FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN...

177
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI DEPARTEMEN METAL FORMING DAN HEAT TREATMENT PT. DIRGANTARA INDONESIA (PERSERO) TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) OLEH : DINI RAHMAWATI 1110101000075 PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M

Transcript of FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN...

Page 1: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

GANGGUAN PENDENGARAN PADA PEKERJA DI

DEPARTEMEN METAL FORMING DAN HEAT TREATMENT

PT. DIRGANTARA INDONESIA (PERSERO) TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :

DINI RAHMAWATI

1110101000075

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H/2015 M

Page 2: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

i

Page 3: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

ii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Skripsi, Mei 2015

Dini Rahmawati. NIM : 1110101000075

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran Pada

Pekerja di Departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara

Indonesia (Persero) Tahun 2015

(xvi, 140 halaman, 14 tabel, 2 bagan, 8 lampiran)

PT. Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan salah satu perusahaan

penerbangan di Asia yang berpengalaman dan berkompetensi dalam rancang

bangun, pengembangan, dan manufacturing pesawat terbang. Kegiatan produksi

saat ini didukung oleh 232 unit mesin dan peralatan. Selain itu, terdapat beberapa

peralatan lainnya yang tersebar di berbagai lini perakitan, laboratorium, pelayanan

dan unit pemeliharaan. Kebisingan yang ada di lingkungan kerja berkisar antara

80 – 103 dB (A). Pada studi pendahuluan, ditemukan sebanyak 93,3% dari 15

responden mengeluh sering mengalami telinga berdengung.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross

sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan

pendengaran. Populasi penelitian adalah seluruh pekerja di departemen Metal

Forming dan Heat Treatment sebanyak 178 orang, sedangkan sampel penelitian

sebanyak 66 orang yang telah dilakukan tes pendengaran dengan alat garpu tala.

Penelitian ini menggunakan analisis chi square untuk melihat hubungan antara

variabel dependen dan independen. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara dosis kebisingan, usia, penggunaan alat

pelindung telinga dan riwayat merokok dengan gangguan pendengaran pada

pekerja di departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara

Indonesia tahun 2015.

Untuk mengurangi risiko gangguan pendengaran sebaiknya perusahaan

melakukan program konservasi pendengaran, melakukan pemeriksaan telinga (tes

audiometri), melakukan pengendalian teknis, membatasi waktu kerja di area

bising, maintenance mesin dan alat kerja, memberikan pelatihan penggunaan alat

pelindung telinga dan memberikan pengawasan terhadap penggunaan alat

pelindung telinga, memberikan pendidikan dan penyuluhan terkait bahaya

merokok dan melarang pekerja menghidupkan musik saat sedang bekerja.

Daftar Bacaan : 31 (1997-2014)

Page 4: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

iii

ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH

Skripsi, May 2015

Dini Rahmawati. NIM : 1110101000075

Factors Associated with Hearing Loss On Workers in the Department of Metal

Forming and Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) 2015

(xvi ,140 Pages, 14 tables, 2 charts, 8 attachments)

PT. Dirgantara Indonesia (Persero) is one of the airlines in Asia which is

experienced and competent in the design, development, and manufacturing of

aircraft. The productivity of the company is currently supported by 232 units of

machinery and equipment. In addition, there are several other tools scattered in

various assembly lines, laboratories, services and maintenance unit. Existing noise

in the working environment ranges between 80-103 dB (A). In the preliminary

study, it was found as many as 93.3% of the 15 respondents complained their

experiences of having sound of drone in the ears that bothers while working.

This research is a quantitative research with cross sectional study design to

determine the factors associated with hearing loss. The study population was all

workers in the department of Metal Forming and Heat Treatment as many as 178

people, while the samples are 66 people who have a hearing test conducted by

means of a tuning fork. The chi square analysis is used to examine the relationship

between dependent and independent variables. The survey results revealed that

there was a significant relationship between the dose of noise, age, use ear

protective equipment and smoking history hearing loss in workers in the

department of Metal Forming and Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia in

2015.

In order to reduce the risk of hearing loss, the company should better

perform the hearing conservation program, conduct examination of the ear

(audiometric tests), perform technical control, limit the working time in noisy

areas, carry out the maintenance of machines and working tools, provide training

on the use of protective gear for ear and provide oversight of the use of ear

protection, provide an education and counseling related to the dangers of smoking

and prohibit workers turn the music on while working.

Reading List: 31 (1997-2014)

Page 5: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

iv

Page 6: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

v

Page 7: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Dini Rahmawati

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 09 Mei 1992

Alamat : Kp. Karehkel RT 02/RW 02, Kec. Leuwiliang, Kab.

Bogor

No. Handphone : 0813-9955-3038

E-mail : [email protected]

Pendidikan Formal

Tahun Nama Institusi

2010 – 2015 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Program Studi Kesehatan Masyarakat

2007 – 2010 SMA Negeri 01 Leuwiliang

2004 – 2007 SMP Negeri 03 Leuwiliang

1998 - 2004 SD Negeri 01 Karehkel

Page 8: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

vii

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Swt Yang Maha Pengasih Lagi Maha

Penyayang, puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan semesta alam yang

selalu memberikan kenikmatan tak terkira kepada makhluk-Nya. Atas segala

pertolongan dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran pada

Pekerja di Departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara

Indonesia (Persero) Tahun 2015”. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada

Nabi Muhammad Saw. yang telah menuntun umatnya menuju kehidupan yang

penuh dengan cahaya Islam.

Penulisan skripsi ini bukanlah semata-mata hasil usaha penulis sendiri

melainkan banyak pihak yang telah memberikan bantuan berupa materi, doa,

motivasi, dan bimbingan. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yaitu kepada:

1. Keluarga penulis (Bapak, Mimi, Dede, dan Aa (juga Syeikh dan Ummi))

terima kasih atas segala doa, dukungan, dan kasih sayang yang diberikan

selama penulis menuntut ilmu di bangku kuliah.

2. Bapak Dr. Arif Sumantri, M.Kes, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Fajar Ariyanti, M.Kes, Ph.D, selaku kepala program studi Kesehatan

Masyarakat yang senantiasa menjadikan program studi ini menjadi lebih

baik.

4. Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK selaku dosen pembimbing I yang selalu

sabar, tegas, semangat, dan ikhlas untuk membimbing penulis. Terima

kasih ibu atas waktu, doa dan motivasinya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Tetap semangat untuk menjadi cahaya penolong

bagi mahasiswa-mahasiswa lainnya ya Bu.

Page 9: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

viii

5. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku dosen pembimbing II yang

selalu siap memberikan bimbingannya dan arahan yang positif sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM selaku dosen penguji sidang skripsi, terima

kasih atas kesediaan Ibu menjadi penguji dan memberikan sarannya yang

positif untuk perbaikan skripsi penulis.

7. Ibu Dewi Utami Iriani, SKM, MKes, Ph.D selaku dosen penguji sidang

skripsi, terima kasih atas kesediaan Ibu menjadi penguji dan memberikan

saran yang positif untuk perbaikan skripsi penulis.

8. Ibu Meilani Anwar, SKM, M.T selaku dosen penguji sidang skripsi, terima

kasih atas kesediaan Ibu menjadi penguji, membimbing, menyemangati

dan memberikan saran yang positif untuk perbaikan skripsi penulis.

9. Bapak Sudaryanto dan Pak Tedi selaku K3LH dan Pak Purwadi

Riwayanto selaku Manager Departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia yang sudah mengijinkan dan

mempermudah penulis melaksanakan penelitian ini.

10. Ibu Ayu, Pak Bambang, Pak Asep, Pak Dadi, Pak Nyoto, Pak Endang, Pak

Bumi, Pak Yadi dan seluruh pekerja di PT. Dirgantara Indonesia yang

telah bersedia membantu penelitian ini.

11. Kak Ami, Kak Septi, Ka Ida dan Pak Ajib yang sudang setia mendengar

keluh kesah penulis dan membantu penulis dengan sabar.

12. Untuk teman-teman K3 2010, Kinoy, Weti, Cinta, Epoy, Asro, Mono,

Agung, Ajis, Dian, Randi, Dika, Dani, Iqbals, Bang Jek, dan Masshon

yang telah memberikan warna-warni dalam masa-masa kuliah. Semoga

silaturahmi kita tetap terjaga selamanya. Selamat berjuang menuju babak

baru kehidupan teman-teman.

13. Teman-teman Kebab tersayang dan tersanjung. Kita berbeda tapi tetap

“sama”. Jangan pernah lupakan persahabatan ini. Semangat meraih cita-

cita eonni.

14. Teman-teman Kesmas UIN 2010 yang sudang membantu penulis selama

ini.

Page 10: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

ix

15. Semua orang yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi

ini yang tidak dapat dituliskan satu per satu, terima kasih dan semoga

Allah membalas kebaikan kalian.

Dengan memohon keridhoan Allah Swt, penulis berharap seluruh kebaikan

yang telah diberikan mendapat balasan Allah Swt. Aamiin. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca luas pada umumnya.

Jakarta, Mei 2015

Penulis

Page 11: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

x

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan i

Abstrak ii

Abstract iii

Pernyataan Persetujuan Pembimbing iv

Pernyataan Persetujuan Penguji v

Daftar Riwayat Hidup vi

Kata Pengantar vii

Daftar Isi x

Daftar Tabel xiv

Daftar Bagan xv

Daftar Lampiran xvi

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 6

1.3 Pertanyaan Penelitian 7

1.4 Tujuan Penelitian 9

1.4.1 Tujuan Umum 9

1.4.2 Tujuan Khusus 9

1.5 Manfaat Penelitian 11

1.5.1 Manfaat bagi PT. Dirgantara Indonesia (Persero) 11

1.5.2 Manfaat bagi Pekerja PT. Dirgantara Indonesia (Persero) 12

1.5.3 Manfaat bagi Institusi Pendidikan 12

1.6 Ruang Lingkup Penelitian 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendengaran Manusia 13

Page 12: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

xi

2.1.1 Anatomi Organ Pendengaran 13

2.1.2 Fisiologi Pendengaran Manusia 17

2.1.3 Mekanisme Mendengar 18

2.1.4

Gangguan Pendengaran Akibat Bising (Noise Induced Hearing

Loss) 19

2.1.5 Pemeriksaan Pendengaran 20

2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran 23

2.2.1 Dosis Kebisingan 23

2.2.1.1 Kebisisngan 23

2.2.1.2 Pengertian Dosis Kebisingan 43

2.2.2 Usia 45

2.2.3 Masa Kerja 48

2.2.4 Penggunaan Alat Pelindung Diri 51

2.2.5 Riwayat Merokok 53

2.2.6 Penggunaan Obat Ototoksik 55

2.2.7 Lingkungan Tempat Tinggal 58

2.2.8 Jenis Kelamin 59

2.2.9 Hobi Terkait Bising 57

2.2.10 Riwayat Penyakit 61

2.3 Kerangka Teori 63

BAB III KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep 64

3.2 Definisi Operasional 66

3.3 Hipotesis Penelitian 70

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian 71

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian 71

4.3 Populasi dan Sampel 71

4.3.1 Populasi 71

Page 13: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

xii

4.3.2 Sampel 72

4.3.3 Metode Sampling 73

4.4 Pengumpulan Data 74

4.4.1 Sumber Data 74

4.4.2 Alur Pengumpulan Data 74

4.5 Pengolahan Data 81

4.6 Analisis Data 82

4.6.1 Analisis Univariat 82

4.6.2 Analisis Bivariat 83

BAB V HASIL

5.1 Gambaran Umum Perusahaan 85

5.1.1 Profil Perusahaan 85

5.1.2 Visi dan Misi 87

5.1.3 Kebijakan Keselamatan dan Kesejahteraan Kerja Perusahaan 87

5.1.4

Gambaran Tingkat Kebisingan di Departemen Metal Forming dan

Heat Treatment Tahun 2015 87

5.2 Analisis Univariat 91

5.2.1 Gambaran Gangguan Pendengaran 91

5.2.2

Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan

Pendengaran pada Pekerja di Departemen Metal Forming dan

Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2015 92

5.3 Analisis Bivariat 97

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian 102

6.2 Gangguan Gangguan Pendengaran 102

6.3 Hubungan Antara Dosis Kebisingan dengan Gangguan Pendengaran 106

6.4 Hubungan Antara Usia dengan Gangguan Pendengaran 111

6.5 Hubungan Antara Masa Kerja dengan Gangguan Pendengaran 113

6.6 Hubungan Antara Penggunaan Alat Pelindung Telinga dengan Gangguan 118

Page 14: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

xiii

Pendengaran

6.7 Hubungan Antara Riwayat Merokok dengan Gangguan Pendengaran 122

6.8

Hubungan Antara Hobi yang Terkait Bising dengan Gangguan

Pendengaran 129

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan 133

7.2 Saran 135

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 15: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

xiv

DAFTAR TABEL

2.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan 28

3.1 Definisi Operasional 66

4.1 Daftar Pekerja di Departemen Metal Forming dan Heat Treatment 72

4.2 Contoh Perhitungan Dosis Kebisingan 76

4.3 Gambaran Hasil Diagnosis Tes Penala 79

4.4 Daftar Kode Variabel 82

5.1 Gambaran Tingkat Kebisingan di Departemen Metal Forming dan Heat

Treatment Tahun 2015

90

5.2 Gambaran Gangguan Pendengaran pada Pekerja di Departemen Metal Forming

dan Heat Treatment Tahun 2015

91

5.3 Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran

pada Pekerja di Departemen Metal Forming dan Heat Treatment Tahun 2015

93

5.4 Gambaran Hubungan antara Gangguan Pendengaran dengan Faktor-Faktor yang

Berpengaruh terhadap Gangguan Pendengaran pada Pekerja di Departemen

Metal Forming dan Heat Treatment Tahun 2015

94

5.5 Alasan Tidak Menggunakan Alat Pelindung Telinga pada Pekerja di

Departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia

(Persero) Tahun 2015

95

5.6 Gambaran Merokok pada Perokok di Departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2015

96

5.7 Gambaran Jenis Rokok pada Pekerja di Departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2015

96

5.8 Jenis Hobi Terkait Bising pada Pekerja di Departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2015

97

5.9 Gambaran Hubungan antara Gangguan Pendengaran dengan Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran pada Pekerja di Departemen

Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun

2015

98

Page 16: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

xv

DAFTAR BAGAN

2.1 Kerangka Teori 63

3.1 Kerangka Konsep 65

Page 17: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Permohonan Izin Pengambilan Data 142

2. Surat Penerimaan Melaksanakan Penelitian 143

3. Struktur Organisasi PT. Dirgantara Indonesia 144

4. Denah Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia 145

5. Surat Persetujuan Subjek Penelitian 146

6. Kuesioner 147

7. Lembar Penelitian 151

8. Lembar Observasi Dosis Kebisingan 152

9. Lembar Observasi Penggunaan APT 153

10. Output SPSS 154

Page 18: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu tekanan yang berasal dari faktor fisik adalah kebisingan.

Kebisingan di lingkungan kerja dapat menimbulkan gangguan terhadap

kesehatan. Kebisingan selain mempunyai dampak pada gangguan

pendengaran (auditory), dalam beberapa riset terakhir dilaporkan mampu

menimbulkan gangguan yang bersifat extraauditory, seperti stres

psikologik, perubahan sirkulasi darah, kelelahan dan perasaan tidak senang

(annoyance) (Wagshol, 2008).

Gangguan pendengaran jangka pendek yang ditimbulkan oleh

bising, akan hilang dalam beberapa menit atau jam setelah meninggalkan

area kebisingan tinggi. Namun, jika pekerja terpapar dengan kebisingan

tinggi secara terus menerus dan berulang akan mengakibatkan gangguan

pendengaran secara permanen (Soeripto, 2008). Semakin tinggi intensitas

bising dan semakin lama pekerja terpajan bising, maka risiko pekerja

untuk mengalami gangguan pendengaran akan semakin tinggi pula

(European Agency for Safety and Health at Work, 2008).

Suasana yang bising memaksa pekerja untuk berteriak saat

berkomunikasi dengan pekerja lain. Kadang-kadang teriakan atau

pembicaraan yang keras ini dapat menimbulkan salah komunikasi

Page 19: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

2

(miscommunication) atau salah persepsi terhadap orang lain. Lebih jauh

kebisingan terus menerus dapat mengakibatkan gangguan konsentrasi

pekerja yang akibatnya pekerja cenderung berbuat kesalahan dan akhirnya

menurunkan produktivitas kerja (Notoatmodjo, 2003).

Kebisingan di tempat kerja juga dapat mengganggu proses

sosialisasi dengan lingkungan sekitar dan pada tahap tertentu dapat

membuat pekerja diberhentikan dari pekerjaan sehingga akan berpengaruh

pada pendapatan keluarga serta gangguan produksi, terjadinya kecelakaan

kerja akibat penurunan konsentrasi, maupun kewajiban memberi

kompensasi kecacatan pendengaran pekerja (Kusuma, 2004). Pengaruh

utama kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan pada indera

pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan akibat tersebut telah

diketahui dan diterima masyarakat untuk berabad-abad lamanya

(Suma’mur, 2009).

WHO memperkirakan di tahun 2001 terdapat 250 juta orang di

dunia dengan gangguan pendengaran sedang maupun berat, angka ini

meningkat menjadi lebih dari 275 juta orang di tahun 2004. Dari jumlah

tersebut 80% diantaranya berada di negara berkembang. Angka ini terus

meningkat sejak penelitian awal yang dilakukan oleh WHO pada tahun

1986 (Haryuna, 2013). Di Amerika lebih dari 5,1 juta pekerja terpajan

bising dengan intensitas lebih dari 85 dB. Barrs melaporkan pada 246

orang tenaga kerja yang memeriksakan telinga untuk keperluan ganti rugi

Page 20: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

3

asuransi, ditemukan 85% menderita tuli saraf dan dari jumlah tersebut

37% didapatkan gambaran takik pada frekuensi 4000 Hz dan 6000 Hz.

Selain itu menurut NIOSH (National Institute for Occupational

Safety and Health) diketahui bahwa 22 juta pekerja memiliki potensi

mengalami gangguan pendengaran setiap tahunnya dan 10 juta pekerja di

Amerika Serikat mempunyai masalah gangguan pendengaran yang

berhubungan dengan pekerjaannya. Di tahun 2007, sekitar 23.000 kasus

dilaporkan sebagai gangguan pendengaran akibat kerja atau 14%.

Kemudian tahun 2008, sekitar dua juta pekerja di Amerika Serikat

terpajan bising di tempat kerja yang berisiko mengalami gangguan

pendengaran (CDC, 2008). Di Indonesia, permasalahan bising termasuk

dalam permsalahan besar di dunia industri. Hal ini terlihat dari besarnya

prevalensi kejadian penurunan pendengaran akibat pajanan bising di

tempat kerja. untuk perusahaan plywood, pajanan bising yang diterima

pekerja berkisar 86,1-108,2 dB dengan prevalensi NIHL sebesar 31,81%

(Tana dalam Akbar, 2012).

Selain karena adanya bahaya seperti kebisingan di lingkungan

kerja, terdapat faktor lainnya yang menyebabkan ganguan pendengaran.

Berdasarkan hasil penelitian Pratiwi (2012) terhadap para penerbang TNI

AU pesawat herkules dan helikopter didapatkan hasil bahwa tingkat

kebisingan pesawat merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap

terjadinya NIHL. Selain itu variabel jam terbang, lama kerja, umur,

pemakaian APT, Hobi (Akbar, 2012) dan kebiasaan merokok

Page 21: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

4

(Mohammad, 2009; Tandiabang, 2010) berhubungan signifikan dengan

gangguan pendengaran. Berdasarkan analisis multivariat diketahui bahwa

rokok meningkatkan risiko terjadinya gangguan pendengaran pada

frekuensi tinggi (Mizoue T, 2003). Hal ini diperkuat dengan penelitian lain

yang menyebutkan bahwa perokok berat mempunyai risiko 12 kali lebih

besar mengalami gangguan pendengaran dibandingkan dengan perokok

ringan dan sedang (Tandiabang, 2010).

Terdapat sekitar 500 jenis pekerjaan pada industri yang berpotensi

merusak pendengaran. Salah satu jenis pekerjaan tersebut adalah industri

pesawat terbang yang mampu menghasilkan kebisingan sampai 115-130

dB. PT. Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan salah satu perusahaan

penerbangan di Asia yang berpengalaman dan berkompetensi dalam

rancang bangun, pengembangan dan manufacturing pesawat terbang.

Kegiatan produksi saat ini didukung oleh 232 unit mesin dan peralatan.

Selain itu, terdapat beberapa peralatan lainnya yang tersebar di berbagai

lini perakitan, laboratorium, pelayanan dan unit pemeliharaan.

Salah satu departemen yang ada di PT. Dirgantara Indonesia

(Persero) dengan kebisingan yang tinggi adalah departemen Metal

Forming dan Heat Treatment. Proses pekerjaan yang dilakukan di

departemen ini antara lain proses bending, press, hot press forming,

folding/plong, stretching, routing cutter, crimping, rolling, tube flaring,

tube bending, swaging, grooving, welding, leveling sheet. Semua proses

tersebut dikerjakan dengan mesin dan alat yang menghasilkan kebisingan

Page 22: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

5

antara 80 dB – 103 dB. Kebisingan tertinggi di departemen ini dihasilkan

oleh bunyi dari unit sheet press forming yaitu pada proses membentuk

sayap pesawat dengan menggunakan palu yang terbuat dari logam, agar

bentuk sayap pesawat sesuai dengan kontur yang ada. Kebisingan di

ruangan kedap suara ini dapat mencapai 103 dB atau lebih.

Berdasarkan hasil pengukuran kebisingan dengan menggunakan

Sound Level Meters (SLM) di departemen Metal Forming dan Heat

Treatment didapatkan bahwa rata-rata tingkat kebisingan di titik A yaitu

lokasi menggerinda pada unit sheet press forming sebesar 90,46 dB dan di

titik B yaitu lokasi pemotong pada unit profile press forming sebesar 89,2

dB, bila dibandingkan dengan Permenaker tahun 2011 tentang nilai

ambang batas faktor fisika di tempat kerja, maka kebisingan tersebut telah

melebihi nilai ambang batas yang diizinkan yaitu sebesar 85 dB.

Kebisingan yang terdapat di departemen ini cenderung kontinu.

Berdasarkan observasi langsung terhadap pekerja, terdapat beberapa

pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung telinga ketika bekerja atau

beberapa pekerja terlihat melepaskan APT, lalu menggunakan APT

kembali padahal kebisingan di tempat kerja telah melebihi nilai ambang

batas (NAB).

Tingkat kebisingan yang melebihi nilai ambang batas di

departemen Metal Forming dan Heat Treatment dapat menyebabkan

ganguan pendengaran pada pekerja. Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan pada bulan Desember tahun 2014, melalui wawancara dengan

Page 23: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

6

15 orang pekerja di departemen Metal Forming dan Heat Treatment

diketaui bahwa 93,3% pekerja mengeluh sering mengalami telinga

berdengung. Pekerja yang mengalami telinga berdengung tersebut

sebanyak 86,7% merasakan telinga berdengung saat bekerja. dan 2%

pekerja tetap merasa telinga berdengung saat libur bekerja. Kemudian

66,7% pekerja merasa pendengarannya menurun sejak bekerja di PT.

Dirgantara Indonesia (Persero), 86,7% pekerja merasa terganggu ketika

berkerja di tempat yang bising dan 93,3% pekerja mengaku sulit

berkomunikasi ketika berada di tempat kerja.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin melakukan

penelitian yang berjudul “faktor-faktor yang berhubungan dengan

gangguan pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan

Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pengukuran kebisingan dengan menggunakan Sound

Level Meters (SLM) diketahui bahwa tingkat kebisingan di departemen

Metal Forming dan Heat Treatment sudah melebihi nilai ambang batas,

dengan rata-rata tingkat kebisingan di titik A sebesar 90,46 dB dan di titik

B sebesar 89,2 dB. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan 15

pekerja diketahui bahwa 93,3% pekerja mengeluh sering mengalami

telinga berdengung. Pekerja yang mengalami telinga berdengung tersebut

sebanyak 86,7% merasakan telinga berdengung saat bekerja dan 2%

pekerja tetap merasa telinga berdengung saat libur bekerja. Kemudian

Page 24: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

7

66,7% pekerja merasa pendengarannya menurun sejak bekerja di PT.

Dirgantara Indonesia (Persero), 86,7% pekerja merasa terganggu ketika

berkerja di tempat yang bising dan 93,3% pekerja mengaku sulit

berkomunikasi ketika berada di tempat kerja.

Menurut beberapa penelitian diketahui bahwa terdapat sejumlah

faktor risiko yang berpengaruh terhadap gangguan pendengaran seperti

lama kerja, umur, penggunaan APT, riwayat merokok dan hobi terkait

bising. Berdasarkan hasil temuan tersebut maka peneliti tertarik untuk

mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya

gangguan pendengeran di departemen Metal Forming dan Heat Treatment

PT. Dirgantara Indonesia (Persero) pada tahun 2015.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran PT. Dirgantara Indonesia (Persero)?

