faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant pada ...
Transcript of faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant pada ...
TESIS
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMAKAIAN IMPLANT PADA WANITA PASANGAN USIA
SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN
BANYUWANGI
FIRDAWSYI NUZULA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
TESIS
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMAKAIAN IMPLANT PADA WANITA PASANGAN USIA
SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN
BANYUWANGI
FIRDAWSYI NUZULA
NIM 1392161030
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
iii
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
PEMAKAIAN IMPLANT PADA WANITA PASANGAN USIA
SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN
BANYUWANGI
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Program Pascasarjana Universitas Udayana
FIRDAWSYI NUZULA
NIM 1392161030
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
iv
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
TANGGAL 12 Juni 2015
Pembimbing I,
Prof.Dr.dr.Mangku Karmaya, M.Repro,PA(K)
NIP. 19461231 196902 1 001
Pembimbing II,
Ni Putu Widarini,SKM.,MPH
NIP. 19791224 200501 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi
Ilmu Kesehatan Masyarakat
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH
NIP.19481010 197702 1 001
Direktur
Program Pascasarjana
Universitas Udayana
Prof. Dr. dr.A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)
NIP. 19590215 198510 2 001
v
Tesis ini Telah Diuji pada
Tanggal 12 Juni 2015
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No: 1748/UN 14.4 HK/2015, Tanggal 12 Juni 2015
Ketua : Prof.Dr.dr.Mangku Karmaya, M.Repro, PA(K )
Anggota :
1. Ni Putu Widarini, SKM.,MPH
2. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, MSc, SP.And
3. Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si
4. dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App.Bsc, Ph.D
vi
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Nama : Firdawsyi Nuzula
NIM : 1392161030
Program Studi : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
Judul Tesis : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian
Implant Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di Kecamatan
Tegalsari Kabupaten Banyuwangi
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apabila di
kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia
menerima sanksi sesuai peraturan di Universitas Udayana dan peraturan perundang-
undangan lain yang berlaku.
Denpasar, Juni 2015
Firdawsyi Nuzula
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas
kebesaranNya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pemakaian Implant pada Wanita PUS di Kecamatan Tegalsari
Kabupaten Banyuwangi” dengan tepat waktu. Tesis ini disusun sebagai salah satu
persyaratan dalam menempuh Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di
Universitas Udayana.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Prof.dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH sebagai Ketua Program Studi
Magister Imu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana atas bimbingan dan
dukungan selama proses pembelajaran. Ucapan terima kasih yang mendalam juga
penulis sampaikan kepada Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro.,PA(K) dan Ni
Putu Widarini,SKM.,MPH sebagai pembimbing tesis atas segala perhatian dan
kesabarannya memberikan bimbingan dan saran kepada penulis, serta dr. I Wayan
Gede Artawan Eka Putra, M.Epid atas kesabarannya dalam mengajarkan penulis
tentang statistik dari ketidaktahuan menjadi paham dan mampu.
Ucapan yang sama ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr.
Ketut Suastika, Sp.PD. (KEMD) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada
penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana di
Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Direktur
Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi,
Sp.S(K) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sebagai mahasiswa
viii
Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Penulis
juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf karyawan Program
Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bimbingan dan dukungannya selama
menempuh pendidikan.
Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada para penguji
tesis ini, yaitu Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, MSc, SP.And, Dr. dr. Dyah
Pradnyaparamita Duarsa, M.Si dan dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App,Bsc,PHD
yang telah memberikan saran dan kritiknya terhadap tesis ini. Penulis juga
sampaikan banyak terima kasih kepada Bakesbangpol dan BPPKB Kabupaten
Banyuwangi, Desa Tegalsari, Desa Karangdoro dan Desa Karangmulyo yang telah
memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Ucapan terimakasih juga
penulis sampaikan kepada PLKB desa yang dengan sabar membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian serta para responden atas waktu dan kerjasamanya untuk
berpartisipasi dalam penelitian.
Penulis sampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada ayahanda tercinta atas
motivasi yang selalu menjadikan semangat buat penulis untuk menyelesaikan tesis,
suamiku yang dengan sabar memberikan dukungan serta doa disetiap keluh kesahku,
keluarga besarku atas setiap doa yang selalu dipanjatkan untuk kelancaran selama
proses belajar hingga tesis dan teman-teman MIKM Angkatan V atas bantuan,
dukungan serta kebersamaan selama ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati kita semua.
Penulis
ix
ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN IMPLANT
PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI
KABUPATEN BANYUWANGI
Penurunan angka kesuburan total terjadi secara global namun sangat lambat oleh
karena rendahnya penggunaan kontrasepsi jangka panjang. Metode kontrasepsi
jangka panjang (MKJP) implant lebih efektif dalam mengendalikan jumlah penduduk
dengan cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant pada
wanita pasangan usia subur (PUS) di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi.
Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional analitik dan jumlah
sampel 198 wanita PUS yang diseleksi dengan multistage random sampling.
Variabel yang dianalisis adalah karakteristik wanita PUS, nilai budaya, pengetahuan
tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas
kesehatan dan dukungan suami yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner
terstruktur mulai Maret 2015 hingga April 2015. Analisis data dilakukan secara
univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi square dan multivariat dengan
regresi logistik.
Ditemukan besar pemakaian implant pada wanita PUS di Kecamatan Tegalsari
adalah 21,21%. Variabel yang mempunyai hubungan bermakna secara statistik pada
pemakaian implant adalah pengetahuan tentang implant (OR=20,4; 95% CI= 4,8-
180), informasi dari petugas kesehatan (OR=6,6; 95% CI= 2,7-18,7), role model
(OR=5,3; 95% CI= 2,4-12,3) dan nilai budaya (OR=2,9; 95% CI= 1,3-7,4 ). Sebesar
34% kemungkinan pemakaian implant berhubungan dengan variabel nilai budaya,
pengetahuan tentang implant , role model dan informasi dari petugas kesehatan.
Faktor yang mempunyai hubungan paling besar adalah pengetahuan tentang implant
yang baik.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant pada wanita PUS di
Kecamatan Tegalsari yang memakai implant mempunyai hubungan dengan adanya
nilai budaya yang mendukung, adanya pengetahuan yang baik tentang implant, ada
role model yang memakai implant serta adanya informasi dari petugas kesehatan.
Upaya untuk memudahkan pemberian informasi pada wanita PUS dengan
melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama yang dianggap sebagai panutan serta
untuk menghindari terjadinya pemahaman yang keliru tentang nilai KB menurut
keyakinan yang dianut.
Kata kunci: wanita PUS, pemakaian implant, banyuwangi, role model
x
ABSTRACT
RELATED FACTORS TO IMPLANT CONTRACEPTION USE AMONG WOMEN IN
REPRODUCTIVE AGE IN TEGALSARI DISTRICT of BANYUWANGI
Total fertility rate has declined globally but running very slowly, it is occurred
because of the low use of long-term contraception. Long Term implant cotraception
method is more effective to control the population by preventing unwanted
pregnancy. The aim of this study is to determine the factors related to the using of
implants contraception method among women in reproductive age at Tegalsari
district of Banyuwangi.
This study used a cross-sectional analytic and number of sample is 198 women in
reproductive age (PUS) which selected by multistage random sampling. This study
used a cross-sectional analytic and number of sample is 198 women in reproductive
age (PUS) which selected by multistage random sampling. Data analysis was done
by using univariate, bivariate with chi square test and multivariate logistic regression.
It can be assumed that the percentage of implant use in women of reproductive
age (PUS) at Tegalsari distric was 21,21%. variables that have a statistically
significant correlation to the use of implants are implant knowledge (OR=20.4; 95%
CI=4.8 to 180), information from health workers (OR=6.6; 95% CI=2.7 -18.7), role
model (OR=5.3; 95% CI=2.4 to 12.3) and cultural values (OR=2.9; 95% CI=1.3 to
7.4). 34% possibility of implant use relates to some variables, they are cultural
values, implants knowledge, role model and information from health workers. Most
related factors for implants use is good knowledge about implants.
The factors related to implant use in women of reproductive age (PUS) at
Tegalsari District have correlation with supported cultural values, good knowledge of
the implant, role model who use implant and also the information from health
workers. Some Efforts to facilitate the provision of information for women in
reproductive age (PUS) are done by involving community leaders and religious
leaders are regarded as role model and to avoid a missperception about family
planning based on their religion.
Keywords: women of reproductive age, implant use, Banyuwangi, role model
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ..................................................................................... ii
PRASYARAKT GELAR ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iv
LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ......................................... v
PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT .......................................................... vi
UCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................. viii
ABSTRACT .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvi
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG.............................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xviii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................. 5
1.3 Tujuan penelitian ............................................................... 6
1.3.1 Tujuan umum ........................................................... 6
1.3.2 Tujuan khusus .......................................................... 6
1.4 Manfaat penelitian ............................................................ 7
1.4.1 Manfaat teoritis ........................................................ 7
1.4.2 Manfaat praktis ........................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prevalensi pemakaian implant di indonesia ...................... 9
2.2 Metode kontrasepsi jangka panjang implant ..................... 11
xii
2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian
implant .............................................................................. 12
2.3.1 Umur ibu .................................................................. 13
2.3.2 Pendidikan ............................................................... 14
2.3.3 Pekerjaan.................................................................. 14
2.3.4 Paritas ...................................................................... 14
2.3.5 Jumlah penghasilan keluarga ................................... 15
2.3.6 Nilai budaya ............................................................. 16
2.3.7 Pengetahuan ............................................................. 16
2.3.8 Persepsi manfaat ...................................................... 17
2.3.9 Role model ............................................................... 17
2.3.10 Ketersediaan alat kontrasepsi ................................. 18
2.3.11 Akses ke tempat fasilitas pelayanan ....................... 18
2.3.12 Informasi dari petugas kesehatan ........................... 19
2.3.13 dukungan suami ..................................................... 19
2.3.14 Dukungan tokoh masyarakat atau tokoh agama..... 20
2.4 Teori perilaku .................................................................... 20
2.4.1 Teori lawrence green ................................................ 20
2.4.2 Teori social learning ................................................. 21
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka berpikir.............................................................. 24
3.2 Konsep penelitian .............................................................. 25
3.3 Hipotesis penelitian ........................................................... 26
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan penelitian ........................................................ 28
4.2 Lokasi dan waktu penelitian.............................................. 28
4.3 Penentuan sumber data ...................................................... 29
4.3.1 Populasi penelitian ................................................... 29
4.3.2 Kriteria inklusi dan eksklusi .................................... 29
xiii
4.3.3 Sampel penelitian..................................................... 29
4.3.4 Teknik pengambilan sampel .................................... 30
4.4 Variabel penelitian ............................................................ 31
4.4.1 Variabel penelitian ................................................... 31
4.4.2 Definisi operasional ................................................. 32
4.5 Instrumen penelitian .......................................................... 37
4.6 Pengumpulan data ............................................................. 37
4.6.1 Jenis data yang dikumpulkan .................................... 37
4.6.2 Cara pengumpulan data .......................................... 37
4.6.3 Pengolahan data ....................................................... 38
4.7 Teknik analisis data ........................................................... 38
4.7.1 Analisis univariat ..................................................... 38
4.7.2 Analisis bivariat ....................................................... 39
4.7.3 Analisis multivariat .................................................. 39
4.8 Etika penelitian.................................................................. 40
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran umum lokasi penelitian ....................................... 41
5.2 Karakteristik responden ........................................................ 43
5.3 Pemakaian implant, nilai budaya, pengetahuan tentang
implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan,
informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami ... 45
5.4 Hubungan antara karakteristik responden dengan
pemakaian implant ............................................................ 47
5.5 Hubungan antara nilai budaya, pengetahuan tentang
implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan,
informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami ... 49
5.6 Hasil analisis multivariat ................................................... 52
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur .......... 53
xiv
6.2 Karakteristik wanita pasangan usia subur akseptor implant .
........................................................................................... 54
6.3 Nilai budaya dan pemakaian implant ................................... 59
6.4 Pengetahuan tentang implant dan pemakaian implant ......... 61
6.5 Role model dan pemakaian implant ...................................... 63
6.6 Akses ke fasilitas kesehatan dan pemakaian implant ........... 64
6.7 Informasi dari petugas kesehatan dan pemakaian implant ... 65
6.8 Dukungan suami dan pemakaian implant ............................. 68
6.9 Keterbatasan penelitian......................................................... 70
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan ............................................................................... 71
7.2 Saran ..................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1 Konsep penelitian .............................................................................. 25
4.1 Rancangan penelitian cross sectional ................................................ 28
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
4.1 Definisi operasional ............................................................................... 32
5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden di kecamatan tegalsari
kabupaten banyuwangi ........................................................................... 43
5.2 Distribusi frekuensi pemakaian implant, nilai budaya, pengetahuan
tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan,
informasi dari petugas kesehatan, dan dukungan suami di
kecamatan tegalsari kabupaten banyuwangi ........................................... 45
5.3 Hubungan antara karakteristik responden dengan pemakaian
implant .................................................................................................... 47
5.4 Hubungan antara nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role
model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas
kesehatan dan dukungan suami di kecamatan tegalsari
kabupaten banyuwangi ........................................................................... 49
5.5 Hasil analisis multivariat variabel, nilai budaya, pengetahuan
tentang implant, role model, dan informasi dari petugas
kesehatan di kecamatantegalsari kabupaten banyuwangi ....................... 52
xvii
DAFTAR SINGKATAN
AKBK : Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
BP2KB : Badan Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencana
CI : Confidence Interval
CPR : Contraceptive Prevalence Rate
HBM : Health Belief Model
IUD : Intra Uterine Device
KB : Keluarga Berencana
KIE : Komunikasi Informasi Edukasi
MKJP : Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
MOU : Memorandum of Understanding
NKKBS : Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
OR : Odds Ratio
PPB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
PPM : Perkiraan Permintaan Masyarakat
PUS : Pasangan Usia Subur
Puslitbangkes : Pusat Penelitian dan Perkembangan Kesehatan
PR : Prevalence Ratio
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
SOR : Stimulus Organisme Respon
TFR : Total Fertility Rate
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Penjelasan kepada calon responden tentang penelitian yang akan
dilakukan
Lampiran 2. Formulir persetujuan
Lampiran 3. Kuesioner karakteristik wanita pasangan usia subur
Lampiran 4. Hasil analisis dengan stata
Lampiran 5. Surat ijin penelitian kepada bakesbangpol kabupaten banyuwangi
Lampiran 6. Surat permohonan ethical clearance kepada komisi etik penelitian
RSUP sanglah
Lampiran 7. Surat rekomendasi penelitan dari badan kesatuan bangsa dan politik
kabupaten banyuwangi
Lampiran 8. Surat rekomendasi persetujuan etik dari RSUP sanglah
Lampiran 9. Surat ijin telah melakukan penelitian di kecamatan tegalsari
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai
saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka
laju pertumbuhan penduduk. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mengumumkan bahwa total populasi dunia pada tahun 2013 mencapai 7,2 milyar
dan akan mencapai 9,2 milyar pada tahun 2050 (UNFPA, 2014). Indonesia
menempati urutan kelima dengan jumlah penduduk terbesar di dunia.
Diperkirakan setiap hari terlahir sepuluh ribu bayi, dengan kata lain penduduk
Indonesia bertambah sekitar 3,5 juta jiwa setiap tahunnya. Pada masa reformasi
program KB mengalami stagnasi selama kurun waktu 10 tahun terakhir
pemerintah belum mampu menurunkan total fertility rate (TFR) yang mencapai
2,6. Angka ini masih jauh dari target yaitu sebesar 2,1. Laju pertumbuhan yang
sangat pesat ini akan menjadi masalah bagi pembangunan bangsa Indonesia
kedepannya (BKKBN, 2012).
Angka kesuburan total telah mengalami penurunan secara global, namun di
negara berkembang penurunan terjadi sangat lambat karena masih rendahnya
penggunaan kontrasepsi modern yaitu hanya 31% (Sherpa, 2012). Persentase
jumlah peserta KB yang dilaporkan tidak mengalami perubahan yaitu 60% pada
tahun 2002 menjadi 61% pada tahun 2012 (BKKBN, 2012). Program kontrasepsi
yang digalakkan dan efektif adalah metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP)
dengan implant merupakan salah satu metode unggulannya. Pencapaian MKJP
2
implant di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 sebesar 4,95%, angka tersebut
masih di bawah target angka nasional yaitu sebesar 5,70% pada tahun 2012. Tren
angka pencapaian MKJP implant mengalami penurunan di Provinsi Jawa Timur
dari tahun ke tahun (BKKBN, 2012).
Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur
dengan pencapaian kontrasepsi yang baik. Hal ini ditunjukkan berdasarkan angka
pencapaian kontrasepsi yang menempati urutan kedua tertinggi se-Jawa Timur
untuk cakupan KB baru (Dinkes Prov. Jatim, 2012). Proporsi pemakaian implant
di Kabupaten Banyuwangi juga menunjukkan perkembangan dengan proporsi
pemakai implant yang cukup banyak yaitu di atas target nasional dan provinsi
dengan presentase pada tahun 2011 sebesar 9,3%, pada tahun 2012 menjadi
9,82% dan 9,89% pada tahun 2013 (Dinkes Kab. Banyuwangi, 2013). Proporsi
pemakaian implant menduduki peringkat sepuluh besar dari 38 Kabupaten yang
ada di Provinsi Jawa Timur (Dinkes Prov. Jatim, 2012). Tegalsari salah satu
kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi dengan jumlah pemakai implant
tertinggi dari tahun 2011 sebesar 11,66%, pada tahun 2012 meningkat menjadi
14,15% dan pada tahun 2013 mencapai 17% (BPPKB, 2014).
Bentuk kepedulian serta komitmen yang tinggi terhadap masalah kesehatan
masyarakat, Bupati Banyuwangi telah membuat beberapa program unggulan.
