban Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 Berat 10 18,5 %

2 Sedang 33 61,1 %

3 Ringan 11 20,4 %

Page 100: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

111

54 100 %

Data di atas memperlihatkan gambaran beban kerja pekerja

workshop yang memiliki tingkat beban kerja berat, sedang dan ringan

berdasarkan hasil estimasi panas metabolik yang dikeluarkan. Pekerja yang

memiliki tingkat beban kerja pekerja berat adalah sebanyak 10 orang ( 18,5

%), pekerja yang memiliki tingkat beban kerja sedang adalah sebanyak 33

orang ( 61,1 %), dan pekerja yang memiliki tingkat beban kerja ringan

adalah sebanyak 11 orang (20,4 %).

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Iklim Kerja Pada Pekerja di Workshop PT. X

Jakarta Tahun 2013

No. Iklim Kerja Frekuensi Presentase (%)

1 >NAB 33 61.1

2 ≤ NAB 21 38.9

Jumlah 54 100 %

Data di atas memperlihatkan gambaran distribusi iklim kerja pada pekerja

workshop yang terpapar > NAB dan ≤ NAB sesuai tingkat beban kerja yang

dihasilkan oleh pekerja. frekuensi pekerja yang mengalami paparan iklim kerja

>NAB adalah sebanyak 33 orang (61,1%), dan pekerja yang mengalami iklim

kerja ≤NAB adalah sebanyak 21 orang (38,9 %).

Page 101: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

112

5.5.3 Gambaran Umur dan Masa Kerja Pada Pekerja Workshop di PT. X

Jakarta tahun 2013

Data umur dan masa kerja diperoleh dengan cara pengisian kuesioner

oleh responden. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja

berdasarkan umur individu dan masa kerja masing-masing pekerja.

Gambaran distribusi umur dan masa kerja responden terdapat pada tabel

5.6.

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Umur dan Masa Kerja Pekerja Workshop

PT. X Tahun 2013

No. Variabel Mean SD Min-Maks

1 Umur 32,61 tahun 10,044 21 tahun – 61 tahun

2 Masa Kerja 6,78 tahun 3,457 1 tahun – 13 tahun

1. Gambaran Umur

Dari tabel 5.6 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata umur responden

adalah 32,61 tahun atau dapat dibulatkan menjadi 33 tahun, umur termuda

adalah 21 tahun dan umur pekerja tertua adalah 61 tahun. Standar deviasi

dari varibel umur adalah 10,044.

2. Gambaran Masa Kerja

Pada tabel 5.6 dapat dilihat bahwa rata-rata masa kerja responden adalah

6,78 tahun (6 tahun 8 bulan) dengan standar deviasi 3,457. Responden ada

yang bekerja minimal adalah 1 tahun dan responden dengan masa kerja

terlama yaitu responden yang sudah bekerja sebagai pekerja di workshop

selama 13 tahun.

Page 102: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

113

5.5.4 Gambaran Status Gizi, Kebiasaan Merokok dan Kualitas Tidur

Pekerja Workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

Tabel 5.6

Distribusi Frekuensi Status Gizi, Kebiasaan Merokok dan Kualitas Tidur

Pekerja Workshop PT. X Tahun 2013

No. Variabel N Presentase (%)

1. Status Gizi

Kurus 1 1.9%

Normal 32 59,3%

Gemuk 21 38,9%

2. Kebiasaan Merokok

Sedang 15 27,8%

Ringan 15 27,8%

Tidak Merokok 24 44,4%

3. Kualitas Tidur

Sulit tidur 40 74,1%

Tidur Baik 14 25,9%

1. Gambaran Status Gizi

Variabel status gizi di dapat dari hasil kuesioner yang di isi oleh

responden. Pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa responden yang

tergolong berstatus gizi kurus yaitu sebanyak 1 orang (1,9%),

responden yang tergolong status gizi normal yaitu sebanyak 32 orang

(59,3%) dan responden yang tergolong status gizi gemuk yaitu

sebanyak 21 orang (38,9%).

Page 103: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

114

2. Gambaran Kebiasaan Merokok

Variabel kebiasaan merokok pekerja dapat dikatakan perokok ringan

apabila merokok kurang dari 10 batang perhari, dikatakan perokok

sedang apabila merokok 10-20 batang perhari dan dikatakan perokok

berat apabila merokok lebih dari 20 batang perhari. Pada tabel 5.7 dapat

dilihat bahwa responden yang tergolong perokok sedang yaitu

sebanyak 15 orang (27,8%), responden yang tergolong perokok ringan

yaitu sebanyak 15 orang (27,8%), dan yang tidak memiliki kebiasaan

merokok yaitu sebanyak 24 orang (44,4%).

3. Gambaran Kualitas Tidur

Variabel kualitas tidur diperoleh dari kuesioner PSQI yang diisi oleh

responden. Pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki

kesulitan tidur yaitu sebanyak 40 orang (74,1%) dan responden yang

memiliki kualitas tidur yang baik yaitu sebanyak 14 orang (25,9%).

Page 104: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

115

Page 105: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

116

5.6 Analisis Bivariat

5.6.1 Hubungan Antara Iklim Kerja dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja

Workshop di PT. X

Tabel 5.7

Tabulasi Silang antara Iklim Kerja dengan Tingkat Kelelahan Pada

Pekerja Workshop PT. X Tahun 2013

Variabel Iklim Kerja

Kelelahan Total

Pvalue Berat Sedang Ringan

N % N % N % N %

Iklim Kerja

Terpapar

(>NAB) 15 45.5 10 30.3 8 24.2 33 100

0.820 Tidak

Terpapar

(≤NAB)

8 38.1 8 38.1 5 23.5 21 100

Total 23 42.6 18 33.3 13 24.1 54 100

Berdasarkan tabel 5.8 di atas pekerja yang mengalami paparan iklim

kerja ada pada kelompok yang mengalami kelelahan kerja berat yaitu

sebanyak 15 orang (45.5%), pada kelompok yang mengalami kelelahan

kerja sedang yaitu sebanyak 10 orang (30.3%), pada kelompok yang

mengalami kelelahan kerja ringan yaitu sebanyak 8 orang (24.2%),

sedangkan pekerja yang tidak mengalami paparan iklim kerja namun

mengalami kelelahan kerja berat yaitu sebanyak 8 orang (38.1 %), yang

mengalami kelelahan kerja ringan yaitu sebanyak 8 orang (38.1%), dan

mengalami kelelahan kerja berat yaitu sebanyak 5 orang (23.5 %). Dari hasil

uji statistik didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,820 artinya pada α 5%

tidak ada hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan kerja.

Page 106: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

117

5.6.2 Hubungan antara Umur dan Masa Kerja dengan Tingkat Kelelahan

Kerja pada Pekerja Workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

Tabel 5.8

Tabulasi Silang antara Umurdan Masa Kerja dengan Tingkat

Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop PT. X Tahun 2013

No. Variabel Tingkat

Kelelahan Kerja

N Pvalue

1 Umur Berat 23 0,221

Sedang 18

Ringan 13

2 Masa Kerja Berat 23 0,541

Sedang 18

Ringan 13

1. Hubungan antara Umur dengan Tingkat Kelelahan Kerja pada

Pekerja Workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

Pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa hasil uji statistik antara umur dan

tingkat kelelahan kerja di dapatkan pvalue sebesar 0,221, artinya pada

alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan

tingkat kelelahan kerja.

2. Hubungan antara Masa Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja

pada Pekerja Workshop di PT. X Jakarta tahun 2013

Pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa hasil uji statistik antara masa

kerja dan tingkat kelelahan kerja di dapatkan pvalue sebesar 0,541,

artinya pada alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara

masa kerja dengan tingkat kelelahan kerja.

