Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...
Transcript of Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong Persalinan
Di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah
Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat Tahun 2013
Elita Ivanna Gultom¹, Anwar Hassan²
1. Peminatan Kebidanan Komunitas, Fakultas Kesehatan Masyarakat
2. Departemen Promosi dan Kesehatan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Abstrak
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan di
Indonesia. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi sangat penting dalam upaya
penurunan kematian ibu.Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di
Puskesmas Leuwigajah masih belum mencapai target 90 %. Hal ini menarik minat peneliti
untuk mengetahui tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong
persalinan.Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode
cross sectional. Hasil penelitian didapatkan 92, 6 % ibu yang memilih tenaga kesehatan
sebagai penolong persalinannya dan hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang
bermakna antara umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, sikap, riwayat pemeriksaan
kehamilan, dukungan suami dan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan.
Kata Kunci : Pemilihan Penolong Persalinan
Abstract
Maternal Mortality Rate (MMR) is an indicator of health development in Indonesia. Some
efforts have been done to decrease maternal mortality i.e to increase range labor by health
personnel. Range labor by health personnel in Leuwigajah Public Health Center has yet to
rech the target 90 %. This is really introgued writer to know about the factors relating to
choosing helpers in delivery in work field Leuwigajah Public Health Center, Cimahi City
Year 2013. The study was conducted by analyzing the primary data through a cross sectional
method.The result of this research is 92,6 % of birth attendance by health provider. Result
shows that the coverage of birth attendance by health a significant relation between age,
education,knowledge, attitude, pregnancy checking’s, delivery cost, distance from house to
health facility,husband and family’s support in choosing helpers in delivery.
Keywords : Selection of Delivery Helper
PENDAHULUAN
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Dokter dan bidan yang terampil
sebagai tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan pertolongan persalinan yang
akan membantu mengurangi angka kematian ibu. Pemilihan tenaga penolong persalinan akan
berdampak terhadap adanya kematian ibu, sebab setiap menit seorang perempuan meninggal
karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain, 1400
perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
karena kehamilan dan persalinan (WHO, 2005). Kematian ibu di negara berkembang rentan
terjadi diantara kehamilan, persalinan, dan nifas dan yang mengalami kemungkinan terbesar
adalah pada proses persalinan dan 24 jam setelah persalinan (WHO,2010). “Berdasarkan
SDKI 2007, AKI di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sebelumnya, pada
tahun 1991 sebesar 390 kematian per 100.000 kelahiran hidup, menyusul tahun 2002 sebesar
307 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara, target komitmen global MDGs diharapkan
angka tersebut dapat turun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015
(Bappenas, 2010).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, Indikator yang digunakan untuk
menggambarkan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan dianggap memenuhi persyaratan
sterilisasi dan aman, karena apabila ibu mengalami komplikasi persalinan maka penanganan
atau pertolongan pertama dapat segera dilakukan. Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan
sebesar 82,2 %. Persalinan ibu anak terakhir dari kelahiran lima tahun terakhir
menunjukkan bahwa 55,4 % bersalin di fasilitas kesehatan rumah sakit, rumah bersalin,
puskesmas, pustu, dokter dan bidan praktek swasta, 43,2 % bersalin di rumah dan hanya 1, 4
% bersalin di poskesdes. Dan tenaga yang menolong proses persalinan adalah dokter 2,1 %,
bidan 51,9 %, paramedis lain 1,4 % dan dukun sebesar 40, 2 % serta keluarga 4 %.
Di Jawa Barat budaya persalinan pulang ke rumah orang tua dan dilaksanakan di
rumah dengan ditolong oleh dukun masih kental sampai saat ini. Hal ini terlihat dari hasil
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang dicapai Jawa Barat tahun 2012 sebesar
89,22 % ,sedangkan di Kota Cimahi 88,64 % (Profil Kesehatan KIA Kota Cimahi tahun
2012).
Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan
dengan pemilihan penolong persalinan. Krisliana ( 2007 ) menyatakan bahwa pendidikan ibu
mempengaruhi pemilihan penolong persalinan. Sementara menurut hasil survei oleh Save The
Children, organisasi non pemerintah yang bergerak dalam bidang kesehatan anak, dan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menyebutkan, masyarakat pedesaan di
daerah Selatan Garut memilih dukun karena biayanya murah, bisa dicicil, tidak harus dengan
uang (Evyrahmawati, 2008), sedangkan Niaty, S ( 2010) menyatakan pekerjaan, jarak ke
fasilitas kesehatan, biaya persalinan memiliki hubungan yang signifikan terhadap pemilihan
penolong persalinan sedangkan Nurrahmiati (2012) menyatakan faktor yang mempunyai
hubungan yang bermakna dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah jarak
tempuh ke Puskesmas.
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
Keadaan rasio jumlah paraji di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah sebanyak 10
orang dan jumlah bidan praktek swasta 13 orang yang hampir seimbang mengakibatkan masih
terdapat persalinan yang ditolong oleh dukun/paraji. Wilayah Kecamatan Cimahi Selatan
Kelurahan Leuwigajah terletak di selatan Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat mempunyai
jumlah penduduk 38.335 jiwa, dengan jumlah ibu hamil 910 orang dan ibu bersalin 953
orang. Ketersediaan pelayanan persalinan di Kecamatan Cimahi Selatan cukup memadai,
dimana terdapat 5 puskesmas, 62 bidan praktek swasta dan 3 rumah bersalin yang bisa diakses
oleh masyarakat setiap saat. Tetapi meskipun secara geografis pelayanan kesehatan persalinan
mudah dijangkau, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah bila
dibandingkan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dari data laporan tahunan
kesehatan kota Cimahi tahun 2012 didapatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan kota
Cimahi baru mencapai 88,64 %, yang berarti bahwa masih ada persalinan yang ditolong oleh
bukan tenaga kesehatan. Pencapaian tersebut masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan
cakupan yang dicapai oleh Puskesmas Leuwigajah yaitu sebesar 73, 40 %, sementara target
yang diharapkan, yaitu sebesar 90%, (Indikator Kinerja SPM, Depkes 2011).
Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi dipilih menjadi lokasi penelitian karena
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Leuwigajah belum mencapai
target nasional yaitu 90 %, dan sepanjang kurun waktu tiga tahun terakhir, cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan masih fluktuatif. Pada tahun 2010 pencapaian yaitu 85,39
%, sedangkan pada tahun 2011 menjadi 72,06 %, dan tahun 2012 menjadi 73,40 % penyebab
rendahnya pencapaian karena masih adanya perilaku ibu dalam memilih penolong
persalinannya pada dukun bayi/paraji yang dapat mengakibatkan berbagai masalah atau
komplikasi pada proses persalinan dan bahkan kematian ibu bersalin, sehingga hal ini menjadi
alasan penelitian dilakukan di Puskesmas Leuwigajah untuk melihat faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku ibu untuk memilih penolong persalinannya.
Rumusan Masalah
Berdasarkan indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) ditargetkan bahwa cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dapat mencapai 90 %. Pencapaian pada
Puskesmas Leuwigajah yaitu sebesar 73,40 %, belum tercapainya cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan target yang diharapkan menggambarkan
masih adanya persalinan yang ditolong oleh dukun/paraji. Kondisi ini tentunya akan
berdampak pada keberhasilan program pencegahan dan penanganan resiko yang ditimbulkan
terkait persalinan yang diidentifikasi sebagai penyebab langsung kematian ibu. Strategi dari
Making Pregnancy Saver (MPS) dengan salah satu pesan kuncinya, bahwa setiap persalinan
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
harus ditolong oleh tenaga kesehatan, menjadi alasan peneliti untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas
Leuwigajah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan
di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat tahun 2013.
Tujuan Khusus
1 . Diketahuinya gambaran tentang pemilihan tenaga penolong persalinan di wilayah
Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat tahun 2013?
2 . Diketahuinya hubungan faktor predisposisi ( umur, pendidikan, paritas,
pengetahuan dan sikap ) dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah
Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat tahun 2013?
3 . Diketahuinya hubungan faktor pemungkin (riwayat pemeriksaan kehamilan, akses
jarak ke fasilitas kesehatan dan biaya persalinan) dengan pemilihan penolong
persalinan di wilayah Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat
tahun 2013?
4 . Diketahuinya hubungan faktor penguat (dukungan suami/keluarga) dengan
pemilihan penolong persalinan di wilayah Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi
Provinsi Jawa Barat tahun 2013?
TINJAUAN TEORITIS
Definisi Persalinan
Persalinan atau kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal yang dilakukan oleh
ibu untuk mengeluarkan janin yang sudah cukup umur ( 37 - 42 minggu ) secara spontan
tanpa adanya komplikasi baik pada ibu maupun pada janin kemudian disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.
Penyulit Pada Saat Persalinan
Penyulit saat persalinan menurut Saifuddin (2002). dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu :
a. Kelainan Tenaga atau Kelainan His
His yang tidak normal dimana kekuatan atau sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan
lahir yang lazim terjadi pada setiap persalinan tidak dapat diatasi, sehingga persalinan
mengalami hambatan atau kemacetan. Jenis kelainan his yaitu his terlalu kuat dan sering
(hypertonic uterine contraction), his lemah (inersia uteri) dan his tidak terkoordinir
(Incoordinate uterine action).
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
b. Kelainan Letak dan Bentuk Janin
Persalinan dapat mengetahui gangguan atau kemacetan karena kelainan letak dan bentuk
janin. Kelainan letak yang dapat terjadi diantaranya presentasi puncak kepala, presntasi muka,
presentasi dahi, letak sungsang dan letak lintang. Kelainan bentuk janin diantaranya
pertumbuhan janin yang berlebihan, hydrocephalus, janin kembar melekat dan prolapsus
funiculli (tali pusat menumbung).
c. Kelainan Jalan Lahir
Kelainan ukuran dan bentuk jalan lahir dapat menyebabkan kemacetan pada proses
persalinan, kelainan jalan lahir tersebut diantaranya panggul sempit, kelainan bentuk panggul
dan kelainan traktus genitalis berupa edema, stenosis dan tumor.
Masalah Atau Tanda Bahaya Pada Saat Proses Persalinan
- Bayi tidak lahir dalam 24 jam sejak terasa mulas
- Pendarahan lewat jalan lahir
- Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
- Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang
- Air ketuban keruh dan berbau
- Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar
- Ibu gelisah atau mengalami kesakitan hebat
(Buku Kesehatan Ibu dan Anak cetakan tahun 2011)
Tenaga Penolong Persalinan
Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan
adalah : Dokter spesialis kandungan, dokter umum, dan bidan ( Depkes RI, 2009 ). Menurut
WHO (1999) persalinan yang bersih dan aman dapat dicapai apabila ditolong oleh tenaga
kesehatan profesional yang memahami cara menolong persalinan secara bersih dan aman
(Uswatun, 2010).Tenaga penolong persalinan dibedakan menjadi dua jenis yaitu tenaga
kesehatan dan non kesehatan. Tenaga kesehatan yaitu tenaga yang mendapat pendidikan
formal seperti dokter spesialis kebidanan, dokter umum dan bidan, sedangkan non tenaga
kesehatan adalah tenaga yang mendapat keterampilan dari orang tuanya secara tradisional
seperti dukun bayi atau paraji (Martadisoebrata, 1982 dalam Ellyana, 2012).