Salah satu program unggulan yang berkaitan dengan masalah kependudukan dan
KB adalah “Harga Pas” yaitu harapan keluarga peduli anak sejak dini dengan
indikator pertama keluarga mengikuti KB dan memilih alat kontrasepsi yang
sesuai. Menempatkan program kependudukan dan KB sebagai program prioritas
3
untuk mewujudkan masyarakat Banyuwangi yang sehat dan sejahtera menjadi
tujuan dari program inovatif ini dengan memberikan layanan gratis untuk akseptor
MKJP (Dinkes Kab. Banyuwangi, 2012).
MKJP implant (susuk) dinilai merupakan metode kontrasepsi yang paling
efektif dari segi kegunaan dan biaya dengan tingkat keberhasilan mencapai 99%
(Gebremariam & Addissie, 2014). Kenyataannya banyak wanita yang mengalami
kesulitan dalam menentukan alat kontrasepsi yang sesuai untuk dirinya. Kendala
yang sering ditemukan karena kurangnya pengetahuan. Banyak aspek yang harus
dipertimbangkan yang meliputi derajat status kesehatan, kemungkinan munculnya
efek samping, kemungkinan kegagalan atau kehamilan yang tidak dikehendaki,
jumlah kisaran keluarga yang diharapkan, persetujuan dari suami atau istri, nilai-
nilai budaya, lingkungan serta keluarga dan lain sebagainya (Affandi, 2011).
Kontrasepsi implant memberikan kontribusi besar dalam membantu
mengendalikan jumlah penduduk dengan cara mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan (Winner dkk, 2012). Penelitian kohort yang dilakukan di Nigeria
dalam kurun waktu dua belas tahun menganalisis pada 377 wanita akseptor
implant didapatkan 0% tingkat kegagalan atau 100% efektif dalam mencegah
kehamilan (Aisien, 2007). Pemakaian kontrasepsi implant dipengaruhi oleh
banyak faktor. Penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan pemakaian
kontrasepsi yang dilakukan di Ethiopia didapatkan bahwa pengetahuan dan paritas
lebih dari dua mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemakaian alat
kontrasepsi (Alemayehu dkk, 2012). Hal ini juga sependapat dengan penelitian
yang dilakukan di Tanzania yang menyatakan bahwa pengetahuan, agama,
4
penghasilan, hubungan sosial, daerah perkotaan, komunikasi antara pasangan dan
informasi dari petugas kesehatan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
pemakaian kontrasepsi (Mosha & Ruben, 2013).
Penelitian lain yang dilakukan di Makasar didapatkan bahwa selain
pengetahuan, faktor dukungan suami dan informasi dari petugas kesehatan
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap rendahnya minat untuk
menggunakan implant (Salvina dkk, 2013). Namun pada penelitian yang berbeda
ditemukan bahwa informasi dari petugas kesehatan, pendidikan dan umur
pernikahan pertama tidak menunjukkan adanya hasil yang signifikan, hubungan
yang signifikan ditemukan pada umur ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak
hidup, biaya pemasangan alat kontrasepsi, dan dukungan suami (Ode dkk, 2013).
Kecamatan Tegalsari merupakan kategori kecamatan baru hasil pemekaran
dari Kecamatan Gambiran yang berusia satu dekade sejak otonomi daerah.
Terletak di pinggir kota dengan area persawahan dan perkebunan, dengan
sebagian besar warganya bekerja sebagai petani modern, pekerja perkebunan dan
industri rumah tangga. Beberapa pondok pesantren besar dapat ditemukan di
Kecamatan Tegalsari, tiga perempat masyarakat beragama Islam dan sepertiganya
beragama Hindu. Toleransi dari masyarakat sangat tinggi terbukti dari kerukunan
masyarakat yang selalu hidup berdampingan, tolong menolong dan saling hormat
menghormati. Tegalsari sebagai kecamatan baru selalu berbenah dan berusaha
mewujudkan kesejahteraan segenap warganya (Kumala, 2014).
Penelitian ini penting untuk memberikan gambaran faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemakaian implant pada daerah dengan proporsi yang tinggi
5
sehingga nantinya dapat dijadikan masukan untuk daerah lain dengan proporsi
pemakaian kontrasepsi implant yang rendah. Selain itu, belum ditemukannya
penelitian serupa di Kabupaten Banyuwangi maka penelitian ini perlu dilakukan
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant di
Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah penelitian tentang tingginya proporsi pemakaian implant
pada wanita pasangan usia subur di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi
meliputi hal berikut ini.
1.2.1 Apakah ada hubungan antara umur ibu dengan pemakaian Implant pada
wanita pasangan usia subur?
1.2.2 Apakah ada hubungan antara pendidikan dengan pemakaian Implant pada
wanita pasangan usia subur?
1.2.3 Apakah ada hubungan antara pekerjaan dengan pemakaian Implant pada
wanita pasangan usia subur?
1.2.4 Apakah ada hubungan antara paritas dengan pemakaian Implant pada
wanita pasangan usia subur?
1.2.5 Apakah ada hubungan antara nilai budaya dengan pemakaian Implant pada
wanita pasangan usia subur?
1.2.6 Apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang implant dengan
pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur?
1.2.7 Apakah ada hubungan antara role model dengan pemakaian Implant pada
wanita pasangan usia subur?
6
1.2.8 Apakah ada hubungan antara akses ke fasilitas pelayanan dengan
pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur?
1.2.9 Apakah ada hubungan antara informasi dari petugas kesehatan dengan
pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur?
1.2.10 Apakah ada hubungan antara dukungan suami dengan pemakaian Implant
pada wanita pasangan usia subur?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan umum
Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant
pada wanita pasangan usia subur di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi.
1.3.2 Tujuan khusus
Penelitian ini untuk mengetahui:
1. Hubungan antara umur ibu dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
2. Hubungan antara pendidikan dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
3. Hubungan antara pekerjaan dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
4. Hubungan antara paritas dengan pemakaian implant pada wanita pasangan
usia subur.
5. Hubungan antara nilai budaya dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
7
6. Hubungan antara pengetahuan tentang implant dengan pemakaian implant
pada wanita pasangan usia subur.
7. Hubungan antara role model dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
8. Hubungan antara akses ke fasilitas pelayanan dengan pemakaian implant
pada wanita pasangan usia subur.
9. Hubungan antara informasi dari petugas kesehatan dengan pemakaian
implant pada wanita pasangan usia subur.
10. Hubungan antara dukungan suami dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Memberikan kontribusi dalam pengembangan pengetahuan tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi pemakaian implant.
2. Menjadi acuan bagi calon peneliti selanjutnya, terutama yang berhubungan
dengan keluarga berencana dan metode kontrasepsi.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penentu kebijakan, dinas
kesehatan, badan pemberdaya perempuan dan KB, puskesmas dan fasilitas
pelayanan kontrasepsi dalam mengembangkan program untuk penggunaan
implant.
2. Penelitian ini akan memberikan implikasi terhadap proses monitoring dan
evaluasi program kependudukan dan KB.
8
3. Penelitian ini dapat dijadikan informasi baru bagi layanan program KB untuk
meningkatkan program yang berkaitan dengan kependudukan dan KB.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Prevalensi pemakaian implant di indonesia
Upaya yang dilakukan dalam mengendalikan jumlah penduduk dan
mengarahkan mobilitas penduduk untuk mewujudkan masyarakat supaya tumbuh
seimbang dengan program keluarga berencana (KB). Keluarga kecil yang
berkualitas dan sejahtera dapat direncanakan oleh setiap keluarga melalui program
KB (Bappenas, 2013). Kontrasepsi merupakan sebuah metode atau upaya yang
digunakan untuk mencegah kehamilan yang terjadi akibat pertemuan antara
sperma dengan sel telur yang matang, upaya tersebut dapat bersifat sementara
maupun permanen dan dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-
obatan (Atikah, 2010).
Keberhasilan program KB di Indonesia telah mendapat pengakuan dari
masyarakat luas, termasuk masyarakat global. Keberhasilan tersebut ditandai
dengan telah membudayanya suatu norma keluarga kecil dimasyarakat sebagai
bagian dari upaya membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS) dengan indikator penurunan trends TFR 5,61 per wanita pada tahun
1970 (BKKBN, 2003) dan menjadi 4,05 per wanita pada tahun 1982, kemudian
2,80 per wanita pada tahun 1992 hingga menjadi 2,34 per wanita pada tahun 2002
(BPS, 2014). Perkembangan program kependudukan dan keluarga berencana di
Jawa Timur telah memberikan hasil yang cukup memuaskan. Berdasarkan hasil
survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2013 diketahui bahwa TFR di
Jawa Timur 2,3 melampaui target RPJM 2,36 . Contraceptive Prevalence Rate
10
(CPR) Jawa Timur 62,4 dan target RPJM adalah 60,1%. Sementara unmet need
Jawa Timur 6,7% yang masih mendekati target RPJM 6,5%, sedangkan kesertaan
ber KB MKJP di Jawa Timur masih rendah yaitu 19,1% dari target Nasional
sebesar 27,5% (Suparmi, 2013).
Pencapaian MKJP implant nasional mengalami penurunan trend dari tahun
1997 sebesar 10,97% menjadi 7,61% pada tahun 2002 dan kembali berkurang
pada tahun 2007 mencapai 4,90% dan pada tahun 2012 mengalami sedikit
kenaikan yaitu 5,70%. Provinsi Jawa Timur prevalensi pemakaian implant
cenderung lebih rendah dibandingkan dengan angka nasional dan cenderung
terjadi penurunan dalam empat kali periode terakhir, berdasarkan dari data
kependudukan BKKBN pada tahun 1997 sebesar 8,28%, 8,40 pada tahun 2002,
6,74% pada tahun 2007 dan menjadi 4,95% pada tahun 2012.
Banyuwangi yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur
dengan prestasi pencapaian kontrasepsi yang baik. Hal ini ditunjukkan
berdasarkan angka pencapaian kontrasepsi yang menempati urutan kedua tertinggi
se- Jawa Timur untuk cakupan KB baru yaitu sebesar 14,17% setelah Kabupaten
Bangkalan sebesar 14,35% dengan angka cakupan rata-rata provinsi 9,45%
(Dinkes Prov. Jatim, 2012). Pencapaian MKJP implant di Kabupaten Banyuwangi
juga menunjukkan perkembangan proporsi pemakaian implant yang cukup banyak
yaitu diatas target nasional dan Provinsi dengan persentase 9,3% pada tahun 2011,
pada tahun 2012 menjadi 9,82% dan 9,89% pada tahun 2013 (Dinkes Kab.
Banyuwangi, 2012) ; (Dinkes Kab. Banyuwangi, 2013). Proporsi pemakaian
11
implant di Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat sepuluh besar dari 38
kabupaten atau kota dengan urutan kedelapan (Dinkes Prov. Jatim, 2012).
Tegalsari adalah kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi dengan
jumlah pemakai implant tertinggi selama periode tiga tahun terakhir dengan
persentase sebesar 11,66 pada tahun 2011, pada tahun 2012 meningkat menjadi
14,15% dan pada tahun 2013 menjadi 17%. Perbandingan antara PPM dengan
realisasi pada tahun 2011 cakupan KB baru dengan PPM 89 sampai bulan
Desember mencapai 149 akseptor (167,4%) dan pada tahun 2012 dengan PPM
122 jumlah realisasi akseptor sebanyak 484 (396,7%) serta untuk cakupan KB
aktif akseptor implant sampai bulan Desember tahun 2013 sebanyak 1.904
akseptor atau sebesar 212,5% dari PPM (BPPKB, 2014).
2.2 Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) implant
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan suatu metode
kontrasepsi efektif karena dapat memberikan perlindungan dari resiko kehamilan
untuk jangka waktu hingga sepuluh tahun. Metode kontrasepsi jangka panjang
dinilai paling cost effective dengan tingkat keberhasilan mencapai 99% (Purwoko,
2011) .
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau Implant (susuk) merupakan
metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mencegah
terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun. Cara kerja alat kontrasepsi ini
adalah dengan menghambat ovulasi, menyebabkan selaput lendir tidak siap untuk
menerima pembuahan dengan cara menebalkan mukus serviks sehingga tidak
dapat dilewati oleh sperma. Konsentrasi yang rendah pada progestin akan
12
menimbulkan pengentalan mukus serviks. Perubahan terjadi segera setelah
pemasangan implant. Satu atau dua hari dari menstruasi merupakan masa yang
tepat untuk dilakukan pemasangan pada kontrasepsi implant (BKKBN, 2011).
implant memiliki efektifitas tertinggi dari setiap metode kontrasepsi, karena
keefektifannya maka implant dapat digunakan oleh semua wanita disetiap keadaan
(Jacobstein & Polis, 2014). Berdasarkan pengamatan secara kohort yang
dilakukan di Nigeria dari tahun 1985 sampai 1996 dan dilakukan analisis pada
tahun 2004 ditemukan pada akseptor implant selama periode itu tidak didapatkan
kehamilan yang tidak diinginkan yang artinya keefektifan dari metode kontrasepsi
implant mencapai 100% (Aisien, 2007).
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian implant
Program keluarga telah banyak mengalami perkembangan pada beberapa
dekade terakhir, akan tetapi masalah kependudukan belum sepenuhnya teratasi.
Lebih dari 120 juta wanita diseluruh dunia mempunyai keinginan untuk mencegah
kehamilan akan tetapi mereka dan pasangannya tidak menggunakan alat
kontrasepsi. Beberapa alasan yang membuat mereka menjadi unmet need
diantaranya : karena persediaan alat kontrasepsi yang belum tersedia dengan baik
ataupun tidak lengkap sehingga pilihan menjadi sangat terbatas, takut penolakan
sosial atau tidak didukung oleh pasangannya, kekhawatiran akan muncul efek
samping dan lain sebagainya (WHO, 2007). Di Indonesia sendiri penggunaan
MKJP yang relatif masih rendah dipengaruhi oleh faktor sosial, demografi,
ekonomi dan sarana serta faktor yang berkaitan dengan kualitas pelayanan dari
13
MKJP itu sendiri (Puslitbangkes, 2011). Faktor-faktor yang berhubungan antara
lain seperti diuraikan dibawah ini.
2.3.1 Umur
Sebagian besar masa reproduksi secara aktif digunakan untuk kebutuhan
seksual, dengan demikian wanita memilki periode yang panjang dimana mereka
memerlukan metode yang efektif yang digunakan untuk mengatur kehamilan dan
menjarangkannya (Finer & Philbin, 2012). Penelitian yang dilakukan pada ibu
muda di USA, untuk menjarangkan kehamilan mereka mengatakan diperlukan
suatu metode kontrasepsi yang efektif untuk jangka panjang, karena umur yang
muda maka masa reproduktifnya lebih panjang, dari penelitian tersebut didapati
pada wanita usia <21 tahun cenderung mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan dan abortus lebih besar dua kali (Winner dkk, 2012).
Pendapat yang sama pada penelitian yang dilakukan di Iran karena umur
yang muda mempunyai masa reproduktif yang panjang sehingga diperlukan
metode kontrasepsi efektif dalam waktu yang lama. Penelitian ini didapatkan hasil
64% dari pengguna implant adalah wanita dengan umur <24 tahun (Nakhaee &
Mirahmadizadeh, 2002). Namun penelitian di Alabama menemukan hal yang
berbeda, bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan
pemakaian kontrasepsi implant dan non implant dengan nilai p = 0,37 (Mcelderry,
1996) . Departemen kesehatan Republik Indonesia membagi kelompok umur
untuk akseptor KB menjadi dua kategori yaitu umur <20 atau >35 tahun, umur 20-
35 tahun (Depkes RI, 2006). Umur <20 tahun atau umur >35 tahun adalah usia
untuk menunda kehamilan, umur 20-35 tahun untuk menjarangkan kehamilan.
14
2.3.2 Pendidikan
Peran pendidikan dalam mempengaruhi pola pemikiran perempuan untuk
menentukan kontrasepsi mana yang lebih sesuai untuk dirinya, kecenderungan ini
menghubungkan antara tingkat pendidikan akan mempengaruhi pemahaman dan
pengetahuan seseorang, penelitian di Cambodia tersebut menegaskan hubungan
pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi modern sangat berkaitan (Samandari,
2010). Berdasarkan hasil penelitian di Kenya tingkat pendidikan ibu dengan
pemakaian kontrasepsi modern mempunyai hubungan yang signifikan. Ibu dengan
pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memilih menggunakan metode
kontrasepsi modern dengan efektifitas yang lebih tinggi (Copollo, 2011).
2.3.3 Pekerjaan
Banyak penelitian menemukan bahwa perempuan yang bekerja dan ikut
berpartisipasi dalam menyumbang sumber perekonomian keluarga cenderung
lebih mengatur kesuburannya, dengan memiliki satu anak atau bahkan tidak sama
sekali, persaingan dalam karir dan pekerjaan bahkan kebijakan dari tempat kerja
membuat mereka memilih untuk tidak mempunyai anak, sehingga mereka harus
memilih kontrasepsi yang paling efektif dan berlangsung dalam waktu yang lama
(Mosha & Ruben, 2013).
2.3.4 Paritas
Pengalaman berulang dari melahirkan dan resiko dari terlalu sering
melahirkan sering menimbulkan suatu hal yang mempengaruhi kesehatan bahkan
menimbulkan kematian, dari para akseptor metode kontrasepsi jangka Panjang di
Cipayung Bandung memutuskan untuk memilih salah satu metode kontrasepsi
15
jangka panjang karena telah memiliki cukup anak yaitu lebih dari 5 dan
mengalami komplikasi selama hamil dan melahirkan, oleh karena itu mereka
menyadari terlalu sering melahirkan adalah membahayakan kesehatannya
(Newland, 2001).
