Fabelous sistem pendeteksi hipotermia untuk pendaki sebagai upaya mencegah kematian saat pendakian
description
Transcript of Fabelous sistem pendeteksi hipotermia untuk pendaki sebagai upaya mencegah kematian saat pendakian
SISTEM PENDETEKSI HIPOTERMIA UNTUK PENDAKI SEBAGAI
UPAYA MENCEGAH KEMATIAN SAAT PENDAKIAN
KATEGORI:
MEDICAL ELECTRONIC AND ASSISTIVE TECHNOLOGY
Nama Peserta Tim :
1. Muhammad Abizar Fahri (115060900111038)
2. Bella Aulia Rahmataufany (125150301111031)
3. Eliana Putri Nurchasanah (125150301111024)
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
PROGRAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN ILMU KOMPUTER
MALANG
2014
iii
ABSTRAK
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh yang berbahaya, biasanya
disebabkan oleh terpaan suhu dingin yang terlalu panjang. Bahaya dari terpaan
hipotermia meningkat saat musim dingin tiba. Kondisi ini sangat berdampak
buruk bagi penderitanya mulai dari pusing, mati rasa, hilang kesadaran sampai
kematian. Di Indonesia Hipotermia merupakan kasus yang paling sering
menyebabkan kematian saat pendakian gunung. Kondisi ini semakin sering
terjadi karena banyak pendaki yang kurang memperhatikan standar prosedur
keselamatan pendakian. Hal ini menyebabkkan pendaki semakin mudah terserang
hipotermia saat pendakian. Dari permasalahan tersebut, maka hal itu menjadi
dasar pemikiran untuk membuat sistem pendeteksi hipotermia untuk pendaki saat
melakukan pendakian sehingga kondisi si pendaki dapat terpantau dengan baik
dan saat terjadi hal buruk proses penanganannya dapat segera dilakukan. Dalam
sistem ini terdapat dua subsistem yaitu subsistem “Analyzer” dan subsistem
“Tracker”. Subsistem analyzer digunakan untuk memantau kondisi tubuh
pendaki. Parameter yang digunakan adalah detak jantung dari si pendaki karena
saat seseorang mengalami hipotermia maka akan ada perubahan signifikan pada
detak jantungnya. Subsistem tracker digunakan untuk memberi tahu posisi terkini
dari si pendaki. Tracker mengirim data ke base station terdekat yang ditanam
pada jarak tertentu untuk memberitahu posisi terakhir pendaki. Sistem
menggunakan komponen utama mikrokontroler ATMega32 sebagai pengolah
data, Zigbee sebagai pemancar sinyal RF, sensor EKG sebagai pendeteksi detak
lantung, server sebagai pusat informasi, dan lain-lain. Tahapan dalam
pembuatan sistem ini dilakukan dengan metode waterfall secara urut yaitu
analisa kebutuhan desain dan pasar, implementasi/desain, testing, launching dan
maintenance.
Kata kunci: Hipotermia Notifier Base Station Analyzer Tracker
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii
ABSTRAKSI .............................................................................................. iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Judul .............................................................................................. 1
1.2 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.3 Perumusan Masalah .................................................................... 3
1.4 Tujuan Karya ............................................................................... 3
1.5 Kegunaan Karya .......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5
BAB III METODOLOGI ......................................................................... 9
3.1 Alat dan Bahan ............................................................................. 9
3.2 Tempat Penelitian ........................................................................ 9
3.3 Proses Pembuatan Karya ............................................................ 9
3.4 Cara Kerja Karya ........................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 14
LAMPIRAN ............................................................................................... 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Judul
Sistem Pendeteksi Hipotermia Untuk Pendaki Sebagai Upaya Mencegah
Kematian Saat Pendakian
1.2 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang secara geografis terletak pada pertemuan
tiga lempeng tektonik dunia, yaitu Lempeng Indo-Australian, Eurasia, dan
Lempeng Pasifik. Indonesia juga berada pada jalur Pacific Ring of Fire yang
merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Hal ini membuat Indonesia
memiliki sangat banyak gunung di wilayahnya. Menurut Tom Simkin dan Lee
Siebert dalam buku Volcanoes of The World Indonesia memiliki kurang lebih 240
gunung berapi dimana 70 diantaranya masih aktif. Jumlah yang sangat banyak
untuk sebuah negara.
