FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

33
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1992 Pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (BKKBN, 2008). KB adalah tindakan yang membantu individu atau suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga, mengontrol saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri (Hanafi, 2003). KB adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 1998). 9

description

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

Transcript of FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

Page 1: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga Berencana

2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana

Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1992 Pasal 1 ayat 12 menyatakan

bahwa KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat

melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan

ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan

sejahtera (BKKBN, 2008).

KB adalah tindakan yang membantu individu atau suami istri untuk

mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kehamilan yang tidak

diinginkan, mendapatkan kehamilan yang diinginkan, mengatur interval antara

kehamilan, menentukan jumlah anak dalam keluarga, mengontrol saat kelahiran

dalam hubungan dengan umur suami istri (Hanafi, 2003). KB adalah suatu usaha

untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan

memakai kontrasepsi (Mochtar, 1998).

2.1.2 Sejarah Keluarga Berencana

Pada zaman Yunani kuno, Soranus dan Ephenus telah membuat tulisan

ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran. Cara waktu itu adalah mengeluarkan

semen atau air mani dengan membersihkan vagina dengan kain dan minyak.

Adapula yang memakai alat-alat yang dapat menghalangi masuknya sperma

kedalam rahim, umpamanya dengan memasukkan rumput, daun-daunan atau

sepotong kain perca kedalam vagina.

9

Page 2: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

10

Di Indonesia, sejak zaman dahulu telah dipakai obat dan jamu yang

maksudnya untuk mencegah kehamilan. Di Irian Jaya telah lama mereka kenal

ramuan dari daun-daunan yang khasiatnya dapat mencegah kehamilan.

Di Indonesia Keluarga Berencana modern mulai dikenal pada tahun

1953.Pada waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan, dan tokoh

masyarakat telah mulai membantu masyarakat, namun dengan sesedikit mungkin

publisitas, dengan obat yang ada tentang keluarga berencana.

Pada tanggal 23 Desember 1957 mereka mendirikan wadah dengan nama

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) dan bergerak secara silent

operation membantu masyarakat yang memerlukan bantuannya secara sukarela.

Jadi di Indonesia PKBI adalah pelopor pergerakan keluarga berencana dan sampai

sekarang masih aktif membantu program keluarga berencana nasional yang

dikoordinir oleh BKKBN.

Usaha gerakan keluarga berencana terus meningkat terutama setelah

pidato pemimpin Negara pada tanggal 16 Agustus 1967, dimana gerakan keluarga

berencana di Indonesia memasuki era peralihan.

Struktur organisasi program nasional KB juga mengalami perubahan.Pada

bulan Oktober 1968 didirikan Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN)

yang sifatnya semi pemerintah. Pada tahun 1970 lembaga ini diganti dengan

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang merupakan

badan resmi pemerintah yang mengenai pelaksanaan program keluarga berencana

di Indonesia. Fungsi BKKBN antara lain adalah sebagai pengkoordinasi,

Page 3: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

11

perencana, perumus kebijaksanaan, pengawas pelaksanaan, dan evaluasi

(Mochtar, 1998).

2.1.3 Tujuan Keluaga Berencana

Di Indonesia, tujuan Program Nasional Kependudukan dan Keluarga

Berencana adalah:

1. Tujuan Gemografis, yaitu dapat dikendalikannya tingkat pertumbuhan

penduduk. Sebagai patokan dalam usaha mencapai tujuan tersebut telah

ditetapkan suatu target demografis berupa penurunan angka fertilitas dari 44

permil pada tahun 1971 menjadi 22 permil pada tahun 1990.

2. Tujuan Nornatif, yatu dapat dihayatinya NKKBS yang pada waktunya akan

menjadi falsafah hidup masyarakat Indonesia.

Tujuan umum keluarga berencana adalah membentuk keluarga kecil sesuai

dengan kekuatan social ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran

anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya (Mochtar, 1998).

Tujuan keluarga berencana adalah mewujudkan keluarga kecil bahagia

sejahtera yang menjadi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui

pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk (Prawirohardjo, 1999).

2.1.4 Manfaat Keluarga Berencana

Peningkatan dan perluasan pelayanan keluara berencana merupakan salah

satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin

tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita.

