Fabelous sistem pendeteksi hipotermia untuk pendaki sebagai upaya mencegah kematian saat pendakian

22
SISTEM PENDETEKSI HIPOTERMIA UNTUK PENDAKI SEBAGAI UPAYA MENCEGAH KEMATIAN SAAT PENDAKIAN KATEGORI: MEDICAL ELECTRONIC AND ASSISTIVE TECHNOLOGY Nama Peserta Tim : 1. Muhammad Abizar Fahri (115060900111038) 2. Bella Aulia Rahmataufany (125150301111031) 3. Eliana Putri Nurchasanah (125150301111024) KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA PROGRAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN ILMU KOMPUTER MALANG 2014

description

 

Transcript of Fabelous sistem pendeteksi hipotermia untuk pendaki sebagai upaya mencegah kematian saat pendakian

SISTEM PENDETEKSI HIPOTERMIA UNTUK PENDAKI SEBAGAI

UPAYA MENCEGAH KEMATIAN SAAT PENDAKIAN

KATEGORI:

MEDICAL ELECTRONIC AND ASSISTIVE TECHNOLOGY

Nama Peserta Tim :

1. Muhammad Abizar Fahri (115060900111038)

2. Bella Aulia Rahmataufany (125150301111031)

3. Eliana Putri Nurchasanah (125150301111024)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

PROGRAM TEKNOLOGI INFORMASI DAN ILMU KOMPUTER

MALANG

2014

ii

iii

ABSTRAK

Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh yang berbahaya, biasanya

disebabkan oleh terpaan suhu dingin yang terlalu panjang. Bahaya dari terpaan

hipotermia meningkat saat musim dingin tiba. Kondisi ini sangat berdampak

buruk bagi penderitanya mulai dari pusing, mati rasa, hilang kesadaran sampai

kematian. Di Indonesia Hipotermia merupakan kasus yang paling sering

menyebabkan kematian saat pendakian gunung. Kondisi ini semakin sering

terjadi karena banyak pendaki yang kurang memperhatikan standar prosedur

keselamatan pendakian. Hal ini menyebabkkan pendaki semakin mudah terserang

hipotermia saat pendakian. Dari permasalahan tersebut, maka hal itu menjadi

dasar pemikiran untuk membuat sistem pendeteksi hipotermia untuk pendaki saat

melakukan pendakian sehingga kondisi si pendaki dapat terpantau dengan baik

dan saat terjadi hal buruk proses penanganannya dapat segera dilakukan. Dalam

sistem ini terdapat dua subsistem yaitu subsistem “Analyzer” dan subsistem

“Tracker”. Subsistem analyzer digunakan untuk memantau kondisi tubuh

pendaki. Parameter yang digunakan adalah detak jantung dari si pendaki karena

saat seseorang mengalami hipotermia maka akan ada perubahan signifikan pada

detak jantungnya. Subsistem tracker digunakan untuk memberi tahu posisi terkini

dari si pendaki. Tracker mengirim data ke base station terdekat yang ditanam

pada jarak tertentu untuk memberitahu posisi terakhir pendaki. Sistem

menggunakan komponen utama mikrokontroler ATMega32 sebagai pengolah

data, Zigbee sebagai pemancar sinyal RF, sensor EKG sebagai pendeteksi detak

lantung, server sebagai pusat informasi, dan lain-lain. Tahapan dalam

pembuatan sistem ini dilakukan dengan metode waterfall secara urut yaitu

analisa kebutuhan desain dan pasar, implementasi/desain, testing, launching dan

maintenance.

Kata kunci: Hipotermia Notifier Base Station Analyzer Tracker

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... ii

ABSTRAKSI .............................................................................................. iii

DAFTAR ISI .............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Judul .............................................................................................. 1

1.2 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.3 Perumusan Masalah .................................................................... 3