2. Bagaimana gambaran gangguan pendengaran pada pekerja di

departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara

Indonesia (Persero) tahun 2015?

3. Bagaimana gambaran dosis kebisingan pada pekerja di departemen

Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia

(Persero) tahun 2015?

4. Bagaimana gambaran usia pada pekerja di departemen Metal Forming

dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015?

Page 25: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

8

5. Bagaimana gambaran masa kerja pada pekerja di departemen Metal

Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun

2015?

6. Bagaimana gambaran penggunaan alat pelindung telinga pada pekerja

di departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara

Indonesia (Persero) tahun 2015?

7. Bagaimana gambaran riwayat merokok pada pekerja di departemen

Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia

(Persero) tahun 2015?

8. Bagaimana gambaran hobi terkait bising pada pekerja di departemen

Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia

(Persero) tahun 2015?

9. Apakah terdapat hubungan antara dosis kebisingan dan gangguan

pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015?

10. Apakah terdapat hubungan antara usia dan gangguan pendengaran

pada pekerja di departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT.

Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015?

11. Apakah terdapat hubungan antara masa kerja dan gangguan

pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015?

Page 26: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

9

12. Apakah terdapat hubungan antara penggunaan alat pelindung telinga

dan gangguan pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming

dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015?

13. Apakah terdapat hubungan antara riwayat merokok dan gangguan

pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015?

14. Apakah terdapat hubungan antara hobi terkait bising dan gangguan

pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

gangguan pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming

dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun

2015.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran PT. Dirgantara Indonesia (Persero)

2. Mengetahui gambaran gangguan pendengaran pada pekerja di

departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara

Indonesia (Persero) tahun 2015.

3. Mengetahui gambaran dosis kebisingan pada pekerja di

departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara

Indonesia (Persero) tahun 2015.

Page 27: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

10

4. Mengetahui gambaran usia pada pekerja di departemen Metal

Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia

(Persero) tahun 2015.

5. Mengetahui gambaran masa kerja pada pekerja di departemen

Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia

(Persero) tahun 2015.

6. Mengetahui gambaran penggunaan alat pelindung telinga pada

pekerja di departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT.

Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015.

7. Mengetahui gambaran riwayat merokok pada pekerja di

departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara

Indonesia (Persero) tahun 2015.

8. Mengetahui gambaran hobi terkait bising pada pekerja di

departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara

Indonesia (Persero) tahun 2015.

9. Mengetahui hubungan antara dosis kebisingan dan gangguan

pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan

Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015.

10. Mengetahui hubungan antara usia dan gangguan pendengaran

pada pekerja di departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015.

Page 28: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

11

11. Mengetahui hubungan antara masa kerja dan gangguan

pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan

Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015.

12. Mengetahui hubungan antara penggunaan alat pelindung

telinga dan gangguan pendengaran pada pekerja di departemen

Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia

(Persero) tahun 2015.

13. Mengetahui hubungan antara riwayat merokok dan gangguan

pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan

Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015.

14. Mengetahui hubungan antara hobi terkait bising dan gangguan

pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan

Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat bagi PT. Dirgantara Indonesia (Persero)

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi PT.

Dirgantara Indonesia (Persero) mengenai faktor risiko yang

berhubungan dengan gangguan pendengaran pada pekerja sebagai

salah satu indikator dari adanya gangguan kesehatan telinga yang

dialami oleh pekerja, sehingga dapat dilakukan pencegahan dan

penanggulangan yang lebih baik lagi di masa mendatang.

Page 29: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

12

1.5.2 Manfaat bagi Pekerja PT. Dirgantara Indonesia (Persero)

Penelitian ini diharapkan mampu memberi gambaran

kepada para pekerja di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tentang

faktor risiko yang mempengaruhi penurunan fungsi pendengaran.

Tujuannya agar pekerja lebih memperhatikan faktor risiko yang

dapat mempengaruhi gangguan pendengaran, sehingga dapat

mengurangi angka kejadian gangguan pendengaran yang dialami

pekerja di PT. Dirgantara Indonesia (Persero).

1.5.3 Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi

untuk penelitian di masa mendatang.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan

dengan gangguan pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming

dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015,

dengan menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Desember tahun 2014 – Februari tahun 2015.

Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja di departemen Metal Forming

dan Heat Treatment. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara

menggunakan kuesioner, pengukuran gangguan pendengaran dengan

garpu tala, pengukuran dosis kebisingan dengan recall aktivitas, dan

observasi penggunaan alat pelindung telinga (APT).

Page 30: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendengaran Manusia

2.1.1 Anatomi Organ Pendengaran

Dalam buku penyakit telinga, hidung, tenggorok, kepada,

dan leher jilid 2, telinga secara anatomi dan fungsional dibagi

menjadi 3 bagian: telinga luar, telinga tengah, dan telinga

dalam.

1. Telinga Luar

Telinga luar merupakan bagian telinga yang

terdapat sebelah luar membran timpani. Terdiri dari daun

telinga dan saluran yang menuju membran timpani, yaitu di

sebelah liang telinga luar.

Daun telinga merupakan suatu lempengan tulang

rawan yang berlekuk-lekuk ditutupi oleh kulit dan

dipertahankan pada tempatnya oleh otot dan ligamentum.

Lekuk daun telinga yang utama ialah heliks dan antiheliks,

tragus dan antritragus, dan konka.

Gendang telinga dan kulit liang telinga mempunyai

sifat membersihkan sendiri yang disebabkan oleh migrasi

lapisan keratin epitelium dari membran timpani ke luar ke

bagian tulang rawan. Membran timpani terdiri dari tiga

Page 31: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

14

lapisan, lapisan skuamosa membatasi telinga luar sebelah

medial, lapisan mukosa membatasi telinga tengah sebelah

lateral dan jaringan fibrosa terletak diantara kedua lapisan

tersebut.

2. Telinga Tengah

Telinga tengah terdiri dari suatu ruang yang terletak

di antara membran timpani dan kapsul telinga dalam,

tulang-tulang dan otot yang terdapat di dalamnya beserta

penunjangnya, tuba Eustachius dan sistem sel-sel udara

mastoid. Batas-batas superior dan inferior membran

timpani membagi kavum timpani menjadi epitimpanum

atau atik, mesotimpanum dan hipotimpanum.

Hipotimpanum adalah suatu ruang dangkal yang

letaknya lebih rendah dari membran timpani. Permukaan

tulang pada bagian ini tampak seperti gambaran kerang

karena adanya sel-sel udara berbentuk cangkir. Dinding ini

menutupi bulbus yugularis. Kadang-kadang suatu celah

pada dinding ini menyebabkan sebagian bulbus yugularis

dapat masuk ke dalam hipotimpanum.

Mesotimpanum yang ada di sebelah medial dibatasi

oleh kapsul optik, yang terletak lebih rendah dari nervus

fasial pars timpani. Suatu penonjolan yang melengkung

Page 32: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

15

pada bagian basal koklea terletak tepat di sebelah medial

membran timpani dan disebut promontorium.

Tulang-tulang pendengaran membentuk suatu

sistem pengungkit dan batang yang meneruskan suatu

energi mekanis getar ke cairan periotik. Sistem tersebut

terdiri dari maleus (landasan) dan stapes (sanggurdi).

Maleus dan inkus bekerja sebagai satu unit, memberikan

respon rotasi terhadap gerakan membran timpani melalui

suatu aksis yang merupakan suatu garis antara ligamentum

maleus anterior dan ligamen inkus pada ujung prosesus

brevis.

3. Telinga Dalam

Telinga dalam terletak di pars petrosa atau pars

piramida tulang temporal dan terdiri dari koklea, vestibulum

dan tiga buah kanalis semisirkularis. Koklea merupakan

bagian telinga dalam yang terdapat pada pars petrosa tulang

temporalis. Organ korti terletak pada membran basilaris

yang merupakan struktur yang mengandung sel-sel reseptor

pendengaran, terbentang dari basis sampai apeks koklea.

Bunyi yang dilepaskan dari sumber bunyi, akan

dihantarkan melalui udara sehingga mencapai aurikula.

Selanjutnya diteruskan ke telinga tengah melalui meatus

akustikus eksternus dan akan menggetarkan membran

Page 33: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

16

timpani. Di sini terjadi penguatan bunyi sebesar 15 dB pada

frekuensi antara 2 sampai 5 kH. Selanjutnya getaran bunyi

akan melalui media padat yaitu tulang-tulang pendengaran.

Dalam perjalanannya getaran bunyi akan mengalami

penguatan melalui efek pengungkit rantai tulang

pendengaran yang memberikan penguatan sebesar 1,3 kali

dan efek hidrolik membran timpani sebesar 17 kali. Total

penguatan bunyi yang terjadi sebesar 25 sampai 30 dB.

Penguatan bunyi ini diperlukan agar bunyi mampu

merambat terus ke perilimfe. Getaran bunyi yang telah

diperkuat selanjutnya menggerakkan stapes yang menutup

foramen ovale. Pada frekuensi sonik gerakan perilimfe

dalam skala vestibuli menyebabkan getaran langsung ke

arah skala media dan menekan membran basilaris.

Gerakan membran basilaris akan menyebabkan

gesekan membran tektoria terhadap rambut sel-sel sensoris.

Pergerakan sel rambut menyebabkan perubahan kimiawi

yang akhirnya menghasilkan listrik biologik dan reaksi

biokimiawi pada sel sensorik sehingga timbul muatan listrik

negatif pada dinding sel. Ujung saraf VIII yang menempel

pada dasar sel sensorik akan menampung mikroponik yang

terbentuk. Lintasan impuls auditori selanjutnya menuju

ganglion spiralis korti, saraf VIII, nukleus koklearis di

Page 34: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

17

medula oblongata, kolikulus superior, korpus genukulatum

medial, korteks auditori di lobus temporalis serebri

(Kristianto, 2012).

2.1.2 Fisiologi Pendengaran Manusia

Proses pendengaran timbul akibat getaran atmosfer yang

dikenal sebagai gelombang suara yang memiliki kecepatan dan

volume yang berbeda. Gelombang suara bergerak melalui

rongga telinga luar (auris eksterna) yang menyebabkan

membran timpani bergetar, getaran-getaran tersebut diteruskan

menuju inkus dan stapes melalui maleus yang berhubungan

dengan membran tersebut (Amin, 2012).

Getaran yang timbul pada setiap tulang, akan menyebabkan

tulang memperbesar getaran yang kemudian disalurkan ke

fenestra vestibuler menuju perilimfe. Getaran perilimfe

dialihkan menuju endolimfe dalam saluran koklea dan

rangsangan menuju organ korti selanjutnya dihantarkan ke

otak. Perasaan pendengaran ditafsirkan otak sebagai suara yang

enak atau tidak enak. Gelombang suara menimbulkan bunyi

sebagai berikut:

a. Tingkatan suara biasa 80-90 desible

b. Tingkatan maksimum kegaduhan 130 desible

Page 35: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

18

2.1.3 Mekanisme Mendengar

Telinga manusia dan mekanisme pendengaran merupakan hal

yang sangat luar biasa. Dalam waktu yang begitu cepat telinga

dapat melakukan konversi energi mekanik menjadi respon

elektrokimia. Sensitivitas telinga, kemampuannya untuk

membedakan suara-suara tertentu dari suara-suara lain,

membuat kinerjanya tidak dapat ditandingi oleh instrumen

buatan manusia. Secara anatomis, telinga manusia terdiri dari 3

bagian utama, yaitu telinga bagian luar, bagian tengah yang

berisi udara dan bagian dalam yang berisi cairan. Fungsi dari

telinga bagian luar adalah untuk mengumpulkan suara,

sedangkan bagian tengah untuk mengkonversi dan

mengirimkan rangsangan suara ke telinga bagian dalam dimana

reseptor sensorik (sel rambut) berada untuk merasakan suara

(Primadona, 2012).

Mekanisme mendengar dimulai ketika gelombang suara

masuk ke telinga luar dan berjalan melalui jalan sempit yang

disebut lubang telinga yang mengarah ke gendang telinga.

Suara yang masuk membuat gendang telinga bergetar,

kemudian getaran ini dikirim ke tiga tulang kecil yang berada

di telinga tengah, yaitu malleus, incus dan stapes. Tulang-

tulang tersebut memperkuat atau meningkatkan getaran suara

dan mengirimkannya ke telinga bagian dalam, disebut dengan

koklea, suatu saluran yang berbentuk seperti siput dan berisi

Page 36: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

19

cairan. Sel-sel sensoris khusus pada koklea, dikenal dengan sel-

sel rambut, mendeteksi getaran dan mengonversikannya

menjadi sinyal-sinyal listrik. Selanjutnya, sinyal-sinyal listrik

ini dikirim melalui syaraf pendengaran menuju ke otak yang

kemudian diterjemahkan menjadi suara yang kita kenali dan

pahami (NIDCD, 2008).

2.1.4 Gangguan Pendengaran Akibat Bising (Noise Induced

Hearing Loss)

Gangguan pendengaran akibat bising (Noise Induced Hearing

Loss) ialah gangguan pendengaran yang disebabkan akibat

terpajan oleh bising yang cukup keras dalam jangka waktu

yang cukup lama dan biasanya diakibatkan oleh bising

lingkungan kerja. Sifat ketuliannya adalah tuli sensorineural

koklea dan umumnya terjadi pada kedua telinga (Arsyad et al.,

2007).

Gejala dari gangguan pendengaran akibat bising adalah

terjadinya kurang pendengaran disertai tinitus (berdenging di

telinga) atau tidak. Bila sudah cukup berat disertai keluhan

sukar menangkap percakapan dengan kekerasan biasa dan bila

sudah lebih berat percakapan yang keraspun sulit dimengerti.

Secara klinis pajanan bising pada organ pendengaran dapat

menimbulkan reaksi adaptasi, peningkatan ambang dengar

sementara (temporary threshold shift) dan peningkatan ambang

dengar menetap (permanent threshold shift).

Page 37: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

20

1. Reaksi adaptasi merupakan respons kelelahan akibat

rangsangan oleh bunyi dengan intensitas 70 dB SPL atau

kurang, keadaan ini merupakan fenomena fisiologis pada

saraf telinga yang terpajan bising.

2. Peningkatan ambang dengar sementara, merupakan

keadaan terdapatnya peningkatan ambang dengar akibat

terpajan bising dengan intensitas yang cukup tinggi.

Pemulihan dapat terjadi dalam beberapa menit atau jam.

Jarang terjadi pemulihan dalam satuan hari.

3. Peningkatan ambang dengar menetap, merupakan keadaan

dimana terjadi peningkatan ambang dengar menetap akibat

pajanan bising dengan intensitas sangat tinggi berlangsung

singkat (eksplosif) atau berlangsung lama yang

menyebabkan kerusakan pada berbagai struktur koklea,

antara lain kerusakan Organ corti, sel-sel rambut, stria

vaskularis dll (Arsyad et al., 2007).

2.1.5 Pemeriksaan Pendengaran

Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan

hantaran melalui udara dan melalui tulang dengan memakai

garpu tala atau audiometer nada murni.

Kelainan hantaran melalui udara menyebabkan tuli konduktif,

berarti ada kelainan di telinga luar atau telinga tengah, seperti

Page 38: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

21

atresia liang telinga, eksostosis liang telinga, serumen,

sumbatan tuba Eustachius serta radang telinga tengah.

Kelainan di telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural

koklea atau retrokoklea.

Berdasarkan OSHA dalam (Wibowo, 2012), pemeriksaan

pendengaran pada pekerja dilakukan secara berkala setahun

sekali. Sebelum diperiksa, pekerja harus dibebaskan dari

kebisingan di tempat kerjanya selama 14 jam.

a. Audiometer

Salah satu metode untuk memeriksa pendengaran adalah

dengan menggunakan audiometer nada murni karena

mudah diukur, mudah diterangkan, dan mudah dikontrol.

Metode ini dapat untuk mengetahui kelainan pendengaran

(gangguan pendengaran konduksi, saraf maupun

campuran). Terhadap individu yang diperiksa,

diperdengarkan bunyi yang dapat diatur frekuensi dan

intensitasnya, sehingga hasil pemeriksaan dapat berupa

pendengaran normal atau dapat diketahui derajat gangguan

pendengarannya (OSHA, 2008).

Audiometer adalah sebuah alat pengeras yang dapat

memberikan sinyal akustik pada telinga melalui telepon-

kepala, pengeras-suara, atau penghantar-tulang. Sinyal

suara yang diberikan ialah:

Page 39: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

22

a) Nada-bentuk-sinus dari frekuensi dan intensitas

berbeda yang murni dari alat generator-nada.

b) Suara-bising, yang disaring atau tidak disaring oleh

pita-saringan (bandfilter).

c) Pembicaraan yang dikeluarkan melalui pita-tape

atau CD-player (Broek P, 2009).

Hearing Threshold Limit (HTL) adalah hasil rata-rata

frekuensi pada 500 Hz, 1.000 Hz, 2.000 Hz, dan 3000 Hz

atau 4.000 Hz dalam dB. Pemeriksaan audiometri dalam

usaha memberikan perlindungan maksimum terhadap

pekerja dilakukan sebagai berikut:

1. Sebelum bekerja atau sebelum penugasan awal di

daerah kerja yang bising (baseline audiogram)

2. Secara berkala (periodik/tahunan)

3. Pekerja yang terpajan kebisingan >85 dBA selama 8

jam sehari, pemeriksaan dilakukan setiap 1 tahun

atau 6 bulan tergantung tingkat intensitas bising

4. Secara khusus pada waktu tertentu

5. Pada akhir masa kerja (OSHA, 2008)

b. Tes Penala

Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif. Terdapat

berbagai macam tes penala, seperti tes Rinne, tes Weber,

tes Schwabach, tes Bing, dan tes Stenger.

Page 40: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

23

1. Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran

melalui udara dan hantaran melalui tulang pada

telinga yang diperiksa.

2. Tes Weber ialah tes pendengaran untuk

membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan

telinga kanan.

3. Tes Schwabach ialah membandingkan hantaran

tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang

pendengarannya normal.

Untuk mendiagnosis gangguan pendengaran akibat

bising (Noise Induced Hearing Loss), pada pemeriksaan

audiologi melalui tes penala didapatkan hasil Rinne

positif, Weber lateralisasi ke telinga yang

pendengarannya lebih baik, dan Schwabach memendek.

2.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Gangguan Pendengaran

2.2.1 Dosis Kebisingan

2.2.1.1 Kebisingan

1. Definisi Bunyi atau Suara

Bunyi adalah tekanan bolak balik dan merupakan molekul

dalam medium elastik yang dapat terdeteksi oleh penerima

dan ditangkap sebagai perubahan tekanan. Bunyi memiliki

hubungan antara frekuensi vibrasi suara, panjang

gelombang, dan kecepatan (Sari, 2012).

Suara didefinisikan sebagai sensasi atau rasa yang

dihasilkan oleh organ pendengaran manusia ketika

Page 41: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

24

gelombang-gelombang suara dibentuk di udara sekeliling

manusia melalui getaran yang diterimanya. Gelombang

suara merupakan gelombang longitudinal yang terdengar

sebagai bunyi bila masuk ke telinga berada pada frekuensi

20–20.000 Hz atau disebut jangkauan suara yang dapat

didengar (Djalante, 2010).

2. Pengertian Kebisingan

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI. No. Kep.

13/Men/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di

Tempat Kerja menyatakan bahwa kebisingan adalah semua

bunyi yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat

proses produksi dan/atau alat-alat kerja yang pada tingkat

tertentu dapat menimbulkan bahaya.

Polusi udara atau kebisingan dapat didefinisikan sebagai

suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia.

Sehingga meski kecil atau lembut suara yang terdengar,

jika hal tersebut tidak diinginkan maka akan disebut

kebisingan (Djalante, 2010).

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.

13/Men/X/2011, Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan

adalah 85 dBA untuk waktu pajanan 8 jam sehari dan 40

jam seminggu. Salah satu faktor fisik yang berpengaruh

terhadap tenaga kerja adalah kebisingan, yang mampu

Page 42: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

25

menyebabkan berkurangnya pendengaran (Depnaker,

2011).

3. Jenis-Jenis Kebisingan

Berdasarkan buku Fundamentals of Industrial Hygiene

5th Edition, pajanan kebisingan di tempat kerja dapat

dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu:

a. Continuous Noise

Continuous noise merupakan jenis kebisingan yang

memiliki tingkat dan spektrum frekuensi konstan.

Kebisingan jenis ini memajan pekerja dengan periode

waktu 8 jam per hari atau 40 jam per minggu.

b. Intermittent Noise

Intermittent noise merupakan jenis kebisingan yang

memajan pekerja hanya pada waktu-waktu tertentu

selama jam kerja. Contoh pekerja yang mengalami

pajanan kebisingan jenis ini adalah inspector atau plant

supervisor yang secara periodik meninggalkan area

kerjanya yang relatif tenang menuju area kerja yang

bising.

c. Impact Noise

Impact noise disebut juga dengan kebisingan impulsif,

yaitu kebisingan dengan suara hentakan yang keras dan

terputus-putus kurang dari 1 detik. Contoh kebisingan

Page 43: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

26

jenis ini adalah suara ledakan dan pukulan palu

(Standard, 2002).

4. Sumber Kebisingan

Sumber kebisingan bermacam-macam. Di lingkungan

kerja, bising dapat bersumber dari benda-benda maupun

situasi yang berada di dalam maupun di luar lingkungan

kerja. Beberapa hal yang dapat menimbulkan terjadinya

bising yaitu mesin-mesin yang berada di sekitar pekerja,

proses-proses kerja, peralatan pabrik, kendaraan, kegiatan

manusia, suara pekerja itu sendiri, dan suara orang yang

berlalu-lalang, sampai bunyi yang berasal dari luar

lingkungan kerja (background noise).

Kebisingan yang dihasilkan dari berbagai sumber tersebut

memiliki tingkat intensitas yang berbeda dan akan

memberikan dampak pada kesehatan manusia. Sehingga

dalam pengujian atau pengontrolan tingkat kebisingan

merupakan hal yang sangat perlu dilakukan agar tidak

mengganggu kesehatan dan tidak menyebabkan kecelakaan

kerja di sebuah perusahaan (Sari, 2012).

5. Nilai Ambang Batas (NAB) Kebisingan

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun

2011, Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika di tempat

Page 44: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

27

kerja, waktu maksimum pekerja di daerah paparan

kebisingan tertentu adalah sebagai berikut :

Page 45: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

28

Tabel 2.1 Nilai Ambang Batas Kebisingan

Waktu pemaparan per

hari

Intensitas Kebisingan dalam

dBA

8 Jam 85

4 88

2 91

1 94

30 Menit 97

15 100

7,5 103

3,75 106

1,88 109

0,94 112

28,12 Detik 115

14,06 118

7,03 121

3,52 124

1,76 127

0,88 130

0,44 133

0,22 136

0,11 139

Catatan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA,

walaupun sesaat.

Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi

nomor Per.13/MEN/X/2011 tahun 2011

Page 46: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

29

6. Dampak Akibat Bising

Kebisingan sangat berpengaruh terhadap kesehatan tenaga

kerja, gangguan atau penyakit yang diakibatkan oleh bising

dapat dikelompokkan sebagai berikut :

a. Gangguan Fisiologis

Kebisingan dapat menimbulkan gangguan

fisiologis yaitu internal body system. Internal body

system adalah sistim fisiologis yang terpenting untuk

kehidupan gangguan fisiologis ini dapat menimbulkan

kelelahan dada berdebar, menaikkan denyut jantung,

mempercepat pernafasan pusing, sakit kepala dan

kurang nafsu makan. Selain itu juga dapat

meningkatkan tekanan darah, pengerutan saluran darah

di kulit, meningkatkan laju metabolik, menurunkan

keaktifan organ pencernaan dan ketegangan otot.

Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat

mengganggu, terlebih bising yang terputus-putus atau

yang datangnya secara tiba-tiba. Gangguan dapat

terjadi pada peningkatan tekanan darah, peningkatan

denyut nadi, basa metabolisme, konstruksi pembuluh

darah kecil terutama pada tangan dan kaki dapat

menyebabkan pucat.

Page 47: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

30

b. Gangguan Psikologis

Gangguan psikologis akibat bising dapat berupa

rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, rasa jengkel,

rasa khawatir, cemas, susah tidur mudah marah dan

cepat tersinggung. Menurut EPA kriteria kebisingan

yang dapat mengakibatkan gangguan psikologis yaitu

55-65 dB (Arini, 2005).

c. Gangguan Komunikasi

Risiko potensial terhadap pendengaran terjadi

apabila komunikasi pembicaraan harus dijalankan

dengan berteriak. Gangguan ini dapat menimbulkan

terganggunya pekerjaan dan kadang-kadang

mengakibatkan salah pengertian yang secara tidak

langsung dapat menurunkan kualitas dan kuantitas

kerja. Agar pembicaraan dapat dimengerti dalam

lingkungan bising, maka pembicaraan harus diperkeras

dan harus dalam kata dan bahasa yang mudah

dimengerti oleh penerima.

Dalam ruangan kerja yang bising, pekerja akan

berhubungan pada jarak yang dekat, yaitu kira-kira 1 m.