Dokter Spesialis Kebidanan dan Dokter Umum
Dokter umum menurut Depkes RI (2002), adalah seorang tenaga kesehatan yang
menjadi tempat kontak pertama pasien untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang
dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia dan jenis kelamin secara
menyeluruh, paripurna dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional dengan
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung
jawab profesional, hukum, etika moral. Dokter umum adalah dokter yang belum mendalami
keahlian pada jenis penyakit tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
Bidan
Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan
sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang prakteknya secara
internasional telah diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM) tahun 1972
dan international federation gynaecologist dan Obstetrian (FIGO) tahun 1973, WHO dan
badan lainnya. Pada tahun 1990 pada pertemuan dewan di kobe, ICM menyempurnakan
definisi tersebut yang kemudian disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO ( 1992 ). Pengertian
bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) 2005 adalah seseorang yang
telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui negaranya, telah lulus dari pendidikan
tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah
(lisensi) untuk melakukan praktik bidan.
Dukun Bayi
Dukun bayi adalah orang yang membantu ibu selama masa persalinan yang pada
awalnya memiliki keterampilan dengan membantu kelahiran ibu dan bayi keluarganya atau
melalui magang kepada dukun bayi lain yang sudah berpengalaman ( WHO, UNFPA dan
UNICEF, 2006). Sebagai penolong persalinan dukun bayi/paraji lebih dipercaya oleh
masyarakat karena paraji merupakan bagian dari kebudayaan kehidupan sosial dimana
masyarakat berada, sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat menolong pasien yang dalam
keadaan bahaya. Selain merupakan bagian dari kebudayaan setempat, paraji biasanya adalah
anggota keluarga dekat atau paling tidak dikenal oleh keluarga. Imbalan dari bantuan yang
diberikan paraji pada persalinan biasanya diberikan setelah beberapa hari atau bahkan setelah
beberapa minggu setelah persalinan. Bentuk pembayarannya tidak selamanya berupa uang
tetapi dapat berupa benda. Bantuan yang diberikan paraji atas rasa gotong royong,
kekeluargaan atau rasa sosial karena biasanya paraji berasal dari kelompok etnik yang sama.
Keadaan ini menjadikan kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada paraji menjadi lebih
tinggi terutama di daerah-daerah diman tingkat pendidikan dan kemampuan membayar
relative masih rendah.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah cross sectional atau potong lintang yaitu penelitian yang
dilakukan pada beberapa populasi yang diamati pada waktu yang sama atau dalam satu waktu
( Hidayat Aziz,2007). Dipilih rancangan cross sectional dengan alasan pelaksanaannya mudah
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
dan biaya yang relatif murah dan waktu yang cukup pendek. Penelitian ini dilakukan di
wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah kota Cimahi. Lokasi ini dipilih karena cakupan
persalinan ke tenaga kesehatan masih rendah dan masih terdapat masyarakat yang
menggunakan tenaga dukun/paraji sebagai penolong persalinannya. Berdasarkan data
tersebut, maka penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013 di wilayah kerja Puskesmas
Leuwigajah kota Cimahi.
Populasi studi melalui pendekatan kuantitatif dari penelitian ini adalah ibu bersalin
dari bulan Maret tahun 2012 sampai bulan Maret 2013 baik lahir mati atau lahir hidup yang
berada di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah sebanyak 1434 ibu bersalin. Sumber data
berasal dari kohort ibu bersalin puskesmas Leuwigajah. Metode pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling (acak sederhana) dari seluruh
ibu bersalin pada bulan Maret tahun 2012 sampai bulan Maret tahun 2013 sebanyak 1434
dipilih secara acak sebanyak 96 ibu sesuai dengan jumlah sampel yang harus diambil.
Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner,
wawancara dilakukan oleh peneliti dengan cara mengunjungi rumah ibu bersalin yang terpilih
sebagai sampel.Kuesioner yang digunakan terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya
pada responden lain, dengan teknik korelasi Pearson Product Moment dan Cronbach Alpha.
Analisa data yang dilakukan yaitu analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi
pemilihan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan. Analisis bivariat dengan menggunakan
uji chi square.
HASIL PENELITIAN
Hasil analisis univariat digunakan untuk menjelaskan gambaran atau distribusi
frekuensi masing – masing variabel yang akan diteliti, baik variabel dependen maupun
variabel independen.
Distribusi Responden Berdasarkan Pemilihan Penolong Persalinan
di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi
Provinsi Jawa Barat tahun 2013.
