Fakhri Hilmi Feb

download Fakhri Hilmi Feb

of 87

description

jurnal auditor

Transcript of Fakhri Hilmi Feb

  • PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN

    SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP

    PENDETEKSIAN KECURANGAN

    (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta)

    Oleh:

    Fakhri Hilmi

    NIM : 105082002659

    JURUSAN AKUNTANSI

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1432 H/ 2011 M

  • iSURAT PERNYATAAN

    Saya yang bertandatangan di bawah ini:

    Nama Mahasiswa : Fakhri Hilmi

    NIM : 1050 8200 2659

    Jurusan : Akuntansi

    Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang

    merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan

    merupakan replikasi maupun saduran dari hasil atau karya penelitian orang lain.

    Apabila terbukti skripsi ini merupakan plagiat atau replikasi maka skripsi

    dianggap gugur dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi

    baru dan kelulusan serta gelarnya dibatalkan.

    Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari

    menjadi tanggung jawab saya.

    Jakarta, 25 Januari 2011

    Fakhri Hilmi

  • ii

    PENG PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN

    SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP

    PENDETEKSIAN KECURANGAN

    (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta)

    SkripsiSebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana EkonomiUniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    Oleh

    Fakhri Hilmi1050 8200 2659

    Di Bawah Bimbingan

    Pembimbing I Pembimbing II

    Prof. Dr. Azzam Jasin, M.B.A. Reskino, SE., Ak., M.Si.NIP: 197708142006042003

    JURUSAN AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA1432 H/2011 M

  • iii

    Hari ini Senin Tanggal 14 Juni 2010 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas

    nama Fakhri Hilmi, NIM : 105082002659 dengan judul skripsi PENGARUH

    PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL

    AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN. Memperhatikan

    penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah

    dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

    pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 14 Juni 2010

    Tim Penguji Ujian Komprehensif

    Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si Zuwesty Eka Putri, SE., M.Ak.Penguji II Penguji III

    Dr. Amilin, SE., Ak., M. SiPenguji I

  • iv

    Hari Senin, Tanggal 07 Maret 2010 telah dilakukan Ujian Skripsi atas

    nama Fakhri Hilmi, NIM: 105082002659, dengan judul skripsi PENGARUH

    PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISME PROFESIONAL

    AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN. Memperhatikan

    penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah

    dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam

    Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Jakarta, 07 Maret 2010Tim Penguji Ujian Skripsi

    Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Rahmawati, SE., MMKetua Sekretaris

    Prof. Dr. Azzam Jasin M.B.A. Reskino, SE., Ak., M.SiPembimbing I Pembimbing II

    Dr. Amilin SE., Ak., M.SiPenguji Ahli

  • vDAFTAR RIWAYAT HIDUP

    A. Data Pribadi

    Nama : Fakhri Hilmi

    Tempat dan Tanggal Lahir : Tangerang, 02 Juni 1987

    Jenis Kelamin : Laki-Laki

    Alamat : Kp. Ketapang No. 12 Rt 02/04

    Cipondoh, Tangerang

    Banten 15147

    No. Telepon : 0856 9770 3428

    Email : [email protected]

    B. Pendidikan

    1. Pendidikan Formal

    - 2005 2011 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Jakarta, Jurusan Akuntansi

    - 2002 2005 : Madrasah Aliyah Negeri 1 Tangerang

    - 1999 2002 : Madrasah Tsanawiyah Negeri 1 Tangerang

    - 1993 1999 : Sekolah Dasar Negeri Petir IV

    2. Pendidikan Informal

    - 2005 2007 : Pondok Pesantren Luhur Sabilussalam, Ciputat

    - 2002 2005 : Pondok Pesantren Salafi Roudlotus Salaam

    C. Pengalaman Kerja

    - Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Bank Niaga, Tahun 2009

    - Accurate Software Implementator, Tahun 2010

    D. Pengalaman Organisasi

    - Keluarga Mahasiswa Pesantren Luhur Sabilussalam (KMPLS)

    - Pengurus Nahdlatul Ulama Ranting Ketapang

  • vi

    PENGARUH PENGALAMAN, PELATIHAN DAN SKEPTISISMEPROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN

    KECURANGAN

    (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Wilayah Jakarta)

    Oleh: Fakhri Hilmi

    ABSTRAK

    Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pengalaman, pelatihan, danskeptisisme profesional auditor eksternal di wilayah Jakarta terhadap pendeteksiankecurangan yang mungkin terjadi dalam suatu perusahaan. Metode pemilihan sampelmenggunakan purposive sampling method, sedangkan metode analisis yang digunakandalam penelitian ini adalah metode regresi berganda.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman berpengaruh terhadap pendeteksiankecurangan dengan tingkat signifikansi 0,000; pelatihan tidak berpengaruh secarasignifikan terhadap pendeteksian kecurangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,519;skeptisisme profesional auditor berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksiankecurangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000; dan pengalaman, pelatihan danskeptisisme profesional secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadappendeteksian kecurangan dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000.

    Kata kunci: Pengalaman, Pelatihan, Skeptisisme Profesional Auditor, PendeteksianKecurangan

  • vii

    THE INFLUENCE OF EXPERIENCE, TRAINING AND SKEPTICALAUDITOR BEHAVIORS ON FRAUD DETECTION

    (Empirical Research on Public Auditor at Jakarta)

    By: Fakhri Hilmi

    ABSTRACT

    The purpose of this research is analysis the influence of experience, training andskeptical auditor behaviors on fraud detection that may occur at the company. Thesampling method used in this research is purposive sampling method, while the analysismethod used to analyze data is multiple regression method.

    The results of this research that experience has a significant influence on frauddetection with a significance rate 0.000; training did not have a significant influence onfraud detection with a significance rate 0.519; skeptical auditor behavior has asignificant influence on fraud detection with a significance rate 0.000; and experience,training, skeptical auditor behaviors have a significant influence simultaneously on frauddetection with a significance rate 0.000.

    Keywords: Experience, Training, Auditor Professional Skepticism, Fraud Detection

  • viii

    KATA PENGANTAR

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

    Alhammdulillaahirobbilalamiin, dengan mengucap syukur kepada Allah

    Subhanahu Wataala yang telah memberikan kesehatan badan dan akal serta

    bimbingan dan perlindungan-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah

    pada junjungan kita Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam tauladan

    sepanjang zaman. Akhirnya penulis dapat menyelesaikan Skripsi berjudul

    Pengaruh Pengalaman, Pelatihan dan Skeptisisme Profesional Auditor

    Terhadap Pendeteksian Kecurangan. Skripsi ini disusun guna memenuhi

    sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi

    Akuntansi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

    Penulis juga banyak mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang

    telah memberikan saran dan kritik yang membangun guna penyempurnaan skripsi

    ini. Selesainya skripsi ini juga tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan,

    bimbingan dan dukungan baik dalam bidang akademis, material dan spiritual dari

    berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

    terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Ayah (Drs. Sukardi M.Pd.), Ibu (Dra. Yiyih Barihah), Adik (Hafiz Farihi,

    Wardatul Ashfia dan Riziq Mubarok) yang telah memberikan semangat dalam

    penyelesaian penyusunan skripsi ini (Im nothing without my family).

    2. Bapak Prof. Dr. Azzam Jasin, M.B.A. selaku Pembimbing I yang selalu

    memberikan arahan kepada penulis sehingga selesainya penelitian ini.

    3. Ibu Reskino, SE., Ak., M.Si., selaku pembimbing II yang telah bersedia

    meluangkan waktu untuk mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi ini.

    4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

    Bisnis.

    5. Ibu Rahmawati,SE., MM, selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

    6. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi

    7. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si. selaku pembimbing akademik

  • ix

    8. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

    memberikan ilmunya kepada penulis selama menuntut ilmu di bangku kuliah

    dan lainnya yang telah membantu penulis selama menuntut ilmu.

    9. Seluruh teman-teman di pesantren, teman kost, dan teman di Fakultas Eknomi

    dan Bisnis khususnya teman-teman di jurusan akuntansi yang telah banyak

    membantu penulis selama menuntut ilmu di kampus dan membantu penulis

    dalam penyelesaian skripsi ini.

    Akhir kata, semoga penelitian ini dapat berguna bagi semuanya, dan

    juga bagi teman teman yang ingin melakukan penelitian berikutnya khususnya

    untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Wassalamualaikum wr.wb

    Jakarta, Januari 2011

    Fakhri Hilmi

  • xDAFTAR ISI

    Surat Pernyataan.................................................................................................... i

    Lembar Pengesahan Skripsi .................................................................................. ii

    Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif............................................................. iii

    Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ........................................................................ iv

    Daftar Riwayat Hidup ........................................................................................... v

    Abstrak .................................................................................................................. vi

    Abstract ................................................................................................................. vii

    Kata Pengantar ......................................................................................................viii

    Daftar Isi................................................................................................................ x

    Daftar Tabel ..........................................................................................................xiii

    Daftar Gambar.......................................................................................................xiv

    Daftar Lampiran .................................................................................................... xv

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang................................................................................................. 1

    B. Perumusan Masalah ......................................................................................... 6

    C. Tujuan dan Manfaat ......................................................................................... 6

    1. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6

    2. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Audit ................................................................................................................ 8