Page 107: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

118

5.6.3 Hubungan Antara Status Gizi dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja

Workshop di PT. X

Tabel 5.9

Tabulasi Silang antara Status Gizi Pekerja dengan Tingkat Kelelahan

Kerja Pada Pekerja Workshop PT. X Tahun 2013

Status

Gizi

Kelelahan Total

Pvalue Berat Sedang Ringan

N % N % N % N %

Kurus 0 0 0 0 1 100 1 100

0.299 Normal 16 50 9 28.1 7 21.9 32 100

Gemuk 7 33.3 9 42.9 5 23.8 21 100

Total 23 42.6 18 33.3 13 24.1 54 100

Berdasarkan tabel diatas pekerja yang memiliki status gizi kurus dan

mengalami kelelahan kerja ringan adalah sebanyak 1 orang (100%), pekerja

yang memiliki status gizi normal namun mengalami kelelahan kerja berat

sebanyak 16 orang (50%), mengalami kerja sedang sebanyak 9 orang (28,1%),

dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 7 orang (21,9%).

Pekerja yang memiliki status gizi gemuk namun mengalami kelelahan kerja

berat sebanyak 7 orang (33.3%), mengalami kerja sedang sebanyak 9 orang

(42.9%), dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 5 orang

(23.8%).mengalami kelelahan sebanyak 0 orang (0%). Dari hasil uji statistik

didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,299 artinya pada α 5% tidak ada

hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja.

Page 108: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

119

5.6.4 Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan Kelelahan Kerja Pada

Pekerja Workshop di PT. X

Tabel 5.10

Tabulasi Silang antara Kebiasaan Merokok Pekerja dengan Tingkat

Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop PT. X Tahun 2013

Kebiasaan

Merokok

Kelelahan Total

Pvalue Berat Sedang Ringan N %

N % N % N %

Sedang 6 40 3 20 6 40 15 100

0.359 Ringan 6 40 5 33.3 4 26.7 15 100

Tidak Merokok 11 45.8 10 41.7 3 12.5 24 100

Total 23 42.6 18 33.3 13 24.1 54 100

Berdasarkan tabel diatas pekerja yang memiliki kebiasaan merokok

dengan kategori sedang dan mengalami kelelahan kerja berat adalah sebanyak 6

orang (40%), mengalami kelelahan kerja sedang sebanyak 3 orang (20%), dan

pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 6 orang (40%).

Pekerja yang memiliki kebiasaan merokok dengan kategori ringan namun

mengalami kelelahan kerja berat sebanyak 6 orang (40%), mengalami kerja

sedang sebanyak 5 orang (33.3%), dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja

ringan sebanyak 4 orang (26.7%). Pekerja yang memiliki kebiasaan merokok

dengan kategori tidak merokok namun mengalami kelelahan kerja berat

sebanyak 11 orang (45.8%), mengalami kerja sedang sebanyak 10 orang

(41,7%), dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 3 orang

Page 109: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

120

(12.5%). Dari hasil uji statistik didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,359

artinya pada α 5% tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan

kelelahan kerja.

5.6.5 Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tingkat Kelelahan Kerja

Pada Pekerja Workshop di PT. X

Tabel 5.11

Tabulasi Silang antara Kualitas Tidur Pekerja dengan Kelelahan Pada

Pekerja Workshop PT. X Tahun 2013

Kualitas

Tidur

Kelelahan Total

Pvalue Berat Sedang Ringan N %

N % N % N %

Sulit Tidur 16 40 12 30 12 30 40 100 0.222

Tidur Baik 7 50 6 42.9 1 7.1 14 100

Total 230 42.6 18 33.3 13 24.1 54 100

Berdasarkan tabel diatas pekerja yang memiliki kesulitan tidur dan

mengalami kelelahan kerja berat adalah sebanyak 16 orang (40%), mengalami

kelelahan kerja sedang sebanyak 12 orang (30%), dan pekerja yang mengalami

kelelahan kerja ringan sebanyak 12 orang (30%). Pekerja yang memiliki tidur

yang baik namun mengalami kelelahan kerja berat sebanyak 7 orang (50%),

mengalami kerja sedang sebanyak 6 orang (42.9%), dan pekerja yang

mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 1 orang (7.1%). Dari hasil uji

statistik didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,222 artinya pada α 5% tidak ada

hubungan antara kualitas tidur dengan kelelahan kerja.

Page 110: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

121

Page 111: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

122

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Penelitian ini menggunakan desain crossectional.

2. Pengukuran kelelahan kerja sebagian dilakukan pada saat pekerja istirahat

atau hendak pulang. Karena pengukuran kelelahan kerja dapat dipengaruhi

oleh segala hal yang dapat mempengaruhi proses penyegaran tubuh kembali,

seperti makan siang, istirahat, cuci muka, dan mengobrol.

3. Beberapa pekerja yang berpotensi mengalami kelelahan sangat sibuk,

sehingga sulit untuk dimintai untuk mengikuti reaction timer test sehingga

waktunya sangat terbatas.

4. Hasil penelitan pada tiap semua variabelnya yaitu iklim kerja, umur, masa

kerja, status gizi, kebiasaan merokok, dan kualitas tidur hasilnya tidak ada

yang berhubungan, kemungkinan terdapat bias informasi karena variabel ini

sebagian besar bergantung pada kejujuran dan ingatan responden.

6.2 Tingkat Kelelahan Kerja

Kelelahan atau fatigue menunjukkan keadaan yang berbeda-beda, tetapi

semua keadaan berakibat pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.

Dapat dikatakan pula sebagai melemahnya tenaga dalam aspek fisik, psikologi

maupun mental. Kelelahan baik secara fisiologis maupun psikologis pada

Page 112: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

123

dasarnya merupakan suatu mekanisme perlindungan terhadap tubuh terhindar dari

kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Waktu Reaksi

adalah reaksi sederhana atas rangsangan tunggal atau reaksi kompleks yang

memerlukan koordinasi. Menurut laporan Setyawati L (1996) yang dikutip oleh

Tarwaka, dkk (2004), dalam uji waktu reaksi ternyata stimuli terhadap

cahaya lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli suara. Setelah

dilakukan analisis, metoda pengukuran kelelahan kerja yang efektif digunakan

dan terdapat hubungan hanya dengan metode Reaction timer.

Secara umum gejala kelelahan kerja dapat dimulai dari yang sangat ringan

sampai yang sangat melelahkan. Hasil penelitian mengenai gambaran kelelahan

kerja pada pekerja workshop di PT. X tahun 2013, distribusi kelelahan kerja pada

pekerja workshop sebanyak 23 orang mengalami kelelahan kerja pada tingkat

berat. Pekerja yang terpapar iklim kerja berdasarkan beban kerja sebanyak 33

orang yang memiliki mengalami kelelahan kerja tingkat sedang, rata-rata masa

kerja pekerja adalah 33 tahun dan sebanyak 23 orang yang mengalami kelelahan

kerja berat, pekerja yang berstatus gizi normal sebanyak 16 orang yang

mengalami kelelahan berat, pekerja yang tidak memiliki kebiasaan rokok namun

mengalami kelelahan kerja berat sebanyak 11 orang dan pekerja yang memiliki

kualitas tidur yang sulit sebanyak 16 orang dan mengalami kelelahan kerja berat.

Kelelahan kerja merupakan komponen fisik dan psikis. Kerja fisik yang

melibatkan kecepatan tangan dan fungsi mata serta memerlukan konsentrasi terus

menerus dapat menyebabkan kelelahan fisiologis dan disertai penurunan

keinginan untuk bekerja yang disebabkan faktor psikis sehingga menyebabkan

Page 113: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

124

timbulnya perasaan lelah (Suma’mur, 2009). Kelelahan juga dapat berakibat

menurunnya perhatian, perlambatan dan hambatan persepsi, lambat dan sukar

berfikir, penurunan kemauan atau dorongan untuk bekerja, penurunan

kewaspadaan, konsentrasi dan ketelitian, menurunnya efisiensi dan kegiatan-

kegiatan fisik dan mental yang pada akhirnya menyebabkan kecelakan kerja dan

terjadi penurunan poduktivitas kerja (Budiono, 2003).

6.3 Gambaran dan Hubungan Iklim Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja

Iklim kerja sangat erat kaitannya dengan suhu udara, kelembaban,

kecepatan gerakan udara dan panas radiasi (Budiono, 2003). Kombinasi keempat

faktor tersebut yang dipadankan dengan produksi panas oleh tubuh sendiri yang

disebut tekanan panas (heat stress). Dari suatu penyelidikan diperoleh hasil

bahwa produktivias kerja pekerja akan mencapai tingkat yang paling tinggi

pada temperatur sekitar 24oC sampai 27

oC. (Suma’mur, 2009).