Penolong Persalinan Jumlah %
Non tenaga kesehatan
(Paraji, Keluarga)
Tenaga kesehatan
(SpOG, Dokter Umum,
Bidan )
7
88
7, 4
92 , 6
Total 95 100
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
Bahwa dari 95 responden sebagian besar responden didominasi oleh kelompok
umur tidak berisiko. Sebanyak 22 orang (23.2%) termasuk dalam kelompok berisiko dan
73 orang (76.8%) termasuk dalam kelompok tidak berisiko. Pengelompokkan umur ini
berdasarkan Depkes 2009 yaitu berisiko kelompok umur < 20 atau > 35 tahun dan
kelompok tidak berisiko umur antara 20 – 35 tahun. Perbandingan persentase antara kedua
kategori pendidikan responden tergolong hampir sama. Pengkategorian pendidikan
responden menjadi 2 yaitu rendah dan tinggi berdasarkan Depdiknas 2007, 41 responden
(43.2%) dengan pendidikan rendah. Sementara itu, responden dengan pendidikan tinggi
sebanyak 54 (56.8%). Sebagian besar didominasi oleh paritas dengan kategori resiko
rendah yaitu sebanyak 77 orang (81.1%) sedangkan yang termasuk kategori resiko tinggi
sebanyak 18 orang (18.9%).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ibu yang bersalin yang berpengetahuan kurang
adalah sebanyak 8 ibu bersalin ( 8,4 %) dan ibu yang berpengetahuan baik yaitu sebesar 74
orang (77,9 %). Aspek pengetahuan ibu bersalin yang paling sedikit adalah mengenai
tanda-tanda persalinan yaitu sebanyak 58 orang (61,1 %). Dalam penelitian ini
pengetahuan ibu bersalin diukur dengan 4 pertanyaan. Pertanyaan terdiri dari 6 pertanyaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanyaan no 1 dijawab oleh 82 ibu ( 86,3%).
Sementara itu, responden yang bersikap positif sebanyak 56 orang (58.9%) terhadap
persalinan. Perbandingan persentase antara kedua kategori sikap responden didominasi
oleh sikap positif. Pengkategorian sikap responden menjadi 2 yaitu rendah dan tinggi
berdasarkan nilai median dari data karena data berdistribusi tidak normal. pemeriksaan
kehamilan yang termasuk dalam kategori tidak sesuai program dan 77 orang (81.1%)
termasuk dalam kategori sesuai program. Dimana dikatakan memenuhi sesuai program jika
pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan dan minimal 4 x selama kehamilan.
Terdapat responden terdapat 54 orang (56.8%) dengan akses ke fasilitas kesehatan jauh
dan 41 orang (43.2%) dengan akses ke fasilitas kesehatan dekat. Jarak ke fasilitas
kesehatan dikatakan jauh > 2 km dan waktu tempuh > 30 menit. Hasil analisis
menunjukkan diketahui bahwa dari 95 responden sebanyak 43 orang (45.3%) mengatakan
biaya persalinan mahal dan 52 orang (54.7%) mengatakan biaya persalinan murah.
Pengkategorian ini berdasarkan Perda Kota Cimahi yang menyatakan mahal jika > Rp.
350.000.
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
Ringkasan Analisis Bivariat ( Hubungan Faktor Predisposisi, Pemungkin, Penguat
Dengan Pemilihan Penolong Persalinan )
Hasil analisis bivariat ini untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel
terikat dengan menggunakan uji chi square, dengan batas kemaknaan 0,05. Uji dinyatakan ada
hubungan bermakna apabila p value < α (p, 0,05) dan tidak ada hubungan bermakna apabila p
value > α (p,0,05).
Distribusi responden menurut hubungan faktor predisposisi, pemungkin, penguat
dengan pemilihan penolong persalinan
di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah
Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat tahun 2013
Variabel
Pertolongan Persalinan Total
(n) Nilai-p
Odds Ratio (CI 95%)
Non Nakes
n (%)
Nakes
n (%)
Umur
Berisiko
Tidak
berisiko
4 (18.2%)
3 (3,41%)
18 (81.8%)
70 (95,9%)
22
73
0.048
5.185
(1.064-25.275)
Pendidikan
Rendah
Tinggi
6 (14.6%)
1 (1,9%)
35 (85.4%)
53 (98,1%)
41
54 0.040
9.066
(1/048-78.753)
Paritas
Risiko
tinggi
Risiko
rendah
4 (22.2%)
3 (3,9%)
14 (77.8%)
74 (96,1%)
18
77
0.023 7.048
(1.420-34.985)
Pengetahuan
Kurang
Cukup
Baik
5 (62.5%)
1 (7.7%)
1 (1.4%)
3 (37.5%)
12 (92.3%)
73 (98.6%)
8
13
74
0.000
----
Sikap
Negatif
Positif
6 (15.4%)
1 (1.8%)
33 (84.6%)
55 (98.2%)
39
56 0,018
10.000
(1.153-86.759)
Riwayat
Pemeriksaan
Kehamilan
1-3 kali
≥ 4 kali
5 (27.8%)
2 (2,6 % )
13 (72.2%)
75 (77,4%)
18
77
0.002 14.423
(2.536-82.365)
Akses ke
fasilitas
Kesehatan
Jauh
Dekat
5 (9.3%)
2 (4,9 %)
49 (90.7%)
39 (95,1 %)
54
41 0.695
1.990
(0.366-10.815)
Biaya
persalinan
Mahal
Murah
2 (4.7%)
5 (9,6%)
41 (95.3%)
47 (90,4%)
43
52
0.451
0.459
(0.084-2.491)
Dukungan
suami/
keluarga
Tidak ada
Ada
5 (27.8%)
2 (2,6 % )
13 (72.2%)
75 (97,4%)
18
77
0.002
14.423
(2.526-82.365)
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
Berdasarkan hasil analisis, pemilihan pertolongan persalinan pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi Tahun 2013 didominasi oleh pemilihan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Namun, masih ada yang memilih pertolongan
oleh non nakes. Berdasarkan hasil penelitian, proporsi yang memilih tenaga kesehatan sebagai
penolong persalinan 95,9 % berada pada kelompok yang tidak berisiko yaitu usia 20 – 35
tahun, lebih besar daripada kelompok usia berisiko yaitu usia < 20 tahun atau >35 tahun yang
memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil analisa variabel paritas
diperoleh bahwa ada sebanyak 77 (81,1%) ibu yang paritas risiko tinggi dan 18 (18,9%) ibu
dengan paritas risiko rendah. Artinya sebagian besar ibu di Kelurahan Leuwigajah berparitas
1-2 anak atau dengan risiko rendah yang memilih tenaga kesehatan sebagai penolong
persalinan. Dari hasil penelitian terlihat bahwa responden berpengetahuan cukup sebagian
besar memilih pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Tingkat keeratan hubungan
antara pengetahuan yang baik menunjukan bahwa upaya memperbaiki perilaku dengan
meningkatkan pengetahuan perlu mempertahankan pengetahuannya dilakukan. Walaupun
hubungan yang terjadi berada pada tingkat sedang tetapi keberartian hubungan yang diperoleh
menunjukan bahwa perubahan perilaku dengan meningkatkan pengetahuan akan memberi
hasil yang cukup berarti. Hasil analisis hubungan antara sikap ibu dengan pemilihan penolong
persalinan menunjukkan sebanyak 55 (98,2 %) ibu yang mempunyai sikap positif dan
memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya, sedangkan 1 (1,8%) ibu tidak
memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya.