Page 4: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

12

2.1.5 Sasaran Keluarga Berencana

Sasaran dan target yang ingin dicapai dengan program KB adalah

bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya NKKBS pada masyarakat

Indonesia. Sasaran yang mesti digarap untuk mencapai target tersebut dibagi

menjadi dua bagian yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran

langsung dari program KB adalah PUS yakni pasangan yang wanitanya berusia

antara 15 - 49 tahun karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif

melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan

kehamilan. Sasaran tidak langsung dari program KB adalah kelompok remaja usia

15-19 tahun, organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi

pemerintah maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang

diharapkan dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS (Suratun

dkk, 2008).

2.2 Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

“melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel

telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi

kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai

akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Hartanto H, 2004).

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.

Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen.Yang

bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi.

Page 5: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

13

Jenis alat / obat kontrasepsi antara lain kondom, pil KB, suntik KB,

AKDR, implant, vasektomi, dan tubektomi. Untuk jenis pelayanan KB jenis

kondom dapat diperoleh langsung dari apotek atau toko obat, pos layanan KB dan

kader desa.

Dari kurang lebih 58 juta wanita usia reproduksi di Amerika Serikat,

sejumlah 60% mempergunakan salah satu bentuk kontrasepsi. Dari 40% yang

tidak memakai kontrasepsi, hanya satu diantara enam yang berisiko terhadap

kehamilan. Jadi sekitar 90% wanita yang berisiko terhadap kehamilan

mempergunakan sesuatu bentuk kontrasepsi. Pilihan dari metoda kontrasepsi

bergantung kepada risiko dan faedah dari metoda tersebut. Tidak ada satu metoda

pun yang ideal, dan setiap pasien harus dikonsultasikan tentang metoda-metoda

yang ada (William, 2001).

Sampai sekarang cara kontrasepsi yang ideal belum ada. Kontrasepsi itu

harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1) dapat dipercaya, 2) tidak

menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, 3) daya kerjanya dapat diatur

menurut kebutuhan, 4) tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus,

5) tidak memerlukan motivasi terus-menerus, 6) mudah pelaksanaannya, 7) murah

harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, 8) dapat

diterima penggunaanya oleh pasangan yang bersangkutan (Prawirohardjo, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi adalah:

1. Faktor pasangan: usia, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang

diinginkan, pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu, sikap kewanitaan, dan

sikap keperiaan.

Page 6: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

14

2. Faktor kesehatan: kontraindikasi absolute atau relative, status kesehatan,

riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan panggul.

3. Faktor metode kontrasepsi: penerimaan dan pemakaian berkesinambungan

dipandang dari pihak calon akseptor dan pihak medis (petugas KB), efektifitas,

efek samping minor, kerugian, biaya, dan komplikasi potensial (Pinem S,

2009).

2.3 Akseptor

Akseptor KB adalah peserta keluarga berencana. Keluarga berencana

menurut WHO (World Health Organization) expertcommite 1970 adalah tindakan

yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk:

1. Mendapatkan objek-objek tertentu

2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan

3. Mendapatkan kelahiran yang diinginkan

4. Mengatur interval diantara kelahiran

5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri

6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga

Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun demikian,

meskipun telah mempertimbangkan untung rugi semua kontrasepsi yang tersedia,

tetap saja terdapat kesulitan untuk mengontrol fertilitas secara aman efektif,

dengan metode yang dapat diterima, baik secara perorangan maupun budaya pada

berbagai tingkat reproduksi.

Page 7: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

15

2.4 AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

2.4.1 Pengertian AKDR

AKDR adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari plastik disertai barium

sulfat (agar terlihat melalui alat sinar X atau sonografi), dan mengandung tembaga

(Cu T 38OA ParaGard produkdi Ortho), progesterone (Progesterone T

Progestasert System produksi ALZA Corporation), atau levonorgestrel (Mirena

produksi Berlex) (Morgan. 2009).

2.4.2 Sejarah AKDR

Tulisan Ilmiah tentang AKDR untuk pertama kali dibuat oleh Richter dari

Polandia pada tahun 1909. Pada waktu itu ia mempergunakan bahan yang dibuat

dari benang sutera. Gravenberg pada tahun 1928 melaporkan pengalamannya

dengan AKDR yang dibuat dari benang sutera yang dipilin dan diikat satu sama

lain, sehingga berbentuk bintang bersegi enam. Oleh karena AKDR bentuk segi

enam ini mudah sekali keluar, maka kemudian ia membuatnya dalam bentuk

cincin dari perak. Ia melaporkan angka kehamilan pada AKDR dari cincin perak

ini hanya 1.6% di antara 2000 kasus.

