Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

18
Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong Persalinan Di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 Elita Ivanna Gultom¹, Anwar Hassan² 1. Peminatan Kebidanan Komunitas, Fakultas Kesehatan Masyarakat 2. Departemen Promosi dan Kesehatan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat Abstrak Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan di Indonesia. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi sangat penting dalam upaya penurunan kematian ibu.Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Leuwigajah masih belum mencapai target 90 %. Hal ini menarik minat peneliti untuk mengetahui tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan.Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode cross sectional. Hasil penelitian didapatkan 92, 6 % ibu yang memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya dan hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, sikap, riwayat pemeriksaan kehamilan, dukungan suami dan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan. Kata Kunci : Pemilihan Penolong Persalinan Abstract Maternal Mortality Rate (MMR) is an indicator of health development in Indonesia. Some efforts have been done to decrease maternal mortality i.e to increase range labor by health personnel. Range labor by health personnel in Leuwigajah Public Health Center has yet to rech the target 90 %. This is really introgued writer to know about the factors relating to choosing helpers in delivery in work field Leuwigajah Public Health Center, Cimahi City Year 2013. The study was conducted by analyzing the primary data through a cross sectional method.The result of this research is 92,6 % of birth attendance by health provider. Result shows that the coverage of birth attendance by health a significant relation between age, education,knowledge, attitude, pregnancy checking’s, delivery cost, distance from house to health facility,husband and family’s support in choosing helpers in delivery. Keywords : Selection of Delivery Helper PENDAHULUAN Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Dokter dan bidan yang terampil sebagai tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan pertolongan persalinan yang akan membantu mengurangi angka kematian ibu. Pemilihan tenaga penolong persalinan akan berdampak terhadap adanya kematian ibu, sebab setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain, 1400 perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Transcript of Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

Page 1: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong Persalinan

Di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah

Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat Tahun 2013

Elita Ivanna Gultom¹, Anwar Hassan²

1. Peminatan Kebidanan Komunitas, Fakultas Kesehatan Masyarakat

2. Departemen Promosi dan Kesehatan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat

Abstrak

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan di

Indonesia. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi sangat penting dalam upaya

penurunan kematian ibu.Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan di

Puskesmas Leuwigajah masih belum mencapai target 90 %. Hal ini menarik minat peneliti

untuk mengetahui tentang faktor – faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong

persalinan.Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif melalui metode

cross sectional. Hasil penelitian didapatkan 92, 6 % ibu yang memilih tenaga kesehatan

sebagai penolong persalinannya dan hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan yang

bermakna antara umur, pendidikan, paritas, pengetahuan, sikap, riwayat pemeriksaan

kehamilan, dukungan suami dan keluarga dengan pemilihan penolong persalinan.

Kata Kunci : Pemilihan Penolong Persalinan

Abstract

Maternal Mortality Rate (MMR) is an indicator of health development in Indonesia. Some

efforts have been done to decrease maternal mortality i.e to increase range labor by health

personnel. Range labor by health personnel in Leuwigajah Public Health Center has yet to

rech the target 90 %. This is really introgued writer to know about the factors relating to

choosing helpers in delivery in work field Leuwigajah Public Health Center, Cimahi City

Year 2013. The study was conducted by analyzing the primary data through a cross sectional

method.The result of this research is 92,6 % of birth attendance by health provider. Result

shows that the coverage of birth attendance by health a significant relation between age,

education,knowledge, attitude, pregnancy checking’s, delivery cost, distance from house to

health facility,husband and family’s support in choosing helpers in delivery.

Keywords : Selection of Delivery Helper

PENDAHULUAN

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Dokter dan bidan yang terampil

sebagai tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan pertolongan persalinan yang

akan membantu mengurangi angka kematian ibu. Pemilihan tenaga penolong persalinan akan

berdampak terhadap adanya kematian ibu, sebab setiap menit seorang perempuan meninggal

karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan. Dengan kata lain, 1400

perempuan meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap tahun

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 2: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

karena kehamilan dan persalinan (WHO, 2005). Kematian ibu di negara berkembang rentan

terjadi diantara kehamilan, persalinan, dan nifas dan yang mengalami kemungkinan terbesar

adalah pada proses persalinan dan 24 jam setelah persalinan (WHO,2010). “Berdasarkan

SDKI 2007, AKI di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sebelumnya, pada

tahun 1991 sebesar 390 kematian per 100.000 kelahiran hidup, menyusul tahun 2002 sebesar

307 per 100.000 kelahiran hidup. Sementara, target komitmen global MDGs diharapkan

angka tersebut dapat turun menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015

(Bappenas, 2010).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010, Indikator yang digunakan untuk

menggambarkan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan dianggap memenuhi persyaratan

sterilisasi dan aman, karena apabila ibu mengalami komplikasi persalinan maka penanganan

atau pertolongan pertama dapat segera dilakukan. Persentase persalinan oleh tenaga kesehatan

sebesar 82,2 %. Persalinan ibu anak terakhir dari kelahiran lima tahun terakhir

menunjukkan bahwa 55,4 % bersalin di fasilitas kesehatan rumah sakit, rumah bersalin,

puskesmas, pustu, dokter dan bidan praktek swasta, 43,2 % bersalin di rumah dan hanya 1, 4

% bersalin di poskesdes. Dan tenaga yang menolong proses persalinan adalah dokter 2,1 %,

bidan 51,9 %, paramedis lain 1,4 % dan dukun sebesar 40, 2 % serta keluarga 4 %.

Di Jawa Barat budaya persalinan pulang ke rumah orang tua dan dilaksanakan di

rumah dengan ditolong oleh dukun masih kental sampai saat ini. Hal ini terlihat dari hasil

cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang dicapai Jawa Barat tahun 2012 sebesar

89,22 % ,sedangkan di Kota Cimahi 88,64 % (Profil Kesehatan KIA Kota Cimahi tahun

2012).

Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor yang berhubungan

dengan pemilihan penolong persalinan. Krisliana ( 2007 ) menyatakan bahwa pendidikan ibu

mempengaruhi pemilihan penolong persalinan. Sementara menurut hasil survei oleh Save The

Children, organisasi non pemerintah yang bergerak dalam bidang kesehatan anak, dan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menyebutkan, masyarakat pedesaan di

daerah Selatan Garut memilih dukun karena biayanya murah, bisa dicicil, tidak harus dengan

uang (Evyrahmawati, 2008), sedangkan Niaty, S ( 2010) menyatakan pekerjaan, jarak ke

fasilitas kesehatan, biaya persalinan memiliki hubungan yang signifikan terhadap pemilihan

penolong persalinan sedangkan Nurrahmiati (2012) menyatakan faktor yang mempunyai

hubungan yang bermakna dengan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah jarak

tempuh ke Puskesmas.

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 3: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

Keadaan rasio jumlah paraji di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah sebanyak 10

orang dan jumlah bidan praktek swasta 13 orang yang hampir seimbang mengakibatkan masih

terdapat persalinan yang ditolong oleh dukun/paraji. Wilayah Kecamatan Cimahi Selatan

Kelurahan Leuwigajah terletak di selatan Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat mempunyai

jumlah penduduk 38.335 jiwa, dengan jumlah ibu hamil 910 orang dan ibu bersalin 953

orang. Ketersediaan pelayanan persalinan di Kecamatan Cimahi Selatan cukup memadai,

dimana terdapat 5 puskesmas, 62 bidan praktek swasta dan 3 rumah bersalin yang bisa diakses

oleh masyarakat setiap saat. Tetapi meskipun secara geografis pelayanan kesehatan persalinan

mudah dijangkau, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan masih rendah bila

dibandingkan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dari data laporan tahunan

kesehatan kota Cimahi tahun 2012 didapatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan kota

Cimahi baru mencapai 88,64 %, yang berarti bahwa masih ada persalinan yang ditolong oleh

bukan tenaga kesehatan. Pencapaian tersebut masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan

cakupan yang dicapai oleh Puskesmas Leuwigajah yaitu sebesar 73, 40 %, sementara target

yang diharapkan, yaitu sebesar 90%, (Indikator Kinerja SPM, Depkes 2011).

Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi dipilih menjadi lokasi penelitian karena

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Leuwigajah belum mencapai

target nasional yaitu 90 %, dan sepanjang kurun waktu tiga tahun terakhir, cakupan

persalinan oleh tenaga kesehatan masih fluktuatif. Pada tahun 2010 pencapaian yaitu 85,39

%, sedangkan pada tahun 2011 menjadi 72,06 %, dan tahun 2012 menjadi 73,40 % penyebab

rendahnya pencapaian karena masih adanya perilaku ibu dalam memilih penolong

persalinannya pada dukun bayi/paraji yang dapat mengakibatkan berbagai masalah atau

komplikasi pada proses persalinan dan bahkan kematian ibu bersalin, sehingga hal ini menjadi

alasan penelitian dilakukan di Puskesmas Leuwigajah untuk melihat faktor-faktor yang

berhubungan dengan perilaku ibu untuk memilih penolong persalinannya.

Rumusan Masalah

Berdasarkan indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) ditargetkan bahwa cakupan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dapat mencapai 90 %. Pencapaian pada

Puskesmas Leuwigajah yaitu sebesar 73,40 %, belum tercapainya cakupan pertolongan

persalinan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan target yang diharapkan menggambarkan

masih adanya persalinan yang ditolong oleh dukun/paraji. Kondisi ini tentunya akan

berdampak pada keberhasilan program pencegahan dan penanganan resiko yang ditimbulkan

terkait persalinan yang diidentifikasi sebagai penyebab langsung kematian ibu. Strategi dari

Making Pregnancy Saver (MPS) dengan salah satu pesan kuncinya, bahwa setiap persalinan

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 4: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

harus ditolong oleh tenaga kesehatan, menjadi alasan peneliti untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas

Leuwigajah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat.

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan

di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat tahun 2013.

Tujuan Khusus

1 . Diketahuinya gambaran tentang pemilihan tenaga penolong persalinan di wilayah

Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat tahun 2013?

2 . Diketahuinya hubungan faktor predisposisi ( umur, pendidikan, paritas,

pengetahuan dan sikap ) dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah

Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat tahun 2013?

3 . Diketahuinya hubungan faktor pemungkin (riwayat pemeriksaan kehamilan, akses

jarak ke fasilitas kesehatan dan biaya persalinan) dengan pemilihan penolong

persalinan di wilayah Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat

tahun 2013?

4 . Diketahuinya hubungan faktor penguat (dukungan suami/keluarga) dengan

pemilihan penolong persalinan di wilayah Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi

Provinsi Jawa Barat tahun 2013?

TINJAUAN TEORITIS

Definisi Persalinan

Persalinan atau kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal yang dilakukan oleh

ibu untuk mengeluarkan janin yang sudah cukup umur ( 37 - 42 minggu ) secara spontan

tanpa adanya komplikasi baik pada ibu maupun pada janin kemudian disusul dengan

pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.

Penyulit Pada Saat Persalinan

Penyulit saat persalinan menurut Saifuddin (2002). dapat dibagi dalam 3 jenis, yaitu :

a. Kelainan Tenaga atau Kelainan His

His yang tidak normal dimana kekuatan atau sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan

lahir yang lazim terjadi pada setiap persalinan tidak dapat diatasi, sehingga persalinan

mengalami hambatan atau kemacetan. Jenis kelainan his yaitu his terlalu kuat dan sering

(hypertonic uterine contraction), his lemah (inersia uteri) dan his tidak terkoordinir

(Incoordinate uterine action).

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 5: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

b. Kelainan Letak dan Bentuk Janin

Persalinan dapat mengetahui gangguan atau kemacetan karena kelainan letak dan bentuk

janin. Kelainan letak yang dapat terjadi diantaranya presentasi puncak kepala, presntasi muka,

presentasi dahi, letak sungsang dan letak lintang. Kelainan bentuk janin diantaranya

pertumbuhan janin yang berlebihan, hydrocephalus, janin kembar melekat dan prolapsus

funiculli (tali pusat menumbung).

c. Kelainan Jalan Lahir

Kelainan ukuran dan bentuk jalan lahir dapat menyebabkan kemacetan pada proses

persalinan, kelainan jalan lahir tersebut diantaranya panggul sempit, kelainan bentuk panggul

dan kelainan traktus genitalis berupa edema, stenosis dan tumor.

