FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES...
Transcript of FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STRES...
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
STRES PENGASUHAN PADA IBU DENGAN ANAK
USIA PRASEKOLAH DI POSYANDU KEMIRI MUKA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Oleh:
Nurul Chairini
109104000023
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434/2013
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nurul Chairini
Tempat Tanggal Lahir : Depok, 04 November 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : JL. Margonda Raya, rt 05/ rw 01 no. 35. Kel.
Kemiri Muka, Kec. Beji, Kota Depok 16423
Telp / HP : (021) 7755416 / 085781705701
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Sukagalih 1 (1997-2003)
2. SMP Negeri Megamendung 2003-2004)
3. SMP Negeri 242 Jakarta (2004-2006)
4. SMA Negeri 97 Jakarta (2006-2009)
Riwayat Organisasi :
1. PRAMUKA (1999-2005)
2. OSIS SMPN 242 Jakarta (2004-2005)
3. MADING ROHIS SMAN 97 Jakarta (2007-2008)
4. KIR SMAN 97 Jakarta (2007-2009)
5. BEM Program Studi Ilmu Keperawatan (2012-2013)
vii
Pengalaman Pelatihan, Seminar, dan Workshop :
1. Seminar “Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization
Era” Tahun 2009
2. Seminar Umum “Hilangnya Ayat dalam Undang-Undang Anti Rokok”
pada Tahun 2009
3. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di
Rumah” Tahun 2010
4. Workshop Nasional “Uji Kompetensi Keperawatan” Tahun 2012
5. Seminar Nasional “Uji Kompetensi Nasional Meningkatkan Peran dan
Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global” Tahun
2012
viii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Oktober 2013
Nurul Chairini, NIM : 109104000023
Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Stres Pengasuhan pada Ibu
dengan Anak Usia Prasekolah di Posyandu Kemiri Muka
xvii+94 halaman+8 lampiran
ABSTRAK
Di Indonesia, kasus kekerasan anak semakin marak terjadi, di Depok sendiri kasus
kekerasan anak meningkat setiap tahunnya (YKAI, 2012). Fenomena tersebut
merupakan salah satu dampak dari stres pengasuhan. Pengasuhan merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mendukung perkembangan anak. Stres
pengasuhan timbul akibat ketidaksesuaian antara tuntutan yang dirasakan
orangtua dalam interaksi orangtua-anak terhadap kemampuan orangtua dalam
memenuhi tuntutan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan
dengan stres pengasuhan pada ibu dengan anak usia prasekolah di Posyandu
Kemiri Muka. Faktor tersebut yaitu, jenis kelamin anak, jumlah anak, pekerjaan,
pendidikan, pendapatan dan dukungan sosial. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan desain cross sectional dengan tekhnik pengambilan sampel
accidental sampling. Jumlah responden yang diteliti adalah 52 orang. Instrument
penelitian yang digunakan adalah kuesioner demografik, kuesioner parenting
stress index,dan kuesioner dukungan sosial.
Hasil penelitian ini menunjukkan 61.5% responden mengalami stres pengasuhan
ringan, 26.9% mengalami stres pengasuhan sedang dan 11.5% mengalami stres
pengasuhan tinggi. Adapun faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan
terhadap stres pengasuhan ibu dengan anak usia prasekolah yaitu jumlah anak
(p=0.002,r=0.418), pendapatan (p=0.001, r= -0.443) dan dukungan sosial
(p=0.000, r= -0.791). Sedangkan faktor yang tidak berhubungan yaitu jenis
kelamin anak (p=0.0832), pekerjaan (p=0.484), dan pendidikan (p=0.360).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan perawat dapat melakukan
deteksi awal stres pengasuhan pada ibu sehingga dapat merencanakan penanganan
yang tepat.
Kata kunci : Stres Pengasuhan, Ibu, Prasekolah
Bahan bacaan : 49 (1997-2013)
ix
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA
Undergraduate Thesis , October 2013
Nurul Chairini , NIM : 109104000023
Factors Associated with Parenting Stress in Mothers with Preschooler in
Posyandu Kemiri Muka
xvii+94 pages+8 appendix
ABSTRACT
In Indonesia , child abuse cases often happens (YKAI, 2012). In Depok, child
abuse cases increases every year. This phenomenon is one of the effects of
parenting stress. Parenting is a series of activities undertaken to support the child's
development. Parenting stress arises due to a mismatch between perceived
demands of parents in parent-child interaction to the parents' ability to meet these
demands.
This study aims to determine the factors related to parenting stress in mothers
with preschool children in Posyandu Kemiri Muka. The factors are sex of the
child , number of children , occupation , education , income and social support.
This research is quantitative research with cross sectional design with accidental
sampling technique sampling . Number of respondents surveyed was 52. Research
instrument used was a demographic questionnaire, parenting stress index
questionnaire, and social support questionnaire .
The results showed 61.5 % of respondents experienced mild parenting stress,
parenting stress 26.9 % had moderate and 11.5 % had high parenting stress. The
factors significantly related to parenting stress of mothers with preschool -aged
children is the number of children (p = 0.002 , r = 0.418) , income (p = 0.001 , r =
-0443) and social support (p = 0.000 , r = -0791) . While the factors that are not
related to the child's gender (p = 0.0832) , occupation (p = 0.484) , and education
(p = 0.360) . Based on the results of these studies are expected nurses can perform
early detection of maternal parenting im oreder to make an appropriate treatment.
Keywords : Parenting Stress, Mothers , Preschool
Reference : 49 (1997-2013)
x
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, pembawa syari’ah-Nya yang universal
bagi semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas
nikmat-Nya dan karunia-Nya Yang Maha Besar sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Faktor Faktor Yang Berhubungan
Dengan Stres Pengasuhan Pada Ibu Dengan Anak Prasekolah Di
Posyandu Kemiri Muka”.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang peneliti jumpai, namun syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-
Nya, kesungguhan, kerja keras dan kerja cerdas disertai dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, segala kesulitan dapat
diatasi dengan sebaik-baiknya yang pada akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh sebab itu, pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr (hc). dr. M.K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Waras Budi Utomo S.Kep, Ns, MKM selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
xi
3. Ibu Maulina Handayani, S.Kep, MSc selaku pembimbing pertama dan
yang telah meluangkan waktu, tenaga, fikiran serta memberikan motivasi
selama membimbing peneliti dan banyak sekali memberikan masukan
dan pengetahuan pada peneliti.
4. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing kedua
yang telah meluangkan waktu, tenaga, fikiran dan motivasi selama
membimbing peneliti dan memberikan banyak masukan dan pengetahuan
pada peneliti.
5. Segenap Kader Posyandu Kemiri Muka yang telah membantu dalam
pengumpulan informasi serta data yang dibutuhkan oleh peneliti.
6. Ibunda Budi Astuti serta ayahanda Kurnia Yazir selaku orantua peneliti
yang selalu memberikan kasih sayang tak terhingga kepada anaknya,
mendoakan serta memberikan dorongan dan masukan baik materiil
maupun non materiil.
7. Adik dan Kakak peneliti yang selalu memberikan motivasi kepada
peneliti serta membantu peneliti dalam mempersiapkan perlengkapan
penelitian yang peneliti gunakan.
8. Land-J ( Nurqom, Fifo, Sandra, Eryn, Tami, Novia, Nining) yang
senantiasa memberikan support dan bantuan selama peneliti menyusun
skripsi ini.
9. Seluruh teman-teman angkatan PSIK 2009 yang memberikan makna
kebersamaan, dan motivasi kepada peneliti selama masa studi.
Peneliti sangat menyadari bahwa pada penyusunan skripsi ini, masih
terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna karena keterbatasan yang
xii
peneliti miliki, karena sesungguhnya kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga peneliti dapat
memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya
terutama untuk proses kemajuan pendidikan selanjutnya.
Wassalamu’alaykum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Ciputat, Oktober 2013
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ................................................................................................ i
LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN .......................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ....................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vii
ABSTRAK ................................................................................................................ viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN .................................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 8
C. Pertanyaan Penelitian ..................................................................................... 9
D. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 10
E. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 11
F. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 13
A. Pengasuhan ..................................................................................................... 13
B. Stres ................................................................................................................ 15
C. Stres Pengasuhan ............................................................................................ 19
D. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Prasekolah ......................... 29
E. Parenting Stress Index ................................................................................... 36
F. Penelitian Terkait ........................................................................................... 38
G. Kerangka Teori............................................................................................... 40
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 41
A. Kerangka Konsep ........................................................................................... 41
B. Hipotesis Penelitian ........................................................................................ 41
C. Definisi Operasional....................................................................................... 43
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 45
A. Rancangan Penelitian ..................................................................................... 45
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ........................................................ 45
C. Populasi dan Sampel ...................................................................................... 46
D. Instrumen Penelitian....................................................................................... 48
E. Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................................................... 52
F. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 56
G. Pengolahan Data............................................................................................. 57
H. Analisa Data ................................................................................................... 58
xiv
I. Etika Penelitian .............................................................................................. 59
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ............................................................. 61
B. Karakteristik Responden ................................................................................ 62
C. Hasil Analisa Univariat .................................................................................. 63
D. Hasil Analisa Bivariat .................................................................................... 68
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat ........................................................................................... 74
B. Analisa Bivariat .............................................................................................. 82
C. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 90
BAB VII PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................... 92
B. Saran ............................................................................................................... 93
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional ...................................................................... 43
Tabel 4.1 Indikator kuesioner dukungan sosial ............................................ 51
Tabel 4.2 Indikator kuesioner Parenting Stress Index .................................. 52
Tabel 5.1 distribusi usia responden ................................................................ 62
Tabel 5.2 distribusi agama responden ............................................................ 63
Tabel 5.3 distribusi pekerjaan responden ....................................................... 63
Tabel 5.4 distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin anak .... 64
Tabel 5.5 distribsi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak ................ 65
Tabel 5.6 distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan................... 65
Tabel 5.7 distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan ................ 66
Tabel 5.8 distribusi frekuensi responden berdasarkan pendapatan ................ 66
Tabel 5.9 distribusi responden berdasarkan dukungan sosial ........................ 67
Tabel 5.10 distribusi responden berdasarkan dukungan sosial ...................... 68
Tabel 5.11 Hubungan antara Jenis Kelamin Anak dengan Stres
Pengasuhan pada Ibu dengan Anak Usia Prasekolah ..................................... 69
Tabel 5.12 Hubungan antara Jumlah Anak dengan Stres Pengasuhan
pada Ibu dengan Anak Usia Prasekolah ......................................................... 69
Tabel 5.13 Hubungan antara Pekerjaan dengan Stres Pengasuhan pada
Ibu dengan Anak Usia Prasekolah ................................................................. 70
Tabel 5.14 Hubungan antara Pendidikan dengan Stres Pengasuhan
pada Ibu dengan Anak Usia Prasekolah ......................................................... 71
Tabel 5.15 Hubungan antara Pendapatan dengan Stres Pengasuhan
pada Ibu dengan Anak Usia Prasekolah ......................................................... 71
Tabel 5.16 Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres
Pengasuhan pada Ibu dengan Anak Usia Prasekolah ..................................... 72
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian .............................................................39
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian .........................................................40
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 2 Kuesioner Demografik
Lampiran 3 Kuesioner Dukungan Suami
Lampiran 4 Kuesioner Stres Pengasuhan
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas
Lampiran 6 Hasil Penelitian
Lampiran 7 Surat Izin Uji Validitas
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak merupakan individu yang bergantung pada orang dewasa dan
lingkungannya, anak membutuhkan lingkungan yang dapat memfasilitasinya
dalam pemenuhan kebutuhan dasar dan dalam upaya belajar mandiri
(Supartini, 2004). Proses pertumbuhan dan perkembangan setiap anak berbeda
beda, setiap anak memiliki keunikan tersendiri dalam proses pertumbuhan dan
perkembangannya. Permasalahan yang harus dihadapipun berbeda beda,
antara lain masalah fisik seperti penyakit tertentu yang diderita oleh anak,
gangguan perkembangan bahasa, gangguan perkembangan emosi dan
persepsi, serta gangguan perkembangan sensorik motorik. Pada proses
pertumbuhan dan perkembangan ini, anak sangat membutuhkan bantuan dan
dukungan orang tua (Brooks, 2011).
Keluarga merupakan kelompok pertama yang membangun
perkembangan psikologis dan sosial anak. Anak membutuhkan kehangatan,
kasih sayang serta respon positif penerimaan dari orang tuanya. Kurangnya
pemenuhan ini akan mempengaruhi stabilitas sosio-emosional mereka. Hal ini
menunjukkan bahwa penerimaan positif orang tua berhubungan dengan
pengembangan sosial, emosional, dan intelektual anak (Santrock, 2005).
Merawat atau mengasuh anak dapat memberi banyak kepuasan sekaligus
menimbulkan banyak tantangan (Rudolf, 2006). Untuk beberapa orang
dewasa, menjadi orang tua merupakan penghargaan sekaligus tantangan, yaitu
2
ketika mereka menjadi orang tua, maka akan menghadapi tuntutan terkait
dengan peran pengasuhan yang menempatkan mereka pada resiko untuk
mengalami stres (Helkenn, 2007). Deater dan Deckard (2004) menyebutkan
bahwa tuntutan tersebut berkisar pada tuntutan pemenuhan kebutuhan dasar
anak yang diperlukan untuk bertahan hidup, dan kasih sayang. Stres yang
timbul merupakan tuntutan dari peranan orang tua serta hubungan
interpersonal.
Faktor–faktor yang mempengaruhi pengasuhan menurut Wong (2009)
antara lain usia orang tua, keterlibatan orang tua, pendidikan orang tua,
pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak, stress orang tua serta
hubungan suami istri. Adanya pengertian yang baik dari orang tua akan
mendorong anak untuk meningkatkan kepercayaan dirinya serta adanya
perasaan dihargai oleh orang tuanya, hal ini akan meningkatkan motivasi anak
untuk mengahadapi kesulitan yang dialaminya. Bila orang tua tidak mampu
menghadapi kesulitan tersebut maka dapat menimbulkan stres pada orang tua.
Stres yang dialami orang tua akan akan mempengaruhi orang tua dalam
menjalankan peran pengasuhannya terutama dalam kaitannya dengan strategi
koping terhadap masalah yang dihadapi anak (Supartini, 2002).
Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan di mana manusia melihat
adanya tuntutan dalam situasi sebagai beban atau di luar batas kemampuan
mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut (Nasir, 2011). Stres psikologis
merupakan hubungan antara manusia dan lingkungan yang dinilai oleh
seseorang karena dianggap memiliki tuntutan yang berat atau melebihi
kemampuannya dan membahayakan kesejahteraan. Dengan demikian, dapat
3
disimpulkan bahwa stres adalah suatu ketegangan yang muncul apabila
seseorang mengalami tuntutan dari suatu peristiwa atau kejadian yang dapat
mengancam keselamatannya.
Stres pengasuhan akan menimbulkan beban bagi pengasuh. Stres
pengasuhan dapat mengubah sikap pengasuh terhadap anak, sehingga akan
mempengaruhi perilaku pengasuhannya, perilaku tersebut mulai dari
pengasuhan yang baik, pengabaian bahkan perilaku kasar (Gunarsa, 2004).
Abidin (1992) dalam Walker (2000) mengungkapkan bahwa terdapat 3
domain utama yang menyebabkan stress pengasuhan, yaitu karakteristik anak,
karakteristik orang tua dan situasi demografik stress kehidupan. Karakteristik
anak mencakup kemampuan anak dalam beradaptasi, level hiperaktivitas,
permintaan anak (tuntuan terhadap orang tua), temper tantrum. Karakteristik
orang tua mencakup level depresi, sentuhan / sikap kepada anak, ketrampilan
dalam mengasuh anak (termasuk pengetahuan orang tua). Sedangkan stres
lingkungan kehidupan mencakup pergantian pekerjaan, pernikahan dan
perceraian, serta anggota keluarga (mencakup dukungan keluarga dan
kematian anggota keluarga). Walker (2000) menyebutkan karakteristik
keluarga lainnya yang mempengaruhi stres pengasuhan seperti usia orang tua,
jumlah anak di rumah, lama pernikahan, serta dukungan sosial.
Sebagian orang tua menganggap anak pada usia prasekolah sebagai usia
yang seringkali mengundang masalah. Pada anak prasekolah masalah yang
umunya sering terjadi adalah masalah perilaku yang dianggap lebih
menyulitkan daripada perawatan fisik (Hurlock, 2012). Hal ini disebabkan
4
pada usia ini anak sedang berada dalam proses pengembangan kepribadian
yang unik dan menuntut kebebasan (Brooks, 2005).
Menurut Hurlock (2012) para ahli psikologi memberikan beberapa
istilah pada anak usia prasekolah, yaitu usia menjelajah dimana anak ingin
mengetahui keadaan lingkungannya, atau sering disebut juga dengan usia
bertanya. Usia meniru, yaitu pada tahap ini anak seringkali meniru
pembicaraan dan tindakan orang lain. Sehingga pada tahap ini orang tua
dituntut untuk memenuhi segala keingintahuan anak dan menjadi role model
yang baik untuk anak. Namun, ketika orang tua tidak dapat memenuhi
keinginan anak, dan anak meniru tidakan atau pembicaraan yang tidak sesuai
dengan harapan orang tua, dapat menyebabkan stressor pada orang tua karena
tidak berhasil memenuhi tuntutan perannya sebagai orang tua. Pada masa ini
anak seringkali terlihat bandel, keras kepala, tidak menurut, melawan, dan
seringkali marah tanpa alasan.
Masalah lain yang dihadapi oleh orang tua adalah ketika anak
mengalami suatu gangguan. Gangguan yang sering muncul pada anak usia
prasekolah antara lain gangguan makan, gangguan perilaku, gangguan
enuresis, gangguan bicara, serta gangguan tidur (Depkes, 2006). Selain itu,
pada usia ini merupakan masa kritis (masa penting). Pada masa ini merupakan
pondasi kehidupan anak, jika asupan gizi yang diperoleh buruk, maka
kemungkinan besar anak akan mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya atau pertumbuhan dan perkembangannya tidak maksimal.
Karakteristik orang tua juga dapat menjadi stressor dalam pemenuhan
tuntutan perannya sebagai orang tua. Stressor tersebut antara lain ketrampilan
5
orang tua dalam mengasuh anak. Ketrampilan orang tua dalam mengasuh anak
meliputi ketrampilan dalam memenuhi asupan nutrisi yang seimbang,
perawatan ketika anak sakit dan sebagainya. Ketrampilan pengasuhan
merupakan pengetahuan wajib bagi orang tua sebagai tuntutan dan membantu
orang tua dalam mendidik dan mengasuh anak serta mengatasi pemasalahan
yang terjadi selama proses pengetahuan (Wijayanti & Nuryana, 2008). Ketika
orang tua tidak dapat melakukan pengasuhan dengan baik, maka dapat
memunculkan perasaan bersalah pada orang tua terhadap anaknya, dimana hal
ini dapat menjadi stresor pada orang tua dalam proses pengasuhan.
Faktor yang mempengaruhi stres pengasuhan selain karakteristik anak
dan orang tua, juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan
yang dapat menyebabkan stres pengasuhan antara lain status sosial ekonomi
dan stres kehidupan, serta dukungan sosial. Helkenn (2007) berpendapat
bahwa anak yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah memiliki resiko
tinggi terhadap masalah kesehatan. Ketika anak mengalami sakit, hendak
masuk sekolah, akan menjadi masalah bagi orang tua yang memiliki
penghasilan rendah. Dukungan sosial juga akan mempengaruhi respon
individu terhadap stresor yang dihadapi. Hal ini senada dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yi (2007) yang mengungkapkan bahwa orangtua yang
menerima dukungan sosial tinggi mengalami stres pengasuhan yang lebih
rendah daripada orangtua yang mendapatkan dukungan sosial rendah.
Dukungan sosial merupakan dukungan yang berasal dari teman, anggota
keluarga, dan pemberi layanan kesehatan yang membantu individu ketika
masalah muncul (Videback, 2008).
6
Stres pengasuhan dalam mengasuh anak menimbulkan kesulitan
tersendiri bagi orang tua, khususnya pada ibu (Gunarsa, 2006). Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa stres pengasuhan lebih sering dialami oleh ibu
dibandingkan oleh ayah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Shin (2006) di
Kanada, yang meneliti 106 ibu dan 93 ayah dengan anak berusian tiga sampai
enam tahun menunjukkan bahwa ibu mengalami stres yang lebih besar
dibandingkan dengan stres yang dialami oleh ayah.