Hasil analisa hubungan antara riwayat pemeriksaan kehamilan dan pemilihan
penolong persalinan diperoleh bahwa ada 75 (97,4%) ibu yang riwayat pemeriksaan
kehamilannya sesuai program memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan, dan
13 (72,2%) ibu yang riwayat pemeriksaan kehamilannya tidak sesuai program memilih
penolong persalinannya di tenaga kesehatan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,695 , hal
ini berarti tidak ada perbedaan proporsi pemilihan penolong persalinan antara ibu yang akses
jarak ke fasilitas kesehatan jauh dan dekat. Dengan demikian tidak ada hubungan yang
bermakna antara akses jarak ke fasilitas kesehatan dengan pemilihan penolong persalinan.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,451 , hal ini berarti tidak ada perbedaan
proporsi pemilihan penolong persalinan antara ibu yang mengatakan biaya persalinan mahal
maupun murah. Dengan demikian tidak ada hubungan yang bermakna antara biaya
persalinan dengan pemilihan penolong persalinan. Proporsi responden dengan dukungan
suami/keluarga yang memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan sebanyak
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
(97,4%), lebih besar dibandingkan proporsi tidak mendukung yang memilih tenaga
kesehatan (72,2%).
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis, pemilihan pertolongan persalinan pada ibu hamil di
wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi Tahun 2013 didominasi oleh pemilihan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Namun, masih ada yang memilih pertolongan
oleh non nakes. Hubungan umur mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan
penolong persalinan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah menunjukkan bahwa
ibu bersalin sudah mulai menyadari bahaya dan risiko kehamilan maupun persalinan yang
bersih dan aman, juga akibat tidak terpengaruh oleh anggapan atau kepercayaan yang
menyatakan bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang alamiah dan
merupakan kodrat wanita , sehingga menyadari akan bahaya yang mengancam jiwa, oleh
sebab itu meskipun umur ibu tidak risiko tinggi, ibu dan keluarga mengambil keputusan untuk
memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Hal ini didukung oleh tingkat
pendidikan maupun pengetahuan dari ibu bersalin yang ada di wilayah Puskesmas
Leuwigajah. Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan erat dengan
kondisi kehamilan, persalinan, nifas serta dalam mengasuh bayinya. Ibu yang kurang berumur
kurang 20 tahun, belum matang dalam hal jasmani maupun sosial dalam menghadapi
kehamilan, persalinan dan nifas, sedangkan umur 35 tahun atau lebih menghadapi
kemungkinan resiko yang akan terjadi berupa kelainan bawaan pada waktu kehamilan dan
penyulit pada waktu persalinan. Proses reproduksi sebaiknya berlangsung pada saat ibu
berumur 20 tahun sampai dengan 30 tahun ( Martaadisoebrata, 1982 dalam Ellyana, 2012).
Sedangkan hasil analisis sekunder susenas yaitu ada hubungan bermakna antara umur dengan
pemanfaatan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan( Sugiharti, et all 2004 dalam
Rochayah, 2012).
Pengamatan oleh peneliti hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan
pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah disebabkan oleh
sebagian besar tingkat pendidikan ibu yang tamat SLTA juga melalui pendidikan informal
misalnya melalui informasi yang didapatkan melalui konseling ataupun penyuluhan oleh
tenaga kesehatan, juga melalui media – media informasi lain seperti TV ataupun radio yang
mampu meningkatkan wawasan ataupun pengetahuan ibu sehingga ibu mampu mengambil
keputusan untuk kesehatan dirinya.Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih
memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya, misalnya dalam menentukan siapa penolong
persalinannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah seseorang tersebut
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai
yang baru diperkenalkan. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun manusia untuk
berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Azwar (2006) bahwa pemanfaatan seseorang terhadap
sarana pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan sosial budaya. Bila
tingkat pendidikan dan sosial budaya baik, maka secara relatif pemanfaatan pelayanan
kesehatan akan tinggi (Azwar, 2002). Hasil penelitan susilawati (2009), membuktikan
pendidikan mempunyai hubungan dengan perilaku ibu dalam memilih penolong persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Sirnagalih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor (p=<0,005).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Maisya dan Tjandrarini (2006) juga membuktikan bahwa
pendidikan ibu ada hubungan dengan perilaku pemilihan persalinan di Kabupaten Sukabumi
(p=<0,005).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Krisliana (2007), membuktikan bahwa
terdapat hubungan antara paritas dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja
Puskesmas Warung Gunung Kabupaten Lebak Propinsi Banten (p=0,0400). Menurut peneliti
hubungan paritas mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan penolong
persalinan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah menunjukkan bahwa ibu bersalin
sudah mulai menyadari bahaya dan risiko kehamilan maupun persalinan yang bersih dan
aman, juga akibat tidak terpengaruh oleh anggapan atau kepercayaan yang menyatakan bahwa
peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang alamiah dan merupakan kodrat
wanita , sehingga menyadari akan bahaya yang mengancam jiwa, oleh sebab itu meskipun
paritas ibu tidak risiko tinggi, ibu dan keluarga mengambil keputusan untuk memilih tenaga
kesehatan sebagai penolong persalinan. Hal ini didukung oleh tingkat pendidikan maupun
pengetahuan dari ibu bersalin yang ada di wilayah Puskesmas Leuwigajah.