Masalah Atau Tanda Bahaya Pada Saat Proses Persalinan

- Bayi tidak lahir dalam 24 jam sejak terasa mulas

- Pendarahan lewat jalan lahir

- Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir

- Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang

- Air ketuban keruh dan berbau

- Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar

- Ibu gelisah atau mengalami kesakitan hebat

(Buku Kesehatan Ibu dan Anak cetakan tahun 2011)

Tenaga Penolong Persalinan

Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan pelayanan pertolongan persalinan

adalah : Dokter spesialis kandungan, dokter umum, dan bidan ( Depkes RI, 2009 ). Menurut

WHO (1999) persalinan yang bersih dan aman dapat dicapai apabila ditolong oleh tenaga

kesehatan profesional yang memahami cara menolong persalinan secara bersih dan aman

(Uswatun, 2010).Tenaga penolong persalinan dibedakan menjadi dua jenis yaitu tenaga

kesehatan dan non kesehatan. Tenaga kesehatan yaitu tenaga yang mendapat pendidikan

formal seperti dokter spesialis kebidanan, dokter umum dan bidan, sedangkan non tenaga

kesehatan adalah tenaga yang mendapat keterampilan dari orang tuanya secara tradisional

seperti dukun bayi atau paraji (Martadisoebrata, 1982 dalam Ellyana, 2012).

Dokter Spesialis Kebidanan dan Dokter Umum

Dokter umum menurut Depkes RI (2002), adalah seorang tenaga kesehatan yang

menjadi tempat kontak pertama pasien untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan yang

dihadapi tanpa memandang jenis penyakit, organologi, golongan usia dan jenis kelamin secara

menyeluruh, paripurna dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional dengan

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 6: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

menggunakan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien serta menjunjung tinggi tanggung

jawab profesional, hukum, etika moral. Dokter umum adalah dokter yang belum mendalami

keahlian pada jenis penyakit tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

Bidan

Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun internasional dengan

sejumlah praktisi di seluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang prakteknya secara

internasional telah diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM) tahun 1972

dan international federation gynaecologist dan Obstetrian (FIGO) tahun 1973, WHO dan

badan lainnya. Pada tahun 1990 pada pertemuan dewan di kobe, ICM menyempurnakan

definisi tersebut yang kemudian disahkan oleh FIGO (1991) dan WHO ( 1992 ). Pengertian

bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) 2005 adalah seseorang yang

telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui negaranya, telah lulus dari pendidikan

tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah

(lisensi) untuk melakukan praktik bidan.

Dukun Bayi

Dukun bayi adalah orang yang membantu ibu selama masa persalinan yang pada

awalnya memiliki keterampilan dengan membantu kelahiran ibu dan bayi keluarganya atau

melalui magang kepada dukun bayi lain yang sudah berpengalaman ( WHO, UNFPA dan

UNICEF, 2006). Sebagai penolong persalinan dukun bayi/paraji lebih dipercaya oleh

masyarakat karena paraji merupakan bagian dari kebudayaan kehidupan sosial dimana

masyarakat berada, sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat menolong pasien yang dalam

keadaan bahaya. Selain merupakan bagian dari kebudayaan setempat, paraji biasanya adalah

anggota keluarga dekat atau paling tidak dikenal oleh keluarga. Imbalan dari bantuan yang

diberikan paraji pada persalinan biasanya diberikan setelah beberapa hari atau bahkan setelah

beberapa minggu setelah persalinan. Bentuk pembayarannya tidak selamanya berupa uang

tetapi dapat berupa benda. Bantuan yang diberikan paraji atas rasa gotong royong,

kekeluargaan atau rasa sosial karena biasanya paraji berasal dari kelompok etnik yang sama.

Keadaan ini menjadikan kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada paraji menjadi lebih

tinggi terutama di daerah-daerah diman tingkat pendidikan dan kemampuan membayar

relative masih rendah.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah cross sectional atau potong lintang yaitu penelitian yang

dilakukan pada beberapa populasi yang diamati pada waktu yang sama atau dalam satu waktu

( Hidayat Aziz,2007). Dipilih rancangan cross sectional dengan alasan pelaksanaannya mudah

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 7: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

dan biaya yang relatif murah dan waktu yang cukup pendek. Penelitian ini dilakukan di

wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah kota Cimahi. Lokasi ini dipilih karena cakupan

persalinan ke tenaga kesehatan masih rendah dan masih terdapat masyarakat yang

menggunakan tenaga dukun/paraji sebagai penolong persalinannya. Berdasarkan data

tersebut, maka penelitian ini dilakukan pada bulan April 2013 di wilayah kerja Puskesmas

Leuwigajah kota Cimahi.

Populasi studi melalui pendekatan kuantitatif dari penelitian ini adalah ibu bersalin

dari bulan Maret tahun 2012 sampai bulan Maret 2013 baik lahir mati atau lahir hidup yang

berada di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah sebanyak 1434 ibu bersalin. Sumber data

berasal dari kohort ibu bersalin puskesmas Leuwigajah. Metode pengambilan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling (acak sederhana) dari seluruh

ibu bersalin pada bulan Maret tahun 2012 sampai bulan Maret tahun 2013 sebanyak 1434

dipilih secara acak sebanyak 96 ibu sesuai dengan jumlah sampel yang harus diambil.

Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner,

wawancara dilakukan oleh peneliti dengan cara mengunjungi rumah ibu bersalin yang terpilih

sebagai sampel.Kuesioner yang digunakan terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya

pada responden lain, dengan teknik korelasi Pearson Product Moment dan Cronbach Alpha.

Analisa data yang dilakukan yaitu analisis univariat untuk melihat distribusi frekuensi

pemilihan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan. Analisis bivariat dengan menggunakan

uji chi square.

HASIL PENELITIAN

Hasil analisis univariat digunakan untuk menjelaskan gambaran atau distribusi

frekuensi masing – masing variabel yang akan diteliti, baik variabel dependen maupun

variabel independen.