Berbeda dengan penelitian Erman yang dilakukan di Palembang, paritas
tidak mempengaruhi dalam pemilihan alat kontrasepsi dengan metode jangka
panjang, dipaparkan tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan
penggunaan MKJP (Erman & Elviani, 2012). Paritas dikategorikan menjadi dua
kelompok yaitu paritas <2 dan >2 (Nakhaee & Mirahmadizadeh, 2002).
2.3.5 Jumlah penghasilan keluarga
Menurut Wang dkk (2006) dalam Mosha & Ruben (2013). perbedaan
kesuburan menurut status sosial ekonomi telah menarik banyak perhatian karena
mereka percaya bahwa perempuan dari keluarga kaya akan mempunyai kesehatan
yang lebih baik yang secara pasti akan berpengaruh pada kesuburannya dan hal
tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk yang
mengakibatkan kepadatan pada sub populasi tertentu.
Kesejahteraan ekonomi keluarga mempunyai hubungan positif terhadap
penggunaan kontrasepsi, dengan OR 3,96 berarti pada keluarga sejahtera
mempunyai 4 kali lebih besar dalam menggunakan kontrasepsi untuk mencegah
kehamilan (Mosha & Ruben, 2013). Hasil survei demografi dan kesehatan dari 55
negara berkembang dengan menggunakan indeks kekayaan untuk mengeksplorasi
pemakaian kontrasepsi modern didapati kesenjangan dengan pemakaian lebih
rendah pada masyarakat miskin (Gakidou & Vayena, 2007). Penghasilan dibagi
16
menjadi dua kategori berdasarkan UMR dari wilayah kabupaten Banyuwangi,
rendah jika < Rp. 1.426.000 dan tinggi jika ≥ Rp. 1.426.000 (Pergub Jatim, 2014).
2.3.6 Nilai budaya
Lingkungan memiliki peranan yang sangat kuat dalam menentukan
tindakan individu. Nilai-nilai budaya merupakan norma yang dipegang erat setiap
masyarakat. Setiap daerah mempunyai nilai budaya yang berbeda-beda dan
menjadi pegangan hidup setiap warganya. Beberapa penelitian menunjukkan hasil
bahwa agama mempunyai peranan yang sangat kuat dalam mempengaruhi
seseorang untuk memutuskan dalam memilih metode kontrasepsi yang digunakan
untuk mengatur jumlah anak mereka.
Penelitian di Tanzania mendapatkan hubungan yang signifikan antara
agama dengan pemakaian kontrasepsi dengan nilai OR 2,802 dan p =0,02 (Mosha
& Ruben, 2013). Penelitian di Turkey juga menemukan hasil yang serupa,
didapatkan 32,5% pada WUS usia 15-45 tahun tidak menggunakan kontrasepsi
karena alasan kepercayaan bahwa mendapat dosa jika mereka menggunakan KB
(Sahin, 2003).
2.3.7 Pengetahuan
Perilaku seringkali dipengaruhi oleh seberapa besar pemahaman kita atas
sesuatu hal, karena hal itu maka pengetahuan seseorang sangat berkaitan erat
dengan perilaku mereka dalam memutuskan tentang upaya untuk meningkatkan
kesehatan mereka, pengetahuan memiliki pengaruh dalam memberikan putusan
untuk menggunakan alat kontrasepsi, dengan nilai p = 0,00 dan OR 2,224 (Mosha
& Ruben, 2013).
17
Sebagian besar masyarakat pada dasarnya telah mengetahui bahwa
kontrasepsi mampu mengatur angka kelahiran, akan tetapi banyak pengguna
kontrasepsi yang memutuskan untuk berhenti menggunakan kontrasepsi dan
enggan untuk memakainya kembali karena mereka berenggapan akan menjadi
resisten sehingga seringkali mengalami kegagalan, disini pentingnya pengetahuan
untuk menghilangkan kesalah pahaman tersebut (Save, 2004).
2.3.8 Persepsi manfaat
Persepsi merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh akan
terbentuknya perilaku. Perubahan perilaku dalam diri individu dapat diketahui
melalui persepsi, secara umum persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman yang
dihasilkan dari panca indra manusia. Pengguna implant mempunyai anggapan
yang positif bahwa metode ini merupakan cara yang paling aman, nyaman dan
efektif (Kuiper dkk, 1997).
Hasil dari pemikiran akan suatu tindakan yang dilakukan apakah akan
membawa suatu manfaat dan keuntungan dalam mengurangi resiko akan
timbulnya masalah kesehatan. Persepsi merupakan keyakinan yang mendapat
pengaruh dari sosial dan budaya dan merupakan pertimbangan keuntungan dari
orang lain yang telah melakukan, sejauh mana kepercayaan dengan menggunakan
metode kontrasepsi dapat meningkatkan kesejahteraan (Tuner dkk , 2003).
2.3.9 Role model (model peran)
Model peran mempunyai peranan yang sangat penting untuk psikologis
manusia dalam membantu perkembangan yang berfungsi sebagai pandangan
untuk mengambil keputusan tentang hal yang akan mempengaruhi masa depan
18
(Thomas, 2014). Model peran yang positif seperti keberhasilan sesorang akan
mempunyai pengaruh yang besar kepada orang lain yang menjadikannya sumber
inspirasi untuk melakukan hal yang sama (Lockwood dkk, 2002).
2.3.10 Ketersediaan alat kontrasepsi
Hasil tinjauan lapangan diketahui bahwa tinggi rendahnya partisipasi
masyarakat terhadap jenis pemakaian alat kontrasepsi karena dipengaruhi
ketersediaan dari alat kontrasepsi itu sendiri, keterbatasan dari alat kontrasepsi
seringkali menjadi kendala bagi akseptor sehingga akhirnya mereka memutuskan
memilih salah satu kontrasepsi karena sebagai substitusi (BKKBN, 2008a).
Pilihan metode kontrasepsi jangka panjang seperti implant, IUD dan
sterilisasi harus lebih mudah untuk diakses bagi perempuan pasca aborsi dan
melahirkan untuk mencegah kembali terjadinya aborsi yang tidak aman
memerlukan metode kontrasepsi dalam jangka waktu yang lebih panjang akan
lebih baik untuk kesehatan mereka (Trevvit, 2010).
2.3.11 Akses ke tempat fasilitas pelayanan
Faktor yang paling umum mempengaruhi penggunaan kontrasepsi modern
pada masyarakat adalah akses jarak ke pelayanan kesehatan, ketersediaan alat
serta keterjangkauan harga dari metode tersebut (Samandari, 2010). Goodman
menyebutkan jarak kepelayanan kesehatan dengan waktu tempuh kurang dari tiga
puluh menit akan menarik para perempuan untuk mengunjungi pusat pelayanan
KB tersebut, jarak tempat pelayanan sangat efektif dalam meningkatkan
penggunaan kontrasepsi dan menurunkan kesuburan (Goodman dkk., 2007).
19
2.3.12 Informasi dari petugas tenaga kesehatan
Komunikasi inter personal atau konseling merupakan kegiatan percakapan
tatap muka dua arah antara klien dengan petugas dengan tujuan untuk
memberikan bantuan mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan
pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif sehingga calon akseptor
mampu mengambil keputusan sendiri mengenai alat atau metode kontrasepsi yang
terbaik untuk dirinya (BKKBN, 2009). Komunikasi dan informasi mempunyai
hubungan yang signifikan dengan nilai p = 0,001 (Mosha & Ruben, 2013).
2.3.13 Dukungan suami
Tingkat kepedulian yang tinggi tentang keluarga berencana diketahui dari
hasil penelitian yang dilakukan di Nigeria baik pada daerah perkotaan maupun
pedesaan, 98,3% responden laki–laki berpendapat bahwa keputusan untuk
memakai KB harus diputuskan secara bersama dengan pasangan mereka, sehingga
bisa saling memberi dukungan untuk menggunakannya (Ernest dkk, 2007).
Pendapat tersebut ditegaskan oleh Kohan pada penelitian kualitatifnya ,
bahwa perempuan akseptor KB merasa lebih nyaman ketika keputusan KB
diputuskan secara mufakat antara pasangan (Kohan dkk, 2012). Alasan pada
wanita usia 15 – 49 tahun yang tidak menggunakan KB di Turkey adalah karena
tidak mendapat persetujuan sehingga tidak didukung oleh suami (Sahin, 2003).
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Aryanti di
Kabupaten Lombok Timur dari beberapa faktor yang mempengaruhi wanita usia
dini menggunakan KB hanya faktor dukungan suami yang mempunyai pengaruh
100% (Aryanti, 2014).
20
2.3.14 Dukungan tokoh masyarakat / tokoh agama
Tokoh agama merupakan tokoh panutan yang memiliki wawasan
keagamaan yang luas, mempunyai peran yang sangat strategis dalam mendukung
program KB dan kesehatan reproduksi. BKKBN pusat telah membuat
kesepakatan kesepakatan bersama (MOU) dengan departemen agama republik
Indonesia, kesepakatan bersama tersebut dilksanakan mulai dari tingkat pusat,
provinsi, kabupaten / kota sampai ditingkat lapangan (BKKBN, 2008b).
2.4 Teori perilaku
Faktor yang mempengaruhi perilaku individu merupakan resultansi dari
rangsangan dari luar dengan reaksi dari dalam individu. Menurut Skinner (1938)
dalam Notoatmodjo (2010) yang merupakan seorang ahli psikologi telah
memaparkan teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon yaitu perilaku
merupakan wujud dari respon seseorang terhadap rangsangan dari luar yang mana
sesorang akan melakukan suatu tindakan setelah mendapatkan rangsangan dari
luar. Beberapa teori yang berhubungan dengan perubahan perilaku manusia yang
berhubungan dengan kesehatan sebagai berikut.
2.4.1 Teori lawrence green
Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010), analisis
perilaku manusia dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh faktor perilaku dan
faktor diluar perilaku. Faktor perilaku terbentuk dari:
1. Predisposing factor (faktor predisposisi) adalah penyebab terlaksanakannya
sebuah perilaku, hal ini merupakan faktor dalam diri individu sendiri, seperti;
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai - nilai
21
2. Enabling factor (faktor pemungkin) yaitu faktor yang memungkinkan atau
menjembatani perilaku atau tindakan manusia sehingga hal tersebut akan
mendukung manusia untuk bertindak, seperti; lingkungan fisik, tersedianya
fasilitas atau alat kesehatan, tersedia sarana kesehatan dan sebagainya.
3. Reinforcing factor (faktor pendorong) yaitu faktor yang memperkuat
terjadinya perilaku, seperti; sikap dan perilaku petugas kesehatan, perilaku
tokoh masyarakat atau tokoh agama yang kemudian dijadikan role model.
Model Green dapat digambarkan secara sistematis sebagai berikut:
Keterangan;
B = Behaviour
F = Fungsi
Pf = Predispossing Factors
Ef = Enabling Factors
Rf = Reinforcing Factors
2.4.2 Teori social learning
Teori Social Learning atau teori belajar sosial dari Albert Bandura (1977)
dalam (Boeree, 2006) mengemukakan bahwa teori belajar sosial menggunakan
sudut pandang kognitif dalam menguraikan belajar dan perilaku. Melalui kognitif
individu akan berasusmsi tentang pikiran manusia dan menafsirkan semua
pengalaman yang terjadi. Menurut Bandura individu tidak berdiri sendiri dalam
memproduksi perilaku akan tetapi berkaitan antara individu dengan lingkungan.
B = F (Pf, Ef , Rf)
22
Kepribadian dan perilaku individu bersama dengan faktor lingkungan saling
berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam merespon situasi yang dihadapi.
Dasar kognisi dalam proses belajar diringkas dalam empat tahap yaitu.
1. Atensi / perhatian
Reaksi baru yang dipelajari dari melihat atau mendengar, maka hal tersebut
akan menimbulkan perhatian yang akan menjadi sesuatu yang penting. Faktor-
faktor untuk mendapatkan perhatian dipengaruhi oleh; penekanan penting dari
perilaku menonjol, memperoleh perhatian dari ucapan atau teguran, membagi
aktivitas umum dalam bagian-bagian yang wajar menjadi komponen keterampilan
yang menonjol.
2. Retensi
Setiap gambaran perilaku disimpan dalam memori atau tidak. Dasar untuk
penyimpanan merupakan metode yang digunakan untuk penyandian atau
memasukkan respon. Penyandian dalam simbol verbal lebih mudah untuk diamati.
Kesan visual atau simbol verbal dapat menggerakkan pola pikir secara aktif
mengenai tindakan.
3. Reproduksi gerak
Waktu fakta-fakta dari tindakan baru disandikan dalam memori, maka
memori tersebut akan dirubah kembali dalam tindakan yang tepat. Rangkaian
tindakan baru merupakan simbol pertama pengaturan dan berlatih, semua waktu
dibandingkan dengan ingatan atau memori dari perilaku model. Penyesuaian
dibuat dalam rangkaian tindakan baru dan rangkaian perilaku awal. Perilaku akan
dicatat oleh pengamat yang memberikan timbal balik yang benar dari perilaku
23
suka meniru. Dasar penyesuaian dari timbal balik membuat pengaturan simbolik
rangkaian tindakan baru dan perilaku untuk memulai kembali.
4. Penguatan dan motivasi
Tujuan utama dari atensi, retensi dan reproduksi gerak sebagian besar
berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk meniru perilaku penguatan
menjadi relevan. Teori sosial belajar mempunyai dua implikasi penting yaitu
belajar dari pengamatan, yang kedua adalah hadiah dan hukuman yang
mempengaruhi pertunjukan dari perilaku yang dipelajari.
24
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka berpikir
Metode kontrasepsi jangka panjang implant merupakan metode
kontrasepsi yang efektif yang sesuai digunakan oleh pasangan usia subur dengan
tujuan untuk menunda kehamilan atau menjarangkan kehamilan. Dalam upaya
untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan KB MKJP implant diseluruh
fasilitas pelayanan kesehatan banyak terobosan program yang ditawarkan oleh
BKKBN. Banyak faktor yang mempengaruhi wanita usia subur dalam dalam
menentukan pemakaian alat kontrasepsi yang sesuai dan diinginkan. Perilaku
pencarian peningkatan kesehatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Keputusan dalam menentukan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh
sesorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, secara internal dari individu sendiri
berkaitan dengan kondisi karakteristiknya yang meliputi umur ibu, pekerjaan,
pendidikan, pengetahuan. Faktor lingkungan juga mempunyai kaitan yang erat,
pengaruh dari nilai-nilai budaya meliputi kepercayaan, tradisi dan agama.
Pengaruh teman sebaya atau pemodelan dari teman atau tokoh idola, akses
menuju tempat yang memfasilitasi serta dukungan dari pasangan merupakan
faktor yang menentukan seseorang untuk memutuskan dalam memilih alat
kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya.
25
3.2 Konsep penelitian
Gambar 3.1 Konsep Determinan Pemakaian Implant
Modifikasi dari Teori Lawrence Green dan Teori Social Learning Albert
Bandura
Keterangan :
Yang diteliti :
Yang tidak diteliti :
Faktor Predisposisi
Karakteristik Demografi :
Umur ibu
Pendidikan
Pekerjaan
Paritas
Penghasilan
Suku
Struktural :
Nilai Budaya
Role model
Pengetahuan Tentang
Implant
Faktor Pemungkin
Akses ke fasilitas pelayanan
Biaya pemasangan alat
kontrasepsi
Ketrampilan tenaga kesehatan
Jumlah fasilitas pelayanan KB
Faktor Penguat
Informasi petugas kesehatan
Dukungan suami
Kebijakan peraturan
pemerintah
Sikap petugas pelayanan
kesehatan
Pemakaian
implant
pada
wanita PUS
26
3.3 Hipotesis penelitian
Hipotesis pada penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur di Kecamatan Tegalsari
Kabupaten Banyuwangi sebagai berikut.
1. Ada hubungan antara umur ibu dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
2. Ada hubungan antara pendidikan dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
4. Ada hubungan antara paritas dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
5. Ada hubungan antara nilai budaya dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
6. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
7. Ada hubungan antara role model dengan pemakaian implant pada wanita
pasangan usia subur.
8. Ada hubungan antara akses ke fasilitas pelayanan dengan pemakaian implant
pada wanita pasangan usia subur.
9. Ada hubungan antara informasi dari petugas kesehatan dengan pemakaian
implant pada wanita pasangan usia subur.
27
10. Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemakaian implant pada
wanita pasangan usia subur.
28
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross-
sectional analitik menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu melakukan
pengukuran atau pengamatan pada seluruh variabel tergantung (dependent)
dengan variabel bebas (independent) dilakukan dalam waktu yang sama.
Gambar 4.1 Bagan Rancangan Studi Cross-Sectional
4.2 Lokasi dan waktu penelitian
4.2.1 Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi.
4.2.2 Waktu penelitian
Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan bulan
April 2015.
Wanita PUS
Akseptor KB Non akseptor KB
Implant Non implant
29
4.3 Penentuan sumber data
4.3.1 Populasi penelitian
Populasi target dalam penelitian ini adalah semua wanita pasangan usia
subur, sedangkan populasi terjangkau adalah semua wanita pasangan usia subur
yang menggunakan KB dan bertempat tinggal menetap di kecamatan Tegalsari
Kabupaten Banyuwangi.
4.3.2 Kriteria inklusi dan eksklusi
4.3.2.1 Kriteria inklusi
Semua wanita pasangan usia subur dengan usia 15 – 49 tahun, akseptor
KB, berdomisili di kecamatan Tegalsari.
4.3.2.2 Kriteria eksklusi
Wanita pasangan usia subur yang tidak bersedia untuk menjadi responden,
wanita pasangan usia subur yang sedang sakit kronis.
4.3.3 Sampel penelitian
Penentuan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus uji
hipotesis beda proporsi pada dua kelompok independent dengan rumus dari
Lameshow (1990) dalam (Sastroasmoro, 2011) untuk perhitungan besar sampel.