Berdasarkan obeservasi, dilakukan pengukuran di beberapa titik dimana

banyaknya pekerja yang berdiri pada suatu lokasi dengan menggunakan alat

indeks WBGT untuk mengetahui suhu iklim kondisi lingkungan pekerja. Hal ini

dikarenakan setiap pekerjaan memiliki nilai resiko terjadinya kelelahan akibat

iklim kerja yang berbeda. Dari hasil penelitian didapatkan pekerja yang

mengalami paparan iklim kerja ada pada kelompok yang mengalami kelelahan

kerja berat yaitu sebanyak 15 orang (45.5%), pada kelompok yang mengalami

kelelahan kerja sedang yaitu sebanyak 10 orang (30.3%), pada kelompok yang

mengalami kelelahan kerja ringan yaitu sebanyak 8 orang (24.2%), sedangkan

Page 114: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

125

pekerja yang tidak mengalami paparan iklim kerja namun mengalami kelelahan

kerja berat yaitu sebanyak 8 orang (38.1 %), yang mengalami kelelahan kerja

ringan yaitu sebanyak 8 orang (38.1%), dan mengalami kelelahan kerja berat

yaitu sebanyak 5 orang (23.5 %). Dari hasil uji statistik didapatkan nilai

probabilitas sebesar 0,820 artinya pada α 5% tidak ada hubungan antara iklim

kerja dengan kelelahan kerja. Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan

yang signifikan antara iklim kerja dengan kelelahan kerja. Penelitian ini tidak

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustagfirin (2011) bahwa

menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara iklim kerja dengan kelelehan.

Hal ini kemungkinan ketepatan pengukuran WBGT dengan kondisi lingkungan

cuaca yang sangat cerah dan rata-rata populasi yang dijadikan sampel merupakan

pekerja yang memiliki kategori beban kerja yang baik atau sesuai dengan tingkat

pekerjaannya. Sehingga pada saat dilakukan observasi penilaian beban kerja,

pekerja memiliki beban kerja yang cukup sesuai lingkungan pekerjaannya.

Dikhawatirkan pekerja juga telah mengalami aklimatisasi sesuai dengan suhu di

tempat kerjanya.

6.4 Gambaran dan Hubungan Umur Dengan Tingkat Kelelahan Kerja

Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan).

Pertambahan umur seseorang berpengaruh terhadap fungsi organ tubuh setelah

mencapai puncak kematangan umur dewasa fungsi organ tubuh mengalami

penurunan. Penurunan kemampuan melakukan aktifitas dan kemampuan kerja

Page 115: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

126

menjadi menurun. Penurunan tersebut karena penyusutan jaringan tubuh secara

bertahap, yang meliputi jaringan otot, sistem saraf, dan organ-organ vital lainnya.

Dari hasil ini bahwa rata-rata umur responden adalah 32,61 tahun atau

dapat dibulatkan menjadi 33 tahun, umur termuda adalah 21 tahun dan umur

pekerja tertua adalah 61 tahun.

Dari hasil uji statistik bivariat didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,221

artinya pada α 5% tidak ada hubungan antara umur dengan kelelahan kerja .

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardi

(2006) bahwa adanya tingkat kemaknaan dengan nilai probabilitas sebesar 0,0016

artinya ada hubungan antara umur dengan kelelahan kerja. Hal ini kemungkinan

disebabkan karena rata-rata usia pekerja dibawah 40 tahun. Seseorang yang

berumur muda mampu melakukan pekerjaan berat dan sebaliknya jika seseorang

bertambah umurnya maka kemampuan melakukan pekerjaan berat akan menurun.

Semakin bertambahnya umur, tingkat kelelahan kerja akan semakin cepat terjadi

dan dalam melakukan pekerjaannya kurang gesit sehingga akan mempengaruhi

kinerjanya (Hardi, 2006). Menurut Hidayat (2003), mendapatkan bukti di negara

Jepang menunujukan bahwa pekerja yang berusia 40-50 tahun akan lebih

cepat menderita kelelahan kerja dibandingkan dengan pekerja relative lebih

muda. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat diambil hipotesis bahwa pekerja

yang usianya semakin tua mempunyai adaptasi kerja yang baik pada tugas

pekerjaannya, dibanding pekerja yang usianya masih muda atau dibawah rata-

rata.

Page 116: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

127

Dalam penelitian ini, tingkat kelelahan dapat menyerang di semua umur

(tidak tergantung usianya). Jika pekerja muda, belum tentu mereka selalu

mengalami tingkat kelelahan kerja berat, sedang, ringan ataupun normal. Tingkat

kelelahan tersebut kemungkinan lebih didominasi oleh cuaca yang berubah-ubah,

tingkat kesulitan pekerjaan ataupun tekanan psikologis pekerja saat itu. Begitu

juga dengan yang berumur tua, walau cenderung semakin memiliki pengalaman

dalam bekerja karena usianya, tidak menutup kemungkinan memiliki golongan

kelelahan kerja.

6.5 Gambaran dan Hubungan Masa Kerja dengan Tingkat Kelelahan Kerja

Masa kerja merupakan akumulasi waktu dimana pekerja telah memegang

pekerjaan tersebut. Semakin banyak informasi yang kita simpan maka semakin

banyak keterampilan yang kita pelajari dan akan semakin banyak hal yang kita

kerjakan. Menurut Purnawati (2005), bahwa masa kerja berperan dalam

menentukan beban kerja dan tentu dapat mempengaruhi berat, ringannya tingkat

kelelahan. Beban kerja yang melebihi kapasitas pekerja yang dialami

berkepanjangan selama kehidupan kerja akan berakibat penumpukan kelelahan

sehingga berakibat tingginya tingkat kelelahan.

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa rata-rata masa kerja responden

adalah 6,78 tahun (6 tahun 8 bulan) dengan standar deviasi 3,457. Responden ada

yang bekerja minimal adalah 1 tahun dan responden dengan masa kerja terlama

yaitu responden yang sudah bekerja sebagai pekerja di workshop selama 13

tahun.

Page 117: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

128

Hasil uji statistik bivariat diketahui bahwa hasil uji statistik antara masa

kerja dan tingkat kelelahan kerja di dapatkan pvalue sebesar 0,541, artinya pada

alpha 5% tidak terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan

tingkat kelelahan kerja.. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

sebelumnya yaitu pada penelitian Ardhani (2011) menyatakan dari 47 orang

tenaga kerja yang mengalami macam tingkat kelelahan mempunyai hubungan

antara faktor individu dengan masa kerja (p = 0,048).

Tidak berhubungannya variabel masa kerja dan tingkat kelelahan kerja

pada penelitian ini kemungkinan di karenakan adanya bias recall. Pekerja bisa

saja kurang tepat dalam mengingat bulan dan tahun mereka pertama kali bekerja

di perusahaan ini. Selain itu juga kemungkinan dikarenakan selama masih

bekerja yang sesuai dengan kemampuannya, pekerja memiliki proses adaptasi

yang baik terhadap pekerjaannya. Kelelahan ini membawa kepada pengurangan

fungsi psikologi dan fisiologi yang dapat dihilangkan dengan upaya

pemulihan. Menurut Granjean (1988), pada masa kerja dengan periode

dekade, kelelahan berasal dari kelebihan usaha selama beberapa dekade dan

dapat dipulihkan dengan pensiun, sedangkan untuk masa kerja yang masih

dalam periode tahun, kelelahan berasal dari kelebihan usaha selama beberapa

tahun yang dapat dipulihkan dengan liburan.

6.6 Gambaran dan Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Kelelahan Kerja

Page 118: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

129

Kecukupan gizi pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk

penerapan syarat keselamatan, dan kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya

meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan salah satu aspek

kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan produktivitas

kerja. Populasi sampel yang diteliti adalah berjenis kelamin laki-laki, sehingga

untuk status gizi dalam kategori kurus memiliki nilai IMT sebesar <17, kategori

normal memiliki nilai IMT sebesar 17-23, dan untuk kategori gemuk 23,1-27

(Depkes, 2003).