Distribusi Responden Berdasarkan Pemilihan Penolong Persalinan

di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi

Provinsi Jawa Barat tahun 2013.

Penolong Persalinan Jumlah %

Non tenaga kesehatan

(Paraji, Keluarga)

Tenaga kesehatan

(SpOG, Dokter Umum,

Bidan )

7

88

7, 4

92 , 6

Total 95 100

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 8: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

Bahwa dari 95 responden sebagian besar responden didominasi oleh kelompok

umur tidak berisiko. Sebanyak 22 orang (23.2%) termasuk dalam kelompok berisiko dan

73 orang (76.8%) termasuk dalam kelompok tidak berisiko. Pengelompokkan umur ini

berdasarkan Depkes 2009 yaitu berisiko kelompok umur < 20 atau > 35 tahun dan

kelompok tidak berisiko umur antara 20 – 35 tahun. Perbandingan persentase antara kedua

kategori pendidikan responden tergolong hampir sama. Pengkategorian pendidikan

responden menjadi 2 yaitu rendah dan tinggi berdasarkan Depdiknas 2007, 41 responden

(43.2%) dengan pendidikan rendah. Sementara itu, responden dengan pendidikan tinggi

sebanyak 54 (56.8%). Sebagian besar didominasi oleh paritas dengan kategori resiko

rendah yaitu sebanyak 77 orang (81.1%) sedangkan yang termasuk kategori resiko tinggi

sebanyak 18 orang (18.9%).

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ibu yang bersalin yang berpengetahuan kurang

adalah sebanyak 8 ibu bersalin ( 8,4 %) dan ibu yang berpengetahuan baik yaitu sebesar 74

orang (77,9 %). Aspek pengetahuan ibu bersalin yang paling sedikit adalah mengenai

tanda-tanda persalinan yaitu sebanyak 58 orang (61,1 %). Dalam penelitian ini

pengetahuan ibu bersalin diukur dengan 4 pertanyaan. Pertanyaan terdiri dari 6 pertanyaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertanyaan no 1 dijawab oleh 82 ibu ( 86,3%).

Sementara itu, responden yang bersikap positif sebanyak 56 orang (58.9%) terhadap

persalinan. Perbandingan persentase antara kedua kategori sikap responden didominasi

oleh sikap positif. Pengkategorian sikap responden menjadi 2 yaitu rendah dan tinggi

berdasarkan nilai median dari data karena data berdistribusi tidak normal. pemeriksaan

kehamilan yang termasuk dalam kategori tidak sesuai program dan 77 orang (81.1%)

termasuk dalam kategori sesuai program. Dimana dikatakan memenuhi sesuai program jika

pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan dan minimal 4 x selama kehamilan.

Terdapat responden terdapat 54 orang (56.8%) dengan akses ke fasilitas kesehatan jauh

dan 41 orang (43.2%) dengan akses ke fasilitas kesehatan dekat. Jarak ke fasilitas

kesehatan dikatakan jauh > 2 km dan waktu tempuh > 30 menit. Hasil analisis

menunjukkan diketahui bahwa dari 95 responden sebanyak 43 orang (45.3%) mengatakan

biaya persalinan mahal dan 52 orang (54.7%) mengatakan biaya persalinan murah.

Pengkategorian ini berdasarkan Perda Kota Cimahi yang menyatakan mahal jika > Rp.

350.000.

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 9: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

Ringkasan Analisis Bivariat ( Hubungan Faktor Predisposisi, Pemungkin, Penguat

Dengan Pemilihan Penolong Persalinan )

Hasil analisis bivariat ini untuk mengetahui hubungan variabel bebas dengan variabel

terikat dengan menggunakan uji chi square, dengan batas kemaknaan 0,05. Uji dinyatakan ada

hubungan bermakna apabila p value < α (p, 0,05) dan tidak ada hubungan bermakna apabila p

value > α (p,0,05).

Distribusi responden menurut hubungan faktor predisposisi, pemungkin, penguat

dengan pemilihan penolong persalinan

di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah

Kota Cimahi Provinsi Jawa Barat tahun 2013

Variabel

Pertolongan Persalinan Total

(n) Nilai-p

Odds Ratio (CI 95%)

Non Nakes

n (%)

Nakes

n (%)

Umur

Berisiko

Tidak

berisiko

4 (18.2%)

3 (3,41%)

18 (81.8%)

70 (95,9%)

22

73

0.048

5.185

(1.064-25.275)

Pendidikan

Rendah

Tinggi

6 (14.6%)

1 (1,9%)

35 (85.4%)

53 (98,1%)

41

54 0.040

9.066

(1/048-78.753)

Paritas

Risiko

tinggi

Risiko

rendah

4 (22.2%)

3 (3,9%)

14 (77.8%)

74 (96,1%)

18

77

0.023 7.048

(1.420-34.985)

Pengetahuan

Kurang

Cukup

Baik

5 (62.5%)

1 (7.7%)

1 (1.4%)

3 (37.5%)

12 (92.3%)

73 (98.6%)

8

13

74

0.000

----

Sikap

Negatif

Positif

6 (15.4%)

1 (1.8%)

33 (84.6%)

55 (98.2%)

39

56 0,018

10.000

(1.153-86.759)

Riwayat

Pemeriksaan

Kehamilan

1-3 kali

≥ 4 kali

5 (27.8%)

2 (2,6 % )

13 (72.2%)

75 (77,4%)

18

77

0.002 14.423

(2.536-82.365)

Akses ke

fasilitas

Kesehatan

Jauh

Dekat

5 (9.3%)

2 (4,9 %)

49 (90.7%)

39 (95,1 %)

54

41 0.695

1.990

(0.366-10.815)

Biaya

persalinan

Mahal

Murah

2 (4.7%)

5 (9,6%)

41 (95.3%)

47 (90,4%)

43

52

0.451

0.459

(0.084-2.491)

Dukungan

suami/

keluarga

Tidak ada

Ada

5 (27.8%)

2 (2,6 % )

13 (72.2%)

75 (97,4%)

18

77

0.002

14.423

(2.526-82.365)

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 10: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