Pada jarak ini komunikasi dapat dicapai dengan suara

normal apabila backround noise paling tinggi 78 dB.

Batas maksimal kebisingan dalam ruang kerja adalah

Page 48: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

31

62 dB, pada level ini komunikasi masih bisa

berlangsung pada jarak 2 m.

d. Gangguan Pendengaran

Kebisingan yang berlebihan dapat merusak sel-sel

rambut di koklea, bagian dari telinga dalam dan

menyebabkan kehilangan pendengaran. Di banyak

negara, gangguan pendengaran akibat bising berupa

NIHL merupakan penyakit yang paling umum di

bidang industri yang bersifat irreversible (Primadona,

2012).

Selain berpengaruh terhadap tenaga kerja, kebisingan

juga memiliki pengaruh pada perusahaan atau tempat

kerja. Pengaruh lingkungan bising dan gangguan

pendengaran pada tempat kerja adalah:

1. Menurunnya produktivitas tenaga kerja akibat dari

berkurangnya kemampuan fisik tenaga kerja,

berkurangnya tingkat konsentrasi dan kelelahan

akibat dari paparan bising di tempat kerja.

2. Tingginya angka absensi

3. Tingginya biaya ganti rugi dan rehabilitasi akibat

gangguan pendengaran karena bising di tempat

kerja yang akan berdampak pada berkurangnya

keuntungan perusahaan.

Page 49: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

32

4. Tingginya biaya pelatihan untuk mempersiapkan

tenaga kerja agar dapat melakukan pekerjaan

secara rotasi akibat harus mengurangi paparan

intensitas kebisingan yang tinggi (Arini, 2005).

7. Pengukuran Kebisingan

Pengukuran kebisingan biasanya dinyatakan dengan

satuan decibel (dB). Decibel (dB) adalah suatu unit

pengukuran kuantitas resultan yang merepresentasikan

sejumlah bunyi dan dinyatakan secara logaritmik.

Sederhananya, skala decibel (dB) diperoleh dari 10 kali

logaritma (dasar 10) perbandingan tenaga (Wilson, 1989).

Satuan tingkat kebisingan (decibel) dalam skala A, yaitu

kelas tingkat kebisingan yang sesuai dengan respon telinga

normal.

Ada dua hal yang menentukan kualitas bunyi, yaitu:

a. Frekuensi

Frekuensi adalah jumlah gelombang lengkap yang

merambat per satuan waktu (cps = cycle per second),

dengan satuan Hertz. Bunyi yang dapat diterima telinga

manusia biasanya mempunyai batas frekuensi antara

20-20000 Hz. Apabila frekuensi kurang dari 20 Hz

maka disebut infrasound dan bila frekuensi lebih dari

Page 50: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

33

20000 Hz maka disebut ultrasound dan tidak dapat

didengar oleh telinga manusia.

b. Intensitas

Intensitas bunyi diartikan sebagai daya fisik

penerapan bunyi. Kuantitas intensitas bunyi tergantung

jarak dari kekuatan sumber bunyi yang menyebabkan

getaran, semakin besar daya intensitas maka intensitas

bunyi semakin tinggi. Intensitas atau arus energi

persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu

logaritmik yang disebut decibel (dB) dengan

membandingkan kekuatan dasar 0.0002 dyne/cm2

(2x10-5 N/m2) yaitu kekuatan dari bunyi dengan

frekuensi 1000 Hz dan tepat menjadi ambang

pendengaran manusia dengan telinga normal (Santoso,

2008).

Alat untuk mengukur tingkat kebisingan adalah

Sound Level Meter. Ukuran kebisingan dinyatakan

dengan istilah Sound Pressure Level (SPL). Alat yang

digunakan untuk mengukur kebisingan yaitu Sound

Level Meter. Alat ini mengukur kebisingan diantara

30–130 dB dan dengan frekuensi 20–20000 Hz. Alat ini

terdiri dari mikropon, alat penunjuk elektronik,

amplifier dan terdapat tiga skala pengukuran yaitu:

Page 51: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

34

i. Skala A

Untuk memperlihatkan kepekaan yang

terbesar pada frekuensi rendah dan tinggi

yang menyerupai reaksi untuk intensitas

rendah (35–135 dB).

ii. Skala B

Untuk memperlihatkan kepekaan telinga

terhadap bunyi dengan intensitas sedang (

>40 dB) tapi sangat jarang digunakan dan

mungkin tidak digunakan lagi.

iii. Skala C

Untuk bunyi dengan intensitas tinggi ( >45

dB) yang menghasilkan gambaran respons

terhadap bising antara 20 sampai dengan

20000 Hz.. Alat ini dilengkapi dengan

Oktave Band Analyzer.

Intensitas bising akan semakin berkurang jika jarak

dengan sumber bising semakin bertambah.

8. Metode Pengendalian Bising

Pengendalian kebisingan adalah langkah untuk

mengelola risiko paparan kebisingan. Berikut ini

merupakan pengendalian yang dapat diterapkan untuk

mengurangi paparan kebisingan:

Page 52: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

35

1) Eliminasi

Tindakan pengendalian dengan biaya yang efektif

dapat dilakukan ketika suatu pabrik baru akan dibangun

atau dibeli, antara lain dengan desain area instalasi dan

desain serta konstruksi pabrik baru. Pabrik yang baru

harus dirancang dan dibangun dengan memastikan

paparan kebisingan serendah mungkin. Jika terdapat

potensi kebisingan cukup tinggi, maka tindakan

pengendalian teknis yang dapat diterapkan harus

disertakan dalam desain. Kegiatan industri harus

didesain untuk mencegah dan meminimalisi seluruh

risiko baik kesehatan maupun keselamatan yang timbul

akibat paparan kebisingan. Dalam perencanaan tempat

kerja harus memperhatikan beberapa hal berikut ini.

a) Kesepakatan dengan klien untuk pengurangan

kebisingan, sehingga dapat melakukan

kebijakan pengendalian kebisingan untuk

mengatur kerja dan anggaran yang akan

digunakan untuk pengendalian kebisingan yang

efektif pada tahap desain.

b) Mempertimbangkan efek tingkat kebisingan

pada gedung, tata letak gedung dan lokasi area

kerja relatif terhadap pabrik.

Page 53: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

36

c) Mempertimbangkan transmisi kebisingan

melalui struktur dan pipa-pipa.

d) Merancang ruang kerja dan ruang kendali yang

dapat meyerap suara jika diperlukan.

e) Menerapkan desain akustik untuk pengendalian

lingkungan eksternal dengan tujuan mengurangi

tingkat kebisingan internal dan sebaliknya.

f) Merancang pabrik untuk mengeliminasi atau

mengendalikan beberapa risiko kesehatan atau

pendengaran yang dihasilkan dari emisi

kebisingan.

2) Pengendalian Teknis

Pengendalian teknis untuk paparan kebisingan dapat

dilakukan pada sumber dan media. Pengendalian teknis

pada sumber adalah dengan menggunakan metode yang

secara permanen dapat mengatasi paparan kebisingan

yang ditimbulkan oleh mesin atau proses kerja.

Pengendalian dapat dilakukan dengan cara

memodifikasi, mendesain ulang sebagian atau

mengganti peralatan.

Tujuan pelaksanaan pengukuran kebisingan adalah

sebagai upaya untuk mengidentifikasi bagaimana dan

dimana kebisingan timbul. Beberapa masalah dapat

Page 54: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

37

diselesaikan dengan prosedur sederhana dan murah.

Sumber kebisingan yang lebih sulit mungkin

memerlukan saran dari para ahli. Pendekatan ini dapat

memberikan hasil yang paling memuaskan. Seseorang

yang memahami kebisingan dan operasional mesin atau

proses dapat mempertimbangkan berbagai pilihan untuk

mengendalikan kebisingan pada sumber. Pengendalian

teknis untuk bahaya kebisingan dapat difokuskan pada

mesin dan komponennya atau terhadap proses yang

sebenarnya, termasuk sistem penanganan material.

3) Pengendalian Administratif

Pengendalian administratif seharusnya dilakukan

ketika paparan kebisingan tidak dapat dieliminasi atau

dikendailkan secara teknis. Pengendalian administratif

meliputi rotasi kerja dan redesain kerja yang bertujuan

untuk membatasi jumlah pekerja yang terpapar. Berikut

ini merupakan pengendalian administratif yang dapat

dilakukan.

a) Rotasi kerja

Rotasi kerja melibatkan perubahan tugas

atau pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja

sehingga mereka tidak berisiko terpapar

kebisingan yang tinggi, misalnya jika seorang

Page 55: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

38

pekerja terpapar kebisingan pada level 94 dB(A)

untuk satu jam, maka pekerja harus

menghabiskan waktu kerjanya di area dengan

kebisingan rendah sehingga pekerja tersebut

tidak terpapar kebisingan lebih dari 85 dB(A)

selama 8 jam.

b) Program Pemeliharaan Peralatan

Dalam banyak kasus, pemeliharaan mesin

dan peralatan dalam kondisi baik akan

mengurangi paparan kebisingan. Penurunan

kebisingan mesin hingga 10 dB(A) dapat dicapai

dengan cara ini. Penurunan yang lebih besar

sangat bergantung pada tipe mesin dan

peralatan. Program pemeliharaan harus

menyertakan modifikasi dan atau tambahan,

misalnya noise mufflers, vibration isolators,

duct silencers. Tingkat kebisingan dapat

meningkat karena kurangnya pemeliharaan,

perubahan pengaturan mesin atau operasional

mesin.

c) Program “Buy Quite”

Kesempatan untuk melalukan program “buy

quite” ada ketika sedang dibuat perencanaan

Page 56: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

39

untuk bangunan dan pengaturan tempat kerja,

perluasan tempat kerja sedang dipertimbangkan,

dan pabrik atau peralatan baru akan dibeli.

4) Alat Pelindung Diri

Alat pelindung telinga merupakan sepasang alat

yang didesain untuk menutupi atau dimasukkan ke

dalam telinga pekerja untuk melindungi pekerja. APT

tidak sesuai digunakan pada lingkungan kerja dengan

level kebisingan rendah (55-85 dB). Pekerja atau semua

orang yang berada dalam lingkungan kerja dengan

kebisingan tinggi seharusnya,

i. Dibekali APT

ii. Dilatih cara menggunakan APT dengan benar

iii. Dilatih untuk menggunakan APT pada saat

terpapar kebisingan

APT seharusnya tidak digunakan untuk

menggantikan pengendalian teknis atau administratif.

APT biasanya hanya digunakan sementara selama

paparan kebisingan tidak dapat dicapai dengan

menerapkan pengendalian lainnya. Pelepasan APT

dalam periode waktu yang singkat pada area kebisingan

tinggi dapat mengurangi efektivitas APT tersebut

Page 57: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

40

secara signifikan dan mengakibatkan perlindungan

yang tidak optimal.

Program pemilihan APT merupakan hal yang

penting untuk memastikan APT dapat melindungi

pekerja dengan perlindungan yang dapat dipercaya.

APT harus sesuai dengan standar dan mencantumkan

kemampuan dalam mereduksi kebisingan atau

dinyatakan dalam nilai NRR (Noise Reduction Rating).

Pemilihan APT didasarkan pada:

i. Derajat perlindungan yang diperlukan dalam

lingkungan pekerja.

ii. Kesesuaian untuk digunakan dalam jenis

pekerjaan dan lingkungan tempat bekerja.

iii. Kenyamanan, berat dan kekuatan mengapit dari

APT yang digunakan.

iv. Kesesuaian dengan pengguna. Kesesuaian

individu diperlukan untuk perlindungan yang

optimum.

v. Keselamatan pengguna dan teman kerja.

Dengan pemilihan APT yang benar, maka suara

peringatan tidak akan terganggu ketika APT

digunakan.

Page 58: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

41

5) Pengendalian Lain

Pengendalian lainnya yang dapat diterapkan adalah:

i. Area Perlindungan Pendengaran (Hearing

Protection Areas)

Tanda peringatan “Hearing Protection

Areas” harus dipasang di tempat kerja yang

memiliki kebisingan tinggi. Batas area bising

harus ditentukan dengan jelas.

Tanda peringatan digunakan untuk

menunjukkan area kebisingan tinggi. Tanda

peringatan tambahan dapat digunakan untuk

menunjukkan bahwa untuk memenuhi area

tersebut harus menggunakan APT. Metode ini

dapat dicapai melalui:

a. Pemasangan tanda peringatan sebagai

media untuk menunjukkan bahwa APT

wajib digunakan ketika pekerjaan sedang

berlangsung.

b. Menyediakan petunjuk baik tertulis

maupun verbal tentang bagaimana cara

mengenali keadaan dimana seseorang

harus menggunakan APT.

Page 59: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

42

c. Pengawasan yang efektif pada lokasi

yang telah diidentifikasi masuk ke dalam

“Hearing Protection Areas”.

ii. Inspeksi dan Pemeliharaan

APT yang disediakan perusahaan untuk para

pekerja seharusnya diinspeksi dan dipelihara

secara rutin. Perusahaan juga harus

menyediakan area yang bersih untuk menympan

APT ketika tidak digunakan. Fasilitas untuk

membersihkan APT yang dapat digunakan

kembali harus tersedia. Selain itu, pekerja juga

sebaiknya melakukan pengecekkan APT secara

reguler untuk mendeteksi dan melaporkan

kerusakan.

iii. Informasi dan Pelatihan

Pekerja seharusnya sudah diberikan

informasi mengenai perlunya APT sebelum

mereka mulai bekerja. APT yang sesuai

didasarkan pada nilai attentuion yang diperlukan

untuk lingkungan dan pekerjaan yang dilakukan.

Instruksi tentang cara penggunaan, pemasangan,

perawatan dan pemeliharaan seharusnya

diberikan secara reguler. Perusahaan dan

Page 60: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

43

sepervisor seharusnya mendorong penggunaan

APT dengan menjelaskan dan memberikan

contoh individu.

2.2.1.2 Pengertian Dosis Kebisingan

Pengaturan waktu maksimal pemajanan berkaitan

dengan persentase dosis kebisingan yang diterima oleh

pekerja yaitu mencapai 100% dosis. Rekomendasi yang

diberikan NIOSH untuk exposure limit paparan

kebisingan adalah 85 dB(A), untuk 8 jam per hari.

Paparan yang berada di atas level tersebut dapat dianggap

bahaya. Pekerjaan dengan paparan di atas 85 dB(A) harus

pendapat pengendalian sehingga paparan yang diterima

pekerja kurang dari kombinasi tingkat pemaparan (L) dan

durasi (T), sebagaimana dihitung dengan rumus berikut:

T =

Keterangan:

T : Lama pajanan bising yang diperkenankan (jam)

L : Tingkat Kebisingan

Jika tingkat kebisingan dan periode pemaparan bising

yang diterima pekerja berbeda dalam sehari-sehari, maka

dilakukan pengukuran dosis kebisingan. Ketentuan

perhitungan secara manual yaitu jika kebisingan yang

Page 61: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

44

diterima pekerja < 80 dB(A), maka bisa kita abaikan

tanpa perlu menghitung dosis karena kebisingan berada

di bawah NAB (Istantyo, 2011). Setelah diketahui

tingkat kebisingannya, kemudian dicari berapa lama

pekerja melakukan pekerjaan di tempat tersebut dan

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

D =

x 100%

Keterangan:

D : jumlah dosis kebisingan

T : lama pajanan kebisingan (jam)

Jika dari perhitungan didapatkan D < 100%, maka

dosis kebisingan yang diterima adalah kurang dari NAB.

Bila D = 100%, maka dosis kebisingannya berada pada

NAB dan bila D > 100%, maka dosis kebisingannya

berada di atas NAB (Tambunan, 2005).

Semakin besar dosis bising yang diterima seorang

pekerja, maka semakin besar potensi terjadi gangguan

pendengaran yang ditandai dengan peningkatan nilai

ambang dengar (Pratiwi, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Istantyo (2011),

mendapatkan hasil bahwa dosis kebisingan terbukti

memiliki hubungan yang sangat signifikan terhadap

Page 62: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

45

gangguan fungsi pendengaran dengan nilai Pvalue

sebesar 0,000. Sedangkan berdasarkan analisis

multivariat diketahui bahwa nilai OR untuk variabel

dosis kebisingan sebesar 19,279, artinya pekerja yang

menerima dosis kebisingan lebih dari 100% atau

equivalen dengan 85 dB memiliki peluang 19,279 kali

lebih berisiko untuk mengalami gangguan fungsi

pendengaran dibandingkan dengan pekerja yang

menerima dosis kebisingan < 100%.

2.2.2 Usia

Usia mempunyai pengaruh terhadap gangguan

pendengaran. Usia lebih tua relatif akan mengalami penurunan

kepekaan terhadap rangsangan suara. Penyebab paling umum

terjadinya gangguan pendengaran terkait usia adalah

presbycusis. Presbycusis ditandai dengan penurunan persepsi

terhadap bunyi frekuensi tinggi dan penurunan kemampuan

membedakan bunyi. Presbycusis diasumsikan menyebabkan

kenaikan ambang dengar 0,5 dB setiap tahun, dimulai dari usia

40 tahun. Oleh karena itu, dalam perhitungan tingkat cacat

maupun kompensasi digunakan faktor koreksi 0,5 dB setiap

tahunnya untuk pekerja dengan usia lebih dari 40 tahun. Dalam

penelitian mengenai penurunan pendengaran akibat kebisingan,

Page 63: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

46

faktor usia harus diperhatikan sebagai salah satu faktor

counfounding (perancu) yang penting (Zhang, 2010).

Beberapa perubahan yang terkait dengan pertambahan usia

dapat terjadi pada telinga. Membran yang ada di telinga bagian

tengah, termasuk di dalamnya gendang telinga menjadi kurang

fleksibel karena bertambahnya usia. Selain itu, tulang-tulang

kecil yang terdapat di telinga bagian tengah juga menjadi lebih

kaku dan sel-sel rambut di telinga bagian dalam dimana koklea

berada juga mulai mengalami kerusakan. Rusak atau hilangnya

sel-sel rambut inilah yang menyebabkan seseorang sulit untuk

mendengar suara. Perubahan-perubahan pada telinga bagian

tengah dan dalam inilah yang dapat menyebabkan terjadinya

penurunan sensitifitas pendengaran seiring dengan

bertambahnya usia seseorang (Primadona, 2012). Selain itu

pada orang dengan usia yang lebih tua ambang reflek

akustiknya akan menurun. Reflek akustik berfungsi

memberikan perlindungan terhadap rangsangan bising yang

berlebihan. Pada orang tua membutuhkan rangsangan bising

yang lebih tinggi untuk menimbulkan reflek akustik dibanding

pada orang yang lebih muda (Tantana, 2014).

Degenerasi organ pendengaran yang dimulai dari usia 40

tahun ke atas diduga mempunyai hubungan dengan faktor-

faktor herediter, pola makan, metabolisme, arteriosklerosis,

Page 64: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

47

infeksi, bising, gaya hidup sehingga bersifat multifaktor

(Istantyo, 2011).

Patologi dari perubahan tersebut ialah proses degenerasi

yang menyebabkan perubahan struktur koklea dan nervus VIII.

Pada koklea perubahan yang mencolok yaitu atrofi dan

degenerasi sel-sel pada organ korti. Proses atrofi diikuti dengan

perubahan vaskuler yang terjadi pada stria vaskularis.

Kemudian terdapat perubahan berupa berkurangnya jumlah dan

ukuran sel-sel ganglion dan syaraf (Istantyo, 2011).

Penelitian yang dilakukan Primadona (2012), mendapatkan

hasil bahwa sebanyak 4 orang (26,7%) pekerja yang berusia

lebih dari 40 tahun mengalami penurunan pendengaran,

sedangkan pada pekerja yang berusia kurang dari sama dengan

40 tahun sebanyak 1 orang (2,2%) pekerja mengalami

penurunan pendengaran. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai

p=0,012 (p<α) yang berarti bahwa secara statistik terdapat

hubungan yang bermakna antara usia pekerja dan kejadian

penurunan pendengaran. Sedangkan Olishifski melaporkan

walaupun pengaruh usia terhadap pajanan bising masih dalam

perdebatan, pada usia diatas 40 tahun terjadi penurunan

ambang pendengaran 0,5 dBA setiap tahun, 20% dari populasi

umum dengan usia 50-59 tahun mengalami kehilangan

Page 65: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

48

pendengaran tanpa mendapat pajanan bising industri

(Lusianawaty, 2002).

Penelitian yang dilakukan oleh Baktiansyah (2004)

terhadap para pekerja pria di PT X, didapatkan hasil bahwa

variabel usia mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap

terjadinya gangguan pendengaran dengan p <0,01. Gangguan

pendengaran lebih banyak terjadi pada pekerja yang berusia

>40 tahun dan pekerja tersebut memiliki risiko sepuluh kali

lebih besar bila dibandingkan dengan pekerja berusia <40

tahun. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin

tua pekerja, maka semakin besar risikonya untuk mengalami

gangguan pendengaran.

2.2.3 Masa Kerja

Kebisingan yang tinggi memberikan efek yang merugikan

pada tenaga kerja, terutama pada indera pendengaran. Organ

pendengaran yang kita miliki hanya menerima bising pada

batas-batas tertentu saja. Jika batas tersebut dilampaui dan

waktu paparan cukup lama, maka dapat menyebabkan daya

dengar tenaga kerja menurun.

Tenaga kerja memiliki risiko mengalami NIHL yang dapat

terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu lama dan tanpa

disadari. Penurunan daya pendengaran tergantung dari lamanya

pemaparan serta tingkat kebisingan, sehingga faktor-faktor

Page 66: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

49

yang menimbulkan gangguan pendengaran harus dikurang

(Permaningtyas, 2011).

Gejala klinis penderita gangguan pendengaran akibat bising

dikeluhkan pekerja setelah bekerja selama 5 tahun dan inipun

baru disadari setelah pihak lain seperti istri, anak dan teman

bergaul mengatakan bahwa penderita memerlukan suara yang

cukup keras untuk mampu mendengar.

Penelitian yang dilakukan Pratiwi pada tahun 2012,

didapatkan bahwa terdapat hubungan yang sidnifikan antara

lama kerja terhadap gangguan pendengaran pada penerbang

pesawat herkules dan helikopter dengan p=0,015 dan nilai OR

3,48 artinya bahwa penerbang yang mempunyai lama kerja >5

tahun mempunyai risiko terjadinya gangguan pendengaran

(NIHL) 3,48 kali dibandingkan dengan penerbang yang

mempunyai lama kerja <5 tahun.

Penelitian yang dilakukan Sari, dkk (2012), pada tenaga

kerja PT. PLN (PERSERO) wilayah Kalimantan Timur sektor

Mahakam, PLTD Karang Asam Samarinda, berdasarkan uji

statistik dengan menggunakan chi-kuadrat, ada hubungan yang

signifikan antara lama pemaparan kebisingan berdasarkan masa

kerja dengan gangguan pendengaran tenaga kerja, yaitu dengan

nilai chi-kuadrat sebesar 15,250 >5,991 pada taraf kesalahan

5% dengan derajat kebebasan = 1. Hal ini berarti semakin lama

Page 67: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

50

tenaga kerja terpapar oleh kebisingan maka semakin tinggi

(banyak) tenaga kerja yang mengalami gangguan pendengaran.

Penelitian lain yang dilakukan pada pekerja yang berumur

75 tahun dengan pajanan bising selama 20 tahun, pada

pemeriksaan mayat (post mortem) ditemukan kerusakan organ

Corti berupa destruksi sel rambut dengan kerusakan terberat

berasal dari bagian basal koklea. Selain itu ditemukan juga

atrofi dari nervus auditoris dan degenerasi ganglion spiralis.

Bagian koklea terdekat dengan tingkap lonjong menerima

bunyi dengan frekuensi tinggi. Kerusakan koklea akibat

frekuensi dan intensitas tinggi terpusat pada frekuensi 4000 Hz

dimana keadaan ini sesuai dengan getaran terbesar pada

membran basilaris dan organ Corti.

Soetirto menyatakan bahwa gangguan pendengaran dapat

terjadi akibat terpapar kebisingan mikro (60-70 dBA) secara

terus-menerus dalam waktu yang cukup lama. Terpapar bising

yang intensitasnya 85 dB atau lebih dapat mengakibatkan

kerusakan pada reseptor pendengaran Corti di telinga dalam,

yang sering mengalami kerusakan adalah alat Corti untuk

reseptor bunyi yang berfrekuensi 3000 Hertz (Hz) sampai

dengan 6000 Hz, dan yang terberat alat Corti untuk reseptor

bunyi yang berfrekuensi 4000 Hz. Banyak hal yang

mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising,

Page 68: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

51

antara lain intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekuensi

tinggi, dan lebih lama terpapar bising (Sutopo, 2007).

Penelitian yang dilakukan oleh Habibi pada tahun 2010

untuk mengetahui lama paparan bising terhadap kejadian NIHL

pada musisi, didapatkan hasil bahwa dari 47 sampel penelitian

didapatkan sebanyak 5 orang mengalami NIHL, 4 kasus terjadi

pada sampel yang telah terpapar selama lebih dari lima tahun

dan 1 sampel yang telah terpapar selama kurang dari setahun

(Banitriono, 2012).