Ota dari Jepang pada tahun 1934 untuk pertama kalinya membuat AKDR

dari plastik yang berbentuk cincin. Mula-mula ia membuat AKDR dari cincin

yang dibuat dari benang sutera yang dipilin, kemudian dari logam yang mudah

dibengkok-bengkokkan. Oleh karena sukar memasang cincin logam ini, maka ia

kemudian membuat cincin dari plastic.

Oppenheimer dari Israel dan Ishihama dari Jepang pada tahun 1959

menerbitkan tulisan-tulisan tentang pengalaman mereka dengan AKDR. Sejak

Page 8: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

16

tulisan-tulisan itu dan dengan ditemukannya antibiotika yang mengecilkan risiko

infeksi, penerimaan AKDR meningkat. Antara tahun 1955 dan 1964 bermacam-

macam bentuk AKDR diciptakan, antara lain Margullies spiral, Zipper, Lippes

loop, Birnberg bow, cincin Hall-Stone. Di Indonesia AKDR telah dipergunakan

secara umum dalam program keluarga berencana, AKDR yang mula-mula dipakai

ialah Lippes loop, yang pada waktu itu disponsori oleh PKBI (Prawirohardjo,

2008).

2.4.3 Keefektifan AKDR

1. Sebesar 97-99%.

2. Durasi Keefektifan

a. Paragard – Efektif selama 10 tahun.

b. Mirena – Efektif selama 5 tahun.

c. Progestasert – Efektif selama 1 tahun (Morgan, 2009).

2.4.4 Mekanisme Kerja AKDR

Mengahalangi blastokis melakukan implantasi:

Reaksi benda asing terjadi migrasi makrof dan endometrium lebih padat.

Pengeluaran prostaglandin sehingga endometrium tidak cocok untuk

nidasi.

Mengganggu kemampuan kapasitas lendir endometrium.

Ion Cu menempel pada kepala spermatozoa sehingga geraknya lemah dan

mengalami kematian.

Ion Cu bersifat embrio toksik dan embriosidal sehingga hasil konsepsi

tidak akan berkembang (Manuaba, 2001).

Page 9: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

17

2.4.5 Jenis-jenis AKDR

AKDR terdiri dari dua jenis yaitu mengandung obat dan tidak

mengandung obat.AKDR mengandung obat saat ini digunakan meliputi dua

model penghasil hormon, yang tersedia hanya di beberapa Negara dan dengan

model-model yang mengandung tembaga (Copper T 380 A, Copper T 200,

Copper T 220 C, Multiload 375, Multiload 250, dan Nova T). AKDR tanpa obat

yang sekarang digunakan adalah Lippes loop dan cincin baja tahan-karat tunggal

atau ganda (Brahm, 2012).

Jenis-jenis AKDR yang beredar adalah:

1) AKDR Generasi pertama disebut Lippesloop, berbentuk spiral atau huruf S

ganda, terbuat dari plastik (poyethyline)

2) AKDR Generasi kedua adalah Cu T200 B (berbentuk T yang batangnya dililit

tembaga (Cu) dengan kandungan tembaga), Cu7 (berbentuk angka 7 yang

batangnya dililit tembaga), dan ML Cu 250 (berbentuk 3/3 lingkaran elips yang

bergerigi yang batangnya dililit tembaga)

3) AKDR Generasi ketiga adalah Cu T 380 A (berbentuk huruf T dengan lilitan

tembaga yang lebih banyak dan perak), MI Cu 375 (batangnya dililit tembaga

berlapis perak), dan Nova T Cu 200 A (batang dan lengannya dililit tembaga)

4) AKDR Generasi keempat adalah Ginefix (AKDR tanpa rangka) yang terdiri

dari benang polipropilen monofilament dengan enam butir tembaga.

Page 10: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

18

Lippes Loop

Lippes Loop terbuat dari bahan plastik (poyethyline), berbentuk spiral, dan

pada bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio

opaque pada pemeriksaan dengan sinar-x (Speroff L & Darney P, 2003).

Multiload 375

Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan mempunyai 375

mm2 kawat halus tembaga yang membalut batang vertikalnya. Bagian lengannya

di desain sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan terjadinya

ekspulsi. Multiload 375 merupakan alat yang popular di banyak bagian dunia

(Speroff L & Darney P, 2003).