Pengamatan oleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah, pengetahuan ibu
memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan tenaga penolong persalinan selain
karena tingkat pendidikan ibu yang mempengaruhi juga dikarenakan oleh adanya media
promosi kesehatan tentang pentingnya persalinan di tenaga kesehatan melalui program kelas
ibu hamil sejak tahun 2012 sehingga mempengaruhi sikap ibu terhadap penolong persalinan
yang akhirnya akan diikuti dengan pemilihan penolong persalinan yang diyakini oleh ibu
dapat menolong persalinannya dengan baik dan selamat. Dalam pernyataan ini pengetahuan
mempunyai hubungan positif dengan pemilihan pertolongan persalinan yang berarti semakin
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
baik pengetahuannya maka cenderung untuk memilih pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Rogers (dalam Notoatmodjo, 2008) yang menyatakan
bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya
perilaku dan perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Oleh sebab itu diperlukan suatu upaya untuk
memberikan stimulus lebih kepada responden berupa pemberian informasi-informasi yang
akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah sikap
ibu sudah positif, hal ini dikarenakan selain karena adanya dukungan suami ataupun keluarga,
juga pengetahuan ibu yang baik tentang kehamilan dan persalinan karena adanya program
kelas ibu hamil yang diadakan dengan memberikan konseling dan penyuluhan tentang
pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan sehingga mempengaruhi ibu hamil
untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam menolong persalinannya.
Hal ini sesuai dengan penelitian Sumintardi (2012) membuktikan bahwa sikap
mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku pemilihan penolong persalinan
(p=<0,005). Juga penelitian susilawati (2009), membuktikan bahwa sikap ibu mempunyai
hubungan perilaku pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Sirnagalih
Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor (p=<0,005), dan penelitian Almicab (2003)
membuktikan bahwa ada hubungan antara sikap ibu dan perilaku pemilihan penolong
persalinan (p=<0,005).
Pengamatan peneliti di lapangan, bahwa adanya hubungan riwayat pemeriksaan
kehamilan dengan pemilihan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Leuwigajah dikarenakan sejak tahun 2008 adanya program KIA puskesmas yang
melakukan pendataan ibu hamil dan melakukan kunjungan ibu hamil risti di wilayahnya,
sehingga ibu hamil yang ada berperan dalam memeriksakan kehamilannya dan terpapar
tentang pentingnya persalinan oleh tenaga kesehatan. Interaksi selama masa antenatal care
yang ada dapat membangun rasa percaya diri ibu dan rasa percaya kepada petugas kesehatan,
hal ini merupakan dasar yang baik dalam mengambil keputusan saat pemilihan penolong
persalinan ibu.
Hal ini sesuai dengan Besral dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional ( 2011 )
menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara pemeriksaan kehamilan dengan
penolong persalinan pada tenaga kesehatan, terlihat bahwa pemeriksaan kehamilan dengan
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
pemeriksaan kehamilan yang lengkap dan adekuat cenderung untuk bersalin dengan tenaga
kesehatan.
Tidak adanya hubungan antara akses jarak ke fasilitas kesehatan dengan pemilihan
penolong persalinan disebabkan karena kebijakan Kota Cimahi yang menempatkan satu
Puskesmas di satu Kelurahan sebagai fasilitas kesehatan yang mendekatkan diri pada tempat
tinggal masyarakat. Selain itu adanya 13 orang bidan praktek swasta dan 2 balai pengobatan
dan 7 dokter praktek swasta di wilayah kelurahan Leuwigajah yang memudahkan ibu hamil
untuk mendapatkan penolong persalinan. Ketersediaan dan kemudahan menjangkau tempat
pelayanan, jarak ke tempat pelayanan kesehatan dan transportasi merupakan salah satu
pertimbangan keluarga dalam pengambilan keputusan mencari tempat persalinan. Namun hal
ini bukan menjadi masalah di Kota Cimahi khususnya wilayah Leuwigajah karena Secara
geografis pelayanan kesehatan persalinan mudah dijangkau. Daerah Leuwigajah mudah
terjangkau oleh sarana tranportasi, wilayahnya tidak terluas sekitr 393,47 Ha. Wilayah
Kecamatan Cimahi Selatan Kelurahan Leuwigajah terletak di selatan kota Cimahi Provinsi
Jawa Barat. Ketersediaan pelayanan persalinan di Kecamatan Cimahi Selatan cukup
memadai, dimana terdapat 5 puskesmas, 62 bidan praktek swasta, 3 rumah bersalin yang bisa
diakses oleh masyarakat setiap saat. Terdapat 2 RS swasta dan 2 RS pemerintah yang mudah
dijangkau dari Leuwigajah.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Amilda (2010), membuktikan
bahwa jarak tempuh mempunyai hubungan dengan perilaku pemilihan penolong persalinan di
wilayah kerja Puskesmas Gerabag I Kabupaten Magelang (p=<0,005). Dan juga Niaty (2010)
yang mengatakan bahwa jarak berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan, demikian
juga dengan penelitian Winandari (2002), yang menyatakan bahwa jarak berhubungan dengan
demand ibu hamil terhadap pemilihan penolong persalinan.