    1. Definisi Audit ............................................................................................ 8

    2. Jenis-Jenis Audit ........................................................................................ 9

    3. Tujuan Pemeriksaan Akuntansi (Audit) .................................................. 11

    4. Jenis-Jenis Auditor .................................................................................. 11

    B. Pengalaman, Pelatihan dan Skeptisisme Profesional Auditor ....................... 13

    1. Pengalaman Auditor ................................................................................ 13

    2. Pelatihan Auditor ..................................................................................... 15

    3. Skeptisisme Profesional Auditor ............................................................. 17

  • xi

    C. Kecurangan (Fraud) ....................................................................................... 19

    1. Jenis-Jenis Kecurangan............................................................................ 21

    2. Pemicu Terjadinya Kecurangan (Fraud).................................................. 22

    3. Teknik Dalam Mencegah Tindakan Kecurangan .................................... 24

    D. Keterkaitan Antar Variabel ............................................................................ 24

    1. Pengalaman Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud)............... 24

    2. Pelatihan Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud) ................... 27

    3. Skeptisisme Profesional Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud) ..... 29

    E. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 36

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 37

    B. Metode Penentuan Sampel............................................................................. 37

    C. Metode Pengumpulan Data............................................................................ 38

    D. Metode Analisis Data..................................................................................... 38

    1. Uji Kualitas Data ..................................................................................... 38

    2. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 40

    3. Uji Hipotesis ............................................................................................ 42

    E. Operasional Variabel Penelitian .................................................................... 44

    BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................... 48

    1. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................. 48

    2. Demografi Responden ............................................................................. 50

    B. Uji Kualitas Data ........................................................................................... 53

    1. Uji Validitas ............................................................................................. 53

    2. Uji Reliabilitas ......................................................................................... 57

    C. Uji Asumsi Klasik.......................................................................................... 57

    1. Uji Normalitas ......................................................................................... 57

    2. Uji Multikolonieritas ............................................................................... 59

    3. Uji Heteroskedastisitas ............................................................................ 59

  • xii

    D. Hasil Uji Hipotesis......................................................................................... 61

    1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................................... 61

    2. Hasil Uji Regresi Secara Parsial (Uji t) ................................................... 62

    3. Hasil Uji Signifiknsi Simultan (Uji F) ..................................................... 65

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan .................................................................................................... 66

    B. Implikasi ........................................................................................................ 67

    C. Keterbatasan dan Saran.................................................................................. 68

    1. Keterbatasan ............................................................................................ 68

    2. Saran ........................................................................................................ 68

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 70

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Nomor 2.1 Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan .............................................. 17

    Nomor 2.2 Penelitian Terdahulu ....................................................................... 32

    Nomor 3.1 Operasional Variabel Penelitian ..................................................... 46

    Nomor 4.1 Wilayah dan Nama KAP ................................................................ 49

    Nomor 4.2 Sample dan Tingkat Pengembalian Kuesioner ............................... 49

    Nomor 4.3 Jenis Kelamin Responden ............................................................... 50

    Nomor 4.4 Pendidikan Responden.................................................................... 51

    Nomor 4.5 Jabatan Responden.......................................................................... 52

    Nomor 4.6 Lama Berprofesi Sebagai Auditor .................................................. 52

    Nomor 4.7 Uji Validitas Pengalaman ............................................................... 53

    Nomor 4.8 Uji Validitas Pelatihan .................................................................... 54

    Nomor 4.9 Uji Validitas Skeptisisme Profesional Auditor............................... 54

    Nomor 4.10 Uji Validitas Skeptisisme Profesional Auditor (Setelah

    Pengeliminasian Pertanyaan Kuesioner Yang Tidak Valid)

    55

    Nomor 4.11 Uji Validitas Pendeteksian Kecurangan ......................................... 56

    Nomor 4.12 Hasil Uji Reliabilitas....................................................................... 57

    Nomor 4.13 Uji Multikolonieritas ...................................................................... 59

    Nomor 4.14 Uji Koefisien Determinasi (R2) ...................................................... 61

    Nomor 4.15 Uji Regresi Secara Parsial (Uji t).................................................... 62

    Nomor 4.16 Uji Signifiknsi Simultan (Uji F) ..................................................... 65

  • xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Nomor 2.1 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 36

    Nomor 4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot......................... 58

    Nomor 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Grafik

    Scatterplot ....................................................................................... 60

  • xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kuesioner Penelitian .......................................................................72

    Lampiran 2 Matriks Tabulasi Data Penelitian....................................................78

    Lampiran 3 Hasil Uji Data Penelitian Dengan Software SPSS .........................82

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Audit dirancang untuk memberikan keyakinan bahwa laporan

    keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji (mistatement) yang material dan

    juga memberikan keyakinan yang memadai atas akuntabilitas manajemen atas

    aktiva perusahaan. Salah saji itu terdiri dari dua macam yaitu kekeliruan

    (error) dan kecurangan (fraud). Kasus-kasus skandal akuntansi dalam tahun-

    tahun belakangan ini memberikan bukti lebih jauh tentang kegagalan audit

    yang membawa akibat serius bagi masyarakat bisnis. Kasus seperti itu terjadi

    pada perusahaan besar seperti Enron, Global Crossing, dan Worldcom di

    Amerika Serikat yang mengakibatkan kegemparan besar dalam pasar modal,

    kasus serupa juga terjadi di Indonesia seperti yang terjadi pada PT Kimia

    Farma. Meski beberapa salah saji yang terjadi belum tentu terkait dengan

    kecurangan, tetapi faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan kecurangan oleh

    manajemen terbukti ada pada kasus-kasus ini.

    Faktor pengalaman memegang peranan yang penting agar auditor

    dapat mendeteksi adanya tindak kecurangan, karena pengalaman yang lebih

    akan menghasilkan pengetahuan yang lebih (Christ, 1993 dalam Noviyani dan

    Bandi, 2002). Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan

    pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik

    daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan cukup atas tugasnya.

  • 2Libby (1995) dalam Koroy (2005) menyatakan bahwa pekerjaan auditor

    adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expertise). Semakin

    berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan

    kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks, termasuk

    dalam mengungkap tindakan kecurangan (fraud) yang kerap terjadi dalam

    suatu perusahaan.

    Penelitian Sularso dan Naim (1999) tentang analisis pengaruh

    pengalaman akuntan pada pengetahuan dan penggunaan intuisi dalam

    mendeteksi kekeliruan didapat hasil akuntan pemeriksa berpengalaman

    memiliki ketelitian yang lebih tinggi mengenai kekeliruan, dan akuntan

    pemeriksa berpengalaman menggunakan intuisi lebih banyak dibandingkan

    dengan akuntan pemeriksa yang tidak berpengalaman.

    Penelitian yang hampir sama tentang pengalaman auditor juga

    dilakukan oleh Noviyani dan Bandi (2002). Penelitian dilakukan untuk

    melihat pengaruh pengalaman dan pelatihan terhadap struktur pengetahuan

    auditor tentang kekeliruan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pengalaman

    akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang jenis

    kekeliruan. Hal senada juga ditemukan pada penelitian Bulchia (2008) yang

    menemukan bahwa auditor yang memiliki pengalaman cenderung lebih dapat

    mendeteksi kecurangan dibanding dengan auditor yang memiliki kurang

    pengalaman.

    Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional,

    auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan tersebut dapat berupa

  • 3kegiatan-kegiatan seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan dan

    kegiatan penunjang keterampilan lainnya. Melalui program pelatihan para

    auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri

    dengan perubahan situasi yang akan ditemui (Noviyani dan Bandi, 2002).

    Lebih jauh, Noviyani dan Bandi (2002) juga mendapatkan hasil bahwa

    pelatihan lebih yang didapatkan oleh auditor akan memberikan pengaruh yang

    signifikan terhadap perhatian auditor pada departemen tempat kekeliruan

    terjadi.

    Eynon dkk (1994) dalam Noviyani dan Bandi (2002) mengatakan

    bahwa pelatihan perlu dilakukan untuk membangun kesuksesan akuntan dan

    pendapat Boner dan Walker (1994) dalam Noviyani dan Bandi (2002) yang

    menyatakan bahwa pengalaman yang didapat dari program khusus, dalam hal

    ini melalui program pelatihan mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam

    peningkatan keahlian daripada yang didapat dari program tradisional, dalam

    hal ini hanya dengan kurikulum yang ada tanpa pelatihan.

    Fullerton dan Durtschi (2004) melakukan penelitian mengenai

    pengaruh skeptisisme profesional auditor dan pelatihan auditor terhadap

    kemampuan auditor dalam mengungkap kecurangan dan mendapatkan hasil

    bahwa dalam jangka pendek pelatihan auditor akan membuat kemampuan

    auditor internal untuk dapat mengungkap kecurangan menjadi meningkat.

    Noviyanti (2007) dalam Herman (2009) menyatakan bahwa seorang

    auditor dalam menjalankan penugasan audit di lapangan, seharusnya tidak

    hanya sekedar mengikuti prosedur audit yang tertera dalam program audit,

  • 4tetapi juga harus disertai dengan sikap skeptisisme profesional sebagai sikap

    auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan

    evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Seorang auditor yang tidak skeptis,

    tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan mengajukan

    pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi mengenai objek

    yang dipermasalahkan. Tanpa menerapkan skeptisisme profesional, auditor

    hanya akan menemukan salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan saja dan

    sulit untuk menemukan salah saji yang disebabkan oleh kecurangan, karena

    kecurangan biasanya akan disembunyikan oleh pelakunya.

    Fullerton dan Durtschi (2004) menemukan bahwa auditor yang

    memiliki sikap skeptisisme profesional yang tinggi akan membuat auditor

    tersebut untuk selalu mencari informasi yang lebih banyak dan lebih

    signifikan daripada auditor yang memiliki tingkat skeptisisme profesional

    yang rendah, dan hal ini mengakibatkan auditor yang memiliki tingkat

    skeptisisme profesional yang tinggi akan lebih dapat mendeteksi adanya fraud

    karena informasi tambahan yang mereka miliki tersebut.

    Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Herman

    (2009), dan Fullerton dan Durtschi (2004). Herman (2009) meneliti tentang

    pengaruh pengalaman dan skeptisisme profesional auditor terhadap

    pendeteksian kecurangan, sedangkan Fullerton dan Durtschi (2004) meneliti

    tentang pengaruh skeptisisme profesional auditor terhadap kemampuan

    mendeteksi kecurangan.

  • 5Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yaitu:

    Fullerton dan Durtschi (2004) melakukan penelitiannya di Canada, Amerika

    Serikat sedangkan penelitian ini dilakukan di Jakarta, Indonesia. Fullerton dan

    Durtschi (2004) mengambil sampel penelitian terbatas hanya pada auditor

    internal sedangkan penelitian ini mengambil sampel hanya pada auditor

    eksternal, karena tanggung jawab untuk dapat mengungkap kecurangan

    (fraud) bukan hanya milik auditor internal namun juga auditor eksternal.