Pendakian gunung saat ini menjadi sebuah kegiatan yang mulai diminati
banyak orang di Indonesia. Tantangan, pemandangan dan sensasi kepuasan
menjadi alasan munculnya keinginan “muncak” gunung. Peningkatan jumlah
pendaki juga semakin tinggi setelah diluncurkannya film 5 cm garapan Rizal
Mantovani. Catatan jumlah tertinggi adalah milik Taman Nasional Gunung Gede-
Pangrangro (TNGGP) jumlah pendaki gunung bisa mencapai 60-80 ribu orang
setiap tahun. Posisi kedua ditempati oleh Gunung Semeru dimana pada hari biasa
gunung ini rata-rata dikunjungi 100 pendaki dan bisa meningkat sampai 300%
pada masa liburan. Lebih dari 2000 pendaki tercatat melakukan pendakian pada
malam tahun baru 2013 dan lebih dai 3000 pendaki merayakan hari kemerdekaan
disana. Di tempat lainnya, Taman Nasional Gunung Rinjani mencatat pada 2011
tercatat 8778 pendaki asing dan 6252 pendaki domestik melakukan pendakian di
Gunung Rinjani.Jumlah-jumlah ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun.
Sayangnya meningkatnya jumlah pendakian tidak diikuti kesadaran akan
pentingnya mengikuti standar prosedur keselamatan saat pendakian. Banyak
2
pendaki yang hanya menggunakan pakaian ke kampus, sepatu kets bahkan sandal
saat mendaki. Hal ini turut meningkatkan jumlah kematian pendaki.
Akhir-akhir ini banyak berita meninggalnya pendaki akibat cuaca buruk,
tersesat dan lainnya. Baik media cetak, digital, televisi dan lainnya melaporkan
peningkatan jumlah kematian saat pendakian. Data berikut ini adalah data
pendaki yang meninggal mendadak, bukan yang hilang atau tersesat berhari-hari.
Gunung dibatasi hanya di Jawa dan data diambil dari rentang periode Desember-
Februari. Tercatat total 28 kasus kematian dimana 3 kasus akibat gas beracun, 1
gantung diri, 1 cedera berat, 3 dikarenakan penyakit medis yang diderita sebelum
pendakian dan 18 kasus diduga kuat karena hipotermia.
Dalam dunia kedokteran, penyakit yang dapat berakibat fatal di gunung
antara lain penyakit akibat cuaca ekstrim ( hipotermia salah satunya ), penyakit
gunung akut ( Acute Mountain Sickness / AMS ), hipoksia akut, dan cedera /
trauma.
Berdasarkan patofisiologi kedokteran, hampir tidak mungkin terjadi AMS
di gunung Jawa ini karena penyakit ini dimulai pada ketinggian di atas 4000 mdpl.
Hipoksia akut juga kurang dimungkinkan karena penurunan kadar oksigen pada
ketinggian 3000an mdpl masih dapat dikompensasi oleh tubuh kita, pengecualian
pada area dengan gas beracun tertentu dan pada pendaki yang sudah memiliki
penyakit sebelumnya. Berdasarkan fakta bahwa rata-rata ketinggian gunung di
Indonesia terutama jawa ada pada ketinggian 3000an mdpl, hipotermia menjadi
ancaman utama para pendaki di Indonesia. Meski tidak mencapai suhu minus
derajat celcius, pendaki bisa mengalami Hipotermia karena kegagalan mencegah
kehilangan panas tubuh akibat faktor kelelahan fisik dan pakaian basah ( akibat
hujan ).