1.4 Tujuan Karya ............................................................................... 3

1.5 Kegunaan Karya .......................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 5

BAB III METODOLOGI ......................................................................... 9

3.1 Alat dan Bahan ............................................................................. 9

3.2 Tempat Penelitian ........................................................................ 9

3.3 Proses Pembuatan Karya ............................................................ 9

3.4 Cara Kerja Karya ........................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 14

LAMPIRAN ............................................................................................... 15

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Judul

Sistem Pendeteksi Hipotermia Untuk Pendaki Sebagai Upaya Mencegah

Kematian Saat Pendakian

1.2 Latar Belakang

Indonesia adalah negara yang secara geografis terletak pada pertemuan

tiga lempeng tektonik dunia, yaitu Lempeng Indo-Australian, Eurasia, dan

Lempeng Pasifik. Indonesia juga berada pada jalur Pacific Ring of Fire yang

merupakan jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. Hal ini membuat Indonesia

memiliki sangat banyak gunung di wilayahnya. Menurut Tom Simkin dan Lee

Siebert dalam buku Volcanoes of The World Indonesia memiliki kurang lebih 240

gunung berapi dimana 70 diantaranya masih aktif. Jumlah yang sangat banyak

untuk sebuah negara.

Pendakian gunung saat ini menjadi sebuah kegiatan yang mulai diminati

banyak orang di Indonesia. Tantangan, pemandangan dan sensasi kepuasan

menjadi alasan munculnya keinginan “muncak” gunung. Peningkatan jumlah

pendaki juga semakin tinggi setelah diluncurkannya film 5 cm garapan Rizal

Mantovani. Catatan jumlah tertinggi adalah milik Taman Nasional Gunung Gede-

Pangrangro (TNGGP) jumlah pendaki gunung bisa mencapai 60-80 ribu orang

setiap tahun. Posisi kedua ditempati oleh Gunung Semeru dimana pada hari biasa

gunung ini rata-rata dikunjungi 100 pendaki dan bisa meningkat sampai 300%

pada masa liburan. Lebih dari 2000 pendaki tercatat melakukan pendakian pada

malam tahun baru 2013 dan lebih dai 3000 pendaki merayakan hari kemerdekaan

disana. Di tempat lainnya, Taman Nasional Gunung Rinjani mencatat pada 2011

tercatat 8778 pendaki asing dan 6252 pendaki domestik melakukan pendakian di

Gunung Rinjani.Jumlah-jumlah ini terus mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun.

Sayangnya meningkatnya jumlah pendakian tidak diikuti kesadaran akan

pentingnya mengikuti standar prosedur keselamatan saat pendakian. Banyak

2

pendaki yang hanya menggunakan pakaian ke kampus, sepatu kets bahkan sandal

saat mendaki. Hal ini turut meningkatkan jumlah kematian pendaki.

Akhir-akhir ini banyak berita meninggalnya pendaki akibat cuaca buruk,

tersesat dan lainnya. Baik media cetak, digital, televisi dan lainnya melaporkan

peningkatan jumlah kematian saat pendakian. Data berikut ini adalah data

pendaki yang meninggal mendadak, bukan yang hilang atau tersesat berhari-hari.

Gunung dibatasi hanya di Jawa dan data diambil dari rentang periode Desember-

Februari. Tercatat total 28 kasus kematian dimana 3 kasus akibat gas beracun, 1

gantung diri, 1 cedera berat, 3 dikarenakan penyakit medis yang diderita sebelum

pendakian dan 18 kasus diduga kuat karena hipotermia.

Dalam dunia kedokteran, penyakit yang dapat berakibat fatal di gunung

antara lain penyakit akibat cuaca ekstrim ( hipotermia salah satunya ), penyakit

gunung akut ( Acute Mountain Sickness / AMS ), hipoksia akut, dan cedera /

trauma.

Berdasarkan patofisiologi kedokteran, hampir tidak mungkin terjadi AMS

di gunung Jawa ini karena penyakit ini dimulai pada ketinggian di atas 4000 mdpl.

Hipoksia akut juga kurang dimungkinkan karena penurunan kadar oksigen pada

ketinggian 3000an mdpl masih dapat dikompensasi oleh tubuh kita, pengecualian

pada area dengan gas beracun tertentu dan pada pendaki yang sudah memiliki

penyakit sebelumnya. Berdasarkan fakta bahwa rata-rata ketinggian gunung di

Indonesia terutama jawa ada pada ketinggian 3000an mdpl, hipotermia menjadi

ancaman utama para pendaki di Indonesia. Meski tidak mencapai suhu minus

derajat celcius, pendaki bisa mengalami Hipotermia karena kegagalan mencegah

kehilangan panas tubuh akibat faktor kelelahan fisik dan pakaian basah ( akibat

hujan ).