Cu T 380 A

Cu T 380 A adalah alat berbentuk T, dengan kerangka polietilen yang

memiliki 380 mm2 daerah permukaaan tembaga yang terpajan. Kawat tembaga

elektronik murni yang mengelilingi batang 36 mm ini memiliki berat 176 mg, dan

bungkus-lengan pada lengan horizontal memiliki berat 66,5 mg. Sebuah

monofilament polietilen diikat menembus bola 3 mm yang terdapat pada batang,

menghasilkan dua benang putih untuk deteksi dan pengangkatan. Bola pada

bagian bawah batang membantu mengurangu resiko perforasi serviks (Speroff L

& Darney P, 2003).

Keefektifannya tinggi dengan efek samping dan komplikasi yang ringan.

Dengan pemasangan yang baik tidak akan terjadi perforasi. Bila terjadi perforasi

karena bentuknya terbuka tidak akan membahayakan. Dalam pemasangannya

tidak menimbulkan rasa nyari, kecuali pada perforasi (Manuaba, 1999).

Page 11: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

19

Nova – T

Nova-T mengandung 200 mm2 tembaga, mempunyai inti perak pada

kawat tembaganya, lengan yang fleksibel, dan sebuah lengkung besar yang juga

fleksibel pada ujung bawah guna menghindari cedera jaringan serviks (Speroff L

& Darney P, 2003).

Ginefix (AKDR tanpa rangka)

Ginefix dirancang sebagai usaha untuk mengurangi efek samping yang

sering ditimbulkan oleh AKDR tembaga berkerangka. Ginefix terdiri dari benang

polipropilen monofilamen yang tidak terurai secara hayati dan enam butir

tembaga yang seluruhnya membentuk luas permukaan 330 mm2. Butir atas dan

bawah dilekatkan ke benang sehingga butir-butir yang lain tidak dapat bergerak.

Sebuah simpul di ujung atas filamen berfungsi sebagai jangkar yang ditanamkan

ke miometrium fundus. Juga telah dikembangkan sebuah versi dari alat ini dengan

simpul jangkar yang sedikit lebih besar untuk pemasangan segera setelah

persalinan atau aborsi (Glasier A& Gebbie A, 2006).

Page 12: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

20

Gambar 2.1 jenis-jenis AKDRLeon Sferoff, Philip, 2005

Page 13: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

21

2.4.6 Keuntungan AKDR

AKDR merupakan alat kontrasepsi yang sangat efektif (0,6-0,8 kehamilan/

100 perempuan dalam 1 tahun pertama, atau 1 kegagalan dalam 125-170

kehamilan), dapat efektif segera setelah pemasangan, dapat dipakai oleh semua

perempuan dalam usia reproduksi, reversibel, berjangka panjang (dapat sampai 10

tahun tidak perlu diganti sehingga sangat efektif dari segi biaya), tidak

mempengaruhi produksi dan kualitas ASI, dapat dipasang segera setelah

melahirkan atau setelah abortus bila tidak ada infeksi, dan membantu mencegah

kehamilan ektopik.

AKDR umumnya sangat mudah dikeluarkan dan pemulihan kesuburan

berlangsung cepat (angka konsepsi 78-88% setelah 12 bulan dan 92-97% pada 3

tahun setelah pengeluaran) (Glasier A & Gebbie A, 2006).

2.4.7 Kerugian/Keterbatasan AKDR

Kerugian dari AKDR yaitu terdapat perdarahan, leukorea, sehingga

menguras protein dan liang senggama terasa lebih basah, dapat terjadi infeksi,

tingkat akhir infeksi menimbulkan kemandulan primer atau sekunder dan

kehamilan ektopik, tali AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan

mengganggu hubungan seksual ( Manuaba, 2010).

Kerugian dari AKDR antara lain:

1. Saat insersi

Rasa sakit/ nyeri, muntah , keringat dingin dan syncope, serta perforasi uterus.

Page 14: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

22

2. Setelah insersi

Perubahan siklus haid (umumnya pada tiga bulan pertama dan akan berkurang

setelah tiga bulan), haid lebih lama dan banyak.