Gejala-gejala hipotermia dapat terjadi tanpa disadari oleh pendaki, baik
dirinya sendiri maupun orang di sekelilingnya. Akibatnya seringkali gejala
hipotermia baru disadari saat korban sudah dalam kondisi kritis sementara posisi
pendaki sudah sangat jauh dari pos medis seperti puskesmas, rumah sakit dan
sebagainya. Mencari pertolongan tim SAR juga membutuhkan waktu yang tidak
sebentar. Padahal jika saat korban langsung ditangani saat gejala awal besar
kemungkinan penyelamatan nyawa korban dapat dilakukan. Oleh karena itu perlu
3
dibuat suatu sistem pendeteksi gejala hipotermia untuk para pendaki gunung yang
dapat mendeteksi tanda-tanda gejala awal hipotermia masing-masing individu dari
sebuah kelompok yang terpusat pada satu notifier. Dengan adanya pendeteksi
gejala hipotermia, saat seorang pendaki dalam kelompok terdeteksi mengalami
hipotermia maka teman kelompoknya dapat langsung melakukan penanganan
untuk mencegah kondisi korban menjadi semakin parah.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana merancang sistem yang dapat mendeteksi gejala awal
hipotermia berdasarkan kondisi tubuh pendaki.
2. Bagaimana merancang sensor agar dapat melakukan komunikasi data
ke notifier untuk memberitahu adanya pendaki yang terdeteksi
mengalami hipotermia.
3. Bagaimana merancang sistem agar dapat mengirim dan menerima
sinyal posisi terakhir pendaki.
4. Bagaimana merancang dan membuat rangkaian antarmuka dan
perangkat lunak sistem mikrokontroller yang user-friendly sebagai
media kendali utama sistem tranmisi data.
1.4 Tujuan Karya
Merancang dan membuat sistem yang dapat mengukur, menghitung dan
menginformasikan perubahan kondisi tubuh pendaki yang mengarah ke gejala
hipotermia serta mengirimkannya ke notifier sebagai pusat tranmisi data untuk
memberitahukan adanya anggota suatu kelompok yang terdeteksi mengalami
hipotermia.
1.5 Kegunaan Karya
Bagi Perguruan Tinggi
4
Program ini merupakan perwujudan dari Tridharma Perguruan Tinggi.
Dengan dilaksanakannya program ini diharapkan dapat mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat.
Bagi Mahasiswa
Program ini diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas mahasiswa sebagai
agen perubahan dalam menerapkan ilmu pengtahuan untuk mengatasi
masalah yang ada di sekitarnya menggunakan teknologi tepat guna.
Bagi Masyarakat
Dengan diterapkannya sistem ini diharapkan masyarakat terutama para
pendaki dapat mencegah kematian pendaki gunung yang disebabkan
hipotermia. Hal ini akan membuat semakin sedikit masyarakat yang
kehilangan anggota keluarganya akibat pendakian gunung. Kegiatan
pendakian gunung juga diharapkan akan menjadi lebih aman.
Bagi Pemerintah
Dengan diterapkannya sistem ini diharapkan dapat mengurangi tingkat
kematian di pegunungan yang diakibatkan kegiatan pendakian gunung.
Sistem ini juga diharapkan dapat mempermudah kerja tim penolong / SAR
dalam proses pencarian dan evakuasi korban.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hipotermia
Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh yang berbahaya, biasanya
disebabakan oleh terpaan suhu dingin yang terlalu panjang. Bahaya dari terpaan
suhu dingin meningkat saat musim dingin tiba. Tapi jika kita mendapat terpaan
suhu dingin saat pendakian atau pelayaran kita juga berada dalam bahaya
hipothermia (webmd.com, 2013). Hipotermia dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Mild Hypothermia/ hipotermia ringan (pada suhu 33o C- 35
o C). Pada saat
normal, seseorang biasanya menggigil saat suhu tubuh menurun 0,7o
C.