Gejala-gejala hipotermia dapat terjadi tanpa disadari oleh pendaki, baik

dirinya sendiri maupun orang di sekelilingnya. Akibatnya seringkali gejala

hipotermia baru disadari saat korban sudah dalam kondisi kritis sementara posisi

pendaki sudah sangat jauh dari pos medis seperti puskesmas, rumah sakit dan

sebagainya. Mencari pertolongan tim SAR juga membutuhkan waktu yang tidak

sebentar. Padahal jika saat korban langsung ditangani saat gejala awal besar

kemungkinan penyelamatan nyawa korban dapat dilakukan. Oleh karena itu perlu

3

dibuat suatu sistem pendeteksi gejala hipotermia untuk para pendaki gunung yang

dapat mendeteksi tanda-tanda gejala awal hipotermia masing-masing individu dari

sebuah kelompok yang terpusat pada satu notifier. Dengan adanya pendeteksi

gejala hipotermia, saat seorang pendaki dalam kelompok terdeteksi mengalami

hipotermia maka teman kelompoknya dapat langsung melakukan penanganan

untuk mencegah kondisi korban menjadi semakin parah.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disusun rumusan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana merancang sistem yang dapat mendeteksi gejala awal

hipotermia berdasarkan kondisi tubuh pendaki.

2. Bagaimana merancang sensor agar dapat melakukan komunikasi data

ke notifier untuk memberitahu adanya pendaki yang terdeteksi

mengalami hipotermia.

3. Bagaimana merancang sistem agar dapat mengirim dan menerima

sinyal posisi terakhir pendaki.

4. Bagaimana merancang dan membuat rangkaian antarmuka dan

perangkat lunak sistem mikrokontroller yang user-friendly sebagai

media kendali utama sistem tranmisi data.

1.4 Tujuan Karya

Merancang dan membuat sistem yang dapat mengukur, menghitung dan

menginformasikan perubahan kondisi tubuh pendaki yang mengarah ke gejala

hipotermia serta mengirimkannya ke notifier sebagai pusat tranmisi data untuk

memberitahukan adanya anggota suatu kelompok yang terdeteksi mengalami

hipotermia.

1.5 Kegunaan Karya

Bagi Perguruan Tinggi

4

Program ini merupakan perwujudan dari Tridharma Perguruan Tinggi.

Dengan dilaksanakannya program ini diharapkan dapat mengembangkan

ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Bagi Mahasiswa

Program ini diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas mahasiswa sebagai

agen perubahan dalam menerapkan ilmu pengtahuan untuk mengatasi

masalah yang ada di sekitarnya menggunakan teknologi tepat guna.

Bagi Masyarakat

Dengan diterapkannya sistem ini diharapkan masyarakat terutama para

pendaki dapat mencegah kematian pendaki gunung yang disebabkan

hipotermia. Hal ini akan membuat semakin sedikit masyarakat yang

kehilangan anggota keluarganya akibat pendakian gunung. Kegiatan

pendakian gunung juga diharapkan akan menjadi lebih aman.

Bagi Pemerintah

Dengan diterapkannya sistem ini diharapkan dapat mengurangi tingkat

kematian di pegunungan yang diakibatkan kegiatan pendakian gunung.

Sistem ini juga diharapkan dapat mempermudah kerja tim penolong / SAR

dalam proses pencarian dan evakuasi korban.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hipotermia

Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh yang berbahaya, biasanya

disebabakan oleh terpaan suhu dingin yang terlalu panjang. Bahaya dari terpaan

suhu dingin meningkat saat musim dingin tiba. Tapi jika kita mendapat terpaan

suhu dingin saat pendakian atau pelayaran kita juga berada dalam bahaya

hipothermia (webmd.com, 2013). Hipotermia dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Mild Hypothermia/ hipotermia ringan (pada suhu 33o C- 35

o C). Pada saat

normal, seseorang biasanya menggigil saat suhu tubuh menurun 0,7o

C.