Stres pengasuhan yang dialami ibu akan berpengaruh terhadap tanggung
jawab orang tua dalam merawat anaknya, karena stres pengasuhan akan
menghambat pekerjaan yang dilakukan sehari hari dan dapat menyebabkan
permasalahan pada pertumbuhan dan perkembangan anak (Pratiwi, 2007).
Orang tua yang merasa letih karena mengadapi kebutuhan keluarga yang tidak
ada habisnya, terutama yang berkaitan dengan anak dapat kehilangan
antusiasme mereka dalam mengasuh anak (Brooks, 2008). Hal ini
menyebabkan ibu dapat menggunakan ancaman, memperlakukan anak dengan
kata – kata kasar, menanamkan kedisiplinan pada diri anak dengan melakukan
tindak kekerasan pada anak.
Stres pengasuhan pada orang tua juga dapat menimbulkan berbagai
masalah lainnya, Ahern (2004) melakukan studi yang menunjukkan adanya
hubungan stres pengasuhan dengan potensi penganiayaan anak dengan
berbagai variasi yang ekstrim dalam perilaku pengasuhan. Komnas
Perlindungan anak (2013) menyatakan bahwa dalam 3 tahun terakhir, yaitu
2010 sampai 2012 terjadi kasus kekerasan pada anak sebanyak 21 juta kasus .
Menurut YKAI (2012) jumlah kasus kekerasan pada anak meningkat setiap
7
tahunnya, hal inilah yang menyebabkann Indonesia menempati urutan
tertinggi di Asia Pasifik dalam hal kekerasan pada anak.
Depok, merupakan salah satu kota dengan angka kekerasan yang cukup
tinggi. Tercatat 567 kejadian dari total 2600 kejadian kekerasan anak di
Jabodetabek terjadi di Depok. Menurut Komnas Perlindungan Anak (2013)
saat ini, Depok menempati urutan kedua setelah sebelumnya berada di urutan
keempat untuk kejadian kekerasan anak di Jabodetabek. Menurut Komisi
Nasional Perlindungan Anak (2010) 70 persen pelaku kekerasan terhadap
anak adalah perempuan, meliputi ibu kandung, ibu tiri maupun guru.
Dari studi pendahuluan yang dilakukan terhadap 5 orang ibu dengan
anak usia prasekolah menggunakan kuesioner Parening Stress Index diperoleh
hasil 3 orang ibu dengan tingkat stres pengasuhan sedang, satu orang ibu
dengan tingkat stres pengasuhan ringan, dan satu orang ibu dengan tingkat
stres pengasuhan tinggi. Dari hasil wawancara dengan kelima ibu tersebut,
tiga orang ibu mengatakan bahwa lebih repot mengurus lebih dari satu anak
dibandingkan hanya mengurus satu anak saja. Dua orang ibu yang bekerja
sebagai pedagang di rumahnya mengaku tidak mengalami kesulitan dalam
mengasuh, karena dapat mengasuh anak sambil berdagang. Namun, pada
seorang ibu yang bekerja sebagai karyawan, mengaku seringkali tidak tenang
meninggalkan anaknya saat bekerja.
Kelima ibu mengaku seringkali mengalami kesulitan ketika menghadapi
anaknya. Mereka menyebutkan anaknya seringkali sulit dinasihati, beberapa
ibu menyebutkan bahwa anak mereka kerapkali menyebutkan kata – kata tidak
sopan seperti yang mereka lihat di televisi. Dari kelima ibu yang
8
diwawancarai, mengungkapkan bahwa anak mereka seringkali sulit diatur,
terutama ketika menginginkan sesuatu, sementara orangtua tidak bisa
memenuhi keinginan tersebut, anak biasanya menangis, berteriak dan bahkan
ada yang berguling guling di lantai. Dua orang ibu menyebutkan bahwa ketika
anak mereka merengek – rengek dan menangis, mereka hanya mendiamkan
anaknya hingga anak berhenti menangis. Tiga orang ibu lainnya mengaku
merasa kesal dengan tingkah laku anaknya, dan mereka akan memarahi
anaknya, jika anaknya masih tidak mau menurut, terkadang ibu mencubit
lengan atau kaki anaknya.
Oleh karena itu, dalam menghadapi stres pengasuhan yang dialami oleh
orangtua, perawat dapat berperan sebagai educator. Perawat dapat
mengajarkan kepada orang tua tentang proses tumbuh kembang anak dan
permasalahan yang seringkali ditemukan pada proses tumbuh kembang anak
serta strategi–strategi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
tersebut. Selain itu, perawat juga dapat mengajarkan kepada orang tua
mengenai tekhnik manajemen stres, sehingga orangtua yang mengalami stres
pengasuhan dapat mengatasi hal tersebut sehingga tidak akan berdampak
negatif pada anak.
Dari pemaparan di atas, peneliti merasa perlu untuk dilakukannya
penelitian mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi stres pengasuhan
pada ibu dengan anak usia prasekolah.
B. Rumusan Masalah
Ibu memiliki respon tertentu dalam mengasuh anak usia prasekolah.
Masalah yang dialamipun berbeda beda, tergantung pada karakteristik anak,
9
orang tua, dan lingkungan yang dapat menjadi stressor bagi orang tua dalam
menjalankan perannya. Masalah tersebut menimbulkan berbagai tuntutan
pada orang tua, terutama ibu ketika menjalankan perannya dalam mengasuh
anak. Apabila tuntutan – tuntutan tersebut tidak dapat dipenuhi dapat memicu
stres pada ibu dalam mengasuh anaknya, yaitu stress pengasuhan. Oleh
karena itu peneliti merasa perlu dilakukannya penelitian mengenai faktor-
faktor yang berhubungan dengan stres pengasuhan pada ibu dengan anak usia
prasekolah
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran stres pengasuhan pada ibu dengan anak usia
prasekolah?
2. Bagaimana gambaran data demografik (jenis kelamin anak, jumlah anak
yang diasuh, pendapatan perbulan, pendidikan, pekerjaan) ibu dengan
anak prasekolah ?
3. Bagaimana gambaran dukungan sosial terhadap ibu dengan anak usia
prasekolah?
4. Bagaimana hubungan jenis kelamin anak usia prasekolah terhadap stres
pengasuhan ibu?
5. Bagaimana hubungan jumlah anak yang dirawat oleh ibu di rumah
terhadap stress pengasuhan ibu ?
6. Bagaimana hubungan pendapatan perbulan terhadap stres pengasuhan ibu?
7. Bagaimana hubungan pendidikan ibu terhadap stres pengasuhan ibu?
8. Bagaimana hubungan pekerjaan ibu terhadap stress pengasuhan ibu?
9. Bagaimana hubungan dukungan sosial terhadap stress pengasuhan ibu?
10
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan stres
pengasuhan pada ibu dengan anak usia prasekolah.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran stres pengasuhan pada orang tua dengan
anak anak usia prasekolah
b. Mengidentifikasi gambaran data demografik (jenis kelamin anak,
jumlah anak yang diasuh, pemdapatan perbulan, pendidikan , dan
pekerjaan) ibu dengan anak usia prasekolah
c. Mengidentifikasi gambaran dukungan sosial pada ibu dengan anak usia
prasekolah
d. Menganalisis hubungan jenis kelamin anak terhadap stres pengasuhan
ibu dengan anak usia prasekolah
e. Menganalisis hubungan jumlah anak yang diasuh terhadap stres
pengasuhan ibu dengan anak usia prasekolah
f. Menganalisis hubungan pendapatan perbulan terhadap stres
pengasuhan ibu dengan anak usia prasekolah
g. Menganalisis hubungan pendidikan ibu terhadap stres pengasuhan ibu
dengan anak usia prasekolah
h. Menganalisis hubungan pekerjaan ibu terhadap stres pengasuhan ibu
dengan anak usia prasekolah
i. Menganalisis hubungan dukungan sosial terhadap stres pengasuhan ibu
dengan anak usia prasekolah.
11
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Membantu masyarakat dalam upaya membina orang tua yang mempunyai
anak prasekolah untuk meminimalisasi terjadinya stres pengasuhan dan
dampak yang ditimbulkannya
2. Bagi institusi pendidikan
Memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu keperawatan khususnya
sebagai konsep dasar keperawatan anak mengenai tumbuh kembang anak
dan konsep dasar keperawatan jiwa. Diharapkan dapat menjadi dasar
perkembangan kurikulum pembelajaran ilmu keperawatan anak dan ilmu
keperawatan jiwa.
3. Bagi Keperawatan
Memberikan kontribusi dalam pengembangan konsep asuhan keperawatan
mengenai stres khususnya dalam pengembangan instrument pengkajian stres
pengasuhan. Penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan dasar intervensi
yang dapat dilakukan terhadap orang tua yang mengalami stres pengasuhan.
4. Bagi peneliti
Menjadi referensi penelitian sejenis dan menjadi rujukan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di keperawatan anak dan
keperawatan jiwa.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan desain penelitian cross
sectional. Penelitian mengenai “Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan
Stres Pengasuhan pada Ibu dengan Anak Usia Prasekolah” ini menggunakan
12
populasi Ibu dengan anak usia prasekolah di Posyandu Kemiri Muka Rw 01
Kelurahan Kemiri Muka, Kecamatan Beji, Depok.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengasuhan
1. Definisi
Brooks (2011) mendefinisikan orang tua sebagai individu yang
membantu semua masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, yaitu
memenuhi kebutuhan nutrisi / memberi makan, melindungi, dan memandu
masalah kehidupan dalam perkembangannya. Menjadi orang tua berarti
menjadi semakin dewasa, siap bertanggung jawab serta tidak
mementingkan diri sendiri. Pengasuhan atau parenting merupakan
sebuah proses kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan atau
mengembangkan kemampuan anak dan dilakukan dengan didasarkan oleh
kasih sayang dan tanpa pamrih (Lestari, 2010).
Pola pengasuhan pada anak sangat bergantung pada nilai-nilai yang
dimiliki oleh keluarga. Dalam budaya timur, peran pengasuhan atau
perawatan ini lebih banyak didominasi oleh ibu (Supartini, 2004). Brooks
(2011) menjelaskan bahwa orang tua bertanggung jawab untuk melindungi
dan memberi pengasuhan pada anak, namun pengasuhan bukan hanya
mengarahkan anak dari kecil hingga dewasa, namun pengasuhan adalah
proses aksi dan interaksi antara orang tua dan anak, proses dimana masing-
masing saling mengubah satu sama lain.
14
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengasuhan
Wong (2009) menjabarkan beberapa faktor yang mempengaruhi
pengasuhan, antara lain :
a. Usia orangtua
Apabila terlalu muda atau terlalu tua, mungkin tidak dapat
menjalankan oeran pengasuhan secara optimal, karena untuk
menjalankan peran pengasuhan yang optimal, diperlukan kekuatan
fisik dan psikis yang matang.
b. Keterlibatan ayah
Kedekatan hubungan ibu dengan anak sama pentingnya dengan
kedekatan hubungan ayah dengan anak, meskipun secara kodrati
akan ada perbedaannya, namun tidak mengurangi makna pentingnya
hubungan tersebut.
c. Pendidikan orangtua
Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam melakukan perawatan
anak akan mempengaruhi kesiapan mereka dalam menjalankan peran
pengasuhan.
d. Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak
Orangtua yang teah memilki pengalaman merawat anak sebelumnya
umumnya akan lebih rileks dan lebih siap dalam menjalankan peran
pengasuhan.
e. Stres orang tua
Stres yang dialami oleh orangtua akan berpengaruh pada
kemampuan orangtua menjalankan peran pengasuhan, terutama
15
terkait strategi koping yang digunakan dalam mengatasi
permasalahan anak. Namun, kondisi anak juga dapat menyebabkan
stres pada orangtua, misalnya anak dengan temperamen sulit atau
anak dengan masalah perkembangan.
f. Hubungan suami istri
Hubungan suami-istri yang kurang harmonis dapat memberikan
dampak buruk pada kemampuan orangtua dalam menjalankan peran
pengasuhan. Hubungan suami istri yang harmonis akan semakin
mendukung orangtua dalam menjalankan perannya dalam mengasuh
anak, karena suami dan istri dapat saling memberikan dukungan satu
sama lain.
3. Peran ibu
Ibu seringkali disebut sebagai jantung keluarga. Istilah ini
menggambarkan kedudukan seorang ibu sebagai tokoh sentral dalam
keluarga. Pentingnya seorang ibu dapat dilihat terutama sejak kelahiran
anak pertamanya (Gunarsa, 2004). Peranan ibu antara lain sebagai seorang
istri dan ibu dari anak – anaknya yang bertugas mengurus rumah tangga,
pengasuh bagi anak – anaknya, sebagai anggota masyarakat dan
lingkungan, serta ibu juga berperan sebagai pencari nafkah tambahan
dalam keluarga (Efendi & Makhfudli, 2009)
B. Stres
1. Definisi Stres
Istilah stres mengacu pada kondisi tubuh yang menjadi tegang saat
berusaha menyesuaikan diri dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari
16
yang sulit. Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan di mana
manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu kondisi sebagai beban atau
di luar kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut (Nasir &
Muhith, 2010).
National Safety Council (2004) mendefinisikan stres sebagai
ketidakmampuan untuk mengatasi ancaman yang dihadapi oleh mental,
fisik, emosional dan spiritual manusia , yang pada suatu saat dapat
mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa stres merupakan ketegangan yang dialami manusia
sebagai respon terhadap tuntutan – tuntan yang dihadapi.
2. Jenis Stres
National Safety Council (2004) membagi stres ke dalam 2 jenis
stress, yaitu stress baik dan buruk. Suatu stress dianggap baik atau buruk
tergantung pada respon seseorang terhadap stressor, dan cara seseorang
memaknai stressor yang dialami.
a. Stress yang baik / eustress adalah sesuatu yang positif, yaitu apabila
seseorang berusaha memenuhi tuntutan yang dihadapinya agar orang
lain maupun dirinya sendiri mendapatkan sesuatu yang baik (Nasir &
Muhith 2011). Bisa dikatan stress positif nilai setiap kejadian yang
dialami dihadapi dengan berpikiran positif, serta stimulus yang
masuk dijadikan sebagai pelajaran berharga dan mendorong
seseorang agar bersikap baik, dimana sikap tersebut dapat membawa
mafaat, dan memberikan motivasi.
17
b. Stress yang buruk / distress adalah stress yang bersifat negatif.
Diperoleh dari proses dimana seseorang memaknai sesuatu dengan
buruk, dan respon yang digunakan selalu negative dan diartikan
sebagai sebuah ancaman (Nasir & Muhith, 2011). Stres buruk adalah
stres yang membuat anda menjadi cemas, marah, tegang merasa
bersalah ataupun merasa kewalahan menghadapi stressor yang
dihadapi.
3. Sumber Stres
Sumber stres yang yang biasa terjadi dalam kehidupan antara lain
(Nasir & Muhith, 2010) :
a. Sumber stress dari individu
Hal yang dapat menimbulkan stress dari individu sendiri antara
lain penyakit yang diderita, penilaian dari motivasi yang bertentangan,
dan ketika seseorang berada dalam suatu kondisi harus menentukan
pilihan dan pilihan tersebut sama pentingnya.
b. Sumber stress dalam keluarga
Beberapa hal yang seringkali menjadi stressor dalam keluarga
antara lain bertambahnya anak, perceraian, dan adanya anggota
keluarga yang sakit. Kelahiran anak dapat menimbulkan stress terkait
dengan masalah keuangan, kesehatan, serta ketakutan akan
terganggunya hubungan suami istri. Perceraian dapat menghasilkan
banak perubahan, yaitu status social, pindah rumah, dan perubahan
kondisi keuangan.
18
c. Sumber stress dalam komunikasi dan lingkungan
Sumber stress dari lingkungan seringkali diperoleh dari lingkungan
pekerjaannya, yaitu beban pekerjaan yang terlalu tinggi. Hubungan
sosial dengan lingkungan sekitar, dipengaruhi oleh persepsi inividu,
apakah hubungan tersebut dapat member dampak positif atau negative.
Jika interaksi sosial dianggap sebagai hubungan yang ngeatif, maka hal
ini dapat menjadi stressor pada orangtua.
4. Mekanisme Koping
Untuk mengurangi stres, tidak peduli seberapa besar atau kecil
masalah tersebut, diperlukan stretegi koping. Koping yang efektif
merupakan suatu proses mental untuk menghadapi tuntutan yang dianggap
sebagai tantangan terhadap sifat pada diri seseorang (National Safety
Council, 2004).
Strategi koping yang efektif harus memiliki empat komponen pokok
(National Safety Council, 2004) :
a. Peningkatan kesadaran terhadap masalah, yaitu focus objektif dan
perspektif yang jelas terhadap situasi yang sedang berlangsung.
b. Pengolahan informasi, yaitu meliputi pengumpulan informasi dan
pengkajian sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.
c. Perubahan perilaku, yaitu tindakan yang dipilih secara sadar, dilakukan
dengan sikap yang positif sehingga dapat meringankan atau
menghilangkan stressor
d. Resolusi damai, yaitu suatu persepsi bahwa masalah telah teratasi
19
C. Stres Pengasuhan
1. Definisi
Stress pengasuhan atau parenting stress diartikan sebagai
serangkaian proses yang membawa pada kondisi psikologis yang tidak
disukai dan reaksi psikologis yang muncul dalam upaya beradaptasi
dengan tuntunan peran sebagai orang tua (Deater & Deckard, 2004).
Abidin (1992) dalam Ahern (2004) mendefinisikan parenting stress
sebagai perasaan cemas dan tegang yang melampaui batas dan secara
khusus berhubungan dengan peran orang tua dan interaksi orang tua
dengan anak. Lebih lanjut, Yi (2002) menjelaskan bahwa stres pengasuhan
adalah seperangkat proses yang menyebabkan reaksi psikologis berupa
permusuhan yang timbul dari upaya untuk beradaptasi dengan permintaan
dari anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa stres pengasuhan
merupakan ketegangan yang timbul dalam proses pengasuhan akibat
tuntutan peran sebagai orang tua.
Stres pengasuhan seringkali dikarakteristikkan sebagai sesuatu
yang kompleks, yang merupakan kombinasi penilaian dari orang tua, anak
dan keluarga (Abidin, 1992 dalam Mc Kelvey dkk 2008). Pianta &
Egeland (2000) dalam Ahern (2004) menemukan bahwa tingginya stress
pada orang tua berhubungan dengan gaya pengasuhan yang kurang
kooperatif, kurang sensitive, dan lebih intrusive. Sedangkan Supartini
(2004) mengungkapkan bahwa stress yang dialami oleh orang tua akan
berpengaruh pada kemampuan orang tua dalam menjalankan perannya
sebagai orang tua.
20
Stres pengasuhan timbul akibat ketidaksesuaian antara tuntutan
yang dirasakan orang tua dan kemampuan orang tua dalam memenuhi
tuntutan tersebut dan dapat didefinisikan sebagai respon psikologis
negative yang dikaitkan dengan diri sendiri dan anak yang dinilai oleh
orang tua masing-masing (Williford, 2006). Sesuai dengan model stres
pengasuhan Abidin (1992) dalam (Ahern, 2004) yang mengatakan bahwa
stres pengasuhan mendorong kearah tidak berfungsinya pengasuhan
orangtua terhadap anak, serta menjelaskan ketidaksesuaian respon
orangtua dalam menghadapi konflik dengan anak – anak mereka.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi stres pengasuhan
Martin dan Colbert (1997) menyebutkan beberapa faktor yang
mempengaruhi stres pengasuhan, diantaranya :
a. Karakteristik orang tua
1) Kepribadian
Ketika menjadi orang tua, mereka akan membawa sifat – sifat
pribadi dan melakukan pengasuhan sesuai dengan kepribadian
mereka.
2) Developmental history
Transmisi antar generasi gaya pengasuhan dapat terjadi baik sebagai
akibat dari belajar langsung, atau karena hubungan awal orang tua
mempengaruhi perkembangan social dan emosional orang tua.
Umumnya orangtua akan mendidik anaknya seperti cara mereka
dididik saat kecil.
21
3) Belief
Orang tua membawa ide – ide mereka tentang bagaimana anak
berkembang, dan belajar dalam proses pengasuhan. Pengembangan
ini mungkin termasuk jadwal, ide tentang kepentingan relative dari
faktor keturunan, dan lungkungan, harapan tentang hubungan orang
tua – anak, serta pemikiran tentang apakah mereka merupakan orang
tua yang baik atau buruk. Kepercayaan ini akan mempengaruhi nilai-
nilai orang tua dan perilaku dalam pengasuhan.