Penilaian status gizi di dapat dari hasil kuesioner yang di isi oleh

responden dalam memberikan informasi berat badan dan tinggi badan. Dari hasil

penelitian, diketahui bahwa responden yang tergolong berstatus gizi kurus yaitu

sebanyak 1 orang (1,9%), responden yang tergolong status gizi normal yaitu

sebanyak 32 orang (59,3%) dan responden yang tergolong status gizi gemuk

yaitu sebanyak 21 orang (38,9%).

Hasil uji statistik, bahwa pekerja yang memiliki status gizi kurus dan

mengalami kelelahan kerja ringan adalah sebanyak 1 orang (100%), pekerja yang

memiliki status gizi normal namun mengalami kelelahan kerja berat sebanyak 16

orang (50%), mengalami kerja sedang sebanyak 9 orang (28,1%), dan pekerja

yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 7 orang (21,9%). Pekerja yang

memiliki status gizi gemuk namun mengalami kelelahan kerja berat sebanyak 7

orang (33.3%), mengalami kerja sedang sebanyak 9 orang (42.9%), dan pekerja

yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 5 orang (23.8%). Dari hasil uji

statistik didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,299 artinya pada α 5% tidak ada

Page 119: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

130

hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja. Hasil penelitian ini tidak

sejalan dengan hasil penelitian Ardhani (2011) menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara faktor individu yaitu status gizi (p = 0,014) dengan distribusi

responden dari 47 orang tenaga kerja sebagian besar mengalami tingkat

kelelahan.

Tidak berhubungannya variabel status gizi dan tingkat kelelahan kerja

pada penelitian ini kemungkinan di karenakan adanya bias recall. Pekerja bisa

saja lupa mengenai berat badan dan tinggi badan pekerja. Hal ini merupakan

salah satu keterbatasan peneliti untuk mengumpulkan pekerja dalam melakukan

timbangan berat badan dan tinggi badan. Dalam penelitian ini walaupun status

gizi tidak berhubungan kelelahan kerja, akan tetapi orang yang gizinya

normal mengalami kelelahan kerja tingkat berat yaitu sebanyak 16 orang

(50%). Dalam hal ini penelitian tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Eraliesa, (2008) yangmengatakan adanya hubungan

antara status gizi dengan tingkat kelelahan kerja. Hal ini kemungkinan

disebabkan rata-rata status gizi pekerja dalam keadaan normal. Karena gizi yang

baik adalah faktor penentu derajat produktivitas kerja seseorang.

6.7 Gambaran dan Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Tingkat Kelelahan

Kerja

Kebiasaan merokok akan dapat menurunkan kapasitas paru-paru, sehingga

kemampuan untuk mengkonsumsi oksigen menurun dan sebagai akibatnya

tingkat kesegaran juga menurun. Semakin lama dan tinggi frekuensi merokok,

Page 120: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

131

semakin tinggi tingkat kelelahan otot yang dirasakan. Hal ini sebenarnya terkait

otot dengan kondisi kesegaran tubuh seseorang. Seseorang dapat dikatakan

perokok ringan apabila merokok kurang dari 10 batang perhari, dikatakan

perokok sedang apabila merokok 10-20 batang perhari dan dikatakan perokok

berat apabila merokok lebih dari 20 batang perhari (Bustan, 2000).

Dari hasil penelitian, bahwa responden yang tergolong perokok sedang

yaitu sebanyak 15 orang (27,8%), responden yang tergolong perokok ringan

yaitu sebanyak 15 orang (27,8%), dan yang tidak memiliki kebiasaan merokok

yaitu sebanyak 24 orang (44,4%).

Hasil uji statistik bivariat, menunjukkan bahwa pekerja yang memiliki

kebiasaan merokok dengan kategori sedang dan mengalami kelelahan kerja berat

adalah sebanyak 6 orang (40%), mengalami kelelahan kerja sedang sebanyak 3

orang (20%), dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 6

orang (40%). Pekerja yang memiliki kebiasaan merokok dengan kategori ringan

namun mengalami kelelahan kerja berat sebanyak 6 orang (40%), mengalami

kerja sedang sebanyak 5 orang (33.3%), dan pekerja yang mengalami kelelahan

kerja ringan sebanyak 4 orang (26.7%). Pekerja yang memiliki kebiasaan

merokok dengan kategori tidak merokok namun mengalami kelelahan kerja berat

sebanyak 11 orang (45.8%), mengalami kerja sedang sebanyak 10 orang

(41,7%), dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 3 orang

(12.5%). Dari hasil uji statistik didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,359

artinya pada α 5% tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan

kelelahan kerja.

Page 121: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

132

Hal ini tidak sejalan dengan teori Tarwaka (2004), yaitu apabila yang

bersangkutan harus melakukan tugas yang menuntut pengerahan tenaga, maka

akan mudah lelah karena kandungan oksigen dalam darah rendah, pembakaran

karbohidrat terhambat, terjadi tumpukan asam laktat dan akhirnya timbul

kelelahan. Kemungkinan yang terjadi adalah pekerja dapat mengatur keadaan

tubuhnya dengan kebiasaan merokok sehingga mengurangi terjadinya proses

kelelahan. Sebagian besar pekerja berpendapat, bahwa rokok menjadikan

stimulasi penyemangat dalam bekerja. Apabila merasa lelah atau bosan, mereka

sedikit berusaha mengambil kesempatan pada jam bekerja untuk merokok,

namun hal ini tidak menjadikan keharusan dalam pekerjaannya sebab pekerja

wajib mematuhi peraturan perusahaan yang ada.

6.8 Gambaran dan Hubungan Kualitas Tidur dengan Tingkat Kelelahan Kerja

Salah satu penyebab kelelahana dalah ganguan tidur (sleep distruption)

yang antara lain dapat dipengaruhi oleh kekurangan waktu tidur dan ganguan

pada circadian rhythms akibat jet lag atau shift kerja. Tidur adalah proses

alamiah manusia untuk memberikan kesempatan pada sel saraf (neuron) tubuh

kita untuk beristirahat dan memperbaiki kondisinya.

Variabel kualitas tidur diperoleh dari kuesioner PSQI yang diisi oleh

responden. Pada tabel 5.7 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki kesulitan

tidur yaitu sebanyak 40 orang (74,1%) dan responden yang memiliki kualitas

tidur yang baik yaitu sebanyak 14 orang (25,9%).

Page 122: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

133

Hasil penelitian yang didapatkan pekerja yang memiliki kesulitan tidur

dan mengalami kelelahan kerja berat adalah sebanyak 16 orang (40%),

mengalami kelelahan kerja sedang sebanyak 12 orang (30%), dan pekerja yang

mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 12 orang (30%). Pekerja yang

memiliki tidur yang baik namun mengalami kelelahan kerja berat sebanyak 7

orang (50%), mengalami kerja sedang sebanyak 6 orang (42.9%), dan pekerja

yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 1 orang (7.1%). Dari hasil uji

statistik didapatkan nilai probabilitas sebesar 0,222 artinya pada α 5% tidak ada

hubungan antara kualitas tidur dengan kelelahan kerja.

Hasil penilitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Nanik (2008),

bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan terjadinya

kelelahan dengan nilai probabilitas 0,043. Tidak berhubungannya antara variabel

kualitas tidur dengan tingkat kelelahan kerja adanya kemungkinan faktor

perilaku kebiasaan pekerja. Sedangkan perilaku terbiasa tidak menjadikan hal-hal

dalam pekerjaannya menjadi hambatan untuk terjadinya kelelahan kerja,

melainkan proses rutinitas dalam kesehariannya. Kemungkinan banyaknya

faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketika pekerja mengalami kesulitan tidur

seperti psikologis, tidak dapat diukur sebab akibat di setiap masalah dalam diri

sesorang. Namun seseorang yang memiliki golongan tidur yang baik tidak

menutup kemungkinan termasuk kategori tingkat kelelahan kerja berat sebanyak

7 orang (50%).

Page 123: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

134

BAB VII

KESIMPULAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada workshop PT. X Jakarta

diperoleh kesimpulam sebagai berikut :

1. Tingkat pekerja yang mengalami kelelahan kerja berat 28 orang ( 42,6 %),

pekerja yang mengalami kelelahan kerja sedang sebanyak 18 orang (33,3%)

dan pekerja yang mengalami kelelahan kerja ringan sebanyak 13 orang

(24,1%).