Saat temperatur turun pada 35o

C pasien biasanya menggigil secara tidak

terkontrol. Menurunnya temperatur juga menyebabkan penyempitan

pembuluh darah pada kulit, peningkatan jumah detak jantung melebihi

batas, peningkatan kerja jantung, peningkatan cairan ketekolamin,

peningkatan produksi urine, dan peningkatan kadar glukosa darah.jika

persediaan glikogn habis maka akan terjadi hipoglikemia (penurunan

kadar guka darah) yang menghambat proses menggigil. Thiroropin akan

melepaskan hormon TRH, triidothironin (T3), L-thyroxine (T4), hormon

prtumbuhan , hormon stimulan thiroid (TSH), dan hormon adrenalin

(ACTH) dengan normal, menunjukkan kegiatan hipofisis ,adrenal dan

fungsi tiroid secara normal selama hipotermia ringan.

2. Moderate Hypothermia / Hipotermia Sedang (suhu dibawah 30oC) . Pada

temperatur dibawah 30o-33

o C , menggigil mulai berkurang, otot dan sendi

menjadi kaku dan refleks melambat. Pasien mengalami lesu, ngantuk dan

sring tertidur. Hilang kesadaran jarang terjadi saat temperatur diatas 28oC,

jika terjadi koma maka ada penyebab lainnya. Tingkat denyut nadi,

tekanan darah dan pernafasan biasanya menurun.

3. Severe Hypothermia / Hipotermia Parah (suhu dibawah 30o C) . Saat suhu

dibawah 30o

C , tubuh kehilangan kemampuan spontan dalam

mengembalikan diri ke kondisi temperatur normal. Penghangatan harus

dilakukan secara aktif. Saat temperatur dibawah 28o C, pasien akan tidak

6

sadarkan diri, pui melebar, dan tanda kehidupan mungkin sulit dideteksi.

Bradikardia (penurunan detak jantung dibawah normal) dan fibrilasi atrial

terjadi pada tmperatur dibawah 30oC dan fibrilasi ventrikular (VF) dapat

terjadi saat temperatur dibawah 28oC. Pada 20

o C asystole lebih sering

terjadi daripada VF. Frekuensi pernafasan berkurang sampai 1-2 tarikan

per menit. Bronchorrhea sering terjadi dimana pulmonary edema jarang

terjadi. Sirkulasi berhenti selama 10 menit pada suhu 30oC, 25 menit pada

suhu 25o

C, 45 menit pada 20o

C, dan 60 menit pada suhu 16oC sering

dikatakan sebagai batas fungsi otak mampu kembali ke normal, walau

studi kasus mengindikasikanbatasan ini bisa bertambah. Suhu terendah

yang prnah tercatat pada seseorang yang mampu bertahan adalah 16,4oC,

meskipun dibawah pengawasan kondisi hipotermik untuk prosedur

operasi, suhu turun 10oC digunakan dan temperatur serendah 6

oC tercatat

(Worthley, 2000:23-24).

Atmega 32

Sebagai sentral/pusat dari pengontrolan sistem ini digunakan

mikrokontroler ATMega32. Mikrokontroler ini yang bertugas membaca data dari

sensor dan mengolah data tersebut menjadi format data yang siap dikirimkan serta

mengirimkannya melalu wireless. Mikrokontroler ATMega32 ini diproduksi oleh

ATMEL Company Amerika Serikat dan merupakan salah satu anggota keluarga

dari jenis AVR. Mikrokontroler ini memiliki fasilitas komunikasi serial untuk

melakukan pengiriman/penerimaan data.

Gambar 1: konfigurasi Pin ATMega32

7

Server

Server adalah ibarat pelayan yang memiliki hak untuk mengatur. Server

disebut sebagai pelayan dikarenakan fungsi server secara keseluruhan adalah

memberi layanan (service) kepada client yang saling terhubung satu sama lain

dalam satu jaringan (nunusdwinugroho, 2010). Server memiliki fungsi sebagai

database yaitu untuk menyimpan data-data.