4) Pengetahuan
Orang tua memperoleh pengetahuan dari buku, orang dewasa
lainnya, majalah, dan sumber lainnya. Dari beberapa penelitian,
menunjukkan bahwa orang dewasa dengan pengalaman merawat
anak mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi, dan lebih baik
dalam pemecahan masalah yang terjadi dalam hubungan orang tua –
anak.
b. Karakteristik anak
1) Temperamen
Seorang anak yang pendiam dan penurut serta mudah beradaptasi
akan mendapat pengasuhan yang berbeda dari anak yang rewel dan
kaku.
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin akan mempengaruhi proses menjadi orang tua, karena
orang tua dan masyarakat memilki harapan yang berbeda untuk
anak laki – laki dan perempuan.
22
3) Kemampuan
Kemampuan anak dapat membuat perbedaan dalam bagaimana
orang tua berinteraksi dengan anak – anak. Hal ini terkait dengan
kemampuan kognitif, motorik halus dan motorik kasar, emosi, serta
kemampuan anak dalam bersosialisasi.
4) Usia
Usia anak merupakan faktor yang penting untuk dipertimbangkan
dalam proses pengasuhan karena mempengaruhi tugas
membesarkan anak dan harapan orang tua. Perkembangan fisik,
intelektual, dan social anaknya menentukan tingkat kemandirian dan
kemampuan untuk berkomunikasi dan sejauh mana anak
dipengaruhi oleh orang – orang disektitarnya.
c. Karakteristik demografik
1) Social - budaya
Perkembangan orang tua dan anak dipengaruhi oleh konteks yang
meliputi hubungan dengan orang lain, aturan dan nilai – nilai
budaya. Hal ini mengacu pada nilai – nilai budaya dan adat istiadat
yang mempengaruhi orang tua dalam melakukan pengasuhan.
2) Status social – ekonomi
Status social ekonomi yang dilihat dari pekerjaan, pendapatan, dan
pendidikan orang tua. Hal ini mempengaruhi proses pengasuhan
yang disebabkan oleh sikap keuangan dan berbagai pengasuhan.
Walker (2000) menjelaskan bahwa orang tua dengan status ekonomi
rendah mengalami parenting stress lebih tinggi secara signifikan.
23
3) Struktur keluarga
Ukuran keluarga, usia, jarak anak – anak dalam keluarga, jumlah
orang tua di rumah dan urusan kelahiran anak – anak
menggambarkan apa yang dikenal sebagai sebuah keluarga. Sebagai
contoh, perlakuan orang tua terhadap anak sulung dan anak bungsu
berbeda, begitu pula harapan orang tua pada anak sulung dan anak
bungsu yang juga berbeda.
4) Dukungan sosial
Jika orang tua merasa dirinya sendirian dalam menyandang
tanggung jawab pengasuhan, maka ia akan merasakan stress yang
dialaminya semakin besar (Gunarsa, 2006). Dukungan sosial
merupakan dukungan yang berasal dari teman, anggoa keluarga,
bahkan pemberi pelayanan kesehatan yang membantu individu
ketika suatu masalah muncul (Videback, 2008). Dukungan sosial
dapat membuat individu merasa nyaman, tenteram, dan lega
sehingga mengurangi perasaan tertekan (Taylor, 2003).
Jenis dukungan sosial menurut Bunk (2000) dalam Taylor (2009),
dukungan sosial dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
a) Dukungan emosional, yaitu perhatian emosional yang
diekspresikan melalui rasa suka, cinta atau empati
b) Dukungan instrumental, yaitu dukungan yang diberikan dengan
cara menyediakan barang atau jasa selama masa stres
c) Dukungan informatif, yaitu dukungan yang diberikan berupa
pemberian informasi tentang situasi yang menekan
24
d) Dukungan penghargaan, yaitu dukungan yang diberikan berupa
persetujuan, atau pujian atas gagasan atau perilaku
Ada beberapa alasan dukungan social dapat mempengaruhi
pengasuhan, pertama, ketika orang tua dapat berbagi pikiran dan
perasaan tentang pengasuhan dan masalah kehidupan lainnya
dengan orang lain, mereka cenderung merasa lebih baik tentang
diri mereka sendiri. Kedua, peran jaringan social menawarkan
dukungan seperti bantuan perawatan anak dan saran tentang
pengasuhan. Ketiga, teman dan keluarga berfungsi sebagai model
pengasuhan.
5) Marital relations/hubungan pernikahan
Kualitas hubungan pernikahan akan mempengaruhi kesejahteraan
emosional dari orang tua. Salah satu pasangan dapat saling memberi
saran tentang pengasuhan dan berbagi peran dalam pengasuhan
anak.
Sedangkan Hidangmayun (2010) menjabarkan stres pengasuhan yang
terdiri dari karakteristik anak dan karakteristik orangtua sebagai berikut :
a. Karakteristik anak
1) Jenis kelamin
Terdapat perbedaan tingkat stres pengasuhan anatara ibu dengan
yang memiliki anak laki – laki dengan ibu yang memiliki anak
perempuan. Ibu yang memiliki anak laki – laki cenderung
menunjukkan tingkat stres pengasuhan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak perempuan. stres
25
pengasuhan ini terkait dengan masalah perilaku anak (Kwon, 2007
dalam Hidangmayun, 2010). Namun, hal ini berbeda dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Wullfaert (2009) yang menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin anak
dengan stres pengasuhan.
2) Kebiasaan anak
Kebiasaan anak menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
parenting stres, yaitu terkait dengan perilaku anak yang tidak sesuai
dengan harapan orangtua. Parenting Stress Index Long Form yang
digunakan untuk mengkaji stres pengasuhan pada orang tua dengan
anak berkebutuhan khusus, menemukan skor yang tinggi pada
domain anak. Skor tinggi tersebut ditemukan ketika anak memiliki
karakteristik tertentu yang membuuat orangtua mengalami kesulitan
dalam menjalankan perannya sebagai pengasuh (Gupta, 2007 dalam
Hidangmayun, 2010).
3) Usia anak
Stres yang dialami oleh orangtua dihubungkan dengan usia anak
dapat dikaitkan dengan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan
lingkungannya. Umumnya anak dengan usia muda cenderung lebih
sulit untuk menyesuaikan dirinya dibandingkan dengan anak yang
lebih tua. Namun, erdapat perbedaan pendapat mengenai pengaruh
usia anak terhadap kejadian stres pengasuhan pada orangtua. Mash
dan Johnston melaporkan bahwa anak dengan usia muda dianggap
lebih menegangkan bagi orangtua dibandingkan dengan anak yang
26
lebih tua. Namun, Wulffaert (2009) melaporkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara usia anak dengan stres keluarga.
b. Karakteristik orang tua
Para peneliti menemukan bahwa stres pengasuhan berperan penting
dalam kekerasan dalam keluarga. Kekerasan fisik dalam keluarga lebih
banyak ditemukan pada orang tua dengan penghasilan rendah, ibu muda
dengan pendidikan rendah, dan juga sering ditemukan pada keluarga
dengan riwayat kekerasan saat anak – anak serta pada pengguna alcohol
dan obat – obatan.
Karakeristik orang tua tersebut antara lain :
1) Usia orangtua
Orang tua engan usia yang masih muda dianggap belum matang
atau belum dewasa untuk melakukan pengasuhan, semtara usia
orangtua yang telah lanjut, dianggap akan mengalami kesulitan
dalam perawatan anak terkait dengan kondisi fisik yang melemah.
2) Pendidikan orangtua
Pada penelitian Cooper (2007) menunjukkan hubungan yang
signifikan antara ibu dengan pendidikan rendah terhadap tingginya
stres pengasuhan.
3) Pekerjaan orangtua
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Forgays pada tahun
2001, Ibu yang bekerja menunjukkan level stres yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja, namun dari jenis
pekerjaan yang dilakukan ibu tidak terdapat perbedaan stres
27
pengasuhan yang signifikan antara pekerjaan yang satu dengan
pekerjaan lainnya.
4) Penghasilan
Data demografi yang secara konsisten menunjukkan pengalaman
stres pada ayah adalah pendapatan keluarga. Ayah dengan
pendapatan keluarga tinggi menunjukkan level stres yang rendah. Itu
mengindikasikan bahwa mereka merasa peran meraka sebagai orang
tua tidak dibatasi, menganggap dirinya sebagai orangtua yang
kompeten (McBride, 1991 dalam Hidangmayun, 2010). Kelemahan
ekonomi juga mempengaruhi sejauh mana orangtua mengalami stres
pengasuhan. Merawat anak dalam konteks kemiskinan atau
kekurangan materi sangatlah sulit, yaitu dapat meningkatkan stres
jika orangtua tidak dapat memberikan makanan, pakaian, pengobatan
yang adekuat, serta tempat tinggal yang menetap dan aman.
5) Temperamen
Temperamen merupakan reaksi emosional, status perasaan, serta
atribut energi seseorang. Beberapa penelitian menunjukkan terdapat
interaksi yang signifikan antara intoleransi orangtua dan status
kekerasan oleh orangtua (Hidangmayun, 2010)
6) Dukungan sosial
Elemen yang umum dari semua hubungan akrab adalah saling
ketergantungan (interdependence), suatu hubungan interpersonal
dimana dua orang secara konsisten mempengaruhi kehidupan satu
sama lain, memusatkan pikiran dan emosi mereka terhadap satu
28
sama lain, dan secara teratur terlibat dalam aktivitas bersama sebisa
mungkin (Fehr, 1999 dalam Baron & Byrne, 2005). Beberapa
penelitian menyebutkan tentang pentingnya melihat variabel
dukungan sosial terkait dengan pengalam stres pengasuhan yang
dialami oleh orangtua.
3. Dampak Stres Pengasuhan
Pengasuhan mempengaruhi kemampuan sosial, emosional dan
akademik anak. Stres pengasuhan dikaitkan dengan aspek – aspek negatif
dari fungsi dan peran orangtua di dalam keluarga, baik keluarga yang
memiliki anak cacat maupun keluarga yang tidak memiliki anak cacat.
Peningkatan persepsi terhadap stres yang berhubungan dengan anak dan
pengasuhan mempunyai pengaruh negatif terhadap perkembangan anak
(Crasey & Jarvis, 1994 dalam Walker, 2000).
Selain berpengaruh negatif pada perkembangan anak, beberapa
penelitian menunjukkan hubungan stres pengasuhan terhadap kekerasan
pada anak. Perilaku kasar dan pontesial perilaku kekerasan pada anak
seringkali dihubungkan dengan stres pengasuhan. Hal ini senada dengan
penelitian yang dilakukan Rodriguez dan Murphy pada tahun 1997,
dengan menggunakan sampel penelitan orangtua yang berpenghasilan
rendah. Hasil penelitian ini mengindikasikan hubungan yang signifikan
antara skor stres orangtua pada domain anak dan orang tua dalam PSI dan
skornya dalam Child Abuse Potential Inventory (CAPI) (Walker, 2000).
29
D. Konsep pertumbuhan dan perkembangan anak prasekolah
Pertumbuhan merujuk pada peningkatan ukuran tubuh, sedangkan
perkembangan merujuk pada peningkatan kemampuan atau fungsi.
1. Pertumbuhan fisik
Pertumbuhan fisik pada masa awal kanak – kanak ( prasekolah ) menurut
Hurlock ( 2012 ) :
a. Tinggi
Pertambahan tinggi badan setiap tahunnya rata – rata 3 inchi. Pada usia 6
tahun tinggi rata – rata anak 46,8 inci.
b.Berat
Pertambahan berat badan setiap tahunnya rata – rata tiga sampai lima
pon. Pada usia 6 tahun berat badan anak kurang lebih tujuh kali berat
badan waktu lahir.
c. Perbandingan tubuh
Wajah kecil, namun dagu tampak lebih jelas dan leher lebih memanjang
disbanding saat bayi. Gumpalan pada bagia – bagian tubuh berangsung
berkurang dan tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut yang
rata, dada yang lebih bidang dan rata, dan bahu yang lebih luas dan lebih
persegi. Lengan dan kaki lebih panjang dan lebih lurus, tangan dan kaki
tumbuh lebih besar.
d.Tulang dan otot
Otot menjadi lebih besar, lebih kuat, dan lebih berat, sehingga anak
tampak lebih kurus meskipun beratnya bertambah.
30
e. Gigi
Selama empat sampai enam bulan pertama masa awal kanak – kanak, 4
gigi bayi yang terakhir( geraham belakang ) muncul. Selama setengah
tahun terakhir masa ini gigi bayi mulai digantikan oleh gigi tetap.
2. Perkembangan kognitif
Teori perkembangan kognitif Piaget menyatakan bahwa setiap organism
hidup dilahirkan dengan dua kecenderungan fundamental, yaitu
kecenderungan adaptasi dan organisasi (Monks et al, 2006).
Kecenderungan adaptasi mempunyai dua komponen, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi yaitu kecenderungan organisme untuk mengubah
lingkungan guna menyesuaikan dengan dirinya sendiri. Akomodasi yaitu
kecenderungan organisme untuk mengubah dirinya guna menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekitarnya. Kecenderungan organisasi, dapat
digambarkan sebagai kecenderungan bawaan setiap organisme untuk
mengitergrasi proses – proses sendiri menjadi system – system yang
koheren ( Monks et al, 2006)
Pada usia anak prasekolah, memasuki stadium perkembangan
praoperasional, yang dimulai dengan penguasaan bahasa yang sistematis,
permainan simbolis, imitasi serta bayangan dalam mental (Monks et al,
2006). Berpikir pada tahap praoperasional masih sangat egosentris anak
belum mampu ( secara persepsual, emosional-motivational, dan
konsepsual) untuk mengambil perspekstif orang lain.
Cara berpikir pada tahap ini sangat memusat, bila ia dihadapkan pada
situasi multidimensional, maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya
31
pada satu dimensi saja dan akhirnya mengabaikan dimensi lainnya (Monks,
2006). Anak prasekolah masih kurang mampu melakukan operasi, istilah
piaget untuk tindakan yang terinternalisasi, yang memungkinkan anak
melakukan secara mental tindakan / hal yang sebelumnya hanya dapat
dilakukan secara fisik. (Santrock, 2005).
3. Perkembangan emosi
Emosi yang umum pada awal masa kanak kanak (Hurlock, 2012)
a. Amarah
Penyebab amarah yang paling umum adalah pertengkaran
mengenai permainan, dan tidak tercapainya suatu keinginan. Anak
mengungkapkan rasa marah dengan menangis, berteriak, menggertak,
menendang, atau bahkan memukul.
Amarah pada anak sering dikaitkan denga temper tantrum.
Tantrum dideskripsikan sebagai perilaku marah, menangis, dan
melukai fisik. Tantrum merupakan bagian dari perkembangan yang
normal dan dialami oleh setiap anak, hanya saja untuk alasan yang
berbeda dan pada usia yang berbeda. Umumnya tantrum dimulai saat
anak memasuki masa toddler dan akan berakhir pada usia prasekolah.
b. Takut
Pembiasaan, peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang
kurang menyenangkan sangat berperan dalam menimbulkan rasa
takut. Pada awalnya reaksi anak terhadap rasa takut adalah panic, lalu
menjadi lebih khusus seperti menangis, dan bersembungi menghindari
situasi yang menakutkan.
32
c. Cemburu
Anak mengalami rasa cemburu ketika ia berfikir bahwa perhatian
orang tua beralih pada orang lain. Anak pada masa awal kanak –
kanak dapat menunjukkan kecemburuannya dengan berpura – pura
sakit, atau menjadi nakal. Perilaku – perilaku tersebut bertujuan untuk
menarik perhatian.
d. Ingin tahu
Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap hal – hal baru
yang dilihatnya, mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh orang lain.
Reaksi pertama yang dilakukan adalah dengan bentuk penjelajahan
sensorimotorik, lalu selanjutnya ia akan bereaksi dengan bertanya.
e. Iri hati
Anak seringkali iri mengenai kemampuan ataupun barang yang
dimiliki orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan mengeluhkan barang
miliknya sendiri ataupun ungkapan keinginan untuk memiliki barang
orang lain.
f. Gembira
Anak – anak mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum,
tertawa, bertepuk tangan, melompat – lompat, atau memeluk benda
atau orang lain yang membuatnya bahagia.
g. Sedih
Anak merasa sedih karena kehilangan sesuatu yang dianggap
penting bagi dirinya. Anak mengungkapkan kesedihannya dengan
menangis dan kehilangan minat terhadap kegiatan normalnya.
33
h. Kasih sayang
Anak – anak belajar mencintai orang, binatang, atau benda yang
menenangkannya. Kasih sayang tersebut diungkapkan dengan
menyatakannya secara fisik, dengan memeluk, menepuk, dan
mencium objek yang disayanginya.
4. Perkembangan Sosial
Pola perilaku sosial dan tidak sosial pada masa awal kanak – kanak
(prasekolah)
a. Pola sosial
1) Meniru
Agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan perilaku orang
yang ia kagumi.
2) Persaingan
Keinginan untuk mengalahkan orang lain, hal ini mulai tampak pada
usia empat tahun
3) Kerja sama
Pada akhir tahuj ketiga kegiatan kelompok mulai berkembang dan
meningkat dalam segi frekuensi maupun durasinya.
4) Simpati
Simpati membutuhkan pengertian tentang perasaan dan emosi orang
lain. Umumnya berkembang sebelum usia anak tiga tahun. Semakin
banyak anak melakukan kontak sosial, maka simpati akan semakin
cepat berkembang.
34
5) Empati
Sama dengan simpati, empati membutuhkan pengertian tentang
perasaan dan emosi orang lain, selain itu juga membutuhkan
kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain.
6) Dukungan sosial
Menjelang berakhirnya masa kanak – kanak, dukungan dari teman –
teman menjadi lebih penting daripada persetujuan orang dewasa.
7) Membagi
Dari pengalaman bersama orang lain, anak belajar bahwa salah satu
cara memperoleh persetujuan sosial adalah dengan membagi
miliknya, tertutama mainan.
b. Pola tidak sosial
1) Negativisme
Negativisme, atau melawan otoritas orang dewasa mencapai
puncaknya antara usia tiga dan empat tahun. Perlawanan fisik
berubah menjadi perlawanan verbal dengan cara berpura – pura tidak
mendengar permintaan orang dewasa.
2) Agresif
Perilaku agresif meningkat antara usia dua dan empat tahun,
kemudian menurun. Serangan fisik mulai berganti dengan serangan
verbal dalam bentuk menyalahkan orang lain.
3) Perilaku berkuasa
Perilaku ini dimulai ketika usia tiga tahun dan semakin meningkat
seiring bertambahnya kesempatan untuk kontak sosial.
35
4) Memikirkan diri sendiri
Pandangan anak masih terbatas pada rumahnya saja, sehingga anak
seringkali mementingkan dirinya sendiri. Dengan meluasnya
pandangan, lambat laun perilaku tersebut mulai berkurang an mulai
digantikan oleh perilaku murah hati.
5) Mementingkan diri sendiri
Seperti halnya perilaku memikirkan diri sendiri, perilaku
mementingkan diri sendiri lambat laun akan digantikan oleh minat
dan perhatian kepada orang lain.
6) Merusak
Ledakan amarah seringkali diiringi dengan tindakan merusak benda
– benda disekitarnya.
5. Perkembangan Bahasa
Awal masa kanak – kanak umumnya merupakan saat berkembang
pesatnya penguasaan tugas pokok dalam belajar berbicara, yaitu
manambah kosakata, menguasai pengucapan kata – kata dan
menggabungkan kata – kata menjadi kalimat. Pada awalnya pmebicaraan
anak – anak bersifat egosentris, yaitu berkisar pada minat, dan miliknya
sendiri (Gunarsa & Gunarsa, 2008). Menjelang akhir masa kanak – kanak
akan dimulai pembicaraan yang bersifat sosial, yaitu berbicara tentang
orang lain selain dirinya sendiri. Awal masa kanak – kanak sering disebut
dengan tukang ngobrol, karena anaj dapat berbicara dengan mudah tak
putus – putus, namun ada juga anak – anak yang relative pendiam
(Hurlock, 2012)
36
E. Parenting Stress Index
Instrument yang digunakan untuk mengetahui tingkat stres pengasuhan
adalah parenting stress index. Parenting Stress Index (PSI) merupakan alat
ukur yang didesain untuk mengetahui level parenting stress yang dialami oleh
orang tua yang mempunyai anak berusia satu bulan hingga duabelas tahun
(Psychological Assesment Resources ; Healthy Family New York). Abidin
mengembangkan kuesioner yang mengukur stres pengasuhan dengan domain
orang tua, domain anak dan domain interaksi orangtua-anak. Domain tersebut
dikombinasikan agar menjadi alat ukur yang komprehensif, alat ukur
multidimensional yang dapat menggambarkan stres pengasuhan (McKelvey,
2008). PSI telah divalidasi oleh beberapa penelitian yang mencakup berbagai
jenis sampel, orang tua dengan level status ekonomi dan pendidikan yang
beragam, serta pada orang tua yang mempunyai anak dengan level kemampuan
yang berbeda (Ahern, 2004).