2. Gambaran iklim kerja pada pekerja workshop di PT. X Jakarta sesuai

tingkat beban kerjanya yaitu yang mengalami paparan iklim kerja >NAB

adalah sebanyak 33 orang (61,1%), dan pekerja yang mengalami iklim kerja

≤NAB adalah sebanyak 21 orang (38,9 %).

3. Gambaran faktor individu (umur, masa kerja, status gizi, kebiasaan

merokok, dan kualitas tidur) terhadap kelelahan kerja yaitu :

a. Rata-rata umur responden adalah 32,61 tahun atau dapat

dibulatkan menjadi 33 tahun, umur termuda adalah 21 tahun dan

umur pekerja tertua adalah 61 tahun.

b. Rata-rata masa kerja responden adalah 6,78 tahun (6 tahun 8

bulan). Responden ada yang bekerja minimal adalah 1 tahun dan

responden dengan masa kerja terlama yaitu responden yang sudah

bekerja sebagai pekerja di workshop selama 13 tahun.

Page 124: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

135

c. Responden yang tergolong berstatus gizi kurus yaitu sebanyak 1

orang (1,9%), responden yang tergolong status gizi normal yaitu

sebanyak 32 orang (59,3%) dan responden yang tergolong status

gizi gemuk yaitu sebanyak 21 orang (38,9%).

d. Responden yang tergolong perokok sedang yaitu sebanyak 15

orang (27,8%), responden yang tergolong perokok ringan yaitu

sebanyak 15 orang (27,8%), dan yang tidak memiliki kebiasaan

merokok yaitu sebanyak 24 orang (44,4%).

e. Gambaran kesulitan tidur dan mengalami kelelahan kerja adalah

responden yang memiliki kesulitan tidur yaitu sebanyak 40 orang

(74,1%) dan responden yang memiliki kualitas tidur yang baik

yaitu sebanyak 14 orang (25,9%).

4. Tidak terdapat hubungan antara iklim kerja dengan kelelahan kerja

(P=0,820).

5. Tidak ada hubungan antara faktor individu dengan tingkat kelelahan kerja

pada pekerja workshop di PT. X Jakarta tahun 2013 yaitu umur dengan

Pvalue 0.221, masa kerja dengan Pvalue 0.541, status gizi pekerja dengan

Pvalue 0.299, kebiasaan merokok dengan Pvalue 0.359, dan kualitas tidur

dengan Pvalue 0.222.

Page 125: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

136

7.2 Saran

7.2.1 Bagi Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian yang ditemukan bahwa semua variabel iklim

kerja dan faktor individu tidak berhubungan dengan tingkat kelelahan

kerja, namun tetap disarankan untuk melakukan peningkatan dan

pemeliharaan yang terkait dengan iklim kerja dan faktor individu adalah

sebagai berikut :

1. Iklim Kerja

Untuk menghindari terjadinya kelelahan kerja akibat iklim kerja dapat

dilakukan dengan mengurangi paparan iklim kerja yang diterima

pekerja salah satunya dengan cara :

a. Meningkatkan pengendalian lingkungan kerja:

- produktivitas ventilasi udara untuk memberikan aliran

udara dalam ruangan yang luas, atau dapat memberikan

exhaust pada tiap bagian pekerjaan. Peningkatan kecepatan

udara dapat membantu penguapan keringat dan

mendinginkan para pekerja.

b. Pemeliharaan dengan pengendalian administrative :

- Memastikan para pekerja yang dilingkungan yang panas

atau pekerja yang terpapar panas telah dilatih dengan baik

sehingga para pekerja dapat mengerti bahaya-bahaya

potensial yang mungkin terjadi.

Page 126: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

137

c. Pemeliharaan penggunaan Personal Protective Equipment :

menggunakan pakaian pelidung yang diperlukan yang

membuat pekerja mudah berkeringat dan tidak lengket dengan

kulit.

2. Faktor Individu

Pihak perusahaan PT. X disarankan tetap membangun semangat para

pekerja, dengan memperhatikan waktu kerja yang teratur, waktu

istirahat yang cukup efisien bagi pekerja dan perusahaan, serta dapat

melakukan aktifitas kesegaran jasmani minimal satu minggu sekali.

Namun hal ini tetap memperhatikan kompetensi dari pekerja agar

sesuai dengan posisi atau keahliannya guna mengurangi rasa lelah

psikologis maupun rasa bosan.

7.2.2 Bagi Peneliti

1. Perlu diadakannya penelitian lanjutan:

a. Memperhatikan teknik pengambilan data terutama pada saat

pengukuran lingkungan fisik dan teknik pengambilan sampel.

b. Memperhatikan status kesehatan yang dapat mempengaruhi

kelelahan kerja pekerja dengan baik.

2. Menggunakan alat-alat uji lingkungan yang lebih lengkap, seperti tes

debu, tes udara, dan uji kimia jika diperlukan.

Page 127: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

138

DAFTAR PUSTAKA

Ardhani, Zahroh Setyo. 2011. Hubungan Faktor Individu Dengan Tingkat Kelelahan

Kerja SubyektJika Pada Tenaga Kerja Bagian Pengepakan (Flour

Packing) Di Pt. Indofood Sukses Makmur Tbk. Bogasari Flour Mills

Surabaya. Skripsi. FKM Universitas Airlangga.

Ariani, Diah Nova. 2009. Tinjauan Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat

(Fatigue) Pada Pengemudi Bulk Truck PT. BCS Subkontraktor PT.

Holcim Tbk. Plant Narogong tahun 2009. Skripsi: Fakultas Kesehatan

Masyarakat UI

Benny L, Pratama dan Adhi Ari Utomo dalam Edhie Sarwono, dkk, 2002, Green

Company Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (LK3), Jakarta: PT Astra International Tbk.

Budiono, A. M. S. Kebijakan Perlindungan Tenaga Kerja. Dalam: Budiono, A. M. S,

dkk. Bunga Rampai Hiperkes Dan KK Edisi Kedua (Revisi),

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2003

Bustan, M.N, Dr. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: PT. Rineka

Cipta

Campellone, JV (2006). EEG BRAIN WAVE TEST Diambil pada 11 Pebruari 2006

Dari http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003931.htm

dalam Sunardi. Elektroensefalogram (EEG). [cited: 2013

November]. Available :

http://nardinurses.files.wordpress.com/2008/01/eeg.pdf

Daryus, Asyari. 2008. Proses Produksi II Mesin Bubut. Universitas Dharma Persada

Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja.

Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. Pemenuhan Kecukupan Gizi Bagi Pekerja. [cited: 2013

June]. Available: http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/747

Depkes RI. 2003. Pedoman Pembinaan Kesehatan Umur Lanjut bagi Petugas

Kesehatan. Depkes :Jakarta

Depkes RI. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal Di Indonesia. Jakarta: Depkes

RI, 1991

Depnaker. 2004. Training Material Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Bidang

Keselamatan Kerja. Jakarta: Depnaker

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Bahaya Rokok Bagi Kesehatan Manumur. [cited:

2013 September]. Available :

Page 128: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

139

http://www.dinkes2.bogorkab.go.id/index.

php?option=com_content&view=article&id=171&Itemid=122

Dwi P. Sasongko, dkk. 2000. Kebisingan Lingkungan. Semarang: Badan Penerbit

Universitas Diponegoro Semarang.

Eraliesa, Fandrik. 2008. Hubungan Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada

Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan Tapaktuan Kecamatan

Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan 2008. Skripsi. FKM Universitas

Sumatra Utara.

Fahri Sukmal dkk. 2010. Kebisingan Dan Tekanan Panas Dengan Perasaan Kelelahan

Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Drilling Pertamina EP Jambi. Jurnal:

Universitas Muhamadiyah Semarang.

Fatigue Management Plan – Participant’s workbook, 2010.

Febrina Kodrat, Kimberley. 2011. Pengaruh ShJikat Kerja Terhadap Kelelahan

Pekerja Pabrik Kelapa Sawit Di Pt. X Labuhan Batu. Jurnal Teknik

Industri, Vol. 12, No. 2, Agustus 2011: 110–117

Gabriel, J.F. 1996. Fisika Kedokteran. Jakarta: EGC.