Kerugian lain dari AKDR :

1. Terjadi perdarahan antar mentruasi, perubahan siklus haid dan saat haid lebih

sedikit

2. Terjadi perforasi dinding uterus, perdarahan hebat pada waktu haid dan

merasakan sakit selama 3 – 5 hari setelah pemasangan

3. Tidak mencegah IMS

4. Tidak baik digunakan pada perempuan yang menderita IMS

5. Penyakit radang panggul terjadi setelah perempuan dengan IMS pemakaian

AKDR dan dapat memicu infertilitas

6. Prosedur medik pemeriksaan sering membuat perempuan takut

7. Sedikit nyeri setelah pemasangan

8. Tidak mencegah terjadinya kehamilan etopik

9. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu-kewaktu

(saifuddin, 2006).

2.4.8 Indikasi penggunaan AKDR

Usia reproduktif, yang mengingikan kontrasepsi jangka panjang, setelah

melahirkan dan menyusui ataupun tidak menyusui bayinya, setelah mengalami

abortus dan tidak terjadi infeksi, risiko rendah dari IMS,yang tidak menyukai

metode hormonal, tidak menyukai harus minum pil setiap hari, dan yang tidak

menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari pasca persalinan.

Page 15: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

23

2.4.9 Kontraindikasi penggunaan AKDR

Kemungkinan hamil atau sedang hamil, perdarahan vagina yang belum

jelas penyebabnya, sedang mengalami infeksi alat genital seperti vaginitis dan

servisitis, dalam 3 bulan terakhir sedang mengalami PRP atau abortus septik,

kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat

mempengaruhi kavum uteri, penyakit trofoblast yang ganas, diketahui menderita

TBC pelvik, kanker alat genital, dan ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

AKDR-Cu tidak dapat dipasang pada perempuan yang menderita sepsis

puerperalis. Perempuan yang berada dalam masa pasca persalinan antara 48 jam

sampai 4 minggu tidak dianjurkan untuk menggunakan AKDR-Cu, kecuali tidak

tersedia metode lain yang sesuai (Sumadikarya, 2009).

2.4.10 Efek Samping

Kram uterus dan perdarahan kemungkinan besar terjadi segera setelah

insersi dan menetap selama beberapa waktu. Infeksi panggul, termasuk abortus

septik pernah dilaporkan, demikian pula abses tubo-ovarium, yang mungkin

unilateral. Jika dicurigai timbul infeksi alat harus dikeluarkan dan pengguna

diberikan antibiotik.

Karena diperkirakan terdapat risiko salpingitis, peritonitis panggul, abses

panggul dan akibatnya berupa sterilitas, pemakaian alat kontrasepsi dalam Rahim

tidak dianjurkan bagi perempuan berusia kurang dari 25 tahun atau dengan paritas

rendah serta bagi perempuan yang tampaknya berisiko tinggi menderita infeksi

panggul (misalnya memiliki banyak pasangan seksual) (Norman, 2011).

Page 16: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

24

2.4.11 Waktu Pemasangan AKDR

1) Setiap waktu dalam siklus haid, hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid

2) Segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca

persalinan. Setelah enam bulan bila menggunakan metode amenorea laktasi

(MAL)

3) Setelah mengalami abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) bila tidak

ditemukan gejala infeksi

4) Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.

2.4.12 Cara Pemasangan AKDR

Setelah diberikan penjelasan bahwa pemasangan AKDR akan

dilaksanakan, maka akseptor dipersilahkan BAK terlebih dahulu kemudian

dipersilahkan berbaring dalam posisi litotomi untuk mempermudah pemasangan

AKDR. Bila akseptor belum/tidak bisa BAK, sebaiknya dianjurkan buang air

kecil terlebih dahulu. Setelah itu, pemeriksaan dalam dilakukan untuk

menentukan besar rahim dan bentuk rahim. Kemudian spekulum dimasukkan,

dinding vagina dan mulut rahim dibersihkan dengan kapas desinfektan. Perhatikan

apakah dinding vagina dan mulut rahim terdapat kelainan atau tidak. Selanjutnya

portio dibersihkan dengan larutan antiseptik. Bibir dikaitkan dengan portio serviks

dengan tenakulum tepat pada sebelah atas portio. Kemudian sonde dimasukkan

sesuai dengan arah rahim untuk menentukan dalamnya rahim. Setelah itu, AKDR

steril dipersiapkan dan dimasukkan sesuai dengan arah dan dalamnya sonde.