Berdasarkan hasil analisis, pemilihan pertolongan persalinan pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi Tahun 2013 didominasi oleh pemilihan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Namun, masih ada yang memilih pertolongan

oleh non nakes. Berdasarkan hasil penelitian, proporsi yang memilih tenaga kesehatan sebagai

penolong persalinan 95,9 % berada pada kelompok yang tidak berisiko yaitu usia 20 – 35

tahun, lebih besar daripada kelompok usia berisiko yaitu usia < 20 tahun atau >35 tahun yang

memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Hasil analisa variabel paritas

diperoleh bahwa ada sebanyak 77 (81,1%) ibu yang paritas risiko tinggi dan 18 (18,9%) ibu

dengan paritas risiko rendah. Artinya sebagian besar ibu di Kelurahan Leuwigajah berparitas

1-2 anak atau dengan risiko rendah yang memilih tenaga kesehatan sebagai penolong

persalinan. Dari hasil penelitian terlihat bahwa responden berpengetahuan cukup sebagian

besar memilih pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Tingkat keeratan hubungan

antara pengetahuan yang baik menunjukan bahwa upaya memperbaiki perilaku dengan

meningkatkan pengetahuan perlu mempertahankan pengetahuannya dilakukan. Walaupun

hubungan yang terjadi berada pada tingkat sedang tetapi keberartian hubungan yang diperoleh

menunjukan bahwa perubahan perilaku dengan meningkatkan pengetahuan akan memberi

hasil yang cukup berarti. Hasil analisis hubungan antara sikap ibu dengan pemilihan penolong

persalinan menunjukkan sebanyak 55 (98,2 %) ibu yang mempunyai sikap positif dan

memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya, sedangkan 1 (1,8%) ibu tidak

memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinannya.

Hasil analisa hubungan antara riwayat pemeriksaan kehamilan dan pemilihan

penolong persalinan diperoleh bahwa ada 75 (97,4%) ibu yang riwayat pemeriksaan

kehamilannya sesuai program memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan, dan

13 (72,2%) ibu yang riwayat pemeriksaan kehamilannya tidak sesuai program memilih

penolong persalinannya di tenaga kesehatan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,695 , hal

ini berarti tidak ada perbedaan proporsi pemilihan penolong persalinan antara ibu yang akses

jarak ke fasilitas kesehatan jauh dan dekat. Dengan demikian tidak ada hubungan yang

bermakna antara akses jarak ke fasilitas kesehatan dengan pemilihan penolong persalinan.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,451 , hal ini berarti tidak ada perbedaan

proporsi pemilihan penolong persalinan antara ibu yang mengatakan biaya persalinan mahal

maupun murah. Dengan demikian tidak ada hubungan yang bermakna antara biaya

persalinan dengan pemilihan penolong persalinan. Proporsi responden dengan dukungan

suami/keluarga yang memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan sebanyak

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 11: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

(97,4%), lebih besar dibandingkan proporsi tidak mendukung yang memilih tenaga

kesehatan (72,2%).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis, pemilihan pertolongan persalinan pada ibu hamil di

wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah Kota Cimahi Tahun 2013 didominasi oleh pemilihan

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Namun, masih ada yang memilih pertolongan

oleh non nakes. Hubungan umur mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan

penolong persalinan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah menunjukkan bahwa

ibu bersalin sudah mulai menyadari bahaya dan risiko kehamilan maupun persalinan yang

bersih dan aman, juga akibat tidak terpengaruh oleh anggapan atau kepercayaan yang

menyatakan bahwa peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang alamiah dan

merupakan kodrat wanita , sehingga menyadari akan bahaya yang mengancam jiwa, oleh

sebab itu meskipun umur ibu tidak risiko tinggi, ibu dan keluarga mengambil keputusan untuk

memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Hal ini didukung oleh tingkat

pendidikan maupun pengetahuan dari ibu bersalin yang ada di wilayah Puskesmas

Leuwigajah. Umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan erat dengan

kondisi kehamilan, persalinan, nifas serta dalam mengasuh bayinya. Ibu yang kurang berumur

kurang 20 tahun, belum matang dalam hal jasmani maupun sosial dalam menghadapi

kehamilan, persalinan dan nifas, sedangkan umur 35 tahun atau lebih menghadapi

kemungkinan resiko yang akan terjadi berupa kelainan bawaan pada waktu kehamilan dan

penyulit pada waktu persalinan. Proses reproduksi sebaiknya berlangsung pada saat ibu

berumur 20 tahun sampai dengan 30 tahun ( Martaadisoebrata, 1982 dalam Ellyana, 2012).

Sedangkan hasil analisis sekunder susenas yaitu ada hubungan bermakna antara umur dengan

pemanfaatan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan( Sugiharti, et all 2004 dalam

Rochayah, 2012).

Pengamatan oleh peneliti hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan

pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah disebabkan oleh

sebagian besar tingkat pendidikan ibu yang tamat SLTA juga melalui pendidikan informal

misalnya melalui informasi yang didapatkan melalui konseling ataupun penyuluhan oleh

tenaga kesehatan, juga melalui media – media informasi lain seperti TV ataupun radio yang

mampu meningkatkan wawasan ataupun pengetahuan ibu sehingga ibu mampu mengambil

keputusan untuk kesehatan dirinya.Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih

memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya, misalnya dalam menentukan siapa penolong

persalinannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah seseorang tersebut

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 12: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya

pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai

yang baru diperkenalkan. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan itu menuntun manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Azwar (2006) bahwa pemanfaatan seseorang terhadap

sarana pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan sosial budaya. Bila

tingkat pendidikan dan sosial budaya baik, maka secara relatif pemanfaatan pelayanan

kesehatan akan tinggi (Azwar, 2002). Hasil penelitan susilawati (2009), membuktikan

pendidikan mempunyai hubungan dengan perilaku ibu dalam memilih penolong persalinan di

wilayah kerja Puskesmas Sirnagalih Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor (p=<0,005).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Maisya dan Tjandrarini (2006) juga membuktikan bahwa

pendidikan ibu ada hubungan dengan perilaku pemilihan persalinan di Kabupaten Sukabumi

(p=<0,005).