    Perbedaan lainnya antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

    bahwa Herman (2009) dan Fullerton dan Durtschi (2004) menggunakan 2

    variabel independen, yaitu: Herman (2009) menggunakan variabel

    pengalaman dan skeptisisme profesional auditor serta Fullerton dan Durtschi

    (2004) menggunakan variabel skeptisisme profesional auditor dan pelatihan

    auditor. Sedangkan penelitian ini menggunakan 3 variabel independen, yaitu:

    pengalaman, pelatihan, dan skeptisisme profesional auditor. Penggunaan

    ketiga variabel tersebut dirasa perlu oleh peneliti mengingat kemampuan

    auditor untuk dapat mendeteksi kecurangan didapat bukan saja dari teori

    pemeriksaan akuntansi (auditing) yang didapatnya selama masa kuliah, tetapi

    lebih banyak didapat dari pengalaman selama melakukan audit dan dari

    pelatihan yang diikutinya sehingga pengetahuan dan wawasan auditor

    mengenai kecurangan (fraud) bertambah. Selain itu, auditor harus memiliki

    sikap skeptisisme profesional agar auditor dapat mendeteksi kecurangan,

    bahkan American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) memberi

  • 6penekanan khusus mengenai skeptisisme profesional tersebut dalam SAS No.

    99.

    Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis merasa tertarik untuk

    meneliti lebih jauh mengenai Pengaruh Pengalaman, Pelatihan dan

    Skeptisisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan.

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas,

    penulis mencoba membahas dan membatasi permasalahan. Adapun

    perumusan masalah di dalam penelitian ini adalah:

    1. Apakah pengalaman auditor berpengaruh secara signifikan terhadap

    pendeteksian kecurangan?

    2. Apakah pelatihan auditor berpengaruh secara signifikan terhadap

    pendeteksian kecurangan?

    3. Apakah skeptisisme profesional auditor berpengaruh secara signifikan

    terhadap pendeteksian kecurangan?

    4. Apakah pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor

    berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian kecurangan?

    C. Tujuan dan Manfaat

    1. Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan

    yang hendak di capai dalam penelitian ini antara lain :

  • 7a. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh pengalaman auditor

    terhadap pendeteksian kecurangan.

    b. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh pelatihan auditor

    terhadap pendeteksian kecurangan.

    c. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh skeptisisme

    profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan.

    d. Untuk menguji secara empiris mengenai pengaruh pengalaman,

    pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap pendeteksian

    kecurangan.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Memberikan kontribusi pada pengembangan teori auditing, terutama

    kajian mengenai pendeteksian kecurangan yang terjadi pada

    perusahaan oleh auditor eksternal.

    b. Memberikan pemahaman dan kesadaran mengenai pengaruh

    pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor terhadap

    kemampuan auditor untuk dapat mendeteksi kecurangan.

    c. Dapat dijadikan referensi bagi pihak-pihak yang akan melakukan

    penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pengalaman, pelatihan dan

    skeptisisme profesional auditor terhadap kemampuan auditor untuk

    mendeteksi kecurangan.

  • 8BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Audit

    1. Definisi Audit

    Pengertian audit yang terdapat dalam report of the Comittee on

    Basic Auditing Concept of the American Accounting Association

    (Accounting Review, vol. 47) dalam Boynton, Johnson dan Kell (2006:4)

    adalah sebagai berikut:

    Audit is a systematic process of objectively obtaining andevaluating evidence regarding assertions about economic actions andevents to ascertain the degree of correspondence between those assertionsand established criteria and communicating the results to interested users.

    Sedangkan definisi audit yang dikemukakan oleh Elder, Beasley

    dan Arens (2008:4) adalah:

    Audit is the accumulation and evaluation of evidence aboutinformation to determine and report on the degree of correspondencebetween the information and established criteria. Auditing should be doneby a competent, independent person.

    Dari kedua definisi di atas dapat diperoleh pengertian bahwa

    kegiatan pemeriksaan akuntansi (audit) merupakan suatu proses sistematis

    yang berupa rangkaian langkah atau prosedur logis, berkerangka dan

    terorganisasi untuk dapat mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti

    audit. Pengumpulan bukti audit tersebut dilakukan secara objektif dan

    dengan sikap yang profesional dan independen, lalu auditor tersebut harus

    dapat menilai kesesuaian antara laporan keuangan yang dikeluarkan oleh

  • 9perusahaan yang diaudit dengan standar akuntansi yang berlaku

    berdasarkan temuan dan bukti audit yang berhasil dikumpulkan dan

    dievaluasi oleh auditor. Setelah auditor tersebut memberi penilaian atas

    kesesuaian laporan keuangan auditee dengan standar keuangan yang

    berlaku, maka kemudian auditor akan menyampaikan hasil laporan

    auditnya kepada pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan

    perusahaan seperti kreditor, investor, maupun para pemegang saham.

    2. Jenis-Jenis Audit

    Boynton, Johnson dan Kell (2006:5) membagi jenis-jenis audit

    menjadi 3 bagian, yaitu:

    a. Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit)

    Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit) berkaitan

    dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-

    laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat

    apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai

    dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi

    yang berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principles).

    b. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

    Audit kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan kegiatan

    memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk meneteapkan apakah

    kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan

    persyaratan, ketentuan atau peraturan tertentu. Kriteria yang

    ditetapkan dalam audit jenis ini berasal dari berbagai sumber. Sebagai

  • 10

    contoh, manajemen dapat mengeluarkan kebijakan atau ketentuan

    yang berkenaan dengan kondisi kerja, partisipasi dalam program

    pensiun, serta pertentangan kepentingan.

    c. Audit Operasional (Operational Audit)

    Audit operasional (Operational Audit) atau audit manajemen

    (Management Audit) adalah pengevaluasian terhadap efisiensi dan

    efektivitas operasi perusahaan. Dalam konteks audit manajemen,

    manajemen meliputi seluruh operasi internal perusahaan yang harus

    dipertanggungjawabkan kepada berbagai pihak yang memiliki

    wewenang yang lebih tinggi. (Bayangkara, 2008:2)

    Ketiga jenis audit yang disebutkan di atas pada dasarnya memiliki

    kegiatan inti yang sama, yaitu untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara

    fakta yang terjadi dengan standar yang telah ditetapkan. Audit laporan

    keuangan (financial statement audit) menetapkan tingkat keseuaian antara

    laporan keuangan dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK),

    audit kepatuhan (compliance audit) menetapkan tingkat kesesuaian antara

    suatu pelaksanaan dan kegiatan pada perusahaan dengan peraturan yang

    berlaku seperti peraturan pemerintah, ketetapan manajemen atau peraturan

    lainnya, sedangkan audit operasional (operational audit) menetapkan

    tingkat kesesuaian antara operasional usaha pada bagian tertentu di

    perusahaan dengan tingkat efisiensi dan efektivitas yang telah ditetapkan

    manajemen.

  • 11

    3. Tujuan Pemeriksaan Akuntansi (Audit)

    Tujuan pemeriksaan akuntansi sebagaimana yang dijelaskan oleh

    Bayangkara (2008:7) adalah sebagai berikut:

    Audit keuangan dilakukan untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporankeuangan yang disajikan oleh perusahaan (manajemen) telah disusunmelalui proses akuntansi yang berlaku umum dan menyajikan dengansebenarnya kondisi keuangan perusahaan pada tanggal pelaporan dankinerja manajemen pada periode tersebut. Dari hasil audit ini kemudianakuntan (auditor) memberikan opini sebagai tanda pengesahan atas laporantersebut, untuk dapat digunakan oleh sebagian besar pemakai laporankeuangan.

    Sedangkan menurut AICPA dalam SAS No. 1, tujuan pemeriksaan

    akuntansi adalah:

    The objective of the ordinary examination of financial statement by theindependent auditor is the expression of an opinion on the fairness withwhich they present, in all material respects, financial position, results ofoperations, and cash flows in conformity with generally acceptedaccounting principles.

    Jadi, tugas utama auditor eksternal adalah untuk dapat membuat

    penilaian mengenai laporan keuangan perusahaan apakah sudah sesuai

    dengan standar akuntansi yang berlaku dan juga untuk memberi penilaian

    bahwa laporan keuangan tersebut telah bebas dari salah saji material baik

    yang disebabkan oleh kekeliruan (error) maupun kecurangan (fraud).

    4. Jenis-Jenis Auditor

    Secara umum Elder, Beasley dan Arens (2008:14)

    mengklasifikasikan auditor menjadi 4 jenis, yaitu:

    a. Akuntan Publik Terdaftar

    Akuntan publik menjual jasa terutama dalam bidang pemeriksaan

    laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya juga menjual jasanya

  • 12

    sebagai konsultasi pajak, konsultan di bidang manajemen, penyusunan

    sistem akuntansi serta penyusunan laporan keuangan.

    b. Auditor Pemerintah

    Auditor pemerintah merupakan auditor yang bekerja pada pemerintah

    yang tugasnya tidak berbeda dengan tugas Kantor Akuntan Publik

    (KAP). Selain mengaudit informasi laporan keuangan seringkali

    melakukan evaluasi efisiensi dan efektifitas operasi sebagai program

    pemerintah dan BUMN.

    c. Auditor Pajak

    Auditor pajak merupakan auditor-auditor khusus dalam Kantor

    Akuntan Publik (KAP) dan penyidikan pajak (Karipka) yang

    mempunyai tanggung jawab melakukan audit terhadap para wajib

    pajak tertentu untuk menilai apakah telah memenuhi ketentuan

    perundangan perpajakan

    d. Auditor Intern

    Auditor intern merupakan auditor yang bekerja di satu perusahaan

    untuk melakukan audit bagi kepentingan menejemen perusahaan.

    Auditor intern wajib memberikan informasi yang berharga bagi

    manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

    operasi perusahaan.