2.2.4 Penggunaan Alat Pelindung Telinga

Pengendalian kebisingan terutama ditujukan kepada mereka

yang dalam kesehariannya menerima kebisingan. Karena

daerah utama kerusakan akibat kebisingan pada manusia adalah

pendengaran (telinga bagian dalam), maka metode

pengendaliannya dengan memanfaatkan alat bantu yang bisa

mereduksi tingkat kebisingan yang masuk ke telinga bagian

luar dan bagian tengah sebelum masuk ke telinga bagian dalam

(Pratama, 2010).

Pada penelitian yang dilakukan Balai Hiperkes terhadap 23

orang pekerja di PT Kurnia Jati, salah satu masalah yang

berkaiatan dengan gangguan pendengaran akibat bising pada

tenaga kerja adalah rendahnya kesadaran tenaga kerja yaitu

85% tidak menggunakan alat pelindung pendengaran, masih

Page 69: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

52

kurangnya tingkat kepedulian pengusaha dalam menangani

masalah kebisingan dan gangguan pendengaran pada tenaga

kerja, yaitu kurangnya penyediaan alat pelindung diri

pendengaran bagi tenaga kerja dan tidak dilakukannya

pemeriksaan tenaga kerja secara berkala (Arini, 2005).

Sedangkan penelitian yang dilakukan Miristha (2009),

hubungan APT dengan terjadinya keluhan pendengaran berat

diperoleh bahwa operator alat berat yang menggunakan APT

sebanyak 14 orang (56,0%) dan operator alat berat yang tidak

menggunakan APT sebanyak 10 orang (52,6%). Hasil uji

statistik diperoleh pvalue = 0,0001, maka dapat disimpulkan

bahwa ada perbedaan yang signifikan antara proporsi

penggunaan APT dengan terjadinya keluhan pendengaran

berat.

Menurut John J. Standard dalam buku Fundamentals of

Industrial Hygiene 5th Edition, APT merupakan penghalang

akustik (acoustical barrier) yang dapat mengurangi jumlah

energi suara yang melewati lubang telinga menuju ke reseptor

di dalam telinga (Standard, 2002). Dapat dikatakan bahwa

dengan memakai APT di area kerja yang bising dapat

mengurangi pajanan yang diterima pekerja dan mengurangi

risiko terjadinya penurunan pendengaran akibat bising,

Page 70: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

53

demikian pula sebaliknya. Dengan syarat APT tersebut dipakai

secara disiplin dan benar oleh pekerja.

Tipe APT yang sering digunakan saat ini adalah tipe

insert/plug dan muff. Tipe insert/plug digunakan dengan cara

memasukkannya ke lubang telinga, sedangkan tipe muff

digunakan dengan cara menutup/mengurung (enclose) daun

telinga. Efektifitas dari pemakaian APT bergantung pada

beberapa faktor yang berhubungan dengan cara bunyi

ditansmisikan melalui atau disekitar APT tersebut. Menurut

John J. Standard dalam buku Fundamentals of Industrial

Hygiene 5th Edition, jenis APT dapat dibagi menjadi 4

klasifikasi, yaitu enclosure (entire head), aural insert,

superaural dan circumaural (Standard, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian Miristha (2009) terhadap

operator alat berat, didapatkan hasil bahwa penggunaan APT

berhubungan sangat signifikan dengan keluhan pendengaran

berat pada pekerja, dengan nilai pvalue 0,0001.

2.2.5 Riwayat Merokok

Berdasarkan PP No. 19 tahun 2003, rokok merupakan hasil

olahan tembakau yang dibungkus, termasuk cerutu ataupun

bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana

Tabacum, Nocotiana Rustica, dan spesies lainnya, atau

sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa

Page 71: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

54

bahan tambahan. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan

dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup melalui mulut

pada ujung lainnya (Aula, 2010).

Rokok merupakan salah satu zat yang paling sering ditemui

dan memberikan efek ototoksik pada fungsi sel rambut dan

menimbulkan nicotine-like receptors pada sel rambut. Secara

tidak langsung merokok mempengaruhi suplai pembuluh darah

ke koklea. Tembakau mengandung hidrogen sianida dan bahan

asfiksian yang dapat mengganggu fungsi stria vaskularis bila

terpapar dengan jumlah yang besar (Tantana, 2014).

Merokok memberikan implikasi sebagai bahan ototoksik

langsung dikarenakan efek dari nikotin atau menyebabkan

iskemia melalui produksi karboksi-hemoglobin, spasme

pembuluh darah, kekentalan darah atau juga melalui

arteriosklerotik. Insufiensi sistem sirkulasi darah pada organ

koklea yang disebabkan oleh merokok inilah penyebab

gangguan pendengaran pada frekuensi tinggi yang progresif

dan paling sering timbul pada usia tua (presbycusis).

Efek rokok terhadap pendengaran juga terjadi melalui

mekanisme anti oksidatif yang ditimbulkan atau melalui

gangguan suplai darah ke sistem auditori. Banyak penelitian

klinis yang membuktikan bahwa merokok berhubungan

signifikan terhadap gangguan pendengaran (Istantyo, 2011).

Page 72: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

55

Penelitian yang dilakukan oleh Tandiabang dkk (2010) untuk

melihat risiko kebiasaan merokok dan terhadap gangguan

fungsi pendengaran pekerja di PT. X Provinsi Sulawesi Selatan

menemukan bahwa ada hubungan antara kelompok perokok

dengan gangguan pendengaran. Sedangkan melalui analisis

multivariat diketahui bahwa perokok berat paling berisiko

terhadap timbulnya gangguan fungsi pendengaran pekerja di

PT. X Provinsi Sulawesi Selatan.

2.2.6 Penggunaan Obat Ototoksik

Obat ototoksik adalah semua obat-obatan yang dapat

menimbulkan terjadinya gangguan pendengaran fungsional

pada telinga dalam meliputi obat golongan aminoglikosida,

loop diuretik, salisilat, obat malaria, obat anti tumor (Tantana,

2014).

Obat-obatan yang bersifat racun pada telinga (ototoksik)

dapat merusak stria vaskularis, sehingga saraf pendengaran

menjadi rusak, dan terjadi tuli sensorineural. Setelah

pemakaian obat ototoksik seperti streptomisin, akan terjadi

gangguan pendengaran berupa tuli sensorineural dan gangguan

keseimbangan (Istantyo, 2011).

Gangguan pendengaran yang berhubungan dengan ototoksik

sangat sering ditemukan, diakibatkan pemberian gentamisin dan

streptomisin. Prosesnya secara perlahan-lahan dan beratnya

Page 73: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

56

sebanding dengan lama dan jumlah obat yang diberikan serta

keadaan fungsi ginjalnya. Antibiotika aminoglikosida dan loop

diuretik adalah dua dari obat-obat ototoksik yang banyak

ditemukan memiliki potensi bahaya. Kerusakan yang

ditimbulkan akibat preparat ototoksik adalah:

a. Degenerasi stria vaskularis. Kelainan patologi ini terjadi

pada penggunaan semua jenis obat ototoksik.

b. Degenerasi sel epitel sensori. Kelainan patologi ini terjadi

pada organ corti dan labirin vestibular, akibat gangguan

antiboitika aminoglikosida sel rambut luar lebih

terpengaruh daripada sel rambut dalam, dan perubahan

degeneratif ini terjadi mulai dari basal kokle dan berlanjut

terus hingga akhirnya sampai ke bagian apeks.

c. Degenerasi sel ganglion. Kelainan ini terjadi sekunder

akibat adanya degenerasi sel epitel sensori.

Beberapa obat-obatan yang diketahui dapat mempengaruhi

pendengaran adalah sebagai berikut.

1. Aminoglikosida, obat jenis ini menyebabkan tuli bilateral

dan bernada tinggi, sesuai dengan hilangnya sel-sel rambut

pada putaran basal koklea. Dapat juga terjadi tuli unilateral

dan disertai gangguan vestibular. Obat-obatan tersebut

adalah Streptomisin, Neomisin, Kanamisin, Gentamisin,

Tobramisin, Nentilmisin dan Sisomisisin. Pemakaian

Page 74: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

57

Streptomisin memerlukan perhatian khusus karena obat ini

masih digunakan sebagai terapi anti-tuberkulosis kategori

II.

2. Eritromisin, gejala pemberian eritromisisn intravena

terhadap telinga adalah kurang pendengaran subjektif tinitus

yang meniup dan kadang disertai vertigo. Antibiotik lainnya

yaitu Vankomisin, Viomisisn, Capreomisin, Minosiklin

dapat mengakibatkan ototoksisitas bila diberikan pada

pasien yang memiliki gangguan fungsi ginjal.

3. Loop Diuretics, obat jenis ini dapat menghambat reabsorpsi

elektrolit-elektrolit dan air pada cabang naik dari

lengkungan Henle.

4. Obat anti inflamasi, salisilat termasuk aspirin dapat

mengakibatkan tuli sensorineural berfrekuensi tinggi dan

tinnitus.

5. Obat anti malaria, kina dan klorokuin adalah obat anti

malaria yang biasa digunakan.

6. Obat anti tumor, gejala yang ditimbulkan CIS platinum

sebagai obat anti ototoksik adalah tuli subjektif, tinnitus dan

otalgia, tetapi dapat juga disertai dengan gangguan

keseimbangan.

Page 75: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

58

7. Obat tetes telinga, obat ini banyak yang mengandung

antibiotika golongan aminoglikosida seperti: Neomisin dan

Polimiksin B.

2.2.7 Lingkungan Tempat Tinggal

Menurut Rosenlund (2001), faktor lingkungan tempat

tinggal seseorang sangat mempengaruhi nilai ambang

pendengarannya. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada

responden yang tinggal dekat bandara dengan kebisingan di

atas 55 dB dari 27 responden terdapat 4 orang dengan hearing

loss dan dari 124 responden yang tempat tinggalnya

mempunyai kebisingan > 72 dB terdapat 23 orang yang

mengalami hearing loss. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi

lingkungan sangat berpengaruh terhadap nilai ambang

pendengaran seseorang (Arini, 2005).

Sumber bising tidak hanya berasal dari lingkungan kerja

saja akan tetapi dapat juga dari bidang hiburan dan rekreasi.

Penelitian Adenan pada tahun 2003 terhadap 43 orang

penduduk yang bertempat tinggal di sekitar landasan bandara

Polonia Medan pada jarak lebih kurang 500 meter dengan lama

hunian sekitar 5 tahun dan rentang usia 20-42 tahun diperoleh

hasil sebanyak 50% menderita tuli saraf akibat bising.

Penelitian yang dilakukan oleh Limbong pada tahun 2002

mengenai pencemaran udara dan kebisingan sumber energi

Page 76: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

59

diesel, tingkat kebisingan sebagai dampak dari kegiatan PLTD

Bitung diperoleh bahwa di seluruh lokasi pengukuran pada

jarak 100 meter ke bawah telah melewati ambang batas baku

mutu kebisingan yang diperbolehkan (Banitriono, 2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Chairani (2004) terhadap

tenaga kerja yang terpajan bising lebih dari 85 dB di pabrik

sepatu X, mendapatkan hasil bahwa tempat tinggal memiliki

hubungan dengan gangguan pendengaran akibat bising (p =

0.039).

Angka kejadian gangguan kemampuan pendengaran

semakin menurun dengan semakin jauhnya dari sumber bising,

hal ini terjadi karena intensitas berbanding terbalik dengan

kuadrat jarak, sehingga semakin jauh dari sumber bising maka

intensitas bising tersebut akan semakin menurun (Banitriono,

2012).

2.2.8 Jenis Kelamin

Progresifitas penurunan pendengaran dipengaruhi oleh usia

dan jenis kelamin, pada umumnya lebih cepat terjadi pada laki-

laki dibandingkan dengan perempuan. Gangguan pendengaran

yang terjadi pada laki-laki ambangnya lebih tinggi dibanding

pada perempuan. Kejadian gangguan pendengaran pun

presentasenya lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan.

Page 77: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

60

Berdasarkan penelitian Tantana (2014) pada pemain gamelan

didapatkan hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi

square bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara

statistik antara faktor jenis kelamin dengan gangguan

pendengaran akibat bising gamelan dengan nilai chi square

16,10; nilai p<0,01.

2.2.9 Hobi Terkait Bising

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa hobi terkait

bising seperti mendengarkan musik keras-keras dapat

mengakibatkan ketulian. Royal National Institute For Deaf

People (RNID), sebuah lembaga kehormatan Inggris yang

meneliti masalah ketulian, melakukan survei pada sejumlah

klub malam, ternyata klub tersebut memiliki tingkat kebisingan

mencapai 120 dB (Djunafar, 2000). Telinga pengunjung klub

malam tersebut tentunya terpapar suara yang jauh di atas

ambang batas selama berjam-jam. Kebisingan yang

ditimbulkan dari suara walkman dengan menggunakan ear

phone secara terus menerus dengan volume maksimal setara

dengan suara mesin bor yang intensitasnya mencapai 96 dB.

Bahkan hasil penelitian di Australia menyebutkan, anak-anak

yang sering mendengarkan walkman sejak usia 10-an tahun,

kemungkinan akan menderita tuli pada usia 30-an tahun.

Page 78: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

61

Sedangkan berdasarkan National Safety Council (1986)

dalam Pratiwi (2012) beberapa hobi para pekerja dapat

mempengaruhi terjadinya gangguan pendengaran, misalnya

hobi yang berkaitan dengan lingkungan bertekanan tinggi

seperti menyelam (hiperbarik), hobi yang berkaitan dengan

pajanan bising tinggi misalnya menembak dengan senjata api,

balap motor/mobil, mendengarkan musik keras dan lain-lain.

Makin banyak hobi yang berhubungan dengan bising makin

besar terjadinya risiko gangguan pendengaran.

2.2.10 Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit merupakan kondisi kesehatan telinga

pendengar seperti otitis media dan tinnitus yang sedang

diderita.

1. Otitis Media

Yaitu suatu peradangan sebagian atau seluruh mukosa

telinga tengah yang terjadi akibat infeksi bakteri

Streptococcus pneumonia, Haemopilus influenza, atau

Staphylococcus aureus. Otitis media juga dapat timbul

akibat infeksi virus (otitis media infeksiosa) yang biasanya

diobati dengan antibiotik, atau terjadi akibat alergi (otitis

media serosa) yang dapat diobati dengan antihistamin

dengan atau tanpa antibiotik (Pratama, 2010).

Page 79: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

62

2. Tinnitus

Tinnitus adalah suara berdengung di satu atau kedua

telinga. Tinnitus dapat timbul pada penimbunan kotoran

telinga atau presbiakus, kelebihan aspirin dan infeksi

telinga (Pratama, 2010).

Page 80: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

63

2.3 Kerangka Teori

Bagan 2. 1 Kerangka Teori

Dosis Kebisingan

Usia Pekerja

Jenis Kelamin

Penggunaan APT

Masa Kerja

Hobi Terkait Bising

Lingkungan Tempat

Tinggal

Riwayat Merokok

Penggunaan Obat

Ototoksik

Gangguan

Pendengaran

Riwayat Penyakit

Page 81: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

64

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah variabel dependen berupa

gangguan pendengaran, dengan variabel independen yang terdiri dari dosis

kebisingan, usia, masa kerja, penggunaan alat pelindung telinga, riwayat

merokok, dan hobi terkait bising.

Variabel yang tidak diteliti adalah :

3. Jenis Kelamin : tidak diteliti karena seluruh pekerja adalah laki-laki

atau homogen.

4. Lingkungan Tempat Tinggal : tidak diteliti karena peluang bias recall,

hal ini dikarenakan terdapat perbedaan akurasi ketika sampel

melaporkan paparan.

8. Penggunaan Obat Ototoksik : tidak diteliti karena memiliki peluang

bias recall yang besar karena sulit untuk mengingat obat yang telah

digunakan dalam waktu yang cukup lama.

9. Riwayat Penyakit : tidak diteliti karena peluang bias recall yaitu

kesalahan responden dalam memberikan informasi.

Page 82: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

65

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Dosis Kebisingan

Usia

Masa Kerja

Penggunaan APT

Riwayat Merokok

Hobi Terkait Bising

Gangguan

Pendengaran

Page 83: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

66

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Variabel Dependen

Gangguan

Pendengaran

Perubahan pada tingkat pendengaran

yang mengakibatkan kesulitan dalam

berkehidupan normal, biasanya

dalam hal memahami pembicaraan

yang disebabkan terpajan oleh bising

yang cukup keras dalam jangka

waktu yang cukup lama dan biasanya

diakibatkan oleh bising lingkungan

kerja

Garpu Tala Pemeriksaan

gangguan

pendengaran

0. Gangguan

Pendengaran

1. Normal

Ordinal

Page 84: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

67

Variabel Independen

Dosis

Kebisingan

Jumlah paparan tingkat kebisingan

aktual berbanding dengan lamanya

waktu kontak dengan kebisingan

yang diizinkan.

Sound Level

Meter,

Kalkulator,

dan

Kuesioner

Pengukuran

dan Kuesioner

1. Lebih dari NAB

(≥100%)

2. Kurang dari NAB

(<100%)

(NIOSH, 1998)

Ordinal

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Usia Jumlah tahun lahir para pekerja,

yang dihitung sejak tanggal lahir

sampai dengan ulang tahun terakhir

pekerja pada saat pengambilan data

dilakukan.

Kuesioner Wawancara 0. > 40 tahun

1. ≤ 40 tahun

(Primadona, 2012)

Ordinal

Masa kerja

Lama bekerja yang dijalani sebagai

pekerja di PT. Dirgantara Indonesia

Kuesioner Wawancara 0. ≥ 5 tahun Ordinal

Page 85: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

68

(Persero) dihitung sejak awal

terdaftar menjadi pekerja sampai

pengambilan data dilakukan.

1. < 5 tahun

(Pratiwi, 2012)

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Penggunaan

alat

pelindung

telinga

(APT)

Suatu perilaku yang dilakukan oleh

pekerja untuk melindungi telinga

dari paparan kebisingan di tempat

kerja.

Lembar

Observasi

Observasi 0. Tidak menggunakan

APT

1. Menggunakan APT

(Miristha, 2009)

Ordinal

Riwayat

Merokok

Kegiatan mengonsumsi bahan

tembakau dan hasil olahannya, baik

dilakukan pada saat bekerja atau pun

tidak bekerja.

Kuesioner Wawancara 0. Perokok sedang-

berat (201->600

batang)

1. Perokok ringan (1-

200 batang)

Ordinal

Page 86: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

69

2. Bukan perokok (0

batang)

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Hobi terkait

bising

Kegemaran pekerja di waktu luang

untuk melakukan aktivitas yang ada

hubungannya dengan pajanan bising

seperti mendengarkan musik,

clubbing, karaoke, nonton film

bisokop, menyelam, berbelanja, dan

menembak.

Kuesioner Wawancara 0. Ya

1. Tidak

Ordinal

Page 87: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

70

3.3 Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara dosis kebisingan dengan gangguan

pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015.

2. Terdapat hubungan antara usia dengan gangguan pendengaran pada

pekerja di departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara

Indonesia (Persero) tahun 2015.

3. Terdapat hubungan antara masa kerja dengan gangguan pendengaran pada

pekerja di departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara

Indonesia (Persero) tahun 2015.

4. Terdapat hubungan antara penggunaan alat pelindung telinga dengan

gangguan pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan

Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015.

5. Terdapat hubungan antara riwayat merokok dengan gangguan

pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015.

6. Terdapat hubungan antara hobi terkait bising dengan gangguan

pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015.

Page 88: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

71

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis studi analitik yang bertujuan untuk melihat

hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel

dependen. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional, karena

peneliti ingin melihat hubungan antara variabel independen berupa faktor-

faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran dengan variabel

dependen berupa gangguan pendengaran yang dialami pekerja pada waktu

yang bersamaan.

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember tahun 2014 – Februari tahun

2015 di PT. Dirgantara Indonesia (Persero) yang terletak di Jl. Pajajaran 154

Bandung, 04174 Bandung, Jawa Barat.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan elemen/subjek riset (Murti, 1997).

Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh pekerja di departemen Metal

Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) yaitu

sebanyak 178 orang. Berikut ini adalah data jumlah pekerja di masing-

masing unit:

Page 89: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

72

Tabel 4.1 Daftar Pekerja di Departemen Metal Forming

dan Heat Treatment

No. Nama Unit Jumlah Pekerja

1. Manager 1

2. Sheet Press Forming 62

3. Profile Press Forming 39

4. Stretch Forming 41

5. Heat Treatment 10

6. Tube Bending and Welding 13

7. PP dan Scheduling 12

Total 178

Sumber : SDM PT Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2014

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan rumus besar sampel

untuk uji hipotesis beda dua proporsi (Lemeshow, 1997) seperti berikut:

Keterangan:

n : besar sampel minimun dalam penelitian

P : rata-rata P1 dan P2 yaitu (P1 + P2)/2,

= 0.25

P1 : 0,35 (proporsi pekerja yang menerima dosis kebisingan ≥

100% di PT Indonesia Power UBP Suralaya oleh Istantyo

tahun 2011)

P2 : 0,15 (proporsi pekerja yang menerima dosis kebisingan <

100% di PT Indonesia Power UBP Suralaya oleh Istantyo

tahun 2011)

Z : nilai Z pada derajat kemaknaan, 95% = 1.96

Z : nilai Z pada kekuatan uji power 1, 96% = 1.64

2

Page 90: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

73

n = 60

Sampel minimal yaitu 60 orang. Untuk menghindari drop out atau

jawaban responden yang missing maka jumlah sampel ditambah,

sehingga menjadi 66 orang.

4.3.3 Metode Sampling

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Systematic Random

Sampling. Cara ini dapat dilaksanakan apabila populasi tidak begitu

banyak variasinya dan secara geografis tidak terlalu menyebar. Teknik ini

merupakan modifikasi dari simple random sampling. Caranya adalah

membagi jumlah atau anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel

yang diinginkan hasilnya adalah interval sampel (Notoadmojo, 2010).

Maksud dari penggunaan metode ini adalah agar sampel tersebar secara

merata di setiap unit. Syarat dari metode ini yaitu harus ada sampling

frame, karakteristik populasinya cukup homogen, dan populasinya secara

geografis tidak terlalu menyebar (Sabri, 2011). Berikut ini adalah

penghitungan interval/kelipatan untuk Systematic Random Sampling.

=

Berdasarkan perhitungan tersebut, kelipatan yang didapat sebesar 3.

Maka dari sampel pertama akan didapatkan sampel kedua yang terdapat

pada urutan ke-3 setelah sampel pertama di dalam sampling frame, yaitu 1,

4, 7, 10 dst.

Page 91: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

74

4.4 Pengumpulan Data

4.4.1 Sumber Data

Merupakan subjek dari mana data diperoleh (Arikunto,2010). Dalam

penelitian ini terdapat dua sumber data yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan sumber data langsung yang diperoleh

melalui pengukuran garpu tala untuk menentukan gangguan

pendengaran pada pekerja dan penyebaran kuesioner yang berisi

pertanyaan terkait variabel yang diteliti kepada para pekerja.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan dari perusahaan

seperti profil perusahaan dan data karyawan PT. Dirgantara Indonesia

(Persero).

4.4.2 Alur Pengumpulan Data

Alur pengambilan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Variabel

a. Gangguan Pendengaran

Pengukuran gangguan pendengaran dilakukan dengan

menggunakan garpu tala.

b. Dosis Kebisingan

Pengukuran waktu paparan kebisingan menggunakan

lembar observasi untuk menilai lamanya pekerja berada di wilayah

tersebut. Intensitas kebisingan yang diterima diukur dengan

menggunakan alat Sound Level Meter melalui metode observasi

Page 92: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

75

pada setiap pekerja. Setelah didapatkan waktu lamanya pekerja

melalukan pekerjaan di tempat tersebut dan intensitas kebisingan

yang diterima kemudian dilakukan perhitungan dosis kebisingan.

Untuk pengukuran dosis kebisingan dihitung menggunakan

kalkulator.

Pengukuran dosis kebisingan dihitung menggunakan

kalkulator (Soeripto, 2008 ), dengan rumus :

D =

x 100%

Keterangan :

D : jumlah dosis kebisingan

C : konsentrasi (jam)

T : lama pajanan kebisingan yang diizinkan (jam)

Sebagai contoh, seorang pekerja A mulai bekerja di suatu

ruangan dengan intensitas suara sebesar 91 dB selama 1 jam,

kemudian pindah ke ruangan dengan intensitas 100 dB selama 15

menit, kemudian pekerja pindah menuju ruangan dengan

kebisingan 106 dB selama 15 menit. Hal pertama yang harus

dilakukan adalah mencari lamanya waktu bekerja yang diizinkan

sesuai dengan intensitas bising tersebut.