Tidak adanya hubungan antara biaya persalinan dengan pemilihan penolong persalinan
di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah disebabkan oleh biaya yang hampir sama antara
persalinan oleh dukun/paraji dan tenaga kesehatan yang didukung oleh pemerintah melalui
program jampersal yang sudah berjalan semenjak tahun 2012 khususnya di Kota Cimahi.
Pengukuran biaya dalam penelitian ini terbagi dua yaitu mahal dan murah. Dikatakan mahal
apabila ibu membayar pertolongan persalinan ke tenaga kesehatan > Rp.350.000 dan disebut
murah apabila ibu membayar < Rp.350.000. hasil penelitian menunjukkan biaya untuk
membayar pertolongan persalinan rata-rata Rp. 100.000,- yang digunakan untuk transportasi
ataupun biaya konsumsi pada saat persalinan. Ini disebabkan adanya program jampersal dan
jamkesmas.
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Gunantoro (2002), membuktikan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara biaya persalinan yang harus dikeluarkan dengan
pemilihan penolong persalinan di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi (p=0,032).
Proporsi responden yang mendapat dukungan suami/keluarga yang memilih tenaga
kesehatan sebagai penolong persalinan sebanyak 75 (97,4%), lebih besar dibandingkan
proporsi tidak mendapat dukungan yang memilih tenaga kesehatan 13 (72,2%).
Pengaruh suami sangat besar dalam pemilihan tenaga penolong persalinan Di wilayah
kerja Puskesmas Leuwigajah mayoritas penduduknya yang bekerja adalah para suami dan
mayoritas penduduk beragama islam. Menurut ajaran islam wajib hukumnya seorang istri
untuk mematuhi suaminya. Oleh sebab itu walaupun ibu sudah mempunyai persepsi yang
positif tentang manfaat persalinan dengan tenaga kesehatan, akan tetapi bila suami yang
menyuruh agar istrinya melahirkan dengan dukun/paraji, akan sangat sulit sekali bagi seorang
istri untuk tidak menuruti kehendak suami tersebut, sehingga akhirnya persalinan ibu tersebut
akan ditolong oleh dukun/paraji.begitu juga hasil observasi peneliti, di wilayah kerja
Puskesmas Leuwigajah peran suami dan keluarga masih sangat berperan dalam pengambil
keputusan.
Hal ini sesuai dengan penelitan oleh Sumintardi (2012) menyatakan bahwa dukungan
keluarga mempunyai hubungan yang signifikan terhadap perilaku pemilihan penolong
persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kalibunder Kabupaten Sukabumi. Juga penelitian
Almicab (2003) membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga
dan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Muara Balian Kabupaten
Batanghari (p=0,002)
KESIMPULAN
Gambaran responden pemilihan penolong persalinan di wilayah Puskesmas
Leuwigajah sebagian besar dilakukan oleh tenaga kesehatan (92,6 %). Dari faktor
predisposisi terdapat hubungan yang bermakna antara umur, pendidikan, paritas, pengetahuan
dan sikap dengan pemilihan pertolongan persalinan. Dari faktor pemungkin, terdapat
hubungan yang bermakna antara riwayat pemeriksaan kehamilan dengan pemilihan
pertolongan persalinan sedangkan akses jarak dan biaya persalinan tidak mempunyai
hubungan bermakna dengan pemilihan pertolongan persalinan.Dari faktor penguat, terdapat
hubungan yang bermakna antara dukungan suami/keluarga dengan pemilihan pertolongan
persalinan.
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
SARAN
1. Kepada pihak Dinas Kesehatan memfasilitasi pelaksanaan program P4K di tiap
kelurahan dengan menganggarkan dana rutin untuk operasionalisasi program P4K
guna mendukung kelancaran kegiatan program P4K seperti lembar perencanaan
persalinan, stiker P4K dan lembar amanat persalinan misalnya pemberian insentif
untuk kader. Menambah sarana dan prasarana penyuluhan dan konseling tentang
persalinan oleh tenaga kesehatan.
2. Kepada puskesmas meningkatkan kualitas pelayanan pertolongan persalinan melalui
peningkatan kompetensi bidan puskesmas melalui pelatihan maupun refreshing ilmu –
ilmu kebidanan terbaru, menggalakkan program P4K di wilayah kerja puskesmas
melalui penggerakkan masyarakat dalam pelaksanaan P4K dengan Peningkatan
program pemberdayaan masyarakat dalam rangka menggali potensi dan peluang yang
ada di masyarakat supaya dapat dimanfaatkan khususnya terhadap pentingnya
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Program Desa Siaga), merevitalisasi
kembali kemitraan bidan dan paraji, kader kesehatan dan masyarakat dalam rangka
meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, memberikan pelatihan
kepada kader guna meningkatkan kualitas dan kemampuan kader dalam memberikan
penyuluhan kepada masyarakat, sehingga kader dapat diberdayakan dalam pendataan
ibu hamil dan pendekatan kepada masyarakat untuk meningkatkan cakupan persalinan
oleh tenaga kesehatan dengan perencanaan kegiatan yang didukung oleh pemerintah
melalui dana bantuan operasional kesehatan.