    Perbedaan antara keempatnya terletak pada tugas dan tempat kerja

    dimana auditor tersebut bekerja, auditor yang bekerja untuk suatu

    perusahaan disebut auditor internal, auditor yang bekerja pada lembaga

  • 13

    pemerintahan disebut auditor pemerintah, auditor yang bekerja sebagai

    lembaga tersendiri disebut auditor eksternal, sedangkan auditor yang

    bertugas untuk melakukan penyidikan pajak disebut auditor pajak.

    B. Pengalaman, Pelatihan dan Skeptisisme Profesional Auditor

    1. Pengalaman Auditor

    Menurut The Oxford English Dictionary (1978) pengalaman adalah

    pengetahuan atau keahlian yang didapat dari pengamatan langsung atau

    partisipasi dalam suatu peristiwa dan aktivitas yang nyata, sedangkan

    menurut Longman Advanced American Dictionary (2008) pengalaman

    adalah kejadian dan pengetahuan yang dialami atau dibagi kepada orang

    lain dalam kelompok tertentu. Dari dua pengertian di atas dapat diambil

    pengertian bahwa pengalaman merupakan pengetahuan, keahlian atau

    kejadian yang dialami sendiri atau orang lain yang terjadi dalam suatu

    peristiwa dan aktivitas yang nyata.

    Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan

    pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan

    formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang

    membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.

    Sedangkan menurut Suraida (2005), pengalaman audit dapat diartikan

    sebagai pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan keuangan baik

    dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah

    ditangani. Pengalaman audit akan membentuk seorang akuntan publik

    menjadi terbiasa dengan situasi dan keadaan dalam setiap penugasan.

  • 14

    Herliansyah dan Ilyas (2006) menyatakan bahwa pengalaman kerja telah

    dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja

    akuntan publik sehingga faktor pengalaman dimasukkan sebagai salah satu

    persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik (SK Menkeu

    No. 43/KMK.017/1997).

    Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas

    kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang

    sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan

    tersebut, dan semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang,

    pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas dan memungkinkan

    peningkatan kinerja auditor.

    Pengalaman berdasarkan lama bekerja merupakan pengalaman

    auditor yang dihitung berdasarkan satuan waktu. Sehingga auditor yang

    telah lama bekerja sebagai auditor dapat dikatakan auditor yang

    berpengalaman. Karena semakin lamanya bekerja menjadi auditor, maka

    akan dapat menambah dan memperluas pengetahuan auditor di bidang

    akuntansi dan auditing.

    Begitu pula dengan banyaknya jumlah penugasan yang telah

    dilakukan oleh auditor dapat meningkatkan pengetahuan karena adanya

    kompleksitas transaksi keuangan perusahaan yang diaudit. Pengalaman

    berdasarkan lama bekerja dan banyaknya jumlah penugasan saling

    berkaitan erat, karena semakin lamanya seseorang menjadi auditor,

    tentunya jumlah penugasan yang pernah dilakukan pun akan semakin

  • 15

    banyak. Libby (1995) dalam Koroy (2005) menyatakan bahwa pekerjaan

    auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian (expertise). Semakin

    berpengalaman seorang auditor maka semakin mampu dia menghasilkan

    kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin kompleks,

    termasuk dalam mengungkap tindakan kecurangan (fraud) yang kerap

    terjadi dalam suatu perusahaan. Dan menurut Mayangsari (2003) auditor

    yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal pendeteksian

    kesalahan, memahami kesalahan secara akurat dan mencari penyebab

    kesalahan.

    2. Pelatihan Auditor

    Definisi pelatihan menurut Tanjung dan Arep (2002) dalam

    Bulchia (2008) adalah sebagai berikut:

    Pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan sumber dayamanusia, terutama dalam hal pengetahuan (knowledge), kemampuan(ability), keahlian (skill) dan sikap (attitude).

    Pelatihan merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang

    tujuannya untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan khusus

    seseorang atau kelompok orang (Notoatmodjo, 1998 dalam Ayuni, 2008).

    Pelatihan adalah suatu proses pendidikan jangka pendek yang

    menggunakan prosedur sistematis dan terorganisir dimana staf

    mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan yang

    terbatas (Mangkunegara, 2000 dalam Ayuni, 2008).

    Berdasarkan kedua pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan

    bahwa pelatihan merupakan suatu proses pendidikan jangka pendek guna

  • 16

    memperoleh dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang

    khusus agar mampu untuk melakukan sesuatu. Pengetahuan yang harus

    dimiliki dan didapat oleh auditor tersebut yaitu pengetahuan mengenai hal-

    hal yang berkaitan dengan tindakan kecurangan (fraud), sehingga tindak

    kecurangan (fraud) yang kerap terjadi dalam suatu organisasi dapat

    dicegah dan di deteksi keberadaannya.

    Pelatihan di bidang fraud auditing merupakan salah satu kegiatan

    pengembangan auditor untuk meningkatkan kualitas auditnya. Dengan

    adanya pelatihan ini, diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan

    produktifitas auditor, yang pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas

    Kantor Akuntan Publik (KAP) secara keseluruhan. Sebaiknya pelatihan

    dan pengembangan auditor dilakukan secara berkala dan teratur.

    Pelatihan perlu dibedakan dari pendidikan. Menurut Notoatmodjo

    (1998) dalam Ayuni (2008) pendidikan adalah suatu proses pengembangan

    kemampuan ke arah yang diinginkan. Pendidikan di sini adalah pendidikan

    jangka panjang atau pendidikan formal yang telah didapat oleh seorang

    auditor. Sedangkan pendidikan jangka pendek disebut dengan pelatihan.

    Perbedaan istilah pendidikan dan pelatihan dalam suatu institusi secara

    teori dapat dilihat pada tabel berikut:

  • 17

    Tabel 2.1Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan

    No. Uraian Pendidikan Pelatihan

    a Pengembangan Kemampuan Menyeluruh Spesifik

    b Area KemampuanKognitif, afektif

    dan psikomotorPsikomotor

    c Jangka waktu pelaksanaan Panjang Pendek

    d Materi yang diberikan Lebih umum Lebih khusus

    ePenekanan penggunaan

    metode belajar mengajarKonvensional Inkonvensional

    f Penghargaan akhir proses Gelar Sertifikat

    3. Skeptisisme Profesional Auditor

    Skeptisme profesional (professional scepticism) sebagaimana yang

    didefinisikan dalam PSA No. 70 tentang pertimbangan atas kecurangan

    dalam audit laporan keuangan adalah (PSA No. 70, paragraf 27):

    Suatu sikap yang mencakup pikiran bertanya dan penentuan secara kritisbukti audit

    Sedangkan AICPA mendefinisikannya sebagai berikut (AU 316):

    Professional skepticism in auditing implies an attitude that includes aquestioning mind and a critical assessment of audit evidence without beingobsessively suspicious or skeptical. The Auditors are expected to exerciseprofessional skepticism in conducting the audit, and in gathering evidencesufficient to support or refute managements assertion

    Hurtt, Eining, dan Plumlee (2003) dalam Kopp, dkk (2003) telah

    membangun sebuah model yang dapat menguraikan masalah skeptisisme

    profesional dalam konteks audit laporan keuangan ini. Model yang mereka

    buat tersebut mengatakan bahwa skeptisisme profesional auditor terdiri

    dari 6 karakteristik, yaitu: (1) Pikiran yang selalu bertanya-tanya, (2) tidak

  • 18

    cepat mengambil keputusan, (3) selalu mencari tahu, (4) mengerti antar-

    perorangan (5) percaya diri, dan (6) memiliki keteguhan hati. Kemudian

    keenam hal ini akan membawa seorang auditor pada 4 peningkatan sikap

    skeptis, yaitu peningkatan dalam hal pencarian tambahan, pendeteksian

    hal-hal yang kontradiktif, alternatif hal-hal yang mungkin terjadi, dan

    penelitian cermat atas keandalan suatu sumber.

    Skeptisisme profesional perlu dimiliki oleh auditor terutama pada

    saat memperoleh dan mengevaluasi bukti audit. Auditor tidak boleh

    mengasumsikan begitu saja bahwa manajemen adalah tidak jujur, tetapi

    auditor juga tidak boleh mengasumsikan bahwa manajemen sepenuhnya

    jujur (IAI, 2000, SA Seksi 230; AICPA, 2002, AU 230). Pernyataan yang

    hampir sama juga terdapat pada ISA No. 200 (IFAC, 2004) yang

    mengatakan bahwa auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit

    dengan sikap skeptisisme profesional, dengan mengakui bahwa ada

    kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan.

    Skeptisisme profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor

    dalam melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran

    yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis

    terhadap bukti audit. Karena bukti audit dikumpulkan dan dinilai selama

    proses audit, maka skeptisisme profesional harus digunakan selama proses

    tersebut (IAI, 2000, SA seksi 230; AICPA, 2002, AU 230). Skeptisisme

    merupakan manifestasi dari obyektivitas. Skeptisisme tidak berarti

    bersikap sinis, terlalu banyak mengkritik, atau melakukan penghinaan.

  • 19

    Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa

    skeptisisme profesional auditor adalah sikap seorang auditor yang

    seimbang antara curiga dan percaya atas informasi yang didapatnya selama

    proses audit yang dilakukan.

    C. Kecurangan (Fraud)

    Deteksi kecurangan mencakup identifikasi indikator-indikator

    kecurangan yang memerlukan tindak lanjut auditor untuk melakukan

    investigasi. Koroy (2008) menyatakan bahwa pendeteksian kecurangan bukan

    merupakan tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor. Atas literatur yang

    tersedia, dapat dipetakan empat faktor yang teridentifikasi yang menjadikan

    pendeteksian kecurangan menjadi sulit dilakukan sehingga auditor gagal

    dalam usaha mendeteksi. Faktor-faktor penyebab tersebut adalah:

    1. Karakteristik terjadinya kecurangan

    2. Standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan

    3. Lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit

    4. Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam pendeteksian

    kecurangan.

    Identifikasi atas faktor-faktor penyebab, menjadi dasar untuk kita

    memahami kesulitan dan hambatan auditor dalam menjalankan tugasnya

    untuk mendeteksi kecurangan. Meski demikian faktor-faktor itu tidaklah

    menjadi alasan untuk menghindarkan upaya pendeteksian kecurangan yang

    lebih baik.