Terdapat dua cara untuk melepaskan AKDR dari tabungnya. Cara pertama

adalah dengan mendorong flunger (bagi tipe lippes loop) sedangkan cara kedua

Page 17: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

25

adalah dengan menahan flunger penahan dan menarik tabung kearah pemasang

AKDR (bagi AKDR generasi II atau III). Potong benang jangan panjang dan

jangan juga terlalu pendek agar tidak menyebabkan sakit pada waktu senggama.

Jika pemasangan AKDR dilakukan setelah pasca persalinan maka insersi

AKDR sebaiknya dilakukan dalam 10 menit setelah plasenta lahir (Affandi,

2008).

Saat pemasangan AKDR, lakukan skrining untuk Infeksi Saluran Kemih

(ISK) yang ada dan berikan perlindungan antibiotik selama 7 hari. Anjurkan untuk

memeriksa benangnya setiap berakhirnya haid (Data, 2010).

2.4.13 Cara pengeluaran AKDR

Sebelum menggunakan sarung tangan, petugas harus mencuci tangan

terlebih dahulu dengan sabun dan air mengalir, sementara akseptor dipersilahkan

untuk BAK terlebih dahulu dan membersihkan daerah genitalnya, kemudian

dipersilahkan berbaring di tempat periksa dalam posisi litotomi. Setelah itu,

petugas membersihkan bibir liang senggama, dinding liang senggama dan mulut

rahim dengan menggunakan kapas yang dibasahi cairan antiseptik. Kemudian

pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan besar, bentuk, dan posisi rahim.

Spekulum dimasukkan ke dalam liang senggama dengan memposisikannya

sedemikian rupa sehingga mulut rahim terlihat dengan baik. Selanjutnya serviks

dibersihkan dengan larutan antiseptik 3x secara merata pada daerah serviks dan

vagina.

Identifikasi benang AKDR, jika terlihat, jepit benang dengan porsep,

kemudian tarik benang AKDR perlahan-lahan ke arah bawah hingga keluar dari

Page 18: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

26

liang senggama. Bila terasa ada tahanan terlalu kuat, cobalah lakukan manuver

dengan menarik-narik secara halus benang tersebut. Apabila benang tidak terlihat,

maka sonde dimasukkan sesuai dengan posisi rahim pada pemeriksaaan dalam.

Setelah itu ukur dalam rahim dan putar gagang sonde secara perlahan-lahan dalam

bentuk lingkaran, benturan sonde dengan AKDR akan terasa bila AKDR terdapat

di dalam rahim. Kemudian tarik AKDR keluar dengan memakai AKDR

removel/Pengait AKDR. Selanjutnya lepaskan speculum dan lakukan desinfeksi

daerah vagina. Lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan pakai ulang dengan

bahan klorin 0,5% (Pinem, 2009).

AKDR harus dikeluarkan jika terjadi kejang uterus berat, perdarahan

banyak atau lama (mungkin terjadi peningkatan perdarahan selama 3 atau 4

menstruasi pertama setelah pemasangan), perforasi (pengeluaran AKDR melalui

laparoskopi atau kolpotomi), alat bergeser hingga ke serviks, terjadi kehamilan

(risiko abortus spontan sebesar 50% jika tidak dikeluarkan) dan jika terjadi

salpingitis bakterialis (paling sering < 4 minggu setelah pemasanga) (Pernol,

2009).

2.5 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan AKDR Sebagai Alat Kontrasepsi Pada Akseptor KB

2.5.1 Pengetahuan

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu

knowledge. Dalam Encylopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi

pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledgeis justified true belief).

Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek)

Page 19: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

27

didalam dirinya sedemikian aktif sehingga subjek itu menyusun objek pada

dirinya sendiri dalam kesatuan yang aktif.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga.

Berdasarkan teori Lewrence Green, salah satu faktor yang memengaruhi

perilaku kesehatan seseorang dan dalam hal ini termasuk perilaku tentang AKDR

dalam program KB yaitu faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan persepsi seseorang terhadap perilaku

tersebut. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh terhadap perilaku sebagai hasil

jangka menengah (intermediet impact) (Notoatmodjo,2003).

Menurut Notoatmodjo, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu, sebagai berikut:

1. Pendidikan: Menurut GBHN Pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk

mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan luar sekolah serta

berlangsung seumur hidup. Pendidikan juga diartikan sebagai suatu proses

belajar yang menghasilkan kemampuan tertentu, kemampauan itu diperoleh

dari 3 tempat yakni, didalam keluarga (pendidikan informal), disekolah

(pendidikan formal) dan didalam masyarakat (pendidikan non formal).