Zigbee

Zigbee adalah sebuah low power spin wifi. Spesifikasinya kecil, jangkauan

radio renda berdasarkan standar IEEE 802.15.4 – 2003 dan bekerja pada

jangkauan 2,4 GHz, 900 MHz dan 868 Mhz. Spesifikasinya berbasis paket

protokol radio rendah biaya. Protokolnya bisa dipakai untuk komunikasi berbagai

topologi jaringan dan memiliki baterai yang bisa bertahan beberapa tahun

(Hernandez, 2010).

Php dan MySQL

Hypertext Preprocessor (PHP) merupakan bahasa pemrograman web

dinamis layaknya ASP, JSP, Perl dan sebagainya. Bahasa pemrograman ini

digunakan karena sifat HTML yang statis. PHP akhir-akhir ini semakin populer,

karena memiliki keunggulan diantaranya kemudahan untuk dipelajari, gratis,

kecepatan yang dapat diandalkan, dan sebagainya. Dengan web yang dinamis,

tentu fitur dan fasilitas web dapat ditambah dengan mudah. Sebagai contoh,

dapat ditambahkan hit counter, guest book, dan sebagainya. Untuk mendukung

penambahan ini diperlukan tempat untuk menyimpan data.

Pada umumnya, banyak orang memilih untuk membuat web dengan

menggunakan PHP dan MySQL. PHP adalah sebuah bahasa pemrograman,

sedang MySQL adalah sebuah sistem . Sistem MySQL terdiri atas server

dan client. PHP adalah salah satu dari MySQL client. Jadi, PHP berperan

sebagai client, dan akan melakukan query (permintaan/perintah) ke sebuah

MySQL server. MySQL ini dapat juga digunakan sebagai Relational

Management Sistem (RDBMS), yaitu yang saling terkait. Dalam RDBMS,

sebuah field dapat berhubungan dengan field lain. Jadi, dengan satu perintah

SELECT saja sudah dapat menampilkan data dari beberapa tabel.

8

BAB III

METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan perangkat keras adalah sebagai

berikut:

1. Mikrokontroler ATMega32

2. Modul Zigbee

3. LED

4. LCD

5. Sensor EKG

6. Server

Alat yang digunakan dalam pembuatan perangkat keras adalah satu set

toolkit.

3.2 Tempat Penelitian

Penelitian dalam pembuatan sistem ini dilaksanakan di kampus Program

Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer Universitas Brawijaya Malang.

Untuk studi lapang pembuatan sistem dilaksanakan di area Gunung

Semeru Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Gunung Semeru

dipilih karena gunung ini merupakan gunung tertinggi di pulau jawa dan banyak

pendakian yang dilaksanakan di gunung ini setiap tahunnya.

3.3 Proses Pembuatan Karya

Spesifikasi Sistem

Spesifikasi alat secara global ditetapkan terlebih dahulu sebagai acuan

dalam perancangan selanjutnya. Spesifikasi alat yang direncanakan adalah sebagai

berikut :

a. Jalur transmisi data yang digunakan adalah serial wireless menggunakan

modul Zigbee dengan rentang frekuensi maksimal 2,4 GHz.

b. Software pengolah data dalam pembuatan sistem menggunakan Borland

Delphi 7.

9

c. Database yang digunakan dalam server adalah MySQL.

Perancangan

Metode yang digunakan dalam pembuatan karya adalah metode Waterfall

Model. Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari

level kebutuhan sistem lalu menuju ke tahap analisis, desain, coding, testing /

verification, dan maintenance. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap

yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan.

Berdasarkan oleh metode ini maka pelaksanaan kegiatan ini dibagi menjadi 4

tahapan, yaitu Analisis, Implementation, Testing, Launching, dan Maintenance.

Gambar 2 : waterfall model sistem

Analisa

Analisa dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dan kondisi apa saja yang

dihadapi dalam pembuatan sistem. Tahap analisis dibagi menjadi dua yaitu :

Analisa Kebutuhan Desain

Studi Literatur

Studi literatur yang dilakukan bertujuan untuk mengkaji hal-hal yang

berhubungan dengan teori-teori yang mendukung dalam perencanaan dan

perealisasian alat. Adapun teori-teori yang dikaji adalah sebagai berikut:

1) Sistem Mikrokontroller ATMega32.