Ada dua versi PSI yang telah dikembangkan oleh yaitu PSI-full form dan
PSI-short form. PSI full form terdiri dari 120 pertanyaan yang terdiri dari
tigabelas subskala. Abidin kemudian mengembangkan PSI menjadi PSI short
form yang terdiri dari 36 pertanyaan dengan tiga subskala, yaitu domain orang
tua, domain anak, serta domain hubungan disfungsional orang tua – anak
dimana masing – masing subskala terdiri dari duabelas item pertanyaan
(Abidin, 1992 dalam Ahern, 2004).
37
Domain tersebut adalah :
1. Parent Domain / Parental Distress
Menilai pengalaman orang tua yang dirasakan dalam perannya mengasuh
anak. Parental Distress terdiri dari beberapa subskala, yaitu sense of
competence, depression, restriction of parent, parental health, social
isolation, dan relationship with spouse.
a. Depresi, munculnya perasaan depresi pada orang tua.
b. Restriction of role, pengalaman orang tua dalam peran pengasuhan
membatasi kebebasan mereka.
c. Sense of competence, kurangnya pengetahuan tentang pertumbuhan
dan perkembangan anak, dan terbatasnya kemampuan orangtua untuk
mengatur anaknya.
d. Social isolation, merasa terisolasi dari keluarga dan dukungan social
lainnya.
e. Relationship with spouse, kurangnya dukungan emosional pasangan
dalam mengatur anak.
f. Parent health, adanya kemunduran kesehatan pada orangtua
2. Child Domain / Difficult child
Menilai pengalaman orang tua yang memandang anaknya mempermudah
atau mempersulit proses pengasuhan, karena merasa anaknya memiliki
karakteristik yang tidak sesuai dengan harapan orang tua. Subskala dalam
domain ini adalah adaptability, demandingness, mood, dan distracbility /
hyperactivity.
38
a. Adaptability, mampu atau tidaknya anak untuk beradaptasi dengan
perubahan linkungan baik ligkungan fisik maupun social.
b. Demandingness, pengalaman orang tua menempatkan anak sebagai
banyak tuntutan pada mereka ( anak ).
c. Mood, kinerja afektif anak menunjukkan bukti ada tidaknya disfungsi.
d. Distractibility / hyperactivity, perilaku yang kurang perhatian, seperti
overreaction, gangguan atau perhatian jangka pendek
3. Parent – Child Dysfunction Interaction
Menilai interaksi antara orang tua – anak yang tidak berfungsi dengan baik
yang berfokus pada tingkat penguatan anak terhadap orang tua dan tingkat
haapan orang tua terhadap anak. Subskala dalam domain ini antara lain
attachment, acceptability, dan reinforces parent.
a. Reinforces parent, anak tidak dianggap sebagai sumber penguatan positif
b. Attachment, perasaan kedekatan yang dirasakan orang tua kepada
anaknya
c. Acceptability, menunjukkan ketidaksesuaian antara karakteristik anak
baik secara fisik, intelektual, maupun emosional dengan harapan
orangtua
F. Penelitian Terkait
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan mengenai stres pengasuhan atau
parenting stress antara lain penelitian Imas Indriyani (2008) dengan judul
penelitian ”Hubungan Kepuasan Pernikahan Terhadap Parenting Stress : Studi
pada ibu dengan anak usia 2-5 tahun. Hasil yang diperoleh dalam penelitian
ini adalah adanya hubungan yang significant antara kepuasan pernikahan yang
39
terdiri dari kepuasan, kesepakatan, kedekatan hubungan, dan ungkapan kasih
sayang terhadap ibu yang mamiliki anak usia 2 sampai 5 tahun.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Rodriguez dan Murphy (1997) mengenai
“Parenting Stress and Abuse Potential in Mother of Children with
Developmental Disabilities” menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat
antara stres pengasuhan dengan potensi kekerasan pada anak, sebagaian stres
dihubungkan pada domain orangtua (usia, pekerjaan, status ekonomi, dan lain-
lain).
40
G. Kerangka Teori
Karakteristik anak :
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Kemampuan dalam
melaksanakan tugas
perkembangannya serta
kemampuan untuk memenuhi
tuntutan orangtua
4. Temperamen anak (temper
tantrum)
Karakteristik orangtua :
1. Usia
2. Ayah / Ibu
3. Pengetahuan
4. Kepribadian
(temperamen)
5. Nilai dan kepercayaan
yang dianut
6. Pengalaman
pengasuhan
sebelumnya
7. Pekerjaan
Karakteristik demografik
dalam konteks
pengasuhan
1. Sosial / nilai
budaya dalam
masyarakat
2. Status ekonomi
3. Struktur keluarga
( jumlah anak,
status anak)
4. Hubungan
pernikahan
5. Dukungan sosial
Stres Pengasuhan
Dampak stres pengasuhan :
1. Kekerasan pada anak
2. Hambatan dalam tumbuh
kembang anak
Gambar 2.1
Diadaptasi dari teori
Abidin (1995) dalam
Ahern (2004), Martin &
Colbert (1997) ,
Hidangmayun (2010) serta
Hurlock (2012)
Tumbuh kembang anak :
1. Pertumbuhan Fisik
2. Perkembangan Emosi
3. Perkembangan Kognitif
4. Perkembangan Sosial
5. Perkembangan Bahasa
41
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Penelitian
Dari kerangka konsep di atas, peneliti memfokuskan penelitian terhadap 6
variabel independen yaitu jenis kelamin anak, jumlah anak yang diasuh,
pekerjaan ibu, pendidikan ibu serta dukungan sosial. Variabel independen
tersebut akan diteliti ada atau tidaknya ubungan yang signifikan terhadap
variabel dependen, yaitu stres pengasuhan.
B. Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan jenis kelamin anak terhadap stres pengasuhan ibu dengan
anak usia prasekolah
2. Ada hubungan jumlah anak yang diasuh terhadap stres pengasuhan ibu
dengan anak usia prasekolah
Variabel Independen Variabel Dependen
1. Jenis kelamin anak
2. Jumlah anak yang
diasuh
3. Pendapatan
4. Pendidikan Ibu
5. Pekerjaan Ibu
6. Dukungan Sosial
Stres Pengasuhan
Gambar 3.1 kerangka konsep
42
3. Ada hubungan pendapatan terhadap stres pengasuhan ibu dengan anak
usia prasekolah
4. Ada hubungan pekerjaan ibu terhadap stres pengasuhan ibu dengan anak
usia prasekolah
5. Ada hubungan pendidikan ibu terhadap stres pengasuhan ibu dengan anak
usia prasekolah.
6. Ada hubungan dukungan sosial terhadap stres pengasuhan ibu dengan
anak usia prasekolah
43
C. Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
1. Stres Pengasuhan Merupakan respon
individu terhadap tuntutan
yang dihadapinya selama
proses pengasuhan
Kuesioner Kuesioner
parenting
stress index
Rendah : <72
Sedang : 72≤ X < 102
Tinggi : ≥102
Ordinal
2. Jenis kelamin anak Kondisi anak dari
responden berdasarkan
gender
Kuesioner Kuesioner
demografik
1. Laki – laki
2. Perempuan
Nominal
3. Jumlah anak Banyaknya anak
(kandung) yang diasuh
oleh Ibu
Kuesioner Kuesioner
demografik
1. 1
2. 2
3. ≥ 3
Ordinal
4. Pendapatan
keluarga
Jumlah penghasilan yang
diperoleh keluarga setiap
bulan yang disesuaikan
dengan UMR
Kuesioner Kuesioner
demografik
Kurang dari UMR : <
2.042.000
Lebih dari UMR : >
2.042.000
Ordinal
5. Pekerjaan ibu Jenis kegiatan yang
dilakukan oleh responden
di luar rumah untuk
memperoleh penghasilan
Kuesioner Kuesioner
demografik
1. Tidak bekerja
2. Bekerja
Nominal
6. Pendidikan Jenis pendidikan formal
yang terkakhir kali
diselesaikan oleh
responden
Kuesioner Kuesioner
demografik
1. Pendidikan dasar
(SD, SMP /
sederajat)
2. Pendidikan
menengah (SMA /
sederajat )
3. Pendidikan tinggi
Ordinal
44
(akademi /
perguruan tinggi)
7. Dukungan social hubungan atau transaksi
interpersonal yang dapat
dipercaya, berupa
pemberian informasi,
bantuan, penghargaan dan
perasaan kasih sayang
sehingga individu merasa
disayangi, dihargai, dan
dibantu.
Kuesioner Kuesioner
dukungan
sosial
Rendah : < 45
Sedang : 45≤X<63
Tinggi : ≥ 63
Ordinal
45
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain
penelitian cross sectional. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian
yang bersifat objekif, hipotesis, verifiktif dan konfirmitif (Budiarto, 2004).
Penelitian dengan desain cross sectional merupakan penelitian yang
menekankan waktu pengukuran atau observasi variable dependen dan
independen dalam satu waktu (Hidayat, 2009). Tidak semua subjek dapat
diobservasi dalam waktu yang sama, namun baik variabel dependen
maupun independen dinilai hanya satu kali saja. Dengan studi ini akan
diperoleh prevalensi dari suatu fenomena (variable dependen) yang
dihubungkan dengan penyebab (variable independen).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Posyandu Kemiri Muka, Depok. Alasan
pemilihan lokasi adalah karena angka kekerasan terhadap anak di Depok
meningkat, yaitu 567 kejadian dari total 2600 kejadian kekerasan anak
yang terjadi di Jabodetabek. Menurut Komnas Perlindungan Anak (2013)
tahun lalu Depok menempati urutan keempat untuk kejadian kekerasan
anak, namun saat ini Depok menempati urutan kedua untuk kejadian
kekerasan anak di Jabodetabek. Berdasarkan hasil studi pendahuluan di
wilayah kerja Posyandu Kemiri Muka, menunjukan bahwa stres
46
pengasuhan pada beberapa ibu berada pada rentang stres pengasuhan
ringan sampai tinggi. Penelitian dilakukan pada 4 September 2013.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Hidayat. 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu di
wilayah Posyandu Kelurahan Kemiri Muka yang mempunyai anak usia
prasekolah, yaitu berjumlah 99 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang terjangkau yang akan
digunakan sebagai subjek penelitian, yang diperoleh melalui sampling
(Nursalam, 2008).
Karakteristik sampel pada penelitian ini adalah orang tua di wilayah
kelurahan kemiri muka yang memiliki anak dengan usia prasekolah.
Kriteria inklusi :
a. Ibu yang memiliki anak dengan usia prasekolah (3-6 tahun), yang
bertempat tinggal di lingkungan Posyandu Kemiri Muka, dan
bersedia menjadi responden.
b. Anak yang diasuh oleh Ibu tidak memiliki gangguan kesehatan
atau disabillitas.
c. Ibu dengan status pernikahan menikah, dengan status pernikahan
pertama.
47
Kriteria Ekslusi
a. Ibu dengan anak menderita penyakit kronis atau disabilitas.
b. Ibu yang tidak bisa membaca / menulis
c. Ibu yang merawat anak selain anak kandungnya
d. Ibu yang memiliki anak usia prasekolah lebih dari 1
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode
accidental sampling, jumlah sampel yang akan digunakan dihitung
dengan menggunakan rumus :
√ √
( )
Keterangan:
n : jumlah sampel yang dibutuhkan
Z1- /2 : 1,96 (derajat kepercayaan 95% derajat kemaknaan 5%)
Z1- : 1,96 (kekuatan uji sebesar 95%)
P₁ : 0,5 (proporsi dari penelitian sebelumnya tidak diketahui,
makan proporsi menggunakan 50%)
P2 : (P1-30%)= 0,5-0,3=0,2
P :
Q : 1-P = 1-0,35 = 0,65
Q1 : 1-P1 = 1-0,5 = 0,5
Q2 : 1-P2 = 1-0,2 = 0,8
responden
Untuk mengatasi adanya sampel yang drop out, dan sebagai cadangan,
maka dilakukan koreksi besar sampel yang dihitung dengan menambahkan
48
sejumlah subjek agar besar sampel tetap terpenuhi (Sastroasmoro, 2002).
Rumus yang digunakan untuk mengantisipasi adanya sampel yang drop
out adalah (Sastroasmoro, 2002) :
( )⁄
( )⁄
Maka sampel minimal yang dibutuhkan adalah 52 sampel.
D. Instrument Penelitian
Instrument penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner.
Kuesioner merupakan alat ukur dengan bentuk beberapa pertanyaan.
Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terbuka (kuesioner tidak
berstruktur) yaitu kuesioner yang disajikan dalam bentuk sederhana
sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak atau
keadaannya (Azwar, 2010). Selain kuesioner terbuka, peneliti juga
menggunakan kuesioner berbentuk checklist atau daftar cek, yaitu suatu
daftar yang berisi subjek dan aspek aspek yang akan diamati (Azwar,
2010).
a) Kuesioner demografik
Kuesioner yang berisikan pertanyaan terbuka mengenai data
demografi responden yang merupaka bagian dari variabel independen.
Adapun pertanyaan yang perlu dilengkapi oleh responden dalam
kuesioner demografik antara lain usia, pekerjaan, pendidikan terakhir,
49
penghasilan, jumlah anak yang diasuh, serta jenis kelamin anak yang
berusia 3-6 tahun.
b) Kuesioner dukungan sosial
Kuesioner dukungan sosial merupakan kuesioner yang
dibentuk berdasarkan teori-teori dukungan sosial Bunk (2000) dalam
Taylor (2009). Skala dukungan sosial disusun berdasarkan jenis – jenis
dukungan sosial yang meliputi dukungan emosional, dukungan
instrumental, dukungan penghargaan serta dukungan informatif.
Penilaian pada kuesioner ini menggunakan kategorisasi jenjang
(Ordinal). Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke
dalam kelompok-kelompom yang posisinya berjenjang menurut suatu
kontinum berdasar atribut yang diukur, contohnya adalah dari rendah
ke tinggi. Penilaian kuesioner ini membagi subjek ke dalam tiga
kategori, yaitu tinggi rendah sedang, dengan ketentuan sebagai berikut:
X < (µ-1,0 ) Rendah
(µ-1,0 ) ≤ X < (µ+1,0 ) Sedang
(µ+1,0 ) ≤ X Tinggi
Kuesioner dukungan sosial sosial terdiri dari 24 item
pertanyaan, dimana setiap 6 item mewakili satu dimensi jenis
dukungan sosial. Skala yang digunakan dalam kuesioner ini adalah
skala likert, dimana setiap item pertanyaan disediakan empat pilihan
jawaban, yaitu SS (sangat sutuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan
STS (sangat tidak setuju).
50
Untuk pertanyaan favorable skor yang diberikan adalah skor 4
untuk jawaban Sangat Setuju (SS), skor 3 untuk jawaban Setuju (S),
skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS), dan skor 1 untuk jawaban
Sangat Tidak Setuju (STS). Pada pertanyaan unfavorable skor yang
diberikan adalah skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS),
skor 3 untuk jawaban Tidak Setuju (TS), skor 2 untuk jawaban Setuju
(S), dan skor 1 untuk jawaban Sangat Setuju (SS).
Tabel 4.indikator nomor item skala dukungan sosial
Jenis dukungan
sosial suami
Favourable Unfavourable Jumlah
Dukungan
emosional
1,9,17,18 2,10 6
Dukungan
penghargaan
3,11,19 4,12,20 6
Dukungan
instrumental
5,13,14,21 6,22 6
Dukungan
informative
7,15,23 8,16,24 6
Jumlah 12 12 24
c) Kuesioner stres pengasuhan
Dalam mengukur stres pengasuhan yang dialami ibu, peneliti
menggunakan skala stres pengasuhan yang diadaptasi dari parenting
stress index short form yang dikembangkan oleh Abidin (1994). Dalam
PSI yang digunakan untuk mengukur skala stres pengasuhan terdapat
tiga domain, yaitu parent distress, the difficult child serta the parent-
51
child dysfunctional interaction yang tergabung dalam 36 item
pertanyaan.
Penilaian pada kuesioner ini menggunakan kategorisasi jenjang
(Ordinal). Penilaian kuesioner ini membagi subjek ke dalam tiga
kategori, yaitu tinggi rendah sedang, dengan ketentuan sebagai berikut
X < (µ-1,0 ) Rendah
(µ-1,0 ) ≤ X < (µ+1,0 ) Sedang
(µ+1,0 ) ≤ X Tinggi
Skala yang digunakan dalam kuesioner ini adalah skala Likert,
dimana setiap item pertanyaan disediakan lima pilihan jawaban, yaitu
SS (sangat sutuju), S (setuju), TY (tidak yakin), TS (tidak setuju), dan
STS (sangat tidak setuju). Semua item pertanyaan yang terdapat dalam
kuesioner ini merupaka pernyataan negatif, dan skor yang diberikan
adalah skor 4 untuk jawaban Sangat Setuju (SS), skor 3 untuk jawaban
Setuju (S), skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS), dan skor 1 untuk
jawaban Sangat Tidak Setuju (STS).
Tabel 4.2 Indikator kuesioner yang dikembangkan dari PSI
Domain Indikator Item
pertanyaan
Jumlah
Parent distress Sense of
competence
Depression
Restriction of
parent
Parental health
Social isolation
1, 2, 30
5, 6
3, 4
11, 12
7, 8
2
2
2
2
2
52
Relationship with
spouse
9, 10 2
The difficult
child
Adaptability
Demandingness
Mood
Distactbility /
hyperactive
28, 29
24, 25
22, 23
26, 27
2
2
2
2
The parent –
child
dysfunctional
interaction
Attachment
Acceptability
Reinforces
parent
19, 20, 21
16, 17, 18
13, 14, 15
3
3
3
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Hasil Uji Validitas
Untuk mengetahui apakah skala dapat menghasilkan data yang
akurat sesuai dengan tujuan ukurnya, diperlukan proses pengujian
validitas (Azwar, 2012). Validitas merupakan suatu indeks untuk
mengetahui apakah suatu alat ukur dapat benar – benar digunakan
untuk mengukur apa yang ingin diukur (Notoatmodjo, 2006). Untuk
menguji apakah insrumen yang digunakan valid atau tidak, peneliti
menggunakan korelasi pearson dengan bantuan software uji statistik.
Untuk menentukan validitas masing – masing item kuesioner,
dilakukan perbandingan korelasi koefisien (r) dari hasil uji statistik
pearson dengan r tabel. Suatu item dikatakan valid apabila nilai
koefisien korelasi (r) ≥ 0.361 (n=30)
53
Uji validitas pada penelitian ini dilakukan pada 30 responden di
TK Bintang. Uji validitas dilakukan dengan melakukan uji korelasi
antar tiap item pertanyaan terhadap skor total. Uji validitas pada
penelitian ini menggunakan korelasi pearson. Hasil perhitungan
menggunakan korelasi pearson dibandingkan dengan r tabel pada taraf
signifikansi 5% dan jumlah responden (n) sebanyak 30 orang. Item
dinyatakan valid jika r hitung > dari r tabel (0.361 dengan n =30).
a. Hasil Uji Validitas Kuesioner Stres Pengasuhan
Kuesioner stres pengasuhan terdiri dari 30 item pertanyaan.
Setelah dilakukan uji validitas ditemukan 3 item yang tidak valid,
yaitu item 2, 4, dan 10. Ketiga item tidak valid karena nilai
koefisien koreasi (r) kurang dari 0.361. Item pertanyaan yang tidak
valid dielimiasi satu persatu dan dilakukan uji validitas kembali.