Page 93: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

76

Tabel 4.2 Contoh Perhitungan Dosis Kebisingan

Untuk tepajan pada

intensitas bising

Lamanya waktu

terpajan yang diizinkan

91 dB 2 jam

100 dB 15 menit

106 dB 3,75 menit

Sumber : Soeripto (2008)

Maka apabila hasil pembacaan dimasukkan ke dalam rumus

akan dihasilkan :

=

+1+4 = 5,50

Jadi berdasarkan perhitungan tersebut, dosis kebisingan

yang diterima responden sebesar 5,50 x 100% yaitu 550%, dosis

kebisingan tersebut telah melebihi nilai ambang batas yang

diizinkan yaitu sebesar 100%.

c. Riwayat Merokok

Data riwayat merokok didapatkan melalui kuesioner,

dengan pertanyaan berupa lamanya merokok dan jumlah batang

rokok yang dihisap dalam sehari. Klasifikasi perokok ditetapkan

berdasarkan indeks Brikmann, dengan rumus sebagai berikut:

Bila hasilnya,

0 batang = bukan perokok

1-200 batang = perokok ringan

201- > 600 batang = perokok sedang - perokok berat

Lama merokok (tahun) x Jumlah batang rokok yang dihisap per hari

Page 94: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

77

d. Usia, Masa Kerja, dan Hobi Terkait Bising

Variabel usia, masa kerja, dan hobi terkait bising

didapatkan melalui penyebaran kuesioner kepada para pekerja.

e. Penggunaan Alat Pelindung Telinga

Data untuk varibel penggunaan alat pelindung telinga

didapatkan melalui observasi yang dilakukan oleh penulis terhadap

seluruh pekerja.

2. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Garpu Tala

Pemeriksaan pendengaran dengan garpu tala atau penala

merupakan tes kualitatif. Terdapat berbagai macam tes penala

seperti tes Rinne, tes Weber, dan tes Schwabach. Dalam Buku Ajar

Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher edisi

ke - 6, cara melakukan tes penala adalah sebagai berikut

(Soepardi,2007).

1) Tes Rinne

Tes Rinne dilakukan dengan cara menggetarkan penala,

kemudian tangkai penala diletakkan di prosesus mastoid,

setelah tidak terdengar bunyi, penala dipegang di depan telinga

kira-kira 2,5 cm. Bila bunyi masih terdengar disebut Rinne

positif (+), bila tidak terdengar disebut Rinne negatif (-).

Page 95: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

78

2) Tes Weber

Tes Weber dilakukan dengan cara penala digetarkan dan

tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala (di verteks,

dahi, pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau di dagu).

Apabila bunyi penala terdengar lebih keras pada salah satu

telinga disebut Weber lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak

dapat dibedakkan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih

keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.

3) Tes Schwabach

Penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus

mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tangkai

penala segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga

pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih

dapat mendengar disebut Schwabach memendek, bila

pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang

dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada prosesus

mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih dapat

mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila

pasien dan pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarnya

disebut dengan Schwabach sama dengan pemeriksa.

Untuk mendiagnosis gangguan pendengaran akibat bising

(Noise Induced Hearing Loss), pada pemeriksaan audiologi

melalui tes penala didapatkan hasil Rinne positif Weber

Page 96: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

79

lateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik, dan

Schwabach memendek. Berikut ini merupakan tabel 4.3

tentang gambaran hasil diagnosis tes penala.

Tabel 4.3 Gambaran Hasil Diagnosis Tes Penala

Catatan : pada tuli konduktif < 30 dB, tes Rinne masih bisa positif

Sumber : Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT, Kepala dan

Tenggorokan FKUI, 2007

b. Sound Level Meter

Pengukuran tingkat kebisingan di lingkungan tempat kerja

diukur dengan menggunakan alat Sound Level Meter (SLM)

Krisbow tipe KW06-291. SLM adalah instrumen dasar yang

digunakan untuk mengukur getaran suara di udara. Alat ini dapat

mengukur tingkat kebisingan antara 30-130 dB dengan frekuensi

16-20.000 Hz. Pengukuran terhadap tenaga kerja menggunakan

skala A pada SLM karena pada skala tersebut frekuensinya sama

dengan frekuensi yang dapat didengar oleh telinga manusia. Alat

SLM biasanya dilengkapi dengan tiga skala ukuran:

Tes

Rinne Tes Weber

Tes

Schwabach Diagnosis

Positif Tidak ada

lateralisasi

Sama dengan

pemeriksa

Normal

Negatif Lateralisasi

ke telinga

yang sakit

Memanjang Tuli konduktif

Positif Lateralisasi

ke telinga

yang sehat

Memendek Tuli

sensorineural

Page 97: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

80

1) Skala A untuk mengukur respon karakteristik telinga untuk

tingkat kebisingan yang rendah 35–135 dB.

2) Skala B untuk tingkat kebisingan sedang 40–135 dB.

3) Skala C untuk tingkat kebisingan yang lebih tinggi 45–135

dB.

Berikut ini merupakan cara menggunakan Sound

Level Meter untuk pengukuran intensitas kebisngan.

1. Hidupkan alat dengan menekan tombol On kemudian

pindahkan tombol fungsi ke posisi “dB”.

2. Lakukan pengukuran pada titik sampling yang telah

ditentukan.

3. Sesuaikan jarak pengukuran dan arahkan mikrofon ke

sumber bising dalam posisi horizontal.

4. Tekan tombol Select : select A dan dB, C dan dB, Lo

dan dB, serta Hi dan dB.

5. Untuk respon cepat, sangat cocok untuk mengukur

teriakan, ledakan, dan mesin dengan suara tertinggi dari

sumber bising.

6. Level bising akan diperlihatkan pada monitor.

7. Catat hasil pengukuran

8. Matikan Sound Level Meter bila telah selesai digunakan

dan simpan secara aman.

Page 98: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

81

c. Kuesioner

Teknik pengambilan data dilakukan dengan cara pembagian

kuesioner kepada pekerja yang menjadi sampel penelitian,

sebelumnya peneliti menjelaskan terlebih dahulu maksud dan

tujuan penelitian serta cara pengisian kuesioner yang benar.

4.5 Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul kemudian diolah melalui serangkaian langkah

sistematik. Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengolah data yaitu:

a. Penyuntingan data (Editing)

Setelah data didapatkan dan sebelum diolah terlebih dahulu

dilakukan pengecekan ulang (edit) pada data isian formulir dan kuesioner

untuk memastikan bahwa semua data yang diperlukan telah terisi dan

menghilangkan keraguan dari peneliti. Jika masih terdapat pertanyaan

yang belum terisi maka peneliti akan menanyakannya kembali melalui

telepon atau sms kepada responden terkait.

b. Pemberian kode (Coding)

Untuk memudahkan proses analisis, maka dilakukan pemberian

kode pada setiap data yaitu dengan cara mengubah data bentuk huruf

menjadi data bentuk angka. Tahap coding dilakukan pada jawaban

kuesioer pada variabel dependen maupun independen.

Page 99: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

82

Tabel 4.4 Daftar Kode Variabel

No Variabel Kode

1 Dosis Kebisingan 0. Lebih dari NAB (≥ 100%)

1. Kurang dari NAB (< 100%)

2 Usia 1. > 40 tahun

2. ≤ 40 tahun

3 Masa Kerja 1) ≥ 5 tahun

2) < 5 tahun

4 Penggunaan APT 1. Tidak menggunakan APT

2. Menggunakan APT

5 Riwayat Merokok 0. Perokok berat - Perokok sedang

1. Perokok ringan

2. Bukan Perokok

6 Hobi terkait bising 1. Ya

2. Tidak

c. Pemasukan data (Data entry)

Data entry merupakan proses pemasukan data ke dalam sistem

perangkat lunak komputer untuk pengolahan lebih lanjut.

d. Pembersihan data (Data Cleaning)

Data cleaning merupakan proses pengecekan kembali data yang

telah dimasukan (entry) untuk memastikan bahwa data tersebut telah

dimasukkan dengan benar. Hal ini dilakukan untuk melihat dan

menemukan apabila terdapat kesalahan yang dilakukan peneliti pada saat

memasukkan data. Setelah tahap ini selesai, kemudian dilakukan proses

analisis data.

4.7 Analisis Data

4.7.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi

dan proporsi guna mendeskripsikan variabel independen (dosis

Page 100: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

83

kebisingan, masa kerja, usia, riwayat merokok, hobi terkait bising, alat

pelindung telinga) dan dependen (gangguan pendengaran) yang

diteliti. Hasil analisis ini disajikan dalam bentuk tabel dan narasi

singkat.

4.7.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk membuktikan hipotesis penelitian

dengan cara mengetahui hubungan antara variabel independen (dosis

kebisingan, masa kerja, usia, riwayat merokok, hobi terkait bising, alat

pelindung telinga) dan variabel dependen (gangguan pendengaran).

Analisis data dilakukan dengan uji statistik chi-square dengan tingkat

kemaknaan α = 0,05.

Rumus chi-square (Sabri, 2014):

X =

dF = (k-1)(b-1)

Keterangan :

X : chi-square

E : nilai ekspektasi

B : jumlah baris

O : nilai observasi

K : jumlah kolom

Derajat signifikansi ( ) pada penelitian ini ditetapkan sebesar 5 %

(0.05). Terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen apabila hasil perhitungan didapatkan nilai p lebih kecil dari

Page 101: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

84

nilai alpha (p ≤ ). Sebaliknya, apabila didapatkan nilai p lebih besar

dari nilai alpha (p > ), maka tidak terdapat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Kekuatan hubungan anatara variabel dependen dan independen

dapat dilihat melalui nilai Odd Ratio (OR). Bila nilai OR = 1 artinya

tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen. Jika nilai OR < 1, artinya variabel independen sebagai

faktor protektof terhadap variabel dependen dan jika OR > 1 artinya

variabel independen sebagai faktor risiko terhadap variabel dependen.

Page 102: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

85

BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Umum Perusahaan

5.1.1 Profil Perusahaan

PT. Dirgantara Indonesia (Persero) merupakan salah satu

perusahaan penerbangan di Asia yang berpengalaman dan

berkompetensi dalam rancang bangun, pengembangan, dan

manufacturing pesawat terbang. Diawali dengan membangun

dasar penguasaan teknologi melalui lisensi, perusahaan industri

yang berdiri pada 23 Agustus 1976 ini memproduksi helikopter

dan pesawat terbang, diantaranya NBO-105, Super puma NAS-

332 dan NC-212. Tiga tahun kemudian perusahaan

mengintegrasikan teknologinya bersama CASA merancang dan

memproduksi CN-235.

Kemudian dalam rangka memantapkan kehadirannya dalam

industri kedirgantaraan dunia serta meningkatkan kemampuan

sebagai industri pesawat terbang, kerjasama internasional

ditandatangani. Kerjasama tersebut antara lain dengan Boeing

Company, menghasilkan komponen pesawat Boeing, serta

dengan Bell Helicopter Textron, memproduksi NBELL-412.

Selanjutnya dengan penguasaan teknologi serta keahlian

yang terus berkembang, PT. Dirgantara Indonesia merancang

Page 103: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

86

bangun N250, generasi pesawat penumpang subsonic dengan

daya angkut 64-68 penumpang dengan fly by wire system.

Prototype pertamanya telah berhasil diterbangkan pertama

kalinya pada tanggal 10 Agustus 1995 dan telah menjalani

sekitar 600 jam uji terbang. Kemudian diteruskan dengan

mengembangkan N2130 pesawat jet transonic dengan inovasi

baru, dalam tahap preliminary design. Namun, kedua program

tersebut terhenti karena adanya kendala pendanaan.

Pada tahun 1998 sebagai dampak dari krisis ekonomi dan

moneter pada tahun sebelumnya, industri ini mempersiapkan

paradigma baru. Melalui paradigma ini, PT. Dirgantara

Indonesia lebih berorientasi bisnis dengan memanfaatkan

teknologi yang telah diserap selama tiga windu, sebagai ujung

tombak dalam menghasikan produk dan jasa.

PT. Dirgantara Indonesia telah berhasil sebagai industri

manufaktur dan memiliki diversifikasi produknya, tidak hanya

bidang pesawat terbang tetapi juga dalam bidang lain, seperti

teknologi infomasi, telekomunikasi, otomotif, maritim, militer

otomasi dan kontrol, minyak dan gas, turbin industri, teknologi

simulasi, dan engineering services.

Page 104: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

87

5.1.2 Visi dan Misi

A. Visi

Menjadi perusahaan industri kelas dunia dalam industri

dirgantara yang berbasis pada penguasaan teknologi tinggi

dan mampu bersaing dalam pasar global dengan

mengandalkan keunggulan biaya.

B. Misi

1. Menjalankan usaha dengan selalu berorientasi pada

aspek bisnis dan komersial serta dapat menghasilkan

produk dan jasa yang memiliki keunggulan biaya.

2. Sebagai pusat keuntungan bidang industri dirgantara

terutama dalam rekayasa, rancang bangun manufaktur,

produksi dan pemeliharaan untuk kepentingan komersial

dan militer serta untuk aplikasi diluar industri dirgantara.

3. Menjadikan perusahaan sebagai kelas dunia di industri

global yang mampu bersaing dan mampu melakukan

aliansi stategi dengan industri dirgantara lainnya.

5.1.3 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan

PT. Dirgantara Indonesia berupaya menerapkan SMK3,

salah satunya dapat dilihat dengan upaya membangun dan

memelihara komitmen. PT. Dirgantara Indonesia memiliki

kebijakan perusahaan yang dimaksudkan sebagai ketentuan-

Page 105: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

88

ketentuan atau arahan-arahan dalam mengelola keselamatan dan

kesehatan kerja, dengan tujuan untuk memberikan perlindungan

bagi tenaga kerja dan mitra kerja, serta lingkungannya.

Kebijakan dengan Nomor Dokumen 00-PTD-19A yang

dikeluarkan pada tanggal 19 Oktober 2009 tersebut, meliputi

upaya perusahaan dalam merencanakan, menerapkan,

mengendalikan dan melakukan perbaikan pengelolaan K3LH.

Isi dari kebijakan perusahaan sebagai berikut:

1. Perusahaan melaksanakan K3LH secara terintegrasi dalam

aktivitas di tempat kerja sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku dan standar yang berlaku.

2. Perusahaan menyusun, melaksanakan, mendokumentasikan,

dan memelihara sistem manajemen K3LH yang terintegrasi

dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan,

penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan serta

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

3. Perusahaan menyusun rencana program pencegahan

pengurangan dan penanggulangan bahaya kecelakaan kerja,

kebakaran, peledakan, gangguan kesehatan akibat kerja dan

pencemaran lingkungan.

4. Perusahaan melaksanakan kegiatan K3LH secara efektif

dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme

Page 106: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

89

pendukung yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan

sasaran K3LH.

5. Perusahaan melaksanakan inspeksi, pengukuran, atau

pengajuan, pemantauan dan/atau audit K3LH.

6. Perusahaan melakukan perbaikan pengelolaan K3LH

berdasarkan hasil pengukuran, pemantauan dan audit.

7. Perusahaan menumbuhkan, mengembangkan dan

memelihara kesadaran karyawan dan mitra kerja dalam

melaksanakan pekerjaannya sesuai norma K3LH.

8. Perusahaan membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (P2K3) untuk mengelola pelaksanaan

program K3LH.

9. Perusahaan menetapkan bahwa strategi, perencanaan,

pelaksanaan dan pengendalian kegiatan K3LH

dikoordinasikan secara terpusat.

Seluruh kebijakan tersebut ditandatangani langsung oleh

Direktur Utama PT. Dirgantara Indonesia. Namun, kebijakan

sistem manajemen K3 PT. Dirgantara Indonesia tidak dapat

dilampirkan karena merupakan dokumen rahasia perusahaan.

Page 107: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

90

5.1.4 Gambaran Tingkat Kebisingan di Departemen Metal

Forming dan Heat Treatment Tahun 2015

Salah satu potensi bahaya terbesar yang ada di departemen

Metal Forming dan Heat Treatment adalah paparan kebisingan

yang melebihi nilai ambang batas sesuai dengan Peraturan

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor

Per.13/MEN/X/2011 tahun 2011. Berikut ini merupakan

gambaran tingkat kebisingan di departemen Metal Forming dan

Heat Treatment tahun 2015.

Tabel 5.1 Gambaran Tingkat Kebisingan di Departemen

Metal Forming dan Heat Treatment Tahun 2015

No. Unit Intensitas

Kebisingan (dB)

1. Sheet Press Forming 80 – 102

2 Profile Press Forming 80 – 103

3 Heat Treatment < 85

4 PP and Scheduling < 85

5 Stretch Forming 80 – 98

6 Tube Bending and Welding 75 – 89

Berdasarkan tabel 5.1, dapat diketahui bahwa empat unit

dalam departemen Metal Forming dan Heat Treatment memiliki

intensitas kebisingan melebihi nilai ambang batas (NAB),

sedangkan dua unit memiliki tingkat kebisingan di bawah nilai

ambang batas.

Page 108: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

91

5.2 Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakuakan untuk melihat distribusi frekuensi dan

statistik deskriptif dari masing-masing variabel. Variabel tersebut adalah

gangguan pendengaran, dosis kebisingan, usia, masa kerja, penggunaan

APT, riwayat merokok dan hobi terkait bising.

5.2.1 Gambaran Gangguan Pendengaran

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui gangguan

pendengaran pada penelitian ini menggunakan data primer yaitu

pemeriksaan dengan garpu tala atau tes penala yang dilakukan

pada bulan Januari tahun 2015. Pada tes penala untuk

mendiagnosis gangguan pendengaran akibat bising didapatkan

hasil Rinne positif, Weber lateralisasi ke telinga yang

pendengarannya lebih baik dan Schwabach memendek. Berikut

ini adalah hasil analisis distribusi frekuensi pada variabel

dependen gangguan pendengaran pada pekerja di departemen

Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia

(Persero) tahun 2015.

Tabel 5.2 Gambaran Gangguan Pendengaran Pada Pekerja di

Departemen Metal Forming dan Heat Treatment

PT. Dirgantara Indonesia Tahun 2015

Variabel Kategori N %

Gangguan

Pendengaran

Gangguan 45 68,2

Normal 21 31,8

Total 66 100

Page 109: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

92

Berdasarkan tabel 5.2, diketahui bahwa sebanyak 45 pekerja

(68,2%) mengalami gangguan pendengaran. Sedangkan 21

pekerja (31,8%) memiliki pendengaran normal.

5.2.2 Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Gangguan Pendengaran pada Pekerja di Departemen Metal

Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia

(Persero) Tahun 2015

Berikut ini adalah tabel 5.3 tentang hasil analisis distribusi

frekuensi pada variabel independen berupa dosis kebisingan,

usia, masa kerja, penggunaan APT, riwayat merokok dan hobi

terkait bising.

Page 110: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

93

Tabel 5.3 Gambaran Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Gangguan Pendengaran pada Pekerja di

Departemen Metal Forming dan Heat Treatment

PT Dirgantara Indonesia Tahun 2015

Variabel Kategori N %

Dosis Kebisingan Lebih dari NAB (≥100%) 53 80,3

Kurang dari NAB (<100%) 13 19,7

Usia >40 tahun 20 30,3

≤40 tahun 46 69,7

Masa Kerja ≥5 tahun 52 78,8

<5 tahun 14 21,2

Penggunaan Alat

Pelindung Telinga

(APT)

Tidak Menggunakan APT 38 57,6

Menggunakan APT 28 42,4

Riwayat Merokok

Perokok berat - Perokok sedang 10 15,2

Perokok ringan 23 34,8

Bukan Perokok 33 50,0

Hobi terkait bising Ya 52 78,8

Tidak 14 21,2

1. Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa sebagian besar

pekerja terpapar kebisingan lebih dari Nilai Ambang Batas

(NAB) atau ≥100% yaitu sebanyak 53 pekerja (80,3%).

2. Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa sebagian besar

pekerja berusia ≤40 tahun yaitu sebanyak 46 pekerja

(69,7%).

Page 111: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

94

3. Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa sebagian besar

pekerja memiliki masa kerja ≥5 tahun yaitu sebanyak 52

pekerja (78,8%).

4. Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa sebagian besar

pekerja tidak menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT)

ketika bekerja, yaitu sebanyak 38 pekerja dari 66 pekerja

(57,6%).

Sedangkan jenis alat pelindung telinga yang

digunakan pekerja dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini

adalah:

Tabel 5.4

Gambaran Jenis Alat Pelindung Telinga pada Pekerja

di Departemen Metal Forming dan Heat Treatment

PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2015

No. Jenis Alat

Pelindung Telinga

Frekuensi Presentase

(%)

1. Earmuff 3 10,7

2. Earplug 25 89,3

Total 28 100,0

Berdasarkan tabel 5.4 diketahui 89,3% pekerja

menggunakan alat pelindung telinga jenis earplug.

Sedangkan alasan pekerja tidak menggunakan alat

pelindung telinga (APT) dapat dilihat pada tabel 5.5

berikut ini:

Page 112: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

95

Tabel 5.5 Alasan Tidak Menggunakan Alat Pelindung

Telinga pada Pekerja di Departemen Metal Forming

dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero)

Tahun 2015

No. Alasan Tidak

Menggunakan APT

Frekuensi Presentase

(%)

1. Tidak Tersedia 3 10,7

2. APT Rusak 3 10,7

3. APT Tidak Nyaman 20 71,4

4. Lainnya 2 7,2

Total 28 100,0

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa sebanyak

71,4% pekerja yang tidak menggunakan APT beralasan

bahwa APT yang tersedia tidak nyaman digunakan.

5. Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa sebagian besar

pekerja merupakan bukan perokok yaitu sebanyak 33

pekerja (50%).

Sedangkan pekerja yang merupakan mantan

perokok dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini:

Page 113: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

96

Tabel 5.6 Gambaran Status Merokok pada Pekerja di

Departemen Metal Forming dan Heat Treatment

PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2015

No. Merokok Frekuensi Presentase

(%)

1. Pernah 20 60,6

2. Tidak Pernah 13 39,4

Total 33 100,0

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa sebanyak

60,6% pekerja pernah merokok.

Sedangkan jenis rokok yang dikonsumsi pekerja

dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini:

Tabel 5.7 Gambaran Jenis Rokok pada Pekerja di

Departemen Metal Forming dan Heat Treatment

PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2015

No. Jenis Rokok Frekuensi Presentase

(%)

1. Kretek 3 9,1

2. Filter 30 90,9

Total 33 100,0

Berdasarkan tabel 5.7 dapat diketahui bahwa

sebanyak 90,9% pekerja mengkonsumsi jenis rokok filter.

6. Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa sebagian besar

pekerja memiliki hobi yang terkait dengan bising, yaitu

sebanyak 52 pekerja dari 66 pekerja ( 78,8%).

Sedangkan jenis hobi terkait bising yang banyak

digemari pekerja dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini:

Page 114: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

97

Tabel 5.8 Jenis Hobi Terkait Bising pada Pekerja di

Departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT.

Dirgantara Indonesia (Persero) Tahun 2015

No. Hobi Terkait Bising Frekuensi Presentase

(%)

1. Mendengarkan Musik 44 72,13

2. Karaoke 3 4,92

3. Nonton Film Bioskop 7 11,47

4. Diving/Menyelam 4 6,56

5. Berbelanja 2 3,28

6. Menembak 1 1,64

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa

sebanyak 72,13% pekerja memiliki hobi mendengarkan

musik.

5.3 Analisis Bivariat

Distribusi hubungan antara variabel independen dengan gangguan

pendengaran pada pekerja di PT. Dirgantara Indonesia tahun 2015 dapat

dilihat pada tabel 5.8 berikut ini:

Page 115: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

98

5.9 Gambaran Hubungan antara Gangguan Pendengaran dengan

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran

pada Pekerja di Departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT.

Dirgantara Indonesia Tahun 2015

Variabel Kategori

Gangguan Pendengaran

Pvalue Gangguan Normal Total OR

(95% CI) N % n % n %

Dosis

Kebisingan

Lebih dari

NAB (≥100%) 42 79,2 11 20,8 53 100

12.727

(2,983-54,311) 0,000

Kurang dari

NAB (<100%) 3 23,1 10 76,9 13 100

Usia

>40 tahun 18 90 2 10 20 100 6.333

(1,312-30,575) 0,026

≤40 tahun 27 58,7 19 41,3 46 100

Masa Kerja

≥5 tahun 36 69,2 16 30,8 52 100 1.250

(0,361-4,327) 0,753

<5 tahun 9 64,3 5 35,7 14 100

Penggunaan

Alat

Pelindung

Telinga

(APT)

Tidak

Menggunakan

APT

30 78,9 8 21,1 38 100 3.250

(1,107-9,541) 0,055

Menggunakan

APT 15 53,6 13 46,4 28 100

Riwayat

Merokok

Perokok berat

- Perokok

sedang

8 80,0 2 20,0 10 100

0,034 Perokok ringan 11 47,8 12 52,2 23 100

Bukan

Perokok 26 78,8 7 21,2 33 100

Hobi Terkait

Bising

Ya 35 67,3 17 32,7 52 100 0.824

(0,225-3010) 1,000

Tidak 10 71,4 4 28,6 14 100

Page 116: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

99

1. Berdasarkan hasil analisis pada tabel 5.9, deketahui bahwa

sebanyak 79,2% pekerja yang terpapar dosis kebisingan

melebihi nilai ambang batas (≥100%) mengalami gangguan

pendengaran. Sedangkan sebanyak 23,1% pekerja yang

terpapar dosis kebisingan di bawah nilai ambang batas

(≤100%) mengalami gangguan pendengaran. Hasil uji

statistik diperoleh pvalue sebesar 0,000 atau ≤0,05. Maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara dosis kebisingan dengan gangguan

pendengaran. Sedangkan berdasarkan analisis keeratan

hubungan diperoleh OR = 12,727 (2,983-54,311), artinya

pekerja yang menerima dosis kebisingan melebihi nilai

ambang batas (≥100%) berpeluang 12,727 kali untuk

mengalami gangguan pendengaran dibandingkan dengan

pekerja yang menerima dosis kebisingan di bawah nilai

ambang batas (≤100%).