Saat temperatur turun pada 35o
C pasien biasanya menggigil secara tidak
terkontrol. Menurunnya temperatur juga menyebabkan penyempitan
pembuluh darah pada kulit, peningkatan jumah detak jantung melebihi
batas, peningkatan kerja jantung, peningkatan cairan ketekolamin,
peningkatan produksi urine, dan peningkatan kadar glukosa darah.jika
persediaan glikogn habis maka akan terjadi hipoglikemia (penurunan
kadar guka darah) yang menghambat proses menggigil. Thiroropin akan
melepaskan hormon TRH, triidothironin (T3), L-thyroxine (T4), hormon
prtumbuhan , hormon stimulan thiroid (TSH), dan hormon adrenalin
(ACTH) dengan normal, menunjukkan kegiatan hipofisis ,adrenal dan
fungsi tiroid secara normal selama hipotermia ringan.
2. Moderate Hypothermia / Hipotermia Sedang (suhu dibawah 30oC) . Pada
temperatur dibawah 30o-33
o C , menggigil mulai berkurang, otot dan sendi
menjadi kaku dan refleks melambat. Pasien mengalami lesu, ngantuk dan
sring tertidur. Hilang kesadaran jarang terjadi saat temperatur diatas 28oC,
jika terjadi koma maka ada penyebab lainnya. Tingkat denyut nadi,
tekanan darah dan pernafasan biasanya menurun.
3. Severe Hypothermia / Hipotermia Parah (suhu dibawah 30o C) . Saat suhu
dibawah 30o
C , tubuh kehilangan kemampuan spontan dalam
mengembalikan diri ke kondisi temperatur normal. Penghangatan harus
dilakukan secara aktif. Saat temperatur dibawah 28o C, pasien akan tidak
6
sadarkan diri, pui melebar, dan tanda kehidupan mungkin sulit dideteksi.
Bradikardia (penurunan detak jantung dibawah normal) dan fibrilasi atrial
terjadi pada tmperatur dibawah 30oC dan fibrilasi ventrikular (VF) dapat
terjadi saat temperatur dibawah 28oC. Pada 20
o C asystole lebih sering
terjadi daripada VF. Frekuensi pernafasan berkurang sampai 1-2 tarikan
per menit. Bronchorrhea sering terjadi dimana pulmonary edema jarang
terjadi. Sirkulasi berhenti selama 10 menit pada suhu 30oC, 25 menit pada
suhu 25o
C, 45 menit pada 20o
C, dan 60 menit pada suhu 16oC sering
dikatakan sebagai batas fungsi otak mampu kembali ke normal, walau
studi kasus mengindikasikanbatasan ini bisa bertambah. Suhu terendah
yang prnah tercatat pada seseorang yang mampu bertahan adalah 16,4oC,
meskipun dibawah pengawasan kondisi hipotermik untuk prosedur
operasi, suhu turun 10oC digunakan dan temperatur serendah 6
oC tercatat
(Worthley, 2000:23-24).
Atmega 32
Sebagai sentral/pusat dari pengontrolan sistem ini digunakan
mikrokontroler ATMega32. Mikrokontroler ini yang bertugas membaca data dari
sensor dan mengolah data tersebut menjadi format data yang siap dikirimkan serta
mengirimkannya melalu wireless. Mikrokontroler ATMega32 ini diproduksi oleh
ATMEL Company Amerika Serikat dan merupakan salah satu anggota keluarga
dari jenis AVR. Mikrokontroler ini memiliki fasilitas komunikasi serial untuk
melakukan pengiriman/penerimaan data.
Gambar 1: konfigurasi Pin ATMega32
7
Server
Server adalah ibarat pelayan yang memiliki hak untuk mengatur. Server
disebut sebagai pelayan dikarenakan fungsi server secara keseluruhan adalah
memberi layanan (service) kepada client yang saling terhubung satu sama lain
dalam satu jaringan (nunusdwinugroho, 2010). Server memiliki fungsi sebagai
database yaitu untuk menyimpan data-data.
Zigbee
Zigbee adalah sebuah low power spin wifi. Spesifikasinya kecil, jangkauan
radio renda berdasarkan standar IEEE 802.15.4 – 2003 dan bekerja pada
jangkauan 2,4 GHz, 900 MHz dan 868 Mhz. Spesifikasinya berbasis paket
protokol radio rendah biaya. Protokolnya bisa dipakai untuk komunikasi berbagai
topologi jaringan dan memiliki baterai yang bisa bertahan beberapa tahun
(Hernandez, 2010).