  • 20

    Kecurangan (fraud) perlu dibedakan dengan kekeliruan (error).

    Perbedaan antara kecurangan (fraud) dan kekeliruan (error) terdapat pada

    tindakan yang mendasarinya, apakah tindakan yang dilakukan dilakukan

    dengan sengaja atau tidak. Kekeliruan dapat dideskripsikan sebagai

    unintentional mistakes (kesalahan yang tidak disengaja). Kekeliruan dapat

    terjadi pada setiap tahap dalam pengelolaan transaksi, dari terjadinya

    transaksi, pendokumentasian, pencatatan, pengikhtisaran hingga proses

    menghasilkan laporan keuangan. Kekeliruan (error) berarti salah saji

    (misstatement) atau hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan

    keuangan yang tidak disengaja. Sedangkan kecurangan sebagaimana yang

    didefinikan oleh AICPA (AU 316) adalah:

    Fraud is an intentional act that results in a material misstatement in financialstatements that are the subject of an audit

    Definisi yang dikemukakan AICPA di atas memberi pengertian bahwa

    kecurangan adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja dan

    mengakibatkan adanya salah saji material dalam laporan keuangan dimana

    laporan keuangan ini adalah subjek utama dalam audit.

    Kesengajaan merupakan salah satu unsur yang harus ada agar suatu

    tindakan dapat dikatakan tindakan kecurangan (fraud). Dan salah satu

    kesulitan terbesar bagi auditor dalam mengungkap fraud adalah bagaimana

    cara mengevaluasi dan menilai apakah salah saji material yang terjadi

    dilakukan dengan dasar kesengajaan atau tidak. Bagaimanapun, kegiatan audit

    bukan ditujukan untuk menentukan adanya kesengajaan atau tidak, kewajiban

    auditor yang paling utama adalah merencanakan dan melaksanakan kegiatan

  • 21

    audit sesuai dengan peraturan yang berlaku untuk mendapatkan bukti yang

    cukup dan memadai untuk kemudian dapat menilai apakah laporan keuangan

    audittee bebas dari salah saji material atau tidak tanpa peduli salah saji

    material tersebut disengaja atau tidak.

    Untuk dapat mencegah dan mengungkap tindak kecurangan, terlebih

    dahulu seorang auditor harus mengetahui jenis-jenis kecurangan, faktor-faktor

    yang menyebabkan terjadinya kecurangan, serta teknik dalam mencegah

    tindakan kecurangan

    1. Jenis-Jenis Kecurangan

    Kecurangan (Fraud) dibagi menjadi 3 bagian (Hall dan Singleton,

    2007:285), yaitu:

    a. Kecurangan Dalam Laporan Keuangan (fraudulent statement)

    Kecurangan Dalam Laporan Keuangan (fraudulent statement) meliputi

    tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan

    atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang

    sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan (financial

    engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh

    keuntungan.

    b. Korupsi (corruption)

    Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja

    sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi. Kecurangan (Fraud)

    jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para pihak yang

    bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme). Korupsi

  • 22

    meliputi penyuapan (bribery), konflik kepentingan (conflict of

    interest), pemberian tanda terima kasih yang tidak sah (Illegal

    Gratuity), dan pemerasan secara ekonomi (Economic Extortion).

    c. Penyalahgunaan Aset (Asset misappropriation)

    Penyalahgunaan Aset (Asset misappropriation) meliputi

    penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain.

    Ini merupakan bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena

    sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung (defined value).

    Segala tindak kecurangan yang terjadi dalam perusahaan perlu

    untuk dapat dideteksi dan dicegah oleh auditor, karena segala tindak

    kecurangan yang terjadi dalam perusahaan dapat merugikan baik bagi

    perusahaan maupun bagi orang yang memiliki kepentingan terhadap

    perusahaan seperi kreditor, pemegang saham dan lain sebagainya.

    2. Pemicu Terjadinya Kecurangan (Fraud)

    Dalam rangka membuat keputusan mengenai penilaian auditor atas

    risiko adanya kecurangan, seorang auditor harus mengerti bahwa ada tiga

    hal yang menjadi pemicu terjadinya kecurangan. Ketiga hal ini disebut

    sebagai segitiga kecurangan (Hall dan Singleton, 2007:264), yaitu:

    a. Kesempatan (Opportunity)

    Faktor kesempatan merupakan faktor utama yang menyebabkan

    terjadinya tindakan kecurangan (fraud). Risiko adanya kesempatan

    bagi pegawai untuk dapat melakukan tindak kecurangan (fraud) dapat

    diperkecil dengan adanya pengendalian internal (internal control) yang

  • 23

    memadai dan terus melakukan pengawasan atas pengendalian internal

    tersebut.

    b. Tekanan Situasional/Motivasi (Situational Pressure/Motivation)

    Motivasi merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam hal terjadinya

    kecurangan, yang termasuk ke dalam kategori ini dapat berupa

    kebutuhan finansial, tantangan untuk dapat melakukan kecurangan

    tanpa terdeteksi atau tindakan balas dendam atas perlakuan perusahaan

    yang dinilai tidak adil

    c. Rasionalisasi (Rationalization)

    Rasionalisasi (Rationalization) merupakan pembenaran atas tindak

    kecurangan yang dilakukan. Contohnya adalah mereka (pelaku tindak

    kecurangan) mungkin akan bekerja lebih giat atau membayar di

    kemudian hari untuk membayar tindak kecurangan yang telah mereka

    lakukan tersebut.

    Ada satu pendapat menarik mengenai segitiga kecurangan (the

    fraud triangle) yang dikemukakan oleh Koletar (2006:104), yaitu:

    Fraud occurs when pressure, opportunity and rationalization cometogether. Most people have pressures. Everyone rationalizes. Wheninternal control are absent or overridden, everyone also has anopportunity to commit fraud.

    Kecurangan terjadi ketika secara bersamaan ada dorongan,

    kesempatan dan hal yang mendasari pikiran si pelaku kecurangan untuk

    melakukan kecurangan. Setiap orang pasti memiliki tekanan atau masalah

    dalam hidup yang dijalaninya dan kadang ada saja alasan bagi setiap orang

    untuk dapat melakukan kecurangan, ketika ada kelemahan dalam

  • 24

    pengendalian internal perusahaan yang diketahui oleh orang, maka orang

    tersebut memiliki kesempatan untuk dapat melakukan kecurangan. Jadi,

    ketiga hal ini, yaitu: dorongan, alasan/rasionalisasi dan kesempatan

    memiliki peranan yang penting bagi orang untuk dapat melakukan

    kecurangan.

    3. Teknik Dalam Mencegah Tindakan Kecurangan

    Berdasarkan uraian yang telah disebutkan di atas, maka tindakan

    kecurangan dapat dicegah dengan (Trijayanti, 2008):

    a. Membina, memelihara dan menjaga mental atau moral pegawai agar

    senantiasa bersikap jujur, disiplin, setia, beretika dan berdedikasi

    b. Membangun mekanisme sistem pengendalian intern yang efisien dan

    efektif

    Jadi, untuk dapat mencegah adanya tindakan kecurangan ada 2

    sektor utama yang harus dibenahi oleh pihak manajemen, yaitu

    pembinaaan mental dan moral setiap pegawai yang bekerja pada

    perusahaan tersebut dan pembangunan sistem pengendalian internal yang

    cukup dan memadai agar kemungkinan dan risiko terjadinya tindak

    kecurangan dapat semakin diperkecil.

    D. Keterkaitan Antar Variabel

    1. Pengalaman Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud)

    Sehubungan dengan variabel pengalaman kerja, hasil penelitian

    mengenai pengalaman yang telah dikutip dari Sularso dan Naim (1999)

    telah dilakukan oleh Hayesroth (1975), Hutchinson (1983), dan Murphy

  • 25

    dan Wright (1984) yang memperlihatkan bahwa seseorang dengan lebih

    banyak pengalaman dalam suatu bidang substantif memiliki lebih banyak

    hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu

    pemahaman yang baik mengenai frekuensi relatif peristiwa-peristiwa.

    Butt (1988) dalam Sularso dan Naim (1999) mengungkapkan

    bahwa akuntan pemeriksa yang berpengalaman membuat judgement

    frekuensi relatif lebih baik dalam tugas-tugas profesional ketimbang

    akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman. Demikian pula Frederick

    (1991) mendokumentasikan bahwa jumlah komponen pengendalian yang

    disebut (recall) oleh akuntan pemeriksa yang berpengalaman lebih banyak

    ketimbang yang belum. Marchant (1989) menemukan bahwa akuntan

    pemeriksa yanng berpengalaman mampu mengidentifikasi secara lebih

    baik mengenai kesalahan-kesalahan dan review analitik.

    Penelitian Sularso dan Naim (1999) tentang analisis pengaruh

    pengalaman akuntan pada pengetahuan dan penggunaan intuisi dalam

    mendeteksi kekeliruan didapat hasil akuntan pemeriksa berpengalaman

    memiliki ketelitian yang lebih tinggi mengenai kekeliruan, dan akuntan

    pemeriksa berpengalaman menggunakan intuisi lebih banyak

    dibandingkan dengan akuntan pemeriksa yang tidak berpengalaman.

    Penelitian Bulchia (2008) tentang analisis pengaruh pengalaman

    dan pelatihan auditor terhadap pengetahuan auditor dalam mendeteksi

    kecurangan didapat hasil bahwa semakin besar pengalaman auditor dalam

    melaksanakan audit, semakin besar pula kecenderungan auditor untuk

  • 26

    dapat mendeteksi kecurangan, hal ini berarti bahwa auditor yang memiliki

    pengalaman cenderung lebih dapat mendeteksi kecurangan dibanding

    dengan auditor yang memiliki kurang pengalaman.