2. Berdasarkan hasil analsis pada tabel 5.9, diketahui bahwa

sebanyak 90% pekerja yang berusia >40 tahun mengalami

gangguan pendengaran. Hasil uji statistik diperoleh pvalue

sebesar 0,026 atau ≤0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan

gangguan pendengaran. Sedangkan berdasarkan analisis

kekuatan hubungan diperoleh OR = 6.333 (1,312-30,575),

Page 117: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

100

artinya pekerja yang berusia >40 tahun berpeluang 6.333

kali untuk mengalami gangguan pendengaran dibandingkan

dengan pekerja yang berusia ≤40 tahun.

3. Berdasarkan hasil analsis pada tabel 5.9, diketahui bahwa

sebanyak 69,2% pekerja yang memiliki masa kerja ≥5

mengalami gangguan pendengaran. Hasil uji statistik

diperoleh pvalue sebesar 0,753 atau >0,05. Maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara masa kerja dengan gangguan

pendengaran. Sedangkan berdasarkan analisis keeratan

hubungan diperoleh OR = 1.250, artinya pekerja yang

memiliki masa kerja ≥5 tahun berpeluang 1.250 kali untuk

mengalami gangguan pendengaran dibandingkan dengan

pekerja yang memiliki masa kerja <5 tahun.

4. Berdasarkan hasil analsis pada tabel 5.9, diketahui bahwa

sebanyak 78,9% pekerja yang tidak menggunakan alat

pelindung telinga (APT) mengalami gangguan

pendengaran. Hasil uji statistik diperoleh pvalue sebesar

0,055 atau ≤0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara penggunaan alat

pelindung telinga (APT) dengan gangguan pendengaran.

Sedangkan berdasarkan analisis kekuatan hubungan

diperoleh OR = 3.250 (1,107-9,541), artinya pekerja yang

Page 118: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

101

tidak menggunakan alat pelindung telinga (APT)

berpeluang 3.250 kali mengalami gangguan pendengaran

dibandingkan dengan pekerja yang menggunakan alat

pelindung telinga (APT).

5. Berdasarkan hasil analsis pada tabel 5.9, diketahui bahwa

sebanyak 80% pekerja yang memiliki riwayat merokok

kategori sedang dan berat mengalami gangguan

pendengaran. Hasil uji statistik diperoleh pvalue sebesar

0,034 atau ≤0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara riwayat merokok dengan

gangguan pendengaran.

6. Berdasarkan hasil analsis pada tabel 5.9, diketahui bahwa

sebanyak 67,3% pekerja yang memiliki hobi terkait bising

mengalami gangguan pendengaran. Hasil uji statistik

diperoleh pvalue sebesar 1,000 atau >0,05. Maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

signifikan antara hobi terkait bising dengan gangguan

pendengaran. Sedangkan berdasarkan analisis kekuatan

hubungan diperoleh OR = 0.824 (0,225-3010), artinya

pekerja yang memiliki hobi terkait bising berpeluang 0.824

kali dibandingkan dengan pekerja yang tidak memiliki hobi

terkait bising.

Page 119: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

102

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Desain ini

meneliti hubungan antara paparan dan penyakit pada populasi dalam satu

waktu yang sama. Sehingga peneliti sulit untuk mencegah atau

mengendalikan kesalahan sistematis (bias) yang berpotensi terjadi pada

desain studi ini.

2. Peneliti menggunakan garpu tala pada saat mengidentifikasi gangguan

pendengaran pada pekerja. Jika dibandingkan dengan tes audiometrik,

garpu tala memiliki sensitifitas yang kurang baik. Garpu tala tidak dapat

mengidentifikasi gangguan pendengaran kurang dari 30 dB. Sedangkan

menurut teori, penurunan pendengaran antara 25 dB dan 40 dB sudah

termasuk penurunan gangguan pendengaran ringan.

6.2 Gambaran Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran akibat bising (Noise Induced Hearing Loss) ialah

gangguan pendengaran yang disebabkan akibat terpajan oleh bising yang

cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan

oleh bising lingkungan kerja. Sifat ketuliannya adalah tuli sensorineural

koklea dan umumnya terjadi pada kedua telinga (Soepardi, 2007). Sedangkan

menurut Ballenger (1997), ketulian akibat kerja didefinisikan sebagai

gangguan pendengaran pada satu atau kedua telinga, sebagian atau seluruhnya,

Page 120: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

103

yang timbul pada masa kerja atau sebagai akibat pekerjaan seseorang.

Termasuk juga trauma akustik maupun ketulian akibat bising.

Ahli fisika mendefinisikan bising sebagai suara yang disebabkan oleh

gelombang akustik dengan intensitas dan frekuensi yang acak (random).

Seperti yang terdapat dalam industri, bising merupakan suara yang tidak

diinginkan dan merupakan energi yang terbuang (Ballenger, 1997).

Di departemen Metal Forming dan Heat Treatment terdapat berbagai

sumber bising yang dapat menimbulkan gangguan pendengaran pada pekerja.

Sumber bising tersebut berasal dari mesin dan proses kerja menggunakan alat

seperti palu, gerinda, dan router. Sedangkan proses kerja yang banyak

menimbulkan kebisingan yaitu bending dan welding, stretching dan pressing.

Semua proses tersebut dikerjakan dalam suatu ruang tertutup yang ada di

departemen Metal Forming dan Heat Treatment. Berdasarkan pengukuran

kebisingan diketahui bahwa paparan kebisingan minimal yang ada sebesar 80

dB dan paparan tertinggi yaitu 103 dB. Paparan tersebut terjadi terus-menerus

selama pekerja melakukan pekerjaannya. Sedangkan pekerjaan dengan

kebisingan tertinggi ada pada proses pembentukan sayap pesawat dengan palu.

Kebisingan yang tinggi dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Untuk

mengetahui adanya gangguan pendengaran pada pekerja dibutuhkan suatu

pemeriksaan, yaitu pemeriksaan hantaran melalui udara dan melalui tulang

dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni. Alat yang digunakan

dalam penelitian ini adalah garpu tala.

Page 121: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

104

Kelainan hantaran melalui udara menyebabkan tuli konduktif, hal ini

menandakan terdapat kelainan di telinga luar atau telinga tengah, seperti

atresia liang telinga, eksostosis liang telinga, serumen, sumbatan tuba

Eustachius serta radang telinga tengah. Kelainan di telinga dalam

menyebabkan tuli sensorineural koklea atau retrokoklea.

Secara fisiologik telinga dapat mendengar nada antara 20 sampai 18.000

Hz. Untuk pendengaran sehari-hari yang paling efektif antara 500-2000 Hz.

Oleh karena itu untuk memeriksa pendengaran dipakai garpu tala 512, 1024

dan 2048 Hz. Penggunaan ketiga garpu tala ini penting untuk pemeriksaan

secara kualitatif. Bila salah satu frekuensi ini terganggu penderita akan sadar

adanya gangguan pendengaran. Bila tidak mungkin menggunakan ketiga

garpu tala tersebut, maka hanya digunakan garpu tala 512 Hz, karena

penggunaannya tidak terlalu dipengaruhi oleh kebisingan sekitar.

Berdasarkan tes garpu tala yang dilakukan peneliti kepada para pekerja

ditemukan pada distribusi frekuensi gangguan pendengaran yang dialami

pekerja diketahui bahwa sebanyak 45 pekerja (68,2%) mengalami gangguan

pendengaran, dan sebanyak 21 pekerja (31,8%) memiliki pendengaran yang

normal. Berdasarkan hasil univariat tersebut dapat diketahui bahwa

perbandingan antara pekerja yang mengalami gangguan pendengaran dengan

pekerja yang pendengarannya normal adalah 2:1, hal ini menunjukkan perlu

adanya perhatian khusus dari perusahaan terhadap kesehatan pendengaran

para pekerja.

Page 122: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

105

Berikut ini merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat dan

beratnya ketulian akibat kerja, yaitu intensitas atau kerasnya bunyi (Sound

Pressure Level), periode pemaparan per hari, masa kerja, umur pekerja,

penggunaan alat pelindung telinga, riwayat merokok dan hobi yang terkait

dengan bising.

Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh bising dapat berpengaruh

pada kehidupan sehari-hari. Anak-anak dan orang dewasa dengan gangguan

pendengaran mempunyai keterbatasan dalam aktivitas sosialnya, menurunkan

produktifitas hidup, atau mendukung terkena masalah psikologis, seperti

merasa terisolasi dan disingkirkan, sebagaimana orang yang depresi atau

mengalami gangguan kognitif (Kim, 2009).

Saran yang dapat diberikan kepada perusahaan adalah sebaiknya

perusahaan melakukan pemeriksaan telinga (tes audiometri) secara berkala

kepada para pekerja. Hal ini dilakukan agar perusahaan dapat mengetahui

pekerja yang mengalami gangguan pendengaran dan dapat melakukan upaya

pencegahan dan penanggulangan dari masalah tersebut. Pemeriksaan

audiometri sangat bermanfaat, berguna untuk pemeriksaan screening

pendengaran dan merupakan penunjang utama diagnostik fungsi pendengaran.

Pemeriksaan pendengaran dapat dilakukan di fasilitas kesehatan di lini

terdepan (Bashiruddin, 2009).

Sedangkan untuk pekerja yang sudah mengalami gangguan pendengaran,

bila memungkinkan pekerja tersebut dipindahkan ke area kerja yang tidak

bising. Hal ini dimaksudkan agar pekerja tidak mengalami gangguan

Page 123: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

106

pendengaran yang lebih parah lagi. Namun jika hal tersebut tidak

memungkinkan, perusahaan dapat mengurangi waktu pemajanan bising

terhadap tenaga kerja dengan cara mengatur jam kerja mereka, sehingga

kebisingan yang diterima masih dalam batas aman.

Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu melakukan pengujian variabel

lain yang berhubungan dengan gangguan pendengaran seperti penggunaan

obat ototoksik, lingkungan tempat tinggal, jenis kelamin dan riwayat penyakit.

6.3 Hubungan Antara Dosis Kebisingan Dengan Gangguan Pendengaran

Pekerja melakukan pekerjaannya di departemen Metal Forming dan Heat

Treatment berupa proses pengerjaan rangkaian pesawat menggunakan mesin

dan hand tools seperti palu, rooter dan gerinda. Kondisi dari bengkel Metal

Forming dan Heat Treatment diketahui memiliki bahaya kebisingan tinggi

diatas nilai ambang batas. Exposure limit yang direkomendasikan oleh NIOSH

untuk bahaya kebisingan adalah 85 dB equivalen dengan 100% dosis selama 8

jam per hari (NIOSH, 1998).

Gangguan pendengaran akibat bising (Noise Induced Hearing Loss) ialah

gangguan pendengaran yang disebabkan akibat terpajan oleh bising yang

cukup keras dalam jangka waktu yang cukup lama dan biasanya diakibatkan

oleh bising lingkungan kerja. Sifat ketuliannya adalah tuli sensorineural

koklea dan umumnya terjadi pada kedua telinga (Soepardi, 2007).

Mekanisme terjadinya kebisingan dimulai dari bunyi atau suara didengar

sebagai rangsangan pada sel syaraf pendengar dalam telinga oleh gelombang

longitudinal yang ditimbulkan oleh getaran dari sumber bunyi. Gelombang

Page 124: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

107

tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya dan pada saat

bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki karena mengganggu atau timbul

diluar kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi tersebut dinyatakan

sebagai kebisingan (Pradana, 2013).

Pengukuran dosis kebisingan dilakukan apabila kebisingan yang memapar

pekerja terdiri dari periode yang berbeda begitu pun dengan tingkat

kebisingannya (Istantyo, 2011). Peleliti menentukan dosis kebisingan yang

diterima pekerja didasarkan pada jenis pekerjaan dan lamanya pekerja

melakukan pekerjaan tersebut yang didapat melalui kuesioner (recall

aktivitas). Pengukuran dosis kebisingan dengan menggunakan recall aktivitas

dilakukan karena pekerja melakukan pekerjaan yang sama dari hari ke hari,

sehingga dapat diasumsikan bahwa recall aktivitas dapat menggambarkan

dosis kebisingan harian yang diterima pekerja. Pengukuran intensitas

kebisingan dilakukan penulis berdasarkan data kuesioner, pengukuran

dilakukan di titik-titik pekerja berada dibantu oleh supervisor atau leader dari

tiap unit di depertemen Metal Forming dan Heat Treatment. Pengukuran

intensitas kebisingan dilakukan pada jam 09.00 WIB sampai dengan jam

11.00 WIB, kemudian pada jam 13.00 WIB sampai dengan jam 15.00 WIB.

Hal ini dikarenakan pada jam tersebut merupakan jam operasional pekerja.

Pada tabel 5.3 diketahui bahwa distribusi frekuensi pekerja yang menerima

dosis kebisingan lebih dari NAB (≥100%) sebanyak 53 dari 66 pekerja

(80,3%). Sedangkan 13 dari 66 pekerja (19,7%) menerima paparan kebisingan

kurang dari NAB (<100%). Sementara pada tabel 5.4, dapat diketahui bahwa

Page 125: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

108

terdapat hubungan yang signifikan antara dosis kebisingan dengan gangguan

pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan Heat Treatment

PT. Dirgantara Indonesia tahun 2015 (pvalue = 0,000).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Istantyo

(2011), yang mendapatkan hasil bahwa dosis kebisingan terbukti memiliki

hubungan yang sangat signifikan terhadap gangguan fungsi pendengaran

dengan nilai pvalue sebesar 0,000. Berdasarkan nilai OR pada analisis

multivariat untuk variabel dosis kebisingan sebesar 19,279, artinya pekerja

yang menerima dosis kebisingan lebih dari 100% atau equivalen dengan 85

dB memiliki peluang 19,279 kali lebih berisiko untuk mengalami gangguan

fungsi pendengaran dibandingkan dengan pekerja yang menerima dosis

kebisingan <100%.

Bising berpengaruh terhadap tenaga kerja, sehingga dapat menimbulkan

berbagai gangguan kesehatan secara umum, antara lain gangguan

pendengaran, fisiologi, serta gangguan psikologi. Bising menimbulkan

kerusakan di telinga dalam. Lesinya sangat bervariasi dari disosiasi organ

Corti, ruptur membran, perubahan stereosilia dan organel subseluler. Selain itu

bising juga menimbulkan efek pada sel ganglion, saraf, membran tektoria,

pembuluh darah dan stria vaskularis. Pada observasi kerusakan organ Corti

dengan menggunakan mikroskop elektron didapatkan hasil bahwa sel-sel

sensor dan sel penunjang merupakan bagian yang paling peka di telinga dalam

(Soepardi, 2007).

Page 126: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

109

Jenis kerusakan yang timbul pada struktur organ tertentu tergantung pada

intensitas, lama pajanan dan frekuensi bising. Penelitian dengan intensitas

bunyi 120 dB dan kualitas bunyi nada murni sampai bising dengan waktu

pajanan 1-4 jam menimbulkan beberapa tingkatan kerusakan sel rambut.

Kerusakan juga dapat dijumpai pada sel penyangga, pembuluh darah dan serat

aferen.

Stimulasi bising dengan intensitas sedang mengakibatkan perubahan

ringan pada silia dan Hensen’s body, sedangkan stimulasi yang lebih keras

disertai waktu pajanan yang lebih lama akan menimbulkan kerusakan pada

struktur sel rambut lain seperti mitokondria, granula lisosom, lisis sel dan

robekan di membran Reisner. Pajanan bising dengan efek destruksi yang tidak

begitu besar menyebabkan terjadinya ‘floppy silia’ yang sebagian masih

reversibel. Kerusakan silia menetap ditandai dengan fraktur ‘rootlet’ silia pada

lamina retikularis.

Melalui penelitian eksperimental diketahui bahwa nada murni dengan

frekuensi tinggi dan intensitas tinggi akan merusak struktur di ujung tengah

basal (mid basal end) koklea dan frekuensi rendah merusak struktur dekat

apeks koklea. Bising dengan spektrum lebar dan intensitas tinggi akan

menyebabkan perubahan struktur di putaran basal pada daerah yang melayani

nada 4000 Hz. Kerusakan ringan terdiri dari terputus dan degenerasi sel-sel

rambut luar dan sel-sel penunjangnya. Kerusakan yang lebih berat

menunjukkan adanya degenerasi, baik pada sel rambut luar maupun sel

rambut dalam dan atau hilangnya seluruh organ Corti (Ballenger, 1997).

Page 127: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

110

Upaya untuk menanggulangi masalah kebisingan di tempat kerja yaitu

perusahaan sebaiknya membentuk program konservasi pendengaran. Menurut

Mahmud (2009), jika kebisingan di area lingkungan kerja telah melebihi 85

dB, maka industri tersebut wajib menerapkan program konservasi

pendengaran. Program Konservasi Pendengaran merupakan rangkaian

kegiatan yang sistematik dan bertujuan untuk mencegah terjadinya ketulian

pada para pekerja yang terpapar kebisingan tinggi (OSHA, 2002). Terdapat

delapan elemen dalam program konservasi pendengaran sesuai dengan

ketentuan Direktorat Bina Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan (2006)

yaitu, monitoring pajanan bising, pengendalian secara teknik, pengendalian

administratif, pelatihan dan pendidikan pekerja, audiometri, evaluasi dan

dokumentasi, dan audit program.

Upaya pengendalian kebisingan dengan mereduksi bising dari sumber

perlu dilakukan. Contoh dengan memasang pembatas atau tameng atau perisai

yang dikombinasikan dengan peredam suara yang dipasang di langit-langit.

Hal ini dapat digunakan saat proses pengerjaan menggerinda kerangka sayap

pesawat yang dapat menibulkan bising dengan frekuensi tinggi, yang dapat

mengganggu setiap orang di area tersebut. Selain itu untuk proses

menggerinda dapat dilindungi dengan sekat perisai pada kedua sisinya dan

menempatkan “baffels” penyerap suara pada langit-langit.

Upaya lain yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pembatasan pemaparan

bising dengan mengontrol lingkungan mesin atau perlindungan diri pekerja

yang terpapar bising dengan menggunakan alat pelindung telinga. Kedua cara

Page 128: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

111

ini mampu untuk menghilangkan atau mengurangi bising yang masuk ke

telinga dalam.

6.4 Hubungan Antara Usia Dengan Gangguan Pendengaran

Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan

nilai ambang dengar. Pekerja dengan usia di atas 40 tahun, diketahui dapat

mengalami penurunan fungsi pendengaran yang disebut presbikusis.

Presbikusis merupakan berkurangnya kemampuan mendengar seiring dengan

bertambahnya usia. Tuli sensorineural pada orang tua ini berhubungan dengan

terjadinya atrofi pada organ akhir, degenerasi saraf, perubahan vaskuler dan

stria vaskularis atau perubahan lain di telinga dalam (Ballenger, 1997).

Berdasarkan hasil analisis univariat diketahui bahwa 20 dari 66 pekerja

(30,3%) berusia >40 tahun. Sedangkan 46 dari 66 pekerja (69,7%) berusia ≤40

tahun. Berdasarkan analisis bivariat pada tabel 5.9, diketahui bahwa usia

memiliki hubungan yang signifikan dengan gangguan pendengaran pada

pekerja di departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara

Indonesia tahun 2015 (pvalue = 0,026).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Baktiansyah

(2004) terhadap para pekerja pria di PT X, didapatkan hasil bahwa variabel

usia mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap terjadinya gangguan

pendengaran dengan p < 0,01. Gangguan pendengaran lebih banyak terjadi

pada pekerja yang berusia >40 tahun dan pekerja tersebut memiliki risiko

sepuluh kali lebih besar bila dibandingkan dengan pekerja berusia <40 tahun.

Page 129: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

112

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tua pekerja maka

semakin besar risikonya untuk mengalami gangguan pendengaran.

Bunch (1937) dalam Ballenger (1997) menekankan bahwa presbikusis

adalah gabungan efek pemaparan bising harian selama bertahun-tahun, yang

menyebabkan kerusakan secara bertahap. Dalam proses penuaan, akan terjadi

perubahan anatomi dan mekanisme hemodinamik pembuluh darah mulai dari

pembuluh darah aorta sampai dengan pembuluh darah perifer. Perubahan yang

terjadi berupa penebalan dinding pembuluh darah, berkurangnya elastisitas

yang menimbulkan kekakuan, dan sklerotis pembuluh darah sekaligus

peningkatan tahanan intravaskuler. Faktor usia diketahui berdampak terhadap

sistem pendengaran mulai dari telinga bagian luar sampai ke tingkat tertinggi

dari auditory cortex.

Kejadian presbikusis diduga memiliki hubungan dengan faktor-faktor

herediter, pola makan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya

hidup atau dengan kata lain bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi

pendengaran secara berangsur-angsur merupakan efek kumulatif dari faktor-

faktor tersebut (Soepardi, 2007).

Pada usia lanjut kelenjar-kelenjar serumen mengalami atrofi sehingga

produksi kelenjar serumen berkurang dan menyebabkan serumen mengering,

sehingga menyebabkan tumpukan serumen yang mengakibatkan tuli

konduktif. Membran timpani yang bertambah tebal dan kaku juga akan

mengakibatkan gangguan konduksi, demikian juga halnya dengan kekakuan

yang terjadi pada persendian tulang-tulang pendengaran (Istantyo, 2010).

Page 130: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

113

Saran bagi perusahaan yaitu sebaiknya perusahan mengurangi

keterpaparan kebisingan kepada para pekerja yang sudah berusia lebih dari 40

tahun, yakni dengan membatasi waktu kerja mereka di area kebisingan tinggi

sehingga tidak melebihi nilai ambang batas yang diizinkan. Sedangkan untuk

mencegah gangguan pendengaran pada bekerja kurang dari 40 tahun,

perusahaan dapat memberikan alat pelindung diri yang disertai dengan

pelatihan APT tersebut. Pengendalian lain yang dapat perusahaan lakukan

yaiu pengukuran dosis kebisingan secara teratur agar paparan kebisingan yang

diterima pekerja bisa terawasi dengan baik (di bawah NAB). Hasil

pengukuran tersebut kemudian disajikan dalam bentuk grafik dan dijadikan

media analisis dalam proses evaluasi dan perencanaan penanggulangan tingkat

kebisingan.

6.5 Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Gangguan Pendengaran

Masa kerja merupakan salah satu faktor yang menentukan derajat

penurunan pendengaran. Masa kerja berpengaruh besar terhadap kondisi

temporary threshold shift (TTS) yang dialami pekerja. Ketika kelompok

pekerja yang menderita TTS banyak dengan masa kerja pekerja yang lama

maka akan meningkatkan jumlah gangguan pendengaran pada pekerja.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3, dapat diketahui bahwa 52 dari

66 (78,8%) responden memiliki masa kerja ≥5 tahun, dan 14 dari 66 (21,2%)

responden memiliki masa kerja <5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar responden telah bekerja di tempat yang bising selama lebih

dari sama dengan 5 tahun. Sedangkan berdasarkan analisis bivariat dapat

Page 131: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

114

diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara masa kerja

dengan gangguan pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming

dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia tahun 2015 (pvalue=0,753).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Pratiwi (2012) yang meneliti penerbang TNI AU, dalam penelitiannya

didapatkan hubungan yang bermakna antara lama kerja >5 tahun dengan

kejadian NIHL (p=0,015), dengan risiko terjadinya NIHL 3,48 kali lebih besar

pada penerbang dengan lama kerja >5 tahun dibandingkan dengan penerbang

dengan lama kerja <5 tahun.

Berdarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa sebagian besar pekerja

memiliki masa kerja yang cukup lama yakni >5 tahun. Pekerja juga cenderung

melakukan pekerjaan yang sama dari waktu ke waktu, jarang sekali

perusahaan melakukan mutasi kepada para pekerjanya. Hal ini dikarenakan

untuk suatu proses kerja diperlukan keahlian yang mumpuni dari seorang

pekerja sehingga tidak mungkin pekerjaan tersebut dilakukan oleh orang lain

yang belum terbiasa. Bahkan pada sebagian besar pekerja telah melakukan

pekerjaan yang sama selama puluhan tahun.