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Krisliana (2007), membuktikan bahwa

terdapat hubungan antara paritas dengan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja

Puskesmas Warung Gunung Kabupaten Lebak Propinsi Banten (p=0,0400). Menurut peneliti

hubungan paritas mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemilihan penolong

persalinan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah menunjukkan bahwa ibu bersalin

sudah mulai menyadari bahaya dan risiko kehamilan maupun persalinan yang bersih dan

aman, juga akibat tidak terpengaruh oleh anggapan atau kepercayaan yang menyatakan bahwa

peristiwa kehamilan dan persalinan merupakan hal yang alamiah dan merupakan kodrat

wanita , sehingga menyadari akan bahaya yang mengancam jiwa, oleh sebab itu meskipun

paritas ibu tidak risiko tinggi, ibu dan keluarga mengambil keputusan untuk memilih tenaga

kesehatan sebagai penolong persalinan. Hal ini didukung oleh tingkat pendidikan maupun

pengetahuan dari ibu bersalin yang ada di wilayah Puskesmas Leuwigajah.

Pengamatan oleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah, pengetahuan ibu

memiliki hubungan yang bermakna dengan pemilihan tenaga penolong persalinan selain

karena tingkat pendidikan ibu yang mempengaruhi juga dikarenakan oleh adanya media

promosi kesehatan tentang pentingnya persalinan di tenaga kesehatan melalui program kelas

ibu hamil sejak tahun 2012 sehingga mempengaruhi sikap ibu terhadap penolong persalinan

yang akhirnya akan diikuti dengan pemilihan penolong persalinan yang diyakini oleh ibu

dapat menolong persalinannya dengan baik dan selamat. Dalam pernyataan ini pengetahuan

mempunyai hubungan positif dengan pemilihan pertolongan persalinan yang berarti semakin

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 13: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

baik pengetahuannya maka cenderung untuk memilih pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Rogers (dalam Notoatmodjo, 2008) yang menyatakan

bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya

perilaku dan perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih langgeng daripada

perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Oleh sebab itu diperlukan suatu upaya untuk

memberikan stimulus lebih kepada responden berupa pemberian informasi-informasi yang

akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah sikap

ibu sudah positif, hal ini dikarenakan selain karena adanya dukungan suami ataupun keluarga,

juga pengetahuan ibu yang baik tentang kehamilan dan persalinan karena adanya program

kelas ibu hamil yang diadakan dengan memberikan konseling dan penyuluhan tentang

pentingnya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan sehingga mempengaruhi ibu hamil

untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dalam menolong persalinannya.

Hal ini sesuai dengan penelitian Sumintardi (2012) membuktikan bahwa sikap

mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku pemilihan penolong persalinan

(p=<0,005). Juga penelitian susilawati (2009), membuktikan bahwa sikap ibu mempunyai

hubungan perilaku pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Sirnagalih

Kecamatan Tamansari Kabupaten Bogor (p=<0,005), dan penelitian Almicab (2003)

membuktikan bahwa ada hubungan antara sikap ibu dan perilaku pemilihan penolong

persalinan (p=<0,005).

Pengamatan peneliti di lapangan, bahwa adanya hubungan riwayat pemeriksaan

kehamilan dengan pemilihan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja

Puskesmas Leuwigajah dikarenakan sejak tahun 2008 adanya program KIA puskesmas yang

melakukan pendataan ibu hamil dan melakukan kunjungan ibu hamil risti di wilayahnya,

sehingga ibu hamil yang ada berperan dalam memeriksakan kehamilannya dan terpapar

tentang pentingnya persalinan oleh tenaga kesehatan. Interaksi selama masa antenatal care

yang ada dapat membangun rasa percaya diri ibu dan rasa percaya kepada petugas kesehatan,

hal ini merupakan dasar yang baik dalam mengambil keputusan saat pemilihan penolong

persalinan ibu.

Hal ini sesuai dengan Besral dalam Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional ( 2011 )

menyatakan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara pemeriksaan kehamilan dengan

penolong persalinan pada tenaga kesehatan, terlihat bahwa pemeriksaan kehamilan dengan

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 14: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

pemeriksaan kehamilan yang lengkap dan adekuat cenderung untuk bersalin dengan tenaga

kesehatan.

Tidak adanya hubungan antara akses jarak ke fasilitas kesehatan dengan pemilihan

penolong persalinan disebabkan karena kebijakan Kota Cimahi yang menempatkan satu

Puskesmas di satu Kelurahan sebagai fasilitas kesehatan yang mendekatkan diri pada tempat

tinggal masyarakat. Selain itu adanya 13 orang bidan praktek swasta dan 2 balai pengobatan

dan 7 dokter praktek swasta di wilayah kelurahan Leuwigajah yang memudahkan ibu hamil

untuk mendapatkan penolong persalinan. Ketersediaan dan kemudahan menjangkau tempat

pelayanan, jarak ke tempat pelayanan kesehatan dan transportasi merupakan salah satu

pertimbangan keluarga dalam pengambilan keputusan mencari tempat persalinan. Namun hal

ini bukan menjadi masalah di Kota Cimahi khususnya wilayah Leuwigajah karena Secara

geografis pelayanan kesehatan persalinan mudah dijangkau. Daerah Leuwigajah mudah

terjangkau oleh sarana tranportasi, wilayahnya tidak terluas sekitr 393,47 Ha. Wilayah

Kecamatan Cimahi Selatan Kelurahan Leuwigajah terletak di selatan kota Cimahi Provinsi

Jawa Barat. Ketersediaan pelayanan persalinan di Kecamatan Cimahi Selatan cukup

memadai, dimana terdapat 5 puskesmas, 62 bidan praktek swasta, 3 rumah bersalin yang bisa

diakses oleh masyarakat setiap saat. Terdapat 2 RS swasta dan 2 RS pemerintah yang mudah

dijangkau dari Leuwigajah.

Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Amilda (2010), membuktikan

bahwa jarak tempuh mempunyai hubungan dengan perilaku pemilihan penolong persalinan di

wilayah kerja Puskesmas Gerabag I Kabupaten Magelang (p=<0,005). Dan juga Niaty (2010)

yang mengatakan bahwa jarak berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan, demikian

juga dengan penelitian Winandari (2002), yang menyatakan bahwa jarak berhubungan dengan

demand ibu hamil terhadap pemilihan penolong persalinan.