Peneliti mengeliminasi item pertanyaan dengan nilai koefisien
korelasi terendah yaitu item 10 (r = 0.140)dan melakukan uji
validitas kembali, sehingga diperoleh hasil semua item (29 item
pertanyaan) valid. Nilai item yang valid berkisar dari 0.364 sampai
0.762
b. Hasil Uji Validitas Kuesioner Dukungan Sosial
Kuesioner dukungan sosial terdiri dari 24 item pertanyaan.
Setelah dilakukan uji validitas, ditemukan 12 item yang tidak valid,
yaitu item 3, 5, 6, 8, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 23. Peneliti tidak
dapat membuang semua item invalid karena item valid sejumlah 13
item belum cukup untuk mewakili keseluruhan domain dukungan
54
sosial. Peneliti melakukan uji validitas kembali dengan cara
mengeliminasi satu persatu item pertanyaan. Peneliti
mengeliminasi 6 item pertanyaan yaitu item 3, 6, 13, 15, 16, dan
17. 6 item invalid lainnya tidak dieliminasi oleh peneliti
disebabkan jika dieliminasi tidak akan cukup untuk mewakili
semua domain dukungan sosial. Pada 6 item invalid yang tidak
dieliminasi, peneliti melakukan perubahan kalimat pada kelima
item tersebut lalu melakukan validasi kembali terhadap kelima
item tersebut dengan cara validasi isi. Validasi isi yang dilakukan
peneliti adalah dengan cara menanyakan kepada 5 orang ibu yang
memiliki kriteria sama dengan responden penelitian untuk
mengetahui apakah kalimat yang dibuat oleh peneliti dapat
dimengerti oleh responden. Dari kelima orang tersebut, semuanya
mengatakan item pertanyaan yang diberikan oleh peneliti dapat
dimengerti.
2. Hasil Uji Reliabilitas
Salah satu ciri instrument ukur yang berkualitas baik adalah
reliabel, yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan eror
pengukuran kecil. Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan
sejauh mana suatu alat ukur reliabel, dapat dipercaya dan dapat
diandalkan. Pengertian reliabilitas mengacu pada kepercayaan atau
konsistensi hasil ukur, yang mengandung makna seberapa tinggi
kecermatan pengukuran (Azwar, 2012). Alat ukur yang reliabel apabila
55
dilakukan pengukuran dua kali atau lebih dengan gejala yang sama
hasil ukurnya adalah tetap / konsisten (Notoatmodjo, 2006).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan uji reliabilitas dengan
menggunakan tekhnik koefisien alpha cronbach dengan bantuan
software uji statistik.
Instrument dinyatakan reliable jika memiliki nilai Cronbach’ Alpha >
0,6
a. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Stres Pengasuhan
Uji reliabilitas terhadap kuesioner stres pengasuhan
sebelum item 10 dieliminasi didapatkan nilai alpha cronbach ( )
sebesar 0.912 dan nilai alpha cronbach ( ) setelah item 10
dieliminasi sebesar 0.915. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
kuesioner stres pengasuhan sangat reliabel, karena alpha cronbach
( ) berada pada rentang 0.81 – 1.00
b. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Dukungan Sosial
Uji reliabilitas terhadap kuesioner dukungan sosial sebelum
6 item dieliminasi nilai alpha cronbach ( ) sebesar 0.727
sedangkan nilai alpha cronbach ( ) setelah 6 item dieliminasi
sebesar 0.782. Hal tersebut menunjukkan bahwa kuesioner
dukungan sosial reliabel karena berada pada rentang 0.61 – 0.80
56
F. Metode Pengumpulan Data
Tahap Penelitian
a. Menyusun proposal penelitian
b. Setelah proposal penelitian memperoleh persetujuan dari pembimbing,
dilanjutkan dengan membuat surat permohonan izin penelitian dari
pihak PSIK UIN Syarif Hidayatullah yang ditujukan kepada Ketua
RW 01 dan Ketua Posyandu Kemiri Muka.
c. Setelah memperoleh izin, peneliti memperoleh data calon responden
dari kader posyandu.
d. Peneliti melakukan penyeleksian calon responden yang memenuhi
kriteria inklusi.
e. Peneliti mendatangi posyandu untuk bertemu dengan responden.
f. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian dilakukan. Peneliti
juga memberikan lembar persetujuan kepada calon responden, jika
calon responden bersedia menjadi responden maka peneliti akan
meminta responden untuk menandatangani surat persetujuan menjadi
responden. Apabila calon responden tidak bersedia menjadi responden,
maka peneliti menghormati keputusan responden untuk tidak
berpartisipasi dalam penelitian.
g. Peneliti memberikan lembar kuesioner serta menjelaskan tata cara
pengisian kuesioner. Peneliti juga memberikan kesempatan kepada
responden untuk bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak
dimengerti oleh responden.
57
h. Setelah kuesioner terisi, peneliti melakukan pengumpulan data serta
melakukan pengecekan kelengkapan data dan memberikan kode pada
lembar kuesioner.
G. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah melalui beberapa
tahap, antara lain :
1. Editing
Editing merupakan upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
atau kuesioner yang telah dikumpulkan. Pada tahap ini peneliti
melakukan pengecekan kembali data – data yang diperoleh, terutama
mengenai kelengkapan data setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan proses pemberian kode numeric (angka) terhadap
data yang terdiri dari beberapa kategori. Pemeberian kode ini penting
dilakukan terutama jika pengolahan dan analisis data menggunakan
computer. Kode juga dibuat dalam daftar kode beserta artinya di dalam
buku kode, hal ini untuk memudahkan peneliti untuk melihat lokasi
dan arti suatu kode dari suatu variabel.
3. Entry Data
Pada tahap entry data, peneliti memasukkan data yang telah
dikelompokkan ke dalam master table atau database computer.
Kemudian dibuat distribusi frekuensi sederhana, atau bisa juga dengan
membuat tabel kontingensi.
58
4. Processing Data
Setelah semua data terkumpul lengkap dan terisi dengan benar serta
data telah dikoding, proses selanjutnya adalah processing data. Data
diproses untuk dianalisis, dengan cara memindahkan data kuesioner ke
dalam paket computer pengolahan data statistic.
5. Cleaning Data
Tahap ini merupakan kegiatan memeriksa kembali data yang telah
dientry, apakah ada kesalahan atau tidak, terutama kesesuaian
pengkodean yang dilakukan. Kesalahan mungkin terjadi saat proses
meng-entry data ke dalam computer. Bila terdapat kesalahan, maka
data tersebut diperbaiki hingga sesuai dengan hasil pengumpulan data
yang dilakukan.
H. Analisa Data
Analisa data dilakukan untuk menguji hipotesis yang diajukan,
apakah sesuai atau tidak dengan tujuan penelitian. Dalam rangka
menjawab pertanyaan penelitian, yaitu pengaruh masing-masing variabel
terhadap parenting stress.
1. Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan secara deskriptif, yaitu menampilkan tabel
frekuensi mengenai karakteristik responden sebagai variabel
independen dalam penelitian ini.
2. Analisis Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel. Untuk menganalisa, diperlukan pengujian pada data-data
59
yang telah diperoleh. Pengujian ini digunakan untuk mengukur tingkat
atau eratnya hubungan antara dua variabel, dalam hal ini adalah
mengukur tingkat atau eratnya hubungan masing – masing variabel
independen dengan variabel dependen. Analisa yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji spearman rank (rho) dengan bantuan software
uji statistik.
I. Etika penelitian
Etika penelitian ini adalah untuk menjamin kerahasiaan identitas
responden, melindungi dan menghormati hak responden untuk menerima
atau menolak berpartisipasi dalam penelitian ini.
Masalah etika penelitian meliputi (Hidayat, 2009) :
1. Informed consent
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent diberikan sebelum penelitian dilakukan. Tujuannya adalah
agar calon responden mengerti maksud dan tujuan penelitian. Jika
calon responden bersedia untuk menjadi responden, maka diminta
menandatangani lembar persetujuan. Jika calon responden tidak
bersedia, maka peneliti harus menghormati hak calon responden
dengan tidak memaksa calon responden untuk berpartisipasi dalam
penelitan. Beberapa informasi yang harus diberikan antara lain
partisipasi responden, tujuan dilakukannya penelitian, jenis data yang
dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan penelitian, manfaat,
dampak, kerahasiaan dan lain lain.
60
Setelah peneliti memberikan penjelasan, peneliti memastikan kembali
bahwa responden benar – benar telah mengerti tentang penelitian yang
akan dilakukan, termasuk keuntungan dan kerugian menjadi subjek
penelitian.
2. Anonimity (tanpa nama)
Peneliti memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian
dengan tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner,
dan hanya memberikan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil
penelitian yang disajikan.
3. Kerahasiaan
Peneliti menjamin kerahasiaan semua informasi yang telah
terkumpul. Hanya kelompok data yang diperlukan yang akan
dilaporkan dalam hasil riset. Lembar kuesioner yang telah diisi oleh
responden hanya dapat dilihat oleh peneliti dan pihak yang
berkepentingan. Setelah data yang diperoleh dari responden dianalisis,
maka data – data tersebut akan segera dimusnahkan.
61
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran UmumTempat Penelitian
Posyandu RW 01 Kemiri Muka terletak di jalan Margonda Raya,
Kelurahan Kemiri Muka, Kecamatan Beji, Kota Depok. Posyandu RW 01
ini teah berdiri sejak 1995, pada tahun 2000 Posyandu ini berubah nama
menjadi Posyandu Kamper. Posyandu ini menggunakan sebuah bangunan
seluas 4 x 4 m, yang merupakan hibah dari masyarakat setempat. Fasilitas
yang terdapat dalam bangunan tersebut antara lain 1 tempat tidur, 4 meja,
12 kursi, 1 lemari, 1 timbangan bayi, dan 2 timbangan dewasa. Biaya
operasional Posyandu berasal dari uang kas RW yang diperoleh dari iuran
bulanan warga
Posyandu RW 01 diketuai oleh Ibu Nurjanah dan dikelola oleh 15
kader. Kegiatan Posyandu dilakukan setiap satu bulan sekali yaitu pada
minggu pertama / awal bulan. Kegiatan Posyandu dibantu oleh petugas
kesehatan yang berasal dari Puskesmas Kemiri Muka.
Kegiatan yang dilakukan di Posyandu antara lain:
1. Penimbangan dan pencatatatan berat badan balita
2. Pengukuran dan pencatatan tinggi badan balita
3. Imunisasi
4. Pemberian pil KB pada ibu – ibu anggota posyandu
5. Pemberian vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus
6. Pemberian zat besi pada ibu hamil
62
7. Pemeriksaan kesehatan ibu hamil
Pelaksanaan kegiatan Posyandu RW 01 menggunakan system lima meja,
yaitu :
1. Meja I : Pendaftaran.
2. Meja II : Penimbangan
3. Meja III : Pengisian KMS
4. Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS.
5. Meja V : Pelayanan KB & Kesejahteraan Ibu
B. Karakteristik Responden
Karakteristik responden di bawah ini adalah karakteristik responden
berdasarkan usia, jumlah anak, jenis kelamin anak yang berusia 3 – 6
tahun, pekerjaan, agama, pendidikan, serta pendapatan perbulan.
1. Usia Ibu
Tabel 5.1 distribusi usia responden
Usia Frekuensi Persentase (%)
21 – 30 24 46.2
31 – 40 25 48.1
41 – 50 3 5.8
Total 52 100.0
Tabel 5.1 menunjukkan distribusi responden berdasarkan usia.
Kategori usia 31 – 40 tahun merupakan jumlah tertinggi yaitu 25
responden (48.1%).
63
2. Agama
Tabel 5.2 distribusi agama responden
Agama Frekuensi Presentase (%)
Islam 52 100.0
Total 52 100.0
Tabel 5.2 menunjukkan distribusi responden berdasarkan agama
yang dianut. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa semua
responden beragama islam, yairu sebanyak 52 reponden (100%).
3. Pekerjaan
Tabel 5.3 distribusi pekerjaan responden
Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Ibu Rumah Tangga 39 75.0
Karyawan 7 13.5
PNS 1 1.9
Wiraswasta 5 9.6
Total 52 100.0
Tabel 5.3 menunjukkan distribusi responden berdasarkan jenis
pekerjaan. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa mayoritas
responden merupakan Ibu Rumah Tangga yaitu sebanyak 39 orang
(75%).
C. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis variabel independen dan variabel
dependen. Variabel independen berupa jenis kelamin anak, jumlah anak
kandung yang diasuh, pekerjaan ibu, pendidikan ibu, pendapatan keluarga
64
perbulan serta dukungan sosial. Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah stres pengasuhan.
1. Jenis Kelamin Anak
Pada penelitian ini data jenis kelamin anak diperoleh dari jawaban
responden terhadap kuesioner data demografik. Hasil analisis univariat
variabel jenis kelamin anak disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
5.4 di bawah ini.
Tabel 5.4 distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
anak (usia 3-6 th)
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki – laki 31 59.6
Perempuan 21 40.4
Total 52 100.0
Pada analisis distribusi responden berdasarkan jenis kelamin anak
yang berusia 3 – 6 th pada Ibu di wilayah kerja Posyandu RW 01
Kemiri Muka ditemukan bahwa mayoritas responden memiliki anak
(usia 3-th) berjenis kelamin laki – laki, yaitu sebanyak 31 responden
(59.6%).
2. Jumlah Anak
Pada penelitian ini data jumlah anak diperoleh dari jawaban
responden terhadap kuesioner demografik. Hasil analisis univariat
variabel jumlah anak disajikan dalam tabel distribusi frekuensi 5.5.
65
Tabel 5.5 distribsi frekuensi responden berdasarkan jumlah anak
Jumlah Anak Frekuensi Presentase (%)
1 16 30.8
2 18 34.6
3 11 21.2
4 6 11.5
5 1 1.9
Total 52 100.0
Pada analisis distribusi responden berdasarkan jumlah anak
kandung yang diasuh pada Ibu di wilayah kerja Posyandu RW 01
Kemiri Muka ditemukan bahwa mayoritas responden memiliki 2 anak
(34.6%).
3. Pekerjaan
Pada penelitian ini data pekerjaan ibu diperoleh dari jawaban
responden terhadap kuesioner data demografik. Hasil analisis univariat
variabel pekerjaan ibu disajikan dalam tabel distribusi frekuensi 5.6.
Tabel 5.6 distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Presentase (%)
Bekerja 13 25.0
Tidak Bekerja 39 75.0
Total 52 100.0
Pada analisis distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan Ibu
di wilayah kerja Posyandu RW 01 Kemiri Muka ditemukan bahwa
mayoritas responden tidak bekerja yaitu sebanyak 39 orang (75%).
66
4. Pendidikan
Pada penelitian ini data pendidikan ibu diperoleh dari jawaban
responden terhadap kuesioner data demografik. Hasil analisis univariat
variabel pendidikan ibu disajikan dalam tabel distribusi frekuensi 5.7
di bawah ini.
Tabel 5.7 distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan
Pendidikan Frekuensi Presentase (%)
SD 5 9.6
SMP 13 25.0
SMA 27 51.9
PT 7 13.5
Total 52 100
Pada analisis distribusi responden berdasarkan pendidikan Ibu di
wilayah kerja Posyandu RW 01 Kemiri Muka ditemukan bahwa
mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir taraf SMA, yaitu
sebanyak 27 orang (51.9%).
5. Pendapatan
Pada penelitian ini data pendapatan keluarga perbulan diperoleh
dari jawaban responden terhadap kuesioner data demografik. Hasil
analisis univariat variabel pendapatan disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi 5.8.
67
Tabel 5.8 distribusi frekuensi responden berdasarkan pendapatan
Pendapatan keluarga
perbulan
Frekuensi Presentase (%)
< Rp 2.042.000,- 25 48.1
>Rp 2.042.000,- 27 51.9
Total 52 100.0
Pada analisis distribusi responden berdasarkan pendapatan
keluarga perbulan yang disesuaikan dengan Upah Minimum Regional
(UMR) daerah Depok ditemukan bahwa mayoritas responden memiliki
pendapatan keluarga perbulan lebih dari Rp 2.042.000,- yaitu sebanyak
27 orang (51.9%)
6. Dukungan Sosial
Pada penelitian ini skor dukungan sosial diperoleh dari jawaban
responden terhadap kuesioner dukungan sosial. Analisis univariat
variabel dukungan sosial pada Ibu di wilayah kerja Posyandu RW 01
Kemiri Muka disajikan dalam tabel 5.9.
Tabel 5.9 distribusi responden berdasarkan dukungan sosial
Dukungan Sosial Frekuensi Presentase (%)
Rendah 12 23.1
Sedang 36 69.2
Tinggi 4 7.7
Total 52 100
Pada analisis distribusi responden berdasarkan dukungan sosial
yang diperoleh responden ditemukan bahwa mayoritas responden
memiliki dukungan sosial sedang yaitu sebanyak 36 orang (692%).
68
7. Stres Pengasuhan
Pada penelitian ini skor Stres Pengasuhan diperoleh dari jawaban
responden terhadap kuesioner Stres Pengasuhan. Analisis univariat
variabel Stres Pengasuhan pada Ibu di wilayah kerja Posyandu RW 01
Kemiri Muka disajikan dalam tabel 5.10.
Tabel 5.10 distribusi responden berdasarkan Stres Pengasuhan
Stres Pengasuhan Frekuensi Presentase (%)
Rendah 32 61.5
Sedang 14 26.9
Tinggi 6 11.5
Total 52 100
Pada analisis distribusi responden berdasarkan Stres Pengasuhan
yang dialami responden ditemukan bahwa mayoritas responden
mengalami tingkat Stres Pengasuhan yang rendah yaitu sebanyak 32
orang (61.5%)
D. Analisis Bivariat
Berdasarkan kerangka konsep, analisis bivariat dilakukan untuk
menguji hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.
Variabel independen dalam penelitian ini adalah jenis kelamin anak,
jumlah anak kandung yang diasuh, pekerjaan, pendidikan, pendapatan
serta dukungan sosial sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini
adalah stres pengasuhan. Uji analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji spearman.
1. Hubungan antara Jenis Kelamin Anak dan Stres Pengasuhan pada Ibu
dengan Anak Usia prasekolah di Posyandu RW 01 Kemiri Muka
69
Tabel 5.11 Hubungan antara Jenis Kelamin Anak dan Stres
Pengasuhan pada Ibu dengan Anak Usia prasekolah
Jenis
Kelamin
Stres Pengasuhan Total P R
Rendah Sedang Tinggi
N (%) N(%) N(%)
Laki – Laki 20 (64.5) 8 (25.8) 3 (9.7) 31 (100) 0.832 0.030
Perempuan 12 (57.1) 6 (28.6) 3 (14.3) 21 (100)
Total 32 (61.5) 14 (26.9) 6 (11.5) 52 (100)
Berdasarkan tabel 5.11 diketahui hasil uji statistic diperoleh p value
sebesar 0.832 dengan koefisien korelasi (r) 0.030. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel jenis kelamin
anak dengan stres pengasuhan ibu.
2. Hubungan antara Jumlah Anak dan Stres Pengasuhan pada Ibu dengan
Anak Usia prasekolah di Posyandu RW 01 Kemiri Muka
Tabel 5.12 Hubungan antara Jumlah Anak dan Stres Pengasuhan pada
Ibu dengan Anak Usia prasekolah
Jumlah
Anak
Stres Pengasuhan Total P R
Rendah Sedang Tinggi
N (%) N (%) N (%)
1 12 (75) 4 (25) 0 (0) 16 0.002 0.418
2 14 (77.8) 4 (22.2) 0 (0) 18
3 6 (54.5) 3 (27.3) 2 (18.2) 11
4 0 (0) 3 (50) 3 (50) 6
5 0 (0) 0 (0) 1 (100) 1
Total 32 (61.5) 14 (26.9) 6 (11.5) 52
70
Berdasarkan tabel 5.12 diketahui hasil uji statistic diperoleh p
value sebesar 0.002 dengan koefisien korelasi (r) 0.418. Hal ini
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara jumlah anak
dengan stres pengasuhan pada Ibu dengan anak sia prasekolah di
Posyandu RW 01 Kemiri Muka. Nilai koefisien korelasi (r) sebesar
0.418 dan benilai positif, artinya hubungan antara variabel jumlah anak
dengan stres pengasuhan merupakan hubungan yang sebanding, yaitu
semakin tinggi/banyak jumlah anak, semakin tinggi stres pengasuhan
yang dialami Ibu. Hubungan kedua variabel merupakan hubungan
yang sedang karena berada pada rentang 0.40 – 0.599 (Dahlan, 2010).