Pada penelitian ini didapatkan hubungan yang tidak bermakna antara masa

kerja dan gangguan pendengaran. Jika dilihat dari variabel usia diketahui

bahwa sebagian besar pekerja berusia ≤40 tahun yaitu sebanyak 46 pekerja

(69,7%) dari 66 pekerja. Hal ini memungkinkan bahwa tidak adanya

hubungan antara masa kerja dengan gangguan pendengaran disebabkan karena

Page 132: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

115

sebagian besar pekerja masih berusia di bawah 40 tahun. Sehingga pekerja

tersebut masih memiliki pendengaran yang baik.

Selain karena variabel usia, hubungan yang tidak bermakna antara masa

kerja dan gangguan pendengaran mungkin terjadi karena keterbatasan garpu

tala yang digunakan dalam proses pemeriksaan gangguan pendengaran. Garpu

tala memiliki sensitifitas yang kurang baik jika dibandingkan dengan tes

audiometrik. Garpu tala tidak dapat mendeteksi penurunan pendengaran

kurang dari 30 dB. Pada tes rinne tuli konduktif <30 dB masih dianggap

positif (normal). Padahal secara teori penurunan antara 25 dB – 40 dB sudah

termasuk ke dalam derajat ketulian ringan. Pada masa kerja ≥5 tahun dan usia

sekitar 40 tahun lebih kemungkinan penurunan yang terjadi adalah penurunan

pendengaran ringan yaitu sekitar 25 dB – 40 dB. Jadi sebagian pekerja dengan

masa kerja ≥5 tahun dan berusia lebih dari 40 tahun yang telah mengalami

gangguan pendengaran ringan tidak terdeteksi menderita gangguan

pendengaran (Kusumawati, 2012).

Faktor usia merupakan salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan

terjadinya gangguan pendengaran, walaupun bukan merupakan faktor yang

terkait langsung dengan kebisingan di tempat kerja. Beberapa perubahan yang

terkait dengan pertambahan usia dapat terjadi pada telinga. Membran yang ada

di telinga bagian tengah, termasuk di dalamnya gendang telinga menjadi

kurang fleksibel karena bertambahnya usia. Selain itu, tulang-tulang kecil

yang terdapat di telinga bagian tengah juga menjadi lebih kaku dan sel-sel

rambut di telinga bagian dalam dimana koklea berada juga mulai mengalami

Page 133: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

116

kerusakan. Rusak atau hilangnya sel-sel rambut inilah yang menyebabkan

seseorang sulit untuk mendengar suara. Perubahan-perubahan pada telinga

bagian tengah dan dalam inilah yang dapat menyebabkan terjadinya

penurunan sensitifitas pendengaran seiring dengan bertambahnya usia

seseorang (Primadona, 2012). Selain itu pada orang dengan usia yang lebih

tua ambang reflek akustiknya akan menurun. Reflek akustik berfungsi

memberikan perlindungan terhadap rangsangan bising yang berlebihan. Pada

orang tua membutuhkan rangsangan bising yang lebih tinggi untuk

menimbulkan reflek akustik dibanding pada orang yang lebih muda (Tantana,

2014).

Menurut Encyclopedia of Occupational Health and Safety, adanya

gangguan pendengaran akibat kebisingan akan terlihat pada seseorang yang

sudah bekerja selama lebih dari 3-4 tahun di lingkungan kerja yang bising.

Sedangkan menurut Suyono (1995), dengan paparan kebisingan >85 dB (A)

ada kemungkinan bahwa setelah 5 tahun bekerja, 1% pekerja akan

memperlihatkan sedikit gangguan pendengaran.

Soetirto menyatakan bahwa gangguan pendengaran dapat terjadi akibat

terpapar kebisingan mikro (60-70 dBA) secara terus-menerus dalam waktu

yang cukup lama. Terpapar bising yang intensitasnya 85 dB atau lebih dapat

mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran Corti di telinga dalam,

yang sering mengalami kerusakan adalah alat Corti untuk reseptor bunyi yang

berfrekuensi 3000 Hertz (Hz) sampai dengan 6000 Hz dan yang terberat alat

Corti untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000 Hz. Banyak hal yang

Page 134: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

117

mempermudah seseorang menjadi tuli akibat terpapar bising, antara lain

intensitas bising yang lebih tinggi, berfrekuensi tinggi dan lebih lama terpapar

bising (Sutopo, 2007).

Meskipun variabel masa kerja tidak berhubungan dengan gangguan

pendengaran tetapi pekerja yang memiliki masa kerja ≥5 tahun lebih banyak

yang mengalami gangguan pendengaran yaitu sebanyak 36 orang pekerja.

Sedangkan pekerja yang memiliki masa kerja <5 tahun dan mengalami

gangguan pendengaran sebanyak 9 orang. Berdasarkan hasil tersebut maka

diperlukan suatu upaya penanggualangan gangguan pendengaran pada

pekerja.

Upaya penanggulangan yang dapat dilakukan perusahaan untuk pekerja

adalah dengan mereduksi kebisingan yang tinggi baik disebabkan oleh mesin

atau alat kerja. Perusahaan juga dapat melakukan pemeliharaan terhadap

mesin secara teratur, karena bahaya kebisingan akan tercipta bahkan menjadi

lebih buruk akibatnya kurangnya pemeliharaan/perawatan. Kebisingan gerinda

(gemertak) yang dijadikan tools di departemen Metal Forming dan Heat

Treatment juga terjadi karena pelumas yang kurang.

Perusahaan juga dapat memodifikasi alat kerja agar kebisingan yang

ditimbulkan alat tersebut tidak melebihi NAB kebisingan, selain itu melalui

pengendalian secara administratif perusahaan bisa melakukan pengaturan jam

kerja sehingga dosis kebisingan yang diterima pekerja tidak melebihi nilai

ambang batas yang ditetapkan.

Page 135: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

118

6.6 Hubungan Antara Penggunaan Alat Pelindung Telinga Dengan

Gangguan Pendengaran

Penggunaan alat pelindung telinga (APT) merupakan langkah terakhir

dalam hirarki pengendalian kebisingan di tempat kerja. Penggunaan alat

pelindung telinga dapat mengurangi tingkat kebisingan beberapa dBA

tergantung dari jenis dan noise reduction rate dari alat pelindung telinga

tersebut. Meskipun pengendalian ini mungkin tidak lebih efektif jika

dibandingkan dengan melakukan engineering ataupun administrative control

pengendalian ini banyak diterapkan karena relatif lebih murah dan mudah

untuk dilakukan (Pujiriani, 2008).

Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa 38 dari 66 pekerja

(57,6%) tidak menggunakan alat pelindung telinga ketika bekerja, sedangkan

28 dari 66 pekerja (42,4%) menggunakan alat pelindung telinga ketika

bekerja. Berdasarkan hasil analisis bivariat pada tabel 5.9, dapat diketahui

bahwa penggunaan alat pelindung telinga memiliki hubungan yang signifikan

dengan gangguan pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming

dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia tahun 2015 (pvalue = 0,055).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Istantyo

(2010), yang menyatakan bahwa APT merupakan variabel yang paling

berpengaruh dengan gangguan pendengaran. Pekerja yang tidak menggunakan

APT memiliki resiko sebesar 65,297 kali untuk menderita gangguan

pendengaran dibandingkan dengan pekerja yang menggunakan APT. Hal ini

menandakan bahwa APT dapat mencegah timbulnya gangguan pendengaran.

Page 136: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

119

Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa terdapat perilaku buruk pekerja

yaitu tidak selalu menggunakan alat pelindung telinga ketika bekerja di tempat

yang bising (sering melepas APT). Pekerja tersebut beralasan bahwa APT

yang diberikan tidak nyaman (71,4% pekerja) dan kadang menimbulkan sakit

kepala. Walaupun alat pelindung telinga tersebut tidak nyaman seharusnya

pekerja tetap menggunakannya untuk mengurangi paparan bising kontinu

yang diterima pekerja, mengingat perusahaan belum dapat memberikan

pengendalian lain untuk mengurangi tingkat kebisingan di lingkungan kerja.

Berdasarkan hasil observasi ditemukan pekerja yang menggunakan

pelindung telinga berupa kapas dan headset. Alat tersebut tidak sesuai

digunakan karena kapas dan headset bukanlah alat pelindung telinga. Kapas

kering hanya berperan sedikit atau tidak sama sekali dalam melindungi telinga

(Ballenger, 1997), tetapi kapas ini banyak dipakai. Begitupun dengan headset

yang digunakan oleh pekerja ternyata digunakan juga untuk mendengarkan

musik saat bekerja di tempat bising. Sehingga kebisingan yang diterima

pekerja akan lebih besar.

Dilihat dari jenis APT yang disediakan oleh perusahaan, PT. Dirgantara

Indonesia (Persero) sudah menyediakan alat pelindung pendengaran yang

tepat yaitu earmuff dan earplug untuk para pekerja. Earmuff (tutup telinga)

dapat menutupi seluruh telinga eksternal dan digunakan untuk mengurangi

bising sebesar 40-50 dB. Earplug (sumbat telinga) digunakan dengan cara

dimasukan ke dalam liang telinga sampai menutup rapat sehingga suara tidak

mencapai membran timpani dan dapat mengurangi bising sampai dengan 30

Page 137: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

120

dB. Earmuff dirancang untuk menutupi telinga luar. Pada frekuensi di atas

1000 Cps, earmuff memberikan proteksi yang sama dengan earplug. Untuk

frekuensi di bawah 1000 Cps, telah dibuat earmuff khusus yang memberi

perlindungan lebih dari earplug.

Earplug merupakan APT yang paling banyak digunakan di departemen

Metal Forming dan Heat Treatment yaitu digunakan oleh 89,3% pekerja.

Meskipun sudah menyediakan APT namun di dalam pemakaiannya

perusahaan belum memperhatikan Noise Reduction Rating (NRR) yang

dimiliki alat tersebut. Selama ini pemberian APT kepada para pekerja hanya

berdasarkan kenyamanan saja, tidak melihat pada efektivitas APT dalam

mereduksi kebisingan.

Pemilihan earplug dan earmuff atau pun keduanya tergantung pada situasi

pekerjaan. Disesuaikan dengan besar ruangan bekerja apakah terlalu sempit

sehingga tidak mungkin menggunakan earmuff dan apakah pekerja juga harus

menggunakan helm selain APT. Ada keuntungan dan kerugian pada

penggunaan earmuff atau earplug dan sebelum ditentukan pilihan, semua

keadaan lingkungan dari pekerjaan tertentu harus dipertimbangkan (Ballenger,

1997). Selain itu pemilihan APT juga harus memperhatikan beberapa hal

berikut yaitu derajat perlindungan yang diperlukan dalam tempat kerja,

kesesuaian dengan jenis pekerjaan dan lingkungan tempat kerja, kenyamanan

digunakan, kesesuaian dengan pekerja serta keselamatan pekerja dan teman

kerja (Shofwati, 2009).

Page 138: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

121

Pengawasan terhadap penggunaan APT juga kurang ketat, yang berarti

pekerja boleh memakai APT dan boleh tidak memakai APT. Karena

pemakaian APT masih dianggap sebagai himbauan saja, pekerja yang tidak

menggunakannya tidak diberikan sanksi apapun. Berdasarkan kuesioner yang

diberikan kepada para pekerja diketahui bahwa sebagian besar pekerja

mengaku bahwa perusahaan belum memberikan pelatihan terkait penggunaan

APT. Pelatihan APT tidak diberikan setiap tahun, sehingga banyak pekerja

yang belum mendapatkan pelatihan. Oleh karena itu, terdapat kemungkinan

bahwa perilaku menggunakan APT yang tidak sesuai tersebut dikarena faktor

ketidaktahuan pekerja. Ketidaktahuan mengenai fungsi penggunaan APT ini

dapat berakibat pada kelalaian pekerja dalam menggunakan APT sehingga

menambah risiko terjadinya gangguan pendengaran. Belum adanya alat

peredam maupun penggantian alat kerja yang menimbulkan suara bising

tinggi, menyebabkan APT menjadi sebuah pencegahan tunggal bagi pekerja

dari kehilangan pendengaran.

Upaya pengendalian yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah

memberikan pelatihan terkait penggunaan alat pelindung telinga. Pelatihan

harus diberikan agar pekerja menyadari pentingnya alat pelindung telinga bagi

kesehatan mereka, sehingga dampak buruk berupa gangguan pendengaran

dapat dicegah. Pelatihan tersebut dapat berisi tentang pengendalian bising,

pemakaian alat pelindung telinga dan pemeriksaan audiometri.

Selain itu, perusahaan juga dapat memberikan pengawasan terhadap

penggunaan alat pelindung telinga kepada pekerja dan memberikan kebijakan

Page 139: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

122

yang ketat terhadap pekerja yang tidak menggunakan APT di area kerja yang

bising. Pengawasan berguna untuk mencegah terjadinya gangguan

pendengaran akibat bising sedangkan kebijakan akan membuat pekerja lebih

memperhatikan kesehatan dirinya saat bekerja. Menurut Nurrahman (2003),

adanya kebijakan perusahaan tentang penggunaan alat pelindung diri terhadap

perilaku maka ditemukan adanya penurunan presentase perilaku penggunaan

APD yang kurang baik.

Berdasarkan program konservasi pendengaran, pemilihan, penggunaan,

perawatan dan penggantian APT perlu diperhatikan. Tersedianya APT akan

berguna untuk mereduksi kebisingan yang terdapat di lingkungan kerja. Selain

itu, penggunaan APT juga dapat melindungi saluran telinga dari infiltrasi

beberapa jenis bahan kerja yang berbahaya (Benjamin, 2007).

6.7 Hubungan Antara Riwayat Merokok Dengan Gangguan Pendengaran

Merokok memberikan implikasi sebagai bahan ototoksik langsung

dikarenakan efek dari nikotin atau menyebabkan iskemia melalui produksi

karboksi-hemoglobin, spasme pembuluh darah, kekentalan darah atau juga

melalui arteriosklerotik. Insufiensi sistem sirkulasi darah pada organ koklea

yang disebabkan oleh merokok inilah penyebab gangguan pendengaran pada

frekuensi tinggi yang progresif dan paling sering timbul pada usia tua

(presbycusis).

Berdasarkan analisis univariat pada tabel 5.3, dapat diketahui bahwa 10

dari 66 (15,2%) pekerja merupakan perokok berat- perokok sedang, 23 dari 66

(34,8%) pekerja merupakan perokok ringan dan 33 dari 66 (50,0%) pekerja

Page 140: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

123

adalah bukan perokok. Berdasarkan hasil analisis bivariat pada tabel 5.9

diketahui bahwa riwayat merokok memiliki hubungan yang signifikan dengan

gangguan pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia tahun 2015 (pvalue = 0,034).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Tandiabang (2010) dengan menggunakan desain studi kasus kontrol

menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelompok

perokok dengan gangguan pendengaran pada pekerja PT. X Provinsi Sulawesi

Selatan. Melalui analisis multivariat diketahui bahwa dari semua variabel,

perokok berat (p = 0.006<0.05) yang mempunyai pengaruh risiko yang

bermakna terhadap timbulnya gangguan fungsi pendengaran. Penelitian

lainnya yang dilakukan Baktiansyah (2004), mengenai hubungan merokok

dengan gangguan pendengaran di PT X diketahui bahwa pekerja yang

diklasifikasikan sebagai perokok berat/sedang mempunyai hubungan yang

sangat signifikan dengan gangguan pendengaran (p=0,007). Dengan OR 5,40

mengindikasikan bahwa perokok sedang-berat mempunyai risiko 5,4 kali

lebih besar untuk mengalami gangguan pendengaran dibandingkan dengan

perokok ringan.

Rokok mengandung nikotin dan karbonmonoksida yang mempunyai efek

mengganggu peredaran darah, bersifat ototoksik secara langsung dan merusak

sel saraf organ koklea. Karbonmonoksida menyebabkan iskemia melalui

produksi karboksi-hemoglobin (ikatan antara CO dan hemoglobin) sehingga

hemoglobin menjadi tidak efisien mengikat oksigen. Seperti diketahui, ikatan

Page 141: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

124

antara hemoglobin dengan CO jauh lebih kuat ratusan kali dibanding dengan

oksigen. Akibatnya, terjadi gangguan suplai oksigen ke organ korti di koklea

dan menimbulkan efek iskemia. Selain itu, efek karbonmonoksida lainnya

adalah spasme pembuluh darah, kekentalan darah dan arteriosklerotik.

Mizoue et al. (2002) meneliti pengaruh merokok dan bising terhadap

gangguan pendengaran melalui data pemeriksaan kesehatan 4.624 pekerja

pabrik baja di Jepang. Hasilnya memperlihatkan gambaran yang signifikan

berupa terganggunya fungsi pendengaran pada frekuensi tinggi akibat

merokok dengan risiko tiga kali lebih besar. Insufisiensi sistem sirkulasi darah

koklea yang diakibatkan oleh merokok menjadi penyebab gangguan

pendengaran pada frekuensi tinggi yang progresif. Pembuluh darah yang

menyuplai darah ke koklea tidak mempunyai kolateral sehingga tidak

memberikan alternatif suplai darah melalui jalur lain.

Tandiabang (2010) menyatakan bahwa derajat merokok diduga menjadi

faktor risiko gangguan pendengaran. Riwayat merokok berdasarkan indeks

Brikmann dibagi menjadi 4 kelompok yaitu bukan perokok, perokok ringan,

perokok sedang dan perokok berat. Namun dalam penelitian ini peneliti hanya

mengelompokkan riwayat merokok menjadi 3 yaitu bukan perokok, perokok

ringan dan perokok sedang–berat. Pembagian tersebut didasarkan pada

perkalian antara lama merokok (tahun) dengan jumlah batang rokok yang

dihisap tiap harinya.

Hasil analisis univariat untuk kategori bukan perokok menunjukkan bahwa

pekerja yang bukan perokok sebanyak 33 pekerja (50%) dan dari 45 pekerja

Page 142: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

125

yang mengalami gangguan pendengaran terdapat 26 pekerja yang termasuk

bukan perokok. Tingginya angka bukan perokok yang mengalami gangguan

pendengaran bisa terjadi karena pekerja tersebut sebelumnya merupakan

mantan perokok. Dari 33 orang pekerja yang bukan perokok diketahui

sebanyak 20 pekerja merupakan mantan perokok (60,6%). Risiko negatif yang

ditimbulkan oleh rokok merupakan suatu reaksi yang lama tergantung kepada

tingkat ototoksik yang diterima tubuh akibat pajanan rokok tersebut dan

kerentanan individu. Jika ototoksik yang diterima tubuh sudah sangat besar

maka akan mempengaruhi kesehatan termasuk pendengaran.

Sedangkan untuk perokok ringan, diketahui bahwa dari 45 pekerja yang

mengalami gangguan pendengaran terdapat sebanyak 11 pekerja yang

termasuk kategori perokok ringan. Penelitian Nakanishi menemukan bahwa

perokok ringan memiliki risiko 1,82 kali (95% CI 0,92 – 3,59) untuk

mengalami gangguan pendengaran namun risiko tersebut tidak bermakna.

Penelitian Nakishi hanya menyimpulkan bahwa perokok ringan dapat menjadi

faktor pemberat untuk timbulnya gangguan pendengaran yang disebabkan

oleh faktor lain ataupun jika perokok ringan berkembang menjadi berat maka

kemungkinan gangguan pendengaran akan timbul. Tidak adanya keterkaitan

ini disebabkan efek pengaruh rokok dan komponen-komponennya terhadap

sistem tubuh secara umum termasuk risiko negatif terhadap sistem

pendengaran merupakan suatu proses yang lama (degenerasi) dan tergantung

jumlah pajanan serta kerentanan individu. Selain itu, tubuh manusia sendiri

(terlebih pada usia muda) memiliki kemampuan eliminasi dan adaptasi zat-zat

Page 143: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

126

toksik misalnya karbonmonoksida dan nikotin dalam jumlah dan batas tertentu

(ambang batas) yang masuk kedalam tubuh. Namun kemampuan sistem

pertahanan ini pun seiring dengan waktu akan semakin menurun dan pada

akhirnya zat-zat toksik tersebut akan mengakibatkan gangguan juga terhadap

tubuh manusia (Tandiabang, 2010).

Hasil untuk perokok sedang-berat, diketahui bahwa dari 45 pekerja yang

mengalami gangguan pendengaran terdapat sebanyak delapan pekerja yang

termasuk kategori perokok sedang-berat. Menurut Tandiabang (2010),

perokok berat memiliki hubungan yang bermakna dengan gangguan

pendengaran. Hubungan tersebut dapat dijelaskan oleh penelitian

eksperimental pada binatang percobaan yang dilakukan Irvine (2007) di

University of California yang memperlihatkan bahwa kadar nikotin yang

sangat tinggi (30–60 mg) di dalam darah dapat mengganggu fungsi fisiologis

neurotransmiter saraf yaitu asetilkolin yang juga terdapat di dalam sistem

persarafan telinga. Nikotin menempati (mengikat) reseptor-reseptor asetilkolin

dipermukaan sel saraf atau dengan kata lain nikotin bersifat competitor

terhadap asetilkolin, selain dapat pula merusak reseptor-reseptor asetilkolin

tersebut terutama jika pajanan terjadi pada masa prenatal. Sehingga kebiasaan

merokok dalam dosis besar dan waktu yang lama akan bersifat toksik bagi

fungsi pendengaran dan pada akhirnya mengganggu fungsi pendengaran baik

langsung (toksik nikotin) maupun tidak langsung (proses degenerasi).

Sampai saat ini, telah dilaporkan bahwa mekanisme kehilangan

pendengaran akibat kebisingan terjadi meliputi distorsi dan kehilangan

Page 144: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

127

struktur normal karena kerusakan Stereosilia setelah terpapar kebisingan, dan

kerusakan sel-sel rambut organ Corti karena kerusakan DNA (akibat

peningkatan kadar radikal bebas beracun dan spesies oksigen reaktif yang

dihasilkan selama terpapar kebisingan), degradasi lipid dan protein dan

percepatan apoptosis. Mekanisme merokok mempengaruhi organ pendengaran

termasuk ototoxicity langsung nikotin dan iskemia koklea akibat

meningkatnya tingkat carboxyhemoglobin, vasokonstriksi, dan peningkatan

viskositas darah akibat merokok. Selain itu, ditandai juga dengan

berkurangnya suplai darah ke koklea dari pembuluh darah tunggal dan

kurangnya sirkulasi kolateral. Hal ini juga ditandai dengan aktivitas

metabolisme sel-sel rambut yang sangat tinggi. Oleh karena itu, sangat rentan

terhadap cedera iskemik. Berdasarkan hal tersebut, perokok yang bekerja di

tempat kerja yang bising akan lebih rentan terhadap gangguan pendengaran

dibandingkan dengan bukan perokok karena keterlibatan kompleks

mekanisme ini (Sung et al., 2013).

Penelitian eksperimental Mami Iida pada tahun 1998 di Jepang

memperlihatkan bahwa jumlah kadar nikotin di dalam darah menentukan

efeknya terhadap serebrovaskular. Pada kadar nikotin rendah (<30 mg)

ataupun waktu paparan singkat, tubuh dapat beradaptasi (mekanisme

pertahanan) sehingga efek nikotin terhadap serebrovaskular tidak muncul.

Namun, jika kadar nikotin semakin tinggi (kadar toksik nikotin 0,5 – 1,0

(mg/kgBB), waktu pajanan yang lama, ataupun respon tubuh menurun

Page 145: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

128

(mekanisme eliminasi dan adaptasi melemah), maka efek nikotin terhadap

serebrovaskular akan memperlihatkan dampak.

Sebanyak 90,9% pekerja di PT. Dirgantara Indonesia mengkonsumsi

rokok filter dan 9,1% pekerja mengkonsumsi rokok kretek. Berdasarkan bahan

dan ramuan, rokok digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu rokok kretek,

yakni rokok yang memiliki ciri khas adanya campuran cengkeh pada

tembakau rajangan yang menghasilkan bunyi kretek-kretek ketika dihisap dan

rokok putih yaitu rokok dengan atau tanpa filter menggunakan tembakau

virginia iris atau tembakau lainnya tanpa menggunakan cengkeh, digulung

dengan kertas sigaret dan boleh menggunakan bahan tambahan kecuali yang

tidak diijinkan berdasarkan ketentuan Pemerintah RI. Rokok kretek di

Indonesia sangat populer karena memiliki kandungan tar dan nikotin cukup

tinggi dibandingkan dengan produk rokok lainnya (Kurniawan dan TNR,

2003) yaitu sampai 60 mg nikotin dan 40 mg tar. Berdasarkan uraian tersebut

dapat diketahui bahwa pekerja yang mengkonsumsi rokok jenis kretek lebih

berisiko untuk terkena gangguan pendengaran dibandingkan dengan

mengkonsumsi rokok jenis filter. Hal ini dikarenakan kadar nikotin yang

tinggi di dalam rokok jenis kretek.

Meskipun penelitian ini telah membagi kelompok perokok berdasarkan

indeks Brikmann yang pengelompokkannya berdasarkan pada jumlah batang

yang dihisap per hari dan lamanya merokok (tahun), namun terdapat

kekurangan penelitian yaitu peneliti tidak menganalisis pekerja yang pernah

merokok (telah berhenti merokok pada saat penelitian ini dilakukan).