3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menggali fenomena mengapa masih
ada/terdapat ibu hamil yang memilih penolong persalinan bukan tenaga kesehatan
dengan melanjutkan kembali kajian dengan lingkup yang lebih luas untuk
mengidentifikasi faktor-faktor lain yang diperkirakan mempunyai kontribusi terhadap
pemilihan penolong persalinan berbagai sudut pandang dan metode analisis, berbagai
alasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan penolong persalinan dalam
penelitian ini hendaknya dapat menambah pengetahuan wawasan dalam bidang
kesehatan masyarakat khususnya mengenai kesehatan ibu dan anak.
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
KEPUSTAKAAN
Azwar,Azrul, 2006, Strategi Percepatan Penurunan Kematian Ibu Melalui Peningkatan
Kualitas Pelayanan, Advocasi Workshop Strategi dan Kegiatan yang Berhasil dalam
Program Safe Motherhood. Depkes RI, Jakarta
Carlson, Cyndi, 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC,
Jakarta
Depkes RI, 2001, Rencana Strategi Nasional Making Prenancy Safer di Indonesia 2001-
2010,Depkes RI, Jakarta
Depkes RI, 1999, Materi Ajar Safe Mother Hood, Jakarta. WHO – Depkes.
Depkes RI & JICA. (2003), Buku Kesehatan Ibu dan Anak,Depkes RI, Jakarta
Depkes RI, 2001, Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Depkes RI, Jakarta
Depkes RI, 2006 Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan
dan Nifas, Depkes RI, Jakarta
Depkes RI, 2007. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Depkes RI
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2011, Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2011,Jawa
Barat
Dinas Kesehatan kota Cimahi, 2012, Profil Kesehatan Kota Cimahi tahun 2011,Cimahi
Eryando, Tris. Aksesibilitas Kesehatan Maternal di Kabupaten Tanggerang, 2006. Makara,
Kesehatan, Vol.11, No.2, desember 2007: 76-83.
Grace Edwards,2010. Praktik Kebidanan Kesehatan Masyarakat,EGC, Jakarta.
Green Lawrence W, Kreuter Marshall W, Deeds, S & Patridge, K B, 2002. Perencanaan
Pendidikan Kesehatan Sebuah Pendekatan Diagnostik, edisi terjemahan, Jakarta.
Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Green Lawrence W, Kreuter Marshall W., 2005, Health Program Planning an Educational
And Ecological Approach, Fourth Editional, USA
Harni, (2009). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemilihan
Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sirnagalih Kecamatan Taman Sari
Kabupaten Bogor Tahun 2009. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia
Hutapea, Ellyana (2012). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong
Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Cibungbulang. Kecamatan Cibungbulang
Kabupaten Bogor. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi, perkumpulan Obstetri
Ginekologi Indonesia ( JNPK-KR)/POGI). (2007) Asuhan Persalinan Normal. Jakarta :
Jaringan Nasional Pelatihan Klinik.
Kementerian Kesehatan.RI. (2011). Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada
Kehamilan, persalinan dan Nifas Bagi Kader. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Ibu
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan.RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas 2010. Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan kesehatan. Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan.RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010, Jakarta.
Khaerudin, (2012). Determinan Pemanfaatan Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Di Puskesmas Cijeruk Kabupaten Bogor. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia
Khasanah Uswatun, (2010).Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Tenaga
Penolong Persalinan Di Puskesmas Curug Kota Serang. Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
Krisliana, (2007). Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Penolong Persalinan Di Wilayah
Kerja Puskesmas Warung Gunung Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Tesis Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013
Lemeshows Stanley, et all (1997). Besar Sampel Pada Penelitian Kesehatan (terjemahan),
Yogyakarta : Gajahmada University Press.
Maiman, 1997, Teori Health Belief Model, UI Press, Jakarta
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2006, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Surakarta
Manuaba Chandranita, Ida Ayu C, (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan KB.
EGC. Jakarta.
Martaadisoebrata, dkk (2005). Bunga Rampai Obstetri Dan Ginekologi Sosial, Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
Mochtar, rustam (1989). Sinopsis Obstetri. Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, jakarta :
EGC.
Nurhasni, (2010). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong
Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Cijeruk Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor.
Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok.
Nurrahmiati, 2010.Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Cakupan Persalinan Oleh
Tenaga Kesehatan Di Provinsi Banten, Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia. Depok.
Nursalam, 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba
Medika, Jakarta.
Meylanie, 2010. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Penolong Persalinan Di
Wilayah Kerja Puskesmas Cijeruk Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, Skripsi
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok.
Notoatmodjo,S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Rineka Cipta,
Edisi Rev, Jakarta.
Notoatmodjo,S,2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Edisi 4, Jakarta.
Prawirohardjo, 2009, Buku Acuan Nasional pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Bina Pustaka, Jakarta
Raodah, 2011. Determinan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Rosnani, 2011. Budaya dan Faktor – Faktor Lain yang Berhubungan dengan Pemilihan
Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Rakit Kulim Kecamatan Rakit Kulim
Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau.Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia.
Pangerti, Rabea. (2011). Hubungan Antara Kepatuhan Antenatal Care Dengan Pemilihan
Penolong Persalinan. Junal Kesehatan Reproduksi. Vol. 1 & 2 p : 84 – 91, April 2011.
Purwandari, Atik (2008). Konsep Kebidanan Sejarah Dan Profesionalisme, EGC, Jakarta.
Saifudin, AB dkk, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.
Yayasan Bina pustaka, jakarta.
Sufiawati, Wati (2012). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong
Persalinan Di Puskesmas Cibadak Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
Wulan, Triani (2010). Analisis Spasial Pemilihan Tempat Pertolongan Persalinan Di
Kelurahan Sendangmulyo Semarang Tahun 2010. Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol.1,
No.3, Agustus 2011 : 113 - 124.
Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013