3. Hubungan antara Pekerjaan Ibu dan Stres Pengasuhan pada Ibu dengan
Anak Usia prasekolah di Posyandu RW 01 Kemiri Muka
Tabel 5.13 Hubungan antara Pekerjaan Ibu dan Stres Pengasuhan pada
Ibu dengan Anak Usia prasekolah
Pekerjaan Stres Pengasuhan Total P R
Rendah Sedang Tinggi
N (%) N(%) N(%)
Bekerja 8 (61.5) 3 (23.1) 2 (15.4) 13 (100) 0.484 -0.099
Tidak
Bekerja
24 (61.5) 11 (28.2) 4 (10.3) 39(100)
Total 32 (61.5) 14 (26.9) 6 (11.5) 52(100)
Berdasarkan tabel 5.13 hasil uji statistic diperoleh p value sebesar
0.484 dan koefisien korelasi (r) sebesar -0.099. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel pekerjaan
dengan variabel stres pengasuhan.
71
4. Hubungan antara Pendidikan Ibu dan Stres Pengasuhan pada Ibu
dengan Anak Usia prasekolah di Posyandu RW 01 Kemiri Muka
Tabel 5.14 Hubungan antara Pendidikan Ibu dan Stres Pengasuhan
pada Ibu dengan Anak Usia Prasekolah
Pendidikan Stres Pengasuhan Total P R
Rendah Sedang Tinggi
N (%) N(%) N(%)
SD 2 (40.0) 1 (20.0) 2 (40.0) 5 (100) 0.360 -0.130
SMP 9 (64.3) 4 (28.6) 1 (7.1) 14 (100)
SMA 17 (65.4) 6 (23.1) 3 (11.5) 26 (100)
PT 4 (57.1) 3 (42.9) 0 (0) 7 (100)
Total 32 (61.5) 14 (26.9) 6 (11.5) 52 (100)
Berdasarkan tabel 5.14 hasil uji statistic diperoleh p value sebesar
0.360 dan koefisien korelasi (r) sebesar -0.130. Hal ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel pendidikan
dengan variabel stres pengasuhan.
5. Hubungan antara Pendapatan dan Stres Pengasuhan pada Ibu dengan
Anak Usia prasekolah di Posyandu RW 01 Kemiri Muka
Tabel 5.15Hubungan antara Pendapatan dan Stres Pengasuhan pada
Ibu dengan Anak Usia prasekolah
Pemdapatan Stres Pengasuhan Total P R
Rendah Sedang Tinggi
N (%) N(%) N(%)
< 2.042.000 12 (50.0) 6 (25.0) 24 (100) 0.001 -0.443
>2.042.000 20 (71.4) 8 (28.6) 28 (100)
72
Total 32 (61.5) 14 (26.9) 52 (100)
Berdasarkan tabel 5.15 hasil uji statistic diperoleh p value 0.001
dan koefisien korelasi (r) -0.443. Hasil ini menunjukkan adanya
hubungan yang bermakna antara variabel pendapatan dengan variabel
stres pengasuhan. Nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0.443 dan bernilai
negative, artinya bentuk hubungan kedua variabel tersebut adalah
berbaning terbalik, semakin rendah pendapatan keluarga perbulan
semakin tinggi stres pengasuhan yang dialami oleh ibu. Kekuatan
hubungan variabel pendapatan dengan variabel stres pengasuhan adalah
sedang karena berada pada rentang 0.40 – 0.599 (Dahlan, 2010).
6. Hubungan antara Dukungan Sosial dan Stres Pengasuhan pada Ibu dengan
Anak Usia prasekolah di Posyandu RW 01 Kemiri Muka
Tabel 5.16 Hubungan antara Dukungan Sosial dan Stres Pengasuhan
pada Ibu dengan Anak Usia prasekolah
Dukungan
Sosial
Stres Pengasuhan Total P R
Rendah Sedang Tinggi
N (%) N(%) N(%)
Rendah 0 (0) 6 (50.0) 6 (50.0) 12 (100) 0.000 -0.791
Sedang 28 (77.8) 8 (22.2) 0 (0) 36 (100)
Tinggi 4 (100.0) 0 (0) 0 (0) 4 (100)
Total 32 (61.5) 14 (26.9) 6 (11.5) 52 (100)
Berdasarkan tabel 5.16 hasil uji statistic diperoleh p value sebesar
0.000 dan koefi sien korelasi (r) sebesar -0.791. Hal ini menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara variabel dukungan sosial dengan
73
variabel stres pengasuhan. Nilai koefisien korelasi (r) sebebar -0.791
menunjukkan hubungan yang kuat. Nilai koefisien korelasi (r) yang
berbentuk negative menunjukkan bentuk hubungan yang berbanding
terbalik, artinya semakin rendah dukungan sosial yang diperoleh ibu,
semakin tinggi stres pengasuhan yang dialami oleh ibu dengan anak usia
prasekolah di Posyandu RW 01 Kemiri Muka.
75
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada pembahasan, peneliti akan membahas karakteristik responden,
dukungan sosial responden, stres pengasuhan responden serta mengidentifikasi
faktor – faktor yang berhubungan dengan stres pengasuhan pada ibu dengan anak
usia prasekolah di Posyandu RW 01 Kemiri Muka.
A. Karakteristik Responden
1. Usia Ibu
Distribusi responden berdasarkan usia yaitu responden berusia 21-
31 th sebanyak 24 orang (46.2%), responden berusia 31-40 th sebanyak 25
orang (48.1%) dan responden berusia 41-50 th sebanyak 3 orang (5.8%).
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada rentang usia
dewasa dini. Hurlock (2012) menyebutkan bahwa masa dewasa dini
berada pada rentang usia 20-40 tahun. Di Indonesia, batas awal masa
dewasa adalah 21 tahun.
Masa dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap
pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru (Hurlock,
2012). Pada periode ini juga merupakan periode usia produktif bagi
wanita. Tugas perkembangan pada tahap ini dipusatkan pada harapan-
harapan masyarakat dan mencakup mendapatkan pekerjaan, memilih
teman hidup, belajar hidup bersama suami/istri, membentuk suatu
keluarga, membesarkan anak-anak, mengelola rumah tangga, menerima
76
tanggung jawab, sebagai warga negara dan bergabung dalan suatu
kelompok sosial yang cocok (Havighurst dalam Monk, dkk, 2006)
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah sebuah kegiatan aktif yang dilakukan manusia
yang menghasilkan sebuah karya bernillai imbalan dalam bentuk uang.
Distribusi responden berdasarkan pekerjaan yaitu 39 orang (75%) sebagai
ibu rumah tangga, 7 orang (13.5%) bekerja sebagai karyawan, 1 orang
(1.9%) bekerja sebagai PNS, dan 5 orang (9.6%) bekerja wiraswasta.
Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah ibu rumah
tangga. Peneliti juga menggolongkan jenis pekerjaan ke dalam dua
golongan, yaitu ibu yang bekerja dan ibu yang tidak bekerja, Pada kategori
ibu tidak bekerja adalah ibu rumah tangga, sedangkan untuk wiraswasta,
karyawan, dan PNS termasuk ke dalam kategori ibu yang bekerja. Hal ini
senada dengan kondisi di Indonesia, dimana mayoritas wanita yang telah
mempunyai anak tidak bekerja di luar rumah (Data Statistik, 2010)
3. Jenis Kelamin Anak (usia 3 – 6 th)
Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin anak usia 3-6 tahun
yaitu responden yang memiliki anak laki-laki sebanyak 31 orang (59.6%)
dan responden yang memiliki anak perempuan sebanyak 21 orang
(40.4%). Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden memiliki anak
berusia 3-6 tahun berjenis kelamin laki-laki. Jumlah ini senada dengan
rasio jenis kelamin di Provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar 104.72% yang
berarti bahwa dari setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104-105
orang penduduk laki laki (SIAK JABAR, 2011). Sama halnya dengan
77
jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Indonesia. Secara
menyeluruh, di Indonesia jumlah penduduk laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan, yaitu 119.507.580
laki-laki dan 118.048.783 perempuan (BPS, 2010)
4. Jumlah Anak
Mayoritas responden dalam penelitian ini memiliki 2 anak
(36.6%). Hal ini mungkin disebabkan karena adanya program dari
pemerintah, yaitu program Keluarga Berencana. Program tersebut
mengatur sebuah keluarga untuk hanya memiliki dua anak. Namun
program ini belum sepenuhnya perhasil (BKKBN, 2013). Hal ini
dibuktikan dengan masih banyaknya pasangan yang memiliki anak lebih
dari dua.
5. Pendidikan
Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang yang diperlukan dirinya dan
masyarakat. Pendidikan formal adalah pendidikan terstruktur, dan
berjenjang yang dimulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi
Responden dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 5 orang
(9.6%), responden dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 13 orang
(25.0%), dan responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi
78
sebanyak 7 orang (13.5%). Mayoritas responden dalam penelitian ini
memiliki tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 27 orang (51.9%). Hasil
tersebut masih lebih baik jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan di
Indonesia, dimana rata-rata penduduk Indonesia hanya mengenyam
pendidikan formal hingga bangku SMP.
6. Pendapatan
Pada penelitian ini, variabel pendapatan yang digunakan oleh
peneliti adalah pendapatan yang diperoleh keluarga dalam satu bulan.
Untuk membedakan tinggi rendahnya pendapatan suatu keluarga, peneliti
mengacu pada UMR Kota Depok, yaitu sebesar Rp 2.042.000,-. UMR
daerah ditentukan melalui sebuah proses, diantaranya adalah survey
mengenai harga sejumlah kebutuhan pokok di sejumlah kota hingga
diperoleh hasil yang represntatif dan diperoleh angka Kebutuhan Hidup
Layak (KHL). Hal ini ntuk mengetahui apakah suatu keluarga telah
memperoleh pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Penghasilan yang diperoleh juga diperngaruhi oleh faktor lain,
diantaranya pendidikan, kemampuan bekerja, serta kemampuan
perusahaan untuk menggaji pegawainya
Mayoritas responden memiliki pendapatan keluarga perbulan di
atas UMR, yaitu sebanyak 27 orang (51.9%). Responden yang memiliki
pendapatan perbulan di bawah UMR sebanyak 25 orang (48.1%)..
Perbedaan yang tidak signifikan ini dapat disebabkan oleh jumlah ibu yang
tidak bekerja cukup banyak, sehingga keluarga hanya mengandalkan
penghasilan yang diperoleh suami (kepala keluarga).
79
7. Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan dukungan yang berasal dari suatu
system dalam masyarakat, baik dari keluarga, teman, kelompok maupun
perorangan Berdasarkan distribusi frekuensi yang berdasarkan dukungan
sosial, peneliti menemukan bahwa mayoritas responden memperoleh
dukungan sosial yang cukup (sedang) dari system masyarakat yang berada
di lingkungan tempat tinggalnya, yaitu sebanyak 36 orang (69.2%).
Responden yang memperoleh dukungan sosial rendah sebanyak 12 orang
(23.1%), sedangkan responden yang memperoleh dukungan sosial tinggi
sebanyak 4 orang (7.7%).
Koentjaraningrat (2000) mendefinisikan pranata sebagai system
norma mengenai aktivitas masyarakat yang khusus. Pranata timbul pada
masyarakat karena memiliki fungsi dalam mendukung upaya untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia sebagai anggota masyarakat. Salah
satu pranata yang terdapat dalam masyarakat adalah tolong menolong .
Indonesia merupakan negara yang menganut adab tolong menolong.
Dalam hal ini dukungan sosial yang cukup menunjukkan bahwa
masyarakat menjalani pranata tersebut dengan baik. Dukungan social
tersebut mencakup dukungan penghargaan, dukungan informasi, dukungan
instrumental serta dukungan emosional (Bunk, 2000 dalam Taylor, 2009)
8. Stres Pengasuhan
Stres merupakan situasi yang biasa muncul dalam berbagai aspek
kehiduppan, tak terkecuali dalam pengasuhan anak. Pengasuhan anak
bukanlah tugas yang mudah untuk dilakukan, pengasuhan merupakan
80
sebuah proses yang penuh dengan tekanan. Kondisi yang penuh dengan
tekanan inilah yang dapat meyebabkan orang tua mengakami stres
pengasuhan. Lestari (2012) menyebutkan stres pengasuhan adalah
serangkaian proses yang membawa pada kondisi psikologis yang tidak
disukai dan reaksi psikologi yang muncul dalam upaya beradaptasi dengan
tuntutan peran sebagai orang tua. Stres pengasuhan dapat dipahami
sebagai stres atau situasi penuh tekanan yang terjadi pada pelaksanaan
pengasuhan anak.
Stres pengasuhan disebabkan oleh berbagai faktor. Helkenn (2007)
dalam studinya menyebutkan bahwa ada empat pendapat mengenai faktor
penyebab stres pengasuhan. Pendapat tersebut tidak saling bertentangan,
namun saling melengkapi satu sama lain. Pendapat pertama yaitu menurut
Mash & Johnston (1983) yang menyebutkan tiga faktor penyebab stres
pengasuhan yaitu karakteristik anak, karakteristik orangtua dan
karakteristik lingkungan. Pendapat kedua yaitu menurut Abidin (1995),
yang menyebutkan bahwa stres pengasuhan dipengaruhi oleh karakteristik
orang tua, karakteristik anak, serta interaksi anak-orang tua yang
terganggu. Pendapat ini adalah teori yang paling sering digunakan dalam
berbagai penelitian. Pendapat ketiga yaitu menurut Deckard (2004), yang
menyebutkan stres pengasuhan dipengaruhi oleh domain orang tua,
domain anak, serta hubungan antara orangtua dan anak. Teori ini dikenal
dengan teori P-C-R (parent-child-relationship). Pendapat yang terakhir,
menurut Crnic & Greenberg (1990) yang dikenal dengan teori daily
hassles yaitu tipikal stres yang terjadi sehari-hari atau mingguan.
81
Stres yang dialami oleh orang tua bervariasi, mulai dari tingkat rendah,
sedang, hingga tinggi. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan 32 orang
ibu (61.5%) dengan tingkat stres pengasuhan rendah, 14 orang ibu (26.9%)
dengan tingkat stres pengasuhan sedang, dan 6 orang (11.5%) dengan
tingkat stres pengasuhan tinggi. Berdasarkan hasil tingkatan stres tersebut
menunjukkan bahwa mayoritas responden masih dapat mengendalikan
respon terhadap stressor dalam mengasuh anak yang dialaminya.
Meskipun menjadi orang tua merupakan suatu siklus alamiah
dalam kehidupan, namun kemampuan ntuk menjadi orang tua tidak dapat
diperoleh begitu saja. Untuk menjadi orang tua diperlukan kesiapan
khusus. Brooks (2011) menyebutkan beberapa persyaratan mengenai izin
pengasuhan, yaitu berusia diatas 18 tahun, menikah, bekerja, dan tidak
memiliki catatan kekerasan. Lebih lanjut, Brooks (2011) menjelaskan
karakteristik sosial seperti pendidikan dan pekerjaan orang tua menjadi
penting karena memungkinkan orang tua untuk menghidupi anaknya.
Karakteristik psikologis orang tua menjadi yang terpenting karena
mempengaruhi kemampuan mereka dalam memberikan pengasuhan yang
berkualitas tinggi setelah anak lahir. Kesadaran pengasuhan juga
merupakan modal penting untuk menciptakan ketahanan terhadap stres
pengasuhan. Dengan memiliki kesadaran pengasuhan, maka pelaksanaan
tugas pengasuhan anak yang melelahkan tidak terasa sebagai beban
(Lestari, 2011).
Pada atribut anak, rendahnya stres pengasuhan merefleksikan pada
atribut-atribut seperti sedikitnya symptom perilaku, mampu menyesuaikan
82
diri dengan perubahan fisik atau sosial di lingkungan, memiliki otonomi
yang sesuai, memiliki afek yang positif, serta karakteristik fisik,
intelektual, dan emosi yang sesuai dengan orang tua. Sedangkan pada
atribut orangtua, rendahnya stres pengasuhan merefleksikan orangtua
memiliki kompetensi yang tinggi sebagai orang tua, integrasi sosial baik,
memiliki kedekatan emosi dengan anak, tingkat kesehatan tinggi,
kurang/tidak memiliki gejala depresi, tidak mengalami pembatasan
kebebasan yang kaku, dan frustasi dalam mempertahankan identitas diri
serta mendapatkan dukungan dari orang tua di lingkungannya (Willinger,
2005).
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan antara Jenis Kelamin Anak dengan Stres Pengasuhan
pada Ibu dengan Anak Usia Prasekolah di Posyandu RW 01 Kemiri
Muka
Martin dan Colbert (1997) mengungkapkan bahwa jenis kelamin
anak akan mempengaruhi proses pengasuhan, karena orang tua memilki
harapan yang berbeda terhadap anak laki-laki atau perempuan. Sabih dan
Sajib (2008) dalam penelitiannya melaporkan bahwa orang tua yang
mempunyai anak laki-laki memiliki level stres yang lebih rendah
dibandingkan dengan orang tua yang memiliki anak perempuan. Namun
pada penelitian Hidangmayun (2010) menyebutkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin anak dengan stres
pengasuhan.
83
Dalam penelitian ini, peneliti tidak menemukan adanya hubungan
yang signifikan antara jenis kelamin anak dengan stres pengasuhan yang
dialami oleh ibu. Hal ini ditunjukkan oleh hasil uni analisis bivariat
menggunakan korelasi spearman dimana p value = 0.832 (p>0.05) dengan
r = 0.03. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Raikes dan Thompson (2005) yang mengungkapkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara jenis kelamin anak dengan stres
pengasuhan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Tibosch (2008) dan Wall & Fletcher (2009) yang menyebutkan
bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin anak terhadap stres
pengasuhan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hidangmayun (2010) di Thailand, yang menyebutkan bahwa ibu yang
memiliki anak laki-laki memiliki tingkat stress lebih tinggi dibandingkan
dengan ibu yang memiliki anak perempuan.
Hasil tersebut dapat disebabkan karena adanya perbedaan budaya
antara di Indonesia dengan negara lain. Di Indonesia pemerintah telah
mengatur kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan yang tertuang
dalam undang–undang kesetaraan gender, sehingga tidak ada diskriminasi
terhadap gender terntentu. United Nation (1993) menjelaskan bahwa anak
laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
perawatan dasar yang berhubungan dengan kesehatan fisik dan
psikososial. Hal ini menjelaskan bahwa jenis kelamin anak tidak
mempengaruhi stres pengasuhan.
84
2. Hubungan Antara Jumlah Anak dengan Stres Pengasuhan pada Ibu
dengan Anak Usia Prasekolah di Posyandu RW 01 Kemiri Muka
Riset yang dilakukan oleh Lavee, Sharlin dan Katz (1996)
mengungkapkan stres pengasuhan yang dialami oleh ibu dipengaruhi oleh
jumlah anak, semakin banyak anak yang diasuh oleh ibu, maka tingkat
stres pengasuhan yang dialami oleh ibu akan semakin tinggi.
Dalam penelitian ini, hasil uji analisis bivariat menggunakan
spearman rho menunjukkan hasil uji statistic p 0.002 dengan r 0.418. hasil
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
jumlah anak dengan stres pengasuhan yang dialami ibu (p <0.05) dengan
tingkat kekuatan hubungan sedang (0.40-0.599).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Indriyani (2008) yang menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anak
yang diasuh, maka tingkat stres pengasuhan yang dialami ibu akan
semakin tinggi. Jumlah anak akan mempengaruhi peran ibu. Semakin
banyak anak yang harus diasuh oleh ibu, maka peran yang harus dilakukan
oleh ibu akan bertambah, selain itu tekanan yang dialami ibu juga
bertambah. Tekanan tersebut juga terkait dengan faktor lainnya sepeti
status ekonomi. Masalah keuangan dan struktur keluarga merupakan factor
yang mendorong timbulnya stress pengasuhan pada tingkatan keluarga.
Dari struktur keluarga, factor tersebut dapat berupa jumlah anggota
keluarga yang banyak (Lestari, 2012). Semakin banyak anak yang diasuh
maka biaya yang harus dikeluarkan orangtuapun akan semakin besar, hal
inilah yang menyebabkan bertambahnya tekanan pada orangtua.
85
3. Hubungan antara Pekerjaan dengan Stres Pengasuhan pada Ibu
dengan Anak Usia Prasekolah di Posyandu RW 01 Kemiri Muka
Hasil survey salah satu lembaga di Inggris, MIND tahun 2010
menyebutkan bahwa pekerjaan merupakan faktor utama penyebab stres.