    Suraida (2005) juga menyebutkan beberapa penelitian mengenai

    pengalaman. Diantaranya, Butt J.L (1988) mengungkapkan bahwa akuntan

    pemeriksa yang berpengalaman akan membuat judgment yang relatif baik

    dalam tugas-tugas profesional dibandingkan dengan akuntan pemeriksa

    yang belum berpengalaman, Merchant G.A (1989) menemukan bahwa

    akuntan pemeriksa yang berpengalaman mampu mengidentifikasikan

    secara lebih baik mengenai kesalahan-kesalahan dalam telaah analitik,

    sedangkan Libby dan Frederick (1990) menemukan bahwa semakin

    banyak pengalaman, auditor makin dapat menghasilkan berbagai macam

    dugaan dalam menjelaskan temuan audit.

    Penelitian yang hampir sama tentang pengalaman auditor juga

    dilakukan oleh Noviyani dan Bandi (2002). Penelitian dilakukan untuk

    melihat pengaruh pengalaman dan pelatihan terhadap struktur pengetahuan

    auditor tentang kekeliruan. Penelitian dilakukan terhadap 39 auditor di

    Kantor Akuntan Publik (KAP) di Jawa yang memiliki posisi partner,

    supervisor dan asisten auditor. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

    pengalaman akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor

    tentang jenis kekeliruan.

    Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa pengalaman akan

    mempengaruhi kemampuan auditor untuk mengetahui kekeliruan yang ada

  • 27

    di perusahaan yang menjadi kliennya. Penelitian ini juga memberikan

    bukti bahwa pelatihan yang dilakukan oleh auditor akan meningkatkan

    keahlian mereka untuk melakukan audit. Keahlian audit dan kemampuan

    untuk mengetahui kekeliruan merupakan salah satu bagian dari kompetensi

    auditor.

    Berdasarkan uraian tersebut peneliti berasumsi bahwa auditor yang

    berpengalaman lebih memiliki kemampuan untuk mendeteksi kecurangan

    (fraud) dibanding dengan auditor yang kurang/tidak berpengalaman,

    sehingga peneliti mengajukan hipotesis:

    Ha1 : Pengalaman auditor berpengaruh terhadap pendeteksian

    kecurangan

    2. Pelatihan Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud)

    Akuntan memerlukan berbagai keterampilan dan keahlian tertentu

    dalam rangka meraih kesuksesan dalam karirnya sebagai auditor eksternal,

    kurikulum yang ada belum cukup membangun kesuksesan akuntan, masih

    diperlukan pelatihan-pelatihan melalui kursus-kursus pendidikan

    profesional lanjutan (Eynon dkk, 1994) dalam Noviyani dan Bandi (2002).

    Untuk memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus

    menjalani pelatihan teknis yang cukup (IAI, 2004). Program pelatihan

    mempunyai pengaruh yang lebih besar dalam peningkatan keahlian

    auditor.

    Pelatihan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk

    meningkatkan kemampuan kerja peserta, yang akhirnya akan

  • 28

    menimbulkan perubajan perilaku aspek-aspek kognitif, keterampilan dan

    sikap (Harmalik, 2000 dalam Noviyani dan Bandi, 2002). Peningkatan

    pengetahuan yang didapat dari penambahan pelatihan formal sama

    bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus (Bonne dan

    Walker, 1994 dalam Noviyani dan Bandi, 2002). Personel auditor baru

    yang menerima pelatihan dan umpan balik tentang deteksi kecurangan

    menunjukkan tingkat skeptis dan pengetahuan tentang kecurangan yang

    lebih tinggi dan mampu mendeteksi kecurangan dengan lebih baik

    dibanding dengan personel audit yang tidak menerima perlakuan tersebut

    (Carpenter, 2002).

    Pelatihan bagi akuntan publik meliputi jenis dan kualitas pelatihan.

    Materi pelatihan harus dirancang dengan sebaik-baiknya. Pelatihan harus

    dibuat sistematis dan berjenjang sesuai dengan tingkatan auditor yang ada

    di Kantor Akuntan Publik (KAP). Pelatihan terhadap junior auditor akan

    berbeda dengan pelatihan bagi manajer auditor. Pelatihan bisa

    diselenggarakan oleh organisasi profesi atau dilakukan secara mandiri oleh

    Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap staf auditor. Pelatihan harus

    dilakukan untuk mengisi kekurangan dan memberikan penekanan pada

    praktik auditing dan standar akuntansi bagi staf auditor di Kantor Akuntan

    Publik (KAP).

    Pendidikan dalam arti luas meliputi pendidikan formal, pelatihan

    atau pendidikan berkelanjutan. Pelatihan lebih yang didapatkan oleh

  • 29

    auditor akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perhatian

    auditor terhadap kekeliruan yang terjadi (Noviyani dan Bandi, 2002).

    Berdasarkan uraian tersebut peneliti berasumsi bahwa auditor yang

    telah mengikuti pelatihan lebih banyak lebih memiliki kemampuan untuk

    mendeteksi kecurangan (fraud) dibanding dengan auditor yang mengikuti

    pelatihan lebih sedikit atau tidak sama sekali, sehingga peneliti

    mengajukan hipotesis:

    Ha2 : Pelatihan auditor berpengaruh terhadap pendeteksian

    kecurangan

    3. Skeptisisme Profesional Audit Dengan Pendeteksian Kecurangan (Fraud)

    Penelitian yang dilakukan oleh Fullerton dan Durtschi tentang

    pengaruh sikap skeptisisme profesional terhadap kemampuan mendeteksi

    kecurangan pada auditor internal memberikan hasil bahwa auditor yang

    memiki sikap skeptisisme profesional yang tinggi akan membuat auditor

    tersebut untuk selalu mencari informasi yang lebih banyak dan lebih

    signifikan daripada auditor yang memiliki tingkat skeptisisme profesional

    yang rendah, dan hal ini mengakibatkan auditor yang memiliki tingkat

    skeptisisme profesional yang tinggi akan lebih dapat mendeteksi adanya

    fraud karena informasi yang mereka miliki tersebut.

    Hasil yang sama didapat dalam penelitian yang dilakukan oleh

    Herman (2009) yang meneliti tentang pengaruh pengalaman dan

    skeptisisme profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan yang

    mendapatkan hasil bahwa skeptisisme profesional auditor berpengaruh

  • 30

    signifikan terhadap pendeteksian kecurangan. Dengan demikian, semakin

    besar skeptisisme profesional seorang auditor maka semakin tinggi tingkat

    kemampuan dalam mendeteksi kecurangan.

    Penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti pada tahun 2007 dalam

    Herman (2009) tentang skeptisisme profesional auditor dalam mendeteksi

    kecurangan, yaitu meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi skeptisisme

    profesional auditor. Dengan kesimpulan bahwa jika auditor diberi

    penaksiran risiko kecurangan yang tinggi akan menunjukkan skeptisisme

    profesional yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan, dan

    kepribadian mempengaruhi sikap skeptisisme profesional auditor.

    Ha3 : Skeptisisme profesional auditor berpengaruh terhadap

    pendeteksian kecurangan

    Berdasarkan seluruh uraian mengenai pengaruh pengalaman,

    pelatihan dan skeptisisme profesional auditor yang telah disebutkan di

    atas, peneliti mengajukan hipotesis penelitian yang mengasumsikan bahwa

    faktor pengalaman, pelatihan, dan skeptisisme profesional auditor secara

    simultan berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan. Dengan

    demikian, peneliti mengajukan hipotesis penelitian keempat, yaitu:

    Ha4 : Pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor

    berpengaruh secara simultan terhadap pendeteksian

    kecurangan

    Berikut ini penulis paparkan hasil penelitian yang telah dilakukan

    berkaitan dengan pengaruh pengalaman, pelatihan dan skeptisisme

  • 31

    profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan, seperti terlihat pada

    tabel di bawah ini:

  • 32

    Tabel 2.2Penelitian Terdahulu

    No Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan AlatAnalisis Hasil Penelitian

    1 Edy Herman(2009)

    Pengaruh Pengalamandan SkeptisismeProfesional AuditorTerhadap PendeteksianKecurangan

    VariabelIndependen:Pengalaman,SkeptisismePofesional Auditor

    VariabelDependen:PendeteksianKecurangan

    VariabelIndependen:Pelatihan Auditor

    Analisisregeresiberganda

    Pengalaman danSkeptisisme ProfesionalAuditor berpengaruhsecara signifikan baiksecara parsial maupunsimultan terhadappendeteksian kecurangan

    2 Bulchia(2008)

    Pengaruh Pengalamandan Pelatihan AuditorTerhadap PengetahuanAuditor DalamMendeteksiKecurangan

    VariabelIndependen:Pengalaman,Pelatihan Auditor

    VariabelIndependen:SkeptisismePofesionalAuditor

    VariabelDependen:PendeteksianKecurangan

    Analisisregeresiberganda

    Terdapat pengaruh yangsignifikan antarapengalaman dan pelatihanauditor terhadappengetahuan auditor dalammendeteksi kecurangan Pengalaman auditor

    mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadappengetahuan auditor dalammendeteksi kecurangan Pelatihan auditor tidak

    berpengaruh secara

  • 33

    Tabel 2.2Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

    No Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan AlatAnalisis Hasil Penelitian

    signifikan terhadappengetahuan auditor dalammendeteksi kecurangan

    3 RosemaryFullerton danCindyDurtschi(2004)

    The Effect ofProfessional Skepticismon The Fraud DetectionSkills of InternalAuditors

    VariabelIndependen:Pelatihan,SkeptisismePofesionalAuditor

    VariabelDependen:PendeteksianKecurangan

    VariabelIndependen:Pengalaman

    Analisisregeresiberganda

    Internal auditor yangmemiliki tingkat skeptisismeprofesional yang tinggimemiliki kemampuan yanglebih tinggi dalammendeteksi kecurangan Pelatihan memiliki pengaruh

    jangka pendek terhadapkemampuan auditor internaluntuk mendeteksi fraud

    4 PutriNoviyani danBandi(2002)

    Pengaruh Pengalamandan Pelatihan TerhadapStruktur PengetahuanAuditor TentangKekeliruan