Tidak adanya hubungan antara biaya persalinan dengan pemilihan penolong persalinan

di wilayah kerja Puskesmas Leuwigajah disebabkan oleh biaya yang hampir sama antara

persalinan oleh dukun/paraji dan tenaga kesehatan yang didukung oleh pemerintah melalui

program jampersal yang sudah berjalan semenjak tahun 2012 khususnya di Kota Cimahi.

Pengukuran biaya dalam penelitian ini terbagi dua yaitu mahal dan murah. Dikatakan mahal

apabila ibu membayar pertolongan persalinan ke tenaga kesehatan > Rp.350.000 dan disebut

murah apabila ibu membayar < Rp.350.000. hasil penelitian menunjukkan biaya untuk

membayar pertolongan persalinan rata-rata Rp. 100.000,- yang digunakan untuk transportasi

ataupun biaya konsumsi pada saat persalinan. Ini disebabkan adanya program jampersal dan

jamkesmas.

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 15: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

Hal ini bertentangan dengan hasil penelitian Gunantoro (2002), membuktikan bahwa

ada hubungan yang bermakna antara biaya persalinan yang harus dikeluarkan dengan

pemilihan penolong persalinan di Kecamatan Cibadak Kabupaten Sukabumi (p=0,032).

Proporsi responden yang mendapat dukungan suami/keluarga yang memilih tenaga

kesehatan sebagai penolong persalinan sebanyak 75 (97,4%), lebih besar dibandingkan

proporsi tidak mendapat dukungan yang memilih tenaga kesehatan 13 (72,2%).

Pengaruh suami sangat besar dalam pemilihan tenaga penolong persalinan Di wilayah

kerja Puskesmas Leuwigajah mayoritas penduduknya yang bekerja adalah para suami dan

mayoritas penduduk beragama islam. Menurut ajaran islam wajib hukumnya seorang istri

untuk mematuhi suaminya. Oleh sebab itu walaupun ibu sudah mempunyai persepsi yang

positif tentang manfaat persalinan dengan tenaga kesehatan, akan tetapi bila suami yang

menyuruh agar istrinya melahirkan dengan dukun/paraji, akan sangat sulit sekali bagi seorang

istri untuk tidak menuruti kehendak suami tersebut, sehingga akhirnya persalinan ibu tersebut

akan ditolong oleh dukun/paraji.begitu juga hasil observasi peneliti, di wilayah kerja

Puskesmas Leuwigajah peran suami dan keluarga masih sangat berperan dalam pengambil

keputusan.

Hal ini sesuai dengan penelitan oleh Sumintardi (2012) menyatakan bahwa dukungan

keluarga mempunyai hubungan yang signifikan terhadap perilaku pemilihan penolong

persalinan di wilayah kerja Puskesmas Kalibunder Kabupaten Sukabumi. Juga penelitian

Almicab (2003) membuktikan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga

dan pemilihan penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Muara Balian Kabupaten

Batanghari (p=0,002)

KESIMPULAN

Gambaran responden pemilihan penolong persalinan di wilayah Puskesmas

Leuwigajah sebagian besar dilakukan oleh tenaga kesehatan (92,6 %). Dari faktor

predisposisi terdapat hubungan yang bermakna antara umur, pendidikan, paritas, pengetahuan

dan sikap dengan pemilihan pertolongan persalinan. Dari faktor pemungkin, terdapat

hubungan yang bermakna antara riwayat pemeriksaan kehamilan dengan pemilihan

pertolongan persalinan sedangkan akses jarak dan biaya persalinan tidak mempunyai

hubungan bermakna dengan pemilihan pertolongan persalinan.Dari faktor penguat, terdapat

hubungan yang bermakna antara dukungan suami/keluarga dengan pemilihan pertolongan

persalinan.

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 16: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

SARAN

1. Kepada pihak Dinas Kesehatan memfasilitasi pelaksanaan program P4K di tiap

kelurahan dengan menganggarkan dana rutin untuk operasionalisasi program P4K

guna mendukung kelancaran kegiatan program P4K seperti lembar perencanaan

persalinan, stiker P4K dan lembar amanat persalinan misalnya pemberian insentif

untuk kader. Menambah sarana dan prasarana penyuluhan dan konseling tentang

persalinan oleh tenaga kesehatan.

2. Kepada puskesmas meningkatkan kualitas pelayanan pertolongan persalinan melalui

peningkatan kompetensi bidan puskesmas melalui pelatihan maupun refreshing ilmu –

ilmu kebidanan terbaru, menggalakkan program P4K di wilayah kerja puskesmas

melalui penggerakkan masyarakat dalam pelaksanaan P4K dengan Peningkatan

program pemberdayaan masyarakat dalam rangka menggali potensi dan peluang yang

ada di masyarakat supaya dapat dimanfaatkan khususnya terhadap pentingnya

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (Program Desa Siaga), merevitalisasi

kembali kemitraan bidan dan paraji, kader kesehatan dan masyarakat dalam rangka

meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, memberikan pelatihan

kepada kader guna meningkatkan kualitas dan kemampuan kader dalam memberikan

penyuluhan kepada masyarakat, sehingga kader dapat diberdayakan dalam pendataan

ibu hamil dan pendekatan kepada masyarakat untuk meningkatkan cakupan persalinan

oleh tenaga kesehatan dengan perencanaan kegiatan yang didukung oleh pemerintah

melalui dana bantuan operasional kesehatan.

3. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menggali fenomena mengapa masih

ada/terdapat ibu hamil yang memilih penolong persalinan bukan tenaga kesehatan

dengan melanjutkan kembali kajian dengan lingkup yang lebih luas untuk

mengidentifikasi faktor-faktor lain yang diperkirakan mempunyai kontribusi terhadap

pemilihan penolong persalinan berbagai sudut pandang dan metode analisis, berbagai

alasan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan penolong persalinan dalam

penelitian ini hendaknya dapat menambah pengetahuan wawasan dalam bidang

kesehatan masyarakat khususnya mengenai kesehatan ibu dan anak.