Php dan MySQL
Hypertext Preprocessor (PHP) merupakan bahasa pemrograman web
dinamis layaknya ASP, JSP, Perl dan sebagainya. Bahasa pemrograman ini
digunakan karena sifat HTML yang statis. PHP akhir-akhir ini semakin populer,
karena memiliki keunggulan diantaranya kemudahan untuk dipelajari, gratis,
kecepatan yang dapat diandalkan, dan sebagainya. Dengan web yang dinamis,
tentu fitur dan fasilitas web dapat ditambah dengan mudah. Sebagai contoh,
dapat ditambahkan hit counter, guest book, dan sebagainya. Untuk mendukung
penambahan ini diperlukan tempat untuk menyimpan data.
Pada umumnya, banyak orang memilih untuk membuat web dengan
menggunakan PHP dan MySQL. PHP adalah sebuah bahasa pemrograman,
sedang MySQL adalah sebuah sistem . Sistem MySQL terdiri atas server
dan client. PHP adalah salah satu dari MySQL client. Jadi, PHP berperan
sebagai client, dan akan melakukan query (permintaan/perintah) ke sebuah
MySQL server. MySQL ini dapat juga digunakan sebagai Relational
Management Sistem (RDBMS), yaitu yang saling terkait. Dalam RDBMS,
sebuah field dapat berhubungan dengan field lain. Jadi, dengan satu perintah
SELECT saja sudah dapat menampilkan data dari beberapa tabel.
8
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan perangkat keras adalah sebagai
berikut:
1. Mikrokontroler ATMega32
2. Modul Zigbee
3. LED
4. LCD
5. Sensor EKG
6. Server
Alat yang digunakan dalam pembuatan perangkat keras adalah satu set
toolkit.
3.2 Tempat Penelitian
Penelitian dalam pembuatan sistem ini dilaksanakan di kampus Program
Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Universitas Brawijaya Malang.
Untuk studi lapang pembuatan sistem dilaksanakan di area Gunung
Semeru Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Gunung Semeru
dipilih karena gunung ini merupakan gunung tertinggi di pulau jawa dan banyak
pendakian yang dilaksanakan di gunung ini setiap tahunnya.
3.3 Proses Pembuatan Karya
Spesifikasi Sistem
Spesifikasi alat secara global ditetapkan terlebih dahulu sebagai acuan
dalam perancangan selanjutnya. Spesifikasi alat yang direncanakan adalah sebagai
berikut :
a. Jalur transmisi data yang digunakan adalah serial wireless menggunakan
modul Zigbee dengan rentang frekuensi maksimal 2,4 GHz.
b. Software pengolah data dalam pembuatan sistem menggunakan Borland
Delphi 7.
9
c. Database yang digunakan dalam server adalah MySQL.
Perancangan
Metode yang digunakan dalam pembuatan karya adalah metode Waterfall
Model. Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari
level kebutuhan sistem lalu menuju ke tahap analisis, desain, coding, testing /
verification, dan maintenance. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap
yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan.
Berdasarkan oleh metode ini maka pelaksanaan kegiatan ini dibagi menjadi 4
tahapan, yaitu Analisis, Implementation, Testing, Launching, dan Maintenance.
Gambar 2 : waterfall model sistem
Analisa
Analisa dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dan kondisi apa saja yang
dihadapi dalam pembuatan sistem. Tahap analisis dibagi menjadi dua yaitu :
Analisa Kebutuhan Desain
Studi Literatur
Studi literatur yang dilakukan bertujuan untuk mengkaji hal-hal yang
berhubungan dengan teori-teori yang mendukung dalam perencanaan dan
perealisasian alat. Adapun teori-teori yang dikaji adalah sebagai berikut:
1) Sistem Mikrokontroller ATMega32.
2) Komunikasi data serial.
3) Aplikasi perangkat lunak dengan Turbo Delphi 2006.