Ganong, W.F. 1999. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.

Gradjean, E. Fitting the Task to The Man 4th. Dalam: Tarwaka, dkk. Ergonomi Untuk

Guyton, Arthur dan John E. Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran

(alih Bahasa: Irawati Setiawan. Jakarta: ECG, 2004

Hardi, M.Kes, Ikram. 2006. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan

Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Di Bagian Produksi PT. Sermani

Steel Makassar Tahun 2006. Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Hasanudin Makasar.

Harrington, JM, Gill, FS. Buku Saku Kesehatan Kerja. Alih Bahasa Sudjoko

Kuswadji. Penerbit Buku Kedokteran EGC.2005

Haryono, Widodo dkk. 2009. Hubungan Antara Beban Kerja, Stres Kerja Dan

Tingkat Konflik Dengan Kelelahan Kerja Perawat Di Rumah Sakit

Islam Yogyakarta PDHI Kota Yogyakarta. Jurnal: Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Harwanto, Irwan. 2004. Perbedaan Tingkat Kelelahan Tenaga Kerja Akibat

Intensitas Kebisingan Berbeda Di PT Kereta Api (Persero) Daerah

Operasi IV Semarang. Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Undip.

Hidayat, T. 2003. Bahaya Laten Kelelaan Kerja. Harian Pikiran Rakyat. Jakarta

dalam Eraliesa, Fandrik. 2008. Hubungan Faktor Individu Dengan

Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat Di Pelabuhan

Tapaktuan Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan 2008.

Skripsi. FKM Universitas Sumatra Utara.

I Dewa Nyoman Supariasa. Bachyar Bakri. Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi,

Jakarta: EGC.

Page 129: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

140

International Labour Organization. Encyclopedia of Occupational Health and

Safety. 1983. Vol II. International Labour Office, Geneva

Iviana, Anda, dkk. 2007. Perbaikan Desain Tempat Kerja Pada Proses Pengelasan

Smaw Melalui Pendekatan AHP (Analytical Hierarchy Process) Dan

Analisis Ergonomi Di Bengkel Las, PPNS-ITS. Jurnal. Teknik

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Politeknik Perkapalan Negeri

Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Sukolilo Surabaya

Indonesia

Kimberly Febrina Kodrat. Pengaruh ShJikat Kerja Terhadap Kelelahan Pekerja

Pabrik Kelapa Sawit Di PT. X Labuhan Batu. Jurnal. Fakultas Teknik

Universitas Al Azhar Medan

Koesyanto, Herry. 2008. Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Kelelahan Kerja

Mengajar Pada Guru Sekolah Dasar Se-Kecamatan Semarang

Barat Tahun Ajaran 2006/2007. Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol 3.

Kosasih Indra. Keselamatan Dalam Bengkel. [cited : 2013 Agustus] available:

http://blognyaindrakosasih.blogspot.com/2013/05/keselamatan-dalam-

bengkel-workshop.html

Modul Praktikum Biomekanika. Laboratorium Analisis Perancangan Kerja dan

Ergonomi. Universitas Islam Indonesia 2011.

Noor Fatimah. 2002. Hubungan beberapa Faktor Beban Tambahan Lingkungan

Kerja dengan Kelelahan pada Tenaga Kerja Wanita ShJikat Pagi Di

Bagian Packing PT Palur Raya Karanganyar. Skripsi. Fakultas

Kesehatan Masyarakat Undip.

Noval Mauludi, Moch. 2010. Faktor –Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan

Pada Pekerja Di Proses Produksi Kantong Semen PBD (Paper Bag

Division) Pt. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup-Bogor.

Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah.

TAHUN 2010

Putri, Duhita Pangesti. 2008. Hubungan Faktor Internal dan Eksternal Pekerja

Teradap Kelelahan (Fatigue) Pada Operator Alat Besar Di PT.

Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Suralaya Periode Tahun

2008. Skripsi. FKM Univesitas Indonesia

Park, Jungsun,dkk. Long Working Hours and Subjective Fatigue Symptoms. 2001.

Original Article. Industrial Health.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER/13/MEN/X/2011

Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Dan Faktor Kimia Di

Tempat Kerja

Prof. Dr. Suryanto., M.Si. Apa Itu Gender?. [citied: 2013 Oktober] Available :

www.suryanto.blog.unair.co.id.

Purnawati, Susi. 2005. Kelelahan Umum pada pekerja shift dan faktor-faktor yang

berhubungan pada pekerja Inspector Soft Drinks Pabrik Minuman

Botol PT. X Bali Tahun 2005. Tesis: Universitas Indonesia Prodi

Kedokteran Kerja

Page 130: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

141

Putu Gunasastra, Dewa,dkk. 2013. Hubungan Antara Iklim Kerja, Asupan Gizi

Sebelum Bekerja, Dan Beban Kerja Terhadap Tingkat Kelelahan

Pada Pekerja Shift Pagi Bagian Packing Pt.X, Kabupaten Kendal.

Jurnal Kesehatan Masyarakat. UNDIP

Ramdan, Iwan M.. Dampak Giliran Kerja, Suhu dan Kebisingan terhadap Perasaan

Kelelahan Kerja di PT LJP Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal

Keselamatan dan Kesehatan Kerja FKM. Universitas Mulawarman.

2007.

Ramdhani, M. Tamar. 2010. Hubungan Beban Kerja, Status Gizi, dan Umur dengan

Tingkat Kelelahan Kerja Operator Bagian Dyeing di PT. X Salatiga.

Skripsi. Universitas Diponegoro.

Rini Kadarwati, dkk. Beberapa Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian

Kecelakaan Kerja di Pabrik Frame Kacamata PT. Luxindo Nusantara

Semarang (Juni 2005 – Juni 2006). Jurnal Kesehatan Masyarakat.

UNIMUS

Riyadi, Didi Selamet. 2010. Teknologi Mekanik II Mesin Gerinda. Jurusan Mesin.

Poli Teknik Cilacap

Schultz, D.P. Psycholog y and Industry Today, An Introduction to Industrial

and Organizational Psycholog y, 1982. Third Edition, Macmillan

Publishing Co. Inc., New York

Sihar Tigor Benjamin Tambunan. 2005. Kebisingan Di Tempat Kerja (Occupational

Noise), Yogyakarta: Andi.

Silaban, Gerry. 1998. Kelelahan Kerja. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia.

Tahun XXVI No. 10: 593 – 543.

Smyth, Carole. 2013. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Practises: The

Hartford Institute for Geriatric Nursing, New York University, College

of Nursing

Soekidjo Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka

Cipta.

Sritomo Wignjosoebroto. 2003. Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Surabaya: Guna

Widya.

Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suma’mur, P. K. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : CV. Mas

Agung, 2009

___________. Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : CV. Mas

Agung, 1996

Susetyo, Joko. Prevalensi Keluhan SubyektJika Atau Kelelahan Karena Sikap Kerja

Yang Tidak Ergonomis Pada Pengrajin Perak. Jurnal Teknologi

Volume. 1 Nomor 2 , Desember 2008, 141-149.

Syukron Salman Yasin, 2011. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan

pada pekerja di Unit Power Plant PT. X Cepu. Fakultas Kesehatan

Masyarakat. UNDIP.

Tarwaka. Bakri, Solichul. H. A. Sudiajeng, Lilik. Ergonomi Untuk Keselamatan,

Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: Uniba Press, 2004

Page 131: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

142

Tim Hiperkes. 2004. Panduan Praktikum Laboratorium Hiperkes & Keselamatan

Kerja. Semarang: Balai Hiperkes Jawa Tengah

Tri Yuni Ulfa, 2005. Pengaruh Kebisingan terhadap Kelelahan pada Tenaga Kerja

Industri Pengoahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Semarang.

Skripsi. Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Negeri

Semarang.

Wardani, Dkk. 2011. Hubungan Faktor Risiko Lingkungan Fisik Dengan Kelelahan

Tenaga Kerja Di Industri Konveksi Rm Tailor Yogyakarta. Jurnal

Ilmiah Kesesahatn Kerja. Sanitasi, Volume 3 Nomor 2 Hal 47

Ihsan, Taufik, dkk. 2010. Hubungan Antara ShJikat Kerja Dengan Tingkatan

Kelelahan Kerja Pada Pekerja Di Pabrik Perakitan Mobil Indonesia.