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 17: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

KEPUSTAKAAN

Azwar,Azrul, 2006, Strategi Percepatan Penurunan Kematian Ibu Melalui Peningkatan

Kualitas Pelayanan, Advocasi Workshop Strategi dan Kegiatan yang Berhasil dalam

Program Safe Motherhood. Depkes RI, Jakarta

Carlson, Cyndi, 2009, Ilmu Kesehatan Masyarakat Untuk Mahasiswa Kebidanan, EGC,

Jakarta

Depkes RI, 2001, Rencana Strategi Nasional Making Prenancy Safer di Indonesia 2001-

2010,Depkes RI, Jakarta

Depkes RI, 1999, Materi Ajar Safe Mother Hood, Jakarta. WHO – Depkes.

Depkes RI & JICA. (2003), Buku Kesehatan Ibu dan Anak,Depkes RI, Jakarta

Depkes RI, 2001, Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Depkes RI, Jakarta

Depkes RI, 2006 Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya Pada Kehamilan, Persalinan

dan Nifas, Depkes RI, Jakarta

Depkes RI, 2007. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta : Depkes RI

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 2011, Profil Kesehatan Jawa Barat tahun 2011,Jawa

Barat

Dinas Kesehatan kota Cimahi, 2012, Profil Kesehatan Kota Cimahi tahun 2011,Cimahi

Eryando, Tris. Aksesibilitas Kesehatan Maternal di Kabupaten Tanggerang, 2006. Makara,

Kesehatan, Vol.11, No.2, desember 2007: 76-83.

Grace Edwards,2010. Praktik Kebidanan Kesehatan Masyarakat,EGC, Jakarta.

Green Lawrence W, Kreuter Marshall W, Deeds, S & Patridge, K B, 2002. Perencanaan

Pendidikan Kesehatan Sebuah Pendekatan Diagnostik, edisi terjemahan, Jakarta.

Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Green Lawrence W, Kreuter Marshall W., 2005, Health Program Planning an Educational

And Ecological Approach, Fourth Editional, USA

Harni, (2009). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemilihan

Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Sirnagalih Kecamatan Taman Sari

Kabupaten Bogor Tahun 2009. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia

Hutapea, Ellyana (2012). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong

Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Cibungbulang. Kecamatan Cibungbulang

Kabupaten Bogor. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Jaringan Nasional Pelatihan Klinik – Kesehatan Reproduksi, perkumpulan Obstetri

Ginekologi Indonesia ( JNPK-KR)/POGI). (2007) Asuhan Persalinan Normal. Jakarta :

Jaringan Nasional Pelatihan Klinik.

Kementerian Kesehatan.RI. (2011). Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada

Kehamilan, persalinan dan Nifas Bagi Kader. Jakarta : Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan.RI. (2010). Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas 2010. Jakarta : Badan

Penelitian dan Pengembangan kesehatan. Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan.RI. (2011). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010, Jakarta.

Khaerudin, (2012). Determinan Pemanfaatan Penolong Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan

Di Puskesmas Cijeruk Kabupaten Bogor. Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia

Khasanah Uswatun, (2010).Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Tenaga

Penolong Persalinan Di Puskesmas Curug Kota Serang. Skripsi Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia

Krisliana, (2007). Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Penolong Persalinan Di Wilayah

Kerja Puskesmas Warung Gunung Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Tesis Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok.

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013

Page 18: Faktor – Faktor yang berhubungan dengan Pemilihan Penolong ...

Lemeshows Stanley, et all (1997). Besar Sampel Pada Penelitian Kesehatan (terjemahan),

Yogyakarta : Gajahmada University Press.

Maiman, 1997, Teori Health Belief Model, UI Press, Jakarta

Manuaba, Ida Bagus Gde, 2006, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Surakarta

Manuaba Chandranita, Ida Ayu C, (2012). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan KB.

EGC. Jakarta.

Martaadisoebrata, dkk (2005). Bunga Rampai Obstetri Dan Ginekologi Sosial, Jakarta:

Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Mochtar, rustam (1989). Sinopsis Obstetri. Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, jakarta :

EGC.

Nurhasni, (2010). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong

Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Cijeruk Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor.

Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok.

Nurrahmiati, 2010.Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Cakupan Persalinan Oleh

Tenaga Kesehatan Di Provinsi Banten, Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Indonesia. Depok.

Nursalam, 2010. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Salemba

Medika, Jakarta.

Meylanie, 2010. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Penolong Persalinan Di

Wilayah Kerja Puskesmas Cijeruk Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor, Skripsi

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Depok.

Notoatmodjo,S, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar, Rineka Cipta,

Edisi Rev, Jakarta.

Notoatmodjo,S,2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Rineka Cipta, Edisi 4, Jakarta.

Prawirohardjo, 2009, Buku Acuan Nasional pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,

Bina Pustaka, Jakarta

Raodah, 2011. Determinan Pemilihan Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas

Campalagian Kabupaten Polewali Mandar.skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia.

Rosnani, 2011. Budaya dan Faktor – Faktor Lain yang Berhubungan dengan Pemilihan

Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Rakit Kulim Kecamatan Rakit Kulim

Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau.Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia.

Pangerti, Rabea. (2011). Hubungan Antara Kepatuhan Antenatal Care Dengan Pemilihan

Penolong Persalinan. Junal Kesehatan Reproduksi. Vol. 1 & 2 p : 84 – 91, April 2011.

Purwandari, Atik (2008). Konsep Kebidanan Sejarah Dan Profesionalisme, EGC, Jakarta.

Saifudin, AB dkk, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.

Yayasan Bina pustaka, jakarta.

Sufiawati, Wati (2012). Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Penolong

Persalinan Di Puskesmas Cibadak Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Skripsi Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Wulan, Triani (2010). Analisis Spasial Pemilihan Tempat Pertolongan Persalinan Di

Kelurahan Sendangmulyo Semarang Tahun 2010. Jurnal Kesehatan Reproduksi Vol.1,

No.3, Agustus 2011 : 113 - 124.

Faktor-faktor yang ..., Elita Ivannan Gultom, FKM UI, 2013