2) Komunikasi data serial.

3) Aplikasi perangkat lunak dengan Turbo Delphi 2006.

4) Modul Zigbee

5) Php dan Mysql

10

Studi Lapangan

Studi lapang dilakukan untuk mencari data medan yang akan dihadapi

dalam pengimplementasian sistem.

Analisa Pasar

Analisa pasar dilakukan dengan menganalisis beberapa poin yaitu:

Produk. Produk ini merupakan inovasi terbaru dalam memanfaatkan

momentum maraknya pendakian gunung yang dilakukan belakangan ini.

Place. Malang merupakan posisi strategis dalam pemasaran produk

dimana secara geografis Malang berdekatan dengan banyak jalur

pendakian seperti semeru, bromo, arjuna, welirang dan kelud.

Segmenting. Segmentasi pasar dari produk adalah mahasiswa dan siswa

SMA. Hal ini dikarenakan mayoritas pendakian dilakukan oleh mahasiswa

dan siswa SMA baik tergabung dalam Pencinta Alam maupun tidak.

Targetting. Target pemasaran lebih difokuskan kepada pendaki pemula.

Selain kurangnya pengalaman, pendaki pemula juga cenderung

mengabaikan metode keselamatan lapangan. Dengan adanya sistem ini

diharapkan bisa mencegah kasus hipotermia pada pendaki pemula.

Position. Produk ini diharapkan menjadi solusi menjaga keselamatan para

pendaki dari ancaman hipotermia saat pendakian.

Implementasi dan Desain

Pada tahap ini pembuatan sistem dilakukan sesuai dengan analisis yang

telah dilakukan. Pembuatan sistem didesain sesuai pertimbangan kebutuhan,

kondisi lapangan dan sisi ergonomis untuk konsumen. Pada desain, sensor

diletakkan di ujung jari kemudian dihubungkan pada mikrokontroller di lengan

pendaki.

11

Gambar 3 : desain sistem analyzer

Perancangan Analyzer

Untuk mendapatkan sinyal detak jantung dari tubuh, diperlukan rangkaian

pengkondisi sinyal yang dapat mengakuisisi sinyal Secara umum rangkaian

pengkondisi sinyal yang dibuat adalah sebagai berikut:

Gambar 4 : diagram blok aanalyzer

Tranduser

Transduser terbuat dari bahan metal seperti perak atau stainless steel. Pada

proses pengambilan sinyal ini menggunakan transduser dari 3M Red Dot atau

transduser berupa gelang karena memiliki sensitivitas yang cukup tinggi. Untuk

meningkatkan sensitivitas transduser dan mengurangi noise yang dihasilkan dari

gesekan antara transduser dan kulit serta gerakan otot digunakan jelly elektrolit

yang mengandung chloride dan ion lainnya.

Penguat

Penguatan awal digunakan untuk menguatkan sinyal EKG yang diambil oleh

elektroda transduser. Sinyal memiliki amplitudo sangat rendah (antara 0.05 -4mV)

harus dikuatkan terlebih dahulu agar dapat diolah dalam proses selanjutnya. maka

digunakan penguat yang terintegrasi dalam satu IC yang biasa disebut dengan

instrumentation amplifier. Pada sistem ini digunakan INA118 karena mempunyai

kualitas yang bagus dengan harga yang relatif murah dan juga mudah didapatkan

12

di pasaran. Penguatan dari INA118 dapat diatur dengan menggunakan satu

resistor eksternal.

Filter

Untuk mengurangi noise digunakan 3 level filter, High Pass Filter, Low Pass

Filter 40 Hz dan Low Pass Filter 20 Hz.

Rangkaian Adder

Karena sinyal hasil keluaran dari rangkaian filter kedua ada nilai amplitudo

yang negatif, maka diperlukan rangkaian adder untuk menggeser amplitudo ke sisi

positif semua. Rangkaian adder ini dibuat agar dapat menaikkan sinyal sebesar 2,5

volt, sehinggan nilai R5 diatur sampai keluaran dari rangkaian ini sebesar 2,5 volt.