Jurnal. Program Studi Magister Teknik Lingkungan. Fakultas Teknik

Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

University of Pittsburg. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) 2011.

Page 132: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

143

No.

Responden

Tanggal

FAKTOR-FAKTOR YANG BERUBUNGAN DENGAN KELELAHAN KERJA

PADA PEKERJA BENGKEL DI PT. X JAKARTA TAHUN 2013

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Saya Era Prasasti, mahasiswi Kesehatan Masyarakat Peminatan K3 Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan pengumpulan

data mengenai perasaan kelelahan kerja yang saudara rasakan saat bekerja, dimana

pengumpulan data ini adalah sebagai salah satu penyusunan tugas akhir (skripsi).

Semua data dan informasi yang saudara berikan akan dijaga kerahasiaannya dan

kuesioner ini akan dimusnahkan apabila sudah tidak digunakan lagi. Atas perhatian

dan kerjasama saudara saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Apakah anda Bersedia ?

(lingkari pada jawaban)

YA

TIDAK

Tanda Tangan

IDENTITAS RESPONDEN

Nama :

No. Telp :

Umur : ………thn

Masa kerja : ………………..

Tinggi Badan & Berat Badan : ………………..

Riwayat Penyakit : …………………

Keadaan Kesehatan hari ini : Sehat / Sakit

No. Petanyaaan Kode

A Pengukuran kualitas tidur menggunakan kuesioner Pittsburgh

Sleep Quality Index (PSQI)

[ ]

A1. Kapan biasanya waktu tidur anda (siang/malam)?

---------------------------------

[ ]

Page 133: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

144

A2. Berapa lama (dalam menit) dari anda terjaga sampai dapat tertidur saat

malam hari?

------------------------------------

[ ]

A3. Selama sebulan lalu kapan biasanya anda bangun pagi (jam)?

------------------------------------------

[ ]

A4. Berapa jam anda tidur tiap harinya?

--------------------------------------

[ ]

(Beri salah satu Tanda Cheklist ( √ ) pada kolom pilihan jika anda mengalami di

periode tersebut, pada 0,1,2, atau 3)

No Pertanyaan Skor Kode

A5. Selama sebulan lalu,

berapa kali mengalami

gangguan tidur karena

anda.....

Tidak

pernah

selama

sebulan

lalu

Kurang dari

satu kali

dalam

seminggu

1-2 kali

dalam

seminggu

3 atau

lebih

dalam

semin

ggu

0 1 2 3

a. Tidak dapat tertidur

lebih dari 30 menit

[ ]

b. Bangun di tengah

malam atau

menjelang pagi

[ ]

c. Harus bangun untuk

ke kamar mandi

[ ]

d. Kurang nyaman

dalam bernafas

[ ]

e. Batuk atau

mendengkur dengan

nyaring

[ ]

f. Merasa terlalu

dingin

[ ]

g. Merasa terlalu panas [ ]

Page 134: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

145

h. Mengalami mimpi

buruk

[ ]

i. Mengalami sakit [ ]

j. Alasan lain,

silahkan sebutkan:

[ ]

A6. Selama sebulan lalu,

berapa kali anda

menggunakan obat

untuk membantu anda

tidur

[ ]

A7. Seberapa sering anda

mengantuk ketika

mengemudi, makan,

atau beraktifitas sosial?

[ ]

A8. Seberapa banyak

masalah yang anda

miliki dan anda tidak

bergairah untuk

menyelesaikannya?

[ ]

Sangat

baik

0

Agak baik

1

Agak

buruk

2

Sanga

t

buruk

3

A9. Bagaimana anda

menilai kualitas tidur

anda secara

keseluruhan?

[ ]

A10

.

Apakah ada yang mendampingi anda saat tidur ?

(lingkari salah satu)

a. Tidak ada teman tidur

b. Teman tetapi tidak 1 kamar

c. Teman diruangan yg sama, tapi tdk 1 tempat tidur

d. Ada teman tidur di 1 tempat tidur

[ ]

Diisi oleh Peneliti

Page 135: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

146

1. Beban Kerja

1. ........................

2. ........................

3. ........................

4. ........................

5. ........................

2. Suhu Iklim / Lokasi

2 Kelelahan Berdasarkan Reaction Timer Test

Tingkat kelelahan berdasarkan waktu reaksi yang ditempuh

Waktu Reaksi Rata-

rata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sblm

Ssdh

Terima Kasih Atas Partisipasi Anda Saya Ucapkan Terima Kasih

Era Prasasti

Page 136: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

147

Perhitungan Beban Kerja Rata-Rata Pada Pekerja Workshop PT. X

Jakarta Tahun 2013

Leader Mekanik Leader

Posisi

Badan

Jenis

Pekerjaan

Jumlah

Kal Waktu

Total

Kal

Mengangkat benda 0.6 3.5 4.1 5 20.5

Memeriksa benda 0.6 2.5 3.1 15 46.5

memperbaiki memutar mur 0.6 3.5 4.1 15 61.5

membersihkan bagian benda 0.6 3.5 4.1 5 20.5

Rata-rata 40 149 3.7

Helper Mekanik Helper

Posisi

Badan

Jenis

Pekerjaan

Jumlah

Kal Waktu

Total

Kal

Mengangkat benda 0.6 3.5 4.1 5 20.5

Memeriksa benda 0.6 2.5 3.1 10 31

memperbaiki memutar mur 0.6 3.5 4.1 20 82

membuka plat 0.3 3.5 3.8 30 114

membersihkan bagian benda 0.6 3.5 4.1 30 123

Rata-rata 95 370.5 3.9

Page 137: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

148

Leader & Helper Rewinding - Mekanik

Posisi

Badan

Jenis

Pekerjaan

Jumlah

Kal Waktu

Total

Kal

Cek Memeriksa part 0.6 3.5 4.1 5 20.5

Overhoul Mesin Meraba mesin 3 1.2 4.2 10 42

membongkar 0.6 3.5 4.1 15 61.5

Memindahkan part 3 3.5 6.5 5 32.5

Ketok 0.6 2.5 3.1 15 46.5

Gulung dinamo 0.6 5 5.6 30 168

Membersihkan semprot 0.6 1.2 1.8 1 1.8

Memindahkan part 0.6 3.5 4.1 1 4.1

Rata-rata 82 376.9 4.6

Leader& Helper Balancing - Mekanik

Posisi

Badan

Jenis

Pekerjaan

Jumlah

Kal Waktu

Total

Kal

Cek Memeriksa part 0.3 2.5 2.8 5 14

Memasang ke balancer Mengangkat dengan crane 3 2.5 5.5 10 55

Memastikan kencangan 0.3 2.5 2.8 3 8.4

Periksa monitor Dengan monitor 0.3 1.2 1.5 5 7.5

Menambah/mengurangi Las 0.3 3.5 3.8 30 114

daging besi di benda

Melepaskan dari

balancer Menggunakan tang 0.3 2.5 2.8 10 28

Memindahkan benda Dengan crane 3 2.5 5.5 5 27.5

Rata-rata 68 254.4 3.7

Page 138: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

149

Leader Quality Control

Posisi

Badan

Jenis

Pekerjaan

Jumlah

Kal Waktu

Total

Kal

Cek Memeriksa AC-DC mesin 0.6 1.2 1.8 5 9

Memonitor Melihat progres mesin 0.6 1.2 1.8 30 54

Rata-rata 35 63 1.8

Helper Quality Control

Posisi

Badan

Jenis

Pekerjaan

Jumlah

Kal Waktu

Total

Kal

Cek Memeriksa AC-DC mesin 0.3 3.5 3.8 5 19

Pasang Kabel

Menghubungkan kabel AC-

DC 0.3 3.5 3.8 10 38

Bongkar Rumah ACDC Membuka rumah ACDC 0.3 3.5 3.8 10 38

Mengencangkan dengan

tang 0.3 3.5 3.8 10 38

Menutup Rumah ACDC 0.3 3.5 3.8 15 57

Test

Pasca test

Melepas semua bagian

kabel 0.3 3.5 3.8 10 38

dari yg di test

Rata-rata 60 228 3.8

Page 139: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

150

Helper Bubut

Posisi

Badan

Jenis

Pekerjaan

Jumlah

Kal Waktu

Total

Kal

Mengakat benda Memasang dengan crane 0.6 1.2 1.8 5 9

Memasangkan benda Memastikan part berada di 0.6 9 9.6 30 288

posisi pembubutan

Membubut Meneliti pola bubut 0.6 3.5 4.1 30 123

Rata-rata 65 420 6.5

Page 140: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

i

Perhitungan Tingkat Beban Kerja Pada Pekerja Wokshop PT. X

Jakarta Tahun 2013

No.