4) Modul Zigbee
5) Php dan Mysql
10
Studi Lapangan
Studi lapang dilakukan untuk mencari data medan yang akan dihadapi
dalam pengimplementasian sistem.
Analisa Pasar
Analisa pasar dilakukan dengan menganalisis beberapa poin yaitu:
Produk. Produk ini merupakan inovasi terbaru dalam memanfaatkan
momentum maraknya pendakian gunung yang dilakukan belakangan ini.
Place. Malang merupakan posisi strategis dalam pemasaran produk
dimana secara geografis Malang berdekatan dengan banyak jalur
pendakian seperti semeru, bromo, arjuna, welirang dan kelud.
Segmenting. Segmentasi pasar dari produk adalah mahasiswa dan siswa
SMA. Hal ini dikarenakan mayoritas pendakian dilakukan oleh mahasiswa
dan siswa SMA baik tergabung dalam Pencinta Alam maupun tidak.
Targetting. Target pemasaran lebih difokuskan kepada pendaki pemula.
Selain kurangnya pengalaman, pendaki pemula juga cenderung
mengabaikan metode keselamatan lapangan. Dengan adanya sistem ini
diharapkan bisa mencegah kasus hipotermia pada pendaki pemula.
Position. Produk ini diharapkan menjadi solusi menjaga keselamatan para
pendaki dari ancaman hipotermia saat pendakian.
Implementasi dan Desain
Pada tahap ini pembuatan sistem dilakukan sesuai dengan analisis yang
telah dilakukan. Pembuatan sistem didesain sesuai pertimbangan kebutuhan,
kondisi lapangan dan sisi ergonomis untuk konsumen. Pada desain, sensor
diletakkan di ujung jari kemudian dihubungkan pada mikrokontroller di lengan
pendaki.
11
Gambar 3 : desain sistem analyzer
Perancangan Analyzer
Untuk mendapatkan sinyal detak jantung dari tubuh, diperlukan rangkaian
pengkondisi sinyal yang dapat mengakuisisi sinyal Secara umum rangkaian
pengkondisi sinyal yang dibuat adalah sebagai berikut:
Gambar 4 : diagram blok aanalyzer
Tranduser
Transduser terbuat dari bahan metal seperti perak atau stainless steel. Pada
proses pengambilan sinyal ini menggunakan transduser dari 3M Red Dot atau
transduser berupa gelang karena memiliki sensitivitas yang cukup tinggi. Untuk
meningkatkan sensitivitas transduser dan mengurangi noise yang dihasilkan dari
gesekan antara transduser dan kulit serta gerakan otot digunakan jelly elektrolit
yang mengandung chloride dan ion lainnya.
Penguat
Penguatan awal digunakan untuk menguatkan sinyal EKG yang diambil oleh
elektroda transduser. Sinyal memiliki amplitudo sangat rendah (antara 0.05 -4mV)
harus dikuatkan terlebih dahulu agar dapat diolah dalam proses selanjutnya. maka
digunakan penguat yang terintegrasi dalam satu IC yang biasa disebut dengan
instrumentation amplifier. Pada sistem ini digunakan INA118 karena mempunyai
kualitas yang bagus dengan harga yang relatif murah dan juga mudah didapatkan
12
di pasaran. Penguatan dari INA118 dapat diatur dengan menggunakan satu
resistor eksternal.
Filter
Untuk mengurangi noise digunakan 3 level filter, High Pass Filter, Low Pass
Filter 40 Hz dan Low Pass Filter 20 Hz.
Rangkaian Adder
Karena sinyal hasil keluaran dari rangkaian filter kedua ada nilai amplitudo
yang negatif, maka diperlukan rangkaian adder untuk menggeser amplitudo ke sisi
positif semua. Rangkaian adder ini dibuat agar dapat menaikkan sinyal sebesar 2,5
volt, sehinggan nilai R5 diatur sampai keluaran dari rangkaian ini sebesar 2,5 volt.