Testing

Pada tahap ini dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan yang ada di

dalam sistem yang telah selesai dibuat. Pertimbangan berdasarkan testing yang

dilakukan terhadap tester. Aspek penilaian dari keseluruhan sistem dilihat dari dua

aspek yaitu :

1) Apakah sistem pendeteksi hipotermia berjalan dengan baik mulai dari

subsistem analyzer dan subsistem tracker.

2) Apakah bunyi dari alarm cukup kuat untuk memberitahu orang lain

disekitarnya.

3) Apakah sinyal dari pendaki dapat mencapai base station.

4) Apakah sinyal dari base station dapat diteruskan sampai main base station.

Launching

Publikasi merupakan hal utama yang harus dilakukan untuk memasarkan

suatu produk. Tanpa publikasi sistem yang dibuat tidak dapat dikenal dan tidak

dapat diperdayakan. Namun saat ini publikasi menjadi sangat mudah karena

tersedianya jaringan internet. Demikian pula dengan kami, dengan memperhatikan

faktor biaya maka kami memilih untuk mempublikasikan sistem yang kami buat

melalui intenet, yaitu melalui jejaring-jejaring sosial seperti facebook, twitter,

kaskus dan website-website nasional dan internasional lainnya.

Maintenance

Maintenance adalah segala kegiatan yang bertujuan untuk menjaga sistem

agar tetap berada dalam kondisi terbaik. Proses maintenance meliputi pengetesan,

13

penggantian, dan perbaikan. Ada dua jenis maintenance yang biasa dilakukan,

yaitu:

1) Corrective maintenance, maintenance jenis ini memiliki kegiatan

identifikasi penyebab kerusakan, penggantian component yang rusak,

mengatur kembali control, dsb.

2) Preventive maintenance, maintenance jenis ini memiliki tujuan mencegah

terjadinya kerusakan peralatan selama operasi berlangsung. Maintenance

peralatan dilakukan secara terjadwal sesuai dengan estimasi umur

peralatan.

3.4 Cara Kerja Karya

Cara kerja sistem yang dirancang dibagi menjadi dua subsistem. Subsistem

pertama adalah analyzer untuk memeriksa kondisi pendaki. Subsistem kedua

adalah tracker untuk memberitahukan posisi terkini pendaki.

Subsistem analyzer terdiri atas sensor kondisi pendaki, mikrokontroller,

LED, LCD, alarm dan modul zigbee. Alat dirancang untuk pendakian secara

berkelompok, satu analyzer terdiri atas beberapa sensor yang diberikan kepada

setiap pendaki dimana setiap sensor diberi id sebagai tanda pengenal setiap

pendaki. Sensor akan mengirim sinyal ke notifier saat terdeteksi perubahan

kondisi pendaki yang mengarah ke hipotermia seperti dijelaskan pada gambar 5.

Sensor kondisi pendaki menggunakan parameter jumlah detak jantung

sebagai parameter. Pada mikrokontroller diberikan rentang parameter jumlah

detak jantung normal antara 60-100 detak/menit. Jumlah detak jantung setiap

manusia berbeda sesuai kondisi fisiknya. Pada awal sistem berjalan, sensor akan

menghitung jumlah detak jantung pendaki selama 3 menit kemudian dihitung nilai

rata-rata yang kemudian akan digunakan sebagai parameter jumlah detak normal

pendaki. Data ini masuk kedalam mikrokontroller lalu dihitung batas detak

normal yaitu 25% dari jumlah detak normal yang sebelumnya sudah ditentukan.

Nilai 25% diambil karena merupakan batas normal detak jantung manusia tanpa

penyakit penyerta. Saat pendaki dideteksi mengalami hipotermia maka modul

zigbee akan mengirim sinyal ke notifier kemudian notifier akan menghidupkan

14

LED dan alarm sebagai pertanda kepada kelompok. Pada LCD akan ditampilkan

pendaki mana yang terdeteksi hipotermia sesuai id sensornya.

Gambar 5 : flowchart sistem analyzer

Subsistem tracker merupakan fitur tambahan pada analyzer dimana modul

zigbee digunakan sebagai pemancar sinyal RF. Subsistem menggunakan Base

Station yang terdiri dari modul zigbee, mikrokontroller. memori dan komputer.