Besar sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut ;
2
21
2
2211
)(
2
PP
QPQPZPQZn
Keterangan ;
P1 = proporsi pemakaian kontrasepsi implant dari penelitian (Aisien,
2007) = 0,032
30
Q1 = (1-P1) = (1-0,032) = 0,968
P2 = proporsi pemakaian kontrasepsi implant berdasarkan clinical
judgement = 0,17 (BPPKB, 2014).
Q2 = (1-P2) = (1-0,17) = 0,83
P = (P1+P2)/2 = (0,032+0,17)/2 = 0,101
Q = (1-P) = (1-0,101) = 0,899
Zα = Tingkat kemaknaan (1-α) = 1,96 dari derajat kemaknaan 95%
Zβ = Koefisien power (1-β) = 1,282 untuk kekuatan uji power dari 90%
99
)17,0032,0(
83,017,0968,0032.0282,1899,0101,0296,1
)(
2
2
2
2
21
2
2211
xxxxn
PP
QPQPZPQZn
Berdasarkan rumus dan perhitungan diatas didapatkan jumlah minimal
total sampel keseluruhan adalah sebanyak 198 sampel.
4.3.4 Teknik pengambilan sampel
Pengambilan sampel menggunakan teknik multistage random sampling,
pada tahap pertama menentukan tiga desa yang diambil secara purposive sesuai
dengan karakteristik yang mewakili dari enam desa yang ada di kecamatan, pada
tahap kedua memilih dusun secara random dari masing-masing desa yang sudah
terpilih dan pada tahap ketiga menentukan KK yang akan dijadikan sampel secara
sistematik random sampling berdasarkan dari list akseptor KB dengan membagi
jumlah total akseptor KB dengan jumlah sampel yang diambil pada masing-
masing desa. Dengan interval yang didapatkan tanpa membedakan kontrasepsi
apa yang dipakai oleh responden agar jumlah sampel yang diambil dapat
31
mencerminkan atau mirip dengan populasi yang ada sampai mendapatkan jumlah
sampel yang dibutuhkan sesuai dengan kriteria dari penelitian.
4.3.5 Responden
Responden yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah wanita
pasangan usia subur.
4.4 Variabel penelitian
Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel
tergantung (dependent).
4.4.1 Variabel bebas (independent)
Variabel bebas pada penelitian ini adalah umur ibu, pendidikan, pekerjaan,
paritas, nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses ke fasilitas
pelayanan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami.
4.4.2 Variabel Terikat (dependent)
Variabel terikat atau tergantung dari penelitian ini adalah pemakaian
implant.
32
4.4.2 Definisi operasional
Tabel 4.1 Definisi operasional
Variabel Definisi
Operasional
Instru
ment
Skala
Peng
ukur
an
Catatan
tentang
Rencana
Analisis
Independe
nt;
a. Um
ur
Umur wanita pasangan
usia subur yang memakai
alat kontrasepsi implant
pada waktu penelitian
Kuesio
ner
Interval
umur dalam
tahun
Kategorikal
a. 20-35
tahun = 0
b. <20
tahun atau >
35 tahun =1
(Depkes RI,
2008)
b. Pendidik
an
c.
Pendidikan terakhir dari
wanita pasangan usia
subur yang memakai
kontrasepsi implant
Kuesio
ner
Ordinal
Kategorikal
a. Dasar
(SD) = 0
b. Menenga
h (SMP &
SMA) = 1
c. Tinggi (
PT) = 2
(UUD, 2003)
d. Pekerjaa
n
Aktivitas utama untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari (finansial dan
non finansial) dari wanita
pasangan usia subur yang
memakai kontrasepsi
implant
Kuesio
ner
Nominal
Kategorikal
a. Bekerja
sebagai IRT
= 0
b. Bekerja
di bidang
pertanian =
1
c. Bekerja
di bidang
industri = 2
d. Bekerja
di bidang
jasa = 3
(Anggraeni,
2012)
33
Variabel Definisi
Operasional
Instru
ment
Skala
Peng
ukur
an
Catatan
tentang
Rencana
Analisis
e. Paritas Jumlah anak (hidup atau
mati) yang pernah
dilahirkan oleh wanita
pasangan usia subur yang
memakai kontrasepsi
implant
Kuesio
ner
Interval
Kategorikal
a. ≤2 = 0
b. >2 = 1
(Depkes RI,
2008).
f. Nilai
budaya
Tata nilai masyarakat yang
meliputi tradisi dan
kepercayaan serta
keyakinan menurut sudut
pandang agama pada
masyarakat yang
mempunyai pengaruh
terhadap keputusan dalam
memakai kontrasepsi
implant meliputi pengaruh
lingkungan tempat tinggal
ibu, perasaan khawatir saat
memakai kontrasepsi dan
hal yang menyebabkan
khawatir, dukungan dari
tradisi masyarakat dan ada
tidaknya larangan dari
agama. Pengukuran
dilakukan dengan
menggunakan kuesioner
terstruktur. Terdapat 8
pertanyaan dengan 6
pertanyaan utama dan 2
pertanyaan lanjutan. Dari 6
pertanyaan, 5 pertanyaan
dengan jawaban iya
skor=1, dan 1 pertanyaan
(E2) dengan jawaban
tidak=1. Jadi pengambilan
skoring berdasarkan dari 6
pertanyaan, dengan skor
jawaban ≥4= mendukung.
Kuesio
ner
Nominal
Kategorikal
a. Tidak
mendukung
= 0
b. Menduk
ung =1
(Mosha &
Ruben, 2013)
34
Variabel Definisi
Operasional
Instru
ment
Skala
Peng
ukur
an
Catatan
tentang
Rencana
Analisis
g. Pengetah
uan
tentang
implant
Pemahaman dan
pengetahuan wanita
pasangan usia subur
tentang kontrasepsi
implant yang diukur
dengan kemampuan
menjawab pertanyaan
kuesioner. Pengetahuan
tentang implant meliputi
kontasepsi jangka panjang,
manfaat kontrasepsi
implant, efektifitas
implant, indikasi dan
kontraindikasi serta efek
samping. Pemberian skor
pada jawaban benar adalah
1 dan jawaban salah =0.
Jawaban benar yang
dipilih lebih dari 1 skor
dianggap=1. Terdapat 10
pertanyaan dengan skoring
pengetahuan kurang nilai
≤4, pengetahuan cukup
nilai 5-6 dan pengetahuan
baik nilai 7-10.
Kuesio
ner
Ordinal
Kategorikal
a. Kurang
= 0
b. Cukup =
1
c. Baik = 2
(Alemayehu
dkk., 2012)
35
Variabel Definisi
Operasional
Instru
ment
Skala
Peng
ukur
an
Catatan
tentang
Rencana
Analisis
h. Role
model
Model peran yang
ditirukan dari seseorang
yang memakai implant
yang dianggap sebagai
panutan, idola maupun
orang yang dihormati dan
seseorang tersebut
mempunyai pengaruh
untuk menirukan perilaku
dalam pemakaian
kontrasepsi implant. Role
model meliputi orang
terdekat dari responden
yang memakai implant,
idola yang memakai
implant, ajakan memakai
implant dari orang terdekat
serta siapakah yang paling
berpengaruh dalam
keinginan untuk memakai
implant. Terdapat 4
pertanyaan dengan nilai
≥3= ada role model,
<3=tidak ada.
Kuesio
ner
Nominal
Kategorikal
a. Tidak
ada = 0
b. Ada = 1
i. Akses
ke
fasilitas
pelayana
n
kesehata
n
Jarak tempuh, lama waktu
tempuh dan sarana yang
dibutuhkan wanita
pasangan usia subur dari
rumah ke fasilitas yang
melayani kontrasepsi
implant. Jarak jauh jika
>2,5 km dengan skor=0,
jarak dekat ≤2,5 km,
dengan skor=1. Waktu
tempuh >15 menit skor=0,
dan waktu tempuh ≤15
menit skor=1. Nilai
≥3=mudah dijangkau.
Kuesio
ner
Nominal
Kategorikal
a. Susah
dijangkau =
0
b. Mudah
dijangkau =
1
(BPS, 2013)
36
Variabel Definisi
Operasional
Instru
ment
Skala
Peng
ukur
an
Catatan
tentang
Rencana
Analisis
j. Informas
i dari
petugas
kesehata
n
Informasi yang diterima
oleh wanita pasangan usia
subur tentang kontrasepsi
implant yang diberikan
oleh tenaga kesehatan
meliputi berapa kali
mendapatkan informasi,
kejelasan dari informasi
serta tingkat pemahaman
ibu. Nilai ≥3=mendapat
informasi.
Kuesio
ner
Nominal
Kategorikal
a. Tidak
mendapat
informasi =
0
b. Mendapa
t informasi
= 1
(Salvina dkk,
2013)
k. Dukunga
n suami
Dukungan yang diberikan
suami dalam keikutsertaan
memutuskan metode
kontrasepsi dan
keikutsertaan dalam
pelaksanaannya baik
secara moral dan material
yang meliputi musyawarah
bersama dalam mengambil
keputusan, mendukung
dalam bentuk keikut
sertaan baik secara
langsung maupun tidak
langsung. Nilai
≥3=mendapat dukungan
dari suami.
Kuesio
ner
Nominal
Kategorikal
a. Tidak
mendapat
dukungan =
0
b. Mendapa
t dukungan
= 1
(Aryanti,
2014)
Dependent
Pemakaian
implant
Wanita pasangan usia
subur yang memakai
kontrasepsi implant.
Kuesio
ner
Nominal
Kategorikal
a. Tidak
memakai
implant = 0
b. Memakai
implant = 1
37
4.5 Instrument penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner
terstruktur yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel yang diteliti,
yaitu berisikan tentang umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, role
model, jarak ke fasilitas pelayanan kesehatan, informasi dari petugas kesehatan
dan dukungan suami.
4.6 Pengumpulan data
4.6.1 Jenis data yang dikumpulkan
Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder.
4.6.2 Cara pengumpulan data
Proses pengumpulan data dimulai dengan cara permohonan ijin
pengambilan data di Bakesbangpol. Data primer didapatkan dengan cara
memberikan kuesioner sedangkan data sekunder didapatkan dari laporan tahunan
pada BPPKB dan laporan tahunan Kabag KB pada kecamatan Tegalsari. Data
sekunder yang didapatkan dari Kabag KB Kecamatan Tegalsari merupakan list
akseptor KB, yang digunakan sebagai list untuk pengambilan sampel. Cara
pengambilan data dengan mendatangi rumah dari masing-masing responden yang
telah ditentukan secara systematic random sampling kemudian membagikan
kuesioner terstruktur dan responden mengisi kuesioner dalam waktu 20 sampai
30 menit.
38
4.6.3 Pengolahan data
4.6.3.1 Editing
Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan
memeriksa kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data.
4.6.3.2 Coding
Dilakukan untuk mempermudah dalam pengolahan data. Data
disederhanakan dengan menggunakan simbol-simbol tertentu pada setiap
jawaban. Pengkodean dilakukan dengan memberi kode pada pertanyaan, nomor
variabel, nama variabel dan kode jawaban.
4.6.3.3 Scoring
Memberikan nilai jawaban pada setiap jawaban responden sehingga setiap
jawaban responden dapat diberikan skor. Data yang telah terkumpul dari masing-
masing responden di skor sesuai dengan variable yang ditanyakan.
4.6.3.4 Entering
Meringkas data dengan memasukkan ke dalam tabel yang disediakan.
4.6.3.5 Tabulating
Menyajikan data dalam bentuk tabel distribusi kemudian diinterpretasikan
secara narasi.
4.7 Teknik analisis data
4.7.1 Analisa univariat
Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan setiap variabel yang
diteliti, dengan melihat gambaran distribusi dari variabel independent yaitu umur,
pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan tentang implant, role model, jarak ke
39
fasilitas pelayanan, informasi dari petugas kesehatan serta dukungan suami
dengan variabel dependent pemakaian implant. Data dianalisa menggunakan
statistik deskriptif yang digunakan untuk mendapatkan hasil dalam bentuk
distribusi frekuensi dan persentase (%) dari masing-masing variabel.
4.6.1 Analisa bivariat
Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara satu
variabel independent dengan variabel dependent. Analisis bivariat dilakukan
pada variabel yang telah dikategorikan dengan membuat tabel 2 x 2 colum
percentage. Ukuran asosiasi variabel independent dengan variabel dependent
ditunjukan dengan nilai Crude Odds Ratio (OR) dengan interpretasi nilai PR.
Jika nilai PR = 1 maka variabel independent tidak mempunyai hubungan dengan
pemakaian kontrasepsi implant, jika nilai PR >1 maka variabel independen
berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi implant dan jika nilai PR <1 maka
variabel independent tidak berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi implant.
Uji statistik dalam menghitung estimasi besar hubungan masing-masing variabel
independent dengan variabel dependent menggunakan uji chi-square , dengan
niali α = 0,05 dan Confidence Interval (CI) 95%, bila nilai p > tidak ada
hubungan , bila nilai p ≤ berarti ada hubungan.
4.6.2 Analisa multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel
bebas dengan variabel dependent dan variabel independent mana yang
mempunyai hubungan paling besar terhadap variabel dependent. Analisis
multivariat menghubungkan secara bersamaan antara beberapa variabel
40
independent dengan satu variabel dependent. Uji yang dilakukan untuk
menjelaskan hubungan antara kedua variabel dengan menggunakan uji regresi
logistik dan ukuran asosiasi akan ditampilkan dalam bentuk adjusted odds ratio
dengan interval kepercayaan (CI) 95% dan dengan memasukkan semua variabel
independent dan dianalisis secara bersamaan untuk mendapatkan model terbaik
dengan nilai p<0,25.
4.8 Etika penelitian
Dalam penelitian ini menempuh beberapa langkah yang berhubungan
dengan etika penelitian:
4.8.1 informed consent atau lembar persetujuan yang diberikan kepada
responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dengan menjelaskan tujuan dan
prosedur dari penelitian dan kemudian responden menandatangani lembar
persetujuan tersebut apabila bersedia sesuai dengan kesepakatan.
4.8.2 Anonimitas yaitu menjaga kerahasiaan identitas dari responden dengan
langkah tidak mencantumkan nama responden melainkan menggantikan dengan
kode.
4.8.3 Confidentially yaitu peneliti menjamin kerahasiaan informasi dari
responden.
41
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran umum lokasi penelitian
Kecamatan Tegalsari merupakan kecamatan baru hasil pemugaran dari
kecamatan Gambiran pada tahun 2011. Luas wilayah 65,23 km2 dengan
jumlah penduduk 53.106 jiwa pada tahun 2014 dengan jumlah PUS sebanyak
11.857. Wilayah ini berada pada ketinggian 0-500 mdpl. Berdasarkan letak
geografisnya kecamatan Tegalsari dibatasi oleh:
Sebelah Utara : Kecamatan Genteng
Sebelah Selatan : Kecamatan Bangorejo, Kecamatan Siliragung
Sebelah Timur : Kecamatan Gambiran
Sebelah Barat : Kecamatan Glenmore
Sumber pendapatan di kecamatan Tegalsari berdasarkan pengembangan
potensi dan arahan pengembangan pada kelompok Cluster Banyuwangi
Tengah Barat meliputi pertanian tanaman pangan yang didominasi dengan
tanaman padi, buah naga dan jeruk, peternakan, perkebunan dan industri kecil
(Pokja Sanitasi Kab. Banyuwangi, 2012). Tanah yang subur mengantarkan
masyarakatnya sebagian besar bekerja pada sektor pertanian dan perkebunan.
Kecamatan Tegalsari termasuk salah satu kecamatan dengan kategori
sejahtera. Jumlah penduduk miskin sebanyak 2.149 KK dari 25.289 KK yang
ada pada tahun 2014 atau sebesar 8,5% (BPS Kab.Banyuwangi, 2014).
Kecamatan Tegalsari terdiri dari 17 dusun dari enam desa yaitu Tegalsari,
42
Karangdoro, Karangmulyo, Tegalrejo, Dasri dan Tamansari. Desa Tegalsari
merupakan desa terluas yang memiliki julukan kota santri dengan jumlah
pondok pesantren terbanyak diantara desa di kecamatan lain, sedangkan desa
Karangdoro merupakan desa dengan cakupan proporsi dengan PPM tertinggi
pemakaian kontrasepsi yaitu sebesar 238,78% pada tahun 2014. Terdapat
pondok pesantren terbesar se Kabupaten Banyuwangi dengan tiga per empat
penduduknya beragama Islam dan sepertiga penduduknya beragama Hindu.
Masyarakat di Kecamatan Tegalsari masih menjunjung tinggi tatanan
nilai budaya. Kondisi sosial budaya dengan sistem patrilineal yang
mengarahkan dalam setiap pengambilan keputusan termasuk keputusan untuk
menentukan jenis kontrasepsi harus mendapatkan ijin dari suami. Keputusan
yang diambil dimusyawarahkan secara bersama akan tetapi keputusan akhir
tetap pada suami yang dianggap sebagai kepala keluarga. Jumlah penduduk
mayoritas beragama islam.
Bagi beberapa pemeluk agama merencanakan jumlah anak menyalahi
kehendak Tuhan dan dilarang oleh agama, akan tetapi kebutuhan akan alat
kontrasepsi mempunyai manfaat lain yang membawa kebaikan dalam waktu
jangka panjang karena menyangkut masa depan dari keturunan mereka.
Masyarakat menyadari kebutuhan akan kontrasepsi sehingga pemilihan akan
kontrasepsi yang sesuai dan yang dianjurkan oleh agama yang paling
diminati.