    VariabelIndependen:Pengalaman,Pelatihan

    VariabelIndependen:SkeptisismePofesional Auditor

    VariabelDependen:Pendeteksian

    Analisisregeresiberganda

    Pengalaman berpengaruhpositif terhadap pengetahuanauditor tentang jenis-jeniskekeliruan yang berbedayang diketahuinya Tidak ada pengaruh yang

    positif dan signifikan antarapelatihan dengan

  • 34

    Tabel 2.2Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

    No Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan AlatAnalisis Hasil Penelitian

    Kecurangan jenis-jenis kekeliruan yangberbeda yang diketahuiauditor Pengalaman tidak

    mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadapperhatian auditor padadepartemen tempatkekeliruan terjadi Pelatihan lebih yang

    didapatkan oleh auditorakan memberikanpengaruh yang signifikanterhadap perhatian auditorpada departemen tempatkekeliruan terjadi

    5 Sri Sularsodan AinunNaim(1999)

    Analisis PengaruhPengalaman Akuntanpada Pengetahuan danPenggunaan Intuisidalam MendeteksiKekeliruan

    VariabelIndependen:PengalamanAuditor

    VariabelIndependen:Pelatihan,SkeptisismePofesionalAuditor

    Analisisregeresiberganda

    Pengalaman berpengaruhpositif terhadappengetahuan auditortentang jenis-jeniskekeliruan yang berbedayang diketahuinya

  • 35

    Tabel 2.2Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

    No Peneliti Judul Penelitian Persamaan Perbedaan AlatAnalisis Hasil Penelitian

    VariabelDependen:KemampuanAuditor DalamMengidentifikasiJenis Kekeliruan,Ketelitian,PengetahuanKekeliruan YangTidak Lazim, danPenggunaanIntuisi

    VariabelDependen:PendeteksianKecurangan

    Tidak ada pengaruh yangpositif dan signifikanantara pelatihan denganjenis-jenis kekeliruan yangberbeda yang diketahuiauditor Pengalaman tidak

    mempunyai pengaruh yangsignifikan terhadapperhatian auditor padadepartemen tempatkekeliruan terjadi Pelatihan lebih yang

    didapatkan oleh auditorakan memberikanpengaruh yang signifikanterhadap perhatian auditorpada departemen tempatkekeliruan terjadi

  • 36

    E. Kerangka Pemikiran

    Kerangka pemikiran dapat dituangkan dalam sebuah model

    penelitian sebagai berikut:

    Gambar 2.1Kerangka Pemikiran

    Pengalaman Auditor (X1)

    Pelatihan Auditor (X2)

    Skeptisisme Profesional

    Auditor (X )

    Pendeteksian

    Kecurangan (Y)

  • 37

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Ruang Lingkup Penelitian

    Populasi pada penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor

    Akuntan Publik (KAP) di wilayah Jakarta. Penelitian dilakukan dengan

    mengambil beberapa sampel dari populasi yang telah peneliti tetapkan

    tersebut, yaitu auditor eksternal yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik

    (KAP) di wilayah Jakarta. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis

    seberapa besar pengaruh pengalaman, pelatihan, dan skeptisisme profesional

    auditor terhadap pendeteksian kecurangan.

    Objek penelitian ini adalah auditor yang bekerja di kantor akuntan

    publik (KAP) di wilayah Jakarta. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi penelitian

    karena lokasi ini lebih mudah dijangkau, memiliki kondisi sosial ekonomi

    yang relatif sama serta diharapkan dengan memilih daerah tersebut sebagai

    lokasi penelitian, penulis bisa memperoleh jumlah responden yang lebih

    banyak sehingga kekuatan generalisasinya lebih tinggi.

    B. Metode Penentuan Sampel

    Sampel dipilih dengan menggunakan metode convenience sampling

    yang termasuk dalam nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan

    sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap

    unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Metode ini dapat

  • 38

    mengambil sampel dari elemen populasi yang tidak terbatas yang bersedia

    memberikan informasi yang dibutuhkan (Indriantoro dan Supomo, 2002:130).

    C. Metode Pengumpulan Data

    1. Data Primer

    Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara

    langsung dari sumber asli (Indriantoro dan Supomo, 2002:146). Data

    primer yang penulis gunakan yaitu dengan menggunakan kuesioner yang

    disampaikan secara langsung kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang

    ada di Jakarta dan mengkonfirmasi langsung ke KAP untuk memperoleh

    tingkat pengembalian yang tinggi atas kuesioner tersebut.

    2. Data Sekunder

    Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh

    peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (Indriantoro dan

    Supomo, 2002:147). Data sekunder dapat berupa buku dan majalah,

    publikasi pemerintah mengenai indikator ekonomi, data sensus, ikhtisar

    statistik, database, media, laporan tahunan perusahaan dan sebagainya

    (Sekaran, 2006:65)

    D. Metode Analisis Data

    1. Uji Kualitas Data

    a. Uji Validitas

    Uji validitas digunakan untuk mengetahui seberapa baik ketepatan dan

    kecermatan suatu instrumen untuk mengukur konsep yang seharusnya

  • 39

    diukur. Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya

    suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada

    kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur

    (Indriantoro dan Supomo, 2002:181). Setiap butir pertanyaan

    dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari

    perhitungan lebih besar atau sama dengan r kritis. Untuk menentukan r

    hitung didapatkan dari perhitungan dengan menggunakan Pearson

    Correlation yang dilakukan dengan menggunakan program SPSS.

    b. Uji Reliabilitas

    Uji reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner yang

    merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Uji reliabilitas ini

    dilakukan untuk menguji konsistensi jawaban dari responden melalui

    pertanyaan yang diberikan. Suatu kuesioner dikatakan reliable

    (handal) jika beberapa pengukuran terhadap subjek yang sama

    diperoleh hasil yang tidak berbeda (Jogiyanto, 2009:120). Teknik yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah alpha cronbach karena

    menggunakan jenis data likert.

    Penelitian menggunakan bantuan program SPSS dalam menghitung

    Cronbach Alpha untuk menginterprestasikan nilai alpha yang

    diperoleh. Jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih besar

    dari 0,6 maka butir pertanyaan yang diajukan dalam pengukuran

    instrumen tersebut memiliki reliabilitas yang memadai. Sebaliknya,

  • 40

    jika nilai Cronbach Alpha dari suatu variabel lebih kecil dari 0,6 maka

    butir pertanyaan tersebut tidak reliable.

    2. Uji Asumsi Klasik

    a. Uji Normalitas Data

    Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model

    regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal

    (Ghozali, 2005:110). Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F

    mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Jika

    asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk

    jumlah sampel kecil. Untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi

    normal atau tidak yaitu dengan melihat normal probability plot yang

    membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal.

    Normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada

    sumbu diagonal dari grafik. Jika data (titik) menyebar di sekitar garis

    diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka menunjukkan pola

    distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi

    memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik) menyebar menjauh dari

    diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka tidak

    menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan bahwa

    model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

    b. Multikolinieritas

    Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

    menemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model

  • 41

    regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

    independen. Dalam penelitian ini uji multikolinieritas digunakan untuk

    menguji apakah ada korelasi di antara variabel pengalaman auditor,

    pelatihan auditor dan skeptisisme profesional auditor. Model regresi

    yang tidak ada multikolinieritas adalah yang mempunyai nilai besaran

    korelasi antar variabel bebas kurang dari 95%, VIF Variance Inflation

    factor) kurang dari angka 1.0 dan mempunyaii nilai tolerance lebih

    dari 0.1 atau 10% (Ghozali, 2005:91).

    c. Heteroskedastisitas

    Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah suatu model

    regresi terdapat persamaan atau perbedaan varian yang dapat dilihat

    dari grafik plot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat

    dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

    scatterplot. Dasat pengambilan keputusan sebagai berikut:

    1) Jika ada pola tertentu seperti titik-titik (point-point) yang ada

    membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar,

    kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

    heteroskedastisitas.

    2) Jika tidak ada pola yang jelas, seta titik-titik menyebar di atas dan

    di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

    heteroskedastisitas. (Ghozali, 2005:105)

  • 42

    3. Uji Hipotesis

    Untuk mencapai tujuan penelitian, maka data yang telah diperoleh

    perlu dianalisis. Dalam penelitian ini digunakan model analisis regresi

    berganda (multiple regression analysis). Model ini digunakan karena

    penulis ingin mengetahui pengaruh variabel pengalaman auditor (X1),

    pelatihan auditor (X2) dan skeptisisme profesional auditor (X3) terhadap

    pendeteksian kecurangan. Persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

    = + + + +Keterangan:

    Y : pendeteksian kecurangan

    a : konstanta

    b1 b2 b3 : koefisien regresi

    X1 : pengalaman auditor

    X1 : pelatihan auditor

    X3 : skeptisisme profesional auditor

    e : error

    Untuk membuktikan kebenaran uji hipotesis, digunakan uji statistik

    terhadap output yang dihasilkan oleh model regresi berganda, uji statistik

    ini meliputi:

    a. Uji Koefisien Determinasi (R2)

    Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

    kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.

  • 43

    Dalam output SPSS, koefisien determinasi terletak pada tabel Moddel

    Summary dan tertulis Adjusted R Square.

    Nilai R2 sebesar 1 berarti fluktuasi variabel dependen seluruhnya dapat

    dijelaskan oleh variabel independen dan tidak ada faktor lain yang

    menyebabkan fluktuasi variabel dependen. Jika nilai R2 berkisar antara

    0 sampai dengan 1, berarti semakin kuat kemampuan variabel

    independen dapat menjelaskan fluktuasi variabel dependen. (Ghozali,

    2005:83)

    b. Uji Signifikasi Simultan (Uji F)

    Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

    bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

    bersama-sama terhadap variabel dependen untuk mengambil keputusan

    hipotesis diterima atau ditolak dengan membandingkan tingkat

    signifikasi sebesar 0,05.

    Jika nilai probability F lebih besar dari 0,05 maka model regresi tidak

    dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau dengan

    kata lain variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh

    terhadap variabel dependen. (Ghozali, 2005:84)

    c. Uji Regresi Secara Parsial (Uji t)

    Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel

    independen secara individual terhadap variabel dependen. Untuk

    mengetahui ada tidaknya pengaruh masing-masing variabel

    independen secara individual terhadap variabel dependen digunakan

  • 44

    tingkat signifikasi 5% atau () = 0,05. Jika probability t lebih besar

    dari 0,05 maka tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap

    variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), sedangkan jika

    nilai probability t lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh dari

    variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien signifikan).