Sinyal yang dikirim kemudian diterima oleh Base Sation berupa kode identitas

sebagai penanda posisi terakhir pendaki. Pada base station kode identitas

disimpan pada memori sebagai catatan, kemudian dikirim menuju titik base

station selanjutnya dan diteruskan sampai main base station. Penjelasan dari alur

penerimaan sinyal dapat dilihat pada gambar 6.

15

Gambar 6 : skema sistem tracker

Data yang didapat dari pedaki akan dikirim ke base station terdekat

kemudian dari base station tersebut disalurkan kembali ke base station berikutnya

sampai data tersebut diterima oleh server.

16

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik simpulan

sebagai berikut:

1) Untuk mendeteksi Hipotermia maka diperlukan sistem yang dapat mendeteksi

detak jantung normal, sistem yang digunakan adalah sistem EKG.

2) Komunikasi wireless digunakan sebagai penghubung antara blok Pengambil

Data dan blok Pemroses Data untuk menghindari penggunaan kabel yang dapat

mengganggu kenyamanan pendaki dan untuk meminimalisir kecelakaan yang

diakibatkan oleh kabel.

3) Untuk menangani pendaki yang mengalami hipotermia secara cepat maka

digunakan sistem peringatan dini yaitu dengan menyalanya LED dan alarm

yang ada pada kelompok pendaki tersebut.

4) Secara keseluruhan Sistem Pendeteksi Hipotermia ini terdiri dari

mikrokontroler ATMega32, modul Zigbee, sistem peringatan hipotermia

(alarm dan led), server.

4.2 Saran

Berdasarkan dari pembahasan sebelumnya maka dapat ditarik saran

sebagai berikut:

1. Sistem ini dapat lebih dikemas dalam sebuah produk yang lebih sederhana

serta nyaman dipakai para pendaki.

2. Selalu diperhatikan sisi keamanan untuk para pendaki agar dapat

meminimalkan dampak buruk yang terjadi karena alat ini adalah alat elektronik

yang dapat memancarkan gelombang wireless.

3. Sistem ini dikembangkan lebih lanjut agar dapat mendeteksi penyakit selain

hipotermia.

17

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Jaenal. 2011. Akusisi data suhu menggunakan mikrokontroler.

http://www.forumsains.com/artikel/71/?print. Diakses tanggal 31

Desember 2013.

Atmel. 2013. 8-bit Microcontroller with 32Kbytes In-System Programmable

Flash. www.atmel.com. Diakses tanggal 3 Januari 2014.

Departemen Kesehatan RI. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Hakim, Malik. 2013. Pemanfaatan Mini PC Raspberry pi sebagai Pengontrol

Jarak Jauh Berbasis WEB pada Rumah. Universitas Komputer Indonesia.

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana

untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Nunusdwinugroho. 2010. Apa itu Server.

https://nunusdwinugroho.wordpress.com/2010/04/24/apa-itu-server/.

Diakses tanggal 20 Januari 2014.

Raspberry PI Foundation. 2013. Raspberry Pi. www.raspberrypi.org/faqs. Diakses

tanggal 23 Januari 2014.

Webmd. 2012. What is hypotermia? . http://www.m.webmd.com/a-to-z-

guides/what-is-hypothermia?page=2 . Diakses pada 20 Januari 2014.

Worthley. E. Connolly, L.I. G. 2003. Induced and Accidental Hypothermia.

Flinder Medical Center. Adelaide.

18

LAMPIRAN

RENCANA JADWAL PEMBUATAN KARYA

Rencana jadwal pembuatan karya ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Program

No Jenis Kegiatan

Pelaksanaan

Bulan

petama

Bulan

Kedua

Bulan

Ketiga

Bulan

Juni

Minggu ke-

2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1

1 Persiapan

2 Survei Lapangan

3 Perencanaan Desain

Sistem

4 Pembuatan Alat

5 Pembuatan Program

6 Pengujian Alat

7 Mulai

8 Pengumpulan Data

9 Analisis

10 Selesai

11 Evaluasi

12 Penyusunan

Materin Presentasi

13 Kosultasi

14 Lain – Lain