Fasilitas pelayanan kesehatan di Kecamatan Tegalsari terdapat satu
puskesmas dengan instalasi rawat inap, enam puskesmas pembantu disetiap
43
desa dan dua klinik swasta. Semua tempat fasilitas kesehatan melayani
pemakaian alat kontrasepsi modern dengan semua metode. Tidak tersedia
angkutan umum pada wilayah desa yang ada di Kecamatan Tegalsari akan
tetapi jarak fasilitas pelayanan kesehatan dengan akses yang mudah dijangkau
dan dapat ditempuh dalam waktu kurang dari sepuluh menit.
5.2 Karakteristik responden
Tabel berikut menyajikan karakteristik responden yang meliputi umur,
pendidikan, pekerjaan dan paritas di Kecamatan Banyuwangi pada tahun
2015.
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi karakteristik responden di kecamatan tegalsari
kabupaten banyuwangi
Karakteristik n=198
Umur (Median, IQR) 20-35 tahun
<20 tahun atau >35 tahun
34 (12)
120 (60,61)
78 (39,39)
Pendidikan
Rendah
Menengah
Tinggi
44 (22,22)
142 (71,72)
12 (6,06)
Pekerjaan
IRT
Pertanian
Jasa
110 (55,56)
32 (16,16)
56 (28,28)
Paritas (Median, IQR) ≤2 anak
>2 anak
2 (2)
139 (70,20)
59 (29,80)
Berdasarkan Tabel 5.1, dari 198 responden diketahui bahwa sebanyak
60,61% responden berada dalam kelompok umur 20-35 tahun dan 39,39%
berada dalam kelompok umur 20 tahun sampai 35 tahun. Median umur
responden yaitu 34 (12). Jika dilihat dari distribusi pendidikan, 71,72%
44
berpendidikan menengah (SMP dan SMA), 22,22% berpendidikan rendah
(tidak sekolah dan SD), dan 6,06% berpendidikan tinggi (akademi/perguruan
tinggi).
Jika dilihat dari distribusi status pekerjaan, 55,56% sebagai IRT,
28,28% bekerja di bidang jasa dan 16,16% bekerja di bidang pertanian atau
perkebunan.. Jika dilihat dari distribusi paritas, 70,20% memiliki jumlah anak
kurang dari sama dengan dua dan 29,80% memiliki jumlah anak lebih dari
dua. Median paritas responden yaitu 2 (2).
45
5.3 Pemakaian implant, nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role
model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan,
dan dukungan suami
Tabel dibawah ini menampilkan beberapa variabel yang diteliti meliputi
pemakaian implant, nilai budaya, pengetahuan, role model, akses ke fasilitas
kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami.
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi pemakaian implant, nilai budaya, pengetahuan, role model,
akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan, dan dukungan
suami di kecamatan tegalsarikabupaten banyuwangi
Karakteristik n=198 (%)
Pemakaian Implant Tidak memakai
Memakai implant
156 (78,79)
42 (21,21)
Nilai Budaya
Tidak mendukung
Mendukung
78 (39,39)
120 (60,61)
Pengetahuan tentang implant
Kurang
Cukup
Baik
65 (32,83)
44 (22,22)
89 (44,95)
Role Model
Tidak ada
Ada
118 (59,60)
80 (40,40)
Akses ke Fasilitas Kesehatan Susah dijangkau
Mudah dijangkau
21 (10,61)
177 (89,39)
Informasi dari Petugas Kesehatan
Tidak
Mendapat
96 (48,48)
102 (51,52)
Dukungan Suami
Tidak
Mendapat
14 (7,07)
184 (92,93)
46
Berdasarkan Tabel 5.2, dari 198 responden diketahui bahwa jika dilihat
dari distribusi pemakaian implant, 78,79% tidak memakai implant dan
21,21% memakai implant . Jika dilihat dari distribusi nilai budaya, 60,61%
mendapat dukungan dan 39,39% tidak mendapat dukungan. Jika dilihat dari
distribusi pengetahuan tentang implant, 44,95% berpengetahuan baik, 32,83%
berpengetahuan kurang dan 22,22% berpengetahuan cukup. Jika dilihat dari
distribusi role model, 59,60% tidak ada role model dan 40,40% ada role
model. Jika dilihat dari distribusi akses ke falitas kesehatan, 89,39% mudah
dijangkau dan 10,61% susah dijangkau. Jika dilihat dari distribusi informasi
dari petugas kesehatan, 51,52% mendapat informasi dari petugas kesehatan
dan 48,48% tidak mendapatkan informasi dari petugas kesehatan. Jika dilihat
dari distribusi dukungan suami, 92,93% mendapatkan dukungan dari suami
dan 7,07% tidak mendapat dukungan.
47
5.4 Hubungan antara karakteristik responden dengan pemakaian implant
Tabel berikut menyajikan hubungan antara karakteristik responden
dengan pemakaian implant.
Tabel 5.3
Hubungan antara karakteristik responden dengan pemakaian implant di
kecamatan tegalsari kabupaten banyuwangi
Variabel
Kategori
OR 95% CI Nilai p Tidak
Memakai
n (%)
Memakai
n (%)
Umur 20-35 tahun
<20 tahun atau >35
tahun
93 (59,62)
63 (40,38)
27 (64,29)
15 (35,71)
ref
0,82
0,37-1,75
0,582
Pendidikan
Rendah
Menengah
Tinggi
34 (21,79)
111 (71,52)
11 (7,05)
10 (23,81)
31 (73,81)
1 (2,38)
ref
0,95
0,31
0,40-2,40
0,01-2,70
0,900
0,266
Pekerjaan
IRT
Pertanian
Jasa
82 (52,56)
28 (17,95)
46 (29,49)
28 (66,67)
4 (9,52)
10 (23,81)
ref
0,64
0,42
0,25-1,50
0,10-1,36
0,270
0,123
Paritas ≤2 anak
>2 anak
110(70,51)
46 (29,49)
29 (69,05)
13 (30,95)
ref
1,07
0,47-2,36
0,854
Berdasarkan Tabel 5.3, pada kelompok memakai implant 35,71% pada
usia <20 tahun atau >35 tahun, sedangkan pada kelompok tidak memakai
implant 40,38%. Ada sedikit perbedaan pada kedua kelompok namun secara
statistik tidak bermakna karena nilai p>0,05 Berdasarkan karakteristik
responden pada variabel umur didapatkan OR=0,82, yang artinya peluang
umur <20 tahun atau >35 tahun untuk memakai implant 0,8 kali dibandingkan
dengan yang umur 20-35 tahun.
48
Variabel pendidikan didapatkan 73,81% pada kelompok memakai
implant dengan pendidikan menengah dan 71,15% pada kelompok tidak
memakai implant. Ada sedikit perbedaan dan secara statistik tidak bermakna
karena nilai p>0,05. Dilihat dari nilai OR=0,95 pada kelompok pendidikan
menengah terhadap rendah dan OR=0,31 pada kelompok pendidikan tinggi
terhadap pendidikan rendah, yang artinya peluang penggunaan implant pada
pendidikan yang lebih tinggi 0,3 kali dibandingkan dengan pendidikan
rendah.
Variabel pekerjaan pada kelompok memakai implant 9,52% bekerja di
bidang pertanian dan yang tidak memakai implant 17,95% dan didapatkan
OR=0,64 pada ibu yang bekerja di bidang pertanian dan OR=0,42 pada ibu
yang bekerja di bidang jasa yang artinya ibu yang bekerja di bidang pertanian
mempunyai peluang untuk memakai implant lebih rendah 0,6 kali sedangkan
yang bekerja di bidang jasa mempunyai peluang memakai implant lebih
rendah yaitu 0,4 kali dan keduanya secara statistik tidak bermakna karena
nilai p>0,05.
Variabel paritas dengan kelompok yang memakai implant 30,95%
memiliki anak >2 dan 29,49% pada kelompok yang tidak memakai implant.
Ada sedikit perbedaan namun secara statitik tidak bermakna (p>0,05) dengan
mendapatkan nilai OR=1,1 yang artinya paritas lebih dari dua mempunyai
peluang untuk memakai implant sebesar 1,1 kali dibandingkan dengan paritas
<2.
49
5.5 Hubungan antara nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role
model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan
dan dukungan suami.
Tabel berikut menyajikan hubungan antara nilai budaya, pengetahuan
tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari
petugas kesehatan dan dukungan suami.
Tabel 5.4
Hubungan antara nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses
ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami di
kecamatan tegalsari kabupaten banyuwangi
Variabel
Kategori
OR 95% CI Nilai p Tidak
Memakai
n (%)
Memakai
n (%)
Nilai Budaya
Tidak mendukung
Mendukung
69 (44,23)
87 (55,77)
9 (21,43)
33 (78,57)
ref
2,91
1,25-7,35
0,007
Pengetahuan tentang
implant
Kurang
Cukup
Baik
63 (40,38)
39 (25)
54 (34,62)
2 (4,76)
5 (11,90)
35 (83,33)
ref
4,04
20,42
0,62-43,78
4,79-180,31
0,083
<0,001
Role Model
Tidak
Ada
106(67,95)
50 (32,05)
12 (28,57)
30 (71,43)
ref
5,3
2,38-12,26
<0,001
Akses ke Fasilitas
Kesehatan Susah dijangkau
Mudah dijangkau
17 (10,90)
139(89,10)
4 (9,52)
38 (90,48)
ref
1,16
0,35-5,02
0,796
Informasi dari
Petugas Kesehatan
Tidak
Mendapat
89 (57,05)
67 (42,95)
7 (16,67)
35 (83,33)
ref
6,64
2,67-18,66
<0,001
Dukungan Suami
Tidak
Mendapat
12 (7,69)
144 (92,31)
2 (4,76)
40 (95,24)
ref
1,67
0,35-15,90
0,510
50
Berdasarkan tabel 5.4, analisis secara bivariat pada kelompok yang
memakai implant didapatkan 78,57% dengan nilai budaya yang mendukung
sedangkan pada kelompok yang tidak memakai implant hanya 55,57%. Ada
perbedaan pada variabel ini dengan mendapatkan OR=2,91, yang artinya
kelompok dengan nilai budaya yang mendukung mempunyai peluang untuk
memakai implant 3 kali terhadap kelompok nilai budaya yang tidak
mendukung dan secara statistik bermakna karena nilai p<0,05.
Variabel pengetahuan cukup pada kelompok yang memakai implant
11,90% dan 25% pada kelompok yang tidak memakai, ada perbedaan pada
pengetahuan cukup namun secara statistik tidak bermakna karena nilai p>0,05
dengan nilai OR=4,04 yang artinya peluang untuk memakai implant pada
pengetahuan cukup 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang
pengetahuan kurang. Pengetahuan baik pada kelompok yang memakai
implant mencapai 83,33% dan kelompok tidak memakai hanya 34,62%. Nilai
OR yang didapatkan adalah OR=20,42 yang artinya peluang untuk memakai
implant 20 kali lebih besar dibandingkan dengan yang pengetahuan kurang
dan secara statistik bermakna karena nilai p<0,05. Semakin baik level
pengetahuan tentang implant maka pemakaian implant semakin tinggi.
Analisis bivariat variabel dengan ada role model pada kelompok yang
memakai Implant mencapai 71,43% dan pada kelompok yang tidak memakai
hanya 32,05%. Terdapat perbedaan yang cukup besar dengan mendapatkan
nilai OR=5,3, yang artinya peluang untuk memakai implant pada kelompok
51
yang ada role model 5,3 kali lebih besar dibandingkan yang tidak ada role
model dan secara statistik bermakna karena nilai p<0,05.
Variabel akses ke fasilitas kesehatan mudah dijangkau pada kelompok
yang memakai implant 90,48% dan kelompok yang tidak memakai 89,10%.
Terdapat sangat kecil perbedaan dengan nilai OR=1,16 , yang artinya peluang
untuk memakai implant pada kelompok akses mudah dijangkau 1,2 kali
dibandingkan dengan akses yang susah dijangkau, namun secara statistik
tidak bermakna karena niali p>0,05.
Variabel informasi dari petugas kesehatan yang mendapatkan informasi
pada kelompok yang memakai implant sebesar 83,33% dan kelompok yang
tidak memakai 42,95%. Terdapat perbedaan yang cukup besar dan
mendapatkan nilai OR=6,64, yang artinya peluang untuk memakai implant
pada kelompok yang mendapat informasi dari petugas kesehatan 6,6 kali
lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan informasi dan
secara statistik bermakna karena nilai p<0,05.
Variabel dukungan suami yang mendapat dukungan pada kelompok
yang memakai implant 95,24% dan kelompok yang tidak memakai 92,95%.
Terdapat sedikit perbedaan dan didapatkan OR=1,67, yang artinya peluang
untuk memakai implant pada kelompok yang mendapat dukungan suami 2
kali dibandingkan yang tidak mendapatkan dukungan namun secara statistik
tidak bermakna karena nilai p>0,05.
52
5.6 Hasil analisis multivariat
Analisis multivariat untuk variabel dengan skala kategorikal
menggunakan uji regresi logistik. Berdasarkan hasil analisis bivariat, semua
variabel yang mempunyai nilai p<0,25 akan disertakan dalam analisis
multivariat. Berdasarkan tabel 5.3 dan 5.4 didapatkan bahwa variabel yang
akan dimasukkan dalam model yaitu variabel nilai budaya, pengetahuan, role
model dan informasi dari petugas kesehatan.
Tabel berikut menyajikan hasil analisis multivariat variabel nilai
budaya, pengetahuan, role model dan informasi dari petugas kesehatan
terhadap pemakaian implant.
Tabel 5.5
Hasil analisis multivariat variabel, nilai budaya, pengetahuan, role model, dan
informasi dari petugas kesehatan, di kecamatan tegalsari
kabupaten banyuwangi
Variabel Adjusted
OR
95% CI Nilai p
Lower Upper
Nilai budaya 3,59 1,44 8,94 0,006
Pengetahuan
tentang implant
15,10 3,44 74,40 <0,001
Role model 3,43 1,47 8,06 0,004
Informasi dari
petugas kesehatan
3,13 1,16 8,44 <0,001
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari hasil analisis
multivariat didapat faktor yang secara independent berhubungan dengan
pemakaian implant pada responden yaitu nilai budaya, pengetahuan tentang
implant, role model dan informasi dari petugas kesehatan (p<0,05). Jika
dilihat dari nilai OR, pemakaian implant yang mendapat dukungan nilai
53
budaya 3,6 kali lebih besar mempunyai peluang untuk memakai implant
dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat dukungan nilai budaya.
Pemakaian implant pada responden dengan pengetahuan cukup tentang
implant 5 kali lebih besar dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang
dan sebanyak 16 kali lebih besar mempunyai peluang untuk memakai implant
pada kelompok dengan pengetahuan baik tentang implant.
Pemakaian implant pada responden yang mempunyai role model 3 kali
daripada responden yang tidak mempunyai role model dan pemakaian implant
pada responden yang mendapat informasi dari petugas kesehatan 3 kali lebih
besar daripada yang tidak pernah mendapatkan informasi.
Hasil analisis mutivariat juga menunjukkan bahwa nilai R-square
sebesar 0,3384, yang berarti bahwa sekitar 34% pemakaian implant pada
responden berhubungan dengan variabel nilai budaya, pengetahuan tentang
implant, role model dan informasi dari petugas kesehatan dan 66% sisanya
dimungkinkan oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Setelah dilakukan analisis perlu dilakukan uji goodness of fit test untuk
mengetahui apakah data fit untuk model ini. Berdasarkan hasil output
goodness of fit test didapatkan nilai p=0,1129 yang menunjukkan bahwa data
fit dengan model regresi logistik, artinya hasil prediksi dari model tidak jauh
berbeda dengan data hasil observasi.
53
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di tiga desa
Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi pada bulan Maaret 2015
hingga April 2015 menunjukkan bahwa proporsi pemakaian implant
sebesar 21,21%. Proporsi pemakaian implant di Kecamatan Tegalsari
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional yaitu sebesar
5,70% dan angka provinsi 4,95% (BKKBN, 2012).
Cakupan pemakaian implant di Banyuwangi khususnya
Kecamatan Tegalsari mempunyai angka cakupan yang lebih tinggi, hal
ini menenunjukkan keberhasilan dari program inovatif yang telah
digalakkan sejak tahun 2010 sampai sekarang. Program inovatif dari
bupati serta pemerintah kota Banyuwangi ini membuahkan hasil yang
tidak sia-sia. Program-program tersebut tidak akan terlaksana dengan
sempurna tanpa campur tangan dan kegigihan dari para PLKB serta
dukungan yang diberikan oleh badan pemberdaya perempuan dan KB
Kabupaten Banyuwangi.
Pemakaian kontrasepsi implant di Nigeria berdasarkan hasil
penelitian dari Aisien ditemukan 377 wanita memakai implant dari 11.
961 wanita atau hanya sekitar 3,2% (Aisien, 2007). Hasil dari penelitian
ini masih menunjukkan perbedaan sedikit lebih rendah dari hasil
54
penelitian di Kecamatan Tegalsari, meski proporsi lebih tinggi dari
penelitian yang dilakukan Aisien.
Penelitian yang dilakukan di Ethopia Utara menemukan hasil
yang lebih memprihatinkan dimana didapati wanita menikah yang
memakai implant sebesar 0,1% dan 0% untuk IUD dengan unmet need
sebesar 34% (Alemayehu dkk, 2012).
6.2 Karakteristik wanita pasangan usia subur akseptor implant
Masa reproduksi merupakan masa aktif digunakan untuk
kebutuhan seksual, sehingga mereka memerlukan metode yang efektif
yang digunakan untuk menunda kehamilan, mengatur kehamilan dan
menjarangkannya (Finer & Philbin, 2012). Usia reproduktif yaitu usia
diantara 20 tahun sampai 35 tahun dimana merupakan usia dewasa yang
cukup matang untuk dibuahi, dan sebaliknya usia <20 tahun yang
merupakan usia terlalu muda untuk hamil sehingga penggunaan
kontrasepsi diperlukan sebagai alat untuk menunda kehamilan. Usia
yang terlalu tua untuk hamil yaitu >35 tahun, sehingga metode
kontrasepsi diperlukan untuk mencegah kehamilan, sehingga pada
kedua periode usia tersebut diperlukan metode yang lebih efektif dan
berlaku dalam jangka waktu yang lebih panjang (Depkes RI, 2006).