Terkait dengan pengasuhan, penelitian yang dilakukan oleh Forgays
(2001) menunjukkan ibu yang bekerja memiliki skor yang lebih tinggi
dibanding dengan ibu yang tidak bekerja dengan menggunakan kuesioner
parenting stress index. Kejadian dan kondisi pekerjaan memiliki dampak
singkat dan jangka panjang dalam kehidupan keluarga. Misalnya, interaksi
negative di pekerjaan mempengaruhi interaksi orangtua – anak.
Berdasarkan uji bivariat yang dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan korelasi spearman rho pada 52 responden, menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan
stres pengasuhan yang dialami ibu (p = 0.484, r = -0.099). Nilai negative
pada koefisien korelasi (r) menunjukkan hubungan yang negative antara
pekerjaan dengan stres pengasuhan, namun hubungan tersebut tidak
bermakna.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Hidangmayun (2010) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara jenis pekerjaan ibu dengan stres pengasuhan yang
dialami oleh ibu, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriyani
(2008) menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara pekerjaan
denga stres pengasuhan yang dialami ibu.
86
Perbedaan hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan oleh
perbedaan budaya dimana di Indonesia mayoritas ibu rumah tangga tidak
bekerja (Iskandar, 2011) serta jenis pekerjaan yang dijalani oleh orangtua.
Penelitian – penelitian yang dilakukan di luar negeri seperti Hidangmayun
(2010) di Thailand dan Helkenn (2007) di Canada menunjukkan adanya
hubungan antara pekerjaan dengan stres pengasuhan, sementara bebrapa
penelitian yang dilakukan di Indonesia seperti Indriyani (2008)
menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan
stres pengasuhan. Selain itu, pada penelitian ini peneliti hanya
membedakan jenis pekerjaan berdasarkan ibu yang bekerja dan tidak
bekerja, sedangkan pada penelitian Hidangmayun (2010) dan Helkenn
(2007) membagi jenis pekerjaan ke dalam profession, semi profession,
clerical - shop owner - farmer,skilled worker, semi skilled worker, unskill
worker dan unemployed.
4. Hubungan antara Pendidikan dengan Stres Pengasuhan pada Ibu
dengan Anak Usia Prasekolah di Posyandu RW 01 Kemiri Muka
Sebagai orangtua, pendidikan diperlukan sebagai suatu syarat
kesiapan menjadi orangtua (Brooks, 2011). Yi (2007) pada penelitiannya
di Hongkong mengungkapkan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu, maka
stres pengasuhan yang dialami akan semakin tinggi. Pendidikan umumnya
dilihat sebagai acuan kemampuan intelektual seseorang. Orang dengan
pendidikan tinggi dianggap memiliki kemampuan intelektual yang lebih
baik dibandingkan dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih
87
rendah. Kemampuan intelektual inilah yang digunakan seseorang untuk
menyelesaikan masalah yang dihadapinya (stressor) dengan baik.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti saat ini menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu
dengan stres pengasuhan yang dialami ibu (p = 0.360, r= -0.130). Hasil ini
memperoleh kesimpulan yang berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Perbedaan ini mungkin dikarenakan saat ini baik ibu dengan pendidikan
rendah maupun tinggi dapat memperoleh pengetahuan mengenai
pengasuhan anak dari berbagai sumber seperti televisi, media massa, radio
maupun internet. Dengan kemudahan ini, ibu dapat mengetahui
permasalahan anak, serta penanganannya dengan baik. Hal inilah yang
mungkin menyebabkan tidak adanya perbedaan tingkat stres pengasuhan
antara ibu dengan pendidikan rendah dengan ibu berpendidikan tinggi.
5. Hubungan antara Pendapatan dengan Stres Pengasuhan pada Ibu
dengan Anak Usia Prasekolah di Posyandu RW 01 Kemiri Muka
Pendapatan keluarga seringkali dikaitkan dengan status kemapanan
ekonomi suatu keluarga. Masalah keuangan seringkali mendorong
timbulnya stres pengasuhan. Aspek keuangan dapat berupa tingkat
penghasilan keluarga yang rendah dan dihadapkan pada tuntutan
kebutuhan yang tinggi (Letari, 2012). Status ekonomi sangat berpengaruh
pada perkembangan hubungan orangtua dan anak. Penelitian yang
dilakukan oleh Indriyani (2008) di Jakarta dan Hellken (2007) di Canada
menyebutkan bahwa income yang diperoleh orangtua berpengaruh
terhadap tingkat stres pengasuhan orangtua. Orangtua dengan penghasilan
88
rendah memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan
orang tua yang memiliki penghasilan tinggi.
Hasil uji bivariat menggunakan korelasi spearman rho peneliti
menemukan adanya hubungan negatif yang signifikan antara pendapatan
dengan stres pengasuhan ibu dengan tingkat kekuatan hubungan moderat.
Hal ini ditunjukkan oleh p value sebesar 0.001 dengan koefisien korelasi
(r) sebesar -0.443. Tingkat kepuasan orangtua terletak pada seberapa baik
orangtua merasa mereka mampu memenuhi kebutuhan anak–anaknya.
Orangtua yang kekurangan sumber daya untuk merawat anak akan
mengalami peningkatan stres dalam memenuhn tantangan kehidupan
sehari – hari. Ketika mengalami kesulitan ekonomi, orangtua akan menjadi
mudah marah, tertekan dan frustasi, serta tekanan psikologis mereka akan
menurunkan kemampuan pengasuhan yang akan berpengaruh pada anak
(Brooks, 2011)
6. Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Stres Pengasuhan pada
Ibu dengan Anak Usia Prasekolah di Posyandu RW 01 Kemiri Muka
Dukungan sosial berasal dari suatu sistem yang ada dalam
masyarakat. Masyarakat merupakan suatu bentuk dorongan dinamis yang
berubah sebagai respon atas perubahan ekonomi dan sosial sehingga
kemudian mempengaruhi kehidupan orangtua dan anak. Dukungan sosial
dapat berupa dukungan keluarga, kelompok, organisasi maupun dukungan
perorangan. Dukungan sosial tersebut mencakup dukungan penghargaan,
dukungan informasi, dukungan instrumental serta dukungan emosional
(Bunk, 2000 dalam Taylor, 2009). Dukungan sosial yang digunakan dalam
89
penelitian ini adalah dukungan sosial yang berasal dari orang yang
memiliki hubungan darah, hubungan perkawinan, kerabat (teman),
kelompok atau organisasi, serta petugas kesehatan. Tidak adanya
dukungan sosial yang diperoleh ibu selama proses mengasuh anak dapat
mengarahkan ibu pada perasaan kesepian, ketidakpercayaan diri dalam
mengasuh anak sehingga menjadi tekanan bagi ibu yang mengarah pada
stres (Brannan & Heflinger, 2001 dalam Gunarsa, 2006). Beckman (1991)
dalam Hidangmayun (2008) menyebutkan pentingnya melihat variabel
dukungan sosial sehubungan dengan pengalaman stres pengasuhan yang
dialami orangtua.
Pada penelitian ini, hasil uji bivariat menggunakan korelasi
spearman rho menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
dukungan sosial dengan stres pengasuhan yang dialami ibu dengan tingkat
kekuatan hubungan yang kuat. Hal ini ditunjukkan oleh nilai p value
sebesar 0.000 (p<0.05) dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0.791 (r
dalam rentang 0.60-0.799). Nilai negatif pada koefisien korelasi (r)
menunjukkan hubungan yang negatif antara dukungan sosial dengan stres
pengasuhan, artinya semakin rendah dukungan sosial yang diperoleh ibu,
maka semakin tinggi stres pengasuhan yang akan dialami oleh ibu. Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kahayani (2008) yang
menyebutkan bahwa tidak ada hubungan negatif antara dukungan sosial
suami dengan stres pengasuhan. Hal ini mungkin disebabkan karena pada
penelitian Kahayani variabel dukungan sosial hanya terfokus pada
dukungan sosial yang diperoleh dari suami, sementara penelitian yang
90
dilakukan oleh peneliti saat ini menggunakan dukungan sosial secara
umum, yaitu dukungan sosial baik yang diperoleh ibu dari suami,
keluarga, teman maupun organisasi atau perkumpulan.
Hasil penelitian yang diperoleh peneliti ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Raikes dan Thompson (2005) di Amerika,
yang menyebutkan bahwa dukungan sosial dan efikasi diri berpengaruh
terhadap stres pengasuhan. Videback (2008) menyebutkan bahwa
memiliki jaringan sosial dapat membantu mengurangi sres dan
menghilangkan penyakit dan dapat memiliki pengaruh positif yang kuat
pada kemampuan individu melakukan koping serta adaptasi.
C. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menemukan masih ada kekurangan yang
disebabkan oleh beberapa keterbatasan penelitian yang peneliti alami.
Keterbatasan penelitian tersebut antara lain ;
1. Houthrone effect, yaitu responden mengetahui dirinya sedang diteliti,
sehingga dapat mempengaruhi jawaban dari responden.
2. Faktor stres pengasuhan jumlah anak masih kurang kuat untuk
menentukan tingkat stres pengasuhan, dikarenakan jumlah anak yang
diasuh setiap orangtua akan berbeda selisih umurnya. Terdapat
kemungkinan perbedaan antara ibu yang memiliki anak usia prasekolah
dan anak usia bayi dengan ibu yang memiliki anak usia prasekolah dan
anak usia remaja.
3. Saat responden mengisi kuesioner yang diberikan ada beberapa responden
yang anaknya menangis, sehingga dapat mengganggu konsentrasi
91
responden dalam mengisi kuesioner serta membuat responden terburu –
buru dalam mengisi kuesioner.
4. Adanya kemungkinan bias dalam penelitian ini, terutama dalam skor stres
pengasuhan, karena stres pengasuhan tidak hanya dipengaruhi oleh enam
faktor yang diteliti. Stres pengasuhan dapat dipengaruhi oleh faktor lain
diluar faktor yang diteliti saat ini.
92
BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :
1. Mayoritas responden mengalami stres pengasuhan rendah, yaitu sebanyak
32 orang (61.5%).
2. Responden memiliki anak (usia 3-6 tahun) berjenis kelamin laki-laki, yaitu
sebanyak 31 orang (59.6%).
3. Sebagian besar responden memiliki 2 orang anak, yaitu sebanyak 18
responden (30.8%). Mayoritas responden adalah tidak bekerja, yaitu
sebanyak 39 orang (75%), sedangkan responden yang bekerja sebanyak 13
orang (25%). Pekerjaan yang dijalani responden antara lain sebagai
karyawan (13.5%), PNS (1.9%), dan wiraswasta (9.6%).
4. Sebanyak 27 orang (51.9%) responden dalam penelitian ini memiliki
tingkat pendidikan setaraf SMA.
5. Mayoritas responden memiliki pendapatan keluargan perbulan di atas
UMR Kota Depok, yaitu sebanyak 27 orang (51.9%).
6. Sebagian Responden mendapatkan dukungan sosial cukup / sedang dari
lingkungannya, yaitu sebanyak 36 orang (69.2%).
7. Faktor – Faktor yang tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan
stres pengasuhan pada ibu dengan anak usia prasekolah di Posyandu
93
Kemiri Muka adalah jenis kelamin anak (p=0.832, r= 0.030), pekerjan (p=
0.484, r= -0.099), dan pendidikan (p= 0.360, r= -0.130).
8. Faktor – faktor yang memiliki hubungan yang signifikan dengan stres
pengasuhan ibu dengan anak usia prasekolah di Posyandu Kemiri Muka
adalah jumlah anak (p= 0.002, r= 0.418), pendapatan (p= 0.001, r= -0.443)
dan dukungan sosial (p= 0.000, r= - 0.791).
B. SARAN
1. Bagi Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat saling meningkatkan dukungan dalam
berkehidupan sosial, sehingga semua anggota masyarakat dapat merasakan
kenyamanan, keamanan dan mendapatkan bantuan ketika menghadapi
suatu masalah. Masyarakat juga diharapkan dapat saling mengawasi agar
tidak terjadi masalah yang ditimbulkan akibat stres pengasuhan yang
tinggi, seperti tindak kekerasan pada anak.
2. Bagi Petugas Perawat
Perawat diharapkan dapat bekerja sama dengan kader Posyandu dalam
memberikan informasi dan pengetahuan kepada orangtua mengenai tugas
dalam setiap tahapan perkembangan anak, pola pengasuhan yang baik,
manajemen emosi, serta cara mengendalikan stres pengasuhan yang
dialami orangtua agar tidak meningkat dan berkepanjangan karena akan
berdampak buruk pada pertumbuhan dan perkembangan anak serta dapat
memicu terjadinya kekerasan pada anak.
3. Bagi Peneliti Lain
94
Penelitian kali ini baru meneliti enam faktor yang mempengaruhi stres
pengasuhan , pada penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti
faktor–faktor lain yang dapat mempengaruhi stres pengasuhan. Penelitian
selanjutnya juga bisa menggunakan tekhnik penelitian kualitatif untuk
mendalami stres pengasuhan yang dialami orangtua serta setiap faktor
yang diteliti sehingga data yang diperoleh menjadi lebih akurat dan
mendalam.
DAFTAR PUSTAKA
Ahern, Lisa Senator. 2004.Psychometric Properties of The Parenting Stress Index –
Short Form. Diakses dari http://repository.lib.ncsu.edu/ir/handle/1840.16/2765
pada tanggal 26 Maret 2013.
Alizadeh, Shahla et al. 2011. Relationship Between Parenting Style and Children’s
Behavior Problems. Asian Social Science Journal. Vol 7, no 12.
Azwar, Saifuddin. 2012. Penyusunan Skala PSikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Baron, Robert A & Donn Byrne. 2005. Psikologi Sosial jilid 2. Jakarta: Erlangga
Brooks, Jane R. 2008. The Process of parenting 7th
edition. USA New York : Mc
Graw Hill.
Brooks, Jane R. 2011. The Process of Parenting edisi 8 (edisi terjemahan).
Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Budiarto, Eko. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran : Sebuah Pengantar. Jakarta:
EGC
Dahlan, Sopiyudin. 2010. Langkah – Langkah Membuat Proposal PEnelitian BIdang
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Sagung Seto
Dahlan, Sopiyudin. 2010. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :
Salemba Medika
Deater Deckard, K. 2004. Parenting Stress. CT : Yale University Press
Depkes. 2006. Buku Pedoman Diagnosis dan Penanganan Gangguan Mental
Emosional Anak Usia 6 Tahun kebawah. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Efendi, Feri & Mukhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas :Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Gunarsa, Singgih D. 2004. Bunga Rampai Psikologi Perkembangan : Dari Anak
Hingga Usia Lanjut. Jakarta : BPK
Gunarsa, Singgih D & Yulia Singgih D Gunarsa. 2008. Psikologi Perkembangan
Anak Dan Remaja. Jakarta : PT BPK Gunung Mulya
Helkenn, Jenifer.2007. Correlates of Parenting Stress : Child, parent, & Enviromental
Characteristics in A Low Income Sample of Parents Preschool Children. Proquest
Dissertation and Theses.
Hidangmayun, Narmada. 2010. Parenting Stress of Norlmal Children and Mentally
Challenged Children. Naskah Publikasi Thesis University of Agricultur Science.
Hidayat, Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Keperawatan & Tekhnik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika
Indriyani, Imas. 2008. Skripsi. Pengaruh Kepuasan Pernikahan terhadap Paeting
Stress: studi pada ibu dengan anak usia 2-5 tahun. Fakultas Psikologi. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta
Johnston, Cindy. 2003. Factors Associated with Parenting Stress in Mother of
Children with Fragile X Syndrome. Journal of Developmental & Behavioral
Pediatrics. Vol 24, issue 4, pp 267-275
KOMASPA. 2013. Komnas PA Sebut Indonesia Darurat Kekerasan Seksual pada
Anak. Diakses dari http://health.liputan6.com/read/481866/komnas-pa-sebut-
indonesia-darurat-kekerasan-seksual-pada-anak pada tanggal 20 April 2013
Kristiono, Elisabeth Yoselin Ivana. 2011. Kecemasan Mengahadapi Menopause
Ditinjau dari Dukungan Sosial Suami : Naskah Publikasi. Fakultas Psikologi.
Universitas Katolik. Semarang
Lestari, Sri. 2012. Psikologi Keluarga. Yogyakarta : Kencana
Mahardika, Danu. 2013. Komnas PA : Kasus Kekerasan Anak di Depok
Meningkat.diakses dari
http://www.portalkbr.com/nusantara/jawabali/2627898_5538.html pada tanggal
15 Mei 2013
Martin, Carole & Karen Colbert. 1997. Parenting : A LifeSpan Perspective. New
York : Mc Graw Hill
Mawardah, Umi : Siswati : Farida Hidayati. 20120. Reletionship Between Active
Coping With Parenting Stress In Mother Of Mentally Retarded Child. Jurnal
Psikologi. vol 1,No.1, h 1-14.
McKelvey, Lorraine M, et al. 2009. Validity of the Short Form of the Perenting Stress
Index for Fatrher of Toddlers. Journal of Child and Families Studies 2009. Vol
18, issue 1, pp 102-111
Monks, F.J et al. 2006. Psikologi Pekembangan. Yogyakarta : UGM Press
Nasir, Abdul & Abdul Muhith. 2011. Dasar – Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika
National Safety Council. 2004. Manajemen Stres. Jakarta : EGC
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan Edisi2. Jakarta:
Salemba Medika
Riduwan. 2010. Dasar – Dasar Statistika. Bandung : Alfabeta
Santoso, Singgih. 2010. Statistik Nonparametrik. Jakarta : PT. Elex Media
Computindo
Santrock, John W. 2005. Child Development. New York : Mc Graw Hill
Santrock, John W. 2005. Childre. New York. Mc Graw Hill
Sastroasmoro, S & Ismael. S. 2002. Dasar Dasar Metodologi Penelitian Klinis edisi
2. Jakarta : Sagung Seto
Schwartz, M William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC
Shin, J, et al. 2006. Parenting Stress of Father and Mother of Young Children with
Cognitive Delay. Journal of Intelect Disabilities Research 2006. Vol 50, pp 748
Supartini, Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
Taylor, S E, Peplau L A dan Sears D O. 2009. Psikologi Sosial Edisi 12. Jakarta :
Kencana Media Group
Theule, Jenifer et al. 2010. Predicting Parenting Stress in Families of Children ADHD
: Parent and Contextual Factors. Journal of Child and Family Studies 2011. Vol
20. Issue 5, pp 640-647
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Wahyuning, Wiwit dkk. 2003. Mengkominikasikan Moral Kepada Anak. Jakarta : PT
Elex Media Komputindo
Walker, Alexis Philbin. 2000. Parenting Stress: A comparison of mothers and fathers
of Disabled and Non-Disabled children. hal, 168 pp
Williford, Amanada ; Susan D Calkins ; Susan P Keane. 2007. Predicting Change in
Parenting Stress Index Across Esrly Childhood : Child and Maternal Factors.
Journal of Abnormal Child Psychology. Vol 35, issue 2, pp 251-263
Wong, Dona L dkk. 2009. Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Wijayanti, Silmika & Irwan Nuryana. 2010. Pengaruh Ketrampilan Pengasuhan
untuk Menurunkan Stres Pengasuhan. Jakarta : Naskah Publikasi
Yi, Tse Pik. 2007. Perceived Social Support and Marital Satisfaction: A Moderator
Effect on Parental Sress in Hongkong. ( naskah publikasi Thesis)
YKAI. 2012. Kekerasan Pada Anak Meningkat. Diakses dari http://www.ykai.org/index.php?option=com_content&view=article&id=275:kasus-
kekerasan-anak-meningkat-&catid=42:sumatera-selatan&Itemid=67 pada tanggal 15
Mei 2013
_____. 2010. 70 Persen Pelaku Kekerasan Pada Anak adalah Perempuan. diakses
dari http://www.antaranews.com/berita/1285602931/70-persen-pelaku-kekerasan-
anak-adalah-perempuan pada tanggal 20 April 2012
LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN
Kepada Ibu Yang Terhormat,
Saya mahasiswa Ilmu Keperawatan UIN syarif Hidayatullah Jakarta, saat ini sedang
melakukan penelitian yang berjudul “Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan Stres
Pengasuhan pada Ibu dengan Anak Usia 3 – 6 Tahun” sebagai syarat kelulusan Sarjana (S1).