Res

Beban

Kerja

Rata-

rata

BB

Metabolism

e Basal

(Kkal/menit)

Total Beban

Kerja

(kalori/menit

)

Total Beban

Kerja

(Kalori/jam

)

Keteranga

n Beban

Kerja

1 3.7 70 0.15 3.85 231 Sedang

2 3.9 65 0.14 4.04 242 Sedang

3 3.9 70 0.15 4.05 243 Sedang

4 3.9 70 0.15 4.05 243 Sedang

5 3.9 42 0.09 3.99 239 Sedang

6 3.9 88 0.18 4.08 245 Sedang

7 3.9 55 0.11 4.01 241 Sedang

8 3.9 70 0.15 4.05 243 Sedang

9 3.9 68 0.14 4.04 243 Sedang

10 3.9 75 0.16 4.06 243 Sedang

11 4.6 67 0.14 4.74 284 Sedang

12 4.6 82 0.17 4.77 286 Sedang

13 4.6 78 0.16 4.76 286 Sedang

14 4.6 60 0.13 4.73 284 Sedang

15 4.6 62 0.13 4.73 284 Sedang

16 4.6 61 0.13 4.73 284 Sedang

17 4.6 65 0.14 4.74 284 Sedang

18 4.6 72 0.15 4.75 285 Sedang

19 3.7 46 0.10 3.80 228 Sedang

20 3.7 47 0.10 3.80 228 Sedang

21 3.7 62 0.13 3.83 230 Sedang

22 3.7 60 0.13 3.83 230 Sedang

23 3.7 45 0.09 3.79 228 Sedang

24 3.7 62 0.13 3.83 230 Sedang

25 1.8 63 0.13 1.93 116 Ringan

26 1.8 50 0.10 1.90 114 Ringan

27 1.8 60 0.13 1.93 116 Ringan

28 1.8 65 0.14 1.94 116 Ringan

29 1.8 66 0.14 1.94 116 Ringan

30 1.8 65 0.14 1.94 116 Ringan

31 1.8 65 0.14 1.94 116 Ringan

32 1.8 60 0.13 1.93 116 Ringan

33 1.8 65 0.14 1.94 116 Ringan

34 1.8 55 0.11 1.91 115 Ringan

Page 141: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

ii

35 1.8 63 0.13 1.93 116 Ringan

36 3.8 56 0.12 3.92 235 Sedang

37 3.8 60 0.13 3.93 236 Sedang

38 3.8 59 0.12 3.92 235 Sedang

39 3.8 58 0.12 3.92 235 Sedang

40 3.8 48 0.10 3.90 234 Sedang

41 3.8 69 0.14 3.94 237 Sedang

42 3.8 66 0.14 3.94 236 Sedang

43 3.8 59 0.12 3.92 235 Sedang

44 3.8 58 0.12 3.92 235 Sedang

45 6.5 67 0.14 6.64 398 Berat

46 6.5 60 0.13 6.63 398 Berat

47 6.5 59 0.12 6.62 397 Berat

48 6.5 60 0.13 6.63 398 Berat

49 6.5 60 0.13 6.63 398 Berat

50 6.5 66 0.14 6.64 398 Berat

51 6.5 59 0.12 6.62 397 Berat

52 6.5 58 0.12 6.62 397 Berat

53 6.5 67 0.14 6.64 398 Berat

54 6.5 60 0.13 6.63 398 Berat

`= 1 x BB x

(480 menit)

`= BK Rata2

+ MB

Dijadikan

ke Jam

480 menit =

8 jam

Page 142: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

iii

Analisis Univariat

Statistics

Umur Masa_Kerja

N Valid 54 54

Missing 0 0

Mean 32.61 6.78

Median 28.00 6.00

Std. Deviation 10.044 3.457

Variance 100.884 11.950

Minimum 21 1

Maximum 61 13

Iklim_Kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Terpapar 33 61.1 61.1 61.1

Tidak Terpapar 21 38.9 38.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

Status_Gizi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurus 1 1.9 1.9 1.9

Normal 32 59.3 59.3 61.1

Gemuk 21 38.9 38.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

Page 143: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

iv

K_Merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sedang 15 27.8 27.8 27.8

Ringan 15 27.8 27.8 55.6

Tidak Merokok 24 44.4 44.4 100.0

Total 54 100.0 100.0

Kualitas_Tidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Sulit Tidur 40 74.1 74.1 74.1

Tidur Baik 14 25.9 25.9 100.0

Total 54 100.0 100.0

Page 144: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

v

Analisis Bivariat Kruskal Wallis

Ranks

Kelelahan

_Obj N Mean Rank

Umur Berat 23 24.33

Sedang 18 32.64

Ringan 13 26.00

Total 54

Masa_Kerja Berat 23 25.76

Sedang 18 30.83

Ringan 13 25.96

Total 54

Test Statisticsa,b

Umur Masa_Kerja

Chi-Square 3.017 1.228

df 2 2

Asymp. Sig. .221 .541

a. Kruskal Wallis Test

b. Grouping Variable: Kelelahan_Obj

Page 145: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

vi

CROSS TAB

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Iklim_Kerja * Kelelahan_Obj 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%

Status_Gizi * Kelelahan_Obj 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%

K_Merokok * Kelelahan_Obj 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%

Kualitas_Tidur *

Kelelahan_Obj 54 100.0% 0 .0% 54 100.0%

Kualitas Tidur

Kelelahan Kerja

Total Berat Sedang Ringan

Kualitas_Tidur Sulit Tidur Count 16 12 12 40

% within Kualitas_Tidur 40.0% 30.0% 30.0% 100.0%

Tidur Baik Count 7 6 1 14

% within Kualitas_Tidur 50.0% 42.9% 7.1% 100.0%

Total Count 23 18 13 54

% within Kualitas_Tidur 42.6% 33.3% 24.1% 100.0%

Page 146: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

vii

Kebiasaan Merokok

Kelelahan Kerja

Total Berat Sedang Ringan

K_Merokok Sedang Count 6 3 6 15

% within K_Merokok 40.0% 20.0% 40.0% 100.0%

Ringan Count 6 5 4 15

% within K_Merokok 40.0% 33.3% 26.7% 100.0%

Tidak Merokok Count 11 10 3 24

% within K_Merokok 45.8% 41.7% 12.5% 100.0%

Total Count 23 18 13 54

% within K_Merokok 42.6% 33.3% 24.1% 100.0%

Status Gizi

Kelelahan Kerja

Total Berat Sedang Ringan

Status_Gizi Kurus Count 0 0 1 1

% within Status_Gizi .0% .0% 100.0% 100.0%

Normal Count 16 9 7 32

% within Status_Gizi 50.0% 28.1% 21.9% 100.0%

Gemuk Count 7 9 5 21

% within Status_Gizi 33.3% 42.9% 23.8% 100.0%

Total Count 23 18 13 54

% within Status_Gizi 42.6% 33.3% 24.1% 100.0%

Page 147: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

viii

Iklim Kerja

Kelelahan Kerja

Total Berat Sedang Ringan

Iklim_Kerja Terpapar Count 15 10 8 33

% within Iklim_Kerja 45.5% 30.3% 24.2% 100.0%

Tidak Terpapar Count 8 8 5 21

% within Iklim_Kerja 38.1% 38.1% 23.8% 100.0%

Total Count 23 18 13 54

% within Iklim_Kerja 42.6% 33.3% 24.1% 100.0%

Page 148: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

ix

Page 149: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT … PRASASTI-fkik.pdfFaktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Pekerja Workshop Di PT. X Jakarta Tahun 2013 .

x