Pemakaian kontrasepsi implant lebih banyak dipakai oleh wanita
usia muda <21 tahun karena mempunyai resiko abortus yang lebih
tinggi (Winner dkk, 2012). Usia muda mempunyai masa reproduktif
yang panjang sehingga diperlukan metode kontrasepsi efektif dalam
55
waktu yang lama, sehingga implant lebih banyak digunakan pada
wanita usia <24 tahun (Nakhaee & Mirahmadizadeh, 2002).
Penggunaan kontrasepsi dengan metode yang lebih efektif lebih banyak
diminati wanita dengan umur <20 tahun dan >35 tahun dengan
anggapan pemilihan yang rasional sesuai fase usia (Ode dkk, 2013).
Hasil analisis bivariat didapatkan OR 0,82 dengan CI 0,37-1,75.
Hasil menunjukkan bahwa peluang umur <20 tahun atau >35 tahun
untuk memakai implant 0,8 kali dibandingkan dengan umur 20-35
tahun, jadi wanita yang banyak menggunakan implant adalah umur 20-
35 tahun akan tetapi secara statistik tidak bermakna karena nilai p>0,05
serta angka CI yang mengandung angka satu. Hal ini berlawanan
dengan penelitain yang pernah dilakukan sebelumnya, akan tetapi
hampir sama dengan penelitian yang dilakukan di Ethopia didapatkan
akseptor implant lebih banyak pada usia 25 tahun sampai 35 tahun
(Alemayehu dkk., 2012).
Pemakaian implant lebih banyak digunakan pada wanita usia 20-
35 tahun. Diketahui bahwa pada usia 20-35 tahun merupakan masa
reproduksi dengan usia matang yang paling sempurna untuk dibuahi.
Pada tahap usia ini kontrasepsi berfungsi untuk mengatur dan
menjarangkan kehamilan. Masa keefektifan dari implant yang efektif
dalam waktu 3 sampai 5 tahun sesuai dengan jarak ideal antara
kehamilan.
56
Hasil penelitian terkait pendidikan sebesar 73,81% dengan
pendidikan menengah pada kelompok yang memakai implant, 71,52%
tidak memakai dan sebesar 2,38% pendidikan tinggi yang memakai
implant dan 7,05% yang tidak memakai. Berdasarkan hasil analisis
didapatkan nilai OR 0,95 pada pendidikan menengah dan 0,31 pada
pendidikan tinggi. Diketahui bahwa peluang penggunaan implant pada
yang berpendidikan tinggi (akademi atau universitas) lebih rendah 0,3
daripada yang berpendidikan rendah (SD dan tidak sekolah) dan
terdapat trend terbukti semakin tinggi pendidikan didapatkan nilai OR
yang semakin rendah.
Pemakaian implant pada wanita PUS lebih banyak dipakai pada
wanita dengan pendidikan rendah. Masalah ini memang sangat
berkaitan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting pada
perkembangan dan kemajuan SDM suatu bangsa. Orang dengan
pendidikan tinggi berkecenderungan mempunyai pemikiran yang lebih
kritis dan selektif karena mempunyai prinsip yang menjadikan mereka
lebih idealis dan berhati-hati dalam bertindak. Sebaliknya, seseorang
dengan pendidikan yang rendah akan lebih mudah untuk dipengaruhi
untuk melakukan suatu hal. Ketidaktahuan mereka akan beberapa hal
membuat mereka lebih terbuka terhadap suatu hal baru yang
diperkenalkan.
Hal ini berlawanan dengan teori yang ada bahwa tingkat
pendidikan akan mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan
57
seseorang. Penelitian tersebut menegaskan bahwa hubungan pendidikan
dengan pemilihan kontrasepsi modern sangat berkaitan (Samandari,
2010). Tingkat pendidikan lebih tinggi mempunyai pengaruh lebih
besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah karena seorang
ibu dengan pendidikan tinggi lebih berpengalaman dalam menggunakan
kontrasepsi (Susanti dkk, 2013)
Hasil yang sama didapatkan tingkat pendidikan ibu dengan
pemakaian kontrasepsi modern mempunyai hubungan yang signifikan.
Ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memilih
menggunakan metode kontrasepsi modern dengan efektifitas yang lebih
tinggi (Copollo, 2011). Perbedaan yang terjadi berdasarkan hasil
penelitian di Kecamatan Tegalsari bahwa, semakin rendah pendidikan
seseorang maka semakin mudah untuk dipengaruhi dalam memutuskan
memakai kontrasepsi. Hal ini menunjukkan bahwa orang dengan
pendidikan yang rendah mempunyai kecenderungan untuk lebih mudah
dipengaruhi oleh orang lain.
Hasil penelitian terkait status pekerjaan ibu menunjukkan bahwa
hanya 16,16% ibu yang memakai implant bekerja disektor pertanian,
28,28% dibidang jasa dan sebesar 55,56% sebagai ibu rumah tangga
dan berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan pemakaian implant
(p>0,05). Akan tetapi berdasarkan analisis bivariat dapat disimpulkan
58
bahwa semakain sibuk ibu-ibu justru semakin rendah penggunaan
implant
Wanita yang bekerja cenderung lebih mengatur kesuburannya
sehingga mereka harus memilih kontrasepsi yang paling efektif dan
berlangsung dalam waktu yang lama (Mosha & Ruben, 2013).
Pekerjaan juga memiliki hubungan yang signifikan dan mempunyai
pengaruh yang paling dominan dalam pemakaian alat kontrasepsi
(Anggraeni, 2012).
Jenis pekerjaan seseorang menentukan gaya hidup serta kebiasaan
dari individu. Pekerjaan mempunyai peranan yang cukup erat dengan
pemikiran dan keputusan yang harus dilakukan demi keberlangsungan
karir. Jenis pekerjaan menyangkut berat dan ringannya kategori
pekerjaan mempengaruhi jenis pememakaian kontrasepsi yang
digunakan. Anggapan kontrasepsi yang kurang aman bagi pekerja keras
karena akan menimbulkan efek samping menyebabkan penggunaan
kontrasepsi implant cenderung kurang diminati .
Hasil penelitian terkait paritas menunjukkan bahwa 70,20% pada
paritas ≤2 dan 29,80% pada paritas >2. Secara statistik paritas tidak
mempunyai hubungan yang bermakna dengan didapatkan nilai OR
yang didapatkan 1,07 dengan CI mengandung angka satu dan nilai
(p>0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Erman bahwa paritas tidak mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi
59
dengan penggunaan metode baik jangka panjang maupun jangka
pendek (Erman & Elviani, 2012).
Pengalaman berulang ibu melahirkan mempengaruhi mereka
dalam memutuskan dan memilih jenis kontrasepsi yang lebih efektif
dalam waktu yang lama (Newland, 2001). Penelitian yang dilakukan
oleh Newland sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Alemayehu, wanita yang mempunyai anak >2 mempunyai peluang
lebih besar 3 kali dibandingkan dengan wanita yang mempunyai anak
<2 terbukti dengan nilai OR 2,7 dan CI 1,4-5,1 (Alemayehu dkk.,
2012).
Jumlah anak hidup mempengaruhi pasangan usia subur dalam
menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Pada pasangan
dengan jumlah anak hidup masih sedikit terdapat kecenderungan untuk
menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas rendah, sedangkan
pada pasangan dengan jumlah anak hidup banyak terdapat
kecenderungan menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas
yang lebih tinggi.
6.3 Nilai budaya dan pemakaian implant
Faktor nilai budaya sebanyak 78,57% dengan nilai budaya yang
mendukung dan 21,43% dengan nilai budaya yang tidak mendukung
memakai kontrasepsi implant Didapatkan nilai OR 2,9 dengan CI 1,25-
7,35 dan nilai p<0,05. Secara statistik nilai budaya mempunyai
hubungan yang bermakna dan mempunyai peluang lebih besar 4 kali
60
pada wanita dengan nilai budaya yang mendukung untuk memakai
kontrasepsi implant.
Lingkungan memiliki peranan yang sangat kuat dalam
menentukan tindakan individu. Penelitian di Cimahi mendapatkan hasil
bahwa faktor budaya mempunyai hubungan yang paling dominan
terhadap pemakaian kontrasepsi dengan nilai OR 29,93 dan nilai p=
0,005 (Setyowati, 2010). Penelitian serupa yang dilakukan di Tanzania
mendapatkan hubungan yang signifikan antara agama dengan
pemakaian kontrasepsi dengan nilai OR 2,802 dan p<0,05 (Mosha &
Ruben, 2013).
Hasil yang berbeda didapatkan pada penelitian yang dilakukan di
Ethopia mendapatkan bahwa faktor agama dan nilai budaya tidak
mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemakaian kontrasepsi
implant (Alemayehu dkk., 2012). Penelitian serupa di Turkey
mendapatkan hasil yang berbeda bahwa agama dan budaya
mempengaruhi mereka dalam memutuskan untuk memilih jenis
kontrasepsi karena kepercayaan bahwa agama dan kebudayaan mereka
melarang jenis kontrasepsi tertentu (Sahin, 2003).
Sosial budaya merupakan kondisi yang diciptakan untuk
mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat yang mencakup semua
bidang, Usaha untuk mempengaruhi perilaku seseorang akan lebih
mudah dan efektif jika menyentuh nilai dan budaya dari masyarakat
tersebut terlebih dahulu. Sebagian besar dari keyakinan dan agama
61
islam tidak menganjurkan umatnya untuk menggunakan kontrasepsi
modern. Mengatur jarak kelahiran serta mencegah terjadinya kehamilan
dengan menggunakan alat atau metode tertentu merupakan tindakan
yang melawan kehendak Tuhan YME.
6.4 Pengetahuan tentang implant dan pemakaian implant
Pengetahuan pada wanita usia subur 44,95% berpengetahuan
baik, 32,83% berpengetahuan kurang dan 22,22% berpengetahuan
cukup. Hasil yang didapatkan dari analisis bivariat pada pengetahuan
cukup dengan kurang OR yang didapatkan adalah 4,04 sedangkan
pengetahuan baik dengan kurang didapatkan OR=20,42. Setelah
dianalisis secara multivariat variabel dengan pengetahuan cukup
mendapat nilai p=0,063 dan pengetahuan baik p=0,001. Pengetahuan
baik mempunyai hubungan yang bermakna terhadap pemakaian implant
Penelitian yang dilakuan di Makasar tentang rendahnya minat
penggunaan implant didapatkan hasil bahwa pengetahuan mempunyai
hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,000 (Salvina & Hasifah,
2013). Terkait penelitian serupa yang dilakukan di Aceh tentang faktor
yang berhubungan dengan minat ibu dalam menggunakan implant
mendapatkan hasil yang serupa bahwa pengetahuan mempunyai
hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,000 (Adyani, 2013).
Perilaku seringkali dipengaruhi oleh seberapa besar pemahaman
kita atas sesuatu hal, karena hal itu maka pengetahuan seseorang sangat
berkaitan erat dengan perilaku mereka dalam memutuskan tentang
62
upaya untuk meningkatkan kesehatan mereka, pengetahuan memiliki
pengaruh dalam memberikan putusan untuk menggunakan alat
kontrasepsi, dengan nilai p = 0,00 dan OR 2,224 (Mosha & Ruben,
2013). Penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang pada faktor
pengetahuan mempunyai hubungan yang paling dominan dengan nilai
OR=7,9 dan nilai CI 3,1-18,3 (Alemayehu dkk., 2012).
Berbeda dengan penelitian serupa yang dilakukan di Mataram
didapatkan hasil bahwa pengetahuan baik tidak mempunyai hubungan
yang signifikan terhadap pemakaian kontrasepsi pada wanita usia subur
dengan OR=2,1 akan tetapi nilai p>0,05 yaitu p=0,676 yang berarti
secara statistik tidak bermakna (Aryanti, 2014).
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh
Notoatmojo (2010) bahwa pengetahuan merupakan hasil proses belajar
dari seseorang yang dari tidak tahu menjadi tahu, dan seseorang yang
tahu akan mempunyai kecenderungan untuk memilih dan melakukan.
Upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memakai
implant dengan cara memberikan pengetahuan kepada wanita usia
subur dan pasangannya. Pengetahuan yang baik dan benar akan seuatu
hal mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan keputusan
yang diambil. Seseorang yang tahu akan manfaat, kegunaan,
keefektifan serta efek samping dari implant secara benar membuat
wanita PUS yang memilih implant menjadi lebih yakin dan nyaman
untuk memakainya.
63
6.5 Role model dan pemakaian implant
Model peran mempunyai peranan yang sangat penting untuk
psikologis manusia dalam membantu perkembangan yang berfungsi
sebagai pandangan untuk mengambil keputusan tentang hal yang akan
mempengaruhi masa depan (Thomas, 2014). Berdasarkan analisis
univariat pada seluruh responden sejumlah 198 responden terdapat
59,60% tidak ada role model dan sebesar 40,40% ada role model.
Berdasarkan hasil bivariat didapatkan hasil sebesar 71,43% yang ada
role model memakai implant dan 28,57% tidak ada role model yang
tidak memakai implant
Nilai OR=5,3 yang berarti ada role model mempunyai peluang 5
kali lebih besar untuk memakai implant dan secara statistik bermakna
dengan nilai p=0,000 dengan CI 2,38-12,26. Setelah dilakukan analisis
secara multivariat adanya role model mempunyai hubungan sebesar 4
kali dengan nilai p=0,004. Adanya model peran mempunyai pengaruh
yang besar kepada orang lain yang menjadikannya sumber inspirasi
untuk melakukan hal yang sama (Lockwood dkk, 2002). Upaya untuk
mempengaruhi wanita usia subur untuk memakai implant dengan cara
mengikut sertakan tokoh masyarakat atau seseorang yang mampu
menjadi panutan agar memakai implant terlebih dahulu untuk
mempengaruhi masyarakat.
Model peran mempunyai pengaruh yang sangat penting untuk
psikologis manusia dalam membantu perkembangan yang berfungsi
64
sebagai pandangan untuk mengambil keputusan tentang hal yang akan
mempengaruhi masa depan (Thomas, 2014). Seseorang memutuskan
melakukan suatu tindakan dengan memperhatikan orang lain.
Keberhasilan serta manfaat dari keputusan yang diambil menjadikan
daya tarik tersendiri bagi orang lain untuk memilih melakukan hal yang
sama. Kisah sukses dari teman dekat, tokoh idola maupun keluarga
merupakan magnet yang mampu mempengaruhi minat orang lain
untuk memilih melakukan hal yang sama.
6.6 Akses ke fasilitas kesehatan dan pemakaian implant
Faktor yang paling umum mempengaruhi penggunaan kontrasepsi
modern pada masyarakat adalah akses jarak ke pelayanan kesehatan
(Samandari, 2010). Akses, jarak tempuh dan letak geografis daerah
perkotaan atau pedesaan mempengaruhi wanita pasangan usia subur
untuk menentukan jenis kontrasepsi yang digunakan. Mereka yang
mempunyai akses susah dijangkau akan cenderung lebih rendah
penggunaan kontrasepsi jangka panjang, dengan nilai OR=1,21 dan
p=0,05 yang secara statistik bermakna (Puslitbangkes, 2011).
Akses ke fasilitas kesehatan dengan kategori mudah dijangkau
sebesar 89,39% dan kategori susah dijangkau 10,61%. Berdasarkan
hasil analisis bivariat didapatkan nilai OR=1,16, CI= 0,35-5,02 dan
p>0,005, dapat disimpulkan bahwa variabel akses ke fasilitas kesehatan
tidak mempunyai hubungan signifikan yang secara statistik bermakna
dalam pemakaian implant. Akses yang terjangkau merupakan faktor
65
pendukung yang berpengaruh dalam pemakaian implant (Gustikawati,
2014).
Penelitian terkait tentang faktor yang mempengaruhi penggunaan
kontrasepsi mendapatkan bahwa akses yang mudah dijangkau
mempengaruhi seseorang untuk memakai kontrasepsi dengan mendapat
nilai OR=5,228 dan nilai p<0,005 (Ekarini, 2008). Akses yang mudah
dijangkau meliputi jarak kepelayanan kesehatan dengan waktu tempuh
kurang dari tiga puluh menit akan menarik para perempuan untuk
mengunjungi pusat pelayanan KB tersebut, jarak tempat pelayanan
sangat efektif dalam meningkatkan penggunaan kontrasepsi dan
menurunkan kesuburan (Goodman dkk., 2007).
Akses yang mudah menuju tempat yang memberikan fasilitas
pelayanan kesehatan menjadi faktor yang utama sebagai penguat
keinginan ibu untuk memperhatikan kesehatannya. Akses yang mudah
dijangkau bukan hanya kedekatan jarak antara rumah menuju tempat
pelayanan kesehatan, akan tetapi waktu tempuh dan alat transportasi
yang digunakan juga mempunyai peranan penting.
6.7 Informasi dari petugas kesehatan dan pemakaian implant
Penyuluhan dan KIE merupakan bentuk pemberian informasi baik
dari tenaga kesehatan maupun petugas kesehatan yang bertujuan
memberikan bantuan mengenai berbagai masalah yang berkaitan
dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif sehingga
66
calon akseptor mampu mengambil keputusan sendiri mengenai alat atau
metode kontrasepsi yang terbaik untuk dirinya (BKKBN, 2009).
Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa 51,52%
mendapatkan informasi dari petugas kesehatan dan 48,48% tidak
mendapat. Berdasarkan analisis bivariat didapatkan sebanyak 83,33%
kelompok yang memakai implant mendapat informasi dari petugas
kesehatan dengan nilai OR=6,64, CI=2,67-18,66 dan dengan nilai
p=0,000 yang berarti informasi dari petugas kesehatan mempunyai
hubungan yang signifikan terhadap pemakaian implant dan secara
statistik bermakna bahkan setelah dilakukan analisis secara multivariat
didapatkan bahwa informasi dari petugas kesehatan tetap mempunyai
hubungan yang bermakna terhadap pemakaian implant dengan nilai
p=0,000.
Penelitian serupa yang dilakukan di Kecamatan Duampanua
Kabupaten Pinrang Makasar didapatkan hasil yang sama bahwa
terdapat hubungan yang bermakna anatar pemberian informasi dari
petugas kesehatan terhadap pemakaian kontrasepsi hormonal dengan
nilai p=0,006. Pemberian informasi, penyuluhan dan penjelasan tentang
alat kontrasepsi hormonal merupakan bentuk dukungan dari petugas
kesehatan yang berkontribusi sangat besar pada tahap akhir pemakaian
alat kontrasepsi karena penjelasan dan dorongan yang diberikan
(Musdalifah dkk, 2013). Komunikasi dan informasi mempunyai
67
hubungan yang signifikan dengan nilai p = 0,001 (Mosha & Ruben,
2013).
Rendahnya penggunaan kontrasepsi hormonal (implant) karena
tidak mendapatkan informasi yang benar dari petugas kesehatan
melainkan mendapatkan informasi yang salah dan tidak jelas dari teman
atau keluarga yang menimbulkan rasa takut untuk memakai kontrasepsi
implant. Dengan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%
(α=0,05) diperoleh nilai p=0,002, yang berarti informasi dari petugas
mempunyai hubungan yang bermakna terhadap pemakaian kontrasepsi
hormonal (implant) (Salvina & Hasifah, 2013).
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan
Aikmel Kabupaten Lombok didapatkan hasil bivariate dengan uji chi
square didapatkan nilai OR=2,7 yang mempunyai makna bahwa
informasi dari petugas kesehatan mempunyai peluang untuk
meningkatkan pemakaian kontrasepsi, namun secara statistik tidak
bermakna karena nilai p>0,05 (Aryanti, 2014). Penelitian sejalan yang
dilakukan di Buton Sulawesi Tenggara didapatkan hasil yang tidak jauh
berbeda dengan penlitian Aryanti bahwa informasi dari petugas
kesehatan tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap
pemakaian kontrasepsi hormonal implant, dengan nilai p=0,536 (Ode
dkk, 2013).
Informasi yang benar dan sesuai mempunyai pengaruh yang besar
terhadap keputusan akan tindakan seseorang. Informasi dari petugas
68
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat secara terus menerus dan
berkelanjutan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman yang benar akan kesehatan terutama tentang kontrasepsi
implant untuk mencegah terjadinya kesalah pahaman akan manfaat dan
kegunaannya. Informasi yang berulang dari sumber yang dipercaya
mempunyai peranan yang sangat penting. Seseorang yang tahu akan
cenderung melakukan hal yang telah diketahuinya.
Pemberian informasi tidak hanya dihitung dari berapa kali wanita
usia subur dan pasangannya mendapatkan informasi, melainkan
kejelasan dari informasi berpengaruh terhadap pemahaman dari
penerima informasi. Pemberian informasi yang berulang dapat
dijadikan sebagai pengingat kesadaran akan pentingnya kesehatan.
6.8 Dukungan suami dan pemakaian implant
Saling memberikan dukungan dalam memilih dan memutuskan
untuk menggunakan jenis kontrasepsi sangat berpengaruh terhadap
tingkat keberhasilan dalam program keluarga berencana (Ernest dkk,
2007). Perempuan akseptor KB merasa lebih nyaman ketika keputusan
KB diputuskan secara mufakat antara pasangan (Kohan dkk, 2012).
Alasan banyaknya wanita pasangan usia subur yang tidak menggunakan
alat kontrasepsi dikarenakan tidak mendapat dukungan dan tidak
disetujui oleh suami (Sahin, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan 93,94%
mendapat dukungan dari suami dan hanya 6,06% yang tidak
69
mendapatkan dukungan. Hasil analisis bivariat didapatkan OR=3,11
akan tetapi secara statistik tidak bermakna (p>0,05) dan nilai CI dengan
tingkat kepercayaan 95% didapatkan hasil 0,42-137,07 dimana
mengandung angka satu dengan range yang terlalu lebar. Penelitian
tersebut berlawanan dengan penelitian yang dilakukan di Kecamatan
Aikmel Mataram, bahwa dukungan suami mempunyai hubungan yang
bermakna dengan pemakaian kontrasepsi dengan nilai p=0,000 pada
analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square (Aryanti, 2014).
Hasil yang berbeda juga didapatkan pada penelitian yang
dilakukan di Sulawesi bahwa dukungan suami mempunyai hubungan
yang bermakna dengan pemakaian kontrasepsi hormonal (implant) pada
pasangan suami istri, dengan nilai p=0,034. Metode kontrasepsi tidak
akan dipakai oleh istri apabila tidak ada kerjasama dengan suami baik
dukungan secara materi, atensi dan spiritual dan istri akan cenderung
berhenti menggunakan kontrasepsi jika tidak mendapat ijin dan
dukungan dari pasangannya (Ode dkk, 2013). Dukungan suami
mempunyai hubungan yang bermakna terhadap pemakaian kontrasepsi
hormonal (implant) dengan nilai p=0,000 dan merupakan variabel yang
paling bepengaruh (Musdalifah dkk, 2013).
Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam memutuskan
untuk menggunakan atau tidak kontrasepsi serta metode apa yang
sesuai. Kesadaran suami dalam keikutsertaan berpartisipasi dalam
menentukan alat kontrasepsi yang sesuai menenjukkan kepedulian
70
bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya masalah pada
wanita. Partisipasi pria dalam upaya mendukung program KB bukan
hanya dengan mengantar istrinya ke pelayanan kesehatan atau sekedar
memberikan materi finansial akan tetapi dengan ikut mendampingi
pasangannya baik saat pemasangan maupun pada saat penyuluhan.
Pentingnya peranan suami dalam mempengaruhi keputusan wanita
untuk memakai implant mempunyai pengaruh yang sangat besar
sehingga sebaiknya penyuluhan tentang kontrasepsi implant bukan
hanya diberikan kepada ibu-ibu akan tetapi juga kepada pasangannya.
6.9 Keterbatasan penelitian
Penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan kuesioner
terstruktur dalam teknik pengumpulan data, sehingga data yang
didapatkan masih sangat dasar karena responden cenderung hanya
memilih dari jawaban yang tersedia dan tidak berkenan menyebutkan
jawaban lain yang tidak tercantum pada pilihan jawaban dengan
mengisi pilihan jawaban pada option alasan lain.
71
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa pemakaian
kontrasepsi implant di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi pada
tahun 2015 adalah sebesar 21,21%. Faktor yang berhubungan dalam
pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur diantaranya adalah nilai
budaya, pengetahuan tentang implant, role model dan informasi dari petugas
kesehatan. Nilai budaya yang mendukung yang meliputi agama dan
kepercayaan serta adat istiadat jawa mempunyai hubungan yang berkaitan
erat terhadap keputusan yang diambil dalam memilih jenis alat kontrasepsi
apa yang akan digunakan. Pengetahuan yang baik tentang implant akan
mendorong wanita pasangan usia subur untuk memakai implant . Beberapa
akseptor yang diteliti yang tidak memakai implant menyatakan tidak memilih
untuk memakai implant dikarenakan mereka mempunya anggapan yang salah
tentang manfaat serta efek samping yang ditimbulkan dari implant. Adanya
role model yang mempengaruhi minat dari wanita usia subur untuk memakai
implant, baik adanya ajakan dari yang memakai implant atau sekedar melihat
para panutan mereka memakainya. Besarnya akseptor KB yang memakai
implant karena telah mendapat informasi yang benar dari petugas kesehatan.
Dalam penelitian ini factor pengetahuan yang baik tentang implant
72
mempunyai hubungan yang paling besar terhadap pemakaian implant pada
wanita PUS di kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi badan pemberdaya perempuan dan KB
Upaya yang dilakukan dalam usaha untuk meningkatkan capaian
kontrasepsi MKJP di Kabupaten Banyuwangi dengan terobosan memberikan
pelayanan yang diberikan secara cuma-cuma atau gratis yaitu program
“Safari”. Namun masih banyak masyarakat yang tidak tahu dan tidak
mendengar tentang informasi tersebut dan kapan program tersebut diadakan di
desa mereka, sehingga masih banyak wanita PUS yang masih tidak
menggunakan implant karena alasan tidak mengerti dan tidak mempunyai
cukup uang untuk membayar. Pelaksanaan safari sebaiknya disosialisasikan
kepada masyarakat secara menyeluruh dan berulang kali untuk memastikan
semua masyarakat telah mendengar dan mengetahuinya.
7.2.2 Bagi PLKB kecamatan tegalsari dan bidan wilayah
Pentingnya informasi selain dari manfaat kontrasepsi dan kontrasepsi
apa yang sesuai untuk masing-masing calon akseptor hendaknya juga
diinformasikan kapan, dimana dan bagaimana prosedur dari program safari
akan dilaksanakan. Pemberian informasi KIE atau penyuluhan lain sebaiknya
melibatkan suami sehingga infromasi disampaikan bukan hanya pada ibu-ibu
akan tetapi juga pada pasangannya serta pemberian informasi sebaiknya telah
diprogramkan secara rutin berapa bulan sekali dengan memastikan bahwa
semua PUS telah mendapatkan informasi.
73
7.2.3 Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian ini hanya meneliti tentang pemakaian implant pada wanita
PUS di Kecamatan Tegalsari dengan memilih separuh desa sebagai
perwakilan yang mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga jumlah
responden terbatas sehingga kemungkinan hasil tidak tergeneralisir. Bagi
peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti pada semua desa dengan jumlah
sampel yang lebih banyak dan dengan menggunakan metode yang berbeda
yaitu mix method sehingga hasil jawaban bukan hanya diukur dari hasil
kuesioner melainkan juga wawancara secara langsung sehingga hasil yang
diperoleh lebih objektif dan bisa digeneralisir ke masyarakat.
74
Daftar Pustaka
Adyani, D. 2013. “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Minat Ibu dalam
Menggunakan Kontrasepsi Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Ingin Jaya
Kabupaten Aceh Besar”. Aceh. Stikes Ubudiyah.
Affandi, B. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. S. Prof.Dr.dr
Biran Affandi, Editor. Edisi 3. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Aisien, A. O. 2007. Contraception with Levonorgestrel Subdermal Implant s
(Norplant R ) in Benin-City , Nigeria : A 12-year Review. African Journal of
Reproductive Health. Apr: 11(1): 90–97.
Alemayehu, M., Belachew, T., & Tilahun, T. 2012. Factors associated with
utilization of long acting and permanent contraceptive methods among
married women of reproductive age in Mekelle town , Tigray region , north
Ethiopia. BMC Pregnancy and Childbirth. 12(1), 6. doi:10.1186/1471-2393-
12-6
Anggraeni, N. L. G. 2012. "Hubungan Antara Karakteristik Sosiodemografi Ibu
Dengan Pemakaian IUD di Kabupaten Klungkung" (tesis). Denpasar.
Universitas Udayana.
Aryanti, H. 2014. "Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan
kontrasepsi pada wanita kawin usia dini di kecamatan aikmel kabupaten
Lombok Timur" (tesis). Denpasar. Universitas Udayana.
Atikah, P. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. J. Budi, Editor. Edisi pertama.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Bappenas. 2013. Arah Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana
dalam RKP 2012 dan Rancangan RKP 2013. Badan Perencana Pembangunan
Nasional
BKKBN. 2003. Panduan Pelaksanaan KIP / Konseling Kontrasepsi Pria. Jakarta:
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
BKKBN. 2008a. Buku Pedoman Penggarapan Unmet Need di Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Mataram: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
Prov NTB bekerjasama denga ADB-DHS-II.
BKKBN. 2008b. Peran Ulama dibalik Sukses Program KB dan Keshatan
Reproduksi di Provinsi Nusa tenggara Barat. Drs.H Sukardi Mkes, Editor.
Mataram: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Prov NTB
bekerjasama denga ADB-DHS-II. Retrieved from www.bkkbn.go.id/ntb
75
BKKBN. 2009. Panduan Konseling Kesehatan Reproduksi dan KB. Mataram:
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Prov NTB.
BKKBN. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. S. Prof.Dr.dr
Biran Affandi, Editor. Edisi 3. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
BKKBN. 2012. Angka Pemakaian Kontrasepsi Nasional. Retrieved November 9
2014 from http://bkkbn.go.id/kependudukan/survey/
Boeree, George. 2006. Personality Theories. PSychology Departement
Shippensburg University. page 1-9
BPPKB. 2014. Pencapaian KB per mix Kontrasepsi Seluruh Tahapan Keluarga
Sejahtera Tahun 2013. Badan Pemberdaya Perempuan dan Keluarga
Berencana Kabupaten Banyuwangi
BPS. 2014. Trends Angka Fertilitas Total Menurut Provinsi. Retrieved November
10,2014,fromhttp://www.datastatistik-indonesia.com
BPS Kab.Banyuwangi. 2014. Banyuwangi Dalam Angka 2013.Banyuwangi
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi
Copollo, D. A. 2011. "Modernization and Contraception in Kenya from 1998 to
2008-2009" (dissertation). Texas. University of Texas at Arlington.
Dinkes Kab. Banyuwangi. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun
2012. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi
Dinkes Kab. Banyuwangi. 2013. Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun
2013. Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi
Dinkes Prov. Jatim. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Erman, I., & Elviani, Y. 2012. Hubungan Paritas dan Sikap Akseptor KB dengan
Penggunaan Kontrasepsi Jangka Panjang di Kelurahan Muara Enim Wilayah
Kerja Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau Tahun 2012. Jurnal Poltekes
Palembang. 1-6
Ernest Orji, Ebenezeer Ojofeitemi, B. O. 2007. The role of men in family
planning decision-making in rural and urban Nigeria. The European Journal
of Contraception & Reproductive Health Care. Mar: 12(1): 70.
Finer, L. B., & Philbin, J. M. 2012. Trends in ages at key reproductive transitions
in the United States, 1951-2010. Women’s Health Issues : Official
76
Publication of the Jacobs Institute of Women's Health, 24(3), e271–9.
doi:10.1016/j.whi.2014.02.002
Gakidou, E., & Vayena, E. 2007. Use of modern contraception by the poor is
falling behind. PLoS Medicine. Feb 6: 4(2), e31.
doi:10.1371/journal.pmed.0040031
Gebremariam, A., & Addissie, A. 2014. Knowledge and perception on long acting
and permanent contraceptive methods in adigrat town, tigray, northern
ethiopia: a qualitative study. International Journal of Family Medicine, 2014,
878639.
Goodman, D. C., Klerman, L. V, Johnson, K. a, Chang, C.-H., & Marth, N. 2007.
Geographic access to family planning facilities and the risk of unintended
and teenage pregnancy. Maternal and Child Health Journal. Nov 28: 11(2):
145–52.
Gustikawati, D. A. N. 2014. "Faktor Pendukung Dan Penghambat Istri Pasangan
Usia Subur Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Di Puskesmas I
Denpasar Utara" (tesis). Universitas Udayana.
Jacobstein, R., & Polis, C. B. 2014. Progestin-only contraception: injectables and
Implants. Best Practice & Research. Clinical Obstetrics & Gynaecology.
28(6), 795–806.
Johnson, S., Pion, C., & Jennings, V. 2013. Current methods and attitudes of
women towards contraception in Europe and America. Reproductive Health,
10(1), 1.
Kohan, S., Simbar, M., & Taleghani, F. 2012. Empowerment in family planning
as viewed by Iranian women: a qualitative study. Journal of Biosocial
Science, 44(2), 209–19.
Kumala, Lila. 2014. Hubungan Faktor Individu Dengan Kinerja Pegawai Di
Kantor Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Ilmiah Unej.
Kuiper, H., Miller, S., Martinez, E., Loeb, L. 1997. Urban adolescent females ’
views on the IMPLANT and contraceptive decision-making : A double
paradox. Family Planning Perspectives. Jul/Aug. 29(4): 167.
Lockwood, P., Jordan, C. H., & Kunda, Z. 2002. Motivation by positive or
negative role models: Regulatory focus determines who will best inspire us.
Journal of Personality and Social Psychology, 83(4), 854–864.
77
Mcelderry, C. G. 1996. "A Comparison Study of Norplant Use Among
Economically Disadvantaged Women" (dissertation). Alabama. University
of Alabama.
Mosha, I. H., & Ruben, R. 2013. Communication , knowledge , social network
and family planning utilization among couples in Mwanza , Tanzania.
African Journal of Reproductive Health . Sep: 17(3): 57–70.
Musdalifah, Muksen Sarake, R. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemilihan Kontrasepsi Hormonal Pasutri Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lampa Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinarang 2013. Jurnal Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanduin, 1, 1–13.
Nakhaee, N., & Mirahmadizadeh, a.-R. 2002. Five-year continuation rate and
reasons for early removal of Norplant® in Shiraz, Iran. The European
Journal of Contraception & Reproductive Health Care. Dec: 7(4): 223–226.
Newland, L. 2001. The deployment of the prosperous family : Family planning in
West Java. Retrieved from http://search.proquest.com
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rieneka
Cipta.
Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. S. Notoatmodjo,
Editor. Edisi Revisi. Jakarta: Rieneka Cipta.
Ode, W., Arliana, D., Sarake, M., & Seweng, A. 2013. Kontrasepsi Hormonal
Pada Akseptor KB Di Kelurahan Pasarwajo Kecamatan Pasarwajo
Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Jurnal fakultas Kesehatan Masyarakat
Unhas, 1, 1-12.