Testing
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan yang ada di
dalam sistem yang telah selesai dibuat. Pertimbangan berdasarkan testing yang
dilakukan terhadap tester. Aspek penilaian dari keseluruhan sistem dilihat dari dua
aspek yaitu :
1) Apakah sistem pendeteksi hipotermia berjalan dengan baik mulai dari
subsistem analyzer dan subsistem tracker.
2) Apakah bunyi dari alarm cukup kuat untuk memberitahu orang lain
disekitarnya.
3) Apakah sinyal dari pendaki dapat mencapai base station.
4) Apakah sinyal dari base station dapat diteruskan sampai main base station.
Launching
Publikasi merupakan hal utama yang harus dilakukan untuk memasarkan
suatu produk. Tanpa publikasi sistem yang dibuat tidak dapat dikenal dan tidak
dapat diperdayakan. Namun saat ini publikasi menjadi sangat mudah karena
tersedianya jaringan internet. Demikian pula dengan kami, dengan memperhatikan
faktor biaya maka kami memilih untuk mempublikasikan sistem yang kami buat
melalui intenet, yaitu melalui jejaring-jejaring sosial seperti facebook, twitter,
kaskus dan website-website nasional dan internasional lainnya.
Maintenance
Maintenance adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk menjaga sistem
agar tetap berada dalam kondisi terbaik. Proses maintenance meliputi pengetesan,
13
penggantian, dan perbaikan. Ada dua jenis maintenance yang biasa dilakukan,
yaitu:
1) Corrective maintenance, maintenance jenis ini memiliki kegiatan
identifikasi penyebab kerusakan, penggantian component yang rusak,
mengatur kembali control, dsb.
2) Preventive maintenance, maintenance jenis ini memiliki tujuan mencegah
terjadinya kerusakan peralatan selama operasi berlangsung. Maintenance
peralatan dilakukan secara terjadwal sesuai dengan estimasi umur
peralatan.
3.4 Cara Kerja Karya
Cara kerja sistem yang dirancang dibagi menjadi dua subsistem. Subsistem
pertama adalah analyzer untuk memeriksa kondisi pendaki. Subsistem kedua
adalah tracker untuk memberitahukan posisi terkini pendaki.
Subsistem analyzer terdiri atas sensor kondisi pendaki, mikrokontroller,
LED, LCD, alarm dan modul zigbee. Alat dirancang untuk pendakian secara
berkelompok, satu analyzer terdiri atas beberapa sensor yang diberikan kepada
setiap pendaki dimana setiap sensor diberi id sebagai tanda pengenal setiap
pendaki. Sensor akan mengirim sinyal ke notifier saat terdeteksi perubahan
kondisi pendaki yang mengarah ke hipotermia seperti dijelaskan pada gambar 5.
Sensor kondisi pendaki menggunakan parameter jumlah detak jantung
sebagai parameter. Pada mikrokontroller diberikan rentang parameter jumlah
detak jantung normal antara 60-100 detak/menit. Jumlah detak jantung setiap
manusia berbeda sesuai kondisi fisiknya. Pada awal sistem berjalan, sensor akan
menghitung jumlah detak jantung pendaki selama 3 menit kemudian dihitung nilai
rata-rata yang kemudian akan digunakan sebagai parameter jumlah detak normal
pendaki. Data ini masuk kedalam mikrokontroller lalu dihitung batas detak
normal yaitu 25% dari jumlah detak normal yang sebelumnya sudah ditentukan.
Nilai 25% diambil karena merupakan batas normal detak jantung manusia tanpa
penyakit penyerta. Saat pendaki dideteksi mengalami hipotermia maka modul
zigbee akan mengirim sinyal ke notifier kemudian notifier akan menghidupkan
14
LED dan alarm sebagai pertanda kepada kelompok. Pada LCD akan ditampilkan
pendaki mana yang terdeteksi hipotermia sesuai id sensornya.
Gambar 5 : flowchart sistem analyzer
Subsistem tracker merupakan fitur tambahan pada analyzer dimana modul
zigbee digunakan sebagai pemancar sinyal RF. Subsistem menggunakan Base
Station yang terdiri dari modul zigbee, mikrokontroller. memori dan komputer.