    E. Operasional Variabel Penelitian

    Definisi operasional variabel adalah bagaimana menemukan dan

    mengukur variabel-variabel tersebut di lapangan dengan merumuskan secara

    singkat dan jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertanyaan atau

    pernyataan dalam kuesioner untuk masing-masing variabel dalam penelitian

    ini diukur dengan menggunakan skala likert.

    Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua variabel, yaitu:

    1. Variabel bebas (independent variable)

    Pengertian variabel independen yaitu variabel yang bebas dan

    mempengaruhi variabel lain. Variabel independen dalam penelitian ini

    adalah pengalaman auditor, pelatihan auditor dan skeptisisme profesional

    auditor.

    a. Pengalaman Auditor (X1)

    Pengalaman merupakan rentang waktu yang telah digunakan oleh

    auditor terhadap pekerjaan atau tugas mengaudit. Penggunaan

    pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan

    secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar

    melakukannya dengan lebih baik.

  • 45

    b. Pelatihan Auditor (X2)

    Pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan sumber

    daya manusia, terutama dalam hal pengetahuan (knowledge),

    kemampuan (ability), keahlian (skill) dan sikap (attitude).

    Peatihan di sini dapat berupa kegiatan-kegiatan seperti seminar,

    simposium, lokakarya, pelatihan itu sendiri dan kegiatan penunjang

    keterampilan lainnya. Selain kegiatan-kegiatan tersebut, pengarahan

    yang diberikan oleh auditor senior kepada auditor junior juga bisa

    dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan.

    c. Skeptisisme Profesional Auditor (X3)

    Skeptisisme profesional yaitu sikap auditor yang akan membawa

    tindakannya pada tindakan yang akan selalu menanyakan dan menaksir

    secara kritis terhadap bukti audit.

    2. Variabel terikat (dependent variable)

    Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi oleh

    variabel lain. Yang menjadi variabel terikat (dependent variabe) dalam

    penelitian ini adalah pendeteksian kecurangan (fraud). Kecurangan adalah

    salah saji atau hilanngnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan

    keuangan yang dilakukan dengan sengaja.

  • 46

    Tabel 3.1Operasional Variabel Penelitian

    Variabel Subvariabel Indikator Skala NomorKuesioner

    Pengalaman Auditor(Syamsiah, 2008)

    Lama kerja Lama kerja sebagai auditor Interval 1Intensitas tugas dan pengembangankarir

    Dapat mengembangkan karir Interval 2Seringnya melakukan tugas audit Interval 3

    Kemampuan kerja

    Mampu mengetahui kekeliruan dankecurangan Interval 4

    Mampu mengatasi permasalahan Interval 5Dapat mendeteksi kecurangan Interval 6

    Membuat keputusan Mampu membuat keputusan Interval 7Pembelajaran dari Pengalamanorang lain

    Peningkatan kompetensi sebagai auditordengan belajar dari pengalaman auditor lain Interval 8

    Pelatihan Auditor(Cholifah, 2010) Intensitas Pelatihan yang diikuti

    Intensitas seminar yang diikuti auditor Interval 9Intensitas lokakarya yang diikuti auditor Interval 10Intensitas symposium yang diikuti auditor Interval 11Intensitas pelatihan audit yang diikutiauditor Interval 12

    Pernah mengikuti brevet pajak Interval 13Pernah mengikuti pelatihan perbankan Interval 14

    Skeptisisme ProfesionalAuditor (Hurtt, Eining,

    dan Plumlee, 2003)Evaluasi bukti audit

    Pikiran yang penuh pertanyaan Interval 15Memiliki penilaian kritis Interval 16Tidak terlalu cepat mengambil keputusan Interval 17

  • 47

    Tabel 3.1Operasional Variabel Penelitian (Lanjutan)

    Skeptisisme ProfesionalAuditor (Hurtt, Eining,

    dan Plumlee, 2003)

    Memahami penyedia bukti Mengerti antarperorangan Interval 18Tindakan yang diambil berdasarbukti audit

    Bersikap percaya diri Interval 19Memiliki keteguhan hati Interval 20

    Sikap skeptis

    Memperluas lingkup pencarian informasi Interval 21Menemukan bukti audit yang kontradiktif Interval 22Melihat solusi alternatif Interval 23Meningkatkan kecermatan Interval 24

    PendeteksianKecurangan (Fullerton)

    Indikator Kecurangan PadaPerusahaan Budaya perusahaan yang kurang baik Interval 25 - 28

    Indikator Kecurangan PadaPelaksana

    Adanya kesempatan untuk melakukankecurangan Interval 29 - 31

    Adanya motivasi atau dorongan untukmelakukan kecurangan Interval 32 - 35

    Adanya rasionalisasi untuk melakukankecurangan Interval 36 - 42

    Indikator Kecurangan Pada BagianAkuntansi

    Indikator kecurangan pada praktek akuntansi Interval 43 - 46Indikator kecurangan pada laporan keuangan Interval 47 - 50

  • 48

    BAB IV

    PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Objek Penelitian

    1. Tempat dan Waktu Penelitian

    Kantor Akuntan Publik adalah lembaga yang memiliki izin dari

    Menteri Keuangan sebagai wadah bagi akuntan publik dalam

    menjalankan pekerjaannya. Secara vertikal bagian-bagian Kantor Akuntan

    Publik dapat terdiri dari berbagai satu atau dua akuntan yang menjadi

    partner dalam kantor tersebut. Partner ini dibantu oleh beberapa

    pembantu (staff) yang memiliki fungsi pengawasan atas pelaksanaan

    pemeriksaan (supervisory staff) dan pembantu-pembantu pelaksana

    (auditor junior).

    Penelitian ini dilakukan di 11 Kantor Akuntan Publik yang berada

    di Jakarta. Penelitian ini menganalisis pendeteksian kecurangan dengan

    pengalaman, pelatihan dan skeptisisme profesional auditor sebagai

    variabel yang mempengaruhinya.

    Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner

    penelitian secara langsung kepada para responden di Kantor Akuntan

    Publik serta melalui teman yang bekerja sebagai auditor di Kantor

    Akuntan Publik.

    Daftar nama dan wilayah penyebaran kuesioner dapat ditunjukkan

    dalam tabel berikut:

  • 49

    Tabel 4.1Wilayah dan Nama KAP

    No Nama Kantor Akuntan Publik KuesionerDikirim Kembali1 Ishak Saleh Soewando & Rekan 5 52 Tasnim Ali Widjanarko & Rekan 5 43 Abdul Hamid & Khairunnas 6 64 Drs. Usman & Rekan 5 35 Drs. Iwan Kurniawan 5 56 Drs. Sutopo Insja 6 47 Ratna Widjaja 5 48 Murni & Bakhtiar 5 59 Herman, Dody, Tanumihardja & Rekan 7 510 Noor Salim, Nursehan & Sinarahardja 5 411 Drs. Wirawan & Rekan 6 3

    Penyebaran kuesioner dilakukan pada pertengahan bulan Oktober

    2010 sampai dengan bulan Desember 2010. Kuesioner yang disebar

    sebangak 60 buah dan dari jumlah tersebut yang kembali sebanyak 51

    buah kuesioner dan kuesioner yang kembali serta dapat diolah berjumlah

    48 buah kuesioner. Hal ini dapat ditunjukkan dalam tabel berikut:

    Tabel 4.2Sample dan Tingkat Pengembalian Kuesioner

    Keterangan Jumlah Persentase

    Kuesioner yang dikirim 60 100%

    Kuesioner yang kembali 51 85%

    Kuesioner yang tidak kembali 9 15%

    Kuesioner kembali dan diolah 48 80%

    Dari data di atas dapat dilihat bahwa dari 60 kuesioner yang

    disebarkan yang dapat terkumpul sebanyak 51 buah kuesioner dengan

    tingkat pengembalian sebesar 85% dari total kuesioner. Kuesioner yang

    tidak kembali sebanyak 9 kuesioner atau sebesar 15%. Hal ini

  • 50

    menunjukkan tingkat pengembalian kuesioner yang cukup tinggi karena

    peneliti peneliti menelepon terlebih dahulu ke Kantor Akuntan Publik

    sebelum peneliti datang untuk melakukan penyebaran kuesioner.

    2. Demografi Responden

    Penjelasan demografi responden memberikan gambaran mengenai

    karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal yang

    menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan presentase mengenai

    jabatan, jenis kelamin, pendidikan, dan lamanya bekerja sebagai auditor

    di Kantor Akuntan Publik.

    a. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin

    Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin responden

    dapat dilihat dalam table 4.3 berikut:

    Tabel 4.3Jenis Kelamin Responden

    Jenis Kelamin Jumlah Persentase

    Laki-Laki 33 68,75%

    Perempuan 15 31,25%

    Jumlah 48 100,00%

    Pada tabel 4.3. dapat dilihat bahwa jumlah responden

    berdasarkan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak

    33 orang atau sebesar 63%, sedangkan sisanya sebanyak 15 orang atau

  • 51

    sebesar 37% dari seluruh responden penelitian merupakan auditor

    yang berjenis kelamin perempuan.

    b. Deskripsi responden berdasarkan pendidikan responden

    Deskripsi responden berdasarkan pendidikan responden dapat

    dilihat dalam table 4.4 berikut:

    Tabel 4.4Pendidikan Responden

    Pendidikan Jumlah PersentaseD3 4 8,33%S1 39 81,25%S2 5 10,42%S3 0 0%

    Jumlah 48 100%

    Pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa jumlah responden

    berdasarkan jenjang pendidikan terakhir tersebar pada pendidikan D3

    sebanyak 4 orang atau sebesar 8,33%, responden yang memiliki

    pendidikan terakhir Strata Satu (S1) memiliki jumlah yang terbanyak

    yaitu sebanyak 39 orang atau sebesar 81,25%, sedangkan responden

    yang