Pergub Jatim. 2014. Upah Minimum Kabupaten / Kota di Jawa Timur Tahun
2015. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun 2014.
Pokja Sanitasi Kab.Banyuwangi. 2012. Buku Putih Sanitasi Kabupaten
Banyuwangi (Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman 2012).
Banyuwangi: Pokja Sanitasi Kab. Banyuwangi.
Purwoko, E. 2011. Kebijakan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) dalam jampersal, (September), 28–30. Retrieved from
http://www.bkkbn.go.id
Puslitbangkes. 2011. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP di
Enam Wilayah Indonesia. Retrieved from
www.bkkbn.go.id/litbang/pusna/hasilanalislanjut
78
Rattray, C. 1997. The Norplant experience at the University Hospital of the West
Indies. Journal of Obstetric and Gynaecology. Nov : 17(6): 569
Sahin, H. 2003. Reasons for not using family planning methods in Eastern
Turkey. European Journal of Contraception and Reproductive Health care.
Mar : 8(1): 11
Salvina, Hasifah, Suryani, S. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Rendahnya Minat Untuk Menggunakan Metode Kontrasepsi Hormonal (
IMPLANT ) Pada Akseptor KB Di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Jurnal
E-Library Stikes Nani Hasanudin Makasar: 2(4) :1–10.
Samandari, G. 2010. Contraceptive Use in Cambodia : A Multi-Method
Examination of Determinants and Barriers to Modern Contraception"
(dissertation). Chapel Hill. University of North Carolina
Sastroasmoro, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis (4th ed., p.
287). Jakarta: Sagung Seto.
Save, D. C. 2004. Resistance against contraception or medical contraceptive
methods : a Qualitative Study on Women and Men in Instanbul. The
European Journal of Contraception & Reproductive Health Care . Jun: 9(2):
94
Setyowati, T. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat
Kontrasepsi Dalam Rahim Pada Akseptor KB Golongan Resiko Tinggi Di
Puskesmas Wilayah Kec. Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun 2008. Jurnal
Kesehatan Stikes Kartika Ahmad Yani, 1, 1–11.
Sherpa, S. 2012. Knowledge, Attitude, Practice and Preferences of Contraceptive
Methods in Udupi District, Karnataka. Journal of Family and Health
Reproductive. 7 (3): 115-120
Suparmi, S. 2013. Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan KB Menjelang JKN.
AT/ Humas Perwakilan BKKBN Jatim, 22. Retrieved from http://bkkbn.go.id
Susanti, P.Mona Wowor, R. H. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Minat Ibu Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas
Ome Kota Tidore Kepulauan. Ejournal Keperawatan. Agust 1(1): 1-5
Thomas, M. 2014. The Important of Role Models. Health Guidance. Retrieved
November 27, 2014, from http://www.healthguidance.org/entry/13288/1/
The-Importance-of-Role-Models.html
79
Trevvit, J. L. 2010. "Female Reproductive Health in Russia : Demographic and
Behavioral Determinant of Pregnancy Outcomes, Contraceptive Usage and
Repeat Abortion" (dissertation). Baltimore. Johns Hopkins University
Tuner, L.W., Hunt, S.H., Dibrezzo, R.C. J. 2003. Health Belief Model. Jones and
Bartlette Publisher.
UNFPA. 2014. Population Trends. Sept - Nov. Retrieved from
http://www.unfpa.org/ population-trends
UUD. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan. In
UUD no 20 tahun 2003 (pp. 1–33). Jakarta.
WHO. 2007. Family Planning a Global Handbook for Providers (Evidence-b.).
United States Agency for International Development Bureau for Global
Health Office of Population and Reproductive Health.
Winner, B., Peipert, j., Zhao, Q., Buckel, C., Madden, T., Allsworth, J. 2012.
Effectiveness of Long-Acting Reversible Contraception. New England
Journal of Medicine. May 24: 2(1): 1998–2008.
74
Lampiran 1
PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN
TENTANG PENELITIAN YANG AKAN DILAKUKAN
Selamat pagi/siang/sore, Saya Firdawsyi Nuzula Mahasiswi Magister Ilmu
Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, saya akan melakukan penelitian
sebagai syarat dalam menyelesaikan tugas akhir tentang kontrasepsi dengan judul
“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Implant Pada Wanita
Pasangan Usia Subur di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi”.
Pemilihan untuk memakai alat kontrasepsi yang tepat dipengaruhi oleh banyak
faktor. Untuk tujuan tersebut, kami akan menanyakan beberapa pertanyaan.
Kejujuran Anda dalam menjawab pertanyaan akan membantu memberikan data
dan informasi yang benar mengenai fenomena yang terjadi.
Keikutsertaan Anda dalam program ini sangat membantu kami untuk
mengatasi permasalahan kependudukan. Keikutsertaan Anda dalam penelitian ini
bersifat sukarela tanpa adanya unsur paksaan dan apabila Anda merasa tidak
nyaman atau keberatan selama proses maka Anda diperkenankan untuk
mengundurkan diri dari penelitian ini atau menolak menjawab pertanyaan yang
tidak anda kehendaki. Hasil pengisian kuesioner Anda akan dijamin
kerahasiannya serta bersifat anonim dimana form kuesioner yang diisi tidak akan
berisi nama atau identitas Anda, melainkan kode responden.
Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini maka kami akan
melakukan pengisian kuesioner yang akan berlangsung sekitar 20-30 menit.
Kami persilahkan Anda untuk menghubungi kami bila Anda mempunyai
pertanyaan lebih lanjut tentang penelitian ini. Anda bisa menghubungi Firdawsyi
Nuzula (pada nomor telepon 082141839721).
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
Penyataan oleh Responden
Persetujuan untuk berpartisipasi pada penelitian mengenai “Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Implant Pada Wanita Pasangan Usia
Subur di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014”
Bahwa saya telah membaca lembaran informasi yang diberikan kepada saya (atau
telah dibacakan untuk saya), dan saya telah memahami tujuan penelitian ini dan
sifat pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan pada saya.
Saya menyadari bahwa:
1. Saya akan berpartisipasi dalam studi faktor-faktor yang berhubungan dengan
pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur
2. Saya akan diwawancarai oleh petugas lapangan selama 20-30 menit
3. Identitas saya akan dilindungi dengan cara menggunakan kode. Kode ini akan
muncul pada kuesioner yang menyimpan semua informasi yang saya berikan,
tetapi nama saya tidak akan disebutkan di sana.
4. Jawaban-jawaban saya akan dijaga kerahasiaannya selama penelitian.
5. Keikutsertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela dan saya bisa
mengundurkan diri kapanpun saya mau.
6. Saya boleh tidak menjawab suatu pertanyaan, oleh karena alasan apapun.
7. Saya memahami para peneliti akan melakukan setiap langkah yang bisa
dilakukan untuk melindungi kerahasiaan saya.
Saya setuju untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini
Banyuwangi,
Suami,
( )
Responden,
( )
Lampiran 3
DAFTAR PERTANYAAN
PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN IMPLANT
DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN
BANYUWANGI TAHUN 2015
MAHASISWA PASCASARJANA IKM
UNIVERSITAS UDAYANA
KUESIONER KARAKTERISTIK WANITA PUS DAN FAKTOR LAIN
A. Identifikasi Responden
A1 Kode Responden
A2 Nomor Responden
A3 Suku
A4 Agama
A5 Dusun
A6 Desa
B. Identifikasi Pengumpul Data
B1 Nama pengumpul data
B2 Tanggal pengumpulan data - -
B3 Tanda tangan
C. Karakteristik Wanita Pasangan Usia Subur
C1 Berapa umur ibu?
Tanggal/Bulan/Tahun berapa ibu lahir?
Tahun
- -
C2 Apa pendidikan terakhir yang ibu
tempuh?
0. SD/sederajat
1. SMP/sederajat
2. SMA/sederajat
3. PT/sederajat
C3 Apa pekerjaan ibu saat ini?
Jika ibu bekerja, lanjut C4
Jika ibu tidak bekerja, lanjut C5
0 = IRT
1 = Buruh
3 = Petani / perkebunan
3 = Dagang
4 = Lainnya____________
C4 Berapa total penghasilan ibu setiap
bulan?
Rp ______________________
C5 Apa pekerjaan suami ibu saat ini?
1. PNS
2. Petani / perkebunan
3. Karyawan Swasta
4. Buruh
5. Dagang
6. Lainnya____________
C6 Berapa total penghasilan suami ibu setiap
bulan?
Rp ______________________
C7 Jumlah penghasilan total ibu dan suami
setiap bulan (diisi oleh pengumpul data
dengan menjumlahkan C4 dan C6)
Rp ______________________
C8 Berapa jumlah seluruh anak yang pernah
ibu lahirkan?
1. Satu
2. Dua
3. Tiga
4. ≥ Empat
5. Lainya, ____________
C9 Berapa usia anak terkecil ibu saat ini?
____________ bulan / tahun
C10 Berapa jarak kelahiran anak terakhir ibu?
____________ bulan / tahun
D. Riwayat Kontrasepsi
D1 Kontrasepsi apakah yang anda gunakan
saat ini?
1. MOW (Steril)
2. IUD (spiral)
3. Implant (susuk KB)
4. Suntik KB
5. Pil KB
6. Lainnya____________
D2 Berapa lama anda menggunakan alat
kontrasepsi tersebut?
_________ tahun ________ bulan
D3 Apakah anda pernah berganti-ganti
menggunakan alat kontrasepsi?
1. Ya, Lanjut D4
2. Tidak, berhenti
D4 Kontrasepsi apakah yang pernah anda
gunakan sebelumnya?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
1. Pil KB
2. Suntik KB
3. Implant (susuk KB)
4. IUD (spiral)
5. Steril
6. Lainnya____________
D5 Apakah alasan anda berganti alat
kontrasepsi?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
1. Karena timbul efek samping
2. Karena ingin mempunyai anak lagi
3. Karena anjuran suami
4. Tidak tahu
5. Lainnya____________
E. Nilai budaya
E1 Apakah ibu dan pasangan ibu melakukan
musyawarah terlebih dahulu sebelum
memutuskan untuk menentukan jenis
kontrasepsi yang akan dipakai?
1. Ya
2. Tidak
E2 Apakah lingkungan ibu tinggal
mempengaruhi ibu dalam memilih alat
kontrasepsi yang ibu gunakan sekarang?
1. Iya
2. Tidak
E3 Apakah ibu ada perasaan khawatir atau
takut saat memutuskan untuk memakai
alat kontrasepsi?
1. Iya, Lanjut E3
2. Tidak, Lanjut E4
E4 Hal apakah yang menyebabkan ibu
merasa khawatir atau takut?
1. Karena tidak sesuai dengan
keyakinan
2. Tidak diperbolehkan ajaran agama
3. Melanggar norma
4. Melanggar tradisi keluarga
5. Tidak tahu
6. Alasan lain ____________
7.
E5 Apakah tradisi masyarakat di tempat ibu
tinggal menganjurkan untuk memakai
jenis kontrasepsi yang ibu gunakan
sekarang?
1. Iya , Lanjut E5
2. Tidak, Lanjut E6
E6 Apakah jenis kontrasepsi selain yang ibu
gunakan menurut tradisi di lingkungan
ibu diperbolehkan?
1. Iya
2. Tidak
3. Tidak tahu
E7 Apakah alasan tradisi di lingkungan ibu
tidak memperbolehkan kontrasepsi
tersebut?
1. Tidak dianjurkan oleh agama
2. Tidak aman
3. Kurang privasi
4. Tidak tahu
5. Alasan lain ____________
E8 Apakah agama yang ibu anut
memperbolehkan untuk memakai jenis
kontrasepsi yang ibu gunakan sekarang?
1. Iya
2. Tidak
3. Tidak tahu
4. Alasan lain ____________
F. Pengetahuan tentang implant
F1. Kontrasepsi
F11 Apakah ibu pernah mendengar tentang
kontrasepsi jangka panjang (MKJP)?
1. Ya, Lanjut F11
2. Tidak, Lanjut F13
F12 Apa sajakah yang termasuk dalam alat
kontrasepsi jangka panjang?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
1. Pil KB
2. Suntik KB
3. Implant (susuk KB)
4. IUD (spiral)
5. Steril
6. Tidak tahu
7. Lainnya____________
F13 Apakah yang ibu ketahui tentang implant
(susuk)?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
1. Alat kontrasepsi hormonal
2. Alat kontrasepsi jangka panjang
3. Alat kontrasepsi yang dipasang
dilengan
4. Alat kontrasepsi yang bertahan
selama 3- 5 tahun
5. Tidak tahu
6. Lainnya____________
F2. Manfaat kontrasepsi implant
F21 Apakah yang ibu ketahui tentang manfaat
menggunakan implant / susuk?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
1. Mengatur kehamilan
2. Menunda kehamilan
3. Memberhentikan kehamilan
4. Tidak tahu
5. Lainnya____________
F22 Apakah kelebihan implant/susuk
dibandingkan kontrasepsi lain?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
1. Lebih efektif
2. Lebih murah biaya
3. Lebih mudah pemasangannya
4. Lebih aman
5. Tidak tahu
6. Lainnya____________
F3. Efektifitas implant
F31 Implant atau susuk dapat digunakan
dalam jangka waktu berapa lama?
1. 3 bulan
2. 1 tahun
3. 3 tahun
4. 5 tahun
5. Seumur hidup
6. Tidak tahu
7. Lainnya____________
F4. Indikasi dan kontraindikasi
F41 Kapan waktu yang tepat untuk dilakukan
pemasangan implant atau susuk?
1. Selama haid
2. Masa nifas
3. Tujuh hari pertama setelah
keguguran
4. Tidak tahu
5. Lainnya____________
F42 Implant atau susuk tidak dapat digunakan
pada wanita dengan?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
1. Hamil
2. Memiliki riwayat infeksi menular
seksual
3. Aborsi / keguguran
4. Mempunyai riwayat penyakit
keganasan / tumor
5. Tidak tahu
6. Lainnya____________
F5. Efek Samping
F51 Apakah efek samping yang muncul dari
pemakaian implant / susuk?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
1. Perdarahan
2. Gangguan menstruasi
3. Sakit kepala
4. Peningkatan berat badan
5. Tidak tahu
6. Lainnya____________
F52 Apakah yang harus anda lakukan jika
timbul efek samping?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
1. Konsultasi ke pelayanan kesehatan
2. Meminum obat dari warung
3. Membiarkan saja
4. Tidak tahu
5. Lainnya____________
G. Role model
G1 Apakah ibu memiliki anggota keluarga
atau teman yang memakai kontrasepsi
implant(susuk)?
1. Ya, Lanjut G3
2. Tidak, Lanjut G2
G2 Apakah ibu menggunakan implant / susuk
karena seseorang yang ibu idolakan
memakainya atau menyarankannya?
1. Ya
2. Tidak
G3 Apakah keluarga / teman ibu yang
memakai kontrasepsi implant mengajak
ibu untuk memakai kontrasepsi yang
sama (implant/susuk)?
1. Ya
2. Tidak
G4 Siapakah yang paling berpengaruh dalam
keinginan ibu untuk memakai
kontrasepsi implant (susuk)?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
1. Ibu
2. Mertua
3. Kakak perempuan
4. Teman
5. Tetangga
6. Alasan lain, ____________
H. Akses ke fasilitas pelayanan
H1 Berapa jarak dari rumah ibu ke
puskesmas atau tempat yang memberikan
pelayanan KB?
Km
H2 Berapa lama waktu yang dibutuhkan
untuk mencapai puskesmas atau tempat
yang memberikan pelayanan KB?
Menit
H3 Dengan menggunakan kendaraan apa
untuk pergi ke tempat pelayanan KB?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
1. Jalan kaki
2. Sepeda
3. Sepeda motor
4. Angkutan Umum
5. Lainnya____________
H4 Bagaimanakah sarana / akses menuju ke
fasilitas yang melayani KB?
1. Mudah dijangkau
2. Sulit dijangkau
3. Lainnya____________
I. Informasi dari petugas kesehatan
I1 Apakah ibu pernah mendapat informasi
tentang kontrasepsi implant (susuk) dari
petugas kesehatan?
1. Ya , Lanjut I2
2. Tidak, Lanjut I5
I2 Berapa kali ibu mendapatkan informasi
tentang kontrasepsi implant (susuk) dari
petugas kesehatan?
____________ kali
I3
Apakah petugas kesehatan memberikan
informasi tentang implant (susuk) kepada
ibu dengan jelas?
1. Ya
2. Tidak
I4 Apakah ibu paham dengan informasi
yang diberikan oleh petugas kesehatan
tentang implant (susuk)?
1. Ya
2. Tidak
I5 Darimanakah ibu dapat informasi tentang
kontrasepsi implant (susuk)?
1. Teman
2. Saudara
3. Televisi / radio
4. Majalah / koran
5. Lainnya____________
J. Dukungan suami
J1 Apakah suami ibu mendukung ibu untuk
memakai kontrasepsi?
1. Ya, Lanjut J3
2. Tidak, Lanjut J5
J2 Apakah bentuk dukungan yang suami ibu
berikan?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
1. Materi (finansial)
2. Motivasi
3. Spiritual
4. Tidak tahu
5. Lainnya____________
J3 Apakah yang suami ibu lakukan saat ibu
memutuskan untuk memakai kontrasepsi?
(Jawaban bisa lebih dari satu)
1. Mengantar ibu ke pelayanan KB
2. Memberikan uang untuk biaya
3. Mendampingi ibu saat pemasangan
KB
4. Lainnya____________
J4 Apa alasan suami ibu tidak mengijinkan
ibu memakai kontrasepsi?
1. Takut efek samping
2. Tidak tahu manfaatnya
3. Alasan lain, ____________
TERIMAKASIH ATAS PARTISIPASI ANDA
74