Sinyal yang dikirim kemudian diterima oleh Base Sation berupa kode identitas
sebagai penanda posisi terakhir pendaki. Pada base station kode identitas
disimpan pada memori sebagai catatan, kemudian dikirim menuju titik base
station selanjutnya dan diteruskan sampai main base station. Penjelasan dari alur
penerimaan sinyal dapat dilihat pada gambar 6.
15
Gambar 6 : skema sistem tracker
Data yang didapat dari pedaki akan dikirim ke base station terdekat
kemudian dari base station tersebut disalurkan kembali ke base station berikutnya
sampai data tersebut diterima oleh server.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan
sebagai berikut:
1) Untuk mendeteksi Hipotermia maka diperlukan sistem yang dapat mendeteksi
detak jantung normal, sistem yang digunakan adalah sistem EKG.
2) Komunikasi wireless digunakan sebagai penghubung antara blok Pengambil
Data dan blok Pemroses Data untuk menghindari penggunaan kabel yang dapat
mengganggu kenyamanan pendaki dan untuk meminimalisir kecelakaan yang
diakibatkan oleh kabel.
3) Untuk menangani pendaki yang mengalami hipotermia secara cepat maka
digunakan sistem peringatan dini yaitu dengan menyalanya LED dan alarm
yang ada pada kelompok pendaki tersebut.
4) Secara keseluruhan Sistem Pendeteksi Hipotermia ini terdiri dari
mikrokontroler ATMega32, modul Zigbee, sistem peringatan hipotermia
(alarm dan led), server.
4.2 Saran
Berdasarkan dari pembahasan sebelumnya maka dapat ditarik saran
sebagai berikut:
1. Sistem ini dapat lebih dikemas dalam sebuah produk yang lebih sederhana
serta nyaman dipakai para pendaki.
2. Selalu diperhatikan sisi keamanan untuk para pendaki agar dapat
meminimalkan dampak buruk yang terjadi karena alat ini adalah alat elektronik
yang dapat memancarkan gelombang wireless.
3. Sistem ini dikembangkan lebih lanjut agar dapat mendeteksi penyakit selain
hipotermia.
17
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Jaenal. 2011. Akusisi data suhu menggunakan mikrokontroler.
http://www.forumsains.com/artikel/71/?print. Diakses tanggal 31
Desember 2013.
Atmel. 2013. 8-bit Microcontroller with 32Kbytes In-System Programmable
Flash. www.atmel.com. Diakses tanggal 3 Januari 2014.
Departemen Kesehatan RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
Hakim, Malik. 2013. Pemanfaatan Mini PC Raspberry pi sebagai Pengontrol
Jarak Jauh Berbasis WEB pada Rumah. Universitas Komputer Indonesia.
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Nunusdwinugroho. 2010. Apa itu Server.
https://nunusdwinugroho.wordpress.com/2010/04/24/apa-itu-server/.
Diakses tanggal 20 Januari 2014.
Raspberry PI Foundation. 2013. Raspberry Pi. www.raspberrypi.org/faqs. Diakses
tanggal 23 Januari 2014.
Webmd. 2012. What is hypotermia? . http://www.m.webmd.com/a-to-z-
guides/what-is-hypothermia?page=2 . Diakses pada 20 Januari 2014.
Worthley. E. Connolly, L.I. G. 2003. Induced and Accidental Hypothermia.
Flinder Medical Center. Adelaide.
18
LAMPIRAN
RENCANA JADWAL PEMBUATAN KARYA
Rencana jadwal pembuatan karya ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Program
No Jenis Kegiatan
Pelaksanaan
Bulan
petama
Bulan
Kedua
Bulan
Ketiga
Bulan
Juni
Minggu ke-
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
1 Persiapan
2 Survei Lapangan
3 Perencanaan Desain
Sistem
4 Pembuatan Alat
5 Pembuatan Program
6 Pengujian Alat
7 Mulai
8 Pengumpulan Data
9 Analisis
10 Selesai
11 Evaluasi
12 Penyusunan
Materin Presentasi
13 Kosultasi
14 Lain – Lain