Page 146: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

129

Seseorang yang pernah merokok kemungkinan dapat menyimpan residu dari

zat-zat toksik di dalam tubuhnya, hal ini memungkinkan adanya bias dalam

penelitian. Penelitian yang akan datang sebaiknya memperhatikan hal tersebut.

Saran pengendalian yang dapat diberikan kepada perusahaan yaitu dengan

memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan terkait bahaya yang

ditimbulkan oleh rokok. Upaya penyuluhan merupakan suatu usaha dalam

memberikan sikap selamat, sikap konstruktif dan menghilangkan prasangka

yang merugikan. Selama ini perusahaan belum memberlakukan larangan

merokok di tempat kerja, sehingga perusahaan dapat memberlakukan

peraturan mengenai larangan merokok di tempat kerja dan memberikan sanksi

tegas pada pekerja yang melanggar larangan tersebut. Dengan demikian,

selama 8 jam kerja pekerja akan terbebas dari rokok sehingga diharapkan akan

mengurangi konsumsi rokok pekerja.

6.8 Hubungan Antara Hobi Terkait Bising Dengan Gangguan Pendengaran

Hobi atau kebiasaan memberikan kontribusi pada status pendengaran

pekerja. Hobi terkait bising atau kebiasaan yang menambah pajanan bising

pada pekerja pastinya akan meningkatkan penurunan pendengaran. Selain

hobi atau kebiasaan yang menambah pajanan bising, ada beberapa hobi atau

kebiasaan lain yang meningkatkan penurunan pendengaran yaitu hobi atau

kebiasaan yang mempengarusi fungsional telinga, diantaranya adalah diving

atau menyelam.

Berdasarkan analisis univariat pada tabel 5.3, dapat diketahui bahwa 52

dari 66 pekerja (78,8%) memiliki hobi terkait bising, sedangkan 14 dari 66

Page 147: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

130

pekerja (21,2%) tidak memiliki hobi terkait bising. Berdasarkan analisis

bivariat diketahui bahwa hobi tidak memiliki hubungan yang signifikan

dengan gangguan pendengaran pada pekerja di departemen Metal Forming

dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia tahun 2015.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Akbar (2012), yang mendapatkan hasil bahwa ada perbedaan proporsi

penurunan pendengaran dengan hobi terkait bising pekerja (ada hubungan

yang signifikan antara penurunan pendengaran dengan hobi pekerja). Dari

hasil analisis diperoleh pula nilai PR=1.579, artinya pekerja yang memiliki

hobi terkait bising mempunyai peluang 1.579 kali lebih besar untuk

mengalami penurunan pendengaran.

Ketidaksesuaian hasil penelitian ini kemungkinan karena usia pekerja yang

relatif masih muda. Sebagian besar pekerja di PT. Dirgantara Indonesia

berusia kurang dari 40 tahun yaitu sebanyak 46% pekerja. Usia merupakan

faktor yang berhubungan dengan gangguan pendengaran. Semakin tua usia

maka akan semakin banyak dosis kebisingan yang diterima pekerja baik itu

dari pajanan pekerjaan atau pun karena hobi terkait bising.

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa hobi terkait bising seperti

mendengarkan musik keras-keras, clubbing, karaoke, menyelam, dan

menembak dapat mengakibatkan ketulian. Royal National Institute For Deaf

People (RNID) dalam Djunafar (2010), sebuah lembaga kehormatan Inggris

yang meneliti masalah ketulian, melakukan survei pada sejumlah klub malam,

ternyata klub tersebut memiliki tingkat kebisingan mencapai 120 dB. Dalam

Page 148: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

131

Krismadies (2013) disebutkan bahwa puncak bising dari menembak bisa

mencapai 140 sampai 160 dB dan level kebisingan bisokop bisa sekitar 100

sampai 110 dB bahkan terkadang lebih tinggi.

Melalui kuesioner diketahui bahwa sebagian besar pekerja memiliki hobi

terkait dengan bising, diantaranya adalah mendengarkan musik (72,13%),

menonton di bioskop (11,47%), diving/menyelam (6,56%), karaoke (4,92%),

berbelanja (3,21%) dan menembak (1,64%). Berdasarkan observasi penulis

ada kebiasaan pekerja yang kurang baik saat mereka bekerja, yaitu mereka

sering sekali mendengarkan musik secara keras melalui alat pemutar musik

yang ada di tempat kerja. Hal ini dapat terlihat pada beberapa unit dalam

departemen Metal Forming dan Heat Treatment.

Dengan kebiasaan tersebut, sebenarnya pekerja telah menambah pajanan

kebisingan yang mereka terima. Jika selama ini kebisingan di tempat kerja

mampu mencapai 103 dB, kemudian ditambah dengan suara pemutar musik

yang harus lebih keras dari kebisingan yang ada di tempat kerja agar terdengar

oleh telinga, maka risiko pekerja untuk mengalami gangguan pendengaran

akan semakin tinggi.

Gangguan pendengaran tak lepas dari faktor-faktor yang dapat

memicunya. Tingkat paparan bising (Laeq, 8h) dalam mendengarkan musik

menggunakan headset merupakan faktor penting sebagai pencetus terjadinya

gangguan pendengaran (Muslim, 2012). Berdasarkan observasi yang

dilakukan oleh penulis ditemukan bahwa banyak pekerja yang menggunakan

headset untuk mendengarkan musik pada saat bekerja di tempat bising.

Page 149: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

132

Terkait dengan tingkat keseringan dalam mendengarkan musik menggunakan

headset, dalam penelitian yang dilakukan oleh Vogel (2009), menyatakan

bahwa keseringan mendengarkan musik mempunyai keterkaitan erat terhadap

prilaku beresiko (Risky Behaviors) yang dapat memicu terjadinya gangguan

pendengaran daripada prilaku protektif (Protective Behaviours). Prilaku

beresiko yang berpotensial memicu gangguan pendengaran diantaranya adalah

mendengarkan musik menggunakan headset dengan volume ¾ dari volume

maksimal, menaikkan volume alat pemutar musik setelah mendengarkan dan

menggunakan jenis headset tipe earbud.

Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melarang

pekerja untuk menghidupkan alat pemutar musik di lingkungan kerja, karena

hal ini dapat mengganggu proses kerja dan berpengaruh terhadap gangguan

pendengaran. Selain itu perusahaan juga dapat memberikan promosi kesehatan

pendengaran pada pekerja agar mereka menyadari bahaya dari hobi-hobi yang

terkait dengan bising tersebut.

Page 150: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

133

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

1. Gambaran gangguan pendengaran pada pekerja di

departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT.

Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015 yaitu terdapat 45

pekerja (68,2%) yang mengalami gangguan pendengaran

dan 21 pekerja (31,8%) memiliki pendengaran yang

normal.

2. Hasil univariat dari variabel independen yaitu faktor-faktor

yang berhubungan dengan gangguan pendengaran (dosis

kebisingan, usia, masa kerja, riwayat merokok, penggunaan

APT dan hobi terkait bising) adalah sebagai berikut:

a. Gambaran dosis kebisingan pada pekerja di departemen

Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara

Indonesia (Persero) tahun 2015 yaitu pekerja yang

terpapar dosis kebisingan lebih dari NAB (≥100%)

sebanyak 53 pekerja (80,3%), sedangkan pekerja yang

menerima dosis kebisingan kurang dari NAB (<100%)

sebanyak 13 pekerja (19,7%).

b. Gambaran usia pada pekerja di departemen Metal

Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia

Page 151: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

134

(Persero) tahun 2015 yaitu pekerja berusia >40 tahun

sebanyak 20 pekerja (30,3%), sedangkan pekerja yang

berusia ≤40 tahun sebanyak 46 pekerja (69,7%).

c. Gambaran masa kerja pada pekerja di departemen

Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara

Indonesia (Persero) tahun 2015 yaitu pekerja dengan

masa kerja ≥5 tahun sebanyak 52 pekerja (78,8%),

sedangkan pekerja dengan masa kerja <5 tahun

sebanyak 14 pekerja (21,2%).

d. Gambaran riwayat merokok pada pekerja di

departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT.

Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015 yaitu

pekerja dengan kategori perokok berat – perokok

sedang sebanyak 10 pekerja (15,2%), perokok ringan

sebanyak 23 pekerja (34,8%), sedangkan pekerja yang

bukan perokok sebanyak 33 pekerja (50%).

e. Gambaran penggunaan Alat Pelindung Telinga (APT)

pada pekerja di departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun

2015 yaitu pekerja yang tidak menggunakan alat

pelindung telinga sebanyak 38 pekerja (57,6%),

sedangkan pekerja yang menggunakan alat pelindung

telinga sebanyak 28 pekerja (42,4%).

Page 152: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

135

f. Gambaran hobi terkait bising pada pekerja di

departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT.

Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015 yaitu

pekerja yang memiliki hobi terkait bising sebanyak 52

pekerja (78,8%), sedangkan pekerja yang tidak

memiliki hobi terkait bising sebanyak 14 pekerja

(21,2%).

3. Variabel yang berpengaruh dengan gangguan pendengaran

pada pekerja di departemen Metal Forming dan Heat

Treatment PT. Dirgantara Indonesia (Persero) tahun 2015

yaitu dosis kebisingan, usia, penggunaan alat pelindung

telinga dan riwayat merokok.

7.2 Saran

1. Perusahaan sebaiknya membentuk program konservasi

pendengaran yang bertujuan untuk mencegah terjadinya

ketulian pada pekerja yang terpapar kebisingan tinggi.

2. Melakukan pemeriksaan telinga (tes audiometri) secara berkala

kepada para pekerja.

3. Melakukan pengendalian kebisingan dengan mereduksi bising

dari sumber seperti memasang pembatas atau tameng atau

perisai yang dikombinasikan dengan peredam suara yang

dipasang di langit-langit.

Page 153: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

136

4. Perusahaan dapat mengurangi waktu pemajanan bising

terhadap tenaga kerja dengan cara mengatur jam kerja mereka

sehingga kebisingan yang diterima masih dalam batas aman.

5. Melakukan pengukuran dosis kebisingan secara teratur agar

pajanan kebisingan yang diterima pekerja bisa terawasi dengan

baik.

6. Memodifikasi alat kerja agar kebisingan yang ditimbulkan alat

tersebut tidak melebihi NAB kebisingan

7. Memberikan pelatihan terkait penggunaan alat pelindung

telinga, memberikan pengawasan terhadap penggunaan alat

pelindung telinga dan memberikan sanksi kepada pekerja yang

tidak menggunakan alat pelindung telinga.

8. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan terkait

bahaya yang ditimbulkan oleh rokok dan memberlakukan

peraturan mengenai larangan merokok di tempat kerja.

9. Melarang pekerja untuk menghidupkan alat pemutar musik di

tempat kerja.

Page 154: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

137

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. N. m. (2012). Gambaran Determinan Gangguan Pendengaran pada

Pekerja Perawatan KRL Depo Depok Tahun 2012. Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Arini, E. Y. (2005). Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan

pendengaran tipe sensorineural tenaga kerja unit produksi di PT. Kurnia

Jati Utama Semarang. Universitas Diponogoro Semarang, Semarang.

Ballenger, John Jacob. (1997). Peyakit Telinga, Hidung, Teggorok, Kepala, dan

Leher Jilid Dua edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara.

Banitriono, R. (2012). Hubungan Antara Kemampuan Pendengaran dan Radius

Rumah pada Warga Masyarakat di Sekitar PLTD Siantan Hilir. Universitas

Tanjungpura, Pontianak.

Bashiruddin, J. (2009). Program Konservasi Pendengaran pada Pekerja yang

Terpajan Bising Industri. Maj Kedokt Indon, Volum: 59(NO 1), 14-19.

Broek P, L. F. (2009). Buku Saku Ilmu Kesehatan Tenggorok, Hidung, dan

Telinga, Ed.12. Jakarta: EGC.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2011).

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

Page 155: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

138

Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika

dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Jakarta : Departemen Tenaga Kerja dan

Transmigrasi Republik Indonesia.

Djalante, S. (2010). Analisis Tingkat Kebisingan di Jalan Raya yang

Menggunakan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APIL) (Studi kasus:

Simpang Ade Swalayan). Jurnal SMARTek, Vol. 8 (No. 4), 280 - 300.

European Agency for Safety and Health at Work. (2008). What Problem Can

Noise Cause. Diunduh dari

http://osha.europa.eu/en/topics/noise/index_html/problems_noise_cause_ht

ml. Diakses pada tanggal 20 Maret 2015, pukul 19.19 WIB.

Istantyo, D. (2011). Pengaruh Dosis Kebisingan dan Faktor Determinan Lainnya

terhadap Gangguan Fungsi Pendengaran pada Pekerja Bagian Operator

PLTU Unit 1-4 PT Indonesia Power UBP Suralaya Tahun 2011. UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Jakarta.

Kim, Myung Gu. (2009). Hearing Threshold of Korean Adolescents Associated

with the Use of Personal Music Players. Yonsei Medical journal: Yonsei

University College of Medicine.

Krismadies. (2013). Analisis Gangguan Pendengaran Pada Pekerja yang Terpajan

Bising di PT X November 2012. Universitas Indonesia, Depok.

Lusianawaty, d. (2002). Gangguan Pendengaran Akibat Bising pada Pekerja

Perusahaan Baja di Pulau Jawa. Kedokteran Trisakti, Vol. 21(No.3), 84-90.

Page 156: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

139

Murti, Bhisma. (1997). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

NIDCD. (2008). Noise-Induced Hearing Loss. Diunduh dari

http://www.nidcd.nih.gov/health/hearing/pages/noise.aspx. Diakses pada

tanggal 1 April 2015, pukul 12.34 WIB.

NIOSH. (1998). Criteria For A Recommended Standard Occupational Noise

Exposure Revised Criteria 1998. US Departement of Health and Human

Services, NIOSH: OHIO.

Notoadmodjo, Soekidjo. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta.

P.K., Suma’mur. (2009) . Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja

(HIPERKES). Jakarta : CV. Sagung Seto.

Permaningtyas, L., dkk. (2011). Hubungan Lama Masa Kerja dengan Kejadian

Noise-Induced Hearing Loss pada Pekerja Home Industry Knalpot di

Kelurahan Purbalingga LOR. Mandala of Health, Vol. 5(No. 3).

Primadona, A. (2012). Analisis Faktor Risiko yang Berhubungan dengan

Penurunan Pendengaran pada Pekerja di PT. Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang Tahun 2012. Universitas Indonesia, Depok.

Rambe, Andriana Yunita Murni. (2003).Gangguan Pendengaran Akibat Bising.

USU Digital Library: FK Bagian Ilmu Penyakit THT Universitas Sumatra

Utara.

Page 157: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

140

Roestam, Ambar W. (2004) .Program Konservasi Pendengaran Tempat Kerja.

Cermin Dunia Kedokteran No. 144, 2004: FKUI Jakarta.

Sabri, Luknis. Hatono, Susanto Priyo. (2014). Statistik Kesehatan. Jakarta:

Rajawali Press.

Santoso, B. (2008). Analisis Kebisingan pada Proses Produksi Gula pada Stasiun

Makanan, Putaran, dan Power House di PG Bungamayang, Lampung.

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Sari, d. (2012). Pemetaan Tingkat Kebisingan dan Hubungan Lama Pemaparan

Terhadap Gangguan Pendengaran pada PT PLN (Persero) Sektor Mahakam

Samarinda. Fisika Mulawarman, Vol.8(No.1), 9-18.

Shofwati, Iting. Satar, Yuli Prapanca. (2009). Hygiene Industri. Jakarta: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Soepardi. (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

& Leher Edisi Keenam. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Soeripto. (2008). Hygiene Industri. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Sutopo, M., dkk. (2007). Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Aktivitas

Penerbangan di Bandara Adi Sucipto dengan Nilai Ambang Pendengaran

pada Anak. Berita Kedokteran Masyarakat, Vol. 23(No. 1), 12-20.

Page 158: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

141

Standard, John J.. 2002. Chapter 9 : Industrial Noise, dalam Barbara A. Plog dan

Patricia J. Quinlan (editor), Fundamentals of Industrial Hygiene 5th Edition.

United States of America : National Safety Council.

Tantana, O. (2014). Hubungan Antara Jenis Kelamin, Intensitas Bising, dan Masa

Paparan dengan Risiko terjadinya Gangguan Pendengaran Akibat Bising

Gamelan Bali pada Mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan. Universitas

Udayana, Denpasar.

Page 159: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

142

Lampiran 1

Page 160: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

143

Lampiran 2

Page 161: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

144

Lampiran 3

Page 162: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

145

Lampiran 4 Denah Departemen

Gambar 1. Denah Metal Forming dan Heat Treatment

: titik pengukuran kebisingan di Metal Forming dan Heat Treatment

Page 163: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

146

Lampiran 5

Surat Persetujuan sebagai Subyek Penelitian

Dengan hormat,

Sehubungan dengan sedang dilakukannya penelitian mengenai “Faktor-

Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran pada Pekerja di

Departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT. Dirgantara Indonesia

(Persero) Tahun 2015”, Saya Mahasiswi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai

peneliti, bermaksud melakukan pengambilan data primer dengan membagikan

kuesioner untuk kemudian diisi oleh pekerja PT. Dirgantara Indonesia (Persero).

Kuesioner diisi dengan cara menjawab pertanyaan secara singkat dan jelas.

Setelah terisi lengkap, harap kuesioner ini dikembalikan kepada peneliti.

Peneliti mengharapkan para pekerja dapat menjawab sendiri semua

pertanyaan dalam kuesioner ini dengan jujur sesuai dengan kondisi sebenarnya di

tempat kerja, sehingga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat untuk

kedepannya. Perlu diketahui bahwa pengisian kuesioner ini tidak akan

berpengaruh pada nama baik dan pekerjaan para pekerja. Semua jawaban yang

diberikan hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian dan akan dijaga

kerahasiaannya. Berdasarkan pemaparan tersebut, maka yang bertanda tangan di

bawah ini :

Nama :

Alamat :

Menyatakan setuju menjadi subyek penelitian, dengan catatan bila suatu saat

merasa dirugikan, maka berhak membatalkan persetujuan ini.

Bandung, 2015

Pembuat Pernyataan

( )

Page 164: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

147

Lampiran 6

KUESIONER

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan Pendengaran pada Pekerja di

Departemen Metal Forming dan Heat Treatment PT Dirgantara Indonesia (Persero)

Tahun 2015

Tanggal Pengisian :

I. Identitas Pekerja

1. Nomor Responden : ………………………….............(diisi oleh Peneliti)

2. Nama Lengkap :

……………………………………………………….........

3. No.hp :

............................................................................................................

4. Departemen :

..................................................................................................

5. Unit/bagian :

...................................................................................................

II. Gejala Gangguan Pendengaran

1. Apakah Anda sering merasakan telinga Anda berdengung/berdenging?

a. Ya

b. Tidak

2. Di saat kapan Anda merasakan telinga Anda berdengung/berdenging?

a. Saat bekerja

b. Setelah selesai bekerja

3. Apakah Anda juga merasakan telinga Anda berdengung saat libur /cuti/

off kerja ?

a. Ya

b. Tidak

4. Menurut Anda, apakah setelah bekerja di PT. Dirgantara Indonesia

(Persero) pendengaran Anda menurun?

a. Ya, Sejak tahun.......................................

b. Tidak

5. Jika YA, menurut Anda apa yang menyebabkan Anda mengalami

penurunan pendengaran?

a. Kebisingan di tempat kerja

b. Memiliki riwayat penyakit telinga

c. Memiliki hobi yang berhubungan dengan kebisingan

d. Lainnya, sebutkan…………………………………………

6. Menurut Anda, bagaimana sifat gangguan/penurunan pendengaran yang

Anda rasakan?

a. Kadang-kadang

b. Menetap

7. Apakah Anda merasa terganggu saat bekerja dalam suasana bising?

Page 165: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

148

a. Ya

b. Tidak

8. Apakah Anda mengalami kesulitan berkomunikasi / berbicara dengan

orang lain?

a. Ya

b. Tidak (jika jawaban “Tidak” lanjut ke bagian III)

9. Menurut Anda kesulitan berkomunikasi disebabkan oleh apa?

a. Suara terlalu kecil

b. Anda kurang mendengar

c. Suasana berisik

d. Lain-lain, Sebutkan:……………………………….

III. Usia

1. Tempat Tanggal Lahir :

.................................................................................

IV. Masa Kerja

1. Mulai kapan anda bekerja di PT. Dirgantara Indonesia (Persero)?

Sebutkan ........................

2. Apakah sebelum anda bekerja di departemen ini, anda pernah bekerja di

departemen lainnya?

a. Ya. Pada departemen ..............................

b. Tidak

3. Apakah anda pernah bekerja di tempat/perusahaan lain sebelum bekerja

di PT Dirgantara Indonesia (Persero)?

a. Ya

b. Tidak (lanjut ke bagian V)

4. Di departemen apa anda bekerja? Sebutkan...............................

5. Apakah di tempat kerja anda terdahulu memiliki bahaya kebisingan?

a. Ya

b. Tidak

6. Mulai kapan anda bekerja di tempat tersebut? Sebutkan......................

7. Sampai kapan anda bekerja di tempat tersebut? Sebutkan......................

V. Riwayat Merokok

1. Apakah saat ini anda merokok?

a. Ya (jawab pertanyaan 1-4)

b. Tidak (lanjut ke pertanyaan nomor 5)

2. Kapan anda mulai merokok? Tahun............................

3. Rata-rata berapa batang rokok yang anda habiskan dalam sehari?

Sebutkan ........................... batang

4. Jenis rokok apa yang sering anda konsumsi?

a. Kretek

b. Filter

5. Apakah anda pernah merokok?

a. Ya

Page 166: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

149

b. Tidak (lanjut ke bagian VI)

6. Mulai kapan anda merokok? Sebutkan..............................

7. Rata-rata berapa batang rokok yang anda habiskan dalam sehari pada saat

itu? Sebutkan ........................... batang

8. Kapan anda berhenti merokok? Tahun...............................

VI. Hobi

1. Apakah anda memiliki hobi yang berhubungan dengan suara bising?

a. Ya

b. Tidak

2. Di bawah ini, manakah hobi yang sering anda lakukan? (jawaban boleh

lebih dari satu)

a. Mendengarkan musik

b. Dugem

c. Karaoke

d. Nonton film bioskop

e. Diving/menyelam

f. Berbelanja

g. Menembak

h. Lain-lain, sebutkan.........

VII. Penggunaan Alat Pelindung Telinga (APT)

1. Apakah perusahaan menyediakan Alat Pelindung Telinga (APT)?

a. Tidak

b. Ya

2. Apakah anda diberikan pelatihan/training mengenai penggunaan Alat

Pelindung Telinga (APT)?

a. Tidak

b. Ya

3. Apakah anda menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT) ketika

bekerja?

a. Tidak (lanjut ke pertanyaan nomor 5)

b. Ya

4. Apa jenis Alat Pelindung Telinga (APT) yang anda gunakan?

a. Earmuff

b. Earplug

c. Headset

d. Kapas

5. Mengapa anda tidak menggunakan Alat Pelindung Telinga (APT)?

a. Tidak Tersedia

b. APT rusak

c. APT tidak nyaman digunakan

d. Lainnya.....

VIII. Dosis Kebisingan

Isi kolom di bawah ini dengan pekerjaan yang anda lakukan hari ini.

Page 167: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

150

No. Jam Proses kerja /

jenis pekerjaan

Mesin / alat yang

digunakan

Area Kerja

1 Jam ke-1

2 Jam ke-2

3 Jam ke-3

4 Jam ke-4

5 Jam ke-5

6 Jam ke-6

7 Jam ke-7

8 Jam ke-8

Page 168: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

151

Lampiran 7

LEMBAR PEMERIKSAAN

Nama :

Unit/bagian :

Tes Penala

Tes untuk mengetahui jenis gangguan pendengaran Keterangan

Jenis Tes Kiri Kanan

a. Rinne (+) Normal / tuli saraf

Rinne (-) Tuli konduktif

b. Weber Lateralisasi ke telinga sakit (konduktif)

Lateralisasi ke telinga sehat (saraf)

c. Schwabach Memanjang (konduktif)

Memendek (saraf)

Hasil Pemeriksaan

1. Rinne :

2. Weber :

3. Schwabach :

Page 169: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

152

Lampiran 8

Lembar Observasi Dosis Kebisingan

Nama :

Departemen :

No. Waktu Jenis

Pekerjaan

Kebisingan

(dB)A

Dosis

Page 170: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

153

Lampiran 9

Lembar Obervasi Penggunaan Alat Pelindung Telinga (APT)

Nama :

Unit :

No. Pertanyaan Keterangan

1. Apakah pekerja menggunakan APT

saat bekerja di tempat bising?

2. Jenis APT apa yang pekerja

gunakan?

3. Apakah Pekerja diberikan training

tentang APT?

Page 171: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

154

Lampiran 10

Output Uji Univariat

Page 172: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

155

Page 173: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

156

Output Uji Bivariat

Page 174: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

157

Page 175: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

158

Page 176: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

159

Page 177: FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/28893/1/DINI... · faktor-faktor yang berhubungan dengan. gangguan pendengaran pada pekerja.

160