2. Pekerjaan: Lamanya seseorang bekerja dapat berkaitan enan pengalaman

yang didapat di tempat kerjanya. Menurut Elizabet B. Harloek banyak orang

Page 20: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

28

bingung tentang apa yang mereka kerjakan dalam hidupnya setelah selesai

dari pendidikan tinggi seperti SMA dan Akademi. Hal ini dilatarbelakangi

karena memang tidak banyak mempunyai cukup bekal ilmu dan keterampilan

serta pengalaman yang sesuai dengan pekerjaan yang ditawarkan. Sering

mereka mengambil keputusan bekerja diluar ilmu dan pengetahuan yang

mereka peroleh.

3. Pengalaman: Menurut sukandi (2003) sumber ilmu pengetahuan seseorang

manusia bisa memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan tertentu melalui

pengalaman, baik secara individual maupun dalam hidup masyarakat.

4. Media cetak: Mempunyai sumber pustaka yang cukup baik dan mudah

diperoleh dimasyarakat. Mengingat bahwa informasi dari surat kabar dan

majalah mempunyai informasi dari surat kabar dan majalah mempunyai

informasi yang bersifat popular.

2.5.2 Dukungan Suami

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2003) dukungan

adalah sokongan/penunjang / bantuan. Dalam hal ini adalah sokongan /

dukungan / bantuan suami sebagai pasangan hidup dari akseptor dalam

menentukan keputusan pilihan terhadap tindakan yang akan dilakukan yaitu jenis

pemilihan kontrasepsi yang digunakan.

Dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial

yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau

diadakan untuk keluarga (dukungan sosial biasa atau tidak digunakan, tapi

anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap

Page 21: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

29

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan sosial keluarga

dapat berupa dukungan keluarga internal, seperti dukungan dari suami atau istri

atau dukungan dari saudara kandung.

Suami yang mau mendukung isterinya dan membantu dalam menentukan

pilihan jenis alat kontrasepsi secara psikologis akan membuat isteri labih nyaman

baik secara fisik maupun mental. Karena keputusan dalam mengatur kelahiran

anak adalah keputusan bersama dengan suami.

Dukungan suami dianggap melemahkan dampak stress dan secara

langsung memperkokoh kesehatan mental individu dalam keluarga. Keberadaan

dukungan suami yang adekuat terbukti berhubungan dengan status kesehatan

yaitu timbulnya suatu motivasi bagi istri yang mengarah pada perilaku tertentu.

Bentuk dukungan dari suami dapat berupa persetujuan suami pada istri untuk

menggunakan AKDR.

2.5.3 Cara Pemakaian

AKDR merupakan pilihan kontrasepsi yang afektif, aman, dan nyaman

bagi banyak wanita. Alat ini merupakan metode kontrsepsi reversible yang paling

sering digunakan di seluruh dunia. AKDR dapat dengan aman disisipkan kapan

pun setelah persalinan, abortus atau saat siklus haid. Penyisipan bahkan dapat

dilakukan segera setelah persalinan per vaginam, hal ini tidak berkaitan dengan

peningkatan resiko infeksi, perforasi uterus, perdarahan postpartum atau

subinvolusi uterus. Penyisipan tidak dianjurkan jika terdapat infeksi intrauterine

dan diperkirakan akan terjadi angka ekspulsi yang sedikit lebih tinggi dibanding

dengan penyisipan empat sampai delapan minggu postpartum. Pemasangan dan

Page 22: FAKTOR - FAKTOR  YANG  BERHUBUNGAN  DENGAN PENGGUNAAN AKDR SEBAGAI ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB

30

pencabutan AKDR harus dilakukan oleh tenaga medis yang meliputi dokter atau

bidan (Glasier, 2006).

Banyak ibu bersikap negatif terhadap alat kontrasepsi AKDR. Hal ini

karena sering mendengar rumor/mitos yang beredar di masyarakat, misalnya

rumor tentang AKDR yang bisa berpindah-pindah tempatnya bahkan bisa ke

jantung, AKDR bisa menyebabkan kanker, dan dapat tertanam di dalam rahim.

Sebagian ibu juga malu karena harus membuka bagian yang paling rahasia dari

tubuhnya dan takut karena yang didengarnya sangat sakit ketika pemasangan

AKDR (BKKBN, 2002).