Dalam penelitian ini saya memerlukan data mengenai beberapa aspek yang terkait
dengan pengalaman Ibu sebagai Orangtua. Oleh karena itu saya memohon kesediaan Ibu untuk
menjadi responden dalam penelitian ini, dengan cara menjawab pertanyaan - pertanyaan yang
terdapat di dalam lembar kuesioner. Sebagai peneliti saya berkewajiban untuk menjaga
kerahasiaan data Ibu dan hanya menggunakan data tersebut dalam penelitian ini.
Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela dan bebas untuk menerima atau
menolak menjadi responden. Jika Ibu bersedia untuk turut serta dalam penelitian ini, saya
mengaharapkan Ibu untuk menanda tangani surat persetujuan ini pada kolom yang telah
disediakan
Terima kasih atas kesediaan Ibu meluangkan waktu demi membantunya penelitian ini.
Semoga dapat bermanfaat bagi Ilmu Pengetahuan khususnya dan bagi masyarakat pada
umumnya.
Menetujui, Hormat saya,
(____________________) Nurul Chairini
Lampiran
KUESIONER DEMOGRAFIK
NO :
Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan Ibu
Inisial Ibu :
Usia Ibu :
Jumlah anak :
Jenis kelamin anak
(usia 3-6 th) :
Beri tanda (√) pada jawaban yang Ibu anggap sesuai
Contoh : Jenis kelamin : (√) perempuan ( ) laki laki
Status pernikahan : ( ) Menikah ( ) Tidak Menikah ( ) Janda
Pekerjaan : ( ) Ibu Rumah Tangga ( ) Wiraswasta ( ) Karyawan
( ) PNS ( ) TNI / Polri ( ) lainnya…….
Agama : ( )Islam ( ) Katolik ( ) Protestan ( ) Hindu ( ) Budha
Beri tanda O pada jawaban yang Ibu anggap sesuai
Contoh : Jenis kelamin : (1) perempuan 2. laki laki
Pendidikan : 1. SD
2. SMP
3. SMA
4. Perguruan Tinggi
Pendapatan keluarga perbulan : 1. < 2.042.000
2. > 2.042.000
KUESIONER DUKUNGAN SOSIAL
NO :
Petunjuk pengisian :
Pada pernyataan – pernyataan berikut, Ibu diminta untuk menandai jawaban yang paling
menggambarkan perasaan Ibu degan memberi tanda checklist (√) pada jawaban yang Ibu
anggap sesuai.
Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh :
No Pernyataan SS S TS STS
1. Suami saya senantiiasa memberikan saya semangat √
Artinya : “Saat Ibu mengalami kebosanan dalam merawat anak, suami Ibu memberikan Ibu
semangat”
Silahkan tandai pernyataan – pernyataan berikut yang paling sesuai dengan perasaan Ibu.
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saat saya mengalami kebosanan, keluarga memberikan saya
semangat
2. Suami saya tidak memahami pikiran atau
perasaan saya.
3. Mertua saya meremehkan kemampuan saya mengurus rumah
tangga
4. Suami saya membiarkan saya menyelesaikan masalah saya
seorang diri
5. Petugas kesehatan memberikan pemecahan permasalahan
kesehatan keluatga saya
6. Saya tidak mendapat banyak informasi mengenai kesehatan anak
dari petugas kesehatan
7. Saya merasa nyaman setelah curhat dengan teman sebaya saya
8. Suami saya cuek terhadap perubahan perilaku pada diri saya saat
saya mengalami masalah
9. Keputusan yang saya ambil selalu mendapatkan dukungan dari
keluarga saya
10. Saya merasa bahwa pendapat saya tidak dihargai dalam
pertemuan ibu – ibu
11. Suami saya selalu mencukupi pemenuhan kebutuhan rumah
tangga
12. Saya merasa tenang jika petugas kesehatan dapat mengobati
anak saya dengan baik
13. Mertua saya memberikan pujian kepada saya ketika saya dapat
mengurus rumah dengan baik
14. Saya merasa tidak diterima dengan baik di lingkungan rumah
saya
15. Posyandu dekat rumah saya menyediakan fasilitas kesehatan
anak yang cukup baik
16. Petugas kesehatan di puskesmas tidak memberikan pelayanan
yang baik
17. Saya mendapat banyak informasi yang saya butuhkan dari siaran
televise
18. Saya sering bertukar informasi mengenai perawatan anak dengan
komunitas ibu – ibu pengajian
Kuesioner Stres Pengasuhan
NO :
Petunjuk pengisian
Pada pernyataan – pernyataan berikut, Ibu diminta untuk menandai jawaban yang paling
menggambarkan perasaan Ibu degan memberi tanda checklist (√) pada jawaban yang Ibu
anggap sesuai.
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TY : Tidak Yakin
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju
Contoh
No Pertanyaan SS S TS STS
1 Saya merasa tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah dengan
baik
√
Artinya : ”Ibu sering tidak bisa menangani sesuatu dengan baik seperti apa yang Ibu harapkan”
Silahkan tandai pernyataan – pernyataan di bawah ini yang paling sesuai dengan perasaan
Ibu
No Pertanyaan SS S TS STS
1 Saya merasa tidak bisa menangani permasalahan mengenai anak
saya dengan baik, seperti apa yang saya harapkan
2 Saya merasa terbebani oleh tanggung jawab sayasebagai orang
tua
3 Sejak mempunyai anak , saya tidak bisa pergi berkumpul dengan
teman – teman saya
4 Sejak mempunyai anak, saya tidak dapat melakukan kegiatan /
hoby saya dengan nyaman
5 Saya merasa bahwa diri saya tidak semenarik diri saya yang dulu
6 Saya tidak menikmati kegiatan kegiatan yang saya lakukan
seperti dulu
7 Saya menyelesaikan masalah saya sendiri tanpa bantuan orang
lain
8 Ketika pergi ke tempat keramaian saya tidak menikmatinya
karena hanya terfokus pada anak saya
9 Kehadiran anak telah menyebabkan beberapa masalah anatara
saya dengan pasangan saya
10 Saya sering merasa kelelahan ketika merawat anak saya
11 Ketika saya sakit tidak ada yang merawat anak saya
12 Anak saya jarang melakukan hal hal yang membuat saya bangga
13 Saya merasa bahwa anak saya cuek terhadap saya
14 Saya merasa bahwa anak saya lebih cengeng dibandingkan
dengan anak lainnya
15 Saya merasa anak saya lambat dalam belajar
16 Anak saya jarang melakukan sesuatu sesuai dengan yang saya
harapkan
17 Anak saya melakukan hal hal yang membuat saya malu
18 Saya berharap memiliki perasaan dekat dan hangat dengan anak
saya, tetapi saya tidak dapat melakukannya
19 Saya merasa anak saya tidak senang berasa di dekat saya
20 Anak saya sering bertengkar dengan teman sebayanya
21 Saya merasa bahwa anak saya sensitif dan mudah marah
22 Anak saya sering rewel saat waktu menjelang tidur
23 Anak saya akan menangis dengan kuat jika hal yang
diinginkannya tidak dipenuhi
24 Saya merasa bahwa anak saya lebih banyak menuntut
dibandingkan dengan anak lainnya
25 Anak saya mudah marah atas hal sepele sekalipun
26 Saya merasa anak saya menjadi bandel, di luar dugaan saya
27 Anak saya membutuhkan waktu lama untu beradaptasi dengan
lingkungan barunya
28 Anak saya sulit bergaul dengan teman sebayanya
29 Saya mengalami banyak kesulitan dalam menjadi orangtua yang
baik
LAMPIRAN
1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Stres Pengasuhan
a. Sebelum item 10 dieliminasi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.912 30
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 124.7667 574.254 .478 .737
VAR00002 125.2333 577.082 .362 .739
VAR00003 125.0000 575.724 .396 .738
VAR00004 125.1333 576.878 .355 .739
VAR00005 125.0000 569.103 .568 .735
VAR00006 125.2667 575.582 .464 .738
VAR00007 125.1333 575.913 .379 .738
VAR00008 124.9000 568.783 .612 .735
VAR00009 125.6667 562.644 .751 .731
VAR00010 125.0667 586.754 .124 .744
VAR00011 124.7000 575.459 .429 .738
VAR00012 125.5000 571.776 .479 .736
VAR00013 125.8000 577.545 .483 .739
VAR00014 125.7333 578.340 .430 .739
VAR00015 125.4000 573.421 .509 .737
VAR00016 125.6667 575.471 .551 .738
VAR00017 125.5333 570.051 .650 .735
VAR00018 125.7667 575.289 .571 .737
VAR00019 125.3667 564.240 .641 .732
VAR00020 125.8333 566.764 .676 .733
VAR00021 125.5667 576.806 .401 .739
VAR00022 125.2667 564.892 .655 .733
VAR00023 125.4000 571.972 .517 .736
VAR00024 125.1333 567.568 .561 .734
VAR00025 125.5333 577.568 .390 .739
VAR00026 125.5000 565.431 .714 .733
VAR00027 125.6333 570.240 .689 .735
VAR00028 125.2667 575.099 .447 .738
VAR00029 125.4667 572.671 .528 .736
VAR00030 125.0333 571.689 .532 .736
VAR00031 63.7333 147.995 1.000 .912
b. Sesudah item 10 dieliminasi
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 122.3667 569.620 .463 .737
VAR00002 122.8333 571.592 .371 .738
VAR00003 122.6000 570.248 .405 .737
VAR00004 122.7333 571.306 .365 .738
VAR00005 122.6000 563.834 .572 .734
VAR00006 122.8667 570.051 .475 .737
VAR00007 122.7333 570.754 .379 .738
VAR00008 122.5000 564.121 .599 .734
VAR00009 123.2667 557.306 .758 .730
VAR00011 122.3000 570.562 .422 .737
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.915 29
VAR00012 123.1000 566.576 .481 .736
VAR00013 123.4000 572.317 .485 .738
VAR00014 123.3333 572.782 .443 .738
VAR00015 123.0000 568.345 .506 .736
VAR00016 123.2667 570.064 .560 .737
VAR00017 123.1333 564.602 .660 .734
VAR00018 123.3667 569.964 .578 .737
VAR00019 122.9667 559.137 .641 .732
VAR00020 123.4333 561.495 .681 .733
VAR00021 123.1667 571.523 .404 .738
VAR00022 122.8667 559.775 .655 .732
VAR00023 123.0000 567.241 .505 .736
VAR00024 122.7333 562.961 .549 .734
VAR00025 123.1333 572.189 .396 .738
VAR00026 123.1000 560.231 .716 .732
VAR00027 123.2333 565.151 .688 .734
VAR00028 122.8667 570.051 .444 .737
VAR00029 123.0667 567.720 .522 .736
VAR00030 122.6333 566.861 .524 .735
VAR00031 61.3333 145.678 .998 .915
2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Dukungan Sosial
a. Sebelum 6 item dieliminasi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.727 24
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 139.7333 193.168 .531 .685
VAR00002 139.6667 190.575 .624 .680
VAR00003 139.7667 204.392 .166 .702
VAR00004 139.3000 192.010 .560 .683
VAR00005 139.8667 205.361 .056 .707
VAR00006 139.6000 206.179 .044 .707
VAR00007 139.8333 194.351 .492 .687
VAR00008 139.7333 201.720 .221 .700
VAR00009 139.6667 190.575 .624 .680
VAR00010 139.1333 198.740 .503 .693
VAR00011 139.5333 199.982 .254 .698
VAR00012 139.2333 197.564 .606 .690
VAR00013 139.7667 206.323 .035 .707
VAR00014 139.0000 204.690 .153 .703
VAR00015 140.1333 204.809 .076 .706
VAR00016 139.8000 203.269 .188 .701
VAR00017 139.3333 205.126 .124 .704
VAR00018 139.2333 206.461 .062 .706
VAR00019 139.1667 199.661 .456 .694
VAR00020 139.3667 194.033 .495 .687
VAR00021 139.5333 197.844 .411 .692
VAR00022 139.4667 195.775 .477 .689
VAR00023 139.3333 204.713 .188 .702
VAR00024 139.5333 197.844 .411 .692
VAR00025 71.2667 52.478 .999 .731
b. Sesudah 6 item dieliminasi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.782 18
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
VAR00001 123.1333 177.637 .531 .685
VAR00002 123.0667 174.616 .646 .679
VAR00004 122.7000 176.010 .581 .682
VAR00005 123.2667 188.892 .073 .708
VAR00007 123.2333 179.840 .447 .690
VAR00008 123.1333 186.189 .206 .702
VAR00009 123.0667 174.616 .646 .679
VAR00010 122.5333 182.809 .515 .693
VAR00011 122.9333 185.099 .218 .701
VAR00012 122.6333 181.344 .641 .690
VAR00014 122.4000 188.110 .188 .703
VAR00018 122.6333 189.895 .094 .706
VAR00019 122.5667 183.633 .471 .694
VAR00020 122.7667 177.633 .530 .685
VAR00021 122.9333 181.444 .443 .692
VAR00022 122.8667 179.430 .509 .688
VAR00023 122.7333 188.064 .234 .703
VAR00024 122.9333 181.444 .443 .692
VAR00025 54.6667 46.575 .956 .785
3. Karakteristik Responden
usia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 20-30 24 46.2 46.2 46.2
31-40 25 48.1 48.1 94.2
41-50 3 5.8 5.8 100.0
Total 52 100.0 100.0
agama
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid ISLAM 52 100.0 100.0 100.0
pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid IRT 39 75.0 75.0 75.0
KAR 7 13.5 13.5 88.5
PNS 1 1.9 1.9 90.4
WIR 5 9.6 9.6 100.0
Total 52 100.0 100.0
4. Analisis Univariat
jumlah anak
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 1 16 30.8 30.8 30.8
2 18 34.6 34.6 65.4
3 11 21.2 21.2 86.5
4 6 11.5 11.5 98.1
5 1 1.9 1.9 100.0
Total 52 100.0 100.0
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki laki 31 59.6 59.6 59.6
perempuan 21 40.4 40.4 100.0
Total 52 100.0 100.0
pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 5 9.6 9.6 9.6
SMP 13 25.0 25.0 34.6
SMA 27 51.9 51.9 86.5
PT 7 13.5 13.5 100.0
Total 52 100.0 100.0
pendapatan keluarga
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid <2.042.000 25 48.1 48.1 48.1
>2.042.000 27 51.9 51.9 100.0
Total 52 100.0 100.0
Dukungan Sosial
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah 12 23.1 23.1 23.1
sedang 36 69.2 69.2 92.3
tinggi 4 7.7 7.7 100.0
Total 52 100.0 100.0
Stres Pengasuhan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid rendah 32 61.5 61.5 61.5
sedang 14 26.9 26.9 88.5
tinggi 6 11.5 11.5 100.0
Total 52 100.0 100.0
5. Uji Crosstab
jenis kelamin * katpsi Crosstabulation
katpsi
Total rendah sedang tinggi
jenis kelamin laki laki Count 20 8 3 31
Expected Count 19.1 8.3 3.6 31.0
% within jenis kelamin 64.5% 25.8% 9.7% 100.0%
perempuan Count 12 6 3 21
Expected Count 12.9 5.7 2.4 21.0
% within jenis kelamin 57.1% 28.6% 14.3% 100.0%
Total Count 32 14 6 52
Expected Count 32.0 14.0 6.0 52.0
% within jenis kelamin 61.5% 26.9% 11.5% 100.0%
jumlah anak * katpsi Crosstabulation
katpsi
Total rendah sedang tinggi
jumlah anak 1 Count 12 4 0 16
Expected Count 9.8 4.3 1.8 16.0
% within jumlah anak 75.0% 25.0% .0% 100.0%
2 Count 14 4 0 18
Expected Count 11.1 4.8 2.1 18.0
% within jumlah anak 77.8% 22.2% .0% 100.0%
3 Count 6 3 2 11
Expected Count 6.8 3.0 1.3 11.0
% within jumlah anak 54.5% 27.3% 18.2% 100.0%
4 Count 0 3 3 6
Expected Count 3.7 1.6 .7 6.0
% within jumlah anak .0% 50.0% 50.0% 100.0%
5 Count 0 0 1 1
Expected Count .6 .3 .1 1.0
% within jumlah anak .0% .0% 100.0% 100.0%
Total Count 32 14 6 52
Expected Count 32.0 14.0 6.0 52.0
% within jumlah anak 61.5% 26.9% 11.5% 100.0%
pekerjaan * katpsi Crosstabulation
katpsi
Total rendah sedang tinggi
pekerjaan 1 Count 8 3 2 13
Expected Count 8.0 3.5 1.5 13.0
% within pekerjaan 61.5% 23.1% 15.4% 100.0%
2 Count 24 11 4 39
Expected Count 24.0 10.5 4.5 39.0
% within pekerjaan 61.5% 28.2% 10.3% 100.0%
Total Count 32 14 6 52
Expected Count 32.0 14.0 6.0 52.0
% within pekerjaan 61.5% 26.9% 11.5% 100.0%
pendidikan * katpsi Crosstabulation
katpsi
Total rendah sedang tinggi
pendidikan SD Count 2 1 2 5
Expected Count 3.1 1.3 .6 5.0
% within pendidikan 40.0% 20.0% 40.0% 100.0%
SMP Count 9 4 1 14
Expected Count 8.6 3.8 1.6 14.0
% within pendidikan 64.3% 28.6% 7.1% 100.0%
SMA Count 17 6 3 26
Expected Count 16.0 7.0 3.0 26.0
% within pendidikan 65.4% 23.1% 11.5% 100.0%
PT Count 4 3 0 7
Expected Count 4.3 1.9 .8 7.0
% within pendidikan 57.1% 42.9% .0% 100.0%
Total Count 32 14 6 52
Expected Count 32.0 14.0 6.0 52.0
% within pendidikan 61.5% 26.9% 11.5% 100.0%
pendapatan keluarga * katpsi Crosstabulation
katpsi
Total rendah sedang tinggi
pendapatan keluarga <2.042.000 Count 12 6 6 24
Expected Count 14.8 6.5 2.8 24.0
% within pendapatan
keluarga 50.0% 25.0% 25.0% 100.0%
>2.042.000 Count 20 8 0 28
Expected Count 17.2 7.5 3.2 28.0
% within pendapatan
keluarga 71.4% 28.6% .0% 100.0%
Total Count 32 14 6 52
Expected Count 32.0 14.0 6.0 52.0
% within pendapatan
keluarga 61.5% 26.9% 11.5% 100.0%
katds * katpsi Crosstabulation
katpsi
Total rendah sedang tinggi
katds rendah Count 0 6 6 12
Expected Count 7.4 3.2 1.4 12.0
% within katds .0% 50.0% 50.0% 100.0%
sedang Count 28 8 0 36
Expected Count 22.2 9.7 4.2 36.0
% within katds 77.8% 22.2% .0% 100.0%
tinggi Count 4 0 0 4
Expected Count 2.5 1.1 .5 4.0
% within katds 100.0% .0% .0% 100.0%
Total Count 32 14 6 52
Expected Count 32.0 14.0 6.0 52.0
% within katds 61.5% 26.9% 11.5% 100.0%
6. Analisis Bivariat
Correlations
skor psi jenis kelamin
Spearman's rho skor psi Correlation Coefficient 1.000 .030
Sig. (2-tailed) . .832
N 52 52
jenis kelamin Correlation Coefficient .030 1.000
Sig. (2-tailed) .832 .
N 52 52
Correlations
skor psi jumlah anak
Spearman's rho skor psi Correlation Coefficient 1.000 .418**
Sig. (2-tailed) . .002
N 52 52
jumlah anak Correlation Coefficient .418** 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .
N 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
skor psi pekerjaan
Spearman's rho skor psi Correlation Coefficient 1.000 -.099
Sig. (2-tailed) . .484
N 52 52
pekerjaan Correlation Coefficient -.099 1.000
Sig. (2-tailed) .484 .
N 52 52
Correlations
skor psi pendidikan
Spearman's rho skor psi Correlation Coefficient 1.000 -.130
Sig. (2-tailed) . .360
N 52 52
pendidikan Correlation Coefficient -.130 1.000
Sig. (2-tailed) .360 .
N 52 52
Correlations
skor psi
pendapatan
keluarga
Spearman's rho skor psi Correlation Coefficient 1.000 -.443**
Sig. (2-tailed) . .001
N 52 52
pendapatan keluarga Correlation Coefficient -.443** 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Correlations
skor psi skor ds
Spearman's rho skor psi Correlation Coefficient 1.000 -.791**
Sig. (2-tailed) . .000
N 52 52
skor ds Correlation Coefficient -.791** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 52 52
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).